KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL … · Indonesia yang paling menonjol kemudian...
Transcript of KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL … · Indonesia yang paling menonjol kemudian...
1
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
YAYASAN UNILEVER INDONESIA
(STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
Oleh
ANGGA PRABOWO
H24104129
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
2
ABSTRAK
ANGGA PRABOWO. H24104129. Kajian Efektivitas Program CSR (Corporate
Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu,
Jakarta). Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto
Selama tahun 2000 sampai tahun 2007 PT Unilever Indonesia melakukan
perencanaan terhadap program CSR ke dalam rencana kerja (RK) perusahaan baik
secara korporat maupun pada masing-masing bagian yang terkait. Perusahaan
berusaha memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas hidup yang lebih baik.
Misi perusahaan adalah menggali dan memberdayakan potensi masyarakat,
memberikan nilai tambah bagi masyarakat, memadukan kekuatan para mitra dan
menjadi katalisator bagi pembentukan kemitraan. Dalam meningkatkan reputasi
perusahaan, menekankan pentingnya kesinambungan dalam pelestarian lingkungan,
kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha.
Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui program CSR Yayasan Unilever
Indonesia yang paling menonjol kemudian meneliti efektivitas program CSR yang
dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia dan membandingkan Profit untuk
program CSR dengan perusahaan sejenis. Dalam Yayasan Unilever terdapat 4 bagian
Divisi yaitu Divisi Lingkungan, Divisi Public Health Education, Divisi Care for Area
Surrounding dan Divisi Humanitarian AID.
Informasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder yang dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2008.
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden, mewawancarai pihak
Yayasan Unilever Indonesia dan pengamatan langsung di daerah Pasar Minggu
Jakarta tepatnya di Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2. Dalam penelitian ini yang
menjadi responden adalah masyarakat pasar minggu. Data sekunder berupa studi
literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini diperoleh dari
perpustakaan, data pemasaran perusahaan, laporan tahunan, maupun dari jurnal, buku,
literatur dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah
analisis deskriptif, analisis korelasi Rank Spearman, dengan bantuan alat pengolah
data Microsoft Excel dan Statictical Product and Service Solution (SPSS) 15.00 for
windows.
Berdasarkan hasil penelitian, didapat ada tiga program CSR yang dilakukan
oleh Yayasan Unilever Indonesia yaitu program lingkungan, daur ulang dan
pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak penerima bantuan,
faktor organisasi dan faktor prioritas kebutuhan. Dari hasil analisis regresi untuk
program daur ulang faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak penerima bantuan
dan faktor organisasi. Program lingkungan, faktor yang mempengaruhi adalah faktor
organisasi dan faktor prioritas kebutuhan, sedangkan program pendidikan faktor yang
mempengaruhi adalah faktor prioritas kebutuhan.
Berdasarkan hasil Analisis Korelasi Program daur ulang memiliki korelasi
dengan Faktor prioritas kebutuhan tetapi tidak signifikan dan tidak ada hubungan.
Program Lingkungan memiliki korelasi signifikan pada taraf nyata dan Kedua peubah
mempunyai hubungan linier yang positif, sedangkan Program Pendidikan memiliki
korelasi dengan Faktor Pihak Penerima Bantuan dan Faktor Organisasi ini tidak
signifikan dan Kedua peubah tidak mempunyai hubungan. Outcome yang di harapkan
yaitu Meningkatkan Brand Image Perusahaan dan loyalitas konsumen meningkat.
3
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
YAYASAN UNILEVER INDONESIA
(STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANGGA PRABOWO
H24104129
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
4
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
YAYASAN UNILEVER INDONESIA
(STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANGGA PRABOWO
H24104129
Menyetujui,
Bogor, Mei 2009
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc.
Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Ujian : 21 April 2009 Tanggal Lulus :
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Angga Prabowo di lahirkan di
Surabaya pada tanggal 11 Agustus 1986 dari pasangan Ir.
Bambang Subagio (Alm) dan Itje Erlina. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan TK di TK Etika
Jakarta, kemudian SD di Cendrawasih Jakarta dari kelas 1
sampai kelas 5 kemudian pindah ke SDN Polisi IV Bogor
dari kelas 5 hingga kelas 6, lalu melanjutkannya ke SLTP
Negeri 2 Bogor dan kemudian lulus dari SMUN 2 Bogor
pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SPMB pada Fakultas Ekonomi dan manajemen, Program Studi Manajemen. Pada
tahun 2008 penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir pendidikan yang berjudul
: Kajian Efektivitas Program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan
Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta).
iii
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas curahan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Efektivitas
Program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia
(Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta”. Penulis sadar bahwa pencapaian ini bukan
karya yang luar biasa, namun melalui karya ini penulis berharap agar dalam proses
penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis
sendiri maupun pembaca. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.sc. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukan dan pembelajaran yang sangat berarti.
2. Dra. H. Siti Rahmawati, M.Pd. dan Farida Ratna Dewi SE, MM, selaku
dosen penguji yang sangat meneladani.
3. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen komisi pendidikan yang telah
banyak memberikan masukan tata cara penulisan.
4. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen Manajemen
atas segala pelayanan serta kemudahan dalam birokrasi
5. Ir. Bambang Subagio (Alm) sebagai inspirator terbesar.
6. Itje Erlina, Reza Nugraha, Nisa Devina Trusti, Githa Perwita Sari, Hida
Tjahyono dan keponakan-ponakan saya Fabian, Aletha, Aqsal, Renata yang
senantiasa menguatkan jiwa dan raga.
7. Yayasan Unilever Indonesia: Mas Husni, Bu Maya Tamimi, Bu Yolanda
atas kebersamaan di Yayasan Unilever Indonesia.
8. Pihak Pasar Minggu Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2 Jakarta yang terus
membantu dan melancarkan skripsi saya.
9. Samantha Pauline Lanova untuk seluruh elemen-elemen kebahagiaan yang
dicurahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
10. Sahabat-sahabat terbaik (Oo, Kw, Sidik, Dase, Gala, Notie, Manda, Shierra)
untuk kebersamaan dalam suka dan duka yang terus terkenang.
IV
7
11. Ozan, Openk, Bhemo, Sisko, Sosro, Bejat, Orthan, Athenk, Kiki, Nadhil,
Ongol yang selalu menghadirkan keutuhan persahabatan.
12. Gitri, Dina, Merry, Nit-nit, Ikhwan, Hilman, Citra, Mitha, Icuk, Ajeng,
Anggie atas partisipasi dan dukungan semangat bagi penulis.
13. Saudaraku sesama “Anak-anak-nya Pak Kohar”, Gitri Widiastuti dan Dase
Purnama. “Ketika skripsi mulai meradang, Consider it’s done!”
14. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen (Mas Hadi, Pak Cecep, Teh Eneng,
Mas Yadi, Mumuh) kerja sama dalam kelancaran pelaksanaan seminar dan
sidang.
15. Teman-teman Manajemen angkatan 41 dan SMU Negeri 2 Bogor angkatan
2004 atas kenangan dan kebahagiaan yang telah mewarnai hari-hari penulis.
Bogor, Mei 2009
v
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK HALAMAN
RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility 6
2.2. Program CSR 10
2.2.1. Pengertian CSR 10
2.2.2. Tujuan CSR 10
Prinsip-prinsip CSR 11
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran 13
3.2. Metodelogi Penelitian 14
3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 14
3.2.2. Jenis dan Sumber Data 15
3.3. Pengolahan dan Analisis Data 16
3.3.1. Uji Validitas dan Realibilitas 14
3.3.2. Skala Likert 16
3.3.3. Analisis Deskriptif 17
3.3.4. Analisis Korelasi 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 20
4.1.1. Sejarah PT. Unilever Indonesia Tbk 20
4.1.2. Misi Dan Tata Kelola PT. Unilever Indonesia Tbk 21
4.1.3. Struktur Organisasi 23
4.2. Konsep Corporate Social Responsibility 32
4.2.1. Gambaran Umum CSR 32
4.2.2. Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk 34
4.3. Program CSR (Corporate Social Responsibility) 38
4.3.1. Komitmen Yayasan Unilever Indonesia 39
4.3.2. Rule Of Partner 40
vi
9
4.4. Kegiatan program CSR Yayasan Unilever Indonesia 41
Program Lingkungan 41
4.4.1.1. Kesadaran Masyarakat Tentang Lingkungan 41
4.4.1.2. Kondisi Lingkungan di Pasar Minggu 42
4.4.1.3. Kebijakan yang Mendasari dan Terkait dengan
Program 43
4.4.1.4. Koordinasi Antar Berbagai Pihak 43
4.4.1.5. Tahap Pengkajian 44
Proses 45
4.4.2.1. Proses Pembentukan serta Proses Penyusunan
Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Program 46
4.4.2.2. Motivator 46
4.4.2.3. Mekanisme Proses Monitoring dan Evaluasi 47
4.4.2.4. Mekanisme dan Proses Terminasi 47
4.4.3. Produk 47
4.4.3.1. Hubungan antara Program dengan Harapan
Masyarakat 47
4.4.3.2. Hubungan antara Program dengan Perubahan
Perilaku 48
4.4.3.3. Hubungan antara Program dengan Tingkat
Ekonomi Masyarakat 49
4.4.3.4. Manfaat CSR 49
4.4.3.5. Keberhasilan atau Kegagalan Program di Pasar
Minggu dan yang Menjadi Penghambat dan
Pendukungnya 50
Program Daur Ulang 50
4.4.4.1. Awal Terjadinya Program Daur Ulang 51
Proses 51
4.4.6. Produk 52
4.4.7. Program Pendidikan 52
Proses 52
4.5. Cara Pandang Masyarakat Terhadap PT. Unilever Indonesia Tbk 53
4.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Program CSR Yayasan
Unilever Indonesia 55
4.6.1. Faktor Pihak Penerima Bantuan 55
4.6.2. Faktor Organisasi 57
4.6.3. Faktor Prioritas Kebutuhan 59
4.7. Efektivitas Program CSR Yayasan Unilever Indonesia 61
4.7.1. Korelasi Pearson 61
4.7.2. Uji Signifikansi Korelasi Program Daur Ulang Terhadap
Faktor Yang Mempengaruhi 62
4.7.3. Uji Signifikasi Korelasi Program Lingkungan Terhadap
Faktor Yang Mempengaruhi 63
Uji Signifikasi Korelasi Program Pendidikan Terhadap
Faktor Yang Mempengaruhi 63
4.8. Regresi Untuk Program Daur Ulang 64
4.8.1. Analisis Varian 64
4.9 Regresi Untuk Program Lingkungan 66
4.9.1. Analisis Varian 66
vii
10
4.10. Regresi Untuk Program Pendidikan 68
4.10.1. Analisis Varian 68
4.11. Validitas 69
4.12. Reliabilitas 70
4.13. Nilai Penjualan Perusahaan 70
4.13.1. Hasil Keseluruhan 71
4.13.2. Standar CSR 73
4.13.3. Kasus Bisnis dari program CSR 73
4.13.4. Peraturan Perundang-undangan CSR 74
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 77
2. Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 80
viii
11
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. CSR Berdasarkan Kegiatan dan Dana 2
2. Program Corporate Social responsibility PT Unilever Indonesia Tbk 3
3. Deskriptif Demografi responden 55
4. Sebaran Responden Terhadap Faktor Pihak Penerima Bantuan 57
5. Sebaran Responden Terhadap Faktor Organisasi 59
6. Sebaran Responden Terhadap Faktor Prioritas Kebutuhan 60
7. Sebaran Jawaban responden Terhadap Pengaruh Program CSR 61
8. Efektivitas Program CSR 62
9. Korelasi Program Daur Ulang 63
10. Korelasi Program Lingkungan 63
11. Korelasi Program Pendidikan 64
12. Realibility Statistics 71
ix
12
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian 14
2. Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia 23
3. Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia 39
4. Rule Of Partner 40
5. Kegiatan CSR di Pasar Minggu 41
6. Sebelum CSR 42
7. Konsep Ideal Manajemen Sampah 43
8. Program Lingkungan Bersama Kader Lingkungan 45
9. Pengembangan Kader 46
10. Harapan Masyarakat 47
11. Keuntungan CSR 49
12. Manfaat CSR 49
13. Keluhan Terhadap Program CSR 50
14. Program CSR yang Efektif 52
15. Cara Pandang Masyarakat terhadap Unilever 53
16. Efektivitas Program CSR 53
x
13
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar Pertanyaan Wawancara. 80
2. Quesioner Penelitian 81
3. Uji Validitas dan Reliabilitas 86
4. Proses Program Daur Ulang 91
5. Program Pendidikan 93
6. Sebelum dan Sesudah Program Lingkungan 94
7. Tabel Rekapitulasi 95
8. Implikasi Manajerial 96
9. Alur Pikir 97
xi
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan
perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang
biasa disebut triple bottom line. Sinergisitas dari tiga elemen ini merupakan
kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
(Wibisono,2007). Seiring dengan hal tersebut berbagai kalangan swasta,
pemerintah, organisasi masyarakat dan dunia pendidikan berupaya
merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam
hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Secara umum upaya-upaya tersebut disebut sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR). Definisi CSR menurut Petkoski dan Twose (2003) yaitu
sebagai komitmen bisnis untuk berperan dalam mendukung pembangunan
ekonomi, bekerja sama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal
dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan
berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.
Berdasarkan riset Swa (2006) atas 45 perusahaan di Indonesia
menunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan
citra perusahaan (37,38 persen ), hubungan baik dengan masyarakat (16,82
persen), dan mendukung operasional perusahaan (10,28 persen). Penerapan
CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat
dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar.
Penelitian mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11,5 juta
dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial
yang terekam oleh media massa. Angka rata-rata perusahaan yang
menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau
sekitar 413 juta rupiah per kegiatan. Sebagai perbandingan, di AS porsi
sumbangan dana CSR pada tahun 1998 mencapai 21,51 miliar dollar dan
tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah (Saidi
dan Abidin,2004) penerapan CSR di Indonesia tertera pada Tabel 1.
15
Tabel 1. CSR Berdasarkan Jumlah Kegiatan dan Dana Untuk Seluruh
Indonesia
Sumber: Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi
PT Unilever Indonesia Tbk, misalnya mengistilahkan dengan people
and brand. Dua hal ini dianggap sebagai asset utama perusahaan yaitu orang
menjadi unsur yang sangat penting, jika pabrik rusak mungkin kita bisa
membangun lagi tetapi kalau orang yang rusak apa yang bisa kita lakukan.
Unsur people yang di maksud dalam sebuah perusahaan adalah karyawan
untuk itu. PT Unilever Indonesia Tbk benar-benar berusaha memperlakukan
setiap karyawan secara adil seperti memberi kesempatan beribadah sesuai
keyakinan, kesempatan belajar bagi perkembangan karyawan, tidak
membedakan karyawan laki-laki maupun perempuan, dan menjunjung tinggi
kesetaraan.
Bagi perusahaan perdagangan kelas dunia seperti PT.Unilever
Indonesia Tbk, perhatian terhadap perkembangan sosial perusahaan dengan
penduduk lokal dan masyarakat setempat semakin penting. Timbulnya
masalah-masalah sosial memiliki potensi terhentinya operasi dan tingginya
biaya transaksi yang akan menjadi beban keuangan sekaligus reputasi dan citra
buruk. PT.Unilever Indonesia Tbk memiliki tujuan perusahaan untuk
menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan lingkungan di
sekitar daerah operasinya serta bekerja sama dengan pemerintah untuk
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Selama ini PT Unilever
Indonesia Tbk telah memberikan perhatian dan kontribusinya yang cukup
besar terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah operasinya melalui
program Corporate Social Responsibility (CSR), dengan beberapa program-
program khusus seperti yang terdapat pada Tabel 2.
No Model Jumlah Kegiatan Jumlah Dana(Rp)
1
2
3
4
Langsung
Yayasan Perusahaan
Bermitraan dengan lembaga social
Konsorsium
113 (40,5%)
20 (7,2%)
144 (51,6%)
2 (0,7%)
14,2 miliar (12,2%)
20,7 miliar (18%)
79,0 miliar (68,5%)
1,5 miliar (1,3%)
Jumlah 279 kegiatan 115,3 miliar
16
Tabel 2. Program Corporate Social Responsibility PT Unilever Indonesia Tbk Ruang Lingkup Masalah Sosial Program CSR
Mencuci tangan secara benar, dengan
sabun dan air bersih.
Misi Sosial Lifebuoy :
Memberikan rasa aman dan
nyaman kepada 220 juta penduduk
Indonesia dengan memenuhi
kebutuhan kesehatan dan
kebersihan mereka.
90% penduduk Indonesia memiliki
problem gigi seperti gigi berlubang,
infeksi dan radang gusi.
Misi Sosial Pepsodent :
Membebaskan anak Indonesia dari
gigi berlubang demi masa depan
yang lebih baik. Bermain di luar membantu anak-anak
berteman, belajar bekerja sama dan
mengakui kekalahan.
Misi Sosial Rinso :
Membantu anak-anak Indonesia
belajar dan berkembang dengan
memberikan kebebasan hidup
tanpa takut kotor.
Kesehatan dan
Kebersihan
Kurangnya pemahaman tentang
penyakit ini dan budaya yang memberi
stigma kepada para penderitanya.
Misi Sosial Close-up :
Close Up menggerakan generasi
muda Indonesia agar dapat
melihat, merasakan, mendengar
dan mengambil tindakan dalam
upaya menyebarkan informasi
untuk mencegah HIV/AIDS
Sumber: Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Unilever Indonesia Tbk
Untuk setiap program CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan,
terdapat beberapa hal yang terlebih dahulu disepakati: (a) siapa kelompok
sasarannya, (b) apa indikator keberhasilannya, dan (c) bagaimana
tindaklanjutnya. Program CSR harus efisien, efektif, bermutu, dan bisa
diandalkan sehingga harus dilakukan secara ekonomis dan rasional untuk
dapat meningkatkan laba perusahaan. Agar dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, program CSR membutuhkan suatu alat atau teknik yang digunakan
dalam perencanaan dan pengendalian fungsi-fungsi CSR tersebut.
Selama ini dalam pelaksanaan program CSR pada PT Unilever
Indonesia Tbk sangat menyadari pentingnya memberi dan berbagi, bukan
semata untuk meningkatkan reputasi, tetapi membantu perusahaan terus
tumbuh dan berkembang. Bagi perusahaan tanggung jawab sosial perusahaan
tidak terpisahkan dari bisnis. Hal ini yang mendorong perlu adanya suatu
kajian evaluasi bagaimana manfaat program CSR yang dilakukan oleh PT.
