KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN...

117
TESIS KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU ORGANIZATIONAL COMMUNICATION IN THE OFFICE OF HEALTH AFFAIRS, MALUKU PROVINCE IZABEL N. HAUMAHU PO800209565 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Transcript of KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN...

TESIS

KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU

ORGANIZATIONAL COMMUNICATION IN THE OFFICE OF HEALTH AFFAIRS, MALUKU PROVINCE

IZABEL N. HAUMAHU

PO800209565

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU

ORGANIZATIONAL COMMUNICATION IN THE OFFICE OF HEALTH AFFAIRS, MALUKU PROVINCE

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Administrasi Pembangunan

Disusun dan Diajukan Oleh

IZABEL N. HAUMAHU

PO800209565

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

PRAKATA

Dengan Rahmat Tuhan, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan baik sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi penulis.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak menghadapi kendala namun

atas berkat bantuan semua pihak, dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya ditujukan kepada

yang terhormat:

1. Rektor Universitas Hassanudin

2. Direktu Program Pascasarjana Universitas Hassanudin

3. Bapak Dr. Alwi, M.Si dan Bapak Dr. Muhammad Rusdi, M.Si selaku

Komisi Penasehat, terima kasih atas bimbingannya dalam penyusunan

tesis.

4. Bapak, Dr. Alwi, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi

Pembangunan Universitas Hasanuddin Makassar.

5. Kepada Prof. Dr. H. Rakhmat, MS, Dr. H. Badu Ahmad, M.Si, Dr.

Muhammad Yunus, MA selaku penguji telah banyak memberikan

saran dan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Kepada semua Dosen Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik, proram

studi administrasi pembangunan, atas segala ilmu yang diberikan

sebagai bekal bagi penulis dalam penyusunan tesis ini.

7. Kepada Papa, Mama, Cynthia, dan Bu Claus untuk Doa dan

Dukungannya

8. Pada kekasih tercinta Crolly, atas segala dorongan moril, materil serta

motivasi bagi penulis menyelesaikan tesis ini.

9. Teman-teman angkatan atas segala dukungan moril kepada penulis

hingga selesainya tesis ini.

Menyadari akan segala kekurangan penulis dalam penyusunan tesis

ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik, guna

penyempurnaan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan setiap orang yang

membacanya dan menaruh minat pada tesis ini, guna pengembangan

ilmu administrasi ke depan.

Dan akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan yang

terbaik kepada kita semua. Amin.

Makassar, November 2011

Penulis

IZABEL N. HAUMAHU

ABSTRAK

IZABEL N. HAUMAHU. Komunikasi Organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Dibimbing oleh Dr. Alwi, M.Si dan Dr. Muhammad Rusdi, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi internal dan eksternal yang diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

wawancara langsung dengan nara sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi yang

diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku secara umum meliputi komunikasi interaksional dan transaksional. Komuniksi organisasi tersebut diterapkan pegawai dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih guna mencapai tujuan organisasi. Bentuk komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi organisasi secara internal dan komunikasi organisasi secara eksternal. Komunikasi organisasi secara internal yaitu komunikasi yang berlangsung dalam ruang lingkup atau lingkungan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Sedangkan secara eksternal berupa pemberian pelayanan kesehatan maksimal, kegiatan penyuluhan bidang kesehatan dan kegiatan penyaluran bantuan obat-obatan atau fasilitas medis kepada masyarakat.

Kata kunci : Komunikasi, Internal, Eksternal, Pegawai,Pelayanan

ABSTRACT

IZABEL. N. HAUMAHU. Organizational Communication in the office of health affairs, Maluku province Mollucas Provincial (Supervised by Dr. Alwi, M.Si dan Dr. Muhammad Rusdi, M.Si. This study aims to: (1) investigate the application of organizational communication in the office of health affairs, Maluku province; (2) to findout the form of internal health and external organizational communication applied by the employees in the office.

The study used the qualitative method by conducting direct interviews with the informants.

The results reveal that in general the office of health affairs in Maluku province has applied interactional and transactional Communication. The organization communication is implemented by the employees within the context of a relationship between two or more people in order to achieve the goal of the organizational. The forms of organizational communication in the office of health affairs in Maluku province can be classified into two groups; internal Organizational communication, and external organization communication. The internal organization communicationis the one happens in the office (organization), and it include vertical, horizontal, and diagonal communication. On the other hand,the external organization communication isconducted in providing maximum health services, providinginformation about health, and distributing drugs or medical facilities to the community.

Key words: communication, internal, external, employees, service

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

LEMBARAN PERYATAAN KEASLIAN TESIS

PRAKATA iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8

A. Konsep Komunikasi ......................................................... 8

B. Pengertian Komunikasi .................................................... 10

C. Konsep Organisasi .......................................................... 20

D. Konsep Komunikasi Organisasi ....................................... 27

E. Penerapan Bentuk Komunikasi Organisasi....................... 45

F. Kerangka Pikir ................................................................. 55

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 56

A. Desain Penelitian ............................................................. 56

B. Lokasi Penelitian ............................................................. 58

C. Informan Penelitian .......................................................... 59

D. Jenis dan Sumber Data ................................................... 60

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 61

F. Teknik Analisis Data ........................................................ 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 64

A. Deskriptif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku ............. 64

B. Bentuk Komunikasi Organisasi Internal yang

dierapkan pegawai dinas Kesehatan Provinsi

Maluku.................................................................. 71

C. Bentuk Komunikasi Organisasi Eksternal yang

dierapkan pegawai dinas Kesehatan Provinsi

Maluku.................................................................. 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 101

A. Kesimpulan ..................................................................... 101

B. Saran .............................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

A. Surat izin penelitian

B. Surat keterangan selesai melakukan penelitian

C. Struktur organisasi Dinas kesehatan provinsi Maluku

D. Dokumentasi

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Peta Teori Organisasi ........................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal .............................. 32

2. Komunikasi Organisasi Internal Secara Horisontal ........................... 33

3. Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal ............................ 34

4. Komunikasi Organisasi Eksternal Hubungan Timbal Balik .............. 37

5. Sistem Komunikasi Organisasi ........................................................ 42

6. Perilaku Komunikasi Organisasi ...................................................... 44

7. Perkembangan Konteks Komunikasi ............................................... 51

8. Peran Manejerial Menurut Mintzberg ............................................... 52

9. Kerangaka Pikir................................................................................ 55

DOKUMENTASI PENELITIAN

Keterangan : wawancara dengan Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan

Umum.

Keterangan : wawancara dengan Kepala Bagian Bidang Penanggulangan

Penyakit dan Bencana.

Keterangan : kegiatan persiapan penulis sebelum melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat.

Keterangan : Komunikasi antar Staf dalam lingkungan Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional selalu bertumpu pada terwujudnya

hubungan yang integral antara semua sektor pembangunan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu pembangunan yang

memerlukan adanya komunikasi intensif untuk semua pihak dalam rangka

mewujudkan pembangunan kesehatan yang utama, terkedepan, unggul

dan memberikan kepuasan atas pelayanan. Hal ini sebagaimana

termaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dalam rangka

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

Kondisi daerah Provinsi Maluku sebagai salah satu provinsi yang

memberikan prioritas pembangunan kesehatan, maka pembangunan

bidang kesehatan untuk lima tahun kedepan harus dapat menjawab visi

dan misi Provinsi Maluku yaitu memberikan pelayanan kesehatan dasar

gratis di semua unit pelayanan, Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas,

Puskesmas Pembantu kepada masyarakat miskin secara bermakna tanpa

terkecuali. Untuk mewujudkan rumusan kebijakan tersebut, maka visi dari

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang diselenggarakan dalam semangat

orang basudara pela gandong bekerjasama dalam upaya mencapai visi

“Masyarakat Maluku yang Mandiri untuk Hidup Sehat dengan Pola

Pendekatan Kepulauan”.

Visi tersebut diartikan bahwa masyarakat Maluku adalah masyarakat

yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Maluku. Mandiri dalam

hal ini upaya masyarakat memberdayakan baik diri dan lingkungan untuk

selalu dalam keadaan sehat. Untuk hidup sehat yaitu perilaku yang

proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko

terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat serta lingkungan kondusif.

Pola pendekatan kepulauan yang dimaksud yaitu model sistem pelayanan

kesehatan dengan mengelompokkan gugus pulau terdekat dengan satu

pusat rujukan pada pusat pertumbuhan.

Untuk mencapai visi tersebut, dirumuskan misi pembangunan

kesehatan Maluku yaitu: 1) mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat, 2) mewujudkan akses pelayanan

kesehatan yang adil, merata, terjangkau dan berkualitas berbasis

kepulauan, 3) mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam

lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit, dan 4) mewujudkan

pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif

dan preventif tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif yang

diselenggarakan secara profesional.

Namun kenyataan tersebut untuk mewujudkan visi dan misi Provinsi

Maluku, Dinas Kesehatan sering diperhadapkan oleh adanya kesenjangan

yang menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan

kesehatan, sering ditemukan adanya mis komunikasi organisasi.

Kesenjangan tersebut memberikan dampak yang melemahkan kinerja

pegawai kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada

publik.

Devito (1989) komunikasi adalah tindakan satu orang atau lebih

dalam organisasi dengan menggunakan satu konteks umpan balik untuk

saling memahami apa yang dikomunikasikan. Komunikasi terjadi secara

internal dan eksternal dalam aktifitas organisasi. Kenyataan yang menjadi

fenomena, yaitu terjadinya kesenjangan mis komunikasi organisasi terlihat

dari tidak berjalannya komunikasi yang efektif dalam hal

pengkomunikasian secara internal dan eksternal.

Terlihat komunikasi organisasi internal pada Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku masih sering terjadi mis komunikasi antar atasan dan

bawahan, antar bawahan dengan bawahan lainnya dan adanya berbagai

mis komunikasi yang menimbulkan tidak berjalannya pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi pegawai. Secara eksternal terlihat pula seringnya terjadi

miskomunikasi antara pihak pegawai dengan pihak yang dilayani, publik

dan adanya kesalahan dalam berbagai saluran komunikasi.

Devito (1989) menyatakan komunikasi organisasi menjadi penting

untuk menciptakan suatu motif atau tujuan orang berkomunikasi secara

sadar. Komunikasi itu menjadi hubungan, memberi keyakinan dan untuk

menyampaikan informasi.

Kenyataan yang dapat dilihat dalam keseharian, komunikasi

organisasi secara internal ditemukan adanya kesalahan dalam

menjalankan tugas yang diberikan oleh pimpinan terhadap bawahan

seperti dalam komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari pimpinan ke staf

dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik (two way traffic

communication), masih sering menimbulkan komunikasi yang tidak efektif.

Ini dapat terlihat dari pelaksanaan tugas yang terkadang kurang sesuai

dengan yang diharapkan.

Termasuk dalam kenyataan masih ditemukan adanya kesenjangan

komunikasi organisasi secara internal yang berkaitan dengan komunikasi

dari atas ke bawah (downward communication), contoh pimpinan

memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah,

pengumuman, rapat, masalah intern yang masih sering tidak berjalan

secara efektif, karena adanya mis komunikasi dalam memahami perintah

atasan yang diemban oleh bawahan.

Demikian halnya dalam kenyataan terlihat komunikasi organisasi

secara internal memperlihatkan komunikasi dari bawah ke atas (upward

communication). Contoh staf memberikan laporan, saran-saran,

pengaduan, kritikan kepada pimpinan yang sering tidak sesuai dengan

informasi yang disampaikan, sehingga terjadi sebuah diskomunikasi

antara atasan dan bawahan yang dapat menimbulkan kesenjangan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

Scharamm (2008) menyatakan komunikasi eksternal dalam suatu

organisasi diperlukan untuk memecahkan persoalan organisasi yang

bersentuhan dengan organisasi lainya. Kenyataan ini juga terlihat adanya

komunikasi organisasi secara eksternal yang menimbulkan mis

komunikasi antara pihak pemberi layanan (provider) terhadap publik.

Seperti salah dalam menginformasikan layanan yang tidak sesuai, kritikan,

informasi, dan pesan yang tidak sesuai dengan wujud pelayanan.

Termasuk pula adanya komunikasi organisasi secara eksternal yang

tidak sesuai dengan kemampuan pihak Dinas Kesehatan dalam menjalin

sebuah hubungan yang baik dengan publik. Hubungan tersebut berupa

hubungan kemitraan, kerjasama, interaksi sosial dan penilaian terhadap

aspek-aspek kebijakan yang diberikan kepada publik. Hal ini sering

menimbulkan terjadinya suatu hubungan yang kurang harmonis antara

pihak petugas pegawai kesehatan dengan publik yang mendapatkan

pelayanan.

Terlihat pula bahwa komunikasi organisasi secara eksternal sering

tidak efektif dalam mengkomunikasikan berbagai kepentingan pihak.

Karenanya diperlukan adanya lintas saluran untuk menjembatani sebuah

komunikasi organisasi antara Dinas Kesehatan dengan saluran instansi

lain dan publik untuk diintensifkan saluran komunikasinya dalam rangka

memperbaiki komunikasi yang telah terjalin dan memberikan suatu

penilaian positif untuk membangun suatu saluran lainnya.

Komunikasi organisasi secara eksternal menurut Scharamm (2008)

menyatakan bahwa menciptakan sebuah komunikasi yang efektif

diperlukan adanya hubungan yang saling memperhatikan dan memahami

tujuan yang ingin dicapai. Saat ini diakui oleh pihak kesehatan bahwa

jejaring yang dibangun saat ini belum berorientasi pada perbaikan

komunikasi dalam sistem jejaring, belum memperbaiki kemitraan melalui

komunikasi efektif dan belum adanya otoritas dalam mengembangkan

jejaring yang luas sebagai wujud komunikasi organisasi secara eksternal.

Memahami uraian-uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian dengan judul ”Komunikasi Organisasi pada

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diajukan diatas, maka

permasalahan yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi internal pada Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku?

2. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi eksternal pada Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi internal yang

diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi eksternal yang

diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini agar dapat memperkuat teori-teori mengenai komunikasi organisasi

pada pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, serta memberi kontribusi bagi

pengembangan ilmu administrasi pemerintahan.

2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah, khususnya

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku untuk menerapkan komunikasi organisasi pada

instansinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunikasi

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya

berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain

disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau

“communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah

“communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul

kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin yang mirip

Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama

(http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).

Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui

pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa

Inggris, “communicate”, berarti (1) untuk bertukar pikiran-pikiran,

perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk membuat tahu; (3) untuk

membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang

simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti :

(1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses

pertukaran diantara individu-individu melalui simbol-simbol yang sama; (3)

seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan

tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983, dalam Vardiansyah, 2004).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal

dari akar kata yang maknanya selalu (1) melibatkan pertukaran simbol

atau tanda baik verbal maupun nonverbal, (2) terbangunnya relasi

kebersamaan antara komunikator dengan komunikan. Simbol atau tanda

verbal seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. Sementara simbol atau

tanda nonverbal seperti mimic, gerak-gerik, serta suara. Terbangunnya

relasi kebersamaan ini bukan selalu sebagai hubungan yang positif seperti

keakraban atau keintiman melainkan terbentuknya kontak hubungan

antara pengirim pesan dengan penerima pesan melalui simbol atau tanda-

tanda tertentu yang bersifat verbal atau nonverbal. Aplikasi kontak simbol

ini baik dilakukan dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun dengan pihak

lain (antarpersonal).

