repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut...

75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya.Untuk itu bahan pangan atau biasa kita sebut dengan makanan perlu di perhatikan jenis dan mutunya agar aman dikonsumsi. Makanan pada umumnya tersusun atas air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat dan mineral. Komponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun fungsinya. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi di bidang pangan, berbagai jenis makanan dapat dibuat lebih awet, lebih menarik, lebih aman, lebih enak serta praktis bagi konsumen (Nur’an, 2013). Sembilan wilayah yang di survei di dunia, Amerika Latin dan Karibia memiliki jumlah kematian tertinggi karena diabetes yang dihubungkan dengan konsumsi minuman ringan. Kawasan Timur Tengah dan Rusia memiliki jumlah kematian terbesar yang disebabkan oleh penyakit 1

Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut...

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya.Untuk

itu bahan pangan atau biasa kita sebut dengan makanan perlu di perhatikan jenis

dan mutunya agar aman dikonsumsi. Makanan pada umumnya tersusun atas air,

protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat dan mineral. Komponen tersebut

berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik,

kimia maupun fungsinya. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi di bidang pangan,

berbagai jenis makanan dapat dibuat lebih awet, lebih menarik, lebih aman, lebih

enak serta praktis bagi konsumen (Nur’an, 2013).

Sembilan wilayah yang di survei di dunia, Amerika Latin dan Karibia

memiliki jumlah kematian tertinggi karena diabetes yang dihubungkan dengan

konsumsi minuman ringan. Kawasan Timur Tengah dan Rusia memiliki jumlah

kematian terbesar yang disebabkan oleh penyakit jantung. Sementara itu, Meksiko

memiliki tingkat kematian terbesar keseluruhan di dunia. Di Meksiko, terjadi 318

kematian per satu juta orang dewasa setiap tahunnya yang dikaitkan dengan

konsumsi minuman yang mengandung zat pemanis buatan ( Nur’an, 2013).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa sekitar 30%

dilaporkan keracunan makanan untuk kawasan Eropa terjadi pada rumah-rumah

pribadi akibat tidak memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Menurut

WHO, di Amerika Serikat saja setiap tahunnya ada 76 juta kasus penyakit bawaan

makanan menyebabkan 325.000 jiwa rawat inap dan 5.000 kematian. Sekitar 70%

1

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

kasus keracunan makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap santap yaitu

makanan yang sudah diolah, terutama oleh usaha katering, rumah makan, kantin,

restoran maupun makanan jajanan (Kemenkes, 2010).

Kasus keracunan pangan yang paling sering dilaporkan dari tahun 2006-

2012 di Indonesia adalah keracuan akibat pangan jajanan dan keracunan akibat

pangan olahan. Pengujian yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel

menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel memenuhi syarat dan 1.665 (12,31 %)

sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan

karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%),

menggunakan benzoate melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%),

menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan

(12,67%), cemaran mikroba (19,10%). (BPOM, 2013).

Indonesia mempunyai angka kejadian yang tinggi untuk infeksi saluran

pencernaan, contoh diare yang disebabkan oleh infeksi Escherichia coli yang

termasuk keluarga Enterobacteriaceae, merupakan penyakit yang morbiditasnya

cukup tinggi di Indonesia, walaupun pada tahun 2010 sudah mengalami sedikit

penurunan yaitu dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menurun menjadi

411 per 1000 penduduk pada tahun 2010 (Kemenkes 2010). Manusia terinfeksi

Enterobacteriaceae secara fecal-oral, biasanya melalui makanan dan minuman

yang kurang terjaga kebersihannya, kurang masak, dan atau individu lainnya

(Widodo, 2013).

2

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Berdasarkan hasil survey BPOM dalam lima tahun terakhir (2006-2010)

menunjukkan bahwa sebanyak 40-44 % jajanan anak sekolah tidak memenuhi

syarat keamanan pangan. Berdasarkan pengambilan sampel anak jajanan sekolah

di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan

Surabaya), ditemukan 72,08 % yang positif mengandung zat berbahaya. Jajanan

di sekolah tersebut mengandung bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk

pangan seperti formalin, boraks, zat pewarna rhodamin B dan methanyl yellow

dimana jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi akut

berupa alergi, batuk, diare, dan keracunan dalam jangka panjang dapat

terakumulasi dan mencetuskan kanker (Mutamazilah dkk, 2012).

Makanan jajanan tertentu yang mengandung bahan tambahan pangan

(BTP) seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil ternyata dapat mempengaruhi

fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku

tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi,

hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka

pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum

seperti pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan buang air besar

(Widodo, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan meliputi

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan khususnya

pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi dan motivasi dari luar. Pengetahuan

gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan

kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan gizi anak

3

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang masih rendah menjadi salah satu faktor pemilihan makanan

jajanan (Ariandani, 2011).

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan, Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Drien Rampak merupakan salah satu MIN yang ada

dikecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Jumlah murid MIN Drien

Rampak saat ini adalah sebanyak 1115 murid dengan jumlah murid perempuan

sebanyak 553 orang dan murid laki-laki sebanyak 562 orang. Di MIN Drien

rampak terdapat 21 pedagang yang terdiri dari 17 pedagang tetap dan 4 pedagang

yang membawa gerobak yang setiap pedagang menjual berbagai macam jajanan

seperti nasi goreng, bakso goreng, bakso bakar, somai , donat, mie gulung, es

kriem, es cendol, es buah, minuman soda, dan snack lainnya. Murid sekolah

selalu ingin mencoba jajanan yang dijual namun tidak pernah memperhatikan

kandungan jajanan yang di konsumsi oleh murid di MIN tersebut.

Hasil wawancara langsung yang penulis dapatkan dari pihak MIN Drien

Rampak dan beberapa murid kelas IV, V dan VI bahwa pernah ada kasus

keracunan pada murid kelas 5, setelah mengkonsumsi jajanan di sekolah, ada

beberapa murid kelas 4 dan kelas 6 yang mengeluh batuk-batuk, mual, muntah

dan bahkan ada yang terkena diare. MIN Drien Rampak sudah melaporkan hal

tersebut ke pihak Dinas Kesehatan untuk bisa melakukan pemantauan terkait

makanan jajanan. Tetapi yang belum ada tindakan penanganan selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis rata-rata murid lebih memilih jajanan di

sekolah dari pada membawa makanan dari rumah dan hal itu disebabkan karena

4

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

sudah terbiasa dengan jajanan disekolah dan malas membawa bekal dari rumah,

selain itu mereka tidak mempermasalahkan sama sekali tempat penjualan nya

terbuka dan lembab serta banyak debu dan berdekatan dengan WC.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan perilaku Mengkonsumsi Makanan jajanan dengan Gangguan

Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat Tahun 2016.”

