jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

117
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN LELANG BARANG JAMINAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG MAJAPAHIT SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : ILMIANA SOFIA NIM : 214 – 12 – 019 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH F A K U L T A S S Y A R I A H INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017 i

Transcript of jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Page 1: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN LELANG BARANG JAMINAN DI PEGADAIAN SYARIAH

CABANG MAJAPAHIT SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

ILMIANA SOFIA

NIM : 214 – 12 – 019

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH F A K U L T A S S Y A R I A H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

i

Page 2: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

ii

Page 3: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

iii

Page 4: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

iv

Page 5: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

MOTTO

Musuh yang paling berbahaya di Atas Dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah

keberanian dan keyakinan yang teguh

Bermimpilah, karena tuhan akan memeluk mimpimu

v

Page 6: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Mukminan), Ibu (Tri Astuti). Sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Almamaterku 3. Keluarga besar dan Sahabat

vi

Page 7: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

ABSTRAK

Sofia.Ilmiana (2017). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan di Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Mahfudz, M. Ag Kata Kunci : Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Pegadaian Syariah

Dengan kebutuhan manusia yang semkain meningkat, banyak lembaga keuangan baik bank maupun non-bankyang memberikan penawaran kemudahan pinjaman dana untuk memenuhi kebutuhan setiap orang baik yang bersifat mendesak atau bersifat komsumtif dengan menggunakan jaminan. Begitu juga dengan Pegadaian Syariah, masyarakat yang ingin mendapatkan pinjaman cukup membawa barang yang masih memiliki nilai, dapat digunakan sebagai jaminan dengan menggunakan sistem gadai. Masyarakat sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan dengan jangka waktu yang telah ditentukan untuk melunasi hutangnya. Tetapi ada sebagian orang yang tidak bisa membayar hutang pada saat jatuh tempo, yang mengakibatkan barang jaminannya dilelang untuk melunasi hutangnya.

Penelitian ini mengacu pada pokok permasalahan Bagaimana Pelaksanaan Lelang barang Jaminan yang dilakukan Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang, Bagaimana Menurut Perundang-undangan tentang pelaksanaan Lelang di Pegadaian Syariah Semarang, dan Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Lelang barang jaminan di Pegadaian Syariah Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode library research dan field research. Penelitian melalui penelitian pustaka (library research) adalah penelitian yang dilakukan dengan menelaah berbagai macam literature, referensi-referensi, serta buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Sedangkan penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk melihat serta mengambil data-data secara langsung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa Pelaksanaan lelang barang jaminan di Perum Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang debitur atau nasabah tidak memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan atau memperpanjang pinjamannya, maka perum pegadaian berhak menjual barang jaminan dalam pelelangan. Berkaitan dengan pelelangan barang jaminan ini sudah sesuai dengan KUHPerdata Buku 2 bab 20 Pasal 1150 yaitu debitur memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk menggunakan barang jaminan yang telah diserahkan dan digunakan sebagai jaminan untuk melunasi hutangnya apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo/wanprestasi. Pihak pegadaian menggunakan uang hasil lelang tersebut untuk melunasi semua kewajiban nasabah. Menurut tinjauan hukum Islam pelaksanaan pelelangan yang

vii

Page 8: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai

dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

IAIN Salatiga.

4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan

yang terbaik.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga.

6. Bapak Drs. Mahfudz, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan

saya dalam penyusunan skripsi ini.

viii

Page 9: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

7. Pihak Perum Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang yang telah

membantu,kepada Bapak Nasokha yang telah berkenan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang saya ajukan guna menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga tercinta Ibuk ,bapak, adek-adek yang tak henti-hentinya selalu

mendoakan memberikan semangat.

9. Kepada semua Narasumber yang berkenan memberikan informasi.

10. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Rini, Dwi, Tiva, ipay, zaka, eko,

wahyu, lupi, agung,Ilyas serta temen-temen yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu

untuk kalian semua.

11. Seluruh jajaran Academi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah

banyak membantu penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis

dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

ix

Page 10: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

x

Page 11: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 6

D. Penegasan Istilah ........................................................................... 8

E. Kajian Pustaka ............................................................................... 9

F. Kerangka Teoritik ......................................................................... 10

G. Metode Penelitian .......................................................................... 12

H. Tekhnik Pengumpulan Data………………………………………13

I. Sistematika Penulisan .................................................................... 14

BAB II KERANGKA TEORITIK

A. Barang Jaminan Dalam Prespektif Islam ....................................... 15

1. Pengertian Barang Jaminan…………………………………..15

2. Barang-barang Yang Bisa Dijadikan Jaminan……………….15

3. Asas-asas Jaminan……………………………………………17

4. Jaminan Menurut Hukum Islam……………………………...19

5. Fungsi Jaminan……………………………………………….21

xi

Page 12: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

B. Tinjauan Umum Tentang Gadai .................................................... .22

1. Pengertian Gadai……………………………………………...23

2. Sifat-sifat Gadai………………………………………………23

3. Obyek Gadai………………………………………………….26

4. Terjadinya Gadai……………………………………………..27

5. Hak dan Kewajiban Pemegang Gadai………………………..31

6. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai………………………….36

7. Hapusnya Gadai……………………………………………...36

C. Tinjauan Umum Tentang Gadai Syariah ....................................... 38

1. Pengertian Gadai Syariah…………………………………….39

2. Dasar Hukum Gadai Syariah…………………………………40

3. Rukun Gadai………………………………………………….43

4. Syarat Gadai………………………………………………….44

5. Ketentuan Gadai Dalam Islam………………………………..45

D. Lelang……………………………………………………………..47

1. Pengertian Lelang…………………………………………….47

2. Jenis Lelang…………………………………………………..48

3. Syarat-syarat Lelang………………………………………….51

4. Prosedur Lelang………………………………………………52

5. Macam-macam Lelang……………………………………….53

6. Lelang Dalam Islam………………………………………….54

E. Pegadaian Syariah………………………………………………...55

1. Pengertian Pegadaian………………………………………...55

2. Tujuan Pegadaian…………………………………………….55

3. Manfaat Pegadaian…………………………………………...56

4. Jasa Pegadaian Syariah………………………………………57

xii

Page 13: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG

MAJAPAHIT SEMARANG

A. Sejarah……………………………………………………….60

B. Visi dan Misi…………………………………………………64

C. Aspek Pendirian………………………………………………64

D. Fungsi Pegadaian……………………………………………..66

E. Struktur Organisasi…………………………………………...67

F. Tugas Dan TanggungJawab…………………………………..67

G. Produk-produk Pegadaian Syariah……………………………71

H. Prosedur Pelelangan Barang Jaminan…………………………73

I. Pelaksanaan Lelang Di Pegadaian Syariah cabang Majapahit

Semarang………………………………………………………74

BAB IV PELAKSANAAN LELANG BARANG JAMINAN

BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG MAJAPAHIT

SEMARANG

A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan ............................................ 81

B. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan

Perundang-undangan ..................................................................... 82

C. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan

Hukum Islam .................................................................................. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 91

B. Saran-saran .................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 96

xiii

Page 14: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

DAFTAR LAMPIRAN

NO LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Bukti Observasi 2. Lembar Konsultasi Skripsi 3. Daftar Nilai SKK 4. Interview Guide 5. Dokumentasi 6. Curriculum Vitae

xiv

Page 15: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa terlepas dari hubungan

dengan manusia lain. Islam juga mengajarkan agar hidup bermasyarakat

dapat ditegakkan nilai-nilai keadilan dan dihindarkan dari praktek-praktek

penindasan dan pemerasan. Tolong-menolong merupakan salah satu prinsip

dalam bermuamalah.Bentuk tolong-menolong ini bisa berupa pemberian

ataupun pinjaman.

Tolong-menolong dalam bentuk pinjaman, hukum Islam

mengajarkan agar kepentingan kreditur jangan sampai dirugikan.Oleh

karena itu, harus ada jaminan barang dari debitur atas pinjaman yang

diberikan oleh kreditur. Sehingga apabila debitur tidak mampu melunasi

pinjamannya, barang jaminan itu dapat dijual sebagai penebus

jaminan.Konsep inilah dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah rahn atau

gadai.

Gadai adalah suatu barang yang dijadikan jaminan kepercayaan

dalam utang-piutang.Barang itu boleh dijual apabila hutang tersebut tidak

dapat dibayar, karena penjualan itulah harus dengan keadilan.Gadai

merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang yang mana

untuk kepercayaan dari orang yang berpiutang. orang yang berhutang

menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.Barang

1

Page 16: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

jaminan tetap milik orang yang menggadaikan tetapi dikuasai oleh penerima

gadai. namun dalam kenyataannya bahwa gadai saat ini dalam prakteknya,

menunjukkan adanya beberapa hal yang tidak sesuai aturan syariah Islam

atau dengan keadilan yang mengarah pada suatu persoalan riba.

(Hakim,2012:121)

Lembaga pegadaian melaksanakan kegiatan usaha penyaluran uang

pinjaman atas dasar hukum gadai.Nasabah/ pinjaman ada kalanya tidak

memenuhi kewajibannya sesuai waktu yang disepakati. Setelah melalui

peringatan terlebih dahulu, dan tidak melakukan perpanjangan, maka

lembaga pegadaian mempunyai hak untuk mengambil pelunasan piutangnya

dengan cara melelang barang jaminan gadai yang dibawah kekuasaannya.

Jual beli secara umun adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu

kedua belah pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas

suatu barang dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan.

Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan langsung dan dapat

dengan lelang.Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqh disebut

muzayyadah.

Barang yang akan digadaikan terlebih dahulu dinilai dengan cara

untuk barang gudang yaitu barang gadai selain emas dan permata, dinilai

dengan melihat harga pasar setempat barang gadai tersebut, menentukan

presentase penaksiran dan dilanjutkan perhitungan pemberian pinjaman

berdasarkan golongannya. Untuk barang berupa emas, dinilai dengan

melihat harga pasar pusat dan standar taksiran logam, melakukan pengujian

2

Page 17: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

karatase dan mengukur beratnya, menentukan presentase penaksiran, dan

dilanjutkan perhitungan pemberi pinjaman berdasarkan golongan. (Usman,

2008:129)

Penaksiran hanya boleh dilakukan oleh pejabat penaksir yang

ditunjuk dan dididik khusus untuk tugas itu. Harga pasar pusat adalah harga

yang ditetapkan oleh pegadaian pusat, sedangkan taksiran logam dan standar

taksiran permata adalah patokan harga yang ditetapkan oleh pegadaian

pusat. Apabila barang gadai tidak ditebus dalam tempo yang telah

ditentukan, maka barang gadai tersebut akan dijual lelang pada waktu yang

ditetapkan oleh pegadaian. Sebelum pelelangan dilakukan, pegadaian

mengumumkan kepada masyarakat bahwa lelang akan dilakukan dan

pembeli yang berhak, yaitu yang menawar dua kali tetapi tidak disambut

dengan tawaran yang lebih tinggi oleh penawar lain. (Usman, 2008:131)

Lelang masa kini tidak hanya terjadi pada lembaga informal saja,

lembaga formal juga banyak yang melaksanakan proses lelang. Khususnya

lembaga yang mempunyai produk gadai seperti lembaga keuangan yaitu

pegadaian syariah.Aktivitas gadai sekarang ini, sedah berbeda dengan jaman

Rasulullah SAW. Sebab sekarang ini aktivitas gadai sudah tidak lagi bersifat

perorangan, namun sudah berupa lembaga keuangan formal yang telah

diakui oleh pemerintah.Mengenai fungsi lembaga pegadaian tersebut tentu

sudah sangat jauh bebeda, yaitu bukan lagi bersifat sosial, namun lebih

bersifat komersial. Pada suatu kenyataan, bahwa dengan fungsi gadai

tersebut tentu akan berakibat pula pada perubahan sistem operasionalnya.

3

Page 18: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Artinya dalam aktivitas lembaga tersebut harus memperoleh pendapatan

guna mengganti biaya-biaya yang telah dikeluarkannya. Untuk menutupi

biaya-biaya yang telah dikeluarkan, maka lembaga tersebut mewajibkan

menambahkan sejumlah uang atau prosentase tertentu dari pokok utang

pada waktu membayar utang kepada pegadai sebagai imbalan jasa.Hal ini

lebih lazim disebut dengan “bunga gadai”. Praktek semacam ini jelas akan

sangat memberatkan dan merugikan pihak pegadai. sebab pembayaran

bunga gadai tersebut harus dilakukan setiap 15 hari sekali, dan jika terjadi

keterlambatan satu hari bunga tersebut akan naik menjadi dua kali lipat.

(Hadi, 2003:31)

Implementasi operasi pegadaian syaiah hampir mirip dengan

pegadaian konvensional. Perbedaan mendasar antara pegadaian

konvensional dengan pegadaian syariah terletak pada pengenaan

biaya.Pegadaian konvensional, biaya adalah bunga yang bersifat akumulatif

dan berlipat ganda.Namun pada pegadaian syariah, biaya ditetapkan sekali

dan dibayarkan dimuka yang ditujukan untuk penitipan, pemeliharaan,

penjagaan dan penaksiran. Seperti halnya pegadaian konvensional,

pegadaian syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan benda

bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat

sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang

sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang relatif

tidak lama. Begitupun untuk melunai pinjaman, nasabah cukup dengan

menyerahkan sejumlah uang dan suratrahnsaja dengan proses yang sangat

4

Page 19: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

singkat. Menurut istilah syara’, yang dimaksud dengan rahn ialah

menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai

tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu

seluruh atau sebagian uang dapat diterima. (Suhendi, 2010:105)

Pegadaian dalam memberikan pinjaman harus ada barang jaminan

(marhun) dari debitur. Apabila debitur tidak dapat melunasi pinjamannya,

maka kreditur dalam hal ini Pegadaian Syariah berhak melelang barang

jaminan (marhun) dari debitur. Pada kenyataannya, tidak semua barang

jaminan ditebus oleh debitur. Barang yang tidak ditebus oleh debitur

kemudian dilelang pegadaian. Pengelolaannyapun tidak terlepas dengan

permasalahan seperti kesulitan mencari nasabah yang mempunyai barang

jaminan yang akan dilelang, barang yang tidak laku karena penawaran lebih

rendah dari pinjaman maupun barang dengan taksiran terlalu tinggi.

Hukum jual beli lelang dalam pandangan Islam adalah salah satu

jenis jual beli dimana penjual menawarkan barang ditengah keramaian lalu

para pembeli saling menawar dengan suatu harga. Namun akhirnya penjual

akan menentukan yang berhak membeli adalah yang mengajukan harga

tertinggi. Lalu terjadi akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari

penjual.Dalam kitab fiqh, jual beli lelang biasanya disebut dengan istilah

ba’i al-muzzayadah. Lelang adalah salah satu jenis jual beli dimana pembeli

menawarkan barang ditengah keramaian lalu para pembeli saling menawar

dengan harga tinggi sampai pada batas harga tertinggi dari satu pembeli, lalu

terjadi akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari penjual.

5

Page 20: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

(http://wwwRrafiqatulHanniah.blogspot.com/html) (diakses pada tanggal 25

Desember 2016)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan

rumusanpokok masalah yang dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Lelang barang Jaminan yang dilakukan

Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang?

2. Bagaimana Tinjauan Perundang-undangan tentang pelaksanaan

Lelang di Pegadaian Syariah Semarang?