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas

komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktifitas komunikasi

dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak

dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa

dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan

komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Namun, apa yang

dimaksud dengan komunikasi itu sendiri.

B. Pengertian Komunikasi

Pawito dan C Sardjono (2009:12) mencoba mendefinisikan

komunikasi sebagai suatu proses dengan pesan dipindahkan atau

dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima

dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan,

sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat

unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan

(the message), saluran (the channel), dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm (2008) menyatakan komunikasi sebagai suatu

proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya bahwa

komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti

umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya

kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes)

dengan seseorang. Manusia berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.

Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi

dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah

komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi

komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan

tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).

Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm (2008)

tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses

berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi

yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan

(commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima

(audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif

apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama

seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.

Joseph A Devito (1989) mengemukakan komunikasi sebagai

transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan

suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa

para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan

keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan

secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).

Sebagai proses, komunikasi bersifat khas dan umum, sempit dan

luas dalam ruang lingkupnya. Komunikasi antarmanusia merupakan suatu

rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan

berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya

sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga

merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat

menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat

ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui

media massa dengan audience di seluruh dunia, ketika manusia

berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi, saat orang mengawasi

orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi (Blake dan Haroldsen,

2003 : 2-3).

Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004:9) setidaknya telah

mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance

dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting

yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain:

1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat

umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses

yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam

kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang

menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan

militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir

dan sebagainya.

2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan,

misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-

situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu

pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan

kesengajaan, misalnya dari Goode (1959) yang menyatakan

komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula

dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua

orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang

menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi

yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran

informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak

menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya

definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi

informasi.

Berdasarkan definisi komunikasi yang ada, Sendjaja (2009:144)

dalam menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan

konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang

(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-

kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang

lainnya (khalayak).

2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-

kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang

menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada

siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which

channel? To whom? With what effect?).

4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang

semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki

oleh dua orang atau lebih.

5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego.

6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian

dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Komunikasi adalah seluruh

prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran

orang lainnya.

Sementara Riswandi (2008:95) menyimpulkan beberapa karakteristik

komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara

lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan

serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan

(ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam

kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai

tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari

pelakunya.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik

apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-

sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama

terhadap topik pesan yang disampaikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan

lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam

komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-

kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya

menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan

tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa

para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada

waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk

teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain,

faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam

berkomunikasi. (Riswandi, 2008).

Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik benang

merah bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam

mendefinisikan komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang

abstrak sehingga memiliki banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan

satu definisi tunggal terbukti sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat

pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu.

William I. Gorden (dalam Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi

menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun

konsep diri sumber daya manusia, aktualisasi diri, untuk kelangsungan

hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan hubungan orang lain dalam menjalankan

kegiatan administratif.

a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai diri, dan itu

hanya bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain. Melalui komunikasi

dengan orang lain, setiap manusia belajar bukan saja mengenai siapa, namun juga

bagaimana merasakan siapa dirinya.

b. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2008) mengistilahkan

significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang

disekitar yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep

diri. Ketika manusia masih kecil, mereka adalah orang tua, saudara-

saudara, dan orang yang tinggal serumah.

Dewey dan Humber (2009) menamai affective others, untuk orang

lain yang mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-

lahan membentuk konsep diri. Selain itu, terdapat apa yang disebut

dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara

emosional mengikat, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.

Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan

dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.

c. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi secara administratif

untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri

atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi

sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam

sebuah seminar. Meskipun sudah diperingatkan moderator untuk

berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau

komentator itu sering berbicara panjang lebar mengkuliahi hadirin,

dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.

d. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh

kebahagiaan. Sejak lahir, manusia tidak dapat hidup sendiri untuk

mempertahankan hidup. Perlu dan harus berkomunikasi dengan orang

lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis seperti makan dan minum,

dan memenuhi kebutuhan psikologis seperti sukses dan kebahagiaan.

Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama sebagai manusia, dan

untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah

kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa

terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.

2. Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan

(emosi) dalam dunia kerja. Perasaan tersebut terutama

dikomunikasikan melalui pesan-pesan verbal.

3. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan

sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog

sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang

tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain.

4. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,

menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen,

komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan

membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan

tersebut. Studi komunikasi membuat manusia peka terhadap berbagai

strategi yang dapat digunakan dalam komunikasi untuk bekerja lebih

baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi

berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan

pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,

menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,

keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat

diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni

taktik-taktik verbal dan nonverbal.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian

komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing

ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang)

tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara

kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa

keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan,

kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa

pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.

Misalnya pendapat Effendy (2009), ia berpendapat fungsi komunikasi

adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan

mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan

Effendy, 2009:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:

1. Penjagaan atau pengawasan lingkungan (surveillance of the

information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang

mempengaruhi nilai masyarakat.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat

untuk menanggapi lingkungannya .

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik.

Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang

pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa

dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,

ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan

istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk

komunikasi ini.

C. Konsep Organisasi

Menurut Littlejohn (2005:241) organisasi dapat didefinisikan dengan

dimensi: 1) struktur, bentuk dan fungsi organisasi 2) managemen, kontrol

dan kekuatan 3) budaya organisasi. Struktur, bentuk dan fungsi organisasi

dapat digambarkan dengan beberapa kiasan. Pertama, organisasi seperti

mesin, mempunyai bagian yang memproduksi produk dan jasa. Kedua,

aspek struktural organisasi ialah organisme. Seperti tanaman atau hewan,

organisasi lahir, tumbuh, berfungsi dan beradaptasi untuk berubah dalam

lingkungan dan tentunya mati. Kiasan ini membantu memahami dimensi

(manajemen, kontrol dan kekuatan) dari organisasi. Pertama dari otak

oganisasi ialah proses informasi, mempunyai intelegensi, konseptualisasi

dan membuat rencana. Dimensi organisasi lainnya ialah budaya sebagai

identitas yang berbagi nilai, norma, kepercayaan, dan latihan.

Tabel 1

Peta Teori Organisasi

Topik Teori

Patologi

Teori

Cybernetic

Teori Sosial

Kultural Teori Kritis

Organisasi

Struktur,

Bentuk dan

Fungsi

Organisasi

Teori

Birokrasi

Weber

Proses

Organisir

Teori

Jaringan

Teks

Percakapan

Strukturasi

Manajemen,

Kontrol dan

Kekuatan

Empat

Sistem Likert

Teori Kontrol

Organisasi

Hermenuetic

of Suspicion

Managerial

dan

Demokrasi

Gender dan

Ras dalam

Komunikasi

Budaya Budaya

Organisasi

Sumber: Littlejohn (2005:240)

Ide Weber dalam Littlejohn (2005:242) membangun teori saat ini

“teori organisasi klasik”. Kita semua menganggap bahwa birokrasi seperti

hirarki yang berlapis, peraturan, dan tidak insensitif pada kebutuhan dan

orang yang berbeda. Walaupun reaksi kita pada birokrasi sering negatif,

namun prinsipnya organisasi idealnya memiliki birokrasi. Weber

mengidentifikasi cara terbaik bagi organisasi untuk mengatur kompleksitas

kerja individu dengan tujuan dan prinsipnya bertahan lama. Menurut

Weber, organisasi sebagai sistem yang mempunyai tujuan, aktifitas

interpersonal yang didesain untuk tugas individu yang sederajat. Hal ini

tidak dapat dilakukan tanpa otoritas, spesialisasi dan regulasi.

Otoritas ada bersama kekuasaan, namun dalam organisasi, otoritas

harus harus dilegitimasi atau otoritas diformalisasi dengan organisasi.

Efektifitas organisasi tergantung pada luasnya batas manajemen yang

membolehkan legitimasi kekuasaan oleh organisasi. Organisasi didirikan

sebagai sistem rasional dengan kekuatan peraturan, membuatnya

menjadi bagian otoritas legal-rasional.

Cara terbaik mengorganisir otoritas legal-rasional berdasarkan

Weber ialah hirarki. Hirarki ditetapkan dengan regulasi dalam organisasi.

Beberapa lapisan manajemen mempunyai otoritas, namun secara

keseluruhan hanya kepala organisasi (top manajer) yang berotoritas.

Prinsip terkait dari otoritas birokrasi, berdasarkan Weber, bahwa pegawai

organisasi tidak berbagi kepemilikan organisasi, ini menganggu jalannya

legitimasi otoritas. Prinsip kedua ialah spesialisasi, individu ditempatkan

berdasarkan divisi kerja dan beberapa orang mengetahui pekerjaannya

dalam organisasi.

Aspek ketiga dari birokrasi ialah kebutuhan atas peraturan. Apa yang

membuat koordinasi organisasi memungkinkan ialah implementasi dari

seperangkat regulasi yang menentukan perilaku setiap orang. Peraturan

organisasi harus rasional, berarti harus dibuat untuk mencapai tujuan

organisasi. Model birokrasi Weber mengilustrasi kiasan mesin organisasi.

Ini mengikuti top-down, mekanisme menampilkan bagaimana luasnya

grup harus menyatukan aktifitas untuk mencapai tujuan.

Struktur organisasi memiliki iklim yang ditampilkan sebagai salah

satu kunci variabel yang berdampak pada komunikasi dan produktifitas

serta kepuasan kerja pegawai. Bagi Poole dan Mc Phee (2003:48), iklim

ialah kolektifitas umum gambaran organisasi yang membentuk perasaan

dan ekspektasi anggota, serta penampilan organisasi. Mereka

mendefinisikan iklim sebagai sikap kolektif yang diproduksi dan reproduksi

oleh anggota. Poole melihat iklim dengan tiga strata, pertama sekumpulan

bentuk yang digunakan anggota untuk mendefinisi dan memaparkan

organisasi (kolam konsep). Kedua ialah dasar, abstaksi tinggi yang

berbagi konsepsi dari atmosfer organisasi (iklim inti).

Terakhir ialah translasi grup dari iklim inti ke dalam bentuk kongkret

yang lebih berdampak pada bagian partikula konstitusi organisasi. Iklim

tidak statis namun konstan dalam organisasi. Pertama, struktur dari

organisasi. Sebab, struktur membatasi berbagai interaksi dan praktik yang

terjadi. Faktor kedua yang mempengaruhi iklim ialah variasi iklim

menghasilkan alat. Faktor ketiga ialah karakteristik anggota, skill dan

pengetahuan.

Siagian (1999:94) mengemukakan ada 15 (lima belas) prinsip

organisasi yaitu kejelasan tujuan, pemahaman tujuan oleh para anggota

organisasi, penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi, adanya

kesatuan arah, fungsionalisasi, deliniasi berbagai tugas, keseimbangan

antara wewenang dan tanggung-jawab, pembagian tugas, kesederhanaan

struktur, pola dasar organisasi yang relatif permanen, adanya pola

pendelegasian wewenang, rentang pengawasan, jaminan pekerjaan serta

keseimbangan antara jasa dan imbalan.

Sarwoto (1999:68) memberikan pengertian pengorganisasian

sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas,

tanggung-jawab atau wewenang, sehingga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

Pengertian di atas dipertegas oleh Handoko (2004:24) yang

mengemukakan bahwa pengorganisasian (organizing) adalah:

a. Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi.

b. Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi adalah kelompok

kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.

c. Penugasan tanggung-jawab tertentu.

d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu

untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Kekuatan dan kelemahan organisasi pada dasarnya mempunyai

keterkaitan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian suatu kondisi

kelemahan bersifat dominan, maka ada kemungkinan kekuatan yang

dimiliki organisasi berubah menjadi kelemahan. Sebaliknya jika kekuatan

yang dominan, maka kekuatan tersebut dapat berfungsi untuk

memperbaiki kelemahan. Kemampuan organisasi oleh Scharamm (2008)

menyatakan bahwa kemampuan organisasi dalam kerangka manajemen

organisasi adalah aspek internal dari organisasi yang bersangkutan.

Kapabilitas suatu organisasi adalah konsep yang dipakai untuk

menunjukkan pada kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor

stratejik yaitu kelemahan dan kekuatan. Beberapa faktor yang perlu

diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara lain

struktur organisasi, pengelolaan, sumber daya, lokasi, fasilitas, integritas

dan sebagainya.

Beberapa elemen penting yang dipandang sebagai kekuatan antara

lokasi yang strategis dengan kemudahan transportasi dan komunika.si,

keamanan yang terjamin pada pengembangan beberapa proyek

pemerintah. Aspek organisasi antara lain menyangkut misi, visi, tujuan,

sasaran, dana, struktur organisasi yang tangguh, administrasi yang rapi

dengan penyebaran tugas dan tanggung-jawab, memenuhi pelayanan

yang bermutu dan bersedia meningkatkan kualitas, produk pelayanan,

memberikan dukungan terhadap strategi organisasi, kemampuan

pimpinan dalam memberikan ide-ide yang berbobot serta memanfaatkan

sumber daya terbatas.

Sutarto (2004:84) menyatakan bahwa organisasi adalah sistem

saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur dalam organisasi meliputi

sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama yang dapat

diselenggarakan dengan kerja sama atau usaha bersama antara anggota-

anggota kelompok, supaya kerja sama berjalan dengan baik dan teratur,

maka diadakanlah suatu pembagian kerja di bawah suatu pimpinan.

Struktur organisasi merupakan kerja-sama antar hubungan satuan-

satuan organisasi yang di dalamnya terdapat tugas dan wewenang yang

masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.

Guna mewujudkan suatu organisasi yang baik serta efektif dan agar

struktur organisasi yang ada dapat sehat dan efisien, maka dalam

organisasi tersebut perlu diterapkan beberapa asas atau prinsip

organisasi. Atau dengan kata lain, organisasi yang sehat, efektif, efisien

adalah organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya mendasari diri pada

asas-asas organisasi tertentu. Ini menunjukkan bahwa asas-asas

organisasi merupakan sarana untuk dapat menciptakan kondisi-kondisi

yang favorable guna mewujudkan tujuan organisasi. Sukarna (1999:40)

menyatakan bahwa secara pokok, macam atau jenis asas-asas organisasi

adalah perumusan tujuan dengan jelas, departementasi, pembagian kerja,

koordinasi, pelimpahan wewenang, rintangan kontrol, jenjang organisasi,

kesatuan perintah, fleksibilitas, keberlangsungan dan kesinambungan

Kesebelas macam asas organisasi yang diajurkan di atas

disederhanakan ke dalam enam macam yakni perumusan tujuan yang

jelas, pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, rintangan

kontrol dan kesatuan perintah. Sukarna (1999:41) merumuskan secara

pokok asas-asas organisasi sebagai suatu rumusan tujuan yang jelas,

pembagian pekerjaan, pelimpahan atau pendelegasian wewenang,

koordinasi, rintangan kontrol atau kendali dan kesatuan komando.

D. Konsep Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting bagi organisasi

yang maju dan berkembang. Bagi suatu organisasi yang komunikasinya

tidak efektif , akan berdampak adanya mis komunikasi yang menyulitkan

organisasi untuk mencapai tujuannya. Komunikasi dalam organisasi

dibedakan atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal (Haeruddin,

2006).

Komunikasi organisasi pada prinsipnya adalah bentuk kegiatan yang

dilakukan oleh setiap orang yang berkomunikasi dalam suatu organisasi.

