Jurnal Sosio Humaniora Vol.3 No.3,. Mei 2012 ISSN :...
Transcript of Jurnal Sosio Humaniora Vol.3 No.3,. Mei 2012 ISSN :...
Jurnal Sosio Humaniora Vol.3 No.3,. Mei 2012 ISSN : 2087-1899
ii
Jurnal Sosio Humaniora
PENANGGUNGJAWAB Kepala LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Ketua Umum :
Dr. Ir. Ch Wariyah, MP
Sekretaris : Awan Santosa, SE., M.Sc
Dewan Redaksi :
Dr. Kamsih Astuti, MA Dr. Hermayawati, M.Pd
Penyunting Pelaksana : Tutut Dwi Astuti, SE., M.Si Dra Indra Ratna KW, M.Si
Restu Arini, S,Pd Sumiyarsih, SE., M.Si
Pelaksana Administrasi :
Gandung Sunardi Hartini
Guest Editor :
Prof. Dr. Bimo Walgito
Alamat Redaksi/Sirkulasi : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213
E-Mail : [email protected]
Jurnal yang memuat ringkasan hasil penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian, yang belum pernah dipublikasikan baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal Sosio Humaniora dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.
Jurnal Sosio Humaniora Vol.3 No.3,. Mei 2012 ISSN : 2087-1899
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga Jurnal Sosio
Humaniora Volume 3, No. 3, Mei 2012 dapat kami terbitkan. Redaksi mengucapkan terima
kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang telah berbagi
pengetahuan dari hasil penelitian, untuk dipublikasikan dan dibaca oleh pemangku
kepentingan, sehingga memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi perkembangan
IPTEKS.
Pada jurnal Sosio Humaniora edisi Mei 2012, disajikan beberapa hasil penelitian di
bidang Ekonomi, Sosial dan Psikologi, yang meliputi :
1. Peranan Publics Relation Dalam Bisnis Hospitality
2. Evaluasi Implementasi Service Orientation Pada Jasa Pendidikan
3. Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Kredit Pada BUKP Nanggulan
4. Uji Beda Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan IPO
yang Melakukan Inisiasi Deviden
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split
6. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
7. Hubungan Dukungan Suami Dengan Nilai Positif Pekerja-Keluarga Pada Ibu Bekerja
8. Hubungan Cita Rasa Humor Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Akhir
(Mahasiswa)
9. Indeks Demokrasi Ekonomi Kabupaten Bantul Tahun 2011.
Redaksi menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian artikel
dalam jurnal yang kami terbitkan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan, agar
penerbitan mendatang menjadi semakin baik. Atas perhatian dan partisipasi semua pihak
redaksi mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2012 Redaksi
Jurnal Sosio Humaniora Vol.3 No.3,. Mei 2012 ISSN : 2087-1899
iv
DAFTAR ISI Hal
Kata Pengantar iii Daftar Isi iv PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM BISNIS HOSPITALITY 1-7 M. Agus Prayudi
EVALUASI IMPLEMENTASI SERVICE ORIENTATION PADA JASA PENDIDIKAN: TINJAUAN DI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 8-20 Audita Nuvriasari PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA BUKP NANGGULAN 21-32 Subarjo
UJI BEDA HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN IPO YANG MELAKUKAN INISIASI DIVIDEN 33-43 Tutut Dewi Astuti
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT 44-56 Endang Sri Utami
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI KURS, DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2005-2010 57-66 M. Budiantara HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN NILAI POSITIF PEKERJA-KELUARGA PADA IBU BEKERJA 67-77 Triana Noor Edwina Dewayani Soeharto Hubungan Cita Rasa Humor (Sense of Humor) dengan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Akhir (Mahasiswa) 78-88 Indra Ratna Kusuma Wardani INDEKS DEMOKRASI EKONOMI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011 89-100 Awan Santosa PEDOMAN PENULISAN NASKAH 101
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
1
PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM BISNIS HOSPITALITY
M. Agus Prayudi Akademi Pariwisata Indraphrasta Yogyakarta
Abstract Hospitality is highly important in hospitality industry. However, only hospitality is not enough; the 7P (Price, Product, Place, Promotion, Presentation, Process, and People) marketing mix is also required to develop successful hospitality industry.In hospitality industry, service quality provided to guests is the main support; and this is backed up by the role of Public Relations ( PR ) in marketing the product, namely, to develop and maintain good relationship with every guest; and PR should maintain the reputation and image of the company in the community.
Keywords : Public Relations, Marketing, Hospitality
A. Pendahuluan Hospitality yang diartikan“
keramahtamahan”. Industri hospitality
adalah industri yang berbasis
keramahtamahan. Hospitality merupakan
industri yang melekat dengan pariwisata.
Dalam industri ini erat kaitannya dengan
pelayanan kepada konsumen, oleh karena
itu pemasar harus mampu membuat
konsumen puas atas keramahtamahan
yang diberikan oleh perusahaan. Public
Relations (PR) biasanya berperan aktif
dalam kampanye melalui berbagai media.
PR wajib mempromosikan program-
program yang ada di perusahaan. Tugas
PR adalah membangun dan membina
hubungan baik kepada setiap tamu dan
memberikan informasi kepada masyarakat
setiap kegiatan perusahaan.
Berbeda dengan produk berupa
barang, hospitality mengandung unsur-
unsur pemasaran yang banyak yaitu 7P
(Price, Product, Place, Promotion,
Presentation, Process, People). Hal ini
berbeda dengan produk yang berupa
barang yang biasanya 4P (Price, Product,
Place, Promotion). Pihak yang dilayani oleh
PR bukan hanya konsumen melainkan
semua pihak yang memang terkait dengan
suatu organisasi atau perusahaan, jadi
menyangkut seluruh komunikasi pada suatu
organisasi. Dalam kenyataan sehari-hari PR
sering dikacaukan dengan periklanan,
padahal periklanan hanya terbatas pada
bidang atau fungsi-fungsi pemasaran saja.
Tulisan–tulisan dalam PR harus
sepenuhnya faktual dan informatif, tidak
boleh melebih-lebihkan seperti yang sering
ditemukan dalam iklan. Untuk menjamin
kredibilitas kegiatan-kegiatan PR haruslah
bersifat edukatif jauh dari nuansa emosional
dan dramatik.
B. Optimalkan PR untuk Menangkan Persaingan
Public Relations (Humas =
Hubungan Masyarakat) merupakan bagian
penting dalam membangun brand image
yang kuat. Banyak perusahaan
kebingungan antara tugas PR dengan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
2
marketing. PR dapat diberdayakan untuk
menciptakan aliansi dengan organisasi atau
interest dengan segmen pasar. Humas
senantiasa dihadapkan pada tantangan dan
harus menangani berbagai macam fakta
yang sebenarnya. Perkembangan
komunikasi tidak memungkinkan lagi suatu
organisasi untuk menutup-nutupi suatu
fakta. Oleh karena itu humas harus mampu
menjaga reputasi atau citra perusahaan.
Sedangkan sasaran utama Public Relations
tampak dalam gambar 1.
C. Memahami Perilaku Pelanggan
Promosi dari mulut ke mulut akan
membuat industri hospitality sukses.
Pencapaian tujuan bisnis dilakukan melalui
penciptaan kepuasan pelanggan, di mana
pelanggan merupakan fokus setiap bisnis.
Melalui pemahaman atas perilaku
konsumen seorang pemasar bisa benar-
benar mengetahui apa yang diharapkan
pelanggan. Pemasar bisa mengembangkan
data base marketing yang menguntungkan
dalam jangka panjang. Analisis perilaku
konsumen jasa bisa didasarkan pada model
proses keputusan pembelian yang
dikelompokkan menjadi tiga tahap utama
yaitu pra pembelian, konsumsi, dan
evaluasi purna beli. Tahap pra pembelian
meliputi identifikasi kebutuhan pencairan
informasi dan evaluasi alternatif. Tahap
konsumsi berupa pembelian dan konsumsi
jasa. Sedangkan tahap terakhir berupa
evaluasi purna beli yang meliputi beberapa
aspek seperti kepuasan pelanggan,
loyalitas pelanggan, dan kualitas jasa.
D. 7 P
Berbeda dengan produk yang
berupa barang, sektor hospitality
mengandung unsur pemasaran yang lebih
banyak yaitu 7P (Price, Product, Place,
Promotion, Presentation, Process dan
People). Promosi besar-besaran sepertinya
tidak cocok karena industri ini tidak
menawarkan produk massal. Pengelolaan
Customer Relation Management (CRM)
yang tepat akan sangat membantu dalam
meningkatkan penjualan. Price adalah
harga sebagai dasar penawaran kepada
calon pembeli, product: sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada calon konsumen untuk
dijual, place dikaitkan dengan channel
distribution dimana konsumen dapat
membeli produk tersebut, promotion adalah
cara penyampaian informasi kepada
pelanggan yang diharapkan akan membeli
produk yang ditawarkan, presentation:
menyangkut penataan, dekorasi dan
bentuk-bentuk penyajian lainnya.
Konsumen membutuhkan suasana yang
berbeda dan unik. Proses: berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan, people:
orang banyak selaku konsumen, mereka
inilah yang menjadi sasaran kegiatan
pemasaran.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
3
Gambar 1.Sasaran Utama Public Relations
Sumber: Vanessa Gaffar (2007: 53)
Gambar 2 Model Perilaku Konsumen Jasa
Sumber: Tjiptono (2006: 43).
Sasaran Utama Public Relations
Strategi Program Kerja
Corporate PR Stakeholder Relations
Marketing PR
- In House journal - Publikasi eksternal
dan Internal - Special Events
Programs, Eksibisi, dll
- Iklan perusahaan dan sponsorship dll
- Community responsibility and Social Care
- Stockholder (owner relations)
- Employee Relations - Publik Eksternal - Customer Relations - Media and Press
Relations - Pressure Group
Relations - Government relation - Community
Relations - Business and Investor
Relations
- Peluncuran dan Publikasi Produk
- Iklan Layanan Masyarakat
- Adventorial (Artikel Sponsor)
- Special Events: Promotion and Publications Program
- Road Show, Business Presentation, etc
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
4
E. CRM (Customer Relationship Management)
Kemajuan komunikasi dan teknologi
informasi mampu menghadirkan
kemudahan dan kecepatan akses informasi.
Program CRM berdampak pada
kemampuan menjalin relasi para pelanggan
sehingga tercipta loyalitas pelanggan. CRM
lebih menyangkut infrastruktur teknologi
baik perangkat keras maupun perangkat
lunak yang digunakan untuk mengelola
pelanggan. Sedangkan RM (Relationship
Marketing) adalah cara menjalankan bukan
sekedar proses atau infrastruktur teknologi.
Pada hakekatnya RM mencerminkan
perubahan paradigma dalam pemasaran
yaitu dari yang semula difokuskan pada
transaksi pelanggan menjadi relasi
pelanggan. RM merupakan filosofi
menjalankan bisnis yang lebih berfokus
pada upaya mempertahankan dan
menumbuhkembangkan relasi dengan
pelanggan saat ini dibanding merebut
pelanggan baru.
Filosofi ini didasarkan pada asumsi
bahwa banyak konsumen lebih suka
menjalani relasi berkelanjutan daripada
terus menerus berganti pemasok dalam
rangka mendapatkan nilai yang diharapkan.
Berdasarkan asumsi tersebut dan fakta
bahwa biaya mempertahankan pelanggan
lebih murah dari pada mendapatkan
pelanggan baru maka banyak perusahaan
yang mulai menerapkan RM. Relationship
Marketing menekankan upaya menjalin
hubungan yang kuat antara perusahaan
dengan semua pasar stakeholder-nya.
Asumsi utama CRM sama dengan RM yaitu
membangun relasi jangka panjang dengan
pelanggan merupakan cara terbaik untuk
menciptakan loyalitas pelanggan.
Relationship Marketing muncul sebagai
paradigma pemasaran yang banyak
diadopsi dalam pemasaran jasa. Konsep ini
menekankan pentingnya membangun,
mengembangkan dan mempertahankan
jalinan relasi jangka panjang yang saling
menguntungkan.
F. MPR (Marketing Public Relations) Meningkatnya perusahaan-
perusahaan yang berorientasi pemasaran
membuat tanggung jawab Public Relation
dari perusahaan tersebut bertambah. Dalam
pelaksanaannya PR yang mendukung
tujuan pemasaran disebut MPR terdiri dari
publikasi, events, berita, dan kegiatan
sosial. Sebaik apapun pihak perusahaan
berusaha untuk menciptakan citra yang baik
kepada pelanggannya, bila tidak didukung
oleh keramahtamahan dan kepedulian
karyawan terhadap pelanggan tidak akan
mengubah persepsi pelanggan terhadap
perusahaan tersebut.
Sebaliknya bila pelanggan telah
mempunyai kesan yang positif terhadap
suatu perusahaan maka ia akan
memberikan itikad baik, rasa simpati,
pengakuan, penerimaan, dan dukungan
kepada perusahaan. MPR yang efektif
merupakan hasil dari suatu proses yang
harus diintegrasikan dengan strategi
pemasaran perusahaan sebelum
perusahan dapat membuat program public
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
5
relations, mereka harus memahami misi,
tujuan, strategi serta budaya perusahaan itu
sendiri, PR dapat memberikan kontribusinya
terhadap tujuan pemasaran yaitu dalam hal
membangun kesadaran, membangun
kredibilitas, dan mengurangi biaya promosi.
Dengan semakin berkembangnya dinamika
pasar saat ini maka pemasar dituntut untuk
terus mengembangkan pesan-pesan yang
meningkatkan kredibilitas serta memberikan
dampak yang positip bagi konsumen.
Peran MPR dalam industri dalam
rangka lebih memantapkan keberadaan
perusahaan di tengah masyarakat. Peran
MPR yang dianggap paling penting adalah
menjaga citra positif di masyarakat serta
meningkatkan keefektifan elemen-elemen
bauran pemasaran lainnya. Menurut Oka.
A. Yoeti fungsi MPR adalah membuat
evaluasi dan analisis mengenai pendapat
pelanggan khususnya yang berhubungan
dengan layanan yang diberikan oleh suatu
perusahaan, memberikan masukan dan
usul mengenai cara menangani pendapat,
opini atau kritik yang ditujukan pada
perusahaan, mempengaruhi pelanggan
melalui teknik komunikasi yang baik
sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan yang lebih baik (Oka, 1995 :
277)
G. Public Relations (PR) dan Marketing Public Relations
Kotler, Bowen, Makens (2002: 245)
mengatakan bahwa PR adalah proses yang
kita manfaatkan untuk menciptakan citra
positif dan kelebihsukaan pelanggan
melalui pembenaran pihak ketiga. Pada
awalnya kegiatan pemasaran dan PR
merupakan bagian yang terpisah.
Perbedaan utama adalah pemasaran
berorientasi pada hasil akhir berupa
pencapaian tujuan-tujuan pemasaran yang
salah satunya adalah penjualan, sedangkan
PR adalah kegiatan menyiapkan dan
menyebarkan informasi dengan tujuan
mendidik dan menanamkan pemahaman
yang baik pada publik sasaran. Namun
perbedaan tersebut sudah mulai hilang
karena perusahaan membentuk PR yang
lebih berorientasi pada pasar yang secara
langsung mendukung promosi dan citra
perusahaan. Sinergi antara pemasaran dan
PR ini disebut MPR. MPR merupakan suatu
kegiatan PR yang dirancang untuk
mendukung tujuan pemasaran yang
berorientasi pada pelanggan dengan cara
mengidentifikasi perusahaan dengan
produknya berdasarkan keinginan dan
kebutuhan pelanggan sehingga dapat
meningkatkan loyalitas pelanggan.
Komunikasi dalam bentuk MPR ini antara
lain bertujuan agar dapat memberikan nilai
pelanggan yang superior. Nilai pelanggan
itu sendiri adalah suatu perbedaan antara
manfaat yang diterima pelanggan dengan
biaya yang dikeluarkan pelanggan.
Perusahaan dapat meningkatkan
nilai pelanggan dengan memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Pengetahuan
mengenai pelanggan yang dikombinasikan
dengan inovasi dan kreatifitas dapat
menghasilkan nilai pelanggan yang superior
dan akan meningkatkan loyalitas.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
6
Pengetahuan mengenai pelanggan
digabungkan dengan inovasi dan kreativitas
dapat mengarah pada perbaikan produk
dan jasa. Bila manfaat itu cukup kuat dan
cukup bernilai bagi pelanggan, sebuah
perusahaan tidak perlu menjadi pesaing
yang menawarkan produk dengan harga
rendah untuk memenangkan persaingan.
Perwujudan kondisi di atas hanya mungkin
dilakukan apabila sebuah perusahaan
mampu mengikuti atau mengantisipasi
pergeseran tuntutan pelanggan untuk
mencegah terjadinya perpindahan
pelanggan yang disebabkan menurunnya
nilai pelanggan superior menjadi nilai
pelanggan inferior. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa nilai pelanggan superior
adalah kunci untuk menciptakan loyalitas.
H. Kepuasan Pelanggan versus Kesetiaan Pelanggan
Kepuasan pelanggan mengukur
seberapa besar harapan pelanggan telah
terpenuhi. Bila pelanggan mendapatkan
apa yang mereka harapkan mereka akan
merasa puas, bila terpenuhi melebihi
harapan mereka akan sangat puas.
Kesetiaan pelanggan mengukur seberapa
besar minat mereka untuk melakukan
aktivitas kemitraan bagi organisasi.
Kepuasan pelanggan merupakan
keharusan untuk adanya kesetiaan.
Harapan pelanggan harus terpenuhi atau
melebihi agar terbina kesetiaan. Pemasaran
hubungan (Relationship Marketing)
mencakup penciptaan, pemeliharaan, dan
peningkatan hubungan yang erat dengan
pelanggan. Semakin lama pemasaran
semakin menjauh dari fokus pada transaksi
semata-mata dan bergerak ke fokus
membangun hubungan dan jaringan
pemasaran. Pemasaran hubungan lebih
berorientasi jangka panjang, sasarannya
adalah penyampaian nilai jangka panjang
kepada pelanggan yang menjadi ukuran
sukses adalah kepuasan pelanggan jangka
panjang.
I. Kesimpulan Industri hospitality di Indonesia
berkembang pesat dan kompetitif.
Konsumen tentu menghendaki adanya
pelayanan yang memuaskan sehingga mau
tidak mau sumber daya manusia pada
industri ini harus selalu mengikuti
perkembangan jaman sehingga tidak
ketinggalan. Banyak hal yang harus
diperhatikan dalam industri ini yaitu
mengoptimalkan fungsi PR untuk
membangun citra perusahaan dan bukan
sekedar menawarkan “keramahtamahan”
saja. Keramahtamahan tanpa pemasaran
dan pelayanan yang optimal membuat
keramahan tersebut menjadi tidak berguna
bagi perusahaan dalam mencapai profit
yang diharapkan. PR merupakan bagian
penting dalam membangun brand image
yang kuat pada industri hospitality. CRM
merupakan cara yang tepat untuk
keberhasilan pemasaran suatu perusahaan
karena sebenarnya keberhasilan
pemasaran suatu perusahaan tidak hanya
dinilai dari seberapa banyak konsumen
yang berhasil diperoleh pada saat itu tetapi
bagaimana cara mempertahankan
konsumen tersebut.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
7
DAFTAR PUSTAKA Basu Swasta, Hani Handoko, 2000,
Manajemen Pemasaran, Analisa
Perilaku Konsumen, BPFE UGM,
Yogyakarta
Basu Swasta, Irawan, 1981, Manajemen
Pemasaran Modern, Penerbit AMP
YKPN, Yogyakarta
Kolter, Philip, John Bowen & James Maken,
2002, Pemasaran Perhotelan dan
Kepariwisataan, Terjemahan, PT.
Prenhalindo, Jakarta
Linggar Anggoro, 2005, Teori dan Profesi
Kehumasan, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Rio Budi Prasadja Tan, 2009, Psikologi
Pelayanan Jasa Hotel, Restoran &
Kafe, Erlangga, Jakarta.
Tjiptono, Fandy, 2006. Pemasaran Jasa,
Bayu Media Publishing, Malang.
________, 2000, Strategi Pemasaran, Edisi
2, Andy Offset, Yogyakarta
Vanessa Gaffar, 2007, CMR dan MPR Hotel
(Customer Relationship Management
and Marketing Public Relation),
Alfabeta, Bandung.
Yoeti, Oka A, 1996, Hotel Marketing, PT.
Perca, Jakarta.
________, 2003, Manajemen Pemasaran
Hotel, PT. Perca, Jakarta.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
8
EVALUASI IMPLEMENTASI SERVICE ORIENTATION PADA JASA PENDIDIKAN:
TINJAUAN DI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
Audita Nuvriasari
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
ABSTRACT
Service companies have to focus on service orientation in achieving sustainable competitive advantages. The impact of service orientation may be viewed as a roadblock that business must navigate in order to reduce negative effects generated from interaction with customers. The purpose of this study is to evaluate the implementation of service orientation in education service. The dimensions of service orientations including: service encounter practices, service system practices, service leadership practices and human resources management practices. This study analyzes the dyadic data collected from 45 questionnaires distributed to service employees in Mercu Buana University. This study adopted a 5-point Likert Scale for a questionnaire which comprised of question already developed for other studies but modified to serve this study purposes. The result shows that Mercu Buana University has implemented service orientation in good practices. Keywords: Service Orientation, service encounter, service system, service leadership and
human resources management.
PENDAHULUAN
Dewasa ini dinamika perkembangan
pada berbagai industri jasa mengalami
peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan dekade sebelumnya. Hal ini dapat
ditunjukkan dari kontribusi sektor jasa
terhadap perekonomian dunia yang telah
mendominasi sekitar dua pertiganya.
Pelaku pada industri jasa semakin
menyadari perlunya peningkatan orientasi
pelayanan pada konsumen atau pelanggan.
Bahkan banyak perusahaan manufaktur
yang saat ini telah menyadari perlunya
unsur jasa pada produknya sebagai upaya
peningkatan keunggulan bersaing.
Dalam bisnis jasa fokus pelanggan
menjadi pilihan tepat untuk menjalankan
aktivitas pemasaran. Mengingat keterlibatan
dan interaksi antar konsumen dan penyedia
jasa begitu tinggi pada sebagian besar
bisnis jasa termasuk salah satunya pada
jasa pendidikan maka pendekatan
pemasaran yang hanya berorientasi pada
transaksi (transactional marketing) dengan
sasaran tingginya penjualan dalam jangka
pendek menjadi kurang mendukung pada
praktek bisnis jasa. Untuk itu orientasi
pemasaran
pada bisnis jasa lebih difokuskan
pada orientasi pelanggan atau orientasi
pelayanan (service orientation). Hal ini
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
9
menjadi salah satu cara untuk menjaga
hubungan jangka panjang dengan
pelanggan yang diperoleh melalui loyalitas
dan komitmen pelanggan.
Mengingat perlunya jasa pendidikan
dalam menciptakan kepuasan bagi
penggunanya dalam hal ini adalah
mahasiswa maka perlu diperhatikan pula
pentingnya penciptaan kualitas pelayanan
jasa yang didasarkan pada orientasi
pelayanan (service orientation). Service
orientation adalah segala sesuatu yang
dilakukan organisasi untuk
mempertahankan kebijakan-kebijakan
perusahaan yang meliputi : pelatihan,
imbalan layanan, dan prosedur-prosedur
lain yang mendukung penyampaian layanan
yang dapat menghasilkan layanan yang
memuaskan.
Service orientation menekankan
pada aspek praktik, kebijakan dan prosedur
layanan dalam sebuah organisasi (Lytle,
Hom dan Mokwa, 1998). Evaluasi terhadap
implementasi service orientation pada jasa
pendidikan ini perlu dilakukan karena untuk
melihat sejauhmana organisasi atau
penyedia jasa berupaya untuk
mencipatakan kepuasan konsumen dengan
menghantarkan layanan yang berkualitas.
Mengingat jaminan kualitas menjadi
prioritas utama bagi setiap perusahaan
termasuk yang bergerak di bidang jasa
sebagai tolok ukur keunggulan daya saing
perusahaan.
Berdasarkan uraian pada tersebut
diatas maka dalam penelitian ini pokok
permasalahan yang diangkat adalah
bagaimanakah implementasi service
orientation pada jasa pendidikan
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, dimensi service
orientation diadopsi dari artikel Lytle, Hom
dan Mokwa (1998) degan tema “SERV*OR :
A Managerial Measure of Organizational
Service-Orientation” yang meliputi : service
leadership practices, service encounter
practices, human resources management
practices, dan service system practices.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang berhubungan
dengan service orientation telah dilakukan
oleh sejumlah peneliti baik di bidang industri
manufaktur maupun jasa. Penelitian di
bidang industri jasa salah satunya dilakukan
oleh Liang, Tseng dan Lee (2010) dengan
mengangkat topik penelitian “Impact of
Service Orientationon Frontline Employee
Service Performance and Consumer
Response”. Dalam penelitian ini ditunjukkan
bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara service orientation
terhadap kinerja pelayanan SDM, (2)
terdapat pengaruh yang negatif antara
service orientation terhadap loyalitas
konsumen, (3) terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara kinerja layanan
SDM terhadap loyalitas konsumen dan (4)
terdapat pengaruh yang positip dan
signifikan antara loyalitas konsumen
terhadap word of mouth (WOM –
komunikasi dari mulut ke mulut).
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
10
Service orientation memiliki
pengaruh yang negatif terhadap loyalitas
konsumen dapat dijelaskan dengan
“Balance Theory” (Carson, Carson dan Roe,
1997) di mana kondisi yang demikian
sangat memungkinkan terjadi karena
loyalitas dapat dipengaruhi antara lain oleh
faktor sentimen (suka dan tidak suka),
sikap, dan unit relation (misalnya:
kepemilikan). Idealnya terdapat hubungan
yang positif antara service organization
dengan service provider (seperti: karyawan
frontliner), service organization dengan
konsumen, dan service provider dengan
konsumen. Hubungan yang negatif dapat
terjadi dikarenakan penilaian dalam benak
konsumen tidak selalu sama antara service
provider dengan service organization.
Hubungan akan seimbang jika konsumen
memiliki sikap dan penilaian yang sama
terhadap obyek.
Service Orientation
Service orientation adalah
kemampuan memberikan pelayanan yang
optimal kepada para pelanggan yang saling
berhubungan. Service orientation yang
diterapkan oleh suatu perusahaan akan
bertahan apabila disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen. Dengan demikian
Service orientation merupakan segala
sesuatu yang dilakukan perusahaan untuk
mempertahankan kebijakan-kebijakan
perusahaan yang meliputi : pelatihan,
imbalan layanan, dan prosedur-prosedur
lain yang dapat menghasilkan layanan yang
memuaskan (Lytle et al, 1998). Service
orientation menekankan pada aspek
praktik, kebijakan dan prosedur layanan
sebuah organisasi.
Dalam penelitian ini, dimensi
service orientation menggunakan empat
dimensi yang telah dikembangkan oleh
Lytle, Hom dan Mokwa (1998) dalam
artikelnya yang berjudul SERV*OR: A
Managerial Measure of Organizational
Service-Orientation” dengan
mengembangkan dan memvalidasi orientasi
layanan yang diberi nama SERV*OR
(singkatan dari Service Orientation).
Adapun dimensi-dimensi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Service Leadership Pratices (praktik
keunggulan layanan) meliputi :
servant leadership dan service vison
( visi layanan).
b. Service Encounter Practices (praktik
penganan layanan), meliputi :
customer treatment (perlakuan
terhadap pelanggan) dan employee
empowerment (pemberdayaan
karyawan).
c. Human Resources Management
Practices (Praktik MSDM) meliputi :
pelatihan layanan (service training)
dan imbalan layanan (service
reward)
d. Service System Practices (praktik
sistem layanan), meliputi :
pencegahan kegagalan layanan
(service failure prevention),
pemulihan kegagalan layanan
(service failure recovery), teknologi
layanan (service technology),
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
11
standart layanan komunikasi
(service standart communication).
METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah
karyawan bagian pelayanan di Universitas
Mercu Buana Yogyakarta yang berada di
tingkat fakultas (tata usaha dan
laboratorium) dan tingkat universitas
(Direktorat Marketing, Direktorat Jaminan
Mutu, BAU, BAAK, ICT, dan UPT
Perpustakaan). Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan metode sensus
mengingat jumlah populasi yang terbatas.
Adapun jumlah responden dalam penelitian
ini sebanyak 45 karyawan.
Data penelitian berupa data primer
yang diperoleh melalui penyebaran
kuesioner. Skala pengukuran variabel
menggunakan skala likert berjenjang 5
dengan penilaian skor 1 (Sangat Tidak
Setuju) sampai dengan skor 5 (Sangat
Setuju). Variabel penelitian mencakup: (1).
Service leadership Practices yang meliputi
kepemimpinan layanan (servant leadership)
dan service vision (visi layanan), (2).
