kasus diare dehidrasi ringan
-
Upload
lucymardianna -
Category
Documents
-
view
263 -
download
0
description
Transcript of kasus diare dehidrasi ringan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi
dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi
dan infeksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap
anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan
lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat.1,2
Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan
kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan
seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 – 5
kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi
berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai
pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10
ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila
pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak tinja
yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan cairan. Pembagian diare menurut
Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi berat1,2,3.
Pada umumnya pada kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat akan sembuh namun
sebagian kecil akan melanjut menjadi diare kronik atau komplikasi lain. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah kehilangan air dan elektrolit, gangguan gizi, perubahan ekologi dalam lumen usus dan
perubahan mekanisme ketahanan isi usus. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan
dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder, kejang
maupun malnutrisi energi protein. Keadaan dehidrasi sering disertai penurunan jumlah cairan
ekstraseluler (hipovolemik) yang kemudian diikuti pula dengan gangguan perfusi jaringan akibat
hipoksia. Keadaan ini akan menambah berat asidosis metabolik dan dapat memberikan gangguan
kesadaran.
Penyebab diare bisa karena psikis, faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enteral
maupun parenteral. Faktor infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare.(3) Secara garis besar
dibagi menjadi 2 penyebab yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi
dalam usus di mana 50% diare pada anak disebabkan karena virus1,2
BAB II
PENYAJIAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. K. A
Umur : 3 bulan 1 hari
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara
Agama : Islam
No. CM : 3320021. RM.13012800
Bangsal : Edelwise 3F
Masuk Rumah Sakit : Senin, 5 Agustus 2013
Keluar Rumah Sakit : Kamis, 8 Agustus 2013
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. E
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara
Nama Ibu : Ny. M
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara
DATA DASAR
Anamnesis ( Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 5 Agustus 2013 pukul 11.30 WIB di bangsal
anak Edelwise 3F RSUD KELET
Keluhan Utama : Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, anak mencret hingga 10x @ ±1/4 gelas
belimbing, cair, warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, ada
lendir darah, tidak tampak berminyak, berak nyemprot, terdapat kemerahan di sekitar
anus. Muntah (-).
Diare juga disertai demam nglemeng, terus menerus. Anak dibawa berobat ke
puskesmas diberi sirup penurun panas. Demam sempat turun setelah diberi obat
penurun panas namun masih tetap diare, setelah itu panas kembali, tetapi ibu tidak
mengetahui berapa derajat karena tidak mempunyai thermometer di rumah. Anak tidak
kejang, tidak menggigil, tidak kembung, tidak nyeri perut, tidak batuk, tidak pilek, tidak
sesak nafas, tidak keluar bintik-bintik merah ataupun bercak merah di tubuh, tidak
mimisan, tidak ada gusi berdarah dan tidak rewel saat kencing.
Anak rewel (menangis terus), mata tampak cekung, sulit tidur, dan tampak
kehausan, anak masih mau diberi minum. Mata anak tidak tampak cekung, bibir kering,
dan jika menangis masih keluar air mata. Nafas cepat dan dalam (-), biru-biru (-), kaki
dan tangan dingin (-).
Riwayat memberikan susu sapi disangkal, memberikan makan makanan (-).
Karena orangtua khawatir maka anak dirujuk kemudian dibawa ke UGD RSUD
KELET pukul 10.10, terdiagnosa sebagai diare akut dehidrasi tak berat. Kemudian
pasien dirawat inap di bangsal Edelwise 3F
Riwayat Penyakit Dahulu :
Umur Umur
Morbili Tidak pernah Diare baru pertama kali
Pertusis Tidak pernah Disentri Amuba Tidak pernah
Varisela Tidak pernah Difteri Tidak pernah
Tifus Abdominalis Tidak pernah
Malaria Tidak pernah Cacingan Tidak pernah
Tetanus Tidak pernah Reaksi Obat Tidak pernah
Angina Tidak pernah Demam berdarah
Dengue Tidak pernah
Pneumonia Tidak pernah Batuk pilek Pernah, 1x
Penyakit yang pernah diderita adalah batuk-pilek, dibawa ke puskesmas dan sembuh setelah
beberapa hari. Anak tidak pernah sakit hingga dirawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat
memberikan susu ataupun makanan pendamping ASI disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita diare.
Tidak ada tetangga yang menderita diare
Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita adalah anak pertama. Ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta rata-rata Rp
750.000,00/bulan. Ibu penderita tidak bekerja (ibu rumah tangga). Keluarga menanggung 1
orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas
DATA KHUSUS
Riwayat pemeliharaan prenatal :
Lahir dari ibu G1P0A0, ANC di bidan, teratur, dilakukan > 4 kali selama masa kehamilan,
mendapat imunisasi TT 2 kali. Riwayat penyakit selama kehamilan seperti sakit panas selama
hamil, darah tinggi, kejang, sakit gula selama hamil disangkal. Riwayat perdarahan selama
kehamilan disangkal. Selama hamil ibu mendapat vitamin dan tablet penambah darah.
