Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI...

76
RSON MEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON Didukung Alat-alat Kesehatan Terbaru Menpora Meresmikan Alat Kesehatan Baru di RSON Standar Penulisan Standard Operating Procedure (SOP) Sajian Utama: Liputan Khusus:

Transcript of Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI...

Page 1: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

RSONMEDIA INFORMASI

RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL

ISSN: 2407-1579

Edisi Keenam - Tahun III

Kini, RSONDidukung Alat-alatKesehatan Terbaru

Menpora Meresmikan Alat Kesehatan Baru di RSON

Standar Penulisan Standard Operating Procedure (SOP)

Sajian Utama: Liputan Khusus:

Page 2: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONALJl. Jambore Raya No. 1, Cibubur, Jakarta Timur

Telp/Fax: (021) 87753977

DIREKSI DAN STAFFRUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL

Mengucapkan

RAMADHAN 1437 H / 2016 M

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Page 3: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

RedaksiMenerima sumbangan tulisan dan foto.

Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan atau foto yang tidak dimuat akan dikembalikan jika disertai perangko balasan (untuk yang dikirimkan melalui surat). Redaksi berhak mengedit atau mengubah tulisan jika dianggap perlu, dan

tidak mengubah esensi isi.

PENASEHATMenpora R.I (H. Imam Nahrawi, S.Ag)

DEWAN REDAKSIDr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OGdr. Erni Yustisiani, MH.Kes

PEMIMPIN REDAKSIdrg. Afrida Aryani, MPH

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIdrg. Esti Cahyani Adiati

REDAKTUR PELAKSANADra. Ratih Rukminingrum

STAF REDAKSIRini Nur Ayu Ningtyas, AMK

Efika Ambar Utari

FOTOGRAFERM. Aria Bangun, S.IKom

ARTISTIKEfika Ambar Utari

EDITORdrg. Esti Cahyani Adiati

SIRKULASIdr. Lastri Diyani Siregar

Sri Soendari, S.ETaofik Ridwan, AMK

Wahyu Nugroho Wicaksono, AMK

ALAMAT REDAKSIJl. Jambore Raya No. 1, Cibubur, Jakarta Timur

Telp/Fax: (021) 87753977(drg. Sri Maryani)

Email: [email protected]

Salam Olahraga...

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan pertolongan-Nya kami dapat menerbitkan Media Informasi Rumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON) edisi ke-6.

Diresmikannya alat-alat kesehatan terbaru di RSON pada tahun 2016 ini menjadi Liputan Khusus yang akan kami bahas pada Edisi Keenam ini. Peresmian Alat-Alat Baru di RSON tentunya diharapkan akan meningkatkan pelayanan RSON bagi atlet dan masyarakat.

Artikel utama pada edisi akan membahas mengenai Standar Operasional Prosedur. Artikel ilmiah serta tips sehat tetap hadir untuk memperkaya wawasan pembaca mengenai dunia kesehatan. Unggulan RSON akan menampilkan beberapa alat kesehatan baru yang mendukung pelayanan RSON. Ada juga rubrik Gadget yang membahas teknologi terkini di bidang olahraga.

Pada edisi ini, kami kembali melampirkan “Angket Pembaca” sebagai masukan dari pembaca untuk Redaksi dalam menyajikan Media Informasi RSON yang lebih baik di edisi yang akan datang. “Kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah mengirimkan formulir berlangganan ke alamat Redaksi.”

Akhir kata, Redaksi mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa serta Selamat Idul Fitri 1437H bagi seluruh pembaca yang merayakan.

3Edisi keenam Tahun III

Pengantar Redaksi

RSON

Page 4: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

PENGANTAR REDAKSI 3

DAFTAR ISI 4

SURAT PEMBACA 5

PROFILSport Science Sudah Menjadi Kebutuhan 6

TAMU KITA 8

ARTIKEL UTAMA• StandarPenulisanStandardOperatingProcedure(SOP) 10

ARTIKEL ILMIAH• OlahragapadaAnakdanRemaja 28• KenaliKardiomiopatiHipertrofi:salahsatuPenyebab KematianMendadakpadaAtlet 30

LIPUTAN KHUSUS: MenporaMeresmikanAlatKesehatanBarudiRSON 32

GALERI FOTO 33 51SOSOK• dr.DanartoHariAdhimukti 40• WinarniNingsih 42• drg.AfridaAryani,MPH 43• NaningMurtini,S.Kep,Ners 45

RAMADHAN DI RSON 46

KILAS PERISTIWA 48

UNGGULAN RSON 59

KATA MEREKA 64

GADGET 71

CERPEN 72

4 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Daftar Isi

Page 5: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

BERMANFAAT UNTUK ATLET DAYUNGKami pertama kali membaca Media Informasi RSON yang dikirim redaksi ke PB PODSI yang beralamat di Lantamal III, Lantai IV, Ancol, Jakarta. Majalah ini sangat cocok dibaca oleh Atlet-atlet dayung, khususnya PB PODSI yang digembleng di Jatiluhur dan Pengalengan, Jawa Barat. Berguna untuk komunikasi atlet, pelatih, pembina dan management top PB. Baru terbit sebanyak 5 edisi, namun sangat berguna kepada yang saya sebut tadi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(Janni D Pangalila)

Jawab: Terima kasih atas apresiasi Bapak Janni. Kami akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi seluruh pembaca Media Informasi RSON.

SERTAKAN GAMBAR YANG MENARIKMajalah yang bagus untuk mengetahui informasi tentang kesehatan atlet. Artikelnya padat dan menurut saya sangat ilmiah, sehingga lama – lama terlalu berat untuk dibaca. Akan lebih menyenangkan kalau banyak artikel populer / informasi yang lebih ringan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang dampak olahraga untuk kesehatan, misal artikel bagaimana mengencangkan otot perut buncit, disertai gambar yang menarik sehingga lebih eye catching / menarik perhatian. Sekian, terima kasih. Tetap semangat

(Rahma, Bekasi)Jawab:Terima kasih atas masukan yang baik sekali dari mbak Rahma. Kami akan berusaha menyajikan informasi yang bermanfaat dengan lebih menarik lagi bagi seluruh pembaca Media Informasi RSON

INFORMASI MENGENAI TEKNOLOGIPerkenalkan, nama saya Ega. Saya senang membaca tips sehat di Media Informasi RSON. Saat ini, banyak sekali peralatan canggih yang biasa digunakan untuk berolahraga, seperti smart watch. Mungkin akan lebih menarik apabila Media Informasi RSON dapat memberikan informasi mengenai teknologi terkini di bidang Olahraga.

(Ega-Bogor)

Jawab: Terima kasih atas masukan Mas Ega. Pada edisi keenam ini, kami menampilkan rubrik Gadget yang akan menyajikan salah satu teknologi baru di bidang Olahraga. Semoga dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca Media Informasi RSON.

Edisi keenam Tahun III 5Media Informasi RSON

Surat Pembaca

Page 6: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

6 Edisi keenam Tahun III

Profil

Sekarang ini sport science sudah menjadi kebutuhan insan olahraga. Bila ingin atlet - atlet Indonesia mencapai prestasi yang maksimal. Adalah Mantan Direktur Executive Sport Science Satlakprima, Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd, salah satu pakar sport science yang telah lama mensosialisasikan manfaat sport

science bagi kalangan olahraga di Indonesia.Hari adalah pakar sport science. Bapak dari 3 anak ini sejak 1976 adalah dosen yang mengajar aplikasi sport

science di Universitas Negeri Surabaya. Bahkan lulus S3 sport science dari Universitas Negeri Surabaya. Mantan pelatih nasional bulutangkis ini, suka main - main dengan data. Hobinya itu menjadi alasannya untuk mengambil spesialisasi sport science.

Menurut Direktur Sport Science di Universitas Negeri Surabaya ini, kalangan olahraga bisa menggunakan data base dari sport science untuk mengukur keberhasilan atlet. Kemudian Hari pernah menjadi Deputy Kemenpora untuk urusan sport science. Sehingga harus keliling daerah untuk sosialisasi sport science.

Sport ScienceSudah Menjadi Kebutuhan

Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd.Deputi Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga

Kementerian Pemuda dan Olahraga RI Periode 2005-2009

Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd.

Page 7: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

7Edisi keenam Tahun III

Profil

Sudah DiperkenalkanSport science sejak 20 tahun lalu diluar negeri

sudah diperkenalkan. Namun, di indonesia baru 7 tahun terakhir ini mulai disosialisasikan sport science. Sejak 3 - 4 tahun lalu peralatan sport science sudah ada di Satlakprima. Sayangnya belum digunakan dan operatornya pun belum ada. Indonesia sebenarnya tidak ketinggalan sport science nya. Kendalanya di Sumber Daya Manusia (SDM). Meskipun peralatan dan teknologi mencukupi.

Keterlibatan sport science sangat besar. Mau tidak mau kedepan sport science wajib digunakan di Indonesia. Yang diperlukan dari peralatan sport science, adalah akurasinya. Hasil pemeriksaan dengan sport science, digunakan untuk membuat data base atlet.

Sport science akan membuktikan kelebihan dan kelemahan atlet. Hasil ini sangat membantu pelatih. Supaya pelatih tidak menduga - duga saja. Atlet tidak perlu khawatir untuk mengetahui kelemahannya. Lalu takut tergredasi jadi tersingkir. Seharusnya pelatih atau atlet jangan berpikir seperti itu.

Sport science justru membantu memperbaiki kekurangan. Pemeriksaan dengan sport science, menghasilkan data yang semuanya bisa terukur. Mulai dari awal ada pemeriksaan medis, fisik, psikologis, biomekanik dan pemeriksaan laboratoirium. Data tersebut membantu menciptakan proses pelatihan dengan pendekatan terbaru.

Menurut pakar sport science ini, atlet masih kurang wawasan pengetahuan. Hal ini menyebabkan atlet kurang mengetahui kelemahannya. Karenanya, atlet harus mau di tes dengan peralatan sport science. Kalangan olahraga harus memberitahu manfaat sport science untuk kepentingan atlet. Supaya atlet tidak ragu - ragu atau takut melakukan pemeriksaan. Keragu - raguan dan kekhawatiran atlet itu karena kurang pengetahuan. Ini harus segera dibenahi.

Sangat DiperlukanLalu bagaimana dengan keberadaan Rumah

Sakit Olahraga Nasional (RSON) yang didirikan oleh Kemenpora. RSON sangat diperlukan. Kami di Satlakprima sangat terbantu dengan adanya rumah sakit ini. Mengingat RSON sudah memiliki peralatan sport science yang lengkap. Hanya perlu didukung oleh operator yang handal. Ini bukan hal yang sulit. Kami berterima kasih kepada Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, dengan kemudahan ini. Sehingga kami bisa bekerjasama.

Semua alat sport science ada di RSON. Rumah sakit ini bisa dijadikan pusat sport science. Apalagi tata kelola rumah sakit ini sudah baik sekali. Cepat respon permintaan pelayanan. Lekas berbenah saat ada saran perbaikan. Sistem perawatan dan SDM di RSON sudah bagus.

Sementara itu, menjelang olympiade, Kasat-lakprima mencoba menyiapkannya dengan meman-faatkan sport science. Tujuannya untuk meningkatkan performa atlet. Sebagai langkah awal, adalah melakukan Medical Check Up (MCU) untuk atlet. Agar mengetahui sampai dimana kemampuan fisik dan skill atlet.

Hasil MCU ini untuk membuat profil atlet. Selanjutnya melakukan pendekatan ke pelatih, untuk merumuskan program latihan yang tepat. Sehingga atlet dapat mencapai high performance.

Ditengah segala kesibukannya, kakek 4 cucu ini masih rajin main tenis, bulutangkis dan sepeda. Olahraga sudah menjadi kebiasaan sehari - hari. Apalagi dulu pernah pula menjadi atlet bulutangkis. Hingga menjadi pelatih nasional bulutangkis. Kendati demikian, pendidikan tetaplah penting. Hingga lulus S3 sport science dari Universitas Negeri Surabaya. Bahkan sejak 2010 hingga sekarang menjadi Direktur Sport Science di Universitas Negeri Surabaya. (Ratih Sayidun)

Page 8: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

8 Edisi keenam Tahun III

Tamu Kita

Tidaklah mudah mengenalkan hal - hal yang baru kedalam satu sistem yang sudah baku sekian lama. Begitu juga dikalangan olahraga.

Inilah tugas berat yang sedang dilaksanakan oleh Ketua Umum Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Laksamana Purnawirawan Ahmad Sucipto. Yaitu mengaplikasikan sistem modern yang berbasis sport science untuk lebih mengoptimalkan performa atlet.

Menurut Ahmad Sucipto, namanya sistem baru jadi wajar kalau masih ada pro dan kontra dikalangan olahraga. Itu baru memperkenalkan. Belum lagi bagaimana menularkan agar sport science bisa menjadi kebutuhan. Perjalanannya masih panjang.

Untuk itu, sekarang ini Satlak Prima masih berusaha bagaimana supaya sport science menjadi

Sport ScienceSebagai KebutuhanLaksamana Purnawirawan Ahmad Sucipto

Ketua Umum Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima)

Laksamana Purnawirawan Ahmad Sucipto

Page 9: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

9Edisi keenam Tahun III

Tamu Kitasuatu tuntutan. Tapi tujuan kedepannya untuk menjadikan sport science sebagai kebutuhan. Sama seperti kebutuhan - kebutuhan dari sistem kepelatihan lain.

Kenapa masih saja ada penolakan terhadap sport science? Banyak alasannya. Alasan personal, budaya, struktural dan biaya. Karena sport science membutuhkan biaya yang mahal. Karena itu pemerintah saat ini hanya bisa memfasilitasi level atlet elit, yang diprioritaskan untuk memanfaatkan sport science. Kenapa harus atlet elit? Karena mereka yang akan menjadi branded dari indonesia.

Ahmad Sucipto mengingatkan, Satlak Prima merupakan wujud kehendak politik dari pemerintah. Dengan core bisnisnya sistem kepelatihan modern, yaitu sport science. Artinya sistem kepelatihan modern yang ditopang oleh sport science. Institute Sport

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) diharapkan kelak menjadi institute sport. Institute ini bertugas untuk menjadi pusat kecermelangan pengembangan dan pengelolaan olahraga prestasi, dengan cara - cara yang modern. Sedangkan Satlak Prima menjadi medianya.

Karenanya RSON harus menyikapi hal ini dengan cara - cara yang positif. Antara lain RSON harus mengubah diri. Tidak boleh menjadi rumah sakit umum. RSON harus berfungsi sebagai rumah sakit eksklusif yang hanya menangani rehabilitasi olahraga. Harus fokus mendukung Satlak Prima. Yaitu berpartisipasi melaksanakan sport science untuk kelak mendukung pembentukan Indonesian Institute of Sport. Artinya RSON hendaknya

fokus mendukung Satlak Prima. Dengan kata lain mendukung penerapan sport science.

Mantan Ketua Program Atlet Andalan (PAL) periode 2008 - 2010 ini mengingatkan, ciri utama dari Prima adalah inovasi. Bagaimana kita bisa mengubah cara - cara melatih atlet. Prima adalah Program Indonesia Emas. Inti kekuatannya terletak pada inovasi. Kita harus bisa mengubah cara - cara melatih atlet. Sehingga kepelatihannya jadi terukur, lebih cermat, lebih aman dan lebih memiliki efek terhadap performa atlet.

Ciri manajemen Prima adalah kecepatan. Cepat berpikir, cepat bertindak dan cepat membuat keputusan. Diharapkan dapat tercipta sistem manajemen yang cepat tapi cerdas. kita fokus pada sistem kepelatihan yang mampu mendorong atlet untuk memiliki performa terbaik. Untuk itu, kalangan olahraga harus bisa menemukan semua hal yang dapat menghambat atau mencegah terjadinya peningkatan performa atlet. Atlet tidak bisa disulap secara instant langsung bisa menjadi juara. Tapi perlu ada pembinaan, pelatihan serta didukung peralatan olahraga yang canggih. (Ratih Sayidun)

Laksamana Purnawirawan Ahmad Sucipto (kanan) saat mengunjungi RSON

Page 10: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

STANDAR PENULISANSTANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Dr. Basuki Supartono MARS*

PENDAHULUAN

Organisasi adalah wadah untuk mencapai tujuan, seperti halnya wadah, setiap organisasi pasti mengandung banyak komponen seperti sumber daya manusia, uang, logistik, material, metode dan marketing. Seluruh komponen tersebut harus dihimpun, diaktifkan, diberdayakan, dikelola, dan dikendalikan agar dapat bergerak mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi. Setiap organisasi, apakah organisasi pemerintah atau organisasi non pemerintah, apakah organisasi pelaksana admistrasi, unit pelaksana teknis (rumah sakit) ataupun unit lainnya pasti mempunyai tujuan. 1-4. Setiap organisasi mempunyai tujuannya masing-masing sesuai dengan azas, tugas, fungsi, struktur dan karakteristiknya, namun ada salah satu tujuannya yang mulia yaitu ingin memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi masyarakat, bangsa dan negara. Manfaat tersebut disalurkan melalui berbagai kegiatan pelayanan publik seperti layanan administratif, barang, atau jasa. Pelayanan tersebut harus dilakukan dengan baik yaitu aman, nyaman dan berkualitas sesuai dengan amanat dan ketentuan undang-undang. 5,6

Pelayanan publik yang baik hanya dapat tercapai bila organisasi mempunyai standar pelayanan dan melaksanakan pelayanan tersebut sesuai dengan standar yang dibuat. Standar pelayanan adalah tolok ukur atau pedoman penyelenggaraan pelayanan

dan sebagai acuan penilaian kualitas layanan serta merupakan kewajiban dan janji penyelenggara layanan kepada masyarakat. Tanpa adanya standar pelayanan, tidak akan ada pelayanan publik yang aman, nyaman, cepat, mudah, terjangkau, terukur dan berkualitas.7 Tanpa ada pelayanan yang baik maka tujuan organisasi memberikan manfaat kepada masyarakat sudah pasti tidak akan terwujud.

Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 tahun 2009, mengamanatkan kita semua para penyelenggara layanan untuk menyusun, dan menetapkan standar pelayanan serta mempublikasikannya agar diketahui oleh publik. Kewajiban organisasi juga untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibuat oleh karenanya penyelenggara pelayanan perlu menempatkan tenaga pelaksana yang kompeten (telah dilatih melaksanakan kegiatan sesuai standar kegiatan), dan menyediakan sarana agar pelayanan tersebut berjalan dan menghasilkan tujuan yang diharapkan 8,9

Sehubungan hal tersebut di atas maka kita semua sebagai pemimpin atau unsur pelaksana harus membuat standar pelayanan. Standar tersebut akan memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara dan menjamin tata kelola organisasi yang baik, bebas korupsi, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan layanan publik ini di awasi masyarakat dan negara, masyarakat yang tidak puas terhadap layanan suatu

10 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 11: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

organisasi dapat mengadu ke negara melalui lembaga ombusman.10,11,12 Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi, atau denda.13-16 Pembuatan standar pelayanan tersebut dimulai dengan melakukan kegiatan pembuatan standar operating procedure (SOP) atau standar pelaksanaan kegiatan pelayanan di masing-masing unit organisasi.

MANFAAT SOPStandard Operating Procedure (SOP) atau

dalam bahasa Indonesia disebut dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) sangat bermanfaat bagi para pelaksana layanan dan penerima layanan. Beberapa manfaat tersebut di antaranya adalah:1. Dasar hukum (Legalitas) pelaksanaan kegiatan 2. Petunjuk pelaksanaan kegiatan. 3. Memastikan kualitas layanan 4. Melindungi pelaksana dan penerima layanan5. Memberikan rasa aman, nyaman bagi penerima

layanan.6. Meningkatkan kompetensi dan kapabilitas sdm7. Mendukung program pendidikan dan latihan

sdm8. Penilaian (alat ukur keberhasilan) kinerja 9. Rekonstruksi kasus 10. Menghindari deviasi (penyimpangan) prosedur11. Meningkatkan daya saing12. Meningkatkan kualitas tatakelola organisasi13. Akreditasi organisasi14. Membangun penghargaan dan kepercayan

masyarakat

URGENSI SOPSOP sangat penting untuk menjamin konsistensi,

efisiensi, profisiensi, kontuinitas, dan tranparansi layanan publik. Penjelasannya adalah di bawah ini.

1. KoNSISTENSI Pelaksanaan kegiatan layanan publik di-

pengaruhi beberapa hal seperti pelaksana, waktu,

tempat, sarana dan lainnya. Pelaksana kegiatan layanan tidak selalu tetap, mungkin berganti sesuai dengan ketersedian sdm, terutama pada organisasi yang menerapkan sistem shift seperti rumah sakit. Dapat di bayangkan bila kegiatan dijalankan tanpa SOP, setiap sdm akan melakukan kegiatan sesuai dengan pemahaman dan kepentingannya sehingga hasilnya tidak maksimal dan mungkin akan berakhir dengan kegagalan.

SOP akan mecegah terjadinya perbedaan penafsiran (opini) pelaksana, perbedaan pelaksanaan kegiatan dan perbedaan hasil atau produk layanan. SOP menjamin keajegan atau keseragaman pelaksanaan dan hasil (produk) kegiatan. SOP menjamin pelaksanaan dan hasil layanan sesuai dengan prosedur dan tujuan yang telah ditetapkan. Sop juga menekan potensi deviasi (penyimpangan) prosedur dan kualitas layanan. Kesimpulannya SOP menjamin konsistensi, siapapun yang mengerjakan, jam berapapun dikerjakan proses dan hasilnya akan sama baiknya.

2. EFISIENSI. Pelaksanaan kegiatan layanan ibarat suatu

perjalanan menuju suatu destinasi. Untuk mencegah perjalanan kita tidak tersesat, dan efisien maka perlu bantuan peta perjalanan. Peta tersebut akan menggambarkan lintasan, jarak dan waktu tempuh. Misalnya perjalanan mudik lewat jalur pantura dari Jakarta menuju Surabaya, akan melalui beberapa kota seperti Cirebon, Pemalang, Pekalongan, Semarang, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan dan Surabaya. Peta tersebut menggambarkan dengan jelas kota-kota yang akan dilalui, dan memandu kita agar tidak tersesat. Peta tersebut memungkinkan perjalanan yang efisien, hemat waktu, biaya dan tenaga. Sangatlah tidak efisien bepergian tanpa arah, tanpa peta perjalanan. Sop ibaratnya peta jalan kegiatan yang menggambarkan seluruh urutan rangkaian tahapan (proses), langkah demi langkah, dari awal hingga akhir, sampai

Edisi keenam Tahun III 11Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 12: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

menghasilkan suatu layanan. Kesimpulannya SOP menjamin efisiensi layanan organisasi.

3. PRoFISIENSI Sumber daya manusia suatu organisasi terutama

rumah sakit biasanya sangat bervariasi dalam hal jenis profesi, tingkat pendidikan, tingkat kemahiran, sikap, disiplin, motivasi, kejujuran dan etik bekerja. Keragaman ini perlu dikelola dengan baik melalui kegiatan pelatihan agar para staf memiliki visi, misi, persepsi, nilai, dan cara kerja yang sama (standar). Hal ini dapat dicapai dengan beberapa pelatihan diantaranya adalah pelatihan SOP yang menggunakan dokumen SOP sebagai materi pelatihan. Tanpa adanya dokumen tersebut maka organisasi sulit melakukan pelatihan untuk mencapai standar pelayanan.

4. KoNTINUITAS Staf organisasi suatu saat mungkin tidak berada

dalam posisi tugasnya karena cuti, sakit, ijin, bolos, pindah tugas, berhalangan menetap, pensiun, atau berhenti dan lain sebagainya. Bila staf tersebut tidak ada maka pekerjaannya akan digantikan staf lain, dan staf tersebut membutuhkan SOP agar dapat bekerja sesuai standar pelayanan. Tanpa adanya SOP dapat dibayangkan bagaimana staf tersebut melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat membahayakan keselamatan penerima layanan, dan potensi terjadinya malpraktik. Oleh karenanya adanya SOP adalah mutlak untuk menjamin kontuinitas pekerjaan dan hasil pekerjaan. SOP akan menghasilkan standar pelayanan. Standar pelayanan akan menghasilkan budaya kerja berbasis sistem yaitu pelayanan berjalan sistemik tidak tergantung pada seseorang tertentu, walapun pelaksanan layanan berhenti atau berhalangan kerja namun layanan publik tetap dapat berlangsung, show must go on.

