ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu...

30

Transcript of ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu...

Page 1: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang
Page 2: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

ISSN : 2089-3949

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI

1. Pengaruh Mutu Bahan dan Rasio Penulangan

Terhadap Kapasitas Lentur Beton Mutu Normal (Lilis Indriani, ST, MT dan Indra Setia Budi, ST)

2. Perencanaan Jembatan Gelagar Baja Sei Sebulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan (Lilis Indriani, ST, MT dan Diana, ST)

3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pada Konstruksi

Gedung Dengan Metode SNI dan Metode Lapangan (Studi Kasus Pekerjaan Beton Bertulang pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Seruyan) (Donny DJ Leihitu, ST, MT dan Denny Rachmad Effendy, ST)

TAHUN2013

VOL 4

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013

ISSN : 2089-3949

Page 3: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

DEWAN REDAKSI

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARWAN ALI

1. KETUA : DONNY DJ LEIHITU, ST,MT 2. SEKRETARIS : LILIS INDRIANI, ST, MT 3. ANGGOTA : 1. RIDWAN, ST

2. HABLI, ST 3. BUDI TJAHJONO, SSi, ST 4. MUHAMMAD NUR KAMALI, ST

Page 4: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rahmat dan karunia –

Nya sehingga Jurnal dengan judul “Jurnal Penelitian Dosen Fakultas Teknik

Universitas Darwan Ali Volume 4”. dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dalam pembuatan Jurnal ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari, meskipun dalam penyusunan Jurnal ini sudah berusaha

semakimal mungkin tetapi tetap tidak luput dari kekurangan, kelemahan dan bahkan

kekeliruan. Oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat membangun bagi

kesempurnaannya sangat diharapkan dan akan diterima dengan tangan terbuka.

Akhir kata, semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Kuala Pembuang, APRIL 2013

DEWAN REDAKSI

Page 5: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DEWAN REDAKSI

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Mutu Bahan dan Rasio Penulangan Terhadap Kapasitas Lentur Beton Mutu Normal (Lilis Indriani, ST, MT dan Indra Setia Budi, ST)

2. Perencanaan Jembatan Gelagar Baja Sei Sebulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan (Lilis Indriani, ST, MT dan Diana, ST) 3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pada Konstruksi Gedung Dengan Metode SNI dan Metode Lapangan (Studi Kasus Pekerjaan Beton Bertulang pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Seruyan)

(Donny DJ Leihitu, ST, MT dan Denny Rachmad Effendy, ST)

i

ii

iii

1

12

18

Page 6: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 1

Pengaruh Mutu Bahan dan Rasio Penulangan Beton Mutu Normal (Dengan Software ANSYS)

(Lilis Indriani, ST, MT dan Indra Setia Budi, ST)

E-mail: [email protected]

Abstrak Untuk memenuhi kriteria keamanan, maka struktur harus di desain mempunyai suatu angka keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang menyebabkan keruntuhan, maka perilaku saaat runtuh juga harus di ketahui, apakah bersifat mengalami deformasi besar sebelum runtuh (daktail) atau tiba-tiba (non-daktail) (Wiryanto Dewabroto). Model eksperimental yang digunakan berdimensi 50 x 75 x 550 mm, dengan tulangan tunggal 2D6 mm, mutu beton fc’ = 17,66 MPa dan mutu baja fy = 240 MPa (Oscar Fithrah Nur, 2009). Selanjutnya dibuat model implementasi pada ANSYS dengan dimensi, Model SMT.A berdimensi 200 x 400 mm, dengan mutu beton fc’ = 28,8 MPa. Model SMT.B berdimensi 200 x 300 mm, dengan mutu beton fc’ = 33,4 MPa. Dimana menggunakan selimut beton 20 mm, mutu tulangan Longitudinal fy = 240 MPa dengan panjang balok 2000 mm. Sedangkan variasi rasio tulangan adalah

Nilai kapasitas beban dipengaruhi oleh dimensi penampang dan rasio tulangan, semakin besar dimensi penampang dan rasio tulangan maka semakin meningkat nilai kapasitas beban balok. Nilai kapasitas lentur terbesar terjadi pada model SMT.A rasio tulangan balance dengan mutu baja fy = 240 MPa, hal ini karena penampang model lebih besar dibandingkan model SMT.B dengan persamaan kurva fitting f = 78,72256 2 – 4,8482 + 0,220347. Beban retak ultimit akan mengalami peningkatan dengan bertambahnya dimensi penampang. Perilaku retak model dimulai dengan retak lentur pada daerah tumpuan atas dan bawah, kemudian semakin menuju badan balok dengan pola retak geser. Pola keruntuhan untuk semua model adalah dari tumpuan atas menuju ½ balok kemudian balok akan mengalami kehancuran. Kata Kunci: Mutu bahan, Rasio Tulangan, Kapasitas Tulangan, Perilaku Retak dan Pola Keruntuhan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah yang tidak kurang dari

nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI-03-2847-2002). Beton mutu normal adalah beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang di pecah atau tanpa di pecah, atau beton yang mempunyai kuat tekan (fc

’) dibawah 50 MPa (SNI-03-2847-2002). Dalam implementasi di struktur bangunan beton bertulang di desain untuk kriteria keamanan (safety) dan layak pakai (serviceability). Untuk memenuhi kriteria layak pakai maka besarnya retak dan lendutan struktur pada kondisi beban kerja harus dapat diestimati dan memenuhi kriteria tertentu. Sedangkan untuk memenuhi kriteria keamanan maka struktur harus di desain mempunyai suatu angka keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang menyebabkan keruntuhan, maka perilaku struktur saat runtuh juga harus diketahui, apakah bersifat mengalami deformasi besar sebelum runtuh (daktail ) atau tiba - tiba (non-daktail) (Wiryanto Dewabroto). Daktilitas adalah kemampuan struktur untuk menahan deformasi inlastik tanpa kehilangan kekuatan yang berarti (Naaman,1986). Kemampuan struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca elastik yang besar secara berulang kali dan bolak balik akibat beban di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan (Vis dan Gideon,1993). Hasil Penelitian sebelumnya menunjukan pada beton normal, peningkatan kekuatan lentur penampang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah tulangan tarik dan juga oleh peningkatan jumlah tulangan tekan (Ruddy Kurniawan, 2008).

