ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi...

60
1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 ISSN: 9.772407.157113 RSON RSON Aset Bangsa PROFIL hal. 7 Imam Nahrawi SAJIAN UTAMA hal. 9 Teknik Rekayasa Jaringan Untuk Peyembuhan Cedera Olahraga TIPS SEHAT hal. 31 Jogging Untuk Sehat Cegah Gigi Berlubang Madu Menyehatkan

Transcript of ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi...

Page 1: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

1

Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015

ISSN: 9.772407.157113

RSON

RSON

Aset

Bangsa

PROFIL hal. 7

Imam Nahrawi

SAJIAN UTAMA hal. 9

Teknik Rekayasa Jaringan

Untuk Peyembuhan

Cedera Olahraga

TIPS SEHAT hal. 31

• Jogging Untuk Sehat

• Cegah Gigi Berlubang

• Madu Menyehatkan

Page 2: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

2

Page 3: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

3

Salam Olahraga...Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan kemampuan kepada kami untuk

dapat menerbitkan Media Informasi Rumah Sakit

Olahraga Nasional (RSON) edisi ke 2. Pada edisi

ini, redaksi menampilkan ulasan mengenai betapa

pentingnya keberadaan RSON sebagai aset bangsa.

Untuk itu, kami menyajikan informasi mengenai apa

saja yang telah dicapai oleh RSON sepanjang tahun

2014. Antara lain, Bapak Menpora Imam Nahrawi,

dalam profilnya mengingatkan, harus ada keinginan politik dan kemauan besar untuk menjadikan RSON

sebagai andalan pemerintah. Sejumlah pejabat

Kemenpora dan atlet juga mengutarakan kesannya

mengenai rumah sakit ini. Lalu ada tulisan mengenai

teknik rekayasa jaringan untuk penyembuhan cedera

olahraga. Teknik ini menjadi salah satu keunggulan

RSON.

Rubrik Tips Sehat tak kalah menariknya untuk

menambah pengetahuan pembaca. Kilas peristiwa

menampilkan kegiatan apa saja yang telah

dilaksanakan di RSON.

Penyajian Media Informasi edisi ke 2 ini masih

jauh dari sempurna. Kami mengharapkan saran

dari pembaca, untuk membenahi kekurangan dan

kesalahan kami.

Terima kasih

RedaksiMenerima Sumbangan Tulisan Dan Foto.

Tulisan Dikirim Ke Alamat Redaksi Melalui Pos atau Email. Tulisan Atau Foto Yang Tidak Dimuat Akan Dikembalikan Jika Disertai Perangko Balasan (Untuk Yang

Dikirimkan Melalui Surat). Redaksi Berhak Mengedit Atau Mengubah Tulisan Jika Dianggap Perlu, Dan Tidak Mengubah

Esensi Isi.

PENASEHAT

H. Imam Nahrawi, S.Ag

DEWAN REDAKSI

Dr. H. Alfitra Salamm, APUDr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd

dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG

drg. Afrida Aryani. MPH

PEMIMPIN REDAKSI

drg. Sri Maryani

WAKIL PEMIMPIN REDAKSI

dr. Dini Wulan Sari

REDAKTUR PELAKSANA

Dra. Ratih Sayidun

STAF REDAKSI

dr. Danarto Hari Adhimukti

Rusda Louissa P, SE

Yuli Setiyorini, AMK

FOTOGRAFER

Muh Aria Bangun, S.iKOM

ARTISTIK

Muh Aria Bangun, S.iKOM

Efika Ambar Utari

EDITOR

Muh Aria Bangun, S.iKOM

SIRKULASI

Nurmadinah, AMK

Srie Soendari, SE

ALAMAT REDAKSI

Jl. Jambore Raya No.1, Cibubur,

Jakarta Timur Telp: (021) 87753997

Fax: (021) 87753977

Email: [email protected]

RSON

Pengantar Redaksi

Page 4: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

4

PENGANTAR REDAKSI

DAFTAR ISI

SURAT PEMBACA

SAMBUTAN MENPORA

PROFIL Imam Nahrawi

SAJIAN UTAMATeknik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olahraga

TOPIK KITAKeberhasilan RSONTahun 2014

KARYA ILMIAHSport Science Dukung Prestasi Olahraga

TIPS SEHAT• Jogging Untuk Sehat• Cegah Gigi Berlubang• Madu Menyehatkan

GALERI FOTO

KILAS PERISTIWA

TESTIMONI

KONSULTASI KESEHATAN

CERPEN

JADWAL PRAKTEK RSON

3

4

5

6

7

9

19

31

33

38

46

50

53

56

58

Daftar Isi

4

Page 5: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

5

Menunggu Edisi BerikutnyaSaya mendapat Media Informasi RSON, ketika saya mengunjungi stand RSON di Hospital Expo. Setelah

saya baca, saya sangat antusias menunggu edisi berikutnya. Karena didalam media informasi tersebut

banyak ilmu yang saya dapat. Khususnya untuk saya sebagai mahasiswa kedokteran. Dan saran saya,

untuk edisi berikutnya agar halamannya ditambah, agar lebih banyak lagi informasi yang disajikan.

Terima Kasih.

Nadya - Depok

Jawab: Terima kasih mba Nadya atas kritik dan sarannya. Insya Allah untuk edisi selanjutnya

kami akan menambah halaman dan memberikan informasi yang lebih banyak.

Informasi Jadwal Praktek DokterSebelumnya saya ucapkan terimakasih atas terbitnya Media Informasi RSON. Saya baru tahu kalau

di Indonesia ada Rumah Sakit Khusus Olahraga. Setelah membaca media informasi ini, saya sangat

bangga ternyata Indonesia mempunyai rumah sakit yang mendukung kesehatan para atletnya. Untuk

itu, saya mohon media informasi ini juga memberikan informasi tentang jadwal praktek dokter dan

pelayanan apa saja yang sudah ada di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).

Terima kasih

Rizky - Tangerang

Jawab: Terima kasih pak Rizky yang telah memberikan apresiasi kepada RSON. Pada edisi 2

kali ini kami telah menampilkan jadwal dokter dan pelayanan yang ada di RSON. Semoga RSON

semakin diterima oleh masyarakat luas. Khususnya para atlet.

Tips Sehat DiperbanyakSaya (35) adalah pasien salah satu dokter spesialis di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Saya

bersyukur pelayanan di rumah sakit ini, memuaskan. Ketika saya sedang menunggu untuk konsultasi

dengan dokter, saya membaca Media Informasi RSON. Saya kagum rumah sakit ini sudah memiliki media

informasi. Saya mendapatkan banyak informasi dengan membaca media informasi ini. Bahasanya

mudah dimengerti oleh orang seperti saya yang bukan dokter.

Saya ingin menyarankan, agar rubrik tips sehat diperbanyak. Rubrik ini sangat bermanfaat untuk

masyarakat awam seperti saya yang bukan dokter ataupun non medis. Semoga di edisi berikutnya,

Media Informasi ini semakin berkualitas. Terima kasih.

Anisa - Cilandak

Jawab:Terima kasih ibu Anisa. Semoga ibu lekas sembuh. Kami bersyukur ibu puas dengan

pelayanan rumah sakit ini. Dan berkesempatan membaca Media Informasi RSON . Demi kepuasan

pembaca, kami berusaha keras untuk menjadikan Media Informasi RSON semakin berkualitas.

Antara lain menyajikan rubrik Tips Sehat .

Surat Pembaca

Page 6: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

6

Salam Olahraga....

Saya beserta seluruh jajaran

Kementerian Pemuda dan Olahraga

menyambut gembira atas terbitnya

Media Informasi RSON edisi ke 2. Melalui

media informasi ini, kalangan olahraga

mendapat informasi mengenai betapa

pentingnya dukungan RSON terhadap

kemajuan prestasi olahraga di Indonesia.

Sepanjang tahun 2014, RSON sudah banyak

mengalami kemajuan. Semakin banyak pula

insan olahraga yang memanfaatkan fasilitas-

fasilitas yang ada di rumah sakit ini. Semoga

dimasa mendatang, RSON semakin mampu

meningkatkan kualitasnya. Sehingga kelak

rumah sakit ini bisa menjadi salah satu aset bangsa yang patut

dibanggakan.

Media Informasi RSON diharapkan dapat menjadi sumber informasi

untuk atlet, insan olahraga dan masyarakat pada umumnya.

Informasinya bisa menjadi acuan untuk pembinaan kesehatan,

dalam rangka meningkatkan prestasi atlet. Kami berharap media

informasi ini kian berkembang sebagai wahana edukasi bagi

kalangan olahraga.

Kami mengucapkan selamat atas terbitnya Media Informasi RSON.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan selamat kepada Direktur

RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS atas segala

dedikasi, prestasi dan kerjasama dalam mengembangkan Rumah

Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) Sentra Pelayanan

Rehabilitasi Cedera Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan

Olahraga. Semoga sukses dan jaya olahraga Indonesia.

Menteri Pemuda dan Olahraga RI

H. Imam Nahrawi, S.Ag

Sambutan Menpora

6

Page 7: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

7

Jangan pernah berhenti

memberikan harapan

dan kegembiraan kepada

orang lain. Inilah salah satu

prinsip hidup Menteri Pemuda

dan Olahraga (Menpora) Imam

Nahrawi. Tak heran bila menteri

yang lulusan IAIN Sunan Ampel

Surabaya tahun 1998 ini, selalu

tersenyum. Karena sebagai

pemimpin, harus menampilkan

raut wajah yang memberikan

harapan, melalui senyumnya.

Meskipun, menteri yang hobi

bermain bulutangkis dan tenis

meja ini belum yakin sudah bisa

melakukan itu. Paling tidak,

setiap hari terus belajar untuk

bisa memberikan kegembiraan,

kebahagiaan dan kesenangan

kepada siapapun. Ayo kita

semua membiasakan diri untuk

tersenyum saat bertemu dengan

orang lain. Secara psikis, sikap

ramah ini, mampu memberikan

harapan, layaknya seorang

sahabat. Maka, cobalah

memberikan harapan dan

kegembiraan kepada orang lain,

melalui wajah kita, yang ramah

dan selalu tersenyum.

Paling obyektif

Kini politisi Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB)

ini mengemban tugas berat

untuk memajukan olahraga

di Indonesia. Salah satunya

adalah pembinaan atlet.

Menpora Imam Nahrawi

mengingatkan, sport science

menjadi alat ukur yang

paling obyektif. Yaitu untuk

menentukan apakah seseorang

itu layak atau tidak untuk

menjadi atlet. Dan cocoknya

menjadi atlet apa. Disinilah

pentingnya peran Rumah Sakit

Olahraga Nasional (RSON).

Kenapa penting? Rumah

sakit khusus untuk kalangan

olahraga ini telah dilengkapi

dengan berbagai peralatan

ke sehatan yang diperlukan

oleh atlet. Sehingga RSON

menjadi rujukan bagi lahirnya

atlet - atlet yang sehat, yang

mampu untuk melatih diri dan

meyakini bahwa dalam dirinya

ada kekuatan untuk berprestasi.

Karenanya, RSON harus terus

dikembangkan. Tujuannya

agar bisa menjadi model dan

pusat pengembangan sport

Jangan Berhenti

Memberi Harapan

Profil

H. Imam Nahrawi, S.Ag

7

Page 8: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

8

science, bagi kelangsungan

prestasi olahraga. Sport science

memungkinkan kita untuk

secara obyektif mendapatkan

atlet - atlet yang mampu

berprestasi.

Menpora mengakui

harus ada keinginan politik

dan kemauan besar untuk

menjadikan RSON sebagai

andalan pemerintah. Beliau

sungguh-sungguh berniat

menjadikan RSON sebagai

rujukan nasional bagi atlet.

Menpora beberapa waktu

lalu juga sudah menandatangani

Peraturan Menteri tentang

Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP). Artinya kantor

Menpora sangat serius

menjadikan RSON sebagai

andalan pemerintah. Selain itu,

rumah sakit ini harus menjadi

Badan Layanan Umum (BLU),

agar bisa berdiri sendiri. Bahkan

menjelang Asean Games 2018

dan Sea Games 2015, Menpora

sudah menginstruksikan kepada

Satlakprima agar setiap atlet

pelatnas harus dirujuk ke

RSON. Selain itu, pihak rumah

sakit juga harus lebih aktif lagi

mempromosikan berbagai

fasilitas kesehatan yang ada,

yang sudah disesuaikan dengan

kebutuhan atlet dan kalangan

olahraga.

Olahraga

Pembinaan olahraga

bukan hanya ditujukan untuk

atlet. Olahraga harus menjadi

kebiasaan hidup masyarakat

luas dari segala usia. Kita

semua bertanggungjawab untuk

memasyarakatkan olahraga dan

mengolahragakan masyarakat.

Menpora menghimbau semua

pihak untuk menjadikan

olahraga sebagai sarana untuk

memersatukan bangsa.

Untuk itu, Senam Kesegaran

Jasmani (SKJ) hendaknya

digalakkan kembali oleh instansi

pemerintah maupun swasta

dan sekolah. Dengan demikian,

harus disediakan waktu untuk

berkumpul di lapangan bersama

pimpinannya, untuk berolahraga

dan bersilaturahmi.

Kebiasaan itu akan

memunculkan nilai

kebersamaan, kesederajatan

dan keseimbangan. Kalau

sudah seperti itu, maka etos

kerja lebih baik, suasana

kerja lebih harmonis dan lebih

semangat untuk berprestasi

dibidang apapun.

Ingin tahu bagaimana

Menpora menjaga kesehatan?

Mudah saja. Pertama, yang

pasti minumnya harus air

putih. Air putih diyakini dapat

mencegah penyakit. Kedua,

berpikir positif. Ketiga, kita

harus menjadikan tubuh

kita sebagai kekuatan yang

mampu untuk menghadapi

keadaan. Keempat, hati harus

tenang agar bisa berpikir baik.

Kemudian jalan cepat menjadi

olahraga Menpora akhir-akhir

ini. Dengan segala aktivitas

yang semakin padat, setelah

menjadi Menpora. Apalagi ketika

harus pergi keluar kota, begitu

turun dari mobil, pasti jalannya

cepat-cepat. Supaya banyak

bergerak. Kapanpun waktu yang

memungkinkan, jalan cepat

selalu dilakukannya.

(Ratih Sayidun)

“...Kita harus menjadikan tubuh kita sebagai kekuatan yang mampu untuk

menghadapi keadaan...”(Imam Nahrawi)

Profil

8

Page 9: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

9

Setiap atlet mempunyai risiko cedera baik

saat berlatih maupun saat bertanding1.

Cedera akan menimbulkan kerusakan

struktur dan gangguan fungsi2. Walaupun

tubuh mempunyai kemampuan regenerasi

untuk memperbaiki jaringan yang rusak namun

beberapa jaringan tubuh tertentu seperti

ligamen, meniskus, tulang rawan, dan saraf,

tidak dapat melakukan regenerasi secara

sempurna sehingga terbentuk jaringan parut

yang menyisakan keluhan dan problema.

Masalahnya, baik terapi dengan obat-obatan

maupun tindakan bedah belum berhasil

mengatasi masalah tersebut. Maka alternatifnya

adalah teknik rekayasa jaringan.

APAKAH REKAYASA JARINGAN?

Rekayasa jaringan adalah cabang ilmu

kedokteran untuk memperbaiki jaringan

atau organ tubuh yang rusak.3-6 Berbagai

jaringan dapat diperbaiki secara aman dengan

terapi ini.7,8 Rekayasa jaringan membutuhkan

tiga komponen yaitu sel, molekul sinyal dan

perancah. Teknik ini dapat dilakukan dengan

menggunakan satu, dua atau bahkan tiga

komponen sekaligus.3,7-12 Sel yang digunakan

adalah sel punca sedangkan molekul sinyalnya

adalah faktor pertumbuhan.13-17 Perancah adalah

lingkungan buatan tempat sel hidup. Perancah

yang sering digunakan dalam terapi klinis

adalah asam hialuronat dan PRP (Plasma Rich

Platelet).18-21 Asam hialuronat dan PRP, secara

tunggal atau bersamaan telah sering digunakan

untuk terapi kerusakan muskuloskeletal seperti

otot, meniskus atau tulang rawan. Selanjutnya

akan lebih dijelaskan mengenai sel punca

dalam sifat, potensi dan manfaatnya.

APAKAH SEL PUNCA ?

Sel punca adalah sel yang belum mempunyai

bentuk dan fungsi tertentu namun mempunyai

kemampuan memperbarui, memperbanyak diri,

dan membentuk sel atau jaringan tubuh. Sel

punca yang ditemukan di sel embrio, disebut

sebagai sel punca embrional, sedangkan yang

berada di jaringan tubuh disebut sebagai sel

punca jaringan. 22-45

TEKNIK REKAYASA JARINGAN UNTUK PENYEMBUHAN CEDERA OLAHRAGA

Basuki Supartono*

* Direktur Utama RSON , Ahli Bedah Ortopedi dan Trauma, Doktor Dalam bidang Sel Punca. (FKUI)

Gb 1: Sel Punca Embrional (Pluripoten) Manusia (dikutip dari kepustakaan 46)

Sajian Utama

9

Page 10: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

10

Sel Punca Embrional

Sel punca embrional dapat diisolasi dari

sel embrio tikus, primata atau manusia.30,31

Sel tersebut diisolasi dari sel blastosit yang

berusia sekitar 5-7 hari. Untuk mendapatkannya

terlebih dahulu lapisan luar sel blastosit dirusak

agar dapat diambil massa sel dalamnya (Inner

Cell Mass = ICM). Selanjutnya sel tersebut

dibiakkan pada kondisi dan waktu tertentu

sehingga menjadi sel punca embrional (Gb.1-

2). Pembuatan dan penggunaan sel punca ini

mempunyai banyak kendala yaitu hal etika,

hukum, risiko teratoma (tumor embryonal), risiko

penolakan dan faktor teknis.22,43,46

Sel Punca Jaringan

Sel punca jaringan diperoleh dengan cara

melakukan isolasi sel mononuklear (MNC)

(Gb.3) untuk selanjutnya diberi perlakuan khusus

agar menjadi sel punca. Isolasi dapat dilakukan

secara manual atau dengan menggunakan

mesin penghasil sel punca (Gb.4-5). Sumber sel

punca ini bisa berasal dari jaringan yang padat

(solid) atau cair (likuid). Jaringan solid misalnya

kulit, lemak, lemak sinovium, otot, dan gigi.

