INTERAKSI OBAT

82
INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT PADA PROSES ABSORPSI 1. Perubahan pH saluran cerna Obat A Obat B Efek NaHCO 3 Aspirin Kecepatan disolusi obat B meningkat, kecepatan absorpsi obat B meningkat NaHCO 3 Tetrasiklin Kelarutan obat B menurun, jumlah absorpsi obat B menurun Antasid Penisilin G, eritromisin pH lambung naik, pengrusakan obat B menurun, jumlah absorpsi obat B meningkat Antasid Fe pH lambung naik, jumlah absorpsi obat B menurun Vitamin C Fe pH lambung turun, jumlah absorpsi obat B meningkat 2. Perubahan motilitas saluran cerna Obat A Obat B Efek Antikolinergik Antidepresi trisiklik Parasetamol, diazepam, propanolol, fenilbutazon Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, memperlambat absorpsi obat B Analgesik narkotik Parasetamol Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, memperlambat absorpsi obat B Antikolinergik Antidepresi trisiklik Levodopa Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, bioavailabilitas obat B menurun Al(OH) 3 gel Isoniazid, klorpromazin Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, bioavailabilitas obat B menurun Litium Klorpromazin Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, bioavailabilitas obat B menurun Antikolinergik Digoksin Obat A memperpanjang waktu transit usus, bioavailabilitas obat B meningkat

Transcript of INTERAKSI OBAT

Page 1: INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT PADA PROSES ABSORPSI

1. Perubahan pH saluran cerna

Obat A Obat B Efek

NaHCO3 Aspirin Kecepatan disolusi obat B meningkat, kecepatan absorpsi obat

B meningkat

NaHCO3 Tetrasiklin Kelarutan obat B menurun, jumlah absorpsi obat B menurun

Antasid Penisilin G, eritromisin pH lambung naik, pengrusakan obat B menurun, jumlah

absorpsi obat B meningkat

Antasid Fe pH lambung naik, jumlah absorpsi obat B menurun

Vitamin C Fe pH lambung turun, jumlah absorpsi obat B meningkat

2. Perubahan motilitas saluran cerna

Obat A Obat B Efek

Antikolinergik

Antidepresi trisiklik

Parasetamol, diazepam,

propanolol,

fenilbutazon

Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung,

memperlambat absorpsi obat B

Analgesik narkotik Parasetamol Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung,

memperlambat absorpsi obat B

Antikolinergik

Antidepresi trisiklik

Levodopa Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung,

bioavailabilitas obat B menurun

Al(OH)3 gel Isoniazid,

klorpromazin

Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung,

bioavailabilitas obat B menurun

Litium Klorpromazin Obat A memperpanjang waktu pengosongan lambung,

bioavailabilitas obat B menurun

Antikolinergik Digoksin Obat A memperpanjang waktu transit usus, bioavailabilitas

obat B meningkat

Antidepresi trisiklik Dikumarol Obat A memperpanjang waktu transit usus, bioavailabilitas

obat B meningkat

Metoklopramid Parasetamol, diazepam,

propanolol

Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung,

mempercepat absorpsi obat B

3. Adsorpsi, khelat, kompleks

Obat A Obat B Efek

Page 2: INTERAKSI OBAT

Tetrasiklin Kation multivalen (Ca2+, Mg2+,

Al3+ dalam antasid, Ca2+ dalam

susu, Fe2+ dalam sediaan besi)

Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi, jumlah

absorpsi obat A dan Fe2+ menurun

Digoksin, digitoksin Kolestiramin, kortikosteroid,

tiroksin

Obat A diikat oleh obat B, jumlah absorpsi obat A

menurun

Digoksin, linkomisin Kaolin-pektin Obat A diadsorpsi oleh obat B, jumlah absorpsi

obat A menurun

Digoksin Mg trisilikat, Al(OH)3 gel Obat A diadsorpsi oleh obat B, jumlah absorpsi

obat A menurun

Rifampisin Bentonit Obat A diadsorpsi oleh obat B, jumlah absorpsi

obat A menurun

4. Malabsorpsi yang disebabkan oleh obat

Neomisin menyebabkan sindrom malabsorpsi yang mirip terlihat dengan sariawan non-

tropikal. Efeknya akan melemahkan absorpsi beberapa obat termasuk digoksin dan

fenoksimetilpenisilin (penisilin V) (Stockley, 2006)

INTERAKSI OBAT PADA PROSES METABOLISME

Contoh interaksi karena induksi enzim

Obat yang dipengaruhi Obat yang berinteraksi Efek interaksi

Antikoagulan oral Barbiturat

Karbamazepin

Glutetimid

Fenazon (Antipirin)

Rifampisin

Penurunan efek antikoagulan

Kontraseptif oral Barbiturat

Karbamazepin

Glutetimid

Rifampisin

Penurunan efek kontraseptif,

kegagalan kontrasepsi

Kortikosteroid Barbiturat

Karbamazepin

Glutetimid

Rifampisin

Penurunan efek kortikosteroid

Fenitoin Rifampisin Penurunan efek fenitoin

Contoh interaksi karena inhibisi enzim

Obat yang dipengaruhi Obat yang berinteraksi Efek interaksi

Antikoagulan oral Metronidazol Peningkatan efek antikoagulan, akan

Page 3: INTERAKSI OBAT

Fenilbutazon

Sulfinpirazon

terjadi pendarahan

Kortikosteroid Eritromisin Peningkatan efek kortikosteroid, akan

terjadi toksisitas

Fenitoin Kloramfenikol

INH

Peningkatan efek fenitoin, akan

terjadi toksisitas

Tolbutamid Azapropazon Peningkatan efek tolbutamid, akan

terjadi hipoglikemik

Tiramin (dalam makanan) MAO inhibitor (tranilsipromin) Hipertensi yang membahayakan yang

diinduksi oleh tiramin

Page 4: INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan absorbsi obat

Nama obat Mekanisme Solusi

Karbamazepin

Diazepam

Eritromisin

Griseofulvin

Hidroklortiazid (HCT)

Fenitoin

Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

Meningkatkan enterohepatik, diso-lusi

sekunder pada sekresi asam lambung.

Tidak diketahui

Obat mudah larut dalam lemak,

meningkatkan absorbsi.

Menunda pengosongan lambung,

meningkatkan absorbsi usus halus.

Menunda pengosongan lambung,

Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diminum bersama makanan

Tidak ada

Diminum saat makan

Diberikan dengan makanan tinggi le-

mak atau disuspensi minyak jagung

ren-dah kontraindikasi.

Diberikan bersama makanan.

Diberikan pada saat makan pagi,

siang dan malam.

Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat

Nama obat Mekanisme Solusi

Asetaminofen

Ampisilim

Amoksisilin

Asetosal

Kaptopril

Digoksin

Isoniazid (INH)

Linkomisin

Terutama makanan mengandung pek-tin

bersifat absorben dan pelindung.

Mengurangi volume cairan lambung.

Mengurangi volume cairan lambung.

Mengubah pH lambung.

Tidak diketahui (ACE inhibitor).

Obat terikat makanan tinggi serat & lemak.

Makanan akan meningkatkan pH lambung

mencegah disolusi & absorbsi.

Tidak diketahui.

Diminum saat perut kosong

Diminum dengan air

Diminum dengan air

Diminum saat perut kosong

Diminum sebelum makan

Diminum saat makan

Diminum saat perut ko-song pagi

sebelum makan

Diminum saat perut ko-song,

karena makanan menghambat

absorbsi

Page 5: INTERAKSI OBAT

Metildopa

Penisilamin

Penisilin G

Tetrasiklin

Absorbsi kompetitif.

Dapat membentuk khelat dengan kalsium atau

besi.

Menunda pengosongan lambung; degradasi

asam lambung; menghambat disolusi.

Berikatan dengan garam besi atau ion kalsium

membentuk senyawa khelat yang tidak larut.

Menghindari pemberian bersama

makanan yang mengandung

protein tinggi.

Menghindari pemberian bersama

makanan kaya besi atau

suplemen.

Diminum saat perut kosong

Diminum 1 jam sebelum atau 2

jam setelah makan tidak boleh

diminum bersama susu

Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan

Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi

Azitromisin

(Zithromax)

Kaptopril

(Capoten)

Eritromisin

Fluorokuinolon

MAOIs

Sukralfat

Makanan

Makanan

Makanan

Besi (Fe),

Mg2+

Makanan

Makanan

Absorbsi Azithromycin berkurang,

ketersediaan hayatinya berkurang

43%, konsentrasi maksimal 52%.

Absorbsi Captopril berkurang.

Absorbsi Erythromycin base atau

stearat berkurang.

Absorbsi Fluoroquinolon menjadi

berkurang.

Hipertensi kritis

Menurunkan efek Sukralfat, ikatan

Sukralfat dengan komponen protein

dalam makanan.

Obat dan makanan berselang 2

jam

Diminum saat perut kosong /

konsisten pada saat yang sama

setiap hari

Obat dan makanan berselang 2

jam

Obat dan makanan berselang 2

jam

Menghindari pembe-rian

bersama makan-an yang kaya

protein dan tyramin*

Obat diminum 1-2 jam

sebelum makan

* Makanan dengan kadar tyramin tinggi antara lain buah alpukat terutama yang sudah ranum,

keju terutama yang tua, anggur terutama anggur merah, pisang, kacang polong, hati ayam,

coklat, kopi, coca cola, buah arbei, kecap, preparat ragi, yogurt, ikan haring dan sosis.

Interaksi obat-obat yang diberikan sesaat makan

Obat yang

dipengaruhi

Berinteraksi

denganEfek Potensial Penatalaksanaan

Griseofulvin Makanan Absorpsi griseofulvin

meningkat. Terutama dengan

Griseofulvin diberikan bersamaan

atau setelah makan untuk

Page 6: INTERAKSI OBAT

makanan berlemak tinggi.memastikan absorpsi obat yang

cukup

Isotretinoin Makanan

Absorpsi isotretinoin

meningkat kira-kira dua kali

lipatnya.

Isotretinoin diberikan bersamaan

dengan makanan untuk

meningkatkan absorpsi

Tenofovir MakananMeningkatkan bioavailabilitas

tenofovir

Tenofovir diberikan dengan

makanan

Acitretin MakananAbsorpsi acitresin meningkat

kira-kira dua kali lipatnya

Acitresin diberikan bersamaan

dengan makanan atau susu untuk

meningkatkan absorpsi

Albendazol Makanan

Absorpsi albendazol

meningkat terutama dengan

makanan berlemak

Absorpsi albendazol buruk, dan

jika digunakan untuk infeksi

sistemik, dianjurkan untuk

diberikan bersamaan dengan

makanan

Atovaquon Makanan

AUC atovaquon meningkat

dua hingga tiga kali lipat

terutama dengan makanan

berlemak

Atovaquon/proguanil tablet

diberikan bersamaan dengan

makanan atau dengan suplemen

enteral. Untuk suspensi atovaquon

diberikan sesaat makan

Cilostazol Makanan

Bioavailabilitas meningkat

dan konsentrasi plasma

sebesar 95 %

Cilostazol diberikan 30 menit

sebelum makan

Interaksi obat-obat yang diberikan sebelum makan

Obat yang

dipengaruhi

Berinteraksi

denganEfek Potensial Penatalaksanaan

Eritromisin Makanan

Menurunkan absorpsi

gastrointestinal dari eritromisin

Tablet Eritromisin stearat dan

tablet salut non-enterik diberikan

2 jam sebelum atau setelah makan

(Bailie, et al., 2000)

Ampisilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

ampisilin

Ampisilin diberikan 2 jam

sebelum atau setelah makan

(Bailie, et al., 2000)

Diklosasilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

diklosasilin

Diklosasilin diberikan 2 jam

sebelum atau setelah makan

(Bailie, et al., 2000)

Page 7: INTERAKSI OBAT

Nafsilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

nafsilin

Nafsilin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, et al.,

2000)

Oksasilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

oksasilin

Oksasilin diberikan 2 jam

sebelum atau setelah makan

(Bailie, et al., 2000)

Penisilin G Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

penisilin G

Penisilin G diberikan 2 jam

sebelum atau setelah makan

(Bailie, et al., 2000)

Didanosin MakananMenurunkan absorpsi

gastrointestinal dari didanosin

Didanosin sdiberikan 30 menit

sebelum atau 2 jam setelah makan

(Tatro, 2008).

Isoniazid Makanan

Absorpsi isoniazid menurun

dengan adanya makanan. Keju

dan beberapa jenis ikan (tuna,

mackerel, salmon) dapat

meningkatkan reaksi histamin

seperti kedinginan, diare, kulit

kemerahan dan gatal, sakit kepala,

takikardia, muntah dan nafas

tersengal-sengal

Untuk absorpsi maksimal,

isoniazid diberikan tanpa

makanan, 30 menit atau 2 jam

sebelum makan (Stockley, 2009)

Azitromisin Makanan

Menurunkan absorpsi Azitromisin

(kapsul), tetapi tidak

mempengaruhi AUC tablet atau

suspensi Azitromisin

Kapsul azitromisin diberikan 1

jam sebelum atau setelah makan.