Page 7: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 2

2

002,0002,02 cc

cc ff

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut diatas maka diambil perumusan masalah yaitu bagaimana perilaku keruntuhan balok dengan variasi mutu bahan dan pengaruh variasi tulangan terhadap kapasitas lentur menggunakan program komputasi ANSYS ED Release 11. ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kapasitas lentur balok akibat pengaruh mutu bahan dan rasio penulangan 2. Mengetahui beban pada saat retak pertama dan saat ultimit yang mampu diterima balok 3. Mengetahui perilaku retak dari balok akibat pengaruh mutu bahan dan variasi rasio tulangan 1.4 Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Permodelan menggunakan analisis elemen hingga menggunakan software ANSYS ED Release

11. 2. Model eksperimental yang digunakan berdimensi 50 x 75 x 550 mm dengan tulangan tunggal

2D6 mm, mutu beton fc’ =17,66 MPa dan mutu baja fy = 240 MPa 3. Rasio tulangan yang digunakan pada permodelan adalah ;. ; . 4. Mutu beton yang digunakan fc’ = 33,4 MPa, 28,8 MPa. 5. Mutu baja yang digunakan fy = 240 MPa. 6. Hasil permodelan akan dilakukan validasi dan verifikasi dengan literatur hasil uji eksperimental

terdahulu.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan hasil analisis dari permodelan balok,dengan variasi rasio tulangan yang berbeda,

menggunakan program komputasi ANSYS untuk memvalidasi hasil dari analisis berdasarkan uji eksperimental sebelumnya.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh mutu bahan dan perilaku balok dengan variasi rasio tulangan terhadap kapasitas lentur balok pada beton mutu normal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kurva Tegangan–Regangan Beton Mutu Normal

Hubungan tegangan-regangan beton untuk beton mutu normal menggunakan usulan Kent and Park (Park dan Paulay, 1975), seperti tercantum dalam Gambar 1.

Gambar 2.1 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Beton yang dikekang dengan Sengkang Segiempat usulan Kent and Park (Park , 1975)

Daerah AB : 002,0c

Page 8: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 3

002,01 Ccc Zff Daerah BC : cc 50002,0

Daerah CD : cc 50

di mana

002,01000'

'002,035,0

fcfc

Z

1000002,03

50

c

cu f

f

di mana cf adalah kuat tekan silinder beton dalam psi. Kurva Tegangan–Regangan Baja Tulangan Perhitungan untuk menentukan nilai tegangan dan regangan baja tulangan ssf digunakan usulan Park and Paulay (Park dan Paulay, 1975).

Gambar 2.2 Kurva hubungan tegangan-regangan baja tulangan usulan Park and Paulay (Park dan paulay, 1975)

Daerah AB : s y

sf = s sE

Daerah BC : y s sh

sf = yf

Daerah CD : sh s su

sf = yf

2130260

2602

rmm shs

shs

shs

di mana

c c f f 5 ,0

Page 9: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 4

m =

2

2

15

160130

r

rrff

y

su

r = su - sh

Analisis Kapasitas Lentur Balok Persegi Beton Normal Analisis diagram blok tegangan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2.3 Diagram Blok Tegangan Persegi Ekivalen Berdasarkan SNI 2002

Berdasarkan Gambar 3 dapat dihitung dengan rumus:

Kesimbangan Gaya

Momen Nominal Penampang Balok:

Mn = Cc . (d - ½.a) = T (d – ½.a)

Mn = 0,85.fc’.b.k.d.(d – ½.k.d)

Mn = 0,85.fc’.b.d2.k.(1 – ½.k)

Mn = As.fs.(d – ½.k.d)

Mn = As.fs.d.(1 – ½.k) di mana Cc = kapasitas tekan (N), T = kapasitas tarik (N), a = lebar blok stress ekivalen (mm),

Page 10: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 5

b = lebar balok (mm), d = lebar effektif balok (mm), As = luas tulangan (mm²), fc’ = mutu beton (MPa), fy = mutu baja (MPa), c = lebar blok stress (mm), ρ = rasio tulangan tarik, dan Mn = momen nominal (Nmm).

Dengan menetapkan harga regangan beton 0,003 dalam kondisi ultimate, ada tiga kemungkinan regangan yang terjadi pada daerah tulangan, yaitu:

1. Kemungkinan I : Keruntuhan Tarik (under –reinforced)

Keruntuhan tarik terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja tulangan lebih besar dari regangan lelehnya sehingga diperoleh persamaan keseimbangan:

Dengan demikian

di mana

2. Kemungkinan II : Keruntuhan Tekan (over-reinforced)

Keruntuhan tekan terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja tulangan lebih kecil dari regangan leleh baja, sehingga diperleh persamaan keseimbangan:

.

Karena maka

.

Persamaan keseimbangan:

.

= 0

Dari kedua harga di atas diambil a yang berharga terkecil. Selanjutnya diperoleh

Page 11: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 6

3. Kemungkinan III : Keruntuhan Seimbang (balanced reinforced)

Keruntuhan tekan terjadi bila regangan baja tulangan sama besar dengan regangan lelehnya, dimana , dengan demikian

di mana adalah tinggi garis netral saat kondisi seimbang

Dari persamaan keseimbangan:

Karena

Dalam keadaan keruntuhan seimbang

Dengan mensubtitusikan harga , diperoleh

Dengan harga , diperoleh

III. METODE PENELITIAN

1. Perancangan Model Dimensi model ditentukan berdasarkan model eksperimetal Oscar Fitrah Nur, (2009) yaitu 50 mm

× 75 mm × 550 mm seperti Gambar 3.1. Adapun bentuk model implementasi seperti pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3

Gambar 3.1 Model Eksperimental

Page 12: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 7

Gambar 3.2 Model A Implementasi

Gambar 3.3 Model B Implementasi

Tabel 1. Jumlah Model yang akan di Analisis Menggunakan ANSYS Ed.9.0

Keterangan: SMT = Nama model balok tulangan MIN = Rasio Minimum (SNI-2002) EKSP = Model eksperimental BLC = Rasio Balanced A,B = Nama Variasi Mutu Beton MAX = Rasio Maximum

IV. PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan Model balok yang digunakan pada penelitian ini adalah balok persegi yang dianalisis

menggunakan model pendekatan dengan perhitungan matematik agar diperoleh nilai validasi yang mendekati hasil eksperimental terdahulu (untuk balok validasi) dan finite element analysis dengan ANSYS ED Release 11. Balok yang digunakan sebagai penelitian yaitu balok validasi berjumlah 1 (satu) buah sedangkan balok implementasi untuk variasi rasio tulangan dan mutu bahan masing – masing 3 (tiga) buah. Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah nilai load, midspan deflection, stress, strain, momen, kurvatur serta kekakuan pada model benda uji. Hasil penelitian disajikan berupa data yang telah dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 13: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 8

4.2 Finite Element Analysis ANSYS Tahap awal finite element analysis pada program ANSYS ED Release 11 adalah meshing.

Meshing adalah pembagaian model menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Pengkondisian meshing yang sesuai selalu menjadi sebuah persoalan ketika menjalankan finite element analysis ANSYS ED Release 11. Pengkondisian meshing yang berlebihan sebaiknya dihindari, karena dapat mengakibatkan proses data yang sangat lama dan semakin tinggi kemampuan komputer yang diperlukan, namun keuntungannya adalah semakin akurat output yang dihasilkan.

