INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PESISIR TIMUR PULAU...
Transcript of INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PESISIR TIMUR PULAU...
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
154
INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PESISIR TIMUR PULAU PAGAI UTARA, MENTAWAI
(Coastal Vulnerability Index at The East Coast of North Pagai Island, Mentawai)
Herdiana Mutmainah1 dan Aprizon Putra1
1 Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP Komp. PPS Bungus, Jl. Raya Padang Painan KM 16, Teluk Bungus.
Sumatera Barat. Indonesia. E-mail : [email protected]; Telp/Fax. 0751-751458.
ABSTRAK
Abrasi, banjir dan Tsunami merupakan beberapa ancaman bencana alam yang harus dihadapi penduduk pesisir di pulau-pulau kecil. Hunian padat yang konvensional dan minimnya ketersediaan infrastruktur serta sistem peringatan awal terhadap bencana menambah kompleksitas permasalahan di kawasan pesisir. Resiko bahaya perlu diminimalkan dengan menganalisa faktor-faktor penyebab kerentanan pesisir. Indeks Kerentanan Pesisir adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai kerentanan pesisir berdasarkan tinjauan aspek seperti perubahan iklim, kenaikan muka air laut dan morfologi pesisir. Pulau Pagai Utara adalah pulau kecil terluar, bagian dari Kepulauan Mentawai yang terletak di lepas pantai sebelah barat Pulau Sumatera dan merupakan daerah tertinggal. Pulau ini dikelilingi perairan Samudera Indonesia dan terletak di jalur subduksi dua lempeng tektonik aktif yang rawan gempa dan Tsunami. Tingkat abrasi yang tinggi, pantai landai berpasir halus serta berlumpur membuat pulau ini sangat rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kerentanan pesisir di Pulau Pagai Utara menggunakan metode Indeks Kerentanan Pesisir berbasis GIS. Penelitian menggunakan data-data primer yang didukung dengan data-data sekunder berupa peta-peta citra. Survey lapangan dilakukan pada periode April dan September 2016 dengan metode purposive sampling di pesisir timur meliputi 3 desa yang terdiri dari 12 dusun dan 22 titik lokasi pengamatan. Hasil penelitian Pesisir timur Pulau Pagai Utara memiliki 2 (dua) kategori kerentanan yaitu tinggi dan sangat tinggi. Pada sisi utara pesisir timur yaitu Desa Saumanganya dan Desa Matobe memiliki kategori kerentanan tinggi hingga sangat tinggi (IKP 3,2 - 3,5 dan 4,2) sedangkan Desa Sikakap memiliki kategori kerentanan sangat tinggi (IKP 4,2).
Kata kunci : Indeks kerentanan pesisir, daerah tertinggal, Pulau Pagai Utara.
ABSTRACT
Abrasion, flooding and Tsunami are kinds of natural disaster that threat coastal residents in small islands. The conventional and dense population and also lack of infrastructure including the early warning systems make the problems more complicated. The hazard risk needs to be minimized by analyzing the factors that causing the coastal vulnerability. The Coastal Vulnerability Index is a method used to assess coastal vulnerability based on some factors i.e climate change, sea level rise and coastal morphology. North Pagai Island is Indonesia's small outer island, part of the Mentawai Islands that located off the west coast of Sumatera Island and also one of underdeveloped area in Indonesia. The island is surrounded by the Indonesian Ocean and located on a subduction path of two active tectonic plates which is prone to earthquake and tsunami. High abration and flat coast combinations with mud and sand make the island vulnerable. This study aims to assess the vulnerability in North Pagai Island using Coastal Vulnerability Index based on SIG. The study use primary data supported by secondary data such as imagery maps. The field survey was conducted in April and September 2016 with purposive sampling method in the East Coast that consists of 3 villages and 12 hamlets with 22 sites as the observation points. The result shows that
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
155
Saumanganya and Matobe Village is high and very high vulnerability (CVI 3.2 - 3.5 and 4.2), while Sikakap Village is very high vulnerability (CVI 4.2).
Keywords : Coastal Vulnerability Index, underdeveloped area, The North Pagai Island.
