imunoprofilaksis

22
DAFTAR PUSTAKA 1. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2006. “Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh”. Balai Penerbit FKUI : Jakarta 2. Belanti, Joseph A. 1993. Imunologi III. Gadjah Mada University Pess : Jogjakarta. Hal: 551 3. Faix, R. (2002) Immunization during pregnancy. Clinical Obstetrics and Gynecology. Hal: 42,44. 4. Pezzutto, Antonio M.D & Gerd Bumester. 2003. Color Atlas of Immunology. Thieme Stuttgart: New York. Hal: 240 5. Rabson, Arthur & Ivan M. Roitt. 2005. Really Essential Medical Immunology 2 nd Edition. Blackwell Publishing Ltd : United Kingdom. Hal: 127-134. 6. Stanley, Jacqueline PhD. Clinical Immunology. 1999. Landes Bioscience: Texas. Hal: 240 7. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. “Textbook of Medical Physiology”. Elsevier Saunders : Philadelphia. 8. The Department of Immunization, Vaccines and Biologicals WHO. 2004. Immunization in Practise: A Practical Guide For Health Staff. World Health Organization : Switzerland. Hal: 4-24.

Transcript of imunoprofilaksis

Page 1: imunoprofilaksis

DAFTAR PUSTAKA

1. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2006. “Imunologi Dasar Edisi Ke

Tujuh”. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

2. Belanti, Joseph A. 1993. Imunologi III. Gadjah Mada University

Pess : Jogjakarta. Hal: 551

3. Faix, R. (2002) Immunization during pregnancy. Clinical

Obstetrics

and Gynecology. Hal: 42,44.

4. Pezzutto, Antonio M.D & Gerd Bumester. 2003. Color Atlas of

Immunology. Thieme Stuttgart: New York. Hal: 240

5. Rabson, Arthur & Ivan M. Roitt. 2005. Really Essential Medical

Immunology 2nd Edition. Blackwell Publishing Ltd : United

Kingdom. Hal: 127-134.

6. Stanley, Jacqueline PhD. Clinical Immunology. 1999. Landes

Bioscience: Texas. Hal: 240

7. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. “Textbook of Medical

Physiology”. Elsevier Saunders : Philadelphia.

8. The Department of Immunization, Vaccines and Biologicals

WHO. 2004. Immunization in Practise: A Practical Guide For

Health Staff. World Health Organization : Switzerland. Hal: 4-24.

Page 2: imunoprofilaksis

1. Pendahuluan

Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk resisten terhadap

kebanyakan tipe organisme atau toksin yang berpeluang merusak jaringan

atau organ (imunitas). Kebanyakan imunitas adalah acquired immunity,

yaitu suatu bentuk imunitas yang tidak berkembang sampai tubuh pertama

kali terserang oleh bakteri, virus atau toksin, tidak jarang dibutuhkan

berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk mengembangkan

imunitas.

Aquired immunity sering memberikan pertahanan yang ekstrim.

Misalnya, beberapa toksin seperti toksin paralitik botulinum atau toksin

tetanus, sebanyak 100.000 kali jumlahnya dapat mematikan tanpa

imunitas. Ini alasan mengapa proses penanganan yang dikenal sebagai

imunisasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit

dan toksin.

Ketika antigen seperti mikroba, memasuki tubuh untuk pertamakalinya

terjadi respon primer dimana antibodi dengan kadar rendah dapat

dideteksi dalam darah setelah 2 minggu. Meskipun respon tersebut dapat

mencukupi untuk melawan antigen, kadar antibodi akan jatuh kecuali ada

penyerang lain dengan antigen yang sama dalam jangka waktu pendek

(2-4 minggu). Penyerangan kedua menghasilkan respon sekunder dimana

respon cepat oleh sel memori B menghasilkan peningkatan antibodi yang

diproduksi. Peningkatan lebih jauh dapat diperoleh dengan penyerangan

lebih lanjut meskipun kadar maksimum telah dicapai. Prinsip inilah yang

digunakan dalam imunisasi.

Pencegahan penyakit infeksi dengan imunisasi merupakan kemajuan

yang besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan

penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah

dapat dilenyapkan dari muka dunia ini. Demikian pula dengan polio yang

dewasa ini sudah dapat dilenyapkan di banyak negara. Imunisasi atau

vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,

memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori

Page 3: imunoprofilaksis

terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen

nonvirulen/nontoksik.