Unilever Indonesia Tbk bagi masyarakat luas dan bagi perusahaan itu sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
Selama tahun 2000 sampai tahun 2007 PT Unilever Indonesia
melakukan perencanaan terhadap program CSR ke dalam rencana kerja (RK)
17
perusahaan baik secara korporat maupun pada masing-masing bagian yang
terkait. Perusahaan berusaha untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian
kualitas hidup yang lebih baik. Misi perusahaan adalah menggali dan
memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi
masyarakat, memadukan kekuatan para mitra dan menjadi katalisator bagi
pembentukan kemitraan. Dalam meningkatkan reputasi perusahaan,
menekankan pentingnya berkesinambungan dalam pelestarian lingkungan,
kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana tujuan dan sasaran program CSR Yayasan Unilever Indonesia
saat ini? Apa saja kegiatan CSR yang paling menonjol?
2. Apakah program CSR Yayasan Unilever Indonesia sudah efektif dirasakan
masyarakat?
3. Berapa persen (%) profit PT Unilever Indonesia Tbk untuk program CSR
dibandingkan PT Indofood?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut :
Tujuan penelitian antara lain adalah :
1. Menganalisa tujuan dan sasaran CSR Yayasan Unilever Indonesia yang
paling menonjol.
2. Menganalisa efektivitas program CSR Yayasan Unilever Indonesia.
3. Menganalisa perbandingan profit program CSR
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran yang
positif bagi perusahaan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan yang
mungkin terjadi dalam program CSR. Serta untuk mengadakan perbaikan-
18
perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan
efektivitas program CSR pada perusahaan.
2. Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah karya ilmiah
yang layak dipercaya dan juga dapat juga dapat dijadikan langkah awal
bagi penulisan karya ilmiah lain.
3. Penulis
Diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diproleh selama
perkulihan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia
nyata.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Analisis terutama ditujukan kepada bagian internal perusahaan dan
masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan CSR. Program CSR adalah
program suatu perusahaan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah di
timbulkan atau efek dari perusahaan itu sendiri. Bagaimana perusahaan
merespon tanggapan dari lingkungan luar dan kepada pihak eksternal
perusahaan yaitu masyarakat sekitar, lingkungan, pemerintahan dan mitra
binaan yang merupakan pihak penerima bantuan program CSR.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable
Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku
etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Tanggung jawab sosial
perusahaan berarti bahwa perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap
semua kegiatannya yang mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan
lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan manusia dan
masyarakat.
Salah satu definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia
Business Links (IBL) adalah strategi bisnis yang melihat bahwa kepentingan
bisnis jangka panjang dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan
kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan dan peningkatan hidup
manusia. Sedangkan menurut Wibisono (2007), CSR merupakan tanggung
jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dibedakan menjadi tiga jenis :
1. Ethical corporate social responsibility dalam pandangan Lantos seperti
dikutip oleh Paryati (2006), yaitu bahwa perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan atau sosial
masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan.
2. Altoristik corporate social responsibility adalah aktivitas sosial perusahaan
yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan perusahaan.
3. Strategic corporate social responsibility, yaitu aktivitas perusahaan yang
ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan di target pasarnya
meningkatkan pendapatan perusahaan.
20
Kotler dan Lee (2005) mengidentifikasikan enam pilihan program bagi
perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan
berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung
jawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh
perusahaan adalah :
(1) Cause promotions, dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau
penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah
sosial tertentu, seperti bahaya narkoba;
(2) Cause Related Marketing, yaitu bentuk kontribusi perusahaan dengan
menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan donasi bagi masalah sosial
tertentu, untuk periode tertentu atau produk tertentu;
(3) Corporate Social Marketing, dengan membantu pengembangan maupun
implementasi dari kampanye dengan fokus untuk mengubah perilaku
tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya, berupa inisiatif
perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas
amal, lebih sering dalam bentuk donasi atau sumbangan tunai;
(4) Community Volunteering, yang memberikan bantuan dan mendorong
karyawan serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu
masyarakat setempat
(5) Social Responsible Business Practices yang berupa inisiatif dimana
perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi
yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi
lingkungan.
Dalam perkembangan CSR di Indonesia khususnya, berkembang suatu
pandangan tentang hubungan tujuan ekonomi dan sosial. Menurut Wibisono
(2007) pandangan bahwa tujuan ekonomi dan sosial terpisah dan bertentangan
merupakan pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah
dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing
sangat tergantung pada keadaan lokasi di mana perusahaan itu beroprasi. CSR
merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang
dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu profit, people dan planet :
a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mecari keuntungan ekonomi
yang memungkinkan untuk terus beroprasi dan berkembang.
21
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti
pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendiri sarana pendidikan
dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan ada yang merancang
berbagai skema perlindungan social warga setempat.
c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini
biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan saran air bersih,
perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).
Berbagai model CSR diterapkan oleh perusahaan di Indonesia.
Ternyata terdapat empat model atau pola CSR yang umum di terapkan yaitu (
Saidi dan Abidin, 2004) :
1. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini perusahaan biasanya
menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau
public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-
perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal,
dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan
yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga
sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop). Instansi pemerintah, universitas
atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan
kegiatas sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu
22
yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara
proaktif mencari mitra kerjasama dari lembaga operasional.
Sedangkan menurut Wibisono (2007) ada dua pola yang umumnya
digunakan perushaaan dalam melakukan kegiatan (CSR):
1. Self managing
Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi sosial
perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan kegiatan lebih sesuai dengan
maksud dan tujuan perusahaan, lebih mudah di kontrol dan dimonitor, lebih
efisien untuk kegiatan yang bersifat jangka pendek dan perusahaan dapat
belajar langsung merancang program CSR. Kekurangan self managing
diantaranya adalah keterampilan karyawan umumnya masih kurang,
membutuhkan sumber daya khusus dengan jumlah yang cukup dan berpotensi
untuk membengkaknya anggaran.
2. Outsourching
Outsourching Memiliki dua pola, pertama bermitra dengan pihak lain, LSM,
instansi pemerintah, universitas, media massa, dan lain sebagainya. Pola kedua
dengan bergabung atau mendukung kegiatan bersama baik yang jangka
pendek atau jangka panjang. Kelebihan pola outsourching adalah perusahaan
bisa memilih mitra profesional yang sesuai dengan karakter program, tidak
memerlukan SDM dengan kapasitas khusus dan kinerja program dapat dengan
mudah dievaluasi. Sedangkan kekurangannya yaitu anggaran yang dikeluarkan
perusahaan relatif lebih besar, seringkali perusahaan tidak dapat mengikuti
perkembangan secara langsung dan diperlukan mekanisme kontrol yang baik.
Dari segi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh
dari aktivitas CSR (Susanto, 2007) :
1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang
diterima perusahaan.
2. Perlindungan dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
diakibatkan suatu krisis.
3. Ketertiban dan kebanggaan karyawan.
4. Memperbaiki dan mempererat hubungan perusahaan.
5. Meningkatkan jumlah penjualan.
6. Insentif-insentif lainnya.
23
2.2. Program CSR
2.2.1. Pengertian CSR
CSR secara garis besar dilihat sebagai program berdampak positif yang
berlandaskan etika dan memajukan perekonomian bangsa dengan
meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarga perusahaan itu. Selain
itu CSR secara tidak langsung merupakan pertanggungjawaban perusahaan
terhadap dampak lingkungan yang mereka hasilkan. Selama perusahaan itu
berproduksi baik jasa maupun barang, pastilah mereka ikut memberikan
dampak terhadap lingkungan. Tidak hanya kesadaran tentang menyisihkan
persenan laba yang mereka dapat, tapi juga pada pentingnya penekanan yang
signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Di sini
perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan,
menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi
stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang
diciptakannya.
Stakeholders perusahaan' dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah
karyawan, pelanggan, konsumen, pemasok, masyarakat, dan lingkungan
sekitar, serta pemerintah selaku regulator.
Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate
value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja.
Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di
sini bottom lines lainnya, selain finansial adalah lingkungan dan sosial.
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin
apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
2.2.2. Tujuan CSR
1. CSR dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven).
2. Upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi hukum, dan aturan
yang memaksanya.
24
3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias
compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada
dorongan yang tulus dari dalam(internal driver).
2.2.3. Prinsip-prinsip CSR
1. Prioritas korporat
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat
dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu
korporat bisa membuat kebijakan, program dan praktek dalam
menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab
secara sosial.
2. Proses perbaikan
Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakanm program dan
kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami
kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara
internasional.
3. Pendidikan Karyawan
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi
karyawan.
4. Pengkajian
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau
proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik.
5. Produk Dan Jasa
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara
sosial.
6. Informasi Publik
Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan,
distibutor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi,
penyimpangan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.
7. Fasilitas Dan Operasi
Mengembangkan, merancang dan mengoprasikan fasilitas serta
menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak
sosial.
25
8. Penelitian
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku,
produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha
dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
9. Prinsip Pencegahan
Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau
jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak
sosial yang bersifat negatif.
10. Kontraktor dan Pemasok
Mendorong penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian
mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11. Memberi Sumbangan
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan
bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta
lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang
tanggung jawab sosial.
12. Keterbukaan
Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan
publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potencial
hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
13. Pencapaian dan Pelaporan
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala
dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan
perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pda dewan
direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan di
Indonesia yang mempunyai program corporate social responsibility (CSR)
sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Dalam setiap kegiatan CSR perusahaan
harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi evektifitas program
CSR. Program CSR pada PT Unilever Indonesia Tbk dijalankan oleh bagian
bagian Yayasan Unilever Indonesia yang masing-masing bagian memiliki
beberapa program khusus.
Selama pelaksanaan kegiatan CSR pada PT Unilever Indonesia Tbk
terdapat program-program CSR yang paling menonjol kemudian Penelitian
juga digunakan untuk mengetahui seberapa ke efektivitasan program CSR
dalam batas pengendalian yang masih bisa ditoleransi perusahaan, sehingga
dapat diketahui faktor-faktor terjadinya penyimpangan program CSR dengan
realisasi. Efektivitas perencanaan dan pengendalian suatu kegiatan sangan
dipengaruhi oleh adanya data-data program CSR dan data-data non-program
CSR yang memungkinkan manjemen memperoleh informasi dan sebagai
bahan analisa guna pengambilan keputusan selanjutnya dan menjadi ukuran
untuk melihat sejauh mana kinerja perusahaan. Biaya yang di gunakan untuk
program CSR rata - rata setiap perusahaan itu adalah sebesar 2% dari
keuntungan bersih perusahaan. Makin tinggi tingkat keuntungan bersih sebuah
perusahaan maka makin tinggi pula dana yang di keluarkan sebuah perusahaan
untuk suatu program CSR (Corporate Social Responsibility). Secara lebih
jelas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
27
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
Menunjukkan hubungan
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - November 2008 dengan
bertempat di PT Unilever Indonesia Tbk, Yayasan Unilever Indonesia dan
Daerah Pasar Minggu tepatnya di Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2 yang
terdapat di kota Jakarta.
PT Unilever Indonesia Tbk
Program CSR Sasaran masyarakat Profit CSR
Perusahaan
Sejenis
Perbandingan
Analisis
Deskriptif
Analisis :
-Korelasi : Ukuran yang menggambarkan
hubungan linier antara dua peubah ( X dan
Y )
-Regresi : Salah satu metode untuk
menentukan tingkat pengaruh suatu
variable
-Analisis Varian : uji model regresi secara
simultan
Hasil Hasil
Hasil Keseluruhan
Yayasan Unilever Indonesia
28
3.2.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan, magang dan
wawancara dengan pihak perusahaan atau pihak- pihak lainnya yang
berhubungan dengan masalah perusahaan (key informants), hasil pencatatan
lapangan, dan kuesioner. Pengambilan sampel di lakukan dengan teknik
purpose sampling, dimana pertimbangan terhadap responden yang diteliti
adalah karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dan kuisioner. Data sekunder
diperoleh dari pengumpulan data program CSR dan berbagai sumber
kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3. Pengolahan dan Analisis Data
3.3.1. Uji Validitas dan Realibilitas
Sebelum kuesioner disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu
pengujian kuesioner yaitu uji validitas dan reliabilitas. Menurut Singarimbun
dan Effendi (1995), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat mengukur
apa yang ingin diukur. Uji Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat
valid suatu butir pertanyaan dalam kuesioner. Perhitungan nilai korelasi
antara data pada masing-masing pertanyaan dan skor total dengan memakai
rumus teknik korelasi Product Moment, sebagai berikut :
r =
∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−
)]()][([
))((
2222YYnXXn
YXXYn................... (1)
Dimana :
X = skor masing-masing pertanyaan
Y = skor total
n = jumlah responden
r = angka korelasi
Setelah dilakukan uji validitas, maka langkah selanjutnya adalah uji
reliabilitas. Uji keterandalan kuesioner dilakukan dengan pendekatan
internal yaitu pengambilan data dilakukan sekali pada responden yang
karakteristiknya mirip dengan karakteristik responden yang akan diteliti dan
jumlah responden yang dipilih tidak perlu terlalu besar. Adapun metode
yang digunakan untuk mengukur koefisien kekonsistenan internal adalah
dengan menggunakan Cronbach Alpha (α).
29
Rumus Cronbach’s Alpha adalah:
11r =
−
−∑
2
2
11
t
b
k
k
σ
σ..................................................... (2)
Dimana:
11r = Keandalan instrumen
k = Jumlah butir pertanyaan 2
∑ bσ = Jumlah ragam butir
∑ 2
tσ = Ragam total
Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan
software Microsoft Excel dan software Statictical Product and Service
Solution (SPSS) 15.00 for windows.
3.3.2. Skala Likert
Skala yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner adalah skala Likert,
dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (Rangkuti, 2003). Bobot dalam
skala Likert dibuat ke dalam lima penilaian, yaitu :
a. Jawaban sangat berpengaruh diberi bobot 5
b. Jawaban berpengaruh diberi bobot 4
c. Jawaban cukup berpengaruh diberi bobot 3
d. Jawaban tidak berpengaruh diberi bobot 2
e. Jawaban sangat tidak berpengaruh diberi bobot 1
Penggolongan kategori berdasarkan nilai yang diperoleh dilakukan
dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah
ditetapkan dengan jumlah responden yang memasuki ke dalam kategori yang
sama. Kemudian data yang diperoleh dicari rata-rata untuk mengetahui
ukuran pemusatan dengan rumus :
Rata-rata (x) = n
Xfi∑.................................................................. (3)
Keterangan :
X = nilai pengukuran
fi = frekuensi kelas ke –i
n = banyaknya pengamatan
30
Hasil dari nilai rata-rata tersebut kemudian dipetakan ke rentang skala
yang mempertimbangkan informasi interval berikut :
.................................... (4)
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala
sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden
terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang
skala tersebut adalah :
1,00 – 1,80 = sangat tidak berpengaruh
1,80 – 2,60 = tidak berpengaruh
2,60 – 3,40 = cukup berpengaruh
3,40 – 4,20 = berpengaruh
4,20 – 5,00 = sangat berpengaruh
3.3.3. Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan
berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi data.
Kegiatan statistika deskriptif antara lain menyajikan data dalam bentuk tabel
dan grafik. Sebuah tabel berguna untuk mengetahui hubungan antara
beberapa variabel.
3.3.4. Analisis Korelasi
Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi ini digunakan untuk
mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya.
Khususnya data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang
berjenjang.
Rumus korelasi Rank Spearman (Siegel, 1992):
N -
di6
- 1 3
n
1 i
2
Nrs
∑== (5)
Interval = nilai tertinggi – nilai terendah
Banyaknya kelas
31
Apabila dalam perhitungan ditemukan angka kembar, maka
menggunakan rumus:
∑ ∑∑ ∑ ∑−+
=))((2 22
222
YX
diYXrs (6)
Keterangan: rs = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel penelitian
di = Selisih antara rank X dan rank Y pada
responden ke-i
dimana:
∑∑ −−
= xTnn
X12
32
12
3
xx
x
ttT
−=
∑∑ −−
= yTnn
Y12
32
12
3
yy
y
ttT
−= (7)
Keterangan: T = Faktor koreksi
∑T = Jumlah berbagai harga T untuk semua
kelompok yang berlain-lainan yang memiliki
observasi berangka sama.
Melalui program SPSS 15.00 for Windows maka kita tidak perlu
melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus di atas.
Komputer akan mengeluarkan output hasil pengolahan dan kita dapat
langsung menganalisis serta mengambil keputusan dari output tersebut. Hal
yang dapat kita analisis dari output tersebut dengan melihat nilai korelasi
(nilai rs) dan nilai probabilitasnya.
rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna positif (mendekati 1, hubungan
kuat dan positif)
rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna negatif
rs = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan
Mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel lainnya, koefisien korelasi yang diperoleh kemudian
diinterprestasikan melalui pedoman yang tertera di bawah ini :
32
Tabel 3. Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2004)
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
H0 : Tidak ada hubungan yang nyata antara perubahan organisasi
dan produktivitas kerja karyawan.
H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara perubahan organisasi dan
produktivitas kerja karyawan.
Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikansi adalah 5%.
Sedangkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau
tidaknya hubungan kedua variabel adalah:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
3.3.5. Analisis Regresi
Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan
tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang
pertama disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel
eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena
seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel
yang kedua adalah variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel
terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini dapat merupakan variabel acak
(random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak.
Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan
analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas.
Model :
Y = β0 + β1 X1+ β2X2 + β3 X3 + ε…………………………………….(8)
Y= Peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh peubah bebas
X = Peubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas
ε = galat
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah PT. Unilever Indonesia Tbk
PT Unilever Indonesia TBK didirikan pada tahun 5 Desember 1993
dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Berawal tahun 1933 dengan pabrik
sabun kecil Batavia, perusahaan telah tumbuh selama lebih dr 75 tahun
bersama bangsa Indonesia. Kini, perusahaan menghasilkan 100 produk di
pabrik Cikarang dan Rangkut, mulai dari shampo dan teh, sampai sabun cuci
dan margarin. Produk Unilever dapat ditemukan diseluruh Nusantara, di
berbagai outlet, mulai dari warung hingga jaringan supermarket besar. Karena
itu, dampak operasi perusahaan terasa diseluruh nusantara. Dengan pengaruh
besar ini, perusahaan memanggul tanggung jawab yang besar pula. Perusahaan
telah memahami dinamika ekonomi, masyarakat dan lingkungan sehingga
perusahaan yakin bahwa keberhasilan perusahaan saling berkaitan dengan
kekuatan Indonesia setiap hari, perusahaan berupaya menciptakan
penghematan energi untuk mengurangi emisi dan biaya produksi,
meningkatkan kapasitas pemasok dan pelanggan perusahaan; serta
membangun reputasi terbaik brand perusahaan dengan berbagai program
sosial dan lingkungan untuk mengatasi permasalahan Indonesia dengan cara
inovatif.