PENDAHULUAN
Pesisir Timur Pulau Pagai Utara merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 572 dan merupakan salah satu lokasi yang terparah terkena tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai seperti di Desa Pasapuat, Mapinang dan Matobe. Rentannya bencana di pesisir timur Pulau Pagai Utara disebabkan karena kombinasi topografi dan morfologi wilayah pesisir yang kompleks dan alokasi permukiman penduduk yang dominan terkonsentrasi di kawasan pesisir. Pulau Pagai Utara termasuk dalam kategori daerah tertinggal sesuai Keppres No.131 Tahun 2015.
Pertumbuhan populasi dan kepadatan penduduk di pesisir secara langsung dan tidak langsung merupakan salah satu penyebab kerentanan pesisir. Abrasi, banjir, intrusi air laut dan polusi sering terjadi di kawasan pesisir yang padat penduduk akibat aktivitas yang tidak ramah lingkungan (Linds et al., 2011). Kondisi pulau kecil yang rawan terhadap banjir, abrasi, gempa dan Tsunami dengan infrastruktur yang terbatas membuat Pulau Pagai Utara sangat rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kerentanan pesisir di Pulau Pagai Utara menggunakan Indeks Kerentanan Pesisir. Gambar 1 menunjukkan riwayat gempa dan Tsunami di perairan barat Sumatera dan Gambar 2 adalah lokasi penelitian yaitu pesisir timur Pulau Pagai Utara.
1861 (M~8.5) 1797 (M~8.4)
1833 (M~9.0)
1861 (M~8.5) 1797 (M~8.4)
1833 (M~9.0)
Gambar 6. Riwayat Gempa dan Tsunami di Perairan Barat Sumatera (Briggs et al., 2006;
Konca et al., 2008; Shearer and Burgmann, 2010; Hill et al., 2012; dan Meltzner et al., 2015)
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
156
Gambar 7. Lokasi Penelitian di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara (garis biru).
MATERI DAN METODE
Metode penelitian berupa survey primer dan sekunder dengan sumber data seperti tercantum dalam Tabel 1. Survey primer dilakukan dengan pengukuran lapangan, wawancara dan pengamatan pada 22 titik lokasi yang meliputi 2 kecamatan, 3 desa dan 12 dusun di pesisir timur Pulau Pagai Utara pada April dan September 2016. Penentuan titik dilakukan secara purposive sampling. Wawancara dengan penduduk dan pemerintah setempat dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi. Peralatan yang digunakan diantaranya GPS, mistar ukur, meteran, water pass dan tabel pengamatan. Peta Indeks Kerentanan Pesisir (IKP) dihasilkan dari pengolahan data-data dan peta-peta citra berbasis GIS. Metode IKP mengacu pada Remieri et al., (2011) yaitu secara kuantitatif melalui pengolahan data-data menjadi angka-angka yang menunjukkan tingkat Indeks Kerentanan Pesisir. Secara astronomis, pesisir timur Pulau Pagai Utara berada pada 2°30'14,32" – 2°46'23,43"LS dan 99°59'16,10"– 100°13'11,16"BT dengan panjang garis pantai ± 53 km yang meliputi 2 Kecamatan (Pagai Utara dan Sikakap), 3 desa (Saumanganya, Matobe dan Sikakap) dan 12 dusun pesisir. Gambar 3 dan Tabel 2 menunjukkan 22 titik lokasi pengamatan, kode dan koordinat lokasi penelitian. Gambar 4 menunjukkan Diagram Alir Penelitian.