Biasanya komunikasi antar pimpinan dan bawahan, komunikasi antara

bawahan dan sejawatnya dan komunikasi suatu organisasi dengan

organisasi lainya (Lesmana, 2006).

Komunikasi dalam organisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh satu orang atau lebih yang berkomunikasi dengan cara mengirim,

menginformasikan, menerima pesan, memberikan usulan, diskusi untuk

menghasilkan sebuah umpan balik dalam menghasilkan pengertian dan

tujuan yang sama. Karenanya dalam komunikasi organisasi tidak terlepas

dari adanya komunikasi inter pribadi, kelompok kecil, perilaku terbuka atau

komunikasi massa yang dilakukan oleh pimpinan dan bawahan.

Komunikasi organisasi adalah suatu keterikatan dalam berbagai

pengembangan pesan yang disampaikan melalui sebuah saluran dari

sumber pesan terhadap penerima pesan. Biasanya dalam suatu

organisasi terdapat pihak sebagai sumber penerima informasi dan

sebagai pemberi informasi untuk menghasilkan sebuah kompetensi

organisasi yang efektif dalam mengolah pesan dan saluran sebagai

umpan balik dan umpan maju dari efek komunikasi yang memajukan

organisasi (Spitzberg dan Cupach, 2009).

Komunikasi organisasi merupakan motif dari suatu tujuan orang yang

berkomunikasi, yang dikemukakan secara sadar yang melibatkan banyak

kepentingan sesuai dengan penggunaaan media komunikasi yang efektif,

menghasilkan suatu komunikasi organisasi yang efektif tidak terlepas dari

adanya komunikasi internal dan eksternal.

Dimensi-dimensi komunikasi organisasi :

1. Komunikasi eksternal, digunakan anggota organisasi untuk interaksi dengan individu

di luar organisasi. Komunikasi eksternal membawa pesan organisasi dan lingkungan

organisasi yang relevan. Sistem pesan eksternal digunakan untuk menyampaikan

informasi dari lingkungan organisasi dan untuk memberikan lingkungan informasi

dari organisasi.

2. Komunikasi internal, ialah pola pesan yang dibagi (Share) antar anggota organisasi,

interaksi manusia yang terjadi dalam organisasi dan antar anggota organisasi. Saat

organisasi tumbuh pada ukuran atau kompleksitas atau menyebar ke luar area dan

zona waktu, ini memerlukan program komunikasi internal yang membantu

membangun tim.

Ini berarti komunikasi organisasi secara internal dan eksternal

menjadi penting dalam mewujudkan bagaimana komunikasi yang tercipta

dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut akan

dijelaskan pengertian komunikasi internal dan komunikasi eksternal :

1. Komunikasi Organisasi Internal

Komunikasi internal dapat dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal. Dan

komunikasi eksternal dilakukan melalui pemberian informasi, diskusi dan kerjasama yang

melibatkan adanya pembicaraan dengan menggunakan pesan yang mudah dimengerti

(Reardon, 1987).

Komunikasi organisasi secara internal melibatkan adanya suatu kegiatan

pemberian pesan dan penerimaan pesan dari atasan terhadap bawahan

atau orang lain, sehingga menghasilkan komunikasi internal secara

vertikal, horizontal, dan diagonal. Wujud komunikasi ini bervariasi sesuai

dengan bentuk kegiatan organisasi di dalam menerapkan komunikasi

organisasi yang efektif.

Naisbitt (2004) menyatakan bahwa komunikasi organisasi internal

secara vertikal, yaitu tindakan komunikasi yang bersifat perintah, teguran,

pujian, dan petunjuk atas segala kegiatan yang dikomunikasikan untuk

mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi internal secara

horizontal, yaitu tindakan komunikasi yang bersifat meditasi antar

pimpinan, antar pegawai dan antar unit kerja dalam membicarakan

sebuah kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Komunikasi

organisasi internal secara diagonal yaitu antar atasan dengan bawahan

dan unit kerja yang saling berkomunikasi dalam memahami sebuah pesan

yang diterima dan dikirim.

Memahami pentingnya komunikasi organisasi internal yang

melibatkan unsur pimpinan, bawahan dan unit kerja sebagai suatu bagian

yang tidak terlepas untuk menjadi bahan komunikasi organisasi.

Efektifnya unsur-unsur komunikasi organisasi internal dalam

mengkomunikasikan suatu permasalahan organisasi semakin memberikan

kemudahan bagi organisasi tersebut untuk memecahkan permasalahan

dalam mencapai tujuan organisasi (Rossy, 2008).

Memahami komunikasi organisasi internal pada dasarnya

memahami bagaimana organisasi melakukan komunikasi dalam

memberikan pesan dan menerima pesan yang melibatkan unsur-unsur

yang berkomunikasi dalam organisasi yaitu pimpinan, tim kerja, dan

bawahan (Nicholas, 2008).

2. Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal

Komunikasi organisasi internal yang melibatkan pimpinan, unit kerja,

dan bawahan, sering menghasilkan komunikasi organisasi internal secara

vertikal, yaitu suatu komunikasi yang sumber pesan diberikan oleh

pimpinan kepada unit kerja, kemudian dikelola oleh bawahan untuk

menghasilkan sebuah pesan informasi, perintah, teguran dan solusi dalam

menjalankan aktifitas organisasi (Simon, 2005). Berikut ditunjukan skema

komunikasi organiasi internal secara vertikal di bawah ini :

Gambar 1

Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal

Sumber : Simon (2005).

3. Komunikasi Organisasi Internal Secara Horizontal

ORGANISASI

PIMPINAN

UNIT KERJA

BAWAHAN

KOMUNIKASI SECARA VERTIKAL

PESAN PERINTAH TEGURAN SOLUSI

Pentingnya komunikasi organisasi internal juga terlihat dari

penerapan komunikasi secara horizontal. Komunikasi ini melibatkan unsur

pimpinan, unit kerja dan bawahan melalui sebuah komunikasi antar

pimpinan, antar unit kerja dan antar bawahan untuk membahas,

mengelolah dan memberi masukan yang dapat membangun sebuah

kontruksi komunikasi yang efektif untuk diterapkan bersama (Freddy,

2004). Lebih jelasnya pada digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2

Komunikasi Organisasi Internal secara Horisontal

Sumber : Freddy (2004)

4. Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal

ORGANISASI

PIMPINAN UNIT KERJA BAWAHAN

INPUT (Masukan) PROCESS (Mengolah)

OUTPUT (Hasil)

KIOMUNIKASI SECARA HORIZONTAL

Penerapan komunikasi organisasi internal dapat dilakukan melalui

komunikasi organisasi secara diagonal yaitu sebuah kegiatan komunikasi

dalam organisasi yang melibatkan pimpinan, unit kerja dan bawahan

untuk saling berkomunikasi dalam memajukan dan memecahkan berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan aktifitas organisasi, sebagaimana di

tunjukan pada skema di bawah ini (Scharamm, 2008).

Gambar 3

Komunikasi Organisasi Internal secara Diagonal

ORGANISASI

Pimpinan

Unit Kerja

Bawahan

Komunikasi secara Diagonal pemecahan Masalah

Sumber : Freddy (2004).

Berarti dalam suatu organisasi yang menjadikan komunikasi sebagai

sebuah tindakan di dalam melakukan komunikasi secara internal yang

melibatkan inter pribadi, antar pribadi, dialog atau pidato umum yang

melibatkan unsur pimpinan, unit kerja dan bawahan dalam rangka

memperbaiki dan menciptakan suatu komunikasi yang terjalin baik untuk

mencapai tujuan bersama.

Komunikasi orrganisasi internal yang diterapkan oleh setiap unsur

organisasi menjadi sebuah perhatian dan pertimbangan untuk memahami

arti penting komunikasi yang diterapkan dalam suatu organisasi. Semakin

terjalin komunikasi internal yang efektif, semakin memudahkan setiap

unsur yang berkepentingan dalam organisasi, guna meraih kemajuan dan

pencapaian tujuan. Effendy (2008) menyatakan komunikasi organisasi

internal yang efektif, yaitu terlibatnya seluruh komponen organisasi mulai

dari pimpinan, unit kerja dan bawahan untuk saling memberikan informasi

dan mengelolah pesan untuk mencapai tujuan. Berarti komunikasi

organisasi berperan penting terhadap keberhasilan organisasi.

Kaitanya dengan komunikasi organisasi internal pada instansi Dinas

Kesehatan Propinsi Maluku, hal tersebut sering ditemukan dari aspek

pelaksanaan atau tindakan yang dilakukan oleh pimpinan, unit kerja dan

bawahan dalam mengkomunikasikan berbagai kebijakan, program dan

tindak lanjut dari sebuah serangkaian kegiatan mengenai tugas pokok dan

fungsi pegawai untuk berkomunikasi secara horizontal, vertikasl dan

diagonal.

5. Komunikasi Organisasi Eksternal

Suatu organisasi yang maju dan berkembang selalu berkomunikasi

dengan organisasi lain. Herdment (2007) menyatakan keberhasilan suatu

organisasi tidak terlepas dari pentingnya komunikasi organisasi eksternal

yang diterapkan. Penerapan suatu komunikasi eksternal dibangun atas

adanya komunikasi timbal balik. Wujud komunikasi eksternal secara timbal

balik berupa pemberian informasi, kegiatan kerjasama dan diaolog antar

organisasi.

Komunikasi organisasi eksternal dapat dilihat dalam wujud

komunikasi berupa komunikasi antar organisasi meliputi kegiatan umpan

balik atas pemberiaan informasi. Nuhui (2005) menyatakan wujud

komunikasi organisasi eksternal antar organisasi dalam berbagai umpan

balik pemberian informasi biasanya diterapkan untuk saling memberikan

bahan atau materi yang dibutuhkan oleh masing-masing organisasi, dalam

memudahkan menjalankan kegiatan organisasinya. Selain itu wujud dari

komunikasi eksternal yaitu melakukan kerjasama dalam berbagai

kepentingan untuk saling membenahi dan melengkapi kegiatan organisasi

yang mengharuskan masing-masing organisasi untuk saling berdialog

dalam memajukan dan memecahkan persoalan organisasinya.

John dan Lay (2004) menyatakan bahwa dalam mengelolah sebuah

organisasi diperlukan adanya suatu tindakan dari pimpinan untuk

mengambil kebijakan dalam berkomunikasi dengan pihak luar atau

eksternal organisasi. Ini dimaksudkan dalam rangka menjalin adanya

hubungan komunikasi yang aktif diantara dua atau lebih organisasi yang

melakukan komunikasi.

Wujud komunikasi organisasi eksternal yaitu mengkomunikasikan

lebih dari satu bentuk kepentingan atau kebutuhan organisasi yang satu

dengan organisasi yang lainnya. Pada prinsipnya, suatu organisasi

melakukan komunikasi aktif dengan organisasi yang lain untuk melakukan

tukar informasi, menjalin kerjasama dan untuk berdialog memecahkan

persoalan bersama (Rachmi, 2007).

Gambaran sebuah komunikasi organisasi eksternal yang efektif yaitu

adanya kepentingan, kerjasama dan tujuan yang ingin dicapai. Melaui

komunikasi antar organisasi akan menghasilkan sebuah pencapaian

tujuan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan. Devito (1989)

menyatakan komunikasi organisasi merupakan channel penting untuk

mencapai tujuan organisasi. Berikut gambar hubungan timbal balik

komunikasi eksternal antara dua organisasi :

Gambar 4

Komunikasi Organisasi Eksternal Hubungan Timbal Balik

KOMUNIKASI KOMUNIKASI

ORGANISASI A

Kepentingan Kerjasama Tujuan

ORGANISASI B

Kepentingan Kerjasama

Tujuan

EKSTRERNAL

Ini berarti, suatu organisasi yang menerapkan komunikasi organisasi

eksternal pada dasarnya didasari oleh tiga aspek yang ingin dicapai yaitu :

1) melakukan komunikasi untuk mencapai kepentingan, 2) berkomunikasi

untuk bekerjasama, dan 3) berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Ketiga

hal ini diimplementasikan dalam wujud komunikasi dengan saling memberi

informasi, menjalin kerjasama dan melakukan dialog untuk menuntaskan

berbagai permasalahan dan manfaat dari aktifitas organisasi (Devito,

1989).

Muller (2004) menyatakan bahwa keberhasilan organisasi yang

berbasis pada komunikasi organisasi eksternal, yaitu selalu

mengutamakan terjalinnya komunikasi yang efektif melalui pertukaran

informasi antar organisasi, melakukan atau menjalin kerjasama dalam

berbagai urusan atau program dan melakukan pembahasan melalui dialog

atau simulasi untuk memecahkan adanya perbedaan diantara organisasi

tersebut untuk terlepas dari permasalahan. Melalui komunikasi organisasi

secara eksternal dengan melakukan komunikasi untuk mencari informasi

dari organisasi lain.

Menurut Laurent (2005) melalui komunikasi yang efektif dengan

mitra organisasi lain yang ingin melakukan pertukaran informasi,

dirasakan manfaatnya untuk mendapatkan berbagai database laporan,

program dan berbagai bentuk akses informasi yang dibutuhkan oleh

Sumber : Devito (1989).

organisasi. Termasuk melaui komunikasi organisasi secara eksternal,

setiap komponen dari organisasi baik pimpinan, unit kerja dan bawahan,

dapat melakukan kerjasama dengan organisasi lain melalui sebuah

komunikasi yang aktif dan pro aktif untuk mengembangkan komunikasi

eksternal. Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi melalui kerjasama

antar dua organisasi yang dijalin berdasarkan adanya komunikasi yang

progresif, intensif, transparan dan akuntabel (Muller, 2004).

Komunikasi organisasi eksternal yang sering diimplementasikan oleh

beberapa organisasi yaitu melalui sebuah kegiatan yang bersifat dialog

antar organisasi. Kegiatan komunikasi dialog ini dapat dilakukan melalui

komunikasi antar pimpinan, antar pimpinan, antar unit kerja, dan antar

bawahan atau dapat dilakukan dengan massal melalui seminar,

sarasehan, ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan untuk

mengkomunikasikan dua organisasi yang biasanya dilakukan sesuai

kesepakatan ( Justin, 2006).

Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi

yang dilakukan pimpinan, baik dengan para pegawai maupun dengan

khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka

pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran

organisasi (Effendy, 2009: 214). Manajemen sering mempunyai masalah

tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat

penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama,

komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai

dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat

dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer

mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.

Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan

tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya

agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu

dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan

bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan

manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok

dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-

fungsi manajemen, melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan

komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand

Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukan

komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim,

berita (pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini : Model ini

menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang,

komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat

mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang

mendengar, komunikasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang

terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :

Pengirim Pesan Penerima

Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang

diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan simbol-simbol,

kemudian disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima,

penerima menangkap simbol-simbol dan diterjemahkan kembali atau

diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan mengirimkan berbagai

bentuk umpan balik kepada pengirim.

Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang

dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang akan digunakan

untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai

bentuk simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan

pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, dsb.

Langkah ketiga sumber mengirimkan pesan melalui berbagai saluran

komunikasi silan. Manfaat komunikasi lisan, antar pribadi adalah

kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan penerima,

memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara, dll)

disampaikannya pesan secara tepat, dan memungkinkan umpan balik

diproleh. Sedangkan komunikasi tertulis dapat disampaikan melalui media

seperti: memo, surat, laporan, catatan, bulletin, surat kabar dsb.

Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan atau

dokumen untuk kepenting masa mendatang. Langkah keempat adalah

penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya penerima

menerima pesan melalu panca indera mereka.. banyak pesan penting

yang tidak diterima oleh seseorang karena mereka tidak menerima pesan

karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat. Langkah kelima

adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami simbol-simbol yang

dipergunakan oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar

belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga dan gangguan

disekitarnya.

Penerapan komunikasi dua arah antara pimpinan dan stafnya

(atasan dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi

menjadi faktor penentu berhasil tidaknya orang lain memahami ide,

gagasan yang ia sampaikan. Langkah terakhir adalah umpan balik.

Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon,

jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah

berakhir. Inilah yang disebut bahwa komunikasi yang efektif itu akan

menimbulkan interaksi yang baik pula dalam melaksanakan tujuan

organisasi.

Gambar di bawah ini melukiskan konsep suatu sistem komunikasi

organisasi. Garis yang putus-putus melukiskan gagasan bahwa

hubungan-hubungan ditentukan secara alami; hubungan-hubungan itu

juga menunjukkan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan

mungkin berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan

lingkungan yang internal dan eksternal.

Gambar 5

Sistem Komunikasi Organisasi

Sumber: Poole (2003)

Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu

orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan

suatu pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara

anggota-anggota suatu organisasi. Analisis komunikasi organisasi

menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara

simultan.

Suatu sistem didefinisikan oleh Poole (2003) sebagai “setiap

identitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua keadaan atau

lebih” . Dalam suatu sistem komunikasi, keadaan itu adalah hubungan

antara orang-orang. Dalam suatu sistem komunikasi organisasi keadaan

tersebut adalah hubungan antara orang-orang dalam jabatan-jabatan

(posisi-posisi). Unit mendasar komunikasi organisasi adalah seseorang

dalam suatu jabatan. Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan,

menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan,

pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan

suatu figur atau gambar yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.

Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dal

komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang

terjadi:

1. Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (

display) menurut Random House Dictionary of The English Language

1987: anda membawa sesuatu untuk diperhatikan

orang lain; menyebarkan ses

secara lengkap dan menyenangkan.

2. Penafsiran pesan atau penaf

menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).

Gambar 6 melukiskan

berperilaku tersebut dengan garis bergerigi.

Gambar 6.

Perilaku Komunikasi Organisasi

Sumber: Poole (2003)

Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dal

komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang

Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (

) menurut Random House Dictionary of The English Language

1987: anda membawa sesuatu untuk diperhatikan seseorang a

orang lain; menyebarkan sesuatu sehingga sesuatu dapat terlihat

secara lengkap dan menyenangkan.

Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukkan (to intepret

menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).

Gambar 6 melukiskan kedua proses ini dengan membagi orang yang

berperilaku tersebut dengan garis bergerigi.

Perilaku Komunikasi Organisasi

Sumber: Poole (2003)

Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam

komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang

Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (to

) menurut Random House Dictionary of The English Language

seseorang atau

uatu sehingga sesuatu dapat terlihat

siran pertunjukkan (to intepret:

menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).

kedua proses ini dengan membagi orang yang

Kaitanya dengan penerapan komunikasi organisasi secara eksternal

telah dibangun berdasarkan tindakan perilaku komunikasi dengan

organisasi lainya. Seperti komunikasi yang diterapkan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi Maluku biasanya melalui kegiatan pertukaran

informasi dengan instansi-instansi lain yang berkaitan dengan kesehatan,

melakukan berbagai kerjasama melalui serangkaian komunikasi aktif

untuk melakukan kesepakatan dan melakukan komunikasi dengan

berdialog tentang berbagai hal untuk memecahkan persoalan yang

berkaitan dengan kesehatan yang ditangani oleh dua pihak atau lebih

untuk menyukseskan program kesehatan.

E. Penerapan Bentuk Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam

organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses

penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara

timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada

beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli,

(Face dan Faules, 2001:41) yakni sebagai berikut :

1. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam

organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi

internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward

atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi

dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-

orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan

berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi

program.

2. Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup

komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah

komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada

atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama pegawai yang

sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang

komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti

komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan

masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi

dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama

anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan

perasaan di antara sesama anggota organisasi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

organisasi adalah proses yang yang terjadi dalam organisasi, dan di

dalam sana proses komunikasi yang terjadi terbagi dalam empat aspek

yaitu : komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke

atas (upward communication), komunikasi horizontal (horizontal

communication), dan komunikasi lintas saluran.

Adapun pengertian dari komunikasi organisasi menurut Pace

(2001:143) didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan

diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu

organisasi. Dalam sebuah teori tentang Komunikasi organisasi (Face dan

Faules, 2001:145) dikemukakan bahwa keputusan-keputusan yang

diambil oleh anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara

efektif, unutk bersikap jujur kepada organisasi, untuk meraih semangat

dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk

menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan

organisasinya adalah di pengaruhi oleh komunikasi.

Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu

manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalam suatu

sistem manajemen modern. Ada yang diklasifikasikan sebagai pemimpin

dan ada yang bertindak sebagai bawahan (Ruslan, 2002:88).

Pace (2001:31) definisi komunikasi organisasi secara fungsional

ialah pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang

merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu komunikasi terdiri

dari unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu

dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Secara interpretatif

dapat diartikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang

merupakan organisasi.

Komunikasi organisasi melingkupi komunikasi interpersonal dan

komunikasi kelompok. Kepentingan bersama dan tujuan organisasi

menjadi orientasi komunikasi organisasi. Hirarki organisasi menentukan

pola komunikasi yang terjadi. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi

yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu

masyarakat atau organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan

media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk

mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2006:21).

Komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara dua orang secara

tatap muka (face to face), walaupun dapat juga melalui media telepon.

Komunikasi interpersonal terbangun dari komunikasi intrapersonal karena

seseorang akan menyusun komunikasi efektif saat interaksi. Hal

terpenting ialah komunikasi interpersonal membangun hubungan antar

manusia. Komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai transaksi pesan

verbal dan nonverbal antara tiga hingga lima belas orang yang saling

berbagi tujuan utama, yang merasa kebersamaan dalam grup, dan yang

berdampak pada yang lain (Beebe, 2001:28).

Purwanto (2006:30) memaparkan bahwa suatu komunikasi bisa

dimasukkan dalam lingkup komunikasi kelompok apabila, pertama, proses

komunikasi dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang

pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih banyak daripada

tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan

mana sumber dan mana penerima (receiver). Umpan balik atau feedback

yang didapat tidak maksimal karena waktu terbatas dan khalayak relatif

banyak. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan

spontanitas untuk kalangan tertentu.

Komunikasi kelompok terlibat di dalam lingkup komunikasi

organisasi. Kelompok-kelompok kecil saling berinteraksi sehingga terjadi

komunikasi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ernest

Bormann dalam Beebe (2003:42) bahwa grup berasal dari berbagai

macam share kepribadian. Teori tindakan simbolik yaitu menjelaskan

bagaimana tipe komunikasi membentuk identitas grup dan budaya, yang

berdampak pada konsensus bersama dengan berbagi emosi, motivasi

dan makna.

Beebe (2001:44) merumuskan teori struktur yang memberikan

framework umum yang menjelaskan bagaimana orang menggunakan

aturan dan sumberdaya untuk interaksi dalam sistem sosial. Struktur

menjelaskan bagaimana grup memproduksi dan reproduksi sistem sosial

oleh anggota grup yang menggunakan aturan dan sumberdaya dalam

interaksi.

Menurut James Taylor dalam Littlejohn (2005), organisasi ialah

proses sirkular dengan interaksi dan interpretasi yang berdampak pada

orang lain. Interaksi merupakan proses berbagi makna yang dibentuk

dalam interaksi. Percakapan ialah interaksi, atau bagaimana kata yang

digunakan, sikap dan esturnya. Teks ialah apa yang dikatakan, isi dan ide

dalam bahasa yang dipakai. Bahasa dari text memberikan struktur kata

dan tata bahasa yang menuntun anda untuk memaknai apa yang

dikatakan atau ditulis. Namun, dua proses ini percakapan dan text tidak

dapat dipisahkan. Percakapan memahami bentuk dari teks dan teks

memahami bentuk percakapan. Proses Taylor ini disebut double

translation. Pertama, penterjemahan dari teks menjadi percakapan.

Kedua, penterjemahan dari percakapan menjadi teks.

Saat berkomunikasi, mengikuti model atau ide komunikasi.

Komunikasi harus meliputi interaksi dengan proses interpretasi yang

dibedakan tidak hanya tindakan namun juga respon dari tindakan. Taylor

menyebutnya proses coorientation, bahwa dua orang berorientasi pada

objek biasa (topik, isu, concern, situasi, ide, tujuan, personal, grup, dan

lainnya). Individu mempunyai peran dalam agen organisasi dan

mengkodefikasi aspek organisasi dari kelebihan atau kekurangan teks

formal yang dibuat dalam peta aspek organisasi. Jika anda mengamati

orang berkomunikasi dan melihat pola interaksi dan hubungan mereka,

anda memperhatikan permukaan struktur organisasi, keseharian aktifitas

anggotanya. Struktur dalam seperti tata bahasa atau rencana struktural.

Struktur dalam dibuat oleh orang yang berkomunikasi dengan lainnya dan

dituntun dengan komunikasi itu.

Dalam suatu organisasi, suatu waktu pada sub-divisi atau unit

tambahan, otoritas terletak pada kolektifitas: kontrol sosial, hubungan dan

reward organisasi secara personal yang utama, status struktur ialah

egaliter. Hubungan komunikasi yang terjalin baik antara manajer satu

dengan manajer lain, manajer dengan pegawai, atau antar pegawai

merupakan salah satu kunci keberhasilan manajer dalam mencapai tujuan

organisasi. Berikut digambarkan perkembangan konteks komunikasi dari

Littlejohn (2005).

Gambar 7

Perkembangan Konteks Komunikasi

Sumber: Little John (2005:248)

Menurut Mintzberg dalam Djoko Purwanto mengatakan tiga peran

manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang manajer dalam suatu

organisasi yaitu, peran interpersonal, peran informasional dan peran

keputusan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 8

Peran Manajerial menurut Mintzberg

Sumber: Little John (2005:248).

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pustaka yang telah

dikemukakan terlebih dahulu, maka kerangka pemikiran ini menjadi

sebuah arah untuk menggambarkan hal-hal yang menjadi fokus pemikiran

dalam penelitian ini. Pada prinsipnya, ada dua hal yang menjadi prinsip

fokus dalam penelitian ini yaitu komunikasi organisasi dan kinerja

pegawai.

Terwujudnya komunikasi organisasi secara internal dan eksternal

pada Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang melibatkan adanya

komunikasi pimpinan, unit kerja, bawahan dan mitra kerja organisasi lain

menjadikan Dinas Kesehatan mampu mengkomunikasikan kebijakan dan

program secara internal dan eksternal.

Mengacu kepada teori yang dikemukakan Effendy (1994) yang

menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh

kemampuan dari setiap individu untuk mengkomunikasikan aktifitas

kerjanya dalam mencapai tujuan. Komunikasi yang terpenting pada

organisasi meliputi komunikasi internal dan eksternal.

Bentuk komunikasi dikelompokan menjadi dua, yaitu Komunikasi

organisasi secara internal adalah proses penyampaian pesan antara

anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi,

seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama

bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi

antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa

merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan

media massa).

Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:

Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah

ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan

kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan

instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, kepada

bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-

saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan. Komunikasi

horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari

karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam

komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi

atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar

pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini

membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan

memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan

kepuasan kerja, dan komunikasi diagonal.

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan

organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,

komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat

dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan

hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja.

Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik, yaitu ;

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan

umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga

khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.

Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi;

press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film

dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers dan Komunikasi dari

khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang

dilakukan oleh organisasi.

Uraian-uraian tersebut di atas menjadi sebuah pemikiran bagi

peneliti yang dituangkan dalam sebuah kerangka pemikiran yang

bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengembangkan suatu

penelitian yang sistematik, konsisten, logis dan komplet di dalam

pengamatannya. Lebih jelasnya ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 9

Kerangka Pikir

KOMUNIKASI ORGANISASI INTERNAL

Komunikasi Vertikal Komuinikasi Horizontal

Komunikasi Diagonal

KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI ORGANISASI EKSTERNAL

Pemberian Informasi pada khalayak (Lisan dan Tulisan)

Menjalin Kerjasama

Berdialog

DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui tahapan-

tahapan, serta urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan, maka akan

diuraikan urutan-urutannya yaitu: desain penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data (Nasir, 2000:51).

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan strategi studi kasus. Alasan

menggunakan studi kasus, yaitu penelitian memusatkan perhatian pada

kasus secara intensif dan detail tentang komunikasi organisasi. Pendapat

lain yang mendasari penggunaan pendekatan studi kasus dalam

penelitian ini adalah pendapat Muhajir (1990:60-61) yang mengatakan

bahwa metodologi penelitian yang mencakup dalam studi kasus

pendekatan eksplorasi yang menggambarkan secara luas tentang bentuk

komunikasi organisasi baik yang dilakukan secara internal maupun

eksternal.

Schramm (dalam Yin, 2005:17) menyebutkan definisi lain dari segi

topik yang dapat disimpulkan bahwa esensi studi kasus adalah mencoba

menjelaskan keputusan-keputusan tertentu tentang mengapa studi kasus

tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya dan apa hasilnya.

Selanjutnya definisi teknis yang diberikan kepada studi kasus (Yin,

1984a:1981b) adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di

dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena

dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber

dimanfaatkan.

Penggunaan strategi studi kasus pada penelitian ini dibarengi

dengan penerapan analisis kualitatif. Di mana ciri-ciri utama penelitian

yang menggunakan metode kualitatif menurut Edmund H (dalam

Mikkelsenn, 1993:318-321) antara lain adalah:

1. Sifat data mencerminkan interpretasi yang mendalam dan menyeluruh

atas fenomena tertentu (kasus). Data-data dikelompokkan dalam

kelas-kelas, tidak menurut urutan angka, membumi, peka dan

beragam. Berfokus pada variasi, nilai-nilai yang ekstrim, partikular,

penyimpangan, problematis dan perspektif.

2. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara semi-

terstruktur, studi kepustakaan.

3. Pertanyaan diformulasi secara terbuka dengan spesifikasi longgar dan

kemungkinan jawabannya. Kemungkinan untuk spesifikasi selama

proses menurut checklist kasar. Pertanyaan dan jawaban berlangsung

secara dua arah antara peneliti dan responden.

4. Maksimalisasi informasi menjadi pedoman pemilihan responden.

Dengan prinsip bahwa setiap responden adalah orang yang unik

(orang kunci).

5. Kesalahan sebagian besar bersumber dari kondisi apabila responden

tidak mengerti atau bila responden menyensor sendiri.

6. Keputusan terhadap relevansi data dikontrol dan kemungkinan diubah

bersama dalam proses responden dan peneliti.

7. Bentuk analisis yang digunakan adalah analisis dan interpretasi kritis

atas bahan sumber. Memilih tema dan mensistemasikan serta

mengikhtisarkan wawancara dan pengamatan, interpretasi dan

komentar.

