Kanker Payudara
-
Upload
vani-morina -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of Kanker Payudara
![Page 1: Kanker Payudara](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/563db82c550346aa9a9139b9/html5/thumbnails/1.jpg)
8 Oktober 2014, 13:15:47
TerbaikNasional
DahlanIskan Award 2011
KategoriFotoJurnalistik
KankerPayudaraJadiPembunuhWanitaSelasa, 07/10/2014 - 09:26:28 WIB | Kategori: Nasional - Dibaca: 115 kali
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services1
JAKARTA - World Health Organitation (WHO) menyebut Kanker payudara sebagai jenis kanker pembunuh wanita
tertinggi di dunia juga Indonesia. Angka penderita pun terus menanjak di tiap tahunnya. Padahal penyakit mematikan
ini dinilai sangat mudah diantisipasi.
Persoalan tersebut dibenarkan oleh Pengurus Yayasan Kanker Indonesia, Amru Syofyan. Ia mengatakan jumlah
penderita kanker payudara cenderung mengalami peningkatan. Dari data yang dimilikinya, pada 2006 total penderita
mencapai 8.328 dan terus tumbuh menjadi 8.277 kasus pada 2007. "Untuk data terkini, kami belum punya. Tapi dari
hasil kajian, kemungkinan besar angka tersebut akan terus meningkat," ujarnya saat ditemui di Kantor YKI, Senin
(6/10).
Amru menjelaskan, berdasarkan data YKI pusat, di Indonesia kanker payudara merupakan penyakit nomor dua
menjadi penyebab kematian kaum wanita setelah Demam Berdarah Dengue (DBD). "Tingginya angka kematian lebih
banyak disebabkan keterlambatan penanganan, karena ketidaktahuan para penderita kanker payudara," jelasnya.
Ini terjadi karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait mengenai tanda-tanda
awal kanker payudara dan bagaimana pencegahannya. "Meskipun ada sejumlah kasus yang menyerang pria, tapi
memang umumnya menyerang wanita. Banyak yang tidak mengetahui kanker payudara, sehingga mereka terlambat
melakukan pemeriksaan," ujar Amru.
Menurutnya, sebenarnya untuk menekan angka penderita kanker payudara sangatlah mudah dengan pengenalan
gejala dan bagaimana cara pencegahan dini dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari).
"Kebanyakan wanita memeriksakan diri saat kanker sudah stadium lanjut. Tapi jika setiap wanita telah menguasai
“Sadari”, pasti angka kematian akibat penyakit ini akan dapat ditekan," katanya.
Tingginya angka penderita kanker payudara dibenarkan Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Profesor Soehartati Gondhowiardjo. Ia mengatakan, jumlah penderitanya di Indonesia kian
meningkat. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2012 menyebutkan, prevalensi kanker payudara
mencapai 4,3 banding 1.000 orang penderita kanker. Padahal data sebelumnya menyebutkan prevalensinya hanya 1
banding 1.000 orang. "Tidak bisa dipungkiri, angka penderita kanker payudara terus meningkat," ujarnya di RSCM.
Ia menjelaskan, menurut Profil Kesehatan Indonesia Kemenkes tahun 2008, penderita kanker payudara di Indonesia
terus menanjak sejak 2004. Pada tahun itu jumlah penderita mencapai 5.207 kasus. Jumlah tersebut naik menjadi
7.850 kasus pada 2005. Dan terus meningkat menjadi 8.328 kasus pada tahun 2006. Sedangkan Pada tahun 2007,
penderita kanker payudara meningkat lagi menjadi 8.277 kasus. "Dengan semakin banyaknya kasus kanker
![Page 2: Kanker Payudara](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/563db82c550346aa9a9139b9/html5/thumbnails/2.jpg)
payudara, sudah saatnya pemerintah memperhatikan dengan serius dengan memberikan informasi yang memadai
kepada masyarakat," imbaunya.
