Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

17
KLIPING PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Disusun oleh : Nama : Edi Ari Anto NIS : 263 / 204.071-TKJ Kelas : XI - TKJ Progli : Teknik Komputer & Jaringan Semester : 1 (Satu) YAYASAN PONDOK PESANTREN SABILILLAH SMK TELEKOMUNIKASI SABILILLAH SUKODADI LAMONGAN TAHUN 2012-2013

Transcript of Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Page 1: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

KLIPING

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh :

Nama : Edi Ari Anto

NIS : 263 / 204.071-TKJ

Kelas : XI - TKJ

Progli : Teknik Komputer & Jaringan

Semester : 1 (Satu)

YAYASAN PONDOK PESANTREN SABILILLAH

SMK TELEKOMUNIKASI SABILILLAH

SUKODADI LAMONGAN

TAHUN 2012-2013

Page 2: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Banjir lumpur panas Sidoarjo

Desa Renokenongo dan Kedungbendo yang tergenang lumpur

Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah

peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun

Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak

tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan

tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di

sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten

Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan

Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.

Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang

merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas. Oleh

karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas

pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri

punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan

prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan

dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak

yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran.

Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan

salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan

tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur

pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-

Banyuwangi,Indonesia

Page 3: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Perkiraan penyebab kejadian

Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat

lokasi itu.

Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan

menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu

diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender

pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk

mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing )

yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation

loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam

sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150

kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8

inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo

mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum”

memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara

formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat

prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona

pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal

mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka

merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung

yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan

pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari

formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa

lumpurnya Lapindo (Medici).

Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)

Page 4: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira

target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu

gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk

melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik)

atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke

luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur

standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera

ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan

mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur

naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13

3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil &

kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan.

Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan

BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang

lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout

terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.

Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran MIGAS di Indonesia setiap

tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen terutama tentang pemasangan casing sudah

disetujui oleh BP MIGAS.

Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town

International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan

kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists

(AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari

Indonesia mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli

menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan

KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli

menyatakan belum bisa mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal

29 Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses pemboran.

Volume lumpur

Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan karena adanya patahan, banyak

tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, "gunung"

lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bleduk Kuwu). Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan

ratusan tahun yang lalu. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000

meter kubik perhari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil "pemboran" selebar 30 cm.

Dan akibat pendapat awal dari WALHI maupun Meneg Lingkungan Hidup yang mengatakan

lumpur di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat tanggul di atas tanah milik masyarakat,

yang karena volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan

akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas.

Page 5: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Hasil uji lumpur

Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan

Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk

bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya,

maupun untuk untuk bahan organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene,

Chloroform dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu

berada di bawah baku mutu.

Hasil pengujian LC50 terhadap larva udang windu (Penaeus monodon) maupun organisme

akuatik lainnya (Daphnia carinata) menunjukkan bahwa lumpur tersebut tidak berbahaya dan

tidak beracun bagi biota akuatik. LC50 adalah pengujian konsentrasi bahan pencemar yang dapat

menyebabkan 50 persen hewan uji mati. Hasil pengujian membuktikan lumpur tersebut memiliki

nilai LC50 antara 56.623,93 sampai 70.631,75 ppm Suspended Particulate Phase (SPP) terhadap

larva udang windu dan di atas 1.000.000 ppm SPP terhadap Daphnia carinata. Sementara

berdasarkan standar EDP-BPPKA Pertamina, lumpur dikatakan beracun bila nilai LC50-nya

sama atau kurang dari 30.000 mg/L SPP.

Di beberapa negara, pengujian semacam ini memang diperlukan untuk membuang lumpur bekas

pengeboran (used drilling mud) ke dalam laut. Jika nilai LC50 lebih besar dari 30.000 Mg/L

SPP, lumpur dapat dibuang ke perairan.