Imunitas perlu dikembangkan terhadap jenis antibobi/sel efektor imun

yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama

terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin). Antibodi

mencegah adherens mikroba masuk ke dalam sel untuk menginfeksinya,

atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin.

2. Pengertian

Penggunaan vaksin didasarkan pada rangsangan respons imun

spesifik dalam hospes (imunisasi aktif) dan adapula yang berdasar

pemindahan antibodi yang dibuat lebih dahulu (imunisasi pasif).

Imunisasi aktif biasanya dikenal dengan vaksinasi.

Arti istilah ‘vaccine” (vacca: L;sapi), merujuk pada vaksinasi Jenner

dengan cacar sapi, yang telah diperluas sampai mencakup setiap produk

biologik yang dibuat dari mikroorganisme atau zat-zat biologik lain,

misalnya allergen atau produk-produk tumor yang berguna dalam

pencegahan atau pengobatan penyakit.

Meskipun prosedur imunisasi aktif dan pasif telah diterapkan pada

sebagian penyakit infeksi, mereka masih sedang diuji pada area lain,

seperti pencegahan dan pengobatan pada neonates, dan netralisasi obat-

obat tertentu seperti digoxin.

a. Imunisasi Aktif

Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan

vaksin hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus

mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik.

Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan

booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi.

Page 4: imunoprofilaksis

Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya

replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih

besar dan respon imun d itempat infeksi alamiah. Vaksin yang dilemahkan

diproduksi dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat

merupakan pembawa gean dari mikroorganisme lain yang sulit untuk

dilemahkan.

BCG merupakan pembawa yang baik untuk antigen yang memerlukan

imunitas sel CD4 atau salmonella sehingga dapat memberikan imunitas

melalui pemberian oral. Imunisasi intranasal telah mendapat popularitas.

Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat menjadi virulen

kembali dan merupakan hal yang berbahaya untuk subjek

imunokompromais.

Vaksin-vaksin yang sekarang tersedia dapat dibagi menjadi 4

golongan, yakni:

- Toksoid

Istilah toksoid merujuk pada pembuatan toksin yang telah dibuat

nontoksik tetapi masih menyimpan sifat-sifat imunogenik dank arena

itu, berguna sebagai vaksin.

- Vaksin Seluruh Sel Bakteri (Inactivated Vaccines)

Vaksin tipe ini dipreparasi dari sel bakteri yang telah diinaktifkan, baik

dengan formalin ataupun agen lainnya. Contoh: BCG, vaksin

pertusis, vaksin tifoid.

- Vaksin Virus (Split-Virus Vaccines)

Merupakan vaksin yang dibuat dari sub-unit virus yang telah

termurnikan/terpurifikasi.

- Vaksin Polisakarida kapsuler (Live attenuated viral)

Merupakan vaksin yang dibuat dari polisakarida kapsuler organisme

yang telah dimurnikan.

b. Imunisasi Pasif

Page 5: imunoprofilaksis

Prinsip dasar imunisasi pasif adalah penyuntikan antibodi dari hospes

imun ke dalam hospes nonimun untuk memperoleh pengaruh profilaktik

atau terapeutik yang diinginkan. Pada kebanyakan kasus, imunisasi

pasif diperoleh dari imunoglobin yang berasal dari plasma manusia.

Antibodi yang berasal dari manusia lebih disukai karena protein ini

tidak menimbulkan respon imun yang mungkin merugikan, misalnya

penyakit serum yang terlihat setelah penggunaan gamaglobulin asal

binatang.

3. Tujuan

Imunisasi atau imunoprofilaksis bertujuan untuk mencegah penyakit

infeksi, berkembang dari pengamatan bahwa individu yang telah sembuh

dari suatu infeksi spesifik tidak menderita penyakit itu lagi.

4. Jenis-Jenis

Terdapat beberapa jenis vaksin yang dapat digunakan untuk

mencegah penyakit-penyakit tertentu. Setiap Negara memiliki ketentuan

tersendiri mengenai vaksin mana yang akan digunakan. Dengan kata lain,

terdapat jenis vaksin yang tidak digunakan oleh suatu Negara. Misalnya,

vaksin yellow fever dan Japanese encephalitis yang hanya digunakan

pada region/wilayah tertentu di dunia.

a. Diphtheria-pertussis-tetanus (DPT)

DPT adalah vaksin yang dibuat dari diphtheria toxoid, tetanus toxoid,

dan vaksin pertussis. DPT merupakan vaksin dalam bentuk cairan.