Suspensi dan tablet azitromisin

dapat diberikan tanpa makanan

(Stockley, 2009)

Penisilamin MakananAbsorpsi penisilamin menurun

sebesar 50 %

Penisilamin diberikan sekurang-

kurangnya 30 menit sebelum

makan (Stockley, 2009)

Penisilin Makanan

Absorpsi ampisilin menurun

sebesar 30 % dan puncak AUC

fenoksimetilpenisilin menurun

sebesar 50 %. Makanan tidak

memiliki efek yang signifikan

terhadap bioavailabilitas

fluksosasilin

Ampisilin dan

fenoksimetilpenisilin diberikan 1

jam sebelum makan atau saat

lambung kosong. Fluklosasilin

sebaiknya diberikan 1 jam

sebelum makan atau saat lambung

kosong untuk memaksimalkan

absorpsinya (Stockley, 2009)

Page 8: INTERAKSI OBAT

NRTIs MakananDidanosin : Menurunkan absorpsi

didanosin sebesar 50 %

Larutan didanosin diberikan

sekurang-kurangnya 30 menit

sebelum makan. Salut enterik

didanosin diberikan 2 jam

sebelum atau setelah makan

(Stockley, 2009)

Penghambat

pompa protonMakanan

Menurunkan bioavailabilitas

lansoprazol dan esomeprazol

hingga 50 %

Lansoprazol tidak diberikan

bersama makanan. Pemberian

lansoprazol sebelum makan

cukup memungkinkan untuk

menghindari interaksi ini. Kapsul

dan suspensi esomeprazol

sebaiknya diberikan 1 jam

sebelum makan. Namun pada

tablet esomeprazol, adanya

makanan tidak akan mengubah

efek obat (Stockley, 2009)

Kuinolon Makanan

Produk olahan menurunkan

bioavailabilitas siprofloksasin

(AUC menurun hingga 30 %) dan

norfloksasin (puncak plasma

menurun hingga 50 %),

gatifloksasin (AUC menurun

hingga 15 %)

Siprofloksasin dan norfloksasin

diberikan 2 jam sebelum atau

setelah makan (Stockley, 2009)

Rifampisin MakananMenunda dan menurunkan

absorpsi obat

Rifampisin diberikan saat

lambung kosong, 30 menit

sebelum makan atau 2 jam setelah

makan (Stockley, 2009)

TetrasiklinSusu, produk

olahan

Menurunkan absorpsi kebanyakan

tetrasiklin hingga 65 % dan 25-30

% pada doksisiklin dan

minosiklin

Tetrasiklin diberikan 1 jam

sebelum makan atau 2 jam setelah

makan untuk menghindari

pembentukan khelat dengan

kalsium (Stockley, 2009)

Kaptopril MakananMenurunkan absorpsi

gastrointestinal dari kapropril

Kaptopril diberikan 1 jam

sebelum makan (Stockley, 2009)

Bifosfonat Makanan Menurunkan absorpsi bifosfonat Alendronat dan risendronat

diberikan 30 menit sebelum

makan pertama, klodronat dan

ibandronat diberikan 1 jam

Page 9: INTERAKSI OBAT

sebelum makan

(Stockley, 2009)

Interaksi obat-obat yang diberikan setelah makan

Obat yang

dipengaruhi

Berinteraksi

denganEfek Potensial Penatalaksanaan

Eritromisin Makanan

Menurunkan abrorpsi

gastrointestinal dari

eritromisin

Tablet Eritromisin stearat dan tablet

salut non-enterik diberilkan 2 jam

sebelum atau setelah makan (Bailie,

2000)

Ampisilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

ampisilin

Ampisilin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, 2000)

Diklosasilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

diklosasilin

Diklosasilin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, 2000)

Nafsilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

nafsilin

Nafsilin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, 2000)

Oksasilin Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

oksasilin

Oksasilin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, 2000)

Penisilin G Makanan

Menurunkan atau menunda

absorpsi gastrointestinal dari

penisilin G

Penisilin G diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Bailie, 2000)

Itrakonazol Makanan/Cola

Meningkatkan absorpsi

gastrointestinal dari

itrakonazol

Itrakonazol diberikan sesaat setelah

makan (Bailie, 2000)

Griseofulvin Makanan

Absorpsi griseofulvin

meningkat. Terutama dengan

makanan berlemak tinggi.

Griseofulvin diberikan bersamaan

atau setelah makan untuk memastikan

absorpsi obat yang cukup (Stockley,

2009)

Azitromisin Makanan

Menurunkan absorpsi

Azitromisin (kapsul), tetapi

tidak mempengaruhi AUC

tablet atau suspensi

Azitromisin

Kapsul azitromisin diberikan 1 jam

sebelum atau setelah makan.

Suspensi dan tablet azitromisin dapat

diberikan tanpa makanan (Stockley,

2009)

NRTIs Makanan Didanosin : Menurunkan

absorpsi didanosin sebesar 50

Larutan didanosin diberikan

sekurang-kurangnya 30 menit

Page 10: INTERAKSI OBAT

%

sebelum makan. Salut enterik

didanosin diberikan 2 jam sebelum

atau setelah makan (Stockley, 2009)

NSAIDs Makanan

Laju absorpsi menurun namun

memiliki efek yang kecil pada

tingkat absorpsi kebanyakan

NSAIDs. Laju absorpsi

ketoprofen menurun dengan

adanya makanan

Untuk penggunaan luka akut,

pemberian saat lambung kosong lebih

disukai untuk onset dari efek. Namun

NSAIDs dapat diberikan saat makan

atau setelah makan untuk mengurangi

efek yang berlawanan di

gastrointestinal (Stockley, 2009)

Penghambat

proteaseMakanan

Meningkatkan bioavailabilitas

atazanavir, darunavir,

lopinavir, nelfinavir,

saquinavir, dan tipranavir.

Menurunkan bioavailabilitas

indinavir. Efek minimal

terhadap bioavailabilitas

amprenavir, fosamprenavir,

dan ritonavir

Indinavir : diberikan 1 jam sebelum

atau 2 jam setelah makan.

Atazanavir, darunavir, lopinavir,

nelfinavir, dan tipranavir diberikan

saat makan untuk meningkatkan

bioavailabilitas. Saquinavir (kapsul

lunak dan keras) diberikan 2 jam

setelah makan. Amprenavir

sebaiknya tidak diberikan bersama

makanan berlemak tinggi, namun

dapat juga diberikan dengan atau

tanpa makanan (Stockley, 2009)

Kuinolon Makanan

Produk olahan menurunkan

bioavailabilitas siprofloksasin

(AUC menurun hingga 30 %)

dan norfloksasin (puncak

plasma menurun hingga 50

%), gatifloksasin (AUC

menurun hingga 15 %)

Siprofloksasin dan norfloksasin

diberikan 2 jam sebelum atau setelah

makan (Stockley, 2009)

Rifampisin Makanan

Menunda dan menurunkan

absorpsi obat

Rifampisin diberikan saat lambung

kosong, 30 menit sebelum makan

atau 2 jam setelah makan (Stockley,

2009)

TetrasiklinSusu, produk

olahan

Menurunkan absorpsi

kebanyakan tetrasiklin hingga

65 % dan 25-30 % pada

doksisiklin dan minosiklin

Tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum

makan atau 2 jam setelah makan

untuk menghindari pembentukan

khelat dengan kalsium (Stockley,

2009)

Stronsium Makanan, susu,

produk olahan

Menurunkan bioavailabilitas

stronsium sebesar 60 hingga

Stronsium diberikan 2 jam setelah

Page 11: INTERAKSI OBAT

70 % makan (Stockley, 2009)

INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI

Page 12: INTERAKSI OBAT

OBAT ANTIHIPERTENSI

No Golongan Mekanisme Kerja Nama Obat

1. Diuretika Diuretika golongan tiazid, menghambat

reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus

distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium

dan volume urin.

Diuretika hemat kalium, meretensi kalium.

Diuretika penghambat enzim karbonik

anhidrase, penghambat enzim karbonik

anhidrase (asetazolamid) di tubuli proksimal,

sehingga di samping karbonat, natrium dan

Kalium diekskresikan lebih banyak, bersamaan

dengan air.

Diuretika osmotik, diuresis osmotis dengan

ekskresi air kuat dan relative sedikit ekskresi

natrium.

Hidroklorothiazida

Klorothiazida

Klortalidon

Indapamida

Polithiazida

2. Beta-bloker Memblok beta-adrenoseptor ( Reseptor beta-1

terdapat pada jantung. Reseptor beta-2 banyak

ditemukan di paru-paru, pembuluh darah perifer,

dan otot lurik). Stimulasi reseptor beta pada otak

dan perifer akan memacu penglepasan

neurotransmitter (Adrenaline dan Nor adrenalin)

yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis.

Stimulasi reseptor beta-1 pada nodus sino-atrial dan

miokardiak meningkatkan heart rate dan kekuatan

kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan

menyebabkan penglepasan rennin, meningkatkan

aktivitas system rennin- angiotensin-aldosteron.

Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output,

peningkatan tahanan perifer dan peningkatan

sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air.

beta-blocker akan mengantagonis semua efek

tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Asebutolol

Atenolol

Bisoprolol

Propanolol

Timolol

Pindolol

3. Alfa-bloker Memblok adrenoseptor alfa-1 perifer,

mengakibatkan efek vasodilatasi karena

merelaksaasi otot polos pembuluh darah.

Doksazosin

Prazosin

Tetrazosin

Alfuzosin

4. Ca-channel blokers.

Dibedakan 2

Menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel

miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung,

Diltiazem

Page 13: INTERAKSI OBAT

kelompok:

- Ca overload-

blokers

- Ca entry-

blokers

dan sel-sel otot polos pembuluh darah. Efek ini

akan menurunkan kontraktilitas jantung,menekan

pembentukan dan propagasi impuls elektrik

dalam jantung dan memacu aktivitas

vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi otot

polos pembuluh darah.

Dibedakan 2 kelompok:

- Ca overload-blokers, melawan kenaikan

kadar Ca berlebihan dalam sel

- Ca entry-blokers, menghambat pemasukan

Ca ke dalam sel miokard dan otot polos

pembuluh darah

Verapamil

Cilazapril

Nimodipin

Nisoldipin

Felodipin

Amlodipin

5. Obat-obat susunan

saraf pusat

Berikatan dengan reseptor α-2 adrenergik

dimana akan menurunkan pelepasan NE dan

menurunkan tekanan darah.

Berikatan dengan reseptor I1 (reseptor

imidazolin yang ada di otak) efeknya

menurunkan aktivitas saraf simpatis.

Derivat alanin ini dalam saraf adrenergik

diubah secara enzimatis menjadi zat aktifnya

α-metilnoradrenalindan metildopa yang

efeknya menstimulasi aktivitas reseptor α-2.

Agonis reseptor α-2 adrenergik kuat.

Antagonis adrenergik, yaitu melalui

pengurangan depot NA di ujung saraf perifer.

Klonidin (catapres,

dixarit).

Monoxidin (normatens).

Metildopa (tensifort,

Aldomet).

Guanfasin (estulic).

Reserpin (serpasil)

6. Penghambat ACE Menghambat enzim ACE (Angiotensin

Converting Enzyme).

Menduduki reseptor AT II.

Kaptopril (Capoten).

Losartan, valsartan.

7. Vasodilator Vasodilatasi langsung terhadap arteriol dengan

demikian menurunkan tekanan darah

Hidralazin, minoksidil

CONTOH INTERAKSI OBAT :

1. Beta-bloker dengan Alkohol

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya:

hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan; penurunan

tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Interaksi ini dapat

diperkecil dengan mengurangi minum alkohol (Taliana, 2009).

2. Beta-bloker dengan Amfetamin

Page 14: INTERAKSI OBAT

Efek pemblok beta dilawan. Akibatnya: kelainan yang ditangani dengan pemblok beta

tak dapat dikendalikan dengan baik. Kombinasi ini dapat pula secara paradox menaikkan

tekanan darah yang membahayakan dengan gejala seperti demam, sakit kepala, gangguan

penglihatan. Amfetamin digunakan sebagai pil pelangsing (tidak dianjurkan), untuk

mengatasi masalah perilaku pada anak-anak, dan untuk narkolepsi (Taliana, 2009).

3. Beta bloker dengan Antidepresan (Jenis IMAO)

Kombinasi ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berarti. Gejala yang

dilaporkan antara lain denyut jantung tak teratur, demam, sakit kepala, gangguan

penglihatan. Antidepresan IMAO yang berguna untuk mengurangi depresi mental dan

memperbaiki suasana hati tak banyak digunakan lagi sejak dikembangkan antidepresan

jenis siklik seperti Elavil dan Sinequan (Taliana, 2009).

4. Beta bloker dengan Antipsikotika

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah dan efek pemblok

beta dapat meningkat. Gejala tekanan darah rendah yang dilaporkan antara lain pusing,

lemah, pingsan. Gejala yang dilaporkan akibat pemblok beta yang terlalu banyak:

bradikardia, lelah, aritmia jantung, napas berdengik seperti pada asma atau sulit

bernapas. Antipsikotika adalah trankulansia mayor yang digunakan untuk mengobati

kelainan mental yang parah seperti skizofrenia. Umumnya antipsikotika merupakan

golongan fenotiazin (Taliana, 2009).

5. Beta-bloker dengan Obat asma

Efek teofilin terhadap asma akan dilawan. Obat asma digunakan untuk membuka jalan

udara di paru-paru dan mempermudah pernapasan pasien asma. Akibatnya: saluran

bronkus tak dapat terbuka cukup lebar untuk menanggulangi serangan asma (Taliana,

2009).

6. Beta-bloker dengan Barbiturat

Efek pemblok beta dapat berkurang. Akibatnya: kondisi yang ditangani oleh pemblok

beta tak dapat dikendalikan dengan baik (Taliana, 2009).

7. Beta-bloker dengan Sediaan flu/batuk yang mengandung pelega hidung

Page 15: INTERAKSI OBAT

Efek pemblok beta mungkin dilawan. Akibatnya: kondisi yang ditangani oleh pemblok

beta tak dapat dikendalikan dengan baik. Sediaan obat hidung yang mengandung pelega

idung dapat diserap ke dalam aliran darah dan dapat menyebabkan interaksi (Taliana,

2009).

