KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS...

111
KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA PASCA PEMANFAATAN MODIFIKASI MOTOR RODA TIGA DI KOMUNITAS DIFABEL MOTOR COMMUNITY CIPUTAT TIMUR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhamad Norhalim(1112054100056) PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M  

Transcript of KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS...

Page 1: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG

DISABILITAS TUNADAKSA PASCA PEMANFAATAN

MODIFIKASI MOTOR RODA TIGA DI KOMUNITAS

DIFABEL MOTOR COMMUNITY CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhamad Norhalim(1112054100056)

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2019 M

 

Page 2: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

 

Page 3: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

 

Page 4: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

 

Page 5: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

i

ABSTRAK

Muhamad Norhalim, 1112054100056

Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas

TunadaksaPasca Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga

Di Komunitas DifabelMotorComunnityCiputat Timur

Penyandang Disabilitas Tunadaksa adalah salah satu

ragam dari jenis disabilitas dari sebagiam kelompok masyarakat

yang beragam dengan karateristik yang berbeda. Aksesibilitas

bagi disabilitas dari segala sektor adalah salah satu hak yang

dimiliki oleh setiap penyandang disabilitas. Transportasi

merupakan salah satu yang diperlukan bagi para disabilitas

sebagai alat bagi penyandang disabilitas untuk memudahkan

aksesibilitas untuk memperoleh keberfungsian sosial nya dalam

kehidupan bermasyarakat. Modifikasi Roda Tiga menjadi salah

satu alternatif transportasi yang sudah menjadi Trend di

masyarakat sekarang yang khusus nya modifikasi motor ini

dibuat untuk mendukung aksesibilitas penyandang disibilitas

dalam bidang transportasi.

Dalam pemelitian ini, peneliti ingin mencati tahu dan

menganalisa bagaimana keberfungsiansosial penyandang

disabilitas tunadaksa pasca menggunakan modifikasi motor roda

tiga di komunitas difabel motor community khusus nya

didaerahciputat timur. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan penelitian kualitiatif dengan metode wawancara,

observasi dan data – data terkait dalam mencari informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat modifikasi

motor roda tiga terhadap keberfungsian sosial bagi penyandang

disabilitas tunadaksa pasca menggunakan modifikasi roda tiga

yaitu pertama, dapat meningkatkan kemandirian pribadi dalam

menjalani kesehariannya. Kedua, dapat bekerja sehingga

memiliki potensi untuk memenuhi biaya kehidupannya. Ketiga,

memiliki peran dalam kehidupan sosial nya.

 

Page 6: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tidak

lupa salawat serta salam penulis haturkan pada baginda alam

Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan kerabatnya yang

telah mengajarkan umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam

menuntut ilmu dan terus berjalan di atas agama Allah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun

penulis sudah berusaha untuk menyusun skripsi ini sebaik

mungkin. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya miliki

Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa

terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan

bantuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap penulis

sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya, Ibunda Nurhaniah dan Ayahanda

Ridwan yang telah mendidik dan selalu mendoakan anak-

anaknya berada dalam lindungan Allah SWT. Serta

seluruh anggota keluarga penulis yang tidak pernah lelah

untuk memberi dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

2. Suparto M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

 

Page 7: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

iii

Jakarta. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai

Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Shihabudin Noor

sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs.

Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

3. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. LismaDyawatiFuaida, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing

Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih

atas Bimbingan dan kesabaran nya dalam membimbing

penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pengajaran, dan bimbingan selama penulis

menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan Civitas Akademika yang telah

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, pengajaran,

dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, penulis mengucapkan terimakasih karena telah

 

Page 8: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

iv

membantu dalam memberikan referensi buku, jurnal,

ataupun skripsi dari penelitian-penelitian terdahulu.

8. Bapak Catur Bambang dan Teman – teman Difabel Motor

Community. Dalam proses penelitian, peneliti sangat di

sambut dengan keramahan yang tulus dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. HMJ Kesejahteraan Sosial dan keluarga besar mahasiswa

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah berperan besar dalam penulis selama menjadi

mahasiswa dan menerima penulis dalam keluarga

Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta.

10. HMI Cabang Ciputat, keluarga besar HMI KOMFAKDA,

terkhusus Aula Insan Cita. Terimakasih telah memberikan

wadah dan mengajarkan banyak hal.

11. Kelompok Mahasiswa Lintas Alam Garuda FIDKOM

yang telah memberikan penulis pengalaman yang tidak

didapatkan ditempat mana pun.

12. Teman-teman seperjuangan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dari awal masuk kampus. Terimakasih yang

sebesar-besarnya atas segala perbuatan baik yang

diberikan kepada penulis dan selalu mendukung penulis

selama menjadi mahasiswa.

Jakarta, 5 Juli 2019

Penyusun,

Muhamad Norhalim

1112054100056

 

Page 9: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

v

 

Page 10: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................... i

KATAPENGANTAR .............................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................... 6

1. Batasan Masalah ......................................... 6

2. Rumusan Masalah ...................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 7

1. Tujuan Penelitian ........................................ 7

2. Manfaat Penelitian ...................................... 7

D. Metodologi Penelitian ....................................... 8

1. Pendekatan Penelitian ................................. 9

2. Jenis Penilitian ............................................ 9

3. Tempat dan Waktu Penelitian .................... 9

4. Sumber Data ............................................... 9

5. Teknik Pengumpulan Data ......................... 9

6. Keabsahan Data .......................................... 10

7. Teknik Analisis Data .................................. 11

8. Teknik Pemilihan Informan ........................ 11

9. Teknik Penulisan ........................................ 13

E. Tinjauan Pustaka ............................................... 15

F. Sistermatika Penulisan....................................... 15

 

Page 11: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

vii

BAB II LANDASAN TEORI .............................................. 21

A. Pengertian Disabilitas ........................................ 21

1. Pengertian Penyandang Difabel ................. 21

2. Pengertian Istilah Difabel........................... 24

3. Ciri – ciri Penyandang Disabilitas ............. 25

4. Pandangan Islam Terhadap

Penyandang Disabilitas .............................. 30

B. Akomodasi Yang Layak Untuk Penyandang

Disabilitas .......................................................... 33

1. Ragam Akomodasi Yang layak.................. 35

2. Aksesibilitas Fasilitas dan Transportasi

Umum......................................................... 38

C. Pengertian Keberfungsian Sosial ....................... 49

1. KarateristikKeberfungsian Sosial .............. 51

BAB III GAMBARAN UMUM ............................................ 59

A. Sejarah berdiri Bengkel Modifikasi Roda

Tiga ................................................................... 59

B. Tujuan Berdiri Komunitas Difabel Motor

Community ........................................................ 63

 

Page 12: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

viii

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 65

A. Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga

Terhadap Penyandang Disabilitas

Tunadaksa pada Komunitas DMC..................... 65

B. Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga

TerhadapKeberfungsian Sosial Anggota

Komunitas DMC ............................................... 68

BAB V ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN ........... 71

A. Akomodasi yang Layak melalui

Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga ...... 71

B. Keberfungsian Sosial Pemanfaat Modifikasi

Motor Roda Tiga ............................................... 74

BAB VI PENUTUP ............................................................... 79

A. Kesimpulan ........................................................ 79

B. Implikasi ............................................................ 80

C. Saran .................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 83

LAMPIRAN ............................................................................. 85

 

Page 13: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Sampel Informan ................................. 14

Tabel 1.2 Klasifikasi Disabilitas .......................................... 29

 

Page 14: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampak Bengkel Modifikasi Motor Roda Tiga

CaturBambang dan Basecamp Komunitas Difabel

Motor

Community

Gambar 1.2 Pengerjaan Modifikasi Motor Roda Tiga

Gambar 1.3 Wawancara bersama Ucup salah satu

Karyawan Catur Bambang

Gambar 1.4 Motor Modifikasi Roda Tiga yang telah siap Pakai

Hasil Modifikasi Bengkel Catur Bambang

 

Page 15: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan dalam kehidupan manusia

senantiasa memberikan warna terhadap lika-liku

kehidupan manusia, kelebihan dan kekurangan yang

terdapat pada manusia memberikan dampak masing-

masing. Salah satu kekurangan yang disandang manusia

yaitu kecacatan yang dialami manusia, dengan keadaan

tersebut orang-orang sering menggunakan istilah

penyandang disablitas. Terdapat beberapa jenis disabilitas

yang disandang manusia pada umumnya, diantaranya

yaitu tuna netra (buta), tuna rungu (tuli), tunadaksa (cacat

fisik), tuna grahita (gangguan mental), dan cacat ganda.

Jenis-jenis disabilitas tersebut membutuhkan penanganan

yang berbeda dalam menyelesaikan masalah yang

mengikuti penyandang disabilitas, masalah yang umum

dihadapi penyandang disabilitas yaitu terkait fasilitas dan

aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

Penyandang Disabilitas menurut UU No 8 Tahun

2016 Pasal 1 adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan

lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan

untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan

warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI

 

Page 16: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

2

Jakarta, pada 2015 tercatat jumlah penyandang disabilitas

di Ibu Kota mencapai 6.003 jiwa. Jakarta Selatan menjadi

daerah dengan penyandang disabilitas terbanyak, yakni

berjumlah 2.290, disusul oleh Jakarta Barat 1.155 jiwa.

Kepulauan Seribu menjadi wilayah yang paling sedikit

dengan 69 penyandang disabilitas. Salah satu penyandang

masalah kesejahteraan sosial sebagai sasaran dari

pembangunan sosial yaitu orang-orang yang berstatus

berkebutuhan khusus. Aksesibilitas adalah kemudahan

yang disediakan bagi disabilitas guna mewujudkan

kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan sebagai suatu kemudahan bergerak melalui

dan menggunakan bangunan gedung dan lingkungan

dengan memperhatikan kelancaran dan kelayakan, yang

berkaitan dengan masalah sirkulasi visual dan komponen

setting. Sehingga aksesibilitas wajib diterapkan secara

optimal guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam

mencapai segala aspek kehidupan dan penghidupan

menuntut adanya kemudahan dan keselamatan akses bagi

semua pengguna. (Lubis 2008,12)

Istilah tunadaksa berasal dari kata tuna yang

artinya kurang dan daksa yang artinya tubuh sehingga

dapat dikatakan bahwa tunadaksa adalah cacat tubuh/tuna

fisik. Astati (2010) mendefinisikan tunadaksa sebagai

penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem

otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan

gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi,

 

Page 17: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

3

dan gangguan perkembangan. Soemantri (dalam Septian,

2012) menambahkan bahwa tunadaksa disebabkan karena

keadaan rusak/terganggu sebagai akibat gangguan bentuk

atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam

fungsinya yang normal. Tingkat gangguan pada tunadaksa

sendiri dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu ringan,

sedang, dan berat. Kategori ringan adalah seseorang yang

memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik

namun dapat ditingkatkan melalui terapi. Kategori sedang

yaitu seseorang yang memiliki keterbatasan secara

motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,

sedangkan kategori berat adalah mereka yang memiliki

keterbatasan penuh dalam melakukan aktivitas fisik dan

tidak mampu mengontrol gerakan fisik (Soemantri, 2007).

Kondisi rusak atau terganggunya fungsi normal anggota

tubuh ini bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor

bawaan lahir atau sakit/kecelakaan. Seperti yang telah kita

ketahui bersama, bahwa penyandang disabilitas fisik

termasuk tunadaksa masih belum mendapat perhatian

penuh di lingkungan masyarakat.

Namun perlu juga kita cermati bersama, bahwa

pemenuhan layanan sosial terhadap disabilitas tidak hanya

berhenti dalam penerimaan di suatu masyarakat. Akan

tetapi juga harus diperhatikan sejauh mana pemerintah

memberikan kebutuhan dan pelayanan dalam membangun

kemandirian penyandang disabilitas dalam melakukan

aktivitasnya sehari-hari.

 

Page 18: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

4

Dalam Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1997 disebutkan

bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh:

1) Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan;

2) Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai

dengan jenis dan derajat kecatatan, pendidikan,

dan kemampuannya;

3) Perlakuan yang sama untuk berperan dalam

pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya;

4) Aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;

5) Rehabilitasi bantuan sosial dan pemeliharaan

taraf kesejahteraan sosial; dan

6) Hak yang sama untuk menumbuh kembangkan

bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya,

terutama bagi penyandang cacat anak dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat

Hak aksesibiltas disabilitas juga ditegaskan pada bagian

lain dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 ini pada

pasal 10 tentang kesamaan hak para disabilitas, yaitu

meliputi:

(1) Kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat

dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan

aksesibilitas.

(2) Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk

menciptakan keadaan dan lingkungan yang

 

Page 19: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

5

lebih menunjang penyandang cacat dapat

sepenuhnya hidup bermasyarakat.

(3) Penyediaan aksesibilitas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau

masyarakat dan dilakukan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan.

Transportasi kini sudah menjadi kebutuhan manusia yang

sangat produktif dalam membantu aktifitas manusia sehari

– hari, banyak orang yang menggantungkan hidupnya

bekerja dengan alat transportasi, segala macam jenis alat

transportasi dari transportasi publik maupun transportasi

pribadi dari mulai kendaraan yang hanya bisa digunakan

sendiri atau satu orang saja sampai bisa digunakan secar

massal. Seluruh aspek kehidupan apalagi sektor ekonomi

tidak bisa lepas dari alat transportasi. Dan yang lebih

penting adalah transportasi untuk akses setiap manusia

dalam menunjang kemandirian hidup seorang manusia

untuk mencapai tujuan entah sekolah, bekerja atau hanya

untuk berjalan – jalan bersama keluarga.

Aksesibilitas untuk disabilitas dalam hal transportasi

sudah didukung dengan diadakan nya Surat Izin

Mengemudi (SIM) D khusus untuk disabilitas dimana

para penyandang disabilitas dapat mengemudi kendaraan

pribadinya sendiri. Juga sudah banyak aksesibilitas untuk

penyandang disabilitas dalam hal transportasi yang

difasilitasi pemerintah provinsi DKI Jakarta seperti tempat

 

Page 20: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

6

khusus disabilitas di KRL dan Transjakarta, namun itu

masih sangat terbatas dan justru sulit diakses oleh para

disabilitas. Para penyandang disabilitas perlu alat

transportasi khusus yang sesuai dengan kebutuhan seperti

yang sudah banyak terlihat dijalanan Motor Roda Dua

yang telah dimodifikasi menjadi roda tiga dikendarai oleh

para penyandang disabilitas yang umum nya penyandang

tunadaksa.