Namun Simpulan dari Wahana Lingkungan Hidup menunjukkan hasil berbeda, dari hasil

penelitian Walhi dinyatakan bahwa secara umum pada area luberan lumpur dan sungai Porong

telah tercemar oleh logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia

apalagi kadarnya jauh di atas ambang batas. Dan perlu sangat diwaspadai bahwa ternyata lumpur

Lapindo dan sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146 kali dari

ambang batas yang telah ditentukan. (lihat: Logam Berat dan PAH Mengancam Korban

Lapindo)

Berdasarkan PP No 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa ambang batas PAH yang diizinkan dalam

lingkungan adalah 230 µg/m3 atau setara dengan 0,23 µg/m3 atau setara dengan 0,23 µg/kg.

Maka dari hasil analisis di atas diketahui bahwa seluruh titik pengambilan sampel lumpur

Lapindo mengandung kadar Chrysene di atas ambang batas. Sedangkan untuk Benz(a)anthracene

hanya terdeteksi di tiga titik yaitu titik 7,15 dan 20, yang kesemunya di atas ambang batas.

Dengan fakta sedemikian rupa, yaitu kadar PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) dalam

lumpur Lapindo yang mencapai 2000 kali di atas ambang batas bahkan ada yang lebih dari itu.

Maka bahaya adanya kandungan PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) tersebut telah

mengancam keberadaan manusia dan lingkungan:

Beberapa hasil pengujian

Parameter Hasil uji maks Baku Mutu

(PP Nomor 18/1999)

Arsen 0,045 Mg/L 5 Mg/L

Barium 1,066 Mg/L 100 Mg/L

Boron 5,097 Mg/L 500 Mg/L

Timbal 0,05 Mg/L 5 Mg/L

Raksa 0,004 Mg/L 0,2 Mg/L

Sianida Bebas 0,02 Mg/L 20 Mg/L

Trichlorophenol 0,017 Mg/L 2 Mg/L (2,4,6 Trichlorophenol)

400 Mg/L (2,4,4 Trichlorophenol)

Page 6: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Bioakumulasi dalam jaringan lemak manusia (dan hewan)

Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit jika kontak langsung dengan kulit

Kanker

Permasalahan reproduksi

Membahayakan organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit

Dampak PAH dalam lumpur Lapindo bagi manusia dan lingkungan mungkin tidak akan terlihat

sekarang, melainkan nanti 5-10 tahun kedepan. Dan yang paling berbahaya adalah keberadaan

PAH ini akan mengancam kehidupan anak cucu, khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar

semburan lumpur Lapindo beserta ancaman terhadap kerusakan lingkungan. Namun sampai Mei

2009 atau tiga tahun dari kejadian awal ternyata belum terdapat adanya korban sakit atau

meninggal akibat lumpur tersebut.

Hasil analisis logam pada materi

Parameter Satuan Kep. MenKes

no 907/2002

Lumpur

Lapindo

Air Lumpur

Lapindo

Sedimen

Sungai Porong

Air Sungai

Porong

Kromium

(Cr) mg/L 0,05 Nd nd nd nd

Kadmium

(Cd) mg/L 0,003 0,3063 0,0314 0,2571 0,0271

Tembaga

(Cu) mg/L 1 0,4379 0,008 0,4919 0,0144

Timbal (Pb) mg/L 0,05 7,2876 0,8776 3,1018 0,6949

Dampak

Peta Semburan

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi

aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak

Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun

membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

Page 7: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa

dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk

diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana

pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini

telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan

Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan

tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan

77 unit rumah ibadah terendam lumpur.

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain:

lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi

seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon

dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan

merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak

lumpur ini.

Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.

Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta

rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.

Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428,

Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil

dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.

Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan

Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas,

mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat

penanggulangan lumpur.

Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM

Surabaya patah [2]

.

Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan

sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam [3]

.

Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan

mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-

Porong dan jalur Waru-tol-Porong.

Tak kurang 600 hektar lahan terendam.

Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa

serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.

Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang

dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula

terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini

merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Page 8: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Upaya penanggulangan

Rumah yang terendam lumpur panas

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan

membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus

menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam

tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak

tertangani, adalah membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan

mengungsikan 12.000 warga. Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung

lumpur sampai Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada

cadangan 342 hektare lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober,

diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal tanpa sebab

yang jelas.