Sedangkan jaringan likuid berupa cairan tubuh

seperti cairan sendi, cairan sumsum tulang,

darah tali pusat, atau darah tepi. 47-52 Ditinjau

dari karakternya, sel punca jaringan dibedakan

menjadi dua jenis yaitu sel punca mesenkim,

dan sel punca hematopoietik (Gb.6-7).

Sel punca jaringan mempunyai sifat khusus

yaitu sifat regeneratif dan sifat plastis. Sifat

regeneratif maksudnya sel punca ini dapat

memperbaiki jaringan yang rusak secara mandiri.

Sifat regeneratif mempunyai karakter konstitutif

dan fakultatif. Konstitutif berarti perbaikan

jaringan dilakukan hanya bila diperlukan dan

fakultatif berarti aktivasi terjadi hanya bila ada

jaringan yang cedera.3

Sifat plastis maksudnya sel punca jaringan

dapat membentuk sel yang berbeda dengan

garis keturunannya.33 Misalnya, sel punca darah

dapat membentuk sel endotel, sel osteoblas

(tulang) dan sel kondrosit (tulang rawan).53-57

Sel Punca Mesenkim

Sel punca mesenkim bersifat multipoten

artinya sel tersebut mempunyai kemampuan

membentuk berbagai jenis sel dewasa dalam

lini yang sama seperti sel tulang rawan, tulang,

lemak dan jaringan penyangga pembuluh darah. 14,19,24,25,30,58

Sel punca mesenkim bentuk selnya sel

fibroblas dan melekat pada lempeng plastik. (Gb.3) Sel punca mesenkim memiliki kriteria a)

melekat pada lempeng plastik kultur, b) positif

terhadap penanda CD 78, CD 95, CD 105, CD

146, c) negatif terhadap penanda CD 11 b, CD

14, CD 19, CD 34, CD 45, CD 84-α, HLA-DR, d) dapat membentuk sel osteoblas, lemak dan

kondroblas secara in vitro (International Society

for Cellular Therapy).22 Sifat plastis sel punca

mesenkim membuatnya dapat membentuk sel

ginjal, jantung, saraf, hepar, dan sel meniskus. 13,24,27,45 Sel punca mesenkim dibuat dengan

membiakkan sel MNC hasil isolasi dari cairan

atau jaringan tubuh dalam medium dan waktu

tertentu. 22,23,47,58,59

Sajian Utama

Gb 3: Sel MNC (Sel Mononuklear) Gb 2: Sel Punca Embrional (Hewan Mencit)

Gb 6: Sel Punca Mesenkim Gb. 7: Sel Punca Hematopoietik

10

Page 11: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

11

Sel Punca Hematopoietik

Sel punca hematopoietik adalah sel progenitor

pembentuk sel darah, bersifat pluripoten dan

totipoten, 60-61 sehingga dapat juga membentuk

sel jantung, hati, pankreas, otot, lemak, tulang

dan tulang rawan.18,37,40,50,54,55

Sel ini didapatkan dengan melakukan seleksi

dari populasi sel MNC.54,60-67

Sel punca hematopoietik diidentifikasi dengan penanda permukaan sel seperti CD 34, atau

CD 133.68-70

Bagaimana Pemanfaatan Teknik Rekayasa Jaringan?

Pemanfaatan perancah

Salah satu perancah yang banyak dan telah

digunakan pada pasien adalah asam hialuronat.

Perancah ini tersedia dalam bentuk cairan.

Perancah untuk sendi mempunyai sifat yang

mirip dengan kualitas cairan sendi manusia

sehingga dapat digunakan untuk mengatasi

defisit cairan sendi dan sekaligus melapisi defek atau luka pada jaringan sendi. Sediaan

ini digunakan untuk mengobati gangguan akibat

kerusakan lapisan di dalam sendi seperti tulang

rawan, meniskus atau ligamen.

Sediaan ini digunakan untuk mengobati

gangguan akibat kerusakan lapisan di dalam

sendi seperti tulang rawan, meniskus atau

ligamen. Sendi yang sering membutuhkan

pengobatan adalah sendi lutut, bahu, panggul,

dan pergelangan kaki.

Pemanfaatan molekul sinyal

Molekul sinyal yang digunakan pada teknik

rekayasa jaringan adalah faktor pertumbuhan.

Faktor pertumbuhan ini bermanfaat untuk

memicu regenerasi jaringan yang cedera atau

mengalami kerusakan. Sediaan aslinya dalam

bentuk bubuk konsentrat namun harganya

sangat mahal berkisar 100 juta rupiah untuk

satu kali pengobatan, lagipula tidak tersedia di

Indonesia. Alternatifnya, kita dapat memperoleh

faktor pertumbuhan tersebut dari darah pasien

sendiri. Pasien diambil darahnya seperti

biasa, kemudian darah tersebut diisolasi di

laboratorium sel punca untuk dipisahkan

lapisan plasmanya. Lapisan plasma yang

banyak mengandung faktor pertumbuhan

tersebut selanjutnya diberikan pada jaringan

tubuh yang mengalami kerusakan atau cedera.

Faktor pertumbuhan ini dapat diberikan secara

tunggal atau diberikan bersama-sama dengan

perancah untuk meningkatkan potensinya.

Pemberian faktor pertumbuhan ini bermanfaat

Sajian Utama

11

Gb 4: Bio Safety Cabinet, ruang kerja pembuatan komponen rekayasa jaringan.

Gb.5: Penulis Bersama Mesin Prodigy; mesin pembuat sel punca, produksi Miltenyi,

di Koln - Jerman.

Page 12: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

12

dalam penyembuhan jaringan muskuloskeletal

yang cedera seperti putusnya tendon akiles

(urat kambing) atau otot sendi bahu. Selain itu

juga bermanfaat untuk gangguan sendi seperti

cedera sendi lutut yang mengalami kerusakan

lapisan tulang rawan, meniskus, atau ligamen.

Pemanfaatan sel Mononuklear (Sel

MNC)

Sel mononuklear merupakan kumpulan sel

yang di dalamnya terkandung bakal sel punca

baik sel punca

Beberapa peneliti memanfaatkannya

untuk penyembuhan kerusakan jaringan seperti

kerusakan lapisan tulang rawan sendi lutut.

Penulis memanfaatkan untuk penyembuhan

luka stadium akhir pada kaki pasien dengan

penyakit kencing manis (diabetes) yang tidak

terkontrol sedangkan pasien menolak amputasi.

Pemberian sel MNC dapat menyembuhkan luka

tersebut dengan sempurna (Gb. 8a-8b).

Pemanfaatan sel punca mesenkim

Pemanfaatan sel punca mesenkim

sudah banyak dilakukan. Pertimbangannya

karena sel punca mesenkim mempunyai

kemampuan menyatu dengan jaringan yang

membutuhkan (homing), membentuk jenis sel

sesuai kebutuhan (diferensiasi), memperbaiki

kerusakan jaringan, mencegah peradangan

(inflamasi) dan mempertahankan kekebalan tubuh.71 Pemanfaatan sel punca mesekim

hanya dilakukan dalam lingkup penelitian.

Artinya sel punca ini belum dilepas ke pasaran

sebagaimana asam hialuronat yang tersedia

di apotek. Namun pemanfaatan sel punca

mesenkim tersebut telah mencapai uji klinis

tahap III artinya telah diberikan pada pasien

dalam jumlah tertentu sesuai protokol penelitian.

Sel punca mesenkim terbukti dapat

memperbaiki kerusakan jaringaan seperti otot,

saraf, tulang atau tulang rawan. 8,11,13,22,23,59,72

Penggunaan sel punca mesenkim sebagai

terapi memang sangat menjanjikan namun

mempunyai kendala yang tidak sedikit. Kendala

tersebut diantaranya dalam hal pengambilan,

sifat, pengembangan dan hasil regenerasinya.

Pengambilan sumber sel punca mesenkim

pada sumsum tulang harus dilakukan melalui

tindakan operasi, sehingga menimbulkan nyeri

dan berisiko infeksi.13 Selain itu potensi selnya

melemah seiring dengan bertambahnya usia

donor.13,20,22 Pengembangbiakannya juga

menimbulkan risiko kontaminasi dan perubahan

potensi sel.58

Karena itu, seorang peneliti sel punca

bernama Khan, menyarankan adanya alternatif

yang lebih mudah dan lebih kecil risiko

pengambilannya. Selain itu konsentrasi dan

sifat selnya tidak berubah dengan bertambah nya

umur donor.13 Hal ini dibenarkan oleh Terayama,

seorang peneliti sel punca dari Jepang.

Ia merekomendasikan penggunaan sel

punca hematopoietik sebagai pengganti sel

punca mesenkim. 53

Pemanfaatan Sel Punca Hematopoietik

Sebenarnya, sel punca hematopoietik telah

lama dimanfaatkan untuk penyembuhan pasien

kanker darah.53 Selain itu telah dimanfaatkan juga

untuk pengobatan penyakit iskemik menahun

pada kaki dan kelainan tulang pada anak-anak

Sajian Utama

12

Gb.8a; Sebelum Terapi

Penyembuhan luka dengan sel MNC (komplikasi penyakit kencing manis)

Page 13: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

13

dimana tulangnya rapuh dan mudah patah.

(osteogenesis imperfekta).56,65 Penggunaan

sel punca hematopoietik untuk terapi non darah

seperti gangguan otot, tulang dan sendi mulai

dikembangkan melalui berbagai penelitian pada

hewan coba. Sel punca hematopietik yang

digunakan adalah sel CD34+dan sel CD133+.

Sel CD133+ terbukti dapat memicu regenerasi

otot dan dapat membentuk pembuluh darah

(angiogenesis) sel saraf, sel lemak, dan sel

tulang (osteosit).28,50,61 Penelitian membuktikan

bahwa pemberian sel CD34+ melalui pembuluh

darah (intra vena) dapat membuat tulang paha

tikus yang patah menyambung kembali. Hal ini

menunjukkan bahwa sel CD34+ mempunyai

kemampuan membentuk pembuluh darah baru

(vaskulogenik) dan membentuk jaringan tulang

baru (osteogenik).53,73

Penulis dalam disertasinya membuktikan

pemberian sel punca CD34+ yang berasal

dari darah tepi manusia dapat memperbaiki

kerusakan tulang rawan pada sendi lutut tikus.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa sel

punca CD34+ bersifat plastis dan terbukti dapat

membentuk sel kondrosit (Gb.9). 5

Prinsip Pemanfaatan Teknik Rekayasa Jaringan

Teknik rekayasa jaringan terbukti sangat

bermanfaat bagi penyembuhan penyakit-

penyakit yang selama ini belum teratasi namun

dalam penerapannya perlu mempertimbang-

kan beberapa prinsip. Pemanfaatan atau

penggunaan komponen rekayasa-rekayasa

hendaknya tidak bertentangan dengan

ketentuan medis, aspek legal dan keyakinan

pasien. Kesemua hal tersebut itu harus

dikomunikasikan dan disetujui oleh pasien.

Komponen Rekayasa Jaringan

Komponen rekayasa jaringan dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu komponen

sel dan komponen bukan sel. Komponen

bukan sel bersifat tidak hidup (benda mati)

yaitu protein. komponen ini meliputi perancah

dan faktor pertumbuhan. Perancah tersedia

dalam dua sediaan yaitu hasil fermentasi sel

bakteri tertentu atau hasil isolasi jaringan tubuh

hewan. Peneliti dapat memilih perancah yang

terbaik dan sesuai dengan keyakinan pasien.

Komponen sel yaitu sel punca yaitu sel yang

hidup dengan segala sifat kehidupannya.

Penggunaan sel punca perlu memperhatikan

beberapa hal yaitu mengenai donor, jenis

material dan cara penghantaran sel punca ke

jaringan yang membutuhkan.

Donor sel punca dapat berasal dari dari

hewan atau manusia. Donor manusia dapat

berasal dari orang lain atau diri sendiri

(pasien). Berdasarkan hal tersebut pemberian

(transplantasi) sel punca dapat dibedakan

menjadi tiga macam yaitu Xenograf, Alograf

dan Autolog. Xenograf adalah pemberian sel

punca hewan kepada manusia atau sebaliknya.

Alograf adalah pemberian sel punca antar

manusia. Autolog adalah pemberian sel punca

yang berasal dari tubuh orang itu sendiri.

Jenis sel punca yang ditransplantasikan dapat

menggunakan sel punca embrional atau sel

Sajian Utama

13

Gb.8a; Setelah Terapi

Page 14: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

14

punca jaringan seperti sel punca mesenkim

atau sel punca hematopoietik.

Adapun cara transplantasi sel punca dapat

melalui 4 pilihan rute yaitu topikal, intravenus,

intra artrikular atau intra lesi. Rute topikal adalah

pemberian sel punca langsung Pada luka pada

jaringan kulit atau jaringan di bawah kulit.

Rute intravena adalah pemberian sel punca

melalui pembuluh darah (infus), penghantaran

ini dilakukan bila defek atau lokasi jaringan

yang sakit berada pada organ di dalam tubuh

dan organ targetnya mempunyai akses

pembuluh darah yang memadai. Sedangkan

rute intraartrikular adalah pemberian sel punca

dengan menyuntikkannya ke dalam rongga

sendi. Hal ini dilakukan bila jaringan yang

rusak berada pada rongga sendi dan jaringan

tersebut tidak memiliki akses pembuluh darah

yang memadai (avaskular). Pemberian intra

lesi adalah pemberian sel punca langsung

pada jaringan yang rusak (luka). Penggunaan

sel punca dan pilihan rute penghantarannya

disesuaikan dengan kondisi penyakit,

ketersediaan sel punca, kemudahan teknik,

aspek legal dan kesepakatan pasien.

Aspek Legal Penggunaan Sel Punca

Negara Indonesia memberikan apresiasi

terhadap penelitian dan pemanfaatan sel

punca namun negara juga harus melindungi

kesehatan warganya. Keseimbangan kedua

hal tersebut diatur dalam Undang-Undang

Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bagian Kelima,

Pasal 63 ayat 3, Pasal 64 ayat 1 dan 2, Pasal

66 dan Pasal 70 ayat 1,2 dan 3. Selanjutnya

pemerintah membuat ketentuan teknisnya

melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No

833 tahun 2009. Selain regulasi tersebut

pemerintah juga menyiapkan kelembagaannya

yaitu Komite Nasional Sel Punca.74-75 Pada

prinsipnya Indonesia mengizinkan penggunaan

sel punca untuk penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan serta pelayanan medik namun

dengan beberapa pembatasan. Pembatasan

Sajian Utama

Defek Dangkal

Defek Dalam

Keterangan:

PBS: Larutan Serum Fosfat

CD34 : Sel Punca Hematopoietik

AH: Asam Hialuronat

FP: Faktor Pertumbuhan

GB. 9

Penyembuhan Defek

Tulang Rawan Sendi Lutut Tikus

dengan Teknik Rekayasa Jaringan

14

Page 15: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

15

itu menyangkut beberapa aspek yaitu tujuan,

jenis sel punca dan syarat penggunaannya.

Tujuan penggunaan sel punca yang diizinkan

di negara kita hanyalah tujuan kemanusiaan

dan bukan untuk komersialisasi. Pemberiannya

kepada pasien hanya boleh dilakukan setelah

terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pemberian sel punca hanya boleh dilakukan

untuk penyembuhan, dan bukan untuk tujuan

reproduksi.

Sel punca embrional dilarang digunakan di

Indonesia. Sel punca Yang diizinkan di Indonesia

adalah sel punca jaringan. Sel punca tersebut

harus berasal dari isolasi jaringan tubuh manusia

karena sel punca hasil isolasi hewan dilarang

digunakan di Indonesia. Pengambilan sel

punca di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh

Rumah Sakit yang telah memiliki kemampuan

namun penjelasan rincinya belum ada sehingga

menyisakan beberapa pertanyaan.

Rumah sakit yang tidak punya laboratorium

sel punca namun bekerjasama dengan

laboratorium swasta apakah diizinkan?

Bagaimana hukumnya rumah sakit yang belum

mempunyai laboratorium sel punca namun

melayani tindakan sel punca? Bagaimanakah

jaminan kualitas sel punca yang diproduksi oleh

laboratorium swasta ? Sampai saat ini belum

ada regulasi yang mengatur standar baku

laboratorium sel punca di Indonesia. Dalam

kenyataannya beberapa sarana kesehatan di

Indonesia secara terbuka atau tertutup, baik

secara individu atau kelembagaan, secara

sendiri atau bekerja sama dengan lembaga

manca negara telah melakukan aplikasi sel

punca. Sudah seharusnya pemerintah bersikap

responsif, progresif dan adaptif sesuai dengan

kebutuhan hajat hidup masyarakat luas.

Aspek Religi Penderita

Pemanfaatan teknik rekayasa jaringan

dengan Menggunakan perancah, molekul

sinyal dan sel punca mempunyai dampak

bagi keyakinan penerima donor (pasien)

terutama bagi masyarkat di negara Indonesia

yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Apakah secara umum terapi berbasis

teknik rekayasa jaringan dapat diterima oleh

keyakinan agama pasien? Hal lain yang

perlu mendapatkan klarifikasi yaitu apakah kebolehannya bersifat mutlak atau hanya

dalam kondisi darurat? Apakah pemanfaatan

sel punca embrional diperbolehkan atau tidak?