Motor Modifikasi Roda Tiga menjadi salah satu

solusi bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan

aksesibilitas transportasi dalam menunjang kehidupan

sehari – harinya. Kendaraan ini umum nya meuas dipakai

oleh penyandang disabilitas beberapa tahun belakangan

ini dan dapat membuktikan bahwa tidak ada keterbatasan

bagi penyandang disabilitas untuk dapat mandiri. Berjalan

kemana pun dengan aman dan nyaman. Maka dari itu

peneliti memilih judul “Akomodasi yang Layak Melalui

Pemanfaatan Motor Modifikasi Roda Tiga Untuk

Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Tunadaksa

pada Komunitas Difabel Motor Comunity Rempoa” untuk

mendeskripsikan manfaat dalam keberfungsian sosial para

pengguna motor modifikasi roda tiga tersebut.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran

pembahasan maka peneliti mencoba memfokuskan

mengenai kelayakan akomodasi dan keberfungsian

 

Page 21: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

7

sosial bagi penyandang disabilitas Tunadaksa melalui

pemanfaatan modifikasi motor roda tiga.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penelitian

dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

a. Bagaimana pemanfaatan modifikasi motor

roda tiga sebagai akomodasi yang layak

untuk aksesibilitas penyandang disabilitas

Tunadaksa?

b. Bagaimana keberfungsian sosial

penyandang disabilitas Tunadaksa melalui

pemanfaatan modifikasi motor roda tiga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Mendeskripsikan manfaat modifikasi motor roda tiga

sebagai akomodasi yang layak untuk aksesibilitas

penyandang disabilitas Tunadaksa dalam bidang

transportasi.

2. Mendeskripsikan peningkatan keberfungsian sosial

penyandang disabilitas Tunadaksa pengguna

modifikasi motor roda tiga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi dan dokumentasi ilmiah serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga

 

Page 22: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

8

pendidikankhususnya bagi mahasiswa Program Studi

Kesejahteraan Sosial.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan

informasi yang berguna bagi pembacadan menjadi

bahan referensi untuk para penyandang disabilitas

Tunadaksa dalam pemanfaatan modifikasi motor roda

tiga dalam komunitas.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor (1975:5)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak

boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke

dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Dengan demikian, laporan penelitian ini akan

berisi kutipan-kutipan untuk memberikan gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari

hasil wawancara, observasi lapangan, catatan atau

memo dan dokumen-dokumen resmi lainnya.

Penelitian deskriptif ini, peneliti gunakan dalam

 

Page 23: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

9

menjelaskan serta menerangkan Manfaat modifikasi

motor roda tiga untuk keberfungsian sosial

penyandang disabilitas Tunadaksa.

2. Sumber Data

Menurut Loftland dan Moelong, sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-

orang yang diamati atau diwawancarai merupakan

sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui

catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan

pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. (Lexy,

2006)

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di

luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas

hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber

data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah

ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi.

Sumber data yang diperoleh peneliti dalam

penelitian kualitatif deskriptif tentang Akomodasi

yang layak melalui pemanfaatan modifikasi motor

roda tiga untuk keberfungsian sosial penyandang

disabilitas Tunadaksa pada Komunitas Difabel Motor

 

Page 24: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

10

Comunity Rempoa Tangerang Selatan. Sumber data

primer berasal dari data-data yang diperoleh dari

sumber utama. Sedangkan sumber data sekunder

berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur

yang berhubungan dengan tulisan ini.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di bengkel

modifikasi roda tiga Catur Bambang yang berlokasi di

Ciputat Timur Tangerang Selatan pada Komunitas

Motor Modifikasi Roda Tiga Difabel Motor Comunity

Rempoa atas pertimbangan :

a. Adanya keingintahuan peneliti terhadap

bagaimana manfaat kendaraan moodifikasi roda

tiga terhadap keberfungsian sosial penyandang

disabilitas Tunadaksa pengguna kendaraan

modifikasi roda tiga. Dan juga sebagai penambah

pemahaman dan wawasan peneliti dalam kajian

Aksesibilitas dan disabilitas.

b. Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2019

sampai dengan bulan Juni 2019

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk melaksanakan penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah

melalui:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara

 

Page 25: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

11

(interviewer) sebagai pemberi pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi

jawaban atas pertanyaan itu. Maksud diadakannya

wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln

dan Guba (1985:266) antara lain: mengonstruksi

perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan dan kepedulian,

merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada

masa yang akan mendatang; memverifikasi,

mengubah dan memperluas informasi dari orang

lain baik manusia maupun bukan manusia

(triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan

memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai pengecekan anggota.

Jenis wawancara yang dilakukan adalah

wawancara terstruktur, wawancara terstruktur

adalah merupakan model pilihan apabila

pewawancara mengetahui apa yang tidak

diketahuinya, dan karenanya dapat membuat

kerangka pertanyaan yang tepat untuk

memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur

pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

Wawancara ini bertujuan mencari jawaban

hipotesis. (Lexy, 2006)

b. Observasi

 

Page 26: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

12

Observasi ialah metode atau cara-cara

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat

atau mengamati individu atau kelompok secara

langsung (Ngalim Purwanto, 1988). Metode ini

digunakan untuk melihat dan mengamati secara

langsung keadaan di lapangan agar peneliti

memperoleh gambaran yang lebih luas tentang

permasalahan yang diteliti.

Observasi yang peneliti lakukan adalah

observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini

peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data,

bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, jadi

mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai

akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu

saat peneliti juga tidak terus terang atau secara

tersamar dalam observasi, hal ini untuk

menghindari kalau suatu data yang dicari

merupakan data yang masih dirahasiakan yang jika

dikatakan terus terang peneliti kemungkinan tidak

akan diijinkan untuk melakukan

observasi.(Ngalim Purwanto, 1988)

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan oleh peneliti guna

mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen

yang menunjang terhadap penelitian. Dokumen-

 

Page 27: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

13

dokumen yang dikumpulkan yaitu berupa buku-

buku, data kepustakaan, brosur, artikel-artikel baik

tertulis maupun melalui internet, catatan, foto-foto

dan lain sebagainya.

d. Studi Dokumen

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.

Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal

dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai

data pendukung dan pelengkap bagi data primer

yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

e. Teknik Pemilihan Informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian

kualitatif teknik pemilihan responden dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode

purposive sampling. Purposive sampling yakni

adalah sampel yang dipilih karena pertimbangan-

pertimbangan agar sesuai dengan tujuan peneliti.

Di sini tidak semua responden dapat menjadi

informan, harus disesuaikan dengan kebutuhan

peneliti. Hal yang terpenting di sini bukan jumlah

respondennya melainkan potensi dari tiap kasus

untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih

baik mengenai aspek yang dipelajari.(Sugiyono,

2010)

 

Page 28: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

14

Tabel 1.2 Kerangka Sampel Informan

No. Informasi yang di

cari

Inforaman Jumlah

Informan

1. Mengetahui latar

belakang berdirinya

komunitas Difabel

Motor Comunity

Rempoa Maksud, dan

tujuan nya

Ketua Difabel

Motor Comunity

dan Pemilik

Bengkel

Modifikasi

Motor Roda

Tiga

1 orang

2. Mengetahui

keberfungsian sosial

penyandang disabilitas

tuna daksa pengguna

manfaat modifikasi

motor roda tiga dalam

hal aksesibilitas

transportasi

Penyandang

Difabel sebagai

Pengguna Motor

Roda Tiga

2 orang

3. Mengetahui tujuan

serta kegiatan serta

pelaksanaan kegiatan

yang telah dilakukan

para anggota Difabel

Motor Comunity

Rempoa.

Anggota Difabel

Motor Comunity

Rempoa

1 orang

 

Page 29: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

15

f. Teknik Analisis Data

Proses awal yang peneliti lakukan adalah

observasi ke lembaga, setelah itu peneliti

melakukan wawancara terhadap pihak terkait.

Peneliti juga mengabadikannya dalam bentuk

dokumentasi. Peneliti mengamati seluruh data dan

hasil wawancara secara detail dan melakukan

berulang-ulang dari awal penelitian dan selama

proses penelitian berlangsung lalu kemudian

peneliti merangkum dan menyeleksi data-data

yang terhimpun sesuai dengan konsep-konsep

penelitian. Peneliti juga melakukan studi dokumen

untuk keabsahan data. Selanjutnya peneliti

menyusun dalam catatan lapangan, kemudian

diringkas, dipilih-pilih hal yang penting dan

pokok, dikategorikan dan disusun secara

sistematis.

Data yang terkumpul selanjutnya peneliti

analisa secara kualitatif. Data-data kualitatif dari

hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-

kalimat atau pernyataan pendapat tersebut di

analisa untuk mengetahui makna yang terkandung

di dalamnya, untuk memahami keterlibatan

dengan permasalahan yang sedang diteliti.

g. Teknik Keabsahan Data

Salah satu cara paling penting dan mudah

dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah

 

Page 30: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

16

dengan melakukan triangulasi peneliti, metode,

teori dan sumber data. Dengan mengacu kepada

Denzin (1978) maka pelaksanaan teknis dari

langkah pengujian keabsahan ini akan

memanfaatkan; peneliti, sumber metode dan teori.

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Teknik

triangulasi merupakan teknik pemeriksaan

keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data tersebut. (Denzin,

1978)

h. Pedoman Penelitian Skripsi

Teknik penelitian yang dilakukan dalam

skripsi ini merujuk pada buku pedoman penelitian

karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

diterbitkan melalui keputusan rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017

sebagai pedoman penelitian skripsi ini.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan

pustaka sebagai langkah penyusunan skripsi yang diteliti

agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari

skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai

referensi penelitian yang berhubungan dengan disabilitas.

Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti

menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan

 

Page 31: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

17

disabilitas, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut

yang berbeda yaitu

1. Skripsi berjudul “Dampak Penggunaan

Komputer Bicara untuk Tunanetra di Yayasan

Mitra Netra Jakarta Selatan” yang ditulis oleh

Netasari Risacita Maharani, NIM

109054100006, Program Studi Kesejahteraan

Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Skripsi ini membahas

mengenai dampak dari penggunaan fasilitas

komputer bicara untuk penyandang tuanetra.

2. Skripsi Berjudul “Aksesibillitas Sarana

Prasarana Transportasi yang Ramah

Penyandang Disabilitas (Studi Kasus

Transjakarta)” yang ditulis oleh Dhini

Murdiyanti, NIM 0806332225, Program Studi

Arsitektur, Fakultas Teknik, Univeritas

Indonesia. Skripsi ini membahas implementasi

aksesibilitas dari Transportasi Publik

Transjakarta untuk Penyandang Disabilitas

yang dibuat agar fasilitas tersebut tergolong

ramah disabilitas.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memermudah pembahasan skripsi ini, secara

sistematis penelitiannya dibagi ke dalam lima bab, yang

 

Page 32: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

18

terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Didalamnya peneliti penguraikan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penelitian skripsi.

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini mengemukakan mengenai

pengertian dari teori implementasi dan kebijakan

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini membahas mengenai

gambaran umum objek penelitian.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil

pengamatan dan wawancara terkait Akomodasi

yang Layak Melalui Pemanfaatan Motor

Modifikasi Roda Tiga untuk Keberfungsian Sosial

Penyandang Disabilitas Tunadaksa pada

Komunitas Difabel Motor Comunity Rempoa.

BAB V PEMBAHASAN

Merupakan bab yang berisi uraian yang

mengaitkan latar belakang, teori dan rumusan teori

baru sebagai bentuk hasil dari analisa dalam

penelitian peneliti

 

Page 33: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

19

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Saran

 

Page 34: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

20

 

Page 35: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Istilah Penyandang Cacat (Disabilitas)

1. Pengertian Istilah Penyandang Cacat

Kata “cacat” dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia memiliki beberapa arti, yaitu:

a. Kekurangan yang menyebabkan mutunya

kurang baik atau kurang sempurna (yang

terdapat pada benda, badan, batin, atau

akhlak);

b. Lecet (kerusakan, noda) yang menyebabkan

keadaannya menjadi kurang baik (kurang

sempurna);

c. Cela atau aib;

d. Tidak/kurang sempurna.

Dari beberapa pengertian ini tampak jelas bahwa

istilah “cacat” memiliki konotasi yang negatif,

peyoratif, dan tidak bersahabat terhadap mereka yang

memiliki kelainan. Persepsi yang muncul dari istilah

“penyandang cacat” adalah kelompok sosial ini

merupakan kelompok yang serba kekurangan, tidak

mampu, perlu dikasihani, dan kurang bermartabat.

Persepsi seperti ini jelas bertentangan dengan tujuan

konvensi Internasional yang mempromosikan

penghormatan atau martabat “penyandang cacat” dan

melindungi dan menjamin kesamaan hak asasi mereka

sebagai manusia.

 

Page 36: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

22

Dalam The International Classification of

Impairment, Disability and Handicap (WHO, 1980),

ada tiga definisi berkaitan dengan kecacatan, yaitu

impairment, disability, dan handicap. Impairment

adalah kehilangan atau abnormalitas struktur atas

fungsi psikologis, fisiologis atau anatomi. Disability

adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan

(sebagai akibat impairment) untuk melakukan suatu

kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang

dipandang normal bagi seorang manusia. Handicap

adalah suatu kerugian bagi individu tertentu, sebagai

akibat dari suatu impairment atau disability, yang

membatasi atau menghambat terlaksananya suatu

peran yang normal. Namun hal ini juga tergantung

pada usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial atau

budaya.The International Classification of

Impairment, Disability and Handicap (WHO, 1980).

Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa

disability hanyalah salah satu dari tiga aspek

kecacatan, yaitu kecacatan pada level organ tubuh dan

level keberfungsian individu. Handicap merupakan

aspek yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak

terkait langsung dengan kecacatan. Suatu impairment

belum tentu mengakibatkan disability. Misalnya,

seseorang yang kehilangan sebagian dari jari

kelingking tangan kanannya tidak akan menyebabkan

orang itu kehilangan kemampuan untuk melakukan

 

Page 37: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

23

kegiatan sehari-harinya secara selayaknya. Demikian

pula, Disability tidak selalu mengakibatkan seseorang

mengalami handicap. Misalnya, orang yang

kehilangan penglihatan (impairment) tidak mampu

mengoperasikan komputer secara visual (disability),

tetapi dia dapat mengatasi keterbatasannya itu dengan

menggunakan software pembaca layar dan, oleh

karemnanya, dia tetap dapat berperan sebagai

pemrogram (progamer) komputer. Akan tetapi,

handicap dalam bidang programming itu akan muncul

manakala dia dihadapkan pada komputer yang tidak

dilengkapi dengan speech screen reader. Ini berarti

bahwa keadaan handicap itu ditentukan oleh faktor-

faktor di luar dirinya. Gerakan Penyandang Cacat

secara tegas menolak definisi ketiga ini, yaitu

handicap, karena dianggap tidak berpihak dan lebih

banyak disebabkan oleh faktor dari luar diri mereka.

Mereka lebih memilih menggunakan dua konsep yang

berkaitan dengan model sosial, yaitu istilah

impairment dan disability, karena keduanya mencakup

“hilangnya suatu fungsi” dan “menjadi cacat akibat

sikap sosial”.