Pada analisis ini model yang digunakan adalah 3D dengan dimensi 200x400x2000 mm³ dan 200x300x2000 mm³, dengan kondisi dua tumpuan yang akan dibebani beban lentur terpusat pada tengah bentang sampai dengan kondisi ultimit.

4.3 Balok Beton Bertulang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat lentur yang dimiliki oleh tiap model balok.

Pengujian ini membahas antara lain: hubungan beban dan deformasi (P-∆), hubungan stress dan strain balok.

4.4 Balok Validasi Uji eksperimental yang dilakukan Oscar Fithrah Nur, (2009) adalah balok dengan dimensi

50x75x550 mm³. Jumlah tulangan lentur 2 buah dengan diameter tulangan lentur 6 mm. Balok diberikan pembebanan terpusat dengan system two point loading yang diletakkan pada sepertiga bentang.

4.5 Analisis Beban Balok Implementasi Analisis beban dilakukan untuk mengetahui perbandingan kisaran nilai beban yang mampu

diterima oleh balok implementasi akibat pola penulangan tulangan lentur balok. Nilai beban retak pertama hasil ANSYS serta nilai rasio Pcr ANSYS untuk balok implementasi dapat dilihat pada Tabel 4.1

4.6 Hubungan Beban dan Deformasi

Kurva ini menunjukan perbandingan yang terjadi antara beban (load) dan lendutan (midspan deflection) yang terjadi pada model balok akibat perbedaan rasio tulangan, mutu bahan dan dimensi balok.

Gambar 4.1 Load-Midspan Deflection (P-∆) balok SMT

Pada awal pembebanan hingga beban ultimit menunjukkan bahwa beban yang diterima oleh masing-masing balok SMT.A mempunyai lendutan yang lebih kecil di bandingkan balok SMT.B. Nilai lendutan maksimum terjadi adalah pada balok SMT.B.BLC dengan beban ultimit pada balok adalah 25,50 kN.

4.7 Hubungan Stress – Strain Kurva ini menunjukan perbandingan yang terjadi antara tegangan (stress) dan regangan (strain) yang terjadi pada model balok akibat perbedaan rasio tulangan. Nilai tegangan-regangan

Page 14: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 9

yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai tegangan-regangan pada nodal stress-strain saat beban ultimit.

Gambar 4.2 Hubungan stress and strain Model SMT.A Semakin kecil nilai rasio tulangan maka akan semakin besar nilai tegangan.

Gambar 4.3 Hubungan stress and strain Model SMT.B Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara stress-strain yang terjadi pada balok menggunakan pembengkokan tulangan lentur balok SMT.B dengan rasio tulangan yang berbeda, semakin kecil nilai rasio tulangan maka akan semakin besar nilai tegangan.

4.8 Pola Retak

Pola retak ultimit pada penelitian ini diambil pada saat balok menerima beban ultimit, pola retak untuk masing-masing balok berbeda.

Gambar 4.4 Pola Retak Model SMT.A Pada saat ultimit retak yang terjadi hapir sama yaitu retak yang terjadi pada plat tumpuan adalah retak geser sedangkan pada tengah bentang di bagian tarik terjadi retak tekan.

4.9 Lendutan Lendutan pada ANSYS dapat dilihat melalui tahapan loadstep hasil finite element analysis. Output berupa kontur lendutan serta nilai lendutan yang terjadi pada saat pembebanan pada permodelan balok.

Gambar 4.5 Lendutan Model SMT.A

Page 15: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 10

Gambar 4.5 menunjukkan lendutan pada balok SMT.A saat beban retak ultimit yaitu sebesar 23,4 kN, nilai lendutan yang terjadi adalah 0,177 mm pada tengah bentang.

4.10 Hasil Finite Element Analysis ANSYS Output finite element analysis ANSYS berupa data-data dibuat dalam suatu kurva persamaan fungsi power model dengan parameter balok SMT.A dan balok SMT.B.

Gambar 4.2 Hubungan Rasio dengan Deformasi Gambar 4.28 menunjukkan curve fitting polynomial Hubungan Rasio dan Deformasi Balok SMT.A berderajat tiga untuk balok SMT.A dengan persamaan pembentuk kurva ∆ = 78,72255991 ρ² + (-4,8482339) ρ + 0,20347153. Dari kurva dapat dilihat bahwa semakin besar rasio penulangan maka semakin kecil nilai deformasinya.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapasitas lentur balok akibat pengaruh mutu bahan dan rasio penulangan dari hasil kurva fitting dapat

ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi mutu bahan serta rasio penulangan maka semakin besar deformasi yang dapat ditahan oleh balok namun semakin kecil rasio b/h maka akan semakin kecil deformasi yang mampu ditahan oleh balok beton bertulang.

2. Beban yang mampu diterima balok SMT.A pada saat retak pertama yaitu sebesar 12,60 kN dan untuk SMT.B sebesar 16,50 kN, saat retak ultimit untuk balok SMT.A beban yang mampu diterima balok SMT.A sebesar 31,05 kN dan untuk SMT.B sebesar 25,50 kN.

3. Pengaruh mutu bahan dan variasi rasio tulangan terhadap perilaku retak balok untuk balok dapat diuraikan yaitu pada saat retak pertama retak yang dominan adalah retak tekan yang dimulai pada tengah bentang lalu berlanjut ketumpuan sedangkan pada saat retak ultimit retak yang dominan adalah retak geser pada daerah tumpuan namun ada juga retak tekan yang terjadi di tengah bentang.

5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan : 1. Untuk balok yang tidak menggunakan tulangan geser, maka sebaiknya menggunakan rasio tulangan

balance agar mencapai beban ultimit. 2. Peningkatan mutu bahan beton pada balok harus diimbangi dengan dimensi penampang yang sesuai

agar dapat diperoleh beban ultimit.

DAFTAR PUSTAKA Oscar Fithrah Nur, (2009). Kajian Eksperimental Perilaku Balok Beton Tulangan Tunggal

Berdasarkan Tipe Keruntuhan Balok. Universitas Andalas Ruddy Kurniawan, (2008), Studi Daktilitas dan Kuat Lentur Balok Beton Ringan dan Beton Mutu

Tinggi bertulang, Teknik A , No.29 Vol.2 Thn.XV April 2008, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas

ANSYS Release 9.0, (2004). ANSYS Structural Analysis Guide. (http://ansys.com diakses tanggal 29 Juni 2013)

ANSYS Release 9.0. (2007). Programmer’s Manual for ANSYS. ANSYS Incorporations and ANSYS Europe, Ltd. (http://ansys.com diakses tanggal 29 Juni 2013)

Tut Nguyen. Beginner Ansys Tutorial. (http://ansys.com diakses tanggal 29 Juni 2013)

Page 16: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 4 EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 11

I Putu Laintarawan, I Nyoman Suta Widnyana, I Wayan Artana, (2009). Buku Ajar Konstruksi Beton I. Universitas Hindu Indonesia.

