KERANGKA BAB 1-4 ROY-MERCER edit post persentasi.doc

80
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi masih menjadi fokus penting dalam kesehatan. Angka kematian ibu dan angka kematian anak merupakan dua indicator penting keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama dalam bidang kesehatan yang menunjukkan derajat kesehatan negara tersebut. Angka kematian ibu dan angka kematian anak masih tinggi di Indonesia (Kuntari, 2012). Angka kematian ibu diIndonesia masih tinggi dan dan bahkan lebih tinggi dibandingkan beberapa negara. Angka kematian ibu diIndonesia sampai saat ini masih tinggi, yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran angka kematian ibu di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Jawa Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 sampai 2011, menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2011, angka kematian ibu mencapai 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut melampaui dari target MDGs

Transcript of KERANGKA BAB 1-4 ROY-MERCER edit post persentasi.doc

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi masih

menjadi fokus penting dalam kesehatan. Angka kematian ibu dan angka kematian

anak merupakan dua indicator penting keberhasilan pembangunan suatu negara,

terutama dalam bidang kesehatan yang menunjukkan derajat kesehatan negara

tersebut. Angka kematian ibu dan angka kematian anak masih tinggi di Indonesia

(Kuntari, 2012).

Angka kematian ibu diIndonesia masih tinggi dan dan bahkan lebih tinggi

dibandingkan beberapa negara. Angka kematian ibu diIndonesia sampai saat ini

masih tinggi, yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran angka kematian ibu di

Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Jawa

Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 sampai 2011, menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2011, angka kematian ibu mencapai

104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut melampaui dari target MDGs

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu juga bisa

disebabkan karena adanya aborsi yang tidak aman. Angka kematian ibu, sekitar

75 sampai 85 persen disebabkan oleh sebab langsung, yaitu perdarahan post

partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju, dan hipertensi karena

kehamilan. Penyebab lain dari kematian ibu yaitu anemia.

Penyebab kematian ibu dinegara berkembang disebabkan oleh 3 terlambat.

Pertama, wanita hamil terlambat mengenali tanda dan gejala dari bahaya

kehamilan. Kedua, keterlambatan ibu hamil untuk mendapatkan pertolongan

2

persalinan. Ketiga , terlambat untuk mendapatkan pertolongan. Penyebab lain dari

angka kematian ibu yaitu “3 terlalu”, yaitu terlalu muda atau terlalu tua, terlalu

dekat, dan terlalu banyak anak.

Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat maternitas sangat

dipengaruhi oleh kualitas asuhan yang diberikan dalam berbagai tindakan seperti

upaya pelayanan antenatal, intranatal, post partum, dan bayi baru lahir. Model

konseptual yang mendasari keperawatan yaitu teori keperawatan Ramona T.

Mercer dan teori keperawatan Sister.C. Roy. Pada penulisan makalah ini akan

dipaparkan tentang pengintegrasian teori keperawatan Ramona T. Mercer dan

Sister C. Roy dalam pengkajian intrapartum.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengembangan instrumen pengkajian pada kasus intranatal

menggunakan pendekatan model konseptual Roy dan Ramona T Mercer?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengembangkan instrumen pengkajian pada kasus intrapartum

menggunakan pendekatan model konseptual Sister C. Roy dan Ramona T. Mercer.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep intrapartum

2. Menjelaskan model konsep keperawatan Sister C. Roy dan Ramona T.

Mercer

3. Menerapkan model konsep keperawatan Sister C. Roy dan Ramona T.

Mercer dalam pengkajian sesuai kasus intrapartum

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Persalinan

Persalinan (labor) merujuk pada serangkaian proses pengeluaran hasil

konsepsi dari dalam uterus melalui jalan lahir. Penelitian terbaru menyebutkan

bahwa kombinasi beberapa mekanisme maternal dan janin dilibatkan dalam

memulai awitan persalinan dan mendukung proses persalinan (Reeder dkk,

2011).

1. Teori awitan persalinan

Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin telah cukup matang untuk

menghadapi kondisi ekstrauteri tetapi tidak cukup besar untuk

menyebabkan masalah mekanis dalam persalinan. Namun sebagian besar

peneliti yang mempertanyakan alasan mulainya persalinan, memfokuskan

pada keseimbangan antara kadar hormon yang cenderung merelaksasi otot

uterus.

2. Teori esterogen-progesteron

Mengajukan bahwa rasio estrogen-progesteron penting dalam

mempertahankan kehamilan dan memulai memulai proses persalinan.

Kadar kedua hormon tersebut mengatur perubahan konsentrasi reseptor

oksitosin dalam uterus. Dalam penelitian pada hewan, terbukti

memfasilitasi kontraksi nuterus dengan meningkatkan pembentukan celah

pertautan dan meningkatkan pembentukan prostaglandin E2. (PGE2),

estrogen meningkatkan celah pertautan dan meningkatkan sintesis local

PGE2. Selama beberapa tahun, diyakini bahwa awitan persalinan

4

dihasilkan dari progesteron pada saat estrogen relatif mendominasi, namun

bukti penting tidak menunjukkan penurunan progesteron terjadi saat

persalinan dimulai.

3. Teori oksitosin

Menyatakan bahwa oksitosin menstimulasi kontraksi uterus dengan

bekerja secara langsung pada myometrium dan secara tidak langsung

meningkatkan produksi prostaglandin di dalam desidua. Uterus menjadi

semakin sensitif terhadap oksitosin seiring ddengan pertambahan usia

kehamilan. Konsentrasi tertinggi dalam aktivitas oksitosin dalam darah

telah ditemukan pada kala dua persalinan.

4. Teori kontrol endokrin janin

Teori kontrol endokrin janin mengajukan bahwa pada waktu maturitas

janin yang tepat, kelenjar adrenal janin menyekresi kortikosteroid yang

memicu mekanisme persalinan. Steroid janin menstimulasi pelepasan

precursor ke prostaglandin, yang pada akhirnya menghasilkan kontraksi

persalinan pada uterus. Sesaat sebelum persalinan, sensitivitas kelenjar

adrenal janin terhadap hormon adrenokortikotropik , yang dihasilkan oleh

hipofisis, mengalami peningkatan, menyebabkan peningkatan produksi

kortisol. Pelepasan kortikosteroid selama periode stress telah diajukan

sebagai sebuah penyebab persalinan premature. Ini dapat terjadi jika janin

dalam kondisi membahayakan, seperti preeklampsia atau overdistensi

uterus akibat kehamilan multiple atau hidramnion.

5. Teori prostaglandin

Hipotesis teori prostaglandin menyatakan bahwa persalinan manusia

5

dimulai oleh serangkaian kejadian, termasuk pelepasan precursor lipid,

yang kemungkinan dipicu oleh kerja steroid, pelepasan asam arakidonat

dari precursor ini, mungkin pada sisi membrane janin, peningkatan sintesis

prostaglandin dari asam arakidonat dan peningkatan kontraksi uterus

sebagai akibat kerja prostaglandin pada otot uterus.