Kesimpulannya SOP menjamin kontuinitas layanan.

5. TRANSPARANSI Layanan publik merupakan proses rangkaian

kegiatan yang terikat dalam dimensi waktu dan biaya. Penerima layanan mempunyai hak mengetahui kegiatan atau tindakan apa saja yang akan di alami, lama waktunya, apa yang akan dirasakan, apa manfaat dan risikonya, biaya yang harus dibayar, dan lain sebagainya. SOP dapat memberikan informasi yang jelas kepada penerima layanan. Harapan tidak selamanya sesuai dengan kenyataan. Tidak ada gading yang tidak retak. Suatu saat mungkin terjadi hasil layanan memuaskan, dan muncul keluhan pelanggan karena ketidaknyamanan proses, waktu dan biaya layanan. Organisasi harus meresponnya dengan melakukan audit atau rekonstruksi kasus, yaitu dengan membandingkan pelaksanaan layanan dengan SOP, dan menilai kemungkinan penyimpangan SOP. Kegiatan ini dilakukan untuk evaluasi, koreksi, penyempurnaan, dan perbaikan kualitas layanan. Tanpa adanya SOP tidak mungkin kegiatan tersebutb dilakukan. Kesimpulannya SOP menjamin transparansi layanan.

PEMBUATAN SOPPembuatan Standard Operating Procedure

(SOP) merupakan dasar dari penyusunan buku standar pelayanan. Sebagai contoh, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), Kemenpora mempunyai buku standar pelayananan bagian atau instalasi tertentu. Beberapa buku tersebut diantaranya adalah Standar Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Atlet Nasional, Standar Pelayanan Kebugaran Atlet, Standar Pelayanan Tim Medis pada Kompetisi Olahraga dan Kegiatan Olahraga, Standar Pelayanan Penelitian, Pengembangan dan Penapisan Teknologi Olehraga (DOPING), Standar Pelayanan Sport Science, Standar Pelayanan Medik,

12 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel UtamaArtikel Utama

Page 13: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Standar Pelayanan Keperawatan, Standar Pelayanan Penunjang Non Medik, Standar Pelayanan Instalasi, Standar Pelayanan Administrasi dan Kepegawaian, Standar Pelayanan Sistem Informasi di RSON, Standar Pelayanan Keuangan, Standar Pelayanan Barang Milik Negara, Standar Pelayanan Humas dan Kerja Sama antar Lembaga Standar Pelayanan Diklat dan Pengembangan SDM (Tabel 1).

Tabel 1: Daftar Buku Standar Pelayanan di Rumah Sakit olahraga Nasional

No Judul Buku1. Standar Pelayanan Sport Science

2. Standar Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Atlet dan Non Atlet

3. Standar Pelayanan Kebugaran Atlet

4. Standar Pelayanan Tim Medis RSON pada Kompetisi dan Kegiatan Olahraga

5. Standar Pelayanan Penelitian, Pengembangan dan Penapisan Teknologi Olahraga (Doping)

6. Standar Pelayanan Medik 7. Standar Pelayanan Keperawatan 8. Standar Pelayanan Penunjang Non Medik 9. Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

10. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 11. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap 12. Standar Pelayanan Instalasi Kamar Operasi 13. Standar Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)

14. Standar Pelayanan Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)

15. Standar Pelayanan Instalasi Laboratorium 16. Standar Pelayanan Instalasi Radiologi17. Standar Pelayanan Instalasi Farmasi18. Standar Pelayanan Rehabilitasi Medik 19. Standar Pelayanan Gizi dan Produksi Makanan

20. Standar Pelayanan Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan Lingkungan

21. Standar Pelayanan Unit Kamar Bersalin

22. Buku Standar Pelayanan Instalasi Bimroh dan Pemulasaraan Jenazah

23. Standar Pelayanan Administrasi dan Kepegawaian 24. Standar Pelayanan Sistem Informasi 25 Standar Pelayanan Keuangan26 Standar Pelayanan Barang Milik Negara

27 Standar Pelayanan Kerja Sama dengan Lembaga Lain

28 Standar Pelayanan Diklat dan Pengembangan SDM

Tabel tersebut di atas menggambarkan banyaknya buku standar pelayanan yang harus dibuat, semakin banyak buku tersebut maka semakin banyak pula SOP harus dibuat, semakin banyak kegiatan layanan yang dilakukan maka semakin banyak SOP yang harus dibuat namun demikian jangan sampai terlewatkan pembuatan SOP untuk setiap layanan yang bertarif (memungut biaya), untuk setiap alat layanan yang digunakan, dan untuk setiap produk yang dihasilkan. Layanan yang bertarif harus memiliki SOP karena setiap penarikan uang dari publik (pembayaran) untuk suatu layanan maka harus dijamin bahwa layanan tersebut aman dan nyaman serta berkualitas. Demikian pula hal yang sama harus dilakukan pada setiap alat yang digunakan dalam layanan, setiap alat tersebut harus mempunyai SOP dasar yaitu SOP kalibrasi,SOP pemeliharaan, SOP penanganan masalah (troubleshooting), dan SOP prosedur penggunaan alat tersebut.

Pembuatan SOP merupakan suatu siklus (daur) kegiatan yang tidak terputus, terus menerus, bersinambungan namun untuk kepentingan penjelasan maka akan diuraikan satu-persatu yaitu tahapan penulisan, pengkajian, uji coba, persetujuan, penetapan, pengdokumentasian, publikasi, sosialisasi, pelatihan dan revisi. (Gb. 1).

Gb. 1: Siklus Pembuatan SOP

Edisi keenam Tahun III 13Media Informasi RSON

Artikel UtamaArtikel Utama

Page 14: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

1. PENULISAN SOP Banyak diantara kita yang tidak terbiasa

menulis SOP, sehingga terkadang muncul rasa enggan atau takut salah, perasaan seperti ini harus dibuang jauh-jauh. Jangan takut, karena sesungguhnya menulis SOP tidaklah sulit, bahkan menyenangkan asalkan kita memahami teknik penulisannya. Tulisan ini mencoba menjelaskan teknik penulisan SOP agar para pembaca merasa mudah dan senang menulis SOP. Jadikan ini sebagai bagian dari budaya kerja organisasi.

Mulailah dengan mendata kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk memenuhi standar pelayanan organisasi (unit organisasi). Selanjutnya buat data tersebut menjadi daftar kegiatan, daftar tersebut akan menjadi daftar isi dari buku standar pelayanan. Daftar ini dapat menjadi acuan mengenai jumlah, judul dan siapa yang menulis SOP. Selanjutnya mulailah menulis SOP, berdasarkan daftar tersebut. Penulisan SOP dapat dilakukan sendiri atau berkelompok dengan beberapa staf. Sebaiknya ada pembagian tugas yang jelas diantara staf untuk menulis naskah SOP (usulan) dalam suatu unit organisasi.

Setiap organisasi bersifat unik sesuai dengan kondisi kelembagaan, dan sumberdayanya. Oleh karenanya tulislah SOP yang spesifik sesuai dengan karakteristik organisasi tempat SOP tersebut dilaksanakan, namun tetap mengikuti satu format tertentu. Banyak pilihan format namun tidak usah bingung, pilihlah satu format yang mudah, ringkas namun berkualitas. Setelah memilih dan menyepakati satu format maka tulislah SOP sesuai dengan format tersebut. Dalam tulisan ini penulis menggunakan format penulisan SOP dari ICH WHO, namun ejaan penulisannya mengikuti pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.17 Hasil penulisan pada tahap ini disebut draf SOP dan harus dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap review.

2. REVIEW SOP Penulis tentunya telah menulis SOP dengan

seksama namun demikian masih tetap harus dilakukan review. Review adalah melihat kembali (penilaian), kegiatan ini penting sekali untuk melihat sisi lain yang tidak terlihat penulis, mungkin masih ada hal yang perlu disempurnakan. Selain itu kegiatan ini sekaligus menilai kelayakan draf SOP menjadi SOP. Penilaian tersebut dilakukan oleh reviewer (penilai). Penilai adalah seseorang atau beberapa orang yang ditugaskan untuk menilai kelayakan SOP. Penilai ini dapat berasal dari sesama rekan satu unit, organisasi atau mungkin narasumber dari luar organisasi. Penilaian dapat dilakukan dalam forum rapat dengan mengundang penyusun SOP dan para penilai.

Rapat dapat dilakukan dalam tiga tingkatan yaitu rapat pertama dengan mengundang para penilai dalam ruang lingkup unit penyusun SOP, kemudian rapat kedua dalam lingkungan lebih luas dengan mengundang para penilai di luar unit penyusun SOP (misalnya direktorat) dan ketiga dalam lingkungan lebih tinggi dengan para penilai dalam lingkungan organisasi (rumah sakit). Rapat bertingkat seperti itu bertujuan untuk menghasilkan SOP yang berkualitas namun hal tersebut tidaklah mutlak bila tidak memungkinkan maka lakukan penilaian sesuai kemampuan organisasi.

Penilaian kelayakan SOP berpusat pada tiga hal penting yaitu format, bahasa, dan isi (Tabel 2). Format, apakah SOP sudah sesuai dengan format yang telah disepakati. Bahasa, apakah bahasa SOP sudah sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.17 Isi, apakah SOP sudah sesuai atau dapat menjawab beberapa hal di bawah ini yaitu a) regulasi pemerintah, b) norma dan keyakinan penerima layanan c) ilmu pengetahuan, c) kesesuian dengan SOP lain, d) apakah prosedur telah mencakup seluruh proses kegiatan (tidak ada

14 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 15: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

satu kegiatanpun yang terlewat), e) apakah SOP ini efektif, menghasilkan hasil sesuai dengan tujuan penulisan f) apakah SOP ini reliable, menghasilkan hasil yang sama bila dikerjakan oleh orang lain, g)) apakah SOP feasible, dapat

diterapkan di tempat SOP dibuat dan ditetapkan, h) apakah SOP ini efisien, menggunakan sumber daya yang minimal dengan hasil yang berkualitas ?

Kementerian Pemuda dan olahraga Rumah Sakit olahraga Nasional (RSoN)

Tabel 2: Daftar Tilik Kelayakan Sop

No Variabel Ya Tidak1 Kesesuaian Format 2 Kesesuian Bahasa 3 Kelayakan SOP:

a. Isi:1. Sejalan dengan regulasi pemerintah 2. Tidak Bertentangan dengan Agama, Norma dan Keyakinan Penerima Layanan 3. Berlandaskan ilmu pengetahuan 4. Selaras dengan SOP lain 5. Komprehensif 6. reliable 7. feasible 8. efisien 9. Efektif (mencapai tujuan dengan singkat)

b. Penulisan:1. Penulisan ringkas dan sederhana 2. Penggunaan bahasa efektif dan efisien 3. Penggunaan bahasa sesuai bahasa pelaksana4. Kalimat efektif dan efisien 5. Memulai kalimat dengan kata kerja aktif 6. Informasi Lengkap 7. Informasi Objektif 8. Informasi Koheren 9. Lampiran Lengkap dan sesuai Kebutuhan 10. Tingkat Rincian Penjelasan informasi sesuai kapasitas pelaksana 11. Tidak ada pilihan langkah prosedur yang membingungkan: Menyebutkan alasan

kapan menggunakan langkah 1 dan kapan langkah 2

Dalam forum rapat review, penulis memapar-kan draf SOP, para penilai memperhatikan, mengoreksi, memperbaiki dan menyempurna-kan langkah demi langkah prosedur yang dibacakan. Selanjutnya penilai mengisi borang

penilaian, membahas hasil penilaian dan menyempurna kan draf SOP sampai betul-betul sempurna, dan layak menjadi SOP. (Lampiran 1). Setelah selesai dinilai maka selanjutnya draf SOP tersebut uji coba.

Edisi keenam Tahun III 15Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 16: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

3. UJI CoBA SOP Kegiatan uji coba bertujuan memastikan bahwa

SOP yang dibuat dapat dilaksanakan secara aman, nyaman dan menghasilkan layanan atau produk yang berkualitas. Kegiatan ini penting dilakukan karena apapun kegiatan layanan suatu organisasi pasti bersentuhan dengan publik sehingga harus dijamin tidak boleh ada satupun kegiatan layanan yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan penerima layanan. Tidak boleh ada satupun kegiatan layanan yang menimbulkan rasa tidak nyaman apalagi menyakitkan penerima layanan. Tidak boleh ada satupun kegiatan layanan yang hasilnya tidak berkualitas. Pimpinan dan seluruh staf organisasi, dan unit layanan harus menjamin dan berkomitmen melaksanakan janji ini kepada publik. Oleh karenanya walaupun draf

SOP sudah dinilai, dan disempurnakan namun tidak dapat langsung disetujui untuk ditetapkan dan dilaksanakan akan tetapi harus dilakukan ujicoba terlebih dahulu.

Uji coba draft SOP harus dapat menjawab beberapa pertanyaan penting diantaranya adalah a) Apakah kapasitas, dan sumberdaya organisasi memungkinkan pelaksanaan layanan seperti yang ditulis dalam SOP ? b) Apakah layanan yang termaktub dalam SOP tersebut dapat dilaksanakan dengan aman dan nyaman ? c) Apakah staf organisasi dapat melaksanakannya dengan mudah? d) Apakah hasil (produk) pelaksanaaan layanan tersebut berkualitas? Bila uji coba ini dapat menjawab seluruh pertanyaan tersebut maka SOP tersebut dapat disetujui dan dilaksanakan (Tabel 2, Lampiran 2).

Kementerian Pemuda dan olahraga Rumah Sakit olahraga Nasional (RSoN)

Tabel 3: Daftar Tilik Uji Coba Sop

No Variabel Keterangan1 Legalitas layanan2 Sumberdaya Organisasi memungkinkan pelaksanaan SOP ?3 Prosedur Layanan dapat dilaksanakan dengan aman dan nyaman ?

1. Untuk Pelaksana Layanan2. Untuk Penerima Layanan3. Untuk Petugas Lain

4 Pelaksana dapat melaksanakan SOP dengan mudah?5 Hasil (produk) layanan berkualitas 6 Hasil (produk) layanan berkualitas sesuai dengan tujuan SOP7 Lain-Lain

Kesimpulan: a) Dapat Ditetapkan b) Perbaikan

Kegiatan uji coba SOP secara mirip dengan kegiatan layanan sesungguhnya namun berbeda dalam hal subjek. Subjek layanan bersifat terbatas yaitu sukarelawan (volueenter); selain itu kegiatan ini belum diperuntukkan untuk layanan publik.

Kegiatan ini harus direncanakan dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Tentu-kan waktu, dan tempat pelaksanan nya. Tempat pelaksanaan sebaiknya di ruangan sesungguhnya pelayanan akan dilaksanakan. Siapkan segala sesuatu yang dibutuhkan

16 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 17: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

dengan sebaik mungkin. Sediakan dokumen draf SOP yang telah direview. Tentukan staf pelaksana dan berikan staf tersebut draf SOP agar dibaca dipelajari sampai staf pelaksana tersebut benar-benar paham. Tentukan subjek uji coba (sukarelawan). Subjek tersebut harus diberitahu bahwa yang bersangkutan akan mengikuti kegiatan uji coba SOP. Berikan penjelasan mengenai kegiatan tersebut, manfaat dan risikonya sehingga yang bersangkutan memahami dan setuju mengikuti kegiatan dengan sukarela tanpa paksaan. Selanjutnya subjek tersebut diminta menandatangai surat persetujuan tindakan uji coba SOP (surat persetujuan setelah penjelasan). Siapkan alat, bahan dan lain-lain yang dibutuhkan jangan sampai ada yang terlewat. Setelah semua siap maka kegiatan uji coba dapat dimulai.

Kegiatan uji coba harus dilakukan dalam pengawasan pakar atau nara sumber. Pastikan kegiatan uji coba berjalan sesuai rencana, aman, nyaman dan berkualitas. Catat hasil kegiatan dalam dokumen berita acara uji coba draf SOP. Bila kegiatan ini berhasil dilaksanakan dengan aman dan nyaman serta memberikan hasil yang berkualitas maka draf SOP dapat disetujui menjadi SOP.

4. PERSETUJUAN (OTORISASI) Draf SOP yang sudah dinilai dan uji coba

maka dilakukan otorisasi. Otorisasi adalah persetujuan draf SOP menjadi SOP sebagai standar pelayanan. Otorisasi dilakukan oleh pejabat yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam pelayanan publik di suatu organisasi misalnya pimpinan atau direktur rumah sakit. Prosedurnya adalah sebagai berikut. Naskah draf SOP di periksa lagi khususnya bahasa, ejaan, huruf dan lainnya yang bersifat tekstual, setelah semua nakah SOP sempurna maka diparaf oleh pimpinan unit dan selanjutnya ditandatangi oleh pimpinan umum

(direktur) di kolom otorisasi dan dituliskan juga tanggal persetujuannya.

5. PENETAPAN Penetapan SOP bertujuan memberikan payung

hukum bagi SOP yang akan dilaksanakan dalam kegiatan layanan publik. Pemberian payung hukum ini mengikat bagi pelaksana dan penerima layanan. Para pelaksana wajib mengikuti SOP yang telah ditetapkan, dan demikian juga penerima layanan. Pelaksanaan layanan tidak dapat bertepuk sebelah tangan kedua belah pihak, pelaksana dan penerima layanan keduanya harus saling membantu agar agar kegiatan berjalan secara aman, nyaman dan menghasilkan layanan yang berkualitas.

Pemberian payung hukum ini dlakukan setelah SOP mendapat otorisasi dan dibuktikan dengan penerbitan surat keputusan (SK) penetapan. SK penetapan dikeluarkan organisasi sesuai dengan ketentuan administrasi yang berlaku. Secara praktis SOP – SOP tersebut dikumpulkan menjadi satu yaitu menjadi buku standar pelayanan organisasi selanjutnya dibuatkan SK nya. Sop yang telah di terbitkan SK penetapannya berarti sah secara hukum dan sk tersebut menjadi dasar hukum bagi organisasi dalam memberikan layanan publik.

6. PENDoKUMENTASIAN Sop yang telah di terbikan surat keputusan

penetapannya merupakan dokumen resmi organisasi, dan bagi organisasi pemerintah SOP terebut menjadi dokumen negara. Dokumen ini wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.18 Dokumen asli disimpan di unit arsip dalam bentuk piranti keras dan piranti lunak masing-masing tiga eksemplar. Dokumen asli harus dirawat dengan baik, secara berkala diperiksa keutuhannya, terutama dokumen piranti lunak harus diperiksa apakah masih dapat terbaca, dan tidak rusak. Dokumen asli dapat

Edisi keenam Tahun III 17Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 18: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

diperbanyak sesuai kebutuhan dan disimpan di perlustakaan kantor, unit – unit pelayanan atau di bagian lain yang memerlukan.

7. PUBLIKASI (eksternal) Publik mempunyai hak asasi yang dijamin

dan dilindungi oleh negara, DP. salah satu diantaranya adalah hak atas informasi. DP. Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik mewajibkan setiap penyelenggara layanan publik menyediakan, memberikan dan menerbitkan informasi layanannya. Setiap badan publlik baik pemerintah maupun non pemerintah (swasta) wajib memberikan informasi yang akurat, benar dan tidak menyesatkan.19,20 Berdasarkan hal tersebut maka setiap penyelenggara layanan publik wajib membuat SOP layanan dan mempublikasikannya. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelayanan yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel serta dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu juga untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan dan pencerdasan masyarakat.21-23 Pelanggaran terhadap kewajiban ini diancam hukuman pidana dan denda. 24

Publikasi tersebut dilakukan dengan cara yang mudah dijangkau masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.21 Untuk memenuhi hal tersebut maka dokumen SOP harus dirubah menjadi materi publik, materi ini dikemas sekreatif mungkin dan khusus disajikan untuk publik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan materi publik diantaranya adalah penggunaan bahasa dan tampilan. Gunakan bahasa awam dan istilah yang populer, hindari istilah – istilah yang rumit. Buat tampilan semenarik munkin dan jelas dibaca. Beberapa bentuk materi publik yang harus dibuat, di antaranya adalah: artikel publik, brosur, poster, buku, buku saku, standing banner, teks berjalan, dan lain sebagainya. Publikasi tersebut dapat menggunakan berbagai saluran yang ada, dapat mengembangkan sistem

sendiri atau memanfaatkan sarana yang sudah ada. 18,25

Pengembangan sistem publikasi sendiri ini mungkin terasa berat bagi suatu organisasi, karena memerlukan legalitas dan sumber daya besar namun menguntungkan karena organisasi dapat melakukan publikasi setiap saat, secara mandiri, dan terkendali. Sarana publikasi yang dapat dikembangkan diantaranya adalah papan informasi, running text, laman, penerbitan resmi yang terdaftar dan bernomor (ISSN, ISBN) seperti buku, buku saku, news letters, majalah, jurnal, dan lain sebagainya. Sarana publikasi milik organisasi lain yang berfungsi baik dapat juga dimanfaatkan namun perlu upaya khusus karena harus mengikuti syarat dan ketentuan pemilik sarana tersebut.

8. SoSIALISASI Sop layanan publik harus disosialisasikan

khususnya kepada staf organisasi dengan tujuan agar para mereka mengetahui keberadaan suatu SOP. Selain itu agar para staf mengenal, memahami dan mengikuti ketentuan yang berlaku di dalamnya. Sosialisasi ini disampaikan kepada seluruh baik yang langsung maupun yang tidak langsung terkait dalam berbagai forum atau sarana yang ada di organisasi. Beberapa sarana yang dapat digunakan misalnya laporan pagi, laporan pekanan, rapat organisasi, atau acara. Sosialisasi SOP bersifat umum, sedangkan penyampaian yang khusus dilakukan melalui kegiatan pelatihan, yang akan dijelaskan di bawah ini.

9. PELATIHAN Penyelenggaraan layanan publik mem butuhkan

berbagai hal, namun yang terpenting adalah pelaksananya (man behind the gun). Pelaksana layanan harus memahami tugasnya dengan baik dan rinci (how to shoot) agar layanan dapat mencapai sasaran yaitu memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Oleh karenanya para

18 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 19: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

pelaksa harus mengikuti berbagai pelatihan diantaranya melalui pelatihan SOP. Pelatihan ini berbasis SOP, artinya menggunakan SOP sebagai materi utama pelatihan.

Sop yang telah ditetapkan sebagai standar pelayanan perlu dijelaskan, dipahamkan dan dilatihkan kepada seluruh staf pelaksana agar para pelaksana dapat memahami hal-hal penting dari suatu layanan. Diantaranya adalah a) tujuan layanan, b) apa saja yang harus dipersiapkan, c) bagaimana mengerjakannya langkah demi langkah, d) apa hasilnya (produk layanan), e) waktu layanan, f) bagaimana bersikap bila ada sesuatu yang tidak terduga, g) bagaimana menjelaskani kepada penerima layanan, h) pengambilan persetujuan layanan i) menjawab pertanyaan penerima layanan (publik) j) dan lainnya. Selain itu dalam pelatihan tersebut, para peserta akan berlatih (simulasi) mengerjakan layanan sesuai SOP, dengan tujuan agar mereka nantinya dapat bekerja dengan mantap (firm) tanpa rasa canggung, takut salah, dan tidak membahayakan para penerima layanan. Melalui pelatuhan tersebut para staf akan dapat bekerja sesuai SOP dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik buat masyarakat. Pelatihan ini akan memper kuat sistem dan budaya kerja organisasi sehingga para staf akan bekerja berdasarkan sistem tidak berdasarkan individu (pendapat pribadi) sehingga semua layanan organisasi akan berlangsung secara sistemik, ajeg, berkesinambungan dan ‘kekal’.

10. REVISI SOP tidak berada di ruang hampa, namun berada

dalam dunia realitas. Realitas layanan bersifat dinamis dipengaruhi banyak variabel seperti tuntutan konsumen, perubahan organisasi, ketersediaan anggaran, inovasi alat, kemajuan teknologi, perubahan piranti lunak, kualitas sdm, dan lain sebagainya. Penyelenggara layanan wajib menjawab tuntutan perubahan tersebut dengan melakukan beberapa penyesuaian atau

revisi SOP. Sop bukanlah kitab suci, selalu terbuka untuk revisi. Lakukanlah revisi bila memang diperlukan, hal ini semata-mata untuk penyempurnaan kualitas layanan dan meningkatkan kepuasan para penerima layanan.

