Kelompok Manajemen keuangan
-
Upload
rizqi-muhamad-iqbal -
Category
Documents
-
view
29 -
download
1
Transcript of Kelompok Manajemen keuangan
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pernyataan International Financial Reporting Standards (IFRS)
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa
laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis membutuhkan informasi
mengenai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan.
Untuk dapat menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan
tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis
yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik
tersebut yang populer diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio
keuangan.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan melakukan analisa terhadap
rasio-rasio keuangan yang menggambarkan hubungan diantara perkiraan-perkiraan
laporan keuangan. Analisis rasio berorientasi dengan masa depan yang berarti bahwa
dengan analisis rasio dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan
keuangan serta hasil usaha di masa yang akan datang. Oleh karena itu analisis rasio
keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, dan pihak pemakai laporan keuangan
lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan yang juga bermanfaat untuk
memprediksi laba/rugi perusahaan di masa yang akan datang. Bagi para investor
rasio keuangan dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah akan membeli
kepemilikan suatu perusahaan serta menilai kondisi perusahaan saat ini dan untuk
mengetahui prospeknya dimasa akan datang. Selain itu rasio keuangan juga dapat
digunakan untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam membayar
hutangnya.
Sebagai bahan untuk analisis laporan keuangan, penulis memilih empat
peerusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor food and
beverages. Pada akhirnya nanti diketahui apakah sebenarnya kinerja perusahaan
sudah cukup baik atau malah kurang baik.
1
B. Tujuan Penulisan
1. Menganalisa berbagai rasio keuangan perusahaan dan membandingkannya
antara tahun 2011 hingga 2012
2. Megetahui kinerja keuangan perusahaan
C. Profil Perusahaan
1. PT Agung Podomoro Land Tbk.
APL Tower 43rd-46 Floor, Podomoro CityJl. Let. Jend. S. Parman Kav. 28Jakarta 11470, IndonesiaT. (+6221) 290 34567F. (+6221) 290 34556E. [email protected]. www.agungpodomoroland.com
PT Agung Podomoro Land, Tbk. (“APLN” atau “Perseroan”) merupakan bagian
dari Agung Podomoro Group (APG), yang merambah bisnis properti sejak tahun
1969. Perseroan didirikan dengan nama PT Tiara metropolitan Jaya berdasarkan
Akta No. 29 tanggal 30 Juli 2004, yang di buat di hadapan Sri Laksmi Damayanti,
S.h., sebagai pengganti Siti Pertiwi henny Singgih, S.h., Notaris di Jakarta, yang
telah memperoleh pengesahan dari menteri Kehakiman dan hak Asasi manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-21538.hT.01.01.Th.2004
tanggal 26 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai
UUWDP dengan TDP No. 090217027994 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya
Jakarta barat No. 1589/bh.09.02/X/2004 tanggal 4 oktober 2004, serta telah
diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 12 November
2004, Tambahan No. 11289.
Penggantian nama PT Tiara metropolitan Jaya menjadi PT Agung Podomoro
Land, Tbk. diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar biasa yang
diaktakan dalam Akta No. 1 tanggal 2 Agustus 2010, yang dibuat di hadapan Yulia,
S.h. Notaris di Jakarta Selatan, setelah Perseroan melakukan restrukturisasi
perusahaan dengan memindahkan empat anak perusahaan APG yaitu PT Arah
Sejahtera Abadi, PT brilliant Sakti Persada, PT Intersatria budi Karya Pratama, dan
PT Kencana Unggul Sukses, serta dua perusahaan asosiasi APG, yaitu PT manggala
Gelora Perkasa dan PT Citra Gemilang Nusantara ke dalam pengawasan Perseroan,
dan kemudian melakukan penawaran umum perdana saham, dengan mengeluarkan
2
saham baru dari portepel Perseroan sebanyak 6.150.000.000 saham dari saham yang
belum diterbitkan oleh Perseroan dan dengan 14.350.000.000 saham milik pendiri
menjadikan total saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat itu
berjumlah 20.500.000.000 dicatatkan di bursa Efek Indonesia (bEI) pada 11
November 2010.
Berdasarkan Anggaran Dasar, Pasal 3 Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT
Agung Podomoro Land, Tbk. No. 07 tanggal 5 Juni 2012 yang dibuat di hadapan
Ardi Kristiar, S.h., mbA, pengganti dari Yulia, S.h., Notaris di Jakarta Selatan,
Perseroan merupakan perusahaan pengembang properti dan real estat yang kegiatan
usaha utamanya meliputi:
1. Pembangunan, antara lain:
• Pemborongan/kontraktor yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawas pemborong bangunan gedung-gedung, perumahan, pusat
perbelanjaan, jalan-jalan, jembatan-jembatan serta pemasangan instalasi-
instalasi listrik, air, telepon dan pekerjaan umum lainnya;
• Real estate dan developer termasuk melakukan pembebasan/pembelian,
pengolahan, pematangan, pengerukan dan penggalian tanah, membangun
sarana dan prasarana/infrastruktur, merencanakan, membangun,
menyewakan, menjual dan mengusahakan real estate, kawasan terpadu,
pusat perkantoran, gedung-gedung, perumahan, perkantoran, apartemen,
perindustrian, perhotelan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, pusat sarana
olah raga dan sarana penunjang termasuk tetapi tidak terbatas pada
lapangan golf, klub-klub, restoran, tempat-tempat hiburan lain, beserta
fasilitasnya;
2. melakukan investasi baik secara langsung maupun melalui penyertaan
(investasi) atau pelepasan (divestasi) modal sehubungan dengan kegiatan
usaha utama Perseroan,dalam perusahaan lain;
3. melakukan penyertaan pada perusahaan-perusahaan lain yang memiliki
kegiatan usaha yang berhubungan dengankegiatan usaha Perseroan; dan
4. Usaha-usaha dalam bidang jasa, termasuk jasa pengelolaan atau
pengoperasian yang menunjang kegiatan usaha utama Perseroan, kecuali jasa
dalam bidang hukum dan pajak.
Kegiatan usaha penunjang, Perseroan antara lain:
3
1. melakukan perdagangan dan ekspor-impor, interinsulair, lokal, leveransir,
grossier, supplier, distributor dan keagenan kecuali agen perjalanan;
2. Perindustrian meliputi industri bahan bangunan, industry alat-alat listrik,
industri garmen, manufacturing industry perakitan (assembling); dan
3. menyelenggarakan angkutan darat dengan menggunakan bus dan truk.
Produk atau jasa yang ditawarkan Perseroan adalah kawasan properti terpadu
meliputi apartemen, perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, perhotelan,
perumahan, dan pusat rekreasi, beserta fasilitasnya.
Visi dari perusahaan ini adalah terus bertumbuh menjadi pengembang terpadu
dalam bisnis properti dan berkomitmen penuh untuk memberikan nilai yang optimal
bagi pelanggan, rekan usaha, pemegang saham, dan masyarakat.
Misi dari perusahaan ini adalah sebagai berikut:
1. memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan area komersial yang
berkualitas.
2. mengoptimalkan pengembalian investasi dari rekan usaha dan pemegang
saham.
3. menjadi perusahaan pengembang yang mampu memberikan nilai lebih bagi
para karyawan.
4. berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam rangka
mendorong pembangunan perkotaan dan dalam meningkatkan indeks
pengembangan manusia.
2. PT Surya Semesta Internusa TbkGraha Surya Internusa 20th Floor,Jl. H.R. Rasuna Said Kav. X-0, Kuningan Jakarta 12950 IndonesiaTel. (62 21) 527 2121, 527 2121 Fax. (62 21) 526 7878E-mail. [email protected]
PT Surya Semesta Internusa Tbk (Perseroan) didirikan pada tanggal 15 Juni 1971
dengan nama PT Multi Investments Limited. Pada awalnya, kegiatan utama
Perseroan adalah sebagai pengembang real estate. Proyek–proyek awal antara lain
adalah “Kuningan Raya”, sebuah kawasan pemukiman dan bisnis yang terletak di
4
daerah “Segitiga Emas” Jakarta Selatan, dan Glodok Plaza, salah satu pusat
perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang terletak di kawasan komersial di
Jakarta Barat.
Pada tahun 1995 Perseroan mengubah namanya menjadi PT Surya Semesta
Internusa Tbk, nama yang sekarang dengan tujuan untuk mencerminkan strategi
Perseroan yang lebih luas, dan pada 27 Maret 1997 Perseroan mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Sebagai pengembang real estate dalam 41 tahun terakhir, Perseroan telah
ditransformasikan menjadi sebuah perusahaan publik dengan memiliki delapan anak
perusahaan utama, kegiatan-kegiatannya dikelompokkan menjadi tiga katagori
utama; (i) properti, (ii) jasa konstruksi dan infrastruktur serta (iii) perhotelan.
Visi Perseroan ini yaitu Building a Better Indonesia melalui kelompok usaha
properti, jasa konstruksi dan perhotelan yang terpadu, handal, terpercaya dan
berkualitas tinggi di Indonesia.
Misi perseroan ini adalah menyediakan produk-produk berkualitas dan jasa
pelayanan prima melalui kesungguhan dan kehandalan manajemen untuk
menciptakan nilai yang optimal bagi para pelanggan, pemegang saham, karyawan
dan masyarakat Indonesia
3. PT Alam Sutera Realty TbkWisma Argo Manunggal 18th FloorJl. Jend. Gatot Subroto Kav.22 Jakarta 12930 - IndonesiaTel : +62 (21) 2523838Fax: +62 (21) 2525050Email : [email protected]
PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 3 Nopember
1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta
keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan
mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19
September 2007 No.71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta.
Pada 18 Desember 2007 Perusahaan menjadi perusahaan publik dengan melakukan
penawaran umum di Bursa Efek Indonesia.
Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah menjadi
pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam
pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri,
5
dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan
(pengembangan kawasan terpadu).
Pada tahun 1994, Perusahaan mulai mengembangkan proyek pertama di sebuah
kawasan terpadu bernama Alam Sutera yang terletak di Serpong, Tangerang.
Pengembangan tahap pertama dari Alam Sutera sudah selesai dilakukan, dan saat ini
Perusahaan memfokuskan untuk pengembangan tahap kedua yang lebih menitik
beratkan kepada pembangunan area komersial. Seiring dengan pengembangan Alam
Sutera tahap kedua, pada tahun 2012 Perusahaan juga memasarkan beberapa cluster
baru di proyek Suvarna Padi Golf Estate, Pasar Kemis, Tangerang dan melakukan
akuisisi atas beberapa aset di lokasi strategis di Bali dan gedung perkantoran di
Jakarta.
Visi perusahaan ini adalah menjadi pengembang properti terbaik yang
mengutamakan inovasi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Misi perusahaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pelanggan, kami memberikan pelayanan prima dan produk inovatif yang
berkualitas dalam membangun komunitas yang nyaman, aman dan sehat.
2. Bagi karyawan, kami memberi kesempatan berkembang dan menciptakan
lingkungan kerja yang profesional berbasis nilai budaya perusahaan dimana
setiap karyawan dapat merealisasikan potensinya dan meningkatkan
produktivitas perusahaan.
3. Bagi pemegang saham, kami membangun tata kelola yang pruden yang
menjaga kesinambungan pertumbuhan perusahaan.
4. Bagi mitra usaha, kami menjalin hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan dan berkelanjutan sehingga menjadi mitra usaha pilihan.
5. Kami memaksimalkan potensi setiap properti yang dikembangkan melalui
pengembangan terintegrasi untuk memberi nilai kembali yang tinggi bagi
pemangku kepentingan.
4. PT. Lippo Karawaci Tbk7 Palem Raya BoulevardMenara Matahari Lt. 22Lippo Karawaci CentralTangerang 15811
Lippo Karawaci didirikan dengan nama PT Tunggal Reksakencana pada Oktober
1990.Pada tahun 1993Perseroan meresmikan proyek pengembangan kota mandiri
6
pertama di Tangerang sebelah barat Jakarta, yang saat ini dikenal sebagai Lippo
Village. Lippo Village memadukan kawasan hunian yang memiliki infrastruktur
modern dengan fasilitas yang lengkap seperti kawasan komersial, gedung
perkantoran, hotel, rumah sakit, sekolah, dan lapangan golf. Pada tahun yang sama,
Perseroan juga mulai mengembangkan Lippo Cikarang, kota mandiri di timur Jakarta
yang memadukan kawasan hunian dan kawasan industri ringan yang dilengkapi
dengan infrastruktur dan fasilitas modern.
Selanjutnya pada tahun 1997, Perseroan melangkah ke Indonesia timur dan
mengembangkan Tanjung Bunga, kota mandiri pertama di Indonesia timur. Dengan
letak yang sangat strategis di Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan kota
perdagangan dan pintu gerbang bagi wilayah timur Indonesia, Tanjung Bunga saat
ini terus berkembang dengan pesat.
Visi perusahaan ini adalah menjadi perusahaan property terkemuka di Indonesia
dan secara regional dengan tekad untuk menyentuh kehidupan masyarakat luas di
semua lini bisnis dan senantiasa menciptakan nilai tambah bagi para pemegang
saham.
Misi perusahaan ini adalah •sebagai berikut:
Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas di
bidang perumahan, pusat perbelanjaan dan komersial, layanan kesehatan,
hiburan, infrastruktur dan jasa perhotelan.
Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha melalui pengembangan
sumber pendapatan berkesinambungan (Recurring Revenues) dan kegiatan
pengembangan yang berkelanjutan.
Menyediakan lingkungan hidup berkualitas yang meningkatkan pengalaman
social dan spiritual bagi para pelanggan, serta menyediakan suasana ramah
lingkungan terbaik pada setiap proyek pengembangannya.
7
IIPEMBAHASAN
A. Analisis Rasio Keuangan PT Agung Podomoro Land Tbk.
1. Firm Liquidity
1.1 Current Ratio
Current Ratio = Current Asset . Current Liabilities
Year Current Asset * Current Liabilities * Current Ratio2011 Rp 4.686.331.283 Rp 2.562.062.584 1,83 kali2012 Rp 6.727.059.278 Rp 4.298.842.662 1,56 kali
*Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Rasio lancar (Current Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur
dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Berdasarkan data di
atas, rasio lancar PT Agung Podomoro Land dari tahun 2011 hingga 2012 mengalami
penurunan dari 1,8291 kali menjadi 1,5649 kali, hal ini disebabkan terjadi
peningkatan asset lancar sebesar 6,94%. Dengan meningkatnya Rasio lancar secara
otomatis perusahaan menjadi lebih likuid.
1.2 Acid Test RatioAcid Test Ratio = Current Asset − InventoryCurrent LiabilitiesYear Current Asset * Inventory* Current
Liabilities*Rasio
2011 Rp 4.686.331.283 Rp 1.312.692.125 Rp 2.562.062.584 1,78 kali2012 Rp 6.727.059.278 Rp 1.738.403.612 Rp 4.298.842.662 1,16 kali
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Rasio cepat (Acid Test Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan, seperti yang
diukur dengan membandingkan aktiva lancar kecuali persediaan terhadap kewajiban
lancarnya. Berdasarkan data di atas terjadi penurunan rasio cepat sebesar 0,62 kali
dari 1,78 kali menjadi 1,16 kali. Peningkatan ini disebabkan penurunan inventory
8
sebesar 16,01% walaupun aktiva dan kewajiban lancar meningkat. Ini menunjukkan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan lebih besar untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
2. Operating Profitability
2.1 Operating Income Return on Investment
Operating Income Return on Investment = Operating Income Total Asset
Year Operating Income Total Asset Rasio2011 888.230.223 10.838.820.997 8,15 %
2012 1.097.546.731 15.195.642.352 7,23%
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Operating Income Return on Investment (Tingkat pengembalian investasi dari
pendapatan operasi) menunjukkan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba
operasional atas aset-aset perusahaan, yang diukur dengan membandingkan laba
operasional terhadap ttotal aktiva. Berdasarkan data di atas terjadi penurunan sebesar
1% dari 13% pada tahun 2011 menjadi 12% pada tahun 2012. Hal ini disebabkan
terjadinya peningkatan total aktiva sebesar 10,7%. Penurunan yang tidak terlalu jauh
ini menunjukkan tingkat pengembalian yang relatif stabil dan perusahaan dapat
menghasilkan laba yang kompetitif pada aktiva perusahaan.
2.2 Operating Profit Margin
Operating Profit Margin = Operating IncomeSales
Year Operating Income Sales Rasio2011 888.230.223 3.824.099.116 23,1%
2012 1.097.546.731 4.689.429.510 23,40%
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Operating profit margin (Marjin laba operasi) adalah variabel penting dalam
memahami profitabilitas operasi perusahaan. Marjin laba operasi menunjukkan
9
keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan yang diukur
dengan membandingkan laba usaha terhadap penjualan. Berdasarkan data di atas
terjadi peningkatan sebesar 1% dari 14% menjadi 15%, Hal ini menunjukkan pihak
manjemen sudah cukup efektif mengatur beban yang ada dalam proses operasi
penjualan, sehingga walaupun penjualan turun laba operasi meningkat.
2.3 Total Asset Turnover
Total Asset Turnover = Sales Total Asset
Year Sales Total Asset Rasio2011 3.824.099.116 10.838.820.997 0.35 kali
2012 4.689.429.510 15.195.642.352 0,31 kali
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Total Asset turnover (Perputaran total aktiva) menunjukkan seberapa efisien
perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Diukur dengan
hasil penjualan per 1 dolar aktiva. Berdasarkan data di atas terdapat penurunan
sebesar 0,17 kali. PT Indofood Sukses Makmur Tbk menghasilkan penjualan sekitar
0,76 per dolar asset sedangkan sebelumnya 0,93 per dolar asset, hal ini menunjukkan
bahwa PT Indofood Sukses Makmur Tbk lebih efisien dalam menggunakan aktiva.
2.4 Account Receivable Turnover
Account Receivable Turnover = Sales Account Receivable
Year Sales Account Receivable
Rasio
2011 3.824.099.116 1.112.689.593 3,44 kali
2012 4.689.429.510 1.660.329.310 2,82 kali
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Account Receivable turnover (perputaran piutang usaha) adalah untuk mengukur
seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Berdasarkan data
di atas terjadi penurunan perputaran piutang sebesar 2,15 kali, hal ini menunjukkan
meningkatnya penjualan secara kredit dan berkurangnya kemampuan perusahaan
dalam menagih hutang.
10
2.6 Fixed Asset Turnover
Fixed Asset turnover = Sales . Net Fixed Asset
Year Sales Net Fixed Asset Rasio2011 3.824.099.116 2.220.358.779 1,72 kali
2012 4.689.429.510 1.853.091.719 2, 53 kali
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Fixed asset turnover (Perputaran aktiva tetap) menunjukkan kemampuan aktiva tetap
untuk menghasilkan penjualan, Berdasarkan data di atas terjadi penurunan sebanyak
0,03 kali. Sehingga setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebanyak
Rp 1,10 atau jumlah penjualan pada tahun 2012 sama dengan 1,10 kali total aktiva
tetap.
3. Financing Decision
3.1 Debt Ratio
Debt Ratio = Total DebtTotal Asset
Year Total Debt Total Asset Rasio2011 3.245.490.060 10.838.820.997 299,43 %
2012 4.547.895.920 15.195.642.352 299,28 %
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Debt ratio (rasio hutang) menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan
untuk membiayai aset-aset perusahaan. Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan
rasio hutang sebesar 1% . Pada tahun 2012 terjadi peningkatan baik pada total
hutang maupun total asset, menjadikan pendanaan asset PT Indofood Sukses
Makmur Tbk oleh hutang bertambah menjadi 42% sedangkan sisanya 68% dibiayai
oleh ekuitas pemegang saham, Penyebab utama naikknya kewajiban perusahaan
adalah meningkatnya hutang lancar sebesar 1,94%.
3.2 Times Interest Earned
11
Times Interest Earned = Operating Income Interest Expense
Year Operating Income Interest Expense Rasio2011 888.230.223 123.237.957 7,21 kali
2012 1.097.546.731 378.462.634 2,90 kali
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Times interest earned (rasio laba terhadap beban bunga) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya bunga yang diukur dengan
membandingkan pendapatan usaha terhadap biaya bunga. Berdasarkan data di atas
terjadi penurunan antara tahun 2011 hingga 2012 sebesar 0,41 kali. Menurunnya
rasio laba terhadap beban bunga dikarenakan peningkatan beban bunga sebesar lebih
besar yaitu 5,88% dibandingkan peningkatan laba operasi sebesar 0,26%. Besar
bilangan 7,36 mengartikan bahwa banyaknya laba operasi adalah 7,36 kali besar
beban bunga pada tahun 2012.
4. Return On Equity
Return On Equity = Net Income . Common Equity
Year Net Income Common Equity Rasio2011 684.908.751 2.050.090.000 33,41 %
2012 841.290.753 2.050.090.000 41,30 %
Return on equity (Pengembalian atas ekuitas) menunjukkan rata-rata
perhitungan prngembalian atas investasi pemegang saham yang diukur dengan
membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa. Pada tahun 2012
terjadi penurunan pengembalian atas ekuitas sebesar 0,01 poin. Penurunan tersebut
disebabkan oleh peningkatan ekuitas saham biasa sebesar 8% yang tidak diiringi
peningkatan laba bersih.
Du Pont Analysis
ROE = Net income x sales : 1 - total debt Sales total asset total asset
Year Net Income Sales Total Asset Total Debt Rasio2011 684.908.751 3.824.099.116 10.838.820.997 3.245.490.060 33,41%2012 841.290.753 4.689.429.510 15.195.642.352 4.547.895.920 13,99%
12
* Dinyatakan dalam jutaan Rupiah
Analisis Dupont merupakan pendekatan untuk mengevaluasi profitabilitas dan
tingkat pengembalian ekuitas. Terjadi penurunan ROE disebabkan penurunan net
income sebesar 2,3%
B. PT Surya Semesta Internusa Tbk1. Firm Liquidity
1.1 Current Ratio
Current Ratio = Current Asset .Current Liabilities
Year Current Asset Current Liabilities Ratio2011 Rp 1.671.386.408.151 Rp 1.121.666.810.467 149,01 kali2012 Rp 3.074.972.800.293 Rp 1.782.520.909.149 172,51 kali
Rasio lancar (Current Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan
yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar.
Berdasarkan data di atas, rasio lancar PT Mayora Indah Tbk dari tahun
2011 hingga 2012 mengalami kenaikan dari 2,22 kali ke 2,76 kali, hal ini
disebabkan terjadi peningkatan asset lancar sebesar 29%. Rasio lancar
pada tahun 2012 menunjukkan bahwa 1 rupiah utang (liabilitas) jangka
pendek perusahaan dijamin pembayarannya dengan 2,76 rupiah aset
lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar ini berarti semakin baik atau
semakin besar jaminan untuk pembayaran utang jangka pendek
perusahaan. Dengan meningkatnya Rasio lancar secara otomatis
perusahaan menjadi lebih likuid.
1.2 Acid Test Ratio
Acid Test Ratio= Current Assets − InventoriesCurrent Liabilities
Tahun Current Asset Inventories Current Liabilities2011 Rp 1.671.386.408.151 Rp 237,619,620,083 Rp 1.121.666.810.467 2012 Rp 3.074.972.800.293 Rp 163,816,180,129 Rp. 1.782.520.909.149
Tahun Rasio2011 1,28 kali2012 1,63 kali
13
Berdasarkan data diatas terjadi kenaikan rasio yang mulanya
sebesar 1,49 di tahun 2011 naik menjadi 1,98 di tahun 2012. Rasio tersebut
menunjukkan 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin
pembayarannya oleh 1,98 rupiah aset cepat (kas dan setara kas serta piutang
usaha, kecuali persediaan). Yang menyebabkan hal tersebut adalah
walaupun terlihat adanya peningkatan kewajiban jengka pendek dari tahun
2011 ke tahun 2012 sebesar 4,26%, namun hal tersebut diikuti oleh
peningkatan aktiva lancar yang lebih besar yaitu sebesar 29%. Perhitungan
Acid Test Ratio ini juga menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
semakin baik atau semakin besar untuk pembayaran kewajiban jangka
pendeknya.
2. Operating Profitability
2.1 Operating Income Return on Investment
Operating Income Return on Investment = Operating Income .Total Asset
Tahun Operating Income Total Asset Rasio2011 Rp 385,089,514,791 Rp 2,937,938,049,768 13,11 %
2012 Rp 877,962,947,639 Rp 4,854,633,414,808 18,08%
Operating Income Return on Investment (Tingkat pengembalian
investasi dari pendapatan operasi) menunjukkan keefektifan manajemen
dalam menghasilkan laba operasional atas aset-aset perusahaan, yang
diukur dengan membandingkan laba operasional terhadap total aktiva.
Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan sebesar 3% dari 11% pada
tahun 2011 menjadi 14% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan
penggunaan 1 rupiah total aset menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp 0,14. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan total aktiva sebesar
26%. Dan adanya peningkatan yang lebih besar ditunjukkan oleh
pendapatan operasi sebesar 53% menunjukkan tingkat pengembalian yang
meningkat dan perusahaan dapat menghasilkan laba yang kompetitif pada
aktiva perusahaan.
14
2.2 Operating Profit Margin
Operating Profit Margin = Operating Income .Sales
Tahun Operating Income Sales Rasio2011 Rp 385,089,514,791 Rp 2,878,775,284,823 13,38 %
2012 Rp 877,962,947,639 Rp 3,564,593,950,738 24,63 %
Operating profit margin (Marjin laba operasi) adalah variabel
penting dalam memahami profitabilitas operasi perusahaan. Marjin laba
operasi menunjukkan keefektifan manajemen dalam mengelola laporan
keuangan perusahaan yang diukur dengan membandingkan laba usaha
terhadap penjualan. Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan sebesar
7% dari 8% menjadi 11%. Angka 11% pada tahun 2012 ini menunjukkan
1 rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,11. Hal
ini juga menunjukkan pihak manjemen sudah cukup efektif mengatur
beban yang ada dalam proses operasi penjualan, sehingga terjadi
peningkatan laba operasi seiring dengan peningkatan penjualan.
2.3 Total Asset Turnover
Total Asset Turnover = Sales .Total Asset
Tahun Sales Total Asset Rasio2011 Rp 2.878.775.284.823 Rp 2.937.938.049.768 0,98 kali
2012 Rp 3.564.593.950.738 Rp 4.854.633.414.808 0,73 kali
Total Asset turnover (Perputaran total aktiva) menunjukkan
seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Diukur dengan hasil penjualan per 1 rupiah aktiva. Berdasarkan
data di atas terdapat penurunan sebesar 0,16 kali. PT Mayora Indah Tbk
menghasilkan penjualan sekitar 1,27 per rupiah asset sedangkan
sebelumnya 1,43 per rupiah asset, angka ini menunjukkan totasl aset
perusahaan berputar sebanyak 1,27 kali dalam setahun 2012. Penurunan
perputaran total aset menunjukkan bahwa PT Mayora Indah Tbk kurang
15
efisien dalam menggunakan aktiva dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
2.4 Accounts Receivable Turnover
Accounts Receivable Turnover = Sales .Accounts Receivable
Tahun Sales Account Receivable Rasio2011 Rp 2,878,775,284,823 Rp 280,336,434,287 10,27 kali
2012 Rp 3,564,593,950,738 Rp 277,207,982,864 12,86 kali
Account Receivable turnover (perputaran piutang usaha) adalah
untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam setahun. Berdasarkan data di atas terjadi penurunan perputaran
piutang sebesar 0,49 kali, hal ini menunjukkan meningkatnya penjualan
secara kredit dan berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menagih
hutang. Angka 5,16 kali artinya dalam 1 tahun, piutang berputar sebanyak
5,16 kali. Maksudnya berputar di sini dihitung sejak terjadinya penjualan
secara kredit sehingga menimbulkan piutang usaha sampai dilunasinya
piutang usaha tersebut. Semakin cepat perputarannya berarti semakin cepat
piutang tertagih.
2.6 Fixed Asset
Fixed Asset = Sales .Net Fixed Asset
Tahun Sales Net Fixed Asset Rasio2011 Rp 2.878.775.284.823 Rp 458.812.125.974 6,27 kali
2012 Rp 3.564.593.950.738 Rp 607.714.872.758 5,86 kali
16
Fixed asset turnover (Perputaran aktiva tetap) menunjukkan
kemampuan aktiva tetap untuk menghasilkan penjualan. Berdasarkan data
di atas terjadi penurunan rasio sebanyak 0,41 kali dari tahun 2011 yang
sebesar ke 6,27 tahun 2012 yang sebesar 5,86. Sehingga setiap Rp 1
aktiva tetap pada tahun 2012 dapat menghasilkan penjualan sebanyak Rp
5,86 kali atau jumlah penjualan pada tahun 2012 sama dengan 5,86 kali
total aktiva tetap. Rasio sebesar 3,52 artinya aset tetap perusahaan berputar
3,52 kali dalam setahun.
3. Financing Decision
3.1 Debt Ratio
Debt Ratio = Total Debt . Total Asset
Tahun Total Debt Total Asset Rasio2011 Rp 1,736,788,805,395 Rp 2.937.938.049.768 0,59 kali
2012 Rp 3,185,004,282,210 Rp 4.854.633.414.808 0,66 kali
Debt ratio (rasio hutang) menunjukkan berapa banyak hutang yang
digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Berdasarkan data di atas
tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan rasio hutang. Pada tahun
2012 maupun 2011 rasio hutang PT Mayora Indah Tbk tetap sebesar 0,63.
Artinya sebanyak 63% aset perusahaan dibelanjai (didanai) oleh dana
pinjaman. Semakin besar rasio ini berdampak semakin besar resiko bagi
kreditur dalam hal pengembalian pinjamannya.
4. Return On Equity
Return On Equity = Net Income .Common Equity
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham,
baik saham biasa maupun saham preferen. Berdasarkan data diatas, terjadi
peningkatan rasio pengembalian modal sebesar 5%, dari 20% di tahun
17
2011menjadi 25 % di tahun 2012. Rasio sebesar 25% ini artinya setiap 1 rupiah
modal yang ditanamkan menghasilkan Rp 0,25 keuntungan bersih. Peningkatan
rasio ini disebabkan peningkatan laba bersih sebesar 53% yang lebih besar
dibandingkan peningkatan common equity yang sebesar 27%. Peningkatan
rasio ini memberikan arti positif bagi para pemegang saham, karena
perusahaan mempunyai kemampuan yang semakin meningkat untuk
menghasilkan keuntungan.
5. Du Pont Analysis
ROE =
Tahun Net Income Sales Total Asset2011 Rp483.486.152.677 Rp 9.453.865.992.878 Rp 6.599.845.533.3282012 Rp.744.428.404.309 Rp 1.050.625.669.832 Rp 8.302.506.241.903
Menurut Du Pont, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity /
ROE) tergantung seberapa jauh perusahaan berhasil mengendalikan biayanya,
seberapa baik perusahaan mengelola asetnya dan seberapa besar angka
pengganda ekuitas (seberapa besar perusahaan menggunakan modal
sendiri/ekuitas).
Berdasarkan tabel diatas, terjadi peningkatan ROE menurut Dupont,
yaitu sebesar 5%, dari 20% di tahun 2011 menjadi 25% di tahun 2012.
Peningkatan ROE pada tahun 2012 PT Mayora Indah Tbk, menunjukkan
terdapat peningkatan pula pada keberhasilan perusahaan mengendalikan
biayanya, pengelolaan asetnya, dan juga pada peningkatan angka pengganda
ekuitasnya.
C. Analisis Rasio Keuangan PT Siantar Top Tbk.
18
1. Firm Liquidity
1.1 Current Ratio
Current Ratio = Current Asset . Current Liabilities
Year Current Asset Current Liabilities Ratio2011 Rp 314.228.981.919 Rp 329.934.183.764 0,952012 Rp 569.839.536.195 Rp 571.296.021.580 0,99
Rasio lancar (Current Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan
yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar.
Berdasarkan data di atas, rasio lancar PT Siantar Top dari tahun 2011
hingga 2012 mengalami kenaikan dari 0,95 kali menjadi 0,99 kali, hal ini
disebabkan adanya peningkatan yang sebanding antara aktiva lancar dan
hutang lancar, dimana aktiva lancar mengalami kenaikkan sebesar 81,35%
dan hutang lancar naik sebesar 73,15%. Dengan meningkatnya Rasio
lancar secara otomatis perusahaan menjadi lebih likuid.
1.2 Acid Test RatioAcid Test Ratio = Current Asset − InventoryCurrent Liabilities
Year Current Asset Inventory Current Liabilities Rasio2011 Rp 314.228.981.919 Rp 161.699.916.410 Rp 329.934.183.764 0,462012 Rp 569.839.536.195 Rp 242.653.601.169 Rp 571.296.021.580 0,57
Rasio cepat (Acid Test Ratio) menunjukkan likuiditas
perusahaan, seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar
kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya. Berdasarkan data di atas
terjadi kenaikan rasio cepat dari 0,46 kali menjadi 0,57 kali. Peningkatan
ini disebabkan persediaan meningkat sebanding dengan peningkatan
aktiva, peningkatan persediaan sebesar 50,06%. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai kemampuan lebih besar untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo.
1.3 Average Collection Period
Average Collection Period = Accounts ReceivableDaily Credit Sales
19
Year Accounts Receivable Credit Sales Daily Credit Sales Rasio2011 Rp 113.929.853.227 Rp 1.027.683.999.319 Rp 2.815.572.600,87 412012 Rp 184.127.594.068 Rp 1.283.736.251.902 Rp 3.517.085.621,65 52
Rasio periode penagihan rata-rata (Average Collection Period)
menandakan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur
oleh rata-rata jumlah hari penagihan piutang usaha. Perode penagihan rata-
rata perusahaan pada tahun 2011 adalah sebesar 41 hari dan pada tahun
2012 terjadi kenaikkan sebesar 11 hari menjadi 52 hari. Dengan demikian,
pada tahun 2012 PT Siantar Top mempunyai waktu yang lebih panjang
untuk menagih piutangnya.
1.4 Accounts Receivable TurnoverAccounts Receivable Turnover = Credit Sales
Accounts Receivable
Year Accounts Receivable Credit Sales Rasio2011 Rp 113.929.853.227 Rp 1.027.683.999.319 9,022012 Rp 184.127.594.068 Rp 1.283.736.251.902 6,97
Rasio perputaran piutang usaha (Accounts Receivable Turnover)
menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur
oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih atau "perputaran piutang usaha"
selama tahun tersebut. Perputaran rasio piutang usaha pada tahun 2012
mengalami penurunan dibanding tahun 2011. Dimana pada tahun 2011,
rasio perputaran piutang usaha sebesar 9,02 kali sedangkan 2012 sebesar
6,97 kali. Penurunan rasio ini disebabkan pada tahun 2012 PT Siantar Top
mempunyai waktu lebih panjang untuk menagih piutang dibanding tahun
sebelumnya.
1.5 Inventory TurnoverInventory Turnover = Cost of Good Sold
Inventory
Year COGS Inventory Rasio2011 Rp 849.396.693.019 Rp 161.699.916.410 5,252012 Rp 1.036.609.081.010 Rp 242.653.601.169 4,27
Perputaran persediaan (Inventory Turnover) menandakan likuiditas
relatif persediaan yang diukur dengan berapa kali penggantian persediaan
20
perusahaan selama tahun tersebut. Tahun 2011 perputaran persediaan
adalah sebesar 5,25 kali dan pada tahun 2012 sebesar 4,27 kali. Dapat
dikatakan bahwa PT Siantar Top kurang baik dalam mengatur persediaan
di tahun 2012, karena terjadi penurunan perputaran persediaan pada tahun
2012. Jika dihitung pada tahun 2012, PT Siantar Top menjual persediaan
dalam waktu 85 hari pada rata-rata (365 hari : 4,27 kali), dibanding tahun
2011 yang hanya membutuhkan waktu 70 hari (365 hari : 5,25 kali).
Operating Profitability2.1 Operating Income Return on Investment
Operating Income Return on Investment = Operating Income Total Asset
Year Operating Income Total Assets Rasio2011 Rp 108.324.558.774 Rp 934.765.927.864 11,60%
2012 Rp 173.541.765.699 Rp 1.249.840.835.890 13,89%
Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi
(Operating Income Return on Investment) menunjukkan keefektifan
manajemen dalam menghasilkan laba operasional atas aset-aset
perusahaan yang diukur dengan membandingkan laba operasional terhadap
total aktiva. Dilihat dari tabel diatas, pada tahun 2012 tidak terjadi
kenaikkan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikkan hanya
sebesar 2,29%, yaitu pada 2011 sebesar 11,60% dan pada tahun 2012
menjadi 13,89%. Hal ini disebabkan peningkatan yang seimbang antara
laba dari opresai dan total akiva.
2.2 Operating Profit MarginOperating Profit Margin = Operating Income
Sales
Year Operating Income Sales Rasio2011 Rp 108.324.558.774 Rp 1.027.683.999.319 10,54%2012 Rp 173.541.765.699 Rp 1.283.736.251.902 13,52%
Marjin laba operasi (Operating Profit Margin) adalah salah satu
komponen tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi. Marjin
21
laba operasi menunjukkan keefektifan manajemen dalam mengelola
laporan keuangan perusahaan yang diukur dengan membandingkan laba
usaha terhadap penjualan. Tahun 2011 dibandingkan tahun 2012 terjadi
peningkatan sebesar 2,98%. Dimana tahun 2011 sebesar 10,54% dan tahun
2012 sebesar 13,52%. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan
penjualan dan laba operasi. Dengan melihat hasil ini dapat dikatakan
bahwa PT Siantar Top cukup ekfektif dalam mengatur komponen-
komponen marjin laba operasi.
2.3 Total Asset TurnoverTotal Asset Turnover = Sales
Total Asset
Year Sales Total Assets Rasio2011 Rp 1.027.683.999.319 Rp 934.765.927.864 1,10 2012 Rp 1.283.736.251.902 Rp 1.249.840.835.890 1,03
Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) menunjukkan
seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Dengan melihat tabel diatas terjadi penurunan rasio dari tahun
2011 ke tahun 2012, dari angka rasio sebesar 1,10 kali pada tahun 2011
menjadi 1,03 kali pada tahun 2012. Maka, pada tahun 2012 PT Siantar Top
lebih efisien dalam menggunakan aktivanya.
2.4 Account Receivable TurnoverAccount Receivable Turnover = Sales .
Account Receivable
Year Sales Accounts Receivable Rasio2011 Rp 1.027.683.999.319 Rp 113.929.853.227 9,022012 Rp 1.283.736.251.902 Rp 184.127.594.068 6,97
Dimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa perputaran piutang
usaha menjelaskan seberapa cepat perusahaan menagih piutangnya. Dan
hasilnya pada tahun 2011 PT Siantar Top dapat menagih sebanyak 9,02
kali dan menurun di tahun 2012 menjadi 6,97 kali. Hal ini berarti pada
tahun 2012 sedikit lebih lambat dalam menagih piutang dibanding tahun
sebelumnya.
2.5 Inventory Turnover
22
Inventory Turnover = Cost of Good SoldInventory
Year COGS Inventory Rasio2011 Rp 849.396.693.019 Rp161.699.916.410 5,252012 Rp1.036.609.081.010 Rp242.653.601.169 4,27
Sama dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perputaran persediaan menunjukkan berapa waktu perputaran persediaan
selama setahun. Dimana semakin tinggi angka rasio perputaran persediaan,
maka perusahaan semakin dianggap baik dalam mengatur persediaan.
Dalam tabel diatas angka rasio perputaran mengalami penurunan dari
tahun 2011 ke tahun 2012, dengan penurunan sebesar 0,98. Dengan
penurunan rasio ini maka perusahaan membutuhkan waktu lebih lama
dalam menjual persediannya.
2.6 Fixed Asset TurnoverFixed Asset turnover = Sales .
Net Fixed Asset
Year Sales Net Fixed Assets Rasio
2011 Rp 1.027.683.999.319 Rp 620.536.945.945 1,66
2012 Rp 1.283.736.251.902 Rp 680.001.299.695 1,89
Fixed asset turnover (Perputaran aktiva tetap)
menunjukkan kemampuan aktiva tetap untuk menghasilkan penjualan.
Dari tabel diatas, terjadi peningkatan angka rasio dari tahun 2011 ke 2012
sebesar 0,23 kali. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan pada
penjualan dan aktiva tetap bersih. Dapat dikatakan bahwa jumlah
penjualan pada tahun 2012 sama dengan 1,89 kali total aktiva tetap.
3. Financing Decision
3.1 Debt Ratio
Debt Ratio = Total DebtTotal Asset
Year Total Debt Total Assets Rasio
23
2011 Rp 444.700.771.028 Rp 934.765.927.864 47,57%
2012 Rp 670.149.495.580 Rp 1.249.840.835.890 53,62%
Rasio hutang (Total Debt) menunjukkan berapa banyak hutang
yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Berdasarkan tabel
diatas terjadi peningkatan rasio sebesar 6,05% dari tahun 2011 ke tahun
2012. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan pada aktiva dan
hutang, karena pada dasarnya setiap penambahan aktiva maka akan terjadi
penambahan hutang. Sehingga pada tahun 2012, 53,62% dari jumlah
aktiva perusahaan didapat melalui kredit (hutang).
3.2 Times Interest Earned
Times Interest Earned = Operating IncomeInterest Expense
Year Operating Income Interest Expense Rasio
2011 Rp 108.324.558.774 Rp 9.864.831.055 10,98
2012 Rp 173.541.765.699 Rp 26.866.970.612 6,46
Rasio laba terhadap beban bunga (Times Interest Earned)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya bunga yang
diukur dengan membandingkan pendapatan sebelum bunga dan pajak-
pajak terhadap biaya bunga. Pada tahun 2011, rasio sebesar 10,98 kali lalu
turun di tahun 2012 sebesar 4,52 kali menjadi 6,46. Penurunan ini terjadi
karena peningkatan laba operasi tidak sebanding dengan peningkatan biaya
bunga.
3.3 Return on Equity (ROE)
Return on Equity = Net IncomeCommon Equity
Year Net Income Common Equity Rasio2011 Rp 42.675.154.847 Rp 490.065.156.836 8,71%2012 Rp 74.626.183.474 Rp 579.691.340.310 12,87%
24
Pengembalian ekuitas saham biasa (Return on Equity)
menunjukkan rata-rata penghitungan pengembalian atas investasi
pemegang saham yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih
terhadap ekuitas saham biasa. ROE tahun 2011 adalah sebesar 8,71% yang
kemudian meningkat sebesar 4,16% pada tahun 2012 menjadi 12,87%.
Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan pada laba bersih dan
ekuitas pemegang saham biasa. Maka, pada tahun 2012, pemilik PT
Siantar Top menerima pengembalian saham sebesar 12,87% dari modal
saham biasanya.
4 Dupont Analysis
ROE =
Year Net Income Total Assets Total Debt Rasio2011 Rp 42.675.154.847 Rp 934.765.927.864 Rp 444.700.771.028 8,71%2012 Rp 74.626.183.474 Rp 1.249.840.835.890 Rp 670.149.495.580 12,87%
Analisis Dupont (Dupont Analysis) merupakan pendekatan untuk
mengevaluasi profitabilitas dan tingkat pengembalian ekuitas. Dengan
menggunakan persamaan Dupont memungkinkan pihak manajemen untuk
melihat dengan lebih jelas apa yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas
dan apa hubungannya antara laba bersih, jumlah aktiva dan jumlah hutang.
Berdasarkan data pada tabel kenaikkan ROE dari tahun 2011 ke tahun
2012 adalah sebesar 4,16%. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan
pada aktiva yang akan diikuti oleh peningkatan pada hutang sehingga laba
bersih menjadi naik.
D. Analisis Rasio Keuangan PT Lippo Karawaci Tbk.
1. Firm Liquidity
25
1.1 Current Ratio
Current Ratio = Current Asset .
Current Liabilities
Year Current Asset Current Liabilities Current Ratio
2011 13.608.404.625.136 2.254.091.754.773 6,03 kali
2012 19.479.450.841.694 3.479.207.471.491 5,59 kali
Rasio lancar (Current Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur
dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Berdasarkan data di
atas, rasio lancar PT Ultrajaya dari tahun 2011 hingga 2012 mengalami kenaikan dari
1,52 kali menjadi 2,02 kali, hal ini disebabkan terjadi peningkatan asset lancar
sebesar 29,47%. Dengan meningkatnya Rasio lancar secara otomatis perusahaan
menjadi lebih likuid.
1.2 Acid Test Ratio
Acid Test Ratio = Current Asset − Inventory
Current Liabilities
Year Current Asset Inventory Current Liabilities Rasio
2011 13.608.404.625.136 7.892.170.591.837 2.254.091.754.773 2,53 kali
2012 19.479.450.841.694 10.504.909.573.401 3.479.207.471.491 2,57 kali
Rasio cepat (Acid Test Ratio) menunjukkan likuiditas perusahaan, seperti yang
diukur dengan membandingkan aktiva lancar kecuali persediaan terhadap kewajiban
lancarnya. Berdasarkan data di atas terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 0,54 kali
dari 0,914 kali menjadi 1,454 kali. Peningkatan ini disebabkan penurunan inventory
sebesar 9,315% walaupun aktiva dan kewajiban lancar meningkat. Ini menunjukkan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan lebih besar untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
2. Operating Profitability
2.1 Operating Income Return on Investment
Operating Income Return on Investment = Operating Income .Total Asset
26
Year Operating Income Total Assets Rasio2011 Rp 182.058.917.652 Rp 2.179.181.979.434 0,08352012 Rp 429.341.499.878 Rp 2.420.793.382.029 0,177
Operating Income Return on Investment (Tingkat pengembalian investasi dari
pendapatan operasi) menunjukkan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba
operasional atas aset-aset perusahaan, yang diukur dengan membandingkan laba
operasional terhadap ttotal aktiva. Berdasarkan data di atas terjadi penurunan sebesar
9.35% dari 8.35% pada tahun 2011 menjadi 17.7% pada tahun 2012. Hal ini
disebabkan terjadinya peningkatan total aktiva sebesar 11,08%. Penurunan yang
tidak terlalu jauh ini menunjukkan tingkat pengembalian yang relatif stabil dan
perusahaan dapat menghasilkan laba yang kompetitif pada aktiva perusahaan.
2.2 Operating Profit Margin
Operating Profit Margin = Operating Income .Sales
Year Operating Income Sales Rasio
2011 Rp 182.058.917.652 Rp 361.471.509.271 0,504
2012 Rp 429.341.499.878 Rp 366.413.401.362 1,172
Operating profit margin (Marjin laba operasi) adalah variabel penting dalam
memahami profitabilitas operasi perusahaan. Marjin laba operasi menunjukkan
keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan yang diukur
dengan membandingkan laba usaha terhadap penjualan. Berdasarkan data di atas
terjadi peningkatan sebesar 66,8% dari 50,4% menjadi 117,2%, Hal ini menunjukkan
pihak manjemen sudah cukup efektif mengatur beban yang ada dalam proses operasi
penjualan, sehingga walaupun penjualan turun laba operasi meningkat.