2.2 Tanda Awal Persalinan

Selama beberapa minggu terakhir kehamilan, sejumlah perubahan

menandakan bahwa persalinan sudah dekat. Tanda awal merujuk pada

kumpulan gejala yang dialami sebelum awitan persalinan sebenarnya (true

labor). Lightening atau penurunan kepala janin ke dalam panggul terjadi

sekitar 10-14 hari sebelum kelahiran, terutama pada primigravida. Perubahan

ini dihasilkan oleh penempatan kepala janin ke dalam rongga panggul.

Lightening dapat terjadi secara tiba-tiba sehingga saat bangun di pagi hari ibu

benar-benar tidak lagi merasakan ketegangan pada perut dan tekanan

diafragma yang sebelumnya ia rasakan. Pada wanita multigravida, lightening

lebih cenderung terjadi setelah persalinan. Tanda yang lain berupa kontraksi

Braxton Hicks, pelembutan dan penipisan serviks, peningkatan rabas

(discharge) vagina, pengeluaran lendir disertai darah, tekanan pada nervus

iskiadius, peningkatan frekuensi berkemih, dorongan energi serta kadang-

kadang terjadi ruptur selaput ketuban. Kadang-kadang pecah ketuban

merupakan indikasi pertama mulainya proses persalinan. Setelah ketuban

pecah, selalu ada kemungkinan prolaps tali pusat jika bagian bawah janin

tidak secara akeduat mengisi pintu atas panggul. Ibu hamil sebaiknya

melaporkan kepada petugas kesehatan ketika ketuban pecah untuk

6

menentukan apakah perlu segera ke rumah sakit. Pengeluaran rabas vagina

yang berwarna pink yang umum disebut show. Sekumpulan lendir yang

mengisi saluran serviks selama kehamilan mungkim akan dikeluarkan saat

serviks melembut pada beberapa hari terakhir kehamilan. Tekanan bagian

presentasi janin yang telah turun ke rongga panggul menyebabkan kapiler

yang sangat kecil di serviks mengalami ruptur. Darah ini bercampur lendir

dan membuat warna pink (Reeder dkk, 2011).

2.3 Empat Kala Persalinan

Proses persalinan dibagi ke dalam 4 kala, dari kala I sampai kala IV,

namun pembahasan disini hanya sampai pada kala III saja. Kala I persalinan,

tahap dilatasi, dimulai dengan awitan kontraksi persalinan yang teratur dan

diakhiri dengan dilatasi serviks secara lengkap. Tahap ini dapat dibagi ke

dalam tiga fase yaitu fase laten, aktif dan transisi. Selanjutnya adalah kala II

persalinan, tahap panggul, dimulai dengan dilatasi serviks secara lengkap

dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kala III, tahap plasenta, dimulai

kelahiran bayi dan diakhiri kelahiran plasenta (Reeder dkk, 2011).

Kala Definisi Durasi Aktivitas Uterus Perilaku maternal dan manifestasi

Kala I (tahap dilatasi)

Fase Laten

Periode dari kontraksi pertama persalinan sejati sampai dilatasi serviks yang lengkap.Dimulai dari awal persalinan sejati dan berakhir dengan awal persalinan aktif; 0-3-4 cm

Bervariasi sesuai dengan fase dan paritas

Sekitar 8,6 jam untuk nullipara dan 5,3 jam untuk multipara.

Ringan, seringkali kontraksi tidak teratur setiap 5-30 menit, lamanya 10-30 detik, serviks menjadi lebih lunak dan

Ibu bersalin secara umum merasa gembira, waspada, banyak bicara atau diam, tenang atau cemas, dapat mengalami kram abdomen, nyeri punggung,pecah ketuban,nyeri dapat

7

Fase Aktif

Fase Transisi

Dimulai dari awal persalinan aktif dan maju ke fase transisi 4-7cm

Dilatasi 8-10cm

Sekitar 4,6jam untuk nullipara dan 2,4 jam untuk multipara

tipis, dilatasi 0 sampai 3-4 cm.Kontraksi uterus sedang sampai kuat setiap 2-5 menit, lamanya 30-90 detik, dilatasi serviks untuk nullipara 1,2cm/jam dan untuk multipara 1,5cm/jam,begitu juga pada fase transisi.

dikontrol,dapat berjalan.Ibu bersalin secara umum merasakan peningkatan ketidaknyamanan, berkeringat, mual dan muntah, kemerahan, mengalami gemetar pada paha dan kaki, tekanan pada kandung kemih, nyeri punggung,pucat disekitar mulut, amnesia antar kontraksi, fase transisi mungkin lebih mencemaskan, takut kehilangan kontrol, berfokus pada diri sendiri

Kala II (tahap panggul)

Periode dari dilatasi serviks lengkap sampai kelahiran bayi

Sekitar 1jam untuk nullipara dan ¼- ½ jam untuk multipara.

Kontraksi uterus kuat, setiap 2-3 menit, lamanya 45-90 detik, tekanan intra abdomen dilakukan

Dapat mengalami penurunan rasa nyeri, tekanan pada rectum, perineum menggelembung, desakan untuk mengejan, sering kali bersemangat, suara merintih atau terdengar suara hembusan nafas.

Kala III(tahap plasenta)

Periode dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta dan membran

5-30 menit Kontraksi uterus kuat, uterus berubah ke bentuk globular, tekanan intra abdomen dilakukan

Fokus pada bayi baru lahir, bahagia terhadap kelahiran, merasa lega.

2.4 Teori Adaptasi Sister C. Roy

2.4.1 Latar Belakang Teori

Sister C. Roy adalah anggota dari sister of Saint Joseph of Carondolet

yang lahir pada 14 Oktober 1939 di Los angeles, California. Dia menerima gelar

S1 Keperawatan pada tahun 1963 dari Mount Saint Mary’s College di los angeles

dan menyelesaikan master keperawtan di universitas California Los Angeles tahun

8

1966. Setelah menyelesaikan pendidikan keperawatan, Sister C. Roy memulai

pendidikan di bidan sosiologi, dan menyelesaikan master pada tahun 1973 dan

doktoral 1977 di Universitas California. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy

E. Johnson, Sister C. Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep

keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Sister C. Roy dalam kerangka

konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori

sistem. Sister C. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang

ahli fisiologis ± psikologis. Untuk memulai membangun pengertian

konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari

datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan

individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu

: focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Sister C. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan

definisi dan pandangan terhadap manusiasebagai sistem yang adaptif.

Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme”

dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk

menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Sister C. Roy,

humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan

koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang masih berkembang, Sister C. Roy

menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti

Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).

Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu

kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan

9

penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan

sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s

College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-

mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas

model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk

klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.Sebuah studi penelitian

pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977

menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.

Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar

belakang Sister C. Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Sister C. Roy

mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan,

pengalaman klinisnya telahmembantu perkembangan kepercayaannya itu

dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Sister

C. Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi

keperawatan.

