IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI ......pemberdayaan yang paling krusial karena seberapa...
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI ......pemberdayaan yang paling krusial karena seberapa...
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
PEREMPUAN MELALUI PENDIDIKAN KEUANGAN
Studi Kasus Anggota Perempuan Koperasi Teratai Putih Kelurahan Pejaten Timur
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ARIANNE SARAH
NIM: 1112054000014
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
LEMBAR PERSETUJUAN
Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan MelaluiPendidik*n Keuangan Studi Kasus Di Koperasi Teratai Putih Kelurahan
Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ARIANNE SARAHNIM. 1112054000014
NIP. 19720606 199803 I 003
JURUS$I PENGEMBANGAN MASYARAKA'T ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
T}NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438H t20t7:]M
tElIBrdR PEI{GESAI{AN PANITIA UJIAT{
Skripsi,vang berj udul " I mplementasi Prograni Fembe rda-vaan Ekono tn i
Perempuan Melalui Pendldikan Keuangan. Stutli Kasus: Anggota Perernpuan
Koperasi T'eratai Putih Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Plinggu
Jakarta Selatan" telair diujikan elalam si<lang Munaqasf ah Fakultas tr)ak*'ah dan
Ilmu Komunikasi l-ilN S"varif Hidayatullah Jakarta parla selasa. I Agusius 20i7.
Siaipsi ini telah diterima sebagai salah saiu syarai memperoleh Gelar: Sariana Sosiai
(S.Sos) pada program studi Pengernbangan Masyarakat Islam.
Jakart4 21 Agustus 2017
Sidang $Iunaqasl'ah
,{nggrita
Pengu-ii I
Sqr ui Fiidal'ati" S.As..M.PdNiF. tr9694322 re9603 2 001
M. Hudri. M.AgNiP. 19720606 199803 1
Penguji II
+t-t4
ilt
Sekretaris Sidang
9710520 19eq03 2 002
003
1994i)3 1 {i02
LEMBAR FERlil'ATA./tF{
Dengan ini sava nlen\.atakail lrahwa:
Skripsi ini menrpakao asli hasil karya saya yafig diajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Semua stuntler yaag saya gunakan dalam penulisarl ini tclah saya
certumkan sesuai dengan ketcntuan yarg berlaku di UiN Syarif
Hidayatullah Jakarta
.lika dikeruudian hari terbukti bahwa karya iai bukan hasil karya asli saya
atau mezupakan liasil jiplakan dari ka-rya orang laiu. rnaka *aya ber*edia
meRcrirna sanksi yaug berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 25 September 2017
1.
?,
v
ABSTRAK
Arianne Sarah
Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui
Pendidikan Keuangan: Studi Kasus Anggota Perempuan Koperasi Teratai
Putih Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salah satu kecerdasan yang harus di miliki oleh manusia modern saat ini
adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset keuangan
pribadi. Atas dasar itu, program pendidikan keuangan dilakukan untuk perempuan
yang rentan dan marjinal di wilayah perkotaan agar lebih memahami literasi
keuangan. Implementasi program merupakan salah satu dari tahapan
pemberdayaan yang paling krusial karena seberapa baik konsep suatu program
jika pada tahap implementasi tidak dijalankan dengan baik maka berpotensi hanya
akan menjadi arsip tanpa terwujudnya tujuan program.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi
program pendidikan keuangan serta hasil yang dirasakan oleh perempuan anggota
Koperasi Teratai Putih di Pasar Minggu Jakarta Selatan dalam Program
Pendidikan Keuangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat
deskriptif, melalui observasi dan wawancara dengan teknik interview semi
terstuktur kepada 13 responden. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
program pendidikan keuangan di Koperasi Teratai Putih dilakukan selama enam
bulan dan dua bulan selanjutnya dilakukan pelatihan manajemen bisnis. Sasaran
peserta program adalah para perempuan dengan berbagai jenis usaha kecil
menengah dalam strata ekonomi sedang.
Hasil penelitian diketahui bahwa program pendidikan keuangan yang
dilakukan di Koperasi Teratai Putih memenuhi elemen – elemen dari model
implementasi menurut David C. Korten, yakni (1) adanya program yang disusun
dengan matang, (2) pelaksana atau fasilitator program memahami tugasnya
dengan baik dan (3) program sesuai dengan kebutuhan sasaran program. Adapun
hasil dari implementasi program pendidikan keuangan yang dijalankan oleh para
peserta, menunjukkan hasil yang baik sebagai upaya pemberdayaan ekonomi
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan dasar pengelolaan keuangan
peserta telah membuat anggaran rumah tangga secara sederhana, kesadaran untuk
mendahulukan menabung ke dalam post-post keuangan, mempersiapkan dana hari
tua, terlibat dalam lembaga keuangan formal yakni koperasi, dan kesadaran
berwirausaha untuk menciptakan kemandirian sehingga mempengaruhi posisi
tawarnya dalam keluarga.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Perempuan, Literasi Keuangan, Pendidikan
Keuangan
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah wassyukru lillaah atas limpahan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Program
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan. Studi Kasus:
Anggota Perempuan Koperasi Teratai Putih Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam kepada Baginda besar Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan
menuntun umat-Nya ke jalan yang di Ridhai Allah SWT.
Proses penulisan skripsi ini penulis sadari banyak mengalami kesulitan.
Namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkat
kekuatan yang Allah SWT berikan kepada penulis maka kesulitan-kesulitan yang
dihadapi tersebut dapat teratasi. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan
sekaligus sebagai ketua sidang munaqosah.
3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam sekaligus dosen Penasehat Akademik atas segala ilmu dan
bimbingan yang diberikan selama masa studi di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
vii
4. Bapak M. Hudri, M.Ag selaku Sekertasis Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam sekaligus dosen pembimbing. Terima kasih banyak
bapak telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Segenap dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh
Civitas Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan
membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ayahanda Selamet Darmat dan Ibunda Erlin Rohayati tercinta.
Keberhasilanku menyelesaikan skripsi ini adalah bukti nyata bahwa satu
lagi doa mama papa yang dikabulkan oleh Allah untuk kesuksesan
anakmu. Terima kasih yang tak terhingga atas segala dukungan, doa dan
kasih sayangnya.
8. Ibu Tri Endang Sulistyowati selaku Direktur PPSW Jakarta yang telah
memberi izin dan informasi. Semoga kepemimpinan Ibu selalu di berkahi
Allah dan segala kebaikan Ibu menjadi amal jariyah yang dicatat oleh
Allah SWT. aamiin.
9. Ibu Wirda Simatupang dan Ibu Titik Suryatmi selaku Koordinator
Program serta Mas Iqbal Yusti Eko Putro selaku fasilitator program.
Terima kasih atas segala informasinya. Semoga setiap kebaikan menjadi
amal jariyah yang dicatat oleh Allah SWT. aamiin.
viii
10. Kepada Ibu Rosadah, Ibu Merry dan Mbak Rina. Terima kasih atas waktu,
keramahannya menerima penulis di Koperasi Teratai Putih. Semoga setiap
kebaikan menjadi amal jariyah yang dicatat oleh Allah SWT. aamiin.
11. Untuk kakak ku Satria Muhammad Iqbal dan adik ku Billy Rahadian yang
selalu support serta ocit si kucing pemalas yang ikut mewarnai kehidupan
penulis di rumah.
12. Untuk teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam 2012, juga kepada kakak serta adik kelas semua yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis. Terima kasih banyak semuanya.
Sukses selalu. aamiin.
13. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu
pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 7 Agustus 2017
Penulis
Arianne Sarah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8
C. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 9
G. Kerangka Berfikir................................................................................. 16
H. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 18
I. Sistematika Penulisan .......................................................................... 20
BAB II KERANGKA TEORI
A. Implementasi Program ......................................................................... 22
B. Teori Implementasi Menurut Ahli
1. Teori George Edward III .......................................................... 23
2. Model David Weimer & Aidan Vining .................................... 25
3. Model Van Meter & Van Horn ................................................ 26
4. Model Implementasi David C. Korten ..................................... 27
C. Teori Implementasi yang Digunakan ................................................... 29
D. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................ 32
2. Pengertian Perempuan ............................................................. 36
3. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan........................................ 38
4. Indikator Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ........................ 40
5. Tujuan Pemberdayaan Perempuan ........................................... 41
6. Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ................. 43
E. Manajemen Keuangan Dan Financial Literacy
1. Tinjauan Manajemen Keuangan ............................................. 45
2. Pengertian Financial Literacy ................................................. 46
3. Financial Literacy dalam Pemberdayaan Perempuan .............. 48
x
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Profil PPSW Jakarta
1. Gambaran Umum PPSW Jakarta ............................................. 50
2. Visi Misi ................................................................................... 52
3. Program Kegiatan..................................................................... 52
4. Struktur Organisasi PPSW Jakarta ........................................... 55
5. Gambaran Program Pendidikan Keuangan .............................. 55
B. Keadaan Wilayah Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi ......................................................... 61
2. Gambaran Koperasi Teratai Putih ............................................ 61
3. Visi Misi ................................................................................... 62
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Melalui Pendidikan Keuangan ............................................................. 63
1. Elemen Program ....................................................................... 64
2. Elemen Pelaksanaan Program .................................................. 71
3. Elemen Sasaran Program ......................................................... 74
B. Hasil Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Melalui Pendidikan Keuangan ............................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 89
B. Saran ..................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Informan ................................................................................. 14
Tabel 2. Struktur Organisasi PPSW Jakarta .................................................... 55
Tabel 3. Modul Program Pendidikan Keuangan ............................................. 57
Tabel 4. Daftar Peserta Program Pendidikan Keuangan ................................. 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingan Tidak Akses Pendidikan Penduduk DKI Usia
10 tahun keatas .............................................................................. 4
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir ................................................................ 17
Gambar 3. Model Kesesuaian Teori David C. Korten ................................... 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bekakang Masalah
Tingkat penghasilan dan pendapatan yang rendah merupakan indikasi
dari kemiskinan sehingga kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan serta
kebutuhan penunjang seperti pendidikan, kesehatan dan informasi menjadi
sulit untuk diakses. Melalui konsep tersebut, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran atau
pendapatan.1
Indikasi kemiskinan tidak saja berhenti sampai di situ. Kemiskinan
tidak hanya dapat terjadi kerena ketidakmampuan dari sisi ekonomi. Tetapi,
kemiskinan juga dapat dipicu oleh tingkat pengetahuan, sikap dan
implementasi keuangan pribadi dalam mengelola keuangan rendah dan tidak
dilakukan secara bijak dan tepat.
Perempuan sebagai salah satu sumber daya manusia turut memegang
peranan yang cukup penting. Dalam lingkup keluarga, perempuan berperan
mengelola keuangan rumah tangga yang turut menentukan kesejahteraan
keluarga. Keterampilan mengelola keuangan menjadi sangat penting sebagai
peran perempuan untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari ataupun
digunakan dalam menghadapi situasi-situasi krisis yang bisa terjadi setiap
saat. Keterampilan mengelola keuangan oleh perempuan juga diperlukan
1 Ali Khomsan, Arya Hadi Darmawan, dkk, Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang
Miskin, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 11
2
untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Antara lain
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari, kebutuhan akan kesehatan,
kebutuhan pendidikan serta kebutuhan jaminan di hari tua.
Menghadapi kompleksitas zaman yang semakin meningkat, baik
perempuan dan laki-laki di tuntut untuk mampu mengimbangi kemajuan
zaman. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) pun tidak terlepas dari
keikutsertaan peran aktif kaum perempuan. Usaha ini banyak di minati oleh
perempuan dengan pertimbangan tidak hanya dapat menopang pendapatan
rumah tangga, tapi juga dapat memenuhi kebutuhan pengembangan diri
perempuan. Aktifitas perempuan dalam mengelola keuangan keluarga dan
keterlibatan perempuan di sektor UKM tidak dapat terpisahkan dari
keterampilan mengelola keuangan karena keduanya turut mempengaruhi satu
sama lain. Sejauh mana pengetahuan, sikap dan implementasi seseorang dalam
mengelola keuangan, dikenal dengan sebutan literasi finansial.
Literasi finansial atau melek keuangan adalah kemampuan mengelola
keuangan pribadi. Kemampuan mengelola keuangan dibutuhkan individu
untuk memanfaatkan produk keuangan secara optimal yang akan berpengaruh
terhadap kualitas hidup manusia. Salah satu kecerdasan yang harus di miliki
oleh manusia modern saat ini adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan
dalam mengelola aset keuangan pribadi. Idealnya, setiap orang perlu memiliki
pengetahuan dan implementasi atas praktik keuangan pribadi yang sehat
dalam rangka mencapai kesejahteraaan dan kemandirian keuangan.
Di beberapa negara, literasi keuangan sudah dicanangkan menjadi
program nasional agar masyarakat menjadi melek keuangan yang akan
3
meningkatkan kesejahteraan bangsa. Sementara di Indonesia, tingkat literasi
keuangan masyarakat tergolong rendah dan tertinggal dari negara tetangga
seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand.2 Hasil survei nasional
yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013 di 20
provinsi di Indonesia dengan jumlah 8.000 responden secara umum
menunjukkan, hanya sebesar 21,84% masyarakat Indonesia yang dinyatakan
memiliki pengetahuan keuangan yang cukup dan hanya 19% perempuan saja
dari jumlah total.3
Hasil serupa juga diungkapkan oleh Bank Indonesia pada
tahun 2012, bahwa UKM di Indonesia memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai kemampuan pengelolaan bisnis, utamanya pada aspek keuangan.4
Atas hasil survei tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa tingkat
pemahaman mengelola keuangan perempuan dan pelaku usaha di sektor UKM
rendah.
Literasi keuangan yang rendah merupakan persoalan serius karena bisa
memberikan dampak negatif terhadap perilaku keuangan. Perempuan yang
tidak literate (sebutan untuk pemahaman literasi keuangan) cenderung tidak
merencanakan program pensiun, meminjam dengan tingkat suku bunga yang
tinggi, memiliki sedikit aset, kurang terlibat dengan sistem keuangan formal,
dan jumlah tabungan yang sedikit. 5
Sebaliknya, ada banyak sisi positif bagi mereka yang literate. Menurut
Cole dkk dalam buku karya Taufik Hidajat, program literasi keuangan dapat
2 Rizky Andwika, Jokowi: Inklusi Keuangan Indonesia Jauh Tertinggal Dari Malaysia,
Artikel Diakses Pada 17 Oktober 2016 dari https://www.merdeka.com/ 3 Maria Rio Rita dan Benny Santoso, Literasi Keuangan dan Perencanaan Keuangan pada Dana
Pendidikan Anak, (Salatiga: FEB UKSW), h. 212 4 Cynthia Nur Fitriana Ichwan, Studi Literasi Keuangan Pengelola Usaha Kecil Menengah
Pada Wilayah Gerbangkertasusila, (Surabaya: STIE Perbanas, 2016) h. 1
5 Taufik Hidajat, Literasi Keuangan, (Semarang: STIE Bank BPD Jateng, 2015), h. 3
Diakses dari google book pada 27 Januari 2017
4
menjadi obat berbagi macam penyakit yang berkaitan dengan krisis keuangan.
Beberapa sisi positif diantaranya adalah memiliki kemampuan untuk
mengelola keuangan, membuat keputusan keuangan berdasarkan informasi
dan meminimalkan peluang membuat kesalahan keuangan, dapat berinvestasi
di pasar modal dan dapat menghindari serta memecahkan masalah keuangan.6
Tingkat literasi keuangan seseorang dapat di lihat dari sejauh mana mengelola
sumber daya keuangan, menentukan sumber pembelanjaan, mengelola risiko
dan mempersiapkan keamanan sumber daya keuangan di masa yang akan
datang apabila sudah tidak bekerja atau memasuki masa pensiun.
Berdasarkan hasil studi yang ada menunjukkan bahwa faktor
pendidikan yang rendah, pekerjaan, umur, jenis kelamin mempengaruhi
tingkat literasi keuangan. Pendidikan perempuan berdasarkan data Badan
Pusat Statistik pada periode 2010 – 2015 menyatakan bahwa jumlah
perempuan usai 10 tahun ke atas yang tidak atau belum mengakses pendidikan
lebih banyak. Meski, di setiap tahunnya terjadi penurunan namun tetap terjadi
ketimpangan. Untuk lebih jelas dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini:
Gambar 1
Perbandingan Tidak Akses Pendidikan DKI Usia 10 tahun Keatas
6 Taufik Hidajat, Literasi Keuangan, h. 3
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laki-laki 42,38 30,55 19,9 22,61 28,9 28,65
Perempuan 121,73 123,02 81,11 82,61 84,59 94,67
42,38 30,55
19,9 22,61 28,9 28,65
020406080
100120140
Jum
lah
dal
am R
ibu
O
ran
g
Sumber: Badan Pusat Statistik RI
5
Berdasarkan data diatas menyatakan bahwa jumlah penduduk perempuan DKI
Jakarta usia 10 tahun keatas yang tidak mengakses pendidikan sebesar 94,67
ribu jiwa sementara jumlah laki-laki DKI Jakarta usia 10 tahun keatas yang
tidak mengakses pendidikan lebih sedikit yakni hanya 28,65 ribu jiwa.7
Sementara faktor pendidikan bagi perempuan pelaku Usaha Kecil
Menengah (UKM) adalah peluang untuk mencapai keberhasilan. Sebagian
besar pengusaha perempuan yang berhasil adalah mereka yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi. Sehingga umumnya memiliki prestasi yang
lebih baik dalam menjalankan usaha, pemasaran dan menjalin jaringan kerja.
Selain karena berpendidikan tinggi, keberhasilan pengusaha perempuan juga
karena telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang terkait seperti manajemen
bisnis ataupun pelatihan keterampilan lainnya.
Menyadari bahwa tingkat pendidikan perempuan rendah, menunjukkan
bahwa tingkat literasi keuanganpun turut rendah. Kondisi tersebut secara tidak
langsung mempengaruhi kehidupan perempuan dalam aspek yang lainnya.
Selain itu, pendidikan perempuan yang rendah berdampak pula pada sulit
menjangkau atau mengakses pekerjaan di sektor formal ataupun publik, serta
minim jaminan hari tua untuk perempuan. Dengan melihat kondisi yang
terjadi, maka diperlukan upaya yang disebut dengan pemberdayaan
perempuan. Pemberdayaan dapat di artikan sebagai upaya untuk memberikan
daya atau penguatan kepada perempuan yang merupakan bagian dari
7 Badan Pusat Statistik, Diakses dari
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1611.html pada tanggal 12 Oktober 2016.
6
masyarakat.8 Upaya pemberdayaan perlu dilakukan dengan
mengimplementasikan program pendidikan keuangan untuk perempuan
(education financial for women) yang telah dilakukan oleh beberapa negara di
antaranya oleh Singapura.
Program pendidikan keuangan mulai banyak dilakukan di berbagai
negara salah satunya di Singapura. Indonesia melalui Lembaga PPSW (Pusat
Pengembangan Sumber Daya Wanita) bekerjasama dengan CSR Citi
Foundation dari Citi Bank membentuk program pendidikan keuangan untuk
perempuan dalam upaya meminimalisir permasalahan, diantaranya: Pertama,
perempuan belum memiliki perencanaan keuangan untuk masa depan,
sementara setiap manusia membutuhkan jaminan perlindungan di hari tua.
Kedua, tingkat pendidikan perempuan rendah sehingga tidak bekerja di sektor
formal ataupun publik yang artinya tidak memiliki dana pensiun atau jaminan
sosial. Ketiga, dengan melihat bahwa sesungguhnya kemiskinan dapat terjadi
bukan hanya disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan, tetapi bisa
disebabkan akibat kesalahahan dalam mengelola keuangan maka diperlukan
keterampilan dalam mengelola keuangan melalui program pendidikan
keuangan.
Program yang mengadopsi dari Tsao Financial Education Program for
Mature Women di Singapura ini bertujuan mempersiapkan para perempuan
yang rentan dan marjinal di wilayah perkotaan untuk lebih memahami literasi
keuangan atau pemahaman pengelolaan keuangan. Adapun aspek literasi
8 Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Surakarta: UNS Press,
2013), h.31
7
keuangan yang akan di pelajari mencangkup aspek penilaian diri dan menatap
masa depan, aspek anggaran dan tabungan, aspek jaringan perlindungan
keuangan, aspek pinjaman dan hutang, aspek investasi dan aspek perencanaan
keuangan.
Program Financial Education yang dilakukan oleh PPSW Jakarta telah
di lakukan sejak tahun 2012 dengan melibatkan 13 koperasi-koperasi
dampingan di wilayah Jakarta. Melihat perempuan anggota koperasi
dampingan yang berusia matang (40 tahun keatas) dengan segala masalah
yang telah di uraikan di atas, maka sasaran pertama dalam program
pendidikan keuangan yakni perempuan anggota koperasi yang berusia matang.
Kemudian segmentasi program di kembangkan untuk perempuan anggota
koperasi yang berusia produktif yakni usia 20 sampai 40 tahun. Serta yang
terbaru turut memperluas segmentasi kepada perempuan anggota koperasi
yang memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM) agar turut mewujudkan
masyarakat yang cerdas keuangan dalam upaya pengentasan kemiskinan
sesuai dengan agenda pemerintah.
Manfaat program pendidikan keuangan untuk perempuan adalah
meningkatkan tingkat pengetahuan dan kualitas sumberdaya perempuan agar
dapat mengimplementasikan perencanaan keuangan yang konkrit sesuai
dengan kemampuan keuangan masing-masing. Sehingga manfaat program
dapat terwujud apabila implementasi program mampu dijalankan dengan baik
oleh pelaksana dan sasaran program. Implementasi program merupakan tahap
yang paling krusial karena seberapa baik konsep suatu program jika pada
tahap implementasi tidak dijalankan dengan baik maka tujuan program tidak
8
akan tercapai. Maka, berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul:
“Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui
Pendidikan Keuangan: Studi Kasus Anggota Perempuan Koperasi
Teratai Putih Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan.”
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan dapat menghasilkan pembahasan
yang terarah maka peneliti perlu membatasi permasalahahan. Maka dalam
penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada “Implementasi Program
Pendidikan Keuangan dan hasil yang dirasakan sasaran Program dalam upaya
pemberdayaan ekonomi perempuan.”
C. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan yang dilakukan di Koperasi
Teratai Putih Pasar Minggu Jakarta Selatan?
2. Bagaimana hasil Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan yang dirasakan anggota
Koperasi Teratai Putih Pasar Minggu Jakarta Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
9
1. Mengetahui Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan di Koperasi Teratai Putih
Pasar Minggu Jakarta Selatan.
2. Mengetahui hasil Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan yang dirasakan anggota
Koperasi Teratai Putih Pasar Minggu Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran:
1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi
Universitas, khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(tempat peneliti bernaung) sebagai bahan referensi dan perluasan
pengetahuan serta wawasan dalam wacana pendidikan yang di
hubungkan dengan isu-isu pemberdayaan perempuan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
PPSW Jakarta sebagai salah satu LSM yang bergerak dalam isu-isu
pemberdayaan perempuan serta lembaga-lembaga perempuan lainnya.
F. Metodologi Penelitian
Metode adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulan data. Metode yang menyangkut masalah cara kerja yaitu cara
untuk memahami fokus kajian yang menjadi sasaran dari ilmu yang
bersangkutan.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Bogdan
10
dan Taylor yang dikutip oleh Moleong menyatakan bahwa metode
penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang diamati.9
Alasan pemilihan dengan menggunakan pendekatan kualitatif di
dasarkan pada ketajaman analisis yang mendalam, yang diperlukan
dalam penelitian tentang implementasi pemberdayaan ekonomi
perempuan melalui program pendidikan keuangan. Selain itu, melalui
pendekatan kualitatif juga lebih dapat menggali dan menggambarkan
kejadian yang sebenarnya, terkait perilaku yang dialami oleh subjek
penelitian.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif bersifat
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau
kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.10
Penelitian jenis ini
mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau suatu peristiwa dengan
sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
Dalam penelitian ini tidak digunakan dan tidak dilakukan
pengujian hipotesis, yang berarti tidak dimaksudkan untuk
membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Akan tetapi
9 Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (Yogyakarta: Suka
Press UIN Sunan Kalijaga), h. 23 10
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 13-14.
11
biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai
interpretasi (tafsiran-tafsiran).
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Koperasi Teratai Putih: Jl. Empang
3 Gang Al Hidayah RT 14 RW 01 No. 29 Kelurahan Pejaten Timur
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian
dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai Maret 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara mendalam dan studi dokumenasi.
a. Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan seluruh
panca indra (melihat, mendengar dan merasakan) serta pencatatan
secara sistematis terkait gejala-gejala yang terjadi di lapangan
dalam proses penelitian.11
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti melakukan
observasi secara non partisipan. Observasi non partisipan adalah
peneliti melakukan pengamatan secara langsung tanpa turut
berperan serta. Proses observasi dilakukan melalui observasi
panca indra dengan melakukan pencatatan, menganalisa dan
selanjutnya membuat kesimpulan terhadap perilaku peserta
selama berlangsungnya proses belajar mengajar, mengamati
sarana dan prasarana serta segala hal yang peneliti dapatkan di
lapangan.
11
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, (Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16
12
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pelaksanaan
program pendidikan keuangan dilaksanakan dalam jangka waktu
selama enam bulan dan dua bulan selanjutnya dilanjutkan untuk
pelaksanaan manajemen bisnis. Maka dengan menggunakan
teknik observasi, peneliti bisa melihat proses kerja berjalannya
program, melihat sikap perilaku peserta dan fasilitator serta
mengetahui kondisi dan situasi pada pelaksanaan program
pendidikan keuangan secara langsung.
b. Wawancara, adalah salah satu cara untuk memperoleh data
melalui informasi yang didengar oleh panca indra, yang
sebelumnya di tanyakan terlebih dahulu kepada responden.12
Jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview
bebas terpimpin atau wawancara semi terstruktur. Wawancara
bebas terpimpin dengan wawancara semi terstruktur adalah
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan membuat
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang sudah
terstruktur kemudian peneliti mengorek keterangan apabila
jawaban informan kurang mendalam.