Jika vaksin DPT dalam vial disimpan dalam waktu lama akan terbentuk

endapan di dasar vial sehingga harus digojog sebelum penggunaanya.

Keamanan dan Efek Samping DPT:

Reaksi yang ditimbulkan vaksin DPT biasanya cukup ringan, seperti:

Demam. Lebih dari 50% anak yang menerima vaksin ini akan terkena

demam pada malam setelah pemberian injeksi. Demam ini biasanya

Page 6: imunoprofilaksis

hilang dalam sehari. Pemberian paracetamol ataupun antipiretik

lainnya 4 dan 8 jam setelah imunisasi dapat menurunkan insiden

terjadinya demam dan reaksi lokal.

Rasa sakit/ Soreness. Lebih dari 50% anak merasakan sakit,

kemerahan, ataupun pembengkakan pada bagian yang diinjeksi

vaksin.

Tipe vaksin Difteria &Tetanus: Toksoid;

Pertussis: seluruh sel bakteri

Jumlah Dosis 3 dosis primer

Jadwal pemberian Umur 6,10,14 minggua

Booster Umur 18 bulan sampai 6 tahunb

Kontraindikasi Reaksi anaphylaksis pada

pemberian sebelumnya

Efek samping Reaksi lokal dan sistemik ringan

Perhatian DPT tidak boleh diberikan untuk

usia lebih dari 6 tahun

Dosis 0,5 ml

Tipe pemberian injeksi Intramuskular

Penyimpanan 20C-80C. Vaksin DPT tidak boleh

dibekukan

- Terdapat beberapa variasi waktu pemberian tiga dosis utama pada

jadwal imunisasi di Negara yang berbeda.

- Rekomendasi WHO mengenai dosis tambahan DPT setelah

menuntaskan dosis utama.

b. Vaksin Cacar (Measles vaccine)

Measles vaccine tersedia dalam bentuk serbuk dengan pelarutnya

dipisahkan dalam vial yang berbeda. Sebelum digunakan, vaksin

harus direkonstitusi dengan diluennya. Setelah itu, vaksin disimpan

pada suhu 2°C– 8°C. Pada beberapa Negara, dikenal penggunaan

Page 7: imunoprofilaksis

kombinasi vaksin measles dan vaksin rubella (MR) ataupun kombinasi

vaksin measles-mumps-rubella (MMR).

Keamanan dan Efek Samping

Biasanya terjadi reaksi ringan meliputi:

Soreness/ Rasa sakit. Beberapa anak merasakan sakit pada daerah

injeksi 24 jam setelah imunisasi. Dalam kebanyakan kasus, reaksi ini

akan reda dalam 2-3 hari.

Demam. Sekitar 5% anak mengalami demam 5-12 hari setelah

menerima vaksin ini.

Ruam. Pada 1 dari 20 anak ditemukan ruam 5-12 hari setelah

pemberian vaksin. Ruam ini akan hilang paling lama 2 hari.

Reaksi berat measles vaccine jarang terjadi; anaphylaxis terjadi sekali dalam

1.000.000 administrasi dosis. Reaksi alergi berat dapat terjadi sekali setiap 100.000

dosis dan 1 kasus trombositopenia ditemukan setiap 30.000 dosis. Encephalitis

dilaporkan kurang dari 1 setiap 1.000.000 dosis.

Tipe vaksin Polisakarida kapsuler (Live attenuated

viral)

Jumlah Dosis Dosis primer sekali. Dosis sekunder

diberikan tidak kurang dari 1 bulan setelah

pemberian dosis primer

Jadwal pemberian Pada usia 9-11 bulan

Booster Dosis sekunder sangat dianjurkan (secara

rutin)

Kontraindikasi Reaksi berat pada dosis sebelumnya,

kehamilan, kelaianan imunitas

Efek samping Malaise, demam,ruam, tombositopenia

purpura idiophatic

Perhatian -

Dosis 0,5 ml

Tipe pemberian injeksi Subkutan

Penyimpanan 20C-80C (Vaksin dapat dibekukan dalam

Page 8: imunoprofilaksis

penyimpanan jangka lama, namun tidak

demikian dengan diluennya).