RRRRRRR RRRRRRRRn :No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir/umur
1.Laki-laki, aterm, normal,
dokter, BBL : 2800 gr04-05-2013
Penderita lahir ditolong oleh bisan, umur kehamilan 9 bulan, lahir secara partus normal,
langsung menangis, riwayat biru-biru disangkal, riwayat trauma kelahiran disangkal. Berat
badan lahir 2800 gram..
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Bayi menyusu kuat, tidak kuning, tidak kejang. Pemeliharaan postnatal di Puskesmas dan
dinyatakan sehat. Rutin ke puskesmas 1 bulan sekali.
Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 x ( 0 bulan, scar + )
DPT : 1 x (2 bulan, 3 bulan ini belum)
Polio : 2 x ( 0, 2, 3 bulan ini belum)
Campak : -
Hepatitis B : 2 x (0, 2, 3 bulan ini belum)
Booster : -
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap
Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI sejak lahir – sekarang diberikan semau anak
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 5 Agustus 2013 pukul 12.00 WIB di bangsal Edelwise 3F
Seorang anak laki- laki, umur 3 bulan 1 hari, Berat Badan (BB) : 6,5 kg, (PB) :63 cm
Keadaan umum : Sadar, nafas spontan (+) adekuat, rewel, mata cowong (-), air mata keluar,
tampak kehausan
Tanda vital : Frekuensi jantung : 132 x / menit
Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 30x / menit, reguler
Suhu : 37,7°C
Status Internus :
Kepala : mesosefal, rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut.
ubun-ubun besar cekung (-)
Mata : cowong (+/+), air mata (+/+), conjungtiva palpebra anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2 mm / 2 mm
Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan retroaurikuler (-/-), nyeri tarik (-/-),
discharge (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), discharge (-)
Bibir : sianosis (-), kering (-)
Mukosa : kering (-), oral trush (-)
Mulut : sianosis (-)
Lidah : kotor (-), hiperemis (-), tremor (-)
Gigi-geligi : karies (-)
Tenggorok : Tonsil : T1-1, hiperemis (-),detritus (-) faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Toraks :
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), hantaran (-/-).
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea medioclavikularis
sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-),
bising (-).
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-).
Auskultasi : bising usus ↑
Perkusi : timpani, pekak sisi normal, pekak alih R
Palpasi : supel, lemas, nyeri tekan (-), turgor kulit baik
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Waktu pengisian kapiler <2”/<2” <2”/<2”
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis - / - - / -
Genital : Laki-laki, phimosis (-), testis teraba dua buah, kenyal.
STATUS ANTROPOMETRI
Anak laki-laki, umur 3 bulan 1 hari. BB : 6,5 kg, PB : 63 cm,
Berat badan me;nurut umur. WAZ : 0,14
Tinggi badan menurut umur. HAZ : 0,74
Berat badan menurut panjang badan. WHZ : -0,51
Kesan : berat badan cukup, perawakan normal, gizi baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 29-04-2012
Pemeriksaan Darah : Hemoglobin : 8,50 g / % (9,50 – 12,50 gr%)
Hematokrit : 33,4 % (32,0 – 44,0 %)
Lekosit : 9.10 ribu/ mm3 (5.00-24.00 ribu/mm3)
Trombosit : 396.000 / mm3 (150000 – 400000/mm3)
MCV : 76,10 fl (77 – 101 fl)
MCH : 23,10 pg (23 – 31 pg)
MCHC : 29,80 g/dL (29 – 36 %)
RDW : 13,70% (11,60-14,80)
MPV : 6,20 fl (4,00-11,00)
Pemeriksaan Widal : S Typi O (-)
S Typi H (-)
Hematologi :
Limfosit : 44,6% (17-48)
Monosit : 4.5 % (4-10)
Granuler : 50,9 % (43-76)
DAFTAR MASALAH
NO PROBLEM
AKTIF
TGL PROBLEM
PASIF
TGL
1
2
3
Berak cair 1
hari >10x @1/4
gelas belimbing,
kuning, lendir
darah (+),
ampas (+)
sedikit,5
5/08/13
5/08/13
5/08/13
4
5
Demam
nglemeng 5
Anak rewel dan
tampak
kehausan5
mata cowong5
Diare akut
dehidrasi tak
berat
5/08/13
5/08/13
INITIAL PLANS
ASSESSMENT
1. Diare Akut Dehidrasi Tak Berat
DD/ : - Osmotik
DD/ Infeksi
DD / -Viral
DD/ -rotavirus
-Bakteri
DD/ - Shigella
- Amoeba
- E.coli
- Sekretorik
IP Dx S : ( - )
O : pemeriksaan faeces rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah tepi.
