interaksi obat

25
 INTERAKSI OBAT KELOMPOK 5 Kharnika Astari Lilis Handayanas Nitya Wita Utama Reni Setiaati Ri!i Sil!iani R"#ika R$stam Sel!iyani %$lia &itri

description

obat

Transcript of interaksi obat

Slide 1

INTERAKSI OBAT KELOMPOK 5Kharnika AstariLilis HandayanasNitya Wita UtamaReni SetiawatiRivi SilvianiRofika RustamSelviyaniYulia Fitri

Definisi Interaksi ObatInteraksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan.Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan.

Fungsi Interaksi ObatMeningkatkan kerja obatContoh : sulfametoksazol, analgetik dan kafeinMengurangi efek samping Contoh : anestetika dan adrenalin Memperluas spektrum Contoh : kombinasi anti infeksi Memperpanjang kerja obat Contoh : Probenesid dan penisilin.

Obat-obat Yang Terlibat Dalam Peristiwa Interaksi 1. Obat ObyekObat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri : Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Obat-obat dengan rasio toksik terapik yang rendah (low toxic: therapeutic ratio), artinya antara dosis toksik dan dosis terapeutik tersebut perbandinganya (atau perbedaanya) tidak besar..

Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi meliputi : Anti koagulansia : warfarin Anti konvulsansia (antikejang) Hipoglikemika : anti diabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll. Anti aritmia : lidokain,prokainamid dll. Glikosida jantung : digoksin.

2. Obat Presipitan Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:

Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan menggusur ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah.

Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.

Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.

Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi interaksi presipitan meliputi :AspirinFenilbutazonKloramfenikolFenilbutasonAlopurinol,dll

Mekanisme Interaksi ObatInteraksi obat berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 3 golongan besar :1. Interaksi farmasetik2. Interaksi famakokinetik3. Interaksi farmakodinamik

1. Interaksi Farmasetik Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik obat.Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan . Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup : Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing obat. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.

2. Interaksi Farmakokinetik Interaksi farmakokinetik terjadi bila obat presipitan mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek. Sehingga mekanisme interaksi inipun dapat dibedakan sesuai dengan proses-proses biologik (kinetik) tersebut.

Interaksi dalam Proses AbsorbsiObat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif.Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk mendapatkan efek. Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain : Interaksi Langsung Perubahan pH saluran cerna pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan adsorsi

Contoh-contoh interaksi obat pada proses absorpsi dapat dilihat pada tabel berikut:

Obat yang dipengaruhiObat yang mempengaruhiEfek interaksiDigoksinMetoklopramidaPropantelinAbsorpsi digoksin dikurangiAbsorpsi digoksin ditingkatkan (karena perubahan motilitas usus)DigoksinTiroksinWarfarinKolestiraminAbsorpsi dikurangi karena ikatan dengan kolestiraminKetokonazolAntasidaPenghambat H2Absorpsi ketokonazol dikurangi karena disolusi yang berkurangPenisilaminAntasida yang mengandung Al3+, Mg2+ , preparat besi, makananPembentukan khelat penisilamin yang kurang larut menyebabkan berkurangnya absorpsi penislinaminPenisilinNeomisinKondisi malabsorpsi yang diinduksi neomisinAntibiotik kuinolonAntasida yg mengandung Al3+,Mg2+ , Fe2+, Zn, susuTerbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsiTetrasiklinAntasida yang mengandung Al3+, Mg2+ , Fe2+, Zn, susuTerbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi

Interaksi DistribusiSetelah obat diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, obat di bawa ke tempat kerja di mana obat akan bereaksi dengan berbagai jaringan tubuh dan atau reseptor. Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada berbagai komponen darah terutama protein albumin. Obat-obat larut lemak mempunyai afinitas yang tinggi pada jaringan adiposa, sehingga obat-obat dapat tersimpan di jaringan adiposa ini. Rendahnya aliran darah ke jaringan lemak mengakibatkan jaringan ini menjadi depot untuk obat-obat larut lemak. Hal ini memperpanjang efek obat.Obat-obat yang cenderung berinteraksi pada proses distribusi adalah obat-obat yang : persen terikat protein tinggi ( lebih dari 90%) Mempunyai onset aksi yang cepat Obat yang digunakan secara intravena di

Contoh-contoh obatnya adalah : golongan fenotiazin,barbiturat,sullfonamid,anti inflamasi steroid,dll.