Dalam proses wawancara kepada informan, peneliti
membawa poin-poin daftar pertanyaan yang digolongkan kedalam
tiga bagian. Pertama, daftar pertanyaan untuk direktur PPSW
Jakarta dan koordinator program. Proses wawancara tersebut
dilakukan di kantor PPSW Jakarta. Daftar pertanyaan kedua
12
Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, h. 82
13
dilakukan kepada fasilitator program. Proses wawancara kepada
fasilitator dilakukan setelah proses observasi dan pelatihan
pendidikan keuangan di Koperasi Teratai Putih selesai. Ketiga,
daftar pertanyaan untuk peserta program terkait respon dan hasil
setelah menjalankan program pendidikan keuangan. Instrumen
penelitian selain teks wawancara, peneliti juga menggunakan alat
bantu recorder dan kamera untuk membantu pelaksanaan
wawancara. Teknik pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang memberikan
keleluasaan kepada peneliti dalam menyelesaikan informan yang
sesuai dengan tujuan penelitian.13
c. Studi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, foto-foto kegiatan terutama berupa arsip-
arsip, buku-buku yang berkaitan mengenai program atau teori
yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini yang
studi dokumentasi berupa: buletin program pendidikan keuangan,
buletin profil PPSW Jakarta, buku atau modul pelajaran
pendidikan keuangan, report online pelaksanaan program
pendidikan keuangan serta dokumen dan catatan harian lainnya
yang peneliti dapatkan selama mengikuti pelaksanaan program
pendidikan keuangan di koperasi Teratai Putih.
13
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2012),cet. Ke-30. h. 180
14
5. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang atau individu atau
kelompok yang dijadikan unit atau satuan kasus yang diteliti.
Adapun yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini
adalah perempuan peserta program pendidikan keuangan. Peserta
program ini merupakan perempuan anggota koperasi yang
memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM) yang secara aktif
terdaftar dalam keanggotaan koperasi Teratai Putih. Adapun yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1
Daftar Informan
No.
Informasi Yang
Dicari
Teknik
Pengumpulan
Data
Informan
Jumlah
1. Sejarah PPSW
Jakarta dan
Implementasi
Program Pendidikan
Keuangan
Wawancara Direktur PPSW
Jakarta
Ibu Tri Endang
Sulistyowati
1
2. Sejarah PPSW
Jakarta dan
Implementasi
Pendidikan
Keuangan
Wawancara,
Dokumentasi
dan Observasi
Koordinator Program
Ibu Wirda Simatupang
1
3. Implementasi
Program Pendidikan
Keuangan, Struktur
Organisasi
Wawancara
dan
Dokumentasi
Koordinator Program
Ibu Titik Suryatmi
1
4. Implementasi
Program Pendidikan
Keuangan:
Wawancara
dan Observasi
Fasilitator Program
Bapak Iqbal Yusti Eko
Putro
1
5. Hasil setelah
mengikuti. program
pendidikan
keuangan
Wawancara
dan Observasi
Ibu Nita, Ibu Erna, Ibu
Evi, Ibu Nurul, Ibu
Rina, Ibu Dini, Ibu
Dalilah, Ibu Sri
Hartati, Ibu Ida Farida,
Ibu Heni
10
Jumlah: 14 Informan
Sumber: PPSW Jakarta
15
b. Objek penelitiannya adalah implementasi program pendidikan
keuangan dalam upaya pemberdayaan perempuan. Artinya,
seperti apa gambaran pelaksanaan program berjalan dan
bagaimana hasil program pendidikan keuangan terhadap
peningkatan pengetahuan mengelola keuangan keluarga yang
dapat memberdayakan kaum perempuan baik secara materil,
pengetahuan ataupun keterampilan.
6. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari partisipan
yang terdiri dari ibu-ibu peserta program pendidikan keuangan.
Sementara data primer pendukung diperoleh dari direktur utama
PPSW Jakarta, koorinator program serta fasilitator program
pendidikan keuangan.
b. Data sekunder, yaitu semua informasi yang berkaitan dengan
dinamika pengembangan masyarakat, baik berupa buku-buku
penunjang, pendapat tokoh, maupun karya-karya ilmiah lain yang
menunjang.
7. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan cara yang dipergunakan dalam
mempelajari dan mengolah data-data yang ada sehingga dapat diambil
suatu kesimpulan yang kongkrit tentang persoalan yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan semua hasil pencatatan di lapangan, mulai
dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai bahan
analisis. Setelah itu, dilakukan reduksi data dengan memilah hal-hal
16
pokok yang sesuai dengan fokus penelitian peneliti. Data-data itu
disusun secara sistematis untuk kemudian dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.14
Kemudian dilanjutkan
dengan membuat abstrak. Abstrak adalah usaha membuat rangkuman
inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga
tetap berada di dalamnya.
G. Kerangka Berfikir
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh perempuan
khususnya perempuan anggota koperasi Teratai Putih yakni pendidikan dan
keterampilan perempuan minim, belum mengelola keuangan dengan bijak,
dan tidak memiliki dana hari tua sehingga mempengaruhi tingkat literasi
keuangan yang rendah. Atas dasar permasalahan tersebut tindakan yang
diambil dengan melakukan upaya pemberdayaan perempuan untuk
meningkatkan kualitas dan posisi tawar perempuan. Sejalan upaya
pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
program pendidikan keuangan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengelola keuangan.
Dilain sisi, Manfaat program dapat terwujud apabila implementasi
program mampu dijalankan dengan baik. Maka dengan ini, tahap
implementasi turut mempengaruhi hasil pemberdayaan program pendidikan
keuangan yang dijalankan dengan menggunakan teori implementasi David C.
Korten.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 247
17
Untuk lebih jelas, alur kerangka berfikir di tunjukkan pada Gambar 2
di bawah ini:
Gambar 2
Alur Kerangka Berpikir
Program Pendidikan
Keuangan
Pemberdayaan Perempuan
Permasalahan:
1. Pendidikan & Keterampilan perempuan rendah
2. Tingkat literasi keuangan minim
3. Belum merencakanan keuangan
4. Tidak memiliki dana hari tua
Teori David C. Korten
1. Elemen Program
2. Elemen Pelaksana
3. Elemen Sasaran
Program
HASIL
IMPLEMENTASI
PROGRAM
PEMBERDAYAAN
Pengelolaan Keuangan
Implementasi Program
Tindakan
Solusi Solusi
18
H. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan dengan topik penulisan
karya ilmiah ini.
Pertama, Tesis yang berjudul Implementasi Corporate Social
Responsibility Sebagai modal sosial perusahaan: studi kasus: program CSR
Citibank pendidikan keuangan untuk perempuan matang oleh Dewi
Marthasari mahasiswi Universitas Indonesia. Dalam penelitiannya, ia
memaparkan bagaimana peran CSR sebagai suatu modal sosial perusahaan
memiliki kekuatan dalam pemberdayaan masyarakat terkhusus melalui
program Pendidikan keuangan untuk perempuan matang. Melalui metode
penelitian kualitatif, ia ingin mencari tahu bagaimana peran CSR dalam upaya
pemberdayaan. Hasilnya secara umum, program pendidikan keuangan untuk
perempuan matang berdampak baik tidak hanya untuk perempuan itu sendiri
tetapi juga keluarga, kerabat dan perempuan matang lainnya.
Kedua, Jurnal Vokasi Indonesia Volume 3 Nomor 1. Januari – Juni 2015
Fakultas Administrasi Universitas Indonesia yang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pendidikan Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan serta
Investasi Bagi UMKM Dalam Rangka Pengembangan Usaha dan Peningkatan
Kualitas Hidup Keluarga yang disusun oleh Dede Suryanto, dkk. Dalam
jurnalnya, ia menjelaskan bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat
berbasis pelatihan dan pendampingan untuk UMKM di Kota Depok yang
tergabung dalam Asosiasi Industri Kreatif Kota Depok dengan memberikan
pengajaran cara perencanaan dan pengelolaan keuangan dan investasi.
19
Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman financial
literacy terhadap pelaku UMKM. Secara realistis sektor UMKM telah
terbukti memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perekonomian
suatu bangsa. Namun di sisi lain, permasalahan klasik yang dihadapi pelaku
UMKM selalu terulang dari waktu ke waktu. Seperti permasalahan sumber
daya manusia, pemasaran, produksi dan permasalahan keuangan. Namun yang
paling krusial adalah permasalahan keuangan. Atas dasar itu, program
pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui tiga tahapan yakni persiapan,
pelaksanaan dan pendampingan serta evaluasi dengan menggunakan
modifikasi modul perencanaan keuangan dan investasi yang dikeluarkan oleh
FPSB (Financial Planning Standar Board) yang dikondisikan dengan kondisi
dan situasi para UMKM. Akhir dari program ini menunjuk kan adanya
perubahan-perubahan kondisi sebelum dan sesudah di lakukannya program
pemberdayaan masyarakat kepada para pelaku UMKM. Seperti lebih memiliki
perilaku positif dalam pengelolaan keuangan nya di bandingkan sebelum nya.
Ketiga, Skripsi dengan judul Perbedaan Financial Literacy Mahasiswa
Pelaku Usaha di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Berdasarkan Gender dan Kemampuan Kognitif yang disusun oleh Anik Nur
Rohman. Dalam penelitiannya, ia berusaha mencari tahu hasil atau manfaat
Education Financial mempengaruhi peningkatan pendapatan bagi mahasiswa
pelaku usaha atau tidak dan peningkatan kognitif berdasarkan gender. Hasil
dari penelitian ini, didapatkan bahwa Financial Literacy mahasiswa pelaku
usaha di fakultas ekonomi UNY cenderung masuk pada kategori sedang dan
tidak terdapat perbedaan financial lieracy mahasiswa berdasarkan gender.
20
Ketiga penelitian di atas, penulis jadikan sebagai penelitian yang relevan
atas dasar tema penelitian yang digunakan mengenai Program Pendidikan
keuangan maupun financial literacy. Untuk itu, penulis tidak menafikan diri
bahwa penelitian di atas turut mempengaruhi. Dalam hal ini yang
membedakan dengan penelitian terdahulu adalah menggambarkan
pelaksanaan program pendidikan keuangan dalam lingkup perempuan anggota
koperasi pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang mengikuti kelas
pendidikan keuangan di Koperasi Teratai Putih sehingga secara otomatis hasil
penelitiannya pun akan berbeda dengan penelitian terdahulu.
I. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakan
sistematika penulisan. Peneliti menggunakan acuan pedoman penulisan Karya
Ilmiah Standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan
CeQDa. Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan pemahaman
mengenai penelitian ini. Maka dari itu, Peneliti membagi skripsi ini ke dalam
lima BAB. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembaatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, kerangka berfikir, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
21
BAB II KERANGKA TEORI
Landasan teoritis yang meliputi: Teori Implementasi Program,
Perspektif Teori Implementasi, Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan yang meliputi pengertian Pemberdayaan, pengertian
perempuan, indikator pemberdayaan ekonomi perempuan, tujuan
pemberdayaan perempuan, koperasi dan pemberdayaan perempuan,
dan Manajemen Keuangan serta Tinjauan Financial Literacy.
BAB III PROFIL LEMBAGA
Profil lembaga yang meliputi: gambaran umum PPSW Jakarta, visi
misi PPSW Jakarta, program-program dan gambaran umum
Program Pendidikan Keuangan; Gambaran umum lokasi penelitian,
gambaran umum Koperasi Teratai Putih, dan visi misi Koperasi
Teratai Putih.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
Analisis dan temuan lapangan, berisi Implementasi Program
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan
dan hasil Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan.
BAB V PENUTUP,
Bagian ini merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan
saran.
22
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Implementasi Program
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyatakan implementasi adalah pelaksanaan; penerapan.
Pengertian implementasi menurut beberapa sumber juga menyatakan hal yang
sama. Nurdin Usman menjelaskan bahwa implementasi bermuara pada sebuah
aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, yang bukan
sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan.1
Implementasi menurut Guntur Setiawan adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan proses interkasi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang
efektif.2 Sementara menurut Susilo, implementasi merupakan suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap.3 Secara lebih lengkap, implementasi
menurut Joko Widodo merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah
sumber yang termasuk manusia, dana dan kemampuan organisasional yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (individu maupun kelompok).
1 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Grasindo,
2002), h. 170 2 Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka,
2004), h. 39 3 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 174
23
Proses tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pembuat kebijakan.4
Dari beberapa pengertian implementasi di atas memperlihatkan bahwa
implementasi bermuara kepada terlaksananya suatu kegiatan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Sehingga peneliti menyandarkan pengertian
implementasi sebagai suatu kegiatan yang terencana dan sistematis yang
melibatkan beberapa sumber-sumber potensial serta dilakukan secara
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan kegiatan.
B. Teori Implementasi Menurut Ahli
Implementasi program atau kebijakan dapat dilihat dari berbagai
perspektif atau pendekatan. Untuk melihat keefektifan implementasi, ada
banyak model yang dapat digunakan dari beragam perspektif para ahli,
diantaranya:
1. Teori George Edward III
Teori George Edward III menjelaskan bahwa masalah
implementasi terlebih dahulu dikemukakan dari dua pertanyaan pokok,
yakni: faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan
dan faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan.
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut, oleh Edward III dirumuskan
empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi yakni
komunikasi, sumber daya, sikap dan struktur birokrasi.5
4 Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik,Konsep dan Aplikasi Analisis Kebijakan
Publik. (Malang: Bayu Media, 2010) h. 88 5 Riant Nugroho, Public Policy, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), h. 627
24
Pertama, komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan
dikomunikasikan para organisasi atau publik. Implementasi program
akan berjalan secara efektif bila mereka yang melaksanakan program
mengetahui apa yang harus mereka lakukan sehingga tujuan dan sasaran
program dapat dicapai sesuai dengan yang diharapakan. Hal ini
menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan
konsistensi informasi yang disampaikan.
Kedua Sumber daya, merupakan hal penting lainnya dalam
mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Indikator-indikator yang
digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya dapat berjalan dengan
baik meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu),
informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan
yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
Ketiga, disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang
dimiliki implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang
baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik. Jika
implementasi suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana
kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi
juga harus memiliki kemampuan untuk mekaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya tidak menjadi bias.
Keempat, struktur organisasi. Kebijakan yang begitu kompleks
menuntut adanya kerjasama banyak orang. Struktur birokasi ini
mencangkup aspek-aspek seperti struktur birokrasi, pembagian
25
kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi dan sebagainya. Salah
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi (standard operating procedures atau SOP). SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
Keempat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam
implementasi yang berjalan secara simultan dan saling berpengaruh satu
sama lain dalam pandangan George Edward III.6
2. Model David L. Weimer dan Aidan R. Vining
Weimer dan Vining menjelaskan bahwa ada tiga variabel besar
yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program,
yakni: logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan
kemampuan implementor kebijakan.
a. Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan
yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.
b. Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan
memengaruhi keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang
dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik,
ekonomi dan fisik atau geografis.
c. Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat
dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari
implementor kebijakan.
6 Haedar Akib dan Antonius Tarigan, Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan:
Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya, (Jurnal Kebijakan Publik: 2008) h. 12
26
3. Model Van Meter dan Van Horn
Meter dan Horn menjelaskan bahwa implementasi kebijakan
berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor dan kinerja
kebijakan publik. Karena itu pada model ini dimasukkan empat variabel
yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:7
a. Aktifitas Pengamatan dan Komunikasi Interorganisasional
Implementasi yang efektif memerlukan standar dan tujuan
program dipahami oleh individu-individu yang bertanggung
jawab agar implementasi tercapai. Maka perlu melibatkan
komunikasi yang konsisten dengan maksud mengumpulkan
informasi. Komunikasi antara organisasi merupakan hal yang
kompleks. Penyampaian informasi kebawah pada suatu organisasi
atau organisasi yang satu ke organisasi yang lain, mau atau tidak
komunikator baik secara sengaja atau tidak.
b. Karakteristik Pelaksana
Struktur birokrasi dianggap karakteristik, norma dan pola
hubungan dalam eksekutif yang memiliki aktual atau potensial
dengan apa yang dilakukan dalam kebijakan, lebih jelasnya
karakteristik berhubungan dengan kemampuan dan kriteria staf
tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap keputusan-keputusan
sub unit dalam proses implementasi.
7 Riant Nugroho, Public Policy, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), h. 627
27
c. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik
Pada waktu implementasi kebijakan tidak terlepas dari
pengaruh ekonomi, sosial dan politik (ekosospol). Pengaruh
faktor ini memiliki efek yang menonjol terhadap keberhasilan
aktivitas pelaksana.
d. Disposisi atau Sikap Pelaksana
Variabel ini menyangkut masalah persepsi-persepsi
pelaksana dalam juridis di mana kebijakan disampaikan. Ada tiga
unsur yang mempengaruhi pelaksanaan dalam implementasi
kebijakan :
1. Kognisi (pemahaman dan pengetahuan)
2. Arah respon pelaksana terhadap implementasi
menerima atau menolak.
3. Intensitas dari respon pelaksana.
4. Model Implementasi David C. Korten
Model implementasi program menurut David C. Korten harus
meliputi tiga elemen yang disebutnya dengan model kesesuaian melalui
pendekatan proses pembelajaran. Korten menitikberatkan model ini pada
tiga elemen kesesuaian yakni program itu sendiri, pelaksanaan program
dan kelompok sasaran program.
Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil
dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi
program. Pertama, kesesuaian antara program dengan apa yang
dibutuhkan oleh kelompok sasaran. Kedua, kesesuaian antara program
28
dengan organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara tugas yang
disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana.
Ketiga, kesesuaian antara kelompok sasaran dengan organisasi pelaksana
untuk dapat memperoleh hasil program dengan apa yang dapat dilakukan
oleh kelompok sasaran program.8
Gambar 3
Model Kesesuaian Teori David C. Korten
Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami
bahwa kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang
diharapkan apabila tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur
implementasi program. Hal ini disebabkan apabila hasil program tidak
sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, maka jelas hasil tidak dapat
dimanfaatkan atau memberdayakan. Jika organisasi pelaksana program
tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh
program, maka organisasinya tidak dapat menyampaikan hasil program
8 Haedar Akib dan Antonius Tarigan, h. 12
Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan
Sasaran
Program
Organisasi Pelaksana
Program
29
dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana
program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran, maka kelompok
sasaran tidak mendapatkan hasil program. Oleh karena itu, kesesuaian
antara tiga unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar
program berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
C. Teori Implementasi yang digunakan
Beberapa penjelasan para ahli di atas dapat ditarik sebuah benang
merah bahwa implementasi akan berjalan dengan baik jika terdapat faktor-
faktor antara lain adanya program yang bermanfaat bagi sasaran program jika
komunikasi antar aktor dilakukan secara baik, adanya sumber daya yang
menjalankan program, dan adanya lembaga yang mendukung kebijakan
tersebut serta sikap atau disposisi implementator baik.
Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada
penggunaan model implementasi David C. Korten karena tiga elemen yang
disebut David C. Korten sebagai model kesesuaian secara garis telah meliputi
dan tidak mengurangi isi dari faktor-faktor implementasi menurut para ahli
yang lainnya sekaligus lebih mudah untuk peneliti pahami. Hanya saja, model
implementasi menurut para ahli yang lainnya penulis kolaborasikan untuk
memperdalam model implementasi dari David C. Korten. Adapun tiga unsur
implementasi program menurut David C. Korten :
1. Program
30
Menurut Korten harus ada kesesuaian antara program dengan apa
yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran. Untuk itu, indikator suatu
program yang baik memuat beberapa aspek di antanya: 9
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai secara jelas.
b. Adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mencapai
tujuan.
c. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
d. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
2. Organisasi pelaksana
Menurut Korten, harus ada kesesuaian antara program dengan
organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh
program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Oleh karena itu,
kemampuan implementor merupakan sumberdaya manusia yang juga
mempengaruhi keberhasilan implementasi. Menurut Edward II disposisi
adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan
kebijakan dengan baik.
Sementara menurut model Van Meter dan Van Horn, ada tiga
unsur yang mempengaruhi sikap pelaksana dalam mengimplementasikan
kebijakan:
a. Kognisi (pemahaman dan pengetahuan)
b. Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima atau
menolak.
9 I.GK Manila, Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri (Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama, 1996), h. 43
31
c. Intensitas dari respon pelaksana.
3. Kelompok sasaran
Menurut Korten, harus ada kesesuaian antara kelompok sasaran
dengan organisasi pelaksana untuk dapat memperoleh hasil program
yang sesuai dengan kelompok sasaran program. sementara oleh Van
Meter dan Van Horn bahwa hal tersebut disebutnya dengan kondisi
ekonomi, sosial dan politik (Ekosospol) merupakan faktor yang memiliki
efek yang menonjol terhadap keberhasilan aktivitas pelaksana.
Di jelaskan juga didalam buku public policy karya Riant Nugroho
bahwa pada dasarnya implemntasi program senantiasa dilakukan oleh
dua aktor secara bersama-sama yakni state and society. Prinsip-prinsip
pokok dalam implementasi yang efektif harus memenuhi lima tepat
implementasi yakni:10
a. Tepat kebijakan atau program sejuah mana program yang ada
telah memuat hal-hal yang memang memecahkan masalah yang
hendak dipecahkan. Kedua, program dirumuskan sesuai
karakter masalah yang hendak dipecahkan. Ketiga, program
dibuat oleh lembaga yang memiliki kewenangan yang sesuai
dengan karakteristik program.
b. Tepat pelaksanaannya artinya aktor implementasi sesuai dengan
program yang akan dijalankan. Program pemberdayaan
masyarakat sebaiknya diselenggarakan oleh pemerintah atau
LSM bersama masyarakat.
10
Riant Nugroho, Public Policy, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), h. 652
32
c. Tepat target berkenaan dengan tiga hal. Pertama, target yang
diintervensi sesuai dengan yang direncanakan dan tidak saling
tumpang tindih. Kedua, target dalam kondisi siap untuk
diintervensi. Target mendukung implementasi program yang
akan dilakukan. Ketiga, implementasi program bersifat baru
atau memperbarui implementasi program sebelumnya demi
tidak mengulang program yang lama.
d. Tepat lingkungan. Interaksi di dalam lingkungan dengan
interaksi di luar lingkungan.
e. Tepat proses artinya antara lembaga pelaksana dengan
masyarakat saling memahami sebuah aturan main bahwa
lembaga pelaksana menerima memahami dan melaksanakan
program sebagai tugasnya sementara masyarakat menerima,
memahami dan melaksanakan program.
D. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
1. Pengertian Pemberdayaan
Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Kaldun menjelaskan bahwa manusia
itu secara individu diberikan kelebihan namun secara kodrati manusia
memiliki kekurangan. Sehingga kelebihan itu perlu dibina agar dapat
mengembangkan potensi pribadi untuk dapat membangun.11
Namun
terkadang individu tidak menyadari kelebihan tersebut sehingga diperlukan
dorongan, motivasi dan binaan dari pihak lain untuk meningkatkan kualitas
11
Muhtadi dan Tantan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam,
(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h. 6
33
hidup yang dikenal dengan istilah pemberdayaan atau pengembangan
masyarakat.
Pemberdayaan atau (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan
atau keberdayaan).12
Secara konseptual, pemberdayaan adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat.13
Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan
dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memiliki kebebasan,
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
diperlukan; (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka.14
Sejalan dengan itu, pemberdayaan merupakan upaya untuk menguatkan
diri dari dalam terhadap segala bentuk penindasan. Menurut Prijono dan
Pranaka pemberdayaan mempunyai dua makna, yakni: (a) mengembangkan,
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2015),
h. 57 13
Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, Pembangunan Berbabis Masyarakat Acuan
Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2015). h. 93 14
Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, h. 58
34
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan disegala
bidang dan sektor kehidupan, (b) melindungi, membela dan berpihak kepada
yang lemah untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang.15
Karena itu, World Bank turut memberikan pengartian bahwa
pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan
kepada kelompok masayarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara
atau menyuarakan pendapat, ide atau gagasan-gagasan serta kemampuan dan
keberanian untuk memilih sesuatu (konsep, metode, produk) yang terbaik
bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan
merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian
masyarakat.16
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat
dalam arti17
:
a. Perbaikan ekonomi terutama kecukupan pangan
b. Perbaikan keseejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)
c. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
d. Terjaminnya keamanan
e. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan ke
khawatiran, dll
15
Rr. Siti Kurnia Widiastuti, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Marginal, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), h. 13 16
Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Surakarta: UNS Press,
2013), h. 34 17
Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat, h. 34
35
Pandangan yang sama mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses di mana masyarakat terutama mereka yang miskin sumberdaya, kaum
perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya didukung agar mampu
meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri.18
Pemberdayaan adalah suatu
cara agar rakyat, komunitas dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai
atau berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses agar
setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai
pengontrolan dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya.19
Sementara Jim Ife berpendapat bahwa pemberdayaan adalah
penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa
menemukan masa depan yang baik.20
Pendekatan yang utama dalam konsep
pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai
proyek pembangunan tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya
sendiri. Untuk itu dalam hal ini, yang perlu ditekankan dalam pemberdayaan
adalah mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk
meraih keberdayaannya. Sehingga pemberdayaan sangat jauh dari konotasi
ketergantungan.21
18
Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, Pembangunan Berbabis Masyarakat Acuan
Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2015). h. 123 19
Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, h. 117-118 20
Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa (Jakarta:
Dakwah Press, 2008), h. 9 21
Rr. Siti Kurnia Widiastuti, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Marginal, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), h. 13
36
Beragam pengertian pemberdayaan di atas, dapat ditarik sebuah benang
merah bahwa pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan karena apa
yang disebut dengan pendidikan adalah usaha memberdayakan manusia,
memampukan manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada pada diri
manusia agar dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya dapat
dikembangkan melalui pembelajaran.
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan yang berproses untuk
memperkuat keberdayaan kelompok rentan (seperti orang miskin, difabel atau
juga perempuan) agar memiliki kesempatan untuk menikmati dan
mendapatkan segala hak-hak dan pilihan hidupnya sebagai manusia secara
utuh. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Bagaimana adanya peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri
dan masyarakatnya. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk membangun
daya itu dengan memberikan dorongan, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
2. Pengertian Perempuan
Dalam Islam, telah diturunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang
mengatur seluruh kehidupan kaum muslimin dan juga membicarakan semua
hal dalam berbagai aspek termasuk di dalamnya masalah makhluk Tuhan
yang berjenis kelamin perempuan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
disebutkan, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai puka, dapat
37
menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Dalam studi gender,
pernyataan tersebut dinyatakan sebagai ciri biologis (kodrat) yang artinya
sebuah ketentuan Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan dengan jenis kelamin
yang lainnya dan berlaku sepanjang zaman.
Secara etimologis, pengertian perempuan berasal dari kata empu yang
artinya dihargai. Terdapat pergeseran istilah dari wanita ke perempuan
merupakan perubahan makna yang semakin positif karena kata wanita
dianggap berasal dari bahasa Sansekerta, dengan dasar kata wan yang berarti
nafsu sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan
objek nafsu. Jadi secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita ke
perempuan adalah mengubah objek menjadi subjek.
