Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck
description
Transcript of Kualitatif n Kuantitatif Vit Bck
BAB 1
UJI KUALITATIF
1. Vitamin B
Vitamin B adalah salah satu dari vitamin yang dapat larut di dalam air.
Vitamin ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses metabolisme sel.
Vitamin B terdiri dari Vit. B1, Vit.B2, Vit.B6, dan Vit.12.
1.1 Uji kualitatif Vitamin B1.
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk
(sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 3 tetes
NaOH30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian
dikocok hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran
tersebut di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut
menjadi berwarna biru maka uji positif pada sampel.
1.2. Uji kualitatif Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 disebut juga (riboflavin) karena strukturnya mirip
dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok
flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-
kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar
ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asam.
Kelarutan Riboflavin dalam air bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam
3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air.
Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.Berdasarkan pada
sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar, riboflavin harus terhindar
cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau cahaya tampak terhadap
larutan riboflavin dalam basa menghasilkan lumiflavin sedangkan larutan
riboflavin dalam suasana netral atau asam menghasilkan lumikrom yang
berfluorsensi biru.
1
1.3. Uji kualitatif dan kuantitatif Vitamin B6
a. Metode spektrofotometri
Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal
menunjukkan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada
maksimum untuk ketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan
buffer ph 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombag 325 nm. Pada p
anjang gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukkan
absorbansi maksimum. Prosedur penetapan dalam tablet tunggal secara
spektrofotometri: Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbuk. Pada
sejumlah serbuk yang ditimbang seksama yang setara dengan lebih
kurang 25 mg piridoksin hidroklorida ditambah 50 mL asam klorida 0,1
N sambil diaduk. Larutan diencerkan dengan asam klorida secukupnya
hingga 100 mL. Larutan diukur absorbansinya menggunakan kuvet
dengan ketebalan 1 cm pada panjang gelombang maksimum (291 nm).
b. Metode kolorimetri
Metode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-
p- benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat
disaridengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk
senyawafenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak
tersubsitusi.3.
c. Metode titrasi bebas air
Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang
ditimbangseksama, dilarutkan dalam 40 mL asam asetat glacial lalu
dititrasi denganasam perklorat 0,1 N menggunakan indicator 3 tetes
Kristal violet sampai biru hijau. Tiam mL asam perklorat 0,1 N setara de
ngan 20,56 mg piridoksin hidroklorida.
d. Metode kromatografi
Kromatofrafi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan
detectorfluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif
vitaminB6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.
2
1.4 Vitamin B12
Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B12 (sianokobalamin)
Sianokobalamin, C63H88O14N14Pco, merupakan senyawa kompleks
dengan kordinat kobalt berberat molekul 1355,4. Kristal vitaminB12 cepat
menyerab lembab udara. Sianokobalamin bersifat netral dan mengandung
gugus sian. Gugus ini dapat diganti dengan berbagai ionuntuk
menghasilkan senyawa baru seperti klorokobalamin dan
hidroksokobalamin. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan asam
makaakan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimdazol. Metode penetapan kadar
vitamin (sianokobalamin).
2. Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang sangat penting.
Vitamin ini diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan
neurotransmitter. Hewan dan tumbuhan dapat mensintesis vitamin C dalam
tubuhnya sendiri. Akan tetapi, vitamin ini tidak dapat disintesis oleh manusia
karena tidak memiliki enzim gulonolakton oksidase. Vitamin ini sering
dikonsumsi oleh masyarakat. Hingga saat ini, fungsi vitamin C yang dikenal
oleh masyarakat adalah sebagai peningkat sistem imun, pembentuk kolagen,
pencegah penuaan, dan sebagai obat untuk common cold (flu). Masyarakat
juga mengetahui bahwa vitamin ini juga bermanfaat untuk orang-orang yang
sering beraktivitas (Naidu, 2003).
Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapametode
diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan denganmenggunakan
pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2
tetes NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO45%. Kemudian dicampurkanhin
gga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positiftimbul
warna kunin.