8. Diuretika dengan Obat Jantung digitalis .

Kombinasi ini dapat merugikan jantung. Digitalis digunakan untuk mengatasi layu

jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tidak teratur. Kebanyakan

diuretika dapat mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Akibatnya: jantung sangat peka

tehadap digitalis dan mempertinggi risiko keracunan yang disertai gejala mual, bingung,

gangguan penglihatan,sakit kepala,tidak bertenaga, kehilangan selera, bradikardia atau

takhikardia dan aritmania jantung. Interaksi ini dapat dicegah dengan memberikan

tambahan kalium (Gapar, 2003).

9. Beta-bloker dengan Obat diabetes

Kombinasi ini dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat diabetes. Akibatnya : jika

efek obat diabetes meningkat, kadar gula dalam darah dapat turun terlalu rendah. gejala

hipoglikemia yang dilaporkan, yang akan lebih nyata pada kegiatan jasmani atau

olahraga : berkeringat, gelisah, pingsan, lelah, bingung, aritmia jantung, takhikardia,

nanar, dan gangguan penglihatan. Jika efek obat diabetes berkurang, kadar gula darah

akan tetap terlalu tinggi. Gejala hiperglikemia yang dilaporkan : haus yang amat sangat,

pengeluaran urin banyak, berat badan berkurang, lapar, letargi, mengantuk dan nanar.

Obat jantung pemblok beta digunakan untuk angina, menormalkan kembali denyut

jantung yang tak teratur, dan membantu menurunkan tekanan darah (Taliana, 2009).

10. Beta bloker dengan Pil pelangsing (obat bebas) yang mengandung

fenilpropanolamin

Efek pemblok beta mungkin dilawan. Akibatnya : kondisi yang ditangani oleh pemblok

beta tk dapat dikendalikan dengan baik. Fenilpropanolamin adalah pelega hidung yang

merupakan komponen utama dalam pil pelangsing yang dijual bebas karena efek

sampingnya yang dapat menekan nafsu makan (Taliana, 2009).

11. Beta-bloker dengan Antasida

Page 16: INTERAKSI OBAT

Efek pemblok beta dapat berkurang. Akibatnya : kondisi yang ditangani tak dapat

dikendalikan dengan baik (Taliana, 2009).

12. Beta-bloker dengan Antiaritmika

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :

hipotensi postural dengan gejala : pusing, lemah, pingsan, penurunan tekanan darah yang

hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Obat pemblok beta diberikan pada angina,

untuk menormalkan kembali denyut jantung dan untuk menurunkan tekanan darah tinggi

(Taliana, 2009).

13. Kinidin dengan Antasida

Efek kinidin dapat msningkat. Akibatnya : terlalu banyak kinidin dapat menurunkan

tekanan darah, menyumbat jantung (megganggu transmisi saraf yang dibutuhkan untuk

denyut jantung yang teratur), atau menyebabkan ketidakteraturan denyut jantung yang

amat berbahaya yang disebut fibrilasi ventricular (Taliana, 2009).

14. Prokainamida dengan Antasida

Efek prokainamida dapat meningkat. Akibatnya : terlalu banyak prokainamida dapat

menurunkan tekanan darah, menyumbat jantung (mengurangi transmisi saraf yang

dibutuhkan untuk denyut jantung yang teratur) atau menyebabkan ketidakteraturan

denyut jantung yang amat berbahaya yang disebut fibrilasi ventricular (Taliana, 2009).

15. Vasolidator dengan Antiaritmika

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. akibatnya ;

hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan,penurunan

tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Vasodilator melebarkan

pembuluh darah dan digunakan untuk mengobati gangguan peredaran darah, misalnya

arteriosklerosis (pengerasan arteri) (Taliana, 2009).

16. Diuretika dengan Antiaritmika

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :

pusing, lemah, pingsan, penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang

atau syok. Diuretika menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh dan digunakan untuk

mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung (Taliana, 2009).

Page 17: INTERAKSI OBAT

17. Beta-bloker dengan Methyldopa.

Penggunaan kombinasi dari methyldopa dan beta-bloker ternyata lebih aman

dibandingkan dengan pemakaiannya secara tunggal. Effek samping dari methyldopa

berupa postural hipotensi akan hilang bila diberikan bersamasama dengan beta-blocker

(Gapar, 2003).

18. Beta-bloker dengan Guanethidine dan Bethadine.

Pengaruh kombinasi ini hampir sama dengan kornbinasi beta-blocker dengan

methyldopa. Effek samping dari guanethidine dan bethadine akan berkurang, terutama

postural hipotensi yang disebabkan guanethidine dan bethadine (Gapar, 2003).

19. Guanetidin dengan Haloperidol

Efek guanetidin dapat meningkat. Akibatnya: tekanan darah mungkin tidak terkendali

dengan baik. Haloperidol adalah antipsikotika atau trankuilansia mayor yang digunakan

untuk menanggulangi gangguan mental berat seperti skizofrenia (Stockley, 2005).

20. Guanetidin dengan Levodopa

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya:

hipotensi postural disertai gejala pusing, lemas, dan pingsan; penurunan tekanan darah

yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Levadopa digunakan untuk mengobati

penyakit Parkinson (Stockley, 2005).

21. Metildopa dengan Haloperidol

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya:

hipotensi postural disertai gejala pusing, lemas dan pingsan; penurunan tekanan darah

yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok (Stokley, 2005).

22. Kayu manis (Licorice) dengan Obat tekanan darah tinggi (semua).

Efek obat tekanan darah tinggi mungkin dilawan. Akibatnya : tekanan darah mungkin

tidak terkendali dengan baik. Jangan makan kayu manis alam – kayu manis buatan boleh

saja (Samanoe, 2009).

23. Alkohol dengan Guenetidin (Esimil, Ismelin)

Page 18: INTERAKSI OBAT

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :

hipotensi postural disertai gejala pusing, lemah, pingsan; penurunan tekanan darah yang

hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Membatasi minum alkohol mengurangi

kemungkinan resiko ini (Samanoe, 2009).

24. Vitamin B6 (Piridoksin) dengan Hidralazin (Apresolin)

Kombinasi ini dapat menghilangkan Vitamin B6 dari tubuh. Akibatnya : mungkin terjadi

kekurangan vitamin. Gunakan vitamin B6 tambahan (Samanoe, 2009).

25. Vitamin B12 dengan Kalium Klorida

Akibatnya, efek vitamin B12 dapat berkurang. Kepada penderita tekanan darah tinggi

yang menggunakan diuretika sering diberikan tambahan kalium karena tubuh sering

kehilangan kalium (Samanoe, 2009).

INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES

Page 19: INTERAKSI OBAT

No Obat

Antidiabetes

Obat atau makanan

atau zat lain

Mekanisme interaksi Efek

1 Insulin,

Antidiabetes oral,

Alkohol Menghambat proses

glukoneogenesis saat

cadangan glikogen rendah

sehingga menurunkan level

kadar glukosa darah

Efek obat antidiabetes

bertambah

2 Antidiabetes oral

(golongan

sulfonilurea:

klorpropamida,

gliklazida,

tolbutamida)

Allupurinol Memperpanjang waktu paruh

klorpropamida, mengurangi

waktu paruh tolbutamida

Efek obat antidiabetes

bertambah

3 Antidiabetes oral

(golongan

sulfonilurea)

Antikoagulan

(heparin)

menggantikan obat

antidiabetes oral dari sisi

ikatan protein (protein

binding site)

Efek obat antidiabetes

bertambah

Efek antikoagulan

bertambah

4 Antidiabetes oral

dan insulin

amfetamin Melawan efek antidiabetes

dengan peningkatan kadar

glukosa darah akibat

peningkatan glikogenolisis

Efek obat antidiabets

dilawan

5 Antidiabetes oral

dan insulin

Obat asma (golongan

epinefrin)

Golongan obat epinefrim

meningkatkan glikogenolisis,

kadar glukosa dan asam

lemak dinaikkan, sekresi

insulin dihambat

Efek obat antidiabetes

dilawan

6 Antidiabetes oral

dan insulin

Obat pemblok

reseptor beta

(propanolol)

Menghambat mobilisasi

glukosa dari hati

Meningkatkan efek obat

antidiabetes

7 Amtidiabetes oral

dan insulin

Efedrin, fenileferin,

pseudoefedrin,

fenilpropanolamin

meningkatkan glikogenolisis,

kadar glukosa dan asam

lemak dinaikkan

Efek obat diabetes

dilawan

8 ADO Aspirin Tidak terjadi interaksi obat Menurunkan kadar

Page 20: INTERAKSI OBAT

antidiabetes dengan aspirin

dosis rendah atau dosis

analgesic kecil

glukosa darah

9 ADO Ca channel bloker menginhibisi sekresi insulin

dan menghambat sekresi

glukagon, terjadi perubahan

ambilan glukosa dari hati dan

sel-sel lain, kadar glukosa

dalam darah meningkat

mengikuti pengeluaran

katekolamin sesudah

terjadinya vasodilatasi, dan

perubahan metabolisme pada

glukosa.

Hiperglikemia

10 ADO Probenesid probenesid dapat mengurangi

ekskresi renal dari

sulfonilurea sehingga waktu

paruhnya semakin panjang.

Efek hipoglikemik

11 ADO kloramfenikol kloramfenikol dapat

menginhibisi enzim di hati

yang memetabolisme

tolbutamid dan

klorpropamid.

Hal ini menyebabkan

terjadinya akumulasi di

dalam tubuh, waktu paruh

akan semakin panjang.

Efek hipoglikemik akut

12 ADO Akarbose sulfonilurea merangsang sel

beta untuk melepaskan

insulin yang selanjutnya akan

merubah glukosa menjadi

glikogen.

Dengan adanya akarbose

akan memperlambat absorbsi

& penguraian disakarida

Meningkatkan efek

hipoglikemik

Page 21: INTERAKSI OBAT

menjadi monosakarida à

insulin >> daripada glukosa

à hipoglikema meningkat.

13 ADO Simetidin simetidin menghambat

metabolisme sulfonilurea di

hati sehingga efek dari

sulfonilurea meningkat.

Meningkatkan efek

hipoglikemik

14 ADO SSRIs Fluvoxamine menurunkan

kliren dari tolbutamid dengan

menghambat

metabolismenya oleh

sitokrom P450 isoenzim

CYP2C9, sehingga terjadi

peningkatan kadar plasma.

Sehingga efek

hipoglikeminya meningkat.

Hipoglikemia

15 ADO

(glibenklamid)

ocreotide ocreotide menginhibisi aksi

dari glukagon.

ocreotide memiliki efek

hipoglikemia, sehingga

dosis glibenklamid yang

digunakan dapat

dikurangi dosisnya.

16 ADO Ca channel bloker menginhibisi sekresi insulin

dan menghambat sekresi

glukagon, terjadi perubahan

ambilan glukosa dari hati dan

sel-sel lain, kadar glukosa

dalam darah meningkat

mengikuti pengeluaran

katekolamin sesudah

terjadinya vasodilatasi, dan

perubahan metabolisme pada

glukosa.

Hiperglikemia

17 Glibenklamid Fenilbutazon Fenilbutazon menghambat

ekskresi renal dari

glibenklamid, sehingga dapat

bertahan lebih lama dalam

tubuh & memperpanjang t1/2

Efek hipoglikemia

glibenklamid

diperpanjang.

Page 22: INTERAKSI OBAT

glibenklamid.

18 Glibenklamid fenitoin Fenitoin menghambat

metabolisme glibenklamid

pada sitokrom p450

Menghambat daya kerja

glibenkamid untuk

menurunkan kadar gula

darah. Fenitoin

menyebabkan

hiperglikemia

19 Repaglinide Klaritromisin

(makrolida)

Klaritromisin menghambat

metabolisme repaglinide

dengan menginhibisi

sitokrom P450 isoenzim

CYP3A4

efek repaglinide

meningkat

20 Pioglitazon kontrasepsi oral pioglitazon menginduksi

Sistem sitokrom P450

isoform CYP3A4 yang

merupakan bagian yang

bertanggung jawab terhadap

metabolisme kontrasepsi,

oleh karena itu obat-obat

yang lainnya yang

dipengaruhi oleh sitokrom

P450 juga dapat berinteraksi.

mengurangi komponen

hormon sampai 30%,

berpotensi mengurangi

efektivitas kontrasepsi

21 Insulin CPZ CPZ akan menginaktivasi

insulin dengan cara

mereduksi ikatan disulfida

sehingga insulin tidak dapat

bekerja.

glukosa darah meningkat

22 Rosiglitazon NSAID Rosiglitazon & obat-obat

NSAID sama-sama sebabkan

retensi cairan, sehingga

kombinasi keduanya dapat

meningkatkan resiko edema.

resiko edema meningkat.

INTERAKSI OBAT ANTIBIOTIKA

Page 23: INTERAKSI OBAT

Aminoglikosida

Aminoglikosida diketahui memiliki efek nefrotoksik dan banyak interaksi yang terjadi

sebagai hasil dari efek tersebut. Sesuai dengan interaksi yang telah diketahui dengan obat

nefrotoksik lainnya (seperti amfoterisin, siklosporin), banyak produsen obat dengan efek

nefrotoksik yang memberikan peringatan pada penggunaan obat lain secara bersamaan.

Sangat dianjurkan untuk pemantauan fungsi renal pada pasien yang mengonsumsi

aminoglikosida, dan sangat dianjurkan untuk meningkatkan frekuensi pemantauan pada

pasien yang mengkonsumsi obat nefrotoksik lainnya.

Aminoglikosida - Aminoglikosida (yang lain)

Efek merugikan masing-masing antibiotika dapat meningkat. Akibatnya : mungkin fungsi

pendengaran dan ginjal rusak permanen.

Aminoglikosida – Pil KB

Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : risiko hamil meningkat, kecuali jika digunakan

bentuk kontrasepsi lain. Perdarahan sekonyong-konyong adalah gejala yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya interaksi.

