KAKU-08 EDIT

download KAKU-08 EDIT

of 49

Transcript of KAKU-08 EDIT

VI. PERENCANAAN PERKERASAN JALAN BETON SEMEN LALU LINTAS RINGAN DAN BERAT 6.1. Umum Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen telah dikembangkan sejak 1939 di United Kingdom dan di Indonesia mulai berkembang sekitar satu dasa warsa terakhir. Banyaknya variasi sifat tanah dasar dengan daya dukung rendah dan meningkatnya volume dan beban kendaraan yang cepat, jalan beton dapat menjadi alternatif yang mampu untuk mengatasi masalah tersebut. Kinerja yang cukup menjanjikan dari perkerasan kaku mendorong penggunaan yang lebih luas pada perkerasan jalan, lapangan parkir atau terminal. Beberapa keuntungan dan manfaat dari perkerasan jalan dengan menggunakan beton adalah : - Biaya keseluruhan selama umur rencana yang lebih rendah. - Biaya pemeliharaan selama umur rencana yang rendah. - Dapat juga dilaksanakan dengan sistim padat karya. - Dapat dilaksanakan pada daerah persimpangan, terminal, pemberhentian bus dan alinemen dengan kelandaian yang curam. - Bisa diterapkan pada jalan lama yang sudah rusak dengan cara pelapisan ulang. - Bisa dibangun menyatu dengan kerb dan gater (gutter). - Bisa menggunakan bahan lokal. - Mempunyai kekesatan yang tinggi. - Membutuhkan penerangan yang lebih kecil bilamana lampu jalan dipasang. 6.2. Struktur dan Jenis Perkerasan Beton Semen Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4 jenis : - Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan - Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan - Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan - Perkerasan beton semen pra-tegang Jenis perkerasan beton semen pra-tegang tidak dibahas dalam pedoman ini. Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat pada Gambar 6.1.Perkerasan Beton Semen Pondasi bawah

Tanah dasar

Gambar 6.1. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen42

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut : - Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar. - Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat. - Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat. - Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan. Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. 6.3. Persyaratan Teknis Perencanaan Tabel Beton Semen Pada perencanaan perkerasan beton semen, tebal pelat beton dihitung agar supaya mampu memikul tegangan yang ditimbulkan oleh : Beban roda kendaraan. Perubahan suhu dan kadar air. Perubahan volume pada lapisan dibawahnya. Untuk mengatasi repetisi pembebanan lalu-lintas sesuai dengan konfigurasi dan beban sumbunya, dalam perencanaan tebal pelat diterapkan prinsip kelelahan (fatigue) dari pelat beton dan erosi pada lapisan dibawah pelat. Perencanaan tebal perkerasan beton yang diuraikan dalam pedoman ini, didasarkan pada: Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan oleh Modulus Reaksi Tanah Dasar (k). Tebal dan jenis lapis pondasi bawah yang diperlukan untuk melayani lalulintas pelaksanaan, mengendalikan pemompaan (pumping) dan perubahan volume tanah dasar, serta untuk mendapatkan keseragaman daya dukung dibawah pelat. Kekuatan beton yang dinyatakan oleh kuat tarik lenturnya (MR). Tipe bahu jalan, apakah berupa pelat beton yang bersatu dengan perkerasan atau tidak. Beban lalu-lintas yang dinyatakan oleh beban sumbu dan tipenya. 6.3.1. Tanah Dasar Walaupun sebagian besar beban pada perkerasan beton semen dipikul oleh pelat beton, namun keawetan dan kekuatan pelat tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dan daya dukung dan keseragaman tanah dasar. Keseragaman daya dukung tanah43

dasar akan membantu menurunkan pengaruh tegangan pada slab beton. Keseragaman daya dukung tanah dasar lebih penting dari pada nilai kekuatan dari daya dukung tanah itu sendiri. Namun apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %. Parameter yang paling umum digunakan untuk menyatakan daya dukung tanah dasar pada perkerasan beton semen adalah Modulus Reaksi Tanah Dasar (k). Modulus reaksi tanah dasar ditetapkan di lapangan dengan pengujian plat bearing, dengan diameter pelat 76 cm yang dinyatakan dalam kg/cm3 (MPa/m). Karena pengujian plate bearing memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal, maka k dapat diperkirakan dari nilai CBR, baik CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989. Untuk mengetahui nilai k berdasarkan nilai CBR dapat menggunakan Gambar 6.2. Nilai modulus reaksi untuk beberapa tipe tanah dasar diperlihatkan pada Tabel 6.1 Bilamana lapis pondasi digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan,akan terdapat kenaikan nilai k gabungan. Jika lapis pondasi terdiri dari bahan berbutir atau stabilisasi semen, sebagai pendekatan kenaikan nilai k gabungan dapat diambil dari Tabel 6.2 dan 6.3.100 80 60 California Bearing Ratio (%) 40 20 10 8 6 4 2 1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Modulus Reaksi Tanah Dasar, k (kPa/mm)

Gambar 6.2. Hubungan antara Nilai CBR dengan Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) Tabel 6.1. Nilai k untuk Beberapa Tipe Tanah DasarTipe tanah dasar Tanah berbutir halus sebagiabn besar terdiri dari pertikel tanah liat dan silt Pasir atau campuran pasir kerikil yang megandung tanah liat atau silt Pasir atau campuran pasir dan kerikil yang sedikit sekali mengandung butiran tanah liat halus Cement Treated Base Kekuatan Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Nilai k (Mpa/m) 20 30 35 40 50 60 70 - 110

44

Tabel 6.2. Pengaruh Tebal Lapis Pondasi Berbutir Tanpa Pengikat Terhadap Nilai kK dari Tanah dasar kg/cm3 (MPa/m) 2,0 (20) 4,0 (40) 6,0 (60) 8,0 (80) 10 cm 2,3 (23) 4,5 (45) 6,4 (64) 8,7 (87) k gabungan, kg/cm3 (MPa/m) 15 cm 2,5 (25) 4,9 (49) 6,6 (66) 9,0 (90) 25 cm 3,2 (32) 5,7 (57) 7,6 (76) 10,0 (100) 30 cm 3,8 (38) 6,6 (66) 9,0 (90) 11,7 (117)

Tabel 6.3. Pengaruh Tebal Lapis Pondasi Dengan Stabilisasi Semen Terhadap Nilai kk dari Tanah dasar kg/cm3 (Mpa/m)2,0 (20) 4,0 (40) 6,0 (60)

k gabungan, kg/cm3 (MPa/m) 10 cm6,0 (60) 10,0 (100) 14,0 (140)

15 cm8,0 (80) 13,0 (130) 19,0 (190)

25 cm10,5 (105) 18,5 (185) 24,5 (245)

30 cm13,5 (135) 23,0 (230) -

6.3.2. Pondasi Bawah Bahan Pondasi bawah dapat berupa agregat berbutir, stabilisasi semen tanah atau beton kurus (lean concrete). Disarankan pada daya dukung dengan tanah dasar yang lemah untuk menggunakan stabilisasi semen tanah atau beton kurus sebagai bahan pondasi bawah. Fungsi utama pondasi bawah dalam perkerasan beton adalah : - Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar. - Sebagai platform (lantai kerja) dari lapisan dibawahnya yang memungkinkan untuk pelaksanaan seterusnya tanpa merusak permukaan tanah dasar. - Sebagai lapisan perata (levelling) membentuk formasi yang rata sebelum dilapisi slab beton. - Untuk mencegah rembesan dan pumping pada sambungan atau retakan Untuk memenuhi fungsi tersebut, tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 6.3 dan CBR tanah dasar efektif didapat dari Gambar 6.4. Pada perkerasan beton, lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen tersebut. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif.45

Gambar 6.3. Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen

Gambar 6.4. CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah 6.3.2.1. Pondasi Bawah Material Berbutir Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100 %, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.46

6.3.2.2. Pondasi Bawah dengan Bahan Pengikat (Bound Sub-base) Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari : (i) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan. (ii) Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt). (iii) Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2 ). 6.3.2.3. Pondasi Bawah dengan Campuran Beton Kurus (Lean-Mix Concrete) Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm. 6.3.2.4. Lapis Pemecah Ikatan Pondasi Bawah dan Pelat Perencanaan ini didasarkan bahwa antara pelat dengan pondasi bawah tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Nilai Koefisien Gesekan ()No. 1 2 3 Lapis Pemecah Ikatan Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi bawah Laburan parafin tipis pemecah ikat Karet kompon (A chlorinated rubber curing compound) Koefisien Gesekan () 1,0 1,5 2,0

6.3.3. Beton Semen Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 35 MPa (30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 55,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut : fcf = K (fc)0,50 dalam MPa atau fcf = 3,13 K (fc)0,50 dalam kg/cm2.............................................

................................. (6.1)

(6.2)

47

Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut : fcf = 1,37.fcs (MPa) atau fcf = 13,44.fcs (kg/cm2) ............................................. (6.4) .............................................. (6.3)

Dengan pengertian : fc : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2) fcf : kuat tarik lentur beton (MR) umur 28 hari (kg/cm2) K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah. fcs : kuat tarik belah beton 28 hari Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/m. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan. 6.3.4. Bahu Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi tebal pelat. Yang dimaksud dengan bahu beton semen adalah bahu yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencakup saluran dan kerb. 6.4. Perencanaan Tebal Plat Beton untuk Lalu Lintas Rendah (< 106 Kendaraan Niaga) Perencanaan tebal perkerasan didasarkan pada empat faktor berikut: a. Kuat tarik lentur beton (Modulus of Rupture) pada umur 28 hari. b. Kekuatan tanah dasar, atau kombinasi dengan lapis pondasi. c. Berat, frekwensi dan jenis truk pada lajur rencana. d. Umur rencana, dalam prosedur PCA diberikan 20 tahun, namun dapat lebih atau kurang.

48

Proses perencanaan didasarkan pada kategori lalu-lintas yang dinyatakan dalam ADTT (Anual Daily Truck Tafic), tipe penyaluran beban, ada dan tidaknya bahu jalan, modulus reaksi tanah dasar dan kuat tarik lentur beton. Langkah-langkah perencanaan adalah sebagai berikut: a. Perkirakan ADTT (Average Daily Truck Traffic), 2 arah, tidak termasuk truk dua gandar empat roda. b. Pilih katagori beban gandar (1 atau 2) dari Tabel 6.5. c. Peroleh tebal pelat yang dibutuhkan dari Tabel 6.6, 6.7 , dan atau Tabel 6.8. Tabel. 6.6, 6.7 dan 6.8 didasarkan ADTT untuk umur rencana 20 tahun, untuk umur rencana tidak sama dengan 20 tahun, ADTT rencana harus dikalikan dengan umur rencana dibagi 20. Sebagai contoh, bila dibutuhkan umur rencana 30 tahun, dari umur rencana 20 tahun diestimasikan nilai ADTT dikalikan dengan 30/20. Tabel 6.5. Katagori Beban SumbuLalu-lintas Kategori Beban Sumbu 1 2 ADTT ADT % 200-800 700-5000 1-3 5-18 Per Hari < 25 40-1000 Beban Sumbu Maksimum (ton) Sumbu Tunggal 9,8 11,5 Sumbu Tandem 16,0 19,5

Contoh : Perencanaan tebal perkerasan untuk daerah permukiman : Jalan permukiman, 2 lajur, ADT = 500, ADTT = 5 Tanah dasar lempung, tanpa lapis pondasi, daya dukung tanah dasar (k) adalah rendah, kuat tarik lentur (fcf atau MR) beton = 41 kg/cm2 (4,1 MPa), sambungan tanpa ruji (dowel), kerb menyatu dengan perkerasan. Penyelesaian : Dengan ADTT = 5, pada Tabel 5.5. Termasuk kategori beban sumbu 1. Karena termasuk kategori 1 dan tanpa ruji (dowel), maka gunakan Tabel 6.6. Dari Tabel 6.6, dengan daya dukung tanah dasar rendah dan MR = 41 kg/cm2 (4,1 MPa) didapat : ADTT Tebal pelat (cm) 14 0,8 15 9,0 Untuk ADTT = 5, maka tebal pelat dipilih 15 cm.