Munculnya tokoh Emansipasi perempuan R.A Kartini secara tidak
langsung membuka tabir masa lalu bahwa adanya ketidakadilan yang dialami
perempuan.22
Perempuan kala itu dipingit kehidupan sosialnya akibat
mendominasinya budaya patriaki dan adat istiadat budaya tanah jawa yang
akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol dan
menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi untuk perempuan.
Sehingga, melalui pengajaran dan pendidikan dengan tidak membiarkan
perempuan bodoh dan dibodohi, Kartini menyuarakan dan memperjuangkan
kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.
Sementara di dalam Islam, pada dasarnya seluruh umat manusia dimata
Tuhan merupakan makhluk Tuhan yang sama derajatnya, apapun latar
belakangnya, memiliki kedudukan yang sama dari Tuhan yang harus
22
Aguk Irawan, Kartini Kisah yang Tersembunyi, (Tanggerang: Javanica, 2016), h. 200
38
dihormati dan dimuliakan. Hanya saja yang menjadi ukuran perbedaan adalah
tingkat amal dan ketakwaan kepada Allah yang kelak di hari pembalasan
harus dipertanggung jawabkan terhadap apa yang telah diperbuat. Pernyataan
ini tertuang di dalam Al Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13 :
أيها ن ذك ٱلناس ي ك م م إن إنا خلقن ا ىبا وقبائل لتعارف ى ع م ش ك ر وأ نثى وجعلن
م عند أكرمك م إن ٱلل ك أتقى ٣١عليم خبير ٱلل
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”
3. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Pemberdayaan ekonomi adalah sebuah langkah yang harus dilakukan
guna perbaikan kondisi masyarakat terlebih pada tingkat ekonomi rendah.
Prinsip awal dalam upaya Pemberdayaan ekonomi perempuan dapat
dilakukan dengan tidak membiarkan perempuan bodoh dan dibodohi.23
Untuk
itu setiap pribadi dtantang untuk lebih kerja keras di dalam bekerja, berkreasi
dan berwirausaha serta lebih profesional dalam mengelola potensi-potensi
dalam kekuatan yang rill salam bidang ekonomi masyarakat.24
Menurut Moser pemberdayaan perempuan dapat dilakukan melalui
pemenuhan kebutuhan praktis, yaitu dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi
baik perempuan maupun laki-laki dan melibatkan perempuan dalam kegiatan
pembangunan. Pemenuhan kebutuhan praktis dapat dilakukan dengan cara
23
A. Nunuk P. Murniati, Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama,
Budaya dan Keluarga Cetakan ke 2, (Magelang: IndonesiaTera, 2004), h. 215 24
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 41
39
peningkatan sumber daya manusia (pendidikan, kesehatan, ekonomi).
Sedangkan pemenuhan kebutuhan strategis dapat dilakukan dengan cara
memperkuat kelembagaan ekonomi berbasis perempuan melalui peningkatan
kapasitas kader-kader perempuan.25
Dalam pemberdayaan ekonomi ada beberapa langkah-langkah strategis
yang perlu diambil dalam menetapkan kebijakan yakni:
a. Pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada asset produksi.
Yang paling mendasar akses pada dana, tersedianya suntikn dana yang
mendanai dapat menciptakan pembentukan modal bagi usaha
masyarakat dan menciptakan tabungan untuk investasi secara
berkesinambungan.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi sebagai
produsen dan penjual, posisi rakyat dalam perekonomian sngat lemah.
c. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
d. Kebijaksanaan pembangunan industri harus mengarah pada penguatan
industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat yang
berkembag menjadi industri-industri yang kuat sebagai tulang
punggung industri nasional.
e. Kebijkasanaan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga
kerja mandiri sebagai cikal bakal wirausaha baru yang nantinya akan
berkembang menjadi kuat dan saling menunjang.
25
Titik Sumarti, Strategi Nafkah Rumah Tangga dan Posisi Kaum Perempuan dalam
Secercah Cahaya Menuju Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian), (Kementerian Sosial RI
Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Keluarga, TKP, 2010) h.212
40
f. Pemerataan pembangunan antar daerah.
4. Indikator Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Bagi perempuan miskin (Wanita Rawan Sosial Ekonomi atau WRSE)
setelah melalui berbagai upaya pemberdayaan, dapat dikatakan berhasil
apabila dapat mencapai dua indikator yaitu indikator keluaran (output
indicator) ditandai dengan telah diselenggarakannya pemberdayaan terhadap
sejumlah perempuan miskin (WRSE). Indikator hasil (income indicator) yang
ditandai dengan perempuan miskin (WRSE) yang diberdayakan telah mampu
hidup layak, mampu mengembangkan usaha, berorganisasi atau
bermasyarakat dan membantu perempuan lain yang masih miskin.26
Faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan
sumberdaya perempuan dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal.27
Faktor internal, yang meliputi aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan skill (psikomotorik) dan mental (afektif) merupakan ramuan
komponen yang mengejawantahkan perilaku sosok seorang perempuan.
Karena itu sangat penting bagi perempuan untuk dapat memperoleh
pendidikan yang diperlukannya, mengasah keterampilan yang dapat
mendukungnya di tengah masyarakat dan memperkuat mentalnya sebagai
perempuan mandiri dalam menyambut peran strategisnya sebagai istri, ibu,
warga masyarakat dan tenaga kerja yang potensial. Sedangkan Faktor
eksternal, menjadi faktor penentu keberhasilan dalam memberdayakan faktor-
26
Miran, Segregasi Dan Kemiskinan Perempuan dalam Secercah Cahaya Menuju
Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian), (Kementerian Sosial RI Direktorat Jendral
Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Keluarga, TKP, 2010) h.292 27
Aida Vitayala S. Hubeis, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa, (Bogor: IPB
Press, 2010), h. 150
41
faktor internal tadi. Faktor eksternal dapat berupa lingkungan yang kondusif
bagi upaya pemberdayaan perempuan tersebut. Misalnya keberanian dan
kesadaran dari lingkungan terdekat perempuan terutama suami dalam
mendukung upaya pemberdayaan. Juga kebijakan dan peraturan pemerintah
yang memberi keleluasaan bagi perempuan untuk mengembangkan diri baik
fisik, mental maupun spiritual dan berpartisipasi aktif di berbagai sektor dan
kegiatan yang berwawasan gender.
5. Tujuan Pemberdayaan Perempuan
Menurut Jim Ife, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasan
orang-orang yang lemah atau kurang beruntung.28
Orang-orang kurang
beruntung disini yakni, kelompok kurang beruntung secara primer akibat kelas
(orang miskin, orang yang tidak memiliki pekerjaan, orang berpenghasilan
rendah, orang yang memerlukan keamanan secara sosial) jender (perempuan),
ras dan kelompok-kelompok orang yang memiliki keterbatasan.
Selain itu, pada dasarnya pemberdayaan perempuan bertujuan untuk
membuat setiap perempuan menjadi seorang yang mandiri yang tidak
menggantungkan hidupnya kepada pranata-pranata sosialnya seperti suami,
keluarga maupun orang lain. Sehingga, ketika terjadi sesuatu yang merugikan
kaum perempuan, maka perempuan dapat tetap melanjutkan kehidupannya.
Adapun pemberdayaan terhadap perempuan adalah salah satu cara strategis
untuk meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peran perempuan
28
Jim ife, Farank Tesoriero, Community Development. Alternative Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) h.5
42
baik di lingkup publik maupun domestik. Hal tersebut dapat dilakukan
diantaranya dengan cara:
a. Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah
tangga.
b. Memberi beragam keterampilan bagi kaum perempuan. Sehigga kaum
perempuan juga dapat produktif dan tidak menggantungkan nasibnya
terhadap kaum laki-laki.
c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan
untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal
ini diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat
bahwa setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan
kembali ke dapur. Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya
(sebagian besar) pendidikan bagi perempuan.
6. Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi
memiliki peranan yang cukup berarti. Keberhasilan koperasi tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan kesesejahteraan anggota koperasi tetapi juga
telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan memberikan tingkat
kesejahteraan yang lebih baik untuk masyarakat sekitar. Koperasi wanita
adalah koperasi yang khusus dikelola oleh perempuan, beranggotakan
perempuan untuk memberdayakan kaum perempuan dari kelanggengan
kemiskinan dan keterbelakangan. Berkembangnya koperasi wanita
43
berimplikasi pada berkembangnya peran kopwan dalam pemberdayaan
perempuan antara lain yakni memberikan pelatihan-pelatihan, mencetak
pemimpin perempuan, peningkatan keterampilan baik dalam hal teknis usaha
seperti organisasi, manajemen, administrasi atau akuntansi usaha, maupun
peningkatan kualitas produk, akses kepada sumber-sumber produktif,
informasi pasar, juga peningkatan pengetahuan di bidang pendidikan,
kesehatan reproduksi, peningkatan kesadaran perempuan atas hak-haknya di
lingkungan kerja maupun keluarga, sosial, hukum, maupun politik.
Koperasi pada dasarnya merupakan wadah orang-orang atau badan
hukum yang memiliki kepentingan bersama dalam meningkatkan
kesejahteraanya. Zulminarni mengungkapkan bahwa dalam kerangka
pemberdayaan perempuan, pengembangan lembaga koperasi akan bermanfaat
bagi kelompok perempuan miskin karena:
a. Meningkatkan kesejahteraan perempuan miskin
Sebagai anggota koperasi, perempuan miskin dapat meminjam uang
setiap saat dengan prosedur yang relative mudah, bunga yang rendah, dan
keuntungan yang akan kembali pada mereka. Pinjaman tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan, dan
modal usaha.
b. Membuka akses sumber daya
Dengan sistem kelompok dan berkoperasi, perempuan miskin tidak
hanya mendapat kemudahan dalam mengakses pinjaman atau modal,
melainkan juga akan diakui keberadaannya, mendapat akses infomasi,
serta pelatihan dan penyuluhan mengenai kegiatan produksi, pemasaran,
44
dan pengembangan diri melalui berbagai program yang dikembangkan
diwilayahnya.
c. Meningkatkan partisipasi perempuan miskin dalam berbagai aktivitas
dalam kelompok koperasi, perempuan miskin dituntut untuk membangun
kebersamaan, belajar berorganisasi, mengambil keputusan, dan terlibat
aktif dalam berbagai aktivitas wilayahnya.
d. Membuka kesadaran perempuan miskin
Secara kolektif perempuan miskin dapat ikut mengontrol pengambilan
keputusan dan alokasi sumber daya, baik dalam keluarga maupun di
masyarakat. Hal ini kemungkinan karena telah terbiasa mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelompok koperasinya.29
Dengan demikian, adanya koperasi kemungkinan perempuan memiliki
kesempatan yang lebih besar dalam memperbaiki kesejahteraan dirinya dan
keluarganya, serta meningkatkan peran dan keterlibatan perempuan dalam
proses pemabangunan. Peningkatan peran serta perempuan ini selanjutnya
dapat bermanfaat sebagai penciptaan kesetaraan gender, meningkatkan kearifan
perempuan di masyarakat, dan mengembangkan kemampuan perempuan dalam
menentukan nasibnya sendiri. Dalam hal ini, dibutuhkan pula peran
pendamping dan penyuluh agar koperasi dapat berkembang, memiliki kinerja
baik, dan dapat dijadikan program berkelanjutan, terutama bagi pemberdayaan
perempuan miskin yang ditunjukkan untuk penanggulangan kemiskinan.
29
Yuridistya Primadhita. Tesis Analisis Penguatan Institusi Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Miskin Melalui Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus Koerasi Simpan Pinjam
Perempuan Ibu Peduli Di Keuarahan Cilandak Barat Kalibata, dan Pejaten Timur, Kotamadya
Jakarta Selatan. (Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Universitas Indonesia, 2011), h.32
45
E. Manajemen Keuangan dan Financial Literacy
1. Tinjauan Manajamen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen yang
ada dalam suatu perusahaan. Namun secara lebih luas manajemen keuangan
dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan mapupun pemerintah terkait
persoalan pengelolaan keuangan. Menurut Sutrisno, Manajemen keuangan
adalah semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahanaan. Sedangkan menurut Gitman sebagaimana
dikutip Krishna menyatakan bahwa secara umum manajemen keuangan
didefinisikan sebagai proses perencanaan, analisa dan pengendalian kegiatan
keuangan. Pegertian lain menyatakan bahwa manajemen keuangan adalah
segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan
pengelolaan aktivas dengan tujuan menyeluruh. Artinya bahwa kegitan
manajemen keuangan berkutat di sekitar:
a. Bagaimana memperoleh dana untuk membiayai usahanya
b. Bagaimana mengelola dana tersebut sehingga mencapai tujuan yang
diinginkan
c. Bagaimana mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif.30
Salah satu bentuk aplikasi dari manajemen keuangan adalah yang
disebut manajemen keuangan pribadi (personal finance) yaitu proses
perencanaan dan pengendalian keuangan dari unit individu atau keluarga.
Keuangan pribadi meliputi manajemen keuangan, pengeluaran dan kredit dan
yang terakhir tabungan dan investasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
30
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 5-6
46
manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan
manajemen aset yang dikelola secara efektif dan efisien. Secara umum, tujuan
dari pengelolaan keuangan meliputi:
1. Mencapai target dana tertentu di masa yang akan datang.
2. Melindungi dan meningkatkan kekayaan yang dimiliki.
3. Mengatur arus kas (pemasukan dan pengeluaran uang).
4. Melakukan manajemen risiko dan mengatur risiko dengan baik.
5. Mengelola utang piutang.
2. Pengertian Financial Literacy
Ada kalanya kesulitan keuangan bukan hanya disebabkan oleh
rendahnya tingkat penghasilan dan pendapatan, namun dapat pula terjadi
karena disebabkan kesalahahan dalam manajemen keuangan, untuk itu
dibutuhkan literasi keuangan yang memadai. Dalam rangka mencapai
kesejahteraan keuangan, seseorang perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan
implementasi keuangan pribadi yang sehat. Sejauh mana pengetahuan,
sikap dan implementasi seseorang dalam mengelola keuangan, dikenal
dengan literasi finansial.
Menurut beberapa pakar yang tertuang dalam penelitian Ika Nur
Wahyuny bahwa financial literacy adalah kemampuan mengelola
keuangan pribadi. Kemampuan mengelola keuangan pribadi dibutuhkan
individu untuk memanfaatkan produk keuangan secara optimal yang akan
berpengaruh terhadap kualitas manusia. Menurut Huston, financial
literacy diartikan sebagai komponen sumber daya manusia yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan. Seseorang
47
dikatakan melek keuangan ketika memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal yang sama dikatakan Robert
T. Kiyosaki menjelaskan financial literacy sebagai kemampuan untuk
membaca dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah
finansial atau keuangan. Hal ini mencakup kemampuan untuk
membedakan pilihan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan,
perencanaan masa depan, dan kompetensi merespon peristiwa kehidupan
yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari maupun peristiwa
dalam perekonomian secara umum. Sementara financial literacy menurut
Remund adalah ukuran sejauh mana seseorang memahami kunci konsep
keuangan, memiliki kemampuan serta percaya diri untuk mengelola
keuangan pribadi dengan tepat, baik perencanaan keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang serta sadar terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Selain itu, Remund menyatakan ada empat hal yang paling umum dalam
literasi keuangan yaitu penganggaran, tabungan, pinjaman, dan investasi.
Literasi keuangan tidak hanya melibatkan pengetahuan dan kemampuan
untuk menangani masalah keuangan tetapi juga atribut nonkognitif. 31
Dari beragam pengertian tersebut, peneliti menyandarkan
pengertian financial literacy sebagai pemahaman individu mengenai
produk dan konsep dasar keuangan sehingga mampu mengelola keuangan
pribadi untuk memanfaatkan produk keuangan yang tepat. Ini
dimaksudkan untuk membantu individu menghindari kegagalan dalam
masalah keuangan. Sebab, kesulitan keuangan bukan hanya disebabkan
31
Ikka Nur Wahyuny, Pengembangan Pendidikan Financial Literacy Berbasis Nilai-
Nilai Anti Korupsi sebagai Investasi Sosial: Sebuah Pemikiran. Diakses pada 2 Oktober 2016 dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/7013
48
oleh rendahnya tingkat penghasilan dan pendapatan semata, namun dapat
pula terjadi karena disebabkan kesalahahan dalam manajemen keuangan,
antara lain tidak adanya perencanaan atau manajemen keuangan yang baik.
3. Financial Literacy dalam Pemberdayaan Perempuan
Masalah keuangan dalam kehidupan bisa mempengaruhi
masyarakat terutama dalam hal bagaimana mereka harus mecapai persepsi
yang dibutuhkan, mengembangkan kemampuan mereka dalam area
tersebut dan memahami dampaknya terhadap keputusan keungan individu,
orang lain dan lingkungan.32
Hal ini kemudian menciptakan kebutuhan
akan terciptanya konsumen yang melek finansial bagi pelaku pasar uang
dan industri keuangan.
Sementara itu, dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam
konteks pemberdayaan perempuan, literasi keuangan akan membantu
terciptanya efesinsi dan produktifitas yang lebih tinggi yang pada akhirnya
akan membantu masyarakat pada umumnya untuk lebih memahami
manfaat yang ditawarkan oleh organisasi dan meningkatkan kepuasan
dalam dalam kehidupannya. Selain itu, pemahaman terhadap keuangan
mampu mendorong untuk bertanggung jawab atas pembiayaan masyarakat
dan membantu meningkatkan efeisensi pengeluaran dalam keluarga.
32
Susnaningsih Muat, Desrir Miftah, Hesty Wulandari, Analisis Tingkat Literasi
Keuangan Dan Dampaknya Terhadap Keputusan Pribadi. (Fakultas Ekonomi dan Sosial, UIN
Suska Riau, 2014), h.467-468
1
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Profil Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Jakarta
1. Gambaran Umum PPSW Jakarta
Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) berdiri pada bulan Juni
tahun 1986 merupakan salah satu LSM Perempuan di Indonesia yang
konsisten mengembangkan dan mendampingi kelompok-kelompok
perempuan basis hingga saat ini. Sejarah singkat munculnya LSM perempuan
ini didasari atas keprihatinan para pendirinya terhadap ketersisihan
perempuan dalam program-program pembangunan pada saat itu. Sehingga
Yayasan An-Nisa Indonesia (YANI) membentuk sebuah badan pelaksana
berupa LSM Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) untuk
merespon terhadap dekade perempuan yang dicanangkan dalam konferensi
dunia tentang perempuan di Nairobi pada tahun 1985, yang di Indonesia
ditandai dengan maraknya program-program peningkatan perempuan dalam
pembangunan.
Sebagai sebuah organisasi, PPSW berevolusi berubah seiring
perkembangan kondisi yang ada. Sejak April 2005 PPSW membentuk empat
lembaga otonom untuk lebih menjangkau wilayah-wilayah tertentu yaitu
PPSW Jakarta, PPSW Pasoendan, PPSW Borneo dan PPSW Sumatera.
Sekretariat PPSW menjadi simpul yang mengkoordinir perkembangan lintas
organisasi otonom agar tetap menjadi satu kesatuan gerakan asosiasi yang
kuat dan efektif. Transformasi PPSW ini sejalan dengan perkembangan
2
sistem yang lebih terdesentalisasi di Indonesia saat ini. Maka pmecahan
lembaga-lembaga kedalam lingkup yang lebih kecil bertujuan untuk
memudahkan menjangkau wilayah-wilayah tertentu yang secara
berkesinambungan akan mengembangkan dan mendampingi kelompok di
wilayahnya masing-masing.
Salah satu lembaga otonom dibawah naungan Asosiasi PPSW adalah
PPSW wilayah Jakarta sejak tahun 2005. Adapun lingkup wilayah kerjanya
khusus di Propinsi DKI Jakarta seperti Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta
Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Depok, Tangerang dan Bekasi yang
tergabung dalam 333 kelompok atau koperasi yang berada di 28 Kelurahan
dan 18 Kecamatan. Dalam hal ini, fokus utama PPSW Jakarta adalah
pemberdayaan perempuan khususnya yang berada di strata sosial ekonomi
terendah dalam masyarakat yang terkonsentrasi di daerah kumuh perkotaan.
PPSW Jakarta memilih beberapa fokus persoalan yang dihadapi masyarakat
seperti persoalan ekonomi, kesehatan reproduksi, pendidikan politik dan
pendidikan sebagai pintu masuk dalam pengorganisasian masyarakat
khususnya kelompok-kelompok perempuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut PPSW Jakarta melakukan berbagai
kegiatan seperti memfasilitasi masyarakat melalui berbagai pelatihan dan
lokakarya sesuai kebutuhan mereka serta mengembangkan organisasi dan
jaringan masyarakat lokal untuk mengadvokasi kepentingan mereka. Selain
itu, PPSW Jakarta juga melakukan penelitian, penerbitan, seminar dan
lokakarya guna menunjang kegitan yang dilakukan bersama.
3
2. Visi dan Misi
Visi PPSW Jakarta adalah Pemberdayaan perempuan dan
transformasi sosial bagi status dan peran perempuan dalam masyarakat
melalui peningkatan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya,
guna menciptakan tatanan masyrakat yang egaliter, demokratis,
berkeadilan dan kesetaraan gender. Sementara Misi dari PPSW Jakarta:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan
perempuan basis
b. mengembangkan kekuatan kolektif dan kepemimpinan perempuan
melalui kelembagaan lokal yang demokratis
c. mengembangkan kelembagaan lokal perempuan untuk meningkatkan
akses dan kontrol terhadap sumberdaya
d. memasyarakatkan konsep keadilan dan kesetaraan gender dalam
semua tingkatan.
3. Program-Program Kegiatan
a. Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian Masyarakat merupakan kegiatan utama PPSW
Jakarta. Beberapa pola pendekatan diterapkan sesuai kebutuhan dan situasi
masyarakat dalam melaksanakan program. PPSW Jakarta mengorganisir
perempuan di tingkat basis melalui kelompok-kelompok berdasarkan
tempat tinggal dengan kegiatan ekonomi sebagai pintu masuk utama.
Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam kelompok, selain simpan
pinjam, pelatihan dan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran kritis dan
4
meningkatkan kapasitas sehingga perempuan dapat menyelesaikan
permasalahan dan melakukan perubahan di keluarga dan lingkungan.
Kepemimpinan dikelompok terus menerus dilakukan secara
berkesinambungan, supaya proses pengkaderan berjalan baik.
Pengembangan kepemimpinan perempuan harus disiapkan sejak awal,
karena ada tantangan budaya yang masih menghambat perempuan menjadi
pemimpin.
b. Mengembangkan Koperasi Perempuan di tingkat basis
Pengembangan Koperasi Perempuan di tingkat basis merupakan salah
satu pintu masuk untuk memberdayakan perempuan. Pengembangan
Koperasi Perempuan ini sebagai bagian dari program penguatan ekonomi
untuk perempuan yang bertujuan untuk:
1. Mengembangkan lembaga keuangan yang dimiliki oleh
perempuan
2. Membuka akses kredit, jaminan sosial dan sumberdaya lainnya
bagi perempuan.
3. Menghimpun dan mengembangkan dana simpanan masyarakat
agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pengembangan
perekonomian rakyat.
4. Sebagai wadah untuk mengembangkan kepemimpinan perempuan
c. Pelatihan
Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Jakarta
memfasilitasi berbagai pelatihan bagi masyarakat dampingan yang
5
mencakup tiga hal yaitu keterampilan teknis, keterampilan manajerial dan
pengembangan diri. Pelatihan-pelatihan dasar meliputi:
1. Pelatihan Pengorganisasian masyarakat (CO) untuk membangun
visi tentang hidup dan kehidupan
2. Pelatihan motivasi berkelompok, untuk memotivasi anggota agar
mau bekerja sama dalam kelompok
3. Pelatihan gender untuk membangun kesadaran kritis perempuan
terhadap kesetaraan gender serta persoalan perempuan baik
persoalan praktis maupun struktural.
4. Pelatihan manajemen kelompok dan kepemimpinan, untuk
melatih kelompok dalam mengelola dan mengembangkan
kelompoknya, serta mengembangkan potensi kepemimpinan
perempuan di wilayahnya.
5. Pelatihan kader lokal: politik, hak-hak perempuan dan masalah-
masalah perempuan, untuk mengembangkan pemimpin lokal
sehingga mampu melakukan perubahan untuk diri, keluarga dan
lingkungan.
6. Pelatihan-pelatihan teknis, dengan memanfaatkan sumberdaya
dan sumberdana di tingkat lokal.
d. Diskusi, Seminar dan Lokakarya
PPSW Jakarta memfasilitasi berbagai diskusi, seminar dan lokakarya
sebagai bagian dari upaya advokasi. Persoalan yang berkaitan dengan
kepentingan perempuan merupakan fokus diskusi, seminar dan lokakarya
yang diorganisir dan difasilitasi oleh PPSW Jakarta.
6
4. Struktur Organisasasi PPSW Jakarta
Tabel 2
Struktur Organisasi PPSW Jakarta
Sumber: PPSW Jakarta
5. Gambaran Umum Program Pendidikan Keuangan
Sejak tahun 2010, Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya
Wanita (PPSW) bekerjasama dengan Citi Peka (Peduli dan Berkarya) dan
Citi Foundation menyelenggarakan program pendidikan keuangan bagi
perempuan usia 40 tahun ke atas di enam propinsi, yaitu Aceh, Riau,
Banten, Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Barat.
Program ini merupakan program pemberdayaan berupa pelatihan
bagi perempuan untuk mengedukasi, membantu meningkatkan
pengetahuan, mengubah pola pikir dan perilaku terkait perencanaan
Iqbal Yusti Eko Putro
MIS Data Base
Keuangan &
Personalia
Koordinator Program
Deni Kurniawan
Penguatan Ekonomi
Staf Lapang
Wirda Simatupang
Penguatan politik & sosial
Titik Suryatmi
Advokasi
Tri Endang Sulistyowati
Direktur PPSW Jakarta
7
keuangan keluarga agar mencapai kebebasan finansial. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan merangkul peserta didik dari kaum perempuan di
wilayah tertinggal yang minim pengetahuan dan akses mengenai
pengelolaan keuangan.
