KONSEP KETAUHIDAN DAN PENERAPANNYA DALAM … · KONSEP KETAUHIDAN DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN...
Transcript of KONSEP KETAUHIDAN DAN PENERAPANNYA DALAM … · KONSEP KETAUHIDAN DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN...
KONSEP KETAUHIDAN DAN PENERAPANNYA DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Penyusun:
Kelompok 1
1. Ahris Nadhifah NPM 193101057
2. Hesti Tri Anggraeni NPM 193101055
3. Ika Putri Hartiana NPM 193101037
4. Monica Syafira Yulia Putri NPM 193101054
5. Oktavia Kusuma Wardani NPM 193101024
6. Selsha Okta Rozika NPM 193101051
7. Yulia Kartika Nur Anggraini NPM 193101108
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI MADIUN
November 2019
1
Konsep Ketauhidan Dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sosial
Konsep Tauhid
a. Menurut Ibn Taymiyyah
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi'il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu
saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: "Makna ini tidak tepat
kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu
yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya" (Syarh Tsalatsatil
Ushul, 39).
Secara istilah syar'i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya ,tiada yang lain
selain Dia, Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-
orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
Ibnu Taimiyah membagi tauhid menjadi tiga:
1. Uluhiyah dimana kita harus percaya hanya Allah lah tempat kita
menyembah.
2. Rububiyyah dimana kita harus percaya sebagai manusia hanya Allah
sang pencipta.
3. Asma' wa al-Shifat percaya bahwa hanya Allah yang memiliki sifat maha
sempurna tanpa cacat fisik.
Pertama , Tauhid uluhiyah merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah.
Karena seorang muslim dikatakan muslim dan mukmin apabila sudah
mempercayai tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah . Karna orang musyrik pun
memiliki tauhid rububiyah oleh karna itu keduanya saling berkesinambungan .
Hakikat tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam segala beribadah.
Menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, dan meninggalkan
2
sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun di atas landasan cinta
dan pengagungan kepada-Nya.
Tauhid uluhiyah merupakan intisari ajaran Islam. Tauhid uluhiyah inilah
yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul dan muatan pokok seluruh kitab
suci yang diturunkan Allah ke muka bumi. Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
"Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang berseru:
Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut/sesembahan selain Allah." (QS. an-Nahl:
36). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Dan tidaklah Kami mengutus kepada
seorang rasul pun sebelum kami -Muhammad- melainkan Kami wahyukan
kepadanya bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- kecuali Aku, oleh sebab itu
sembahlah Aku saja." (QS. al-Anbiyaa': 25)
Untuk Tauhid Rububiyah sendiri maknanya, menyakini bahwa Allah
adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki,
mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dan juga
mempercayai bahwa Pencipta alam semesta ini adalah Esa , tiada sekutu bagi-
Nya. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya
dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini,
seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi
Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!' Dialah Allah yang Maha
Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-
Nya." (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Dan yang ketiga , Tauhid Asma' was Shifat yaitu mengesakan Allah
dengan cara menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan
sendiri oleh-Nya (dalam firmannya) atau yang disebutkan oleh Rasul-Nya (dalam
hadits), tanpa mengilustrasikan (Takyif), menyerupakan dengan sesuatu (Tamtsil),
menyimpangkan makna (Tahrif), atau bahkan menolak nama atau sifat tersebut
dan mempercayai Allah maha sempurna dengan segala sifatnya yang tertera
dalam Asmaul-Husna.
3
Tauhid merupakan inti pokok agama islam sebagai pengakuan umat islam
terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada yang dituju selainya.Untuk itu dalam
firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW dikatakan :
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman(syirik), mereka itulah orang yang mendapat keamanan.
Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-An-nam:82).
Rosullullah bersabda, "Allah ta'ala berfirman, "Wahai anak Adam,
seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad,
lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan suatu
apa pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula,"
(HR.Tirmidzi 3540)
b. Prinsip Tauhid dalam Agama Islam
Al-Quran mengatakan: “Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum
kamu, kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku” (QS. al-Anbiya (21): 25). Demikianlah ucapan Nabi Nuh,
Hud, Shaleh dan Syu’aib yang diabadikan dalam al-Quran dalam surat al-A’raf
(7): 59, 65, 73, dan 85. Demikian pula ajaran yang diterima Musa (QS. Thaha
(20): 13-14) dan Isa (QS. al-Maidah (5): 72).
Walaupun semua nabi membawa ajaran tauhid, namun ada perbedaan
dalam memaparkan prinsip tersebut. Allah Swt. menyesuaikan tuntunan tersebut
sesuai dengan tingkat kedewasaan berpikir umat para nabi. Pemaparan konsep
tauhid (keesaan Allah) pada masa Nabi Nuh dan Hud, misalnya, tidak disertai
dengan penjelasan-penjelasan yang rinci. Pada masa Nabi Shaleh, penjelasan
tentang tauhid lebih luas dan rinci penjelasannya. Mereka misalnya diingatkan
tentang asal- usul kejadian mereka dari tanah dan tugas mereka memakmurkan
bumi (QS. Hud (11): 61).
Pada masa Nabi Syu’aib, ajakan terhadap tauhid dijelaskan dengan lebih
luas lagi. Pada masa ini ajaran tauhid tidak saja dikaitkan dengan bukti-bukti,
tetapi juga dirangkaian dengan hukum-hukum syariat. Al-Quran menyatakan:
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib.
4
Ia berkata: “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya” (QS. al-A’raf
(7): 85).
Setelah itu datang ajakan Nabi Ibrahim, yang merupakan periode baru dari
tuntunan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Nabi Ibrahim dikenal sebagai
‘Bapak Para Nabi’, ‘Bapak Monoteisme’, dan ‘Proklamator Keadilan Ilahi’.
Agama-agama samawi terbesar dewasa ini merujuk kepada agama Ibrahim. Oleh
karena itu, tiga agama besar, Yahudi, Kristen, dan Islam, disebut dengan
Abrahamic Religions (Agama-agama Ibrahim).
Pemaparan tauhid semakin mantap dan mencapai puncaknya dengan
kehadiran Nabi Muhammad Saw. Uraian al-Quran tentang Tuhan kepada Nabi
Muhammad dimulai dengan pengenalan tentang perbuatan dan sifat-Nya (QS. al-
‘Alaq (96): 1-5). Di sisi lain, tidak digunakannya kata Allah pada wahyu yang
pertama, adalah untuk meluruskan keyakinan kaum musyrik yang juga
menggunakan kata tersebut. Namun keyakinan mereka tentang Allah berbeda
dengan keyakinan yang diajarkan Islam. Kekeliruan mereka misalnya
digambarkan dalam al-Quran yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak-anak
wanita (QS. al-Isra (117): 4); dan bahwa berhala disembah karena merupakan
perantara antara mereka dengan Allah (QS. az-Zumar (39): 3). Penegasan tentang
tauhid akhirnya mencapai puncaknya dalam surat al-Ikhlas yang menyatakan
bahwa Allah tidak berputera dan tidak diputerakan:
أحد ﴿ مد ﴿ ١قل هو الله الصه ﴾٤﴾ ولم يكن له كفوا أحد ﴿ ٣م يلد ولم يولد ﴿ ﴾ ل ٢﴾ الله
Artinya: “1. Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa, 2. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, 3. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
(QS. al-Ikhlas (112): 1-4).
5
c. Ke Esaan Allah
Dengan meneliti setiap ayat yang menjelaskan Asma Allah yang sembilan
puluh sembilan itu jelas bagi kita bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, Esa dalam
sifat, dan Esa dalam perbuatan-Nya.oleh karena itu Islam adalah tauhid.
Disamping itu ada ajaran ke-esaan yang biasa disebut monotheisme yang
dalam agama budaya berkembang dari dinamisme, animisne, politheisme. Dari
menyembah banyak dewa menjadi sedikit dewa. Jumlah dewa yang terlalu banyak
itu mengecil karena tumpang tindih tugas, pengulangan tugas dewa – dewa dan
pengabdian beberapa dewa, disebabkan (henotheisme) terdesak oleh anggapan
adanya dea-dewa yang mempunyai status dan kekuasaan lebih besar. Dengan
demikian, munculah tiga dewa utama. Hal ini tergambar antara lain pada sejarah
Arab Jahilliyah yang dihapus oleh Islam yang menyembah ratusan dewa, kemudia
dipilih tiga dewa utama yaitu Lattza, ‘Uzza dan Manata. Sebagaimana firman
Allah dalam surat An-Najm (53) : 19-23
ى ت والعزه أفرأيتم الله
(19) Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-
Laata dan al-Uzza,
ومناة الثهالثة الخرى
(20) dan Manah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan
Allah)?
ألكم الذهكر وله النثى
(21) Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak)
perempuan?
تلك إذا قسمة ضيزى
(22) Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
6
بها من سلطان إن يتهبعون يتموها أنتم وآباؤكم ما أنزل الله إله الظهنه وما تهوىإن هي إله أسماء سمه
النفس ولقد جاءهم من رب هم الهدى
(23) Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
adakan; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (QS. An-Najm: 19-23).
Di beberapa tempat bahkan muncul hanya satu dewa yang paling penting dan
kuasa seperti di Mesir dewa Ra dan di Yunani dewa Zeus.
Sikap ini antara lain terjadi karena sikap tradisional pada generasi tertentu
yang mengikatkan diri pada kebiasaan dan atau orang tua dari generasi
sebelumnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah (5) : 104
سول قالوا حسبنا ما وجدنا عليه آباء وإلى الره نا أولو كان آباؤهم وإذا قيل لهم تعالوا إلى ما أنزل الله
يعلمون شيئا ول يهتدون ل
Artinya: “Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk
kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah
mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS.
Al-Maidah (5) : 104)
Sesuai dengan keyakinan ummat Islam yang didasarkan kepada
Syahadatain yang merupakan ikrar pertama sebagai Muslim, maka konsep Tauhid
atau ke-Esaan Tuhan ialah yang bermaktub dalam surat Al-Ikhlash (112) : 1-4
مد ﴿ ١ أحد ﴿ قل هو الله الصه ﴾ ٤﴾ ولم يكن له كفوا أحد ﴿ ٣﴾ لم يلد ولم يولد ﴿ ٢﴾ الله
Artinya: “1. Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa, 2. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, 3. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. al-
Ikhlas (112): 1-4)
7
Konsep tauhid seperti diatas itu melahirkan sikap tauhid, pola perilaku
kompetensi, dan hasil karya dan cipta pada setiap nilai hidup tertentu. Oleh karena
itu sikap dan perilaku Muslim antara lain dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Sebagai muslim harus menlak dan tidak menyembah yang selain Allah
sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Fatihah (1):5
يهاك نستعين يهاك نعبد وإ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah (1):5)
2. Mampu memohon pertolongan atau berdoa hanya kepada
Allah.Menjadikan hukum Allah sebagai pedoman hidup sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-An’aam(6):57
يقص قل إن ي على بي نة من رب ي وكذهبتم به ما عندي ما تستعجلون به إن الحكم إله لله
الحقه وهو خير الفاصلين
Terjemah Arti: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah
yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya.
Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan
kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling
baik". (QS. Al-An’aam (6):5)
3. Tidak ada yang ditakuti kecuali Allah sesuai dengan firman Allah dalam
surat At-Taubah (9):19
واليوم الخر وجاهد ف وعمارة المسجد الحرام كمن آمن بالله ي ۞ أجعلتم سقاية الحاج
والله ل يستوون عند الله القوم الظهالمين ل يهدي سبيل الله
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad
8
di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. At-Taubah (9):19)
4. Tidak mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cintanya kepada Allah
dan berjuang dijalan Allah. Firman Allah dalam surat At-Taubah (9) : 29
ورسوله و م الله مون ما حره ول باليوم الخر ول يحر ل يدينون قاتلوا الهذين ل يؤمنون بالله
من الهذين أوتوا الكتاب جزية عن يد وهم صاغرون ال حتهى يعطوا دين الحق
Terjemah Arti: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah
dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan
apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang
diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah
dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. At-Taubah (9) :
29)
5. Meyakini bahwa setiap yang hidup pasti diberi rezeki dan hanya Allah
yang menentukan rezeki seperti firman Allah dalam surat Huud (11) : 6
ها ومستودعها رزقها ويعلم مستقره ۞ وما من دابهة في الرض إله على الله
مبين اب كل في كت
Terjemah Arti: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Huud (11) : 6)
6. Mengakui kekuasaan Allah yang mutlak dan kekuasaan yang ada pada
manusia itu nisbi serta ditentukan oleh Allah yang memberi dan
mengambil kembali kekuasaan itu dari siapapun yang dikehendaki-Nya.
Sebagaimana dalam surat Al-Imran (3) : 26
ن تشاء وتعز من تشاء وتذل من قل اللههمه م الك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممه
تشاء بيدك الخير إنهك على كل شيء قدير
Terjemah Arti: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan
9
Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Imran (3) : 26)
7. Meyakini bahwa yang menentukan hidup dan mati itu Allah dan bahwa
hidup dan mati hanya untuk Allah dijelaskan dalam surat Ali Imran (3) :
145
ل ومن يرد ثواب الدنيا نؤته من كتابا مؤجه ها ومن وما كان لنفس أن تموت إله بإذن الله
نجزي الشهاكرين يرد ثواب الخرة نؤته منها وس
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia
itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula)
kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imram (3) : 145)
8. Meyakini bahwa shalat (ibadah dalam arti kata khusus) pengabdian
(ibadah dalam artian luas) hidup dan mati hanya untuk Allah semata
seperti firman Allah dalam surat Al-An’am (6) : 126
لنا اليات لقوم يذهكهرون ذا صراط رب ك مستقيما قد فصه وه
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil
pelajaran.
Sifat-Sifat Tuhan
Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf berjumlah
empat puluh satu (41). Jumlah tersebut di bagi kedalam 3 bagian, yaitu: (1) sifat-
sifat wajib yang berjumlah 20, (2) sifat-sifat mustahil yang berjumlah 20, dan (3)
sifat jaiz yang ada satu.
• Sifat Wajib Allah dan Sifat Mustahil Allah
10
1. Wujud, yang berarti Allah Maha Ada. Dan mustahil Allah
mempunyai sifat ‘Adam (tidak ada).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 255:
ت وم و ل نوم له ما فى السهم ه اله هو الحي القيوم ە ل تأخذه سنة وه ل ال ا الله
يعلم ما بين ايديهم وم فى الرض من ذ ا خلفهم ول ا الهذي يشفع عنده اله باذنه
ت والرض ول و اله بما شاء وسع كرسيه السهم ن علمه يحيطون بشيء م
يـوده حفظهما وهو العلي العظيم
Artinya: “Allah, Tidak ada Tuhan (yang berahak disembah)
melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(mahluk-Nya).” (Q.S Al-Baqarah 255)
Dalil aqli bahwa Allah itu “ada” yaitu:
a. Alam ini terdiri dari benda padat, benda cair dan gas. Akal
tidak dapat menerima bahwa alam ini ada sendiri, bukan
diadakan oleh yang lain. Setiap yang diadakan disebut hadits,
artinya di dahului oleh tiada. Setiap yang hadits tidak menjadi
ada dengan sendirinya tanpa ada muhditsnya (yang
mengadakannya), maka adanya ala mini memastikan adanya
Tuhan yang menciptakan.
b. Ketika alam ini belum ada maka pasti di sana ada dua
kemungkinan yaitu kemungkinan tetap tiada dan kemungkinan
bakal ada. Kenyataanya sekarang alam itu sudah ada, maka
pasti kemungkinan bakal ada sudah lebih kuat dari
kemungkinan tetap tiada. Kuatnya kemungkinan bakal ada,
sehingga menjadi ada bukan intervensi (pilihan) dari alam itu
sendiri karena alam itu sendiri ketika itu belum ada. Keadaan
ini membuktikan bahwa ada alam ini merupakan intervensi
dari yang lain karena alam itu tidak mungkin mengintervensi
dirinya sendiri. Dengan demikian, maka jelas ada (wujud) di
luar dari dalam yang memilih kmungkinan bakal ada dan
11
menciptakannya menjadi ada. Yang memilih dan yang
menciptakan itu tidak ada yang lain hanya Allah SWT yang
Maha Kuasa yang Maha Bijaksana.
2. Qidam, yang berarti Allah Maha Terdahulu. Dan mustahil bahwa
itu Huduts (baru).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 3:
ى على العرش ت والرض فى ستهة ايهام ثمه استو و يعلم ما هو الهذى خلق السهم
الرض وما يخرج منها وما ينزل من السهماء وما يعرج فيها وهو يلج فى
بما تعملون بصير معكم اين ما كنتم والله
Artinya: “Dialah yang awal dan akhir, yang zhahir dan yang
bathin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-
Hadid 3).
Dalil aqli bahwa Allah itu terdahulu yaitu:
a. Jika Allah tidak qidam maka Allah mesti huduts, karena tidak
ada perantara yang menengahi antara qidam dan huduts.
b. Jika Allah taala itu huduts (didahului oleh tiada) maka Allah
itu adalah hadits (yang adanya digahului oleh tiada).
c. Jika Allah itu hadits tentu Allah tidak ada tanapa diadakan oleh
muhdits (pencipta).
d. Jika Allah itu diciptakan oleh muhdits, tentu Allah adalah
ciptaan bukan yang mencipta.
e. Jika Allah itu bukan pencipta tentu Allah itu bukan Tuhan
karena makna Tuhan adalah pencipta segala-galanya.
3. Baqa’, yang berarti Allah itu kekal. Dan mustahil bahwa Allah itu
Fana’ (rusak).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Rahman 27:
كرام ل وال ى وجه رب ك ذو الجل يبق وه
12
Artinya: “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” (Q.s Ar-Rahman ayat 27).”
Dalil aqli bahwa Allah itu kekal adalah:
Seandainya Allah tidak Baqa’ (tidak kekal), maka tidak akan
disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari
Allah berdasarkan dalil yang ada dalam sifat Qidam (dahulu).
4. Mukhalafatu lilhawadishi, yang artinya Allah berbeda dengan
mahluk. Dan mustahil bahwa Allah SWT Mumatsalatu
lilhawaditsi (sama dengan mahluk).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Asy-Syura 11:
ت والرض له مقاليد السهم زق لمن يهشاء ويقدر و انهه بكل شىء عليم يبسط الر
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S Asy-
Syura ayat 11)
Dalil Aqli bahwa Allah berbeda dengan mahluk adalah:
Apabila Allah menyerupai makhluknya, niscaya Allah adalah baru
(Hadits), sedangkan Allah baru adalah sebuah hal yang mustahil.
Sebagai contoh seorang tukang kursi pasti akan memiliki bentuk
yang berbeda dengan kursi yang dibuatnya, begitupun Allah pasti
akan berbeda dengan mahluk yang diciptakannya.
5. Qiyamuhu binafsihi, yang berarti Allah berdiri sendiri atau Allah
tidak bergantung kepada yang lain. Dan mustahil bahwa Allah
SWT Ihtiyajun lighairihi (butuh bantuan yang lain).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Ankabut 6:
تهم ولـنجزينههم احسن الهذى ك ت لـنكف رنه عنهم سي ا لح منوا وعملوا الصه انوا يعملون والهذين ا
Artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari alam semesta.” (Q.S Al-Ankabut ayat 6)
Dalil aqli bahwa Allah itu berdiri sendiri adalah
13
Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat,
sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan
dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
Apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”,
maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan
Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat
yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti
apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah
adalah salah (Bathil), dan batal pula sesuatu yang
mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila
batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya
(istighna)nya Allah dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang pencipta, niscaya Allah baru
(Hadts), sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru
sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil
Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus
membutuhkan sang pencipta (mujid) yang kelanjutannya akan
mengakibatkan daur (peristiwa berputar) atau tasalul (peristiwa
berantau).
6. Wahdaniyah, yang berarti Allah Maha Esa. Dan musthail bahwa
Allah SWT Ta’adud (berbilang).
Allah SWT berfirman dalmAl-Quran surat Al-Ikhlas 1:
احد قل هو الله
Artinya: “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Q.S Al-
Ikhlas ayat 1)
Dalil aqli bahwa Allah itu esa adalah:
Seandainya Allah Ta’addud (tidak tunggal) maka tidak akan ada
ciptaanNya, karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan
berbagi pendapat, dan itu mustahil. Sebagai contoh jika dalam
taksi terdapat 2 pengemudi pasti seorang penumpang akan
14
bingung, akan belok kiri atau kekanan, sedangkan masing-masing
pengemudi kekeh dengan pilihannya.
7. Qudrah, yang berarti Allah Maha Kuasa. Dan mustahil Allah
SWT ‘Ajzun (tidak berkuasa).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 20:
شوا فيه واذا اظلم عليهم قاموا ابصارهم يكاد البرق يخطف كلهما اضاء لهم مه ولو شاء الله
ى كل شىء قدير وابصارهم لذهب بسمعهم عل انه الله
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Q.S Al-Baqarah ayat 20)
Dalil aqli bahwa Allah itu kuasa adalah:
Seandainya Allah ‘Ajzu (tidak bisa apa-apa) pasti tidak akan
pernah ada ciptaanNya, dan itu mustahil bagi Allah.
8. Iradah, yang berarti Allah Maha berkehendak. Dan mustahil Allah
Karahah (tidak memiliki kehendak atau terpaksa melakukan
sesuatu).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Hud ayat 107:
ت والرض اله ما شاء ر و لدين فيها ما دامت السهم بك انه ربهك خ
عهال ل ما يريد ف
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki.” (Q.S Hud ayat 107)
Seandainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat
terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil
karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya
Allah dengan sifat qudrot adalah hal yang mustahil, sebab hal itu
akan berakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah
merupakan hal yang mustahi, karena tidak akan mampu membuat
sesuatu sedikitpun.