Tabel 3. Sumber Data Smartline
No Jenis Data Seri Citra dan skala
Sumber
1 Citra Landsat 7+ETM tahun 2006
http://earthexplorer.usgs.gov/
OLI 8 tahun 2016
2 Peta RBI lembar 0714 Skala 1:250.000 Bakosurtanal, 1986
3 Peta Geologi Lembar Pagai Sipora
PPPG ESDM, 1990
3 Data DEM Aster Gdem http://earthexplorer.usgs.gov/
4 Tinggi Gelombang Studi BPSPL (2011) dan Hasil Analisa LPSDKP (2016)
5 Groundtruth (GPS) April dan September 2016, Analisa Tim LPSDKP
6 DiSkripsi Lokasi dan parameter kerentanan pesisir
Kuesioner, data sekunder dan pengukuran lapangan oleh Tim LPSDKP (April dan September 2016)
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
157
Gambar 8. Titik-titik Pengamatan di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara
Tabel 4. Kode, Lokasi dan Koordinat Titik-titik Pengamatan Indeks Kerentanan Pesisir
di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara
Kode Lokasi (Dusun) Koordinat (LS, BT)
P1 Mangau-ngau 2,6667 100,1814
P2 Mangau-ngau 2,6659 100,1812
P3 Mangau-ngau 2,6518 100,1755
P4 Mangau-ngau 2,6507 100,1751
P5 Polaga 2,642 100,1359
P6 Polaga 2,6416 100,1543
P7 Polaga 2,623 100,1292
P8 Polaga 2,6255 100,1316
P9 Pasapuat 2,5439 100,0372
P10 Pasapuat 2,5385 100,0332
P11 Mabulau Buggei 2,5138 100,009
P12 Mapinang 2,504 99,9878
P13 Guluk -guluk 2,5603 100,0506
P14 Matobe Tunang 2,7231 100,2077
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
158
Kode Lokasi (Dusun) Koordinat (LS, BT)
P15 Tapuraukat/Sikakap Timur 2,7488 100,2215
P16 Sibaibai 2,7646 100,2178
P17 Matobe Tunang 2,6864 100,1908
P18 Saumanganya Timur 2,6125 100,1152
P19 Manganjo 2,5915 100,0917
P20 Manganjo 2,5803 100,0717
P21 Saumanganya Timur 2,5985 100,1036
P22 Manganjo 2,5714 100,0617
Sumber : Survey Lapangan-LPSDKP, 2016
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian.
Data geospasial dan data oseanografi di analisa untuk menghitung nilai Indeks Kerentanan Pesisir (IKP). Metode ini digunakan oleh European Environment Agency untuk menganalisisi kerentanan pesisir akibat perubahan iklim di Eropa (Remieri et al., 2011). Parameter-parameter yang digunakan dalam penghitungan Indeks Kerentanan Pesisir adalah seperti pada Rumus 1 berikut ini.
…….(1)
Keterangan: IKP = Indeks Kerentanan Pesisir w1 = Perubahan Garis Pantai w2 = Kemiringan Pantai w3 = Tinggi Gelombang w4 = Kisaran Pasang Surut x1 = Bobot Perubahan Garis Pantai x2 = Bobot Kemiringan Pantai x3 = Bobot Tinggi Gelombang x4 = Bobot Pasang Surut Sumber : Remieri et al., 2011.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
159
Parameter-parameter tersebut kemudian diukur dan diklasifikasikan menjadi 5 kategori tingkat kerentanan yaitu Sangat Rendah (SR), Rendah, Sedang, Tinggi dan Sangat Tinggi (ST) dengan bobot seperti tercantum dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Kerentanan Pesisir (IKP)
Variabel Bobot
(X) Nilai Parameter (W)
SR R S T ST
Perubahan Garis Pantai (m) 0,25 > 2,0 1,0 – 2,0
-1,0 – 1,0
-1,0 - -2,0
< -2,0
akresi akresi Stabil abrasi abrasi
Slope/kemiringan pantai () 0,35 >10 6 – 9,9 4 – 5,9 2 – 3,9 < 2
Tinggi Gelombang Signifikan (m)
0,29 <0,5 0,5 - 1 1 – 1,5 1,5 - 2 > 2
Kisaran pasang surut (m) 0,11 <0,5 0,5 - 1 1 – 1,5 1,5 - 2 > 2
Keterangan : SR (Sangat Rendah), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan ST (Sangat Tinggi). Sumber : Remieri et al., (2011). Panjang laju perubahan garis pantai didapat dari analisis digitasi pada citra landsat 8 OLI 2016 dan 7+ETM sehingga diketahui panjang perubahan garis pantai pada kawasan pesisir timur Pulau Pagai Utara. Analisis laju perubahan garis pantai, dijelaskan dalam Rumus 2 sebagai berikut (ENVI Classic help, 2008).