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang Cacat, Pasal 1 Ayat 1, mendefinisikan

“penyandang cacat” sebagai “setiap orang yang

mempunyai kelainan fisik atau mental, yang dapat

mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan

 

Page 38: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

24

baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.

Definisi dan istilah “penyandang cacat” itu bukan

karena konsepnya yang salah, melainkan karena

pilihan kata yang dipergunakan untuk mewakili

konsep (cacat) tidak tepat.(Dr. Akhmad Soleh

2016,19)

2. Pengertian Istilah Difabel

Pada Konferensi Ketunanetraan Asia di Singapura

pada tahun 1981 yang diselenggarakan oleh

International Federation of The Blind (IFB) dan

World Council for the Welfare The Blind (WCWB),

istilah “diffabled” diperkenalkan, yang kemudian

diindonesiakan menjadi “difabel”. Istilah “diffabled”

sendiri merupakan akronim dari “differently abled”

dan kata bendanya adalah diffability yang merupakan

akronim dari different ability yang dipromosikan oleh

orang-orang yang tidak menyukai istilah “disabled”

dan “disability”. Bagi masyarakat Yogyakarta pada

umumnya, dan khususnya kalangan LSM, istilah

“difabel” sangat populer sebagai pengganti sebutan

penyandang cacat, karena dianggap lebih ramah dan

menghargai daripada sebutan “cacat”. Di samping

lebih ramah, istilah “difabel” lebih egaliter dan

memiliki keberpihakan, karena different ability berarti

“memiliki kemampuan yang berbeda”. Tidak saja

mereka yang memiliki ketunaan yang “memiliki

kemampuan yang berbeda”, tetapi juga mereka yang

 

Page 39: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

25

tidak memiliki ketunaan juga memiliki kemampuan

yang berbeda.

3. Pengertian Istilah Penyandang Disabilitas

Dalam upaya mencari istilah sebagai pengganti

terminologi “penyandang cacat” maka diadakan

Semiloka di Cibinong Bogor pada 2009. Forum ini

diikuti oleh pakar linguistik, komunitas, filsafat,

sosiologi, unsur pemerintah, komunitas penyandang

cacat, dan Komnas HAM. Dari forum ini munculah

istilah baru, yaitu “Orang dengan Disabilitas”, sebagai

terjemahan dari “Persons with Disability”.

Berdasarkan saran dari pusat bahasa yang menetapkan

bahwa kriteria peristilahan yang baik adalah frase

yang terdiri dari dua kata, maka istilah “Orang dengan

Disabilitas” dipadatkan menjadi “penyandang

disabilitas”. Akhirnya, istilah “penyandang

disabilitas” inilah yang disepakati untuk digunakan

sebagai pengganti istilah “penyandang cacat”. Dengan

demikian, dikutip dari (Dr. Akhmad Soleh 2016, 22)

menggunakan istilah “penyandang disabilitas” sebagai

terminologi untuk merujuk kepada mereka yang

sebelumnya disebut “penyandang cacat”.

Disabilitas (disability) atau cacat adalah mereka

yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual,

atau sensorik, dalam jangka waktu lama di mana

ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini

dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif

 

Page 40: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

26

mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan

dengan yang lainnya. Istilah (penyandang disabilitas)

mempunyai arti yang lebih luas dan mengandung

nilai-nilai inklusif yang sesuai dengan jiwa dan

semangat reformasi hukum di Indonesia, dan sejalan

dengan substansi Convention on the Rights of Persons

with Disabilities (CRPD) yang telah disepakati untuk

diratifikasi pemerintah Indonesia dan sudah disahkan

sebagai undang-undang negara Indonesia pada 2011.

Dimana tujuan CRPD adalah untuk memajukan,

melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan

kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang

disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat

penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak

terpisahkan (inherent dignity).

Perubahan berbagai istilah penyebutan terhadap

penyandang disabilitas yang diusung oleh para

akademisi, kalangan LSM, Orsos/Ormas, dan para

birokrat itu merupakan proses perubahan pergeseran

dari paradigma lama ke paradigma baru. „hal ini

bertujuan untuk memperhalus kata sebutan dan

mengangkat harkat serta martabat penyandang

disabilitas, karena makna dari istilah sebutan tersebut

berpengaruh terhadap asumsi, cara pandang, dan pola

pikir seseorang terhadap penyandang disabilitas.

Pergeseran istilah sebutan, model pendekatan, dan

sifat pendekatan terhadap disabilitas telah

 

Page 41: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

27

menggambarkan pergeseran posisi dan perkembangan

peran penyandang disabilitas. Menurut Brown S, pada

paradigma lama penyandang disabilitas dilihat sebagai

obyek, selalu diintervensi, menjadi pasien, penerima

bantuan, dan sebagai subyek penelitian. Sedangkan

pada paradigma baru penyandang disabilitas dilihat

sebagai pemakai/pelanggan, rekan yang terberdayakan

(empowered peer), menjadi partisipan riset, dan

pemegang kebijakan.

4. Ciri-Ciri Penyandang Disabilitas

Berikut adalah ciri-ciri penyandang disabilitas:

a. Penyandang cacat fisik, yaitu individu

yang mengalami kelainan kerusakan fungsi

organ tubuh dan kehilangan organ

sehingga mengakibatkan gangguan fungsi

tubuh. Misalnya gangguan penglihatan,

pendengaran dan gerak.

b. Penyandang cacat mental, yaitu individu

yang mengalami kelainan mental dan atau

tingkah laku akibat bawaan atau penyakit.

Individu tersebut tidak bisa mempelajari

dan melakukan perbuatan yang umum

dilakukan orang lain (normal), sehingga

menjadi hambatan dalam melakukan

kegiatan sehari-hari.

c. Penyandang cacat fisik dan mental, yaitu

individu yang mengalami kelainan fisik

 

Page 42: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

28

dan mental sekaligus atau cacat ganda

seperti gangguan pada fungsi tubuh,

penglihatan, pendengaran, dan kemampuan

berbicara serta mempunyai kelainan mental

atau tingkah laku, sehingga yang

bersangkutan tidak mampu melakukan

kegiatan sehari-hari selayaknya

(Departemen Sosial RI 2006, 23).

Menurut Turnbull dan Stowe dalam Barnes

dan Mercer berpendapat bahwa studi mengenai

disabilitas dapat dilihat dari banyak perspektif,

yaitu human development, public policy, law,

culture ethics, philosophy, and technology.

Penelitian mengenai disabilitas menghasilkan

beberapa teori yang menjelaskan disabilitas dari

perspektif masyarakat. Colemen, Butcher, dan

Carson dalam Supraktiknya disabilitas fisik

dibedakan menjadi dua yaitu kontingental dan

bawaan. Kontingental ialah cacat yang sudah

dibawa sejak lahir kemudian cacat bawaan ialah

cacat yang dibawa setelah lahir (Michael Oliver

1996, 25). Menurut Kaufman dan Kallhallahan

dalam Pothier, dan Devlin, mengklarifikasikan

disabilitas fisik dan mental sebagai berikut:

 

Page 43: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

29

Tabel 2.1

Klasifikasi Disabilitas

Tipe Nama Jenis

Difabel

Pengertian

A Tuna

Netra

Disabilitas

Fisik

Tidak dapat

melihat

(Buta)

B Tuna

Rugu

Disabilitas

Fisik

Tidak dapat

mendengar

(Tuli)

C Tuna

Wicara

Disabilitas

Fisik

Tidak dapat

berbicara (Bisu)

D Tuna

Daksa

Disabilitas

Fisik

Cacat Tubuh

E1 Tuna

Laras

Difabel

Fisik

Cacat Suara dan

Nada

E2 Tuna

Laras

Disabilitas

Mental

Sukar

mengendalikan

emosi dan sosial

F Tuna

Grahita

Disabilitas

Mental

Cacat Pikiran

(Lemah daya

tangkap)

G Tuna

Ganda

Disabilitas

Ganda

Penderita cacat

lebih dari satu

jenis kecacatan

(Fisik dan

 

Page 44: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

30

Mental

5. Pandangan Islam terhadap Penyandang Disabilitas

Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk

yang paling sempurna bentuknya. Tidak ada yang

lebih tinggi kesempurnaannya dari manusia kecuali

Allah SWT., meskipun sebagian manusia diciptakan

dalam kondisi fisik kurang sempurna. Karena apa pun

yang sudah melekat dan terjadi pada manusia adalah

pemberian Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman

Allah yang tersurat dalam surat at-Tin ayat 4 yang

artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Demikian juga terdapat dalam surat Al-Hujurat ayat

13 yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal,” (QS. Al-Hujurat: 13).

Dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh

Bukhari-Muslim juga dikatakan bahwa:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuhmu, rupamu,

akan tetapi Allah melihat hatimu,” (HR. Bukhari-

Muslim).

 

Page 45: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

31

Berdasarkan kedua ayat dan hadits di atas dapat

disimpulkan bahwa Islam memandang manusia secara

positif dan egaliter serta memandang substansi

manusia lebih pada sesuatu yang bersifat immateri

daripada yang bersifat materi. Dengan kata lain,

semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang

sama, apa pun latar belakang sosial, pendidikan,

ataupun fisik seseorang. Yang membedakan di antara

manusia adalah aspek ketakwaan dan keimanannya.

Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. juga

dikenal tentang bagaimana seharusnya penyandang

disabilitas diperlakukan secara sama. Sebagaimana

yang dijelaskan dalam asbab an-nuzul surat „Abasa

ayat 1-4, dalam Tafsir Jalalain, bahwa pada suatu hari

datanglah kepada Nabi seorang tunanetra (buta)

bernama Abdullah Ibnu Ummi Maktum atau anak

Ummi Maktum, dan dikutip dari (Ahmad Mustafa Al-

Maragi 1993, 70) mengisahkan anak Ummi Maktum

bernama Amr Ibnu Qais (anak laki-laki paman Siti

Khadijah). Dia berkata dengan suara agak keras

kepada Nabi: “Ajarkanlah kepadaku apa-apa yang

telah Allah ajarkan kepadamu.” Karena buta maka

pada saat itu Abdullah Ibnu Ummi Maktum tidak

mengetahui kesibukan Nabi yang sedang menghadapi

para pembesar kaum musyrikin Quraisy. Nabi sangat

menginginkan mereka masuk Islam. Hal ini

menyebabkan Nabi bermuka masam dan berpaling

 

Page 46: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

32

dari Abdullah Ibnu Ummi Maktum lalu menuju rumah

tetap menghadapi pembesar-pembesar Quraisy.

Karena merasa diabaikan, Abdullah Ibnu Ummi

Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan ini

mengganggu Tuan?” Nabi menjawab: “Tidak.” Maka

turunlah wahyu yang menegur sikap Nabi tersebut.

Setelah itu setiap Abdullah Ibnu Ummi Maktum

datang berkunjung, Nabi selalu mengatakan: “Selamat

datang orang yang menyebabkan Rabbku menegurku

karenanya,” lalu Nabi menghamparkan kain serbannya

untuk tempat duduk Abdullah Ibnu Ummi Maktum.

Selanjutnya, Nabi mengangkat dan memberi

kepercayaan kepada Abdullah Ibnu Ummi Maktum

untuk memangku jabatan sebagai walikota, dan dia

adalah orang kedua dalam permulaan Islam sebelum

hijrah yang dikirim Nabi sebagai mubalig atau da‟i ke

Madinah.

Para ahli hukum Islam pada tahun 1981

mengemukakan tentang “Universal Islamic

Declaration of Human Right” yang diangkat dari Al-

Quran dan sunnah Nabi. Pernyataan deklarasi HAM

ini terdiri dari dua puluh tiga bab, enam puluh tiga

pasal, yang meliputi segala aspek kehidupan dan

penghidupan manusia. Beberapa hak pokok yang

disebutkan dalam deklarasi tersebut, antara lain, (a)

hak untuk hidup, (b) hak untuk mendapatkan

kebebasan, (c) hak untuk persamaan kedudukan, (d)

 

Page 47: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

33

hak untuk mendapatkan keadilan, (e) hak untuk

mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan

kekuasaan, (f) hak untuk mendapatkan perlindungan

dari penyiksaan, (g) hak untuk mendapatkan atas

kehormatan dan nama baik, (h) hak untuk bebas

berfikir dan berbicara, (i) hak untuk bebas memilih

agama, (j) hak untuk bebas berkumpul dan

berorganisasi, (k) hak untuk mengatur tata kehidupan

ekonomi, (l) hak jaminan sosial, (m) hak untuk bebas

mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang

berkaitan dengannya, (n) hak bagi wanita dalam

kehidupan rumah tangga, (o) hak untuk mendapatkan

pendidikan.

B. Akomodasi Yang Layak Untuk Penyandang

Disabilitas

Dengan lahirnya Undang-Undang No. 8 tahun

2016, kita semua diajarkan untuk memberikan “makna

baru” pada “Penyandang disabilitas”. Penyandang

disabilitas kini dimaknai sebagai bagian dari “keragaman

manusia”. Yang unik adalah, keragaman karena disabilitas

berdampak pada munculnya kebutuhan khusus. Lalu siapa

yang wajib memenuhi kebutuhan khusus para Penyandang

disabilitas? Tentu saja seluruh lembaga penyedia layanan

baik sector pemerintah maupun swasta. Semua layanan

harus dapat diakses oleh warga masyarakat penyadang

disabilitas, apa pun ragamnya.

 

Page 48: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

34

Dalam rangka memenuhi kebutuhan khusus para

penyandang disabilitas, para penyedia layanan harus

melakukan “penyesuaian” yang diperlukan. Penyesuaian

yang dilakukan untuk memungkinkan Penyandang

disabilitas mengakses layanan sehingga hak para

Penyandang disabilitas untuk mendapatkan layanan dapat

dipenuhi disebut “akomodasi yang layak”, – “reasonable

accommodation”. Dalam UU Penyandang Disabilitas,

definisi “akomodasi yang layak” ada di pasal 1 angka 9,

yaitu:

“Akomodasi yang Layak adalah modifikasi dan

penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin

penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia

dan kebebasan fundamental untuk Penyandang Disabilitas

berdasarkan kesetaraan.”

Pemenuhan Akomodasi yang layak bagi Penyandang

disabilitas ada di hamper semua aspek kehidupan. Jika hal

tersebut ditarik ke dalam tugas dan fungsi pemerintah

sebagai penyelenggara Negara, maka, pemenuhan

akomodasi yang layak bagi Penyandang disabilitas ada di

hamper semua sector pemerintahan. Olehkarenanya,

Undang-Undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang

disabilitas yang mengatur penghormatan, pelindungan dan

pemenuhan hak warga negara Penyandang disabilitas

merupakan Undang-Undang yang multi sector. Dengan

Undang-Undang tersebut, Isu disabilitas diletakkan

sebagai “isu pembangunan” yang multi sector; hamper

 

Page 49: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

35

seluruh lini pemerintahan memiliki tanggungjawab, yang

sebelumnya, urusan Penyandang disabilitas hanya

dibebankan pada kementerian social di tingkat pusat, dan

dinas social di tingkat daerah.