49

Tabel 6.6. ADTT yang Diizinkan untuk Beban Sumbu Gandar Katagori 1 Sambungan Tanpa Ruji (dowel)Tanpa bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Rendah 2,0 3,4 (20 34) Sedang 3,5 - 4,9 (35 - 49) Tinggi, 5,0 - 6,0 (50 - 60)

Dengan bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Rendah 2,0 - 3,4 (20 34) Sedang 3,5 - 4,9 (35 - 49) Tinggi, 5,0 - 6,0 (50 - 60)

MR = 44 kg/cm2 (4,4 MPa) 12 13 14 15 16 17 13 14 15 16 17 18 14 15 16 17 18 0,2 2 18 110 500 0,1 1 11 77 407 0,3 4 33 210 10 11 12 13 14 0,3 4 38 240 0,1 2 21 160 0,4 6 60 410

MR = 41 kg/cm2 (4,1 MPa) 0,4 4 27 140 600 0,1 0,7 5 32 150 0,2 2 19 110 530 0,7 8 54 290 11 12 13 14 15 0,8 9 65 360 0,3 5 41 260 1 15 110 650

MR = 38 kg/cm2 (3,8 MPa) 0,4 4 26 130 570 1 12 72 350 11 12 13 14 15 16 0,1 2 14 90 430 0,8 9 63 340 0,2 3 26 170

6.5. Perencanaan Tebal Plat Beton untuk Lalu Lintas Berat (>106 Kendaraan Niaga) Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu : 1) Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat. 2) Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan. Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai perkerasan bersambung yang dipasang ruji. Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana. Langkah-langkah perencanaan tebal pelat diperlihatkan pada bagan alir yang diperlihatkan pada Gambar 6.5 dan pada Tabel 6.9.50

Tabel 6.7. ADTT yang Diizinkan untuk Beban Sumbu Gandar Katagori 2 Sambungan Dengan Ruji (dowel)Tanpa bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Renda h 2,0 3,4 (20 34) Sedan g 3,5 4,9 (35 49) Tinggi, 5,0 6,0 (50 60) Sangat Tinggi 7+ (70 +)

Dengan bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Renda h 2,0 3,4 (20 34) Sedan g 3,5 4,9 (35 49) Tinggi, 5,0 6,0 (50 60) Sangat Tinggi 7+ (70 +)

fcf = MR = 44 kg/cm2 (4,4 MPa)14 15 16 17 18 19 20 21 15 16 17 18 19 20 21 22 16 17 18 19 20 21 22 23 5 35 190 820 3200 3 26 150 740 3100 12 13 14 15 16 17 18 4 30 180 890 3700 12 86 470 2200 6 53 330 1700

2 15 77 330 1200 4100

12 68 320 1300 4500

6 44 240 1000 4100

fcf = MR = 41 kg/cm2 (4,1 MPa)2 16 82 350 1300 4400 8 47 220 900 3300 5 38 200 870 3300 13 14 15 16 17 18 19 7 46 240 1100 4100 20 130 620 2600 12 87 470 2100

3 18 85 330 1200 3700

10 60 290 1200 4200

fcf = MR = 38 kg/cm2 (3,8 MPa)3 17 82 320 1100 3600 9 51 220 840 2900 8 46 220 870 3100 14 15 16 17 18 19 20 9 56 270 1100 3900 4 28 150 670 2600 18 110 550 2300

3 18 78 290 940 2900

12 67 290 1100 3700

Metode perencanaan ini dapat digunakan untuk merencanakan perkerasan beton semen untuk jalan yang melayani lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga. Metode perencanaan didasarkan pada : - Perkiraan lalu-lintas dan komposisinya selama umur rencana. - Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dengan CBR (%). - Kuat tarik lentur beton (Modulus of Rupture, MR) umur 28 hari - Jenis bahu jalan. - Jenis perkerasan. - Jenis penyaluran beban.

51

Tabel 6.8. ADTT yang Diizinkan Beban Gandar Katagori 2 Sambungan Tanpa Ruji (dowel)Tanpa bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Renda h 2,0 3,4 (20 34) Sedang 3,5 4,9 (35 49) Tinggi, 5,0 6,0 (50 60) Sangat Tinggi 7+ (70 +)

Dengan bahu atau kerb Tebal pelat (cm) Daya dukung tanah dasar lapis pondasi, kg/cm3 (MPa/m)Renda h 2,0 3,4 (20 34) Sedang 3,5 4,9 (35 49) Tinggi, 5,0 6,0 (50 60) Sangat Tinggi 7+ (70 +)

fcf = MR = 44 kg/cm2 (4,4 MPa)14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 15 16 17 18 19 20 21 22 23 16 17 18 19 20 21 22 23 5 190 820 1500 1700 2100 3100 5 26 150 740 1300 2000 3000 12 13 14 15 16 17 18 19 20 4 30 180 800 1300 2100 3500 12 86 470 1100 1800 3100 6 53 840 1500 2800

2 15 77 330 1200 1600 2100 2900

12 68 320 1200 1700 2300 3200

6 44 240 800 1200 1900 2900

fcf = MR = 41 kg/cm2 (4,1 MPa)2 16 82 350 1300 2300 3200 8 47 220 900 2100 3100 5 38 200 870 2000 3000 13 14 15 16 17 18 19 20 7 46 240 1100 2100 3500 2 20 130 620 1800 3100 12 87 470 1500 2800

3 18 85 330 1200 2100 2900

10 60 290 1200 1900 2900

fcf = MR = 38 kg/cm2 (3,8 MPa)3 17 82 320 1100 3200 9 51 220 840 2900 8 46 220 870 3000 14 15 16 17 18 19 20 9 56 270 1100 3500 4 28 150 670 2600 18 110 550 2300

3 18 78 290 940 2900

12 67 290 1100 2900

Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton.

52

Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut : - Sumbu tunggal roda tunggal (STRT). - Sumbu tunggal roda ganda (STRG). - Sumbu tandem roda ganda (STdRG). - Sumbu tridem roda ganda (STrRG).

Gambar 6.5. Sistem Perencanaan Perkerasan Beton Semen53

Tabel 6.9 Langkah-langkah Perencanaan Tebal Perkerasan Beton SemenLangkah1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Uraian KegiatanPilih jenis perkerasan beton semen, bersambung tanpa ruji, bersambung dengan ruji, atau menerus dengan tulangan. Tentukan apakah menggunakan bahu beton atau bukan. Tentukan jenis dan tebal pondasi bawah berdasarkan nilai CBR rencana dan perkirakan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana sesuai dengan Gambar 5.3 Tentukan CBR efektif bedasarkan nilai CBR rencana dan pondasi bawah yang dipilih sesuai dengan Gambar 5.4. Pilih kuat tarik lentur atau kuat tekan beton pada umur 28 hari (fcf) Pilih faktor keamanan beban lalu lintas (FKB) Taksir tebal pelat beton (taksiran awal dengan tebal tertentu berdasarkan pengalaman atau menggunakan contoh yang tersedia atau dapat menggunakan Gambar pada LAMPIRAN 1. Tentukan tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) untuk STRT dari Tabel 5.10 atau Tabel 5.11 Tentukan faktor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan ekivalen (TE) oleh kuat tarik-lentur (fcf). Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban per roda dan kalikan dengan faktor keamanan beban (Fkb) untuk menentukan beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda 65 kN (6,5 ton), anggap dan gunakan nilai tersebut sebagai batas tertinggi pada Gambar 5.6 sampai Gambar 5.8 Dengan faktor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan jumlah repetisi ijin untuk fatik dari Gambar 5.6, yang dimulai dari beban roda tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut. Hitung persentase dari repetisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin. Dengan menggunakan faktor erosi (FE), tentukan jumlah repetisi ijin untuk erosi, dari Gambar 5.7. atau Gambar 5.8. Hitung persentase dari repetisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin. Ulangi langkah 11 sampai dengan 14 untuk setiap beban per roda pada sumbu tersebut sampai jumlah repetisi beban ijin yang terbaca pada Gambar 5.6. dan Gambar 5.7 atau Gambar 5.8 yang masing-masing menapai 10 juta dan 100 juta repetisi. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari setiap beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama hitung jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut. Ulangi langkah 8 sampai dengan langkah 16 untuk setiap jenis kelompok sumbu lainnya. Hitung jumlah total kerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu. Ulangi langkah 7 sampai dengan langkah 18 hingga diperoleh ketebalan tertipis yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan atau erosi 100%. Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan beton semen yang direncanakan.

11

12 13 14 15

16

17 18 19

6.5.1. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 6.10. 6.5.2. Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.54

Tabel 6.10. Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur RencanaKoefisien distribusi Lebar perkerasan (Lp) Lp < 5,50 m 5,50 m Lp < 8,25 m 8,25 m Lp < 11,25 m 11,23 m Lp < 15,00 m 15,00 m Lp < 18,75 m 18,75 m Lp < 22,00 m Jumlah lajur (nl) 1 Arah 1 lajur 2 lajur 3 lajur 4 lajur 5 lajur 6 lajur 1 0,70 0,50 2 Arah 1 0,50 0,475 0,45 0,425 0,40

6.5.3. Pertumbuhan Lalu-lintas Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan persamaan sebagai berikut : R= (1 + i )UR 1 i (6.5)

Dengan pengertian : R : Faktor pertumbuhan lalu lintas i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %. UR : Umur rencana (tahun) Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R ) dapat juga ditentukan berdasarkan Tabel 6.11 Tabel 6.11. Faktor Pertumbuhan Lalu-lintas ( R)Umur Rencana (Tahun) 5 10 15 20 25 30 35 40 Laju Pertumbuhan (i) per tahun (%) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2 5,2 10,9 17,3 24,3 32 40,6 50 60,4 4 5,4 12 20 29,8 41,6 56,1 73,7 95 6 5,6 13,2 23,3 36,8 54,9 79,1 111,4 154,8 8 5,9 14,5 27,2 45,8 73,1 113,3 172,3 259,1 10 6,1 15,9 31,8 57,3 98,3 164,5 271 442,6

Apabila setelah waktu tertentu (URm tahun) pertumbuhan lalu-lintas tidak terjadi lagi, maka R dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : R= (1 + i )UR + (UR URm) (1 + i )URm 1 i

{

}

. (6.6)

Dengan pengertian : R : Faktor pertumbuhan lalu lintas55

i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %. URm : Waktu tertentu dalam tahun, sebelum UR selesai.

6.5.4. Lalu-lintas Rencana Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan persamaan berikut : JSKN = JSKNH x 365 x R x C . (6.7)

Dengan pengertian : JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana . JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka. R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Persamaan 6.5 atau Tabel 6.11 atau Persamaan 6.6, yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana. C : Koefisien distribusi kendaraan 6.5.5. Faktor Keamanan Beban Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti telihat pada Tabel 6.12. Tabel 6.12. Faktor Keamanan Beban (FKB) No.1

PenggunaanJalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang aliran lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi. Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai beban (weight-in-motion) dan adanya kemungkinan route alternatif, maka nilai faktor keamanan beban dapat dikurangi menjadi 1,15.

Nilai FKB1,2

2 3

Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan niaga menengah. Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah.

1,1 1,0

6.5.6. Perencanaan Tebal Pelat Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu-lintas selama umur rencana. Jika kerusakan fatik atau erosi yang didapat dengan menggunakan Tabel 6.13 dan 6.14 serta Gambar 6.6, Gambar 6.756

dan Gambar 6.8, lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikan dan proses perencanaan diulangi. Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total fatik dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%. Contoh 1 : Perhitungan Tebal Pelat Diketahui data parameter perencanaan sebagai beriku : =4% = 4,0 Mpa (fc = 285 kg/cm2, silinder) = stabilisasi = BJTU 39 (f y : tegangan leleh = 3900 kg/cm2) untuk BMDT dan BJTU 24 (f y : tegangan leleh = 2400 kg/cm2) untuk BBDT. Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi () = 1,3 Bahu jalan = Ya (beton). Ruji (dowel) = Ya Data lalu-lintas harian rata-rata : - Mobil penumpang : 1640 buah/hari - Bus : 300 buah/hari - Truk 2as kecil : 650 buah/hari - Truk 2as besar : 780 buah/hari - Truk 3 as : 300 buah/hari - Truk gandengan : 10 buah/hari - Pertumbuhan lalu-lintas (i) : 5 % per tahun - Umur rencana (UR) : 20 th. Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 1 arah untuk Jalan Arteri. Perencanaan meliputi : Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT) Perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT) Perkerasan beton menerus dengan tulangan (BMDT) CBR tanah dasar Kuat tarik lentur (fcf) Bahan pondasi bawah Mutu baja tulangan

