K A N D A I - COnnecting REpositories · Indonesia, yaitu /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, dan /u/. Data...

16
1 K A N D A I Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 116 KAJIAN DIALEK SOSIAL FONOLOGI BAHASA INDONESIA (Social Dialect Study of Indonesian Phonology) Maulid Taembo Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo Jalan H.E.A. Mokodompit, Kendari, Indonesia Pos-el: [email protected] (Diterima 31 Januari 2016; Direvisi 8 Februari 2016; Disetujui 21 Maret 2016) Abstract This paper presents a social dialect study of Indonesian phonology. It aims at describing phonology variations based on ethnic and gender; and describing the most dominant variable creating the variations. The study focuses on six Indonesian phonemes: /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, and /u/. Data were collected from 4 informants of Lombok ethnic, 4 informants of Muna ethnic, and 4 informants ofMedan ethnic with 2 males and 2 females for each ethnic. The data is collected throughreading passage style: read aloud and the observer’s paradox methods. It is analyzed in descriptive quantitative and qualitative by using equal method. The study shows that (1) the variations of phonemes of /f/, /v/, and/h/ more dominantly found on Lombok ethnic group compared to Muna or Medan; (2) the variations of phonemes of /k/ and/h/ more dominantly found on Lombok and Medan than Muna; (3) the variations of phoneme of /z/ / more dominantly produced by Lombok and Muna ethnic groups rather than by Medan ethnic group; (4) the variations of those phonemes more dominantly produced by male rather than by female; and (5) the phoneme position, i.e., in word-initial, word-middle, and word-final positions really affects the phoneme variations. Key words: socialdialect, phonology, ethnic, gender Abstrak Tulisan ini merupakan kajian dialek sosial fonologi bahasa Indonesia, yang bertujuan mendeskripsikan variasi fonologis berdasarkan variabel etnik dan gender, serta mendeskripsikan variabel sosial yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya variasi tersebut. Penelitian ini difokuskan pada variasi fonologis dari enam fonem dalam bahasa Indonesia, yaitu /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, dan /u/. Data penelitian diperoleh dari 4 informan etnik Lombok, 4 informan etnik Muna, dan 4 informan etnik Medan. Informan dari setiap etnik terdiri atas dua laki-laki dan dua perempuan. Data dianalisis melalui metode reading passage style: read aloud, dan the observer’s paradox. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif melalui metode padan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1)etnik Lombok lebih dominan dalam menimbulkan variasi pelafalan fonem /f/, /v/, dan/h/ dibandingkan dengan etnik Muna dan Medan yang cenderung mempertahankan ketiga bunyi asli fonem tersebut; (2) etnik Lombok dan Medan lebih dominan dalam menimbulkan variasi pelafalan fonem /k/ dan /u/ dibanding dengan etnik Muna; (3) etnik Lombok dan Muna lebih dominan menimbulkan variasi pelafalan fonem /z/ dibandingkan dengan etnik Medan; (4) laki-laki lebih dominan menimbulkan variasi pelafalan fonem-fonem dibandingkan dengan perempuan; dan (5) posisi fonem, yaitu di awal, tengah, dan akhir kata sangat memengaruhi variasi pelafalan fonem. Kata kunci: dialek sosial, fonologi, etnik, gender PENDAHULUAN Salah satu simbol keberadaan suatu komunitas adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu penanda di antara beberapa penanda komunitas (dalam hal ini etnis). Selain itu, bahasa

Transcript of K A N D A I - COnnecting REpositories · Indonesia, yaitu /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, dan /u/. Data...

  • 1

    K A N D A I

    Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 1—16

    KAJIAN DIALEK SOSIAL FONOLOGI BAHASA INDONESIA(Social Dialect Study of Indonesian Phonology)

    Maulid TaemboFakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

    Jalan H.E.A. Mokodompit, Kendari, IndonesiaPos-el: [email protected]

    (Diterima 31 Januari 2016; Direvisi 8 Februari 2016; Disetujui 21 Maret 2016)

    AbstractThis paper presents a social dialect study of Indonesian phonology. It aims at describing

    phonology variations based on ethnic and gender; and describing the most dominant variablecreating the variations. The study focuses on six Indonesian phonemes: /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, and/u/. Data were collected from 4 informants of Lombok ethnic, 4 informants of Muna ethnic,and 4 informants ofMedan ethnic with 2 males and 2 females for each ethnic. The data iscollected throughreading passage style: read aloud and the observer’s paradox methods. It isanalyzed in descriptive quantitative and qualitative by using equal method. The study showsthat (1) the variations of phonemes of /f/, /v/, and/h/ more dominantly found on Lombok ethnicgroup compared to Muna or Medan; (2) the variations of phonemes of /k/ and/h/ moredominantly found on Lombok and Medan than Muna; (3) the variations of phoneme of /z/ /more dominantly produced by Lombok and Muna ethnic groups rather than by Medan ethnicgroup; (4) the variations of those phonemes more dominantly produced by male rather thanby female; and (5) the phoneme position, i.e., in word-initial, word-middle, and word-finalpositions really affects the phoneme variations.Key words: socialdialect, phonology, ethnic, gender

    AbstrakTulisan ini merupakan kajian dialek sosial fonologi bahasa Indonesia, yang bertujuan

    mendeskripsikan variasi fonologis berdasarkan variabel etnik dan gender, sertamendeskripsikan variabel sosial yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya variasitersebut. Penelitian ini difokuskan pada variasi fonologis dari enam fonem dalam bahasaIndonesia, yaitu /f/, /v/, /h/, /z/, /k/, dan /u/. Data penelitian diperoleh dari 4 informan etnikLombok, 4 informan etnik Muna, dan 4 informan etnik Medan. Informan dari setiap etnikterdiri atas dua laki-laki dan dua perempuan. Data dianalisis melalui metode reading passagestyle: read aloud, dan the observer’s paradox. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dankualitatif melalui metode padan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1)etnik Lombok lebihdominan dalam menimbulkan variasi pelafalan fonem /f/, /v/, dan/h/ dibandingkan denganetnik Muna dan Medan yang cenderung mempertahankan ketiga bunyi asli fonem tersebut; (2)etnik Lombok dan Medan lebih dominan dalam menimbulkan variasi pelafalan fonem /k/ dan/u/ dibanding dengan etnik Muna; (3) etnik Lombok dan Muna lebih dominan menimbulkanvariasi pelafalan fonem /z/ dibandingkan dengan etnik Medan; (4) laki-laki lebih dominanmenimbulkan variasi pelafalan fonem-fonem dibandingkan dengan perempuan; dan (5) posisifonem, yaitu di awal, tengah, dan akhir kata sangat memengaruhi variasi pelafalan fonem.Kata kunci: dialek sosial, fonologi, etnik, gender

    PENDAHULUANSalah satu simbol keberadaan

    suatu komunitas adalah bahasa. Bahasa

    merupakan salah satu penanda diantara beberapa penanda komunitas(dalam hal ini etnis). Selain itu, bahasa