Apakah semua jenis sel punca jaringan dilarang

atau diizinkan semuanya? Atau diizinkan

sebagiannya? Apakah sel punca hewan boleh

digunakan sebagai terapi penyebuhan pada

manusia? Apakah sel punca dari orang lain boleh

digunakan untuk penyembuhan seseorang?

Sebaiknya kita semua meminta fatwa hukum

dan agama mengenai hal ini. Sesungguhnya

Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan

Maha Pengampun. Amin Ya Rabbal Alamin.

Tulisan ini telah menjelaskan berbagai

hal mengenai teknik rekayasa jaringan untuk

penyembuhan jaringan dari berbagai aspeknya.

Semoga tulisan ini bermanfaat memperluas

khasanah ilmu pengetahuan dan menambah

wawasan, menjadi sumber motivasi dan

inspirasi bagi kita semua. Amiin.

Sajian Utama

15

Page 16: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

16

1. Supartono,Basuki. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan

Cedera Olahraga pada Olahragawan. Kementerian Pemuda

dan Olahraga. 2010

2. Miller MD, Thompson SR. Delee & Drez’s Orthopaedic

Sports Medicine: Principles and Practice, Fourth Edition.

Philadelpia:Elsevier. 2015

3. Kim BS, Park KI, Hosiba T, et al. Design of artificial extracellular matrices for tissue engineering. J

Progpolymsci. 2011;36(2):238-68. doi:10.1016/j.prog-

polymsci.2010.10.001.

4. Khan WS, Malik AA, Hardingham TE. Stem cell applications

and tissue engineering approaches in surgical practice. J

Perioper Pract. 2009;19(4):130-5.

5. Grayson LW, Martens PT, Eng MG, Radisic M, Vunjak GN.

Biomimetic approach to tissue engineering. Semin Cell Dev

Biol. 2009;20(6): 665-73. doi:10.1016/j.semcdb.2008.12.008

6. Burdick JA, Novakovic GV. Enginereed microenvirontments

for controlled stem cell differentiation. Tissue Eng Part A.

2009;15(2):205-19. doi:10.1089/ten.tea.2008.0131.

7. Chiang H, Jiang CC. Repair of articular cartilage

defect: Review and prespectives.J Formos Med Assoc.

2009;108(2):87-101.

8. Haleem AM, Chu CR. Advances in tissue engineering

techniques for articular cartilage repair. Optechorthopaedics.

2010;20(2):76-89. doi:10.1053/j.oto.2009. 10.004.

9. Gelse K, Schneider H. Ex vivo gene therapy approaches to

cartilage repair. J.Addr. 2006;58(2):259-84. doi:10.1016/j.

addr.2006.01.019.

10. Chen FH, Rousche KT, Tuan RS. Technology insight: adult

stem cells in cartilage regeneration and tissue engineering.

Nat Clin Pract Rheumatol. 2006;2(7):373-82. doi:10.1038/

ncprheum0216.

11. Murphy JM, Fink DJ, Hunziker EB, Barry FP. Stem cell

therapy in a caprine model of osteoarthritis. Arthritis Rheum.

2003;48(12):3464- 74. doi:10.1002/art.11365.

12. Kelly DJ, Prendergast PJ. Mechano regulation of stem cell

differentiation and tissue regeneration in osteochondral

defects.J Biomech. 2005;38(7):1413-22.

doi:10.1016/j.jbiomech.2004.06.026.

13. Khan WS, Johnson DS, Hardingham TE. The potential of

stem cells in the treatment of knee cartilage defect. Knee.

2010;17(6):369-74. Doi:10.1016/j.knee.2009.12.003.

14. Han Y, Wei Y, Wang S, Song Y. Cartilage regeneration

using adipose-derived stem cells and the controlled-

released hybrid microspheres. JBSpin. 2010;77(1):27-31.

doi:10.1016/j.jbspin.2009.05.013.

15. Bessa PC, Cerqueira MT, Rada T, et al. Expression,

purification and osteogenic bioactivity of recombinant human BMP-4, -9, -10, -11 and -14. Protein Expr Purif.

2009;63(2):89-94. doi:10.1016/j.pep.2008.09.014.

16. Orr AW, Helmke BP, Blackman BR, Schwartz MA.

Mechanisms of mechanotransduction. Dev Cell.

2006;10(1):11-20. doi:10.1016/j.devcel.2005. 12.006.

17. Altman GH, Horan RL, Martin I, et al. Cell differentiation by

mechanical stress. FASEB J. 2002;16(2):270-2. doi:10.1096/

fj.01-0656fje.

18. Richardson JB, Lim JTK, Hui JHP, Lee EH. Stem cells and

cartilage. In : Bongso A, Eng HL, editors. Stem Cell from

Bench to Beside. Singapore : World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.; 2005. p. 466 - 493.

19. Choi KH, Choi BH, Park SR, Kim BJ, Min BH. The

chondrogenic differentiation of mesenchymal stem cells

on extracellular matriks scaffold derived from porcine

chondrocytes. Biomaterials. 2010;31(20):5355-65.

doi:10.1016/j.biomaterials. 2010.03.053

20. Schulz RM, Bader A. Cartilage tissue engineering and

bioreactor systems for the cultivation and stimulation

of chondrocytes. Eur Biophys J. 2007;36(4-5):539-68.

doi:10.1007/s00249-007-0139-1.

21. Muzzarelli RAA. Chitins and chitosan for the repair of wounded

skin, nerve, cartilage and bone. Carbohydrate Polymers.

2009;76(2):167-82. Doi:10.1016/j.carbpol.2008.11.002.

22. Shenaq DS, Rastegar F, Petkovic D, et al. Mesenchymal

progenitor cells and their orthopedic application: forging a

path towards clinical tials. Stem Cells Int. 2010;14 pages.

23. English D, Islam MQ. Mesenchymal Stem Cell: Use

in Cartilage Repair. Current Rheumatology Reviews.

2009;5(1):24-33.

24. Raghunath J, Sutherland J, Salih V, Mordan N, Butler PE,

Seifalian AM. Chondrogenic potential of blood-acquired

mesenchymal progenitor cells. JPRAS. 2010;63(5):841-7.

doi:10.1016/j.bjps.2009.01.063.

25. Sell S. Stem Cells: What Are They ? Where Do They Come

From ? Why Are They Here ? When do They Go Wrong

? Where Are They Going ?. In: Sell S, editor. Stem cells

Handbook. New Jersey : Humana Press Inc; 2004. P.1-18

26. Marot D, Knezeviv M, Novakovic GV. Bone tissue engineering

with human stem cells.Stem Cell Res Ther. 2010; 1(2):10.

doi:10.1186/scrt10. 2010;31(20):5355-65. doi:10.1016/j.

Daftar Pustaka

Page 17: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

17

biomaterials. 2010.03.053.

27. Choi YH, Burdick DM, Strieter RM. Human circulating

fibrocytes have the capacity to differentiate osteoblasts and chondrocytes. Int J Biochem Cell Biol. 2010;42(5):662-71.

doi:10.1016/j.biocel.2009.12.011.

28. Shi M, Ishikawa M, Kamei N, et al. Acceleration of skeletal

muscle regeneration in a rat skeletal muscle injury model

by local injection of human peripheral blood-derived CD133-

positive cells. Stem Cells. 2009;27(4):949-60.

29. Bryant JP, Schwartz HP. Stem Cells. In : Monroe KR,

Miller RB, Tobis JS, editors. Fundamentals of the Stem

Cell Debate The Scientific, Religious, Ethical, and Political Issues. London. University of California Press; 2008.

30. Hee HT, Ismail HD, Lim CT, Goh JC, Wong HK.. Effects

of implantation of bone marrow mesenchymal stem

cells, disc distraction and combined therapy on reversing

degeneration of the intervertebral disc. J Bone Joint Surg Br.

2010;92(5):726-36. doi: 10.1302/0301-620X.92B5.23015

31. Pera MF, Dottori M. Stem Cells and Their Developmental

Potential. In: Bongso A, Lee EH, editors. Stem Cell from

Bench to Bedside. Singapore. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd; 2005. p.55-70

32. Vats A, Tolley NS, Buttery LDK, Polak JM. The stem cell in

orthopaedic surgery. J Bone Joint Surg Br. 2004;86(2):159-

64. doi:10.1302/0301-620X.86B2.14756.

33. Wagers AJ, Weissman IL. Plasticity of adult stem cells. Cell.

2004;116(5):639-48.

34. Raff M. Adult stem cell plasticity: fact or artifact?. Annu

Rev Cell Dev Biol. 2003;19:1-22. doi:10.1146/annurev.

cellbio.19.111301.143037.

35. Kim SJ, Cho HH, Kim YJ, et al. Human adipose stromal cells

expanded in human serum promote engraftment of human

peripheral blood hematopoietic stem cells in NOD/SCID

mice.

BBRC. 2005;329(1):25-31. doi:10.1016/j.bbrc. 2005.01.092.

36. Barry PF, Murphy MJ. Mesenchymal stem cells: clinical

application and biological characterization. IJBCB.

2004;36(4):568-84.doi:10.1016/ j.biocel.2003.11.001.

37. Kuwana M, Okazaki Y, Kodama H, et al. Human circulating

CD14+ monocytes as a sources of progenitors that

exhibit mesenchymal cell differentiation. J Leukoc Biol.

2003;74(5):833-45. doi:10.1189/jlb.0403170.

38. Dragoo JL, Samimi B, Zhu M, et al. Tissue-engineered

cartilage and bone using stem cells from human infrapatellar

fat pads.J Bone Joint Surg Br. 2003;85(5):740-7.

doi:10.1302/0301-620X.85B5.13587.

39. Pittenger MF, Mackay AM, Beck SC, et al. Multilineage

potential of adult human mesenchymal stem cells.

Science.1999;284(5411):143-7.

40. Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T,

Setiawan B. Stem Cell Dasar Teori & Aplikasi Klinis. Jakarta:

Penerbit Erlangga; 2010.

41. Doyonnas R, Blau HM. What is the Future for Stem Cell

Research? Whether Entity or Function?. In: Sell S, editor.

Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana Press; 2004.

P.491-9

42. Stem Cells Basics [internet] 2011 [cited 2011 Feb 17].

Available from: http://stemcells.nih.gov/info.

43. Syamsuhidajat, Sandra F, Tarwadi, Sardjono CT, Widyawati

H, Ismail, dkk. Pedoman Riset Sel Punca Manusia. Jakarta:

Asosiasi Sel Punca Indonesia; 2010.

44. Forbes SJ, Vig P, Poulsom R, Wright NA, Alison MR. Adult

stem cell: new pathway of tissue regeneration become

visible. Clin Sci (Lond). 2002;103(4):355-69.

45. Horie M, Sekiya I, Muneta T, et al. Intra-articular Injected

synovial stem cells differentiate into meniscal cells directly

and promote meniscal regeneration without mobilization to

distant organs in rat massive meniscal defect. Stem Cells.

2009;27(4):878-87.

46. Fadel Hossam E. Prospects and Ethics of Stem Cell

Research: An Islamic Perspective. JIMA: 2007;39: 73

47. Milljkovic ND, Cooper GM, Marra KG. Chondrogenesis,

bone morphogenetic protein-4 and mesenchymal stem

cells. OARSI. 2008;16(10):1121-30.. doi:10.1016/j.

joca.2008.03.003.

48. Koga H, Shimaya M, Muneta T, et al. Local adherent

technique for transplanting mesenchymal stem cells

as a potential treatment of cartilage. Arthritis Res Ther.

2008;10(4):R84.1-10. doi:10.1186/ar2460.

49. Morito T, Muneta T, Hara K, et al. Synovial fluid-derived mesenchymal stem cells increase after intra-articular

ligament injury in humans. Rheumatology (Oxford).

2008;47(8):1137-43. doi:10.1093/rheumatology/ken114.

50. Peault B, Rudnicki M, Torrente Y, et al. Stem and progenitor

cells in skeletal muscle development, maintenance, and

therapy. Mol Ther.2007;15(5):867-77.

51. Krampera M, Pizzolo G, Aprili G, Franchini M. Mesenchymal

stem cells for bone, cartilage, tendon and skeletal

muscle repair. Bone. 2006;39(4):678-83. doi:10.1016/j.

bone.2006.04.020.

Daftar Pustaka

Page 18: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

18

52. Sakaguchi Y, Sekiya I, Yagishita K, Muneta T. Comparison

of human stem cells derived from various mesenchymal

tissues: superiority of synovium as a cell source. Arthritis

Rheum. 2005;52(8):2521-9. doi:10.1002/art.21212.

53. Terayama H, Ishikawa M, Yasunaga Y, et al. Prevention of

osteonecrosis by intravenous administration of human

peripheral blood-derived CD34-positive cells in a rat

osteonecrosis model. J Tissue Eng Regen Med.2011;5(1):32-

40. doi:10.1002/term.285.

54. Supartono,B. Regenerasi Tulang Rawan Hialin Pada Defek

Osteokondral Melalui Penyuntikan Intraartrikular Suspensi

Sel Punca CD34+ Darah Tepi Manusia, Asam Hialuronat,

TGF- β1, IGF, FGF dan Fibronektin Pada Tikus Spraque Dawley (disertasi). Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2013.

55. Kraft DL, Weissman IL. Hematopoietic Stem Cells: Basic

Science to Clinical Applications. In: Bongso A, Lee EH,

editors. Stem Cell from Bench to Bedside. Singapore. World

Scientific Publishing Co. Pte. Ltd; 2005. p. 253-91.

56. Korbling M, Estrov Z. Adult stem cells for tissue repair - a new

therapeutic concept?.N Engl J Med. 2003;349(6):570-82

57. Grove JE, Bruscia E, Krause DS. Plasticity of bone marrow-

derived stem cells. Stem Cells. 2004;22(4):487-500

58. Dennis JE, Caplan AI. Bone marrow mesenchymal stem

cells. In: Sell S, editor. Stem Cells Handbook. New Jersey.

Humana Press; 2004. p.107-17

59. Battiwalla M, Hematti P. Mesenchymal stem cells in

hematopoietic stem cell transplantation. Cytotherapy.

2009;11(5):503-15. doi:10.1080/1465324090319-3806.

60. Ponting I, Zhao Y, Anderson WF. Hematopoietic stem cells

Identification, characterization and assays. In: Sell S, editor. Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana Press; 2004.

p.155-61

61. Tondreau T, Meuleman N, Delforge A, et al. Mesenchymal

stem cells derived from CD133-positive cells in mobilized

peripheral blood and cord blood: proliferation, Oct4

expression, and plasticity. Stem Cells. 2005; 23(8):1105-12.

doi:10.1634/stemcells.2004-0330.

62. Zvaifler NJ, Mutafchieva LM, Adams G, et al. Mesenchymal precursor cells in the blood of normal individuals. Arthritis

Res. 2000;2(6):477-88.

63. Hu G, Liu P, Feng J, Jin Y. A novel population of mesenchymal

progenitors with hematopoietic potential originated from

CD14 peripheral blood mononuclear cells.Int J Med Sci.

2010;8(1):16-29.

64. Vokurka S, Koza V, Lysak D, et al. Successful peripheral

blood stem cells collection in imatinib pretreated and

nilotinib-treated chronic myeloid leukemia patient. J Oncol.

2010:460859. doi:10.1155/2010/460859.

65. Gopall J, Huang W, Zhao Y. Prospect of adult stem

cells therapy in peripheral vascular disease. BJMP.

2010;3(4):a345.

66. Mattoli S, Bellini A, Schmidt M. The role of human

hematopoietic mesenchymal progenitor in wound healing

and fibrotic diseaes and implications for therapy. Curr Stem Cell Res Ther. 2009;4(4):266-80.

67. Kawano Y, Takaue Y, Watanabe T, et al. Efficacy of the mobilization of peripheral blood stem cells by granulocyte

colony-stimulating factor in pediatric donors. Cancer Res.

1999;59(14): 3321-4.

68. Krzyzanowski PM, Navarro MAA. Identification of novel stem cell markers using gap analysis of gene expression data.

Genome Biol. 2007;8(9):R193-19. doi:10.1186/gb-2007-8-

9-r193.

69. Miraglia S, Godfrey W, Yin AH, et al. A novel five-transmembrane hematopoietic stem cell antigen:

isolation, characterization, and molecular cloning. Blood.

1997;90(12):5013-21.

70. Yin AH, Miraglia S, Zanjani ED, et al. AC133,a novel

marker for human hematopoietic stem and progenitor cells.

Blood.1997;90(12):5002-12.

71. Wang Shihua, Qu Xuebin, Zhao Robert Chunhua. Clinical

applications of mesenchymal stem cells. Journal of

Hematology & Oncology. 2012;5:19

72. Saw KY, Anz A, Merican S, et al. Artricular cartilage

regeneration with autologous peripheral blood

progenitor cells and hyaluronic acid after arthroscopic

subchondral drilling: a report of 5 cases with histology.

Arthroscopy.2011;27(4):493-506. doi:10.1016/j.

arthro.2010.11.054.

73. Matsumoto T, Kawamoto A, Kuroda R, et al. Therapeutic

potential of vasculogenesis and osteogenesis promoted

by peripheral blood CD34-positive cells for functional bone

healing. Am J Pathol. 2006;169(4):1440-57. doi:10.2353/

ajpath.2006.060064.

74. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

75. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 833/

MENKES/PER/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Sel

Punca.

Daftar Pustaka

Page 19: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

19

Rumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON) bagai permata yang

tinggal diasah saja. Satu -

satunya rumah sakit di Indonesia yang

khusus untuk atlet. Karenanya rumah

sakit ini harus lebih ditingkatkan

kualitasnya. Mantan Menteri Pemuda

dan Olahraga, KRMT Roy Suryo

Notodiprojo, menghimbau seluruh

jajaran Kemenpora agar mendukung

dan ikut mengembangkan RSON.

