kasus kalazion
-
Upload
raditya-ramadan -
Category
Documents
-
view
98 -
download
8
description
Transcript of kasus kalazion
LAPORAN KASUS
“OD KALAZION”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang
Disusun Oleh:
Arif Driyagusta P
01.210.6088
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERRAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
“OS KALAZION”
Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang
Telah disetujui dan dipresentasikan
pada tanggal: Februari 2015
Disusun oleh:
Arif Driyagusta P
01.210.6088
Dosen Pembimbing,
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. HH
Umur : 20 Tahun
Alamat : Mungkit, Magelang
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Tanggal Poli : 29 Januari 2015
2. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 29 Januari 2015 jam 12.00
dengan keluhan utama jika berkedip mata terasa perih.
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan perih jika berkedip sejak
seminggu yang lalu. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan perih
sekali pada saat-saat tertentu seperti cuaca dingin. Pada mata kanannya
terdapat benjolan sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan tersebut perlahan
muncul dan semakin besar, pasien tidak merasakan nyeri ataupun
merasa terganggu dengan adanya benjolan tersebut. Tidak ada keluhan
mata merah sebelum benjolan muncul dan sangat jarang mengucek-
ngucek matanya.
Pasien mengaku tidak mengalami penglihatan yang kabur.
Pasien mengaku tidak nyeri dan gatal, serta tidak mengeluarkan air
pada matanya. Pasien juga menyangkal demam dan menyangkal sakit
mata sebelumnya. Pasien belum berobat ke dokter karena menganggap
benjolan akan hilang sendiri. Namun, keluhan benjolan dirasakan
semakin besar dan tidak hilang serta perih ketika berkedip. Oleh sebab
itu pasien berobat kedokter.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat benjolan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat tembel sebelumnya (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat DM (-)
Riwayat Sakit Serupa (-)
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan pelajar Mahasiswa dan tidak menggunakan
asuransi.Kesan : sosial ekonomi cukup.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status gizi : Baik
Tanda Vital
1. Tekanan darah : 120/90mmHg
2. HR : 76 x/menit
3. Suhu : 36,3 ºC
4. RR : 18 x/menit
Status generalis dalam batas normal
b. Status Ophthalmicus
Pemeriksaan OD OS
Visus
Bulbus Oculi Gerak bola mata Strabismus Eksoftalmos Endoftalmos
Suprasilia
6/6
Segala arah---
6/6
Segala arah---
Kedudukan Jaringan parut
Palpebra Benjolan
Edema Hiperemi Margo palpebra:
Entropion Ektropion
Silia:TrikiasisTanda radang
Konjungtiva Hiperemi Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Sekret
Sklera Warna Laserasi
Kornea Kejernihan Kecembungan Infiltrat Ulkus Sikatrik
COA Kedalaman Hipopion Hifema
Iris Warna Kripta Sinekia
Simetris-
(+) inferior 8x5x4mm,
konsistensi keras, nyeri tekan (-), warna kulit dan suhu sama,
ulserasi (-)
--
--
--
----
Putih-
+Cembung
---
Normal--
Coklat+
Simetris-
-
--
Tidak ditemukan-
Tidak ditemukan-
----
Putih-
+Cembung
---
Normal--
Coklat+
Pupil Letak Bentuk Diameter Reflek pupil L/TL
Lensa Kejernihan
Corpus Vitreum
Fundus Reflek
Funduskopi Papil N. Opticus Arteri Vena
AVR Makula
Reflek foveaEksudatEdema
RetinaMikroaneurismaEdemaBleedingCotton wool spot
TIO
-
SentralLingkaran
3 mm+/+
Jernih
Jernih
+ (cemerlang)
Fokus 0Orange CDR 0,3
2:3
Reflek fovea (+)--
----
Normal
-
SentralLingkaran
3 mm+/+
Jernih
Jernih
+ (cemerlang)
Fokus 0Orange CDR 0,3
2:3
Reflek fovea (+)--
----
Normal
4. DIAGNOSA BANDING
a. OD Kalazion dipertahankan karena gejala pasien yang hanya
mengeluh benjolan yang progresivitasnya lambat. Pada pemeriksaan
juga tidak didapatkan nyeri serta tanda peradangan.
b. OD Hordeolum disingkirkan karena tidak ditemukan tanda
peradangan pada kelopak mata. Pada hordeolum, bersifat peradangan
akut dan dijumpai palpebra yang hiperemis
c. OD Neoplasma Palpebra disingkirkan karena tidak ada riwayat
keluhan yang sama pada keluarga, karakterisktik benjolan juga tidak
mendukung suatu neoplasma
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Namun, dapat dilakukan:
a. Pemeriksaan Mikrobiologi untuk mengetahui adanya infeksi bakteri
b. Pemeriksaan Histopatologi untuk lebih mengetahui karakteristik
benjolan
6. DIAGNOSIS KERJA
ODKalazion
7. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Topikal
Antibiotik topikal (Chlorampenicol ED 3x1 atau Gentamycin ED
3x1 atau Tobramicyn ED 3x1)
Oral
Asam mefenamat 3x500 mg (diberikan jika dilakukan insisi dan
ekskokleasi)
Parenteral
Tidak diberikan obat parenteral
Operatif
Tindakan insisi dan ekskokleasi, dengan terlebih dahulu mata
ditetesi dengan anastesi topikal pantokain. Obat anestesia
infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga
konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak
lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai
bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep
mataChlorampenicol.