Aminoglikosida – Antibiotika Sefalosporin

Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat. Akibatnya : ginjal

mungkin rusak. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran air kemih berkurang, ada darah dalam

air kemih, rasa haus yang berlebihan, hilang nafsu makan, lemah, pusing, mengantuk, dan

mual. Penanganannya adalah monitor konsentrasi aminoglikosida dan fungsi ginjal

Aminoglikosida (Neomisin) – Digoksin (Lanoxin)

Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk

menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya : kelainan jantung mungkin

tidak terkendali dengan baik.

Aminoglikosida – Estrogen (hormone wanita)

Page 24: INTERAKSI OBAT

Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan estrogen

selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena pembengkakan

payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati

amenore.

Aminoglikosida – Vankomisin (Vancocin)

Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat. Akibatnya :

pendengaran dan ginjal dapat rusak secara permanen. Vankomisin adalah antibiotika yang

digunakan untuk enterokolitis. Monitoring obat dan fungsi renal diperlukan, tetapi

direkomendasikan untuk penggunaan masing-masing onbat secara terpisah.

Aminoglikosida – Takrolimus

Meningkatkan resiko nefrotoksik. Penanganannya adalah memantau fungsi renal pasien

secara berkesinambungan.

Aminoglikosida – Penisilin

Inaktivasi aminoglikosida. Penanganannya adalah jangan campurkan obat pada larutan yang

sama. Jarak penggunaan minimal 2 jam.

Aminoglikosida – Amfoterisin B

Amfoterisin B menurunkan clearance dari amikasin dan gentamisin. Penggunaan dari

aminoglikosida dan amfoterisin B bisa menimbulkan efek nefrotoksik. Aminoglikosida

memiliki efek nefrotoksik, penggunaan dengan obat lain dengan efek nefrotoksik seperti

amfoterisin B harus dihindari. Jika harus digunakan bersamaan, fungsi renal dan level obat

harus dimonitor secara rutin selama terapi oleh aminoglikosida dan penting untuk

meningkatkan frekuensi dari pemeriksaan jika dilakukan terapi bersamaan dengan

amfoterisin B.

Sefalosporin

Sefalosporin – Kloramfenikol

Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan. Gejala yang

dilaporkan : sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut, perdarahan atau memar di

seluruh tubuh, tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

Page 25: INTERAKSI OBAT

Sefalosporin – Probenesid

Efek antibiotika sefalosporin dapat meningkat. Akibatnya : risiko kerusakan ginjal

meningkat. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran air kemih berkurang, nafsu makan hilang,

lemah, pusing, mengantuk, dan mual. Probenesid digunakan untuk mengobati pirai.

Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut: Probenecid menghambat ekskresi

paling cephalosporins oleh tubulus ginjal dengan berhasil bersaing untuk mekanisme

ekskretoris. Jadi, cephalosporin masih dipertahankan dalam tubuh dan kadar serum

meningkat. Besarnya kenaikan tidak selalu dapat sepenuhnya dijelaskan oleh mekanisme ini

sendirian dan disarankan agar beberapa perubahan dalam distribusi jaringan mungkin

kadang-kadang memiliki peran.

Sefalosporin – Alkohol

Beberapa obat memperlihatkan reaksi disulfiram bila digunakan bersama alkohol,

yakni sefamandol dan sefoperazon.

Disulfiram (Antabuse) adalah obat yang diberikan agar pasien berhenti minum

alkohol. Maksudnya supaya pada saat pasien minum alkohol, ia merasakan hal yang tidak

menyenangkan sehingga selanjutnya ia menjauhi minuman alkohol tersebut. Kombinasi

antara disulfiram dan alkohol dapat menyebabkan “reaksi disulfiram”. Akibatnya: mual,

muntah, pusing, muka merah, napas pendek, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan,

palpitasi jantung, dan mungkin juga pingsan. Catatan:sifup obat batuk dan tonikum bitamin,

dan bahkan sedianan topikal yang mengandung alkohol juga dapat menyebabkan reaksi ini.

Disulfiram-seperti reaksi dapat terjadi pada mereka yang memakai sefamandol,

cefmenoxime, cefoperazone, cefotetan, latamoxef (moxalactam) dan mungkin cefonicid

setelah minum alkohol atau mengikuti suntikan alkohol. Ini bukan reaksi umum dari

sefalosporin, tetapi terbatas pada mereka yang memiliki struktur kimia tertentu.

Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut: Reaksi-reaksi ini tampaknya

memiliki dasar farmakologi yang sama sebagai disulfiram / alkohol reaksi (lihat 'Alkohol +

Disulfiram'). Tiga sefalosporin ini (latamoxef, sefamandol dan cefoperazone) dapat

meningkatkan kadar asetaldehida darah pada tikus ketika alkohol diberikan, tetapi untuk

tingkat yang lebih rendah daripada disulfiram. Tampaknya biasanya hanya terjadi dengan

sefalosporin yang memiliki kelompok methyltetrazolethiol dalam 3-posisi pada molekul

cephalosporin, tetapi juga telah terlihat dengan cefonicid, yang memiliki sebuah kelompok

methylsulfonthiotetrazole sebagai gantinya.

Kloramfenikol

Page 26: INTERAKSI OBAT

Kloramfenikol – Antikoagulan (Dikumarol)

Efek antikoagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan

mencegah pembekuan. Akibatnya : risiko perdarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan :

memar dan perdarahan di seluruh tubuh.

Kloramfenikol – Pil KB

Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : risiko hamil meningkat, kecuali jika digunakan

bentuk kontrasepsi lain. Perdarahan sekonyong-konyong adalah gejala yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya interaksi.

Kloramfenikol – Obat Kanker

Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan. Gejala yang

dilaporkan : sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut, perdarahan atau memar di

seluruh tubuh, tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

Kloramfenikol – Klindamisin (Cleocin) atau Linkomisin (Lincocin)

Efek kedua antibiotika dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin tidak

sembuh seperti yang diharapkan.

Kloramfenikol – Obat Diabetes Oral

Efek obat diabetes dapat meningkat. Obat diabetes digunakan untuk menurunkan kadar gula

darah pada penderita diabetes. Akibatnya : kadar gula darah dapat turun terlalu rendah.

Gejala hipoglikemia yang dilaporkan : berkeringat, lemah, pingsan, jantung berdebar,

takhikardia, sakit kepala, bingung, gangguan penglihatan, dan nanar.

Kloramfenikol – Estrogen

Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan estrogen

selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena pembengkakan

payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati

amenore. Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.

Kloramfenikol – Griseofulvin

Page 27: INTERAKSI OBAT

Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan. Gejala yang

dilaporkan : sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut, perdarahan atau memar di

seluruh tubuh, tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

Kloramfenikol – Antibiotika Penisilin

Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin tidak sembuh

seperti yang diharapkan.

Kloramfenikol – Fenitoin (Dilantin)

Efek fenitoin dapat meningkat. Fenitoin adalah antikonvulsan yang digunakan untuk kejang

dalam gangguan seperti ayan. Akibatnya : dapat timbul efek samping merugikan karena

terlalu banyak fenitoin. Gejala yang dilaporkan : nanar dan gangguan penglihatan.

Klindamisin/Linkomisin

Klindamisin/Linkomisin – Adsorben (yang digunakan dalam obat diare)

Efek klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin

tidak sembuh seperti yang diharapkan. Adsorben digunakan dalam obat diare.

Klindamisin/Linkomisin – Antibiotika Eritromisin

Efek klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin

tidak sembuh seperti yang diharapkan.

Klindamisin/Linkomisin – Makanan

Serum level dari linkomisin menurun (sampai 2/3) jika dikonsumsi dengan makanan, tetapi

klindamisin tidak terpengaruh secara signifikan. Pemanis siklamat juga bias menurunkan

absorpsi dari linkomisin. Linkomisin seharusnya tidak dipakai bersamaan dengan makanan

atau beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan jika ingin dicapai serum level linkomisin

yang diinginkan. Alternative lain yaitu klindamisin, turunan sintetik dari linkomisin, yang

memiliki spectrum antibakteri yang sama tetapi tidak dipengaruhi oleh keberadaan makanan.

Klindamisin/Linkomisin – Kaolin/Pektin

Kaolin-pectin bisa menurunkan absorpsi lincomycin. Penanganannya adalah dengan

mengkonsumsi linkomisin dua jam setelah konsumsi kaolin

Eritromisin

Page 28: INTERAKSI OBAT

Eritromisin – Obat Asma

Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan untuk membuka jalan udara paru-

paru dan untuk mempermudah pernapasan penderita asma. Akibatnya : terjadi efek samping

merugikan karena terlalu banyak obat asma. Gejala yang dilaporkan : mual, sakit kepala,

pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia, aritmia jantung, takhikardia, dan kemungkinan

kejang.

Eritromisin – Karbamazepin (Tegretol)

Efek karbamazepin dapat meningkat. Karbamazepin adalah antikonvulsan yang digunakan

untuk kejang dalam gangguan seperti ayan. Akibatnya dapat timbul efek samping merugikan

karena terlalu banyak karbamazepin. Gejala yang dilaporkan : pusing, mual, nyeri perut, dan

nanar.

Eritromisin – Digoksin (Lanoxin)

Efek digoksin dapat meningkat. Digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk

menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya : terjadi efek samping yang

merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan : mual, gangguan

penglihatan, bingung, sakit kepala, kehilangan tenaga, kehilangan nafsu makan, aritmia

jantung, takhikardia atau bradikardia.

Eritromisin – Klindamisin/Linkomisin

Efek klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin

tidak sembuh seperti yang diharapkan.

Eritromisin – Antibiotika Penisilin

Efek masing-masing antibiotika dapat meningkat atau berkurang. Karena akibatnya sulit

diramalkan, sebaiknya kombinasi ini dihindari.

Griseofulvin

Griseofulvin – Antikoagulan

Efek antikogulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan

mencegah pembekuan darah. Akibatnya : darah dapat tetap membeku meski pun pasien

diberi antikoagulan.

Griseofulvin – Barbiturat

Page 29: INTERAKSI OBAT

Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang diobati mungkin tidak

sembuh seperti yang diharapkan. Barbiturat digunakan sebagai sedative atau sebagai pil tidur.

Griseofulvin – Primidon

Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang diobati mungkin tidak

sembuh seperti yang diharapkan. Primidon adalah obat antikonvulsan yang digunakan untuk

mengobati gangguan kejang seperti pada ayan.

Ketokonazol

Ketokonazol – Antasida

Efek ketokonazol dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang diobati mungkin tidak

sembuh seperti yang diharapkan. Interaksi ini dicegah dengan menggunakan obat

ketokonazol sekurang-kurangnya dua jam sebelum menggunakan antasida.

Ketokonazol – Simetidin (Tagamet)

Efek ketokonazol dapat berkurang. Akibatnya : infeksi fungi yang diobati mungkin tidak

sembuh seperti yang diharapkan. Simetidin digunakan untuk mengobati tukak lambung.

Interaksi ini dicegah dengan menggunakan obat ketokonazol sekurang-kurangnya dua jam

sebelum menggunakan simetidin.

Metronidazol

Metronidazol – Alkohol (bir, minuman keras, anggur, dll)

Kombinasi ini dapat menyebabkan reaksi yang sama seperti yang disebabkan oleh disulfiran.

Disulfiram (Antabuse) menekan keinginan pecandu alkohol untuk minum alcohol karena

terjadi reaksi dengan alcohol yang menyebabkan efek samping yang merugikan.

Metronidazol menunjukkan interaksi yang sama, hanya tidak sekuat disulfiram. Gejala

meliputi pusing, wajah merah, sakit kepala, dan sesak napas.

Metronidazol – Antikoagulan

Efek kogulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan

mencegah pembekuan. Akibatnya : risiko perdarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan :

memar dan perdarahan di seluruh tubuh, dan tinja hitam pekat.

Metronidazol – Kloramfenikol

Page 30: INTERAKSI OBAT

Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan. Gejala yang

dilaporkan : sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut, perdarahan atau memar di

seluruh tubuh, tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

Metronidazol – Disulfiram

Kombinasi ini dapat menimbulkan rasa bingung dan perilaku psikotik atau perilaku yang

menyimpang. Disulfiram digunakan untuk menanggulangi kecanduan alcohol.

Penisilin

Penisilin (hanya Ampisilin, Bakampisilin) – Alopurinol (Zyloprim)

Risiko bengkak-bengkak pada kulit akibat penggunaan antibiotika, meningkat. Alopurinol

digunakan untuk mengobati pirai.

Penisilin – Pil KB

Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : risiko hamil meningkat, kecuali jika digunakan

bentuk kontrasepsi lain. Perdarahan sekonyong-konyong adalah gejala yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya interaksi.

Penisilin – Estrogen

Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan estrogen

selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena pembengkakan

payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati

amenore. Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.

Penisilin – Tetrasiklin

Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin tidak sembuh

seperti yang diharapkan.

Penisilin – Klorokuin

Klorokuin menurunkan absorpsi dari ampisilin. Tetapi bacampisilin tidak dipengaruhi.

Penanganannya adalah memisahkan penggunaan dalam interval tidak kurang dari 2 jam.

Alternative lain yaitu dengan menggunakan bacampisilin, yang tidak berinteraksi dengan

klorokuin.

Sulfonamida

Page 31: INTERAKSI OBAT

Sulfonamida dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea,

dan fenitoin. Dalam hal tersebut sulfa dapat memperkuat efek obat lain dengan cara hambatan

metabolisme atau pergeseran ikatan denga albumin. Pada pemberian bersama sulfonamide

dosis obat-obat tersebut harus disesuaikan (Setiabudy dan Mariana, 2007).

