KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIF SAPI …digilib.unila.ac.id/27808/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIF SAPI …digilib.unila.ac.id/27808/3/SKRIPSI TANPA BAB...
KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIFSAPI PERANAKAN ONGOL DAN SAPI SIMPO JANTAN
PADA POEL 1 DAN POEL 2 DI KECAMATAN TERBANGGI BESARKABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
Nandia Thara Dhita
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIFSAPI PERANAKAN ONGOL DAN SAPI SIMPO JANTAN
PADA POEL 1 DAN POEL 2 DI KECAMATAN TERBANGGI BESARKABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Nandia Thara Dhita
Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik kualitatif dan kuantitatifSapi PO dan Sapi Simpo jantan pada poel 1 dan poel 2 di Kecamatan TerbanggiBesar, Lampung Tengah. Pengamatan dilakukan terhadap 100 ekor sapi PO dan100 ekor sapi Simpo, sampel pengamatan ditentukan berdasarkan purposivesampling. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan mulaiAgustus sampai Oktober 2016. Hasil penelitian menunjukkan sifat kuantitatif rata-rata bobot badan (244,28±26,34kg), lingkar dada (142,72±7,19cm), panjangbadan (105,34±9,07cm), dan tinggi pundak (117,10±6,08cm) sapi PO jantanpoel 1 masing-masing memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata bobotbadan (271,36±35,43kg), lingkar dada (148,63±7,24cm), panjang badan(108,95±7,38cm), dan tinggi pundak (122,58±4,80cm) sapi Simpo jantan poel 1 diKecamatan Terbanggi Besar. Rata-rata bobot badan (340,36±46,21kg), lingkardada (154,84±9,51cm), panjang badan (111,94±4,46cm), dan tinggi pundak(127,48±4,05cm) sapi PO jantan poel 2 masing-masing memiliki perbedaan yangsignifikan dengan rata-rata bobot badan (387,48±46,43kg), lingkar dada(167,80±7,98cm), panjang badan (117,54±7,00cm), dan tinggi pundak(130,46±3,46cm) sapi Simpo jantan poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar. Sifatkualitatif berupa warna kulit sapi Simpo pada poel 1 berwarna coklat putih (14%),putih coklat hitam (52%), putih hitam (34%), bergelambir (100%), berpunuk(12%), tidak berpunuk (88%), bertanduk (56%), dan tidak bertanduk (44%). SapiSimpo poel 2 berwarna coklat putih (62%), putih coklat hitam (14%), putih hitam(24%), bergelambir (100%), berpunuk (52%), tidak berpunuk (48%), bertanduk(52%), dan tidak bertanduk (48%).
Kata Kunci : Sapi PO, Sapi Simpo, Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif, dan BobotBadan
KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SAPI PERANAKAN ONGOL DAN SAPI SIMPO JANTAN
PADA POEL 1 DAN POEL 2 DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Nandia Thara Dhita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat AllahSWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta sholawatdan salam selalu dijunjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai pemberi syafaat di hari akhir.
dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, sebuah
karya Sederhana ini kupersembahkan kepada :
Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan,
mendidik dan menyayangiku, serta selalu berdoa
untuk keberhasilan dan keberkahan
dari ilmu yang ku dapat.
Kakak-kakakku dan Adikku tercinta atas motivasi dandoanya selama ini.
Seluruh keluarga dan para sahabat yang senantiasamengiringi langkahku dengan doa dan dukungan
Serta
Institusi yang turut membentuk pribadi diriku,mendewasakanku
dalam berpikir dan bertindak.
Almamater hijau
UNILA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada 23 September 1994 dan
merupakan puteri ketiga dari empat bersaudara buah cinta kasih Bapak Waluyo,
S.E. dan Ibu Nanny Karmila.
Pendidikan di TK Xaverius Panjang diselesaikan penulis pada 2000, pendidikan di
SD Xaverius 4 Bandar Lampung diselesaikan pada 2006. Pada 2009, penulis
menyelesaikan pendidikan di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung, dan pada 2012
menyelesaikan pendidikan di SMA YP UNILA Bandar Lampung. Penulis
terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) Tertulis pada 2012.
