kandungan napza

5
PUTAU bukan sekedar heroin!!!! Serbuk maut yang di kalangan pemakai disebut putau itu sebenarnya sejenis heroin tapi tidak murni. Ia dibuat oleh pabrik-pabrik ilegal yang biasanya mengambil lokasi di kebun candu atau opium di kawasan Segi Tiga Emas ataupun Asia Barat. Apa dan mengapa sangat berbahaya bagi kesehatan si pemakai? Penyalahgunaan obat di Indonesia akhir-akhir ini semakin meluas melanda generasi muda. Obat-obat yang disalahgunakan mulai dari ganja atau hashish, pil koplo, kokain, hingga ekstasi. Bahkan akhir-akhir ini muncul sabu-sabu (sejenis amfetamin) serta putau (sejenis heroin). Ganja atau hashish, kokain, dan putau termasuk narkotik. Sedangkan pil koplo, ekstasi, dan sabu-sabu tergolong psikotropika. Putau adalah sejenis heroin yang tidak murni dan sangat berbahaya bagi kesehatan pemakainya. Korban-korban ketagihan, sakit, dan kematian akibat heroin sudah cukup banyak. Belum ada data resmi berapa jumlah korban di Indoensia, karena keluarga korban enggan melaporkan. Ada rasa malu dan keluarga berupaya menutup-nutupi. Heroin dan sejenisnya, termasuk putau, tidak memenuhi kriteria sebagai obat. Bahan dasar pembuatan heroin adalah getah buah candu (opium) dari Papaver somniferum, keluarga Papaveraceae, yang sudah tua tetapi belum masak. Dari getah kering ini diperoleh candu. Kandungan candu adalah alkaloida golongan narkotik, misalnya morfin, kodein, tebain, narsein, dan alkaloida non-narkotik, misalnya papaverin, narkotin, apomorfin. Sedangkan morfin adalah kandungan standar dari candu dan sediaannya yang lain seperti ekstrak, tingtur, serbuk, dll. Tahun 1805, seorang apoteker Jerman bernama Sertuerner berhasil mengisolasi morfin

Transcript of kandungan napza

Page 1: kandungan napza

PUTAU

bukan sekedar heroin!!!!

Serbuk maut yang di kalangan pemakai disebut putau itu sebenarnya sejenis

heroin tapi tidak murni. Ia dibuat oleh pabrik-pabrik ilegal yang biasanya

mengambil lokasi di kebun candu atau opium di kawasan Segi Tiga Emas

ataupun Asia Barat. Apa dan mengapa sangat berbahaya bagi kesehatan si

pemakai? 

Penyalahgunaan obat di Indonesia akhir-akhir ini semakin meluas melanda generasi

muda. Obat-obat yang disalahgunakan mulai dari ganja atau hashish, pil koplo, kokain,

hingga ekstasi. Bahkan akhir-akhir ini muncul sabu-sabu (sejenis amfetamin) serta putau

(sejenis heroin). Ganja atau hashish, kokain, dan putau termasuk narkotik. Sedangkan pil

koplo, ekstasi, dan sabu-sabu tergolong psikotropika.

Putau adalah sejenis heroin yang tidak murni dan sangat berbahaya bagi kesehatan pemakainya. Korban-korban ketagihan, sakit, dan kematian akibat heroin sudah cukup banyak. Belum ada data resmi berapa jumlah korban di Indoensia, karena keluarga korban enggan melaporkan. Ada rasa malu dan keluarga berupaya menutup-nutupi. Heroin dan sejenisnya, termasuk putau, tidak memenuhi kriteria sebagai obat.Bahan dasar pembuatan heroin adalah getah buah candu (opium) dari Papaver somniferum,

keluarga Papaveraceae, yang sudah tua tetapi belum masak. Dari getah kering ini diperoleh

candu. Kandungan candu adalah alkaloida golongan narkotik, misalnya morfin, kodein,

tebain, narsein, dan alkaloida non-narkotik, misalnya papaverin, narkotin, apomorfin.

Sedangkan morfin adalah kandungan standar dari candu dan sediaannya yang lain seperti

ekstrak, tingtur, serbuk, dll. Tahun 1805, seorang apoteker Jerman bernama Sertuerner

berhasil mengisolasi morfin (berasal dari bahasa Yunani Morpheus, yang tidak lain adalah

Dewa Mimpi). Kandungan morfin dari candu sampai 10%. Tahun 1874, pabrik Bayer

berhasil mensintesis heroin (diasetilmorfin atau diamorfin) dari bahan baku morfin

menggunakan asam asetat atau cuka anhidrat. Nama heroin diambil dari bahasa Jerman,

yakni heroic yang artinya pahlawan. Heroin yang pertama kali dibuat ini dicoba untuk obat

penekan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik).

Namun, baru tahun 1898 diuji manfaat dan bahayanya pada hewan dan manusia. Ternyata

bahaya heroin jauh lebih besar daripada manfaatnya. Karena itu pada tahun 1924 di

Amerika Serikat dilarang diproduksi dan digunakan.  

Dulu heroin dibuat oleh pabrik legal. Namun sejak adanya larangan produksi tersebut heroin

dibuat oleh industri gelap (Clandestine). Industri gelap ini sering mengambil lokasi di kebun

Page 2: kandungan napza

candu, misalnya di daerah Segi Tiga Emas (Myanmar, Thailand, dan Laos), Asia Barat

(Turki, Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan). Hal ini terlihat, dari setiap operasi aparat kepolisian

atau militer ditemukan asam cuka dalam jumlah besar. Heroin harganya lebih mahal

daripada morfin; efek adiktif (kecanduan) dan halusinasinya lebih kuat daripada morfin.