3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Lelang

barang jaminan di Pegadaian Syariah Semarang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Obyektif

1) Untuk mengetahui tentang pelaksanaan gadai yang dilakukan oleh

Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

2) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan lelang barang jaminan

sudah memenuhi ketentuan berdasarkan perundang-undangan

yang berlaku

3) Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap lelang barang

jaminan di pegadaian syariah semarang

6

Page 21: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Tujuan Subyektif

Untuk membangkan dan memperdalam pengetahuan penulis

di bidng hukum ekonomi syariah dan guna memenuhi persyaratan

akademis dalam bidang muamalah atau hukum ekonomi syariah di

Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan

yang luas dan mendalam mengenai tinjauan hukum islam terhadap

lelang barang jaminan di pegadaian syariah semarang.

b. Bagi Perusahaan, membantu memudahkan pihak–pihak terkait

secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya pelaksanaan

lelang barang jaminan.

c. Bagi Akademisi, adalah untuk memberikan acuan referensi dan saran

pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan

penulisan selanjutnya.

d. Bagi Masyarakat, hasil penelitianini diharapkan dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam tentang dunia

pegadaian syariah.

D. Penegasan Istilah

Agar lebih memperjelas maksud dari judul tersebut dan untuk

menghindari penafsiran keliru dalam memahami tulisan ini, maka penulis

mengemukakan Penegasan Istilah sebagai berikut:

7

Page 22: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

1. Lelang adalah penjualan barang dihadapan banyak orang dengan

tawarmenawar, tawaran tertinggi adalah pemenang. Lelang yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah penawaran atau penjualan barang

jaminan melalui penawaran harga taksiran yang dilaksanakan dengan

system lelang tertutup. (Sianturi, 2013: 51)

2. Barang jaminan adalah asset pihak peminjam yang dijanjikan kepada

pemberi pinjaman jika peminjam tersebut tidak dapat mengembalikan

pinjaman tersebut. (Usman, 2008: 66)

3. Gadai adalah Suatu hak yang diperoleh seorang kreditor atas suatu

barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan

kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin

suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditor untuk

mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada

kreditor-kreditor lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu,

biaya-biaya mana harus didahulukan. (Kashadi, 2003: 13)

4. Gadai Syariah adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang

sebagai tanggungan utang. Pengertian ar-rahn dalam bahasa Arab adalah

atstsubut wa ad-dawam, yang berarti “tetap” dan “kekal”, seperti dalam

kalimat maun rahin, yang berarti air yang tenang. (Ali, 2008: 1)

5. Pegadaian syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman

menggunakan system gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip

8

Page 23: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

syariat islam, yaitu antara lain tidak menentuan tarif jasa dari besarnya

uang pinjaman. (Puspitasari, 2011: 6)

E. TelaahPustaka

Dari beberapa penelitian dan pembahasan terdahulu yang telah

ditelusuri oleh penulis, ternyata tidak ditemukan apa yang dibahas dan diteliti

oleh penulis. Akan tetapi dari beberapa penelitian terdahulu penulis

menemukan hal-hal yang ada kaitannya dengan lelang dengan objek

penelitian yang berbeda, antara lain skripsi karya Elvira Suzana Ekaputri

yang berjudul “Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai Pada PERUM

Pegadaian Cabang Depok ” penelitian ini membahas bagaimana praktek

pelaksanaan lelang barang jaminan gadai di perum pegadaian.

(http//lib.ui.ac.id, diakses pada tanggal 17 november 2016).

Kemudian skripsi karya sri suspa hotmaidah sarumpaet yang berjudul

“ presepsi masyarakat terhadap proses lelang barang jaminan pada perum

pegadaian syariah cabang setia budi medan” penelitian ini membahas

pelelangan barang jaminan dilakukan dengan system penjulan.

(http//repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 17 november 2016)

Buku yang berjudul “Hukum Gadai Syariah” karya Prof.Dr. H.

Zainuddin Ali, M.A.Membahas mengenai gadai yang didalamnya membahas

tentang gadai secara syariah. Yang memuat subab pengertian gadai dan Al-

Qardh, Dasar hukum gadai syariah, Sejarah pegadaian secara umum dan

khusus. (Ali:1-9)

9

Page 24: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Buku karya Dr. Purnama Trioria Sianturi, SH., M. Hum.Yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak

Melalui Lelang” yang didalammya membahas mengenai Karakter Jual Beli

Melalui Lelang. (Sianturi,2013:25)

Kemudian buku karya Tim Laskar Pelangi yang berjudul “Metodologi

Fikih Muamalah” yang di dalamnya membahas Jaminan atau Dlaman. (Tim

Laskar Pelangi, 2013:170-171)

F. Kerangka Teoritik

Transaksi hukum gadai dalam fikih islam disebut ar-rahn. Ar-rahn

adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan

utang. Pengertian ar-rahn dalam bahasa arab adalah ats-tsubut wa ad-dawam,

yang berarti “tetap” dan “kekal”, seperti dalam kalimat maun rahin, yang

berarti air yang tenang. Hal itu, berdasarkan firman Allah SWT sebagai

berikut (Ali:1):

38. tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, QS.

Al-Muddatsir (74) ayat 38

Pegadaian adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang memiliki

usaha utama di bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar

hukum gadai. Pegadaian merupakan salah satu badan usaha yang dimiliki

oleh Negara, tetapi berstatus perusahaan umum (perum). (Puspitasari,2011:6)

10

Page 25: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Selama ini, pelaksanaan usaha gadai syariah yang dilakukan

PT.Pegadaian (Persero) berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang mengaturnya, serta sejumlah fatwa DSN yang menjadi pedoman

operasional usaha gadai syariah.Selain itu, juga terdapat beberapa aturan yang

secara tidak langsung mengatur pegadaian Syariah. Uraian dibawah berupaya

menjelaskan tentang aturan-aturan dan fatwa-fatwa dimaksud ditinjau dari

hirerarki perundang-undangan, sehingga terlihat peraturan apa yang mestinya

ada untuk mengembangkan Pegdaian Syariah ke depan. (Mulazid,2012:107)

Dalam kontek utang-piutang (ad-duyun), terminologidlaman adalah,

kontrak kesanggupan menjamin atas hak yang telah menjadi tanggungan

orang lain. Dalam konteks barang-barang yang harus dikembalikan secara

fisik oleh seseorang (al-a’yan al-madlmunah), (radd) barang-barang

madlmunah.Sedangkan dalam konteks orang (al-badan), terminologidlaman

adalah, kontrak kesanggupan menjamin kehadiran (ihdlar) orang yang terlibat

dalam kasus hukum.

Dari definisi ini bias dimengerti bahwa, dalam terminologidlaman

terdapat tiga obyek dlaman yang berbeda, yakni :Hutang (dlaman), Barang

(dlaman’ain), dan Orang (dlaman badan). Pihak yang memberikan

kesanggupan jaminan, disebut dlamin, dlamin, hamil, za’im, kafil, kafil,

shabir, atau qabil.Hanya saja, istilah dlamin lazim digunakan dalam konteks

dlaman dengan obyek berupa dain dan‘ain (dlaman al-mal).Sedangkan dalam

konteks dlaman berupa orang, lazim digunakan istilah kafil. (Tim Laskar

Pelangi,2013:170-171)

11

Page 26: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Lelang adalah menawarkan (menjual) barang yang di hadapan orang

banyak untuk mendapatkan harga penawaran yang terbaik (tertinggi).Jadi

lelang yang diselenggarakan oleh kantor/balai lelang adalah suatu upaya

untuk mendapatkan nilai (harga) tertinggi dari harga yang

ditawarkan.Bilatidak ada penawaran berikutnya yang melibihi dari nilai

penawaran sebelumnya, maka penawaran sebelumnya dianggap memiliki

nilai penawaran tertinggi, sehingga nilai penawaran tersebut yang menjadi

pemenang lelang. (Prasetyo,2009:76)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu peneliti

melakukan penelitian secara langsung dengan melakukan pendekatan

dengan narasumber.

2. Kehadiran Peneliti

Peniliti terjun langsung sehingga terjadi keakraban antara peneliti

dan narasumbr sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh data.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Pegadaian Syariah Semarang yang

beralamat di Jl. Majapahit No. 420 Semarang

4. Sumber Data

Dalam Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan

sekunder.Adapun sumber data primer yaitu peneliti memperoleh sumber

data informasi yang dikumpulkan langsung dari sumbernya.Sedangkan

12

Page 27: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

sumber data sekunder diperoleh dari literatur, buku-buku dan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dengan metode ini dapat diperoleh data tentang lelang barang

jaminan, metode ini ditujukan kepada pimpinan pegadaian syariah

semarang dan ulama yang dalam bidangnya.

b. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah cara pengumplan data yang bersumber

pada dokumen. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data

berupa foto atau dokumen yang terkait dengan tentang lelang barang

jaminan.

c. Observasi

Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung obyek yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dari data kualitatif hasil penelitian pertama

akan diperoleh hasil yang menjadi evaluasi pelaksanaan pembelajaran

dan digunakan untuk meningkatkan keaktifan pembelajaran selanjutnya,

sehingga dapat dikatakan bahwa teknik analisis yang digunakan yaitu

analisis kualitatif.

13

Page 28: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

H. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran-gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan

paparkan sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan

menggunakan system sebagai berikut :

Bab I: Merupakan Bab pendahuluan yang menguraikan gambaran

singkat dari penelitian ini, Bab I ini terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah

pustaka,dan sistematika penulisan.

Bab II: merupakan bab pembahasan teoritik yang didalamnya akan

diuraikan mengenai gambaran umum tentang Barang jaminan, lelang dan

gambaran umum tentang pegadaian syariah.

Bab III: Pada Bab ini akan di paparkan mengenai gambaran umum

tentang lokasi penelitian dan paparan data mengenai pelaksanaan lelang

terhadap barang jaminan.

Bab IV: Pada Bab ini akan diuraikan mengenai analisis Pelaksanaan

lelang barang jaminan di pegadaian syariah.

Bab V: Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dari

pembahasan penelitian dan saran penulis.

14

Page 29: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Barang Jaminan Dalam Perspektif Islam

1. Pengertian Barang Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa belanda yaitu

Zekerheid atau Cautie yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau

melunasi perutangannya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara

menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagaimana tanggungan

atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya.

Istilah jaminan dibedakan dengan istilah agunan. Arti jaminan menurut

UU Nomor 14 Tahun 1967 diberi istilah “agunan” atau “tanggungan”

sedangkan” jaminan” menurut UU Nomor 10 tahun 1998, yaitu

keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur

untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan sesuai yang

diperjanjikan. (Usman,2008:66).

2. Barang-barang yang bisa dijadikan jaminan

a. Jenis barang jaminan dilihat dari obyek yang dibiayai

1) Jaminan Pokok

Jaminan pokok adalah barang atau obyek yang dibiayai dengan

kredit

2) Jaminan Tambahan

15

Page 30: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Jaminan tambahan adalah barang yang dijadikan jaminan untuk

menambah jaminan pokok.

b. Jenis barang jaminan dilihat dari wujud barang

1) Jaminan Berwujud

Jaminan berwujud adalah jaminan tersebut dapat dilihat dan

diraba.

2) Jaminan Tidak Berwujud

Jaminan tidak berwujud adalah jaminan yang bentuknya hanya

komitmen atau janji saja.Walaupun hanya komitmen atau janji

saja, hal tersebut harus didokumentasikan kedalam tulisan

sehingga, dapat diadministrasikan dengan baik.

c. Jenis barang jaminan dilihat dari pergerakannya

1) Barang Bergerak

Barang jaminan yang bergerak artinya barang tersebut mudah

dipindah tempat dari tempat satu ke tempat lainnya.

2) Barang Tidak Bergerak

Barang jaminan yang tidak bergerak adalah jaminan yang tidak

dapat dipindah dari satu tempat ke tempat yamg lain.

d. Jenis barang jaminan dilihat dari mudah tidaknya barang diawasi

1) Barang yang tidak mudah dikontrol

Barang yang tidak mudah dikontrol adalah barang jaminan yang

sulit diawasi oleh Bank, karena pergerakannya sangat cepat.

16

Page 31: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

2) Barang yang mudah dikontrol

Barang jaminan yang mudah dikontrol adalah barang

jaminan yang tidak dapat bergerak.

(http://arsipbisnis.wordpress .com/html (Diakses, 24 November

2016)

3. Asas-asas Jaminan

a. Asas Jaminan hutang

Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan jaminan bagi pemberian utang oleh kreditur

kepada debitur. Terdapat dua asas umum mengenai jaminan:

1) Pasal 1131 KUHPerdata, pasal tersebut menentukan bahwa segala

harta kekayaan debitur, baik yang berupa benda bergerak maupun

benda tetap, baik yang sudah ada ataupun yang akan ada

dikemudian hari, menjadi jaminan bagi semua perikatan yang

dibuat oleh debitur dengan para krediturnya. Dengan kata lain

pasal 1311 KUHPerdata member ketentuan bahwa apabila debitur

wanprestasi, maka hasil penjualan atas semua harta kekayaan

debitur tanpa kecuali, merupakan sumber pelunasan bagi

hutangnya

2) Asas yang kedua pasal 1132 KUHPerdata, bahwa kekayaan

debitur menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua pihak

yang memberikan hutang kepada debitur, sehingga apabila

kreditur wanprestasi, maka hasil penjualan atas harta kekayaan

17

Page 32: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

debitur dibagikan secara proporsional menurut besarnya piutang

masing-masing kreditur, kecuali apabila diantara para kreditur

tersebut terdapat alasan-alasan yang yang sah untuk didahulukan

dari kreditur-kreditur lain.

b. Asas-asas mengenai hak jaminan

1) Asas territorial, menentukan barang jaminan yang adadi Indonesia

hanya dapat jaminan hutang sejauh perjanjian hutang maupun

pengikatan hipotik tersebut dibuat di Indonesia.

2) Asas aksesoir, bahwa suatu perjanjian ada apabila terdapat

perjanjian pokoknya.

3) Asas hak preferensi bahwa oihak kreditur kepada siapa debitur

telah menjamin hutangnya pada umumnya mempunyai hak atas

jaminan kredit tersebut untuk pelunasan hutangnya yang harus

didahulukan dari kreditur lainnya.

4) Asas non distribusi, bahwa suatu hak jaminan tidak dapat

dipecah-pecah kepada beberapa kreditur.

5) Asas publisitas, bahwa suatu jaminan hutang harus dipublikasikan

sehingga diketahui umum.

6) Asas eksistensi benda, bahwa suatu hipotik atau hak tanggungan

hanya dapat diletakkan pada benda yang benar-benar ada.

7) Asas eksistensi perjanjian pokok, bahwa benda jaminan dapat

diikat setelah adanya perjanjian pokok.

18

Page 33: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

8) Asas larangan janji benda jaminan dimiliki untuk sendiri kreditur

dilarang untuk memiliki benda jaminan untuk diri sendiri.

4. Jaminan Menurut Hukum Islam

a) Dasar Hukum

Dalil yang mendasari legislasi akad dlaman adalah Al-Quran, Hadist,

dan Ijma’.

Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".(Q.S. Al-Yusuf 72)

Tanyakanlah kepada mereka: "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?".(Q.S. Al-Qolam :40) (Tim laskar pelangi,2013:170)

b) Definisi

Secara etimologis, dlaman adalah kesanggupan.Sedangkan

terminologi dlaman memiliki beberapa konteks. Dalam konteks utang-

piutang (ad-duyun) terminologi dlaman adalah, sebuah kontrak

kesanggupan menjamin atas hak yang telah menjadi tanggungan orang

lain. Dalam konteks barang-barang yang harus dikembalikan secara

fisik oleh seseorang (al-a’yan al-madlmunah), terminologi dlaman

adalah, kontrak kesanggupan menjamin pengembalian (radd) barang-

barang madlmunah. (Tim laskar pelangi,2013:170)

19

Page 34: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

c) Struktur Akad

Secara akad dlaman dalam konteks menjamin hutang (dain),

terdiri dari lima rukun. Yaitu dlamin, madlmun lah, madlmun ‘anhu,

madlmun bih, dan shigah.

