KTI sel surya
-
Upload
shirohigel -
Category
Documents
-
view
748 -
download
19
Transcript of KTI sel surya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara dengan luas daratan hampir dua juta
km, berada di zona khatulistiwa dengan memiliki iklim yang tropis. Iklim
tropis ini dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia yang berada pada
posisi 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT dan memiliki periode penyinaran
matahari lebih dari 6 jam per hari atau sama dengan 2.400 jam per tahunnya.
Kemudian didukung pula oleh intensitas penyinaran energi matahari di
Indonesia sebesar 0.6 − 0.7 kW/m2. .(Sumber: Manan, Saiful.2010)
Intensitas penyinaran matahari terbesar berada di kawasan Indonesia
bagian tengah dan timur. Sebagai contoh yaitu bagian timur pulau Jawa
dengan intensitas penyinaran sebesar 4,5 kWh/m2 /hari dengan variasi
bulanan sekitar 10% (Sumber: Sugiyarto.2006);. Berdasarkan data ini maka
dipilihlah wilayah Pasuruan sebagai fokus utama daerah untuk aktivasi sel
surya dan pengembangan optimalnya.
Kota Pasuruan secara geografis terletak antara 7 - 33 LS dan 112 -
28 BT. Kota Pasuruan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kraton dan sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan. Luas
wilayah Kota Pasuruan 35,92 Km2. Wilayah geografis Pasuruan
membuatnya menjadi daerah yang memiliki faktor pendukung yang cukup
berpengaruh dalam penerapan dan pengaplikasian teknologi sel surya.
Pasuruan memiliki sektor industri berskala kecil yang dalam proses
produksinya banyak bergantung kepada pemakaian bahan bakar fosil dan
listrik konvensional. Sedangkan untuk sektor pertanian, Pasuruan memiliki
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 1
komoditi unggulan seperti kacang mete sebesar satu ton dan buah kelapa
sebesar 57 ton. Pemasukan dari kedua sektor produksi tersebut ditambah
dengan pemasukan dari sektor perhotelan, komunikasi, dan transportasi,
adalah sebesar 1.359.672.142 (dalam jutaan rupiah) (sumber: BKPM. 2010).
Melihat dari kondisi ketergantungan masyarakat Pasuruan dengan
pamakaian bahan fosil dan distribusi listrik konvensional, bepengaruh
terhadap menipisnya ketersediaan bahan bakar fosil Indonesia dan
meningkatnya pasokan listrik yang harus didistribusikan PLN Jawa Timur
kepada masyarakat Pasuruan. Padahal sudah diketahui secara luas bahwa
bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang membutuhkan waktu
lama untuk diperbaharui dan efek negatifnya terhadap lingkungan juga
sangat besar. Belum lagi ketergantungan terhadap penggunaan listrik
konvensional yang semakin lama semakin meningkat. Berdasarkan data
terakhir PLN Jawa Timur, dengan jumlah pelanggan sebanyak 447.887,
masyarakat Pasuruan membutuhkan jumlah daya (VA) sebesar 729.747.031
W dan jumlah KWH sebesar 1.912.310.601 (sumber: PT. PLN, 2009).
Ketidakseimbangan antara jumlah pasokan listrik yang disediakan oleh PLN
Jawa Timur dengan peningkatan jumlah konsumsi masyarakat Pasuruan
memberikan masalah baru bagi kedua belah pihak. Masalah ini berkaitan
dengan pihak PLN yang melakukan pemadaman bergilir di wilayah
Pasuruan dan pihak masyarakat yang merasa dirugikan karena pihak PLN
dianggap tidak memberikan pelayanan yang optimal dan maksimal sehingga
menghambat aktifitas kegiatan mereka. Kedua masalah ini dapat
berpengaruh terhadap penurunan pendapatan daerah dan devisa negara.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, letak geografis, iklim dan
kondisi wilayah Pasuruan menjadikan wilayah ini memiliki potensi besar
untuk aktivasi sel surya dan pengembangan optimal sebagai energi
sampingan dalam membantu masyarakat Pasuruan mengurangi
ketergantungannya terhadap pemakaian bahan bakar fosil dan listrik
konvensional.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 2
Aktivasi sel surya ini dapat membantu mengurangi pemakaian bahan
bakar fosil dalam kegiatan pembakaran dan pengeringan yang dilakukan
pada sektor pertanian. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebih ini akan
berdampak negatif terhadap ketersediaan cadangan sumber daya alam tak
terbarukan di Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga akan berpengaruh
terhadap meningkatnya RAPBN untuk membiayai impor bahan bakar fosil
negara. Kegiatan yang sebelumnya bergantung pada ketersedian bahan
bakar fosil (sebagai contoh: bensin dan minyak tanah) diharapkan dapat
berkurang secara bertahap melalui aktivasi sel surya ini.
Aktivasi sel surya juga dapat membantu mengurangi ketergantungan
dalam pemakaian listrik konvensional dalam hal penyediaan sumber energi
listrik. Sumber listrik yang selama ini didistribusikan ke masyarakat berasal
dari pengolahan energi tekanan air dan gas, pembakaran batu bara, dan
minyak bumi. Keterangan tersebut membuktikan bahwa sebagian besar
pasokan listrik di dapat dari pengolahan energi tak terbarukan. Maka sama
seperti paragraph sebelumnya, hal ini akan berpengaruh terhadap
peningkatan RAPBN Indonesia. Aktivasi sel surya untuk saat ini memang
belum meningkat fungsinya menjadi suatu sumber energi alternatif karena
tingkat efisiensinya dipandang dari sisi ekonomis, namun mengingat
manfaat dari pemakaiannya, jenis sumber energi yang diperoleh untuk
pelaksanaan aktivasi teknologi, sel surya ini dan tingkat efek negatif bagi
lingkungan yang mendekati 0%, maka optimalisasi sel surya ini akan sangat
berpengaruh terhadap penghematan sumber energi dan peningkatan
pendapatan daerah Pasuruan. Aktivasi ini juga dapat mengurangi masalah
pemadaman listrik yang seringkali terjadi di daerah Pasuruan.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumber energi
matahari di Indonesia melalui aktivasi sel surya:
1. Bebas polusi udara, suara, dan tidak memiliki efek radiasi yang
berbahaya.
2. Sebagai alternatif bahan bakar fosil yang bersih.
3. Matahari memiliki persediaan sumber energi tak terbatas.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 3
4. Energinya dapat disimpan.
5. Tidak meningkatkan efek Global Warming.
6. Dapat menjangkau hingga ke pelosok daerah, karena tidak memerlukan
transmisi dan transportasi energi.
7. Biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dapat diperkecil dengan
pemanfaatan bahan baku silikon yang banyak terdapat di sekitar
perairan Jawa.
8. Mendukung kebijakan pemerintah terkait dengan Kyoto Protocol to the
United Nations Framework Convention on Climate Change (Kyoto,
Japan. 16 Februari 2005) dan Perjanjian Climate Change di Nusa Dua,
Bali pada tahun 2007 lalu.
9. Melalui perawatan yang teliti, umur peggunaan sel surya ini dapat
mencapai 20 tahun.
10. Dapat dibuat secara sederhana dengan system transmisi yang tidak
terlalu rumit (SHS/ Solar Home System).
Mengingat bahwa energi matahari merupakan jenis energi terbarukan
dengan potensi besar, maka diharapkan aktivasi sel surya sebagai sumber
energi sampingan dapat dimaksimalkan berkaitan dengan peningkatan devisa
negara dan perbaikan sumber daya alam yang kian lama kian kritis
kondisinya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah maksimalisasi penggunaan sel surya dapat dicapai melalui
pemanfaatan letak geografis dan iklim Indonesia?
2. Daerah mana yang memiliki efisiensi tertinggi dalam penempatan sel
surya di sekitar pulau Jawa dan Bali ?
3. Bagaimana proses produksi dan pengaplikasian sel surya ?
4. Hal apa saja yang dapat mengoptimalkan penyerapan sel surya?
5. Bagaimana pengaruh penggunaan sel surya, sebagai energi sampingan,
terhadap lingkungan?
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 4
1.3 Gagasan
1.3.1 Aplikasi Sel Surya Sebagai Sumber Energi Sampingan
Suatu gelombang yang timbul akibat adanya medan listrik dan
medan magnet disebut gelombang elektromagnet. Panca indera
manusia dapat menangkap cahaya dengan panjang gelombang yang
berkisar antara 300 – 700 nm (nanometer). Gelombang elektomagnet
telah dipelajari dan dimanfaatkan manusia sejak dahulu kala. Namun
pemahaman mengenai gelombang ini sendiri baru dapat dianalisis
oleh oleh para ilmuwan sekitar abad 10.
Aplikasi gelombang elektromagnet berkembang sejalan dengan
pemahaman illmuwan mengenai gelombang itu sendiri. Melalui
pemikiran mereka para ilmuwan tersebut, telah memberikan
kontribusi yang besar dalam pemanfaatan gelombang elektromagnet
dalam kehidupan sehari-hari Berikut merupakan nama beberapa
ilmuwan yang berperan penting dalam perkembangan teori yang
berkaitan dengan gelombang, seperti;
a. Isaac Newton dengan Hypothesis of Light.
b. Christian Huygens dengan teori rambat gelombang.
c. Faraday dengan teori elektromagnetisme.
d. Max Planck dengan teori kuantum.
e. Sedangkan Albert Einstein dan Louis de Broglie dengan
teori dualitas partikel-gelombang
Sel surya dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari
dengan banyak cara. Salah satunya yang akan dibahas di sini adalah
aplikasi sel surya dengan kapasitasnya sebagai energi sampingan
yang berfungsi sebagai alternative cara untuk penghematan energi.
1.3.2 Maksimalisasi Efisiensi Sel Surya Melalui Pemanfaatan Letak
Geografis dan Iklim Wilayah Pasuruan
Maksimalisasi efisiensi sel surya di wilayah Pasuruan dapat
ditelaah melalui dua focus bahasan. Fokus bahasan tersebut adalah
tingginya tingkat intensitas cahaya sebagai sumber energi yang akan
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 5
dimanfaatkan dan unsur silikon yang menjadi material utama dalam
pembuatan sel surya.
Pertama, berdasarkan letak geografis, Indonesia yang terletak di
garis khatulistiwa memiliki tingkat intensitas penyinaran matahari
yang tinggi yakni 0.6 − 0.7 kW/m2.(Sumber: Manan, Saiful.2010).
Menurut data yang di dapat dari ITB Central Library, dengan
menggunakan model SMARTS, di dapat perkiraan rata – rata daya
listrik yang diperoleh bila daerah Pasuruan dipasangi satu modul sel
surya yakni, 86.01 W. Sebagai perbandingan, daerah Sierre, Italia
yang juga dipasangi satu modul sel surya hanya mengahasilkan 55 W
(sumber: Tamamadin, Mamad. 2008). keterangan ini semakin
menguatkan alasan bahwa negara beriklim tropis berpotensi lebih
besar dalam penggunaan sel surya dibandingkan dengan negara
beriklim subtropics. Hal ini yang menjadi keuntungan utama dalam
pembangunan dan peningkatan sector produksi dan konsumsi sel
surya di Pasuruan.
Kedua, unsur silikon yang menjadi bahan utama dalam
pembuatan sel surya banyak terdapat di daerah Jawa tepatnya di pantai
selatan. . “Indonesia berpotensi besar untuk membuat sel sendiri,
mengingat kandungan pasir silika yang masih banyak tetapi
dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya di industri hilir
ini. Selain Langkat, pantai selatan Jawa juga mengandung potensi
pasir silika yang bisa digarap. Selama ini, pasir silika hanya
diproduksi untuk keramik dalam negeri. Terlebih lagi banyak negara-
negara maju yang mengincar pasir silika di Indonesia untuk PLTS”,
kata Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika
Departemen Perindustrian Budi Darmadi, ketika membuka Workshop
Nasional Solar Energi di Departemen Perindustrian, Jalan Gatot
Subroto, Jakarta, Senin 17 November 2008.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 6
1.3.3 Kontribusi Sel Surya dalam Perbaikan Sektor Perekonomian
Wilayah Pasuruan
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan
sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan,
serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional.
Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses
ke energi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama
untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut, dikembangkan
berbagai energi alternatif, di antaranya energi terbarukaan. Potensi
energi terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya, energi
air, energi angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia
sangatlah besar. Energi surya merupakan salah satu energi yang
sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia
mengingat letak georafis dan tipe iklim di Indonesia.
Indonsia sebagai negara tropis yang terletak di garis
khatulistiwa memiliki potensi energi surya yang besar. Dengan
distribusi penyinaran yang cukup besar diharapkan maksimalisasi
pemanfaatan teknologi sel surya juga berkembang secara terarah dan
optimal. Terdapat dua jenis teknologi yang sedang dikembangkan oleh
Indonesia yakni teknologi energi surya fotovoltaik dan teknologi surya
thermal. Teknologi energi surya fotovoltaik terfokus kepada
pemakaian listrik di perumahan dan industri rumah tangga. Sedangkan
teknologi surya thermal lebih terfokus untuk membantu kegiatan
sector pertanian, seperti aplikasinya terhadap peralatan penyuling air
(Solar Distilation/Still) dan pompa air (dengan Siklus Rankine dan
fluida kerja Isopentane).