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu “Kurangnya Tindakan Murid MIN Drien Rampak dalam Memilih

dan Mengkonsumsi Makanan Jajanan yang Baik untuk Kesehatan.’’

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku

mengkonsumsi makanan jajanan dengan gangguan pencernaan pada murid MIN

Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan mengkonsumsi makanan

jajanan dengan gangguan pencernaan pada murid MIN Drien Rampak

Meulaboh Aceh Barat Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap mengkonsumsi makanan jajanan

dengan gangguan pencernaan pada murid MIN Drien Rampak Meulaboh

Aceh Barat Tahun 2016 .

5

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

3. Untuk mengetahui hubungan tindakan mengkonsumsi makanan jajanan

dengan gangguan pencernaan pada murid MIN Drien Rampak Meulaboh

Aceh Barat Tahun 2016 .

1.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Tidak ada hubungan pengetahuan mengkonsumsi makanan jajanan dengan

gangguan pencernaan pada murid MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh

Barat Tahun 2016.

Ha : Tidak ada hubungan sikap mengkonsumsi makanan jajanan dengan gangguan

pencernaan pada murid MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat Tahun

2016.

Ha : Ada hubungan tindakan mengkonsumsi makanan jajanan dengan gangguan

pencernaan pada murid MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat Tahun

2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan

masyarakat khususnya di bidang gizi dan perilaku anak sekolah dalam

memilih jajanann dengan gangguan pencernaan.

2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian sejenis pada masa

yang akan datang dengan substansi yang lebih luas.

6

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman proses belajar berharga khususnya

dalam bidang metode penelitian.

2. Masyarakat Umum

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang faktor yang

berhubungan dengan perilaku jajanan murid sehingga berdampak pada

perubahan perilaku yang mendukung upaya peningkatan kesehatan anak

melalui pemilihan jajanan yang sehat.

3. Pihak Sekolah

Dalam mendidik murid untuk berperilaku jajan yang baik dengan

menyediakan makanan jajanan yang sehat melalui kantin sekolah yang

bersih lagi nyaman.

4. Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi manajemen dan untuk

evaluasi kinerja program pengawasan jajanan sekolah serta dapat dijadikan

bahan perencanaan program.

7

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku2.1.1 Pengertian perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan

tindakan.Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.Respon ini bersifat fasif (tanpa

tindakan) maupun aktif disertai tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Domain Perilaku KesehatanPerilaku manusia sangat kompleks dam mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi prilaku itu kedalam 3 domain (ranah / kawasan),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

tegas.Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan.

Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan

ketiga domain prilaku tersebut, yang tediri dari : ranah kognitif (cognitive

domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor

domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain itu diukur dari :

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik atau tindakan (Practik).

8

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

(Notoatmodjo, 2003).

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan yang

dipelajari/rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat diartikan

penggunaan hukum,rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya suatu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

9

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari

formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penelitian

terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan merupakan domain perilaku dari satu perilaku, sehingga

seorang tanpa pengetahuan tidak akan mempunyai dasar dalam mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang harus didapat pada masalah tersebut,

kurangnya pengetahuan murid tentang makanan jajanan maka semakin banyak

murid yang akan mendapatkan masalah kesehatan terutama kesehatan pada

gangguan pencernaan. (Khairuna, 2012)

2.2.2 Sikap(Attitude)

Menurut Fitriani (2011) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku.

Dari Azwar dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya

10

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan

menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan sosial.

Dari Newcomb dalam Fitriani (2011) salah seorang ahli psikologi sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kepercaayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Fitriani (2011) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (respondingi) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

11

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

4. Bertanggungjawab (responsible) bertanggungjawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko yang paling tinggi.

Sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif,

kepercayaan orang terhadap makanan berkaitan dengan nilai baik atau buruk,

menarik atau tidak menarik. Sedangkan pemilihan makanan berdasarkan sikap

dan kepercayaan dapat menghindari mengkonsumsi makanan yang bahan bakunya

sebagian atau seluruhnya tidak dimasak seperti pada makanan cepat saji atau

makanan instan untuk menghindari dari terjadinya gangguan pencernaan

(Purtiantini, 2010).

2.3.3 Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Menurut Fitriani (2011) Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

1. Persepsi (perseption) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

Murid dapat memilih makanan jajanan yang baik bagi kesehatan.

2. Respon terpimpin (guied response) Murid dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh murid memilih makanan

jajanan dengan kualitas terbaik adalah indikator praktik tingkat dua.

12

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

3. Mekanisme (mecanism) apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

Tindakan merupakan suatu perbuatan yang mana belum diperhatikannya

dalam pengolahan bahan makanan, kandungan zat makanan, serta kebiasaan yang

dilakukan murid dalam memilih makanan dan jajanan yang dikonsumsi sehari-

hari dan ditambah lagi belum bagusnya dalam hal pemilihan jenis minuman yang

harus diperhatikan sebagai penyeimbang dari makanan yang dikonsumsi,

kebiasaan makan yang menyimpang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan

murid, (Ariandani, B 2011).

2.3. Pengertian Murid

Murid sekolah merupakan sa lah satu kelompok yang perlu dibina sejak

dini karena merupakan investasi sumber daya dan tenaga kerja untuk

pembangunan nasional. Pembinaan generasi muda ini dilakukan secara terpadu,

menyeluruh dan mencakup tahap-tahap pertumbuhan balita, anak, remaja dan

pemuda (Muhilal,dkk:1992) yang dikutip oleh safriana(2012).

Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

yang termasuk anak adalah sebelum usia 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan

yang termasuk usia sekolah dasar adalah mereka yang berusia 7-12 tahun (WHO,

2002). Menurut Tarwotjo (1986) yang dikutip oleh Safriana (2012),murid sekolah

13

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

dasar adalah masa anak berumur 6 sampai dengan 12 tahun, dimana mereka

sedang dalam puncak pertumbuhan.

