kapitasi

18
Makalah Sistem Pembiayaan Kapitasi di Pelayanan Primer Disusun oleh : Ayu 100100264 Pembimbing : Dr. dr. Isti Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

description

retrt

Transcript of kapitasi

Page 1: kapitasi

Makalah

Sistem Pembiayaan Kapitasi di Pelayanan Primer

Disusun oleh :

Ayu

100100264

Pembimbing :

Dr. dr. Isti

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/

Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan

2015

Page 2: kapitasi

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada

kesempatan ini, penulis menyajikan makalah yang berjudul “Program Pencegahan

HIV/AIDS harm reduction”.Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

memenuhi tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan

Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr.dr. Juliandi Harahap, M.A. atas kesediaan beliau

sebagai pembimbing dalam penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui

makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai pentingnya kesehatan

serta kualitas hidup pada lanjut usia semakin bertambah.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan makalah ini.Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai

pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih.Semoga

makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan.

Medan, 6 Agustus 2015

Penulis

Page 3: kapitasi

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................1

1.2. Tujuan.................................................................................................3

1.3. Manfaat...............................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

2.1. Definisi Program Pencegahan HIV.....................................................7

2.2. Definisi harm reduction......................................................................7

2.3. Strategi harm reduction......................................................................8

2.4. Program harm reduction.....................................................................9

2.5. Pro kontra harm reduction..................................................................9

2.6. Paket layanan komprehensif.............................................................10

2.7. Komponen harm reduction...............................................................17

BAB 3 KESIMPULAN.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................25

Page 4: kapitasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman mengenai program pencegahan HIV harm reduction serta untuk

memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan maanfaat kepada penulis dan

pembaca, khususnya yang terlibat dalam bidang kesehatan, dan masyarakat secara

umumnya, agar dapat menambah wawasan tentang pencegahan HIV harm

reduction.

Page 5: kapitasi

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem pelayanan kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dibagi menjadi beberapa

tingakatan/strata :

a. Primary health services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic health

services, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta

mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Umumnya bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient

services).

b. Secondary health services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)

Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in patient services),

dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-

tenaga spesialis.

c. Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)

Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.

2.2. Sistem pembiayaan kesehatan

Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang

mengatur tentang besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :

a. Penyedia pelayanan kesehatan: Merupakan besarnya dana yang harus

disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.

b. Pemakai jasa pelayanan: yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari

sudut pemakai jasa pelayanan (health consumer) adalah besarnya dana

yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan

Page 6: kapitasi

3

2.2.1 Fee for Service ( Out of Pocket )

Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan

layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada

pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan

pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang

dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima.

Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada

sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World

Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia

masih bergantung pada sistem, Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat

mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for

Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan

(PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship , dimana PPK

mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya

kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak

jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari

jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung

PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk

mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.

2.2.2. Health Insurance

Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak

ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem

health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related

Group (DRG system).

Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan

kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk

pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK

dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga

kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah

dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah satu

Page 7: kapitasi

4

lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat). Masyarakat yang telah menajdi peserta akan membayar

iuran dimuka untuk memperoleh pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang

dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak yang memenuhi

kebutuhan utama kesehatan dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau.

Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh

dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan

melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam

penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda

pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat

dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi

pemasukan bagi PPK.

Kelemahan dari sistem Health Insurance ini adalah dapat terjadinya

underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang

diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain

itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian

tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini

berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat

kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga

mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan

membuat PPK lebih kea rah preventif dan promotif kesehatan.

2.3. Sistem Pembiayaan Kapitasi

2.3.1. Definisi

Pola Kapitasi Penyedia jasa kesehatan (provider) diposisikan sebagai salah

satu penanggung resiko, baik sebagian ataupun seluruhnya. Dengan hal ini maka

diharapkan terjadi efisiensi dan efektifitas pembiayaan jasa pelayanan kesehatan.

Konsep sederhananya adalah Penyedia jasa pelayanan kesehatan diberikan

dana fixed untuk melayani sejumlah peserta melalui basis per member per month

(PMPM). Dengan demikian diharapkan pembiayaan dapat dikendalikan karena

pihak provider juga mempunyai kepentingan dalam hal tersebut.