3
2. Menggunakan pereaksi benedic
Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan
dimasukkankedalam tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5
tetes.Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan
diatasapi kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan
warnahijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.
3. Vitamin K
Vitamin K adalah suatu vitamin yang dapat larut dalam lemak yang
berperan dalam pembekuan darah dan proses pengerasan kapur vaskuler.
Filokuinon, juga yang dikenal sebagai vitamin K1, terdapat pada sayuran dan
hati binatang. Vitamin K1 (filokuinon) adalah satu kofaktor yang terdapat di
dalam post-translational modifikasi karboksilase pada zat kapur protein yang
melibatkan proses aktivitas antihemorrhagic. Transport dan jaringan distribusi
dibantu oleh lipoprotein-lipoprotein tanpa adanya pengangkut yang spesifik
pada protein namun ada di dalam kloroplas dari penghasil zat hijau, yang
melembagakan sumber berkenaan dengan aturan makan utama dari vitamin.
Menakuinon-menakuinon berbeda dan prenylated yang lebih tinggi (K2 atau
MKn rangkaian) berasal dari hasil bakteri, selagi MK4 tidak lazimnya dari
kelompok ini tersebut ada bukti dari suatu jaringan yang bukan merupakan
hasil bakteri alkilasi mengarahkan pada yang tidak terlindungi merupakan
pemanfaatan dan peran dari menakuinon-menakuinon di dalam metabolisme
vitamin K.
Penentuan kandungan vitamin K pada makanan-makanan tersebut
dapat dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) atau Kromatograpi Cair Kinerja Tinggi. Sistem Kromatografi
digunakan untuk menentukan konsentrasi-konsentrasi dari menaquinone-4,
filokuinon dan dihydrophylloquinone. Lebih lanjut, ada yang ditemukan
tanpa tingkat MK-4.
4
BAB II
UJI KUANTITATIF
1. Vitamin B
1.1 Uji kuantitatif Vitamin B1
1.1.1 Metode Kolorimetri
Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-aminotimol
yang telah di diazotasi. Hasil peruraian tiamin tidak menghasilkan warna
dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa,sukrosa, tepung, kasein,
gelatin, pepton, urea, gliserofosfat dan logam berat, dengan
kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak mengganggu.
Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamid, piridoksin,asam
pantotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yangterdapat
dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin jugatidak
mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan50 mg 6-
aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% danmengencerkannya
dengan air secukupnya hingga 200 mL.
Prosedur penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-
aminotimol:Sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es,
ditambah2,0 mL natrium nitrit 0,1%, lalu dicampur dan didiamkan
selama 1menit.
Larutan selanjutnya ditambah 5,0 mL natrium hidroksida 20%dan
diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah
1,0 pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutandien
cerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai.Digunakan
larutan blanko Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh,
dilakukan penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari de
ngan campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah
didestilasi ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut
organikdipisahkan dan ditambah ± 1 gram natrium sulfat anhidrat
untukmengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.
5
1.1.2 Metode Alkalimetri
Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasidengan
natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom
timol biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode
alkalimetri: Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang
ditimbangseksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL
NaOH0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat
ekivalen(BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri
adalahsama dengan berat molekulnya (BM). Hal ini disebabkan karena
tiap1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.
1.1.3 Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi
dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II)
asetat berlebihan. Kedua atom nitrogen dalam tiamin hidroklorida tertitra
sisehingga berat ekivalennya setengah dari berat molekulnya.
Sebagaiindikator dapat digunakan p-naftol benzen, merah kuinaldin, atau
dengan kristal violet.Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode
TBA: Lebihkurang 250 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama
ditambah10 mL asam asetat glasial, 10 mL raksa (II) asetat 5% dalam
asamasetat glasial, dan ditambah 20 mL dioksan. Selanjutnya
larutandititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 3
teteskristal violet sampai warna biru. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setaradengan 16,86 mg tiamin hidroklorida. Berat ekivalen (BE) tiamin
hidroksida pada penetapan secara titrasi bebas air adalah setengah dari
berat dari molekulnya (BM/2). Hal ini disebabkan karena setiap 1 mol
tiamin hidroksida bereaksi dengaan 2 mol HCLO4.