Anestetika local yang mengandung gugus p-aminobenzoat misalnya benzokain atau

prokain, memperkecil kerja sulfonamide (pembentukan asam p-aminobenzoat melalui

biotransformasi). Sulfonamida memperkuat kerja hipoglikemik dari senyawa sulfonylurea

dan meningkatkan tosisitas metotreksat (Mutschler, 1991).

Sulfonamida – Antikoagulan (Dikumarol)

Efek kogulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan

mencegah pembekuan. Akibatnya : risiko perdarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan :

memar dan perdarahan di seluruh tubuh, dan tinja hitam pekat.

Sulfonamida – Pil KB

Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : risiko hamil meningkat, kecuali jika digunakan

bentuk kontrasepsi lain. Perdarahan sekonyong-konyong adalah gejala yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya interaksi.

Sulfonamida – Kloramfenikol

Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan. Gejala yang

dilaporkan : sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut, perdarahan atau memar di

seluruh tubuh, tinja hitam pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.

Sulfonamida – Estrogen

Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan estrogen

selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena pembengkakan

payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati

amenore. Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.

Sulfonamida – Metenamin (Hiprex, Mandelamine)

Kombinasi ini dapat menyebabkan kristaluria (Kristal dalam air kemih). Metenamin adalah

antibiotika yang digunakan pada infeksi saluran kemih.

Sulfonamida – Metotreksat (Mexate)

Page 32: INTERAKSI OBAT

Efek metotreksat dapat meningkat. Akibatnya : timbul efek samping merugikan karena terlalu

banyak metotreksat. Gejala meliputi mual, perdarahan di seluruh bagian tubuh, tinja hitam

pekat, diare, pembengkakan pada kulit, tukak kulit dan mulut, rambut rontok, demam,

kedinginan, dan kehilangan tenaga. Metotreksat digunakan untuk mengobati kanker.

Sulfonamida – Fenitoin

Efek fenitoin dapat meningkat. Fenitoin adalah antikonvulsan yang digunakan untuk kejang

dalam gangguan seperti ayan. Akibatnya : dapat timbul efek samping merugikan karena

terlalu banyak fenitoin. Gejala yang dilaporkan : nanar dan gangguan penglihatan.

Tetrasiklin

Tetrasiklin – Antasida

Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak dapat disembuhkan

dengan pengobatan tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan masing-masing

obat supaya diselangi waktu dua jam.

Tetrasiklin – Antikoagulan

Efek antikogulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan

mencegah pembekuan. Akibatnya : risiko perdarahan meningkat. Gejala yang dilaporkan :

memar dan perdarahan di seluruh tubuh, dan tinja hitam pekat.

Tetrasiklin (hanya Doksisiklin) – Barbiturat

Efek doksisiklin dapat berkurang. Agar infeksi dapat diobati dengan doksisiklin, takaran

harus ditingkatkan. Barbiturat digunakan sebagai sedative atau pil tidur.

Tetrasiklin – Pil KB

Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : risiko hamil meningkat, kecuali jika digunakan

bentuk kontrasepsi lain. Perdarahan sekonyong-konyong adalah gejala yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya interaksi.

Tetrasiklin (hanya Doksisiklin) – Karbamazepin (Tegretol)

Page 33: INTERAKSI OBAT

Efek doksisiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak sembuh kecuali jika

takaran obat ditingkatkan. Karbamazepin digunakan untuk mengendalikan kejang seperti

pada ayan.

Tetrasiklin – Digoksin

Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk

menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya : terjadi efek samping yang

merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan : mual, gangguan

penglihatan, bingung, sakit kepala, kehilangan tenaga, dan denyut jantung tidak teratur.

Tetrasiklin – Estrogen

Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan estrogen

selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena pembengkakan

payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati

amenore. Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik selama

pengobatan dengan antibiotika.

Tetrasiklin – Besi

Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak dapat disembuhkan

dengan tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan masing-masing obat supaya

diselangi waktu dua jam. Besi biasanya diberikan dalam campuran vitamin-mineral sebagai

tambahan, umumnya sebagai besi sulfat atau besi glukonat.

Tetrasiklin – Pencahar (hanya yang mengandung magnesium: magnesium sitrat, garam

epsom, susu magnesia)

Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak dapat disembuhkan

dengan tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan masing-masing obat supaya

diselangi waktu dua jam.

Tetrasiklin (kecuali doksisiklin dan minosiklin) – Susu dan Produk Susu

Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak dapat disembuhkan

dengan tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan masing-masing obat supaya

diselangi waktu dua jam. Catatan : semua makanan akan menurunkan penyerapan tetrasiklin

sampai derajat tertentu, jadi sebaiknya tetrasiklin digunakan di antara dua waktu makan.

Page 34: INTERAKSI OBAT

Tetrasiklin (hanya Doksisiklin) – Fenitoin

Efek doksisiklin dapat berkurang. Agar infeksi dapat diobati dengan doksisiklin, takaran

harus ditingkatkan. Fenitoin adalah antikonvulsan yang digunakan untuk kejang dalam

gangguan seperti ayan.

Tetrasiklin (hanya Doksisiklin) – Primidon (Mysoline)

Efek doksisiklin dapat berkurang. Agar infeksi dapat diobati dengan doksisiklin, takaran

harus ditingkatkan. Primidon digunakan untuk mengendalikan kejang dalam gangguan seperti

ayan.

Tetrasiklin – Vitamin A

Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan di dalam tengkorak dengan gejala seperti sakit

kepala berat, mual, dan gangguan penglihatan. Hindari penggunaan vitamin tambahan yang

mengandung vitamin A selama perpanjangan pengobatan dengan tetrasiklin.

Tetrasiklin (kecuali doksisiklin dan minosiklin) – Seng

Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi mungkin tidak dapat disembuhkan

dengan tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan masing-masing obat supaya

diselangi waktu dua jam. Seng adalah mineral yang banyak terdapat dalam tablet tambahan

vitamin-mineral.

Troleandomisin

Troleandomisin – Obat Asma (golongan teofilin)

Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan untuk membuka jalan udara paru-

paru dan untuk mempermudah pernapasan penderita asma. Akibatnya : terjadi efek samping

merugikan karena terlalu banyak obat asma. Gejala yang dilaporkan : mual, sakit kepala,

pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia, aritmia jantung, takhikardia, dan kemungkinan

kejang.

Troleandomisin – Pil KB

Page 35: INTERAKSI OBAT

Kombinasi ini dapat menyebabkan penyakit kuning kolestatik. Gejala penyakit kuning

meliputi menguningnya kulit dan mata. Dokter harus menghindari pemberian antibiotika ini

pada wanita yang menggunakan pil KB.

Troleandomisin – Karbamazepin (Tegretol)

Efek karbamazepin dapat meningkat. Karbamazepin adalah antikonvulsan yang digunakan

untuk kejang dalam gangguan seperti ayan. Akibatnya : dapat timbul efek samping

merugikan karena terlalu banyak karbamazepin. Gejala yang dilaporkan : pusing, mual, nyeri

perut, dan nanar.

Troleandomisin – Estrogen

Kombinasi ini dapat menyebabkan penyakit kuning kolestatik. Gejala penyakit kuning

meliputi menguningnya kulit dan mata. Estrogen diberikan pada wanita yang kekurangan

estrogen selama mati haid dan sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena

pembengkakan payudara sesudah melahirkan karena ibu tidak menyusui bayinya, dan untuk

mengobati amenore. Dokter supaya tidak memberikan antibiotika ini kepada wanita yang

sedang diobati dengan estrogen.

Kuinolon

Siprofloksasin

1) Obat-obat yang mempengaruhi keasaman lambung (antasida) yang mengandung

aluminium atau magnesium hidroksida akan mengurangi absorpsi siprofloksasin.

Karena itu siprofloksasin harus ditelan 1 – 2 jam sebelum atau minimal 4 jam sesudah

minum antasida. Pembatasan ini tidak berlaku pada antasida yang tidak mengandung

aluminium atau magnesium hidroksida.

2) Pemberian siprofloksasin bersama teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam

plasma sehingga dapat menimbulkan efek samping teofilin. Apabila kombinasi ini

tidak dapat dihindarkan, kadar teofilin dalam plasma harus dimonitor dan dosis

teofilin harus dikurangi. Jika kadar teofilin tidak dapat dimonitor, pemberian

siprofloksasin harus dihindari.

3) Kenaikan kadar kreatinin serum untuk sementara terlihat pada pemberian

siprofloksasin bersama cyclosporin. Dalam hal ini, kadar kreatinin serum harus sering

dipantau (dua kali seminggu).

Page 36: INTERAKSI OBAT

4) Harus dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi pada pemberian

siprofloksasin bersama probenesid.

5) Pemberian bersama siprofloksasin dan anti-koagulan oral dapat memperpanjang

waktu pendarahan.

6) Pemberian bersama metoklopramid mempercepat absorpsi siprofloksasin.

7) Ada interaksi obat bermakna antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat

menghambat cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan

enzim primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan

kadar metadon secara bermakna.

Ofloksasin

1) Absorpsi Ofloksasin di lambung-usus mengalami penurunan yang nyata jika

diberikan bersamaan dengan antasida yang mengandung Aluminium atau Magnesium

Hidroksida, sehingga Ofloksasin diberikan 1-2 jam sebelum atau sesudah antasida

2) Ada kemungkinan terjadi penurunan ambang serangan serebral jika Quinolon

diberikan bersamaan dengan obat-obat yang menurunkan ambang serangan.

3) Ofloksasin mungkin dapat menyebabkan sedikit peningkatan kadar Glibenklamid

dalam serum jika diberikan bersamaan; penderita dengan pengobatan ini harus selalu

diawasi.

4) Tidak seperti Siprofloksasin, Pefloksasin, dan Enoksasin, Ofloksasin, tidak

mempengaruhi kadar Teofilin dalam plasma.

5) Penggunaan bersama dengan anti inflamasi non-steroid bisa menimbulkan kejang.

6) Mengintensifkan efek Warfarin.

Levofloksasin

Dengan Obat Lain : 

1) Peningkatan efek toksis: Meningkatkan efek toksis gliburid dan warfarin.

2) Dengan kortikosteroid kemungkinan akan meningkatkan kerusakaan tendon.

3) Probenecid kemungkinan akan meningkatkan kadar levofloksasin.

4) Meningkatkan aritmia; jika digunakan dengan obat – obat yang memperpanjang

QTc (aritmia kelas 1ª dan III , eritromisin, cisaprid, antipsikotis, antidepresan

siklik).

Page 37: INTERAKSI OBAT

5) Kadar obat akan menurun jika digunakan bersamaan dengan; mineral kation,

antasida, elektrolit suplemen oral, quinapril, sukralfat. Penggunaan seharusnya

dipisah.

Dengan Makanan : 

Tablet dapat digunakan tanpa ada perhatian terhadap makanan. Sediaan suspensi oral

sebaiknya digunakan dalam keadaan perut kosong (1 satu jam sebelum makan atau 2 jam

setelah makan).

Page 38: INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT ANTASIDA

Antasida dengan antihistamin (Signifikan)

Antasida yang mengandung aluminium hidroksida atau magnesium hidroksida mengurangi level

texofenadine sampai 40%.

Penggunaan obat antasida dengan antihistamin sebaiknya diberikan selang waktu selama 2 jam.

Antasida dengan antipsikotik (Signifikan)

Efek antipsikotik dapat berkurang. Antipsikotika adalah transkuilansia mayor yang digunakan

untuk mengobati gangguan mental berat seperti skizofrenia. Akibatnya: kondisi yang diobati

mungkin tidak terkendali dengan baik. Semua antasida berinteraksi kecuali yang mengandung

natrium bikarbonat seperti Alka –Seltzer. Efek yang dihasilkan berupa peningkatan absorbsi

aluminium pada obat-obat antasida, sehingga dapat mengakibatkan keracunan aluminium,

terutama perlu diperhatikan bagi penderita uremia.

- Chlorpromazine

Antasida yang mengandung aluminium hidroksida atau magnesium hidroksida atau

magnesium trisilikat dapat mengurangi eksresi urin dari chlorpromazine sampai 45%.

- Sulpiride

Antasida yang mengandung aluminium hidroksida atau magnesium hidroksida atau

magnesium trisilikat dapat mengurangi absorbsi dari sulpliride

Dalam studi invitro disarankan bahwa interaksi ini mungkin terjadi pada antasida lain dan

phenothiazines.

Penggunaan chlorpromazine dan sulpliride diberikan 2-3 jam setelah obat antasida aluminium

hidroksida atau magnesium hidroksida untuk meminimilasi interaksi.

Antasida dengan aspirin (Signifikan)

Kadar serum salisilat dari aspirin ataupun salisilat lain sebagai obat antiinflamasi dapat

mengurangi level subterapeutic. Ini dapat di akibatkan oleh obat antasida aluminium hidroksida

ataupun magnesium hidroksida atau sodium bikarbonat. Efek aspirin dapat berkurang, Aspirin

adalah obat penghilang rasa nyeri yang diperdagangkan tanpa resep dokter. Akibatnya: rasa nyeri

tidak berkurang.

Penting untuk mengawasi kadar serum salisilat jika penggunaan antasida atau penghentian

antasida saat level salisilat kritis.

Antasida dengan azole (Signifikan)

- Ketokonazol

Page 39: INTERAKSI OBAT

Absorbsi gastrointestinal dari ketokonazol dikurangi oleh antasida.

Untuk mengurangi interaksi, antasida dapat diberikan 2-3 jam baik sebelum ataupun sesudah

ketokonazol.

- Voricomazole

Obat ini dapat dijadikan alternatif. Karena tidak dipengaruhi oleh antasida.

- Flukonazole

Tidak signifikan dipengaruhi oleh antasida.

