JATI_BELANDA
-
Upload
fiqua-nurul-rafiqua-sims -
Category
Documents
-
view
106 -
download
1
Transcript of JATI_BELANDA
FORMAT KHUSUS UNTUK SEDIAAN HERBAL
I. TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF
1.1 DeskripsiUmum
GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.
Botani
Klasifikasi
Divisi
Sub divisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis
Namaumum/dagang
Namadaerah
Sumatera
Jawa
Deskripsi
Habitus
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledonae
Malvales
Stercuiiaceae
Guazuma
GuazumaulmifoliaLamk.
Jatibelanda
Jatibelanda (Melayu)
Jatilondo (Jawa Tengah)
Pohon, tinggi± 10 m.
Batang
Daun
Bunga
Buah
Biji
Akar
Keras, bulat, permukaankasar, banyakalur,
berkayu,
bercabang, hij'aukepulih-putihan.
Tunggal, bulattelur, permukaankasar, tepibergerigi,
ujungruncing, pangkalberlekuk, pertulangan
menyirip, berseling, panjang 10-16 cm, lebar 3-6
cm, hijau.
Tunggal, bulat, di ketiakdaun, tangkai 1-1,5 cm,
hijaumuda.
Kotak, bulat, keras, permukaanberduri, hitam.
Kecil, keras, diameter _t 2 mm, coklatmuda.
Tunggang, putihkecoklatan.
Kandungan kimia
Daun dan kulit batang Guazuma ulmitolia mengandung alkaloida dan
flavonoida, disamping itu daun nya juga mengandung saponin dan tanin.
(TANAMAN OBAT INDONESIA, Outline 740 Tanaman Obat, Indonesia) atau
di Perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/ebook/taksonomi.pdf
1.2 Skrining fitokimia
Tanin
Sebanyak satu gram ekstrak ditempatkan pada tabung reaksi dan ditambahkan
100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat dibagi
menjadi dua. Pertama, filtrat ditambahkan dengan FeCl3 akan terbentuk warna
hijau, violet, atau hitam (tanin positif). Kedua, filtrat ditambahkan dengan
gelatin 1% terbentuk endapan maka tanin positif (Farnsworth, 1966:264).
Saponin
Sebanyak 1 gram ekstrak masing-masing ditambahkan dengan 100 mL air
panas, didihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat dalam tabung reaksi
dikocok vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit.
Terbentuknya busa selama kurang lebih 10 menit dengan ketinggian 1-10 cm
maka saponin positif. Busa ditambah dengan HCl 2 N beberapa tetes, apabila
busa hilang maka saponin negatif sedangkan jika busa tidak hilang maka
saponin positif (Farnsworth, 1966:258).
1.3 Analisis farmakognosi
Penetapan parameter standar simplisia dan ekstrak
Pengujian parameter standar dilakukan terhadap buah segar dan ekstrak,
terdiri dari parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik
(Depkes RI, 2000:13). Parameter standar non spesifik bertujuan untuk
menetapkan kualitas ekstrak dan simplisia meliputi susut pengeringan, kadar
air, kadar abu total, kadar abu tak larut asam dan bobot jenis. Parameter
standar spesifik meliputi uji organoleptik, kadar sari larut air dan larut etanol
yang bertujuan untuk menetapkan jumlah senyawa yang terlarut dalam air
maupun etanol.
Parameter non spesifik
Penetapan kadar abu total
Dua sampai tiga gram simplisia dan ekstrak ditimbang, dimasukkan ke dalam
krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara selama 15 menit pada suhu 600°C,
kemudian ditarakan dan dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis selama 8
jam pada suhu 600°C, didinginkan lalu ditimbang. Jika dengan cara ini arang
tidak dapat hilang, maka ditambahkan air panas kemudian disaring dengan
kertas saring bebas abu. Sisa dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama.
Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobotnya tetap
kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
di udara, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Depkes RI, 2000:17).
Kadar abu Total = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) x 100%
Uji Organoleptik
Ekstrak dideskripsikan dari sifat organoleptik berupa bentuk, warna, bau, dan
rasa. Uji organoleptik dapat dilakukan terhadap lima orang yang berbeda. Hasil
yang diperoleh merupakan identitas ekstrak yang dihasilkan (Depkes RI,
2000:31).
II. TINJAUAN FARMAKOLOGI
2.1 Khasiat empirik
Khasiat
Daun Guazuma ulmitolia berkhasiat sebagai obat pelangsing tubuh, bijinya
sebagai obat mencret. Sebagai obat pelangsing tubuh dipakai ± 20 gram serbuk
daun Guazuma ulmifolia, diseduh dengan satu gelas air matang panas, setelah
dingin disaring, Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan
sore. (TANAMAN OBAT INDONESIA, Outline 740 Tanaman Obat, Indonesia)
2.2 Uji aktivitas
KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA oleh YAYU SRI RAHAYU. PROGRAM STUDI BIOKIMIA, FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR, 2007
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol menaikan konsentrasi kolesterol hati tikus kelompok normal yaitu sebesar 0.2565 mg/g menjadi 0.9537 mg/g pada kelompok hiperlipidemia. Dalam penelitian ini pemberian ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak (2x:1y:1z) mampu menekan konsentrasi kolesterol hati menjadi 0.7023 mg/g atau 26.4% lebih rendah dari kelompok hiperlipidemia (p=0.023).
