KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit...

21
REFLEKSI KASUS CEDERA KEPALA Dosen Pembimbing : dr. Fajar Maswari M.Sc. Sp.S Disusun oleh : Faiq Hilmi Yoga Faradiba Nur Caesarani Tabita Violent Prayitno KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019 1

Transcript of KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit...

Page 1: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

REFLEKSI KASUS CEDERA KEPALA

Dosen Pembimbing :

dr. Fajar Maswari M.Sc. Sp.S

Disusun oleh :

Faiq Hilmi Yoga

Faradiba Nur Caesarani

Tabita Violent Prayitno

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019

!1

Page 2: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

BAB I

DESKRIPSI KASUS

1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. M

b. Usia : 59 th

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat : Getas Gandekan

e. Pekerjaan : Tidak bekerja

f. Tgl Masuk RS : 17 Mei 2019

2. Anamnesis

a. Keluhan Utama

Keluar darah dari nyeri telinga

b. Riwayat Penyakit Sekarang

30 Menit SMRS : Keluhan keluar darah dari telinga kanan kanan (+) nyeri

pada bahu kanan (+), sulit digerakan (+).Riwayat Os terserempet motor,

pingsan (+), tidak ingat kronologisnya, hilang kesadaran (+) selama 10

menit. Os segera dibawa ke IGD RSA UGM Keluhan kesemutan (-)

kelemahan anggota gerak (-) mual (-) muntah (-) Nyeri kepala (-) pandangan

ganda (-)

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat stroke,

hipertensi, DM, penyakit jantung, alergi disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat stroke,

hipertensi, DM, penyakit jantung, alergi disangkal.

e. Riwayat Psikososial

Os merupakan seorang pekerja sawah. Os tinggal bbersama kedua anaknya

dansuamniya. Sosioekonomi menengha ke bawah.

Page 3: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

3. Review Anamnesis Sistem

a. Sistes serebrospinal : keluar darah dari telinga kanan, penurunan kesadarn (+)

b. Muskuloskeletal : Nyeri pada bahu kanan, sulit digerakkan

c. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan

d. Gastrointestinal : tidak ada keluhan

e. Pernapasan : tidak ada keluhan

f. Integumen : tidak ada keluhan

g. Endokrin : tidak ada keluhan

h. Status psikologis : tidak ada keluhan

4. Resume Anamnesis

Pasien atas nama Ny. M, perempuan, 59 tahun, dibawa ke IGD karena 30 Menit

SMRS : Os terserempet motor, pingsan (+) dan tidak ingat kronologisnya.

Keluhan keluar darah dari telinga kanan kanan (+) dan nyeri pada tangan kanan

(+) kesemutan (-) kelemahan anggota gerak (-) mual (-) muntah (-) Nyeri kepala

(-) pandangan dobel (-)

5. Diagnosis Sementara

• Diagnosis Klinis : Cedera kepala berat

• Diagnosis Topik : cerebri

• Diagnosis Etiologi : trauma

• Diagnosis lain : Ottorea AD, closed fraktur cavicula dextra

6. Pemeriksaan Fisik (IGD, 25 April 2019)

a. Status Generalis

• Keadaan umum : cukup

• Kesadaran : E4V5M3

• Tanda vital

- Tekanan Darah : 140/80 mmHg

- Nadi : 82 x/min

Page 4: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

- Laju pernapasan : 20 x/min

- Suhu : 36,8o C

Pemeriksaan Umum

• Kepala : normocephal,

• Leher : lnn. tidak teraba, JVP tidak meningkat

• Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) pupil isokor (3mm/

3mm) reflek pupil direk (+/+) reflek pupil indirek (+/+) reflek kornea (+/+)

ptosis (-)

• Telinga : sekret (+/-), nyeri mastoid (-/-)

• Hidung : sekret (-/-), septum deviasi (-/-)

• Mulut : bibir sianosis (-), atrofi papil lidah (-), lidah deviasi (-)

Pemeriksaan Paru

a. Inspeksi : simetris (+), retraksi (-), massa (-)

b. Palpasi : nyeri tekan (-/-), pengembangan dada simetris, fremitus taktil

normal

c. Perkusi : sonor pada semua lapang paru

d. Auskultasi: vesikuler (+/+) ronki (-/-), wheezing (-/-)