Pada masa-masa inilah anak berada dalam fase pertumbuhan dan

perkembangan, sehingga beranggsur-anggsur menjadi banyak mengetahui tentang

diri dan dunianya. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus

sehingga mudah untuk di bimbing, diarahkan ditanamkan kebiasaan yang baik

(Notoatmodjo,2005). Kebiasaan dalam memilih jajanan termasuk salah satu

kebiasaan baik yang perlu ditanamkan.

2.4 Pengertian Makanan

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan

kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi

yang optimal seperti : vitamin, mineral, lemak dan lainnya. Makanan harus murni

dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus hygiene. Bila

salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan

gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan (Farida, dkk 2004).

Suatu yang terdiri dari sejumlah makan pada yang cair yang di konsumsi

seseorang atau sekelompok penduduk Harper dkk, 1990). Sedangkan menurut

Depkes RI ( 2001) makanan mempuyai pengertian sebagai segala sesuatu yang di

konsumsi melalui mulut untuk kebutuhan tubuh agar tubuh sehat.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat

menlangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan

selain mengadung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang

biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang

mengadung kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya

14

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

atau beradanya bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta

bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk

terhadap kesehatan manusia ( Kemenkes 2013).

2.5. Makanan Jajanan

2.5.1 Pengertian Makanan Jajanan

Iswarawanti (2004) mendefinisikan makanan jajan (street food) yaitu

makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima

di jalanan atau di tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan

atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan yang lebih lanjut. Sedangkan

supriasa (2001) mendefinisikan makanan jajanan yaitu merupakan campuran dai

berbagai hal bahan makanan yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk

olahan.

Menurut Winarno jenis makanan jajanan di bagi atas 4 kelompok yaitu:

1. Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan sebagainya.

2. Snack atau makanan penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan

sebagainya.

3. Golongan minuman seperti cendol, eskrim, es teller, es teh, dan sebagainya.

4. Buah-buahan segar.

2.5.2 Jenis Makanan Jajanan

Makanan jajanan menurut Nuraida (2009) dapat dikelompokkan menjadi:

1. Makanan sepinggan atau makanan utama yaitu kelompok makanan yang

dapat disiapkan dirumah terlebih dahulu atau di siapkan dikantin. Kelompok

makanan ini memiliki kandungan energy yang lebih besar dibandingkan

15

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

makanan jajanan lain nya. Contoh makanan sepinggan seperti gado-gado, nasi

uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.

2. Makanan camilan adalah makanan jajanan yang dikonsumsi diantara dua

waktu makan. Makanan camilan terdiri dari dua jenis yaitu makanan camilan

basah seperti pisang goreng dan makanan camilan kering seperti produk

ekstruksi.

3. Minuman dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu minuman ringan,

minuman campur dan air putih.

4. Buah yang dikonsumsi sebagai makanan jajanan biasanya dalam bentuk utuh

atau yang telah dikupas atau dipotong (dalam Hasibuan,2014).

2.5.3 Manfaat Makanan Jajanan

Menurut Hadi (2004), makanan jajanan memegang peranan sangat penting

dalam memberikan konstribusi tambahan untuk memenuhi kecukupan gizi,

khususnya energy dan protein. Untuk memperoleh energy yang sudah mulai

menurun sejak beberapa jam masuk sekolah, maka semua anak memperolehnya

dari makanan jajanan. Jika makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah

cukup baik mutu gizi dan kebersihannya, anak-anak akan mendapat manfaat

tambahan zat gizi ( dalam Suriyati, 2005).

Bagi anak sekolah dengan adanya makanan jajanan juga sebagai

pengenalan akan beraneka jenis makanan jajanan yang dapat menumbuhkan

kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil. Makanan jajanan yang

mengandung gizi dan bersih akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan,

karena anak mengkonsumsi makanan tersebut ketika mereka sedang lapar, maka

16

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

kadar glukosa dalam darah dapat dipertahankan sepanjang hari dan menimbulkan

semangat baru serta meningkatkan prestasi belajar (Suriyati, 2005).

Menurut khomsan dalam Hasibuan (2014), manfaat makanan jajanan

antara lain:

1. merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik

di sekolah yang tinggi.

2. Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan

penganekaragaman pangan sejak kecil.

3. Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya disekolah.

2.5.4 Dampak Makanan Jajanan

Kebiasaan konsumsi makanan jajanan dilakukan terlalu sering juga tidak

baik, hal itu karena:

1. kue yang dibeli untuk jajan biasanya terbuat dari tepung dan gula. Jadi,

semata-mata kandungan utamanya adalah hidrat arang. Dengan demikian,

dari konsumsi makanan jajanan ini semata-mata hanya mendapatkan

tambahan kalori saja, walaupun ada zat-zat makanan lain seperti protein,

namun jumlahnya sedikit.

2. Dengan jajan, sering anak terlalu kenyang, lebih-lebih jika jajan itu

diberikan berulang kali dalam sehari. Akibatnya, anak tidak mau lagi makan

nasi dan jika pun mau jumlah porsi yang dihabiskan hanya sedikit.

3. Kebersihan dari jajanan itu sangat diragukan, lebih-lebih jika makanan

jajanan dibiarkan terbuka (Fitri,2012).

17

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.5.5 Ciri-Ciri Makanan Jajanan yang Sehat

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan

yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman,

bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aman yang

dimaksud di sini mencakup bebas dari cemaran biologis, mikrobiologis, kimia,

logam berat, dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia. Salah satu makanan yang sering dikonsumsi

dalam hal ini yaitu makanan jajanan yang sering dijajakan di sekolah-sekolah

dasar.

1. Ciri-ciri makanan jajanan yang sehat

Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang

diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan yang baru siap dimasak

(masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak

berlendir, tidak berbau, asam, tidak berjamur dan rasanya masih wajar (normal).

Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar dan

tidak keriput, tidak busuk dan lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan

dalam botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tutupnya

masih di segel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung serta tanggal

penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa.

2. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih

Makanan yang sehat selain keadaannya segar juga harus bersih, tidak

dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor lainnya.

Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri:

18

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

a. Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang menempel.

b. Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan

yang tidak berdebu.

Menurut Oktaviana (2010), makanan yang sehat bagi tubuh adalah

makanan yang bersih dan bergizi. Makanan yang bersih artinya makanan yang

bebas dari debu, kotoran dan bibit penyakit.Makanan yang tidak bersih dapat

menyebabkan penyakit.”Pengertian Bahan Tambahan Makanan dalam peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.329/Menkes/Per/XII/76, bahan yang

ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan

mutu dari suatu makanan.