Service Encounter Practices meliputi
perlakuan terhadap konsumen (Customer
Treatment ) dan pemberdayaan karyawan
(employee empowerment), (3). Human
Resources Management Practices, meliputi
pelatihan layanan (service training) dan
imbalan layanan (service reward), (4).
Service System Practices, meliputi:
pencegahan kegagalan layanan, pemulihan
kegagalan layanan, teknologi layanan, dan
komunikasi standar layanan.
Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan penghitungan mean
aritmathic dan pengkategorian hasil nilai
rata-rata menggunakan rentang skala.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penilaian Terhadap Praktik Penanganan Layanan (Service Encounter Practies)
Service Encounter Practices
menunjukkan interaksi antara staf bagian
pelayanan di Universitas Mercu Buana
Yogyakarta dengan mahasiswa. Penilaian
terhadap implementasi service orientation
ditunjukkan pada tabel 1.
Penilaian Terhadap Implementasi Service System Practices
Service System Practices
merupakan integrasi atau gabungan antara
praktik dan prosedur yang disyaratkan
untuk penghantaran jasa kepada pengguna
layanan. Adapun penilaian terhadap
implementasi Service System Practices
dapat ditunjukkan pada tabel 2.
Penilaian terhadap Implementasi Service
Leadership Practices Praktik kepemimpinan layanan
adalah perilaku dan tindakan dari tim
manajemen dalam membentuk dan
mengelola organisasi dengan orientasi
pada penghantaran layanan yang
memuaskan bagi penggunanya. Hasil
analisis implementasi Service Leadership
Practices dapat ditunjukkan pada tabel 3.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
12
Penilaian Terhadap Implementasi HRM Practices
Human Resources Management
Practices merupakan kegiatan pengelolaan
sumber daya manusia dalam organisasi
yang berorientasi pada penghantaran
layanan. Adapun penilaian terhadap
implementasi Human Resources
Management Practices dapat ditunjukkan
pada tabel 4.
Tabel 1.
Penilaian Terhadap Implementasi Service Encounter Practices
Dimensi Item Pertanyaan Mean Kategori Saya selalu berusaha memberikan perhatian kepada pengguna layanan sebagaimana yang mereka inginkan
4,60 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Saya senantiasa bersikap ramah, bersahabat dan sopan dalam memberikan layanan pada pengguna layanan
4,70 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Perlakuan terhadap
Pengguna Layanan
Saya selalu berupaya meminimalkan rasa ketidaknyamanan yang mungkin timbul dalam pelayanan
4,50 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Saya sering membuat keputusan penting menyangkut pelayanan kepada pengguna tanpa persetujuan dari atasan saya
2,40 Tidak Setuju (belum diimplementasikan dengan baik)
Saya selalu mengkonsultasikan dengan pimpinan jika terdapat masalah dalam pelayanan
4,30 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Pemberdayaan Karyawan
Karyawan memiliki kebebasan dan wewenang untuk bertindak secara independen dalam rangka memberikan layanan yang berkualitas
3,40 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
13
Tabel 2.
Penilaian Terhadap Implementasi Service System Practices
Dimensi Item Pertanyaan Mean Kategori Dalam memberikan pelayanan didukung dengan fasilitas atau piranti layanan berbasis teknologi
4,40 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Saya memahami dan mampu mengoperasionalkan teknologi layanan yang ada dengan baik
4,00 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Teknologi Layanan
Teknologi layanan yang ada ditujukan untuk membentuk dan mengembangkan kualitas layanan yang lebih baik
4,70 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Saya berupaya keras untuk mencegah timbulnya masalah-masalah dalam pelayanan
4,40 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
Saya secara aktif mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh pengguna layanan
4,20 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Pencegahan Kegagalan Layanan
Saya selalu berupaya untuk memberikan soslusi kepada pengguna layanan jika pengguna mengalami kendala dalam proses layanan.
4,40 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik
Kami memiliki sistem penangan komplain yang bagus
3,40 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Kami diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kami dalam menangani kegagalan layanan
3,50 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Pemulihan Kegagalan Layanan
Dilakukan evaluasi secara rutin terkait dengan pelayanan sehingga dapat diketahui sejak dini jika terdapat kegagalan dalam layanan
3,70 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Standar Komunikasi
Layanan
Terdapat standar yang baku dalam penyampaian layanan pada pengguna
3,70 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Saya memahami secara jelas semua standar pelayanan pada unit kerja saya
3,90 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum
Ukuran kinerja layanan disampaikan secara terbuka oleh pucuk pimpinan kepada semua karyawan
3,50 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
14
Tabel 3.
Penilaian Terhadap Implementasi Service Leadership Practices
Dimensi Item Pertanyaan Mean Kategori
Terdapat komitmen yang nyata terhadap layanan dalam organisasi kami, bukan hanya sekedar kata-kata
3,70 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Pengguna layanan lebih dipandang sebagai peluang untuk dilayani dan bukan hanya sebagai sumber penghasilan bagi organisasi
4,10 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Visi Layanan
Diyakini organisasi berorientasi pada pelayanan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya.
4,20 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jajaran pimpinan secara terus menerus mengkomunikasikan kepada seluruh SDM akan arti penting pelayanan
3,80 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jajaran pimpinan secara berkala turun ke unit-unit kerja untuk menggontrol proses pelayanan
3,40 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jajaran pimpinan secara berkala meningkatkan kemampuan karyawan dalam memberikan layanan berkualitas
3,60 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Keunggulan Layanan
Item Pertanyaan Mean Kategori Pucuk pimpinan secara pribadi memberikan masukan kepada pimpinan dan karyawan unit kerja untuk menciptakan layanan berkualitas
3,60 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Organisasi secara rutin mengukur kualitas layanan dari setiap unit kerja
3,50 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
15
Tabel 4.
Penilaian Terhadap Implementasi Human Resources Management Practices
Dimensi Item Pertanyaan Mean Kategori Organisasi memberikan insentif dan penghargaan bagi semua karyawan atau unit kerja yang memberikan layanan dengan baik
3,40 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Imbalan Layanan
Organisasi secara jelas menghargai layanan yang unggul atau prima
3,70 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Organisasi secara berkala memberikan pelatihan keterampilan personal terkait dengan layanan yang berkualitas
3,40 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Organisasi mensosialisasikan program-program pelatihan layanan bagi karyawan
3,60 Setuju (telah diimplementasikan dengan baik tapi belum maksimal)
Pelatihan Layanan
Saya memiliki kesadaran dan sangat tertarik untuk dapat mengikuti pelatihan di bidang pelayanan
4,40 Sangat Setuju (telah diimplementasikan dengan baik)
PEMBAHASAN
DAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dapat
dijelaskan bahwa Universitas Mercu Buana
Yogyakarta selaku service organization dan
karyawan bagian pelayanan selaku service
provider telah berorientasi pada layanan
dalam menghantarkan jasa pada
penggunannya. Meskipun demikian masih
ada beberapa dimensi oreintasi layanan
yang belum diimplementasikan secara
maksimal. Evaluasi terhadap implementasi
service orientation dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Implementasi terhadap Penanganan
Layanan (Service Encounter Practices) a. Evaluasi terhadap Implementasi
Penanganan Pengguna Layanan (Customer Treatment)
Evaluasi terhadap penangan pengguna
layanan yang dialkukan oleh karyawan
secara umum telah
mengimplementasikan orientasi layanan
dengan baik (mean = 4,60). Hal ini
dapat ditunjukkan dari upaya karyawan
untuk memberikan perhatian secara
maksimal kepada pengguna layanan,
kesediaan untuk bersikap ramah,
bersahabat dan sopan serta adanya
upaya untuk senantiasa meminimalkan
ketidaknyamanan yang mungkin timbul
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
16
dalam pelayanan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sudah ada
keinginan dan motivasi secara internal
dari karyawan untuk memberikan
layanan yang maksimal bagi pengguna
layanan.
b. Evaluasi Terhadap Implementasi Pemberdayaan Karyawan (Employee Empowerment) Evaluasi terhadap implementasi
employee empowerment
mengindikasikan bahwa pemberdayaan
karyawan secara umum telah mengarah
pada orientasi layanan akan tetapi
belum dilakukan secara maksimal
(mean= 3,36) khususnya terkait dengan
kemandirian dalam pengembilan
sejumlah keputusan. Orientasi layanan
ditunjukkan dengan upaya karyawan
untuk mengkonsultasikan dengan
pimpinan jika terdapat permasalahan
dalam pelayanan yang sekiranya tidak
dapat diatasi oleh karyawan di bagian
pelayanan. Terkait dengan keputusan
penting di bidang pelayanan yang
sekiranya tidak dapat diputuskan oleh
karyawan maka selalu meminta
persetujuan dari atasan. Karyawan juga
memiliki kebebasan untuk bertindak
secara independen dalam rangka
memberikan layanan yang berkualitas.
Kebebasan dan kewenangan yang
dimaksud adalah sesuai dengan porsi
kewenangan pada tanggungjawab di
setiap unit kerja. Jika diluar
kewenangan pada unit kerja maka
karyawan akan mengkonsultasikan
dengan pimpinan unit kerja.
Implementasi terhadap Praktek Sistem Layanan (Service System Practices) a. Evaluasi terhadap Implementasi
Teknologi Layanan (Service Technology) Evaluasi terhadap implementasi service
technology dinilai telah berorientasi
pada layanan (mean = 4,37). Hal ini
ditunjukkan dalam memberikan
pelayanan didukung dengan piranti
layanan berbasis teknologi, seperti:
SIM, SIA, E-learning, Personal Web
Dosen, dan Web Fakultas. Dalam
memanfaatkan teknologi untuk
pelayanan karyawan juga mampu
mengoperasionalkannya dengan baik.
Hal ini didukung dengan adanya
sejumlah pelatihan yang
diselenggarakan oleh ICT UMBY.
Semua Teknologi layanan yang ada
ditujukan untuk membentuk dan
mengembangkan kualitas layanan yang
lebih baik.
b. Evaluasi terhadap Implementasi Pencegahan Kegagalan Layanan (Service Failure Prevention)
Evaluasi terhadap pencegahan
kegagalan layanan secara umum telah
menunjukkan orientasi layanan yang
baik (mean = 4,33). Hal ini ditunjukkan
dengan adanya upaya yang maksimal
dari karywan di bagian pelayanan untuk
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
17
mencegah timbulnya masalah dalam
pelayanan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan sejumlah karyawan
di bagian pelayanan upaya pencegahan
dapat dilakukan dengan
mengkonsultasikan langsung dengan
pimpinan unit kerja apabila karyawan
mengalami kesulitan atau kendala
dalam layanan. Karyawan bagian
pelayanan juga berusaha untuk
mendengarkan keluhan yang
disampaikan oleh pengguna layanan.
Keluhan dari pengguna layanan akan
disampaikan kepada pimpinan unit kerja
untuk ditindak lanjuti. Jika pengguna
layanan mengalami kesulitan atau
kendala dalam proses layanan maka
secara umum karyawan bersedia untuk
membantu atau memberikan solusi
kepada pengguna layanan.
c. Evaluasi terhadap Pemulihan Kegagalan Layanan (Services Failure
Recovery) Evaluasi terhadap pemulihan kegagalan
layanan sudah mengarah pada orientasi
layanan akan tetapi belum dapat
dilakukan secara maksimal (mean =
3,53). Hal ini ditunjukkan dengan
adanya sejumlah karyawan bagian
pelayanan yang tidak yakin (22%) jika
organisasi memiliki system penanganan
complain yang bagus. Sistem
penanganan complain bagi pengguna
layanan khususnya di setiap unit kerja
belum tersusun secara formal sehingga
tiap unit kerja belum memiliki standar
yang sama dalam penanganan
complain.
Dalam upaya untuk pemulihan
kegagalan layanan juga dilakukan
dengan mengikutsertakan karyawan
dalam training. Akan tetapi kegiatan
pelatihan ini belum dilakukan secara
maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan
masih adanya karyawan yang belum
diikut sertakan dalam pelatihan sejenis
(20%). Kegiatan evaluasi secara rutin
terkait dengan pelayanan yang ditujukan
untuk mengetahui sejak dini jika
terdapat kegagalan dalam layanan
dinilai belum dilakukan secara
maksimal. Evaluasi yang secara rutin
dilakukan sebatas pada layanan Proses
Belajar Mengajar di Kelas yang
dikoordinir oleh Direktorat Jaminan
Mutu. Sedangkan evaluasi terhadap
tingkat kepuasan pengguna
(mahasiswa) setiap tahun dilakukan
oleh Direktorat Pemasaran.
d. Evaluasi terhadap Standar Layanan Komunikasi (Service Standards Communication)
Evaluasi terhadap standar layanan
komunikasi sudah mengarah pada
orientasi layanan yang baik meskipun
masih ada indikator yang belum
diimplementasikan secara maksimal
(mean = 3,70). Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa karyawan
dapat diperoleh informasi bahwa pada
unit kerjanya tidak ada standar layanan
yang baku seperti prosedur layanan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
18
baku yang menjadi pedoman secara
tertulis, sehingga dalam memberikan
pelayanan lebih didasarkan atas
kebiasaan atau alur layanan yang
selama ini telah dijalankan. Dalam
melakukan evaluasi untuk mengukur
kinerja layanan dinililai belum secara
maksimal disampaikan secara terbuka
oleh pucuk pimpinan kepada karyawan.
Implementasi Terhadap
Praktek Keunggulan Layanan (Service Leadership Practices) a. Evaluasi Terhadap Implementasi Visi
Layanan (Service Vison) Implementasi visi layanan dinilai positif
dan telah mengarah pada orientasi
layanan (mean = 4,00). Hal ini
ditunjukkan dari adanya komitmen yang
nyata dari organisasi untuk
mengedepankan layanan dan diyakini
secara mendasar bahwa organisasi
berorientasi pada pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan penggunanya.
Cerminan orientasi layanan juga
ditunjukkan dari penilaian mayoritas
karyawan bahwa pengguna layanan
lebih dipandang sebagai peluang untuk
dilayani dan bukan sebagai sumber
penghasilan bagi organisasi.
Asumsinya, jika pengguna layanan
merasa puas maka akan memberikan
dampak positif seperti rekomendasi
positif dari mulut ke mulut.
b. Evaluasi Terhadap Implementasi Keunggulan Melayani (Servant
Leadership)
Implementasi keunggulan dalam
melayani dinilai belum secara maksimal
berorientasi pada layanan (mean=3,58).
Hal ini ditunjukkan dengan adanya
sejumlah karyawan yang tidak yakin
(20%) bahwa pimpinan secara intensif
mengkomunikasikan kepada seluruh
SDM akan arti penting layanan. Upaya
jajaran pimpinan secara berkala untuk
turun ke unit-unit kerja untuk mengontrol
proses pelayanan juga dinilai kurang
maksimal begitu pula dengan upaya
pucuk pimpinan secara pribadi
memberikan masukan kepada pimpinan
unit kerja dan karyawan untuk
menciptakan layanan berkualitas dinilai
kurang maksimal.
Implementasi Terhadap Praktek MSDM (HRM Practices)
a. Evaluasi Terhadap Implementasi Imbalan Layanan (Service Reward) Pemberian insentif dan penghargaan
dari organisasi kepada semua karyawan
atau unit kerja yang memberikan
pelayanan dengan baik dinilai belum
maksimal (mean = 3,55). Disamping itu
organisasi juga dinilai belum secara
jelas menghargai layanan yang unggul
dari setiap unit kerja. Hal ini ditunjukkan
dengan belum adanya instrumen yang
baku yang ditetapkan oleh univeritas
yang digunakan untuk menilai kinerja
layanan.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
19
b. Evaluasi Terhadap Implementasi
Pelatihan Layanan (Service Training)
Pemberian pelatihan keterampilan bagi
karyawan bagian pelayanan dinilai
belum maksimal (mean=3,80). Pelatihan
yang diselenggarakan oleh universitas
seringkali bersifat umum dan bersifat
insidentil atau tidak terjadwal secara
rutin sehingga tidak berkesinambungan.
Di lain pihak pada dasarnya karyawan
bagian pelayanan sangat berminat dan
memiliki kesadaran tinggi untuk
diikutsertakan dalam pelatihan di bidang
pelayanan.
Berdasarkan pembahasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa dimensi service
orientation yang telah diimplementasikan
dengan baik di UMBY adalah: perlakuan
terhadap pengguna layanan, teknologi
layanan, dan pencegahan kegagalan
layanan. Dimensi service orientation yang
telah diimplementasikan dengan baik tetapi
belum maksimal meliputi: pemulihan
kegagalan layanan, standart layanan
komunikasi, visi layanan, penghargaan
layanan, dan pelatihan layanan. Sedangkan
yang belum diimplementasikan dengan baik
adalah pemberdayaan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Alge, Gresham, Haneman, Fox, Mc Masters
(2002), Measuring Customer Service
Orientation Using a Measure of
Interpersonal Skill: A Preliminary
Test in a Public Service
Organization, Journal of Business
and Psychology, Vol. 16, No. 5
Budiyuwonom N (2010), Pengantar Statistik
Ekonomi dan Perusahaan,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Da Liang, Chau Tseng, Chen Lee (2010),
Impact of Service Orientation on
Frontline Employee Service
Performance and Customer
Response, Journal of Marketing
Studies, Vol 2, No. 2
Engel, J.F. Blackwell, R.D, Miniard, P.W
(2001), Consumer Behavior, 9th
Edition, Orlando, Florida: Harcourt,
Inc.
Green Jr, Chakrabarty, Whitten, (2007),
Organisational Culture of Customer
Care: Market Orientation and
Service Quality, International Journal
Services and Standarts, Vol. 3 No. 2
Kotler, P. (2009), Marketing Management:
Analysis, Planning, Implementation
and Control, 12th Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Prentice
Hall Inc.
Kotler, P. dan Armstrong, G, (2009),
Prinsip-Prinsip Pemasaran, 12th
Edition. Jakarta: PT. Erlangga.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
20
Lupiyoadi, R dan Hamdani (2006),
Manajemen Pemasaran Jasa,
Jakarta: Salemba Empat.
Lovelock, C.H (1991), Marketing Service,
Second Edition, Englewood Cliffs,
New Jersey: Prantice Hall Inc.
Lytle, RS, Hom, P.W., and Mokwa, M.P,
(1998), SERV*OR: A Managerial
Measure of Organizational Service
Orientation. Journal of Retailing 74
(4), 455-489.
Purwadi, B. (2000), Riset Pemasaran:
Implementasi Dalam Bauran
Pemasaran, Jakarta:PT. Grasindo.
Simamora, B. (2001), Remarketing For
Business Recovery-Sebuah
Pendekatan Riset, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
------------------ (2002), Panduan Riset
Perilaku Konsumen, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Solnet, Kandampully, Service Orientation
As A Strategic Initiative: A
Conceptual Model With Examplars,
Alliance Journal of Business
Research.
Supranto, J. (2001), Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Tjiptono, Chandara, Diana (2004),
Marketing Scales, Yogyakarta: Andi
Offset
Umar, H. (2000), Riset Pemasaran Dan
Perilaku Konsumen, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Zeithaml, V.A, Bitner, M.J, (1996), Service
Marketing, New York: McGraw-Hill
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
21
PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA BUKP NANGGULAN
Subarjo
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
ABSTRACT
This research was aimed is reference for BUKP Nanggulan to provide analytical assessment of the influence credit of customer satisfaction (aspects of product, price and place) to customer loyalty of credit and ultimately service users will be able give confidence to customers. From data obtained satisfaction on loyalty if customers don’t have significant effect. Where, a very high level of cutomer loyalty.
Keywords : satisfaction, customer, loyalty
I. PENDAHULUAN Lembaga keuangan mikro dewasa
ini semakin berkembang di Indonesia,
termasuk di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hal ini dengan ditandai peran
pemerintah dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Semua
itu tidak terlepas dari keberhasilan
kecamatan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi kerakyatan dengan masyarakat
dalam wilayah kecamatan untuk
mendukung pada peningkatan usaha
melalui jasa intermediasi lembaga
keuangan mikro BUKP (Badan Usaha
Kredit Pedesaan) yang tersebar di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dari setiap lembaga
keuangan mikro berusaha untuk menarik
nasabah sebanyak-banyaknya dengan
meningkatkan kualitas baik dari segi
pelayanan, produk, bunga ,tata cara
prosedur, serta fasilitas yang ada.
Tujuan utama layanan tersebut
adalah memberikan kepuasan bagi para
nasabah. Dalam konteks teori consumer
behavior, kepuasan lebih banyak
didefinisikan dari perspektif pengalaman
konsumen setelah mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk atau jasa yang
diberikan. Tingkat kepuasan konsumen
dapat diartikan dengan kesesuaian antara
apa yang dirasakan oleh konsumen dari
pengalaman konsumsinya dengan apa
yang diharapkannya.
Seorang pelanggan yang puas
adalah pelanggan yang merasa
mendapatkan nilai yang terkandung dari
produsen atau penyedia jasa. Nilai yang
terkandung ini bisa berasal dari produk,
pelayanan, harga, promosi, proses dan
tempat. Sebagai contoh apabila pelanggan
mengatakan bahwa nilai adalah produk
yang berkualitas, maka kepuasan terjadi
jika pelanggan mendapatkan produk yang
berkualitas. Selain itu contoh nilai bagi
pelanggan adalah pelayanan atau layanan
proses yang mudah dan cepat maka
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
22
kepuasan akan datang pelayanan bagi
nasabah akan terjamin. Dan jika nilai yang
terkandung dari pelanggan adalah harga
yang terjangkau maka pelanggan akan
puas kepada produsen yang memberikan
harga yang paling kompetitif.
Nilai bagi pelanggan ini dapat
diciptakan melalui atribut-atribut pemasaran
perusahaan yang dapat menjadi unsur-
unsur stimulus bagi perusahaan untuk
mempengaruhi konsumen dalam
pembelian. Jika pembelian yang dilakukan
mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginannya atau mampu memberikan
kepuasan, maka di masa datang akan
terjadi pembelian ulang, bahkan lebih jauh
lagi, konsumen yang puas akan
menyampaikan rasa kepuasannya kepada
orang lain, baik dalam bentuk cerita (word
of mouth), atau memberikan rekomendasi.
Loyalitas merupakan pengukuran
terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan
pelanggan suatu merek merupakan
indikator yang penting dari loyalitas merek.
Bila ketidakpuasan pelanggan terhadap
suatu merek rendah, maka pada umumnya
tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk
beralih mengkonsumsi merek lain kecuali
bila ada faktor-faktor penarik yang sangat
kuat. Selain itu juga dapat dihubungkan
dengan marketing mix, Adapun Unsur-unsur
marketing mix dalam pemasaran jasa terdiri
atas 7 unsur yaitu : (1) produk, (2) harga,
(3) tempat, (4) promosi, (5) manusia, (6)
proses, dan (7) layanan pelanggan (Payne,
2001).
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah apakah
kepuasan dari Nasabah mempengaruhi
loyalitas nasabah kredit pada BUKP
Nanggulan
B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh kepuasan terhadap loyalitas
nasabah kredit pada BUKP Nanggulan
C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah : 1. Menambah wawasan dan dapat
menerapkan perkembangan teoritis
tentang kepuasan dan loyalitas
nasabah .
2. Memberikan penilaian terhadap jasa
layanan kredit BUKP Nanggulan
agar diharapkan menjadi pedoman
yang lebih baik.
3. Digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan antara
kepuasan nasabah kredit dan
loyalitas nasabah
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
23
II. KERANGKA PIKIR Dari alur kerangka pikir diatas dapat
dijelaskan bahwa batasan nilai yang
terkandung dari kepuasan dapat diukur
dengan produk, harga, dan tempat.
Sehingga dari ketiga elemen tersebut
digabung menjadi satu dan menjadi sebuah
persepsi kepuasan dari nasabah. Dengan
demikian didapat apakah kepuasan
nasabah kredit dapat berpengaruh terhadap
loyalitas nasabah atau tidak.
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di BUKP
Cabang Nanggulan, Kulon Progo
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah semua nasabah
yang menggunakan jasa kredit di
BUKP Nanggulan. Sedangkan sampel
yang diambil sebesar 50 responden
dari 396 pengguna jasa kredit yang ada
di BUKP Nanggulan
C. Data yang digunakan dalam penelitian 1. Data Primer, penelitian yang akan
dilakukan ini diambil langsung dari
sumber asli melalui kuesiener yang
disebarkan selama 3 (tiga) minggu
dengan bertempat di BUKP
Nanggulan. Adapun isi kuesioner
pada data primer adalah a. Karakteristik dari nasabah
yang berisi jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan asal nasabah
mengenal produk tersebut.
b. Kepuasan Nasabah kredit
yang berisi kandungan nilai
Kepuasan Nasabah kredit
(X)
Produk
Harga
Tempat
Loyalitas (Y)
Nilai terkandun
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
24
(produk, harga, layanan,
promosi, proses dan tempat).
c. Loyalitas Nasabah yang berisi
tentang pernyataan kesetiaan
menggunakan pelayanan jasa
kredit di BUKP Nanggulan.
2. Data Sekunder, dimana dalam data
ini diambil dari sumber-sumber
yang berkaitan dengan kepuasan
dan loyalitas nasabah baik melalui
jurnal-jurnal, referensi buku, dan
lainnya.
D. Hipotesis Ho : Diduga tidak ada pengaruh
signifikan pada kepuasan
nasabah kredit terhadap loyalitas
di BUKP Nanggulan
Ha : Diduga ada pengaruh signifikan
pada kepuasan nasabah kredit
terhadap loyalitas di BUKP
Nanggulan.
E. Metode Analisis Data 1. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur dapat memberikan hasil
yang konsisten apabila dilakukan
pengulangan dalam penelitian
kepuasan nasabah dan loyalitas
terhadap produk tetapi harus
disesuaikan dengan nilai alpha
(Sekaran, 2003)
2. Uji Validitas
Pengujian validitas ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur mampu mengukur apa
yang akan diukur dalam penelitian
kepuasan nasabah dan loyalitas
terhadap produk tetapi harus
disesuaikan dengan nilai alpha.
3. Metode regresi
Metode regresi digunakan untuk
melihat pengaruh antara variabel
bebas (kepuasan nasabah kredit)
terhadap variable terikat (loyalitas
produk kredit) Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut :
Y = a + b1X1+e Dimana :
Y = Loyalitas produk kredit
a = Konstanta
X1 = Kepuasan nasabah kredit
Untuk mengetahui tingkat kebenaran
selanjutnya maka dilakuakan pengujian t-
test dan koefisien determinasi (adjust
square).
Sebelum dilakukan analisa data,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
terhadap variabel penelitian.adapun uji
asumsi yang digunakan adalah
a) Uji Multikolinier
Uji multikolinier digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan klasik multikolinier,
yaitu adanya hubungan linier
antara variabel independen dalam
model regresi. Uji multikolinier
dikatakan tidak multikolinier jika
nilai Value Inflation Factor (VIF) <
10, yang dihitung menggunakan
program SPSS.
b) Uji Autokorelasi
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
25
Uji Autokorelasi digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik
autokorelasi yaitu korelasi yang
terjadi diantara variabel pada suatu
pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Metode
untuk menguji Uji autokorelasi
adalah Uji Durbin-Watson (Uji DW).
Daerah penerimaan Uji durbin-
Watson :
0 – 1,046 : Autokoralasi Positif
1,046 – 1,535 : Keraguan
1,535 – 2,465 : Bebas Autokorelasi
2,465 – 2,954 : Keraguan
2,954 – 4 : Autokorelasi negatif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Untuk menguji data yang
berdistribusi normal, akan digunakan alat uji
normalitas, yaitu one-sample Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan berdistribusi
normal jika signifikansi variabel dependen
memiliki nilai signifikansi lebih dari 5 %.
Pengujian normalitas data dapat dilihat
pada tabel 4.e.
Pada data diatas dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi Asymp sig (2-tailed)
masih dibawah 0,05, sehingga dapat
dikatakan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini tidak berdistribusi
secara normal. Namun dengan
mempertimbangkan central limit theorm,
karena sampel yang digunakan lebih besar
dari 30, maka distribusi data dapat
dianggap normal.
b. Uji Autokorelasi Uji autokrelasi menggunakan
pengujian Durbin-Watson. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan bantuan program
SPSS 16 menunjukan hasil sebesar 1,610
dengan jumlah variabel bebas sebanyak 1
dan tingkat signifikansi 0,05 atau α=5 %.