Nilai-nilai yang Unilever budayakan seperti : fokus pada pelanggan,
konsumen dan masyarakat, kerjasama, integritas, mewujudkan segalanya
terjadi, berbagi kebahagiaan, kesempurnaan.
Sejak didirikan di Indonesia pada 5 Desember 1933, PT Unilever
Indonesia.TBK (Perseroan) telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan
terdepan untuk produksi kategori Foods dan Ice Cream, Home dan Personal
Care rangkaian produknya mencakup brand-brand ternama dan disukai di
dunia, seperti Pepsodent, Pond’s, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear,
Rexona, Vaseline, Rinso, Surf, Molto, Sunlight, Wall’s Blue Band, Royco,
Bango dan lain-lain. Di tahun 2008 perseroan memperingati 75 tahun
keberadaannya di Indonesia.
34
Saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada
tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. pada
akhir 2007, saham Perseroan menempati peringkat ke sepuluh kapasitas pasar
terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Perseroan memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Anugrah Lever dan
PT Technopia Lever. PT Anugrah Lever bergerak di bidang produksi,
pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, sambal dan saus lainnya
dengan merek Bango serta merek lainnya dibawah lisensi Perseroan. Sejak
awal bulan Agustus 2007 Perseroan meningkatkan penyertaan modal pada PT
Anugrah Lever menjadi 100%. PT Technopia Lever bergerak di bidang
distribusi, ekspor dan impor produk dengan merek Domestos Nomos, dimana
kepemilikan perseroan sebesar 51%.
Bagi Perseroan, karyawan adalah pusat dari seluruh aktivitas
Perseroan. Perseroan memberikan prioritas pada mereka dalam pengembangan
profesionalisme, keseimbangan kehidupan dan kontribusi pada perusahaan
dengan kesempatan yang sama. Perseroan saat ini memiliki lebih dari 3000
laryawan tersebar di seluruh Indonesia.
Perseroan mengelola dan mengembangkan bisnis dalam satu tatanan
yang tanggung jawab dan berkesinambungan, nilai-nilai dan standar yang
Unilever terapkan menjadi acuan, terangkum dalam Prinsip Bisnis Unilever.
Perseroan juga membagi standar dan nilai-nilai tersebut dengan para mitra
usaha, termasuk pemasok dan distibutor.
Perseroan mempunyai delapan pabrik utama di Jababeka Cikarang.
Jawa Barat dan Rungkut-Surabaya, Jawa Timur, dengan Kantor Pusat
berlokasi di Jakarta. Produk-produk Unilever berjumlah sekitar 30 brand dan
800 SKU, yang dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 400
distributor yang menjangkau ratusan ribu toko dan warung yang tersebar di
seluruh indonesia. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat
distribusi, gudang, depot, dan fasilitas distribusi lainnya.
4.1.2. Misi dan Tata kelola PT Unilever Indonesia Tbk
Misi Unilever dalah menambah vitalitas dalam kehidupan. Unilever
senantiasa memenuhi kebutuhan nutrisi, kebersihan dan perawatan pribadi
35
dengan berbagai brand yang membantu masyarakat merasa nyaman,
berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup.
Kedekatan Unilever dengan budaya dan pasar lokal seluruh dunia,
semakin memperkuat hubungan dengan para konsumen dan menjadi landasan
pertumbuhan kami di masa datang. Dalam hubungan ini, Unilever saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman internasional Unilever yang luas dengan
para pelanggan lokal sehingga menjadi perusahaan multinasional yang multi
lokal.
Keberhasilan jangka panjang Unilever menuntut komitmen penuh
terhadap standar kinerja dan produktivitas yang sangat tinggi, kerja sama yang
efektif, serta kemauan untuk memahami setiap gagasan baru dan keinginan
untuk terus belajar. Unilever percaya bahwa untuk meraih sukses, perusahaan
harus memiliki standar prilaku yang tinggi terhadap semua pihak yang bekerja
dengan kami, terhadap lingkungan yang terkena dampak operasi serta terhadap
masyarakat sekitar.
Tata kelola perusahaan penting untuk mencapai berkelanjutan. Karena
itu, Unilever berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah di integrasikan ke dalam
Tujuan perusahaan dan Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever. Beberapa elemen
tata kelola perusahaan Unilever :
• Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance
Committee (SEAC) atau Komisi Jaminan Keselamatan dan
Lingkungan guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari
produk perusahaan dilakukan secara terpisah dari keputusan komersial.
• Central Safety, Health dan Environment Committee (CSHEC) atau
Komisi Pusat Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan
mengembangkan kebijakan peraturan, prosedur dan standar tentang
kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan prilaku
yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.
• Tim Manajemen Krisis perusahaan tidak saja tanggap terhadap krisis
yang melanda masyarakat Indonesia atau operasi, melainkan berbagai
persoalan yang berpotensi merugikan.
36
4.1.3. Struktur Organisasi
President direktur
Direktur
Home &
Personal
Care
Direktur
Foods
Direktur
Ice Cream
Direktur
Supply
Chain
Direktur
Costumer
Development
Direktur
Human
Resources &
Corporate
Relations
Chief Financial
Officer
• Business
System & IT
• Competitive
& Corporate
Strategy
• Corporate
Management
Accounting
• Finannce &
Accounting
• Internal
Audit
• Investor
Relations
• Legal
Services
• Merger &
Acquisition
• Commercial
HPC
• Marketing
HPC
- Home Care
- Personal
Care
• Commercial
Foods
• Marketing
Foods
• Foodsolutions
Business Unit
• Commercial
Ice Cream
• Marketing
Ice Cream
• Marketing
Services
- CMI
- CCM
- CAS
• Coporate
Planning
• Engineering
• Manufacturing
• Quality
Assurance
• Research &
Development
• Supply
Management
• Commercial
Suplly Chain
• Activation
Implementatio
n Management
• Costumer
Services &
Logistics
• Costumer
Marketing &
Category Trade
Management
• Costumer
Management
- General Trade
- Modern Trade
• Commercial
Costumer
Development
• Sales
Operations &
Demand
Planning
HUMAN
RESOURCES
CORPORATE
RELATIONS
• Expertise
Team :
- Talent
- Learning
• General
Affairs
• HR Business
Partners
• Medical
Services
• Service
Delivery
Centre
• Communicat
ions
- Internal
- Eksternal
• Corporate
Affairs
• Unilever
Peduli
Foundation
Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Unilever Indoensia
37
• Divisi Home Care
Menjadi tanggung jawab sosial pribadi
Di tahun 2004, home care menghadapi tantangan pasar yang ketat,
terutama di kategori deterjen dan sabun mandi. Kami merasa bangga bahwa
akhir tahun 2004 produk-produk kami menguat dalam persaingan. Inovasi
adalah kunci untuk pertumbuhan. Di tahun 2004, peluncuran dan peluncuran
kembali semua produk dilaksanakan sesuai jadwal, target laba dapat juga
tercapai, dengan bantuan kegiatan iklan dan promosi yang lebih efisien.
Bisnis dan masyarakat harus hidup berdampingan. Menjalankan bisnis
dan peduli terhadap masyarakat merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Melalui program ”berbagi sehat” yang di sponsori oleh Lifebuoy membangun
fasilitas yang lebih higienis, untuk meningkatkan kualitas sanitasi pada
masyarakat.
Salah satu program terbesar rinso tahun ini adalah memecahkan rekor
jemuran pakaian terpanjang. Dalam program ini, berhasil mengumpulkan
22.000 potong pakaian, mencucinya dengan rinso dan membagikannya pada
mereka yang membutuhkan.
Pada akhirnya, tanggung jawab sosial bukan hanya sekedar tanggung
jawab perusahaan, tetapi menjadi tanggung jawab sosial pribadi.
• Divisi Personal Care
Membantu sesama menjadi suatu kebutuhan
Secara keseluruhan, personal care sekali lagi menikmati pertumbuhan
pesat meskipun persaingan pasar sangat ketat. Keberhasilan ini didukung oleh
inovasi luar biasa dari skin care, oral care, hair care dan deodorant.
Peluncuran kembali rangkaian produk Pond’s secara sukses merupakan
hasil dari pemahaman mendalam terhadap konsumen, promosi yang inovatif
dan komunikasi merek yang efektif. Pasta gigi Pepsodent Complete Care
diluncurkan ke pasar untuk mendukung pertumbuhan segmen premium dan
memperkuat citra sebagai ahli perawatan mulut. Peluncuran Sunsilk Clean and
Fresh sebagai sampo pertama bagi pengguna ”jilbab”, disambut baik oleh
pasar. Hal ini memperkuat posisi Sunsilk sebagai merek yang memahami
perempuan. Di deodorant, Axe Pulse diluncurkan dengan sukses dan menjadi
38
sangat populer di kalangan kaum muda, karena pendekatan uniknya dalam
berbagai kegiatan dan hubungan masyarakat. Perusahaan menyadari bahwa
karyawan memainkan peran penting dalam meraih pertumbuhan yang
berkesinambungan. Karyawan memberikan yang terbaik, karena mereka sadar
bahwa bekerja bukan semata-mata untuk mencapai terget bisnis, tetapi
merupakan suatu kebanggaan dapat meningkatkan kualiatas hidup masyarakat
melalui produk-produk Unilever.
Perusahaan bekerja sama dengan lembaga pemerintah sejak 1994 lewat
program sekolah Pepsodent. Sampai saat ini, sekitar 7.000 sekolah dasar telag
diajarkan tentang pentingnya kesehatan mulut. Perusahaan menyediakan
materi pendidikan bagi para guru untuk diajarkan kepada anak-anak SD di
kelas. Pepsodent juga melaksanakan pemeriksaan gigi gratis untuk
meningkatkan kesadaran pentingnya kunjungan berkala ke doketer gigi.
Di divisi Personal Care, memilih satu grup program manajer usia muda
sebagai tim ”Grow Beyond” untuk mengembangkan program-program yang
memberikan motivasi kepada divisi. Salah satu programnya berkaitan dengan
tanggung jawab sosial yang dilakukan dengan membantu renovasi sekolah di
sebuah desa kurang mampu di Sukabumi.
Sesungguhnya membantu perusahaan menjalankan bisnis secara
berkesinambungan dengan memperkaya pengetahuan perusahaan tentang
masalah kesehatan dan kebersihan pada masyarakat di sekitar perusahaan.
Membantu sesama kini menjadi suatu kebutuhan, lebih daripada sekedar
kewajiban
• Divisi Foods
Memberdayakan perempuan Indonesia di rumah
Perusahaan mencatat keberhasilan dengan meraih peningkatan dua
digit di tahun 2004. Semua kategori memberi kontribusi yang kuat terhadap
keberhasilan ini. Demikian juga dari kerjasama tim semangat dan komitmen
sumber daya manusia.
Perusahaan memastikan tercapainya target laba yang ditentukan, dan
secara progresif meningkatkan marjin melalui efisiensi yang lebih tinggi,
pengendalian pembelian dan rantai pasok yang lebih tinggi, terutama untuk
kecap Bango.
39
Melalui proses inovasi dan aktivasi berkesinambungan, kategori teh
mempertahankan momentum pertumbuhannya dengan mengubah pilihan
konsumen dari teh seduh ke teh celup. Sariwangi saat ini memimpin di
segmen pasar ini di Indonesia, jauh di depan pesaingnya. Salah satu kunci
keberhasilan ini adalah proses interaktif yang melibatkan konsumen dalam
mengembangkan resep untuk Sariwangi secara aktif. Ikatan yang lebih kuat
dengan merek Sariwangi terjalin. Sariwangi bukan hanya sekedar salah satu
merek teh, tetapi lebih penting lagi, merupakan sebuah merek yang menjadi
perantara bagi konsumen untuk saling berhubungan.
Perusahaan juga berperan dalam mempromosikan pemberian nutrisi,
terutama bagi anak-anak, dengan memberi keyakinan bahwa produk-produk
Unilever dapat membantu fisik dan mental mereka tumbuh sehat.
Melalui produk penyedap makanan, seperti Royco rasa Terasi dan rasa
Asam, perusahaan membantu pemeliharaan kelangsungan resep tradisional
Indonesia dan memberdayakan perempuan Indonesia di rumah.
Perusahaan terus memperkuat peranan dalam masyarakat dan
menjadikannya karakter yang permanen. Perusahaan sangat yakin pada
penciptaan pasar komoditi yang stabil untuk membantu petani bisa
berkembang dan memberi perlindungan pada mereka dari fluktuasi harga.
Sejalan dengan perkembangan bisnis, perusahaan akan membutuhkan
pengadaan bahan baku lebih banyak. Karena itu, perusahaan akan terus
mendorong terciptanya harga yang stabil dan mengembangkan mekanisme
penghargaan bagi para petani rekanan perusahaan dengan semangat kerja sama
yang saling menguntungkan.
• Divisi Ice Cream
Membangun kerja sama berkesinambungan
Tim ice cream sekali lagi menyumbangkan pertumbuhan kuat atas
penjualan dan laba di tahun 2004, dengan serangkaian inovasi sehat bagi
merek Walls, Paddle Pop dan Conello. Penjualan in-home, melalui anjungan
penjualan modern/pasar swalayan, menunjukan pertumbuhan yang kuat. Hasil
ini, perusahaan yakin adalah berkat hubungan erat perusahaan dengan
konsumen, pelanggan dan masyarakat.
Melalui bisnis perusahaan menciptakan lapangan pekerjaan sistem
distribusi, mulai dari distributor melalui stock point sampai dengan hawker,
40
perusahaan mengantarkan produk kepada konsumen. Disepanjang jalur
tersebut, perusahaan mempunyai kurang lebih dari 435 wiraswastawan sebagai
rekan bisnis dan sekitar 4.700 pekerja yang berkarya bersama perusahaan
untuk mengembangkan bisnis. Salah satu kunci sukses adalah penyediaan
pelatihan yang memadai di bidang dasar-dasar penjualan, administrasi usaha
dan penanganan produk secara higienis.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan memegang
komitmen untuk memanfaatkan sumber lokal jika memungkinkan, sebagai
bahan baku, misalnya kerja sama dengan petani strawberi di Ciwidey, Jawa
Barat. Untuk lebih menggali potensi bahan lokal, perusahaan juga mengajak
Universitas Gajah Mada ikut serta dalam riset untuk mendapatkan cita rasa
terbaik.
Di bidang lain, perusahaan mengembangkan program ”IDE” (Inovasi
dalam Edukasi). Perusahaan memfasilitasi proses belajar-mengajar interaktif
di sekolah-sekolah. Program ini telah memasuki tahun ketiga dan memiliki
233.000 siswa dan 10.000 guru di 800 sekolah yang tersebar di empat kota.
Kurikulum ini adalah model yang baik dalam penyeimbangan keuntungan
bisnis dengan tanggung jawab sosial. Perusahaan menyediakan bantuan
pengajaran yang mudah di mengerti serta perangkat belajar aktif untuk guru
dalam menjalankan proses pengajaran interaktif yang menarik.
Melalui kegiatan ”Community Connection”. Kami telah berbagi saat-
saat bahagia dengan anak-anak, terutama mereka yang kurang beruntung.
• Divisi Supply Chain
Memilih untuk melibatkan masyarakat dalam rantai pasok Peusahaan
Kegiatan Supply Chain terus-menerus menunjang ambisi
pengembangan bisnis perseroan, dengan memastikan bahwa produk
direncanakan, dihasilkan dan diserahkan dalam jumlah yang benar, dengan
kualitas yang sesuai dan pada waktu yang tepat, untuk memuaskan pelanggan.
Meskipun mengahadapi tantangan eksternal dan internal di tahun 2004,
bekerjasama dengan rekan-rekan dari Costumer Care, perusahaan melampaui
batas 90%. Walaupun demikian, tingkat pengadaannya tetap minimal.
Salah satu kegiatan penting di tahun 2004 adalah relokasi pabrik
perawatan rambut dari Surabaya ke Cikarang, termasuk pemindahan pekerja,
direncanakan dan dilaksanakan dengan sempurna. Pengadaan produk
41
perawatan rambut di pasar tetap terjamin sebelum, sewaktu dan setelah
relokasi. Kepedulian agar mereka nyaman di lingkungan yang baru.
Perusahaan bertekad untuk melibatkan masyarakat di sekitar pabrik
dalam proses usaha dimana memungkinkan. Dengan demikian perusahaan
dapat tumbuh bersama masyarakat secara berkesinambungan. Salah satu
contoh adalah perusahaan membuka jalut ke pasar untuk petani dengan
membeli sejumlah komoditi yang diperlukan dari koperasi petani. Perusahaan
mendidik petani cara memperoleh hasil panen bermutu baik serta
meningkatkan produktivitas dengan lingkungan harga bersaing.
Kami juga mengembangkan Program SQMP (Stormwater Quality
Management Plan), yang mendorong para pemasok/rekanan perusahaan untuk
mematuhi peraturan perlindungan sumber daya manusia dan lingkungan.
Perusahaan juga memasukkan kepedulian sebagai salah satu syarat agar
masyarakat dapat diangkat sebagai pemasok pilihan. Perusahaan yakin bahwa
kepedulian pada masyarakat merupakan salah astu aspek penting dalam
pertumbuhan bisnis yang menguntungkan secara berkesinambungan, dan
menjadi nilai yang diyakini oleh rekanan perusahaan apabila ingin berhasil.
• Divisi Development
Peduli lingkungan adalah bagian dari tugas perusahaan
Perusahaan senantiasa menunjang tercapainya tuijuan bisnis melalui
kerjasama yang baik dengan bagian-bagian lain untuk menghasilkan inovasi
yang memenuhi kebutuhan konsumen. Tahun ini perusahaan meningkatkan
dukungan dengan menghasilkan inovasi tepat waktu. Untuk Home and
Personal Care, perusahaan telah membantu menggairahkan kembali
kepimpinan pada segmen Oral Crae dan Laundry. Untuk Foods dan Ice
Cream, perusahaan telah memberikan kontribusi dengan membuka cakrawala
baru bagi bisnis ini yang terus berkembang. Selain itu, perusahaan masih terus
menghadapi tantangan untuk mengembangkan bahan alternatif yang lebih
hemat biaya, serta menjamin konsistensi kualitas produk Unilever.
Perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan sebagaimana
tercermin dalam komitmen perusahaan untuk menggunakan bahan yang ramah
lingkungan dalam setiap produk dan kemasan. Perusahaan selalu berupaya
menghasilkan kemasan yang lebih modern, namun perusahaan terlebih dahulu
menunjukkan kepedulian pada lingkungan dengan mengukur dampak
42
lingkungan secara holistik, sebelum mengadopsi dan merancang kemasan
yang baru.