1. Ragam Akomodasi Yang Layak Sesuai Ragam

Disabilitas.

Menurut pasal 1 angka 1 UU Penyandang

disabilitas, ragam disabilitas dibagi menjadi 4 kategori

untuk disabilitas tunggal, dan kombinasi dari 4

kategori tersebut untuk disabilitas ganda atau multi.

Pasal 1 angka 1 menyatakan :

“Penyandang Disabilitas adalah setiap orang

yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,

mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama

yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat

mengalami hambatan dan kesulitan untuk

berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga

negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.”

Tiap ragam disabilitas memiliki kebutuhan khusus

yang berbeda. Oleh karenanya, akomodasi yang layak

tiap ragam disabilitas pun berbeda satu dengan

lainnya. Sebagai contoh, siswa Penyandang tunarungu

atau tuli membutuhkan akses ke komunikasi dalam

proses belajar di kelas. Untuk itu, komunikasi perlu

dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat

Indonesia (bisindo) yang dikombinasikan dengan “lip

reading atau membaca gerak bibir”. Proses belajar

 

Page 50: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

36

untuk anak tunarungu harus lebih bersifat visual. Jika

ada informasi yang bersifat audio, harus dibarengi

dengan tulisan, sehingga anak tunarungu dapat

memahami isi informasi tersebut.

Sebaliknya, proses pembelajaran untuk anak

tunanetra yang sama sekali tidak dapat melihat (totally

blind) atau kurang dapat melihat dengan jelas (low

vision) harus lebih naratif. Jika ada gambar, harus

dinarasikan serta dibuat dalam bentuk gambar timbul

yang dapat diraba. Untuk membaca buku, anak

tunanetra memerlukan buku dalam bentuk buku

Braille, atau buku audio, dan / atau buku elektronik,

yang tidak ada di toko buku, sehingga harus ada

lembaga khusus yang memfasilitasi penyediaan buku

yang aksessibel untuk tunanetra.

Untuk anak dengan disabilitas intelektual,

pendidikan lebih ditekankan pada kemampuan anak

Penyandang disabilitas intelektual untuk dapat

menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik;

Olehkarenanya pendidikan untuk anak dengan

disabilitas intelektual tidak terlalu menekankan pada

sisi akademik melainkan lebih menekankan pada

aspek fungsi. Jika anak Penyandang disabilitas

intelektual belajar berhitung misalnya, proses belajar

berhitung tersebut harus langsung dikaitkan dengan

aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih

kongkrit dan lebih mudah mereka pahami.

 

Page 51: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

37

Untuk anak-anak yang memiliki disabilitas fisik,

akomodasi yang layak yang mereka perlukan pun

berbeda; Yaitu lebih bersifat akses ke tempat dan

fasilitas belajar secara fisik. Misalnya, akses ke tempat

yang lebih tinggi dengan menggunakan bidang miring

(ram) atau lift. Bagi mereka yang tidak memiliki

tangan atau ada kelemahan dengan fungsi tangan,

maka, segala aktifitas – termasuk aktivitas belajar –

dilakukan dengan kaki.

Disabilitas mental merupakan kelompok

Penyandang disabilitas yang baru dimasukkan ke

dalam kelompok Penyandang disabilitas oleh

konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas

(United Nations Convention on the Rights of Persons

with Disability UN CRPD). Berdasarkan pengalaman,

mereka yang mengalami disabilitas mental pada

umumnya diusia awal 20an, saat mereka memulai

pendidikan tinggi. Olehkarenanya akomodasi yang

layak bidang pendidikan untuk Penyandang disabilitas

mental hingga kini masih lebih banyak diperlukan di

tingkat pendidikan tinggi. Mereka yang mengalami

disabilitas mental adalah kelompok yang rentan pada

tekanan (stress). Pada saat tertentu, Penyandang

disabilitas mental juga memerlukan perawatan medis,

sehingga mereka harus istirahat dari proses belajar.

Olehkarenanya salah satu bentuk akomodasi yang

layak bagi Penyandang disabilitas mental adalah

 

Page 52: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

38

fleksibilitas waktu, baik waktu belajar, waktu

mengerjakan tugas atau ujian, serta waktu menempuh

studi. Orang yang menyandang disabilitas mental

membutuhkan waktu menempuh studi yang lebih

lama, sehingga tidak dapat dikenakan “drop out

(DO)”.

2. Aksesibilitas Fasilitas dan Transportasi Umum

Setiap manusia dalam menjalankan aktivitasnya

sehari-hari pasti membutuhkan akses untuk

memudahkan mobilitas diri agar produktivitasnya

terjaga. Di sinilah salah satu peran negara untuk

membangun dan menata akses sarana dan prasarana

untuk warganya yang juga bisa disebut sebagai

fasilitas publik.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997

tentang penyandang cacat, yang dimaksud

aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi

penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan

kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan

dan penghidupan. Sementara dalam CRPD (The

Convention on the Human Right of Persons with

Disabilities) Pasal 9 Ayat 1 tentang aksesibilitas,

dinyatakan bahwa dalam rangka memampukan

penyandang cacat untuk hidup secara mandiri dan

berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan,

maka negara-negara pihak harus melakukan langkah-

langkah yang diperlukan untuk menjamin harus

 

Page 53: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

39

melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menjamin akses penyandang cacat terhadap

lingkungan fisik, transportasi, informasi dan

komunikasi serta fasilitas dan pelayanan lainnya yang

terbuka atau disediakan bagi publik, baik di perkotaan

maupun di pedesaan, atas dasar kesetaraan dengan

orang-orang lain (Dr. Akhmad Soleh 2016, 53).

Fasilitas yang diperuntukkan untuk umum tentu

saja harus dapat diakses oleh siapa saja tanpa

terkecuali. Sarana prasarana transportasi yang

melayani kebutuhan manusia berpindah dari satu

tempat ke tempat lain tentu saja juga digunakan oleh

penyandang disabilitas. Oleh karena itu, layanan

berupa penyediaan ruang khusus dan alat bantu yang

membantu mengarahkan pergerakkan mereka untuk

berpindah, sehingga mereka ikut merasakan layanan

umum tersebut dengan nyaman.

3. Definisi Aksesibilitas

Aksesibilitas berasal dari kata akses yang berarti

jalan masuk. Aksesibilitas sendiri berarti hal dapat

dijadikan akses; hal dapat dikaitkan; keterkaitan.

Akses merupakan tujuan utama dari kegiatan

pengangkutan (transport), sehingga pengadaan sarana

perhubungan sebagai akses dari mobilitas memenuhi

kebutuhan masyarakat. Menurut Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang

Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan

 

Page 54: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

40

Umum dan Lingkungan, aksesibilitas adalah

kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat

dan orang sakit guna mewujudkan kesamaan

kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan. Jadi, penyediaan sarana prasarana yang

ditujukan untuk umum harus aksesibel terhadap semua

orang, tak terkecuali bagi mereka yang memiliki

keterbatasan. Aksesibel maksudnya adalah kondisi

suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya

yang memenuhi persyaratan teknis aksesibilitas

berdasarkan pedoman ini. Dalam peraturan tersebut

juga dibahas mengenai asas aksesibilitas sebagai

pedoman dasar penyediaan akses pada sarana dan

prasarana, yaitu meliputi:

a. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai

semua tempat atau bangunan yang bersifat umum

dalam suatu lingkungan;

b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat

mempergunakan semua tempat atau bangunan

yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;

c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat

umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus

memperhatikan keselamatan bagi semua orang.

d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa

mencapai, masuk dan mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam

 

Page 55: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

41

suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan

bantuan orang lain. (WM 2007, 63)

Adanya asas ini menjadikan dasar dalam

penyediaan bangunan dan fasilitas umum yang

aksesibel. Bangunan dan fasilitas yang ditujukan

untuk umum memang harus dapat difungsikan

dengan baik oleh semua orang. Mudah, hal-hal

yang disediakan untuk kepentingan umum

seharusnya tidak mempersulit semua orang dalam

beraktifitas, justru kemudahan muncul sebagai

bantuan atas keterbatasan atau kesulitan yang

terjadi. Berguna, sarana prasarana sebagai

pendukung bangunan dan fasilitas umum dibuat

agar dapat membantu untuk beraktifitas. Selain itu,

sarana prasarana yang disediakan juga

memperhatikan keamanan, sehingga tidak

membahayakan keselamatan pengguna dan juga

menjadikan kemandirian bagi individu dalam

memfungsikannya.

Selain Keputusan Menteri Pekerjaan Umum di

atas, peraturan mengenai aksesibilitas bagi

penyandang disabilitas khususnya aksesibilitas di

angkutan umum juga dikeluarkan oleh Menteri

Perhubungan dalam Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1998 tentang

aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang

sakit pada sarana dan prasarana perhubungan.

 

Page 56: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

42

Bahasan pada peraturan ini mencakup seluruh

angkutan yaitu, angkutan jalan, angkutan perkereta

apian, angkutan laut, dan angkutan udara. Kepmen

ini membahas mengenai fasilitas pelayanan untuk

penyandang cacat dan orang sakit pada sarana

angkutan jalan yaitu sebagai berikut.

a. Sarana angkutan jalan harus dilengkapi

dengan fasilitas dan pelayanan khusus

yang diperlukan dan memenuhi syarat

untuk memberikan pelayanan bagi

penumpang penyandang cacat dan orang

sakit.

b. Fasilitas dan pelayanan khusus

sebagaimana dimaksud dalam ayat(1),

meliputi:

1) Ruang yang dirancang dan

disediakan secara khusus untuk

penyandang cacat dan orang sakit

guna memberikan kemudahan

dalam bergerak.

2) Alat bantu untuk naik turun dari

dan ke sarana pengangkut.

c. Pengendara tuna rungu atau cacat kaki atau

tangan dalam berlalu lintas di jalan wajib

diberi tanda khusus pada kendaraannya

agar dapat lebih dikenal oleh pemakai jalan

lainnya.

 

Page 57: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

43

Di bagian selanjutnya pada Kepmen ini juga

menegaskan mengenai prasarana apa saja yang

seharusnya terpenuhi pada fasilitas angkutan

umum, khususnya angkutan jalan sebagai berikut.

a. Penyelenggara/pengelola prasarana

angkutan jalan wajib menyediakan fasilitas

yang diperlukan dan memberikan

pelayanan khusus bagi penyandang cacat

dan orang sakit.

b. Fasilitas dalam pelayanan khusus

sebagaimana dimaksud dalam ayat(1),

meliputi:

1) Kondisi keluar masuk terminal

harus landai;

2) Kondisi peturasan yang dapat

dimanfaatkan penyandang cacat

dan orang s akit tanpa bantuan

pihak lain;

3) Pengadaan jalur khusus akses

keluar masuk terminal;

4) Konstruksi tempat pemberhentian

kendaraan umum yang sejajar

dengan permukaan pintu masuk

kendaraan umum;

5) Pemberian kemudahan dalam

pembelian tiket.

 

Page 58: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

44

6) Pada terminal angkutan umum

dilengkapi dengan papan informasi

tentang daftar tarayek angkutan

jalan dilengkapi dengan rekaman

petunjuk yang dapat dibunyikan

bila dibutuhkan (atau ditulis dengan

huruf braille);

7) Pada tempat pemberhentian

kendaraan umum dapat dilengkapi

dengan daftar trayek dilengkapi

dengan rekaman yang dapat

dibunyikan bila dibutuhkan (atau

ditulis dengan huruf braille);

8) Pada tempat penyeberangan jalan

yang dikendalikan dengan alat

pemberi isyarat lalu lintas yang

sering dilalui oleh penyandang

cacat netra, dapat dilengkapi

dengan alat pemberi isyarat bunyi

pada saat alat pemberi isyarat untuk

pejalan kaki berwarna hijau atau

merah;

9) uang yang dirancang dan

disediakan secara khusus untuk

penyandang cacat dan orang sakit

guna memberikan kemudahan

dalam bergerak.

 

Page 59: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

45

Dengan demikian, penyediaan layanan

sarana prasarana angkutan umum bagi mereka

yang berkebutuhan khusus memiliki dasar

hukum yang jelas. Hal ini menjadi landasan

bahwa sebenarnya kelompok disabilitas ini

mendapatkan perhatian, sehingga pengelola

penyediaan layanan ini dapat memenuhi

peraturan-peraturan yang telah ada.

4. Kemudahan dan Pergerakan

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

30/PRT/M/2006, di dalam aksesibilitas terdapat

empat azas yang salah satunya adalah azas

kemudahan. Azas kemudahan artinya semua orang

dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang

bersifat umum dalam suatu lingkungan. Kemudahan

penggunaan mampu mengurangi usaha seseorang baik

waktu maupun tenaga. Menurut Hutchinson dalam

Yusup (2007), pergerakan dikelom-pokkan menjadi

dua yakni pergerakan yang berbasis rumah dan

pergerakan yang berbasis bukan rumah. Pergerakan

berbasis rumah merupakan perjalanan yang berasal

dari rumah menuju tempat yang diinginkan

misalnya pergerakan untuk belanja, bekerja dan

sekolah. Sedangkan pergerakan berbasis bukan rumah

merupakan perjalanan yang berasal dari tempat

selain rumah, misalnya pergerakan antar tempat kerja

dan toko, pergerakan bisnis dan tempat kerja.

 

Page 60: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

46

Sedangkan menurut Tamin (2000), pergerakan

diklasifikasikan menjadi tiga, yakni:

a) Berdasarkan tujuan pergerakan

Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, 5

kategori tujuan pergerakan yang sering

digunakan adalah:

1) Pergerakan ke tempat kerja;

2) Pergerakan ke tempat pendidikan;

3) Pergerakan ke tempat belanja;

4) Pergerakan untuk kepentingan sosial dan

rekreasi;

5) Pergerakan ke tempat ibadah.

b) Berdasarkan Waktu

Pergerakan umumnya dikelompokkan

menjadi per-gerakan pada jam sibuk dan jam

tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan

oleh setiap tujuan pergerakan sangat bervariasi

sepanjang hari.

c) Berdasarkan jenis orang

Merupakan salah satu jenis

pengelompokkan yang penting karena perilaku

pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh

atribut sosio-ekonomi, yaitu:

1) Tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga

tingkat pendapatan di Indonesia yaitu

pendapatan tinggi, pendapatan menengah

dan pendapatan rendah.

 

Page 61: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

47

2) Tingkat pemilikan kendaraan, biasanya

terdapat empat tingkat yakni: 0, 1, 2 atau

lebih dari 2 kendaraan per rumah tangga.

3) Ukuran dan struktur rumah tangga.