Perhitungan Durbin-Watson dengan nilai
1,610 terletak diantara 1,535 – 2,465 yang
berarti model ini tidak mengandung
Autokorelasi karena nilai 1,610 terletak
diantara 1,535 < 1,610 < 2,465. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi ini
tidak terjadi Autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk
melihat adanya keterkaitan antara variabel
independen, atau dengan kata lain setiap
variabel independen dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Untuk melihat
apakah ada kolinearitas dalam penelitian
ini, maka akan dilihat dari nilai variance
inflation factor (VIF). Batas nilai VIF yang
diperkenankan adalah maksimal sebesar
10. Dengan demikian nilai VIF yang lebih
besar dari 10 menunjukkan adanya
kolinearitas yang tinggi. Nilai VIF dapat
dilihat dalam tabel 4.g.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
26
Tabel 4.e Pengujian Normalitas
Sumber : Data olah spss 16.0
Tabel 4.f Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .265a .070 .051 .37945 1.610
a. Predictors: (Constant), Kepuasan
b. Dependent Variable: Loyalitas
a. Dependent Variable: Loyalitas
Sumber: Data olah spss 16.0
Tabel 4.g Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1.000 1.000
Pada bagian Coefficient terlihat
untuk enam variabel independen,
menunjukkan angka VIF yaitu sebesar
1,000. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi tersebut tidak terdapat
masalah multikolinearitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kepuasan Loyalitas
N 50 50
Mean 4.1533 3.8933 Normal Parametersa
Std. Deviation .33813 .38943
Absolute .255 .208
Positive .255 .192
Most Extreme
Differences
Negative -.225 -.208
Kolmogorov-Smirnov Z 1.802 1.470
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 .027
a. Test distribution is Normal.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
27
2. Hasil pengujian utama a. Uji Validitas
Pada uji validitas diukur dengan
menghitung korelasi antara faktor masing-
masing butir pertanyaan dengan total skor
antara kepuasan konsumen dan loyalitas.
Pada penelitian ini uji validitas
menggunakan data n = 30 sampel. Dibawah
ini data olah hasil uji hasil validitas :
Dari data olah diatas bahwa analisis
validitas menunjukkan bahwa item dari
pertanyaan antara kepuasan konsumen dan
loyalitas valid, karena setiap butir
pertanyaan menunjukkan hasil yang
signifikan pada taraf signifikansi 5% (0,05)
dengan tingkat korelasi 0,438 dan
signifikansinya 0,016 < 0,05. Dengan
demikian data diatas disimpulkan valid.
b. Uji Reliabilitas Pada uji reliabilitas menggunakan
cronbach alpha untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat dapat dipercaya untuk
mengukur suatu obyek, koefisien alpha
yang semakin mendekati 1 berarti butir-butir
pertanyaan dalam koefisien semakin
reliabel. Sebuah faktor dinyatakan reliabel
jika koefisien alpha lebih besar dari 0,6
(Santoso, 2002). Adapun hasil pengolahan
dapat dilihat dalam tabel 4.i.
Tabel 4.h Pengujian validitas
Correlations
Kepuasan Loyalitas
Pearson Correlation 1 .438*
Sig. (2-tailed) .016
Kepuasan
N 30 30
Pearson Correlation .438* 1
Sig. (2-tailed) .016
Loyalitas
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Data olah spss 16.0
Tabel 4.i Pengujian Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.609 2
Berdasarkan uji reliabilitas pada
table 4.i didapat data reliabel karena alpha
lebih dari 0,6 yakni sebesar 0,609.
c. Uji Regresi Analisis dari uji regresi ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen ( kepuasan nasabah kredit )
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
28
dengan variabel dependen (loyalitas
nasabah). Adapun data olah yang didapat
sebagai berikut :
Tabel 4.j Pengujian regresi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .265a .070 .051 .37945 1.610
a. Predictors: (Constant), Kepuasan
b. Dependent Variable: Loyalitas
Sumber: Data olah spss 16.0
Berdasarkan perhitungan tabel
di atas, dapat dijelaskan bahwa
besarnya korelasi faktor kepuasan
nasabah adalah sebesar 0,265. Korelasi
variabel kepuasan tersebut adalah kuat.
Kemudian Besarnya angka koefisien
determinasi (R Square) dalam
perhitungan di atas adalah sebesar
0,070 atau 7%. Angka tersebut
mempunyai arti pengaruh kepuasan
nasabah sebesar 7%, sedangkan
sisanya 93% dijelaskan oleh pengaruh
variabel faktor yang lain. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang
pengaruh dapat dilakukan tentang uji T.
d. Uji T Pada pengujian ini untuk menguji
hubungan antara variabel dependen
(loyalitas) dan independen (kepuasan
nasabah kredit) apakah secara
mempunyai pengaruh secara signifikan
atau tidak. Adapun perhitungannya
sebagai berikut (Tabel 4.k.)
Pada perhitungan ANOVA
menggunakan spss 16.0 didapat nilai
F = 3,611 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena probabilitas (0,063)
jauh lebih besar dari 0,05 (5%), maka
model regresi tidak dapat dipakai
untuk memprediksi loyalitas, sehingga
kepuasan nasabah kredit BUKP
Nanggulan tidak berpengaruh
terhadap loyalitas. Berdasarkan pada
hasil perhitungan diperoleh angka
signifikansi sebesar 0,063 yaitu 0,063
< 0,05. Hal itu berarti HO diterima dan
tidak ada hubungan linier antara
variabel kepuasan nasabah kredit
dengan loyalitas variabel.
Selanjutnya untuk membuat
dan mendapatkan persamaan regresi
diperoleh dari hasil olah data sebagai
berikut : (Tabel 4.l.)
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
29
Tabel 4.k Pengujian F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression .520 1 .520 3.611 .063a
Residual 6.911 48 .144
1
Total 7.431 49
a. Predictors: (Constant), Kepuasan
b. Dependent Variable: Loyalitas
Sumber: Data olah spss 16.00
Tabel 4.l Persamaan regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 2.628 .668 3.934 .000 1
Kepuasan .305 .160 .265 1.900 .063 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Loyalitas
Sumber: Data olah spss 16.0
Berdasarkan tabel 4.l diatas dapat
diperoleh hal-hal sebagai berikut :Sehingga
persamaan regresinya sebagai berikut : Y=
a + b1X1 Y= 2,628 + 0,305X1 Dimana :
Y = Loyalitas Nasabah kredit, X1 =
Kepuasan Nasabah dari BUKP Nanggulan.
Dari persamaan diatas dapat diartikan
bahwa nilai sebesar 2,628 mempunyai arti
jika ada kepuasan nasabah dianggap nol,
maka loyalitas nasabah kredit menjadi naik
sebesar 2,628. selain itu juga mempunyai
arti apabila koefisien regresi variabel faktor
kepuasan produk kredit sebesar 0,305
mengalami kenaikan, yang artinya semakin
besar nilai kepuasan nasabah kredit maka
semakin tinggi pula nilai loyalitas nasabah
kredit BUKP nanggulan dengan sebesar
0,305 satuan. Dengan demikian semakin
baik tingkat pelayanan yang diberikan pihak
BUKP Nanggulan kepada nasabah kredit
semakin tinggi pula kesetiaan (loyalitas) dari
nasabah kredit kepada jasa pelayanan
BUKP.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
30
Pembahasan Kepuasan setiap nasabah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
loyalitas nasabah kredit BUKP Nanggulan.
Hal tersebut dapat dilihat dari angka pada
perhitungan regresi yakni 2,628 mempunyai
arti jika ada nilai kepuasan, maka loyalitas
nasabah kredit menjadi naik sebesar 2,628.
Selain itu juga mempunyai arti koefisien
regresi variabel kepuasan sebesar 0,305 ,
yang artinya semakin besar nilai kepuasan
nasabah kredit maka semakin tinggi pula
nilai loyalitas nasabah kredit BUKP
nanggulan sebesar 0,305 satuan Dari segi
besarnya pengaruh diperoleh koefisien
determinasi sebesar 7 %. Dimana angka
tersebut mempunyai arti pengaruh
kepuasan nasabah terhadap loyalitas
sebesar 7%, sedangkan sisanya 93%
dijelaskan oleh pengaruh variabel faktor
yang lain. Pada BUKP Nanggulan rata-rata
tingkat kepuasannya tinggi yakni sebesar
4,153 sedangkan rata-rata loyalitas
(kesetiaan) terhadap jasa kredit juga relatif
tinggi yakni sebesar 3,893.
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN
SARAN A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kepuasan dari setiap nasabah
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap loyalitas nasabah kredit
BUKP Nanggulan. Hal tersebut
dapat dilihat dari angka pada
perhitungan regresi yakni 2,628
mempunyai arti jika ada nilai
kepuasan, maka loyalitas nasabah
kredit menjadi naik sebesar 2,628.
Selain itu juga mempunyai arti,
koefisien regresi variabel kepuasan
sebesar 0,305 , yang artinya
semakin besar nilai kepuasan
nasabah kredit maka semakin tinggi
pula nilai loyalitas nasabah kredit
BUKP nanggulan sebesar 0,305
satuan.
2. Dari segi besarnya pengaruh
didapat koefisien determinasi
sebesar 7 %. Dimana angka
tersebut mempunyai arti pengaruh
kepuasan nasabah terhadap
loyalitas sebesar 7%, sedangkan
sisanya 93% dijelaskan oleh
pengaruh variabel faktor yang lain.
3. Pada BUKP Nanggulan rata-rata
tingkat kepuasannya tinggi yakni
sebesar 4,153 (dilihat perhitungan
pada lampiran 1) sedangkan rata-
rata loyalitas (kesetiaan) terhadap
jasa kredit juga relatif tinggi yakni
sebesar 3,893 (dilihat perhitungan
pada lampiran diatas)
B. Implikasi 1. Hasil Penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor dari aspek sebuah
keputusan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap loyalitas dari
nasabah sehingga hal ini dapat
memberikan gambaran secara lebih
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
31
jelas bagi para akademisi dan peneliti
selanjutnya.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dan masukan bagi pihak perusahaan
dalam pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan-kebijakan
terutama yang berkaitan dengan aspek
yang menyebabkan sebuah kepuasan
bagi nasabah yang dapat
mempengaruhi loyalitas nasabah Bank
BUKP.
C. Saran Diharapkan dengan peningkatan
hubungan yang baik dengan nasabah
melalui peningkatan aspek pelayanan
kepada nasabah. Dari segi mutu dan
kualitas dari produk kredit (product) yang
ditawarakan kepada nasabah agar lebih
menarik, perbaikan suku bunga kredit
(price) tinggi akan menarik lebih banyak lagi
nasabah untuk melakukan peminjaman
(kredit), serta tempat yang representatif
dalam menjangkau nasabah. Dengan
demikian dengan adanya faktor tersebut
nasabah akan tetap loyal pada jasa kredit
yang ditawarkan BUKP Nanggulan.
DAFTAR PUSTAKA
Yulisa Gardenia; (2008): Pengaruh
Kepuasan Terhadap Loyalitas
Nasabah Bank Mandiri dan BCA,
Universitas Gunadarma, Fakultas
Ekonomi,Jurnal Ekonomi.
Kotler, Philip. (2000). Marketing
Management, Millenium Edition,
Prentice Hall Internasional. Inc :
New Jersey.
________, (1997): Marketing Management :
Analisis, Planning, Implementation
and Control 9th edition, Prentice Hall
International, New Jersey
Wilkie, William L.(1994). Consumer
Behavior (Third edition). New York :
John Wiley & Sons,Inc.s.
Zinkhan & Arnould, Price. (2002) ,
Consumerism. New York : Mc Graw
Hill.
Dinarty Manurung (2009): Pengaruh
kepuasan konsumen terhadap
loyalitas merek pada pengguna
kartu pra bayar simpati, Fakultas
Psikologi : Universitas Sumatera
Utara.
Foster, Brian D and John Q, Cadogan,
(2000), Relationship Selling and
Costumer Loyalty : An Empirical
Investigation, Marketing
Investigation and Planning, 18/4.
Carmelia , Abraham and Asher Tishlerb,
(2004), Resources, Capabilities,
and the Performance of Industrial
Firms: A Multivariate Analysis ,
Managerial and Decision
Economics, Vol. 25, p. 299–315
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
32
Mowen John C and Michael Minor, (2001),
Consumer Behaviour 5th edition,
Harcrot College
Publisher, Inc
Oliver, Richard L , (1999), Where Common
Loyalty?, Journal of Marketing
Vol.63
Bloemer, Josee, Ko de Ruyter and Pascal
Peeters, (1998), Investigating
Drivers of Bank Loyalty : The
Complex Relationship Between
Image, Service, Quality and
Satisfaction, International Journal of
Bank Marketing, Vol.16, No.7
Le Blanc G and Nguyen, (1988), Costumer
Perception of Service Quality in
Financial Institutions, Internal
Journal of Bank Marketing, Vol.6
page .7 – 18
Krismanto, Adi (2009),Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Loyalitas Nasabah (Studi Kasus
Pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Semarang Pattimura),
Pasca Sarjana Magister
Manajemen; Universitas Diponegoro
Semarang.
Azwar, S (2004). Validitas dan Reliabilitas.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hadi,S (2000). Metodologi Research (Jilid
I). Yogyakarta : Penerbit Andi
Sekaran, U. 2003, Research Methods for
Business: Skill-Building Approach.
Fourth Edition. New York: John
Wiley & Sons Inc
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
33
UJI BEDA HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN IPO YANG MELAKUKAN INISIASI DIVIDEN
Tutut Dewi Astuti Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Abstract
The purpose of this study was to examine differences in the average stock price and trading volume of shares before and after dividend initiation. This study sample was 31 companies that make initial public offering on the Indonesian Stock Exchange the period 2003 to 2007. Hypothesis testing is done by using a paired sample t-test. The results of analysis of studies found no difference between the average stock price before and after the initiation of dividends in the IPO companies listed on the Indonesian Stock Exchange and there is a difference between the average stock trading volume before and after the initiation of dividends in the IPO companies listed on the Indonesian Stock Exchange.
Keywords: average stock price, average stock trading volume, initial public offering
Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu
lembaga yang memegang peranan cukup
penting dalam kegiatan ekonomi secara
makro. Pasar modal berperan sebagai
wahana untuk mempertemukan pihak-pihak
yang membutuhkan dana jangka panjang
dan pendek (Annelia dan Prihantoro, 2007).
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan
atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahan swasta (Husnan, 2004 dalam
Basyori, 2008). Dua sekuritas konvensional
yang diterbitkan di pasar modal adalah
saham dan obligasi.
Tujuan investasi seorang investor
bermacam-macam, namun dapat dikatakan
bahwa investasi dilakukan karena para
investor ingin memaksimalkan
kekayaannya. Para investor berhak
mengetahui perkembangan yang terjadi
dalam perusahaan. Apabila perusahaan
tidak mampu memberi gambaran dan
harapan yang mantap terhadap hasilnya di
masa mendatang, tentu saja akan dinilai
rendah oleh masyarakat dan para
pemegang saham. Dengan demikian
perusahaan perlu memberikan informasi
tentang prestasi dan prospek perusahaan.
Pengumuman dividen merupakan
salah satu informasi yang akan direspon
pasar, sebab seringkali dividen sebagai
indikator prospek perusahaan dan
mempunyai pengaruh terhadap nilai
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
34
perusahaan. Perusahaan yang menetapkan
kebijakan membayar dividen pertama kali
(dividen initations) merupakan sinyal yang
baik dan pasar akan merespon positif
(Almilia dan Puspita, 2007).
Beberapa penelitian mengenai
kandungan informasi dari laporan keuangan
telah banyak dilakukan. Salah satunya
adalah Heriningsih dkk (2007) meneliti
mengenai dampak inisiasi dividen terhadap
harga saham dan volume perdagangan
saham, dengan meneliti sampel
perusahaan IPO yang terdaftar di BEI untuk
peroide 1998 sampai 2002 yang terdiri dari
42 perusahaan. Alat analisis yang
digunakan untuk menguji hipotsis adalah
menggunakan analisis statistik dengan uji
means (t-test) dan uji t yang digunakan
adalah paired sample test. Pada penelitian
ini tidak ditemukan adanya pengaruh
inisiasi dividen terhadap harga saham.
Rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah apakah terdapat perbedaan rata-
rata harga saham dan volume perdagangan
saham sebelum dan setelah inisiasi dividen
pada perusahaaan IPO.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sedangkan sampelnya
adalah perusahaan yang melakukan inisiasi
dividen antara tahun 2003 sampai tahun
2007.
Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Penelitian Menurut keputusan presiden No.
52 tahun 1976 pasar modal mempunyai
tujuan untuk mempercepat proses
perluasan pengikutsertaan masyarakat
dalam pemilikan saham-saham swasta
guna menuju pemerataan pendapatan
masyarakat. Selain itu pasar modal juga
bertujuan mengarahkan partisipasi
masyarakat dalam pengerahan dan
penghimpunan dana untuk digunakan
secara produktif dalam pembiayaan
pembangunan nasional.
Peranan pasar modal secara umum
adalah membantu pihak-pihak yang akan
menginvestasikan dana dengan pihak lain
yang memerlukan modal untuk menjalankan
perusahaan. Pihak yang akan
menginvestasikan dana adalah badan
usaha atau individu-individu yang memiliki
kelebihan dana. Kelebihan dana tersebut
akan diinvestasikan dalam bentuk surat
berharga berupa emiten. Sedangkan pihak
yang memerlukan modal adalah
pengusaha. Kebutuhan dana tersebut akan
dipenuhi dengan cara menawarkan surat
berharga.
Sejak diresmikan pada tahun 1977,
pasar modal Indonesia telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dilihat
dari semakin banyaknya perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai
transaksi di Bursa Efek Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun.
Perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari
peran kebijakan pemerintah melalui
kebijakan yang mendorong pertumbuhan
pasar modal, antara lain dengan paket
Desember 1987 (PAKDES) dan paket
Oktober 1988 (PAKTO). Dengan paket
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
35
deregulasi tersebut pemerintah telah
menempatkan posisi pasar modal menjadi
sejajar dengan sektor perbankan sebagai
sumber dana perusahaan. Dengan
melakukan penawaran saham, perusahaan
dapat memperoleh dana dari investor
secara resmi melalui pasar modal. Berbeda
dengan dana yang berupa pinjaman dari
bank yang harus dikembalikan dengan
bunganya, dengan penarikan dana jenis ini,
dana investor tidak harus dikembalikan,
kecuali perusahaan melakukan penarikan
atau pembelian kembali (repurchase) atas
saham-saham perusahaan yang telah
beredar.
Berdasarkan adanya kebijakan dari
pemerintah tersebut maka perusahaan
yang sedang berkembang dapat
memperoleh dana tambahan dengan cara
melakukan IPO. Dana yang diperoleh dari
proses IPO biasanya digunakan sebagai
dana untuk melakukan ekspansi usaha juga
untuk pelunasan hutang. IPO juga
dimaksudkan untuk memperkuat modal
kerja perusahaan.
Penawaran perdana (IPO) atau
sering pula disebut go public adalah
kegiatan penawaran saham atau efek
lainnya yang dilakukan oleh emiten
(perusahaan yang akan go public) untuk
menjual saham atau efek kepada
masyarakat. IPO dilakukan berdasarkan
tata cara yang diatur oleh Undang-undang
Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya.
Penawaran efek itu meliputi surat
pengakuan berhutang, surat berharga
komersial, saham obligasi, sekuritas kredit,
tanda bukti hutang, opsi dan setiap
derivative efek lainnya yang ditetapkan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
sebagai efek. Saat ini produk yang
ditawarkan di Bursa Efek Indonesia meliputi
saham, obligasi konversi, saham preferren,
right issue dan danareksa. Diantara produk
itu, sahamlah yang paling banyak di perjual
belikan dalam penawaran perdana.
Berdasarkan tinjauan penelitan
terdahulu maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
Ha1: Terdapat perbedaan rata-rata harga
saham sebelum dan setelah adanya
inisiasi dividen.
Ha2: Terdapat perbedaan rata-rata
volume perdagangan saham
sebelum dan setelah adanya inisiasi
dividen.
Metode Penelitian dan Hasil Analisis Data Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang go public di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai
dengan 2007. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode purposive
sampling di mana pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang melakukan
penawaran perdana (initial public offering).
2. Mengeluarkan inisiasi dividen selama
periode pengamatan.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
36
3. Tanggal IPO dan tanggal inisiasi dividen
dapat diketahui dengan jelas.
Berbasarkan data yang ada pada
Indonesian Capital Market Directory dari
tahun 2003 sampai tahun 2007 didapat
sampel sebanyak 61 perusahaan IPO dapat
dilihat dalam tabel 1, tetapi yang melakukan
inisiasi dividen dan memenuhi kriteria
sebanyak 31 perusahaan. Dari 31
perusahaan sampel tersebut dilakukan
pengamatan terhadap harga saham harian,
jumlah saham yang diperdagangkan dan
jumlah saham yang beredar pada periode
pengamatan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan harga saham dan
volume perdagangan saham sebelum, pada
saat, dan setelah inisiasi dividen, dapat
dilihat dalam tabel 2.
Tabel 1
Penarikan Sampel
Kriteria Jumlah
Populasi 61
Perusahaan yang tidak melakukan inisiasi dividen (26)
Data tidak lengkap (4)
Jumlah Sampel 31
Sumber: Data Diolah, 2012
Hasil Analisis Data
Langkah-langkah dalam analisis
data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung hipotesis penelitian
a. Menghitung rata-rata harga
saham dari 31 sampel
perusahaan
Perhitungan rata-rata
harga saham dari 31 sampel
perusahaan untuk 10 hari
sebelum inisiasi dividen dan 10
hari setelah inisiasi dividen,
yaitu sebagai berikut:
Rata-rata harga saham pada
waktu t
=n
waktu tpada saham harga Total
Keterangan:
n = banyaknya sampel
Rata-rata harga saham dari 31
sampel perusahaan dapat dilihat dalam
tabel 3.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
37
Tabel 2
Data Perusahaan Yang Menjadi Sampel
Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2003 – 2007
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Inisiasi
Jumlah Saham Beredar
1 GEMA Gema Grahasarana Tbk 11 Juni 2003 320000000
2 SCMA Surya Citra Medika Tbk 13 Juni 2003 1893750000
3 SUGI Sugi Samapersada Tbk 01 Juli 2003 401864500
4 KREN Kresna Graha Sekurindo Tbk 01 Juli 2003 365000000
5 BMRI Bank Mandiri Tbk 25 Mei 2004 19800000000
6 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 28 Mei 2004 4320987000
7 ADHI Adhi Karya Tbk 15 Juni 2004 1315868000
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 18 Juni 2004 11647057950
9 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 22 Juni 2004 215524400
10 ARTA Arthavest Tbk 28 Juni 2004 290000000
11 WAHO Wahana Phonix Mandiri Tbk 2 Nov 2004 520000000
12 ENRG Energi Mega Persada Tbk 5 Nov 2004 2847433500
13 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 28 April 2005 800000000
14 IDKM Indosiar Karya Media Tbk 20 Juni 2005 2016739103
15 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 20 Juni 2005 230000000
16 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk 28 Juni 2005 942257000
17 PEGE Panca Global Securities Tbk 19 Okt 2005 550000000
18 YULE Yulie Sekurindo Tbk 28 Okt2005 255000000
19 MFIN Mandala Multifinance Tbk 20 Des05 1325000000
20 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 06 April 2006 2000000000
21 APOL Apreni Pratama Ocean Line Tbk 19 April 2006 1499302000
22 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk 23 Mei 2006 7090000000
23 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 01 Juni 2006 3330000000
24 ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk 28 Juni 2006 1000000000
25 ANTA Anta Express Tour dan Travel Tbk 28 Juni 2006 570000000
26 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 21 Juli 2006 1660000000
27 MAIN Malindo Feedmill Tbk 28 Juli 2006 339000000
28 MICE Multi Indocitra Tbk 24 Agst 2006 600000000
29 RELI Reliance Securities Tbk 14 Sept 2006 900000000
30 TOTL Total Bangun Persada Tbk 30 Mei 2007 2750000000
31 BBKP Bank Bukopin Tbk 15 Juni 2007 5568852493
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
38
b. Menghitung perubahan volume perdagangan saham
Menghitung perubahan volume perdagangan saham diukur dengan aktivitas
perdagangan relatif (relative trading volume activity/ TVA). TVA menunjukkan
aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi pada
investor dalam menilai inisiasi dividen secara informatif. Rumus yang digunakan:
Tabel 3
Rata-rata Harga Saham Harian pada Perusahaan IPO yang Terdaftar di BEI
Hari N Rata-rata Harga Saham
-10 31 613,71
-9 31 620,97
-8 31 615,80
-7 31 618,55
-6 31 617,90
-5 31 630,65
-4 31 639,52
-3 31 642,10
-2 31 651,13
-1 31 650,00
1 31 649,03
2 31 646,61
3 31 654,52
4 31 647,90
5 31 651,13
6 31 646,77
7 31 648,06
8 31 646,94
9 31 650,00
10 31 650,35
c. Menghitung rata-rata TVA dari
31 sampel saham.
Setelah TVA masing-
masing perusahaan dihitung,
waktu tpada )(beredar yang i perusahaan Saham waktu tpadagkan diperdagan yang i perusahaan SahamTVA i.t listing
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
39
kemudian menghitung rata-rata
volume perdagangan saham
relatif dari 31 sampel saham
untuk 10 hari sebelum inisiasi
dividen dan 10 hari setelah
inisiasi dividen. Rumus yang
digunakan:
TVA X
= n
TVAn
i 1
Keterangan:
TVA X
= Rata-rata Trading
Volume Activity
TVA = Total Trading Volume
Activity
n = Banyaknya sampel
Hasil perhitungan rata-rata TVA untuk 31
sampel perusahaan dapat dilihat pada tabel
4.
2. Melakukan pengujian statistik
dengan paired sample t-test
Setelah diketahui rata-rata
TVA dari 31 sampel perusahaan
untuk 10 hari sebelum dan 10 hari
setelah inisiasi dividen maka
dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji paired
sample t-test.
a. Uji hipotesis pertama
Hasil output uji Paired Sample T
Test seperti dalam tabel 5.
Langkah-langkah dalam pengujian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
Ho = 1
__
X = 2
__
X
(Diduga tidak ada
perbedaan antara rata-rata
harga saham sebelum dan
setelah inisiasi dividen).
Ha = 1
__
X ≠ 2
__
X
(Diduga ada perbedaan
antara rata-rata harga
saham sebelum dan setelah
inisiasi dividen).
2. t hitung sebesar -1,000
3. Menentukan t tabel dengan
menggunakan = 0,05
(5%)
Tabel distribusi t dicari pada
= 5% dengan derajat
kebebasan (df) n-1 atau 31
- 1 = 30. Dengan pengujian
2 sisi (signifikansi = 0,025)
hasil diperoleh untuk ttabel
sebesar 2,042.
4. Kriteria Pengujian
Ho diterima bila thitung ≤ ttabel
atau -thitung ≥ -ttabel
Ho ditolak bila thitung > ttabel
atau -thitung < -ttabel
5. Membandingkan thitung
dengan ttabel
Nilai -thitung > -ttabel (-1,000 > -
2,042) maka Ho diterima.
6. Membuat kesimpulan
Oleh karena nilai -thitung > -
ttabel (-1,000 > -2,042) maka
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
40
Ho diterima, artinya bahwa
tidak ada perbedaan antara
rata-rata harga saham
sebelum dan setelah inisiasi
dividen pada perusahaan
IPO yang terdaftar di BEI.
7. Gambar
Tabel 4
Rata-rata TVA Diseputar Hari Inisiasi Dividen
Pada Perusahaan IPO yang terdaftar di BEI
Hari N Rata-Rata TVA
-10 31 0,00772
-9 31 0,00613
-8 31 0,00396
-7 31 0,00763
-6 31 0,00859
-5 31 0,00558
-4 31 0,00238
-3 31 0,00246
-2 31 0,00649
-1 31 0,00377
1 31 0,00159
2 31 0,00244
3 31 0,00183
4 31 0,00195
5 31 0,00206
6 31 0,00292
7 31 0,00543
8 31 0,00253
9 31 0,00532
10 31 0,00247
Sumber: Data diolah, 2012
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
41
Tabel 5. Pengujian Paired Sample T Test pada Harga Saham
Pair 1
Sebelum Inisiasi –
Sesudah Inisiasi
Paired Differences Mean -7.03
Std. Deviation 39.16
Std. Error Mean 7.03
95% Confidence Interval Lower -21.39
Of the Difference Upper 7.33
t -1.000
Df 30
Sig. (2-tailed) .325
Sumber: Data diolah, Tahun 2012
Gambar 1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis Pertama
- 2,042 -1,000 + 2,042
b. Uji hipotesis kedua
Hasil output uji Paired Sample T Test sebagai berikut:
Kesimpulan 1. Hasil analisis hipotesis pertama dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
antara rata-rata harga saham sebelum
dan setelah inisiasi dividen pada
perusahaan IPO yang terdaftar di BEI.
Meskipun terdapat perbedaan rata-rata
harga saham sebelum dan setelah
inisiasi dividen tetapi secara statistik
perbedaan tersebut tidak berpengaruh
Ho Ho Ho
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
42
secara signifikan. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil uji t karena nilai -thitung > -ttabel
(-1,000 > -2,042), sehingga Ho diterima.
2. Hasil analisis hipotesis kedua dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan
antara rata-rata volume perdagangan
saham sebelum dan setelah inisiasi
dividen pada perusahaan IPO yang
terdaftar di BEI. Rata-rata volume
perdagangan sebelum dan sesudah
inisiasi dividen menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil uji t karena nilai thitung > ttabel (2,172
> 2,042), sehingga Ho ditolak.