15
9. ‘Ilmu yang berarti mengetahui. Dan mustahil Allah SWT bersifat
Jahlun (bodoh).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 176:
لة ان امرؤا هلك يفتيكم فى الكل له اخت فلها نصف ما ترك وهو يستفتونك قل الله ليس له ولد وه
ا ترك وان كانو ن ممه نساء يرثها ان لهم يكن لهها ولد فان كانتا اثنتين فلهما الثلث جال وه ا اخوة ر
بكل شيء عليم فللذهكر مثل حظ ال لكم ان تضلوا والله نثيين يبي ن الله
Artinya: “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S An-
Nisa ayat 176)
Seandainya Allah jahal (Bodoh) pasti Allah tidak Irodat(tidak
berkehendak karena bodoh), dan itu mustahil.
10. Hayat yang berarti Allah Maha Hidup. Dan mustahil Allah
bersifat Maut (mati).
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 85:
ن نكم م ء تقتلون انفسكم وتخرجون فريقا م ؤل ثم ثمه انتم ه هرون عليهم بال ديارهم تظ
م عليكم اخراجهم افتؤمنون ببع دوهم وهو محره ى تف ر ب والعدوان وان يهأتوكم اس ض الكت
لك منكم مة يردون وتكفرون ببعض فما جزاء من يهفعل ذ وة الدنيا ويوم القي اله خزي فى الحي
ا تعملون بغافل عمه ى اشد العذاب وما الله ال
Artinya: “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-
Baqarah ayat 85)
Seandainya Allah Maut (Mati) pasti Allah tidak Qudrat, Iradatdan
tidak ‘Ilmu, dan itu mustahil.
10. Sama’, yang berarti Allah Maha Mendengar, dan mustahil
Allah tuli (shummun). Allah Swt. berfirman:
شد من ٱلغى فمن ي ين قد تهبيهن ٱلر ل إكراه فى ٱلد غوت ويؤمن بٱللهكفر بٱلطه
سميع عليم فقد ٱستمسك بٱلعروة ٱلوثقى ل ٱنفصام لها وٱلله
Artinya: “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. al-Baqarah (2): 256).
16
Mustahil bila Allah bersifat tuli. Allah SWT adalah Tuhan yang
maha pendengar. Pendengaran Allah mekiputi sesuatu.
11. Bashar, yang berarti Allah Maha Melihat, dan mustahil Allah
buta (’umyun). Allah Swt. berfirman:
ت وٱلرض و يعلم غيب ٱلسهم بصير بما تعملون إنه ٱلله وٱلله
Artinya: “Sungguh Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan si
bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-
Hujurat (49): 18).
Allah SWT juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala sesuatu. Tak
ada hal satupun yang luput dari PenglihatanNya.
13. Kalam, yang berarti Allah Maha Berbicara/Berfirman, dan
mustahil Allah bisu (bukmun). Allah Swt. berfirman:
هم عليك من قبل ورسل لهم نقصصهم ى ورسل قد قصصن موس عليك وكلهم الله
تكليما
Allah SWT tidak mungkin bisu. Allah berkata dan berfirman. Allah
sangatlah sempurna. Tak ada yang bisa mengalahkan keindahan
firman Allah. Dan salah satu Nabi yang pernah bebrbicara langsung
dengan Allah adalah Nabi Musa.
Artinya: “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung
(QS. anNisa’ (4): 164).
14. Qadiran, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Kuasa, dan
mustahil Allah Kaunuhu ajiyan (Dzat yang tidak berdaya).
Dalilnya sama seperti sifat Qudrah.
15. Muridan, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Berkehendak,
dan mustahil Allah Kaunuhu Karihan (Dzat yang terpaksa).
Dalilnya sama seperti sifat Iradah.
17
16. ‘Aliman, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Mengetahui, dan
mustahil Allah itu Kaunuhu jahilan (Dzat yang bodoh). Dadilnya
sama seperti sifat ‘ilmu.
17. Hayyan, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Hidup, dan
mustahil Allah Mayyitin (Dzat yang mati). Daililnya sama seperti
sifat hayat.
18. Sami’an, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Mendengar, dan
mustahil Allah Kaunuhu ashamma (Dzat yang tuli). Dalilnya
sama seperti sifat sama’.
19. Bashiran, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Melihat, dan
mustahil Allah Kaunuhu ama (Dzat yang buta). Dalilnya sama
seperti sifat Bashar.
20. Mutakalliman, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Berbicara,
dan mustahil Allah Kaunuhu abkama ( Dzat yang bisu). Dalilnya
sama seperti sifat Kalam.
Perbandingan Konsep Tuhan Antar Agama
I. Konsep Ketuhanan Agama Budha
Apakah agama Buddha mempunyai Tuhan? Pertanyaan ini sering muncul
dalam dialog-dialog agama Buddha maupun dialog lintas agama. Umat Buddha
sendiri, terutama generasi muda, masih ragu bahkan mungkin tidak bisa
menjawab ketika ditanya mengenai Tuhan dalam agama Buddha.
Dalam agama Buddha, Tuhan bukan personal atau pribadi yang
menciptakan segala sesuatu, tetapi impersonal (Impersonal God). Jadi, Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah penjabaran dari Impersonal God
Perbedaan Personal God dan Impersonal God
A. Personal God mempunyai ciri:
(1) Tuhan memiliki pribadi
(2) Berbeda secara diametral dengan alam semesta (mempunyai
jarak),
18
(3) Memerintah dan mengatur keberadaan ciptaan-Nya.
B. Impersonal God
(1) Menolak konsep Tuhan yang bersifat pribadi
(2) Tuhan sebagai entitas yang dekat dan tak terpisahkan dari
manusia,
(3) Tatanan berasal dari dalam dunia sendiri, bukan aturan yang
dipaksakan dari luar,
(4) Realitas tertinggi yang dapat dijangkau, dan
(5) Konsep impersonal terdapat dalam pandangan Ketuhanan agama
Timur.
Konsep ketuhanan YME dalam agama Buddha berbeda dengan konsep
ketuhanaan agama-agama lain, khususnya agama-agama samawi (Abrahamic
religions). Dalam kitab Sutta Pitaka, Udana VII, dijelaskan bahwa Tuhan YME
dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam, subjek
yang dipersepsikan sebagai Tuhan sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak
dijelmakan, tidak diciptakan, tetapi keadaan-Nya Mahamutlak. Kemahaesaannya
tanpa “aku” (anatta), tidak dapat dipersonifikasikan, dan tidak dapat digambarkan
dalam bentuk apapun.
Keberadaannya tidak berkondisi (asankhata). Berbeda dengan makhluk,
seperti manusia yang berkondisi (sankhata). Manusia yang berusaha untuk
mencapai puncak kebebasan dari lingkaran hidup yang penuh kesengsaraan
(samsara), harus aktif menjalankan meditasi, yaitu perenungan suci atau
kontemplasi terhadap hakikat alam semesta. Dalam kitab suci Tripitaka dijelaskan
tidak hanya konsep ketuhanannya yang berbeda, tetapi juga konsep asal-usul
kejadian alam semesta manusia, kiamat, dan keselamatan atau pembebasan diri
manusia.
Konsep ketuhanam dalam agama Buddha lebih bersifat nonteistik, yakni
tidak menekankan keberadaan Tuhan Sang Pencipta atau bergantung kepada-Nya,
tetapi bagaimana mengejawantakan sifat buddhisme. Buddha Gautama sendiri
juga tidak dilukiskan sebagai Tuhan, tetapi sebagai pembimbing atau guru yang
19
menunjukkan jalan menuju Nirwana. Buddha Gautama sendiri jarang menyebut
kata Tuhan, tetapi lebih menekankan pentingnya kesucian perilaku di dalam
menjalani kehidupan.
Mungkin dari segi ini, kalangan ahli perbandingan agama ada yang
melihat agama Buddha lebih menonjol sebagai ajaran moral belaka. Bahkan,
sejumlah khotbah Buddha Gautama cenderung penyembahahan kepada banyak
Tuhan atau Dewa Dewi membebani kebebasan manusia, meskipun pada sisi lain
masih memberikan pengakuan terhadap Brahma sebagai Tuhan. Buddha Gautama
pernah biarkan Tuhan menjadi pencipta segala sesuatu, tetapi manusia harus
memelihara kesucian ciptaan Tuhan. Kesempurnaan kesucian itulah inti
ketuhanan dan kesucian itu harus ada pada setiap manusia.
Bagi agama Buddha, tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai
kebuddhaan (annutara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin
manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Manusia tidak
memerlukan bantuan atau pertolongan pihak lain, termasuk Dewa-Dewi. Jika
manusia ingin selamat, satu-satunya jalan ialah menjelmakan sifat dan sikap
kebuddhaan di dalam dirinya. Namun demikian, Buddha sendiri itu bukan Tuhan
dan tidak pernah diklaim sebagai Tuhan oleh pengikut agama Buddha.
Agama Buddha tidak terlalu menekankan peran Tuhan sebagaimana
halnya agama-agama besar lainnya. Agama Buddha lebih menekankan
”pragmatisme” dalam arti mengutamakan tidakan-tindakan cepat dan tepat yang
lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang pernah
mengalami problem. Karena itu, budi pekerti selalu menjadi hal yang amat
substansial dalam agama Buddha. Kolaborasinya dengan agama-agama lain
gampang karena agama Buddha tidak memiliki sistem birokrasi spiritual yang
ribet sebagaimana halnya agama-agama lain.
Umat Buddha Indonesia tidak pernah ada masalah dengan redaksi
Pancasila, khususnya keberadaan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Meski
agama Buddha tidak banyak menyinggung Tuhan dalam pengembangan misi
ajarannya, tak seorangpun warga penganut agama Buddha mengingkari
20
keberadaan Tuhan. Tidak mengherankan jika komunitas penganut agama Buddha
lebih cair dengan komunitas pengikut agama lain.
II. Konsep Ketuhanan Agama Islam
A. Filsafat ketuhanan Islam
Keimanan dalam islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian
ini harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah swt, kecintaan
pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridhaNya, tawakal nilai yang
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Ketaatan merupakan karunia yang sangat besar bagi muslim dan sebagian
orang yang menyebut kecerdasan spiritual yang ditindak lanjuti dengan
kecerdasan sosial. Inti ketaatan tidak dinilai menurut Allah swt, bila tidak ada
nilai pada aspek sosial.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan
spiritual (QS. Au Imron 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya
pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya
dua hal tersebut Insya Allah menuju dan berasa pada agama yang fitrah (QS. Ar
Rum 30).
B. Siapa Tuhan itu ?
Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an dipakai
untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya dalam QS al-Jatsiiyah ayat 23 :
Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan
ilmuNya[1384] dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?
21
Dalam surat Al-Qashash ayat 38, perkataan illah dipakai oleh fir`aun
untuk dirinya sendiri : 3
“Dan Fir‟aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka
bahwa kalian masih mempunyai ilah selain diriku“.
Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengundang berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan
illah juga dalam bentuk tunggal (mufrad ilaahun , ganda (mutsanna ilaahaini) dan
banyak (jama‟aalihatun). Ber-Tuhan nol dalam arti kata tidak bertuhan atau
atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti defenisi Tuhan atau ilah yang
tepat, berdasarkan logika Al- Quran sebagai berikut: Tuhan (ilah) ialah sesuatu
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikin rupa sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehNya. Perkataan dipentingkan hendaklah
diartikan secara luas. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberi kemaslahataan atau kegembiraan dan termasuk
pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Menurut Ibnu Taimiyah Al-Ilah adalah yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkannya, kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-Nya dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
C. Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah
maupun batiniyah, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun
pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal dengan Teori
evolusionisme, yaitu 4 teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
22
kemudian disusul oleh EB Taylor, Robertson Smith, Luboock dan Jevens.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut evolusionisme
adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh
negatif. Kekuatan ada pada pengaruh tersebut dengan nama yang berbeda-
beda, seperti mana (Malaysia), dan tuah (melayu), dan sakti (india) yakni
kekuatan gaib.
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayaai adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap
benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif , roh dipercayai
sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu,
roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang,
rasa tidak senang serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan
senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak menjadi sanjungan dan
pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut Dewa mempunyai
tugas dan kekuaasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang
bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masaalah
angin, adapula yang membidangi masalah air dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui mempunyai
kekuatan yang sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa mengakui satu dewa yang
23
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah)
bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
Henoteisme (Tuhan tingkat nasional)
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Alam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh
bangsa dan bersifat internasional. Evolusionisme ditentang oleh Andrew
lang (1898) dia mengemukakan bahwa orang-orang berbudaya rendah juga
sama dengan monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka
mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat khas pada
Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan pada wujud yang lain. Dengan
lahirnya pendapat Andrew lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana eropa mulai
menentang evolusionisme dan mulai memperkenalkan toeri baru.
2. Pemikiran Umat Islam
Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan
beberapa konsepsi ke-esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan
konsepsi Tauhid.
a. Konsepsi Aqidah.
Dalam kamus Al-Munawir secara etimologis, aqidah berakar dari
kata „aqada-ya‟qidu-aqdan„ aqidatan yang berarti simpul, ikatan
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi „aqidah yang
berarti keyakinan relevensi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian. Secara terminologis terdapat beberapa
definisi aqidah antara lain:
Menurut Hasan al-Bana dalam kitab majmu‟ah ar-rasa, il „Aqaid
(bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara wajib diyakini
kebenarannya oleh hati dan mendatangkan ketentraman jiwa
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan
keragu-raguan.
24
a) Istilah Aqidah Dalam Al-Quran
Di dalam al-Quran tidak terdapat satu ayat pun yang secara
literal menunjuk pada istilah aqidah. Namun demikian kita
dapat menjumpai istilah ini dalam akar kata yang sama
(„aqada) yaitu; „aqadat, kata ini tercantum pada ayat:
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan
ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-
pewarisnya dan (jika ada) orangorang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, maka beri kepada mereka
bahagiannya, sesungguhnya Allah menyaksikan segala
sesuatu“ (Q.S An-Nisa; 33)
Kata „aqadum terdapat dalam QS. al-Maidah; 89
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi
Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang
kamu sengaja…..”
b) Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah.
Meminjam sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup
pembahasan aqidah meliputi:
➢ Iyat
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan (Tuhan/Allah), seperti wujud Allah,
nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan dan lain-lain.
➢ Nubuwat
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
pembicaraan mengenai Kitab-Kitab Allah, Mukjizat,
keramat dan sebagainya.
➢ Ruhaniyat
25
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat,
Jin, Iblis, setan, Roh dan lain sebagainya.
➢ Sam‟iyyat
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam‟iy yakni dalil naqli berupa al-Quran
dan as-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga neraka dan seterusnya.
c) Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah artinya
apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam al-Quran dan
Rasulullah dalam Sunnahnya wajib di imani, diyakini dan
diamalkan
Akal pikiran sama sekali bukan sumber aqidah, tetapi
merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-
nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba kalau diperlukan membuktikan secara Ilmiah
kebenaran yang disampaikan oleh al-Quran dan as-Sunnah.
Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa
kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya
kemampuan mahluk Allah. Akal tidak dapat menjangkau
masa‟il ghabiyah (masalah-masalah ghaib), bahkan akal tidak
akan sanggup menjangkau sesuatu yang terikat oleh ruang
dan waktu. Misalnya akal tak akan mampu menunjukan
jawaban atas pertanyaan kekekalan itu sampai kapan
berakhir? Atau akal tidak sanggup menunjukan tempat yang
tidak ada didarat dilaut atau diudara dan tidak ada dimana-
mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan
waktu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah
kejujuran si pembawa risalah tentang hal-hal ghaib itu bisa
dibuktikan secara ilmiah oleh akal pikiran.
26
d) Cara Menetapkan Aqidah
Allah Swt. telah memutuskan dan menetapkan untuk
memberikan keterangan-keterangan disekitar masalah-
masalah yang wajib diimani antara lain yang terkandung
dalam rukun Iman. Allah telah menggariskan persoalan
tersebut dengan jelas dan menuntut agar manusia
mempercayainya. Iman yang dimaksud itu adalah I‟tiqad
dengan kebulatan hati yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya serta berlandaskan dalil atau alasan. I‟tiqad
semacam itu tentunya tidak dapat diperoleh dengan dalil-dalil
sembarangan, melainkan dengan dalil-dalil yang pasti dan
tampa dicampuri keraguan.
Oleh karena itu Ulama sepakat untuk menetapkan
aqidah berdasarkan tiga macam dalil.
➢ Dalil Aqli, dalil ini dapat diterima apabila hasil
keputusannya dipandang masuk akal atau logis dan
sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat
menimbulkan adanya keyakinan dan dapat
memastikan iman yang dimaksudkan. Dengan
menggunakan akal manusia merenungkan dirinya
sendiri dan alam semesta, yang dengannya ia dapat
melihat bahwa dibalik semua itu terdapat bukti
adanya Tuhan Pencipta yang satu.
➢ Dalil Naqli, dalil naqli yang tidak menimbulkan
keyakinan dan tidak dapat menciptakan keimanan
sebagai yang dimaksud, dengan sendirinya dalil ini
tidak dapat digunakan untuk menetapkan aqidah.
Oleh sebab itu Syekh Mahmud Syaltut mengajukan
dua syarat yang harus dipenuhi oleh dalil naqli
tersebut dapat menanamkan keyakinan dan
menetapkan Aqidah.Pertama; dalil naqli itu pasti
27
kebenarannya. Kedua; pasti atau tegas tujuannya. Ini
berarti bahwa dalil itu harus dapat dipastikan
benarbenar datang dari Rasulullah tanpa ada
keraguan sedikitpun.
➢ Dalil Fitrah adalah hakekat mendasari kejadian
manusia. Fitrah ini merupakan perasaan keagamaan
yang ada dalam jiwa dan merupakan bisikan batin
yang paling dalam. Dan kesucian ini akan tetap
terpelihara manakala manusia selalu membersihkan
jiwanya dari tekanan kekuatan pengaruh nafsu. Bila
manusia membiarkan fitrah dan naluri berbicara, 9
maka dia akan mendapatkan dirinya berhadapan
dengan kekuatan tertinggi diatas kekuatan manusia
dan alam. Ia akan berdoa baik dalam suka maupun
duka. Lebih-lebih disaat-saat seperti itulah dia
menghadapkan diri secara ikhlas kepada Tuhannya.
D. Pembuktian wujud Tuhan
1. Metode Pembuktian
Ilmiah Tantangan jaman modern terhadap agama terletak dalam
masaalah metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui
percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan
dengan alam diluar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan
(agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal ini yang
menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak
mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak
mempunyai landasan ilmiah. Metode baru tidak menginngkari wujud
sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris. Disamping itu metode
ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat
dengan 15 sesuatu yang telah diamati secara empiris.
28
Hal tersebut dengan analogi “analogi ilmiah“ dan dianggap sama
dengan percobaan empiris. Suatu percobaan dipandang sebagai
kenyataan ilmiah, tidak hanya karena percobaan itu dapat diamati
secara langsung. Demikian pula suatu analogi dapat dianggap salah,
hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan kemungkinan
salah.
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah iman kepada
yang ghaib dan ilmu pengetahuan percaya kepada “pengamatan
ilmiah“. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya
berlandaskan pada keimanan yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup
agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “penentuan hakikat“
terakhir dan asal, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas
pada pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengetahuan
memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang
agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada
yang Ghaib. Oleh karena itu harus ditempuh bidang lain.
2. Keberadaan alam membuktikan adanya Tuhan
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan
rahasianya pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada satu
kekuatan yang menciptakannya, suatu “akal” yang tidak ada batasnya.
Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula
bahwa alam itu “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan ini
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dalam kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya pencipta alam. Pernyataan yang mengatakan
percaya akan mahluk hidup, tetepi menolak adanya khaliq adalah
suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya
sesuatu berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan 16 percaya bahwa alam semesta yang demikian
luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?.
29
3. Pembuktian adanya tuhan dengan pendekatan fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam
mencipta dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak
pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan hukum kedua
“termodinamika”, pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi
atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa
adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut
menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas
beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin,
yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak
panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh
keseimbangan antara energi yang ada dengan energi yang tidak ada.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di
alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini
membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali.
Seandainya alam ini azali, maka alam telah kehilangan energinya,
sesuai dengan hukum tersebut tentu tidak akan ada kehidupan di alam
ini. Oleh sebab itu ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang
jaraknya sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari
sekali. Demikian pula bumi terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil/jam dan
menempuh garis 17 edarnya sepanjang 190.000.000 mil per tahun. Di
samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk
bumi, yang mengelilingi matahati dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia
beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi
garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Disamping itu
30
masih ada ribuan sistem lainnya selain sistem tata surya kita dan
setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaksi sendiri-sendiri.
Galaxi-galaxi tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxi dimana
terletak sistim matahari kita, beredar pada sumbunya dan
menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000. Tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistim yang luar biasa dan
organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya
ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa
dibalik semua itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan
mengendalikan sistim yang luar biasa tersebut, kekuatan Maha besar
tesebut adalah Tuhan.
III. Konsep Ketuhanan Agama Hindu
A. Perbandingan Konsep Tuhan antar Agama
Pada konsep agama Hindu, posisi para dewa adalah sama dengan malaikat,
yang tidak mau untuk di puja sebagai Tuhan secara sendiri, tetapi dipuja karena
jasa – jasanya sebagai perantara Tuhan kepada makhluk-Nya.
Hindu memiliki suatu pedoman tentang ajaran mengenai kepercayaan
yang bisa disebut Panca Sradha. Panca Sradha merupakan lima kepercayaan
umat Hindu tentang adanya Brahman, Atman, Karma Phala, Samsara, dan
Moksa. Di agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan “Brahman”.