2.5.6 Ciri-ciri makanan jajanan tidak sehat

Ciri-ciri jajanan tidak sehat, antara lain:

1. Air mentah, dan Es mambo berwarna mencolok dan terlalu manis dengan

pemanis buatan dan pewarna pakaian.

2. Permen dengan pemanis buatan dan pewarna pakaian

3.   Bakso dengan bahan pengenyal

4. makanan ringan menggunakan MSG sebagai penambah rasa, zat pewarna

dan pemanis buatan

5. Gorengan memakai minyak goreng bekas dipakai berkali-kali sehingga

minyak sudah berwarna sangat keruh

6. Kue berwarna mencolok dengan pewarna pakaian

7. Minuman berwarna mencolok  tidak higienis, terdapat zat pemanis buatan.

19

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.6. Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Industri pangan di Indonesia terus berkembang pesat, mulai dari skala

kecil, menengah maupun besar.Produk yang dihasilkan umumnya berupa pangan

olahan. Biasanya produk pabrikan mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya

bercita rasa lezat, berpenampilan menarik, tahan lama, serta mudah dalam

pengangkutan dan pendistribusian. Untuk memperoleh hasil seperti yang

dimaksud, di butuhkan berbagai bahan pendukung yang lazim di sebut bahan

tambahan makanan atau zat aditif. Menurut Food Argriculture Organication

(FAO) - World Health Organization (WHO) bahan tambahan makanan adalah

bahan-bahan yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah

tertentu dan berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan

memperpanjang masa simpan (Lisdiana, 2008).

Pengertian Bahan Tambahan Pangan menurut Undang-Undang No.7 tahun

1996 tentang pangan yaitu bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk

mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet,

penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental. Bahan tambahan pangan

tersebut mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja di

tambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi ( termasuk organoleptik)

pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan

penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan

menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau

mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

20

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Menurut Kemenkes RI (2013) yang dikutip oleh Sari (2010) pada dasarnya

persyaratan bahan tambahan pangan yang digunakan sebagai berikut:

1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksitologi

2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan

dalam penggunaannya.

3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu

sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil toksikologi.

4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah

ditetapkan.

5. Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika

maksud penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara

ekonomis dan teknis.

6. Sedapat mungkin penggunaan makanan dibatasi agar makanan tertentu

dengan maksud tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah

mungkin tapi masih berfungsi seperti yang dikehendaki (Viana, 2012).

2.6.1 Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan dibagi menjadi dua:

1. Bahan Tambahan pangan alami

2. Bahan tambahan pangan buatan

Selain itu terdapat pula macam-macam Bahan Tambahan Pangan, seperti:

1. Antioksidan, seperti butil hidroksi anitol(BHA)butil hidroksi toluene(BHT),

tokoferol( vitamin E),

2. Pengikat logam,

21

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

3. Pemutih, seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium

hipoklorit,

4. Pengatur keasaman, seperti aluminium ammonium sulfat, kalium sulfat,

natrium sulfat, asam laktat,

5. Anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat,

magnesium oksida.

2.6.2. Tujuan Penggunaan Bahan Makanan

Bahan tambahan makanan digunakan untuk mendapatkan pengaruh

tertentu, misalnya untuk memperbaiki tekstur, rasa, penampilan, dan

memperpanjang daya simpan.

Menurut Cahyadi (2008) tujuan penggunaan bahan tambahan makanan

adalah:

1. Meningkatkan atau mempertahankan daya simpan

2. Membentuk makanan menjadi lebih baik dan menarik

3. Meningkatkan kualitas makanan.

Pemanis buatan adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan

dan minuman untuk memberi rasa manis. Alasan seorang produsen menggunakan

pemanis buatan tentu saja berkaitan dengan upaya mereduksi ongkos produksi.

Dengan sedikit pemanis saja sudah bisa menggantikan kosentrasi gula dengan

tingkat kemanisan hingga tiga ratus kali. Keuntungan yang diperoleh akan

berlipat-lipat. Kita bisa saksikan produk jajanan anak-anak yang beraneka ragam

dipasaran bisa didapatkan dengan harga yang relatif murah.Namun akibat

ditimbulkan oleh produk-produk tersebut amatlah fatal (Cahyadi, 2006).

22

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.7. Dampak Jajanan Tidak Sehat

Berbagai dampak dari mengonsumsi jajanan/makanan yang tidak sehat

diantaranya sebagai berikut:

1. Pemanis buatan: sacharin menyebabkan kanker kandung kemih.

2. Pewarna tekstil: Rhodamine B menyebabkan pertumbuhan lambat,

gelisah.

3. Bahan pengenyal (boraks): menyebabkan demam, kerusakan ginjal, diare,

mual, muntah, pingsan, kematian.

4. Penambah rasa: Mono Sodium Glutamat (MSG) menyebabkan pusing,

selera makan terganggu, mual, kematian.

5. Bahan pengawet: formalin menyebabkan sakit perut, kejang-kejang,

muntah, kencing darah, tidak bisa kencing, muntah darah, hingga

akhirnya menyebabkan kematian.

6. Makanan tidak bergizi menyebabkan gangguan berfikir.

7. Makanan mengandung mikroba, basi atau beracun menyebabkan sakit

perut, diare.

2.8. Gangguan Pencernaan

Menurut Dr H Ari Fahrial. Gangguan pencernaan disebut dispepsia yaitu

kondisi ketidak nyamanan pada bagian perut. Meskipun gangguan pencernaan

termasuk umum dialami oleh anak atau orang dewasa akan tetapi gejala harus

tetap diwaspadai. Anak yang mengalami gangguan pencernaan akan menghambat

tumbuh kembang anak. Kondisi ini dikarenakan pencernaan berfungsi sebagai

pembentukan daya tahan tubuh, proses penyerapan nutrisi dan mengganggu

23

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

kecerdasan anak apabila terjadi ketidak seimbangan gizi karena terhambatnya

penyerapan nutrisi pada proses pencernaan ( Kemenkes 2010).