Badan Meteorologi dan Geofisika meramal musim hujan bakal datang dua bulanan lagi. Jika

perkira-an itu tepat, waduk terancam kelebihan daya tampung. Lumpur pun meluap ke segala

arah, mengotori sekitarnya.

Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) memperkirakan, musim hujan bisa membuat

tanggul jebol, waduk-waduk lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur diperkirakan mulai

melibas rel kereta. Ini adalah bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan jangka pendek.

Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan lumpur berikut menanggulangi

dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim terdiri dari perwakilan Lapindo,

pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka. Di antaranya, para pakar dari

ITS, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Tim Satu, yang menangani

penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman. Tujuan jangka pendeknya

adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur yang

telah terhampar di atas tanah.

Page 9: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Skenario penghentian semburan lumpur

Ada pihak-pihak yang mengatakan luapan lumpur ini bisa dihentikan, dengan beberapa skenario

dibawah ini, namun asumsi luapan bisa dihentikan sampai tahun 2009 tidak berhasil sama sekali,

yang mengartikan luapan ini adalah fenomena alam.

Skenario pertama, menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan snubbing unit pada

sumur Banjar Panji-1. Snubbing unit adalah suatu sistem peralatan bertenaga hidraulik yang

umumnya digunakan untuk pekerjaan well-intervention & workover (melakukan suatu pekerjaan

ke dalam sumur yang sudah ada). Snubbing unit ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata

bor seberat 25 ton dan panjang 400 meter yang tertinggal pada pemboran awal. Diharapkan bila

mata bor tersebut ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke dasar sumur (9297 kaki) dan

kemudian sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan lumpur berat. Akan tetapi skenario ini

gagal total. Rangkaian mata bor tersebut berhasil ditemukan di kedalaman 2991 kaki tetapi

snubbing unit gagal mendorongnya ke dalam dasar sumur.

Skenario kedua dilakukan dengan cara melakukan pengeboran miring (sidetracking)

menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan rig

milik PT Pertamina (persero). Skenario kedua ini juga gagal karena telah ditemukan terjadinya

kerusakan selubung di beberapa kedalaman antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya pergerakan

lateral di lokasi pemboran BJP-1. Kondisi itu mempersulit pelaksanaan sidetracking. Selain itu

muncul gelembung-gelembung gas bumi di lokasi pemboran yang dikhawatirkan membahayakan

keselamatan pekerja, ketinggian tanggul di sekitar lokasi pemboran telah lebih dari 15 meter dari

permukaan tanah sehingga tidak layak untuk ditinggikan lagi. Karena itu, Lapindo Brantas

melaksanakan penutupan secara permanen sumur BJP-1.

Skenario ketiga, pada tahap ini, pemadaman lumpur dilakukan dengan terlebih dulu membuat

tiga sumur baru (relief well). Tiga lokasi tersebut antara lain: Pertama, sekitar 500 meter barat

daya Sumur Banjar Panji-1. Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1.

Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini skenario ini masih

dijalankan.

Ketiga skenario beranjak dari hipotesis bahwa lumpur berasal dari retakan di dinding sumur

Banjar Panji-1. Padahal ada hipotesis lain, bahwa yang terjadi adalah fenomena gunung lumpur

(mud volcano), seperti di Bledug Kuwu di Purwodadi, Jawa Tengah. Sampai sekarang, Bledug

Kuwu terus memuntahkan lumpur cair hingga membentuk rawa.

Rudi Rubiandini, anggota Tim Pertama, mengatakan bahwa gunung lumpur hanya bisa dilawan

dengan mengoperasikan empat atau lima relief well sekaligus. Semua sumur dipakai untuk

mengepung retakan-retakan tempat keluarnya lumpur. Kendalanya pekerjaan ini mahal dan

memakan waktu. Contohnya, sebuah rig (anjungan pengeboran) berikut ongkos operasionalnya

membutuhkan Rp 95 miliar. Biaya bisa membengkak karena kontraktor dan rental alat

pengeboran biasanya memasang tarif lebih mahal di wilayah berbahaya. Paling tidak kelima

sumur akan membutuhkan Rp 475 miliar. Saat ini pun sulit mendapatkan rig yang menganggur

di tengah melambungnya harga minyak.

