KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan...

88
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL IV PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2015

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONALIVPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR2015

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, Februari 2016

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, Februari 2016

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2015

1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah

1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.1.1. Inflasi Tahunan

2.1.2. Inflasi Triwulanan

2.1.3. Inflasi Bulanan

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

i

iii

v

viii

xii

xiii

xv

1

1

1

1

2

3

5

6

6

6

7

8

9

10

11

12

19

19

19

20

20

21

22

23

23

24

Daftar Isi

Triwulan IV 2015 v

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2015

1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah

1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.1.1. Inflasi Tahunan

2.1.2. Inflasi Triwulanan

2.1.3. Inflasi Bulanan

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

i

iii

v

viii

xii

xiii

xv

1

1

1

1

2

3

5

6

6

6

7

8

9

10

11

12

19

19

19

20

20

21

22

23

23

24

Daftar Isi

Triwulan IV 2015 v

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

4.3 Belanja Daerah

BAB V KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

5.3 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)

5.3 Perkembangan Sektor Ketenagakerjaan

BOKS 4. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) di NTT

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

6.2 Inflasi

51

51

51

52

59

59

59

61

62

63

67

67

67

67

68

69

69

Daftar Isi

Triwulan IV 2015 vii

2.3. Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile foods

2.3.2 Administered prices

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 2. El Nino dan Potensi Rawan Pangan

BOKS 3. Perkembangan Peningkatan Produktifitas Pertanian di NTT

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2. Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (Upal)

24

25

25

26

26

26

27

28

29

30

35

35

36

37

37

39

40

40

41

42

43

44

44

44

45

45

45

46

47

47

47

47

Daftar Isi

Triwulan IV 2015vi

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

4.3 Belanja Daerah

BAB V KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

5.3 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)

5.3 Perkembangan Sektor Ketenagakerjaan

BOKS 4. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) di NTT

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

6.2 Inflasi

51

51

51

52

59

59

59

61

62

63

67

67

67

67

68

69

69

Daftar Isi

Triwulan IV 2015 vii

2.3. Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile foods

2.3.2 Administered prices

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 2. El Nino dan Potensi Rawan Pangan

BOKS 3. Perkembangan Peningkatan Produktifitas Pertanian di NTT

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2. Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (Upal)

24

25

25

26

26

26

27

28

29

30

35

35

36

37

37

39

40

40

41

42

43

44

44

44

45

45

45

46

47

47

47

47

Daftar Isi

Triwulan IV 2015vi

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan di 5 regional di Indonesia

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan

Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.5 Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Suku Bunga Simpanan

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.12 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.13 Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

20

20

22

22

23

23

23

23

24

24

26

26

26

26

27

27

27

35

35

36

37

38

38

38

38

39

39

39

40

40

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015 ix

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional (triwulanan)

Grafik 1.4 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional (triwulanan)

Grafik 1.5 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan IV 2015

Grafik 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.9 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.11 Realisasi Investasi PMA & PMDN

Grafik 1.12 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.13 Perkembangan Kliring

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.16 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.17 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.18 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.20 Pengiriman Ternak

Grafik 1.21 Data Pengeluaran Ternak

Grafik 1.22 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.25 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.26 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.27 Perkembangan Survei Konsumen

Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

1

1

2

2

4

4

4

4

4

4

5

5

6

6

6

6

7

7

8

8

8

9

9

10

10

10

10

11

11

11

19

19

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015viii

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan di 5 regional di Indonesia

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan

Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.5 Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Suku Bunga Simpanan

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.12 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.13 Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

20

20

22

22

23

23

23

23

24

24

26

26

26

26

27

27

27

35

35

36

37

38

38

38

38

39

39

39

40

40

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015 ix

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional (triwulanan)

Grafik 1.4 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional (triwulanan)

Grafik 1.5 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan IV 2015

Grafik 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.9 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.11 Realisasi Investasi PMA & PMDN

Grafik 1.12 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.13 Perkembangan Kliring

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.16 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.17 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.18 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.20 Pengiriman Ternak

Grafik 1.21 Data Pengeluaran Ternak

Grafik 1.22 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.25 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.26 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.27 Perkembangan Survei Konsumen

Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

1

1

2

2

4

4

4

4

4

4

5

5

6

6

6

6

7

7

8

8

8

9

9

10

10

10

10

11

11

11

19

19

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015viii

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan NTT dan Nasional

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

Grafik 5.3 Prosentase Penduduk Miskin NTT

Grafik 5.4 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 5.5 Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan

Grafik 5.7 Indeks Keparahan Kemiskinan

Grafik 5.8 Angka Partisipasi Sekolah

Grafik 5.9 Angka Partisipasi Murni

Grafik 5.10 Perkembangan Tenaga Kerja

Grafik 5.11 Produktivitas Industri Besar Sedang

Grafik Boks 4.1 Porsi Tenaga Kerja

Grafik Boks 4.2 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah

Grafik Boks 4.3 Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

Grafik Boks 4.4 Pangsa Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Grafik Boks 4.5 Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2016

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tw I-2016

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.5. Perkembangan Inflasi NTT

53

54

54

54

54

59

59

60

60

60

61

61

61

61

62

62

63

63

64

64

64

67

67

69

69

70

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015 xi

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.15 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.16 Komposisi Kredit UMKM

Grafik 3.17 Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.18 Perkembangan UMKM

Grafik 3.19 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.20 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.21 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.22 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.23 Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.24 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.27 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.28 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.29Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.30 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.31 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.33 Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.34 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.35 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

Grafik 3.36 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.37 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.38 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.39 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja

Grafik 4.5 Perkembangan Realisasi Belanja Modal

41

41

41

41

42

42

43

43

43

43

43

44

44

44

44

45

45

46

46

46

46

46

47

47

48

48

51

52

52

52

52

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015x

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan NTT dan Nasional

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

Grafik 5.3 Prosentase Penduduk Miskin NTT

Grafik 5.4 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 5.5 Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

Grafik 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan

Grafik 5.7 Indeks Keparahan Kemiskinan

Grafik 5.8 Angka Partisipasi Sekolah

Grafik 5.9 Angka Partisipasi Murni

Grafik 5.10 Perkembangan Tenaga Kerja

Grafik 5.11 Produktivitas Industri Besar Sedang

Grafik Boks 4.1 Porsi Tenaga Kerja

Grafik Boks 4.2 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah

Grafik Boks 4.3 Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

Grafik Boks 4.4 Pangsa Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Grafik Boks 4.5 Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2016

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tw I-2016

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.5. Perkembangan Inflasi NTT

53

54

54

54

54

59

59

60

60

60

61

61

61

61

62

62

63

63

64

64

64

67

67

69

69

70

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015 xi

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.15 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.16 Komposisi Kredit UMKM

Grafik 3.17 Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.18 Perkembangan UMKM

Grafik 3.19 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.20 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.21 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.22 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.23 Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.24 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.25 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.26 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.27 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.28 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.29Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.30 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.31 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.33 Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.34 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.35 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

Grafik 3.36 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.37 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.38 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.39 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja

Grafik 4.5 Perkembangan Realisasi Belanja Modal

41

41

41

41

42

42

43

43

43

43

43

44

44

44

44

45

45

46

46

46

46

46

47

47

48

48

51

52

52

52

52

Daftar Grafik

Triwulan IV 2015x

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Ringkasan UmumEKONOMI MAKRO REGIONAL

PDRB NTT pada triwulan-IV mencapai Rp 20,37 triliun dengan pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat dibandingkan

triwulan-III yang sebesar 5,15% (yoy). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang ditopang

peningkatan realisasi belanja pemerintah dan PMTB/Investasi pada triwulan-IV. Namun, tingginya impor daerah masih

menjadi penghambat utama pertumbuhan yang lebih tinggi. Dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi

pemerintah juga tercermin dari tingginya pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan konstruksi. Sementara itu,

adanya momen natal dan tahun baru turut mendorong sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

Produk Domestik Bruto (PDRB) NTT pada tahun 2015 sebesar Rp 76,43 triliun (harga berlaku) dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,02% (yoy) cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi NTT terutama didorong oleh Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 17,2% (yoy). Dari

sisi sektoral, sektor Administrasi Pemerintahan menjadi pendorong pertumbuhan yang disebabkan oleh peningkatan

realisasi dana hibah dan dana desa. Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi pendorong lainnya.

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bulan

Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar dibanding total inflasi NTT bulan Januari – November 2015 yang sebesar

2,40%. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan harga bahan makanan seiring dengan tingginya

permintaan pada saat hari raya Natal dan tahun baru serta tambahan permintaan selama puncak perayaan hari

kesetiakawanan nasional dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang sangat baik

hingga bulan September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan peningkatan yang cukup besar di triwulan IV 2015.

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT sebesar 4,92%, lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%.

Kinerja perbankan NTT pada triwulan IV 2015 menunjukkan perlambatan yang tercermin dari beberapa indikator

perbankan, diantaranya Aset yang hanya tumbuh sebesar 11,90% (yoy) lebih rendah dari Triwulan III yang mencapai

20,90% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak ketiga juga mengalami perlambatan dari 18,35 % (yoy) di menjadi 16,89%

(yoy). Selain itu, indikator Kredit juga menunjukkan perlambatan sebesar 14,04% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,33% (yoy). Di sisi lain, Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT

pada Triwulan IV mengalami penurunan dari 2,00% (Tw III) menjadi 1,60%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.2,06 triliun atau 32,33% (yoy), sementara itu

sistem pembayaran non tunai, diantaranya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) meningkat sebesar 152,50%

(yoy). Di sisi lain, transaksi BI-RTGS sampai dengan November 2015 mengalami net transaksi keluar NTT sebesar

Rp.3.787,87 miliar yang menunjukkan adanya peningkatan transaksi atas aktivitas ekonomi yang terjadi.

Di akhir tahun 2015, pagu anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp

34,5 triliun atau meningkat Rp 2,44 triliun (7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari

alokasi APBD Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun Sementara itu, realisasi belanja pemerintah hingga

akhir tahun 2015 mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun) dengan realisasi tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Di sisi

lain, realisasi belanja modal mencapai 83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal

INFLASI REGIONAL

KEUANGAN PEMERINTAH

Triwulan IV 2015 xiii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-III 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-III 2015

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja BPR

Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi NTT

Tabel Boks 4.1 Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk

3

7

20

20

22

27

28

36

42

53

55

63

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Triwulan IV 2015xii

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARANGambar Boks 1.1 Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT

Gambar Boks 1.2 Bandara dan Jalur Penerbangan Pesawat di NTT

Gambar Boks 1.3 Alur Pelayaran dan Distribusi Barang di NTT

Gambar Boks 1.4 Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di NTT

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan IV 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 2.1 Peta Daerah dengan Potensi Kerusakan Tanam Posisi Januari 2016

Gambar Boks 3.1 Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Februari

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret

13

14

15

15

28

29

30

68

68

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Ringkasan UmumEKONOMI MAKRO REGIONAL

PDRB NTT pada triwulan-IV mencapai Rp 20,37 triliun dengan pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat dibandingkan

triwulan-III yang sebesar 5,15% (yoy). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang ditopang

peningkatan realisasi belanja pemerintah dan PMTB/Investasi pada triwulan-IV. Namun, tingginya impor daerah masih

menjadi penghambat utama pertumbuhan yang lebih tinggi. Dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi

pemerintah juga tercermin dari tingginya pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan konstruksi. Sementara itu,

adanya momen natal dan tahun baru turut mendorong sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

Produk Domestik Bruto (PDRB) NTT pada tahun 2015 sebesar Rp 76,43 triliun (harga berlaku) dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,02% (yoy) cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi NTT terutama didorong oleh Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 17,2% (yoy). Dari

sisi sektoral, sektor Administrasi Pemerintahan menjadi pendorong pertumbuhan yang disebabkan oleh peningkatan

realisasi dana hibah dan dana desa. Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi pendorong lainnya.

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bulan

Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar dibanding total inflasi NTT bulan Januari – November 2015 yang sebesar

2,40%. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan harga bahan makanan seiring dengan tingginya

permintaan pada saat hari raya Natal dan tahun baru serta tambahan permintaan selama puncak perayaan hari

kesetiakawanan nasional dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang sangat baik

hingga bulan September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan peningkatan yang cukup besar di triwulan IV 2015.

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT sebesar 4,92%, lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%.

Kinerja perbankan NTT pada triwulan IV 2015 menunjukkan perlambatan yang tercermin dari beberapa indikator

perbankan, diantaranya Aset yang hanya tumbuh sebesar 11,90% (yoy) lebih rendah dari Triwulan III yang mencapai

20,90% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak ketiga juga mengalami perlambatan dari 18,35 % (yoy) di menjadi 16,89%

(yoy). Selain itu, indikator Kredit juga menunjukkan perlambatan sebesar 14,04% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,33% (yoy). Di sisi lain, Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT

pada Triwulan IV mengalami penurunan dari 2,00% (Tw III) menjadi 1,60%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.2,06 triliun atau 32,33% (yoy), sementara itu

sistem pembayaran non tunai, diantaranya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) meningkat sebesar 152,50%

(yoy). Di sisi lain, transaksi BI-RTGS sampai dengan November 2015 mengalami net transaksi keluar NTT sebesar

Rp.3.787,87 miliar yang menunjukkan adanya peningkatan transaksi atas aktivitas ekonomi yang terjadi.

Di akhir tahun 2015, pagu anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp

34,5 triliun atau meningkat Rp 2,44 triliun (7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari

alokasi APBD Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun Sementara itu, realisasi belanja pemerintah hingga

akhir tahun 2015 mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun) dengan realisasi tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Di sisi

lain, realisasi belanja modal mencapai 83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal

INFLASI REGIONAL

KEUANGAN PEMERINTAH

Triwulan IV 2015 xiii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-III 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-III 2015

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja BPR

Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi NTT

Tabel Boks 4.1 Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk

3

7

20

20

22

27

28

36

42

53

55

63

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Triwulan IV 2015xii

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARANGambar Boks 1.1 Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT

Gambar Boks 1.2 Bandara dan Jalur Penerbangan Pesawat di NTT

Gambar Boks 1.3 Alur Pelayaran dan Distribusi Barang di NTT

Gambar Boks 1.4 Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di NTT

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan IV 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 2.1 Peta Daerah dengan Potensi Kerusakan Tanam Posisi Januari 2016

Gambar Boks 3.1 Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Februari

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret

13

14

15

15

28

29

30

68

68

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

tertinggi terutama dipergunakan bagi pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan pembangunan/pelebaran jalan

terutama di kawasan perbatasan. Dari sisi pendapatan, realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 105,46% atau Rp

22,09 triliun dari total rencana target Rp 20,95 triliun. Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah Pusat

melalui pendapatan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang terlihat dari adanya penurunan presentase

penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada bulan September 2015 adalah sebesar 1.160,53 ribu

orang atau meningkat sebesar 690 orang dibandingkan bulan Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu orang. Namun

persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi 22,58% (September

2015). Adanya pembangunan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut mendorong pembukaan

lapangan kerja yang meningkatkan pendapatan masyarakat NTT. Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di NTT

cenderung mengalami peningkatan. APS untuk kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2014 mencapai 98% meningkat

dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%, sementara kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk

kelompok 16-18 tahun mencapai 74%.

Kinerja perekonomian pada triwulan-I 2016 diperkirakan melambat pada rentang 4,5-4,9% (yoy) seiring perlambatan

kegiatan pemerintah, belum tibanya musim panen padi, tekanan El Nino dan penurunan konsumsi masyarakat paska libur

sekolah dan natal. Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada pada

tingkat moderat dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Pertumbuhan investasi dan alokasi anggaran pemerintah

diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi NTT.

Di sisi lain, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada kisaran 4,3-4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang

target Bank Indonesia sebesar 4±1% (yoy). Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirakan berasal dari komoditas bahan

makanan (volatile food), terhambatnya musim tanam padi karena dampak El Nino dan fluktuasi harga tiket pesawat.

Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan-I 2016 diperkirakan berada pada rentang 5,9 - 6,3% (yoy) sebagai dampak

pernurunan harga BBM pada periode yang sama tahun 2014 dan masih dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong peningkatan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2014 2015

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

76,432.5

22,665.7

1,307.6

940.9

40.0

47.2

7,908.2

8,274.0

3,976.0

487.1

5,477.4

2,995.5

2,054.3

235.5

9,399.6

7,367.7

1,616.4

1,639.5

76,432.5

56,027.9

2,539.4

23,705.4

32,505.8

967.6

1,608.8

261.5

-40,660.9

24,018

83,016

5,352

3,042

5.02

2.93

6.42

5.23

10.19

2.07

5.22

6.09

5.49

6.17

7.14

5.76

3.85

4.61

7.09

4.85

5.52

3.72

5.02

6.33

4.49

7.97

17.19

-15.22

19.99

-54.99

18.66

30.46

35.18

-79.43

-96.03

%QTQ* %YOY***%yoy*) IV

2015

18,055.2

5,042.8

305.6

231.6

9.7

11.9

1,907.5

1,905.3

974.6

116.8

1,337.5

715.9

496.4

55.8

2,278.5

1,880.4

394.6

390.4

18,055.2

13,460.9

580.7

5,809.0

8,070.4

277.4

391.7

215.6

-10,319.2

4,722

13,620

11,736

10,626

20,371.2

5,545.2

358.9

259.3

12.5

12.3

2,244.0

2,219.1

1,101.5

137.0

1,462.3

799.2

550.9

62.3

2,653.4

2,079.8

444.9

428.6

20,371.2

15,532.8

727.6

8,049.6

9,043.3

352.4

359.9

72.6

-13,621.8

6,616

26,423

1,439

760

Dalam Rp Miliar*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014**) Pertumbuhan Triwulan IV 2015 dibandingkan Triwulan III 2015***) Pertumbuhan Triwulan IV dibandingkan Triwulan IV 2014****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

0.20

-9.04

0.50

5.53

9.83

-1.20

3.57

0.97

6.42

5.90

2.43

2.06

0.43

0.22

6.13

7.52

6.21

1.07

0.20

3.53

7.03

2.85

4.27

-17.81

-32.38

27.32

6.67

5.88

-3.44

1454.17

48.93

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

20,021.6

6,039.3

350.6

243.5

9.2

12.3

2,051.7

2,176.8

1,014.8

127.3

1,416.9

781.3

539.7

61.3

2,461.3

1,904.1

413.7

417.8

20,021.6

14,448.8

671.5

7,655.1

8,467.2

417.2

506.8

60.2

-12,084.8

6,249

27,364

93

511

III

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Triwulan IV 2015 xv

III

2014

IV

2015

5.13

2.59

8.53

5.57

4.37

0.48

7.34

7.59

5.07

8.60

7.65

6.00

3.83

4.91

7.79

0.67

4.73

3.34

5.13

4.77

20.92

26.43

5.72

13.05

-7.95

-70.28

17.57

40.12

94.00

-87.74

-92.85

IV

125.02

126.15

117.60

4.92

5.07

3.89

Triwulan IV 2015xiv

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

tertinggi terutama dipergunakan bagi pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan pembangunan/pelebaran jalan

terutama di kawasan perbatasan. Dari sisi pendapatan, realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 105,46% atau Rp

22,09 triliun dari total rencana target Rp 20,95 triliun. Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah Pusat

melalui pendapatan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang terlihat dari adanya penurunan presentase

penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada bulan September 2015 adalah sebesar 1.160,53 ribu

orang atau meningkat sebesar 690 orang dibandingkan bulan Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu orang. Namun

persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi 22,58% (September

2015). Adanya pembangunan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut mendorong pembukaan

lapangan kerja yang meningkatkan pendapatan masyarakat NTT. Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di NTT

cenderung mengalami peningkatan. APS untuk kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2014 mencapai 98% meningkat

dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%, sementara kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk

kelompok 16-18 tahun mencapai 74%.

Kinerja perekonomian pada triwulan-I 2016 diperkirakan melambat pada rentang 4,5-4,9% (yoy) seiring perlambatan

kegiatan pemerintah, belum tibanya musim panen padi, tekanan El Nino dan penurunan konsumsi masyarakat paska libur

sekolah dan natal. Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada pada

tingkat moderat dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Pertumbuhan investasi dan alokasi anggaran pemerintah

diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi NTT.

Di sisi lain, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada kisaran 4,3-4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang

target Bank Indonesia sebesar 4±1% (yoy). Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirakan berasal dari komoditas bahan

makanan (volatile food), terhambatnya musim tanam padi karena dampak El Nino dan fluktuasi harga tiket pesawat.

Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan-I 2016 diperkirakan berada pada rentang 5,9 - 6,3% (yoy) sebagai dampak

pernurunan harga BBM pada periode yang sama tahun 2014 dan masih dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong peningkatan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2014 2015

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

76,432.5

22,665.7

1,307.6

940.9

40.0

47.2

7,908.2

8,274.0

3,976.0

487.1

5,477.4

2,995.5

2,054.3

235.5

9,399.6

7,367.7

1,616.4

1,639.5

76,432.5

56,027.9

2,539.4

23,705.4

32,505.8

967.6

1,608.8

261.5

-40,660.9

24,018

83,016

5,352

3,042

5.02

2.93

6.42

5.23

10.19

2.07

5.22

6.09

5.49

6.17

7.14

5.76

3.85

4.61

7.09

4.85

5.52

3.72

5.02

6.33

4.49

7.97

17.19

-15.22

19.99

-54.99

18.66

30.46

35.18

-79.43

-96.03

%QTQ* %YOY***%yoy*) IV

2015

18,055.2

5,042.8

305.6

231.6

9.7

11.9

1,907.5

1,905.3

974.6

116.8

1,337.5

715.9

496.4

55.8

2,278.5

1,880.4

394.6

390.4

18,055.2

13,460.9

580.7

5,809.0

8,070.4

277.4

391.7

215.6

-10,319.2

4,722

13,620

11,736

10,626

20,371.2

5,545.2

358.9

259.3

12.5

12.3

2,244.0

2,219.1

1,101.5

137.0

1,462.3

799.2

550.9

62.3

2,653.4

2,079.8

444.9

428.6

20,371.2

15,532.8

727.6

8,049.6

9,043.3

352.4

359.9

72.6

-13,621.8

6,616

26,423

1,439

760

Dalam Rp Miliar*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014**) Pertumbuhan Triwulan IV 2015 dibandingkan Triwulan III 2015***) Pertumbuhan Triwulan IV dibandingkan Triwulan IV 2014****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

0.20

-9.04

0.50

5.53

9.83

-1.20

3.57

0.97

6.42

5.90

2.43

2.06

0.43

0.22

6.13

7.52

6.21

1.07

0.20

3.53

7.03

2.85

4.27

-17.81

-32.38

27.32

6.67

5.88

-3.44

1454.17

48.93

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

20,021.6

6,039.3

350.6

243.5

9.2

12.3

2,051.7

2,176.8

1,014.8

127.3

1,416.9

781.3

539.7

61.3

2,461.3

1,904.1

413.7

417.8

20,021.6

14,448.8

671.5

7,655.1

8,467.2

417.2

506.8

60.2

-12,084.8

6,249

27,364

93

511

III

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Triwulan IV 2015 xv

III

2014

IV

2015

5.13

2.59

8.53

5.57

4.37

0.48

7.34

7.59

5.07

8.60

7.65

6.00

3.83

4.91

7.79

0.67

4.73

3.34

5.13

4.77

20.92

26.43

5.72

13.05

-7.95

-70.28

17.57

40.12

94.00

-87.74

-92.85

IV

125.02

126.15

117.60

4.92

5.07

3.89

Triwulan IV 2015xiv

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang moderat namun

cenderung melambat dibandingkan tahun 2015. Pendorong utama pertumbuhan di tahun 2015

adalah Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto yang meningkat 17,2% (yoy). Dari sisi sektoral,

pertumbuhan terutama didorong sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib, serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

Pertumbuhan ekonomi NTT triwulan IV mencatat angka 5,13% (yoy) yang juga didorong oleh sektor

Administrasi Pemerintahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Konstruksi.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun 2015 mencapai 5,02% (yoy) cenderung

melambat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 5,05% (yoy), namun masih lebih tinggi

dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy).

Ekonomi Makro Regional01

III. PERBANKAN

IV. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

181

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

212

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

242

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

270

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

294

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

306

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

29,877

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

330

80.5%

30,314

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

32,778

21,764

6,379

9,149

6,236

17,845

5,392

1,303

11,150

18,198

5,626

1,359

11,212

83.6%

5,611

454

331

349

82.4%

33,232

22,095

18,547

1.4%

1.5%

1.9%

III

32,750

22,341

6,537

9,644

6,159

18,552

5,618

1,286

11,648

18,897

5,848

1,338

11,710

84.6%

5,996

482

353

354

80.5%

33,232

22,694

19,250

1.4%

1.6%

1.8%

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

III

0.8

1.7

52

41.55

5,877

33.54

6,812

8.02

-935

1.38

48,453

342

Triwulan II 2015xvi

IV

28,602

21,478

4,372

11,933

5,173

20,284

6,110

1,650

12,524

19,483

5,917

1,381

12,185

90.7%

6,075

510

381

366

76.7%

29,112

21,859

19,849

1.8%

1.7%

1.8%

IV

0.3

1.0

53

10.58

2,690

14.36

3,692

-3.79

-1,002

3.0

72,843

307

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang moderat namun

cenderung melambat dibandingkan tahun 2015. Pendorong utama pertumbuhan di tahun 2015

adalah Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto yang meningkat 17,2% (yoy). Dari sisi sektoral,

pertumbuhan terutama didorong sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib, serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

Pertumbuhan ekonomi NTT triwulan IV mencatat angka 5,13% (yoy) yang juga didorong oleh sektor

Administrasi Pemerintahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Konstruksi.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun 2015 mencapai 5,02% (yoy) cenderung

melambat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 5,05% (yoy), namun masih lebih tinggi

dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy).

Ekonomi Makro Regional01

III. PERBANKAN

IV. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

181

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

212

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

242

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

270

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

294

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

306

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

29,877

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

330

80.5%

30,314

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

32,778

21,764

6,379

9,149

6,236

17,845

5,392

1,303

11,150

18,198

5,626

1,359

11,212

83.6%

5,611

454

331

349

82.4%

33,232

22,095

18,547

1.4%

1.5%

1.9%

III

32,750

22,341

6,537

9,644

6,159

18,552

5,618

1,286

11,648

18,897

5,848

1,338

11,710

84.6%

5,996

482

353

354

80.5%

33,232

22,694

19,250

1.4%

1.6%

1.8%

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

III

0.8

1.7

52

41.55

5,877

33.54

6,812

8.02

-935

1.38

48,453

342

Triwulan II 2015xvi

IV

28,602

21,478

4,372

11,933

5,173

20,284

6,110

1,650

12,524

19,483

5,917

1,381

12,185

90.7%

6,075

510

381

366

76.7%

29,112

21,859

19,849

1.8%

1.7%

1.8%

IV

0.3

1.0

53

10.58

2,690

14.36

3,692

-3.79

-1,002

3.0

72,843

307

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2015

PDRB NTT pada tahun 2015 mencapai Rp 76,43 triliun (harga berlaku). Sepanjang tahun 2015, pertumbuhan ekonomi

NTT tercatat sebesar 5,02% (yoy) cenderung melambat dibandingkan 2014 yang sebesar 5,05% (yoy). Namun, masih

lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 terutama didorong oleh

Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 17,2% (yoy). Banyaknya investasi pemerintah di NTT menjadi salah satu

pendorong yang terindikasi dari peningkatan realisasi belanja modal sebesar 52,4% (yoy) atau meningkat sebesar Rp 3,2

triliun di tahun 2015. Dari sisi sektoral, sektor Administrasi Pemerintahan menjadi pendorong yang disebabkan oleh

peningkatan realisasi dana hibah dan dana desa. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran menjadi pendorong

lainnya yang terutama terjadi pada triwulan IV seiring perayaan natal dan tahun baru. Di sisi lain, sektor Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan yang merupakan pangsa utama perekonomian di NTT (29,7%) mengalami perlambatan dari

3,59% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 2,93% (yoy) pada tahun 2015. Faktor kekeringan dan adanya serangan hama

diperkirakan turut menjadi penyebab terhambatnya produksi beberapa komoditas perkebunan dan pertanian, seperti

jambu mete, kakao, padi dan jagung.

Dari sisi spasial, pertumbuhan ekonomi NTT cenderung masih lebih rendah apabila dibandingkan Provinsi lainnya yang

berada pada koridor Bali dan Nusa Tenggara. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi

sebesar 21,24%(yoy) yang didorong oleh relaksasi ekspor barang tambang pada tahun 2015. Sementara itu,

pertumbuhan Provinsi Bali mencapai 6,04% (yoy) yang masih ditopang oleh sektor pariwisata.

1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT pada triwulan-IV mencapai Rp 20,37 triliun dengan

pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat dibandingkan triwulan-III yang sebesar 5,15% (yoy). Dari sisi

penggunaan, pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang ditopang peningkatan realisasi belanja pemerintah dan

PMTB/Investasi pada triwulan-IV. Namun, tingginya impor daerah masih menjadi penghambat utama pertumbuhan yang

lebih tinggi. Sementara dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi pemerintah juga tercermin dari tingginya

pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan konstruksi. Sementara itu, adanya momen natal dan tahun baru turut

mendorong sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

1.1 KONDISI UMUM

Sumber: BPS, diolah

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50 triliun

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

76,4102,8

177,2

11.540,8PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

40

45

50

55

60

65

70

75

80

5,02

4,79

%

5,04 5,13

11,98

5,96 4,79 5,02

21,24

6,04

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 1

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2015

PDRB NTT pada tahun 2015 mencapai Rp 76,43 triliun (harga berlaku). Sepanjang tahun 2015, pertumbuhan ekonomi

NTT tercatat sebesar 5,02% (yoy) cenderung melambat dibandingkan 2014 yang sebesar 5,05% (yoy). Namun, masih

lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 terutama didorong oleh

Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 17,2% (yoy). Banyaknya investasi pemerintah di NTT menjadi salah satu

pendorong yang terindikasi dari peningkatan realisasi belanja modal sebesar 52,4% (yoy) atau meningkat sebesar Rp 3,2

triliun di tahun 2015. Dari sisi sektoral, sektor Administrasi Pemerintahan menjadi pendorong yang disebabkan oleh

peningkatan realisasi dana hibah dan dana desa. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran menjadi pendorong

lainnya yang terutama terjadi pada triwulan IV seiring perayaan natal dan tahun baru. Di sisi lain, sektor Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan yang merupakan pangsa utama perekonomian di NTT (29,7%) mengalami perlambatan dari

3,59% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 2,93% (yoy) pada tahun 2015. Faktor kekeringan dan adanya serangan hama

diperkirakan turut menjadi penyebab terhambatnya produksi beberapa komoditas perkebunan dan pertanian, seperti

jambu mete, kakao, padi dan jagung.

Dari sisi spasial, pertumbuhan ekonomi NTT cenderung masih lebih rendah apabila dibandingkan Provinsi lainnya yang

berada pada koridor Bali dan Nusa Tenggara. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi

sebesar 21,24%(yoy) yang didorong oleh relaksasi ekspor barang tambang pada tahun 2015. Sementara itu,

pertumbuhan Provinsi Bali mencapai 6,04% (yoy) yang masih ditopang oleh sektor pariwisata.

1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT pada triwulan-IV mencapai Rp 20,37 triliun dengan

pertumbuhan 5,13% (yoy) sedikit melambat dibandingkan triwulan-III yang sebesar 5,15% (yoy). Dari sisi

penggunaan, pertumbuhan didorong konsumsi pemerintah yang ditopang peningkatan realisasi belanja pemerintah dan

PMTB/Investasi pada triwulan-IV. Namun, tingginya impor daerah masih menjadi penghambat utama pertumbuhan yang

lebih tinggi. Sementara dari sisi sektoral, peningkatan belanja dan investasi pemerintah juga tercermin dari tingginya

pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan dan konstruksi. Sementara itu, adanya momen natal dan tahun baru turut

mendorong sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

1.1 KONDISI UMUM

Sumber: BPS, diolah

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50 triliun

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

76,4102,8

177,2

11.540,8PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

40

45

50

55

60

65

70

75

80

5,02

4,79

%

5,04 5,13

11,98

5,96 4,79 5,02

21,24

6,04

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 1

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

URAIAN2014

2014qtqBobot yoy

56.027.892

2.539.408

23.705.393

32.505.797

967.562

1.608.842

261.549

(40.660.869)

76.432.477

13.460.895

580.680

5.808.979

8.070.387

277.382

391.673

215.560

(10.319.232)

18.055.203

14.448.773

671.518

7.655.085

8.467.247

417.152

506.776

60.163

(12.084.768)

20.021.620

15.532.810

727.600

8.049.633

9.043.274

352.370

359.881

72.579

(13.621.813)

20.371.177

76,2

3,6

39,5

44,4

1,7

1,8

0,4

-66,9

100,0

3,53

7,03

2,85

4,27

-17,81

-32,38

27,32

6,67

0,20

4,77

20,92

26,43

5,72

13,05

-7,95

-70,28

17,57

5,13

50.952.750

2.323.762

20.592.320

26.693.029

1.024.332

1.382.328

527.152

(33.842.869)

68.598.500 Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

2015

YOY

IV

2015

IVIII

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan IV-2015

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV terutama didorong oleh peningkatan konsumsi

pemerintah yang mencapai 26,4% (yoy). Selain itu kinerja investasi/PMTB tercatat cukup baik sebesar 5,7% (yoy).

Namun, adanya perayaan natal dan tahun baru serta peningkatan kegiatan proyek di akhir tahun juga mendorong

pertumbuhan impor antar daerah yang mencapai 17,6%, sehingga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi masih

terhambat.

Secara triwulanan, kinerja perekonomian NTT mengalami perlambatan sebesar 0,20%(qtq). Komponen

PMTB/Investasi mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (qtq) dan menjadi yang tertinggi dibandingkan komponen

utama lainnya. Komponen lainnya yang tumbuh adalah konsumsi rumah tangga sebesar 3,53% (qtq). Kegiatan proyek-

proyek pemerintah di akhir tahun menjadi penyebab tumbuhnya investasi/PMTB, sementara konsumsi rumah tangga

ditunjang oleh perayaan natal dan tahun baru, selain juga adanya momen perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

(HKSN) dan Perayaan Natal Bersama di kota kupang yang turut mendorong konsumsi masyarakat. Namun faktor-faktor

tersebut masih terhambat oleh pertumbuhan net impor antar daerah yang tumbuh 6,67% (qtq).

1.2.1 KonsumsiPengeluaran konsumsi pada triwulan IV menunjukkan peningkatan cukup tinggi sebesar 11,2% (yoy).

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah hingga 26,4 (yoy) yang terutama

didorong oleh peningkatan belanja pegawai serta barang dan jasa di akhir tahun, serta adanya peningkatan realisasi

anggaran bantuan keuangan seiring pelaksanaan Pilkada di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Belu, Kab. Malaka,

Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba Timur, Kab. Manggarai, Kab. Ngada, Kab. Sumba Barat, Kab. Timor Tengah Utara (TTU)

dan Kab. Sabu Raijua. Adanya penyaluran dana desa juga turut membantu peningkatan konsumsi pemerintah di akhir

tahun.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan-IV juga menunjukkan pertumbuhan secara tahunan sebesar 4,7%

(yoy) dan secara triwulan sebesar 3,53% (qtq). Adanya momen natal dan tahun baru serta masuknya liburan sekolah

turut menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga di akhir tahun. Pertumbuhan tersebut juga terindikasi dari

peningkatan angka indeks penjualan riil pada Survei Penjualan Eceran - Bank Indonesia. Peningkatan penjualan pada

triwulan IV juga terlihat dari pertumbuhan penjualan eceran terutama pada kelompok perlengkapan rumah tangga,

pakaian dan perlengkapannya serta makanan dan tembakau. Sementara itu, penjualan bahan konstruksi menunjukkan

penurunan yang diperkirakan terjadi akibat keterbatasan pasokan semen yang dapat dijual pedagang sebagai komoditas

utama bagi kegiatan pembangunan.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebesar 5,13% (yoy) pada triwulan IV-2015 cenderung lebih tinggi

dibandingkan nasional yang sebesar 5,04% (yoy). Namun, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Bali sebesar 5,96% (yoy) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 11,98% (yoy), pertumbuhan ekonomi

NTT cenderung masih lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi NTB sendiri pada triwulan IV masih didorong oleh relaksasi

ekspor bijih logam PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi bali ditunjang oleh

penyediaan akomodasi dan makan minum. Masa liburan natal, tahun baru dan liburan sekolah dipekirakan masih menjadi

pendorong sektor unggulan Bali tersebut di akhir tahun.

Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 sebesar 0,20% (qtq), masih

dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang sebesar 1,38% (qtq), namun masih diatas Provinsi NTB yang

menurun sebesar -8,76% (qtq). Tumbuhnya ekonomi Bali ditopang oleh tibanya panen musim tanam ketiga, walaupun

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum cenderung melambat karena puncak kunjungan wisatawan yang biasa

terjadi pada triwulan III. Sementara itu, menurunnya produksi PT. Newmont Nusa Tenggara menjadi penyebab

kontraksinya ekonomi NTB secara triwulanan.

Pada tahun 2015 secara tahunan kinerja Investasi/PMTB serta konsumsi rumah tangga menjadi pendorong

pertumbuhan ekonomi di NTT. Investasi/PMTB tercatat tumbuh sebesar 7,9% (yoy) atau secara nominal meningkat

sebesar Rp 5,8 triliun. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat dorongan investasi pemerintah melalui pembangunan

bendungan, sarana irigasi, perbaikan bandara, rehabilitasi dan pembangunan jalan serta rehabilitasi Pelabuhan.

Pertumbuhan juga terjadi pada sektor konsumsi rumah tangga yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,3% (yoy) yang

didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat terutama pada akhir tahun seiring perayaan natal dan tahun baru.

Namun, peningkatan tersebut tereduksi oleh tingginya pertumbuhan impor antar daerah yang sebesar 18,7% (yoy).

Tingginya impor tersebut diperkirakan terjadi sebagai konsekuensi tingginya kebutuhan bahan baku bangunan untuk

kegiatan proyek dan investasi dari daerah lain. Selain itu kebutuhan pangan (beras dan bahan makanan lainnya) yang

masih bergantung dari daerah lain juga menjadi penyebab.

20,0220,37

Sumber: BPS, diolah

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50 triliun

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik 1.3. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional (Triwulanan)

5,13

5,04

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

III IV10

12

14

16

18

20

22

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.4. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional (Triwulanan)

20,3726,13

46,23

2,945PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

-1,83

0,21,38

5,04 5,13

11,98

5,96

-8,76

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20152

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

URAIAN2014

2014qtqBobot yoy

56.027.892

2.539.408

23.705.393

32.505.797

967.562

1.608.842

261.549

(40.660.869)

76.432.477

13.460.895

580.680

5.808.979

8.070.387

277.382

391.673

215.560

(10.319.232)

18.055.203

14.448.773

671.518

7.655.085

8.467.247

417.152

506.776

60.163

(12.084.768)

20.021.620

15.532.810

727.600

8.049.633

9.043.274

352.370

359.881

72.579

(13.621.813)

20.371.177

76,2

3,6

39,5

44,4

1,7

1,8

0,4

-66,9

100,0

3,53

7,03

2,85

4,27

-17,81

-32,38

27,32

6,67

0,20

4,77

20,92

26,43

5,72

13,05

-7,95

-70,28

17,57

5,13

50.952.750

2.323.762

20.592.320

26.693.029

1.024.332

1.382.328

527.152

(33.842.869)

68.598.500 Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

2015

YOY

IV

2015

IVIII

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan IV-2015

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV terutama didorong oleh peningkatan konsumsi

pemerintah yang mencapai 26,4% (yoy). Selain itu kinerja investasi/PMTB tercatat cukup baik sebesar 5,7% (yoy).

Namun, adanya perayaan natal dan tahun baru serta peningkatan kegiatan proyek di akhir tahun juga mendorong

pertumbuhan impor antar daerah yang mencapai 17,6%, sehingga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi masih

terhambat.

Secara triwulanan, kinerja perekonomian NTT mengalami perlambatan sebesar 0,20%(qtq). Komponen

PMTB/Investasi mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (qtq) dan menjadi yang tertinggi dibandingkan komponen

utama lainnya. Komponen lainnya yang tumbuh adalah konsumsi rumah tangga sebesar 3,53% (qtq). Kegiatan proyek-

proyek pemerintah di akhir tahun menjadi penyebab tumbuhnya investasi/PMTB, sementara konsumsi rumah tangga

ditunjang oleh perayaan natal dan tahun baru, selain juga adanya momen perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

(HKSN) dan Perayaan Natal Bersama di kota kupang yang turut mendorong konsumsi masyarakat. Namun faktor-faktor

tersebut masih terhambat oleh pertumbuhan net impor antar daerah yang tumbuh 6,67% (qtq).

1.2.1 KonsumsiPengeluaran konsumsi pada triwulan IV menunjukkan peningkatan cukup tinggi sebesar 11,2% (yoy).

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah hingga 26,4 (yoy) yang terutama

didorong oleh peningkatan belanja pegawai serta barang dan jasa di akhir tahun, serta adanya peningkatan realisasi

anggaran bantuan keuangan seiring pelaksanaan Pilkada di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Belu, Kab. Malaka,

Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba Timur, Kab. Manggarai, Kab. Ngada, Kab. Sumba Barat, Kab. Timor Tengah Utara (TTU)

dan Kab. Sabu Raijua. Adanya penyaluran dana desa juga turut membantu peningkatan konsumsi pemerintah di akhir

tahun.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan-IV juga menunjukkan pertumbuhan secara tahunan sebesar 4,7%

(yoy) dan secara triwulan sebesar 3,53% (qtq). Adanya momen natal dan tahun baru serta masuknya liburan sekolah

turut menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga di akhir tahun. Pertumbuhan tersebut juga terindikasi dari

peningkatan angka indeks penjualan riil pada Survei Penjualan Eceran - Bank Indonesia. Peningkatan penjualan pada

triwulan IV juga terlihat dari pertumbuhan penjualan eceran terutama pada kelompok perlengkapan rumah tangga,

pakaian dan perlengkapannya serta makanan dan tembakau. Sementara itu, penjualan bahan konstruksi menunjukkan

penurunan yang diperkirakan terjadi akibat keterbatasan pasokan semen yang dapat dijual pedagang sebagai komoditas

utama bagi kegiatan pembangunan.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebesar 5,13% (yoy) pada triwulan IV-2015 cenderung lebih tinggi

dibandingkan nasional yang sebesar 5,04% (yoy). Namun, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Bali sebesar 5,96% (yoy) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 11,98% (yoy), pertumbuhan ekonomi

NTT cenderung masih lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi NTB sendiri pada triwulan IV masih didorong oleh relaksasi

ekspor bijih logam PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi bali ditunjang oleh

penyediaan akomodasi dan makan minum. Masa liburan natal, tahun baru dan liburan sekolah dipekirakan masih menjadi

pendorong sektor unggulan Bali tersebut di akhir tahun.

Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 sebesar 0,20% (qtq), masih

dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang sebesar 1,38% (qtq), namun masih diatas Provinsi NTB yang

menurun sebesar -8,76% (qtq). Tumbuhnya ekonomi Bali ditopang oleh tibanya panen musim tanam ketiga, walaupun

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum cenderung melambat karena puncak kunjungan wisatawan yang biasa

terjadi pada triwulan III. Sementara itu, menurunnya produksi PT. Newmont Nusa Tenggara menjadi penyebab

kontraksinya ekonomi NTB secara triwulanan.

Pada tahun 2015 secara tahunan kinerja Investasi/PMTB serta konsumsi rumah tangga menjadi pendorong

pertumbuhan ekonomi di NTT. Investasi/PMTB tercatat tumbuh sebesar 7,9% (yoy) atau secara nominal meningkat

sebesar Rp 5,8 triliun. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat dorongan investasi pemerintah melalui pembangunan

bendungan, sarana irigasi, perbaikan bandara, rehabilitasi dan pembangunan jalan serta rehabilitasi Pelabuhan.

Pertumbuhan juga terjadi pada sektor konsumsi rumah tangga yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,3% (yoy) yang

didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat terutama pada akhir tahun seiring perayaan natal dan tahun baru.

Namun, peningkatan tersebut tereduksi oleh tingginya pertumbuhan impor antar daerah yang sebesar 18,7% (yoy).

Tingginya impor tersebut diperkirakan terjadi sebagai konsekuensi tingginya kebutuhan bahan baku bangunan untuk

kegiatan proyek dan investasi dari daerah lain. Selain itu kebutuhan pangan (beras dan bahan makanan lainnya) yang

masih bergantung dari daerah lain juga menjadi penyebab.

20,0220,37

Sumber: BPS, diolah

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50 triliun

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik 1.3. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional (Triwulanan)

5,13

5,04

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

III IV10

12

14

16

18

20

22

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.4. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional (Triwulanan)

20,3726,13

46,23

2,945PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

-1,83

0,21,38

5,04 5,13

11,98

5,96

-8,76

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20152

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menunjukkan adanya

peningkatan yang cukup tinggi sebesar 20,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2014

(1,7%-yoy). Peningkatan konsumsi lembaga non profit diperkirakan didorong oleh adanya penyelenggaraan pemilu

serentak di 9 Kabupaten di Provinsi NTT. Pembentukan tim sukses dan lembaga independen pengawas pemilu menjadi

beberapa hal yang mendorong peningkatan konsumsi LNPRT. .

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Pertumbuhan investasi/PMTB di NTT pada triwulan IV-2015 mengalami kenaikan sebesar 5,7% (yoy) yang

diperkirakan berasal dari investasi Pemerintah. Dari data realisasi belanja modal pemerintah, terjadi peningkatan

cukup signifikan dari Rp 2,9 triliun (triwulan III) menjadi Rp 9,3 triliun (triwulan IV). Peningkatan terutama berasal dari

realisasi belanja modal APBN yang meningkat sekitar Rp 3,4 triliun pada rentang triwulan III dan triwulan IV. Peningkatan

belanja APBN diperkirakan didorong pula oleh penyelesaian pembayaran untuk beberapa proyek besar yang ada di NTT,

diantaranya pembangunan bendungan, pembangunan jaringan irigasi, rehabilitasi/pembangunan jalan dan jembatan,

serta peningkatan kapasitas bandara dan pelabuhan. Selain itu, telah pula dilakukan groundbreaking pembangunan

Waduk Rotiklot di Kab. Belu oleh Presiden Jokowi dan proyek swasta berupa pembangunan Independent Power Plant (IPP)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan kapasitas 5 MWp di Desa Oelpuah, Kec. Kupang Tengah, Kab. Kupang dengan

total investasi USD 11,2 Juta pada akhir Desember 2015. Proyek lainnya adalah pembangunan gedung pemerintahan

(Kantor Gubernur NTT) dan proyek-proyek swasta, seperti pembangunan area perbelanjaan.

Peningkatan investasi juga terlihat dari data realisasi investasi BKPM dan Penjualan Semen. Berdasarkan data

BKPM, pada triwulan-IV 2015 telah terealisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 31,34 juta atau meningkat

307% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014, serta peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri yang

menunjukkan realisasi hingga Rp 1,29 triliun. Penjualan semen juga mengalami peningkatan sebesar 11,3% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya..

Dari data sistem pembayaran non tunai juga terlihat adanya peningkatan perputaran uang. Data kliring

menunjukkan adanya perputaran uang mencapai Rp 3 triliun pada triwulan IV 2015 atau meningkat 152,5% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit modal

kerja sebesar 13,2% (yoy) dan kredit investasi sebesar 5,2% (yoy) cenderung lebih lambat dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya. Namun dengan angka pertumbuhan yang masih cukup baik menunjukkan adanya

perkembangan kegiatan investasi di NTT.

Grafik 1.11 Realisasi Investasi Modal Asing & Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

PROYEK PMA (JUTA US$) PROYEK PMDN (MILIAR RP)

PMA (%YOY) PMDN (%YOY)

I II III IV I II III IV I II III IV I II2012 2013 2014 2015

III IV-400%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Grafik 1.12. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

RIBU TON YOY QTQ

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 5

Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

II0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

KONSUMSI KONSUMSI (YOY) KONSUMSI (QTQ)

Grafik 1.9. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

IV

IV

Grafik 1.7. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

indeks

Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (QTQ) GROWTH (YOY)

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

IIIIV IV

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil Eceran Tw IV 2015

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

INDEKS PENJUALAN RIIL PERT IPR (%QTQ) PERT EKONOMI (%YOY)

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

Grafik 1.6. Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV

2014 2015

BAHAN KONSTRUKSI

PERLENGKAPAN RUMAH TANGGASUKU CADANG

BARANG KERAJINAN

MAKANAN DAN TEMBAKAUPAKAIAN DAN PERLENGKAPANNYA BAHAN BAKARTOTAL

Peningkatan konsumsi masyarakat juga telihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan

peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat yang ditunjukkan oleh ITK juga mengalami peningkatan seiring

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan-IV 2015 mengalami

peningkatan sebesar 5,9% (yoy) atau 7,9% (qtq) yang diperkirakan disebabkan oleh kembali normalnya pasokan listrik

menjelang perayaan natal dan tahun baru serta dua even berskala nasional di kota Kupang, yaitu Perayaan Hari

Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Natal Bersama pada bulan Desember 2015. Di sisi lain, Indeks Kegiatan Usaha

dari hasil Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan untuk indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang

sesuai dengan pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga. Sementara dari indikator perbankan penyaluran kredit

konsumsi pada triwulan IV mencapai Rp 12,3 triliuan atau tumbuh positif sebesar 4% (qtq) dan secara tahunan tumbuh

sebesar 15,6% (yoy).

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20154

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menunjukkan adanya

peningkatan yang cukup tinggi sebesar 20,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2014

(1,7%-yoy). Peningkatan konsumsi lembaga non profit diperkirakan didorong oleh adanya penyelenggaraan pemilu

serentak di 9 Kabupaten di Provinsi NTT. Pembentukan tim sukses dan lembaga independen pengawas pemilu menjadi

beberapa hal yang mendorong peningkatan konsumsi LNPRT. .

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Pertumbuhan investasi/PMTB di NTT pada triwulan IV-2015 mengalami kenaikan sebesar 5,7% (yoy) yang

diperkirakan berasal dari investasi Pemerintah. Dari data realisasi belanja modal pemerintah, terjadi peningkatan

cukup signifikan dari Rp 2,9 triliun (triwulan III) menjadi Rp 9,3 triliun (triwulan IV). Peningkatan terutama berasal dari

realisasi belanja modal APBN yang meningkat sekitar Rp 3,4 triliun pada rentang triwulan III dan triwulan IV. Peningkatan

belanja APBN diperkirakan didorong pula oleh penyelesaian pembayaran untuk beberapa proyek besar yang ada di NTT,

diantaranya pembangunan bendungan, pembangunan jaringan irigasi, rehabilitasi/pembangunan jalan dan jembatan,

serta peningkatan kapasitas bandara dan pelabuhan. Selain itu, telah pula dilakukan groundbreaking pembangunan

Waduk Rotiklot di Kab. Belu oleh Presiden Jokowi dan proyek swasta berupa pembangunan Independent Power Plant (IPP)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan kapasitas 5 MWp di Desa Oelpuah, Kec. Kupang Tengah, Kab. Kupang dengan

total investasi USD 11,2 Juta pada akhir Desember 2015. Proyek lainnya adalah pembangunan gedung pemerintahan

(Kantor Gubernur NTT) dan proyek-proyek swasta, seperti pembangunan area perbelanjaan.

Peningkatan investasi juga terlihat dari data realisasi investasi BKPM dan Penjualan Semen. Berdasarkan data

BKPM, pada triwulan-IV 2015 telah terealisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 31,34 juta atau meningkat

307% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014, serta peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri yang

menunjukkan realisasi hingga Rp 1,29 triliun. Penjualan semen juga mengalami peningkatan sebesar 11,3% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya..

Dari data sistem pembayaran non tunai juga terlihat adanya peningkatan perputaran uang. Data kliring

menunjukkan adanya perputaran uang mencapai Rp 3 triliun pada triwulan IV 2015 atau meningkat 152,5% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit modal

kerja sebesar 13,2% (yoy) dan kredit investasi sebesar 5,2% (yoy) cenderung lebih lambat dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya. Namun dengan angka pertumbuhan yang masih cukup baik menunjukkan adanya

perkembangan kegiatan investasi di NTT.

Grafik 1.11 Realisasi Investasi Modal Asing & Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

PROYEK PMA (JUTA US$) PROYEK PMDN (MILIAR RP)

PMA (%YOY) PMDN (%YOY)

I II III IV I II III IV I II III IV I II2012 2013 2014 2015

III IV-400%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Grafik 1.12. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

RIBU TON YOY QTQ

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 5

Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

II0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

KONSUMSI KONSUMSI (YOY) KONSUMSI (QTQ)

Grafik 1.9. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

IV

IV

Grafik 1.7. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

indeks

Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (QTQ) GROWTH (YOY)

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

IIIIV IV

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil Eceran Tw IV 2015

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

INDEKS PENJUALAN RIIL PERT IPR (%QTQ) PERT EKONOMI (%YOY)

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

Grafik 1.6. Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber : SPE Bank Indonesia, diolah

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV

2014 2015

BAHAN KONSTRUKSI

PERLENGKAPAN RUMAH TANGGASUKU CADANG

BARANG KERAJINAN

MAKANAN DAN TEMBAKAUPAKAIAN DAN PERLENGKAPANNYA BAHAN BAKARTOTAL

Peningkatan konsumsi masyarakat juga telihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan

peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat yang ditunjukkan oleh ITK juga mengalami peningkatan seiring

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan-IV 2015 mengalami

peningkatan sebesar 5,9% (yoy) atau 7,9% (qtq) yang diperkirakan disebabkan oleh kembali normalnya pasokan listrik

menjelang perayaan natal dan tahun baru serta dua even berskala nasional di kota Kupang, yaitu Perayaan Hari

Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Natal Bersama pada bulan Desember 2015. Di sisi lain, Indeks Kegiatan Usaha

dari hasil Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan untuk indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang

sesuai dengan pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga. Sementara dari indikator perbankan penyaluran kredit

konsumsi pada triwulan IV mencapai Rp 12,3 triliuan atau tumbuh positif sebesar 4% (qtq) dan secara tahunan tumbuh

sebesar 15,6% (yoy).

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20154

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.17. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-7

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

11

13 Juta USD

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III IV

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.18. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00 Juta USD

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

III IV

Pertumbuhan ekonomi secara sektoral pada tahun 2015 sebesar 5,02%(yoy) didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor. Secara tahunan pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan mencapai 7,1% (yoy) yang

terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pegawai, barang dan jasa serta yang mencapai 11,7% (yoy) atau

meningkat sebesar Rp 1,8 triliun tahun 2014. Adanya tambahan anggaran dana desa juga turut mendorong peningkatan.

Sementara itu pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 6,1% (yoy) terutama disebabkan oleh

dorongan konsumsi masyarakat di akhir tahun seiring perayaan natal dan tahun baru, serta musim liburan sekolah.

Adanya perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial (HKSN) dan Perayaan Natal Bersama juga turut mendorong peningkatan

sektor perdagangan di NTT.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV sebesar 5,13% (yoy) didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Konstruksi. Peningkatan kinerja sektor

Administrai Pemerintahan dan konstruksi diperkirakan turut didorong oleh peningkatan realisasi belanja konsumsi dan

belanja modal pemerintah. Sementara itu sektor perdagangan besar dan eceran meningkat seiring perayaan natal dan

tahun baru serta penyelenggaraan HKSN dan Natal Bersama di kota Kupang. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi NTT secara

triwulanan sebesar 0,20% (qtq) lebih didorong oleh sektor Administrasi Pemerintahan dan Jasa Pendidikan yang

disebabkan oleh pencairan Dana Bantuan Operasional Sekolah serta realisasi bantuan pemerintah kepada dunia

pendidikan, seperti bantuan tanah dan bangunan untuk sarana pendukung pembelajaran di Universitas (Universitas Nusa

Cendana, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Politeknik Negeri Kupang) serta bantuan sarana prasarana pendukung

pendidikan untuk sekolah.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORAL

Tabel 1.2. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan IV 2015

URAIAN

22.665.673

1.307.566

940.862

40.001

47.150

7.908.227

8.273.959

3.975.985

487.091

5.477.449

2.995.475

2.054.341

235.528

9.399.572

7.367.666

1.616.418

1.639.515

76.432.477

5.042.826

305.571

231.573

9.707

11.891

1.907.483

1.905.266

974.600

116.822

1.337.473

715.911

496.391

55.762

2.278.494

1.880.362

394.622

390.450

18.055.203

6.039.273

350.556

243.493

9.187

12.347

2.051.698

2.176.788

1.014.761

127.264

1.416.921

781.252

539.727

61.340

2.461.309

1.904.125

413.749

417.829

20.021.620

5.545.220

358.925

259.276

12.466

12.305

2.243.992

2.219.097

1.101.475

137.030

1.462.281

799.178

550.863

62.344

2.653.426

2.079.834

444.901

428.566

20.371.177

27,2

1,8

1,3

0,1

0,1

11,0

10,9

5,4

0,7

7,2

3,9

2,7

0,3

13,0

10,2

2,2

2,1

100

-9,04

0,50

5,53

9,83

-1,20

3,57

0,97

6,42

5,90

2,43

2,06

0,43

0,22

6,13

7,52

6,21

1,07

0,20

2,59

8,53

5,57

4,37

0,48

7,34

7,59

5,07

8,60

7,65

6,00

3,83

4,91

7,79

0,67

4,73

3,34

5,13

20.447.428

1.070.349

843.708

31.840

45.529

7.095.979

7.296.703

3.566.950

422.443

5.134.426

2.698.906

1.860.878

210.879

8.392.732

6.568.193

1.414.584

1.496.973

68.598.500

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2014

2014

2015

YOY

IV

2015

IVIIIqtqBobot yoy

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 7

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari perkembangan aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Pada

triwulan-IV, net impor antar daerah di Provinsi NTT tumbuh sebesar 17,6% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun

sebelumnya atau tumbuh sebesar 6,7% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Apabila dilihat dari bongkar muat peti

kemas, terjadi peningkatan kegiatan sebesar 34,4% (qtq) dibandingkan triwulan-III. Di sisi lain, bongkar muat curah masih

menunjukkan defisit masuk barang ke NTT yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi

di NTT berkorelasi postif dengan pasokan barang dari daerah lain. Terbatasnya industri dan tingginya kebutuhan sumber

daya pangan di NTT menyebabkan ketergantungan dengan daerah lain masih tinggi. Beberapa komoditas impor dari

daerah lain yaitu kayu, Beras, Bahan Baku Proyek (semen,gypsum,dan aspal) serta batu-bara dan pasir besi. Sementara,

komoditas ekspor utama NTT adalah hewan (sapi dan kuda) serta semen.

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri Aktivitas ekspor bersih Provinsi NTT pada triwulan IV masih mengikuti perkembangan triwulan sebelumnya

yang meningkat secara tahunan. Peningkatan net ekspor NTT mencapai 94,7% (yoy) pada triwulan IV yang disebabkan

oleh nilai ekspor yang meningkat tinggi. Ekspor NTT pada triwulan IV bernilai US$ 6,6 juta dengan tujuan utama ekspor

adalah Timor Leste. Komoditas utama ekspor adalah semen dan kendaraan bermotor roda 4 dan lebih, sementara ekspor

dari sektor pertanian terutama ikan tuna/tongkol. Sementara itu, impor NTT pada triwulan IV sebesar US$ 1,4 juta dengan

komoditas impor utama adalah alat listrik serta kaca dan barang dari kaca yang berasal dari Tiongkok.

Grafik 1.16. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Ton

III

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus

III

Grafik 1.15. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY) PERTUMBUHAN (% QTQ)

IV

Grafik 1.13. Perkembangan Kliring

Sumber : Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV

2014 2015

NILAI (RP MILIAR) PERT (%YOY)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500%Miliar

Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

III

MODAL KERJA INVESTASI MODAL KERJA (YOY) INVESTASI (YOY)

IV

1.2.3 Ekspor – Impor

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20156

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.17. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-7

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

11

13 Juta USD

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III IV

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.18. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00 Juta USD

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

III IV

Pertumbuhan ekonomi secara sektoral pada tahun 2015 sebesar 5,02%(yoy) didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor. Secara tahunan pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan mencapai 7,1% (yoy) yang

terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pegawai, barang dan jasa serta yang mencapai 11,7% (yoy) atau

meningkat sebesar Rp 1,8 triliun tahun 2014. Adanya tambahan anggaran dana desa juga turut mendorong peningkatan.

Sementara itu pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 6,1% (yoy) terutama disebabkan oleh

dorongan konsumsi masyarakat di akhir tahun seiring perayaan natal dan tahun baru, serta musim liburan sekolah.

Adanya perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial (HKSN) dan Perayaan Natal Bersama juga turut mendorong peningkatan

sektor perdagangan di NTT.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV sebesar 5,13% (yoy) didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Konstruksi. Peningkatan kinerja sektor

Administrai Pemerintahan dan konstruksi diperkirakan turut didorong oleh peningkatan realisasi belanja konsumsi dan

belanja modal pemerintah. Sementara itu sektor perdagangan besar dan eceran meningkat seiring perayaan natal dan

tahun baru serta penyelenggaraan HKSN dan Natal Bersama di kota Kupang. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi NTT secara

triwulanan sebesar 0,20% (qtq) lebih didorong oleh sektor Administrasi Pemerintahan dan Jasa Pendidikan yang

disebabkan oleh pencairan Dana Bantuan Operasional Sekolah serta realisasi bantuan pemerintah kepada dunia

pendidikan, seperti bantuan tanah dan bangunan untuk sarana pendukung pembelajaran di Universitas (Universitas Nusa

Cendana, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Politeknik Negeri Kupang) serta bantuan sarana prasarana pendukung

pendidikan untuk sekolah.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORAL

Tabel 1.2. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan IV 2015

URAIAN

22.665.673

1.307.566

940.862

40.001

47.150

7.908.227

8.273.959

3.975.985

487.091

5.477.449

2.995.475

2.054.341

235.528

9.399.572

7.367.666

1.616.418

1.639.515

76.432.477

5.042.826

305.571

231.573

9.707

11.891

1.907.483

1.905.266

974.600

116.822

1.337.473

715.911

496.391

55.762

2.278.494

1.880.362

394.622

390.450

18.055.203

6.039.273

350.556

243.493

9.187

12.347

2.051.698

2.176.788

1.014.761

127.264

1.416.921

781.252

539.727

61.340

2.461.309

1.904.125

413.749

417.829

20.021.620

5.545.220

358.925

259.276

12.466

12.305

2.243.992

2.219.097

1.101.475

137.030

1.462.281

799.178

550.863

62.344

2.653.426

2.079.834

444.901

428.566

20.371.177

27,2

1,8

1,3

0,1

0,1

11,0

10,9

5,4

0,7

7,2

3,9

2,7

0,3

13,0

10,2

2,2

2,1

100

-9,04

0,50

5,53

9,83

-1,20

3,57

0,97

6,42

5,90

2,43

2,06

0,43

0,22

6,13

7,52

6,21

1,07

0,20

2,59

8,53

5,57

4,37

0,48

7,34

7,59

5,07

8,60

7,65

6,00

3,83

4,91

7,79

0,67

4,73

3,34

5,13

20.447.428

1.070.349

843.708

31.840

45.529

7.095.979

7.296.703

3.566.950

422.443

5.134.426

2.698.906

1.860.878

210.879

8.392.732

6.568.193

1.414.584

1.496.973

68.598.500

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2014

2014

2015

YOY

IV

2015

IVIIIqtqBobot yoy

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 7

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari perkembangan aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Pada

triwulan-IV, net impor antar daerah di Provinsi NTT tumbuh sebesar 17,6% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun

sebelumnya atau tumbuh sebesar 6,7% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Apabila dilihat dari bongkar muat peti

kemas, terjadi peningkatan kegiatan sebesar 34,4% (qtq) dibandingkan triwulan-III. Di sisi lain, bongkar muat curah masih

menunjukkan defisit masuk barang ke NTT yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi

di NTT berkorelasi postif dengan pasokan barang dari daerah lain. Terbatasnya industri dan tingginya kebutuhan sumber

daya pangan di NTT menyebabkan ketergantungan dengan daerah lain masih tinggi. Beberapa komoditas impor dari

daerah lain yaitu kayu, Beras, Bahan Baku Proyek (semen,gypsum,dan aspal) serta batu-bara dan pasir besi. Sementara,

komoditas ekspor utama NTT adalah hewan (sapi dan kuda) serta semen.

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri Aktivitas ekspor bersih Provinsi NTT pada triwulan IV masih mengikuti perkembangan triwulan sebelumnya

yang meningkat secara tahunan. Peningkatan net ekspor NTT mencapai 94,7% (yoy) pada triwulan IV yang disebabkan

oleh nilai ekspor yang meningkat tinggi. Ekspor NTT pada triwulan IV bernilai US$ 6,6 juta dengan tujuan utama ekspor

adalah Timor Leste. Komoditas utama ekspor adalah semen dan kendaraan bermotor roda 4 dan lebih, sementara ekspor

dari sektor pertanian terutama ikan tuna/tongkol. Sementara itu, impor NTT pada triwulan IV sebesar US$ 1,4 juta dengan

komoditas impor utama adalah alat listrik serta kaca dan barang dari kaca yang berasal dari Tiongkok.

Grafik 1.16. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Ton

III

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus

III

Grafik 1.15. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY) PERTUMBUHAN (% QTQ)

IV

Grafik 1.13. Perkembangan Kliring

Sumber : Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV

2014 2015

NILAI (RP MILIAR) PERT (%YOY)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500%Miliar

Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

III

MODAL KERJA INVESTASI MODAL KERJA (YOY) INVESTASI (YOY)

IV

1.2.3 Ekspor – Impor

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20156

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Di sisi lain, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian menunjukkan adanya peningkatan

kegiatan usaha pada triwulan-IV 2015. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai indeks kegiatan usaha dan tenaga

kerja yang terutama disebabkan oleh adanya panen di sektor pertanian (jagung) dan perkebunan (jambu mete).

Sementara itu penurunan indeks harga jual diperkirakan disebabkan oleh peningkatan suplai hasil pertanian yang

menurunkan harga jual. Di sisi lain, indikator kredit pertanian menunjukkan adanya perlambatan -0,6% (qtq) yang

diperkirakan terjadi akibat mulai menurunnya jumlah kredit petani yang telah dilunasi seiring masa panen.

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan sektor pertanian terutama berasal dari

faktor alam. Dari sisi sarana dan prasarana, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan

Umum serta Pemerintah Daerah telah melakukan upaya-upaya dalam peningkatan produksi pertanian, diantaranya:

pembangunan bendungan, jaringan irigasi, bibit, benih dan sarana produksi. Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi NTT

juga telah mendapatkan tambahan dana untuk Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai sebesar Rp 319 miliar

untuk bantuan perbaikan irigasi, bantuan saprodi (traktor & hand tractor), combine harvester dan bantuan lainnya. Namun

yang perlu menjadi perhatian adalah adanya ancaman El Nino yang memperpanjang musim kemarau, sehingga dapat

menghambat masa tanam pertanian. Selain itu, koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga perlu

untuk ditingkatkan supaya program-program yang dijalankan dapat saling terkait bermanfaat maksimal bagi masyarakat

sekitar (cth. pembangunan jaringan tersier, embung dan irigasi).

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Secara tahunan, pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib pada

triwulan IV 2015 meningkat dibandingkan periode sebelumnya maupun triwulan-IV 2014. Pertumbuhan sektor

Administrasi Pemerintahan pada triwulan IV mencapai 7,79% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

6,79% (yoy). Secara triwulanan pertumbuhan juga cukup tinggi sebesar 6,13% (qtq). Peningkatan turut didorong oleh

peningkatan realisasi belanja pegawai, barang dan jasa serta hibah sebesar 61,2% (qtq) atau sebesar Rp 6,7 triliun pada

triwulan IV. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh selesainya proses pembayaran lelang kegiatan barang dan

jasa dan peningkatan realisasi dana hibah seiring penyelenggaraan pemilu di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota dan penyaluran

dana desa ke daerah. Realisasi belanja konsumsi sendiri mengalami peningkatan sebesar 16,3% (yoy) atau Rp 23,3 triliun

pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp 20,1 triliun.

I II III IV I II

2014 2015

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV

2013

III

Grafik 1.22. Perkembangan SKDU Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJAKEGIATAN USAHA

IV

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) PERTANIAN (%QTQ)

Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Milyar Rp

III IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 9

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor pertanian secara tahunan mengalami pertumbuhan yang stabil pada triwulan IV, namun secara

triwulanan mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor Pertanian pada triwulan IV mencapai 2,6% (yoy) cukup

stabil dibandingkan triwulan III (2,6%-yoy), namun secara triwulanan pertumbuhan sektor pertanian tercatat menurun

sebesar -9,04% (qtq). Peningkatan secara tahunan ditengarai turut didorong oleh peningkatan produksi tanaman bahan

makanan yang terindikasi dari Angka Ramalan (ARAM) II – BPS yang menunjukkan peningkatan produksi padi sebesar

14,2% atau 943.020 Gabah Kering Giling (GKG), serta produksi jagung sebesar 6,74% (yoy) atau 690.710 ton juga turut

menjadi pendorong pertumbuhan secara tahunan. Peningkatan ini juga terlihat dari indeks nilai tukar petani (NTP) yang

menunjukkan kenaikan dari 102,21 (tw-III) menjadi 103,19 (tw-IV) yang terutama didorong peningkatan indeks yang

diterima dari sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan rakyat.

Secara triwulanan, sektor pertanian mengalami penurunan sebesar -9,04% (qtq). Penurunan diperkirakan terjadi

karena faktor musiman, yaitu adanya penurunan produksi perikanan akibat kondisi cuaca yang kurang baik pada rentang

triwulan IV. Selain itu, penurunan pada pengiriman hewan ternak, terutama sapi juga menjadi penyebab lainnya. Hal ini

terkonfirmasi adanya kenaikan harga yang cukup tinggi pada beberapa komoditas ikan yaitu ikan kembung dan tongkol,

selain itu dari hasil liasion disebutkan pula bahwa komoditas ikan tuna cenderung menurun pada akhir triwulan IV hingga

awal triwulan I dan akan kembali meningkat pada bulan Maret. Perkembangan pengiriman ternak tersebut didasarkan

pada data Pelindo III yang menunjukkan adanya penurunan pengiriman ternak dari 9.872 ekor (tw III) menjadi 5.324 ekor

(tw IV) atau menurun sebesar -46,1% (qtq) namun apabila dibandingkan tw IV-2014 terjadi peningkatan sebesar 51,6%

(yoy). Hal ini juga terindikasi dari data pengiriman sapi dari dinas peternakan yang menunjukkan adanya penurunan

pengiriman sapi dari 24.402 ekor pada triwulan III 2015 menjadi 8.524 ekor pada triwulan IV 2015 namun meningkat

sebesar 9,03% (yoy) apabila dibandingkan pengiriman sapi pada periode sama tahun 2014 yang sebanyak 7.818 ekor.

Trend yang sama juga terjadi pada tahun 2014 yang menunjukkan penurunan pengiriman pada triwulan-IV. Penurunan ini

diperkirakan terjadi akibat kuota pengiriman sapi yang sudah mulai terpenuhi di akhir tahun.

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Tukar Petani

99

100

101

102

103

104

80

100

120

140

160

180

95

96

97

98

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

IT IB NTP - AXIS KANAN

Sumber : BPS, diolah

IV

Grafik 1.20. Data Pengiriman Hewan

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV IVI II

2013 2015

III

Sumber : PT Pelindo III, diolah

I II III IV

2013

PENGIRIMAN TERNAK BONGKAR PERT (%YOY) PERT (%QTQ)HEWAN

Grafik 1.21. Data Pengeluaran Ternak

Sumber : Dinas Peternakan, diolah

I II III IV I II

2014 2015

EKOR

III IV0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

SAPI TREND SAPIKERBAU KUDA

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20158

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Di sisi lain, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian menunjukkan adanya peningkatan

kegiatan usaha pada triwulan-IV 2015. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai indeks kegiatan usaha dan tenaga

kerja yang terutama disebabkan oleh adanya panen di sektor pertanian (jagung) dan perkebunan (jambu mete).

Sementara itu penurunan indeks harga jual diperkirakan disebabkan oleh peningkatan suplai hasil pertanian yang

menurunkan harga jual. Di sisi lain, indikator kredit pertanian menunjukkan adanya perlambatan -0,6% (qtq) yang

diperkirakan terjadi akibat mulai menurunnya jumlah kredit petani yang telah dilunasi seiring masa panen.

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan sektor pertanian terutama berasal dari

faktor alam. Dari sisi sarana dan prasarana, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan

Umum serta Pemerintah Daerah telah melakukan upaya-upaya dalam peningkatan produksi pertanian, diantaranya:

pembangunan bendungan, jaringan irigasi, bibit, benih dan sarana produksi. Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi NTT

juga telah mendapatkan tambahan dana untuk Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai sebesar Rp 319 miliar

untuk bantuan perbaikan irigasi, bantuan saprodi (traktor & hand tractor), combine harvester dan bantuan lainnya. Namun

yang perlu menjadi perhatian adalah adanya ancaman El Nino yang memperpanjang musim kemarau, sehingga dapat

menghambat masa tanam pertanian. Selain itu, koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga perlu

untuk ditingkatkan supaya program-program yang dijalankan dapat saling terkait bermanfaat maksimal bagi masyarakat

sekitar (cth. pembangunan jaringan tersier, embung dan irigasi).

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Secara tahunan, pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib pada

triwulan IV 2015 meningkat dibandingkan periode sebelumnya maupun triwulan-IV 2014. Pertumbuhan sektor

Administrasi Pemerintahan pada triwulan IV mencapai 7,79% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

6,79% (yoy). Secara triwulanan pertumbuhan juga cukup tinggi sebesar 6,13% (qtq). Peningkatan turut didorong oleh

peningkatan realisasi belanja pegawai, barang dan jasa serta hibah sebesar 61,2% (qtq) atau sebesar Rp 6,7 triliun pada

triwulan IV. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh selesainya proses pembayaran lelang kegiatan barang dan

jasa dan peningkatan realisasi dana hibah seiring penyelenggaraan pemilu di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota dan penyaluran

dana desa ke daerah. Realisasi belanja konsumsi sendiri mengalami peningkatan sebesar 16,3% (yoy) atau Rp 23,3 triliun

pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp 20,1 triliun.

I II III IV I II

2014 2015

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV

2013

III

Grafik 1.22. Perkembangan SKDU Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJAKEGIATAN USAHA

IV

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) PERTANIAN (%QTQ)

Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Milyar Rp

III IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 9

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor pertanian secara tahunan mengalami pertumbuhan yang stabil pada triwulan IV, namun secara

triwulanan mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor Pertanian pada triwulan IV mencapai 2,6% (yoy) cukup

stabil dibandingkan triwulan III (2,6%-yoy), namun secara triwulanan pertumbuhan sektor pertanian tercatat menurun

sebesar -9,04% (qtq). Peningkatan secara tahunan ditengarai turut didorong oleh peningkatan produksi tanaman bahan

makanan yang terindikasi dari Angka Ramalan (ARAM) II – BPS yang menunjukkan peningkatan produksi padi sebesar

14,2% atau 943.020 Gabah Kering Giling (GKG), serta produksi jagung sebesar 6,74% (yoy) atau 690.710 ton juga turut

menjadi pendorong pertumbuhan secara tahunan. Peningkatan ini juga terlihat dari indeks nilai tukar petani (NTP) yang

menunjukkan kenaikan dari 102,21 (tw-III) menjadi 103,19 (tw-IV) yang terutama didorong peningkatan indeks yang

diterima dari sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan rakyat.

Secara triwulanan, sektor pertanian mengalami penurunan sebesar -9,04% (qtq). Penurunan diperkirakan terjadi

karena faktor musiman, yaitu adanya penurunan produksi perikanan akibat kondisi cuaca yang kurang baik pada rentang

triwulan IV. Selain itu, penurunan pada pengiriman hewan ternak, terutama sapi juga menjadi penyebab lainnya. Hal ini

terkonfirmasi adanya kenaikan harga yang cukup tinggi pada beberapa komoditas ikan yaitu ikan kembung dan tongkol,

selain itu dari hasil liasion disebutkan pula bahwa komoditas ikan tuna cenderung menurun pada akhir triwulan IV hingga

awal triwulan I dan akan kembali meningkat pada bulan Maret. Perkembangan pengiriman ternak tersebut didasarkan

pada data Pelindo III yang menunjukkan adanya penurunan pengiriman ternak dari 9.872 ekor (tw III) menjadi 5.324 ekor

(tw IV) atau menurun sebesar -46,1% (qtq) namun apabila dibandingkan tw IV-2014 terjadi peningkatan sebesar 51,6%

(yoy). Hal ini juga terindikasi dari data pengiriman sapi dari dinas peternakan yang menunjukkan adanya penurunan

pengiriman sapi dari 24.402 ekor pada triwulan III 2015 menjadi 8.524 ekor pada triwulan IV 2015 namun meningkat

sebesar 9,03% (yoy) apabila dibandingkan pengiriman sapi pada periode sama tahun 2014 yang sebanyak 7.818 ekor.

Trend yang sama juga terjadi pada tahun 2014 yang menunjukkan penurunan pengiriman pada triwulan-IV. Penurunan ini

diperkirakan terjadi akibat kuota pengiriman sapi yang sudah mulai terpenuhi di akhir tahun.

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Tukar Petani

99

100

101

102

103

104

80

100

120

140

160

180

95

96

97

98

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

IT IB NTP - AXIS KANAN

Sumber : BPS, diolah

IV

Grafik 1.20. Data Pengiriman Hewan

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV IVI II

2013 2015

III

Sumber : PT Pelindo III, diolah

I II III IV

2013

PENGIRIMAN TERNAK BONGKAR PERT (%YOY) PERT (%QTQ)HEWAN

Grafik 1.21. Data Pengeluaran Ternak

Sumber : Dinas Peternakan, diolah

I II III IV I II

2014 2015

EKOR

III IV0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

SAPI TREND SAPIKERBAU KUDA

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 20158

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

2013 2014 2015

Ribu orang

I III II III IV I II III IV-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

II

27%

PENUMPANG PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

IV0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

8,8%

Sumber : BPS, diolah

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

10

20

30

40

50

60

Ribu orang

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV III

49,8%

20,5%

TAMU HOTEL PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Grafik 1.29. Perkembangan Tamu Hotel

IV

70

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan sebesar 7,3% (yoy) dan merupakan salah satu sektor yang mampu

tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV 2015. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah di akhir tahun, berupa sarana

bendungan, irigasi, jalan, dermaga, fasilitas bandara dan gedung pemerintahan menjadi beberapa faktor pendorong

utama. Peningkatan kegiatan proyek juga terindikasi dari adanya kelangkaan semen yang sempat terjadi di akhir tahun

serta banyaknya kegiatan proyek yang akhirnya belum selesai dan terpaksa meminta dispensasi penyelesaian proyek

selama 50 hari di tahun 2016.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan-IV 2015 mengalami pertumbuhan hingga

mencapai 8,6% (yoy). Peningkatan jumlah okupansi hotel diperkirakan didorong pula oleh adanya 2 kegiatan bertaraf

nasional di kota Kupang, yaitu Kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Perayaan Natal Bersama yang

dihadiri oleh Presiden Jokowi. Selain itu, adanya kegiatan-kegiatan rapat dan sosialisasi oleh Pemerintah di hotel juga

menjadi pendorong peningkatan lainnya. Hal ini terindikasi dari peningkatan jumlah tamu hotel yang mencapai 61.245

orang pada triwulan IV-2015 atau meningkat sebesar 49,8%(yoy) apabila dibandingkan tahun 2014. Peningkatan juga

terjadi pada indikator jumlah penumpang di bandara yang tercatat sebesar 778.721 orang atau meningkat sebesar 27%

(yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Sektor transportasi dan pergudangan tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,07% (yoy). Peningkatan terlihat dari

adanya penambahan transportasi hewan melalui kapal KM. Camara Nusantara I yang melayani pengiriman ternak dari

Jakarta melalui Cirebon, Semarang, Surabaya, NTB dan NTT. Selain itu adanya penambahan kapal perintis oleh PT. Pelni

yang melayani rute intra dan keluar NTT juga diperkirakan menyebabkan kenaikan lainnya. Sektor Jasa Pendidikan tumbuh

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

triliun

2013 2014 2015III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 11

Sementara itu, perkembangan yang sama juga terlihat pada indikator simpanan pemerintah di perbankan yang

mengalami penurunan hingga mencapai -65,4% (qtq) pada triwulan IV atau sebesar Rp 2,64 triliun dibandingkan triwulan

IV yang sebesar Rp 7,64 triliun. Secara tahunan dana pemerintah juga mengalami penurunan sebesar -6,4% (yoy) yang

menunjukkan adanya dorongan realisasi anggaran yang sangat tinggi oleh pemerintah di akhir tahun.

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan-IV 2015

mengalami trend peningkatan di akhir tahun. Pada triwulan IV tercatat pertumbuhan sektor perdagangan mencapai

7,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 5,8% (yoy). Peningkatan terutama terjadi akibat

adanya liburan sekolah, momen natal dan tahun baru, selain itu adanya perayaan HKSN dan Natal Bersama di Kota Kupang

juga turut mendorong peningkatan. Dari sisi pendapatan masyarakat, adanya dorongan proyek pemerintah di akhir tahun

dan panen komoditas pertanian turut membuka lapangan kerja baru yang dapat menopang konsumsi masyarakat di akhir

tahun.

Berdasarkan indikator Survei Kegiatan Dunia Usadah (SKDU) terlihat adanya peningkatan pada triwulan IV.

Indikator SKDU menunjukkan adanya peningkatan pada indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang menggambarkan

bahwa terjadi peningkatan geliat ekonomi pada triwulan IV. Selain itu, berdasarkan survei Konsumen, terjadi pula

kenaikan pada indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK). Dari sisi kredit, kredit perdagangan hingga akhir triwulan IV-2015 mencapai Rp 5,08 triliun atau tumbuh

sebesar 14,1% (yoy). Sementara secara triwulanan, kredit perdagangan triwulan-IV tumbuh sebesar 4,4% (qtq)

meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 2,1% (qtq).

Grafik 1.26. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

IV

Grafik 1.27. Perkembangan Survei Konsumen

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber : SK-Bank Indonesia, diolah

IV100

120

140

160

20,109.89

23.388,55

16,3%

5

10

15

20

Grafik 1.24. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

2014 2015

miliar Realisasi % Real

20.188,9 86,32

TOTAL BELANJA KONSUMSI PEMERINTAH PERTUMBUHAN BELANJA KONSUMSI

18000

19000

20000

21000

22000

23000

24000

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Grafik 1.25. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-70,0%

-50,0%

-30,0%

-10,0%

10,0%

30,0%

50,0%

70,0%

90,0%

110,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

SIMPANAN (RP MILYAR) PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201510

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

2013 2014 2015

Ribu orang

I III II III IV I II III IV-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

II

27%

PENUMPANG PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

IV0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

8,8%

Sumber : BPS, diolah

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

10

20

30

40

50

60

Ribu orang

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV III

49,8%

20,5%

TAMU HOTEL PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Grafik 1.29. Perkembangan Tamu Hotel

IV

70

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan sebesar 7,3% (yoy) dan merupakan salah satu sektor yang mampu

tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV 2015. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah di akhir tahun, berupa sarana

bendungan, irigasi, jalan, dermaga, fasilitas bandara dan gedung pemerintahan menjadi beberapa faktor pendorong

utama. Peningkatan kegiatan proyek juga terindikasi dari adanya kelangkaan semen yang sempat terjadi di akhir tahun

serta banyaknya kegiatan proyek yang akhirnya belum selesai dan terpaksa meminta dispensasi penyelesaian proyek

selama 50 hari di tahun 2016.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan-IV 2015 mengalami pertumbuhan hingga

mencapai 8,6% (yoy). Peningkatan jumlah okupansi hotel diperkirakan didorong pula oleh adanya 2 kegiatan bertaraf

nasional di kota Kupang, yaitu Kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Perayaan Natal Bersama yang

dihadiri oleh Presiden Jokowi. Selain itu, adanya kegiatan-kegiatan rapat dan sosialisasi oleh Pemerintah di hotel juga

menjadi pendorong peningkatan lainnya. Hal ini terindikasi dari peningkatan jumlah tamu hotel yang mencapai 61.245

orang pada triwulan IV-2015 atau meningkat sebesar 49,8%(yoy) apabila dibandingkan tahun 2014. Peningkatan juga

terjadi pada indikator jumlah penumpang di bandara yang tercatat sebesar 778.721 orang atau meningkat sebesar 27%

(yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Sektor transportasi dan pergudangan tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,07% (yoy). Peningkatan terlihat dari

adanya penambahan transportasi hewan melalui kapal KM. Camara Nusantara I yang melayani pengiriman ternak dari

Jakarta melalui Cirebon, Semarang, Surabaya, NTB dan NTT. Selain itu adanya penambahan kapal perintis oleh PT. Pelni

yang melayani rute intra dan keluar NTT juga diperkirakan menyebabkan kenaikan lainnya. Sektor Jasa Pendidikan tumbuh

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

triliun

2013 2014 2015III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 11

Sementara itu, perkembangan yang sama juga terlihat pada indikator simpanan pemerintah di perbankan yang

mengalami penurunan hingga mencapai -65,4% (qtq) pada triwulan IV atau sebesar Rp 2,64 triliun dibandingkan triwulan

IV yang sebesar Rp 7,64 triliun. Secara tahunan dana pemerintah juga mengalami penurunan sebesar -6,4% (yoy) yang

menunjukkan adanya dorongan realisasi anggaran yang sangat tinggi oleh pemerintah di akhir tahun.