Seiring berjalannya waktu, PPSW mengembangkan program
pendidikan keuangan tidak hanya untuk perempuan matang (usia 40+)
tetapi juga untuk perempuan produktif dan perempuan UKM agar sedini
mungkin piawai dalam membuat anggaran rumah tangga keluarga secara
sederhana, membuat tabungan hari tua dan darurat, dan sukses dalam
mengelola usaha di sektor UKM demi masa tua yang bahagia, sejahtera
dan mandiri. Tujuannya, agar mereka punya waktu yang lebih panjang
dalam mempersiapkan keuangan untuk masa tuanya. Program Pendidikan
Keuangan untuk perempuan didorong karena sebagian besar pengelolaan
keuangan dilakukan oleh perempuan. Mereka itu merupakan direktur atau
manajer keuangan di keluarga sehingga penting mendorong tingkat
pengetahuan perempuan mengenai keuangan melalui program pendidikan
keuangan untuk meminimalisir kesalahan dalam pengelolaan keuangan
keluarga. Selain itu, program ini juga menjadi sangat penting karena rata-
rata perempuan binaan yang mengikuti program ini adalah tamatan
pendidikan tingkat rendah sehingga tidak memiliki dana pensiun atau dana
hari tua kecuali perempuan itu sendiri yang mempersiapkannya untuk
kesejahteraan dirinya kelak.
Dalam pelaksanaannya, pelatihan ini dilakukan didalam kelas yang
jumlah pesertanya sebanyak 20 peserta. Setiap pertemuan dilakukan
8
selama 2 jam dan difasilitasi oleh satu orang tutor atau fasilitator yang
sebelumnya telah mengikut Training of Trainer. Untuk lebih
memudahkan, Berikut merupakan Tabel 3 materi program pendidikan
keuangan untuk perempuan:
Tabel 3
Modul Program Pendidikan Keuangan
Modul 1
Penilaian Diri & Masa Depan
Modul 2
Membuat Anggaran & Tabungan
Sesi 1:
Gambaran & Diagnosis Keuangan
Sesi 2:
Menghargai Penuaan
Sesi 3:
Biaya dalam Penuaan
Sesi 4:
Menghargai Masa Depan
Sesi 1:
Membuat Anggaran
Sesi 2:
Membuat Keputusan Anggaran
Sesi 3:
Membuat Tujuan Menabung
Sesi 4:
Cara Menabung
Modul 3
Jaringan Perlindungan Keuangan
Modul 4
Pinjaman & Hutang
Sesi 1:
Dana Pensiun
Sesi 2:
Asuransi
Sesi 3:
Jaminan Sosial
Sesi 4:
Keluarga & Hubungan Keluarga
Sesi 1:
Analisis jumlah pinjaman yang
mampu dibayar
Sesi 2:
Mengidentifikasi pilihan pinjaman
yang tersedia
Sesi 3:
Mengelola kesalahan pinjaman
Sesi 4:
Negosiasi Keuangan
Modul 5
Investasi
Modul 6
Rencana Keuangan
Sesi 1:
Akumulasi Aset
Sesi 2:
Usaha Rumah Tangga
Sesi 3:
Berinvestasi ke Lembaga Formal
Sesi 4:
Asesmen & Pengelolaan Resiko
Sesi 1:
Tinjauan Kondisi Keuangan
Sesi 2:
Membiayai Kebutuhan hari tua
Sesi 3:
Hukum & Warisan
Sesi 4:
Selesaikan Rencana Keuangan Sumber : Studi Dokumentasi PPSW Jakarta
9
Pada modul pertama tentang aspek penilaian diri dan menatap
masa depan. Dari hasil observasi ketika proses belajar dilakukan di
Koperasi Teratai Putih, peserta diharapkan semakin sadar bahwa masa
depan merupakan siklus kehidupan yang akan terjadi pada semua manusia
yang hidup. Sehingga tidak perlu ada rasa takut apabila kehidupan masa
depan telah dipersiapkan sebaik mungkin agar menjadi masa depan yang
bahagia, sejahtera dan mandiri. Aspek ini menjadi yang pertama dipelajari
oleh peserta karena terkadang paradigma yang terbangun terkait kehidupan
masa depan lebih kepada hal-hal yang kurang baik sehingga pada modul
ini ingin memberikan kesadaran untuk lebih menghargai kehidupan saat
ini dan menghargai masa depan.
Pada modul kedua, yakni aspek membuat anggaran dan tabungan.
Dalam modul ini, perempuan peserta program pendidikan keuangan di
Koperasi Teratai Putih yang berjumlah 20 orang di wajibkan menuliskan
anggaran rumah tangganya secara sederhana. Setiap peserta berbeda-beda
dalam membuat anggaran rumah tangga. Ini dilakukan untuk
mengidentifikasi keefektifan keuangan sebagai sebuah kebutuhan atau
sebagai keinginan. Selain itu, membuat penganggaran juga dilakukan
untuk mempertegas bahwa pengeluaran tidak lebih banyak dari pemasukan
supaya tidak besar pasak dari pada tiang. Disisi lain, terdapat materi
menabung di mana para peserta mempraktekkan cara menabung yang
dialokasikan kedalam tiga sumber tabungan yakni tabungan pribadi,
tabungan darurat dan tabungan dana masa depan. Mengalokasikan
pendapatan ke dalam tiga jenis tabungan telah dilakukan oleh peserta
10
dengan membuat tiga buah celengan dan dihias sesuai kreatifitas para
peserta.
Pada modul ketiga, tentang jaringan perlindungan keuangan.
Pengamatan yang peneliti amati, pada modul ini para peserta diberikan
pemahaman dasar terkait jaringan perlindungan keuangan. Background
perempuan para peserta program pendidikan keuangan yang didominasi
oleh ibu rumah tangga dengan tingkat pendididikan menengah tentu
menyulitkan mereka mengetahui dan memiliki jaringan perlindungan yang
mereka butuhkan. Kondisi seperti ini secara tidak langsung berdampak
pada tidak memiliki jaminan dana pensiun atau jaminan sosial lainnya
yang biasa diterima oleh pekerja kantor. Sehingga dalam modul ini,
perempuan peserta program diberikan pemahaman terkait pentingnya
jaringan perlindungan keuangan dan dianjurkan untuk mengikuti tabungan
dana hari tua (DHT) yang dibuat secara khusus oleh lembaga koperasi
untuk memberikan jaminan sosial untuk perempuan.
Pada modul ke empat, yakni terkait pinjaman dan hutang. Dalam
materi ini perempuan peserta program diberikan penegasan bahwa dasar
peminjaman dan hutang harus dilakukan berdasarkan kemampuan
pendapatan keuangan masing-masing yang sudah dituliskannya pada
modul ke dua untuk menghindari kesulitan dalam membayar. Fasilitator
juga memberikan informasi pilihan pinjaman ke lembaga keuangan yang
terpercaya seperti misalnya pinjaman ke koperasi secara langsung, ke bank
yang memiliki reputasi yang baik atau lembaga-lembaga lain yang
terpercaya.
11
Pada modul kelima, membahas materi tentang investasi secara
khusus. Pada umumnya literasi keuangan sulit dijangkau oleh masyarakat
miskin dan termarginalkan. Perempuan sebagai bagian dari masyarakat
terpinggirkan terkadang tidak mengetahui produk-produk keuangan dalam
aspek literasi keuangan. Padahal mayoritas keuangan keluarga dikelola
oleh perempuan itu sendiri. Karena itu, aspek investasi melalui
pengelolaan usaha rumah tangga yang dikelola perempuan beserta resiko
berinvestasi menjadi penting untuk diketahui dalam upaya meningkatkan
pengetahuan finansial literasi perempuan. Tujuannya, agar perempuan
menjadi berani membuka peluang dalam berinvestasi sehingga secara
tidak langsung meningkatkan tingkat financial literacy nya. Dalam hal ini
minimal pelaksanaan investasi dilakukan terhadap akumulasi aset yang
dimiliki dan pengembangan usaha yang sedang perempuan rintis saat ini
yakni pengelolaan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Pada modul keenam yakni tentang rencana keuangan. Pada modul
terakhir, perempuan peserta program diharuskan merencanakan kembali
rencana keuangannya dengan meninjau kondisi keuangan masing-masing.
Perencanaan keuangan ini dibuat, untuk jangka waktu tiga tahun kedepan.
Perencanaan keunagan ini dibuat agar prioritas-prioritas kebutuhan lebih
dahulu dilakukan. Kemudian dalam perencanaan keuangan ini juga
disertakan cara yang dilakukan untuk mewujudkan perencanaan keuangan
tersebut. Sehingga pada tahap akhir, para peserta merencanakan rencana
keuangan dan merealisasikannya dalam waktu dua hingga tiga tahun
kedepan setelah program pendidikan ini selesai.
12
B. Keadaan Wilayah Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi
Keberadaan koperasi Teratai putih masuk kedalam Kelurahan Pejaten
Timur yang merupakan salah satu dari tujuh kelurahan di kecamatan Pasar
Minggu. Secara geografis, kelurahan Pejaten Timur memiliki luas wilayah
sebesar 267,83 Ha dengan rincian jumlah Rukun Warga sebanyak 11 RW,
Rukun Tetangga sebanyak 146 RT dan total keseluruhan penduduk sebanyak
66,504 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 33,521 jiwa
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 32,978 jiwa dan warga
negara asing sebanyak 5 jiwa. Kependudukan wilayah kelurahan pejaten
timur dibagi menjadi empat batas. Pada sisi utara merupakan jalan Kalibata
Timur dan Jalan Empang Tiga. Kemudian pada sisi Timur merupakan batas
dari kali Ciliwung. Pada sisi Selatan merupakan Jalan Pol Tangan dan Jalan
Gunuk Raya. Dan terakhir pada sisi Barat merupakan jalan Raya Pasar
Minggu dan jalan Raya Tanjung Barat. Dalam hal ini, posisi Koperasi Teratai
putih berada pada sisi Utara Kelurahan Pejaten Timur yakni jalan Jalan
Empang Tiga.
2. Gambaran Umum Koperasi Teratai Putih
Koperasi Teratai Putih merupakan lembaga keuangan masyarakat
yang bergerak dalam bidang kegiatan simpan pinjam. Koperasi perempuan
tertua dampingan PPSW ini terbentuk pada tahun 1987, setahun setelah
terbentuknya PPSW. Sejarah singkat awal mula terbentuknya koperasi
dilatarbelakangi keprihatian para pendirinya melihat para perempuan hidup
13
dalam kemiskinan, berdagang keliling dan banyak yang terjerat hutang
kepada rentenir karena minimnya pengetahuan dan lembaga keuangan yang
aman kala itu. Sehingga oleh para pendiri dikumpulkanlah para perempuan
tersebut hingga membentuk kelompok-kelompok kecil hingga pada akhirnya
berkembang menjadi koperasi perempuan. Pertanyaannya sekarang, mengapa
terfikir membentuk sebuah koperasi perempuan? Pertama, karena ingin
membentuk satu wadah yang menaungi perempuan-perempuan basic
(senasib-sepenanggungan) agar keluar dari jeratan hutang pada rentening
maka dibuatlah koperasi. Kedua, pada umumnya hubungan yang didasari
karena senasib-sepenanggungan (berkelompok) lebih mudah ketimbang
individualis. Ketiga, melalui koperasi tercipta kondisi egaliter atau sederajat.
Tidak ada atasan maupun bawahan, semuanya sederajat. Keempat, melalui
koperasi perempuan pula, ingin menciptakan dan membentuk pemimpin
perempuan karena ada tantangan budaya yang masih menghambat perempuan
menjadi pemimpin.
3. Visi Misi Koperasi Teratai Putih
Visi Koperasi Teratai Putih adalah memberdayaan Perempuan guna
meningkatkan kesejahteraan perempuan khususnya dan kesejahteraan
masyarakat umumnya. Adapun Misi yang ingin diwujudkan oleh Koperasi
Teratai Putih yakni:
a. Meningkatkan perekonomian anggota
b. Meningkatkan SDM anggota
c. Menumbuhkan kepemimpinan perempuan
d. Memberi layanan sosial kepada anggota dan masyarakat
63
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui
Pendidikan Keuangan di Koperasi Teratai Putih
Dalam setiap program, tentu terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan
agar program yang di jalankan terkontrol dan pada klimaksnya dapat
mencapai tujuan yang direncanakan. Pada tahapan program, terdapat tahapan
implementasi atau yang biasa disebut pelaksanaan. Implementasi adalah suatu
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara
matang dan terperinci. Tahap ini merupakan proses paling krusial di mana
menentukan keberhasilan suatu program. Karena baik buruk suatu program di
tentukan oleh persiapan dan perencanaan yang baik agar tujuan program dapat
tercapai. Untuk itu, dalam bagian ini peneliti akan menggambarkan proses
implementasi program pendidikan keuangan untuk perempuan dengan
mengkaitkannya kedalam model implementasi program menurut David C.
Korten.
Dalam pandangan Korten, keberhasilan implementasi program harus
meliputi tiga elemen yang disebut dengan model kesesuaian. Ketiga elemen
itu saling berkaitan satu sama lain sehingga apabila terdapat salah satu elemen
yang tidak berjalan dengan optimal maka akan mempengaruhi elemen yang
lainnya. Adapun ketiga elemen itu yakni pada program itu sendiri,
pelaksanaan program dan kelompok sasaran program.
64
1. Elemen Program
Pada elemen pertama, kesesuaian program dengan apa yang
dibutuhkan oleh kelompok sasaran adalah faktor penting pertama bagi
Korten. Keselarasan program dengan kebutuhan sasaran program mutlak
di kedepankan karena berpengaruh secara langsung terhadap
kebermanfaatan yang akan diperoleh sasaran program. Apabila program
tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, maka dapat dipastikan
bahwa hasil program tidak memberikan manfaat dan tidak
memberdayakan masyarakat.
Untuk mengetahui suatu program itu baik maka harus memuat
beberapa aspek diantaranya:
a. Adanya Tujuan yang Ingin Dicapai Secara Jelas dan Adanya
Kebijakan-Kebijakan yang Diambil dalam Mencapai Tujuan
Aspek adanya tujuan dan adanya kebijakan yang diambil untuk
mencapai tujuan merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan
sehingga dalam sub bab ini akan dijelaskan secara bersamaan.
Progam pendidikan keuangan adalah program pengelolaan
keuangan bersifat pendidikan non formal yang menyasar kaum
perempuan. Pelatihan pengelolaan keuangan yang dijalani dapat
dipraktekan secara langsung di dalam keluarga dengan harapan dapat
membantu meningkatkan pengetahuan, mengubah pola berpikir
menjadi berpikir kritis untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemandirian keuangan.
65
Pelaksanaan program pendidikan keuangan untuk perempuan,
yang dilakukan oleh PPSW selaku lembaga pelaksana tidak
sembarangan dalam proses penetapan suatu program. Akan tetapi
sebelum di tetapkan sebuah program, terlebih dahulu dilakukan sebuah
penelitian yang bekerjasama dengan tim riset dari Universitas
Indonesia untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan yang
diperlukan anggota koperasi dampingan PPSW agar program tepat
sasaran. Hasil dari riset tersebut kemudian baru ditetapkan sebuah
program yang sesuai dengan kebutuhan sasaran program. Untuk lebih
detail, berikut transkrip wawancara bersama koordinator program Ibu
Titik Suryatmi, yang ketika peneliti wawancarai berada di kantor
PPSW Jakarta:
“Kami awal-awal kan memang ada tawaran program dari Citi
Bank atau Citi Foundition. Kita ini sebelum mendapat tawaran
ada penelitian, ada riset yang waktu itu kita ingin melihat
seberapa besarkah si kebutuhan ibu-ibu ini untuk pengelolaan
keuangan. Nah itu bekerja sama dengan UI (Universitas
Indonesia). Nah dari hasil riset itulah, Citi Foundition melihat
bahwa memang perempuan-perempuan (anggota koperasi) yang
didampingi PPSW ini sangat membutuhkan pendidikan keuangan
karena dari sisi usia, sisi pengetahuan masih sangat kurang dan
untuk jaminan di masa tua tidak ada. Nah itu latar
belakanganya”.1
Hasil dari riset diketahui bahwa perempuan memiliki umur
harapan hidup (UHH) yang lebih panjang dibandingkan laki-laki.
Perempuan memiliki UHH 77 tahun sedangkan laki-laki memiliki
UHH 72 tahun. Sehingga perencanaan masa dapan penting
dipersiapkan dengan baik agar berpeluang untuk menjadi miskin di
1 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Program, Ibu Titik Suryatmi. (Jakarta Timur:
21 Maret 2017).
66
masa tua.2 Temuan masalah lainnya adalah pendidikan dan
keterampilan perempuan rendah, belum merencakanan keuangan
dengan baik dan bijak, tidak memiliki dana hari tua sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi tingkat literasi keuangan.
“Karena memang (anggota) koperasi-koperasi dampingan kita yaa
di 6 provinsi ini mereka mengelola keuangan hampir tidak ada
rencana untuk masa depan mereka, saat tua mereka untuk apa ya
istilahnya yaudah pinjem nyimpen pinjem gitu tapi untuk
kedepannya perempuan itu sendiri sering tidak terpikirkan.”3
“Kami melihat bahwa ibu-ibu yang kami dampingi udah mulai
usianya udah 40 tahun keatas. Dari hasil riset kami bahwa ibu-ibu
dimasa tua nya mengalami kemiskinan karena memang
kekurangtahuan di dalam membuat perencanaan keuangan di
dalam rumah tangga.”4
Setelah riset selesai dilakukan, program pendidikan keuangan
kemudian ditetapkan untuk diaplikasikan kepada perempuan anggota
koperasi dampingan PPSW Jakarta yang tersebar di beberapa wilayah.
Adapun lingkup wilayah kerjanya khusus di Propinsi DKI Jakarta
seperti Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara,
Jakarta Pusat, Depok, Tangerang dan Bekasi yang tergabung dalam
333 kelompok atau koperasi yang berada di 28 Kelurahan dan 18
Kecamatan.
Merujuk pada permasalahan yang dihadapi perempuan diatas
maka tujuan dari program pendidikan keuangan agar sedini mungkin
perempuan menjadi piawai dalam membuat anggaran rumah tangga
keluarga secara sederhana, membuat tabungan hari tua dan darurat, dan
2 Studi dokumentasi PPSW Jakarta, Produk Dana Hari Tua untuk koperasi dampingan di
wilayah Jabodetabek. Diakses pada 5 April 2017 3 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Program, Ibu Wirda Simatupang. (Jakarta
Timur, 5 Oktober 2016) 4 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Program, Ibu Titik Suryatmi
67
sukses dalam mengelola usaha di sektor UKM demi masa tua yang
bahagia, sejahtera dan mandiri.
b. Adanya Perkiraan Anggaran yang Dibutuhkan
Sejak tahun 2011 Asosiasi PPSW dan PPSW Jakarta mulai
merintis pembuatan program pendidikan keuangan bekerjasama
dengan beberapa CSR (Corporate Social Responsibility). Sehingga
sumber dana kegiatan pendidikan keuangan berasal dari funding CSR
yakni diawali dari CSR Citi Bank melalui payung kegiatan sosialnya
Citi Peka (peduli dan berkarya) kemudian CSR first state serta bank
ekonomi.
Adapun peran CSR dalam implementasi program adalah mendanai
dan monitoring. Sehingga pelaksanaan program diserahkan secara
langsung kepada organisasi pelaksana dalam hal ini PPSW Jakarta
untuk melaksanakan program.
c. Adanya Strategi dalam Pelaksanaan
Program pendidikan keuangan yang dilaksanakan oleh PPSW
merupakan program yang diadopsi dari Tsao Financial Education
Programme for Mature Women di Singapura. Secara keseluruhan tidak
ada perbedaan yang signifikan pada materi yang diberikan. Hanya saja,
dalam pembuatan materi yang dilakukan pada tahun 2011, disesuaikan
dengan kondisi-kondisi yang ada di Indonesia dan dalam pembuatan
modulnya dimentori secara langsung oleh pengajar dari Singapura.
“Karena kami sangat awam maka kami bekerjasama dengan Citi
untuk membuat modul-modul itu makanya modul-modul itu kita
adobsi dari Singapura, kami waktu itu membuat modul-modul itu
68
difasiliatasi langsung dari Singapura, jadi pihak Singapura yang
datang kesini (Indonesia) dan salah satu yang ikut TOT (Training
of Trainer) ada saya waktu itu di Wisma Pkk. Kami membuat
modul-modulnya. Modul dari Singapura itukan dalam bahasa
inggris terus kita adobsi dan kita sesuaikan dengan kondisi-kondisi
di Indonesia dan kondisi-kondisi ibu-ibu. Karena kan memang
perempuan yang di dampingi PPSW ini dari perempuan dari garis
bawah yang memang pemasukan atau pendapatannya kecil. Kami
adobsi akhirnya jadi enam modul.”5
Pelaksanaan program pendidikan keuangan dilakukan di
koperasi-koperasi dampingan PPSW Jakarta se-jabodetabek dalam
kurun waktu selama enam bulan. Dalam waktu enam bulan itu, peserta
mempelajari enam modul tentang pendidikan keuangan. Setiap modul
terdiri dari empat sesi pembelajaran, tiap sesi dilaksanakan setiap hari
minggu dan dilakukan dalam waktu enam bulan. Khusus pada
koperasi Teratai Putih, pelaksanaan program pendidikan keuangan
dilakukan pada hari senin di jam 09.00-12.00 WIB yang diikuti oleh
20 peserta dan difasilitatori oleh Bapak Iqbal yang merupakan salah
satu staff dari PPSW Jakarta.
Seperti pada umumnya sebuah program, pelaksanaan program
pendidikan keuangan dilakukan melalui tahap persiapan terlebih
dahulu. Perekrutan peserta dilakukan dengan mensosiaslisasikan
program ke koperasi-koperasi dampingan PPSW melalui badan
pengurus koperasi. Pengurus koperasi kemudian menyampaikan
kepada seluruh anggota koperasi salah satunya ke koperasi Teratai
Putih. Dalam sosialisasi itu dijelaskan berapa lama jangka waktu
pelaksanaan program serta komitmen kuat ibu-ibu untuk konsisten
5 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Program, Ibu Titik Suryatmi.
69
mengikuti program hingga akhir. Setelah menyatakan diri
berkomitmen, kemudian peserta program mengisi biodata diri dan
dilakukan pra-tes untuk mengukur tingkat pengetahaun ibu-ibu dalam
aspek-aspek literasi keuangan. Selain itu untuk menunjang
pelaksanaan program, tiap peserta mendapatkan enam modul materi,
ATK, konsumsi dan uang transport di setiap pertemuan sebagai
bentuk fasilitas yang diberikan oleh PPSW.
Program pendidikan keuangan adalah program yang pada
awalnya diperuntukan untuk perempuan matang yang berusia di atas
40 tahun (40+). Karena berdasarkan hasil riset yang telah disampaikan
di atas menyatakan bahwa potensi perempuan mengalami kemiskinan
di masa tua relatif besar karena tidak adanya pengelolaan keuangan
yang baik dan jaminan dimasa tua untuk perempuan minim. Namun
kemudian PPSW mengembangkan sasaran program untuk perempuan
produktif dan perempuan yang memiliki usaha kecil rumahan (UKM).
Sasaran peserta diperluas dengan mempertimbangkan bahwa semakin
dini seseorang memahami aspek literasi keuangan yang ada di dalam
modul program pendidikan keuangan, maka akan semakin baik untuk
kesejahteraan perempuan itu sendiri untuk kehidupan saat ini dan
masa depannya kelak. Namun khusus pada program pendidikan
keuangan saat ini akan ditambahkan pelatihan manajemen bisnis
selama dua bulan sebagai bentuk totalitas dalam upaya pemberdayaan
yang dilakukan. Setelah pelaksanaan program selesai, para peserta
yang memenuhi indikator kelulusan yang PPSW tetapkan akan
70
diwisuda di akhir program. Kegiatan wisuda ini dilakukan sebagai
bentuk apresiasi kepada peserta di tengah menjalankan peran ibu
rumah tangga namun tetap bisa mengikuti pelatihan dengan baik.
Dari keseluruhan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa program
pendidikan keuangan untuk perempuan adalah upaya memberikan
pengetahaun dan pemahaman terkait pengelolaan keuangan agar literasi
keuangan perempuan meningkat sehingga meningkatkan posisi tawarnya
dalam keluarga.
Adapun analisisnya, program pendidikan keuangan untuk perempuan
memenuhi prinsip-prinsip pokok dalam implementasi yang efektif, yakni
tepat kebijakan dan tepat pelaksanaan. Dalam penjelasannya, tepat
kebijakan adalah sejuah mana program yang ada telah memuat hal-hal
yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Kedua,
program dirumuskan sesuai karakter masalah yang hendak dipecahkan.
Ketiga, program dibuat oleh lembaga yang memiliki kewenangan yang
sesuai dengan karakteristik program.
Disusunnya program pendidikan keuangan oleh PPSW Jakarta
sebagai lembaga yang memfokuskan diri pada upaya pemberdayaan
perempuan merupakan aktor yang tepat dalam melaksanaan program
pemberdayaan. Tepat kebijakan dapat dilihat dari dilakukannya
identifikasi masalah melalui sebuah riset permasalahan dan kebutuhan
sasaran program, kemudian pembuatan modul pembelajaran yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta di Indonesia dapat
71
dikatakan sebagai bentuk kegiatan yang bukan sekedar aktifitas tetapi
suatu kegiatan terencana yang disusun dengan matang untuk mewujudkan
tujuan kegiatan.
Selain itu, dengan melakukan sebuah riset atau sebuah penelitian
sebelum ditetapkannya sebuah program merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada perempuan agar implementasi program yang akan
dijalankan dapat memberikan dampak positif dan memberdayakan posisi
mereka. Dalam hal ini, upaya tersebut dikatakan sebagai pemberdayaan.
Pemberdayaan adalah suatu proses di mana masyarakat terutama mereka
yang miskin sumberdaya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan
lainnya didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara
mandiri.6 Sementara menurut Jim Ife, pemberdayaan adalah penyediaan
sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat
untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa menemukan
masa depan yang baik. Perempuan sebagai bagian dari masyarakat perlu
didorong juga untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai ibu rumah tangga
pengelola keuangan keluarga agar memiliki kesadaran dan keterampilan
pengelolaan keuangan yang baik dan bijak.
Atas dasar itu satu elemen yang ditetapkan David C. Korten dalam
implementasi program sudah terpenuhi karena adanya perencanaan yang
baik dan matang serta tepat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah
yang hendak diselesaikan.
