Jurnal Jarlokaf Oke

14
PERENCANAAN JARLOKAF PADA STO MADIUN Agus Widya Santoso , Agus Ganda Permana. Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Abstraction The world of telecommunication technologies nowadays is growing fast. Even a telecommunication service provider operator can apply some technologies. These technologies applied in order to give better quality of service and to increase more subscribers. Communication through optical fiber is communication that have superiority and flexibility services. The reason why Local Optical Access Network is implemented are wide bandwidth, low loss and high bit rates. In this paper planed Local Optical Access Network in Banjarsari and Teguhan that are include in STO Madiun area using Digital Loop Carrier system. In the planning process begin from forecasting demand, and type of services. From the planning above then analyzed the performance of the systems that contain of: link power budget, which for Banjarsari area is 15,81125 dB, for Teguhan area is 15,215 dB. Loss for both areas are under the standard, which maximum standard is under 30 dB. Then analyse the rise time budget. In Teguhan area, for NRZ format, total of rise time is 0,6201 ns, for RZ format, total of rise time is 0,6201 ns. In Banjarsari area, for NRZ format, total of rise time is 0,7393 ns ns, for RZ format, total of rise time is 0,7393 ns. After analyses, the result are under the standard, it shows that Local Access Fiber Network Planning suitable to be implemented. Access network opticallization program in Kandatel Madiun place Digital Loop Carrier (DLC) with Fiber To The Zone (FTTZ) as application mode is to be prime program.

Transcript of Jurnal Jarlokaf Oke

Page 1: Jurnal Jarlokaf Oke

PERENCANAAN JARLOKAF PADA STO MADIUN

Agus Widya Santoso , Agus Ganda Permana.Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

AbstractionThe world of telecommunication technologies nowadays is growing fast. Even a

telecommunication service provider operator can apply some technologies. These technologies applied in order to give better quality of service and to increase more subscribers.

Communication through optical fiber is communication that have superiority and flexibility services. The reason why Local Optical Access Network is implemented are wide bandwidth, low loss and high bit rates.In this paper planed Local Optical Access Network in Banjarsari and Teguhan that are include in STO Madiun area using Digital Loop Carrier system. In the planning process begin from forecasting demand, and type of services. From the planning above then analyzed the performance of the systems that contain of: link power budget, which for Banjarsari area is 15,81125 dB, for Teguhan area is 15,215 dB. Loss for both areas are under the standard, which maximum standard is under 30 dB. Then analyse the rise time budget. In Teguhan area, for NRZ format, total of rise time is 0,6201 ns, for RZ format, total of rise time is 0,6201 ns. In Banjarsari area, for NRZ format, total of rise time is 0,7393 ns ns, for RZ format, total of rise time is 0,7393 ns. After analyses, the result are under the standard, it shows that Local Access Fiber Network Planning suitable to be implemented.

Access network opticallization program in Kandatel Madiun place Digital Loop Carrier (DLC) with Fiber To The Zone (FTTZ) as application mode is to be prime program.

Page 2: Jurnal Jarlokaf Oke

I. PendahuluanPermintaan akan layanan yang berupa

POTS (Plain Old Telephony Service) maupun non POTS semakin meningkat menuntut penyedia jasa layanan khususnya PT. TELKOM untuk semakin meningkatkan kinerja dan pelayanannya untuk memenuhi permintaan pelanggan. Penggelaran jaringan akses pelanggan yang telah dilakukan oleh PT. TELKOM diantaranya menggunakan media media radio dan kabel tembaga. Daerah Banjarsari dan Teguhan berada dalam wilayah STO Madiun, merupakan daerah yang cukup potensial bagi STO Madiun. Untuk itu PT. TELKOM berusaha meningkatkan pelayanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari kuantitas maupun kualitas yakni dengan menggelar JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber) pada kedua daerah tersebut.

Alasan diterapkannya JARLOKAF karena adanya keunggulan yang dimiliki jaringan yang menggunakan fiber optik sebagai media transmisinya.