Gangguan pencernaan pada anak di sebabkan karena sistem pencernaan

yang belum sempurna atau konsumsi makanan dan minuman yang memicu

terjadinya ganguan pencernaan. Oleh sebab itulah anak-anak membutuhkan waktu

penyesuain untuk dapat beradaptasi dengan makanan yang di konsumsinya.

Gangguan pencernaan tidak dapat dianggap sepele di karenakan akan berlangsung

terus menerus dan memerlukan perawatan medis untuk menghindari gangguan

kesehatan lainnya (Kemenkes, 2010).

Dispepsia atau gangguan pencernaan adalah istilah yang di gunakan untuk

menggambarkan sebuah gangguan yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau

rasa tidak nyaman pada usus bagian atas (lambung, kerongkongan atau usus dua

belas jari). Ada beberapa penyebab terjadinya dispesia atau gangguan pencernaan,

namun pada dasarnya dispesia terjadi karena adanya iritasi pada lambung atau

usus lainnya akibat asam yang dihasilkan oleh lambung. Makanan yang kita

konsumsi akan masuk melewati kerongkongan (esophagus) menuju ke lambung.

Lambung membuat asam yang berfungsi membantu untuk mencerna makanan .

Makanan tersebut secara perlahan akan masuk pada bagian awal dari usus kecil

(duodenum), dalam duodenum makanan bercampur dengan bahan kimia yang

disebut enzim. Enzim berasal dari pankreas dan dari sel-sel yang melapisi usus.

Enzim memecah ( mencerna ) makanan, makanan yang sudah dicerna kemudian

diserap ke dalam tubuh (Kemenkes, 2010).

24

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.9 Keracunan Makanan

Keracunan makanan adalah kondisi yang menyebabkan seseorang

mengalami mual, nyeri perut, muntah, kehilangan nafsu makan, diare, demam,

lemas, dan nyeri otot akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi,

misalnya oleh virus norovirus atau bakteri E. coli dan salmonella. Penyebab

makanan bisa terkontaminasi di antaranya karena tidak dimasak dengan baik,

melewati batas kedaluwarsa, tersentuh tangan yang kotor atau tangan seseorang

yang membawa virus dan/atau bakteri, terlalu lama disimpan dalam suhu yang

hangat dan tidak dibekukan dengan suhu di bawah 5 derajat celcius. Selain itu,

makanan yang dimasak kembali secara tidak sempurna atau makanan yang

terkontaminasi makanan basi (karena disimpan bersamaan) juga bisa

menyebabkan keracunan makanan (Kemenkes, 2010).

25

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.10. Kerangka Teori

Berdasarkan teori domain perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo

(2007), maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

26

Sikap TindakanPengetahuan

Gangguan PencernaanPada murid MIN

Perilaku

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2.11. Kerangka Konsep

Berdasarkan Kerangka teoritis maka kerangka konsep dapat digambarkan

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

27

Pengetahuan

Gangguan Pencernaan pada Murid MIN

Sikap

Tindakan

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana

variabel bebas (Pengetahuan, sikap, tindakan) dan variabel terikat (Gangguan

pencernaan pada Murid MIN) yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan

diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

dari keduanya, (Notoatmodjo,2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Drien Rampak

Meulaboh Aceh Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai

10 Agustus tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah murid Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Drien Rampak kelas IV, V dan kelas VI yang berjumlah 596 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili populasi. Untuk mendapatkan besarnya sampel pada

penelitian ini dengan cara menggunakanan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

28

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

n= N1+N (d )2

n=5961+596 (0,1)2

n=5961+596 (0 ,01)

n=5961+5 ,96

n=5966 ,96

=85 , 63

n=86 Murid

Keterangan:N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan = 10 % = 0,1

Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 86 Murid dari 596

populasi berdasarkan data murid yang diperoleh di MIN Drien Rampak Meulaboh

Aceh Barat Tahun 2016.

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah Cluster Random

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada

kelompok bukan individu. Penelitian ini dilakukan dengan pembagian kuesioner

kepada responden, sebelum membagikan kuesioner, peneliti memberikan

penjelasan-penjelasan mengenai tujuan penelitian. Selanjutnya responden

dipersilahkan untuk mengisi kuesioner. Menggunakan kuesioner yang bertujuan

untuk mengumpulkan data tentang hubungan perilaku mengkonsumsi makanan

29

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

jajanan dengan gangguan pencernaan pada murid MIN drien rampak Meulaboh

Aceh Barat tahun 2016.

Untuk menentukan jumlah sampel yang berdasarkan tahun angkatan

maka menggunakan notasi sigma dibawah ini :

∑ Murid kelas IV ,V ,VI

∑ Totalmurid yangakanditelitiX∑ sampel

Berikut ini daftar distribusi jumlah sampel murid MIN Drien Rampak

dari kelas IV sampai kelas VI.

30

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Tabel 3.1 Jumlah murid Angkatan beserta jumlah sampel

No Murid ∑murid Kelas IV,V,VI ∑ sampel

1.

Kelas IV

IVa = 40 orang

IVb=40 orang

IVc=40 orang

IVd=40 orang

IVe=40 orang

200

IVa= 6 sampel

IVb= 6 sampel

IVc= 6 sampel

IVd= 6 sampel

IVe= 5 sampel

200596

x 86=28 , 85=29

2.

Kelas V

Va=40 orang

Vb=40 orang

Vc=40 orang

Vd=40 orang

Ve=39 orang

199

IVa= 6 sampel

IVb= 6 sampel

IVc= 6 sampel

IVd= 6 sampel

IVe= 5 sampel

199596

x 86=28 ,71=29

31

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

3.

Kelas VI

VI=40 orang

VI=40 orang

VI=40 orang

VI=40 0rang

VI=37 orang

197

IVa= 6 sampel

IVb= 6 sampel

IVc= 6 sampel

IVd= 5 sampel

IVe= 5 sampel

197596

x 86=28 , 42=28

Jumlah 596 86

Berdasarkan tabel di atas maka jumlah murid setiap angkatan berjumlah 5

kelas maka jumlah masing-masing sampel di bagi 5 kelas maka itulah hasil

sampel setiap kelas.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan survei, wawancara serta

observasi langsung kepada murid MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari MIN Drien Rampak yaitu : Jumlah murid dan

data dari Dinas Kesehatan : Seksi Pengawasan Makanan dan Minuman Meulaboh

Aceh Barat.