2.4.2 Definisi dan Konsep Mayor

Sistem

Sistem adalah satu set bagian yang dihubungkan untuk berfungsi sebagai

keseluruhan untuk tujuan tertentu dan bekerja berdasarkan saling

ketergantungan bagian-bagiannya. (Roy & Andrew, 1999). Agar menjadi

keseluruhan dan bagiannya berhubungan “sistem juga memiliki input,

output dan kontrol dan proses umpan balik”

Tingkat adaptasi/ level adaptasi

“Tingkat adaptasi memperlihatkan kondisi proses kehidupan yang

10

dijelaskan pada tiga tingkat yang terpadu, kompensasi, dan berkompromi”

(Roy & Andrew, 1999).tingkat adaptasi seseorang merupakan titik yang

berubah secara konstan, dibentuk oleh fokal, kontekstual dan stimuli

residual, yang memperlihatkan standar rata- rata pribadi seseorang yang

berespon dengan respon adaptif biasa (Roy, 1984).

Masalah Adaptasi

Masalah adaptasi adalah "wilayah luas yang menjadi perhatian berkaitan

dengan adaptasi”. Memperlihatkan kesulitan berhubungan dengan

indikator positif” (Roy & Andrew, 1999).

Stimulus fokal

Fokal stimulus adalah “stimulus eksternal dan internal yang dengan segera

dilawan oleh sistem manusia”

Stimulus kontekstual

Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang diperlihatkan pada

situasi yang berkontribusi pada efek dari stimulus fokal. Juga merupakan

stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun

eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,

diukur secara subjektif.

Stimulus residual

Stimulus residual adalah faktor lingkungan dengan atau tanpa sistem

manusia dengan efek pada saat ini yang tidak jelas.

Proses koping

Proses koping adalah cara yang asli atau didapat untuk berinteraksi dengan

perubahan lingkungan.

11

Mekanisme koping asli/ bawaan

Mekanisme yang secara genetik ditentukan atau umum pada spesies dan

umumnya dipandang sebagai proses otomatis, manusia tidak harus berpikir

tentang itu.

Mekanisme koping yang didapat

Mekanisme yang dikembangkan melalui strategi yaitu belajar.

Pengalaman yang dihadapi sepanjang hidup berkontribusi terhadap respon

biasa terhadap rangsangan tertentu.

Regulator sub sistem

Regulator adalah proses koping mayor yang meliputi 4 chanel kognitif –

emotif: persepsi dan proses informasi, belajar, pertimbangan dan emosi.

Respon adaptif

Respon adaptif adalah sesuatu yang mendukung integritas dalam hal

tujuan dari sistem manusia.

Respon inefektif

Sesuatu yang tidak berkontribusi terhadap integritas dalam hal tujuan dari

sistem manusia.

Proses integrasi hidup

Adalah tingkat adaptasi pada struktur dan fungsi dari proses kehidupan yang

bekerja secara menyeluruh untuk menemukan kebutuhan manusia.

Model fisiologis dan fisik

Model fisiologis dan fisik adalah asosiasi proses fisik dan kimia yang meibatkan

fungsi dan aktifitas organisme hidup. Lima kebutuhan yang diidentifikasi pada

model fisiologis – fisik relatif pada kebutuhan dasar integritas fisik : (1)

12

oksigenasi (2) nutrisi (3) eliminasi (4) aktifitas dan istirahat (5) perlindungan.

Proses kompleks yang melibatkan perasaan ; cairan, elektrolit dan keseimbangan

asam basa; fungsi neurologis dan fungsi endokrin berkontribusi pada adaptasi

fisiologis. Kebutuhan dasar dari model fisiologis adalah integritas fisiologis.

a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan

dengan respirasi dan sirkulasi.Karena oksigen berperan sangat penting

dalam proses metabolisme sel.

b. Nutrisi: menggambarkan substansi organik dan non organik yang

ditemukan dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh.

c. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi normal (menghitung berapa

intake dan output normal).

d. Aktifitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat

dan tidur sehari-hari. Karena dengan bergerak, tubuh menjdi sehat, sistem

pernapasan berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh pun dapat

optimal.

e. Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.

f. Indera: menggambarkan fungsi sensori perseptual dengan panca indera itu.

g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan proporsi cairan dan elektrolit yang

tepat.

h. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan

dan intelektual.

i. Fungsi endokrin: nggambarkan pola control dan pengaturan termasuk

respon stress dan sistem reproduksi

Model konsep diri – grup identitas

13

Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-

pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

Model peran fungsi

Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan

bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola itu.

Model interdependen

Interdependen merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang

kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada

tingkat individu maupun kelompok. Berfokus pada hubungan yang dekat pada

seseorang (individu dan kelompok)

Persepsi

Persepsi adalah interpretasi dari stimulus dan apresiasinya secara sadar.

2.4.3 Penjelasan Skema/ Bagan/ Model Konseptual

Input control process efektor output

Feed back

Gambar 2.1 Person as an adaptive system

Sistem adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai

kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap

bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan

Stimuli adaptation level Mekanisme koping

Regulatorkognator

Fungsi fisiologisKonsep diriFungsi peraninterdependen

Adaptif dan respon inefektif

14

balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Input

Sister C. Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan

kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat

menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,

kontekstual dan stimulus residual.

a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,

efeknya segera, misalnya infeksi .

b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik

internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,

diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan

dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,

isolasi sosial.

c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi

yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu

berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk

toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada

yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Sister C. Roy adalah bentuk mekanisme koping

yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang

merupakan subsistem.

a) Subsistem regulator.

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.

15

Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah

kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain

sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator

sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator

subsistem.

b) Subsistem kognator.

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku

output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk

kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak

dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi

berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan

mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan)

dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa.

Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan

penilaian dan kasih sayang.

3. Output.

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt diamati, diukur atau secara

subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini

merupakan umpan balik untuk sistem. Sister C. Roy mengkategorikan output

sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon

yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan

dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan

dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.

16

Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

Sister C. Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan

proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping

diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem

pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang

dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Sister C.

Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme

kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan

bagian sub sistem adaptasi.

2.4.4 Asumsi mayor

1. Adaptasi

Dalam memahami konsep model ini, Sister C. Roy mengemukakan konsep

keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau

keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:

1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu

berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus

beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.

3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh

Sister C. Roy, diantaranya:

a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan

seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang

individu.

b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,

17

dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat

mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara

subjektif.

c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri

tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses

penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

4. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

a. Pertama, fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi

fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan

istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis

dan fungsi endokrin.

b. Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang

mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang

lain.

c. Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan

dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi

social dalam berhubungan dengan orang lain

d. Keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal

pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan

secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar

mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan,

perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki

tujuan meningkatkan respon adaptasi.

18

Teori adaptasi Sister C. Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi.

Sesuai dengan model Sister C. Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu

seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep

diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit

(Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien

tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.

Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

2. Pengembangan konsep diri positif

3. Penampilan peran social

4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi

klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.

Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien

beradaptasi.

2. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal.

Sister C. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan

respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan

internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping

individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan

19

tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh

stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang

diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan

fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap

seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik

internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,

diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual

adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan

situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

3. Person (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)

Sister C. Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,

keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh

perawat sebagai sistem adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka

tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,

kejadian, energi antara sistem dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara

individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.

Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya,

dimana setiap individu secara kontinyu beradaptasi.

Sister C. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.

Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu

kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik.

Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara-

cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem

adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan

20

adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia

dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat

mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem

adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi

manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit

fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa

tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan

menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu

sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang

umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus

internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus

manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.

Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme

koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem

regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan

sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara

adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.

Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Sister C. Roy terdiri dari:

a). Fisiologis.

(1). Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan

dengan respirasi dan sirkulasi.

(2). Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki

kondisi tubuh dan perkembangan.

21

(3). Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.

(4). Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan

tidur.

(5). Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.

(6). Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perseptual berhubungan

dengan panca indera

(7). Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan

dan elektrolit

(8). Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan

dan intelektual

(9). Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk

respon stress dan system reproduksi

b). Konsep Diri (Psikis)

Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang

berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan

keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik

c). Fungsi Peran (Sosial)

Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang

berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.

d). Interdependent

Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan

memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap

individu maupun kelompok.

4. Kesehatan

22

Sister C. Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal

sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan

suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara

terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan sosial. Integritas adaptasi

individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan

mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat

dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang

dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut

dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat

pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

5. Lingkungan

Sister C. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal

dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap

perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal

dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan

dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah

keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan

emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul)

yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan

tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman

yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan

adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.

23

2.4.5 Penerimaan oleh keperawatan (Praktik, pendidikan,

penelitian)

Penerimaan teori adaptasi Sister C. Roy pada keperawatan komunitas

Model adaptasi Sister C. Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam

mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan

menurut Sister C. Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua,

diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama

dengan proses keperawatan secara umum.

a). Pengkajian

Sister C. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,

yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.

Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien

sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode

adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh

karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu

pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik

dan holistik

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku

klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang

memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon

(mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap

ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan

residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, fa ktor yang

mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap

24

perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,

ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea

fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik

b). Perumusan diagnosa keperawatan

Sister C. Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa

keperawatan:

1) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Sister C.

Roy dan berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam

mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith

adalah “hypoxia”.

2) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari

perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya.

Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya

adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot

jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”

3) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode

berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan

Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia

bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa

yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan

keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

c). Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah

ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

25

Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping

secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien,

sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,

dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang

harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan

ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut

(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek

mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal,

kontekstual dan residual.

d). Implementasi

Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau

memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas

kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli

berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

e). Evaluasi

Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan

keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan

keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang

ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

Teori adaptasi Sister C. Roy pada penelitian

Penelitian tentang yang mempengaruhi perilaku praktisi, harus diikuti oleh

pengujian dan pengujian ulang teori yang diderivasi dari model konseptual

dari praktik keperawatan.

26

2.5 Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother Ramona T.

Mercer

2.5.1 Asumsi yang Mendasari Model Konseptual

Maternal Role Attainment-Becoming A Mother adalah model konseptual

keperawatan yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer. Model ini tercipta

setelah Mercer melakukan berbagai riset yang berkenaan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi parental attachment pada ibu post partum dan salah satu

faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut adalah emosional bayi

baru lahir. Ramona T. Mercer mengidentifikasi bahwa komponen emosional bayi

yang mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen bayi, kemampuan

memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan

kesehatan umum.

Asumsi Ramona T. Mercer berkaitan dengan pengembangan model

maternal role attainment, di antaranya adalah bayi baru lahir diyakini sebagai

partner yang aktif dalam proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan dan bayinya akan merefleksikan

kompetensi ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan

bekembang.

Perkembangan identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi

psikologis dan perilaku ibu dan bayi. Pada bayi, respon perkembangan yang

berpengaruh terhadap interaksi dengan perkembangan identitas peran ibu antara

lain adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi, refleks menggenggam,

refleks tersenyum dan tingkah laku yang tenang sebagai respon terhadap

perawatan ibu, konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu serta respon ibu

27

terhadap bayinya dapat meningkatkan pergerakan bayi. Dengan demikian kondisi

bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pencapaian dan pengembangan peran

ibu sehingga perawat bayi baru lahir adalah komponen penting dalam penerapan

model konseptual yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer.

2.5.2 Sumber Teori

Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer

dengan menggunakan konsep Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan

bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap pencapaian peran ibu (dapat dilihat

gambar di bawah)

2.5.3 Definisi dan Konsep Utama (Mayor)

28

Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model

konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah:

Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses

pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu menyentuh

bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan merawat termasuk

membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan kesenangan menikmati

perannya tersebut.

Maternal identity menunjukkan internalisasi diri dari ibu.

Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam

menunjukkan persepsi pengalamannya selama melahirkan bayinya.

Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam menggambarkan

dirinya sendiri.

Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri,

penerimaan diri, harga diri dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.

Fleksibilitas dikemukakan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah kaku.

Fleksibilitas perilaku pengasuhan anak meningkat seiring dengan

meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua berpotensi untuk mengalami

kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada setiap situasi.

Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai

pengasuhan anak.

Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas

kesehatannya, pandangan terhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi

atau kemungkinan untuk sakit, hal yang dikhawatirkan dalam kesehatan,

orientasi sakit dan memutuskan peran sakit.

29

Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang

penuh stress seperti adanya bahaya atau ancaman.

Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang

ditunjukkan dari perilaku ibu, Role strain-role conflict (konflik peran)

didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam

penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.

Gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan

balik dan kebanggaan yang diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi

dengan bayinya dan dalam memenuhi tugas rutinnya sebagai seorang ibu.

Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang

digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan

emosi yang telah terbentuk.

Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk

membaca isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan

dari ibu.

Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan

oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang

(attachment).

Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi,

penampilan dan status kesehatan.

Isyarat-isyarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang menunjukkan

respon terhadap ibunya.

Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas

subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi,

30

ayah-janin/bayi) yang bersama dalam satu sistem.

Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu terhadap

aktivitas dan hubungan antara keluarga dan sub sistem serta unit sosial yang

tinggal dalam rumah. Ayah atau pasangan intim (father or intimate partner)

berkontribusi pada proses pencapaian peran ibu yang pada pelaksanaannya

tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi ayah membantu mengurangi

tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu. Stress terbentuk dari

persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.

Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima,

puas dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya selalu siap untuk

membantu. Terdapat empat area dukungan sosial yang mencakup dukungan

emosional, informasi, fisik dan penilaian.

Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi tentang

hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuan antara keduanya dan perjanjian.

Kasih sayang ibu terhadap bayinya berkembang seiring dengan lapangan

emosional dari hubungan orangtuanya

2.5.4 Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T.

