INTERAKSI OBAT

35
INTERAKSI OBAT PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBAT DEFENISI DAN TERMINOLOGI · Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. · Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan. Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan suatu obat berubah. · Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Resiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal. Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan

description

interaksi obat

Transcript of INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT

PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBAT

DEFENISI DAN TERMINOLOGI Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat.Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan.Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan suatu obat berubah. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.

Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-samaPada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Resiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan darah tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat dikhususkan pada interaksi obat dengan obat.

Dalam interaksi obat-obat, obat yang mempengaruhi disebut presipitan, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut objek. Contoh presipitan adalah aspirin, fenilbutazon dan sulfa. Object drug biasanya bersifat mempunyai kurva dose-response yang curam (narrow therapeutic margin), dosis toksik letaknya dekat dosis terapi (indeks terapi sempit). Contoh : digoksin, gentamisin, warfarin, dilantin, obat sitotoksik, kontraseptif oral, dan obat-obat sistem saraf pusat.Berdasarkan jenis atau bentuknya interaksi obat diklasifikasikan atas:1. Interaksi secara kimia atau farmasetis2. Interaksi secara farmakokinetik3. Interaksi secara fisiologi4. Interaksi secara farmakodinamik

Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang inkompatibel akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat .Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi obat lain.Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.Sedangkan interaksi secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain pada atau dekat sisi reseptornya.Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang menguntungkan, misalnya (1) Penicillin dengan probenesit: probenesit menghambat sekresi penicillin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penicillin dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan efektifitas dalam terapi gonore; (2) Kombinasi obat anti hipertensi: meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping: (3) Kombinasi obat anti kanker: juga meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping (4) kombinasi obat anti tuberculosis: memperlambat timbulnya resistansi kuman terhadap obat; (5) antagonisme efek toksik obat oleh antidotnya masing-masing.Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit, misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitotastik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada obat yang dipakai sekali-kali.FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG INTERAKSI OBATInsidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena :1. Dokumentasinya masih sangat kurang;2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu, terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat;3. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu ), penyakit tertentu ( terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor- faktor lain ( dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).1. USIAFisiologi tubuh, metabolisme dan eliminasi pada bayi, anak dan orang dewasa berbeda.2. BOBOT BADANPerbandingan dosis obat bobot badan menentukan konsentrasi obat yang mencapai sasaran.3. KEHAMILANPengosongan lambung, metabolisme , ekskresi/filtrasi glomerolus .4. OBAT DALAM ASIAmpisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin, streptomisin sulfat, tetrasiklin, dll.5. VARIASI DIURENALHormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari , mlm hari 6. TOLERANSIMK : Induksi enzim7. SUHU TUBUHDistribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim8. KONDISI PATOLOGIKGangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.9. GENETIKDefisiensi enzim