8. Teori-teori yang ada digunakannya hanya sebagai titik tolak analisis.

Teori-teori selanjutnya dikembangkan dan membentuk konsep baru

dan hubungan baru. Isu konsep baru dipelajari dan digambarkan.

Penerapan praktis dari teori yang digambarkan itu.

Fokus sutama dalam penelitian adalah menjelaskan komunikasi

organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

B. Lokasi Penelitian

Dilaksanakan di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Lokasi ini

sengaja dipilih karena beberapa pertimbangan antara lain:

1. Dinas kesehatan Provinsi Maluku, merupakan unit pelayanan

kesehatan yang berkomunikasi langsung dengan masyarakat (publik)

dalam pelayanan kesehatan.

2. Adanya kesenjangan yang menyebabkan perlunya diterapkan

komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

C. Informan Penelitian

Peneliti memilih subyek penelitian dengan cara purposive yaitu

pemilihan subyek secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria atau

pertimbangan tertentu (Yin, 2005:67). Kriteria yang ditentukan peneliti

bahwa subyek-subyek yang dipilih adalah mereka yang lebih mengetahui

dan dapat memberikan informasi mengenai model pengembangan

sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, sehingga

peneliti dapat memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian

ini.

Dalam menentukan subyek penelitian didahului dengan penentuan

key informant yang membuka jalan untuk penelitian ini. Key informant

merupakan orang yang paling berwenang dalam menentukan kebijakan

yang harus dilaksanakan sehubungan dengan model pengembangan

sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan

merupakan orang yang menjadi kunci pokok untuk mendapatkan data

primer, karena dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan key

informant lebih banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti.

Selanjutnya oleh key informant peneliti dibantu dalam menentukan

subyek-subyek penelitian yang telah ditentukan, karena key informant

lebih tahu orang-orang yang dapat memberikan data-data yang

dibutuhkan peneliti untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.

Adapun yang menjadi key informant dalam penelitian pada intinya

mempunyai tugas dan andil yang besar dalam menerapkan komunikasi

organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, antara lain:

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Kepala Kelompok Jabatan Fungsional

3. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum

4. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan

5. Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana

6. Kepala Bidang Pemberdayaan dan Promosi

7. Kepala Seksi Pemberdayan Masyarakat

8. 1 orang staf Dinas Kesehatan

9. Pihak Kecamatan

10. 1 orang tokoh masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan

Jadi jumlah informan penelitian ini adalah 10 orang.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data menurut Arikunto (1998:114) adalah subyek dari mana

data dapat diperoleh. Dari hasil penelitian ini jenis data yang digunakan

oleh penulis berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara

dan pengamatan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan

penelitian, maka harus ditentukan sumber data yang akan digunakan

dalam penelitian. Arikunto (1998:114) menyatakan bahwa sumber data

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu person, place dan paper. Keterangan

singkat untuk ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Person, sumber data berupa orang yaitu sumber data yang bisa

memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau

jawaban tertulis.

2. Place, sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang

menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Keduanya

merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi.

3. Paper, sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-

simbol lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Nasir (1998:211) bahwa “pengumpulan data adalah suatu

prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh yang

diperlukan”. Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis

melakukan teknik pengumpulan data, sehingga memperoleh data, fakta

serta sesuatu yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara Mendalam

Cara mengumpulkan data dengan melakukan wawancara mendalam

dengan memberikan pertanyaan secara lisan yang telah disusun sebagai

pedoman dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan data. Peneliti

dituntut untuk memiliki keahlian dalam menggali informasi dari informan

agar data yang diinginkan benar-benar didapatkan. Dengan wawancara

mendalam penelitian dapat menghasilkan data yang kaya, rinci dan penuh

hal-hal yang baru.

2. Teknik Observasi

Teknik di mana peneliti mengamati gejala atau peristiwa yang terjadi

di lapangan pada saat proses penelitian sedang berlangsung. Menurut

Guba dan Lincorn (dalam Moleong, 2001:125-126) teknik pengamatan

memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.

Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan

beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi pengamatan dapat menjadi alat

yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang

kompleks, sehingga informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan

lengkap dan valid.

3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

Teknik pengumpulan data tertulis yang ada berupa catatan

peraturan-peraturan, dokumen-dokumen atau arsip-arsip dan data

monografi yang berhubungan dengan obyek penelitian kemudian

mempelajari yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami, sehingga mencapai suatu

kesimpulan yang tepat dan tersusun secara sistematis. M. Nazir

(1999:419) menyatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan-

kegiatan untuk mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi

serta mengikat data, sehingga mudah dibaca. Dalam menganalisis data

akan berlaku proses mengorganisasikan, mengurutkan data ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema

dan dirumuskan kerangka kerja seperti yang disarankan oleh data.

Pada penelitian ini, untuk menganalisis data yang telah terkumpul

menggunakan teknik analisa data kualitatif, yaitu data yang telah

dikumpulkan, dihimpun baik data primer maupun sekunder dan

selanjutnya disusun, dianalisis, diinterprestasikan kemudian diambil

kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang diteliti.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

2008-2013 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah merupakan

Dokumen Perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program

program bidang Kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas

Kesehatan khususnya kegiatan-kegiatan bidang kesehatan dengan

dorongan dan peran aktif masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima) Tahun ke

depan.

Dalam hal pelayanan kesehatan tentu dibutuhkan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang professional dan memiliki kualitas yang baik. Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku memiliki Sumber Daya manusia yang sangat

kurang baik kualitasnya maupun kwantitasnya. Selain itu distribusi dan

penyebaran sumber daya manusia kesehatan masih terkonsentrasi pada

suatu unit pelayanan tertentu di daerah tertentu, sehingga terkesan

tenaga kesehatan masih kurang atau terbatas.

Agar dapat mencapai tujuan kinerja sebagaimana yang diharapkan

maka Perencanaan Dinas Kesehatan harus dilaksanakan secara terpadu

dan berkelanjutan dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia, sarana

dan prasarana yang memadai sehingga dapat menciptakan sinergisitas

guna mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mempunyai tugas pokok

membantu Gubernur dan Wakil Gubernur dalam melaksanakan urusan

otonomi daerah di bidang kesehatan tidak terlepas dari pentingnya

komunikasi organisasi. Setiap unsur pimpinan pada Dinas Kesehatan

selalu melakukan komunikasi organisasi bertumpuh pada pelaksanaan

tugas pokok Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

Komunikasi organisasi yang dikomunikasikan yaitu sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan sesuai rencana strategis

daerah atau RPJMD.

2. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan.

3. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayaan umum di bidang

kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Pembinaan teknis di bidang kesehatan.

5. Pembinaan unit pelaksana teknis daerah.

6. Pembinaan kelompok fungsional

7. Pelaksanaan ketatasahaan.

8. Pelaksanaan kebijakan Gubernur yang diberikan sesuai fungsi dinas.

9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai tugas

dan fungsi.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut organisasi Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku melakukan komunikasi dengan jajaran

pimpinan, unit kerja yang terlibat dan bawahan untuk melakukan

perumusan kebijakan dibidang kesehatan, pemberiaan perizinan dan

pelaksanaan pelayanan umum dibidang kesehatan, melaksanakan bidang

teknis pada bidang kesehatan, pembinaan unit pelaksana teknis daerah,

kelompok fungsional, pelaksanaan kesehatan serta realisasi kebijakan

Gubernur yang sejalan dengan tupoksi organisasi.

Penekanan komunikasi organisasi pembangunan bidang kesehatan

harus menjawab visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yaitu

pemberian pelayanan kesehatan dasar gratis di semua unit pelayanan,

Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

(Pustu) kepada masyarakat miskin secara bermakna tanpa kecuali. Untuk

melaksanakan tugas pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku perlu

dilakukan komunikasi organisasi secara intensif di dalam merumuskan

kebijakan teknis guna pelaksanaan secara efektif dan efisien, sehingga

program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang

telah ditentukan.

Hasil komunikasi organisasi yang dilakukan selama ini selalu

berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 92/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian

Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Satuan

kerja perangkat daerah telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Provinsi Maluku Nomor 03 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Maluku telah menetapkan

struktur organisasi.

Pelaksanaan komunikasi organisasi di Dinas Kesehatan Provinsi

Maluku tidak terlepas dari adanya semangat kultur yang melekat pada

masyarakat Maluku, karenanya komunikasi organisasi yang efektif

diwacanakan dalam semangat orang basudara pela gandong

bekerjasama dalam upaya mencapai visi: ”masyarakat Maluku yang

mandiri untuk hidup sehat dengan pola pendekatan kepulauan”. Untuk

mencapai visi tersebut, dirumuskan misi pembangunan kesehatan Maluku

yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat.

2. Mewujudkan akses pelayanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau

dan berkualitas berbasis kepulauan.

3. Mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam lingkungan yang

sehat dan bebas dari penyakit.

4. Mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya

kesehatan promotif dan preventif tanpa melupakan kuratif dan

rehabilitatif yang diselenggarakan secara profesional.

Komunikasi organisasi yang efektif dilakukan pada jajaran Dinas

Kesehatan, yaitu melakukan tujuan umum dari pembangunan kesehatan

Provinsi Maluku adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan

secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Adapun tujuan khusus berdasarkan visi dan misi

yang ada dan berkembang dalam masyarakat yang ingin dicapai adalah:

1. Berubahnya wawasan kesehatan: mindset atau paradigma atau cara

pandang semua pihak dalam menangani permasalahan kesehatan di

Provinsi Maluku.

2. Terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat.

3. Terwujudnya masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat

dan bebas dari penyakit.

4. Terwujudnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang

bermutu, terjangkau dan merata.

5. Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

6. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau dan

berkualitas dengan pola pendekatan gugus pulau dan laut pulau.

1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Propinsi Maluku

Satuan Kerja Perangkat Daerah telah ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Provinsi Maluku nomor : 03 Tahun 2007 tentang pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Maluku telah

menetapkan struktur organisasi sebagai berikut :

1) Eselon II : 1 (satu) orang

2) Esolon III : 5 (lima) orang

3) Eselon IV : 12 (dua belas) orang

Berdasarkan peraturan Gubernur Maluku Nomor40 tahun 2009,

tentang Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, pada

gambar 10.

Dengan Susunan organisasi dinas kesehatan Provinsi Maluku,

terdiri dari:

a) Kepala Dinas : dr. Basalamah Fatma, M.Kes

b) Sekertariat : drg. Marasabessy Hadidjah

1) Sub bagian kepegawaian dan umum : Dra. Elsina wattimena

2) Sub bagian perencanaan : Johana Rahail, S. Pd, M.Kes

3) Sub bagian keuangan : Darmawati. T, SKM, M.Kes

c) Kepala Bidang pelayanan kesehatan : dr. Justini Pawa, M.Kes

1) Kepala Seksi kesehatan masyarakat : Halimah Marasabessy, SKM, M.Kes

2) Kepala Seksi upaya kesehatan perorangan: Bernadetta Rosianti, SKM, M.Kes

3) Kepala Bidang upaya penanggulangan penyakit dan bencana : dr. Ritha Taihitu,

M.Kes

1) Kepala Seksi penanggulangan penyakit dan kesehatan lingkungan Josep Selano,

SKM

2) Kepala Seksi pengamatan penyakit dan bencana : Ir. Jacob Mustamu

4) Kepala Bidang pemberdayaan dan promosi : Siti Yulia Malawat, SKM, M.Kes

1) Kepala Seksi pemberdayaan masyarakat : Helda Vera de Jong, SKM, M.Kes

2) Kepala Seksi promosi : Elvi Yana Tikupasang, SKM, M.Kes

5) Kepala Bidang farmasi dan makanan : Drs. Tan Ryan Ricardo, Apt, M.Kes

1) Kepala Seksi farmasi : Ir. Mustamu Johanis

2) Kepala Seksi makanan : Taha Hentihu, SKM

6) Kelompok jabatan fungsional.

7) Unit pelaksana teknik dinas.

2. Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Sumber daya kesehatan saat ini :

1) Tenaga dokter spesialis, dr.umum, drg : 285 orang

2) Tenaga Bidan : 956 orang

3) Tenaga Bidan Desa : 673 orang

4) Perawat : 2251 orang.

3. Sarana

Sarana Pelayanan Kesehatan saat ini terdiri dari :

1) Rumah Sakit : 21 bh

2) Puskesmas : 152 bh

3) Puskesmas pembantu (Pustu) : 491 bh

4) Poskedes : 200 bh

4. Pembiayaan

Pembiayaan anggaran yang dialokasikan untuk menyalenggarakan

pembangunan Kesehatan berasal dari :

1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

3) Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten/Kota

4) Dana Tugas Perbantuan (TP).

B. Bentuk Komunikasi Organisasi Internal yang diterapkan pegawai Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku

Penerapan komunikasi organisasi Internal pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku,

yaitu melalui komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal. Pada prinsipnya komunikasi

vertikal yang dilakukan pada Dinas Kesehatan, yaitu Komunikasi antar pimpinan, unit

kerja dan bawahan dalam bentuk pesan, perintah, teguran, dan solusi. Prinsip

komunikasi yang diterapkan untuk komunikasi horisontal dilakukan antar pimpinan, unit

kerja dan bawahan, dalam bentuk komunikasi berdasarkan kegiatan kerja yaitu masukan,

pengolahan dan hasil kerja yang telah dikomunikasilkan. Sedangkan prinsip yang

diterapkan untuk komunikasi diagonal yaitu melakukan komunikasi yang melibatkan

semua unsur organiasasi untuk memecahkan permasalahan organiasi melalui

komunikasi internal organisasi.

Berdasarkan uraian deskriptif Dinas Kesehatan propinsi Maluku,

yang memahami pentingnya komunikasi organisasi secara internal yang

diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dalam rangka

terwujudnya visi dan misi maka peneliti melakukan wawancara dengan dr.

Basalamah Fatma, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Maluku, untuk mengetahui penerapan komunikasi organisasi secara

internal yang ada di instansinya.

”Saya dalam membantu tugas Gubernur selaku pimpinan yang bertanggung jawab dalam pembangunan di bidang kesehatan, berupaya untuk menjalankan anjuran Gubernur yang telah disampaikan kepada saya sesuai tupoksi, untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar pada semua unit pelayanan, rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan kepada masyarakat miskin tanpa tekecuali, untuk pelaksanaanya maka kami berkomunikasi dengan jajaran pimpinan unit kerja dan para staf untuk melaksanakan kebijakan tersebut ’’ (13 Juni 2011).

Berdasarkan uraian wawancara diatas, kemudian peneliti melakukan

wawancara dengan Kepala Kelompok jabatan fungsional Ibu Miskiah

Tuhulele, untuk menayakan penerapan komunikasi organisasi Internal

sesuai dengan perintah dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku.