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan-IV 2015

mengalami trend peningkatan di akhir tahun. Pada triwulan IV tercatat pertumbuhan sektor perdagangan mencapai

7,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 5,8% (yoy). Peningkatan terutama terjadi akibat

adanya liburan sekolah, momen natal dan tahun baru, selain itu adanya perayaan HKSN dan Natal Bersama di Kota Kupang

juga turut mendorong peningkatan. Dari sisi pendapatan masyarakat, adanya dorongan proyek pemerintah di akhir tahun

dan panen komoditas pertanian turut membuka lapangan kerja baru yang dapat menopang konsumsi masyarakat di akhir

tahun.

Berdasarkan indikator Survei Kegiatan Dunia Usadah (SKDU) terlihat adanya peningkatan pada triwulan IV.

Indikator SKDU menunjukkan adanya peningkatan pada indikator kegiatan usaha dan tenaga kerja yang menggambarkan

bahwa terjadi peningkatan geliat ekonomi pada triwulan IV. Selain itu, berdasarkan survei Konsumen, terjadi pula

kenaikan pada indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK). Dari sisi kredit, kredit perdagangan hingga akhir triwulan IV-2015 mencapai Rp 5,08 triliun atau tumbuh

sebesar 14,1% (yoy). Sementara secara triwulanan, kredit perdagangan triwulan-IV tumbuh sebesar 4,4% (qtq)

meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 2,1% (qtq).

Grafik 1.26. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

IV

Grafik 1.27. Perkembangan Survei Konsumen

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber : SK-Bank Indonesia, diolah

IV100

120

140

160

20,109.89

23.388,55

16,3%

5

10

15

20

Grafik 1.24. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

2014 2015

miliar Realisasi % Real

20.188,9 86,32

TOTAL BELANJA KONSUMSI PEMERINTAH PERTUMBUHAN BELANJA KONSUMSI

18000

19000

20000

21000

22000

23000

24000

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Grafik 1.25. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-70,0%

-50,0%

-30,0%

-10,0%

10,0%

30,0%

50,0%

70,0%

90,0%

110,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

SIMPANAN (RP MILYAR) PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201510

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tahun 2015 dapat dikatakan sebagai babak awal tahun pembangunan infrastruktur di NTT. Total anggaran belanja modal

tahun 2015 mengalami kenaikan hingga 53,92% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran terutama

bersumber dari APBN-P yang memberikan tambahan alokasi dana yang cukup besar untuk pembangunan di NTT. Adapun

realisasi belanja modal pemerintah di NTT tahun 2015 mencapai 9,29 triliun, meningkat 52,47% dibandingkan realisasi

belanja modal pemerintah tahun 2014. Belanja modal pemerintah tahun 2015 difokuskan pada belanja jalan dengan total

anggaran mencapai 1,9 triliun, diikuti oleh pembangunan SDA dengan alokasi anggaran mencapai 873 miliar, Bandar

udara dengan total alokasi anggaran sebesar 598 miliar, pelabuhan dan penunjang (592 miliar), pendidikan (367 miliar),

pengembangan air baku (286 miliar), kesehatan (156 miliar), kelistrikan (151 miliar) dan permukiman dengan alokasi

mencapai 124 miliar rupiah. Pemerintah juga melakukan perbaikan pasar tradisional dengan pagu belanja mencapai 46

miliar rupiah. Selain investasi pemerintah, kegiatan investasi juga dilakukan oleh investor swasta seperti investasi

kelistrikan oleh PT PLN, pemasangan BTS oleh operator maupun investasi pelabuhan laut oleh PT Pelindo III. Pemerintah

daerah juga melakukan investasi dengan total investasi lebih dari 4,2 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi belanja di atas, terlihat bahwa pemerintah sudah fokus pada pembenahan permasalahan infrastruktur

utama di NTT yaitu permasalahan logistik dan konektivitas, permasalahan sumber daya air dan permasalahan kelistrikan.

Dalam meningkatkan konektivitas antar wilayah, pemerintah telah melakukan perbaikan jalan nasional dengan rasio

anggaran mencapai 1,4 miliar per km. Dengan anggaran sebesar itu, tingkat kemantaban jalan nasional dapat mencapai

99% atau hanya 1% dari 1.341 km jalan nasional dalam kondisi kurang bagus. Kondisi berbeda terjadi pada kemantaban

jalan provinsi dan kabupaten kota. Dengan asumsi seluruh belanja modal digunakan untuk membangun jalan, maka rasio

alokasi belanja pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan kabupaten kota paling banyak hanya sebesar 200 juta per

km atau paling banyak hanya sepertujuh dari alokasi belanja pemerintah pusat. Rendahnya alokasi pembangunan jalan

tersebut berdampak pada tingkat kemantaban jalan provinsi dan kabupaten/kota yang hanya sebesar 50% dan 40%.

Pengalihan status jalan ke jalan nasional sebagaimana yang terjadi pada kawasan strategis pariwisata nasional Kelimutu

sekiranya dapat ditiru kabupaten/kota atau provinsi untuk menyiasati minimnya alokasi belanja modal yang dimiliki.

Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT01

Boks 1.1. Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 13

sebesar 0,67% (yoy) yang diperkirakan ditunjang oleh bantuan sarana pendidikan dan pembangunan fasilitas pendidikan

untuk Perguruan Tinggi (Universitas Nusa Cendana, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Politeknik Negeri Kupang).

Sektor Listrik dan Gas tumbuh sebesar 4,37% (yoy) yang diperkirakan didorong oleh adanya tambahan kapasitas sebesar 8

MW untuk mengatasi krisis listrik akibat kerusakan PLTU Bolok di bulan Desember.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201512

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tahun 2015 dapat dikatakan sebagai babak awal tahun pembangunan infrastruktur di NTT. Total anggaran belanja modal

tahun 2015 mengalami kenaikan hingga 53,92% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran terutama

bersumber dari APBN-P yang memberikan tambahan alokasi dana yang cukup besar untuk pembangunan di NTT. Adapun

realisasi belanja modal pemerintah di NTT tahun 2015 mencapai 9,29 triliun, meningkat 52,47% dibandingkan realisasi

belanja modal pemerintah tahun 2014. Belanja modal pemerintah tahun 2015 difokuskan pada belanja jalan dengan total

anggaran mencapai 1,9 triliun, diikuti oleh pembangunan SDA dengan alokasi anggaran mencapai 873 miliar, Bandar

udara dengan total alokasi anggaran sebesar 598 miliar, pelabuhan dan penunjang (592 miliar), pendidikan (367 miliar),

pengembangan air baku (286 miliar), kesehatan (156 miliar), kelistrikan (151 miliar) dan permukiman dengan alokasi

mencapai 124 miliar rupiah. Pemerintah juga melakukan perbaikan pasar tradisional dengan pagu belanja mencapai 46

miliar rupiah. Selain investasi pemerintah, kegiatan investasi juga dilakukan oleh investor swasta seperti investasi

kelistrikan oleh PT PLN, pemasangan BTS oleh operator maupun investasi pelabuhan laut oleh PT Pelindo III. Pemerintah

daerah juga melakukan investasi dengan total investasi lebih dari 4,2 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi belanja di atas, terlihat bahwa pemerintah sudah fokus pada pembenahan permasalahan infrastruktur

utama di NTT yaitu permasalahan logistik dan konektivitas, permasalahan sumber daya air dan permasalahan kelistrikan.

Dalam meningkatkan konektivitas antar wilayah, pemerintah telah melakukan perbaikan jalan nasional dengan rasio

anggaran mencapai 1,4 miliar per km. Dengan anggaran sebesar itu, tingkat kemantaban jalan nasional dapat mencapai

99% atau hanya 1% dari 1.341 km jalan nasional dalam kondisi kurang bagus. Kondisi berbeda terjadi pada kemantaban

jalan provinsi dan kabupaten kota. Dengan asumsi seluruh belanja modal digunakan untuk membangun jalan, maka rasio

alokasi belanja pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan kabupaten kota paling banyak hanya sebesar 200 juta per

km atau paling banyak hanya sepertujuh dari alokasi belanja pemerintah pusat. Rendahnya alokasi pembangunan jalan

tersebut berdampak pada tingkat kemantaban jalan provinsi dan kabupaten/kota yang hanya sebesar 50% dan 40%.

Pengalihan status jalan ke jalan nasional sebagaimana yang terjadi pada kawasan strategis pariwisata nasional Kelimutu

sekiranya dapat ditiru kabupaten/kota atau provinsi untuk menyiasati minimnya alokasi belanja modal yang dimiliki.

Pembangunan Infrastruktur Utama di NTT01

Boks 1.1. Ringkasan Pembangunan Infrastruktur Utama di Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 13

sebesar 0,67% (yoy) yang diperkirakan ditunjang oleh bantuan sarana pendidikan dan pembangunan fasilitas pendidikan

untuk Perguruan Tinggi (Universitas Nusa Cendana, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Politeknik Negeri Kupang).

Sektor Listrik dan Gas tumbuh sebesar 4,37% (yoy) yang diperkirakan didorong oleh adanya tambahan kapasitas sebesar 8

MW untuk mengatasi krisis listrik akibat kerusakan PLTU Bolok di bulan Desember.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201512

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Dalam membantu meningkatan penyediaan sumber daya air di Provinsi NTT, pemerintah berencana membangun 7 waduk

dengan skema proyek lintas tahun (multi years). Hingga saat ini baru terdapat 2 waduk yang sudah dilakukan

pembangunan fisik dan di tahun 2016 diharapkan dapat mulai dilakukan pembangunan waduk kolhua. Hingga

penyelesaiannya, total biaya pembangunan waduk bisa mencapai lebih kurang enam triliun rupiah. Diharapkan, ketujuh

waduk tersebut dapat menambah 13 ribu ha lahan pertanian teririgasi, menjadi sumber air baku bagi lebih kurang 300

ribu jiwa dan menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sebesar 2,55 MW. Selain pembangunan waduk, pemerintah

juga tetap akan melakukan pemeliharaan dan pembangunan jaringan irigasi dan membangun lebih dari 100 embung baru

di tahun 2016, sehingga total embung yang terbangun menjadi lebih kurang 1.200 embung. Total realisasi pembangunan

sumber daya air di tahun 2015 sebesar 845 miliar dengan prosentase realisasi mencapai 97%.

Belanja infrastruktur air baku di tahun 2015 juga cukup besar hingga 276 miliar rupiah dengan prosentase realisasi

mencapai 97%. Pembangunan air baku ditititik beratkan kepada pembangunan sistem pengelolaan air minum,

peningkatan sarana dan prasarana penyediaan air baku, serta pembangunan jaringan irigasi air tanah. Di tahun 2016,

pemerintah mengalokasikan 160,4 miliar untuk melanjutkan pembangunan air baku.

Boks 1.3. Alur pelayaran dan Distribusi Barang di Nusa Tenggara Timur

Boks 1.4. Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di Nusa Tenggara Timur

Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 15

Selain perhubungan darat, Provinsi NTT memiliki 14 bandara yang dapat menghubungkan antar wilayah di Provinsi NTT.

Kota Kupang dan Bali menjadi hub utama yang menghubungkan kota-kota di provinsi NTT. Hanya Labuan Bajo – Ende

yang memiliki penerbangan langsung. Selebihnya harus melalui Kota Kupang atau Bali apabila ingin melakukan

perjalanan antar daerah. Terdapat 4 bandara yang dapat didarati pesawat jet, dan 9 lainnya hanya dapat didarati pesawat

propeller serta 1 bandara yang hanya dapat didarati pesawat jenis caravan. Pada tahun 2015, terdapat 13 bandara yang

melakukan investasi perpanjangan atau pelebaran landasan pacu. Selebihnya adalah perluasan kapasitas parkir pesawat

(apron), landasan hubung (taxi way) maupun terminal. Total realisasi investasi perhubungan udara mencapai 539 miliar

rupiah setara dengan 90,11% dari total alokasi investasi yang direncanakan. Terdapat 5 bandara dengan realisasi investasi

kurang dari 90% dengan pencapaian terendah di Bandara AA Bere Talo Belu yang disebabkan oleh proses pembebasan

lahan yang belum selesai, sehingga perpanjangan landasan pacu juga terkendala. Alor, Rote Ndao dan Ende juga

terkendala penyelesaian landasan pacu, sedangkan bandara Frans Sales Lega Ruteng terkendala oleh penyelesaian

terminal penumpang. Pada tahun 2016, investasi perhubungan udara dialokasikan sebesar 431 miliar belum termasuk

investasi bandara El Tari Kupang yang ditangani oleh PT Angkasa Pura I.

Pada tahun 2015, terdapat pula investasi pelabuhan dalam rangka mendorong sistem logistik di provinsi NTT. Investasi

dilakukan pada 11 pelabuhan di 11 Kabupaten di NTT. Adapun realisasi investasi perhubungan laut hingga akhir tahun

2015 sebesar 66,11% atau sebesar 392 miliar rupiah. Rendahnya realisasi investasi pelabuhan laut selain karena

permasalahan AMDAL dan studi kelayakan, juga disebabkan oleh adanya dual pengelolaan di pelabuhan Tenau Kupang,

Ende, dan Sikka, sehingga proses investasi urung dilakukan. Di Ende, dana investasi masih dalam keadaan terblokir,

sehingga tidak bisa dilakukan penarikan anggaran. Pencapaian investasi pelabuhan di pelabuhan Reo Manggarai juga

masih kurang dari 60% yang disebabkan oleh selain penyelesaian proyek yang tidak sesuai jadwal, juga disebabkan oleh

adanya dana yang masih terblokir sebesar 56,5 miliar rupiah. Untuk melanjutkan pembangunan perhubungan laut,

pemerintah mengalokasikan belanja investasi sebesar 191,43 miliar di tahun 2016. Pembangunan fasilitas pelabuhan

direncanakan dilakukan pada 6 pelabuhan di Kota Kupang, Sikka, Ende, Sumba Timur, Kabupaten Kupang dan

Manggarai. Pembangunan besar fasilitas pelabuhan di Kota Kupang diserahkan kepada PT Pelindo III sebagai operator

pelabuhan. Di pelabuhan Bolok, pemerintah juga merencanakan membangun fasilitas pelabuhan kenavigasian dan

pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran dengan nilai investasi mencapai 60 miliar rupiah.

Boks 1.2. Bandara dan jalur penerbangan pesawat di Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201514

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Dalam membantu meningkatan penyediaan sumber daya air di Provinsi NTT, pemerintah berencana membangun 7 waduk

dengan skema proyek lintas tahun (multi years). Hingga saat ini baru terdapat 2 waduk yang sudah dilakukan

pembangunan fisik dan di tahun 2016 diharapkan dapat mulai dilakukan pembangunan waduk kolhua. Hingga

penyelesaiannya, total biaya pembangunan waduk bisa mencapai lebih kurang enam triliun rupiah. Diharapkan, ketujuh

waduk tersebut dapat menambah 13 ribu ha lahan pertanian teririgasi, menjadi sumber air baku bagi lebih kurang 300

ribu jiwa dan menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sebesar 2,55 MW. Selain pembangunan waduk, pemerintah

juga tetap akan melakukan pemeliharaan dan pembangunan jaringan irigasi dan membangun lebih dari 100 embung baru

di tahun 2016, sehingga total embung yang terbangun menjadi lebih kurang 1.200 embung. Total realisasi pembangunan

sumber daya air di tahun 2015 sebesar 845 miliar dengan prosentase realisasi mencapai 97%.

Belanja infrastruktur air baku di tahun 2015 juga cukup besar hingga 276 miliar rupiah dengan prosentase realisasi

mencapai 97%. Pembangunan air baku ditititik beratkan kepada pembangunan sistem pengelolaan air minum,

peningkatan sarana dan prasarana penyediaan air baku, serta pembangunan jaringan irigasi air tanah. Di tahun 2016,

pemerintah mengalokasikan 160,4 miliar untuk melanjutkan pembangunan air baku.

Boks 1.3. Alur pelayaran dan Distribusi Barang di Nusa Tenggara Timur

Boks 1.4. Pembangunan Sumber Daya Air (Waduk) di Nusa Tenggara Timur

Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 15

Selain perhubungan darat, Provinsi NTT memiliki 14 bandara yang dapat menghubungkan antar wilayah di Provinsi NTT.

Kota Kupang dan Bali menjadi hub utama yang menghubungkan kota-kota di provinsi NTT. Hanya Labuan Bajo – Ende

yang memiliki penerbangan langsung. Selebihnya harus melalui Kota Kupang atau Bali apabila ingin melakukan

perjalanan antar daerah. Terdapat 4 bandara yang dapat didarati pesawat jet, dan 9 lainnya hanya dapat didarati pesawat

propeller serta 1 bandara yang hanya dapat didarati pesawat jenis caravan. Pada tahun 2015, terdapat 13 bandara yang

melakukan investasi perpanjangan atau pelebaran landasan pacu. Selebihnya adalah perluasan kapasitas parkir pesawat

(apron), landasan hubung (taxi way) maupun terminal. Total realisasi investasi perhubungan udara mencapai 539 miliar

rupiah setara dengan 90,11% dari total alokasi investasi yang direncanakan. Terdapat 5 bandara dengan realisasi investasi

kurang dari 90% dengan pencapaian terendah di Bandara AA Bere Talo Belu yang disebabkan oleh proses pembebasan

lahan yang belum selesai, sehingga perpanjangan landasan pacu juga terkendala. Alor, Rote Ndao dan Ende juga

terkendala penyelesaian landasan pacu, sedangkan bandara Frans Sales Lega Ruteng terkendala oleh penyelesaian

terminal penumpang. Pada tahun 2016, investasi perhubungan udara dialokasikan sebesar 431 miliar belum termasuk

investasi bandara El Tari Kupang yang ditangani oleh PT Angkasa Pura I.

Pada tahun 2015, terdapat pula investasi pelabuhan dalam rangka mendorong sistem logistik di provinsi NTT. Investasi

dilakukan pada 11 pelabuhan di 11 Kabupaten di NTT. Adapun realisasi investasi perhubungan laut hingga akhir tahun

2015 sebesar 66,11% atau sebesar 392 miliar rupiah. Rendahnya realisasi investasi pelabuhan laut selain karena

permasalahan AMDAL dan studi kelayakan, juga disebabkan oleh adanya dual pengelolaan di pelabuhan Tenau Kupang,

Ende, dan Sikka, sehingga proses investasi urung dilakukan. Di Ende, dana investasi masih dalam keadaan terblokir,

sehingga tidak bisa dilakukan penarikan anggaran. Pencapaian investasi pelabuhan di pelabuhan Reo Manggarai juga

masih kurang dari 60% yang disebabkan oleh selain penyelesaian proyek yang tidak sesuai jadwal, juga disebabkan oleh

adanya dana yang masih terblokir sebesar 56,5 miliar rupiah. Untuk melanjutkan pembangunan perhubungan laut,

pemerintah mengalokasikan belanja investasi sebesar 191,43 miliar di tahun 2016. Pembangunan fasilitas pelabuhan

direncanakan dilakukan pada 6 pelabuhan di Kota Kupang, Sikka, Ende, Sumba Timur, Kabupaten Kupang dan

Manggarai. Pembangunan besar fasilitas pelabuhan di Kota Kupang diserahkan kepada PT Pelindo III sebagai operator

pelabuhan. Di pelabuhan Bolok, pemerintah juga merencanakan membangun fasilitas pelabuhan kenavigasian dan

pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran dengan nilai investasi mencapai 60 miliar rupiah.

Boks 1.2. Bandara dan jalur penerbangan pesawat di Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201514

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV tahun 2015 mengalami kenaikan tinggi dibandingkan inflasi triwulan

III 2015 dikarenakan oleh tingginya inflasi bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan

selama perayaan natal dan tahun baru. Inflasi NTT tahun 2015 sebesar 4,92% menurun dibanding inflasi

2014 yang sebesar 7,76%. Namun demikian, dengan rendahnya pencapaian inflasi nasional tahun 2015

yang hanya sebesar 3,35% menjadikan inflasi NTT menempati urutan ketujuh tertinggi di Indonesia.

Secara triwulanan, Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami inflasi tertinggi di Indonesia dengan

nilai inflasi sebesar 3.51% (qtq).

Kelompok komoditas bahan makanan menjadi penyumbang utama meningkatnya inflasi di NTT

Inflasi komoditas volatile food pada bulan Desember 2015 menjadi inflasi tertinggi dalam 10 tahun

terakhir

Kota Maumere lebih dapat mengendalikan inflasi di triwulan IV 2015

Saat ini hanya Kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID

Perkembangan I nflasi02

Suatu wilayah tidak akan dapat melakukan pembangunan atau membangun industri atau bisnis tanpa adanya kecukupan

listrik. Dengan total beban puncak sebesar 148 MW dan rasio elektrifikasi yang masih sebesar 58%, investasi kelistrikan

mutlak diperlukan dalam waktu mendesak. Saat ini, total kebutuhan daya tunggu sudah mencapai lebih dari 100 MW.

Untuk itu, PT PLN berencana melakukan investasi hingga tahun 2020 dengan total penambahan daya sebesar 290 MW

yang terdiri dari 213 MW PLTU, 32,5 MW PLTMG dan PLTP serta 12,2 MW PLTS. Untuk mengatasi kekurangan daya saat ini,

PLN mendapatkan realokasi 2 genset dengan total kapasitas 17 MW dan 1 buah kapal listrik dengan daya sebesar 60MW.

Genset menurut rencana dapat segera dioperasikan, sedangkan kapal listrik baru akan diterima pada tengah tahun 2016.

Penambahan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk sementara waktu. Percepatan realisasi

investasi kelistrikan dirasa sangat dibutuhkan agar pembangunan dapat berjalan. Dengan rasio elektrifikasi yang rendah

dan rata-rata penggunaan daya listrik yang rendah pula, PT PLN diharapkan dapat lebih berani dalam mempercepat

investasi agar rasio elektrifikasi dapat meningkat dan kebutuhan pembangunan dapat tercukupi. Terkait peramalan

kebutuhan beban puncak untuk industri dan bisnis, seharusnya dapat dipisahkan dari peramalan kebutuhan listrik rumah

tangga dikarenakan besarnya daya listrik yang dibutuhkan. Apabila kebutuhan listrik untuk kawasan industri bolok juga

diperhitungkan, maka dengan luas lahan yang mencapai 900 ha, akan dibutuhkan ratusan megawatt listrik untuk

operasionalnya yang pastinya tidak akan dapat terpenuhi dengan perencanaan generik saat ini. Untuk menunjang

peningkatan rasio elektrifikasi, kementrian ESDM tahun 2015 juga telah melakukan investasi berupa peningkatan panjang

jaringan distribusi dan penambahan gardu listrik dengan nilai investasi sebesar 129 miliar rupiah. Menteri desa, daerah

tertinggal dan transmigrasi juga mengalokasikan investasi sebesar 3 miliar untuk pengadaan sarana penerangan dan

energi terbarukan.

Investasi lainnya antara lainnya pembenahan permukiman dan sanitasi dengan total realisasi anggaran mencapai 83%

atau sebesar 107 miliar dari total alokasi dana yang sebesar 129 miliar. PT Telkomsel juga telah melakukan pemasangan 12

BTS untuk daerah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. selain itu, provider juga telah membangun 39 BTS untuk

daerah terluar. Pemerintah telah melakukan revitalisasi 6 pasar di NTT dari 8 pasar yang dialokasikan, pembangunan 3 PTN

di Kupang dan 1 investasi minor dengan total realisasi belanja modal sebesar 254 miliar, serta investasi pembelian

peralatan kesehatan serta pembangunan gedung dengan total realisasi investasi mencapai 93 miliar rupiah.

Pada tahun 2016, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran belanja modal sebesar 3,57 triliun rupiah. Belanja

pemeliharaan dan pembangunan jalan masih menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar 1,7 triliun rupiah, disusul

oleh anggaran belanja sumber daya air (647 miliar), bandara (431 miliar), pelabuhan (191 miliar), air baku (161 miliar),

permukiman (121 miliar) dan pendidikan dengan anggaran sebesar 93 miliar. Namun demikian, melihat detil rencana

investasi yang akan dilakukan, maka diperkirakan akan terdapat penambahan dalam APBN-P dikarenakan alokasi

penganggaran pembuatan waduk Raknamo dan Rotiklot masih sangat kecil. Dengan kondisi pekerjaan yang sudah

melakukan pekerjaan fisik bangunan, maka nilai investasi akan membutuhkan dana yang cukup besar. Pembangunan

infrastruktur diharapkan juga akan bertambah dari pemanfaatan dana desa yang pada tahun 2016 bertambah lebih dari

dua kali lipat. Dengan himbauan pemerintah untuk memfokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar, diharapkan

perbaikan jalan desa, jalan usaha tani maupun irigasi tersier dapat dilakukan yang diharapkan berdampak pada

peningkatan efisiensi kegiatan ekonomi di daerah.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201516

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV tahun 2015 mengalami kenaikan tinggi dibandingkan inflasi triwulan

III 2015 dikarenakan oleh tingginya inflasi bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan

selama perayaan natal dan tahun baru. Inflasi NTT tahun 2015 sebesar 4,92% menurun dibanding inflasi

2014 yang sebesar 7,76%. Namun demikian, dengan rendahnya pencapaian inflasi nasional tahun 2015

yang hanya sebesar 3,35% menjadikan inflasi NTT menempati urutan ketujuh tertinggi di Indonesia.

Secara triwulanan, Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami inflasi tertinggi di Indonesia dengan

nilai inflasi sebesar 3.51% (qtq).

Kelompok komoditas bahan makanan menjadi penyumbang utama meningkatnya inflasi di NTT

Inflasi komoditas volatile food pada bulan Desember 2015 menjadi inflasi tertinggi dalam 10 tahun

terakhir

Kota Maumere lebih dapat mengendalikan inflasi di triwulan IV 2015

Saat ini hanya Kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID

Perkembangan I nflasi02

Suatu wilayah tidak akan dapat melakukan pembangunan atau membangun industri atau bisnis tanpa adanya kecukupan

listrik. Dengan total beban puncak sebesar 148 MW dan rasio elektrifikasi yang masih sebesar 58%, investasi kelistrikan

mutlak diperlukan dalam waktu mendesak. Saat ini, total kebutuhan daya tunggu sudah mencapai lebih dari 100 MW.

Untuk itu, PT PLN berencana melakukan investasi hingga tahun 2020 dengan total penambahan daya sebesar 290 MW

yang terdiri dari 213 MW PLTU, 32,5 MW PLTMG dan PLTP serta 12,2 MW PLTS. Untuk mengatasi kekurangan daya saat ini,

PLN mendapatkan realokasi 2 genset dengan total kapasitas 17 MW dan 1 buah kapal listrik dengan daya sebesar 60MW.

Genset menurut rencana dapat segera dioperasikan, sedangkan kapal listrik baru akan diterima pada tengah tahun 2016.

Penambahan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk sementara waktu. Percepatan realisasi

investasi kelistrikan dirasa sangat dibutuhkan agar pembangunan dapat berjalan. Dengan rasio elektrifikasi yang rendah

dan rata-rata penggunaan daya listrik yang rendah pula, PT PLN diharapkan dapat lebih berani dalam mempercepat

investasi agar rasio elektrifikasi dapat meningkat dan kebutuhan pembangunan dapat tercukupi. Terkait peramalan

kebutuhan beban puncak untuk industri dan bisnis, seharusnya dapat dipisahkan dari peramalan kebutuhan listrik rumah

tangga dikarenakan besarnya daya listrik yang dibutuhkan. Apabila kebutuhan listrik untuk kawasan industri bolok juga

diperhitungkan, maka dengan luas lahan yang mencapai 900 ha, akan dibutuhkan ratusan megawatt listrik untuk

operasionalnya yang pastinya tidak akan dapat terpenuhi dengan perencanaan generik saat ini. Untuk menunjang

peningkatan rasio elektrifikasi, kementrian ESDM tahun 2015 juga telah melakukan investasi berupa peningkatan panjang

jaringan distribusi dan penambahan gardu listrik dengan nilai investasi sebesar 129 miliar rupiah. Menteri desa, daerah

tertinggal dan transmigrasi juga mengalokasikan investasi sebesar 3 miliar untuk pengadaan sarana penerangan dan

energi terbarukan.

Investasi lainnya antara lainnya pembenahan permukiman dan sanitasi dengan total realisasi anggaran mencapai 83%

atau sebesar 107 miliar dari total alokasi dana yang sebesar 129 miliar. PT Telkomsel juga telah melakukan pemasangan 12

BTS untuk daerah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. selain itu, provider juga telah membangun 39 BTS untuk

daerah terluar. Pemerintah telah melakukan revitalisasi 6 pasar di NTT dari 8 pasar yang dialokasikan, pembangunan 3 PTN

di Kupang dan 1 investasi minor dengan total realisasi belanja modal sebesar 254 miliar, serta investasi pembelian

peralatan kesehatan serta pembangunan gedung dengan total realisasi investasi mencapai 93 miliar rupiah.

Pada tahun 2016, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran belanja modal sebesar 3,57 triliun rupiah. Belanja

pemeliharaan dan pembangunan jalan masih menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar 1,7 triliun rupiah, disusul

oleh anggaran belanja sumber daya air (647 miliar), bandara (431 miliar), pelabuhan (191 miliar), air baku (161 miliar),

permukiman (121 miliar) dan pendidikan dengan anggaran sebesar 93 miliar. Namun demikian, melihat detil rencana

investasi yang akan dilakukan, maka diperkirakan akan terdapat penambahan dalam APBN-P dikarenakan alokasi

penganggaran pembuatan waduk Raknamo dan Rotiklot masih sangat kecil. Dengan kondisi pekerjaan yang sudah

melakukan pekerjaan fisik bangunan, maka nilai investasi akan membutuhkan dana yang cukup besar. Pembangunan

infrastruktur diharapkan juga akan bertambah dari pemanfaatan dana desa yang pada tahun 2016 bertambah lebih dari

dua kali lipat. Dengan himbauan pemerintah untuk memfokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar, diharapkan

perbaikan jalan desa, jalan usaha tani maupun irigasi tersier dapat dilakukan yang diharapkan berdampak pada

peningkatan efisiensi kegiatan ekonomi di daerah.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201516

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan. Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi bulan Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar dibanding total inflasi

NTT bulan Januari – November 2015 yang sebesar 2,40%. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh

tingginya kenaikan harga bahan makanan seiring dengan tingginya permintaan pada saat hari raya Natal dan

tahun baru serta tambahan permintaan selama puncak perayaan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN)

dan Natal bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang sangat baik hingga bulan

September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan peningkatan yang cukup besar di triwulan IV 2015. Secara tahunan,

inflasi Provinsi NTT sebesar 4,92%, lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%. Inflasi tahunan NTT

menduduki peringkat terbesar ketujuh di Indonesia dari 34 Provinsi setelah Maluku (6,10%), Kalimantan Barat (5,77%),

Sulawesi Utara (5,56%), Papua Barat (5,29%), Kalimantan Selatan (5,18%), Kalimantan Timur (5,11%) dan Sulawesi

Barat (5,07%).

Secara triwulanan, 5 provinsi di kawasan timur indonesia mengalami inflasi tertinggi di Indonesia. Provinsi NTT menjadi

provinsi dengan inflasi triwulanan tertinggi sebesar 3,51% (qtq), disusul oleh Provinsi Sulawesi utara (3,25%), Sulawesi

Tengah (3,24%), Papua (2,83%) dan Provinsi Maluku Utara (2,49%).

1.1.1 Inflasi Tahunan

Secara tahunan, Inflasi di Provinsi NTT mencapai 4,92%, jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang hanya

sebesar 3,35%. Tingginya inflasi bahan makanan terutama di akhir tahun dan makanan jadi, minuman dan

tembakau yang secara bertahap terus mengalami kenaikan di sepanjang tahun 2015 menjadi penyebab utama

tingginya inflasi di tahun 2015. Hilangnya pengaruh base effect kenaikan BBM di akhir tahun 2014 mampu meredam

inflasi di akhir tahun 2015. Berdasarkan komoditas, beras menjadi komoditas dengan andil inflasi tertinggi. Sepanjang

tahun rata-rata harga beras mengalami kenaikan hingga 16,04% (yoy), disusul oleh komoditas angkutan udara dengan

kenaikan rata-rata mencapai 17,85% (yoy), ikan kembung (23,80%), sawi putih (49,33%) dan daging ayam ras (24,19%).

Komoditas lainnya yang menyumbang inflasi tertinggi adalah semen, rokok kretek filter, tomat sayur, telur ayam ras dan

tarif listrik. Kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh penurunan pasokan beras seiring dengan datangnya El Nino.

Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras lebih disebabkan oleh adanya larangan impor, sehingga harga jagung

naik tinggi yang berdampak pada kenaikan harga pakan. Adanya pembatasan impor grand parent stock (indukan) juga

membuat pasokan DOC terbatas. Ditambah lagi dengan adanya musim pancaroba yang membuat lebih dari 30% ayam

peternak mati, sehingga mengurangi pasokan ayam pedaging di akhir tahun. Kenaikan harga semen hanya terjadi di akhir

tahun seiring dengan berkurangnya pasokan semen lokal dan di sisi lain terjadi peningkatan luar biasa untuk penyelesaian

proyek pemerintah.

2.1. KONDISI UMUM

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

II III

NTTNASIONAL

IV

3,35%

4,92%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015II III

NTTNASIONAL

IV

1,08%

3,51%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 19

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan. Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi bulan Desember yang mencapai 2,46%, lebih besar dibanding total inflasi

NTT bulan Januari – November 2015 yang sebesar 2,40%. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh

tingginya kenaikan harga bahan makanan seiring dengan tingginya permintaan pada saat hari raya Natal dan

tahun baru serta tambahan permintaan selama puncak perayaan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN)

dan Natal bersama nasional yang dipusatkan di Kota Kupang. Kinerja inflasi yang sangat baik hingga bulan

September 2015 tidak dapat bertahan seiring dengan peningkatan yang cukup besar di triwulan IV 2015. Secara tahunan,

inflasi Provinsi NTT sebesar 4,92%, lebih besar dibanding nasional yang hanya sebesar 3,35%. Inflasi tahunan NTT

menduduki peringkat terbesar ketujuh di Indonesia dari 34 Provinsi setelah Maluku (6,10%), Kalimantan Barat (5,77%),

Sulawesi Utara (5,56%), Papua Barat (5,29%), Kalimantan Selatan (5,18%), Kalimantan Timur (5,11%) dan Sulawesi

Barat (5,07%).

Secara triwulanan, 5 provinsi di kawasan timur indonesia mengalami inflasi tertinggi di Indonesia. Provinsi NTT menjadi

provinsi dengan inflasi triwulanan tertinggi sebesar 3,51% (qtq), disusul oleh Provinsi Sulawesi utara (3,25%), Sulawesi

Tengah (3,24%), Papua (2,83%) dan Provinsi Maluku Utara (2,49%).

1.1.1 Inflasi Tahunan

Secara tahunan, Inflasi di Provinsi NTT mencapai 4,92%, jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang hanya

sebesar 3,35%. Tingginya inflasi bahan makanan terutama di akhir tahun dan makanan jadi, minuman dan

tembakau yang secara bertahap terus mengalami kenaikan di sepanjang tahun 2015 menjadi penyebab utama

tingginya inflasi di tahun 2015. Hilangnya pengaruh base effect kenaikan BBM di akhir tahun 2014 mampu meredam

inflasi di akhir tahun 2015. Berdasarkan komoditas, beras menjadi komoditas dengan andil inflasi tertinggi. Sepanjang

tahun rata-rata harga beras mengalami kenaikan hingga 16,04% (yoy), disusul oleh komoditas angkutan udara dengan

kenaikan rata-rata mencapai 17,85% (yoy), ikan kembung (23,80%), sawi putih (49,33%) dan daging ayam ras (24,19%).

Komoditas lainnya yang menyumbang inflasi tertinggi adalah semen, rokok kretek filter, tomat sayur, telur ayam ras dan

tarif listrik. Kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh penurunan pasokan beras seiring dengan datangnya El Nino.

Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras lebih disebabkan oleh adanya larangan impor, sehingga harga jagung

naik tinggi yang berdampak pada kenaikan harga pakan. Adanya pembatasan impor grand parent stock (indukan) juga

membuat pasokan DOC terbatas. Ditambah lagi dengan adanya musim pancaroba yang membuat lebih dari 30% ayam

peternak mati, sehingga mengurangi pasokan ayam pedaging di akhir tahun. Kenaikan harga semen hanya terjadi di akhir

tahun seiring dengan berkurangnya pasokan semen lokal dan di sisi lain terjadi peningkatan luar biasa untuk penyelesaian

proyek pemerintah.

2.1. KONDISI UMUM

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

II III

NTTNASIONAL

IV

3,35%

4,92%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015II III

NTTNASIONAL

IV

1,08%

3,51%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 19

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pada bulan Desember, Provinsi NTT mengalami puncak inflasi di tahun 2015 dengan inflasi mencapai 2,46% (mtm), jauh

lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi Natal dan tahun baru dalam 7 tahun terakhir yang hanya sebesar 1,51%. Inflasi

bahan makanan menjadi penyumbang utama kenaikan harga terutama pada komoditas daging ayam ras yang meningkat

hingga 40% (mtm) dibanding bulan sebelumnya. Dalam rangka menyambut natal dan tahun baru, produsen sudah

meningkatkan pasokan ayam hingga 20-25%. Namun demikian, adanya musim pancaroba membuat lebih dari 30%

ayam mengalami kematian. Dengan harga pakan yang meningkat, dan penambahan permintaan seiring dengan adanya

hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN) dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kupang, harga daging ayam

mengalami kenaikan hingga lebih dari 40%. Adanya even HKSN telah membuat harga tiket mengalami kenaikan yang

cukup besar. Adanya penurunan produksi semen dan tingginya permintaan proyek juga membuat semen menjadi langka.

Tarif listrik juga mengalami kenaikan serta tingginya permintaan bahan makanan selama hari raya Natal dan tahun baru

membuat inflasi meningkat signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan inflasi antar regional di Indonesia, inflasi tahunan dan triwulanan di Balinusra masih relatif

terkendali. Inflasi tahunan balinusra hanya sebesar 3,29%, demikian pula dengan inflasi triwulanan yang sebesar 1,39%.

Namun demikian, pendorong rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh rendahnya inflasi Bali dan NTB yang hanya sebesar

2,76% (yoy) dan 3,43% (yoy). Demikian pula, inflasi triwulanan Provinsi Bali tercatat hanya sebesar 0,78% (qtq) dan inflasi

NTB hanya sebesar 1,39% (qtq). Bandingkan dengan inflasi triwulanan NTT yang mencapai 3,51% (qtq).

Baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, bahan makanan pada triwulan IV 2015 menjadi

penyumbang utama inflasi di NTT. Penurunan pasokan komoditas bahan makanan antara lain disebabkan oleh

ketiadaan panen, kematian ternak dan berkurangnya hasil tangkapan ikan karena peralihan musim. Inflasi

komoditas makanan minuman dan tembakau juga tumbuh cukup tinggi seiring dengan adanya kenaikan cukai rokok

maupun kenaikan harga minuman dan makanan jadi. Komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga

mengalami kenaikan seiring dengan adanya kenaikan harga bahan bangunan dan kenaikan tarif listrik dengan daya 1.300

dan 2.200. Adapun inflasi komoditas transportasi, komunikasi dan jasa secara tahunan justru mengalami penurunan

seiring dengan turunnya harga bahan bakar dan hilangnya efek kenaikan BBM di akhir tahun 2014.

2.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 21

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

TAHUNAN

KA

LIM

AN

TAN

SULA

WES

I

BALI

NU

RSA

SUM

ATE

RA

JAW

A

SULA

WES

I

KA

LIM

AN

TAN

BALI

NU

RSA

SUM

ATE

RA

JAW

A

TRIWULAN

5,13

4,43

3,29 3,07 3,06

1,60 1,51 1,39 1,38 0,86

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2.76

3.43

4.92

0.78

1.39

3.50

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

BALI NTB NTT BALI NTB NTT

TAHUNAN TRIWULANAN

1.1.2 Inflasi Triwulanan

Inflasi NTT triwulanan IV 2015 mencapai 3,51% (qtq) tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia. Tingginya

inflasi terutama disebabkan oleh tingginya permintaan bahan makanan di bulan Desember 2015. Inflasi bahan

makanan menjadi penyumbang utama inflasi triwulanan. Delapan dari sepuluh komoditas penyumbang inflasi utama

Provinsi NTT berasal dari bahan makanan, antara lain ikan kembung, daging ayam, sawi putih, beras, tomat sayur, kubis,

wortel, buncis dan kangkung. Adapun dua komoditas di luar pangan hanyalah angkutan udara dan semen. Kenaikan

harga lebih disebabkan adanya even natal dan tahun baru serta natal bersama dan hari kesetiakawanan sosial nasional

yang diadakan di Kupang, sehingga permintaan bahan makanan dan biaya angkutan udara mengalami kenaikan cukup

tajam.

1.1.3 Inflasi Bulanan

Secara bulanan, inflasi mengalami kenaikan tertinggi pada bulan Desember 2015. Gejala tingginya inflasi

sudah terlihat di bulan September dan Oktober 2015, yaitu ketika secara nasional mengalami deflasi, NTT

justru mengalami inflasi dan terus meningkat hingga puncaknya di bulan Desember 2015 dengan nilai inflasi

mencapai 2,46% (mtm). Inflasi pada bulan Oktober sebesar 0,32% (mtm) dengan penyumbang utama komoditas beras

dikarenakan oleh menurunnya pasokan. Selain itu, ongkos angkutan udara juga mengalami kenaikan yang disebabkan

oleh adanya peningkatan permintaan angkutan udara menyambut libur Tahun Baru Islam. Inflasi sayur-sayuran lebih

disebabkan oleh pembalikan harga setelah di dua bulan sebelumnya cenderung mengalami deflasi.