10. WAKTU PEMBERIAN Sesudah makan/ sebelum makan 4 X y mg 2 X 2y mg Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari interaksi antara obat dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko interaksi obat akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu. Hal ini juga menyiratkan risiko yang lebih besar pada orang tua dan mengalami penyakit kronis, karena mereka akan menggunakan obat-obatan lebih banyak daripada populasi umum. Risiko juga meningkat bila rejimen pasien berasal dari beberapa resep. Peresepan dari satu apotek saja mungkin dapat menurunkan risiko interaksi yang tidak terdeteksi (McCabe, et.al., 2003). Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada pasien rawat inap yang diresepkan banyak pengobatan. Prevalensi interaksi obat meningkat secara linear seiring dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan, jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin dan usia pasienMEKANISME DASAR INTERAKSI OBATPada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi obat terjadi tidak hanya dengan satu mekanisme tetapi melibatkan dua atau lebih mekanisme. Akan tetapi secara umum mekanisme interaksi obat dalam tubuh dapat dijelaskan atas dua mekanisme utama, yaitu interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan mekanisme berikut:1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksiInteraksi farmakodinamik meliputi aditif , potensiasi, sinergisme dan antagonisme. Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi farmakokinetik).a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan menyebabkan toksisitas).b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan efek secara substansial).c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena batas keamanannya lebar.d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresanInteraksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnyaInteraksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paruh dsbSalah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah pemberian bersamaan dengan obat-obat lain. Ada beberapa mekanisme dimana obat dapat berinteraksi, tetapi kebanyakan dapat dikategorikan secara farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme, eksresi), farmakodinamik, atau toksisitas kombinasi.Pengetahuan tentang mekanisme dimana timbulnya interaksi obat yang diberikan sering bermanfaat secara klinik, karena mekanisme dapat mempengaruhi baik waktu pemberian obat maupun metode interaksi. Beberapa interaksi obat yang penting timbul akibat dua mekanisme atau lebih.Akibat interaksi obat dapat terjadi keadaan :a) Sumasi (adiktif).b) Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat, sedangkan trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai obat anti bakteri.c) Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker) mengurangi efektifitas obat-obat bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan agonis beta reseptor.d) Potensiasi, contoh :1) banyak diuretika yang menurunkan kadar kalium plasma, dan yang akan memperkuat efek glikosid jantung yang mempermudah timbulnya toksisitas glikosid.2) Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena itu memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan tiramin yang bekerja dengan cara melepaskan noradrenalin.INTERAKSI OBAT BERMAKNA KLINIS1. OBAT YANG RENTANG TERAPINYA SEMPITContoh: antiepilepsi, digoksin, lithium, siklosporin, warfarin2. OBAT YANG MEMERLUKAN PENGATURAN DOSIS TELITIContoh: antihipertensi3. PENGINDUKSI ENZIMContoh: asap rokok, barbiturat, fenitoin, griseofulvin, karbamzepin, rifampisin.4. PENGHAMBAT ENZIMContoh: amiodaron, diltiazem, eritromisin, ketokonazol, metronidazol, simetidin, siprofloksasin, verapamil

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN INTERAKSI OBAT1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan scr klinik2. Interaksi tidak selamanya merugikan.3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati penyakit yang sama.5. Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.

GUNA INTERAKSI OBAT1. MENINGKATKAN KERJA OBATContoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein2. MENGURANGI EFEK SAMPINGContoh : anestetika dan adrenalin3. MEMPERLUAS SPEKTRUMContoh : kombinasi antiinfeksi4. MEMPERPANJANG KERJA OBATProbenesid dan penisilin.

PASIEN YANG RENTAN TERHADAP INTERAKSI OBAT Pasien lanjut usia Pasien yang mengkonsumsi lebih dari satu macam obat Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati Pasien dengan penyakit akut Pasien dengan penyakit yang tidak tidak stabil (kadang kambuh) Pasien dengan karakteristik genetik tertentu Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.

Diposkan 29th May 2013 oleh niken prawestiLabel: kuliah IO 0 Tambahkan komentarMAY29PROTEIN

1. Apa akibat dari kelebihan protein ?Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya juga tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan kosentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/Kg berat badan. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein.2. Mengapa terjadi edema ?Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema, juga Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya edema.

(Proses terbentuknya edema pada penyakit kwarshiorkor) 3. Mengapa jika anak kekurangan protein dapat menyebabkan tubuh menjadi kurus ? Protein memainkan peran utama dalam memastikan kesehatan tubuh, fungsi utama protein termasuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh juga mengikat karbohidrat dan lemak, sehingga jika asupan protein berkurang maka akan menyebabkan tubuh menjadi kurus khususnya pada anak4. Bagaimana cara menjaga keseimbangan protein pada penderita kwarshiorkor ?Cukup dengan mengonsumsi makanan kaya protein yang cukup, normalnya 0,8 g/kg/BB/hari dan untuk pasien yang sudah parah maka diperbaiki asupan nutrisinya secara parenteral terlebih dahulu.5. Mengapa kwarshiorkor terjadi kepada anak?Kata Kwashiorkor sendiri berarti anak tersingkirkan dimana anak kekurangan nutrisi ketika masih kanak-kanak utamanya protein, maka ketika ia tumbuh maka akan sangat banyak nutrisi yang diperlukan dan karena tidak tercukupnya nutrisi yang diberikan saat masih kanak-kanak makan akan berdampak pada kwarshiorkor.6. Mengapa harus menggunakan antibiotik pada penyakit kwarshiorkor dan apakah tidak menimbulkan kerusakan organ pada anak?Pemberian antibiotik pada anak jika diperlukan dimana terjadi infeksi didalam tubuh akibat bakteri yang berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh anak dan pada pemberiannya juga tentu berdasarkan dosis, sehingga jika dosis yang diberikan tepat maka tidak akan menimbulkan toksisitas dan sebaliknya akan menimbulkan toksisitas bahkan terjadi kerusakan organ jika dosis yang diberikan tidak tepat