J. Thambah Sembiring G, (2002). Beton Bertulang. Rekayasa Sains. Bandung Ahmad Mirwan, (2011), Perbandingan Kuat Lentur Balok Berpenampang Persegi dengan Balok

Berpenampang I, Universitas Islam Indonesia. Istimawan Dipohusodo, (1994). Struktur Beton Bertulang. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. (2007). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Edisi pertama. ITS Press. Surabaya. Indonesia Mark Dintel, ( 1987). Buku Pegangan Tentang Teknik Beton. Pradyana Paramita. Jakarta

Page 17: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 12

PERENCANAAN JEMBATAN GELAGAR BAJA SEI-SEBULU KECAMATAN HANAU KABUPATEN SERUYAN

(Lilis Indriani, ST, MT dan Diana, ST)

E-mail: [email protected]

Abstrak Jembatan adalah sarana transportasi yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, saluran irigasi dan pembuang, jalan yang melintang tidak sebidang, dan lain-lain. Dalam Tugas Akhir ini mengambil judul Perencanaan Jembatan Gelagar Baja Sei-Sebulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan dengan latar belakang Perencanaan jembatan harus bisa menahan beban yang bekerja didalamnya dan berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku seperti Rencana Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan Standar Nasional indonesia (SNI). Tujuan dari perencanaan jembatan merancang atau mendesain suatu struktur jembatan dengan gelagar baja , menentukan suatu tingkat keamanan agar tidak terjadi kegagalan dalam struktur jembatan dengan gelagar baja, untuk menghitung bangunan jembatan apakah sudah memenuhi persyaratan. Tahap Perencanaan dalam menentukan desain suatu bangunan diperlukan berbagai pertimbangan melalui data-data yang terkumpul, kemudian direncanakan secara mendetail. Selanjutnya diadakan perumusan untuk perencanaan lebih lanjut dengan menentukan, lebar lalu lintas dengan trotoar, bentang jembatan, plat lantai, gelagar memanjang, gelagar melintang Metode yang digunakan metode pengumpulan data, teknik analisis data, metode penyajian dan diagram alir. Metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder Tugas akhir ini membahas perhitungan struktur bawah dan perhitungan atas jembatan, yang diperhitungan dalam struktur bawah jembatan adalah abutmen dan pondasi jembatan sedangkan perhitungan atas jembatan adalah tiang sandaran, trotoar, plat lantai, gelagar memanjang, gelagar melintang dan shear connector. Dari hasil perencanaan jembatan ini diperoleh tiang sandaran dengan b = 180 mm dan h = 200 mm, jumlah tulangan 2 buah dengan diameter 12, lebar trotoar 0,8 m dan tebal trotoar 300 mm, jumlah tulangan 13 diameter 12, plat lantai dengan tebal 220 mm lebar jembatan 7,6 m dengan tulangan 12 buah dan diameter 12, gelagar memanjang jarak 120 mm jumlah stringer 6 buah dengan menggunkan profil Wf 300 x 300 x 11 x 17, stringer melintang dengan lebar lantai kendaraan 6 m dan digunakan profil Wf 350 x 350 x 12 x 19 dan shear connector, panjang gelagar 1200 mm, tebal plat lantai 220 mm. Perencanaan jembatan ini telah memenuhi persyaratan dalam perhitungan tulangan pokok yaitu Mu Mn, persyaratan dalam menentukan jumlah tulangan yaitu 25 < δ < 80, dan persyaratan dalam perhitungan gelagar memenjang yaitu Wf > W perlu jika telah memenuhi persyaratan dalam keamanan bangunan. Perhitungan struktur bangunan jembatan berdasarkan SNI 03-2833-200X tentang perencanaan ketahanan untuk jembatan dan RSNI T-02-2005 tentang pembebanan untuk jembatan Kata Kunci : Struktur bangunan atas dan bangunan bawah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peranan yang penting didalam kelancaran transportasi untuk pemenuhan hidup, dimana jalan yang lancar, aman dan nyaman telah menjadi kebutuhan hidup utama. Tetapi seperti yang kita ketahui, terkadang perjalanan kita terganggu oleh sungai, selat, danau maupun jalan lalu lintas biasa sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam hal ini adalah jembatan.

Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas. Jembatan adalah istilah umum untuk suatu konstruksi yang dibangun sebagai jalur transportasi yang melintas

Page 18: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 13

sungai, danau, rawa, maupun rintangan lainnya. Jika jembatan berada diatas jalan lalu lintas biasa maka dinamakan Viaduct.

1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana merencanakan gelagar baja yang sesuai dengan standar SNI dan RSNI? 2. Bagaimana merencanakan perhitungan bangunan bawah jembatan yang memenuhi peraturan-

peraturan yang berlaku? 3. Bagaimana merencanakan perhitungan bangunan atas jembatan yang memenuhi peraturan-

peraturan yang berlaku? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah 1. Untuk merencanakan atau mendesain suatu struktur jembatan dengan gelagar baja 2. Menentukan suatu tingkat keamanan agar tidak terjadi kegagalan dalam struktur jembatan dengan

gelagar baja 3. Untuk menghitung struktur bangunan jembatan apakah telah sesuai dengan SNI 03-2833-200X

tentang perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan dan memenuhi syarat RSNI T-02-2005 tentang pembebanan untuk jembatan

1.4 Batasan Masalah Pada bagian pendahuluan secara umum telah disinggung jenis jembatan yang akan dibahas. Tetapi

mengingat parameter yang harus diperhitungkan sehingga diperlukan beberapa batasan masalah sebagai berikut : 1. Kontruksi jembatan di tumpu diatas dua perletakan dengan panjang bentang dan gelagar jembatan

berupa bahan baja yang akan mendukung semua beban yang bekerja 2. Memperhitungkan bangunan bawah terdiri dari :

a. Perhitungan Abutmen b. Perhitungan Pondasi Abutmen

3. Memperhitungkan bangunan atas terdiri dari : a. Perhitungan tiang sandaraan b. Perhitungan Lantai Trotoar c. Perencanaan Plat Lantai Kendaraan d. Perencanaan Gelagar Melintang e. Perencanaan Gelagar Memanjang f. Perencanaan Penghubung geser (shear connector)

4. Lokasi perencanaan jembatan terletak di Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan 5. Perencanaan Jembatan Berdasarkan SNI 03-2833-200X dan RSNI T-02-2005, RSNI T-03-