Rovicky Dwi Putrohari, seorang geolog independen, menulis bahwa di lokasi sumur Porong-1,

tujuh kilometer sebelah timur Banjar Panji-1, terlihat tanda-tanda geologi yang menunjukkan

luapan lumpur pada zaman dulu, demikian analisisnya. Rovicky mencatat sebuah hal yang

mencemaskan: semburan lumpur di Porong baru berhenti dalam rentang waktu puluhan hingga

ratusan tahun.

Dalam dokumen Laporan Audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29 Mei 2007 disebutkan

temuan-temuan bahwa upaya penghentian semburan lumpur tersebut dengan teknik relief well

Page 10: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

tidak berhasil disebabkan oleh faktor-faktor nonteknis, diantaranya: peralatan yang dibutuhkan

tidak disediakan. Senada dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan, Rudi Rubiandini juga

menyatakan bahwa upaya penghentian semburan lumpur dengan teknik relief well tersebut tidak

dilanjutkan dengan alasan kekurangan dana.

Antisipasi kegagalan menghentikan semburan lumpur

Jika skenario penghentian lumpur terlambat atau gagal maka tanggul yang disediakan tidak akan

mampu menyimpan lumpur panas sebesar 126,000 m3 per hari. Pilihan penyaluran lumpur panas

yang tersedia pada pertengahan September 2006 hanya tinggal dua.Skenario ini dibuat kalau

luapan lumpur adalah kesalahan manusia, seandainya luapan lumpur dianggap sebagai fenomena

alam, maka skenario yang wajar adalah 'bagaimana mengalirkan lumpur kelaut' dan belajar

bagaimana hidup dengan lumpur.

Pilihan pertama adalah meneruskan upaya penangangan lumpur di lokasi semburan dengan

membangun waduk tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit

upaya untuk menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan tersebut agar daya

tampungnya menjadi lebih besar. Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk

diperlukan waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan lumpur

secara terus menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar.

Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur panas itu ke Kali Porong. Sebagai tempat

penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang telah tersedia, tanpa perlu digali, memiliki

potensi volume penampungan lumpur panas yang cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di

bagian tengah kali tersebut, bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka potensi

penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap kilometernya. Dengan kata lain,

kali Porong dapat membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3, atau akan memberikan

tambahan waktu sampai lima bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali Porong tidak

melebihi 50,000 m3 per hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhan

lumpur yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka volume lumpur yang akan pindah ke

Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan Desember 2006. Volume lumpur yang begitu besar

membutuhkan frekuensi dan volume penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi, dan

kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi

waduk lumpur. Sedangkan untuk mencegah pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di perairan

Selat Madura,diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di kawasan pantai

Sidoardjo.

Para pakar yang melakukan simposium di ITS pada minggu kedua September, menyampaikan

informasi bahwa kawasan pantai di Kabupaten Sidoardjo mengalami proses reklamasi pantai

secara alamiah dalam beberapa dekade terakhir disebabkan oleh proses sedimentasi dan

dinamika perairan Selat Madura. Setiap tahunnya, pantai Sidoardjo bertambah 40 meter.

Sehingga upaya membentuk kawasan lahan basah di pantai yang terbuat dari lumpur panas

Sidoardjo, merupakan hal yang selaras dengan proses alamiah reklamasi pantai yang sudah

berjalan beberapa dekade terakhir.