Praktik Umum dilaksanakan penulis di PT. Central Avian Pertiwi, Lampung
Selatan pada Juli sampai dengan Agustus 2015. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dilakukan penulis di Desa Sidoharjo, Kecamatan Penawartama, Kabupaten Tulang
Bawang pada Januari sampai dengan Maret 2016.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul
“Karakteristik Kualitatif Dan Kuantitatif Sapi Peranakan Ongol Dan Sapi Simpo
Jantan Pada Poel 1 Dan Poel 2 Di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Jurusan Peternakan di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak M. Dima Iqbal Hamdani, S. Pt., M.P.—selaku Pembimbing Utama—
atas saran, motivasi, arahan, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan
selama penulisan skripsi ini;
2. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.—selaku Pembimbing Anggota—
atas bimbingan, saran, nasihat dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan
penyusunan skripsi;
3. Ibu Dr. Ir. Sulastri, M. P.—selaku pembahas—atas bimbingan, motivasi,
arahan, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala
bentuk bantuan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.—selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung—atas izin yang diberikan;
5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—atas
gagasan, saran, bimbingan, nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama
penulisan skripsi;
6. Bapak drh. Madi Hartono, M. P.—selaku pembimbing akademik—atas
bimbingan, nasihat, motivasi, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila—atas
bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
8. Keluarga besar kelompok tani ternak Karya Tunggal dan Maju Mandiri di
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah yang telah
mendampingi dan membantu Penulis selama penelitian;
9. Ayah dan ibu tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, pengorbanan, dan
kasih sayang yang tulus ikhlas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilanku,
kakak-kakakku Mbak Weny Eka Rosaline dan Mas Bayu Sandy Buana serta
adik kecilku Naurah Nawal Nihayah tercinta atas nasihat dan dukungannya
dalam bentuk moril maupun materil;
10. Salamun Ridho dan M. Tino Fajar sebagai rekan seperjuangan—atas
persaudaraan dan kerjasamanya selama penelitian;
11. Sahabat-sahabatku Prasetya Nugraha, Lusiana Ayu Pradini, Muhammad
Ridho, dan Dewi Novriani—atas dukungan dan seluruh suka duka yang kita
lalui;
12. Keluarga besar “Angkatan 2012” —atas suasana kekeluargaan dan kenangan
indah selama masa studi serta motivasi yang diberikan pada penulis;
13. Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2011) serta adik-adik (Angkatan 2013, 2014
dan 2015) jurusan peternakan—atas persahabatan dan motivasinya;
Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2017
Penulis
Nandia Thara Dhita
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................. i
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 4
E. Hipotesis ......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Peranakan Ongole................................................................... 6
B. Sapi Simental.................................................................................. 7
C. Sapi Simpo...................................................................................... 7
D. Performa Kualitatif ......................................................................... 8
E. Performa Kuantitatif ....................................................................... 9
F. Sistem Pemeliharaan....................................................................... 10
G. Umur dan Jenis Kelamin ................................................................ 11
H. Kandang.......................................................................................... 13
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 14
B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 14
C. Metode Penelitian ……………………………………………….... 15
D. Peubah yang Diamati...................................................................... 15
E. Prosedur Penelitian ......................................................................... 16
F. Analisis Data .................................................................................. 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................... 17
B. Perbandingan Karakteristik Kuantitatif Sapi PO dan Sapi Simpo . 18
C. Perbandingan Karakteristik Kualitatif Sapi PO dan Sapi Simpo…. 23
V. SIMPULAN
A. Simpulan ........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persyaratan minimum kuantitatif Sapi PO jantan................................. 9
2. Pendugaan umur dengan gigi seri......................................................... 12
3. Jumlah sampel pengamatan di Kecamatan Terbanggi Besar ............... 14
4. Hasil karakteristik kuantitatif Sapi PO dan Simpo pada poel 1 dan 2. 19
5. Hasil karakteristik kualitatif Sapi PO dan Simpo pada poel 1 dan 2.... 24
6. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif Sapi PO Poel 1 ....................... 34
7. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif Sapi PO Poel 2 ........................ 37
8. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif Sapi Simpo Poel 1.................... 40
9. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif Sapi Simpo Poel 2.................... 43
10. Hasil uji-t bobot badan Sapi Po dan simpo poel 1 .............................. 46
11. Hasil uji-t lingkar dada Sapi Po dan simpo poel 1 .............................. 46
12. Hasil uji-t panjang badan Sapi Po dan simpo poel 1........................... 47
13. Hasil uji-t tinggi pundak Sapi Po dan simpo poel 1........................... 47
14. Hasil uji-t bobot badan Sapi Po dan simpo poel 2 ............................. 48
15. Hasil uji-t lingkar dada Sapi Po dan simpo poel 2............................. 48
16. Hasil uji-t panjang badan Sapi Po dan simpo poel 2 ......................... 49
17. Hasil uji-t tinggi pundak Sapi Po dan simpo poel 2........................... 49
iv
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengukuran panjang badan pada sapi................................................... 50
2. Pengukuran tinggi pundak pada sapi .................................................... 50
3. Pengukuran lingkar dada pada sapi ...................................................... 51
4. Penimbangan bobot badan pada sapi.................................................... 51
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk, pesatnya pertumbuhan ekonomi, dan kesadaran
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi asal ternak menyebabkan terjadinya
peningkatan permintaan hasil ternak termasuk daging sapi. Provinsi Lampung
merupakan wilayah yang potensial sebagai produsen sapi potong. Hal tersebut
terlihat pada populasi sapi potong yang meningkat setiap tahun. Populasi pada
2015 dan 2016 masing-masing yaitu 653.537 ekor dan 660.745 ekor (Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung, 2015).
Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang potensial sebagai produsen sapi
potong adalah Lampung Tengah. Kabupaten Lampung Tengah memiliki topografi
yang landai, sehingga cocok dimanfaatkan untuk usaha perkebunan dan pertanian.
Beberapa macam limbah pertanian antara lain jerami padi, jerami jagung, daun
ubi kayu, pucuk daun tebu, daun dan pelepah sawit, serta bungkil inti sawit
dihasilkan dari usaha perkebunan dan pertanian di wilayah tersebut. Limbah
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama sapi potong sehingga
banyak penduduk yang berusaha sebagai tani ternak sapi potong.
2
Kecamatan Terbanggi Besar merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Lampung Tengah yang potensial sebagai produsen sapi potong. Populasi sapi
potong di wilayah tersebut sekitar 12,82% dari populasi sapi potong di Kabupaten
Lampung Tengah yang memiliki luas wilayah 212,33 km2 (Badan Pusat Statistik
Lampung Tengah, 2015).
Bangsa sapi yang terdapat di wilayah tersebut antara lain Sapi Peranakan Ongole
(PO) dan persilangan antara simental jantan dan PO betina yang dikenal dengan
nama sapi Simpo. Sapi Simpo merupakan hasil persilangan melalui perkawinan
secara inseminasi buatan (IB).
Upaya untuk meningkatkan produktivitas sapi potong dapat dilakukan antara lain
dengan meningkatkan mutu genetik dan efisiensi. Inseminasi buatan merupakan
salah satu teknologi reproduksi yang mampu meningkatkan mutu genetik ternak
dan efisiensi reproduksi ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat
menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan
memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya (Susilawati, 2013).
Sapi PO jantan di Terbanggi Besar digunakan sebagai pemacek sapi PO betina.
Sapi Simpo jantan digunakan sebagai sapi pedaging. Karakteristik sapi dapat
diketahui dari sifat kualitatif dan kuantitatif. Sapi-sapi PO dan Simpo memiliki
karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang bervariasi sesuai dengan keragaman
genetik dan lingkungan yang memengaruhinya. Karakteristik kualitatif dan
kuantitatif kedua kelompok sapi potong di kecamatan Terbanggi Besar,
Kabupaten Lampung Tengah belum banyak dilaporkan. Berdasarkan kenyataan
3
tersebut dilakukan penelitian mengenai perbandingan performa kualitatif dan
kuantitatif Sapi PO dan Sapi Simpo jantan di Kecamatan Terbanggi Besar
Kabupaten Lampung Tengah.
Sapi-sapi pada umur 2-3 tahun sudah mengalami dewasa kelamin. Seleksi Sapi
PO untuk memilih calon pejantan dilakukan pada umur 2-3 tahun. Seleksi untuk
menentukan produktivitas sapi Simpo jantan juga dilakukan berdasarkan kedua
performa tersebut. Seleksi dilakukan berdasarkan performa kualitatif dan
kuantitatif. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang
performa sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi PO dan sapi Simpo jantan pada
poel 1 dan poel 2.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kualitatif dan kuantitatif
sapi PO dan sapi Simpo jantan yang gigi serinya sudah poel 1 dan poel 2 di
Kecamatan Terbanggi, Besar Kabupaten Lampung Tengah.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peternak sapi PO dan sapi Simpo
untuk memperoleh sapi-sapi potong dengan karakteristik kualitatif dan kuantitatif
yang sesuai dengan karakteristik bangsanya.