2005,RSNI-T-12-2004 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap Perencanaan

Dalam menentukan desain suatu bangunan diperlukan berbagai pertimbangan melalui data-data yang terkumpul, kemudian direncanakan secara mendetail. Selanjutnya diadakan perumusan untuk perencanaan lebih lanjut dengan menentukan: 1. Lebar lalu lintas dengan trotoar. 2. Bentang jembatan yang menguntungkan. 3. Tipe pondasi. 4. Peil jembatan. 5. Jangka waktu pelaksanaan. 6. Anggaran biaya dan lain – lain. Kemudian diadakan perhitungan–perhitungan konstruksi, gambar– gambar rencana serta detailnya dan dilengkapi dengan anggaran biaya serta syarat-sayarat pelaksanaan

2.2 Tinjauan Teknik Untuk menentukan atau memilih suatu tipe jembatan jalan raya dapat kita lihat dari segi yang menguntungkan misalnya ekonomis, keawetan konstruksi, pemeliharaan, keamanan dan kelayakan bagi pemakai jembatan. Jembatan dirancang komposit penuh, dalam hal ini sesuai dengan kriteria-

Page 19: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 14

kriteria di atas yaitu segi teknis maupun segi ekonomis dan juga jembatan ini dibuat atau direncanakan agar dapat berguna untuk jangka panjang.

Tabel 2.1 Jenis Jembatan Berdasarkan Bentang Jembatan Type Material Range Bentang Slab Beton 0 – 12

Girder Beton 12 – 210 Baja 30 – 300

Truss Baja 90 – 550

Arch Rib Beton 90 – 130 Baja 120 – 370

Arch Truss Beton 240 – 520 Cable Stayed

Beton 90 – 450 Baja 90 – 600

Suspension Baja 300 – 1400 Sumber : Laporan Pendahuluan Dinas Pekerjaan Umum

Jembatan composit merupakan perpaduan antara konstruksi beton pada lantai kendaraan dan konstruksi baja pada gelagar induk dan diafragma. Beton pada lantai jembatan ditumpu oleh gelagar induk dengan sayapnya dan untuk mengadakan beton dan baja diberi satu penghubung geser (shear connector). Baja dan beton ini merupakan satu kesatuan yang homogen sehingga dapat bersama-sama menahan gaya-gaya yang timbul. Kontruksi jembatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu : 1. Bangunan Atas (Upper Structure)

a. Perhitungan tiang sandaran b. Perhitungan lantai trotoar c. Perencanaan plat lantai kendaraan d. Perencanaan gelagar melintang e. Perencanaan gelagar memanjang f. Perencanaan Penghubung geser (shear connector)

2. Bangunan Bawah ( Sub Structure ) a. Abutment ( Kepala Jembatan ).

Abutment merupakan tumpuan dari gelagar jembatan pada bagian ujung beton atau muatan yang diberikan pada abutment dari bagian atas. Beban jembatan dilimpahkan kepondasi di bawahnya yang kemudian diteruskan ke tanah.

b. Pondasi. Tipe pondasi ditentukan setelah mengetahui keadaan tanah dasarnya melalui data – data hasil sondir atau boring yang dipakai. Konstruksi pondasi harus cukup kokoh atau kuat untuk menerima beban diatasnya atau melimpahkannya pada tanah keras dibawahnya. Selain ditentukan oleh faktor teknis, sistem dan konstruksi pondasi juga dipilih yang ekonomis dan biaya pembuatan serta pemeliharaannya mudah tanpa mengurangi kekokohan konstruksi bangunan keseluruhan .

c. Pilar. Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment, dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.

2.3 Sistem Struktur Sistem struktur adalah sistem jembatan Indonesia serta dalam buku “ Indonesia Steel Bridge Proyec” , Jembatan di bedakan menjadi 3 (tiga) macam : 1. Kelas A.

a. Jumlah Jalur = 2 jalur b. Lebar Jalur = 2 x 3,5 m c. Trotoar = 2 x 1,0 m

2. Kelas B. a. Jumlah Jalur = 2 jalur b. Lebar Jalur = 2 x 3,0 m

Page 20: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 15

c. Trotoar = 2 x 0,5 m 3. Kelas C.

a. Jumlah Jalur = 1 jalur b. Lebar Jalur = 4,5 m c. Trotoar = 2 x 0,5 m

2.4 Pembebanan Umum Berdasarkan, ” Badan Standardisasi Nasional BSN Tentang Pembebanan untuk jembatan Badan Standardisasi Nasional” RSNI T-02-2005

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Metode – metode yang dipakai dalam tugas akhir ini terdiri dari metode – metode pengumpulan data, teknik analisis data, metode penyajian dan diagram alir studi perencanaan

3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi dan untuk melengkapi data perencanaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data yang diambil dari perencanaan jembatan, standar yang diperlukan dalam perencanaan bangunan. Datanya dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatana yanag dilakukan langsung kelapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari data – data pendukung yang dipakai dalam proses pembuatan tugas akhir.

3.3 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dihitung melalui tahapan perhitungan sebagai berikut: Perhitungan bangunan bawah jembatan :

1. Perhitungan Abutmen 2. Perhitungan Pondasi Abutmen

Perhitungan bangunan atas jembatan : 1. Perhitungan sandaran 2. Perhitungan lantai trotoar 3. Perencanaan pelat lantai kendaraan 4. Perencanaan gelagar memanjang 5. Perencanaan gelagar melintang 6. Perhitungan Penghubung Geser ( Shear Connector)

3.3 Metode Penyajian Laporan Pada metode penyajian laporan dapat disesuaikan dengan pedoman Pembuatan laporan yang akan

disajikan yaitu berupa sistematika penulisan,penggunaan bahasa dan bentuk laporan yang akan disajikan.

IV PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Perencanaan Jembatan

Lokasi jembatan dapat dijangkau dengan menggunakan sarana transportasi darat laut dari kuala pembuang dengan jarak sekitar 92 km melalui Pembuang Hulu dari sampit sekitar 150 km. Pada beberapa ruas jalan kondisinya rusak dan kondisi ekisting jembatan masih merupakan jembatan darurat sehingga masih cukup berbahaya untuk kendaraan – kendaraan berat. Jalan menuju jembatan sebulu merupakan tanah laterit yang dipadatkan dengan lebar jalan 6 m. sangat rentan akan rusak apabila dilewati kendaraan berat.