1. Dlamin

Yaitu pihak yang menyanggupi penjaminan hutang madlmun

‘anhu.

2. Madlmun Lah

Yaitu pemilik piutang dalam tanggungan mudlmun ‘anhu, dan

mendapat jaminan dari dlamin.

3. Madlmun ‘Anhu

Yaitu pihak yang memiliki hutang pada madlmun lah, dan

dijaminkan hutangnya oleh pihak dlamin.

4. Madlmun Bih

Yaitu hutang madlmun ‘anhu kepada madlmun lah, yang menjadi

obyek akad dlaman.

5. Shighat

Shighat atau bahasa transaksi dalam akad dlaman meliputi ijab

dan qabul yang menunjukan makna kesanggupan atau komitmen

(iltizam), baik secara eksplisit (sharih) atau implisit (kinayah).

(Tim laskar pelangi,2013:171-174)

20

Page 35: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

d) Konsekuensi Hukum Akad Dlaman

Setelah akad dlaman terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya,

selanjutnya akan menetapkan konsekuensi hukum, sebagai berikut:

1) Bagi madlmun lah berhak menagih piutangnya kepada dua

pihak, dlamin dan madlmun ‘anhu.

2) Apabila pihak madlmun ‘anhu telah melakukan pembayaran

hutangnya kepada pihak madlmun lah, maka tanggungannya

menjadi terbebas, demikian juga tanggungan dlamin.

3) Apabila madlmun lah membebaskan piutangnya dari

tanggungan madlmun ‘anhu, maka tanggungan dlamin juga

turut bebas, sesuai kaidah, at-tabi’ tabi’.

4) Apabila salah satu dari dlamin dan madlmun ‘anhu mati, maka

hutangnya yang mu’ajjal berubah menjadi hal, sebab kematian

menjadikan tanggungan yang bersifat kredit menjadi cash

(jatuh tempo). (Tim laskar pelangi, 2013:174-178)

5. Fungsi Jaminan

Jaminan memiliki fungsi antara lain:

a. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk

membiayai usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan

usaha atau prokyeknya dengan merugikan dirinya sendiri atau

perusahaannya dapat dicegah.

21

Page 36: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya,

khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-

syarat yang disetujui agar debitur dan pihak ketiga yang ikut

menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada

bank.

c. Memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak lembaga

keuangan bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara

mengeksekusi jaminan kredit.

d. Memberikan hak dan kekuasaan kepada lembaga keuangan untuk

mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitur melakukan

cidera janji yaitu untuk pengembalian dana yang dikeluarkan oleh

debitur pada waktu yang telah ditentukan. (Ali, 2008:1)

B. Tinjauan Umum Tentang Gadai

1. Pengertian Gadai

Gadai ini diatur dalam Buku II Titel 20 Pasal 1150 sampai

dengan Pasal 1161 KUHPerdata.

Menurut Pasal 1150 KUHPerdata pengertian dari gadai adalah:

Suatu hak yang diperoleh seorang kreditor atas suatu barang bergerak

yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh

debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang,

dan yang memberikan kewenangan kepada kreditor untuk

mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada

kreditor-kreditor lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang

22

Page 37: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara

benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.

Dari definisi gadai tersebut terkandung adanya beberapa unsur

pokok, yaitu :

a. Gadai lahir karena perjanjian penyerahan kekuasaan atas barang

gadai kepada kreditor pemegang gadai

b. Penyerahan itu dapat dilakukan oleh debitor atau orang lain atas

nama debitor

c. Barang yang menjadi obyek gadai hanya barang bergerak, baik

bertubuh maupun tidak bertubuh

d. Kreditor pemegang gadai berhak untuk mengambil pelunasan dari

barang gadai lebih dahulu daripada kreditor-kreditor lainnya.

(Kashadi,2003:13)

2. Sifat-sifat Gadai

a. Gadai adalah hak kebendaan

Dalam Pasal 1150 KUHPerdata tidak disebutkan sifat ini,

namun demikian sifat kebendaan ini dapat diketahui dari Pasal

1152 ayat (3) KUHPerdata yang mengatakan bahwa : “Pemegang

gadai mempunyai hak revindikasi dari Pasal 1977 ayat (2)

KUHPerdata apabila barang gadai hilang atau dicuri.” Oleh karena

hak gadai mengandung hak revindikasi, maka hak gadai merupakan

hak kebendaan sebab revindikasi merupakan ciri khas dari hak

kebendaan.Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk

23

Page 38: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

menikmati suatu benda seperti eigendom, hak bezit, hak pakai dan

sebagainya.Memang benda gadai harus diserahkan kepada kreditor

tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan untuk menjamin

piutangnya dengan mengambil, penggantian dari benda tersebut

guna membayar piutangnya.

b. Hak gadai bersifat accessoir

Hak gadai hanya merupakan tambahan saja dari perjanjian

pkoknya, yang berupa perjanjian pinjam uang. Sehingga

bolehdikatakan bahwa seseorang akan mempunyai hak gadai

apabila ia mempunyai piutang, dan tidak mungkin seseorang dapat

mempunyai hak gadai tanpa mempunyai piutang. Jadi hak gadai

merupakan hak tambahan atau accessoir, yang ada dan tidaknya

tergantung dari ada dan tidaknya piutang yang merupakan

perjanjian pokoknya.

Dengan demikian hak gadai akan hapus jika perjanjian

pokoknya hapus. Beralihnaya piutang membawa serta beralihnya

hak gadai,hak gadai berpindah kepada orang lain bersama-sama

dengan piutang yang dijamin dengan hak gadai tersebut, sehingga

hak gadai tidak mampunyai kedudukan yang berdiri sendiri

melainkan accessoir terhadap perjanjian pokoknya.

c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan

dibayarnya sebagian hutang tidak akan membebaskan sebagian dari

24

Page 39: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

benda gadai. Hak gadai tetap membebani benda gadai secara

keseluruhan. Dalam Pasal 1160 KUHPerdata disebutkan

bahwa :“Tak dapatnya hak gadai dan bagi-bagi dalam hal kreditor,

atau debitur meninggal dunia dengan meninggalkan beberapa ahli

waris.” Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa,

sehingga para pihak dapat menentukan sebaliknya atau dengan

perkataan lain sifat tidak dapat dibagi-bagi dalam gadai ini dapat

disimpangi apabila telah diperjanjikan lebih dahuIu oleh para

pihak.

d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan

Hak gadai adalah hak yang didahulukan.Ini dapat diketahui

dari ketentuan Pasal 1133 dan 1150 KUHPerdata.Karena piutang

dengan hak gadai mempunyai hak untuk didahulukan daripada

piutang-piutang lainnya, maka kreditor pemegang gadai

mempunyai hak mendahulu (droit de preference).

e. Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak baik yang

bertubuh maupun tidak bertubuh

f. Hak gadai adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya

Menurut Pasat 1134 ayat (2) KUHPerdata dinyatakan bahwa:

"Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan daripada privilege,

kecuali jika undang-undang menentukan sebaliknya". Dari bunyi

pasal tersebut jelas bahwa hak gadai mempunyai kedudukan yang

kuat.Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah termasuk

25

Page 40: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

kreditor separatis.Selaku separatis, pemegang gadai tidak

terpengaruh oleh adanya kepailitan si debitor. Kemudian apabila si

debitor wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan mudah menjual

benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan

penjualan benda gadai dilakukan di muka umum dengan lelang dan

menurut kebiasaan setempat dan harus memberitahukan secara

tertulis lebih dahulu akan maksud-maksud yang akan dilakukan

oleh pemegang gadai apabila tidak ditebus (Pasal 1155 juncto 1158

ayat (2) KUHPerdata)

. Jadi di sini acara penyitaan Iewat juru sita dengan

ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara Perdata.tidak berlaku

bagi gadai. (Kashadi,2005:13-17)

3. Obyek Gadai

Obyek gadai adalah segala benda bergerak, baik yang

bertubuh maupun tidak bertubuh. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal

1150 juncties 1153 ayat (1), 1152 bis, dan 1153 KUHPerdata. Namun

benda bergerak yang tidak dapat dipindahtangankan tidak dapat

digadaikan.

Dalam Pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata disebutkan tentang

hak gadai atas surrat-surat bawa dan seterusnya, demikian juga dalam

Pasal 1153 bis KUHPerdata dikatakan bahwa untuk meletakkan hak

gadai atas surat-surat tunjuk diperlukan endosemen dan penyerahan

suratnya. Penyebutan untuk surat-surat ini dapat menimbulkan kesan

26

Page 41: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

yang keliru mengenai obyek gadai adalah piutang-piutng dibuktilan

dengan surat-surat tersebut. (Kashadi,2005:17)

4. Terjadinya Gadai

Untuk terjadinya gadai harus dipenuhi persyaratan-persyaratan

yang ditentukan sesuai dengan jenis benda yang digadaikan Adapun

cara-cara terjadinya gadai adalah sebagai berikut:

a. Cara terjadinya gadai pada benda bergerak bertubuh

1) Perjanjian Gadai

Dalam hal ini antara debitor dengan kreditor mengadakan

perjanjian pinjam uang (kredit) dangan janji sanggup memberikan

benda bergerak sebagai jaminan gadai atau perjanjian untuk

memberikan hak gadai (perjanjian gadai). Perjanjian ini bersifat

konsensual dan obligatoir.

Dalam Pasal 1151 KUHPerdata disebutkan bahwa: Perjanjian

gadai dapat dibuktikan dengan segala atat yang dlperbolehkan

bagi pembuktian perjanjian pokok.

Dari ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian

gadai tidak terikat pada formalitas tertentu (bentuknya bebas),

sehingga dapat dibuat secara tertulis maupun lisan.

(Wijaya,2005:74-75)

2) Penyerahan benda Gadai

Dalam Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata disebutkan : Tidak

ada hak gadai atas benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan

27

Page 42: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

debitor atas kemauan kreditor. Dengan demikian hak gadai terjadi

dengan dibawanya barang gadai ke luar dari kekuasaan di debitor

pemberi gadai.Syarat bahwa barang gadai harus dibawa keluar

dari kekuasaan si pamberi gadai ini merupakan syarat

inbezitstelling" Inbezitstelling adalah syarat mutlak yang harus

dipenuhi dalam gadai. Barang dikatakan dibawa ke luar dan

kekuasaan pemberi gadai jika barang gadai diserahkan oleh

pemberi gadai kepada kreditor atau pihak ketiga (sebagai

pemegang gadai) yang disetujui oleh kreditor.

Mengingat benda gadai harus dibawa keluar dari

kekuasaaan pemberi gadai maka diperlukan suatu

penyarahan.Penyerahan benda gadai dapat dilakukan secara

nyata, simbolis, traditto brevt manuataupun traditio longa

manu.Panyerahan secara constitutum possessoriumtidak

menimbulkan hak gadai karena tidak memenuhi syarat

inbezitstelling.

b. Cara terjadinya gadai pada piutang atas bawa (atas tunjuk atau

aantoonder)

1) Perjanjian Gadai

Antara debitor dengan kreditor dibuat perjanjian untuk

mamberikan hak gadai.Perjanjian ini bersifat konsensual,

obligator dan bentuknya bebas.

2) Penyerahan Surat Bukti

28

Page 43: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa :

“Gadai surat atas bawa terjadi, dengan menyerahkan surat itu ke

dalam tangan pemegang gadai atau pihak ketiga yang disetujui

kedua belah pihak.” Perlu diketahui bahwa piutang atas bawa

(atas tunjuk) selalu ada surat buktinya, surat bukti ini mewakili

piutang.

Surat (piutang) atas bawa (atas tunjuk) adalah surat yang dibuat

debitor, dimana diterangkan bahwa ia berhutang sejumlah uang

tertentu kepada pemegang surat, surat mana diserahkannya ke

dalam tangan pemegang. Pemegang berhak menagih pembayaran

dari debitor, dengan mengembalikan surat atas bawa itu kepada

debitor. (Badrulzaman: 97)

c. Cara terjadinya gadai pada piutang atas order (aanorder)

1) Perjanjian Gadai

Antara kreditor dan dabitor membuat perjanjian gadai yang

bersifat konsensual, obligator dan bentuknya bebas.

2) Adanya andosemen yang diikuti dengan penyerahan suratnya

Pasal 1152 bis KUHPerdata. menyebutkan bahwa: "Untuk

mengadakan hak gadai piutang atas tunjuk, diperlukan

adanya endosemen pada surat hutangnya diserahkannya surat

hutang kepada pemegang gadai.” Piutang atas tunjuk ini juga

selalu ada surat buktinya, di mana surat bukti ini mewakili

piutang. Endosemen adalah pernyataan-penyerahan piutang

29

Page 44: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

yang ditandatangani kreditor (endosen) yang bertindak

sebagai pemberi gadai dan harus memuat nama pemegang

gadai (geendasseerde).

d. Cara terjadinya gadai pada piutang atas nama (opnaam)

1) Perjanjian Kredit

Debitor dengan kreditor membuat perjanjian gadai.Perjanjiain ini

bersifat konsensual, obligator dan bentuknya bebas.

2) Adanya pemberitahuan kepada debitor dari piutang yang

digadaikan.

Pasal 1153 KUHPerdata menyebutkan bahwa: "Hak gadai

piutang atas nama diadakan dengan memberitahukan akan

penggadaiannya (perjanjian gadainya) kepada debitor.

Dalam memberitahukan ini debitor dapat meminta bukti

tertulis perihal penggadaiannya dan persetujuan dari pemberi

gadai.Setelah itu debitor hanya dapat membayar hutangnya kepada

pemegang gadai.Bentuk pemberitahuan ini dapat dilakukan baik

secara tertentu maupun secara lisan.Pemberitahuan dengan

perantaraan jurusita perlu dilakukan apabila si debitor tidak

bersedia memberikan keterangan tertulis tentang persetujuan

pemberian gadai itu.

Dalam gadai piutang atas nama tersangkut tiga pihak seperti

penyerahan piutang atas nama (cessie). Gadai piutang atas nama

juga dinamakan cessie, karena di sini yang digadaikan adalah

30

Page 45: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

piutang atas nama, sedang penyerahan piutang ataa nama dilakukan

dengan cessie. (Kashadi,2005:20-21)

5. Hak dan Kewajiban Pemegang Gadai

Selama berlangsungnya gadai, pemegang gadai mempunyai beberapa

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, baik pada gadai benda

bergerak bertubuh maupun pada gadai atas piutang (benda bergerak

tidak bertubuh).