Teknologi JARLOKAF yang digunakan adalah Digital Loop Carrier (DLC) dengan arsitektur point-to-point dengan modus aplikasi FTTZ (Fiber To The Zone) dengan memanfaatkan jaringan sekunder terpasang. FTTZ dianalogikan sebagai pengganti RK pada Jaringan Lokal Akses Tembaga.

Teknologi Digital Loop Carrier (DLC) mempunyai kapasitas perangkat yang mampu melayani jumlah pelanggan yang besar sehingga dapat dipilih sebagai solusi alternatif yang tepat untuk digunakan pada JARLOKAF. Untuk itu dirumuskan bagaimana mendesain JARLOKAF untuk kedua daerah tersebut, menentukan kapasitas perangkat yang diperlukan serta persyaratan kelayakannya.

II. Teknologi JARLOKAF2.1. Sistem JARLOKAF

Penggunaan kabel fiber optik pada jaringan akses lokal dikenal dengan sebutan Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF), yang merupakan sekumpulan akses yang menggunakan secara bersama suatu antarmuka jaringan dan diimplementasikan dengan menggunakan fiber optik.

2.2. Modus Aplikasi JARLOKAFPerbedaan letak TKO (Titik Konversi

Optik) yang merupakan tempat berakhirnya kabel optik yang menuju pelanggan menimbulkan modus aplikasi atau arsitektur JARLOKAF berbeda pula yaitu:

2.2.1. Fiber To The Building (FTTB)TKO terletak di dalam gedung dan

biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement, namun juga dimungkinkan diletakkan pada beberapa lantai di gedung tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan kabel tembaga.

2.2.2. Fiber To The Zone (FTTZ)TKO terletak di suatu tempat di luar

bangunan, di dalam kabinet dengan kapasitas besar. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK (Rumah Kabel).

2.2.3. Fiber To The Curb (FTTC)TKO terletak di suatu tempat di luar

bangunan, di dalam cabinet atau di atas tiang dengan kapasitas yang tidak terlalu besar (≤ 120 sst). Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat dianalogikan sebagai pengganti KP (Kotak Pembagi).

2.2.4. Fiber To The Home (FTTH)TKO terletak di dalam rumah pelanggan.

Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti Terminal Batas (TB).

2.3. Teknologi Jaringan Lokal Akses Fiber2.3.1. Digital Loop Carrier (DLC)

Teknologi DLC merupakan perangkat yang mengubah sinyal keluaran dari sentral (64 Kbps) menjadi sinyal dengan kecepatan 2 Mbps di sisi pelanggan. Teknologi ini menggunakan arsitektur single star atau point-to-point dengan cara meletakkan suatu unit distribution network di dekat pelanggan. Saat ini beberapa DLC dilengkapi dengan multiplekser sehingga keluaranya adalah sinyal dengan kecepatan 8 Mbps, 34 Mbps, 140 Mbps atau bisa sampai 155 Mbps.

Perangkat DLC yang diletakkan di sisi sentral disebut Exchange DLC Unit atau Central Terminal (CT), sedangkan yang diletakkan di sisi pelanggan disebut Remote DLC Unit atau Remote Terminal (RT). Perangkat DLC digunakan untuk melayani sekelompok pelanggan yang terkonsentrasi.

Page 3: Jurnal Jarlokaf Oke

Konfigurasi DLC terdiri dari:a. Pada sisi sentral (Exchange DLC Unit)

terdiri dari: Perangkat DLC mengandung

konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi sentral yang berfungsi untuk multiplexing sinyal keluaran dari perangkat DLC (2 Mbps) dan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik.

b. Pada sisi pelanggan (Remote DLC Unit) terdiri dari: Perangkat DLC mengandung

konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi pelanggan yang berfungsi mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik oleh OLTE dan melakukan demultiplexing ke sinyal 2 Mbps.