……(2)
Keterangan: V = Laju perubahan garis pantai (%); N1= Luas area tahun pertama (Ha); N2 ꞊ Luas area tahun ke-n (Ha). Nilai yang didapat dari perhitungan kemudian dianalisa dan diklasifikasikan menurut tingkat kerentanannya (Doukakis dalam Wahyudi, 2009) sebagaimana dalam tabel 4 berikut:
Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kerentanan Pesisir (IKP).
1 ≤ CVI < 2 2 ≤ CVI < 3 3 ≤ CVI < 4 4 ≤ CVI < 5
Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Sumber : (Doukakis dalam Wahyudi, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Garis Pantai
Berdasarkan perhitungan panjang garis pantai hasil digitasi menggunakan aplikasi GIS di pesisir Timur pulau Pagai Utara pada tahun 2006 panjang garis pantai ± 51,5 km dan pada tahun 2016 panjang garis pantai ± 53 km. Dengan demikian, berdasarkan rumus laju perubahan (rumus 2), maka panjang laju perubahan garis pantai dari tahun 2006 ke tahun 2016 adalah -4% dengan perubahan 1,90 km.
Tabel 7. Hasil Analisis Panjang Laju Perubahan Garis Pantai.
Garis Pantai Tahun Perubahan
Laju
2006 2016
Panjang (km) 53 51,1 -1,90 -4%
Sumber : analisa Tim LPSDKP, 2016.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
160
Gambar 10. Peta Perubahan Garis Pantai.
Berdasarkan analisis luas wilayah pesisir yang terkena abrasi (Tabel 6) yakni sebesar 102,19 Ha dengan wilayah yang terkena abrasi hampir merata pada tiap-tiap desa di pesisir timur Pulau Pagai Utara. Luas wilayah pesisir yang mengalami akresi seluas 19,82 Ha terjadi di Dusun Mabulau Buggei dan Dusun Mangajo (Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara). Gambar 6 menunjukkan dinamika pantai (akresi dan abrasi) di pesisir timur Pulau Pagai Utara.
Tabel 8. Dinamika Pesisir Timur Pulau Pagai Utara
No Dusun Koordinat Luasan Segmen Pantai (m2)
Rerata laju
perubahan
(m2/tahun)
Status garis pantai (2006 – 2016)
LS BT
1 Mangau-ngau 2,6667
100,1814
36,81 3,7 Abrasi
2 Mangau-ngau 2,6659
100,1812
36,48 3,6 Abrasi
3 Mangau-ngau 2,6518
100,1755
43,82 4,4 Abrasi
4 Mangau-ngau 2,6507
100,1751
46,49 4,6 Abrasi
5 Polaga 2,642 100,1359
2,92 0,3 Akresi
6 Polaga 2,6416
100,1543
0,19 0,0 Akresi
7 Polaga 2,623 100,1292
28,06 2,8 Abrasi
8 Polaga 2,6255
100,1316
0,33 0,0 Akresi
9 Pasapuat 2,5439
100,0372
4,96 0,5 Akresi
10 Pasapuat 2,5385
100,0332
0,62 0,1 Akresi
11 Mabulau Buggei 2,5138
100,009
7,17 0,7 Akresi
12 Mapinang 2,504 99,987 22,13 2,2 Abrasi
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
161
No Dusun Koordinat Luasan Segmen Pantai (m2)
Rerata laju
perubahan
(m2/tahun)
Status garis pantai (2006 – 2016)
LS BT
8 13 Guluk-guluk 2,560
3 100,05
06 0,32 0,0 Akresi
14 Matobe Tunang 2,7231
100,2077
63,73 6,4 Abrasi
15 Tapuraukat/Sikakap Timur
2,7488
100,2215
56,66 5,7 Abrasi
16 Sibaibai 2,7646
100,2178
21,18 2,1 Abrasi
17 Matobe Tunang 2,6864
100,1908
69,88 7,0 Abrasi
18 Saumanganya Timur 2,6125
100,1152
84,07 8,4 Abrasi
19 Manganjo 2,5915
100,0917
97,75 9,8 Abrasi
20 Manganjo 2,5803
100,0717
17,97 1,8 Akresi
21 Saumanganya Timur 2,5985
100,1036
85,03 8,5 Abrasi
22 Manganjo 2,5714
100,0617
8,87 0,9 Akresi
Sumber : analisa Tim LPSDKP, 2016.