Hak-hak pemegang gadai adalah sebagai berikut:

a. Hak untuk menjual benda gadai atas kekuasaan sendiri atau

mengeksekusi benda gadai

Dalam Pasal 1155 KUH Perdata disebutkan bahwa: Apabila

oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, jika si berutang atau

si pemberi gadai wanprestasi, maka si kreditor berhak menjual

barang gadai dengan maksud untuk mengambil pelunasan piutang

pokok, bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.

b. Hak untuk menahan benda gadai

Pasal 1159 ayat (1) KUHPerdata menyatakan:

Dalam hal pemegang gadai tidak menyalahgunakn benda gadai,

maka si berhutang tidak berkuasa untuk menuntut

pengembaliannya, sebelum ia membayar seoenuhnya baik utang

pokok, maupun bunga dan biaya hutangnya yang untuk

menjaminnya barang gadai telah diberikan, beserta segala biaya

yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang

31

Page 46: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

gadai.Ketentuan ini memberi wewenang kepada pemegang gadai

untuk menahan benda gadai selama debitor belum melunasi

hutangnya.

c. Hak Kompensasi

Hak ini erat hubungannya dengan hutang kedua sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1159 ayat (2) KUHPerdata apabila guna

melunasi piutang pertama si kreditor telah mengeksekusi benda

gadai, maka dari hasil pendapatan lelang kreditor dapat mengambil

lebih dahulu sejumlah uang yang sama banyaknya dengan piutang

pertama yang dijamin dengan gadai. Jika ada sisa, maka diserahkan

kepada debitor.Apabila sisa tersebut tidak diserahkan kepada

debitor, maka kreditor berhutang kepada debitor. Dalam Pasal 1425

disebutkan bahwa: "Jika dua orang saling berhutang satu kepada

yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan hutang,

dengan mana hutang-hutang antara kedua orang tersabut

dihapuskan." Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pemegang

gadai dapat mengkompensasikan piutangnya yang kedua dengan

hutangnya (sisa penjualan lelang benda gadai) kepada debitor.

d. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas biaya uang telah

dikeluarkan untuk menyelamatkan benda

Pasal 1157 ayat (2) KUHPerdata menentukan bahwa yang

harus diganti oleh debitor adalah biaya-biaya yang berguna dan

perlu yang telah dikeluarkan guna keselamatan barang gadai.

32

Page 47: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Selama biaya-biaya itu belum dibayar, maka si kreditor tidak

diwajibkan untuk mengembalikan barang gadai kepada debitor.Di

sini kreditor mempunyai hak retensi juga.

e. Hak untuk menjual dalam kepailitan debitor

Jika debitor pailit, maka kreditor pemegang gadai dapat

melaksanakan hak-haknya, seolah-olah tidak terjadi kepailitan.

Dengan demikian hak kreditor untuk melakukan parate eksekusi

berkurang dengan terjadinya kepailitan debitor. Hak untuk menjual

barang gadai harus dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan

setelah debitor dinyatakan pailit, kecuali jika.tenggang waktu

tersebut diperpanjang oleh hakim.

f. Hak preferensi

Kreditor pemegang gadai rnampunyai hak untuk didahulukan

dalam pelunasan piutangnya daripada krediter-kreditor yang lain.

g. Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai

Pemegang gadai dapat menuntut agar benda gadai akan tetap

pada pemegang gadai untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan

dalam vonnis hingga sebesar hutangnya beserta bunga dan biaya

(Pasal 1156 ayat (1) KUHPerdata).Hal ini berarti bahwa barang

gadai dibeli oleh kreditor dengan harga pantas menurut pendapat

hakim.

33

Page 48: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

h. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantaraan hakim

Penjualan benda gadai untuk mengambil pelunasan piutang

dapat juga terjadi jika si berpiutang menuntut di muka hakim

supaya barang gadai dijual menurut cara-cara yang ditentukan oleh

hakim untuk melunasi hutang pokok beserta bunga dan biaya.Hal

ini biasanya terjadi jika benda gadai berupa benda antik.

i. Hak untuk menerima bunga piutang gadai

Hak ini berdasarkan Pasal 1158 KUHPerdata yang

menentukan bahwa: Pemegang gadai dari suatu piutang yang

menghasilkan bunga, berhak menerima bunga itu, dengan

kewajiban memperhitungkan dengan bunga piutang yang harus

dibayarkan kepadanya.

j. Hak untuk menagih piutang gadai

Hak ini dilakukan dengan cara pemberian kuasa yang tidak

dapat dicabut kembali dari pemberi gadai kepada pemegang gadai

untuk menagih dan menerima pembayaran dari debitor yang

hutang-hutangnya digadaikan. Pemberian kuasa ini dicantumkan

dalam perjanjian gadai.

Adapun kewajiban-kewajian dari pemegang gadai adalah

sebagai berikut :

1) Kewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai jika

barang gadai dijual. Pemberitahuan dengan telegraf atau surat

34

Page 49: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

tercatat berlaku sebagai pemberitahuan yang sah (Pasal 1156

ayat (3) KUHPerdata)

2) Kewajiban memelihara benda gadai

Kewajiban memelihara benda gadai ini dapat

disimpulkan dari bunyi Pasal 1157 ayat (1) dan Pasal 1159

ayat (1) KUHPerdata. Dalam Pasal 1157 ayat (1)

KUHPerdata ditentukan bahwa: “Pemegang gadai

bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya barang

gadai, sekedar itu telah terjadi karena kelalaiannya.” Begitu

juga pemegang gadai tidak boleh menyalahgunakan benda

gadai (Pasal 1159 ayat (1) KUHPerdata).

3) Kewajiban untuk memberikan perhitungan antara hasil

penjualan barang gadai dengan besarnya piutang kepada

pemberi gadai.

4) Kewajiban untuk mengembalikan barang gadai

Kewajiban ini dapat diketahui dari bunyi Pasal 1159 ayat (1)

KUHPerdata, yaitu apabila:

a) Kreditor telah menyalahgunakan barang gadai

b) Debitor telah melunasi sepenuhnya, baik utang pokok,

bunga dan biaya hutangnya serta biaya untuk

menyelamatkan barang gadai

35

Page 50: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

5) Kewajiban untuk memperhitungkan hasil penagihan bunga

piutang gadai dengan besarnya bunga piutangnya kepada

debitor.

6) Kewajiban untuk mengembalikan sisa hasil penagihan

piutang gadai kepada pemberi gadai. (Kashadi,2005:20-29).

6. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai

Hak-hak pemberi gadai:

a. Hak untuk menerima sisa hasil gendapatan penjuatan benda

gadaisetelah dikurangi dengan piutang pokok, bunga dan biaya

dari pemegang gadai.

b. Hak untuk menerima penggantian benda gadai apabila benda

gadai telah hilang dari kekuasaan si pemegang gadai.

Kewajiban-kewajiban pemberi gadai:

a. Demi keselamatan benda gadai dari bencana alam/force

majuerdi dalam praktek sering pemberi gadai diwajibkan

untuk mengasuransikan benda gadai. Kewajiban ini memang

efisien untuk kredit dalam jumlah besar.

b. Apabila yang digadaikan adalah piutang, maka selama piutang

itu digadaikan pemberi gadai tidak boleh melakukan

penagihan atau menerima pembayaran dari debitornya (debitor

piutang gadai). Jika debitor piutang gadai telah membayar

hutaugnya kepada pemberi gadai, maka pembayaran itu tidak

36

Page 51: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

sah dan kewajibannya untuk membayar kepada pemegang

gadai tetap mengikat.(Kashadi,2005:29)

7. Hapusnya Gadai

Hak gadai dapat menjadi hapus karena beberapa alasan:

a. Karena hapusnya perikatan pokok

Hak gadai adalah hak accessoir, maka dengan hapusnya

perikatan pokok membawa serta hapusnya hak gadai.

b. Karena benda gadai keluar dari kekuasaan pemegang gadai

Pasal 1152 ayat (3) KUHPerdata menentukan bahwa: "Hak

gadai hapus apabila barang gadai keluar dari kebiasaan si

pemegang gadai Namun demikian hak gadai tidak menjadi hapus

apabila pemegang gadai kehilangan kekuasaan atas barang gadai

tidak dengan suka rela (karena hilang atau dicuri). Dalam hal ini

jika ia memperoleh kembali barang gadai tersebut, maka hak gadai

dianggap tidak pernah hilang.

c. Karena musnahnya benda gadai

Tidak adanya obyek gadai mengakibatkan tidak adanya hak

kebendaan yang semula membebani benda gadai, yaitu hak gadai.

d. Karena penyalahgunaan benda gadai

Pasal 1159 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa:

"Apablila kreditor menyalahgunakan benda gadai, pemberi gadai

berhak menuntut pengembalian benda gadai.”

37

Page 52: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Dengan dituntutnya kembali benda gadai oleh pemberi gadai

maka hak gada yang dipunyaj pemegang gadai menjadi hapus,

apabila pemegang gadai menyalahgunakan benda gadai.

e. Karena pelaksanaan benda gadai

Dengan dilaksanakannya eksekusi terhadap benda gadai,

maka benda gadai berpindah ke tangan orang lain. Oleh karena itu

maka hak gadai menjadi hapus.

f. Karena kreditor melepaskan benda gadai secara sukarela

Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata menyebutkan bahwa: Tak

ada hak gadai apabila barang gadai kembali dalam kekausaan

pemberi gadai.

g. Karena percampuran

Percampuran terjadi apabila piutang yang dijamin dengan hak

gadai dan benda gadai berada dalam tangan satu orang.Dalam hal

ini terjadi percampuran, maka hak gadai menjadi hapus. Orang

tidak mungkin mempunyai hak gadai atas benda miliknya sendiri.

(Satrio,2002:132)

C. Tinjauan Umum Tentang Gadai Syariah

1. Pengertian Gadai Syariah

Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut ar-rahn.Ar-rahn

adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai

tanggungan utang. Pengertian ar-rahn dalam bahasa Arab adalah

atstsubut wa ad-dawam, yang berarti “tetap” dan “kekal”, seperti dalam

38

Page 53: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

kalimat maun rahin, yang berarti air yang tenang. Hal itu, berdasarkan

firman Allah SWT dalam QS. Al-Muddatstsir (74) ayat (38) yaitu :

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yarg telah

diperbuatnya.Pengertian “tetap” dan “kekal” dimaksud, merupakan

makna yang tercakup dalam kata al-habsu, yang berarti menahan. Kata

ini merupakan makna yang bersifat materiil.Karena itu, secara bahasa

kata ar-rahn berarti menjadikan sesuatu barang yang bersifat materi

sebagai pengikat utang.

Pengertian gadai (rahn) secara bahasa seperti diungkapkan di atas

adalah tetap, kekal, dan jaminan, sedangkan dalam pengertian istilah

adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan

secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud sesudah

ditebus. Namun, pengertian gadai yang terungkap dalam Pasal 1150

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu hak yang diperoleh

seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yaitu

barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh

orang yang mempunyai utang atau orang lain atas nama orang yang

mempunyai utang. Karena itu, makna gadai (rahn) dalam bahasa hukum

perundang-undangan disebut sebagai barang jaminan, agunan, dan

rungguhan.Sedangkan pengertian gadai (rahn) dalam hukum Islam

(syara') adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta

dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan

39

Page 54: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.

(Ali,2008:1-2)

2. Dasar Hukum Gadai Syariah

a. Al-Quran

283. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan

yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu

mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan

janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali,2008:5)

b. Hadist Nabi Muhammad Saw

Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan dalam membuat

rumusan gadai syariah adalah hadis Nabi Muhammad saw., yang

diungkapkan sebagai berikut:

1) Hadis A'isyah ra, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang

berbunyi: Telah meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim

Al-Hanzhali dan Ali bin Khasyarm berkata : keduanya

40

Page 55: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus bin 'Amasy dari

Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata: bahwasanya

Rasulullah saw membeli makanan dariseorang Yahudi dengan

menggadaikan baju besinya.(HR.Muslim) (Zaki Al-Din, Al-

Mundziri, 2002: 523)

c. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Fatwa Dewan Syariah Nastonal Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkenaan gadai syariah, di

antaranya dikemukakan sebagai berikut:

1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No: 25/DSNMUI/III/2002, tentang Rahn

2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No: 26/DSNMUI/III/2002, tentang RahnEmas

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No: 09/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah

4) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No:10/DSNMUI/IV/2000 tentang Wakalah

5) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No:43/DSNMUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi.

(Ali,2008:7-8)

41

Page 56: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

3. Rukun Gadai

Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus

memenuhi rukun gadai syariah antara lain:

a. Ar-Rahin (yang menggadaikan)

Orang yang telah dewasa, berakal, dapat dipercaya, dan

memiliki barang yang digadaikan,

b. Al-Murtahin (yang menerima gadai)

Orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk

mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).

c. Al-Marhun/Rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam

mendapatkan utang.

d. Al-Marhun Bih (utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas

dasar besarnya tafsiran marhun.

e. Sighat, Ijab dan Qabul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan

transaksi gadai.(Sudarsono,2003:160).

4. Syarat Gadai

a. Rahin dan Murtahin

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian Rahn, yakni rahin dan

murtahin harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu

berakan sehat.

42

Page 57: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Sighat

1. Shighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga

dengan suatu waktu dimasa depan.

2. Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian

hutang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh

diikat dengan syarat tertentu.

c. Marhun bih (utang)

1. Harus merupakan hak wajib yang diberikan/diserahkan

kepada pemiliknya.

2. Memungkinkan pemanfaatan. Bila sesuatu menjadi utang

tidak bisa dimanfaatkan, maka tidak sah.

3. Harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya.

d. Marhun (barang jaminan)

Secara umum barang gadai harus memenuhi syarat yaitu:

1. Harus bias diperjual belikan.

2. Harus berupa harta yang bernilai.

3. Mahrun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.

4. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah

untuk digadaikan harus berupa barang yang diterima secara

langsung.

5. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam/penggadai) setidaknya

harus seizin pemiliknya.

43

Page 58: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

e. Syarat kesempurnaan Rahn(memegang barang)

Secara umum, ulama’ fiqih sepakat bahwa memegang atau

menerima barang adalah syarat rahn, rahn adalah akad yang

membutuhkan qabul, yang otomatis memegang marhun.Murtahin

harus meminta kepada rahin barang yang digadaikan, jika tidak

memintanya atau merelakan barang jaminan ditangan rahin, rahn

menjadi batal.(Syafi’i, 2001:164).

Cara memegang marhun adalah penyerahan marhun secara

nyata atau dengan wasilah yang intinya memberikan keamanan

kepada yang memberikan utang (murtahin). Syarat memegang

marhun adalah:

1) Atas seizin rahin

2) Rahin dan murtahin harus ahli dalam akad

3) Murtahin harus tetap memegang rahin

Orang yang berkuasa. (Syafi’I, 2001: 165)

5. Ketentuan Gadai Dalam Islam

a. Kedudukan Barang Gadai

Selama ada ditangan pemegang gadai, kedudukan barang

gadai hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan kepada

pihak penggadai.

Sebagai pemegang amanat, murtahin (penerima gadai)

berkewajiban memelihara keselamatan barang yang diterimanya,

sesuai dengan keadaan barang. (Hadi,2003:3).

44

Page 59: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Kategori Barang Gadai

Jenis barang gadai yang dapat digadaikan sebagai jaminan dalam

islam adalah semua jenis barang bergerak dan tidak bergerak yang

memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Benda bernilai menurut syara’.

2. Benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi.

3. Benda diserahkan seketika kepada murtahin.

(Hadi,2003:3).

c. Pemeliharaan Barang Gadai

Para ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa

biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai

dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan

tetap merupakan miliknya. Sedangkan para ulama Hanafilah

berpendapat lain, biaya yang diperlukan untuk menyimpan dan

memelihara keselamatan barang gadai menjadi tanggungan

penerima gadai dalam kedudukannya sebagai orang yang

memegang amanat. (Hadi, 2003:56).

d. Pemanfaatan Barang Gadai

Pada dasarnya barang gadaian tidak boleh diambil

manfaatnya, baik oleh pemiliknya maupun oleh penerima

gadai.Hal ini disebabkan status barang tersebut hanya sebagai

jaminan hutang dan sebagai amanat bagi penerimanya.Namun

apabila mendapat izin dari masing-masing ouhak yang

45

Page 60: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. (Hadi,

2003:84)

D. Lelang

1. Pengertian Lelang

Peraturan teknis yang utama mengenai pelaksanaan lelang yang

saat ini berlaku, peraturan Menteri Keuangan Nomor : 40/PMK.07/2006

tanggal 30 Mei 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang , Bab 1

Ketentuan umum Pasal 1 angka 1, mengatur lelang adalah penjualan

barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui

media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis

yang di dahului dengan usaha mengumpulkan peminat .