Diposkan 29th May 2013 oleh niken prawestiLabel: kuliah BAHAN PANGAN 0 Tambahkan komentarMAY29STERILISASI

STERILISASI

Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, non patogen, vegetatif, non vegetatif dari suatu objek atau material.. Suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasiUntuk mencegah transmisi penyakitUntuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganismeUntuk mencegah kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti produksi ragi) atau untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan antibiotika).

Produk Farmasi Steril Untuk produk parenteral, sediaan obat mata, termasuk larutan lensa kontak, dan produk-produk yang diberikan pada luka terbuka atau untuk proses irigasi rongga tubuh. Uji sterilitas perlu dilakukan. Syarat Steril : Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama atau lebih baik dari 10-6, artinya dalam satu juta sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak steril. Analisis sterilitas adalah berdasarkan tidak adanya pertumbuhan mikroba pada media Fluid Thioglycollate (FTM) dan Soyabean Casein Digest (SCD) pada 30-35oC (bakteri) dan 20-25oC (fungi) selama 7 dan 14 hari.

PROSES STERILISASI : FISIKA, KIMIA DAN MEKANIS

Sterilisasi secara fisikMeliputi pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi. Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana/ruang panas (oven dengan temperatur 170o 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

1. Panasa. Inaktivasi virus dengan panasContohnya seperti penganjuran pada semua alat suntik seperti jarum dan instrument lain yang telah kena kontak dengan darah agar di autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit atau dipanaskan dalam oven pada suhu 180oC selama 1 jam.

b. Metode sterilisasi dengan panas Panas lembab Pemanasan Kering Air mendidih

2. Pengeringan ( Desikasi )

3. RadiasiSemua bentuk radiasi dapat merusak mikroorganisme, yang menyebabkan kematian atau mutasi. Dua kelompok radiasi yang telah digunakan untuk mengendalika mikroorganisme adalah radiasi pengionan (sinarX, sinar gamma dan sinar katode) dan sinar ultraviolet.a. Sinar pengionb. Cahaya Ultraviolet

Sterilisasi secara kimiaDigunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak objek tersebut atau peralatan tidak tersedia.

Sterilisasi secara mekanikDigunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan.1. FiltrasiSubstansi tertentu yang tidak dapat terkena panas atau perlakuan kimia tanpa perombakan atau kerusakan lainnya mungkin di sterilisasi dengan proses filtrasi. Bakteri tidak mati sewaktu filtrasi tetapi secara fisik terpisah dari cairan dengan cara ini. Filter yang sebenarnya, biasanya terbuat dari asetat selulosa, mempunyai banyak lubang kecil (pori) yang tidak dilewati bakeri.2. Tekanan OsmosisLaju lewatnya air dari larutan yang satu ke larutan yang lain adalah fungsi perbedaan kadar antara kedua larutan, ini dikenal sebagai tekanan osmosis. Oleh karena itu, apabila bakteri ditempatkan ke dalam suatu larutan garam atau gula yang berkadar tinggi, air akan mengalir dari sel bakteri ke dalam larutan garam atau gula. Hal ini, tentunya mencegah pertumbuhan bakteri.3. Vibrasi Sonik (Getaran Suara), Triturasi, AgitasiIstilah supersonik atau ultrasonik digunakan untuk menunjukan gelombang suara yang bernada begitu tinggi sehingga tak dapat didengar oleh telinga manusia. Seperti triturasi (proses pelumatan) dan agitasi (proses penggoncangan), suara ultra sebenarnya menghancurkan bakteri sehingga bahan intraseluler dan dinding sel dapat dipisahkan untuk penggunaan dalam studi laboratorium.