Gambar : Konfigurasi DLC[1]

2.3.2.Synchronous Digital Hierarchy (SDH)SDH merupakan hierarki pemultiplekan

yang berbasis transmisi sinkron disalurkan melalui jaringan transmisi fisik. SDH pada kenyataannya merupakan kumpulan dari STM-n. STM-n (Synchronous Transport Module) terbentuk dari multiplexing sinkron DS-1, DS-2, DS-3, DS-4E, DS-3E, DS-2E dan DS-1E. Indikasi ini menunjukan kelipatan frame dasar dari STM-1. STM berisi informasi payload dan informasi Section Overhead (SOH) dalam struktur frame blok yang berulang setiap 125 s. Laju bit dalam SDH telah direkomendasikan dalam CCITT G.707, yang paling utama antara lain :

STM-1 dengan laju bit 155.520 Mbps STM-4 dengan laju bit 622.080 Mbps STM-16 dengan laju bit 2488.320

Mbps

2.3.2. Persyaratan Teknis JARLOKAF

Ada dua cara teknik transmisi yaitu dengan dua serat dimana satu serat untuk sinyal kirim (upstream) dan satu serat untuk sinyal terima (downstream) dengan menggunakan satu panjang gelombang. Sedangkan cara kedua menggunakan satu serat saja tetapi pengiriman dan penerimaan sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda.

III. Perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber

3.1. UmumPenerapan teknologi JARLOKAF karena adanya beberapa pertimbangan sebagai berikut:1. Keunggulan yang dimiliki jaringan optik adalah sebagai berikut: Bandwidth yang lebar Redaman yang rendah Bit rate yang tinggi Sinyal non elektrik Kabel yang sangat kecil

2. Faktor kebutuhan, yaitu : Adanya demand pada suatu daerah baru,

baik berupa area bisnis / industri maupun perumahan.

Jasa-jasa baru yang memerlukan bit rate yang tinggi.

3.2. Desain Jaringan AksesProses perencanaan JARLOKAF secara

umum adalah sebagai berikut:

1.Survey

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan area, mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya, meliputi lokasi area yang akan dibangun jaringan aksesnya, penentuan rute-rute yang akan digunakan serta penentuan lokasi infrastruktur jaringan akses yang akan dibangun.

2. Peramalan Demand

Survey

Peramalan Demand

Desain Jaringan

Analisis Perencanaan JARLOKAF

Mulai

Selesai

Page 4: Jurnal Jarlokaf Oke

Proses ini juga memperkirakan kemungkinan pertumbuhan permintaan dimasa mendatang atau yang disebut peramalan kebutuhan (demand forecasting).

3. Desain Jaringan DLCPada tahap ini ditentukan pemilihan DLC yang akan digunakan meliputi kapasitas DLC dan juga pemilihan arsitektur yang akan digunakan, serta perhitungan perangkat DLC yang digunakan.

4. Analisis Perencanaan Tahap perhitungan kelayakan dari penggunaan serat optik untuk jaringan akses (power link budget, rise time budget).

5. PenyajianMenampilkan hasil dari proses perencanaan.

3.3. Pemilihan Kapasitas RT-DLCPemilihan jenis Remote Terminal (RT)

DLC dilakukan berdasarkan bit rate RT DLC tersebut dan kapasitas slot yang tersedia. Kapasitas bit rate dan jumlah slot yang disediakan ditabelkan sebagai berikut:

Tabel : Tipe DLC Berdasarkan Kapasitas[1]

Sedangkan bit rate untuk setiap jenis layanan disetarakan dengan n x 64 kbps dan kapasitas tiap card ditabelkan sebagai berikut:

Tabel : Nilai Ekuivalent 64 kbps[1]

3.4. Perhitungan Jumlah PerangkatUntuk menentukan jenis dan jumlah

perangkat DLC ditentukan dari penempatan

card-card service pada perangkat DLC. Setiap pengisian card pada slot DLC harus diperiksa jumlah slot yang masih tersedia dan sisa bit rate yang masih ada, agar card yang ditempatkan tidak melebihi kapasitas perangkat. Perhitungan ini harus sesuai dengan jenis RT-DLC, kapasitas bit rate dan jumlah slotnya.

Gambar : Prosedur Penentuan Perangkat DLC[1]

3.5. Penentuan Jenis Central Terminal(CT)Penentuan jenis Central Terminal

adalah sama dengan jenis Remote Terminal yang digunakan. Apabila sisi pelanggan menggunakan RT-1920, maka di sisi sentral juga menggunakan CT-1920.