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    2

    adalah sistem lambang bunyi yangdipergunakan oleh para anggota suatumasyarakat untuk bekerja sama,berinteraksi, dan mengidentifikasikandiri (Kridalaksana, 2008, hlm. 24).Setiap bahasa memiliki keunikantersendiri. Bahasa yang digunakan olehsetiap orang bukan tidak mungkinberbeda antara yang satu dengan yanglain. Hal inilah yang sering dikenaldengan istilah variasi bahasa. Variasibahasa tersebut dapat berwujud variasigeografis, temporal, atau variasi sosialyang digunakan oleh kelompok sosialtertentu (Wahya, 2010, hlm. 56)

    Penelitian ini merupakanpengembangan dari dialektologi yangberusaha untuk menemukan variasibahasa melalui variabel sosial, ataudisebut juga sebagai kajian dialeksosial (dialektologi sosial). Denganadanya ragam bahasa yang tersebar didaerah-daerah di Indonesia, kajiandialektologi menjadi semakin pentinguntuk dilakukan (Pamolango, 2012,hlm. 8). Perbedaan kelompok yangbersifat sosial bisa ditentukan olehetnik, jenis kelamin, pendidikan, umur,pekerjaan, dan variabel sosial yanglainnya. Semua variabel-variabel sosialtersebut berpotensi menimbulkanvariasi bahasa denganciri-ciri tertentuyang membedakannya dari kelompoklain.

    Baik aspek linguistik maupunsosial digunakan bersama-sama untukmembangun kajian dialek sosial.Keberadaan penutur yang pastimemiliki latar belakang sosial danlokasi merupakan faktor sosial yangmemegang peran penting dalam dialeksosial. Dengan demikian, penyebabterjadinya dialek-dialek yangberanekaragam dapat disebabkan olehadanya variabel atau batasan sosialyang berbeda, seperti kelas sosial, usia,etnik, pendidikan, dan faktor-faktorsosial lainnya.

    Variabel etnik merupakan halyang sangat mendasar dari munculnyavariasi linguistik. Hal ini disebabkanoleh adanya perbedaan budaya danbahasa dari tiap-tiap etnik. Perbedaanbahasa itu dapat muncul mulai dariaspek fonologis sampai sintaksis.Perbedaan yang sangat mencolok darivariabel etnik ini adalah variasi yangterkait dengan aspek fonologis (fonetikdan fonemik). Baik ahli, penelitibahasa, atau orang awam sekalipundapat mendengar perbedaan dari sisibunyi bahasa dari tiap-tiap etnik. Disamping itu, variabel gender jugamerupakan hal yang menarik untukdibahas pada setiap variasi bahasa.Variasi tersebut dapat berwujudperbedaan ucapan seseorang, sepertilafal dan intonasi (Kurniawan, 2013,hlm. 71-72). Adapun Putra (2007)menyebutkan bahwa variasi bahasamerupakan perbedaan-perbedaan yangterdapat dalam setiap bahasa, baikdalam bunyi, gramatika, maupunkosakata (hlm. 32). Wolfram danFasold (1974) menyebutkan bahwaperbedaan laki-laki dan perempuanadalah variabel menarik yangmenunjukkan bahwa baik laki-lakimaupun perempuan memilikiketerkaitan dengan penggunaan variasikelinguistikan (hlm. 118). Variabelgender ini termasuk variabel sosialyang banyak diteliti, seperti penelitianLabov yang menemukan sejumlahvariasi bahasa yang terdapat pada laki-laki dan perempuan.

    Labov tidak hanya melakukanpenelitian mengenai variasi bahasaakibat faktor gender, tetapi jugamelihat lebih jauh aspek pendidikan.Contohnya, dalam bahasa Norwich,penutur yang berpendidikan atau yangmemiliki kelas sosial yang lebih tinggicenderung melafalkan bunyi [h],sedangkan penutur yang kurang atau

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    3

    tidak berpendidikan cenderung untukmenghilangkan bunyi [h].

    Di Indonesia, kajian dialek sosialtelah dilakukan oleh beberapa peneliti,seperti Dhanawaty (2002) yangmelakukan penelitian berjudul “VariasiDialektal Bahasa Bali di DaerahTransmigrasi Lampung Tengah”.Penelitian Dhanawaty lebih diarahkanpada kajian dialek sosial dan dialek 2dengan menggunakan tiga macamvariabel, yaitu variabel lek, variabeldaerah, dan variabel usia. Salah satuhasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa variasi fonologis pada bahasaBali di Lampung Tengah dapatditemukan pada tuturan semuakelompok usia di semua titikpengamatan dengan derajat yangberbeda-beda.

    Bahasa Indonesia yangmerupakan bahasa nasional jugamemiliki variasi bergantung pada siapayang menuturkannya, baik dari tingkatpendidikan, gender, lebih khusus lagietnik yang berbeda.Bahasa daerah daritiap-tiap etnik memengaruhi pelafalanfonologis bahasa Indonesia. Olehkarena itu, pada kesempatan ini,penulis akan mendeskripsikan variasifonologis yang dipengaruhi olehvariabel sosial etnik dan gender dalambahasa Indonesia.

    Penelitian ini memiliki duarumusan masalah: (1) Bagaimanakahvariasi fonologis berdasarkan variabeletnik dan gender? (2) Manakahvariabel sosial yang paling dominanmenyebabkan terjadinya variasitersebut? Penelitian ini bertujuan (1)mendeskripsikan variasi fonologisberdasarkan variabel etnik dan gender;dan (2) mendeskripsikan variabelsosial yang paling dominanmenyebabkan terjadinya variasitersebut. Manfaat dari penelitian ini diantaranyauntuk meningkatkankesadaran masyarakat Indonesia dalam

    melafalkan fonem-fonem bahasaIndonesia dengan baik dan benar dansebagai acuan dalam pembuatan bahanajar fonologi bahasa Indonesia,khususnya bagi masyarakat yangsistem fonologi bahasa daerahnyasangat berbeda dengan sistem fonologibahasa Indonesia. Penelitian iniberbeda dengan penelitian terdahulukarena fokus diskusi terbatas padavariasi fonologis pelafalan fonemkonsonan /f/, /v/, /h/,/z/,dan /k/, sertavokal /u/ dalam bahasa Indonesia.Sementara itu,variabel sosialdifokuskan pada aspek etnik dangender (jenis kelamin). Pemilihankeenam fonem tersebut didasarkanpada hasil pengamatan penulismengenai keanekaragaman realisasifonem-fonem tersebut ketikadituturkan oleh beberapa kelompokmasyarakat di sekitar lingkungantempat tinggal penulis, yaitu di JalanTukad Banyusari, Denpasar, Bali.Ditempat itu terdapat beberapa kos-kosanatau asrama, khususnya yang dihunioleh masyarakat yang beretnikLombok, Muna, dan Batak. Kenyataanbahwa keenam fonem tersebutmemiliki lebih banyak bentuk realisasidibandingkan dengan fonem-fonemlain dalam bahasaIndonesiamenyebabkan variasi keenamfonem tersebut menjadi sebuah objekyang sangat menarik untuk dikaji.