Rumah sakit ini hendaknya ditata

perlahan - lahan. Laksanakan apa

yang sudah dirintis sebelumnya.

Mengingat RSON yang dibangun

Kemenpora ini, memiliki potensi yang

sangat bagus. Didukung pula oleh

peralatan kesehatan yang sangat

canggih. Kelak rumah sakit ini harus

bisa menjadi kebanggaan.

Janganlah membongkar pasang

mulai dari desain sampai peralatan

di RSON. Pakar informatika,

multimedia dan telematika ini

mengingatkan, bahwa setiap orang

pasti punya keinginan untuk maju.

Tapi keinginan untuk maju itu juga

perlu ada evaluasinya. Orang pasti

punya kelebihan. dibandingkan

kekurangannya. Jangan melihat

kekurangannya saja. Ambil saja

kelebihannya. Artinya, jangan asal

merombak apa yang sudah ada

di rumah sakit itu. Tidak ada yang

diubah di RSON semasa KRMT Roy

Suryo Notodiprojo, sebagai Menpora

Sport ScienceKalangan olahraga di Indonesia

harus lebih mengembangkan Sport

Science. Berbeda dengan negara

lain yang sudah sangat berkembang

Sport Science nya. Dulu betapa

bangganya kita memiliki atlet

bulutangkis legendaris Rudi Hartono.

Semoga kelak akan lahir kembali

atlet-atlet yang dapat mengharumkan

nama bangsa.

Kuncinya di Sport Science.

Nah, Peranan Sport Science ada

di RSON. Seseorang bisa di tes

untuk mengetahui tepatnya bisa jadi

atlet apa. Atau di tes untuk melihat

apakah menjadi atlet itu cocok untuk

dirinya. Kekuatan RSON ada di

Sport Science. Tugas Kemenpora

adalah memberi peluang bagi

RSON untuk mengembangkan Sport

Science. Dengan demikian seorang

atlet bisa dimulai dari RSON untuk

mengembangkan prestasinya.

Menjelang Asean Games 2018

di Indonesia, RSON hendaknya

memanfaatkan kesempatan itu.

Mulailah merintis kemungkinan

membangun klinik kecil di Gelora

Bung Karno (GBK). Untuk lebih

mendekatkan pelayanan kesehatan

kepada atlet selama berlangsung

perhelatan akbar itu. Sebelum dikirim

ke RSON di Cibubur. (Ratih Sayidun)

Kemenpora Harus Memberi Peluang

KRMT Roy Suryo

Tamu Kita

“ Kekuatan RSON ada di

Sport Science...” (Roy Suryo)

Page 20: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

20

Prestasi atlet tidak bisa datang

tiba-tiba. Ada proses panjang

untuk akhirnya menemukan atlet

yang mampu mengukir prestasi.

Menurut Ketua KONI pusat

Mayjen TNI (Purn.) FX Suhartono

Suratman, pasti ada yang namanya

pemassalan atau perkenalan/

sosialisasi. Setelah sosialisasi,

dilanjutkan dengan pendidikan.

Setelah itu baru dilakukan

pengembangan prestasi untuk

meraih prestasi.

Yang terjadi di Indonesia, justru

belum ada perkenalan/sosialisasi.

Contohnya, dulu ada Senam

Kesegaran Jasmani (SKJ) yang

pernah menjadi senam massal yang

wajib dilakukan semua masyarakat.

Mendengar lagu pengiringnya saja

kita sudah tahu bahwa itu adalah

lagu pengiring SKJ.

Kalau pemassalan ini sudah

dilakukan, mantan atlet anggar

yang sempat memperkuat Tim

Nasional dalam berbagai kejuaraan

anggar ini, yakin akan mudah

mendapatkan calon-calon atlet

yang berprestasi. Dengan catatan,

tersedia sarana, prasarana dan

pelatihan yang berjenjang.

Cedera

Salah satu sarana yang

sekarang telah tersedia adalah

Rumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON). Mayjen TNI (Purn.) FX

Suhartono Suratman mengakui,

perkembangan zaman menuntut

adanya rumah sakit khusus.

Kalangan olahraga harus punya

rumah sakit khusus semacam

RSON. Rumah sakit ini ikut

berperan mendukung prestasi atlet.

Sebab, bicara tentang prestasi atlet,

maka cedera atlet tentunya harus

ditangani oleh dokter spesialis di

rumah sakit khusus untuk kalangan

olahraga.

Terapi yang dilakukan kepada

atlet yang menderita cedera,

bukan hanya supaya sembuh saja.

Melainkan haruslah bisa sembuh,

pulih, bisa bertanding serta tidak

patah semangat. Disinilah RSON

berperan penting. Untuk itu,

hendaknya RSON harus ada di

setiap propinsi. Bukan sekadar ada,

rumah sakit ini juga harus terus

mengikuti perkembangan teknologi

kesehatan olahraga.

Mantan atlet anggar yang

sekarang menjadi Ketua KONI

itu, kemudian bercerita tentang

Tidak Bisa Datang Tiba-TibaKetua Koni Pusat Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman

Tamu Kita

Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman

Page 21: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

21

pengalamannya menderita cedera,

saat menjadi atlet. Bapak dua anak

ini pernah mengalami cedera di

lengan kanan. Padahal malamnya

harus bertanding. Cederanya

diobati oleh lebih dari satu terapis,

supaya bisa bertanding malamnya.

Pengalaman itu membuktikan,

betapa pentingnya dukungan

terapis untuk meningkatkan

semangat atlet untuk berprestasi.

Ketua KONI ini menghimbau,

agar menjadikan olahraga sebagai

bagian dari kehidupan. Kita harus

berolahraga. Karena manusia harus

bergerak untuk bisa hidup. Disinilah

pentingnya pemassalan/sosialisasi

mengenai betapa bermanfaatnya

olahraga untuk kesehatan.

Sehingga masyarakat akhirnya

jadi senang berolahraga. Saat ini

olahraga yang populer dikalangan

masyarakat luas, adalah atletik,

senam dan berenang.

Makan yang cukup serta istirahat

yang cukup, tanpa olahraga tidak

akan cukup, kalau tanpa olahraga.

Jadi olahraga yang cukup,

plus makan dan istirahat yang

cukup, maka badan akan sehat.

Pemerintah hendaknya membuat

kebijakan untuk menjadikan

olahraga sebagai kewajiban.

Contohnya anak-anak sekolah

hingga karyawan kantor bisa

melaksanakan Senam Kesegaran

Jasmani setiap pagi, Olahraga itu

untuk semua usia. Dari anak kecil

hingga orang lanjut usia (lansia).

Tidak ada kata tua untuk

berolahraga. Bukankah semua

orang ingin sehat dan bugar. Selain

pendidikan dan kesehatan, jangan

lupakan manfaatnya olahraga.

Putra ke 12 dari 14 bersaudara

sejak dulu senang menulis buku.

Hingga kini sudah ada 4 buku yang

ditulisnya. Antara lain berjudul

”Untuk Negaraku”, ”Patriotisme”,

dan ”Pramuka”. Kelak akan

menulis buku berjudul ”Hidup Untuk

Memberi”. (Ratih Sayidun)

“...Olahraga sebagai bagian dari kehidupan.

Kita harus berolahraga karena manusia harus bergerak

untuk bisa hidup...“

Tono Suratman

Tamu Kita

Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman

Senam bersama menjalin silaturahmi

Page 22: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

22

Ulasantamu kitaUlasan

Semoga RSON tahun 2015 sudah menjadi BLU. Mengingat Indonesia akan menyelengggarakan perhelatan besar Asean Games 2018. RSON diharapkan kelak dapat memberikan kontribusinya dibidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini perlu lebih giat melakukan promosi. Misalnya berpartisipasi pada Hospital Expo. Ini merupakan cara untuk meyakinkan publik dan pemerintah, bahwa RSON betul-betul menjadi kebutuhan nasional.

Sesmenpora berharap rumah sakit ini unggul, kompetitif dan bisa melayani masyarakat. Kelak RSON mampu mengembangkan rumah sakitnya hingga ke tingkat propinsi. Mendirikan rumah sakit adalah ibadah. Karena fungsinya menolong orang. Kami berharap dalam perspektif ibadah ini, semua pihak dapat membantu agar RSON dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Antara lain, RSON menjadi bagian dari sport science. Misalnya bagaimana mengukur kemampuan fisik dan psikis untuk bisa menjadi atlet yang berprestasi. (Ratih Sayidun)

esmenpora DR. H. Alfitra Salamm, APU, Smenyatakan, Kemenpora sangat membutuhkan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).

Mengingat, salah satu fungsi Kemenpora adalah membina atlet. Selama latihan dan bertanding, atlet berisiko mengalami cedera. Nah, sudah menjadi tugas kemenpora juga untuk memperhatikan nasib atlet yang sedang menderita gangguan kesehatan. Antara lain cedera.

Semula spesifikasi RSON adalah untuk merehabilitasi cedera olahraga pada atlet. Fungsinya melakukan pengobatan rehabilitasi untuk atlet yang menderita cedera. Tapi tampaknya terlalu kecil kalau hanya berfungsi untuk rehabilitasi saja.

Maka namanya berubah menjadi Rumah Sakit olahraga Nasional. Supaya kalangan olahraga memahami dan mengerti bahwa rumah sakit ini memiliki kekhususan. Yaitu untuk kalangan olahraga.

Sekarang RSON sudah berkembang. Direktur RSON, DR. Dr. Basuki Supartono, Sp T, FICS, MARS sudah bergerak cepat mengembangkan rumah sakit ini. Dr. Basuki memiliki kemampuan manajerial untuk bisa secara bertahap membenahi infrastruktur dan melengkapi SDM nya.

Sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat untuk menjadikan RSON sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Agar rumah sakit ini bisa menjadi rumah sakit yang mandiri. Kelak bisa memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Terutama masyarakat disekitar Cibubur.

RSON Kebutuhan Nasional

22 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

DR. H. Alfitra Salamm, APU

DR. H. Alfitra Salamm, APU

.O

22

Sesmenpora DR. H. Alfitra Salamm, APU, menyatakan, Kemenpora sangat membutuhkan Rumah Sakit Olahraga

Nasional (RSON). Mengingat, salah satu fungsi Kemenpora adalah membina atlet. Selama latihan dan bertanding, atlet berisiko mengalami cedera. Nah, sudah menjadi tugas Kemenpora juga untuk memperhatikan nasib atlet yang sedang menderita gangguan kesehatan. Antara lain cedera.

Semula spesifikasi RSON adalah untuk me­rehabilitasi cedera olahraga pada atlet. Fungsinya melakukan pengobatan rehabilitasi untuk atlet yang menderita cedera. Tapi tampaknya terlalu kecil kalau hanya berfungsi untuk rehabilitasi saja.

Maka namanya berubah menjadi Rumah Sakit olahraga Nasional. Supaya kalangan olahraga memahami dan mengerti bahwa rumah sakit ini memiliki kekhususan. Yaitu untuk kalangan olahraga.

Sekarang RSON sudah berkembang. Direktur Utama RSON, DR. Dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS sudah bergerak cepat mengembangkan rumah sakit ini. Dr. Basuki memiliki kemampuan manajerial untuk bisa secara bertahap membenahi infrastruktur dan melengkapi SDM nya.

Sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat untuk menjadikan RSON sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Agar rumah sakit ini bisa menjadi rumah sakit yang mandiri. Kelak bisa memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Terutama masyarakat di sekitar Cibubur.

Semoga RSON tahun 2015 sudah menjadi BLU. Mengingat Indonesia akan menyelengggarakan perhelatan besar Asean Games 2018. RSON diharapkan kelak dapat memberikan kontribusinya dibidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini perlu lebih giat melakukan promosi. Misalnya

berpartisipasi pada Hospital Expo. Ini merupakan cara untuk meyakinkan publik dan pemerintah, bahwa RSON betul­betul menjadi kebutuhan nasional.

Sesmenpora berharap rumah sakit ini unggul, kompetitif dan bisa melayani masyarakat. Kelak RSON mampu mengembangkan rumah sakitnya hingga ke tingkat propinsi. Mendirikan rumah sakit adalah ibadah. Karena fungsinya menolong orang. Kami berharap dalam perspektif ibadah ini, semua pihak dapat membantu agar RSON dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Antara lain, RSON menjadi bagian dari sport science.

Misalnya bagaimana mengukur kemampuan fisik dan psikis untuk bisa menjadi atlet yang berprestasi. (Ratih Sayidun)

DR. H. Alfitra Salamm, APU

Page 23: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

23

Ulasan

23Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Ulasan

enurut Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga, MKRT Drs. Bambang Trijoko, MM, MH, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sangat

memberikan nilai tambah kepada para atlet. Artinya, RSON berperan penting mendukung prestasi atlet. Karena ikut memperhatikan kesehatan dan kebugaran atlet.

Sebelum ada RSON, sudah ada Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kesehatan Olahraga Nasional (PP ITKON). Yaitu pusat pelayanan kesehatan untuk atlet yang berlokasi di kantor Kemenpora.

Tapi masih terbatas sarana dan prasarananya. Sehingga pelayanan kesehatan untuk atlet jadi kurang maksimal. Disinilah pentingnya keberadaan RSON. Rumah sakit ini menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk atlet.

Kemenpora sudah memberitahukan kepada kalangan olahraga tentang keberadaan RSON. Tugas kita sekarang adalah mengarahkan atlet yang cedera untuk berobat ke RSON. Bukan untuk berobat saja, RSON juga menyediakan fasilitas uji kebugaran untuk atlet. Mengingat RSON adalah satu-satunya rumah sakit umum dengan kekhususan untuk atlet. Kita harus optimis rumah sakit ini bisa segera beroperasi secara optimal melayani pasien. (Ratih Sayidun)

Pelayanan KesehatanUntuk Atlet

etua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita KSubowo mengingatkan, sekarang ini kesehatan menjadi bagian dari pembinaan atlet. Dengan

demikian, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) tentunya diharapkan membantu para atlet. Terutama untuk mencegah, atau kalau sampai terjadi cedera, RSON bisa memberikan pengobatan yang tepat. Yang penting bagaimana KOI dan RSON bekerjasama untuk memberikan informasi kepada atlet, pembina, pelatih, wasit dan pemangku olahraga, mengenai keberadaan RSON. Sebab atlet adalah aset nasional. Jadi harus dijaga fisiknya agar siap untuk bertanding.

Mantan Ketua KONI ini mengimbau agar RSON lebih sering lagi memberikan informasi mengenai bahaya cedera pada atlet. Termasuk bagaimana terapinya. Sehingga atlet mengetahui bagaimana menjaga dirinya agar tidak cedera. Disinilah pentingnya peran RSON. Untuk itulah harus lebih sering lagi interaksi antara RSON dengan pemangku olahraga.

Sebab pencegahan ini bukan hanya ditujukan kepada atlet. Tapi juga pelatihnya. Selama ini kendalanya belum intensif melakukan pencegahan cedera. Supaya atlet siap bertanding.

Jangan sampai atlet mengalami cedera ditengah pertandingan. Kejadian tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar. Bila atlet tidak bisa melanjutkan pertandingan akibat cedera.

Untuk itulah, perlu edukasi kepada atlet, supaya mereka mengetahui anatomi tubuh. Sehingga bisa dijaga supaya tidak cedera. RSON diharapkan mengembangkan pelayanannya hingga ke daerah- daerah. Atlet-atlet ini datang dari berbagai daerah. Seandainya atlet mengalami cedera di daerahnya, tentu harus secepatnya diobati di daerah tersebut. (Ratih Sayidun)

Kesehatan Bagian Pembinaan Atlet

Rita Subowo

KRT Drs. Bambang Trijoko, MM, MH

Kesehatan Bagian

Pembinaan Atlet

23

Page 24: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

24

tamu kitaUlasan

epala Biro Perencanaan dan Organisasi H. KRamidin Saragih, SE, MM mengingatkan, atlet membutuhkan RSON. Rumah sakit umum belum

ada yang menyediakan pelayanan khusus untuk menangani cedera atlet. Atlet perlu penanganan khusus saat mengalami cedera. Cedera mereka bukan hanya supaya sembuh. Tapi harus bisa secepatnya pulih dan bisa bertanding lagi. Ini tujuan utamanya, yaitu pulih dari cedera dan bisa bertanding.

Dikalangan negara ASEAN, baru Indonesia yang berhasil membangun rumah sakit khusus untuk kalangan olahraga.

Di beberapa negara, fasilitas pengobatan cedera khusus untuk atlet, menjadi unit tersendiri di rumah sakit umum.

Makanya RSON memang dibutuhkan. Karena menyediakan pelayanan kesehatan khusus untuk atlet. Agar atlet bisa sembuh dan bisa bertanding lagi. Apapun tantangan kedepan, semua pihak di Kemenpora harus bisa bekerjasama untuk mendukung rumah sakit ini.

RSON harus secepatnya beroperasi sebagaimana mestinya. Kebutuhan itu sudah mendesak. Menjelang Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asean Games 2018. Sebelum para atlet bertanding,tentu semakin banyak latihan. Kian banyak pula kemungkinan terjadi cedera.

Selain itu, menyongsong Asean Games 2018 di Indonesia, harus ditingkatkan pendayagunaan alat - alat kesehatan di RSON. Perlu dipikirkan pula kemungkinan menambah fasilitas alat kesehatan yang baru. Intinya, RSON harus memperkuat infrastruktur, SDM serta keuangannya. Selain lebih menggalakkan upaya promosi, untuk memperkenalkan rumah sakit ini.

tlet memiliki kekhususan. Karenanya, AInspektur Kemenpora Syaiful Rakhmat Hasibuan, AK mengingatkan, bahwa

keberadaan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sangatlah penting. Jika atlet mengalami cedera, haruslah ditangani secara khusus. Bukan sekadar untuk sembuh tapi harus bisa bertanding kembali. Inilah kelebihan RSON, yang sekarang merupakan rumah sakit khusus untuk atlet, yang pertama di Indonesia. Meskipun demikian, rumah sakit ini juga dapat melayani kalangan masyarakat luas.