Pengertian lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk

umum dengan penawaran secara kompetisi yang di dahului dengan

pengumuman lelang dan upaya mengumpulkan peminat. (Sianturi,

2013:51-53).

2. Jenis Lelang

Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual

dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang

ditinjau dari sudut sebab barang dilelang dibedakan antara lelang

eksekusi dan lelang non eksekusi.Lelang eksekusi adalah lelang untuk

melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen yang

dipersamakan dengan itu sesuai dengan perundang-undangan yang

46

Page 61: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

berlaku.Lelang non eksekusi adalah lelang selain lelang eksekusi yang

meliputi lelang non eksekusi wajib dan lelang non eksekusi sukarela.

a. Lelang Yang Bersifat Eksekusi Wajib

1) Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)

Lelang Eksekusi PUPN adalah pelayanan lelang yang

diberikan kepada PUPN/BUPLN dalam rangka proses

penyelesaian pengurusan piutang Negara atas barang

jaminan/sitaan milik penanggung hutang yang tidak membayar

hutangnya kepada Negara berdasarkan undang-undang Nomor 49

Prp tahun 1960 tentang Panitia Pengurusan Piutang Negara

2) Lelang eksekusi Pengadilan Negeri (PN/Pengadilan Agama (PA)

Lelang eksekusi Pengadilan Negeri (PN/Pengadilan

Agama (PA) adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/PA

untuk melaksanakan keputusan hakim pengadilan yang telah

berkekuatan pasti, khususnya dalam rangka perdata, termasuk

lelang hak tanggungan, yang oleh pemegang hak tanggungan

telah diminta fiat eksekusi kepada ketua pengadilan.

3) Lelang barang temuan dan sitaan, rampasankejaksaan/penyidik

Lelang barang temuan dan sitaan, rampasan

kejaksaan/penyidik adaah lelang yang dilaksanakan terhadap

barang temuan dan lelang dalam kerangka acara pidana

sebagaimana diatur dalam KUHP antara lain meliputi lelang

eksekusi barang yang telah diputus dirampas untuk Negara,

47

Page 62: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

termasuk dalam kaitan itu adalah lelang eksekusi Pasal 45 KUHP

yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak, busuk dan

memerlukan biaya penyimpanan tinggi.

4) Lelang sita pajak

Lelang sita pajak adalah lelang atas sitaan pajak sebagai

tindak lanjut penagihan piutang pajak kepada Negara baik pajak

pusat maupun pajak daerah.Dasar hukum dari pelaksanaan lelang

ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997.

5) Lelang Eksekusi barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

(Barang tak Bertuan)

Lelang barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat

diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang

yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara.

b. Lelang Non Eksekusi Wajib

Lelang barang inventaris instansi pemerintah

pusat/pemerintah daerah adalah lelang yang dilakukan dalam rangka

penghapusan barang milik/dikuasai Negara, termasuk dalam

pengertian barang milik/dikuasai Negara adalah asset pemerintah

pusat/daerah ABRI maupun sipil. Barang yang dimiliki Negara

adalah barangyang pengadaannya bersumber dari dana yang berasal

dari APBN, APBD serta sumber-sumber lainnya atau barang yang

nyata-nyata dimiliki Negara berdasarkan peraturan perundang-

48

Page 63: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

undangan yang berlaku tidak termasuk kekayaan Negara yang

dipisahkan.

c. Lelang Sukarela

1) Lelang sukarela/swasta

Lelang sukarela/swasta adalah jenis pelayanan lelang atas

permohonan masyarakat secara sukarela.Jenis pelayanan lelang ini

sedang dikembangkan untuk dapat bersaing dengan berbagai

bentuk jual beli individual/jual beli biasa yang dikenal di

masyarakat. Lelang sukarela yang saat ini sudsh berjalan antara lain

lelang seni seperti carpet dan lukisan, lelang sukarela yang

diadakan oleh Balai Lelang.

2) Lelang sukarela BUMN (Persero)

Pasal 37 ayat (2) Peraturan pemerintah nomor 12 tahun 1998

tentang perusahaan perseroan (Persero) mengatur, bagi persero

tidak berlaku instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1970 tentang

penjualan dan pemindahtanganan barang-barang yang

dimiliki/dikuasai Negara, yang harus melalui kantor lelang.

(Sianturi,2013:56-61)

3. Syarat-syarat Lelang

Lelang merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan

cara yang berbeda dan tetap mempunyai kesamaan dalam rukun dan

syarat-syaratnya, sebagaimana diatur dalam jual beli secara umum.

49

Page 64: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Dalam lelang rukun dan syarat-syarat dapat diaplikasikan dalam panduan

dan kriteria umum sebagai pedoman pokok diantaranya:

a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar

saling sukarela (‘an taradhin).

b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat

c. Kepemilikan/kuasa penuh atas barang yang dijual.

d. Kejelasan barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi.

e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual.

f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi

menimbulkan perselisihan.

g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap

untuk memenangkan tawaran.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

meakukan pelelangan:

a. Bukti diri pemohon lelang

b. Bukti kepemilikan atas barang

c. Keadaan fisik dari barang

Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk

mengethui bahwa pemohon lelang tersebut benar-benar orang yang

berhak untuk melakukan pelelangan atas barang yang

diaksud.Apabila pemohon lelang tersebut bertindak sebagai kuasa,

dari pemberi kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim

atau panitia urusan piutang Negara, harus ada surat penetapan dari

50

Page 65: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

pengadilan negeri atau panitia urusan piutang Negara. Kemudian,

bukti kepemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui bahwa

pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang

yang dimaksud. Bukti kepemilikan misalnya dapat berupa tanda

pembayaran, surat bukti hak atas tanah (sertifikat).

Disamping itu keadaan fisik dari barang yang dilelang juga

perlu untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari barang yang akan

dilelang. Untuk barang bergerak, harus ditunjukkan mana barang

yang akan dilelang, sedangkan untuk barang tidak bergerak, harus

ditunjukkan nama barang yang akan dilelang. Sedangkan seperti

tanah harus ditunjukkan sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah

didaftarkan atau dibukukan.(Ahmad, 2004:79-80)

4. Prosedur lelang

Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak

boleh menjual atau menggibahkan barang gadai.Sedangkan bagi

penerima gadai dibolehkan untuk menjual barang tersebut dengan syarat

pada saat jatuh tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi

kewajibannya.

Jika terdapat persyaratan menjual barang gadai pada saat jatuh

tempo, hal ini dibolehkan dengan ketentuan:

a. Murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin (mencari

tahu penyebab belum melunasi hutang)

b. Dapat memperpanjang tenggang waktu pembayaran

51

Page 66: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

c. Apabila murtahin benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi

hutangnya, maka murtahin boleh memindahkan barang gadai kepada

murtahin lain dengan seijin rahin.

d. Apabila ketentuan diatas terpenuhi, maka murtahin boleh menjual

e. barang gadai dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada rahin.

Sebelum penjualan mahrun dilakukan, maka sebelumya dilakukan

pemberitahuan kepada rahin. Pemberitahuan ini dilakukan paling lambat

5 hari sebelum tanggal penjualan melalui, surat pemberitahuan ke

masing-masing alamat, dihubungi melalui telepon, atau papan

pengumuman yang ada dikantor cabang. (http://www.Islampos.com/html,

(Diakses 22 November 2016)

5. Macam-macam Lelang

Pada umumnya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan

lelang naik. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lelang turun

Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya

membuka lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun

sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan tawaran

tertinggi yang disepakati penjual melalui juru lelang sebagai kuasa

penjual untuk melakukan lelang, dan biasanya ditandai dengan

ketukan.

52

Page 67: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Lelang naik

Lelang naik adalah penawaran barang tertentu kepada penawar

yang pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian

semakin naik sampai akhirnya diberikan kepda calon pembeli

dengan harga tertinggi.(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-

tugasmakalah/hukumislam/html (Diakses 22 November 2016) .

6. Lelang Dalam Islam

Lelang menurut pengertian transaksi mu’amalat kontemporer

dikenal sebagai bentuk penjualan barang di depan umum kepada penawar

tertinggi. Dalam islam juga memberikan keleluasaan dan keluasan ruang

gerak bagi kegiatan usaha umat Islam dalam rangka mencari karunia

Allah berupa rizki yang halal melalui berbagai bentuk transaksi saling

menguntungkan yang berlaku di masyarakat tanpa melanggar ataupun

merampas hak-hak orang lain secara tidak sah.

Setiap transaksi jual beli baik itu lelang mapun jual beli secara

langsung memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Bila transaksi sudah dilakukan dengan seseorang, maka orang lain

tidak boleh menginvestasikan dan melakukan transaksi kedua.

b. Mempertimbangkan pilihan yang dibolehkan dalam transaksi jual

beli, dengan ketentuan-ketentuan yang ditentukan.

c. Transaksi dagang hanya untuk barang yang sudah ada dan dapat

dikenali segala identitasnya.

d. Bersumpah dalam transaksi dagang tidak diperbolehkan.

53

Page 68: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

e. Dalam transaksi jual beli dianjurkan ada saksi. (http://Rafiqatul-

Hunniah.blogspot.com/htm.2015 (Diakses, 22 November 2016).

E. Pegadaian Syariah

1. Pengertian pegadaian

Pegadaian adalah Badan usaha milik Negara (BUMN) yang

memiliki usaha utama dibidang jasa penyaluran kredit kepada

masyarakat atas dasar hukum gadai.Pegadaian termasuk salah satu badan

usaha yang dimiliki oleh Negara, tetapi berstatus perusahaan umum

(perum). (Puspitasari,2011: 6)

2. Tujuan Pegadaian

Tujuan pegadaian antara lain sebagai berikut:

a. Membantu masyarakat golongan ekonomi lemah dalam mengatasi

kesulitan dana.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah.

c. Turut melaksanakan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional melalui penyaluran kredit atas dasar hukum

gadai.

d. Mencegah praktik gadai gelap, ijon,dan riba yang dapat merugikan

masyarakat.

3. Manfaat Pegadaian

Keberadaan pegadaian selain bermanfaat bagi masyarakat selaku

nasabah juga bermanfaat bagi pegadaian selaku pemberi kredit.Berikut

manfaat pegadaian bagi nasabah dan pegadaian.

54

Page 69: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

a. Nasabah

Dengan mengambil kredit dari pegadaian, maka nasabah memperoeh

manfaat, antara lain sebagai berikut:

1) Mendapatkan kredit dengan prosedur yang mudah, sederhana, dan

cepat.

2) Biaya sewa moda yang relative ringan.

3) Barang yang dititipkan sebagai jaminan berada pada tempat yang

aman.

4) Penaksiran nilai barang lebih akurat.

5) Beban keuangan masyarakat menjadi lebih ringan.

b. Pegadaian

Dengan adanya usaha gadai ini, pegadaian dapat memperoleh

manfaat sebagai berikut.

1) Memperoleh penghasilan yang diperoleh dari biaya sewa modal

yang dibayarkan oleh nasabah.

2) Memperoleh penghasilan dari ongkos yang dibayarkan nasabah

yang memperoleh jasa tertentu di pegadaian. (Puspitasari,2011:10-

11)

4. Jasa dan Pegadaian Syariah

a. Jasa pegadaian

1. Pemberian Pinjaman

55

Page 70: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Pemberian pinjaman atau pembiayaan berdasarkan huku gadai

syariah.Produk dimaksud, mensyaratkan pemberian pinjaman

dengan penyerahan harta benda sebagai jaminan.

2. Penaksiran Nilai Harta Benda

Penaksiran nilai harta benda yang dilakukan oleh pegadaian

syariah merupakan pelayanan berupa jasa atas nilai suatu harta benda

kepada warga masyarakat.

3. Penitipan barang Berupa Sewa (Ijarah)

Penitipan barang berupa sewa (ijarah) yang dilakukan oleh

pegadaian syariah berarrti menerima titipan barang dari masyarakat

berupa surat-suat berharga.

4. Gold Counter

Gold counter adalah jasa penyediaan fasilitas berupa tempat

penjualan emas yang berkualitas eksekutif dan aman disediakan oleh

pegadaian syariah. (Puspitasari,2011: 34)

b. Produk pegadaian syariah

1. Murabahah logam mulia. Adalah memfasilitasi kepemilikan emas

batangan melalui penjualan logam mulia oleh pegadaian kepada

masyarakat secara tunai atau dengan angsuran dengan proses

cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel, akad yang

digunakan adalah akad Murobahah dan Rohn.

2. ARRUM (Arrahn Untuk Usaha Mikro Kecil) adalah melayani

skim pinjaman bagi para pengusaha mikro kecil untuk

56

Page 71: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

pengembangan usaha dengan sistem pengembalian secara

angsuran dan menggunakan jaminan BPKB.

3. Ar-rahn Ijarah melayani skim pinjaman yang mudah dan praktis

untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem

gadai sesuai syariah.

4. Pembiayaan Arrum Haji

Pembiayaan Arrum Haji pada pegadaian syariah adalah

layanan yang memberikan anda kemudahan pendaftaran dan

pembiayaan haji.

5. Multi Pembayaran Online (MPO)

Multi Pembayaran Online (MPO) melayani pembayaran

berbagai tagihan seperti listrik, telepon/pulsa ponsel, air minum,

pembelian tiket kereta api, dan lain sebagainya secara online.

Layanan MPO merupakan solusi pembayaran cepat yang

memberikan kemudahan kepada nasabah dala bertransaski tanpa

harus memiliki rekening di bank. (brosur pegadaian syariah)

6. Konsinyasi Emas

Konsinyasi emas adalah layanan titip jual emas batangan di

pegadaian sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah

lebih aman karena disimpan di pegadaian.Keuntungan dari hasil

penjualan emas batangan diberikan kepada nasabah oleh sebab itu

juga emas yang dimiliki lebih produktif.

57

Page 72: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

7. Tabungan Emas

Tabungan emas adalah layanan pembelian dan penjualan

emas dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau.

8. Amanah

Pembiayaan Amanah dari pegadaian syariah adalah

pembiayaan berprinsip syariah kepada karyawan tetap atau

pengusaha mikro untuk memiliki motor atau mobil dengan cara

angsuran.

58

Page 73: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB III

GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

CABANG MAJAPAHIT SEMARANG

A. Sejarah

Pegadaian Syariah Cabang Semarang adalah cabang perum pegadaian

yang berada di kotamadya semarang tepatnya di Jl. Majapahit no.420

semarang, yang dipimpin oleh seorang kepala cabang yang diangkat oleh

Direksi dan bertanggungjawab kepada Direksi melalui Kepala Kantor Daerah.

Perum pegadaian cabang semarang ini mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan usaha perusahaan yang langsung berhubungan dengan

masyarakat (debitur) dalam rangka pemberian kredit atas dasar hukum gadai

atau usaha lain sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh

direksi.

Pegadaian di Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang, misi

pegadaian sebagai suatu lembaga yang ikut meningkatkan perekonomian

masyarakat dengan cara memberikan uang pinjaman berdasarkan hukum gadai

kepada masyarakat kecil, agar terhindar dari praktek pinjaman uang dengan

bunga yang tidak wajar ditegaskan dalam keputusan menteri keuangan No.