2. Elemen Pelaksanaan Program
6 Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, Pembangunan Berbabis Masyarakat Acuan
Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2015). h. 123
72
Pada elemen kedua, Korten menekakankan kesesuaian antara
program dengan organisasi pelaksana. Artinya, kesesuaian antara tugas
yang dibebankan dengan kemampuan organisasi pelaksana harus dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Jika organisasi pelaksana program tidak
memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program,
maka organisasinya tidak dapat menyampaikan program dengan tepat. Hal
ini bisa berakibat pada tidak tersampaikannya manfaat program yang
mempengaruhi tujuan program yang dicita-citakan. Maka dalam hal ini
diperlukan disposisi (sikap) implementor yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas dengan baik, yang meliputi:
a. Kognisi (Pemahaman Dan Pengetahuan)
Dalam hal ini yang disebut sebagai organisasi pelaksana adalah
PPSW Jakarta melalui seorang fasilitator yang bertugas
menyampaikan program kepada sasaran program. Struktur birokrasi
yang ditetapkan oleh PPSW Jakarta, seorang fasilitator disebut sebagai
staff lapang. Khusus pada implementasi program di koperasi Teratai
Putih tempat peneliti melakukan penelitian, implementasi program di
fasilititatori oleh Bapak Iqbal. Penetapan untuk menjadi fasilitator
program dilakukan dengan memberikan Training of Trainer (TOT)
yang sudah terverifikasi secara internasionl kepada para staff. Ini
dilakukan agar fasilitator memenuhi unsur kelayakan dalam
memahami program dengan baik ketika memberikan pelatihan kepada
para peserta.
73
Disisi lain, penetapan seorang fasilitator juga melihat pada sejauh
mana keterlibatan pendampingan yang dilakukan fasilitator dalam
pendampingan di wadah koperasi serta kedekatan fasilitator dengan
para anggota koperasi sehingga akan mempermudah proses
penyampaian program.
b. Arah Respon Pelaksana Terhadap Implementasi Menerima Atau
Menolak
Dalam melaksanaan program, disposisi atau sikap dan karakter
yang dilakukan bapak Iqbal selaku fasilitator dalam memberikan
pengajaran dengan mengurangi penjelasan yang panjang dan monoton.
Melainkan metode belajar dilakukan dengan berdiskusi terhadap suatu
kasus keuangan, cacah pendapat atau melalui permainan terkait
pengelolaan keuangan.
“Metodenya itu lebih mengurangi untuk meneggunakan penjelasan
jadi lebih sering menggunkan diskusi, cacah pendapat, permainan.
Misalnya dari diskusi berdasarkan kasus. Ada contoh kasus seperti
ini bu, diskusinya seperti apa pendapatnya seperti apa. Kalau
permaianan misalnya teka teki, jadi mereka tuh lebih enak
masuknya, kadang kalau penjelasan kan ada yang bisa menerima
cepet ada yang menerima kadang salah, ada juga yang malah
ngantuk.”7
Dari pernyataan ini, dapat diketahui bahwa respon pelaksana dalam
menjalankan implementasi program dikatakan sebagai upaya
keterbukaan dari fasilitator untuk menciptakan suasana yang dapat
diterima oleh peserta dengan harapan proses pemberian ilmu
pendidikan keuangan dapat dipahami dengan mudah.
7 Wawancara pribadi dengan fasilitator program, Bapak Iqbal Yusti Eko Putro. (Jakarta
selatan, 20 Maret 2017).
74
c. Intensitas dari Respon Pelaksana
Secara keseluruhan, mayoritas responden peserta program
pendidikan keuangan menyatakan bahwa proses transfer ilmu yang
disampaikan fasilitator yang mengacu pada enam modul materi dapat
dipahami dengan jelas oleh para peserta. Adapun secara garis besar,
keenam materi modul yang dipelajari mencangkup aspek penilaian diri
dan menatap masa depan, aspek anggaran dan tabungan, aspek
jaringan perlindungan keuangan, aspek pinjaman dan hutang, aspek
investasi dan aspek perencanaan keuangan. Keenam modul tersebut
merupakan aspek-aspek literasi keuangan dalam materi manajemen
keuangan pribadi yang dijelaskan didalam buku Pengantar Manajemen
Keuangan. Dalam penjelasannya, manajemen keuangan pribadi yaitu
proses perencanaan dan pengendalian keuangan dari unit individu atau
keluarga. Keuangan pribadi meliputi manajemen keuangan,
pengeluaran dan kredit serta yang terakhir tabungan dan investasi.
3. Elemen Kelompok Sasaran
Pada elemen ketiga Korten menekankan pada elemen kelompok
sasaran program. Artinya, harus ada kesesuaian antara sasaran program
dengan capaian yang sudah ditentukan oleh organisasi pelaksana sehingga
tujuan program dapat bermanfaat untuk sasaran program. Jika tujuan yang
ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh
kelompok sasaran maka otomatis kelompok sasaran tidak mendapatkan
hasil program. Karena itu, elemen ini harus bersinergi satu sama lain agar
antara pelaksana dan sasaran program sama-sama mendapatkan manfaat.
75
PPSW disetiap programya menyasar kelompok perempuan basic
dalam strata ekonomi sedang hingga rendah. Sehingga pada program
pendidikan keuangan pun sasaran pesertanya adalah perempuan.
Menentukan ketepatan target merupakan prinsip pokok dalam
implementasi yang efektif. Ketepatan memilih target atau sasaran program
berkenaan dengan tiga hal. Pertama, target yang diintervensi sesuai
dengan yang direncanakan dan tidak saling tumpang tindih. Kedua, target
dalam kondisi siap untuk diintervensi. Target mendukung implementasi
program yang akan dilakukan. Ketiga, implementasi program bersifat baru
atau memperbarui implementasi program sebelumnya demi tidak
mengulang program yang lama.
Dalam program pendidikan keuangan, target atau sasaran program
yang dipilih oleh PPSW Jakarta adalah perempuan karena perempuan
merupakan salah satu bagian dari orang-orang yang dianggap lemah dan
“termarginalkan”. Sejarah mencatat, R. A. Kartini merupakan tokoh
emansipasi perempuan Indonesia yang memperjuangkan kesamaan hak-
hak perempuan dengan laki-laki. Peristiwa tersebut peneliti indikasikan
bahwa telah terjadi pembatasan hak perempuan, akses, partisipasi, kontrol
dalam menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi dari luar
terhadap perempuan. Karena alasan itu, mengutip penyataan Jim Ife bahwa
menurutnya perempuan merupakan salah satu dari golongan lemah yang
perlu didorong agar berdaya.
Menurut Jim Ife, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan
kekuasan orang-orang yang lemah atau kurang beruntung. Orang-orang
76
kurang beruntung disini yakni, kelompok kurang beruntung secara primer
akibat kelas (seperti orang miskin, orang yang tidak memiliki pekerjaan,
orang berpenghasilan rendah, orang yang memerlukan keamanan secara
sosial) gender (perempuan), ras dan kelompok-kelompok orang yang
memiliki keterbatasan.8
Dalam elemen kelompok sasaran program, lebih menekankan pada
terealisasikannya hasil dari implementasi program. Melalui pembentukkan
koperasi perempuan simpan pinjam, PPSW berupaya melakukan
pemberdayaan kepada perempuan. Wadah koperasi dipilih dengan
pertimbangan bahwa mengumpulkan para perempuan dalam suatu wadah
dalam bentuk koperasi dinilai lebih mudah karena terjalin ikatan antar
anggota dengan koperasi. Pembentukan wadah koperasi dinilai tepat untuk
mengeluarkan kondisi perempuan dari jeratan hutang rentenir atau bank
keliling yang menetapakan bunga pinjaman yang tinggi. Karena kondisi
tersebut, maka PPSW membentuk koperasi wanita simpan pinjam sebagai
pendekatan awal. Pada tahap ini, posisi target sudah dalam kondisi siap
untuk diintervensi. Target mendukung implementasi program yang akan
dilakukan dengan terlibat dalam wadah koperasi.Setelah koperasi
terbentuk, PPSW melakukan pendampingan kepada pengurus dan anggota
untuk melegalkan wadah koperasi agar berbadan hukum (yang diakui atau
terverifikasi). Kemudian seiring berjalannya waktu, kegiatan koperasi
berkembang kedalam berbagai program-program yang bermanfaat untuk
meningkatkan posisi tawar anggota koperasi. Adapun kegiatan-kegiatan
8 Jim ife, Farank Tesoriero, Community Development. Alternative Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) h.5
77
yang dilakukan diantaranya pendidikan anti korupsi, pendidikan politik
dan program-program lainnya yakni program pendidikan keuangan untuk
perempuan.
Serangkaian kegiatan di atas menurut peneliti merupakan bagian
dari pemberdayaan perempuan karena terdapat keberpihakan dalam upaya
pemberdayaan perempuan. Adapun peserta program pendidikan keuangan
adalah mereka para anggota koperasi dampingan PPSW yang tergabung
dalam 333 kelompok atau koperasi yang berada di 28 Kelurahan dan 18
Kecamatan di wilayah Jabodetabek. Adapun nama-nama peserta program
pendidikan keuangan dalam penelitian di Koperasi Teratai Putih pada
tahun 2016-2017 terlampir.
B. Hasil Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Melalui Pendidikan Keuangan di Koperasi Teratai Putih
Pada dasarnya, setiap manusia secara individu memiliki kelebihan.
Namun secara kodrati (mutlak) juga memiliki kekuarangan. Sehingga
kelebihan itu yang perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi pribadi
untuk dapat membangun.9 Akan tetapi terkadang individu tidak menyadari
kelebihan yang dimiliki sehingga diperlukan dorongan dan binaan dari pihak
lain untuk meningkatkan kualitas hidup yang dikenal dengan istilah
pemberdayaan atau pengembangan masyarakat. Pemberdayaan secara
konseptual adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Sementara menurut Jim Ife,
9 Muhtadi dan Tantan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam,
(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h. 6
78
pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan
keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga
mereka bisa menemukan masa depan yang baik.10
Sejalan dengan konsep pemberdayaan yang diutarakan oleh Jim Ife di
atas, kehadiran program pendidikan keuangan secara lebih detail dijelaskan
oleh Ibu Wirda sebagai bentuk penguatan sumberdaya perempuan dengan
memberikan pendidikan yang bisa dipakai seumur hidup berupa pendidikan
mengelola keuangan agar dapat merencakanan keuangan secara baik dan
bijak. Kegiatan pendidikan keuangan tidak belajar mengenai seberapa banyak
uang yang dimiliki, tetapi lebih kepada memberikan ilmu dan mempraktekkan
terkait aspek-aspek literasi keuangan diantaranya: bagaimana pengelolaan
keuangan keluarga, menabung, analisis pinjaman, berhutang, hingga sampai
perencanaan masa depan supaya bahagia, sejahtera dan mandiri. Selain itu, ia
juga menambahkan bahwa program pendidikan keuangan tidak diartikan
membahas financial saja, namun bersifat keseluruhan. Artinya pengelolaan
keuangan melibatkan orang-orang terdekat dari perempuan seperti suami,
anak, keluarga atau wadah koperasi. Pengelolaan keuangan tidak bisa tunggal
akan tetapi harus ada kesepakatan antar satu sama lain dalam pengelolaan
keuangan yang akan diterapkan.11
Keterangan di atas kembali diperkuat bahwa pemberdayaan bukan
hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-
pranatanya. Seperti menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja
10
Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa (Jakarta:
Dakwah Press, 2008), h. 9 11
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Program, Ibu Wirda Simatupang. (Jakarta
Timur, 5 Oktober 2016)
79
keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok
dari upaya pemberdayaan. Jadi esensi pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat tetapi juga termasuk penguatan
pranata-pranatanya.12
Seperti yang dilakukan Ibu Heni salah satu informan di mana ia
melibatkan anggota keluarganya (khususnya anak) dalam mengelola keuangan
seperti apa yang ia lakukan. Ia mengajak anak-anak untuk mempraktekkan
salah satu aspek dalam pengelolaan keuangan yakni menabung kedalam tiga
pos tabungan yakni tabungan personal, tabungan darurat dan tabungan masa
depan. Fungsi adanya ketiga post tabungan ini adalah supaya penggunaan
uang tabungan dapat digunakan berdasarkan kondisi yang dialami sesuai
dengan nama-nama tabungan.
“...mengajak anak-anak saya untuk mengatur keuangan juga seperti
yang saya lakukan. Saya ngasih tau, kalo punya uang disisipkan ke 3
tabungan itu tadi untuk keperluan dia sendiri. Jadi saya punya 3
tabungan sendiri, anak saya pun juga punya sendiri.”13
Implementasi program pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
pendidikan keuangan adalah hasil sejauh mana kebermanfaatan yang
dirasakan oleh para peserta yang kemudian merujuk pada indikator-indikator
pemberdayaan ekonomi perempuan. Program Pendidikan Keuangan di desain
oleh PPSW untuk perempuan rentan di wilayah perkotaan bertujuan agar
perempuan lebih memahami aspek-aspek pengelolaan keuangan keluarga yang
kerap kali dikendalikan oleh perempuan hingga mencapai 51%. Atas dasar itu,
12
Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat, (Surakarta: UNS
Press, 2013). h. 37 13
Wawancara Pribadi dengan Ibu Heni, peserta program pendidikan keuangan. (Jakarta,
10 Maret 2017)
80
agenda “melek keuangan” sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat
khususnya kaum perempuan.
Ibu Titik Suryatmi menjelaskan bahwa literasi keuangan (melek
keuangan) untuk perempuan adalah bagaimana perempuan itu dapat
mengelola anggaran rumah tangga dengan baik dengan mengalokasikan
pendapatan ke dalam beberapa bagian diantaranya menganggarkan untuk dana
hari tua, kemudian dapat dialokasikan untuk investasi, pendidikan anak dan
untuk dana kesehatan.
Sejalan dengan apa yang di sampaikan oleh Ibu Titik, menurut
Remund juga menyatakan ada empat hal yang paling umum dalam literasi
keuangan yaitu penganggaran, tabungan, pinjaman, dan investasi. Sementara
Robert T. Kiyosaki menambahkan bahwa financial literacy sebagai
kemampuan untuk membaca dan memahami hal-hal yang berhubungan
dengan masalah finansial atau keuangan. Hal itu mencakup kemampuan untuk
membedakan pilihan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan,
perencanaan masa depan, dan kompetensi merespon peristiwa kehidupan yang
mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari maupun peristiwa dalam
perekonomian secara umum.
Tujuan dari implementasi program pendidikan keuangan untuk
perempuan adalah memberikan kesadaran dan meningkatkan pengetahuan
perencanaan keuangan supaya meningkatkan literasi keuangan (melek
keuangan) dalam upaya pemberdayaan ekonomi perempuan dengan merujuk
dari penelitian Chen dan Volpe (1998) literasi keuangan dapat diukur
menggunakan empat indikator yakni pengetahuan dasar pengelolaan
81
keuangan, pengelolaan kredit, pengelolaan tabungan dan investasi, manajemen
resiko.14
1. Pengetahuan Dasar Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan merupakan sebuah proses yang
dimaksudkan untuk mengelola fungsi-fungsi dari keuangan secara efektif
dan efisien. Mulyasa menyatakan bahwa pengelolaan keuangan di bagi ke
dalam tiga fase, yakni financial planning (penganggaran atau perencanaan
keuangan), implementation (penerapan), dan evaluation (evaluasi).15
Dalam impelemtasi program pendidikan keuangan telah dijelaskan
khususnya di modul kedua bahwa pengetahaun dasar pengelolaan
keuangan dipelajari oleh para peserta. Seluruh peserta menuliskan
anggaran rumah tangganya secara sederhana yakni antara mencatat
pemasukan dan pengeluaran. Kemudian setiap peserta mengidentifikasi
keefektifan penganggaran keuangan tersebut sebagai sebuah kebutuhan
atau sebagai keinginan untuk mempertegas bahwa pengeluaran tidak lebih
banyak dari pemasukan supaya tidak besar pasak dari pada tiang
(penerapan dan evaluasi). Misalnya seperti yang dialami oleh Ibu Nita
berikut ini. Kini ia menjadi lebih tahu bagaimana seharusnya
pengaplikasian penganggaran keuangan keluarga dan penganggaran usaha
catering yang ia rintis demi terciptanya keseimbangan.
“sekarang kita lebih ini ya oh ternyata kalo kita berwirausaha itu
harus ada gaji buat diri sendiri. Kan kalau selama ini engga. Jadi
tahu kasih duitnya, harus mengaji diri sendiri. Biasanya kalau kerja
mah kerja kerja aja. Untuk diri dan keluarga, sekarang jadi lebih
14
Cynthia Nur Fitriana Ichwan, Studi Literasi Keuangan Pengelola Usaha Kecil
Menengah Pada Wilayah Gerbangkertasusila, (Surabaya: STIE Perbanas, 2016), h.3 15
Ibid, h. 3
82
perhitungan. Maksudnya semuanyaa ada itung-itungannya buat apa-
buat apa harus jelas. Dicatat.”16
2. Pengelolaan Kredit
Pengelolaan kredit dikenal juga sebagai manajemen kredit.
Biasanya pelaku usaha kecil menengah mencari peluang jasa peminjaman
dari bank atau koperasi untuk mereka ajukan peminjaman dengan
mempertimbangkan kemudahan dan bunga kredit yang kecil. Tujuan
pengelolaan kredit dimaksudkan agar peminjaman kredit sejak diajukan
hingga kredit dinyatakan lunas dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Karena itu dalam modul materi pendidikan keuangan pada modul kedua,
para peserta diajak mengidentifikasi pemasukan dan pengeluaran untuk
mementukan seberapa besar jumlah kredit (peminjaman) yang aman untuk
mereka pinjam agar terhindar dari lilitan hutang. Perempuan peserta
program pendidikan keuangan merupakan anggota koperasi. Banyak
manfaat yang diterima dari keikutsertaan menjadi anggota koperasi antara
lain pemilihan peminjaman melalui wadah koperasi dinilai bermanfaat
seperti yang diutarakan oleh responden yang satu ini:
“....Karena yang saya tahu dikoperasi kita bisa meminjam dan
menabung. Dan proses peminjamannya lebih mudah dan setiap saat
bisa.”17
Dalam hal ini, terdapat korelasi antara koperasi perempuan dengan
pemberdayaan ekonomi perempuan. Selain kemudahan dalam meminjam
yang telah dijelaskan oleh responden terkait kebermanfaatan koperasi
perempuan turut andil dalam upaya pemberdayaan ekonomi perempuan.
16
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nita, peserta program pendidikan keuangan. (Jakarta,
29 Maret 2017) 17
Wawancara Pribadi dengan Ibu Evi, peserta program pendidikan keuangan. (Jakarta, 10
Maret 2017)
83
Adapun korelasi peran koperasi perempuan dengan pemberdayaan
ekonomi perempuan adalah:
a. Melalui wadah koperasi tercipta posisi egaliter (sederajat).
b. Melalui wadah koperasi perempuan, menciptakan pemimpin
perempuan agar perempuan berani bersuara atau tampil.
c. Melalui wadah koperasi, menciptakan akses perempuan pada sumber-
sumber keuangan yang aman dan terhindar dari jeratan lintah darat
(rentenir).
d. Melalui koperasi perempuan, bisa memperluas jaringan antar sesama
anggota.
3. Pengelolaan Tabungan
Pengelolaan tabungan merupakan pengetahuan umum yang telah
diketahui oleh banyak orang. Namun tidak banyak yang sadar bahwa
pengelolaan tabungan harus dibedakan kedalam beberapa jenis tabungan.
Menggolongkan pendapatan ke beberapa jenis tabungan telah dilakukan
oleh peserta program yakni kedalam tabungan personal dimana tabungan
itu dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang mendesak.
Kemudian tabungan darurat yang diperuntukan untuk kebutuhan-
kebutuhan darurat seperti sakit atau kecelakaan. Terakhir tabungan hari tua
(tabungan jangka panjang) yang dipersiapkan untuk kehidupan dihari tua
atau masa depan. Pengaplikasian pengelolaan tabungan yang diajarkan
dalam program pendidikan keuangan telah dijalankan oleh perempuan
peserta program pendidikan keuangan diantaranya seperti yang dilakukan
oleh Ibu Nurul berikut ini:
84
Yang dipelajari: Tentang keuangan dari kehidupan sehari-hari ya,
ada untuk rencana kedepan juga, ada yang untuk kebutuhan darurat
jadi jenis-jenis tabungan nya tuh mulai saya sisihkan sesuai dengan
jenis tabungan nya. Jadi kalo untuk tabungan darurat saya gunakan
hanya untuk kebutuhan darurat, semaksimal mungkin saya ga ambil
dulu kalo ga darurat banget.”18
Sejalan dengan Ibu Nurul, hal yang sama juga dilakukan oleh Ibu
Heni. Beliau mengaplikasikan pengelolaan tabungan ke dalam tiga jenis
tabungan.
“Sekarang jadi lebih selektif karena ada tabungan personal, tabungan
darurat dan tabungan masa depan. Jadi kalau ada uang yang lebih di
tabung, kalau ada pengeluaran tidak terduga kita ambil di tabungan
darurat hehehe Sampai sekarang pun 3 jenis tabungan yang di
ajarkan itu masih saya isi sedikit-sedikit insya Allah terus deh.”19
4. Investasi
Sementara aspek investasi adalah proses yang membantu
perumusan kebijakan dan tujuan sekaligus pengawasan dalam penanaman
modal untuk memperoleh keuntungan (www.ojk.go.id.com). Jika merujuk
pada uraian di atas peneliti belum melihat keikutsertaan peserta dalam
penanaman modal ke lembaga-lembaga keuangan formal. Penyebabnya
karena banyak faktor diantaranya pendidikan perempuan rendah, dan
terkadang informasi keuangan dari lembaga-lembaga keuangan formal
sulit dijangkau oleh masyarakat dalam strata ekonomi sedang hingga
rendah. Karena itu, aspek investasi dalam program pendidikan keuangan
tetap masuk kedalam salah satu modul materi yang diajarkan dengan cara
yang mudah dijangkau oleh para peserta. Modul aspek investasi di sini
adalah sejauh mana perempuan peserta program mengakumulasi aset yang
mereka miliki seperti aset tanah, kendaraan, emas dan yang lainnya. Selain
18
Wawancara pribadi dengan ibu Nurul. (Pasar Minggu, 10 Maret 2017). 19
Wawancara pribadi dengan ibu Heni. (Pasar Minggu, 10 Maret 2017).
85
itu, investasi yang juga dilakukan peserta untuk jangka panjang adalah
dengan berinvestasi dalam usaha kecil rumahan yang sedang mereka
kembangkan saat ini seperti usaha catering, warung sembako, penjual
pakaian, penjual makanan dan usaha yang lainnya. Model investasi seperti
ini merupakan langkah awal bagi mereka untuk memulai berinvestasi yang
mudah dijangkau oleh perempuan para peserta program pendidikan
keuangan.
5. Manajemen Resiko
Dalam program pendidikan keuangan, manajemen resiko
dijelaskan bersamaan di dalam modul tentang investasi. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari atau meninimalisir peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Karena
itu, dalam pelatihan program pendidikan keuangan, perempuan peserta
program yang merupakan anggota koperasi dituntut untuk selektif dalam
memilih lembaga keuangan formal ketika melakukan investasi. Lembaga
keuangan seperti koperasi merupakan wadah pergerakan perempuan yang
sudah terkenal terhadap asas kekeluargaan. Dengan demikian, manajemen
resiko dapat diminimalisir dengan memilih lembaga keuangan formal
terpercaya dan mudah dijangkau oleh masyarakat khususnya perempuan.
Jadi dari keseluruhan uraian di atas dapat ditarik sebuah benang merah
bahwa aspek-aspek pendidikan keuangan mempengaruhi peningkatan literasi
keuangan perempuan dan menjadi penting dalam upaya pemberdayaan
ekonomi perempuan karena manfaatnya baik untuk meningkatkan pengetahuan
86
dan posisi tawar perempuan dalam keluarga. Seperti salah satunya
kebermanfaatan yang dialami oleh Ibu Sri Hartati berikut ini:
“Dampaknya saya semakin percaya diri makin teratur dalam mengelola
keuangan. Tadinya saya kurang percaya diri, boros, tidak yakin apa bisa
menabung tiap bulan. Tetapi setelah mengikuti program pendidikan
keuangan kemarin ternyata pengeluaran harus di tulis, pengeluaran
berapa pamasukan nya berapa sehingga terkontrol. Ada pembukuan.”20
Manfaat lainnya juga dirasakan oleh ibu Heni:
“Jadi lebih konsekuensi untuk pengeluaran nya, jadi kita bisa memenej
keuangan pengeluaran kita. Menjadikan kita jadi lebih selektif tentang
pengeluaran keuangan kita dan jadi lebih tau banyak.”
Rasa percaya diri yang timbul dari dalam diri perempuan setelah
menjalankan suatu program merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan sumberdaya perempuan. Bahkan tumbuhnya rasa selektif dalam
pengelolaan keuangan merupakan tujuan dari peningkatan literasi keuangan.
Seperti yang diungkapkan oleh Remund bahwa financial literacy adalah
ukuran sejauh mana seseorang memahami kunci konsep keuangan, memiliki
kemampuan serta percaya diri untuk mengelola keuangan pribadi dengan tepat,
baik perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang serta sadar
terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Selain itu, indikator pemberdayaan ekonomi perempuan dapat
diketahui dari dua indikator Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) yakni:
a. Indikator keluaran (output indicator) ditandai dengan telah
diselenggarakannya pemberdayaan terhadap sejumlah perempuan miskin
(WRSE).
20
Wawancara pribadi dengan ibu Sri Hartati. (Pasar Minggu, 10 Maret 2017).
87
Program pendidikan keuangan bertujuan agar perempuan
meminimalisir ketidaktahuan atau kebodohan dalam perencanaan
keuangan sehingga meningkatkan posisi tawarnya yang berpengaruh pada
pengambilan keputusan keluarga. Sebab, seperti yang sudah dijelaskan
bahwa mayoritas pengelolaan keuangan keluarga dilakukan oleh
perempuan sebagai ibu rumah tangga sehingga terdapat andil
kesejahteraan keluarga ditangannya. Selain itu, PPSW Jakarta juga
memberikan wadah koperasi simpan pinjam agar perempuan dapat
menjangkau sumber-sumber produktif yang diperlukan sekaligus
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang mempengaruhi
kehidupan mereka.
b. Indikator hasil (income indicator) yang ditandai dengan perempuan miskin
(WRSE) yang diberdayakan telah mampu hidup layak, mampu
mengembangkan usaha, berorganisasi atau bermasyarakat dan membantu
perempuan lain yang masih miskin.