Tujuannya terutama untuk menangani masalah kesehatan atlet. Kami bersyukur rumah sakit ini dipimpin oleh Dr. dr. Basuki Supartono, Sp T, FICS, MARS, yang sudah pakar dibidang orthopaedi. Sehingga dapat menangani cedera atlet secara lebih spesifik.

Karena RSON milik Kemenpora, maka semua pihak di kementerian ini harus bekerjasama. Tujuannya untuk membantu rumah sakit ini agar bisa secepatnya melaksanakan fungsinya secara optimal. Untuk itu, kementerian ini harus memperhatikan kebutuhan RSON. Yang terpenting perlu membangun koordinasi. Koordinasi internal antara Kemenpora dengan RSON. Dan koordinasi ekternal dengan pengurus besar cabang olahraga.

Sejauh ini dr. Basuki sudah giat melakukan koordinasi dengan pihak luar. Sekarang RSON harus lebih sering melakukan promosi agar lebih dikenal kalangan olahraga dan masyarakat luas. Sambil melengkapi jajaran SDM bidang kesehatan, terutama dokter spesialis. (Ratih Sayidun)

Semua Pihak Harus Bekerjasama

Pulih, Sembuh, dan Bisa Bertanding

24 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Ramidin Saragih, SE, MM

Syaiful Rakhmat Hasibuan, AK

.OOrthopedi.

Media Informasi RSON Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 201524

Ulasan

24

Salah satu fungsi RSON adalam membina atlet. Untuk itu, Kemenpora berinisiatif membangun RSON.

Page 25: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

25Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 Media Informasi RSON 25

Ulasan

25

Ulasan

epala Puskesmas Kecamatan Ciracas dr. KAhrahayati Wildany mengatakan, cedera pada atlet membutuhkan pengobatan khusus.

Disinilah Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) berperan penting. Kenapa? RSON adalah rumah sakit khusus untuk kalangan olahraga. Sehingga rumah sakit ini sudah dilengkapi dengan peralatan kesehatan berteknologi canggih. Terutama untuk terapi pemulihan cedera atlet. Tidak hanya itu, juga memungkinkan rumah sakit melakukan pemeriksaan khusus secara keseluruhan untuk atlet.

RSON perlu lebih sering melakukan sosialisasi. Mengingat rumah sakit ini baru berdiri. Terutama agar lebih dikenal oleh atlet daerah dan kalangan olahraga di daerah. Juga SDM nya harus diperkuat.

Atlet Membutuhkan Pengobatan Khusus

RSON bisa bekerjasama dengan BPJS serta pabrik-pabrik yang banyak berlokasi disekitar cibubur dan jalan raya Bogor. Karyawan pabrik juga berisiko tinggi mengalami cedera akibat kecelakaan kerja. Kerjasama dengan BPJS memungkinkan puskesmas merujuk pasien ke RSON. (Ratih Sayidun)

enurut Kepala Biro Humas, Hukum dan MKepegawaian, Bpk. Sriyono SH,MM. Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) perlu

diperjuangkan. Perjuangannya secara gradual dan simultan. Hingga menjadi rumah sakit yang dapat beroperasi secara full.

Sebagai satu - satunya rumah sakit khusus olahraga di Indonesia. Cedera karena olahraga harus ditangani oleh dokter spesialisnya. Penanganan di rumah sakit umum dikhawatirkan asal sembuh saja.Belum tentu atlet tersebut bisa bertanding lagi.

U n i t te k n i s d i Ke m e n p o ra h a r u s g i at mensosialisasikan keberadaan RSON. Apalagi sarana dan prasarana di rumah sakit itu sudah bagus. Patut diperjuangkan agar secepatnya memenuhi syarat untuk menjadi rumah sakit yang dapat melayani pasien. Sebagaimana rumah sakit lainnya. (Ratih Sayidun)

Perlu Diperjuangkan

25Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Sriyono, SH, MM

Page 26: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

26

Ulasan

26

tamu kitaUlasan

osen Fakultas Hukum UI Heru susetyo, SH, DLL.M.M.Si.Ph.D menegaskan, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) wajib ada. Rumah

sakit ini sebagai pendukung prestasi olahraga serta kesehatan atlet.

RSON milik Kemenpora. Maka sudah seyogyanya Kemenpora menjadikan RSON sebagai prioritas. Mengingat olahraga tidak akan berjalan tanpa peran rumah sakit ini. Jadi RSON adalah kebutuhan tak terhindarkan, untuk menyediakan dukungan kesehatan kepada kalangan olahraga di Indonesia. Misalnya, atlet bola yang gampang cedera. Pengobatannya bagai-mana ? Proses pemulihannya bagaimana ? Disinilah pentingnya peran RSON.

Maka pemerintah harus serius meyakinkan berbagai pihak, agar rumah sakit ini dapat secepatnya beroperasi. Perlu ada dukungan peraturan dan hukum yang jelas. Pihak RSON pun perlu proaktif untuk membuat perangkat hukum dan peraturan yang mendukung beroperasinya rumah sakit ini.

Indonesia bisa mencontoh Thailand dalam hal perkembangan olahraga di negara tersebut. Sebagai perbandingan, di Thailand, sejak dari kampus sudah dikembangkan budaya hidup sehat, lengkap dengan fasilitas olahraga, seperti fitness. Hampir semua mahasiswa setiap sore atau lari serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Dari kebiasaan itulah akan terlihat calon - calon atlet berprestasi. (Ratih Sayidun)

r. Bayu Rahadian, Sp.KJ, ten Olahraga DLayanan Khusus, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, mengimbau agar Rumah

Sakit Olahraga Nasional (RSON) lebih sering lagi mensosialisasikan rumah sakit ini. Dr. Bayu sempat menjadi Pelaksana Teknis di RSON. Imbauan ini disampaikan mengingat pentingnya peran RSON bagi pembinaan prestasi atlet.

Sebagai rumah sakit yang baru berdiri, RSON masih harus berbenah diri untuk meningkatkan kualitasnya. Terutama memperkuat SDM. Kekuatan SDM yang semakin besar berarti memperkuat organisasi rumah sakit ini. Hal ini bisa dimulai dengan menambah SDM secara kuantitas yang sesuai bidangnya.

Sehingga ada SDM yang mengurus organisasi rumah sakit dan tersedia SDM yang khusus melaksanakan fungsional pelayanan. Contohnya, lebih baik ada tiga perawat daripada satu perawat. Supaya ada perawat yang mengurus organisasi keperawatan dan ada perawat yang bertugas merawat pasien. (Ratih Sayidun)

RSON Sering Bersosialisasi

Rumah Sakit KebutuhanTak Terhindarkan

26 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Dr. Bayu Rahadian, SpKJ

Heru Susetyo, SH, LL.M.M.Si.Ph.D

Asis Deputi

jogging

Page 27: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

27

Ulasan

27

Ulasan

elatih pencak silat, Iskandar bercerita, bahwa dulu Ppelatih sering bingung kalau atlet mengeluh sakit. Bingung mau kemana membawa atlet berobat.

Iskandar bersyukur, Kemenpora memperhatikan kesehatan atlet, dengan didirikannya Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).

Atlet yang cedera bisa berobat ke RSON. Sekitar 10 atlet pencak silat yang cedera sudah berobat ke rumah sakit tersebut. Bukan hanya atlet, pelatih pun tidak bingung lagi. Karena pengobatan cedera jadi lebih efisien. Artinya atlet mendapat terapi yang tepat, sehingga atlet bisa lebih panjang prestasinya.

Kenapa bisa begitu? Atlet dan pelatih sangat memerlukan RSON. Rumah sakit ini memungkinkan penanganan cedera atlet lebih terarah. Cedera dapat menyebabkan atlet tidak bisa bertanding untuk selamanya. Kalau cederanya tidak diobati dengan benar dan oleh dokter spesialis ortopedi. Apalagi kalau sudah cedera, atlet masih memaksakan diri untuk latihan. Karena khawatir tidak bisa bertanding. Keadaan ini lebih berbahaya lagi. Organ tubuh yang cedera bisa rusak.

Atlet yang cedera biasanya harus istirahat selama dua bulan. Kadang-kadang atlet suka tidak mau istirahat. Berbeda dengan atlet luar negeri, yang akan istirahat total untuk memulihkan cederanya. Sehingga proses pemulihannya cepat. Sebaliknya atlet Indonesia maunya latihan terus. Padahal sudah diminta untuk istirahat. Cedera yang dialami atlet pencak silat biasanya di lutut, pergelangan kaki, kadang-kadang patah tulang kering, atau lengan. (Ratih Sayidun)

elatih renang, Denny Anggeri mengenal Rumah PSakit Olahraga Nasional (RSON) dari rekomendasi seorang pelatih kempo. Sudah empat kali pelatih

ini bolak balik ke rumah sakit ini. Karena ingin mengetahui apa saja fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Terbukti RSON sesuai dengan kebutuhan atlet renang. Antara lain ada dokter spesialis orthopedi dan syaraf.

Eksistensi RSON sangat penting. Karena ikut mempengaruhi kemajuan prestasi atlet. Bagaimanapun juga atlet membutuhkan seperti RSON. Bukan hanya untuk menangani cedera.

Rumah sakit juga menjadi pusat informasi mengenai kecukupuan gizi yang tepat untuk atlet, misalnya atlet renang.

Untuk itu RSON harus lebih giat melakukan promosi. Apalagi Indonesia pada tahun 2018 nanti menjadi tuan rumah Asean Games. RSON sangat berpotensi mendukung kegiatan berskala internasional itu.

Olahraga renang sebenarnya minim cedera. Diperkirakan sekitar 20 persen atlet renang yang berisiko mengalami cedera. Risiko cedera terutama dialami oleh atlet polo air, loncat indah dan renang indah.

Tapi kalau sudah cedera, proses pemulihannya membutuhkan waktu lama. Sekitar enam bulan. Biasanya yang sering mengalami cedera adalah bahu belakang. Cedera ini biasanya terjadi pada atlet yang mengalami Yaitu latihan renang yang sangat berlebihan melebihi batas normal. Akibatnya, otot menjadi jenuh. Kalau dipaksakan latihan juga, bisa menimbulkan nyeri otot. Cedera ini kalau tidak cepat diobati, bisa mengganggu syaraf. (Ratih Sayidun)

Mendukung Prestasi Atlet

Pelatih dan Atlet Membutuhkan RSON

27Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Iskandar

Denny Anggeri

Medical Center

over head training.

Page 28: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

28

29Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Topik Kita

ebagai bentuk apresiasi kepada atlet, Kementerian SPemuda dan Olahraga membangun Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Kesehatan termasuk hal

penting yang harus diperhatikan, untuk meningkatkan prestasi atlet. Mulai dari pencegahan hingga pengobatannya.

Olahragawan berisiko tinggi mengalami cedera. Baik saat latihan maupun ketika bertanding. Atlet bisa kehilangan kesempatan untuk bertanding, bila cedera. Akibat cedera pula, para olahragawan bisa kehilangan masa depan di usia emas. Cedera tentu sangat mempengaruhi prestasi olahragawan. Disinilah peran RSON. Rumah sakit khusus untuk atlet ini mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan untuk atlet.

Keberhasilan RSON Selama Tahun 2014

Pada februari 2014, Dr. r. asuki Supartono, Sp T, FICS, MARS dilantik sebagai Direktur Utama RSON. Dokter spesialis orthopedi ini segera bergerak cepat untuk menjadikan rumah sakit ini, siap memberikan pelayanan kesehatan secara umum bagi Atlet atau Olahragawan. Khususnya kepada atlet serta masyarakat luas pada umumnya. Sepanjang tahun 2014, sejumlah keberhasilan telah dicapai oleh RSON.

Dalam bidang dukungan kesehatan, RSON telah melakukan Medical Check Up kepada 504 pasien. Terdiri dari: Ÿ 190 atlet prima dari 21 cabang olahraga. Ÿ 80 atlet Ragunan dari 9 cabang olahraga dalam rangka

International Sport School Games di Thailand.

.O B d

tamu kitaUlasan

elatih timnas taekwondo Rahmi Kurnia bersyukur Psekarang ada Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Sangat tertolong sekali dengan adanya

rumah sakit ini. Pembinaan kesehatan atlet bisa lebih optimal. Contohnya, ketika atlet cedera, bisa langsung berobat ke RSON.

Sejak tahun 2013, mantan atlet taekwondo peraih medali perak Olimpiade 1992 di Barcelona ini, sudah membawa sejumlah atletnya yang cedera untuk berobat dan melakukan fisioterapi di rumah sakit ini. Kebanyakan cederanya di lutut dan pergelangan kaki. Waktu pemulihan tergantung parah tidaknya cedera. Saat pemulihan, latihan biasanya tetap dilakukan sambil tetap mengistirahatkan organ tubuh yang cedera.

Misalnya, kaki kanan yang cedera yang diistirahatan. Maka kaki kiri yang digunakan untuk latihan. Atau karena cedera jadi tidak boleh latihan lari, diganti dengan latihan beban.

Latihan olahraga harus berdasarkan ilmu pengetahuan. Karenanya atlet, pelatih dan pembina olahraga harus terus belajar. Salah satu tujuannya untuk mencegah cedera.

RSON sekarang sudah buka 24 jam. Tidak bingung lagi ketika atlet sakit saat malam hari. Baru - baru ini 2 atlet taekwondo sakit gejala tipus sehingga harus dirawat di RSON. Dengan adanya RSON, sakitnya atlet jadi lebih cepat diobati. (Ratih Sayidun)

Pelat ih nasional anggar Rini Ismalasari mengingatkan perlunya kerjasama antara pelatih, atlet dan tim medis. Untuk itu Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) berperan penting mendukung prestasi atlet.

Mantan atlet anggar ini mengetahui adanya RSON, setelah diberitahu oleh sesama pelatih anggar, yang sudah mengikuti pelatihan tentang cedera di RSON. Sejak itu, Rini datang ke RSON, mengantar atletnya yang menderita cedera lutut dan cedera bahu.

Satu-satunya pelatih wanita di PB Ikasi ini menyatakan, kami memerlukan kerjasama dengan RSON. Supaya atlet yang cedera bisa diobati secara tepat. Sebab, bagi atlet anggar, istirahat lebih dari tiga hari saja, berarti kembali ke nol lagi. Atlet tidak bisa istirahat total. Karena harus siap pakai alias harus siap bertanding.

Dengan demikian, Jadi kalaupun cedera, misalnya kakinya cedera. Maka kakinya istirahat tidak latihan, tapi tangannya yang latihan.

Atlet anggar melakukan gerakan seluruh tubuh. Cedera terbanyak terjadi di pergelangan kaki, lutut, paha belakang, paha depan, bahu dan siku. Bila cedera tidak cepat diobati dengan baik, dikhawatirkan atlet tidak bisa latihan.

Atlet anggar sangat berisiko cedera. Maka pelatih berusaha meminimalkan risiko cedera itu. Misalnya, tidak boleh latihan fisik di jalan aspal atau jalan yang ada paving blok. (Ratih Sayidun)

Pelatih Saling Memberitahu

Pembinaan KesehatanLebih Optimal

28 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Rini Ismalasari

Rahmi Kurnia

Ulasan

28

Page 29: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

29

29Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Topik Kita

ebagai bentuk apresiasi kepada atlet, Kementerian SPemuda dan Olahraga membangun Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Kesehatan termasuk hal

penting yang harus diperhatikan, untuk meningkatkan prestasi atlet. Mulai dari pencegahan hingga pengobatannya.

Olahragawan berisiko tinggi mengalami cedera. Baik saat latihan maupun ketika bertanding. Atlet bisa kehilangan kesempatan untuk bertanding, bila cedera. Akibat cedera pula, para olahragawan bisa kehilangan masa depan di usia emas. Cedera tentu sangat mempengaruhi prestasi olahragawan. Disinilah peran RSON. Rumah sakit khusus untuk atlet ini mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan untuk atlet.

Keberhasilan RSON Selama Tahun 2014

Pada februari 2014, Dr. r. asuki Supartono, Sp T, FICS, MARS dilantik sebagai Direktur Utama RSON. Dokter spesialis orthopedi ini segera bergerak cepat untuk menjadikan rumah sakit ini, siap memberikan pelayanan kesehatan secara umum bagi Atlet atau Olahragawan. Khususnya kepada atlet serta masyarakat luas pada umumnya. Sepanjang tahun 2014, sejumlah keberhasilan telah dicapai oleh RSON.

Dalam bidang dukungan kesehatan, RSON telah melakukan Medical Check Up kepada 504 pasien. Terdiri dari: Ÿ 190 atlet prima dari 21 cabang olahraga. Ÿ 80 atlet Ragunan dari 9 cabang olahraga dalam rangka

International Sport School Games di Thailand.

.O B d

29Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Topik Kita

ebagai bentuk apresiasi kepada atlet, Kementerian SPemuda dan Olahraga membangun Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Kesehatan termasuk hal

penting yang harus diperhatikan, untuk meningkatkan prestasi atlet. Mulai dari pencegahan hingga pengobatannya.

Olahragawan berisiko tinggi mengalami cedera. Baik saat latihan maupun ketika bertanding. Atlet bisa kehilangan kesempatan untuk bertanding, bila cedera. Akibat cedera pula, para olahragawan bisa kehilangan masa depan di usia emas. Cedera tentu sangat mempengaruhi prestasi olahragawan. Disinilah peran RSON. Rumah sakit khusus untuk atlet ini mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan untuk atlet.

Keberhasilan RSON Selama Tahun 2014

Pada februari 2014, Dr. r. asuki Supartono, Sp T, FICS, MARS dilantik sebagai Direktur Utama RSON. Dokter spesialis orthopedi ini segera bergerak cepat untuk menjadikan rumah sakit ini, siap memberikan pelayanan kesehatan secara umum bagi Atlet atau Olahragawan. Khususnya kepada atlet serta masyarakat luas pada umumnya. Sepanjang tahun 2014, sejumlah keberhasilan telah dicapai oleh RSON.