4
D. Kerangka Pemikiran
Sapi PO merupakan hasil grading up antara Sapi Ongol jantan dan sapi lokal
betina yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dan merupakan sapi tipe dwiguna
(pekerja dan pedaging) (Hardjosubroto, 1994). Karakteristik sapi PO adalah kulit
tubuhnya berwarna putih kelabu dengan bagian kepala, leher, dan lutut berwarna
gelap sampai hitam; ukuran tubuh besar, kepala relatif pendek, profil dahi
cembung, bertanduk pendek, punuk besar, bergelambir dan mempunyai lipatan-
lipatan kulit di bawah perut dan leher (Astuti et al., 2002).
Produktivitas sapi PO di Indonesia ditingkatkan melalui persilangan dengan sapi-
sapi impor melalui inseminasi buatan antara lain dengan sapi Simental. Keturunan
persilangan ini disebut sapi Peranakan Simental-PO atau Simpo. Sapi hasil
silangan tersebut menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada sapi lokal,
sehingga disukai oleh peternak (Trifena et al., 2011)
Menurut Dewi (2005), pertumbuhan sapi Simpo lebih cepat, bobot lahir dan harga
jualnya lebih tinggi daripada sapi PO. Perbedaan karakteristik sapi PO dan sapi
Simpo dapat dilihat dari performa kualitatif dan kuantitatif. Performa kualitatif
terdiri bentuk tanduk, ada atau tidaknya gelambir, warna kulit, dan ada atau
tidaknya punuk. Performa kuantitatif terdiri dari bobot badan, panjang badan,
lingkar dada, dan tinggi pundak.
Sapi PO dan Simpo jantan di Kecamatan Terbanggi Besar diduga memiliki
karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang berbeda karena perbedaan genetik dan
cara pemeliharaan antara kedua kelompok sapi.
5
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan performa
kualitatif dan kuantitatif sapi PO dan sapi Simpo jantan yang gigi serinya poel 1
dan poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Peranakan Ongol (PO)
Sapi PO merupakan sapi yang memiliki berbagai keunggulan antara lain daya
adaptasinya terhadap iklim tropis tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap
gangguan parasit seperti gigitan nyamuk dan caplak, toleran terhadap pakan yang
mengandung serat kasar tinggi (Astuti, 2004). Menurut Sugeng (2003), sapi PO
termasuk dalam kelompok Bos Indicus dan dihasilkan dari persilangan secara
grading up antara Sapi Ongole jantan dan sapi lokal betina.
Sapi Ongol berasal dari Madras dan pertama kali dimasukkan ke Pulau Sumba
pada 1906 untuk dikembangbiakan di pulau tersebut. Mulai 1915 sapi tersebut
disebarluaskan ke luar Pulau Sumba dengan nama sapi Sumba Ongole
(Hardjosubroto, 1994). Karakteristik Sapi Ongol sebagai berikut bulu tubuhnya
berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan
berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Sapi PO merupakan hasil persilangan Sapi
PO dan Sapi Madura, cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
produksinya lebih rendah daripada Sapi Ongol (Sugeng, 2003).
Penyebaran sapi di Indonesia belum merata. Beberapa daerah menunjukkan
populasi sapi yang tinggi namun ada yang sangat rendah. Beberapa faktor
7
penyebab tidak meratanya penyebaran sapi antara lain faktor pertanian,
penyebaran penduduk, iklim, adat istiadat dan agama (Sugeng, 2003).
B. Sapi Simental
Sapi Simental berasal dari Switzerland ukuran tubuhnya besar, pertumbuhan
ototnya bagus, timbunan lemak di bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya
krem agak cokelat atau sedikit merah, wajah dan keempat kaki serta ekor
berwarna putih, bobot badan sapi betina dapat mencapai 800 kg dan sapi jantan
1.150 kg, tanduknya kecil (Sugeng, 2003). Kemampuan menyusui anaknya sangat
baik, pertumbuhannya cepat, badannya panjang dan padat, termasuk sapi berbobot
tubuh yang tinggi baik pada bobot lahir, bobot sapih, maupun bobot dewasa
(Blakely dan Bade, 1992).
C. Sapi Simpo
Sapi Simpo merupakan hasil persilangan antara sapi Simental jantan dengan sapi
PO banyak digemukkan oleh peternak Indonesia dengan sistem feedlot (Riyanto,
2009). Warna bulu tubuh turunan sapi simental bervariasi antara coklat dan merah
bata (Syafrizal, 2011). Masing-masing bangsa sapi memiliki keragaman genetik
yang berkaitan erat dengan keragaman pertambahan bobot badan. Sapi Simpo
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada sapi PO (Aziz, 1993). Dewi
(2005) menyatakan bahwa peternak lebih menyukai sapi Simpo karena
mempunyai pertumbuhan yang cepat dan bobot lahir pedet cukup tinggi dan daya
jualnya yang tinggi. Christoffor (2004) melaporkan bahwa berat badan Sapi
Simpo (450) lebih tinggi daripada Sapi PO (350 kg).