Antasida dengan bisphosphonat (Signifikan)

Absorbsi oral dari bisphosphonat secara signifikan menjadi berkurang (90% tereduksi dengan

chlodronate) oleh aluminium atau magnesium hidroksida dan antasida lainnya.

Bisphosphonate harus dihindari kontaknya dengan antasida (yang mengandung bismut,

aluminium, kalsium, magnesium) sama halnya dengan kation polivalen lain seperti Zn dan Fe.

- Alendronate dan risedronate harus diminum 30 menit sebelum meminum antasida.

- Chlordonate sebaiknya diminum 1 jam setelah antasida.

- Etidronate tiludronate sebaiknya diminum 2 jam dari antasida.

Antasida dengan sefalosporin

- Cefpodoxime (Signifikan)

Aluminium hidroksi atau magnesium hidroksi dapat mengurangi bioavabilitas dari

cefpodoxime proxetil sampai 40 %. Sodium bikarbonat memiliki efek yang sama.

Sebaiknya cefpodoxime diberikan 2 jam sebelum atau sesudah penggunaan antasida.

Antasida dengan kortikosteroid (Signifikan)

Kombinasi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak kalium dan menahan terlalu

banyak natrium. Gejala kekurangan kalium yang dilaporkan : lemah otot atau kejang, pengeluaran

urin banyak, bradikardia atau takhikardia, aritmia jantung, tekanan darah rendah disertai pusing,

dan pingsan. Gejala kelebihan natrium yang dilaporkan : udem, haus, pengeluaran urin sedikit,

bingung, tekanan darah tinggi, dan mudah terangsang. Kortikosteroida digunakan untuk mengobati

arthritis, alergi berat, asma, gangguan endokrin,leukemia, colitis dan enteritis, serta bermacam-

macam penyakit kulit, paru-paru dan mata. Kortikosteroida digunakan untuk mengobati gangguan

endokrin, leukemia, colitis, dan enteritis, serta bermacam-macam penyakit kulit, paru-paru, dan

mata.

Absorbsi prednison dapat dikurangi oleh penggunaan dosis besar (60 mL) tapi tidak dengan

penggunaan dosis kecil antasida aluminium hidroksida atau magnesium hidroksida.

Page 40: INTERAKSI OBAT

Antasid dengan digoxin (Nonsignifikan)

Walaupun beberapa penelitian mengatakan bahwa antasida dapat menurunkan efek dari digoksin

dan menurunkan bioavabilitasnya dalam tubuh, namun belum dapat dibuktikan secara klinik

interaksi yang terjadi antara keduanya di dalam tubuh.

Cara mengatasi: Berikan sebisa mungkin antasida dan digoksin secara terpisah, tidak dalam 1

waktu bersamaan, dimana dapat diberi rentang jarak 1-2 jam dalam pemberiannya. Atau dapat

dengan memberikan digoksin dalam bentuk kapsul daripada tablet, karena pelepasan digoksin

lebih cepat dan konsentrasinya dapat dengan mudah dimonitor untuk melihat rentang waktu

pemberian yang dibutuhkan.

Antasida dengan kalsium (Signifikan)

Pada kasus pemberian antasida (kalsium) dan digoksin secara intravena mengakibatkan kondisi

aritmia yang fatal. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh klinis secara langsung diantara keduanya

dengan efek samping yang sangat serius dan ada beberapa kemungkinan terjadinya interaksi lain

contohnya terjadi alkalosis, gangguan ginjal, dll.

Cara mengatasi: Pemberian antasida (dalam hal ini Ca(OH)2) sangat tidak disarankan untuk pasien

yang diberikan digoksin secara intravena. Namun jika pemberian keduanya sangat perlu,

disarankan pemberiannya sedikit demi sedikit dengan dosis seminimal mungkin untuk

menghindari adanya kenaikan kadar kalsium dalam serum darah.

Antasida dengan dipyridamole (Nonsignifikan)

Keefektifan pelepasan, kelarutan bahkan juga absorbsi dari dipyridamole tergantung kepada pH

didalam lambung (semakin rendah pH semakin baik kelarutannya). Sehingga obat-obat antasida

yang meningkatkan pH lambung akan mengurangi pelepasan, kelarutan dan juga absorbsi dari

dipyridamole dan mengurangi bioavabilitasnya dalam tubuh.

Cara mengatasi: Antasida diharapkan hanya mempengaruhi sedikit peningkatan pH lambung untuk

dapat berinteraksi dengan dipyridamole, walaupun interaksi diantara keduanya belum dapat

dibuktikan secara klinis. Solusi yang tepat adalah dengan memisahkan cara pemberian 2-3 jam

agar obat dipyridamole dapat diabsorbsi dengan baik.

Antasida dengan diuretik (Signifikan)

Pemberian obat-obat diuretik (dengan atau tanpa vitamin D pada dosis tinggi) secara bersamaan

dengan antasida dapat mengakibatkan efek samping yang sama pada pemberian kalsium seperti

hiperkalsemia, alkalosis, ganguan ginjal, dan lain-lain, dimana obat-obat diuretik tersebut

membuat sekresi urine menurun sehingga sekresi kalsium pun berkurang dan jumlahnya

meningkat dalam tubuh.

Page 41: INTERAKSI OBAT

Cara mengatasi: Interaksi obat antasida dan diuretic ini tidak begitu berpengaruh pada pasien yang

diberikan obat antasida sekali-sekali. Namun jika pemberiannya harus bersama-sama, maka dapat

dilakukan dengan memonitor konsentrasi kalsium dalam darah pada pemberian obat keduanya

secara teratur.

Antasida dengan makanan (Signifikan)

Antasida yang mengandung aluminium akan berinteraksi dengan makanan yang tinggi kandungan

proteinnya, dalam esophagus menimbulkan gangguan sumbatan.

Dianjurkan pemberian antasida diberi selang waktu setelah pemberian nutrient.

Antasida dengan Ethambutol (Nonsignifikan)

Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida dapat menyebabkan sedikit penurunan absorpsi

ethambutol pada beberapa pasien.

Penurunan absorpsi biasanya kecil dan berubah-ubah, ini terlihat memiliki efek yang signifikan

pada pasien yang sedang dalam pengobatan tuberkolosis.

Antasida yang mengandung aluminium hidroksida sebaiknya tidak diberikan sampai 4 jam setelah

pemberian ethambutol.

Antasida dengan Fibrates (Signifikan)

Antasida (aluminium hidroksida, silikia aluminium magnesium hidrat) dapat mengurangi kadar

maksimal plasma gemfibrozil sekitar 50 sampai 70%.

Dianjurkan gemfibrozil diberikan 1 sampai 2 jam sebelum pemberian antasida.

Antasida dengan Gabapentin (Signifikan)

Jika Aluminium/magnesium diberikan 2 jam setelah gabapentin akan terjadi penurunan

bioavaibilitas sekitar 20%. Apabila antasida diberikan 2 jam sebelum gabapentin, bioavaibilitas

turun sekitar 10%.

Dianjurkan gabapentin diminum sekitar 2 jam setelah antasida aluminium atau magnesium.

Antasida dengan besi (Signifikan)

Jika besi diberikan bersamaan dengan antasida (sodium bikarbonat, kalsium karbonat, aluminium

atau magnesium hidroksida, magnesium trisilikat) absorpsi dari besi dan respon hematologi akan

menurun.

Dengan memisahkan administrasi dari besi dan antasida dimungkinkan menghindari tercampurnya

di usus. Dianjurkan diberikan dengan interval waktu minimum 2 sampai 3 jam.

Antasida dengan Isoniazid (Signifikan)

Page 42: INTERAKSI OBAT

Absorpsi isoniazid diturunkan oleh aluminium hidroksida (sekitar 25%), dan tidak dipengaruhi

oleh tablet aluminium atau magnesium hidroksida atau tablet kunyah antasid.

Peringatan klinik: menurunkan kadar isoniazid dalam jumlah tak menentu, tapi kemungkinan

tersebut kecil.

Antasid dengan Levodopa (Nonsignifikan)

Antasid tidak dapat berinteraksi signifikan dengan levodopa, tapi mungkin dapat menurunkan

bioavibilitas dari perubahan pelepasan preparat levodopa. Menggunakan serentak tidak perlu

dihindari dengan persiapan standar. Dengan persiapan rilis diubah tampaknya disarankan untuk

menghindari administrasi konkuren (2 sampai 3 jam biasanya cukup dalam situasi-situasi lain yang

serupa). Hasilnya harus dipantau.

Antasid dengan Levothyroxine (Signifikan)

Beberapa laporan menggambarkan mengurangi efek levothyroxine pada pasien yang diberi

aluminium atau magnesium mengandung antasida. Kemanjuran levothyroxine juga dapat

dikurangi dengan menggunakan karbonat kalsium bersamaan.

Pentingnya umum dari interaksi dengan aluminium atau antasida mengandung magnesium tidak

diketahui, tapi waspada untuk kebutuhan untuk meningkatkan dosis levothyroxine dalam setiap

pasien diberikan antasida. Dengan karbonat kalsium, penurunan berati dalam penyerapan

levothyroxine sangat kecil, namun beberapa individu dapat pengalaman penting efek klinis.

Pendekatan cantious akan menasihati semua paten untuk memisahkan dosis dengan minimal 4

jam.

Antasid dengan Lithium (Signifikan)

Ditandai dengan jumlah konsumsi natrium dapat mencegah pembentukan atau pemeliharaan

tingkat serum-lithium yang memadai.

Peringatkan pasien tidak mengambil-resep non antasid atau alkalinisers kemih tanpa terlebih

dahulu mencari informasi nasihat. Natrium bikarbonat datang dalam berbagai samaran dan

disgulses. Alka-Seltzer (55,8%), Garam Andrews (22,6%), Eno (46,4%), Garam Jaaps (21,3%),

atau Peptac (28,8%). Substansial jumlah natrium juga terjadi di beberapa agen alkalinizing kemih.

Suatu antasida yang mengandung aluminium atau magnesium hidroksida dengan simeticone telah

ditemukan tidak berpengaruh pada ketersediaan hayati karbonat lithium, dan antasida jenis ini

mungkin alternatif yang cocok.

Antasid dengan Macrolida (Signifikan)

Aluminium atau magnesium hidroksida antasida dapat mengurangi tingkat puncak dari

azitromisin.

Page 43: INTERAKSI OBAT

Disarankan bahwa azitromisin tidak boleh diberikan pada saat yang sama seperti antasida, tetapi

harus dilakukan paling sedikit 1 jam sebelum atau 2 jam setelah. Tidak klinis signifikan.

Interaksi dapat terjadi dengan clarithromycin, erythromycin, roxythromycin atau telithromycin.

Antasida dengan Mexiletilen (Nonsignifikan)

Perubahan pH urin yang besar disebabkan oleh penggunaan bersama-sama obat yang bersifat

alkali, seperti sodium bikarbonat. Pada beberapa penderita mempunyai efek yang ditandai pada

tingkat plasma dari mexiletin.

Efek yang terjadi tidak dapat diperkirakan. Pemimpin pabrik dari mexiletin di Inggris

merekomendasikan agar penggunaan bersama seharusnya dihindarkan.

Antasida dengan Mycophenolate (Signifikan)

Antasida aluminium atau magnesium hidroksida dapat mengurangi sekitar 20% AUC

Mycophenolate pada suatu penelitian, tetapi pada uji klinik yang berhubungan hal tersebut tidak

pasti terjadi.

Pemimpin pabrik di Amerika mengatakan bahwa Antasida aluminium atau magnesium dapat

digunakan pada penderita yang meminum mychophenolate, tetapi hal tersebut tidak boleh

diberikan secara terus-menerus.dengan beberapa interaksi antasida yang lain, pemisahan 2-3 jam

biasanya cukup untuk menghindarkan terjadinya interaksi.

Antasida dengan NNRTIs (Signifikan)

Ketika delavirdine diberikan 10 menit setelah pemberian antasida, tingkat serum maksimum akan

berkurang sebanyak 57%.

Pemimpin pabrik merekomendasikan untuk memisahkan pemberian setidaknya 1 jam.

Antasida dengan NRTIs

Aluminium atau magnesium hidroksida mengakibatkan berkurangnya 25% bioavailabilitas dari

zalcitabine.

Pemimpin pabrik dari zalcitabine merekomendasikan bahwa obat tersebut seharusnya tidak

diberikan secara bersamaan dengan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium.

Pemisahan 2-3 jam biasanya cukup dengan interaksi lain yang mirip.

Antasida dengan NSAIDs

- Diflunisal (Signifikan)

Antasida yang mengandung aluminium dengan atau tanpa magnesium dapat mengurangi

absorpsi diflunisal sampai dengan 40%, tetapi bukan interaksi penting yang dapat terjadi jika

Page 44: INTERAKSI OBAT

makan pada saat yang sama. Magnesium hidroksida dapat meningkatkan laju absorpsi

diflunisal.

Jika diflunisal diminum dengan atau setelah makanan yang dianjurkan,menunjukan bahwa

interaksi ini seharusnya mempunyai sedikit keadaan klinik yang berhubungan.

- NSAIDs Lainnya

Penelitian memperlihatkan bahwa antasid tidak memiliki efek yang signifikan secara klinik

pada famakokinetiknya terhadap azapropazone, celecoxib, dexketopropen, diclofenac, etodolac,

etoncoxib, ibuprofen, indometacin, flurbiprofen, ketoprofen, ketorolac, lornoxicam, mefenamic

acid, meloxicam, metamizole, nabumetone, naproxen, parecoxib (metabolite valdecoxib

assessed), piroxicam, sulindac, tenoxicam, tolfenamic acid, ortolmetin.