Dalam bidang dukungan kesehatan, RSON telah melakukan Medical Check Up kepada 504 pasien. Terdiri dari: Ÿ 190 atlet prima dari 21 cabang olahraga. Ÿ 80 atlet Ragunan dari 9 cabang olahraga dalam rangka

International Sport School Games di Thailand.

.O B d

Keberhasilan RSON Selama Tahun 2014

Topik Kita

29

Page 30: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

3030 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Kemenpora.go.id dan Media Informasi RSON)Ÿ ATLS dan Bimtek Mental Spiritual. Berupa

tarhib dan buka puasa bersama. Ÿ Bimtek Penatalaksanaan Cedera Olahraga (di

publikasikan di Hospital Expo di portal website Kemenpora.go.id dan Media Informasi RSON)

Ÿ Peminjaman ruang auditorium untuk berbagai macam kegiatan. Diantaranya rapat persiapan pelaksanaan tes atlet PRIMA, penataran pelatih dan wasit IPSI dan pelatihan BSMI.

Ÿ Sosialisasi sengketa medik dari IDI Jakarta Timur

Ÿ Mengadakan berbagai macam pelatihan. Antara lain pelatihan penyadaran bahaya destruktif pornografi dan Pelatihan SBH SMP – SMA dari Puskesmas Ciracas.

Ÿ M e l a k s a n a k a n b e r b a g a i ke g i a t a n . Diantaranya, mengikuti kegiatan Hospital Expo di JCC Senayan, rapat persiapan paskibraka, Rakernas dan Mukernas IPSI.

Ÿ Melakukan kunjungan-kunjungan ke Rumah Sakit Pembina dan percontohan serta Universitas-universitas. Antara lain RS PMI Bogor,RS PON, RS Mata AINI, RS Ortopedi Solo, RS Lokapala, UNS dan UNY.

Ÿ Menerima Kunjungan dari Universitas Ganesha Bali dan Fakultas Keolahragaan dan Pendidikan Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Ÿ Publikasi pengumuman penerimaan CPNS di Harian Republika dan Radio Elshinta.

Ÿ Tergabung dalam website PERSIRSON juga turut mengirim tim medisnya untuk

mendukung beberapa kegiatan :Ÿ Tim Medis Paskibraka Nasional, Juli-

September 2014.Ÿ Tim medis Rally Mobil Tua Lintas Katulistiwa

Jakarta-Padang, September 2014.Ÿ Tim Medis Hari Pramuka Nasional.Ÿ Tim Medis Pertandingan Wushu Internasional.Ÿ Tim medis pada pertandingan Pencak silat di

POPKI.Ÿ Tim Medis Festival Senam Lansia. (Ratih Sayidun)

Ÿ 98 calon atlet Ragunan dari 8 cabang olahraga.Ÿ 136 calon anggota Paskibraka Nasional dari 34

provinsi di Indonesia.Pada bidang pelayanan medik. Sepanjang

tahun 2014, RSON telah membuka pelayanan medik bagi para atlet, karyawan Kemenpora dan keluarga karyawan Kemenpora. Pelayanan medik bagi masyarakat umum belum dapat dilakukan karena tarif PNBP RS Olahraga Nasional belum disahkan.

Ÿ Penyusunan PERMENPORA no. 0524 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSON

Ÿ Perpanjang Izin Operasional Sementara dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Pengurusan Izin Operasional Tetap RSON

Ÿ Terbitnya Surat Rekomendasi Penetapan Kelas RSON dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Ÿ Pengurusan kelengkapan administrasi Rumah Sakit antara lain : Status Badan Layanan Umum (BLU) RSON, kerjasama dengan BPJS Jakarta Timur, Surat Izin Praktek dan Surat Tanda Registrasi Dokter Spesialis, dokter umum dan dokter gigi, perawat, radiographer, apoteker dan asisten apoteker, analis laboratorium, fisioterapi dan izin Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Ÿ Terbitnya Izin Undang Undang Gangguan RSONŸ Penyusunan tarif PNBP RSONŸ Terbitnya sertifikat RSON sebagai anggota

Persatuan Rumah Sakit Seluruh IndonesiaŸ Keluarnya Revisi V RKA KL RSON

Berikut apa saja yang telah dilaksanakan oleh bidang Pengembangan SDM dan Kerjasama Antar Lembaga. Ÿ Talkshow dan seminar Osteoporosis (di

publikasikan di Hospital Expo di portal website

Topik KitaTopik Kita

30

Pelayanan yang sudah berjalan yaitu Pelayanan Umum (IGD,Poli Gigi, Poli Psikolog), Pelayanan Spesialis (Poli Orthopedi, Poli Penyakit Dalam, Poli Rehabilitasi Medik, Poli Kebidanan dan Kandungan, Poli Anak, Kedokteran gigi spesialis periodontia) dan Pelayanan Penunjang Medik (Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi (MRI) dan Instalasi Rehabilitasi Medik). Jumlah kunjungan pasien ke RSON hingga 24 Desember 2014 mencapai 3672 pasien. Kemudian pencapaian bidang ad minis­trasi dan keuangan antara lain:

Page 31: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

3131Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Karya ilmiah

alah satu kesuksesan atlet di negara maju Sberawal dari sumbangan ilmu pengetahuan olahraga dan ilmu kedokteran serta ilmu

lainnya. Tidak disangsikan bahwa bermutunya pertandingan olahraga akibat dari i lmu pengetahuan. Latihan di kalangan atlet andalan dalam mempersiapkan pertandingan mengacu pada hasil penelitian dan kajian serta pengamatan ilmiah.

Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan olahraga yakni:Ÿ Ilmu pengetahuan yang mengarah pada

hubungan sebab akibat dari prestasi rekor.Ÿ Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

prestasi tinggi dalam arti luas memusatkan perhatian kepada penelitian dan realisasi perkembangan sejak usia muda sampai prestasi puncak hingga stabilisasi tingkat prestasi.

Ÿ Ilmu pengetahuan dalam usaha pengembangan metode terbaik dalam menangani atlet dunia melalui upaya peningkatan prestasi sebagai penjabaran dari program latihan efektif, adanya inovasi dari bidang peralatan serta fasilitas

Peranan Sport Science Dalam Mendukung Prestasi Olahraga

Menghadapi olympic games membutuhkan persiapan beberapa tahun sebelumnya dengan target sasaran yang telah di tentukan. Selama meningkatkan kualitas fisik ada keterlibatan pemanfaatan dan penerapan iptek yang terprogram secara proporsional. Kualitas fisik dihasilkan dari teknik yang terbaik. Menganalisa teknik suatu gerakan dari cabang olahraga memerlukan keilmuan tersendiri sesuai ciri kecabangannya. Teknik atlet dapat dibentuk dari latihan. Melalui latihan antara lain untuk memperbaiki atau membentuk teknik terbaik.

Ilmu olahraga atau lebih dikenal dengan sport science adalah disiplin ilmu olahraga yang mempelajari bagaimana tubuh bekerja selama latihan, dan bagaimana olahraga serta aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan. Ilmu Keolahragaan menggabungkan bidang Fisiologi (Fisiologi Latihan, Anatomi, Biomekanik dan Biokimia (K inesio logy) Pengembangan pemahaman lebih besar tentang bagaimana tubuh bereaksi terhadap latihan, lingkungan yang berbeda dan banyak rangsangan lainnya.

...Selama meningkatkan

kualitas fisik ada keterlibatan

pemanfaatan dan penerapan iptek yang terprogram

secara proporsional....”

“Hydropool Untuk Rehabilitasi dan Latihan Penguatan otot

) .

PERAN SPORT SCIENCE DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA

Karya Ilmiah

Page 32: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

32

Karya ilmiah

32 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Nilai fisik adalah himpunan struktur, himpunan kualitas dan himpunan kelakuan kinetik serta berbagai cara ekspresi dari dimensi biologis. Struktur dapat menetapkan perbedaan pokok dukungan fungsi serta hubungan. Sedangkan kualitas adalah ekspresi gerak metabolik, mekanik serta estetik berdasarkan struktur fisik.

Kerja fisik memerlukan persentase otot yang yang dapat di dukung oleh kerja jantung, pernafasan serta peredaran darah secara baik. Kualitas otot didasarkan pada perlakuan faal dan mekanis otot yang bekerja secara aerobik dan an- aerobik. Sedangkan kelakuan kinetik erat kaitannya dengan bakat atau hasil latihan secara menyeluruh.

Untuk mengetahui kualitas fisik atlet dibutuhkan teknik analisa secara cermat. Teknologi modern telah menyediakan peningkatan secara tepat dalam memperoleh an dan efgerakan melalui penggunaan peralatan canggih seperti video perubahan kecepatan, analisa komputer, dan pengukuran kekuatan. Seluruh bidang ilmu keolahragaan (ilmu biomekanika, ilmu genetika, ilmu gerak) menjadi sangat penting. (Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd)

isiensi perbaik

Karya Ilmiah

32

Alat Mayoline untuk mengukur kemampuan kekuatan

maksimal setiap bagian otot (Maximum Strength Test)

Motion analysis system Untukmenganalisa gerakan melalui hasil kamera

VacuSport Untuk Recovery

Page 33: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

33

Tips Sehat

2. Karies Dentin, adalah karies yang sudah mencapai dentin. Pada karies ini akan terasa ngilu kalau makan makanan manis, asam atau dingin. Rasa ngilu bertahan beberapa waktu. Sampai kurang lebih satu menit.

3. Karies Pulpa. Yaitu karies yang sudah mencapai jaringan pulpa. Sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Rasa ngilunya terasa spontan, yang tidak terus menerus. Rasa sakitnya hilang timbul. Apalagi saat malam hari.

Berikut beberapa tips untuk mencegah gigi berlubang:1. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi

berflouride setelah makan dan sebelum tidur.2. pilihlah sikat gigi yang tepat, untuk membersihkan

gigi. Pilihlah sikat gigi yang memiliki kepala sikat yang kecil dan bulu sikat menyilang, sehingga mudah menjangkau bagian dalam gigi.

3. Makan makanan yang bergizi. Hindari makanan yang manis dan lengket

4. Menggunakan benang gigi. Benang gigi atau dental floss bisa membantu menghilangkan partikel kecil yang tersangkut di celah– celah gigi

5. Periksa gigi ke dokter gigi secara teratur 6 bulan sekali. Meskipun sedang atau tidak sedang sakit gigi. (drg. Sri Maryani)

Pencegahan Gigi Berlubang

igi yang bersih dan kuat merupakan impian Gsetiap orang. Maka untuk menghindari sakit gigi diperlukan perawatan gigi secara berkala.

Terutama agar gigi tidak berlubang. Bukankah mencegah gigi berlubang lebih baik daripada mengobati sakit gigi.

Walaupun tampak sederhana tapi perawatan gigi sering diabaikan. Akibatnya gigi jadi mudah berlubang. Keadaan ini menyebabkan gigi terasa ngilu. Bahkan bisa sampai ke tahap paroksisma(sakit yang sangat hebat) yang dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi.

Salah satu penyebab gigi berlubang yaitu Plak. Plak itu sendiri merupakan lapisan. Proses terjadinya plak dimulai 20 menit setelah kita makan. Sisa sisa makanan yang menumpuk akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Bakteri ini cukup berbahaya karena mineral gigi dapat larut atau luluh sehingga menimbulkan karies.

Ada tiga macam karies:1. Karies Email. Yaitu karies yang terjadi pada

permukaan enamel gigi (lapisan gigi yang terluar dan terkeras pada gigi). Pada karies ini akan terasa ngilu kalau makan makanan manis, asam dan dingin. Rasa ngilu akan hilang bila tidak menyantap makanan yang manis. asam atau dingin.

33Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Tips Sehat

33

Page 34: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

34

34 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Tips Sehat

aat ini olahraga lari semakin banyak digemari oleh Smasyarakat dari seluruh kalangan. Banyak kegiatan lari yang diadakan di Ibukota. Mulai dari

yang dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga hingga kegiatan lari marathon tingkat nasional maupun internasional sering diadakan di Ibukota.

adalah salah satu bentuk olahraga yang dilakukan dengan cara lari-lari kecil. Pada saat berjalan, kaki menapak ke tanah secara bergantian. Sedangkan menurut weill, pada ada saat melayang dimana kedua kaki tidak menyentuh tanah. termasuk olahraga yang murah dan bisa dilakukan oleh siapapun baik wanita maupun pria disegala umur. Dan bermanfaat begitu besar bagi kesehatan tubuh. Warburton di dalam jurnal

mengatakan, bahwa aktifitas fisik secara teratur merupakan pengobatan primer maupun sekunder dari beberapa penyakit kronik. Seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, hipertensi, obesitas dan dapat mencegah terjadinya kematian secara dini.

fisik tersebut. T u j u a n n y a u n t u k m e n i n g k a t k a n d a n

mempertahankan kesehatan, juga menurunkan berat badan. Untuk dewasa usia 18 - 65 tahun direkomendasikan melakukan aktivitas aerobik sedang seperti berjalan selama minimal 30 menit sekurang - kurangnya 5 hari setiap minggunya. Sedangkan untuk melakukan aktivitas aerobik yang lebih berat seperti dilakukan minimal 20 menit sekurang - kurangnya 3 hari setiap minggunya.

Selain dapat mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit kronik, juga memiliki manfaat lain yaitu:Ÿ dapat membantu menurunkan berat

badan. Jogging sangat bermanfaat untuk membakar lemak dan kalori pada tubuh kita. Sehingga sangat membantu bagi seseorang yang ingin menurunkan berat badannya.

Ÿ menguatkan tulang dan otot. Jogging akan memperkuat otot dan densitas tulang dari kedua kaki, panggul dan punggung. atau lari tidak akan menghasilkan otot bulky seperti saat latihan beban berat, tapi akan meningkatkan kekuatan kaki. Contohnya, seorang pelari jarak jauh badannya terlihat kurus, tetapi memiliki kaki yang sangat kuat.

Jogging Untuk Tubuh Sehat dan Segar

Tips Sehat

34

Mengingat banyak keuntungan dari aktivitas fisik secara teratur, maka American College of Sport Medicine dan American Heart Association me­rekomendasikan jumlah dan intensitas dari aktivitas

Fun Running

Jogging

Jogging

jogging

jogging

jogging

jogging

Jogging

Jogging

Jogging

International Journal ofExercise Science

Page 35: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

35

Tips Sehat

3535Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

tamu kitaTips Sehat

Ÿ membuat kualitas tidur lebih baik. secara rutin akan membuat tidur lebih

mudah dan kualitas tidur lebih baik.Ÿ meningkatkan daya tahan tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Professor Mike Gleeson dari Universitas Loughborough dan dipresentasikan dalam Konferensi

tahun 2011 menyatakan, bahwa aktivitas aerobik seperti dapat membantu menangkal terjadinya influenza sampai diatas 33%.

terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Ÿ m e n i n g k a t k a n kesehatan mental.

secara rutin d a p a t m e n c e g a h terjadinya depresi. S e h i n g g a d a p a t m e n i n g k a t k a n kapasitas kerja dan kehidupan yang lebih aktifDalam melakukan ada beberapa hal yang

harus diperhatikan sebelumnya, yaitu:Ÿ Konsultasi ke dokter untuk mengetahui kondisi medis diri kita sebelum melakukan Ÿ Memakai sepatu yang sesuai pada kaki

Ÿ Melakukan pemanasan sebelum melakukan aktifitas dan pendinginan setelah melakukan aktivitas.

Ÿ Mencukupi kebutuhan cairan tubuh sebelum, saat dan sesudah

Ÿ Menyediakan waktu kosong selama sekurang - kurangnya 2 hari untuk istirahat. Agar tidak terjadi overtraining yang dapat menimbulkan cidera.

Ÿ Melakukan tidak melebihi 80% dari d e t a k j a n t u n g maksimal. Detak jantung maksimal ( 2 2 0 d i ku ra n g i usia).

Ÿ S e g e r a m e n g h e n t i k a n

jika terjadi cedera saat Dari pembahasan

diatas sudah terbukti b a h w a m e m i l i k i b a n y a k m a n f a a t d a l a m

menjaga kesehatan dan kebugaran. Memiliki tubuh yang sehat dan bugar adalah impian dari setiap individu. adalah salah satu solusi olahraga mudah dan murah untuk mewujudkan impian tersebut. (dr. Danarto Hari Adhimukti)

...Jogging sangat bermanfaat untuk membakar lemak dan kalori pada tubuh kita. Sehingga jogging sangat membantu bagi seseorang yang ingin menurunkan

berat badannya.... ”

Association forScience Education (ASE)

Jogging

Jogging

jogging.

jogging

jogging

jogging,

jogging.

j o g g i n g

Jogging

jogging

Jogging

Jogging

Jogging

J o g g i n g

Page 36: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

36

36 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

Tips Sehat

Ÿ Tipe pasif adalah pemanasan yang dilakukan dengan bantuan dari luar tubuh misalnya: mandi dengan air panas ini kurang efektif meskipun dapat menaikkan suhu tubuh.

Ÿ Tipe Non Spesifik adalah suhu tubuh dinaikkan dengan gerakan–gerakan kelompok otot besar yang aktif misalnya: senam cara ini lebih efektif dan banyak digunakan

Ÿ Tipe Spesifik adalah pemanasan spesifik kecabangan atau untuk bagian otot atau saraf tubuh tertentu yang akan digunakan misalnya: pada angkat besi. Pemanasan ini tidak hanya menaikkan suhu tubuh tetapi juga memberikan kesempatan melalukan percobaan sebelum bertanding, Pemanasan ini biasanya dilakukan oleh atlet.