1.1.4Metode Argentometri
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara
argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan
6
dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika suasananya
basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat
dengan basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akanmem
bentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi
dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.Prosedur penetapan
kadar vitamin B1 secara argentometri: Lebih kurang 100 mg tiamin
hidroklorida yang ditimbang secaraseksama dilarutkan dalam 20 mL air.
Larutan diasamkan dengan asamnitrat encer dan ditambah 10 mL perak
nitrat 0,1 N. Endapan yangterjadi disaring dan dicuci dengan air sampai
tidak mengandungklorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan
baku ammoniumtiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III)
amonium sulfat. TiapmL perak nitra 0,1 N setara dengan 16,86 mg
tiamin hidorklorida.Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada
penetapan secaraargentometri adalah setengah dari berat molekulnya
(BM/2). Hal inidisebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida (yang
mengandung2 Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3
1.1.5 Metode Gravimetri
Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan
secara gravimetri dengan cara mengendapkan larutan tiamin menggunakn
asam silikowolframat. Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode
gravimetri:Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama
dansetara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan
dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam klorida
pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang telah mendidih
ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes 4 mL asam
silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selama 4 menit.
Larutan disaring melalui penyaring kaca masir lalu dicuci dengan
50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume asam
klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam silikowolframat
0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5mL aseton. Sisa
dikeringkan pada suhu 105 oC selama satu jam lalu didinginkan selama
7
10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38%
dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan192,9 mg tiamin
hidroklorida.
1.2 Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)
1.2.1 Metode spektrofluorometri
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran
yang bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu atau senyawa peng
ganggu lain yang mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1 %.Cara
penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yangtidak
mengandung senyawa berfluorosensi atau senyawa berwarna yanglarut
dalam air atau dalam asam encer. Pengukuran harus dilakukansecepat
mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet.
Larutansampel : Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan
setara denganlebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu
250 mL laluditambah 1 mL asam asetat 32,5% dan air secukupnya
hingga 200 mL.Lalu dipanaskan di atas penangas air sambil sering
dikocok hinggariboflavin larut lalu didinginkan hingga suhu 20ºC.
Larutan ditambahair secukupnya hingga 250 mL dan dicampur baik-baik.
Larutanriboflavin baku persediaan I, dibuat dengan melarutkan 50
mgriboflavin yang telah dikeringkan pada suhu 105 ºC selama 2 jam
dalamasetat 0,02 N secukupnya hingga 500 mL.Larutan riboflavin baku
persediaan II, dibuat dengan caramenambah 10,0 mL larutan riboflavin
baku persediaan I dengan asamasetat 0,02 N secukupnya hingga 100 mL.
Larutan riboflavin baku,dibuat dengan mengencerkan 10,0 mL larutan
riboflavin baku persediaan II dengan air secukupnya hingga 100 mL.
1.2.2 Metode spektrometri
Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs maksimum
(λ maks) pada 444 nm.Cara ini digunakan untukmenetapkan kemurnian
riboflavin atau untuk penetapan riboflavindilakukan dengan cara
terlindung dari cahaya. Prosedur penetapankadar riboflavin tunggal
secara spektrofotometri: Sekitar 100 mgriboflavin yang ditimbang
8
seksama dilarutkan dengan pemanasan dalamcampuran 2 mL asam asetat
glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnyadiencerkan dengan air,
didinginkan, ditambah air secukupnya hingga1000 mL. pada 10,0 mL
larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 Mkemudian ditambah air
secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitungdengan menggunakan
riboflavin baku sebagai pembanding.
1.3 Uji kuantitatif Vitamin B12
1.3.1 Metode spektrofotometri B12
Sianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimun(λ
maks) pada 278 ± 1nm, 361 nm dan 550 ±2 nm. Metodespektrofotometri tidak
spesifik untuk sianokobalamina karenasenyawa bewarna merah dan
pseudosiokobalamin menunjukkanspektra absorbansi yang serupa.