Antasida dengan Penicilamine (Signifikan)

Absorbsi penicilamine dapat berkurang sebanyak 30-40% jika antasida mengandung alumunium

atau magnesium hidroksi.

Untuk absorbsi maksimal pemberian dapat dibedakan, biasanya cukup diberikan pada 2-3 jam

dengan interaksi lainnya.

Antasida dengan Phenytoin (Nonsignifikan)

Terkadang penelitian tidak memperlihatkan bahwa antasida dapat mereduksi pada level serum

phenytoin dan dapat memberikan respon terhadap pengurangan kontrol ketahanan dari beberapa

pasien. Terkadang juga tidak terjadi interaksi yang terlalu merugikan.

Penggunaan secara bersamaan, tidak dapat dihindarkan, tetapi jika diberikan pada pasien epilepsi

harus sesuai petunjuk pemakaian sehingga tidak terjadi interaksi lainnya. Pemisahan terhadap

dosis selama 2-3 jam meminimalisir efek samping yang terjadi.

Antasida dengan Proguanil (Signifikan)

Bioavabilitas dari proguanil dapat mereduksi 2/3 dari magnesium trisilikat. Efek reduksi yang

terjadi belum diketahui dengan jelas, tetapi dengan menggunakan dosis setelah rentang paling

sedikit 2-3 jam dapat mengurangi efek yang tidak diinginkan.

Antasida dengan Protease Inhibitor (Signifikan)

Obat dapat meningkatkan gastric pH dan memprediksi terjadiya reduksi terhadap level plasma

pada atazanavir dan memungkinkan juga pada amprenavir.

Pada penggunaan arazanavir diusulkan pada waktu 2 jam sebelum atau 1 jam setelah obat yang

bersifat basa. Pada penggunaan amprenavir diusulkan 1 jam setelah penggunaan antasida.

Antasida dengan Proton pump inhibitors (Signifikan)

Page 45: INTERAKSI OBAT

Antasida dapat menyebabkan penurunan sedikit dalam ketersediaan hayati lansoprazole, tapi ini

tidak dianggap klinis relevan.

Produsen merekomendasikan bahwa antasida tidak harus diambil dalam waktu satu jam

lansoprazole.

Antasida dengan Quinidine (Signifikan)

pH urin naik akibat penggunaan beberapa antasida bersamaan dapat menyebabkan retensi kinidina,

yang dapat menyebabkan keracunan, namun tampaknya ada hanya satu kasus pada catatan

interaksi yang merugikan (dengan aluminium atau magnesium hidroksida). Aluminium hidroksida

tampaknya tidak untuk berinteraksi. Sulit untuk memprediksi yang antasid, jika ada kemungkinan

untuk berinteraksi. Memantau dampak jika obat yang nyata dapat mengubah pH urin yang dimulai

atau berhenti. Sesuaikan dosis kinidina yang diperlukan.

Antasida dengan Kuinolon (Signifikan)

Kadar serum dari kuinolon banyak dapat dikurangi dengan aluminium atau antasida magnesium.

Senyawa kalsium berinteraksi pada tingkat lebih rendah, dan kandungan bismut yang minimal.

Sebagai aturan, kuinolon harus diminum minimal 2 jam sebelum dan tidak kurang dari 4 sampai 6

jam setelah aluminium atau antasida magnesium. Interaksi dengan senyawa kalsium adalah

variabel, dan beberapa kuinolon mungkin tidak berinteraksi, tetapi tidak adanya informasi

langsung 2 jam pemisahan hati-hati. H2 blockers dan penghambat pompa proton tidak berinteraksi

tidak interect dan karena itu mungkin alternatif yang cocok.

Antasida dengan Rifampicin (Nonsignifikan)

Penyerapan rifampisin dapat dikurangi sampai sekitar sepertiga oleh antasida, tetapi pentingnya

klinis ini tidak muncul telah dinilai.

Jika antasida diberikan terbukti bahwa pengobatan kurang efektif dari yang diharapkan. Produsen

AS menyarankan memberikan rifampisin satu jam sebelum antasida.

Antasida dengan Statin (Nonsignifikan)

Antasida aluminium atau magnesium hidroksida menyebabkan penurunan moderat dalam

bioavaibility dari atorvastatin dan pravastatin, tetapi ini tidak muncul untuk mengurangi lemak-

menurunkan efektivitas mereka. AUC rosuvastatin berkurang oleh antasida tetapi arti klinis ini

tidak pasti.

Tidak ada aksi diperlukan jam. Perhatikan bahwa, suatu hal interaksi diduga, yang memisahkan

dosis dengan 2-3 meminimalkan interaksi penyerapan lain dengan antasida.

Antasida dengan Strontium (Signifikan)

Page 46: INTERAKSI OBAT

Aluminium atau magnesium hidroksida sedikit menurunkan absorpsi strontium jika diberikan 2

jam sebelum strontium, tapi tidak ketika diberikan 2 jam setelah strontium. Kalsium menurunkan

bioavaibilitas strontium sekitar 60-70%. Antasida sebaiknya diminum 2 jam setelah strontium.

Antasida dengan Tetrasiklin (Signifikan)

Kadar serum atau efek terapetik tetrasiklin dapat menurun atau bahkan dihapuskan efeknya oleh

antasida yang mengandung aluminium, bismuth, kalsium, atau magnesium. H2 blocker tidak

berinteraksi, sehingga obat ini bisa menjadi alternative lain pengganti antasida.

Antasida lain seperti sodium bikarbonat juga dapat menurunkan bioavaibilitas beberapa tetrasiklin,

kadar doksisiklin intravena dapat menurun dengan antasida.

Pada aturan yang umum antasida yang mengandung aluminium, bismuth, kalsium atau magnesium

diberikan di waktu yang sama seperti tetrasiklin antibakteri, namun sebaiknya dipisahkan 2 sampai

3 jam untuk mencegah tercampurnya di usus.

Antasida dengan Zink (Signifikan)

Efek besi dapat berkurang. Besi kadang-kadang diberikan sebagai mineral tambahan. Akibatnya:

tubuh tidak mendapat besi dalam jumlah yang dibutuhkan. Semua antasida berinteraksi, terutama

yang mengandung magnesium trisilikat.

Kalsium mengurangi AUC dari zink sampai 80%. Interaksi pada kepentingan kliniknya tidak

diketahui, tapi dianjurkan hati-hati memisahkan administrasi antara zink dan kalsium.

Dianjurkan diberi interval waktu 2 sampai 3 jam.

INTERAKSI OBAT TBC

A. Interaksi obat Isoniazid (INH) dengan obat lain

Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek

minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazid bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan

meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis(Depkes RI, 2005).

Page 47: INTERAKSI OBAT

Isoniazid (INH) – p-Asam amino Salisilat (PAS)

Level serum INH meningkat dengan pemberian bersama dengan PAS. Hal ini ditunjukkan

dengan studi pada pasien yang diberi INH bersama dengan PAS menyebabkan peningkatan

level serum dan waktu paruh INH. Peningkatan level serum INH disebabkan inhibisi

metabolisme INH oleh PAS. Efek ditandai dengan fast acetylators dari INH. Tidak ada laporan

toksisitas INH karena interaksi ini (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: probably (interaksi obat yang sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti

secara klinik).

Isoniazid (INH) – Antasida

Konsentrasi INH dalam plasma menurun, sehingga efek INH berkurang.

Mekanisme: Aluminium hidroksida menghambat pengosongan lambung sehingga

menyebabkan retensi INH dalam perut. Akibatnya INH tidak dapat diabsorbsi dalam usus dan

menyebabkan penurunan konsentrasi INH dalam serum (Stockley, 2008).

Manajemen: Kepentingan secara klinik tidak pasti tetapi karena dosis tunggal tinggi INH lebih

efektif dalam pengobatan tuberkulosis dari pada jumlah obat yang sama dalam dosis terbagi.

Sangat disarankan untuk menghindari interaksi ini. Rekomendasi dalam studi menyebutkan

INH diberikan satu jam sebelum aluminium hidroksida (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: unlikely (interaksi obat yang masih diperdebatkan karena belum ada bukti

yang baik yang tersedia).

Isoniazid (INH) – Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat meningkatkan bioavailabilitas dari isoniazid. Pada studi dengan

siprofloksasin dosis 500 mg diketahui meningkatkan absorpsi isoniazid 300 mg sebesar 15%.

Efek ini kemungkinan terjadi karena pengaruh siprofloksasin terhadap motilitas dan

pengosongan lambung (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: unlikely (interaksi obat yang masih diperdebatkan karena belum ada bukti

yang baik yang tersedia).

Isoniazid (INH) – Disulfiram

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan interaksi, tetapi satu laporan menjelaskan sejumlah

pasien dengan INH mengalami masalah koordinasi dan perubahan efek dan perilaku setelah

meminum disulfiram secara bersamaan. Sebagian lainnya mengantuk. Perubahan yang terjadi

adalah disorientasi, pusing, insomnia, iritabilitas, dan letargi. Pasien dilaporkan juga

mengkonsumsi klordiazepoksida dan obat lain seperti PAS, streptomisin, dan fenobarbital.

Reaksi sebaliknya berkurang atau hilang ketika disulfiram dikurangi menjadi 250 sampai 125

mg/hari atau dihentikan. Sebaliknya, laporan menyebutkan 200 pasien yang diberi kedua obat

secara bersamaan tidak menunjukkan reaksi. Juga pada pasien yang diberi disulfiram bersama

dengan INH dan rifampisin (Stockley, 2008).

Page 48: INTERAKSI OBAT

Mekanisme: Mekanisme ini belum dapat dijelaskan secara pasti. Satu pendapat menyebutkan

sinergi muncul antara kedua obat karena keduanya dapat menghasilkan efek samping yang

sama jika diberikan dosis tinggi. Kemungkinan INH dan disulfiram bersama menghambat dua

dari tiga jalur yang berhubungan dengan metabolisme dopamine (Stockley, 2008).

Manajemen: Sebaiknya hindari pemakaian disulfiram bagi penderita yang sedang diobati

dengan INH.

Signifikansi klinik: possible (interaksi yang dapat terjadi, data yang tersedia terbatas).

Isoniazid (INH) – Etambutol

Etambutol tidak mempengaruhi level serum isoniazid tetapi ada beberapa kejadian yang

menyebutkan optik neuropati karena etambutol meningkat jika diberi bersamaan dengan

isoniazid (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: unlikely (interaksi obat yang masih diperdebatkan karena belum ada

bukti yang baik yang tersedia).

Isoniazid (INH) – Flukonazol

Isoniazid tidak berinteraksi dengan flukonazol. Studi 16 subjek sehat (8 subjek fast acetilator

dan slow acetilator isoniazid) menemukan bahwa 400 mg flukonazol per hari selama satu

minggu secara klinis tidak berefek signifikan pada farmakokinetik isoniazid (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: no interaction

Isoniazid (INH) – Makanan

Absorbsi INH berkurang oleh makanan. Hal ini disebabkan makanan dapat menghambat

pengosongan lambung sehingga absorbsi di usus juga terhambat tetapi pengurangan absorbsi

belum dapat dijelaskan. Solusi untuk permasalahan ini adalah isoniazid diberikan tanpa makan

atau minimal 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: established (interaksi obat yang didukung oleh studi klinik).

Isoniazid (INH) – keju atau ikan

Pasien yang mengkonsumsi INH kemudian mengkonsumsi keju atau ikan khususnya tuna,

mackerel, salmon yang tidak segar dapat menyebabkan reaksi keracunan histamin yang

berlebih. Kejadian reaksi histamin berlebihan terlihat pada wanita yang mengkonsumsi 300 mg

INH selama tiga bulan kemudian memakan keju. Dalam waktu 10-30 menit terjadi reaksi yang

tidak diinginkan. Reaksi yang timbul adalah kedinginan, sakit kepala (kadang hebat), gatal pada

wajah dan kulit kepala, sedikit diare, wajah kemerahan, takikardia ringan, dan sensasi meledak

pada kepala. Tekanan darah sedikit meningkat (Stockley, 2008).

Mekanisme: Reaksi histamin berlebih dapat disebabkan beberapa makanan seperti keju dan

ikan (tuna, mackerel, salmon) tidak segar. Ikan ini mempunyai kandungan histidin yang tinggi

dan berada pada penyimpanan yang buruk. Histin didekarboksilasi oleh bakteri untuk

menghasilkan jumlah besar histamin. Normalnya, histamin akan diinaktivasi oleh histaminase

dalam tubuh tetapi dengan adanya INH yang berpotensi sebagai inhibitor histaminase,

Page 49: INTERAKSI OBAT

menyebabkan keracunan histamin. Histamin dapat bertahan walaupun dalam pemasakan yang

lama.

Manajemen: Interaksi klinis penting akan tetapi munculnya kejadian ini sangat kecil.

Pengecualian untuk pasien yang berpotensi mengalami serangan serebrovaskular, reaksi ini

tidak membahayakan jiwa. Keracunan ikan tuna kadang muncul dengan tidak adanya

pemberian INH. Laporan menyebutkan pemberian antihistamin efektif untuk menanggulangi

keracunan (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: established (interaksi obat yang didukung oleh studi klinik).

Isoniazid (INH) – Antagonis reseptor H2 (Simetidin atau Ranitidin)

Bukti farmakokinetika munujukkan simetidin ataupun ranitidin tidak berinteraksi dengan

isoniazid. Simetidin 400 mg atau ranitidin 300 mg diberikan tiga kali sehari tidak memberikan

efek pada farmakokinetik dosis tunggal 10 mg/kg INH pada 13 subjek sehat. Absorbsi dan

metabolisme INH tidak berubah (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: no interaction.