FORMAT PENULISAN SOPPenulisan SOP biasanya menggunakan format

tertentu, namun jangan sampai terganggu dengan format tersebut sehingga malah menyulitkan dan menimbulkan rasa enggan menulis SOP. Format hanyalah alat bantu untuk memudahkan penulisan SOP format memang penting namun lebih penting lagi adalah selesainya dokumen SOP. Mulailah menulis, awalnya mungkin terasa sulit namun lambat laun akan terbiasa dan terasa mudah dan menyenangkan.

Pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan penggunaan format SOP versi ICH-WHO. Menurut versi tersebut ada 14 keterangan (variabel) yang harus ditulis dalam kolom dokumen SOP yaitu 1) Judul, 2) Penulis, 3) Persetujuan (otorisasi) 4) Versi, 5) Revisi, 6) Tujuan, 7) Scope (ruang lingkup), 8) Prosedur, 9) Penanggung Jawab, 10) Aplikasi dengan SOP lain, 11) Peristilihan, 12) Referensi, 13) Lampiran, 14) Akses. Variabel utama dari dokumen tersebut adalah variabel nomor 8 yaitu variabel prosedur, ini dalah bagian inti dari sebuah SOP. Penjelasan variabel tersebut kami tuliskan di bawah ini. (tabel 4). 1. Judul. Kolom ini diisi dengan judul SOP.

Tulis judul SOP dengan ringkas namun menggambarkan hasil, metode dan tempat. Berikut ini penulis sampaikan beberapa contoh judul misalnya: a) Sop Pengukuran Kapasitas Paru Atlet dengan alat CPET di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). b) Sop Pengukuran Kepadatan Tulang dengan alat Lunar di RSON. c) Sop Penyetoran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) RSON dengan metode Simfoni.

2. Penulis. Kolom ini diisi dengan nama penulis

Edisi keenam Tahun III 19Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 20: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

SOP. Tulislah nama penulis yang terlibat dalam pembuatan SOP (penulis dapat lebih dari satu orang).

3. otorisasi. Kolom ini adalah kolom persetujuan. Tulislah nama pejabat yang mempunyai otoritas (kewenangan) menyetujui penggunaan SOP dalam suatu organisasi. Selain itu cantumkan juga waktu dimulainya penggunaan SOP. Misalnya Nama Direktur Rumah Sakit, tanggal, bulan dan tahun mulai diberlakukan SOP.

4. Versi. Kolom ini diisi dengan keterangan versi SOP. Tulislah nama atau sebutan versi SOP, misalnya Sop versi 2016.

5. Revisi. Kolom ini diisi dengan waktu yaitu tanggal, bulan, dan tahun) revisi dokumen SOP.

6. Tujuan. Kolom ini diisi dengan tujuan penulisan SOP. Tulislah tujuan dengan menuliskan hasil layanan atau produk. Berikut ini penulis sampaikan beberapa contoh tujuan misalnya: a) Menghasilkan pengukuran kapasitas paru atlet yang aman dan nyaman dengan hasil yang berkualitas.. b) Menghasilkan pengukuran kepadatan tulang yang aman dan nyaman dengan hasil yang berkualitas. c) Terlaksananya penyetoran secara aman seluruh pendapatan RSON ke kantor kas negara.

7. Scope. Kolom ini diisi dengan nama pelaksana SOP. Tulislah nama pelaksana layanan baik dari unit pelaksana maupun dari unit lain namun terkait dengan terlaksananya layanan.

8. Prosedur. Kolom ini adalah bagian utama dari dokumen SOP. Isilah kolom ini dengan narasi kegiatan layanan, secara berurutan, langkah demi langkah sampai mencapai tujuan. Hal ini akan dijelaskan lebih rinci secara khusus di halaman selanjutnya.

9. Penanggung Jawab. Isilah kolom ini dengan nama seseorang yang mempunyai tanggung jawab atas terlaksana dan tidak terlaksananya suatu kegiatan layanan. Penanggungjawab biasanya berjenjang, oleh karenanya nama tersebut dapat

lebih dari satu orang. Sebagai contoh misalnya layanan pemeriksaan kapasitas paru dengan alat CPET, maka tulislah nama penanggung jawab unit pelaksanan dan nama atasan langsungnya yaitu direktur sport science RSON. Bila terjadi penyimpangan prosedur, maka penanggung jawab tersebut yang memeriksa dokumen berita acara dan mencarikan solusi dan tindak lanjut atas masalah di lapangan. Penanggung jawab, juga mempunyai kewenangan (otoritas) untuk memutuskan apakah suatu layanan dapat dilanjutkan atau dihentikan.

10. Aplikasi dengan SOP lain. Isilah kolom dengan nama SOP lain yang terkait dengan pelaksanaan SOP yang kita tulis.

11. Peristilahan. Isilah kolom ini dengan penjelasan terhadap istilah – istilah yang digunakan pada dokumen SOP.

12. Referensi. Isilah kolom ini dengan nama referensi (daftar pustaka) yang digunakan atau mendasari penulisan SOP. Referensi adalah acuan penulisan SOP yang membimbing dan menentukan kualitas sebuah SOP, oleh karenanya ambillah sumber yang kuat dan mutakhir. Sumber yang kuat dapat berasal dari regulasi seperti undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan menteri dan lainnya. Sumber lainnya dari buku atau jurnal ilmiah. Ambillah sumber yang semutakhir mungkin (maksimal 5 tahun terakhir) agar SOP yang dibuat dapat bertahan lama. Jangan lupa tuliskan sumber referensi sesuai aturan agar tidak melanggar ketentuan hak cipta intelektual.

13. Lampiran. Isilah kolom ini dengan gambar, skema atau diagram yang diperlukan untuk memudahkan pemahaman pembaca.

14. Akses. Tuliskan siapa saja yang dapat mengakses dokumen SOP.

20 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 21: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Tabel 4: Penjelasan Singkat Format SOP

No VARIABEL PENJELASAN 1 JUDUL Tuliskan judul SOP

2 PENULIS Tuliskan nama penulis

3 oToRISASI Tuliskan nama pejabat dan tgl SOP di aprove

4 VERSI Tuliskan versi SOP

5 REVISI Tuliskan tanggal revisi SOP (bila ada)

6 TUJUAN Tuliskan SESUATU yang dihasilkan (layanan/ produk)

7 SCoPE Tuliskan siapa saja yang menggunakan SOP ini

8 PRoSEDUR Tuliskan sesuai standar WHO, ICH

9 PENANGGUNG JAWAB Tuliskan nama seseorang yang mempunyai kewenangan memutuskan solusi dan tindak lanjut bila terjadi masalah dalam pelaksanaan SOP.

10 APLIKASI DG SoP LAIN Tuliskan SOP lain yang berhubungan dengan SOP yang ditulis.

11 PERISTILAHAN Jelaskan pengertian bila ada istilah itilah atau definisi dalam SOP yang perlu dijelaskan untuk memudahkan pemahaman pembaca.

12 REFERENSI Tuliskan sumber penulisan SOP (UU, PP, PERMEN,SK, Jurnal, Buku dan lainnya.

13 LAMPIRAN Lampirkan gambar, skema , alur diagram yang diperlukan untuk memudahkan pemahaman pembaca.

14 AKSES Tuliskan siapa saja staf atau pimpinan yang boleh membuka SOP.

TEKNIK PENULISAN PROSEDUR SOPInti dari penulisan prosedur dalam sebuah

SOP adalah adalah pemberian informasi mengenai proses pelaksanaan suatu layanan. Proses pelaksanaan prosedur suatu kegiatan apakah kegiatan administrasi, kegiatan layanan atau kegiatan penelitian pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu a) persiapan prosedur, b) pelaksanaan prosedur dan c) pasca prosedur. Pada pasca prosedur hendaknya tidak lupa disebutkan langkah kegiatan yang terkait dengan penanganan limbah akibat prosedur.

Penulis SOP harus dapat menuliskan informasi layanan secara sederhana, ringkas, jelas, namun menyeluruh dan mudah dipahami. Hal ini membutuhkan ketrampilan dan latihan menulis. Pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan teknik penulisan prosedur mencakup isi informasi dan bagaimana menulisnya. Ketrampilan ini tidak datang seketika namun perlu dilatih dan diasah terus menerus sehingga kita mampu menulis SOP yang berkualitas.

Isi informasi prosedur Isi informasi prosedur sebuah kegiatan layanan

mungkin banyak sekali namun dapat disederhanakan menjadi lima hal pokok yaitu a) apa kegiatannya, b) siapa yang melakukan, c) kapan dilakukannya, d) di mana layanan dilakukan, dan e) bagaimana melakukannya. Untuk mudahnya kita ingat saja rumus 4W+1H (What, Who, When, Where and How). 1. Informasikan kegiatan apa yang harus atau

akan dilakukan. Prosedur suatu SOP harus meninformasikan

kegiatan apa saja yang harus atau akan dilakukan untuk mencapai tujuan atau untuk menghasilkan suatu produk layanan tertentu. Informasikan apa yang menjadi tujuan layanan dan apa yang akan di alami dan apa hasil yang akan didapat dan apa manfaat dari layanan tersebut. Hal ini penting, untuk menimbulkan rasa aman buat penerima layanan.

2. Informasikan siapa yang harus melakukan. Informasikan siapa pelaksana layanan, dari

unit mana, apa kompetensinya dan apa

Edisi keenam Tahun III 21Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 22: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

kewenangannya. Pelaksana kegiatan merupakan bagian penting dari pelayanan yang berkualitas, oleh karenanya pelaksana layanan harus mempunyai kualifikasi, sertifikasi, kompetensi dan kewenangan sesuai dengan jenis layanannya. Setiap layanan membutuhkan pelaksana yang mahir dalam hal kemampuan, dan tanggung jawab. Oleh karenanya informasikan dengan jelas siapa saja yang dapat malakukan suatu kegiatan layanan dan kepada siapa dia harus bertanggungjawab.

3. Informasikan dimana layanan akan dilakukan. Informasikan di ruang mana saja kegiatan

layanan akan dilakukan, jelaskan kondisi ruangannya. Sebutkan beberapa ruangan yang akan digunakan dalam pelayanan misalnya ruang pendaftaran, ruang administrasi, ruang ganti pakaian, ruang pelayanan, ruang pengambilan hasil layanan, ruang pembayaran dan sebagainya. Informasikan kondisi ruang layanan apakah sunyi, atau bising. Informasikan suhu, kelembaban, sterilitas ruangan dan sebagainya. Sebutkan sifat ruangan yang spesifik, seperti ruang pemeriksaan MRI yang tidak boleh ada benda logam, telpon genggam dan lainnya.

4. Informasikan kapan layanan akan dilakukan Informasikan waktu dan lama layanan.

Informasikan secara rinci waktu pelaksanaan layanan. Hari apa ?, apakah setiap harikah atau beberapa hari tertentu ? Pukul berapa ? Apakah pagi, sore atau malam ? Informasikan berapa lama layanan akan dilaksanakan sejak dari persiapan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan, informasi ini sangat penting, untuk menimbulkan rasa tenang dan nyaman bagi penerima layanan.

5. Informasikan bagaimana harus dikerjakan Informasikan bagaimana layanan akan

dikerjakan. Informasikan kegiatan tersebut satu demi satu, langkah demi langkah, dari awal hingga akhir secara berurutan tanpa ada yang terlewat atau terlompati, dari huruf a, b, c dan

selanjutnya sampai huruf z (bila sampai huruf z). Buat peta jalan kegiatan, atau alur kegiatan sebagai alat bantu untuk mencegah agar tidak langkah yang terlewat. Langkah tersebut harus tertib, melangkah menuju tujuan yang dimaksud. Hal ini penting untuk menghasilkan produk layanan yang berkualitas.

BAGAIMANA MENULIS PROSEDURPada halaman sebelumnya penulis telah

menjelaskan isi sebuah prosedur selanjutnya akan kami jelaskan bagian yang tidak halah pentingnya yaitu bagaimana menuliskan informasi tersebut menjadi narasi sebuah sebuah SOP. Menulis prosedur itu sebenarnya tidak sulit bahkan mudah asalkan kita mengetahui beberapa tips nya yang akan penulis jelaskan di bawah ini.

1. Keep It Short And Simple (KISS) Tujuan penulisan SOP adalah tersedianya

dokumen acuan bagi para pelaksana layanan. Para pelaksana layanan harus mempelajari dan menguasai SOP padahal tingkat pemahaman nya bervariasi oleh karenanya buatlah SOP yang mudah dipahami. Tulislah prosedur dengan narasi yang singkat dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh para pelaksana layanan. Menulis informasi seperti itu memang tidak mudah dan butuh latihan. Salah satu tipsnya adalah sebelum menulis prosedur, tulislah terlebih dahulu point-point (peta langkah) kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan layanan atau produk yang akan dihasilkan. Tulislah seluruh kegiatan dalam peta tersebut dan jangan tulis kegiatan lain yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan. Cara ini dapat membantu kita dalam menulis prosedur secara hemat, singkat dan sederhana.

Tulisan yang singkat dan sederhana menunjukkan ‘penguasaan’ penulis terhadap prosedur layanan, sebaliknya bila narasinya panjang dan rumit hal itu menunjukkan penulis belum menguasai prosedur layanan. Hal ini

22 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 23: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

tidak boleh terjadi karena naskah SOP akan sulit dipahami dan sulit dilaksanakan para pelaksana. Pada situasi seperti ini solusinya adalah dengan mengundang nara sumber, konsultan, atau pakar untuk memberikan informasi prosedur layanan (alat) dengan jelas sampai kita benar-benar mengerti dan mampu menuliskannya menjadi prosedur layanan secara singkat, sederhana dan mudah dipahami.

2. Sesuaikan narasi SoP dengan penggunanya Salah satu tujuan penulisan SOP adalah agar

para pelaksana dapat melayanani publik sebaik mungkin, untuk itu para pelaksana layanan harus membaca dan memahaminya. Sop dibuat bukan untuk si penulis tetapi untuk para pelaksana layanan sedangkan kapasitas para pelaksana layanan bervariasi. Mereka mempunyai hal tingkat intelegensi, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat kemahiran kerja, penguasaan bahasa yang bervariasi, oleh karena itu tulislah prosedur SOP dengan mempertimbangkan kapasitas dan kemampuan pembacanya atau para pelaksana layanan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka tulislah narasi informasi prosedur sesuai dengan bahasa para pelaksana layanan. Tulislah narasi dengan “bahasa kaumnya,” tanpa mengurangi informasi yang harus disampaikan agar para pelaksana mudah memahami dan melaksanakan layanan sesuai SOP. Menulis seperti itu memang tidak mudah namun harus diupayakan dengan sering berlatih. Tulislah kata, atau istilah yang biasa digunakan para pelaksana layanan.

Penulisan narasi menggunakan bahasa penulis menunjukkan egoisme penulis, hal ini merugikan karena SOP tersebut hanya dimengerti oleh penulis saja sehingga menjadi tidak ‘operasional’. Sop menjadi sulit dipahami dan sulit dilaksanakan, kalaupun dilaksanakan hasil layanannya tidak akan berkualitas. Hal ini tidak boleh terjadi. Kita tidak boleh egois,

namun harus berempati kepada para pelaksana layanan. Situasi seperti ini dapat diatasi dengan mengundang para pelaksana layanan dan menanyakan apakah kosa kata, atau istilah dalam SOP dapat dipahami dan dimenegrti. Selain itu kita dapat mengundang ahli bahasa untuk menjelaskan makna suatu istilah sulit, dan mendapatkan kata padanannya yang mudah dimengerti. Kesimpulannya kita harus berusaha menulis narasi prosedur sebaik mungkin dengan menggunakan ‘bahasa’ para pelaksananya.

3. Mulailah kalimat SoP dengan kata kerja aktif

Tulislah narasi prosedur dengan meng gunakan kata kerja aktif. Misalnya ambillah larutan NaCl sejumlah 10 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Jangan gunakan kalimat seperti ini, Larutan Nacl sebanyak 10 ml di ambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

4. Gunakan bahasa efektif dan efisien, langsung menuju sasaran, kalimat tidak berbusa-busa sehingga mudah dipahami pembaca. Tips nya adalah tujuan dari suatu langkah kegiatan disebutkan dahulu baru kemudian caranya atau teknis pelaksanaannya. Sebagai contoh, lakukan kalibrasi alat dengan cara sebagai berikut (sebutkan langkah-langkahnya).

Edisi keenam Tahun III 23Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 24: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Tabel 5: REVISI SoP: KALIBRASI ALAT BMD PRoDIGY DXA

TANGGAL 19 APRIL 2016No SEBELUM REVISI SESUDAH REVISI1 Klik dua kali pada menu ikon Prodigy (lihat gambar

3), sehingga muncul tampilan menu utama pada layar monitor (lihat gambar 4).

Tampilkan menu utama pada layar monitor (Gb. 4 hal. 129) dengan cara menakan dua kali pada menu ikon Prodigy (Gb. 3 hal. 129).

2 Klik satu kali pada menu ikon Quality Assurance (lihat gambar 4B), sehingga muncul tampilan gambar hasil kalibrasi presisi sebelumnya pada layar monitor (lihat gambar 5).

Tampilkan gambar hasil kalibrasi presisi sebelumnya pada layar monitor (Gb. 5 hal. 130) dengan cara menakan satu kali pada menu ikon Quality Assurance (Gb. 4B hal. 129).

3 Klik satu kali pada menu ikon Start untuk memulai kalibrasi presisi (lihat gambar 5B). Alat pindai akan bergeser (setelah 30 detik) dan muncul sinar laser (berupa tanda tambah dengan nyala merah terang) pada meja pemeriksaan BMD (lihat gambar 6A). Petugas lain memastikan sinar laser telah muncul pada meja dengan melihat area sekitar meja pemeriksaan dan melaporkan ke operator dengan kalimat “sinar laser telah muncul”.

Nyalakan sinar laser pada alat pindai dengan cara menekan satu kali pada menu ikon Start (Gb. 5B hal. 130) sehingga alat pindai akan bergeser. Setelah 30 detik sinar laser muncul pada meja pemeriksaan BMD (Gb. 6A hal. 130). Petugas lain memastikan sinar laser telah muncul pada meja dengan melihat area sekitar meja pemeriksaan dan melaporkan ke operator dengan kalimat “sinar laser telah muncul”.

5. Complete: Tuliskan seluruh informasi secara lengkap

langkah demi langkah jangan ada yang terlewati agar kegiatan layanan dapat terlaksana dengan baik.

6. Objective: Tuliskan fakta bukan opini. Tuliskan setiap

langkah kegiatan sesuai dengan sesuai dengan rujukannya, yaitu berdasarkan literatur, buku panduan (manual book) dan tidak berdasarkan asumsi, atau pendapat pribadi. Hal ini sangat berbahaya karena dapat terjadi kesalahan yang berpotensi menimbukan ketidakamanan, ketidaknyamanan dan hasil layanan yang tidak berkualitas.

7. Coherent: Narasi suatu prosedur SOP hendaknya

mencerminkan alur berfikir yang logis, tertib dan berurutan.

8. Lampirkan SOP dengan gambar-gambar, alur diagram, contoh perhitungan dan lain lain yang dianggap perlu agar SOP mudah dipahami, mudah dilaksanakan dan dapat menghasilkan produk atau sesuatu yang

sama seperti yang dituliskan dalam tujuan SOP. Gambar tersebut diberi identitas sesuai ketentuan penulisan artikel ilmiah. (Gb.1: Tombol aktivasi alat C-arm, prosedur 3.2)

Gambar yang dilampirkan sebaiknya tidak menggunakan gambar yang ada di buku referensi namun menggunakan gambar hasil buatan sendiri. Gambar buatan sendiri lebih otentik, mudah dipahami sesuai dengan alat yang digunakan seperti disebutkan di SOP tempat kita bekerja hal ini akan meminimalisir kesalahan pemahaman. Gambar buatan sendiri ini dapat diatur dimensinya sesuai kebutuhan penjelasan prosedur.

9. Kalimat efektif : clear and concise. Contoh unclear Volume larutan dicatat di lembar keperawatan Contoh clear. Catatlah volume larutan pada lembarkeperawatan

10. Tingkat detil (rinci): tergantung individu pelaksana SOP (tingkat kemahiran) Gunakan nama generik bila memungkinkan

11. Hindari Lakukan ini atau lakukan itu, where appropriate Sebaiknya Anda boleh menggunakan pilihan 1 dan berikan alasan kapan melakukan pilihan 2.

24 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 25: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Lampiran 1: Berita Acara Rapat Kelayakan SOP RSON

PENUTUPMembuat SOP bukanlah sekedar membuat

dokumen untuk menggugurkan kewajiban memenuhi suatu legalitas atau persyaratan tertentu namun lebih penting dari itu adalah suatu langkah penting dalam membangun sistem dan budaya kerja. Membangun sistem kerja, membangun budaya kerja para penyelenggara layanan yang berbasis kepada kepuasan para peneri,a layanan. Membangun budaya kerja para abdi negara untuk selalu memberikan layanan yang bermanfaat, aman, nyaman dan berkualitas kepada masyarakat. Semoga tulisan ini memberikan inspirasi dan manfaat buat kita semua untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Semoga Allah SWT merihoi usaha kita. Amim Ya Rabbal Alamin.

UCAPAN TERIMA KASIHTerima kasih kami sampaikan kepada berbagai

pihak yang telah membantu terselesaikannya tulisan ini, khususnya kepada dr. Prita Kusumaningsih Sp.OG, drg. Esti Cahyani A, dr. Muhammad Abdurrahman Al Haraani, dr. Dini Wulan Sari, dan Shof Watunnida, SKM, Yuliyanti Setiyorini, A.Md., Krisdianto, AMTE., Rahmat Hidayat Bangko, ST., Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd. dan seluruh staf RSON yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan kebaikan yang banyak kepada semuanya. Jazakumulaahu khairan katsiran.

DAFTAR PUSTAKA1. Undang-undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Pasal

1, ayat 12. Undang-undang No. 32 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Pasal 2, ayat 1-33. Undang-undang No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan,

Pasal 1, ayat 14. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 1, ayat 15. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 5.6. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1

ayat 6.7. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1

ayat 7.8. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 159. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 20,

ayat 1-510. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 2.11. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 40

ayat 1-312. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 35

ayat 3 13. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 54

ayat 1 - 11.14. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 55

ayat 1 - 3.

15. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 56 ayat 1 - 2.

16. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 57 ayat 1 - 3.

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

18. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 7 ayat 3

19. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 7 ayat 1-2

20. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 9 Ayat 2b

21. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 9 ayat 4.

22. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 3. Ayat d

23. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 3 ayat f

24. Undang-UndangNo. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 52

25. Undang-UndangNo. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 7 ayat 6

26. Permenpan No. 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan

Kementerian Pemuda dan olahragaRumah Sakit olahraga Nasional (RSoN)

Berita Acara Rapat Kelayakan SOP RSON, Kemenpora RIPada hari ini tanggal 3 Maret 2016, di Ruang Sarengat, RSON, pk. 08.00 – pk. 10.00 telah dilakukan rapat

penilaian kelayakan DRAF SOP dengan judul Pengukuran Kapasitas Paru dengan Alat CPET. Rapat dipimpin oleh Dr. Basuki dengan sekretaris dr. Anang dengan anggota dr. Danar, dr. Dini Wulansar,

dr. Bunga. Rapat memutuskan bahwa DRAF SOP tersebut layak menjadi SOP dan selanjutnya dapat dilakukan Uji

Coba SOP. Jakarta, 03 Maret 2016

Pimpinan Rapat Sekretaris Rapat

Dr. Basuki Supartono Dr. Anang

Edisi keenam Tahun III 25Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 26: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Lampiran 2: Berita Acara Pengujian SOP RSON

Lampiran 3: SK Penetapan Buku Standar Pelayanan Sport Science

Kementerian Pemuda dan olahragaRumah Sakit olahraga Nasional (RSoN)

Berita Acara Pengujian SOP RSON, Kemenpora RIPada hari ini tanggal 3 Maret 2016, di Ruang Sport Science, Lantai IV, RSON, pk. 08.00 – pk. 10.00 telah

dilakukan uji coba SOP dengan judul Pengukuran Kapasitas Paru dengan Alat CPET. Pengujian dipimpin oleh Dr. Basuki dengan sekretaris dr. Anang dengan anggota dr. Danar, dr. Dini

Wulansar, dr. Bunga. Tim Penguji memutuskan bahwa SOP tersebut dapat ditetapkan menjadi SOP dan selanjutnya dapat

dibuatkan SK Penetapannya.