3.6.Optimalisasi Penempatan Remote Terminal

Remote Terminal merupakan titik awal pendistribusian kabel optik. Dalam penempatannya dapat dianggap sebagai sentral. Untuk penentuan posisi RT dapat memanfaatkan prosedur titik pusat demand dengan tujuan meminimalkan penggunaan panjang kabel tembaga.

Penentuan posisi perangkat DLC yang optimum dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh demand pada absis x atau ordinat y, kemudian membaginya menjadi dua berdasarkan titik tengah absis atau ordinat-nya. Untuk menentukan letak koordinat dari posisi perangkat digunakan suatu rumus. Untuk menentukan posisi perangkat DLC yang optimum ini harus diketahui demand tiap lokasi. Untuk lebih memahami diberikan contohnya sebagai berikut:

Page 5: Jurnal Jarlokaf Oke

Gambar : Posisi Pusat Demand[1]

Dari contoh pada gambar diatas dapat dicari posisi pusat demand pada koordinat (Xo,Yo) dengan cara memasukkan rumus sebagai berikut:

= +

= 3 + = 3,133

= +

= 2 +

= 2,786

Dari contoh di atas, titik pusat demand-nya adalah (Xo,Yo) = (3,133; 2,786)Dimana:

: Future Demand untuk service area: Penjumlahan demand sebelum blok berharga /2: Penjumlahan demand setelah blok berharga /2

, : Posisi pusat demand

, : Jarak dari absis X atau ordinat Y ke

, : Jarak dari absis X atau ordinat

Y ke

3.7. Perhitungan Link Power Budget (LPB)Jumlah rugi-rugi maksimum dalam suatu

jaringan yang masih diijinkan ditentukan oleh selisih antara daya output transmitter dengan daya terendah yang dapat dideteksi receiver. Selisih tersebut lebih dikenal dengan istilah power budget.

Power Budget = Pt – Pr

Pt : daya output transmitterPr : daya terendah yang dapat dideteksi receiver (sensitivitas receiver)

Rugi-rugi total suatu jaringan kabel serat optik merupakan penjumlahan sequential dari kontribusi loss tiap komponen dalam link optik, sehingga rumusnya menjadi :Pt = Pr + Total Loss + MRugi-rugi total = Total Loss + MRugi-rugi total = AxL + BxNs + CxNc S+ MDimana:L = Panjang kabel serat optikNs = Jumlah sambungan/spliceNc = Jumlah konektorS = Redaman splitterM = MarginA,B,C = konstanta redaman untuk masing-masing komponen

Margin sebesar 6-8 dB biasanya digunakan untuk sistem yang diperkirakan tidak akan memiliki komponen tambahan di kemudian hari.

3.8. Perhitungan Rise Time Budget Perhitungan rise time budget diperlukan

untuk menentukan batasan dispersi suatu link. Sedangkan rumusnya sebagai berikut:trt = ((ttx)2 + (tmaterial)2 + (tmod)2 +(tpg)2 +(trx)2)1/2 tmaterial = Dm L

Dengan : = lebar spektral (nm)Dm= parameter dispersi material(ns/ (nm.km) )L= panjang link maksimum (km) ttx = rise time untuk transmittertrx = rise time untuk receivertrt = rise time sistemtmaterial = rise time karena dispersi materialtmod = rise time karena dispersi modaltpg=rise time karena dispersi pandu gelombang

IV Aalisis Perencanaan JARLOKAF4.1. Analisis Perencanaan4.1.1. Umum

Strategi implementasi JARLOKAF merupakan perencanaan optikalisasi jaringan lokal untuk menerapkan teknologi jaringan lokal akses fiber yang ada secara optimal baik dari segi teknis maupun ekonomis.

Penggelaran JARLOKAF pada daerah Banjarsari dan Teguhan bertujuan utama adalah memberikan pelayanan bagi kebutuhan jaringan telekomunikasi di masa sekarang atau masa mendatang untuk melayani jenis-jenis pelayanan yang semakin meningkat.