Gambar 11. Dinamika Pesisir Timur Pagai Utara.
Kemiringan Pantai
Hasil pengukuran kemiringan pantai di pesisir timur pada umumnya berkisar 0,3°–1,1°. Pada metode IKP, angka ini termasuk dalam kriteria kerentanan sangat tinggi. Pantai di pesisir timur umumnya bertipe landai dengan beberapa muara sungai atau estuary serta material pasir berlumpur.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
162
Tabel 9. Kemiringan Pantai Timur Pulau Pagai Utara.
Kode
Dusun Koordinat Tinggi (m)
Lebar (m)
Slope (α)° LS BT
P1 Mangau-ngau 2,6667 100,1814 17,4 36 0,5 P2 Mangau-ngau 2,6659 100,1812 20,3 36 0,5 P3 Mangau-ngau 2,6518 100,1755 22,8 43,2 0,5 P4 Mangau-ngau 2,6507 100,1751 25 46 0,5 P5 Polaga 2,642 100,1359 18,5 57 0,3 P6 Polaga 2,6416 100,1543 21,5 52 0,4 P7 Polaga 2,623 100,1292 38 49 0,7 P8 Polaga 2,6255 100,1316 33,3 48 0,6 P9 Pasapuat 2,5439 100,0372 32,8 21,3 1,0 P10 Pasapuat 2,5385 100,0332 25 18,5 0,9 P11 Mabulau Buggei 2,5138 100,009 22,2 12,5 1,1 P12 Mapinang 2,504 99,9878 17,2 19,2 0,7 P13 Guluk-guluk 2,5603 100,0506 19,3 9,1 1,1 P14 Matobe Tunang 2,7231 100,2077 29,2 49,2 0,5 P15 Tapuraukat/Sikakap Timur 2,7488 100,2215 30,1 43,21 0,6 P16 Sibaibai 2,7646 100,2178 21,1 20,1 0,8 P17 Matobe Tunang 2,6864 100,1908 19,2 49,2 0,4 P18 Saumanganya Timur 2,6125 100,1152 19,1 54,2 0,3 P19 Manganjo 2,5915 100,0917 20,2 41,2 0,5 P20 Manganjo 2,5803 100,0717 21,5 38,2 0,5 P21 Saumanganya Timur 2,5985 100,1036 21,3 19,2 0,8 P22 Manganjo 2,5714 100,0617 20,8 18,8 0,8
Gelombang Signifikan dan Pasang Surut
Rentang pasang surut maksimum sepanjang pesisir timur, berkisar antara 1,2 m di daerah Selatan yaitu Sibaibai, Sikakap hingga 1,697 m di daerah Utara yaitu di Mapinang, Saumangaya (BPSPL, 2015 dan LPSDKP, 2016). Tinggi rata-rata gelombang signifikan di Sibaibai hingga Matobe Tunang berkisar antara 0 – 0,4 m; Matobe Tunang hingga Saumangaya berkisar antara 0,4 – 1,2 m; sedangkan di Pinairik hingga Mapinang (ujung Utara Pulau Pagai Utara) berkisar > 0,72 m (BPSPL, 2015 dan LPSDKP, 2016). Lebih jelasnya seperti pada gambar 7 berikut.
Gambar 12. Peta Kisaran tinggi gelombang di pulau Pagai Utara.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
163
Indeks Kerentanan Pesisir (IKP)
Tabel 8 menunjukkan hasil analisis kerentanan pesisir di 22 titik pengamatan memiliki kriteria Tinggi (IKP 3,2 dan 3,5) dan Sangat Tinggi (IKP 4,2). Kriteria kerentanan pesisir yang tinggi hingga sangat tinggi umumnya terjadi di Desa Saumanganya dengan panjang garis pantai yang rentan adalah 18,59 km sedangkan kriteria kerentanan pesisir yang sangat tinggi umumnya terjadi di kawasan pesisir Desa Matobe dan Desa Sikakap dengan panjang garis pantai yang rentan 32,36 km. Pantai di pesisir timur umumnya mengalami abrasi dengan derajat yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, pesisir timur Pulau Pagai Utara dikategorikan sebagai wilayah dengan kerentanan tinggi hingga sangat tinggi. Gambar 8 menunjukkan kondisi morfologi pesisir timur Pulau Pagai Utara dan Gambar 9 menunjukkan Peta Indeks Kerentanan Pesisir di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara.