Ÿ Intensitas dan lama pemanasan sangat individual tergantung dari kemampuan fisik atlet yang bersangkutan contoh: pemanasan 25 menit.

Hal penting yang harus diingat adalah pemanasan dikatakan cukup jika diawali dengan keluarnya keringat suhu tubuh naik 1–2 ºC pada kondisi lingkungan normal. Pemanasan disesuaikan dengan perimbangan antara intensitas dan lama pemanasan. Suhu tubuh kembali normal setelah istirahat ± 45 menit. Jadi diperhitungkan antara pemanasan dengan latihan ataupun pertandingan.

Keuntungan melakukan pemanasan, atlet akan lebih siap baik fisik ataupun mental. Setelah melakukan pemanasan harus diikuti dengan pendinginan (Cool Down). Inipun sama pentingnya. Pemanasan dilakukan secara berurutan dari atas kebawah atau dari bawah keatas dan dari gerak statis ke gerak dinamis. (Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd)

anyak yang berpendapat bahwa untuk mencapai Bpuncak prestasi olahraga harus terorganisir secara baik. Keadaan demikian dapat dicari kembali melalui

mekanisme yang dinamis serta modernisasi latihan. Proses latihan selalu berkembang sepanjang zaman. karenanya proses latihan memerlukan pengetahuan dan intelegensi dari individunya (Atlet).

Latihan dapat menjadi masalah apabila tidak terkoordinasi dengan baik. Sebelum melakukan latihan ada baiknya melakukan pemanasan (warm up ) terlebih dahulu.

Tujuan pemanasan antara lain untuk:Ÿ Peregangan (Streches) otot dan tali pengikat (Tendon)Ÿ Meningkatkan suhu tubuh khususnya otot dan persendian.Ÿ Mengkonsentrasikan pikiran dan mengulang kembali

keterampilan dengan keterampilan yang akan dihadapi kemudian.

Pemanasan sangat penting. Terutama untuk penampilan fisik yang membutuhkan kemampuan puncak dalam waktu singkat. Contohnya: Lari Jarak Pendek, Angkat Besi atau lainnya. Pemanasan yang cukup dan tepat dapat mencegah terjadinya cedera (otot, tendo ligamen dan jaringan pengikat lainnya)

Hasil penelitian menyatakan bahwa Hemoglobin lebih cepat dan sempurna jika suhu tubuh naik, dan proses oksidasi akan lebih meningkat pada otot yang aktif. Kenaikan suhu tubuh merangsang pelebaran pembuluh darah dan mempercepat aliran darah ke otot.

Agar terhindar dari cedera sebaiknya melakukan latihan. Dimulai dari pemanasan, kemudian latihan dari intensitas rendah ke intensitas cukup tinggi secara bertahap. sehingga kekurangan oksigen pada dinding jantung dapat terhindar. Beberapa tipe pemanasan adalah sebagai berikut:

Pentingnya Pemanasan Sebelum Berlatih

Aktivitas Tujuan Waktu (Min)

Lari ringan dengan Aerobik

Meningkatkan suhu otot

5 menit

Latihan kelenturan

Memperbaiki jangkauan

gerak

10 menit

Latihan drill khusus

kecabangan

Koordinasi dan persiapan

latihan kecabangan

10 menit

n,

Tips Sehat

36

Page 37: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

37

37Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015

tamu kitaTips Sehat

Madu tersusun dari protein, berbagai zat gula yaitu fruktosa, glukosa dan sukrosa, beberapa mineral seperti besi, tembaga, mangan, kalsium, sodium, belerang, potassium dan fosfor. Juga vitamin seperti vitamin B1 thiamin, vitamin B2 flavin (Riboflavin), vitamin C, Vitamin A, vitamin B6, vitamin B3 dan vitamin B5. Vitamin – vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh dan perlindungan dari penyakit. Madu banyak mengandung vitamin B2 flavin, setara dengan kandungan flavin dalam daging ayam, 17 kali lipat lebih banyak dibandingkan sari buah anggur dan apel segar, dan lima kali lipat lebih banyak dibandingkan keju rendah lemak, strawberi dan wortel.

Madu juga diyakini sebagai sumber alami terbesar vitamin C. Bahkan lebih banyak mengandung vitamin C dibandingkan sayuran hijau dan buah – buahan. Karena serbuk sari (pollen) di dalam madu sangat kaya akan vitamin C. Vitamin C berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh terhadap racun, membantu tubuh menyerap zat besi, membentuk butiran sel darah merah dan memelihara sel – sel hati. Kekurangan vitamin ini dapat melemahkan daya tahan tubuh. Sehingga tubuh mudah diserang bakteri.

Sejak ribuan tahun lalu, madu sudah dimanfaatkan sebagai pemanis alami. Madu merupakan asupan karbohidrat lengkap yang paling cepat dapat diserap tubuh manusia. Sehingga menghasilkan energi , lebih cepat dibandingkan dengan tepung dan gula. Hebatnya lagi, madu dengan cepat menghasilkan energi di dalam tubuh. Tanpa harus melelahkan organ pencernaan. Bahkan rasa manis yang terdapat pada madu itu, dua kali lipat lebih manis dibandingkan gula tebu. Rasa manis pada madu, dihasilkan dari gula buah (fruktosa), bukan dari gula sukrosa (gula tebu). (Ratih Sayidun)

Madu,Yang Menyehatkan

Menurut Kang Dwin, pendiri Budidaya Lebah Madu Segar Shofi, madu memiliki komposisi nutrisi dan enzym yang terbentuk secara alami. Minuman manis tapi menyehatkan ini dapat membantu memperbaiki sel tubuh yang rusak. Sel yang sehat dapat menghasilkan zat imunitas, yang berfungsi untuk melawan penyakit.

Madu asliSeperti apa sih…madu asli itu ? Berikut ciri madu asli, hasil uji coba dari Budidaya Lebah Madu Segar Shofi :- Disukai semut. Madu asli akan didatangi semut. Karena

binatang adalah pendeteksi yang sensitif terhadap zat berbahaya. Binatang tidak akan mengonsumsi madu yang dicampur zat kimia.

- Madu asli akan semakin mencair bila dibiarkan beberapa menit diudara terbuka (minimal 5 menit). Karena sifat alami madu adalah mudah menyerap kandungan air dalam udara atau disebut sifat higroskopis (madu akan mengikat uap air diudara). Dan inilah alasan ilmiah mengapa kemasan madu harus tertutup rapat. Cobalah ambil 1 sendok madu dan letakan setengah jam diatas meja. Maka madu murni akan semakin mencair/encer. Begitupun bila kita gunakan masker madu. Maka madu diwajah akan banyak menetes karena makin encer dibandingkan saat didalam toples.

Manis yang menyehatkan Ahli madu ini mengingatkan, mengonsumsi madu

murni secara rutin selama minimal 3 hari akan meningkatkan vitalitas tubuh. Caranya, minum madu setiap pagi dan menjelang tidur, dalam kondisi perut kosong atau sebelum makan. Cara terbaik minum madu, yaitu minum campuran madu dengan air hangat. Atau lulur wajah dengan madu murni selama minimal setengah jam, menghasilkan kulit wajah yang terasa lembab.

Ingin sehat ? Mudah saja. Cobalah rutin minum madu. Si manis yang satu ini sungguh banyak manfaatnya. Sekaligus menjadi obat pula.

Tips Sehat

37

Page 38: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

38

Galeri Foto

38

Direktur Utama RSON, staf dan karyawan RSON berfoto bersama sejumlah ahli perumahsakitan usai mengadakan Rapat Evaluasi Kinerja di Hotel

Amarosa, Bekasi

Sesmenpora DR. H. Alfitra Salamm, APU bersama Direktur Utama dan Staf RSON usai Rapat Koordinasi Sosialisasi Permenpora

dr. M. Saptadji, MARS., dr. Prihadi G, dan E. Hermawan mengikuti Rapat Koordinasi Rintisan Kerjasama yang digelar RSON di Hotel Amarosa, Bekasi

Page 39: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

39

Galeri Foto

39

Kunjungan Menpora Imam Nahrawi, S.Ag ke Gedung RSON bertemu dengan Direktur Utama RSON Dr. dr. Basuki Supartono,

Sp.OT, FICS, MARS

Menpora Imam Nahrawi, S.Ag bersama Direktur Utama RSON Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS dan jajaran staf dan karyawan

RSON usai kunjungan Menpora ke Gedung RSON

Para peserta Bimbingan Teknis di RSON sedang melakukan praktek penanganan cedera olahraga pada atlet

Page 40: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

40

Galeri FotoGaleri Foto

40

Direktur Utama dan Staf RSON bersama peserta bimbingan teknis penatalaksana cedera olahraga dari tim medis dan pelatih

KONI18 November 2014

Direktur Utama RSON bersama pelatih cabang olahraga Taekwondo PBTI usai pelatihan penatalaksanaan cedera olahragadi Ruang

Auditorium RSON

Direktur Utama RSON Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS memberikan materi penatalaksanaan cedera olahragakepada para

pelatih Taekowondo PBTI

Page 41: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

41

Galeri FotoGaleri Foto

41

Menpora KIB 2KRMT Roy Suryo Notodiprojo bersama Direktur Utama dan Staf RSON di depan stand pameran RSON pada Hospital

Expo di JCC

Staf RSON memberikan hadiah door price kepada salah satu pengunjung stand pameran RSON pada acara Hospital Expo di JCC

Direktur Utama & Staf RSON sedang melakukan olahraga rutin setiap hari Jum’at di area lapangan sepakbola lingkungan RS

Page 42: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

42

Galeri Foto

42

Direktur Utama, staf dan karyawan RSON melaksanakan upacara pengibaran bendera untuk memperingati HUT KORPRI ke­43 di

halaman RSON

Apel pagi sebagai kegiatan rutinitas staf dan karyawan RSON yang diawali dengan membaca do’a

Tim penguji dari RSON melaksanakan wawancara kepada peserta seleksi CPNS Kemenpora RI di RSON

Page 43: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

43

Galeri FotoGaleri Foto

43

Dirut Utama RSON mengunjungi pabrik mesin Stemcell (Sel Punca) di Miltenyi, Koln, Jerman, Desember 2014.

Direktur Utama RSON menyerahkan plakat penghargaan Kemenpora kepada Staf Konjen RI Bpk. Rizal di Frankfurt,

Jerman, Desember 2014.

Direktur Utama RSON Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS sedang berdiskusi dengan Mr. Antonio Capuano

mengenai hasil alat Diers, Jerman, Desember 2014.

Page 44: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

44

Galeri Foto

44

Staf RSON sedang melakukan test analisa gerak dengan alat Simi Motion di Jerman, Desember 2014.

Rintisan kerjasama antara RSON dengan RUMAH SAKIT “JIH” Yogjakarta

Direktur Utama bersama staf RSON, berdiskusi dengan Direktur Keuangan RS JIH dalam rangka rintisan kerjasama

RSON dan RUMAH SAKIT “JIH” Yogjakarta

Page 45: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

45

Seluruh Direksi dan Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

mengucapkan

Selamat Kepada:

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

(Direktur Utama RSON )

Atas segala dedikasi, prestasi dan kerjasama dalam mengembangkan Rumah Sakit Khusus

Rehabilitasi Medik (Olahraga), Sentra Pelayanan Cedera Olahraga Nasional di lingkungan

Kementrian Pemuda dan Olahraga

Page 46: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

46

Rumah Sakit Olahraga

Nasional (RSON) untuk

pertama kalinya menjadi

peserta Indonesian International

Hospital Expo 2014, di Jakarta

Convention Center, 15 -18 Oktober

2014. Keikutsertaan RSON dalam

pameran ini sangat didukung

oleh Kementerian Pemuda dan

Olahraga. Menpora KIB 2 KRMT

Roy Suryo Notodiprojo, pada

hari ketiga pameran, Jumat, 17

Oktober 2014, mengunjungi stand

RSON. Pada kesempatan tersebut,

KRMT Roy Suryo Notodiprojo

melihat secara langsung kesibukan

stand RSON menerima kunjungan

puluhan dokter dan kalangan rumah

sakit. Mereka ingin mengetahui

segala hal mengenai RSON.

Ada pula pengunjung dari Ke–

menterian Pemuda dan Olahraga,

pelatih, atlet, kalangan manajemen

rumah sakit, supplier alat

kesehatan, akademisi, mahasiswa,

masyarakat dan pengunjung dari

luar negeri.

Total pengunjung yang

khusus mendatangi stand RSON

berjumlah 179 orang. Stand

RSON membuat kuis interaktif,

untuk menarik minat pengunjung,

agar tertarik mendatangi stand

RSON. Hadiahnya berupa kaos

Timnas Sepakbola Indonesia

dan bola, yang masing-masing

bertandatangan KRMT Roy Suryo

Notodiprojo. Pengunjung terbanyak

berasal dari kalangan dokter, baik

dokter Umum, dokter gigi maupun

dokter spesialis.

Pada Hospital Expo ini, RSON

menampilkan 2 alat unggulannya,

yaitu Vacusport dan Ergo Cycle VO2

Max (Cardiopulmonary Exercise

RSON Meriahkan Hospital Expo

Kilas Peristiwa

Page 47: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

47

RSON MeriahkanHospital Expo

Test). Vacusport merupakan alat

yang awalnya dikembangkan oleh

NASA. Cara kerjanya, membuat

tekanan negatif dan positif pada

tubuh bagian bawah seseorang,

yang masuk ke dalam chamber

vacusport secara ritmik.

Sehingga membuat dilatasi dan

kompresi pembuluh darah dan limfa

secara bergantian. Mekanisme

kerja tersebut diharapkan dapat

meningkatkan aliran darah ke otot/

jaringan. Vacusport berfungsi untuk

mempercepat regenerasi setelah

latihan dan kompetisi pada atlet,

rehabilitasi, mengurangi edema

dan mengurangi nyeri. Vacusport

banyak digunakan dalam berbagai

bidang disiplin ilmu kedokteran

diantaranya sport medicine,

rehabilitasi medik dan ortopedi.

Sedangkan Ergo Cycle VO2

Max (Cardiopulmonary Exercise

Test) adalah alat yang digunakan

untuk melakukan pemeriksaan

VO2 Max. Istilah olahraga VO2

Max biasa disebut dengan istilah

maximal oxygen consumption atau

maximal oxygen uptake. VO2 Max

adalah kapasitas maksimum tubuh

seseorang untuk menggunakan

oksigen dalam melakukan kegiatan

yang intensif. Pemeriksaan ini dapat

digunakan sebagai parameter

kesehatan atau kebugaran jasmani.

Pada kesempatan ini, RSON

juga menampilkan beberapa alat

unggulan lainnya. Diantaranya

Milwaukee Brace, Boston Brace,

Boston Brace Modifikasi, Hand Grip Dynamometer, Push &

Pull Dynamometer, Leg & Back

Dynamometer. (drg. Afrida Aryani)

“...Vacusport merupakan alat yang awalnya dikembangkan

oleh NASA. Cara kerjanya, membuat tekanan negatif dan

positif pada tubuh bagian bawah seseorang...”

Kilas Peristiwa

Page 48: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

48

Tamu Kita

Cedera menjadi salah

satu masalah kesehatan

yang paling ditakuti para

atlet, Kalangan olahraga wajib

mengetahui apa saja upaya

pencegahan dan penanganan

cedera. Untuk itu, RSON

menyelenggarakan Bimbingan

Teknis Penatalaksanaan Cedera

Olahraga bagi Pelatih dan Tim Medis

di Lingkungan Komite Olahraga

Nasional Indonesia (KONI), Selasa,

18 November 2014.

Bimbingan teknis ini dibuka

secara resmi oleh Sekretaris

Kementerian Pemuda dan

Olahraga, DR. H. Alfitra Salamm, APU, didampingi oleh Deputi

Bidang Peningkatan Prestasi

Olahraga, Prof. Dr. Djoko Pekik

Irianto, M.Kes, AIFO. Kegiatan

ini merupakan upaya promosi

kesehatan dibidang kesehatan

olahraga, terutama berkaitan

dengan preventif/pencegahan

terhadap cedera olahraga.

Pesertanya sekitar 100 orang.

Diikuti oleh pelatih dan tim medis

dari berbagai Pengurus Besar

cabang olahraga di Indonesia.

Seperti PB PASI, PB Pertina,

PB IPSI, PB PSTI, PB Forki, PB

Perkemi, PB Ikasi, PB PRSI dan

PB Persani. Peserta lainnya dari

Sekolah Khusus Olahragawan

Ragunan, Puskemas Kelurahan

Cibubur, Puskesmas Kecamatan

Ciracas, Dinas Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta, Ikatan Dokter

Indonesia Cabang Jakarta Timur,

dan beberapa Rumah Sakit mitra

kerja RSON.

Pada saat pelaksanaan

pelatihan, peserta dibagi menjadi

2 kelas yaitu kelas Tim Medis dan

kelas Pelatih (Non-Medis). Materi

pelatihan terdiri dari 2 materi yaitu

Pertolongan Pertama Gawat

Darurat (PPGD) dan Cedera

Olahraga.

Dr. Chandra Svaras, Sp.B dari

Rumah Sakit Pusat Angkatan

Udara Dr. Esnawan Antariksa,

menyampaikan materi tentang

Penatalaksanaan Cedera Olahraga

bagi Tenaga Medis dan Pelatih.

Menurutnya, Pertolongan Pertama

Bimbingan Teknis Penatalaksanaan Cedera

Olahraga

Kilas Peristiwa

Page 49: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

49

Peringatan Hari KORPRI Ke-43

Gawat Darurat (PPGD) adalah

pengetahuan dan keterampilan

yang harus dilatih secara terus

menerus.

Tujuannya untuk meningkatkan

kesiapan mental dan ketepatan

penanganan pada setiap kasus

cedera olahraga. PPGD bertujuan

untuk memberikan pertolongan

pertama pada kecelakaan di tempat

kejadian dengan cepat dan tepat.