    LANDASAN TEORI

    Penelitian ini merupakan bagiandari kajian dialektologi, khususnyadialek sosial. Oleh karena itu, penulisperlu memaparkan konsep-konsepdasar dialektologi dan dialek sosial.Pada dasarnya, dialektologi merupakankajian yang mendeskripsikan variasibahasa dengan memperlakukannyasecara utuh. Variasi bahasa dalamkajian dialek dibedakan berdasarkan

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    4

    waktu, tempat, dan lingkungan sosialpenutur. Artinya, ada dialek temporal,seperti Melayu kuno dan Melayumodern; dialek regional, sepertiMelayu Ambon, Melayu Jakarta; dandialek sosial, seperti bahasa Indonesiayang digunakan oleh etnis ataukelompok sosial yang berbeda.Variasibahasa juga dapat diklasifikasikanmenjadi tiga kelompok subdisiplinlinguistik, yaitu: (1) dialektologisinkronis yang menelaah varian bahasayang berkaitan dengan faktorgeografis; (2) dialektologi diakronisyang mengkaji varian bahasa denganmenekankan perhatian tidak hanyapada faktor geografis, tetapi jugaterhadap faktor waktu; dan (3)sosiolinguistik, yang melihat varianbahasa dalam hubungannya denganfaktor sosial (Mahsun, 2010, hlm. 32).

    Telah disebutkan di atas bahwavariabel sosial yang dipilih dalampenelitian ini adalah usia dan gender.Pemilihan ini didasarkan pada asumsibahwa kelompok-kelompok sosialdalam masyarakat tidak hanyadibedakanberdasarkan daerah tempatkelompok itu tinggal, tetapi jugaberdasarkan kondisi sosialnya, sepertijenis kelamin, pendidikan, umur, danpekerjaan. Terkait dengan variabeletnik dan gender, penganalisisan dataakan menggunakan sejumlah konsepdan teori berikut.

    Pelafalan fonem bahasa daerahdari tiap-tiap etnik memengaruhipelafalan fonem bahasa Indonesia. Halini dipandang sebagai akibat dariperbedaan inventarisasi fonem bahasaIndonesia dan bahasa daerah ataupunperbedaan cara tiap-tiap etnikmelafalkan kosakata bahasa Indonesia.Masyarakat yang pelafalan fonembahasa daerahnya sangat berbedadengan bahasa Indonesia cenderunguntuk mengikuti cara pelafalan bahasadaerahnya ketika melafalkan fonem-

    fonem bahasa Indonesia.Misalnya,penutur yang bahasa daerahnyabersifat vokalis akan cenderungmelesapkan bunyi konsonan di akhirkata bahasa Indonesia. Demikian pula,penutur yang bahasa daerahnya tidakmemiliki fonem tertentu akanmelafalkan fonem yang mirip padabahasa daerahnya ketika melafalkanfonem bahasa Indonesia. Kelompoketnik yang berbeda memilikiperbedaan dalam hal penggunaanbahasa walaupun mereka memilikibahasa yang sama (Chambers & Peter,1998, hlm. 74). Pernyataan inimengisyaratkan bahwa walaupunkelompok masyarakat memiliki bahasayang sama, perbedaan dalam pelafalanfonem mungkin saja terjadi jikamereka berasal dari etnik yangberbeda.

    Terkait dengan gender,Sumarsono (2007) menyebutkanbahwa keragaman bahasa berdasarkanjenis kelamin timbul karena bahasasebagai gejala sosial erat hubungannyadengan sikap sosial (hlm. 113). Secarasosial, pria dan wanita berbeda karenamasyarakat menentukan peran sosialyang berbeda untuk mereka danmasyarakat mengharapkan polatingkah laku yang berbeda pula.Kenyataan sosial ini dicerminkanmelalui bahasa. Pada umumnya,tuturan perempuan bukan hanyaberbeda, tetapi juga lebih tepat.Menurut Sumarsono (2007) fenomenatersebut merupakan pencerminankenyataan sosial.Pada umumnya pihakperempuan diharapkan bertingkah lakusosial yang lebih benar (hlm. 113).

    Perbedaan bahasa antara laki-lakidan perempuan dapat terjadi padabeberapa tataran kebahasaan mulai daritataran fonologi sampai pada tataransintaksis. Dalam hal ini, Nur (2011)menyatakan bahwa atas dasar adanyahubungan yang erat antara bahasa dan

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    5

    gender, ada unsur-unsur satuan lingualyang berfungsi sebagai pengungkappembeda jenis kelamin tersebut, baikpada tataran fonologi, morfologi,maupun leksikon (hlm. 271). Sejumlahbahasa memperlihatkan adanyaperbedaan fonologi antara tuturanbahasa laki-laki dan perempuan,seperti perbedaan variasi yangditemukan di dalam perbedaan dialek-dialek yang ada di Inggris. Tidakterkecuali dengan bahasa Indonesia,perbedaan fonologis antara laki-lakidan perempuan juga dapat ditemukansebagaimana hasil penelitian ini.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di KotaDenpasar dengan total informan atausubjek 12 orang, dengan rinciansebagai berikut: 4 informan merupakanetnik Lombok, 4 informan etnik Muna,dan 4 informan etnik Batak.Tiap-tiapkelompok sosial tersebut terdiriatas 2laki-laki dan 2 perempuan, sehinggatotal variabel gender terdiri atas 6 laki-laki dan 6 perempuan.

    Syarat-syarat informan yangdigunakan dalam penelitian ini,adalah:(1) memiliki speech organ atauorgan berbicara yang masih bagus; (2)tidak memiliki gangguan atau cacatmental; (3) memiliki keperibadianyang baik; (4) berusia mulai dari 20--26 tahun; dan (5) pendidikan informanberkisar antara lulusan SMA dansarjana.

    Pengambilan data dilakukan padabulan Juli 2015 dengan menggunakanmetode simak. Metode simakdilakukan dengan teknik sadap yangberupa teknik rekam dan catat. Tekniksadap berarti peneliti menyadappenggunaan bahasa informan. Teknikcatat dilakukan setelah penelitimelakukan perekaman. Catatan beriandilakukan dengan transkripsi fonetis.

    Selain itu, penulis menggunakanmetode reading passage style: readaloud (Chambers & Peter, 1998, hlm.70). Metode ini sangat bermanfaatuntuk mendapatkan data yang sesuaidengan keinginan peneliti. Metode inidilakukan dengan memberikan sebuahteks kepada informan dan memintanyauntuk membaca teks tersebut dengankeras lalu peneliti merekam bacaantersebut.

    Selain data yang diperoleh darimetode reading passage style‘membaca teks’, peneliti jugamenyimak tuturan informan dalamaktivitasnya sehari-hari. Hal inidilakukan tanpa sepengetahuaninforman. Metode ini didasarkan padapandangan Chambers dan Peter (1998,hlm. 58) mengenai the observer’sparadox, peneliti mengamati caraseseorang berbicara ketika merekamerasa tidak sedang diamati. Hal initentunya sangat bermanfaat sebagaibagian dari teknik triangulasi untukmenjadi bahan pembanding dengandata yang didapatkan dari metodereading passage style.