57

Tabel 6.13 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu BetonFaktor Erosi Tebal CBR Eff Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Slab Tanah (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,7 2,72 2,25 1,68 2,8 3,4 350 3,55 2,6 3,21 3,3 3,37 150 10 1,62 2,56 2,09 1,58 2,79 3,39 3,46 3,5 2,59 3,2 3,28 3,32 150 15 1,59 2,48 2,01 1,53 2,78 3,38 3,44 3,47 2,59 3,2 3,27 3,3 150 20 1,56 2,43 1,97 1,51 2,77 3,37 3,43 3,46 2,59 3,19 3,26 3,29 150 25 1,54 2,37 1,92 1,48 2,77 3,37 3,42 3,44 2,59 3,19 3,25 3,28 150 35 1,49 2,28 1,82 1,43 2,76 3,36 3,39 3,4 2,58 3,18 3,23 3,25 150 50 1,43 2,15 1,73 1,4 2,74 3,34 3,36 3,37 2,57 3,17 3,21 3,22 150 75 1,38 2,02 1,64 1,36 2,72 3,32 3,33 3,32 2,56 3,16 3,19 3,19 160 160 160 160 160 160 160 160 170 170 170 170 170 170 170 170 180 180 180 180 180 180 180 180 190 190 190 190 190 190 190 190 200 200 200 200 200 200 200 200 210 210 210 210 210 210 210 210 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 1,54 1,47 1,44 1,41 1,39 1,34 1,3 1,24 1,41 1,34 1,31 1,29 1,27 1,23 1,19 1,14 1,29 1,23 1,2 1,18 1,16 1,12 1,09 1,03 1,19 1,13 1,1 1,09 1,07 1,03 1 0,96 1,1 1,05 1,02 1,01 0,99 0,96 0,92 0,89 1,02 0,97 0,94 0,93 0,92 0,89 0,86 0,82 2,49 2,34 2,26 2,22 2,17 2,07 1,96 1,85 2,27 2,14 2,07 2,03 1,99 1,9 1,81 1,7 2,1 1,98 1,92 1,88 1,84 1,76 1,67 1,57 1,95 1,84 1,78 1,75 1,71 1,63 1,55 1,46 1,81 1,7 1,65 1,62 1,59 1,52 144 1,36 1,69 1,59 1,54 1,51 1,48 1,41 135 1,27 2,06 1,92 1,84 1,8 1,76 1,87 1,58 1,49 1,93 1,78 1,71 1,67 1,63 1,54 1,46 1,37 1,81 1,66 1,59 1,55 1,51 1,43 1,35 1,26 1,69 1,55 1,49 1,45 1,41 1,33 1,26 1,17 1,6 1,46 1,4 1,36 1,33 1,25 1,18 1,1 1,5 1,38 1,32 1,28 1,25 1,18 1,11 1,03 1,55 1,44 1,39 1,37 1,34 1,29 1,25 1,23 1,44 1,33 1,28 1,26 1,23 1,18 1,14 1,1 1,35 1,24 1,19 1,17 1,14 1,09 1,05 1,01 1,27 1,16 1,11 1,09 1,06 1,01 0,97 0,91 1,2 1,1 1,05 1,02 0,99 0,94 0,89 0,84 1,14 1,04 0,99 0,96 0,93 0,88 0,83 0,78 2,72 2,71 2,7 2,69 2,69 2,68 2,66 2,64 2,64 2,62 2,62 2,81 2,81 2,6 2,58 2,57 2,57 2,55 2,55 2,54 2,54 2,53 2,51 2,49 2,5 2,48 2,48 2,47 2,47 2,46 2,44 2,43 2,44 2,42 2,42 2,41 2,4 2,39 2,38 2,36 2,38 2,36 2,36 2,35 2,34 2,33 2,32 2,3 3,32 3,31 3,3 3,29 3,29 3,28 3,26 3,24 3,24 3,22 3,22 3,21 3,21 3,2 3,18 3,17 3,17 3,15 3,15 3,14 3,14 3,13 3,11 3,1 3,11 3,09 3,08 3,07 3,07 3,06 3,04 3,03 3,04 3,02 3,02 3,01 3,01 3 2,98 2,96 2,99 2,97 2,96 2,95 2,95 2,94 2,92 2,9 3,43 3,39 3,37 3,36 3,35 3,32 3,28 3,26 3,37 3,33 3,31 3,3 3,28 3,25 3,22 3,19 3,33 3,28 3,25 3,24 3,23 3,2 3,17 3,13 3,28 3,23 3,2 3,19 3,17 3,14 3,1 3,07 3,23 3,18 3,15 3,14 3,12 3,09 3,06 3 3,18 3,13 3,1 3,09 3,07 3,04 3,01 2,95 3,47 3,43 3,41 3,4 3,38 3,34 3,3 3,25 3,43 3,38 3,35 3,34 3,32 3,28 3,24 3,19 3,37 3,32 3,29 3,28 3,26 3,22 3,19 3,14 3,32 3,27 3,24 3,23 3,21 3,17 3,14 3,09 3,27 3,22 3,19 3,18 3,16 3,12 3,09 3,04 3,23 3,18 3,15 3,13 3,11 3,07 3,04 2,98 2,52 2,51 2,61 2,5 2,5 2,49 2,49 2,48 2,44 2,43 2,43 2,42 2,42 2,41 2,4 2,4 2,36 2,35 2,35 2,35 2,35 2,34 2,33 2,32 229 2,28 2,28 2,27 2,27 2,26 2,26 2,25 2,23 2,22 2,22 2,21 2,21 2,2 2,19 2,18 2,17 2,16 2,15 2,14 2,14 2,13 2,13 2,12 3,12 3,11 3,11 3,1 3,1 3,09 3,09 3,08 3,04 3,03 3,03 3,02 3,02 3,01 3,01 3 2,97 2,96 2,96 2,95 2,95 2,94 2,93 2,92 2,9 2,89 2,88 2,88 2,88 2,87 2,86 2,85 2,83 2,82 2,82 2,81 2,81 2,8 2,79 2,78 2,77 2,76 2,75 2,75 2,75 2,74 2,73 2,72 3,22 3,2 3,19 3,18 3,17 3,15 3,13 3,12 3,15 3,13 3,12 3,11 3,1 3,08 3,06 3,04 3,09 3,07 3,05 3,04 3,03 3,01 2,99 2,97 3,03 3 2,98 2,98 2,97 2,95 2,93 2,91 2,97 2,95 2,93 2,92 2,91 2,89 2,87 2,85 2,92 2,89 2,87 2,87 2,86 2,84 2,81 2,79 3,3 3,26 3,24 3,23 3,21 3,18 3,15 3,12 3,24 3,2 3,18 3,17 3,15 3,12 3,08 3,05 3,2 3,15 3,12 3,11 3,09 3,06 3,02 2,99 3,15 3,1 3,07 3,06 3,04 3 2,97 2,93 3,1 3,05 3,02 3,01 2,99 2,95 2,92 2,88 3,06 3,01 2,98 2,96 2,94 2,9 2,86 2,83

Tabel 6.13 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton ( lanjutan )Faktor Erosi CBR Eff Tebal Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Tanah Slab (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,94 1,58 1,42 1,08 2,33 2,93 3,14 3,19 2,11 2,71 2,87 3,02 220 10 0,9 1,49 1,3 0,98 2,31 2,91 3,09 3,13 2,1 2,7 2,84 2,96 220 15 0,88 1,44 1,25 0,93 2,3 2,9 3,06 3,1 2,09 2,69 2,82 2,93 220 20 0,87 1,42 1,22 0,91 2,29 2,89 3,05 3,09 2,08 2,69 2,81 2,92 220 25 0,85 1,39 1,18 0,88 2,29 2,89 3,03 3,07 2,08 2,69 2,8 2,9 220 35 0,82 1,33 1,11 0,83 2,28 2,88 2,99 3,03 2,07 2,68 2,78 2,86 220 50 0,79 1,27 1,04 0,79 2,26 2,88 2,96 3 2,07 2,67 2,76 2,83 220 75 0,76 1,19 0,97 0,73 2,24 2,85 2,92 2,95 2,06 2,68 2,72 2,78 230 230 230 230 230 230 230 230 240 240 240 240 240 240 240 240 250 250 250 250 250 250 250 250 260 260 260 260 260 260 260 260 270 270 270 270 270 270 270 270 280 280 280 280 280 280 280 280 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 0,88 0,84 0,82 0,81 0,8 0,77 0,74 0,71 0,82 0,79 0,77 0,76 0,75 0,72 0,69 0,67 0,77 0,74 0,72 0,71 70 0,68 0,65 0,63 0,73 0,7 0,68 0,67 0,66 0,64 0,61 0,59 0,68 0,66 0,64 0,63 0,62 0,6 0,58 0,56 0,65 0,62 0,6 0,6 0,59 0,57 0,55 0,53 1,49 1,41 1,38 1,34 1,31 1,25 1,19 1,12 1,4 1,32 1,28 1,26 1,23 1,17 1,12 1,05 1,33 1,25 1,21 1,18 1,16 1,11 1,06 0,99 1,26 1,18 1,15 1,12 1,1 1,05 1 0,95 1,19 1,12 1,09 1,06 1,04 0,99 0,95 0,89 1,13 1,06 1,03 1,01 0,99 0,94 0,9 0,86 1,35 1,24 1,19 1,16 1,12 1,05 0,99 0,91 1,29 1,18 1,13 1,1 1,06 0,99 0,94 0,86 1,23 1,12 1,07 1,04 1,01 0,95 0,89 0,82 1,18 1,08 1,03 1 0,97 0,91 0,85 0,78 1,13 1,03 0,98 0,96 0,93 0,87 0,81 0,74 1,08 0,99 0,94 0,92 0,89 0,83 0,78 0,71 1,03 0,94 0,89 0,87 0,84 0,78 0,74 0,7 0,98 0,89 0,85 0,83 0,8 0,74 0,7 0,66 0,94 0,86 0,81 0,79 0,76 0,71 0,67 0,61 0,9 0,82 0,78 0,75 0,73 0,68 0,64 0,58 0,87 0,79 0,75 0,72 0,7 0,65 0,61 0,57 0,83 0,75 0,72 0,69 0,67 0,62 0,59 0,53 2,28 2,26 2,25 2,24 2,23 2,21 2,2 2,19 2,23 2,21 2,2 2,19 2,18 2,17 2,15 2,13 2,18 2,16 2,15 2,14 2,13 2,12 2,1 2,08 2,13 2,11 2,1 2,09 2,08 2,07 2,05 2,03 2,09 2,07 2,06 2,05 2,04 2,02 2 1,99 2,05 2,03 2,01 2 1,99 1,97 1,96 1,94 2,88 2,86 2,85 2,84 2,83 2,81 2,8 2,79 2,83 2,81 2,8 2,79 2,78 2,76 2,75 2,74 2,78 2,76 2,75 2,74 2,73 2,71 2,7 2,69 2,73 2,71 2,7 2,69 2,69 2,68 2,65 2,64 2,69 2,67 2,66 2,65 2,64 2,63 2,61 2,59 2,65 2,63 2,62 2,61 2,6 2,58 2,56 2,55 3,1 3,05 3,02 3 2,98 2,94 2,91 2,86 3,06 3,01 2,98 2,96 2,94 2,9 2,88 2,83 3,02 2,97 2,94 2,93 2,91 2,87 2,83 2,79 2,99 2,93 2,9 2,89 2,87 2,83 2,8 2,75 2,95 2,9 2,87 2,85 2,83 2,79 2,76 2,7 2,92 2,86 2,83 2,82 2,8 2,76 2,72 2,68 3,14 3,09 3,06 3,05 3,03 2,99 2,95 2,91 3,11 3,05 3,02 3,01 2,99 2,95 2,91 2,88 3,07 3,01 2,98 2,97 2,95 2,91 2,88 2,83 3,03 2,98 2,95 2,93 2,91 2,87 2,84 2,78 3 2,94 2,91 2,9 2,88 2,84 2,8 2,75 2,97 2,91 2,88 2,87 2,85 2,81 2,77 2,72 2,05 2,04 2,03 2,03 2,03 2,02 2,01 2 1,99 1,98 1,98 1,97 1,97 1,96 1,95 1,94 1,94 1,93 1,93 1,92 1,92 1,91 1,9 1,89 1,89 1,88 1,88 1,87 1,87 1,86 1,85 1,84 1,84 1,83 1,83 1,82 1,82 1,81 1,8 1,79 1,8 1,79 1,78 1,77 1,77 1,76 1,75 1,74 2,65 2,64 2,64 2,63 2,63 2,62 2,61 2,6 2,6 2,59 2,58 2,57 2,57 2,56 2,55 2,54 2,54 2,53 2,53 2,52 2,52 2,51 2,5 2,49 2,49 2,48 2,48 2,47 2,47 2,46 2,45 2,44 2,44 2,43 2,43 2,42 2,42 2,41 2,4 2,39 2,4 2,39 2,38 2,37 2,37 2,36 2,35 2,34 2,82 2,79 2,77 2,76 2,75 2,73 2,7 2,68 2,78 2,74 2,72 2,72 2,71 2,69 2,66 2,63 2,73 2,7 2,68 2,67 2,66 2,64 2,61 2,59 2,69 2,66 2,64 2,63 2,62 2,59 2,56 2,54 2,65 2,62 2,6 2,59 2,58 2,55 2,52 2,5 2,62 2,58 2,56 2,55 2,54 2,51 2,48 2,46 2,98 2,92 2,89 2,88 2,86 2,82 2,78 2,74 2,94 2,88 2,85 2,84 2,82 2,78 2,74 2,69 2,9 2,85 2,82 2,8 2,78 2,74 2,7 2,65 2,87 2,81 2,78 2,76 2,74 2,7 2,67 2,61 2,83 2,78 2,75 2,73 2,71 2,67 2,63 2,58 2,8 2,74 2,71 2,7 2,68 2,64 2,6 2,55