c. Vaksin Kombinasi Measles-rubella (MR) dan Measles- Mumps-

Rubella (MMR)

Ada beberapa Negara yang mengkombinasikan vaksin measles dan

rubella (MR) ataupun mengkombinasi vaksin measles, mumps, dan

rubella (MMR). Vaksin MR dan MMR tersedia dalam bentuk serbuk

dengan diluennya secara terpisah. Sebelum penggunaannya harus

direkonstitusi terlebih dahulu. Vaksin MR dan MMR harus disimpan

pada suhu 2ºC–8°C setelah rekonstitusi.

Keamanan dan Efek Samping

Reaksi-reaksi ringan sering terjadi seperti:

Demam. Seperti pada single-antigen measles vaccine, sekitar 5%

hingga 15% anak mengalami demam ringan 5-12 hari setelah

pemberian vaksin

Ruam. Seperti halnya measles vaccine, sekitar 1 setiap 20 anak

mengalami ruam ringan 5-12 hari setelah imunisasi.

Reaksi-reaksi berat jarang terjadi. Terdapat dugaan adanya

hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR, namun

hal ini belum terbukti. Dengan adanya penambahan vaksin rubella,

maka dapat ditemukan arthritis sementara 1-3 minggu setelah

vaksinasi pada lebih dari 1 setiap 4 wanita post-pubertal. Reaksi ini

sangat jarang terjadi pada anak-anak. Dengan adanya vaksin

mumps dalam kombinasi ini, dapat menimbulkan parotitis dan

aseptic meningitis (jarang terjadi).

Tipe vaksin Live attenuated viral

Jumlah Dosis Satu dosis (Dosis Primer)

Jadwal pemberian Pada usia 12-15 bulan

Booster Dosis sekunder dianjurkan (secara rutin)

Page 9: imunoprofilaksis

Kontraindikasi Reaksi berat pada dosis sebelumnya,

kehamilan, kelaianan imunitas . Walaupun

tidak dianjurkan untuk ibu hamil, belum

ditemukan bukti yang menunjukkan

gangguan pada janin jika vaksin ini

diberikan pada ibu hamil.

Efek samping Sama dengan measles vaccine, ditambah

arthritis pada remaja, aseptic meningitis,

dan parotitis.

Perhatian -

Dosis 0,5 ml

Tipe pemberian injeksi Subkutan

Penyimpanan 20C-80C (Vaksin dapat dibekukan dalam

penyimpanan jangka lama, namun tidak

demikian dengan diluennya).

d. Vaksin Oral Polio (OPV)

Oral polio vaccine (OPV) melindungi tubuh dari virus penyebab polio.

Merupakan suatu vaksin berbentuk cair yang tersedia dalam 2 wadah

penyimpanan:

1. Botol plastik dengan penetes

2. Vial dengan penetes yang ditempatkan pada plastik terpisah.

WHO seperti dilansir pada Juli 2003, tidak merekomendasikan

penggunaan IPV (Injection Polio Vaccine).

Keamanan dan Efek Samping

OPV hampir tidak menimbulkan efek samping. <1% yang divaksinasi dengan OPV

mengalami diare dan sakit kepala pada pemberian vaksin.

Tipe vaksin Live oral polio vaccine (OPV)

Jumlah Dosis 4 pada Negara endemik (termasuk dosis

bayi baru lahir)

Jadwal pemberian Pada bayi baru lahir*, 6, 10, 14 minggu

Page 10: imunoprofilaksis

Booster Dosis tambahan diberikan dalam

penghambatan aktivitas polio

Kontraindikasi -

Efek samping Paralytic (Sangat jarang terjadi)

Perhatian -

Dosis 2 drops

Tipe pemberian injeksi -

Penyimpanan 20C-80C (Dapat dibekukan dalam

penyimpanan jangka lama).

* Pada Negara-negara endemic polio

e. Vaksin Tetanus toxoid (TT)

Tetanus toxoid (TT) vaccine merupakan vaksin yang memproteksi

tubuh terhadap tetanus. Tersedia dalam bentuk sediaan cair dalam vial

dan prefilled auto-disable injection devices. Adapun beberapa formulasi

yang berbeda-beda pada vaksin tetanus:

• Vaksin TT yang memproteksi tubuh terhadap tetanus dan neonatal

tetanus.