Pemeriksaan Jantung

a.Inspeksi : ictus cordis tidak tampak di SIC 5 LMCS

b. Palpasi : ictus cordis teraba di SIC 5 LMCS

c. Perkusi : cardiomegali (-)

d. Auskultasi : SI-S2 regular, bising (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi : datar, sejajar dinding dada, lesi kulit (-)

b. Auskultasi : Bising usus normal (+)

c. Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen

d. Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Sianosis (-/-), akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+) CRT <2 detik

Status Psikiatri

Page 5: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

• Tingkah Laku : normoaktif

• Perasaan Hati : Normotimik

• Orientasi : buruk

• Kecerdasan : baik

• Daya Ingat : baik

Status Neurobehaviour

• Sikap tubuh : Simetris

• Gerakan Abnormal : Tidak ada

• Cara berjalan : gait normal

• Ekstremitas : dalam batas normal Status Neurologis

Pemeriksaan Nervus Cranialis

Saraf Kranialis Kanan Kiri

N. I Olfaktorius

Daya penghidu tdn tdn

N. II Optikus

Daya penglihatan normal normal

Lapang penglihatan normal normal

Melihat Warna normal normal

N. III Okulomotorius

Ptosis tidak ada tidak ada

Gerak mata ke medial normal normal

Gerak mata ke atas normal normal

Gerak mata ke bawah normal normal

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil bulat bulat

Reflek cahaya langsung normal normal

Reflek cahaya konsensual normal normal

N. IV Trochlearis

Gerak mata ke lateral bawah normal normal

N. V Trigeminus

+2+2

Page 6: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

Mengigit normal normal

Membuka mulut normal normal

Sensibilitas muka atas normal normal

Sensibilitas muka tengah normal normal

Sensibilitas muka bawah normal normal

N. VI Abdusen

Gerak mata ke lateral normal normal

N. VII Fasialis

Kerutan kulit dahi normal normal

Kedipan mata normal normal

Lipatan naso labial normal normal

Sudut mulut normal normal

Mengerutkan dahi normal normal

Mengerutkan alis normal normal

Menutup mata normal normal

Meringis normal normal

Menggembungkan pipi normal normal

N. VIII Akustikus

Mendengar suara berbisik normal normal

N. IX Glosofaringeus

Arkus faring normal normal

N. X Vagus

Denyut nadi / menit 82x/menit 82x/menit

Bersuara normal normal

Menelan normal normal

N. XI Aksesorius

Memalingkan ke depan normal normal

Sikap bahu normal normal

Mengangkat bahu normal normal

Page 7: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

• Pemeriksaan Motorik

Fungsi Motorik

Gerakan

Kekuatan

Refleks Fisiologis Refleks Patologis

Clonus -/-

Sensibilitas : dalam batas normal

Gerakan abnormal : tidak ada

8. Resume Pemeriksaan Fisik

• KU : baik

• Kesadaran : E4V5M6

• Tanda Vital : TD: 140/80 mmHg, N : 82x/min, RR: 20x/min, T: 37,5o C

• Status generalis : CA -/-, SI -/-, thorax-abdomen: normal

• Status neurologis : dalam batas normal

N. XII Hipoglossus

Sikap lidah normal normal

Artikulasi normal

Menjulurkan lidah normal normal

Kekuatan lidah normal normal

Trofi otot lidah normal normal

Bebas terbatas bebas

bebasbebas

normalnormalTonus

normal normal

hipotrofihipotrofiTrofi5/5/55/5/5

eutrofieutrofi5/5/55/5/5

+2 +2 -

- -

-

Page 8: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

17 Mei 2019

GDS : 139 mg/dL

Hb : 13.1 g/dL

MCV : 81.8 fL

MCH : 26.7 pg

MCHC : 32.7g/dL

AE : 4.9 x 106/ul

AL : 19.5 x 103/ul

Kreatinin : 0.71 mg/dL

Na : 142 mmol/L

K : 3.9 mmol/L

Cl : 107 mmol/L

Ureum : 28 mg/dL

Page 9: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

b. Pemeriksaan EKG

c. Msct Scan (17 Mei 2019)

Page 10: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

Hasil : - Tampak soft tissue swelling extracranial regio parietalis dextra

- Tampak diskontinuitas longitudinal pars petrosa ossis temporalis dextra

- Tampak lesi hiperdens di cellulae mastoidea dextra dan di sinus spenoidalis

- Tampak lesi hypodens di sinus maksilaris dextra dengan pembesaran chonchae nasalis

bilateral

- Sulci dan gyri tak prominent

- Batas cortex dan medulla tegas

- Sistema ventrikel simetris, ukuran normal, tak tampak edema paraventrikel

- Struktur mediana di tengah, tidak deviasi

- Tampak lesi hiperdens mengikuti gyrus dan sulcus di lous temporoparietalis dextra

dan di frontalis sinistra

Kesan :