Metode yang paling sederhana adalahdengan menetapkan pada 550 nm,
tetapi metode ini hanya dapatdigunakan terhadap sianokobalamin yang
bebas senyawa pengganggu.Metode yang lebih peka ialah dengan
melakukan penetapan pada panjang gelombang 361 nm.
Prosedur penetapan kadarsianokobalamin secara spekrofotometri:Lebih
kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang saksama,dilarutkan dalam
akuades secukupnya dan diencerkan hingga 50,0mL. Larutan diukur
absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjanggelombang 361 nm.
Harga E1cm1% pada 361 nm adalah 207
1.1.6 Metode kromatografi
Metode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan
dananalisis kuantitatif vitamin B1, B2, dan campuran-campurannya
dalam berbagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin
B12(sianokobalamin) yang ada dalam berbagai macam susu jugatelah
dipisahkan dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.
Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25mL susu
dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran
dipanaskan pada suhu 1200C selama 10 menit dan selanjutnya disaring.
9
pH filtratdiatur 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan
denganakuades sampai 50mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan
padacartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2
mLasetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat
selanjutnyadilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci
dengan12 mL air. Sianokobalamain dengan asetonitril: iar(1:1 v/v)
dandipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai
denganasetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu
konsentrasiasetonitril ditingkatkan samapi 30% selama 16 menit.
Konsentrasivitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.
2 Uji kuantitatif Vitamin C
2.1 Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat.
Metodeiodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N)
dapatdigunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya.
Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg as
amaskorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran
yangterdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat
encer.Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator
kanjisampai terbentuk warna biru.
2.2 Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas
sifatmereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-
diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Padatitik
akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna
merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifikkarena
beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu penetapan.
Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,tiosulfat,
riboflavin dll.3.
10
2.3 Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2
mLnatrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu
ditambah75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan ini
selanjutnyaditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke
dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL
natriumhidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci
tigakali dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan
cairanhasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200
mL.absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.
2.4 Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan
absorbansimaksimum pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini
akan bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam asamsulf
at 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm.
2.5 Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang
linier pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-
8.Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitasfluoroensi
MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai6,0 x 10-6 . batas
deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telahsukses digunakan untuk
menetapkan kadar vitamin C dalam tabletsuplemen vitamin.
2.6 Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telahdikembangkan
untuk penentuan asam askorbat dalam minimumringan dan jus apel
menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.Sampel disaring dan
diencerkan sebelum dilakukan analisis denganKCKT dan tidak ada pra-
perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhanasam askorbat menggunakan
kolom oktadesil silan (ODS, C18)menggunakan fase gerak larutan buffer
NaH2PO4-K2HPO4 (pH6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam
11
askorbat yang terelusidicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM
dan diosidasi pada 1,5 V(dengan elektroda Ag/AgCl).
3 Uji kuantitatif vitamin K
Analisis kuantitatif dari vitamin K dapat dilakukan menggunakan
metode HPLC. Prinsip kerja dari HPLC adalah sebagai berikut, dengan
bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan
dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam
kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan
keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi
dengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama.
Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC serupa
dengan kromatogram pada kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas,
jumlah peak menyatakan jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil
pengukuran HPLC. Beberapa senyawa organik mudah terurai (labil) pada
pemanasan. Cuplikan yang labil (terurai) pada pemanasan tidak dapat
dianalisis dengan cara kromatografi gas. Kromatografi cairan kinerja tinggi
atau HPLC dapat menganalisis cuplikan yang labil karena HPLC dilakukan
pada suhu kamar. Selain itu HPLC tidak terbatas pada senyawa organik saja
tapi pada senyawa anorganik juga. Keuntungan lainnya, HPLC dapat
menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau titik
didihnya sangat tinggi seperti polimer.