Jakarta, 03 Maret 2016Pimpinan Penguji Sekretaris Penguji

Dr. Basuki Supartono Dr. Anang

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT oLAHRAGA NASIoNAL

NoMoR : KEP. 001 /RSoN/VI/2016

TENTANG

PENETAPAN BUKU STANDAR PELAYANAN SPoRT SCIENCE RUMAH SAKIT oLAHRAGA NASIoNAL

KEMENPoRA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADIREKTUR RUMAH SAKIT oLAHRAGA NASIoNAL

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap atlet pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dan juga sebagai salah satu persyaratan pengurusan akreditasi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) guna mengukur pencapaian dan cara penerapan standar pelayanan RS sebagaimana yang diamanahkan dalam undang-undang tentang rumah sakit maka dianggap perlu melakukan penyusunan Standar Pelayanan yang berlaku bagi unit yang ada di RSON;

b. bahwa salah satu unit yang membutukan adanya standar pelayanan di RSON adalah unit Sport Science, sebagai bagian dari pelayanan terhadapa atlet yang aman, nyaman dan berkualitas;

c. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Olahraga Nasional tentang Penetapan Buku Standar Pelayanan Sport Science RSON Kemenpora RI.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan;

26 Edisi keenam Tahun III Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 27: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

4. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktek dan

Pelaksanaan Praktek Kedokteran; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah

Sakit; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah

Sakit; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin

Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; 10. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 193 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pemuda dan Olahraga; 11. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0059 tahun 2013 tentang

Pengembangan Kepemimpinan Pemuda; dan 12. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0524 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Olahraga Nasional; 13. Surat Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0015 Tahun 2014

Tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) Sentra Pelayanan Rehabilitasi Cidera Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga.

14. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta Nomor 59/2.5/31/-1.77/2015 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas C Kepada Rumah Sakit Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga RI;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL TENTANG PENETAPAN BUKU STANDAR PELAYANAN SPORT SCIENCE RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL KEMENPORA RI

Kesatu : Menetapkan Buku Standar Pelayanan Sport Science RSON Kemenpora RI sebagai bagian dari standar pelayanan terhadap atlet dan masyarakat di RSON.

Keduat : Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksaan keputusan ini dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Olahraga Nasional dan sumber-sumber lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal Juni 2016

DIREKTUR RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL

Dr. dr. BASUKI SUPARTONO, Sp.OT, FICS, MARSNIP.19611022 199003 1 007

Edisi keenam Tahun III 27Media Informasi RSON

Artikel Utama

Page 28: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

28 Edisi keenam Tahun III

Artikel Ilmiah

Aktivitas fisik atau olahraga tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik anak dan remaja seperti meningkatkan lean body mass, mengurangi risiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Selain itu pertumbuhan tulang dan otot dapat berlangsung dengan baik. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar akan meningkatkan kemampuan belajar dan berlatih dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, meningkatkan kesehatan mental psikologis, dan membantu anak mengurangi stres serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak membutuhkan 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas fisik selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak.

Bentuk olahraga yang dianjurkan antara lain jog-ging, olahraga aerobik, berlari, naik sepeda cepat, berjalan menanjak, dan bela diri. Olahraga jenis ini termasuk dalam vigorous-intensity activity, yang menggunakan energy lebih dari 7 kcal per menit dan memiliki manfaat lebih baik dibandingkan

Olahragapada anak dan remaja

Oleh: dr. M. Natsir, Sp.A dan dr. Yasmien Anis

Sumber: (http://www.solusisehatku.com/memilih-jenis-olahraga-yang-menyenangkan-bagi-anak-anak)

Page 29: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

29Edisi keenam Tahun III

Artikel Ilmiahdengan moderate-intensity yang menggunakan energi sekitar 3,5-7 kcal per menit. Contoh dari olahraga moderate-intensity antara lain berjalan hingga berjalan cepat, senam, dan naik sepeda santai.

Salah satu masalah yang harus kita perhatikan dalam keseharian dan kesehatan anak kita adalah physical inactivity, yaitu anak kurang melakukan kegiatan fisik. Contoh keadaan ini antara lain anak cenderung memilih diantar ke sekolah menggunakan kendaraan dibandingkan bersepeda atau jalan kaki, anak memilih bermain video games atau menonton televisi dibanding bermain di luar rumah dan lainnya. Kadang, orangtua juga turut mendukung kondisi ini karena berbagai alasan seperti takut membiarkan anak bermain di luar rumah yang dapat membahayakan diri anak. AAP merekomendasikan bahwa anak usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak dibolehkan menonton televisi, sedangkan anak usia di atas 2 tahun hanya boleh menonton televisi paling lama 2 jam per hari.

Olahragabayiusiadibawah1tahunStimulasi merupakan sarana bermain dan belajar

bagi bayi. Orangtua dapat mulai mengajarkan aktivitas fisik yang akan membantu perkembangan, khususnya perkembangan motor kasar. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bayi harus diletakkan di tempat yang aman dan orangtua memfasilitasi aktivitas fisik serta tidak menghalangi bayi untuk bergerak baik untuk gerakan motor kasarnya maupun perkembangan lainnya. Dengan memberikan kebebasan bayi bergerak di tempat yang aman, akan memberikan kesempatan bayi untuk mengeksplorasi lingkungan, belajar, serta membentuk dan memperkuat ototnya.

Olahragaanakusia1-4tahunPada periode usia ini, seorang anak diharapkan

sudah dapat berjalan, berlari, dan melompat. Pada masa ini, olahraga diperlukan untuk memperkuat kemampuan dasar motor kasar dan kemudian melatih fungsi dan kemampuan motorik, serta perkembangan lainnya seperti kemampuan koordinasi mata-tangan (motor-halus), keseimbangan, dan ritme gerak fisik. Bentuk paling sering dari aktivitas fisik pada masa ini adalah bermain secara aktif seperti berjalan, berlari, memanjat, dan lainnya. Bentuk lain adalah yang

disebut interactive guided play atau bermain interaktif dengan arahan seperti berlatih menari, yang juga melatih anak untuk mengikuti instruksi.

Sebuah penelitian di Iowa, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa anak-anak yang secara aktif bermain memperlihatkan pertumbuhan dan perkem-bangan tulang yang optimal. Banyak penelitian lain yang membuktikan bahwa bermain aktif mencegah anak dari kelebihan berat badan dan obesitas.

Olahragaanakusia5-10tahunPada usia ini, anak sudah lebih lincah dan dapat

beraktivitas dalam bentuk permainan yang lebih bervariasi. Pada usia 5-6 tahun, anak mulai dapat bermain yang memerlukan sedikit instruksi, fokus pada kesenangan, bukan fokus pada kompetisi. Bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik yang berulang-ulang, hindari gerakan yang terlalu kompleks dan dapat melatih keterampilan berpikir. Kegiatan yang dilakukan antara lain berlari, berenang, melempar, dan menangkap bola. Pada usia 7-11 tahun, aktivitas fisik juga lebih kepada kesenangan bukan kompetisi, bermain dengan peraturan dan instruksi yang fleksibel. Misalnya bermain sepak bola yang memerlukan aktivitas yang lebih kompleks dan keterampilan kognitif, serta perlu bekerja sama dalam tim.

Usia remaja 11-21 tahunPada usia ini, anak sudah memasuki masa remaja.

Olahraga juga membentuk otot dan meningkatkan kekuatan otot dan tulang serta mengurangi lemak tubuh sehingga menjaga kesehatan fisik. Selain itu, olahraga dapat mengurangi depresi, cemas, dan meningkatkan percaya diri dan keahlian. Remaja memiliki banyak pilihan dan waktu yang lebih panjang dalam berolahraga. Olahraga yang bersifat kompetitif merupakan tantangan tersendiri bagi remaja.

Bahan Bacaan– Active Healthy Living: Prevention of Childhood Obesity Through

Increased Physical Activity. COUNCIL ON SPORTS MEDICINE AND FITNESS,2005–2006

– Medise BE. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Anak dan Remaja. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/manfaat-olahraga-bagi-kesehatan-anak-dan-remaja.

– Sambo CM. Aktivitas Fisik Pada Anak. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/uncategorized/aktivitas-fisik-pada-anak

Page 30: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

30 Edisi keenam Tahun III

Artikel Ilmiah

Kematian mendadak pada atlet yang sedang berkompetisi masih sering dijumpai. Contohnya saja kejadian yang terjadi di lapangan sepak bola, antara lain menimpa Marc Vivien Foe, Miklos Feher, Antonio Puerta, dan Fabrice Muamba. Hanya Fabrice Muamba yang nyawanya berhasil diselam atkan, sedangkan ketiga pemain lain tidak tertolong. Hasil otopsi ketiga pemain tersebut menunjukkan adanya kelainan jantung yang disebut kardiomiopati hipertrofi. Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kardiomiopati hipertrofi menjadi penyebab tersering kematian mendadak pada atlet mud a.1

Kardiomiopati dapat diartikan sebagai penyakit pada otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya, dimana tidak didapati adanya penyakit jantung bawaan (PJB), tekanan darah tinggi (hipertensi), kelainan katup jantung didapat, kelainan arteri koroner, infeksi atau

penyakit sistemik. Kardiomiopati hipertrofi adalah suatu kondisi dimana salah satu otot jantung menjadi lebih tebal (menebal) dibandingkan bagian lainnya. Penebalan ini membuat darah lebih sulit keluar dari jantung sehingga memaksa jantung bekerja lebih kuat

untuk memompa dan relaksasi.2

Kondisi kardiomiopati hipertrofi dapat terjadi pada semua usia. Dilaporkan kardiomiopati hipertrofi pada atlet kompetisi lebih rendah, sekitar satu dari 1000 hingga satu dari 1500 atlet. Tidak ada perbedaan angka kejadian pada laki-laki atau perempuan, walaupun prevalensi pada laki-laki lebih sering pada usia muda dan perempuan pada usia tua.3,4,5

Penyebab pasti kardiomiopati hipertrofi tidak diketahui dan kemungkinan multifaktorial, namun didapatkan adanya keterlibatan kelainan genetik yang bersifat diturunkan. Kondisi ini diturunkan secara autosomal dominan dan berhubungan dengan adanya mutasi pada protein otot jantung.4,5,6

Untuk gejala klinis, kebanyakan pasien dewasa muda, gejala awal yang muncul juga berbeda mulai dari sesak nafas terutama pada peningkatan aktifitas (latihan), jantung berdebar-debar, nyeri dada, pingsan tiba-tiba, hingga kematian mendadak akibat ventrikel takikardi atau fibrilasi.6

Kondisi kardiomiopati hipertrofi bukan meru-pakan hal yang menguntungkan untuk seseorang, terutama atlet. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan

Kenali Kardiomiopati Hipertrofi: salah satu Penyebab

Kematian Mendadak pada AtletOleh: dr. Agoes Kooshartoro, Sp.PD*, dr. Ferdianto Sp.Ok.** dan dr. Lastri Diyani Siregar****dokter spesialis Penyakit Dalam RSON, **dokter spesialis Okupasi RSON, ***dokter umum RSON

Gb.1: Anatomi Jantung Normal (kiri) dan Jantung Dengan Kardiomiopati Hipertrofi (kanan)3

Page 31: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

31Edisi keenam Tahun III

Artikel Ilmiahfungsi jantung dalam kondisi normal maupun saat beraktivitas lebih. Selama berolahraga sekitar 25% pasien dengan kardiomiopati hipertrofi memiliki respon tekanan darah sistolik yang abnormal (tekanan sistolik gagal naik atau terlalu turun). Adanya gejala ini adalah suatu tanda prognosis penyakit yang buruk. Pasien dengan kardiomiopati hipertrofi pada usia berapapun juga memiliki kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dikarenakan kondisi penebalan jantung. Hal ini mengakibatkan apabila aktivitas meningkat, maka akan terjadi ketidak seimbangan supply-demand dari oksigen sehingga dapat muncul iskemik (jaringan kekurangan oksigen) bahkan infark (kematian jaringan karena kurang oksigen) otot jantung.5

Biasanya seorang atlet dengan kondisi ini bisa diketahui saat seleksi atlet, pemeriksaan kesehatan atlet berkala, pre participating examination (pemeriksaan sebelum kompetisi) melalui pemeriksaan fisik dan EKG (rekam jantung). Apabila dari pemeriksaan ini ditemukan kelainan, maka dokter akan menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis terkait, mulai dari ekokardiografi (USG jantung) hingga MRI jantung.5,7

Amerika telah membuat suatu kriteria dalam mendiskualifikasi atlet dengan kelainan jantung, ada dua panduan yang sering dipakai yaitu The Bethesda Conference dan ESC Consensus. Selain itu ada juga The European Recommendation yang lebih ketat dalam membuat kriteria diskualifikasi untuk kondisi kelainan jantung antara lain, sindrom QT-memanjang, kardiomiopati hipertrofi, dan kondisi lain dimana hasil temuan pemeriksaan jantung dalam ambang batas.5

Namun di negara lain seperti Italia , kriteria ini masih sulit diterapkan, terutama saat kondisi ini terjadi pada atlet yang sedang bersinar. Dan juga karena adanya faktor eksternal seperti keluarga, penggemar, kerabat, pelatih dan sebagainya.6

Jika seorang atlet didiagnosis dengan kardio-miopati hipertrofi, maka atlet tersebut tidak boleh berkompetisi untuk olahraga ekstrim, olahraga dengan intensitas tinggi, dan olahraga angkat berat. Hal ini dikarenakan ada risiko timbul serangan jantung

mendadak yang tinggi pada saat latihan atau sesaat setelah latihan. Sayangnya, para pakar belum membuat batasan tingkat latihan yang jelas dan aman untuk atlet dengan kardiomiopati hipertrofi. Selain itu pasti ada perbedaan batasan untuk cabang olahraga dan perorangan.5,7

Fakta diatas menunjukkan pentingnya seorang atlet untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala secara rutin, terutama dengan adanya kondisi tertentu yang membatasi performanya sebagai atlet. Dan saat kondisi ini dialami, maka seharusnya atlet tersebut, pelatih, keluarga bahkan pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk mengantisipasi perburukan kesehatan yang berujung pada kematian atlet muda di tengah kompetisi.1

Daftar Pustaka:1. Fadil, A.; Kardiomiopati Hipertrofi : Penyebab Kematian

Utama pada Atlet, edisi 01, vol.XL, 2014. Diunduh dari : http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2014/edisi-no-01-vol-xl-2014/658-artikel-penyegar/1475-kardiomiopati-hipertrofi-penyebab-utama-kematian-mendadak-pada-atlet [Diakses tanggal 15 September 2015].

2. Siregar, A ; Kardiomiopati Primer pada Anak, 2005. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2016/1/anak-abdullah.pdf [Diakses tanggal 15 September 2015].

3. University of Mariland Medical Center.; Hypertrophic Cardiomyopathy, Diunduh dari : http://umm.edu/health/medical/ency/articles/hypertrophic-cardiomyopathy [Diakses tanggal 15 September 2015].

4. Shah, Sandy N.; Hypertrophic Cardiomyopathy, Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/152913-overview [Diakses tanggal 15 September 2015].

5. American Heart Asociation.; Hypertrophic Cardiomyopathy, 2011 Diunduh dari : http://www.heart.org/HEARTORG/C o n d i t i o n s / M o r e / C a r d i o my o p a t hy / H y p e r t ro p h i c -Cardiomyopathy_UCM_444317_Article.jsp [Diakses tanggal 15 September 2015].

6. Drezner, Jonathan A; Ashley, Euan; Baggish, Aaron L; Borjesson, Mats; Corrado, Domenico; et al.; Abnormal Electrocardiographic Findings in Athletes : Recognising Changes Suggestive of Cardiomyopathy, in Br J Sport Med ed 47, hal. 137-152, 2013.

7. Lawless, Christine E.; Cardiovascular Screening of Athletes : Focused Exam, Electrocardiograms, and Limited Echocardiograms, Springer Science, Chicago, 2011.

Page 32: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

32 Edisi keenam Tahun III

Liputan Khusus

Menteri Pemuda dan Olahraga RI, H. Imam Nahrawi dan Direktur RSON, Dr. Basuki Supartono dalam acara Peresmian Alkes Baru RSON

Menpora MeresmikanAlat Kesehatan Baru

di RSONRumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON), Kamis (2/6) mengadakan syukuranatas dikeluarkannya izin tetap rumah sakit, peresmian alat kesehatan baru dan pemberlakuan tarif alat-alat kesehatan baru di RSON milik Kemenpora.

Sekitar 15 alat kesehatan baru diresmikan penggunaannya. Antara lain 4 alat fisioterapi, BMD (alat pe merik-saan kepadatan tulang dan kompo sisi lemak tubuh), C- Arm untuk pencitraan tulang di kamar operasi, USG 3 D memeriksa antar lain kondisi otot atlet, CPET (alat untuk memeriksa VO2 Max dan Spirometri), Pedoscan (alat untuk memeriksa bentuk telapak kaki), infus pump, syringe pump, C-Arm (alat pemeriksaan dengan fluoroscopy saat operasi), alat kultur mikrobiologi dan alat untuk pemeriksaan kimia darah (kimia analyzer). Dengan tersedianya alat kesehatan baru ini, diharapkan RSON dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya untuk atlet dan masyarakat umum.

Pada kesempatan tersebut, Menpora Imam Nahrawi mengatakan, peresmian alat-alat kesehatan ini merupakan bukti komitmen RSON, bahwa pengadaan alat - alat kesehatan ini dilakukan secara transparan untuk digunakan bagi kepentingan negara. Para dokter di RSON juga senantiasa menyertakan doa untuk menstimulasi

kesembuhan pasien.Menpora Imam Nahrawi lalu

mengingatkan, agar kita harus memastikan supaya atlet mendapat pelayanan kesehatan khusus saat mengalami cedera atau sakit. Untuk itu, akan dikeluarkan regulasi baru agar mengirimkan atlet yang cedera dan berobat ke RSON.

Kemudian Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS, MARS menyatakan, RSON merupakan satu satunya rumah sakit olahraga di kawasan Asia. Sedangkan di dunia, hanya ada 2 rumah sakit serupa yaitu di Brazil dan Qatar. Staf RSON sebanyak 189 personil terdiri dari PNS dan PTT (Pegawai Tidak Tetap). Dengan jumlah pengunjung hingga kini sebanyak 8500 pasien. Pengadaan sejumlah alat kesehatan sport science dan alat kesehatan lainnya tersebut bersumber dari anggaran APBN dan APBN-P TH 2015 senilai Rp 13,7 miliar. (Ratih Sayidun)Menteri Pemuda dan Olahraga RI, H. Imam Nahrawi melakukan prosesi penguntingan pita dalam acara

Peresmian Alkes Baru di RSON.

Page 33: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Direktur RSON dr Basuki Supartono berfoto bersama dengan Team Archery Indonesia saat konsultasi kondisi kesehatan atlet , RSON , Cibubur 19 Januari 2016

PJ Sport Science RSON Dr. Ismun berbincang dengan Ketua SATLAK PRIMA Ahmad Sutjipto di ruangan Hydro Pool, RSON,Cibubur , 6 Januari 2016

33Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Gal

eriF

ot

Page 34: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Direktur Executive PRIMA Hari Setiono mengunjungi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sedang berbincang dengan Direktur Utama RSON dr Basuki Supartono di ruang Jogging Track 4 Januari 2016

Direktur Executive Program Satuan Pelaksana Pogram Indonesia Emas (PRIMA) Hari Setiono beserta jajarannya berfoto bersama dengan Direktur Utama RSON dr Basuki Supartono dan staff di Auditorium RSON 4 Januari 2016

34 Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 35: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Atlet Bulutangkis Nasional Muhammad Ahsan saat menjalani tes kesehatan mata bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

Petugas memeriksa kesehatan kaki Atlet Bulutangkis Nasional Hendra (kanan) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

35Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 36: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

PJ Sport Science RSON RSON Dr. Ismun berfoto bersama dengan Ketua SATLAK PRIMA Ahmad Sutjipto dalam rangka kunjungan kerja di Auditorium RSON,Cibubur , 6 Januari 2016

Dokter Gigi RSON memeriksa kesehatan gigi Atlet Lompat Jauh Maria Londa (kanan) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

36 Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 37: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Petugas memeriksa tekanan darah dan suhu badan Atlet Bulutangkis Nasional Hendra (kiri) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

Petugas memeriksa tinggi dan berat badan Atlet Bulutangkis Nasional Greysia Poli (kanan) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

37Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 38: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Petugas memeriksa kesehatan mata (buta warna) Atlet Bulutangkis Nasional Tontowi Ahmdad (kiri) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

Petugas memeriksa kesehatan mata Atlet Bulutangkis Nasional Muhammad Ahsan (kanan) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

38 Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 39: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Petugas mengambil sampel darah Atlet Bulutangkis Nasional Liliana Natsir (kanan) saat menjalani tes medis bagi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

Tes Psikologi atlet Olimpiade 2016 di Rumah Sakit Olahraga Nasional, Cibubur, Jakarta Timur, 6 Januari 2016

39Edisi keenam Tahun III

Galeri Foto

Page 40: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

40 Edisi keenam Tahun III

Dokter yang Hobi Bermain Sepak Boladr. Danarto Hari Adhimukti

Menjadi dokter kecil saat duduk di bangku Sekolah Dasar merupakan awal

ketertarikan dr. Danarto Hari Adhimukti untuk menekuni profesi sebagai seorang dokter. Sejak bulan April 2014, pria yang akrab disapa dr.Danar ini bekerja di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).

Awalnya, Pria yang sebelumnya bertugas di RSUD Kalianda, Lampung Selatan ini melihat informasi tentang pembukaan penerimaan CPNS di RSON (dahulu namanya Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Cedera) Olahraga). Dengan seijin Direktur RSUD Kalianda saat itu, dr. Danar mengikuti seleksi tersebut meskipun harus bolak balik Lampung-Jakarta. Hal yang membuatnya bersemangat yaitu rumah sakit ini sesuai dengan hobi dan minatnya dalam dunia olahraga. Perjuangannya tidak berakhir sia-sia, dokter yang gemar bermain sepak bola ini diterima sebagai CPNS Kemenpora dengan penempatan di RSON.

Sosok

Page 41: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

41Edisi keenam Tahun III

Sosok

Pengalaman Berharga Dokter kelahiran Jakarta 4 September 1988 ini

menuturkan bahwa awalnya suasana RSON sangat sepi, jauh dari yang ia bayangkan. “Rumah sakit ini benar-benar baru berdiri. SDM yang terdapat di RSON pun jumlahnya sangat sedikit. Sehingga kita semua saling membantu mengerjakan seluruh pekerjaan agar sistem di rumah sakit ini terbentuk.” tuturnya. Pada awalnya, selain sebagai dokter jaga IGD, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta ini ditempatkan di kamar bedah untuk membantu aktivasi kamar bedah. Ia juga sempat ditugaskan di bagian sport science juga pada unit Medical Check Up untuk membantu pelaksanaan MCU atlet dan paskibraka.

Selain itu, dr. Danar pernah dikirim sebagai tim medis di beberapa event, seperti Paskibraka Tahun 2014 dan Tim Medis Rally Mobil Antik Lintas Khatulistiwa (Jakarta-Bonjol (Sumatera Barat)-Jakarta). Meskipun mendapat banyak tugas dan pekerjaan, ia menjalaninya dengan ikhlas dan semua terasa ringan meskipun staf RS sedikit, karena semua saling membantu mengerjakan tugas tersebut. Hal tersebut tidak lepas dari peran Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, yang selalu mendidik stafnya untuk disiplin. Sehingga dr. Danar dan rekan-rekan di RSON dapat menjadi staf yang kompeten. Dokter yang saat ini diamanahi sebagai Dokter Penanggung Jawab IGD ini senang karena memiliki banyak pengalaman berharga dalam bekerja yang sebelumnya tidak didapatkan.