    Data penelitian ini berupa kata-kata yang ada dalam instrumenpenelitian dan termuat dalam tabel-tabel pada subbab hasil. Data yangtelah ditabulasi kemudian dianalisissesuai dengan urutan tujuan dalampenelitian ini.Data tersebut dianalisisdengan menggunakan analisisdeskriptif kuantitatif dan kualitatifmelalui metode padan, baik denganhubungan banding menyamakanmaupun hubungan bandingmembedakan (Mahsun, 2007, hlm.118). Analisis data secara kuantitatifjuga akan sangat bermanfaatuntukmelihat frekuensi munculnyavariasi-variasi fonem berdasarkanvariabel sosial yang berbeda.

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    6

    PEMBAHASANBahasa Indonesia secara umum

    menggunakan sistem dengan 28fonem. Fonem-fonem tersebut yaitu 5buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/,dan 23 fonem konsonan: /p/, /b/, /m/,/t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /ŋ/, /k/, /g/, /ñ/, /y/,/r/, /l/, /w/, /s/, /v/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan/z/.

    Orang Indonesia melafalkanfonem-fonem bahasa Indonesiatersebut dengan sangat bervariasi.Perbedaan pelafalan terjadi karenabangsa Indonesia terdiri atas berbagaietnis dan berbagai bahasa daerah,sehingga pelafalan fonem-fonembahasa Indonesia pasti dipengaruhioleh sistem fonologi bahasa daerahmasing-masing. Selain itu, variabel-variabel sosial lain, seperti gender, ikut

    memengaruhi variasi bahasa Indonesia.Secara rinci, pengaruh kedua variabelsosial tersebut (etnik dan gender)terhadap variasi fonologis bahasaIndonesia dijabarkan dalam uraian dibawah ini.

    Pelafalan Fonem /f/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil analisis data,diperoleh gambaran adanya variasipelafalan fonem /f/ dalam bahasaIndonesia pada penutur yang berasaldari etnik dan jenis kelamin yangberbeda. Variasi pelafalan fonemtersebut dapat berupa bunyi [f] ataubunyi [p], sebagaimana terlihat padacontoh dalam Tabel 1.

    Tabel 1Kuantifikasi Pelafalan Fonem /f/ dalam Bahasa Indonesia

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 1, fonem /f/ diawal kata dilafalkan dengan [f] oleh

    seluruh etnik, kecuali etnik Lomboklaki-laki (30%) yang melafalkannya

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Fisik 2p 2f 2f 2f 2f 2f 2f = duainformanmelafalkan [f];2p = duainformanmelafalkan [p],dan seterusnyadengan modelyang sama.

    Filosofi 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fFestival 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fFiktif 2p 2f 2f 2f 2f 2fFens 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2f

    Realisasi [f] (%) 30 100 100 100 100 100Realisasi [p] (%) 70 0 0 0 0 0

    Tengah(B)

    Bermanfaat 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fEfisien 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fBerfaedah 2f 1f;1p 2f 2f 2f 2fEfektif 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fSofa 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2f

    Realisasi [f] (%) 40 90 100 100 100 100Realisasi [p] (%) 60 10 0 0 0 0

    Akhir(C)

    Komunikatif 2f 2f 2f 2f 2f 2fSaf 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fEfektif 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fPasif 2f 2f 2f 2f 2f 2fFiktif 2f 1f;1p 2f 2f 2f 2f

    Realisasi [f] (%) 80 90 100 100 100 100Realisasi [p] (%) 20 10 0 0 0 0

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    7

    sebagai [p]. Demikian pula, fonem /f/di tengah kata yang dilafalkan sebagai[f] oleh semua etnik Muna dan Batak,dilafalkan sebagai [p] oleh etnikLombok perempuan (10%) dan laki-laki (60%), sedangkan sisanyamelafalkannya sebagai [f]. Data inimenunjukkan bahwa (a) 100% penuturetnik Muna dan Batak melafalkanfonem /f/ sebagai [f], dan (b) 28.33%penutur etnik Lombok melafalkanfonem /f/ sebagai [p] atau 71.66%sebagai [f]. Persentase 28.33%diperoleh dari rata-rata persentase laki-laki dan perempuan pada etnikLombok untuk bunyi [p], yakni(35+35+15): 3 = 28.33%. Modelperhitungan yang sama juga diterapkanpada realisasi bunyi [f] dan padarealisasi bunyi-bunyi lain pada subbab-subbab selanjutnya.

    Terkait dengan gender, Tabel 1menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan antara laki-laki danperempuan bagi etnik Muna dalampelafalan fonem /f/. Perbedaanpelafalan fonem /f/ hanya ditemukanpada etnik Lombok, yaitu adanyaperbedaan persentase pelafalan fonem/f/ sebagai [f] atau [p]. Etnik Lombokmengucapkan fonem /f/ sebagai /f/:(a)pada posisi awal kata, laki-laki (70%)dan perempuan (100%); (b) pada posisitengah, etnik Lombok laki-laki (40%)dan perempuan (90%); dan (c) padaposisi akhir, etnik Lombok laki-laki(80%) dan perempuan (90%).

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [f] lebihbanyak ditemukan pada etnik Munadan Batak dibanding dengan etnikLombok. Selain itu, bunyi [f] lebih

    frekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awal danselanjutnya secara berurut pada posisiakhir dan tengah kata. Sementara itu,fonem /f/ dengan realisasi [p] lebihfrekuentatif pada posisi tengah kata.

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lomboklebih dominan atau lebih menonjoldalam menimbulkan variasi pelafalanfonem /f/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan etnik Muna danBatak. Dengan kata lain, etnik Munadan Batak cenderung mempertahankanbunyi asli fonem /f/. Selain itu, laki-laki etnik Lombok terlihat lebihdominan atau lebih menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/f/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan perempuan.Posisi fonem /f/ dalam kata(lingkungan kata: awal, tengah, danakhir) cukup memengaruhi variasipelafalan fonem /f/. Fonem /f/ ditengah kata memperlihatkan variasipelafalan yang paling tinggi danselanjutnya secara berurut pada posisiakhir dan awal kata.

    Pelafalan Fonem /v/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil penyimakandata, diperoleh gambaran adanyavariasi pelafalan fonem /v/ dalambahasa Indonesia oleh penutur darietnik dan jenis kelamin yang berbeda.Fonem /v/ dilafalkan secara variatif,yaitu sebagai bunyi [f] dan [p]. Haltersebut dapat dilihat pada contohdalam Tabel 2

    Tabel 2Kuantifikasi Pelafalan Fonem /v/ dalam Bahasa Indonesia

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Visi 1f;1p 2f 2f 2f 1p;1f 2f 2p = duainformanVariasi 2f 2f 2f 2f 2f 2f

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    8

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 2, posisifonem /v/ di awal kata dilafalkansebagai [f] oleh seluruh etnik, kecualietnik Lombok laki-laki (50%)melafalkannya sebagai [p] dan etnikMuna laki-laki (10%) jugamelafalkannya sebagai [p]. Demikianpula, posisi /v/ di tengah katadilafalkan sebagai [f] oleh semua etnik,kecuali oleh etnik Muna laki-laki(10%) dan etnik Lombok laki-laki(90%). Data ini menunjukkan bahwa(a) 100% penutur etnik Batakmelafalkan fonem /v/ sebagai [f]; (b)95% penutur etnik Muna melafalkanfonem /v/ sebagai [f] atau 5%sebagai[p]; dan 72.5% penutur etnikLombok melafalkannya sebagai [f]atau 27.5% sebagai [p]. Persentasetersebut diperoleh dari rata-ratapersentase laki-laki dan perempuanpada tiap-tiap etnik untuk realisasifonem tertentu.