Rangkaian kegiatan yang dijalankan oleh PPSW di atas sejalan
dengan konsep pemberdayaan, bahwa pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
88
dan jasa-jasa yang diperlukan; (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.21
Selain itu seperti yang diungkapkan oleh Aida Vitayala di dalam buku
karangannya yang berjudul pemberdayaan perempuan dari masa ke masa
bahwa keberhasilan pemberdayaan sumberdaya perempuan dapat diketahui
dari faktor internal (faktor dari dalam) di mana aspek keberhasilannya
menyasar pada pengetahuan (kognitif), keterampilan skill (psikomotorik) dan
mental (afektif) yang diperoleh dari sebuah pendidikan.22
21
Aprilia Theresia, Krisnha S. Andini, dkk, Pembangunan Berbabis Masyarakat Acuan
Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2015). h. 93 22
Aida Vitayala S. Hubeis, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa, (Bogor: IPB
Press, 2010), h. 150
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil
implementasi program pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
pendidikan keuangan di koperasi Teratai Putih dan hasilnya yang
dirasakan oleh anggota Koperasi Teratai Putih Pasar Minggu Jakarta
Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Implementasi program pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
pendidikan keuangan di koperasi Teratai Putih memenuhi tiga elemen
dari model implementasi David C. Korten. Ketiga elemen
implementasi itu meliputi adanya program yang disusun dengan
matang. Kedua, pelaksana atau fasilitator program memahami
tugasnya dengan baik dan ketiga, kebutuhan sasaran program sesuai
dengan program yang dijalankan.
2. Hasil dari implementasi program pendidikan keuangan yang
dijalankan oleh para peserta menunjukkan hasil yang baik sebagai
upaya pemberdayaan perempuan. Hal ini dapat di lihat dari indikator
literasi keuangan menurut Chen dan Volpe, seperti: pengetahuan dasar
pengelolaan keuangan peserta telah membuat anggaran rumah tangga
secara sederhana, kesadaran untuk mendahulukan menabung ke dalam
post-post keuangan, mempersiapkan dana hari tua, terlibat dalam
lembaga keuangan formal yakni koperasi, dan kesadaran berwirausaha
90
untuk menciptakan kemandirian sehingga mempengaruhi posisi
tawarnya dalam keluarga.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, peneliti mencoba memberikan masukan
dan saran kepada LSM PPSW Jakarta ataupun peserta program pendidikan
keuangan, diantaranya:
1. Mempertahankan dan melanjutkan Program Pendidikan Keuangan
keseluruh elemen masyarakat agar tercipta masyarakat yang literate
(sebutan untuk pemahaman literasi keuangan).
2. Memberikan pendampingan kepada peserta setelah masa program
selesai. Agar materi pendidikan keuangan yang telah di berikan dapat
konsisten di aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan program pendampingan Usaha Kecil Menengah
(UKM) untuk menciptakan kemandirian dan pelaku UKM baru.
4. Aktif dalam melakukan kumpul kelompok di dalam wadah koperasi
untuk mendiskusikan dan membahas permasalahan yang ada serta
menghadirkan solusi keuangan supaya tetap saling bersinergi satu
sama lain.
91
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Hidajat, Taufik. Literasi Keuangan. Semarang: STIE Bank BPD Jateng, 2015.
Hubeis, Aida Vitayala S. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB
Press, 2010.
Ife, Jim dan Tesoriero, Farank. Community Development. Alternative Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Ismail, Asep Usman. Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa.
Jakarta: Dakwah Press, 2008.
Irawan, Aguk. Kartini Kisah yang Tersembunyi. Tanggerang: Javanica, 2016.
Kasmir. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana, 2010.
Khomsan, Ali. Dkk. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
Manila, I. GK. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Mardikanto, Totok. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta: UNS
Press, 2013.
Moleong, Lexy, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2012.
Muhtadi dan Hermansah, Tantan. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam.
Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013.
Murniati, A. Nunuk P. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif
Agama, Budaya dan Keluarga Cetakan ke 2. Magelang: IndonesiaTera, 2004.
Nugroho, Riant. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Rissalwan, Lubis. dkk. Filantropi Para Ibu. Depok, Piramedia, 2008.
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Setiawan, Guntur. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai
Pustaka, 2004.
92
Soehadha, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama. Yogyakarta:
Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT
Revika Aditama, 2015.
Theresia, Aprilia. Andini, Krisnha S. dkk, Pembangunan Berbabis Masyarakat
Acuan Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta, 2015.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Grasindo,
2002.
Widiastuti, Rr. Siti Kurnia. dkk, Pemberdayaan Masyarakat Marginal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.
Widodo, Joko. Analisis Kebijakan Publik,Konsep dan Aplikasi Analisis Kebijakan
Publik. Malang: Bayu Media, 2010.
Sumber Jurnal
Akib, Haedar dan Tarigan, Antonius. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan:
Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal Kebijakan Publik:
2008.
Ichwan, Cynthia Nur Fitriana. Studi Literasi Keuangan Pengelola Usaha Kecil
Menengah Pada Wilayah Gerbangkertasusila. Surabaya: STIE Perbanas,
2016.
Miran. Segregasi Dan Kemiskinan Perempuan dalam Secercah Cahaya Menuju
Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian). Kementerian Sosial RI Direktorat
Jendral Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Keluarga, TKP, 2010.
Muat, Susnaningsih. Miftah. Desrir. Dan Wulandari, Hesty. Analisis Tingkat Literasi
Keuangan Dan Dampaknya Terhadap Keputusan Pribadi. Fakultas Ekonomi
dan Sosial, UIN Suska Riau, 2014.
Primadhita, Yuridistya. Tesis Analisis Penguatan Institusi Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Miskin Melalui Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus Koerasi
93
Simpan Pinjam Perempuan Ibu Peduli Di Keuarahan Cilandak Barat
Kalibata, dan Pejaten Timur, Kotamadya Jakarta Selatan. Fakultas Ekonomi
Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia,
2011.
Rita, Maria Rio dan Santoso, Benny. Literasi Keuangan dan Perencanaan Keuangan
pada Dana Pendidikan Anak. Salatiga: FEB UKSW.
Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: Untuk Pendidikan
Non Formal dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sumarti, Titik. Strategi Nafkah Rumah Tangga dan Posisi Kaum Perempuan dalam
Secercah Cahaya Menuju Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian).
Kementerian Sosial RI Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Direktorat
Pemberdayaan Keluarga, TKP, 2010.
Susilo, Muhammad Joko. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Wahyuny, Ikka Nur. Pengembangan Pendidikan Financial Literacy Berbasis Nilai-
Nilai Anti Korupsi sebagai Investasi Sosial: Sebuah Pemikiran. Semarang:
UNS. 2015.
Yulistiani, Indriati. Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
Sumber Wawancara
Wawancara Pribadi Ibu Wirda Simatupang (Koordinator Program). Jakarta Timur, 5
Oktober 2016.
Wawancara Pribadi Ibu Titik Suryatmi (Koordinator Program). Jakarta Timur, 12
Maret 2017.
Wawancara Pribadi Bapak Iqbal Yusti Eko Putro (Fasilitator Program). Jakarta
Timur, 20 Maret 2017.
Wawancara Pribadi Ibu Evi ( Peserta Program Pendidikan Keuangan). Jakarta Timur,
10 Maret 2017.
94
Wawancara Pribadi Ibu Heni ( Peserta Program Pendidikan Keuangan). Jakarta
Timur, 10 Maret 2017.
Wawancara Pribadi Ibu Nurul ( Peserta Program Pendidikan Keuangan). Jakarta
Timur, 10 Maret 2017.
Wawancara Pribadi Ibu Nita ( Peserta Program Pendidikan Keuangan). Jakarta
Timur, 29 Maret 2017.
Wawancara Pribadi Ibu Sri Hartati ( Peserta Program Pendidikan Keuangan). Jakarta
Timur, 10 Maret 2017.
Sumber Internet
Situs Resmi Badan Pusat Statistik,
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1611 Diakses pada tanggal 12
Oktober 2016.
Andwika, Rizky. Jokowi: Inklusi Keuangan Indonesia Jauh Tertinggal Dari
Malaysia, Artikel Diakses Pada 17 Oktober 2016 dari situs resmi
https://www.merdeka.com/
95
Gambar 3. Kreasi Celengan yang dibuat oleh peserta
untuk
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEUANGAN
Gambar 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Keuangan
Bersama fasilitator di Koperasi Teratai Putih
Gambar 2. Pelaksanaan Manajemen Bisnis bersama
Ibu Wirda Simatupang
96
Gambar 4. Para Peserta dalam Kegiatan Wisuda Program Pendidikan Keuangan
Gambar 5. Acara Pelepasan Wisuda dalam Program Pendidikan Keuangan & Manajemen Bisnis
Gambar 6. Sertifikat Pelatihan Pendidikan Keuangan & Manejemen Bisnis untuk Peserta
CATATAN OBSERVASI LAPANGAN
Catatan Lapangan : No. 1
Hari/Tanggal : Senin, 13 Juni 2016
Waktu : 10.00
Tempat : Kantor PPSW Jakarta
Pada hari ini untuk pertama kalinya saya datang ke kantor Pusat
Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Jakarta bermaksud untuk bertemu
dengan ibu Tri Endang Sulistyowati selaku Direktur Utama PPSW Jakarta. Tujuan
kedatangan seperti yang sudah disampaikan pada kiriman email di hari sebelumnya
bahwa saya ingin meminta izin melakukan penelitian skripsi dan meminta
rekomendasi tempat penelitian di koperasi mana yang memungkinkan pelaksanaan
program pendidikan keuangan dilakukan sekaligus untuk mengetahui lebih dalam
terkait program pendidikan keuangan untuk perempuan yang dilakukan oleh PPSW
Jakarta di beberapa koperasi dampingannya.
Dalam pertemuan itu, saya diterima dengan baik oleh ibu Tri dan staf
karyawan yang lainnya kemudian kami berbicara di salah satu ruangan didalam
kantor PPSW Jakarta. Dalam obrolan itu ibu Tri menjelaskan bahwa fokus utama
program-program yang dilakukan oleh PPSW memang diperuntukan untuk para
perempuan salah satunya yakni program pendidikan keuangan yang saat ini sedang
dilakukan. Program pendidikan keuangan adalah program pelatihan pengelolaan
keuangan untuk perempuan dengan harapan meningkatkan pemahaman literasi
keuangan perempuan agar sejahtera, bahagia dan mandiri. Pelaksanaan program
pendidikan keuangan dilakukan selama enam bulan di beberapa koperasi dampingan
PPSW Jakarta salah satunya di Koperasi Teratai Putih yang merupakan rekomendasi
ibu Tri untuk melakukan penelitian karena koperasi tersebut memiliki keunikan
tersendiri yakni merupakan koperasi pertama yang dibentuk dan didampingi oleh
PPSW Jakarta hingga saat ini.
Dalam pertemuan itu pula ibu Tri menunjukan beberapa arsip tertulis, buletin
atau buku yang berkaitan dengan program pendidikan keuangan yang telah dilakukan
sejak tahun 2010. Setelah penjelasan yang saya butuhkan terpenuhi, maka kemudian
saya izin pamit kepada ibu Tri sambil menyerahkan surat izin penelitian yang telah
dibuat dari kampus.
Catatan Lapangan : No. 2
Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juni 2016
Waktu : 11.00
Tempat : Koperasi Teratai Putih
Pada hari ini saya melanjutkan kunjungan ke koperasi Teratai Putih yang
merupakan rekomendasi dari ibu Tri pada pertemuan kemarin. Dalam kunjungan ini,
saya tidak bertemu dengan Ketua Koperasi, Ibu Rosadah karena beliau sedang tidak
ada di koperasi, akan tetapi saya bertemu dengan ibu Merry selaku bendahara
koperasi dan juga mbak Rina selaku sekertaris koperasi yang sedang berada di dalam
koperasi.
Keberadaan koperasi Teratai Putih yang berada didalam gang pemukiman
padat pada awalnya membuat saya kesulitan untuk menemukannya. Akan tetapi
dilain sisi terdapat juga keuntungan, dimana lokasi koperasi yang berada di tengah
pemukiman padat membuat keberadaan koperasi dekat dengan masyarakat dan
memudahkan anggota koperasi dalam mengakses dan menjangkaunya.
Pada pertemuan dengan ibu Merry saya bermaksud mengkroscek apa yang ibu
Tri kemarin sampaikan bahwa koperasi Teratai Putih merupakan salah satu dari
beberapa koperasi dampingan PPSW yang akan melaksanaan program pendidikan
keuangan. Ibu Merry membenarkan bahwa dalam waktu dekat program pendidikan
keuangan di Koperasi Teratai Putih akan dilakukan. Selain itu, ibu Merry
menjelaskan bahwa sebelumnya sudah pernah dilakukan program pendidikan
keuangan di koperasi ini dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang yang diambil dari
keanggotaan koperasi dan difasilitasi oleh dua orang fasilitator. Bahkan, ibu Merry
merupakan salah satu alumni peserta program pendidikan keuangan untuk perempuan
produktif. Menurutnya, sejauhmana program pendidikan keuangan memberdayakan
perempuan dapat dilihat dari indikator pengaplikasian ilmu yang dilakukan oleh
perempuan itu sendiri yang terdapat pada materi-materi yang dipelajari.
Dalam pertemuan ini pula saya menjelaskan bahwa saya akan melakukan
penelitian skripsi di Koperasi Teratai Putih sesuai dengan rekomendasi ibu Tri dalam
program pendidikan keuangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Catatan Lapangan : No. 3
Hari/Tanggal : Senin, 1 Agustus 2016
Waktu : 10.00
Tempat : Koperasi Teratai Putih
Hari ini, pertama kalinya saya datang bertemu dengan ibu-ibu peserta program
pendidikan keuangan serta bertemu dengan fasilitator program yakni mas Iqbal untuk
mengikuti kelas pendidikan keuangan. Dalam observasi diketahui bahwa materi yang
dipelajari dimulai dari modul pertama yakni penilaian diri menatap masa depan yang
meliputi sub materi menghargai masa depan dan biaya hidup di masa tua.
Adapun hasil observasi yang saya dapatkan diketahui bahwa ibu-ibu
mengetahui bahwa saya sedang melakukan observasi dan penelitian terkait program
pendidikan keuangan karena sebelum proses belajar dimulai saya memperkenalkan
diri di depan ibu-ibu dan fasilitator progam sehingga saya diterima dengan baik untuk
turut bergabung mengikuti kelas pendidikan keuangan secara bersama-sama. Kami
berbaur selayaknya peserta program, memperhatikan fasilitator mas Iqbal
memberikan materi terkait pentingnya menghargai masa depan atau masa tua. Dalam
memberikan materi, mas Iqbal tidak hanya menyampaikan melalui lisan tetapi juga
dituliskan diatas karton yang ditempelkan ditembok sebagai pengganti papan tulis.
Tidak ada masalah yang saya lihat yang diutarakan oleh peserta dari keterbatasan
tersebut karena yang terpenting dalam penyampaian materi pendekatan yang mas
Iqbal gunakan tidak menggunakan bahasa yang baku tetapi menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti dan terkadang disampaikan melalui sebuah permainan,
sharing pengalaman, dan cacah pendapat antar satu peserta dengan peserta lain
sehingga proses belajar menjadi terasa hidup.
Catatan Lapangan : No. 4
Hari/Tanggal : Senin, 05 September 2016
Waktu : 10.00
Tempat : Koperasi Teratai Putih
Dalam kunjungan hari ini saya melakukan observasi pelaksanaan program
pendidikan keuangan yang sudah masuk pada modul ketiga tentang tabungan. Tepat
jam 10.00 WIB para peserta sudah mulai berdatangan memenuhi ruangan di koperasi
Teratai Putih. Sekitar 20 orang ibu-ibu dengan dengan latar belakang usaha yang
berbeda berkumpul duduk di lantai yang sudah dilapisi alas. Proses penyampaian
ilmu program pendidikan keuangan difasilitatori oleh mas Iqbal yang bebaur dengan
ibu-ibu dengan dengan pendekatan menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah
dimengerti sehingga mempermudah penyampaian pesan.
Dalam observasi yang saya lakukan diketahui bahwa, tema tabungan,
bagaimana seharusnya cara menabung yang efektif merupakan materi yang akan
dijelaskan oleh mas Iqbal selaku fasilitator. Dalam materi kali ini peserta lebih
banyak berdiskusi mengingat sesungguhnya tema tabungan sudah banyak yang
mengetahuinya akan tetapi tidak banyak yang mengaplikasikannya. Dalam
penjelesannya, mas Iqbal menyampaikan bahwa pengaplikasian tabungan sangat
diperlukan terutama harus dibedakan kedalam tiga jenis tabungan yang berbeda yakni
tabungan pribadi, tabungan darurat dan tabungan masa depan sehingga dalam
pertemuan selanjutnya ibu-ibu peserta program diberikan tugas untuk membuat tiga
celengan tabungan tersebut yang dikreasikan sesuai dengan kreatifitas masing-masing
dengan harapan menjadi semangat untuk mengaplikasikan tabungan setelah
pemahaman pengetahuan mengenai tabungan telah diperoleh pada hari ini.
Catatan Lapangan : No. 5
Hari/Tanggal : Senin, 20 Maret 2017
Waktu : 09.00
Tempat : Koperasi Teratai Putih
Hari ini kegiatan pelatihan manajemen bisnis dilakukan dengan dimentori
oleh ibu Wirda Simatupang di koperasi Teratai putih. Kegiatan ini merupakan
kelanjutan dari program pendidikan keuangan untuk perempuan pengusaha. Dalam
observasi yang saya amati ditemukan bahwa pelaksanaan pelatihan manajemen bisnis
dan usaha ini dimulai lebih pagi dan jauh lebih lama dari program pendidikan
keuangan yakni pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Dalam
penjelesan yang diberikan ibu Wirda kepada ibu-ibu pengusaha skala rumahan, beliau
memaparkan bahwa dalam berbisnis harus ada visi dan misi yang jelas karena itu
merupakan salah satu yang mempengaruhi faktor kesuksesan bisnis. Sehingga pada
saat itu juga ibu-ibu tersebut diajak untuk menuliskan visi dan misi usaha di secarik
kertas dan dibimbing secara langsung oleh ibu Wirda. Adapun visi misi yang
dikerjakan oleh ibu-ibu saling berbeda satu dengan yang lainnya karena mengikuti
jenis usahanya masing-masing.
Selain itu, kesalahan ibu-ibu dalam pengelolaan bisnis menurut ibu Wirda
karena menggabung uang pendapatan usaha dengan uang pendapatan dari suami.
Kesalahan ini menurut ibu Wirda harus segera diluruskan yakni dengan memisahkan
keuntungan usaha dengan pendapatan keluarga karena dengan dipisahkan dapat
diketahui secara jelas tingkat kemajuan suatu usaha. Menurut beliau, pisahkan
pendapatan antara uang usaha dengan uang rumah tangga. Bayar uang sewa sesuai
kemampuan keuntungan jika tempat usaha masih meminjam lahan rumah tempat
tinggal. Dengan begitu secara tidak langsung mengajarkan kepada diri sendiri untuk
menjadi pengusaha perempuan yang profesional dalam menjalankan usaha/bisnis
meskipun dalam skala rumahan.
Akhir dari hasil observasi yang saya dapatkan adalah dalam melakukan bisnis
rujukan yang paling benar adalah dengan merujuk/mengikuti cara berbisnis yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw dan merujuk pada Al-Quran dan hadits.
Catatan Lapangan : No. 6
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Maret 2017
Waktu : 10.00
Tempat : Koperasi Teratai Putih
Pada observasi hari ini, saya datang ke Koperasi Teratai Putih meskipun masa
program pendidikan keuangan telah selesai pada bulan Januari 2017 kemarin.
Terdapat beberapa data yang saya butuhkan dari Koperasi Teratai putih sekaligus
ingin kunjungan kali ini saya agendakan untuk mengamati wilayah tempat tinggal
masyarakat serta mendatangi beberapa rumah ibu-ibu peserta program pendidikan
keuangan untuk melihat dan mengobservasi usaha atau bisnis yang ibu-ibu jalankan.
Hasil dari observasi ditemukan bahwa dari beberapa peserta program
pendidikan keuangan yang saya kunjungi diketahui bahwa jenis usaha yang ibu-ibu
jalankan masih dalam skala kecil rumahan dengan berbagai jenis usaha mulai dari
makanan, warung sembako, warung jajanan, usaha kontrakan, asesoris handmade dan
lain sebagainya. Bahkan saya temukan bahwa beberapa dari usaha ibu-ibu tersebut
ada yang bersifat usaha musiman, yang berjalan di waktu dan acara-acara tertentu
saja.
Dalam observasi kali ini juga saya sempatkan untuk melakukan wawancara
terkait pelaksanaan program pendidikan keuangan yang telah mereka jalani beberapa
bulan kemarin.
Catatan Lapangan : No. 7
Hari/Tanggal : Jumat, 28 April 2017
Waktu : 10.00
Tempat : Gedung Pertanian, Klender Jakarta Timur
Pada hari ini, saya menghadiri acara wisuda ibu-ibu peserta program
pendidikan keuangan dan manajemen bisnis yang di hadiri oleh lembaga PPSW pusat
dan beberapa pemerintah terkait salah satunya dinas koperasi sebagai bentuk
dukungan terhadap program pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh PPSW
Jakarta. Acara wisuda ini dibuat sebagai bentuk apresiasi kepada ibu-ibu karena telah
berhasil menyelesaikan progam dengan baik. Secara keseluruhan dari raut wajah dan
ekspresi dari ibu-ibu terlihat begitu gembira mengikuti jalannya program wisuda hari
ini. Diharapkan setelah masa program selesai, ibu-ibu dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah dipelajari sehingga meningkatkan posisi tawar nya dalam upaya
pemberdayaan perempuan.
Transkrip Wawancara
Nama responden : Ibu Titik Suryatmi
Jabatan : Koordinator Program
Tempat : Ruang Kantor PPSW Jakarta
Waktu : Selasa, 21 Maret 2017
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya program pendidikan keuangan?
PPSW jakarta ini kan mendampingi ibu-ibu koperasi yang sudah lama
30 tahunan lalu. Kami melihat bahwa ibu-ibu yang kami dampingi udah mulai
usianya udah 40 tahun keatas. Dari hasil riset kami bahwa ibu-ibu dimasa tua
nya mengalami kemiskinan karena memang kekurangtahuan di dalam
membuat perencanaan keuangan di dalam rumah tangga. Setelah itu, melihat
dari latar belakang itu, kami berpikir bahwa kunci utamanya supaya ibu-ibu
ini sejahtera dihari tuanya. Kan tujuan dari pendidikan keuangan ini dana
hari tua perempuan supaya perempuan bahagia sejahtera dan mandiri di
masa tuanya. Kami berpikir bahwa penting bagi ibu-ibu rumah tangga yang
punya usaha bisa mengelola uangnya. Supaya apa, supaya bisa punya
tabungan selain itu juga punya investasi, seperti dimodul-modul itukan. Itu
yang pertama.
Yang kedua, kami awal-awal kan memang ada tawaran program dari
citi bank atau citi foundition. Kita ini sebelum mendapat tawaran ada
penelitian ada riset yang waktu itu kita ingin melihat seberapa besarkah si
kebutuhan ibu-ibu ini untuk pengelolaan keuangan. Nah itu bekerja sama
dengan UI (Universitas Indonesia). Nah dari hasil riset itulah, citi foundition
melihat bahwa memang perempuan-perempuan yang di dampingi ppsw ini
sangat membutuhkan pendidikan keuangan karena dari sisi usia, sisi
pengetahuan masih sangat kurang dan untuk jaminan di masa tua tidak ada.
Nah itu latar belakanganya. Karena kami sangat awam maka kami
bekerjasama dengan citi untuk membuat modul-modul itu makanya modul-
modul itu kita adobsi dari singapura, kami waktu itu membuat modul-modul
itu difasiliatasi langsung dari singapura, jadi pihak singapura yang datang
kesini (Indonesia) dan salah satu yang ikut TOT ada saya waktu itu di wisma
pkk kami membuat modul-modulnya. Modul dari singapura itukan dalam
bahasa inggris terus kita adobsi dan kita sesuaikan dengan kondisi-kondisi di
Indonesia dan kondisi-kondisi ibu-ibu. Karena kan memang perempuan yang
di dampingi ppsw ini dari perempuan dari gras rute atau garis bawah yang
memang pemasukan atau pendapatannya kecil. Kami adobsi akhirnya jadi
enam modul. Modul yang digunakan singapura pun enam modul juga. Kalau
disana kan (Singapura) memang kehidupan perempuan memang sudah lebih
baik, disana juga sudah ada untuk orang-orang yang tua sudah ada yayasan.
Disana itu orang-orang lansia masih bisa produktif, masih bisa bekerja jadi
kita juga dalam tanda kutip menumbuhkan kesadaran bahwa orang-orang tua
itu masih bisa bekerja, masih bisa produktif ini juga salah satu tujuan di
pendidikan keuangan ini khususnya untuk perempuan. Karena kan tidak
hanya kita dimasyarakat pun kan juga ada anggapan dalam tanda kutip
bahwa orangtua itu sudah tidak produktif, sakit-sakitan, sudah menjadi
beban, nah anggapan seperti itu yang kita juga harus mensosialisasikan
bahwa itu sebenarnya tidak benar, orangtua itu masih bisa produktif,
orangtua itu juga harus mempersiapkan diri supaya apa, supaya dimasa tua
tidak menggantungkan hidupnya ke orang lain.
2. Apa tujuan program pendidikan keuangan yang ingin diwujudkan oleh
PPSW Jakarta?
Untuk memandirikan perempuan. Kenapa tidak dengan laki-laki?
Karena visi ppsw sendiri pemberdayaan perempuan dan ibu-ibu koperasi
dampingan ppsw juga perempuan. 17.244 itu anggotanya perempuan. Tapi
ada sih aturan di koperasi itu boleh ada laki-laki 10% dari anggaran dasarya
ada tetapi tidak boleh menjadi pengurus. Karena kita ini (PPSW)
pemberdayaan perempuan jadi memang tujuan utamanya untuk
pemberdayaan perempuan
Bisanya mbak kalau ada laki-laki perempuan sulit mendominasi
meskipun laki-lakinya satu perempuannya banyak tetapi kalau laki-laki ada
akses untuk masuk sudah pasti perempuan akan susah (berkembang) karena
itu ppsw fokus untuk perempuan termasuk juga pendidikan keuangan untuk
perempuan.
Kalau yang di Singapura apakah untuk perempuan juga? Khusus
untuk perempuan, karena kan hasil penelitian bahwa lansia lebih banyak
perempuannya. Hasil penelitian darimana? Hasil penelitian dari yang ppsw
lakukan. PPSW kan melakukan penelitian tentang studi dampak bekerjasama
dengan UI (Universitas Indoensia ) juga. Ternyata dari alumni-alumni
pendidikan keuangan kita (PPSW), diadakan studi dampak. Ada tidak
dampaknya pendidikan keuangan untuk perempuan, ternyata ada memang.
Setelah mereka mengikuti pendidikan keuangan itu, dari sisi tabungannya
lebih besar, dari sisi usahanya relatif lebih berkembang, mereka sudah mulai
berpikir bahwa perempuan juga harus bisa mandiri. Itu hasil dari studi
dampaknya.