Bermain sepak bola

Kejenuhan saat bekerja wajar terjadi pada setiap orang. Untuk mengatasinya, biasanya dr. Danar bermain sepak bola bersama teman - teman. Sampai saat ini pun di tengah rutinitas harus disempatkan bermain sepak bola bersama teman-teman. Walaupun profesinya sebagai seorang dokter cukup menyita waktu dan tenaga, ia merasa bahagia ketika melihat wajah pasien tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Jika sudah begitu, seakan-akan menjadi seorang dokter tidak ada dukanya.

Melanjutkan studi

Sebagai seorang dokter, dr. Danar juga memiliki cita-cita untuk melanjutkan studi ke jenjang spesialis. Menjadi dokter spesialis orthopaedi menjadi keinginannya. Karena selama bekerja di RSON, ia banyak menangani kasus orthopaedi saat jaga di IGD ataupun saat melakukan medical check up atlet. Kasus yang didapatkan bervariasi mulai dari masalah postur hingga kasus cedera olahraga. Akan tetapi sebagai seorang PNS, dr. Danar mengaku siap jika instansi lebih membutuhkannya menjadi spesialis di bidang lain sesuai kebutuhan instansi.

Ketika ditanya harapannya terhadap RSON, ia menjawab bahwa harapannya saat ini masih sama dengan ketika ditanya oleh Direktur RSON saat tes wawancara CPNS 2 tahun yang lalu, yaitu RSON sebagai RS Olahraga satu-satunya di Indonesia memiliki Rumah Sakit Satelit di tiap propinsi. Sehingga RSON benar-benar sebagai rumah sakit rujukan olahraga di tingkat Nasional. Harapan itu bisa saja akan terwujud, bisa juga tidak. Kita semua harus mewujudkannya untuk memajukan RSON. (drg. Esti Cahyani Adiati)

Page 42: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

42 Edisi keenam Tahun III

Sosok

Rumah sakit adalah tempat dimana banyak orang berkumpul mulai yang sehat dan sakit. Rumah sakit juga menjadi tempat terbanyak penghasil

limbah dan paling banyak adalah limbah infeksius. Banyaknya pasien bergelimpangan yang berdarah-darah dimana-mana, banyaknya orang yang datang mengunjungi sanak saudaranya setiap menit, bisakah Anda bayangkan jika rumah sakit dengan tingkat kepadatan seperti itu bekerja tanpa seorang cleaning service rumah sakit?

Ialah Winarni Ningsih alias Bu Wiwin mulai bekerja dan ditempatkan sebagai Kepala tenaga kebersihan di RS Olahraga Nasional sejak tahun 2013 untuk urusan kebersihan di seluruh lingkungan Rumah Sakit. Rasa tanggung jawab yang besar pada Ibu 1 anak ini membuatnya nikmat dan ikhlas melaksanakan tugas di RSON. Beliau mempuyai kiat dalam menjalani pekerjaan yaitu dengan bersyukur dan ikhlas menjadikan kita berbahagia dalam bekerja.

Sebelum bergabung di RSON ibu yang mempunyai hobi merangkai bunga ini bekerja di kantor pertanian sebagai staff perbantuan tanam pangan . Lama bekerja di kantor pertanian, Bu wiwin mulai menekuni bisnis sendiri di bidang kaligrafi, tetapi karena sesuatu hal dan suami yang telah tiada mengharuskan ibu satu anak ini untuk terus bekerja mencari nafkah dan sebagai tulang punggung keluarga. Semoga nasib para staff cleaning service lebih terjamin kehidupannya dan dapat mensejahterakan keluarga “ ungkapnya penuh harap.

Bu Wiwin mengatakan banyak cerita yang di dapat selama bekerja di RSON, diantaranya awal 2013 RSON masih belum aktif seutuhnya, missal seperti basement RS masih sering digenangi air saat hujan turun lebat, sehingga setiap hari harus bekerja keras membersihkan genangan air, Lantai RS juga masi banyak bekas cat yang menempel, dengan kesabaran saya dan anak buah cleaning service setiap hari bekerja keras demi kebersihan RS.

Selama bekerja di RSON ibu kelahiran 12 Januari 1968 ini berkata tidak mudah menjalani pekerjaan cleaning service, awalnya mereka yang bekerja cleaning service disini tidak menyukai pekerjaannya, namun mereka tetap berusaha bekerja disertai dengan hati sebagai bagian dari hidup mereka. Dengan bekerja sebagai staff kebersihan mereka mendapatkan sumber pendapatan dan harus dsyukuri saat orang lain ada yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali sehingga kehidupannya kacau. Dengan memaknai pekerjaannya sebagai bentuk syukurnya, lebih banyak orang mempercayai, memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri tidak hanya terampil membersihkan tetapi bisa mengurusi tentang operasionalisasi berbagai macam. Hasilnya selain memiliki ketrampilan lebih yang diperoleh saat menjalankan pekerjaan utama sebagai petugas cleaning service, mereka menjadi memiliki work engagement dengan pekerjaannya. (Rini Nur Ayu Ningtyas, AMK)

Bersyukur dan Ikhlas

Menjadikan Kita Berbahagia

Dalam BekerjaWinarni Ningsih

Winarni Ningsih

Page 43: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

drg. Afrida Aryani, MPH

43Edisi keenam Tahun III

Sosok

Berjuang Memajukan RSON

Sering berkunjung ke Dokter Gigi saat kecil menjadi awal ketertarikan drg. Afrida Aryani, MPH untuk menjadi seorang

Dokter Gigi. Beliau menyelesaikan pendidikan profesi Dokter Giginya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Tahun 2010

dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 jurusan Manajemen Rumah Sakit di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada hingga Tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ibu dari

Canina Ramadhanisa Nasution ini kemudian mengabdi sebagai Dokter

Gigi PTT Kemenkes di daerah terpencil, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera

Barat selama 2 tahun.

drg. Afrida Aryani, MPH

Page 44: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

44 Edisi keenam Tahun III

Sosok

Bersama-sama membangun RSON

Beliau bergabung dengan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sejak tahun 2014. Pada awalnya, beliau terkejut karena saat itu sistem manajemen di RSON belum berjalan sehingga sistem benar-benar baru dibangun dari awal. drg. Afrida yang saat itu belum memiliki pengalaman sebagai manajer di rumah sakit, dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat, terlebih saat itu jumlah pegawai RSON masih sedikit. Semua pegawai bahu-membahu mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan untuk memajukan RSON.

Saat pertama kali bekerja di RSON, drg. Afrida diberi amanah untuk mengurusi Bidang Administrasi. Lingkup pekerjaannya mengurusi nota dinas dan surat yang keluar masuk RSON dan membuat laporan-laporan rumah sakit. Selain itu, bersama Tim Legalitas, beliau juga mengurusi semua masalah legalitas/perizinan RSON, seperti Permenpora tentang RSON, Izin Tetap, Penetapan Kelas, Penetapan tarif PNBP, Akreditasi dan BLU.

Dengan perannya itu, drg. Afrida bersyukur memiliki pengalaman berurusan dengan instansi-instansi pemerintah seperti Kemenkes, Kemenpan RB, Kemenkeu, Dinas Kesehatan, dll. Setahun terakhir ini beliau dipercayai untuk menjadi PJ Bidang Medik. Lingkup pekerjaannya adalah memastikan kelancaran pelayanan kesehatan di RSON. Amanah baru ini menurutnya lebih sulit dibandingkan sebelumnya sebab di Bidang Medik ia banyak mengurusi orang. RSON punya lebih dari 100 tenaga medis dengan latar belakang pengalaman yang berbeda-beda, dengan karakter yang berbeda-beda pula. Hal ini merupakan tantangan tersendiri baginya, bagaimana mengelola pelayanan dengan segala keterbatasan yang ada di RSON.

Perjuangan yang berbuah manis

Perjuangan yang dirintis bersama seluruh rekan pegawai RSON akhirnya berbuah manis saat RSON berhasil mendapatkan Izin Tetap Rumah Sakit untuk 5 tahun ke depan. “Suatu pencapaian yang tidak mudah bagi kami. Butuh perjuangan yang keras dan penuh air mata untuk mendapatkannya.” tutur drg. Afrida.

Menurutnya, walaupun masih banyak yang memandang RSON sebelah mata, namun di bawah kepemimpinan dr. Basuki, RSON melaju pesat, sampai-sampai banyak orang yang tidak menyangka. “Bapak Sesmenpora pernah mengibaratkan, dr.Basuki mengajak staf nya untuk berlari sangat kencang. Saya setuju dengan pendapat itu. Kadang, kami merasa tidak sanggup untuk mengikuti “lari kencang” tersebut, lalu beliau memperlambat jalannya agar kami dapat mengikuti, setelah kami sudah siap maka beliau akan mengajak berlari lagi. Kira-kira seperti itulah cara beliau mendidik staf nya, seperti orang tua yang mengajarkan anaknya untuk menjadi seorang pelari.” tuturnya.

Curhat untuk menghindari stress

Ditengah kesibukannya, drg. Afrida masih menyempatkan diri untuk berwisata ke luar kota bersama keluarga. Hobinya ini biasa dilakukannya saat hari libur panjang. Beliau juga memiliki cara ampuh untuk menghindari stress, yaitu dengan cara “curhat”. Curhat kepada Allah SWT adalah yang paling utama. Setelah itu, curhat kepada suami, orang tua dan sahabat juga dapat mengurangi stress.

drg. Afrida berharap di masa yang akan datang, RSON bisa mendapatkan dukungan yang besar dari semua stakeholder, karena RSON ini merupakan aset negara yang potensial. Sudah selayaknya RSON dikelola sebagaimana pengelolaan Rumah Sakit Pemerintah pada umumnya. (drg. Esti Cahyani Adiati)

Page 45: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

45Edisi keenam Tahun III

Membantu Pimpinan Mewujudkan Visi dan Misi RSoNNaning Murtini, S.Kep, Ners

Naning Murtini, S.Kep, Ners yang akrab dipanggil Naning merupakan salah satu perawat senior di

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Wanita kelahiran Sengon Sari, 18 Januari 1981 ini awalnya bekerja sebagai PNS di RSUP H. Adam Malik Medan yang kemudian bermutasi ke Kemenpora RI sejak November 2011. Mulanya, Naning bertugas di Balkesmas Kemenpora Senayan, namun sejak diresmikannya RS Olahraga oleh bapak Roy Suryo pada bulan Agustus 2013, Ibu dari 2 orang puteri ini memilih untuk bertugas di RSON.

Siap Bekerja Membantu PimpinanSebagai rumah sakit yang baru di-launching dengan

jumlah sdm yang terbatas, Naning dan rekan-rekan di RSON saling memberikan dukungan untuk berjalannya rumah sakit tersebut, diantaranya dengan membuat berbagai sosialisasi dan studi banding ke berbagai rumah sakit percontohan atas komando dari direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS. Naning mengaku banyak belajar dari direktur dan merasakan betapa sulitnya membangun sistem tanpa pengalaman dan ilmu yang baik tentang perumahsakitan.

Pada saat itu, Perawat lulusan Sarjana Kepe ra-watan dan Ners dari Program Sarjana Ilmu Kepera-watan Universitas Sumatera Utara ini dipercaya sebagai penanggung jawab bagian Personalia. Naning berprinsip bahwa sebagai PNS harus siap bekerja apa saja untuk membantu pimpinan mewujudkan visi dan misi RSON. Dengan menjalankan tugas tersebut, Naning banyak belajar tentang manajemen staf dan personalia khususnya di RS yang terdiri dari berbagai profesi di bidang kesehatan, mulai dari perekrutan yang baik, khususnya SDM yang baru atau SDM mutasi dari tempat lain dengan memastikan bahwa SDM tersebut tidak bermasalah dalam hukum ketika ditempat yang lama (seleksi dan formasi sesuai kebutuhan), pemetaan SDM yang ada dengan prioritas, membangun jejaring kerja dalam struktur besar yang dibentuk oleh direktur, belajar untuk tidak mengeluh sampai seluruh pekerjaan terselesaikan dengan maksimal

dengan harapan bahwa rumah sakit akan berjalan sebagai rumah sakit rujukan nasional khususnya untuk atlet olahraga.

Menjadi anggota Tim TKHISeiring waktu dengan adanya penambahan sdm

cpns hasil pengajuan formasi tahun 2014 dan persetujuan Menpan RB, RSON mendapatkan 89 orang CPNS, Naning kembali ke profesi sebagai perawat dengan tanggung jawab baru di bidang keperawatan. Ia sangat bersyukur ketika lulus. dan mendapatkan kesempatan sebagai anggota Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Tahun 2015 dengan membawa nama RSON. Ia juga percaya hal itu terjadi atas doa pimpinan dan rekan-rekan sesama staf di RSON.

Peran penting dalam pendidikan anakSebagai seorang ibu bekerja, Naning memahami

bahwa tugas utama sebagai seorang ibu di dalam keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan anak. Oleh karena itu, dengan waktu yang terbatas karena bekerja, Naning berusaha semaksimal mungkin untuk terus berkomunikasi dengan anak-anak dan khadimah dirumah. Sehingga, ketika bersama dengan keluarga, perhatian yang diberikan maksimal dan berkualitas, bukan hanya memberikan sisa-sisa tenaga dan perhatian saja.

Ditengah kesibukannya, Naning masih menyem patkan diri melakukan hobinya di hari libur, yaitu olahraga jalan pagi dan bersepeda. Naning berharap RSON dapat menjadi RS khusus olahraga dan menjadi pusat rujukan nasional maupun internasional dengan memberikan pelayanan yang prima. (drg. Esti Cahyani Adiati)

Sosok

Naning Murtini, S.Kep, Ners

Page 46: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

46 Edisi keenam Tahun III

Ramadhan di RSON

RSON GELARBUKA PUASA

BERSAMARumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) melaksanakan

acara buka bersama dengan seluruh karyawan RSON bersama tamu undangan tokoh masyarakat yang berada di sekitar RSON (16/6). Acara diawali dengan membaca Al Quran oleh seluruh staf RSON dilanjutkan sambutan oleh Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS. Dalam sambutannya beliau menyampaikan didalam bulan Ramadhan ini RSON menyelenggarakan baca Al Quran 1 Juz setiap harinya yang diikuti oleh seluruh staf RSON yang beragama Islam.

Acara kemudian dilanjutkan dengan siraman rohani yang disampaikan oleh Ustadz Bernard Abdul Jabbar. Dalam ceramahnya, Ustadz Bernard Abdul Jabbar menyampaikan materi tentang Iman yang dimiliki oleh manusia. Beliau mengajak kita semua sebagai muslim

RSON GELAR BACA AL QURAN BERSAMA SELAMA

RAMADHAN 1437 HMemasuki bulan Ramadhan 1437 H ini, seluruh

karyawan yang bekerja di lingkungan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) memiliki kegiatan baru setiap paginya. Yakni membaca Al Quran, yang dilakukan bersama-sama setiap pukul 08.00 pagi.

Di bulan Ramadhan ini, kaum muslimin dianjurkan memperbanyak amalan karena di bulan ini ganjaran amalan seseorang akan dilipatkan gandakan oleh Allah SWT dibanding bulan-bulan lainnya. Di antara amalan yang paling agung adalah membaca Al Quran karena Al Quran adalah sumber hukum dan sumber ilmu.

Kegiatan membaca Al Quran dimulai sejak hari pertama bulan puasa. Setiap harinya karyawan RSON membaca Al Quran 1 Juz perharinya. Kegiatan membaca Al Quran ini dipimpin langsung oleh Direktur

yang senantiasa berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya. Karena iman itu bisa berubah. Sangat sulit sekali mempertahankan tingkat keimanan kita. Rasullah menyuruh kita untuk menjaga iman karena iman yang kita miliki mudah sekali untuk naik dan turun. Kita tidak bisa menjamin iman yang dimiliki hari ini dan esok hari.

Ustadz Bernard Abdul Jabbar mengingatkan agar kita senantiasa memperbanyak baca Al Quran terutama di bulan Ramdhan ini. ”Sering-seringlah mengucapkan kalimat syahadat, perbanyaklah melakukan kebaikan, bacalah Al Quran dan pahami juga maknanya,sehingga dapat meningkatkan keimanan kita pada Allah SWT.” (Rini Nur Ayu)

RSON, Dr. Basuki Supartono. Momentum Ramadhan ini diharapkan betul-betul dimanfaatkan oleh seluruh karyawan RSON yang beragama Islam untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan. Sehingga kegiatan ini diwajibkan bagi karyawan RSON yang beragama Islam.

Banyak manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan ini. Karyawan yang sebelumnya jarang dan tidak ada motivasi atau semangat dalam membaca Al Quran menjadi rutin mengaji, bersemangat, serta menambah ilmu mengenai membaca Al Quran yang baik dan benar. (Rini Nur Ayu)

Page 47: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

47Edisi keenam Tahun III

Ramadhan di RSON

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) mengadakan Tarhib Ramadhan 1437 H, Kamis (2/6). Kegiatan

ini rutin dilaksanakan oleh Direktur RSON Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS serta jajaran stafnya. Tarhib Ramadhan diselenggarakan untuk lebih mengukuhkan silaturahmi antara pimpinan RSON dengan para stafnya.

Pada kesempatan tersebut, Ustadz DR. Amir Faisol Fath mengingatkan, bulan Ramadhan diumpamakan seperti pom bensin. Yaitu tempat kita mengisi bensin rohani untuk perjalanan panjang setahun kedepan, mencapai Ramadhan berikutnya. Maka selama Ramadhan, setiap hari 24 jam harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mengisi rohani kita.

Ibadah puasa adalah fitrah manusia. Besar manfaatnya untuk organ pencernaan, yang fungsinya beristirahat selama puasa. Bayangkan bagaimana lelahnya organ pencernaan saat tidak berpuasa.

Manfaatkan WaktuSelama Ramadhan

Tidak heran banyak penyakit disebabkan oleh makan.Semakin banyak makan, semakin banyak penyakit. Dengan berpuasa kita akan lebih sehat secara fisik, dan rohani akan lebih tenang.

Selama Ramadhan, selain puasa, perbanyak pula ibadah sunnah. Terutama membaca Al Qur’an tanpa terikat waktu. Kapan saja bacalah Al Qur’an. Juga perbanyak doa. Doa dibulan Ramadhan 24 jam mustajab, terutama siang hari saat puasa. Lebih terutama lagi berdoa menjelang buka puasa. Mulai asar sampai maghrib. Jadi jangan membuang - buang waktu selama Ramadhan.

Pada Tarhib Ramadhan 1437 H ini, Dr. Basuki meng ingatkan seluruh staf RSON agar memanfaatkan Ramadhan untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Perbanyak membaca Al Qur’an, berzikir dan berdoa setiap saat. Gunakan kesempatan Ramadhan sebaik mungkin. (Ratih Sayidun)

Page 48: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

48 Edisi keenam Tahun III

Staf Barang Milik Negara (BMN) Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) serta tim dari inspektorat Kementerian Pemuda dan Olahraga

(Kemenpora), melakukan pemusnahan bahan medis habis pakai dan obat – obatan kadaluarsa yang terdapat di RSON. Kegiatan pemusnahan ini berlangsung di Wastec Internasional, area Krakatau Steel, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Rabu (27/1). Direktur RSON, DR.dr.Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS turut hadir untuk mengawasi langsung pelaksanaan pemusnahan bahan habis pakai dan obat-obatan kadaluarsa tersebut.

Kegiatan pemusnahan ini merupakan pelaksanaan undang-undang yang berlaku. Khususnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Dimana pada pasal 3 ayat 2 huruf g disebutkan standar pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yaitu terdapat tahapan pemusnahan dan penarikan.

Kemudian dalam lampiran Permenkes nomor 58 Tahun 2014 Bab II dijelaskan, bahwa pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai apabila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak

memenuhi syarat, untuk dipergunakan dalam pelayan-an kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya.

Di dalam lampiran Permenkes nomor 58 Tahun 2014 Bab II tersebut juga dijelaskan mengenai tahapan dari pemusnahan obat, yaitu :

a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan;

b. Menyiapkan berita acara pemusnahan;c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat

pemusnahan kepada pihak terkait;d. Menyiapkan tempat pemusnahan;e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan

jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

Kegiatan pemusnahan ini membuktikan, bahwa RSON telah menjalankan Permenkes 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian pada umumnya, dan khususnya pelayanan kepada pasien agar keselamatan pasien (patient safety) tetap terjaga. (dr. Danarto Hari Adhimukti)

RSON MemusnahkanBahan Medis Habis Pakai

dan Obat-Obatan Kadaluarsa

Pemusnahan Bahan Medis Habis Pakai dan Obat-Obatan Kadaluarsa RSON

Kilas Peristiwa

Page 49: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

49Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) mengadakan pelatihan alat Cardiopulmonary Exercise Test (CPET) di RSON, Cibubur, 4

-5 Februari dilanjutkan 9 Februari 2016. Pelatihan ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat CPET serya meningkatkan kemampuan serta pengetahuan staf RSON. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap atlet dan masyarakat umum. Kegiatan ini diikuti oleh 20 Staf RSON, terdiri dari dokter, perawat dan sarjana olahraga. Direktur RSON, DR. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS turut hadir untuk mengikuti sekaligus mengawasi kegiatan pelatihan tersebut.

Pada hari pertama pelatihan, peserta diberikan konsep dasar dari alat CPET melalui presentasi dan diskusi interaktif. Kemudian di hari kedua peserta diberikan materi cara mengoperasionalkan alat dan

Pelatihan AlatCardiopulmonary Exercise Test (CPET)

di RSoN

Pelatihan Alat Cardiopulmonary Exercise Test (CPET)

dapat mencoba langsung alat tersebut tanpa pasien. Di hari terakhir peserta dilatih mengoperasionalkan alat dengan pasien serta dilakukan ujian diakhir pelatihan.

CPET adalah salah satu alat yang dimiliki oleh RSON. Alat ini berfungsi untuk memeriksa fungsi jantung dan paru serta mengetahui tingkat kebugaran seseorang. Fungsi jantung dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan rekam jantung saat istirahat (Rest Electrocardiography) dan pemeriksaan rekam jantung saat melakukan aktivitas dengan menggunakan sepeda statis atau treadmill (Stress Test Electrocardiography). Pemeriksaan fungsi paru dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kebugaran seseorang dapat dilakukan pemeriksaan VO2 Max (Volume Oxygen Maximum Uptake). (dr. Danarto Hari Adhimukti)

Page 50: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

50 Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) siap mendukung penye-

lengaraan The Association for International Sport for All (TAFISA) 2016 dan Asian Games 2018 di Jakarta. Rumah sakit ini juga menyediakan fasilitas berupa lahan yang luas, yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI). Karena RSON juga menggalakkan upaya preventif dan promotif, selain menyediakan pelayanan pengobatan. Kesiapan RSON ini disampaikan oleh Direktur RSON Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS pada Rapat Koordinasi Bakohumas Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, di Jakarta, baru - baru ini. Kegiatan ini bertemakan “ Sukses Penyelenggaraan The Association for International Sport for All (TAFISA) 2016 dan Road to Asian Games 2018 dalam peningkatan prestasi olahraga di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS menyatakan, RSON merupakan satu satunya rumah sakit olahraga di kawasan Asia. Sedangkan di dunia, hanya ada 2 rumah sakit serupa yaitu di Brazil dan Qatar. Sedangkan di negara - negara lain hanya berupa klinik saja.

RSON didirikan untuk mempermudah akses bagi atlet dan masyarakat guna mendapatkan pelayanan kesehatan. Serta memberikan perlindungan terhadap

keselamatan atlet saat berlatih maupun bertanding. Rumah sakit ini juga menjadi satu satunya rumah sakit yang dilengkapi fitness center. Sehingga RSON bukan hanya untk orang sakit, tapi juga untuk atlet dan masyarakat yang sehat.