- Soft tissue swelling extracranial regio parietalis dextra

- Fracture longitudinal pars petrosa ossis temporalis dextra dengan curiga perdarahan di

cellulae mastoidea dextra dan di sinus spenoidalis

- SAH di regio temporoparietalis dextra dan frontalis sinistra

- Mengarah ke sinusitis maksilaris dextra

Page 11: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

10. Diagnosis Akhir

• Diagnosis Klinis : Cedera kepala berat

• Diagnosis Topik : temporoparietalis dextra dan frontalis sinistra • Diagnosis Etiologi : SAH

• Diagnosis lain : Otthorea AD, closed fraktur cavicula dextra

11. Penatalaksanaan

• Tatalaksana IGD

• Head up 30 derajat

• O2 3 lpm

• pemasangan collar neck

• Inj Ketorolac 1 A

• Inj Ranitidin 1 A

• Konsul ortopedi, THT dan Saraf

• Tatalaksana Bangsal

• NK 3 lpm • Inf Mannitol 125 cc/6 jam (tapp of 24 jam) • Inj Cefotaksim 1 A/12 jam • Inj Asam Tranexamat 500 mg/ 12 jam • Inj Ranitidin 1 A/12 jam • Tab Paracetamol 500 mg/4 jam • Rencana op fraktur clavicula dextra jika SAH stabil

12. Prognosis

• Death : dubia ad bonam

• Disease : dubia ad bonam

• Disability : dubia ad bonam

• Discomfort : dubia ad bonam

• Dissatisfaction : dubia ad bonam

• Destitution : dubia ad bonam

Page 12: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

PEMBAHASAN

Pendahuluan

Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis cranii serta

organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat nondegeneratif / non-

kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik,

kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran.

Pola cedera dapat diklasifikasikan menjadi primer (muncul pada sessat benturan) atau

sekunder (muncul karena respon neurokimia atau inflamasi). Selain itu pasien denga cedera

kepala dapat dikelompokan berdasarkan Glasglow Coma Score (GCS) menjadi ringan (≥14),

sedang (9-13), berat (≤8).

Sirkulasi cerebral ditentukan oleh tekanan perfusi cerebral (CPP). Tekanan ini

proposional terhadap perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) dengan Tekanan intracranial

(ICP). Ruangan intracranial memiliki volume yang tetap, dan ICP ditentukan oleh jumlah

jaringan otak, darah, dan cairan cerebrospinal (CSF) di dalamna. Kenaikan dari variable ini

akan menyebabkan elevasi daripada ICP. Proses yang menurunkan MAP (contoh: syok

trauma) atau kenaikan ICP (contoh : pendarahan intracranial) dapat menyebabkan gangguan

perfusi cerebral dan menyebabkan cedera kepala sekunder.

Berikut adalah cedera kepala spesifik yang sering terjadi pada pasien dengan cedera kepala :

• Konkusi (concussions) : Alterasi pada fungsi neurologic reversible tanpa adanya

abnormalitas pada computed tomography (CT). Bentuk cedera kepala ringan ini

mengacu pada hilangnya kesadaran segera dan sementara yang berhubungan dengan

amnesia yang singkat. Gejala dapat muncul dalam druasi menit samapai jam setelah

cedera kepala. Biasanya pasien mengalami kehilangan kesdaran atau nyeri kepala,

pusig berputar, mual, dan muntah. Selain itu gejala nyeri kepala, gangguan tidur,

kesulitan konsentrasi yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan (postconcussive

syndrome). Mekanisme konkusi melibatkan perlambatan tiba-tiba kepala saat

mengenai benda tumpul. Ini menciptakan gerakan anterior-posterior otak di dalam

tengkorak karena inersia dan rotasi belahan otak pada batang otak bagian atas yang

relatif tetap. Hilangnya kesadaran dalam diyakini hasil dari disfungsi elektrofisiologis

transien dari sistem pengaktif retikuler di otak tengah atas yang ada di lokasi rotasi.

Page 13: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

• Fraktur tengkorak : dapat dikategorikan sesuai lokasi (basis vs calvarium), pola

(linear, depressed, commninuted) ataupun berdasarkan cedera tertutup atau terbuka.