Kep-39/MK/6/1/1971 tanggal 20 januari 1970 dengan tugas pokok sebagai

berikut:

59

Page 74: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas

dasar hukum gadai kepada:

a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industry kecil, yang bersifat

produktif.

b. Kaum buruh/pegawai negeri yang ekonomi lemah dan bersifat

konsumtif.

2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon,

pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.

3. Disamping menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya yang

bermanfaat terutama bagi perekonomian masyarakat.

4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat dan

bila perlu memperluas daerah operasinya.

Dengan seiring perubahan status perusahaan dari perjan menjadi

perum pernyataan misi perusahaan dirumuskan kembali dengan pertimbangan

jangan sampai misi perusahaan itu justru membatasi ruang gerak perusahaan

dan sasaran pasar tidak hanya mayarakat kecil dan golongan menengah saja

maka terciptalah misi perusahaan perum pegadaian yaitu “ikut membantu

program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

golongan menengah kebawah melalui kegiatan utama berupa penyaluran

kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan. Bertolak dari

misi pegadaian tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya pegadaian adalah

sebuah lembaga dibidang keuangan yang mempunyai visi dan misi bagaimana

60

Page 75: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

masyarakat mendapat perlakuan dan kesempatan yang adil dalam

perekonomian. (zumardi.blogspot.co.id/2009/12/contoh-skripsi.html)

Sejarah pegadaian dimulai pada saat pemerintah Belanda (VOC)

mendirikan Bank Van Leening, yaitu lembaga keuangan yang memberikan

kredit dengan system gadai.Lembaga ini pertama kali di dirikan di Batavia

pada 20 Agustus 1746.

Ketika inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan

Belanda (1811-1816).Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan dan

masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal

mendapat lisensi dari pemerintah daerah setempat.Namun, metode tersebut

berdampak buruk pada pemegang lisensi yang menjalankan praktik

renternir.Hal itu dirasakan kurang menguntungkan pemerintah yang berkuasa

(Inggris). Oleh karena itu metode liecentie stelsel diganti menjadi patch

stelsel, yaitu pendirian pegadaian diberikan kepada pihak umum yang mampu

membayarkan pajak tinggi kepada pemerintah.

Pada saat Belanda berkuasa kembali, metode patch stelsel tetap di

pertahankan dan menimbulkan dampak yang sama dimana pemegang hak

ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya.

Selanjutnya, pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut cultur

stelsel. Kajian tentang pegadaian di dalamnya, saran yang dikemukakan

adalah kegiatan pegadaian.Ini ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat

memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.

61

Page 76: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Berdasarkan hasil penelitian tersebut pemerintah Hindia Belanda

mengeluarkan staatsblad (stbl) No. 131 tahun 1901 tanggal 12 Maret 1901

oleh pemerintah Hindia Belanda di dirikan pegadaian Negara yang pertama

pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi (Jawa Barat). Selanjutnya, setiap

tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun pegadaian.

Lahirnya pegadaian syariah sebenarnya berawal dari hadirnya fatwa

MUI tanggal 16 Desember 2003 mengenai bunga bank.Fatwa ini memperkuat

terbitnya PP No.10/1990 yang menerangkan bahwa misi yang di emban oleh

pegadaian adalah untuk mencegah Riba, dan misi ini tidak berubah hingga

diterbitkannya PP No. 103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha

perum pegadaian.Berkat rahmat Allah SWT dan setelah melalui kajian

panjang, akhirnya disusunlah sutu konsep pendirian unit layanan gadai syariah

sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan

usaha syariah.

Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi

modern yaitu azaz rasionalitas, efesiensi dan efektifitas yang diselaraskan

dengan nilai Islam.Fungsi operasi pegadaian syariah itu sendiri dijalankan

oleh kantor-kantor cabang pegadaian syariah atau unit layanan gadai syariah

(ULSG) sebagai satu unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah

pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian syariah pertama kali

berdiri di Jakarta dengan nama unit gadai syariah (ULSG) cabang dewi sartika

di bulan januari 2000. Menyusul kemudian pendirian ULSG di Surabaya,

Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta ditahun yang sama hngga

62

Page 77: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

September 2003. Masih ditahun yang sama pula, kantor cabang pegadaian

aceh dikonversi menjadi pegadaian syariah. (http//.PT.Pegadaian

syariah.co.id.sejarah pegadaian syariah)

B. Visi-Misi

Visi : Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu

menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik

untuk masyarakat menengah kebawah.

Misi:

1. Memberikan pembiayaan tercepat, termudah, aman dan selalu memberikan

pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi.

2. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan di seluruh pegadaian dalam mempersiapkan

diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.

3. Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakan

golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka

optimalisasi sumber daya perusahaan. (www.pegadaiansyariah.co.id/

visimisi)

C. Aspek Pendirian

Dalam mewujudkan sebuah pegadaian yang ideal dibutuhkan beberapa

aspek pendirian. Adapun aspek-aspek pendirian pegadaian syariah tersebut

antara lain:

1. Aspek Legalitas

63

Page 78: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990 tentang berdirinya

Lembaga Gadai yang berubah dari bentuk perusahaan Jawatan Pegadaian

menjadi Perusahaan Umum Pegadaian adalah Badan Usaha Tunggal yang

diberi wewenang untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum

gadai. Kemudian misi dari pegadaian disebutkan pada pasal 5 ayat 2b,

yaitu pencegahan praktek ijon, riba, pinjaman tidak wajar lainnya.

2. Aspek pemodalan

Modal untuk menjalankan perusahaan gadai adalah cukup besar,

karena selain diperlukan untuk dipinjamkan kepada nasabah, juga

diperlukan investasi untuk penyimpanan barang gadai. Pemodalan gadai

syariah bisa diperoleh dengan sistem bagi hasil, seperti mengumpulkan

dana dari beberapa orang (musyarakah) atau dengan mencari sumber dana,

seperti baik 2 orang atau perorangan untuk mengelola perusahaan gadai

syariah (mudharabah).

3. Aspek sumber daya manusia

Keberlangsungan pegadaian syariah sangat ditentukan oleh

kemampuan sumber daya manusia (SDM).SDM pegadaian syariah harus

memenuhi filosofi gadai dan sistem operasionalisasi gadai syariah.SDM

selain mampu menangani masalah taksiran barang gadai, penentuan

instrumen pembagian rugi laba atau jual beli, menangani masalah-masalah

yang dihadapi nasabah yang berhubungan dengan penggunaan uang gadai,

juga berperan aktif dalam syi’ar Islam dimana pegadaian itu berada.

4. Aspek kelembagaan

64

Page 79: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Aspek kelembagaan mempengaruhi efektifitas sebuah perusahaan

gadai dapat bertahan.Sebagai lembaga yang relatif belum banyak dikenal

masyarakat, pegadaian syariah perlu mensosialisasikan posisinya sebagai

lembaga yang berbeda dengan gadai konvensional.Hal ini guna

memperteguh keberadaannya sebagai lembaga yang berdiri untuk

memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.

5. Aspek sistem dan prosedur

Sistem dan prosedur pegadaian syariah harus sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah, dimana keberadaannya menekankan akan

pentingnya gadai syariah. Oleh karena itu gadai syariah merupakan

representasi dari suatu masyarakat dimana gadai itu berada maka sistem

dan prosedur gadai syariah berlaku fleksibel asal sesuai dengan prinsip

syariah.

6. Aspek pengawasan

Untuk menjaga jangan sampai gadai syariah menyalahi prinsip

syariah maka gadai syariah harus diawasi oleh dewan pengawas

syariah.Dewan Pengawas Syariah bertugas mengawasi operasionalisasi

gadai syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. (Hadi, 2003: 20-21)

D. Fungsi

Untuk dapat menjalankan tugas pokok tersebut, maka unit layanan

gadai syariah mempunyai fungsi sebagai unit organisasi pegadaian yang

bertanggung jawab mengelola usaha kredit secara gadai syariah agar mampu

berkembang menjadi institusi yang mandiri dan menjadi pilihan utama

65

Page 80: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

masyarakat yang membutuhkan pelayanan pegadaian syariah.Untuk dapat

mewujudkan tercapainya tugas pokok dan fungsi tersebut, maka dibentuk

struktur kepemimpinan dari pusat hingga ke cabang layanan syariah. (Hadi,

2003: 25)

E. Struktur Organisasi

F. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Pimpinan Cabang

Pimpinan cabang selaku penanggung jawab seluruh kegiatan

operasional diperusahaan memegang peranan strategis dalam

mengembangkan layanan serta kinerja perusahaan.Tugas dan tanggung

jawab pimpinan cabang sebagai berikut:

a. Melaksanakan keseluruhan proses pemberian kredit kepada nasabah

bersama penaksir sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

66

Page 81: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Mengkoordinasikan pemberian layanan yang optimal kepada nasabah.

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan

terhadap nasabah.

d. Memfasilitasi pegawai untuk dapat mengembangkan kemampuan

profesionalnya melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.

e. Melakukan pertanggung jawaban terhadap semua kredit yang telah

diberikan kepada nasabah.

f. Mengkoordinasikan pegawai untuk mengkontrol besarnya pemberian

kredit terhadap nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Melakukan pengecekan terhadap semua jenis barang jaminan yang

disimpan serta memastikan bahwa barang yang dijaminkan nasabah

disimpan dengan benar.

h. Mengadakan kerjasama dengan pihak luar, seperti instansi-instansi

pemerintah, lembaga keuangan lainnya, perguruan tinggi dan lain-lain.

2. Penaksir

Bertugas menaksir barang jaminan untuk menentukan mutu dan

nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

mewujudkan penetapan taksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra

baik perusahaan.

3. Pengelola Galeri

Bertugas untuk mengelola jual beli logam mulia di pegadaian

syariah cabang semarang

67

Page 82: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

4. Pengelola unit

Pengelola unit selaku penanggung jawab seluruh kegiatan

operasional di unit pegadaian syariah memegang peranan penting dalam

mengembangkan layanan serta kinerja di unit kerjanya. Tanggung jawab

kepala unit adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan keseluruhan proses pemberian kredit kepada nasabah di

unit kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Memberikan pelayanan yang optimal kepada nasabah.

c. Melakukan taksiran harga barang yang dijaminkan nasabah serta

memberikan taksiran yang wajar terhadap barang jaminan tersebut

agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.

d. Melakukan survei tempat usaha nasabah yang mengajukan aplikasi

pinjaman ARRUM, serta bertindak sebagai analisis kredit dalam

menentukan besarnya pinjaman yang bisa diberikan kepada nasabah.

e. Melakukan kontrol berkala terhadap barang jaminan nasabah yang

akan memasuki tanggal jatuh tempo. Serta bertanggung jawab terhadap

proses lelang barang jaminan yang tidak ditebus oleh nasabah.

5. Kasir

Kasir sebagai pemegang dan pengontrol uang kas masuk dan

keluar dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan form kepada nasabah yang akan mengajukan kredit

kepada perusahaan.

68

Page 83: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

b. Meminta nasabah untuk menunjukan kartu identitas yang asli beserta

copy dan melakukan pengecekan kebenaran kebenaran identitas

tersebut.

c. Membantu nasabah dalam menghitung besarnya biaya yang harus

dikeluarkan terhadap kredit yang akan dicairkan.

d. Mencetak dan memberikan bukti pembayaran yang akan dilakukan

nasabah.

e. Menghitung uang yang akan diterima dari nasabah dicocokkan dengan

bukti pembayaran yang telah dicetak sebelumnya.

6. Administrasi

Administrasi sebagai pengatur semua berkas pelaporan cabang,

bertanggung jawab terhadap jalannya proses pencairan kredit bersama

dengan penaksir cabang. Tugas dan tanggung jawab administrasi sebagai

berikut:

a. Melakukan verifikasi terhadap aplikasi yang diajukan oleh nasabah.

b. Memberi tahukan kepada nasabah prosedur pengajuan kredit serta

prosedur pelunasan kredit.

c. Melakukan pemantauan terhadap perubahan harga logam mulia

bersama dengan penaksir cabang dan memberikan laporan kepada

pimpinan cabang mengenai perubahan harga logam mulia tiap harinya.

d. Mencetak semua berkas kredit yang telah dicairkan serta memberikan

laporan kepada pimpinan cabang.

69

Page 84: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

e. Mencetak akad mulia dan menjelaskan kepada nasabah isi dari akad

tersebut, serta memberikan laporan akad kepada pimpinan cabang.

G. Produk-produk pegadaian syariah Semarang

1. Pembiayaan Arrum Haji

Pembiayaan Arrum Haji pada pegadaian syariah adalah layanan

yang memberikan anda kemudahan pendaftaran dan pembiayaan haji.

2. Multi Pembayaran Online (MPO)

Multi Pembayaran Online (MPO) melayani pembayaran berbagai

tagihan seperti listrik, telepon/pulsa ponsel, air minum, pembelian tiket

kereta api, dan lain sebagainya secara online. Layanan MPO merupakan

solusi pembayaran cepat yang memberikan kemudahan kepada nasabah

dala bertransaski tanpa harus memiliki rekening di bank.

3. Konsinyasi Emas

Konsinyasi emas adalah layanan titip jual emas batangan di

pegadaian sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah lebih aman

karena disimpan di pegadaian.Keuntungan dari hasil penjualan emas

batangan diberikan kepada nasabah oleh sebab itu juga emas yang

dimiliki lebih produktif.

4. Tabungan Emas

Tabungan emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas

dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau.

70

Page 85: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

5. Mulia

Mulia adalah layanan penjualan emas batangan kepada masyarakat

secara tunai atau angsuran dengan proses mudah dan jangka waktu yang

fleksibel. Mulia dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang aman

untuk mewujudkan kebutuhan masa depan.

6. Amanah

Pembiayaan Amanah dari pegadaian syariah adalah pembiayaan

berprinsip syariah kepada karyawan tetap atau pengusaha mikro untuk

memiliki motor atau mobil dengan cara angsuran.

7. Gadai Syariah

Pembiayaan gadai syariah (Rahn) dari pegadaian syariah adalah

solusi tepat kebutuhan dana cepat yang sesuai syariah. Hanya dalam

waktu 15 menit dana cair dan aman penyimpanannya. Jaminan barang

berupa perhiasan, elektronik atau kendaraan bermotor.

8. Arum

Arrum (Ar Rahn untuk usaha mikro) pada pegadaian syariah

memudahkan para pengusaha kecil untuk mendapatkan modal usaha

dengan jaminan kendaraan.Kendaraan tetap pada pemiliknya sehingga

dapat digunakan untuk mendukung usaha sehari-hari.

(www.pegadaiansyariah.co.id/product)

71

Page 86: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

H. Prosedur Pelelangan Barang Jaminan

Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak

boleh menjual atau menghibahkan barang gadai.Sedangkan bagi penerima

gadai dibolehkan untuk menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh

tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi kewajibannya.

Terdapat syarat-syarat menjual barang gadai pada saat jatuh tempo,

hal ini di bolehkan dengan ketentuan:

a. Murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin (mencari

tahu penyebab belum melunasi hutang).

b. Dapat memperpanjang tenggang waktu pembayaran.

c. Apabila murtahin benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi

hutangnya, maka murtahin boleh memindahkan barang gadai kepada

murtahin lain dengan seijin rahin.

d. Apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi, maka murtahin boleh

menjual barang gadai dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada

rahin.

Sebelum penjualan marhun dilakukan, maka sebelumnya dilakukan

pemberitahuan kepada rahin.Pemberitahuan ini dilakukan paling lambat5 hari

sebelum tanggal penjualan. Pemberitahuan tersebut bisa melalui surat

pemberitahuan, melalui telepon, papan pengumuman yang ada dikantor

cabang.