IP Rx : - Infus KN3B (Mikro)
- Inj.Ranitidin 2 x ¼ amp
- Inj. Cefotaxime 2 x 200 mg
- Zinc 1 x 10 mg/hari
- Metronidazole 3 x ½ cth
- L-Bio 1 x 1
- Paracetamol syrup 3 x ¾ cth
Diet : ASI ad lib
IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi, balance cairan, volume
dan konsistensi diare
IP Ex : - Memberitahu kepada orangtua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
Menganjurkan tetap memberikan ASI sesuai kemauan anak.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat
makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum kontak dengan anak.
Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar harus
segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana yang bersih, bila tinja
mengotori perlak segera bersihkan dan ganti dengan perlak yang bersih.
Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,
kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila
bayi diare disertai muntah berulang, bayi tampak kehausan sebaiknya segera
dibawa ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang
dari RSUD bayi sakit lagi )
Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari
sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan
5-8-2013
12.00
Kel : mencret (+) 10x, lendir
(+), darah (-)
KU: sadar, kurang aktif,
nafas spontan (+) adekuat,
tanda dehidrasi (+), demam
(+) nglemeng
Tanda Vital :
HR : 132 x/ menit
Nadi: reguler, isi/tegangan
cukup
t : 37,7O C
R/
Pengawasan tanda-tanda
dehidrasi tiap
Infus KN3B (mikro)
Inj. Ranitidin
Inj. Cefotaxime
Po:
Metronidazole 3 x ½ cth
L-Bio 1 x 1 sachet
Tablet Zinc 1x 10 mg
Paracetamol 3 x ¾ cth
RR : 30x/ menit
Kepala : mesosefal, UUB
cekung (-)
Mata : cekung (+/+), anemis
(-/-), air mata (+/+)
Leher : simetris
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal,
bising (-), gallop(-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST
-/-
Abdomen: datar, supel,
bising usus (+) ↑, turgor
kembali lambat
Ekstremitas :
Sianosis -/-
-/-
Capillary refill <2”/2”
<2”/<2”
Akral dingin -/-
-/-
Assesment :
Diare Akut Dehidrasi tak
berat
Febris 1 hari
DD: Viral, Bakterial
Diet
ASI ad lib
Program :
Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
Darah rutin
6-8-2013
08.00
Keluhan:
mencret 5x semalam, demam
(+) nglemeng, lendir (+),
Infus KN3B
Inj. Ranitidin
Inj.Cefotaxime
darah (-), muntah (-) ,
kencing (+) 2x semalam,
jumlah cukup warna kuning,
batuk (-), pilek (-)
KU : sadar, kurang aktif,
rewel, tanda dehidrasi
(-), air mata (+), nafas
spontan adekuat
TV : HR : 121x/menit
RR : 28x/menit
t : 37,6º C
N : reguler, isi dan
tegangan cukup
Kepala : mesosefal, UUB
cekung (-)
Mata : cekung (+/+), anemis
(-/-), air mata (+/+)
Leher : simetris
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal,
bising (-), gallop(-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST
-/-
Abdomen: datar, supel,
bising usus (+) ↑, turgor
kembali lambat
Genital : laki –laki, phimosis
(-)
Ekstremitas :
Sianosis -/-
-/-
Po :
Metronidazole 3 x ½ cth
Tablet Zinc 1x10 mg
Paracetamol syr. 3 x ¾ cth
L-Bio 1 x 1 sachet
Diet :
ASI ad lib
Program :
Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
Preparat darah hapus,
gambaran darah tepi, diff
count.
Feses rutin,
Capillary refill <2”/2”
<2”/<2”
Akral dingin -/-
-/-
Assesment :
Diare Akut tanpa tanda
dehidrasi
Febris 2 hari
DD: Viral, Bakterial
7-8-2013
08.00
Keluhan:
mencret 2 x, lendir (+), darah
(-), demam (+) nglemeng,
batuk (-), pilek (-)
KU : sadar, kurang aktif,
tanda dehidrasi(-), air
mata (+), nafas spontan
(+)adekuat
TV : HR : 118x/menit
RR : 28x/menit
t : 37,9º C
N : reguler, isi dan
tegangan cukup
Kepala : mesosefal, UUB
cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata
(+/+), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa
kering(-)
Infus KN3B
Inj. Ranitidin
Inj. Cefotaxime
PO :
Tablet Zinc 1x10 mg
Metronidazole 3 x ½ cth
Paracetamol syr. 3 x ¾ cth
L-Bio 1 x 1 Sachet
Diet :
ASI ad lib
Program :
Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
Preparat darah hapus,
gambaran darah tepi, diff
count.
Feses rutin,
Tenggorok: Tonsil : T1-1,
hiperemis (-),
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising
(-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+,
ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising
usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar
dan lien tidak teraba.