Sebagian besar patah tulang bersifat linier dan memanjang dari titik tumbukan menuju

pangkal tengkorak. Fraktur tengkorak Basilar sering merupakan perpanjangan dari

fraktur linear yang berdekatan di atas cembung tengkorak tetapi dapat terjadi secara

independen karena tekanan pada lantai fossa kranial tengah atau oksiput. Meskipun

sebagian besar fraktur basilar tidak rumit, mereka dapat menyebabkan kebocoran

CSF, pneumocephalus, dan fistula kavernosa-karotis. Hemotympanum (darah di

belakang membran timpani), keterlambatan ekimosis atas proses mastoid (tanda

Battle), atau ekiorosis periorbital ("tanda rakun") berhubungan dengan fraktur basilar.

• Kontusion (contusions) : muncul sebagai pendarahan intraparenkimal dengan edema

yang sering muncul pada frontal, temporal dan occipital. Kontusio dapat muncul pada

daerah cedera atau daerah bersebragan dengan arah cedera yang dikenal sebagai coup

and countercoup. Kontusio dan pendarahan yang lebih dalam terjadi akibat kekuatan

mekanik yang menggusur dan menekan hemisfer secara paksa dan dengan deselerasi

otak terhadap tengkorak bagian dalam, baik di bawah titik tumbukan (lesi coup) atau,

ketika otak berayun kembali, di daerah antipolar (contrecoup).

• Cedera Nervus Cranialis : Saraf kranial yang paling sering cedera dengan trauma

kepala adalah penciuman, optik, okulomotor, dan trochlear; cabang pertama dan

kedua dari saraf trigeminal; dan saraf wajah dan pendengaran.

• Truamatik pendarahan subarachnoid : Hal ini muncul ketika terjadi cedera pada

vascular subarachnoid sehinga darha mengisi ruangan subarachnoid.

• Hematoma Subdural : Sering ditemukan pada pasien yang memiliki atrofi cerebral

signifikan (geritari & alkoholik). Hal ini muncul ketika terjadi perobekan secara

berlebihan pada bridging vien pada rangan subdural. Hingga sepertiga pasien

memiliki lucid-interval yang berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam sebelum

koma terjadi, tetapi sebagian besar hanya mengantuk atau koma sejak saat cedera.

Stupor atau koma, hemiparesis, dan pembesaran pupil unilateral adalah tanda-tanda

hematoma yang lebih besar. Pada pasien yang benar-benar memburuk, lubang duri

(drainase) atau kraniotomi darurat diperlukan. Hematoma subdural kecil mungkin

Page 14: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

asimptomatik dan biasanya tidak memerlukan evakuasi. Pada pencitraan CT, SDH

terlihat sebagai hematoma berbentuk bulan sabit yang melintasi bebas garis sutura.

• Hematoma Epidural : sering ditemukan pada pasien dengan fraktur tengkorak

temporoparietal sehingga menyebabkan cedera pada arteri meningeal media. Kejadian

ini muncul ketika pendarahan arteri yang bertekanan tinggi meisalahkan dura dari

tengkorak bagian dalam sehingga membentuk hematoma. EDH secara klasik

berbentuk seperti kacang/biconvex pada pencitraan CT dan tidak melewati sutura

kranial. Presentasi klasik pada kasus ini adalah pasien terlihat baik-baik saja seelah

cedera (lucid interval), akan tetapi tiba-tiba terjadi dekompensasi beberapa jam

kemudian.

• Cedera Axonal Difus : Kejadian terjadi ketika terdapat mekanisme deselerasi

mendadak sehingga merusak serat akson pada otak. Tidak ditemukan hasil spesifik

pada pencitraan CT, tetapi dapat ditemukan pendarahan tersebar multiple pada

hemisphere cerebral. Pasien cenderung meiliki keluaran yang buruk.

• Cedera kepala penetrasi : Parenkim otak sangat sensitif terhadap energi kinetic

tersebut sehingga mortalitas pada kasus penembakan mencapai 90%

Selain pola cedera spesifik, peningkatan ICP dapat menyebabkan herniasi. Herniasi

transtentorial pada uncus lobus temporal adalah bentuk yang palingng sering dan muncsecara

tipikal muncul dengan perubahan status mental dan ditlatasi pupil sebagai efek dair kompresi

nervus kranial III. Kompresi saraf N.III menurunkan parasimpatis ke pupil. Aktivitas

simpatik yang tidak dikompresi menghasilkan pupil yang membesar yang lambat. Herniasi

Transforaminal pada tonsil cerebellum melalui foramen magnum dapat terjadi apabila ICP

meningkat secara signifikan, terutama diakibatkan pendarahan fossa posterior. Hal ini ini

menyebabkan konsekuensi berbahya karena dapat mengkompresi batang otak.