Keterbatasan Penelitian
1. Periode pengamatan yang hanya 5
tahun masih terlalu sempit, sehingga
hasil uji hipotesis kurang bisa mencakup
populasi waktu yang lebih luas
2. Kurun waktu hari sebelum dan setelah
tanggal inisiasi dividen relatif pendek
yaitu 5 hari, sehingga hasil analisis
hipotesis bisa berbeda jika
menggunakan kurun waktu yang lebih
panjang.
Saran 1. Periode pengamatan yang lebih lama
sehingga ruang lingkup populasi
menjadi lebih luas.
2. Menggunakan kurun waktu sebelum dan
sesudah yang lebih panjang sehingga
memungkinkan tingginya tingkat
kevalidan dan tingkat kepercayaan.
Daftar Pustaka
Almilia, Luciana Spica dan Dina
Puspita.2007. Reaksi Pasar terhadap
Dividen Initiations dan dividen
imissions pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek. Jakarta.
Jurnal, Universitas Kristen Maranatha,
Bandung.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar
Modal Indonesia. Mediesott Indonesia.
Annelia, C dan Prihantoro. 2007. Pengaruh
Ressufle Kabinet terhadap
Pergerakan Harga Saham LQ45 di
Indonesia. Jurnal Vol. 2 ISSN: 1858-
2559, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Basyori, Kurnia. 2008. Analisis Pengaruh
Pengumuman Dividen Terhadap
Return Saham. Skripsi Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Hakim, Farih Rahman. 2007. Analisis
Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Rasio Pembayaran Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang
Membagikan Dividen. Skripsi
Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Hanafi M, Mamduh. 2004. Manajemen
Keuangan. PBFE, Yogyakarta.
Henry Simamora. 2000. Akuntansi Basis
Pengambilan Keputusan Bisnis.
Salemba Empat, Jakarta.
Heriningsih, Sucahyono dan Sri.S, Deni
Prasetyowaty. 2007. Dampak Inisiasi
Dividen terhadap harga Saham dan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
43
Volume Perdagangan Saham (Studi
pada Perusahaan IPO yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Vo.2,
Yogyakarta.
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio Dan
Analisis Investasi, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio Dan
Analisis Investasi, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Riyanto, Bambang,1996, Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
keempat, Cetakan Kedua, BPFE,
Yogyakarta.
Sartono, Agus, 1998. Manajemen
Keuangan, Edisi ke 3, BPFE-UGM,
Yogyakarta.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
44
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT
Endang Sri Utami
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Abstract
The study was done to obtain empirical evidence about the impact of stock price factors, the frequency of trading, abnormal return on the company's decision to do a stock split. And provide empirical evidence about the difference the stock price factors, the frequency of trading, abnormal return between before and after a stock split. The results of logistic regression test showed that stock prices affect the company's decision to conduct a stock split. This is indicated by a P value <0.10 (0.048 <0.10). Frequency stock trading does not affect the company's decision to conduct a stock split. This is indicated by a P value (significance) > 0.10 (0.402> 0.10). Abnormal return does not affect the company's decision to do a stock split. This is shown by the P value (significance)> 0.10 (0.244> 0.10). The test results paired Sample T Test shows that there is a difference between the stock price before and after the stock split. This is indicated P value (significance) <0.10 (0.064 <0.10). There was no difference between the frequency of stock trading the second quarter, one quarter before the stock split with the frequency of stock trading second quarter, one quarter after the stock split. It was shown all the P value (significance)> 0.10. There was no difference between the abnormal return the second quarter, one quarter before the stock split abnormal return by the second quarter, one quarter after the stock split. It was shown all the P value (significance)> 0.10.
Keywords: stock split, stock price, trading frequency, abnormal return
A. PENDAHULUAN
Kenaikan harga saham sebuah
perusahaan yang terlalu tinggi, akan
menyebabkan permintaan terhadap
pembelian saham tersebut mengalami
penurunan karena tidak semua investor
tertarik untuk membeli saham dengan harga
yang terlalu tinggi. Hal ini terutama dialami
investor perorangan yang memiliki tingkat
dana terbatas, yang akan berbalik untuk
membeli saham-saham perusahaan lain.
Untuk menghindari munculnya kondisi
tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan
oleh suatu perusahaan adalah
menempatkan kembali harga saham pada
jangkauan tertentu. Perusahaan harus
berusaha menurunkan harga saham pada
kisaran harga yang menarik minat investor
untuk membeli. Salah satu langkah yang
dapat diambil perusahaan agar saham yang
dijual dapat menarik minat investor yaitu
melalui stock split (Retno, 2006).
Stock split merupakan salah satu
bentuk informasi yang diberikan oleh emiten
untuk menaikan jumlah saham yang
beredar. Pemecahan saham merupakan
suatu “kosmetika saham“ dalam arti bahwa
tindakan perusahaan tersebut merupakan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
45
upaya pemolesan saham agar kelihatan
lebih menarik di mata investor sekalipun
tidak meningkatkan kemakmuran bagi
investor (Marwata, 2001). Walaupun
informasi yang diberikan perusahaan
tersebut lewat stock split tidak mempunyai
nilai ekonomis, namun ternyata berdampak
pada pasar. Stock split bertujuan agar
perdagangan suatu saham menjadi lebih
likuid, karena jumlah saham yang beredar
menjadi lebih banyak dan harganya menjadi
lebih murah. Di samping itu tujuan dilakukan
stock split oleh emiten adalah supaya
sahamnya berada pada rentang
perdagangan yang optimal, sehingga
distribusi saham menjadi lebih luas dan
daya beli investor meningkat terutama untuk
investor kecil (Lestari, 2006)
Dampak split terhadap keuntungan
investor di jelaskan oleh Grinblatt, Masulis,
dan Titman (1984) dalam Sutrisno, dkk
(2000) bahwa disekitar pengumuman split
menunjukkan adanya perilaku harga yang
abnormal. Peningkatan harga yang terjadi
bukan disebabkan karena adanya
pengumuman deviden yang meningkat,
akan tetapi pasar memberikan nilai positif
terhadap split karena adanya tax–option
impack. Dampak tersebut berbentuk
pembebasan pajak yang dihadapi investor
(tax–option investor) sehingga investor
tersebut memperoleh keuntungan lebih.
Penelitian yang dilakukan Rohana,
dkk (2003) menemukan bahwa harga
saham berhubungan dengan keputusan
perusahaan melakukan stock split, berarti
bahwa semakin tinggi harga saham maka
semakin banyak perusahaan yang
memutuskan untuk melakukan stock split.
Sedangkan frekuensi perdagangan saham
tidak mempunyai hubungan dengan
keputusan perusahaan melakukan stock
split. Likuiditas pasar cenderung menjadi
lebih rendah setelah stock split dimana
frekurensi perdagangan secara proposional
lebih rendah daripada saat sebelum stock
split dan terdapat perbedaan frekuensi
perdagangan saham yang signifikan antara
dua kuartal sebelum stock split dan dua
kuartal sesudah stock split. Untuk earning
perusahaan yang diproksi dengan operating
income menunjukkan bahwa earning
setelah stock split tidak lebih tinggi dari
earning sebelum stock split. Kondisi ini
menunjukkan bahwa stock split tidak
memberikan suatu signal mengenai
kenaikan laba di masa yang akan datang.
Kondisi di atas mengindikasikan bahwa
stock split merupakan alat yang penting
dalam praktik pasar modal yang dilakukan
oleh perusahaan sebagai upaya pemolesan
saham agar kelihatan lebih menarik di mata
investor meskipun kenyataannya tidak
meningkatkan kemakmuran bagi pemegang
saham.
Dengan mengacu pada penelitian
diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan perusahaan
untuk melakukan stock split, dengan
melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Stock Split”. Tujuan
penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh harga saham,
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
46
frekuensi perdagangan saham, abnormal
return terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan stock split. Selain itu
penelitian juga dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan antara harga
saham, frekuensi perdagangan saham,
abnormal return sebelum stock split dengan
harga saham, frekuensi perdagangan
saham, abnormal return sesudah stock split.
B. LANDASAN TEORI 1. TELAAH LITERATUR
Stock split merupakan fenomena
yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan.
Secara sederhana, stock split berarti
memecah selembar saham menjadi n
lembar saham. Stock split mengakibatkan
bertambahnya jumlah lembar saham yang
beredar tanpa transaksi jual beli yang
mengubah besarnya modal. Harga
perlembar saham baru setelah stock split
adalah sebesar faktor pemecahannya (split
factor). Keputusan untuk melakukan stock
split oleh suatu emiten atau perusahaan
merupakan kesepakatan para pemegang
saham yang dibicarakan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut
Ewijaya dan Indriantoro (1999) pemecahan
saham (stock split) adalah perubahan nilai
nominal per lembar saham dan menambah
jumlah saham yang beredar sesuai dengan
faktor pemecahan (split factor).
Terdapat dua teori utama yang
menjelaskan motivasi pemecahan saham,
yaitu signaling theory dan trading range
theory.
a. Signaling Theory
Menurut Lestari (2006) signaling
theory atau dikenal juga dengan istilah
information asymmetry menyatakan bahwa
stock split memberikan sinyal yang
informatif kepada investor mengenai
prospek peningkatan return yang
substansial dimasa mendatang. Pada
tingkat asimetri informasi tertentu antara
manajer dan investor, manajer
kemungkinan besar akan mengambil
keputusan untuk melakukan stock split agar
informasi yang menguntukan dapat diterima
oleh investor.
Baker dan Powe (1993) seperti di
kutip dalam Sutrisno, dkk (2000)
mengatakan bahwa split memberikan sinyal
yang informatif kepada investor mengenai
prospek perusahaan dimasa yang akan
datang. Meningkatnya likuiditas setelah split
dapat muncul akibat semakin besarnya
kepemilikan saham dan jumlah transaksi.
Baker dan Powell (dalam Retno,
2006) menyatakan bahwa pemecahan
saham memberikan sinyal/informasi kepada
investor mengenai prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Keputusan
melakukan pemecahan saham yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan
ternyata merupakan suatu keputusan yang
mahal. Semakin tingginya tingkat komisi
saham dan menurunnya harga saham
mengakibatkan bertambahnya biaya yang
dikeluarkan manajemen perusahaan yang
melakukan kebijakan pemecahan saham.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
47
b. Trading Range Theory Menurut Lestari (2006) dengan
adanya stock split, harga saham menjadi
tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin
banyak investor yang mampu bertransaksi.
Kondisi ini menyebabkan semakin
bertambahnya jumlah saham yang
diperdagangkan dan jumlah pemegang
saham. Jadi, merurut Trading range theory
perusahaan melakukan stock split karena
memandang harganya terlalu tinggi.
Trading range theory menyatakan bahwa
pemecahan saham akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Harga pasar
saham mencerminkan nilai suatu
perusahaan. Semakin tinggi harga saham,
maka semakin tinggi nilai perusahaan dan
sebaliknya.
Menurut Marwata (2001) Trading
range Theory mengatakan bahwa
pemecahan saham akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Harga
saham yang terlalu tinggi (over price) akan
menyebabkan berkurangnya aktivitas
saham untuk diperdagangkan. Dengan
pemecahan saham harga saham akan
dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga akan
meningkatkan kemampuan para investor
untuk melakukan transaksi, terutama para
investor kecil. Jadi, Menurut Trading range
Theory, perusahaan melakukan pemecahan
saham (stock split) karena memandang
bahwa harga saham-nya terlalu tinggi.
Dengan kata lain, harga saham yang terlalu
tinggi merupakan pendorong bagi
perusahaan untuk melakukan pemecahan
saham (stock split).
Beberapa hasil penelitian yang
meneliti tentang pemecahan saham
diantaranya adalah: Ewijaya dan Indriantoro
(1999) dalam penelitan yang berjudul
“Analisis Pengaruh Pemecahan Saham
Terhadap Perubahan Harga Saham”
menyimpulkan bahwa pemecahan saham
berpengaruh negatif signifikan terhadap
perubahan saham relatif. Harga saham
setelah 4,5 bulan pemecahan saham akan
menurun sehingga para investor yang
memegang saham tersebut sejak 7,5 bulan
sebelum tanggal pemecahan saham
sampai 4,5 bulan setelah pemcahan saham
akan mengalami kerugian. Oleh karena itu
sebaiknya para investor menjual saham
yang dipecah tersebut sebelum 4,5 bulan
setelah tanggal pemecahan saham agar
tidak mengalami kerugian. Sedangkan
untuk investor potensial baru sebaiknya
membeli saham yang dipecah tersebut
setelah 4,5 bulan setelah tanggal
pemecahan saham karena harga pasarnya
akan lebih rendah bila dibandingkan pada
saat pemecahan. Hal ini menunjukan
bahwa di Indonesia keputusan untuk
melakukan pemecahan saham akan
merugikan para investor lama yang telah
memiliki saham yang telah dipecah sejak
8,5 bulan sebelum pemecahan.
Variabel deviden dan perubahan
deviden memberikan pengaruh yang positif
signifikan pada perubahan harga saham
relafif. Artinya, informasi mengenai deviden
memberikan pengaruh yang positif kepada
investor. Oleh karena itu, dianjurkan bagi
perusahaan yang melakukan pemecahan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
48
saham sebaiknya juga meningkatkan
deviden yang akan dibayarkan sehingga
penurunan harga saham setelah
pemecahan tidak mencapai posisi harga
yang terlalu rendah. Variabel laba per
lembar saham dan perubahan laba per
lembar saham tidak memberikan pengaruh
yang signifikan pada perubahan harga
saham relatif. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada periode pengamatan dalam penelitian
ini informasi laba per lembar saham tidak
memberikan pengaruh yang signifikan bagi
para investor. Variabel indeks harga industri
menunjukkan pengaruh yang signifikan
pada perubahan harga relatif.
Lestari (2006) dengan penelitiannya
yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Stock Split Pada
Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia” menyimpulkan bahwa: 1). Harga
saham berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split dengan tingkat signifikansi 0.030
dan nilai Beta 0.001. 2). Frekuensi
perdagangan saham berpengaruh negatif
terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan stock split dengan tingkat
signifikansi 0.047 dan nilai Beta 0.009. 3). Harga saham berkorelasi dengan
keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split. Korelasi ini sangat kuat, dengan
nilai korelasi 1 dan tingkat signifikansi
0.047. 4). Frekuensi perdagangan saham
berkorelasi dengan keputusan perusahaan
untuk melakukan stock split. Korelasi ini
sangat kuat, dengan nilai korelasi 1 dan
tingkat signifikansi 0.006. 5). Terdapat
perbedaan frekuensi perdagangan saham
yang signifikan antara sebelum stock split
dan sesudah stock split. 6). Earning
perusahaan yang diproksi dengan operating
income setelah stock split, tidak lebih tinggi
dari earning sebelum stock split..
Setiyantoro (2006) dengan
penelitiannya yang berjudul "Analisis
Likuiditas Saham Sebelum Dan Sesudah
Stock Split Di Bursa Efek Jakarta
menemukan bahwa: 1). Terdapat
perbedaan yang signifikan harga saham
antara sebelum dan sesudah aktivitas stock
split. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
harga saham mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena tujuan utama dari stock
split adalah menurunkan harga ketika harga
dirasa terlalu mahal. Dengan menurunnya
harga saham akan memiliki daya tarik
investor untuk membeli saham-saham
tersebut, karena harganya jauh lebih
murah, sehingga mudah untuk
mendapatkan capital gain. 2). Terdapat
perbedaan yang signifikan volume
perdagangan antara sebelum dan sesudah
aktivitas stock split pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
volume perdagangan saham setelah
peristiwa stock split . Hal ini disebabkan
karena transaksi saham menjadi lebih
menarik, setelah harga menjadi lebih
rendah yang ditunjukkan dengan nilai
transaksi yang meningkat.
2. PERUMUSAN HIPOTESIS
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
49
Harga saham yang terlalu rendah
sering diartikan bahwa kinerja perusahaan
kurang baik. Namun, bila harga saham
terlalu tinggi dapat mengurangi minat
investor untuk berinvestasi. Aktivitas
frekuensi perdagangan saham merupakan
salah satu elemen yang menjadi salah satu
bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap
sebuah informasi yang masuk pada pasar
modal. Perkembangan harga saham dan
aktivitas frekuensi perdagangan saham
merupakan indikator penting untuk
mempelajari tingkah laku pasar sebagai
acuan pasar modal dalam menentukan
transaksi di pasar modal.
Signaling theory mengatakan bahwa
stock split memberikan informasi kepada
investor tentang prospek peningkatan return
masa depan yang substansial tentang laba
jangka pendek dan jangka panjang. Stock
split dianggap sebagai sinyal bahwa
perusahaan memiliki kinerja dan prospek
yang bagus di masa yang akan datang.
Berdasarkan hubungan diatas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Harga saham berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk
melakukan stock split.
H2: Frekuensi perdagangan saham
berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan stock
split.
H3: Abnormal return berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan stock split.
H4: Terdapat perbedaan harga saham
sebelum stock split dan harga saham
sesudah stock split.
H5: Terdapat perbedaan antara frekuensi
perdagangan saham sebelum stock
split dan frekuensi perdagangan
saham sesudah stock split.
H6: Terdapat perbedaan antara abnormal
return sebelum stock split dan
abnormal return sesudah stock split.
C. METODE PENELITIAN 1. SAMPLING (PENYAMPELAN)
Metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel menggunakan cara
purposive sampling. Kriteria-kriteria
perusahaan yang menjadi sampel adalah:
a. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEI pada periode 2004-2007
b. Perusahaan yang melakukan stock split
pada periode 2004-2007
c. Perusahaan yang tidak melakukan stock
split pada periode 2004-2007
d. Perusahaan yang sahamnya aktif di
perdagangkan selama periode 2004-
2007, frekuensi perdagangan saham,
abnormal return.
e. Perusahaan yang memiliki informasi
atau data secara lengkap untuk
kebutuhan analisis data.
Berdasarkan beberapa kriteria
seperti di atas, perusahaan yang menjadi
sampel selama periode tahun 2004 sampai
dengan tahun 2007, terdapat 24
perusahaan.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
50
2. SUMBER DAN DATA YANG DIGUNAKAN
Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari publikasi dari
Indonesian Capital Market Directory dan
Indonesian Security Market Directory . Data
yang diperlukan meliputi: harga saham
harian dan data frekuensi perdagangan
saham kuartalan, abnormal return
disesuaikan pasar (ARDP), perusahaan
yang melakukan stock split dan yang tidak
melakukan stock split, tanggal
pengumuman stock split.
3. DEFINISI OPERASIONAL DAN
PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN
a. Dependen Variabel (variabel terikat =
y) Stock split sebagai dependen
variabel memiliki sifat kualitatif sehingga
pengukuran yang dilakukan dengan
memberi nilai nol (0) untuk perusahaan
yang tidak melakukan stock split dan satu
(1) untuk perusahaan yang tidak melakukan
stock split.
b. Independen variabel (variabel bebas = x)
1) Harga saham (X1) diproksi dengan rata-
rata harga saham harian selama 1
tahun yang berakhir tgl 31 Desember
tahun sebelum stock split. 2) Frekuensi perdagangan saham (X2
diproksi dengan frekuensi perdagangan
saham tahunan yang berakhir tgl 31
Desember tahun sebelum stock split.
3) Abnormal return di sesuaikan pasar
(X3) diproksi dari abnormal return
sebelum pemecahan saham dan
abnormal return setelah pemecahan
saham.
4. METODE ANALISA DATA Untuk menguji hipotesis pertama,
kedua, ketiga (H1, H2, H3) digunakan
analisis regresi. Regresi logistic digunakan
dalam penelitian ini karena variable
dependent adalah variabel dummy, yang
dalam penelitian ini bentuk formulanya
adalah sebagai berikut :
Ln = split Stoks1
split Stoks
=a+b1x1+b2x2+b3x3+e
Keterangan :
a = konstanta
X1 = harga saham
X2 = frekuensi perdagangan
X3 = abnormal return
e = eror
Pengujian hipotesis empat (H4), lima (H5)
dan enam (H6), digunakan dengan
pengujian parametik paired t test.
D. ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
1. Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 (H1,
H2, H3) Hasil pengujian dengan logistic regression
disajikan pada tabel 1.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
51
Tabel 1 Hasil Uji Logistic Regresión
Variables in the Eguation B S.E Wald df Sig. Exp(B)
Step HRGSHM .009 .005 3.897 1 .048 1.010
1ª FREKNS .005 .006 .703 1 .402 1.005
ABNRML 3.063 2.626 1.360 1 .244 21.384
Constant -10.127 6.026 2.824 1 .093 .000
a. Variable(s) entered on step 1: HRGSHM, FREKNS. ABNRML.
Sumber: Data Diolah, 2010
Hasil pada tabel 1 menunjukkan
bahwa pengujian variabel harga saham
menghasilkan nilai Pvalue 0,048 < 0,10
artinya harga saham berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split. Variabel frekuensi perdagangan
saham menghasilkan nilai Pvalue 0,402 >
0,10 artinya frekuensi perdagangan saham
tidak berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan stock split.
Variabel abnormal return menghasilkan nilai
Pvalue 0,244 > 0,10 artinya abnormal return
tidak berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan stock split.
2. Pengujian Hipotesis 4, 5, dan 6 (H4,
H5, dan H6) Hasil Analisis Test Paired Sampel
Perbedaan Harga saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split dapat dilihat dalam
tabel 2.
Hasil pada tabel 2 menunjukkan
bahwa pengujian variabel harga saham
menghasilkan nilai Pvalue 0,064 < 0,10
artinya ada perbedaan harga saham antara
sebelum dan sesudah stock split.
Hasil Analisis Test Paired Sampel
Perbedaan Frekuensi Perdagangan Saham
Sebelum dan Sesudah Stock Split dapat
dilihat dalam tabel 3.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
52
Tabel 2 Hasil paired Sample T Test
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
t df Sig.(2-
tailed)
Lower Upper
Pair Sebelum Stock split
1 Sesudah Stock split 3871.17 6525.59 1883.78 -274.99 8017.33 2.055 11 .064
Sumber: Data Diolah, 2010
Hasil pada tabel 3 menunjukkan
bahwa pengujian Pair FK1SBLM dengan
FK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,352
> 0,10 artinya tidak ada perbedaan
frekuensi perdagangan saham kuartal
pertama sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
pertama sesudah stock split. Pair FK1SBLM
dengan FK2SSDH menghasilkan nilai
Pvalue 0,351 > 0,10 artinya bahwa tidak
ada perbedaan frekuensi perdagangan
saham kuartal pertama sebelum stock split
dengan frekuensi perdagangan saham
kuartal kedua sesudah stock split. Pair
FK2SBLM dengan FK1SSDH menghasilkan
nilai Pvalue 0,352 > 0,10 artinya tidak ada
perbedaan frekuensi perdagangan saham
kuartal kedua sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
pertama sesudah stock split. Pair FK2SBLM
dengan FK2SSDH menghasilkan nilai
Pvalue 0,351 > 0,10 artinya tidak ada
perbedaan frekuensi perdagangan saham
kuartal kedua sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
kedua sesudah stock split.
Hasil Analisis Test Paired sampel
perbedaan Abnormal Return sebelum dan
sesudah stock split dapat dilihat dalam
table 4.
Hasil pada tabel 4 menunjukkan
bahwa pengujian Pair RK1SBLM dengan
RK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,306
> 0,10 artinya tidak ada perbedaan
abnormal return kuartal pertama sebelum
stock split dengan abnormal return kuartal
pertama sesudah stock split pada. Pair
RK1SBLM dengan RK2SSDH menhasilkan
nilai Pvalue 0,382 > 0,10 artinya tidak ada
perbedaan abnormal return kuartal pertama
sebelum stock split dengan abnormal return
kuartal kedua sesudah stock split. Pair
RK2SBLM dengan RK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,265 > 0,10
artinya tidak ada perbedaan abnormal
return kuartal kedua sebelum stock split
dengan abnormal return kuartal pertama
sesudah stock split. Pair RK2SBLM dengan
RK2SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,547
> 0,10 artinya tidak ada perbedaan
abnormal return kuartal kedua sebelum
stock split dengan abnormal return kuartal
kedua sesudah stock split.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
53
Tabel 3
Hasil paired Sample T Test Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
t df Sig.(2-
tailed)
Lower Upper
Pair 1 FK1SBLM-FK1SSDH -914475 3256960.76 940203.59 -2983849 1154899 -.973 11 .352
Pair 2 FK1SBLM-FK2SSDH -914844 3256875.96 940179.11 -2984164 1154476 -.973 11 .351
Pair 3 FK1SSDH-FK2SBLM 14500.75 3256952.83 940201.30 -1154868 2983870 -.973 11 .352
Pair 4 FK1SBLM-FK2SSDH -914870 3256868.02 940176.81 -2984185 1154445 -.973 11 .351
Sumber: Data Diolah, 2010
Keterangan:
FK1SBLM = frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sebelum stock split
FK2SBLM = frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sebelum stock split
FK1SSDH = frekuensi perdagangan saham kuartal 1 sesudah stock split
FK2SSDH = frekuensi perdagangan saham kuartal 2 sesudah stock split
Tabel 4
Hasil paired Sample T Test Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
t df Sig.(2-
tailed)
Lower Upper
Pair 1 RK1SBLM-RK1SSDH 7.39E-02 .238590 6.89E-02 -7.8E-02 .225501 1.073 11 .306
Pair 2 RK1SBLM-RK2SSDH 6.21E-02 .236076 6.81E-02 -8.8E-02 .212112 .911 11 .382
Pair 3 RK1SSDH-RK2SBLM -4.6E-02 .134972 3.90E-02 -.131482 4.00E-02 -1.174 11 .265
Pair 4 RK2SBLM-FK2SSDH 3.39E-02 .189098 5.46E-02 -8.6E-02 .154080 .622 11 .547
Sumber: Data Diolah, 2010
Keterangan:
RK1SBLM = abnormal return kuartal 1 sebelum stock split
RK2SBLM = abnormal return kuartal 2 sebelum stock split
RK1SSDH = abnormal return kuartal 1 sesudah stock split
RK2SSDH = abnormal return kuartal 2 sesudah stock split
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
54
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Harga saham berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue
0,048 < 0,10. Frekuensi perdagangan
saham tidak berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue
0,402 > 0,10. Abnormal return tidak
berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan stock split
ditunjukkan nilai Pvalue 0,244 > 0,10.
Ada perbedaan harga saham antara
sebelum dan sesudah stock split
ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,064 < 0,10.
Tidak ada perbedaan frekuensi
perdagangan saham kuartal pertama
sebelum stock split dengan frekuensi
perdagangan saham kuartal pertama
sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai
Pvalue 0,352 > 0,10. Tidak ada perbedaan
frekuensi perdagangan saham kuartal
pertama sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
kedua sesuadah stock split ditunjukkan oleh
nilai Pvalue 0,351 > 0,10. Tidak ada
perbedaan frekuensi perdagangan saham
kuartal kedua sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
pertama sesudah stock split ditunjukkan
oleh nilai Pvalue 0,352 > 0,10. Tidak ada
perbedaan frekuensi perdagangan saham
kuartal kedua sebelum stock split dengan
frekuensi perdagangan saham kuartal
kedua sesudah stock split ditunjukkan oleh
nilai Pvalue 0,351 > 0,10.
Tidak ada perbedaan abnormal
return saham kuartal pertama sebelum
stock split dengan abnormal return kuartal
pertama sesudah stock split ditunjukkan
oleh nilai Pvalue 0,306 > 0,10. Tidak ada
perbedaan abnormal return kuartal pertama
sebelum stock split dengan abnormal return
kuartal kedua sesudah stock split
ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,382 > 0,10.
Tidak ada perbedaan abnormal return
kuartal kedua sebelum stock split dengan
abnormal return kuartal pertama sesudah
stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue
0,265 > 0,10. Tidak da perbedaan abnormal
return kuartal kedua sebelum stock split
dengan abnormal return kuartal kedua
sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai
Pvalue 0,547 > 0,10.
2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah:
sampel perusahaan terbatas pada
perusahaan sektor manufaktur di BEI,
sehingga akan terbatasnya cakupan
generalisasi hasil penelitian. Jumlah sampel
terbatas sebanyak 24 perusahan (12
perusahaan yang melakukan stock split dan
12 perusahaan yang tidak melakukan stock
split), sehingga tingkat validitas dan
keyakinan yang kurang terhadap hasil
penelitian.
3. Implikasi Penelitian
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
55
Implikasi untuk penelitian
selanjutnya adalah: mengambil sampel
pada beberapa sektor perusahaan dengan
jumlah sampel perusahaan yang lebih
banyak, sehingga cakupan generalisasi
hasil penelitian akan lebih luas.
Penambahan variabel independen yang
diduga mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk melakukan stock split,
seperti earning, persentase spread dan
deviden.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Emanuel
Kristijadi. 2005. Analisis Kandungan
Informasi Dan Efek Intra Industri
Pengumuman Stock Split Yang
Dilakukan Oleh Perusahaan
Bertumbuh Dan Tidak Bertumbuh.
Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia
Vol. 20 No. 1. Januari ISSN 0215 –
2487, Surabaya.
Almilia, Luciana Spica dan Emanuel
Kristijadi. 2006. Dampak Size
Perusahaan Terhadap Kandungan
Informasi Dan Efek Intra Industri
Pengumuman Stock Split. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi Vol. 13 No. 1.
Maret ISSN 1412 – 3126. Surabaya.
Destriarto, Kurniawan. 2007. Analisis
Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Abnormal return Dan
Likuiditas Saham di BEJ. Skripsi.
Universitas Muhamaddiyah.
Yogyakarta.
Ewijaya dan Nur Indriantoro. 1999. Analisis
Pengaruh Pemecahan Saham
Terhadap Perubahan Harga Saham.
Jurnal Riset Akuntansi vol. 2, No. 1
Januari hal. 53 – 65. Yogyakarta
Husnan, Suad. 2003, Dasar-Dasar Teori
Portofolio Dan Analisis Sekuritas,
Edisi ketiga, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Jogiyanto, HM, 2003, Teori Portofolio Dan
Analisis Investasi. Edisi Ketiga
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Marwata, 2001. Kinerja Keuangan, Harga
Saham Dan Pemecahan Saham.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol. 4, No. 2, Mei Hal 151-164.
Yogyakarta.
Mulyanti, Endah Lestari Dwi. 2006. Analisis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Stock Split Pada Perusahaan Yang
Go Public di BEJ. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Rahayu, Indah Retno. 2006. Reaksi Pasar
Terhadap Peristiwa Stock Split
Yang Terjadi Di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Skripsi. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat BPFE. Yogyakarta.
Setiyanto, Agus. 2006. Analisis Likuiditas
Saham Sebelum Dan Sesudah
Stock Split Di Bursa efek Jakarta.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
56
Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Supriyadi, 2007. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Stock Split. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Sutrisno, dkk. Pengaruh Stock Split
Terhadap Likuiditas Dan Return
Saham Di Bursa Efek Jakarta,
Jurnal manajemen & kewirausahaan
vol. 2, no. 2, September 2000:1-13,
Yogyakarta.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
57
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI KURS, DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2005-2010
M. BUDIANTARA
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Abstract
Investors need information as a basis for making investment decisions on a particular
company. Stock is a form of ownership of the company. Dividends or capital gains would be obtained if a person has ownership of the shares of a company going public. Investments in shares of publicly traded companies classified as high risk because it is very sensitive to changes, whether the changes that occurred abroad and at home, changes in political, economic, monetary, laws or regulations, changes in the industry as well as internal changes company. The change-the change can be positive or negative impact. Of research on the influence of interest rates, exchange rates, and inflation of stock price index in Indonesia Stock Exchange in 2005-2010 can be concluded as follows: Taken together there is a significant effect between interest rates, exchange rates, and inflation on composite stock price index in Indonesia Stock Exchange. Variable interest rates are negative and significant effect on stock prices or in other words, the rise and fall in interest rates will affect the stock price. There are negative and significant influence of the exchange rate of the composite stock price index in Indonesia Stock Exchange 2005-2010 period. Variable inflation in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2005-2010 did not significantly affect stock prices or in other words, the rise and fall of inflation rate has no effect on the composite stock price index.
Keywords: interest rates, exchange rates, and inflation of stock price index
Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal di
Indonesia semakin menarik investor untuk
melakukan investasi. Investor
membutuhkan informasi yang memadahi
sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi pada perusahaan tertentu.
Terdapat 2 (dua) jenis investasi yang dapat
dipilih calon investor, yaitu investasi riil dan
investasi finansial. Saham merupakan
bentuk kepemilikan atas perusahaan.
Dividen atau capital gain akan diperoleh jika
seseorang mempunyai kepemilikan atas
saham suatu perusahaan go publik. Di
Indonesia, sampai dengan akhir Juli 1997
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan (sebab akibat) yang sistematis
antara depresiasi rupiah dengan
pergerakan IHSG (Gupta, Jyota P., 2000).
Perkembangan IHSG sebagaimana
lazimnya lebih ditentukan oleh
perkembangan bunga (Sitinjak, 2003).
Tantangan berat dalam bidang
perekonomian akibat pengaruh global, krisis
moneter, dan krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada Juli 1997 mengakibatkan
depresiasi rupiah yang besar sehingga
pemerintah Indonesia mengambil kebijakan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
58
melepas bond intervensi dan menerapkan
sistem kurs devisa bebas mengambang
(free floating exchange rate system) pada
tanggal 14 Agustus 1997. Sejak saat itu
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
dibiarkan mencari nilai keseimbangannya
yang baru meskipun berdampak pada nilai
yang lebih rendah. Kondisi ini juga
berdampak pada pergerakan IHSG yang
seakan mengikuti pergerakan nilai tukar
rupiah atau sebaliknya pergerakan rupiah
seakan mengikuti pergerakan IHSG,
sehingga memunculkan dugaan bahwa
diantaranya terdapat hubungan (sebab
akibat) yang sistematis.
Perumusan Masalah
a. Apakah tingkat suku bunga, nilai
kurs, dan inflasi bersama-sama
mempengaruhi IHSG di BEI
tahun 2005-2010?
b. Apakah kenaikan tingkat suku
bunga mempunyai pengaruh
negatif terhadap IHSG di BEI
tahun 2005-2010?
c. Apakah kenaikan nilai kurs
mempunyai pengaruh negatif
terhadap IHSG di BEI tahun
2005-2010?
d. Apakah kenaikan inflasi
mempunyai pengaruh negatif
terhadap IHSG di BEI tahun
2005-2010?
Batasan Masalah a. Penelitian ini menggunakan
harga saham di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun
2005-2010.
b. Variabel tingkat suku bunga,
kurs, dan inflasi dalam
mempengaruhi indeks harga
saham gabungan.
Landasan Teori Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengukuran kinerja perdagangan
saham dalam penelitian ini di proxy dalam
indeks harga saham gabungan (IHSG).
Indeks biasa menjadi tolok ukur dalam
memantau kecenderungan pasar dan
perkembangan tingkat harga saham yang
diperdagangkan. Indeks harga saham
gabungan (IHSG) di BEI meliputi
pergerakan harga untuk saham biasa dan
saham preferen. IHSG diperkenalkan
pertama kali pada 01 April 1983 dan
selanjutnya menjadi indikator utama
perdagangan saham di BEI.
Rumus yang digunakan untuk
menghitung IHSG adalah sebagai berikut:
Notasi:
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
hari ke-t
Nilai Pasar =Jumlah lembar tercatat dibursa
X harga pasar preferen pada
hari ke-t
Nilai Dasar = Jumlah lembar
tercatat dibursa X harga pasar
perlembar saham biasa dan saham
IHSG = Nilai Pasar x 100
Nilai Dasar
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
59
preferen yang mulai dari waktu
dasar (10 Agustus 1982).
Dengan demikian IHSG untuk
tanggal 10 Agustus 1982 bernilai 100 (nilai
indeks dasar). Nilai dasar IHSG selalu
disesuaikan untuk kejadian seperti IPO right
issue, partial/company listing untuk
kejadian-kejadian seperti stock splits,
dividen berupa saham (stock dividen),
bonus issue, nilai dasar dari IHSG tidak
berubah, karena peristiwa-peristiwa ini tidak
merubah nilai pasar total. Rumus untuk
menyelesaikan nilai dasar awal sebagai
berikut:
Notasi:
NDB = Nilai dasar baru yang
disesuaikan
NPL = Nilai pasar lama
NPTS = Nilai pasar tambahan
saham
NDL = Nilai dasar lama
Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal
pada satu atau lebih aktiva yang dimiliki
biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan pada
masa mendatang (Sunaryah, 2006).
Investasi keuangan dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Investasi
langsung dapat dilakukan dengan membeli
langsung aktiva dari suatu perusahaan
yang dapat diperjualbelikan di pasar uang,
pasar modal, atau pasar turunannya.
Investasi di pasar uang biasanya berbentuk
surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
industri perbankan dan bersifat jangka
pendek seperti sertifikat deposito, treasury
bill, commercial paper, surat berharga pasar
uang (SPBU), dan Sertifikat Bank
Indonesia.
Pengertian Saham
Saham merupakan bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang
bentuk perseroan terbatas (Husnan, 2001).
Pengertian saham yang lain adalah tanda
bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu perseroan terbatas
(Riyanto,1995). Secara garis besar saham
merupakan surat berharga yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan
berbentuk perseroan terbatas atau yang
biasa disebut emiten, yang menyatakan
pemilik saham tersebut dengan demikian
apabila seseorang membeli saham maka
akan menjadi pemilik perusahaan.
Indek Harga Saham
Indeks harga saham adalah angka
indeks harga saham yang telah disusun dan
dihitung sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tren. Angka indeks
merupakan angka yang dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat dipergunakan untuk
membandingkan kegiatan ekonomi atau
peristiwa, bisa berupa perubahaan harga
saham dari waktu ke waktu (Supranto J.,
1992). Perkembangan IHS dapat
NDB = NPL + NPTS x 100
NPL
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
60
ditunjukkan dengan angka bertanda positif
yang berarti ada kenaikan, ada yang stabil
dan ditandai angka kenaikan 0, serta
penurunan dengan angka negatif. Kenaikan
IHS memberi indikasi bahwa pasar dalam
keadaan bergairah. Tidak berubahnya IHS
menunjukkan situasi dalam keadaan stabil.
Sedangkan penurunan IHS menunjukkan
kelesuan pasar.
Penilaian Harga Saham
Dalam melakukan penilaian harga
saham dikenal ada 3 jenis nilai saham,
yaitu: (a) nilai buku saham, yaitu nilai yang
dihitung berdasarkan pembukuan
perusahaan penerbit saham (Husnan,
2001) (b) nilai pasar saham, yaitu nilai
saham yang terbentuk melalui mekanisme
permintaan dan penawaran di pasar modal
(Sartono dan Agus, 2001) (c) nilai instrinsik
saham atau sering juga disebut nilai teoritis
saham, yaitu nilai saham yang sebenarnya
atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2001).
Harga atau nilai buku saham dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Nilai sejlh saham yang
diterbitkan dan disetorkan
penuh
Agio
+
Laba yang
Saham + ditahan
Nilai Buku saham =
Jumlah lembar saham yang diterbitkan dan disetor
penuh
Kerangka Pemikiran Pengaruh tingkat suku bunga, nilai
kurs, dan inflasi terhadap indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia:
Gambar II.2. Kerangka Pemikiran
SUKU BUNGA
NILAI KURS
INFLASI
INDEK HARGA SAHAM GABUNGAN
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
61
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan
penelitian terdahulu dapat maka hipotesis
penelitian ini adalah:
H1: Tingkat suku bunga, nilai kurs, dan
inflasi secara bersama-sama
mempengaruhi indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2010.
H2: Peningkatan suku bunga
berpengaruh secara negatif
terhadap indek harga saham
gabungan di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005 – 2010.
H3: Peningkatan nilai kurs berpengaruh
secara negatif terhadap indek
harga saham gabungan di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005 – 2010.
H4: Peningkatan inflasi berpengaruh
secara negatif terhadap indek
harga saham gabungan di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005 – 2010.
Jenis Penelitian dan Objek Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penyusunan tesis ini adalah metode
deskriptif, analisis studi kasus, dan ex-facto.
Variabel yang diamati dalam studi kasus ini
adalah tingkat suku bunga, kurs, dan inflasi,
dan pengaruhnya terhadap harga saham.
Harga saham yang dimaksud adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah
seluruh perusahaan yang listed di Bursa
Efek Indonesia periode Januari 2005 –
Desember 2010. Dalam penelitian ini
sampel yang digunakan meliputi semua
perusahaan yang listed sebanyak 396
perusahaan di Bursa Efek Indonesia karena
harga saham masing-masing perusahaan di
proxy dalam indeks harga saham gabungan
(IHSG).
Metode analisis yang
digunakan adalah persamaan regresi yaitu
regresi linier berganda dengan rumus
umum sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+
Keterangan:
Y = variabel
X1 = variabel suku bunga
X2 = variabel nilai tukar rupiah
X3 = variabel inflasi
= intercep atau konstanta
b1-b3 = koefisien regresi
= error tern
HASIL DAN ANALISA Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan dengan
tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi variabel dependen dan
independen mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati
normal. Berdasarkan sample data (n=72).
Dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
62
didapatkan nilai Z-Kolmogorov-
Smirnov>0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas artinya ada
hubungan linier yang sempurna di antara
beberapa atau semua variabel independen.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi atas bebas multikolinearitas atau
tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.
Hasil uji multikolinieritas diatas
diketahui besarnya VIF masing-masing
variabel lebih kecil dari 10 dan tolerance
lebih dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat multikolinieritas. Model
regresi tersebut layak dipakai untuk
memprediksi IHSG di BEI berdasarkan
masukan variabel tingkat suku bunga, nilai
kurs, dan inflasi. Kondisi
Uji Heteroskedastisitas
Untuk menentukan
heteroskedastisitas dalam penelitian ini
melakukan dengan cara melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah yang diprediksi
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dari hasil pengukian
heteroskedastisitas dalam grafik
scatterplots terlihat titik-titik menyebar
secara acak (random) baik di atas maupun
di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi IHSG berdasarkan masukan
variabel tingkat suku bunga, nilai kurs, dan
inflasi.
Koefisien Determinasi Berdasarkan output SPSS versi 16
nampak bahwa pengaruh secara bersama-
sama dengan 3 (tiga) variabel independen
(tingkat suku bunga, nilai kurs, dan inflasi)
terhadap IHSG. Koefisien determinasi
digunakan untuk melihat berapa % dari
variasi variabel dependen (IHSG) dijelaskan
oleh variasi dari variabel independen
(perubahaan tingkat suku bunga, nilai kurs,
dan inflasi). Uji R2 didapatkan hasil sebesar
0,544 atau 54,40%. yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabilitas variabel independen
sebesar 54,40% sedangkan sisanya
45,60% dijelaskan oleh variabel lainnya
yang tidak dimasukkan dalam model
regresi. Nilai R2 untuk IHSG yang besar
akan membuat model regresi semakin tepat
dalam memprediksi IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
Pengujian Hipotesis dengan Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk
menghitung besarnya pengaruh tingkat
suku bunga, nilai kurs dan inflasi terhadap
IHSG di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
pembatasan masalah dan hipotesis yang
telah dikemukakan sebelumnya maka
diperoleh hasil pengolahan data dengan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
63
paket program komputer statistik SPPS 16
yang terlampir pada Bagian Lampiran, tabel
IV.5
Berdasarkan pengujian hipotesis,
diperoleh model persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = 26,415-0,810 X1-1,910 X2 - 0,134 X3 + є
Ket :
Y = IHSG;
X1 = SBI;
X2 = Kurs;
X3 = Inflasi;
є = Residu
Dari model regresi tersebut
diperoleh konstanta sebesar 26,415. Hal ini
berarti bahwa tanpa adanya rasio suku
bunga, nilai kurs, dan tingkat inflasi akan
terjadi perubahaan IHSG sebesar
0,26415%. Selanjutnya koefisien regresi
suku bunga SBI sebesar 0,482 dan
bertanda negatif hal ini berarti bahwa
setiap perubahan suku bunga 1% (satu
persen) dengan asumsi variabel lainnya
tetap maka perubahaan IHSG akan
mengalami perubahan penurunan sebesar
0,00810% dengan arah yang berlawanan.
Sedangkan nilai kurs mempunyai koefisien
regresi sebesar 0,01910 dan bertanda
negatif, berarti setiap perubahaan nilai kurs
1% (satu persen) dengan asumsi variabel
lainnya tetap maka perubahaan IHSG akan
mengalami perubahaan penurunan sebesar
36,20% dengan arah yang berlawanan.
Untuk tingkat inflasi mempunyai koefisien
regresi sebesar 0,134 dan bertanda negatif,
berarti setiap perubahaan tingkat inflasi 1%
(satu persen) dengan asumsi variabel
lainnya tetap maka perubahaan IHSG akan
mengalami perubahaan sebesar 0,00134%
dengan arah yang berlawanan.
KESIMPULAN
IHSG merupakan cerminan dari
minat investasi pada saham. Perlunya
peramalan terhadap perubahan pasar
modal untuk menghasilkan keputusan
inventasi yang tepat. Pengaruhnya
terhadap pilihan jenis investasi oleh
investor: saat kurs tukar melemah dan suku
bunga rendah, investor akan menahan
sahamnya untuk diperjualbelikan dan saat
tingkat inflasi yang tinggi dan
ketidakstabilan ekonomi terjadi investor
akan memilih investasi bentuk lain sehingga
harga saham akan menurun.
Pemerintah perlu menciptakan
kestabilan moneter dengan mengendalikan
tingkat inflasi. Pemerintah perlu
mengupayakan iklim investasi yang
kondusif sehingga pasar modal dapat
menjadi lebih berkembang dan
pertumbuhan investasi semakin membaik.
Dari penelitian tentang pengaruh
suku bunga, nilai kurs, dan inflasi terhadap
indeks harga saham gabungan di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005-2010 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: Secara
bersama-sama ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat suku bunga, nilai
kurs, dan inflasi terhadap indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2010.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
64
Variabel tingkat suku bunga
berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap harga saham atau dengan kata
lain, naik turunnya tingkat suku bunga akan
berpengaruh pada harga saham. Hasil
penelitian ini konsisten dengan temuan Lee
(1992), (Sitinjak dan Kurniasari, 2003), dan
(Jika Alon, 2005) perubahaan tingkat suku
bunga (interest rate) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap indeks harga
saham gabungan.
Ada pengaruh negatif dan
signifikan antara nilai kurs terhadap indeks
harga saham gabungan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2005-2010. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan
temuan Ajayi dan Mougoue (1996),
(Sudjono,2002) yang menyatakan bahwa
peningkatan jumlah harga saham domestik
mempunyai pengaruh positif terhadap kurs.
Variabel inflasi di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2005-2010 tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham atau dengan kata lain, naik
turunnya tingkat inflasi tidak berpengaruh
pada indeks harga saham gabungan. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Jika Alon (2005) yang
menyatakan bahwa kenaikan inflasi
mempengaruhi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan secara positif.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N.N., 2000, “Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio Saham-saham Perusahaan yang
terdaftar di BEJ”, Laporan
Intererenship, program MM UGM
Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Ana Ocktavia, 2007, “Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat
Suku Bunga SBI Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Di Bursa
Jakarta”, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Arief, Sritua, 1993, “Metodologi Penelitian
Ekonomi”, Edisi Tiga, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Ajayi, R.A dan M. Mougoue, 1996. On The
Dynamic Relation Between Stock
Price and Exchange Rate, Jakarta :
PT. Bursa Efek Jakarta.
Bank Indonesia, 2001, “Laporan Tahunan
Bank Indonesia”, Penerbit Bank
Indonesia.
Beaver, W. H., Financial Reporting: An
Accounting Revolution. Second
Edition, Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall Inc., 1989.
Chandradewi, Susana, 2000,”Pengaruh
Variabel KeuanganTerhadap
Penentuan Harga Saham Perusahaan
Sesudah Penawaran Umum
Perdana”, Perspektif, vol 5, no. 1, hal
9-14.
Cooley, Charles Horton, The Theory of
Transportation (New York: American
Economic Association, 1994).
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
65
Fama, Efficient Capital Markets: A Review
of Theory and Empirical Work. Journal of
Finance 25 (1970)
_________, Efficient Capital Markets: II.
Journal of Finance 46 (December
1991)
Ginting, M,A, 1997, “Analisa Beberapa
Faktor yang mempengaruhi Harga
Saham Perbankan di BEJ”, Laporan
Interenship, Program MM UGM
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan.
Gitosudarmo dan Basri,2002, ”Manajemen
Keuangan”, BPFE,p.305
Gupta, Jyota P., Alain Chevalier and Fran
Sayekt, 2000, The Causality Between
Interest Rate, Exchange Rate and
Stock Price in Emerging Market: The
Case Of The Jakarta Stock Exchange.
Working Paper Series. EFMA 2000.
Athens.
Gruber, 1995, “Modern Portofolio Theory
And Investment Analysis”, edition 5.
John Wiley & Sons, Inc.
Gudono, 1999, “Penilaian Pasar Modal
terhadap Fluktuasi Bisnis Real Estate”,
Kelola Gajah Mada University
Business Review, VII, no.20, hal. 42-
53.
Husnan, S.,2001, ”Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas”, edisi
3, UPP AMP YKPN.
Indiardi, M.I., ”Analisis Pengaruh Beberapa
Indikator Ekonomi Makro terhadap
Indeks Harga Saham di Beberapa
Bursa Asia Pasifik”, Laporan
Interenship, Program MM UGM
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan.
Jogiyanto. 2000. “Teori Portofolio dan
Analisis Investasi”. Edisi Pertama,
BPFE, Yogyakarta.
Koutsoyiannis, A., 1977, ”Theory of
Econometric”, Second Edition,
Macmillan Publisher LTD, Hongkong.
Lee, SB, 1992, Causal Relation Among
Stock Return, Interest Rate, Real
Activity, and Inflation,Journal Of
Finance, 47:1591-1603.
Mulyono, Sugeng, 2000, “Pengaruh Earning
Per Share (EPS) dan tingkat Bunga
terhadap Harga Saham”, Jurnal
Ekonomi dan Manajemen, vol , no. 2,
99-116.
Natasyah, Syahib, 2000, “Analisis Pengaruh
Beberapa Faktor Fundamental dan
Risiko Sistematik Terhadap Harga
Saham”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, vol 15, no.3, hal 294-312.
Nurcahyono dan Nugroho, 2002, “Analisa
Pengaruh Perubahan Faktor-Faktor
Makro Ekonomi Terhadap Perubahan
Return Saham Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta Periode sebelum Krisis
Dan Selama Krisis”, Laporan
Interenship, Program MM UGM
Yogkarta, Tidak dipublikasikan.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
66
Reilly, F.K.,1994, “Invesment Analysis and
Portofolio Management”, Fourth
Edition, International Edition, The
Dryden Press.
Riyanto, Bambang, 1995, “Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi 4,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Sa’adah, Siti dan Yulia Panjaitan, 2006,
“Interaksi Dinamis Antara Harga
Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Amerika Serikat”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62
Sartono dan Agus, 2001, “Manajemen
Keuangan”, Cetakan Kedua, Penerbit
BPFE Yogyakarta.
Sitohang, 191,”Ekonomi Makro”, Penerbit
Bharatara Karya Aksara, Jakarta
Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan
Widuri Kurniasari. 2003. Indikator-
indikator Pasar Saham dan Pasar
Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau
Dari Pasar Saham Sedang Bullish
dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi
dan Manajemen. Vol. 3 No. 3.
Situs Bank Indonesia, http://www.bi.go.id
Situs Bursa Efek Indonesia,
http://www.idx.co.id
Situs Bursa Saham, http://www.e-bursa.com
Situs BAPEPAM, http://www.papepam.go.id
Suciwati dan Machfoedz, 2002, “Pengaruh
Risiko Nilai TukarTerhadap Return
Saham: Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEJ”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, vol 17, no.4, hal 347-
360.
Sudjono (2002), “Analisis Keseimbangan
dan Hubungan Simultan antara
Variabel Ekonomi Makro terhadap
IHSG Industri Manufaktur”, Jurnal
Riset Ekonomi dan Manajemen, vol 2,
No. 3, 2002.
Sukirno, Sadono, 2000, Pengantar Teori
Makro Ekonomi. Jakarta: Lembaga FE
UI.
Sunariyah, 2006, “Pengetahuan
Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi 5,
Penerbit UPP STIM YKPN
Yogyakarta.
Supranto J., 1992, Statistik Pasar Modal
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Tandelilin, E., 2001, “Analisa Investasi dan
Manajemen Portofolio”, Edisi Pertama,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Usman, Marzuki. 1990. “ABC Pasar Modal
Indonesia“. Penerbit LPII dengan
ISEEI. Jakarta.
Utami, Wiwik, 1998, “Pengaruh informasi
Penghasilan Perusahaan Terhadap
Harga Saham di Bursa Efek Jakarta”,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol
1, no.2, hal 255-268.
Yuliati, H.S., 1997, “Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan Internasional”,
Andi Yogyakarta.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
67
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN NILAI POSITIF PEKERJA-KELUARGA PADA IBU BEKERJA
Triana Noor Edwina Dewayani Soeharto
Program Studi psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
ABSTRACT
This study aimed to examine the relationship between husband support and work-family enhancement on working mothers. The hypothesis of this study is there a relationship between husband support and work-family enhancement on working mothers. Characteristics of research subjects in this study: (1) subjects lived together with her husband and had children under the age of 12 years who lived with the subject, (2) working full time. Data collection tool used in this study: work-family enhancement scale and the scale of support for her husband. Techniques of analysis in this research using partial correlation techniques. The results showed association with the husband's support and work-family enhancement on working mothers. Keywords: support of her husband, work-family enhancement
A. PENDAHULUAN Masalah pekerjaan dan keluarga
menjadi dua hal sentral dalam kehidupan
orang dewasa terutama pria dan wanita
yang bekerja. Masa dewasa adalah salah
satu masa perkembangan yaang dialami
oleh manusia dalam hidupnya atau
merupakan bagian dari rentang kehidupan
seseorang. Santrock (2002) membagi masa
dewasa menjadi 3 masa yaitu masa dewasa
awal (20;0-35;0) , masa dewasa madya
(35;0-60;0) dan masa dewasa lanjut (60;0-
meninggal). Tugas perkembangan pada
masa dewasa awal antara lain
mendapatkan pekerjaan, memilih suami
hidup, belajar hidup bersama dengan
istri/suami, membentuk keluarga, mengasuh
anak (Santrock, 2002).
Berdasarkan tugas perkembangan
yang harus dilakukan tersebut di atas
masalah pekerjaan dan keluarga
merupakan hal penting pada masa dewasa
awal dan masalah tersebut telah lama
menjadi subjek penelitian. Menurut
Gutek,dkk ( Aycan & Eskin, 2005) ,faktor
dalam pekerjaan akan mempengaruhi
kehidupan keluarga dan sebaliknya faktor
dalam keluarga akan mempengaruhi
pekerjaan. Sejak awal tahun 1950,
penelitian tentang masalah pekerjaan dan
keluarga telah dilakukan tetapi fokus
penelitian lebih banyak dilakukan untuk
meneliti masalah work-family conflict
(konflik peran ganda) yang terdiri dari dua
komponen yaitu Work interfering with family
dan family interfering with work. Penelitian
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
68
sekarang mulai meneliti tentang work-family
enhancement yang juga terdiri dari dua
komponen yaitu work to family facilitation
dan family to work facilitation.
Konsep nilai positif pekejaan-
keluarga mengacu pada konsep multiple
role, pengalaman pada peran yang satu
akan meningkatkan kemampuan untuk
menjalankan peran yang lain (Greenhaus
dan Powell, 2006). Peran yang dilakukan
seseorang antara lain peran dalam
pekerjaan : sebagai pekerja dan peran
dalam keluarga : sebagai suami/istri atau
ayah/ibu (Voydanoff, 2002) Nilai positif
pekejaan-keluarga adalah keterlibatan
dalam menjalankan peran di tempat kerja
atau di rumah akan meningkatkan
kemampuan atau ketrampilan melakukan
peran di rumah atau di tempat kerja (Frone,
2003). Wadsworth dan Owens (2007)
mengartikan nilai positif pekerjaan-keluarga
sebagai bentuk pengalaman pada suatu
peran yang akan memperkaya peran yang
lain. Frone (2003) menjelaskan bahwa
sikap, emosi yang positif, ketrampilan dan
perilaku dalam masing-masing peran akan
saling mempengaruhi. Sedangkan menurut
Hill (2005) ; Kinnunen, dkk. (2006) ;
MacDermid, dkk (2000), dimensi dari nilai
positif pekerjaan-keluarga adalah suasana
hati yang positif, keahlian, waktu, energi,
dan perilaku. Berdasarkan pendapat di atas
penelitian ini akan mengacu pada pendapat
Frone (2003); Hill (2005) ; Kinnunen,
dkk.(2006) ; MacDermid, dkk.( 2000) bahwa
nilai positif pekerjaan-keluarga adalah
suasana hati yang positif, keahlian, waktu,
energi, dan perilaku dalam menjalankan
peran di tempat kerja akan mendukung
peran individu di rumah serta sikap, emosi
yang positif, ketrampilan dan perilaku dalam
menjalankan peran di rumah akan
mendukung peran individu dalam bekerja.
Penelitian tentang nilai positif
pekerjaan-keluarga dilakukan untuk melihat
peran dalam pekerjaan dan peran dalam
keluarga yang dapat saling memperkaya.