Kromatografi cairan kinerja tinggi atau HPLC merupakan
pengembangan kromatografi kolom konvensional. Dengan HPLC, ukuran
partikel pengisi kolom diperkecil untuk menambah luas permukaan tempat
terjadinya pemisahan. Untuk mengalirkan fasa gerak secara cepat digunakan
pompa bertekanan tinggi. Dalam HPLC, fasa gerak cair dialirkan dengan
12
bantuan pompa ke detektor. Larutan cuplikan disuntikan ke dalam aliran fasa
gerak dan terjadi pemisahan di dalam kolom. Ukuran solut meninggalkan
kolom bergantung pada kekuatan interaksi antara solut dengan fasa diam.
Kromatografi cairan kinerja tinggi dapat dikelompokkan menjadi 5
jenis berdasarkan mekanisme retensinya. Kelima jenis HPLC meliputi
kromatografi adsorbs, partisi, fasa terikat, penukar ion, dan ekslusi ukuran.
Jenis-jenis HPLC tersebut mempunyai kekhasan dalam hal penerapan analisis
(Hendayana, 2006). Sistem Kromatografi digunakan untuk menentukan
konsentrasi-konsentrasi dari menaquinone-4, filokuinon dan
dihydrophylloquinone. Derivatnya berpijar dari kuinon-kuinon yang disuntik
adalah dalam-talian yang dihasilkan yang menggunakan kolom reaktor ( 20
×50 juta) yang dikeringkan kemudian direaksikan dengan seng (200 mesh).
Panjang gelombang eksitasi adalah 244 nm dan panjang gelombang emisi/
pancaran adalah 430 nm. Fase gerak terdiri dari 2 bahan pelarut. Bahan
Pelarut/solvent A adalah metanol dengan 10 mM ZnCl2, 5 mM asam cuka
dengan 5 natrium asetat mM disiapkan sebelumnya. Bahan Pelarut/solvent B
adalah klorid metilena. Untuk melakukan prosedur elusi gradien yang berikut :
(1) pompa suatu 90:10 (-A:B) campuran pada 0,60 mL/min dari suntikan
untuk pertama 1150 min; (2) pada 1150 min, mengubah laju alir itu kepada
0,80 mL/min dan komposisi kepada 70:30 ( A:B); (3) pada 1950 min,
mengubah komposisi itu untuk 90:10 ( A:B); (4) pada 2350 min, mengubah
laju alir itu kepada 060 mL/min; dan (5) pada 240 min, berakhir siklus.
13
BAB III
PENELITIAN YANG TERKAIT
3.1 Kadar Vitamin Dan Mineral Dalam Buah Segar Dan Manisan
Basah Karika Dieng (Carica pubescensLenne & K. Koch) PenelitiaN
bertujuan untuk membandingkan kadar vitamin A, vitamin C, fosfor, besi,
dan kalsium dalam buah segar dan manisan basah Carica pubescensLenne &
K. Koch (karika dieng) serta menentukan waktu perebusan optimal dalam
proses pembuatan manisan karika yang tidak menurunkan kadar vitamin C
secara signifikan. Kadar vitamin C dianalisis menggunakan titrasi yodium
yacobs, kadar vitamin A diukur dengan spektronik-20, dan kadar mineral
diukur dengan AAS. Data kadar vitamin dan mineral dianalisis menggunakan
t-test, sedangkan waktu perebusan optimal dianalisis menggunakan Anava
dan uji beda nyata terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
vitamin A, vitamin C, fosfor, besi, dan kalsium pada lima merk manisan
karika lebih kecil dibandingkan dalam buah karika segar. Waktu perebusan
optimal adalah 10 menit.
Buah segar karika Dieng mengandung kadar vitamin C 65,12
mg/100 g, vitamin A 1771,1 µg/100 g, Ca 24 ppm, Fe 1,2 ppm, P 0,0254%.