MEKANISME STERILISASISterilisasi Secara Kimia, Berdasarkan mekanisme kerjanya zat anti-mikroba, maka sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang fungsional

Contoh zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi :1. FenolMekanisme kerja : menyebabkan lisis pada sel, merusak membrane sel dan menyebabkan denaturasi protein.2. AlcoholMekanisme kerja : menyebabkan denaturasi protein dan merusak membrane sel (bagian lipid)3. FormaldehydeMekanisme : menyebabkan terjadi ikatan pada gugus amina antara protein, ikatan silang pada DNA/RNA, dan reaksi alkilasi.4. Gas Etilen oksida dan propilen oksidaMekanisme : mengganggu metabolisme sel bakteri.

Sterilisasi Gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh.Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi.Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.Mekanisme aksi etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.

Sterilisasi Secara Fisika, dapat dilakukan dengan cara: see all..Diposkan 29th May 2013 oleh niken prawestiLabel: kuliah TEKNOLOGI STERIL 0 Tambahkan komentarMAY29SEDIAAN STERIL

FORMULASI SEDIAAN STERILDEFENISISediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologiSediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme

Sterilitas khusus ini disebabkan :Metode, tempat atau saluran pemberiannya

Yang termasuk dalam sediaan steril antara lain sediaan parenteral volum besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan mata (tetes/salep mata)

INDIKASI UMUMBerdasarkan penggunaana. InjeksiSuatu larutan obat dalam pembawa yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan yang dimaksudkan untuk penggunaan parenteral

b. Cairan InfusMerupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya dan volumenya besar Berguna untuk :1. Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa2. Perbaikan keseimbangan elektrolit, contoh : infus ringer mengandung ion Na+, K+, Ca2+ dan Cl-3. Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus dekstrosa dan NaCl4. Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan fungsi ginjal : injeksi mannitol

c. RadiopharmaceuticalSuatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis dan pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan penggunaannya berbeda dengan bahan obat biasa (non radioaktif)

d. Zat Padat Kering Atau Larutan PekatBahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/lrt disimpan dalam bentuk zat padat kering yang dilarutkan pada waktu akan digunakan. _ Jika bahan padat kering tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain, dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai, memberikan larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik. Sediaan diberi label obat steril.Contoh : Ampicillin Sodium SterilJika bahan padat kering mengandung satu atau lebih, dapar, pengencer atau zat tambahan lain, sediaan diberi label obat suntik/injeksi. Contoh : Amphotericin B Injeksi

e. Larutan IrigasiPersyaratan seperti larutan parenteralDikemas dalam wadah volume besar dengan tutup dapat berputarDigunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuhDiberi label sama seperti injeksi.Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi, Ringers untuk irigasi, Steril water untuk irigasiLabel/etiket : bukan untuk obat suntikf. Larutan DialisisUntuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis yang secara normal disekresikan oleh ginjal. Pada kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien yang menunggu transplantasi ginjal, dialysis adalah prosedur darurat untuk menyelamatkan hidup. Dialisis adalah proses, dimana senyawa-senyawa dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi lewat membran. Larutan yang tersedia di perdagangan mengandung dekstrosa sebagai sumber utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, dan asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen.

g. Bahan DiagnostikDiagnostik merupakan salah satu metode pemeriksaan dalam ilmu pengobatan pencegahan (preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan atas reaksi antara suatu antibodi dengan antigen yang bersangkutan. Untuk ini digunakan suntikan intrakutan diatas kulit (imunity skin test) dengan suatu antigen dengan kadar serendah2nya yang masih memungkinkan adanya reaksi.Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh sudah mengandung antibodi tertentu. _ Hasil negatip, berarti tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm keadaan ini orang harus diberi vaksin untuk mengebalkan tubuh secara aktifReaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes kekebalan yg terkenal untuk mendiagnosa penyakit tuberculose (Mantoux skin test )Zat-zat yang diberikan kepada pasien secara oral/parenteral untuk menentukan keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk membantu dokter menentukan diagnosa penyakit dan juga digunakan dalam reaksi imunisasiContoh : Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan volume darah