Selain itu jumlah pekerja yang bekerja
sebagai karyawan di Indonesia terus
meningkat sehingga penelitian ini perlu
dilakukan untuk meneliti permasalahan
yang dialami pekerja yaitu nilai positif
pekerjaan-keluarga. Tahun 2004
berdasarkan data BPS jumlah pekerja yang
bekerja sebagai karyawan sebanyak
25.459.554, tahun 2005 jumlah pekerja
yang bekerja sebagai karyawan sebanyak
26.027.953, tahun 2006 jumlah pekerja
yang bekerja sebagai karyawan sebanyak
26.821.889, tahun 2007 jumlah pekerja
yang bekerja sebagai karyawan sebanyak
28.042.390, dan tahun 2008 jumlah pekerja
yang bekerja sebagai karyawan sebanyak
28.183.773 (BPS, 2009). Di Daerah
Istimewa Yogyakarta, kondisi pekerja yang
bekerja sebagai karyawan pada tahun 2007
sebanyak 417.360 untuk pekerja pria dan
237.743 untuk pekerja wanita.
Data di atas menunjukkan baik pria
dan wanita pada saat ini mempunyai
peluang yang sama untuk bekerja. Hal ini
akan berdampak pada kehidupan keluarga
para pekerja tersebut. Dampak yang
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
69
ditimbulkan dari suami yang bekerja tidak
selalu berdampak negatif tetapi juga
berdampak positif apabila pengalaman
pada suatu peran yang akan memperkaya
peran yang lain. Berdasarkan penelitian
Grzywacz (dalam Washington, 2006)
diketemukan bahwa dampak positif
pekerjaan-keluarga ini lebih dirasakan oleh
wanita yang bekerja dan sudah menikah.
Wanita bekerja yang menikah ditemukan
mengalami nilai positif pekerjaan-keluarga
daripada pekerja yang tidak menikah
karena wanita yang bekerja ini memperoleh
keuntungan dari peran yang dijalankan
dalam keluarga yaitu sebagai istri atau ibu,
peran yang dijalankan dalam keluarga
tersebut akan mempermudah pekerja
menjalankan peran di tempat kerja
(Grzywacz dalam Washington, 2006).
Beberapa penelitian yang meneliti
tentang nilai positif pekerjaan-keluarga
antara lain nilai positif pekerjaan-keluarga
pada suami yang bekerja dapat dipengaruhi
dukungan sosial yaitu dukungan suami
(Aryee dkk., 2005; Hennessy, 2007;
Wadsworth & Owen, 2007) Penelitian
Friedman & Greenhaus (2000) juga
menunjukkan perlunya dukungan sosial
untuk meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga, dukungan dari keluarga yaitu
suami. berpengaruh positif terhadap nilai
positif pekerjaan-keluarga.
Berdasarkan penejelasan di atas
maka peneliti menyimpulkan penelitian
tentang nilai positif pekerjaan-keluarga
perlu dilakukan karena masih sedikit
penelitian yang meneliti nilai positif
pekerjaan-keluarga. Penelitian diharapkan
dapat bermanfaat untuk memberi gambaran
tentang nilai positif pekerjaan-keluarga
pada pekerja wanita yang menikah serta
memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini mendasarkan pada
teori role enhancement dan teori gender.
Teori role enhancement ini menyatakan
bahwa beberapa peran yang dilakukan
seseorang akan menghasilkan hal yang
positif (Kinnunen, dkk, 2006). Teori gender
dipakai untuk menjelaskan penelitian
tentang nilai positif pekerjaan terhadap
keluarga karena antara pria dan wanita
mengalami pengalaman yang berbeda
tentang masalah pekerjaan dan keluarga
(Greenhaus dan Powell,2006). Berdasarkan
hal tersebut maka penelitian ini ingin
melihat nilai positif pekerjaan terhadap
keluarga yang dialami oleh wanita yang
bekerja dan sudah menikah.
Ada beberapa faktor yang
mendukung nilai positif pekerjaan-keluarga
antara lain : dukungan sosial dari keluarga
terutama suami akan mempengaruhi nilai
positif pekerjaan-keluarga (Voydanoff,
2002; Wadsworth dan Owens, 2007).
Pengertian dukungan sosial menurut
Winnubst dan Schabracq dalam Schabracq,
dkk (1996) adalah pemberian informasi,
pemberian bantuan atau materi yang
didapat dari hubungan sosial yang akrab
atau keberadaan orang lain membuat
seseorang merasa diperhatikan dan dicintai
sehingga membantu keberhasilan
seseorang menyelesaikan masalahnya.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
70
Sumber dukungan sosial adalah orang-
orang yang berada di sekitar dan
kehadirannya sangat berarti bagi
wanita/pria yang bekerja. Sumber dukungan
yang berasal dari keluarga antara lain
dukungan dari suami.
Dukungan yang diterima dari suami
sangat penting artinya bagi istri untuk
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga, dukungan emosi dan instrumental
yang diperoleh dari suami akan
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga (Voydanoff, 2004).
Berdasarkan uraian di atas maka
penelitian ini mengajukan rumusan masalah
: apakah ada hubungan dukungan suami
dengan nilai positif pekerjaan-keluarga?
A. KAJIAN PUSTAKA
Nilai positif pekerjaan-keluarga
diartikan oleh Frone (2003) sebagai bentuk
multiple role , peran dalam pekerjaan dan
keluarga akan saling mempengaruhi.
Pengalaman dalam menjalankan peran
dalam pekerjaan/keluarga dapat
mempermudah menjalankan peran dalam
keluarga/pekerjaan atau dapat
meningkatkan kualitas kehidupan
keluarga/pekerjaan (Frone, 2003;
Voydanoff, 2001). Balmforth & Gardner
(2006) mengatakan nilai positif pekerjaan-
keluarga terjadi ketika peran yang dilakukan
dalam pekerjaan dan peran yang dilakukan
dalam keluarga saling memberikan
konstribusi positif dan keuntungan.
Secara umum, menurut Frone
(2003) nilai positif pekerjaan dan keluarga
mempunyai dua dimensi: pertama, nilai
positif pekerjaan terhadap keluarga terjadi
apabila pengalaman dalam menjalankan
peran dalam pekerjaan dapat
mempermudah menjalankan peran dalam
keluarga atau dapat meningkatkan kualitas
kehidupan keluarga. Kedua, nilai positif
keluarga terhadap pekerjaan terjadi apabila
pengalaman dalam menjalan peran dalam
keluarga dapat mempermudah menjalankan
peran dalam pekerjaan atau dapat
meningkatkan kualitas kerja (Greenhaus &
Powell, 2006).
Menurut Crouter (1984) dimensi dari
nilai positif pekerjaan-keluarga adalah
ketrampilan, sikap, energi dan suasana hati.
Frone (2003) menjelaskan bahwa sikap,
emosi yang positif, ketrampilan dan perilaku
dalam masing-masing peran akan saling
mempengaruhi. Sedangkan menurut
MacDermid, dkk.( 2000); Hill( 2005) ;
Kinnunen, dkk.(2006) dimensi dari nilai
positif pekerjaan-keluarga adalah suasana
hati yang positif, keahlian atau ketrampilan ,
waktu, energi, dan perilaku. Suasana hati
yang positif, keahlian atau ketrampilan ,
waktu, energi, dan perilaku dalam
menjalankan peran di pekerjaan akan
menimbulkan suasana hati yang positif,
meningkatkan ketrampilan, mengatur waktu
di rumah dengan lebih efisien , memberi
semangat atau energi pada peran yang
dilakukan di keluarga. Ketrampilan seperti
ketrampilan berkomunikasi yang diperoleh
di tempat kerja dapat diterapkan ketika
menjalankan peran sebagai orangtua
(Voydanoff, 2004).
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
71
Berdasarkan penelitian Grzywacz
(dalam Washington, 2006) diketemukan
bahwa dampak positif pekerjaan-keluarga
ini lebih dirasakan oleh wanita yang bekerja
dan sudah menikah. Wanita bekerja yang
menikah ditemukan mengalami nilai positif
pekerjaan-keluarga daripada pekerja yang
tidak menikah karena wanita yang bekerja
ini memperoleh keuntungan dari peran yang
dijalankan dalam keluarga yaitu sebagai istri
atau ibu, peran yang dijalankan dalam
keluarga tersebut akan mempermudah
pekerja menjalankan peran di tempat kerja
(Grzywacz dalam Washington,2006).
Berdasarkan pendapat di atas yang
dimaksud dengan nilai positif pekerjaan-
keluarga dalam penelitian ini adalah
pengalaman dalam menjalankan peran
dalam pekerjaan/keluarga dapat
mempermudah menjalankan peran dalam
keluarga/pekerjaan atau dapat
meningkatkan kualitas kehidupan
keluarga/pekerjaan yang terdiri dari dua
demensi yaitu nilai positif pekerjaan
terhadap keluarga dan nilai positif keluarga
terhadap pekerjaan.. Dimensi dari nilai
positif pekerjaan-keluarga adalah suasana
hati yang positif, keahlian atau ketrampilan ,
waktu, energi, dan perilaku.
Nilai positif pekerjaan-keluarga pada
wanita yang bekerja dapat ditingkatkan
dengan adanya dukungan sosial: dukungan
suami (Aycan dan Eskin,2005). Pengertian
dukungan sosial menurut Winnubst dan
Schabracq dalam Schabracq,dkk (1996)
adalah pemberian informasi, pemberian
bantuan atau materi yang didapat dari
hubungan sosial yang akrab atau
keberadaan orang lain membuat seseorang
merasa diperhatikan dan dicintai sehingga
membantu keberhasilan seseorang
menyelesaikan masalahnya. Konsep
dukungan sosial yang dipakai adalah
dukungan yang dipersepsi atau dirasakan,
dinilai atau diinterpretasi, seseorang merasa
memperoleh dukungan dan merasa ada
sejumlah orang yang dapat diandalkan
pada saat dibutuhkan sehingga seseorang
akan mengatasi masalahnya berdasarkan
persepsi dukungan sosial yang dimiliki.
Menurut Winnubst dan Schabracq
dalam Schabracq, dkk (1996), ada 4
dimensi dukungan sosial yaitu (1) dukungan
emosional : seseorang membutuhkan
empati,cinta, kepercayaan, yang di
dalamnya terdapat pengertian dan rasa
percaya, (2) dukungan informatif :
dukungan yang berupa informasi, nasihat,
dan petunjuk yang diberikan untuk
menambah pengetahuan seseorang dalam
mencari jalan keluar pemecahan
masalah.(3) dukungan instrumental :
pemberian dukungan yang berupa materi,
pemberian kesempatan dan peluang, (4)
penilaian positif: pemberian penghargaan,
umpan balik mengenai hasil atau prestasi
dan kritik yang membangun. Dukungan
yang diterima dari suami atau suami sangat
penting artinya bagi istri untuk
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga, dukungan emosi dan instrumental
yang diperoleh dari suami akan
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga (Voydanoff ,2004).
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
72
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti menyimpulkan dukungan sosial
yang berupa dukungan suami
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga pada ibu bekerja.
Berdasarkan tinjauan teoritis,
diusulkan hipotesis. Hipotesis penelitian ini
adalah ada hubungan dukungan suami
dengan nilai positif pekerjaan-keluarga
pada ibu bekerja.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini melibatkan sejumlah variabel
sebagai berikut :
1. Nilai Positif Pekerjaan-Keluarga
dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Nilai positif pekerjaan-keluarga
dalam penelitian ini adalah
pengalaman dalam menjalankan
peran dalam pekerjaan dapat
mempermudah menjalankan
peran dalam keluarga atau dapat
meningkatkan kualitas
kehidupan keluarga (Frone,
2003; Voydanoff, 2001).
Indikator dari nilai positif
pekerjaan-keluarga adalah
suasana hati yang positif,
keahlian atau keterampilan,
waktu, energi, dan perilaku
dalam menjalankan peran dalam
pekerjaan akan mendukung
peran individu dalam keluarga
(Kinnunen, dkk., 2006). Tinggi
rendahnya nilai positif
pekerjaan-keluarga dalam
penelitian ini tercermin melalui
skor yang diperoleh subjek,
semakin tinggi skor yang dicapai
maka semakin tinggi nilai positif
pekerjaan-keluarga.
b. Nilai positif keluarga-pekerjaan
dalam penelitian ini adalah
pengalaman dalam menjalankan
peran dalam keluarga dapat
mempermudah menjalankan
peran dalam pekerjaan atau
dapat meningkatkan kualitas
kehidupan pekerjaan (Frone,
2003; Voydanoff, 2001).
Indikator dari nilai positif
keluarga-pekerjaan adalah
suasana hati yang positif,
keahlian atau keterampilan,
waktu, energi, dan perilaku
dalam menjalankan peran di
rumah akan mendukung peran
individu dalam bekerja
(Kinnunen, dkk., 2006). Tinggi
rendahnya nilai positif keluarga-
pekerjaan dalam penelitian ini
tercermin melalui skor yang
diperoleh subjek, semakin tinggi
skor yang dicapai maka semakin
tinggi nilai positif keluarga-
pekerjaan.
2. Dukungan suami adalah pemberian
dukungan dari suami yang dirasakan
ibu bekerja berupa dukungan emosi,
instrumental, informasi dan penilaian
positif (Winnubst dan Schabracq
dalam Schabracq, dkk., 1996).
Dukungan ini diungkap dengan
skala dukungan suami yang disusun
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
73
menurut Winnubst dan Schabracq
dalam Schabracq, dkk. (1996).
Tinggi rendahnya dukungan suami
dalam penelitian ini tercermin
melalui skor yang diperoleh subjek
dalam mengerjakan Skala
Dukungan Suami. Semakin tinggi
skor yang dicapai, semakin tinggi
dukungan suami yang dirasakan
subjek.
Skala nilai positif pekerjaan-keluarga
dan skala dukungan suami diuji cobakan
pada 38 wanita yang bekerja di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari
pengujian terhadap validitas dan reliabilitas
Skala nilai positif pekerjaan-keluarga
menghasilkan 16 aitem yang valid dari 20
aitem yang diuji cobakan,. Koefisien
validitas bergerak antara 0,320 sampai
dengan 0,547 sedangkan untuk pengujian
reliabilitas menggunakan reliabilitas alpha,
menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar
0,839. Hasil dari pengujian terhadap
validitas dan reliabilitas Skala dukungan
suami menghasilkan 21 aitem yang valid
dari 22 aitem yang diuji cobakan,. Koefisien
validitas bergerak antara 0,327 sampai
dengan 0,632 sedangkan untuk pengujian
reliabilitas menggunakan reliabilitas alpha,
menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar
0,896.
Karakteristik subyek penelitian
dalam penelitian ini adalah wanita yang
bekerja, berusia 21;0-40;0 (masa dewasa),
menikah dan tinggal bersama dengan
suami, mempunyai anak yang tinggal
bersama dengan subyek. Jumlah subyek
dalam penelitian ini adalah 94 subyek.
C. HASIL PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis korelasi
product moment, diperoleh koefisien
korelasi antara variabel bebas yaitu
dukungan suami dengan variabel
tergantung yaitu nilai positif pekerjaan-
keluarga sebesar rxy = 0, 364 ( p < 0,01 ).
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima. Artinya semakin
tinggi dukungan suami maka akan diikuti
pula dengan semakin meningkatnya nilai
positif pekerjaan-keluarga. Koefisien
determinasi yang diperoleh sebesar =
0,13 , artinya dukungan suami
mempengaruhi nilai positif pekerjaan-
keluarga sebesar 13% sedangkan sisanya
87% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dilibatkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis data
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
positif yang sangat signifikan antara
dukungan suami dengan nilai positif
pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja.
Artinya hipotesis penelitian dapat diterima,
semakin tinggi dukungan suami maka
semakin tinggi pula nilai positif pekerjaan-
keluarga pada ibu bekerja, sebaliknya
semakin rendah dukungan suami maka nilai
positif pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja
juga semakin rendah. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa dukungan suami
merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga pada ibu bekerja.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
74
Wanita dapat mempunyai berbagai
peran pada saat yang bersamaan: ibu, istri,
dan pekerja. Kombinasi antarperan
tersebut dapat menimbulkan nilai
pekerjaan-keluarga yaitu nilai positif
pekerjaan-keluarga (nilai positif dari peran
di pekerjaan ke peran di keluarga). Nilai
positif pekerjaan-keluarga diartikan oleh
Frone (2003) sebagai bentuk peran ganda,
peran dalam pekerjaan dan keluarga akan
saling mempengaruhi. Pengalaman dalam
menjalankan peran dalam
pekerjaan/keluarga dapat mempermudah
menjalankan peran dalam
keluarga/pekerjaan atau dapat
meningkatkan kualitas kehidupan
keluarga/pekerjaan (Frone, 2003;
Voydanoff, 2001).
Berdasarkan penelitian Grzywacz
(dalam Washington, 2006) diketemukan
bahwa dampak positif pekerjaan-keluarga
ini lebih dirasakan oleh wanita yang bekerja
dan sudah menikah. Wanita bekerja yang
menikah ditemukan mengalami nilai positif
pekerjaan-keluarga daripada pekerja yang
tidak menikah karena wanita yang bekerja
ini memperoleh keuntungan dari peran yang
dijalankan dalam keluarga yaitu sebagai istri
atau ibu, peran yang dijalankan dalam
keluarga tersebut akan mempermudah
pekerja menjalankan peran di tempat kerja
(Grzywacz dalam Washington, 2006).
Pasangan bekerja yang menikah
ditemukan mengalami nilai positif
pekerjaan-keluarga daripada pekerja yang
tidak menikah karena pasangan yang
bekerja ini memperoleh keuntungan dari
peran yang dijalankan dalam keluarga yaitu
peran yang dilakukan di rumah seperti
sebagai ayah/ibu atau suami/istri akan
mempermudah pekerja menjalankan peran
di tempat kerja (Grzywacz dalam
Washington, 2006)
Penelitian ini mendasarkan pada
teori role enhancement dan teori gender.
Teori role enhancement ini menyatakan
bahwa beberapa peran yang dilakukan
seseorang akan menghasilkan hal yang
positif. Teori ini mendasarkan pada
pandangan bahwa keterlibatan pada
berbagai peran akan meningkatkan energi
dan memberikan pengalaman yang
memperkaya seseorang (Kinnunen, dkk,
2006). Teori gender dipakai untuk
menjelaskan penelitian tentang nilai positif
pekerjaan terhadap keluarga karena antara
pria dan wanita mengalami pengalaman
yang berbeda tentang masalah pekerjaan
dan keluarga (Greenhaus dan Powell,
2006).
Nilai positif pekerjaan-keluarga pada
wanita yang bekerja dapat ditingkatkan
dengan adanya dukungan sosial: dukungan
suami (Aycan dan Eskin, 2005). Dukungan
yang diterima dari suami atau suami sangat
penting artinya bagi istri untuk
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga, dukungan emosi dan instrumental
yang diperoleh dari suami akan
meningkatkan nilai positif pekerjaan-
keluarga (Voydanoff, 2004). Wadsworth dan
Owens (2007) menunjukkan perlunya
dukungan sosial untuk meningkatkan nilai
positif pekerjaan-keluarga, dukungan dari
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
75
keluarga yaitu suami akan berpengaruh
positif terhadap nilai positif pekerjaan-
keluarga. Penelitian Hennessy (2007) pada
161 perempuan yang bekerja, menikah dan
mempunyai anak berusia dibawah 18 tahun
menunjukkan perlunya dukungan dari
keluarga untuk meningkatkan nilai positif
pekerjaan-keluarga
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan ada hubungan positif antara
dukungan suami dengan nilai positif
pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja.
Dukungan suami yang diterima ibu bekerja
akan mempengaruhi nilai positif pekerjaan-
keluarga.
D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan pada penelitian ini
menunjukkan ada hubungan positif antara
dukungan suami dengan nilai positif
pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja. Hal
tersebut menunjukkan nilai positif
pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja dapat
ditingkatkan dengan adanya dukungan
suami.
DAFTAR PUSTAKA Adams,A.G., King,A.L.,&
King,D.W.1996.Relationship of Job and
Family Involment, Family Social
Support, and Work-Family Conflict With
Job and Life Satisfaction. Journal of
Applied Psychology,81.(4),411-420.
Aycan,Z. & Eskin, M. 2005. Relative
Contributions of Childcare, Spousal
Support, and Organizational Support
in Reducing Work-Family Conflict for
Men and Women:The Case of
Turkey. Sex Roles,53.(7/8), 453-
471.
Badan Pusat Statististik. 2005. Keadaan
Angkatan Kerja di Indonesia.
Jakarta: CV.Petratama Persada.
Bartley, S. J., Judge,W.& Judge,S. 2007.
Antesedents of Marital Happiness
and Career Satisfaction : An
Empirical Study of Dual-Career
Managers.Scientific Journals
International,1(1).
Balmforth, K. & Gardner, D. 2006. Conlict
and Facilitation between Work and
Family : Realizing the Outcomes for
Organizations. New Zealand Journal
of Psychology. 35. (2).69-76.
Belsky,J., Perry-Jenkin, M. & Crouter, A.C.
1985. The Work-Family Interface
and Marital Change Across the
Transition to Parenthood. Journal of
Family Issues. 6. 205-220.
Crouter, A.C. 1984. Spillover from Family to
Work : The Neglected Side of the
Work-Family Interface. Human
Relations. 37. (6). 425-442.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
76
Ezsa, M & Deckman, M.1996. Balancing
Work and Family Resposibilities:
Flextime and Care in the Federal
Goverment. Public Administration
Review,56(2),174-179.
DeGenova.M.K.& Rice.F.P.2005. Intimate
Relationships, Marriages, and
Families. Boston: The McGraw-Hill.
Frone, M.R.2003. Work-Family Balance
dalam Quick,J.M & Tetric,L.E.
Handbook of Occupational Health
Psychology. Washington,DC:
American Psychological Association
Greenhaus, J.H. & Powell,G.N. 2006. When
Work and Family Are Allies : A
Theory of Work-Family Enrichment.
Academy of Management Review.
31. (1). 72-92
Grzywacz, J. & Mark, N. (2000).
Reconceptualizing the Work-Family
Interface: An Ecological Perspective
on The Correlates of Positive and
Negative Spillover. Journal of
Occupational Health Psychology. 5.
111-126
Hill, E.J. 2005. Work-family Facilition and
Conflict, Working Fathers and
Mothers, Work-family Stressors and
Support. Journal of Family Issues.
26. 793-819.
Kinnunen,U.,Feldt,T., Geurts, S. &
Pulkkinen, L. 2006. Types of Work-
Family Interface: Well-being
Correlates of negative and positive
Spillover between work and Family.
Scandinavian Journal of Psychology.
47. 149-162.
Levy,P.E. 2003.Industrial/Organizational
Psychology: Understanding The
Workplace. New York: Houghton
Mifflin Company.
Santrock,J.W.2002. Adolescence.
Illionis:McGraw Hill..
Saltzstein, A. L., Ting, Y. & Saltzstein, G.H
.2001. Work-Famiy Balance and Job
Satisfaction:The Impact of Family-
Friendly Policies on Attitudes of
Federal Government Employes.
Public Administration Review,61 (4).
Schultz,D.P, & Schultz,S.E.1994.
Psychology and Work Today:An
Introduction to Industrial and
Organization Psychology. New York:
Macmillan .
Voydanoff, P. 2004. The Effects of Work
Demands and Resources on Work-
to-Family Conflict and Facilitation.
Journal of Marriage and the
Famil.66,398-412.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
77
Wadsworth.L. L. & Owens,B.P. 2007. The
Effects of Social Support on Work-
Family Enhancement and Work-
Family Conflict in the Public Sector.
Public Administration Revi,67(1),75-
85.
Washington. F. D. 2006. The Relationship
between Optimistm and Work-
Family Enrichment and Their
Influence on Psychological Well-
Being. Thesis. Drexel University.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
78
Hubungan Cita Rasa Humor (Sense of Humor) dengan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Akhir (Mahasiswa)
Indra Ratna Kusuma Wardani Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Abstract This study investigated the relationship between sense of humor and meaningful of life
among 77 Psychological students. Pearson Product Moment Correlation was conducted to analyze the data. Results revealed statistically significant positive relationship between sense of humor and meaningful life. Sense of humor also jointly contributed 27% (R square = 0,270) of the variance being accounted for in meaningful of life and this was found to be statistically significant. These results are discussed in the light of sense of humor beefing up and promoting adolescents’ meaningful of life.
Keywords: sense of humor, meaningful of life.
Dalam hampir lima tahun terakhir ini,
di Indonesia sudah beberapa kali terjadi
kasus bunuh diri, dengan berbagai variasi
sebab dan caranya. Masih ditambah lagi
dengan kasus kekerasan yang justru terjadi
di lembaga pendidikan,kepolisian, bahkan
di lembaga tinggi negara yang seharusnya
menjadi cermin keteladanan, martabat, dan
keamanan bangsa. Angka korupsi masih
berada di jenjang atas dari deretan negara-
negara di dunia, penyalahgunaan narkoba,
pemerkosaan, dan berbagai tindak
kejahatan lainnya masih menjadi berita
utama sebagian besar berita di media
massa. Menyambung potret buram
tersebut, berita utama Kompas hari ini (edisi
11 Maret 2011) bertajuk “Negeri Ini Darurat
Narkotik”, karena peredaran gelap narkotik
di Indonesia sudah memasuki berbagai
lapisan masyarakat dan aparat. Naylor dkk.
(1996) menyatakan bahwa berbagai
kejahatan dan kekerasan seluruhnya
berakar pada keadaan tanpa makna. Frankl
(dalam Bastaman 2007) menandaskan
bahwa yang menjadi motivasi dasar
manusia adalah keinginan akan makna.
Jikalau keinginan dasar ini tidak terpenuhi,
manusia akan mengalami
ketidakseimbangan eksistensial.
Setidaknya, ketidakberhasilan menemukan
dan memenuhi makna hidup akan
menimbulkan penghayatan hidup tanpa
makna (meaningless), yang bercirikan
hampa, gersang, merasa tidak memiliki
tujuan hidup, merasa hidup tidak berarti,
bosan, dan apatis.
Remaja (akhir) yang dijadikan
subyek penelitian ini adalah figur yang
rawan berubah terlanda arus modernisasi.
Menurut Harre dan Lamb (dalam
Komarudin, 2007) masa remaja merupakan
fase idealisme. Pada fase ini patokan-
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
79
patokan dan nilai-nilai moral masyarakat
diteliti, ditantang, bahkan ditolak. Masa
transisi dan ide-alisme inilah yang
membawa remaja pada pencarian jatidiri,
siapakah dirinya yang sebenarnya, hingga
pada suatu pertanyaan apakah yang
menjadi kebermaknaan hidupnya.
Kebermaknaan hidup dimaknai
sebagai penghayatan individu terhadap hal-
hal yang dianggap penting, dirasakan
berharga, diyakini kebenarannya, didamba-
kan, dan memberikan nilai khusus, serta
dapat dijadikan tujuan hidup seseorang
berdasarkan komponen makna hidup,
kepuasan hidup, kebebasan berkehendak,
sikap terhadap kematian, pikiran bunuh diri,
dan kepantasan hidup (Crumbaugh dan
Maholick dalam Koeswara, 1992).
Hidup adalah karunia Nya yang
harus dihidupi dan hal itu tercermin pada
hidup yang bermanfaat, yang selalu mampu
memberi makna bagi diri sendiri dan
sesamanya. Menurut Bastaman (1995)
setiap orang cenderung selalu mendamba-
kan dirinya menjadi orang berguna dan
berharga bagi keluarganya, lingkungan
masyarakatnya, serta bagi dirinya sendiri.
Remaja akhir yang dipilih menjadi subyek
penelitian ini, merupakan ahli waris masa
depan bangsa yang selayaknya memiliki
makna hidup yang tinggi sehingga selalu
optimis, penuh gairah, mempunyai tujuan
hidup tertentu, punya aktivitas positif,
fleksibel, bermental kuat, dan mampu
berbagi cinta kasih. Hasrat yang ada di
setiap orang (normal) di atas merupakan
entitas men-dasar yang lazim disebut hasrat
untuk hidup bermakna. Bila hasrat hidup
bermakna ini dapat dicapai, maka remaja
akan merasa hidupnya sangat berarti dan
pada akhirnya akan menimbulkan
kebahagiaan. Disimpulkan bahwa
kebahagiaan adalah efek samping dari
keberhasilan seseorang memenuhi arti
hidupnya.
Masa remaja, menurut Konopka
(dalam Pikunas, 1976) meliputi: remaja
awal (12–15 tahun), yang menurut Yusuf
(2004) di fase ini remaja masih disibukkan
dengan citra raganya dan emosi yang labil
sehingga belum mampu menginternali-
sasikan nilai-nilai yang dimiliki dan yang ada
di masyarakat. Remaja madya (15 – 18
tahun), ditandai dengan upaya pencarian
dorongan untuk hidup dan sesuatu yang
dipandang bernilai baru. Pencarian ini
merupakan salah satu proses untuk mene-
mukan kebermaknaan hidup. Masa remaja
madya menghantarkan individu kepada
masa remaja akhir (19–22 tahun).