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 7
Kedua jenis teknologi tersebut diharapkan dapat diaplikasikan
dan diterapkan kegunaanya oleh masyarakat Pasuruan untuk
meningkatkan sektor produksi mereka.
1.3.4 Pengenalan Informasi Terkait Teknologi Aplikasi Pemanfaatan
Sumber Energi Terbarukan Disertai Dengan Praktek Kerja
Pembuatan Sel Surya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu berkembang
setiap detiknya, begitu juga dengan pengetahuan tentang tata cara
penghematan energi yang ada di dunia. Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang, belum dapat melakukan peningkatan kualitas
efisiensi energi. Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menanggulangi krisis energi sudah cukup berkembang tapi karena
beberapa alasan, visi ini tak kunjung terealisasikan. Hal tersebut
terjadi karena beberapa hambatan berikut seperti; keterbatasan biaya
dan fasilitas, sebagai faktor intern, yang membuat para pengembang
tidak bisa melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi masalah
ini. Dan kebijakan pemerintah, sebagai faktor ekstern, membuat
terbatasnya pengetahuan yang ada. Informasi terkait tentang
penanggulangan krisis energi di Indonesia tidak terlalu diinfokan
secara luas dan terfokus. Sebagai alasan utama hal ini terjadi karena
pambatasan materi dalam silabus pendidikan yang dibuat oleh
pemerintah, khususnya koordinator bidang pendidikan.
Pemanfaatan sumber tenaga matahari belumlah dikembangkan
di Indonesia. Sebagian besar itu dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang pengembangan sel surya, untuk itu diperlukan pengetahuan
serta praktek kerja yang berkaitan tentang sel surya di tingkat
universitas. Dengan dimasukan program praktikum untuk pembahasan
pembuatan sel surya di dalam silabus pendidikan universitas, mereka
dapat menambah pengetahuan dan melakukan penghematan energi
yang ada. Dengan begitu pengehematan energi di Indonesia dapat
dilakukan secara bertahap dan diharapkan dapat memberikan
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 8
kontribusi besar bagi perbaikan kondisi lingkungan global. Adapun
manfaat lainnya yakni meningkatnya penilaian akreditasi universitas
oleh BAN PT dan majunya perkembangan IPTEK Indonesia.
1.3.5 Optimalisasi Penyerapan Sel Surya di Malam Hari
Energy sel surya memang memiliki keuntungan dengan sumber
tenaganya yang dapat diperbaharui yaitu cahaya matahari, namun
bagaimana proses penyerepan sel surya jika sinar matahari tertutup
awan dan pada malam hari. Dengan teknologi yang sudah diterapkan
di USA sel surya dapat melakukan aktifitas dimalam hari Sebuah
konsorsium bernama Solarreserve dapat mengatasi permasalahan sel
surya dengan baik dari segi kehandalan sistem, ekonomi, maupun
keamanan lingkungan. Jawabannya ada pada garam.
Dengan letak daerah Pasuruan yang mendekati garis pantai
maka sumber garam adalah suatu hal yang dapat diperoleh dengan
mudah. Untuk itu sangatlah besar potensi penggunaan Solarreserve.
Solarreserve menggunakan teknologi yang dapat menyimpan energi
panas cahaya matahari di dalam larutan garam mendidih. Proyek
pertama Solarreserve akan menghasilkan listrik 500 MW (dapat
menyediakan listrik sekitar 400 ribu rumah), setara dengan kapasitas
pembangkit listrik berbahan bakar batubara, tapi tidak menghasilkan
gas rumah kaca (sumber: Anonim1. 2008).
Pembangkit listrik yang menggabungkan energi surya dan
larutan garam ini memiliki prinsip kerja hampir serupa dengan
pembangkit listrik tenaga surya di Seville. Di Seville,Spanyol terdapat
ratusan cermin yang memantulkan sinar matahari ke sebuah tower.
Pada tower ini diletakkan tangki besar berisi air. Energi matahari akan
memanaskan air di dalam tanki, lalu menghasilkan uap panas, yang
kemudian disalurkan ke turbin – turbin untuk menghasilkan listrik.
Faktor intensitas cahaya dan banyaknya produksi garam di
daerah Pasuruan membuat Solarreserve berkesempatan besar untuk
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 9
dioptimalkan. Dengan begitu sel surya dapat dioptimalkan di siang
hari maupun malam hari.
Gambar 1.1: Pembangkit listrik tenaga surya (thermal) 11 MW di Seville,Spanyol(Foto: www.ens-newswire.com)
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Mengembangkan sel surya menurut kapasitasnya sebagai energi
sampingan.
1.3.2 Mengetahui proses mproduksi dan cara kerja dari sel surya.
1.3.3 Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi optimalisasi
efesiensi sel surya.
1.3.4 Mengetahui efek penggunaan sel surya terhadap kondisi kualitas
lingkungan.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Teknologi sel surya ditemukan pada tahun 1883 oleh Charles Fritts. Pada
masa itu sel surya menggunakan emas sebagai pelasis semikonduktor selenium
dan memiliki tingkat efesiensi sel surya sebesar 1% (sumber: anonim,
en.wikipedia.2010). Dengan berkembangnya IPTEK dunia para ilmuwan berusaha
mengembangakan sel surya, adapun penelitian-penelitian dilakukan melalui
mempertimbangkan tingkat efesiensi yang lebih besar dan harga produksi yang
relative murah. Cara kerja sel surya mengikuti Prinsip Photoelectric. Prinsip ini
berhubungan dengan energi dalam bentuk foton yang terdapat di dalam cahaya
matahari. Sel surya terbuat dari material semikonduktor yang mengandung unsur
silikon (Si). Unsur silikon ini terdiri dari dua jenis lapisan yang sensitif yakni,
lapisan positif (+) dan lapisan negatif (-). Ketika foton mengenai permukaan sel
surya, yang juga mengandung unsur silikon, elektron-elektronnya akan tereksitasi
dan menimbulkan aliran listrik.