32

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

3.5 Definisi OperasionalTabel 3.2 Variabel dan Definisi OperasionalVariabel Bebas (Independen)No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala1. Pengetahuan Segala seuatu Wawancara Kuesioner Baik Ordinal

yang diketahui Kurang oleh muridterkait makanan makanan jajanan yangada di sekolah maupundisekitarnya.

2. Sikap pernyataan Wawancara Kuesioner Positif Ordinalmurid terkait Negatifmakanan jajanan yangada disekolan maupun disekitar sekolah.

3. Tindakan Suatu perbuatan Observasi check List Baik Ordinalyang di lakukan Kurangmurid dalam mengkonsusmsimakanan jajanan dengan gangguan pencernaan

Variabel Terikat (Dependen)No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

33

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Gangguan Kondisi ketidak Wawancara Kuesioner Gangguan Ordinal pencernaan nyamanan pada Tidak Gangguan pada murid bagian perut. MIN. yang menyebabkan

seseorang mengalamimual, nyeri perut, muntah,kehilangan nafsu makan, diare, demam, lemas.

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Pengetahuan

1. Baik : Apabila mendapat skor >5 dari pertanyaan yang diajukan.

2. Kurang : Apabila mendapat skor ≤ 5 dari pertanyaan yang diajukan.

3.6.2 Sikap

1. Positif : Apabila mendapat skor >5 dari pertanyaan yang diajukan.

2. Negatif : Apabila mendapat skor ≤ 5 dari pertanyaan yang diajukan.

3.6.3 Tindakan

1. Baik : Apabila mendapat skor >5 dari pertanyaan yang diajukan.

2. Kurang : Apabila mendapat skor ≤ 5 dari pertanyaan yang diajukan.

3.6.4 Gangguan Pencernaan pada Murid MIN

1. Gangguan : Apabila mendapat skor 0 dari pertanyaan yang diajukan.

34

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

2. Tidak Gangguan : Apabila mendapat skor 1 dari pertanyaan yang diajukan.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau

per variabel.Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel

yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk

menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam

bentuk distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan satu variabel depeden

(Gangguan pencernaan pada murid MIN) dan satu variabel independen

(Pengetahuan, sikap, tindakan). Untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi

square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian di tolak atau dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Gangguan

pencernaan pada murid MIN.

b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Gangguan

pencernaan pada murid MIN.

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

independen dan sebuah variabel dependen. Karena data berbentuk katagorik maka

35

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen

digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika

ada cells yang memiliki harapan kurang dari 5, maka digunakan fisher exact test

(Notoatmodjo. 2010).

Aturan yang berlaku pada Uji Chi-square adalah :

1. Bila 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

2. Bila table 2x2 dan ada nilai E>5, maka uji yang digunakan adalah Uji

Continuty Correction.

3. Bila table lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan

uji Pearson Chi Square.

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.

3.8 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data yang telah di kumpulkan di olah melalui

beberapa tahap ( Hidayat, 2007) sebagai berikut :

1. Editing, yaitu : Penulis memeriksa kembali data-data yang di peroleh baik

dari hasil wawancara maupun laporan yang di dapatkan untuk menilai

tingkat kesesuaian.

2. Coding, yaitu : Pengkodean data untuk mempermudah dalam pengolahan

selanjutnya.

3. Tabulating, yaitu : Data yang telah terkumpul di tabulasikan dalam bentuk

table distribusi frekuensi.

36

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

4. Processing, yaitu : Memindahkan isi kuesioner ke media Komputer.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Drien Rampak Meulaboh adalah salah satu

lembaga pendidikan formal tingkat dasar. Lembaga pendidikan ini letak di jalan

sisingamangaraja. Madrasah ini berdiri tahun 1969 M didirikan di atas tanah

seluas 5.494 m² dan Madrasah ini di Negerikan pada tahun 1978 M. (MIN Drien

Rampak)

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Drien Rampak Meulaboh Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan sekolah tingkat dasar di bawah

naungan Departemen Agama yang beralamatkan di jalan sisingamangaraja lorong

cot Lawang Meulaboh Gampong Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan

37

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Kabupaten Aceh Barat. Adapun lokasi Madrasah ini terletak pada geografis yang

sangat cocok untuk proses belajar mengajar yang terletak di tengah pemukiman

penduduk. Madrasah ini dibangun dengan pertimbangan tata letak bangunan yang

memberikan kenyamanan untuk belajar. Hal ini dapat dilihat dari tata letak ruang

belajar yang agak jauh dari jalan raya sehingga kebisingan dari kendaraan

bermotor dan kendaraan umum yang melintas di jalan raya dapat diminimalisir

dan murid tetap belajar dengan nyaman.

Ruang lingkup peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri

mayoritasnya adalah Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan

Meureubo, Kecamatan Sama Tiga dan Kecamatan Kaway XVI.

4.2 Hasil Penelitian4.2.1. Analisis Univariat

Sebelum dilakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara

variabel maka, terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti :

4.2.1.1 Pengetahuan Murid MIN

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Gangguan Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak 2016

No Pengetahuan Frekuensi %1 Kurang Baik 21 24,42 Baik 65 75,6Total 86 100

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2016)

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang berpengetahuan kurang

baik tentang gangguan pencernaan di MIN Drien Rampak tahun 2016 adalah

38

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

sebanyak 21 responden (24,4%) sedangkan yang memiliki pengetahuan baik

sebanyak 65 responden (75,6%).

4.2.1.2 Sikap Murid MIN

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Gangguan Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak 2016

No Sikap Frekuensi %1 Negatif 32 37,22 Positif 54 62,8Total 86 100

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2016)

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang memiliki sikap yang

negatif tentang gangguan pencernaan di MIN Drien Rampak tahun 2016 adalah

sebanyak 32 responden (37,2%) sedangkan yang memiliki sikap positif sebanyak

54 responden (62,8%).

4.2.1.3 Tindakan Murid MIN

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Gangguan Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak 2016

No Tindakan Frekuensi %1 Kurang Baik 78 90,72 Baik 8 9,3Total 86 100

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2016)

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang memiliki tindakan yang

kurang baik tentang gangguan pencernaan di MIN Drien Rampak tahun 2016

adalah sebanyak 78 responden (90,7%) sedangkan yang memiliki tindakan baik

sebanyak 8 responden (9,8%).

