INTERAKSI OBAT
-
Upload
della-aprila -
Category
Documents
-
view
112 -
download
21
description
Transcript of INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT
Kelompok 5 :
Della Aprila
Irma Permatasari
Jenny Novita
M. Ridho Abru
Suhartiningsih
Suatu interaksi terjadi ketika efek
suatu obat diubah oleh kehadiran
obat lain, obat herbal, makanan,
minuman atau agen kimia lainnya.
Definisi lain adalah situasi di mana
suatu zat memengaruhi aktivitas
obat, yaitu meningkatkan atau
menurunkan efeknya, atau
menghasilkan efek baru yang tidak
diinginkan atau direncanakan.
Pendahuluan INTERAKSI
OBAT ?
Obat herbal merupakan bagian dari tanaman yang mengandung lebih dari
satu
komponen aktif , seringkali ada di sekitar kita yang diekstraksi maupun
diolah, dan
digunakan untuk manfaat kesehatan.
Walaupun sudah dilakukan uji khasiat dan uji keamanan, obat herbal tidak
100%
aman, hampir sama dengan obat modern lainnya, tentu ada interaksi jika
digunakan bersama obat lainnya, makanan, dan bersama herbal lainnya.
Interaksi dimana obat – obat herbal dapat mengurangi atau menghilangkan
khasiat
atau manfaat obat sehingga meningkatkan efek samping atau efek dari
obat itu sendiri
INTERAKSI OBAT – HERBAL
Jenis obat herbal beserta interaksinya dengan obat lain
1. Kayu Manis (Cinnamomum cassia)
• Obat-obatan hepatotoksik
Penggunaan dosis besar dari kayu manis mungkin dapat
membahayakan hati, terutama pada orang dengan gangguan pada hati.
Penggunaan bersamaan dengan obat-obatan hepatotoksik dapat
meningkatkan resiko terjadinya kerusakan hati. Beberapa obat yang
dapat membahayakan hati mengandung acetaminophen (Tylenol dan
lain-lain), amiodarone (Cordarone), carbamazepine (Tegretol), isoniazid
(INH), metotreksat (Rheumatrex), methyldopa (Aldomet), flukonazol
(Diflucan), itraconazole (Sporanox), eritromisin (Erythrocin, Ilosone,
lain-lain), phenytoin (Dilantin), lovastatin (Mevacor), pravastatin
(Pravachol), simvastatin (Zocor).
• Obat antidiabetes
Kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah, sementara
obat diabetes juga digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah. Penggunaan bersamaan menyebabkan kadar gula
darah turun terlalu rendah sehingga perlu dilakukan monitor
secara teratur. Mungkin juga perlu dilakukan penurunan dosis
obat diabetes. Beberapa obat yang digunakan untuk diabetes
termasuk glimepiride, glyburide, insulin, metformin,
pioglitazon, rosiglitazon, klorpropamid, glipizide, tolbutamid,
dll.
2. Bawang Putih (Allium sativum)
Interaksi Obat :
Kandungan kimia yang terdapat didalam bawang
putih berupa ‘”Alisin” telah dilaporkan
berinteraksi dengan warfarin yang menyebabkan
efikasi dari warfarin menurun ( antagonis ). Kasus
di salah satu rumah sakit Amerika menyatakan
bahwa pasien yang mengkonsumsi warfarin
bersama dengan noni jus terjadi penurunan INR
(internasional normalized ratio) yakni indicator
untuk anticoagulant dalam darah.
Interaksi Obat :
Pada kasus penggunaan tanaman obat St. John’s wort,
penggunaan bersamaan dari obat-obat yang merupakan zat
CYP3A4 dengan tanaman ini akan menyebabkan
penurunan kadar obat-obat ini dalam plasma karena
tanaman St. John’s wort merupakan penginduksi sitokrom
P450 yang sangat kuat. Penurunan kadar dalam plasma dari
obat - obat tersebut menyebabkan perlunya dilakukan
penyesuaian dosis bila digunakan bersamaan dengan St.
John’s wort. Selain dari itu, tanaman ini dapat menginduksi
sindrom serotonin, yang mengakibatkan peningkatan
penghambatan ‘reuptake’ serotonin (5-HT), jika diberikan
bersama-sama dengan obatobat inhibitor 5-HT ‘reuptake’
3. St. John’s Wort (Hypericum perforatum)
1. Warfarin, ciclosporin, digoksin, teofilin dan antikonvulsan (carbamazepine,
fenobarbital dan fenitoin)
Ada risiko efek terapi berkurang, misalnya risiko penolakan transplantasi, kejang
dan hilangnya kontrol asma.