Pada bulan November, inflasi di Provinsi NTT justru mengalami peningkatan dengan penyumbang utama kenaikan adalah

komoditas ikan kembung, beras, sepatu, pasir, tomat sayur dan batu. Mulai ramainya proses pengerjaan proyek membuat

biaya bahan bangunan mengalami kenaikan. Adanya pergantian musim juga menurunkan hasil tangkapan ikan

kembung, serta menurunnya stok beras juga masih membuat harga mengalami kenaikan walaupun tidak setinggi bulan

sebelumnya.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

BERAS

ANGKUTAN UDARA

BUNCIS

KANGKUNG

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

AYAM HIDUP

MIE

PASIR

PISANG

1,40

3,22

45,74

4,52

4,48

11,60

3,86

1,80

2,18

6,41

Komoditas

OktoberInflasi (%)

0,10

0,09

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,02

0,02

0,02

Andil (%)IKAN KEMBUNG

BERAS

SEPATU

PASIR

TOMAT SAYUR

BATU

SEPEDA MOTOR

TAUGE/KECAMBAH

BAWANG MERAH

WORTEL

31,44

0,88

18,68

3,60

15,56

10,52

2,34

33,35

13,24

17,24

Komoditas

NovemberInflasi (%)

0,37

0,06

0,04

0,04

0,04

0,04

0,03

0,03

0,02

0,02

Andil (%)DAGING AYAM RAS

SEMEN

ANGKUTAN UDARA

SAWI PUTIH

KANGKUNG

BERAS

BAYAM

TARIP LISTRIK

TOMAT SAYUR

SAWI HIJAU

40,02

13,81

9,62

41,61

18,29

1,46

41,99

2,69

26,03

60,68

Komoditas

DesemberInflasi (%)

0,38

0,32

0,27

0,25

0,11

0,10

0,09

0,07

0,07

0,07

Andil (%)

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Cabai Rawit

Telur Ayam Ras

Daging Ayam Ras

Besi Beton

Cabai Merah

Bayam

Ekor Kuning

Minyak Goreng

Cakalang/Sisik

Seng

(31,46)

(5,43)

(3,32)

(3,37)

(17,70)

(12,19)

(14,37)

(1,86)

(16,82)

(1,84)

Komoditas Inflasi (%) (0,05)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

Andil (%)Kakap Merah

Kangkung

Batako

Telur Ayam Ras

Angkutan Udara

Daging Ayam Kampung

Jeruk

Semangka

Cumi-cumi

Daun Seledri

(24,01)

(7,89)

(5,00)

(3,22)

(0,77)

(9,69)

(8,62)

(18,00)

(18,49)

(39,78)

Komoditas Inflasi (%) (0,06)

(0,05)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Andil (%)Lengkuas

Minyak Goreng

Jeruk

Pisang

Pasir

Daging Babi

Tas Tangan Wanita

Celana Panjang Bahan Drill

Baju Kaos Berkerah

Pembasmi Nyamuk Bakar

(14,81)

(1,67)

(10,93)

(4,19)

(1,21)

(2,17)

(20,19)

(5,23)

(6,35)

(5,11)

Komoditas Inflasi (%) (0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Andil (%)

Oktober November Desember

Sumber : BPS diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201520

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pada bulan Desember, Provinsi NTT mengalami puncak inflasi di tahun 2015 dengan inflasi mencapai 2,46% (mtm), jauh

lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi Natal dan tahun baru dalam 7 tahun terakhir yang hanya sebesar 1,51%. Inflasi

bahan makanan menjadi penyumbang utama kenaikan harga terutama pada komoditas daging ayam ras yang meningkat

hingga 40% (mtm) dibanding bulan sebelumnya. Dalam rangka menyambut natal dan tahun baru, produsen sudah

meningkatkan pasokan ayam hingga 20-25%. Namun demikian, adanya musim pancaroba membuat lebih dari 30%

ayam mengalami kematian. Dengan harga pakan yang meningkat, dan penambahan permintaan seiring dengan adanya

hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN) dan natal bersama nasional yang dipusatkan di Kupang, harga daging ayam

mengalami kenaikan hingga lebih dari 40%. Adanya even HKSN telah membuat harga tiket mengalami kenaikan yang

cukup besar. Adanya penurunan produksi semen dan tingginya permintaan proyek juga membuat semen menjadi langka.

Tarif listrik juga mengalami kenaikan serta tingginya permintaan bahan makanan selama hari raya Natal dan tahun baru

membuat inflasi meningkat signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan inflasi antar regional di Indonesia, inflasi tahunan dan triwulanan di Balinusra masih relatif

terkendali. Inflasi tahunan balinusra hanya sebesar 3,29%, demikian pula dengan inflasi triwulanan yang sebesar 1,39%.

Namun demikian, pendorong rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh rendahnya inflasi Bali dan NTB yang hanya sebesar

2,76% (yoy) dan 3,43% (yoy). Demikian pula, inflasi triwulanan Provinsi Bali tercatat hanya sebesar 0,78% (qtq) dan inflasi

NTB hanya sebesar 1,39% (qtq). Bandingkan dengan inflasi triwulanan NTT yang mencapai 3,51% (qtq).

Baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, bahan makanan pada triwulan IV 2015 menjadi

penyumbang utama inflasi di NTT. Penurunan pasokan komoditas bahan makanan antara lain disebabkan oleh

ketiadaan panen, kematian ternak dan berkurangnya hasil tangkapan ikan karena peralihan musim. Inflasi

komoditas makanan minuman dan tembakau juga tumbuh cukup tinggi seiring dengan adanya kenaikan cukai rokok

maupun kenaikan harga minuman dan makanan jadi. Komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga

mengalami kenaikan seiring dengan adanya kenaikan harga bahan bangunan dan kenaikan tarif listrik dengan daya 1.300

dan 2.200. Adapun inflasi komoditas transportasi, komunikasi dan jasa secara tahunan justru mengalami penurunan

seiring dengan turunnya harga bahan bakar dan hilangnya efek kenaikan BBM di akhir tahun 2014.

2.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 21

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

TAHUNAN

KA

LIM

AN

TAN

SULA

WES

I

BALI

NU

RSA

SUM

ATE

RA

JAW

A

SULA

WES

I

KA

LIM

AN

TAN

BALI

NU

RSA

SUM

ATE

RA

JAW

A

TRIWULAN

5,13

4,43

3,29 3,07 3,06

1,60 1,51 1,39 1,38 0,86

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2.76

3.43

4.92

0.78

1.39

3.50

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

BALI NTB NTT BALI NTB NTT

TAHUNAN TRIWULANAN

1.1.2 Inflasi Triwulanan

Inflasi NTT triwulanan IV 2015 mencapai 3,51% (qtq) tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia. Tingginya

inflasi terutama disebabkan oleh tingginya permintaan bahan makanan di bulan Desember 2015. Inflasi bahan

makanan menjadi penyumbang utama inflasi triwulanan. Delapan dari sepuluh komoditas penyumbang inflasi utama

Provinsi NTT berasal dari bahan makanan, antara lain ikan kembung, daging ayam, sawi putih, beras, tomat sayur, kubis,

wortel, buncis dan kangkung. Adapun dua komoditas di luar pangan hanyalah angkutan udara dan semen. Kenaikan

harga lebih disebabkan adanya even natal dan tahun baru serta natal bersama dan hari kesetiakawanan sosial nasional

yang diadakan di Kupang, sehingga permintaan bahan makanan dan biaya angkutan udara mengalami kenaikan cukup

tajam.

1.1.3 Inflasi Bulanan

Secara bulanan, inflasi mengalami kenaikan tertinggi pada bulan Desember 2015. Gejala tingginya inflasi

sudah terlihat di bulan September dan Oktober 2015, yaitu ketika secara nasional mengalami deflasi, NTT

justru mengalami inflasi dan terus meningkat hingga puncaknya di bulan Desember 2015 dengan nilai inflasi

mencapai 2,46% (mtm). Inflasi pada bulan Oktober sebesar 0,32% (mtm) dengan penyumbang utama komoditas beras

dikarenakan oleh menurunnya pasokan. Selain itu, ongkos angkutan udara juga mengalami kenaikan yang disebabkan

oleh adanya peningkatan permintaan angkutan udara menyambut libur Tahun Baru Islam. Inflasi sayur-sayuran lebih

disebabkan oleh pembalikan harga setelah di dua bulan sebelumnya cenderung mengalami deflasi.

Pada bulan November, inflasi di Provinsi NTT justru mengalami peningkatan dengan penyumbang utama kenaikan adalah

komoditas ikan kembung, beras, sepatu, pasir, tomat sayur dan batu. Mulai ramainya proses pengerjaan proyek membuat

biaya bahan bangunan mengalami kenaikan. Adanya pergantian musim juga menurunkan hasil tangkapan ikan

kembung, serta menurunnya stok beras juga masih membuat harga mengalami kenaikan walaupun tidak setinggi bulan

sebelumnya.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

BERAS

ANGKUTAN UDARA

BUNCIS

KANGKUNG

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

AYAM HIDUP

MIE

PASIR

PISANG

1,40

3,22

45,74

4,52

4,48

11,60

3,86

1,80

2,18

6,41

Komoditas

OktoberInflasi (%)

0,10

0,09

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,02

0,02

0,02

Andil (%)IKAN KEMBUNG

BERAS

SEPATU

PASIR

TOMAT SAYUR

BATU

SEPEDA MOTOR

TAUGE/KECAMBAH

BAWANG MERAH

WORTEL

31,44

0,88

18,68

3,60

15,56

10,52

2,34

33,35

13,24

17,24

Komoditas

NovemberInflasi (%)

0,37

0,06

0,04

0,04

0,04

0,04

0,03

0,03

0,02

0,02

Andil (%)DAGING AYAM RAS

SEMEN

ANGKUTAN UDARA

SAWI PUTIH

KANGKUNG

BERAS

BAYAM

TARIP LISTRIK

TOMAT SAYUR

SAWI HIJAU

40,02

13,81

9,62

41,61

18,29

1,46

41,99

2,69

26,03

60,68

Komoditas

DesemberInflasi (%)

0,38

0,32

0,27

0,25

0,11

0,10

0,09

0,07

0,07

0,07

Andil (%)

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Cabai Rawit

Telur Ayam Ras

Daging Ayam Ras

Besi Beton

Cabai Merah

Bayam

Ekor Kuning

Minyak Goreng

Cakalang/Sisik

Seng

(31,46)

(5,43)

(3,32)

(3,37)

(17,70)

(12,19)

(14,37)

(1,86)

(16,82)

(1,84)

Komoditas Inflasi (%) (0,05)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

Andil (%)Kakap Merah

Kangkung

Batako

Telur Ayam Ras

Angkutan Udara

Daging Ayam Kampung

Jeruk

Semangka

Cumi-cumi

Daun Seledri

(24,01)

(7,89)

(5,00)

(3,22)

(0,77)

(9,69)

(8,62)

(18,00)

(18,49)

(39,78)

Komoditas Inflasi (%) (0,06)

(0,05)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Andil (%)Lengkuas

Minyak Goreng

Jeruk

Pisang

Pasir

Daging Babi

Tas Tangan Wanita

Celana Panjang Bahan Drill

Baju Kaos Berkerah

Pembasmi Nyamuk Bakar

(14,81)

(1,67)

(10,93)

(4,19)

(1,21)

(2,17)

(20,19)

(5,23)

(6,35)

(5,11)

Komoditas Inflasi (%) (0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Andil (%)

Oktober November Desember

Sumber : BPS diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201520

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tahun 2015 mengalami deflasi 0,19% (yoy) terutama

disebabkan oleh hilangnya base effect kenaikan BBM di akhir tahun sebelumnya, dan disertai dengan

penurunan harga bensin, solar dan angkutan dalam kota. Tingginya kenaikan tarif angkutan udara menjadi

penghambat terjadinya deflasi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Harga

bensin mengalami penurunan -14,26% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Solar juga mengalami penurunan -10,67%

(yoy) dan angkutan dalam kota juga turun sebesar -8,07% (yoy). Penurunan harga BBM dilakukan seiring kebijakan

pemerintah untuk menyesuaikan harga secara periodikal dan adanya penurunan minyak dunia. Turunnya ongkos

angkutan dalam kota sesuai dengan Keputusan Bupati untuk turun menurunkan tarif angkutan seiring dengan penurunan

harga BBM. Satu-satunya kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tarif angkutan udara yang lebih disebabkan oleh

tingginya permintaan bertepatan dengan pelaksanaan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN) yang mampu

menghadirkan ratusan peserta ke Kupang.

2.2.3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tahun 2015 sebesar 3,16% (yoy), relatif terkendali

dibandingkan realisasi inflasi tahun sebelumnya yang sebesar 6,90% (yoy). Secara triwulanan, inflasi komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 2,26% terutama disebabkan oleh meningkatnya

harga bahan bangunan seperti semen, pasir dan batu seiring dengan banyaknya permintaan menjelang akhir tahun

anggaran.

Grafik 2. 9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS, diolah

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

tahunan

triwulan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

Oct Nov Dec

3,16

2,26

1,81

Oct Nov Dec

Oct Nov Dec

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%

Grafik 2. 7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

YOY QTQ MTM

-7%

-2%

4%

9%

14%

19%

24%

Sumber : BPS, diolah

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

triwulan

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

Oct Nov Dec

(1,04)

2,25

1,54

Oct Nov Dec

Oct Nov Dec

tahunan

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 23

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITI

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

121,2

112,7

130,6

120,0

120,0

111,5

123,3

131,3

122,0

114,7

131,0

120,5

121,5

112,1

123,3

131,4

DES

125,0

122,0

132,7

122,7

120,4

112,7

123,5

133,5

YOY

4,92

8,95

8,50

3,16

5,71

5,32

5,91

(1,04)

MTM

0,32

0,43

0,41

0,01

0,40

(0,09)

0,23

0,55

0,70

1,83

0,29

0,43

1,27

0,50

(0,01)

0,14

2,46

6,38

1,32

1,81

(0,90)

0,52

0,14

1,54

QTQ

3,51

8,79

2,03

2,26

0,76

0,93

0,35

2,25

OKT NOV DES

2.2.1 Bahan Makanan

Inflasi komoditas bahan makanan mengalami kenaikan signifikan di triwulan IV 2015. Tanda-tanda pergerakan inflasi

sudah terlihat pada bulan Oktober seiring dengan adanya kenaikan harga padi-padian terutama beras, semakin

meningkat di bulan November 2015 dengan nilai inflasi mencapai 1,83% (mtm) dan meningkat signifikan di bulan

Desember dengan inflasi sebesar 6,38% (mtm). Kenaikan permintaan lebih disebabkan oleh kondisi permintaan yang

lebih besar dibanding pasokan, terlebih pada akhir tahun 2015 seiring dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru

serta penyelenggaraan dua even nasional. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh inflasi pada triwulan IV 2015 yang

meningkat 8,79% (qtq) dan membuat inflasi tahunan menjadi sebesar 8,95% (yoy).

Berdasarkan sub kelompok komoditas pembentuknya, baik secara triwulanan dan tahunan, sub kelompok komoditas

sayur-sayuran menjadi penyebab utama tingginya inflasi bahan makanan, diikuti oleh sub kelompok komoditas padi-

padian serta daging dan hasil-hasilnya. Secara triwulanan, sub kelompok komoditas ikan segar juga menjadi penyumbang

inflasi tertinggi seiring dengan minimnya hasil tangkapan ikan pada musim pancaroba. Secara rata-rata, harga sayur-

sayuran telah naik hingga 22,36% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Demikian pula dengan komoditas padi-padian serta

daging dan hasil-hasilnya yang mengalami kenaikan hingga 15,10% (yoy) dan 14,42% (yoy). Ikan segar secara tahunan

mengalami deflasi -1.16% (yoy) walaupun secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 16,83% (qtq). Adapun komoditas

lainnya yang mengalami deflasi antara lain sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, lemak dan minyak serta kacang-

kacangan. Adanya El Nino membuat penggantian tanaman komoditas cabe-cabean mundur dari jadwal yang biasanya

terjadi di bulan Desember 2015. Selain itu, adanya program gerakan tanam cabe di musim kering juga membuat stok cabe

cukup melimpah yang terlihat dari deflasi harga cabe hingga di atas 50%. Kondisi kering El Nino juga relatif cocok untuk

tanaman kacang-kacangan sehingga pasokan meningkat. Penurunan harga minyak lebih disebabkan oleh rendahnya

harga minyak internasional yang berimbas kepada harga domestik.

Grafik 2. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Padi padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

-20-10

010203040

Oct Nov Dec

8,95

8,79

6,38

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201522

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tahun 2015 mengalami deflasi 0,19% (yoy) terutama

disebabkan oleh hilangnya base effect kenaikan BBM di akhir tahun sebelumnya, dan disertai dengan

penurunan harga bensin, solar dan angkutan dalam kota. Tingginya kenaikan tarif angkutan udara menjadi

penghambat terjadinya deflasi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Harga

bensin mengalami penurunan -14,26% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Solar juga mengalami penurunan -10,67%

(yoy) dan angkutan dalam kota juga turun sebesar -8,07% (yoy). Penurunan harga BBM dilakukan seiring kebijakan

pemerintah untuk menyesuaikan harga secara periodikal dan adanya penurunan minyak dunia. Turunnya ongkos

angkutan dalam kota sesuai dengan Keputusan Bupati untuk turun menurunkan tarif angkutan seiring dengan penurunan

harga BBM. Satu-satunya kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tarif angkutan udara yang lebih disebabkan oleh

tingginya permintaan bertepatan dengan pelaksanaan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN) yang mampu

menghadirkan ratusan peserta ke Kupang.

2.2.3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tahun 2015 sebesar 3,16% (yoy), relatif terkendali

dibandingkan realisasi inflasi tahun sebelumnya yang sebesar 6,90% (yoy). Secara triwulanan, inflasi komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 2,26% terutama disebabkan oleh meningkatnya

harga bahan bangunan seperti semen, pasir dan batu seiring dengan banyaknya permintaan menjelang akhir tahun

anggaran.

Grafik 2. 9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS, diolah

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

tahunan

triwulan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

Oct Nov Dec

3,16

2,26

1,81

Oct Nov Dec

Oct Nov Dec

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%

Grafik 2. 7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

YOY QTQ MTM

-7%

-2%

4%

9%

14%

19%

24%

Sumber : BPS, diolah

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

triwulan

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

Oct Nov Dec

(1,04)

2,25

1,54

Oct Nov Dec

Oct Nov Dec

tahunan

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 23

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITI

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

121,2

112,7

130,6

120,0

120,0

111,5

123,3

131,3

122,0

114,7

131,0

120,5

121,5

112,1

123,3

131,4

DES

125,0

122,0

132,7

122,7

120,4

112,7

123,5

133,5

YOY

4,92

8,95

8,50

3,16

5,71

5,32

5,91

(1,04)

MTM

0,32

0,43

0,41

0,01

0,40

(0,09)

0,23

0,55

0,70

1,83

0,29

0,43

1,27

0,50

(0,01)

0,14

2,46

6,38

1,32

1,81

(0,90)

0,52

0,14

1,54

QTQ

3,51

8,79

2,03

2,26

0,76

0,93

0,35

2,25

OKT NOV DES

2.2.1 Bahan Makanan

Inflasi komoditas bahan makanan mengalami kenaikan signifikan di triwulan IV 2015. Tanda-tanda pergerakan inflasi

sudah terlihat pada bulan Oktober seiring dengan adanya kenaikan harga padi-padian terutama beras, semakin

meningkat di bulan November 2015 dengan nilai inflasi mencapai 1,83% (mtm) dan meningkat signifikan di bulan

Desember dengan inflasi sebesar 6,38% (mtm). Kenaikan permintaan lebih disebabkan oleh kondisi permintaan yang

lebih besar dibanding pasokan, terlebih pada akhir tahun 2015 seiring dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru

serta penyelenggaraan dua even nasional. Tingginya inflasi terutama disebabkan oleh inflasi pada triwulan IV 2015 yang

meningkat 8,79% (qtq) dan membuat inflasi tahunan menjadi sebesar 8,95% (yoy).

Berdasarkan sub kelompok komoditas pembentuknya, baik secara triwulanan dan tahunan, sub kelompok komoditas

sayur-sayuran menjadi penyebab utama tingginya inflasi bahan makanan, diikuti oleh sub kelompok komoditas padi-

padian serta daging dan hasil-hasilnya. Secara triwulanan, sub kelompok komoditas ikan segar juga menjadi penyumbang

inflasi tertinggi seiring dengan minimnya hasil tangkapan ikan pada musim pancaroba. Secara rata-rata, harga sayur-

sayuran telah naik hingga 22,36% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Demikian pula dengan komoditas padi-padian serta

daging dan hasil-hasilnya yang mengalami kenaikan hingga 15,10% (yoy) dan 14,42% (yoy). Ikan segar secara tahunan

mengalami deflasi -1.16% (yoy) walaupun secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 16,83% (qtq). Adapun komoditas

lainnya yang mengalami deflasi antara lain sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, lemak dan minyak serta kacang-

kacangan. Adanya El Nino membuat penggantian tanaman komoditas cabe-cabean mundur dari jadwal yang biasanya

terjadi di bulan Desember 2015. Selain itu, adanya program gerakan tanam cabe di musim kering juga membuat stok cabe

cukup melimpah yang terlihat dari deflasi harga cabe hingga di atas 50%. Kondisi kering El Nino juga relatif cocok untuk

tanaman kacang-kacangan sehingga pasokan meningkat. Penurunan harga minyak lebih disebabkan oleh rendahnya

harga minyak internasional yang berimbas kepada harga domestik.

Grafik 2. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Padi padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

-20-10

010203040

Oct Nov Dec

8,95

8,79

6,38

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201522

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2.3.1 Kelompok Volatile Foods

Inflasi komoditas yang bergejolak (volatile foods) pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan.

Tingginya inflasi terutama disumbang oleh inflasi bulan Desember 2015 yang mencapai 6,34% (mtm), dan

menjadi inflasi tertinggi dalam 10 tahun terakhir, bahkan lebih tinggi dari inflasi karena sentimen negatif

paska kenaikan harga BBM. Tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan menjadi

penyebab utama inflasi di triwulan IV 2015. Adanya perayaan hari raya natal dan tahun baru, serta perayaan HKSN dan

natal bersama nasional membuat permintaan bahan makanan mengalami peningkatan signfikan seiring dengan adanya

kunjungan ribuan tamu dalam acara tersebut. Konsumsi bahan makanan juga mengalami kenaikan signifikan setiap hari

raya Natal. Di sisi lain, pasokan beberapa komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan. Pasokan ikan

mengalami penurunan seiring dengan adanya musim pancaroba yang membuat ikan tidak mau memakan umpan yang

dipasang. lebih dari 30% ayam ras mati karena terkena penyakit selama perubahan musim. Pasokan beras juga masih

relatif terbatas walaupun kondisi persediaan di tingkat pedagang besar masih tersedia. Pasokan sayur-sayuran relatif tetap

padahal terdapat peningkatan permintaan yang cukup tinggi. Selain itu, terdapat peningkatan biaya produksi seperti

kenaikan harga pakan ternak yang berdampak pada kenaikan harga daging ayam ras. Adanya pembatasan impor indukan

ayam ras (GPS) juga membuat peningkatan pasokan ayam hanya dapat dialokasikan sebesar 25% dari kondisi normal.

Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mencapai 9,43% (yoy). Padi-padian menjadi penyumbang utama inflasi

volatile food, disusul oleh komoditas sayur-sayuran, daging dan hasil-hasilnya dan telur, susu dan hasil-hasilnya. Sepanjang

tahun 2015, harga rata-rata bumbu-bumbuan justru dapat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan harga terutama pada komoditas cabe-cabean seiring dengan banyaknya pasokan di pasar yang salah satunya

disumbang oleh panen Perdana program gerakan tanam cabe di musim kemarau (GTCK) yang terjadi di bulan Oktober

2015.

2.3.2 Kelompok Administered Prices

Secara triwulanan, Inflasi administered price pada triwulan III 2015 mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga tembakau dan minuman beralkohol,

kenaikan tarif listrik dan kenaikan tarif angkutan udara di akhir tahun 2015. kenaikan inflasi tembakau dan

minuman beralkohol seiring dengan kenaikan cukai rokok dan minuman beralkohol yang dibebankan secara bertahap.

Selain itu terdapat kenaikan harga sirih yang cukup tinggi di triwulan IV 2015 hingga 33,34% (qtq) dan menyumbang

inflasi hingga sebesar 0,02 (sum qtq). Kenaikan tarif listrik bersubsidi dengan daya 1.300 dan 2.200 watt juga mampu

meningkatkan inflasi hingga 2,46% (qtq) dan menyumbang inflasi sebesar 0,07% (sum qtq). Tingginya permintaan

angkutan udara seiring dengan adanya perayaan HKSN juga telah meningkatkan harga tarif pesawat udara secara cukup

signifikan.

Walaupun sub kelompok komoditas transportasi secara triwulanan mengalami kenaikan, namun secara tahunan justru

mengalami penurunan. Telah hilangnya pengaruh efek tahun dasar kenaikan BBM di tahun 2014 menjadi penyebab

utama penurunan inflasi. Selain itu, adanya penurunan harga bensin dan solar, serta penurunan tarif angkutan dalam

kota, mampu meredam kenaikan tarif angkutan udara, sehingga inflasi justru mengalami deflasi dibanding tahun

sebelumnya. Inflasi terutama masih disebabkan oleh adanya kenaikan bertahap cukai rokok dan minuman beralkohol.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 25

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

-4.5

-2.5

-0.5

1.5

3.5

5.5

7.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (MTM) CORE VOL FOOD ADM PRICE

Grafik 2. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (YOY) INF CORE INF VF INF AP

10 11 12

10 11 12

2014 2015

2014 2015

2.2.4 Komoditas Lainnya

Komoditas makanan, minuman dan tembakau menjadi komoditas dengan inflasi tahunan tertinggi kedua setelah inflasi

bahan makanan. Nilai inflasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 8,50% (yoy) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan

cukai rokok, dan kenaikan harga makanan jadi dan minuman. kenaikan harga hampir terjadi di sepanjang tahun 2015 oleh

berbagai macam jenis makanan jadi dan minuman tak beralkohol. Sedangkan kenaikan cukai disesuaikan sepanjang

tahun agar kenaikan harga rokok dan tembakau tidak terlalu signifikan.

Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi penyumbang inflasi terbesar ketiga setelah

inflasi komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau. tingginya inflasi terutama disebabkan oleh

adanya kenaikan biaya sekolah dari kelompok bermain hingga sekolah menengah pertama yang naik tinggi pada awal

tahun ajaran baru. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV relatif rendah dikarenakan kenaikan besar biasanya hanya

terjadi sekali dalam setahun dan sudah mengalami kenaikan pada triwulan III 2015. Secara tahunan, inflasi komoditas sandang pada tahun 2015 mencapai sebesar 5,71% (yoy) terutama disebabkan oleh

adanya kenaikan harga sandang menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015. Pada triwulan IV 2015, kenaikan harga relatif rendah

dan cenderung menurun di akhir tahun dikarenakan adanya penurunan harga untuk memenuhi target penjualan dan

dalam rangka mengganti model sandang.

Berdasarkan disagregasi inflasi, administered price mampu menjadi faktor yang menahan laju inflasi, dengan

angka inflasi yang tercatat hanya sebesar 1,69% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. inflasi inti tumbuh

moderat dengan nilai sebesar 4,79% dan inflasi volatile food mengalami kenaikan signifikan seiring dengan

kenaikan permintaan menjelang akhir tahun. Rendahnya inflasi administered price terutama disebabkan oleh

hilangnya faktor based effect atas kenaikan BBM di tahun sebelumnya. Bahkan, harga bensin, solar dan angkutan dalam

kota justru mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dikarenakan pengaruh penurunan harga minyak dunia.

Kenaikan inflasi pada administered price terjadi pada kenaikan cukai rokok dan tembakau serta adanya kenaikan tarif

listrik di bulan Desember untuk pengguna listrik dengan daya 1.300 dan 2.200 watt.

Inflasi tinggi justru terjadi komoditas volatile food terutama di bulan Desember 2015 dikarenakan oleh tingginya

permintaan dalam rangka menyambut natal dan tahun baru tidak diimbangi oleh suplai pasokan yang ada.

2.3. DISAGREGASI INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201524

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2.3.1 Kelompok Volatile Foods

Inflasi komoditas yang bergejolak (volatile foods) pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan signifikan.

Tingginya inflasi terutama disumbang oleh inflasi bulan Desember 2015 yang mencapai 6,34% (mtm), dan

menjadi inflasi tertinggi dalam 10 tahun terakhir, bahkan lebih tinggi dari inflasi karena sentimen negatif

paska kenaikan harga BBM. Tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan menjadi

penyebab utama inflasi di triwulan IV 2015. Adanya perayaan hari raya natal dan tahun baru, serta perayaan HKSN dan

natal bersama nasional membuat permintaan bahan makanan mengalami peningkatan signfikan seiring dengan adanya

kunjungan ribuan tamu dalam acara tersebut. Konsumsi bahan makanan juga mengalami kenaikan signifikan setiap hari

raya Natal. Di sisi lain, pasokan beberapa komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan. Pasokan ikan

mengalami penurunan seiring dengan adanya musim pancaroba yang membuat ikan tidak mau memakan umpan yang

dipasang. lebih dari 30% ayam ras mati karena terkena penyakit selama perubahan musim. Pasokan beras juga masih

relatif terbatas walaupun kondisi persediaan di tingkat pedagang besar masih tersedia. Pasokan sayur-sayuran relatif tetap

padahal terdapat peningkatan permintaan yang cukup tinggi. Selain itu, terdapat peningkatan biaya produksi seperti

kenaikan harga pakan ternak yang berdampak pada kenaikan harga daging ayam ras. Adanya pembatasan impor indukan

ayam ras (GPS) juga membuat peningkatan pasokan ayam hanya dapat dialokasikan sebesar 25% dari kondisi normal.

Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mencapai 9,43% (yoy). Padi-padian menjadi penyumbang utama inflasi

volatile food, disusul oleh komoditas sayur-sayuran, daging dan hasil-hasilnya dan telur, susu dan hasil-hasilnya. Sepanjang

tahun 2015, harga rata-rata bumbu-bumbuan justru dapat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan harga terutama pada komoditas cabe-cabean seiring dengan banyaknya pasokan di pasar yang salah satunya

disumbang oleh panen Perdana program gerakan tanam cabe di musim kemarau (GTCK) yang terjadi di bulan Oktober

2015.

2.3.2 Kelompok Administered Prices

Secara triwulanan, Inflasi administered price pada triwulan III 2015 mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga tembakau dan minuman beralkohol,

kenaikan tarif listrik dan kenaikan tarif angkutan udara di akhir tahun 2015. kenaikan inflasi tembakau dan

minuman beralkohol seiring dengan kenaikan cukai rokok dan minuman beralkohol yang dibebankan secara bertahap.

Selain itu terdapat kenaikan harga sirih yang cukup tinggi di triwulan IV 2015 hingga 33,34% (qtq) dan menyumbang

inflasi hingga sebesar 0,02 (sum qtq). Kenaikan tarif listrik bersubsidi dengan daya 1.300 dan 2.200 watt juga mampu

meningkatkan inflasi hingga 2,46% (qtq) dan menyumbang inflasi sebesar 0,07% (sum qtq). Tingginya permintaan

angkutan udara seiring dengan adanya perayaan HKSN juga telah meningkatkan harga tarif pesawat udara secara cukup

signifikan.

Walaupun sub kelompok komoditas transportasi secara triwulanan mengalami kenaikan, namun secara tahunan justru

mengalami penurunan. Telah hilangnya pengaruh efek tahun dasar kenaikan BBM di tahun 2014 menjadi penyebab

utama penurunan inflasi. Selain itu, adanya penurunan harga bensin dan solar, serta penurunan tarif angkutan dalam

kota, mampu meredam kenaikan tarif angkutan udara, sehingga inflasi justru mengalami deflasi dibanding tahun

sebelumnya. Inflasi terutama masih disebabkan oleh adanya kenaikan bertahap cukai rokok dan minuman beralkohol.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 25

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

-4.5

-2.5

-0.5

1.5

3.5

5.5

7.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (MTM) CORE VOL FOOD ADM PRICE

Grafik 2. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (YOY) INF CORE INF VF INF AP

10 11 12

10 11 12

2014 2015

2014 2015

2.2.4 Komoditas Lainnya

Komoditas makanan, minuman dan tembakau menjadi komoditas dengan inflasi tahunan tertinggi kedua setelah inflasi

bahan makanan. Nilai inflasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 8,50% (yoy) terutama disebabkan oleh adanya kenaikan

cukai rokok, dan kenaikan harga makanan jadi dan minuman. kenaikan harga hampir terjadi di sepanjang tahun 2015 oleh

berbagai macam jenis makanan jadi dan minuman tak beralkohol. Sedangkan kenaikan cukai disesuaikan sepanjang

tahun agar kenaikan harga rokok dan tembakau tidak terlalu signifikan.

Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi penyumbang inflasi terbesar ketiga setelah

inflasi komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau. tingginya inflasi terutama disebabkan oleh

adanya kenaikan biaya sekolah dari kelompok bermain hingga sekolah menengah pertama yang naik tinggi pada awal

tahun ajaran baru. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV relatif rendah dikarenakan kenaikan besar biasanya hanya

terjadi sekali dalam setahun dan sudah mengalami kenaikan pada triwulan III 2015. Secara tahunan, inflasi komoditas sandang pada tahun 2015 mencapai sebesar 5,71% (yoy) terutama disebabkan oleh

adanya kenaikan harga sandang menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015. Pada triwulan IV 2015, kenaikan harga relatif rendah

dan cenderung menurun di akhir tahun dikarenakan adanya penurunan harga untuk memenuhi target penjualan dan

dalam rangka mengganti model sandang.

Berdasarkan disagregasi inflasi, administered price mampu menjadi faktor yang menahan laju inflasi, dengan

angka inflasi yang tercatat hanya sebesar 1,69% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. inflasi inti tumbuh

moderat dengan nilai sebesar 4,79% dan inflasi volatile food mengalami kenaikan signifikan seiring dengan

kenaikan permintaan menjelang akhir tahun. Rendahnya inflasi administered price terutama disebabkan oleh

hilangnya faktor based effect atas kenaikan BBM di tahun sebelumnya. Bahkan, harga bensin, solar dan angkutan dalam

kota justru mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dikarenakan pengaruh penurunan harga minyak dunia.

Kenaikan inflasi pada administered price terjadi pada kenaikan cukai rokok dan tembakau serta adanya kenaikan tarif

listrik di bulan Desember untuk pengguna listrik dengan daya 1.300 dan 2.200 watt.

Inflasi tinggi justru terjadi komoditas volatile food terutama di bulan Desember 2015 dikarenakan oleh tingginya

permintaan dalam rangka menyambut natal dan tahun baru tidak diimbangi oleh suplai pasokan yang ada.

2.3. DISAGREGASI INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201524

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tingginya inflasi komoditas bahan makanan sebenarnya sudah terdeteksi pada rapat koordinasi TPID pada tanggal 28

Oktober 2015. Pada rapat tersebut disampaikan komoditas-komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi seperti

komoditas sayur-sayuran, beras, ikan kembung, telur ayam dan daging ayam ras. Namun demikian, tingginya peserta

dalam rangka HKSN dan Natal bersama nasional di luar perkiraan TPID, sehingga inflasi angkutan udara justru terjadi dan

di luar perhitungan TPID. Pasokan daging ayam ras juga sudah meningkat lebih kurang 25% untuk menyambut hari Natal

dan tahun baru. Namun adanya pergantian musim yang membuat lebih dari 30% ayam ras mati juga luput dari

pengawasan, sehingga sumbangan inflasi terhadap inflasi kota Kupang cukup besar. Penurunan produksi PT Semen

Kupang akibat dari ketidakstabilan pasokan listrik juga membuat pasokan semen mengalami penurunan. Di sisi lain,

tekanan permintaan semen untuk penyelesaian proyek pemerintah juga cukup besar, hingga terjadi kelangkaan semen di

pasar. .

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Berbeda dengan Inflasi di Kota Kupang, inflasi di Kota Maumere jauh lebih terkendali. Secara triwulanan,

inflasi Kota Maumere hanya sebesar 1,58%, relatif terjaga di tengah perayaan Natal yang dirayakan oleh

sebagian besar penduduknya. Bahan makanan masih menjadi penyebab utama inflasi terutama komoditas ikan segar

yang disebabkan oleh turunnya tangkapan ikan seiring dengan datangnya peralihan musim dan menurunnya pasokan

sayur.

Secara tahunan, inflasi Kota Maumere sebesar 3,89% (yoy) lebih rendah dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92% (yoy).

Tingginya kenaikan harga padi-padian hingga 19,63% (yoy) menjadi penyebab utama inflasi di Kota Maumere, disusul

oleh kenaikan harga daging dan hasil-hasilnya hingga 33,86% (yoy). Adanya permasalahan kesulitan dalam mendapatkan

DOC ayam kampung di awal tahun membuat harga ayam hidup di Kota Maumere mengalami kenaikan hingga 61,92%

(yoy) dibanding tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan biaya pendidikan menjadi penyumbang terbesar ketiga inflasi di

Kota Maumere. secara total, biaya pendidikan mengalami kenaikan 20,03% dengan kenaikan tertinggi pada biaya

pendidikan taman kanak-kanak yang meningkat hingga 84,00% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Hampir semua biaya

pendidikan baik formal maupun non formal mengalami kenaikan biaya di sepanjang tahun 2015.

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

122,0

113,8

129,9

121,1

121,7

111,8

120,8

133,3

122,9

115,9

130,3

121,6

123,5

112,4

120,7

133,5

DES

126,2

123,9

132,2

124,1

122,2

112,9

120,9

135,9

YOY

5,07

9,55

8,63

3,34

6,32

5,56

4,36

(0,51)

MTMYTD

5,07

9,55

8,63

3,34

6,32

5,56

4,36

(0,51)

0,37

0,41

0,46

0,01

0,46

(0,11)

0,27

0,91

0,72

1,93

0,31

0,40

1,48

0,49

(0,04)

0,11

2,67

6,88

1,45

2,01

(1,06)

0,47

0,17

1,80

QTQ

3,79

9,38

2,23

2,43

0,87

0,86

0,39

2,84

OKT NOV DES

Grafik 2.17. Inflasi Tahunan Kota Maumere

II III IV I II III IV I IIIII IV I2012 2013 2014 2015

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Sumber : BPS, diolah

I

NTTMAUMERE

III-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS, diolah

II

NTTMAUMERE

III

Grafik 2.19. Inflasi Bulanan Kota Maumere

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

4 5 6

NTTMAUMERE

7 8 9

IVIV

10 11 123,89%

4,92%

1,58%

3,51%

-1,5%

-0,5%

0,5%

1,5%

2,5%

3,5%

4,5%

2,46%

1,03%

0,70%

0,59%0,32%

-0,04%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 27

2.3.3 Kelompok Inti (core)

Inflasi kelompok inti masih relatif terkendali dalam satu tahun terakhir. Makanan jadi masih menjadi penyumbang inflasi

tahunan, diikuti oleh sub kelompok komoditas pendidikan dan minuman tak beralkohol. Kenaikan biaya produksi, tarif

sekolah dan ongkos angkutan diduga menjadi penyebab utama kenaikan inflasi inti.

Secara triwulanan, inflasi kelompok inti pada triwulan IV 2015 relatif terjaga dengan nilai inflasi hanya sebesar 1,49%

(qtq). Tidak terdapat kenaikan maupun penurunan harga komponen pembentuknya secara signifikan. Namun demikian

secara bulanan, kenaikan inflasi inti relatif cukup besar. Inflasi sub kelompok komoditas biaya tempat tinggal menjadi

penyebab utama kenaikan seiring dengan langkanya pasokan semen dan meningkatnya harga bahan bangunan lainnya.

Kerusakan listrik PLN turut mempengaruhi volume produksi PT Semen Kupang. Selain itu, makanan jadi dan minuman tak

beralkohol juga mengalami kenaikan harga di akhir tahun 2015 walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Inflasi Kota Kupang pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dengan nilai inflasi

sebesar 3,79% (qtq), kota Kupang menjadi kota dengan inflasi triwulanan tertinggi kedua setelah Merauke

(6,36%) dari 82 kabupaten/kota sampel inflasi. Secara tahunan, inflasi Kota Kupang mencapai 5,07% (yoy) lebih

tinggi dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92% (yoy). Penurunan inflasi tahunan lebih disebabkan oleh hilangnya base

effect inflasi BBM di tahun sebelumnya. Secara bulanan dan triwulanan, inflasi di Kota Kupang mengalami kenaikan

signifikan terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bahan makanan, komoditas bahan bangunan dan angkutan udara.

Grafik 2.14. Inflasi Tahunan Kota Kupang

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.16. Inflasi Bulanan Kota Kupang

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II II

4 5 6

III

NTTKUPANG NTTKUPANG NTTKUPANG

III

7 8 9

IV IV

10 11 12

5,07%4,92%

3,79%

3,51%

-1,5%

-0,5%

0,5%

1,5%

2,5%

3,5%

4,5%

2,67%2,46%

0,72%0,70%

0,37%0,32%

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

INFLASI KUPANG PERUBAHAN HARGA UMUM 3 BULAN YAD PERUBAHAN HARGA UMUM 6 BULAN YAD

130

140

150

160

170

180

190

200

-2

-1

0

1

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

2.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201526

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tingginya inflasi komoditas bahan makanan sebenarnya sudah terdeteksi pada rapat koordinasi TPID pada tanggal 28

Oktober 2015. Pada rapat tersebut disampaikan komoditas-komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi seperti

komoditas sayur-sayuran, beras, ikan kembung, telur ayam dan daging ayam ras. Namun demikian, tingginya peserta

dalam rangka HKSN dan Natal bersama nasional di luar perkiraan TPID, sehingga inflasi angkutan udara justru terjadi dan

di luar perhitungan TPID. Pasokan daging ayam ras juga sudah meningkat lebih kurang 25% untuk menyambut hari Natal

dan tahun baru. Namun adanya pergantian musim yang membuat lebih dari 30% ayam ras mati juga luput dari

pengawasan, sehingga sumbangan inflasi terhadap inflasi kota Kupang cukup besar. Penurunan produksi PT Semen

Kupang akibat dari ketidakstabilan pasokan listrik juga membuat pasokan semen mengalami penurunan. Di sisi lain,

tekanan permintaan semen untuk penyelesaian proyek pemerintah juga cukup besar, hingga terjadi kelangkaan semen di

pasar. .

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Berbeda dengan Inflasi di Kota Kupang, inflasi di Kota Maumere jauh lebih terkendali. Secara triwulanan,

inflasi Kota Maumere hanya sebesar 1,58%, relatif terjaga di tengah perayaan Natal yang dirayakan oleh

sebagian besar penduduknya. Bahan makanan masih menjadi penyebab utama inflasi terutama komoditas ikan segar

yang disebabkan oleh turunnya tangkapan ikan seiring dengan datangnya peralihan musim dan menurunnya pasokan

sayur.

Secara tahunan, inflasi Kota Maumere sebesar 3,89% (yoy) lebih rendah dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92% (yoy).

Tingginya kenaikan harga padi-padian hingga 19,63% (yoy) menjadi penyebab utama inflasi di Kota Maumere, disusul

oleh kenaikan harga daging dan hasil-hasilnya hingga 33,86% (yoy). Adanya permasalahan kesulitan dalam mendapatkan

DOC ayam kampung di awal tahun membuat harga ayam hidup di Kota Maumere mengalami kenaikan hingga 61,92%

(yoy) dibanding tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan biaya pendidikan menjadi penyumbang terbesar ketiga inflasi di

Kota Maumere. secara total, biaya pendidikan mengalami kenaikan 20,03% dengan kenaikan tertinggi pada biaya

pendidikan taman kanak-kanak yang meningkat hingga 84,00% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Hampir semua biaya

pendidikan baik formal maupun non formal mengalami kenaikan biaya di sepanjang tahun 2015.