Tabel 10. Analisa Indeks Kerentanan Pesisir di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara
No
Koordinat Geografis
Garis Pant
ai
Slope
pantai
Gelomban
g
Pasang
Surut
W¹ * X¹
W²* X²
W³* X³
W⁴* X⁴ IKP
Ket. LS BT
1 2,6667
100,1814
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
2 2,6659
100,1812
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
3 2,6518
100,1755
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
4 2,6507
100,1751
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
5 2,642 100,1359
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
6 2,6416
100,1543
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
7 2,623 100,1292
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
8 2,6255
100,1316
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
9 2,5439
100,0372
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
10
2,5385
100,0332
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
11
2,5138
100,009
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
12
2,504 99,9878
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
13
2,5603
100,0506
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
164
No
Koordinat Geografis
Garis Pant
ai
Slope
pantai
Gelomban
g
Pasang
Surut
W¹ * X¹
W²* X²
W³* X³
W⁴* X⁴ IKP
Ket. LS BT
14
2,7231
100,2077
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
15
2,7488
100,2215
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
16
2,7646
100,2178
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
17
2,6864
100,1908
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
18
2,6125
100,1152
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
20
2,5915
100,0917
2 5 3 3 0,50 1,75 0,87 0,33 3,5
Tinggi
21
2,5803
100,0717
5 5 3 3 1,25 1,75 0,87 0,33 4,2
Sangat
Tinggi
22
2,5985
100,1036
1 5 3 3 0,25 1,75 0,87 0,33 3,2
Tinggi
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
165
Gambar 8a. Material pasir berwarna putih di pantai Pinairik – Pasapuat (sisi
utara Pesisir Timur).
Gambar 8b. Material pasir berwarna Hitam di pantai Matobe Tunang (sisi tengah Pesisir Timur).
Gambar 8c. Material pasir berlumpur di pantai
Sibaibai, Sikakap. (sisi selatan Pesisir Timur).
Gambar 13. Morfologi Pesisir Timur Pulau Pagai Utara.
Gambar 14. Peta Indeks Kerentanan Pesisir di Pesisir Timur Pulau Pagai Utara.
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
166
KESIMPULAN DAN SARAN
Pesisir timur Pulau Pagai Utara memiliki 2 (dua) kategori kerentanan yaitu tinggi dan sangat tinggi. Pada Desa Saumanganya dan Desa Matobe memiliki kategori kerentanan tinggi hingga sangat tinggi (IKP 3,2 - 3,5 dan 4,2) sedangkan Desa Sikakap memiliki kategori kerentanan sangat tinggi (IKP 4,2) dengan status kerentanan yaitu abrasi. Material pantai pada umumnya terbagi 2 (dua) yaitu pasir putih berkarang di sisi utara dan pasir hitam
berlumpur di sisi tengah hingga selatan. Slope atau kemiringan pantai berkisar antara 0,3
hingga 1,1. Pantai-pantai sempit dan miring umumnya dijumpai di Dusun Polaga dan Pasapuat. Garis pantai yang sangat rentan berada di Desa Matobe hingga Desa SIkakap. Kombinasi topografi dan morfologi pesisir yang kompleks, lempeng subduksi, pantai yang terbuka dan populasi yang padat menyebabkan sebagian besar wilayah pesisir timur rawan terhadap Tsunami dan abrasi. Secara umum Pulau Pagai Utara adalah lokasi yang rentan terhadap bencana pesisir.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini menggunakan dana DIPA APBN TA.2016 Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ucapan terima kasih sebesarnya disampaikan kepada Litbang KKP di Jakarta, Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LPSDKP, KKP) di Bungus dan seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adger WN, Brooks N, Bentham G, Agnew M, Eriksen S. (2004). New indicators of vulnerability and adaptive capacity. Tyndall Centre for Climate Change Research (Technical Report 7: Final Project Report). 122p.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. (2016). Kepulauan Mentawai dalam Angka 2016. Tuapeijat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Pagai Utara. (2015). Kecamatan Pagai Utara dalam Angka 2015. Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Sikakap. (2015). Kecamatan Sikakap dalam Angka 2015. Sikakap, Kecamatan Sikakap.