Dengan mengumpulkan lumpur panas Sidoarjo ke tempat yang kemudian menjadi lahan basah

yang akan ditanami oleh mangrove, lumpur tersebut dapat dicegah masuk ke Selat Madura

sehingga tidak mengancam kehidupan nelayan tambak di kawasan pantai Sidoardjo dan nelayan

penangkap ikan di Selat Madura. Pantai rawa baru yang akan menjadi lahan reklamasi tersebut

dikembangkan menjadi hutan bakau yang lebat dan subur, yang bermanfaat bagi pemijahan ikan,

daerah penyangga untuk pertambakan udang. Pantai baru dengan hutan bakau di atasnya dapat

ditetapkan sebagai kawasan lindung yang menjadi sumber inspirasi dan sarana pendidikan bagi

masyarakat terhadap pentingnya pelestarian kawasan pantai..

Page 11: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur

Pada 9 September 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani surat keputusan

pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo, yaitu Keppres

Nomor 13 Tahun 2006. Dalam Keppres itu disebutkan, tim dibentuk untuk menyelamatkan

penduduk di sekitar lokasi bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan menyelesaikan masalah

semburan lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil. Tim dipimpin Basuki Hadi Muljono,

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, dengan tim

pengarah sejumlah menteri, diberi mandat selama enam bulan. Seluruh biaya untuk pelaksanaan

tugas tim nasional ini dibebankan pada PT Lapindo Brantas.Namun upaya Timnas yang

didukung oleh Rudy Rubiandini ternyata gagal total walaupun telah menelan biaya 900 milyar

rupiah.

Keputusan Pemerintah

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas

Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan

volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per

hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur

tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan

lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

Pendapat Kontra pembuangan lumpur secara langsung

Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, diantaranya Walhi [4]

dan ITS [5]

.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan

Komisi IV DPR RI, 5 September 2006, menyatakan luapan lumpur Lapindo mengakibatkan

produksi tambak pada lahan seluas 989 hektar di dua kecamatan mengalami kegagalan panen.

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada

budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai

Rp10,9 miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan cara

mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan dampak yang semakin

meluas yakni sebagian besar tambak di sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di

sekitarnya, karena lumpur yang sampai di pantai akan terbawa aliran transpor sedimen sepanjang

pantai. [6]

Dampak lumpur itu bakal memperburuk kerusakan ekosistem Sungai Porong. Ketika masuk ke

laut, lumpur otomatis mencemari Selat Madura dan sekitarnya. Areal tambak seluas 1.600

hektare di pesisir Sidoarjo akan terpengaruh.

Alternatif yang sudah dikaji lembaga seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

dengan memisahkan air dari endapan lumpur lalu membuang air ke laut. Lumpur itu

mengandung 70 persen air, sisanya bahan endapan. Kalau air bisa dibuang ke laut, tentu danau

penampungan tak perlu diperlebar, dan tekanan pada tanggul bisa dikurangi. Sampai tahun 2009

ternyata teori itu tidak bisa membuktikan adanya dampak tersebut.

Page 12: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Penetapan tersangka

Dalam kasus ini, Polda Jawa Timur telah menetapkan 13 tersangka yakni :

1. Ir. EDI SUTRIONO selaku Drilling Manager PT. Energy Mega Persada, Tbk.

2. Ir. NUR ROCHMAT SAWOLO, MESc selaku Vice President Drilling Share Services

PT. Energy Mega Persada, Tbk.

3. Ir. RAHENOD selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

4. SLAMET BK selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

5. SUBIE selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.

6. SLAMET RIYANTO selaku Project Manager PT. Medici Citra Nusa.

7. YENNY NAWAWI, SE selaku Dirut PT. Medici Citra Nusa.

8. SULAIMAN Bin H.M. ALI selaku Rig Superintendent PT. Tiga Musim Mas Jaya.

9. SARDIANTO selaku Tool Pusher PT. Tiga Musim Mas Jaya.

10. LILIK MARSUDI selaku Driller PT. Tiga Musim Mas Jaya.

11. WILLEM HUNILA selaku Company Man Lapindo Brantas, Inc.

12. Ir. H. IMAM PRIA AGUSTINO selaku General Manager Lapindo Brantas, Inc.

13. Ir. ASWAN PINAYUNGAN SIREGAR selaku mantan General Manager Lapindo

Brantas, Inc.