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

122,0

113,8

129,9

121,1

121,7

111,8

120,8

133,3

122,9

115,9

130,3

121,6

123,5

112,4

120,7

133,5

DES

126,2

123,9

132,2

124,1

122,2

112,9

120,9

135,9

YOY

5,07

9,55

8,63

3,34

6,32

5,56

4,36

(0,51)

MTMYTD

5,07

9,55

8,63

3,34

6,32

5,56

4,36

(0,51)

0,37

0,41

0,46

0,01

0,46

(0,11)

0,27

0,91

0,72

1,93

0,31

0,40

1,48

0,49

(0,04)

0,11

2,67

6,88

1,45

2,01

(1,06)

0,47

0,17

1,80

QTQ

3,79

9,38

2,23

2,43

0,87

0,86

0,39

2,84

OKT NOV DES

Grafik 2.17. Inflasi Tahunan Kota Maumere

II III IV I II III IV I IIIII IV I2012 2013 2014 2015

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Sumber : BPS, diolah

I

NTTMAUMERE

III-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS, diolah

II

NTTMAUMERE

III

Grafik 2.19. Inflasi Bulanan Kota Maumere

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

4 5 6

NTTMAUMERE

7 8 9

IVIV

10 11 123,89%

4,92%

1,58%

3,51%

-1,5%

-0,5%

0,5%

1,5%

2,5%

3,5%

4,5%

2,46%

1,03%

0,70%

0,59%0,32%

-0,04%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 27

2.3.3 Kelompok Inti (core)

Inflasi kelompok inti masih relatif terkendali dalam satu tahun terakhir. Makanan jadi masih menjadi penyumbang inflasi

tahunan, diikuti oleh sub kelompok komoditas pendidikan dan minuman tak beralkohol. Kenaikan biaya produksi, tarif

sekolah dan ongkos angkutan diduga menjadi penyebab utama kenaikan inflasi inti.

Secara triwulanan, inflasi kelompok inti pada triwulan IV 2015 relatif terjaga dengan nilai inflasi hanya sebesar 1,49%

(qtq). Tidak terdapat kenaikan maupun penurunan harga komponen pembentuknya secara signifikan. Namun demikian

secara bulanan, kenaikan inflasi inti relatif cukup besar. Inflasi sub kelompok komoditas biaya tempat tinggal menjadi

penyebab utama kenaikan seiring dengan langkanya pasokan semen dan meningkatnya harga bahan bangunan lainnya.

Kerusakan listrik PLN turut mempengaruhi volume produksi PT Semen Kupang. Selain itu, makanan jadi dan minuman tak

beralkohol juga mengalami kenaikan harga di akhir tahun 2015 walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Inflasi Kota Kupang pada triwulan IV 2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dengan nilai inflasi

sebesar 3,79% (qtq), kota Kupang menjadi kota dengan inflasi triwulanan tertinggi kedua setelah Merauke

(6,36%) dari 82 kabupaten/kota sampel inflasi. Secara tahunan, inflasi Kota Kupang mencapai 5,07% (yoy) lebih

tinggi dibanding inflasi NTT yang sebesar 4,92% (yoy). Penurunan inflasi tahunan lebih disebabkan oleh hilangnya base

effect inflasi BBM di tahun sebelumnya. Secara bulanan dan triwulanan, inflasi di Kota Kupang mengalami kenaikan

signifikan terutama disebabkan oleh tingginya inflasi bahan makanan, komoditas bahan bangunan dan angkutan udara.

Grafik 2.14. Inflasi Tahunan Kota Kupang

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.16. Inflasi Bulanan Kota Kupang

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II II

4 5 6

III

NTTKUPANG NTTKUPANG NTTKUPANG

III

7 8 9

IV IV

10 11 12

5,07%4,92%

3,79%

3,51%

-1,5%

-0,5%

0,5%

1,5%

2,5%

3,5%

4,5%

2,67%2,46%

0,72%0,70%

0,37%0,32%

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

INFLASI KUPANG PERUBAHAN HARGA UMUM 3 BULAN YAD PERUBAHAN HARGA UMUM 6 BULAN YAD

130

140

150

160

170

180

190

200

-2

-1

0

1

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

2.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201526

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Adanya El Nino di tahun 2015 berpotensi menyebabkan kerawanan pangan apabila kondisi El Nino masih terjadi hingga

Februari 2016. Dengan kondisi musim yang hanya 4 bulan hujan dan 8 bulan kering, maka semakin lama daerah

mengalami kekeringan, semakin besar pula potensi daerah terancam rawan pangan. Hingga akhir Januari 2016,

berdasarkan data 15 Kabupaten/Kota di NTT, dari total 105,2 ribu ha tanaman padi jagung yang telah ditanam, 32% atau

33,6 ribu ha lahan berpotensi mengalami kerusakan. Potensi kerusakan tanaman padi sebesar 13 ribu ha dari 39,45 ribu ha

yang ditanam. Sedangkan potensi kerusakan lahan jagung sebesar 20,54 ribu ha dari 65,73 ribu ha lahan yang ditanami

jagung. Potensi kerusakan terbesar berada di Kabupaten Sikka yang mencapai 87,2% dibandingkan total luas tanam yang

sebesar 9.910 ha. Kabupaten TTU juga berpotensi mengalami kegagalan tanam hingga 7.472 ha atau mencapai 89,7%

dan Kabupaten Flores Timur berpotensi gagal tanam hingga 6 ribu ha. Kerusakan tanaman tersebut disebabkan oleh

jarangnya hujan yang terjadi, sehingga tanaman yang sudah ditanam layu dan menguning. Pohon yang menguning

apabila tidak segera mendapatkan air, maka akan mengalami kematian.

Dengan kondisi 40% lahan pertanian mengandalkan tadah hujan, adanya El Nino jelas menjadi ancaman terlebih pada

masa tanam pertama ini. Pemantauan harian terus dilakukan untuk menentukan langkah-langkah mitigasi potensi

terjadinya rawan pangan. Apabila dapat segera terjadi hujan, maka petani akan segera dianjurkan untuk mengganti bibit

dan menanam dengan bibit yang baru. Apabila kondisi tanaman hanya layu, maka tanaman tersebut masih berpotensi

hidup. Penentuan langkah mitigasi baru akan dilakukan setelah tanaman memasuki fase vegetasi. Apabila selama masa

pembuahan tersebut masih terdapat hujan, maka potensi ancaman terjadinya gagal panen relatif kecil. Namun demikian,

apabila hujan sudah berhenti, maka pemerintah akan menghitung kapan mulai terjadi rawan pangan dengan

mempertimbangkan kecukupan stok yang ada. Untuk menanggulangi potensi rawan pangan, bahkan Gubernur NTT

telah mengalokasikan 10 miliar rupiah untuk pembelian cadangan beras pemerintah. Dengan pemantauan melekat oleh

Badan Ketahanan Pangan dan penambahan dana cadangan rawan pangan, diharapkan dampak dari potensi kekeringan

dan rawan pangan dapat diminimalisir.

El Nino dan Potensi Rawan Pangandi Provinsi NTT02

Gambar Boks 2.1. Peta Daerah dengan Potensi kerusakan tanam Posisi J anuari 2016

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 29

Hingga triwulan IV 2015, TPID yang sudah terbentuk sebanyak 22 TPID. Kabupaten TTS telah melaporkan

pembentukan TPID sehingga hanya kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID. Dengan demikian, fokus

TPID di tahun 2016 diharapkan dapat berfokus pada penguatan kelembagaan dan kesadaran tentang peran TPID dalam

pengendalian inflasi di daerah. Bagi daerah yang telah terbentuk lebih dari 2 tahun, maka perlu dilakukan peningkatan

komitmen dengan melakukan langkah aksi dan penguatan koordinasi sebagaimana terdapat dalam roadmap TPID

nasional.

Adapun kegiatan TPID yang dilakukan di triwulan IV 2015 antara lain rapat evaluasi kinerja dan koordinasi bersama TPID

se-provinsi NTT. Selain itu juga dilakukan rapat koordinasi di Kabupaten Ngada, Rapat High Level Meeting (HLM) untuk

mengantisipasi hari raya, inspeksi mendadak semen dan pasar serta operasi pasar. Terkait pengendalian inflasi, pada rapat

evaluasi kinerja sudah disampaikan perlunya mempercepat koordinasi dalam menyiapkan hari raya terutama dalam

rangka mengantisipasi hari raya Natal dan tahun baru. Selain itu, juga dipaparkan komoditas yang berpotensi menjadi

penyumbang inflasi Natal dan tahun baru dalam 6 tahun terakhir. Diharapkan, TPID dapat menjajagi perkuatan kerjasama

terlebih dalam penyediaan bahan pangan selama natal dan El Nino. Namun demikian, pelaksanaan rapat HLM baru dapat

dilaksanakan pada bulan Desember sehingga langkah struktural tidak dapat dilakukan dan hanya dapat dilakukan langkah

teknis berupa inspeksi mendadak, percepatan bongkar muat bahan pangan dan operasi pasar. Operasi pasar yang

dilakukan dapat berhasil menjaga harga beras dengan kenaikan hanya 1,6% dibanding bulan sebelumnya. Inspeksi

mendadak juga dapat menahan kenaikan harga semen yang sempat meningkat hingga lebih dari 60 ribu rupiah. Namun

demikian, Harga sayur mengalami kenaikan signifikan dikarenakan berkurangnya pasokan. Harga daging ayam juga

mengalami kenaikan hingga 40% dikarenakan adanya penurunan pasokan di saat permintaan mengalami kenaikan

signifikan. Kondisi ini sekiranya dapat menjadi pembelajaran bagi TPID dalam penentuan waktu koordinasi yang tepat,

agar proses pengendalian inflasi dapat lebih efektif.

2.5. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPID

Gambar 2.1.Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan IV 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Sumber : Sekretariat TPID, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201528

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

115,7

105,5

135,4

112,6

109,0

109,7

140,2

117,9

116,4

106,7

135,6

113,3

108,7

110,3

140,5

118,3

DES

117,6

109,7

136,3

113,8

109,0

111,2

140,4

117,9

YOY

3,89

4,69

7,66

1,90

1,47

3,70

15,61

(4,84)

MTMYTD

3,89

4,69

7,66

1,90

1,47

3,70

15,61

(4,84)

(0,04)

0,60

0,15

0,04

(0,06)

0,01

-

(2,00)

0,59

1,14

0,16

0,63

(0,24)

0,55

0,15

0,31

1,03

2,76

0,48

0,43

0,29

0,85

(0,01)

(0,33)

QTQ

1,58

4,56

0,78

1,11

(0,01)

1,41

0,14

(2,01)

OKT NOV DES

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Adanya El Nino di tahun 2015 berpotensi menyebabkan kerawanan pangan apabila kondisi El Nino masih terjadi hingga

Februari 2016. Dengan kondisi musim yang hanya 4 bulan hujan dan 8 bulan kering, maka semakin lama daerah

mengalami kekeringan, semakin besar pula potensi daerah terancam rawan pangan. Hingga akhir Januari 2016,

berdasarkan data 15 Kabupaten/Kota di NTT, dari total 105,2 ribu ha tanaman padi jagung yang telah ditanam, 32% atau

33,6 ribu ha lahan berpotensi mengalami kerusakan. Potensi kerusakan tanaman padi sebesar 13 ribu ha dari 39,45 ribu ha

yang ditanam. Sedangkan potensi kerusakan lahan jagung sebesar 20,54 ribu ha dari 65,73 ribu ha lahan yang ditanami

jagung. Potensi kerusakan terbesar berada di Kabupaten Sikka yang mencapai 87,2% dibandingkan total luas tanam yang

sebesar 9.910 ha. Kabupaten TTU juga berpotensi mengalami kegagalan tanam hingga 7.472 ha atau mencapai 89,7%

dan Kabupaten Flores Timur berpotensi gagal tanam hingga 6 ribu ha. Kerusakan tanaman tersebut disebabkan oleh

jarangnya hujan yang terjadi, sehingga tanaman yang sudah ditanam layu dan menguning. Pohon yang menguning

apabila tidak segera mendapatkan air, maka akan mengalami kematian.

Dengan kondisi 40% lahan pertanian mengandalkan tadah hujan, adanya El Nino jelas menjadi ancaman terlebih pada

masa tanam pertama ini. Pemantauan harian terus dilakukan untuk menentukan langkah-langkah mitigasi potensi

terjadinya rawan pangan. Apabila dapat segera terjadi hujan, maka petani akan segera dianjurkan untuk mengganti bibit

dan menanam dengan bibit yang baru. Apabila kondisi tanaman hanya layu, maka tanaman tersebut masih berpotensi

hidup. Penentuan langkah mitigasi baru akan dilakukan setelah tanaman memasuki fase vegetasi. Apabila selama masa

pembuahan tersebut masih terdapat hujan, maka potensi ancaman terjadinya gagal panen relatif kecil. Namun demikian,

apabila hujan sudah berhenti, maka pemerintah akan menghitung kapan mulai terjadi rawan pangan dengan

mempertimbangkan kecukupan stok yang ada. Untuk menanggulangi potensi rawan pangan, bahkan Gubernur NTT

telah mengalokasikan 10 miliar rupiah untuk pembelian cadangan beras pemerintah. Dengan pemantauan melekat oleh

Badan Ketahanan Pangan dan penambahan dana cadangan rawan pangan, diharapkan dampak dari potensi kekeringan

dan rawan pangan dapat diminimalisir.

El Nino dan Potensi Rawan Pangandi Provinsi NTT02

Gambar Boks 2.1. Peta Daerah dengan Potensi kerusakan tanam Posisi J anuari 2016

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 29

Hingga triwulan IV 2015, TPID yang sudah terbentuk sebanyak 22 TPID. Kabupaten TTS telah melaporkan

pembentukan TPID sehingga hanya kabupaten Malaka yang belum membentuk TPID. Dengan demikian, fokus

TPID di tahun 2016 diharapkan dapat berfokus pada penguatan kelembagaan dan kesadaran tentang peran TPID dalam

pengendalian inflasi di daerah. Bagi daerah yang telah terbentuk lebih dari 2 tahun, maka perlu dilakukan peningkatan

komitmen dengan melakukan langkah aksi dan penguatan koordinasi sebagaimana terdapat dalam roadmap TPID

nasional.

Adapun kegiatan TPID yang dilakukan di triwulan IV 2015 antara lain rapat evaluasi kinerja dan koordinasi bersama TPID

se-provinsi NTT. Selain itu juga dilakukan rapat koordinasi di Kabupaten Ngada, Rapat High Level Meeting (HLM) untuk

mengantisipasi hari raya, inspeksi mendadak semen dan pasar serta operasi pasar. Terkait pengendalian inflasi, pada rapat

evaluasi kinerja sudah disampaikan perlunya mempercepat koordinasi dalam menyiapkan hari raya terutama dalam

rangka mengantisipasi hari raya Natal dan tahun baru. Selain itu, juga dipaparkan komoditas yang berpotensi menjadi

penyumbang inflasi Natal dan tahun baru dalam 6 tahun terakhir. Diharapkan, TPID dapat menjajagi perkuatan kerjasama

terlebih dalam penyediaan bahan pangan selama natal dan El Nino. Namun demikian, pelaksanaan rapat HLM baru dapat

dilaksanakan pada bulan Desember sehingga langkah struktural tidak dapat dilakukan dan hanya dapat dilakukan langkah

teknis berupa inspeksi mendadak, percepatan bongkar muat bahan pangan dan operasi pasar. Operasi pasar yang

dilakukan dapat berhasil menjaga harga beras dengan kenaikan hanya 1,6% dibanding bulan sebelumnya. Inspeksi

mendadak juga dapat menahan kenaikan harga semen yang sempat meningkat hingga lebih dari 60 ribu rupiah. Namun

demikian, Harga sayur mengalami kenaikan signifikan dikarenakan berkurangnya pasokan. Harga daging ayam juga

mengalami kenaikan hingga 40% dikarenakan adanya penurunan pasokan di saat permintaan mengalami kenaikan

signifikan. Kondisi ini sekiranya dapat menjadi pembelajaran bagi TPID dalam penentuan waktu koordinasi yang tepat,

agar proses pengendalian inflasi dapat lebih efektif.

2.5. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPID

Gambar 2.1.Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan IV 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Sumber : Sekretariat TPID, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201528

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

OKT NOV

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

115,7

105,5

135,4

112,6

109,0

109,7

140,2

117,9

116,4

106,7

135,6

113,3

108,7

110,3

140,5

118,3

DES

117,6

109,7

136,3

113,8

109,0

111,2

140,4

117,9

YOY

3,89

4,69

7,66

1,90

1,47

3,70

15,61

(4,84)

MTMYTD

3,89

4,69

7,66

1,90

1,47

3,70

15,61

(4,84)

(0,04)

0,60

0,15

0,04

(0,06)

0,01

-

(2,00)

0,59

1,14

0,16

0,63

(0,24)

0,55

0,15

0,31

1,03

2,76

0,48

0,43

0,29

0,85

(0,01)

(0,33)

QTQ

1,58

4,56

0,78

1,11

(0,01)

1,41

0,14

(2,01)

OKT NOV DES

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, kementrian pertanian telah menyalurkan bantuan alat permesinan

pertanian (alsintan) dengan total bantuan berjumlah 586 buah. Namun demikian, bila dibandingkan dengan total

gapoktan terdaftar yang berjumlah hingga 20 ribu gapoktan, maka pemberian bantuan tersebut dirasa sangat kurang.

Oleh karena itu, zonasi pemberian bantuan sekiranya dapat dilakukan agar pemanfaatan alsintan yang ada dapat

dinikmati bersama oleh beberapa gapoktan.

Terakhir, penguatan kelembagaan pertanian menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Petani dan gapoktan harus

memiliki ketrampilan cara bertanam yang benar sesuai dengan praktek terbaik yang ada. Untuk itu, peran penyuluh dalam

memberikan pendampingan, mulai dari penyusunan RDKK, penyaluran pupuk sesuai RDKK dan penggunaan metode

bertani yang tepat menjadi sangat penting. Agar mendapatkan kuota pupuk yang sesuai, petani disadarkan pentingnya

bertani dalam kelompok agar dapat memperoleh kuota pupuk bersubsidi. Untuk memastikan tidak adanya kebocoran

penyaluran pupuk bersubsidi, maka pranata pengawasan meliputi tim verifikasi dan komisi pengawasan pupuk dan

pestisida harus senantiasa aktif dalam mencatat realisasi penyaluran maupun pengawasan atas potensi penyelewengan

yang terjadi. Terakhir, petani sekiranya dapat terus diajak untuk menggunakan alat permesinan pertanian agar biaya

produksi dapat diminimalisir yang pada ujungnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Petani yang

sudah memiliki alsintan didorong untuk tidak hanya menggunakan untuk kepentingannya sendiri melainkan dapat

menyewakan ke petani lainnya agar efisiensi produksi dapat tercipta sebagaimana sudah biasa terjadi di Jawa.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 31

03

Permasalahan pokok dalam mencapai kedaulatan pangan secara garis besar terdiri dari dua hal yaitu permasalahan

efisiensi dan produktifitas. Kedua permasalahan tersebut saling beririsan yaitu adanya permasalahan efisiensi juga dapat

berpengaruh terhadap produktifitas, demikian pula sebaliknya. Permasalahan produktifitas lebih disebabkan oleh masalah

pengairan, saprodi (pemupukan, benih, obat-obatan), musim/iklim, kondisi tanah, teknik bertani maupun kelembagaan

petani. Sedangkan permasalahan efisiensi lebih disebabkan oleh kemampuan petani dalam menjaga struktur biaya seperti

penggunaan peralatan mekanisasi pertanian, yang mampu mengurangi biaya produksi serta potensi kehilangan dalam

panen ataupun meningkatkan kualitas tanam hingga produk akhir. Permasalahan efisiensi lainnya seperti penyediaan jalan

pertanian, dan produktifitas tenaga kerja.

Untuk mencapai kedua hal tersebut di atas, maka setidaknya terdapat empat komponen yang harus diperhatikan antara

lain ketersediaan sumber daya air dan jaringan irigasi, kecukupan pasokan pupuk, kehandalan mekanisasi pertanian dan

penguatan kelembagaan. Untuk penguatan kapasitas sumber daya air, pemerintah sudah merencanakan untuk

membangun 7 buah waduk dengan potensi pembentukan lahan irigasi mencapai 13 ribu ha. Selain itu, dalam jangka

pendek, pemerintah telah membangun lebih dari 1.000 embung sebagai cadangan air irigasi dan air baku bagi warga

sekitar. Pada tahun 2016 akan dibangun lebih dari 100 embung di seluruh Provinsi NTT. dampak dari pembangunan waduk

baru akan dapat dirasakan setelah waduk jadi, dan adanya embung tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan air, tetapi

setidaknya bisa mengurangi ketergantungan pada air hujan.

Realisasi penyaluran pupuk pada tahun 2015 mencapai 52 ribu ton pupuk atau meningkat 8,6% dibanding tahun 2014

yang hanya sebesar 48 ribu ton. Peningkatan penyaluran pupuk bersubsidi lebih disebabkan oleh adanya upaya khusus

kementrian pertanian yang menambahkan alokasi pupuk NPK hingga 165%, sehingga kebutuhan pupuk petani dapat

tercukupi. Pada tahun 2016, Provinsi NTT berdasarkan permentan No. 60 tahun 2015 mendapatkan alokasi pupuk

bersubsidi sebesar 53 ribu ton atau naik 2,5% dibanding realisasi penyaluran pupuk tahun 2015. Adapun alokasi pupuk

tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan Bank Indonesia berdasarkan nilai rata-rata penyaluran

pupuk nasional per ha ataupun hasil penghimpunan RDKK yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan. Namun

demikian, penambahan kuota tersebut sekiranya patut disyukuri dan dioptimalkan penggunaannya dengan harapan bisa

mendapatkan penambahan kuota pupuk melalui upaya khusus lanjutan kementrian pertanian di tahun 2016.

Gambar Boks 3.1. Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Sumber : Dinas Pertanian, Balai Wilayah Sungai, PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia, Badan Ketahanan Pangan; diolah

El Nino dan Potensi Rawan Pangandi Provinsi NTT

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201530

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, kementrian pertanian telah menyalurkan bantuan alat permesinan

pertanian (alsintan) dengan total bantuan berjumlah 586 buah. Namun demikian, bila dibandingkan dengan total

gapoktan terdaftar yang berjumlah hingga 20 ribu gapoktan, maka pemberian bantuan tersebut dirasa sangat kurang.

Oleh karena itu, zonasi pemberian bantuan sekiranya dapat dilakukan agar pemanfaatan alsintan yang ada dapat

dinikmati bersama oleh beberapa gapoktan.

Terakhir, penguatan kelembagaan pertanian menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Petani dan gapoktan harus

memiliki ketrampilan cara bertanam yang benar sesuai dengan praktek terbaik yang ada. Untuk itu, peran penyuluh dalam

memberikan pendampingan, mulai dari penyusunan RDKK, penyaluran pupuk sesuai RDKK dan penggunaan metode

bertani yang tepat menjadi sangat penting. Agar mendapatkan kuota pupuk yang sesuai, petani disadarkan pentingnya

bertani dalam kelompok agar dapat memperoleh kuota pupuk bersubsidi. Untuk memastikan tidak adanya kebocoran

penyaluran pupuk bersubsidi, maka pranata pengawasan meliputi tim verifikasi dan komisi pengawasan pupuk dan

pestisida harus senantiasa aktif dalam mencatat realisasi penyaluran maupun pengawasan atas potensi penyelewengan

yang terjadi. Terakhir, petani sekiranya dapat terus diajak untuk menggunakan alat permesinan pertanian agar biaya

produksi dapat diminimalisir yang pada ujungnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Petani yang

sudah memiliki alsintan didorong untuk tidak hanya menggunakan untuk kepentingannya sendiri melainkan dapat

menyewakan ke petani lainnya agar efisiensi produksi dapat tercipta sebagaimana sudah biasa terjadi di Jawa.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 31

03

Permasalahan pokok dalam mencapai kedaulatan pangan secara garis besar terdiri dari dua hal yaitu permasalahan

efisiensi dan produktifitas. Kedua permasalahan tersebut saling beririsan yaitu adanya permasalahan efisiensi juga dapat

berpengaruh terhadap produktifitas, demikian pula sebaliknya. Permasalahan produktifitas lebih disebabkan oleh masalah

pengairan, saprodi (pemupukan, benih, obat-obatan), musim/iklim, kondisi tanah, teknik bertani maupun kelembagaan

petani. Sedangkan permasalahan efisiensi lebih disebabkan oleh kemampuan petani dalam menjaga struktur biaya seperti

penggunaan peralatan mekanisasi pertanian, yang mampu mengurangi biaya produksi serta potensi kehilangan dalam

panen ataupun meningkatkan kualitas tanam hingga produk akhir. Permasalahan efisiensi lainnya seperti penyediaan jalan

pertanian, dan produktifitas tenaga kerja.

Untuk mencapai kedua hal tersebut di atas, maka setidaknya terdapat empat komponen yang harus diperhatikan antara

lain ketersediaan sumber daya air dan jaringan irigasi, kecukupan pasokan pupuk, kehandalan mekanisasi pertanian dan

penguatan kelembagaan. Untuk penguatan kapasitas sumber daya air, pemerintah sudah merencanakan untuk

membangun 7 buah waduk dengan potensi pembentukan lahan irigasi mencapai 13 ribu ha. Selain itu, dalam jangka

pendek, pemerintah telah membangun lebih dari 1.000 embung sebagai cadangan air irigasi dan air baku bagi warga

sekitar. Pada tahun 2016 akan dibangun lebih dari 100 embung di seluruh Provinsi NTT. dampak dari pembangunan waduk

baru akan dapat dirasakan setelah waduk jadi, dan adanya embung tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan air, tetapi

setidaknya bisa mengurangi ketergantungan pada air hujan.

Realisasi penyaluran pupuk pada tahun 2015 mencapai 52 ribu ton pupuk atau meningkat 8,6% dibanding tahun 2014

yang hanya sebesar 48 ribu ton. Peningkatan penyaluran pupuk bersubsidi lebih disebabkan oleh adanya upaya khusus

kementrian pertanian yang menambahkan alokasi pupuk NPK hingga 165%, sehingga kebutuhan pupuk petani dapat

tercukupi. Pada tahun 2016, Provinsi NTT berdasarkan permentan No. 60 tahun 2015 mendapatkan alokasi pupuk

bersubsidi sebesar 53 ribu ton atau naik 2,5% dibanding realisasi penyaluran pupuk tahun 2015. Adapun alokasi pupuk

tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan Bank Indonesia berdasarkan nilai rata-rata penyaluran

pupuk nasional per ha ataupun hasil penghimpunan RDKK yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan. Namun

demikian, penambahan kuota tersebut sekiranya patut disyukuri dan dioptimalkan penggunaannya dengan harapan bisa

mendapatkan penambahan kuota pupuk melalui upaya khusus lanjutan kementrian pertanian di tahun 2016.

Gambar Boks 3.1. Empat Komponen dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Sumber : Dinas Pertanian, Balai Wilayah Sungai, PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia, Badan Ketahanan Pangan; diolah

El Nino dan Potensi Rawan Pangandi Provinsi NTT

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201530

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Kinerja perbankan melambat, sementara sistem pembayaran meningkat signifikan.

Indikator kinerja perbankan secara year-on-year (yoy) dan triwulanan (qtq) mengalami perlambatan.

Namun demikian, masih tetap tumbuh di atas pertumbuhan Nasional.

Selain itu, beberapa indikator sistem pembayaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini

juga menggambarkan ekonomi di Provinsi NTT masih terus berkembang.

Perkembangan Perbankan DanSistem Pembayaran03

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Kinerja perbankan melambat, sementara sistem pembayaran meningkat signifikan.

Indikator kinerja perbankan secara year-on-year (yoy) dan triwulanan (qtq) mengalami perlambatan.

Namun demikian, masih tetap tumbuh di atas pertumbuhan Nasional.

Selain itu, beberapa indikator sistem pembayaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini

juga menggambarkan ekonomi di Provinsi NTT masih terus berkembang.

Perkembangan Perbankan DanSistem Pembayaran03

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.1. KONDISI UMUM

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan baik secara Nasional maupun di Provinsi NTT relatif melambat.

Walaupun melambat, kinerja perbankan di Provinsi NTT masih lebih baik daripada kinerja perbankan Nasional.

Perlambatan kinerja perbankan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga, dan

Kredit. Aset perbankan pada Triwulan IV 2015 hanya mencapai Rp.29,11 triliun atau tumbuh 11,90% (yoy) lebih kecil dari

Triwulan III 2015 yang mencapai 20,90% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak ketiga mengalami perlambatan dari 18,35%

(yoy) di Triwulan III 2015 menjadi 16,89% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.22,07 triliun pada Triwulan IV 2015.

Indikator Kredit juga menunjukkan perlambatan sebesar 14,04% (yoy) atau mencapai Rp.19,86 triliun pada Triwulan IV

2015, lebih rendah bila dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 14,33% (yoy).

Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mengalami

penurunan, dari 2,00% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,60% di Triwulan IV 2015. Angka tersebut juga masih berada

pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Selain itu, angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 sebesar 89,98% lebih tinggi dari Triwulan III 2015

yang mencapai 83,99%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.2,07 triliun atau 217,19% lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama. Besarnya Net outflow terutama disebabkan oleh momentum

perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016 yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan. Selain

itu juga karena adanya realisasi pembayaran proyek investasi dan proyek lainnya pada akhir tahun.

Pada Triwulan IV 2015 uang palsu yang ditemukan sebanyak 53 lembar, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 52 lembar. Temuan uang palsu ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman dan

kesadaran perbankan tentang uang palsu. Sementara itu, pihak kepolisian juga berperan aktif dalam membantu

mengungkapkan kasus uang palsu tersebut.

Peningkatan pertumbuhan tidak hanya pada Sistem Pembayaran tunai, namun peningkatan yang signifikan juga terjadi

pasa Sistem Pembayaran secara non tunai. Transaksi pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di

Provinsi NTT dari sisi volume mengalami peningkatan sebesar 67,03% (yoy) dan berdasarkan nominal meningkat sebesar

152,50% (yoy). Selain itu, pertumbuhan transaksi pembayaran melalui SKNBI di Provinsi NTT masih tetap berada di atas

pertumbuhan Nasional. Peningkatan volume dan nominal transaksi pembayaran melalui SKNBI merupakan dampak

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III

ASET (MILIAR) KREDIT (MILIAR) DPK (MILIAR) YOY ASET YOY KREDIT YOY DPK

IV

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

2,0%

2,5%

III II III IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 35

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.1. KONDISI UMUM

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan baik secara Nasional maupun di Provinsi NTT relatif melambat.

Walaupun melambat, kinerja perbankan di Provinsi NTT masih lebih baik daripada kinerja perbankan Nasional.

Perlambatan kinerja perbankan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga, dan

Kredit. Aset perbankan pada Triwulan IV 2015 hanya mencapai Rp.29,11 triliun atau tumbuh 11,90% (yoy) lebih kecil dari

Triwulan III 2015 yang mencapai 20,90% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak ketiga mengalami perlambatan dari 18,35%

(yoy) di Triwulan III 2015 menjadi 16,89% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.22,07 triliun pada Triwulan IV 2015.

Indikator Kredit juga menunjukkan perlambatan sebesar 14,04% (yoy) atau mencapai Rp.19,86 triliun pada Triwulan IV

2015, lebih rendah bila dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 14,33% (yoy).

Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mengalami

penurunan, dari 2,00% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,60% di Triwulan IV 2015. Angka tersebut juga masih berada

pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Selain itu, angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 sebesar 89,98% lebih tinggi dari Triwulan III 2015

yang mencapai 83,99%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.2,07 triliun atau 217,19% lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama. Besarnya Net outflow terutama disebabkan oleh momentum

perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016 yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan. Selain

itu juga karena adanya realisasi pembayaran proyek investasi dan proyek lainnya pada akhir tahun.

Pada Triwulan IV 2015 uang palsu yang ditemukan sebanyak 53 lembar, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 52 lembar. Temuan uang palsu ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman dan

kesadaran perbankan tentang uang palsu. Sementara itu, pihak kepolisian juga berperan aktif dalam membantu

mengungkapkan kasus uang palsu tersebut.

Peningkatan pertumbuhan tidak hanya pada Sistem Pembayaran tunai, namun peningkatan yang signifikan juga terjadi

pasa Sistem Pembayaran secara non tunai. Transaksi pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di

Provinsi NTT dari sisi volume mengalami peningkatan sebesar 67,03% (yoy) dan berdasarkan nominal meningkat sebesar

152,50% (yoy). Selain itu, pertumbuhan transaksi pembayaran melalui SKNBI di Provinsi NTT masih tetap berada di atas

pertumbuhan Nasional. Peningkatan volume dan nominal transaksi pembayaran melalui SKNBI merupakan dampak

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III

ASET (MILIAR) KREDIT (MILIAR) DPK (MILIAR) YOY ASET YOY KREDIT YOY DPK

IV

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

2,0%

2,5%

III II III IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 35

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Total Aset Bank Umum pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.28,60 triliun atau tumbuh sebesar 11,72% (yoy), lebih rendah

dibandingkan Triwulan III 2015 yang mampu tumbuh mencapai 20,79% (yoy). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK)

pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.21,69 triliun atau mengalami perlambatan sebesar 16,78% (yoy), dari 18,21% (yoy)

pada Triwulan III 2015. Pertumbuhan Kredit hingga Triwulan IV 2015 sebesar Rp.19,49 triliun atau 14,03% (yoy),

pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Rasio Likuiditas perbankan

Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari sebesar 83,73%

pada Triwulan III 2015, menjadi 89,87%.

Penurunan rasio kredit bermasalah seiring dengan menurunnya jumlah kredit bermasalah pada Triwulan IV 2015

dibandingkan Triwulan III 2015. Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) pada triwulan ini mengalami

penurunan yaitu sebesar 1,53% dari 1,93% pada Triwulan III 2015.

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi NTT maupun secara Nasional pada Triwulan IV 2015 mengalami

perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi NTT masih tetap berada di atas Nasional.

Perlambatan Aset perbankan ini disebabkan oleh melambatnya Aset Bank Pemerintah dan Aset Bank Swasta. Aset Bank

Swasta pada triwulan ini mengalami perlambatan paling besar dibandingkan Aset Bank Pemerintah yakni dari 18,34%

(yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 8,69% (yoy) di Triwulan IV 2015. Sementara itu, Aset Bank Pemerintah juga

mengalami perlambatan sebesar 12,18% (yoy) di Triwulan IV 2015, dari 21,12% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Selain itu, perlambatan Aset perbankan di Provinsi NTT juga disebabkan oleh menurunnya penempatan pada bank lain dan

melambatnya kredit yang diberikan oleh perbankan.

Berdasarkan kelompok bank, penyumbang Aset terbesar pada Triwulan IV 2015 adalah Bank Pemerintah dengan porsi

sebesar 87,29%, sementara Bank Swasta Nasional hanya menyumbang sebesar 12,71%.

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

Pada Triwulan IV 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT juga mengalami perlambatan,

namun masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Perlambatan DPK Bank Umum pada Triwulan IV 2015

disebabkan oleh DPK kelompok Pemerintah yang tumbuh melambat sebesar 8,45% (yoy) dari 33,42% (yoy) pada Triwulan

III 2015. Selain itu, DPK kelompok lainnya juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 1,81%

(yoy) pada Triwulan IV 2015, lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang mencapai 4,41% (yoy). Sementara itu, DPK kelompok

Swasta pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan 28,48% (yoy), lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang mencapai

11,94% (yoy) dan peningkatan DPK kelompok Perorangan yang tumbuh sebesar 17,24% (yoy) dari 10,34% (yoy) pada

Triwulan III 2015.

Grafik 3.4. Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

12,71%

87,29%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 37

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00% YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

VOLUME KLIRING NOMINAL KRILING VOLUME CEK/BG KOSONG NOMINAL CEK/BG KOSONG

IV

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

33.042,78

6.812

37,50%

-37,50%

41.553,64

5,877

37,82%

-34,45%

21.382,63

1.085

56,77%

-30,76%

-8.017,86

935

39,17%

-51,68%

III14.364,68

3.692

-46,47%

-66,60%

10.576,81

2.690

-70,31%

-71,06%

1.726,09

297

-91,26%

-82,99%

3.787,87

1.002

-143,06%

-43,04%

IV

*) Data Triwulan IV 2015 s/d November 2915

3.2. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Pada Triwulan IV 2015 perkembangan kinerja Bank Umum di Provinsi NTT melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan ini disebabkan oleh

berkurangnya dana pemerintah dan masyarakat di bank. Sementara itu, pertumbuhan kredit hanya mengalami sedikit

perlambatan, perlambatan tersebut terjadi karena menurunnya kredit pada sektor konstruksi serta melambatnya kredit

pedagang besar dan eceran.

diimplementasikannya sistem BI-RTGS Gen II pada tanggal 16 November 2015 dimana batasan transaksi pembayaran

dengan menggunakan sistem BI-RTGS yaitu minimal Rp.500 juta, sementara sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat

batasan transfer dana dengan menggunakan SKNBI.

Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang signifikan. Pada Triwulan IV 2015

sampai dengan November 2015 mengalami Net-From-NTT atau transaksi keluar dari NTT menggunakan fasilitas BI-RTGS

lebih besar daripada transaksi yang masuk. Transaksi keluar dari sisi Nominal mencapai Rp.3.787,87 miliar atau tumbuh -

143,06% (yoy) berbanding terbalik dengan Triwulan III 2015 yang tumbuh Net-To-NTT sebesar 39,17% (yoy). Selain itu

bila dilihat secara Nasional pada Triwulan IV 2015 hingga November 2015, penggunaan BI-RTGS mulai berkurang atau

menurun dari 4,74% (yoy) terus menurun menjadi 37,33% (yoy).

Untuk diketahui bahwa penurunan transaksi pembayaran melalui BI-RTGS disebabkan oleh perubahan ketentuan tentang

BI-RTGS dan SKNBI. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan sistem BI-RTGS untuk transaksi yang bersifat high value.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201536

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Total Aset Bank Umum pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.28,60 triliun atau tumbuh sebesar 11,72% (yoy), lebih rendah

dibandingkan Triwulan III 2015 yang mampu tumbuh mencapai 20,79% (yoy). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK)

pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.21,69 triliun atau mengalami perlambatan sebesar 16,78% (yoy), dari 18,21% (yoy)

pada Triwulan III 2015. Pertumbuhan Kredit hingga Triwulan IV 2015 sebesar Rp.19,49 triliun atau 14,03% (yoy),

pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 14,30% (yoy). Rasio Likuiditas perbankan

Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari sebesar 83,73%

pada Triwulan III 2015, menjadi 89,87%.

Penurunan rasio kredit bermasalah seiring dengan menurunnya jumlah kredit bermasalah pada Triwulan IV 2015

dibandingkan Triwulan III 2015. Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) pada triwulan ini mengalami

penurunan yaitu sebesar 1,53% dari 1,93% pada Triwulan III 2015.

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi NTT maupun secara Nasional pada Triwulan IV 2015 mengalami

perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi NTT masih tetap berada di atas Nasional.

Perlambatan Aset perbankan ini disebabkan oleh melambatnya Aset Bank Pemerintah dan Aset Bank Swasta. Aset Bank

Swasta pada triwulan ini mengalami perlambatan paling besar dibandingkan Aset Bank Pemerintah yakni dari 18,34%

(yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 8,69% (yoy) di Triwulan IV 2015. Sementara itu, Aset Bank Pemerintah juga

mengalami perlambatan sebesar 12,18% (yoy) di Triwulan IV 2015, dari 21,12% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Selain itu, perlambatan Aset perbankan di Provinsi NTT juga disebabkan oleh menurunnya penempatan pada bank lain dan

melambatnya kredit yang diberikan oleh perbankan.

Berdasarkan kelompok bank, penyumbang Aset terbesar pada Triwulan IV 2015 adalah Bank Pemerintah dengan porsi

sebesar 87,29%, sementara Bank Swasta Nasional hanya menyumbang sebesar 12,71%.

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

Pada Triwulan IV 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT juga mengalami perlambatan,

namun masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Perlambatan DPK Bank Umum pada Triwulan IV 2015

disebabkan oleh DPK kelompok Pemerintah yang tumbuh melambat sebesar 8,45% (yoy) dari 33,42% (yoy) pada Triwulan

III 2015. Selain itu, DPK kelompok lainnya juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 1,81%

(yoy) pada Triwulan IV 2015, lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang mencapai 4,41% (yoy). Sementara itu, DPK kelompok

Swasta pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan 28,48% (yoy), lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang mencapai

11,94% (yoy) dan peningkatan DPK kelompok Perorangan yang tumbuh sebesar 17,24% (yoy) dari 10,34% (yoy) pada

Triwulan III 2015.

Grafik 3.4. Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

12,71%

87,29%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 37

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00% YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

VOLUME KLIRING NOMINAL KRILING VOLUME CEK/BG KOSONG NOMINAL CEK/BG KOSONG

IV

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

33.042,78

6.812

37,50%

-37,50%

41.553,64

5,877

37,82%

-34,45%

21.382,63

1.085

56,77%

-30,76%

-8.017,86

935

39,17%

-51,68%

III14.364,68

3.692

-46,47%

-66,60%

10.576,81

2.690

-70,31%

-71,06%

1.726,09

297

-91,26%

-82,99%

3.787,87

1.002

-143,06%

-43,04%

IV

*) Data Triwulan IV 2015 s/d November 2915

3.2. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Pada Triwulan IV 2015 perkembangan kinerja Bank Umum di Provinsi NTT melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan ini disebabkan oleh

berkurangnya dana pemerintah dan masyarakat di bank. Sementara itu, pertumbuhan kredit hanya mengalami sedikit

perlambatan, perlambatan tersebut terjadi karena menurunnya kredit pada sektor konstruksi serta melambatnya kredit

pedagang besar dan eceran.

diimplementasikannya sistem BI-RTGS Gen II pada tanggal 16 November 2015 dimana batasan transaksi pembayaran

dengan menggunakan sistem BI-RTGS yaitu minimal Rp.500 juta, sementara sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat

batasan transfer dana dengan menggunakan SKNBI.

Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang signifikan. Pada Triwulan IV 2015

sampai dengan November 2015 mengalami Net-From-NTT atau transaksi keluar dari NTT menggunakan fasilitas BI-RTGS

lebih besar daripada transaksi yang masuk. Transaksi keluar dari sisi Nominal mencapai Rp.3.787,87 miliar atau tumbuh -

143,06% (yoy) berbanding terbalik dengan Triwulan III 2015 yang tumbuh Net-To-NTT sebesar 39,17% (yoy). Selain itu

bila dilihat secara Nasional pada Triwulan IV 2015 hingga November 2015, penggunaan BI-RTGS mulai berkurang atau

menurun dari 4,74% (yoy) terus menurun menjadi 37,33% (yoy).