5. Moda Transportasi .

Secara garis besar, moda transportasi dibagi

menjadi dua kelompok besar, yakni:

a. Kendaraan Pribadi

Menurut Miro (2005),kendaraan pribadi

memberikan kebebasan dalam beroperasi,

untuk memakai dan melakukan perjalanan ke

mana saja dan kapan saja. Selain itu menurut

Warpani (1990), kendaraan pribadi juga

memberi beberapa keuntungan seperti

perjalanan menjadi lebih cepat, tidak

tergantung waktu, bebas memilih rute

sesuai keinginan pengemudi.

b. Kendaraan Umum

Sesuai yang dikemukakan oleh Warpani

(1990): “Angkutan umum penumpang adalah

angkutan penumpang yang dilakukan dengan

sistem sewa atau membayar. Juga dikatakan

bahwa yang termasuk dalam pengertian

angkutan umum penumpang adalah angkutan

kota (bus, minibus, dan sebagainya), kereta

api, angkutan air, dan angkutan udara”,

(Warpani:170).

Adapun tujuan angkutan umum

penumpang adalah: 1) Menyelenggarakan

pelayanan angkutan yang baik dan layak

bagi masyarakat yaitu aman, cepat, murah

dan nyaman. 2) Membuka lapangan kerja. 3)

 

Page 62: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

48

Pengurangan volume lalu lintas kendaraan

pribadi

Angkutan Umum Penumpang bersifat

massal sehingga biaya angkut dapat

dibebankan kepada lebih banyak orang atau

penumpang yang menyebabkan biaya per

penumpang dapat ditekan serendah mungkin.

Karena merupakan angkutan massal, perlu

ada kesamaan asal dan tujuan. Kesamaan ini

dicapai dengan cara pengumpulan di

terminal/tempat perhentian. Pelayanan

angkutan umum akan berjalan dengan baik

apabila tercipta keseimbangan antara

ketersediaan dan permintaan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu campur

tangan dalam hal ini. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1993

Tentang Angkutan Jalan menyebutkan

bahwa angkutan umum adalah pemindahan

orang dan/atau barang dari suatu tempat ke

tempat lain dengan menggunakan kendaraan

bermotor yang dipergunakan untuk umum

dengan dipungut bayaran. Tamin (2000)

mengatakan pemilihan moda sangat sulit

dimodelkan. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang sulit untuk

dikuantitatifikasikan, misalnya kenyamanan,

 

Page 63: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

49

keamanan, keanda-lan atau ketersediaan mobil

pada saat diperlukan.

C. Pengertian keberfungsian sosial

Keberfungsian sosial (social functioning) menurut

Boehm merupakan termateknikal yang mendukung fokus

profesi pekerjaan sosiaI pada transaksi-transaki manusia

dalam lingkungannya. Hal ini merujuk kepada

kemampuan klien untuk melaksanakan tugas

kehidupannya sehari-hari (termasuk mendapatkan

makanan, tempat tinggal, dan transportasi) dan memenuhi

peranan-peranan sosial utamanya sebagaimana diharapkan

oleh masyarakat atau subbudaya klien (Karls & Wandrei,

I994).

Oleh karena itu, menurut hemat saya tanpa

memahami konsep keberfungsian sosial maka seorang

pekerja sosial tidak akan dapat membedakan antara

dirinya dengan profesi lain, dan dia kehilangan identitas

diri dan profesinya. Pentingnya konsep keberfungsian

sosial ini dipertegas lagi oleh Morales dan sheafor (1999)

dengan mengatakan bahwa keberfungsian sosial

merupakan sebuah konsep pembeda antara profesi

pekerjaan sosial dengan profesi lainnya.

Konsep keberfungsian sosial tidak terlepas dari

karakteristik orang dalam konteks lingkungan sosialnya.

Keberfungsian sosial menunjuk pada cara-cara individu-

individu maupun kolektivitas dalam rangka melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya.

 

Page 64: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

50

Oleh karena itu keberfungsian seseorang sangat berkaitan

dengan peranan-peranan sosialnya sehingga

keberfungsian sosial dapat pula diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dalam

menampilkan beberapa peranan yang diharapkan atau

yang seyogianya ditampilkan oleh setiap orang karena

keanggotaannya dalam kelompok kelompok sosial.

Keberfungsian sosial positif adalah kemampuan

orang untuk menangani tugas-tugas dan aktivitasnya yang

penting dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan

melaksanakan peranan sosial utamanya sebagaimana yang

diharapkan oleh kebudayaan dari suatu komunitas yang

khusus (Karls & Wandrei, 1998; Longres 1995). Peranan

sosial yang utama yaitu menjadi anggota dalam keluarga,

otang tua, pasangan, mahasiswa, pasien, pegawai,

tetangga dan warga negara. Peranan sosial orang berubah

melalui kehidupan dan harapan tentang peranan ini

berbeda tergantung kepada gender orang, suku bangsa,

budaya, agama, pekerjaan dan komunitas. Sebagian ahli

berpendapat bahwa konsep keberfungsian sosial terfokus

pada keserasian antara kapasitas individu dengan tindakan

dan tuntutan, harapan, sumber-sumber serta kesempatan

dalam lingkungan sosial dan ekonominya.

Pekerjaan sosial berhubungan dengan

keberfungsian sosial semua orang tapi prioritasnya yaitu

pada masalah pemenuhan kebanyakan anggota-anggota

masyarakat yang rentan. Pada dasarnya masyarakat yang

 

Page 65: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

51

rentan ini adalah korban dari situasi pengabaian,

ketidakadilan sosial, diskriminasi dan penindasan.

Secara umum keberfungsian sosial merupakan

kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu,

dalam menyesuaikan diri dan mengatasi masalah yang

dihadapinya. Hal ini berkaitan erat dengan interaksi antara

individu dengan Iingkungan sosialnya, sehingga

memberikan hasil yang bermanfaat bagi dirinya dan orang

lain.

1. Karakteristik Keberfungsian Sosial

Fokus atau pusat perhatian pekerjaan sosial yaitu

social functioning atau keberfungsian sosial.

Pekerjaan sosial berusaha untuk memperbaiki,

mempertahankan atau meningkatkan keberfungsian

sosial orang, kelompok atau masyarakat. Definisi ke

empat walaupun tidak menyebut keberfungsian sosial,

secara tersurat juga tetap mempunyai fokus pada

keberfungsian sosial orang. Hal ini tersirat dalam

pernyataan bahwa pekerjaan sosial melakukan

Intervensi pada titik-titik dari mana orang berinteraksi

dengan lingkungannya.

Bartlett (1970) menyatakan bahwa keberfungsian

sosial merupakan fokus utama pekerjaan sosial.

Menurut Bartlett keberfungsian sosial adalah

kemampuan mengatasi (coping) tuntutan (demands)

lingkungan yang merupakan tugas tugas kehidupan.

Dalam kehidupan yang baik dan normal terdapat

 

Page 66: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

52

keseimbangan antara tuntutan Iingkungan dan

kemampuan mengatasinya oleh individu. Kalau terjadi

ketidakseimbangan antara keduanya maka terjadi

masalah, misalnya tuntutan lingkungan melebihi

kemampuan mengatasi yang dimiliki individu. Dalam

hal ini pekerjaan sosial membantu menyeimbangkan

tuntutan lingkungan dengan kemampuan

mengatasinya oleh individu.

Siporin (1975) menyatakan bahwa keberfungsian

sosial merujuk pada cara individu-individu atau

kolektivitas seperti keluarga, perkumpulan,

komunitas, dan sebagainya. Berperilaku untuk dapat

melaksanakan tugas tugas kehidupan mereka dan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Karena

orang berfungsi dalam arti peranan peranan sosial

mereka, maka keberfungsian sosial menunjukkan

kegiatan-kegiatan yang dipandang pokok untuk

pelaksanaan beberapa peranan yang, karena

keanggotaannya dalam kelompok kelompok sosial,

setiap orang diminta untuk melakukannya. Setiap

orang menduduki beberapa status sosial sekaligus,

misalnya status sebagai suami, sebagai ayah, sebagai

pegawai, sebagai warga masyarakat, dan sebagainya.

Setiap status sosial disertai oleh peranan sosial

tertentu, dan pelaksanan peranan-peranan sosial ini

menunjukkan keberfungsian sosial. Keberfungsian

sosial menunjukkan keseimbangan penukaran,

 

Page 67: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

53

kesesuaian, kecocokan, dan penyesuaian timbal balik

secara individual atau secara kolektif, dan lingkungan

mereka.

Keberfungsian sosial dinilai berdasarkan apakah

keberfungsian sosial tersebut memenuhi kebutuhan

dan memberikan kesejahteraan kepada orang

dankomunitasnya, dan apakah keberfungsian sosial itu

normal dan dibenarkan secara sosial.

Untuk mencapai keberfungsian sosial maka

peranan sumber daya menjadi sangat penting.

Kesempatan dan sumber sumber daya yang ada dapat

dimanfaatkan sehingga memungkinkan pencapaian

keberfungsian sosial internal sebagaimana mestinya.

Seseorang dapat dikatakan berfungsi sosial apabila Ia

mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya

melalui tiga cara yaitu:

a. Individu mampu menjalankan peranannya

dengan baik. Peranan merupakan tingkah

laku yang diharapkan ke atas orang yang

memegang peranan itu. Dalam hal ini

individu dapat mengefektifkan segala

sesuatu yang diharapkannya untuk

diwujudkan secara konkret.

b. lndividu memiliki tanggung jawab

terhadap orang lain. Ia mampu membuat

keputusan yang rasional, dapat dipercaya

dan mampu berupaya untuk kesejahteraan

 

Page 68: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

54

orang lain. Hal-hal yang dicapainya akan

dijadikan modal untuk kegiatan

selanjutnya.

c. Individu memperoleh kepuasan diri dari

penampilan/kinerja dan tugas tugasnya

serta pelaksanaan tanggung jawabnya.

Namun terkadang kegiatan-kegiatan yang

dilakukan seseorang mengalami hambatan dan

memberikan hasil tidak memuaskan, sehingga

individu yang bersangkutan dikatakan tidak dapat

menjalankan fungsi sosialnya. Kondisi seperti ini

dapat dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

a. Kekurangan sumber-sumber internal

Kondisi tersebut mengakibatkan

seseorang memiliki harapan yang semu,

kebutuhan fisik dan psikis tidak terpenuhi,

serta ketidakberdayaan dalam hidupnya.

Secara situasional sumber-sumber internal

diperlukan untuk membangun semangat

individu dalam melangsungkan

kehidupannya.

b. Pengaruh negatif faktot lingkungan

Kondisi tersebut berkaitan dengan

perkembangan pengetahuan kemajuan

teknologi dan yang tidak seimbang dengan

kemampuan individu dalam menerimanya.

Keterbatasan individu untuk memperoleh

informasi, mengolah dan memilah hal-hal

yang bermanfaat mengakibatkan lemahnya

kontrol sosial terhadap dampak negatif

kemajuan tersebut. Hal ini memerlukan

 

Page 69: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

55

penyeimbangan antara peningkatan

kemampuan individu sehingga dapat

memilah hal-hal yang positifnya saja.

c. Kombinasi antara faktor personal dan

lingkungan

Kondisi tersebut merupakan gabungan

dari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

faktor internal individu dan pengaruh

lingkungan. Kombinasi masalah seperti ini

memiliki dampak yang lebih kompleks

terhadap terganggunya keberfungsian

sosial seseorang.

Dalam keadaan normal seseorang harusnya

mampu melakukan tugas-tugas kehidupannya. Hal ini

berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan

psikis sebagai manusia. Maslow dalam ive (2001: 76)

menyatakan bahwa ”terdapat lima tingkat kebutuhan

manusia yaitu kebutuhan psikologis yang fundamental,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,

kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri"

Berdasarkan hal tersebut maka setiap individu

memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Namun pada kenyataannya masih ada individu-

individu yang mengalami masalah dalam pemenuhan

kebutuhan. Ketiga hal di atas menjadi pemicunya dan

mengakibatkan pencapaian kondisi normal yang

diharapkan menjadi terganggu.

 

Page 70: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

56

Florence Hollis dalam loewenberg (1977: 57)

mengatakan: "to enhance the social functioning of the

client is alleviating them from stress and malfunctioning

in their person situation system'. Hal ini menunjukkan

bahwa untuk meningkatkan keberfungsian sosial klien,

dapat dilakukan dengan mengurangi stres dan

menurunkan ketidakberfungsian yang terdapat dalam

dirinya dan sistem yang berada di sekitarnya.

Keberfungsian sosial biasanya dibagi ke dalam

dua kategori yaitu keberfungsian sosial internal dan

keberfungsian sosial eksternal. Proses penbentukan

keberfungsian sosial internal memerlukan waktu yang

cukup lama, karena dibutuhkan adaptasi untuk

mempertahankan interaksi dengan lingkungannya.

Pengaruh internal memegang peranan yang sangat besar

untuk menyesuaikan pengalaman yang diterima, dengan

kenyataan yang ada dalam kehidupan

Skidmore, Farley dan Thackeray (1 991: 19)

membuat segitiga keberfungsian sosial yang terdiri dari:

'feeling of self-worth, satisfaction with roles in life and

positive relationships with others'. Ketiga hal tersebut

menunjukkan bahwa keberfungsian sosial seseorang tidak

terlepas dari apa yang dirasakan oleh dirinya, perasaan

berharga, kepuasan dengan peranan dalam kehidupannya

dan hubungan positif dengan sesamanya. Secara umum

segitiga keberfungsian sosial diutamakan pada

pengungkapan perasaan individu sebagai pribadi yang

 

Page 71: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

57

berguna (seIf-worth). Hal ini difokuskan pada

pembentukan kognisi seseorang untuk memaknai sebuah

kejadian. Bila ia merasa sebagai orang yang berguna

maka aspek-aspek positif keberfungsian sosial internalnya

akan lebih menonjol dibandingkan dengan aspek-aspek

negatifnya.

Hal ini menggambarkan bahwa keberfungsian

sosial internal terletak pada keyakinan supernatural untuk

menyelesaikan segala masalah yang signifikan. Stres,

ketidakberdayaan dan kekecewaan yang muncul

merupakan bagian dari kelemahan mereka terhadap

kekuatan internal tersebut. Individu beradaptasi

memunculkan kemampuan mereka untuk mengatasi stres,

kekecewaan dan ketidakberdayaan. Keberfungsian sosial

internal seseorang harus segera dipulihkan saat ia merasa

tidak berdaya, tidak mampu beradaptasi dengan

lingkungan dan mengalami tekanan-tekanan dalam

dirinya. Hal ini ditujukan agar mereka tidak mengalami

ketidakberfungsian sosial internal, yang dapat

menghambat aktivitas dalam kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan uraian keberfungsian sosial diatas

maka keberfungsial sosial yang akan dipakai pada konten

skripsi ini yaitu :

1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

penyandang disabilitas Tunadaksa dalam

kehidupan sehari – hari

2. melaksanakan peran sesuai stastusnya

 

Page 72: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

58

3. Kemampuan mengatasi masalah

4. Kepuasan kinerja dan tugas – tugasnya

5. Merasa menjadi orang berguna

 

Page 73: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

59

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Bengkel “Modifikasi Motor Roda

Tiga”

Bengkel „Modifikasi Motor Roda Tiga‟ adalah

salah satu jenis usaha dalam bidang otomotif yang khusus

memodifikasi kendaraan untuk difabel. Bengkel tersebut

didirikan oleh Catur Bambang pria 45 tahun yang

membuka bisnis bengkel difabel sejak 2004 karena

pengalaman pribadinya. Catur yang kakinya diamputasi

itu sering kali kesulitan bila ingin berpergian.