Mercer

Keperawatan

Ramona T. Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi

yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah

kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk

mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar

pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada klien dan

31

lingkungan, perawat mengidentifikasi tujuan klien, menyediakan layanan pada

klien yang meliputi dukungan, pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien

yang tidak mampu merawat dirinya sendiri.

Manusia

Ramona T. Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia

namun mengarah pada diri dan inti diri. Ramona T. Mercer memandang diri

sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita sebagai individu dapat

berperan menjadi orang tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti dari

manusia tersusun dari konteks budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk

situasi. Konsep kepercayaan diri dan harga diri sebagai manusia terpisah dari

interaksi dengan bayinya dan ayah dari bayinya atau orang lain yang berarti saling

mempengaruhi.

Kesehatan

Ramona T. Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai

persepsi kesehatan mereka yang lalu, kesehatan saat ini, harapan tentang

kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian tentang

kesehatan, orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi

baru lahir dengan tingkat kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang

tua pada kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan

yang ditunjukkan untuk bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses

yang memerlukan perhatian penting selama perawatan persalinan dan proses

kelahiran.

Lingkungan

Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer diadaptasi dari

32

definisi Bronfenbrenner’s tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan teori

awalnya. Ramona T. Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat

menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara perkembangan

individu dan perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam

lingkungan mempengaruhi untuk mencapai peran maternal dan paternal serta

perkembangan anak.

2.5.5 Pencapaian Peran Ibu : Mercer’s Original Model

Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer merupakan

sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini

dikembangkan oleh Ramona T. Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan

Bronfenbrenner’s, yaitu :

a. Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi.

Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah,

dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru

lahir yang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga.

Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang sebagai sistem semi

tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar perubahan

sengan sistem keluarga dan sistem lainnya.

b. Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di

mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja,

tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.

c. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri

atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem

kesehatan yang berdampak pada pencapaian peran ibu.

33

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap

penguasaan peran, yaitu :

1. Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data

sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran,

sbelajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai

memainkan peran.

2. Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses

pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi

petunjuk formal, harapan konseptual yang lain dalam sistem sosial ibu.

3. Informal : merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau

cara khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem

sosial. Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang

berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.

4. Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita

terhadap perannya. Pengalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya

diri, kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.

Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan

perkembangan bayi baru lahir Respon perkembangan bayi sebagai respon

terhadap perkembangan peran ibu adalah:

a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam

b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu

c. Perilaku interaksi tang konsisten dengan ibu

d. Becoming a Mother Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan

aktifitas.

34

2.5.6 Model Revisi pada tahun 2003, Ramona T. Mercer merevisi model

maternal role attainment menjadi a becoming mother.

Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral

interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan (dapat dilihat dalam gambar di

bawah)

Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi

dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor.

Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah,

rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar

dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak,

termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan

program perawatan kesehatan nasional.

2.5.7 Asumsi Mayor terkait Paradigma keperawatan

35

Inti dari sebuah konsep peran diri yang stabil, diperoleh melalui proses

sosialisasi yang berlangsung seumur hidup seorang ibu, mempengaruhi

bagaimana seorang ibu mampu mengartikan dan mempersepsikan suatu

peristiwa, persepsi ibu tentang respon bayi dan orang lain mengenai peran

keibuannya, dengan kondisi lingkungannya yang ada, adalah sebuah

kenyataan yang direspon ibu.

Selain sosialisasi ibu, tingkat perkembangan dan karakteristik kepribadian

bawaan juga mempengaruhi respon perilaku ibu tersebut.

Peran mitra ibu, respon bayi, akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam

mencapai peran keibuannya melalui proses pertumbuhan dan

perkembangan.

Bayi dianggap sebagai mitra aktif dalam peran ibu pada proses mengambil

peran, mempengaruhi dan menjadi terpengaruh oleh berlakunya peran.

Ayah atau pasangan intim ibu memberikan kontribusi untuk pencapaian

peran dengan cara yang tidak dapat diduplikasi oleh orang lain (pendukung

lainnya).

Pengenalan diri ibu berkembang bersamaan dengan pemahaman dan

kemampuan ibu dan masing-masing tergantung pada faktor yang lain

2.5.8 Penerimaan dalam Keperawatan

1. Penerimaan dalam Praktik keperawatan: konsep Maternal Role

Attainment - Becoming A Mother ini penting diaplikasikan dalam

melakukan pendekatan pada praktek keperawatan maternitas, baik

36

terutama keperawatan meternitas di komunitas. Mengingat bentuk

pendidikan, dukungan dan bimbingan yang dapat diberikan kepada ibu dan

keluarga dapat berlangsung lama dan berkesinambungan, sehingga

seorang perawat maternitas sebaiknya melanjutkan pendekatan ke ibu dan

keluarga di lingkup komunitas. Walaupun tidak menutup kemungkinan

dapat di aplikasikan dalam praktek diklinik maupun di rumah sakit, namun

keterbatasan waktu dalam melayani ibu di tempat ini, akan mengurangi

kelangsungan proses adaptasi ibu untuk mengadop pendidikan “peran

menjadi ibu” tersebut.

2. Penerimaan dalam Pendidikan: Konsep Maternal Role Attainment -

Becoming A Mother tersebut dapat diterima sebagai salah satu konsep

yang dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan. Situasi akademis akan

menjadikan lingkungan yang kondusif untuk dilakukan kritisi terhadap

konsep ini secara empiris. Sehingga muncul pengembangan konsep yang

lebih lengkap dan berorientasi pada customer need, yaitu ibu dan keluarga.

3. Penerimaan dalam penelitian: konsep Maternal Role Attainment -

Becoming A Mother dapat dilakukan kajian dan analisis melalui kegiatan

riset dan pengembangan, sehingga melalui kegiatan ini manfaat dan

kefektifannya dapat dilihat secara nyata. Sehingga dengan penguatan

konsep melalui kegiatan penelitian maka praktek keperawatan dikomunitas

dapat terjaga kualitasnya.

37

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Kasus

Ny. S, 30 tahun masuk ke ruang bersalin tanggal 14 september 2013 jam 23.00

WIB. Klien mengatakan pertama kali merasakan kontraksi pada pukul 21.00, dan

ketuban utuh. Kehamilan saat ini adalah kehamilan kedua. Persalinan sebelumnya

secara normal. Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi: 80x/ menit, RR: 20x/menit,

Suhu:37,60C. Pasien mengatakan pada perawat bahwa sangat takut mengalami

kegagalan dalam persalinan saat ini. Suami pasien bekerja sebagai tentara dan

telah lama ditugaskan ke luar daerah, sehingga tidak bisa mendampingi pasien

saat akan melahirkan. Meskipun saudara perempuan pasien tinggal tidak jauh dari

tempat tinggalnya, namun pasien tidak ingin menghubunginya. Pasien juga

bertanya apakah bisa menghubungi ibunya melalui telepon rumah sakit. Pasien

menjerit kesakitan dan sambil marah-marah mengatakan: "Aduh..sakit sekali ini,

berapa lama ini sakitnya?“.

1. PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Klien

Identitas Ibu dan Ayah

Nama

Umur

Ayah Ibu

: Tn. S : Ny. S

: 35 tahun : 30 tahun

38

Pendidikan : D3 : D3

Pekerjaan : Tentara : Jl. Mojo Kidul, Surabaya

Alamat : Jl.Mojo Kidul, Surabaya

Tanggal MRS : 14 September 2013 Jam: 23.00 WIB

B. Pengkajian Tahap 1

1. Mode Fisiologis

a. Kondisi umum:

TB : 158 cm BB: 70 kg

b. TTV= TD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit,Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit

c. Protein : -

d. Nutrisi: sebelum MRS, klien makan 2X

e. Eliminasi: klien sudah BAB pagi sebelum MRS

f. Aktivitas dan istirahat: klien tidak bisa beristirahat karena terganggu

dengan nyeri kontraksi rahim

g. Persepsi sensori: klien mengeluh nyeri hebat menjalar dari pinggang ke

perut, skala nyeri 7

h. Riwayat alergi: tidak ada alergi obat dan makanan

i. Riwayat Persalinan *)

Kehamilan ke-

Usia kehamilan

Jenis kelamin Lahir Penolong Penyulit

1

Saat ini

38 minggu39 minggu

Laki-laki-

Spontan-

dr.,SpOg

-

-

-

j. Riwayat Kehamilan *)

Paritas : 2

HPHT : 2 Desember 2012

39

Taksiran partus : 21 September 2013

ANC : Trimester I : 3 kali

Trimester II : 3 kali

Trimester III : 4 kali

Imunisasi TT : Iya

Masalah selama kehamilan : tidak ada

k. Riwayat Persalinan Sekarang *)

Resume pengkajian nomer 1-6:

- Pukul 23.00: Kehamilan cukup bulan kepala turun 4/5, kontraksi uterus 2

kali dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik, DJJ Janin 135x/menit.

Pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh. Tekanan darah 130/70

mmHg.Suhu badan 36.8C, nadi 90x/menit, Berkemih kurang lebih 200cc

- Pukul 03.00: Turunnya kepala 4/5, kontraksi uterus 1 kali dalam 10 menit

selama 40 detik, DJJ 125x/menit, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh,

Tekanan darah 130/70 mmHg.Suhu badan 36.8C, nadi 90x/menit

- Pukul 06.00: Turunnya kepala 4/5, kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit

selama 40 detik, DJJ 120x/menit, pembukaan serviks 2 cm, ketuban utuh,

Tekanan darah 130/70 mmHg.Suhu badan 37C, nadi 85x/menit, dilakukan

pemberian oksitosin (OD).

- Pukul 07.00: Turunnya kepala 3/5, kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit

selama 40 detik, DJJ 120x/menit, pembukaan serviks 4 cm, ketuban utuh,

Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 90x/menit.

-Pukul 09.00: Turunnya kepala 1/5, kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit

selama 45 detik, DJJ 130x/menit, pembukaan serviks 10 cm, ketuban

40

pecah, air ketuban jernihTekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 70x/menit.

-Pukul 09.30, bayi laki-laki lahir, berat badan 3100gram, panjang 49 cm,

bayi menangis secara spontan, segera dilakukan penatalaksanaan aktif kala

III, plasenta dilahirkan 5 menit setelah bayi lahir. Terjadi robekan pada

perineum dan terdapat ruptur, perdarahan sekitar 150 ml. Segera setelah

bayi lahir dilakukan pemotongan tali pusat dan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD). Ibu menangis haru melihat bayinya dengan aktif mencari dan

berusaha meraih putingnya. Ibu memeluk bayinya dengan lembut selama

IMD.

7. Pemeriksaan penunjang

Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Interpretasi- - - -

8. Terapi yang diberikan

Hari/Tanggal/Jam Jenis Terapi

Rute Pemberian

Dosis Indikasi

15 September 2013

Oksitosin IV 5 IU dalam 500 ml dekstrose 5 %

Tidak ada kemajuan pembukaan

Data bayi baru lahir:

Hari/ tanggal lahir: Minggu, 15 September 2013 Jam : 09.30

Jenis kelamin : Laki-laki Lingkar kepala : 35 cm

Berat badan : 3100 gram Lingkar dada : 34 cm

Panjang badan : 49 cm Penampilan umum: baik

APGAR skor : 8-9 pada menit ke-1 dan ke-5

2. Mode Konsep Diri

a. Persepsi ibu tentang persalinannya : ibu merasa persalinan saat ini

merupakan hal yang tidak menyenangkan karena tidak ada anggota

41

keluarga yang mendampingi, ibu merasa lebih takut akan resiko yang

terjadi.

b. Persepsi keluarga tentang persalinannya **): tidak terkaji karena tidak

ada anggota keluarga yang mendampingi proses persalinan klien.

c. Harapan selama Persalinan**) : ibu berharap ibunya bisa dihubungi dan

mendampingi proses persalinan dan ibu dapat melahirkan secara normal.

3. Mode Fungsi Peran

a. Peran yang dilakukan ibu selama persalinan**) : klien kurang dapat

menyesuaikan diri dengan proses persalinan saat ini.

b. Peran ayah selama kelahiran**)

Suami klien tidak dapat mendampingi saat persalinan karena menjalankan

tugas pekerjaan

4. Mode Interdependensi

Interaksi selama persalinan

a. Interaksi ibu dengan keluarga**) : klien tidak ada dukungan maupun

berinteraksi dengan suami maupun anggota keluarga yang lain.

b. Interaksi ibu dengan orang lain**): klien hanya dapat berinteraksi dengan

tetangga yang mengantar dan para petugas kesehatan.

C. Pengkajian Tahap 2

1. Stimulus Fokal: Peningkatan tekanan darah saat persalinan

2. Stimulus Kontekstual: Nyeri persalinan

3. Stimulus Residual:

a. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu**)

Pada persalinan sebelumnya ibu melahirkan secara normal tanpa penyulit dan

42

ditemani oleh keluarga.

b. Keyakinan ibu terhadap proses persalinan

Ibu cemas dan khawatir tidak dapat melahirkan secara normal, dan merasa

khawatir akan resiko persalinan yang dihadapi.

Keterangan:*) : Komponen pengkajian berdasar teori Ramona T. Mercer**) : Komponen pengkajian berdasar teori Ramona T. Mercer dan SC. Roy2. ANALISA DATA

Data Subyektif:

1. Pasien mengatakan nyeri pada sekitar abdomen.

2. Pasien mengatakan sangat sedih dengan keadaan persalinan saat ini karena

tidak ditemani oleh keluarga

3. Pasien mengatakan tidak ingin dan menolak dilakukan pembedahan

Data obyektif:

1. Pasien tampak menjerit dan menangis menahan nyeri. (P : nyeri karena

kontraksi, Q : nyeri hilang timbul, R : nyeri pada bagian bawah abdomen,

S : nyeri skala 10, T : nyeri pada saat kontraksi.)