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

58

Tabel 6.13 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton ( lanjutan )Faktor Erosi CBR Eff Tebal Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Tanah Slab (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,61 1,08 1,04 0,8 2,01 2,61 2,89 2,93 1,75 2,35 2,58 2,77 290 10 0,59 1,01 0,95 0,73 1,99 2,59 2,83 2,88 1,74 2,34 2,54 2,71 290 15 0,58 0,98 0,9 0,7 1,97 2,58 2,8 2,85 1,74 2,34 2,52 2,68 290 20 0,57 0,96 0,88 0,67 1,96 0,2 2,79 2,83 1,73 2,33 2,51 2,67 290 25 0,56 0,94 0,85 0,65 1,95 2,56 2,77 2,81 1,73 2,33 2,5 2,65 290 35 0,54 90 80 60 1,93 2,54 2,73 2,77 1,72 2,32 2,47 2,61 290 50 0,52 86 75 56 1,92 2,52 2,69 2,74 1,71 2,31 2,44 2,56 290 75 0,5 0,81 0,68 0,52 1,9 2,5 2,64 2,68 1,7 2,3 2,42 2,51 300 300 300 300 300 300 300 300 310 310 310 310 310 310 310 310 320 320 320 320 320 320 320 320 330 330 330 330 330 330 330 330 340 340 340 340 340 340 340 340 350 350 350 350 350 350 350 350 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 0,58 0,56 0,55 0,54 0,53 0,51 0,49 0,47 0,55 0,53 0,52 0,51 0,5 0,49 0,47 0,45 0,53 0,51 0,5 0,49 0,48 0,46 0,44 0,43 0,5 0,48 0,47 0,46 0,46 45 0,42 0,41 0,48 0,46 0,45 0,44 0,44 0,43 0,4 0,39 0,46 0,44 0,43 0,42 0,42 0,41 0,39 0,37 1,03 0,97 0,94 0,92 0,9 0,86 0,82 0,78 0,98 0,92 0,89 0,88 0,86 0,82 0,78 0,74 0,94 0,88 0,85 0,84 0,82 0,78 0,75 0,71 0,9 0,85 0,82 0,8 0,78 0,74 0,71 0,68 0,86 0,8 0,78 0,77 0,75 0,72 0,68 0,65 0,83 0,78 0,75 0,74 0,72 0,69 0,65 0,62 1 0,91 0,87 0,85 0,82 0,77 0,72 0,65 0,97 0,89 0,84 0,82 0,79 0,74 0,69 0,63 0,93 0,85 0,81 0,79 0,76 0,71 0,67 0,61 0,9 0,82 0,79 0,76 0,74 0,69 0,64 0,59 0,87 0,79 0,76 0,73 0,71 0,66 0,62 0,56 0,85 0,77 0,74 0,71 0,69 0,64 0,6 0,54 0,77 0,7 0,67 0,65 0,63 0,58 0,54 0,5 0,74 0,68 0,65 0,63 0,6 0,55 0,51 0,48 0,71 0,65 0,62 0,6 0,58 0,54 0,51 0,45 0,69 0,63 0,6 0,58 0,56 0,52 48 0,45 0,65 0,61 0,58 0,57 0,55 0,51 0,47 0,43 0,63 0,59 0,56 0,55 0,53 0,49 0,46 0,42 1,97 1,95 1,93 1,92 1,91 1,89 1,88 1,86 1,94 1,91 1,89 1,89 1,88 1,86 1,84 1,82 1,9 1,87 1,85 1,85 1,84 1,82 1,8 1,78 1,87 1,84 1,82 1,81 1,8 1,78 1,76 1,74 1,84 1,81 1,79 1,78 1,77 1,75 1,73 1,71 1,8 1,77 1,75 1,75 1,74 1,72 1,69 1,67 2,57 2,55 2,54 2,53 2,52 2,5 2,48 2,46 2,54 2,51 2,49 2,49 2,48 2,46 2,44 2,42 2,5 2,48 2,46 2,45 2,44 2,42 2,4 2,38 2,47 2,44 2,42 2,42 2,41 2,39 2,36 2,35 2,44 2,41 2,39 2,38 2,37 2,35 2,33 2,31 2,41 2,38 2,36 2,35 2,34 2,32 2,29 2,28 2,86 2,8 2,77 2,76 2,74 2,7 2,66 2,61 2,83 2,77 1,65 1,64 1,64 1,63 1,62 2,58 2,8 2,74 2,71 2,7 2,68 2,64 2,6 2,55 2,78 2,72 2,69 2,67 2,65 2,61 2,57 2,52 2,75 2,69 2,66 2,64 2,62 2,58 2,54 2,49 2,72 2,67 2,64 2,62 2,6 2,56 2,52 2,47 2,9 2,85 2,82 2,8 2,78 2,74 2,7 2,65 2,88 2,82 2,79 2,77 2,75 2,71 2,67 2,62 2,85 2,79 2,76 2,74 2,72 2,68 2,64 2,59 2,82 2,76 2,73 2,72 2,7 2,66 2,62 2,57 2,79 2,74 2,71 2,69 2,67 2,63 2,59 2,54 2,77 2,71 268 2,66 2,64 2,6 2,56 2,51 1,71 1,7 1,69 1,68 1,68 1,67 1,66 1,65 1,67 166 1,65 1,64 1,64 1,63 1,62 1,61 1,63 1,62 1,61 1,6 1,6 159 158 1,57 1,59 1,58 1,57 1,56 1,56 1,55 1,54 1,53 1,55 1,54 1,53 1,52 1,52 1,51 1,5 1,49 1,51 1,5 1,5 1,49 1,49 1,48 1,46 1,46 2,31 2,3 2,3 2,29 2,29 2,28 2,26 2,26 2,27 2,26 2,25 2,24 2,24 223 2,22 2,21 2,23 2,22 2,21 2,2 2,2 219 218 2,17 2,19 2,18 2,17 2,16 2,16 2,15 2,14 2,13 2,15 2,14 2,14 2,13 2,12 2,11 2,1 2,09 2,11 2,1 2,1 2,09 2,09 2,08 2,07 2,06 2,55 2,51 2,49 2,48 2,46 2,43 2,41 2,37 2,51 2,47 2,45 2,44 2,43 2,4 2,37 2,34 2,48 2,44 2,42 2,41 2,4 2,37 2,33 2,31 2,45 2,41 2,39 2,38 2,36 2,33 2,3 2,28 2,42 2,38 2,36 2,35 2,33 2,3 2,27 2,24 2,39 2,35 2,33 2,32 2,3 2,27 2,24 2,21 2,74 2,68 2,65 2,64 2,62 2,58 2,53 2,48 2,71 2,65 2,62 2,61 2,592 2,55 2,5 2,45 2,69 2,63 2,6 2,58 2,56 2,52 2,47 2,42 2,66 2,6 2,57 2,55 2,53 2,49 2,45 2,4 2,63 2,57 2,54 2,52 2,5 2,46 2,42 2,37 2,61 2,55 2,52 2,5 2,48 2,44 2,39 2,34

Tabel 6.14. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu BetonFaktor Erosi CBR Eff Tebal Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Tanah Slab (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,42 2,16 1,81 1,45 2,34 2,94 2,99 3 2,14 2,74 2,78 2,81 150 10 1,36 2,04 1,7 1,39 2,32 2,92 2,94 2,94 2,13 2,72 2,73 2,75 150 15 1,33 1,98 1,65 1,36 2,32 2,92 2,91 2,91 2,12 2,72 2,7 2,72 150 20 1,32 1,94 1,62 1,35 2,31 2,91 2,9 2,9 2,11 2,71 2,69 2,7 150 25 1,3 1,9 1,59 1,33 2,3 2,9 2,88 2,88 2,1 2,7 2,67 2,67 150 35 1,27 1,82 1,53 1,3 2,29 2,89 2,85 2,84 2,08 2,69 2,64 2,63 150 50 1,23 1,74 1,49 0,1 2,27 2,87 2,82 2,81 2,06 2,67 2,6 2,59 150 75 1,2 1,65 1,43 1,26 2,25 2,85 2,79 2,77 2,04 2,65 2,57 2,56 160 160 160 160 160 160 160 160 170 170 170 170 170 170 170 170 180 180 180 180 180 180 180 180 190 190 190 190 190 190 190 190 200 200 200 200 200 200 200 200 210 210 210 210 210 210 210 210 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 1,29 1,24 1,21 1,2 1,18 1,15 1,12 1,1 1,17 1,13 1,11 1,1 1,08 1,05 1,03 1,02 1,07 1,03 1,01 1,01 1 0,98 0,95 0,94 0,99 0,96 0,94 0,93 0,92 0,9 0,88 0,87 0,91 0,89 0,87 0,86 0,85 0,83 0,82 0,81 0,85 0,82 0,8 0,8 0,79 0,77 0,76 0,75 1,98 1,87 1,82 1,79 1,75 1,67 1,6 1,52 1,83 1,73 1,68 1,65 1,62 1,55 1,49 1,41 1,7 1,6 1,55 1,53 1,5 1,44 1,38 1,31 1,58 1,49 1,44 1,42 1,4 1,35 1,29 1,22 1,47 1,39 1,35 1,33 1,3 1,25 1,2 1,14 1,38 1,3 1,27 1,24 1,22 1,17 1,13 1,07 1,67 1,56 1,51 1,49 1,46 1,41 1,36 1,3 1,55 1,45 1,4 1,38 1,35 1,3 1,25 1,19 1,44 1,35 1,3 1,28 1,25 1,2 1,16 1,1 1,35 1,26 1,21 1,19 1,17 1,12 1,08 1,02 1,27 1,18 1,15 1,12 1,1 1,05 1,01 0,95 1,2 1,11 1,08 1,05 1,03 0,98 0,94 0,9 1,33 1,26 1,23 1,21 1,2 1,17 1,15 1,13 1,22 1,16 1,13 1,12 1,1 1,07 1,04 1,03 1,13 1,07 1,04 1,03 1,01 0,98 0,96 0,94 1,05 0,99 0,97 0,96 0,94 0,91 0,88 0,86 0,99 0,93 0,9 0,89 0,87 0,84 0,82 0,8 0,93 0,87 0,84 0,83 0,81 0,78 0,76 0,74 2,26 2,24 2,24 2,23 2,23 2,22 2,2 2,18 2,19 2,17 2,17 2,16 2,16 2,15 2,13 2,11 2,13 2,11 2,1 2,09 2,09 2,08 2,06 2,04 2,07 2,05 2,04 2,03 2,03 2,02 2 1,98 2,01 1,99 1,98 1,97 1,97 1,96 1,94 1,92 1,96 1,94 1,93 1,92 1,91 1,9 1,88 1,86 2,87 2,85 2,84 2,83 2,83 2,82 2,8 2,78 2,8 2,78 2,77 2,76 2,76 2,75 2,73 2,71 2,73 2,71 2,71 2,7 2,69 2,68 2,66 2,64 2,67 2,65 2,64 2,63 2,63 2,62 2,6 2,58 2,61 2,59 2,59 2,58 2,57 2,56 2,54 2,52 2,56 2,54 2,53 2,52 2,51 2,49 2,48 2,47 2,93 2,88 2,85 2,84 2,82 2,79 2,75 2,72 2,88 2,83 2,8 2,79 2,77 2,73 2,7 2,66 2,83 2,78 2,75 2,73 2,71 2,67 2,64 2,61 2,78 2,72 2,7 2,69 2,67 2,63 2,6 2,55 2,74 2,69 2,66 2,64 2,62 2,58 2,54 2,51 2,7 2,65 2,62 2,6 2,58 2,54 2,51 2,45 2,95 2,89 2,86 2,84 2,82 2,78 2,75 2,69 2,9 2,84 2,81 2,79 2,77 2,73 2,7 2,64 2,86 2,79 2,76 2,74 2,72 2,68 2,64 2,6 2,82 2,75 2,72 2,7 2,68 2,64 2,6 2,55 2,78 2,71 2,68 2,66 2,64 2,6 2,55 2,5 2,75 2,67 2,64 2,62 2,6 2,56 2,51 2,46 2,06 2,04 2,04 2,03 2,02 2 1,98 1,97 1,99 1,97 1,96 1,95 1,95 1,94 1,91 1,89 1,92 1,9 1,89 1,88 1,88 1,87 1,84 1,82 1,86 1,84 1,83 1,82 1,81 1,79 1,77 1,76 1,8 1,78 1,77 1,76 1,75 1,73 1,71 1,69 1,74 1,72 1,71 1,7 1,69 1,67 1,65 1,64 2,66 2,64 2,64 2,63 2,62 2,61 2,59 2,57 2,59 2,57 2,57 2,56 2,55 2,53 2,51 2,49 2,52 2,5 2,5 2,49 2,48 2,46 2,44 2,42 2,46 2,44 2,43 2,42 2,41 2,4 2,38 2,36 2,4 2,38 2,37 2,36 2,35 2,33 2,31 2,3 2,34 2,32 2,31 2,3 2,29 2,28 2,26 2,24 2,72 2,67 2,64 2,62 2,6 2,56 2,53 2,5 2,66 2,61 2,58 2,57 2,55 2,51 2,47 2,43 2,61 2,56 2,53 2,51 2,49 2,45 2,42 2,36 2,57 2,51 2,48 2,46 2,44 2,4 2,36 2,32 2,52 2,46 2,43 2,42 2,4 2,36 2,32 2,27 2,48 2,42 2,39 2,37 2,35 2,31 2,27 2,22 2,77 2,69 2,66 2,64 2,62 2,57 2,53 2,49 2,72 2,64 2,61 2,59 2,57 2,53 2,48 2,43 2,68 2,6 2,57 2,54 2,52 2,47 2,42 2,37 2,64 2,56 2,53 2,5 2,48 2,43 2,38 2,31 2,6 2,52 2,49 2,48 2,44 2,39 2,33 2,28 2,57 2,49 2,45 2,43 2,4 2,34 2,29 2,22