“Menjadi difabel ini ke mana-mana kalau mau

pergi itu kesulitan masalah transportasi. Dari situ

kita membikin rangkaian yang sederhana waktu

itu, mudah dikendarain, dan mudah dirawat

diservis atau gimana gitu.,”

Pria asal Surabaya tersebut mendapat respons dari rekan-

rekan sesama difabel. Keluarganya pun mendukung niatan

tersebut. Dengan modal sendiri, Catur mulai merintis

bisnisnya. Bengkel miliknya cukup asri dan teduh, terletak

di Ruko PU Komplek Mabad 60 Kecamatan Ciputat

Timur, Jalan Wijaya Kusuma, Rengas, Kota Tangerang

Selatan, Banten.

Catur miris melihat kaum difabel masih diperlakukan tak

adil, bahkan belum menjadi prioritas. Misalnya saat

mereka menumpang angkutan umum atau layanan publik

lainnya.

 

Page 74: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

60

Padahal dalam Undang-undang nomor 8 tahun

2016 disebutkan, "bahwa untuk mewujudkan

kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang

disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera,

mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan

peraturan perundang-undangan yang dapat

menjamin pelaksanaannya".

UU baru ini menggantikan UU nomor 4 tahun

1997 tentang Penyandang Cacat, yang dinilai sudah tidak

sesuai lagi dengan paradigma kebutuhan penyandang

disabilitas.Catur menyatakan ia memang kerap melihat

spanduk bertuliskan himbauan untuk mengutamakan

orang tua dan kaum difabel, namun kenyataan tak semanis

tulisan itu.Karenanya ia bertekad mandiri dan ingin benar-

benar menjadi manusia yang tak merepotkan orang lain,

terutama dalam hal transportasi.

Atas dasar itulah ia merancang dan merakit sendiri motor

roda tiga guna kepentingan transportasinya sendiri.

Keberhasilan itu menjadi awal dari bisnis yang

dijalankannya saat ini.

"Saya tergerak membangun ini karena masalah

transportasi tentunya. Selain itu saya mau kaum kami

(difabel) tak mau merepotkan orang banyak, sehingga

terkadang diremehkan," cerita priaberdarah Surabaya

yang membuka gerai bengkelnya sejak 2004 tersebut.

Pria yang sebelumnya bekerja sebagai pegawai

pemerintah ini mengatakan hidupnya nyaris hancur ketika

sebuah kecelakaan kerja menimpanya pada 1993.

 

Page 75: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

61

Kecelakaan itu membuat Catur harus kehilangan kedua

kakinya, pun kemudian pekerjaannya.

Sempat terpuruk, Catur, didukung istrinya,

Rumandang Tinambunan (41), mencoba bangkit menata

kehidupannya kembali.Karena penyandang cacat sulit

mendapatkan pekerjaan, Catur akhirnya membangun

bisnis jasa perbaikan perangkat elektronik pada 1999.

Akan tetapi ia menghadapi kesulitan lain, nyaris tak ada

angkutan umum yang mau mengangkutnya dari rumah ke

lokasi kerja.

Kesulitan itu memberinya tantangan baru.

Akhirnya, walau tak memiliki pengetahuan mengenai

modifikasi kendaraan, Catur bertekad untuk membuat

kendaraan yang bisa membawanya pergi ke manapun, tak

tergantung pada angkutan umum. Beberapa kali gagal,

upaya tersebut akhirnya menemui hasil, sebuah sepeda

motor roda tiga hasil rakitannya sendiri.

Awalnya Catur merasa kesulitan karena tidak

memilliki pengalaman modifikasi motor. Dia dulunya

adalah seorang pekerja abdi negara di Surabaya. Lepas

dari masa-masa kelam yang membuat dirinya trauma,

perlahan Catur mulai belajar memodifikasi motor dari

rekan-rekannya yang ahli. Catur belajar mengelas dan

juga konstruksi motor.

Jemari tangan itu terus menggerakkan kursi roda

hitam yang didudukinya. Gerakan tangan yang lincah

 

Page 76: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

62

membawa langkah dia ke sebuah bengkel kecil di sudut

Kota Tangerang Selatan.

Tekad pria asal Surabaya itu mendapat respons

baik dari rekan-rekan sesama difabel. Keluarganya pun

mendukung niatan tersebut. Dengan modal sendiri, Catur

mulai merintis bisnisnya.

Setelah semua teknik modifikasi dikuasai, Catur

dihadapkan pada kesulitan lain yaitu mencari bahan baku

untuk modifikasi kendaraan khusus difabel. Dia berjuang

mencari penjual bahan baku dari Bekasi hingga ke daerah

yang jauh dari tempat tinggalnya. Dia mencari sendiri

semua bahan-bahan itu hingga akhirnya kini dia punya

langganan.

“Kesulitannya dulu pertama-tama bahan baku karena

enggak semua bahan baku ada di pasaran. Dan kita harus

inden atau pesan. Tapi, lama-lama kita punya channel

dan akhirnya tinggal telepon barang ada gitu,”

Pria yang sehari-hari tinggal di Bogor itu

mengklaim, para pelanggannya datang dari hampir semua

wilayah di Indonesia. Maklum, Catur merupakan pendiri

bengkel difabel pertama yang khusus untuk sesama

difabel. Namanya cukup tersohor di antara para difabel.

Para pelanggan rela mengirim motornya mahal-

mahal hanya untuk dibuatkan roda tiga oleh Catur.

Dengan usahanya yang semakin lancar itu, Catur meraup

penghasilan yang lumayan. Pesatnya bengkel Catur

ternyata memotivasi para difabel lain untuk bisa belajar

dengannya. Namun, karena kondisi bengkelnya yang kecil

 

Page 77: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

63

membuat Catur tak mampu merealisasikan asa para

temannya itu.

Kaum pemotor difabel yang dibekali dengan SIM

D (khusus difabel), ternyata juga memiliki masalah ketika

berkendara di jalan raya. Salah satunya ketika mereka

melakukan pengisian bahan bakar di SPBU. Para pemotor

difabel kerap dipandang sebelah mata dan tak dilayani

selayaknya.

Karena motor mereka lebar, tentunya tak pas

masuk dalam jalur kategori motor, mau tak mau harus

masuk ke jalur mobil, namun terkadang suka tak dilayani

atau di "pingpong".

Selain di SPBU, masalah juga kerap menimpa

mereka adalah saat di parkiran pusat perbelanjaan yang

kerap diperlakukan semena oleh juru parkir. Meski begitu,

dia tetap bahagia melihat teman-temannya bisa mandiri

dengan motor roda tiga rancangannya.

Untuk menguatkan rasa persaudaraan dengan

sesama pemotor difabel, Catur dan beberapa koleganya

membentuk komunitas sendiri bernama Difabel Motor

Community (DMC) yang bermarkas di bengkel

RempoaCiputat Timur yang saat ini beranggotakan 30

orang. Selain itu ada beberapa komunitas pengendara

difabel lainnya, termasuk Difabel Motor Indonesia (DMI).

B. Tujuan Didirikanya Bengkel

Undang-undang nomor 8 tahun 2016 disebutkan,

 

Page 78: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

64

"bahwa untuk mewujudkan kesamaan hak dan

kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju

kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa

diskriminasi diperlukan peraturan perundang-

undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya".

UU baru ini menggantikan UU nomor 4 tahun

1997 tentang Penyandang Cacat, yang sudah tidak sesuai

lagi dengan paradigma kebutuhan penyandang disabilitas.

Dengan adanya undang-undang baru tersebut, catur

bertujuan untuk merealisasikan hak-hak kaum disabilitas

sampai kepada mereka (difabel) karena pada selama ini

catur melihat kaum difabel masih diperlakukan tak adil,

bahkan belum menjadi prioritas. Misalnya saat mereka

menumpang angkutan umum atau layanan publik lainnya.

Catur menyatakan ia memang kerap melihat

spanduk bertuliskan himbauan untuk mengutamakan

orang tua dan kaum difabel, namun kenyataan tak semanis

tulisan itu.Karenanya ia bertekad mandiri dan ingin benar-

benar menjadi manusia yang tak merepotkan orang lain,

terutama dalam hal transportasi.

Atas dasar itulah ia merancang dan merakit sendiri

motor roda tiga guna kepentingan transportasinya sendiri.

"Saya tergerak membangun ini karena masalah

transportasi tentunya. Selain itu saya mau kaum

kami (difabel) tak mau merepotkan orang banyak,

sehingga terkadang diremehkan,"

 

Page 79: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

65

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga pada

Penyandang Disabilitas Tunadaksa

1. Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga Bagi

Penyandang Disabilitas Tuna Daksa Pada

Komunitas Difabel Motor Comunity Rempoa

Motor Modifikasi Roda Tiga menjadi salah

satu solusi bagi penyandang disabilitas untuk

mendapatkan aksesibilitas transportasi dalam

menunjang kehidupan sehari – harinya. Kendaraan ini

umum nya meluas dipakai oleh penyandang disabilitas

beberapa tahun belakangan ini dan dapat

membuktikan bahwa tidak ada keterbatasan bagi

penyandang disabilitas untuk dapat mandiri. Berjalan

kemana pun dengan aman dan nyaman.

Bermula dari seorang bernama Catur

Bambang yang mendirikan bengkel Modifikasi Motor

Roda Tiga di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan.

Catur mengalami kecelakaan yang membuat nya

kehilangan kedua kaki nya sehingga timbul keinginan

Catur untuk mendirikan motor modifikasi roda tiga.

Bagi catur mandiri adalah harga mati dalam menjalani

hidup meski menyandang status disabilitas, hidup

tanpa dua kaki tidak bergantung pada orang lain

adalah prinsip yang terus dipegangnya.

 

Page 80: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

66

Pada awalnya bukan hal mudah bagi catur

memodifikai roda tiga karena latar belakang nya yang

bukan ahli otomotif. Namun tekadnya bulat ingin

membuka bengkel difabel yang bisa bermanfaat bagi

rekan senasib.

“Kita minta ajarkan orang, belajar sama

beberapa teman yang ahli di bidangnya. Mulai

dari las, konstruksi kita pelajari khusus motor ini”

ujarnya.

Catur belajar dengan tekun membutuhkan

waktu 3 tahun lebih untuk menguasai semua teknik

modifikasi motor, setelah itu barulah Catur membuka

bengkel difabel “Modifikasi Roda Tiga” tepatnya awal

tahun 2004 lalu. Dari mulai seorang diri, perlahan

Catur mulai memiliki karyawan. Mereka bahu

membahu menciptakan motor roda tiga bagi para

difabel. Di samping itu, Catur juga memodifikasi

mobil untuk para difabel.

Tentu saja kebutuhan para difabel bervariasi

dalam memodifikasi motornya. “Jadi saya tahu persis

tingkat kesulitan dari teman – teman difabel dan tahu

cara merespons agar mereka bisa dengan mudah

mengendarainya. Dari polio, amputasi, paraplegia atau

spastik. Saya tahu persis rangkaian motor yang

mereka butuhkan”, katanya menjawab pertanyaan

macam – macam jenis modifikasi yang dibuat nya.

Dalam mengerjakan modifikasi motor roda

tiga membutuhkan waktu 4 hari sampai satu minggu.

 

Page 81: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

67

Bermacam – macam motor pernah Catur modifikasi

untuk para difabel pelanggan nya. Status nya yang

juga sebagai penyandang disabilitas ini membuatnya

lebih mengerti apa yang dibutuhkan pelanggan nya

yang juga penyandang disabilitas, itulah yang

membuat para difabel yang ingin memodifikasi roda

tiga lebih mudah mendapatkan modifikasi yang sesuai

dengan yang mereka butuhkan dan sesuai yang di

ingikan. “Karena mereka kan enggak tahu kesulitan

orang cacat itu seperti apa, naik turunnya. Enggak

tahu, tahunya bikin doang, kenyataan nya pas dinaikin

enggak bisa” katanya ketika ada pelanggan difabel

yang mengeluhkan modifikasi motor nya di bengkel

lain.

Catur dan beberapa teman – teman difabel

untuk menguatkan rasa persaudaraan membentuk

komunitas bernama Difabel Motor Comunity (DMC)

yang bermarkas dibengkel rempoa. Di komunitas

inilah Catur dan teman – teman difabel mengadakan

diskusi – diskusi terkait modifikasi motornya yang

bervariasi, mulai dari masalah – masalah yang

dihadapi ketika di jalan. Salah satunya ketika

melakukan pengisian bahan bakar di SPBU. Para

pemotor difabel kerap dipandang sebelah mata dan

tidak dilayani selayaknya. Karena motor mereka lebar,

tentunya tak pas masuk dalam jalur kategori motor,

sehingga harus masuk dalam jalur mobil namun

 

Page 82: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

68

kadang tak dihiraukan. Tidak hanya di SPBU dan juga

dijalan raya, di pusat perbelanjaan mereka mengalami

masalah saat parkir kendaraan nya yang tak jarang

juga diperlakukan semena oleh petugasnya.

“Kasusnya sama seperti di SPBU itu, kalau parkir di

pusat belanja suka dicarikan tempat yang jauh. Tidak

boleh ditempat parkir motor maupun mobil,” terang

Catur.

Melaui komunitas ini Catur dan teman –

teman komunitas melakukan beragam upaya agar

dapat diterima lebih baik. Dengan pendekatan –

pendekatan bersama pihak terkait juga agar

pemerintah dapat lebih memperhatikan hal – hal

seperti itu walaupun sampai saat ini hasil nya belum

memuaskan. Sudah banyak bukti yang menunjukan

bahwa jika didukung penuh dan diberi kesempatan,

para difabel bahkan bisa melakukan hal – hal yang

sulit dilakukan oleh orang – orang normal.

2. Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga

Terhadap Keberfungsian Sosial Anggota

Komunitas Difabel Motor Comunity Rempoa

Seperti yang telah dibahas diatas tentang

bagaimana komunitas dapat menjadi wadah bagi para

difabel pengguna modifikasi roda bukan hanya sebatas

menjalin tali persaudaraan, diluar itu dinamika para

anggota komunitas yang awalnya ini terbentuk karena

memodifikasi motor nya di bengkel motor difabel

 

Page 83: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

69

milik Catur Bambang memiliki potensi lebih untuk

pengembangan individu anggota komunitas juga

dalam mengembangkan keberfungsian sosial nya

sebagai warga negara indonesia.