2. HIV protease inhibitor (indinavir, nelfinavir, ritonavir dan saquinavir) dan non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitor HIV (efavirenz dan nevirapine)
3. Oral kontrasepsi
Ada risiko konsentrasi darah yang berkurang, perdarahan terobosan dan
kehamilan yang tidak diinginkan.
• Makanan tertentu apabila dimakan bersama dengan beberapa obat
dapat
mempengaruhi ketersediaan hayati, farmakokinetika, farmakodinamika,
dan
efikasi terapi obat secara keseluruhan.
• Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya
interaksi obat
dengan makanan adalah :
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan
pengosongan lambung dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran
cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan
kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)
INTERAKSI OBAT – MAKANAN
a). Pengosongan lambung
Makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung baik dari komposisi makanan
(karbohidrat,
protein dll) dan suhu makanan. Cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan amat
mempengaruhi kecepatan
dan jumlah obat yang diabsorpsi.
b). Komponen makanan
Protein : Levadopa untuk mngendalikan tremor pada penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi
yang diobati
mungkin tidak terkendali dengan baik.
Lemak : Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh cenderung
meningkatkan metabolisme
obat
Karbohidrat : Kelebihan glukosa ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan
sitokrom P-450 hati dan
memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase
Vitamin : Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis
protein dan lemak,
keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang memetabolisasi obat.
Mineral : untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh.
c). Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan absorpsi
tetapi dapat
pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati obat bersangkutan)
Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan
1). INTERAKSI OBAT YANG DAPAT MENURUNKAN NAFSU MAKAN
Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang
berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk
makan
2) INTERAKSI OBAT YANG MENGGANGGU PENGECAPAN / PENCIUMAN
Obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/ dysgeusia,
menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Obat-obatan yang umum
digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi
(captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan
phenytoin.
3). INTERAKSI OBAT YANG MENGGANGGU GASTROINTESTINAL
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat
berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Contoh : kodein dan morfin dapat
menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada
penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi.
Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan
4). ABSORPSI
• Mekanisme penghambatan absorbsi : pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-
nutrient binding)
• contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah
keasaman lambung sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi.
5). METABOLISME
• Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan
hati.
• Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada
pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga
efek samping
dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.
6). EKSKRESI
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan
mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah
INTERAKSI OBAT – MEROKOK
1. Mekanisme Farmakokinetik
• Absorpsi dapat terjadi melalui penundaan pengosongan lambung.
• Distribusi : pergantian ikatan obat dengan protein plasma oleh rokok,
bila obat yang terikat kuat dengan protein dilepaskan dari iktannya,
dapat terjadi peningkatan besar pada konsentrasi obat bebas sehingga
menyebabkan perubahan distribusi dan efek toksik .
• Metabolisme : Rokok dapat mempengaruhi laju metabolisme obat
melalui induksi atau penghambatan sistem enzim. Penghambatan ini
mengakibatkan peningkatan kadar plasma darah .
• Ekskresi : induksi enzim akan menurunkan kadar efektif obat dan
mengurangi efek terapinya yang menyebabkan perubahan laju eliminasi.
2. Mekanisme Farmakodinamik
• Interaksi farmakodinamik dapat terjadi melalui persaingan
tempat reseptor, perubahan reseptor, dan melalui efek
farmakologis tambahan atau berlawanan.
• Rokok memiliki efek utama yang meliputi pelepasan
katekolamin, vasokontriksi koroner dan dan perifer,
penurunan temperatur kulit, takikardia, dan peningkatan
tekanan darah.
• Interaksi dapat terjadi melalui efek tambahan, sinergis atau
berlawanan, hal tersebut tergantung pada obatnya.
Insulin
Rokok dapat meningkatkan luapan SSP secara simpatis,
pelepasan katekolamin oleh adrenal, dan pelepasan
katekolamin lokal dari ujung saraf vaskular. Hal tersebut
menyebabkan konstriksi beberapa pembuluh darah termasuk
pembuluh darah kutan. Karena penurunan aliran darah
melalui pembuluh darah kutan, laju absorpsi insulin setelah
injeksi subkutan berkurang.
Kafein
bersihan kafein dari darah ditingkatkan oleh aktivitas merokok
dan kemungkinan terjadi melalui induksi enzim CYP1A oleh
hidrokarbon aromatik polisiklik. Peningkatan pada
metabolisme menyebabkan peningkatan kadar kafein
sehingga meningkatkan risiko toksisitas kafein.
Antikoagulan (warfarin)
Merokok menginduksi penurunan signifikan pada waktu
paruh eliminasi heparin, laju bersihan yang lebih cepat, dan
peningkatan pada kebutuhan dosis. Akibatnya perokok
membutuhkan dosis heparin yang lebih besar dibandingkan
dengan bukan perokok untuk terapi antikoagulan.