3. Bagimana proses implementasi program pendidikan keuangan yang
dilakukan oleh PPSW Jakarta?
Pertama itu, kalo ppsw kan memang belum bisa support tanpa ada
fannding. Nah kalau kemarin kemarin dari citi bank, yang akhir-akhir mbak
ke TP (teratai putih) itu first State, tetapi modul nya sama. Tapi memang dari
sisi fanndingnya berbeda.
Biasa mbak, kami ada persiapan dulu, rekrut peserta, sosialisasi ke
koperasi-koperasi dampingan PPSW, abis itu pendaftaran peserta. Setelah itu
kita ada sosialisasi, ada jadwal-jadwal keseluruh peserta bahwa diawal kita
ada disebut biodata dan komitmen bahwa pendidikan keuangan ini akan
berjalan selama 6 bulan dan ibu-ibu harus ada komitmen untuk mengikuti
selama 6 bulan itu. Setelah mengisi biodata, yang berikutnya juga ada pre-tes.
Jadi sebelum ibu-ibu mengikuti program di pre tes dulu. Nah nanti diakhir
juga ada post tes, jadi disitu bisa dilihat ooh dulunya belum paham tentang
bagaimana menabung atau apa saja sih makna tabungan. Karena ibu-ibu kan
kadang berpikir menabung itu uang sisa, jadikan sebenernya tidak seperti itu,
nah itu hanya salah satu contoh. Terus bagaimana ibu-ibu bisa
mengembangkan usahanya , itu semua ada di pre-test. Nanti di akhir setelah
ibu-ibu di modul 6 membuat perencanaan keuangan setelah itu ada post-test
(hasilnya). Nah dari itu nanti bisa kita lihat, ooh dulu ini jawabannya tidak
tahu sekrang menjadi tahu, nah dari situ nanti kita bisa analisis dilaporan
program kita
Khusus untuk implementasi programnya, seperti yang mbak ikuti.
Misalkan di TP (Teratai Putih), sudah ditentukan tiap minggu di hari senin
dari jam berapa sampai jam berapa, kemudian dari kami nanti datang
(fasilitator). Satu modul satu bulan, satu pertemuan satu sesi. Begitu terus
hingga 6 bulan. Setelah modul satu selesai nanti ada evaluasi terkait materi-
materi yang dijelaskan di modul satu. Begitu seterusnya.
4. Seperti apa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan PPSW
Jakarta dalam implementasi program pendidikan keuangan?
Dalam pelaksanaan programya ada tapi tidak hanya khusus untuk
program pendidikan keuangan karenakan kami banyak program. SOP nya
ada, tapi tidak secara khusus hanya satu program tidak. SOP itu ada di
anggaran dasar, tetapi saya lupa dipasal dan bab berapa.
5. Bagaimana pendekatan yang PPSW Jakarta lakukan dalam upaya
pemberdayaan perempuan melalui program pendidikan keuangan?
Kami ada beberapa strategi yang pertama pendampingan.
Pendampingan itu bisa lewat kelompok. Kelompok itu bisa ke koperasi-
koperasi dampingan PPSW. Kedua adalah pendampingan individu. Individu
itu kita kunjungan ke rumah ke rumah. Yang selanjutnya adalah peningkatan
kapasitas. Peningkatan kapasitas juga dari sisi kelembagaan koperasinya
juga dari sisi orangnya. Kalau pendidikan keuangan inikan peningkatan
kapasitas untuk anggota koperasi. Itu hanya salah satu masih banyak lagi.
Ada pendidikan keuangan, pelatihan kepemimpinan, terus manajemen usaha
kecil, bisnis plan dan masih banyak lagi mbak. Dari sisi kelembagaannya kita
juga ada untuk pembukuannya, untuk sistemnya, dan macem-macem.
6. Darimana sumber dana kegiatan pendidikan keuangan untuk
perempuan?
Sumber dana kegiatan pendidikan keuangan dari funding (CSR) yakni
Citi bank, kemudian dari first state, dan juga kemarin dari bank ekonomi juga
ada untuk pendidikan keuangan di wilayah barat itu dari CSR nya bank
ekonomi.
7. Bagaimana pembagaian tugas dan wewenang yang dilakukan antara
PPSW Jakarta dengan lembaga CSR (Corporate Social Responsibility)?
Biasanya kalau CSR itu hanya mendanai dan juga memonitoring. Jadi
kadang-kadang datang melihat jalannya program, evaluasi juga tetapi untuk
pelaksanaannya diserahkan ke kami dari PPSW jakarta. Biasanya yang dari
fanding itu terlibat untuk monitoring dan evaluasinya. Cuma kadang-kadang
dia hadir juga untuk ikut mengajar atau menjadi voulenteer. Keterlibatannya
hanya itu.
8. Dalam pendidikan keuangan, para peserta diharapkan meningkat tingkat
literasi keuangan. Apa literasi keuangan menurut Ibu?
Kalau literasi keuangan ibu-ibu itukan bisa mengelola anggaran
rumah tangganya. Jadi yang pertama adalah kalau ibu-ibu rumah tangga
adalah pertama ibu-ibu itu bisa mengelola anggaran rumah tangganya
dengan baik dan bisa mengalokasikan uang yang mereka miliki yang pertama
adalah untuk ditabung dana hari tua mereka, yang kedua adalah untuk
investasi, yang ketiga adalah untuk pendidikan anaknya, yang keempat adalah
untuk dana kesehatan.
Dengan adanya pendidikan keuangan timbul gerakan dana hari tua
(DHT) karena apa, karena kita melihat bahwa dengan adanya dana hari tua
ini ibu-ibu dimasa tuanya akan lebih terjamin, bahagia dan mandiri. Makanya
kami mewajibkan disetiap koperasi dampingan PPSW Jakarta itu ada
tabungan DHT untuk perempuan. Itu menjadi suatu gerakan memang.
9. Sejauh mana kegiatan pendidikan keuangan mempengaruhi tingkat
literasi keuangan dalam program pendidikan keuangan?
Yaaa dengan adanya pendidikan keuangan, ibu-ibu sudah mulai
memiliki kesadaran bahwa uang itu seberapa besar saya memiliki uang,
bukan seberapa besar uang yang saya miliki tapi seberapa pandai saya bisa
mengelola keuangan dikeluarga saya. Itu yang pertama menumbuhkan
kesadaran itu penting, bahwa bukan nominalnya tapi pengelolaanya yang
ditumbuhkan kesadarannya. Mau uangnya sebesar apapun kalau ibu-ibu tidak
bisa mengelola uangnya dengan baik juga akan terjadi besar pasak daripada
tiang.
Kedua adalah bagaimana ibu-ibu mulai ada kesadaran bahwa
tabungan itu bukan dari uang sisa tetapi memang uang yang direncanakan
untuk ditabung makanya penting disini adalah membuat perencanaan dan
anggaran didalam rumah tangga masing-masing. Literasi keuangannya itu.
Membuat perencanaan dan anggaran di keluarganya masing masing. Dengan
cara bagaimana? Mencatat, ada buku kas nya ada catatan harian. Jadi setiap
hari harus dicatat pemasukan dan pengeluarannya.
10. Apa harapan Ibu kepada para peserta setelah mengikuti program
pendidikan keuangan?
Seperti tujuan utama pendidikan keuangan adalah ibu ibu setelah
mengikuti pendidikan keuangan mereka ada kesadaran dan mulai yang
penting praktek, melakukan (perencanaan keuangan). Tidak hanya sadar
tetapi tidak praktek. Makanya kenapa disini kita (PPSW Jakarta) penting
melakukan pendampingan, karena kita ingin melihat langsung. Oooh peserta
si A ini sudah melakukan apa yang sudah didapat atau belum. Proses seperti
itu mbak yang kita lakukan.
11. Apa saja sarana dan prasarana yang diberikan kepada peserta dan
fasilitator dalam menunjang pelaksanaan program?
Kalau untuk peserta kami biasanya ibu-ibu datang, kita kasih modul
pembelajaran, ATK, snack dan sedikit uang transport.
12. Bagaimana proses penetapan fasilitator yang dilakukan dalam
pelaksanaan program?
Di PPSW Jakarta sebelum menjadi fasilitator dilakukan Trainer of
Training (TOT), jadi melatih untuk menjadi pelatih. Jadi seperti kemarin mas
Iqbal, sebelum mas Iqbal kita tetapkan ooh di TP (Teratai Putih ) ini nanti
yang menjadi fasilitator mas Iqbal, disitu kita sudah seleksi, yang cocok mas
iqbal karena mas Iqbal juga mendampingi di koperasi itu jadi mas Iqbal
sudah tahu betul karakternya koperasi yang disitu. Selain itu dari sisi
peningkatan kapasitas kami (PPSW Jakarta) juga ada melatih, gurunya yang
disana (singapura). Pemberian TOT itu diberikan oleh citi foundition, dan
diberikan sertifikat pelatihan langsung dari sana. Jadi transer ilmu itu
dilakukan langsung oleh orang singapura kepada kita (PPSW Jakarta) dan
kita yang melatih ke ibu-ibu.
13. Apa kegiatan selanjutnya setelah kelas pendidikan keuangan selesai?
Ada, kan kita ada setelah ini kan ada tabungan dht. Ibu-ibu meskipun sudah
tidak ikut pelatihan tapi masih tetep ada tabungan dht terus mereka tetap
implementasi untuk perencanaan keuangan, dari sisi usahanya misalkan
mereka masih tetap menerapkan ilmu yang dia dapat misalkan perencanaan
bisnis it si pengembangan usahanya masing-masing. Meskipun selesai dari
sisi teorinya, tapi mereka prakteknya masih terus kita dampingi, penting kita
pantau.
Transkrip Wawancara
Nama responden : Ibu Wirda Simatupang
Jabatan : Koordinator Program
Tempat : Ruang Kantor PPSW Jakarta
Waktu : Rabu, 5 Oktober 2016
1. Sejak Kapan Program Pendidikan keuangan dimulai?
Nah pada tahun 2012 lah ya mulainya bikin pendidikan keuangan. Ini
program dari citi foundition. Kalau LSM (PPSW) kita sendiri mulai otomoni
tahun 2005. Jadi dari 1986 Asosiasi terus mulai otonom itu dari 2015. Nah
jadi ada di 6 provinsi salah satunya di PPSW Jakarta. Nanti kamu lihat di
websitenya.
2. Apa Alasannya program ini diadakan?
Karena memang koperasi-koperasi dampingan kita ya di 6 provinsi ini
mereka mengelola keuangan hampir tidak ada rencana untuk masa depan
mereka, masa tua mereka untuk apa ya istilahnya yaudah pinjem nyimpen
nyimpen pinjem gitu tapi untuk kedepannya perempuan itu sendiri sering tidak
terpikirkan. Nah mulai dari situ terus bekerjasama dengan Citi Foundition
(CSR) terus diturunkan ke provinsi-provinsi anggota anggota Ppsw (jakarta).
Jadi kami (PPSW) dilatih dulu, staf-staf nya, direkturnya. diberikan
pemahaman dulu dari Citi Foundition bekerjasama juga dengan pengajar
dari Singapura. Nah jadi untuk tau, kaya apa sih pendidikan keuangan. Ada
modulnya enam modulnya. Terus kita kerjakan bareng-bareng, karena kan
kita ngadop dari Citi nya di Singapura. Nah ga mungkin kalau tidak
disederhanakan. Jadi modulnya sendiri sudah beberapa kali kami rintis mulai
tahun 2011 dulu kita bikin modul. Dan setelah disederhanakan dibikin 6
modul dilatihkan ke ibu-ibu. Kita ngambil waktu mereka seminggu sekali
selama 6 bulan.
3. Setelah PPSW Jakarta otonomi dari Asosisasi PPSW. Pendekatan yang
dilakukan PPSW Jakarta dalam upaya pemberdayaan perempuan
melalui pendekatan koperasi. Mengepa terfikir koperasi?
Kan itu wadah awal kita. Dulu kita 1986 sepakat didirikan yayasan An-
Nisa untuk pusat pengembangan sumberdaya wanita. Kenapa kok
perhatiannya ke perempuan? Perempuan inikan ulet. Banyak yang bisa
dilakukan tetapi kok banyak yang miskin, termarginalkan. Kan pemberdayaan
buat diri sendiri. Bagaimana ya cara nya mengumpulin perempuan-
perempuan ini nah makanya terus enam orang dari yayasan An-Nisa ini
mendirikan Ppsw yang dulu direktur awalnya almarhum Syamsir Jamal tahun
1986 didirikan. Terus mulai pendekatannya atau point itu koperasi. Awalnya
kelompok dulu. Kelompok Pra koperasi belum berbadan hukum belum. Asal
mereka bisa kumpul aja karena kalau tidak ada ikatan mereka udah pergi
pergi pergi. Tapi kalau ada ikatan. Keterikatannya apa? Kita pakai sistem
koperasi simpan pinjam. Nah makanya kita sebut, kwps (koperasi wanita
pengembangan sumberdaya).
Seperti itu kemudian ada kegiatan simpan pinjam, simpan dulu baru
pinjam. memang ga mudah penyadaran masyarakat apalagi masyarakat
perempuan untuk mengajak mereka nyimpan, kok nyimpan dulu yah. Mereka
rada malu kok tidak seperti di rentenir nah itulah yang membedakan koperasi
yang didampingi Ppsw Jakarta dengan rentenir atau bank keliling. Nah dari
situ kegiatan kegiatan bertambah sampai mereka akhirnya melegalkan
kelompok koperasinya menjadi badan hukum. Diurus kita dampingi mereka.
Kalau awal awal dulu ada pembayaran seratuslah untuk bikin badan hukum
dulu-dulu. Kalau sekarang sudah ada bisa gratis. Awal-awal sampai mereka
menjadi legal. Kemudian setelah legal lebih mempermudah jadi diri mereka
untuk tampil di publik mendapat pengakuan, karena itukan merupakan aspek
dari pemberdayaan perempuan karena bagaimana mereka bisa jadi egaliter
bukan hanya sekedar pengakuan yaa tapi bisa terlibat.
Setelah mereka ada kegiatan simpan pinjam, berbadan hukum,
kegiatannya mulai banyak; ada pendidikan korupsi, pendidikan politik kita
dampingi karena kan ada staf lapang. Dan pada tahun 2010 sampai 2011
arahnya ke pendidikan keuangan. Tapi yang lebih pas nya di 2011.
Kita diajak oleh citi foundition ada workshop sama asosisasi ppsw dan
memang bu Tri memang ikut dari awal seperti apa negosiasinya seperti apa
presentasinya memang bu Tri ikut bersama asosiasi. Nah kemudian, ada
workshop, terus bikin modul terus studi banding ke kapuk, ada tempat
namanya kayak apartemen citizen khusus untuk lansia-lansia yang bisa
melakukan berbagai kegitan diusia mereka. Jadi mereka tetap bermanfaat
tetap bahagia. Karena memang capaian dari tujuan pendidikan keuangan
bagaimana perempuan bisa bahagia, sejahtera dan mendiri. 3 hal.
4. Apa Indikatornya?
Dilihat dari indikator:
1. Bagaimana mereka tidak tergantung secara ekonomi tidak tergantung
pada anak dan cucu. Biasanya kan (masyarakat kita ya) aah..ga usahlah
susah susah entar juga dibantu anak, dibantu mantu, entar cucu juga bisa
ikut bisa bantuin secara ekonomi atau aspek yang lain. Tapi ternyata tidak
semuanya bisa diperoleh. Secara financial anak juga punya kehidupan
sendiri. Nah dari situlah indikator; oke berati harus punya perencanaan.
Maka kenapa di modul satu itu ada tahap kenapa modul satu penilaian
diri, terus cita-citanya 10 tahun kedepan mau apa.
2. Kemudian setelah ada kesadaran, mau merubah terus masuk belajar
bagaimana mengelola tabungan. Awalnya kan nabung agak banyak ambil.
Begitu hari raya diambil begitu balik dari kampung nol. Nah begitu masuk
pendidikan keuangan mereka mulai menata, menata rencana. Itu dimodul
2 jadi merencakanan tabungan dan tujuannya. Terus ketika kita mau
punya apa, bisa ga sih kita membeli tapi tanpa harus “melulu” ngutang.
Nah itu ditandai dengan peningkatan tabungannya. Jadi sebelum dia
belajar dengan sesudah dia belajar enam bulan itu hasilnya apa, itu
keliatan. Bagi yang tidak bisa baca tulis, didampingi staf lapang atau
pengurus. Nanti tuh ada tugas-tugas di modulnya itu bikin PR. Jadi
memang pendidikan keuangan enam bulan ini untuk perempuan matang
(awalnya kan untuk perempuan matang) benar-benar dikemas secara
menyenangkan. Jadi yang tidak bisa baca tulis pun boleh, belajarnya pun
maksimal 2 jam. Ada yang kalau dia udah kecapean kerja atau habis
ngasuh anak, mereka tidur ditempat pelatihan ya gapapa lah gapapa.
Yang penting menyenangkan. Itu kuncinya.
3. Membuat perencanaan juga tentang dana hari tua (DHT). Jadi sekarang
di koperasi yang kita dampingi ini kan ada 23 koperasi dengan anggota
17.244 setiap koperasinya ada dana hari tua (DHT). Sampai yang tidak
ikut pelatihan pun jadi ikut. Nah karena promosinya digencarkan, mereka
jadi ikut. Selama jangka waktu 5 tahun, setiap bulannya boleh. Mulai dari
Rp.5.000,- sampai Rp.300.000,- tapi tetap (dibayarkan) tiap bulannya.
Nanti kalau sudah 5 tahun boleh diambil tapi kalaupun tidak mau ya bisa
disimpan terus.
5. Apakah bisa dipastikan bahwa uang yang diterima anggota koperasi itu
bukan hasil dari bantuan pemerintah?
Bisa, karena kalau bantuan dari pemerintah masuknya ke koperasi kan.
Kalau ini kan individu. Per-orangnya keliatan dan ini diwajibkan.
6. Apa kegiatan selanjutnya setelah program selesai?
Ada, monitoring itukan dari pendampingan koperasi dan staf lapang.
Terus dilihat dari laporan keuangan, terus dilihat misalnya di modul ke5 ada
tentang usaha. Nah yang tadinya tidak punya usaha, menjadi punya usaha. Itu
yang menjadi penilaian.
7. Pelaksanaan pendidikan keuangan?
(1).Perempuan matang (usia 40+) artinya matang pengalaman matang sikap.
(2).Perempuan produktif (usia 20-40 tahun) yang rata-rata sudah menikah.
(3).Perempuan UKM diwajibkan memiliki usaha. Dari firsh state, CSR dari
Citi Foundition. Untuk pendidikan keuangan yang sekarang mbak jalani ada
di 4 wilayah ya.
8. Definisi pendidikan keuangan menurut PPSW Jakarta?
Bagaimana memberikan bukan hanya teori tetapi pendidikan yang bisa
dipakai seumur hidup untuk merencakanan masa depannya. Keuangan jangan
diartikan secara finansial saja, mengelolanya harus secara keseluruhan. Jadi
memberikan ilmu, memberikan praktek bagaimana mengelola dan
merecanakan masa dapan supaya bahagia sejahtera dan mandiri. Dan itu ga
bisa tunggal, ga bisa hanya tentang uang. Yang namanya keuangan itukan
apa gitukan, terdiri dari bagaimana dia memenej; siapa aja yang dilibatkan;
bagaimana dia mengelolanya; terus metode apa yang dipakai. Terkait dengan
siapa aja yang terlibat orang yang terdekat adalah keluarga dan yang terlibat
kedua adalah wadah koperasinya. Dan yang siapa saja yang terlibat adalah
masyarakat. Makanya dibilang bahwa pendidikan keuangan itu adalah
pendidikan yang mengajak anggota dan keluarga untuk merencanakan
keuangan supaya kehidupannya lebih sejahtera. Yang perlu digaris bawahi
adalah program pendidikan keuangan tidak membicarakan soal berapa
banyak uang yang ada, TIDAK! (tetapi) bagaimana mengelola dan
merencanakan.
9. Ada syarat khusus untuk menjadi peserta?
Tidak ada. Intinya yang mau belajar. Tidak bisa baca tulis atau engga yang
penting mau aja. Mau belajar!
10. Adakah kendalanya dalam pelaksanaan program ini?
Dalam kenyataanya meski ada yang besok ga masuk, besok masuk gitukan
dengan berbagai masalah. Itulah yang harus kita pahami. Bahwa memang
pendidikan keuangan untuk perempuan tidak mudah kadang mereka ketemu
dengan kondisi yang mereka tidak bisa hadir rutin disetiap minggunya.
11. Kaitan antara pendidikan keuangan dengan hasil survei ojk?
Gini, OJK itukan otoritas jasa keuangan ga banyak yang bisa dijangkau
oleh ibu-ibu. Sementara ini (pendidikan keuangan) lahirnya dari koperasi
mereka.
12. Teradapat penyataan bahwa umur perempuan lebih panjang. Darimana
data tersebut?
Data BPS. Usia perempuan lebih panjang ya dari laki-laki. Kalau dia ga
mandiri, kebayang tuh. Data dari mana? Adaa, datanya waktu itu diambil
dari Asosiasi (PPSW). Nah itu yang menjadi latar belakang yang sampai saya
pernah plano kan untuk supaya mewajibkan DHT itu ada disetiap koperasi.
Saya ambil latar belaknganya. Sekian ribu perempuan indonesia berusia lebih
panjang, yang pertama karena gizi, perbaikan pola hidup. Kebayang kalo
mereka tergantung pada suami.
Transkrip Wawancara
Nama responden : Iqbal Yusti Ekoputro
Jabatan : Fasilitator Program
Tempat : Kantor Koperasi Teratai Putih
Waktu : Selasa, 20 Maret 2017
1. Materi apa saja yang harus anda berikan kepada para peserta?
Secara garis besar, jadi lebih kepada penyadaran diri mereka bahwa
perempuan itu tidak hanya di dapur sumur kasur, mereka juga bisa berpolitik
minimal di TP dan bisa menjadi pemimpin. Kenapa perempuan karena lebih
banyak yang mengatur keuangan itu perempuan.
2. Bagaimana cara pengajaran yang anda lakukan ke peserta?
Metodenya itu lebih mengurangi untuk meneggunakan penjelasan jadi lebih
sering menggunkan diskusi, cacah pendapat, permainan. Misalnya dari
diskusi berdasarkan kasus. Ada contoh kasus seperti ini bu, diskusinya seperti
apa pendapatnya seperti apa. Kalau permaianan misalnya teka teki, jadi
mereka tuh lebih enak masuknya, kadang kalau penjelasan kan ada yang bisa
menerima cepet ada yang menerima kadang salah, ada juga yang malah
ngantuk.
3. Apa tujuan dan manfaat program ini untuk para peserta?
Tujuannya, satu ibu ibu atau perempuan pada umumnya lebih bisa mengelola
keuangan. Jadi mau pemasukannya satu juta, mau pemasukannya 10 juta,
bukan masalah nominalnya sebenarnya. Masalahnya adalah mengalokasikan
atau mengatur keuangan itu sendiri. Mau yang satu juta cukup, 10 juta nanti
nya juga cukup. Padahal kan seharusnya kalau satu juta cukup, 10 juta
seharusnya sisa.
Cara pengelolaan keuangan yang seharusnya itu seperti apa? Ideal cara
pengelolaannya itu pertama kita tahu posisi keuangan kelaurga, apakah
minus artinya pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, ataukah sama artinya
pemasukan dan pengeluaran sama, apakah lebih banyak pendapatan. Nah
untuk tahu itu, berartikan harus ada pencatatan terutama di uang keluar.
Kalau tidak ada pencatatan di uang kaluarkan kita tidak tahu. Apa yang dua
hari kita beli yang tiga hari kita beli tidak akan inget. Apalagi justru
perempuan banyak yang diurusin. Jadi pertama itu ada pencatatan,
pengeluaran kas harian lah istilahnya. Dari situ baru ketahuan, ada diposisi
mana nih keuangan keluarga. Kalau posisinya minus berarti bisa dilihat lagi
pengeluaran apa yang bisa dihemat. Kalau tidak ada yang bisa dihemat lagi
berarti harus ada pemasukan tambahan.
4. Adakah kendala yang anda alami saat memberikan pengajaran kepada
para peserta? Jika ada, mohon diceritakan.
Tidak ada sebenarnya, paling kalau ada peserta yang buta huruf.
5. Apa harapan anda kepada para peserta setelah mengikuti program
pendidikan keuangan?
Harapannya apa yang mereka rencanakan di tiga perencanaan keuangan itu
(DHT, yang kedua terserah peserta artinya mau merencanakan naik haji kah
atau yang lainnya itu tercapai. Harapan lainnya sih alangkah baiknya ilmu
pengelolaan keuangan ini diturunkan ke anak-anak mereka karena kan makin
dini bisa mengelola keuangan akan lebih bagus, karena pelajaran dari yang
dulu-dulu (peserta yang sudah 40+) bilang “mas sekarang sudah telat”,
padahal sebenernya tidak ada kata terlambat, tapi lebih baik lagi kalau di
ajarkan lebih dini.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Nita
Jabatan : Peserta Program dan anggota koperasi tahun 2014
Tempat : Melalui Telepon
Waktu : 29 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Pendidikan keuangan itu sebenernya itu yah pendidikan keuangan wanita
matang jadi itu maksudnya pendidikan untuk kita (perempuan) biar tahu
caranya berwirausaha, terus cara-cara menyimpan uang atau hasil
pendapatan kita lah untuk apa. Kalau saya sih jadi ngerti keluar masuk uang
kemana larinya sebelumnya uang kecampur-campur. Uang usaha dan uang
pribadi kecampur-campur. Sekarang udah ada post- post nya gitu loh mbak.
Apa yang ibu pelajari?
Akumulasi aset, kewirausahaan, tentang bisnis plan, tentang tabungan,
tentang masalah warisan.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Ada sih, ada lah. Jadi sekarang kita lebih ini ya oh ternyata kalo kita
berwirausaha itu harus ada gaji buat diri sendiri. Kan kalau selama ini
engga. Jadi tahu kasih duitnya, harus mengaji diri sendiri. Biasanya kalau
kerja mah kerja kerja aja. Untuk diri dan keluarga, sekarang jadi lebih
perhitungan. Maksudnya semuanyaa ada itung-itungannya buat apa-buat apa
harus jelas. Dicatat.
3. Sejauh apa peningkatan hasil usaha anda sebelum dan sesudah mengikuti
program pendidikan keuangan?
Kalau saya karena catering kalau ada pesanan doang. Jadi kayaknya selama
ini masih biasa, standart. Karenakan kita ga tiap hari jualan tiap hari,
usahnya kalau ada pesanan aja kita jalan.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan saat ini?