• Vaksin DPT (diphtheria-pertussis-tetanus) , proteksi tubuh terhadap

difteri, tetanus, dan pertussis (batuk rejan).

• Vaksin DT (diphtheria-tetanus toxoids), proteksi tubuh terhadap difteri

dan tetanus. Karena mengandung diphtheria toxoid dalam

konsentrasi tinggi, DT tidak boleh diberikan pada anak usia di atas 6

tahun ataupun dewasa.

• Vaksin Td (tetanus-diphtheria toxoids adult dose), merupakan vaksin

yang sama dengan DT, namun dosis diphtheria toxoid pada Td jauh

lebih rendah. Td dapat diberikan pada anak di atas 6 tahun ataupun

dewasa, termasuk pada ibu hamil.

Page 11: imunoprofilaksis

Pemberian vaksin TT dan Td pada ibu hamil tidak hanya melindungi

sang ibu dari tetanus, tetapi juga sekaligus menghindarkan neonatal

tetanus pada janin. Ketika vaksin TT dan Td diberikan kepada ibu

hamil, antibodi yang terbentuk dalam tubuh sang ibu akan melalui

fetus. Antibodi ini akan melindungi sang bayi saat dilahirkan dan

beberapa bulan setelahnya. Pemberian 3 dosis TT atau Td dapat

memproteksi tubuh terhadap tetanus maternal dan neonatal paling

tidak selama 5 tahun.

Dalam penyimpanan jangka lama, vaksin yang mengandung tetanus

toxoid akan mengendap pada dasar vial. Oleh karena itu, vial harus

dikocok sebelum penggunaan. Vaksin TT/DT/Td/DTP tidak boleh

dibekukan.

Keamanan dan Efek Samping

Vaksin yang mengandung tetanus toxoid menyebabkan sedikit reaksi

serius. Namun, reaksi ringan lebih sering terjadi. Reaksi ringan

meliputi:

Rasa sakit. 1 dari 10 mengalami nyeri ringan dan kemerahan 1-3

hari setelah divaksin.

Demam. 1 dari 10 mengalami demam setelah pemberian vaksin.

Tabel 1 (Jadwal imunisasi TT/ Td rutin pada wanita hamil)

Dosis TT/Td Waktu Pemberian

1 Sedini mungkin pada masa kehamilan

2 4 minggu setelah TT 1

36 bulan setelah TT 2 atau pada kehamilan

berikutnya

41 tahun setelah TT 3 atau pada kehamilan

berikutnya

51 tahun setelah TT 4 atau pada kehamilan

berikutnya

Page 12: imunoprofilaksis

Tipe vaksin Toksoid DT, TT, dan Td

Jumlah Dosis Paling kurang 2 dosis

Jadwal pemberian Lihat Tabel 1

Booster TT/Td setiap 10 tahun atau selama masa

kehamilan. DT pada umur 18 bulan hingga

6 tahun

Kontraindikasi Reaksi anaphylactic pada dosis

sebelumnya

Efek samping Reaksi lokal dan sistemik ringan

Perhatian -

Dosis 0,5 ml

Tipe pemberian injeksi Intramuskular

Penyimpanan 20C-80C. Tidak boleh dibekukan

f. Vaksin Tuberculosis (BCG)

Vaksin BCG merupakan singkatan dari Bacille Calmette-Guérin. Bacille

menggambarkan bentuk dari bakterinya; Calmette dan Guérin adalah

nama orang-orang yang mengembangkan vaksin ini. Vaksin ini

memproteksi tubuh terhadap tuberculosis.

Vaksin BCG berbentuk serbuk dan harus direkonstitusi dengan

diluennya sebelum digunakan.

Keamanan dan Efek Samping

Ketika vaksin BCG diinjeksikan, akan terjadi pembengkakan pada

daerah suntikan yang akan hilang dalam 30 menit. Setelah 2 minggu,

akan terbentuk bekas kemerahan yang akan hilang dalam 2 minggu.

Terbentuk goresan sepanjang 5 mm. Reaksi ini adalah reaksi normal yang

menandakan bahwa vaksin sedang bekerja. Reaksi- reaksi lain pada pemberian vaksin

BCG adalah terbentuknya abses.