Ditegaskan lebih lanjut, bahwa periode
status mahasiswa terletak di rentang usia
18–25 tahun (masa remaja akhir).Terkait
dengan hal itu, mahasiswa yang menjadi
subjek dalam penelitian ini dituntut telah
mampu menemukan makna dan pendirian
hidup.
Diingatkan oleh Furter (dalam
Monks dkk, 1999) bahwa remaja akhir telah
mampu menginternalisasikan penilaian
moral dan menjadikannya sebagai nilai pri-
badi sendiri. Rumke (dalam Monks dkk,
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
80
1999) juga menegaskan bahwa moral yang
telah terbentuk menjadikan remaja mampu
membedakan baik dan buruknya sesuatu
hal. Seorang remaja yang bermoral akan
memiliki pandangan religius atau berketu-
hanan, yang berarti mendasarkan segala
urusan pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penyerahan diri kepada Tuhan akan
membuat kehidupan remaja menjadi penuh
makna. Hal ini berarti bahwa seorang
remaja akhir yang memiliki kebermaknaan
hidup telah mempunyai tingkat religiusitas
yang baik dan bermoral.
Di era millennium yang serba
canggih seperti dewasa ini, banyak remaja
akhir yang mengalami krisis identitas yang
berujung pada ketidakmampuan remaja
untuk memaknai hidupnya. Hal tersebut
terkait dengan storm and stress yang dilalui
pada masa remaja, yakni kondisi sulit
menyesuaikan diri, mudah mengalami
konflik, merasa bingung, tidak menentu,
cemas, putus asa, depresi, kacau, mudah
ter-ombang-ambing dan tidak memiliki
pegangan yang disebabkan oleh perubahan
fluktuatif, baik pada lingkungan fisik
maupun sosial (Pikunas dalam Yusuf,
2004).
Bertumpu pada hasil wawancara
peneliti terhadap beberapa orang remaja
akhir/mahasiswa pada bulan Februari 2011,
ditemukan bahwa sebagian besar memiliki
gejala-gejala ketidakbermaknaan hidup
sebagai berikut: penghayatan hidup yang
hambar, merasa hampa, tidak mempunyai
tujuan hidup yang jelas, pesimistik, gersang,
bosan, apatis, cemas menghadapi
problematika hidup, jenuh terjebak rutinitas,
mudah mengeluh, bingung merancang cita-
citanya sendiri, suka frustrasi.
Sesungguhnya terjadi situasi
dilematis, di satu sisi individu merasa
bingung untuk memaknai hidupnya, tetapi di
sisi lain merasa bahwa hal tersebut sangat
dibu-tuhkan untuk mencapai baik kesehatan
fisik maupun kesehatan mentalnya.
Adapun beberapa gejala sebagai
akibat dari orang yang tidak memiliki
kebermaknaan hidup, antara lain: menjadi
penyalahguna narkotika, peminum mi-
numan keras, pencurian, perjudian,
pembunuhan, pemerkosaan, petualang sek-
sual, bunuh diri, dan berbagai tindak-laku
kriminal lainnya yang tentu merugikan diri
sendiri dan masyarakat (Koeswara, 1992).
Menurut Komarudin (2007) adalah
ironi yang terjadi tatkala seorang remaja
yang seharusnya telah mampu
membedakan hal baik/buruk, bermoral, dan
pan-dangan religius, ternyata bisa
melakukan tindakan yang berlawanan
dengan eksis-tensinya. Dinyatakannya lebih
lanjut, hal ini dapat dilihat dengan beberapa
kasus yang terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta, antara lain: seorang remaja
yang mem-bunuh kakeknya di Sleman
(Kedaulatan Rakyat, 19/2/2007); kasus
pemerkosaan terhadap 2 remaja putri di
Kulon Progo dilakukan oleh 8 orang remaja
yang sebagian dari remaja tersebut
terpengaruh minuman beralkohol
(Kedaulatan Rakyat, 21/2/2007); 80%
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
81
penderita HIV/AIDS Di Kabupaten Sleman
yang terdaftar adalah remaja (Kedaulatan
Rakyat, 18/3/2007). Selain itu, menurut
Sya’roni (dalam Komarudin, 2007)
terkuaknya berbagai aliran sesat di
Indonesia pada bulan Oktober hingga
November 2007 yang notabene sebagian
besar pengikutnya adalah kaum terpelajar
dan intelektual (mahasiswa), semakin
menambah daftar ketidakbermakna-an
hidup yang dialami kawula muda masa kini.
Menurut Bastaman (1996) ada 4
(empat) faktor yang mempengaruhi tingkat
kebermaknaan hidup seseorang, yakni: (a)
Kualitas Insani, merupakan semua ke-
mampuan, sifat, sikap, dan kondisi yang
semata-mata terpatri dan terpadu dalam
eksistensi manusia, meliputi inteligensi,
kesadaran diri, kreativitas, kebebasan, tang-
gung jawab, humor. Kualitas yang dimiliki
insan/individu ini akan mempengaruhi ting-
kat kebermaknaan hidupnya; (b) Encounter,
merupakan hubungan mendalam antara
satu pribadi dengan pribadi lain. Hubungan
tersebut ditandai dengan penghayatan,
keakraban dan sikap serta kesediaan untuk
saling menghargai, memahami, dan me-
nerima sepenuhnya satu sama lain; (c)
Ibadah, merupakan bentuk kepatuhan ma-
nusia kepada Tuhan yang diwujudkan
dengan cara menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya, serta berbuat baik kepada
sesama; (d) Nilai-Nilai, merupakan
keyakinan yang digunakan sebagai
pedoman seseorang dalam melakukan
tindakan atau pun dalam menentukan
berbagai pilihan hidup.
Bertitiktolak dari faktor-faktor
determinan tersebut, maka sense of humor
diasumsikan sebagai salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tingkat keber-
maknaan hidup seseorang. Hal ini
dikarenakan sense of humor
(selera/citarasa humor) sebagai salah satu
bagian dari kualitas insani merupakan sifat
yang hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
dipunyai oleh makhluk lain. Kualitas yang
dimiliki individu ini memiliki otoritas dalam
menentukan kebermaknaan hidupnya.
Horowitz (2001) menandaskan
bahwa para ahli memaknai sense of humor
sebagai konsep yang multifaset, universal
dan memiliki beragam batasan. Secara
umum Martin (dalam Miller, 2003)
mentakrifkan sense of humor sebagai
perbedaan kebiasaan individual dalam
segala bentuk perilaku, pengalaman,
perasaan, sikap dan kemampuan yang
dihubungkan dengan hiburan, kesenangan,
tertawa, candaan dan sejenisnya. Terkait
dengan takrif inilah maka sense of humor
diberi label sebagai ‘personality trait’,
‘stimulus variable’, ‘emotional response’,
‘mental process’, dan ‘ theurapeutic
intervention’. Selanjutnya Thorson & Powell
(1993) menyatakan bahwa sense of humor
adalah sebuah cara memandang dunia;
sebuah ‘gaya’ tertentu, sebagai bentuk
perlindungan diri dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kedua pakar ini mendefinisikan
sense of humor sebagai konstruk yang
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
82
multidimensi yakni terdiri dari: (1) Humor
production; (2) Uses of humor for coping;
(3) Social uses of humor; (4) Attitudes
toward humor.
Para ahli sepakat bahwa masa
remaja merupakan fase transisional yang
harus dilalui seseorang, sedemikian rupa
sehingga status individu menjadi tidak jelas
dan mengakibatkan terjadinya kebingungan
peran. Periode peralihan ini mengarahkan
remaja pada kebebasan untuk menentukan
pilihan terhadap gaya hidup, nilai, dan sifat
yang pas bagi dirinya (Hurlock, 1997).
Menyambung hal ini, Erikson (dalam Bee,
1981) mengingatkan bahwa pada masa
remaja terjadi krisis tentang “arti diri”
(sense of self). Remaja mulai menilai
kembali terhadap dirinya dan tujuan-tujuan
hidupnya. Dinamika psikis remaja yang
serba penuh gejolak dan sarat dengan
pencarian nilai-nilai ini, menurut Suyanto
(1996) sebagian terjawab ketika remaja
sampai kepada masa remaja akhir. Pada
masa ini, remaja akhir telah menemukan
pribadinya, mampu merumuskan cita-cita,
mendisain norma-normanya,
bertanggungjawab, dan mampu
menentukan tujuan hidupnya. Ditegaskan
oleh Alfian dan Suminar (2003) bahwa
pencapaian identitas diri dan komitmen kuat
terhadap nilai-nilai/kepercayaan yang
diyakini, berperan penting terhadap
pengha-yatan kehidupan yang lebih
bermakna.
Thorson & Powell (1993)
menyatakan bahwa penggunaan humor
telah lama digunakan sebagai coping
mechanism dalam menghadapi situasi sulit
di dalam kehi-dupan. Orang-orang humoris
dinyatakan sebagai orang yang cenderung
mampu tetap bertahan berjuang ‘melawan
hidup’. Menurut peneliti, hal ini pun terjadi
pada remaja akhir, selain diperlukan
penyesuaian diri dalam memecahkan
berbagai problematika, juga dibutuhkan
adanya sense of humor yang cukup tinggi;
karena sebagai bagian dari kualitas insani
sungguh memiliki dampak positif bagi
kesehatan fisik dan mental manusia. Terkait
hal ini Kelly (2002) menyatakan bahwa
seorang yang humoris mampu mengubah
sudut pandangnya sehingga bisa
merasakan adanya jarak antara dirinya
dengan situasi ancaman yang
menyerangnya,berlanjut akan melihat
permasalahannya dari sudut pandang yang
berbeda, dan otomatis akan menurunkan
perasaan yang melumpuhkan (rasa cemas
dan tidak berdaya).
Menyambung pernyataan di atas,
Qardawi (1983) menegaskan bahwa pera-
saan berarti dan bahagia sebagai hasil dari
pemenuhan makna hidup sangat penting
bagi individu, karena menyiratkan hadirnya
ketenangan jiwa, ketentraman hati, rasa
aman, pengharapan, kepuasan, cita-cita,
dan kasih sayang; meskipun demikian se-
bagian individu masih belum menyadari
sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh faktor
usia mahasiswa yang seringkali mengalami
problematika dalam pencarian terhadap
kebermaknaan hidupnya, baik karena
karakter yang secara umum belum dewasa,
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
83
maupun karena ketidakmampuan untuk
menyesuaikan diri dengan dinamika peru-
bahan zaman global yang serba cepat.
Bertumpu pada uraian di atas,
tergambar masih kurangnya tingkat keber-
maknaan hidup pada mahasiswa. Padahal
menurut Monks, dkk. (2001) periode ter-
sebut merupakan fase menuju kedewasaan
sehingga individu sudah mengerti ikhwal
penghayatan dan penerimaan jati diri,
terutama pada para mahasiswa. Dari titik
tumpu ini peneliti tertarik untuk merumuskan
permasalahan: adakah kaitan antara sense
of humor dengan kebermaknaan hidup
pada remaja akhir (mahasiswa)?
Humor sebagai bagian dari kualitas
insani sungguh memiliki dampak positif bagi
kesehatan ragawi dan mental manusia.
Humor telah lama digunakan sebagai
coping mechanism, yakni dalam
menghadapi situasi-situasi sulit di
kehidupan (Thorson & Powell, 1993). Para
humoris (individu dengan sense of humor
yang cukup tinggi) disebut sebagai orang
yang cenderung mampu bertahan berjuang
‘melawan hidup’ (survive), dan keluar dari
krisis hidup atau tekanan yang dihadapi.
Dikaitkan dengan fakta bahwa problematika
beserta stres dalam hidup cenderung
terjadi, maka hal tersebut menjadi
tantangan tersendiri, karena setiap individu
menginginkan dirinya menjadi orang yang
berguna dan berharga. Hal ini mengundang
individu untuk memenuhinya, bila tercapai
maka yang bersangkutan akan merasa
bahwa hidupnya menjadi lebih bermakna
(Bastaman, 1995).
Di dalam kehidupan sehari-hari,
humor dimaknai sebagai “riang dalam si-
kap/tanggapan hidup”. Individu yang
mempunyai citarasa humor (sense of
humor) tidak mencela situasi dan tidak
merasa tersingung bila ditertawakan orang
lain atas kekhilafannya. Sebaliknya,
kesedihan akan dikemukakannya dengan
cara meng-gembirakan sebab menurutnya
tidak ada nilai yang mutlak (Rena Latifa,
2007). Sementara itu, individu yang
menghayati hidup bermakna selalu penuh
gairah dan optimistik, fleksibel, namun tidak
terbawa arus atau kehilangan identitas diri.
Jika suatu saat berada dalam situasi
problematik/sulit, individu akan mampu
menjalani dengan tabah dan yakin dengan
hikmahnya. Dari titik ini, ditemukannya
hikmah akan menambah makna hidupnya
dan memperkuat tujuan hidupnya,
akibatnya individu merasakan bahwa
kehidupannya menjadi lebih berarti
(meaningful) yang ujungnya akan
menimbulkan kebahagiaan (happiness)
bagi dirinya. Disimpulkan bahwa keba-
hagiaan adalah efek samping (by product)
dari keberhasilan seseorang memenuhi arti
atau makna hidupnya (Bastaman, 1995).
Melalui ungkapan lain, Sahakian (dalam
Fabry, 1979) menegaskan bahwa dengan
melibatkan diri dalam kegiatan bermakna,
seseorang akan menikmati kebahagiaan
sebagai ganjarannya.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
84
Berlandaskan uraian di atas maka
dirumuskan hipotesis: ada hubungan positif
antara sense of humor dengan
kebermaknaan hidup pada remaja akhir,
semakin tinggi tingkat sense of humor akan
diikuti oleh semakin tingginya tingkat
kebermak-naan hidup remaja akhir;
demikian juga sebaliknya.
METODE
Variabel penelitian yang dilibatkan
dalam penelitian ini adalah Sense of Humor
sebagai variabel bebas dan Kebermaknaan
Hidup sebagai variabel terikat.
Sense of humor adalah konstruk
multidimensional yang terdiri dari humor
production, uses of humor for coping, social
uses of humor, dan attitudes toward humor.
Keempat aspek ini mengacu pada Thorson
& Powell (1993) yang menyim-pulkan
bahwa jika ke empat aspek tersebut dimiliki
oleh individu maka individu mem-punyai
rasa humor yang baik dan lebih mudah
beradaptasi terhadap situasi sulit di dalam
kehidupannya. Sense of humor diukur
dengan skala berdasarkan ke empat aspek
tersebut.
Kebermaknaan hidup adalah
penghayatan individu terhadap hal-hal yang
dianggap penting, dirasakan berharga,
diyakini kebenarannya, dan memiliki nilai
khusus berdasarkan makna hidup,
kepuasan hidup, kebebasan berkehendak,
sikap terhadap kematian, pikiran tentang
bunuh diri, dan kepantasan hidup
(Crumbaugh dan Maholick dalam
Koeswara, 1992). Kebermaknaan hidup
diukur dengan skala berdasarkan
komponen-komponen tersebut. Semakin
tinggi skor seseorang, maka semakin tinggi
tingkat kebermaknaan hidupnya dan
semakin rendah skornya, semakin rendah
pula kebermaknaan hidupnya.
Subjek penelitian ini adalah remaja
akhir (19-22 tahun) yang berstatus mahasis-
wa aktif di Fakultas Psikologi Universitas
Mercu Buana Yogyakarta. Pemilihan su-
bjek pada remaja akhir karena menurut
Marheni (2004) di masa ini individu berada
dalam identity achievement, yakni kondisi
seseorang yang telah menemukan identi-
tasnya dan membuat komitmen setelah
melalui eksplorasi sebelumnya. Alfian dan
Suminar (2003) juga menegaskan bahwa
pencapaian identitas diri dan komitmen
yang kuat terhadap nilai-nilai serta
kepercayaan yang diyakini, berarti penting
bagi perasaan dan penghayatan terhadap
kehidupan yang lebih bermakna.
Mahasiswa aktif dianggap mampu
bertanggung jawab atas kebenaran
studinya, pemecahan masalah, dan mampu
memilih kecakapan sesuai jalan hidup dan
tujuan hidupnya (Sujanto, 1996). Tugas
perkembangan pada usia mahasiswa juga
untuk memantap-kan makna hidupnya
(Yusuf, 2004).
Metode pengumpulan data yang
digunakan untuk mengungkap variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah
alat ukur psikologi yang berupa skala, yakni:
skala Sense of Humor yang disusun
berdasarkan empat aspek dari Thorson dan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
85
Powell (1993) dan skala Kebermaknaan
Hidup yang disusun berdasarkan enam
aspek dari Crumbaugh dan Maholick (dalam
Koeswara, 1992).
Pengujian hipotesis pada penelitian
ini menggunakan analisis korelasi Product
Moment dari Pearson. Data kuantitatif
dianalisis dengan bantuan komputer yang
menggunakan program SPSS 10.05 for
windows.
HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis data
ditemukan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara sense of humor
dengan kebermaknaan hidup pada remaja
akhir (mahasiswa). Semakin tinggi sense of
humor maka akan diikuti pula oleh semakin
tingginya kebermaknaan hidup, demikian
pula sebaliknya. Hal ini menegas-kan
bahwa hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini, diterima.
Humor sebagai bagian dari kualitas
insani berdampak positif bagi kesehatan
ragawi dan kebugaran mental manusia.
Banyak temuan riset yang membuktikan
manfaat humor, antara lain dapat
mengurangi kecemasan (Kelly, 2002),
meningkat-kan kesehatan mental (Miller,
2003), berperan sebagai ‘anti-dote’ dari
stres (Wooten, 1996), berkaitan dengan
kreativitas (De Bono dalam Susanto, 1998),
dan berhu-bungan dengan kepribadian
matang (Allport dalam Bastaman, 1996).
Mahasiswa yang dijadikan
responden penelitian ini, ditengarai sedang
beru-paya membentuk kepribadian yang
matang. Hal ini terutama terkait dengan
faktor usianya yang sering dihadapkan
pada problematika dalam pencarian
kebermaknaan hidupnya. Selain itu,
menurut Yusuf (2004) mahasiswa juga
sedang berada pada fase remaja akhir,
yang ditandai oleh adanya pemantapan
dorongan hidup dan pencarian sesuatu
yang dipandang bernilai. Pencarian nilai
dan dorongan hidup ini merupakan salah
satu proses untuk menemukan
kebermaknaan hidup. Diharapkan di masa
ini mahasiswa telah menemukan pendirian
hidup. Disimpulkan bahwa sense of humor
akan memicu kematangan pribadi yang
pada gilirannya kepribadian yang matang ini
akan mampu meningkatkan kebermaknaan
hidup individu.
Thorson dan Powell (1993)
menegaskan bahwa humor telah lama
digunakan sebagai mekanisme koping,
strategi atau cara-cara pemecahan masalah
dalam menghadapi berbagai situasi sulit
dalam kehidupan. Berlanjut menurut
Bastaman (1995), para humoris (individu
dengan tingkat sense of humor yang tinggi)
disebut sebagai orang yang cenderung
mampu bertahan berjuang ‘melawan hidup’
(survive), serta keluar dari krisis hidup atau
tekanan yang dihadapi. Dikaitkan dengan
mahasiswa sebagai subyek penelitian ini,
secara faktual cenderung menga-lami
problematika beserta stres dalam
kehidupannya. Hal tersebut justru menjadi
tantangan tersendiri, karena setiap individu
menginginkan dirinya menjadi orang yang
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
86
berguna dan berharga. Hal ini mendorong
individu (mahasiswa) untuk meme-nuhinya,
dan bila hal ini tercapai maka yang
bersangkutan akan merasa bahwa hi-
dupnya menjadi lebih bermakna.
Di ranah hidup keseharian, humor
dimaknai sebagai “riang dalam sikap/tang-
gapan hidup”. Individu yang mempunyai
citarasa humor (sense of humor) tidak men-
cela situasi dan tidak merasa tersinggung
bila ditertawakan orang lain atas kekhilaf-
annya. Sebaliknya, kesedihan akan
dikemukakannya dengan cara meng-
gembira-kan sebab menurutnya tidak ada
nilai yang mutlak (Rena Latifa, 2007).
Sementara itu, individu yang menghayati
hidup bermakna selalu penuh gairah dan
optimistik, fleksibel, namun tidak terbawa
arus atau kehilangan identitas diri. Seorang
remaja akhir (mahasiswa) menurut Marheni
(2004) sedang berada pada
pencarian/penca-paian identitas diri, yakni
kondisi seseorang yang telah menemukan
identitasnya dan membuat komitmen-
komitmen setelah melalui eksplorasi
sebelumnya. Diingatkan oleh Suyanto
(1996) bahwa menjadi remaja akhir,
mahasiswa (sebagai subyek penelitian ini)
berarti telah menemukan pribadinya,
mampu merumuskan cita-cita, menemukan
norma-norma sendiri, bertanggungjawab,
dan mampu menentukan tujuan hidup yang
akan ditempuh.
Menyambung bahasan di atas, jika
suatu saat remaja akhir (mahasiswa)
berada dalam situasi problematik/sulit,
maka mahasiswa akan mampu menjalani
dengan tabah dan yakin dengan
hikmahnya. Dari titik tumpu ini,
ditemukannya hikmah akan menambah
makna hidupnya dan memperkuat tujuan
hidupnya, akibat-nya individu merasakan
bahwa kehidupannya menjadi lebih berarti
(meaningful) yang ujungnya akan
menimbulkan kebahagiaan (happiness)
bagi dirinya. Terkait hal ini Bastaman (1995)
menegaskan bahwa kebahagiaan adalah
efek samping (by product) dari keberhasilan
seseorang memenuhi arti ataun makna
hidupnya. Melalui ungkapan lain, Sahakian
(dalam Febry, 1979) juga menyatakan
bahwa dengan melibatkan diri dalam
kegiatan bermakna, seseorang akan
menikmati kebahagiaan sebagai
ganjarannya. Adapun akan halnya
mahasiswa sebagai subjek penelitian ini,
dengan adanya citarasa humor yang tinggi
akan memudahkannya untuk lebih tegar
menghadapi berbagai problematika hidup
sebagai ujian bagi pencapaian kebermak-
naan hidupnya, yang bila hal ini terjadi
maka mahasiswa akan merasakan kebaha-
giaan sebagai bonusnya.
Di sisi lain, Allport (dalam Bastaman,
1996) menandaskan bahwa kepribadian
yang matang ditandai dengan adanya
upaya memperluas diri, ramah-tamah terha-
dap orang lain, menerima keadaan diri,
realistik, meyakini dan menghayati filsafat
hidup yang integratif, dan bersikap objektif
terhadap diri sendiri. Ciri terakhir ini di
dalamnya terkandung pemahaman
terhadap diri sendiri dan rasa humor sense
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
87
of humor), termasuk kemampuan bersikap
humoristik terhadap diri sendiri. Selain itu, di
samping agama, citarasa humor merupakan
salah satu sarana ke arah penginte-grasian
diri. Jika dikaitkan dengan kondisi
mahasiswa sebagai subjek penelitian ini,
maka mahasiswa adalah sosok pribadi yang
relatif berkarakter matang dan sedang sibuk
dengan proses pencapaian identitas diri.
Melalui citarasa humornya yang tinggi akan
dijadikan sarana ke arah pengintegrasian
diri, dan tercapainya integritas diri ini tentu
akan memudahkannya mencapai
kebermaknaan dalam hidupnya.
Bertumpu pada diskusi hasil di atas,
disimpulkan bahwa sense of humor
merupakan salah satu anasir penting yang
terkait erat dengan kebermaknaan hidup
pada remaja akhir. Hal ini karena sense of
humor sebagai salah satu elemen dari
kualitas insani merupakan sifat yang hanya
dimiliki oleh manusia, dan memiliki otoritas
dalam menentukan kebermaknaan hidup
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. 2005. The ESQ Way 165.
Jakarta: Arga.
Alfian,I.N. & Suminar, D.R. 2003.
Perbedaan Tingkat Kebermaknaan
Hidup Remaja Akhir pada Berbagai
Status Identitas Ego dengan Jenis
Kelamin sebagai Kovariabel. Jurnal
Insan. Vol.5. No.2. Hal. 87-109.
Al Qardawi, Y. 1983. Iman dan Kehidupan.
Jakarta: Bulan Bintang.
Bastaman, H.D. 1995. Integrasi Psikologi
dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bastaman, H.D. 1996. Meraih Hidup
Bermakna. Jakarta: Paramadina.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi: Psikologi
untuk Menemukan Makna Hidup dan
Meraih Hidup Bermakna. Jakarta:
Raja Grafindo Perkasa.
Bee, H. 1981. The Developing Child. Third
Edition. New York: Harper and Row
Publishers.
Dananjaya, J. 2004. Humor Mahasiswa.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Fabry, J.B. 1980. The Pursuit of Meaning.
San Fransisco: Harper & Row
Publisher.
Hasanat, N.U. dan Subandi. 1998.
Pengembangan Alat Kepekaan
Terhadap Humor. Laporan
Penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Hawari, D. 1997. Al Quran: Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa.
Horowitz, C.J. 2001. Hospice Volunteers’
Duration of Service and Measured
Sense of Humor: A Correlational
Study. Dissertation. The faculty of
The California Institute of Integral
Studies.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
88
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Indra Ratna Kusuma Wardani, 1996.
Peranan Konsep Diri, Pusat Kendali,
dan Inteligensi Terhadap Moralitas
Pada Siswa-Siswa SMA
Muhammadiyah I Di Yogyakarta.
Tesis. Yogyakarta: Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Koeswara, E. 1992. Logoterapi: Psikologi
Victor Frankl. Yogyakarta: Kanisius.
Komarudin, 2007. Hubungan Antara Gaya
Hidup Hedonis dengan
Kebermaknaan Hidup pada Remaja
Akhir. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Universitas Wangsa
Manggala.
Marheni, A. 2004. Perkembangan
Psikososial dan Kepribadian
Remaja, dalam Sotjiningsih (Ed).
Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Monks, dkk. 2001. Psikologi
Perkembangan: Pengantar Dalam
Berbagai Bagian. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pertiwi, D.A. 2007. Sense of Humor dan
Asertivitas Pada Remaja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.
Pihasniwati, 2007. Aktifitas Penghayatan
Nilai-Nilai Al Quran Untuk
Meningkatkan Kebermaknaan
Hidup. Prosiding. Kongres Temu
Ilmiah Nasional API. Semarang;
Fakultas Psikologi Unissula, API,
dan Penerbit Insania Cita.
Pikunas, J. 1976. Human Development: An
Emergent Science. Tokyo: Mac-
Graw Hill Kogakusha Inc.
Rena Latifa, 2007. Terapi Humor dalam
Psikologi Islam. Prosiding. Temu
Ilmiah Nasional API. Semarang;
Fakultas Psikologi Unissula, API,
dan Penerbit Insania Cita.
Santoso, A.B. 2007. Hubungan antara
Sense of Humor dengan
Kecemasan pada Penganggur.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Wangsa Manggala.
Sujanto, A. 1996. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Thorson, J.A. & Powell, F.C. 1993. Sense of
Humor and Personality. Journal of Clinical
Psychology. Vol. 86. No. 2, 310-319.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
89
INDEKS DEMOKRASI EKONOMI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011
Awan Santosa
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Abstract
This study aims to determine the degree of implementation of economic democracy in Bantul regency in 2011. Measurements were made using the Index of Economic Democracy Indonesia (IDEI) compiled by researchers with expert economic democracy in Indonesia in 2009. Measurement results with the secondary data can be collected indicate that the degree of economic democracy in Bantul regency is at 0.391, which means that Bantul regency implement economic democracy with the proportion of 39.1% in the age of regional autonomy.
Keyword: economic democracy, regional autonomy
LATAR BELAKANG
Konsep demokrasi ekonomi atau
ekonomi kerakyatan sudah lama dipikirkan
dan dikembangkan secara khusus oleh
pakar ekonomi di dalam maupun di luar
negeri dengan berbagai varian pengertian
dan ciri-cirinya (Douglas (1920), Carnoy
(1980), Dahl (1985), Poole (1987), dan
Smith (2000)). Konsep ini bahkan sudah
dipikirkan ekonom Indonesia, khususnya M.
Hatta, sejak tahun 1930 yang kemudian
dirumuskan ke dalam konstitusi (Pasal 33
UUD 1945). Konsep ini terus dikembangkan
oleh ekonom-ekonom Indonesia dengan
berbagai ragam terminologi (Mubyarto
(1980), Swasono (1987), Arief (2000), dan
Baswir (2002).
Namun perkembangan pemikiran ke
arah demokrasi ekonomi ini tidak diikuti
perkembangan bangunan konsep, teori,
dan operasionalisasi demokrasi ekonomi.
Sampai saat ini belum ada suatu indikator
yang menjadi ukuran penyelenggaraan
demokrasi ekonomi baik di dalam maupun
luar negeri. Demokrasi ekonomi masih
sebatas konsep yang besifat filosofis,
normatif, dan politis. Belum tersedianya
model dan alat ukur ini menjadikan agenda-
agenda pembangunan daerah yang
berbasis demokrasi ekonomi terlalu abstrak
dan tidak memiliki arah yang jelas.