Untuk diketahui bahwa penurunan transaksi pembayaran melalui BI-RTGS disebabkan oleh perubahan ketentuan tentang

BI-RTGS dan SKNBI. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan sistem BI-RTGS untuk transaksi yang bersifat high value.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201536

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.2.3. Penyaluran Kredit / Pembiayaan

Pertumbuhan penyaluran kredit oleh Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit melambat bila

dibandingkan dengan Triwulan III 2015, namun demikian masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional.

Pertumbuhan Kredit yang sedikit melambat terjadi karena rendahnya pertumbuhan Kredit Modal Kerja yaitu sebesar

12,75% (yoy), dari 16,78% (yoy) pada Triwulan III 2015. Selain itu, Kredit Investasi juga mengalami perlambatan dari

8,35% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 5,53% (yoy) pada Triwulan IV 2015. Namun demikian, Kredit Konsumsi pada

triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 15,72% (yoy), lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya mencapai

13,81% (yoy). Peningkatan Kredit Konsumsi pada akhir tahun tersebut, diperkirakan karena tingginya daya beli

masyarakat pada momen Hari Raya Natal dan Akhir Tahun 2015.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, pada Triwulan IV 2015 terdapat beberapa sektor yang mendorong melambatnya penyaluran

Kredit, diantaranya Kredit Sektor Konstruksi yang menurun sebesar 42,97% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang juga

mengalami penurunan sebesar 0,64% (yoy). Kemudian sektor Listrik, Gas, dan Air juga menurun sebesar 40,29% (yoy)

pada Triwulan IV 2015 dari 32,61% (yoy) di Triwulan III 2015. Kredit sektor Pertambangan dan Penggalian pada Triwulan IV

2015 masih mengalami penurunan sebesar 22,35% (yoy), lebih besar dari Triwulan III 2015 yang juga mengalami

penurunan sebesar 7,58% (yoy).

Berdasarkan sektor usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit pada Triwulan IV 2015 di Provinsi NTT adalah sektor

penerima kredit bukan lapangan usaha (konsumsi), kemudian sektor pedagang besar dan eceran, serta sektor konstruksi.

Secara spasial, 5 (lima) Kabupaten/Kota yang menjadi perhatian penyaluran kredit bank umum di NTT diantaranya berada

di Kota Kupang dengan share sebesar 41,24%, Kabupaten Belu 5,99%, Kabupaten Ende 5,91%, Kabupaten Sikka

5,77%, dan Kabupaten Manggarai 5,61%.

Grafik 3.9. Suku Bunga Simpanan

IV I II III IV20142013

I2015

II

SUKU BUNGA GIRO SUKU BUNGA DEPOSITO SUKU BUNGA TABUNGAN

III IV0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

Grafik 3.10. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II

5%

10%

15%

20%

25%

0%III

YOY KREDIT YOY MODAL KERJA YOY INVESTASI YOY KONSUMSI

Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSI

62,53% 7,09%

MODAL KERJA

30,38%IV

INVESTASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 39

Berdasarkan komposisi, Giro Pemerintah pada Triwulan IV 2015 masih memiliki porsi paling besar yaitu sebesar 48,50%,

kemudian diikuti oleh Giro Swasta sebesar 33,30% dan perorangan sebesar 17,91%. Sementara itu, melambatnya Giro

pada Triwulan IV 2015 juga disebabkan oleh menurunnya Giro Pemerintah sebesar 2,61% (yoy), dan melambatnya Giro

Lainnya sebesar 7,94% (yoy). Namun demikian pada kelompok Giro Swasta mengalami peningkatan sebesar 52,10%

(yoy) dan Giro Perorangan naik menjadi 63,23% (yoy). Hal ini diperkirakan karena adanya realisasi anggaran investasi dan

konsumsi pemerintah yang tinggi di akhir tahun, sehingga ada perpindahan preferensi dari kelompok pemerintah kepada

pihak swasta.

Komposisi dana tabungan pada triwulan ini masih dikuasai oleh Kelompok Perorangan dengan share 88,95%, kemudian

Swasta sebesar 9,32%, Pemerintah sebesar 1,65% dan Lainnya sebesar 0,08%. Pada Triwulan IV 2015 kelompok

Tabungan mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya Tabungan Perorangan sebesar 15,94% (yoy),

dan Tabungan Pemerintah sebesar 11,50% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan Lainnya mengalami penurunan

sebesar 25,92% (yoy) dan Tabungan Swasta melambat 12,41% (yoy).

Pada Triwulan IV 2015, kelompok Deposito Perorangan mengambil share terbesar yaitu 62,16%, kemudian Pemerintah

sebesar 31,85%, Swasta sebesar 5,21% dan Lainnya sebesar 0,08%. Sementara itu, Deposito dari sisi pertumbuhan

mengalami perlambatan pada semua golongan diantaranya Swasta sebesar 1,56% (yoy), kemudian Pemerintah sebesar

26,89% (yoy), Perorangan 13,50% dan Lainnya sebesar 9,05% (yoy).

DPK ditinjau dari suku bunga, pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga simpanan mengalami penurunan dibandingkan

dengan Triwulan III 2015. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh pada jumlah nasabah yang melakukan simpanan. Pada

Triwulan IV 2015 jumlah rekening giro di NTT mengalami peningkatan sebesar 10,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 8,91% (yoy). Rekening Tabungan pada Triwulan IV 2015 naik dari 4,16% (yoy) pada

Triwulan III 2015 menjadi 8,57% (yoy). Sementara itu, untuk rekening kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015

melambat sebesar 10,61% (yoy) lebih rendari dari Triwulan III 2015 yang mencapai 11,77% (yoy).

Share

GIRO DEPOSITO TABUNGAN DPK (YOY)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV

24,2%29,4% 26,7%

20,0%27,6% 29,3%

29,5%20,7%

25,5%25,0%

26,0%

24,1%

26,4%28,7%

66,5%65,2%

50,2%

45,6%47,4%

55,9%45,9% 42,0%

33,5% 34,8%

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

GIRO (YOY) DEPOSITO (YOY) TABUNGAN (YOY)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II III IV

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

2.1741.493

803

13

1.661

272

3.241

41

198

1.118

10.667

9

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201538

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.2.3. Penyaluran Kredit / Pembiayaan

Pertumbuhan penyaluran kredit oleh Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit melambat bila

dibandingkan dengan Triwulan III 2015, namun demikian masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional.

Pertumbuhan Kredit yang sedikit melambat terjadi karena rendahnya pertumbuhan Kredit Modal Kerja yaitu sebesar

12,75% (yoy), dari 16,78% (yoy) pada Triwulan III 2015. Selain itu, Kredit Investasi juga mengalami perlambatan dari

8,35% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 5,53% (yoy) pada Triwulan IV 2015. Namun demikian, Kredit Konsumsi pada

triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 15,72% (yoy), lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya mencapai

13,81% (yoy). Peningkatan Kredit Konsumsi pada akhir tahun tersebut, diperkirakan karena tingginya daya beli

masyarakat pada momen Hari Raya Natal dan Akhir Tahun 2015.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, pada Triwulan IV 2015 terdapat beberapa sektor yang mendorong melambatnya penyaluran

Kredit, diantaranya Kredit Sektor Konstruksi yang menurun sebesar 42,97% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang juga

mengalami penurunan sebesar 0,64% (yoy). Kemudian sektor Listrik, Gas, dan Air juga menurun sebesar 40,29% (yoy)

pada Triwulan IV 2015 dari 32,61% (yoy) di Triwulan III 2015. Kredit sektor Pertambangan dan Penggalian pada Triwulan IV

2015 masih mengalami penurunan sebesar 22,35% (yoy), lebih besar dari Triwulan III 2015 yang juga mengalami

penurunan sebesar 7,58% (yoy).

Berdasarkan sektor usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit pada Triwulan IV 2015 di Provinsi NTT adalah sektor

penerima kredit bukan lapangan usaha (konsumsi), kemudian sektor pedagang besar dan eceran, serta sektor konstruksi.

Secara spasial, 5 (lima) Kabupaten/Kota yang menjadi perhatian penyaluran kredit bank umum di NTT diantaranya berada

di Kota Kupang dengan share sebesar 41,24%, Kabupaten Belu 5,99%, Kabupaten Ende 5,91%, Kabupaten Sikka

5,77%, dan Kabupaten Manggarai 5,61%.

Grafik 3.9. Suku Bunga Simpanan

IV I II III IV20142013

I2015

II

SUKU BUNGA GIRO SUKU BUNGA DEPOSITO SUKU BUNGA TABUNGAN

III IV0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

Grafik 3.10. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II

5%

10%

15%

20%

25%

0%III

YOY KREDIT YOY MODAL KERJA YOY INVESTASI YOY KONSUMSI

Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSI

62,53% 7,09%

MODAL KERJA

30,38%IV

INVESTASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 39

Berdasarkan komposisi, Giro Pemerintah pada Triwulan IV 2015 masih memiliki porsi paling besar yaitu sebesar 48,50%,

kemudian diikuti oleh Giro Swasta sebesar 33,30% dan perorangan sebesar 17,91%. Sementara itu, melambatnya Giro

pada Triwulan IV 2015 juga disebabkan oleh menurunnya Giro Pemerintah sebesar 2,61% (yoy), dan melambatnya Giro

Lainnya sebesar 7,94% (yoy). Namun demikian pada kelompok Giro Swasta mengalami peningkatan sebesar 52,10%

(yoy) dan Giro Perorangan naik menjadi 63,23% (yoy). Hal ini diperkirakan karena adanya realisasi anggaran investasi dan

konsumsi pemerintah yang tinggi di akhir tahun, sehingga ada perpindahan preferensi dari kelompok pemerintah kepada

pihak swasta.

Komposisi dana tabungan pada triwulan ini masih dikuasai oleh Kelompok Perorangan dengan share 88,95%, kemudian

Swasta sebesar 9,32%, Pemerintah sebesar 1,65% dan Lainnya sebesar 0,08%. Pada Triwulan IV 2015 kelompok

Tabungan mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya Tabungan Perorangan sebesar 15,94% (yoy),

dan Tabungan Pemerintah sebesar 11,50% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan Lainnya mengalami penurunan

sebesar 25,92% (yoy) dan Tabungan Swasta melambat 12,41% (yoy).

Pada Triwulan IV 2015, kelompok Deposito Perorangan mengambil share terbesar yaitu 62,16%, kemudian Pemerintah

sebesar 31,85%, Swasta sebesar 5,21% dan Lainnya sebesar 0,08%. Sementara itu, Deposito dari sisi pertumbuhan

mengalami perlambatan pada semua golongan diantaranya Swasta sebesar 1,56% (yoy), kemudian Pemerintah sebesar

26,89% (yoy), Perorangan 13,50% dan Lainnya sebesar 9,05% (yoy).

DPK ditinjau dari suku bunga, pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga simpanan mengalami penurunan dibandingkan

dengan Triwulan III 2015. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh pada jumlah nasabah yang melakukan simpanan. Pada

Triwulan IV 2015 jumlah rekening giro di NTT mengalami peningkatan sebesar 10,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 8,91% (yoy). Rekening Tabungan pada Triwulan IV 2015 naik dari 4,16% (yoy) pada

Triwulan III 2015 menjadi 8,57% (yoy). Sementara itu, untuk rekening kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015

melambat sebesar 10,61% (yoy) lebih rendari dari Triwulan III 2015 yang mencapai 11,77% (yoy).

Share

GIRO DEPOSITO TABUNGAN DPK (YOY)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV

24,2%29,4% 26,7%

20,0%27,6% 29,3%

29,5%20,7%

25,5%25,0%

26,0%

24,1%

26,4%28,7%

66,5%65,2%

50,2%

45,6%47,4%

55,9%45,9% 42,0%

33,5% 34,8%

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

GIRO (YOY) DEPOSITO (YOY) TABUNGAN (YOY)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II III IV

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

2.1741.493

803

13

1.661

272

3.241

41

198

1.118

10.667

9

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201538

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Penyaluran kredit UMKM di NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.6,08 triliun atau mengalami perlambatan

17,79% (yoy) dari 19,91% (yoy) pada Triwulan III 2015. Walaupun demikian, pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT

masih berada jauh di atas pertumbuhan Nasional, dimana secara Nasional hanya mampu tumbuh sebesar 7,41% (yoy)

atau mencapai Rp.786,08 triliun. Sementara itu, rasio kredit UMKM dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan

Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai 31,19%,sedikit lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang

mencapai 31,73%.

Pertumbuhan kredit kelompok Mikro dan Kecil pada Triwulan IV 2015 mengalami perlambatan masing-masing sebesar

13,61% (yoy) dan 6,58% (yoy), lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang masing-masing mencapai 14,32% (yoy) dan

13,64% (yoy). Walaupun demikian, pada Triwulan IV 2015 kredit Menengah mengalami peningkatan sebesar 40,71%

(yoy) dari 34,97% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan IV 2015 didorong oleh melambatnya semua jenis penggunaan

kredit UMKM, Kredit UMKM Modal Kerja mengalami perlambatan sebesar 19,05% (yoy) dari 21,10% (yoy) pada Triwulan

III 2015. Selain itu, Kredit UMKM Investasi pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan dari 14,22% (yoy) pada

Triwulan III 2015 menjadi 11,93% (yoy).

Sementara itu, risiko Kredit Macet (NPL) UMKM pada Triwulan IV 2015 terus menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan

oleh penurunan rasio NPL menjadi sebesar 2,94% lebih kecil dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 3,83%. Rasio

kredit UMKM macet di Provinsi NTT juga relatif lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 4,78%.

Grafik 3.17. Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

KONSTRUKSI

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

JASA KEMASYARAKATAN,SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

72,26%

7,81%

3,78%

2,93%

2,68%

Grafik 3.16. Komposisi Kredit UMKM

MENENGAH

MIKRO

KECIL

42,21%

32,89%

24,90%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

I II III IV

2013

I IIIII IV

2014

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II III

KREDIT (YOY) RATIO NPL BI RATE MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI RATA-RATA BI RATE

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II IIIIV IV12,00%

12,50%

13,00%

13,50%

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 41

Grafik 3.12. Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

61,97%

25,34%

4,15%

1.57%

1.57%

3.2.4. Kualitas Kredit

Total kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.298,50 miliar atau dengan rasio sebesar 1,53%, lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai

1,93%. Penurunan rasio kredit macet (NPL) terutama didorong oleh penurunan kredit bermasalah pada kredit Modal Kerja

serta kredit Investasi dan Konsumsi.

Pada Triwulan IV 2015 berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka kredit di sektor Listrik, Gas dan Air menjadi

pendorong utama rasio kredit macet di Provinsi NTT, dengan rasio NPL sebesar 13,21%, diikuti oleh sektor konstruksi

dengan rasio sebesar 11,31%, dan sektor Perantara Keuangan sebesar 6,45%.

3.2.5. Suku Bunga

Pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT mengalami penurunan.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga Kredit Investasi mengalami penurunan yang terbesar, kemudian diikuti oleh

suku bunga Kredit Modal Kerja. Namun demkian, pada triwulan ini suku bunga Kredit Konsumsi mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan dengan Triwulan III 2015. Berdasarkan nilai suku bunga, kredit Konsumsi juga memiliki suku

bunga tertinggi dibandingkan suku bunga kredit yang lain. Dengan adanya penurunan suku bunga Kredit Investasi dan

Modal Kerja ini, diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan kredit terutama dalam penggunaan Modal Kerja dan

Investasi, sehingga masyarakat semakin tertarik untuk berinvestasi serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Provinsi NTT.

Suku bunga Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015 mencapai 14,20% menurun dibanding triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,68%. Kemudian suku bunga kredit Modal Kerja pada triwulan ini juga mengalami sedikit penurunan yaitu

sebesar 13,54%, lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 13,81%. Sementara itu, suku bunga kredit

Konsumsi pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan menjadi 14,82% dari 14,71% pada Triwulan III 2015.

Grafik 3.13. Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%

I IIIII IV

2014

I

2015

II III

NPL MODAL KERJA NPL INVESTASI NPL KONSUMSI NPL KREDIT

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201540

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Penyaluran kredit UMKM di NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.6,08 triliun atau mengalami perlambatan

17,79% (yoy) dari 19,91% (yoy) pada Triwulan III 2015. Walaupun demikian, pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT

masih berada jauh di atas pertumbuhan Nasional, dimana secara Nasional hanya mampu tumbuh sebesar 7,41% (yoy)

atau mencapai Rp.786,08 triliun. Sementara itu, rasio kredit UMKM dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan

Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai 31,19%,sedikit lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang

mencapai 31,73%.

Pertumbuhan kredit kelompok Mikro dan Kecil pada Triwulan IV 2015 mengalami perlambatan masing-masing sebesar

13,61% (yoy) dan 6,58% (yoy), lebih rendah dari Triwulan III 2015 yang masing-masing mencapai 14,32% (yoy) dan

13,64% (yoy). Walaupun demikian, pada Triwulan IV 2015 kredit Menengah mengalami peningkatan sebesar 40,71%

(yoy) dari 34,97% (yoy) pada Triwulan III 2015.

Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan IV 2015 didorong oleh melambatnya semua jenis penggunaan

kredit UMKM, Kredit UMKM Modal Kerja mengalami perlambatan sebesar 19,05% (yoy) dari 21,10% (yoy) pada Triwulan

III 2015. Selain itu, Kredit UMKM Investasi pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan dari 14,22% (yoy) pada

Triwulan III 2015 menjadi 11,93% (yoy).

Sementara itu, risiko Kredit Macet (NPL) UMKM pada Triwulan IV 2015 terus menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan

oleh penurunan rasio NPL menjadi sebesar 2,94% lebih kecil dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 3,83%. Rasio

kredit UMKM macet di Provinsi NTT juga relatif lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 4,78%.

Grafik 3.17. Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

KONSTRUKSI

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

JASA KEMASYARAKATAN,SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

72,26%

7,81%

3,78%

2,93%

2,68%

Grafik 3.16. Komposisi Kredit UMKM

MENENGAH

MIKRO

KECIL

42,21%

32,89%

24,90%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

I II III IV

2013

I IIIII IV

2014

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II III

KREDIT (YOY) RATIO NPL BI RATE MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI RATA-RATA BI RATE

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II IIIIV IV12,00%

12,50%

13,00%

13,50%

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 41

Grafik 3.12. Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

61,97%

25,34%

4,15%

1.57%

1.57%

3.2.4. Kualitas Kredit

Total kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.298,50 miliar atau dengan rasio sebesar 1,53%, lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai

1,93%. Penurunan rasio kredit macet (NPL) terutama didorong oleh penurunan kredit bermasalah pada kredit Modal Kerja

serta kredit Investasi dan Konsumsi.

Pada Triwulan IV 2015 berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka kredit di sektor Listrik, Gas dan Air menjadi

pendorong utama rasio kredit macet di Provinsi NTT, dengan rasio NPL sebesar 13,21%, diikuti oleh sektor konstruksi

dengan rasio sebesar 11,31%, dan sektor Perantara Keuangan sebesar 6,45%.

3.2.5. Suku Bunga

Pada Triwulan IV 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT mengalami penurunan.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga Kredit Investasi mengalami penurunan yang terbesar, kemudian diikuti oleh

suku bunga Kredit Modal Kerja. Namun demkian, pada triwulan ini suku bunga Kredit Konsumsi mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan dengan Triwulan III 2015. Berdasarkan nilai suku bunga, kredit Konsumsi juga memiliki suku

bunga tertinggi dibandingkan suku bunga kredit yang lain. Dengan adanya penurunan suku bunga Kredit Investasi dan

Modal Kerja ini, diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan kredit terutama dalam penggunaan Modal Kerja dan

Investasi, sehingga masyarakat semakin tertarik untuk berinvestasi serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Provinsi NTT.

Suku bunga Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015 mencapai 14,20% menurun dibanding triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,68%. Kemudian suku bunga kredit Modal Kerja pada triwulan ini juga mengalami sedikit penurunan yaitu

sebesar 13,54%, lebih rendah dibanding Triwulan III 2015 yang mencapai 13,81%. Sementara itu, suku bunga kredit

Konsumsi pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan menjadi 14,82% dari 14,71% pada Triwulan III 2015.

Grafik 3.13. Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%

I IIIII IV

2014

I

2015

II III

NPL MODAL KERJA NPL INVESTASI NPL KONSUMSI NPL KREDIT

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201540

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 3.24. Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

TIMOR FLORES SUMBA

ASSET DPK KREDIT NPL

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

1,40%

1,60%

1,80%

2,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

DEPOSITOTABUNGAN

Grafik 3.20. Komposisi DPK BPR

34,80%

65,20%

DEPOSITO TABUNGAN YOY DEPOSITO YOY TABUNGAN

Grafik 3.21. Pertumbuhan DPK BPR

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III IV -

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Adapun pendorong melambatnya penyaluran kredit BPR di NTT adalah melambatnya kredit sektor Konsumsi, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran serta menurunnya penyaluran kredit di sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi.

Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit dan penghimpunan DPK membuat rasio likuiditas perbankan atau Loan to

Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan dari 80,52% pada Triwulan III 2015 menjadi 76,70%.

Sementara itu, rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) juga mengalami penurunan dari 6,05% pada Triwulan III

2015 menjadi 5,40% pada Triwulan IV 2015.

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Aset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, pertumbuhan kinerja

perbankan dipulau Sumba masih relatif lebih bagus walaupun terjadi perlambatan di Triwulan IV 2015.

Grafik 3.23. Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kons

truk

si

Perd

agan

an B

esar

...

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi,

..

Pera

ntar

a Ke

uang

an

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i...

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Kem

asya

raka

tan.

..

Jasa

Per

oran

gan.

..

Kegi

atan

usa

ha y

ang.

..

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

SHARE THD NPL SHARE THD KREDIT

Grafik 3.22. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

0,04%

0,13%

0,24%

0,49%

0,95%

0,97%

1,03%

1,27%

1,30%

1,37%

1,47%

2,74%

3,49%

5,08%

6,43%

10,31%

10,67%

21,46%

30,56%

Pertambangan dan Penggalian

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Perikanan

Jasa Pendidikan

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga

Real Estate

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial…

Perantara Keuangan

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan…

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran

Bukan Lapangan Usaha - Lainnya

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%45%50%

3.4. KINERJA PERBANKAN BERDASARKAN SEBARAN PULAU

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 43

Penurunan rasio kredit macet (NPL) UMKM di Provinsi NTT didorong oleh menurunnya NPL Kredit Kecil, Mikro dan

Menengah. NPL Kredit Kecil mengalami penurunan dari 4,02% pada Triwulan IV 2015 menjadi 2,64% di Triwulan IV 2015.

NPL Kredit Mikro menurun dari 2,55% pada Triwulan IV 2015 menjadi 1,59%% pada Triwulan III 2015. Selain itu, NPL

Kredit Menengah pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang mencapai 4.36%, lebih rendah dari Triwulan III 2015

yaitu sebesar 4.53%. Sementara itu, Kredit UMKM pada triwulan ini menunjukkan peningkatan yang menggambarkan

peningkatan kinerja di sektor produktif sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi sebesar

83,18% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi hanya sebesar 16,82% dari total kredit UMKM.

Sampai dengan Triwulan IV 2015 pertumbuhan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga mengalami

perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada semua indikator kinerja BPR. Namun demikian, walaupun terjadi

perlambatan secara umum kinerja BPR masih relatif lebih baik dibanding kinerja bank umum.

Perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) didorong oleh melambatnya pertumbuhan Deposito dan Tabungan.

Kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.248,53 miliar atau tumbuh sebesar 33,71% (yoy) lebih rendah

dari pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 38,43% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan mencapai

Rp.132,63 miliar atau tumbuh 7,74% (yoy) juga lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan III 2015 yaitu 12,34% (yoy).

Perlambatan penyaluran kredit oleh BPR terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit Investasi dan

konsumsi. Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan sebesar 1,48% (yoy) dari 5,80% (yoy) pada

Triwulan III 2015. Pada Triwulan IV 2015 Kredit Konsumsi mengalami perlambatan sebesar 6,93% (yoy) lebih rendah dari

Triwulan III 2015 yang mencapai 13,80% (yoy). Sementara itu, Kredit Modal Kerja pada Triwulan IV 2015 mengalami

peningkatan dari 20,65% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 26,98% (yoy).

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Grafik 3.19. Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

MODAL KERJA INVESTASI INVESTASI (YOY)MODAL KERJA (YOY)

0

Grafik 3.18. Perkembangan UMKM

I II III IV

2013

I II III IV

2014

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II III -

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

KREDIT UMKM NPL KREDIT UMKM KREDIT UMKM (YOY) RATIO NPL UMKM

IV

IV

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Tabel 3.2.Perkembangan Kinerja BPR

2013

336,87

34,35%

255,73

45,80%

247,60

33,00%

84,26%

4,45%

343,28

35,32%

270,06

49,33%

250,20

37,53%

82,57%

4,96%

355,19

34,81%

294,39

38,87%

323,64

76,04%

85,60%

5,08%

373,58

23,48%

306,28

26,41%

274,78

29,98%

84,13%

5,30%

415,26

23,27%

318,54

24,56%

308,97

24,79%

79,40%

4,76%

2014

I II III IVIndikator Utama

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

436,99

27,30%

330,21

22,27%

311,39

24,45%

80,46%

5,46%

I

2015

454,41

26,50%

348,80

18,59%

330,86

28,69%

82,38%

5,71%

II

481,56

28,90%

353,59

15,45%

352,91

28,43%

80,52%

6,05%

III

509,90

22,79%

365,85

14,85%

381,16

23,36%

76,70%

5,40%

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201542

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Grafik 3.24. Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

TIMOR FLORES SUMBA

ASSET DPK KREDIT NPL

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

1,40%

1,60%

1,80%

2,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

DEPOSITOTABUNGAN

Grafik 3.20. Komposisi DPK BPR

34,80%

65,20%

DEPOSITO TABUNGAN YOY DEPOSITO YOY TABUNGAN

Grafik 3.21. Pertumbuhan DPK BPR

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III IV -

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Adapun pendorong melambatnya penyaluran kredit BPR di NTT adalah melambatnya kredit sektor Konsumsi, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran serta menurunnya penyaluran kredit di sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi.

Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit dan penghimpunan DPK membuat rasio likuiditas perbankan atau Loan to

Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan dari 80,52% pada Triwulan III 2015 menjadi 76,70%.

Sementara itu, rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) juga mengalami penurunan dari 6,05% pada Triwulan III

2015 menjadi 5,40% pada Triwulan IV 2015.

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Aset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, pertumbuhan kinerja

perbankan dipulau Sumba masih relatif lebih bagus walaupun terjadi perlambatan di Triwulan IV 2015.

Grafik 3.23. Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kons

truk

si

Perd

agan

an B

esar

...

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi,

..

Pera

ntar

a Ke

uang

an

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i...

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Kem

asya

raka

tan.

..

Jasa

Per

oran

gan.

..

Kegi

atan

usa

ha y

ang.

..

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

SHARE THD NPL SHARE THD KREDIT

Grafik 3.22. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

0,04%

0,13%

0,24%

0,49%

0,95%

0,97%

1,03%

1,27%

1,30%

1,37%

1,47%

2,74%

3,49%

5,08%

6,43%

10,31%

10,67%

21,46%

30,56%

Pertambangan dan Penggalian

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Perikanan

Jasa Pendidikan

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga

Real Estate

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial…

Perantara Keuangan

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan…

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran

Bukan Lapangan Usaha - Lainnya

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%45%50%

3.4. KINERJA PERBANKAN BERDASARKAN SEBARAN PULAU

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 43

Penurunan rasio kredit macet (NPL) UMKM di Provinsi NTT didorong oleh menurunnya NPL Kredit Kecil, Mikro dan

Menengah. NPL Kredit Kecil mengalami penurunan dari 4,02% pada Triwulan IV 2015 menjadi 2,64% di Triwulan IV 2015.

NPL Kredit Mikro menurun dari 2,55% pada Triwulan IV 2015 menjadi 1,59%% pada Triwulan III 2015. Selain itu, NPL

Kredit Menengah pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan yang mencapai 4.36%, lebih rendah dari Triwulan III 2015

yaitu sebesar 4.53%. Sementara itu, Kredit UMKM pada triwulan ini menunjukkan peningkatan yang menggambarkan

peningkatan kinerja di sektor produktif sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi sebesar

83,18% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi hanya sebesar 16,82% dari total kredit UMKM.

Sampai dengan Triwulan IV 2015 pertumbuhan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga mengalami

perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada semua indikator kinerja BPR. Namun demikian, walaupun terjadi

perlambatan secara umum kinerja BPR masih relatif lebih baik dibanding kinerja bank umum.

Perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) didorong oleh melambatnya pertumbuhan Deposito dan Tabungan.

Kelompok Deposito pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.248,53 miliar atau tumbuh sebesar 33,71% (yoy) lebih rendah

dari pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 38,43% (yoy). Sementara itu, kelompok Tabungan mencapai

Rp.132,63 miliar atau tumbuh 7,74% (yoy) juga lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan III 2015 yaitu 12,34% (yoy).

Perlambatan penyaluran kredit oleh BPR terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit Investasi dan

konsumsi. Kredit Investasi pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan sebesar 1,48% (yoy) dari 5,80% (yoy) pada

Triwulan III 2015. Pada Triwulan IV 2015 Kredit Konsumsi mengalami perlambatan sebesar 6,93% (yoy) lebih rendah dari

Triwulan III 2015 yang mencapai 13,80% (yoy). Sementara itu, Kredit Modal Kerja pada Triwulan IV 2015 mengalami

peningkatan dari 20,65% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 26,98% (yoy).

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Grafik 3.19. Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

MODAL KERJA INVESTASI INVESTASI (YOY)MODAL KERJA (YOY)

0

Grafik 3.18. Perkembangan UMKM

I II III IV

2013

I II III IV

2014

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II III -

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

KREDIT UMKM NPL KREDIT UMKM KREDIT UMKM (YOY) RATIO NPL UMKM

IV

IV

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Tabel 3.2.Perkembangan Kinerja BPR

2013

336,87

34,35%

255,73

45,80%

247,60

33,00%

84,26%

4,45%

343,28

35,32%

270,06

49,33%

250,20

37,53%

82,57%

4,96%

355,19

34,81%

294,39

38,87%

323,64

76,04%

85,60%

5,08%

373,58

23,48%

306,28

26,41%

274,78

29,98%

84,13%

5,30%

415,26

23,27%

318,54

24,56%

308,97

24,79%

79,40%

4,76%

2014

I II III IVIndikator Utama

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

436,99

27,30%

330,21

22,27%

311,39

24,45%

80,46%

5,46%

I

2015

454,41

26,50%

348,80

18,59%

330,86

28,69%

82,38%

5,71%

II

481,56

28,90%

353,59

15,45%

352,91

28,43%

80,52%

6,05%

III

509,90

22,79%

365,85

14,85%

381,16

23,36%

76,70%

5,40%

IV

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201542

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2015 menjadi 13,10% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.10,98 triliun pada Triwulan IV 2015. Sementara itu,

penghimpunan DPK 19.12% (yoy) atau Rp.12,96 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang hanya

mencapai 17,08% (yoy). Rasio kredit macet di pulau Timor juga mengalami penurunan dari 2,19% pada Triwulan III 2015

menjadi 1,81% di triwulan IV 2015. Angka rasio LDR pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dari 83,05% menjadi

84,75% pada Triwulan III 2015.

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.29. Komposisi DPK di Pulau Timor Grafik 3.30. Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

61,87%

28,30%

9,83%

47,03%

37,17%

15,72% 0,08%

37,83% 5,42%

56,05%

0,70%

1,23%

8,66%

90,04%

0,07%

3.5. SISTEM PEMBAYARAN

3.5.1. Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)Sistem Kliring Nasional Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT Pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

yang signifikan. Di sisi lain pertumbuhan kliring Provinsi NTT juga masih tumbuh jauh di atas pertumbuhan kliring

Nasional. Pertumbuhan kliring di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 dari sisi nominal mencapai Rp.3.012,64 miliar,

tumbuh 152,50% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 52,03% (yoy). Sementara itu,

dari sisi volume pada Triwulan IV 2015 naik 67,03% (yoy) atau mencapai 72.843 lembar warkat dari 28,15% (yoy) pada

Triwulan III 2015.

Peningkatan transaksi yang signifikan ini disebabkan oleh adanya perubahan ketentuan dan kegiatan SKNBI serta

perlindungan nasabah. Saat ini, settlement layanan Transfer Dana ditambah menjadi 5 (lima) kali, yaitu pada pukul 09.00,

11.00, 13.00, 15.00, dan 16.45 WIB sedangkan Layanan Kliring Warkat Debit saat ini dibagi menjadi 4 zona.

Dibandingkan transfer melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), terdapat beberapa perbedaan

transfer melalui SKNBI, yaitu pertama, SKNBI setelmennya dilakukan secara periodik (netting) sedangkan RTGS,

setelmennya dilakukan secara individual (gross). Kedua, dari segi batasan nominal, transaksi transfer dana nasabah yang

dapat diproses melalui SKNBI sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat batasan maksimal, sedangkan transaksi nasabah

melalui BI-RTGS minimal sebesar Rp.100.000.000,00 per transaksi. Ketiga, biaya yang dikenakan Bank Indonesia kepada

Peserta untuk SKNBI lebih murah, yaitu sebesar Rp.750,00 per transaksi dan maksimal biaya transfer dana yang dapat

dikenakan peserta kepada nasabahnya adalah Rp.5.000,00, sedangkan biaya transaksi BI-RTGS yang dikenakan Bank

Indonesia kepada peserta adalah sebesar Rp.15.000,00 dan maksimal biaya transfer dana yang dapat dikenakan peserta

kepada nasabahnya adalah sebesar Rp.35.000,00.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 45

3.4.1. Pulau Flores

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Flores relatif melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan Aset

perbankan di pulau Flores yang hanya sebesar 13,63% (yoy) atau Rp.8,20 triliun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan III 2015 yang mencapai sebesar 17,59% (yoy). Penghimpunan DPK pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.6,93

triliun atau melambat 13,63% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang mencapai 17,59% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit

di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari 14,22% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 15,00% (yoy)

atau dengan nominal mencapai Rp.6,64 triliun. Angka rasio kredit macet (NPL) di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015

mengalami penurunan, dari 1,80% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,33% pada Triwulan IV 2015. Adapun rasio likuiditas

di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015 mencapai 95,79% lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya sebesar 83,90%.

3.4.2. Pulau Sumba

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan Aset pada

Triwulan IV 2015 melambat sebesar 12,45% (yoy) atau mencapai Rp.2,11 triliun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 16,90% (yoy). Sementara itu, penghimpunan DPK di Pulau Sumba mencapai Rp.1,80 triliun,

ikut mengalami perlambatan sebesar 14,09% (yoy) dari 18,38% (yoy) pada Triwulan III 2015. Adapun angka rasio

likuiditas meningkat dari 87,34% menjadi 104,03%. Hal ini disebabkan oleh tingginya penyaluran kredit yang tidak

sebanding atau lebih besar dari penghimpunan DPK di Pulau Sumba. Namun demikian, rasio kredit macet di pulau Sumba

pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan dari 0,83% pada Triwulan III 2015 menjadi 0,60%.

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

63,52%

32,30%

4,18%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.25. Komposisi DPK di Pulau Flores

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.26. Komposisi Kredit di Pulau Flores

52,48%

22,26%

24,45%

0,82%

9,97%

5,28%

83,44%

1,31%

2,24%

9,81%

87,84%

0,11%

Grafik 3.28. Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

70,00%

27,45%

2,56%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.27. Komposisi DPK di Pulau Sumba

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

45,15%

43,43%

11,42% 0,00%

31,98% 2,05%

65,97%

0,00%

2,08%

12,03%

85,87%

0,02%

3.4.3. Pulau Timor

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Timor sedikit melambat. Aset perbankan di pulau Timor pada

Triwulan IV 2015 mencapai Rp.21,78 triliun atau melambat sebesar 10,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan Triwulan III

2015 yang mencapai 19,28% (yoy). Penyaluran Kredit juga mengalami perlambatan dari 14,39% (yoy) pada Triwulan III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201544

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

2015 menjadi 13,10% (yoy) atau dengan nominal sebesar Rp.10,98 triliun pada Triwulan IV 2015. Sementara itu,

penghimpunan DPK 19.12% (yoy) atau Rp.12,96 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang hanya

mencapai 17,08% (yoy). Rasio kredit macet di pulau Timor juga mengalami penurunan dari 2,19% pada Triwulan III 2015

menjadi 1,81% di triwulan IV 2015. Angka rasio LDR pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dari 83,05% menjadi

84,75% pada Triwulan III 2015.

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.29. Komposisi DPK di Pulau Timor Grafik 3.30. Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

61,87%

28,30%

9,83%

47,03%

37,17%

15,72% 0,08%

37,83% 5,42%

56,05%

0,70%

1,23%

8,66%

90,04%

0,07%

3.5. SISTEM PEMBAYARAN

3.5.1. Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)Sistem Kliring Nasional Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT Pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

yang signifikan. Di sisi lain pertumbuhan kliring Provinsi NTT juga masih tumbuh jauh di atas pertumbuhan kliring

Nasional. Pertumbuhan kliring di Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 dari sisi nominal mencapai Rp.3.012,64 miliar,

tumbuh 152,50% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2015 yang hanya mencapai 52,03% (yoy). Sementara itu,

dari sisi volume pada Triwulan IV 2015 naik 67,03% (yoy) atau mencapai 72.843 lembar warkat dari 28,15% (yoy) pada

Triwulan III 2015.

Peningkatan transaksi yang signifikan ini disebabkan oleh adanya perubahan ketentuan dan kegiatan SKNBI serta

perlindungan nasabah. Saat ini, settlement layanan Transfer Dana ditambah menjadi 5 (lima) kali, yaitu pada pukul 09.00,

11.00, 13.00, 15.00, dan 16.45 WIB sedangkan Layanan Kliring Warkat Debit saat ini dibagi menjadi 4 zona.

Dibandingkan transfer melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), terdapat beberapa perbedaan

transfer melalui SKNBI, yaitu pertama, SKNBI setelmennya dilakukan secara periodik (netting) sedangkan RTGS,

setelmennya dilakukan secara individual (gross). Kedua, dari segi batasan nominal, transaksi transfer dana nasabah yang

dapat diproses melalui SKNBI sampai dengan 30 Juni 2016 tidak terdapat batasan maksimal, sedangkan transaksi nasabah

melalui BI-RTGS minimal sebesar Rp.100.000.000,00 per transaksi. Ketiga, biaya yang dikenakan Bank Indonesia kepada

Peserta untuk SKNBI lebih murah, yaitu sebesar Rp.750,00 per transaksi dan maksimal biaya transfer dana yang dapat

dikenakan peserta kepada nasabahnya adalah Rp.5.000,00, sedangkan biaya transaksi BI-RTGS yang dikenakan Bank

Indonesia kepada peserta adalah sebesar Rp.15.000,00 dan maksimal biaya transfer dana yang dapat dikenakan peserta

kepada nasabahnya adalah sebesar Rp.35.000,00.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 45

3.4.1. Pulau Flores

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Flores relatif melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan Aset

perbankan di pulau Flores yang hanya sebesar 13,63% (yoy) atau Rp.8,20 triliun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan III 2015 yang mencapai sebesar 17,59% (yoy). Penghimpunan DPK pada Triwulan IV 2015 mencapai Rp.6,93

triliun atau melambat 13,63% (yoy) dari Triwulan III 2015 yang mencapai 17,59% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit

di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari 14,22% (yoy) pada Triwulan III 2015 menjadi 15,00% (yoy)

atau dengan nominal mencapai Rp.6,64 triliun. Angka rasio kredit macet (NPL) di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015

mengalami penurunan, dari 1,80% pada Triwulan III 2015 menjadi 1,33% pada Triwulan IV 2015. Adapun rasio likuiditas

di Pulau Flores pada Triwulan IV 2015 mencapai 95,79% lebih tinggi dari Triwulan III 2015 yang hanya sebesar 83,90%.

3.4.2. Pulau Sumba

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan IV 2015 juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan Aset pada

Triwulan IV 2015 melambat sebesar 12,45% (yoy) atau mencapai Rp.2,11 triliun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 16,90% (yoy). Sementara itu, penghimpunan DPK di Pulau Sumba mencapai Rp.1,80 triliun,

ikut mengalami perlambatan sebesar 14,09% (yoy) dari 18,38% (yoy) pada Triwulan III 2015. Adapun angka rasio

likuiditas meningkat dari 87,34% menjadi 104,03%. Hal ini disebabkan oleh tingginya penyaluran kredit yang tidak

sebanding atau lebih besar dari penghimpunan DPK di Pulau Sumba. Namun demikian, rasio kredit macet di pulau Sumba

pada Triwulan IV 2015 mengalami penurunan dari 0,83% pada Triwulan III 2015 menjadi 0,60%.

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

63,52%

32,30%

4,18%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.25. Komposisi DPK di Pulau Flores

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.26. Komposisi Kredit di Pulau Flores

52,48%

22,26%

24,45%

0,82%

9,97%

5,28%

83,44%

1,31%

2,24%

9,81%

87,84%

0,11%

Grafik 3.28. Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

70,00%

27,45%

2,56%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.27. Komposisi DPK di Pulau Sumba

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

45,15%

43,43%

11,42% 0,00%

31,98% 2,05%

65,97%

0,00%

2,08%

12,03%

85,87%

0,02%

3.4.3. Pulau Timor

Pada Triwulan IV 2015 kinerja perbankan di pulau Timor sedikit melambat. Aset perbankan di pulau Timor pada

Triwulan IV 2015 mencapai Rp.21,78 triliun atau melambat sebesar 10,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan Triwulan III

2015 yang mencapai 19,28% (yoy). Penyaluran Kredit juga mengalami perlambatan dari 14,39% (yoy) pada Triwulan III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201544

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, diantaranya jumlah aliran uang keluar

dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

3.5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Pada Triwulan IV 2015 perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh

peningkatan outflow atau uang yang beredar mencapai Rp.2.590,38 miliar atau tumbuh sebesar 25,31% (yoy).

Sementara itu, aliran inflow atau uang yang disetor di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan IV

2015 mencapai Rp.525,49 miliar, melambat 3,67% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang mengalami

peningkatan sebesar 9,65% (yoy). Sepanjang triwulan IV 2015, pengedaran uang tunai mengalami net-outflow positif

sebesar Rp.2.064,90 miliar atau tumbuh hingga sebesar 32,33% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

3.5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang telah dimusnahkan di Provinsi NTT hingga Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.252,79 miliar atau menurun 23,58% (yoy). Hal ini dapat digambarkan oleh jumlah setoran UTLE di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Pada Triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp.355,11 miliar, atau menurun sebesar

24,31% (yoy) bila dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang juga mengalami penurunan sebesar 17,06% (yoy).