Antidepresan (Fluvoksamin, Trazodon)
Akibat dari interaksi ini adalah induksi isoenzim CYP oleh
rokok biasanya menurunkan kadar antidepresan dalam
plasma, sehingga mempengaruhi kadar metabolit aktif.
Diperlukan dosis yang lebih besar untuk terapi yang optimal.
Vitamin K – Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat berkurang. Vitamin K meningkatkan efek
pembekuan darah. Akibatnya : darah mungkin membeku pada saat pasien
diobati dengan antikoagulan. Pasien tersebut harus menghindari makanan
yang kaya vitamin K seperti hati, sayuran, berdaun (asparagus, kol,
kembang kol, kangkung, slada, bayam, sawi hijau, seledri air).
Vitamin C– Pil KB
Akibatnya, resiko hamil dapat meningkat jika digunakan vitamin C takaran
tinggi ( 1000mg atau lebih setiap harinya) secara tidak teratur-ini akibat
peningkatan kembali komponen hormone dari pil KB pada saat pemberian
vitamin dihentikan. Pendarahan merupakan tanda terjadinya interaksi.
INTERAKSI OBAT – VITAMIN
Fenitoin – Vitamin D
Fenitoin dengan vitamin D dapat menyebabkan efek vitamin D
berkurang, akibatnya terjadi defisiensi yang menimbulkan riketsia pada
anak-anak. Cara penanggulangannya adalah memakan makanan yang
kaya vitamin D dan cukup terkena sinar matahari.
Vitamin C– Aspirin
Akibatnya : Efek vitamin C menurun
Vitamin C takaran tinggi ( lebih dari 2000mg setiap harinya dapat
meningkatkan kadar aspirin sampai mencapi konsentrasi toksik)
Vitamin A, D, E, K – Minyak mineral ( pencahar )
Akibatnya : penyerapan vitamin berkurang
Interaksi obat – alkohol dapat dibagi menjadi empat
kategori besar :1. Efek konsumsi alkohol akut atau kronis pada adsorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. 2. Efek konsumsi alkohol akut atau kronis pada dinamika kerja
obat, yaitu kerja obat terutama pada SSP meliputi ikatan obat-reseptor dan fungsi sinapsis.
3. Efek obat tertentu atau senyawa kimia lain setelah pemberian dosis tunggal atau ganda pada absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi etanol dan konsentrasi jaringan akhir.
4. Efek obat tertentu atau senyawa kimia lain setelah pemberian dosis tunggal atau ganda pada efek tingkah laku yang dihasilkan oleh etanol meliputi gangguan kinerja tugas yang memerlukan kemampuan dan tanda – tanda dan gejala keadaan mabuk dan keracunan.
INTERAKSI OBAT – ALKOHOL
Sisaprida
Obat yang digunakan pada pengobatan penyakit
gastroduodenum mempengaruhi pengosongan lambung dan
mengubah laju absorpsi alkohol kedalam sirkulasi darah.
Sehingga menyebabkan kadar plasma obat dalam darah
menjadi meningkat.
Verampamil
Penghambat saluran kalsium verampamil digunakan secara
luas untuk pengobatan angina, kontrol aritmia, dan masalah
kardiovaskular lain seperti hipertensi. Obat memblok saluran
ion dan transpor kalsium dimana terjadi interaksi yang
potensial dengan adanya alkohol.
Eritromisin
Antibiotik eritromisin yang digunakan secara luas meningkatkan
laju pengosongan lambung jika obat ini dimunm bersama alkohol
dapat meningkatkan Cmaks dan AUC yang lebih tinggi.
Ranitidin
Secara khusus, resiko atas interaksi dengan alkohol merupakan
hal yang harus diperhatikan karena konsumsi berlebih alkohol
sering menyebabkan masalah lambung misalnya gastritis.
Ketersediaan hayati alkohol diklaim meningkat karena ranitidin
menghambat ADH lambung.
Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada
terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat
berinteraksi dengan obat lain. Langkah berikutnya adalah memberitahu
dokter dan mendiskusikan berbagai langkah yang dapat diambil untuk
meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi.
Beberapa penatalaksanaan interaksi obat antara lain.
1. Hindari kombinasi obat yang berinteraksi
2. Penyesuaian dosis
3. Memantau pasien
4. Pemantauan pasien dapat meliputi hal-hal berikut ini:
5. Pemantauan klinis untuk menentukan berbagai efek yang tidak
diinginkan.
6. Pengukuran kadar obat dalam darah.
7. Pengukuran indikator interaksi.
8. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya.
PENATALAKSANAAN INTERAKSI OBAT