Pada 5 merk manisan buah karika kadar vitamin C berkisar 24-30 mg/100 g,
vitamin A berkisar 300-500 µg/100 g, mineral Ca berkisar 5-9 ppm, mineral
Fe berkisar 0,5-0,8 ppm, dan mineral P berkisar 0,0035-0,0088%. Lama
waktu perebusan pada proses pembuatan manisan karika mempengaruhi
kadar vitamin C. Semakin lama waktu perebusan, kadar vitamin C semakin
sedikit. Waktu perebusan optimal dengan kandungan vitamin C cukup tinggi
yaitu pada lama perebusan 10 menit. Proses pembuatan manisan karika
sebaiknya menggunakan lama perebusan 10 menit untuk meminimalkan
berkurangnya kadar vitamin C.
14
3.2 Penentuan Vitamin K pada Tepung, Sereal, Makanan Ringan, Sarapan, dan Makanan yang Dipanggang Menggunakan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Penentuan vitamin K memerlukan data komposisi makanan wakil
untuk yang spesifik. Tujuan dari penenelitian ini untuk menentukan
kandungan dari vitamin K (-filokuinon [K1], 2,3-dihydrophylloquinone [dK],
dan menaquinone-4 [MK-4]) di dalam tepung, sereal, dan makanan yang
dipanggang, termasuk sarapan, yang dilakukan di US. Sampel makanan
diperoleh sebagian dari USDA Natl. Makanan dan Nutrient Analysis Program
dan yang dianalisa oleh kromatografi cairan kinerja yang tinggi (HPLC). Pada
tepung, roti-roti dan serealia sarapan hanya mengandung vitamin K1 dengan
jumlah yang terbatas (cakupan: tidak bisa mendeteksi [ND] dalam 11.2 g/100
g), dengan cakupan luas di dK (cakupan: ND kepada 470 g/100 g).
Kontrasnya, makanan-makanan yang diproses, seperti sarapan yang cepat saji
sandwich-sandwich dan kue bakar, memiliki cakupan yang luas dari K1 (09
sampai 393 g/100 g)dan dK (ND kepada 722 g/100 g). Untuk setiap makanan
yang telah dianalisis, konsentrasi-konsentrasi K1 memiliki cakupan yang
sempit, sedangkan konsentrasi-konsentrasi dK memiliki cakupan yang luas.
Konsentrasi-konsentrasi MK-4 relatif rendah (- 18 sampai 40 g/100 g) yang
dideteksi pada makanan sarapan yang mengandung keju dan daging. Data ini
menyatakan bahwa makanan-makanan yang diproses oleh pabrik
mengandung minyak tanaman sehingga menghasilkan data K1 dan dK yang
besar.
Roti-roti, beras, dan pasta-pasta merupakan sumber yang miskin
akan phyllokuinon dan dihydrophylloquinone. Lebih lanjut, ada yang
ditemukan tanpa tingkat MK-4. Sarapan yang mengandung kebanyakan
tepung juga mengandung filokuinon yang sangat rendah. Secara komparatif,
memproses makanan bahwa berisi minyak, seperti sandwich buat sarapan,
kue dadar, wafel-wafel, dan kentang goreng, mempunyai konsentrasi
filokuinon dan dihydrophylloquinone yang jauh lebih tinggi. Makanan
15
sarapan lain, seperti gandum, dan kue kering juga merupakan sumber yang
sesuai dengan aturan makan dari vitamin K. Sandwich untuk sarapan yang
berisi daging juga mengandung menaquinone-4. Secara bersama data ini
menyarankan bahwa memproses makanan-makanan yang mengandung
filokuinon kaya minyak merupakan suatu sumber tak diduga untuk filokuinon
dan dihydrophylloquinone.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Vitamin adalah zat-zat organik
kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak
dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan.
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena
vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan
pengolahan. Untuk mengetahui kadar vitamin dalam makanan dapat dilakukan
dengan dua metode uji yaitu Analisis kualitatif dan Analisis kantitatif.
Analisis kualitatif merupakan suatu pemeriksaan atau proses kimia yang
menguji adanya ion atau unsur-unsur dalam suatu senyawa. Sedangkan
Analisis kantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut
atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel.
17