Di antara sumber energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan
seperti turbin angin, pembangkit listrik tenaga air (hydro power) dan lain-lain, sel
surya atau solar cell merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan di
Indonesia. Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya
diterima oleh permukaan bumi sebesar 69% dari total energi sinar matahari yang
dipancarkan. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule
pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara
dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain,
dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan peralatan sel surya yang
memiliki efisiensi 10% (sumber: Anggit. 2009) maka melalui penggunaan sel
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 11
surya ini sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat
ini.
Adapun kendala dari proses penggunaan tenaga surya di Indonesia adalah
besarnya dana produksi yang dibutuhkan, kurangnya minat masyarakat untuk
mengolah informasi yang ada sehingga pada akhirnya mengakibatkan rendahnya
tingkat pengetahuan tentang aplikasi dan perkembangan teknologi sel surya, serta
rendahnya keinginan masyarakat untuk beralih dari jenis sumber energi fosil ke
jenis sumber energi terbarukan.
Jika kita melihat proses pembuatan sel surya dengan mengambil contoh sel
surya silikon yang menempati 90% pangsa pasar sel surya saat ini, maka terlihat
adanya proses produksi yang melibatkan modal besar (high capital), yakni
industri semikonduktor. Industri semikonduktor ini masih merupakan industri
padat modal karena bersandar pada penyediaan dan pembuatan silikon, lebih
tepatnya wafer silikon. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Barclays
Capital, produksi silikon pada tahun 2010 akan mencapai 138.500 metrik ton atau
13% lebih tinggi dari perkiraan awal. Pabrik pembuatan panel tenaga surya
sekarang juga dinilai lebih efisien dibandingkan dengan kondisinya terdahulu.
Dengan begitu biaya produksi panel tenaga surya diprediksi akan memakan biaya
sebesar US$1 per watt. Estimasi biaya ini lebih kecil US$0,90 dibandingkan
dengan biaya produksi panel tenaga surya pada saat ini (Sumber: Mauludin, M. A.
2009)
Dilihat dari sisi harga, penjualan silikon memiliki pangsa pasar yang
cukup besar. Hal ini terkait dengan keberadaan silikon sebagai unsur kedua
terbanyak di muka bumi setelah oksigen. “Indonesia berpotensi besar untuk
membuat sel sendiri, mengingat kandungan pasir silika yang masih banyak tetapi
dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya di industri hilir ini. Selain
Langkat, pantai selatan Jawa juga mengandung potensi pasir silika yang bisa
digarap. Selama ini, pasir silika hanya diproduksi untuk keramik dalam negeri.
Terlebih lagi banyak negara-negara maju yang mengincar pasir silika di Indonesia
untuk PLTS”, kata Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika
Departemen Perindustrian Budi Darmadi, ketika membuka Workshop Nasional
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 12
Solar Energi di Departemen Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin 17
November 2008.
Dari aspek ekonomi, Jawa Timur memiliki potensi besar untuk
mendukung minimalisasi biaya produksi sel surya. Dikarenakan dengan adanya
tambang pasir silika yang terdapat di daerah patai selatan maka pengiriman bahan
baku akan lebih murah. Dengan adanya industri tersebut di pulau Jawa maka
wilyah Pasuruan dapat meningkatkan kuantitas ekonomi daerahnya. Adapun
naiknya jumlah pendapatan daerah dikarenakan Pasuruan akan menjadi fokus
utama pemasangan sel surya dengan tujuan awal pemasangan sebagai
penghematan energi. Kemudian Pasuruan sebagai tempat pengembangan ilmu sel
surya dan sebagai tempat distribusi produk sel surya dan dekat dengan tambang
pasir silika di daerah pantai selatan.
Dilihat dari cara pemasangan sel surya, hampir tidak mempunyai kendala.
Kondisi ini dikarenakan sel surya memiliki dua tipe pemasangan yaitu yang dapat
dibuat secara sederhana dengan sistem transmisi yang tidak terlalu rumit (SHS/
Solar Home System) dan sistem yang memerlukan lahan yang besar (untuk
penggunaan skala besar) seperti negara-negara maju sudah menggunakan tenaga
surya. Untuk pengembangan awal sel surya di Pasuruan akan lebih difokuskan ke
arah pemasangan sel surya tipe SHS dikarenakan lebih memprioritaskan fungsi
penghematan pasokan distribusi listrik negara sekaligus mengurangi sumber
energi fosil yang banyak digunakan di daerah perkotaan. Sel surya sendiri
mempunyai multifungsi yang bersifat interior dalam penempatannya. Dikarenakan
sel surya bisa berfungsi sebagai atap bangunan seperti pada tempat parkir, atap
industri – industri besar, ataupun hiasan jendela pada rumah bergaya minimalis.
Bahkan untuk pengembangan teknologi sel surya terbaru, sel surya dapat dipasang
pada satelit-satelit dan balon udara untuk penyerapan cahaya secara maksimal
pada sel surya.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 13
Gambar 2.1:. Kiri: Desain solar sistem pada lokasi parkir. Memiliki 3
keuntungan; menghasilkan listrik, tidak memerlukan lokasi khusus, dan melindungi kendaraan dari panas sinar matahari. (Foto: PV-tech). kanan: Lembaran panel – panel surya berbentuk bunga teratai di permukaan sungai River Clyde, Glasgow. (Foto: BBC London)
Dari aspek sosial, pembuatan industri sel surya di daerah Pasuruan dapat
meningkatkan kuantitas lapang kerja di daerah tersebut. Maka untuk daerah
setempat dapat diperkirakan jumlah pengangguran akan semakin berkurang.
Terlebih lagi berkembangnya perekonomian Pasuruan akan menjadi meningkat.
Sehingga para investor akan membuka pasar – pasar di Pasuruan. Dengan begitu
persaingan usaha semakin ketat sehingga roda perekonomian akan terus berjalan
dan terciptanya iklim usaha yang kondusif dan pada akhirnya akan tercipta
kesejahteraan hidup masyarakat.
Dari aspek perkembangan IPTEK, sel surya sangatlah membantu
pengembangan teknologi di Pasuruan sehingga jika industri sel serya ini dapat
berkembang lebih besar. Maka Indonesia dapat mengejar ketertinggalan IPTEK
dari negara – negara berkembang seperti India, Singapur, Malaysia, dan Brunai
Darussalam. Sehingga kualitas Indonesia dimata ASEAN pun akan ikut terangkat.
Sedangkan dilihat dari aspek lingkungan, pemakaian sel surya bersahabat.