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

59

Tabel 6.14. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton ( lanjutan )Faktor Erosi CBR Eff Tebal Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Tanah Slab (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,79 1,3 1,13 0,87 1,91 2,51 2,67 2,72 168 2,29 2,44 2,54 220 10 0,77 1,22 1,05 0,81 1,89 2,49 2,61 2,64 1,66 2,27 2,38 2,46 220 15 0,76 1,19 1,02 0,79 1,88 2,48 2,58 2,61 1,66 2,26 2,35 2,42 220 20 0,75 1,17 0,99 0,78 1,87 2,47 2,56 2,58 1,65 2,25 2,33 2,39 220 25 0,74 1,15 0,97 0,76 1,86 2,46 2,54 2,56 1,64 2,24 2,31 2,37 220 35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,85 2,45 2,5 2,52 1,62 2,22 2,27 2,32 220 50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,83 2,43 2,47 2,48 1,6 2,2 2,23 2,26 220 75 0,7 1,01 0,85 0,69 1,81 2,41 2,41 2,41 1,58 2,18 2,18 2,19 230 230 230 230 230 230 230 230 240 240 240 240 240 240 240 240 250 250 250 250 250 250 250 250 260 260 260 260 260 260 260 260 270 270 270 270 270 270 270 270 280 280 280 280 280 280 280 280 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 0,74 0,72 0,71 0,7 0,69 0,68 0,67 0,66 0,69 0,67 0,66 0,65 0,65 0,64 0,63 0,62 0,65 0,63 0,62 0,61 0,61 0,6 0,59 0,58 0,61 0,6 0,59 0,58 0,57 0,56 0,56 0,55 0,57 0,55 0,55 0,54 0,54 0,53 0,53 0,52 0,54 0,52 0,52 0,51 0,51 0,5 0,5 0,49 1,22 1,15 1,12 1,1 1,08 1,04 1 0,96 1,16 1,09 1,06 1,04 1,02 0,98 0,95 0,89 1,09 1,03 1 0,99 0,97 0,93 0,9 0,86 1,04 0,98 0,95 0,94 0,92 0,88 0,85 0,81 0,99 0,93 0,9 0,89 0,87 0,84 0,8 0,77 0,94 0,89 0,86 0,85 0,83 0,8 0,76 0,74 1,08 1 0,97 0,94 0,92 0,87 0,83 0,8 1,02 0,95 0,92 0,89 0,87 0,83 0,79 0,76 0,98 0,9 0,87 0,85 0,83 0,79 0,75 0,72 0,93 0,86 0,83 0,81 0,79 0,75 0,71 0,68 0,89 0,83 0,8 0,78 0,76 0,72 0,68 0,65 0,86 0,79 0,76 0,74 0,73 0,69 0,66 0,62 0,82 0,77 0,75 0,74 0,72 0,69 0,67 0,65 0,78 0,72 0,7 0,69 0,68 0,66 0,63 0,61 0,73 0,69 0,67 0,66 0,64 0,61 0,59 0,57 0,71 0,66 0,63 0,62 0,61 0,59 0,56 0,54 0,66 0,62 0,6 0,59 0,58 0,56 0,53 0,52 0,63 0,6 0,58 0,57 0,56 0,54 0,51 0,49 1,86 1,84 1,83 1,82 1,81 1,8 1,78 1,76 1,81 1,79 1,78 1,77 1,76 1,75 1,73 1,71 1,77 1,74 1,73 1,72 1,72 1,71 1,68 1,66 1,72 1,7 1,69 1,68 1,67 1,66 1,64 1,62 1,68 1,66 1,65 1,64 1,63 1,61 1,59 1,58 1,64 1,62 1,61 1,6 1,59 1,57 1,55 1,54 2,46 2,44 2,43 2,42 2,41 2,4 2,38 2,36 2,41 2,39 2,38 2,37 2,36 2,35 2,33 2,31 2,37 2,35 2,34 2,33 2,32 2,3 2,28 2,27 2,33 2,3 2,28 2,28 2,27 2,26 2,24 2,22 2,28 2,26 2,25 2,24 2,23 2,22 2,2 2,18 2,25 2,22 2,2 2,2 2,19 2,18 2,16 2,14 2,63 2,57 2,54 2,52 2,5 2,46 2,43 2,37 2,6 2,54 2,51 2,49 2,47 2,43 2,39 2,34 2,56 2,5 2,47 2,45 243 2,39 2,36 2,3 2,53 2,47 2,44 2,42 2,4 2,36 2,32 2,27 2,5 2,44 2,41 2,39 2,37 2,33 2,29 2,24 2,48 2,41 2,38 2,36 2,34 2,3 2,26 2,21 2,69 2,61 2,58 2,55 2,53 2,48 2,44 2,37 2,66 2,58 2,55 2,52 2,5 2,45 2,41 2,34 2,63 2,55 2,52 2,49 2,47 2,42 2,38 2,31 2,61 2,53 2,49 2,46 2,44 2,39 2,35 2,28 2,58 2,5 2,47 2,44 2,42 2,37 2,32 2,25 2,56 2,48 2,44 2,42 2,39 2,34 2,29 2,22 1,63 1,61 1,6 1,59 1,58 1,56 1,54 1,53 1,58 1,56 1,55 1,54 1,53 1,51 1,49 1,48 1,54 1,52 1,5 1,49 1,48 1,4 1,44 1,43 1,49 1,47 1,46 1,45 1,44 1,42 1,4 1,38 1,45 1,43 1,41 1,4 1,39 1,37 1,35 1,34 1,4 1,38 1,37 1,36 1,35 1,33 1,31 1,29 2,23 2,21 2,21 2,2 2,19 2,17 2,15 2,13 2,18 2,17 2,15 2,14 2,13 2,11 2,1 2,08 2,14 2,12 2,11 2,1 2,09 2,07 2,05 2,03 2,09 2,07 2,06 2,05 2,04 2,02 2 1,98 2,05 2,03 2,02 2,01 2 1,98 1,96 1,94 2,01 1,99 1,97 1,96 1,95 1,93 1,91 1,89 2,4 2,34 2,31 2,29 2,27 2,23 2,19 2,12 2,36 2,3 2,27 2,25 2,23 2,19 2,15 2,1 2,32 2,26 2,23 2,22 2,2 2,16 2,11 2,06 2,29 2,23 2,2 2,18 2,16 2,12 2,08 2,01 2,25 2,2 2,17 2,15 2,13 2,09 2,04 1,99 2,22 2,16 2,13 2,12 2,1 2,06 2,01 1,96 2,5 2,42 2,39 2,36 2,34 2,28 2,22 2,16 2,47 2,39 2,36 2,33 2,31 2,25 2,19 2,13 2,45 2,37 2,33 2,3 2,28 2,22 2,16 2,1 2,42 2,34 2,3 2,28 2,25 2,19 2,13 2,06 2,39 2,31 2,27 2,25 2,22 2,16 2,11 2,03 2,37 2,29 2,25 2,22 2,2 2,14 2,08 2

Tabel 6.14. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton (lanjutan)Faktor Erosi CBR Eff Tebal Tegangan Setara Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang Tanah Slab (mm) Dasar (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,51 0,9 0,82 0,6 1,61 2,21 2,45 2,54 1,36 1,97 2,19 2,34 290 10 0,5 0,85 0,76 0,57 1,58 2,18 2,39 2,46 1,34 1,94 2,13 2,26 290 15 0,5 0,82 0,73 0,55 1,56 2,16 2,36 2,42 1,33 1,92 2,1 2,22 290 20 0,49 0,81 0,72 0,54 1,56 2,16 2,34 2,39 1,32 1,92 2,08 2,2 290 25 0,49 0,79 0,7 0,53 1,55 2,15 2,32 2,37 1,31 1,91 2,06 2,17 290 35 0,48 0,76 0,66 0,51 1,53 2,14 2,28 2,32 1,29 1,89 2,02 2,11 290 50 0,47 0,73 0,63 0,49 1,51 2,12 2,23 2,27 1,27 1,87 1,98 2,05 290 75 0,47 0,7 0,6 0,47 1,5 2,1 2,18 2,19 1,25 1,85 1,93 1,98 300 300 300 300 300 300 300 300 310 310 310 310 310 310 310 310 320 320 320 320 320 320 320 320 330 330 330 330 330 330 330 330 340 340 340 340 340 340 340 340 350 350 350 350 350 350 350 350 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 5 10 15 20 25 35 50 75 0,49 0,48 0,47 0,46 0,48 0,46 0,45 0,45 0,46 0,4 0,45 0,44 0,44 0,43 0,43 0,42 0,44 0,43 0,43 0,42 0,42 0,41 0,41 0,41 0,42 0,41 0,41 0,4 0,4 0,39 0,39 0,39 0,4 0,39 0,39 0,38 0,38 0,37 0,37 0,37 0,38 0,37 0,37 0,36 0,36 0,36 0,36 0,35 0,86 0,81 0,78 0,77 0,76 0,73 0,7 0,67 0,81 0,77 0,75 0,74 0,72 0,69 0,67 0,63 0,78 0,74 0,72 0,71 0,69 0,66 0,64 0,62 0,74 0,71 0,69 0,68 0,67 0,64 0,61 0,59 0,71 0,68 0,66 0,65 0,64 0,62 0,59 0,57 0,69 0,65 0,63 0,62 0,61 0,59 0,57 0,55 0,79 0,73 0,7 0,69 0,67 0,64 0,6 0,57 0,76 0,7 0,68 0,66 0,64 0,61 0,58 0,54 0,74 0,68 0,65 0,64 0,62 0,59 0,55 0,53 0,71 0,65 0,63 0,62 0,6 0,57 0,53 0,51 0,69 0,64 0,61 0,6 0,58 0,55 0,52 0,49 0,67 0,62 0,59 0,58 0,56 0,53 0,5 0,47 58 0,55 0,53 0,52 0,51 0,49 0,46 0,45 0,55 0,52 0,5 0,5 0,49 0,47 0,44 0,43 0,53 0,5 0,48 0,48 0,47 0,45 0,43 0,41 0,51 0,48 0,46 0,46 0,45 0,43 0,41 0,39 0,49 0,47 0,45 0,44 0,43 0,41 0,39 0,38 0,47 0,45 0,44 0,43 0,42 0,4 0,38 0,36 157 1,55 1,53 1,52 1,51 1,49 1,48 1,46 1,54 1,51 1,49 1,49 1,48 1,48 1,44 1,42 1,5 1,48 1,46 1,45 1,44 1,42 1,41 1,39 1,47 1,44 1,42 1,42 1,41 1,39 1,37 1,35 1,44 1,41 1,39 1,39 1,38 1,36 1,34 1,32 1,41 1,38 1,36 1,36 1,35 1,33 1,31 1,29 2,17 2,15 2,14 2,13 2,12 2,1 2,08 2,06 2,14 2,11 2,09 2,09 2,08 2,06 2,04 2,02 2,11 2,08 2,06 2,06 2,05 2,03 2,01 1,99 2,07 2,05 2,03 2,02 2,01 1,99 1,97 1,95 2,04 2,02 2 1,99 1,98 1,96 1,94 1,92 2,01 1,98 1,96 1,96 1,95 1,93 1,91 1,89 2,42 2,36 2,33 2,31 2,29 2,25 2,2 2,15 2,4 2,33 2,3 2,28 2,26 2,22 2,18 2,13 2,37 2,31 2,28 2,26 2,24 2,2 2,15 2,1 2,35 2,29 2,26 2,24 2,21 2,17 2,13 2,06 2,33 2,26 2,23 2,21 2,19 2,15 2,1 2,05 2,31 2,24 2,21 2,19 2,17 2,13 2,08 2,03 2,52 2,44 2,4 2,37 2,35 2,3 2,24 2,17 2,5 2,42 2,38 2,35 2,33 2,28 2,22 2,15 2,48 2,4 2,36 2,33 2,31 2,26 2,2 2,12 2,46 2,38 2,34 2,31 2,29 2,24 2,18 2,1 2,44 2,36 2,32 2,29 2,27 2,22 2,16 2,08 2,43 2,35 2,3 2,28 2,25 2,19 2,14 2,06 1,32 1,3 1,29 1,28 1,27 1,25 1,23 1,21 1,29 1,27 1,25 1,24 1,23 1,21 1,19 1,17 1,25 1,23 1,22 1,21 1,2 1,18 1,15 1,13 1,22 1,19 1,17 1,17 1,16 1,14 1,12 1,1 1,18 1,16 1,15 1,14 1,13 1,11 1,08 1,06 1,15 1,13 1,11 1,1 1,09 1,07 1,05 1,03 1,93 1,91 1,89 1,88 1,87 1,85 1,83 1,81 1,89 1,87 1,86 1,85 1,84 1,82 1,79 1,77 1,85 1,83 1,82 1,81 1,8 1,78 1,76 1,74 1,82 1,79 1,77 1,77 1,76 1,74 1,72 1,7 1,78 1,76 1,75 1,74 1,73 1,71 1,69 1,67 1,75 1,73 1,71 1,7 1,69 1,67 1,65 1,63 2,16 2,1 2,07 2,05 2,03 1,99 1,95 1,9 2,13 2,07 2,04 2,03 2,01 1,97 1,92 1,87 2,1 2,05 2,02 2 1,98 1,94 1,89 1,84 2,07 2,02 1,99 1,97 1,95 1,91 1,87 1,8 2,05 1,99 1,96 1,94 1,92 1,88 1,84 1,79 2,02 1,97 1,94 1,92 1,9 1,86 1,81 1,76 2,32 2,24 2,2 2,18 2,15 2,09 2,03 1,95 2,3 2,22 2,18 2,15 2,13 2,07 2,01 1,93 2,27 2,19 2,15 2,13 2,1 2,04 1,98 1,91 2,25 2,17 2,13 2,11 2,08 2,02 1,96 188 2,23 2,15 2,11 2,09 2,06 2 1,94 186 2,21 2,13 2,09 2,07 2,04 1,98 1,92 1,84

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

STRT: Sumbu Tunggal Roda Tunggl; STRG: Sumbu Tunggal Roda Ganda; STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda; STrRG: Su

60

Gambar 6.6. Analisis Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan, Dengan /Tanpa Bahu Beton

61

Gambar 6.7. Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Ijin, Berdasarkan Faktor Erosi, Tanpa Bahu Beton

62

Gambar 6.8. Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan Faktor Erosi, Dengan Bahu Beton

63

a) Analisis lalu-lintas Tabel 6.15. Contoh Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan BebannyaJenis Kendaraan Konfigurasi beban sumbu (ton)RD RB RGD RGB

Jml. Kend (bh). (3) 1640 300 650

(1) MP Bus Truk 2as Kcl

(7) (8) (9) 300 5 300 650 650 Truk 2as Bsr 5 8 780 2 1560 780 8 780 Truk 3as Td 6 14 300 2 600 300 Truk Gandg. 6 14 5 5 10 4 40 10 10 10 Total 4100 2710 1080 RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng belakang, BS = beban sumbu, sumbu, STRT = sumbu tunggal roda tunggal, STRG = sumbu tunggal roda ganda, STdRG = sumbu tandem roda ganda. 1 3 2 1 5 4 -

(2)

Jml. Jml. Sumbu Sumbu Per (bh) Kend (bh). (4) (5)= (4)x(2) 2 600 2 1300

STRT BS (ton) (6) 3 2 4 5 6 6 5 5 JS (bh)

STRG BS (ton) JS (bh)

STdRG BS (hb) (10) 14 14 JS (bh)