b. Non-medikamentosa
Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari
8. PROGNOSIS
VOD VOS
Quo ad visam Bonam Bonam
Quo ad sanam Bonam Bonam
Quo ad fungsionam Bonam Bonam
Quo ad kosmeticam Bonam Bonam
Quo ad vitam Bonam Bonam
9. KOMPLIKASI
Tidak ditemukan penurunan tajam penglihatan, atau entropion dan trikiasis
10. EDUKASI
• Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita penyakit akibat
peradangan kronis di kelopak mata kanannya
• Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah dilakukan pengeluaran isi
benjolan yang pasien keluhkan, pasien akan diberikan obat untuk
diminum secara teratur
• Menjelaskan bahwa keluhan akan sembuh sempurna, jika timbul
keluhan serupa kembali, segera kontrol ke dokter untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut
• Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata dengan
tidak mengucek mata dengan tangan yang kotor
10. RUJUKAN
Pasien tidak dirujuk ke bagian spesialis lain
PEMBAHASAN
KALAZION
A. Definisi
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada
kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri.
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip
hordeolum, yang dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda
radang akut. Kalazion cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata
daripada hordeolum. Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat
pembengkakan, serta berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih
besar dari hordeolum
B. Etiologi
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum.
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk
mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh
karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam
kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah,
mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi
dan kadang-kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi
kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak).
Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial
erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit
palpebra.
C. Patogenesis
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif
terhadap steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai
histiosit, sel-sel raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.
Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah
infeksi kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin
berkembang dari retensi sekresi kelenjar Meibom
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik
yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum,
begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak
keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra
mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
D. Gejala Klinis
Kalazion di palpebra inferior
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak,
tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk
bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut
Awalnya, pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Setelah beberapa hari, gejala-gejala awal hilang,
tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam kelopak mata. Kulit di
atas benjolan dapat digerakkan secara longgar. Seringkali terdapat riwayat
keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan
dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
E. Diagnosis
Dari anamnesis diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan
mungkin ada riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk
kalazion, tapi ini tidak selalu terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing
mata dan inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan
dalam memeriksa kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam
palpebra superior jika tembel ada di palpebra superior.
Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion
biasanya spesifik. Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran
sel-sel inflamasi akut dan kronik. Analisis lipid memberikan hasil asam lemak
dengan rantai karbon panjang. Kultur bakteri biasanya negatif, tapi
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit
lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi
kelenjar Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat
menunjukkan dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra
yang dieversi. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu
kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsy/histopatologis
Jika kalazion sering berulang disebabkan terutama karena kurang
menjaga kebersihan yang kurang atau bersamaan dengan blepharitis . Drainase
yang tidak adekuat pada saat melakukan insisi dan kuretase dapat
menyebabkan kekambuhan lokal.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di
tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya,
harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut
merupakan suatu keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma kelenjar
sebasea, atau adenokarsinoma.
Karsinoma sel basal adalah keganasan pada palpebra yang paling
sering dijumpai. 90% keganasan dari karsinoma pada palpebra merupakan
karsinoma sel basal. Karsinoma sel basal mempunyai presileksi pada palpebra
inferior dan kantus medialis.
Karsinoma kelenjar sebasea merupakan bisa menunjukkan gambaran
klinis berspektrum luas biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti
kalazion. Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang,
menunjukkan konsistensi yang kenyal. Karsinoma Kelenjar sebasea adalah
keganasan kedua terbanyak pada palpebra.
Adenokarsinoma merupakan keganasan yang terjadi baik berasal dari
kelenjar meibom ataupun zeis. Bentuknya mirip dengan kalazion. Benjolan
yang keras, tidak nyeri, bengkak, dan tidak terfiksasi pada kulit akan tetapi
pada jaringan yang ada dibawahnya.
F. Tatalaksana
1. Non medika mentosa
Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air
hangat selama lima sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan
empat kali sehari untuk mengurangi pembengkakan dan memudahkan
drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak
perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area
kalazion beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh digaruk.
Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh
setelah berminggu-minggu, mungkin diperlukan operasi. Jika
pembengkakan tidak berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala
penglihatan kabur, dokter mata akan menyarankan operasi untuk
mengangkat kalazion. Jika penampilan kalazion mengganggu pasien,
operasi juga akan menjadi indikasi.
Eksisi kalazion
Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva
palpebra.
Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma
inflamasi pada kelopak mata.
Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.
Eskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain.
Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion.
Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik
sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak
lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.
Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.
2. Medikamentosa
Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya.
Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika
tidak ada bukti infeksi
Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari
kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
Injeksi 0,2 – 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat
kalazion, injeksi kedua mungkin diperlukan.
Komplikasi dari penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion,
atropi, dan potensial infeksi.
G. Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan
trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik
perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat
terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion
yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.
F. Prognosis
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,
drainage yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini.
Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun
biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan keganasan.