2. Pasien tampak berkeringat.

3. Pasien tampak marah-marah dengan menyalahkan perawat dan dokter.

4. Tampak pembukaan 5 cm, adanya kontraksi uterus, dan dilatasi serviks

dan nampak darah segar mengalir.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya proses kontraksi dan dilatasi serviks

karena proses persalinan.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang intervensi

selama persalinan.

43

3. Koping Individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakhadiran keluarga

dalam proses persalinan.

3.2 Aplikasi Kasus sesuai Teori Keperawatan.

A. Aplikasi Model Teori Sister C. Roy:

Sister C. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,

yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama diartikan

sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian pada ibu inpartu terhadap masing-

masing mode adaptasi secara sistematik dan holistik. Setelah pengkajian pertama,

perawat menganalisa pola perubahan perilaku ibu inpartu tentang ketidakefektifan

respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan

ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap

kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,

kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.

Pengkajian dua tahap yang dikembangkan oleh Sister C. Roy didasarkan

dari sistem adaptif Sister C. Roy, dengan penjelasan dan aplikasi pada ibu inpartu

sebagai berikut:

1. Input

Input menurut Sister C. Roy didefinisikan sebagai stimulus, dimana disini

dikembangan melalui pengkajian keperawatan pada ibu inpartu. Stimulus yang

dihadapi ibu pada saat inpartu dapat dijelaskan menurut teori Sister C. Roy

menjadi stimulus fokal, kontekstual dan residual, sebagai berikut:

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,

efeknya segera, dalam kasus ibu inpartu akan merasakan nyeri hebat saat

persalinan, dimana nyeri tersebut akan bertambah skala serta frekuensinya.

44

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik

internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,

diukur dan secara subyektif dilaporkan. Stimulus kontekstual ini merupakan

penyebab dari stimulus fokal. Dalam situasi inpartu ibu akan merasakan nyeri

yang hebat, hal ini dikarenakan adanya dilatasi serviks (proses pendataran,

pembukaan dan penipisan serviks) dan kontraksi otot rahim sehingga

terjadinya penekanan pada syaraf yang menimbulkan nyeri.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi

yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, dalam keadaan ibu inpartu

pengalaman yang lalu terhadap nyeri persalinan maupun situasi saat bersalin

sangat menentukan, bila diaplikasikan pada kasus semu diatas Ny. S saat ini

adalah proses persalinan yang kedua, dimana seharusnya toleransi terhadap

nyeri persalinan akan lebih baik, namun faktor-faktor lain seperti yang

disebutkan pada konsep teori stimulus residual ini yaitu tidak adanya

dukungan dari keluarga saat ini angat mempengaruhi respon nyeri yang

diterima.

2. Kontrol

Proses kontrol pada Ibu inpartu yang dikembangkan dari teori Sister C. Roy

adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan selama menjalani proses

persalinan. Mekanisme kontrol merupakan suatu sistem yang digunakan oleh ibu

yang sedang menjalani inpartu sebagai proses adaptasi dengan kondisi fisik

maupun psikologis yang berbeda dengan keadaan yang dialami seperti biasanya,

selain itu proses inpartu dibagi menjadi beberapa tahapan dimana setiap tahapan

dan sub tahapan yang dialami ibu memiliki tingkat stressor yang berbeda.

45

Sistem adaptasi ibu inpartu yang dikembangkan dari teori Sister C. Roy yang

mana memiliki empat mode adaptasi yaitu:

a. Pertama, fungsi fisiologis,

Tahapan inpartu atau persalinan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu Kala I yaitu

sejak terjadi kontraksi uterus secara teratur sampai dilatasi serviks lengkap.

Dimana kala I ini dibagi fase laten dan fase aktif. Fase laten dicirikan dengan

pembukaan serviks kurang dari 3 cm, serviks membuka secara berlahan,

sedangkan fase aktif dicirikan dengan pembukaan serviks antara 3 cm sampai

dengan 10 cm, His lebih kuat dan dilatasi serviks lebih cepat. Diikuti dengan Kala

II ditandai dengan pembukaan serviks lengkap dan kontraksi yang kuat dan yang

terakhir adalah kala III yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.

Tahapan inpartu tersebut dapat disebut sebagai fungsi fisiologis menurut Sister C.

Roy dimana jelas menunjukkan bahwa akan menimbulkan stressor yang semakin

meningkat pada setiap tahapannya terutama nyeri.

Ny. S pada kasus semu kami mengalami nyeri yang hebat pada kala 1 dimulai dari

skala 7 meningkat menjadi 8-9 dan terus meningkat terutama menjelang Kala II

pada pemeriksaan pukul 04.30 Ny. S pembukaan serviks lengkap menjerit dan

menangis kesakitan, dengan skala 10 secara obyektif ditunjukkan, yang mana

dapat diukur dengan skala verbal atau skala wajah.

b. Kedua, konsep diri

Konsep diri menurut Sister C. Roy yaitu mempunyai pengertian bagaimana

seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang

lain. Konsep diri disini dapat dikembangakan untuk pengkajian ibu inpartu karena

perubahan psikologis yang terjadi seperti kecemasan dan stres dapat

46

mempengaruhi kontraksi uterus seperti salah satunya adalah distosia (melemahnya

kontraksi uterus), dimana perubahan psikologis juga dipengaruhi oleh konsep diri

seseorang.

Ny S dalam kasus ini memiliki permasalahan konsep diri, hal ini ditunjukkan dari

bagaimana Ny. S menyikapi stressor nyeri persalinan dan lingkungan yang kurang

mendukung dengan marah pada lingkungan sosial disekitarnya seperti pada

perawat.

c. Ketiga, fungsi peran

Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan

bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam

berhubungan dengan orang lain, dalam proses inpartu seorang ibu maupun ayah

serta keluarga yang lain tidak dapat menjalankan fungsi peran nya sehari-hari

dengan optimal, seperti gambaran dalam kasus ini Ny. S seharusnya menjalankan

perannya untuk lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan saat bersalin, baik pada

kala I hingga kala III, namun pada kenyataannya Ny.S cenderung lebih sering

menolak setiap intervensi yang diberikan perawat, seperti untuk lebih tenang dan

melakukan relaksasi ketika terjadi kontraksi atau mengikuti panduan perawat saat

membimbing persalinan pada Kala II, Ny. S lebih senang mengejan meskipun

oleh perawat dianjurkan untuk mengikuti bimbingannya. Peran ayah sebagai

suami yang seharusnya berada disisi istri saat melahirkan juga nampak juga tidak

optimal dalam kasus ini.

d. Keempat, interdependen merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-

pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara

interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Dukungan dan

47

pendampingan selama persalinan sangat mempengaruhi kondisi emosional ibu

dan dapat memperlancar proses persalinan. Dalam kasus disini Ny. S saat

melahirkan tidak didampingi oleh suami maupun keluarga terdekat sehingga

emosional Ny. S menjadi kurang terkontrol dengan baik.