Genital : laki-laki, phimosis
(-)
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”)
(<2”)
Assesment :
Diare akut tanpa tanda
dehidrasi
Febris 3 hari
DD: Viral , Bakterial
8-8-2013
07.00
Keluhan:
mencret (+) 1x, lendir (+),
darah (-), demam (+)
nglemeng, batuk (-), pilek (-)
KU : sadar, nafas spontan (+)
adekuat, aktif, tanda
dehidrasi (-)
Pasien ingin pulang
(APS)
PO :
Tablet Zinc 1x10 mg
Metronidazole 3 x 1 cth
Amoxcilin syr 3 x 1 cth
Paracetamol syr. 3 x ¾ cth
TV : HR : 116x/menit
RR : 28x/menit
t : 37,6º C
N : reguler, isi dan
tegangan cukup
Kepala : mesosefal
UUB : cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata
(+/+), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa
kering(-)
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising
(-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+,
ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising
usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar
dan lien tidak teraba.
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”)
(<2”)
Assesment :
Diare akut tanpa tanda
dehidrasi
Febris 4 hari
DD:Viral , Bakterial
L-Bio 1 x 1 sachet
Diet :
ASI ad lib
Program :
Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
Edukasi:
Lanjutkan konsumsi tablet
zinc
Menjelaskan kepada ibu
tanda-tanda dehidrasi
Menjelaskan pada ibu dan
keluarga pentingnya
kebersihan lingkungan
terhadap kesehatan
penghuninya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A. DEFINISI
Diare didefinisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali perhari atau
lebih dari biasanya, disertai perubahan konsistensi feses menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa
lendir dan darah. Pada bayi yang masih minum ASI secara eksklusif untuk definisi diare adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya dan dapat menyebabkan penurunan berat badan pada bayi.
Menurut etiologinya diare dibagi menjadi diare cair dan diare berdarah. Jika berdasarkan pada
lamanya diare maka dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare persisten.1,2
Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair dan tanpa darah dengan frekuensi
lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari.1,2,3
Diare persisten merupakan diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung lebih dari 14
hari, dapat berupa diare cair ataupun disentri. Diare persisten tidak boleh disamakan dengan diare
kronik, yakni diare intermiten (hilang timbul) atau diare yang berlangsung lama dengan penyebab
non infeksi seperti sensitif gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.1,2,3
B. ETIOLOGI
Menurut etiologinya, diare dapat dibagi menjadi:
Diare non disentriform yaitu buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari tanpa ditemukan darah. Penyebab utama diare cair akut
adalah Rotavirus.
Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah terlihat secara kasat
mata. Diare berdarah sering disebut sindrom disentri. Sindrom disentri terdiri dari kumpulan
gejala, diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Penyebab utama
diare berdarah adalah, Salmonella, Escherichia coli,Campylobacter jejuni, Shigella,dan
Entamoeba hystolitica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentri,
Enteroinvasive E. Coli dan Salmonella.
C. MEKANISME DIARE
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair yaitu:4
Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus halus dengan cairan
ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara
osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan tersebut berupa larutan isotonik, air dan bahan
yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.
Proses yang sama terjadi pada anak dengan defisiensi laktase. Bila substansi yang
diabsorpsi dengan buruk berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah
dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan
cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini menaikkan volume tinja, menyebabkan dehidrasi
karena kehilangan cairan tubuh.
Diare osmotik biasanya disebabkan oleh defisiensi laktase, malabsorbsi glukosa-
galaktosa, laktulosa, keracunan obat laksatif, dan infeksi virus.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus.
Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya
dehidrasi. Diare sekretorik biasanya disebabkan oleh Vibrio cholera, ETEC, Clostridium
difficile, cryptosporoidiosis (AIDS), keracunan makanan.
D. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat ( 4F = fingers,
flies, fluid, field).
Faktor risiko terjadinya diare yaitu:
ASI yang tidak diberikan secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi
Tidak memadainya penyediaan air bersih
Pencemaran air oleh tinja
Kurangnya sarana kebersihan (MCK)
Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak
baik
Gizi buruk
Imunodefisiensi
Berkurangnya keasaman lambung
Menurunnya motilitas usus
Menderita campak dalam 4 minggu terakhir
Faktor genetik
Faktor usia
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola
ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak
langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mlai merangkak. Kebanyakan
enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit
yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insidensi penyakit pada anak yang
lebih besar dan orang dewasa.3
E. GEJALA KLINIS
Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka gejala klinis
merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis diare dapat dibagi menjadi
4 aspek yaitu :
Muntah dan berak
Aspek etiologi
Aspek dehidrasi
Aspek komplikasi
Muntah dan berak
Muntah dan berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan
tubuh dan bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya
dehidrasi dan timbulnya asidosis.5
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diketahui tentang kualitas dan kuantitas tinja
seperti konsistensi, warna, disertai darah dan atau lendir, bau tinja, berbuih, jumlahnya dan
frekuensinya. Hal ini penting untuk menenukan jenis diare, kemungkinan penyebab dan derajat
dehidrasi.5
Aspek etiologik
Etiologi diare yang selama ini dapat disebabkan karena faktor makanan, faktor konstitusi,
faktor infeksi dan faktor psikis.