Page 21: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 16

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Seruyan

V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dalam tulisan ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Perhitungan Struktur Jembatan yaitu

a. Dalam perhitungan tiang sandaran diperoleh dimensi b = 180 mm dan h = 200 mm dengan jumlah tulanga 2 Ø12 mm

b. Perhitungan trotoar diperoleh lebar trotoar 0,8 m, tulangan 13 Ø 12 c. Perhitungan plat lantai dengan dimensi tebal plat lantai 0,22 mm, lebar jembatan 7,6 m

dengan tulangan 12 Ø 12 d. Gelagar memanjang dengan dimensi jarak gelagar 120 mm, lebar lantai kendaraan 6 m,

jumlah gelagar 6 dengan menggunkan profil Wf 300 x 300 x 11 x 17 e. Kebutuhan shear connector adalah 3 buah paku (stud) dalam satu kelompok, dan jarak tiap

kelompok di daerah tumpuan adalah 25 cm sedangkan di daerah lapangan, jarak tiap kelompok shera connector adalah 60 cm

2. Perhitungan dalam menentukan tingkat keamanan agar tidak terjadi kegagalan dalam struktur jembatan a. Dalam perencanaan jembatan tulangan sandaran diperoleh Momen nominal penampang (Mn)

= 32,5112 KN.m dan Momen batas terfaktor (Mu) = 40,64 kNm dengan syarat Mu ≥ Mn jadi karena Mu ≥ Mn dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan

b. Dalam perencanaan jembatan tulangan trotoar diperoleh Momen nominal penampang (Mn) = 8,3 KN.m dan Momen batas terfaktor (Mu) = 10,375 KN.m dengan syarat Mu ≥ Mn jadi karena Mu ≥ Mn dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan

3. Dari hasil perhitungan bangunan jembatan telah sesuai dengan RSNI T - 02 - 2005 Tentang “Pembebanan untuk jembatan Badan Standardisasi Nasional” dan SNI 03 - 2833 - 200X Tentang “Perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan Badan Standardisasi Nasional”

5.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan sebaiknya seorang perencana

mencermati beban-beban yang akan bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Lokasi Jembatan

Page 22: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 17

2. Dalam merancang bangunan jembatan harus berdasarkan SNI. Kekuatan dan kekakuan struktur komposit, banyak dipengaruhi oleh kemampuan penghubung geser dalam menahan geseran.

DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah Tjitradi., 2008. “Struktur Beton Bertulang II”, Universitas Lambung Mangkurat Press, Banjarmasin

Sembiring Gurki, J. T, 2007. “Beton Bertulang Edisi Revisi”, Bandung, Rekayasa Sains Sembiring, Lea Christina., 2010. “Analisa Jembatan Composite Gelagar Kayu Lantai Beton”, Puji Ardiyanto, dkk., 2010. Laporan Tugas Akhir “ Perencanaan Jembatan Banjir Kanal Timur

Gayamsari Kota Semarang”, Universitas Diponegoro Rudy Gunawan., 1988. “Tabel Profil Kontruksi Baja” Kasinus, Yogyakarta Tugas akhir “ Perencanaan Jembatan Kali Kuto Kabupaten Kendal” Badan Standardisasi Nasional, 2005 “Pembebanan untuk Jembatan” Rencana Standar Nasional Indonesia,

RSNI T-02-2005 Badan Standardisasi Nasional, 2005 “Perencanaan stuktur baja untuk jembatan” Rencana Standar Nasional

Indonesia, RSNI T-03-2005 Badan Standardisasi Nasional, 2004 “Perencanaan struktur beton untuk jembatan” Rencana Standar

Nasional Indonesia, RSNI T-12-2004

Page 23: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 18

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA KONSTRUKSI GEDUNG

DENGAN METODE SNI DAN METODE LAPANGAN (Studi kasus pekerjaan beton bertulang pada proyek pembangunan gedung kantor

Badan Ketahanan Pangan)

Oleh : Donny Dwy Judianto Leihitu, ST, MT dan Denny Rachmad Effendy, ST Staf Pengajar di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Unversitas Darwan Ali Jl. Ahmad Yani No 1 Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan

e- mail : [email protected]

Abstrak Keuntungan finansial yang diperoleh kontraktor tergantung pada kecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga rendah, akan mengalami kesulitan dibelakang hari, seperti untung yang rendah atau adanya kenaikan harga karena harga BBM naik. Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian ini adalah : mengetahui selisih (%) perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI / penawaran kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor, mengetahui rasio perbandingan perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI / penawaran kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor, mengetahui komponen dominan yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam penyusunan harga satuan pekerjaan. Selisih harga satuan bahan pekerjaan beton bertulang pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 28,94 % dengan rasio sebesar 1,41 dan untuk pekerjaan kolom adalah 37,99 % dengan rasio sebesar 1,61. Selisih harga satuan upah pekerjaan beton bertulang pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 96,14% dengan rasio sebesar 25,90 dan untuk pekerjaan kolom adalah 96,14% dengan rasio sebesar 25,90. Selisih harga satuan bahan pekerjaan pembesian pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 41,33 % dengan rasio sebesar 1,70 dan untuk pekerjaan kolom adalah 24,41 % dengan rasio sebesar 1,32. Selisih harga satuan upah pekerjaan pembesian pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 63,79% dengan rasio sebesar 2,76 dan untuk pekerjaan kolom adalah 63,86 % dengan rasio sebesar 2,77. Selisih harga satuan bahan pekerjaan bekisting pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 58,87 % dengan rasio sebesar 2,43 dan untuk pekerjaan kolom adalah 74,41 % dengan rasio sebesar 3,91. Selisih harga satuan upah pekerjaan bekisting pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 44,50% dengan rasio sebesar 1,79 dan untuk pekerjaan kolom adalah 38,87 % dengan rasio sebesar 1,64. Kata Kunci: Harga Satuan, Metode SNI, Metode Lapangan I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Seruyan merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari kabupaten induk Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah. Pembangunan sarana dan prasarana di kabupaten ini terus berlanjut dan berkembang dari tahun 2003 sampai saat sekarang. Baik berupa bangunan gedung, pelabuhan, jalan maupun irigasi terus dibangun dan dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Seruyan.

Pada tahun 2013 ini, pembangunan terus dilanjutkan, terutama gedung kantor untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam setiap proyek konstruksi terdapat berbagai tahapan yang berkaitan dengan manajemen konstruksi. Dalam tahapan manajemen konstruksi tersebut, terdapat berbagai

Page 24: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 19

permasalahan mengenai pengelolaan anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan, sehingga perlu direncanakan suatu rancangan atau estimasi anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan.

Dalam sebuah proyek, kontraktor harus mampu dalam merancang anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan. Terutama dalam penggunaan tenaga kerja dan mendapatkan bahan konstruksi tersebut. Dalam hal ini, diketahui bahwa harga material yang dibeli dari daerah lain yaitu kota Sampit ternyata lebih murah daripada harga material yang terdapat di kota Kuala Pembuang. Tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam hal keuntungan dan efisiensi biaya.