Interaksi dalam Proses MetabolismeUntuk menghasilkan efek sistemik dalam tubuh, obat harus mencapai reseptor, berarti obat harus dapat melewati membran plasma. Untuk itu obat harus larut lemak. Metabolisme dapat mengubah senyawa aktif yang larut lemak menjadi senyawa larut air yang tidak aktif, yang nantinya akan diekskresi terutama melalui ginjal. Obat dapat melewati dua fase metabolisme, yaitu metabolisme fase I dan II. Pada metabolisme fase I, terjadi oksidasi, demetilasi, hidrolisa, dsb. oleh enzim mikrosomal hati yang berada di endothelium, menghasilkan metabolit obat yang lebih larut dalam air. Pada metabolisme fase II, obat bereaksi dengan molekul yang larut air (misalnya asam glukuronat, sulfat, dsb) menjadi metabolit yang tidak atau kurang aktif, yang larut dalam air.

Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah: kloramfenikol isoniazid simetidin propanolol eritromisin fenilbutason,dll.r

Interaksi dalam Proses EksresiKecuali obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi lewat empedu atau urin. Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri renal, mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus, dimana molekul-molekul kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi) untuk mereabsorpsi obat.Interaksi bis terjadi karena :a.Perubahan ekskresi aktif tubuli ginjalb.perubahan pH urinc.Perubahan aliran darah ginjal

Contoh obatnya adalah : interaksi antara probenesid dan penisilin

3. Interaksi Farmakodinamik Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat. Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi : Interaksi langsung (direct interaction) Interaksi tidak langsung (indirect interaction)

Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau sinergisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi lebih lanjut sebagai berikut :Antagonisme pada tempat yang samaSinergisme pada tempat yang sama

Interaksi LangsungInteraksi Tidak LangsungInteraksi tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek yang berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut akhirnya dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara lain :Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti aspirin, fenilbutason, indometasin,dll.Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan peningkatan efek toksik glikosida jantung digoksin.

Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi ObatEfek dan keparahan interkasi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lain. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat :Orang lanjut usiaOrang yang minum lebih dari satu macam obatPasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hatiPasien dengan penyakit akutPasien dengan penyakit yang tidak setabilPasien yang memiliki karakteristik genetik tertentuPasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.

Upaya Menghindari Dampak NegatifTindakan berhati-hati atau kewaspadaan diperlukan untuk menghindari dampak negatif dari interaksi obat. Untuk itu pegangan umum berikut mungkin bermanfaat :Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya.Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan, yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik.Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.Evaluasi efek sesudah pemberian obat-obat secara bersamaan untuk menilai ada tidaknya efek samping/toksik dari salah satu atau kedua obat.

Interaksi Obat Yang Bermakna KlinisTidak semua interaksi obat bermakna secara klinis. Beberapa interaksi obat secara teoritis mungkin terjadi, sedangkan interaksi obat yang lain harus dihindari kombinasinya atau memerlukan pemantauan yang cermat.Bagaimanapun, ada bermacam-macam kelompok obat yang lebih mungkin terlibat dalan interaksi obat yang bermakna secara klinis. Contoh obat-obat yang interaksinya bermakna klinis : Obat yang rentang terapinya sempit (antiepilepsi, digoksin, siklosporin, teofilinam warfarin. Obat yang memerlukan pengaturan dosis teliti (obat antidiabet oral, antihipertensi) Penginduksi Enzim (asap rokok, fenitoin, griseofulvin, karbamazepin, rifampisina) Penghambat enzim (amiodaron, diltiaze, eritromisina, fluoksetin, ketokonazol)

Penatalaksanaan Interaksi ObatHindari kombinasi obat yang berinteraksiPenyesuaian dosisMemantau pasienPemantauan pasien dapat meliputi hal-hal berikut ini:Pemantauan klinis untuk menentukan berbagai efek yang tidak diinginkan.Pengukuran kadar obat dalam darah.Pengukuran indikator interaksi.Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya.

Faktor-faktor Penunjang Interaksi ObatInsidens interaksi obat yang penting sukar diperkirakan karena :Dokumentasinya masih sangat kurang; Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obatKejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu ), penyakit tertentu ( terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor- faktor lain :UsiaBobot badanKehamilanObat dalam asiGenetik

Hal-hal Yang Harus di Perhatikan Dalam Interaksi ObatTidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinikInteraksi tidak selamanya merugikan Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikanInteraksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati penyakit yang samaInteraksi dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan k24