Sementara itu, rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional pada Triwulan IV 2015 yaitu sebesar 0,57%

sedikit meningkat bila dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 0,51%. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

NTT terus mengupayakan untuk menekan laju pertumbuhan UTLE di NTT dengan cara melakukan sosialisasi bagaimana

memperlakukan uang rupiah dengan baik ke pasar-pasar, perbankan, serta akademisi dan pelajar.

3.5.2.3. Temuan Uang PalsuTemuan uang palsu yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit

meningkat. Jumlah lembar uang palsu meningkat dari 52 lembar menjadi 53 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu

yang ditemukan pada triwulan ini umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,-, pecahan Rp.10.000,- dan Rp.50.000,-.

Jumlah uang palsu yang ditemukan sedikit meningkat, hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pengenalan ciri-ciri

keaslian uang rupiah berdampak positif dan terus diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Peningkatan

pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan yang tinggi uang palsu tersebut dilaporkan.

3.5.2. Transaksi Tunai

Grafik 3.36. Perkembangan Transaksi Tunai

NET IN/OUT (RP. MILIAR) QTQ YOY

Grafik 3.37. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOWINFLOW (RP. MILIAR)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 47

Berdasarkan komposisi peserta pengirim, transaksi kliring Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 paling besar didorong oleh

Bank Swasta Nasional dengan porsi sebesar 55,70%, kemudian Bank Pemerintah 41,03%, Bank Syariah 2,15%, Bank

Campuran 0,75% dan Bank Pembangunan Daerah sebesar 0,37%.

3.5.1.2. Transaksi RTGSTransaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 hingga November 2015 mengalami penurunan. Tingginya net outflow RTGS di

Provinsi NTT diperkirakan menggambarkan adanya investasi keluar Provinsi NTT, serta tingginya transaksi dalam rangka

realisasi anggaran dan proyek pemerintah.

Transfer masuk (inflow) menggunakan BI-RTGS ke Provinsi NTT pada triwulan ini tercatat sebesar Rp.10.576,81 miliar,

menurun 70.31% (yoy) dari 37,82% (yoy) pada Triwulan III 2015. Sementara itu, transfer keluar (outflow) dari Oktober

sampai November 2015 mencapai Rp.14.364,68 miliar, juga mengalami penurunan sebesar 46,47% (yoy) dari 37,50%

(yoy) pada Triwulan III 2015. Net-Outflow pada triwulan IV 2015 sebesar Rp.3.787,87 miliar atau menurun sebesar

143,06% (yoy) pada triwulan ini.

Grafik 3.34. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II III

Grafik 3.35. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II0

5.000

IIIIV

VOLUME

IV

NOMINAL

Grafik 3.33. Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

BANK SWASTA NASIONAL

BANK PEMERINTAH

BANK Syariah

55,70%

41,03%

2,15%

BANK

PEMBANGUNAN DAERAH

0,37%

BANK CAMPURAN

0,75%

Grafik 3.31. Perkembangan SKNBI NTT

NTT

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II III

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Nasional

Nasional

I II

2013 2014

III IV

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

III IV

2015

I II IIIIV0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

IV0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201546

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2500.00

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015III IV

-80,00%

0,00%

80,00%

I I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV2012

II III IV0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, diantaranya jumlah aliran uang keluar

dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

3.5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Pada Triwulan IV 2015 perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh

peningkatan outflow atau uang yang beredar mencapai Rp.2.590,38 miliar atau tumbuh sebesar 25,31% (yoy).

Sementara itu, aliran inflow atau uang yang disetor di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan IV

2015 mencapai Rp.525,49 miliar, melambat 3,67% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang mengalami

peningkatan sebesar 9,65% (yoy). Sepanjang triwulan IV 2015, pengedaran uang tunai mengalami net-outflow positif

sebesar Rp.2.064,90 miliar atau tumbuh hingga sebesar 32,33% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

3.5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang telah dimusnahkan di Provinsi NTT hingga Triwulan IV 2015 mencapai

Rp.252,79 miliar atau menurun 23,58% (yoy). Hal ini dapat digambarkan oleh jumlah setoran UTLE di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Pada Triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp.355,11 miliar, atau menurun sebesar

24,31% (yoy) bila dibandingkan dengan Triwulan III 2015 yang juga mengalami penurunan sebesar 17,06% (yoy).

Sementara itu, rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional pada Triwulan IV 2015 yaitu sebesar 0,57%

sedikit meningkat bila dibandingkan Triwulan III 2015 yang mencapai 0,51%. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

NTT terus mengupayakan untuk menekan laju pertumbuhan UTLE di NTT dengan cara melakukan sosialisasi bagaimana

memperlakukan uang rupiah dengan baik ke pasar-pasar, perbankan, serta akademisi dan pelajar.

3.5.2.3. Temuan Uang PalsuTemuan uang palsu yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 sedikit

meningkat. Jumlah lembar uang palsu meningkat dari 52 lembar menjadi 53 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu

yang ditemukan pada triwulan ini umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,-, pecahan Rp.10.000,- dan Rp.50.000,-.

Jumlah uang palsu yang ditemukan sedikit meningkat, hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pengenalan ciri-ciri

keaslian uang rupiah berdampak positif dan terus diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Peningkatan

pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan yang tinggi uang palsu tersebut dilaporkan.

3.5.2. Transaksi Tunai

Grafik 3.36. Perkembangan Transaksi Tunai

NET IN/OUT (RP. MILIAR) QTQ YOY

Grafik 3.37. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOWINFLOW (RP. MILIAR)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 47

Berdasarkan komposisi peserta pengirim, transaksi kliring Provinsi NTT pada Triwulan IV 2015 paling besar didorong oleh

Bank Swasta Nasional dengan porsi sebesar 55,70%, kemudian Bank Pemerintah 41,03%, Bank Syariah 2,15%, Bank

Campuran 0,75% dan Bank Pembangunan Daerah sebesar 0,37%.

3.5.1.2. Transaksi RTGSTransaksi BI-RTGS pada Triwulan IV 2015 hingga November 2015 mengalami penurunan. Tingginya net outflow RTGS di

Provinsi NTT diperkirakan menggambarkan adanya investasi keluar Provinsi NTT, serta tingginya transaksi dalam rangka

realisasi anggaran dan proyek pemerintah.

Transfer masuk (inflow) menggunakan BI-RTGS ke Provinsi NTT pada triwulan ini tercatat sebesar Rp.10.576,81 miliar,

menurun 70.31% (yoy) dari 37,82% (yoy) pada Triwulan III 2015. Sementara itu, transfer keluar (outflow) dari Oktober

sampai November 2015 mencapai Rp.14.364,68 miliar, juga mengalami penurunan sebesar 46,47% (yoy) dari 37,50%

(yoy) pada Triwulan III 2015. Net-Outflow pada triwulan IV 2015 sebesar Rp.3.787,87 miliar atau menurun sebesar

143,06% (yoy) pada triwulan ini.

Grafik 3.34. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II III

Grafik 3.35. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II0

5.000

IIIIV

VOLUME

IV

NOMINAL

Grafik 3.33. Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

BANK SWASTA NASIONAL

BANK PEMERINTAH

BANK Syariah

55,70%

41,03%

2,15%

BANK

PEMBANGUNAN DAERAH

0,37%

BANK CAMPURAN

0,75%

Grafik 3.31. Perkembangan SKNBI NTT

NTT

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II III

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Nasional

Nasional

I II

2013 2014

III IV

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

III IV

2015

I II IIIIV0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

IV0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201546

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2500.00

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015III IV

-80,00%

0,00%

80,00%

I I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV2012

II III IV0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Realisasi pendapatan pemerintah pada akhir tahun 2015 mencapai 105,5% (Rp 22,09 triliun)

dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp 20,95 triliun.

Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun 2015 tercatat

moderat yaitu sebesar 85,4%(Rp 29,47 triliun) dibandingkan pagu rencana belanja sebesar

Rp 34,5 triliun.

Keuangan D aerah04

Grafik 3.39. Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1000

1200

I II2012

LEMBAR UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

III IV II III

Grafik 3.38. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

OUTFLOW (RP. MILIAR) QTQ UTLE YOY UTLEINFLOW (RP. MILIAR) UTLE

IV IV

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif telah dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menuntut

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201548

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Realisasi pendapatan pemerintah pada akhir tahun 2015 mencapai 105,5% (Rp 22,09 triliun)

dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp 20,95 triliun.

Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun 2015 tercatat

moderat yaitu sebesar 85,4%(Rp 29,47 triliun) dibandingkan pagu rencana belanja sebesar

Rp 34,5 triliun.

Keuangan D aerah04

Grafik 3.39. Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1000

1200

I II2012

LEMBAR UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

III IV II III

Grafik 3.38. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

OUTFLOW (RP. MILIAR) QTQ UTLE YOY UTLEINFLOW (RP. MILIAR) UTLE

IV IV

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif telah dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menuntut

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201548

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

4.1. KONDISI UMUM

Di akhir tahun 2015, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp 34,5

triliun atau meningkat Rp 2,44 triliun (7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari alokasi

APBD Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun dan terutama pada komponen belanja modal yang

mencapai Rp 937 miliar. Peningkatan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus serta Dana Alokasi Khusus dari Pemerintah Pusat. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah hingga akhir tahun

mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun) dengan realisasi tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Sementara itu, realisasi

belanja modal mencapai 83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal tertinggi

terutama dipergunakan bagi pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan pembangunan/pelebaran jalan terutama di

kawasan perbatasan.

Dari sisi pendapatan, realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 105,46% atau Rp 22,09 triliun dari total rencana target

Rp 20,95 triliun. Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah Pusat melalui pendapatan Pajak Penghasilan (Rp

1,21 triliun) dan Pajak Pertambahan Nilai (Rp 903 miliar). Realisasi pendapatan cukup tinggi juga terjadi di Pemerintah

Provinsi yang mencapai 99,7% atau Rp 3,34 triliun dari target sebelumnya Rp 3,35 triliun.

Pendapatan Pemerintah di Provinsi NTT mencapai 22,09 Triliun atau 105,8% dari pagu target. Dari sisi kewenangan

pengaturan daerah. Pendapatan APBN di Provinsi NTT adalah sebesar Rp 2,47 triliun yang terutama berasal dari Pajak

penghasilan sebesar Rp 1,2 triliun (48,9%) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 903 miliar (36,5%) sementara sisa

pendapatan berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pendapatan Pajak Lainnya. Sementara itu, pendapatan

pemerintah daerah, baik Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi terutama berasal dari Dana Alokasi Umum

(DAU) dengan pangsa 38,9% (Pemerintah Provinsi) dan 65,2% (Pemerintah Kabupaten/Kota). Masih tingginya DAU

menunjukkan tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap alokasi dana dari Pemerintah Pusat. Selain itu, hal

ini menunjukkan pula masih terbatasnya objek-objek pajak daerah di NTT yang juga disebabkan oleh minimnya industri

dan pengelolaan potensi pariwisata yang belum optimal.

Selain berasal dari DAU terdapat pula komponen pendapatan lainnya pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Komponen pendapatan Pemerintah Provinsi ditopang pula oleh Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebesar Rp 963

miliar (28,8%) yang sebagian digunakan bagi peningkatan kualitas pendidikan (Dana Operasional Sekolah dan Tunjangan

Guru di daerah) serta Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 659,8 miliar (27,3%). Di sisi lain, komponen pendapatan

Pemerintah Kab/Kota ditopang pula oleh Dana Alokasi Khusus sebesar 12,8% (Rp 2,07 triliun).

4.2 PENDAPATAN DAERAH

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

20,95

34,51

22,09

Triliun

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

Triliun

REALISASI

APBN KAB PROV

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

29,48

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

15%16% 2%

11%

82%% 74%%

ANGGARAN

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

57%

12%

10% 33%

34%

54%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

0,35

17,24

3,352,48

16,27

3,34

-

5

10

15

20ANGGARAN

11,34

19,64

3,52

10,11

16,00

3,36 -

5

10

15

20

25

Triliun Rp

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 51

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

4.1. KONDISI UMUM

Di akhir tahun 2015, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT mencapai Rp 34,5

triliun atau meningkat Rp 2,44 triliun (7,6%) dibandingkan triwulan-III 2015. Peningkatan tertinggi berasal dari alokasi

APBD Kabupaten/Kota yang meningkat mencapai Rp 1,9 triliun dan terutama pada komponen belanja modal yang

mencapai Rp 937 miliar. Peningkatan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus serta Dana Alokasi Khusus dari Pemerintah Pusat. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah hingga akhir tahun

mencapai 85,4% (Rp 29,47 triliun) dengan realisasi tertinggi pada Pemerintah Provinsi (95,4%). Sementara itu, realisasi

belanja modal mencapai 83,5% atau Rp 9,28 triliun dari total pagu sebesar Rp 11,1 triliun. Belanja modal tertinggi

terutama dipergunakan bagi pembangunan bendungan, jaringan irigasi dan pembangunan/pelebaran jalan terutama di

kawasan perbatasan.

Dari sisi pendapatan, realisasi hingga akhir tahun 2015 mencapai 105,46% atau Rp 22,09 triliun dari total rencana target

Rp 20,95 triliun. Peningkatan pendapatan terbesar diperoleh Pemerintah Pusat melalui pendapatan Pajak Penghasilan (Rp

1,21 triliun) dan Pajak Pertambahan Nilai (Rp 903 miliar). Realisasi pendapatan cukup tinggi juga terjadi di Pemerintah

Provinsi yang mencapai 99,7% atau Rp 3,34 triliun dari target sebelumnya Rp 3,35 triliun.

Pendapatan Pemerintah di Provinsi NTT mencapai 22,09 Triliun atau 105,8% dari pagu target. Dari sisi kewenangan

pengaturan daerah. Pendapatan APBN di Provinsi NTT adalah sebesar Rp 2,47 triliun yang terutama berasal dari Pajak

penghasilan sebesar Rp 1,2 triliun (48,9%) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 903 miliar (36,5%) sementara sisa

pendapatan berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pendapatan Pajak Lainnya. Sementara itu, pendapatan

pemerintah daerah, baik Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi terutama berasal dari Dana Alokasi Umum

(DAU) dengan pangsa 38,9% (Pemerintah Provinsi) dan 65,2% (Pemerintah Kabupaten/Kota). Masih tingginya DAU

menunjukkan tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap alokasi dana dari Pemerintah Pusat. Selain itu, hal

ini menunjukkan pula masih terbatasnya objek-objek pajak daerah di NTT yang juga disebabkan oleh minimnya industri

dan pengelolaan potensi pariwisata yang belum optimal.

Selain berasal dari DAU terdapat pula komponen pendapatan lainnya pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Komponen pendapatan Pemerintah Provinsi ditopang pula oleh Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebesar Rp 963

miliar (28,8%) yang sebagian digunakan bagi peningkatan kualitas pendidikan (Dana Operasional Sekolah dan Tunjangan

Guru di daerah) serta Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 659,8 miliar (27,3%). Di sisi lain, komponen pendapatan

Pemerintah Kab/Kota ditopang pula oleh Dana Alokasi Khusus sebesar 12,8% (Rp 2,07 triliun).

4.2 PENDAPATAN DAERAH

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

20,95

34,51

22,09

Triliun

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

Triliun

REALISASI

APBN KAB PROV

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

29,48

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

15%16% 2%

11%

82%% 74%%

ANGGARAN

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

57%

12%

10% 33%

34%

54%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

0,35

17,24

3,352,48

16,27

3,34

-

5

10

15

20ANGGARAN

11,34

19,64

3,52

10,11

16,00

3,36 -

5

10

15

20

25

Triliun Rp

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 51

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Secara persentase, total realisasi anggaran belanja pemerintah pada tahun 2015 (85,43%) tercatat lebih rendah

dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 87,30%. Namun dari segi nominal, realisasi anggaran tahun 2015 sebesar Rp

29,47 triliun tercatat jauh meningkat dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 23,86 triliun. Peningkatan ini terjadi akibat

adanya peningkatan pagu anggaran belanja pemerintah hingga mencapai 26,2% (yoy) dari Rp 27,3 triliun (2014) menjadi

Rp 34,5 triliun (2015). Peningkatan anggaran terutama berasal dari dana APBN sebesar Rp 2,5 triliun dan APBD Kab/Kota

sebesar Rp 4 triliun. Program pembangunan waduk, sarana irigasi, jalan dan daerah perbatasan menjadi pendorong

tingginya anggaran APBN di NTT. Hal ini juga ditunjang adanya tambahan Dana Alokasi Khusus kepada Pemerintah

Kab/Kota.

Pada akhir tahun 2015, realisasi belanja tertinggi ada pada Pemerintah Provinsi sebesar 95,4%. Sementara itu, apabila

dibagi menjadi komponen belanja modal dan belanja konsumsi. Realisasi belanja modal tertinggi ada pada APBN sebesar

92,7% dan Realisasi belanja konsumsi tertinggi pada Pemerintah Provinsi NTT yang mencapai 97,5%. Tingginya realisasi

belanja Modal APBN untuk NTT terutama dipergunakan bagi pengerjaan beberapa proyek-proyek strategis, seperti

pembangunan bendungan dan jaringan SDA dengan total mencapai Rp 848 miliar, pembangunan dan rehabilitasi jalan

sebesar Rp 1,91 triliun, dan pembangunan sarana pelabuhan dan bandara sebesar Rp 931 miliar. Sementara itu, belanja

konsumsi pemerintah (APBN dan APBD Kab/Kota) lebih digunakan bagi belanja pegawai yaitu gaji dan perjalanan dinas

pegawai. Namun, hal yang cukup berbeda terjadi pada Pemerintah Provinsi dengan dominannya pangsa belanja hibah

dalam komponen belanja konsumsi hingga mencapai 34,86%. Program Desa Mandiri Anggur Merah yang

mengalokasikan dana hingga sebesar Rp147,25 miliar/tahun untuk dana bergulir bagi pengembangan kelompok desa.

Apabila dilihat dari struktur belanja masing-masing pemerintah (APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi), pangsa

realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi NTT mencapai 49,9% dan belanja pegawai sebesar 22,8%. Adapun

alokasi belanja konsumsi pemerintah provinsi untuk belanja hibah menjadi alokasi belanja terbesar pemprov dengan

pangsa sebesar 34,8%, diikuti belanja barang dan jasa dengan pangsa sebesar 18,5%. Sedangkan pada pemerintah

kabupaten/kota, belanja pegawai memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 48,7%, diikuti alokasi belanja alokasi

belanja modal sebesar 22,7%.

Secara persentase komponen belanja konsumsi, realisasi belanja pegawai menjadi komponen tertinggi di tingkat APBN

hingga mencapai 96,6%. Sementara itu, pada pemerintah Provinsi NTT, alokasi belanja konsumsi terbesar pada komponen

belanja hibah dengan realisasi mencapai 100,05% dan belanja pegawai 99,3%. Di lingkup pemerintah kabupaten,

belanja bantuan keuangan mengalami realisasi paling tinggi dengan persentase realisasi 93,30% dan diikitui belanja hibah

92%.

Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

REALISASI

Nominal %

Pangsa(%)

29.478

9.289

20.189

10.698

5.556

1.420

566

324

1.583

41

-

85,43

83,55

86,32

90,15

76,72

98,91

82,07

95,29

93,15

36,15

-

100

31,51

68,49

36,29

18,85

4,82

1,92

1,10

5,37

0,14

URAIAN RENCANA

34.506

11.118

23.389

11.867

7.242

1.436

690

341

1.700

113

-

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

%

89,2

81,5

95,4

85,4

92,7

73,0

87,0

83,585,9

84,3

97,5

86,3

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 53

IV I II III IV

2014 2015

0

10

20

30

40

50

60

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan

70

80

90

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja

100

KAB/KOTAAPBN PROVINSI

IV I II III IV

2014 2015

0

10

20

30

40

50

60

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan

70

80

90

Grafik 4.5 Perkembagan Realisasi Belanja Modal

100

KAB/KOTAAPBN PROVINSI

Dari sisi spasial, Kab. Ngada memperoleh pencapaian realisasi target yang tertinggi dengan 100,3% (Rp 696 miliar) dari

total rencana Rp 694 miliar, pencapaian tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan dana hibah yang berada diatas

target. Sementara itu, Kabupaten Alor menjadi yang terendah dalam realisasi target pendapatan yaitu sebesar 85,7% (Rp

718 miliar) dari total target Rp 837 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh realisasi pendapatan Dana Alokasi Umum dan Dana

Alokasi Khusus yang tidak mencapai target.

Realisasi anggaran belanja APBN dan APBD Pemerintah di Provinsi NTT hingga akhir tahun 2015 mencapai Rp 29,47 triliun

(85,4%) dari total pagu belanja yang sebesar Rp 34,5 triliun. Apabila dilihat secara historis triwulanan, peningkatan

realisasi anggaran baik di APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi baru menunjukkan peningkatan pesat pada triwulan

IV. Perkembangan realisasi Belanja pada Triwulan I rata-rata hanya 9,7%, triwulan II (17%), Triwulan III (23,7%) dan

meningkat pada triwulan IV sebesar 38,2%. Hal yang sama juga terjadi pada belanja modal yang pada triwulan I rata-rata

hanya 2,7%, triwulan II (10,09%), triwulan III (20,74%) dan meningkat pesat pada triwulan IV sebesar 50,71%.

Terpusatnya realisasi anggaran pada triwulan IV diperkirakan terjadi akibat adanya keterlambatan proses lelang proyek

karena permasalahan numenklatur dan adanya tambahan anggaran Dana Alokasi Khusus (sektor pertanian dan

perhubungan) oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, adanya karakter kontraktor untuk mengambil

pembayaran di akhir penyelesaian proyek dan standar akuntansi menggunakan cash basis membuat proyek

pembangunan infrastruktur di daerah yang masih dalam proses pengerjaan tidak tercatat sebagai realisasi belanja modal

hingga proyek tersebut sudah selesai dikerjakan.

4.3 BELANJA DAERAH

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN

PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

48,96%

36,48%

13,07%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PAD DAU DAK LAINNYAOTSUS

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

kabupaten/kota PROPINSI

6,1%

65,2%

12,8%

11,1%4,9%

27,3%

38,9%

3,0%

28,8%

2,0%

LAINNYA

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201552

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Secara persentase, total realisasi anggaran belanja pemerintah pada tahun 2015 (85,43%) tercatat lebih rendah

dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 87,30%. Namun dari segi nominal, realisasi anggaran tahun 2015 sebesar Rp

29,47 triliun tercatat jauh meningkat dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 23,86 triliun. Peningkatan ini terjadi akibat

adanya peningkatan pagu anggaran belanja pemerintah hingga mencapai 26,2% (yoy) dari Rp 27,3 triliun (2014) menjadi

Rp 34,5 triliun (2015). Peningkatan anggaran terutama berasal dari dana APBN sebesar Rp 2,5 triliun dan APBD Kab/Kota

sebesar Rp 4 triliun. Program pembangunan waduk, sarana irigasi, jalan dan daerah perbatasan menjadi pendorong

tingginya anggaran APBN di NTT. Hal ini juga ditunjang adanya tambahan Dana Alokasi Khusus kepada Pemerintah

Kab/Kota.

Pada akhir tahun 2015, realisasi belanja tertinggi ada pada Pemerintah Provinsi sebesar 95,4%. Sementara itu, apabila

dibagi menjadi komponen belanja modal dan belanja konsumsi. Realisasi belanja modal tertinggi ada pada APBN sebesar

92,7% dan Realisasi belanja konsumsi tertinggi pada Pemerintah Provinsi NTT yang mencapai 97,5%. Tingginya realisasi

belanja Modal APBN untuk NTT terutama dipergunakan bagi pengerjaan beberapa proyek-proyek strategis, seperti

pembangunan bendungan dan jaringan SDA dengan total mencapai Rp 848 miliar, pembangunan dan rehabilitasi jalan

sebesar Rp 1,91 triliun, dan pembangunan sarana pelabuhan dan bandara sebesar Rp 931 miliar. Sementara itu, belanja

konsumsi pemerintah (APBN dan APBD Kab/Kota) lebih digunakan bagi belanja pegawai yaitu gaji dan perjalanan dinas

pegawai. Namun, hal yang cukup berbeda terjadi pada Pemerintah Provinsi dengan dominannya pangsa belanja hibah

dalam komponen belanja konsumsi hingga mencapai 34,86%. Program Desa Mandiri Anggur Merah yang

mengalokasikan dana hingga sebesar Rp147,25 miliar/tahun untuk dana bergulir bagi pengembangan kelompok desa.

Apabila dilihat dari struktur belanja masing-masing pemerintah (APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi), pangsa

realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi NTT mencapai 49,9% dan belanja pegawai sebesar 22,8%. Adapun

alokasi belanja konsumsi pemerintah provinsi untuk belanja hibah menjadi alokasi belanja terbesar pemprov dengan

pangsa sebesar 34,8%, diikuti belanja barang dan jasa dengan pangsa sebesar 18,5%. Sedangkan pada pemerintah

kabupaten/kota, belanja pegawai memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 48,7%, diikuti alokasi belanja alokasi

belanja modal sebesar 22,7%.

Secara persentase komponen belanja konsumsi, realisasi belanja pegawai menjadi komponen tertinggi di tingkat APBN

hingga mencapai 96,6%. Sementara itu, pada pemerintah Provinsi NTT, alokasi belanja konsumsi terbesar pada komponen

belanja hibah dengan realisasi mencapai 100,05% dan belanja pegawai 99,3%. Di lingkup pemerintah kabupaten,

belanja bantuan keuangan mengalami realisasi paling tinggi dengan persentase realisasi 93,30% dan diikitui belanja hibah

92%.

Tabel 4.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

REALISASI

Nominal %

Pangsa(%)

29.478

9.289

20.189

10.698

5.556

1.420

566

324

1.583

41

-

85,43

83,55

86,32

90,15

76,72

98,91

82,07

95,29

93,15

36,15

-

100

31,51

68,49

36,29

18,85

4,82

1,92

1,10

5,37

0,14

URAIAN RENCANA

34.506

11.118

23.389

11.867

7.242

1.436

690

341

1.700

113

-

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

%

89,2

81,5

95,4

85,4

92,7

73,0

87,0

83,585,9

84,3

97,5

86,3

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 53

IV I II III IV

2014 2015

0

10

20

30

40

50

60

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan

70

80

90

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Belanja

100

KAB/KOTAAPBN PROVINSI

IV I II III IV

2014 2015

0

10

20

30

40

50

60

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan

70

80

90

Grafik 4.5 Perkembagan Realisasi Belanja Modal

100

KAB/KOTAAPBN PROVINSI

Dari sisi spasial, Kab. Ngada memperoleh pencapaian realisasi target yang tertinggi dengan 100,3% (Rp 696 miliar) dari

total rencana Rp 694 miliar, pencapaian tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan dana hibah yang berada diatas

target. Sementara itu, Kabupaten Alor menjadi yang terendah dalam realisasi target pendapatan yaitu sebesar 85,7% (Rp

718 miliar) dari total target Rp 837 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh realisasi pendapatan Dana Alokasi Umum dan Dana

Alokasi Khusus yang tidak mencapai target.

Realisasi anggaran belanja APBN dan APBD Pemerintah di Provinsi NTT hingga akhir tahun 2015 mencapai Rp 29,47 triliun

(85,4%) dari total pagu belanja yang sebesar Rp 34,5 triliun. Apabila dilihat secara historis triwulanan, peningkatan

realisasi anggaran baik di APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi baru menunjukkan peningkatan pesat pada triwulan

IV. Perkembangan realisasi Belanja pada Triwulan I rata-rata hanya 9,7%, triwulan II (17%), Triwulan III (23,7%) dan

meningkat pada triwulan IV sebesar 38,2%. Hal yang sama juga terjadi pada belanja modal yang pada triwulan I rata-rata

hanya 2,7%, triwulan II (10,09%), triwulan III (20,74%) dan meningkat pesat pada triwulan IV sebesar 50,71%.

Terpusatnya realisasi anggaran pada triwulan IV diperkirakan terjadi akibat adanya keterlambatan proses lelang proyek

karena permasalahan numenklatur dan adanya tambahan anggaran Dana Alokasi Khusus (sektor pertanian dan

perhubungan) oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, adanya karakter kontraktor untuk mengambil

pembayaran di akhir penyelesaian proyek dan standar akuntansi menggunakan cash basis membuat proyek

pembangunan infrastruktur di daerah yang masih dalam proses pengerjaan tidak tercatat sebagai realisasi belanja modal

hingga proyek tersebut sudah selesai dikerjakan.

4.3 BELANJA DAERAH

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN

PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

48,96%

36,48%

13,07%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PAD DAU DAK LAINNYAOTSUS

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

kabupaten/kota PROPINSI

6,1%

65,2%

12,8%

11,1%4,9%

27,3%

38,9%

3,0%

28,8%

2,0%

LAINNYA

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201552

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat,Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

353.964

11.340.035

5.437.093

5.902.942

2.383.405

2.945.876

-

573.662

-

-

-

-

(10.986.072)

17.240.948

19.642.210

4.983.732

14.658.478

8.883.184

3.636.003

269.747

87.758

8.640

1.667.424

105.722

-

(2.401.262)

2.636.248,01

2.510.488

125.760

218.350,00

170.600,00

47.750

2.417.898

16.636

3.353.173

3.523.979

696.852

2.827.126

600.660

660.587

1.165.970

28.337

331.908

32.165

7.500

-

(170.805)

255.505,09

248.123

7.382

84.700

75.000,00

9.700

170.805

-

20.948.085

34.506.224

11.117.678

23.388.546

11.867.249

7.242.465

1.435.716

689.757

340.548

1.699.589

113.222

-

(13.558.139)

2.891.753,09

2.758.611

133.142

303.050

245.600,00

57.450

2.588.703

16.636

2.476.094

10.111.220

5.042.881

5.068.339

2.303.035

2.275.762

-

489.542

-

-

-

-

(7.635.126)

16.272.949

16.003.991

3.639.819

12.364.173

7.798.515

2.659.691

248.076

55.565

6.726

1.555.722

39.877

-

268.957

2.324.203,81

2.220.384

103.819

200.133,25

164.883,25

35.250

2.124.071

2.393.028

3.343.785

3.362.436

606.038

2.756.398

596.358

620.902

1.171.987

20.958

317.772

27.369

1.053

-

(18.651)

255.187

248.123

7.063

83.007

75.000

8.007

172.180

153.529

22.092.828

29.477.648

9.288.738

20.188.910

10.697.909

5.556.355

1.420.063

566.065

324.497

1.583.091

40.930

-

(7.384.820)

2.579.390

2.468.508

110.883

283.140

239.883

43.257

2.296.251

2.546.557

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 55

Secara spasial, persentase realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota periode laporan mencapai rata-rata 81,8%,

dengan persentase realisasi tertinggi pada Pemerintah Kab. Manggarai Timur sebesar 90,5% sedangkan Kab. Malaka

menjadi yang terendah dengan realisasi hanya sebesar 66,9%, salah satu penyebabnya adalah keterlambatan pengesahan

APBD. Sementara itu, belanja modal rata-rata di tingkat kabupaten mencapai 73,5%, realisasi tertinggi pada kabupaten

Manggarai Timur dengan realisasi 97,20% dan realisasi terendah pada Kab. Alor dengan realisasi hanya sebesar 37,6%

yang disebabkan keterlambatan proses lelang.

Berdasarkan data perbankan pada bulan Triwulan IV-2015, tercatat Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah dalam bentuk

simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp 2,7 triliun. DPK tersebut menurun 63,4% (qtq) apabila dibandingkan

triwulan III yang sebesar 7,4 triliun. Penurunan tersebut selaras dengan peningkatan realiasi anggaran pemerintah yang

terjadi di akhir tahun. Total DPK pemerintah sendiri paling banyak ada pada komponen Giro sebesar Rp 2,07 triliun.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

%

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI

BELANJA MODAL

APBN KAB PROV

%

49,87

22,74 18,02

22,78

48,73

17,74

22,51 16,62

18,47

34,86

4,84

9,45 9,72 96,6

77,3

85,387,8

73,1

92,0

63,3

77,8

93,3

37,7

99,394,0

100,5

74,0

95,7

85,1

14,0

90,1

76,7

98,9

82,1

95,3 93,1

36,2

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

MA

TIM

FLO

TIM

ROTE

MA

NG

GA

RAI

SUM

TEN

G

BELU

SUM

TIM

NG

AD

A

KO

TA K

UPA

NG

LEM

BATA

MA

BAR

SBD

RATA

-RA

TA

SIK

KA

SARA

I

SUM

BAR

TTU

TTS

NA

GEK

EO

END

E

KA

B. K

UPA

NG

ALO

R

MA

LAK

A

90,5 89,9 89,8 89,6 89,085,8 85,4 85,0 84,7 83,6 83,1 83,1 81,8 80,6 80,6 80,6 79,6 79,2 77,9 76,7

69,3 69,066,9

97,2

73,0

82,6

93,8

88,3 87,6 89,2

82,5

68,864,1

74,3

83,5

73,5

79,3 80,175,7

64,8 64,268,3

54,0

48,2

37,6

59,8

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.2 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

85,05

130,01

197,38

1.666,16

2.078,61

5,84

2,42

30,19

110,04

148,50

-

59,70

108,86

339,37

507,93

90,89

192,13

336,44

2.115,57

2.735,03

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV

2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

8

7

II I I I IV

TOTAL

3,83

4,3 54,1 6

1,9 6

4,28

5,9 9

5,57

2,83

5,74

7,2 67,47

2,74

Triliun Rp

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201554

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Tabel 4.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat,Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

353.964

11.340.035

5.437.093

5.902.942

2.383.405

2.945.876

-

573.662

-

-

-

-

(10.986.072)

17.240.948

19.642.210

4.983.732

14.658.478

8.883.184

3.636.003

269.747

87.758

8.640

1.667.424

105.722

-

(2.401.262)

2.636.248,01

2.510.488

125.760

218.350,00

170.600,00

47.750

2.417.898

16.636

3.353.173

3.523.979

696.852

2.827.126

600.660

660.587

1.165.970

28.337

331.908

32.165

7.500

-

(170.805)

255.505,09

248.123

7.382

84.700

75.000,00

9.700

170.805

-

20.948.085

34.506.224

11.117.678

23.388.546

11.867.249

7.242.465

1.435.716

689.757

340.548

1.699.589

113.222

-

(13.558.139)

2.891.753,09

2.758.611

133.142

303.050

245.600,00

57.450

2.588.703

16.636

2.476.094

10.111.220

5.042.881

5.068.339

2.303.035

2.275.762

-

489.542

-

-

-

-

(7.635.126)

16.272.949

16.003.991

3.639.819

12.364.173

7.798.515

2.659.691

248.076

55.565

6.726

1.555.722

39.877

-

268.957

2.324.203,81

2.220.384

103.819

200.133,25

164.883,25

35.250

2.124.071

2.393.028

3.343.785

3.362.436

606.038

2.756.398

596.358

620.902

1.171.987

20.958

317.772

27.369

1.053

-

(18.651)

255.187

248.123

7.063

83.007

75.000

8.007

172.180

153.529

22.092.828

29.477.648

9.288.738

20.188.910

10.697.909

5.556.355

1.420.063

566.065

324.497

1.583.091

40.930

-

(7.384.820)

2.579.390

2.468.508

110.883

283.140

239.883

43.257

2.296.251

2.546.557

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 55

Secara spasial, persentase realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota periode laporan mencapai rata-rata 81,8%,

dengan persentase realisasi tertinggi pada Pemerintah Kab. Manggarai Timur sebesar 90,5% sedangkan Kab. Malaka

menjadi yang terendah dengan realisasi hanya sebesar 66,9%, salah satu penyebabnya adalah keterlambatan pengesahan

APBD. Sementara itu, belanja modal rata-rata di tingkat kabupaten mencapai 73,5%, realisasi tertinggi pada kabupaten

Manggarai Timur dengan realisasi 97,20% dan realisasi terendah pada Kab. Alor dengan realisasi hanya sebesar 37,6%

yang disebabkan keterlambatan proses lelang.

Berdasarkan data perbankan pada bulan Triwulan IV-2015, tercatat Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah dalam bentuk

simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp 2,7 triliun. DPK tersebut menurun 63,4% (qtq) apabila dibandingkan

triwulan III yang sebesar 7,4 triliun. Penurunan tersebut selaras dengan peningkatan realiasi anggaran pemerintah yang

terjadi di akhir tahun. Total DPK pemerintah sendiri paling banyak ada pada komponen Giro sebesar Rp 2,07 triliun.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

%

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI

BELANJA MODAL

APBN KAB PROV

%

49,87

22,74 18,02

22,78

48,73

17,74

22,51 16,62

18,47

34,86

4,84

9,45 9,72 96,6

77,3

85,387,8

73,1

92,0

63,3

77,8

93,3

37,7

99,394,0

100,5

74,0

95,7

85,1

14,0

90,1

76,7

98,9

82,1

95,3 93,1

36,2

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

MA

TIM

FLO

TIM

ROTE

MA

NG

GA

RAI

SUM

TEN

G

BELU

SUM

TIM

NG

AD

A

KO

TA K

UPA

NG

LEM

BATA

MA

BAR

SBD

RATA

-RA

TA

SIK

KA

SARA

I

SUM

BAR

TTU

TTS

NA

GEK

EO

END

E

KA

B. K

UPA

NG

ALO

R

MA

LAK

A

90,5 89,9 89,8 89,6 89,085,8 85,4 85,0 84,7 83,6 83,1 83,1 81,8 80,6 80,6 80,6 79,6 79,2 77,9 76,7

69,3 69,066,9

97,2

73,0

82,6

93,8

88,3 87,6 89,2

82,5

68,864,1

74,3

83,5

73,5

79,3 80,175,7

64,8 64,268,3

54,0

48,2

37,6

59,8

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.2 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

85,05

130,01

197,38

1.666,16

2.078,61

5,84

2,42

30,19

110,04

148,50

-

59,70

108,86

339,37

507,93

90,89

192,13

336,44

2.115,57

2.735,03

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV

2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

8

7

II I I I IV

TOTAL

3,83

4,3 54,1 6

1,9 6

4,28

5,9 9

5,57

2,83

5,74

7,2 67,47

2,74

Triliun Rp

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201554

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT mengalami peningkatan pada September

2015 dibandingkan Maret 2015. Namun secara persentase jumlah penduduk miskin mengalami

penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi 22,58% (September 2015). Sementara itu angka

partisipasi sekolah di Provinsi NTT cenderung menunjukkan trend peningkatan.

Ketenagakerjaan & K esejahteraan05

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT mengalami peningkatan pada September

2015 dibandingkan Maret 2015. Namun secara persentase jumlah penduduk miskin mengalami

penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi 22,58% (September 2015). Sementara itu angka

partisipasi sekolah di Provinsi NTT cenderung menunjukkan trend peningkatan.

Ketenagakerjaan & K esejahteraan05

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang terlihat dari adanya penurunan

presentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada bulan September 2015 adalah sebesar

1.160,53 ribu orang atau meningkat sebesar 690 orang dibandingkan bulan Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu

orang. Namun persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi

22,58% (September 2015). Adanya pembangunan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut mendorong

pembukaan lapangan kerja yang meningkatkan pendapatan masyarakat NTT.

Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di NTT cenderung mengalami peningkatan. APS untuk kelompok

umur 7-12 tahun pada tahun 2014 mencapai 98% meningkat dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%, sementara

kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk kelompok 16-18 tahun mencapai 74%.

Persentase penduduk miskin NTT masih lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin nasional.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September 2015 yang sebesar 22,58% cenderung masih jauh diatas nasional

yang sebesar 11,13%. Namun, trend penurunan terjadi baik dalam lingkup nasional yang sebesar 11,22% (Maret 2015)

maupun NTT 22,61% (Maret). Jumlah penduduk miskin di lingkup nasional sendiri mencapai 28,51 juta orang dengan

jumlah terbanyak berada di pedesaan (17,89 juta orang). Sementara itu, provinsi dengan persentase penduduk miskin

terbesar adalah Papua (28,4%) dan paling sedikit adalah DKI Jakarta (3,61%). Provinsi NTT (22,58) berada pada peringkat

ke-3 terbawah, diatas Papua Barat (25,73%) dan dibawah Maluku (19,36%).

Dari sisi komposisi, penduduk miskin di NTT yang berada di pedesaan menunjukkan angka peningkatan dari 1.043,68 ribu

orang (Maret 2015) menjadi 1.063,47 (September 2015) atau 25,89% dari total penduduk di pedesaan. Hal ini dapat

menjadi indikasi adanya penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja di sektor

pertanian seiring adanya gagal panen tanaman perkebunan (kopi dan kakao) serta tanaman bahan makanan (padi dan

jagung) di beberapa tempat seperti Kab. Ende, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Manggarai Timur, Kab. Belu dan Kab

Malaka akibat kekeringan dan hama (keong mas). Sementara itu, penduduk di perkotaan tercatat mengalami penurunan

jumlah penduduk miskin dari 116,16 ribu orang (Maret 2015) menjadi 97,06 ribu orang (September 2015) atau 9,41%

dari total penduduk perkotaan. Banyaknya kegiatan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut membuka

lapangan kerja dan mendorong penurunan jumlah penduduk miskin.

5.2 . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN5.2.1. Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.1. KONDISI UMUM

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

2523211917151311975

%

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

11,13

22,58

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

SulawesiSelatan

SulawesiTengah

NTB Aceh Bengkulu Gorontalo Maluku NTT PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

13,77 14,07

16,5417,11 17,16

18,1619,36

22,58

25,73

28,40%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 59

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang terlihat dari adanya penurunan

presentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada bulan September 2015 adalah sebesar

1.160,53 ribu orang atau meningkat sebesar 690 orang dibandingkan bulan Maret 2015 yang sebesar 1.159,84 ribu

orang. Namun persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dari 22,61% (Maret 2015) menjadi

22,58% (September 2015). Adanya pembangunan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut mendorong

pembukaan lapangan kerja yang meningkatkan pendapatan masyarakat NTT.

Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di NTT cenderung mengalami peningkatan. APS untuk kelompok

umur 7-12 tahun pada tahun 2014 mencapai 98% meningkat dibandingkan 2013 yang sebesar 92,3%, sementara

kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,3%, sedangkan untuk kelompok 16-18 tahun mencapai 74%.

Persentase penduduk miskin NTT masih lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin nasional.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September 2015 yang sebesar 22,58% cenderung masih jauh diatas nasional

yang sebesar 11,13%. Namun, trend penurunan terjadi baik dalam lingkup nasional yang sebesar 11,22% (Maret 2015)

maupun NTT 22,61% (Maret). Jumlah penduduk miskin di lingkup nasional sendiri mencapai 28,51 juta orang dengan

jumlah terbanyak berada di pedesaan (17,89 juta orang). Sementara itu, provinsi dengan persentase penduduk miskin

terbesar adalah Papua (28,4%) dan paling sedikit adalah DKI Jakarta (3,61%). Provinsi NTT (22,58) berada pada peringkat

ke-3 terbawah, diatas Papua Barat (25,73%) dan dibawah Maluku (19,36%).