Analisa SNI ( Standar Nasional Indonesia ) merupakan analisa standar yang digunakan dalam konstruksi gedung yang diterapkan di Kabupaten Seruyan. Hal ini diterapkan dalam Harga Satuan Barang Jasa ( HSBJ ) yang dikeluarkan pemerintah daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Seruyan yang terbit setiap triwulan dalam setahun. Dalam HSBJ ini telah termasuk analisa SNI yang digunakan dan harga bahan serta upah yang berlaku di setiap daerah Kabupaten Seruyan. Didalam HSBJ ini pula telah dioverhead sekitar 15% untuk pembayaran pajak, asuransi dan keuntungan buat kontraktor.

Keuntungan finansial yang diperoleh kontraktor tergantung pada kecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga rendah, akan mengalami kesulitan dibelakang hari, seperti untung yang rendah atau adanya kenaikan harga karena harga BBM naik. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada selisih harga satuan material dan upah antara metode SNI / penawaran kontraktor

dengan harga satuan yang dibayar kontraktor ? 2. Berapa rasio perbandingan harga satuan material dan upah antara metode SNI / penawaran

kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor? 3. Komponen apa saja yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam penyusunan harga satuan

pekerjaan ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui selisih (%) perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI / penawaran

kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor. 2. Mengetahui rasio perbandingan perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI /

penawaran kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor. 3. Mengetahui komponen dominan yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam penyususnan harga

satuan pekerjaan.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat mengetahui selisih (%) perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI /

penawaran kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor. 2. Dapat mengetahui rasio perbandingan perbandingan harga satuan bahan dan upah antara metode SNI

/ penawaran kontraktor dengan harga satuan yang dibayar kontraktor. 3. Dapat Mengetahui komponen dominan yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam penyususnan

harga satuan pekerjaan. 4. Sebagai masukan para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat dalam

perencaaan proyek konstruksi. 1.5. Batasan Masalah Untuk mempermudah pembahasan dalam hal ini diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan di

Kabupaten Seruyan. 2. Penelitian dilakukan pada pekerjaan Beton Bertulang yaitu pembuatan sloof dan kolom.

Page 25: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 20

3. Harga satuan material dan upah yang digunakan adalah HSBJ dari Dinas PU Kab. Seruyan Triwulan II Tahun 2013.

4. Biaya langsung yang diperhitungkan adalah biaya material dan upah. 5. Indeks yang digunakan adalah indeks SNI dan indeks lapangan. 6. Indeks SNI berdasarkan RAB kontraktor. 7. Indeks lapangan berdasarkan data yang didapat dari lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standar pengupahan pekerja dan harga sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan konstruksi.

Uuntuk mendapatkan harga satuan pekerjaan maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga akan didapatkan perumusan sebagai berikut :

Upah : harga satuan upah x koefisien (analisa upah) Bahan : harga satuan bahan x koefisien (analisa bahan) Alat : harga satuan alat x koefisien (analisa alat)

2.2. Analisa Harga Satuan Metode SNI (Standar Nasional Indonesia) Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Prinsip yang

mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari ketiga koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan susunan material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan yang berlaku dipasaran.

Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja dan harga satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syaratsyarat yang berlaku (RKS ). Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %, dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi. Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan 5 jam per hari.

2.3 Analisa Harga Satuan Metode Lapangan

Analisa lapangan adalah analisa yang telah dibuat sendiri oleh penyedia jasa (kontraktor) yang mana hasil perhitungannya berdasarkan pengalaman dari kontraktor sendiri dengan kondisi yang berbeda-beda karena disesuaikan oleh keadaan/lokasi pada saat pekerjaan akan dilaksanakan. Asumsi-asumsi / anggapan dan persyaratan-persyaratan untuk masing-masing satuan pekerjaan melekat pada tabel analisa itu sendiri dan di dalam analisa ini, untuk semua jenis kerjaan, faktor yang berpengaruh di dalamnya dianalisa dan dihitung semuanya baik menggunakan pekerja dengan alat bantu sederhana maupun dengan menggunakan alat berat. Pada analisa ini tidak selalu baku, tetapi dapat berubah-ubah tiap saat disesuaikan dengan lokasi tempat pekerjaan itu dilaksanakan.

Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode Lapangan/Kontraktor adalah sebagai berikut : 1. Membuat Daftar Harga Satuan Material dan Daftar Harga Satuan Upah, 2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara ; perkalian antara harga satuan bahan dengan nilai

koefisien bahan,

Page 26: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 21

3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara perkalian antara harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja,

4. Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + jumlah upah tenaga kerja).

III. METODE PENELITIAN

Proses Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian “Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pada Konstruksi Gedung Dengan Metode SNI Dan Metode Lapangan” ini adalah : 1. Tahap Persiapan

Meliputi kegiatan penentuan tema dan materi studi, alasan pemilihan studi,perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat studi serta kajian teori yang berkaitan dengan tema penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa : a. Data primer, yang meliputi harga satuan material dan upah yang didapat dari toko dan pekerja

secara langsung. Peneliti melakukan observasi pada pekerjaan yang dijadikan sampel penelitian untuk mendapatkan data yang selanjutnya akan dirumuskan suatu Analisa Lapangan.

b. Data sekunder, yang meliputi Rencana Anggaran Biaya (RAB), analisa harga satuan pekerjaan, harga satuan bahan/material, harga satuan upah tenaga dan harga satuan peralatan pada pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan.

3. Tahap Pengolahan Data Perhitungan analisa harga satuan pekerjaan dengan menggunakan metode Analisa SNI dan Analisa Lapangan untuk pekerjaan beton bertulang pada kolom dan ring balok. Di dalam perhitungan analisa harga satuan pekerjaan haruslah mempunyai harga satuan bahan, upah dan alat yang sama yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dan dari hasil perhitungan akan mengahsilkan harga satuan yang berbeda-beda.

4. Tahap Analisis Data Dari hasil perhitungan analisa harga satuan pekerjaan dengan metode Analisa SNI, dan Analisa Lapangan akan menghasilkan harga satuan pekerjaan yang berbeda-beda.

5. Tahap Kesimpulan dan Saran Berupa kesimpulan dan saran-saran yang didasarkan pada hasil analisa mengenai studi kasus diatas.

IV. PEMBAHASAN

4.1 Harga Satuan Bahan Pekerjaan Beton

Harga satuan bahan adukan beton pada SNI lebih besar daripada Lapangan . Dimana harga rata-rata harga satuan bahan adukan beton pada SNI adalah sebesar Rp 1.282.570,28, sedangkan Lapangan pada sloof adalah Rp 911.362,50 dan pada kolom adalah Rp 795.262,50. Harga satuan bahan adukan beton pada SNI lebih besar dibandingkan dengan Lapangan disebabkan oleh indeks rata-rata bahan pada SNI lebih besar daripada Lapangan.