Sebagai perbandingan dapat ditelaah dari pembuatan dan penggunaan teknologi
pembangkit listrik tenaga nuklir. Pembuatan pembangkit tenaga nuklir berkesan
tidak ramah lingkungan dan pemakaiannya menimbulkan efek radiasi yang cukup
berbahaya. Belum lagi bahan bakunya dan proses produksinya yang memakan
biaya sangat besar. Sedangkan dalam pembuatan sel surya, proses produksinya
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 14
sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan radiasi dan safety at works. Itu
semua dapat dilihat dari tempat proses pembuatan sel surya. Prosesnya melibatkan
otomatisasi dan komputerisasi mesin yang dipadu dengan keterampilan yang
berkualitas dari sumber daya manusianya. Alatnya sendiri terbungkus rapi di
dalam sebuah lemari besi berjendela kaca sehingga aman ketika dioperasikan.
Hanya saja, untuk berinvestasi dalam kegiatan membeli, mempergunakan serta
merawat alat tersebut, biaya yang dikeluarkan sangatlah mahal untuk ukuran kita
sehingga mustahil bagi industri kecil apalagi perseorangan untuk membuat sel
surya sendiri. Terlebih dalam menyediakan gas khusus yang dibutuhkan untuk
implantasi atom yang tidak boleh sembarangan dalam penanganannya.
Gambar 2.2: Salah satu alat untuk melakukan proses difusi atom ke dalam silikon yang mengandalkan plasma (Foto: anonym2. 2007).
Sel surya sebagai sumber alternatif energi merupakan hal baru yang harus
didukung dan dikembangkan. Cahaya matahari sebagai sumber utama energi yang
tidak dapat habis dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. Salah
satu solusinya yaitu melalui pemakaian sel surya dengan kapasitasnya sebagai
energi sampingan yang berfungsi sebagai alternatif cara untuk penghematan
energi khususnya daerah Pasuruan.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 15
2.1 Bahan Dasar Sel Surya Dan Proses Yang Berlangsung Pada Bahan.
Sel surya terbuat dari beberapa bahan semi semikonduktor adapun
bagian berikut adalah: Silikon (Si) termasuk kristal tunggal Si, Si
multicrystalline, dan amorf Si.
Pembahasan ini berfungsi sebagai dasar untuk mengetahui bagian yang
lebih terperinci mengenai masing-masing bahan sel surya . Aspek yang
meliputi kristalinitas, daya serap, celah pita, dan kompleksitas dari
manufaktur (Sumber: U.S Departemen of energy. 2005)
2.1.1 Kristalinitas
Kristalinitas material menunjukan bagaimana tertata dengan
sempurnanya atom-atom dalam struktuk kristal. Silikon, dan bahan
semikonduktor solar sel lainya dapat berupa dalam berbagai bentuk
seperti tunggal-kristal, multicrystalline, polikristalin, atau amorf.
Untuk bahan kristal tungal, atom yang membentuk kerangkat kristal
secara berulang dengan sangat terataur dari lapisan ke lapisan. Tabel
dibawah ini menjelaskan klasifikasi variasi ukuran untuk kristal
silikon.
Jenis Silikon SingkatanCrystal Ukuran
RentangDeposisi Metode
Silikon kristal tunggal sc-Si > 10cmCzochralski,
mengambang zona
Multicrystalline silikon mc-Si 1mm-10cm Cast, lembaran, pita
Polikristalin silikon pc-Si 1mm-1mm Deposisi uap kimia
Mikrokristalin silikon mc-Si <1mm Deposisi plasma
Tabel 2.1: Klasifikasi skema ukuran untuk kristal silikon (Sumber:
U.S Departemen of energy. 2005).
2.1.2 Penyerapan
Koefisien penyerapan bahan yang menunjukan seberapa jauh
cahaya memiliki panjang gelombang tertentu (atau energi) dapat
menembus materi sebelum diserap. Jika koefisien penyerapan kecil
itu menunjukan bahwa cahaya tersebut tidak mudah diserap oleh
materi. Penyerapan koefesien sel surya tergantung pada dua faktor:
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 16
bahan penyusun sel, dan panjang gelombang atau energi cahaya
yang diserap. bahan sel surya memiliki peranan besar dalam
penyerapan koefisien. Alasannya adalah bahwa cahaya yang di
bawah celah pita energi material tidak memiliki elektron. Jadi,
tidak diserap.
2.1.3 Celah Pita
Celah pita dari bahan semikonduktor adalah jumlah energi.
Secara khusus energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari ikatan antar elektron didalam atom. Pelepasan
elektron adalah dimana elektron dapat terlibat dalam proses
konduksi. Tingkat energi yang rendah dari semikonduktor sering
disebut “valence band”. Dan tingkat energi yang tinggi dimana
sebuah elektron dapat bebas disebut “conduction band”. Celah pita
(sering disimbolkan dengan Eg) adalah perbedaan energi antara
“valence band” dan “conduction band”.
2.1.4 Kompleksitas Industri
Bagian terpenting dari sel surya adalah lapisan
semikonduktor. Karena lapisan semikonduktor adalah tempat
dimana elektron dibebaskan dan arus listrik dibuat. Beberapa bahan
semikonduktor yang berbeda digunakan untuk membuat lapisan
dalam berbagai jenis sel surya, dan masing-masing memiliki
keuntungan dan kekurangan. Biaya dan kompleksitas manufaktur
akan berbeda di bahan-bahan dan struktur perangkat bedasarkan
beberpa faktor, termasuk ‘including deposition in a vacuum
environment, amount and type of material utilized, number of steps
involved, need to move cells into different deposition chambers or
processing processes, and others’ (Sumber: U.S Departemen of
energy. 2005).
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 17
.Gambar 2.3: Sistematis cara kerja sel surya (Sumber: U.S
Departemen of energy. 2005).
Sel surya khas terdiri dari kaca atau penutup plastik atau
encapsulant lainnya, lapisan antireflective, kontak depan untuk
memungkinkan elektron untuk memasukkan sirkuit, kembali
kontak untuk memungkinkan mereka untuk menyelesaikan
rangkaian, dan lapisan semikonduktor di mana elektron dimulai
dan menyelesaikan perjalanan mereka.
2.2 Cara Kerja Sel Surya Photovoltaik
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana, yaitu
mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari
merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya
alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di
satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan
energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan
bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah
lingkungan.
Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel
sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere)
12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang
terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel
tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan
adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 18
menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel
yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu
merupakan rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya.
Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt
plus minus 10%. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan
mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses
pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya matahari.
Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan
memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung
selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu
mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses pengisian aki
itu.