Namun perkara pidana tersebut dihentikan oleh penyidik Polda Jawa Timur dengan alasan

bahwa dalam perkara perdatanya gugatan YLBHI dan Walhi kepada Lapindo dan pemerintah

telah gagal. Selain itu, adanya perbedaan pendapat para ahli. Gerakan Menutup Lumpur Lapindo

pernah mengajukan nama-nama ahli tambahan, para ahli terkemuka Indonesia dan luar negeri

yang tergabung dalam Engineer Drilling Club (EDC) yang mendukung fakta kesalahan

pemboran berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan tersebut, tetapi ditolak oleh

penyidik Polda Jawa Timur (tidak ditanggapi).

Para tersangka dijerat Pasal 187 dan Pasal 188 KUHP dan UU No 23/1997 Pasal 41 ayat 1 dan

Pasal 42 tentang pencemaran lingkungan, dengan ancaman hukum 12 tahun penjara. "Otomatis

UU pencemaran lingkungan hidup ini sudah termasuk kejahatan korporasi karena merusak

lingkungan hidup," kata Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Anton Bachrul Alam yang

sejak tahun 2009 menjadi Kapolda Jawa Timur.

Kritik

Pemerintah dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini. Masyarakat adalah

korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata

pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak. Pemerintah hanya membebankan kepada

Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata

harga tanah dibawah Rp. 100 ribu- dibeli oleh Lapindo sebesar Rp 1 juta dan bangunan Rp 1,5

juta masing-masing permeter persegi. untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan

jatirejo) sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang

rusak.Hal ini dianggap wajar karena banyak media hanya menuliskan data yang tidak akurat

tentang penyebab semburan lumpur ini.

Salah satu pihak yang paling mengecam penanganan bencana lumpur Lapindo adalah aktivis

lingkungan hidup. Selain mengecam lambatnya pemerintah dalam menangani lumpur, mereka

juga menganggap aneka solusi yang ditawarkan pemerintah dalam menangani lumpur akan

melahirkan masalah baru, salah satunya adalah soal wacana bahwa lumpur akan dibuang ke laut

karena tindakan tersebut justru berpotensi merusak lingkungan sekitar muara. [7][8]

Page 13: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

PT Lapindo Brantas Inc sendiri lebih sering mengingkari perjanjian-perjanjian yang telah

disepakati bersama dengan korban.Menurut sebagian media, padahal kenyataannya dari 12.883

buah dokumen Mei 2009 hanya tinggal 400 buah dokumen yang belum dibayarkan karena status

tanah yang belum jelas. Namun para warga korban banyak yang menerangkan kepada Komnas

HAM dalam penyelidikannya bahwa para korban sudah diminta menandatangani kuitansi lunas

oleh Minarak Lapindo Jaya, padahal pembayarannya diangsur belum lunas hingga sekarang.

Dalam keterangannya kepada DPRD Sidoarjo pada Oktober 2010 ini Andi Darusalam Tabusala

mengakui bahwa dari sekitar 13.000 berkas baru sekitar 8.000 berkas yang diselesaikan

kebanyakan dari korban yang berasal dari Perumtas Tanggulangin Sidoarjo. Hal ini

menunjukkan bahwa banyak keterangan dan penjelasan yang masih simpang siur dan tidak jelas.

Page 14: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Gunung Merapi Meletus | detik-detik Merapi Meletus Gunung merapi meletus pada hari Selasa kemarin tepatnya tanggal 25 Oktober 2010 pukul 17.00

wib dan dengan peristiwa meletusnya gunung merapi ini tercatat ada belasan korban yang telah

berhil di evakusai ke rumah sakit, dan menurut kabar mbah marijan meninggal dunia dengan

peristiwa merapi meletus ini, berikut ini detik-detik gunung yang masuk dalam salah satu

gunung berapi paling aktif di dunia ini melakukan aktivitas vulkaniknya

Setelah beberapa hari aktifitas vulkanik G. Merapi terus mengalami peningkatan secara

signtfikan baik jumlah maupun energi gempabumi vulkanik, Selasa (26/10) sore G. Merapi

memasuki fase erupsi. Berikut dibawah ini kronologis letusan G. Merapi yang terjadi Selasa sore

hingga menjelang malam.