Sebelum tenaga medis datang atau

sebelum korban dibawa ke rumah

sakit, agar kejadian yang lebih

buruk dapat dihindari.

Peserta tampak sangat antusias.

Terbukti dari banyaknya pertanyaan

dan serunya diskusi, mengenai

kasus cedera olahraga yang pernah

dialami oleh para peserta.

Diskusi bahkan tetap

berlangsung di luar sesi materi dan

tanya jawab.

Direktur Utama RSON, Dr.

dr. Basuki Supartono, Sp.OT,

FICS, MARS, menyampaikan

materi seputar cedera. Mulai dari

pengenalan cedera olahraga,

jenis-jenis cedera olahraga serta

penanganan cedera olahraga,

hingga rehabilitasi. Dilanjutkan

dengan praktek penatalaksanaan

cedera olahraga. Peserta dibagi

menjadi 2 kelompok, agar lebih

efektif mengikuti praktek yang

dipandu oleh 6 orang instruktur.

(drg. Afrida Riyani)

Hari Senin (1/12) pagi RS

Olahraga Nasional (RSON)

mengadakan upacara peringatan

HUT KORPRI ke-43. Direktur

RSON Dr. dr. Basuki Supartono,

Sp.OT, FICS, MARS bertindak

sebagai Inspektur Upacara.

Upacara yang diikuti seluruh

karyawan dan karyawati RSON

ini berjalan dengan khidmat dan

lancar.

“Dengan telah diterbitkannya

Undang-undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (ASN), maka organisasi KORPRI akan bertransformasi menjadi Korps Pegawai

Aparatur Sipil Negara atau disingkat Korps ASN RI. Dengan tujuan menjaga kode etik profesi

dan standar pelayanan profesi Aparatur Sipil Negara serta mewujudkan Jiwa Korps Aparatur

Sipil Negara sebagai pemersatu bangsa” demikian dikata Presiden Ir. H. Joko Widodo selaku

penasehat nasional KORPRI dalam sambutannya, yang dibacakan oleh Direktur RSON.

(Yanti, AMK

Kilas Peristiwa

Page 50: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

50

Testimoni

Atlet yang hobi jalan-jalan dan olahraga ini

sebenarnya mulai menderita cedera sejak

empat tahun lalu. Ketika masih menjadi pelajar

SMU sekitar tahun 2010. Cedera terjadi ketika sedang

berlatih. Kaki terasa sakit, kaku dan sulit beraktivitas.

Rasa sakit itu tidak terlalu dirasakannya. Puspa tidak

terlalu peduli dengan rasa sakitnya itu.

Ternyata rasa sakitnya tidak sembuh juga. Malah

terus menerus sakit. Bahkan sejak tiga bulan terakhir

itu, kaki semakin sakit dan sangat menghambat

aktivitas sehari - hari. Terutama saat latihan. Latihan

jadi tidak maksimal dan konsentrasi pun menurun.

Akhirnya atlet ini kemudian menceritakan tentang

cederanya itu kepada pelatih. Pelatihnya menyarankan

untuk konsultasi kepada Dr. dr. Basuki Supartono,

Sp.OT, FICS, MARS, Direktur Rumah Sakit Olahraga

Nasional (RSON). Mula - mula beliau meminta untuk

dilakukan MRI. Hasil MRI, lutut atlet ini mengalami

pengapuran.

Puspa diminta istirahat alias tidak berlatih dulu, juga

dilarang berlatih fisik berat selama seminggu setelah MRI. Kemudian dr. Basuki memberikan suntikan

plasma dan disarankan untuk istirahat. Setelah itu,

dokter menyarankan untuk latihan jalan sejauh 20

km selama seminggu. Dilanjutkan dengan suntik lagi

untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Setelah mendapat pengobatan, kaki atlet ini

merasa jauh lebih baik dan nyaman ketika bertanding.

Meskipun masih harus satu kali suntik lagi untuk

menyelesaikan pengobatan secara tuntas. Puspa

merasakan banyak manfaat dari pengobatan tersebut.

Bersyukur sekali kaki bisa pulih dari rasa nyerinya.

Padahal dulu dia sering merasa cemas dan sangat

khawatir akan masa depannya sebagai atlet. Takut

karena cedera jadi tidak bisa latihan maksimal.Tapi

harus memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Atlet

inipun akhirnya berhasil meraih medali emas pada

Asean University Games.

Puspa merasa mendapat hikmah dari cedera yang

dialaminya. Harus lebih bisa mengendalikan diri dan

menjaga emosi, terutama ketika berlatih. Supaya tidak

cedera lagi. Dan harus lekas berobat ketika mulai

merasa nyeri. (drg. Sri Maryani)

Harus Cepat BerobatJangan menyepelekan cedera. Bila sudah mulai terasa sakit.

Jangan dibiarkan begitu saja. Karena dapat merugikan diri sendiri. Begitulah pengalaman atlet pencak silat Puspa Arum Sari (21).

Page 51: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

51

Testimoni

Cedera tidak diperhatikan. Padahal rasa sakit sudah

dirasakan sejak tahun 2012. Begitulah pengalaman

atlet pencak silat Ida Ayu Putu Candra Murtiadi. Lutut

sebelah kiri terasa sakit. Tapi tidak terlalu dirasakan

nyeri itu. Candra terus saja aktif berlatih. Cedera

tersebut semakin kronis ketika atlet ini sampai di

pelatnas. Rasa nyeri semakin akut dan sangat

menghambat aktivitasnya. Keadaan ini membuat

Candra tidak konsentrasi saat berlatih dan sering

merasa nyeri di lutut. Pelatihnya menyarankan untuk

berobat ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON)

dan konsultasi dengan Dr. dr. Basuki Supartono,

Sp.OT, FICS, MARS.

Semula atlet pencak silat ini hanya bermaksud

check up saja ke RSON. Ternyata hasil rontgen

menunjukkan adanya pengapuran sendi. Dokter

langsung memberikan suntikan plasma. Setelah

disuntik, rasa sakit hilang meskipun kakinya kaku.

Sehingga diberi penyangga kaki oleh dokter. Setelah

tiga hari, kaki yang cedera itu sudah jauh lebih baik

dan nyaman.

Selanjutnya mulailah terapi pemulihan. Candra

disarankan untuk latihan jalan sejauh 20 km selama

seminggu. Plus beberapa terapi latihan kekuatan

otot kaki. Sekarang cederanya sudah sembuh.

Bukan sekadar sembuh. Atlet ini sudah pulih dari

cederanya dan sudah bisa bertanding kembali. Hingga

mendapatkan medali emas pada kejuaraan Asean

University Games.

Cedera membuat atlet ini khawatir akan masa depan

profesinya sebagai atlet. Rasa nyeri akibat cedera

ternyata dapat menganggu konsentrasi saat latihan.

Sakit karena cederanya dahulu menjadi pengalaman

hidup paling berharga. Mulai sekarang harus lebih

memperhatikan kesehatan diri sendiri. Badan sehat

menyebabkan latihan dapat lebih konsentrasi.

Sehingga lebih bisa hati- hati saat berlatih. Hal ini tentu

akan mengurangi risiko cedera. (drg. Sri Maryani)

Cedera Menyebabkan Tidak Konsentrasi

Ida Ayu Putu Candra Murttiadi (tengah)

Page 52: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

52

Testimoni

Reynaldy AtmanegaraMerasa Lega

Atlet taekwondo Reynaldi Atmanegara (19) merasa lega

karena sekarang sudah ada Rumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON). Atlet jadi tidak bingung lagi kemana harus berobat.

Terutama saat mengalami cedera. Sebelum ada RSON, cedera atlet

kadang-kadang salah pengobatan. Akibat kurangnya pengetahuan

atlet mengenai bagaimana pengobatan cedera yang benar.

Sebagai rumah sakit khusus untuk kalangan olahraga, RSON

telah memiliki dokter spesialis orthopedi yang sudah berpengalaman

menangani cedera. Apalagi bagi atlet, cedera adalah musibah besar

yang dapat mengakhiri profesinya sebagai atlet.

Atlet peraih medali emas di kejuaraan Asean University Games

ini mulai mengenal RSON ketika melakukan MCU (Medical Check

Up). Kemudian melakukan terapi saat mengalami cedera hamstring

yang ditandai dengan nyeri. Pengobatan yang tepat di RSON telah menyembuhkan cedera tersebut.

(drg. Sri Maryani)

Menjelang Matahari TerbitDarwis Abdullah

Siapa tak kenal Darwis Abdullah (49) di lingkungan Rumah Sakit

Olahraga Nasional (RSON). Bapak satu anak ini adalah satu - satunya

supir yang bertugas di rumah sakit itu. Rasa tanggung jawabnya

yang begitu besar membuat dirinya ikhlas melaksanakan tugasnya.

Setiap hari, setelah sholat subuh, Darwis sudah berangkat dari

rumahnya di kawasan Ciputat. Udara segar dan dingin menjelang

matahari terbit menambah semangatnya untuk memulai tugasnya

sebagai supir.

Direktur RSON pernah bertanya, jam berapa Darwis berangkat

dari rumah. ”Saya berangkat setelah sholat subuh. supaya bisa tiba

di kantor jam 7.00 pagi,” begitu jawab Darwis. Rasa tanggungjawab

itu yang membuat dia disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya.

Tempat tinggal yang jauh tidak menjadi halangan untuk tetap

semangat bekerja.

Menjadi supir di rumah sakit, membuat Darwis semakin menghargai kehidupan. Kian menyadari

bahwa sehat merupakan nikmat Allah yang sangat berharga. Tanpa sehat, kita tidak bisa bekerja

dengan baik.(drg. Sri Maryani)

Page 53: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

53

Tanya:

Dok, anak saya usia 10 tahun, senang main bola di sekolah. Saya ingin menanyakan tips untuk

menangani cedera pada anak saat bermain sepak bola. Mengingat anak saya masih dalam masa

pertumbuhan. Terima kasih.

Aryani, Bekasi

Cedera saat Anak Main Bola,Solusinya?

Jawab:

Senang sekali mendengar anak ibu sudah

aktif olahraga sepak bola di usianya yang baru

10 tahun. Pada dasarnya semua olahraga yang

dilakukan dengan benar dapat bermanfaat bagi

kesehatan tubuh kita. Namun jika salah dalam

metode maupun terlalu banyak porsinya dapat

menyebabkan cedera. Berikut akan kami berikan

tips mencegah terjadinya cedera olahraga.

Pertama, cek kondisi tubuh

sebelum berolahraga.

Hal ini penting dilakukan terutama pada

anak-anak, karena anak-anak cenderung tidak

mengetahui dan memperhatikan kondisi fisiknya sendiri ketika akan berolahraga. Oleh karena itu,

orang tua harus lebih banyak mencari tahu tentang

kondisi fisik anak. Tanyakan hal-hal seputar keluhan cedera olahraga yang biasa terjadi pada pemain

sepak bola seperti,

• Apakah terasa nyeri di lutut, betis, tulang kering

bawah lutut, pergelangan kaki, maupun telapak

kaki?

• Apakah terasa kesemutan, kebas, mati rasa di

daerah-daerah tersebut?

• Apakah terasa ada otot yang seperti tertarik

atau menegang?

• Apakah ada tulang yang terasa bergeser

pada saat melakukan gerakan tertentu seperti

menendang , berlari, berjongkok dan lain-lain?

Setelah menanyakan keluhan dapat

dilanjutkan dengan memeriksa secara langsung

apakah ada lebam, luka terbuka, kemerahan pada

kulit, kulit terasa hangat atau panas lokal, maupun

adanya nyeri tekan pada daerah-daerah tersebut di

atas. Perhatikan pula apakah anak dalam kondisi

demam dan batuk pilek yang membuat keluhan sakit

anak bertambah berat, jika diizinkan berolahraga.

Kedua, lakukan peregangan yang cukup

sebelum berolahraga.

Selalu awali olahraga dengan pemanasan

selama 10-15 menit. Otot yang telah melalui

pemanasan dapat menyerap oksigen lebih efektif

sehingga dapat mencegah terjadinya kelelahan

(fatigue). Kemudian lakukan peregangan.

Dengan peregangan yang cukup diharapkan

fleksibilitas tubuh tercapai dengan baik. Bila fleksibilitas tubuh baik, anak dapat bergerak lebih mudah dan efisien sehingga dapat memperkecil resiko cedera olahraga. Fokuskan peregangan

untuk seluruh sendi tubuh. Lakukan secara perlahan

dan tahan selama 30 detik pada setiap gerakan.

Konsepnya adalah mulailah dari olahraga

yang ringan, lakukan pemanasan peregangan juga

pendinginan ketika selesai berolahraga.

Ketiga, gunakan perlengkapan yang tepat.

Perlengkapan yang tepat berperan penting dalam

mencegah terjadinya cedera olahraga. Pakaian

olahraga harus disesuaikan dengan aktivitas

olahraga dan suhu lingkungan, misalnya tidak

Konsultasi Kesehatan

Page 54: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

54

menggunakan warna hitam saat terik matahari.

Jangan sampai anak kepanasan maupun

kedinginan selama berolahraga. Pakailah sepatu

dengan nomor yang tepat dan memiliki peredam

benturan serta bantalan perlengkapan dengan

kualitas yang baik.

Keempat, cukup minum dan tidak over exercise.

Olahraga yang kontinyu tanpa diimbangi

dengan minum yang cukup dapat menyebabkan otot

mudah kram. Oleh karena itu, selama berolahraga

dianjurkan rutin minum walaupun tidak merasa

haus. Minuman yang paling baik adalah air mineral.

Penting pula untuk menanyakan kondisi anak

setelah beberapa jam berolahraga. Bila anak

mengeluh lelah, lemas, pusing, terlalu banyak

berkeringat atau sempoyongan maka segera

istirahatkan karena bisa jadi hal itu merupakan

tanda anak sudah over exercise

MengatasiAnak Didik “Kram”Saat Berlatih

Jawab:

Kram otot adalah nyeri akibat kontraksi otot atau

sekelompok otot secara terus-menerus. Keluhan

ini biasanya menyerang otot-otot besar tubuh

seperti perut, tangan maupun kaki. Beberapa

penyebab terjadinya kram otot antara lain :

• Kelelahan otot (fatigue)

• Kontraksi otot secara tiba-tiba yang disebabkan

oleh pemanasan dan peregangan yang tidak

cukup

• Kekurangan cairan tubuh (dehidrasi)

• Ketidakseimbangan elektrolit tubuh, yaitu

kalsium, kalium atau natrium yang terlalu

rendah

• Penyempitan pembuluh darah daerah kaki

yang menyebabkan aliran darah ke otot kaki

tidak lancar

• Kekurangan vitamin B kompleks

Untuk tata laksana pertama yang dapat bapak

lakukan di lapangan saat para siswa berolahraga

adalah

• Pijat ringan daerah yang mengalami kram otot

• Lakukan peregangan pada otot yang mengalami

kram dengan cara menahan otot pada saat

berkontraksi dengan arah berlawanan. Hal ini

bertujuan untuk merelaksasi otot.

• Kompres air hangat pada otot yang mengalami

kram

• Bila tersedia oleskan krim untuk mengobati

kram otot

• Rendam kaki dengan air hangat selama ±15

menit untuk relaksasi otot kembali.

Tanya

Saya seorang guru pendidikan jasmani di salah satu SMP di Jakarta. Apa yang harus saya lakukan

pertama kali jika siswa saya mengalami kram otot saat berlatih?

Agung S.Pd, Jakarta

Konsultasi Kesehatan

Page 55: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

55

KATA BIJAK

DIREKTUR

UTAMA RSON

”Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),

tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain), dan hanya

kepada Tuhanmu lah engkau berharap !” (Al-Insyiroh Ayat 7-8)

”Seorang juara tak akan berhenti berusaha. Orang yang

berputus asa tak akan pernah menjadi juara”

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

Page 56: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

56

Jendela Rumah SakitOleh : Jihaduddin Fikri Amrullah

”Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa

berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan”

Cerpen

56

Dua orang pria, keduanya menderita sakit

keras, sedang dirawat rumah sakit. Seorang

di antaranya menderita penyakit yang

mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu

jam, setiap sore untuk mengosongkan cairan dari

paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada

tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas

punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama

berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga,

rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan,

dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi

selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya

berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia

menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela

kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah,

pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah

membayangkan betapa luas dan indahnya semua

kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

”Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan

kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang

cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan

perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan

bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan

berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah

pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas

sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu

senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar

jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain

berbaring memejamkan mata membayangkan semua

keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi

lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah

sakit itu. Semangat hidup dan percaya dirinya menjadi

lebih kuat.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di

dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval

yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak

dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat

melihatnya melalui pandangan mata pria yang

pertama yang menggambarkan semua itu dengan

kata-kata yang indah. Begitulah seterusnya, dari hari

ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom

air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria

yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal

dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu

menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk

memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria

yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa

dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu.

Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang

hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika

semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang

diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini

memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali

melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu.

Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri

dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang,

perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela

di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK

KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan

apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi

bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan

yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu

menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah

seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok

sekalipun. ”Barangkali ia ingin memberimu semangat

hidup,” kata perawat itu.

**Disarikan dari web ceceem.blogspot.com

Page 57: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

57

Seluruh Direksi dan StaffRumah Sakit Olahraga Nasional

mengucapkan

“ Selamat Tahun Baru “ 1 Januari 2015 M

Jl. Jambore Raya No. 1 Cibubur, Jakarta Timur

Telp: (021) 87753975, Fax: (021) 87753977

Email: [email protected]

Page 58: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

58

Page 59: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

59

Page 60: ISSN: 9.772407.157113 RSONrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/855a8-rson-02.pdf · 1 Edisi Kedua - Tahun II I Januari - Maret 2015 RSON ISSN: 9.772407.157113 RSON Aset Bangsa

60