8
Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot badan seekor
sapi dan seringkali dipakai sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit
(Santoso, 2001). Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak
berhubungan dengan performan ternak (Setiadi, 2003). Menurut Djagra (2009),
pengukuran bobot badan yang paling tepat adalah dengan melakukan
penimbangan langsung terhadap ternak (kg).
D. Performa Kualitatif
1. Sapi PO
Menurut Sosroamidjojo (1985), sapi PO adalah hasil ongolisasi sapi Jawa atau
sapi lokal. Sapi tersebut mirip dengan sapi Ongol yang memiliki ciri-ciri punuk
besar, terdapat lipatan-lipatan kulit di bawah leher dan perut, kepala pendek,
mata besar dan tenang. Kulit dari sekitar lubang mata berwarna hitam selebar
sekitar satu cm. Tanduknya pendek dan kadang-kadang hanya berupa bungkul
kecil saja, tanduk betina lebih panjang dari yang jantan. Warna bulu putih atau
putih kehitam-hitaman dengan warna kulit kuning.
2. Sapi Simpo
Menurut Christoffor (2004), sapi Simpo tidak bergumba dan tidak bergelambir,
warna bulunya krem agak kecoklatan atau sedikit merah dan terdapat warna putih
di kepala (dahi), di kaki mulai dari lutut ke bawah, dan di ujung ekor. Sapi Simpo
memiliki satu cirri khas yaitu adanya warna putih pada dahi di antara dua tanduk.
Ukuran tubuh sapi Simpo cukup besar, pertumbuhannya cepat, timbunan lemak
dibawah kulit rendah.
9
Ciri eksterior Sapi Simpo antara lain warna bulu tubuhnya bervariasi mulai dari
putih sampai coklat kemerahan, kipas ekor, ujung hidung, lingkar mata, dan
tanduk ada yang berwarna hitam dan coklat kemerahan, profil wajah datar,
panjang dan lebar, dahi berwarna putih, tidak memiliki kalasa, terdapat gelambir
kecil, pertulangan besar, postur tubuh panjang dan besar, warna teracak bervariasi
dari hitam sampai coklat kemerahan. Sapi Simpo tidak memiliki punuk sedangkan
sapi PO berpunuk. Sapi Simpo pertumbuhannya cepat dan ukuran tubuh yang
besar (Triyono, 2003).
E. Performa Kuantitatif
1. Sapi PO
Menurut Sosroamidjojo (1985), tinggi badan sapi PO jantan sekitar 150 cm dan
betina sekitar 135 cm. Menurut Astuti (2009), rata-rata bobot badan sapi PO yaitu
200--350 kg dan pertambahan bobot badan 0,6-0,8 kg per hari pada manajemen
pemeliharaannya yang baik. Sapi PO merupakan sapi tipe pedaging dan pekerja
yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan serta cepat
berkembang biak. Persyaratan minimum kuantitatif sapi PO jantan terdapat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan minimum kuantitatif Sapi PO jantan (BSN, 2015)
Umur(bulan)
Sifat Kuantitatif SatuanKelas
I II III
18-24Tinggi Pundak cm 128 125 122Panjang Badan cm 134 127 124Lingkar Dada cm 152 148 144
>24-36Tinggi Pundak cm 133 130 127Panjang Badan cm 139 133 129Lingkar Dada cm 175 160 149
10
2. Sapi Simpo
Bobot badan Sapi Simpo (±450 kg) lebih tinggi daripada sapi PO (±350 kg).
Bobot badan sapi Simpo yang lebih tinggi daripada sapi PO menyebabkan lebih
tingginya kebutuhan pakan pada sapi Simpo. Pertumbuhan sapi Simpo akan
mencapai optimal sesuai dengan potensi genetiknya apabila mendapat pakan
dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhannya. Pakan merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan proses biologis ternak,
termasuk proses-proses reproduksi (Christoffor, 2004). Lingkar dada sapi
Simental hasil persilangan pada umur 13-24 bulan 167,68 cm, panjang badan
129,71 cm, dan tinggi pundak 119,40 cm (Agung et al., 2014).
F. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif, dan
mixed farming system (sistem pertanian campuran). Pemeliharaan ternak secara
intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara
terus menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and curry. Sistem ini
diperoleh karena sempitnya lahan untuk pemeliharaan ternak secara ekstensif.
Keuntungan sistem ini adalah mengoptimalkan penggunaan bahan pakan hasil
ikutan dari beberapa industri lebih intensif dibanding dengan sistem ekstensif.
Kelemahannya terletak pada tingginya modal, masalah penyakit dan limbah
peternakan (Susilorini et al., 2009).
11
G. Umur dan Jenis Kelamin
Umur ternak berkaitan erat dengan bobot badan ternak. Pertumbuhan terjadi pada
setiap mahluk hidup dan dapat pula dimanifestasikan sebagai suatu peningkatan
pada bobot organ ataupun jaringan tubuh yang lain, antara lain tulang, daging,
urat dan lemak dalam tubuh (Soeparno, 2005).
Ternak yang masih muda membutuhkan pakan lebih sedikit dibandingkan dengan
ternak yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhan bobot badannya.
Pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan
otot-otot, tulang-tulang dan organ-organ vital, sedangkan peningkatan bobot
badan pada hewan yang lebih tua disebabkan oleh penimbunan (deposit) lemak.
Lemak merupakan sumber energi dan kandungan airnya rendah dibandingkan
dengan unit jaringan tubuh lainnya (Parakkasi, 1999). Bambang (2005)
menyatakan bahwa pertambahan bobot badan pada ternak yang sudah mencapai
dewasa tubuh disebabkan oleh penimbunan lemah sehingga bukan pertumbuhan
murni. Pertumbuhan ternak yang sudah mencapai dewasa kelamin berhenti.
Ternak ruminansia termasuk sapi tidak mempunyai gigi taring, memiliki empat
pasang gigi seri pada rahang bawah, gigi geraham depan dan belakang. Gigi
geraham terdapat pada rahang atas dan bawah. Gigi seri dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu gigi seri susu dan gigi seri permanen. Gigi seri susu sifatnya
hanya sementara karena pada umur tertentu akan tanggal (rontok) dan digantikan
dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri tetap dapat
digunakan untuk menaksir umur ternak. Pendugaan umur ternak pada umur tua
12
dapat dilakukan berdasarkan keausan gigi seri ini. Kecepatan ausnya gigi seri
dipengaruhi oleh kondisi pakan, gigi seri ternak yang dilepas/diangon lebih cepat
tanggal atau aus daripada ternak yang dipelihara di dalam kandang secara terus
menerus (Sugeng, 2003). Pendugaan umur sapi berdasarkan kondisi gigi seri
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pendugaan umur dengan gigi seri
No.Jumlah Gigi
Seri PermanenTaksiran Umur
(Tahun)Contoh Gambar
1 1 Pasang 18-24 Bulan
2 2 Pasang >24-36 Bulan
Sumber : BSN, 2015
Kay dan Housseman (1975) menyatakan hormon androgen pada hewan jantan
dapat merangsang pertumbuhan sehingga bobot badan hewan jantan ukuran
tubuhnya lebih besar daripada hewan betina. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa
perbedaan tingkat pertumbuhan dan bobot dewasa ternak jantan dan betina
mengindikasikan bahwa hormon kelamin beerperan penting dalam merangsang
pertumbuhan ruminansia.
13
H. Kandang
Menurut Purbowati dan Rianto (2009) Pembangunan kandang harus direncanakan
dengan seksama dengan mempertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi dalam pembangunan kandang. Kandang yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. letak kandang terpisah dari tempat tinggal minimal 10 meter,
2. kandang dibangun di lokasi yang lebih tinggi daripada tanah sekitarnya untuk
menghindari genangan air pada saat musim penghujan,
3. penampungan ternak dibuat di belakang kandang,
4. ventilasi kandang cukup baik,
5. lokasi kandang dekat dengan sumber air,
6. bahan bangunan kandang terbuat dari kayu, bambu atau bahan lain yang kuat.
14
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah, Provinsi Lampung mulai Agustus sampai dengan Oktober 2016.
Tabel 3. Jumlah sampel pengamatan di Kecamatan Terbanggi Besar
DesaJumlah Sampel
(ekor)PO Simpo
Karang Endah 63 65Terbanggi Besar 7 9Yukum Jaya 9 13Nambah Dadi 21 13
B. Bahan dan Alat Penelitian
Materi penelitian terdiri dari 50 ekor Sapi PO jantan poel 1, 50 ekor Sapi PO
jantan poel 2, 50 ekor Sapi Simpo jantan poel 1, 50 ekor Sapi Simpo jantan pada
poel 2. Sampel pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling.
Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan
cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel
dengan mengambil sample yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan
karakteristik tertentu (Djarwanto, 1998).
15
Sampel diambil secara proporsional dari empat desa. Populasi sapi PO dan sapi
Simpo jantan serta jumlah sampel pengamatan terdapat pada Tabel 3. Alat yang
digunakan terdiri dari timbangan Sonic A12E kapasitas 5 ton, pita ukur dengan
merek Rondo dengan ketelitian 0,1 cm, tongkat ukur, alat tulis, dan kamera.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Data yang diambil adalah data
primer dan sekunder. Data primer diambil dengan melakukan penimbangan dan
pengukuran terhadap sampel pengamatan secara langsung serta wawancara
dengan peternak yang daftar pertanyaannya terdapat dalam kuisioner. Data
sekunder antara lain jumlah populasi, luas wilayah, dan lain-lain diperoleh dari
Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Tengah.
D. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati terdiri dari performa kualitatif dan performa kuantitatif.
Performa kualitatif terdiri dari :
1. ada atau tidaknya tanduk pada sapi
2. ada atau tidaknya gelambir pada sapi
3. persentase perbedaan warna bulu tubuh kedua jenis sapi
4. ada atau tidaknya punuk pada sapi
Performa kuantitatif yang diamati terdiri dari panjang badan, tinggi pundak,
lingkar dada, dan bobot tubuh yang pengukurannya dengan cara sesuai
rekomendasi Djagra (2009) sebagai berikut :
16
1. panjang badan diukur dengan tongkat ukur yang diletakkan lurus dari
siku sampai benjolan tulang tapis (cm).
2. tinggi pundak diukur dengan meletakkan tongkat ukur dari titik tertinggi
puncak sampai tanah (cm).
3. lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada tepat di
belakang kaki depan (cm).
4. bobot badan diperoleh dengan cara menimbang sapi (kg).
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. melakukan prasurvei di lokasi penelitian;
2. melakukan pengambilan data dengan menimbang dan mengukur Sapi PO dan
Sapi Simpo jantan sampel sebanyak 50 ekor Sapi PO jantan poel 1; 50 ekor
Sapi Simpo jantan poel 1; 50 ekor Sapi PO jantan poel 2; dan 50 ekor Sapi
Simpo jantan poel 2 secara langsung dan melakukan wawancara dengan
peternak;
3. melakukan tabulasi data;
4. melakukan analisis data secara deskriptif
F. Analisis Data
Data performa kualitatif dianalisis secara deskriptif dan performa kuantitatif
dianalisis dengan uji-t.
V. SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik kuantitatif sapi PO dan sapi Simpo jantan poel 1 yaitu rata-rata bobot
badan, lingkar dada, dan tinggi pundak masing-masing sangat berbeda nyata
sedangkan panjang badan sapi PO dan sapi Simpo jantan poel 1 berbeda nyata.
Rata-rata bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak sapi PO dan
sapi Simpo poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar masing-masing sangat berbeda
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, P.P., Ridwan, M., Handrie, Indriawati, Saputra, F., Supraptono, Erinaldi.2014. Profil Morfologi dan Pendugaan Jarak Genetik Sapi Simental HasilPersilangan. JITV 19(2): 112-122.
Astuti, M., W. Hardjosubroto, Sunardi dan S. Bintara. 2002. Livestock breedingand reproduction in Indonesia: past and future. Invited Paper in the 3thISTAP. Faculty of Animal Science, Gadjah Mada University.Yogyakarta.
Astuti, M. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik Sapi PeranakanOngole (PO). Wartazoa 14:98-106.
Astuti, D. A. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan SapiPotong. Agromedia. Jakarta.
Azis, A. 1993. Strategi operasional pengembangan agroindustri sapi potong.Dalam M. Amin Azis (Editor). Agri Industri Sapi Potong: ProspekPengembangan pada Pembangunan Jangka Panjang II PA. CIDES, UC.Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Lampung Dalam Angka. BadanPusat Statistik. Provinsi Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2015. Lampung Tengahdalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik. Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2015. Terbanggi Besar dalamAngka 2015. Badan Pusat Statistik. Lampung.
Badan Standardisasi Nasional. 2015. Bibit Sapi Potong Peranakan Ongole SNI7651.5:2015. Badan Standardisasi Nasional.