Page 27: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 22

4.2 Harga Satuan Upah Pekerjaan Beton Harga rata-rata harga satuan upah adukan beton pada Lapangan adalah sebesar Rp 3.106.245.00, sedangkan pada SNI adalah Rp 119.429,71. Harga satuan upah adukan beton pada metode Lapangan lebih besar dibandingkan SNI disebabkan oleh indeks rata-rata tenaga kerja adukan beton pada Lapangan lebih besar daripada SNI.

4.3 Harga Satuan Bahan Pekerjaan Besi

Harga satuan bahan pembesian pada Lapangan lebih besar daripada SNI . Dimana harga rata-rata harga satuan bahan pembesian pada Lapangan untuk sloof adalah sebesar Rp 3.997.778,10 dan untuk kolom adalah sebesar Rp. 3.823.031,01, sedangkan SNI pada sloof adalah Rp 2.345.694,00 dan pada kolom adalah Rp 2.889.657,88. Harga satuan bahan pembesian pada Lapangan lebih besar dibandingkan dengan SNI disebabkan oleh indeks rata-rata bahan pada Lapangan lebih besar daripada SNI.

4.4 Harga Satuan Upah Pekerjaan Besi Harga rata-rata harga satuan upah pembesian pada Lapangan untuk sloof adalah sebesar Rp 336.472,50 dan untuk kolom adalah sebesar Rp 121.615,00, sedangkan pada SNI untuk sloof adalah sebesar Rp 224.315,00 dan untuk kolom adalah sebesar Rp 81.235,00. Harga satuan upah pembesian pada metode Lapangan lebih besar dibandingkan SNI disebabkan oleh indeks rata-rata tenaga kerja pembesian pada Lapangan lebih besar daripada SNI.

Page 28: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 23

4.5 Harga Satuan Bahan Pekerjaan Bekisting

Harga satuan bahan bekisting pada SNI lebih besar daripada Lapangan . Dimana harga rata-rata harga satuan bahan bekisting pada SNI untuk sloof adalah sebesar Rp 605.157,50 dan untuk kolom adalah sebesar Rp. 1.952.280,00 , sedangkan Lapangan pada sloof adalah Rp 2488.880,00 dan pada kolom adalah Rp 499.580,00. Harga satuan bahan bekisting pada SNI lebih besar dibandingkan dengan Lapangan disebabkan oleh indeks rata-rata bahan pada SNI lebih besar daripada Lapangan

4.6 Harga Satuan Upah Pekerjaan Bekisting

Harga satuan upah bekisting pada SNI lebih besar daripada Lapangan. Dimana harga rata-rata satuan upah pada SNI untuk sloof adalah sebesar Rp 346.182,14 dan untuk kolom adalah sebesar Rp 618.775,00, sedangkan pada Lapangan untuk sloof adalah sebesar Rp 364.207,45 dan untuk kolom adalah sebesar Rp 222.640,00. Harga satuan upah bekisting pada SNI lebih besar dibandingkan dengan Lapangan disebabkan oleh indeks rata-rata tenaga kerja bekisting pada SNI lebih besar daripada Lapangan.

Page 29: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 24

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut : 1. Selisih dan rasio perbandingan harga satuan

a. Selisih harga satuan bahan pekerjaan beton bertulang pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 28,94 % dengan rasio sebesar 1,41 dan untuk pekerjaan kolom adalah 37,99 % dengan rasio sebesar 1,61.

b. Selisih harga satuan upah pekerjaan beton bertulang pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 96,14% dengan rasio sebesar 25,90 dan untuk pekerjaan kolom adalah 96,14% dengan rasio sebesar 25,90.

c. Selisih harga satuan bahan pekerjaan pembesian pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 41,33 % dengan rasio sebesar 1,70 dan untuk pekerjaan kolom adalah 24,41 % dengan rasio sebesar 1,32.

d. Selisih harga satuan upah pekerjaan pembesian pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 63,79% dengan rasio sebesar 2,76 dan untuk pekerjaan kolom adalah 63,86 % dengan rasio sebesar 2,77.

e. Selisih harga satuan bahan pekerjaan bekisting pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 58,87 % dengan rasio sebesar 2,43 dan untuk pekerjaan kolom adalah 74,41 % dengan rasio sebesar 3,91.

f. Selisih harga satuan upah pekerjaan bekisting pada antara Lapangan dan SNI untuk pekerjaan sloof adalah 44,50% dengan rasio sebesar 1,79 dan untuk pekerjaan kolom adalah 38,87 % dengan rasio sebesar 1,64.

2. Komponen dominan yang menjadi persamaan dan perbedaan dalam penyusunan harga satuan

pekerjaan a. Komponen dominan yang menjadi persamaan dalam perhitungan harga satuan adalah dalam

menentukan indeks bahan didasarkan pada banyaknya bahan yang digunakan tiap satuan pekerjaan dan indeks tenaga kerja didasarkan pada upah harian kerja dan serta produktivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan per satuan hari.

b. Dari perbandingan harga satuan pekerjaan antara metode BOW, SNI dan Lapangan, terlihat bahwasanya komponen dominan yang menjadi pembeda adalah harga satuan upah. Dari hasil penelitian pada pekerjaan adukan beton, pembesian dan bekisting menunjukkan bahwasanya prosentase perbandingan antara ketiga metode tersebut yang paling dominan adalah harga satuan upah.

5.2 Saran Di dalam menghitung harga satuan pekerjaan beton bertulang yang terdiri dari harga satuan adukan

beton, pembesian dan bekisting, hendaknya dilakukan perhitungan dengan secermat mungkin khususnya pada pekerjaan pembesian, dengan pemilihan metode perhitungan yang tepat sehingga didapatkan anggaran biaya yang ekonomis serta dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA Tata cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI DT-91-0008-2007), 2007,

Departemen Pekerjaan Umum Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971 N.I. – 2, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga

Listrik Direktorat Jenderal Ciptakarya. Badan Standarisasi Nasional / BSN, SNI Edisi Revisi, 2001, Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi

Bangunan Gedung dan Perumahan (SNI).

Page 30: ISSN : 2089 -3949 - teknikseruyan.files.wordpress.com · keamanan terhadap beban runtuh, karena itu perkiraan besarnya beban runtuh sangat penting. Selain nilai absolute beban yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 4, EDISI JANUARI 2013 – APRIL 2013 Page 25

J.A. Mukomoko, 1985, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Bachtiar Ibrahim, 1993, Rencana dan Estimate Real of Cost, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Harga Satuan Barang dan Jasa (HSBJ) Triwulan III Tahun 2013, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Seruyan TIM ITS, 2009, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung [SNI 03-2847-2002]

Dilengkapi Penjelasan [S-2002] Wulfram I. Ervianto,2007, Panduan Praktis: Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan