KELAINAN REFRAKSI MENYEBABKAN AMBLIOPIA PADA ANAK
-
Upload
lhyya-anggraini -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of KELAINAN REFRAKSI MENYEBABKAN AMBLIOPIA PADA ANAK
KELAINAN REFRAKSI MENYEBABKAN AMBLIOPIA PADA ANAKQamar Farooq, Maria Waqas, Ali Raza
Pendahuluan
Ambliopia adalah penurunan atau kehilangan tajam penglihatan bersifat unilateral
atau bilateral, namun jarang. Ambliopia juga merupakan ketidaknormalan interaksi
intraokular selama masa pertumbuhan pada usia muda. Hal ini juga dapat timbul dari juling
(contohnya ketidaknormalan interaksi intraokular) atau segala bentuk kehilangan penglihatan
seperti kornea padat atau lentikular yang kabur, ametropia tinggi, anisometropia atau
astigmatisme. Penanganan yang segera akan sangat berarti dalam memperbaiki gangguan
penglihatan yang disebabkan oleh ambliopia. Angka keberhasilan dalam penanganan
ambliopia maksimal umur 7-8 tahun pada ambliopia strabismus dan umur 10 tahun pada
refraktif ambliopia. Sangat penting dalam mendiagnosa ambliopia secara cepat dan tepat.
Penanganan pada kasus dimulai setelah batas umur, peningkatan penglihatan mungkin tidak
memuaskan atau tidak mengalami peningkatan sama sekali.
Meskipun strabismus merupakan kasus yang penting pada ambliopia, deteksi dini
yang ditemukan oleh para orangtua adalah masalah kosmetik saja. Oleh karena itu dokter
mata menyarankan untuk mendeteksi secara cepat untuk kepentingan terapi nantinya. Tapi
dalam kasus refraksi pada ambliopia (ametropia, meridional dan anisometropia) dapat tetap
diperhatikan karena kemungkinan tanpa disadari oleh anak-anak walaupun yang terkena
hanya satu mata. Jadi Ambliopia mungkin tidak di ketahui sampai umur lanjut. Hal ini dapat
menyebabkan perbaikan penglihatan yang nihil meskipun pengobatan yang dilakukan sudah
dilaksanakan secara lengkap. Ini dapat menyebabkan efek depresi pada anak yang mengarah
nanti ke kehidupan akademik dan sosial masa depannya.
Metode Penelitian
Menggunakan cross sectional study periode Juli 2011 hingga Januari 2013. Populasi
penelitian merupakan siswa dengan jumlah 74.133 dari kelas penitipan anak sampai umur 8
tahun dari 1383 sekolah yang berbeda. Anak sekolah, baik laki-laki maupun perempuan
(umur 5 sampai 14 tahun) dari Govt. schools of Rawalpindi city. Pada penelitian ini dilakukan
oleh dokter yang sudah dilatih, satu orang dokter mata, satu orang operator untuk
1
memasukkan data, satu orang petugas untuk memeriksa visus anak-anak setiap mata secara
terpisah dengan menggunakan pediatric snellen. Sampel diambil pada mereka yang memiliki
visus kurang dari 6/6 untuk satu atau kedua mata. Anak-anak yang memiliki visus 6/9 atau
kurang dengan menggunakan kacamata atau perbedaan dari dua baris atau lebih antara dua
mata dijadwalkan untuk pemeriksaan mata rinci pada bagian mata Rumah Sakit Bhutto
Benazir, Rawalpindi, untuk mencari penyebab penurunan visus. Diagnosis akhir dari
Amblyopia dibuat oleh konsultan dan pasien diserahkan kepada Departemen Orthoptics
untuk menindaklanjuti penyakit tersebut. Anisometropia perbedaan lebih dari 1.0 D diantara
dua mata. Miopia dan hipermetropia astigmatisma adalah koreksi silinder membutuhkan
sama dengan atau lebih dari 1.0 D dalam setidaknya satu mata, sedangkan mereka yang
memiliki silindris lebih tinggi dari sferis merupakan sebagai tipe astigmatisma campuran.
Hasil Penelitian
Sebanyak 74.133 anak usia 5-14 tahun secara acak termasuk jenis kelamin laki-laki
dan perempuan dari 1.383 sekolah diperiksa visus mereka dengan menggunakan Snellen
chart. Pada 2523 anak ditemukan visus yang subnormal dan 2504 (3,378%) anak mengalami
kelainan refraksi. Rasio perempuan terhadap laki-laki pada anak-anak yang memiliki
kelainan refraksi adalah 3:1; 1919 perempuan banding 585 laki-laki. 1850 (2,5%) miopia,
654 (0,88%) hipermetropia (rasio miopia dan hypermetropia 3:1), 136 anisometropia
(0,183%), 46 tipe silindris campuran (0,062%) dan 140 (0,189%) adalah ambliopia dari total
populasi.
2
Diskusi
Angka kejadian ambliopia yang besar pada populasi dilaporkan berbeda di setiap
literaturnya. Ini mungkin karena terget populasi yang berbeda, kelompok usia, fasilitas untuk
pemeriksaan visus, tingkat melek huruf dan faktor ras dan geografis mempengaruhi hasil
penelitian. Andrey Chia dan rekannya melaporkan 0,8% ambliopia terjadi pada anak berusia
6-72 bulan, sementara studi lain di Cina yang dilakukan oleh Jing Fu dan kawan-kawan
adalah 2,5% ambliopia terjadi pada rata-rata usia 12,4 tahun.
Sebuah studi di Turki didapatkan 5,5% pada populasi dengan target 7-8 tahun dan
studi di Iran didapatkan 1,9% pada populasi siswa sekolah berusia rata-rata 13,2 tahun. Pada
populasi pasien kami yaitu 5-14 tahun dan termasuk seluruh anak yang sudah dikoreksi oleh
kacamata. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling umum dijumpai daripada
hipermetropia dalam penelitian kami (2/3:1/3) dan ambliopia pada tipe hipermetropia
ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan miopia (12,0%:3,4%). Melihat penyebab yang
berbeda dari ambliopia dalam bentuk pandangan kabur, termasuk kekeruhan media refraksi,
anisometropia adalah bentuk yang paling sering 85/140 (60,7%) dibandingkan dengan
ametropia 29/140 (20,7%) dan silindris campuran 26/140 (18,5%). Hasil yang sebanding
dengan banyak studi yang dilakukan di tingkat nasional maupun internasional.3
Kesimpulan
1. Ambliopia terjadi dengan adanya berbagai jenis kelainan refraksi selama awal kehidupan.
Didapatkan 5,6% dari populasi dengan kelainan refraksi dibandingkan dengan 0,189%
jumlah seluruh pasien populasi.
2. Anisometropia merupakan yang paling banyak, yaitu 60,7% diikuti oleh ametropia
sebanyak 20,7% dan astigmatisme campuran 18,5%.
3. Ambliopia pada hipermetropia lebih banyak dibandingkan dengan myopia (12,08%
banding 3,2%).
4