1. Pukul 17.02 mulai terjadi awanpanas selama 9 menit

2. Pukul 17.18 terjadi awanpanas selama 4 menit

3. Pukul 17.23 terjadi awanpanas selama 5 menit

4. Pukul 17.30 terjadi awanpanas selama 2 menit

5. Pukul 17.37 terjadi awanpanas selama 2 menit

6. Pukul 17.42 terjadi awanpanas besar selama 33 menit

7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Merapi di

Jrakah dan Selo

8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman

9. Pukul 18.16 terjadi awanpanas selama 5 menit

10. Pukul 18.21 terjadi awanpanas besar selama 33 menit

11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap

membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi

12. Pukul 18.54 aktivitas awanpanas mulai mereda

13. Luncuran awanpanas mengarah kesektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggara

Kronologi dikutip dari Letusan Gunung Merapi Tanggal 26 Oktober 2010 yang dikeluarkan oleh

a.n Kepala Badan Geologi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari

permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7° 325' Lintang Selatan dan 110° 26.5'

Bujur Timur. secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman,

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyalali dan Kabupaten Klaten. Status kegiatan G. Merapi

ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010, ditingkatkan

menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010 dan menjadi Awas, terhitung sejak 25 Oktober 2010

Semenjak Gunung merapi meletus tersebut sudah belasan orang dipastikan meninggal dunia dan

telah di bawa ke rumah sakit terdekat,

Page 15: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

19 Lokasi Banjir Kepung Jakarta Selasa, 15 Januari 2013 | 10:49 WIB

KOMPAS/PINGKAN ELITA DUNDU Sejak dini hari tadi, Selasa (15/1/2013), banjir akibat

luapan Sungai Pesanggrahan menggenangi Jalan Raya Ciledug. Lalu lintas pun macet.

JAKARTA, KOMPAS.com - Akibat hujan deras yang mengguyur Kota Jakarta mulai Senin

malam hingga Selasa (16/1/2013) pagi, genangan air tak terhindarkan di sejumlah tempat di Ibu

Kota. Berdasarkan data dari TMC Polda Metro sejak pukul 07.00 WIB pagi tadi tercatat ada 19

lokasi genangan air di wilayah Jakarta, beberapa di antaranya sudah surut.

"Ketinggian banjir bervariasi antara 20 sampai 40 cm," ujar petugas TMC Polda Metro,

Marsono, saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa pagi.

Marsono mengatakan, genangan air setinggi 40 cm terdapat di wilayah Joglo dan Samsat di

Jakarta Barat serta kawasan Islamic di Jakarta Utara. "Saat ini mungkin dari 19 titik sudah ada

beberapa yang surut. Namun, ada juga yang masih tergenang," ujarnya.

Ia menambahkan, polisi mengimbau agar para pengguna jalan tetap berhati-hati dan

mengutamakan keselamatan. Saat melewati titik banjir, warga diminta bersabar karena pasti

mengalami kemacetan.

Berikut lokasi-lokasi banjir di Jakarta:

1. Jakarta Selatan: Petukangan, Pondok Indah, Kemang Raya, Gatot Subroto depan Balai

Kartini

2. Jakarta Utara: Gunung Sahari, Mangga dua, Rawa buaya, depan Walikota Jakut, Jalan

Raya Pelabuhan, Jalan Cacing, Kramat Jaya.

3. Jakarta Pusat: perempatan cocacola di jalur lambat

4. Jakarta Barat: Joglo, Latumenten, Grogol, Daan Mogot

5. Jakarta Timur: Cakung arah Kalimalang, Jalan Basuki Rahmat

Page 16: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Satu Keluarga Tewas Tertimbun Tanah Longsor

Tribun Jogja - Selasa, 15 Januari 2013 16:31 WIB

Warta Kota/Soewidia Henaldi

TRIBUNJOGJA.COM, BOGOR - Satu keluarga yang tertimbun tanah longsor di Kampung

Legok Bagong, RT 6/02, Desa Cipayung, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,

ditemukan tak bernyawa. Karminah (45), Rony (17), Robi (15) dan Ita (10) ditemukan usai

pencarian selama enam jam.