Tipe vaksin Live bacterial

Page 13: imunoprofilaksis

Jumlah Dosis Satu

Jadwal pemberian Sesegera mungkin setelah kelahiran

Booster -

Kontraindikasi Infeksi HIV simptomatik

Efek samping Abses lokal dan lymphadenisis

Perhatian Menggunakan jarum suntik khusus

Dosis 0,05 ml

Tipe pemberian injeksi Intradermal

Penyimpanan 20C-80C (Vaksin boleh dibekukan, tetapi

diluennya tidak boleh).

g. Vaksin Hepatitis B (HepB)

Vaksin hepatitis B (HepB) berbentuk cair dalam vial dosis tunggal dan

ganda. Karena vaksin HepB hanya mengandung 1 antigen, maka

vaksin ini dikenal juga dengan vaksin monovalen. Vaksin HepB juga

biasa dikombinasi menjadi DPT-HepB and DPT-HepB+Hib. Hanya

vaksin HepB monovalen yang dapat diberikan pada bayi yang baru

lahir. Jika disimpan dalam waktu lama, akan terbentuk endapan pada

dasar vial sehingga harus dikocok sebelum pemakaian. Vaksin ini tidak

boleh dibekukan.

Keamanan dan Efek Samping

Vaksin HepB merupakan salah satu vaksin yang terbilang sangat

aman. Reaksi ringan yang sering terjadi adalah rasa sakit dan demam.

Tipe vaksin DNA Rekombinan

Jumlah Dosis 3 dosis

Booster -

Kontraindikasi Anavilaksis pada dosis sebelumnya

Efek samping Kemerahan

Dosis 0,5 ml

Tipe pemberian injeksi Intramascular

Page 14: imunoprofilaksis

Penyimpanan 20C-80C (Tidak boleh dibekukan).

5. Keberhasilan

Vaksinasi dengan organisme yang diinaktifkan atau dilemahkan telah

terbukti merupakan cara yang efektif untuk menambah daya tahan hospes

dan pada akhirnya memberantas penyakit infeksi tertentu yang sering

ditemukan dan serius itu.

Salah satu upaya yang paling berhasil dalam lapangan

imunoprofilaksis yang dikembangkan dari sederetan pengamatan

menyebabkan perkembangan vaksin yang akhirnya menghasilkan

pemberantasan penyakit cacar.

Pencegahan penyakit virus dengan vaksin menggambarkan satu

kemenangan imunologi terbesar, misalnya pemberantasan penyakit

tertentu yang memastikan atau yang membuat cacat pada menusia,

seperti poliomielitis.

6. Penutup

Imunoprofilaksis merupakan suatu bentuk pencegahan penyakit

melalui mekanisme peningkatan derajat imunitas melalui suatu proses

imunisasi atau vaksinasi. Imunitas sendiri dapat diperoleh secara alami

maupun buatan, dalam kondisi pasif, maupun aktif. Imunitas pasif

diperoleh secara alami melalui transfer imunoglobulin kepada bayi atau

fetus melalui kolostrum atau plasenta, sedangkan imunitas pasif buatan

diperoleh melalui penyuntikan langsung suatu antibodi.

Sedangkan untuk memperoleh imunitas aktif secara alami diperoleh

melalui pengenalan sel T dan B serta kostimulasi beberapa faktor seperti

sel sitotoksik T, sel memori B dan T. Imunitas aktif buatan diperoleh

melalui penyuntikan suatu agen yang dapat memicu respon imunitas

Page 15: imunoprofilaksis

tubuh seperti virus atau bakteri yang dilemahkan/dimatikan atau

pemberian suatu toksoid sebagai antitoksin.

Kerberhasilan suatu vaksinasi diperoleh bila imunitas yang diperoleh

melaui vaksinasi efektif dalam menciptakan ambang mekanis efektor imun

yang adekuat dan sesuai serta populasi sel memori yang dapat

berkembang, sehingga individu yang menerima vaksinasi akan memiliki

imunitas terhadap patogen-patogen tertentu.

Imunisasi (Imunoprofilaksis) harus dilakukan sesuai jadwal terutama

pada anak-anak.

TUGAS IMUNOLOGI

IMUNOPROFILAKSIS

Page 16: imunoprofilaksis

OLEH :

NAMA : SURYADI

NIM : N 111 08 282

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010