Brahman merupakan pencipta dan pelebur alam semesta, mengisi seluruh
alam semesta dan berada dimana – mana. Hindu percaya dengan adanya Tuhan
sebagai Sang Pencipta, karena umat Hindu yakin bahwa alam semesta ini adalah
istana dari Tuhan Yang Maha Esa. Brahman merupakan asal mula dari segala
sesuatu yang ada di dunia ini. Hindu meyakini Tuhan (Brahman) dalam dua sudut
pandang, yakni Tuhan yang berwujud (immanent) dan Tuhan tak berwujud
(transcendent). Tuhan yang berwujud dijadikan media pemujaan oleh para umat
Hindu yang masih terikat dengan sifat, sedangkan pemujaan dengan Tuhan yang
tak terwujud, hanya bisa dilakukan oleh para yogi (pendeta Hindu) yang sudah
mampu merealisasikan Tuhan dalam dirinya.
31
Brahman mempunyai 3 aspek, yaitu :
a. Sat : Sebagai Maha Ada Satu – satunya, tidak ada keberadaan yang lain
selain diri-Nya.
Dengan kekuatannya, Brahman bisa menciptakan berbagai macam
bentuk, warna, dan sifat di alam semesta ini. Manusia, binatang,
tumbuhan, planet, serta benda lain dari Tuhan dan kembali pada Tuhan
apabila sudah waktunya. Tak ada satupun benda – benda di alam
semesta ini yang tak bisa kembali lagi pada Tuhan, karena tidak ada zat
atau barang lain di alam ini selain Tuhan.
b. Cit : Sebagai Maha Tahu
Brahman lah sumber dari segala ilmu pengetahuan, bukan tentang
pengetahuan agama, tetapi sumber dari segala pengetahuan. Dengan
memiliki banyak pengetahuan, maka dunia ini akan berevolusi dan
berkembang, dari bentuk yang paling sederhana menjadi bentuk yang
lebih baik lagi.
c. Ananda
Ananda merupakan kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan
suka duka. Pada hakekatnya, semua kebahagiaan, kesedihan, dan
kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula
pada Ananda ini. Tingkatan tertinggi kebahagiaan ialah suka tan pawali
duhka, kebahagiaan abadi, bebeas dari daya tarik terhadap hal yang
bersangkutan dengan dunia.
B. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu
a. Konsep Monoteisme
Konsep monoteisme di dalam kitab Weda, terdapat dalam
filsafat Adwaita Wedanta (tiada duanya), yaitu percaya kepada
Tuhan yang satu. Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan
merupakan pusat dari segala kehidupan di alam semesta dan dalam
agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Brahman hanya satu, tetapi
tanda kebesarannya diwujudkan dengan adanya banyak dewa –
32
dewi seperti Wisnu, Laksmi, Siwa, Parwati, Saraswati, dan lain
sebagainya. Konsep Ida Sang Hyang Widi Wasa adalah bentuk
monoteisme asli orang Bali.
Trimurti terdiri dari, Brahma, Siwa, Wisnu yang merupakan
perwujudan dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Brahma
sebagai dewa yang menciptakan alam semesta, Wisnu sebagai
dewa pemelihara untuk alam semesta, dan Siwa sebagai pelebur
atau perusak dunia.
b. Konsep Panteisme
Konsep panteisme terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan
tidak mempunyai wujud maupun tempat tertentu. Tetapi Tuhan
berada dan menyatu di setiap ciptaan-Nya dan terdapat di setiap
wujud benda apapun. Konsep panteisme disebut juga dengan
istilah Wyapi Wyapaka. Upanisad menyebutkan, bahwa Tuhan
memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, tidak ada di surga
maupun berada di dunia tertinggi, melainkan ada pada setiap
ciptaan-Nya.
c. Konsep Totemisme
Konsep totemisme terdapat pada pengkultusan sapi. Sapi
dianggap sebagai hewan yang suci di dalam agama Hindu.
Terdapat larangan untuk membunuh sapi, karene sapi merupakan
ibu seluruh dunia (Darmayasa, 2008:22). Sapi dikatakan ibu
seluruh dunia, karena sapi bisa menghidupi dunia ini. Segala yang
ada di dalam sapi dapat digunakan. Sapi juga sebagai kendaraan
dewa Siwa yang bernama Nandini.
Selain percaya dengan adanya Brahman, Hindu juga
mempercayai adanya Tuhan yang terdapat didalam jiwa di setiap
makhluk hidup yang disebut dengan Paraatma. Atman merupakan
percikan terkecil dari Brahman yang menghidupi setiap makhluk
hidup. Atman berada di setiap makhluk hidup dan menghidupi
segala kehidupan makhluk. Apabila makhluk tersebut mati, Atman
33
akan kembali pada Brahman. Atman mempunyai sifat tak
terbasahkan oleh air (acesayah), tak terluka oleh senjata
(achpodya), tidak terbakar oleh api (adohya), tak kering oleh angin
(akledya), tidak bergerak (acala), kekal abadi (nitya), tidak
dilahirkan (awyakta), tak terpikirkan (achintya), tidak berubah
(awikara), dan ada dimana mana (sarwagatah).
Hindu juga percaya dengan Karma Phala atau bisa disebut
juga hukum karma. Keberadaan Karma Phala ini sebenarnya
diyakini oleh semua umat agama, tetapi tidak diformalitaskan
sebagai kerukunan iman yang ada di dalam agama Hindu. Ada
istilah yang sering didengar dari orang tua “amun hendak belum
bujur kabujuran ela manggawi taluh je papa” [Jika ingin hidup
dengan baik, maka jangan melakukan hal yang tidak baik]. Kalimat
ini memberikan makna bahwa, apabila kita ingin mendapatkan
sesuatu yang baik, maka lakukanlah hal – hal yang baik pula. Jika
hal yang tak baik dilakukan, maka akan memberikan hal yang tidak
baik pula pada diri kita.
Kemudian ada juga Samsara. Ajaran mengenai hukum
karma akan mengakibatkan adanya ajaran tentang Samsara, yakni
ajaran tentang perputaran kelahiran. Nasib manusia ialah
dilahirkan, hidup, mati, dan dilahirkan kembali, hidup, mati atau
bisa dikatakan reinkarnasi, dan demikian seterusnya. Inilah yang
disebut Samsara hidup. Hukum ini berlaku baik untuk manusia,
dan segala makhluk yang ada di dunia, maupun bagi para dewa –
dewi.
Yang terakhir Hindu juga percaya dengan Moksa. Keyakinan
yang sangat mendasar di dalam Hindu, yaitu tentang akhir
kehidupan manusia. Kemana manusia akan pergi setelah meninggal
dunia. Apakah akan lenyap begitu saja tanpa adanya
kesinambungan. Agama – agama Semawi biasanya akan
menjawab, sebelum pergi kesisi Tuhan, arwah manusia akan
34
menuju ke neraka atau surga untuk mendapatkan pahala atas apa
yang diperbuat ketika ia hidup, baik itu pahala yang berupa
kebahagiaan maupun pahala yang berupa kesengsaraan.
IV. Konsep Tuhan dalam Agama Kong Hu Cu
Ada orang yang mengatakan agama Kong Hu Cu itu tidak mengajarkan
Ketuhanan, namun diajarkan untuk menyembah langit. Menurut pengertian
tersebut Thian diartikan sebagai langit. Pengertian seperti ini sebenarnya ilmiah,
tetapi sebaliknya ini menunjukkan bahwa dia tidak bisa memahami penggunaan
bahasa dengan benar, dan tidak mengetahui sejarahnya. Di dalam ajaran agama
Kong Hu Cu di Indonesia Thian diartikan sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Di
dalam kitab Yi Jing, salah satu bagian dari kitab suci Kong Hu Cu tertulis Qian,
istilah tersebut menunjukkan sifat Thian, yaitu Maha Pencipta, Maha Pengatur,
Maha Meluruskan, dan Maha Pemelihara. Qian dalam simbol diartikan langit
sebagai pasangan bumi, perlu dipahami bahwa wujud dari keberadaan Tuhan
Yang Maha Esa ialah dengan adanya alam semesta ini, bagi manusia zaman
dahulu diwakili dengan langit dan bumi.
Sesungguhnya Kong Hu Cu merupakan suatu lembaga etika, dapat
dianggap agama karena perlunya pengorbanan – pengorbanan kepada nenek
moyang dan para dewa. Kong Hu Cu tidak membatasi suatu bentuk Ketuhanan
yang formal. Umumnya, penganut Kong Hu Cu menganut Lima Hukum Moral,
yaitu : Kebaikan, Kejujuran, Kewajaran, Kebijaksanaan, dan Sikap. Kong Hu Cu
mengajarkan bahwa, etika yang paling utama ialah mengasihi orang lain dan
konsep ajaran utama Kong Hu Cu adalah “Perlakukanlah orang yang lebih
rendah/lemah dengan baik”.
Dasar – dassar ajaran Kong Hu Cu berasal dari Analekta Kong Hu Cu dan
tulisan Mencius, orang yang bujaksana pada abad ke – 4 sebelum Masehi. Kong
Hu Cu merupakan filsuf terkemuka di negara Cina.
Agama Kong Hu Cu memiliki konsep Tuhan (Thian) tersendiri. Di dalam
kitab suci Kong Hu Cu ada istilah yang sering disebut yakni Thian atau Tee, yang
35
memiliki arti Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha Penguasa Langit
dan Bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat seperti berikut :
a. Shiang Thian ( Tuhan Yang Maha Tinggi )
b. Hoo Thian ( Tuhan Yang Maha Besar )
c. Ching Thian ( Tuhan Yang Suci )
d. Bien Thian ( Tuhan Yang Pengasih )
e. Hong Thian ( Tuhna Yang Kuasa, Maha Pencipta )
f. Siang Tee ( Tuhan Yang Menciptakan Alam Semesta )
Konfusius meyakini bahwa di dalam alam semesta terdapat dzat yang
memiliki nama Thian yang harus dipuja dan dihormati, karena Dia-lah yang
menjaga alam semesta ini. Sehingga para umatnya harus melakukan upacara
sederhana dan dengan penuh khidmat supaya mendapatkan berkah dari Sang
Maha Kuasa, yakni Thian. Dalam kaitan dalam hal ini, umat manusia harus
meneladani dan mencermati tingkah laku orang tua, karena menurut ajaran agama
Kong Hu Cu orang tua merupakan wakil dari Thian.
Konsep Ketuhanan di dalam agama Kong Hu Cu menegaskan bahwa
Tuhan tidak dapat ditetapkan atau diperkirakan, tetapi tidak ada satu wujud pun
yang tanpa Dia. Dilihat tidak tampak, didengar tidak terdengar, tetapi bisa
dirasakan oleh orang – orang yang beriman.
V. Konsep Ketuhanan Agama Kristen
A. Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Kristen
Islam dengan tegas menolak kepercayaan Kristen bahwa Tuhan itu tiga
pribadi dalam satu hakekat (lihat Tritunggal). Dalam konsepsi Islam tentang
Tuhan, tidak ada kesetaraan antara Tuhan dan ciptaan. Kehadiran Tuhan
dipercaya ada dimanapun, dan tidak menjelma sebagai siapapun atau apapun.
Kristen Barat merasa Islam sebagai agama kafir selama Perang Salib
pertama dan kedua. Muhammad dipandang sebagai setan atau tuhan palsu yang
disembah bersama Apollyon dan Termangant dalam trinitas yang tidak suci.