72

Page 87: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Untuk mencegah adanya penyimpangan syariah dan pelanggaran hak,

norma dan etika dalam praktik lelang, syariat Islam memberikan panduan dan

kriteria umum sebagai berikut:

a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap atas dasar saling sukarela.

b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat.

c. Kepemilikan/kuasa penuh dengan barang yang dijual

d. Kejelasan barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi.

e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual.

f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi

menimbulkan perselisihan.

g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk

memenangkan tawaran. (http://www.Islampos.com?html) (diakses 24

februari 2015)

I. Pelaksanaan Lelang Di Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak

Nasokha selaku pegawai di Pegadaian Syariah Cabang Majapahit

Semarang.Lelang merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh kantor

cabang pegadaian syariah apabila ada nasabahnya yang wanprestasi. Sebelum

lelang akan dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Memberikan peringatan secara lisan maupun melalui telepon.

2. Memberikan surat peringatan secara tertulis.

3. Pendekatan persuasif atau kekeluargaan dengan jalan meminta nasabah

datang ke kantor cabang pegadaian syariah atau pihak pegadaian syariah

73

Page 88: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

akan mendatangi rumah nasabah untuk melakukan negosiasi dalam rangka

mencari solusi dari masalah wanprestasi nasabah, dengan cara:

a. Gadai ulang

b. Penambahan plafon

c. Mengangsur

d. Menjual sendiri obyek jaminan

e. Penjualan obyek jaminan dilakukan pleh pihak pegadaian dengan

melalui proses lelang.

Lelang akan dilaksanakan apabila sampai batas waktu yang telah

ditetapkan penerima gadai (rahin) masih tidak dapat melunasi uang

pinjamannya (mahrun bih), maka akan dilakukan proses pelelangan barang

gadai atau jaminan (mahrun) dengan prosedur sebagai berikut:

1. Satu minggu sebelum pelelangan barang gadai (mahrun) dilakukan, pihak

pegadaian akan memberitahukan penerima gadai (rahin) yang barang

gadai atau jaminan (mahrun) akan dilelang.

2. Ditetapkannya harga pegadaian pada saat pelelangan.

3. Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan dari harga

penjualan, biaya pinjaman dan sisanya akan dikembalikan kepada nasabah

(rahin).

Pelaksanaan dan tanggal lelang dilakukan pada:

a. Lelang dilaksanakan paling cepat pada hari ke 125 dari tanggal 10

(untuk pinjaman tanggal 1 s/d 10), pada hari ke 125 dari tanggal

28/29/30/31 (akhir bulan) untuk pinjaman tanggal (21 s/d akhir bulan).

74

Page 89: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Oleh karena itu pelaksanaan lelang dilakukan dalam 3 periode dalam

satu bulan dengan ketentuan:

1) Periode I untuk tanggal akad 1 s/d 10, pelaksanaan lelang

dilakukan antara tanggal 15 s/d 20 bulan ke 5

2) Periode II untuk tanggal akad 11 s/d 20, pelaksanaan lelang

dilakukan tanggal 25 s/d akhir bulan ke 5

3) Periode III untuk tanggal akad 21 s/d 31, pelaksanaan lelang

dilakukan tanggal 5 s/d 10 bulan ke 6

b. Tanggal pelaksanaan lelang tersebut ditetapkan oleh pimpinan wilayah

berdasarkan usulan dari pimpinan cabang. Minimal 2 bulan sebelum

tahun anggaran berakhir, pimpinan cabang harus mengusulkan rencana

tanggal lelang untuk tanggal akad pinjaman tahun anggaran

berikutnya.Penetapan tanggal pelaksanaan lelang harus

memperhatikan:

1) Kantor cabang yang letaknya berdekatan satu dengan yang

lainnya sebisa mungkin tidak melakukan lelang pada waktu

yang bersamaan.

2) Sebisa mungkin lelang dilaksanakan satu hari, jika lebih dari

satu hari pimpinan cabang harus memberitahukan alasannya

kepada pimpinan wilayah.

3) Lelang tidak dilaksanakan pada hari libur/hari besarjika

bersamaan dengan datangnya hari raya, lelang dilaksanakan

sebelum hari raya.

75

Page 90: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Pegadaian syariah cabang majapahit Semarang melaksanakan lelang

pada tanggal 6 Desember 2016, adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan

dan merupakan puncak dari seluruh kegiatan lelang adalah sebagai berikut:

Lelang dilaksanakan dengan cara memberitahukan khalayak ramai

sebagai calon pembeli, pemberitahuan pelaksanaan lelang dapat dilakukan

melalui surat, telepon, radio, koran dll. Sebelum lelang dilaksanakan peserta

melakuka:

1. Penyetoran uang jaminan yang telah ditentukan.

2. Calon pembeli mengetahui hak dan kewajibannya, termasuk

pembayaran biaya/pajak yang dikeluarkan sesuai peraturan yang

berlaku.

3. Memastikan bahwa asset yang akan dibeli sudah dilihat dalam kondisi

sebagaimana adanya untuk menghindari keluhan di kemudian hari.

Pada saat pelaksanaan lelang peserta/calon pembeli yang hadir

mengikuti pelelangan tersebut adalah 15 orang, calon pembeli/peserta yang

hadir dari segala lapisan masyarakat kecuali pejabat Lelang, Penjual,

Pemandu Lelang, Hakim, Jaksa, Juru Sita, Pengacara/Advokat, Notaris,

PPAT, Penilai, Pegawai DJPLN, Pegawai Balai Lelang dan Pegawai Pejabat

Lelang kelas II.

Barang yang dilelang pada saat itu adalah berupa perhiasan

(kalung, cincin,gelang) semuanya berjumlah 8 perhiasan. Pelaksanaan

lelang di pandu oleh ketua pelaksanaan lelang yaitu Bapak Aden Setyawan,

sebelum para peserta lelang melakukan penawaran ketua lelang membuka

76

Page 91: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

harga lelang terlebih dahulu, kemudian di ikuti dengan penawaran-

penawaran dari peserta lelang. Dari 8 perhiasan yang di lelang hanya 5

perhiasan yang laku terjual yaitu:

1. Kalung milik Ibu Aminah sebesar 10 gram yang di menangkan oleh

Ibu Surati dengan harga Rp 460.000 x 10 = 4.600.000

Kalung milik ibu Aminah ini dilelang disebabkan karena Ibu Aminah

tidak dapat membayar hutangnya pada saat waktu yang telah

ditentukan.

2. Kalung milik Ibu Tugiyem sebesar 15 gram yang dimenangkan oleh

Ibu Asmanah dengan harga Rp 460.000 x 15 = Rp 6.900.000

Kalung milik ibu Tugiyem ini dilelang disebabkan karena Ibu

Tugiyem tidak dapat membayar hutangnya pada saat waktu yang telah

ditentukan.

3. Kalung milik Ibu Susanti sebesar 10 gram yang dimenangkan oleh

Bapak Yasin dengan harga Rp 460.000 x 10 = Rp 4.600.000

Kalung milik ibu Susanti ini dilelang disebabkan karena Ibu Susanti

tidak dapat membayar hutangnya pada saat waktu yang telah

ditentukan.

4. Gelang milik Ibu Ratna sebesar 7 gram yang dimenangkan oleh Bapak

Kusri dengan harga Rp 460.000 x 7 = Rp 3.220.000

Gelang milik ibu Ratna ini dilelang disebabkan karena Ibu Ratna tidak

dapat membayar hutangnya pada saat waktu yang telah ditentukan.

77

Page 92: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

5. Gelang milik Ibu Rosidah sebesar 8 gram yang dimenangkan oleh Ibu

Surtinah dengan harga Rp 460.000 x 8 = Rp 3.680.000

Gelang milik ibu Rosidah ini dilelang disebabkan karena Ibu Rosidah

tidak dapat membayar hutangnya pada saat waktu yang telah

ditentukan.

Sedangkan barang yang tidak laku pada saat pelelangan adalah:

1. Cincin milik Ibu Kurnia sebesar 6 gram

2. Cincin milik Ibu Cicik sebesar 8 gram

3. Gelang milik Ibu Rukanah sebesar 6 gram

Setelah pelaksanaan lelang selesai pemenang lelang akan diberikan

berita acara pemenang lelang. Selanjutnya pemenang lelang menyelesaikan

seluruh kewajibannya maka akan diberikan Risalah Lelang. Risalah Lelang

adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang yang

merupakan akta otentik.

Jika terdapat komplain dari pemenang lelang, maka keberatan

ditujukan kepada kami dimana kami akan berkonultasi dengan pihak penjual

untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Layanan purna jual kepada pemenang dan penjual meliputi proses

pelunasan, penyetoran pajak bea lelang, serah terima objek lelang dan

laporan akhir lelang.

Kendala-kendala dalam pelaksanaan lelang:

1. Proses pemberitahuan lelang yang tidak sampai pada pihak nasabah atau

masyarakat.

78

Page 93: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

2. Berubah-ubahnya harga pasar terhadap barang jaminan yang

menyulitkan dalam proses penaksiran oleh perum pegadaian.

3. Kurang memadainya tempat pelaksanaan lelang di perum pegadaian.

4. Sulitnya pihak perum pegadaian dalam menjual Barang Sisa Lelang

(BSL)

79

Page 94: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB IV

PELAKSANAAN LELANG BARANG JAMINAN

BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANGUNDANGAN DI

PEGADAIAN SYARIAH

CABANG MAJAPAHIT SEMARANG

A. Analisis Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan

Cara Pelelangan barang jaminan di Pegadaian Syariah Cabang

Majapahit Semarang adalah sebagai berikut:

1. Pada saat hari dilaksanakannya lelang barang-brng yang akan dilelang

oleh penjaga siang diperlihatkan kepada umum, dibawah

pengawasan/tanggung jawab ketua team pelaksana.

2. Pada waktu lelang, team pelaksana lelang bertanggungjawab atas

barang yang ada ditempat lelang, oleh karena itu team pelaksana

dilarang meninggalkan ruangan pelaksanaan lelang.

3. Lima belas menit sebelum dimulainya lelang, SBK yang akan dilelang

dibawa ketempat lelang dibawah pengawasan pimpinan cabang

sendiri. SBK lelang harus dijaga benar agar para pembeli tidak

mengetahui jumlah taksiran dan uang pinjman.

4. Lelang harus di pimpin oeh ketua team pelaksana lelang.

5. Jika anggota pelaksana lelang berhalangan hadir, maka pekerjaan

anggota tersebut diambil oleh ketua team pelaksana lelang atau petugas

pengganti yang ditunjuk.

80

Page 95: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

6. Pada waktu lelang, kasir lelang diwajibkan mencatat nama para

pembeli dan jumlah ung yang dibyar, uang muka dari pembeli yang

akan dijual menurut SBK.

7. Setelah selesai pelaksanaan lelang daftar tersebut ditandatangani oleh

kasir lelang.

8. Barang-barang yang dilelang menurut nomer SBK.

9. Ketua team pelaksana lelang membacakan dengan jelas keterangan-

keterangan singkat tentang barang-barang yang akan dijual menurut

SBK.

10. Ketua team pelaksana lelang harus mengatur supaya barang-barang

jangan sampai terjual terlau cepat. Kepada para pembeli harus

diberikan waktu yang cukup untuk tawar menawar.

11. Ketua pelaksana lelang tidak boleh meninggalkan tempat lelang,

sebelum pekerjaan tersebut selesai.

12. Setelah lelang kepada setiap orang dan kongsi dilarang menjual

belikan barang yang telah mereka beli dari lelang.

13. SBK yang sudah di lelang disimpan oleh pimpinan cabang dan

dimusnahan sesudah mendapatkan persetujuan dari kepala kantor

daerah/ wilayah.

B. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan

Perundang-Undangan

Pada dasarnya penjualan lelang dilakukan tidak secara khusus diatur

dalam KUHPerdata tetapi termasuk perjanjian di luar KUHPerdata.Penjualan

81

Page 96: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

lelang dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli

yang diatur dalam KUHPerdata Buku III tentang perikatan. Pasal 1319

KUHPerdata berbunyi, “semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus,

maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan

umum Pasal 1457 KUHPerdata, merumuskan jual beli adalah suatu

persetujuan, dengan salah satu pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

suatu benda, dn pihak lain membayar harga yang dijanjikan. Perjanjian jual

beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pembeli.Di

dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek

jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli

berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek

tersebut.Sehingga lelang mengandung unsur-unsur dari definisi jual beli

adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli.Adanya kesepakatan antara

penjual dan pembeli tentang barang dan harga, adanya hak dan kewajiban

yang timbul antara pihak penjual dan pembeli.Esensi dari jual dan lelang beli

adalah penyerahan barang dan pembayaran harga. Penjualan lelang memiliki

identitas dan karakteristik sendiri, dengan adanya pengaturan khusus dalam

Vendu Reglement, namun dasar penjualan lelang sebagian masih mengacu

pada KUHPerdata mengenai jual beli, sehingga penjualan lelang tidak boleh

bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam hukum

perdata, seperti ditegaskan dalam Pasal 1319 Vendu Reglement (Stbl. Tahun

1908 Nomer 189 diubah dengan Stbl. 1940 nomer 56)yang masih berlaku

sebagai dasar hukum lelang.

82

Page 97: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

mengambil ketentuan hukum gadai.Hukum Perdata tentang kebendaan

khususnya Bab 20 tentang Gadai dari Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160.

Pasal tersebut mengatur mengenai pelaksanaan gadai, antara lain Jaminan,

Perjanjian Pokok, Hak Kreditur Gadai, Penyerahan Barang Jamnian dari

Debitur ke Krediturdan Penguasaan Barang Jaminan, Pemeliharaan Barang

Gadai, Perhitungn Bunga, Hapusnya Gadai, dan Eksekusi Gadai.

Sedangkan untuk pelaksanaan lelang di Pegadian Syariah cabang

Majapahit Semarang menjadikan dasar hukum lelang pada KUHPerdata buku

kedua bab 20 Pasal 1150

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang debitur untuk orang lain atas namanya, dan yang member kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya dan para kreditur-kreditur lainnya dengan pengecualian mendahulukan pembayaran-pebayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di keluarkan untuk menyelamatkan barang yang dapat digadaikan itu”. (tjitrosuddibyo:248)

Dengan landasan hukum ini pihak Pedagaian Syariah cabang

Majapahit Semarang melakukan pelelangan barang jaminan nasabah yang

tidak melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo dan tidak melakukan

pembaharuan hutang pinjamannya.Dan hasil lelang tersebut digunakan untuk

membayar/ melunasi semua kewajiban nasabah.

Sebelum melakukan pelelangan, pihak Pegadaian Syariah cabang

Majapahit Semarang akan memberikan pemberitahuan kepada nasabah dengan

upaya-upaya persuasif maupun somasi (peringatan). Jika dengan upaya

persuasif tidak mencapai kesepakatan maka dilakukan dengan peringatan. Jika

83

Page 98: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

dari upaya tersebut gagal maka akan dilakukan lelang, hal ini dijelaskan

dengan Pasal 1156 ayat 2 KUHPerdata yang menyatakan :

“tentang penandatanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini dan pasal yang lampu, kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari ada hubungan pos atau telegrap, atau jika tidak begitu halnya, dengan pos yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat dianggap sebagai berita yang pantas”.

Setelah pelaksanaan lelang yang telah di lakukan, selanjutnya ia harus

memberikan perhitungan tentang pendapatan dari penjualan lelang gadai

tersebut. Jika ada kelebihan dari pelunasan utang maka kelebihan tersebut

harus dikembalikan kepada debitur.Sebagaimana yang telah diatur dalam

Pasal 1158 KUHPerdata.

C. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan Hukum

Islam

Dari data yang diperoleh dari prosedur pelelangan barang jaminan di

pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang, pihak pegadaian memberikan

kebebasan kepada calon pembeli untuk melihat dengan jelas barang yang akan

dilelang oleh pihak pegadaian tanpa menyembunyikan bagian-bagian yang

cacat. Panitia lelang atau tim ketua pelaksanaan lelang juga menunjukkan dan

menjelaskan ciri-ciri barang yang akan dilelang tersebut. Dengan demikian

pelelangan barang gadai di pegadaian syariah tidak adanya unsurgharar

(penipuan), maisir, karena mereka melakukan atas dasar suka sama suka

terhadap kondisi barang yang akan dilelang tersebut.

84

Page 99: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Berdasarkan ketentuan Al-Quran Surah An-Nisa ayat 29:

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan

jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.

Adapun barang yang dijual belikan (obyeknya) adalah barang

jaminan (barang gadai) yang telah habis masa gadainya dan pemilik barang

tidak dapat melunasinya.menurut sebagian ulama abu hanafiah hal ini

dibenarkan, karena menjual barang adalah hak murtahin apabila rahin tidak

dapat melunasi atau memenuhi kewajibannya dalam waktu yang telah

ditentukan.Apabila hal tersebut sudah disepakati bersama, mereka harus

menaati peraturan yang telah dibuat dalam perjanjian tersebut.

Begitu pula sebelum melakukan lelang, pemilik barang sudah

diberitahu terlebih dahulu dan memberi kesempatan untuk menebusnya

sebelum lelang dilaksanakan, dengan demikian memberi kesempatan lagi bagi

pemilik barang untuk menebus dan memiliki barangnya kembali.oleh karena

itu jika pemilik barang tidak dapat melakukan penebusan berarti telah member

ijin kepada penerima gadai untuk menjual barang tersebut. Dengan demikian

85

Page 100: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

obyek yang dijadikan jual beli dalam prosedur pelelangan barang jaminan di

pegadaian syariah semarang telah memenuhi standard dan sesuai yang

ditentukan oleh dewan syariah nasional.

Sedangkan dalam pelaksanaan lelang, untuk mempengaruhi pembeli

dan menarik minat masyarakat, panitia lelang memberikan pengumuman

beberapa hari sebelum lelang tesebut dilaksanakan. Diadakan uji coba (uji

kualitas maupun uji kadarnya) di depan calon pembeli mengenai barang yang

akan dilelang, harga yang ditawarkan diusahakan lebih rendah dari harga pasar

tapi lebih tinggi dari jumlah kredit. Disamping itu juga sikap ramah yang

selalu ditunjukkan pada setiap calon pembeli.Akan tetapi dilarang

mempengaruhi calon pembeli dengan unsur (gharar) penipuan. Sebagaimana

hadist nabi yang diriwayatkan oleh abu hurairah ra:

Sedangkan harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga pasar

adalah agar pembeli merasa puas dan tidak dirugikan karena boleh jadi barang

tersebut tidak baru lagi, baik dari segi barang atau bentuk barang tapi masih

memiliki kualitas bagus.Hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk

melunasi utang rahin yang belum terbayar, biaya pemeliharaan dan

penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. Sedangkan jika

terdapat kelebihan mahrun dapat mengambilnya, sebaliknya jika terdapat

kekurangan hutang rahin dari hasil penjualan mahrun tersebut, maka rahin

wajib membayar kekurangannya.

Sedangkan dalam proses tawar menawar barang dilakukan secara

terbuka di depan umum untuk bersaing dengan pembeli lain jika pembelinya

86

Page 101: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

perorangan dengan harga limit yang berlaku di pasar saat itu. Dan apabila

pembeli pemborong mereka sudah memiliki harga lelang tersendiri artinya

harga yang ditawarkan setelah atau uji kualitas barang tersebut kemudian

mereka menghitung harga yang mereka inginkan. Harga lelang pembeli juga

ada kesepakatannya dengan harga lelang penjual yang telah ditetapkan artinya

adalah pembeli borongan dapat menawar harga dibawah harga yang

ditetapkan saat lelang dengan tidak melakukan penawaran dibawah harga limit

(bawah) yang telah ditetapkan oleh pegadaian.

Dari proses tawar menawar harga inilah, sebuah kesepakatan antara

pihak penjual (panitia lelang) dengan nasabah terjadi. Untuk mencegah

terjadinya perselisihan, para ulama memberikan landasan hukum dalam

pelaksanaan penawaran barang lelang.Pertama, pembeli dapat menawar harga

barang yang dilelang walaupun disitu sudah ada penawar, selagi penawaran

masih terbuka untuk umum.Kedua, pembeli tidak dapat menawar jika lelang

sudah ditutup.

(http://www.konsultasisyariah.com/hukum-jual-beli-lelang) Diakses pada

tanggal 10 Februari 2017

Agar proses ini sesuai dengan ketentuan yang berprinsip syariah,

maka disetiap cabang dalam wilayah atau daerah di tempatkan seorang

petugas dari pihak kantor wilayah pusat yang memeriksa tentang sistem

operasional dan prosedurnya. Agar sistem operasional dan prosedurnya sesuai

dengan ketentuan syariah atau aturan Dewan Syariah Nasional (DSN), dalam

proses ijab qabul dan penyerahan barang di pegadaian syariah cabang

87

Page 102: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Majapahit Semarang yaitu untuk ijab qabul dilakukan oleh pihak penjual dan

pembeli dengan menyatakan menjual barang kepada pembeli sebagai ijab dan

disambut oleh pembeli sebagai tanda qabul dengan menggunakan bahasa lisan

dan diberikan bukti pembelian dengan menggunakan surat bukti rahn (SBR)

yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak. Sehingga dalam proses ijab dan

qabul tersebut tidak adanya unsur keterpaksaan diantara kedua belah pihak

dalam tata cara yang dilakukan. Dan kedua belah pihak saling rela atau

merelakan dalam prosedurnya. Dan sebagai bukti bahwa telah terjadi

kesepakatan jual beli barang jaminan tersebut cara melakukan ijab dan qabul

dalam prosedurnya harus dengan lisan tetapi juga harus berupa tulisan.

Sedangkan dalam penyerahan barang jaminan adalah ketik terjadi

akad ijab qabul telah selesai dilaksanakan pembeli dapat membawa barangnya

dan ada pula ditangguhkan ampai proses pelelangan selesai. Ini dilakukan

guna menghindari kelalaian dalam praktek-praktek yang merugikan kerugian

pada nasabah.

Setelah proses pelelangan selesai, uang hasil penjualan barang lelang

digunakan untuk melunasi sebua hutang nasabahnya. Tetapi jika terdapat

selisih, artinya barang yang dilelang tidak mencukupi untuk melunasi

kewajiban rahin berupa marhun bih, bea penjual dan bea pembeli serta ujrah

maka rahin wajib membayar kekurangan tersebutdab begitupun sebaliknya

jika terdapat kelebihan nasabah berhak mengmbil uang kelebihan tersebut dan

jangka waktu yang telah ditentukan yaitu: Satu tahun sejak tanggal penjualan

88

Page 103: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

lelang dan jika dari waktu itu tidak diambil maka nasabah telah menyatakan

sebagai seedekah yang pelaksanaannya diserahkan kepada murtahin.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan lelang

pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang telah sesuai dengan ketentuan

hukum Islam. Karena tidak ada unsur penipuan yang merugikan orang lain,

baik dari memperlihatkan barangnya maupun proses tawar menawar barang

itu sendiri. Dikarenakan dari dua hal tersebut itu sangat penting dalam

pelaksanaan lelang, dan rawan dengan penipuan yang disebabkan bentuk

barang tidak sesuai dengan barang yang dijual pada saat lelang.Dan dalam ijab

qabul untuk memberikan kepercayaan kepada pembeli maka diberikan bukti

jual beli dengan Surat Bukti Rahn (SBR) yang ditandatangani oleh kedua

belah pihak.

89

Page 104: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, berdasarkan rumusan

masalah mengenai pelaksanaan lelang barang jaminan di pegadaian

syariah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan lelang barang jaminan di perum pegadaian syariah cabang

majapahit Semarang terjadi apabila debitur atau nasabah tidak

memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan atau memperpanjang

pinjamnnya, maka perum pegadaian berhak untuk menjual barang

jaminan dalam pelelangan. Sebelum lelang dilaksanakan perum

pegadaian harus memberitahukan terlebih dahulu kepada debitur yang

melakukan tindak wanprsetasi melalui peringatan lisan, tertulis atau

pendekatan persuasif yaitu mendatangi nasabah bahwa barang

jaminannya akan dilelang. Pelaksanaan lelang yang dilakukan

pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang dengan metode terbuka

di depan umum.

2. Pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

telah sesuai dengan dasar hukum lelang, yakni KUHPerdata buku

kedua bab 20 Pasal 1150

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang debitur untuk orang lain atas namanya, dan yang memberi kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya dan para kreditur-kreditur lainnya dengan pengecualian

90

Page 105: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

mendahulukan pembayaran-pebayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di keluarkan untuk menyelamatkan barang yang dapat digadaikan itu”. Berdasarkan ketentuan diatas, Pelaksanaan lelang barang jaminan

di Pegadaian Syariah Semarang telah sesuai dengan ketentuan

Perundang-undangan yang berlaku, karena debitur memberikan

kekuasaan kepada kreditur untuk menggunakan barang yang telah

diserahkan dan digunakan sebagai jaminan untuk melunasi hutangnya

apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya

pada saat jatuh tempo/wanprestasi. Dan pihak pegadaian menggunakan

uang hasil lelang tersebut untuk melunasi semua kewajiban nasabah.

3. Pelaksanaan lelang Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena tidak ada unsur

penipuan yang merugikan orang lain, baik dari memperlihatkan

barangnya maupun proses tawar-menawar barang itu sendiri, dengan

kata lain telah dilakukn dengan sistem terbuka. Dan dalam ijab qabul

untuk memberikan kepercayaan kepada pembeli maka diberikan bukti

jual beli dengan Surat Bukti Rahn (SBR) yang ditandatangani oleh

kedua belah pihak.

91

Page 106: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

B. Saran

1. Untuk meningkatkan kepuasan konumen, manajemen Perum

Pegadaian pada cabang Majapahit Semarang harus mempertahankan

bahkan lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada

konsumen.

2. Dalam pelaksanaan lelang dipegadaian belumlah mencakup seluruh

lapisan masyarakat artinya masih segelintir masyarakat yang tahu akan

lelang, sehingga saran saya pihak pegadaian harus memberikan

informasi kepada masyarakat umum ketika akan melakukan lelang,

sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam proses tersebut sehingga

memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang lelang dan secara

tidak langsung akan meningkatkan jumlah nasabah. Dan meningkatkan

kualitas produk gadai syariah yang berbasis barang emas atau barang

lainnya. Serta memberikan pelayanan terbaik dalam pelaksanaan

operasionalnya. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik dari

Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang.

3. Skripsi ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan

maupun dari segi pengambilan data sehigga saya harapkan di

kemudian hari bila akan melakukan penelitian lebih lanjut kiranya

dapat memberikan data yang lebih memadai dari apa yang telah saya

teliti dan saya tulis sehingga dapat memberikan informasi yang lebih

akurat guna menambah wawasan bagi kita semua.

92

Page 107: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

DAFTAR PUSTAKA

Al- Quran

Ahmad. Aiyub, 2004. Fikih Lelang Prespektif Hukum Islam dan HukumPositif.

Jakarta: Kiswah

Ali,Zainuddin,2008. Hukum Gadai Syariah.Jakarta: Sinar Grafika

Badrulzaman, Mariam Darus, Bab-bab tentang Credietverband, gadai dan

fidusia, Alumni, Bandung.

Buku Pedoman Pegadaian Syariah, Pedoman Operasional Gadai Syariah, Jakarta:

1 Januari 2007)

Hadi, Muhammad Sholikul, 2003. Pegadaian Syariah, Jakarta: Salemba Diniyah

Hakim, Lukman, 2012. Prinsip-pinsip Ekonomi, Bandung: Erlangg

Hendi, Suhendi, 2010. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo

http//eprint.ums.ac.id (Diakses pada tanggal 17 November 2016)

http//lib.ui.ac.id (Diakses pada tanggal 17 November 2016)

Hunniah, Rafiqatul, 2005. Lelang Dalam Pandangan Islam

http://RafiqatulHunniah.blogspot.com/html

Mulazid,Ade Sofyan,2012.Kedudukan Pegadaian Syariah. Jakarta: Kementrian

Agama

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2005. Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek,

Jakarta: Prenada Media.

Satrio, J, 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra Aditya

Bakti

Page 108: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Sianturi,Purnama Tioria.Perlindunan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan

Tidak Bergerak Melalui Lelang.cv.Mandar Maju

Sudarsono, Heri,2003.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:

Ekonisia

Tim Laskar Pelangi,Metodologi Fikih Muamalah.Lerboyo:press, 2013

Usman, Rachmadi, 2008. Hukum Perjanjian Keperdataan, Banjarmasin: Sinar

Grafika

http//repository.usu.ac.id (Diakses pada tanggal 17 November 2016)

Page 109: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 110: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 111: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 112: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 113: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 114: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017
Page 115: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Dokumentasi Wawancara dengan Pimpinan Perum Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

Page 116: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pegadaian Syariah Cabang

Majapahit Semarang? 2. Apakah ada kesepakatan tertentu apabila nasabah tidak dapat

melunasi hutangnya dan pihak Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang akan melakukan pelelangan barang jaminan nasabah?

3. Kapan pelaksanaan lelang dilakukan Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang?

4. Persiapan apa saja yang dilakukan oleh pihak Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang dalam melaksanakan pelelangan?

5. Bagaimana cara memperlihatkan barang lelang? 6. Cara apa saja yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah cabang

Majapahit Semarang dalam mempengaruhi calon pembeli? 7. Bagaimana pelaksanaan tawar-menawar barang lelang yang

dilakukan oleh calon pembeli? 8. Bagaimana cara menetapkan harga akhir dalam proses pelaksanaan

lelang? 9. Bagaimana pelaksanaan Ijab dan Qabul? 10. Bagaimana cara melakukan penyerahan barang hasil lelang

tersebut? 11. Setelah barang jaminan nasabah telah dilelang, bagaimana proses

penyelesaian utang nasabah tersebut? 12. Jika terdapat kelebihan/sisa uang dalam penyelesaian utang

nasabah, apakah kelebihan/sisa uang tesebut dikembalikan kepada nasabah?

13. Jika nilai sisa uang tersebut tidak diambil oleh nasabah setelah jangka waktu tertentu, dialokasikan kemana dana nasabah yang tidak diambil tersebut?

Page 117: jurusan hukum ekonomi syariah fakultassyariah institut agama islam negeri salatiga 2017

Curriculum Vitae

A. Biodata Pribadi 1. Nama : Ilmiana Sofia 2. Tempat, Tgl. Lahir : Sukorejo, 13 April 1994 3. Agama : Islam 4. Domisili : Ngablak Kidul Rt: 05 Rw: 05 Kel. Pulutan Kec.

Sidorejo Salatiga 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Status : Belum Menikah 7. Tinggi, Berat Badan: 155cm, 42 Kg 8. No Hp : 081548866613 9. E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan 1. Lulusan SDN 02 Salatiga (2001) 2. Lulusan SMP Muhammadiyah Salatiga (2009) 3. Lulusan SMK PGRI 2 Salatiga (2012)