Konsep Dasar general anestesi

7
KONSEP DASAR GENERAL ANESTESI Perencanaan Anestesi Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi perlu dilakukan kunjungan pra anestesi. Kunjungan Pra Anestesi sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum operasi hingga beberapa saat sebelum operasi. Kunjungan pra anestesi mempunyai tujuan antara lain: Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal yang meliputi: a. Anamnesis dengan memperhatikan: 1) Identitas pasien atau biodata. 2) Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang mungkin menimbulkan gangguan fungsi sistem organ. 3) Anamnesis umum meliputi: a) Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita atau sedang diderita selain penyakit  bedah ini, yang bisa mempengaruhi anestesia atau dipengaruhi oleh anestesia.  b) Riwayat pemakaian obat yang telah/sedang digunakan yang mungkin beriteraksi dengan obat anestesia, misalnya: kortikosteroid, obat antihipertensi, obat anti- diabetik, antibiotika golongan aminoglikosid, digitalis, diuretika, transquilizer, obat  penghambat enzim mono-amin oksidase dan bronkodilator. c) Riwayat operasi/anestesia terdahulu, misalnya apakah pasien mengalami komplikasi anestesia. d) Kebiasaan buruk, antara lain: perokok, peminum minuman keras (yang mengandung alkohol), pemakaian obat-obat terlarang (sedatif dan narkotik). e) Riwayat alergi terhadap obat/makanan/cuaca/dll. b. Pemeriksaan fisik: 1) Pemeriksaan/pengukuran status: kesadaran, frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat badan dan tinggi badan. 2) Pemeriksaan fisik umum, meliputi: pemeriksaan status: a) Psikis: gelisah, takut, atau kesakitan  b) Saraf (otak, medulla spinalis dan saraf tepi)

Transcript of Konsep Dasar general anestesi

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 1/7

KONSEP DASAR GENERAL ANESTESI

Perencanaan Anestesi

Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi perlu dilakukan kunjungan pra anestesi. Kunjungan

Pra Anestesi sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum operasi hingga beberapa saat sebelumoperasi. 

Kunjungan pra anestesi mempunyai tujuan antara lain:

Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal yang meliputi:

a.  Anamnesis dengan memperhatikan:

1)  Identitas pasien atau biodata.

2)  Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang mungkin menimbulkan

gangguan fungsi sistem organ.

3)  Anamnesis umum meliputi:

a)  Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita atau sedang diderita selain penyakit

 bedah ini, yang bisa mempengaruhi anestesia atau dipengaruhi oleh anestesia.

 b)  Riwayat pemakaian obat yang telah/sedang digunakan yang mungkin beriteraksi

dengan obat anestesia, misalnya: kortikosteroid, obat antihipertensi, obat anti-

diabetik, antibiotika golongan aminoglikosid, digitalis, diuretika, transquilizer, obat

 penghambat enzim mono-amin oksidase dan bronkodilator.

c)  Riwayat operasi/anestesia terdahulu, misalnya apakah pasien mengalami komplikasi

anestesia.

d)  Kebiasaan buruk, antara lain: perokok, peminum minuman keras (yang mengandung

alkohol), pemakaian obat-obat terlarang (sedatif dan narkotik).

e)  Riwayat alergi terhadap obat/makanan/cuaca/dll.

b.  Pemeriksaan fisik:

1) 

Pemeriksaan/pengukuran status: kesadaran, frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu

tubuh, berat badan dan tinggi badan.

2)  Pemeriksaan fisik umum, meliputi: pemeriksaan status:

a)  Psikis: gelisah, takut, atau kesakitan

 b)  Saraf (otak, medulla spinalis dan saraf tepi)

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 2/7

c)  Respirasi

d)  Hemodinamik

e)  Penyakit darah

f)  Gastrointestinal

g)  Hepato-bilier

h)  Urogenital dan saluran kemih

i)  Metabolik dan endokrin

 j)  Otot rangka

k)  Integumen

c.  Pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya.

1) 

Pemeriksaan Rutin: ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan untuk operasi kecil

dan sedang. Hal-hal yang diperiksa adalah:

a.  Darah: Hb, Ht, eritrosit, leukosit dan hitung jenis, trombosit, masa perdarahan,

dan masa pembekuan.

 b.  Urine: pemeriksaan fisik, kimiawi, dan sedimen urine.