”Selama ini Kepala Dinas telah melakukan komunikasi organisasi kepada setiap unit kerja dan stafnya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, khususnya yang berkaitan dengan perumusan kegiatan strategis daerah atau RPJMD, melaksanakan kebijakan teknis bidang kesehatan berdasarkan undang-undang, melakukan pembinaan teknis kesehatan,

pembinaan kelompok fungsional, melakukan tata laksana dan hal-hal yang dihasilkan dari rapat dan pertemuan yang mengkomunikasikan hal-hal penting berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi.Mengingat Provinsi Maluku adalah provinsi kepulauan, maka Kepala Dinas Kesehatan telah melakukan komunikasi organisasi secara intensif kesehatan dengan para jajarannya untuk merumuskan sebuah visi dan misi pembangunan kesehatan. Visi ini merupakan hasil komunikasi yang mencetuskan bahwa masyarakat Maluku yang mandiri untuk hidup sehat dengan pola pendekatan kepulauan. Selanjutnya misi yang diemban yaitu mewujudkan masyarakat yang mandiri dengan berprilaku hidup sehat, mewujudkan akses layanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan berkualitas, mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit, mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif tanpa melakukan kuratif dan rehabilitasi dan untuk menjaankanya saya dan para staf berkoordinasi dengan bagian pemberdayaan masyarakat” (16 Juni 2011)

Berdasarkan uraian yang dikemukan oleh Kepala Kelompok Jabatan

Fungsional, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan Helda Vera

de Jong, SKM, M.Kes selalu Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat.

”Saya dalam menjalankan tugas pokok berdasarkan visi,misi dan tujuan Dinas Kesehatan, telah melakukan komunikasi organisasi dalam pemantapan pelaksanaan kegiatan kesehatan yang mengacu kepada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES?SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antar pemerintah, pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah daerah kabupaten untuk melaksanakan pembangunan kesehatan secara maksimal dan ini selalu dikomunikasikan dengan pimpinan Kelompok Jabatan Funsional berdasarka instruksi gubernur yg disampaikan Kepala Dinas” (22 Juni 2011)

Berdasarkan uraian di atas dan hasil wawancara yang telah

dilakukan secara Internal oleh Kepala Dinas dengan Kepala Kelompok

Jabatan Fungsional dan Kepala Seksi pemberdayaan Masyarakat

menunjukan bahwa penerapan komunikasi organisasi Internal yang

diterapkan dalam rangka perwujudan Visi dan Misi Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku telah dikomunikasikan secara, sesuai tugas pokok dan

fungsi dalam membantu tugas kepemimpinan Gubernur dalam bidang

pembangunan kesehatan.

a. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal

Berikut ditunjukan penerapan komunikasi organisasi internal, secara vertikal dari

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan kepada unit kerja dan bawahannya,

untuk dikomunikasikan melalui pesan, perintah, teguran, dan solusi atas berbagai

masalah yang dilakukan oleh unit kerja dan bawahannya. Seperti melakukan komunikasi

internal dengan menjalankan 18 Upaya Kesehatan Dasar yang kemudian dikelompokan

menjadi Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Pimpinan

memanggil semua unit kerja dan para staf untuk mengkomunikasikan hal-hal yang

berkaitan dengan ;

a. Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari ;

1) Promosi kesehatan

2) Kesehatan lingkungan

3) Kesehatan ibu dan anak

4) Keluarga berencana

5) Perbaikan gizi masyarakat

6) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

7) Pengobatan

b. Upaya Kesehatan pengembangan, diterapkan berdasarkan ;

a) Permasalahan yang ada, b) Demand masyarakat, dan c) Kemampuan

puskesmas.Upaya Kesehatan Pengembangan, diantaranya :

1) Kesehatan sekolah

2) Kesehatan gigi dan mulut

3) Kesehatan olaraga

4) Perawatan kesehatan masyarakat

5) Kesehatan kerja

6) Kesehatan jiwa

7) Kesehatan mata

8) Pelayanan kesehatan medik dasar dengan laboratorium dan pencitraan

sederhana

9) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

10) Kesehatan usia lanjut

11) Pembinaan pengobatan tradisional.

Berikut hasil wawancara mengenai penerapan bentuk komunikasi

Internal secara vertikal, yang dilakukan oleh dr. Basalamah Fatma, M.Kes

selaku Kepala Dinas Kesehatan kepada masing-asing unit kerja dan

perangkatnya.

”Saya memanggil, dalam berbagai kesempatan untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan komunikasi internal yang terjadi saat ini, khususnya yang berkaitan dengan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya ini saya harapkan pada masing-masing unit kerja untuk mengkomunikasikannya pada aparat jajaran dan bawahannya, agar dapat menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya” (13 Juni 2011)

Untuk melaksanakan program-program tersebut Dinas Kesehatan

maka Kepala Dinas Kesehatan berkomunikasi secara vertikal dengan

Kepala Bidang pelayanan Kesehatan.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mengenai berbagai

bentuk komunikasi organisasi internal secara vertikal yang berkaitan

dengan tugas pokok dan fungsi dr. Justini Pawa, M.Kes Kepala Bidang

Pelayanan Kesehatan.

”Terkait dengan pesan Kepala Dinas Kesehatan dalam rapat bulanan yang dilaksanakan, maka saya selaku Kepala Bidang pelayanan Kesehatan telah menginstruksikan pada staf saya, segenap jajaran Rumah sakit, Puskesmas, Posyandu dan Puskesmas Pembantu, serta telah bekomunikasi melalui pesan dengan Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, agar meninstruksikan staf dan

jajaranya untuk bekerja sama, dalam pelaksanaan Kesehatan wajib bagi masyarakat. wujud dari pelaksanaannya telah terdata pemberiaan Imunisasi setiap 6 bulan sekali pada balita dan ibu hamil di posyandu dan puskesmas, pemberian Pil-suntikan KB, pemberian vaksinansi, penyuluhan Gizi yang akan dilakukan oleh dr. Ritha Taihitu, M.Kes selaku Kepala bagian penanggulangan Penyakit dan Bencana beserta jajaranya, agar tecipta masyarakat yang sehat guan pembanguan Maluku ke depan ” (15 Juni 2011)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dalam rangka pelaksanaan

upaya kesehatan dasar sesuai pesan dan instruksi Kepala Dinas

Kesehatan lewat rapat bulanan, maka lewat Kepala Bidang Pelayanan

Kesehatan yang dikomunikasikan langsung pada stafnya dan Kepada

Bidang penanggulangan Penyakit, serta stafnya, maka

penegembanganya akan di lakukan pada Rumah Sakit, Puskesmas,

Posyandu dan bagian pelayanan kesehatan lainya dalam pelayananya

bagi pengembangan kesehatan masyarakat Maluku

b. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal secara Horizontal

Berikut bentuk pelayanan kesehatan yang dikomunikasikan secara

internal horisontal yaitu adanya program pengadaan, peningkatan dan

perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, puskesmas pembantu dan

jaringannya yang tujuannya menyediakan sarana dan prasarana yang

memadai dalam memberikan pela yanan kesehatan.

Hasil komunikasi organisasi internal secara horizontal antara

pimpinan, unit kerja dan bawahan yang diterapkan tepat sasaran yaitu

puskesmas ditingkatkan menjadi puskesmas rawat inap mencapai 152

buah puskesmas dengan kegiatan pokok, yaitu peningkatkn puskesmas

menjadi puskesmas rawat inap. Selanjutnya komunikasi organisasi

internal secara horizontal yang intensif diterapkan melalui program

pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Rumah

Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang

bertujuan untuk meningkatkan ketersediaaan pelayanan kesehatan,

dengan sasaran yaitu menyediakan sarana dan prasarana Rumah Sakit,

Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang memenuhi

standar pelayanan kesehatan yang berlaku. Kegiatan pokok yang

dilaksanakan yaitu pengadaan, peningkatan dan perbaikan prasarana

Rumah Sakit serta jariganya, serta membangun skill laboratorium.

Komunikasi secara horisontal, juga diterapkan pada program

pemeliharaan sarana dan prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa,

Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah

Sakit Paru, Rumah Sakit Mata. Sasaran dari komunikasi ini yaitu semua

sarana dan prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit

Paru, Rumah Sakit Mata menyelenggarakan pelayanan kesehatan

dengan standar kualitas pelayanan kesehatan, dalam hal ini setiap

bawahan menjalankan tugas pokok dan fungsi melakukan pemeliharaan

sarana dan prasarana rumah sakit dan jaringannya.

Hasil wawancara dengan dr. Justini Pawa, M.Kes selaku Kepala

Bidang pelayanan Kesehatan, untuk melihat wujud dari komunikasi

organisasi secara horizontal yang diterapkan pada Dinas Kesehatan

Propinsi Maluku berkaitan dengan program dan kegiatan yang dilakukan

secara internal, sesuai tupoksinya membantu Kepala Dinas menyususn

rencana perumusan dan penyabaran kebijakan teknis di bidang pelayanan

kesehatan melalui komunikasi secara horizontal.

”Selama ini program dan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebelum dilaksanakan lebih dahulu dikomunikasikan oleh para pimpinan unit kerja dan jajarannya, untuk membicarakan berbagai program yang dilakukan secara efektif sesuai tujuan, sasaran dan kegiatan pokok yang diterapkan” (24 Juni 2011)

Hasil wawancara dari komunikasi organisasi secara internal melalui

tindakan, komunikasi horizontal pada intinya pihak yang melakukan

komunikasi dengan membicarakan berbagai program kegiatan pengadaan

,peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan yang sesuai

dengan tujuan, sasaran, dan pelaksanaannya.

Wujud dari program dan kegiatan tersebut, seperti program

pengadaan, peningkatan dan perbaikan, serta pemeliharaan saran dan

prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rsumah Sakit Paru, Rumah

Sakit Mata. Berikut hasil wawancara dengan K.Hentihu, SKM, M.Kes staf

Dinas kesehatan yang berkaitan dengan program dan kegiatan yang

dilakukan di Dinas Kesehatan Propinsi Maluku, yang telah

dikomunikasikan kepada bawahanya.

”Sebagai pelaksana Dinas Kesehatan, kami telah mendapatkan pesan, perintah mengenai berbagai program pengadaan, peningkatan dan perbaikan, serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan melalui konsultasi dengan mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan tersebut sehingga, seringkali saya sebagai pelaksana mendapatkan teguran dan diminta

untuk memberikan solusi dalam memperbaiki program dan kegiatan yang sedang berjsalan untuk menindaklanjuti dengan baik” (1 Juli 2011)

Hasil wawancara ini pada intinya menegaskan bahwa komunikasi

organisasi secara horisontal telah diterapkan dengan melibatkan

pimpinan, unit kerja dan bawahan sebagai pelaksana untuk melaksanakan

program dan kegiatan yang diterapkan pada Dinas Kesehatan.

c. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal

Selanjutnya komunikasi organisasi internal secara diagonal yang

diterapkan pada Dinas Kesehatan, yaitu melibatkan semua unsur yang

terlibat dalam berbagai kegiatan dan program kerja. Seperti komunikasi

organisasi diagonal yang diterapkan yaitu pelaksanaan tugas pokok dan

fugsi Kepala Dinas yang dikomunikasikan kepada setiap pimpinan unit

kerja dan bawahanya untuk mendukung tugas tersebut.

Berkaitan dengan komunikasi organisasi secara diagonal yaitu

pimpinan selalu meminta untuk membantu dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsi kepala dinas adalah sebagai berikut :

a. Menyusun rencana dan program kerja Dinas

b. Menkordinasikan penyusunan rencana dan program kerja dinas

c. Merumuskan kebijakan umum Dinas serta menyelenggarakan administrasi

berdasarkan kewenangan

d. Mendisribusikan tugas kepada bawahan

e. Menilai prestasi kerja bawahan

f. Melaksanakan pembinanan umum dan pembinaan teknis di bidang kesehatan

g. Menyediakan dukungan kerjasama antar kabupaten kota

h. Melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum dan perizinan

i. Melaksanakan bimbingan umum dan teknis dalam pencapaian Program Dinas

j. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan

k. Melaksanakan sistem pengendalian interen

l. Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui Serkertaris Daerah.

Selain itu, komunikasi organisasi internal secara diagonal juga

melibatkan suatu komunikasi untuk melihat pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi masing-masing unit kerja Dinas Kesehastan Provinsi Maluku yaitu

melaksanakan kegiatan :

a. Penyusunan rencana kerja dan program unit kerja

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi kerja bawahan

d. Mengelolah, memelihara dan mendistribusikan barang bergerak dan atau tidak

bergerak serta menyiapkan usulan penghapusanya

e. Memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor serta

melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan Dinas

f. Mengelola urusan surat menyurat

g. Melaksanakan urusan kepegawaian

h. Menyiapakan bahan telaan kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan

Dinas

i. Menyusun dan meneliti bahan penyusunan produk hukum serta menghimpun

peraturan perundang undangan yang berlaku

j. Melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan

k. Melaksanakan sistem pengendalian interen

l. Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tuhgas kepada pemimpin

n. Melaksanakan dan menindaklanjuti segala kegiatan yang telah diwenangkan sesuai

dengan unit kerja masing-masing

Pada intinya, komunikasi organisasi internal secara diagonal yaitu

melibatkan seluruh jajaran pimpinan, unit kerja dan bawahan untuk

melaksanakan tugas dan fungsi melalui petunjuk yang telah

dikomunikasikan secara diagonal antara unsur yang terkait dalam

pelaksanaan tugas tersebut.

Berikut wawancara dengan Dra. Elsina wattimena selaku Kepala Sub

Bagian Kepegawaian dan Umum yang diwawancara berkaitan dengan

tupoksinya membantu sekertaris melaksanakan urusan kepegawaian dan

umum, yg dikomunikasikan saecara diagonal berdasarkan instruksi

pimpinan kepada bawahanya.

”Saya dalam melaksanakan tugas dari pimpinan untuk disampaikan kepada bawahan, kami lakukan dengan komunikasi organisasi secara diagonal yaitu dengan memberikan pandangan dan pemahaman tentang tugas yang harus dilaksanakan berkaitan dengan urusan kepegawaian dan umum, antara lain menyusun rencana kerja dan program kerja, memberikan petunjuk kepada bawaan, menilai kerja bawaan, mengelola, memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor serta melaksanakan kegiatan kerumahtanggan Dinas, mengelola urusan surat menyurat, melaksanakan urusan kepegawaian, menyiapakan bahan telaahan untuk mengkomunikasikan kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan Dinas, melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan, melaksanakan sistem pengendalian intern, melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan dan, melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada pimpinan” (16 Juni 2011)

Intinya, hasil wawancara ini menegasakan bahwa komunikasi

organisasi internal secara diagonal yaitu membicarakan dan

mengkomunikasikan pentingnya suatu pelaksanaan tugas pokok sesuai

unit kerja dalam hal ini urusan kepegawaian dan bagian umum.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan dr. Justini Pawa,

M.Kes selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dalam menerapkan

komunikasi organisasi internal secara diagonal sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya.

”Komunikasi organisasi internal secara diagonal yang saya terapkan berkaitan dengan bidang pelayanan kesehatan, kepada jajaran yang saya pimpin meliputi mengkomunikasikan penyusunan rencana dan program kerja bidang, mengkoordinasikan program kerja masing-masing seksi, menilai perstasi kerja bawaan, membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala seksi dan bawaan, melaksanakan bimbingan dan pengendalian kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, melaksanakan bimbingan dan pengendalian wabah dan bencana, meliputi kesiasiagaan, mitigasi, tanggap darurat dan pemulihan, memberikan rekomendasi izin tenaga kesehatan asing, rekomendasi ijin sarana kesehatan tertentu yang diberikan pemerintah pusat, izin sarana kesehatan meliputi rumah sakit khusus. Rumah sakit swasta serta sarana keehatan penunjang yang setara dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala dinas” (24 Juni 2011)

Berdasarkan uraian dan hasil wawancara yang dilakukan dengan

Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum dan Kepala Bidang

Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, berkaitan

dengan komunikasi organisasi secara diagonal yang diterapkan oleh

Kepala Bidang dan staf dalam unit kerja serta dikoordinasikan secara

menyeluruh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, demi tercapainya

tujuan organisasi.