4.2.1.4. Gangguan Pencernaan pada Murid MIN

39

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden tentang Gangguan Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak 2016

No Gangguan Pencernaan Frekuensi %1 Gangguan 60 69,82 Tidak Gangguan 26 30,2Total 86 100

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2016)

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami gangguan

pencernaan di MIN Drien Rampak tahun 2016 adalah sebanyak 60 responden

(69,8%), sedangkan yang tidak mengalami sebanyak 26 responden (30,2%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang

denganc bermakna secara statistik jika di peroleh nilai pvalue <0,05.

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Gangguan Pencernaan pada

Murid MIN

Tabel4.5 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Gangguan Pencernaan pada Murid MIN Drien Rampak 2016

Pengetahuan Gangguan Pencernaan Total Gangguan Tidak gangguan p Value

n % n % n % PRKurang baik 13 61.9 8 38.1 21 100.0 0.529 0.856 Baik 47 72.3 18 27.7 65 100.0 (0.593-1.237) Jumlah 60 69.8 26 30.2 86 100.0Sumber: data primer 2016

Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 21 responden yang

berpengetahuan kurang baik yang gangguan pencernaan sebanyak 13 responden

dan yang tidak gangguan pencernaan sebanyak 8 responden, sedangkan dari 65

40

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

responden yang berpengetahuan baik yang gangguan pencernaan sebanyak 47

responden dan yang tidak gangguan pencernaan sebanyak 18 responden. Dari

hasil uji chi square adalah 0.529 nilai ini lebih besar dari level of significance (α)

sebesar 0.05 hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara

pengetahuan baik dengan gangguan pencernaan di MIN Drien Rampak 2016.

Dari hasil analisis di peroleh juga nilai PR (prevalen rasio) = 0.856 (0.593-

1.237) yang artiya responden yang memiliki pengetahuan baik mempunyai

peluang 0,85 kali untuk mengalami gangguan pencernaan di bandingkan dengan

pengetahuan kurang baik terhadap gangguan pencernaan murid Min drien rampak

2016.

4.2.2.2 Hubungan Sikap dengan Gangguan Pencernaan pada Murid MIN

Tabel 4.6 Hubungan Sikap Responden dengan Gangguan Pencernaan pada Murid Min Drien Rampak 2016

Sikap Gangguan pencernaan murid min Total Gangguan tidak gangguan p Value

n % n % n % PRNegatif 22 68.8 10 31.3 32 100.0 1.000 0.977Positif 38 70.4 16 29.6 54 100.0 (0.731-1.307) Jumlah 60 69.8 26 30.2 86 100.0Sumber: data primer 2016

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 32 responden yang menyatakan

Sikap negatif yang gangguan pencernaan sebanyak 22 responden dan yang tidak

gangguan pencernaan sebanyak 10 responden, sedangkan dari 54 responden yang

menyatakan sikap positif yang gangguan pencernaan sebanyak 38 responden,

yang tidak gangguan pencernaan sebanyak 16 responden . Dari hasil uji chi

square adalah 1.000 nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar

41

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

0.005 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap positif

dengan gangguan pencernaan di MIN Drien Rampak 2016.

Dari hasil analisis di peroleh juga nilai PR (Prevalen Rasio) = 0.977

(0.731-1.307) yang artinya respoden yang sikap positif mempunyai peluang 0,97

untuk mengalami gangguan pencernaan dibandingkan yang bersikap negatif

terhadap gangguan pencernaan murid MIN drien rampak 2016.

4.2.2.3 Hubungan Tindakan dengan Gangguan Pencernaan Murid MINTabel 4. 7 Hubungan Tindakan Responden dengan Gangguan Pencernaan

Murid Min Drien Rampak 2016Tindakan Gangguan pencernaan murid Min Total

Gangguan tidak Gangguan p Valuen % n % n % PR

Kurang Baik 58 74.4 20 25.6 78 100.0 0.006 2.974Baik 2 25.0 6 75.0 8 100.0 (0.889-9.947) Jumlah 60 69.8 26 30.2 86 100.0Sumber: data primer 2016

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 78 responden yang memiliki

tindakan kurang baik yang mengalami gangguan pencernaan sebanyak 58

responden dan yang tidak gangguan pencernaan sebanyak 20 responden,

sedangkan dari 8 responden yang tindakan baik yang mengalami gangguan

pencernaan sebanyak 2 responden, yang tidak gangguan pencernaan sebanyak 6

responden. Dari hasil uji chi square adalah 0.006 nilai ini lebih kecil dari level of

significance (a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

Tindakan dengan Gangguan Pencernaan di MIN Drien Rampak 2016 .

Dari hasil analisis di peroleh juga nilai PR (Prevalen Rasio) = 2.974

(0.889-9.947) yang artinya respoden yang Tindakan kurang baik mempunyai

peluang 2.97 kali untuk beresiko dibandingkan yang tindakan baik.

4.3 Pembahasan

42

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Gangguan Pencernaan Murid MIN

Drien Rampak 2016

Hubungan pengetahuan dengan gangguan murid min dapat dilihat pada

tabel 4.5 yang berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

gangguan pencernaan, dengan nilai p Value sebesar 0.529. Hal ini menunjukkan

bahwa p > α (0,05).

Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa pengetahuan yang baik

bagi murid tentang mengkonsumsi makanan jajanan juga tidak menjamin bahwa

murid tidak mengalami gangguan pencernaan, hal ini didukung karena kurangnya

perhatian orangtua terkait dalam pemilihan makanan jajanan yang sehat,

kebiasaan tidak membawa bekal dari rumah dan sudah terbiasa membeli jajanan

sembarangan dengan kondisi tangan yang kurang bersih. makanan yang

terkontaminasi dengan agen tertentu, binatang sebagai pembawa penyakit dan

makanan yang tidak dimasak secara sempurna

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dari hasil

wawancara langsung dengan mengunakan kuesioner kepada responden,

kebanyakan respoden dapat menjawab pertanyaan dengan benar namun hasil ini

bahwa tingginya pengetahuan murid MIN yang mengalami gangguan pencernaan

tidak terjaminnya murid MIN tidak mengalami gangguan pencernaan, karena hal

ini didukung oleh kurangnya perhatian orang tua terkait pemilihan makanan

jajanan yang sehat, kebiasaan tidak membawa bekal dari rumah dan sudah

terbiasa membeli jajanan sembarangan.

43

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Pengetahuan mengenai jajanan adalah kepandaian memilih jajanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih jajanan yang sehat.