Kondisi ini tidak terlepas dari bias
konseptual di mana pemahaman publik
terhadap demokrasi terdistorsi hanya
sebatas demokrasi pada dimensi politik
(demokrasi politik). Kondisi yang
merupakan fenomena global ini mendorong
ketimpangan perkembangan konsepsi
demokrasi di dunia, terutama di negara-
negara bekas jajahan seperti halnya
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
90
Indonesia. Saat ini terdapat setidaknya
delapan Indeks Demokrasi Politik yang
mengukur kebebasan politik, pemilu,
partisipasi rakyat, dan fungsi lembaga
negara (Ericcson & Lane, 2002). Baru
tataran demokrasi politik inilah yang
dikorelasikan dengan indikator sosial-
ekonomi seperti pertumbuhan dan
pembangunan manusia.
Korelasi tersebut dapat ditemukan
pada berbagai model yang dikembangkan
berdasar studi empiris di negara-negara
tertentu. Model “Virtuous Trangle” melihat
bahwa pembangunan manusia akan
menjadi jalan bagi terciptanya pertumbuhan
ekonomi dan demokrasi yang selanjutnya
akan berkorelasi positif satu sama lain
(UNSFIR dalam Kuncoro, 2004). Selain itu
terdapat model “Cruel Choice plus Trickle
Down” yang meletakkan pertumbuhan
ekonomi sebagai prasyarat munculnya
demokrasi dan pembangunan manusia
(ibid).
Adapun model pertumbuhan
endogen dan demokrasi versi Barro melihat
posisi pembangunan manusia sebagai
variabel paling penting dalam menunjang
terjadinya pertumbuhan ekonomi yang akan
menjadi prasyarat bagi berkembangnya
demokrasi. Model yang agak berbeda
dikembangkan oleh Balla, di mana
demokrasi justru menjadi pilar kunci bagi
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang
pada akhirnya akan menghasilkan
perbaikan kualitas pembangunan manusia
di suatu negara (ibid).
Sementara itu, indikator spesifik
yang sudah ada justru tersedia untuk
mengukur liberalisasi ekonomi dunia, yaitu
Index of Economic Freedom (The Heritage
Foundation, 1980). Indeks ini mengukur
derajat kebebasan ekonomi yang
berorientasi pada kemakmuran individual
melalui kebebasan dalam bisnis, fiskal,
moneter, perdagangan, investasi,
keuangan, pemerintahan, korupsi, HAKI,
dan kebebasan buruh. Indeks ini sudah
menjadi variabel bebas yang dikorelasikan
dengan GDP perkapita, pengangguran, dan
inflasi.
Berdasar landasan normatif-
konseptual dan realitas objektif struktur
ekonomi Indonesia kekinian tersebut
muncul kebutuhan baik di ranah
pengembangan ilmu (teoritis) maupun
praktis, untuk memformulasikan model
pengukuran derajat demokrasi ekonomi di
Indonesia, yang secara khusus dapat
diterapkan pada setiap daerah di Indonesia.
Sejalan dengan telah
diformulasikannya Indeks Demokrasi
Ekonomi Indonesia, maka perlu dilakukan
uji coba pengukurannya untuk daerah di
Indonesia. Oleh karena itulah penelitian ini
menjadi penting sebagai bagian dari uji
coba pengukuran Indeks Demokrasi
Ekonomi Indonesia di Kabupaten Bantul.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
91
1) Mengukur Indeks Demokrasi
Ekonomi Kabupaten Bantul, Propinsi
D.I. Yogyakarta pada tahun
2009/2010
2) Memaparkan penerapan Demokrasi
Ekonomi di Kabupaten Bantul,
Propinsi D.I. Yogyakarta pada tahun
2009/2010
3) Memberikan rekomendasi program
yang dapat mendorong peningkatan
derajat keterapan Demokrasi
Ekonomi di Kabupaten Bantul,
Propinsi D.I. Yogyakarta.
Penelitian ini bermanfaat sebagai:
1) Panduan pengukuran tingkat
penerapan demokrasi ekonomi bagi
daerah lain di Indonesia, yang
kemudian dapat diperbandingkan
dengan dan dievaluasi
perkembangannya dari tahun ke
tahun.
2) Temuan variabel baru yang dapat
dikorelasikan (menjelaskan)
berbagai fenomena ekonomi daerah
di Kabupaten Bantul dan daerah
lainnya seperti halnya kemiskinan,
ketimpangan, pengangguran, inflasi,
pendapatan riil (perkapita),
pertumbuhan, dan variabel makro-
ekonomi lain di Indonesia.
3) Sarana mendorong
pengarusutamaan aspek
pemerataan dan keadilan dalam
pembangunan ekonomi selain aspek
pertumbuhan dan efisiensi di
Kabupaten Bantul dan daerah lain di
seluruh Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantittatif-
deskriptif dengan pendekatan ilmu ekonomi
dalam melihat data sekunder berupa
pelaksanaan demokrasi ekonomi di
Kabupaten Bantul. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang
meliputi:
a. Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
Nasional, Propinsi, dan Daerah
b. Publikasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Bantul
c. Publikasi, data. Dan laporan Dinas
terkait di Kabupaten Bantul.
Secara ringkas metode dalam
penelitian ini dapat ditunjukkan dalam
bagan di bawah ini:
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
92
Penelitian ini menggunakan alat
analisis Indeks Demokrasi Ekonomi (IDE)
yang diformulasikan dari penelitian Awan
Santosa (2009) bersama 10 ahli demokrasi
ekonomi Indonesia dengan metode Delphi.
Variabel yang dinilai sesuai oleh para-ahli
dan mencapai nilai skor di atas batas
minimum persetujuan, sehingga dapat
dijadikan sebagai unsur penyusun Indeks
Demokrasi Ekonomi Indonesia (IDEI)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis makro ekonomi daerah
dilakukan dengan penekanan pada
aktivitas ekonomi di sektor riil yang
dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal
pemerintah daerah. Analisis ini
dilakukan dengan mengukur
sejauhmana perekonomian daerah
Kabupaten Bantul telah berkembang
sejalan dengan yang konsepsi ekonomi
kerakyatan, yang merupakan amanah
konstitusi dalam pengelolaan ekonomi,
sekaligus basis dan visi pembangunan
Kabupaten Bantuk
Derajat ekonomi kerakyatan dapat
diukur menggunakan alat Indeks Demokrasi
Ekonomi (IDE) yang terdiri dari 3 dimensi
dan 22 variabel penyusun. Dalam konteks
PPU tidak semua variabel dapat diukur
menggunakan data statistik (sekunder)
yang memang belum tersedia. Oleh karena
itu, dalam analisis ini baru dapat diukur 18
variabel yang mewakili pengukuran derajat
ekonomi kerakyatan di Kabupaten Bantul.
Pengukuran selengkapnya dapat dilihat
dalam tabel 1. Berdasar pengukuran IDE di atas
maka dapat dianalisis lebih mendalam pada
tiap-tiap variabel untuk bahan penyusunan
strategi dan kebijakan ekonomi daerah
yang berorientasi pada keberdayaan dan
kesejahteraan masyarakat Bantul dapat
dilihat dalam tabel 2.
Metode Analisis
Kerangka Pemikiran Dasar Teori
Pengukuran Indeks Demokrasi Ekonomi di Kabupaten Bantul
Analisis dan Pemaparan
Rekomendasi Kebijakan dan Program
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
93
Tabel 1 Analisis Indeks Demokrasi Ekonomi (Ekonomi Kerakyatan)
Kabupaten Bantul Tahun 2011
No Variabel Indeks Demokrasi Ekonomi Nilai Data Skor
X Demokrasi Produksi (DP)
1 Tk. Pengangguran Terbuka 8,95% 0,91
2 Tk. Pengangguran Terselubung
3 Rasio Upah Buruh/Omzet Perusahaan 32% 0,32
Y Demokrasi Alokasi (DA)
1 Porsi Belanja bg Penduduk Miskin 15%
0,15
2 Rasio Pendapatan Kelompok 40% Terbawah*
23,29% 0,57
Z Demokrasi Penguasaan Faktor
Produksi (DPFP)
Z-a Faktor Produksi Material
1 Rasio APBD/PDRB 22,08% 0,22
2 Rasio PAD/APBD 10,3% 0,10
3 Rasio Pembiayaan Domestik/APBD 100% 1
4 Rasio APBD/Total Omzet SDA
5 Rasio Konsumsi/Kredit Konsumsi
6 Rasio Investasi Domestik/Total Investasi 84,8% 0,84
7 Rasio Investasi UMKM/PDRB 4,4% 0,04
8 Rasio Kredit/Tabungan 90,13% 0,90
9 Rata2 Luas Kepemilikan Lahan (> 2ha) 20% 0,20
Z-b Faktor Produksi Intelektual
10 Rasio Belanja Pendidikan/APBD 15,29% 0,15
11 Rasio Belanja Kesehatan/APBD 6,50% 0,65
12 Rasio Partisipasi Sekolah 59,98% 0,59
Z-c Faktor Produksi Institusional
13 Rasio Anggota Koperasi/Jumlah Penduduk
20% 0,20
14 Rasio Volume Usaha Koperasi/PDRB 2,5% 0,02
15 Rasio Perusahaan Memiliki SP 19,52% 0,19
16 Rasio Anggota SP/Jumlah Pekerja
17 Rasio Perusahaan Memiliki ESOP 0% 0
Jumlah Rata-Rata Skor 0,391 TKah Tangga Miskin/Rumah Tangga Total: Skor total: 7,05
Ket: * = proxy dengan data proporsi rumah tangga miskin
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
94
tanda kosong berarti data tidak tersedia, nilai skor diambilkan dari nilai positif setiap variabel
dengan range antara 0-1, di mana skor terbaik (maksimum) adalah 1.
Tabel 2
Analisis Variabel dan Implikasi Kebijakan
No Variabel
(Perhitungan)
Analisis
1 Tingkat Pengangguran
Terbuka (jumlah pencari
kerja dibandingkan jumlah
angkatan kerja, data BPS)
1. 91% masyarakat Bantul sudah terlibat dalam
kegiatan perekonomian.
2. Tidak ditemukan data tingkat pengangguran
terselubung, yang dalam lingkup Propinsi DIY
sebesar 24% dan lingkup nasional sebesar 3x
lipat dari pengangguran terbuka (30%)
2 Rasio upah buruh/omset
perusahaan
Data di-proxi melalui data proporsi buruh di
Kabupaten Bantul yang sudah diikutsertakan dalam
program Jamsostek, yaitu baru sebanyak 32%.
baru sekitar 10.985 pekerja dari total
34.331pekerja.
3 Porsi Belanja bg
Penduduk Miskin (Nilai
belanja penduduk miskin
dibandingkan nilai APBD
keseluruhan, data APBD
2010)
1. Alokasi belanja APBD Kabupaten Bantul
untuk penduduk miskin sebesar Rp. 25 Milyar
atau senilai 2,7% dari total APBD, yang jika
dibandingkan dengan proporsi penduduk
miskin Bantul sebesar 18%, maka alokasi
tersebut menjadi senilai 15%.
2. Penduduk miskin tidak serta merta mampu
menyerap program yang tidak bersasaran
langsung ke meraka.
4 Rasio Pendapatan
Kelompok 40% Terbawah
atau Proporsi Rumah
Tangga Miskin (RTM)
(jumlah rumah tangga
miskin dibandingkan jumlh
rumah tangga
keseluruhan, data BPS)
1. Proporsi KK miskin masih cukup tinggi, yaitu
18,05%, yang belum dapat turut menikmati
pembangunan Bantul.
2. Kelompok 40% penduduk berpendapatan
terendah di Bantul menikmati 23,29%
3. Karakteristik rumah tangga yang miskin tetapi
secara ekonomi aktif (produktif).
5 Rasio APBD/PDRB (Nilai
APBD 2010 dibandingkan
nilai PDRB Bantul 2010,
1. Rasio APBD 2009 yang sebesar Rp. 876
milyar terhadap PDRB sebesar Rp. 3,9
trilyun adalah 22,08%.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
95
data APBD dan PDRB
2010)
2. Kapasitas fiskal pemerintah daerah
Kabupaten Bantul hanya sebesar 22,08%
6 Rasio PAD/APBD (Nilai
PAD 2010 dibandingkan
nilai APBD 2010, data
BPS 2010)
1. Rasio PAD yang sebesar Rp. 90,2 milyar
terhadap APBD 2009 adalah 10,3%%
2. Kewenangan politik anggaran pemerintah
daerah adalah sebesar 10,3%, sedangkan
89,7%-nya ditentukan pusat melalui bagi hasil
pajak/bukan pajak
3. Kondisi ini rawan intervensi dan tekanan dari
(oknum) pemerintah pusat
7 Rasio Pembiayaan
Domestik/APBD (Nilai
pinjaman daerah
dibandingkan nilai APBD
2010, data APBD)
1. Rasio yang 100% menunjukkan pemda Bantul
tidak menggunakan obligasi (surat utang)
daerah sebagai sumber penerimaan dalam
APBD.
8 Rasio Investasi
UMKM/Total Investasi
(nilai investasi UMKM
dibandingkan nilai
investasi total, data BPS
2010)
1. Investasi UKM yang sebesar Rp. 79 milyar
hanya sebesar 4,40% dari total investasi
senilai Rp 1,7 T.
2. Peran UKM dalam struktur ekonomi Bantul
masih sub-ordinan (marjinal) karena tidak
linkage dengan usaha di sektor primer
(pertambangan).
9 Rasio Kredit/Tabungan
(nilai pinjaman dari
perbankan di Bantul
dibandingkan dengan nilai
simpanan/tabungan pihak
ketiga, data PPD)
Rasio kredit 2010 sebesar Rp. 868 milyar terhadap
dana pihak ketiga sebesar Rp. 963 milyar sudah
sebesar 90,03%.
Sumber keuangan daerah Bantul sudah dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha di Bantul.,
walaupun perlu dipetakan struktur pengusaha
pengakses kredit bank umum tersebut.
10 Rata-rata luas
kepemilikan lahan (> 2 ha)
(jumlah penduduk yang
memiliki lahan di atas 2 ha
dibandingkan dengan
jumlah penduduk
keseluruhan,)
Rata-rata luas kepemilikan lahan petani di Bantul
hanya 400m, sehingga di bandingkan dengan rata-
rata ideal yang sebesar 2 ha maka luasan tersebut
baru mencakup 20%nya saja.
11 Rasio Belanja 1. Rasio belanja modal bidang pendidikan
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
96
Pendidikan/APBD (nilai
belanja modal dinas
pendidikan dibandingkan
nilai APBD 2010
keseluruhan, data APBD
2010)
sebesar Rp. 134 milyar terhadap APBD 2010
adalah 15,29%, yang merupakan realisasi
APBD 2010.
2. Dana-dana pendidikan belum dikelola optimal.
3. Secara keseluruhan rasio belanja modal
(publik) terhadap APBD adalah sebesar 34%.
12 Rasio Belanja
Kesehatan/APBD (Nilai
belanja barang dan jasa
dan modal dinas
kesehatan dan RSUD
dibandingkan nilai APBD
keseluruhan 2010, data
APBD 2010)
1. Rasio belanja kesehatan yang sebesar Rp.
56,94 milyar terhadap APBD 2010 adalah
6,50%.
2. Alokasi anggaran kesehatan masih belum
memadai. Di mana masih banyak
RTM,3terdapat kasus gizi buruk4 dan
pencemaran lingku5gan.
13 Rasio partisipasi sekolah
(jumlah anak usia SMA
yang sekolah/jumlah anak
usia SMA keseluruhan
tahun 2010)
Angka partisipasi murni SMA di Kabupaten bantul
sebesar 59,98%, yang berarti masih sebanyak 41%
anak usia SMA yang tidak melanjutkan pendidikan
sampai jenjang SMA.
14 Rasio Anggota
Koperasi/Jumlah
Penduduk (jumlah
anggota koperasi aktif
dibandingkan jumlah
penduduk keseluruhan
Bantul, data BPS 2010)
1. Jumlah anggota koperasi sebanyak 180.814
orang baru 20% dari total penduduk sebanyak
900.000 orang.
2. Peran koperasi baik secara kualitas maupun
kuantitas masih sangat terbatas, dengan
posisi sub-ordinan (marjinal) dalam struktur
perekonomian daerah.
15 Rasio Volume Usaha
Koperasi/PDRB (nilai
omset usaha yang ditaksir
berdasarkan nilai aset
koperasi dibandingkan
nilai PDRB keseluruhan,
data BPS dan PDRB
2010)
1. Volume usaha (omset) koperasi yang
diperkirakan sebesar Rp. 184 milyat adalah
4.89% dari PDRB, yang makin menguatkan
bahwa koperasi belum berperan utama dalam
perekonomian.
2. Transaksi ekonomi lebih banyak dilakukan
dengan perusahaan swasta (perorangan)
16 Rasio Perusahaan
memiliki serikat pekerja
(jumlah perusahaan
Perusahaan di Bantul total berjumlah sebanyak
566, di mana 292 di antaranya sudah menjadi
peserta jamsostek, namun baru 57 di antaranya
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
97
memiliki serikat
pekerja/jumlah
perusahaan memiliki skim
jamsostek)
yang memiliki serikat pekerja (19,52%).
Kondisi ini menunjukkan lemahnya peran buruh di
hadapan pengusaha/pemodal, yang secara
“sistematis” didukung oleh pemerintah dengan
sedikitnya aparat pengawas/penegak hukum.
17 Rasio Perusahaan
Memiliki ESOP (jumlah
perusahaan yang
menerapkan pola ESOP
dibandingkan jumlah
perusahaan keseluruhan,
data BPS tahun 2010 dan
survey Pustek 2009-2010)
1. Belum ditemukan perusahaan yang
menerapkan pola kepemilikan saham oleh
karyawan (employee share ownership
plan/ESOP)
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil perhitungan terhadap 18
variabel Indeks Demokrasi Ekonomi
Kabupaten Bantul adalah sebesar 0,391,
yang berarti derajat penerapan demokrasi
ekonomi (ekonomi kerakyatan) di
Kabupaten Bantul adalah sebesar 39,1%
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks
Demokrasi Ekonomi di kabupaten Bantul
tersebut maka disampaikan saran
(rekomendasi) berbagai kebijakan dan
program yang perlu mendapat penekanan
sebagai berikut:
1. Perhatian pada kelayakan upah,
kerja, keberdayaan pekerja, dan
produktivitas.
2. Perlindungan tenaga kerja bantul
melalui dorongan pengikutsertaan
buruh dalam program Jamsostek
3. Disain program/terobosan lokal
untuk fokus pada sasaran penduduk
miskin (15-16%)\
4. Aplikasi pro-poor budgeting dengan
rasio alokasi APBD minimal separuh
dari tingkat kemiskinan (8-9%)
5. Alokasi untuk jaminan sosial,
permodalan (material, intelektual,
dan institusional) bagi penduduk
miskin Bantul.
6. Disain role model Kredit Rumah
Tangga Miskin Produktif, dengan
referensi Grameen Bank,
Bangladesh.
7. Technical assistance khusus bagi
lembaga (usaha) produksi,
keungan, dan pemasaran KK miskin
8. Sinkronisasi peran ekonomi
pemerintah daerah dengan ekonomi
rakyat Bantul, melalui kemitraan
produksi, keuangan, dan pemasaran
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
98
9. Disan kebijakan yang langsung
berdampak pada sektor rill seperti
penguatan kelembagaan dan
kapasitas ekonomi rakyat.
10. Revitalisasi peran BUMD dan
BUMDes dalam mengelola sektor
primer (SDA) penyumbang APBD
terbesar
11. Mempertimbangkan tax and revenue
sharing, di mana pemungutan pajak
bernilai besar sebagian menjadi
kewenangan pemerintah daerah.
12. Harus selalu dihindari pembiayaan
APBD menggunakan sumber dari
luar negeri/swasta (obligasi daerah)
13. Role model dan pengembangan
linkage UKM dengan industri primer
(pertambangan).
14. Linkage UKM dengan belanja
pemerintah daerah, semisal dengan
prioritasi belanja APBD ke UKM
lokal.
15. Perlu kajian struktur pengakses
dana-dana perbankan, agar tidak
terkonsentrasi pada pelaku usaha
lapis atas saja.
16. Kemitraan antara lembaga
keuangan formal dan organisasi
ekonomi rakyat (tani, ternak, dan
nelayan) dengan
penjaminan/fasilitasi pemerintah
daerah
17. Reforma agraria (redistribusi lahan)
bagi petani penggarap Bantul
sehingga dapat lebih
mengoptimalkan lahan-lahan tidur
dan kritis yang ada
18. Dinas perlu membuat terobosan
untuk optimalisasi sumber daya
pendidikan, semisal kemitraan
dengan dinas peternakan,
lingkungan hidup, perindagkop untuk
tujuan pembelajaran dan layanan
bagi siswa.
19. Belanja modal pendidikan idealnya
20% dari total APBD.
20. Belanja kesehatan idealnya minimal
10% dari APBD untuk layanan
preventif dan peningkatan kualitas
SDM, termasuk jaminan kesehatan
menyeluruh (sesuai UU Kesehatan).
21. Perlu dirilis program pendidikan
gratis tingkat SMA untuk siswa dari
keluarga tidak mampu, di sertai
dukungan anggaran dan
penyadaran pentingnya pendidikan
bagi warga masyarakat kurang
mampu di Kabupaten Bantul
22. Mobilisasi kesadaran berkoperasi
dan sosialisasi manfaat sosial-
ekonomi berkoperasi secara luas,
dengan berbagai media.
23. Kemitraan disperindakop, koperasi
rakyat, dan sekolah untuk perluasan
basis keanggotaan, layanan, dan
usaha koperasi
24. Kemitraan koperasi rakyat dengan
pemerintah daerah (SK Bupati)
dalam pembelian barang/jasa dari
koperasi.
25. Role model kemitraan koperasi
dalam mata rantai usaha sektor
primer pertambangan, dengan
BUMN atau BUMD.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
99
26. Disain outlet pasar sentra koperasi
daerah
27. Role model dan pengembangan
koperasi produksi dan koperasi
pemasaran rakyat yang dapat
diunggulkan daerah
28. Perluasan partisipasi buruh dalam
organisasi (perusahaan) melalui
fasilitasi pembentukan serikat
pekerja (karyawan) baik di tingkat
perusahaan maupun tingkat wilayah.
29. Mulai penyadaran hak-hak pekerja,
termasuk dalam kontribusi dan
kepemilikannya terhadap
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Robin, Economic Democracy:
The Politics of Feasible Socialism,
Clarendon Press
Arief, Sritua, 2006, Negeri Terjajah,
Yogyakarta, Resist Book
Bappeda Kabupaten Banyul, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah b(RPJMD) Kabupaten Bantul
2011-2015
BPS Kabupaten Bantul, Bantul Dalam
Angka 2010
Forum Rektor Indonesia, 2007, Sistem
Ekonomi yang Berkeadilan Sosial,
(naskah akademik), Makassar, FRI.
Dahl, Robert A, 1985, Demokrasi Ekonomi:
Sebuah Pengantar, diterjemahkan
oleh Akhmad Setiawan, Jakarta,
Yayasan Obor.
Devune, Pat, 1995, Demokrasi dan
Perencanaan Ekonomi, Yogyakarta,
Tiara Wacana
Hines, Collins, 2005, Mengganti Globalisasi
Ekonomi Menjadi Lokalisasi
Demokrasi, Insist Press, Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan
Pembangunan Daerah, Erlangga,
Jakarta
Kekic, Laza, 2007, The Economist
Intelegence Unit’s Index of
Democracy, EIU Report 2007
Kriegman, Orion, 1998, The Potential for
Economic Democracy n America
Levinson, J. M. (2005). To gain consensus
on a definition of multicultural
children's literature: A Delphi study.
Digital Abstracts International, 66 (08),
2869. (UMI No. 3184291).
Linstone, A & Murray T, 1974, The Delphi
Method: Tecnique and Application,
Reading: Addison-Wesley
Mubyarto, 1997, Ekonomi Rakyat, Program
IDT, dan Demokrasi Ekonomi
Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta
Mubyarto, Capres/Cawapres dan Ekonomi
Rakyat, dalam Jurnal Ekonomi
Rakyat, Bogor, Yayasan Agro
Ekonomika (YAE).
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
100
Mutis, Thoby, 2002, Cakrawala Demokrasi
Ekonomi, Tiara Wacana, Yogyakarta
Nambisan, S., Agarwal, R., & Tanniru, M.
(1999). Organisational mechanisms
for enhancing user innovation in
information technology. MIS
Quarterly, 23(8), 365 - 395.
Poole, Michael, 1987, The Origin of
Economic Democracy, Routledge,
London
Pusat Pendidikan dan Studi
Kebansentralan, 2002, Daya Saing
Daerah: Konsep dan Pengukurannya
di Indonesia, BI, Jakarta
Rachbini, Didik J, 2001, Politik Ekonomi
Baru Menuju Demokrasi Ekonomi,
Grasindo, Jakarta
Ringen, Stein, 2004, A Distributional Theory
of Economic Democracy, Routledge
Rodgers, B. L. & Cowles, K. V. (1993). The
qualitative research audit trail: A
complex collection of documentation.
Research in Nursing and Health, 16,
219 - 226.
Smith, J.W., 2000, Economic Democracy:
Political Struggle in Twenty-first
Centuries, New York, M.E. Sharpe.
Svante, Erricson & Jan-Eric Lane, 2002,
Demokratisasi Pertumbuhan,
RajaGarfindo, Jakarta
Swasono, Sri Edi, 1987, Sistem Ekonomi
dan Demokrasi Ekonomi, UI Press,
Jakarta
Situmorang, Johny W dkk, Prototipe Model
Pemeringkatan Koperasi Berdasarkan
MDP, dalam Infokop No 28 Tahun
XXII, 2006
The Heritage Foundation, Index of Econmic
Freedom 2007
Wikipedia, 2007, Economic Democracy,
diakses di internet tanggal
12/8/2007Williams, 2002, Bologna and
Emilia Romagna: A Model of
Economic Democracy, diakses di
internet tanggal 12/8/07 jam 09.49
WIB.
Jurnal Sosiohumaniora vol.3 No. 3., Mei 2012 ISSN : 2087-1899
101
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
Naskah yang diterima merupakan hasil
penelitian, naskah ditulis dalam bahasa
Indonesia, diketik dengan computer
program MS. Word, front Arial size 11.
Jarak antar baris 2 spasi maksimal 15
halaman termasuk garfik, gambar dan tabel.
Naskah diserahkan dalam bentuk print-out
dan CD; dibuat dengan jarak tepi cukup
untuk koreksi.
Gambar (gambar garis maupun foto)
dan tabel diberi nomor urut sesuai dengan
letaknya. Masing-masing diberi keterangan
singkat dengan nomor urut dan dituliskan
diluar bidang gambar yang akan dicetak.
Nama ilmiah dicetak miring atau
diberi garis bawah. Rumus persamaan ilmu
pasti, simbol dan lambang semiotik ditulis
dengan jelas.
Susunan urutan naskah ditulis
sebagai berikut :
1. Judul dalam bahasa Indonesia.
2. Nama penulis tanpa gelar diikuti
alamat instansi.
3. Abstract dalam bahasa Inggris, tidak
lebih 250 kata.
4. Materi dan Metode.
5. Hasil dan Pembahasan.
6. Kesimpulan.
7. Ucapan terima kasih kalau ada.
8. Daftar pustaka ditulis menggunakan
sistem nama, tahun dan disusun
secara abjad
Beberapa contoh :
Buku :
Mayer, A.M. and A.P. Mayber. 1989. The
Germation of Seeds. Pergamon
Press. 270 p.
Artikel dalam buku : Abdulbaki, A.A. And J.D. Anderson. 1972.
Physiological and Biochemical
Deteration of Seeds. P. 283-309. In.
T.T.Kozlowski (Ed) Seed Biology Vol.
3. Acad. Press. New York.
Artikel dalam majalah atau jurnal :
Harrison, S.K., C.S. Wiliams, and L.M. Wax.
1985. Interference and Control of
Giant Foxtail (Setaria faberi, Herrm) in
Soybean (Glicine max). Weed Science
33: 203-208.
Prosiding : Kobayasshi,J. Genetic engineering of Insect
Viruses: Recobinant baculoviruses. P.
37-39. in: Triharso, S. Somowiyarjo,
K.H. Nitimulyo, and B. Sarjono (eds.),
Biotechnology for Agricultural Viruses.
Mada University Press. Yogyakarta.
Redaksi berhak menyusun naskah
agar sesuai dengan peraturan pemuatan
naskah atau mengembalikanya untuk
diperbaiki, atau menolak naskah yang
bersangkutan.
Naskah yang dimuat dikenakan biaya
percetakan sebesar Rp 100.000,- dan
penulis menerima 1 eks hasil cetakan