Komunikasi organisasi internal yang diterapkan pada Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku meliputi komunikasi secara vertikal, horizontal

dan diagonal. Dimana komunikasi secara Internal yaitu pemberian pesan

dari Pimpinan (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku, kepada

bawahanya dalam pelaksanaan viai dan misi Dinas Kesehatan, sesuai

tugas pokok dan fungsi.

Komunikasi organisasi internal secara vertikal telah diterapkan

dengan melakukan komunikasi yang melibatkan pimpinan sebagai Kepala

dinas yang memerintakan bawaanya umtuk melaksanakan kebijakan dan

tugas pokok yang diemban oleh Dinas Kesehatan kepada masing-masing

unit kerja meliputi unit kelompok jabatan fungsional, bagian kepegawaian

umum, bagian pelayanan kesehatan, bagian penanggulangan penyakit

dan bencana, bagian pemberdayaan dan promosi, serta seksi

pemberdayaan masyarakat, untuk dikomunikasikan pada jajaranya dalam

pelaksaan kesehatan wajib bagi Masyarakat lewat unit Pelayanan

kesehatan sesuai tugas pokok masing-masing unit kerja demi tercapainya

masyarakat Maluku yang mandiri, berperilaku sehat dan bersih.

Komunikasi organisasi internal secara horisontal telah diterapkan

dalam melakukan komunikasi yang melibatkan pimpinan unit kerja dalam

menginstruksikan perintah pimpinan kepada masing-masing jajaranya

khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

bagi pelaksanakan berbagai program dan kegiatan pengadaan,

peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan yang

melibatkan masing-masing unit kerja demi terwujudnya Kesehatan yang

Promotif dan preventf.

Komunikasi organisasi internal secara diagonal telah diterapakan

dengan melakukan komunikasi organisasi pada seluruh elemen organisasi

mulai dari jajaran pemimpin, unit kerja dan bawahan untuk

mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan

tugas dan fungsi masing-masing unit kerja. Komunikasi ini dilakukan untuk

membantu pelaksanaan tugas yang diemban oleh Kepala Dinas dan unit

kerja lainya demi terciptanya tujuan organisasi.

C. Bentuk Komunikasi Organisasi Eksternal yang diterapkan Pegawai Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku

a. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Pemberian Informasi.

Wujud dari penerapan komunikasi eksternal melalui pemberian

informasi kepada instansi lain atau kegiatan komunikasi dengan baik

selama ini berupa pemberian informasi yang berkaitan dengan program

pengenalan obat dan perbekalan kesehatan, program upaya kesehatan

masyarakat, pengembangan obat asli indonesia, program kegiatan

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,program perbaikan

gizi, dan lingkungan sehat.

Wujud komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan berdasarkan

komunikasi timbal balik yang berkaitan dengan pemberian informasi ini

diperlukan untuk memperkenalkan kepada pihak organisasi lain yang

berkaitan dengan program dan kegiatan Dinas Kesehatan. Seperti

program pengenalan obat dan perbekalan kesehatan Termasuk obat

tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika. Sasaran

dari kegiatan ini yaitu meningkatnya penggunaan obat generik di PKD

menjadi 98%, meningkatnya penggunaaan pembekalan kesehatan yang

memenuhi standar kesehatan, dan sarana kesehatan yang dimonitoring

meningkat menjadi 90%. Kegiatan pokok yang diselenggarakan yaitu

pengadaan obat dan pembekalan kesehatan serta monitoring, eveluasi

dan pelaporan.

Termasuk pula kegiatan komunikasi organisasi eksternal yang

dikomunikasikan dengan pihak organisasi lain dan masyarakat yang

berkaitan dengan program upaya kesehatan masyarakat. Pihak Dinas

Kesehatan mengkomunikasikan tujuan, sasaran dan kegiatan yang

dilakukan. Tujuanya yaitu meningkatkan jumlah, pemerataan dan kualitas

pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringanya, meliputi

puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan Bidng Desa. Sasaran dari

komunikasi eksternal ini yaitu semua kabupaten/kota memiliki layanan

PSC 24 jam, kelolmpok kerja mendapatkan UKK di 9 kabupaten kota,

tenaga kesehatan teladan dan kelompok masyarakat yang rentan

memperoleh pelayanan kesehatan gratis di desa sasaran. Kegiatan pokok

yang diselenggarakan meliputi peporasional P3K dan Safe Community

(Patroli Ambulance Advance RS), upaya kesehatan kerja, peningkatan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan penduduk miskin dan peningkatan

kesehatan masyarakat.

Pihak Dinas Kesehatan juga melakukan komunikasi organisasi

terhadap pihak lain melalui kegiatan program pengawasan obat dan

makanan yang melibatkan berbagai pihak dalam rangka mencapai tujuan,

sasaran dan kegiatan pokok yang diberikan. Tujuannya yaitu terawasinya

mutu keamanan dan khasiat produk terapetik obat, obat tradiosional (OT),

kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRK), produk

komplemen (PK) dan makanan serta produk hasil olahanya. Sasaran dari

penerapan komunikasi eksternal ini yaitu pada pelayanan kefarmasian

yang diawasi dan dikendalikan mencapai 95%. Kegiatan pokok yang

dilaksanakan yaitu pengawasan dan pengendalian pelayanan

kefarmasian, peniangkatan pengawasan keamanan pangan

berbahayadan peningkatan mutu pelayanan farmasi.

Menindaklanjuti berbagai komunikasi organisasi eksternal melalui

pemberian informasi pada pihak lain, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

telah menginformasikan dan memperkenalkan obat asli Indonesia dengan

tujuan memberikan pelayanan pengobatan tradisional yang aman dan

dapat dipertanggung-jawabkan, dengan sasaran pengobat tradisional

yang terdaftar mencapai 95%, semua kabupaten kota melaksanakan toga

dan pengobat tradisional yang memenuhi standar kesehatan mencapai

95%. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu revitalisasi dan pembinaan

pengobatan tradisional, pembinaan toga dan pelayanan pengobatan

tradisional.

Komunikasi organisasi esternal dalam memberikan informasi kepada

pihak lain khususnya instansi organisasi yang terkait dengan program

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat

untuk hidup sehat mengembangkan upaya kesehatan bersumber

masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong

terbentuknya kemampuan tersebut. Sasaran dari hasil komunikasi ini yaitu

terbentuknya wilayah Provinsi Maluku yang siaga dalam meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat di tatahan rumah tangga, sekolah, fasilitas

pemerintah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. Kegiatan yang

dilaksanakan yaitu mengembangkan media promosi dan informasi sadar

hidup sehat, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemanfaatan kesehatan

sarana kesehatan, peningkatan peningkatan tenaga penyukuh kesehatan,

mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dan

generasi muda.

Selanjutnya pihak Dinas Kesehatan melakukan komunikasi

organisasi dengan organisasi lain termaksuk dalam hal ini pemberian

informasi yang berkaitan dengan program perbaikan gizi masyarakat

dengan tujuan meningkatnya status gizi masyarakat secara ,optimal

sehingga dapat meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber

daya manusia. Sasaran dari komunikasi ini yaitu seluruh wilayah

kecamatan bebas rawan gizi, balita mendapat makanan tambahan

pendamping ASI, keluarga sadar gizi menjadi 45%, semau balita dengan

gizi kurang mendapat perawatan, meningkatya cakupan pemberian ASI

eklusif 50%,menurunya prevalensi berat badan bayi lahir rendah (bblr) :

1,75%, meningkatnya cakupan pemberian vitamin A menjadi 90%,

meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet fe-iii menjadi 86%,

meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet fe-i menjadi 90% dan

meningkatnya cakupan penanggulangan garam beryodium menjadi 75%.

Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu peningkatan gizi masyarakat,

serta penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat.

Uraian diatas merupakan penerapan komunikasi eksternal yang

dilakukan dengan pemberian informasi kepada organisasi lain dan pihak

masyarakat yang berkaitan dengan program pemberian informasi yang

harus disosialisasikan. Berikut wawancara dengan Helda Vera de Jong,

SKM, M.Kes selaku Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku yang bertugas membantu Kepala Dinas

menyusun rencana perumusan dan penjabaran kebijakan teknis dibidang

pemberdayaan dan promosi.

”Pada dasarnya kegiatan komunikasi organisasi eksternal dalam penyampaian informasi yang terkait dengan masyarakat dilakukan dengan tujuan, sasaran, dan kegiatan yang dilakukan untuk dikomunikasikan ke seluruh lapisan tentang penintingnya program obat dan perbekalan kesehatan, program upaya kesehatan masyarakat, program upaya pengembangan obat asli Indonesia, program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat. Ini dimaksudkan agar organisasi lain dan masyarakat mendukung program Dinas Kesehatan Provinsi Maluku” (22 Juni 2011).

Inti dari wawancara ini adalah bagaimana kegiatan komunikasi

organisasi eksternal dapat disosialisasikan melalui penyampaian informasi

kepada organisi lainya dan masyarakat, wujud penyampaian ini penting

dalam komunikasi organisasi eksternal. Berikut wawancara dengan M.

Latumahina, S.Si, MPH staf Bidang Farmasi dan Makanan yang

melakukan komunikasi dengan pihak organisasi lain dan masyarakat.

”Selama ini saya melakukan komunikasi eksternal kepada pihak organisasi lain seperti pihak kelurahan, kecamatan dan tokoh masyarakat dalam mengkomunikasikan program inti tentang kesehatan, penggunaan obat, alat pengobatan, kegiatan perkenalan toga, perbaikan gizi dan lainya

harus secara insentif dikomunikasikan, agar pihak yang terkait dan masyarakat membantu keberhasilan program kesehatan” (1 Juli 2011)

Artinya dalam melakukan pengenalan dan pemberian informasi

kepada masyarakat Dinas Kesehatan harus insentif melakukan

komunikasi organisasi, seperti dengan Ibu E. Matulessy seorang tokoh

masyarakat yang diwawancarai sebagai berikut :

”Melalui komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dalam memperkenalkan program kesehatan, saya sebagai masayarakat mendukung serta mencari informasi untuk memahami dan mensosialisasikan kegiatan tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat” (4 Juli 2011)

Hasil wawancara ini menegaskan bahwa penerapan komunikasi

organisasi secara eksternal melalui pemberian informasi kepada

masyarakat, telah di komunikaikan dengan antar staf dalam unit kerja

yang berhubungan langsung sesuai tugas pokok dan fungsinya, serta

disosialisasikan pada masyarakat dan diterima dengan baik, guna

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

b. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Kerjasama Antar

Organisasi.

Berikut penerapan komunikasi eksternal melalui kegiatan kerjasama

antar organisasi dengan organisasi lain dan masyarakat, berkaitan

dengan kegiatan kesehatan. Wujud komunikasi organisasi dalam bentuk

kerjasama, yaitu melakukan kerjasama dalam program pengembangan

lingkungan sehat, program pencegahan dan penanggulanan penyakit

menukar, standarlisasi pelayanan kesehatan, dan program pelayanan

kesehatan pendududuk miskin. Program-program ini harus

dikomunikasikan dengan berbagai instansi dan masyarakat untuk

kerjasama.

Penerapan komunikasi organisasi eksternal melalui kegiatan

kerjasama yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku terhadap

instansi lain dan masyarakat yaitu melalui program pengembangan

lingkungan sehat. Program ini dilakukan dengan melibatkan organisasi

lain dan masyarakat untuk mengkomunikasikan tujuan, sasaran dan

kegiatan pokok yang akan diterapkan. Tujuanya yaitu mewujudkan mutu

lingkunagn hidup yang sehat agar dapat menurungkan angka kesakitan

dan kematian penyakit berbasis lingkungan melalui pengembanagan

sistem kesehatan kewilayaan untuk menggerakan pembangunan

berwawasan kesehatan.

Sasaran dari komunikasi melalui kegiatan kerjasama ini yaitu

meningkatkan persentasi keluarga menggunakan sarana air bersih yang

memenuhi syarat kesehatan menjadi 96% fan keluarga menggunakan

jamban yang memenuhi syrat kesehatan menjadi 84%, meningkatnya

persentasi keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan

menjadi 88%, meningkatnya persentase tempat-tempat umum yang

memenuhi syarat kesehatan menjadi 93%, meningkatnya peresentasi

tempat pengolahan makanan TPM yang memenuhi syarat kesehatan

menjadi 100%. Kegiatan pokok yang diterapakan yaitu berkerjasama

dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar bagi penduduk

miskin, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian

dampak resiko pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah

sehat.

Penerapan komunikasi organisasi eksternal melaui kerjasama yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan denagan organisasi lain dan masyarakat

yaitu melakukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular. Wujud kerjasama ini dikomunikasikan dengan tujuan

menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakitk

menular dan penyakit tidak menular. Sasaran meliputi semua desa

mencapai UCI (Universal Child Immunization), terselenggaranya sistem

surlians dan kewaspadaan dini serta penanggulangan KLB-wabah,

menularnya Angka Accute Flacid Paralysis(AFP rate) menjadi 2/100.000

penduduk, meningkatnya Cakupan Keberhasilan pengobatan TB manjadi

85%, menurunya Angka Kematian diare (CFR) akibat penyakit DBD

menjadi < 1/1000 penduduk, meningkatkan Cakupan penemuan

pneumonia Balita 94% dan meningkatnya persentase ODHA yang

memenuhi syarat mendapat ARV 81% serta tercapainya Angka prevalensi

kusta < 1/10.000 penduduk. Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu

peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah,

penerapan imunisasi, pencegahan dan penanggulangan polio,

pencegahan penularan penyakit endemik mulai dari TB, diare, kusta,

demam berdarah, malaria, HIV/AIDS, pneumoni dan penyakit lain yang

berpotensi menimbulkan wabah.

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku juga melakukan kegiatan

komunikasi organisasi eksternal melalui kerjasama dengan berbagai pihak

dalam mengsosialisasikan program standarlisasi pelayanan kesehatan

dengan banyak berdialog dan bekarjasama untuk tujuan terselenggarnya

pelayanan kesehatan yang memenuhi standar, dengan sasaran yaitu

sarana dan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan,

evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan,

pembangunan dan pemuktahiran data serta penelitian di bidang

kesehatan.

Termasuk pula secara intensif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

melakuakan komunikasi organisasi eksternal dengan pihak masyarakat

berkaitan dengan program pelayanan kesehatan penduduk miskin melalui

kerjasama dalam terlayaninya penduduk miskin mendapatkan pelayanan

kesehatan yang sasaranya untuk seluruh penduuduk miskin Provinsi

Maluku dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kegiatan pokok

yaitu menyediakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Uraian di atas merupakan penerapan komunikasi organisasi

eksternal melalui kerjasama dengan berbagai pihak maupun dari pihak

masyarakat. Berikut wawancara dengan pihak kecamatan sebagai mitra

kerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam menjalankan program inti

kesehatan.