Page 6: Jurnal Jarlokaf Oke

Kebutuhan jaringan akses ditentukan berdasarkan pada demand kebutuhan telepon sampai tahun 2021. Ketersediaan jaringan saat ini adalah jumlah jaringan primer eksisting (terpasang) yang statusnya kosong baik, sedangkan kekurangan jaringan primer ditentukan berdasarkan demand POTS dan non POTS sampai tahun 2022, dikurangi ketersediaan jaringan eksisting.

4.2. Pemilihan Jenis TeknologiSesuai pembahasan sebelumnya, faktor-

faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan teknologi JARLOKAF yang cocok pada suatu daerah antara lain klasifikasi pelanggan, letak geografis, kebutuhan satuan sambungan, kebutuhan jenis service dan kemampuan teknologi.

Untuk wilayah Banjarsari dan Teguhan klasifikasi pelanggan kebanyakan terdiri atas pelanggan perumahan. Menurut letak geografisnya, distribusi pelanggan di STO Madiun untuk wilayah Banjarsari dan Teguhan adalah terkonsentrasi.

Sedangkan kebutuhan satuan sambungan akan mempengaruhi pemilihan kapasitas perangkat yang digunakan. Kebutuhan jenis service dan kemampuan teknologi akan mempengaruhi pemilihan jenis teknologi dan jenis service yang dapat disediakan.

Dengan melihat faktor-faktor tersebut, maka digunakan teknologi DLC untuk mencatu pelanggan yang terkonsentrasi yakni dengan menggunakan konfigurasi point to point dengan modus aplikasi FTTZ (Fiber To The Zone), yakni perangkat Remote DLC identik dengan RK pada jaringan kabel tembaga.

Beberapa pertimbangan penggantian media radio menjadi fiber optik adalah: Berbagai macam gangguan (hujan, angin)

yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada pelanggan.

Adanya interferensi dengan pengguna frekuensi yang lain.

Adanya noise , echo yang bisa menurunkan kualitas transmisi.

Harus disediakan catuan khusus untuk pesawat terminal radio pelanggan.

Adanya permintaan layanan (demand) yang memerlukan bit rate tinggi serta kemungkinan prediksi ke depan adanya permintaan service sampai 2 Mbps.untuk beberapa layanan seperti ISDN-BRA.

Tabel Layanan di daerah Banjarsari dan Teguhan sampai Tahun 2021.

Untuk peramalan demand non POTS digunakan formula pendekatan sebagai berikut:

Tabel Formula peramalan demand non POTS[9]

Untuk mendapatkan demand non POTS digunakan formula yang terdapat pada tabel 4.2. Dari tabel tersebut dapat diperoleh demand non POTS untuk masing-masing servis. Misalnya kita ingin menghitung besarnya demand Public Phone/Pay Phone, sesuai dengan tabel bahwa demand untuk Public Phone/Pay Phone sebesar 3 % dari POTS. Misalnya jumlah demand POTS untuk daerah Teguhan sebesar 1282 sst. Maka demand untuk Public Phone/Pay Phone 0,03 * 1282 = 38.46. Dari hasil tersebut kita bulatkan ke atas menjadi 39 sst. Jadi kita peroleh besarnya demand untuk layanan Public Phone/Pay Phone sebanyak 39 sst.

4.3 Analisis Penyediaan Perangkat JARLOKAF

Contoh perhitungan perangkat untuk lokasi Teguhan sebagai berikut: 1. Teguhan

Total bit rate adalah 85.312 Kbps, untuk itu membutuhkan 43 x 2 Mbps (43 E1). Berdasarkan tabel 3.3 dan 3.4 serta persamaan matematis (3-1) pada bab III, maka dapat diperoleh kebutuhan card untuk masing-masing lokasi, yaitu: card POTS = Jumlah layanan POTS/4 = 1.282/4 = 321, card Payphone = Jumlah layanan Payphone/4 = 39/4 = 10, card Analog Leased Line = Jumlah layanan Analog Leased Line/4 = 4/4 = 1,

Page 7: Jurnal Jarlokaf Oke

card ISDN-BRA = Jumlah layanan ISDN-BRA/2 = 4/2 = 2, card 64Kbps = Jumlah layanan 64Kbps/4 = 4/4 = 1. Total card = 335. Sehingga dibutuhkan perangkat yang memenuhi 335 card yaitu DLC-1920 yang memiliki 480 slot.