(11) 300 10 310 JS = jumlah

Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun). JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari Tabel 5.11) = 365 x 4100 x 33,07 = 4,95 x 107 JSKN rencana = 0,7 x 4,9 x 107 = 3,46 x 107 b) Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi. Tabel 6.16. Perhitungan Repetisi Sumbu RencanaJenis Sumbu (1) STRT Beban Sumbu (ton) (2) 6 5 4 3 2 8 5 14 Jumlah Sumbu (3) 310 800 650 300 650 2710 780 300 1080 310 310 4100 Proporsi Beban (4)=(3)/(3) 0,11 0,30 0,24 0,11 0,24 1,00 0,72 0,28 1,00 1,00 1,00 Proporsi Sumbu (5)= (3)/Kum(3) 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 0,26 0,26 0,08 Lalu-lintas Rencana (6) 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 3,46 x 107 Repetsi yang terjadi (7)=(4)x(5)x(6) 2,6 x 106 6,8 x 106 5,5 x 106 2,5 x 106 5,5 x 106 6,9 x 106 2,5 x 106 2,6 x 106 34,6 x 106

Total () STRG Total () STdRG Total () Komulatif

64

c) Perhitungan tebal pelat beton Sumber data beban Jenis perkerasan Jenis bahu Umur rencana JSK Faktor keamanan beban Kuat tarik lentur beton (fcf) umur 28 hari Jenis dan tebal lapis pondasi CBR tanah dasar CBR efektif Tebal taksiran pelat beton : Hasil survai : BBTT dengan Ruji : beton : 20 th : 3,4 x 107 : 1,1 (Tabel 6.12) : 4,0 Mpa : stabilisasi semen 15 cm : 4% : 27% (Gambar 6.4) : 16,5 mm (Gambar Lampiran 3)

Tabel 6.17. Analisa Fatik dan ErosiJenis Sumbu(1)

Beban Sumbu ton (kN)(2)

Beban Rencana Per roda (kN)(3)=(2)xFKB /JR

Repetisi yang terjadi(4)

Faktor Tegangan dan Erosi(5) TE = 1,13 FRT= 0,28 FE = 1,98

Analisa fatik Repetisi Persen ijin Rusak (%)(6) (7)=(4)/(6)*100

Analisa Erosi Repetisi Persen Rusak ijin (%)(8) (9)=(4)/(8)*100

STRT

6 (60) 5 (50) 4 (40) 3 (30) 2 (20) 8 (80) 5 (50) 14(140)

33,00 27,50 22,00 16,50 11,00 22,00 13,75 19,25

2,6 x 106 6,8 x 106 5,5 x 106 2,5 x 106 5,5 x 106 6,6 x 106 2,5 x 106 2,6 x 106

STRG STdRG Total

TE = 1,68 FRT= 0,42 FE = 2,58 TE = 1,4 FRT= 0,35 FE = 2,58

TT TT TT TT TT TT 7 x 106 TT TT

0 0 0 0 0 94,0 0 0

TT TT TT TT TT TT 10 x 106 TT TT

0 0 0 0 0 65,9 0 0

94% < 100%

65,9% < 100%

Keterangan : JR = Jumlah roda; TE = tegangan ekivalen; FRT = faktor rasio tegangan; FE = faktor erosi; TT = tidak terbatas

Karena % rusak fatik (telah) lebih kecil (mendekati) 100% maka tebal pelat diambil 16,5 cm 6.5.7. Sambungan Sambungan pada perkerasan beton ditujukan untuk : - Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas. - Memudahkan pelaksanaan. - Mengakomodasi gerakan pelat. Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain sambungan memanjang, sambungan melintang dan sambungan isolasi. Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).

65

6.5.7.1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (tie bars) Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : At = 204 x b x h L = (38,3 x ) + 75 ................................................... (6.8) ....................................................(6.9)

Dengan pengertian : At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2). b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m). h = Tebal pelat (m). L = Panjang batang pengikat (mm). = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm). Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan memanjang diperlihatkan pada Gambar 6.9 5.5.2. Sambungan Pelaksanaan Memanjang Sambungan pelaksanaan memanjang umumnya dilakukan dengan cara penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk trapesium atau setengah lingkaran sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 6.10 Sebelum penghamparan pelat beton di sebelahnya, permukaan sambungan pelaksanaan harus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru. 6.5.7.2. Sambungan Susut Memanjang Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara ini, yaitu menggergaji atau membentuk pada saat beton masih plastis dengan kedalaman sepertiga dari tebal pelat. 6.5.7.3. Sambungan Susut dan Sambungan Pelaksanaan Melintang Ujung sambungan ini harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang jalan dan tepi perkerasan. Untuk mengurangi beban dinamis, sambungan melintang harus dipasang dengan kemiringan 1 : 10 searah perputaran jarum jam. 6.5.7.4. Sambungan Susut Melintang

Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 6.11 dan Gambar 6.12. Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan66

tulangan 8 - 15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.Sambungan dibuat saat pelaksanaanPengecoran selebar jalur

Tulangan pengikat berulir

Tulangan pengikat berulir

Gambar 6.9. Tipikal Sambungan MemanjangKemiringan 1:4

0,2 h

0,2 h

0,1 h

Trapesium

Setengah lingkaran

Gambar 6.10. Ukuran Standar Penguncian Sambungan Memanjang Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana terlihat pada Tabel 6.18. Tabel 6.18. Diameter Ruji No1 2 3 4 5

Tebal Pelat Beton, h (mm)125 < h < 140 140 < h < 160 160 < h < 190 190 < h < 220 220 < h < 250

Diameter ruji (mm)20 24 28 33 36

67

Sambungan yang dibuat dengan menggergaji atau dibentuk saat pengecoran

h/4 h

Gambar 6.11. Sambungan Susut Melintang Tanpa RujiSambungan yang dibuat dengan menggergaji atau dibentuk saat pengecoran Selaput pemisah antara ruji dan betonh/4

225 mm 25 mm

225 mm

h

Tulangan polos

Gambar 6.12. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji 6.5.7.5. Sambungan Pelaksanaan Melintang Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan (darurat) harus menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan yang direncanakan harus menggunakan batang tulangan polos yang diletakkan di tengah tebal pelat. Tipikal sambungan pelaksanaan melintang diperlihatkan pada Gambar 6.13 dan Gambar 6.14. Sambungan pelaksanaan tersebut di atas harus dilengkapi dengan batang pengikat berdiameter 16 mm, panjang 69 cm dan jarak 60 cm, untuk ketebalan pelat sampai 17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiameter 20 mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm.

Tulangan polos

Tulangan pengikat berulir

Direncanakan

Darurat (tidak direncanakan)

Gambar 6.13. Sambungan Pelaksanaan yang Direncanakan dan yang Tidak Direncanakan untuk Pengecoran per Lajur68

Tulangan polos

Tulangan pengikat berulir

Direncanakan

Darurat (tidak direncanakan)

Gambar 6.14. Sambungan Pelaksanaan yang Direncanakan dan yang Tidak Direncanakan Pengecoran Seluruh Lebar Perkerasan Contoh 2. Perhitungan Ruji dan Batang Pengikat Berdasarkan Contoh perhitungan 1: - Tebal pelat = 16,5 cm - Lebar pelat = 2x3,5 m - Panjang pelat = 5,0 m. - Sambungan susut dipasang setiap jarak 5 m. Batang pengikat digunakan adalah baja ulir yang diameternya dan panjangnya yang dihitungan dengan menggunakan Persamaan 6.8 dan 6.9 adalah 16 mm, panjang 70 cm, jarak 75 cm. Dari Seksi 6.5.7.4 dan Tabel 6.18, untuk tebal pelat 16,5 cm, ruji yang digunakan = 28 mm, panjang 45 cm dengan jarak 30 cm 6.5.8. Perencanaan Tulangan Tujuan utama penulangan untuk : - Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan - Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan - Mengurangi biaya pemeliharaan Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut, sedangkan dalam hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk mengurangi sambungan susut. 6.5.8.1. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan Pada perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan, ada kemungkinan penulangan perlu dipasang guna mengendalikan retak. Bagian-bagian pelat yang diperkirakan akan mengalami retak akibat konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari dengan pengaturan pola sambungan, maka pelat harus diberi tulangan.69

Penerapan tulangan umumnya dilaksanakan pada : a. Pelat dengan bentuk tak lazim (odd-shaped slabs), Pelat disebut tidak lazim bila perbadingan antara panjang dengan lebar lebih besar dari 1,25, atau bila pola sambungan pada pelat tidak benarbenar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang. b. Pelat dengan sambungan tidak sejalur (mismatched joints). c. Pelat berlubang (pits or structures). 6.5.8.2. Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan Luas penampang tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut :As =

.L.M .g.h2. f s

............................................ (6.10)

Dengan pengertian: As : luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat) fs : kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh. g : gravitasi (m/detik2). h : tebal pelat beton (m) L : jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m) M : berat per satuan volume pelat (kg/m3) : koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah sebagaimana pada Tabel 6.4. Luas penampang tulangan berbentuk anyaman empat persegi panjang dan bujur sangkar ditunjukkan pada Tabel 6.19 Tabel 6.19 Ukuran dan Berat Tulangan Polos Anyaman LasTulangan Memanjang Diameter (mm) Jarak (mm) Tulangan melintang Diameter (mm) Jarak (mm) Luas Penampang Tulangan Melintang Memanjang 2 (mm2/m) (mm /m) Berat per Satuan Luas (kg/m2)

Empat persegi panjang 12,5 100 8 11,2 100 8 10 100 8 9 100 8 8 100 8 7,1 100 8 9 200 8 8 200 8 Bujur sangkar 8 100 8 10 200 10 9 200 9 8 200 8 7,1 200 7,1 6,3 200 6,3 5 200 5 4 200 4

200 200 200 200 200 200 250 250 100 200 200 200 200 200 200 200

1227 986 785 636 503 396 318 251 503 393 318 251 198 156 98 63

251 251 251 251 251 251 201 201 503 393 318 251 198 156 98 63

11,606 9,707 8,138 6,967 5,919 5,091 4,076 3,552 7,892 6,165 4,994 3,946 3,108 2,447 1,542 0,987

70

6.5.8.3. Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan 6.5.8.3.1. Penulangan Memanjang Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton semen bertulang menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut : PS = 100 . f ct . (1,3 0,2 ) f y n f ct (6.11)

Dengan pengertian : Ps : persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%) fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 0,5 fcf) (kg/cm2) fy : tegangan leleh rencana baja (kg/cm2) n : angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec) atau dapat dapat dilihat pada Tabel 5.20 : koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya Es : modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 (kg/cm2) Ec : modulus elastisitas beton = 1485 fc (kg/cm2) Tabel 6.20. Hubungan Kuat Tekan Beton dan Angka Ekivalen Baja dan Beton ( n ) fc (kg/cm2) 175 - 225 235 - 285 290 - ke atas n 10 8 6

Persentase minimum dari tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,6% luas penampang beton. Jumlah optimum tulangan memanjang, perlu dipasang agar jarak dan lebar retakan dapat dikendalikan. Secara teoritis jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut :

f ct Lcr = 2 n . p .u . f b ( s .Ec f ct )

2

. (6.12)

Dengan pengertian : Lcr : jarak teoritis antara retakan (cm). p : perbandingan luas tulangan memanjang dengan luas penampang beton. u : perbandingan keliling terhadap luas tulangan = 4/d. fb : tegangan lekat antara tulangan dengan beton = (1,97fc)/d. (kg/cm2) s : koefisien susut beton = (400.10-6). fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 0,5 fcf) (kg/cm2) n : angka ekivalensi antara baja dan beton = (Es/Ec). Ec : modulus Elastisitas beton =14850 fc (kg/cm2) Es : modulus Elastisitas baja = 2,1x106 (kg/cm2)Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan yang halus dan jarak antara retakan yang optimum, maka :71

-

Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan harus besar Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh tegangan lekat yang lebih tinggi.

Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan di atas harus memberikan hasil antara 150 dan 250 cm. Jarak antar tulangan 100 mm - 225 mm. Diameter batang tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm. 6.5.8.3.2. Penulangan Melintang Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung menggunakan Persamaan 5.10. Tulangan melintang direkomendasikan sebagai berikut: a. Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm. b. Jarak maksimum tulangan dari sumbu-ke-sumbu 75 cm. 6.5.8.3.3. Penempatan Tulangan Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan pada kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untuk tebal pelat 20 cm dan maksimum sampai sepertiga tebal pelat untuk tebal pelat > 20 cm. Tulangan arah memanjang dipasang di atas tulangan arah melintang. Contoh 3. Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Tidak Menerus Diketahui : - Tebal pelat = 16,5 cm - Lebar pelat = 2x3,5 m - Panjang pelat = 15 m - Kuat tarik ijin baja = 240 MPa - Berat isi beton = 2400 kg/m3 - Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 - Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3 Bila pada pelat tersebut akan dilakukan penulangan, tentukan tulangan yang diperlukan ? a) Tulangan memanjang . L. M . g .h As = 2. f s 1,3 x15 x 2400 x 9,81 x 0,165 As = = 157,82 mm 2 / m' 2 x 240 As min = 0,1% x 165 x 1000 = 165 mm2/m> As perlu Dipergunakan tulangan diameter 12 mm, jarak 22,5 cm b) Tulangan melintang

72

As =

. L. M . g .h2. f s 1,3 x 7 x 2400 x 9,81 x 0,165 = 73,65 mm 2 / m' 2 x 240

As =

As min = 0,1% x 165 x 1000 = 165 mm2/m Dipergunakan tulangan diameter 12 mm, jarak 45,0 cm. Contoh 4. Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan Diketahui : - Tebal pelat = 16,5 cm - Lebar pelat = 2x3,5 m - Kuat tekan beton (fc) = 285 kg/cm (silinder) - Tegangan leleh baja (fy) = 3900 kg/cm - Es/Ec =6 - Koefisien gesek antara beton dan pondasi bawah = 1,3 - fcf = 40 kg/cm - fct, Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm - fy = 3900 kg/cm - Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m - Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm dan jarak 30 cm a) Tulangan memanjang 100 . f ct .[1,3 (0,2 . )] Ps = f y n . f ct

Ps =

100 x 20 x [1,3 (0,2 x 1,3)] = 0,55 % 3900 (6 x 20)

As perlu = 0,55 % x 100 x 16,5

= 9,075 cm2

= 0,6 % x 100 x 16,5 = 9,9 cm2/m > As perlu Asmin Dicoba tulangan diameter 16 jarak 180 mm (As = 11,1 cm2/m) Untuk tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 450 mm.

b) Pengecekan jarak teoritis antar retakan 2 f ct Lcr = n . p 2 .u . f b ( s . Ec f ct ) u = 4/d = 4/1,6 = 2,5 p = 11,1/(100x16,5) = 0,0067 Ambil fb = (1,97fc)/d = (1,97285)/1,6 = 20,79 kg/cm Ambil s = 400 x 10-6 Ec = 14850fc = 14850285 = 250.697 kg/cm73

Dikontrol terhadap jarak teoritis antar retakan (Lcr)Lcr = 20 2 6 x 0,0067 2 x 2,5 x 20,79(0,0004 x 250697 20) = 352,87 cm

Lcr = Tidak memenuhi Lcr syarat (150 cm Lcr 250 cm) Dicoba 16 mm jarak 160 mm (As = 13,25 cm2/m) p = 13,25/(100 x 16,5)= 0,008 u = 2,5 fb = 20,79 kg/cm2Lcr = 20 2 6 x 0,008 2 x 2,5 x 20,79(0,0004 x 250697 20) = 249,65 cm

Lcr = Memenuhi Lcr syarat (150 cm Lcr 250 cm) Jadi tulangan memanjang digunakan diameter 16 mm, jarak 160 mm

6.6. Perencanaan Lapis Tambah Pelapisan tambahan pada perkerasan beton semen dibedakan atas : 1. Pelapisan tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan lentur. 2. Pelapisan tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan beton semen. 3. Pelapisan tambahan perkerasan lentur di atas perkerasan beton semen. 6.6.1. Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Semen di Atas Perkerasan Beton Aspal Tebal lapis tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan lentur dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan tebal pelat beton semen pada perencanaan baru yang telah diuraikan sebelumnya. Modulus reaksi perkerasan lama (k) diperoleh dengan melakukan pengujian pembebanan pelat (plate bearing test) menurut AASHTO T.222-81 di atas permukaan perkerasan lama yang selanjutnya dikorelasikan terhadap nilai CBR menurut Gambar 5.2. Bila nilai k lebih besar dari 140 kPa/mm (14 kg/cm3), maka nilai k dianggap sama dengan 140 kPa/mm (14 kg/cm3) dengan nilai CBR 50%. 6.6.2. Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Semen di Atas Perkerasan Beton Semen Jenis pelapisan tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan beton semen, antara lain : a. Pelapisan tambahan dengan lapis pemisah (unbonded atau separated overlay). b. Pelapisan tambahan langsung (direct overlay).

74

6.6.2.1. Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Semen Dengan Lapis Pemisah Tebal lapis tambahan dihitung berdasarkan rumus berikut :Tt = T 2 C s xTo2

.(6.13)

Dengan pengertian : Tr : tebal lapis tambahan T : tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan lapis pondasi bawah dari jalan lama sesuai dengan cara yang telah diuraikan. T0 : tebal pelat lama (yang ada) Cs : koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama yang nilainya sebagai berikut: Cs = 1, kondisi struktur perkerasan lama masih baik Cs = 0,75, kondisi perkerasan lama, baru mengalami retak awal pada sudut-sudut sambungan Cs = 0,35, kondisi perkerasan lama secara struktur telah rusak Tebal minimum lapis tambahan dengan lapis pemisah sebesar 150 mm. Lapis pemisah dimaksudkan untuk mencegah refleksi penyebaran retak perkerasan lama ke lapis tambahan, yang biasanya terbuat dari beton aspal dengan ketebalan minimum 3 cm. Letak dan jenis sambungan serta penulangan pada lapis tambahan tidak perlu sama dengan yang ada pada perkerasan lama. Penulangan pada lapis tambahan tidak tergantung pada tulangan dan kondisi perkerasan lama. 6.6.2.2. Pelapisan Tambahan Langsung Tebal lapis tambahan dihitung berdasarkan rumus berikut:1 Tr = 1, 4 T 1, 4 C s xTo , 4

(6.14)

Dengan pengertian : Tr : tebal lapis tambahan T : tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan atau lapis pondasi bawah dari jalan lama sesuai prosedur yang telah diuraikan T0 : tebal pelat lama (yang ada) Cs : faktor yang menyatakan keadaan struktural perkerasan lama, yang besarnya antara 0,75 - 1. Tebal minimum lapis tambahan ini sebesar 130 mm. Letak sambungan pada lapis tambahan harus sama dengan letak sambungan pada perkerasan lama. Jenis sambungan dan penulangan pada lapis tambahan tidak harus sama dengan jenis sambungan dan penulangan pada perkerasan lama.75

Perkerasan lama yang mengalami retak awal (Cs = 0,75) dapat diberi lapisan tambahan langsung bila kerusakannya dapat diperbaiki.

6.6.3. Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Aspal di Atas Perkerasan Beton Semen Struktur perkerasan beton semen harus dievaluasi agar supaya tebal efektifnya dapat dinilai sebagai aspal beton. Untuk menentukan tebal efektif (Te) setiap lapisan perkerasan yang ada harus dikonversikan kedalam tebal ekivalen aspal beton sesuai dengan Tabel 6.21. Dengan demikian tebal lapis tambahan yang diperlukan, dihitung berdasarkan perhitungan lapis tambahan pada perkerasan lentur. Dalam menentukan tebal ekivalen perkerasan beton semen perlu memperhatikan kondisi dan daya dukung lapisan beton semen yang ada. pabila lapisan-lapisan perkerasan telah diketahui dan kondisinya ditetapkan, kemudian faktor konversi yang sesuai dipilih dari Tabel 6.21 dan tebal efektif dari setiap lapisan dapat ditentukan. ebal efektif setiap lapisan merupakan hasil perkalian antara tebal lapisan dan faktor konversi. Tebal efektif untuk seluruh perkerasan merupakan jumlah tebal efektif dari masing-masing lapisan. Tebal lapisan tambahan dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tr = T Te ............................. (6.15) Dengan pengertian : Tr = tebal lapis tambahan T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan atau lapis pondasi bawah dari jalan lama sesuai prosedur yang telah diuraikan Te = tebal efektif perkerasan lama Tebal lapis tambahan perkerasan lentur yang diletakkan langsung di atas perkerasan beton semen dianjurkan minimum 100 mm. Apabila tebal lapisan tambahan lebih dari 180 mm, konstruksi lapis tambahan dapat menggunakan lapisan peredam retak sebagai mana terlihat pada Gambar 6.15 berikut.

1 2 3 4 5

Keterangan gambar : 1. Beton aspal sebagai lapisan aus 2. Beton aspal sebagai lapis perata 3. Beton aspal sebagai lapisan peredam retak 4. Perkerasan beton semen lama (yang ada) 5. Tanah dasar

Gambar 6.15. Lapisan Peredam Retak Pada Sistem Pelapisan Tambahan76

Tabel 6.21. Faktor Konversi Lapis Perkerasan Lama untuk Perencanaan Lapis Tambahan Menggunakan Perkerasan Beton Aspal Klasifikasi BahanI II

Deskripsi BahanTanah dasar asli, tanah dasar perbaikan dengan bahan berbutir, atau stabilisasi kapur Lapis pondasi atau pondasi bawah yang terdiri dari bahan berbutir bergradasi baik, keras mengandung bahan halus bersifat plastis, dengan CBR 20. Fk = 0,2 untuk PI (Plastisitas Indek) 6, dan 0,1 untuk PI > 6. Lapis pondasi atau pondasi bawah yang distabilisasi semen atau kapur dengan PI 10 a. Lapis permukaan atau lapis pondasi dengan bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair yang telah retak menyeluruh, pelepasan butir, penurunan mutu agregat, pengaluran pada jejak roda, dan penurunan stabilitas. b. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan yang telah ditutup lapis peraspalan) yang telah patah-patah menjadi potongan-potongan dengan berukuran 0,6 m dalam arah dimensi maksimal. Fk = 0,5 apabila digunakan lapis pondasi bawah, dan 0,3 apabila pelat langsung diatas tanah dasar. a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton aspal, yang telah menunjukkan pola retak yang jelas. b. Lapis permukaan dan lapis pondasi, dengan bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair, yang telah menunjukkan retak halus, pelepasan butir atau penurunan mutu agregat, dan alur kecil pada jejak roda tapi masih mantap. c. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan yang telah ditutup peraspalan) yang telah retak dan tidak rata dan tidak bisa ditutup secara baik. Potongan-potongan pelat berukuran sekitar 1 sampai 4 m2, dan telah diperbaiki. a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton aspal yang telah menunjukkan retak halus dengan pola setempat-setempat dan alur kecil pada jejak roda tapi masih mantap. b. Lapis permukaan dan lapis pondasi dengan bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair yang masih mantap, secara umum belum retak, tidak menunjukkan kegemukan (bleeding), dan terjadi alur kecil pada jejak roda. c. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan yang telah ditutup lapis peraspalan) yang masih mantap dan telah ditutup (undersealed), telah retak-retak tapi tidak terdapat potonganpotongan pelat yang berukuran lebih kecil dari 1 m2 a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton aspal, secara umum belum retak, dan terdapat alur kecil pada jejak roda. b. Perkerasan beton semen yang masih mantap, sudah ditutup (undersealed) dan umumnya belum retak c. Lapis pondasi beton semen, dibawah lapis permukaan beraspal, yang masih mantap, tidak terjadi pamping (pumping) dan memberikan retak refleksi yang kecil pada permukaan

Faktor Konversi (Fk)0 0,1-0,2

III IV

0,2-0,3 0,3-0.5

0,3-0,5

V

0,5-0,7 0,5-0,7

0,5-0,7

VI

0,7-0,9

0,7-0,9

0,7-0,9

VII

0,9-1,0 0,9-1,0 0,9-1,0

77

Contoh 5. Perhitungan Lapis Tambah Perkerasan Beton Semen di Atas Perkerasan Beton Semen Diketahui : Jalan lama dari perkerasan beton semen, mempunyai tebal 15 cm ( To ) Hasil pemeriksaan plate bearing k = 14 kg/cm3 Kuat tarik lentur beton fcf = 4 MPa. (40 kg.cm2) Data lalu-lintas, umur rencana, perkembangan lalu-lintas dan jumlah lajur seperti yang diberikan pada Contoh 1 terdahulu. Diminta : a) Menentukan tebal lapios tambah dengan lapis pemisah, bila kondisi perkerasan lama secara struktur telah rusak (C = 0,35) b) Menentukan tebal lapis tambah langsung, bila kondisi perkerasan lama mengalami retak awal (C = 0,75) Penyelesaian : A. Menentuan Tebal Lapis Tambah Dengan Lapis Pemisah a) Tebal lapis yang diperlukan (T), dengan cara seperti pada perencanaan perkerasan baru dengan k = 14 kg/cm3 atau CBR efektif = 50 % Taksiran tebal pelat beton 16,0 cm Tabel 6.22. Contoh Perhitungan Analisa Fatik dan ErosiJenis Sumbu(1)

Beban Sumbu ton (kN)(2)

Beban Rencana Per roda (kN)(3)

Repetisi yang terjadi(4)

Faktor Tegangan dan Erosi(5) TE = 1,13 FRT= 0,28 FE = 1,98

Analisa fatik Repetisi Persen ijin Rusak (%)(6) (7)=(4)*100 /(6)

Analisa Erosi Repetisi Persen ijin Rusak (%)(8) (9)=(4)*100 /(8)

STRT

6 (60) 5 (50) 4 (40) 3 (30) 2 (20) 8 (80) 5 (50) 14(140)

33,00 27,50 22,00 16,50 11,00 22,00 13,75 19,25

2,6 x 106 6,8 x 106 5,5 x 106 2,5 x 106 5,5 x 106 6,6 x 106 2,5 x 106 2,6 x 106

STRG STdRG Total

TE = 1,60 FRT= 0,40 FE = 2,53 TE = 1,36 FRT= 3,34 FE = 2,53

TT TT TT TT TT TT TT TT TT

0 0 0 0 0 0 0 0

TT TT TT TT TT TT TT TT TT

0 0 0 0 0 0 0 0

0 % < 100%

0 % < 100%

Keterangan : TE = tegangan ekivalen; FRT = faktor rasio tegangan; FE = faktor erosi; TT = tidak terbatas

Setelah dicoba dengan tebal taksiran pelat beton semen 15,5 cm, menunjukan bahwa jumlah prosentase fatik lebih besar 100%, sehingga diambil tebal pelat 16,0 cm karena dari perhitungan di atas prosentase kerusakan akibat fatik dan erosi lebih kecil dari 100%. b) Menentukan tebal lapis tambah yang diperlukan dengan persamaan :78

Tr

= (T2 Cs.T02)

Dengan diketahui : T0 = 15 cm Cs = 0,35 Maka Tr = {(16)2 0,35 (15)2} = 13,3 cm < 15 cm Diambil tebal lapis tambah Tr = 15 cm B. Menentukan Tebal Lapis Tambah Langsung : Tebal lapis tambah langsung yang diperlukan (Tr ) Tr = 1.4 (T1.4 Cs.T01.4)