    Terkait dengan gender, Tabel 2menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan laki-laki dan perempuanbagi etnik Batak dalam pelafalanfonem /v/. Perbedaan pelafalan fonem/v/ hanya ditemukan pada etnikLombok dan Muna, yaituadanyaperbedaan persentase pelafalanfonem /f/ sebagai [f] atau [p]. Fonem/v/ dilafalkan sebagai [f] dengan

    rincian sebagai berikut: (a) pada posisiawal, etnik Lombok laki-laki (50%)dan perempuan (100%), sedangkanetnik Muna laki-laki (90%) danperempuan (100%); dan (b) pada posisitengah, etnik Lombok laki-laki (40%)dan perempuan (100%), sedangkanetnik Muna laki-laki (90%) danperempuan (100%); dan tidak adaberian pada posisi akhir.

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [f] lebihbanyak ditemukan pada etnik Batakdibandingkan dengan etnik Muna danLombok. Selain itu, bunyi [f] lebihfrekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awaldibandingkan dengan pada posisitengah. Dengan kata lain, fonem /v/dengan realisasi [p] lebih frekuentatifpada posisi tengah kata.

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lombokpaling dominan atau paling menonjoldalam menimbulkan variasi pelafalanfonem /v/ dalam bahasa Indonesia,kemudian disusul oleh etnik Muna,sedangkan etnik Batak cenderungmerealisasikannya dengan [f]. Selainitu, laki-laki terlihat lebih dominanatau lebih menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/v/ dalam bahasa Indonesia

    Vitamin 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2f melafalkan[p];2f = duainformanmelafalkan[f], danseterusnyadengan modelyang sama.

    Vanili 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fVas 2p 2f 2f 2f 2f 2f

    Realisasi [f] (%) 50 100 100 100 90 100Realisasi [p] (%) 50 0 0 0 10 0

    Tengah(B)

    Televisi 1f;1p 2f 2f 2f 1p;1f 2fIndividu 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fEvolusi 2p 2f 2f 2f 2f 2fUniversitas 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2fJava 1f;1p 2f 2f 2f 2f 2f

    Realisasi [f] (%) 40 100 100 100 90 100Realisasi [p] (%) 60 0 0 0 10 0

    Akhir(C)

    Berian kosong

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    9

    dibandingkan dengan perempuan.Perempuan cenderungmerealisasikannya dengan bunyi [f].Adapun, posisi fonem /f/ dalam kata(lingkungan kata: awal, tengah, danakhir) tidak begitu signifikan dalammemengaruhi variasi pelafalan fonem/v/.

    Pelafalan Fonem /h/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil penyimakandata, diperoleh gambaran adanyavariasi pelafalan fonem /h/ dalambahasa Indonesia oleh penutur darietnik dan jenis kelamin yang berbeda.Hal tersebut dapat dilihat pada contohdalam Tabel 3.

    Tabel 3Kuantifikasi Pelafalan Fonem /h/ dalam Bahasa Indonesia

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 3, posisifonem /h/ di awal kata dilafalkansebagai [h] oleh seluruh etnik. Padaposisi tengah dan akhir, pelafalannyacukup bervariasi, yaitu sebagai berikut:fonem /h/ diucapkan sebagai [h] oleh(a) etnik Lombok laki-laki (60%) danperempuan (80%); (b) etnik Batak laki-laki (60%) dan perempuan (100%);dan (c) etnik Muna laki-laki (80%) dan

    perempuan (80%). Data inimenunjukkan bahwa hanya etnik Batakperempuan (100%) yangmerealisasikan fonem /h/ sebagai [h].Sementara itu, (a) 85% penutur etnikMuna melafalkan fonem /h/ sebagai [h]atau 15% sebagai [Ø](melesapkannya), (b) 83.33% penuturetnik Batak melafalkan fonem /h/sebagai [h] atau 16.66% sebagai [Ø];

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Hutan 2h 2h 2h 2h 2h 2h 2h = duainformanmelafalkan[h];2Ø = duainforman yangmelesapkan,dan seterusnyadengan modelyang sama.

    Hari 2h 2h 2h 2h 2h 2hHingga 2h 2h 2h 2h 2h 2hHarus 2h 2h 2h 2h 2h 2hHidup 2h 2h 2h 2h 2h 2h

    Realisasi [h] (%) 100 100 100 100 100 100Realisasi [Ø] (%) 0 0 0 0 0 0

    Tengah(B)

    Pahlawan 1h;1Ø

    2h 2h 2h 2h 2h

    Rumahnya 1h;1Ø

    2h 1h’1 Ø 2h 1h;1Ø 1h;1 Ø

    Memerintahkan 2h 2h 2h 2h 2h 2hAyahnya 2h 2h 1h;1Ø 2h 1h;1Ø 2hTahu 2Ø 2Ø 2Ø 2h 2h 1h;1Ø

    Realisasi [h] (%) 60 80 60 100 80 80Realisasi [Ø] (%) 40 20 40 0 20 20

    Akhir(C)

    Berpindah 2Ø 1h;1Ø 2h 2h 2h 2hKasih 1h;1

    Ø2h 1h;1Ø 2h 1h;1Ø 2h

    Berfaedah 1h;1Ø

    2h 2h 2h 1h;1Ø 1h;1Ø

    Berteduh 1h;1Ø

    2h 2h 1h;1Ø

    1h;1Ø 1h;1Ø

    Usah 2h 2Ø 2Ø 2Ø 2h 2hRealisasi [h] (%) 50 70 70 70 70 80Realisasi [Ø] (%) 50 30 30 30 30 20

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    10

    dan (c) 76.66% etnik Lombokmerealisasikannya dengan [h] atau23.33% dengan [Ø]. Persentasetersebut diperoleh dari rata-ratapersentase laki-laki dan perempuanpada tiap-tiap etnik untuk realisasifonem tertentu.

    Terkait dengan gender, Tabel 3menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam pelafalanfonem /h/. Perbedaan pelafalan fonem/h/ hanya ditemukan pada posisi tengahkata, yaitu perempuan cenderung lebihbanyak merealisasikan fonem /h/sebagai [h] dibandingkan dengan laki-laki sebagaimana rincian berikut: (a)pada etnik Lombok laki-laki (60%) danperempuan (80%); dan (b) pada etnikBatak laki-laki (60%) dan perempuan(100%), sedangkan etnik Munacenderung seimbang (80%).

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [h] lebihbanyak ditemukan pada etnik Munadan Batak dibanding dengan etnikLombok. Selain itu, bunyi [h] lebihfrekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awal danselanjutnya secara berurutan padaposisi akhir dan tengah kata.Sebaliknya, fonem /h/ dengan realisasi[Ø] lebih frekuentatif pada posisitengah kata.