Tabel : Kebutuhan Card

Untuk perhitungan perangkat di sisi sentral, sama seperti jumlah total yang ada di sisi pelanggan.

4.4 Analisis Rencana Kabel Fiber Optik pada Sistem JARLOKAFBeberapa hal yang berkaitan dengan

rencana kabel optik pada sistem JARLOKAF:a. Fiber optik yang digunakan adalah fiber

optik jenis singlemode dengan panjang gelombang 1310 nm yang digunakan untuk jasa telepon dan layanan pita sempit.

b. Jumlah urat kabel optik dengan sistem DLC antara CT–RT sesuai dengan spesifikasi PT TELKOM terdiri dari kabel dengan jumlah urat sebanyak 4 core dengan perincian 2 core untuk transmit dan receive dan 2 core untuk cadangan.

c. Terdapat dua alternatif yang dapat digunakan dalam rencana jaringan kabel, yaitu dengan rute tunggal dan dengan menggunakan ring kabel. Rute tunggal memiliki keuntungan dalam penggunaan panjang kabel yang lebih sedikit dibandingkan dengan ring kabel, Pada perencanaan JARLOKAF di daerah Banjarsari dan Teguhan ini dipilih konfigurasi rute tunggal dengan memanfaatkan sebagian sarana duct yang telah ada yang menuju ke arah kedua daerah tersebut, hal ini selain untuk menghemat pemakaian kabel optik juga dapat mengefisienkan biaya investasi.

d. Langkah pertama pemasangan kabel optik sebagai jaringan primer, kemudian diikuti dengan pemasangan perangkat, dan yang terakhir pemasangan jaringan sekunder sampai ke pelanggan, namun karena

jaringan kabel sekunder sudah ada maka kegiatan tersebut tidak dilaksanakan karena menggunakan jaringan kabel sekunder terpasang.

4.5. Analisis Saluran Optik Sistem DLC Perhitungan rugi-rugi setiap lintasan ke

arah Remote DLC Unit untuk menentukan kelayakan penggelaran jaringan menurut standar baku rugi-rugi yang ditetapkan oleh PT. TELKOM.

Sebagai contoh kita ambil link STO Madiun dengan CRF (Teguhan) sebagai berikut:L (panjang) = 5700 mNs (splice) = 11 buah (1 rol kabel = 500 m)Nc (konektor)= 4 buahS (splitter) = tidak adaM (margin) = 6 dB

Rugi-rugi total= A.L + B.Ns + C.Nc + S + M= (0,45 x 5,7) + (0,35 x 11) + (0,7 x 4) + 0 + 6= 2,565 + 3,85 + 2,8 + 0 + 6

Rugi-rugi total = 15,215 dB

Dimana untuk perhitungan power budget, digunakan persamaan:Power Budget = Pt – Pr

= -8 dBm – (-38 dBm) = 30 dB

Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa nilai power budget adalah sebesar 30 dB. Dari perhitungan di atas terlihat bahwa rugi-rugi total masih di bawah nilai power budget (15,215 dB < 30 dB), sehingga masih memenuhi syarat untuk dilakukan penggelaran jaringan optik. Berarti jarak jangkauan sentral masih dapat diperluas. Kesimpulan yang dapat diambil adalah nilai rugi-rugi akan semakin besar bila jarak lintasan kabel optik yang digunakan semakin jauh atau jumlah sambungan yang digunakan semakin banyak. Perhitungan rugi-rugi untuk kedua daerah perencanaan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel Perhitungan Rugi-rugi Lintasan

4.6. Analisis Rise Time BudgetAnalisis rise time budget diperlukan

untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya degradasi sinyal sepanjang link transmisi yang

Page 8: Jurnal Jarlokaf Oke

disebabkan oleh komponen-komponen yang dipakai. Berdasarkan spesifikasi perangkat pada JARLOKAF, untuk fiber optik jenis singlemode, tmod = 0 dan tpg = 0 (diabaikan).