Soehartati menambahkan, data Center of Global Burden Of Diseas, lembaga peneliti kesehatan dari Australia saat
melakukan penelitian di Indonesia menyebut, pada 2002 kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada
perempuan. Yaitu perbandingan 26 dari 100.000 penderita kanker. Diikuti kanker leher rahim sebanyak 16 dari
100.000. Jumlah ini juga didukung dengan data yang dikumpulkan oleh SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun
2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia, sebanyak
16,85%.
Tak heran, bila Soehartati mengatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker
Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh
dunia pada tahun 2030. "Dan 70 persennya berada di negara berkembang seperti Indonesia," ungkapnya.
Pemerataan RS Kanker
Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia diakui menjadi masalah bagi pengobatan. Soehartati mengatakan, pusat
pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15 persen pasien kanker. "Padahal, angka tersebut, saat
pasien kanker di Indonesia masih diprediksi 1 berbanding 1.000," ungkap profesor di bidang radiasi onkologi ini.
Karenanya, menurut Soehartati, Indonesia perlu menambah pusat pengobatan kanker dengan lokasi yang merata.
"Pusat pengobatan kanker di Indonesia masih 22 RS negeri, dan 2 RS swasta. Itu pun letaknya tidak merata. Selain
jumlah, perlu juga diperhatikan jaraknya," cetusnya.
Namun yang lebih penting, lanjut Soehartati, adalah pengetahuan masyarakat dalam mengantisipasi kanker
payudara. "Sekitar 43 persen dari kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan 30 persen dari kanker dapat
terdeteksi," jelasnya.
Ia juga menjelaskan, penyebab kanker tidak dapat ditentukan dari satu faktor risiko saja, tetapi gabungan dari banyak
faktor.
Faktor risiko kanker antara lain riwayat keluarga, infeksi virus, paparan bahan kimia, dan radiasi. "Untuk mencegah
kanker diperlukan pencegahan primer yang terdiri dari berpikir positif, bergerak aktif, dan menjaga pola makan, serta
pencegahan sekunder yaitu deteksi dini dan vaksinasi," terangnya.
Terpisah, Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti mengatakan, dalam pengendalian kanker payudara,
pemerintah mentargetkan minimal 80 persen perempuan usia 30-50 tahun melakukan deteksi dini setiap 5 tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, jumlah perempuan Indonesia yang berusia 30-50 tahun sekitar
36 juta.
Namun, hingga 2012, jumlah perempuan yang telah diskrining lebih dari 550 ribu orang. Dari jumlah tersebut
ditemukan Inspeksi Visual dengan Asam Asetata (IVA)(+) lebih dari 26 ribu orang atau di kisaran 4,5%, suspek
kanker leher rahim sebanyak 666 orang, dan suspek tumor payudara sebanyak 1.289 orang.
“Cakupan deteksi dini ini masih perlu ditingkatkan dengan kerja keras, kerja cerdas, dan inovasi bersama seluruh
lapisan masyarakat,” kata Ali di Kantor Kemenkes.
Ia juga menuturkan, program nasional deteksi dini kanker payudara hingga 2013 telah menyebar ke 140 kabupaten
di 31 provinsi, yang dilaksanakan oleh 500 dari 9500 Puskesmas. “Saat ini, telah ada 202 pelatih atau trainers yang
terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dan diperkuat
oleh 1.192 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan,” paparnya.
![Page 3: Kanker Payudara](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/563db82c550346aa9a9139b9/html5/thumbnails/3.jpg)
Ia menyebutkan, ketidaktahuan masyarakat khususnya kaum perempuan Indonesia pada bahaya kanker payudara
perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif, seperti sosialisasi, advokasi, dan edukasi di berbagai
elemen masyarakat. "Edukasi akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah melalui
guru-guru mereka dibantu oleh para ahli," ujarnya.
Ia juga berharap YKI dan Perkumpulan Obsetetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) beserta berbagai organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, dan BUMN dapat mendukung upaya ini. “Dengan dukungan seluruh lapisan
masyarakat program ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kedua kanker tersebut,”
tutur Wamenkes.
(happy/wmc)