Pada kesempatan tersebut Kepala biro humas dan hukum Sekretariat kemenpora RI Dr. H. Amar Ahmad, M.Pd, mengingatkan bahwa Rapat Koordinasi Bakohumas Kemenpora ini, bertujuan untuk membangun sinergi diantara sesama humas. Ajang TAFISA 2016 dan Asian Games 2018 di Jakarta harus dipersiapkan sejak sekarang. Kegiatan ini membutuhkan kerjasama semua pihak. agar tercipta sukses prestasi dan sukses penyelenggaraan. (Ratih Sayidun)

RSON Siap Mendukung TAFISA 2016Dan Asian Games 2018

Bapak Hayono Isman pada acara Rapat Koordinasi Bakohumas Kemenpora RI

Page 51: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga RI, H.Imam Nahrawi beserta Ibu berfoto bersama staf RSON usai kegiatan Gebyar Festival Senam Poco-poco

51Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) serta Tim Medis

RSON ikut berpartisipasi pada Gebyar Festival Senam Poco - poco Nusantara Tahun 2016 di Pintu Selatan GBK, Minggu (14/2). Stand RSON menampilkan peralatan medis untuk pemeriksaan muskuloske-letal. Puluhan peserta mendatangi stand RSON, untuk memeriksakan kesehatan mereka dan mencoba peralatan medis yang ada di stand tersebut.

Pada kesempatan ini, Menpora Imam Nahrawi melakukan peluncuran perdana senam poco - poco olahraga kreasi Menpora Imam Nahrawi. Mulai hari ini senam poco poco olahraga ini resmi dilaksanakan secara nasional. Imam Nahrawi mengatakan, hari ini, Minggu (14/2), kita memecahkan rekor senam poco

poco indonesia, yang diikuti oleh 10 ribu peserta.Senam poco poco berasal dari Sangir Talaud, Sulawesi Utara. senam

poco - poco olahraga ini membawa senam ini keseluruh penjuru Indonesia. Dengan membudayakan olahraga tradisional diharapkan masyarakat Indonesia semakin sehat. Dan kelak anak - anak Indonesia menjadi anak yang lebih sehat dan berkarakter. (Ratih Sayidun)

Kegiatan Gebyar Festival Senam Poco-poco

RSON BerpartisipasiPada Gebyar Festival Senam Poco-poco

Page 52: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Menjelang olympiade yang diselenggarakan di

Rio de Janeiro, Brazil, Agustus 2016, sebanyak

65 atlet PRIMA melaku kan pemerik saan

kesehatan (Medical Check Up) di Rumah Sakit Olahraga

Nasional (RSON).

Pemeriksaan kesehatan untuk atlet Prima untuk

Olimpiade ini dilaksanakan pada 6 Januari 2016 untuk 27

atlet. Terdiri dari 12 atlet cabang olahraga angkat besi, 4 atlet

taekwondo, dan 11 atlet bulutangkis. Pada 11 dan 12 Januari

2016 dilakukan pemeriksaan kesehatan pada 33 atlet. Terdiri

dari 10 atlet atletik, 4 atlet renang, 12 atlet voli pantai, dan

7 atlet panahan. Selanjutnya sampai dengan tanggal 11

Februari 2016 dilakukan pemeriksaan kesehatan pada 5 atlet

yang terdiri dari 3 atlet balap sepeda, 1 atlet bulutangkis

susulan, dan 1 atlet renang susulan.

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di RSON,

meliputi biodata atlet, riwayat kesehatan atlet (termasuk

riwayat penyakit dahulu, riwayat cedera, pengisian kuisioner

kesehatan), pemeriksaan fisik, pemeriksaan otot dan tulang

rangka (musculoskeletal), pemeriksaan footprint (cetakan

telapak kaki), pemeriksaan laboratorium (darah, urine dan

feces), pemeriksaan rekam jantung (EKG), dan pemeriksaan

kondisi gigi dan mulut.

Pemeriksaan kesehatan ini merupakan salah satu

langkah awal dari persiapan atlet yang didaftarkan induk-

induk organisasinya seperti Pengurus Besar (PB) atau

Pengurus Pusat (PP) cabang olahraga. Tujuannya untuk

mengetahui bagaimana kondisi kesehatan atlet saat ini

dan apa yang dibutuhkan atlet ke depan agar performanya

maksimal. Rencananya pemeriksaan kesehatan ini akan

dilakukan secara periodik 3 bulan sekali. Hasil pemeriksaan

ini menjadi tolak ukur untuk menentukan program persiapan

dan latihan yang harus dilakukan ke depan, sesuai dengan

kondisi atlet tersebut.

Beberapa hari sebelum pelaksa naan pemeriksaan

kesehatan, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak

Prima) yang diwakili oleh Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd,

Direktur Eksekutif IPTEK Olahraga bersama tim mengunjungi

RSON. Kedatangan tim Satlak Prima ini disambut oleh

Direktur RSON DR. Dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

dan staf RSON. Pada acara tersebut DR. Dr. Basuki Supartono,

Sp.OT, FICS, MARS yang juga merupakan Direktur Kedokteran

Olahraga dan Anti Doping Satlak Prima menyampaikan

tentang Profil RSON, rekapitulasi kunjungan atlet Prima

di RSON tahun 2015 dan pemeriksaan kesehatan di RSON.

Beliau menjelaskan tentang pemeriksaan postur tubuh dan

pemeriksaan fungsi organ. Pemeriksaan ini merupakan aspek

penting dalam penentuan rekomendasi status kesehatan

atlet. (dr. Ferdianto, Sp.Ok).

Pemeriksaan Kesehatan Atlet Prima olympiade 2016 di RSoN

drg. Sri Maryani melakukan pemeriksaan gigi pada Pemeriksaan Kesehatan Atlet Prima Olympiade di RSON.

Atlet Bulutangkis, Hendra saat mengikuti peme riksaan Kesehatan Atlet Prima Olympiade di RSON

52 Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Page 53: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

53Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

PPerubahan musim kemarau ke musim hujan menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Perubahan musim ini

memicu agent (penyakit) meningkat, sehingga beresiko menimbulkan penyakit yang menggang-gu kesehatan manusia. Salah satu penyakit yang sering timbul adalah Demam Berdarah, dengan perantara nyamuk Aedes aegypti. Hal ini terbukti dari adanya beberapa kasus pasien dengan Demam Berdarah yang dirawat di Rumah Sakit Olahraga Nasional.

Setelah melalui pengamatan dan pemantauan oleh staf kesehatan lingkungan Rumah Sakit

Olahraga Nasional (RSON), kami berkesimpulan untuk segera melakukan fogging di lantai dasar dan halaman RSON. Fogging dilakukan pada jumat (26/2) 2016. Tujuannya untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh vektor dan hewan pembawa penyakit lainnya. Fogging dimulai jam 8.00 pagi dan selesai jam 9.10.

Diharapkan setelah dilakukan fogging, keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Juga disertai dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita. Sehingga meningkatnya agent (penyakit) dapat dikendalikan dan kesehatan host manusia tetap terjaga (Muhammad Toriq, SKL)

Pelaksanaan Fogging di lingkungan RSON

RSoN Melakukan Fogging

Page 54: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

54 Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) berpartisipasi dalam program Pekan Imunisasi Nasinal (PIN) tahun 2016, yang diselenggarakan

8 - 15 Maret 2016. RSON membentuk Tim Medis PIN 2016, untuk memberikan pelayanan imunisasi untuk balita para karyawan RSON, karyawan Kemenpora serta masyarakat umum.

Selain memberikan pelayanan imunisasi di rumah sakit, RSON juga aktif memberikan pelayanan imunisasi ke perumahan - perumahan dan PAUD yang berada di sekitar Cibubur. Pelayanan imunisasi diluar RSON ini dilaksanakan Senin (14/3) dan Selasa (15/3), didampingi oleh Puskesmas Kelurahan Cibubur.

Kegiatan PIN 2016 yang dilakukan oleh RSON ini diharapkan dapat mencakup sedikitnya 200 balita.

PIN Polio ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap polio. Orangtua berperan aktif dalam membasmi virus polio. Indonesia telah dinyatakan bebas polio bersama dengan negara-negara anggota Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) di Asia Tenggara pada bulan Maret 2014. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut, dan untuk mewujudkan Dunia Bebas Polio, Indonesia perlu melakukan imunisasi polio tambahan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2016. (Ratih Sayidun)

dr. M. Natsir, Sp.A beserta staf RSON usai bertugas pada Pekan Imunisasi Nasional Polio 2016.

RSoN Ikut SertaPekan Imunisasi Nasional 2016

Page 55: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) Kemenpora, bekerja-

sama dengan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) menyelenggarakan pelatihan penerapan iptek bagi pemuda berprestasi di bidang olahraga di Wisma Sugondo, Cibubur, Minggu (3/4). Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 150 pelatih silat dari Jabodetabek dan beberapa koya di P.Jawa seperti Jogjakarta dan Banjarnegara.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama RSON, DR. Dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS mengingatkan, postur tubuh berperan penting untuk mendukung prestasi atlet. Untuk itu, pelatih harus cermat memperhatikan postur tubuh atlet ataupun kelainan postur tubuh yang dapat menghambat prestasi atlet.

Melalui pelatihan ini, para pelatih diharapkan mampu mengenali kelainan postur atlet. Sehingga dapat dilakukan koreksi kelainan postur dengan tepat maupun kemungkinan dilakukan pengalihan atlet ke cabang olahraga atau kelas cabang olahraga yang lain, yang lebih sesuai dengan postur tubuhnya.

Pelatih harus mengetahui bagai mana cara mengenali kelainan postur tubuh. Dan bagaimana cara menyikapi kondisi postur tubuh atlet yang mengalami kelainan. Pengaruh kelainan postur tubuh, misalnya flat feet menyebabkan atlet lekas lelah dan risiko pengapuran sendi lutut. Keadaan tersebut tentu harus segera diatasi untuk meningkatkan prestasi atlet.

DR. Dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS juga menegaskan

Pada tanggal 30 April 2016 jam 09.00 – 16.00WIB, bertempat di ruang sportscience lantai 4, Rumah Sakit Olahraga Nasional mengadakan pelatihan alat Humac Norm. Pelatihan ini diikuti oleh dokter,

perawat, fisioterapis dan teknisi alat medis. Humac Norm merupakan alat terintegrasi komputer yang mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk pengukuran dan rehabilitasi. Fungsi pertama untuk pengukuran rentang gerak sendi, kekuatan otot dan perbandingan kekuatan otot saat fleksi dan ekstensi dan perbandingan anggota tubuh kanan dan kiri. Fungsi kedua yaitu rehabilitasi untuk melatih perluasan rentang gerak sendi baik secara aktif maupun pasif, latihan isometrik, isokinetik dan isotonik. Gerakan

Postur TubuhMendukung Prestasi Atlet

pentingnya sport science untuk atlet. Misalnya pengukuran data kekuatan otot, postur tubuh dan performa atlet secara obyektif. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menemukan potensi atlet, program latihan dan evaluasi latihan.

Untuk itu, RSON telah dilengkapi dengan peralatan sport science. Antara lain CPET yaitu alat untuk mengukur kapasitas paru - paru dan mengukur tingkat metabolisme istirahat, alat Humac Norm untuk mengukur kekuatan otot dan rentang gerak sendi dan alat pedoscan dan formetric untuk mengukur distribusi berat tubuh pada kaki dan menghasilkan gambar kurvatura tulang belakang tanpa radiasi. Selain atlet, masyarakat umum pun dapat memanfaatkan peralatan sport science tersebut. (Ratih Sayidun)

PelatihanHumac Norm

sendi yang bisa diukur dan dilatih dengan alat Humac Norm misalnya sendi lutut, sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan dan sendi bahu. Hasil dari pelatihan ini yaitu buku standar prosedur operasional penggunaan alat Humac Norm, sehingga penggunaan alat ini bisa dijamin keamanan dan kualitas hasil pengukurannya. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan alat Humac Norm bisa aktif digunakan dan dimanfaatkan secara optimal sebagai bagian dari pelayanan unggulan Rumah Sakit Olahraga Nasional. (drg. Afrida Aryani, MPH.)

55Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Page 56: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang diikuti oleh Indonesia di setiap multievent tingkat Regional maupun Internasional. Taekwondo memiliki 2 cabang pertandingan, yaitu poomsae atau kategori seni (menampilkan jurus – jurus taekwondo) dan kyorugi atau kategori bertarung.

Pada tanggal 16 – 17 April 2016 tim nasional taekwondo Indonesia mengikuti kualifikasi olimpiade wilayah Asia kemudian dilanjutkan dengan kejuaraan Asia taekwondo pada tanggal 18-20 April 2016, dimana kedua kegiatan tersebut diadakan di Manila, Filipina. Terdapat 11 orang atlet yang akan bertanding di dua kegiatan tersebut terdiri dari 4 atlet taekwondo cabang poomsae dan 7

atlet taekondo cabang kyorugi.Berdasarkan surat permintaan

dari Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) perihal dibutuhkannya 1 orang dokter untuk mendampingi tim tersebut, maka dikeluarkannya surat tugas nomor ST.0070/RSON/IV/2016 yang menunjuk 1 orang dokter Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) dr. Danarto hari Adhimukti untuk mendampingi tim tersebut mulai tanggal 15 April 2016 – 21 April 2016 di bawah supervisi DR.dr.Basuki Supartono, Sp.OT,FICS, MARS sebagai dokter ortthopaedi sekaligus Direktur RSON.

Tujuan pendampingan dokter RSON pada kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui dan mengatasi masalah kesehatan akibat cedera saat pertandingan atau latihan,

masalah kesehatan bukan akibat cedera dan kemungkinan adanya masalah psikologis yang dihadapi atlet menjelang pertandingan. Tujuan lain pendampingan tersebut adalah untuk sosialisasi Rumah Sakit Olahraga Nasional agar Rumah Sakit milik Kementerian Pemuda dan Olahraga di tingkat Regional Asia.

Masalah kesehatan akibat cedera yang ditangani adalah cedera pada punggung tangan (metacarpal) kanan, mimisan (epistaksis) akibat terkena tendangan saat pertandingan dan juga cedera pada punggung kaki (metatarsal) kanan. Untuk cedera metacarpal kiri dan epistaksis dapat ditangani oleh dokter tim di lapangan (Gambar 1). Sedangkan atlet yang mengalami cedera pada

Gb.1: Atlet Yang Mengalami Cedera Punggung Tangan Kanan Dilakukan Imobilisasi Dengan Elastic Verband

56 Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

KUALIFIKASI OLIMPIADE TAEKWONDOWILAYAH ASIA DAN KEJUARAAN

TAEKWONDO ASIA 16-20 APRIL DI MANILA, FILIPINA

Dr. Basuki Supartono dan dr. Danarto Hari Adhimukti

Page 57: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

metatarsal setelah dilakukan penanganan awal di lapangan, dokter tim koordinasi dengan dokter pertandingan untuk merujuk atlet ke rumah sakit St. Luke’s Hospital untuk dilakukan foto roentgen pada kaki untuk memastikan tidak ada patah (fraktur) atau pergeseran antar tulang (dislokasi) (Gambar 2).

Masalah psikologis juga didapatkan saat pendampingan, yang membuat salah satu atlet

Gb.2: Penanganan Di Lapangan Atlet Mengalami Cedera Pada Punggung Kaki Kiri dan Pemasangan

Backslab di Rumah Sakit Rujukan

Gb.3: Koordinasi Dengan Dokter Bandara Dalam Penanganan Masalah Kesehatan Agar Mendapatkan Ijin Fit For Fly Bagi Atlet Tersebut

Gb.4 : Foto Bersama Tim Nasional Taekwondo Indonesia Cabang Poomsae (Dari kiri ke kanan) Muhammad Abdurrahman Wahyu, Muhammad Alvi, Taufik Krisna (Pelatih), Seung Jun Shin (Pelatih), Rahmi Kurnia

(Ketua Tim), Defia Rosmaniar, Maulana Haidir, dr. Danarto (Dokter Tim)

mengalami cemas berlebihan menjelang sehingga dilakukan autorelaksasi sebelum mulai pertandingan. Kemudian masalah kesehatan non cedera yang didapatkan adalah masalah saluran pencernaan saat menjelang kepulangan di Bandara Manila, Filipina, sehingga dokter tim harus berkoordinasi menangani masalah kesehatan tersebut agar atlet tersebut mendapatkan ijin untuk

terbang (Fit For Fly) oleh dokter bandara (Gambar 3).

Pada kegiatan kejuaraan tersebut meskipun atlet Indonesia tidak berhasil lolos ke Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil, tetapi atlet taekwondo Indonesia berhasil meraih 1 Emas, 1 Perak dan 3 Perunggu pada kejuaraan taekwondo Asia. Atlet yang berhasil meraih medali tersebut adalah 1 Emas dari cabang poomsae grup putra (Maulana Haidir, Muhammad Alfi dan Muhammad Abdurrahman Wahyu), 1 Perak dari cabang poomsae individu putri (Defia Rosmaniar), 3 Perunggu dari cabang poomsae berpasangan (Defia Rosmaniar dan Muhammad Alfi), cabang poomsae individu putra (Maulana Haidir) dan cabang kyorugi (Ibrahim Zarman) (Gambar 4 dan 5).

Pada kegiatan tersebut dilakukan juga sosialisasi Rumah Sakit Olahraga Nasional milik Kementerian Pemuda dan Olahraga,

57Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Page 58: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

agar lebih dikenal tidak hanya di Indonesia tetapi di kawasan Regional Asia, sebagai salah satu promosi Indonesia menjelang Asian Games 2018 yang akan diadakan di Jakarta dan Palembang.

Kegiatan sosialisasi tersebut berupa penyerahan buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga dan Pengapuran Sendi Lutut kepada Duta Besar Republik Indonesia Untuk Filipina, yang diterima oleh Istri Duta Besar RI drg. Sonya Riupassa Lumintang, MHA (Gambar 6).

Selain itu dilakukan juga pemberian majalah Media Info RSON kepada dokter pertandingan pada kualifikasi olimpiade taekwondo yakni dr. Victor Gaddi, Spesialis Orthopaedi dan dr. Christopher Jesse Canto, Spesialis Orthopaedi keduanya merupakan dokter pertandingan asal Filipina, dan pemberian Jurnal RSON Indonesian Journal Sport Sciences kepada dokter tim nasional taekwondo Thailand dr. Kornkit Chaejenkijt,

Gb.5: Ibrahim Zarman Atlet Taekwondo Nasional Indonesia Peraih Medali Perunggu Kategori Kyorugi Pada Kejuaraan Asia Taekwondo di Manila Filipina

Gb.6: Istri Duta Besar RI Untuk Filipina (drg. Sonya Riupassa Lumintang, MHA) Menerima Buku Dari

Rumah Sakit Olahraga Nasional

spesialis orthopaedi ahli lutut dan bahu dari Universitas Mahidol, Thailand. (Gambar 7 dan 8) Ketiga dokter spesialis orthopaedi tersebut memberikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia tentang berdirinya Rumah Sakit Olahraga Nasional, karena di Filipina dan Thailand belum memiliki rumah sakit khusus olahraga yang menangani atlet dan mereka berkenan untuk hadir ke Indonesia jika diundang untuk bertukar ilmu dan pengalaman dalam menangani masalah cedera pada atlet.

Semoga Rumah Sakit Olahraga Nasional milik Kemenpora RI dapat bermanfaat bagi Atlet dan Insan Olahraga tidak hanya di Indonesia bahkan di kawasan Asia maupun Internasional dengan dukungan penuh dari seluruh pihak. Maju Terus Olahraga Indonesia.

Gb.7: dr. Danarto Menyerahkan Majalah Media Info RSON Kepada dr. Victor Gaddi, Spesialis Orthopaedi (kiri) dan dr. Christopher, Spesialis Orthopaedi (kanan) Dokter Pertandingan Asal Filipina

Gb.8: dr. Danarto Menyerahkan Indonesian Journal of Sport Sciences Kepada Dokter Tim Nasional

Taekwondo Thailand dr. Kornkit Chaejenkijt, Spesialis Orthopaedi Ahli Lutut dan Bahu dari

Universitas Mahidol

58 Edisi keenam Tahun III

Kilas Peristiwa

Page 59: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

59Edisi keenam Tahun III

Unggulan RSON

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) terus berkomitmen untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, salah satunya adalah dengan melengkapi alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit. Untuk peningkatan keterampilan serta kualitas sumber daya manusia Rumah Sakit, dilaksanakan berbagai pelatihan khususnya pada unit yang terkait dengan pengadaan alkes baru tersebut.

Masing-masing pelatihan diselenggarakan sekitar 2-4 hari, tergantung tingkat kerumitan alat yang digunakan. Output dari pelatihan yang diikuti oleh karyawan rumah sakit ini adalah pembuatan SOP dari pengoperasian alat tersebut. Berikut ini merupakan beberapa alat kesehatan baru yang siap menunjang pelayanan kesehatan di RSON:

Ultrasound Ultrasound merupakan alat

fisioterapi yang bermanfaat untuk

mobilitas dengan meluruhkan kalsifikasi pada fibroblas. Pelatihan mengenai alat ini telah dilaksanakan bersamaan dengan alat Ultrasound, yaitu tanggal 27 Jan dan 9 Feb 2016.

Bone Mineral Densitometry (BMD) Alat Bone Mineral Densitometry

(BMD) ini bermanfaat untuk meng-evaluasi/mengukur kepadatan tulang. Pelatihan mengenai alat ini telah dilaksanakan pada tanggal 16, 23 dan 24 Feb 2016

C-arm Arcadis Varic Alat C-arm Arcadis Varic

terletak di kamar bedah Rumah Sakit Olahraga Nasional. Alat ini berguna untuk pelatihan dilakukan pada tanggal 1,2,7 Feb 2016, dengan peserta 19 orang, kegunaan alat ini untuk menunjang proses pelayanan medis pada penanganan penyakit organ dalam, tulang dan tindakan operasi dengan cara melihat gambar atau objek dari pasien yang akan dilihat langsung dengan cara flouroskopi dengan

Peningkatan KualitasPelayanan RSoN

dengan Alat Kesehatan Baru

“Alat-alat baru yang dibeli dengan dana APBN 2015 telah kami terima dengan baik sesuai dengan dokumen kontraknya, telah diperiksa oleh BPK tanpa ada kendala, telah dilakukan instalasi, telah dilatihkan (training) ke staf RSON, telah dibuatkan SOP dan

standar pelayanannya serta telah diuji coba. Alat tersebut telah dapat dipergunakan dengan aman dan nyaman dan berkualitas untuk pelayanan para atlet khususnya dan

masyarakat pada umumnya.” Dr. Basuki Supartono, Direktur RSON

meningkatkan aliran darah perifer, meningkatkan metabolisme jaring-an, meningkatkan permeabilitass membran, dan mengurangi spasme otot. Pelatihan mengenai alat ini telah dilaksanakan pada tanggal 27 Jan dan 9 Feb 2016. Alat ini menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz). Indikasi dari penggunaan alat ini yaitu spasme otot, perlengketan jaringan lunak, dan kekakuan sendi. Sedangkan kontraindikasi penggunaan alat ini yaitu perdarahan luas, keganasan, kehamilan, tromboplebitis dan varises.

Shockwave therapy Alat fisioterapi ini bermanfaat

untuk mengatasi nyeri melalui penurunan tegangan otot, men-cegah timbulnya kejang otot dan mengurai substansi prostadglandin, mempecepat penyembuhan melalui peningkatan produksi kolagen dan meningkatkan metabolisme dan mikrosirkulasi, serta perbaikan

Page 60: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

60 Edisi keenam Tahun III

Unggulan RSON

dan workstation untuk akuisisi citra, indentifikasi, pengolahan gambar serta transmisi citra gambar digital yang diterima dari digitizer. Pelatihan alat ini dilaksanakan pada tanggal 23, 28 dan 29 Feb 2016.

Masih terdapat beberapa alat kesehatan lain yang akan menunjang pelayanan di RSON. Dengan dilengkapinya beberapa alat kesehatan tersebut diharapkan RSON dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi pasien. (dr. Eva Mitrasari)

bantuan layar monitor. Alat ini mampu menampilkan objek secara 3D dengan cara menembakan sinar X atau sinar fluroskopi sehingga dapat melihat dengan jelas dan utuh suatu organ/tulang dari berbagai sisi dan posisi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.

Hematologi Mythic 22 OT Alat laboratorium ini berguna

untuk melakukan pemeriksaan Hb, Ht, Leu, Hitung jenis leukosit, eritrosit, trombosit, MCV, MCH dan MCHC dengan cara mengecek sampel darah EDTA menggunakan sistem digital. Alat ini dapat melakukan pemeriksaan 50 sampel/jam. Pelatihan mengenai alat ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 dan 10 Feb 2016.