Faktor makanan merupakan penyebab diare non infeksi yang paling sering dikarenakan
makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak atau
susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi.6,7
Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering. Infeksi ini dapat berupa infeksi
parenteral maupun enteral. Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar usus seperti infeksi
saluran nafas, infeksi saluran kencing, campak dll. Dimana infeksi ini dapat mempengaruhi
jalur susunan saraf vegetatif sehingga bermanifestasi sebagai diare pada saluran cerna.
Infeksi enteral merupakan infeksi yang berasal dari dalam usus, dapat berupa infeksi virus
(sebagian besar oleh rotavirus), infeksi bakteri (E.coli, shigella, salmonella, vibrio
cholerae,dll), dan infeksi parasit (protozoa, cacing) serta infeksi jamur (candida). Virus
menyebabkan 50% dari kasus diare pada anak berumur 6-24 bulan yang datang berobat ke
sarana pengobatan.2,5
Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak. Mekanisme diare oleh virus berupa
rusaknya brush border di vili-vili enterosit yang banyak mengandung enzim disakaridase
(laktase, sukrase, maltase, isomaltase, trehalase) karena virus sehingga relatif terjadi
defisiensi disakaridase. Akibatnya karbohidrat kompleks terutama laktosa tidak tercerna
menjadi glukosa dan galaktosa. Laktosa yang tidak tercerna akan menjadi bahan osmotik,
setelah sampai di kolon, difermentasikan oleh bakteri dan terbentuk asam dan gas. Karena
itu terjadi bau asam pada feses, perut kembung pada anak yang menderita diare oleh virus,
feses keluar menyemprot, dan iritasi perianal karena kontak lama dengan asam organik.
Diare virus yang berlanjut dapat menimbulkan malabsorbsi lemak karena selain kerusakan
brush border juga menimbulkan kerusakan sel epitel di daerah kripte yang belum sempurana
sehingga menimbulkan gangguan transpor Na dan menurunkan aktivitas ATP-ase, yang
mempengaruhi malabsorbsi lemak.6
Masa inkubasi infeksi rotavirus kurang dari 48 jam, rata-rata berlangsung 1-7 hari, dan
disertai demam subfebris, muntah, dan diikuti dengan diare cair yang sering. Gejala ini
muncul pada 50-60 % kasus.
Sedangkan untuk infeksi bakteri menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme, yaitu
penempelan mukosa usus, pengeluaran toksin, dan invasi mukosa usus.3,5
Faktor konstitusi merupakan kondisi saluran cerna yang akan dijumpai adanya intoleransi
laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. Malabsorbsi ini merupakan gangguan
transportasi mukosa yang abnormal yang disebabkan oleh satu atau lebih substansi spesifik
yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi
pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti kerusakan mukosa
usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri usus, tindakan post operatif usus).
Di samping itu malabsorbsi dapat terjadi karena gangguan metabolisme kongenital,
malnutrisi, defisiensi imunitas dan faktor emosi.5,6
Faktor psikis terutama pada saat depresi dan stres emosional melalui susunan saraf vegetatif
dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Diare karena faktor psikis jarang
pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis pada penderita
ini dapat disingkirkan.5,6,7
Aspek dehidrasi dan asidosis
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan melebihi cairan
yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan penguapan karena
demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah, frekuensi, dan komposisi elektrolit
tinja penderita. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya, karena dapat menyebabkan
penurunan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diterapi
dengan tepat.
Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi dehidrasi berat, tak berat
atau tanpa tanda dehidrasi bila ditemukan dua tanda atau lebih pada kriteria. Derajat dehidrasi dapat
ditentukan dengan melakukan anamnesis yang teliti tentang asupan peroral, frekuensi miksi/urin,
frekuensi serta volume tinja dan muntah yang keluar. Amati keadaan umum dan aktivitas anak.1
Kategori Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut :
Letargi atau penurunan kesadaran
Mata cowong
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit kembali dengan sangat lambat
(≥2 detik)
Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda berikut :
Gelisah
Mata cowong
Kehausan atau sangat haus
Cubitan kulit perut kembali dengan lambat
Tanpa gejala dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk
mengelompokkan dalam dehidrasi berat atau
tak berat
Pada saat diare, sejumlah besar bicarbonate dapat hilang melalui tinja. Bila ginjal berfungsi
normal, kehilangan bicarbonate dapat dikompensasi. Namun begitu, mekanisme kompensasi ini
dapat gagal bila fungsi ginjal menurun. Kekurangan bicarbonate menyebabkan terjadinya asidosis
akibat produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita mengalami syok hipovolemik. Salah
satu tanda dari asidosis metabolik adalah adanya nafas yang cepat dan dalam (nafas Kuszmaul)
yang membantu meningkatkan pH arteri dan mengakibatkan kompensasi alkatoris respiratorik.2,3,5
4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
komplikasi karena dehidrasi dan asidosisnya antara lain adanya hipokalemia, kejang, syok, gagal
ginjal, dan malnutrisi.6
Hipokalemia ditandai dengan adanya kelemahan otot secara umum, aritmia jantung dan
ileus paralitik.6 Pada penderita ini, kadar kalium dalam plasma dalam batas normal dan perut tidak
kembung sebagai salah satu manifestasi dari ileus paralitik. Sehingga pada penderita ini tidak
didapatkan keadaan hipokalemia.