2)  Pemeriksaan Khusus: ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan untuk operasi besar

dan pasien yang menderita penyakit sistemik tertentu dengan indikasi tegas. Hal-hal

yang diperiksa adalah:

a.  Pemeriksaan laboratorium lengkap: fungsi hati, fungsi ginjal, AGD, elektrolit,

hematologi, dan faal hemostasis lengkap, sesuai indikasi.

 b.  Pemeriksaan radiologi: foto toraks, IVP, dan yang lainnya sesuai indikasi.

c.  Evaluasi kardiologi terutama untuk pasien yang berumur di atas 35 tahun.

d.  Pemeriksaan spirometri pada penderita PPOM.

Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam misalnya echo kardiografi atau katetrisasi

 jantung diperlukan konsultasi dengan dokter spesialisnya.

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 3/7

d.  Konsultasi dan Koreksi terhadap kelainan fungsi organ vital

e.  Menentukan prognosis pasien intraoperatif

Berdasarkan hasil evaluasi pra operatif tersebut, maka dapat disimpulkan status fisik

 pasien pra anestesia.

 American Society of Anesthesiologist (ASA) yang membuat klasifikasi status fisik pra

anestesia menjadi 5 kelas, yaitu:

ASA 1 : pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik

ASA 2 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan sampai berat

ASA 3 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang disebabkan

karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam nyawaASA 4 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang secara

langsung mengancam kehidupannya.

ASA 5 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah tidak

mungkin ditolong lagi, operasi ataupun tidak, dalam 24 jam pasien akan meninggal.

ASA 6 : pasien yang telah dinyatakan mati batang otak (MBO) dan salah satu dari bagian

tubuhnya diambil untuk keperluan donor organ.

Kunjungan Pra Anestesi (KPA)

Dalam Kunjungan Pra Anestesi (KPA) pasien juga disuruh untuk puasa (dewasa 6 – 8 jam / anak  – 

anak 3 – 5 jam). Di ruang persiapan perlu juga diperhatikan agar pasien tidak menggunakan

 perhiasan, gigi palsu, gigi goyang, gigi bolong, cat kuku maupun pemoles bibir (lipstik bibir dan

lipglos bibir), sebaiknya kandung kemih dipertahankan tetap kosong, jika perlu dipasang kateter

urin.

Diperiksa apakah pasien atau keluarga sudah memberikan izin pembedahan secara tertulis

 berdasarkan inform consent.  Pemberian obat premedikasi secara oral intra muskuler dapat

diberikan 30 menit  –  1 jam sebelum induksi anestesi atau beberapa menit bila diberikan secara

intra vena selama 5 menit.

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 4/7

Pemasangan infus/jalur intravena:

Sebaiknya semua pasien yang akan dioperasi tanpa melihat lamanya tindakan harus dipasang

 jarum atau jalur intra vena baik berupa IV cath atau wing needle. Selain untuk memberikan obat

 juga untuk terapi cairan intravena. 

Tujuan pemasangan infus untuk memberikan cairan (kristaloid, koloid, dan darah), pemberian

obat dan makanan. Sebagian besar tubuh kita terdiri dari cairan (60% - 70%), cairan dengan

 berbagai fungsi antara lain sebagai pelarut zat, transportasi makanan dan obat, mengeluarkan

zat – zat racun/sisa metabolisme. Tubuh dapat mengalami kehilangan cairan karena faktor –  faktor

sebagai berikut: 

1.  Penyakit pra bedah misalnya pada peritonitis, trauma pada perdarahan, penumpukan

cairan pada jaringan interstisiel.

2.  Dehidrasi misalnya puasa, muntah, diare, keluarnya cairan dikarenakan perforasi.

3.  Adanya IWL (Insensible Water Loss) yaitu kehilangan cairan melalui keringat,

 pernafasan.

Karena itu diperlukan pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, serta

 pemeliharaan cairan tubuh selama pembedahan.

Teknik anestesi yang dipilih pada tindakan parotidektomi eksisi luas dengan diagnosa medis

tumor parotis adalah anestesi umum karena kelenjar parotis terletak di lateral wajah, terutama

kelenjar saliva minor yang tersebar dalam rongga mulut, sinus paaranasal, submukosa, dan

trakea.

A.  PREMEDIKASI

Tujuan premedikasi adalah menimbulkan rasa nyaman pada pasien, menekan reflek-reflek yang

tidak diinginkan, mengurangi sekresi saluran pernafasan, memperlancar induksi, dan mengurangi

 penggunaan obat –  obat anestesi.