Page 8: kapitasi

5

2.3.2. Keuntungan

a. Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi, dengan

menegakkan diagnosis yang tepat dan memberikan pengobatan atau

tindakan yang tepat. Dengan pelayanan yang baik ini, pasien akan cepat

sembuh dan tidak kembali ke fasilitas kesehatan untuk konsultasi atau

tindakan lebih lanjut yang menambah biaya. Taktik ini dilakukan oleh

fasilitas kesehatan yang berupaya mendapatkan keuntungan jangka pendek

b. Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan promotif dan preventif untuk

mencegah insidens kesakitan. Apabila angka kesakitan baru menurun,

maka peserta tentu tidak perlu lagi berkunjung ke fasilitas kesehatan yang

akan menurunkan utilisasi menjadi lebih rendah dan biaya pelayanan

menjadi lebih kecil. Strategi ini dilakukan oleh fasilitas kesehatan untuk

mendapatkan keuntungan jangka panjang. Strategi ini hanya bisa

dilakukan pada situasi ada pembayar pihak ketiga tunggal atau beberapa

pembayar (misalnya asuransi kesehatan atau pemerintah).

c. Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang pas, tidak lebih dan tidak

kurang, untuk mempertahankan efisiensi operasi dan tetap memegang

jumlah pasien JK sebagai income security. Hal ini akan berfungsi baik

untuk mencari keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang dan jika

situasi pasar sangat kompetitif, dimana fasilitas kesehatan sulit mencari

pasien/langganan baru.

2.3.3. Kerugian

a. Jika kapitasi yang dibayarkan terpisah-pisah (parsial) antara pelayanan

rawat jalan primer, rawat jalan rujukan dan rawat inap rujukan dan tanpa

diimbangi dengan insentif yang memadai untuk mengurangi rujukan,

fasilitas kesehatan akan dengan mudah merujuk pasiennya ke spesialis

atau merawat di rumah sakit. Dengan merujuk, waktunya untuk

Page 9: kapitasi

6

memeriksa menjadi lebih cepat dan risiko finansial menjadi lebih kecil.

Dengan demikian, fasilitas kesehatan primer dan sekunder dapat

mengantongi surplus jangka pendek yang dikehendaki.

b. Fasilitas kesehatan dapat mempercepat waktu pelayanan sehingga tersedia

waktu lebih banyak untuk melayani pasien non jaminan atau yang

membayar dengan JPP yang "dinilai" membayar lebih banyak. Artinya

mutu pelayanan dapat dikurangi, karena waktu pelayanan yang singkat.

Jika ini terjadi, pada kapitasi parsial pihak pembayar ketiga pada akhirnya

dapat memikul biaya lebih besar karena efek akumulatif penyakit yang

menjadi lebih mahal di kemudian hari. Pasien yang tidak mendapatkan

pelayanan rawat jalan yang memadai akan menderita penyakit yang lebih

berat, akibatnya biaya pengobatan sekunder dan tersier menjadi lebih

mahal.

c. Fasilitas kesehatan dapat tidak memberikan pelayanan dengan baik,

supaya kunjungan pasien kapitasi tidak cukup banyak. Hal ini

menimbulkan banyaknya keluhan anggota atas pelayanan yang tidak

memuaskan. Untuk jangka pendek strategi ini mungkin berhasil

menambah surplus kepada fasilitas kesehatan, tetapi untuk jangka panjang

hal ini akan merugikan fasilitas kesehatan itu sendiri.

Page 10: kapitasi

7

BAB 3

KESIMPULAN

Perkembangan system pembiayaan kesehatan di Indonesia telah jauh

berkembanf dengan munculnya system kapitasi dengan berbasis asuransi. System

kapitasi ini banyak digunakan pada tingkat pelayanan kesehatan primer

Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan

kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk

pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK

dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga

kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah

dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.

Konsep sederhananya adalah Penyedia jasa pelayanan kesehatan diberikan

dana fixed untuk melayani sejumlah peserta melalui basis per member per month

(PMPM). Dengan demikian diharapkan pembiayaan dapat dikendalikan karena

pihak provider juga mempunyai kepentingan dalam hal tersebut.

Page 11: kapitasi

8

DAFTAR PUSTAKA