Isoniazid (INH) – Laksatif

Sodium sulfat dan minyak jarak (yang digunakan sebagai laksatif) dapat menyebabkan

penurunan sedang reduksi dalam absorbsi isoniazid. Absorpsi diukur dari jumlah obat yang

diekskresikan dalam urin berkurang selam 4 jam (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: possible (interaksi yang dapat terjadi, data yang tersedia terbatas).

Isoniazid (INH) – Petidin (Meperidin)

Diketahui bahwa hipotensi dan letargi terjadi pada pasien yang diberi isoniazid dan petidin.

Pasien menjadi letargi dan tekanan darahnya turun dalam 20 menit setelah diberi 75 mg petidin

secara intramuskular. Satu jam sebelumnya pasien diberi isoniazid. Tidak terjadi demam atau

aritmia, dan elektrolit serum, glukosa, dan kadar udara darah normal. Tekanan darah kembali

normal 3 jam berikutnya (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: possible (interaksi yang dapat terjadi, data yang tersedia terbatas).

Isoniazid (INH) – Prednisolon

Prednisolon dapat menurunkan kadar plasma isoniazid. Penyebab terjadinya perubahan ini

belum dapat dijelaskan dengan baik tetapi kemungkinan akibat dari terjadinya perubahan

metabolisme dan atau perubahan ekskresi isoniazid oleh ginjal (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: unlikely (interaksi obat yang masih diperdebatkan karena belum ada bukti

yang baik yang tersedia).

Isoniazid (INH) – Propranolol

Propranolol menyebabkan sedikit reduksi klirens isoniazid (penurunan pengeluaran isoniazid

dari tubuh). Klirens dosis tunggal intravena 600 mg isoniazid ditemukan pada 6 subjek sehat

berkurang 21% setelah diberi 40 mg propranolol tiga kali sehari selama tiga hari. Penurunan

Page 50: INTERAKSI OBAT

klirens disebabkan propranolol menghambat asetilasi isoniazid oleh enzim hati (Stockley,

2008).

Signifikansi klinik: probably (interaksi obat yang sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti

secara klinik.

Isoniazid (INH) – Asetaminofen

Hepatotoksisitas meningkat akibat hambatan penguraian asetaminofen, kemungkinan INH

menginduksi enzim oksidase pada hati dan ginjal sehingga metabolit hepatotoksik dari

asetaminofen meningkat (ISO farmakokinetik).

Dianjurkan membatasi pemakaian asetaminofen, dapat dipakai aspirin atau NSAID lain.

Signifikansi klinik: probably (interaksi obat yang sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti

secara klinik (Stockley, 2008).

Isoniazid (INH) – Karbamazepin

Toksisitas INH naik akibat penguraian menjadi metabolit toksik meningkat akibat induksi

enzim oleh karbamazepin dan toksisitas karbamazepin meningkat akibat penguraian

karbamazepin menurun karena inhibisi enzim oleh isoniazid (ISO Farmakoterapi).

B. Interaksi obat rifampisin dengan obat lain

Rifampisin – p-Asam amino Salisilat (PAS)

Level serum rifampisin berkurang setengah jika digunakan bersama granul PAS mengandung

bentonit. Serum level rifampisin (dosis 10 mg/kg) dari 30 pasien dengan tuberkulosis menurun

lebih dari 50% pada 2 jam setelah penggunaan bersama PAS. Selanjutnya studi pada 6 subjek

sehat menunjukkan interaksi ini tidak disebabkan oleh PAS sendiri tetapi disebabkan bentonit

yang merupakan eksipien utama untuk granul PAS. AUC rifampisin secara statistik tidak

berubah dengan adanya tablet natrium aminosalisilat (tanpa bentonit) sedangkan AUC

rifampisin berkurang 37% dengan adanya bentonit dari granul aminosalisilat.

Mekanisme: Bentonit dalam granul PAS mengadsorpsi rifampisin pada permukaannya,

sehingga tersedia sedikit rifampisin untuk diabsorbsi di usus. Berkurangnya absorsbsi

rifampisin di usus menghasilkan reduksi level serum rifampisin. Bentonit secara alami

merupakan mineral yang mengandung banyak aluminium silikat hidrat yang mirip dengan

kaolin.

Manajemen: Interaksi ini harus dihindarkan. Kedua obat sebaiknya diberikan terpisah dengan

jeda waktu 8 sampai 12 jam untuk mencegah pencampuran kedua obat dalam usus. Alternaif

lain adalah memberikan PAS yang tidak mengandung bentonit (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: established (interaksi obat yang didukung oleh studi klinik).

Rifampisin – Antasida

Absorbsi rifampisin berkurang dengan adanya antasida. Berkurangnya absorbsi rifampisin

disebabkan peningkatan pH di lambung oleh antasida menurunkan disolusi rifampisin dengan

Page 51: INTERAKSI OBAT

demikian menghambat absorpsinya. Penambahan aluminium mungkin membentuk khelat

dengan rifampisin and magnesium trisilikat dapat mengabsorbsi rifampisin. Keduanya dapat

menyebabkan penurunan bioavailabilitas (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: possible (interaksi yang dapat terjadi, data yang tersedia terbatas).

Rifampisin – Klofazimin

Rifampisin tidak berinteraksi dengan kurang baik dengan klofazimin. Farmakokinetik

rifampisin tidak berubah dengan dosis berlipat klofazimin. Dosis tunggal klofazimin tidak

mengubah bioavailabilitas rifampisinjika duberikan bersama meskipun terjadi reduksi laju

absorbs tetapi tidak terlalu penting (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: no interaction.

Rifampisin – Makanan

Makanan dapat menghambat absorbsi rifampisin dari usus. Ketika dosis tunggal 10 mg/kg

rifampisin diberikan kepada 6 subjek sehat dengan sarapan standard Amerika (125 g gandum,

10 g lemak, 350 g sayur-sayuran) absorbsi rifampisin berkurang. AUC setelah 8 jam berkurang

26% dan puncak plasma berkurang 30%. Untuk mengatasi permasalahan ini, sebaiknya

rifampisin diminum dengan perut kosong, atau 30 menit sebelum makan, atau 2 jam setelah

makan (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: established (interaksi obat yang didukung oleh studi klinik).

Rifampisin – Probenesid

Serum level rifampisin meningkat dengan adanya probenesid. Studi pada 6 subjek sehat diberi

2 g probenesid sebelum dan setelah dosis tunggal 300 mg rifampisin menunjukkan rata-rata

serum puncak rifampisin meningkat 86%. Pada 4, 6, dan 9 jam setelah mengkonsumsi kedua

obat, persentase meningkat 118,9% dan 102%. Studi berikut pada pasien yang juga

menggunakan 600 mg rifampisin atau 300 mg rifampisin ditambah 2 g probenesid 30 menit

sebelumnya menunjukkan peningkatan 50% pada rifampisin 600 mg. Alasan peningkatan

serum rifampisin dengan hasil yang bertentangan belum diketahui. Kemungkinan dipengaruhi

oleh absorbsi rifampisin yang tidak menentu (Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: probably (interaksi obat yang sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti

secara klinik.

Rifampisin – Buspiron

Rifampisin menurunkan konsentrasi buspiron dalam serum sehingga dapat menurunkan efikasi

terapi. Untuk menghindarinya, dapat dipakai antianxiety alternatif yang tidak dimetabolisme

oleh CYP3A4, misalnya lorazepam atau temazepam (ISO farmakoterapi).

Rifampisin – Kontrasepsi oral

Page 52: INTERAKSI OBAT

Rifampisin mengurangi efikasi kontrasepsi oral dan dapat menyebabkan kejadian abnormal

pada menstruasi dan ovulasi sehingga terjadi kegagalan obat kontrasepsi oral (ISO

farmakoterapi).

C. Interaksi obat Pirazinamid dengan obat lain

Pirazinamid – Antasida

Aluminium-magnesium hydroxide 30 ml, 9 jam sebelum, dengan dan setelah pemberian dosis

tunggal 30 mg/kg pirazinamid dapat menurunkan waktu puncak absorpsi sebanyak 17%, tetapi

tidak berpengaruh parameter farmakokinetik lain. Penggunaan secara bersamaan tidak

menyebabkan masalah yang signifikan (Stockley, 2008).

Pirazinamid – Obat Antigout (Allopurinol)

Pirazinamid dihidrolisis dalam tubuh menjadi asam pirazinoat, yang berhubungan dengan efek

hyperuricaemic dari pirazinamid. Asam pirazinoat dioksidasi oleh enzim xantin oksidase

menjadi asam 5-hidroksipirazoat. Karena allopurinol merupakan penghambat xantin oksidase,

maka konsentrasi asam pirazinoat dapat meningkat sehingga dapat memperburuk efek

hyperuricaemic dari pirazinamid. Hyperuricaemic merupakan kontraindikasi pada penggunaan

pirazinamid. Jika terjadi hyperuricaemic disertai artritis gout akut selama pengobatan, maka

pemberian pirazinamid harus dihentikan (Stockley, 2008).

Pirazinamid – Obat Antigout (Probenesid)

Interaksi probenesid dan pirazinamid serta pengaruh mereka pada ekskresi asam urat sangat

kompleks dan saling berhubungan. Probenesid meningkatkan sekresi dari asam urat dalam urin

dengan menginhibisi reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal. Di sisi lain pirazinamid

mengurangi sekresi asam urat dalam urin, menghasilkan peningkatan kadar serum dari urate

dalam darah, sehingga menyebabkan hyperuricaemic. Hasil dari penggunaan probenesid dan

pirazinamid secara bersamaan bukan semata-mata penjumlahan sederhana dari efek kedua obat

tersebut, karena penambahan pirazinamid dapat menurunkan metabolisme probenesid sehingga

efek uricosuric diperpanjang, dan efek dari pirazinamid berkurang. Selain itu, probenesid dapat

menghambat sekresi pirazinamid sehingga efek pirazinamid meningkat. Efek keseluruhan

adalah jikaprobenesid digunakan untuk menangani hyperuricaemic yang disebabkan

pirazinamid, efek normal dari probenesid dapat dikurangi dan dibutuhkan dosis yang lebih

besar (Stockley, 2008).

Pirazinamid – Makanan

Makanan sedikit mempengaruhi absorpsi pirazinamid. Dosis tunggal 30 mg/kg pirazinamid

yang diberikan dengan makanan tinggi lemak dapat meningkatkan waktu puncak absorpsi

hingga 80%, tetapi tidak berpengaruh pada parameter farmakokinetik lain (Stockley, 2008).

Page 53: INTERAKSI OBAT

D. Interaksi obat Asam Para-Amino Salisilat (PAS) dengan obat lain

PAS – Difenhidramin

Difenhidramin dapat menyebabkan berkurangnya absorpsi PAS dari usus. Suatu penelitian

terhadap 9 orang sehat (dan tikus) menunjukkan bahwa ketika 50 mg difenhidramin

diinjeksikan intramuskular 10 menit sebelum pemberian 2 gram PAS oral, kadar puncak

difenhidramin serum berkurang sekitar 15 %. Hal ini terjadi kemungkinan karena

difenhidramin mengurangi peristaltik usus yang mana juga mengurangi absorpsi PAS.

Penggunaan difenhidramin atau antikolinergik lain yang dapat menurunkan respon terapeutik

pengobatan jangka panjang dengan PAS sebenarnya belum pasti, kemungkinannya kecil

(Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: probably (interaksi obat yang sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti

secara klinik (Stockley, 2008).

PAS – Probenecid

Kadar PAS dalam serum dapat ditingkatkan 2 sampai 4 kali dengan pengunaan probenecid

secara bersamaan. Ketika 500 mg probenecid diberikan 6 jam. Kadar PAS dalam serum 4 gram

bertambah 4 kali. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang lain. Alasannya belum

pasti tetapi kemungkinannya adalah karena probenecid berhasil bersaing dengan PAS terhadap

ekskresi aktif oleh tubulus ginjal, yang mengakibatkan retensi dan akumululasi PAS dalam

tubuh. Bertambahnya kadar PAS dalam serum akan mengakibatkan toksisitas. Dosis PAS

dapat dikurangi tanpa kehilangan respin terapeutik yang diperlukan. Tetapi hal ini perlu

penelitian lebih lanjut. Pengunaan bersamaan obat seharusnya dilakukan dengan pengawasan

(Stockley, 2008).

Signifikansi klinik: possible (interaksi yang dapat terjadi, data yang tersedia terbatas).

E. Interaksi obat Streptomisin dengan obat lain

Streptomisin – diuretik (asam ethakrinat)

Pemberian bersama dengan diuretik (asam ethakrinat) menyebabkan peningkatan ototoksisitas.

Penggunaan asam etakrinat bersama denghan streptomisin dapat meningkatkan gangguan pada

telinga yang diakibatkan oleh streptomisin (Stockley, 2005).

Streptomisin – metoksifluran

Penggunaan streptomisin dengan metoksifluran tidak akan meningkatkan efek nefrotoksik yang

diberikan oleh metoksifluran (Stockley, 2005).

Streptomisin – Dimenhidrinat

Dimenhidrinat menutupi efek ototoksik yang tak diingini dari streptomisin. Dimenhidrinat

dapat mencegah pusing, mual, muntah yang terjadi selama pengobatan dengan streptomisin

(Stockley, 2005).

Page 54: INTERAKSI OBAT

F. Interaksi obat Etionamid dengan obat lain

Etionamid – pirazinamida

Etionamid yang digunakan bersamaan dengan pirazinamida dapat menyebabkan fungsi liver

yang abnormal sehingga penggunaan secara bersamaan sebaiknya dihindari (Stockley, 2005).

Etionamid – rifampisin

Penggunaan rifampisin bersamaan dengan tiomida (etionamid atau protionamid) sebagain

bagian regimen yang direkomendasikan WHO untuk pengobatan multibacillary leprosy

dikaitkan dengan timbulnya hepatotoksisitas (Stockley, 2005).