Bekerja sama dengan rekan-rekan dari Coporate Relations dalam daur
ulang sampah, perusahaan mengundang para pemasok kemasan dan AIDUPI
(Asosiasi Industir Daur Ulang Plastik Indonesia) bersama-sama memelopori
dan memfasilitasi pengumpulan sampah plastik untuk diproses menjadi
produk dengan nilai yang lebih tinggi.
Mengikuti kesuksesan perusahaan dengan petani kedelai hitam,
perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam pengadaan ikan untuk
Royco Cair. Perusahaan mendirikan unit produksi dengan kapasitas industri,
bekerja sama dengan sejumlah pengusaha kecil dan menengah untuk
menjalankannya. Dengan demikian, perusahaan memastikan pasokan ikan
terjamin, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi petani ikan di sekitar
pabrik Unilever.
Hal penting lainnya dalam tim Development, perusahaan yakin telah
mencapai tahap lanjut dari perjalanan budaya melayani dan akan terus
memberikan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan, konsumen dan
masyarakat pada umumnya.
• Divisi Costumer Care
Saat kenyataan mewarnai hubungan perusahaan dengan masyarakat
Tahun pemilihan umum memberikan banyak tantangan bagi tim
Costumer Care, dengan adanya proses kampanye dan liburan lebih
panjangyang mengubah pola normal pengiriman dan penjualan produk kami.
Walaupun demikian, perusahaan berhasil membantu mempersembahkan
pertumbuhan dua digit, dengan fokus dengan penjualan dasar, pencapaian
target penjualan sekunder dan pemantauan stabilitas harga.
Saat kenyataan merupakan keadaan pada waktu karyawan perusahaan
berinteraksi dengan konsumen yang akan menentukan terjadi atau tidaknya
suatu transaksi penjualan. Tim Sales Push perusahaan mengalami saat-saat
demikian setiap hari. Kami menyadari bahwa keberhasilan pada titik
pembelian adalah saat kenyataan perusahaan. Itulah sebabnya tahun ini
perusahaan dapat melihat pelaksanaan aktivasi beberapa produk yang luar
biasa dalam menghadapi persaingan yang insentif.
43
Perusahaan yakin mempunyai peluang untuk memberikan dampak
terhadap masyarakat melalui karya Unilever. Banyak inisiatif telah dijalankan
untuk mencapai tujuan ini. Kantor-kantor penjualan lokal, misalnya, bekerja
sama dengan sekolah dan masyarakat setempat mengatasi peningkatan demam
berdarah pada saat epidem terjadi dan mengajari mereka tentang cara hidup
sehat.
Perusahaan juga menjalankan kegiatan bagi tim penjualan agar mereka
bisa meluangkan waktu dengan anak-anak kurang mampu untuk
membangkitkan inspirasi dan meningkatkan aspirasi mereka. Perusahaan juga
megikutsertakan pelanggan dalam kegiatan sosial untuk masyarakat dengan
mendorong pengembangan sekolah di daerah padat penduduk. Kegiatan lain
bersama masyarakat adalah penghijauan kembali Gunung Walat sebagai
cermin komitmen peduli perusahaan pada lingkungan yang hijau.
Perusahaan yakin, bahwa kesuksesan bisnis harus dibangun atas dasar
hubungan berharga. Komitmen perusahaan untuk memastikan bahwa
hubungan tersebut mencerminkan kepercayaan timbal-balik, seperti yang
terlihat pada saat perusahaan berhubungan dengan pelanggan, konsumen dan
masyarakat.
• Divisi Corporate Relations
Menjalin hubungan dengan masyarakat sebagai pihak yang penting
Perusahaan berkeyakinan kuat bahwa kelangsungan bisnis perusahaan
sangat tergantung pada hubungan dengan semua pihak. Corporate Relations
memainkan peran penting dalam hubungan dengan tiga pihak utama
Perseroan: masyarakat, pemerintah dan media. Perusahaan berkembang
bersama masyarakat berlandaskan prinsip kesinambungan dan keuntungan
bersama.
Melakukan kewajiban untuk lingkungan, perusahaan berprakarsa
mengurangi dampak lingkungan sampah plastik. Dengan belajar dari
perusahaan daur ulang plastik lokal, perusahaan mencari cara-cara untuk
menyederhanakan pengumpulan sampah plastik untuk proses daur ulang lebih
lanjut. Perusahaan juga mulai sebuah program yaitu memasang perangkat
kompos di rumah-rumah karyawan tertentu, yang akan menjadikan samaph
organik rumah menjadi pupuk, sehungga mengurangi sampah rumah tangga
secara keseluruhan.
44
Untuk mempererat ikatan antara karyawan dengan masyarakat
perusahaan menyelenggarakan program ”Community Connection”, karyawan
perusahaan dapat ambil bagian dalam aktivitas bersama masyarakat.
Perusahaan yakin, hal ini akan membangun pemahaman dan menciptakan
kesan positif pada masyarakat.
Sebagai rekanan pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan di
Indonesia, perusahaan berupaya menjaga hubungan baik dengan pemerintah
dan memberi kontribusi bagi penegakkan tata kelola korporasi yang baik.
Kepatuhan terhadap peraturandan penerapan praktek tata kelola korporasi
yang baik merupakan tugas perusahaan. Perusahaan terus meningkatkan
komunikasi tepat sasaran dan memastikan bahwa secara berkala memberikan
informasi yang benar dan konsisten mengenai perkembangan usaha kepada
semua pihak.
Fokus pada tiga C (Costumer/pelanggan, consumer/konsumen dan
community/masyarakat)di tahun 2004, telah menghasilkan 47 penghargaan
yang diberikan oleh instansi pemerintah, jurnal pemasaran dan investor.
• Divisi Human Resouces
Mengembangkan manusia seutuhnya pikiran dan jiwa
Perusahaan berkeyakinan bahwa karyawan yang tepat adalah aset
paling berharga. Bila perusahaan mengembangkan karyawan, Perseroan pun
akan berkembang. Transisi mulus telah terjadi di tahun 2004 pada
kepemimpinan Perseroan. Hal ini dimungkinan karena perusahaan telah
berhasil menyiapkan jajaran manajemen yang mampu untuk menghadapi
tantangan serupa di masa yang akan datang.
Perusahaan percaya pengembangan karyawan seutuhnya, meliputi
pikiran dan jiwa mereka. Perusahaan berupaya untuk menyentuh jiwa mereka,
lebih dari sekedar pelatihan keahlian dan kemampuan. Apabila perusahaan
mampu meyakinkan karyawan untuk menuangkan pikiran dan jiwa mereka
dalam pekerjaan mereka bisa terdorong sendiri dan siap melakukan hal-hal
besar.
Sepanjang bulan ramadhan, perushaan menyediakan fasilitas penitipan
anak bagi karyawan agar mereka dapat membawa balita mereka ke tempat
kerja. Inisiatif ini sangat dihargai oleh para karyawan, terutama keluarga
45
muda. Lewat program semacam ini, perusahaan berharap dapat menyentuh
hati karyawan perusahaan dan meyakinkan mereka bahwa perusahaan peduli.
Perusahaan memfokuskan program Community Connection di sekitar
kantor/pabrik perusahaan. Sebagai contoh, karyawan divisi Sumber Daya
Manusia bahu-membahu dengan masyarakat sekitar Pusat Pelatihan
perusahaan untuk membangun jalan bata yang menghubungkan desa mereka
dengan jalan utama.
Perusahaan menyadari bahwa Indonesia kekurangan tenaga kerja
terampil dan yakin bahwa perusahaan dapat memberikan sumbangsih. Melalui
program ”berlatih sambil bekerja”, perusahaan merekrut lulusan sekolah
kejuruan teknik untuk dilatih dalam lingkungan pabrik. Para siswa tersebut
mendapat pengalaman kerja sekaligus memperoleh sertifikat keterampilan
daro Perseroan. Mereka akan lebih siap mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan mereka.
Senang rasanya bila masyarakat menyadari bahwa masyarakat telah
memberikan sumbangsih dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Hal ini merupakan motivasi besar bagi karyawan perusahaan untuk berkarya
lebih baik. Perusahaan jadi lebih bersemangat lagi, ketika usaha perusahaan
dihargai masyarakat, dalam penelitian terakhir yang dilakukan oleh salah satu
majalah bisnis memberikan kepada perusahaan penghargaan sebagai ”Most
Admired Employer” di tahun 2004.
4.2 Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
4.2.1. Gambaran Umum CSR
Unilever memiliki tujuan perusahaan untuk menciptakan dan
memelihara hubungan yang harmonis dengan lingkungan di sekitar daerah
operasinya serta bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat. Unilever memiliki komitmen untuk
melaksanakan tanggung jawab perusahaan di bidang sosial serta lingkungan
sesuai dengan prinsip pengembangan lingkungan yang berkelanjutan.
Unilever melaksanakan semua kegiatan secara bertanggung jawab baik
secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Bentuk tanggung jawab yang
diberikan perusahaan terhadap lingkungan sosial sekitar dinyatakan dalam
bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam menjalankan
CSR Unilever memiliki beberapa misi penting, yaitu :
46
1. Mengimplementasikan komitmen perusahaan terhadap CSR untuk
memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung
kemajuan perusahaan.
2. Mewujudkan kepedulian sosial PT Unilever Indonesia Tbk (Persero) dan
kontribusi perusahaan terhadap pengembangan masyarakat yang
berkelanjutan.
Ada beberapa tujuan khusus yang hendak dicapai Unilever dalam
menjalankan program CSR diantaranya :
1. Membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang
kondusif untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
2. Memberikan kontribusi dalam memecahkan permesalahaan sosial.
3. Meningkatkan nilai budaya perusahaan yang terintegritasi dengan strategi
bisnis perusahaan.
4. Bagian dari upaya membangun citra dan reputasi perusahaan.
Program CSR yang dijalankan harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya
yaitu :
1. Kebutuhan masyarakat : Program disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
2. Inovasi dan spesifik : Program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang
spesifik dan di lakukan dengan pendekatan yang inofatif.
3. Potensial : Dalam jangka panjang, secara potensial akan dapat mengatasi
isu-isu sosial.
4. Strategi : program secara strategis ditunjukan untuk mengantisipasi
masalah sosial dan akan mempertegas pencapaian tujuan.
5. Kemitraan : Perencanaan program serta implementasinya dapat bermitra,
LSM, dan perguruan tinggi.
Perusahaan yakin, keberhasilan juga menuntut standar tertinggi
perilaku perusahaan terhadap siapa pun yang bekerja dengan Unilever,
masyarakat mana pun yang berinteraksi dengan Unilever dan lingkungan
mana pun yang terkena dampak operasi Unilever.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Perusahaan
menyadari bahwa konsep ini bersifat umum yang mencakup faktor
47
lingkungan, sosial dan ekonomi. Karena itu, beroperasi secara berkelanjutan
bagi perusahaan tidak cukup dengan mengadakan program pendampingan
masyarakat semata-mata, melainkan juga memperbaiki dampak yang timbul
baik oleh operasi maupun tata nilai.
Karyawan Unilever memainkan peranan penting dalam peningkatan
berkelanjutan operasi. Nilai-nilai menyatu dalam semangat berkelanjutan dan
dengan nilai-nilai perusahaan berupaya menginspirasi staf agar bertanggung
jawab secara pribadi untuk memperbaiki dampak operasi. Mereka dapat
memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui pekerjaan sehari-hari
dengan mengembangkan sistem distribusi yang inovatif sehingga dapat
menciptakan lapangan kerja, melalui perancangan program pemasaran yang
mengkampanyekan prilaku hidup yang lebih baik, atau dengan
penyempurnaan proses di dalam pabrik yang dapat meningkatkan efisiensi dan
mengurangi emisi. Karyawan pun secara langsung terlibat dalam berbagai
program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkaitan dengan
inisiatif utama yang berkelanjutan dalam bidang lingkungan, kesehatan
masyarakat dan pengembangan usaha kecil menengah. Singkatnya,
perusahaan mengandalkan komitmen dan kontribusi setiap insan Unilever
dalam mencapai tujuan berkelanjutan perusahaan.
4.2.2. Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk
1. ”Lifebuoy Berbagi Sehat”
Misi sosial lifebuoy memberikan rasa aman dan nyaman kepada 220
juta penduduk Indonesia dengan memenuhi kebutuhan kesehatan dan
kebersihan mereka.
Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sederhana, namun sangat
berguna, salah satunya untuk mencegah diare. Namun, nampaknya kebiasaan
ini belum membudaya di Indonesia, banyak orang belum terbiasa untuk
mencuci tangan secara benar, dengan sabun dan air bersih. Pada tahun 2006
perusahaan menggunakan mendekatkan yang menggabungkan pendidikan
kebersihan dengan upaya meningkatkan fasilitas sanitasi.
Lifebuoy juga mengadakan seminar pendidikan untuk guru sekolah
dasar dari seluruh Indonesia. Lifebuoy juga menggagas lomba penulisan bagi
48
wartawan media cetak tentang kampanye cuci tangan untuk mendorong
masyarakat Indonesia hidup lebih.
Dalam program yang berbeda, yaitu program nasional ”Terima=kasih”,
perusahaan memberikan penghargaan kepada para pelanggan setia melalui
promosi konsumen, dan meyisihkan jumlah uang yang sama. Upaya
mendapatkan pengakuan ketika Lifebuoy terpilih sebagai ”top citizen brand”
oleh pembaca majalah SWA pada Desember 2005. Penghargaan ini diberikan
kepada brand yang dilihat memiliki misi spiritual dan sosial yang mengakar
kuat.
2. Pepsodent
Misi sosial Pepsodent membebaskan anak Indonesia dari gigi
berlubang demi masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 1999, 90% penduduk
Indonesia memiliki problem gigi seperti gigi berlubang, infeksi dan radang
gusi. Pepsodent merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi bagi
kesehatan gigi Indonesia.Karena itu, bersama-sama dengan para ibu, guru
sekolah, perguruan tinggi, doketr gigi, dan instansi pemerintah, Pepsodent
telah membentuk program pendidikan kesehatan gigi bagi anak-anak yang
bernama Program Sekolah Pepsodent. Program ini berawal 1995 dan terus
berjalan setiap tahun, sekitar 3,2 juta orang Indonesia telah memperoleh
manfaat langsung dari program ini.
Pada tahun 2006, Program Sekolah Pepsodent telah berkeliling ke 11
kota menjangkau 160.000 siswa di 400 sekolah. Dengan permainan dan cara
belajar interaktif, program ini melengkapi Unit Kegiatan Gigi Sekolah
(UKGS). Sikat dan pasta gigi gratis disediakan dengan harapan akan ikut
membentuk kebiasaan kesehatan mulut siswa yang baik.
3. Rinso ”Berani Kotor itu Baik”
Misi Sosial Rinso Membantu anak-anak Indonesia belajar dan
berkembang dengan memberikan kebebasan hidup tanpa takut kotor.
Bermain di luar membantu anak-anak berteman, belajar bekerja sama
dan mengakui kekalahan.Namun, banyak orang tua di Indonesia, melarang
anaknya bermain di luar, karena dianggap kotor dan tidak aman. Rinso
menyadari nilai aktivitas kreatif dan bermain di luar, namun juga dapat
memahami kekhawatiran orang tua ketika melepas anaknya bermain di luar.
49
Langkah awal kampanye ini adalah mengumpulkan informasi
mengenai pendapat orang tua dan pakar anak-anak terhadap aktivitas di luar
rumah. Rinso mengadakan penelitian mengenai kecerdasan fisik dan bermain
atau Play and Physicial Quotient (PQ) di Asia Tenggara dan memperkenalkan
program TV yang berjudul ”Test the Nation” dengan melibatkan sejumlah
stakeholder termasuk para psikolog dan pakar anak. Hasilnya bahwa banyak
orang tua Indonesia memiliki sikap negatif terhadap bermain, dan dalam
banyak kasus, mainan dan tempat bermain aman tidaklah tersedia bagi anak-
anak Indonesia.
Guna mengatasi persoalan ini, Rinso memperkenalkan sebuah seri
empat buku permainan, ”Ayo Bermain Jangan Takut Kotor”, yang di kemas
bersama produk Rinso tertentu. Rinso juga memberikan berbagai jenis
perlengkapan permainan luar ruang, seperti tenda, sebagai bagian dari promo
Rinso ”Ayo Bermain dan Meraih Hadiah”.
Rinso juga mengadakan acara keluarga seperti Taman Bermain Rinso
dan ”Dunia Bermain Anak Rinso” di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Salah
satu acara Rinso yang terbesar dan terkini, ”dunia Bermain Anak Rinso”,
menyediakan kesempatan bermain secara kreatif dan asyik, namun sekaligus
juga aman bagi seluruh keluarga.
4. Kampanye HIV/AIDS Close-Up
Misi Sosial Close-UP menggerakan generasi muda Indonesia agar
dapat melihat, merasakan, mendengar dan mengambil tindakan dalam upaya
menyebarkan informasi untuk mencegah HIV/AIDS
Pada tahun 2006, Close-Up merencanakan kampanye pendidikan
HIV/AIDS untuk kelompok masyarakat yang menjadi target pasarnya, yaitu
generasi muda. Menggunakan slogan ”Brani Ngomong Brani Buktiin”, Close-
Up bekerjasama dengan beberapa mitra untuk mendorong generasi muda
berani mengekpresikan pendapatnya di muka umum dan bertindak untuk
memberantas HIV dan AIDS.
Sejalan dengan slogan tersebut, Close-Up memberikan sumbangan
Rp300 bagi setiap pembelian Close-Up Milk Calcium kepada Yayasan Cinta
Anak Bangsa (YCAB) sebuah nirlaba yang memerangi persoalan
penyalahgunaan narkotika yang makin besar di Indonesia. Untuk para
pengguna Close-Up, sebuah gelang atau kalung di berikan untuk menandai
50
dukungan mereka terhadap perang melawan HIV/AIDS dan mengingatkan
mereka untuk berani berbicara.
Antara bulan Juli dan Desember 2006, Unilever bekerja sama dengan
Yayasan MTV Staying Alive, radio Prambors, YCAB, dan Badan Narkotika
Nasional menyebar luaskan pesan tentang HIV/AIDS kepada generasi muda di
Indonesia melalui kampanye yang dinamis. Momentum penting dalam
program ini terlaksana antara bulan Juli dan Desember melalui road show
interaktifdi Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Jakarta, serta melalui talk
show di radia Prambors yang memberikan informasi mengenai HIV/AIDS dan
cara-cara pencegahannya. Lebih dari 18.000 muda-mudi mengikuti berbagai
acara off-air dan menunjukkan komitmen mereka untuk memerangin
HIV/AIDS.