Kimia Analizer Erba XL- 600Kimia Analizer Erba XL-600

merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan gula darah, profil lipid, profil liver, profil ginjal dan kalsium, dengan cara mengecek kadar yang akan diperiksa dengan sample serum darah menggunakan alat robotik. Pelatihan alat ini telah dilaksanakan pada tanggal 15, 16 dan 17 Feb 2016.

Infus dan Syringe Pump Alaris GW dan Alaris GH

Alat ini bermanfaat untuk membantu pemberiaan cairan dan obat dengan perhitungan yang tepat dengan menggunakan alat bantu digital yang diletakkan pada selang (pada infuse pump) dan spuit (pada syringe pump). Pelatihan alat ini dilaksanakan pada tanggal 21 dan 24 Feb 2016.

CR Agfa DX M Alat ini digunakan untuk

memproses (editing) gambar dari general X-ray, MRI, C-arm, panoramic dan mamografi sampai tercetak gambar, pengolahan data

AUTOMATIC KIMIA ANALIZER SHOCK WAVE THERAPY HEMATOLOGI ANALYZER 5 DIFF ULTRASOUND SYSTEM

CR WORK STATION (PACS) DEXA BONE DENSITOMETRY (BMD)

C-ARM

Page 61: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

61Edisi keenam Tahun III

Unggulan RSON

Osteoporosis adalah penyakit tulang dimana terjadi penurunan kekuatan tulang sedemikian sehingga meningkatakan resiko patah tulang dimana kekuatan tulang terdiri dari 2 bagian yaitu: densitas tulang (kuantitas) dan kualitas tulangnya.

Osteoporosis dibagi menjadi 2, yaitu: osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi pada periode pasca menopause dan usia lanjut, sedangkan osteoporosis sekunder terjadi pada usia muda akibat penyakit tertentu, kanker, infeksi, obat-obatan dan kurang gerak.

Tulang punggung yang

rapuh akibat osteoporosis bisa mengalami kehancuran secara spontan atau akibat trauma ringan. Tulang punggung yang hancur dapat menyebabkan rasa nyeri punggung yang menahun. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Bila disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang punggung hancur, maka akan terbentuk lengkungan yang abnormal dari tulang punggung yang menyebabkan ketenggangan

otot dan sakit. Selain nyeri, tulang rapuh bisa patah, biasanya sering terjadi pada tulang punggung, tulang paha atas dan tulang lengan bawah. Proses penyembuhan patah tulang pada penderita osteoporosis berlangsung secara lambat.

Osteoporosis sesungguhnya dapat disembuhkan dengan melakukan pencegahan atau pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengetahui kepadatan tulang sebagai deteksi dini osteoporosis. Pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan menggunakan BMD DXA (Bone Mineral Densitometry dual-energy x-ray absorptiometry). BMD DXA merupakan suatu alat yang memiliki kemampuan mengukur kepadatan tulang (gr/cm2) baik tulang sentral maupun tulang perifer dengan menggunakan dua energi x ray yang diabsorbsi. Dosis x ray nya jauh lebih rendah dari pemeriksaan radiologis sehingga efek radiasinya pun tidak sebesar efek radiasi pada pemeriksaan radiologi. Pemeriksaannya hanya memerlukan waktu 5-15 menit.

Indikasi untuk pemeriksaan kepadatan tulang dengan menggunakan alat BMD:

OSTEOPOROSIS DAPAT DICEGAH MELALUI PEMERIKSAAN KEPADATAN TULANG

Dr. Basuki Supartono dan dr. Defi Cynthia

Kepadatan tulang akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Kepadatan tulang dapat terus berkurang sehingga dijumpai suatu

keadaan osteoporosis.

Gb.1 : Tulang Normal Gb.2 : Tulang Osteoporosis

Page 62: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

62 Edisi keenam Tahun III

Unggulan RSON

1. Perempuan berusia 65 tahun atau lebih dan pria berusia 70 tahun atau lebih

2. wanita pasca-menopause atau dalam masa transisi menopouse berusia dibawah umur 65 tahun dan pria beusia di bawah 70 tahun dapat melakukan penmeriksaan kepadatan tulang jika memiliki faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang seperti;a) berat badan rendahb) pernah mengalami patuh tulang

B

B

C

D

Gb.3 : Alat BMD DXA (Bone Mineral Densitometry dual-energy x-ray absorptiometry)A. Meja pemeriksaanB. Alat Pemindai yang bergerak ke tempat yang akan dilakukan pemeriksaanC. Alat penyangga kaki pada pemeriksaan tulang punggung bagian bawah D. Posisi pasien pada pemeriksaan kepadatan tulang punggung bagian bawah

Gb.4 : Hasil Pemeriksaan Kepadatan Tulang Punggung Bagian Bawah (Lumbal) Pada Alat BMD DXA (Bone Mineral Densitometry Dual-Energy X-Ray Absorptiometry)

A. Hasil Pemindaian Tulang Punggung Belakang Bagian Bawah (Lumbal)B. Nilai Dari Kepadatan Tulang Punggung Belakang Bagian Bawah (Lumbal)C. Warna Hijau Menunjukan Kepadatan Tulang NormalD. Warna Kuning Menunjukan Berkurangnya Kepadatan Tulang (Osteopenia)E. Warna Merah Menunjukan Osteoporosis

c) penggunaan obat risiko tinggi terhadap tulangd) Penyakit atau kondisi yang terkait dengan

kehilangan massa tulang.3. Orang dewasa muda dengan kerapuhan tulang4. Orang dewasa muda dengan penyakit atau kondisi

yang berhubungan dengan massa tulang yang rendah atau keropos tulang

5. Orang dewasa muda yang mengkonsumsi obat yang dapat mengurangi kepadatan tulang atau keropos tulang.

B

A

C

DE

Page 63: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

63Edisi keenam Tahun III

Unggulan RSON

Pada alat BMD DXA, kepadatan tulang dinilai di dua tempat, yaitu tulang punggung bagian bawah (lumbal) dan pangkal paha kanan atau kiri (proximal femur). Penilaian kepadatan tulang tersebut menggunakan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu:

1. Normal BMD adalah dalam 1 SD dari dewasa muda

normal (T-skor di -1.0 dan di atas) 2. Massa tulang yang rendah atau osteopenia BMD adalah antara 1,0 dan 2,5 SD di bawah

Gb.5 : Hasil Pemeriksaan Kepadatan Tulang Pangkal Paha Kanan (Femur Dextra) Pada Alat BMD DXA (Bone Mineral Densitometry Dual-Energy X-Ray Absorptiometry)

A. Hasil Pemindaian Tulang Pangkal Paha Kanan (Femur Dextra)B. Nilai Dari Kepadatan Tulang Pangkal Paha Kanan (Femur Dextra)C. Warna Hijau Menunjukan Kepadatan Tulang NormalD. Warna Kuning Menunjukan Berkurangnya Kepadatan Tulang (Osteopenia)E. Warna Merah Menunjukan Osteoporosis

dari dewasa muda normal(T-skor antara -1.0 dan -2.5).

3. Osteoporosis BMD adalah 2,5 SD atau lebih di bawah dari

dewasa muda normal (T-skor pada atau di bawah -2,5).

Dengan menggunakan alat ini, osteoporosis dapat diketahui sebelum terjadinya patah tulang, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup di usia senja.

DAFTAR PUSTAKA:1. Rahim, Agus Hardian. Vertebrata. Sagung Seto. Jakarta:20122. National Osteoporosis Foundation. Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of Osteoporosis. Washington: 20103. International Atomic Energy Agency. IAEA Human Health Series No. 15: Dual Energy X Ray Absorptiometry For Bone Mineral

Density And Body Composition Assessment. Vienna: 20104. Supartono, Basuki. Power Point: Osteoporosis Ancaman Kesehatan Wanita5. Tirtarahardja, Gunawan. Power Point: BMD And Sport Medicine6. http//www.iscd.org. 2015 ISCD Official Posisition - Adult

B

A

C

D

E

Page 64: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

64 Edisi keenam Tahun III

Cedera membuat Wagiyem (48) tidak bisa bergerak dan beraktivitas seperti biasanya. Cedera akibat patah tulang ini menyebabkan ibu kurang mampu secara ekonomi ini, tidak bisa bekerja lagi. Padahal ibu tunanetra ini harus menanggung hidup 2 anak dan suami yang menderita stroke sejak 2 tahun lalu. Bahkan Menpora Imam Nahrawi, saat meresmikan alat - alat kesehatan di RSON, baru - baru ini, sempat menengok Wagiyem yang kala itu masih dirawat di RSON.

Musibah yang menimpa Wagiyem berawal saat dirinya jatuh dari tempat tidur setinggi 1 meter pada Januari 2016. Kejadian ini menyebabkan ibu yang berprofesi sebagai tukang urut ini, menderita patah tulang di paha kiri atas. Serta tulang panggul mengalami keropos tulang. Akibatnya ibu tunanetra ini tidak bisa berjalan. Sehari - hari hanya bisa berbaring saja di tempat tidur.

Sempat berobat ke pengobatan alternatif patah tulang selama sebulan. Tidak sembuh juga. Kemudian berobat di rumah sakit swasta di daerah Bekasi. Masih belum bisa berjalan. Kemudian dirujuk ke rumah sakit lain. Tapi tidak bisa dirawat karena kamar rawat inap penuh.

Wagiyem merasa sangat sedih. Karena hanya bisa terbaring lemah di rumah selama 4 bulan. Tidak ada yang dapat dilakukan selain menangis. Tidak ada kepastian kapan bisa sembuh. Ibu yang bekerja sebagai tukang pijat ini hanya bisa meratapi nasib buruknya.

Wagiyem berteman dengan ibu Paini, Ketua Himpunan Disabilitas. Beliau berusaha mencari pertolongan. Bersyukur akhirnya bertemu dengan orang yang memiliki kemampuan untuk menolong yaitu dokter spesialis obstetri ginekolog, dr Prita Kusumaningsih, Sp.OG, yang berpraktek di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Segeralah. dr Prita Kusumaningsih, Sp.OG, menceritakan penderitaan Wagiyem kepada Direktur RSON Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS.

Setelah mendapat laporan tersebut, akhirnya Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS secepatnya mengirim ambulans ke rumah Wagiyem untuk menjemput ibu tunanetra ini untuk dirawat di RSON, sejak 2 Mei lalu. Tidak lama kemudian Wagiyem menjalani pembedahan Total Hip Replacement, untuk memperbaiki patah tulang dan keropos tulangnya. Ibu dua anak ini akhirnya merasa ada harapan untuk sembuh. Bisa beraktivitas kembali sebagai tukang urut, yang sudah dijalaninya selama 26 tahun ini. Dan mengurus keluarganya.

Manusia memang tidak bisa hidup sendiri. Ketika mengalami musibah, tidak perlu putus asa. Ada Allah yang Mahapenolong. Serta masih banyak orang yang baik disekitar kita, yang bersedia menolong. Diantaranya pimpinan dan staf RSON. Wagiyem merasa sangat bersyukur. Sakitnya berangsur sembuh. Dia pun secara bertahap dapat bekerja kembali, menghidupi 2 anak dan suaminya yang menderita stroke. (Ratih Sayidun)

Bapak Menpora, H. Imam Nahrawi beserta Ibu, didampingi Direktur RSON, Dr. Basuki Supartono saat menjenguk Ny. Wagiyem di RSON.

Cedera Menyebabkan Tidak Bisa Beraktivitas

Kata Mereka

Page 65: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

65Edisi keenam Tahun III

Kata Mereka

Banyak cara untuk jadi atlet. Seperti pengalaman atlet renang I Gede Siman Sudartawa. Gara - gara waktu masih kelas

2 SD takut air. Orangtua mendorong anak semata wayangnya ini untuk belajar berenang. Akhirnya keterusan sampai menjadi atlet.

Orangtua mengizinkan keinginan Siman untuk jadi atlet renang. Meski tidak ada anggota keluarganya yang menjadi atlet. Apalagi orangtua jaman dulu punya pemikiran, kalau latihan berenang, badan jadi bertambah tinggi.

Atlet kelahiran Klungkung, Bali, 8 September 1994 ini, sejak kelas 2 SD belajar berenang. Kelas 3 SD sudah ikut pertandingan, dapat medali, mewakili sekolah. Gembira. Tentu saja. Sampai akhirnya tahun 2010 masuk Pelatnas.

Sukanya jadi atlet, bisa mendatangi berbagai negara lain. Kecuali presiden, atlet yang bisa mengibarkan bendera merah putih di luar negeri. Tentunya bangga. Meski kesuksesan sebagai atlet harus mengorbankan masa kecil yang hilang. Disaat teman - teman lain asyik bermain dan menikmati masa kecil dan remajanya. Atlet renang ini harus menjalani kehidupan dengan jadwal yang ketat. Sepulang sekolah, hanya sempat makan siang dan istirahat sebentar. Kemudian berangkat latihan. Begitu terus aktivitasnya sehari - hari.

I Gede Siman Sudartawa berada di Pelatnas sejak 2010. Sudah 3 kali mengikuti Sea Games. Yaitu Sea Games 2011, 2013 dan 2015, mendapat 5 medali emas, 2 kali Asian Games 2010 dan 2014 serta 1 kali olympiade 2012. Atlet renang ini menduduki ranking 4 atlet perenang terbaik se Asia di kejuaraan Asian Games.

Atlet yang hobi baca komik ini baru sekali mendatangi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Menurutnya, rumah sakit ini nyaman, bersih dan ramah. Lokasinya strategis, dekat tol. Apalagi RSON dilengkapi dengan peralatan sport science. Dengan sport science, atlet jadi tahu kondisi kelebihan dan kelemahanya. Kekurangan bisa diperbaiki. Kelebihannya harus dipertahankan.

Kelak Siman akan berhenti jadi atlet. Targetnya umur 27 tahun atau 28 tahun. Setelah itu, berniat jadi pelatih sambil berbisnis. Karenanya, dari sekarang, hadiah uang yang diterimanya, digunakan untuk membeli tanah. Atlet memang harus pinter -pinter mengatur keuangannya. Jangan boros.

Agar masa depan lebih terjamin, atlet renang ini juga kuliah. Minimal bisa lulus S1. Latihan dengan jadwal sangat ketat membuat Siman lebih suka diam di rumah, sepulang latihan. Waktu senggangnya di rumah dimanfaatkan untuk baca komik atau main games.

Selain sibuk latihan dan pertandingan, dia juga kuliah di Perbanas. Menurutnya, kuliah sama pentingnya dengan menjadi atlet. Minimal lulus S1. Beruntung, kampus memberikan jadwal kuliah yang disesuaikan waktunya dengan jadwal latihan. (Ratih Sayidun)

Atlet Mengetahui KelemahannyaI Gede Siman Sudartawa

I Gede Siman Sudartawa

Page 66: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

66 Edisi keenam Tahun III

Atlet Bali, Maria Natalia Londa, dipastikan tampil di Olimpiade 2016. Maria memang pelompat jauh terbaik Indonesia saat ini, bahkan di Asia.

Buktinya, ia merebut medali emas di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Atlet yang baru tampil di Porprov Bali 2015 itu juga meraup dua emas di SEA Games 2015, di nomor lompat jauh dan lompat jangkit.

Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) mulai menjalani program dalam rangka menghadapi olimpiade Rio de Janeiro 2016 diantaranya tes medis kepada atlet untuk menjalani Pelatnas Olimpiade Rio De Janiero 2016 di Rumah Sakit Olaharaga Nasional.

Dari hasil pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan medis ini selanjutnya pelatih dapat menyusun program latihan yang benar dan tepat sasaran. Apabila ada atlet yang kondisi fisiknya tidak mendukung akan direkomendasikan langsung untuk menjalani penyembuhan.

Atlet yang mempunyai hobi sepeda ini mengatakan puas dan kagum selama pemeriksaan medis di RS Olahraga Nasional. Peralatan yang dimiliki RS Olahraga Nasional sangat lengkap. Seharusnya RS

Olahraga Nasional ini menjadi RS rujukan pada Atlet. Karena atlet sering mengalami cedera dan butuh sarana yang profesional dan tepat dalam menangani cedera yang sering dialami para atlet saat bertanding maupun latihan.

Dara kelahiran Denpasar Bali ini sedang menjalani masa pemulihan dari cedera lutut. Atlet Bali yang langganan meraih medali itu tetap semangat bahkan termotivitasi pada Olimpiade Brasil 2016 depan. Sekarang karena masih program umum,ya rutin berdoa dan tetap termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sedangkan tentang target, itu yang tahu pelatih,” ucap Maria. Di antara jenis-jenis latihan yang dijalani Maria setiap hari antara lain nge-gym, latihan fisik, latihan teknik, pliometrik, dan setiap Sabtu sore melakukan meditasi di bawah arahan pelatih.

Prestasi yang pernah Maria raih antara lain : Perunggu Sea Games 2009 Laos, Perak Sea Games 2011 Indonesia, Emas Sea Games 2013 Myanmar, Emas Asian Games 2014, Emas Sea Games 2015, Emas Kejurnas 2007-2015, Rekor Sea Games nomor Lompat Jangkit 2013 di Myanmar. (Rini Nur Ayu Ningtyas, AMK)

Atlet Butuh RS Profesional Seperti RSoNMaria Natalia Londa

Maria Natalia Londa

Kata Mereka

Page 67: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

67Edisi keenam Tahun III

Kata Mereka

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, dalam pernyataannya

dalam Kejuaraan Nasional Panahan Ganesha Open 2015 di Bandung, Ahad (23/8), mengatakan kejuaraan panahan akan dijadikan sebagai kalender tahunan guna mencetak atlit yang berprestasi. Tidak hanya itu, cabor Panahan ini juga ditargetkan menjadi salah satu cabor andalan Indonesia yang mendulang emas di Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil.

Ialah Riau Ega Agatha yang akan mewakili Tim Panahan Indonesia di ajang Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016 ini. Atlet panahan putra Indonesia Riau Ega Agata Salsabila mampu menorehkan prestasi apik di SEA Games 2015 Singapura lalu. Berkat performanya tersebut, Riau berhasil menyabet medali emas dan perak.

Dalam Menghadapi event Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016 para atlit mengikuti berbagai macam tes, yaitu tes medis, fisik, dan psikologi. Salah satunya adalah tes fisik kesehatan yang di lakasnakan di RS Olahraga Nasional pada Senin tanggal 11 Januari 2016. Dalam pelaksanaan tes medis, atlet yang mempunyai keluhan langsung ditindak lanjuti untuk mendapat penanganan selanjutnya sesuai kebutuhan. Seperti pada atlet panahan kelahiran Blitar ini mengeluhkan nyeri pada leher nya dan sering timbul saat latihan. Dan selanjutnya tim pemeriksa RSON langsung mela kukan pemeriksaan MRI dan menjadwalkan pemeriksaan selanjut nya ke Poli Spesialis.

Peraih Medali Emas Sea Games

sudah banyak berkurang. Menurut Riau Di RS Olahraga Nasional ini penanganannya cepat, tepat dan profesional sehingga rasa khawatir jika mengalami cedera tidak ada.

Prestasi yang pernah Riau raih antara lain 6 Emas 1 Perak Kjurnas Umum 2013 Surabaya, 3 Emas Asian University Games 2014 Palembang, 1 Perunggu PON 2012 Riau, 1 Emas 2 Perak PON 2008 Kaltim, 1 Emas Islamic Solidarity Games 2013 Palembang, 1 Emas 2 Perak Seagames 2011, Emas dan Perak Seagams 2015 Singapure, 2 Perunggu Archery World Cup 2015 Shanghai, 4 Emas 1 Perak Asian Archery GP 2015 Thailand. (Rini Nur Ayu Ningtyas, AMK)

Penanganan Cedera Tepat dan Profesional Pada Atlet

Hanya di RSoN

Riau Ega Agatha

2015 ini sekarang sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap RS Olahraga Nasional sejak selasa 19 Januari 2015 karena nyeri di leher. Kata Riau , RSON memang cocok menjadi rumah sakit khusus atlet. Suasana Rumah Sakit yang nyaman dan bersih dengan peralatan kesehatan yang sudah lengkap serta pelayanannya yang bagus dan petugas yang ramah membuatnya lebih merasa cepat pulih karena penanganan yang didapat pasti sesuai dengan kondisi serta keluhan atlet. Dibawah pemeriksaan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS kondisi atlet yang berasal dari Blitar ini mengalami banyak kemajuan. Nyeri yang dirasakan

Page 68: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

68 Edisi keenam Tahun III

Kata Mereka

Rendah hati dan pantang menyerah. Inilah nasehat orangtua yang selalu diingat dan dilaksanakan oleh atlet renang asal Ciamis,

Triady Fauzi Sidiq (24).Atlet renang yang biasa dipanggil Aji ini tidak

menyangka bisa menjadi atlet. Hidupnya berjalan apa adanya saja. Belajar berenang niatnya untuk olahraga. Lalu berkembang jadi hobi dan supaya banyak temen. Tapi setelah dapat prestasi, yang tadinya hanya hobi, akhirnya termotivasi jadi atlet. Pada Sea Games 2013 di Myanmar, bungsu dari 3 bersaudara ini mendapat 3 emas dan 1 perunggu. Pada Sea Games 2015 di Singapura dapat 4 perunggu d 1 perak.

Aji belajar renang sejak di Taman Kanak - kanak (TK). Kelas 3 SD mulai ikut pertandingan. Ayah dan Ibu, yang hobi main volley, yang mendorong Aji belajar berenang. Sampai kemudian masuk klub berenang. Hingga kemudian sejak kelas 2 SMP, bungsu dari 3 bersaudara itu masuk PPLP (Pusat Pendidikan, pelatihan dan Pelajar) di Bandung. Lalu masuk Pelatnas tahun 2009.

Namanya hidup pasti ada suka dukanya. Menurut atlet renang ini, enaknya jadi atlet, punya prestasi yang bisa dibanggakan. Dukanya ? Kehilangan masa remaja karena waktu habis untuk latihan. Saat kelas 1 SMU sempat beniat berhenti jadi atlet. Karena iri melihat teman - teman asyik menikmati masa remajanya. Mereka pulang sekolah bisa main dulu.

Sebaliknya dia harus lekas pulang ke rumah, karena harus latihan renang. Tapi berpikir lagi, sayang waktu

yang sudah digunakan untuk latihan, masa sih...harus ditinggalkan begitu saja. Hal inilah yang mendorong semangat Aji untuk tetap jadi atlet. Tak menyangka bisa seperti sekarang ini.

Selama di Pelatnas, jauh dari keluarga tidak membuat dia merasa sendirian. Justru jadi punya keluarga baru. Karena kumpul dengan atlet - atlet lain dan pelatih yang sudah seperti orangtua sendiri. Jadi merasa lebih kekeluargaan.

Untuk atlet renang ada golden age sampai usia 22 - 25 tahun. Pada masa itu atlet bisa terus meningkatkan prestasinya. Lewat usia itu meskipun bisa berprestasi, tapi membutuhkan usaha yang lebih keras dan waktu latihan yang lebih lama. Atau paling tidak, bisa mempertahankan prestasi saja.

Aji tidak menargetkan sampai usia berapa jadi atlet. Selama masih bisa berprestasi untuk negara atau daerah sendiri, selama itu pula jadi atlet.

Sebagai atlet, Aji yang lahir di Cimahi, 29 september 1991 ini, yakin sport science sangat mendorong prestasi atlet. Menurutnya, sport science di Singapura dan dan Vietnam contohnya, sudah sangat maju sekali. Berbeda

HidupApa

AdanyaTriady Fauzi Sidiq

Triady Fauzi Sidiq

Page 69: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

69Edisi keenam Tahun III

Dari hobi menjadi atlet. Kemudian alih profesi jadi pelatih. Hidupnya untuk mengabdi memajukan cabang olahraga

renang. Itulah pengalaman pelatih renang nasional Albert Christiadi Sutanto.

Sejak kecil Albert sangat suka berenang. Kalau sudah di dalam air, enggan meninggalkan kolam renang. Dari kesenangannya di air itu, orangtua kemudian mengarahkan untuk serius belajar berenang. Hingga jadi atlet renang selama 20 tahun. Selanjutnya menjadi pelatih renang di Pelatnas sejak Januari 2008.

Pelatih kelahiran Surabaya, 24 Desember 1975 ini total sebagai pelatih nasional. Selain juga pelatih di klub renang Milenium Aquatik, yang didirikannya bersama beberapa rekan sesama perenang. Tujuannya untuk pembinaan. Prinsipnya, kami besar di renang, bisa sukses

seperti sekarang ini karena renang dan bisa keliling dunia karena renang. Maka kami sekarang mengabdikan hidup kami untuk renang.