Pandangan tradisional Kristen adalah bahwa Tuhan Muhammad sama dengan
36
Tuhannya Yesus. Ludovico Marracci (1734), penerima pengakuan dosa Paus
Innosensius XI, menyatakan: Muhammad dan pengikutnya yang menganggap
ortodoks, telah dan melanjutkan untuk memiliki gagasan Tuhan yang asli dan
logis dan sifat-sifat-Nya (selalu mengecualikan dan menolak Trituggal), muncul
sangat jelas dari Qur’an itu sendiri dan seluruh kepercayaan akan Tuhan
Muhammad, sehingga akan membutuhkan banyak waktu untuk menyangkal yang
beranggapan Tuhan Muhammad berbeda dengan Tuhan sejati.
Banyak pesan-pesan dalam Perjanjian Lama mengacu pada kasih Tuhan.
Tema sentral dalamPerjanjian Baru adalah kasih Tuhan dalam perantaraan Yesus.
Dalam Islam, kasih Tuhan muncul dalam seluruh tanda-tanda dan penciptaan
Bumi dimana manusia dapat hidup dalam kehidupan yang layak.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa;
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (al-
Baqarah 2:21-22)”
Pujian umat Muslim kepada Tuhan yang paling umum adalah ‘Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang’. Dua lainnya dari “asma’ul husna” Tuhan ‘Maha
Kasih sayang’ (wadud) dan ‘Maha Pemberi’ (wahhāb). William Montgomery
Watt berpegang bahwa Kristen memiliki lebih banyak tekanan dalam aturan
tingkah laku Tuhan sebagai penggembala yang pergi mencari domba-domba yang
hilang dan menyelamatkannya. Di sisi lain, Islam menolak sebagian doa bagi
siapapun yang telah kafir. Dalam Islam, Watt mengatakan, Tuhan menyediakan
nikmatbagi setiap golongan untuk mencapai kehidupan kekal (contoh: kehidupan
di Surga) dengan mengirim utusan atau nabi untuk mereka. Islam juga
mengembangkan doktrin perantaraan Muhammad pada Hari Kiamat yang akan
menerima mereka dengan baik, meskipun yang berbuat dosa akan diadili atas
dosa-dosa mereka baik di bumi maupun di neraka.
37
Allah الله adalah kata bahasa Arab untuk Tuhan (al-Ilāh, arti harfiah: sang
Tuhan). Kata ini memiliki kata kerabat dalam bahasa Semit lainnya, di antaranya
Elah dalam bahasa Aram, Ēl dalam bahasa Kanaan, dan Elohim dalam bahasa
Ibrani.
Kata ini terutama digunakan oleh umat Muslim untuk menyebut Tuhan
dalam Islam, namun juga telah digunakan oleh Arab Kristen sejak masa pra-
Islam. Selain itu penganut Babisme, Baha’i, umat Kristen Indonesia dan Malta,
serta Yahudi Mizrahi juga sering menggunakannya, walaupun tidak secara
eksklusif.
Allah adalah satu-satunya Tuhan (tanpa sekutu), Sang Pencipta, Hakim
dari seluruh makhluk, Maha Kuasa, Maha Penyayang, Maha Pemurah dan Tuhan
dari Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, Musa, Dawud,Sulaiman, Isa, dan Muhammad.
Menurut F.E. Peters, Alquran menyatakan: “…dan janganlah kamu berdebat
dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan
orang-orang zalim di antara mereka.” Dan katakanlah: “Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya
berserah diri.” — Al-‘Ankabut 29:46
Maka Muslim mempercayai dan sejarawan menyetujui, bahwa
Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama dengan yang
disembah Yahudi. Allah-nya Al-Qur’an adalah Tuhan Sang Pencipta yang ada
dalam kisah Ibrahim. Peters mengatakan bahwa Al-Qur’an menggambarkan Allah
lebih berkuasa dan jauh dibandingkan dengan Yahweh, dan juga merupakan
Tuhan universal, tidak seperti Yahweh yang lebih dekat dengan bangsa Israel.”
Berdasarkan keterangan Allaahu ismun li dzaatil wajibul wujuud artinya
Allah itu adalah sebuah nama kepada yang pasti ada keberadaannya (eksistensi).
Jadi jelaslah Allah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib untuk
dilayani dengan sebenar-benarnya, karena berdasarkan keterangan: Allaahu ismun
li dzaati ma’budi bi haqq artinya: Allaah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu
yang wajib dilayani (ma’budi) dengan sebenar-benarnya pelayanan (ibadah).
38
Dalam tradisi Islam disebutkan ada 99 nama untuk Allah (Asma’ul
Husna), diambil dari nama-nama yang digunakan Al-Qur’an untuk merujuk
kepada Allah. Di antara nama-nama tersebut adalah : Al Malikul Mulk (Raja
segala Raja, Maha Raja), Al Hayy (Maha Hidup) atau Al Muhyii (Maha Memberi
Kehidupan).
B. Persamaan Konsep Tauhid (Esa) dalam Kristen Tauhid dan Islam
Islam adalah agama yang memegang teguh ketauhidan, jika dalam Kristen
pada umumnya dikenal dengan konsep trinitasnya maka kelompok ini (Kristen
Tauhid) memang berbeda dengan arus besar agama Kristen, yang mengakui
Tuhan terdiri dari tiga sifat: Allah Bapa, Allah Anak (Yesus), dan Roh Kudus.
Dalam wawancara, pendeta yang juga direktur publikasi gereja JAGI Semarang,
Aryanto Nugroho menyatakan berbeda antara konsep Tuhan trinitas yang dianut
mayoritas umat Kristen dunia dengan konsep Tuhan Yang Esa yang dianut
Kristen Tauhid, "Bagi kami, Allah hanya satu, yakni yang disebut Yahweh atau
Bapa yang di surga. Bukan satu yang terdiri dari tiga atau tiga yang menyatu ke
dalam satu,". Dan nampaknya konsep akan keesaan Tuhan yang dipercaya Kristen
Tauhid ini sama dengan Islam, yakni Tuhan itu Esa, satu dan menyembah hanya
pada satu Tuhan.
a. Hanya Allah Yang Esa
Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, secara
umum ada dua kelompok besar agama. Pertama adalah kelompok
agama keturunan Abraham (Ibrahim), istilahnya adalah agama
semitik. Termasuk dalam kelompok ini adalah empat agama besar:
Yahudi , Kristen (Katolik, Protestan) dan Islam. Kelompok kedua
adalah agama non abrahamik, artinya agama yang tidak mewarisi
iman Abraham. Diantara kelompok agama abrahamik, Yahudilah
yang paling tua umurnya, bangsa Abraham mewariskan kepada
umatnya untuk mempercayai akan kebenaran-Nya. Konsep paling
pokok yang diajarkan oleh Allah kepada bangsa Yahudi adalah
bahwa Dia Esa. Yesus sebagai panutan dan penerus risalah nabi
39
sebelumnya tentunya memegang kuat ajaran pokok ini. Dan inilah
pulalah yang dipegang teguh dan diikuti oleh Kristen Tauhid.
Konsep iman kepada Allah dalam Kristen Tauhid dan Islam yang
ajarannya menekankan keesaan Allah, maka tidak heran jika kedua
agama tersebut memiliki pokok ajaran yang tidak jauh berbeda
dengan keyakinan Islam mengingat Islam adalah penyempurna
ajaran sebelumnya. Seperti memegang teguh Tauhid bahwa Allah.
Maha Esa dalam ketauhidan yang kuat, menolak ketuhanan Yesus
atau Nabi Isa, menolak dosa waris dan penebusan dosa.
Persamaan konsep diatas karena memang kedua agama tersebut
adalah serumpun dan yang lebih penting adalah keduanya
mendasarkan ajarannya kepada kitab suci yang memang
didalamnya mengajarkan akan keesaan Tuhan. Jika dalam Islam
ajaran-ajaran tauhid ada dalam al-Qur’an dimana didalamnya
menyebutkan bahwa Allah itu Esa, Dia adalah tempat bergantung,
tidak beranak maupun diperanakkan dan tidak ada yang
menyamainya suatu apapun, maka dalam Kristen Tauhid pun sama,
yakni bible juga dengan jelas mengatakan bahwa Yahweh, Allah
mereka itu Esa. Lebih spesifik lagi akan keteguhan Kristen ini
dalam memegang teguh keyakinannya akan Tuhan yang Satu
ditunjukkan dalam rumusan iman mereka dalam butir pertama;
“Kami percaya kepada satu-satunya Allah yang benar, YHWH
(Yahweh), Allahnya Abraham dan Israel, yang diperkenalkan
Yesus sebagai Bapa”. Dalam rumusan tersebut ditegaskan bahwa
mereka hanya percaya pada YHWH, yakni Allah yang Esa, satu.
Bukan kepada dua atau tiga allah. Agama-agama langit
(Revealeted religion) termasuk Islam, mengarahkan segala
sesuatunya hanya pada Tuhan. Al-Qur’an yang notabenenya
diturunkan di dunia arab tidak memperkenalkan masyarakat arab
dengan dunia rohaniah yang bersifat nisbi, akan tetapi apa yang
dilakukan al-Qur’an melalui pembaharuan adalah memusatkan
40
segala yang bersifat ilahi pada satu Tuhan suatu kehendak pribadi
yang tunggal. Istilah Tuhan dalam Bahasa Arab berarti Ilah yang
mengandung arti pengertian sesuatu yang disembah (ma’bud).
Kalimat tersebut sesuai dengan kalimat yang ada dalam Kalimat
Thayibah yang biasa diucapkan umat Islam yaitu, La Ilaaha Illallah
yang berarti tiada Tuhan (yang patut disembah) kecuali Allah.
Kalimat Thayibah menjadi suatu kebenaran Tuhan, karena
kebenarannya sehingga tidak mungkin ada sesuatu yang lebih
murni di dunia ini daripada kebenaran Tuhan. Tuhan Yang Maha
Esa, segala sesuatu dibumi dan dilangit menjadi saksi atas
kebenaran ini.
Menarik untuk ditulis disini bahwa ternyata Kristen Tauhid juga
memiliki syahadat sebagaimana Islam, akan tetapi syahadat mereka
berbeda yakni Laillahailallah Isarukhallah. Dalam wawancara,
Tjahjadi Nugroho salah seorang pendiri denominasi Kristen ini
mengatakan bahwa ini adalah sahadat Kristiani, artinya tiada
Tuhan selain Allah, Isa adalah roh Allah.110 Entah ini memang
ada dalam ajaran Kristen mula-mula atau hanya sekedar
mengimbangi Islam yang memiliki syahadat. Akan tetapi, sebagai
catatan perbandingan, kedua agama (Kristen Tauhid dan Islam)
tersebut memiliki syahadat. Kesamaan yang ditunjukkan
berdasarkan perbandingan antara kedua agama tersebut terlihat
pula dalam penyebutan nama Tuhan, keduanya menyebut Dia
dengan Allah. Tuhan dalam Islam adalah Allah dan Tuhan dalam
Kristen Tauhid juga Allah. Akan tetapi jika membahas kata Allah
lebih jauh, ini akan ada perbedaan diantara kedua agama. Karena
Allah dalam Kristen Tauhid adalah Yahweh sedangkan dalam
Islam ialah Allah itu sendiri. Perbedaan demikian akan dibahas
kemudian. Tetapi, jelas disini kedua agama menyebut Dia dengan
Allah. Mengenai eksistensi Tuhan yang bersifat fungsional, al-
Qur’an menjelaskan bahwa, Tuhan sebagai pencipta, pemelihara
41
alam dan manusia (khususnya pemberi) petunjuk kepada manusia
melalui wahyu-Nya, sekaligus yang mengadili manusia, baik
secara individu maupun kolektif melalui mahkamah keadilan yang
diliputi kasih sayang. Selain itu, hubungan Tuhan dan manusia
dalam agama Islam merupakan hubungan yang inter-relasi.