Perencanaan yang kita lakukan, kita catetin aja uang keluar masuk kita catat,
jadi apa-apa yang keluar kita catat semua. Pengeluaran, pemasukan uang
belanja tuh. Pencatatan tiap minggu. Kadang emak-emak kan suka lupa tuh,
kalau inget dicatet, inget dicatet.
5. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan? Seperti apa
cara anda melakukannya?
Pasti, kalau saya melibatkan anak saya nih. Cara melibatkannya kan
sekarang dia pakai celengan jadi harus rajin-rajin celengin uang, jadi harus
rajin rajin nyelengin duit (menabung), jadi kalau setiap dia mau beli sesuatu
harus nyelengin uang dulu.
6. Pendapat anda tentang program pendidikan keuangan?
Wah kalo itu bagus banget tuh mbak. Bagusnya pertama, kita jadi punya
banyak temen otomatis kan. Kalau saya sih ngerasanya dampaknya tuh
jadinya ada pikiran untuk memajukan usaha, terus udah gitu jadi nambah
ilmu lah yang pasti.
7. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Bisa.
8. Pernahkan anda tidak datang dalam kegiatan pendidikan keuangan yang
sudah dijadwalkan? Berapa kali?
Pernah, kayaknya 2 kali tidak datang. Karena sakit dan ada keperluan lain.
9. Bagaimana pengaruh dalam usaha anda setelah mengikuti kegiatan
pendidikan keuangan dan manajemen usaha kemarin?
Materinya bagus kalau diterapkan. Saya lagi mencoba untuk menerapkan,
kaya misalnya bayar listrik rumah dibantu dari hasil usaha juga meski
usahanya di dalam rumah. Karena bisnis kita dirumah, maka uang listrik
dibantu juga dari hasil usaha, dipotong misalkan 2 ribu per hari atau per
pesanan usaha. Jadi tidak ditanggung seluruhnya dari uang pribadi saja
karena kan usaha pun dilakukan dirumah.
10. Seperti apa pelaksanaan program pendidikan keuangan yang anda
jalani? Apakah ada kendala yang anda alami?
Setiap hari senin dari jam 10 sampai jam 12.00/ selama 6 bulan per minggu
dan 2 bulan per minggu.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Erna Kusumawati
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2011
Tempat : Rumah Ibu Erna Kusumawati
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Bisa mengatur keuangan dirumah, bisa mengetahui bagaimana caranya
memenej (mengatur) keuangan supaya tidak boros.
Apa yang dipelajari?
Kita jadi mengerti tentang pengeluaran kita, misal pendapatan berapa
pengeluaran berapa sehingga jadi tahu, mengerti tentang tabungan-
menabung.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Seandainya kita mau mempraktekkan, nantinya akan ada perubahan. Namun
kan kita orangnya suka males. Pernah ngejalanin memenaj keuangan, mas
iqbal bilang membuat pembukuan pemasukan dan pengeluaran per hari
ditulis tapi kadang-kadang lupa, lama-lama ribet karena kita lupa. Jadi masih
suka bolong-bolong. Yang penting kalo mau bayar apa-apa ada, udah itu aja.
3. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Manfaatnya banyak yaa..kita juga jadi tahu kalo ada pengahasilan tambahan
jadi bisa menabung dikit-dikit, kalo dulu kan kadang kita abisin kalo abis
dapet orderan.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Belum konsisten ada pembukuan. Sekarang masih diawang-awang aja.
5. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Paham, karena dia menjelaskannya secara detail.
6. Pengaruh dalam usaha setelah mengikuti kegiatan pendidikan keuangan?
Jadi dapat memahami masuk dan keluarnya uang yang didapat. Dan setiap
uang yang dikeluarkan untuk modal usaha dikeluarkan dari modal usaha
juga.
7. Seperti apa pelaksanaan program pendidikan keuangan yang anda
jalani? Apakah ada kendala yang anda alami?
Pelaksanaan program pendidikan keuangan dijalani dilaksanakan setiap hari
senin dari mulai jam 10.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Kendalanya tidak
ada.
8. Seberapa optimis anda saat ini dalam menghadapi hari tua setelah
mengikuti program pendidikan keuangan?
Optimis karena kita bisa mengetahui pendidikan keuangan dan dengan
mengikuti program ini saya jadi lebih menghargai waktu.
9. Pernahkan anda tidak hadir dalam kegiatan pendidikan keuangan yang
sudah dijadwalkan? Berapa kali?
Masuk terus.
10. Apa alasan anda bergabung di koperasi?
Karena gampang meminjam uang untuk modal usaha.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Heni
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2013
Tempat : Rumah Ibu Heni
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Jadi lebih konsekuensi untuk pengeluarannya, jadi kita bisa memenej
keuangan pengeluaran kita. Menjadikan kita jadi lebih selektif tentang
pengeluaran keuangan kita dan jadi lebih tau banyak.
Apa yang ibu pelajari?
Kita jadi tau cara pengeluran kita, bagaimana cara memenej nya. Bagaimana
cara menabung, jadi lebih tahu banyak.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Dampaknya banyak sekali, kita kan jadi lebih tau ya jadi lebih bisa memilih
mana yang perlu mana yang tidak mana yang harus didahulukan untuk
pengeluarannya. Jadi lebih banyak pengetahuannya, ilmunya karena
sebelumya saya belum tau ilmu itu. Sekarang jadi lebih selektif karena ada
tabungan personal, tabungan darurat dan tabungan masa depan. Jadi kalau
ada uang yang lebih ditabung, kalau ada pengeluaran tidak terduga kita
ambil ditabungan darurat hehehe Sampai sekarangpun 3 jenis tabungan yang
diajarkan itu masih saya isi sedikit-sedikit insyaAllah terus deh.
3. Sejauh apa peningkatan hasil usaha anda sebelum dan sesudah mengikuti
program pendidikan keuangan?
Alhamdulillah ada sekarang. Kalau dulu kan kayaknya uang keluar lebih
banyak karena dulu kan belum tau banget (ilmunya) kalo sekarang uang
keluar dan uang masuk ada catetannya jadikan lebih selektif. Peningkatan
tabungan individu. Jadi simpenan emang wajib disimpen tidak menunggu ada
sisa.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Perencanaan keuangan awalnya dari kita dulu ya. Konsisten menyisipkan
uangnya ke jenis tabungan darurat, tabungan personal. Saya simpen untuk
saya gunakan sesuai dengan kebutuhan.
5. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Tidak melibatkan, tapi mengajak anak-anak saya untuk mengatur keuangan
juga seperti yang saya lakukan. Saya ngasih tau, kalo punya uang disisipkan
ke 3 tabungan itu tadi untuk keperluan dia sendiri. Jadi saya punya 3
tabungan sendiri, anak saya pun juga punya sendiri.
6. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Alhamdulillah iya.
7. Jika Ya, materi apa saja yang telah anda pelajari yang telah diberikan
fasilitator?
Yaa tentang perencanaan di DHT, jadikan kita tau juga ya. DHT sangat
penting karena kita kan pasti akan jadi tua. Jadikan kita udah punya
tabungan untuk masa depan kita sendiri tanpa insyaAllah ga melibatkan
anak-anak. Anggota koperasi secara otomatis ikut dalam tabungan DHT tiap
bulan dipotong mulai dari 10.000 dalam jangka waktu 5 tahun baru bisa di
klaim.
Dampak sosialnya:
Bisa ngajak ikut koperasi, bisa ngasih tau cara pengelolaan keuangan yang
kita tahu.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Evi Yuliani
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2014
Tempat : Rumah Ibu Evi Yuliani
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Pelatihan manajemen keuangan, tentang bagaimana kita usaha (manajemen
usaha) supaya lebih maju, tentang cara pengeluaran dan pemasukan biar
stabil (balance).
Seperti apa program itu?
Sangat bagus sih, apalagi untuk ibu ibu kalo belanja asal aja ngeluarin duit,
pengeluaran tidak terkontol ternyata ada perhitungannya.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Dampaknya kita jadi tahu uang untuk pemasukan usaha dan uang pemasukan
dari suami. Dibedakan. Terus kalo ada kegiatan apa-apa atau beli apa-apa
dicatat. Ada pembukuannya sampai saat ini masih dilakukan.
3. Sejauh apa peningkatan hasil usaha anda sebelum dan sesudah mengikuti
program pendidikan keuangan?
Sebenarnya sama aja. Cuma jadi lebih tau pengeluaran keuangan kemana
aja.
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Manfaatnya banyak. Pertama silaturahmi, kedua jadi lebih tau menejemen
keuangan.
5. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Perencanan keuangannya, ditulis seberapa pemasukan seberapa pengeluaran
jadi tau sisinya tinggal berapa dipake untuk planning masa depan.
6. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Mengajak anak-anak untuk mengisi 3 jenis tabungan yang pernah diajari.
Tabungan personal, tabungan darurat dan tabungan DHT.
7. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Memahami.
8. Jika Ya, materi apa saja yang telah anda pelajari yang telah diberikan
fasilitator?
Perencanaan untuk masa depan. Perencanaan untuk sekarang terus untuk
usaha, tentang bagaimana kita memenej keuangan usaha, keluarga.
Dampak sosialnya:
Memberikan solusi kepada temen jika kesulitan keuangan jangan hutang.
9. Pengaruh dalam usaha setelah mengikuti kegiatan pendidikan keuangan?
Pengaruhnya sangat besar, kita jadi lebih tahu mana uang usaha atau uang
hasil dari usaha dan mana uang dari suami. Karena selama ini uang yang
biasa dari keuangan usaha kita pakai buat jajan dan keperluan rumah tangga.
10. Seperti apa pelaksanaan program pendidikan keuangan yang anda
jalani? Apakah ada kendala yang anda alami?
Program (pendidikan keuangan) ini terlaksana mulai tanggal 3 oktober 2016
dan dilaksanakan setiap minggunya setiap hari senin jam 10.00 pagi sampai
jam 12.00 siang. Dan acara (program pendidikan keuangan) ini selesai pada
tanggal 17 Mei 2016 dan program itu juga memakai acara wisuda.
Kendala saya karena waktu yang ditetapkan dalam pelajaran bentok dengan
menjemput anak jadi terlambat.
11. Seberapa optimis anda saat inii dalam menghadapi hari rua setelah
mengikuti program pendidikan keuangan?
Sangat optimis, karena masa tua kita, kita yang jalani dan setelah mengikuti
program ini saya jadi lebih menghargai diri saya. Dan juga tau ilmunya.
12. Pernahkan anda tidak hadir dalam kegiatan pendidikan keuangan yang
sudah dijadwalkan? Berapa kali?
Pernah, 2 kali
13. Apa alasan anda bergabung di koperasi?
Saya ingin lebih tahu lebih banyak lagi tentang koperasi dan juga
rekomendasi dari kawan (tetangga). Karena yang saya tahu dikoperasi kita
bisa meminjam dan menabung. Dan proses peminjamannya lebih mudah dan
setiap saat bisa.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Nurul
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2016
Tempat : Rumah Ibu Nurul
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Yang saya pelajari kemarin sedikit banyaknya saya mnegetahui untuk
perencanaan keuangan yang lebih baik , memenej keuangan juga jadi
meskipun uang sedikit bisa ditabung sedikit demi sedikit untuk kedepan
2. Apa yang ibu pelajari?
Tentang keuangan dari kehidupan sehari-hari ya, ada untuk rencana kedepan
juga, ada yang untuk kebutuhan darurat jadi jenis-jenis tabungannya tuh
mulai saya sisihkan sesuai dengan jenis tabungannya. Jadi kalo untuk
tabungan darurat saya gunakan hanya untuk kebutuhan darurat, semaksimal
mungkin saya ga ambil dulu kalo ga darurat banget.
3. Pendapat anda tentang program pendidikan keuangan?
Bagus banget buat kita, khususnya untuk diri kita sendiri. Saya sih inginnya
bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Sedikit banyak emang jadi paham dan mengerti bagaimana cara mengelola
keuangan, mulai menerapkannya.
5. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Manfaatnya banyak tau, bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik,
hal-hal yang tidak penting tidak didahulukan, ga kita dibuang sia-sia karena
hal yang kecil-kecil itu sebenernya bisa kita tabung, tidak berasa. Dan jika di
jumlah ternyata jumlahnya banyak. Jadi, emang sekarang terkesan pelit
cuman tidak apa-apa karena kan untuk masa depan tidak untuk saya saja tapi
buat anak-anak juga
6. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Baru sebatas meminimalisir pengeluaran yang tidak penting
7. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan? Seperti apa
cara anda melakukannya?
Contoh kecil ke anak-anak. Mengajarkan meminimalkan pengeluaran kalau
ingin jajan.
8. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas? Memahami.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Rina
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2014
Tempat : Kantor koperasi Teratai Putih
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang program pendidikan keuangan?
Membantu mengelola perencanaan keuangan tentang dana hari tua, investasi
dan usaha kecil
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda? Apa manfaat yang
anda dapatkan dari program tersebut?
Menjadi mengerti dan tahu pengelolaan keuangan, Menjadi mengetahui cara
pengelolaan keuangan
3. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Mengatur pengeluaran, yang tidak perlu sekali disiasati
4. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Saya menyuruh anggota keluarga untuk menyisihkan uang untuk ditabung,
mengatur pengeluaran kalo tidak penting banget ditahan-tahan.
5. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas? Paham sedikit.
Memang apa kendalanya? Terlalu banyak peserta sehingga tidak konsen.
6. Jika Ya, materi apa saja yang telah anda pelajari yang telah diberikan
fasilitator?
Perencanaan keuanga, dht, investasi, dan usaha kecil.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Dini
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2013
Tempat : Rumah Ibu Nurul
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Mengelola keuangan.
Yang dipelajari?
Bagaimana cara mengatur keuangan, menabung, menyimpan uang dan
berinvestasi.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Jadi berubah, menjadi lebih baik cara mengelola keuangan. Tadinya tidak
ada pembukuan dalam pengelolaan keuangan, tapi sekarang sudah mengerti
jadi ditulis dibuku (pengeluarannya).
3. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Jadi bisa menabung menyisihkan uang untuk ditabung setiap harinya. Bisa
mengatur keuangan dirumah, ada pembukuan pengeluaran dan pemasukan
keuangan rumah tangga.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Setiap hari menulis uang masuk (pemasukan) dan uang keluar (pengeluaran).
5. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Tidak.
6. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Jelas.
7. Jika Ya, materi apa saja yang telah anda pelajari yang telah diberikan
fasilitator?
Perencanaan keuangan, Dana hari tua, Aset, investasi.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Dalilah
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2013
Tempat : Rumah Ibu Dalilah
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Salah satu di pelajaran itu saya belum mengerti pengelolaan keuangan
sekarang saya sudah mengerti, jadi bisa cara mengaturnya.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Sebelumnya tidak ada pencatatan. Dampak dari program ini sekarang saya
sudah melakukan pencatatan. Pemasukan sebulan berapa terus nanti saya
simpan untuk kalau ada kerusakan. Jadi saya lebih sadar dan mengerti.
3. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Manfaatnya banyak. Lebih mengerti soal keuangan, jadi ada pembukuan.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Uang yang sudah masuk akan saya simpan.
5. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
InsyaAllah memahami.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Sri Hartati
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2014
Tempat : Dirumah Ibu Sri Hartati
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Jadi saya sekarang bisa hemat, bisa memanej keuangan, bisa menabung.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
Dampaknya saya semakin percaya diri makin teratur dalam mengelola
keuangan. Tadinya saya kurang percaya diri, boros, tidak yakin apa bisa
menabung tiap bulan. Tetapi setelah mengikuti program pendidikan keuangan
kemarin ternyata pengeluaran harus ditulis, pengeluaran berapa
pamasukannya berapa sehingga terkontrol. Ada pembukuan.
3. Apa manfaat yang anda dapatkan dari program tersebut?
Saya mendapatkan ilmu, bisa kenal sama-temen-temen dari yang tidak kenal
menjadi kenal, bisa memenej keuanga bisa menabung.
4. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Sekarang ini tiap harinya pengeluaran saya tulis, ada pembukuan tadinya
keluar begitu saja tidak ketahuan uangnya. Kan mas iqbal menyuruhnya
begitu makanya coba saya ikuti ternyata bener pengeluaran sekecil apapun
harus ditulis. Dampaknya jadi ketahuan pengeluran jadi lebih banyak dari
pemasukan. Sekarang menjadi lebih pelit (lebih terkontrol).
5. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Memberi contoh kepada anak untuk membuat pembukuan. Menulis
pengeluran pemasukan dan total.
6. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Memahami dengan jelas. Ada 6 modul.
Transkrip Wawancara Informan
Nama responden : Ida Farida
Jabatan : Peserta Program dan Anggota koperasi tahun 2014
Tempat : Rumah Ibu Ida Farida
Waktu : 10 Maret 2017
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan program pendidikan keuangan?
Belajar Manajemen keuangan.
2. Bagaimana dampak program ini terhadap diri anda, keluarga dan usaha
anda?
1.kita menghargai nilai uang. 2. Kita dapat membedakan mana kebutuhan
mana keinginan. 3. Kita menabung di koperasi tujuannya untuk kesejahteraan
hari tua kita agar hari tua kita sedikit terjamin. Terus, kita juga bisa minjem
uang dikoperasi tapi tidak memberatkan aggotanya karena bunganya kecil.
3. Seperti apa perencanaan keuangan yang anda lakukan?
Semenjak ikut kelas pendidikan keuangan itu, aku bisa merencanakan
keuangan. Cara aku melakukannya, belum ditulis dibuku. Tapi baru sebatas
setiap belanja aku jatahin (targetin) pengeluarannya.
4. Setelah mengikuti program pendidikan keuangan, apakah anda
melibatkan keluarga anda dalam perencanaan keuangan?
Saya tidak melibatkan. Hanya sebatas memberi tahu.
5. Apakah komunikasi yang disampaikan fasilitator dapat anda pahami
secara jelas?
Iya apa yang disampaikan masuk ke otak.
6. Jika Ya, materi apa saja yang telah anda pelajari yang telah diberikan
fasilitator?
Cara menabung, perbedaan menabung di koperasi dan di bank, hukum
warisan tapi itu tidak diperdalam karena berkaitan dengan agama.
Tabel 4. Daftar Peserta Program Pendidikan Keuangan
NO. NAMA ALAMAT PENDIDIKAN
AKHIR
JENIS
USAHA
1. Evi Yuliani Jl. Batu Merah II
No.7
SMA Acesoris
2. Erna
Kusumawati
Jl. Batu Merah I
No.41 B
SMA Kue Kering
pesanan
3. Sri Hartati Jl. Batu Merah 1
No.39
SMK Warung &
Kue kering
4. Dalilah Jl. Batu Merah IV
No. 13 B
SMP Kontrakan
5. Heni Jl. Batu Merah IV
No.33
SMA Warung
sembako
6. Ida Farida Jl. Batu Merah IV SMA Kue kering
pesanan
7. Santi Erna Kampung sawah RT
007/01
SMTG Penjual Kue
8. Supeni Kampung sawah RT
007/01
SMK
9. Hj. Rita Jl. Batu Merah I No.
14
SMA Kerajinan
tangan
10. Suburiyah Jl. Batu Merah II No.
17
SD Pendagang
11. Nita Artiani Kampung Kalibata
05/07
SMK Catering
12. Rina Pengadengan Timur I SMK Warung
makan
13. Nia Jl. Batu Merah II
Pejaten Timur
SMP Pendagang
14. Suciyati Jl. Kalibata RT 06/10 SMP Pendagang
15. Nurul Jl. Empang III RT
14/01
SMK Warung
Jajanan anak
16. Rohimah Jl. Warung Silah
Jagakarsa
SMK Percetakan
17. Dini Rianti Jl. Empang III RT
14/01
SMK Penjual Nasi
Uduk
18. Latifah Jl. Masjid Al
Makmur RT 06/08
SMA Kredit Barang
19. Ainun Jl. Jati padang RT
09/05
SMA Penjahit
Pakaian
20. Supriyati Penjual Risol
Mayo
KEMENTERIAN AGAMAUNIYERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUI{IKASI
J1. Ir. H. Juanda No, 95, Ciputat i5412, lndonesiaWebsite ; wmv.fidkcm.uinjl't.ac.id
T'e\r.iFax: (62-2i) 7432728 I 14103580Email : fi dkomfrquinikt.ac.id
NonrorI.anrpiran
Ital
:Urr.0l/F5/PP.00.9r 43E 2017
: lzin Penelitian (Shripsi)
Jakarta, G Maret 201 7
Kepada Yth.Ibu Trr Enclang Sulistyou,atiDirelitLrr Pusat Pengenrbangan Surrberdava Wanita (PPSW) Jakartadi
1.ent pat
.1.s.s tt I u t t t t t' u I tt i k tr nt fi ' r. Il'b.
Del.atl FakLrltas IlntLr Daku ah dan linru Kontunikasi UIN Syarif Hidal,atullah.lakal'ta nreneranqkan bahlva:
NarnaNonror PoiiokTentl;iitiT'an gga I [-alr i rSerrester'J ulLrsan/l( onserrtrasiAlarnatTelp.
Tenrbusarr :
l, Wakil Dekan Bidang Akaderlil,2. I(etua Junrsan/Prodi Pengetrbanqarr N,lasvarakat Islarn
Arianne SalaliI I r2054000014.lakiifta. l9 FebrLrari 1995X (Sepulrrh)Penseur bangan N,lasl arakat Is larnKebaloran Lanta Utara Jaksel08 I 295i69736
bhan, MA
adalah bettar tnahasisri'a aktif pada FakLrltas Ilnru Dalivvalt dan Ilrlu Korlunikasi UIN Sr,arifHiclal'attrllah.lakarta lang aliart rrelaksanakan penelitian/rnencari data dalant rangkztperrLtlisatt sl<riltsi beriurlLrl " lrrrplentqtttr.si Pr.osr.unr Pentbertlcn,uun Ekonr.tnri perentptrtrtr
,\{elolrri Perttlitlikurt KeuunSltrtt.S/trdi Kcr.:tr.s.'Kopertr.si Terttttti Putih Pejctten Tirmtr P.t,\4irrggu .fuk-Scl ",
SehLtbtlllgatt clensari itu. clirnohorr liiranf ii Bapak/lbrr/Sclr. clapattlrettet'itrla/lttertgizinli,an nrahasisu a kauri tersebut dalarn pelaksanaan kegiatan cjinralisLrcl.
Derltil<iitlt. atas ke{asanta dar} l"rantuarrnva kanri rnengrrcaplian terima kasih.
ll'u.;,scr I u n t tr' u I u i ku tr t Il'r Il/ h.
Dekan
r r0 te9303 I 004{
SURAT KETERANGANPENELITIAN PENULISAH SKIPSI
No.951A31100
Dengan ini kami yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : lr. Tri Endang Sulistyowati
Jabatan
menerangkan bahwa :
Nama :
Nomor Registrasi :
Fakultas :
Program Studi :
: Direktur PPSW Jakarta
Arianne Sarah
1112454000014
llmu Dakwah Dan llmu Komr"rnikasi lJniversitas rsram Negeri (ulN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengembangan Masyarakat lslam
Telah melakukan penelitian guna kelengkapan data pembuatan skripsi dengan judul
"lmplementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui pendidikan
Keuangan Sfudi Kasus : Koperasi Teratai Putih, Pejaten Timur, pasar MingguJakarta Selatan" di Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Jakarta (ppSW Jakarta)mulai Agustus 2016 - Maret ZO1T.
Selama Penelitian di Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (ppSW Jakarta), Sdri
Arianne Sarah, mempelajari tentang Proses Pemberdayaan Peremplran dengan StrategiPengorganisasian Masyarakat Melalui pendidikan Keuangan.
Demikian Surat Keterangan Penelitian ini kami buat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 25 September 2017
lr. Tri Endanq SulistuowatiDirektur PPSWJakarta
Jl. Pangkalan l"lfVt Cg..{"ggr-k RT 05 Winang Melayu
CQIry,AI(ARIA
Pusat
6T1
KEMENTERIAI\ AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF H IDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. t{. Jlranda No.95 Ciputat 154 ll IndoncsiaWebsitc : wwu'. tilkuinj akarta.ac. id
Telp./Fax : {62-21) 7 4327 281 7 47 A3580Email : [email protected]
Nomorl.ampiranI lal
; Un.0l/FS/PP.00.9/91 7 r2017
; Permohonan Data Monografi
Kepada Yth.Camat Pasar Minggu Jakarta Selatandi
Tempat
A s s a lanru' al a i ku m Ll/r. W''b.
Jakar-ta.l 6 Januari 20 l6
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hiday,atullahJakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamat'felp.
Arianne Sarah1 I 12054000014Jakarta. 19 Februari 1995Vlll (Delapan)Pengembangan Masyarakat IslamKebayoran Lanra Utara Jaksel
08s781 834979
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari datadalam rangka penulisan skripsi berjudul Pendidikan Keuangan unruk Perempuansebagai Upayo P e mberdayaan P erempuan.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapakllbr:/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was s sl amu' al aikum Wr. Wb.
Tembusan:L Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan/Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAI{ ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, IndonesiaWebsite : www. fidkom.uinjkt.ac.id
Tclp.iFax: (62-21) 7132728 I 14103580Email : f1dkom(Zyuinj kt. ac. id
omorLampiranHal
Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu KomunikasiAjkd/Mr
Kepada Yth. :
1. Dr. Suhaimi, M.Si2. Ahmad Fatoni, S.Sos.l3, Wati Nilamsari, M.Si4. Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd5. M. Hudri, MAdiJakarta
Assal am u' al a iku m Wr.Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah danJakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai TimDakwah dan llmu Komunikasi,
NamaNIMTempat Tanggal lahirJurusanJudul Skripsi
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Hari/TanggalWaktuTempat
KetualPengujiSekretarisPengujiPengujiPembimbing
llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahPenguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu
: Arianne Sarah: 1 1 12054000014: Jakarta, 19 Februari 1995: Pengembangan Masyarakat lslam (PMl): lmplementasi Program Pemberdayaan EkonomiPerempuan Melalui Pendidikan Keuangan : Studi KasusAnggota Perempuan Koperasi Teratai Putih KelurahanPejaten Timur Jakarta Selatan.
: Selasa, B Agustus 2017: Pk. 10.00 s.d. 1 1 .00 WIB: Ruang Munaqasah (Lantai 7A)
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini di sampaikan. Aias perhatian Bapak/lbu, kami ucapkanterima kasih
Wassalamualaikum Wr Wb.an. De
Ph.D10330 r99803 1 004
: 1(satu) Berkas Skripsi: Ujian Skripsi
Akademik