Amnesia pada Cedera Kepala

Post-traumatic amnesia (PTA) merupakan salah satu gejala yang bisa timbul pada cedera

kepala. Durasi amnesia posttraumatic (PTA) telah dianggap oleh banyak sebagai indikator

terbaik keparahan cedera otak. Meskipun begitu, PTA belum memiliki kesepakatan umum

seperti yang disediakan oleh Glasgow Coma Scale (GCS). Menurut American Congress of

Page 15: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

Rehabilitation Medicine (1991), cedera kepala ringan memiliki gejala kehilangan kesadaran

dengan kriteria hilangnya kesadaran sekitar 30 menit atau kurang, setelah 30 menit, GCS

13-15 dan amnesia posttraumatic (PTA) tidak lebih lama dari 24 jam.

Amnesia posttraumatic dapat dibagi menjadi 2 jenis. Pertama tipe PTA adalah retrograde,

didefinisikan sebagai kehilangan sebagian atau total dari kemampuan untuk mengingat

peristiwa itu telah terjadi selama periode segera sebelum otak cedera. Durasi amnesia

retrograde biasanya semakin menurun. Jenis kedua PTA adalah anterograde amnesia, defisit

dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang dapat menyebabkan penurunan

perhatian dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde seringkali merupakan fungsi

terakhir yang kembali setelah pemulihan dari kehilangan kesadaran.

Presentasi Klinis

1. Anamensis

Salah satu hal yang harus ditanyakan selain aat terjadinya (beberapa jam/hari sebelum dibawa

ke rumah sakit) adalah untuk mengidentifikasi mekanisme dari cedera (bentural langsung

kepala, keadaan pasien saat kecelakaan, perubahan kesadaran sampai saat diperiksa). Bila

pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peristiwanya sejak sebelum terjadinya

kecelakaan untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia retrograd.

Hal ini dapat mempresdiksi keparahan dari kerusakan system saraf pusat. Tanyakan

kemungkinankan penggunaan alcohol atau obat-obatan. Apakah ada pengobatan rutin yang

digunakan, seperti contohnya antikoagulan. Terkahir, periksa tanda dan gejala peningkatan

ICP (perubahan status mental, muntah proyektil, nyeri kepala).

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pasien trauma, mulai dengan pemeriksaan primer (Airway-Breathing-Circulation),

terutama tanda vital. Periksa reflex Cushing yang terdiri dari hipertensi progresif, bradicardi,

dan penurunan/iregularitas pernapasan. Tanda-tanda ini dapat menunjukan adanya

peningkatan ICP.

Pemeriksaan kepala dilakukan untuk menemukan laserasi atau deformitas kranial. Palpasi

tengkorak untuk mendektsi deformitas. Periksa mata dan telinga untuk mencari tanda cedera.

Battle sign (retroauricular ecchymosis), racoon eyes (periorbital ecchmosis) hemotmpanum,

CSF rhinorrhea atau otorrhea adalah tanda-tanda fraktur basis krani. Sangat berhati-hatidalam

Page 16: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

mempalpasi cervical dan selalu asumsikan tejradi cedera pada cervical sampai terbukti

sebaliknya.

Lakukan pemeriksan neurologic komprehensif . Periksa ukuran, simetrias, reaksi dair pupil.

Periksa GCS dan ulangi beberapa kali untuk mendeteksi adanya perburukan/dekompensasi.

Midirasis pupil yang tidak beresponsif pada trauma kranial dapat menunukan adanya herniasi

transtentorial sampai terbukti sebaliknya. Ukuran pupil harus dicatat dalam milimeter, dan

sensitivitas didokumentasikan sebagai ada, atau tidak ada. Selain itu pada pemeriksaan

neurologis dapat dilakukan identifikasi adanya paresis/plegi serta reflex patologsi.

Selanjutnya identifikasi trauma di tempat lain dan terakhir lakukan pemeriksaan orientasi,

amnesia, dan fungsi luhur.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan rutin dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, koagulasi darah,

dan skrining toksikologi.

4. Pencitraan

Pada kondisi cedera kepala, pemilihan pencitraan yang paling dianjurkan adalah CT kepala

tanpa kontras. Hal ini dikarenakan pemeriksaan ini cepat noninvasive, dan memiliki

sensitivitas yang tinggi untuk diagnosis tulang dan cedera intracranial. Pasein yang datang 48

jam setelah cedera dapat dilakukan CT kontras untuk mepperlihatkan tampakan hematoma

subdural isodense.

Indikasi pencitraan CT pada pasien dewasa adalah sebagai berikut : GCS <15, umur >65

tahun, mekanisme cedera dengan energi tinggi, deficit neurologic focal, => 2 muntah,

terdapat tanda fraktur depresi atau fraktur basis cranial, kejang posttrauma, amnesia

anterograde presisten, nyeri kepala presisten, ata terdapat koagulopathy.

Page 17: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

! !

! !

!

Page 18: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

Klasifikasi Brain Trauma Injury

Resusitasi dan Penilaian Awal

• Menilai jalan napas: bersihkan jalan napas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi

palsu, pertahankan tulang servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera

orofasial mengganggu jalan napas, maka harus diintubasi.

• Menilai pernapasan: jika pernapasan tidak spontan beri oksigen melalui masker

oksigen. Jika pernapasan spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat.

• Menilai sirkulasi: hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan

adanya cedera intraabdominal atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan

tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG.

• Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer

lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan larutan

koloid.

• Hipotensi sistemik, dapat menggangu perfusi cerebral dan pasien harus diperikan

resusitasi cairan agresif untuk mempertahankan MAP pada ≥90mmHg.

• Obati kejang: mula-mula berikan diazepam 10 mg iv perlahan-lahan dan dapat

diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin

15 mg/KgBB iv perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.

Page 19: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

Pedoman Umum dan Obat-obatan

• Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto tulang belakang

servikal, kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal

C1-C7 normal.

• Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur :

- Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau larutan

Ringer Laktat

- Lakukan pemeriksaan hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit,

kimia darah, masa protrombin/masa tromboplastin parsial, skrining

toksikologi dan kadar alkohol bila perlu.

• Mengurangi edema otak: hiperventilasi, cairan hiperosmolar (manitol; 0,5-1 g/KgBB

dalam 10-3 menit), kortikosteroid, barbiturat, pembatasan cairan pada 24-48 jam

pertama, yaitu 1500-2000 ml/24 jam.

• Menaikan kepala sebanayak 30 derjatat dapat meurunkan ICP akibat gaya gravitasi

• Obat-obat neurprotektor: piritinol, piracetam, citicholine

• Antikonvulsan diberikan bila pasien mengalami kejang atau pada trauma tembus

kepala dan fraktur impresi. Fenitoin diberikan dengan dosis awal 1250 mg iv dalam

waktu 10 menit diikuti dengan 250-500 mg per infuse selama 4 jam. Setelah itu

diberikan 3x100 mg/hari per oral atau iv. Diazepam diberikan bila terjadi kejang.

• Pasiein dengan SAH traumatic memiliki resiko kompilikasi iskemik akibat vasospasm

cerebral. Gunakanvasodilator parteriolar perifer (nimodipine 60mg oral).

• Pasien dengan fraktur maxillofacial atau memiliki luka terbuka harus diberikan

antibiotik profilaksis dan vaksinasi tetanus.

Disposisi

• Rawat inapkan pasien dengan cedera kepala berat

• Pasien yang terbukti memiliki cedera pada pencitraan CT

• Pasien dengan GCS presisten <15

• Fraktur depresi atau fraktur basis krani

Page 20: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan
Page 21: KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT …€¦ · kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf rumah sakit akademik universitas gadjah mada fakultas kedokteran, kesehatan

REFERENSI

• Sherman, Scott C., Weber, Joseph M., Schindlebeck, Michael A., Patwari, Rahul G. 2014.

Clinical Emergency Medicine. US : McGraw-Hill Education.

• Blumenfeld, Hal. 2010. Nueroanatomy through Clinical Cases-2nd edition. US : Sinauer

Associates, Inc.

• Stuss, D. T., Binns, M. A., Carruth, F. G., Levine, B., Brandys, C. E., Moulton, R. J.,

Schwartz, M. L. 1999. The acute period of recovery from traumatic brain injury:

posttraumatic amnesia or posttraumatic confusional state? Journal of Neurosurgery, 90(4),

635–643. doi:10.3171/jns.1999.90.4.0635

• Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd Edition. US : McGraw-Hill Education.

• Cifu D, Hurley R, Peterson M, Cornis-Pop M, Rikli PA, Ruff RL, Scott SG, Sigford

BJ, Silva KA, Tortorice K, et al., 2009. VA/DoD Clinical Practice Guideline for

Management of concussion/Mild traumatic Brain Injury. Department of Veterans Affairs

Department of Defense.