Konon penggunaan morfin di kalangan remaja meningkat. Dahulu remaja kita umumnya

menyalahgunakan obat legal yang diizinkan beredar di Indonesia seperti serbuk atau

ekstrak candu, morfin injeksi. Namun bersamaan dengan kemudahan transportasi,

komunikasi, dan jaringan sindikat narkotik yang lebih rapi, maka heroin akhirnya dapat juga

masuk ke Indonesia.

Beberapa cara penyelundupan yang nekat dilakukan anggota sindikat misalnya lewat

kondom atau kapsul yang ditelan dan terdeteksi di perut. Kasus seperti ini pernah terungkap

oleh aparat Bea Cukai Jakarta beberapa waktu yang lalu.

 

Bukan tergolong obat

Heroin dan sejenisnya, termasuk putau, tidak memenuhi kriteria sebagai obat, karena:

a)      Heroin atau putau merupakan bahan kimia yang bahayanya jauh lebih besar daripada

manfaatnya. Bahan kimia ini dilarang diproduksi, diedarkan, dan digunakan serta dibuat

oleh pabrik ilegal. Inilah yang berbeda dengan obat-obatan resmi yang diproduksi oleh

pabrik legal dan diedarkan oleh distributor yang legal pula.

Pelanggaran produksi, distribusi, dan penggunaannya dapat dikenai sanksi sesuai

dengan UU Narkotika no.9/1976. Penggunaan heroin hanya diizinkan bila digunakan

untuk penelitian. Sanksi hukumnya cukup berat bagi pelanggarnya.

b)      Heroin atau putau yang beredar di pasar gelap tidaklah murni heroin. Bila dari pabrik

gelapnya bisa 80% kadarnya, namun setelah sampai ke pengedarnya (lewat 5 – 10

jalur), kadar heroinnya turun sampai 1 – 15%.

Hal ini wajar karena mereka yang terlibat memalsu atau mencampur heroin kadar tinggi

dengan bahan tambahan seperti kuinin, manitol (pencahar), kafein, laktosa, dll. Dengan

demikian mereka akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Heroin atau

putau biasanya diedarkan dalam bungkus-bungkus kecil.  

c)      Rute penggunaan yang salah sering berakibat fatal. Dosis 3 mg setara dengan

kekuatan 10 mg morfin. Penggunaan serbuk ini dilakukan dengan melarutkan serbuk

dalam wadah atau sendok dicampur air yang tidak steril, disaring dengan kapas, dan

Page 3: kandungan napza

disuntikkan ke intravena (lewat pembuluh darah) atau subkutan (lewat bawah kulit).

Kadang-kadang juga diisap seperti rokok, atau disedot.

Cara lain dengan chasing, yaitu serbuk diletakkan di atas aluminium foil dan dipanaskan

bagian bawahnya. Uapnya dialirkan lewat sebuah lubang dari kertas rol atau pipa,

dihirup lewat hidung untuk diteruskan ke paru-paru.

Pada kasus kelebihan dosis dapat terjadi abses paru-paru. Chasing dilakukan oleh

pemakai karena serbuk yang dibeli tidak murni heroin. Pada penggunaan parenteral

(intravena, subkutan maupun dengan melukai) akan terjadi abses, tertular beberapa

penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis, rematik jantung, emboli, tetanus,

selulitis/tromboflebitis.

 

Bahayanya…

Heroin selain menyebabkan ketergantungan psikis dan fisik, juga dapat menyebabkan

euforia, badan terasa sakit, mual dan muntah, miosis, mengantuk, mulut kering, berkeringat,

depresi pernapasan, hipotermia, tekanan darah turun, konstipasi, kejang saluran empedu,

sukar buang air kecil. Kematian biasanya terjadi bila dosis yang digunakan berlebihan.

Pemakai yang sudah menjadi pemadat cenderung untuk menggunakan obat dengan dosis

berlebihan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya batas toleransi tubuh yang makin meninggi.

Di samping itu pemakai sering menggunakan obat lain seperti alkohol, kokain, dll. dan tidak

tahu dosis pasti, sehingga sering terjadi kasus kelebihan dosis. Heroin dengan dosis 3 mg

bila diberikan secara parenteral, terutama intravena, bisa menyebabkan gangguan

kompulsif. Kekuatannya tiga kali morfin. Karena sifatnya lebih lipofil daripada morfin, maka

heroin lebih cepat menembus saraf otak dibandingkan dengan morfin. Dengan demikian

kerja heroin lebih cepat daripada morfin. Heroin sendiri akan diubah menjadi morfin di dalam

tubuh.

Obat-obat antidotum (penawar) untuk mengobati korban penyalahgunaan obat terutama

morfin dan heroin sudah tersedia di tanah air, terutama di rumah rakit ketergantungan obat.

Namun, upaya mencegah ataupun menghindari penggunaan obat terlarang akan lebih baik

daripada harus masuk rumah sakit itu dulu.

 

 Adapted from : http://warta.unair.ac.id/artikel/index.php?id=44

(Drs. Suharjono, MS, Apt., staf pengajar pada Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga, Surabaya)