h. Allergi Ekstrak (Ekstrak allergen)Merupakan larutan pekat alergen steril untuk maksud diagnosis atau pengobatan reaksi alergi

i. Larutan, suspensi dan salep untuk mataObat-obatan dalam larutan atau suspensi yang diberikan dengan meneteskan ke dalam mata termasuk sediaan steril, meskipun batasan steril biasanya tidak dimasukkan dalam pada namanya, seperti : Sulfacetamide larutan mata atau Hydrocortison Acetat Suspensi mata.

j. Pelet steril atau implantasi subkutanPelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk silindris, kecil, padat dengan diameter lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm, dibuat dengan mengempa dan dimaksud untuk ditanam subkutan (paha atau perut) untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus menerus selama jangka waktu panjang.3-5 bln. Obat antihamil dlm bentuk inplan dapat bekerja sampai 3 thn. (Implanon mengandung etonogestrel 68 mg/susuk KB). Menggunakan penyuntikan khusus (trocar)/dengan sayatan digunakan untuk hormon yang kuat sampai 100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral). Pelet tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan seluruhnya melarut dari absorbsi pelet di tempat penanaman.Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25 mg estrogen estradiol (dosis lazim oral dan parenteral 250 mcg).

k. AntikoagulanLarutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh syarat seperti injeksi dan bebas pirogen.Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril, ACDP, Heparin, ACD

l. Sediaan vaksinMerupakan produk biologi (pembantu diagnostik) untuk tujuan mencegah penyakit dan pengobatan

KEUNTUNGAN DAN KERUGIANKeuntungan sediaan parenteral:1. Aksi obat lebih cepat2. Cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral3. Obat yang mengiritasi bila diberikasn secara oral4. Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan secar oral.5. Dapat digunakan secara depo terapi.6. Kemurniaan dan takaran zat berkhasiat lebih terjamin.Kerugian sediaan parenteral:1. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukaar dilakukan pencegahan.2. Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan sediaan per oral3. Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dighilangkan4. Cara pemberian lebih sukar, butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.Alasan obat dibuat sediaan parenteral:1. Kadar obat sampai ke targetJumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk terapi.2. Parameter farmakologiMeliputi waktu paruh, C maks., onset.3. Jaminan dosis dan kepatuhanTerutama untuk pasien-pasien rawat jalan4. Efek biologisEfek biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa dipakai secara oral. Contoh: amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).5. Alternatif rute, jika tidak bisa lewat oral.6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.7. Kondisi pasienUntuk pasien-pasien yang tidak saar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol8. Inbalance (cairan badan dan elektrolit)Contoh: muntaber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus dikembalikan9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal

Injeksi merupakan salah satu bentuk sediaan parenteral dimana memiliki :1. Keuntungano Obat memiliki onset ( mulai kerja ) yang cepato Efek obat dapat diramalkan dengan pastio Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurnao Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkano Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma2. Kerugiano Rasa nyeri saat disuntik, apalagi kalau harus diberikan berulang kalio Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntiko Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama sesudah pemberian intravenao Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakit atau tempat praktek dokter oleh dokter dan perawat yang kompeten.

RUTE PENGGUNAANRute Pemberian1. IntravenaMerupakan larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

2. Pemberian Subkutis (Subkutan)Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya samapi sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978) mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat)Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.

3. Pemberian Intramuskuler Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTMvolume injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek depot (lepas lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurangPemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.Syarat pemberian obat secara IM : Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak. Dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka Tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh darah utama. Pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot Tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf radial. Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila disuntikkan di daerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.

Beberapa contoh Injeksi: Injeksi Antibiotik untuk MeningitisMeningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik.Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr 3gr kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama. Injeksi Antibiotik Golongan Beta LaktamSuspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir serbuk.Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya : Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur Memiliki sifat alir yang baik Tidak terlalu kering Hancur baik dalam air Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan

Injeksi Oxytocin (Intramuskular)Oksitosin (k's-t'sn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran.Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa dimakan. Injeksi Vitamin CVitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan

4. Pemberian intrathekal-intraspinal

Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar) darah sehingga daerahnya tertutup.Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.

5. IntraperitonealPenyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal6. IntradermalCara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil dari sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.

7. IntratekalDigunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

Diposkan 29th May 2013 oleh niken prawestiLabel: kuliah TEKNOLOGI STERIL 0 Tambahkan komentarMAY291.IsotonisJika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis ( ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ).

2.Isoosmotik Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan dikatakan isoosmotik ( 0,9% NaCl, 154 mmol Na+ dan 154 mmol Cl- per liter = 308 mmol per liter, tekanan osmose 6,86 ). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol zat per liter larutan.

3.Hipotonis Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel sel darah merah. Peristiwa demikian disebut hemolisa.

4.Hipertonis Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa.Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3

pH dan Osmolalitas Injeksia. Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama dengan pH darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Contoh: injeksi aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi asam akan terurai. Dalam pembuatan ditambahkan etilendiamin untuk menaikkan kelarutan dari aminofilin.Aminofilin injeksi 2,4% 24%R/ Teofilin 2,0 20,0Etilen diamin 0,55 5,5Aqua p.i. ad 100 ad 100 mlCara pemberian i.v. i.m.b. Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan hipertonis.- hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154 mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedangkan tekanan osmosis cairan tubuh yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel darah merah, sehingga sel darah merah bisa pecah (irreversibel)- hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis cairan tubuh. Air akan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut (krenasi), bersifat reversibel.Pengaturan tonisitasPengaturan tonisitas adalah suatu upaya untuk mendapatkan larutan yang isotonis. Upaya tersebut meliputi pengaturan formula sehingga formula yang semula hipotonis menjadi isotonis,dan langkah kerja pengerjaan formula tersebut.Ada dua kelas untuk pengaturan tonisitas :Metode Kelas satuMetode kelas 2Metode Kelas Satu Dari formula yang ada (termasuk jumlah solvennya) dihitung tonisitasnya dengan menentukan Tf nya, atau kesetaraan dengan NaCl. Jika Tf-nya kurang dari 0,52O atau kesetaraannya dengan NaCl kurang dari 0,9 %, dihitung banyaknya padatan NaCl, yang harus ditambahkan supaya larutan menjadi isotonis. Cara pengerjaannya semua obat ditimbang, ditambah NaCl padat, diatamabah air sesuai formula. Metode kelas satu meliputi metode kriskopik (penurunan titik beku), perhitungan dengan faktor disosiasi dan metode ekuivalensi NaClMetode Kelas Dua Dari formula yang ada (selain solven) hitung volume larutannya yang memungkinkan larutan menjadi isotonis. Jika volume ini lebih kecil dari pada volume dalam formula, artinya larutan bersifat hipotonis. Kemudian hitunglah volume larutan isotonis, atau larutan dapar isotonis, yang ditambahkan berupa larutan NaCl 0,9%, bukan padatan NaCl, misalnya NaCl 0,9 % yang harus ditambahkan dalam formula tadi untuk mengganti posisi solven selisih volume formula dan volume larutan isotonis. Metode kelas dua meliputi metode White-Vincent dan metode Sprowls.Contoh soal : Suatu formula injeksi tiap 500 ml mengandung Morfin HCl (BM=375,84 g/mol dan Liso=3,3) 3 gram dan nicotinamida (BM=122,13 g/mol dan Liso=1,9) 10 gram. Aturlah tonisitasnya dengan 4 metode di atasPenyelesaian Formula di atas adalah sebagai berikut:R/ Morfin HCl 3 Nikotinamida 10 Aquadest ad 500 mlPengaturan tonisitas kelas satu mengubah formula menjadi sebagai berikut:R/ Morfin HCl 3 Nikotinamida 10 NaCl x gram Aquadest ad 500 mlX dapat dihitung dengan metode Kriskopik, metode