2.3 Total Asset Turnover
Total Asset Turnover = Sales .Total Asset
27
Year Sales Total Assets Rasio
2011 Rp 361.471.509.271 Rp 2.179.181.979.434 0,165
2012 Rp 366.413.401.362 Rp 2.420.793.382.029 0,151
Total Asset turnover (Perputaran total aktiva) menunjukkan seberapa efisien
perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Diukur dengan
hasil penjualan per 1 dolar aktiva. Berdasarkan data di atas terdapat penurunan
sebesar 0,01 kali. PT Ultrajaya Milk & Trading Company Tbk menghasilkan
penjualan sekitar 0,15 per dolar asset sedangkan sebelumnya 0,16 per dolar asset, hal
ini menunjukkan bahwa PT Ultrajaya Milk & Trading Company Tbk lebih efisien
dalam menggunakan aktiva.
2.4 Account Receivable Turnover
Account Receivable Turnover = Sales Account Receivable
Year Sales Account Receivable Rasio
2011 Rp 361.471.509.271 Rp 255.494.585.569 1,41
2012 Rp 366.413.401.362 Rp 297.400.522.080 1,23
Account Receivable turnover (perputaran piutang usaha) adalah untuk
mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.
Berdasarkan data di atas terjadi penurunan perputaran piutang sebesar 0,18 kali, hal
ini menunjukkan meningkatnya penjualan secara kredit dan berkurangnya
kemampuan perusahaan dalam menagih hutang.
2.5 Inventory Turnover
Inventory Turnover = Cost of Good SoldInventory
Year COGS Inventory Rasio
2011 Rp 1.476.677.453.814 Rp 368.496.687.848 4,007
28
2012 Rp 1.908.109.047.237 Rp 334.169.035.934 5,71
Inventory turnover (perputaran persediaan) adalah ukuran seberapa sering
persediaan barang dagang terjual dalam waktu satu periode. Berdasarkan data di atas
terjadi kenaikan rasio sebesar 1,7 kali, hal ini terjadi karena penurunan persediaan
lebih besar yaitu 9,31% dibanding peningkatan harga pokok penjualan yaitu 29,21%.
2.6 Fixed Asset Turnover
Fixed Asset turnover = Sales . Net Fixed Asset
Year Sales Net Fixed Aset Rasio
2011 Rp 361.471.509.271 Rp 1.255.101.688.376 0,288
2012 Rp 366.413.401.362 Rp 1.224.366.778.186 0,275
Fixed asset turnover (Perputaran aktiva tetap) menunjukkan kemampuan
aktiva tetap untuk menghasilkan penjualan, Berdasarkan data di atas terjadi
penurunan sebanyak 0,013 kali. Sehingga setiap Rp 1 aktiva tetap dapat
menghasilkan penjualan sebanyak Rp 0,275 atau jumlah penjualan pada tahun 2012
sama dengan 0,275 kali total aktiva tetap.
3. Financing Decision
3.1 Debt Ratio
Debt Ratio = Total DebtTotal Asset
Year Total Debts Total Assets Rasio
2011 Rp 776.735.279.582 Rp 2.179.181.979.434 0,356
2012 Rp 744.274.331.607 Rp 2.420.793.382.029 0,307
29
Debt ratio (rasio hutang) menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan
untuk membiayai aset-aset perusahaan. Berdasarkan data di atas terjadi penurunan
rasio hutang sebesar 0,04% . Pada tahun 2012 terjadi penurunan pada total hutang
dan penaikan total asset/.
3.2 Times Interest Earned
Times Interest Earned = Operating Income Interest Expense
Year Operating Income Interest Expense Rasio
2011 Rp 182.058.917.652 Rp 21.904.188.542 8,31
2012 Rp 429.341.499.878 Rp 1.676.519.113.422 39,03
Times interest earned (rasio laba terhadap beban bunga) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya bunga yang diukur dengan
membandingkan pendapatan usaha terhadap biaya bunga. Berdasarkan data di atas
terjadi kenaikan antara tahun 2011 hingga 2012 sebesar 30,72 kali. Kenaikan rasio
laba terhadap beban bunga dikarenakan peningkatan beban bunga sebesar
dibandingkan peningkatan laba.
4. Return On Equity
Return On Equity = Net Income . Common Equity
Year Net Income Common Equity Rasio
2011 Rp 101.323.273.593 Rp 1.351.971.313.937 0,095
2012 Rp 353.431.619.485 Rp 1.676.519.113.422 0,210
Return on equity (Pengembalian atas ekuitas) menunjukkan rata-rata
perhitungan prngembalian atas investasi pemegang saham yang diukur dengan
membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa. Pada tahun 2012
terjadi kenaikan pengembalian atas ekuitas sebesar 0,11 poin. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh peningkatan ekuitas saham biasa sebesar yang diiringi peningkatan
laba bersih.
30
Du Pont Analysis
ROE = Net income x sales : 1 - total debt Sales total asset total asset
Tahun Net Income Sales Total Asset Total Debt Rasio2011 101.323.273.593 61.471.509.271 2.179.181.979.434 776.735.279.582 0,07142012 353.431.619.485 366.413.401.362 2.420.793.382.029 744.274.331.607 0,210
Analisis Dupont merupakan pendekatan untuk mengevaluasi profitabilitas dan
tingkat pengembalian ekuitas. Terjadi kenaikan ROE disebabkan penurunan net
income sebesar 13,9% .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
31
Dari keempat entitas yang dibandingkan, kami menarik beberapa
kesimpulan berdasarkan rasio likuiditas, pendanaan dari hutang, laba operasi
dan pengembalian atas ekuitas saham sebagai berikut :
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk, memiliki rasio likuiditas, pendanaan
dari hutang, kemampuan menghasilkan laba operasi dan pengembalian
atas ekuitas saham yang sebanding. Sehingga dapat ditarik kesimpulan,
PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah berhasil mengandalikan kinerja
keuangannya secara efektif.
2. PT Mayora Indah Tbk, kebanyakan membiayai asetnnya dengan hutang,
namun mereka berhasil menggunakan aset tersebut secara efektif yang
akhirnya meningkatkan kemampuannya dalam membayar hutang serta
mengembalikan ekuitas kepada para pemegang saham.
3. PT Siantar Top Tbk, kebanyakan membiayai asetnya dengan hutang,
walaupun laba operasi yang dihasilkan dari aset relatif tinggi, namun
perusahaan kurang mampu mengembalikan hutang jangka pendeknya,
hal ini dikarenakan manajemen kurang efektif dalam mengelola
persediaannya.
4. PT Ultrajaya Milk Tbk, mendanai asetnya sebagian kecil dari hutang,
kemudian pihak manajemen dapat mengggunakan asetnya secara efektif,
sehingga dapat menghasilkan laba yang relatif tinggi, dengan demikian
menaikkan kemampuan mereka dalam membayar hutang jangka pendek.
Daftar Pustaka
Keown .J, Arthur, dkk. 2008. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Indeks
32