Melalui pemanfaatan modifikasi motor roda

tiga ini pasti berdampak pada kehidupan sehari – hari

pengguna manfaat itu. Aksesibilitas untuk difabel

melalui pemanfaatan modifikasi roda tiga ini menjadi

solusi khusus Aksesibilitas nya di bidang transportasi.

Transportasi sudah menjadi kebutuhan yang terbilang

sangat penting dalam kehidupan manusia apalagi ini

adalah yang jelas dibutuhkan para difabel agar dapat

mandiri, juga dalam menjalankan keberfungsian

sosialnya.

Aksesibilitas transportasi untuk disabilitas

memang sudah dilakukan mulai dari adanya kursi

prioritas pada transportasi publik yang telah

difasilitasi oleh pemerintah seperti pada bus

transjakarta atau disetiap gerbong kereta commuter

line namun justru malah sulit diakses oleh para

difabel. Pemanfaatan modifikasi motor roda tiga ini

menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh para

difabel dalam rangka memenuhi kebutuhan nya

memiliki akomodasi yang layak.

Dalam kehidupan sehari – hari manusia

menjalankan aktivitasnya membutuhkan akses untuk

memudahkan mobilitas diri agar produktivitas nya

 

Page 84: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

70

terjaga. “sejak jatuh, kaki saya yang sebelah gak kuat

menahan beban, makanya tidak bisa kalau pakai motor

biasa”, kata Tedi salah satu anggota komunitas yang

bekerja mejadi kurir mengantar barang daring. Tedi

merasa lebih aman setelah mengendarai sepeda motor

yang telah dimodifikasi di bengkel Catur.

Hasil dari pemanfaatan motor roda tiga bagi

para penyandang disabilitas untuk hidup mandiri dan

dapat berpartisipasi penuh dalam segala aspek

kehidupan. Terlihat jelas dampak positif yang diterima

bagi para penyandang disabilitas pengguna modifikasi

roda tiga dimulai dasri sisi psikologis, mendapatkan

pencerahan kembali dalam hidupnya, dapat

mengembalikan kemandirian nya dengan tidak

bergantung dengan orang lain ketika ingin berpindah

ke suatu tempat dalam menjalankan aktivitas sehari –

hari, hal ini sangat berpengaruh dalam sektor ekonomi

para penyandang disabilitas pengguna modifikasi roda

tiga, dengan itu mereka memiliki akses lebih luas

dalam mengembangkan kapasitas juga pertumbuhan

perekonomian individu dan juga keluarganya. Dalam

aspek sosial, tentu saja aksesibilitas penyandang

disabilitas untuk bersosialisasi dengan masyarakat

tidak lagi terbatas.

 

Page 85: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

71

BAB V

PEMBAHASAN

A. Akomodasi Yang Layak Melalui Pemanfaatan

Modifikasi Roda Tiga Bagi Penyandang Disabilitas

Tunadaksa

Penyandang disabilitas tunadaksa di indonesia saat

ini jumlah nya minoritas dan kurang mendapat perhatian

walaupun sudah ditetapkan Undang – Undang No. 4

Tahun 1997 pasal 6 tentang hak dan kewajiban

penyandang disabilitas, namun sarana dan prasarana

umum yang telah disediakan masih minim terutama dalam

bidang transportasi. Telah lama sekali para pengguna

kursi roda terbelunggu oleh kebutuhan transportasi yang

tidak aksesibel.

Pemanfaat modifikasi motor roda tiga dalam

komunitas ini rata – rata adalah difabel yang mengalami

kecelakaan yang dampak nya menjadikan anggota

komunitas ini kehilangan bagian tubuh yang dalam

disabilitas termasuk golongan penyandang disabilitas

tunadaksa (cacat fisik). Merujuk pada Undang – undang

No. 8 tahun 2016 dalam memberikan makna baru untuk

penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas kini

dimaknai sebagai bagian dari keragaman manusia.

Keragaman dari disabilitas memunculkan kebutuhan

khusus para penyandang disabilitas dan lembaga dari

sektor pemerintah maupun swasta agar semua layanan

dapat diakses oleh warga masyarakat penyandang

 

Page 86: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

72

disabilitas dengan berbagai macam ragamnya. (Bab II

2019, 23)

“Akomodasi yang Layak adalah modifikasi dan

penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk

menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua

hak asasi manusia dan kebebasan fundamental

untuk Penyandang Disabilitas berdasarkan

Kesetaraan”, berdasarkan Undang – undang

Penyandang Disabilitas pasal 1 angka 9 tentang

Akomodasi yang layak (Reasonable

accomodation).

Untuk memenuhi Akomodasi yang layak dalam

setiap aspek kehidupan menjadi tugas dan fungsi

pemerintah sebagai penyelanggara negara.

Pemanfaatan motor modifikasi motor roda tiga

telah membuktikan mampu membuat penyandang

disabilitas untuk hidup secara mandiri dalam aksesibilitas

nya dalam hal transportasi merujuk Undang – undang

nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang disabilitas, yang

dimaksud aksesibilitas adalah kemudahan yang

disediakan bagi penyandang disabilitas dan lansia guna

mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan. Diperkuat dalam CRPD

(The Convetion on the Human Right of Persons with

Disabilities) Pasal 9 Ayat 1 tentang aksesibilitas, negara –

negara pihak harus melakukan langkah – langkah yang

diperlukan untuk menjamin akses penyandang disabilitas

dalam lingkungan fisik, transportasi, informasi dan

komunikasi serta fasilitas pelayanan lainnya yang terbuka

 

Page 87: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

73

atau disediakan bagi publik, baik perkotaan maupun

pedesaan, atas dasar kesetaraan dengan orang – orang lain

(Dr. Akhmad Soleh 2016, 53).

Kelayakan modifikasi motor roda tiga terbilang

ramah difabel, modifikasi yang dibuat sesuai kebutuhan

itu sudah dipehitungkan sampai bagaimana kendaraan

tersebut mampu melewati jalan yang menanjak dan juga

untuk berbelok hingga dibuat bisa mundur kebelakang.

Banyak penelitian teknik terkait peracangan modifikasi

motor roda tiga seperti yang dilakukan oleh Febrian

Miarppa dan B. Kristyanto, mahasiswa program S1 Prodi

Teknik Industri Universitas Atmajaya yang membuat

jurnal karya ilmiah tentang Perancangan Sepeda Motor

Roda Tiga dengan tujuan rancangan redesain motor untuk

penyandang disabilitas Tunadaksa yang telah memenuhi

atribut – atribut produk sehingga modifikasi motor sesuai

dengan aspek - aspek desain kendaraan bermotor dengan

konstruksi yang di inginkan difabel. Hingga kini terus

berkembang desain modifikasinya, hanya saja sampai saat

ini belum ada keputusan agar tercipta rancangan

modifikasi dengan konstruksi yang layak dan ramah

difabel sehingga modifikasi roda tiga dapat tergolong

Akomodasi Yang Layak, dan membantu mewujudkan

aksesibilitas transportasi untuk difabel yang praktis, aman

dan tentunya sangat bermanfaat bagi difabel pemanfaat

modifikasi roda tiga.

 

Page 88: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

74

B. Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas

Tunadaksa Pemanfaat Modifikasi Roda Tiga

Keberfungsian sosial dinilai berdasarkan apakah

keberfungsian sosial tersebut memenuhi kebutuhan dan

memberikan kesejahteraan kepada orang

dankomunitasnya, dan apakah keberfungsian sosial itu

normal dan dibenarkan secara sosial (Bab II 2019, 41).

Dalam mencapai keberfungsian sosial internal peran

sumber daya menjadi penting, kesempatan dan sumber

daya dapat dimanfaatkan.

Seperti yang telah dikemukakan pada Bab

sebelumnya, para penyandang disabilitas pemanfaat

modifikasi motor roda tiga masih memiliki dampak positif

ketika menggunakan Modifikasi motor roda tiga dalam

mengembalikan keberfungsian sosialnya di kehidupan

masyarakat. (BAB IV 2019, 53) yang di dasari teori pada

Bab II, Keberfungsian sosial positif adalah kemampuan

orang untuk menangani tugas-tugas dan aktivitasnya yang

penting dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan

melaksanakan peranan sosial utamanya sebagaimana yang

diharapkan oleh kebudayaan dari suatu komunitas yang

khusus (Karls & Wandrei, 1998; Longres 1995).

Peranan sosial yang utama yaitu menjadi anggota

dalam keluarga, otang tua, pasangan, mahasiswa, pasien,

pegawai, tetangga dan warga negara. Peranan sosial orang

berubah melalui kehidupan dan harapan tentang peranan

ini berbeda tergantung kepada gender orang, suku bangsa,

 

Page 89: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

75

budaya, agama, pekerjaan dan komunitas. Sebagian ahli

berpendapat bahwa konsep keberfungsian sosial terfokus

pada keserasian antara kapasitas individu dengan tindakan

dan tuntutan, harapan, sumber-sumber serta kesempatan

dalam lingkungan sosial dan ekonominya (Bab II 2019,

39)

Pembangunan kapasitas (Capacity Building)

dalam lingkup praktek pekerjaan sosial diwilayah

disabilitas adalah mengembalikan keberfungsian sosial

difabel dengan cara mengembangkan kapasitas diri.

Kebangkitan Catur sebagai penyandang disabilitas yang

memiliki keinginan untuk dapat kembali normal dalam

menjalani kehidupannya yang sempat terpuruk karena

kecelakaan dan kehilangan kakinya, menjadi alasan utama

Catur memodifikasi motor nya sampai belajar selama tiga

tahun mendalami akhirnya catur dapat memodifikasi

setiap jenis motor untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan

pelanggan yang juga penyandang disabilitas.

Saat ini modifikasi motor dibengkel Catur telah

produksi telah mencapai lebih dari 100 unit, mayoritas

pelanggan nya juga penyandang disabilitas yang pada

akhirnya membentuk sebuah komunitas yaitu Difabel

Motor Comunity Rempoa yang bermarkas di bengkel

modifikasi roda tiga milik catur (Bab III 2019, 50).

Komunitas DMC Rempoa dibuat agar setiap anggota nya

dapat menjalin tali persaudaraan, menjaga komunikasi

dan mengadakan kegiatan. Kopdar (pertemuan) rutin

 

Page 90: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

76

dilakukan, salah satu kegiatan yang dilakukan para

anggota komunitas saat ini adalah menjawab

permasalahan – permasalahan yang terjadi dijalan, seputar

perkembangan modifikasi khusus difabel juga peraturan –

peraturan yang telah diberlakukan pemerintah namun

belum dapat dirasakan oleh para anggota komunitas.

“Sudah ada kebijakan untuk kita ini, kaya kita sekarang

bisa punya SIM D khusus difabel, tapi dalam pelaksanaan

nya kita masih belum dapat perhatian lebih, soalnya kita

kan motor nya ada yang lebar juga jenis sespan, kalo

dijalan raya kita kadang bingung harus ada dijalur motor

tapi besar kendaraan kita kaya mobil. Apalagi diparkiran

yang pakai sistem untuk masuk. Kita kadang gak dikasih

masuk parkir”, ujar Ucup (39) salah satu anggota

komunitas saat diwawancarai.

Para anggota komunitas pernah melakukan

kegiatan konvoi keliling jakarta untuk menyuarakan hak

dan kewajiban bagi difabel seperti dalam UU No. 4 tahun

1997 Pasal 4 tentang hak dan kewajiban penyandang

disabilitas agar mendapatkan akses yang sama seperti

warga negara lainnya. Selain itu komunitas ini juga

melakukan kegiatan seperti halnya para komunitas motor

lain yaitu touring. Tak jarang komunitas DMC bergabung

dengan komunitas motor difabel lainnya untuk berjumpa

dalam kegiatan touring. Ini merupakan pembuktian bahwa

modifikasi motor roda tiga telah menjadi alternatif yang

sangat efektif untuk para penyandang disabilitas

 

Page 91: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

77

tunadaksa dalam memenuhi aksesibilitas nya sendiri

dalam bidang transportasi. Apabila alternatif ini

ditanggapi oleh pemerintah dan dibuatkan kebijakan yang

lebih bisa menyetarakan para pengguna modifikasi roda

tiga ini, baik itu dijalan maupun bangunan – bangunan

agar nanti nya kendaraan para difabel ini benar dirasa

aksesibiliti. Apalagi masih banyak difabel yang mampu

menggunakan modifikasi motor roda tiga namun masih

terbatas materi, apabila alternatif ini dilakukan secara

masif tak bisa dibayangkan betapa banyak penyandang

disabilitas yang akan kembali bangkit dan menjalankan

kembali keberfungsian sosial nya dalam kehidupan

bermasyarakat khusus nya untuk diri nya sendiri dan juga

keluarga akan mewujudkan kemandirian dan tidak

memungkinkan menumbuhkan sendiri fungsi sosial dan

juga pertumbuhan perekonomian nya.

 

Page 92: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

78

 

Page 93: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

79

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Akomodasi yang Layak adalah kebijakan

pemerintah yang bertujuan mewujudkan aksesibilitas dan

fasilitas bagi penyandang disabilitas dari segala sektor

kehidupan. Dalam bidang transportasi, Modifikasi Motor

Roda Tiga merupakan wujud dalam menjawab kebutuhan

difabel agar dapat berfungsi kembali dalam kehidupan

bermasyarakat. Melalui pemanfaatan tersebut para difabel

memiliki aksesibilitas yang jauh melampaui keterbatasan

nya.

Moda transportasi baru ini memiliki dampak,

dengan itu para difabel tunadaksa ini dapat kembali

merasakan hidup, berpindah dari suatu tempat ke tempat

lain yang menjadi tujuan bukan lagi menjadi masalah

yang besar. Bahkan para difabel tunadaksa ini dapat

terlepas dari kebergantungan terhadap pertolongan orang

lain. Mereka dapat mengakses tujuan yang mereka

inginkan sendiri, menggunakan Modifikasi Motor Roda

Tiga. Dalam membangun kapasitas diri juga kelompok

nya tentu saja Modifikasi Roda Tiga adalah solusinya.

Bukan hanya dalam mengakses tempat namun berdampak

pada pertumbuhan ekonomi pengguna juga yang lebih

penting dari segi sosial, para difabel mampu bersosialisasi

dengan masyarakat sehingga keberfungsian sosial nya

dalam tatanan masyarakat dapat dirasakan.

 

Page 94: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

80

B. Implikasi

Pemanfaatan Modifikasi Motor Roda Tiga terus

menerus bertambahjumlah nya karena menjadi kebutuhan

para difabel tunadaksa untuk kegiatan sehari harinya, akan

berdampak pula pada media dimana modifikasi ini

digunakan, di jalan raya saat ini sudah tidak jarang lagi

ditemui para difabel sedang menggunakan transportasinya

sendiri, dinamika yang kita ketahui di jalan raya bukan lah

tempat yang aman semua orang dengan kendaraan

melintasi jalan yang sama dengan para difabel jadi akan

ada perubahan dinamika ketika kendaraan modifikasi

motor roda tiga ini juga telah banyak beroperasi di jalan

raya maka masyarakat juga perlu mengetahui dan

menerima bahwa perbedaan kendaraan karena modifaksi

tersebut.