Dari sisi komposisi, penduduk miskin di NTT yang berada di pedesaan menunjukkan angka peningkatan dari 1.043,68 ribu

orang (Maret 2015) menjadi 1.063,47 (September 2015) atau 25,89% dari total penduduk di pedesaan. Hal ini dapat

menjadi indikasi adanya penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja di sektor

pertanian seiring adanya gagal panen tanaman perkebunan (kopi dan kakao) serta tanaman bahan makanan (padi dan

jagung) di beberapa tempat seperti Kab. Ende, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Manggarai Timur, Kab. Belu dan Kab

Malaka akibat kekeringan dan hama (keong mas). Sementara itu, penduduk di perkotaan tercatat mengalami penurunan

jumlah penduduk miskin dari 116,16 ribu orang (Maret 2015) menjadi 97,06 ribu orang (September 2015) atau 9,41%

dari total penduduk perkotaan. Banyaknya kegiatan proyek-proyek pemerintah dan swasta diperkirakan turut membuka

lapangan kerja dan mendorong penurunan jumlah penduduk miskin.

5.2 . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN5.2.1. Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.1. KONDISI UMUM

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

2523211917151311975

%

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

11,13

22,58

Grafik 5.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

SulawesiSelatan

SulawesiTengah

NTB Aceh Bengkulu Gorontalo Maluku NTT PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

13,77 14,07

16,5417,11 17,16

18,1619,36

22,58

25,73

28,40%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 59

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada satu kelompok umur

tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Perkembangan APS Provinsi NTT menunjukkan angka

yang meningkat pada tahun 2014. Jumlah penduduk sekolah untuk usia 7-12 tahun mencapai 98%, usia 13-15 tahun

(94,3%) dan usia 16-18 tahun (74%). Di sisi lain, proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang

bersekolah tepat pada tingkat kelompok umurnya atau Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan perkembangan yang

meningkat pula. Namun, proporsi partisipasi sekolah untuk tingkat SMP keatas masih cukup rendah yaitu dibawah 70%

(SMP: 65,9, SMA: 52,15), sementara untuk tingkat SD sudah cukup baik sebesar 94,6%.

Tingkat APM yang rendah dapat menunjukkan bahwa masih banyak penduduk NTT yang terlambat dalam mengambil

tingkat pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kecenderungan anak usia

sekolah yang harus membantu orang tuanya terlebih dahulu untuk bekerja, terutama di sektor pertanian. Sehingga

kesadaran untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi menjadi berkurang karena masih rendahnya kualifikasi

kebutuhan pendidikan di sektor tersebut. Kesadaran untuk memperoleh pendidikan baru meningkat sesuai

perkembangan umur karena munculnya kebutuhan untuk peningkatan kemampuan diri.

Sementara apabila dilihat dari sisi spasial, perkembangan APS untuk kelompok umur 7-12 tahun yang terendah ada di Kab.

Sumba Barat Daya (SBD) sebesar 95,91%, sementara untuk kelompok umur 13-15 tahun ada di Kab. Alor (89,48%) dan

16-18 tahun di Kab. Manggarai Barat (65,89%). Masuknya Kab. Manggarai Barat yang merupakan salah satu sentra

pertanian di NTT dalam kategori APS terendah menunjukkan bahwa sektor lapangan kerja juga menjadi pertimbangan

utama masyarakat dalam melanjutkan pendidikan di NTT.

SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

SEPT 150,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

SEPT 151,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

5.3. PERKEMBANGAN ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 5.8. Angka Partisipasi Sekolah

7-12 thn 13-15 thn 16-18 thn

Sumber : BPS, diolah

2014

98,0

94,3

74,0

30

40

50

60

70

80

90

100

110

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 5.9. Angka Partisipasi Murni

7-12 thn 13-15 thn 16-18 thn

Sumber : BPS, diolah

201430

40

50

60

70

80

90

100

94,6

65,9

52,15

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 61

Di sisi lain, adanya kenaikan tingkat harga beberapa komoditas juga mendorong peningkatan Garis Kemiskinan yang

mencapai Rp 307.224,-/kapita atau meningkat 3,14% dari bulan Maret 2015 yang sebesar Rp 297.863,-/kapita.

Peningkatan tertinggi berada pada komoditas bukan makanan sebesar 3,8% (September dibandingkan Maret 2015),

sementara makanan sebesar 2,98%. Komoditas yang memiliki kontribusi tertinggi pada garis kemiskinan adalah beras

dan perumahan. Dari sisi peringkat, nilai garis kemiskinan Provinsi NTT berada di peringkat ke-6 terendah diatas Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara. Tingginya angka kemiskinan dan dibarengi

oleh rendahnya garis kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat pendapatan provinsi NTT masih tergolong rendah. Hal ini

juga terlihat dari PDRB Perkapita penduduk NTT pada tahun 2015 yang sebesar Rp 14,92 juta/tahun atau jauh dibawah

PDB perkapita nasional yang sebesar Rp 45,18 juta/tahun.

Indikator lain yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kondisi kemiskinan, diantaranya adalah indeks

kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini

maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata

lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan

dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di

NTT pada Maret 2015 (P1: 4,06 dan P2: 1,07) tercatat meningkat dibandingkan September 2014 (P1: 4,62 dan P2: 1,44).

Peningkatan keduanya mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh di bawah garis

kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran juga semakin melebar.

Grafik 5.5. Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

NTB

JABA

R

JATI

M

JATE

NG

NTT

SULU

T

SULB

AR

GORO

NTAL

O

SULT

RA

SULS

EL

Sumber : BPS, diolah

32

2.6

89

31

8.6

02

31

4.4

64

30

9.3

14

30

7.2

24

30

7.1

04

27

7.4

79

27

4.9

61

26

9.5

16

26

1.8

54

Rp

Grafik 5.4. Perkembangan Garis Kemiskinan

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

0

50

100

150

200

250

300

350

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

RIBU

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

307,22

Grafik 5.3. Presentase Penduduk Miskin di NTT

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 158.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 Ribu %

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

1160,53

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201560

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada satu kelompok umur

tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Perkembangan APS Provinsi NTT menunjukkan angka

yang meningkat pada tahun 2014. Jumlah penduduk sekolah untuk usia 7-12 tahun mencapai 98%, usia 13-15 tahun

(94,3%) dan usia 16-18 tahun (74%). Di sisi lain, proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang

bersekolah tepat pada tingkat kelompok umurnya atau Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan perkembangan yang

meningkat pula. Namun, proporsi partisipasi sekolah untuk tingkat SMP keatas masih cukup rendah yaitu dibawah 70%

(SMP: 65,9, SMA: 52,15), sementara untuk tingkat SD sudah cukup baik sebesar 94,6%.

Tingkat APM yang rendah dapat menunjukkan bahwa masih banyak penduduk NTT yang terlambat dalam mengambil

tingkat pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kecenderungan anak usia

sekolah yang harus membantu orang tuanya terlebih dahulu untuk bekerja, terutama di sektor pertanian. Sehingga

kesadaran untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi menjadi berkurang karena masih rendahnya kualifikasi

kebutuhan pendidikan di sektor tersebut. Kesadaran untuk memperoleh pendidikan baru meningkat sesuai

perkembangan umur karena munculnya kebutuhan untuk peningkatan kemampuan diri.

Sementara apabila dilihat dari sisi spasial, perkembangan APS untuk kelompok umur 7-12 tahun yang terendah ada di Kab.

Sumba Barat Daya (SBD) sebesar 95,91%, sementara untuk kelompok umur 13-15 tahun ada di Kab. Alor (89,48%) dan

16-18 tahun di Kab. Manggarai Barat (65,89%). Masuknya Kab. Manggarai Barat yang merupakan salah satu sentra

pertanian di NTT dalam kategori APS terendah menunjukkan bahwa sektor lapangan kerja juga menjadi pertimbangan

utama masyarakat dalam melanjutkan pendidikan di NTT.

SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

SEPT 150,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

SEPT 151,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

5.3. PERKEMBANGAN ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 5.8. Angka Partisipasi Sekolah

7-12 thn 13-15 thn 16-18 thn

Sumber : BPS, diolah

2014

98,0

94,3

74,0

30

40

50

60

70

80

90

100

110

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 5.9. Angka Partisipasi Murni

7-12 thn 13-15 thn 16-18 thn

Sumber : BPS, diolah

201430

40

50

60

70

80

90

100

94,6

65,9

52,15

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 61

Di sisi lain, adanya kenaikan tingkat harga beberapa komoditas juga mendorong peningkatan Garis Kemiskinan yang

mencapai Rp 307.224,-/kapita atau meningkat 3,14% dari bulan Maret 2015 yang sebesar Rp 297.863,-/kapita.

Peningkatan tertinggi berada pada komoditas bukan makanan sebesar 3,8% (September dibandingkan Maret 2015),

sementara makanan sebesar 2,98%. Komoditas yang memiliki kontribusi tertinggi pada garis kemiskinan adalah beras

dan perumahan. Dari sisi peringkat, nilai garis kemiskinan Provinsi NTT berada di peringkat ke-6 terendah diatas Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara. Tingginya angka kemiskinan dan dibarengi

oleh rendahnya garis kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat pendapatan provinsi NTT masih tergolong rendah. Hal ini

juga terlihat dari PDRB Perkapita penduduk NTT pada tahun 2015 yang sebesar Rp 14,92 juta/tahun atau jauh dibawah

PDB perkapita nasional yang sebesar Rp 45,18 juta/tahun.

Indikator lain yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kondisi kemiskinan, diantaranya adalah indeks

kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini

maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata

lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan

dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di

NTT pada Maret 2015 (P1: 4,06 dan P2: 1,07) tercatat meningkat dibandingkan September 2014 (P1: 4,62 dan P2: 1,44).

Peningkatan keduanya mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh di bawah garis

kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran juga semakin melebar.

Grafik 5.5. Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

NTB

JABA

R

JATI

M

JATE

NG

NTT

SULU

T

SULB

AR

GORO

NTAL

O

SULT

RA

SULS

EL

Sumber : BPS, diolah

32

2.6

89

31

8.6

02

31

4.4

64

30

9.3

14

30

7.2

24

30

7.1

04

27

7.4

79

27

4.9

61

26

9.5

16

26

1.8

54

Rp

Grafik 5.4. Perkembangan Garis Kemiskinan

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

0

50

100

150

200

250

300

350

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

RIBU

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

307,22

Grafik 5.3. Presentase Penduduk Miskin di NTT

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 158.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 Ribu %

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

Sumber : BPS, diolah

SEPT 15

1160,53

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201560

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi besar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan jumlah penduduk mencapai

5,04 juta jiwa (2014) dan merupakan Provinsi dengan populasi terbanyak ke-2 di KTI setelah Prov. Sulawesi Selatan (8,4

juta jiwa). Namun,besarnya populasi tersebut bukan merupakan jaminan bagi kualitas sumber daya manusia. Angka

kemiskinan NTT masih berada di peringkat ke-32 dari 34 Provinsi dengan persentasi 22,58% atau 1,16 juta jiwa (2015).

Selain itu, pendapatan perkapita penduduk NTT pada tahun 2014 hanya sebesar Rp 13,6 juta dan jauh dibawah rata-rata

nasional yang sebesar Rp 42,4 juta/kapita/tahun dan duduk di peringkat terakhir dari 34 Provinsi di NTT. Terkait hal

tersebut, kami mencoba memotret kondisi sumber daya manusia yang merupakan garda terdepan bagi pembangunan

perekonomian di Provinsi NTT.

A. Kondisi PendidikanJumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada tahun 2014 mencapai 2,24 juta jiwa. Namun dari jumlah tersebut sebanyak

61,14% (1,37 juta jiwa) merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah. Persentase tersebut tidak

berbeda jauh dengan Provinsi Papua sebesar 62,85%. Hal tersebut juga didukung oleh Angka Partisipasi Murni (APM)

Sekolah yang cenderung memiliki trend meningkat namun masih sangat rendah untuk tingkat SMP (65,86%) dan SMA

(52,15%). Dari sisi fasilitas 57,46% Desa tidak memiliki SMP/MTS sementara 80,21% Desa tidak memiliki fasilitas

SMA/SMK.

B. KesehatanDari sisi fasilitas kesehatan, Persentase penduduk dibandingkan jumlah fasilitas yang ada cenderung masih sangat

timpang. Dari data Departemen Kesehatan (2014), 1 (satu) Rumah Sakit masih berbanding dengan 114.475 orang di NTT,

sementara 1 (satu) dokter berbanding dengan 5.933 orang walaupun dalam perkembangannya terjadi penambahan

jumlah fasilitas kesehatan dan menurunkan persentase fasilitas kesehatan dan penduduk.

Permasalahan Sumber Daya Manusia di Provinsi NTT (Employability)04

Grafik Boks 4.1. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

INDONESIA

DKI JAKARTA

MALUKUUTARA

SULSEL

NTB

NTT

PAPUA

0% 20% 40% 60% 80% 100%

SMP DIPLOMA UNIVERSITASSD KEBAWAH SMA/SMK

Sumber : BPS, diolah

Grafik Boks 4.2. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah

65,86

94,56

52,15

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

SMP/MTS SD/MI SMA/SMK

Sumber : BPS, diolah

Tabel Boks 4.1. Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk

Jiwa/RS

Jiwa/Puskesmas

Jiwa/Faskes

Jiwa/Dokter

Jiwa/Bidan

KATEGORI

156.873

15.230

813

7.844

1.767

2010

140.485

13.966

825

7.655

1.772

2011

119.494

14.038

571

7.205

1.672

2012

120.828

13.685

578

6.623

1.416

2013

114.475

13.613

588

5.933

1.438

2014

Sumber: Kementerian Kesehatan (2014)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 63

5.4. PERKEMBANGAN SEKTOR KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan data Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan

Saldo Tertimbang Bersih pada triwulan IV-2015 yang menggambarkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja yang

terutama didorong sektor bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran. Dorongan proyek-proyek serta momen

natal dan tahun baru di akhir tahun diperkirakan menjadi penyebab. Sementara itu, proyeksi pada triwulan-I 2016

diperkirakan melambat yang disebabkan belum tibanya musim panen dan penurunan kegiatan proyek pemerintah. Dari

sisi produktivitas, angka produktivitas penduduk NTT di triwulan-IV mencapai Rp 9,09 juta/orang yang terutama berasal

dari industri minuman sebesar Rp 9,75 juta/orang.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.11. Produktivitas Industri Besar Sedang

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

II III

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITUR TOTAL

IV

8,96

9,75

8,29

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45 Rp Juta

PROYEKSI AKTUAL

Sumber : SKDU - Bank Indonesia

Grafik 5.10. Perkembangan Tenaga Kerja

IND

EKS

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III IV I*

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201562

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi besar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan jumlah penduduk mencapai

5,04 juta jiwa (2014) dan merupakan Provinsi dengan populasi terbanyak ke-2 di KTI setelah Prov. Sulawesi Selatan (8,4

juta jiwa). Namun,besarnya populasi tersebut bukan merupakan jaminan bagi kualitas sumber daya manusia. Angka

kemiskinan NTT masih berada di peringkat ke-32 dari 34 Provinsi dengan persentasi 22,58% atau 1,16 juta jiwa (2015).

Selain itu, pendapatan perkapita penduduk NTT pada tahun 2014 hanya sebesar Rp 13,6 juta dan jauh dibawah rata-rata

nasional yang sebesar Rp 42,4 juta/kapita/tahun dan duduk di peringkat terakhir dari 34 Provinsi di NTT. Terkait hal

tersebut, kami mencoba memotret kondisi sumber daya manusia yang merupakan garda terdepan bagi pembangunan

perekonomian di Provinsi NTT.

A. Kondisi PendidikanJumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada tahun 2014 mencapai 2,24 juta jiwa. Namun dari jumlah tersebut sebanyak

61,14% (1,37 juta jiwa) merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah. Persentase tersebut tidak

berbeda jauh dengan Provinsi Papua sebesar 62,85%. Hal tersebut juga didukung oleh Angka Partisipasi Murni (APM)

Sekolah yang cenderung memiliki trend meningkat namun masih sangat rendah untuk tingkat SMP (65,86%) dan SMA

(52,15%). Dari sisi fasilitas 57,46% Desa tidak memiliki SMP/MTS sementara 80,21% Desa tidak memiliki fasilitas

SMA/SMK.

B. KesehatanDari sisi fasilitas kesehatan, Persentase penduduk dibandingkan jumlah fasilitas yang ada cenderung masih sangat

timpang. Dari data Departemen Kesehatan (2014), 1 (satu) Rumah Sakit masih berbanding dengan 114.475 orang di NTT,

sementara 1 (satu) dokter berbanding dengan 5.933 orang walaupun dalam perkembangannya terjadi penambahan

jumlah fasilitas kesehatan dan menurunkan persentase fasilitas kesehatan dan penduduk.

Permasalahan Sumber Daya Manusia di Provinsi NTT (Employability)04

Grafik Boks 4.1. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

INDONESIA

DKI JAKARTA

MALUKUUTARA

SULSEL

NTB

NTT

PAPUA

0% 20% 40% 60% 80% 100%

SMP DIPLOMA UNIVERSITASSD KEBAWAH SMA/SMK

Sumber : BPS, diolah

Grafik Boks 4.2. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah

65,86

94,56

52,15

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

SMP/MTS SD/MI SMA/SMK

Sumber : BPS, diolah

Tabel Boks 4.1. Persentase Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Penduduk

Jiwa/RS

Jiwa/Puskesmas

Jiwa/Faskes

Jiwa/Dokter

Jiwa/Bidan

KATEGORI

156.873

15.230

813

7.844

1.767

2010

140.485

13.966

825

7.655

1.772

2011

119.494

14.038

571

7.205

1.672

2012

120.828

13.685

578

6.623

1.416

2013

114.475

13.613

588

5.933

1.438

2014

Sumber: Kementerian Kesehatan (2014)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 63

5.4. PERKEMBANGAN SEKTOR KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan data Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan

Saldo Tertimbang Bersih pada triwulan IV-2015 yang menggambarkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja yang

terutama didorong sektor bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran. Dorongan proyek-proyek serta momen

natal dan tahun baru di akhir tahun diperkirakan menjadi penyebab. Sementara itu, proyeksi pada triwulan-I 2016

diperkirakan melambat yang disebabkan belum tibanya musim panen dan penurunan kegiatan proyek pemerintah. Dari

sisi produktivitas, angka produktivitas penduduk NTT di triwulan-IV mencapai Rp 9,09 juta/orang yang terutama berasal

dari industri minuman sebesar Rp 9,75 juta/orang.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.11. Produktivitas Industri Besar Sedang

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

II III

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITUR TOTAL

IV

8,96

9,75

8,29

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45 Rp Juta

PROYEKSI AKTUAL

Sumber : SKDU - Bank Indonesia

Grafik 5.10. Perkembangan Tenaga Kerja

IND

EKS

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III IV I*

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201562

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada pada tingkat moderat

dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016

diperkirakan melambat. Sementara itu, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada

kisaran 4,3-4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang target Bank Indonesia sebesar 4±1% (yoy).

Peningkatan investasi dan alokasi anggaran pemerintah diperkirakan masih menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi NTT di tahun 2016. Sementara itu, perlambatan kegiatan pemerintah, belum

tibanya musim panen padi dan menurunnya konsumsi masyarakat paska libur natal menjadi penyebab

melambatnya perekonomian NTT pada ttriwulan-I 2016.

Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirkan berasal dari komoditas bahan makanan (volatile food),

terhambatnya musim tanam padi karena dampak El Nino dan fluktuasi harga tiket pesawat. sementara

itu, tekanan inflasi pada triwulan-I 2016 diperkirakan masih dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong peningkatan harga ikan segar dan

bumbu-bumbuan.

Outlook Pertumbuhan E konomi Dan Inflasi Di Daerah06

C. PengangguranBerdasarkan data kualitas pendidikan dan kesehatan tersebut, maka dilakukan perbandingan pada tingkat pengangguran

terbuka yang ternyata selalu mengalami trend menurun. Namun Hal yang cukup menjadi perhatian adalah meningkatnya

porsi pengangguran terdidik (tenaga kerja dengan pendidikan terakhir diatas SMA) setiap tahunnya. Hal ini dapat

disebabkan oleh adanya ketidakcocokan kualifikasi angkatan kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini

dapat terjadi karena struktur perekonomian NTT yang masih didominasi sektor pertanian dan tidak membutuhkan tenaga

kerja terdidik dengan jumlah besar.

D. ProduktivitasSelain adanya ketidaksinkronan lapangan pekerjaan, faktor lainya adalah tingkat produktivitas di NTT yang masih sangat

rendah yaitu hanya Rp 31,5 juta/orang dan merupakan yang terendah dari 34 Provinsi di Indonesia. Hal tersebut dapat

menyebabkan keengganan perusahaan yang beroperasi di NTT untuk merekrut tenaga kerja lokal.

E. Hasil Liasion dan WawancaraBerdasarkan data tersebut, telah pula dilakukan diskusi dengan beberapa pengusaha di NTT, beberapa keluhan mengenai

tenaga kerja NTT yang didapat sehingga menyebabkan keengganan mereka untuk merekrut tenaga kerja lokal,

diantaranya: 1) Kualitas lulusan rendah, 2) Budaya Service Excellence yang kurang, serta 3) Kualitas pendidik dan level

pendidikan yang timpang. Hal tersebut menyebabkan beberapa pengusaha lebih memilih mendatangkan tenaga kerja

dari pulau jawa untuk mengisi posisi yang strategis di perusahaan mereka.

F. Kesimpulan dan RekomendasiDalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan mengurangi kesenjangan dengan lulusan di Pulau Jawa, maka beberapa

hal yang perlu dilakukan adalah: 1) Peningkatan kualitas pendidik di daerah, 2) Peningkatan akses pendidikan dan

kesehatan, 3) Mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat, serta 4) Peningkatan kualitas SDM melalui lembaga pelatihan.

Selain itu, penanaman jiwa service harus ditingkatkan untuk dapat menunjang potensi wisata di NTT.

Grafik Boks 4.4. Pangsa Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja

SD KEBAWAH SMP DIATAS SMA/SMK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS(diolah)

Grafik Boks 4.3. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

0

1

2

3

4

5

6 %

Sumber: BPS(diolah)

Lampung Kalbar Jateng Malut Maluku Gorontalo Bengkulu Sulbar Yogya NTB

Sumber: BPS, diolah (2014)

NTT0

10

20

30

40

50

60

70

Grafik Boks 4.5. Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201564

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan masih berada pada tingkat moderat

dengan rentang antara 5,1-5,5% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016

diperkirakan melambat. Sementara itu, inflasi tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun pada

kisaran 4,3-4,7% (yoy) dan masih berada pada rentang target Bank Indonesia sebesar 4±1% (yoy).

Peningkatan investasi dan alokasi anggaran pemerintah diperkirakan masih menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi NTT di tahun 2016. Sementara itu, perlambatan kegiatan pemerintah, belum

tibanya musim panen padi dan menurunnya konsumsi masyarakat paska libur natal menjadi penyebab

melambatnya perekonomian NTT pada ttriwulan-I 2016.

Tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirkan berasal dari komoditas bahan makanan (volatile food),

terhambatnya musim tanam padi karena dampak El Nino dan fluktuasi harga tiket pesawat. sementara

itu, tekanan inflasi pada triwulan-I 2016 diperkirakan masih dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas

daging ayam dan semen, serta pengaruh cuaca yang mendorong peningkatan harga ikan segar dan

bumbu-bumbuan.

Outlook Pertumbuhan E konomi Dan Inflasi Di Daerah06

C. PengangguranBerdasarkan data kualitas pendidikan dan kesehatan tersebut, maka dilakukan perbandingan pada tingkat pengangguran

terbuka yang ternyata selalu mengalami trend menurun. Namun Hal yang cukup menjadi perhatian adalah meningkatnya

porsi pengangguran terdidik (tenaga kerja dengan pendidikan terakhir diatas SMA) setiap tahunnya. Hal ini dapat

disebabkan oleh adanya ketidakcocokan kualifikasi angkatan kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini

dapat terjadi karena struktur perekonomian NTT yang masih didominasi sektor pertanian dan tidak membutuhkan tenaga

kerja terdidik dengan jumlah besar.

D. ProduktivitasSelain adanya ketidaksinkronan lapangan pekerjaan, faktor lainya adalah tingkat produktivitas di NTT yang masih sangat

rendah yaitu hanya Rp 31,5 juta/orang dan merupakan yang terendah dari 34 Provinsi di Indonesia. Hal tersebut dapat

menyebabkan keengganan perusahaan yang beroperasi di NTT untuk merekrut tenaga kerja lokal.

E. Hasil Liasion dan WawancaraBerdasarkan data tersebut, telah pula dilakukan diskusi dengan beberapa pengusaha di NTT, beberapa keluhan mengenai

tenaga kerja NTT yang didapat sehingga menyebabkan keengganan mereka untuk merekrut tenaga kerja lokal,

diantaranya: 1) Kualitas lulusan rendah, 2) Budaya Service Excellence yang kurang, serta 3) Kualitas pendidik dan level

pendidikan yang timpang. Hal tersebut menyebabkan beberapa pengusaha lebih memilih mendatangkan tenaga kerja

dari pulau jawa untuk mengisi posisi yang strategis di perusahaan mereka.

F. Kesimpulan dan RekomendasiDalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan mengurangi kesenjangan dengan lulusan di Pulau Jawa, maka beberapa

hal yang perlu dilakukan adalah: 1) Peningkatan kualitas pendidik di daerah, 2) Peningkatan akses pendidikan dan

kesehatan, 3) Mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat, serta 4) Peningkatan kualitas SDM melalui lembaga pelatihan.

Selain itu, penanaman jiwa service harus ditingkatkan untuk dapat menunjang potensi wisata di NTT.

Grafik Boks 4.4. Pangsa Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja

SD KEBAWAH SMP DIATAS SMA/SMK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS(diolah)

Grafik Boks 4.3. Porsi Pendidikan Tenaga Kerja

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

0

1

2

3

4

5

6 %

Sumber: BPS(diolah)

Lampung Kalbar Jateng Malut Maluku Gorontalo Bengkulu Sulbar Yogya NTB

Sumber: BPS, diolah (2014)

NTT0

10

20

30

40

50

60

70

Grafik Boks 4.5. Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201564

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016Perekonomian NTT pada tahun 2016 diperkirakan berada pada rentang 5,1 – 5,5% (yoy) dan didorong terutama oleh

investasi dan konsumsi pemerintah melalui program pembangunan untuk publik. Beberapa proyek pemerintah yang

masih berjalan di tahun 2016, diantaranya Waduk Raknamo (Kab. Kupang) yang sudah memasuki tahap konstruksi,

Waduk Rotiklot (Kab. Belu), dan rencana pembangunan Waduk Kolhua (Kota Kupang). Selain itu, terdapat pula rencana

pembangunan 101 embung dan sarana pengendalian banjir sungai oleh Pemerintah Pusat sebagai impelementasi

program kedaulatan pangan Presiden Jokowi, serta peningkatan konektivitas melalui pembangunan berbagai proyek

besar seperti jalan, jembatan dan rehabilitasi bandara. Sementara itu, proyek swasta yang dapat menjadi pendorong

adalah rencana pembangunan PT. Semen Kupang II dengan anggaran mencapai Rp 2 triliun yang direncanakan dimulai

tahun 2016.

Dari sisi belanja konsumsi pemerintah, perekonomian NTT tahun 2016 juga didorong oleh adanya peningkatan dana desa

sebesar 128% dari Rp 812 miliar (2015 menjadi Rp 1,849 triliun (2016) yang akan disalurkan kepada 2995 desa di 21

kabupaten dengan besaran Rp 565 juta/desa. Sementara itu, konsumsi rumah tangga turut didorong peningkatan Upah

Minimum Provinsi (UMP) hingga 16% dari Rp 1.250.000,- (2015) menjadi Rp 1.425.000,- (2016). Pertumbuhan ekonomi

juga diharapkan dapat berasal dari peningkatan sektor pertanian sebagai dampak positif perbaikan sarana prasarana dan

jalur irigasi di tahun 2015 walaupun untuk penyelesaian Waduk Raknamo baru akan selesai sekitar tahun 2017.

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016 Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I-2016 diperkirakan mengalami perlambatan dan akan berada pada rentang

4,5-4,9% (yoy). Perlambatan terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertanian, sektor administrasi

pemerintah, serta sektor perdagangan besar dan eceran sebagai dampak penurunan aktivitas ekonomi dan musim tanam

yang baru tiba di awal tahun.

6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

2012 2013 2014 2015 2016*-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

4,70%

4,80%

4,90%

5,00%

5,10%

5,20%

5,30%

5,40%

5,50%

-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

4,30%

4,40%

4,50%

4,60%

4,70%

4,80%

4,90%

5,00%

5,10%

5,20%

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I - 2016

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

IV I II III IV

2014 2015

I

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 67

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016Perekonomian NTT pada tahun 2016 diperkirakan berada pada rentang 5,1 – 5,5% (yoy) dan didorong terutama oleh

investasi dan konsumsi pemerintah melalui program pembangunan untuk publik. Beberapa proyek pemerintah yang

masih berjalan di tahun 2016, diantaranya Waduk Raknamo (Kab. Kupang) yang sudah memasuki tahap konstruksi,

Waduk Rotiklot (Kab. Belu), dan rencana pembangunan Waduk Kolhua (Kota Kupang). Selain itu, terdapat pula rencana

pembangunan 101 embung dan sarana pengendalian banjir sungai oleh Pemerintah Pusat sebagai impelementasi

program kedaulatan pangan Presiden Jokowi, serta peningkatan konektivitas melalui pembangunan berbagai proyek

besar seperti jalan, jembatan dan rehabilitasi bandara. Sementara itu, proyek swasta yang dapat menjadi pendorong

adalah rencana pembangunan PT. Semen Kupang II dengan anggaran mencapai Rp 2 triliun yang direncanakan dimulai

tahun 2016.

Dari sisi belanja konsumsi pemerintah, perekonomian NTT tahun 2016 juga didorong oleh adanya peningkatan dana desa

sebesar 128% dari Rp 812 miliar (2015 menjadi Rp 1,849 triliun (2016) yang akan disalurkan kepada 2995 desa di 21

kabupaten dengan besaran Rp 565 juta/desa. Sementara itu, konsumsi rumah tangga turut didorong peningkatan Upah

Minimum Provinsi (UMP) hingga 16% dari Rp 1.250.000,- (2015) menjadi Rp 1.425.000,- (2016). Pertumbuhan ekonomi

juga diharapkan dapat berasal dari peningkatan sektor pertanian sebagai dampak positif perbaikan sarana prasarana dan

jalur irigasi di tahun 2015 walaupun untuk penyelesaian Waduk Raknamo baru akan selesai sekitar tahun 2017.

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I-2016 Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I-2016 diperkirakan mengalami perlambatan dan akan berada pada rentang

4,5-4,9% (yoy). Perlambatan terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertanian, sektor administrasi

pemerintah, serta sektor perdagangan besar dan eceran sebagai dampak penurunan aktivitas ekonomi dan musim tanam

yang baru tiba di awal tahun.

6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

2012 2013 2014 2015 2016*-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

4,70%

4,80%

4,90%

5,00%

5,10%

5,20%

5,30%

5,40%

5,50%

-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

4,30%

4,40%

4,50%

4,60%

4,70%

4,80%

4,90%

5,00%

5,10%

5,20%

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I - 2016

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

IV I II III IV

2014 2015

I

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 67

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi PenggunaanDari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat yang tercermin pada angka

Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Perlambatan juga terlihat pada penurunan indeks proyeksi pendapatan rumah

tangga dan rencana pembelian barang tahan lama. Masih belum optimalnya pendapatan masyarakat yang sebagian

bekerja pada sektor pertanian di awal tahun dan belum adanya dorongan lapangan pekerjaan dari kegiatan proyek-proyek

pemerintah diperkirakan menjadi beberapa penyebab. Selain itu, tidak adanya momen untuk kegiatan belanja seperti libur

sekolah dan natal juga menjadi faktor penyebab lainnya.

Kinerja investasi diperkirakan melambat pada triwulan-I. Belum dimulainya kegiatan proyek pemerintah pada tahun

2016 dan belum adanya sinyalemen investasi besar swasta di awal tahun menjadi pendorong utama.

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan I juga diperkirakan akan sedikit melambat.

Perlambatan diperkirakan terjadi seiring masih terbatasnya produksi komoditas ekspor di awal tahun (ikan tuna dan jambu

mete) karena faktor cuaca. Ekspor antar daerah diperkirakan dapat terhambat oleh adanya operasional kapal ternak yang

mendorong peningkatan pengiriman sapi dari NTT pada awal tahun.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun. Inflasi NTT pada

tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,3-4,7% (yoy). Penyebab penurunan inflasi diperkirakan berasal dari

kestabilan harga komoditas Administered Prices terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) seiring trend penurunan harga

minyak dunia. Namun, potensi dorongan inflasi masih tetap muncul terutama pada komoditas Volatile Food seiring

kondisi cuaca dan El Nino yang dapat mempengaruhi produksi pertanian. Selain itu, kondisi cuaca dan gelombang laut

yang seringkali berubah-ubah juga berpengaruh pada harga komoditas ikan segar. Sementara itu, adanya peningkatan

80

85

90

95

100

105

110

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

ITK PROYEKSI PEND.RT RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III IV80

85

90

95

100

105

110

115

Sumber : BPS, diolah

I*

2015

INDEKS

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I

2016

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

6.2. INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 69

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi SektoralDari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I diperkirakan mengalami penurunan.

Penurunan terjadi karena dampak baru tibanya musim tanam komoditas padi di Provinsi NTT. Selain itu, adanya dampak El

Nino juga mendorong adanya pergeseran masa tanam di NTT dan juga berdampak pada produksi tanaman perkebunan

(jambu mete dan kakao). Berdasarkan perkiraan curah hujan, hujan baru akan turun di sebagian besar daerah Provinsi NTT

pada bulan Februari, namun curah hujan akan menurun pada bulan Maret dan sebagian besar daerah mulai mengalami

curah hujan rendah. Curah hujan yang stabil berada di daerah Manggarai barat dan Manggarai yang merupakan sentra

pertanian padi di Provinsi NTT.

Dari sub sektor peternakan, adanya pengoperasian kapal ternak (KM. Camara Nusantara I) dengan kapasitas angkut 500

ekor diperkirakan dapat mempermudah penjualan komoditas sapi. Kapal ternak yang sebelumnya sempat bermasalah

dengan karena kosongnya ternak pada pengiriman ke-2, mulai mendapatkan kepercayaan pengusaha NTT pada

pengiriman ke-3 (Februari 2016), terbukti dengan diangkutnya sapi sebanyak 500 ekor dari Kupang dan Waingapu. Di sisi

lain, sub sektor perikanan diperkirakan baru akan mengalami peningkatan pada bulan Maret seiring kondisi cuaca dan

gelombang yang mulai membaik.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan mengalami perlambatan.

Perlambatan terutama disebabkan oleh aktivitas pemerintah di awal tahun yang baru memasuki tahap konsolidasi,

perencanaan dan proses lelang barang dan jasa yang baru akan dibuka. Selain itu, proses dropping anggaran dana desa

juga masih belum optimal seiring dalam proses evaluasi tahun sebelumnya.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan juga mengalami

perlambatan. Telah lewatnya masa liburan sekolah dan natal menjadi penyebab utama perlambatan. Selain itu, belum

adanya peningkatan pendapatan masyarakat seiring belum tibanya panen juga menjadi penyebab lainnya. Hal ini juga

terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) – Bank Indonesia yang menunjukkan adanya penurunan dari segi

kegiatan usaha dan harga jual.

Sektor konstruksi diperkirkan mengalami perlambatan di awal tahun. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring

selesainya kegiatan proyek pemerintah untuk tahun 2015. Namun, adanya beberapa proyek multiyears seperti

pembangunan waduk dan Kantor Gubernur NTT diperkirakan dapat menahan perlambatan yang lebih dalam. Selain itu,

adanya dispensasi kegiatan proyek yang terlambat di tahun 2015 selama 50 hari diharapkan pula dapat menopang

tumbuhnya sektor konstruksi di awal tahun.

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Februari

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201568

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

6.1.2.2 Pertumbuhan Sisi PenggunaanDari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat yang tercermin pada angka

Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Perlambatan juga terlihat pada penurunan indeks proyeksi pendapatan rumah

tangga dan rencana pembelian barang tahan lama. Masih belum optimalnya pendapatan masyarakat yang sebagian

bekerja pada sektor pertanian di awal tahun dan belum adanya dorongan lapangan pekerjaan dari kegiatan proyek-proyek

pemerintah diperkirakan menjadi beberapa penyebab. Selain itu, tidak adanya momen untuk kegiatan belanja seperti libur

sekolah dan natal juga menjadi faktor penyebab lainnya.

Kinerja investasi diperkirakan melambat pada triwulan-I. Belum dimulainya kegiatan proyek pemerintah pada tahun

2016 dan belum adanya sinyalemen investasi besar swasta di awal tahun menjadi pendorong utama.

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan I juga diperkirakan akan sedikit melambat.

Perlambatan diperkirakan terjadi seiring masih terbatasnya produksi komoditas ekspor di awal tahun (ikan tuna dan jambu

mete) karena faktor cuaca. Ekspor antar daerah diperkirakan dapat terhambat oleh adanya operasional kapal ternak yang

mendorong peningkatan pengiriman sapi dari NTT pada awal tahun.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan sedikit menurun. Inflasi NTT pada

tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,3-4,7% (yoy). Penyebab penurunan inflasi diperkirakan berasal dari

kestabilan harga komoditas Administered Prices terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) seiring trend penurunan harga

minyak dunia. Namun, potensi dorongan inflasi masih tetap muncul terutama pada komoditas Volatile Food seiring

kondisi cuaca dan El Nino yang dapat mempengaruhi produksi pertanian. Selain itu, kondisi cuaca dan gelombang laut

yang seringkali berubah-ubah juga berpengaruh pada harga komoditas ikan segar. Sementara itu, adanya peningkatan

80

85

90

95

100

105

110

Grafik 6.4. Indeks Tendensi Konsumen

ITK PROYEKSI PEND.RT RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III IV80

85

90

95

100

105

110

115

Sumber : BPS, diolah

I*

2015

INDEKS

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I

2016

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

6.2. INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 2015 69

6.1.2.1 Pertumbuhan Sisi SektoralDari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I diperkirakan mengalami penurunan.

Penurunan terjadi karena dampak baru tibanya musim tanam komoditas padi di Provinsi NTT. Selain itu, adanya dampak El

Nino juga mendorong adanya pergeseran masa tanam di NTT dan juga berdampak pada produksi tanaman perkebunan

(jambu mete dan kakao). Berdasarkan perkiraan curah hujan, hujan baru akan turun di sebagian besar daerah Provinsi NTT

pada bulan Februari, namun curah hujan akan menurun pada bulan Maret dan sebagian besar daerah mulai mengalami

curah hujan rendah. Curah hujan yang stabil berada di daerah Manggarai barat dan Manggarai yang merupakan sentra

pertanian padi di Provinsi NTT.

Dari sub sektor peternakan, adanya pengoperasian kapal ternak (KM. Camara Nusantara I) dengan kapasitas angkut 500

ekor diperkirakan dapat mempermudah penjualan komoditas sapi. Kapal ternak yang sebelumnya sempat bermasalah

dengan karena kosongnya ternak pada pengiriman ke-2, mulai mendapatkan kepercayaan pengusaha NTT pada

pengiriman ke-3 (Februari 2016), terbukti dengan diangkutnya sapi sebanyak 500 ekor dari Kupang dan Waingapu. Di sisi

lain, sub sektor perikanan diperkirakan baru akan mengalami peningkatan pada bulan Maret seiring kondisi cuaca dan

gelombang yang mulai membaik.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan mengalami perlambatan.

Perlambatan terutama disebabkan oleh aktivitas pemerintah di awal tahun yang baru memasuki tahap konsolidasi,

perencanaan dan proses lelang barang dan jasa yang baru akan dibuka. Selain itu, proses dropping anggaran dana desa

juga masih belum optimal seiring dalam proses evaluasi tahun sebelumnya.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan juga mengalami

perlambatan. Telah lewatnya masa liburan sekolah dan natal menjadi penyebab utama perlambatan. Selain itu, belum

adanya peningkatan pendapatan masyarakat seiring belum tibanya panen juga menjadi penyebab lainnya. Hal ini juga

terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) – Bank Indonesia yang menunjukkan adanya penurunan dari segi

kegiatan usaha dan harga jual.

Sektor konstruksi diperkirkan mengalami perlambatan di awal tahun. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring

selesainya kegiatan proyek pemerintah untuk tahun 2015. Namun, adanya beberapa proyek multiyears seperti

pembangunan waduk dan Kantor Gubernur NTT diperkirakan dapat menahan perlambatan yang lebih dalam. Selain itu,

adanya dispensasi kegiatan proyek yang terlambat di tahun 2015 selama 50 hari diharapkan pula dapat menopang

tumbuhnya sektor konstruksi di awal tahun.

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan Februari

Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Maret

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201568

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN IV KEUANGAN REGIONAL Ekonomi Provinsi NTT Triwulan-IV 2015 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan 1.2.1. Konsumsi 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

daya listrik PLN sebesar 2x18 MW pada tahun 2016 diharapkan dapat mengurangi resiko adanya gangguan listrik,

sehingga resiko kenaikan harga semen akibat produksi yang menurun seperti tahun 2015 dapat dihindari. Di sisi lain,

banyaknya libur long weekend di tahun 2016 patut diantisipasi sebagai resiko penyebab kenaikan tarif angkutan udara.

Sementara itu inflasi tahunan pada triwulan I 2016 masih tercatat cukup tinggi karena dampak rendahnya

inflasi pada tahun sebelumnya. Adanya penurunan harga BBM pada triwulan I-2015 memberikan dampak rendahnya

nilai pembagi inflasi pada tahun 2015 sehingga angka inflasi tahunan triwulan I-2016 tercatat cukup tinggi sebesar

dengan rentang 5,9 - 6,3% (yoy). Namun secara triwulanan (qtq) inflasi tercatat cukup rendah sebesar 0,5 - 0,8% (qtq).

Sumbangan inflasi secara triwulanan terutama didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras dan semen yang masih

terjadi di awal tahun. Selain itu, faktor musiman yang menyebabkan penurunan produksi komoditas bumbu-bumbuan

dan sayur-sayuran menjadi pendorong inflasi utama.

Di sisi lain, faktor penahan inflasi diantaranya adalah penurunan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk 12 kelompok

pelanggan pada bulan Januari, normalnya pasokan dan permintaan semen serta daging ayam ras, serta dampak kembali

normalnya harga-harga setelah kenaikan tinggi pada bulan sebelumnya.

Grafik 6.5. Perkembangan Inflasi NTT

Sumber : BPS, diolah

INFLASI NTT (%-YOY) INFLASI NTT (%-QTQ)

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III IV I

2015

6,14%

0,68%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV 201580