Pasien diberikan analgetik untuk menekan rasa nyeri, biasanya dipakai Fentanyl dengan dosis 1 –  

2 µg/ kgBB secara intra vena. Efek puncak Fentanyl 3  –  5 menit (IV) dan lama kerja 50  –  60

menit. Selain diberikan analgetik, diperlukan Midazolam (Miloz) dosis 0.05-0,2 mg/kgBB untuk

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 5/7

memberikan efek sedasi. Keuntungan Midazolam sebagai premedikasi adalah tidak

menimbulkan sedasi berat, tidak mendepresi kardio pulmonal, dan tidak menimbulkan rasa mual

dan muntah.

B.  PENATALAKSANAAN ANESTESI

Pada tindakan eksisi luas parotidektomi, dilakukan dengan teknik anestesi umum menggunakan

nafas kontrol (ventilator) dengan pemasangan endotracheal tube.

1.  Induksi

Pemberian obat  –   obatan anestesi seperti Propofol (dosis 2-3 mg/kgBB) menimbulkan efek

sedasi, hipnotik, dan depresi pernafasan. Penurunan kesadaran berlangsung secara progesif

sehingga penyuntikan harus secara perlahan  –   lahan sambil melihat respon pasien. Propofol

diberikan secara intra vena (IV). Jika dilakukan intubasi dapat difasilitasi dengan memberikan

 pelumpuh otot seperti Atracurium (dosis 0,4-0,6 mg/kgBB)

2.  Rumatan/Maintenance

Dalam anestesiologi, monitoring tanda –  tanda vital sangat penting dalam menjaga keselamatan

 pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meraba, melihat, dan mendengar. Alat-alat anestesi

yang digunakan seperti mesin anestesi dan mesin bantu nafas perlu di pantau mesinnya. 

Hal-hal yang diperhatikan selama anestesi:

a.  Kedalaman anestesi dengan melihat tingkatan depresi SSP dan sistem kardiovaskuler.

 b.  Fungsi kardiovaskuler di observasi melalui denyut nadi,bunyi jantung, tekanan

darah,tekanan arteri, EKG.

c.  Anestesi yang terlalu dalam yang mengakibatkan bradikardi dan hipotensi.

d.  Pernafasan dinilai apakah ada retraksi iga, supraklavikula, pernafasan paradoksal.

3.  Pengakhiran anestesi

Bila tindakan pembedahan hampir selesai maka aliran gas-gas anestesi dapat dikurangi. Pada

 penjahitan subkutis, gas anestesi dapat dimatikan, kecuali oksigen dinaikkan 6-8 liter per menit

(denitrogenisasi) selama 3 sampe 5 menit. Kemudian cuff dapat dikempeskan dan segara

dilakukan ekstubasi (guedel tetap terpasang) dan posisi pasien harus tetap ekstensi. Jika

menggunakan facemask pengakhiran anestesi sama prinsipnya pada penggunaan endotrakheal.

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 6/7

Pasien dibawa keruang pulih sadar dan lakukan oksigenisasi serta pemantauan tekanan darah,

nadi dan pernafasan, bila aldrete skor lebih dari 8 pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

C.  PERAWATAN DI RUANG PULIH SADAR (RR)

Perawat anestesi tanggung jawabnya juga mencakup perawatan pasien selama pemulihan dari

efek anestesi. Observasi dilakukan dengan menggunakan Aldrette Score, yang perlu diperhatikan

yaitu: 

1.  Nilai Kesadaran

Sadar, orientasi baik nilai 2

Dapat dibangunkan nilai 1

Tidak dapat dibangunkan nilai 0

2.  Nilai Warna

Merah muda, saturasi O2 >92% tanpa bantuan oksigen nilai 2

Pucat dan memerlukan bantuan oksigen, saturasi O2 >90% nilai 1

Sianosis, saturasi <90% nilai 0

3.  Nilai Aktifitas

4 ekstremitas bergerak bertujuan, dapat diperintah nilai 2

2 ekstremitas bergerak bertujuan, dapat diperintah nilai 1

Tidak ada ekstremitas yang bergerak atau bergerak tidak normal nilai 0

4.  Nilai Respirasi

Dapat bernafas dalam dan batuk nilai 2

 Nafas dangkal dan sesak nilai 1

Apnoe atau obstruksi nilai 0

5.  Nilai Kardiovaskular

Tekanan darah berubah <20% nilai 2

Tekanan darah berubah 20%-30% nilai 1

Tekanan darah berubah >50% nilai 0

8/11/2019 Konsep Dasar general anestesi

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-dasar-general-anestesi 7/7