3. Output.

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau

secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .

Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Sister C. Roy mengkategorikan

output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.

Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara

keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan

yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan

keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung

tujuan ini. dalam proses persalinan banyak terdapat stressor yang muncul pada

setiap tahapannya, seperti salah satunya nyeri, ketakutan akan kegagalan dan

kematian, kesehatan bayi, serta kemungkinan dukungan keluarga yang kurang

optimal. Stressor-stressor yang mungkin muncul ini apabila direspon menjadi

mal-adaptif akan memungkinkan menjadi hambatan proses persalinan, sehingga

baik respon adaptif maupun mal-adaptif yang akan dialami ibu selama proses

persalinan penting untuk dikaji secara mendalam.

Kasus semu diatas memperlihatkan bahwa Ny. S menunjukkan respon yang

mal adaptif. Pada proses persalinan terjadi perubahan baik psikis maupun

psikologis. Ketika kontraksi uterus dirasakan nyeri akan memperberat rasa takut

dan cemas yang dialami oleh ibu, perasaan ini akan meningkatkan tonus simpatis,

48

peningkatan tonus simpatis ini dapat mengakibatkan melemahnya kontraksi

uterus, selain itu dalam keadaan stres saraf simpatis akan mempertahankan tonus

jantung dan nantinya akan mempengaruhi detak jantung janin. Sehingga dapat

dilihat melalui hasil observasi perawat nampak persalinan yang memanjang

dikarenakan kontraksi yang sempat melemah.

B. Aplikasi Teori Ramona T. Mercer

Model maternal role attainment yang didalamnya terdapat 3 lingkaran

yaitu Mikrosistem, mesosistem dan mikrosistem, Lingkaran mikro sistem ini

memiliki 4 bagian yang terdiri dari: Ibu, Anak, Maternal role identity dan

dampak pada anak. Aplikasi pada pengkajian inpartu, mikrosistem ini dapat kita

uraikan sebagai berikut: Ibu dalam menjalani proses persalinan secara tidak

langsung sedang menjalani peran sebagai seorang ibu dan kasih sayang terhadap

bayinya. hal ini nantinya diharapkan akan mempengaruhi bayi, pola dan prilaku

sehari-hari ketika dia nanti memiliki peran baru (ibu). Peran yang diharapkan itu

adalah empathy yaitu perasaan terkait dengan kesdaran diri untuk menjadi

seorang ibu, karena proses persalinan yang cukup panjang dan melelahkan yang

telah dialami oleh ibu.

Dalam lingkaran yang mempengaruhi proses persalinan yang lain yaitu

lingkungan mikrosistem, bagian ini akan dipengaruhi juga oleh hubungan ibu dan

ayah, dukungan sosial, fungsi keluarga dan stress. Kasus semu dalam makalah ini

peran ayah kurang optimal sebagai faktor yang dapat menstabilkan emosional

saat persalinan bsehingga persepsi ibu terhadap persalinan yang dihadapi saat ini

mengatakan tidak menyenangkan. Namun saat melihat dan mendengar tangisan

bayi pertama kali Ny. S nampak bahagia dan menginginkan untuk segera dapat

49

menyusui.

3.3 Kesenjangan Teori

Teori adaptasi Sister C. Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi.

Sesuai dengan model Sister C. Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu

seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,

fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit. Sedangkan

teori Mercer adalah bayi baru lahir diyakini sebagai partner yang aktif dalam

proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta

peran pasangan dan bayinya akan merefleksikan kompetensi ibu dalam

menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan bekembang. Perkembangan

identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi psikologis dan perilaku ibu

dan bayi. Aplikasi teory Sister C. Roy dengan dimodifikasi dengan Teori Ramona

T. Mercer terhadap pengkajian ibu inpartu dirasa cukup sesuai. Teori Ramona T.

Mercer lebih banyak diaplikasikan pada pre dan post partum, karena pada teori

Ramona T. Mercer lebih ke arah bagaimana penyesuaian peran sebagai seorang

ibu dalam merawat bayi dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Attachment,

kepekaan terhadap Isyarat-isyarat bayi (infant cues) dan Karaktersitik bayi (infant

characterize) sebenarnya sudah terbentuk sejak proses persalinan terutama pada

Kala III dan diharapkan menjadi awal terbentuknya peran menjadi seorang ibu

bayi yang baru dilahirkan tersebut. Dukungan keluarga atau suami saat persalinan

dengan jelas digambarkan oleh Ramona T. Mercer pada Teorinya. Sehingga aspek

adaptasi yang cukup kompleks dan holistik yang ada pada teori Sister C. Roy akan

sangat sesuai apabila diaplikasikan bersama dengan pengkajian pengembangan

dari teori Ramona T. Mercer yang terdapat fokus pada peran sebagai Ibu-ayah-

50

lingkungan pendukung disekitarnya terhadap bayi baru lahir.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Model teori Ramona T. Mercer merupakan model teori maternal role

attainment yang didalamnya terdapat 3 lingkaran yaitu Mikrosistem,

mesosistem dan mikrosistem, Lingkaran mikro sistem ini memiliki 4

bagian yang terdiri dari: Ibu, Anak, Maternal role identity dan dampak

pada anak

2. Model teori Sister C. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi

dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian

pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku. Jika ditemukan

ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian

tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus

fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.

3. Dukungan keluarga atau suami saat persalinan dengan jelas digambarkan

oleh Ramona T. Mercer pada Teorinya. Sehingga aspek adaptasi yang

51

cukup kompleks dan holistik yang ada pada teori Sister C. Roy akan

sangat sesuai apabila diaplikasikan bersama dengan pengkajian

pengembangan dari teori Ramona T. Mercer yang terdapat fokus pada

peran sebagai Ibu-ayah- lingkungan pendukung disekitarnya terhadap bayi

baru lahir.

4.2 Saran

1. Perawat sebaiknya mengenal dan mempelajari lebih dalam teori adaptasi

Sister C. Roy ini, sehingga dapat diaplikasikan dengan komprehensif dan

holistic dalam proses kelahiran.

2. Penting bagi perawat untuk memahami dan memperbanyak kajian yang

dapat menambah wawasan yang berhubungan dengan desain tindakan/

atau upaya meningkatkan kenyamanan penerima pelayanan.

52

DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD.1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Hastuti. 2009. Pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan kala II pada ibu primipara, Humanitas, 6 (2).

Lowdermilk,et al. 1999. Maternity nursing. 5th ed. St.Louis. Mosby,Inc

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.Jakarta : EGC.

Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP, 2002

Reeder dkk. 2011. Keperawatan maternitas volume 1 edisi 18 hal 592-603. Jakarta: EGC.

Waspodo, dkk., 2000. Panduan Asuhan Persalinan Bersih dan Aman. Jakarta: DepKes RI