EKSTRAK AIR DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulimofolia Lamk)
BERPOTENSI MENURUNKAN LIPID DARAH PADA TIKUS PUTIH STRATWIN
WISTAR oleh Rachmadani. Jurusan Kimia, fakultas Matematika dan Ilmu
pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 2001.
2.3 Dosis dan alasan pemilihannya
± 20 gram serbuk daun Guazuma ulmifolia, diseduh dengan satu gelas air
matang panas, setelah dingin disaring, Hasil saringan diminum sehari dua
kali sama banyak pagi dan sore. (TANAMAN OBAT INDONESIA, Outline 740
Tanaman Obat, Indonesia) ada juga di
Perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/ebook/taksonomi.pdf
2.4 Uji toksisitas akut dan subkronik
Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk) pada Tikus Wistar oleh Astika Widy Utomo , Noor Wijayahadi.
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG, 2008
Nilai LD50 ekstrak alkohol daun jati belanda adalah lebih besar dari 6324,14
mg/kgBB. Juga tidak muncul spektrum efek toksik pada hewan coba selama
pengamatan. Pada uji statistik dengan General Linear Models Repeated
Measures terhadap berat badan tikus sebelum dan sesudah penelitian
didapatkan hasil bermakna antara K dengan P2, P3, P4, juga antara P1
dengan P3.
Kesimpulan : Ekstrak alkohol daun jati belanda adalah bahan yang praktis
tidak toksik dan bermakna menurunkan berat badan pada kelompok yang
mendapat perlakuan dengan dosis sama dengan atau lebih dari dosis yang
lazim dipakai di masyarakat.
2.5 Rute pemberian
2.6 Peringatan dan perhatian
III. PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN
3.1 Struktur molekul dan dasar analisis zat aktif
Struktur tanin terhidrolisis terkondensasi (Dennis et al., 2005)
3.2 Metode analisis yang diusulkan untuk pengujian mutu bahan baku (zat aktif
dan eksipien), IPC, dan obat jadi serta masalah yang mungkin terjadi dalam
metode analisis
3.3 Prosedur analisis bahan baku, pengawasan dalam proses (IPC) dan obat jadi
3.4 Pengujian stabilitas obat
IV. REGULASI DAN PERUNDANGAN-PERUNDANGAN
4.1 Registrasi obat jadi
Obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin
edar, kecuali untuk :
a. obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu
gendong;
b. simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan
layanan pengobatan tradisional;
c. obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk registrasi
dan pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan.
Obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;
b. dibuat dengan menerapkan CPOTB;
c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain
yang diakui;
d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau
secara ilmiah; dan
e. penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan.
PERSYARATAN ADMINISTRASI OT
A. Obat Tradisional Dalam Negeri, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka.
1. Produk tanpa lisensi
a. Izin IOT, UKOT atau UMOT
b. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang baik untuk sediaan yang
didaftarkan
c. Penanggung jawab IOT, UKOT atau UMOT harus seorang apoteker
d. Memberikan Contoh produk OT
e. Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,
catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan
penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan
harus dilengkapi dengan rancangan warna; brosur yang mencantumkan
informasi mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
2. Produk Lisensi :
a. Izin industri di bidang obat tradisional atau industri farmasi dan
dilengkapi dengan bukti yang cukup berupa dokumen mutu dan teknologi
sebagai pemberi lisensi;
b. Izin IOT atau UKOT sebagai penerima lisensi;
c. Sertifikat yang ditandatangani oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang di
negara pengekspor yang menyatakan bahwa produk tersebut telah dibuat
dan diedarkan di negara pengekspor;
d. Sertifikat Cara Pembuatan yang Baik (GMP) penerima lisensi untuk bentuk
sediaan yang didaftarkan;
e. Perjanjian lisensi.
f. Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,
catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan
penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan
harus dilengkapi dengan rancangan warna; brosur yang mencantumkan
informasi mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
3. Produk Kontrak
a. Pemberi kontrak dapat berupa IOT, UKOT atau UMOT yang memiliki izin
b. Penanggung jawab IOT, UKOT atau UMOT harus seorang apoteker
c. Penerima kontrak hanya dapat berupa IOT atau UKOT yang memiliki izin
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan sertifikat CPOTB
untuk sediaan yang dikontrakkan
d. Memberikan Contoh produk OT
e. Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,
catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan
penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan
harus dilengkapi dengan rancangan warna; brosur yang mencantumkan
informasi mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
f. Perjanjian kontrak
sumber : MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL
PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI
NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI, badan pengawas obat dan makanan
2012
4.2 Penandaan sesuai undang-undang
Peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang criteria dan Tata laksana Pendaftaran
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan makanan Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang criteria dan tata Laksana
Registrasi Obat.
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : HK.00.05.3.1950 TENTANG KRITERIA DAN TATA
LAKSANA REGISTRASI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
4.3 Distribusi obat jadi
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, NOMOR HK.00.05.3.02706 TAHUN 2002 TENTANG PROMOSI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
DAPUS
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Cara Pembuatan Simplisia, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening Of Plants. Journal Of
Pharmaceutical Sciences, Vol. 55. No. 3