”Di kantor kecamatan ini selalu dilakukan sosialisasi bidang kesehatan, khususnya dalam hal penanggukangan lingkungan hidup, pencegahan penyakit melular, pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan berbagai penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan sebagai

wujud kerjasama untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat” (4 Juli 2011)

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk memahami pentingnya

komunikasi organisasi eksternal melalui kerjasama dengan pihak

masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan. Wawancara

dengan Bapak. R. Louhanapessy sebagai tokoh masyarakat sebagai

berikut:

”Saya merasakan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dngan melibatkan pihak kasehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan sangat penting terlihat dari komunikasi antar organisasi untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengsosialisasikan program pembangunan kesehatan, perbaikan lingkungan hidup, penanganan pencegahan penyakit menular dan tindakan pemeliharan kesehatan” (4 Juli 2011)

Ini berarti penerapan komunikasi eksternal melalui kerjasama yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang melibatkan instansi

lain seperti kecamatan dan kelurahan untuk melakukan kerjasama dalam

penanggulangan berbagai kegiatan penangan kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan masyarakat dan melakukan penanganan perbaikan

penanganan masyarakat miskin. Ini telah terkomunikasikan dengan baik

antara Dinas Kesehatan dan instansi lain serta masyarakat.

c. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Dialog

Berikut komunikasi organisasi eksternal melalui dialog yang

dilakukan dengan dinas Kesehatan Provinsi Maluku dengan organisasi

lain dan masyarakat pada berbagai kegiatan yaitu dialog program

kemitraasn pelayanan masyarakat, program pengawasaan dan

pengendalian kesehatan makanan, progaram peningkatan kesehatan

melahirkan ibu dan anak, serta program pendidikan peningkatan kapasitas

sumberdaya aparatur. Program ini dilakukan melalui komunikasi

organisasi dengan cara melakukan dialog kepada pihak yang terkait.

Penerapan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog program

kemitraan peningkatan pelayanan masyarakat bertujuan untuk

terlindunginya kesehatan masyarakat dengan sistem jaminan

pemeliharaan kesehatan. Sasaran dari hasil dialog ini yaitu masyarakat

yang nenjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar

mencapai 80%. Kegiatan pokok yang diterapkan yaitu

mengkomunikasikan pelayanan kesehatan kapada masyarakat miskin dan

kemitraan asuransi kesehatan masyarakat melalui jaminan kesehatan

masyarakat.

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku juga melakukan komunikasi

organisasi eksternal melalui dialog tentang program pengawasan dan

pengendalian kesehatan makanan yang bertujuan untuk terjaminnya mutu

dan keamanan makanan serta produk hasil olahanya. Saranan dari

program ini yaitu terawasi dan terkendalinya mutu dan keamanan

makanan serta produk hasil olahanya 80% dengan kegiatan pokok yaitu

peningkatan pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan

makanan, peningkatan pemberdayaan konsumen dan masyarakat serta

kegiatan bimbingan dan pengendalian.

Termasuk secara intensif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

melakukan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog tentang

program peningakatan keselamatan ibu melahirkan anak yang bertujuan

untuk meningkatkan pelayanan dan keselamatan ibu melahirkan anak.

Saranan dari program ini yaitu yaitu seluruh persalinan mendapat

pertolongan tenaga kesehatan, ibu hamil mendapat pelayanan K1: 100%,

ibu hamil mendapat pelayanan K4: 95%, ibu hamil dengan komplikasi

yang ditangani menjadi 98%, pelayanan ibu nifas mencapai 98% dan

peserta KB aktif menjadi 75%. Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu

persalinan ibu hamil dari keluarga kurang mamspu serta melakukan

bimbingan dan persalinan.

Demikian halnya dengan program pendidikan peningkatan kapasitas

sumber daya aparatur juga dilakukan dengan komunikasi organisasi

eksternal melalui dialog dalam rangka meningkatkan kapasitas aparatur

yang bertujuan meningkatanya kemampuan, keterampilan dan

profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri sipil yang berkaitan

dngan kesehatan dalam pelaksanaan tugas kedinasan yang

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal. Sasaran dari kegiatan

yaitu jumlah tenaga teknis yang ditingkatkan kemampuanya sebanyak

50%, terealisasi pemenuhan kebutuhan tenaga PTT sebanyak 80%,

pelatihan dan pendidikan formal, pembinaan dan penyebarluasan tenaga

kesehatan serta perencanaan dan pendtaan tenaga kesehatan.

Termasuk dalam hal ini komunikasi organisasi eksternal melalui

dialog yang dilakukan Dinas Kesehatan yaitu tentang kebijakan program

transisi yang belum teroptimalisasi penerapanya meliputi :

a. Program peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.

b. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung

dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upya

peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak

pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.

c. Peningkatan dan pemeliharaan mutu, efisiensi akuntabilitas lembaga dan pelayanan

kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan

sarana prasarana dalam bidang medis, mutu serta ketersediaan obat yang

terjangkau oleh masyarakat.

d. Peningkatan hubungan kerjasama dan koordinasi antara daerah baik antar

kabupaten kota maupun luar antar provinsi dengan kabupaten kota.

e. Pengembangan Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

f. Program pengawasan obat dan makanan serta pemantapan manajemen

pembangunan kesehatan dengan konsep paradigma sehat secara sinergis lintas

sektor.

Uraian di atas merupakan bentuk penerapan komunikasi organisasi

eksternal melalui dialog yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku kepada berbagai instansi dan masyarakat dalam berbagai

sosialisasinya. Berikut wawancara dengan beberapa pihak yang terkait

dengan sosisalisi komunikasi organisasi eksternal melalui dialog tentang

program yang telah dilaksanakan. Wawancara dilakukan dengan Helda

Vera de Jong, SKM. M.Kes selaku Kepala Seksi Pemberdayaan

Masyarakat.

”Kegiatan program yang disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan pada penerapan komunikasi organisasi melalui dialog dengan pihak terkait dalam membahas pentingnya program kemitraan pelayanan masyarakat, program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan, program peningkatan kesehatan makanan, program peningkatan keselamatan melahirkan ibu dan anak, serta program pendidikan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur. Program ini dilakukan melalui komunikasi organisasi dengan cara melakukan dialog kepada pihak yang terkait” (22 Juni 2011).

Wawancara ini menunjukan bahwa komunikasi organisasi eksternal

melalui dialog telah diwacanakan untuk diterapakan. Berikut wawancara

dengan dr. Ritha Tahitu, M.Kes selaku Kepala Bidang Penanggulangan

Penyakit dan Bencana.

”Saya dalam melakukan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog dengan pihak terkait selalu mengedepankan adanya umpan balik dari pihak lain dalam melihat sebuah tindakan penanggulangan penyakit dan bencana sesuai dengan persamaan persepsi dari hasil dialog untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat ”(20 Juni 2011).

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Ibu. D. Resley

seorang tokoh masyarakat yang terlibat dalam dialog pelaksanaan

program kesehatan.

”Saya selaku tokoh masyarakat merasa terpanggil untuk selalu berdialog dengan piihak Dinas Kesehatan untuk memberikan berbagai pencerahan dan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya kegiatan kesehatan untuk mewujudkan kualitas kesehatan masyarakat. Karena banyak masyarakat kita yang belum berprestasi aktif mendukung kebijakan dan program pemerintah. Karenanya sangat tepat dilakukan komunikasi eksternal melalui dialog yang intensif ” (4 Juli 2011).

Ini berarti tindakan dialog dalam melakukan komunikasi organisasi

eksternal telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan di

masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan melalui dialog memberikan

adanya pencerahan dan keterlibatan masyarakat untuk menyukseskan

kegiatan kesehatan yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil wawancara mengenai

penerapan komunikasi organisasi ekternal melalui pemberian informasi

antar kepala seksi pemberdayaan dan salah seorang staf bidang farmasi

dan makanan, dengan cara mensosialisasikan program kesehatan agar

masyarakat mengerti kegunaan obat generik, pengembangan obat asli

Indonesia, program perbaikan gizi dan menciptakan lingkungan yang

sehat dengan memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang

tersedia di lingkungan masing-masing.

Penerapan komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan melalui

kerjasama antar organisasi telah dikomunikasikan antara pihak Dinas

Kesehatan, melibatkan instansi kecamatan atau kelurahan serta

masyarakat bagi pengembangan lingkungan yang sehat, program

penanggulangan penyakit, standarisasi pelayanan kesehatan dan

program pelayanan kesehatan masyarakat miskin melalui sosialisasi, telah

dilakukan dan diterima oleh masyarakat bagi pengembangan ke depan.

Berdasarkan hasil wawancara penerapan komunikasi internal yang

dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal dan penerapan

komunikasi organisasi eksternal secara timbal-balik berupa pemberian

informasi, kegiatan kerjasama dan dialog telah diterapkan, sesuai dengan

kegiatan dan program kesehatan yang dikomunikasikan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku selaku pimpinan beserta masing-

masing unit kerja dan bawahannya terkait dalam pemberian layanan

publik pada masyarakat dengan tujuan merumuskan kebijakan teknis

dibidang kesehatan, serta mewujudkan visi dan misi Dinas Kesehatan

Provinsi maluku.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penerapan Komunikasi organisasi yang diterapkan pada Dinas

Kesehatan Provinsi Maluku telah dilaksanakan oleh kepala dinas

beserta unit kerja dan bawahanya, bagi pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi untuk membantu Gubernur dalam pembangunan di bidang

kesehatan, guna memenuhi kebutuhan pelayanan publik.

2. Bentuk komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi organisasi secara

internal dan komunikasi organisasi secara eksternal. Komunikasi

organisasi secara internal yaitu komunikasi yang berlangsung dalam

ruang lingkup atau lingkungan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi

Maluku meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan

komunikasi diagonal. Sedangkan secara eksternal berupa pemberian

pelayanan kesehatan maksimal, kegiatan penyuluhan bidang

kesehatan dan kegiatan penyaluran bantuan obat-obatan dan fasilitas

medis kepada masyarakat.

B. Saran

Dalam rangka peningkatan penerapan komunikasi organisasi pada

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan dalam sistem komunikasi

organisasi yang telah diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi

Maluku, agar antara pimpinan, pegawai dan masyarakat tidak

mengalami gap yang dapat menyebabkan adanya mis-komunikasi

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pelayanan pada publik.

2. Perlu perhatian dari seluruh pegawai Dinas Kesehatan Propinsi

Maluku,untuk terus memperbaiki bentuk komunikasi organisasi yang

diterapkan baik secara internal maupun secara eksternal melalui

peningkatan kemampuan jejaring organisasi di dalam menciptakan

sebuah komunikasi yang efektif baik dari dalam organisasi maupun

dari luar organisasi.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Beebe, Lestines, 2001. Organization in Application of Communication.

Prentice Hall, Ohio Press. Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O, 2003. Taksonomi Konsep

Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus.

Dance dan Larson dalam valdiansyah, 2004. Komunikasi dan Komunikan. Grasindo Jakarta,

Dewey, Larry, and Humbert, Bill Gilbert, 2009, Seni Berbicara: kepada

siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Effendy, Onong Uchjana, 2009. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

Remaja Rosdakarya. Freddy, 2004, how to good communicate. Mac graw hill ohio perss

Goode. 1959. Theories of Human Communication. New York: Wadsworth Publishing.

DeVito, Joseph A., 1989, Komunikasi antar manusia (edisi kelima),

Profesional Books, Jakarta ----------------------, 1986. The Interpersonal Communication. 4th Edition.

New York : Harper and Row Publisher Haeruddin, 2006. Komunikasi dan Pengkomunikasian. Penerbit Rajawali

Press, Jakarta. Handoko, T. Hani, 2004. Manajemen. Penerbit BPFE, Jogyakarta Hasan, Sadik, 2004. Komunikasi dan Etika Berkomunikasi. Penerbit Sinar

Grafika, Jakarta. Herdment, 2007, Application of public administration. Prentince hall New

York,

Kortel, Tubbs, SL, 2005, Human Communication, Fourth Edition. Random House Inc .New York.

Kreps, Danielson, 1990. Communication Model and Practices. Published

by Prentice Hall, New York. Lasswell, Harold, 2005, Theories Of Human Communication, Fifth Edition,

Wadsworth Publishing Company, California. Laurent, 2005, Administration communication. Jhon wiley and son Tokyo

Lesmana, Mulyana, D, 2006, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Edisi ke

6, Rosdakarya, Bandung.

Littlejohn, 2005. Organization Communication. Sage Publishing, New

York.

Marethen, Jr., 2004. Communication in Definition of Concept. Published by

John Wiley and Sons, New York.

Muller, 2004, Public administration.Handbook press. New York

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:

Rosda.

Nasir, Moh., 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nicholas, Mario, 2008. Organization Communication .Published by Jhon

Wiley and Sons, New York.

Nuhui, Muspida, 2005. Penerapan Komunikasi dan Bentuk-bentuk

Komunikasi Efektif. Penerbit Dian Sarana, Surabaya.

Nurudin Tannen, 2004, Seni Komunikasi Efektif: Membangun Relasi

Dengan Membina Gaya Percakapan, (alih bahasa dra. Amitya

Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Pace, Don R. Wane, dan Faules, F, 2001. Communication Organization.

Published by John Wiley and Sons, New York.

-----------------------------------, 2006. Communication Organization in

Government. Published by John Wiley and Sons, New York.

Pawito, dan C Sardjono, 2009. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan

Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Poole, George and Mc. Phee, Jones, 2003. Internal and External

Communication: Theory and Conceptual Critic. John Wiley and

Sons, New York.

People and Mc Phee, 2003, Mass Communication as Good Theory.

Prentice hall. New York

Purwanto, Andrik., 2006. Komunikasi Multikultural. Cetakan Ke-1.

Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Rakhmat, Jalaluddin, 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Edisi Revisi.

Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.

-------------------------, 2008. Komunikasi Interpersonal. Edisi Revisi.

Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.

-------------------------, 2008. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Edisi Revisi.

Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.

Reardon Berlo, SA, S.J. 1987. Interpersonal Communication, Relating to

Others, Allyn and Bacon. Boston. Rossy, 2008 the communicate, Jhon Wiley and Sons. New York. Ruslan, A.F., 2002. Manajemen, Erlangga, Jakarta. Salusu, J, 1996. Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. Sarwoto, Adi, 1999. Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2009. Pengantar Komunikasi. Jakarta:

Universitas Terbuka. Siagian, Sondang P, 1999. Manajemen Organisasi. Penerbit Gunung

Agung, Jakarta. Simmon, Tiendry, 2005. The basic technique of public communication.

Prentice Hall, New York. Sukaran, Sucito, 2005. Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi. Penerbit

Liberty, Yogyakarta. Sunerto, Kenneth. K dan Bodaken Edward. M, 2006. Trans-Per

Understanding Human Communication, Houghton Mifflin Company. Boston.

Suprapto, Tommy, 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media Pressindo.

Sutarto, 2004. Aspek Manusia Dalam Organisasi, Penerbit Erlangga,

Jakarta. Vardiansyah, Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1.

Bogor: Ghalia Indonesia. Walber, John, 2006, Theories of Human Communication, Belmont,

California: Wadsworth Publishing Company. William I. Gorden dalam Mulyana, 2005, Komunikasi Massa. Tarsito

Bandung. Yumi, Wiryanto, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT

RajaGrafindo Persada. Internet: “Definisi Komunikasi.” Blogdetik.com. 11 Mei 2011.

<http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/> Riswandi. “Definisi Komunikasi dan Tingkatan Proses Komunikasi.”

WordPress.com 17 Oktober 2006. 10 Mei 2011. <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi/>.

Zubair, Agustina. “Definisi Komunikasi.” WordPress.com 17 Oktober 2006.

10 Mei 2011. <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi>.