Dengan diketahui : T = tebal lapis yang diperlukan = 16 cm T0 = 15 cm Cs = 0,35 Maka Tr = 1.4 {(16)1.4 0,35 (15)1.4} = 7,0 cm < Tr minimum =13 cm Diambil tebal lapis tambah Tr = 13 cm Contoh 6. Perhitungan Lapis Tambah Perkerasan Beton Aspal di Atas Perkerasan Beton Semen Diketahui : Susunan perkerasan beton semen suatu jalan lama sebagai berikut : Tebal pelat beton semen = 15 cm Tebal pondasi bawah = 10 cm CBR tanah dasar =4% Kondisi perkerasan lama telah retak-retak, tidak rata dan potongan-potongan pelat ( 1-4 m2) telah diperbaiki. Lapis pondasi bawah dari bahan berbutir bergradasi baik, CBR = 25 %. Data lalu-lintas harian rata-rata pada tahun pembukaan (2 jalur, 2 arah) sebagai berikut : Kendaraan ringan (1 + 1) = 1215 buah Bus (3 + 5) = 365 buah Truk 2 as (5 + 8) = 61 buah Truk 3 as (6 + 14) = 37 buah Truk 5 as (6+14+5+5) = 12 buah Umur rencana 20 tahun, dengan angka pertumbuhan lalu-lintas = 6 %/tahun Diminta : Tentukan tebal lapis tambah perkerasan beton aspal di atas perkerasan tersebut.79

Penyelesaian : Dari hasil perhitungan dengan menggunakan prosedur buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda Analisa SKBI-2.3.26.1987 dengan lalu-lintas dan umur rencana seperti di atas, didapatkan tebal lapis tambah beron aspal (Tn) = 22 cm. Tebal efektif perkerasan lama : Tebal efektif pelat beton aspal = 15 x 0,70 = 10,5 cm Tebal efektif pondasi bawah = 10 x 0,20 = 2,0 cm Tebal efektif perkerasan lama (Total) = 12,5 cm Tebal perkerasan beton aspal yang diperlukan : Tr = T To = 22 12,5 = 9,5 cm < T minimum = 10 cm Digunakan tebal lapis tambah beton aspal ( Tr ) = 10 cm

80

LAMPIRAN 1 Temperatur Perkerasan Rata-Rata Tahunan (TPRT)

Tabel L-1.Temperatur Perkerasan Rata-rata Tahunan (TPRT) untuk Beberapa Daerah/kota di IndonesiaNO. Propinsi DI Aceh 1 2 3 4 5 BAND.CUT NYAK DIEN (MEULABOH) MET. LHOKSEUMAWE (LHOKSEUMAWE) PBRK.GULA COK GIREK (COK GIREK) BANDARA BILANG BINTANG (BANDA ACEH) KODAM I. SABANG (SABANG) 34,6 34,9 35,4 35,5 35,9 KOTA TP rata ( C)o 2

NO. Propinsi Jambi

KOTA

TP rata ( C) 28,9 35,7 35,8 35,9o

2

Propinsi Sumatra Utara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BRASTAGI-KOTA GADUNG KEB.PERCOB. BALIGE-GURGUR MARIHAT ST.P.SIANTAR (PEMATANG SIANTAR) ARON GLP. TIGA MET.GUNUNG SITOLI (BINAKA) BANDAR. PINANG SORI (SIBOLGA) 24,6 24,9 32,7 32,9 34,4 34,8 35,8 35,7 36,2

BAND. DEPATI PARBO (DEPATI PARBO) 2 BANDARA PALMERAH (PALMERAH JAMBI) 3 BL. BENIH PADI S.KARYA (LUBUK RUSO) 4 SEBAPO, DIPERTA KM 21(SEBAPO) Propinsi Bengkulu ] BANDARA PADANG KEMILING (BENGKULU) 2 KLIMAT. PULAI BAI (PULAU BAI) 3 GEOF. KEPAHIANG (KAPAHIANG) Propinsi Sumatra Selatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 BALAI BENIH TANJUNG TEBAT LAHAT (LAHAT) BANDARA TANJUNG PANDAN (TANJUNG PANDAN) BALAI BENIH TUG.MULYO (LUBUK LINGGAU) PANGKAL PINANG BANDARA PANGKAL PINANG MET. PANGKAL PINANG BALAI BENIH RIAS TOBOALI DIPERTA KAB.LEMATANG ILIR OT. (MUARA ENIM) METEO PERTANIAN KENTEN (KENTEN) PERC. KAYU AGUNG, OKI (KAYU AGUNG) PALEMBANG BAND.TALANG BETUTU

1

35 35 32,2

33,1 34,8 35,1 35,4 35,3 35,6 35,9 35,9 35,9 35,9 36,2 36,2 36,2 36,3

BANDARA POLONIA (MEDAN) KLIMATOLOGI SAMPALI (SAMPALI) JL.GEROPAH BELAWAN (BELAWANMEDAN) Propinsi Sumatra Barat 1 SUKARAME KEBUN PERCOB. 2 3 4 5 6 7 PADANG PANJANG RAMBATAN, BATUSANGKAR SUMANI, KOTO SINGKARAK (SOLOK) B. BENIH PADANG GELUGUR KLIM. SICINCIN (SICINCIN PARIAMAN) BANDARA TABING (PADANG)

27,8 28,0 31,5 32,6 33,7 33,8 35,0

Propinsi Riau 1 BANDARA KIJANG (TANJUNG PINANG) 2 BANDARA SIMP. TIGA (PEKANBARU) 3 BANDARA JAYAPURA (JAPURARENGAT) 4 BANDARA DABO (DABO-SINGKEP) 5 BANDARA NATUNA (RANAI) 6 METEO TAREMPA (TAREMPA)

34,8 35,2 35,4 35,8 36,0 36,8

BALAI BENIH SENTRAL BLT. (BELITANG) 14 BALAI BENIH SEI PINANG OGAN. KOMERING ILIR (SEI PINANGDEWI SRI) 15 BANDAR. TALANG BETUTU 16 SEKAYU, DIPERTA KAB.MUSI BANYUASIN Propinsi Lampung 1 LANUD ASTRA KSETRA 2 3 TANJUNG KARANG BANDARA BRANTI

36,4 36,7

31,5 34,8 35,2

81

Tabel L-1.Temperatur Perkerasan Rata-rata Tahunan (TPRT) untuk Beberapa Daerah/kota di Indonesia (Lanjutan)NO. Propinsi DKI Jakarta 1 2 3 4 5 CENGKARENG (MET.BAND. SOEKARNO-HATTA) BAND. HALIM PERDANA KUSUMAH JAKARTA OBSERVATION JL.A.R.HAKIM (JAKARTA) BANDARA KEMAYORAN (JAKARTA) TANJUNG PRIUK (MET. MARITIM TG. PRIUK) 35,8 36,0 36,6 36,8 37,3 KOTA TP rata ( C)o 2

NO. Propinsi Jawa Tengah 1 2 3 4 5 6 BABADAN

KOTA

TP rata ( C) 24,4 25,2 30,8 32,3 32,4 34,3 34,4 34,6 35,0 35,1 35,2 35,3 35,5 35,7 35,7 35,8 35,8 36,4 36,5 36,6 36,6 36,8 36,8 37,0 40,4 31,1 35,5 35,5 36,1 36,9o

2

Propinsi Banten 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 PELUD.BUDIARTO CURUG TANGERANG KLIMAT. CILEDUG JL.MEGA 1 PD BETUNG SERANG (METEO SERANG) GEOF. JL. TANAH TINGGI LEMBANG PANGALENGAN (CUKUR GONDANG - KEC. PANGALENGAN) MET.CITEKO CISARUA BANDUNG (3a + 3b) GEOFISIKA JL.CEMARA 48 LANUMA HUSEN S.NEGARA KEBUN CURUG, JASINGA KUNINGAN-CRB (KEB.PERCOB. KNGN) BOGOR (2a + 2b + 2c + 2d) LANUD TASIKMALAYA TASIKMALAYA (7a+7b) LANUD ATENG SANJAYA KUMAT.1.DARMAGA KP 76 CIPATUJAH, PERKEB. NASIONAL KALIJATI-SUBANG (LANUD KALIJATI) PAMANUKAN (K.P.PUSAKANEGARA) CIBINONG (KEB.PERCOB.TANAMAN) PURWAKARTA (CIKUMPAI, KEC.CEMPAKA) SUKAMANDI KERAWANG (JATISARI, JL.RAYA KALIASIN) JATIWANGI (METEO. JATIWANGI) JATILUHUR 35,3 35,5 35,6 35,9 35,9 26,6 27,4 28,5 30,5 30,5 30,6 32,7 33,0 33,1 33,1 33,2 34,1 34,2 34,3 35,0 35,0 35,2 35,4 35,8 35,8 36,3 36,7

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5

KLEDUNG (KEB.BIBIT PURNOMOSARI) KUDUS (COLO KUDUS, DIPERTA KAB. KUDUS) MAGELANG (DPU PENGAIRAN SENENG) SEMARANG KLIMAT, JL.SILIWANGI 291 WONOSOBO (WADASLINTANG, KEC WADAS LINTANG) PROY.REST.CANDI BOROBUDUR BANYUMAS (BOJONGSARI, KEC.KEBONG BARU) JEPARA (BEJI, KEC. BANGSRI) KEDU (SEMPOR, PROYEK SERBA GUNA KEDU SELATAN) UNGARAN (SPMA UNGARAN) SRIMARDONO SENDANG HARJO PURBALINGGA (KARANG KEMIRI, KEC. KEMANGKON) PURWODADI (NGAMBAK KAPUNG, KEC. KEDUNGJATI CILACAP (METEO CILACAP) SURAKARTA (LANUD ADI SUMARNO) BREBES (KERSANA, KB.BIBIT KERSN) TEGAL, JL.PANCASILA 2. PEKALONGAN (BALAI BENIH GAMER) SEMARANG METEO MARITIM SEMARANG PATI (TC.RENDOLE PATI) BANDARA AHMAD YANI WONOCOLO KEB.HORTIKULTURA NGIPIKSARI (YOGYAKARTA) LANUMA ADI SUCIPTO (YOGYA.) UNIV.PERT.ILMU TANAH UGM (YOGYAKARTA) WONOCATUR UPN VETERAN (YOGYAKARTA). GN.KIDUL PLAYEN

Propinsi Jawa Barat

Propinsi DI Yogyakarta

82

Tabel L-1.Temperatur Perkerasan Rata-rata Tahunan (TPRT) untuk Beberapa Daerah/kota di Indonesia (Lanjutan)NO. Propinsi Jawa Timur 1 CINDOGO 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 TRETES (GEO.TRETES PASURUHAN) PUNTEN, SIDOMULYO BATU KP.TLEKUNG, KEC. BATU MALANG NGANJUK (BULAK MOJO, PROY. SERBA GUNA) LANUMA ABD.RAHMAN SALEH SUMBER ASIN, POS SUBER MANJING MALANG BENDUNGAN SELOREJO UNBRA JL.MAJEN.HARYONO KARANG KATES, PROY.SERBA GUNA JEMBER (KALIWINING,JL.MOH.SERUJI 2) PG. GEDAWUNG KP. GENTENG JATIROTO JL.MERAK I KENING/TUBAN, JL. JOHAR 26 KEDUNGREJO TUGUREJO BANYUWANGI SELOGIRI, KEC. GIRI KETAPANG METEO BANYUWANGI MOJOKERTO MADIUN (LANUMA ISWAHYUDI) SURABAYA PASURUAN ( JL.PAHLAWAN 25 PASURUAN) KALIANGET (METEO KALIANGET) PG. WONOLANGUN BAWEAN (METEO SANGKAPURA) METEO JL.TANJUNG.SADANI SURABAYA MARITIM, JL.TJG SADANI PG. WARINGIN ANOM PACITAN PAMEKASAN LANUD JUANDA TNI AURI PASINAN SITUBONDO (PG. ASEMBAGUS, KEC. SITUBONDO) WIROLEGI KOTA TP rata ( C) 26,5 28,3 29,3 29,4 31,0 31,2 31,2 31,7 31,9 33,4 34,2 35,1 35,3 35,4 35,6 35,7 35,7 35,8 36,0 36,0 36,1 36,1 36,3 36,8 36,8 37,0 37,0 37,1 37,4 37,4 37,4 37,6 37,6 37,8 39,6 39,9 44,2o 2

NO.

KOTA

TP rata ( C) 25,0 28,5 36,4o

2

Propinsi Bali 1 CANDI KUNING, DIPERTA PROP. DT.I DENPASAR 2 BESAKIH (PERTANIAN DAERAH DT.I. BALI) 3 DENPASAR (BANDARA NGURAHRAI) Propinsi Kalimantan Barat 1 LANUD SINGKAWANG II (SINGKAWANG) 2 MET. PALOH (PALOH) 3 BANDARA SUSILO SINTANG (SUSILO SINTANG) 4 BANDARA SUPADIO (SUPADIOPONTIANAK) 5 KLIMAT. SIANTAN (SIANTAN) 6 BANDARA ROCHADA USMAN (KETAPANG) 7 NANGAPINOH Propinsi Kalimantan Tengah BANDARA ISKANDAR (PANGKALAN BUN) 2 BANDARA BERINGIN (MUARA TEWEH) 3 BANDARA PANARUNG (PALANGKARAYA-PNRNG) Propinsi Kalimantan Timur 1 LONG BAWAN 2 BARONG TONGKOK 3 TANJUNG REDEP 4 LOAJANAN, DINAS PERTANIAN RAK