ekuivalensi NaCl, dan faktor disosiasiPengaturan tonisitas kelas dua mengubah formula menjadi sebagai berikutR/ Morfin HCl 3 Nikotinamida 10 Aqua ad y ml (y < 500 ml, sehingga larutan yang didapat isotonis) NaCl 0,9 % ad 500 mlHarga y dapat dihitung dengan metode white vincent dan metode sprowls Metode Kriskopik Memerlukan data Tf1% data bisa dicari di Farmakope Indonesia Ed IV atau buku lainnya. Dengan diketahui harga BM dan Liso sebenarnya harga Tf1% bisa dihitung.Morfin HCl Tf1% = Liso x C = 3,3 x (3 g/375,84 g/mol): 1 L = 0,026ONickotinamida Tf1% = Liso x C = 1,9 x (10 g/122,13 g/mol): 1 L = 0,16O1 % Morfin HCl mempunyai Tf = 0,026O, formula: 0,6%, maka Tf-nya 0,6x0,026=0,016O1 % Nikotinamid mempunyai Tf = 0,16O, formula: 2%, maka Tf-nya 2x0,16=0,32OMaka Tf formula adalah 0,016+0,32 = 0,336 < 0,52 hipotonis, maka perlu penambahan NaCl untuk menurunkan titik bekunya sehingga Tf-nya menjadi 0,52, Hafalkan Tf% NaCl adalah 0,58. NaCl yang diperlukan untuk 100 ml formula adalah 0,52 0,336--------------- x 1 g = 0,317 gram, sehingga untuk 500 ml perlu 1,586 gram 0,58X dalam formula perubahan adalah 1,586 Metode Ekuivalensi NaCl memerlukan data E yang bisa dilihat di Farmakope Indonesia Ed IV atau buku lainnya. Dengan diketahui harga BM dan Liso sebenarnya harga E bisa dihitung. E adalah banyaknya NaCl yang secara koligatif setara dengan 1 gram obat (Penurunan TB oleh Obat 1 gram = Penurunan TB oleh NaCl E gram)Untuk Morfin HCl 1/1 L E/ 1 L 3,3 ----------- = 3,4 ------------ Emorfin HCl = 0,15 375,84 58, 45Untuk nikotinamida 1/1 L E/1 L 1,9 ----------- = 3,4 ------------ E nikotinamida = 0,27 122,13 58, 45Metode Ekuivalensi NaCl dimulai dari sini1 g morfin HCl setara dengan 0,15 g NaCl, di formula 3 g maka setara 0,45 g NaCl1 g nikotinamida setara dengan 0,27 g NaCl, di formula 10 g maka setara 2,7 g NaClMaka tonisitas formula setara dengan 0,45+2,7 g NaCl dalam 500 ml larutan, kurang dari 0,9 % (0,9 g dalam 100 ml) atau 4,5 g per 500 ml, hipotonisKekurangan NaCl = 4,5 g 3,15 g = 1,35 gram tiap 500 mlContoh soal : Injeksi fenobarbital R/ Na fenobarbital 1 g etil morfin HCl 0,5 g aqua ad 1 literDiketahui: etil morfin E = 0,16, Tf1%=0,09 na fenobarbital E=0,24, Tf1%=0,14Cek isotonis/blm?Kalau belum aturlahMetode white vincentDiposkan 29th May 2013 oleh niken prawestiLabel: kuliah TEKNOLOGI STERIL 1 Lihat komentarMAY29PERSYARATAN SEDIAAN STERIL

PERSYARATAN SEDIAAN STERIL- Fisik : kejernihan, partikel, suspense- Kimia : isotonis, isohidris- Biologi : steril, pirogen

1. KejernihanKejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari sediaan yang dibuat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih2. PartikelSediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi dan membawa mikroorganisme.Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat partikel asing dalam sediaan.Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan3. Tipe suspenseUntuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk suspensi sterilSuspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar. Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonisPersyaratan fisik lainnya :- Stabil.Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika (ataupun kimia). Misal jika bentuk sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:a.terjadi perubahan warnaContoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi merah karena terbentuk adenokrom.b.terjadi pengendapanContoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas CO2 maka akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga akan mengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.4. Tonisitas Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan (zat padat yang terlarut di dalamnya) Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau hipertonis NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis, beberapa boleh hipertonisTonisitas laruan obat suntik :see all...