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lombok

    lebih dominan atau lebih menonjoldalam menimbulkan variasi pelafalanfonem /h/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan etnik lain.Dalamhal ini, etnik Muna dan Batak lebihbanyak mempertahankan bunyi aslifonem /h/. Selain itu, laki-laki terlihatlebih dominan atau lebih menonjoldalam menimbulkan variasi pelafalanfonem /h/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan perempuan.Posisi fonem /h/ dalam kata(lingkungan kata: awal, tengah, danakhir) sangat memengaruhi variasipelafalan fonem /h/. Posisi fonem /h/ ditengah dan akhir kata lebih mudahlesap dibanding dengan di awal kata.Hal ini dapat disebabkan lesapnyabunyi [h] di tengah dan akhir kata tidakbegitu memengaruhi makna dibandingdengan ketika dilesapkan di awal kata.Selain itu, kekurangperhatian penuturjuga menjadi penyebab lesapnya bunyi[h] di tengah dan awal kata.

    Pelafalan Fonem /z/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil penyimakandata, diperoleh gambaran adanyavariasi pelafalan fonem /z/ dalambahasa Indonesia olehpenutur darietnik dan jenis kelamin yang berbeda.Hal tersebut dapat dilihat pada contohyang terdapat dalam Tabel 4.

    Tabel 4Kuantifikasi Pelafalan Fonem /z/ dalam Bahasa Indonesia

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Zidane 2z 2z 2z 2z 2z 2z 2z = duainformanmelafalkan [z];2j = duainformanmelafalkan [j];2s = duainforman yangmelafalkan [s];

    Zaman 1z;1j 1z;1j 2z 2z 2z 2zZiarah 2z 2z 2z 2z 2z 2zZaitun 1z;1j 1z;1j 2z 2z 2z 2zZat 2z 2z 2z 2z 2z 2z

    Realisasi [z] (%) 80 80 100 100 100 100Realisasi [j] (%) 20 20 0 0 0 0Realisasi [s] (%) 0 0 0 0 0 0

    Tengah Gizi 2z 2z 2z 2z 1z;1s 2z

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    11

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 4, posisifonem /z/ di awal kata dilafalkandengan [z] oleh seluruh etnik, kecualietnik Lombok laki-laki (20%) danperempuan (20%) yang melafalkansebagai [j]. Fonem /z/ di tengah katadilafalkan sebagai[z] oleh semua etnik,kecuali etnik Batak laki-laki (10%) danetnik Muna laki-laki (40%) danetnikMuna perempuan (20%) yangmelafalkan dengan [s]. Pada posisiakhir, tiap-tiap etnik merealisasikannyadengan [d], yaitu sebesar 50%,sedangkan 50% lainnya melafalkannyasebagai [s].

    Terkait dengan gender, Tabel 4menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan antara laki-laki danperempuan bagi etnik Lombok dalampelafalan fonem /z/. Perbedaanpelafalan fonem /z/ hanya ditemukanpada etnik Muna dan Batak,walaupuntidak begitu signifikan. Persentasepelafalan fonem /z/ sebagai [z]adalahsebagai berikut: (a) pada posisi tengah,etnik Muna laki-laki (80%) danperempuan (60%); (b) pada posisitengah, etnik Batak laki-laki(100%) dan perempuan (90%).

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [z] lebihbanyak ditemukan pada etnik Batakdibanding dengan etnik Muna dan

    Lombok. Selain itu, bunyi [z] lebihfrekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awal, disusuldengan data pada posisi tengah. Padaposisi akhir tidak ditemukan realisasibunyi [z].

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lombokdan Muna lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /z/ dalam bahasaIndonesia, sedangkan etnik Batakcenderung lebih seringmempertahankan bunyi asli fonem /z/.Perempuan terlihat lebih dominan ataulebih menonjol dalam membunyikanfonem /z/ sebagai [j] dibandingkandengan laki-laki. Selain itu, posisifonem /z/ dalam kata (lingkungan kata:awal, tengah, dan akhir) sangatmemengaruhi variasi pelafalan fonem/z/.

    Pelafalan Fonem /k/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil penyimakandata, diperoleh gambaran adanyavariasi pelafalan fonem /k/ pada posisiterbuka oleh penutur dari etnik danjenis kelamin yang berbeda. Haltersebut dapat dilihat pada contohdalam Tabel 5.

    (B) Lazim 2z 2z 2z 2z 2z 2z dan seterusnyadengan modelyang sama.

    Izin 2z 2z 1z;1s 2z 1z;1s 2zIjazah 2z 2z 2z 2z 2s 2sEnzim 2z 2z 2z 2z 2z 2z

    Realisasi [z] (%) 100 100 90 100 60 80Realisasi [j] (%) 0 0 0 0 0 0Realisasi [s] (%) 0 0 10 0 40 20

    Akhir(C)

    Ustaz 2j 2j 2j 2j 2j 2jJaz 2s 2s 2s 2s 2s 2s

    Realisasi [z] (%)Realisasi [d] (%) 50 50 50 50 50 50Realisasi [s] (%) 50 50 50 50 50 50

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    12

    Tabel 5Kuantifikasi Pelafalan Fonem /k/ dalam Bahasa Indonesia

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 5, posisifonem /k/ di awal kata dilafalkansebagai [k] oleh seluruh etnik tanpakecuali. Sementara itu, fonem /k/ diposisi akhir dilafalkan dengan [?] olehsemua etnik Lombok dan Batak,kecuali etnik Muna. Pelafalan fonem/k/ pada posisi tengah cukupbervariasi, yakni: etnik Lombok (10%)yang melafalkannya sebagai [k] dan90% yang melafalkannya dengan [?];etnik Batak (30%) sebagai [k] dan70%sebagai [?]; sedangkan etnik Muna(100%) melafalkannya sebagai [k].Persentase tersebut diperoleh dari rata-rata persentase laki-laki danperempuan pada tiap-tiap etnik untukrealisasi fonem /k/. Data menunjukkanbahwa variasi pelafalan fonem /k/ lebihbanyak dijumpai pada etnik Lombokdan Batak, sedangkan etnik Munacenderung mempertahankan bunyi aslifonem /k/.

    Terkait dengan gender, Tabelatas menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan laki-laki dan perempuanbagi etnik Muna dalam pelafalanfonem /k/. Perbedaan pelafalan fonem/k/ hanya ditemukan pada etnikLombok dan Batak, yaitu fonem /k/dilafalkan sebagai [k] atau [?] padaposisi tengah, sebagaimana rincianberikut: (a) pada posisi tengah, etnikLombok laki-laki (0%) dan perempuan(20%) merealisasikan fonem /k/dengan [k] dan sisanya masing-masing100% dan 80% dengan bunyi glotal[?]; dan (b) pada posisi tengah, etnikBatak laki-laki (20%) dan perempuan(40%) merealisasikannya dengan [k]dan sisanya masing-masing 80% dan60% dengan bunyi glotal [?].

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [k] lebihbanyak ditemukan pada etnik Munadibandingkan dengan etnik Lombok

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Kamu 2k 2k 2k 2k 2k 2k 2k = duainforman

    melafalkan[k];

    2? = duainforman

    melafalkan [?];dan seterusnyadengan model

    yang sama.