Puncak acara program ini untuk tahun 2006 diselenggarakan pada hari
HIV/AIDS bulan Desember. Lebih dari 50.000 orang memperoleh informasi
yang bermanfaat tentang HIV/AIDS sambil mendengarkan acara musik yang
mengasyikan.
5. Kecap Bango
Misi Sosial Kecap Bango melestarikan warisan kuliner nusantara dan
meningkatkan perikehidupan para kedelai hitam Indonesia.
Salah satu dampak signifikan dari globalisasi adalah semakin
meningkatnya dominasi makanan Internasional, sehingga meminggirkan para
penjual makanan tradisional. Bango berkepentingan untuk melestarikan
warisan makanan tradisional Indonesia. Sejak tahun 2005, Bango mengadakan
Festival Makanan Bango di Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya penjaja
makanan tradisional pun melengkapi acara dengan membangun suasana yg
sarat dengan nilai buadayadan tradisi. Banyak manfaat lain yang justru
dirasakan setelah festival tersebut. Setelah berpartisipasi dan menjadi
”terkemuka”, para penjaja makanan telah mengembangkan kalangan
pelanggan yang lebih luas.
Melanjutkan keberhasilan di tingkat festival, Bango menciptakan
prigram acara kuliner di TV berjudul ”Bango Cita Rasa Nusantara”. Melalui
prigram ini, Bango dapat mempromosikan makanan tradisional dari berbagai
tempat di seluruh Nusantara kepada masyarakat Indonesia.
51
Kecap Bango memperoleh rasa uniknya dari kedelai hitam yang
ditanam oleh petani pada musim jeda tanam padi di Pulau Jawa. Namun,
banyak petani beralih ke kedelai kuning atau tanaman musim jeda tanaman
padi yang lain. Makin sedikit petani yang menanam kedelai hitam, sehingga
pasokan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan produksi Kecap Bango
berkurang. Banyak petani yang kekurangan modal dan pengetahuan teknis
untuk kembali memproduksi kedelai hitam berkualitas tinggi. Sejak tahun
2000, Unilever bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang
bertujuan untuk memperoleh kedelai hitam langsung dari petani setempat.
Pogram ini mencakup akses ke bibit unggul, bantuan peralatan seperti mesin
perontok, dan juga dukungan kepastian pemasaran bagi hasil panen. Pada
tahun 2002, program ini berawal dengan sangat sederhana : hanya 10 petani
dan 10 hektar laha tersedia. Akan tetapi, pada tahun 2006, jumlah peserta
sudah mencapai 5.000 petani, dan Kecap Bango mampu memperoleh 21% dari
kebutuhan kedelai hitamnya.
4.3. Misi dan Tujuan Yayasan Unilever Indonesia
Yayasan Unilever Indonesia berdiri pada tahun 2000 dengan tujuan
”menjadi perwujudan utama tanggung jawab perusahaan”. Pendirian yayasan
ini adalah langkah nyata untuk menuju pertumbuhan bersama dengan
masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Perusahaan berupaya untuk
berbagi sumber daya dalam upaya pencapaian kualitas yang lebih baik. Misi
perusahaan adalah memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai
tambah, memperkuat sinergi dan menjadi katalisator yang menginspirasi
pengembangan kemitraan. Setiap inisiatif CSR perusahaan bangun dengan
pemikiran dasar yang komprehensif. Perusahaan selalu berupaya dari hal yang
kecil untuk menjaga efektifitas pengembangan inisiatif. Setelah itu perusahaan
segera mereplikasikan atau mengembangkan keberhasilan yang telah dicapai,
agar dampak sosial inisiatif yang bersangkutan menjadi lebih besar.
52
4.3.1. Komitmen Yayasan Unilever Indonesia
Gambar 4. Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia
Visi Yayasan Unilever Indonesia :
• Menjadi Bagian dari Solusi Lingkungan.
• Mengubah paradigma masyarakat dalam menjaga lingkungan termasuk
cara mengelola sampah dengan cara pemisahan sampah organik dan
anorganik
• Meningkatkan kondisi sanitasi dan penghijauan di area sekitar
• Mengembangkan model kaderisasi untuk pemberdayaan komunitas.
• Memfasilitasi pembelajaran kesadaran dan keaktifan warga di masyarakat.
• Menggerakkan komunitas menjadi agen perubahan untuk lingkungan.
• Menciptakan kerjasama untuk mewujudkan jaringan pemberdayaan
masyarakat.
Public Health
Education
Care For Area
Surrounding
LLiinnggkkuunnggaann
Humanitarian Aid
Keterlibatan Masyarakat
• Can Do Nabire
• Can Do Aceh
• Can Do Yogya
• Corporate
• Surabaya Environment Project (Surabaya Green & Clean)
• Jakarta Environment Project (Jakarta Green & Clean)
• Employee Awareness
• Packaging Waste Project (Litterbug Program)
• HIV / AIDS
• Integrated Health Promotion
Program
•
Community Services
In Unilever Sites
53
4.3.2. Rule of Partner
Pengembangan
Kader
Pe-komposan dan daur
ulang sampah
Sanitasi dan
penghijauan
Gambar 4. Rule Of Partner
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Yayasan Unilever Indonesia :
1. Integrasi, Membangun kepercayaan di komunitas dengan keterlibatan.
Menemukan Fasilitator dan Kader lingkungan
2. Investigasi Sosial
Analisa sosial-budaya komunitas untuk memahami karakter dan modal
sosial komunitas setempat
3. Perencanaan, sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan dan
menterjemahkan tujuan ke dalam kegiatan yang nyata dan spesifik.
Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh
kelompok yang diorganisir.
4. Agenda Kerja, Melakukan agenda-agenda aksi bersama dalam kelompok-
kelompok kecil sesuai dengan hasil perencanaan
Yayasan Unilever Indonesia
Sebagai Fasilitator dalam menjalankan program
Universitas
Sumber informasi dalam melakukan pendidikan pada masyarakat
Pemerintah
Memberikan dukungan pada program baik secara internal dalam stuktur
pemerintah maupun eksternal
Lain- lain : LSM, Pemulung, Industri daur ulang
Partner dalam menjalankan program
Masyarakat percontohan sebagai daerah bersih, hijau dan sehat
Media
Menciptakan kesadaran masyarakat akan isu lingkungan lewat
kampanye dan artikel-artikel edukasi masyarakat
Masyarakat
54
5. Kampanye Publik, Membangun aliansi memperluas lingkaran pengaruh
kesadaran di komunitas untuk memecahkan permasalahan bersama
Motivator Yayasan Unilever Indonesia merupakan Motivator
pemberdayaan komunitas yang berbasis pada gerakan nilai dengan karakter
utama otonom, nirlaba, pluralis (melampaui batas-batas keagamaan, ras,
kesukuan, golongan dan kedaerahan), egaliter (tidak mengabdi kepada
kepentingan politik tertentu), cinta damai dan aktif menggalang gerakan
masyarakat sipil.
Perwujudan Motivator Yayasan Unilever Indonesia sebagai basis
gerakan nilai tersebut dibingkai oleh Tata Nilai, Visi, Misi, Tujuan, Dimensi
Pemberdayaan dan Dimensi Pendekatan
4.4. Kegiatan program CSR Yayasan Unilever Indonesia
59%
8%
31%
2% L ingkunga
nS emua
D aur ulang
P endidikan
Gambar 5. Kegiatan CSR di Pasar Minggu
4.4.1. Program Lingkungan
4.4.1.1. Kesadaran Masyarakat Tentang Lingkungan
Beberapa daerah di Pasar Minggu pada tahun 2006 sudah mendapatkan
Program PHBS (Program Hidup Bersih dan Sehat). PHBS sendiri sebenarnya
sudah menekankan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Namun PHBS ini
belum sampai menyentuh tentang penghijauan dan pengelolaan sampah. Jadi
sebenarnya berbekal dari PHBS maka masyarakat sudah lebih mudah
dibangun kesadarannya akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
sehingga Program JGC ini relatif lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat
tersebut.
55
4.4.1.2. Kondisi lingkungan di Pasar Minggu
22%
78%
K urangnya lahan
pekerjaan
L ingkungan yang
kotor
Gambar 6. Kondisi Lingkungan Pasar Minggu
Secara umum, lingkungan pasar minggu jalan mesjid al-fallah pejaten
indah 2 belum tertata dengan baik seperti yang ada sekarang ini. Tanaman
hijau pun sangat sedikit, belum ada pemilahan sampah apalagi pembuatan
kompos dan pemanfaatan sampah kering (Pengelolaan sampah plastik
kemasan Multilayer) oleh anggota masyarakat. Jadi, jika dilihat perbedaannya
antara sebelum JGC ini dilaksanakan dengan setelah dilaksanakan, maka
sangat terlihat perbedaan yang mencolok. Dulu, sebelum ada program, hanya
beberapa rumah yang memiliki tanaman hias di depan rumahnya, itu pun
paling hanya sekitar 5 pot saja, sedangkan sekarang, setiap rumah paling
sedikit memiliki 15 pot tanaman dan semua tertata dengan baik. Apalagi
pembuatan kompos dan pengelolan sampah kering, dulu sebelum Program
JGC dilaksanakan, kegiatan itu sama sekali tidak ada. Namun untuk RW 05
dimana kondisi ekonomi masyarakatnya relatif menengah ke atas, maka
hampir setiap rumah sudah kelihatan asri, namun untuk pembuatan kompos
dan pengelolaan sampah masih minim sekali.
56
MOTIVATORMOTIVATORj a k a r t aj a k a r t aj a k a r t a
Sampah Organik70%
Sampah Organik70%
Pemisahan SampahPemisahanPemisahan SampahSampahSampah DomestikSampah Domestik
Sampah Non-organik30%
Sampah Non-organik30%
Lingkungan
20%
Lingkungan
20%TPA
80%
TPA
80%
√√√√
DI prosesmenjadi
kompos
DI DI prosesproses
menjadimenjadi
komposkompos
Tidak Daur
Ulang4%
Tidak DaurUlang
4%
Daur ulang
26%
Daur ulang26%
TugasTugas daridari Kader Kader
LingkunganLingkungan
KONSEP IDEAL MANAJEMEN SAMPAH KONSEP IDEAL MANAJEMEN SAMPAH didi JAKARTAJAKARTA
Gambar 7. Konsep Ideal Manajemen Sampah
4.4.1.3. Kebijakan yang mendasari dan terkait dengan Program
Program itu sendiri sebenarnya adalah Program dari MENLH (Menteri
Lingkungan Hidup) yang tentunya wajib untuk dilaksanakan diseluruh
wilayah di Indonesia, apalagi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Program
ini tidak lain adalah cerminan dari Undang-Undang Lingkungan Hidup yang
ada saat ini. Sebelumnya untuk wilayah Jawa Timur, Program ini telah
dilaksanakan di Kota Surabaya dan dapat dikatakan berhasil. Disamping itu,
kebijakan-kebijakan yang ada di dunia swasta juga harusnya memiliki
keterkaitan dengan program yang dikeluarkan oleh MENLH ini. Pihak swasta
dapat berperan melalui dana CSR yang mereka miliki, seperti yang
dilaksanakan oleh pihak Unilever salah satunya Program JGC (Jakarta Green
and Clean).
4.4.1.4. Koordinasi antar berbagai pihak
Berbagai pihak terlibat dalam pelaksanaan Program JGC ini, baik
Pemerintah, Masyarakat dan Pihak Swasta. Ketiganya ini harus saling
berkoordinasi secara terbuka dan lebih melihat apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga masyarakat benar-benar diberikan kesempatan untuk
memperlihatkan kebutuhannya. Pemerintah dalam hal ini adalah BPLHD
Kotamadya Jakarta Selatan, Kelurahan dan Kecamatan serta LSM ACT (Aksi
Cepat Tanggap), Harian Republika dan Radio Delta FM sebagai media
sosialisasi dan komunikasi yang dipergunakan .Dalam setiap kegiatan, seluruh
pihak ini memberikan kontribusi.”
57
4.4.1.5. Tahap pengkajian
Pada awalnya perusahaan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang
mungkin dijadikan sasaran pelaksanaan Program JGC ini yang tentunya disana
belum ditemukan lingkungan yang hijau dan juga aspek lainnya seperti belum
ada pembuatan kompos. Dari identifikasi seluruh wilayah DKI Jakarta salah
satunya yang ada di Jakarta Selatan. Dari hasil identifikasi tersebut kemudian
dimintai agar setiap RW mengirimkan 2 (dua) orang fasilitator untuk diberikan
pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Keseluruhan Fasilitator se-DKI
Jakarta yang telah mendaftar, kemudian perusahaan undang untuk mengikuti
pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dan pembinaan fasilitator ini dilakukan
selama 3 (tiga) hari penuh.
Materi tentang pentingnya pelestarian lingkungan, materi bagaimana
memberikan pendampingan/memotivasi masyarakat, serta brainstorming
diantara para peserta dan pelaksana. Juga banyak dilakukan diskusi-diskusi
dan simulasi. Seluruh pelatihan ini dilaksanakan gratis kepada para peserta.
Disamping fasilitator, perusahaan juga mengarahkan agar setiap RT
membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa kepala keluarga
yang masing-masing kelompok memiliki satu orang ketua kelompok yang
disebut sebagai Kader Lingkungan. Sebelum melaksanakan tugasnya sebagai
Kader Lingkungan, maka mereka yang telah terdaftar terlebih dahulu
diberikan pelatihan juga selama 1 (satu) hari di tempat yang sama. Pelatihan
diberikan kepada Kader Lingkungan ini lebih menitikberatkan tentang sharing
atau berbagi pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat.
58
4.4.2 Proses
10 - 20 Rumah
= 1 KaderProgram:
Pemisahan dan Pengolahan Sampah = MENGURANGI 96%
1 - 2 KRT
Organik 70 %
Diolah dicomposting communal
Non Organik yg dapat
di Daur Ulang 26%
Pengumpulansampah Non-
Organik
Penghijauan
Tanaman TOGA
“Memberdayakan Masyarakat sebagai Agen Perubahan”
PROGRAM LINGKUNGAN BERSAMA KADER LINGKUNGANPROGRAM LINGKUNGAN BERSAMA KADER LINGKUNGAN
atau
j a k a r t aj a k a r t aj a k a r t aMOTIVATORMOTIVATOR
Gambar 8. Program Lingkungan Bersama Kader Lingkungan
Proses sosialisasi Program JGC (Jakarta Green and Clean) Program ini
pertama sekali perusahaan sosialisasikan secara menyeluruh di wilayah DKI
Jakarta melalui Harian Republika dan Radio Delta FM sekitar Bulan April
2007 dan untuk Pasar Minggu perusahaan masuk ke dalam lingkungan
tersebut pada akhir April 2007. Seseorang Motivator, tugasnya dikatakan
tidaklah mudah. Sebab untuk masuk kedalam anggota masyarakat untuk
memperkenalkan program lingkungan seperti ini dengan karakteristik
masyarakat yang sangat heterogen dan kondisi sosial ekonomi kelas bawah.
Perusahaan mencoba masuk ke dalam masyarakat tersebut agar bisa
menjelaskan lebih detil ke pada masyarakat dan bisa menentukan siapa yang
menjadi kader lingkungan.
59
4.4.2.1. Proses pembentukan serta proses penyusunan kegiatan yang
dilaksanakan dalam Program
MOTIVATORMOTIVATORj a k a r t aj a k a r t aj a k a r t a
Champion
Motivator
PENGEMBANGAN KADERPENGEMBANGAN KADER
“Memberdayakan Masyarakat sebagai Agen Perubahan”
Gambar 9. Pengembangan Kader
Pembentukan kader dilakukan oleh para fasilitator dan kader
lingkungan bersama dengan pengurus RW mereka masing-masing. Dalam hal
ini, perusahaan sebagai motivator mempercayakan sepenuhnya kepada mereka
sebab mereka yang lebih memahami sesama anggotanya. Demikian juga untuk
penyusunan kegiatan kelompok warga madani sepenuhnya adalah kesepakatan
mereka juga. Yayasan Unilever sebagai motivator hanya memberikan arahan
dan bimbingan saja, apabila ada kendala yang dihadapi kelompok. Namun,
kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan adalah kegiatan-kegiatan yang
memang telah mereka dapatkan pada saat pelatihan dan pembinaan. Karena
pada dasarnya program ini adalah pemberdayaan masyarakat.”
4.4.2.2. Motivator
Penyuluhan atau pendampingan perusahaan laksanakan secara rutin
dengan mengunjungi anggota masyarakat. Pada awal pelaksanaan program,
Bulan Mei 2007, bersama-sama dengan masyarakat melakukan kegiatan
pencarian tanaman serta media tanam, melakukan penanaman tanaman,
melakukan kegiatan pemilahan sampah dan yang terakhir ini, baru
dilaksanakan adalah kegiatan pengelolan sampah kering oleh masyarakat. Jadi
tidak ada materi penyuluhan atau pembinaan khusus yang diberikan, namun
yang dilakukan adalah berusaha memberikan semangat dan senantiasa hadir
60
dalam setiap kegiatan masyarakat dan memberikan saran-saran apabila
diperlukan.
4.4.2.3. Mekanisme proses monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam program ini.
Didalam Unilever ada tim sendiri yang bekerja melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap lokasi-lokasi yang merupakan tempat pelaksanaan CSR.
Namun hasil monitoring dan evaluasi yang ada sepenuhnya dipergunakan
untuk langkah-langkah perbaikan terhadap pelaksanaan program. Namun
langkah-langkah yang diambil tidaklah bersifat mutlak sebab program ini
adalah pemberdayaan masyarakat yang benar-benar membutuhkan kesadaran
masyarakat. Sedangkan monitoring ditingkat masyarakat, setiap Kader
Lingkungan harus membuat laporan pelaksanaan kegiatan yang telah mereka
lakukan dan dibahas satu bulan sekali dalam pertemuan rutin mereka yang
digabung dengan arisan warga yang ada disana.
4.4.2.4. Mekanisme dan proses terminasi
Dalam agenda perusahaan, program ini tidak memiliki batas waktu.
PT. Unilever terus mendampingi masyarakat sepanjang masyarakat tersebut
memiliki keinginan untuk mengembangkan diri mereka. Seperti yang
diinginkan mereka untuk mendirikan usaha pembuatan tas, lalu perusahaan
memberikan sofe skill dan hard skill.
4.4.3. Product
4.4.3.1. Hubungan antara Program dengan harapan masyarakat
37%
6%12%
31%
8% 2% 4%
P eningkatan program s ecara
kualitatif dan kuantitatif
P T . Unilever Undones ia
menjadi lebih baik
P erubahan yang lebih baik
dalam mas yarakat
K ontinuitas bantuan
P erluas daerah s asaran
P erusahaan lain mengikuti
langkah unilever
K ehidupan mas yarakat dan
ekonomi yang baik
Gambar 10. Harapan Masyarakat
61
Sikap para anggota masyarakat berubah bila dibandingkan dengan
sebelum program ini dilaksanakan. Yang di maksudkan disini tentunya adalah
sikap anggota masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan. Alhamdulillah, seluruh anggota masyarakat
memahami betapa lingkungan sangat perlu untuk ditata dengan baik. Kondisi
jalan masuk ke pemukiman adalah gang-gang yang ukurannya hanya bisa
dilalui 2 (dua) sepeda motor. Apabila berpapasan dua gerobak, maka salah
satu harus ada yang mengalah. Itu dulu sebelum dipinggiran gang-gang
tersebut dibariskan pot-pot yang berisi kembang. ekarang setelah banyak
sekali pot-pot mengisi pinggiran gang-gang tersebut, maka dapat dibayangkan
jalan masuk ke tempat tinggal mereka akan semakin sulit. Tapi, ya itu tadi,
perubahan sikap mereka ke arah yang lebih baik, sehingga hal tersebut tidak
menjadi permasalahan bagi mereka dan jika dilihat saat ini mereka memiliki
kesadaran untuk memarkirkan sepeda mereka di ujung gang, padahal dulu
sebelum ada program ini, sepeda motor parkir di depan rumah mereka masing-
masing. Belum lagi dengan seringnya kunjungan-kunjungan dari luar, sikap
masyarakat sangat dapat menerima para tamu, bahkan ada yang dari luar
negeri seperti Jepang dan Singapura, yang sengaja datang untuk melihat hasil
kerja keras mereka dalam menata lingkungan. Sungguh suatu perubahan yang
sangat luar biasa.
4.4.3.2. Hubungan antara Program dengan perubahan perilaku
Seiring dengan perubahan sikap tadi, maka perilaku masyarakat pun
berubah menjadi lebih baik. Dengan sadar mereka senantiasa menjaga
kebersihan lingkungan, merawat tanaman, melakukan pemilahan sampah
rumah tangga yang mereka hasilkan. Perubahan yang dapat menjadi suatu
kebanggaan bagi anggota masyarakat.
62
4.4.3.3. Hubungan antara Program dengan tingkat ekonomi masyarakat
2%
65%
31%
2%
Ilmu
E konomi mas yarakat
meningkat
K eles tarian dan
kebers ihan
lingkungan
K eamanan
Gambar 11. Keuntungan CSR
Sebetulnya program ini tidak ada kaitannya dengan kondisi ekonomi
masyarakat, program ini tidak bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat. Tetapi tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat. Apabila dalam program ini ada peningkatan ekonomi atau peningkatan
pendapatan dari anggota masyarakat itu adalah hanya merupakan dampak
positif dari program ini. Sebab dalam program ini, perusahaan juga melatih
para fasilitator untuk memiliki jiwa enterpreneur, harapannya adalah agar para
anggota masyarakat dapat mengembangkan diri mereka dengan menggali
potensi lingkungan yang mereka miliki.
4.4.3.4. Kondisi lingkungan setelah Program
41%
53%
6% Menambah lahan
pekerjaan
L ingkungan
bers ih
Daerah terkenal
Gambar 12. Manfaat CSR
Kondisi lingkungan sangat-sangat jauh berbeda, lebih asri, lebih
bersih, lebih tertata dengan baik dan lebih nyaman. Serta disamping itu,
lingkungan sosial juga terasa lebih akrab.
63
4.4.3.5. Keberhasilan atau kegagalan Program di Pasar Minggu dan yang
menjadi penghambat dan pendukungnya
80%
20%
T idak ada
Ada
Gambar 13. Keluhan terhadap Program CSR
Program JGC ini sangat berhasil dan mencapai tujuannya. Berbagai
penghargaan telah mereka terima, salah satunya adalah Juara ke-4 Lomba JGC
se-DKI Jakarta yang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2007 lalu.
Disimpulkan bahwa sebenarnya pola hidup bermasyarakat sangatlah menjadi
faktor penentu program ini dapat berhasil dilaksanakan atau tidak. Ternyata
lebih mudah untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat seperti
Program JGC ini pada lokasi yang permukiman dengan pola hidup
bermasyarakatnya masih terasa akrab dan tidak individualis, karena merasa
senasib. Sebab ternyata lebih mudah untuk membangun kebersamaan diantara
masyarakat yang seperti itu jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat
yang ekonominya sudah lebih tinggi. Bagi masyarakat yang kondisi
ekonominya sudah lebih tinggi dan bangunan rumah mereka relatif luas maka
kesibukan dan tingkat pendidikan yang tinggi menjadi penghalang bagi
program pemberdayaan masyarakat untuk masuk kedalamnya. Disamping itu
juga biasanya, anggota masyarakat yang sudah lebih mampu ekonominya
lebih mengandalkan tukang kebun untuk mengurus halaman mereka dan lebih
bersifat individualistis. Jadi, sebenarnya faktor pendukung dari pelaksanaan
program ini adalah kesediaan masyarakat untuk mau menerima program ini,
itu yang paling utama.
4.4.4. Program Daur Ulang
Di dalam program JGC selain program lingkungan PT Unilever
Indonesia Tbk mengajarkan juga kepada masyarakat pasar minggu agar bisa
menjadi seorang entepreunership yaitu mengajarkan kepada masyarakat cara
64
mengolah limbah dengan baik dan bisa berguna bagi masyarakat. Perusahaan
bermaksud agar masyarakat bisa menjadi warga yang mandiri, tidak
bergantung kepada perusahaan dan agar bisa terus menjalin hubungan dengan
masyarakat. Yang di maksud program Daur ulang tersebut adalah program di
mana mendaur ulang bahan-bahan yang sudah tidak bisa terpakai menjadi
barang berguna bagi masyarakat.
4.4.4.1. Awal terjadinya program daur ulang
PT. Unilever Indonesia Tbk adalah salah satu penghasil limbah
terbesar. Perusahaan harus bertanggung jawab atas limbah tersebut. Tanpa
bergeraknya perusahaan, limbah akan semakin menumpuk dan bisa
menyebabkan musibah.
Pada tahun 2006 PT Unilever Indonesia Tbk mengadakan suatu
perlombaan tentang program daur ulang se DKI Jakarta. Kemudian di pilih
juara 1 dari Jakarta Selatan, Timur, Utara dan Barat. Pemenang diberikan dana
stimulan sebesar Rp 750.000 dan 1 buah mesin jahit. Tidak itu saja pemenang
juara 1 juga di berikan pelatihan agar kwalitas produk lebih baik.
4.4.5. Proces
Masyarakat pasar minggu membuat suatu penyimpanan yang di
namakan Bank Sampah. Arti Bank Sampah tersebut yaitu setiap minggu
masyarakat daerah pasar minggu tersebut mengumpulkan sampah untuk di
timbang kemudian sampah-sampah tersebut dibeli oleh sekelompok yang
mengerjakan proses daur ulang tersebut. Agar masyarakat bisa menghargai arti
sebuah sampah, Maka di tetapkan harga /Kg sampah. Kelompok daur ulang
juga bekerja sama dengan pemulung-pemulung agar mendapatkan bahan baku
yang diinginkan.
Harga-harga /Kg sampah :
• Botol Aqua : Rp 2500
• Kardus : Rp 800
• Kemasan : Rp 5.000
65
4.4.6. Product
12%
53%4%
25%
4% 2%
D aur ulang
D aur ulang dan
L ingkungan
P endidikan dan Daur
Ulang
P endidikan, D aur
Ulang dan L ingkungan
L ingkungan
P endidikan dan
Gambar 14. Program CSR yang Efektif
Barang-barang yang di hasilkan cukup banyak seperti tas laptop,
shopping bag, sendal, dompet, payung, shower curtain, back pack, lady bag,
cosmetic bag, dan pencil box. Dari ukuran kecil hingga besar juga tersedia.
Dari segi pemasaran masyarakat tersebut bisa meminta bantuan kepada PT
Unilever Indonesia untuk memasarkan produk atau konsumen bisa langsung
datang ke pabrik. Barang di buat sesuai dengan banyaknya pesanan. Sekarang
produk tersebut sudah Go Internasional ke berbagai negara yaitu Belanda,
Amerika, Singapur, Australia dan lain-lain. Usaha ini juga sudah bekerja sama
dengan Hypermart agar masyarakat luas bisa lebih mengenal produk tersebut.
4.4.7 Program Pendidikan
PT Unilever Indonesia Tbk mengadakan suatu program mengenai
pendidikan dan program ini dinamakan Petualangan Taro. Program ini
dilaksanakan selama dua minggu.
4.4.8. Proces
PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai fasilitator dengan tugas,
mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Jalan Mesjid Al-Fallah Pejaten
Indah 2 Pasar Minggu. kemudian anak-anak diberi pengarahan dan
pengetahuan. Perlombaan- perlombaan pun di adakan seperti cedas cermat,
lomba menggambarkan, lomba puisi dan lain-lain. Program ini bertujuan agar
anak-anak lebih kreatif, semangat dalam belajar, meningkatkan sosialisasi
dengan teman-teman, dan membuat anak-anak terhibur.
66
4.5. Cara Pandang Masyarakat Terhadap PT.Unilever Indonesia Tbk
8%
55%
37%
S angat
membantu
P eduli
Baik
Gambar 15. Cara Pandang Masyarakat terhadap Unilever
Perusahaan sudah sukses dalam mencanangkan program CSR. Sudah
terlihat jelas, lingkungan tersebut kini menjadi indah, bersih, dan tidak kotor
lagi kemudian masyarakat daerah pasar minggu sudah bisa hidup mandiri
karena mereka sudah membuat suatu produk dari daur ulang. Masyarakat
pasar minggu kini sudah lebih mengenal tentang PT Unilever Indonesia. TBK.
Tujuan PT Unilever Indonesia hanya satu dan sudah jelas terlihat yaitu
meningkatkan brand image perusahaan atau meningkatkan nama baik
perusahaan.
100%
0%
E fektif
T idak
Gambar 16. Efektivitas Program CSR
67
Tabel 3. Deskriptif Demografi Responden
(a)
J enis K elamin
33%
67%
perempuan
laki-laki
Di daerah pasar minggu responden yang berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak sebesar 31 orang (67%) di bandingkan jumlah responden
perempuan sebesar 15 orang(33%).
(b)
T ing kat P endidikan
49%
31%
18%2%
S MU
S MP
S D
Mahas iswa
Tingkat Pendidikan responden di daerah pasar minggu yang SMU
mendominasi sebesar 22 orang(49%) karena itu pengetahuan mereka masih
sangat minim.
(c)
P endapatan P er
B ulan
96%
4%
<= 1 juta
> 1 juta
Penghasilan yang mereka dapat itu sebesar kurang dari Rp 1 juta
karena itu daerah pasar minggu masih banyak sekali kekurangan.
(d)
Us ia
45%
25%
16%
14%
20-30 tahun
30-40 tahun
>40 tahun
< 20 tahun
Rata – rata usia daerah pasar minggu dari umur 20-30 sebesar 22
orang (45%) itu dimana mereka harus lebih produktif
68
4.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program CSR Yayasan Unilever
Indonesia
Berdasarkan hasil kuisioner yang di lakukan kepada responden dapat
diketahui atribut-atribut yang mempengaruhi terjadinya program CSR
Yayasan Unilever Indonesia :
1. Faktor Pihak Penerima Bantuan
a. Latar belakang pendidikan.
b. Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang.
c. Partisipasi masyarakat atas program CSR.
d. Latar belakang umur.
e. Komunikasi dengan masyarakat sekitar.
f. Pencarian informasi tentang perlombaan.
g. Hubungan baik dengan perusahaan.
h. Peran aktif organisasi masyarakat.
2. Faktor Organisasi
a. Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dalam melakukan
program CSR.
b. Informasi dari perusahaan ke masyarakat.
c. Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat.
d. Konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat.
3. Faktor Prioritas kebutuhan
a. Karakteristik daerah tersebut.
b. Jumlah individu yang membutuhkan.
c. Desa tertinggal.
d. Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah.
Dari setiap atribut-atribut program CSR di atas dapat di identifikasikan
beberapa faktor uatama yang mempengaruhi terjadinya program CSR
berdasarkan persepsi pelaksanaan program CSR tersebut, yaitu :
4.6.1. Faktor pihak penerima bantuan
Faktor pihak penerima bantuan merupakan faktor berhubungan dengan
mitra binaan.faktor ini di bentuk oleh delapan atribut yaitu
(1) Latar belakang pendidikan.
(2) Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang.
(3) Partisipasi masyarakat atas program CSR.
69
(4) Latar belakang umur.
(5) Komunikasi dengan masyarakat sekitar.
(6) Pencarian informasi tentang perlombaan.
(7) Hubungan baik dengan perusahaan.
(8) Peran aktif organisasi masyarakat. Sebaran hasil jawaban kuisioner
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Sebaran Responden Terhadap Faktor Pihak Penerima Bantuan
Jumlah Responden
Pertanyaan Skala
1
Skala
2
Skala
3
Skala
4
Skala
5
Rata-
rata
Keterangan
Latar
belakang
pendidikian
4
3
11
14
14
3,67
Berpengaruh
Kemampuan
dalam
mengerjakan
proses daur
ulang
0
6
13
13
13
3,76
Berpengaruh
Partisipasi
masyarakat
atas program
CSR
0
1
3
6
36
4,67
Sangat
berpengaruh
Latar
belakang
umur
2
4
11
18
11
3,69
Berpengaruh
Komunikasi
dengan
masyarakat
sekitar
0
0
6
5
35
4,63
Sangat
berpengaruh
Pencarian
informasi
tetang
perlombaan
0
4
3
7
32
4,45
Sangat
berpengaruh
Hubungan
baik dengan
perusahaan
0
1
4
8
33
4,58
Sangat
berpengaruh
Peran aktif
organisasi
masyarakat
0
1
3
5
37
4,69
Sangat
berpengaruh
Fa
kto
r P
iha
k P
ener
ima B
an
tua
n
Kesimpulan 6 20 43 76 191 4,27 Sangat
berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap faktor latar belakang
pendidikan diperoleh nilai untuk atribut latar belakang pendidikan sebesar
3,67 dengan penilaian berpengaruh, atribut kemampuan dalam mengerjakan
70
proses daur ulang sebesar 3,76 dengan penilaian berpengaruh. Untuk atribut
partisipasi masyarakat atas program CSR sebesar 4,67 dengan penilaian sangat
berpengaruh, atribut latar belakang umur sebesar 3,67 dengan penilaian
berpengaruh. Untuk atribut komunikasi dengan masyarakat sekitar sebesar
4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut pencarian informasi tentang
perlomabaan sebesar 4,45 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk atribut
hubungan baik dengan perusahaan sebesar 4,58 dengan penilaian sangat
berpengaruh dan atribut peran aktif organisasi masyarakat sebesar 4,69 dengan
penilaian sangat berpengaruh. Sehingga diperoleh kesimpulan faktor Atribut
partisipasi masyarakat atas program CSR, komunikasi dengan masyarakat
sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik dengan
perusahaan, dan peran aktif organisasi merupakan atribut yang sangat
berpengaruh dalam menjalankan program CSR tanpa atribut tersebut
masyarakat tidak akan mengetahui program CSR yang ada di PT Unilever
Indonesia Tbk, dan masyarakat pasar minggu tidak akan memenangkan
perlombaan juara 1 JGC yang di adakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk.
4.6.2. Faktor Organisasi
Faktor organisasi merupakan faktor yang berasal dari internal
perusahaan PT Unilever Indonesia. faktor ini di bentuk oleh empat atribut
yaitu :
(1) Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dalam melakukan program
CSR.
(2) Informasi dari perusahaan ke masyarakat.
(3) Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat.
(4) Konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat. Sebaran
hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut :
71
Tabel 5. Sebaran Jawaban Responden Terhadap Faktor Organisasi
Berdasarkan hasil perhitugan terhadap Faktor Organisasi diperoleh
nilai untuk atribut kinerja karyawan dalam melakukan program CSR sebesar
4,56 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut informasi dari perusahaan
ke masyarakat sebesar 4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk
atribut sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat sebesar 4,71 dengan
penilaian sangat berpengaruh dan atribut konsistensi perusahaan dalam
melakukan program CSR sebesar 4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh.
Secara keseluruhan faktor organisasi sangat berpengaruh dalam menjalankan
program CSR. Semua atribut sangat berpengaruh dalam menjalankan program
CSR. Konsistensi perusahaan sangat di butuhkan sebab masyarakat sangat
membutuhkan pelatihan dan pengetahuan agar kualitas barang produk daur
ulang bisa meningkat dan pemasaran produk bisa meluas.
Jumlah Responden
Pertanyaan Skala
1
Skala
2
Skala
3
Skala
4
Skala
5
Rata-
rata
Keterangan
Kinerja
karyawan
dalam
melakukan
program
CSR
0
1
5
7
33
4,56
Sangat
berpengaruh
Informasi
dari
perusahaan
ke
masyarakat
0
0
3
11
32
4,63
Sangat
berpengaruh
Sosialisasi
dari
perusahaan
ke
masyarakat
0
0
3
12
31
4,60
Sangat
berpengaruh
Konsistensi
perusahaan
dalam
melakukan
program
CSR
0
0
2
9
35
4,71
Sangat
berpengaruh
Fa
kto
r O
rga
nis
asi
Kesimpulan 0 1 13 39 131 4,63 Sangat
berpengaruh
72
4.6.3. Faktor Prioritas Kebutuhan
Faktor prioritas kebutuhan merupakan faktor yang menunjukan tingkat
kepentingan dalam pemberian sebuah bantuan. Faktor ini dibentuk oleh
beberapa atribut yaitu :
(1) Karakteristik daerah tersebut.
(2) Jumlah individu yang membutuhkan.
(3) Desa tertinggal.
(4) Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah. Sebaran hasil kuisioner dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Sebaran Responden Terhadap Faktor Prioritas Kebutuhan
Jumlah Responden
Pertanyaan Skala
1
Skala
2
Skala
3
Skala
4
Skala
5
Rata-
rata
Keterangan
Karakteristik
daerah
tersebut
0
12
7
15
22
4,23
Sangat
berpengaruh
Jumlah
individu yang
membutuhkan
0
2
4
22
19
4,26
Sangat
berpengaruh
Desar
tertinggal
0 2 4 15 25 4,36 Sangat
berpengaruh
Tingkat
pengaruh
bantuan
terhadap
masalah
0
2
4
15
25
4,36
Sangat
berpengaruh
Fa
kto
r P
riori
tas
Keb
utu
ha
n
Kesimpulan 0 18 19 67 101 4,31 Sangat
berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap faktor prioritas kebutuhan
diperoleh nilai untuk atribut karakteristik daerah tersebut sebesar 4,23 dengan
penilaian sangat berpengaruh, atribut jumlah individu yang membutuhkan
sebesar 4,26 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk atribut desa
tertinggal sebesar 4,36 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut tingkat
pengaruh bantuan terhadap masalah sebesar 4,36 dengan penilaian sangat
berpengaruh. Secara keseluruhan faktor prioritas kebutuhan sangat
berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Semua atribut sangat
berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Tanpa atribut tersebut
perusahaan tidak akan bisa mengetahui daerah mana yang baik untuk
menjalankan program CSR perusahaan.