Bambang, S.Y. 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
30
Blakely, J dan D.H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi kedua. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta
Christoffor, W.T.H.M. 2004. Kinerja Induk Sapi Silangan Simental PeranakanOngole dan Peranakan Ongole Periode Prepartum Sampai Postpartum diKecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul. Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dewi, N.W. 2005. Kinerja Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongolepada Paritas yang Berbeda di Tingkat Peternak. Skripsi. FakultasPeternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Direktorat Pakan Ternak. 2012. Silase. Direktorat Jenderal Peternakandan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Djagra, I.B. 2009. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan UniversitasUdayana, Denpasar.
Djarwanto, 1998. Statistik Sosial Ekonomi, Bagian Pertama, Edisi Kedua,Cetakan Ketiga. BPFE. Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PTGrasindo. Jakarta
Kay, M. and R. Housseman. 1975. The Influence of Sex on Meat Production. InMeat. Edited by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth.
Kelly, M. 2013. What Is the Hump on a Brahma Cow?.http://www.ehow.com/info_8756520_hump-brahma-cow.html. Diaksespada 4 Oktober 2016
Kurnianto, E. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Lembaga Pengembangan danPenjaminan Mutu Pendidikan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Kusnadi, U., M. Sabrani, M. Winugroho, Sofyan Iskandar, Ulin Nuschati, DediSugandi. 1992. Usahatani ternak terpadu di dataran tinggi Jawa Tengah .Laporan Hasil Penelitian Balitnak Ciawi. Bogor.
Manurung L. 2008. Analisi ekonomi uji ransum berbasis pelepah daun sawit,lumpur sawit dan jerami padi fermentasi dengan phanerochateChysosporium Pada Sapi Peranakan Ongole. Skripsi. DepartemenPeternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
31
Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. CetakanPertama. Penerbit UIP, Jakarta.
Purbowanti, E. dan Rianto, E. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ramdan, R. 2007. Fenotipe Domba Lokal di Unit Pendidikan dan PenelitianPeternakan Jonggol. Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Riyanto, J. 2009. Usaha penggemukan sistem feedlot sapi Simental berbasis pakanjerami padi fermentasi (Straw Fermented Block = SFB) dansuplementasi konsentrat pemacu pertumbuhan (Growth PromotingConcentrate = GPC) Pola Integrated Sustainabality Farming SystemBerwawasan Zero Waste-LEISA (Low External Input SustainableAgriculture) untuk meningkatkan kesejahteraan peternak KelompokTani Ternak “Sambi Mulyo” Desa Jagoan, Kecamatan Sambi,Kabupaten Boyolali. Laporan LPPM. Universitas Negeri Surakarta(UNS) Penelitian, KNRT, Insentif Peningkatan Kapasitas IPTEK SistemProduksi. Surakarta.
Santoso, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta.
Sarbaini. 2004. Kajian keragaman karakteristik eksternal dan DNA mikrosatelitsapi Pesisir Sumatera Barat (disertasi S3). Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Sosroamidjojo, S. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV Yasaguna. Jakarta.
Setiadi, B. 2003. Alternatif konsep pembibitan dan pengembangan usaha ternakkambing. Makalah Sarasehan Potensi Ternak Kambing dan PropekAgribisnis Peternakan, 9 September 2003 di Bengkulu.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Sugeng, Y. B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. UniversitasBrawijaya Press. Malang.
32
Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2009. Budidaya 22 TernakPotensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syadili, D., Sumantri, Martojo, dan Anang. 2010. Sifat kualitatif dan kuantitatifkerbau lokal di Propinsi Banten.Jurnal ilmu ternak , Desember 2011, vol 11, No. 2., 61-67.
Syafrizal. 2011. Keragaman Genetik Sapi Persilangan Simmental di SumateraBarat. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas TamansiswaPadang.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Trifena, Budisatria, I.G.S. dan Hartatik, T. 2011. Perubahan fenotip SapiPeranakan Ongole, Simpo, dan Limpo pada keturunan pertama danketurunan kedua (Backcross). Fakultas Peternakan Universitas GadjahMada. Yogyakarta. Buletin Peternakan Vol 35(1): 11-16.
Triyono. 2003. Studi Perbandingan Ciri Eksterior, Ukuran Tubuh dan StatusFisiologis antara Sapi Peranakan Ongole dengan Sapi SilanganSimmental Peranakan Ongole di Kabupaten Sleman Daerah IstimewaYogyakarta. Skripsi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan,Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.