Penelitian ini memiliki implikasi bahwa masih

banyak elemen yang perlu mengetahui keberadaan para

difabel dengan kendaraan Modifikasi Roda Tiga nya di

jalan raya sehingga keberadaan para difabel dan

kendaraan nya dapat merasakan bagaimana mendapatkan

aksesibilitas yang memang sudah menjadi hak setiap

warga negara, karena ini sangat berdampak positif juga

untuk negara dimana masyarkat nya semua bisa mandiri

sehingga mampu menjadi individu yang berfungsi secara

sosial dan juga mandiri secara ekonomi, maka akan terjadi

kemajuan budaya dan juga ekonomi walaupun sedikit dan

kecil lingkupnya.

 

Page 95: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

81

C. Saran

Hasil penilitian dan analisa yang telah dilakukan

diperlukan masukan untuk berbagai pihak terutama bagi

pemerintah, dimana pemerintah sebagai penyelenggara

negara ini dapat lebih memperhatikan tentang usaha para

difabel untuk mandiri ini, sehingga tindak lanjut dari

pemanfaatan ini juga menjadi bagian yang pemerintah

lakukan dalam merencanakan pembangunan sosial untuk

setiap kalangan masyarakat.

Kendaraan Modifikasi Roda Tiga yang digunakan

para difabel juga perlu disosialisasikan lebih jelas, dari

mulai kebijakan sampai pelaksanaan nya karena mengacu

pada penelitian ini bahwa masalah yang terjadi belum

teridentifikasi apa penyebab nya. Peneliti memiliki

masukan untuk para difabel dalam penguatan kapasitas

nya individu juga megopyimalkan keberadaan komunitas,

baik didaereah maupun lingkup nasional agar keberadaan

modifikasi motor roda tiga inib lebih masif lagi jumlah

nya dengan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh

komunitas sehingga setiap masyarakat dapat menerima

keberadaan dan pemanfaatan kendaraan ini akan bisa

diterima.

 

Page 96: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

82

 

Page 97: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

83

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2013. Analisis Data Dan Penelitian

Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet ke 2

Bungin, M Burhan. 2005. Memahami Penelitian

Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Departemen Sosial RI. Panduan Kriteria Penyandang

Cacat Fisik. Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006

Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Oliver, Michael. 1996. Understanding Disability (From

Theory To Practice). London: Macmillan Press

Rachma, Dini. “Implementasi Menurut Para Ahli.”

Artikel diakses pada 27 April 2019 dari

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=112335

Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerja

Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Soleh, Akhmad. 2016. Aksesibilitas Penyandang

Disabilitas Terhadap Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LKiS

Pelangi Aksara

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep,

Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: CV Alfabeta, Cet ke 5

 

Page 98: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

84

Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2016 Tentang

Penyandang Disabilitas

WM, Mujimin. 2007. “Penyediaan Fasilitas Publik Yang

Manusiawi Bagi Aksesibilitas Difabel”, Dinamika Pendidikan,

No. 1, h 65

https://m.brilio.net/creator/begini-aksesibilitas-bagi-

penyandang-disabilitas-di-gelora-bung-karno-6cf57f.html

Pasal 6, KeputusanMenteriPerhubunganNomor KM 71 Tahun

1998

Pasal 5, KeputusanMenteriPerhubunganNomor KM 71

Tahun 1998

 

Page 99: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

85

Lampiran 1

Transkip Wawancara Mendalam Untuk Keberfungsian

Sosial Penyandang DisabilitasPaca Pemanfaatan Modifikasi

Motor Roda Tiga di Komunitas Difabel Motor

CommunityCiputat Timur

Tanggal : Selasa, 28 Mei 2019

Nama Informan : Catur Bambang (41)

Jabatan : Ketua Komunitas Difabel Motor

Communitydan Pemilik Bengkel Khusus

Difabel

1. Bagaimana anda memulai modifikasi motor roda tiga

khusus difabel?

Waktu saya mengalami kecelakaan terus kaki saya

hilang saya juga kehilangan kedua kaki saya, saya sangat

kesulitan menerima kehidupan saya begitu. Saya tidak bisa

kemana mana, saya bingung dan tidak tahu lagi bagaimana

harus hidup sehari – hari.

Saya tergerak membangun ini karena masalah

transportasi tentunya. Selain itu saya mau kaum kami

(difabel) tak merepotkan orang banyak sehingga terkadang

diremehkan. Tahun 2004 saya mulai memodifikasi motor,

awalnya saya tidak punya keahlian modifikasi motor tapi saya

belajar terus, istri saya selalu mendukung saya. Saya bertanya

teman – teman saya yang memang ahli nya. Saya masih pakai

 

Page 100: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

86

kursi roda, saya berkunjung kebengkel – bengkel yang ada

dirempoa untuk membuat modifikasi motor ini.

Kesulitannya dulu pertama – tama bahan baku karena

enggak semua bahan baku ada dipasaran, saya harus pesan

terlebih dahulu tapi lama – lama kita punya channel dan

akhirnya tinggal telepon. Mulai saat ini saya memulai

merintis bisnis ini.

2. Bagaimana perasaan Anda ketika bisa memodifikasi

motor khusus difabel?

Mulanya saya sangat bahagia ketika saya bisa kemana

mana sendiri engganyusahin orang lain, apalagi ketika istri

saya pun berhasil menggunakan motor modifikasi ini, istri

saya juga difabel dan dia bisa nganterin anak saya sekolah,

belanja keperluan sehari – hari nya sendiri dan istri saya bisa

juga berkumpul sama ibu – ibu kapan saja istri saya ingin.

Saat ini saya dan karyawan yang bekerja di bengkel

bisa memproduksi modifikasi motor roda tiga ini sampai 8

motor perbulan nya. Hitung saja dari tahun 2015 lah kita rata

rataperbulan nya membuatkan motor untuk para difabel

pelanggan kita sampai saat ini sekitar 500 motor, bukan main

beragam pelanggan kita yang difabel akhirnya bisa bergerak

melakukan apa yang seharusnya dilakukan nya sehari hari,

bahkan yang sudah kehilangan semangat hidupnya selama 15

tahun bisa bangkit senyum bahagia nongkrong sama kita

setiap hari karena menggunakan motor yang kita buatkan.

 

Page 101: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

87

3. Bagaimana proses anda dan teman – teman membuat

komunitas Difabel Motor Community?

Pelanggan dibengkel kita itu berasal dari mana saja

dari mulai kawasan ciputat Tangerang selatan, jaksel sampai

luar pulau ada saja pesanan yang datang, banyak juga teman –

teman yang datang setiap hari nya hanya untuk

sekedarngobrol – ngobrol. Mulanya saya dan teman saya pak

liem yang kerjanya jadi orang IT yang penghasilan nya juga

besar membantu Sutisna (40) yang sudah 15 tahun dirumah

saja, kursi roda nya sudah sering dibawa ketukang las karena

rusak, saya dan pak liem mencoba membantunya memiliki

kursi roda baru dengan swadaya kita. Lalu saya dan teman –

teman lain juga akhirnya membantu nya memiliki modifikasi

motor roda tiga juga. Kita mulai dari carikan motor nya

karena Sutisna tidak memiliki motor untuk di jadikan roda

tiga ya sampai Sutisna bisa punya dan pakai motor nya sendiri

hari ini.

Waktu itu kita akhirnya kumpul dan punya keinginan

bikin komunitas yang sama nasibnya agar kita punya keluarga

yang lebih banyak saja niatnya. Kita berbagi pengalaman –

pengalaman dijalan dan gimanangatasin nya karena beragam

ada yang lucu sampai cerita yang bikin kita miris makanya

kita buat komunitas ini agar bisa sering kumpul.

Kalau kegiatan kita ya sekitar ngumpul aja bagi bagi

kebahagiaan, pernah juga kita bikin touring, waktu itu ada

komunitas difabel di bogor bikin acara, kita yang punya

waktu dan ingin mencoba rasanya jalan bareng – bareng

 

Page 102: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

88

berangkat kesana dan bertemu dengan teman – teman senasib

lain nya. Sampai saat ini ada sekitar 10 komunitas difabel

kaya kita yang kesebar di pulau jawa dan pulau luar jawa.

Keluarga kita berasa banyak jadinya.

 

Page 103: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

89

Lampiran 2

Transkip Wawancara Mendalam Untuk Keberfungsian

Sosial Penyandang DisabilitasPaca Pemanfaatan Modifikasi

Motor Roda Tiga di Komunitas Difabel Motor

CommunityCiputat Timur

Tanggal : Selasa, 28 Mei 2019

Nama Informan : Tedi (45)

Jabatan : Anggota Komunitas Difabel Motor

Community

1. Bagaimana perasaan Anda sebelum dan sesudah

menggunakan modifikasi motor roda tiga?

Sejak jatuh kaki saya yang sebelah tidak kuat

menahan beban, makanya saya tidak bisa kalau pakai motor

biasa, akhirnya saya yang kerjanya kurir harus berhenti kerja

kan kalau berhenti kerja saya ga bisa hidup, buat saya sendiri

gak bisa apalagi keluarga.

Saya dapat info ada bengkel dekat dari rumah,

saya tinggal di komplekmabad dan saya masih punya motor

buat di modif. Sisa uang saya, saya coba untuk modifikasi

motor roda tiga di bengkel nya pak Catur yasudah dengan

dana yang saya punya saya coba ke bengkel terus saya bilang

saya begini dan punya dana segini, yasudah saya tinggal

motor saya yang merkHonda Beat di bengkel selama

seminggu jadi lah motor saya.

 

Page 104: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

90

Saya engganyangka saja, tadinya saya mikir kalo

saya sudah engga bisa apa-apa, gak bisa kemana – mana dan

gak bisa kerja. Tapi saya bisa kerja lagi setelah seminggu

motor saya selesai. Gampang menyesuaikan diri pakai motor

nya makanya saya balik lagi ketempat kerja dan jadi kurir.

2. Bagaimana manfaat yang anda rasakan setelah

menggunakan modifikasi motor roda tiga dalam

memenuhi kebutuhan sehari - hari?

Saya bisa nerusin kerja ya otomatis saya bisa dapat

penghasilan dong, nah saya juga bisa beli kebutuhan buat

saya dan keluarga malah saya juga bisa nyari tambahan

diluar kerja saya. Motor nya dipakai istri saya buat beli

bahan bahan jahit soalnya istri saya kerjaan nya menjahit.

Anak saya yang sekolah juga bisa saya antar pakai

motor ke sekolah jadinya ya saya kebantu. Bisa kemana –

mana sendiri itu nikmat ketika saya sudah terpuruk waktu

itu. Hasilnya ya saya bisa mandiri lagi hidupin keluarga, bisa

jalan – jalan juga sama istri dan anak.

 

Page 105: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

91

Lampiran 3

Transkip Wawancara Mendalam Untuk Keberfungsian

Sosial Penyandang DisabilitasPaca Pemanfaatan Modifikasi

Motor Roda Tiga di Komunitas Difabel Motor

CommunityCiputat Timur

Tanggal : Selasa, 28 Mei 2019

Nama Informan : Ridwan (37)

Jabatan : Anggota Komunitas Difabel Motor

Community

1. Bagaimana perasaan Anda sebelum dan sesudah

menggunakan modifikasi motor roda tiga?

Pada awalnya saya memiliki kondisi atau fisik

yang tubuh sempurna seperti pada layaknya orang normal

pada umumnya. Saat kondisi fisik saya sempurna pada

umumnya orang normal, disaat saya berumur 25 tahun saya

menjadi salah satu atlit sepak bola. Pada saat saya mengikuti

turnamen sepak bola, saya mengalami insiden yang

menyebabkan saya cedera parah pada kaki saya yang

berujung kelumpuhan total.

Setelah kejaidan itu kondisi saya sangat terpuruk

karena segala aktifitas saya terhambat dengan kondisi dan

kekurangan saya untuk bersosialisasi serta menjalankan

aktifitas saya secara normal. Pada saat itu banyak sekali

 

Page 106: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

92

kerabat, saudara saya yang memberikan saya dukungan serta

motifasi.

Sejak jatuh kaki saya yang sebelah tidak kuat

menahan beban, makanya saya tidak bisa kalau pakai motor

biasa, akhirnya saya yang kerjanya kurir harus berhenti kerja

kan kalau berhenti kerja saya ga bisa hidup, buat saya sendiri

gak bisa apalagi keluarga. Pada tahun 2015 saya melihat di

jalan ada sebuah motor roda tiga yang pemakainya adalah

kaum disabilitas yang hampir mirip seperti saya.

Saya berfikir dan tertarik setelah melihat motor roda tiga

tersebut. Saya langsung mencari informasi tentang motor

roda tiga tersebut, karena saya berpfikir kalau saya memiliki

motor roda tiga itu saya dapat menjalankan aktifitas saya

dalam mobilitas. Gak banyak berpikir panjang saya langsung

memodifikasi motor saya untuk menjadi motor roda tiga.

Setelah saya memiliki motor roda tiga, saya sangat

menerima manfaatnya dari motor roda tiga tersebut.

Sebelumnya saya sangat susah dalam menjalankan mobilitas

sosial saya, setelah memiliki motor roda tiga tersebut saya

dapat menjalankan aktifitas sosial saya.

Sangat jauh berbeda ketika saya belom memiliki

dan setelah memiliki motor modifikasi roda tiga. Saya sangat

bersemangat untuk melanjutkan hidup dan berjuang dalam

keterbatasan yang saya miliki.

 

Page 107: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

93

2. Bagaimana manfaat yang anda rasakan setelah

menggunakan modifikasi motor roda tiga dalam

memenuhi kebutuhan sehari - hari?

Banyak sekali manfaat yang saya rasakan dengan

adanya motor modifikasi roda tiga. Yang pertama saya

merasakan lebih semnagat dalam menjalankan mobilitas

saya dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Kedua, saya

merasa kalau saya dapat peluang dalam memenuhi

kebutuhan saya untuk memenuhi kebutuhan hidup saya.

Ketiga, ketika saya memiliki motor roda tiga saya merasa

keberfungsian saya sama dengan orang-orang lain dan yang

lebih terasa saya sangat merasa lebih semangat untuk

berjuang lebih dengan keterbatasan saya saat ini.

 

Page 108: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

94

Lampiran 4

Gambar 1.1 Tampak Bengkel Modifikasi Motor Roda Tiga

Catur bambang dan Basecamp Komunitas Difabel Motor

Community

 

Page 109: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

95

Gambar 1.2 Pengerjaan Modifikasi Motor Roda Tiga

 

Page 110: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

96

Gambar 1.3 Wawancara bersama Ucup salah satu Karyawan

Catur Bambang

 

Page 111: KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47302... · 2019. 10. 4. · KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

97

Gambar 1.4 Motor Modifikasi Roda Tiga yang telah siap

Pakai Hasil Modifikasi Bengkel Catur Bambang