Cara kerja sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan
menggunakan Grid-Connected panel sel surya Photovoltaic untuk
perumahan. Modul sel surya Photovoltaic merubah energi surya menjadi
arus listrik DC. Arus listrik DC yang dihasilkan ini akan dialirkan melalui
suatu inverter (pengatur tenaga) yang merubahnya menjadi arus listrik AC,
dan juga dengan otomatis akan mengatur seluruh sistem. Listrik AC akan
didistribusikan melalui suatu panel distribusi indoor yang akan mengalirkan
listrik sesuai yang dibutuhkan peralatan listrik. Besar dan biaya konsumsi
listrik yang dipakai di rumah akan diukur oleh suatu Watt-Hour Meters.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang
merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat
modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan
thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang
relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan
teknologi tinggi.
Bahan sel surya sendiri terdiri dari kaca pelindung dan material adhesi
transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan,
material anti-refleksi untuk penyerapan lebih banyak cahaya dan
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 19
mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi konduktor P-type dan N-
type (terbuat dari campuran silikon) untuk menghasilkan medan listrik,
saluran awal dan saluran akhir (terbuat dari logam tipis) untuk mengirim
elektron ke dalam perabotan elektronik (Sumber: Rhazio. 2007).
.Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan piranti
semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan
diserap oleh bahan semi-konduktor, Terjadi pelepasan elektron. Apabila
elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor
pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya – gaya pada
bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran
medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal
dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.
Gambar 2.3: Sistem sel surya di rumah (sumber : Sharp Co.Ltd)Keterangan : 1. solar panel; 2. power conditioner ;3 . alat pendistribusi listrik ;4. alat pengukur
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 20
BAB III
METODE PENULISAN
Sebagai langkah awal dalam penulisan karya tulis ini, dilakukan pencarian
data – data dan informasi dengan menelusuri sumber – sumber terkait topik yang
dipilih. Informasi dan data di dapat dari berbagai jenis media baik elektronik
maupun cetak. Seperti dari buku buku – buku teks, jurnal – jurnal ilmiah, laporan
hasil penelitian, dan artikel – artikel dari internet. Kemudian dilakukan pula
diskusi antar anggota kelompok dan dengan pihak – pihak yang dianggap
mengerti mengenai topik karya tulis ilmiah yang kami ambil ini secara informal.
Hal ini dilakukan untuk memperjelas gambaran permasalahan yang akan dibahas
di dalam karya tulis ini.
Langkah berikutnya adalah pembuatan outline. Outline ini berfungsi untuk
membatasi ruang lingkup bahasan mengenai sel surya di dalam karya tulis ini.
Outline ini akan memfokuskan isi penulisan karya tulis sesuai dengan tujuan
penulisan awal dan permasalahan yang diambil. Melalui pembuatan outline,
proses pengerjaan karya tulis akan lebih efisien dan terfokus.
Data dan informasi yang telah diperoleh dari berbagai macam sumber,
diolah dan disusun sesuai dengan topik sel surya dan outline yang telah dibuat.
Kemudian penulisan karya tulis dilakukan menurut Pedoman Umum
Penyelenggaraan Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Perguruan
Tinggi/Wilayah/Nasional.
Isi karya tulis ini dibagi ke dalam empat bab utama. Masing – masing bab
utama ini berisi keterangan yang disusun secara paragraph ataupun urutan
penomoran dengan metode induksi dan deduksi, sesuai dengan judul bab
utamanya. Saran dirumuskan berdasarkan fakta yang terjadi kemudian dilanjutkan
dengan kesimpulan yang diharapkan dapat menciptakan kondisi yang lebih baik.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 21
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Maksimalisasi Aplikasi Sel Surya Melalui Pemanfaatan Letak
Geografis dan Kondisi Iklim Indonesia
Indonesia terletak pada posisi 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT.
Hal ini membuat Indonesia memiliki tingkat intensitas penyinaran matahari
sebesar 0.6 − 0.7 kW/m2 dan memiliki periode penyinaran matahari lebih
dari 6 jam per hari atau sama dengan 2.400 jam per tahunnya. Wilayah
Indonesia yang memiliki tingkat intensitas penyinaran terbesar berada di
kawasan Indonesia bagian tengah dan timur. Besarnya tingkat intensitas
penyinaran yang di dapat oleh wilayah – wilayah di Indonesia akan
memberikan keuntungan tersendiri dalam hal penyediaan energi terbarukan
yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi sel surya.
Kemudian, seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa bahan
baku utama pembuatan sel surya adalah silikon yang terbuat dari pasir
silika. Pasir silika sendiri banyak ditemukan di wilayah pantai selatan pulau
Jawa. Keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses
produksi sel surya di Indonsia dalam skala nasional. Biaya untuk membuat
sel surya dapat diperkecil karena bahan baku utamanya dapat diperoleh dari
dalam negeri. Sehingga dana yang dikeluarkan untuk kegiatan impor bahan
baku dapat diperkecil / ditiadakan.
Berdasarkan keterangan pada paragraph di atas, Indonesia memiliki
dua factor utama yang mendukung pelaksanaan aktivasi sel surya di
Indonesia dan di Pasuruan secara khusus. Dengan dimilikinya dua faktor
utama tersebut diharapkan aktivasi sel surya akan lebih optimal dan
memberikan pengaruh signifikan terhadap penghematan energi di Indonesia.
Dua faktor tersebut berkaitan dengan letak geografis dan kondisi iklim di
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 22
Indonesia. Letak geografis Indonesia berkaitan dengan posisinya secara
langsung akan berpengaruh terhadap jenis iklim Indonesia, yakni iklim
tropis. Posisi tersebut akan mendukung penyediaan energi terbarukan yang
memiliki kapasitas besar. Sedangkan letak geografis Indonesia berkaitan
dengan letak sumber pasir silika dapat diperoleh, sangat menunjang
penyediaan silikon sebagai bahan baku utama yang dibutuhkan untuk
produksi sel surya. Kedua kondisi geografis ini akan berpengaruh besar
terhadap biaya dan kualitas produksi sel surya yang akan dihasilkan.
4.2 Pasuruan Sebagai Fokus Awal Aktivasi Sel Surya
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat intensitas matahari terbesar
berada bagian tengah dan timur wilayah Indonesia. Sebagai contoh yaitu
bagian timur pulau Jawa dengan intensitas penyinaran sebesar 4,5
kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%;. Menurut data yang di
dapat dari ITB Centaral Library, dengan menggunakan model SMARTS, di
dapat perkiraan rata – rata daya listrik yang diperoleh bila daerah Pasuruan
dipasangi satu modul sel surya yakni, 86.01 W. Sebagai perbandingan,
daerah Sierre, Italia yang juga dipasangi satu modul sel surya menghasilkan
55 W (Sumber: Tamamadin, Mamad. 2008). Hal ini yang menjadi
keuntungan utama dalam pembangunan dan peningkatan sektor produksi
dan konsumsi sel surya di Pasuruan.