Kejang karena gangguan elektrolit ditandai dengan kadar natrium plasma yang tinggi atau
kadar natrium plasma yang rendah. Pada penderita ini, kadar natrium plasma kurang dari batas
normal, namun tidalk didapatkan adanya riwayat kejang.
Dalam perjalanannya, syok ditandai dengan takikardi, isi dan tegangan nadi kecil, oliguria,
akral dingin dan ekstremitas yang pucat. Pada penderita ini, tidak didapatkan takikardi, isi dan
tegangan nadi cukup, akral dingin (-) dan tidak ada ekstremitas yang pucat. Sehingga komplikasi
terjadinya syok pada penderita ini dapat disingkirkan.
Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab3
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera
Inkubasi
Panas
Mualmunta
h
Nyeri perut
Nyeri
kepala
Lama sakit
Sifat tinja
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Darah
17-72jam
+
Sering
-
-
5-7hari
Sedang
5-10/hari
Cair
-
Langu
Kuning
24-48jam
++
Jarang
Tenesmus
Kram
+
>7hari
Sedikit
>10x/hari
Lembek
Sering
±
Merah-hijau
6-72jam
++
Sering
Tenesmus
Kolik
+
3-7hari
Sedikit
Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
6-72jam
-
+
-
-
2-3 hari
Banyak
Sering
Cair
-
+
Tak
6-72jam
++
-
Tenesmus
Kram
-
Variasi
Sedikit
Sering
Lembek
+
-
Merah hijau
48-72jam
-
Sering
Kram
-
3 hari
Banyak
Kontinu
Cair
-
Amis
Cucian
Bau
Warna
Leukosit
Lain2
-
Anoreksia
+
Kejang ± +
Sepsis±
bewarna
-
Kembung
±
Infeksi
sistemik
beras
-
±
F. PENGELOLAAN
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar penatalaksanaan diare,
yaitu :1,2,3
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Dukungan nutrisi.
Antibiotik selektif.
Edukasi kepada orang tua.
1. Rehidrasi dengan menggunakan cairan oralit baru
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai
diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun parenteral.
Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila
anak diare/muntah, untu mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan
dari kejadian luar biasa yang disebabkan oleh kolera yang menyebabkan lebih banyak elektrolit
tubuh terutama Natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat
sanitasi yang lebih baik disebabkan oleh virus. Diare karena virus tidak mnyebabkan kekurangan
elektrolit seberat pada kolera. Karena itu,para ahli diare mengembangkan formula baru supaya lebih
mendekati osmolaritas plasme, sehingga kurang menyebabkan resiko hipernatremi.1,2,3
Oralit baru dengan osmolaritas yang rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi
intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah
hingga 30%.1,3
Komposisi oralit baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glukosa, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit formula baru :3
Berikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam.
Berikan oralit pada anak setap kali buang air besar dengan ketentuan :
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 – 100 ml tiap kali BAB/muntah.
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 – 200 ml tiap BAB/muntah.
Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.
Pada diare akut dehidrasi tak berat, dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 4 jam pertama.1,8
RRRRRR RRRRRR RRng RRRRRRRRn RRRRR 4 RRR RRRRRRR
Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Tunjukkan pada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral.
Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu lanjutkan
kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan
terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rehidrasi oral :
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah. Berikan
rehidrasi oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dalam rencana terapi A. Jelaskan 4
cara untuk mengobati anak di rumah : berikan anak lebih banyak minum, berikan tablet zinc,
berikan makanan, kapan harus kembali.
Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa tanda dehidrasi,
(dapat dilakukan di rumah),1,8 yaitu :
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Pada bayi muda, beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian. Jika anak masih
mendapat ASI eksklusif maka beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Jika anak tidak
mendapat ASI eksklusif maka berikan cairan oralit, cairan makanan (sup, air tajin, kuah sayur)
atau air matang. Cairan tetap diberikan sampai diare berhenti.
Beri tablet Zinc.
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila : buang air besar lebih sering dan cair, muntah terus
menerus, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah.
Anak harus mendapat oralit di rumah bila anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C daam
kunjungan ini atau anak tidak dapat kembali ke klinik saat diarenya bertambah parah.