Seorang muslim yang berdiri dibawah langit (kekuasaan) Tuhan
setiap saat dapat mengontak hatinya untuk berhubungan dengan
Tuhan, untuk memperoleh kekuatan dan minta petunjuk bagi
kehidupannya setiap waktu, kapanpun dan dimanapun. Interaksi
tersebut antara seorang muslim dengan Tuhan tidak diperlukan
perantara, karena pada dasarnya Islam tidak mengenal istilah
perantara dalam berhubungan dengan Tuhan. Bahkan berhala-
berhala kaum jahiliyah yang dijadikan perantara mereka untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan diharamkan, karena hal itu adalah
syirik (menyekutukan Tuhan). Jadi dapat disimpulkan bahwa,
Tuhan itu esa, maha kuasa meliputi segala sesuatu dan pemurah.
Tuhan adalah Sang Khalik, pencipta yang membawa muslim
kepada dasar Islam, dalam agama Islam dunia tidak muncul
melalui pancaran keilahian yang tak sengaja, akan tetapi diciptakan
dengan kesengajaan dan irodah (kehendak) Tuhan. Sama dengan
apa yang ajarkan oleh Islam, monoteisme Kristen Tauhid menuntut
untuk menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang terbesar,
pusat kehidupan manusia. Tidak ada kekuatan lain yang setara
dengan-Nya. Di alam semesta ini tidak ada Allah lain selain Dia.
Allah Abraham adalah Allah yang Esa.
Dia tidak hanya lebih ungggul dari dewa-dewa yang lain, seperti
cara piker henoteisme. Lebih dari itu, Dia memang tidak dapat
dibandingkan dengan semua allah-allah dalam politeisme, sebab
hanya Dia satu-satunya Allah yang sejati. Dia satu-satunya Allah
yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Hanya kepadaNya
manusia patut menyembah.
42
Dalam hal penyembahan pun dari kedua agama ini baik Islam
maupun Kristen Tauhid sama-sama menujukan seluruh ibadah
hanya kepada Allah, Kristen Tauhid menegaskan tidak boleh
menujukan ibadah kepada selain Allah, baik itu kepada malaikat,
manusia bahkan Yesus sekalipun. Sedangkan Islam juga demikian
melarang umatnya untuk tidak menyembah kecuali hanya kepada
Allah, penyelewengan terhadap perintah ini akan menjadikan
seseorang disebut sebagai musyrik, yang dosanya tidak akan
diampuni. Berpijak dari keimanan diatas yang mana mereka
berpegang teguh akan keesaan dan menyembah kepada Allah,
keduanya yakni Kristen Tauhid dan Islam memiliki persamaan
dalam misinya mengajarkan untuk meninggalkan berhala.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kesamaan konsep
tauhid ini juga menyinggung bahwa Tuhan adalah Pribadi yang
memiliki kehendak, keinginan dan juga berkarya. Tuhan tidak
dapat digambarkan karena memang tidak ada yang pernah
berjumpa dengan Tuhan. Tuhan yang mereka sembah bukanlah
unsur abstrak yang jauh disana sebagaimana orang hindu sembah.
Konsep seperti ini mirip dengan sifat ketuhanan yang ada pada
Islam, yakni Allah itu Wujud (Ada), Muridan (berkehendak) dan
juga Mukhalafatuhu li al-hawadits (Allah berbeda dengan apapun
yang baharu). Persamaan perbandingan lainnya antara Islam dan
Kristen Tauhid adalah pemahaman akan Tuhan yang bersifat
universal, bukan Tuhan lokal, yakni tuhan ataupun dewa dari
sekelompok orang. Mengapa demikian, karena memang keduanya
memiliki persambungan historis keagamaan pada iman Abraham.
Jadi Tuhan yang dimaksud adalah Tuhan dari seluruh umat
manusia, Tuhan alam semesta. Dengan demikian, ini adalah
perbandingan konsep Kristen Tauhid dengan Islam dalam hal
tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat.
b. Yesus Bukan Tuhan
43
Mengulang dari hasil pertama akan keesaan Allah dalam
Kristen Tauhid dan Islam, hal ini mengimplikasikan bahwa Yesus
bukanlah Tuhan menurut keduanya. Ayat-ayat yang digunakan
pada penjelasan sebelumnya diatas memang dengan jelas memberi
pemahaman bahwa Yesus bukanlah Allah. Dengan tegas Aryanto
menjawab ketika ditanya apakah Yesus itu Allah? ” Yesus bukan
Allah, Tuhan yang disembah, Yesus adalah Makhluk (ciptaan)
Allah yang dengan demikian berarti memiliki kedudukan yang jauh
di bawah-Nya apalagi setara. Ibadah hanya ditujukan kepada Allah.
Kristen Tauhid yang anti-tritunggal ini berpendapat bahwa Yesus
bahkan merendah dan menolak disebut sebagai Anak Tuhan, dan
dia menjelaskan kedudukannya dengan menyatakan bahwa dia
akan pergi kepada "Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan
Allahmu." Selain itu, Yesus juga menyatakan bahwa "hanya ada
satu Allah saja, yaitu Bapa", dan juga ketika mengutip Ulangan 6:4
pada Markus 12:29 dia berkata, "Hukum yang terutama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."
Dalam masalah ketuhanan Yesus ini bahkan Islam lebih tegas
dengan menyatakan kufur bagi yang berkeyakinan bahwa Isa
(Yesus) adalah salah satu oknum Tuhan sebagaimana dalam
konsep trinitas. Dengan jelas Islam mengajarkan bahwa Isa
(Yesus) adalah manusia biasa akan tetapi dia adalah seorang nabi
utusan Allah sebagaimana para nabi lainnya- yang diperintahkan
untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya. Jika dalam hal
ketuhanan Yesus kedua agama ini menyatakan bahwa Yesus
bukanlah Allah, maka bila dilihat lebih jauh akan diketahui
perbedaan mencolok pada masalah kemakhlukan Yesus. Jika Islam
memandang Yesus adalah manusia yang diangkat menjadi nabi,
maka Kristen Tauhid memandang bahwa Yesus adalah makhluk
unik yang diberi kuasa ilahi yang luar biasa, selain itu ternyata
dalam pandangan Kristen Tauhid ini, pada praeksistensinya Yesus
44
adalah malaikat. Perbedaan akan Yesus dalam Islam dan Kristen
Tauhid berdasarkan butir kepercayaan diatas pun tampak dalam hal
kematiannya. Islam meyakini bahwa Yesus belum Wafat dan tidak
pula disalib akan tetapi diangkat oleh Allah ke langit, sedangkan
Kristen Tauhid meyakini bahwa Yesus telah mati disalib,
dikuburkan dan dibangkitkan. Lebih dari itu, mereka mengatakan
bahwa dulu Yesus dalam Praeksistensinya di dunia ini adalah
malaikat Mikhael.
Nilai-Nilai Ketuhanan Dalam Lingkungan Pendidikan, Keluarga, dan
Pekerjaan
A. Pengertian
Nilai-nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan keagamaan.
Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh
manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya. nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu
yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini
menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun
sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat
mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan
keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan
sebagainya.Sedangkan keagamaan adalah hal-hal yang bersifat agama. Sehingga
nilai-nilai Keagamaan berarti nilai-nilai yang bersifat agama.
Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan agama sebagai suatu
peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal
untuk kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna
mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.Dari segi isi, agama terdiri
dari seperangkat ajaran yang merupakan perangkat nilai-nilai kehidupan yang
harus dijadikan barometer para pemeluknya dalam menentukan pilihan
tindakan dalam kehidupannya. Nilai-nilai ini secara populer disebut dengan
nilai agama.
45
Nilai-nilai agama adalah nilai luhur yang ditransfer dan diadopsi ke dalam
diri. Oleh karena itu, seberapa banyak dan seberapa jauh nilainilai agama bisa
mempengaruhi dan membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat
tergantung dari seberapa dalam nilai-nilai agama tersebut merasuk/terinternalisasi
didalam dirinya. Semakin dalam nilai-nilai agama terinternalisasi dalam diri
seseorang, kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika
sikap religius/keagamaan sudah muncul dan terbentuk, maka nilai- nilai agama
akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan.
Nilai Agama Islam adalah sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman
manusia agar dalam setiap tingkah lakunya sesuai dengan ajaran Agama Islam
sehingga dalam kehidupannya dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
lahir dan batin dunia dan akhirat.
Aspek nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu :
1. nilai-nilai aqidah
2. nilai-nilai syari’ah/ ibadah
3. nilai-nilai akhlak
Pertama, pengalaman akidah adalah pengalaman masalah
keimanan,sedangkan iman adalah pengakuan hati yang diucapkan dan
diamalkan yang tidak dapat dipisahkan karena pengucapan lidah dan
pengalaman anggota badan itu adalah suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahpisahkan. Hal ini dengan sabda Nabi Muhammad SAW, “Iman adalah
pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengalaman dengan
anggota”. (HR Thabrani)
Dalam ajaran Islam ada beberapa rangkaian keimanan yang tersusun
berdasarkan firman Allah sebagai berikut: “ Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah
turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya,
46
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah
sesat sejauh-jauhnya”. (Q.S. AnNisa’: 136).
Firman Allah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akidah seorang
muslim ada enam yang wajib diimani, yaitu:
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Mailakat-maliakat Allah
c. Iman kepada Rasul-rasul Allah
d. Iman kepada Kitab-kitab Allah
e. Iman kepada hari Qiamat
f. Iman kepada Qodho’ dan Qodar
Keimanan di atas dalam ajaran Islam disebut rukun iman. Dari keenam
rukun iman tersebut seorang muslim dituntut untuk mengimani atau
mempercayai. Dalam artian rangkaian tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan,
semua saling terkait dan menyempurnakan antara satu dengan yang
lainnya.
Kedua,“ syari’ah “ menurut bahasa, berarti: jalan, adat kebiasaan,
peraturan, undang-undang, hukum. Di dalam Al-Mausuatul Arabiyah Al-
Muyassarah, disebutkan bahwa: syari’ah dahulu secara mutlak diartikan: “
ajaran-ajaran Islam yang terdiri dari akidah, dan hukum hukum amaliah”.Jadi
syari’ah Islam berarti” segala peraturan Agama yang telah ditetapkan Allah untuk
umat Islam; baik dari Al-Quran, maupun dari Sunnah Rasululalh SAW yang
berupa perkataan, atau perbuatan, ataupun takrir (penetapan, atau pengakuan).
Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinaan aqidah. Juga
merupakan cerminan dari aqidah. Ketika anak ketika anak itu memenuhi
panggilan Robbnya dan melaksanakan perintah-perintahNya.
Dalam hal ini Dr. Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengatakan,” Agar aqidah
anak tertanam kuat di dalam jiwanya, ia harus disiram dengan air ibadah dalam
berbagai bentuk dan macamnya,sehingga aqidahnya akan tumbuh dengan kokoh,
dan juga tegar menghadapi terpaan badai dan cobaan kehidupan. Masa kanak-
kanak bukanlah masa penbebanan atau pemberian kewajiban. Ia adalah masa
47
persiapan, latihan, dan pemiasaan untuk mennyambut masa pembebanan
kewajiban (taklif) ketika ia telah balig nanti. Dengan begitu, kelak, pelaksanaan
kewajiban akan terasa mudah dan ringan, di samping juga sudah mempunyai
kesiapan yang matang untuk menyelami kehidupan dengan penuh keyakinan.
Ibadah kepada allah akan memberikan pengaruh yang mengagumkan pada jiwa
anak. Ia akan menjadikannya selalu berhubungan dengan allah swt. Ibadah
mampu meredam gejolak kejiwaan dan mengendalikan hawa nafsu, sehinngga
jiwanya akan lurus melalui munajat kepada allah swt. Imam Thabrani
meriwayatkan dari Abu Umamah bahwa ia berkata, Rosulullah saw bersabda,
“tidaklah seorang anak yang tumbuh dalam ibadah sampai ajal menjemputnya
melainkan allah akan memberikan pahala kepadanya serta dengan pahala
sembilan puluh sembilan pahala shiddiq (orang yang benar/jujur).”
Bila kita perhatikan bimbingan-bimbingan Nabi saw, maka kita temukan
bahwa beliau memfokuskan pembinaan anak ini pada beberapa pilar yaitu:
1. Syahadat
Seseorang dikatakan muslim apabila ia telah mengucapkan dua
kalimat syahadat. Islam menempatkan syahadat (pengakuan)
sebagai alamat (tanda), bahwa seseorang telah memiliki akidah
Islam. Sahadat artinya pengakuan bahwa tiada Tuhan kecuali
Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah (utusan
Allah) kalimat syahadat
“ Aku mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku
mengakui Muhammad itu Rasul Allah”
2. Sholat
Menurut bahasa artinya do’a, sedangkan menurut istilah
berarti suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan
dan perbuatan dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
berdasarkan atas syarat syarat dan rukun-rukun tertentu.Kedua
orang tua bisa mulai membimbing anak untuk mengajarkan shalat
dengan cara mengajak melakukan shalat disampingnya, dimulai
ketika ia sudah mengetahui tangan kanan dan tangan kirunya. Ini
48
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abdullah
bin Habib bahwa Nabi saw bersabda,”Jika seorang anak sudah
mengetahui dan bisa membedakan tangan kanan dan kirinya,
maka perintahkanlah ia untuk mengerjakan shalat.” mulai
mengajarkan rukun-rukun shalat, kewajiban-kewajiban dalam
mengajarkan shalat serta hal-hal yang bisa membatalkan shalat.
3. Puasa
Puasa merupakan ibadah ruhani sekaligus jamani. Dengan
puasa, anak akan belajar lkhlas yang hakiki kepada allah swt dan
juga akan selalu merasa diawasi oleh-Nya dalaam kesendiriannya.
Ia akan terlatih untuk menahan diri dari hasrat kepada makanan
sekalipun ia lapar, dan dari minuman sekalipun ia haus. Begitu
juga puasa akan menguatkan daya kontrol mereka terhadap segala
keinginan. Di sini anak akan terbiasa bersabar dan tabah.
4. Haji
Ibadah haji merupakan ibadah yang berisi banyak sekali
kesulitan, namun juga mengandung banyak kenikmatan. Jika
seorang anak telah menunaikan ibadah haji, maka ini berarti
sebuah kabar gembira akan lahirnya kepatuhan kepada allah di
masa yang akan datang ,ingya Allah. Jika anak telah balig, maka ia
masih punya kewajiban untuk menunaikan Haji Islam yang
sesungguhnya. Karena haji yang dilakukan waktu ia belum baligh
bukan merupakan sebuah kewajiban. Haji yang dilakukannya
sebelum baligh menjadi ibadah sunah bagginya. Telah
diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau bersabda,”Anak yang
sudah menunaikan Haji sepuluh kallipun, kemudian ia baru
baligh, maka ia masih berkewajiban menunaikan Haji Islam.”
5. Zakat
Berkenaan dengan zakat fitrah, Imam Bukhorri, Muslim,
Nasa’i, dan abu Dawud meriwayatkan dari abdullah bin Umar r.a
bahwa ia berkata,”Rosulullah saw mewajibkan zakat fitrah satu
49
sha’ dari kurma atau gandum atas setiap hamba sahaya atau
orang merdeka, anak kecil ataupun orang dewasa.” Kita bisa catat
disini bahwa ibadah ini hukumnya adalah wajb dan bukann sunnah.
Dari sini bisa kita catat pula bahwa islam sangat menghendaki agar
harta itu senantiasa bersih dengan dizakati
Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqyang berarti pencipta;
demikian pula dengan makhluqunyang berarti yang diciptakan. Akhlak menjadi
masalah yang penting dalam perjalanan hidup manusia. Sebab akhlak memberi
norma-norma baik dan buruk yang menentukan kualitas pribadi manusia.
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q. S. An
Nahl 97)”.
Dalam akhlak Islam, norma-norma baik dan buruk telah ditentukan oleh
Al-Quran dan hadits.oleh karena itu, Islam tidak merekomendasi kebebasan
manusia uuntuk menenntukan norma-norma akhlak secara otonom. Islam
menegaskan bahwaa hati nurani senantiasa mengajak manusia mengikuti yang
baik dan menjauhkan yang buruk. Dengan demikian hati dapat menjadi ukuran
baik dan buruk pribadi maanusia. Pentingnya akhlak ini, menurut Omar
Mohammad Al-Toumy Al Syaibany tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi
penting untuk masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Atau dengan kata
lain akhlak itu penting bagi perseorangan dan sekaligus yang bagi masyarakat.
B. Macam-macam Nilai-nilai Keagamaan
Menurut Nurcholish Madjid, ada bebrapa nilai-nilai keagamaan mendasar
yang harus ditanamkan pada anak dan kegiatan menanamkan nilai-nilai
50
pendidikan inilah yang sesungguhnya menjadi inti pendidikan keagamaan. Di
antara nilai–nilai yang sangat mendasar itu ialah:
a. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan
b. Islam, yaitu sikap pasrah dan taat terhadap aturan Allah
c. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam – dalamnya bahwa Allah
senantiasa hadir bersama kita dimana saja berada sehingga kita
senantiasa merasa terawasi.
d. Taqwa, yaitu sikap yang sadar bahwa Allah selalu mengawasi kita
sehingga kita hanya berbuat sesuatu yang diridlai Allah dan
senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridlai –Nya.
e. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata
– mata demi memperoleh ridla Allah.
f. Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan
penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan
menolong dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
g. Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas
segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya.
h. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar
dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis.
C. Pengamalan akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqunyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti
pencipta; demikian pula dengan makhluqunyang berarti yang diciptakan. Akhlak
menjadi masalah yang penting dalam perjalanan hidup manusia. Sebab akhlak
memberi norma-norma baik dan buruk yang menentukan kualitas pribadi
manusia. “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan
51
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan (Q. S. An Nahl 97)”.
Dalam akhlak Islam, norma-norma baik dan buruk telah ditentukan oleh
Al-Quran dan hadits. Oleh karena itu, Islam tidak merekomendasi kebebasan
manusia uuntuk menenntukan norma-norma akhlak secara otonom. Islam
menegaskan bahwaa hati nurani senantiasa mengajak manusia mengikuti yang
baik dan menjauhkan yang buruk. Dengan demikian hati dapat menjadi ukuran
baik dan buruk pribadi maanusia. Pentingnya akhlak ini, menurut Omar
Mohammad Al-Toumy Al Syaibany tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi
penting untuk masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Atau dengan kata
lain akhlak itu penting bagi perseorangan dan sekaligus yang bagi masyarakat.
Akhlak dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a) Akhlak kepada Allah, antara lain beribadah kepada Allah,
berdzikir, berdoa, tawakal, dan tawadhu’(rendah hati) kepada
Allah.
b) Akhlak kepada manusia, termasuk dalam hal akhlak kepada
Rasulullah, orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan
akhlak kepada masyarakat.
c) Akhlak kepada lingkungan hidup, seperti sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,
terutama hewani dan nabati.
52
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Susila I Made Dwi. 2019. Sivaratri dalam Konsep Astronomi Hindu.
Bali: NILACAKRA. Hlm 54 – 56
Agma Arjuna. 2019. Konsep Tauhid Ibn Taymiyyah.
https://www.kompasiana.com/agmaarjuna/5d8dca160d82301ba80e9814/ko
nsep-tauhid-ibn-taymiyyah. Diakses pada 30 November 2019 Pukul 19.56
WIB
C,A Qodir. 1991. Filsafat Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta:
Yayasan Obor. Halaman 67-68
Hadiwijono, Harun. 2008. Agama Hindu dan Buddha. Jakarta : Gunung Mulia.
Hlm 27.
Jilan, Buya. 2019. Konsep Keesaan Tuhan Perspektif Agama Budha.
https://www.uinjkt.ac.id/id/konsep-keesaan-tuhan-perspektif-agama-
buddha/ diakses kamis 5 November 2019 pukul 20:21
Ma’ruf, Galuh Ismail. Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu.
https://www.academia.edu/4766010/KONSEP_KETUHANAN_DALAM_
AGAMA_HINDU diakses 6 November 2019 pukul 19.20
Marzuki. 2006. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1 SMP. Surakarta:
Mediatama
Maududi, Abdul A’la. 1984. Dasar-dasar Islam, Bandung: Pustaka. hlm. 40
Mustofa. 1991. Dasar-dasar Islam. Bandung:Angkasa. hlm. 11
Muda, Teungku Muhammad Ali. 2019. Pengantar Tauhid. Jakarta: Prenamedia
Group
Nugroho, Wahyu. dkk. 2019. Memperluas Horizon Agama dalam Konteks
Indonesia. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen
Nuryadin, Arman. Konsep Agama Menurut Agama – Agama Besar di Dunia.
https://www.academia.edu/7045347/Konsep_Tuhan_Menurut_Agama_Aga
ma_Besar_di_Dunia diakses 6 November 2019 pukul 22.40
Yunan, Yusuf. 1990. Alam Pikiran Islam dan Pemikiran kalam, Jakarta: Perkasa.
Halaman 93-94.
53
Zakiah Daradjat, dkk. 2002. Dasar – Dasar Agama Islam. Penerbit : Universitas
Terbuka. Halaman 118-123