    Kayu 2k 2k 2k 2k 2k 2kKarena 2k 2k 2k 2k 2k 2kKasih 2k 2k 2k 2k 2k 2k

    Kakinya 2k 2k 2k 2k 2k 2kRealisasi [k] (%) 100 100 100 100 100 100Realisasi [?] (%) 0 0 0 0 0 0

    Tengah(B)

    Takkan 2? 2? 2k 2k 2k 2kTaksi 2? 2k 2? 2? 2k 2kSaksi 2? 2? 2? 2? 2k 2k

    Okemi 2? 2? 2? 2? 2k 2kLayaknya 2? 2? 2? 2k 2k 2k

    Realisasi [k] (%) 0 20 20 40 100 100Realisasi [?] (%) 100 80 80 60 0 0

    Akhir(C)

    Tidak 2? 2? 2? 2? 2k 2kJejak 2? 2? 2? 2? 2k 2k

    Mematuk 2? 2? 2? 2? 2k 2kOlok-olok 2? 2? 2? 2? 2k 2kSejenak 2? 2? 2? 2? 2k 2k

    Realisasi [k] (%) 0 0 0 0 100 100Realisasi [?] (%) 100 100 100 100 0 0

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    13

    dan Batak. Selain itu, bunyi [k] lebihfrekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awal danselanjutnya secara berurutan cenderungbervariasi pada posisi tengah kata danakhir kata. Akan tetapi, bagi etnikLombok dan Batak, fonem /k/ padaposisi akhir tidak pernah dilafalkansebagai [k], tetapi selalu dilafalkanmenjadi bunyi glotal [?].

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lombokdan Batak lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /k/ dalam bahasaIndonesia, sedangkan etnik Munacenderung mempertahankan bunyi aslifonem /k/. Laki-laki pada Etnik

    Lombok dan Batak, terlihat lebihsering melafalkan bunyi [?]dibandingkan dengan perempuan.selain itu, posisi fonem /k/ dalam kata(lingkungan kata: awal, tengah, danakhir) sangat memengaruhi variasipelafalan fonem /k/.

    Pelafalan Fonem /u/ dalam BahasaIndonesia

    Berdasarkan hasil penyimakandata, diperoleh gambaran adanyavariasi pelafalan fonem /u/ bagipenutur dari etnik dan jenis kelaminyang berbeda. Hal tersebut dapatdilihat pada contoh dalam Tabel 6.

    Tabel 6Kuantifikasi Pelafalan Fonem /u/ dalam Bahasa Indonesia

    Keterangan: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan)

    Berdasarkan Tabel 6, fonem /u/pada posisi awal dan diakhir katadilafalkan dengan [u] oleh seluruhetnik tanpa terkecuali. Akan tetapi,pada posisi tengah pelafalannya cukup

    bervariasi, yakni: (a) etnik Lombok(10%) merealisasikannya sebagai [u]dan 90% sebagai [ɔ]; dan etnik Batak(90%) merealisasikannya sebagai [u]dan sisanya 10% melafalkan sebagai

    Posisi Leksem Lombok Batak MunaKeterangan

    Lk Pr Lk Pr Lk PrAwal(A)

    Umpan 2u 2u 2u 2u 2u 2u 2u = duainformanmelafalkan[u];2ɔ = duainformanmelafalkan [ɔ];dan seterusnyadengan modelyang sama.

    Usir 2u 2u 2u 2u 2u 2uUntung 2u 2u 2u 2u 2u 2uUlar 2u 2u 2u 2u 2u 2uUntuk 2u 2u 2u 2u 2u 2u

    Realisasi [u] (%) 100 100 100 100 100 100Realisasi [ɔ] (%) 0 0 0 0 0 0

    Tengah(B)

    Semangkuk 2ɔ 1u;1ɔ 2u 2u 2u 2uPatuh 2ɔ 2ɔ 2u 2u 2u 2uPatuk 2ɔ 2ɔ 2ɔ 2u 2u 2uMematuk 2ɔ 1u;1ɔ 1u;1ɔ 2u 2u 2uPatut 2ɔ 2ɔ 2u 2u 2u 2u

    Realisasi [u] (%) 0 20 80 100 100 100Realisasi [ɔ] (%) 100 80 20 0 0 0

    Akhir(C)

    Kamu 2u 2u 2u 2u 2u 2uAku 2u 2u 2u 2u 2u 2uSapu 2u 2u 2u 2u 2u 2uKayu 2u 2u 2u 2u 2u 2uLalu 2u 2u 2u 2u 2u 2u

    Realisasi [u] (%) 100 100 100 100 100 100Realisasi [ɔ] (%) 0 0 0 0 0 0

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    14

    [ɔ]. Persentase tersebut diperoleh darirata-rata persentase laki-laki danperempuan pada tiap-tiap etnik untukrealisasi fonem /u/.

    Terkait dengan gender, Tabel 6menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan laki-laki dan perempuanbagi etnik Muna dalam pelafalanfonem /u/. Perbedaan pelafalan fonem/u/ hanya ditemukan pada etnikLombok dan Batak, yaitu pada posisitengah kata. Perbedaan persentasepelafalan fonem /u/ yang direalisasikansebagai [u] atau [ɔ] adalah sebagaiberikut: (a) untuk etnik Lombok laki-laki (0%) melafalkan fonem /u/ sebagai[u] dan 100% melafalkannya sebagai[ɔ], sedangkan perempuan (20%)melafalkannya sebagai [u] dan sisanya80% sebagai [ɔ]; (b) etnik Batak laki-laki (80%) melafalkan fonem /u/sebagai [u] dan sisanya 20% sebagai[ɔ], sedangkan perempuan (100%)melafalkannya sebagai [u].

    Hasil di atas memperlihatkanbahwa frekuensi realisasi [u] lebihbanyak ditemukan pada etnik Munadibandingkan dengan etnik Lombokdan Batak. Selain itu, bunyi [u] lebihfrekuentatif ditemukan atau lebihbertahan pada posisi awal dan akhirkata, sedangkan pada tengah katacenderung lebih bervariasi. Adapun,fonem /u/ dengan realisasi [ɔ] lebihfrekuentatif pada posisi tengah kataoleh penutur laki-laki.

    Berdasarkan keterangan di atas,dapat diketahui bahwa etnik Lombokdan Batak lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /u/ dalam bahasaIndonesia, sedangkan etnik Munacenderung mempertahankan bunyi aslifonem /u/. Laki-laki terlihat lebihdominan atau lebih menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/u/ dalam bahasa Indonesia, sedangkanperempuan cenderung lebih banyak

    mempertahankan bunyi asli fonem /u/.Selain itu, posisi fonem /u/ dalam kata(lingkungan kata: awal, tengah, danakhir) sangat memengaruhi variasipelafalan fonem /f/.

    Berdasarkan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwaperbedaan variabel sosialmenimbulkan variasi pelafalan fonemdalam bahasa Indonesia. Dari duavariabel yang diuji, yaitu jenis kelamindan etnis, variabel sosial yang palingmenonjol terhadap munculnya variasibahasa adalah variabel etnik.Sebaliknya, pengaruh variabel jeniskelamin tidak terlalu signifikan.