Contoh Analisis rise time budget daerah Teguhan Rise time untuk Laser Diode (LD) GaAs = ttx = 0.25 nsRise time untuk serat SMSI dengan panjang gelombang 1300 nm diperoleh dari rise time karena dispersi material, yaitu :tmaterial = Dm LDengan : = lebar spektral dari LD = 1,4 nmDm = parameter dispersi material = 0,07 ns / (nm.km)L = panjang link = 5,7 km

Sehingga diperoleh rise time karena dispersi material pada serat SMSI sebesar :tmaterial = (1,4 nm) x (0,07 ns / (nm.km)) x (5,7 km)

= 0,5586 ns

Rise time untuk detektor optik Germanium Avalanche Photodetector (Ge-APD) adalah = trx = 0,1 ns

Sehingga perhitungan rise time total, yaitu :trt = ((ttx)2 + (tmaterial)2 + (trx)2)1/2 = ((0,25.10-9)2 + (0,5586.10-9)2 + (0,1.10-9)2)1/2 = (6,25.10-20 + 31,203396.10-20 + 1.10-20)1/2 = 6,201.10-10 s = 0,6201 ns

Jika data yang dikirimkan dalam bentuk NRZ dengan laju bit untuk perencanaan JARLOKAF sampai tahun 2022 sebesar 85,312 Mbps, diperoleh periode bit sebesar :

tNRZ = 0,7 / BR Dengan :BR = laju bit data total = 85,312 MbpsSehingga akan diperoleh rise time untuk pengiriman data NRZ sebesar :

tNRZ = 0,7 / (85,312.106)= 8,20517 ns

Besarnya degradasi sinyal jika data yang dikirimkan dalam format NRZ adalah rise time total tidak boleh melebihi 70 % dari maksimum rise time dari bit rate sinyal NRZ. Dari hasil perhitungan rise time total sebesar 0,6201 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 8,20517 ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem memenuhi rise time budget.

Jika data yang dikirimkan dalam bentuk RZ dengan laju bit untuk perencanaan

JARLOKAF sebesar 85,312 Mbps maka diperoleh periode bit sebesar :

tRZ = 0,35 / BR Dengan :BR = laju bit data total = 85,312 MbpsSehingga akan diperoleh rise time untuk pengiriman data RZ sebesar:

tRZ = 0,35 / (85,312.106)= 4,102588 ns

Besarnya degradasi sinyal jika data yang dikirimkan dalam format RZ adalah rise time total tidak boleh melebihi 35 % dari maksimum rise time dari bit rate sinyal RZ. Dari hasil perhitungan rise time total sebesar 0,6201 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal RZ sebesar 4,102588 ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem memenuhi rise time budget.

4.6 Menentukan Posisi RT OptimumUntuk menentukan posisi RT optimum

diberikan simulasi, menggunakan Map Info, menggunakan peta yang terdiri dari beberapa layer sampai layer bangunan yang dilengkapi dengan jumlah dan jenis servis (layanan). sebagai berikut:

Cara menentukan posisi RT yang optimum, sampel data ditinjau dari boundary (batas wilayah) yang lebih luas yaitu dalam satu grid. a. Kita memilih option “Penentuan Posisi RT” pada menu Optimasi Jaringan.

b. Kita menginput grid mana yang akan dicari posisi optimumnya.

Page 9: Jurnal Jarlokaf Oke

c. Misalnya kita memilih Grid K4 maka setelah kita sorot, di layar belakang akan ditampilkan posisi grid yang kita tuju.

d. Setelah kita meng-click option next pada gambar di atas maka akan muncul gambar berikut sebagai output dari proses penentuan posisi optimum perangkat DLT (RT). Dimana posisi optimum itu ditampilkan dalam bentuk titik koordinat dan diplot di map area dalam bentuk gambar bintang. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