Menjadi pelatih menciptakan kebahagian tak terhingga. Sukanya pada saat atlet binaan berhasil mencapai prestasi. Juga bahagia saat latihan berhasil mencapai target. Puas dengan hasil pekerjaan kita. Dukanya, ketika menghadapi atlet yang kurang punya semangat juang.

Atlet zaman sekarang sangat berbeda dengan atlet lebih dari 10 tahun lalu. Sekarang pelatih tidak bisa sembarangan bersikap keras kepada atlet. Bisa dituntut atau minimal diprotes oleh orangtua atlet. Untuk itu, atlet harus bisa mendidik dirinya sendiri untuk bermental baja. Jangan cengeng.

Perbedaan lainnya, dulu atau lebih dari 10 tahun lalu, menjadi juara merupakan kebanggaan,

Kata Mereka

Pelatih Harus Banyak BelajarAlbert Christiadi Sutanto

dengan sport science di Indonesia, yang harus lebih ditingkatkan. Tujuannya supaya atlet Indonesia bisa lebih bersaing lagi. Atlet Indonesia sebenarnya tidak kalah - kalah betul dengan atlet Singapura, misalnya. Masalahnya, Indonesia masih ketinggalan di sport science.

Sangat besar dukungan sport science terhadap prestasi atlet. Atlet jadi tahu kelemahannya sampai yang sekecil - kecilnya. Meskipun sudah latihan dengan benar. Dengan sport science, atlet bisa latihan lebih fokus lagi. Tidak perlu takut dengan adanya sport science. Karena ikut membantu memperbaiki performa latihan.

Aji mengajak teman - teman atlet agar jangan pantang menyerah fokus latihan. Latihan harus punya

target, yaitu untuk jadi juara. Kalau sudah jadi atlet, tetaplah rendah hati, ramah dan jangan sombong. Ini nasehat yang selalu diingatkan orangtua kepadanya. Kemenangan atlet juga tak terlepas dari doa keluarga dan teman - teman.

Meskipun sibuk latihan dan bertanding, atlet ini merasa bersyukur, pada tahun 2014 bisa menyelesaikan kuliah dan lulus dari STIE Dharma Agung di Bandung. Cita - citanya kelak ? Aji sudah menyiapkan kesibukan lain, bila sudah tidak jadi atlet. Hobi fotografi kelak dijadikan bisnis. Selain juga ingin menjadi pelatih. Bikin studio foto sambil jadi pelatih. Niatnya melakukan sesuatu hal yang disukainya tapi menghasilkan uang. (Ratih Sayidun)

Page 70: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

70 Edisi keenam Tahun III

tanpa mengharapkan imbalan materi. Sekarang, bahkan olahraga di seluruh dunia, sudah mengarah ke semi profesional dan profesional. Dimana harus melibatkan materi. Tujuan atlet bukan hanya meraih prestasi juara, melainkan juga imbalan materi. Makanya ada bonus.

Selain itu. Sekarang ini, kecanggihan intenet menyebabkan atlet jauh lebih pinter dan lebih mudah mengerti tentang teori pelatihan. Makanya, pelatih pun harus jauh lebih pinter. Sebaliknya, dulu atlet mendapat pengetahuan semata - mata hanya dari pelatih saja. Sekarang, instruksi dari pelatih itu ditelaah dulu kebenarannya. Karenanya, pelatih tidak bisa asal memberi instruksi. Benar - benar harus tahu secara teori maupun prakteknya. Karenanya, pelatih harus lebih sering baca buku dan banyak belajar.

Disinilah kalangan olahraga membutuh-kan sport science. Pelatih membutuhkan dukungan sport science untuk menumbuhkan semangat juang atlet. Sport science dapat memberi bukti kepada atlet, tentang semua kelebihan dan

kekurangannya.Dunia olahraga saat ini tidak bisa lepas

dari sport science. Ibaratnya, dahulu atlet makan mie instan saja masih bisa jadi juara. Sekarang tidak bisa begitu lagi. Sekarang sport science di dunia sudah dimanfaatkan. Ibaratnya, atlet Indonesia sekarang masih makan mie instant, sedangkan atlet diluar negeri sudah makan steak. Bagaimana atlet Indonesia bisa lebih unggul. Ini yang harus dipahami oleh atlet.

Di cabang olahraga renang sudah mulai diterapkan sport science. Hanya saja kita belum punya tim khusus sport science untuk mendamping atlet renang. Seperti Cina, Australia, Amerika dan Eropa yang sudah punya tim khusus sport science yang mendampingi atlet renang. Sedangkan di Indonesia, sport science sifatnya baru mulai diterapkan secara global untuk seluruh cabang olahraga. Albert berharap paling tidak setiap cabang olahraga didampingi 1 ahli nutrisi yang bisa memberikan arahan kepada atlet. Melaluisports science, dapat diketahui otot mana yang efektif digunakan untuk atlet renang. Supaya latihannya tepat sasaran.

Pelatih renang ini baru dua kali datang ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Perlu sekali tersedia rumah sakit khusus untuk atlet. Sebab, selama ini atlet yang sakit atau cedera, dirujuk ke rumah sakit yang belum mengerti bahwa atlet harus mendapat pengobatan yang ekstra cepat di rumah sakit. Karena atlet perlu waktu untuk lekas - lekas kembali latihan.

RSON merupakan sarana pelayanan kesehatan, yang memungkinkan atlet lebih terawasi kesehatannya dan peduli terhadap nasib atlet. Contohnya, Albert pernah cedera di jari tangannya. Harus mencari rumah sakit terdekat. Perlu waktu lagi. Menjadi beban bagi atlet. Harapan kami, RSON bisa membuat atlet lebih terjamin kesehatannya. (Ratih Sayidun)

Albert Christiadi Sutanto

Kata Mereka

Page 71: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

71Edisi keenam Tahun III

Gadget

Setelah melakukan konsultasi dengan Smart Design dan Gatorade Sport Science Institute tentang inovasi dan blueprints, Gatorade resmi

mengeluarkan tutup botol pintar untuk pertama kalinya, untuk memonitor status hidrasi atlet. Dari sodium dan kekurangan electrolit karena produksi keringat, turbin sensor tutup botol pintar Gatorade, dan mikrochip seperti pembalut luka yang secara individu terhubung pada tiap pemain, menerima dan mengirim data kembali ke program software setelah tiap melakukan sesapan dan lari cepat.

Ada tujuh komponen tutup botol pintar Gatorade ini, didesain sesuai dengan data tiap atlet.

1. Tutup Botol – Tiap tutup botol diberi label identitas dan nomor pemain

2. Chip Tutup Botol – Sinkronisasi dengan mikrochip pemain, mengirimkan secara langsung analisis ke aplikasi pelatih

3. Turbin – Menghitung cairan yg keluar dari botol4. Lampu LED – Membandingkan konsumsi yang

sebenarnya dengan target konsumsi5. Fuel Pod – Formula Konsentrat Gatorade

berdasarkan kebutuhan atlet

Botol Minum Pintaruntuk Melacak Performance Atlet

6. Mesin Fuel Pod – Alat yang digunakan untuk memutuskan dan menyebarkan isi dari fuel pod

7. Botol – Tiap botol mampu manahan 30 ons

Fitur tambahan dari tutup pintar ini antara lain scala pintar yang terkoneksi ke tablet, catatan intensitas latihan pemain, intake nutrisi dan berat badan. Sekali mereka tersinkronisasi, software segera mengeluarkan hasil rekomendasi untuk atlet dan periode latihan. (dr. Yasmien Anis)

Bahan bacaan: http://www.sporttechie.com/2016/01/19/gatorade-is-

launching-a-smart-bottle-and-bandaid-like-sensor-to-track-athlete-performance-in-real-time/

Page 72: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Tadi pagi, sembari menyeduh kopi, istriku melaporkan bahwa semalam ada rasa kedutan di perutnya.

“Seperti ada yang menggelitiki”, begitu ia mencoba menggambarkan.

Perutnya memang sudah nampak membuncit. Hampir dua tahun sejak pernikahan sederhana kami, lalu ia mengisi hari-hariku di kontrakan sepetak ini, akhirnya Allah SWT telah berkenan memberikan kehamilan kepadanya. Ini patut disyukuri karena ibuku yang selalu ‘menagih’ cucu, sekarang sudah lebih tenang.

Aku tak terlalu menanggapinya laporannya. Pagi itu aku bangun agak kesiangan. Terlambat pula sholat subuh berjamaah di mushola Al Hidayah. Bergegas pergi menuntun motor tuaku setelah segelas kopi itu habis kuseruput. Motor tua keluaran tahun 90-an inilah senjata andalanku demi mencukupi kebutuhan keluarga. Sebagai pengojeg motor, boleh dikatakan pekerjaanku ada di jalan-jalan. Dengan akan bertambahnya anggota keluargaku, bila Allah mengijinkan, nampaknya aku harus lebih sigap lagi mencari peluang penghasilan tambahan daripada sekedar menunggu penumpang.

Maka kuterimalah tawaran bang Mahdi. Menggantikan pekerjaannya selama pulang kampung. Pulang kampungnya kali ini cukup lama, sekitar 3 bulanan. Ia punya 2 orang pelanggan tetap. Seorang anak sekolah dan seorang wartawati. Jadi, mulai pagi ini aku dapat tugas baru. Pertama, mengantar Raihan, anak SD kelas 5 di sebuah sekolah islam terpadu. Tahu sendiri, jadwal anak sekolahan. Jam setengah tujuh pagi teng sudah harus berada di halaman sekolah. Maka aku pun wajib parkir di depan rumah pelangganku itu tepat jam 6 pagi, dengan toleransi keterlambatan 5 menit. Demi meningkatkan saldo tabungan, kuterima tawaran itu.

Yang seorang lagi adalah seorang wartawati. Ia bekerja disebuah majalah muslimah. Rumahnya tak jauh dari bangMahdi. Mungkin karena itulah ia mengangkat bang Mahdi menjadi tukang ojeg pribadinya. Jam kerjanya tak teratur. Demikian pula tujuannya. Terkadang ia harus menjumpai nara sumber. Saat wawancara sedang berlangsung, aku tinggal duduk manis di atas jok sadel motor. Kalau beruntung, pembantu rumah tangganya berbaik hati mengantarkan senampan minuman dan makanan kecil. Meski tak jarang, berjam-jam pantatku panas menduduki sadel yang tidak empuk itu. Untungnya, tak setiap hari ia menyewa ojeg ini.

Memang, akhirnya saldo tabunganku pelan-pelan menanjak. Saldo tabungan? Yah, akhir-akhir ini aku begitu berkepentingan dengan angka-angka yang tercetak dalam buku lusuh itu. Teller sebuah kantor kas bank syariah pun jadi hafal dengan wajahku. Wajah keringatan yang selalu muncul di hari Jum’at siang. Waktu bubaran sholat Jum’at memang menjadi jadwalku untuk menyetor sekedar beberapa puluh ribu rupiah ke bank yang terletak di seberang masjid itu.

***Salah satu hal yang memotivasiku untuk makin rajin

menyetor adalah, istriku ingin sekali kehamilannya diperiksa dengan komputer. Dan periksanya harus di klinik Yasmin ujung jalan Bugenvil. Tak jauh sebenarnya. Cuma yang aku herankan kenapa harus di klinik warna ungu tersebut. Keinginan itu makin kuat karena adanya persyaratan BPJS. Lho, apa pula hubungannya antara USG dengan Jaminan Kesehatan Nasional itu? Saat ini memang kami sudah didaftarkan untuk mendapatkan keanggotaan BPJS.

“Sekarang setiap orang wajib ikut BPJS. Supaya kalau sakit bisa gratis berobat di puskesmas,” ujar pak RT saat mencatat nama kami berdua. “Lho, istrimu hamil? Sekalian saja bayinya dibuatkan kartu ya”. Itu percakapanku dengan pak Hadi, sang ketua RT seminggu yang lalu.

Yang agak kurang kumengerti, salah satu peryaratan yang harus dilampirkan adalah adanya foto bayi dalam kandungan beserta jenis kelamin janin yang dikandung. Lha bayi belum lahir kok sudah harus ada fotonya. Apalagi jenis kelamin sudah harus dicantumkan? Bagaimana mungkin?

***“Nah, penting kan mas?” sore itu istriku merajuk lagi.

Ngalem. “Apanya yang penting?” suaraku agak cuek. “Ya pemeriksaan dengan komputer itu. Kan pak RT juga

USGUSGNina Kusuma

72 Edisi keenam Tahun III

Cerpen

Page 73: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

nyuruh. Di komputer itu, akan tampak bayi kita sedang apa. Sedang bermainkah? Atau lagi tidur? Atau sedang bersujud di hadapan Penciptanya? Dan....mmmm...kita nanti bisa tahu jenisnya apa lho”, urainya sambil melipat baju baru disetrika.

“Jenisnya? Tentu saja manusia. Apalagi....? “ “Mas...mas.....maksudku ya cowo atau cewe. Begitu

lho”, logat Jawa nya langsung muncul sambil manyun. “Gak harus sekarang, mas. Minggu depan juga gak papa, kok”.

Terkadang aku heran. Darimana istriku punya keinginan kuat memeriksakan janin dengan komputer itu. Aku jadi ingat ibuku di kampung. Kelima adikku ia lahirkan di rumah. Ada mak Sayem, dukun bayi usia 50 an tahun yang menolongnya. Seingatku, hanya adikku yang bungsulah yang lahir ditolong bidan. Itu pun karena mak Sayem sudah semakin lanjut usia. Alhamdulillah, kesemua adikku hidup! Ups...bukan apa-apa, di kampungku kebanyakan ibu-ibunya sangat produktif dalam beranak. Banyak di antara mereka yang melahirkan lebih dari tujuh kali, bahkan ada yang sepuluh kali. Tapi banyak pula di antara anak-anak itu yang meninggal saat masih bayi. Itu kejadian biasa. Seingatku, yang sering jadi penyebab meninggalnya itu sakit muntaber. Sehingga, ibuku – yang enam anaknya hidup semua – jadi tampak aneh.

Suatu kali kutanyakan hal itu kepada ibuku. Soal “keanehan” karena enam anak semuanya bisa bertahan hidup dan sekolah, meski sekadar menuntaskan wajib belajar. Ternyata jawaban ibu amat lurus dan sederhana.

“Ibu mengamalkan firman Allah SWT”, ucapnya singkat. Tapi tak lama kemudian ia menyambung, “Allah

memerintahkan seorang ibu menyusukan anaknya hingga usia dua tahun. Nah, itulah yang ibu amalkan. Kamu dan adik-adikmu itu ndak kenal dengan yang namanya dot!”

Perlu beberapa tahun sampai aku menamatkan sekolah menengah baru aku bisa mengartikan makna kata-kata ibuku : “Kamu dan adik-adikmu itu ndak kenal dengan yang namanya dot!” Dan kupahami pula rangkaian sebab akibat antara dot, kebersihan, diare, dan dehidrasi.

***Eiiits......hampir kelewatan! Aku membelokkan

motor ke sebuah bangunan minimalis bercat ungu muda. Ukuran gedungnya sedang-sedang saja. Klinik Bersalin “Yasmin” begitulah bunyi susunan huruf-huruf artistik pada sebuah neon box yang terpancang di halaman depannya. Tampilannya memikat karena tulisan tersebut berlatar belakang taburan kuntum melati.

Sampai juga akhirnya. Aku menyocokkan sekali lagi dengan secarik kertas yang diberikan istriku tadi pagi. Memang tak terlalu jauh dari rumah. He..he...aku saja yang kurang peka lingkungan. Padahal sebagai pengojek seharusnya penguasaan terhadap jalan-jalan di kawasan ini melebihi istri. Tapi sore ini sengaja penampilan pengojek agak kusamarkan. Aku sengaja mengenakan kemeja dan celana bahan. Bukan kaos dan celana jins pudar seperti biasanya. Alas kaki tetap pakai sepatu dinas, karena hanya itulah yang kupunyai.

Mencoba tampil meyakinkan, aku terus melangkah di jalan setapak berbatu koral putih menuju ke ruang lobi. Ada resepsionis berhijab di balik loket informasi. Ia sedang menerima telepon, menjelaskan jadwal praktek dokter, kukira. Ada lukisan besar kaligrafi tergantung di dinding belakang si resepsionis. Aku tak paham membaca kaligrafi bernuansa ungu tersebut, tapi di bawahnya ada tulisan latin “Laa ilaaha illa anta inni kuntu minadhdhoolimiin” . Hmmm ......... doa nabi Yunus saat berada di dalam perut ikan paus. Sejenak aku terbawa ke ingatan masa kecilku saat mengaji di langgar dan mendengarkan cerita nabi-nabi dari pak ustadz.

“Assalaamu’alaikum, ada yang bisa dibantu, pak?” suara sopan membangunkanku dari lamunan suasana di kampung. Sekaligus menyadarkanku, bahwa aku berhadapan dengan seorang wanita berjilbab ungu muda. Si resepsionis itu. Rupanya acara menelepon sudah usai dan sekarang giliranku.

“Eh iya..mmm..mau tanya saja, mbak. Kalau periksa hamil dengan komputer berapa ya?”

“Komputer? Buat periksa hamil?”, ia refleks agak menunduk, melihat komputer di bawah meja kacanya.

Aku jadi serba salah. Hampir saja garuk-garuk kepala, untung tanganku masih tertahan di tempatnya. Memang apa sih, istilahnya?

“Ooh, mungkin maksudnya USG, ya Pak?” “Naah iya ...itu maksud saya”, ujarku riang bak anak

kecil dapat mainan baru. USG...ya USG. Aku jadi ingat iklan di televisi. Iklan susu buat ibu hamil. Ada alat USG juga di iklan itu. Aku harus perkenalkan istilah ini kepada istriku. Jangan sampai ia bikin malu dengan menyebut ‘komputer’ lagi.

“USG, ultrasonografi, memang bentuknya seperti komputer, Pak”, jelas si resepsionis seolah memahami kegelagapanku. Ia pun menyebutkan sejumlah bilangan rupiah.

“Nanti bapak akan mendapatkan selembar foto beserta

73Edisi keenam Tahun III

Cerpen

Page 74: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

keterangan tentang bayi, Pak. Tentu saja, selain itu dokter juga akan memeriksa kandungan istri bapak, dan Bapak serta istri bisa menanyakan hal-hal yang belum jelas kepada beliau. Jadi termasuk konsultasi dan pemeriksaan, begitu, Pak”.

Aku hanya mengiyakan dan mengucapkan terimakasih. Langsung pamit mundur. Tak ingat lagi aku untuk menanyakan jadwal praktek dokter yang dimaksud. Bukannya apa-apa, angka rupiah yang disebutkan si jilbab ungu muda tadi setara dengan penghasilanku selama seminggu penuh! Penghasilan kotor. Belum dipotong dengan biaya BBM dan makan siang, serta uang belanja tentunya. Kali ini kurasakan napasku berat saat menuntun motor keluar.

***Suasana di ruang tunggu berpendingin udara itu

memang nyaman. Jajaran sofa putih gading tampak kontras dengan dinding motif warna ungu. Bantal mungil berwarna marun tertata di setiap sandarannya. Di depannya, majalah-majalah tentang bayi, ibu, dan pengasuhan anak tersusun rapi di meja. Televisi pun tidak menyiarkan sinetron-sinetron picisan dengan akting palsu para pemainnya, melainkan acara kuis keluarga yang diselingi dengan lagu-lagu islami. Siaran dari stasiun televisi berbayar, rupanya. Di sudut sana, tampak beberapa anak sedang bermain rumah-rumahan dan perosotan. Kesemuanya terbuat dari plastik berwarna-warni. Kulirik istriku, ia sedang serius membaca sebuah artikel tentang kehamilan di sebuah majalah. Aku menjejerinya duduk bersandar di sofa putih gading ini. Asli, beda dengan nongkrongi jok ojeg di pangkalan!

Setelah beberapa lama menunggu terdengar nama istriku dipanggil. Aku mengekor saja memasuki ruangan dokter juga bernuansa ungu muda. Di dinding tampak beberapa gambar, di antaranya yang menarik perhatianku adalah gambar perkembangan bayi dalam rahim. Tanya jawab berlangsung antara dokter dan istriku. Aku hanya sesekali menjawab sekedar ‘ya’ dan ‘tidak’ saja. Bukannya dokter sama sekali tidak menanyaiku selaku suami dan calon ayah, namun memang dirikulah yang mendadak bungkam seperti ini. Seperti terpaku saja diriku. Beda dengan istriku yang tampak sangat bahagia, menikmati betul kenyamanan tempat ini seolah sebagai calon ibu, dialah ratunya. Sampai akhirnya, berhadapanlah aku dengan alat komputer pemeriksa kehamilan alias USG ini!

Mula-mula di perut istriku diberi semacam cairan kental yang tidak berwarna.

“Jangan khawatir, ini jeli. Supaya penampilan bayi di USG bisa jelas”, papar ibu dokter kandungan setengah umur itu tanpa kutanya.

Dan mataku terbelalak melihat janin bergerak lincah. Tampak satu bagian yang bergerak-gerak naik turun dengan teratur. Itu degup-degup jantung, begitu penjelasan dokter. Tulang belakangnya berderet rapi.

“Lho...sudah berbentuk manusia ya bu dokter”, istriku bertanya dengan lugu. Aku menyolek kakinya....mbok jangan bikin malu lagi, isyaratku.

Dokter masih tampak serius mengamati layar USG. Sesekali memencet tombol yang membuat gambar berhenti bergerak. Lalu pencet tombol yang lain lagi. Beberapa lamanya masih berbuat seperti itu. Sementara, dari sebuah kotak kecil yang terletak di bagian bawah mesin, keluarlah lembaran-lembaran seperti foto. Kuhitung, sudah ada 4 lembar foto yang dicetak.

“Alhamdulillah, ibu dan bapak dapat anugerah ganda dari Allah SWT”, ujar dokter berjilbab itu, akhirnya.

“Anugerah ganda, apa artinya, bu dokter? Jujur saja, meskipun saya bersyukur sekali dengan kehamilan ini tapi juga ketar ketir karena khawatir tak dapat membayar biaya persalinan istri nantinya”, jawabku jujur. Jujur sekaligus heran dengan panjangnya kalimat yang kuucapkan barusan. Sejenak lupa dengan BPJS

“Nah, satu bayi saja sudah anugerah, kan, pak. Apalagi ini ada dua!”

“Jadi, kandungan saya ini kembar, bu dokter”, sergah istriku tak percaya sekaligus gembira.

“Insya Allah begitulah yang saya dapatkan dari pemeriksaan tadi. Tapi, jangan khawatir karena keduanya tumbuh sehat dan lincah”.

***Untuk kesekian kalinya kudorong pintu kaca kantor kas

bank syariah itu. Menyetor. Selesai mbak teller mencatat transaksi, diulurkannya buku tabungan lusuh tersebut. Kuamati hasil cetakan yang tertera di dalamnya. Memang kalau nanti BPJS sudah jadi biaya persalinan akan ditanggung pemerintah, tapi bagaimana dengan biaya perawatan dua orang bayi sekaligus?

“Bang Madi, jangan balik dulu ya. Biar kuteruskan dulu order langganan ojeg ini”, harapku dalam hati. (nin)

Jakarta, Medio Februari 2016

74 Edisi keenam Tahun III

Cerpen

Page 75: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

Selamat atas prestasi yang diraih

Riau Ega Agatha Salsabillahpada Kejuaraan Dunia Panahan di Antalya, Turki

dan mendapatkan tiket untuk bertanding diOLIMPIADE Ke-XXXI

Rio de Janeiro Brazil5-21 Agustus 2016

Page 76: Edisi Keenam - Tahun IIIrson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/393fb-rson...RSONMEDIA INFORMASI RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL ISSN: 2407-1579 Edisi Keenam - Tahun III Kini, RSON

RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONALJl. Jambore Raya No. 1, Cibubur, Jakarta Timur

Telp/Fax: (021) 87753977

DIREKSI DAN STAFFRUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL

Mengucapkan

1 SYAWAL 1437 H / 2016 M

Mohon Maaf Lahir Bathin

SelamatIdul Fitri