Kemudian bila ditelaah melalui kondisi perekonomian Pasuruan yang
bergerak secara aktif dibidang perindustrian dan pertanian, Pasuruan dapat
dikategorikan sebagai daerah yang memiliki tingkat konsumsi tinggi akan
kebutuhan sumber energi fosil dan pasokan listrik konvensional. Kedua hal
tersebut masih sangat bergantung kepada kuantitas pasokan yang disediakan
oleh pemerintah. Sebagai contoh pada saat jumlah daya yang dibutuhkan
oleh masyarakat Pasuruan tidak sebanding dengan jumlah pasokan listrik
yang didistribusikan oleh pemerintah, maka secara otomatis akan diambil
kebijakan – kebijakan tertentu untuk mengatasi keadaan tersebut. Salah
satunya adalah dengan melakukan pemadaman listrik baik. Keadaan inilah
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 23
yang kemudian membuat aktifitas kegiatan perekonomian Pasuruan
terhambat.
Kemudian berdasarkan keterangan terkait posisi geografis dan kondisi
perekonomian Pasuruan, maka dipilihlah Pasuruan sebagai wilayah awal
untuk dilakukan aktivasi sel surya. Kapasitas dari aplikasi sel surya di
Pasuruan ini adalah sebagai salah satu cara efektif untuk penghematan
energi.
Penghematan energi yang dilakukan akan berdampak penting di
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan. Hal ini akan
memberikan keuntungan tersendiri terutama terkait dengan penyediaan
listrik. Pemerintah akan sangat tertolong dengan adanya sumber energi
sampingan yang dapat digunakan oleh masyarakat Pasuruan secara mandiri.
Sedangkan masyarakat Pasuruan sendiri tidak perlu cemas akan
tergganggunya lalu lintas kegiatan mereka karena khawatir terjadinya listrik
padam. Hal ini dikarenakan melalui aplikasi sel surya, masyarakat Pasuruan
mempunyai cadangan energi yang dapat diaplikasikan secara mandiri. Maka
dari itu dipilihlah Pasuruan sebagai fokus utama lokasi aktivasi sel surya
dengan kapasitasnya sebagai energi sampingan
4.3 Proses Produksi dan Aplikasi Sel Surya
Melihat tingkat pendidikan ataupun pendapatan di daerah Pasuruan,
proses produksi sel surya di daerah tersebut dapat dilakukan melalui dua
tahap. Tahapan tersebut terdiri dari rencana jangka pendek dan rencana
jangka panjang. Rencana jangka pendek akan tertuju pada pembuatan sel
surya secara sederhana dengan sistem transmisi yang tidak terlalu rumit
yang disebut dengan Solar Home System (SHS). Dimana dengan adanya
pemakaian SHS masyarakat Pasuruan dapat mengurangi pemakaian bahan
bakar fosil yang sudah lama dikonsumsi. Proses pemasangan SHS harus
didukung dengan berberapa komponen penting yang biasa disebut dengan
balance of system. Dimana kompenen ini merupakan semacam inverter arus
listrik DC ke AC, kabel-kabel, aki atau baterai, dan beberapa kontroler.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 24
Pemasangan SHS ini tidak memerlukan perawatan yang rutin. Probabilitas
jangka pemakaian SHS dapat bertahan selama duapuluh tahun. Tetapi
pemasangan SHS masih mempunyai kendala dibagian perawatan baterai
yang hanya mampu bertahan sekitar empat tahun. Dengan begitu akan
muncul biaya ekstra untuk pembiayaan baterai.
Tapi jika kita lihat keuntungan pemakaian SHS dalam jangka
duapuluh tahun maka SHS dapat menurunkan tingkat pemakaian energi
berbahan fosil dan dapat mengatasi masalah pemadaman listrik yang
disebabkan kurangnya pasokan PLN Jawa Timur ke daerah Pasuruan.
Keuntungan lainnya yaitu, sebagian besar masyarakat Pasuruan sudah
cukup menguasi perindustrian elektronika yang sederhana ini dan sebagai
tambahan, mungkin desain perumahan atau gedung yang siap merespon
pemakaian sel surya di Pasuruan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi
para arsitek.
Untuk aplikasi sel surya dalam jangka panjang, daerah Pasuruan akan
menjadi pusat penting sebagai kota pemakai tenaga surya dalam cakupan
besar. Adapun proses pertama yaitu pelatihan bagi para ahli untuk
mendalami pembuatan tenaga surya. Kemungkinan ada beberapa kendala
pada proses pembuatan tenaga surya di Pasuruan yaitu besarnya dana
produksi yang dibutuhkan dan kurangnya teknologi mesin produksi untuk
produksi sel surya secara mandiri. Jika kita melihat contoh RRC dalam
memproduksi sel surya dalam skala besar, mereka yang tidak mempunyai
bahan dasar sel surya (pasir silikon) dan tidak mampu membuat mesin
industri surya. Tapi mereka mendorong pemerintah untuk mengimpor mesin
– mesin industri sel surya serta bahan pembuatannya demi menciptakan
produk sel surya buatan sendiri. Dengan begitu, diharapkan nantinya
pelaksanaan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang ini akan
mendapat dukungan besar baik dari pihak swasta umunya dan pihak
pemerintah khususnya. Tentunya hal ini akan menjadi solusi yang sangat
praktis bagi perkembangan kegiatan aplikasi sel surya di wilayah Pasuruan
khususnya.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 25
4.4 Faktor Pendukung Optimalisasi Penyerapan Sinar Matahari Sebagai
Sumber Energi Sel Surya
Energy sel surya mempunyai beberapa kelemahan tetapi itu bisa
diatasi dengan beberapa alat yang telah dikembangkan oleh para ahli. Alat
tersebut berfungsi untuk mengoptimalkan proses penyerapan sel surya. Alat-
alat yang berfungsi untuk mengoptimalkan penyerapan yaitu Solarseeker
dan Solarreserve.
Pada dasarnya sel surya hanya berkerja optimal pada saat menghadap
ke matahari sebesar 90o dimana proses tersebut hanya berlangsung selama
satu atau dua jam sekitar pukul 13.00 sampai 14.00. Untuk itu diperlukan
suatu alat yang berfungsi menggerakan sel surya agar dapat mengikuti
pergerakan matahari dan memiliki kemiringan stabil 90o terhadap matahari.