73
Berdasarkan persepsi dari pelaksanaan program CSR yang di lakukan
oleh PT. Unilever Indonesia Tbk dipengaruhi oleh beberapa faktor diataranya
yaitu faktor pihak menerima bantuan, faktor organisasi, faktor prioritas
kebutuhan. Sebaran hasil jawaban kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Sebaran Jawaban Responden Terhadap Pengaruh Program CSR
Jumlah Responden
Pertanyaan Skala
1
Skala
2
Skala
3
Skala
4
Skala
5
Rata-
rata
Keterangan
Faktor pihak
penerima
bantuan
0
3
0
12
31
4,27
Sangat
berpengaruh
Faktor
organisasi
0 0 2 8 36
4,63
Sangat
berpengaruh
Faktor
prioritas
kebutuhan
0
2
3
12
29
4,31
Sangat
berpengaruh
Pen
ga
ru
h P
rog
ram
CS
R
Kesimpulan 0 5 5 32 96 4,40 Sangat
berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan diatas terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi program CSR diperoleh nilai yang terbesar diberikan oleh
faktor organisasi yaitu sebesar 4,31 dengan penilaian sangat berpengaruh. Dari
hasil sebaran jawaban responden untuk masing-masing faktor yang di bentuk
oleh atribut-atribut pengaruh program CSR, faktor yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap pengaruh program CSR adalah faktor Organisasi.
74
4.7. Efektivitas Program CSR Yayasan Unilever Indonesia
Tabel 8. Efektivitas program CSR
Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan
tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang
pertama disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel
eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena
seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel
yang kedua adalah variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel
terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini dapat merupakan variabel acak
(random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak.
Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan
analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas.
Model :
Y = β0 + β1 X1+ β2X2 + β3 X3 + ε
Y= Peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh peubah bebas
X = Peubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas
ε = galat
4.7.1. Korelasi Pearson (Korelasi Product Moment)
Ukuran yang menggambarkan hubungan linear antara dua peubah ( X
dan Y ). Nilai korelasi (r) berkisar pada -1 ≤ r ≤ 1. Nilai negatif menunjukkan
hubungan yang berkebalikan. Nilai Positif menunjukkan hubungan searah.
Semakin mendekati -1 atau 1, hubungan kedua peubah semakin erat.
JKyJKx
JKxyr
.= …………………………………………….. (5)
Program
CSR Rata-rata Efektifitas Program
Daur Ulang 4,55 Sangat Efektif
Lingkungan 4,59 Sangat Efektif
Pendidikan 3,89 Efektif
75
Tabel 9. Korelasi Program Daur Ulang
Korelasi
Daur Ulang vs
Pihak Penerima
Bantuan
Daur Ulang vs
Organisasi
Daur Ulang vs
Prioritas
Kebutuhan
Koefisien
korelasi 0,602 0,644 0,260
Nilai-p 0,000 0,000 0,081
4.7.2. Uji signifikansi korelasi Program Daur Ulang terhadap faktor yang
mempengaruhi
Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
Tolak Ho ( korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah ) jika
nilai p< alpha.
Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa :
- Program daur ulang memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan
dengan koefisien korelasi sebesar 0.602. korelasi ini signifikan pada taraf
nyata 5%, dengan nilai-p 0.000. Kedua peubah hubungan linier yang
positif (jika penerima bertambah , daur juga naik)
- Program daur ulang memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien
korelasi sebesar 0.644. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan
nilai-p 0.000. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika
organisasi naik, daur juga naik).
- Program daur ulang memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan
koefisien korelasi sebesar 0.260. korelasi ini tidak signifikan pada taraf
nyata 5%, dengan nilai-p 0.081.
Tabel 10. Korelasi Program Lingkungan
Korelasi
Lingkungan vs
Pihak Penerima
Bantuan
Lingkungan vs
Organisasi
Lingkungan vs
Prioritas
Kebutuhan
Koefisien
korelasi 0,484 0,539 0,509
Nilai-p 0,0007 0,0001 0,0003
76
4.7.3. Uji signifikansi korelasi Lingkungan terhadap faktor yang mempengaruhi
Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
Tolak Ho (korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah) jika
nilai p< alpha
Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa :
- lingkungan memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan dengan
koefisien korelasi sebesar 0.484. korelasi ini signifikan pada taraf nyata
5%, dengan nilai-p 0.0007. Kedua peubah hubungan linier yang positif
(jika penerima bertambah , lingkungan juga naik)
- lingkungan memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi
sebesar 0.539. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p
0.0001. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika
organisasi naik, lingkungan juga naik).
- lingkungan memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan koefisien
korelasi sebesar 0.509. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan
nilai-p 0.0003. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika
prioritas naik, lingkungan juga naik)
Tabel 11. Korelasi Program Pendidikan
Korelasi
Pendidikan vs
Pihak Penerima
Bantuan
Pendidikan vs
Organisasi
Pendidikan vs
Prioritas
Kebutuhan
Koefisien
korelasi 0,140 -0,1 0,497
Nilai-p 0,355 0,509 0,001
4.7.4. Uji signifikansi korelasi Program Pendidikan terhadap faktor yang
mempengaruhi
Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas).
Tolak Ho ( korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah ) jika
nilai p< alpha
77
Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa :
- Pendidikan memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan dengan
koefisien korelasi sebesar 0.140. korelasi ini tidak signifikan pada taraf
nyata 5%, dengan nilai-p 0.355. Kedua peubah tidak ada hubungan
- Pendidikan memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi
sebesar -0.1. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan
nilai-p 0.509. Kedua peubah tidak memiliki hubungan linier.
- Pendidikan memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan koefisien
korelasi sebesar 0.497. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan
nilai-p 0.001. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif .
4.8. Regresi untuk Program Daur Ulang
Model Summaryb
.714a .509 .474 .31204 2.518
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Daurb.
ANOVAb
4.243 3 1.414 14.526 .000a
4.090 42 .097
8.333 45
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Daurb.
Koefisien determinasi pada model ini sebesar 50.9%. Ini berarti
keragaman Daur ulang yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dalam model
regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas kebutuhan) sebesar
50.9%.
4.8.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk
menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 5% terhadap Daur ulang. Prosedur ini menggunakan uji, dengan
hipotesis
78
Ho: β0= β1= β2= β3=0
H1: Minimal ada satu βi dimana βi≠0
Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.000. Sehingga
nilai -p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa
model regresi berpengaruh terhadap daur ulang.
Persamaan regresinya :
Daur Ulang = 1.660 + 0.216 Pihak Penerima Bantuan + 0.353 Organisasi +
0.069 Prioritas Kebutuhan.
Coefficientsa
1.660 .458 3.628 .001
.216 .092 .317 2.356 .023 .645 1.551
.353 .104 .446 3.392 .002 .674 1.483
.069 .064 .120 1.071 .290 .938 1.066
(Constant)
Penerima
Organisasi
Prioritas
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Daura.
Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial
(uji parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah
berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan
tetap. Dengan hipotesis
Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan
H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan
Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel..
Dari 3 uji T diatas, hanya variable atau peubah penerima bantuan dan
organisasi yang berpengaruh terhadap daur ulang dengan nilai -p sebesar
0.023 dan 0.002.
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program Daur ulang dari
model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di
lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor
penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan program daur ulang PT.Unilever Indonesia Tbk yang
dilaksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang
mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki
pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima
79
bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang
tidak memiliki pengaruh terhadap proses daur ulang. Ini bisa dilihat dari
koefisien standardize beta pada tabel.
4.9. Regresi untuk Program Lingkungan
Model Summaryb
,707a ,500 ,464 ,22309 2,177
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Lingkunganb.
ANOVAb
2,087 3 ,696 13,976 ,000a
2,090 42 ,050
4,177 45
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Lingkunganb.
Koefisien determinasi pada model ini sebesar 50%. Ini berarti
keragaman Lingkungan yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor model
regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas kebutuhan) sebesar
50% sedangkan 50% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.
4.9.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk
menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 5% terhadap Lingkungan. Prosedur ini menggunakan uji, dengan
hipotesis
Ho: Model regresi tidak berpengaruh signifikan
H1: Model regresi berpengaruh signifikan
Tolak Ho jika nilai-p lebih kecil dari alpha/taraf nyata atau F hitung > F tabel.
Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.000. Sehingga
nilai-p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa
model regresi berpengaruh terhadap Lingkungan.
80
Coefficientsa
2,519 ,327 7,700 ,000
,075 ,066 ,156 1,147 ,258 ,645 1,551
,220 ,074 ,393 2,955 ,005 ,674 1,483
,170 ,046 ,417 3,699 ,001 ,938 1,066
(Constant)
Penerima
Organisasi
Prioritas
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Lingkungana.
Persamaan regresinya :
Lingkungan = 2.519 + 0.075 Pihak Penerima Bantuan + 0.220 Organisasi
+0.170 Prioritas Kebutuhan
Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial
(uji parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah
berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan
tetap. Dengan hipotesis
Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan
H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan
Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel.
Dari 3 uji T diatas, hanya variable atau peubah organisasi dan prioritas
yang berpengaruh terhadap lingkungan dengan nilai-p sebesar 0.005 dan
0.001.
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program lingkungan dari
model di atas adalah faktor prioritas kebutuhan dan faktor organisasi. Ini bisa
di lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor
penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan program lingkungan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di
laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang
mempengaruhi proses lingkungan oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki
pengaruh sedikit terhadap program lingkungan ini adalah faktor penerima
bantuan. Sedangkan pada faktor penerima bantuan ini adalah atribut yang
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap proses pendidikan. Ini bisa dilihat
dari koefisien standardize beta pada tabel.
81
4.10. Regresi untuk Program Pendidikan
Model Summaryb
.542a .294 .244 .61990 1.650
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Pdidikanb.
ANOVAb
6.723 3 2.241 5.832 .002a
16.140 42 .384
22.863 45
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerimaa.
Dependent Variable: Pdidikanb.
Koefisien determinasi pendidikan pada model ini sebesar 29.4%. Ini
berarti keragaman pendidikan yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor
dalam model regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas
kebutuhan) sebesar 29.4%. Sedangkan sisanya 70.6% dijelaskan oleh faktor
lain diluar model.
4.10.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk
menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 5% terhadap pendidikan. Prosedur ini menggunakan uji, dengan
hipotesis
Ho: Model regresi tidak berpengaruh signifikan
H1: Model regresi berpengaruh signifikan
Tolak Ho jika nilai-p lebih kecil dari alpha/taraf nyata atau F hitung > F tabel.
Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.007. Sehingga
nilai-p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa
model regresi berpengaruh terhadap pendidikan.
82
Coefficientsa
2.626 .909 2.889 .006
.189 .182 .167 1.037 .305 .645 1.551
-.344 .207 -.263 -1.666 .103 .674 1.483
.469 .128 .492 3.673 .001 .938 1.066
(Constant)
Penerima
Organisasi
Prioritas
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Pdidikana.
Persamaan regresinya :
Pendidikan = 2.626 + 0.189 Pihak Penerima Bantuan - 0.344 Organisasi +
0.469 Prioritas Kebutuhan.
Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial
(Uji Parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah
berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan
tetap. Dengan hipotesis
Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan
H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan
Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel..
Dari 3 uji T diatas, hanya variable prioritas yang berpengaruh terhadap
Pendidikan dengan nilai-p sebesar 0.002.
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program pendidikan dari
model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di
lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor
penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan program pendidikan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di
laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang
mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki
pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima
bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang
tidak memiliki pengaruh terhadap proses pendidikan. Ini bisa dilihat dari
koefisien standardize beta pada tabel.
4.11. Validitas
Dari hasil uji validitas untuk semua pertanyaan yang mewakili peubah
Daur Ulang (Y1), Lingkungan (Y2), Pendidikan (Y3), Pihak Penerima
83
Bantuan (X1), Organisasi (X2) dan Prioritas Kebutuhan (X3). Bisa dilihat
pada lampiran pertanyan ke- yang tidak valid yaitu pada faktor Daur Ulang
(Y1) pertanyaan kedua dan pada faktor Pendidikan (Y3) pertanyaan keempat
dan kesembilan
4.12. Reliabilitas
Tabel 12. Realibility Statistics
Nilai r table untuk N=46 adalah 0.273. Sehingga dengan cronbach
alpha sebesar 0.778, maka disimpulkan kuisioner reliabel pada taraf nyata
5%.
4.13. Nilai penjualan yang diperoleh PT Unilever Indonesia Tbk dan PT
Indofood Tbk
Pada tahun 2002 – 2004 PT Unilever Indonesia
• Pada tahun 2002 sebesar 978 (Dalam Miliar Rupiah)
• Pada tahun 2003 sebesar 1.297 (Dalam Miliar Rupiah)
• Pada tahun 2004 sebesar 1.468 (Dalam Miliar Rupiah)
1.468
1.297
978
0
2002 2003 2004
Reliability Statistics
.908 .911 44
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
84
( Dalam Miliar Rupiah )
Pada tahun 2002 – 2004 PT Indofood Tbk
• Pada tahun 2002 sebesar 802 (Dalam Miliar Rupiah)
• Pada tahun 2003 sebesar 603 (Dalam Miliar Rupiah)
• Pada tahun 2004 sebesar 378 (Dalam Miliar Rupiah)
802
603
378
2002 2003 2004
( Dalam Miliar Rupiah )
4.13.1. Hasil kesuluruhan
Biaya yang di gunakan untuk program CSR rata - rata setiap
perusahaan itu adalah sebesar 2% dari laba bersih perusahaan. Semakin tinggi
tingkat laba bersih sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula dana yang di
keluarkan sebuah perusahaan untuk suatu program CSR (Corporate Social
Responsibility).
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah merupakan ambisi Unilever
Indonesia untuk mengelola dan menumbuhkan bisnis berorientasi bertanggung
jawab secara sosial dan berkelanjutan. Unilever Indonesia percaya bahwa
menangani masalah lingkungan adalah bermanfaat bagi bisnis perusahaan.
Semangat dan dedikasi yang luar biasa dari masyarakat ini telah mendorong
berbagai perubahan besar. Dengan demikian program – program CSR terus di
tingkatkan dan terus di perbaiki agar mendapatkan hasil yang maksimal.
PT Unilever Indonesia Tbk memiliki 4 program CSR (Corporate
Social Responsibility) yaitu (a) Lingkungan, (b) Public Healt Education, (c)
Care For Area Surrounding, dan (d) Humanitarian Aid. Sedangkan Program
CSR yang dimiliki oleh perusahaan sejenis yaitu (a) Building human capital,
85
(b) maintaining social cohesion, (c) protection the environment, (d)
strengthening economic value, dan (e) encouraging good governance.
Peran perusahaan dalam pendekatan kepada masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan,
perlakuan tidak layak terhadap karyawan dan cacat produksi yang
mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah
menjadi berita utama surat kabar. Banyak pendukung CSR dari sumbangan
sosial dan perbuatan baik, namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan
bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali
mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan
pendirian yayasan sosial. perusahaan juga seringkali menganjurkan dan
mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan dalam mengambil bagian pada
proyek komunitas sehingga menciptakan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan
Sebagian besar dari program-program CSR yang di realisasikan
Yayasan Unilever Indonesia tidak jauh berbeda dengan program–program
yang di miliki perusahaan sejenis dan bertujuan sama yaitu memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas
dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Perusahaan besar
terus berlomba-lomba dalam melakukan program CSR. Program CSR
lingkungan, pendidikan, olah raga, kemanusiaan dan lain-lain terus di ciptakan
agar bisa meningkatkan brand image perusahaan. Semakin banyak program
CSR di lakukan maka masyarakat akan lebih mengenal perusahaan dan akan
terus tertanam di benak masyarakat.
PT Unilever Indonesia percaya bahwa sukses jangka panjang bisnis
Unilever berhubungan erat dengan vitalitas lingkungan dan masyarakat di
mana perusahaan beroperasi.
Hasil Survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan
oleh Evironics Internasional (Toronto), Conference Board (New York) dan
prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden
di 23 negara menunjukan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan,
60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak
terhadap lingkungan, tanggung jawab social perusahaan (CSR) akan paling
86
berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan dan bran image yang akan
paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opini atas
faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,
strategi perusahaan atau manajemen. Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap
perusahaan yang di nilai tidak melakukan program CSR adalah ingin
menghukum 40% dan 60% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan
tersebut.
4.13.2. Standar CSR
1. Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai dtandar
Jhon Elkion yaitu pelaporan yang menggunakan dasar triple bottom line
(3BL).
2. Global Reporting Intiative, yang mungkin merupakan acuan laporan
berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini.
3. Vericute, acuan pemantuan
4. Laporan berdasarkan standar akuntabilitas social internasional SA8000
5. Standar manajemen lingkungan berdasrkan ISO 14000
4.13.3. Kasus bisnis dari program CSR
1. Sumber daya manusia
Program CSR dapat dilihat sebagai suatu pertolongan dalam bentuk
rekrutmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar, terutama sekali
dengan adanya persaingan kerja diantara para lulusan sekolah. Akan tetapi
terjadi pengingkatan kemungkinan untuk ditanyakan kebijakan CSR
perusahaan pada rekrutmen tenaga kerja yang berpotensial maka dengan
memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi suatu nilai perusahaan.
Program CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfir kerja
yang nyaman diatara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan
dalam penyisihan gaji dan aktifitas penggalangan dana ataupun suka relawan.
2. Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah merupakan inti dari strategi perusahaan.
Reputasi yang dibentuk dengan suash payah selama bertahun-tahun dapat
musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau sekandal
lingkungan hidup. Kejadian ini dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan
dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu
87
budaya dari mengerjakan sesuatu dengan benar pada perusahaan dapat
mengurangi resiko ini.
3. Membedakan merek
Ditengah hiruk pikuk pasar maka perusahaan berupaya keras untuk
membuat suatu cara penjualan yang unik dimana hal ini akan dapat
membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen CSR dapat
berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari
etika perusahaan.