RRRRR RRRRRR
Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan ml/hari
< 10 kg 100 ml/kg
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg untuk tiap kg sisanya
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tuntuk tiap kg sisanya
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Zinc merupakan mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologi zinc berperan untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, ketebalan seluler, adaptasi
gelap, pengecapan seta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.1,3,8
Pemberian zinc dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus,
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus halus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume
buang air besar sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak.1,3,8
Dosis zinc untuk anak-anak, di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg (½ tablet) perhari,
sedangkan anak di atas usia 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) perhari. Zinc diberikan selama 10-24
hari meskipun anak telah sembuh dari diare. Pada pasien ini berumur 1 tahun 2 bulan, sehingga
diberikan 20 mg zinc / 1 tablet Zinc.1,3
Dukungan Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1,2,3
Antibiotik selektif
Antibiotik tida diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya
diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak
rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu.1,2,3
Edukasi kepada orang tua
Nasihat kepada ibu atau pengasuh yaitu kembali segera jika anak demam, tinja berdarah, nafsu
makan atau minum sedikit sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.1,2,3
Juga diberikan edukasi lainnya, seperti :
Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan anak
Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan kepada anak,
jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori.
Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering.
Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa menggunakan air gula
garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan
gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1 sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan
larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan
kembali.
Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak
Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi
perkembangbiakan bakteri)
Selalu menggunakan air bersih untuk minum, memasak atau mendidihkan makanan dengan
benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan
Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan dot
yang direbus terlebih dahulu.
Mencuci makanan yang tidak dimasak dengan air bersih sebelum diberikan kepada bayi,
kecuali adalah buah yang dikupas sebelum dimakan seperti pisang. Anak dapat diberikan
sari buah segar, air kelapa atau pisang untuk menambah kalium, jika anak mau.
Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, mata cekung, bibir
kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar
segera melapor ke petugas kesehatan (dokter).
G. PENCEGAHANPencegahan merupakan fase yang tidak kalah penting dalam penanganan diare. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian diare mendatang antara lain dengan:Mencegah penyebaran patogen penyebab diare
Kuman-kuman penyebab diare pada umumnya disebarkan melalui fecal-oral Pemutusan rantai penularan diare difokuskan pada cara penyebarannya. Upaya yang dapat dilakukan :
Pemberian ASI yang benarMemperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan untuk anak dan keluargaPenggunaan air bersih yang cukupMembudayakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar dan sebelum makanPenggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain :
Tetap memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahunMeningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
H. PROGNOSIS
Prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat pada umumnya baik, bila rehidrasi
berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor penyebab, sehingga diare akut
tidak menjadi diare yang berkelanjutan.
Prognosis dari kasus ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam), prognosis
untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) dengan syarat menjaga higienitas mulai
dari higienitas dalam kebiasaan berperilaku sehari-harinya, dan prognosis untuk fungsionalnya
(quo ad fungsionam) adalah baik (ad bonam).
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini di diagnosis diare cair akut dehidrasi tak berat. Dasar diagnosis didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diare cair akut diperoleh dari anamnesis anak mencret 8 x @ ±1/4 gelas belimbing, cair,
warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir darah, tidak
tampak berminyak, berak nyemprot, berbau asam, tidak nyeri maupun kemerahan di sekitar anus.
Gejala ini baru terjadi selama 1 hari (akut = kurang 14 hari).
Untuk derajat dehidrasi pada anak ini termasuk dehidrasi tak berat. Dari anamnesis
didapatkan anak rewel (menangis terus), sulit tidur, dan tampak kehausan. Mata anak tampak lebih
cekung daripada biasanya, bibir kering, dan jika menangis masih keluar air mata. Nafsu makan
berkurang, anak tampak lemas, kencing dirasakan berkurang frekuensinya (terakhir ± 2 jam SMRS)
dan bewarna kuning. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak rewel/menangis terus, tampak
kehausan, mata cowong, air mata (+),bibir sedikit kering, turgor kulit kembali lambat.
Pada pasien ini dalam perjalanan penyakitnya tidak didapatkan adanya tanda-tanda
komplikasi lanjut dari dehidrasi seperti syok hipovolemik (tidak didapatkan: akral dingin, capillary
refill < 2 detik, sianosis perifer, takikardia, nadi lemah, urin output menurun), gangguan
keseimbangan elektrolit, tidak ditemukan adanya tanda-tanda asidosis metabolik ( tidak didapatkan
nafas cepat dan dalam/kussmaul).
Untuk kemungkinan penyebab dari diare pada anak ini, dari anamnesis diperoleh: anak
mencret 8x @ ± 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat
sedikit ampas, tidak ada lendir darah, tidak tampak berminyak, berak nyemprot, asam, tidak nyeri
maupun kemerahan di sekitar anus sehingga diare mengarah ke arah diare osmotik.
Penyebab diare osmotik yang paling mungkin pada kasus ini adalah karena infeksi virus
(rotavirus). Dimana pada anamnesis didapatkan diare dengan sifat tinja : volume sedang (1/4-1/2
gelas belimbing), frekuensi sering (8x), konsistensi cair, tidak ada lendir darah, bau asam, warna
kuning. Demam nglemeng (37,7).