    Variasi bahasa yang munculakibat perbedaan jenis kelamin hanyaterjadi pada beberapa fonem saja.Bahkan, etnik Muna tidakmemperlihatkan variasi fonem yangsignifikan akibat perbedaan jeniskelamin. Hasil analisis di atasmemperlihatkan dengan jelasperbedaan pelafalan fonem antara lakidan perempuan pada etnik Batak danLombok. Penutur perempuancenderung lebih sering melafalkanfonem-fonem bahasa Indonesia denganbaik dan benar. Berdasarkan data,dapat disimpulkan bahwa terdapatperbedaan frekuensi pelafalan fonembahasa Indonesia yang benar padaperempuan dan laki-laki. Frekuensipelafalan fonem bahasa Indonesia yangbenar lebih sering ditemukan padaperempuan dibanding laki-laki.

    Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa variabel etnik sangat dominanmemengaruhi variasi pelafalan fonemdalam bahasa Indonesia. Hal inimemengaruhi pelafalan kosakatadalam bahasa Indonesia. Variabellinguistik/bahasa terkait denganlingkungan kata juga digambarkandalam penelitian ini. Penelitian ini jugamenunjukkan bahwa lingkungan kata

  • Maulid Taembo: Kajian Dialek Sosial FonologiBahasa…

    15

    ikut berkonstribusi dalamkemunculanvariasi bahasa tersebut. Lingkungankata ini terkait dengan realisasifonologis fonem ketika berada di awal,di tengah, atau di akhir kata; ataumungkin karakterisasi dari tiap-tiapfonem, seperti fonem /h/ yang mudahlesap ketika berada pada posisi akhirsilabel.

    Hal yang dapat ditambahkan daripenjelasan di atas hanya mencakup duavariabel linguistik. Pertama, vokal /u/dilafalkan sebagai [ɔ] pada suku ultimaketika diikuti oleh fonem /k/(khususnya di akhir kata). Hasil iniditemukan pada sebagian besarinforman laki-laki bersuku Batak atauLombok. Kedua, fonem /k/direalisasikan dengan bunyi glotal [?]ketika berada di akhir kata (terkadangjuga di tengah kata). Pelafalan ini jugasebagian besar ditemukan padainforman laki-laki bersuku Batak atauLombok.

    PENUTUP

    Berdasarkan analisis yang telahdilakukan, penelitian inimenyimpulkan beberapa hal. Pertama,etnik Lombok lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /f/ dalam bahasaIndonesia, sedangkan etnik Muna danBatak cenderung mempertahankanbunyi asli fonem /f/. Selain itu, laki-laki terlihat lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /f/ dalam bahasaIndonesia, sedangkan perempuancenderung mempertahankan bunyi aslifonem /f/. Kedua, etnik Lombok palingdominan atau paling menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/v/ dalam bahasa Indonesia. Kemudian,disusul oleh etnik Muna. Etnik Batakcenderung mempertahankan realisasifonem /f/ sebagai [f]. Selain itu, laki-

    laki terlihat lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /v/ dalam bahasaIndonesia dibandingkan denganperempuan. Dalam hal ini, perempuancenderung merealisasikan sebagaibunyi [f]. Ketiga, dibandingkan denganetnik Muna dan Batak, etnik Lomboklebih dominan dalam menimbulkanvariasi pelafalan fonem /h/,yaitusebagaibunyi [h] dan [Ø] dalam bahasaIndonesia. Etnik Muna dan Batakcenderung mempertahankan bunyi aslifonem /h/, yaitu sebagai bunyi [h].Selain itu, laki-laki terlihat lebihdominan atau lebih menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/h/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan perempuan.Perempuan cenderungmempertahankan bunyi asli fonem /h/,yaitu sebagai bunyi [h]. Keempat,dibandingkan dengan etnik Medan,etnik Muna dan Lombok lebihdominan dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /z/,yaitu sebagaibunyi[z], [j], dan [s] dalam bahasaIndonesia. Etnik Batak cenderungmempertahankan bunyi asli fonem /z/,yaitu sebagai bunyi [z]. Selain itu,perempuan terlihat lebih dominan ataulebih menonjol dalam membunyikanfonem /z/ sebagai bunyi [j]dibandingkan dengan laki-laki.Kelima, etnik Lombok dan Batak lebihdominan atau lebih menonjol dalammenimbulkan variasi pelafalan fonem/k/ dalam bahasa Indonesiadibandingkan dengan etnik Muna.Etnik Muna cenderungmempertahankan bunyi asli fonem /k/.Selain itu, laki-laki terlihat lebih seringmelafalkan fonem /k/ sebagai bunyi [?]dibandingkan dengan perempuan padaetnik Lombok dan Batak.Keenam,dibandingkan dengan etnikMuna, etnik Lombok dan Batak lebihdominan atau lebih menonjol dalam

  • Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 1—16

    16

    menimbulkan variasi pelafalan fonem/u/, yaitu sebagaibunyi [u] dan [ɔ]dalam bahasa Indonesia. Etnik Munacenderung mempertahankan bunyi aslifonem /u/, yaitu sebagai bunyi [u]dalam bahasa Indonesia. Selain itu,dibandingkan dengan perempuan, laki-laki terlihat lebih dominan atau lebihmenonjol dalam menimbulkan variasipelafalan fonem /u/ dalam bahasaIndonesia. Perempuan cenderung lebihbanyak mempertahankan bunyi aslifonem /u/. Ketujuh, variasi pelafalanfonem bahasa Indonesia lebih seringditemukan pada akhir kata, danselanjutnya secara berurut pada posisitengah dan awal kata.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chambers, J. K. & Trudgill, P. (1998).Dialectology. New York:Cambridge University Press.

    Dhanawaty, N. M. (2002). Variasidialektal bahasa Bali di daerahtransmigrasi Lampung Tengah.Disertasi: Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Gadjah Mada.

    Kridalaksana, H. (2008). Kamuslinguistik. edisi keempat. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

    Kurniawan, P.T. (2013). Analisisfonologi dan leksikologi BahasaJawa di Desa Pakem KecamatanGebang Kabupaten Purworejo.

    Jurnal Program StudiPendidikan Bahasa Sastra Jawa,02 (04): 71-76.

    Mahsun. (2010). Genolinguistik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Nadra & Reniwati. 2009. Dialektologi,teori, dan metode. Yogyakarta:CV Elmatera Publishing.

    Nur, T. (2011). Analisis kontrastifperspektif bahasa dan budayaterhadap distingsi gendermaskulin versus feminin dalambahasa Arab dan bahasaIndonesia. Jurnal Humaniora, 23(3): 269-279.

    Pamolango, V. A. (2012). Geografidialek bahasa Saluan. JurnalParafrase, 12 (02): 7-20.

    Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik.Yogyakarta: Sabda dan PustakaPelajar.

    Wahya. (2010). Mengenal sekilaskajian dialektologi: Kajianinterdisipliner tentang variasi danperubahan bahasa. JurnalLingua, 9 (1): 47-68.

    Wolfram, W. dan Fasold, R. W.(1974). The study of socialdialects in American English.new Jersey: Pentice Hall, Inc.