Briggs, R.W., Sieh, K., Meltzner, A.J., Natawidjaja, D., Galetzka, J., Suwargadi, B., Hsu, Y.-j, Simons, M., Hananto, N., Suprihanto, I., Prayudi, D., Avouac, J.-P., Prawirodirdjo, L., Bock, Y. (2006). Deformation and slip along the Sunda mega-thrust in The Great 2005 Nias-Simeulue Earthquake. Science 311, 1897-1901. http://dx.doi.org/10.1126/science.1122602.
Budhitrisna, T. and S. Andi Mangga. (1990). Geology of the Pagai and Sipora quadrangle, Sumatra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. pp:1-21.
Dokumen Dukungan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Sumatera Barat di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2015. (2015). Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSPL, KKP). Padang. Sumatera Barat.
Dolan A, Walker IJ. (2004). Understanding vulnerability of coastal communities to climate change related risks. J Coast Res Spec Iss Brasilia, 39.
Hill, E.M., Borrero, J.C., Huang, Z., Qiu, Q., Banerjee, P., Natawidjaja, D.H., Elosegui, P., Fritz, H.M., Suwargadi, B.W., Pranantyo, I.R., Li, L., Macpherson, K.A., Skanavis, V., Synolakis, C.E., Sieh, K. (2012). The 2010 MW 7.8 Mentawai Earthquake: Very Shallow Source of A Rare Tsunami Earthquake Determined from Tsunami Field Survey and Near-Field GPS Data. J. Geophys. Res. 117, B06402. http://dx.doi.org/10.1029/2012JB009159.
Konca, A.O., Avouac, J.-P., Sladen, A., Meltzner, A.J., Sieh, K., Fang, P., Li, Z., Galetzka, J., Genrich, J., Chlieh, M., Natawidjaja, D.H., Bock, Y., Fielding, E.J., Ji, C., Helmberger, D.V. (2008). Partial Rupture of A Locked Patch of The Sumatra Megathrust During
Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017
167
The 2007. Earthquake sequence. Nature. 456: 631 - 635. http://dx.doi.org/10.1038/nature.07572.
Laporan Akhir Penelitian Potensi Sumberdaya dan Kerentanan di Pulau Pagai Utara TA. 2016. (2016). Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kelautan dan Perikanan (LPSDKP, KKP). Padang. Sumatera Barat.
Linds de Baros FM and Muehe Dieter. 2011. The smartline approach to coastal vulnerability and social risk assesment applied to a segment of the east coast of Rio de Janeiro State, Brazil. ©Springer Science+Business Media B.V.2011.
Meltzner, A. J., and C. D. Woodroffe. (2015). Coral Microatolls, in Handbook of Sea-Level Research, edited by I. Shennan, A. J. Long, and B. P. Horton, pp. 125–145, John Wiley, Chichester, U. K., doi:10.1002/9781118452547.ch8
Peraturan Presiden No.131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019. http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/Perpres-Nomor-131-Tahun-2015.pdf. Diakses tanggal 7 Maret 2016.
Ramieri, E., Hartley, A., Barbanti, A., Santos, F.D., Laihonen, P., Marinova, N. and Santini, M. (2011). Methods for Assessing Coastal Vulnerability to Climate Change. ETCCCA Background Paper. European Environment Agency, Copenhagen.
Shearer, P., Bürgmann, R. (2010). Lessons learned from the 2004 SumatraeAndaman megathrust rupture. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 38, 103-131. http://dx.doi.org/ 10.1146/annurev-earth-040809-152537.
Wahyudi, T. Hariyanto, Suntoyo. (2009). Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Timur. Prossiding. Seminar Nasional Teori dan Aplikasi 2009. Surabaya: Institut Teknologi Semarang.