Riwayat penggantian susu, makan makanan terlalu pedas/asam, perubahan pola makan
secara mendadak, keracunan makanan, makan makanan basi/kadaluarsa, sehingga dari anamnesis
diare karena faktor makanan dapat disingkirkan .
Sumber infeksi ini kemungkinan didapatkan dari aktivitas sehari-hari (penyiapan makanan,
pola bermain) dan lingkungan. Dalam hal penyiapan makanan ibu tidak selalu cuci tangan (kadang-
kadang). Anak suka bermain di lantai, bermain bola/mobil-mobilan, dan kadang-kadang mainan
dimasukkan ke mulut, serta sumber infeksi dapat berasal dari tempat sampah yang tidak bertutup.
Penatalaksanaan dehidrasi tak berat memakai Rencana Terapi B yaitu memberikan rehidrasi
oral selama 4 jam pertama dengan sejumlah:
RRRRRR RRRRRR RRng RRRRRRRRn RRRRR 4 RRR RRRRRRR
Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
(75 cc/kgbb/4jam)
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Saat rawat inap di bangsal C1L2 anak diberikan rehidrasi dengan RL 75cc/kgBB/4jam
kemudian diganti dengan infus 2A1/2N 5 tetes per menit, oralit, zinc sulfat, dan diet lunak serta
ASI/susu. Anak diberikan oralit jika BAB, 50-100 cc/diare yang diberikan dengan cara 1sendok teh
tiap 1-2 menit. Jika kemudian dimuntahkan , maka hentikan pemberian selama ±10 menit kemudian
diteruskan seperti sebelumnya, tapi dengan frekuensi yang lebih jarang seperti menjadi 2-3 menit
sekali.
Pada pasien ini juga diberikan tablet zinc1x20mg/ hari. Tujuan pemberian zinc adalah
mengurangi lama dan beratnya diare serta mencegah terkena diare kembali untuk jangka waktu 2-3
bulan kedepan. Selain itu pemberian zinc juga meningkatkan nafsu makan anak. Zinc dapat
diberikan baik bersama dengan air matang, ASI, ataupun oralit.Zinc bekerja dengan cara:
1. Zinc bekerja sebagai kofaktor enzim superoksida dismutase (SOD) dimana SOD akan
berperan dalam menjaga integritas epitel usus
2. Sebagai antioksidan
3. Menghambat NO sehingga mencegah kerusakan jaringan dan hipersekresi
4. Penguatan imun dengan modulasi sel B dan T
5. Aktivasi sel limfosit T
6. Menjaga keutuhan epitel usus karena merupakan kofaktor berbagai faktor transkripsi.
Selama perawatan 4 hari anak mengalami perbaikan klinis, frekuensi dan jumlah mencret
berkurang, tidak muntah, anak tidak demam, nafsu makan membaik, maka anak diperbolehkan
pulang dengan memberikan edukasi untuk pencegahan, dan pengelolaan lebih lanjut saat di rumah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Diare masih merupakan penyebab mayor kematian pada bayi dan balita di negara
berkembang termasuk Indonesia. Pada diare yang dapat menyebabkan kematian adalah
dehidrasi yang tidak tertangani dengan sempurna. Di lapangan masih banyak penanganan diare
yang kurang sesuai dengan prosedur penanganan diare yaitu berupa pemberian antibiotik yang
tidak sesuai, pemberian obat anti muntah, dan kadang pemberian obat anti diare yang
sebenarnya dapat memperberat kondisi diare anak.
5.2 Saran
Untuk menurunkan tingkat kejadian diare di masyarakat dan angka kematian bayi balita
akibat dehidrasi maka sangat diperlukan sosialisasi dan edukasi secara luas mengenai diare dan
penatalaksanaannya kepada tenaga medis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Juffrie M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare UKK Gastro-Hepatologi IDAI;2009
Sudigbia I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 1991: 1- 63.
Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. In: Juffrie M, Soenarto Sri SY, Oswari Y, Arief S, Rosalina I,
Mulyani N, editors. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 2010; p. 87-115.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 1985. p. 310-1.
Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Suharyono, Boediarso A,
Halimun EM, editors. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003; p. 51-76.
Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3, 25–72; 8,
121 – 136.
Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1991: 445 – 8.
Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pedoman Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI, 2008. P. 131-155.
Sudigbia I, Santoso B, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik anak
RSDK/FK UNDIP. Semarang: Laboratorium ilmu kesehatan anak FK UNDIP, 1989:179-202
Kleinman RE. Pediatrics Nutrition Handbook. 4 th ed. Committee on Nutrition. American Academy
of Pediatrics. Illnois. 1998 : 125 -37, 351 – 61
Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In : Protein energy malnutrition.
London : Edward Arnold, 1992 : 54 – 74 ; 290 – 310.
PAGE \* MERGEFORMAT 37