Peralatan ini disebut Solarseeker. Solarseeker merupakan komponen LDR
yang diletakan sedemikian rupa dan dipisahkan oleh sebuah detector sinyal
serta menggunakan dua sensor.
Gambar 4.1: Robotic Solar Powered Sunflower dengan system solarseeker (Foto:www.instructables.com)
Adapun permasalahan kedua adalah penyerapan sel surya di malam
hari. Tetapi dengan bantuan solarreserve kemungkinan sel surya beroperasi
di malam hari sangat besar. Teknologi ini berasal dari bahan garam. Pada
teknologi milik Solarreserve, mereka tidak menggunakan ‘air biasa’ di
dalam tanki, tapi air garam. Ratusan cermin memantulkan cahaya matahari
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 26
ke tanki, memanaskan air garam hingga 1.000° Fahrenheit (538° Celsius).
Air garam mendidih (yang membawa uap panas) lalu dipompa ke generator
untuk memutar turbin uap dan menghasilkan listrik.
Gambar 4.2: Diagram pembangkit listrik tenaga surya-garam mendidih (sumber: renewable energy. 2008)
Dengan adanya solarreserve maka sel surya dapat beroprasi selama
24jam, sehingga sel surya dapat berkerja secara optimal. Rahasianya adalah
karena Solarseeker menggunakan garam, campuran sodium dan potassium
nitrate. Larutan tersebut memiliki kemampuan menyimpan panas. Riset
yang dilakukan The National Solar Thermal Test Facility menyimpulkan
bahwa garam mendidih adalah larutan yang paling baik digunakan
menyalurkan energi panas. Selanjutnya lembaga tersebut mengatakan bahwa
panas yang tersimpan masih cukup untuk memutar turbin uap tekanan
tinggi, walaupun saat tidak ada sinar matahari (Sumber: anonym3, 2008).
Keuntungan lain dari teknologi ini adalah karena tidak melibatkan
bahan – bahan yang mudah terbakar, dan beracun. Yang paling penting
tidak menghasilkan karbon dioksida. Dengan melihat bahan dasar
pembuatan solarreserve adalah garam maka teknologi ini sangat berpotensi
untuk diterapkan di daerah Pasuruan
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 27
4.5 Aplikasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan dan Dampaknya
Terhadap Lingkungan
Aktivasi sel surya di Pasuruan sebagai sumber energi sampingan,
dapat dimaksimalkan sebagai salah satu upaya untuk perbaikan sumber daya
alam yang kian lama kian kritis kondisinya. Pemakaian energi yang
bersumber dari pengolahan energi fosil, nuklir ataupun pembakaran batu
bara, semuanya memberikan efek negative yang sangat besar bagi kondisi
lingkungan saat ini. Hal inilah yang kemudian mendorong manusia untuk
mencari jenis sumber energi lain yang diharapkan, untuk rencana jangka
panjang, mampu meningkatkan kapasitas fungsinya sebagai alternatif
energi.
Kemudian muncul teknologi sel surya yang dengan segala manfaat
yang ditawarkan, dan memiliki tingkat dampak negative terhadap
lingkungan hampir mendekati 0%. Melalui pemakaian sel surya, tingkat
radiasi yang dihasilkan sangat kecil. Selain itu aktivasi sel surya ini tidak
menghasilkan emisi karbon yang meningkatkan efek Global Warming. Cara
sel surya memperoleh energi ini secara langsung, tidak memberikan efek
negatif terhadap lingkungan.
Kemudian untuk aplikasinya, tidak perlu mengkhawatirkan mengenai
masalah besarnya lahan khusus yang diperlukan. Aktivasi sel surya dapat
dilakukan dimana saja (pemasangan di atap – atap lahan parkir, gedung –
gedung bertingkat, dll), sesuai dengan syarat optimalisasi sel surya. Sel
surya merupakan teknologi ramah lingkungan yang dapat menjadi solusi
ampuh mengatasi masalah menipisnya sumber energi tak terbarukan dan
Global Warming.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Melalui penulisan karya tulis yang berjudul, “Aktivasi Sel Surya
Sebagai Energi Sampingan Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur” ini, dapat
kami simpulkan beberapa point penting, yakni:
1. Wilayah dengan iklim tropis memiliki tingkat efisiensi aktivasi sel
surya yang tinggi dibandingkan dengan aktivasi sel surya yang
dilakukan oleh negara dengan iklim subtropis.
2. Tingkat efisiensi sel surya bergantung pada tinggi rendahnya tingkat
intensitas penyinaran matahari di daerah aktivasi tersebut.
3. Pengoptimalan penyerapan cahaya pada sel surya dapat ditunjang
melalui pemakaian alat berupa solarseeker dan solarreserve.
4. Wilayah Pasuruan memiliki beberapa faktor yang mendukung
pelaksanaan aktivasi sel surya dengan tingkat efisiensi yang tinggi di
Indonesia.
5. Aktivasi sel surya dapat menunjang kegiatan masyarakat Pasuruan,
khususnya, terkait dengan peningkatan pendapatan daerah dan
penghematan sumber daya alam dan lokasi.
6. Melalui aktivasi sel surya, kuantitas permintaan jumlah daya akan
berkurang. Hal ini berkaitan dengan dapat meningkatnya kapasitas sel
surya dari energi sampingan menjadi energi alternative.
7. Aktivasi sel surya memberikan kontribusi besar terhadap perbaikan
kondisi lingkungan dan memiliki dampak kerugian bagi lingkungan
sangat kecil.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 29
5.2 Saran
Berikut merupakan beberapa saran yang dapat kami berikan:
1. Adanya subsidi sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah agar aktivasi
sel surya sebagai energi alternatif dapat dicapai secepat mungkin.
2. Dibangunnya intitusi atau lembaga pendidikan dan pelatihan khusus
terkait dengan pelaksanaan dan pengembangan teknologi aktivasi sel
surya di Indonesia.
3. Dibangunnya Industri – industry pengolahan material bahan baku
pembuatan sel surya yang dipimpin oleh masyarakat Indonesia sendiri,
agar nantinya aktivasi sel surya dapat sepenuhnya dilakukan secara
mandiri.
4. Diharapkan kesadaran akan keterbutuhan, masyarakat Indonesia
umumnya dan masyarakat Pasuruan khususnya, terhadap konsumsi
sumber energi tak terbarukan dapat cepat terbangun, sehingga kondisi
lingkungan dapat cepat diperbaiki.
Aktivasi Sel Surya Sebagai Energi Sampingan di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur Page 30