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya dan hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan

adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni:

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (ovent behavior). (Notoatmodjo, 2007).

Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada diatas bahwa pengetahuan

tinggi belum tentu tidak mempengaruhi terjadinya gangguan pencernaan.

Penyebab yang menyebabkan seseorang beresiko menderita gangguan pencernaan

adalah kondisi tangan yang kurang bersih, makanan yang terkontaminasi dengan

agen tertentu, binatang sebagai pembawa penyakit dan makanan yang tidak

dimasak secara sempurna selain itu juga infeksi (virus, bakteri, parasit), keracunan

makanan (Kemenkes, 2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Santy (2012)

dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan mengkonsumsi makanan

jajanan remaja putri di SLTPN 1 Bukit Tinggi dengan nilai P Value 1.000 > 0.05.

Hal ini menunujukkan bahwa tidak adanya hubungan.

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Gangguan Pencernaan Murid MIN Drien

Rampak 2016

44

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

Hubungan sikap responden dengan gangguan pencernaan murid min dapat

dilihat pada tabel 4.6 berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-

square menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap

responden dengan gangguan pencernaan dengan nilai p Value 1.000 . Hal ini

menunjukkan bahwa p > α (0,05).

Berdasarkan analisa peneliti bahwa sikap murid yang positif juga tidak

menjamin bahwa murid tidak mengalami gangguan pencernaan karena kurang nya

kesadaran akan ilmu nya yang tidak di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga kemungkinan besar walaupun memiliki pengetahuan yang baik serta

sikap yang positif jika tidak diaplikasikan juga akan berdampak negatif pada

murid tersebut yaitu dapat mengalami gangguan perncernaan.

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dari hasil

wawancara langsung dengan cara mengunakan kuesioner kepada responden.

kebanyakan respoden dapat menjawab pertanyaan dengan benar namun hasil ini

tidak menjamin bahwa tingginya sikap positif murid MIN tentang hal yang

menyebabkan terjadinya gangguan pencernaan tidak terjaminnya murid min tidak

akan mengalami gangguan pencernaan. Berdasarkan hal tersebut bahwa sikap

seseorang akan mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya. Responden yang

memiliki sikap positif kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang lebih baik

tentang makanan jajanan dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap

negatif. Sikap dapat menggambarkan cerminan perasaan seseorang yang berupa

nilai positif maupun negatif terhadap suatu obyek tertentu, dimana sikap tersebut

berpengaruh terhadap jalan seseorang untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut

45

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

berkaitan dengan pemberian respon seseorang terhadap suatu stimulus yang

datang dari luar. Orang yang bersikap positif akan memberikan respon yang lebih

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang akan didapatkannya (Bondika, 2011).

Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada diatas bahwa sikap yang

positif belum tentu mempengaruhi terjadinya resiko gangguan pencernaan.

Penyebab yang menyebabkan seseorang beresiko menderita gangguan pencernaan

adalah pengalaman pribadi, dimana sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang

yang dianggap penting, kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah

menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan yang memberikan

corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya (Wawan A, Dewi,

2010).

Hal ini sesuai dengan penelitian Marsh dan Mannari yang dikutip oleh

Ulfa, Laila.(2013). Pola Konsumsi Makanan dan Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan gangguan pencernaan pada Siswa di SMP Islam Harapan Ibu dan SMP

Negeri 87 Jakarta Selatan dengan nilai P Value 0.369 > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan.

46

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

4.3.3 Hubungan Tindakan dengan Gangguan Pencernaan Murid MIN Drien

Rampak 2016

Hubungan tindakan responden dengan gangguan pencernaan murid min

dapat dilihat pada tabel 4.7 berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji

Chi-square menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara

tindakan responden dengan gangguan pencernaan dengan nilai p value 0.006.

Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05).

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dari hasil

observasi langsung dengan cara mengunakan kuesioner kepada responden, rata-

rata responden tidak dapat bertindak dengan baik mengenai hubungan tindakan

murid Min terhadap mengkosumsi makanan jajanan yang menyebabkan terjadinya

gangguan pencernaan. Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa semakin

kurang tindakan murid dalam memilih makanan jajanan yang tepat maka semakin

banyak murid MIN yang mengalami gangguan pencernaan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfira. (2008)

Faktor-faktor Tindakan yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Soft Drink

pada Siswa SMP Negeri 1 Ciputat dengan nilai P Value 0.003 < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya hubungan.

47

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data penelitian ini dapat diambil kesimpulan, diantaranya sebagai

berikut:

1. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan gangguan

pencernaan pada murid MIN, dengan nilai P value sebesar 0.529 > α (0,05).

2. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara hubungan sikap dengan

gangguan pencernaan pada murid MIN, dengan nilai P value sebesar 1.000 >

α (0,05).

3. Adanya hubungan yang bermakna antara tindakan dengan gangguan

pencernaan pada murid MIN, dengan nilai P value sebesar 0.006 < α (0,05).

48

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang

dapat peneliti berikan berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari

penelitian ini. Saran-saran tersebut, antara lain

1. Diharapkan kepada Murid sebaiknya membawa bekal dari rumah dan

selalu memperrhatikan jajanan yang sehat dilingkungan sekolah dan

sekitarnya.

2. Diharapkan kepada orangtua untuk bisa menyediakan bekal untuk anak

dan memperkenalkan makanan jajanan yang sehat.

3. Diharapkan kepada Pihak sekolah sebaiknya meminta pihak Dinas

Kesehatan guna melakukan pembinaan mengenai kriteria jenis makanan

jajanan yang sehat kepada para pedagang makanan di sekitar lingkungan

49

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1007/1/BAB I_V.docx  · Web viewKomponen tersebut berperan penting dalam memberikan karakter terhadap makanan baik sifat fisik, kimia maupun

sekolah sehingga tidak membahayakan kesehatan para murid. Serta

membuat fasilitas kantin yang lebih nyaman dan bersih.

4. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan agar bisa turun lapangan guna

untuk melakukan pemantauan mengenai makanan jajanan sehat disetiap

kantin sekolah.

5. Diharapkan kepada mahasiswa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi

tentang variabel-variabel lain yang berhubungan dengan makanan jajanan

sehingga dapat untuk memperluas pengetahuan mahasiswa (i) dalam

penelitian yang serupa.

50