4. Ijin Usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam
usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu
kebenaran secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah
dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan
masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka
dengan demikian mereka dapat menghidari investasi. Perusahaan yang
membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka
diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan
memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan
hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan
direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
5. Motif perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan di mana akhirnya
bisnis perusahaan dipersalahkan. Kepercayaan bahwa program CSR seringkali
dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas
masalah etika dari bisnis utama perseroan.
4.13.4. Peraturan perundang-undangan CSR
Di Indonesia program CSR semakin menguat setelah dinyatakan
dengan tegas dalam UU perseroan terbatas No.40 tahun 2007, di mana dalam
pasal 74 antara lain diatur bahwa :
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan.atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana di maksud ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
88
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
uandangan.
(4) Ketentuan lebih kanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa perseroan (mengacu pada UU
No.40/2007 pasal 1 ayat 1 bahwa perseroan diartikan sebagai perseroan
terbatas) yang menjalankan usaha di bidang atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun
tidak dijelaskan apakah hal tanggung jawab yang sama juga diwajibkan bagi
entitas usaha yang tidak berbentuk badan hukum perseroan terbatas. Sehingga,
hal ini dapat menimbulkan penafsiran bahwa entitas usaha yang tidak
berbentuk perseroan terbatas tidak diwajibkan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan (mengacu pada UU No. 40/2007) pasal 1 ayat 3
definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masayrakat pada umumnya).
Selanjutnya pasal 74 ayat 1 tersebut menimbulkan pertanyaan lain
yaitu apakah perseroan terbatas yang tidak menjalankan kegiatan usaha
dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam dapat diartikan tidak
diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).
Selain itu, UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar.
Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. PT yang tidak melakukan
CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diataur oleh peraturan
pemerintah (belum terbit).
Peraturan lain yang menyinggung CSR adalaha UU No.25 tahun 2007
tentang penanaman modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanaman
89
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap
badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (pasal 34), UU
ini batru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara
perihal CSR bagi perusahaan nasional.
Menurut Edi Suharto (2008), peraturan tentang CSR yang relatif lebih
terperinci adalah UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian
dijabarkan lebih lanjut oleh peraturan menteri negara BUMN no: Per-
05/MBU/2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara
pelaksanaan CSR. Seperti diketahui, CSR milik BUMN adalah program
kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa
selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan
bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan
masyarakat. Selanjutnya, permeneg BUMN menjelaskan bahwa sumber dana
PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar maksimal 2
persen yang dapat digunakan untuk program kemitraan ataupun bina
lingkungan.
90
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan wawancara
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY) YAYASAN UNILEVER INDONESIA (STUDI KASUS :
PASAR MINGGU, JAKARTA)
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Angga Prabowo, mahasiswa
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, memohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan
wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai salah satu data primer untuk penelitian
tugas akhir saya berjudul Kajian Efektivitas program CSR (Corporate Social
Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta).
a. Aspek Internal Perusahaan
1. Apa visi dan misi PT.Unilever Indonesia Tbk ?
2. Bagaimana struktur organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk ?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan PT.Unilever Indonesia Tbk ?
b. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Bagaimana bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan
sekitar ?
2. Bagaimana perkembangan program CSR yang diterapkan Yayasan Unilever
Indonesia ?
3. Bagaimana cara pemberian bantuan ? Siapa saja pihak perusahaan yang
terkait, serta apa tugasnya ?
4. Pertimbangan atau dasar apa saja yang digunakan dalam pemberian bantuan
dana ?
5. Tujuan apa yang dicapai melalui program CSR yang diterapkan ?
6. Manfaat apa saja yang diperoleh melalui penerapan program CSR ?
7. Program CSR apa saja yang sampai ke daerah pasar minggu ?
8. Berapa persen (%) profit yang diberikan untuk program CSR? Kenapa ?
9. Menurut perusahaan berpengaruh atau tidak mengadakan program CSR? Apa
saja keuntungannya bagi perusahaan/masyarakat yang menjadi sasaran
program CSR ?
10. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efektifitas program CSR ?
Lampiran 2. Quesioner Penelitian
Quisioner untuk Masyarakat Pasar Minggu
91
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Penghasilan anda perbulan :
Pendidikan :
No.Telephone :
1. Apa yang anda rasakan sebelum program CSR ini ada ?
2. Program CSR apa saja yang sampai ke masyarakat Pasar Minggu ?
3 Apa saja yang anda rasakan ?
4. Menurut anda CSR apa yang paling anda rasakan? Mengapa ?
5. Setelah anda mengenal/merasakan program CSR yang di lakukan Yayasan
Unilever Indonesia. Bagaimana cara pandang anda terhadap PT Unilever
Indonesia TBK ?
6. Keuntungan apa yang anda dapatkan ?
7. Apakah program CSR Yayasan Unilever Indonesia tersebut sudah efektif di
rasakan masyarakat atau tidak? Mengapa ?
8. Apabila anda merasakan atau tidak merasakan, apa yang diharapkan kedepannya
bagi anda ?
9. Apabila anda mempunyai keluhan, apa keluhan anda terhadap program tersebut ?
92
Lanjutan Lampiran 2.
Keterangan :
1 = STB = Sangat Tidak Berpengaruh 4 = PB= Berpengaruh
2 = TB = Tidak Berpengaruh 5 = SB = Sangat Berpengaruh
3 = CB = Cukup Berpengaruh
No Keterangan 1 2 3 4 5
Program Daur Ulang
1 Membuat lapangan pekerjaan
2 Mengurangi limbah yang ada di masyarakat
3 Meningkatkan ekonomi masyarakat
4 Masyarakat akan lebih memahami tentang apa
arti sampah
5 Meningkatkan ekonomi indifidu/perorangan
6 Meningkatkan kreatifitas masyarakat
7 Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
8 Meningkatkan kualitas produk daur ulang yang di
hasilkan oleh masyarakat
9 Mengubah cara pandang masyarakat terhadap PT.
Unilever Indonesia Tbk
10 Masyarakat akan lebih mengenal PT. Unilever
Indonesia Tbk
Program Lingkungan
1 Program CSR perusahaan sebelum masuk
kemasyarakat
2 Program CSR perusahaan ketika sudah masuk
kemasyarakat
3 Menghindari wabah penyakit dan banjir
4 Membuat lingkungan sejuk, hijau, besih, rapih
dan tidak bau
5 Menanamkan dibenak masyarakat akan
pentingnya arti kebersihan
6 Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
7 Meningkatkan ekonomi masyarakat
8 Meningkatkan sosialisasi antara masyarakat
sekitar
93
9 Masyarakat akan lebih mengenal PT.Unilever
Indonesia Tbk
10 Mengubah cara pandang masyarakat terhadap
PT.Unilever Indonesia Tbk
Program Pendidikan
1 Membuat anak-anak kreatif
2 Membuat anak-anak yang tadinya tidak mengerti
menjadi mengerti
3 Memberi semangat belajar terhadap anak-anak
4 Menghibur anak-anak
5 Meningkatkan kecerdasan anak-anak
6 Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
7 Mengurangi tingkat berkumpulnya anak-anak /
nongkrong
8 Meningkatkan kesadaran anak-anak
9 Masyarakat akan lebih mengenal PT.Unilever
Indonesia Tbk
10 Mengubah cara pandang masyarakat terhadap
PT.Unilever Indonesia Tbk
94
Lanjutan Lampiran 2.
Keterangan : 1 = STB = Sangat Tidak Berpengaruh 4 = PB= Berpengaruh
2 = TB = Tidak Berpengaruh 5=SB=SangatBerpengaruh
3 = CB = Cukup Berpengaruh
No Keterangan 1 2 3 4 5
Faktor Pihak Penerima Bantuan
1 Latar Belakang Pendidikan
2 Kemampuan dalam mengerjakan proses Daur
Ulang
3 Partisipasi masyarakat atas program tersebut
4 Latar Belakang Umur
5 Komunikasi dengan masyarakat sekitar
6 Pencarian Informasi tentang perlombaan
7 Hubungan baik dengan perusahaan
8 Peran aktif organisasi masyarakat
Faktor Organisasi
1 Kinerja karyawan Yayasan Unilever
Indonesia peduli dalam melakukan program
CSR
2 Informasi dari perusahaan ke masyarakat
3 Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat
4 Konsistensi perusahaan dalam program CSR
tehadap masyarakat
Faktor Prioritas kebutuhan
1 Karakteristik daerah tersebut
2 Jumlah individu yang membutuhkan
3 Desa tertinggal
4 Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah
95
Lanjutan Lampiran 2. Quesioner Penelitian
Apakah atribut-atribut berikut dapat menjelaskan se efektifitas kah realisasi program
CSR ? berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai pada tempatnya.
Keterangan :
1 = STE = Sangat Tidak Efektif 4 = E = Efektif
2 = TE = Tidak Efektif 5 = SE = Sangat Efektif
3 = CE = Cukup Efektif
No. Keterangan 1 2 3 4 5
1. Faktor Daur Ulang
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Pendidikan
Jadwal kegiatan :
Saya akan mengadakan kegiatan penelitian pada bulan agustus – oktober 2008 di PT
Unilever Indonesia Tbk dan di Pasar Minggu, Jakarta. Kegiatan yang saya lakukan
seperti mengadakan wawancara dengan pihak Internal, .mencari tau apa saja kegiatan
program CSR yang dilakukan perusahaan di Pasar Minggu, membantu perusahaan
tentang kegiatan program CSR, dan sebagainya.
Rencana quesioner :
Dengan saya menyebarkan quesioner ini di harapkan saya bisa mendapatkan data
yang saya harapkan untuk penelitian saya. Saya akan menyebarkan quesioner ini
kepada beberapa masyarakat kemudian saya akan merangkum menjadi satu dengan
persentase yang diharapkan.
Biaya Penelitian :
Kegiatan Biaya
Foto copy Rp 150.000,00
Print Rp 250.000,00
Jilid Rp 100.000,00
Transportasi Rp 500.000,00
Total Rp 1.000.000,00
96
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Reliability Statistics
.908 .911 44
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
Validitas Program Daur Ulang
A1
A11 Pearson Correlation 0.330
Sig. (2-tailed) 0.025 Valid
A12 Pearson Correlation 0.230
Sig. (2-tailed) 0.124 Tidak Valid
A13 Pearson Correlation 0.592
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A14 Pearson Correlation 0.549
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A15 Pearson Correlation 0.644
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A16 Pearson Correlation 0.672
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A17 Pearson Correlation 0.684
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A18 Pearson Correlation 0.705
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A19 Pearson Correlation 0.617
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A110 Pearson Correlation 0.731
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
97
Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Program Lingkungan
A2
A21 Pearson Correlation 0.386
Sig. (2-tailed) 0.008 Valid
A22 Pearson Correlation 0.331
Sig. (2-tailed) 0.025 Valid
A23 Pearson Correlation 0.460
Sig. (2-tailed) 0.001 Valid
A24 Pearson Correlation 0.648
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A25 Pearson Correlation 0.729
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A26 Pearson Correlation 0.493
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A27 Pearson Correlation 0.450
Sig. (2-tailed) 0.002 Valid
A28 Pearson Correlation 0.327
Sig. (2-tailed) 0.027 Valid
98
Lanjutan Lampiran 3
Validitas Program Pendidikan
A3
A31 Pearson Correlation 0.752
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A32 Pearson Correlation 0.501
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A33 Pearson Correlation 0.787
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A34 Pearson Correlation 0.196
Sig. (2-tailed) 0.192 Tidak Valid
A35 Pearson Correlation 0.783
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A36 Pearson Correlation 0.815
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A37 Pearson Correlation 0.833
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A38 Pearson Correlation 0.778
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
A39 Pearson Correlation 0.235
Sig. (2-tailed) 0.116 Tidak Valid
A310 Pearson Correlation 0.335
Sig. (2-tailed) 0.023 Valid
99
Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Faktor Pihak Penerima Bantuan
B1
B11 Pearson Correlation 0.888
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B12 Pearson Correlation 0.741
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B13 Pearson Correlation 0.737
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B14 Pearson Correlation 0.535
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B15 Pearson Correlation 0.692
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B16 Pearson Correlation 0.625
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B17 Pearson Correlation 0.643
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B18 Pearson Correlation 0.768
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
Validitas Faktor Organisasi
B2
B21 Pearson Correlation 0.896
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B22 Pearson Correlation 0.751
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B23 Pearson Correlation 0.887
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B24 Pearson Correlation 0.877
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
100
Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Faktor Prioritas Kebutuhan
B3
B31 Pearson Correlation 0.905
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B32 Pearson Correlation 0.896
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B33 Pearson Correlation 0.881
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
B34 Pearson Correlation 0.944
Sig. (2-tailed) 0.000 Valid
101
Lampiran 4
Foto Proses Daur Ulang
Foto 1
Pengguntingan
Foto 2
Pembuatan Pola
Foto 3
Pola
Foto 4
Penjahitan
Foto 5
Pola satu dengan pola
lain disambungkan
Foto 6
Pola yang sudah jadi
dijahitkan dengan produk
102
Foto 7
Proses Penjahitan pola dengan
barang
Foto 8
Hasil
103
Lampiran 5.
Foto Program Pendidikan
Foto 1
Foto 2
104
Lampiran 6.
Sebelum Program Lingkungan
Sesudah Program Lingkungan
Foto 1
Foto 2 Foto 3
Foto 1
105
No Deskriptif yang Diteliti / Diamati Hasil Perkiraan / Pengamatan
1
Kualitas Pelaksanaan CSR
Program CSR PT Unilever Indonesia Tbk di laksanakan oleh Yayasan Unilever Indonesia pada tahun 2000. Budget yang di keluarkan oleh PT. Unilever Indonesia sebesar 2%
dari laba bersih perusahaan. Semakin tinggi keuntungan PT Unilever Indonesia maka semakin tinggi pula dana yang dikeluarkan untuk program CSR. Ada 4 bagian dalam pelaksanaan CSR yaitu : (1) divisi Lingkungan, (2) divisi Kesehatan, (3) divisi Peduli area Unilever, dan (4) divisi Becanda alam. Tujuan dari pelaksanaan program CSR yaitu
pengaruh peningkatan program CSR baik kualitas maupun kuantitas diharapkan bisa meningkatkan keunggulan kompetitif sehingga masyarakat bisa lebih mengenal produk,
loyal terhadap produk, dan setia terhadap produk. Otomatis brand image PT Unilever Indonesia meningkat.
2
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi program CSR yaitu (1) faktor prioritas kebutuhan, (2) faktor organisasi, dan (3) factor pihak penerima bantuan. Dari hasil sebaran
jawaban responden untuk masing-masing faktor yang di bentuk oleh atribut-atribut pengaruh program CSR, faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengaruh program CSR adalah faktor Organisasi.
3
Efektivitas Program CSR :
Korelasi
Regresi
1. (a) Program Daur Ulang dengan faktor yang mempengaruhi yaitu hanya faktor prioritas kebutuhan dengan koefisien korelasi sebesar 0.260. korelasi ini tidak
signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.081. (b) program Lingkungan dengan faktor yang mempengaruhi yaitu semua faktor yang mempengaruhi adalah
signifikan pada taraf nyata 5%. (c) Program Pendidikan dengan faktor yang mempengaruhi yaitu program Pendidikan memiliki hubungan dengan Penerima dengan
koefisien korelasi sebesar 0.140. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.355. Kedua peubah tidak ada hubungan, dan Program pendidikan
memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi sebesar -0.1. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.509. Kedua peubah
tidak memiliki hubungan linier.
2. (A) PROGRAM DAUR ULANG
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program Daur ulang dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-
masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program daur ulang PT.Unilever Indonesia Tbk yang dilaksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada
faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses daur ulang
(B) PROGRAM LINGKUNGAN
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program lingkungan dari model di atas adalah faktor prioritas kebutuhan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-
masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program lingkungan PT.Unilever
Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses lingkungan oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program lingkungan ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan
pada faktor penerima bantuan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap proses pendidikan.
(C) PROGRAM PENDIDIKAN
Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program pendidikan dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-masing
nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program pendidikan PT.Unilever
Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang
berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan
pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses pendidikan.
106
Tabel Rekapitulasi
PT. Unilever Indonesia Tbk
Yayasan Unilever Indonesia
Program-Program CSR
A. Program Daur Ulang B. Program Lingkungan C. Program Pendidikan
• Daur ulang
limbah Unilever
• Membuat
masyarakat mandiri
• Menciptakan
lapangan pekerjaan
• Membuat
masyarakat kreatif
• Masyarakat bisa
lebih menghargai
sebuah sampah
• Perlombaan se-
DKI Jakarta
• Pemilihan
kader
• Pengumpulan
sampah organik
dan non organik
• Penanaman
tanaman hias
• Program
petualangan taro
• Membuat
anak-anak lebih
kreatif
• Mengadakan
perlombaan
• Memotifasi
anak-anak agar
rajin belajar
107
Tabel Rekapitulasi
Faktor Prioritas
Kebutuhan
a. Latar belakang pendidikan.
b. Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang.
c. Partisipasi masyarakat atas program CSR.
d. Latar belakang umur.
e. Komuinikasi dengan masyarakat sekitar.
f. Pencarian informasi tentang perlombaan.
g. Hubungan baik dengan perusahaan.
h. Peran aktif organisasi masyarakat.
• Atribut partisipasi masyarakat atas program
CSR, komunikasi dengan masyarakat sekitar,
pencarian informasi tentang perlombaan,
hubungan baik dengan perusahaan dan peran
aktif organisasi merupakan atribut yang
sangat berpengaruh dalam menjalankan
a. Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia
Tbk dalam melakukan program CSR.
b. Informasi dari perusahaan ke masyarakat.
c. Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat.
d. Konsistensi perusahaan dalam program
CSR terhadap masyarakat.
• Secara keseluruhan faktor organisasi
sangat berpengaruh dalam menjalankan
program CSR. Semua atribut sangat
berpengaruh dalam menjalankan program
CSR. Konsistensi perusahaan sangat di
butuhkan sebab masyarakat sangat
membutuhkan pelatihan dan pengetahuan
agar kualitas barang produk daur ulang
bisa meningkat dan pemasaran produk bisa
meluas
a. Karakteristik daerah tersebut.
b. Jumlah individu yang
membutuhkan.
c. Desa tertinggal.
d. Tingkat pengaruh bantuan
terhadap masalah.
• Secara keseluruhan faktor
prioritas kebutuhan sangat
berpengaruh dalam
menjalankan program CSR
• Dari hasil sebaran jawaban responden
untuk masing-masing faktor yang di
bentuk oleh atribut-atribut pengaruh
program CSR, faktor yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap
pengaruh program CSR adalah faktor
Organisasi.
Faktor Pihak Penerima Faktor Organisasi
Fakto-faktor yang mempengaruhi Program CSR