"Seluruh korban sudah ditemukan. Korban keseluruhan enam orang meninggal dan dua luka

berat," ujar Kapolsek Megamendung AKP Didik Kurnianto di lokasi kejadian, Selasa

(15/1/2013).

Dengan ditemukan empat korban lainnya, berarti sudah enam orang korban longsor yang sudah

ditemukan. Sebelumnya dua korban lainnya adalah Haris (60) dan Hendi (12). Penemuan empat

korban tambahan disambut isak tangis keluarga korban. Oleh petugas seluruh dimasukan ke

kantung jenazah dan dibawa ke rumah duka.

Seperti diberitakan sebelumnya, proses evakuasi 4 korban yang tertimbun longsor di Kampung

Legok Bagong, RT 6/02, Desa Cipayung, Megamendung, Kabupaten Bogor terkendala medan

yang terjal dan curam. Akses jalan menuju ke lokasi yang hanya bisa dilintasi sepeda motor

menyulitkan petugas mendatangkan alat berat.

Hingga saat ini petugas masih menutup lokasi longsor dari warga. Garis polisi dipasang di

sekitar lokasi longsor agar warga tidak mendekat. Sementara itu cuaca di sekitar lokasi kembali

diguyur hujan deras.(*)

Page 17: Kliping PAI - Bencana Alam.pdf

Angin Puting Beliung Terjang 8 Wilayah di Indonesia Rabu, 25 Januari 2012, 22:39 WIB

Pohon tumbang saat hujan angin menerjang wilayah Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delapan wilayah di Indonesia hari ini, Rabu (25/1),

diterjang angin puting beliung dalam waktu yang relatif bersamaan. Berdasarkan data dari Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), delapan wilayah tersebut diantaranya adalah

Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Situbondo, Kediri, Blitar, Malang, Sukabumi, dan

Indramayu.

Angin yang berpusat dengan kencang ini menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas

BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, disebabkan oleh pengaruh pusat sistem tekanan rendah di

perairan selatan Nusa Tenggara Timur. Untuk Kepulauan Seribu, musibah ini terjadi sekitar

pukul 12.30 WIB. "Puting Beliung ini menerjang Pulau Harapan dan Pulau Kelapa," ujar Sutopo,

Rabu (25/1).

Ia menuturkan, bencana di dua pulau tersebut setidaknya menyebabkan 35 orang luka-luka. Tak

hanya itu, 459 rumah dan 4 sekolah, serta bangunan lainnya seperti masjid dan Puskesmas di

wilayah yang diterpa angin ini pun mengalami rusak ringan hingga sedang. Angin kencang yang

membentuk pusaran ini juga dikatakan Sutopo menyebabkan 60 pohon tumbang, 20 tiang listrik

roboh.

"Sedangkan di Jakarta Selatan, puting beliung mengakibatkan 1 orang tewas, 2 pohon roboh, dan

4 kendaraan rusak," kata Sutopo menambahkan. Di Pulau Jawa, tepatnya daerah Situbondo,

puting beliung menerjang 6 kecamatan. Dari data BNPB, ratusan rumah yang rusak, dapat

ditemui di kecamatan Mangaran, Kapongan, Panji, Panarukan, Kecamatan Kota, dan

Sumbermalang.

Sementara di Kediri, puting beliung ini memporak-porandakan sejumlah fasilitas umum dan

rumah milik warga yang ada di Kecamatan Mojo. "Namun hingga saat ini belum diketahui

jumlah pasti rumah yang rusak akibat angin kencang tersebut. Untuk kota Blitar, setidaknya

sebuah mobil rusak berat dan 5 orang harus dilarikan ke rumah sakit akibat ditimpa pohon

tumbang," ujar Sutopo.