V. Penutup5.1. Kesimpulan

Dari hasil perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber pada STO Madiun di Banjarsari

dan Teguhan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk daerah Banjarsari dan Teguhan dengan memperhitungkan letak obyek pelanggan yang terkonsentrasi, penggunaan teknologi JARLOKAF DLC-FTTZ dapat menyediakan berbagai layanan telekomunikasi dengan menggunakan konfigurasi rute tunggal, dimana pelanggan dapat dicatu dengan menggunakan kabel fiber duct dengan menggunakan empat core serat optik, dimana 2 core untuk transmit dan receive sedangkan 2 core lagi untuk cadangan (back-up).2. Dari hasil perhitungan jumlah laju bit untuk perencanaan JARLOKAF sampai tahun 2021 untuk daerah Banjarsari sebesar 62,592 Mbps sedangkan untuk daerah Teguhan sebesar 84,736 Mbps, maka untuk kedua daerah tersebut menggunakan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) dengan level STM-1 yang memiliki laju bit total untuk multiplexing sebesar 155,520 Mbps. Sisa laju bit dari STM-1 dapat digunakan untuk mengantisipasi layanan yang akan datang atau demand yang bisa muncul setiap saat. 3. Dari hasil perhitungan link power budget, diketahui rugi-rugi jaringan primer masih dibawah standar rugi-rugi yang ditetapkan, untuk daerah Banjarsari sebesar 15,81125 dB, sedangkan untuk daerah Teguhan sebesar 15,215 dB. Rugi-rugi untuk kedua daerah masih di bawah standar, dimana rugi-rugi yang diijinkan maksimum 30 dB. Hal ini membuktikan bahwa teknologi DLC-FTTZ dapat diterapkan secara teknis. 4. Dari hasil perhitungan rise time budget, pada daerah Teguhan, untuk format NRZ, hasil perhitungan rise time total sebesar 0,6201 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 8,20517 ns. Untuk format RZ, hasil perhitungan rise time total sebesar 0,6201 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal RZ sebesar 4,102588 ns. Pada daerah Banjarsari, untuk format NRZ, hasil perhitungan rise time total sebesar 0,7393 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 11,08156 ns. Untuk format RZ, hasil perhitungan rise time total sebesar 0,7393 ns masih dibawah maksimum rise time dari bit rate sinyal RZ sebesar 5,54078 ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem memenuhi rise time budget baik untuk format RZ maupun NRZ. Dari kedua format tersebut, untuk kedua daerah dipilih format RZ karena RZ merupakan perbaikan dari NRZ.

Page 10: Jurnal Jarlokaf Oke

Daftar Pustaka[1] Akrom Dharmiko,”Tugas Akhir:

Perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber dengan Sistem Digital Loop Carrier di STO Cibitung Bekasi ”, Bandung, 2002.

[2] DivRisTI, ”Teknologi JARLOKAT”, Lab Jarlokat-Prandalpem, Surabaya, 2-4 Mei 2001.

[3] DivRisTI,” Teknologi JARLOKAF ”, Lab Jarlokaf-Prandalpem, Surabaya, 2-4 Mei 2001.

[4] DIVLAT, “Materi Pelatihan Network Planning“, PT Telekomunikasi Indonesia.

[5] John Powers, “An Introduction to Fiber Optic Systems Second Edition“, Monterey, California, 1997.

[6] Kandatel Madiun, “Masterplan Jaringan “, PT Telekomunikasi Indonesia.

[7] Mohammad Alif, ST, “Final Assignment: Fiber Optic Access Network Planning In Jatinegara Baru Estate Area“, Final Assignment, Electrical Engineering School of Telecommunication Technology , Bandung, 2001.

[8] Pelatihan Perencanaan Jaringan, ”Peramalan Demand”,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perusahaan Umum Telekomunikasi, Bandung, 1997

[9] Pri Supriyanto, ST, “ Tugas Akhir: Perencanaan JARLOKAF Menggunakan Teknologi Digital Loop Carrier (DLC) Pada Modus Aplikasi FTTZ “, Bandung, 2000.

[10] Rina Pudji Astuti, Ir. MT, ”Perencanaan Radio Teresterial”, Handout Kuliah, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung, 2001.

[11]Rustam E. Siregar, Dr., “Dasar-dasar Komunikasi Serat Optik“, Diktat Kuliah, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung, 1998.