IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINSTIFIK MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINSTIFIK MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINSTIFIK
MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM
MATA PELAJARAN IPS DI MI DARUSSALAAM
REKSOSARI KEC. SURUH KAB. SEMARANG
oleh
MUHAMAD NUR IKHWAN
NIM. 12020160012
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ii
iii
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINSTIFIK
MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM
MATA PELAJARAN IPS DI MI DARUSSALAAM
REKSOSARI KEC. SURUH KAB. SEMARANG
oleh
MUHAMAD NUR IKHWAN
NIM. 12020160012
Tesis diajukan kepada Progam Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan
Salatiga, 26 September 2018
Dr. Muna Erawati, M.Si.
PEMBIMBING
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : MUHAMAD NUR IKHWAN
NIM : 12020160012
Program studi : Pascasarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri
dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa
pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh
orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar ijazah pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga atau perguruan tinggi lainnya. Tesis
ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.
Salatiga, 26 September 2018
Yang Menyatakan
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012
vi
MOTTO
ين أوتوا العل درجات وهللا بما تعملون خبري ين ءامنوا منك والذ يرفع هللا الذ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan untuk :
1. Bapak (Alm) dan Ibuku yang telah memberikan kesempatan kepadaku
untuk belajar
2. Calon ibunya anak-anakku
3. Almamater Pascasarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut
Agama Islam Negeri Salatiga
4. Semua teman-teman yang telah membantu dalam segala hal.
viii
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Amiin. Dengan mengucap rasa syukur yang mendalam,
akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya peneliti sampaikan kepada berbagai pihak yang selama ini telah
memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan studi ini. Terimakasih juga
peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Direktur Pascasarjana Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy beserta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menimba ilmu pada kampus kebanggaan tercinta ini.
3. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pascasarjana PGMI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
tesis ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Zainul Makarim, S.Pd.I., selaku Kepala MI Darussalaam
Reksosari beserta jajarannya yang telah memberikan motivasi,
dorongan, dan kesempatan penuh dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Teman-teman mahasiswa PGMI Pascasarjana IAIN Salatiga dan
berbagai pihak yang disebutkan dalam tulisan ini, yang telah
ix
berkontribusi baik langsung atau tidak langsung guna kelancaran
penelitian hingga selesainya dalam bentuk penulisan tesis ini.
Suatu kehormatan bagi peneliti bisa mendapatkan arahan, bimbingan,
koreksi, dan dukungan dari berbagai pihak yang disebutkan di atas.
Salatiga, 27 September 2018
Penulis
Muhamad Nur Ikhwan
NIM 12020160012
x
ABSTRACT
Implementation of the Scientific Approach through the Model Discovery Learning in
Social Studies Subjects at MI Darussalaam Reksosari, Suruh District, Semarang
Regency
The purpose of this study is to describe the application of a scientific approach through
discovery learning models in social science subjects in terms of components of input,
process and output in MI Reksosari, Suruh District, Semarang Regency. Describes the
strengths and weaknesses of the application of the scientific approach through discovery
learning models in the learning of social science towards educators and students in MI
Reksosari Suruh District, Semarang Regency.
The method in this study is qualitative research. Data sources in this study are
primary data sources and secondary data sources. Data collection methods by
observation, interview and documentation. This research instrument is a researcher as a
key instrument using observation guides, interview guidelines and documentation. The
data obtained is then analyzed continuously by reducing data, presenting data, drawing
conclusions and checking the validity of the data (triangulation).
The findings in this study, namely: (1) the scientific approach through discovery
learning models have been applied by the social studies teacher in MI Reksosari, Suruh
Sub-district, Semarang Regency, based on observations based on the components of
input, process and output in the learning process need to do a special evaluation in the
aspect of the learning process in the classroom and its output in the skills aspect of
students. (2) There are several opportunities from the discovery learning model, including
centering on students and teachers playing the same active role in issuing opinions in the
room, improving students' reasoning abilities and the ability to think freely, creating a
sense of pleasure in students, practical, easy to implement and follow-up. Whereas in
terms of challenges from discovery learning models, teachers need a lot of time, and often
teachers feel dissatisfied if they do not provide much motivation and guide their students
well, not all students are able to make discoveries, do not apply to all topics, thinking
skills rational students are still limited and cultural factors or habits that still use old
learning patterns.
Scientifically this research contributes to the development in the field of
education, especially related to social science as a subject in school. In addition, it is also
a thought contribution for teachers in applying scientific approaches through discovery
learning models in social science subjects and become a means of monitoring and
evaluation to be able to help develop the quality of learning in schools.
Keywords: scientific approach, model discovery learning, IPS
xi
ABSTRAK
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning Dalam Mata
Pelajaran IPS di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang
Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik
melalui model discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
ditinjau dari komponen input, proses dan output di MI Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Menguraikan kelebihan dan kelemahan penerapan pendekatan
saintifik melalui model discovery learning dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial terhadap pendidik dan peserta didik di MI Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang.
Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan
data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah
peneliti sebagai instrumen kunci dengan menggunakan panduan observasi, pedoman
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
berkesinambungan dengan cara mereduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan
dan pengecekan keabsahan data (triangulasi).
Temuan dalam penelitian ini, yaitu: (1) pendekatan saintifik melalui model
discovery learning telah diterapkan oleh Guru IPS di MI Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang, berdasarkan hasil observasi yang berdasarkan dari segi komponen
input, proses dan outputnya dalam proses pembelajaran perlu di lakukan evaluasi khusus
pada aspek proses pembelajarannya di kelas dan outputnya pada aspek keterampilan
peserta didik. (2) Terdapat beberapa peluang dari model discovery learning, meliputi
berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan pendapat-
pendapat dalam ruangan, meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan kemampuan
berfikir bebas, menimbulkan rasa senang pada siswa, praktis, mudah dalam pelaksanaan
dan tindak lanjutnya. Sedangkan dari segi tantangan dari model discovery learning, guru
memerlukan waktu yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak
banyak memberikan motivasi dan membimbing peserta didiknya dengan baik, tidak
semua peserta didik mampu melakukan penemuan, tidak berlaku untuk semua topik,
kemampuan berpikir rasional peserta didik masih terbatas dan faktor budaya atau
kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama.
Secara ilmiah penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan di bidang
ilmu pendidikan, terkhusus berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial sebagai sebuah
mata pelajaran di sekolah. Di samping itu, juga sebagai sumbangan pemikiran bagi
guru dalam menerapkan pendekatan saintifik melalui model discovery learning
dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan menjadi salah satu sarana
monitoring dan evaluasi untuk dapat membantu pengembangan kualitas
pembelajaran disekolah.
Kata Kunci : pendekatan saintifik, model discovery learning, IPS
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................……………………………………………….………...... i
LEMBAR BERLOGO ...........……………………………………………...... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...………………………………………... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv
MOTTO ...............………………………………………………………….....
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
vi
vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………....... 01
A. Latar Belakang Masalah …..…….………………………………. 01
B. Rumusan Masalah ………………………………......................... 05
C. Signifikansi Penelitian .................................................................. 07
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 08
1. Penelitian Terdahulu ……….....................................................
2. Kerangka Teori .........................................................................
a. Pendekatan Sainstifik ...........................................................
b. Model Discovery Learning ..................................................
c. Ilmu Pengetahuan Sosial…..……………………………….
08
15
15
16
17
xiii
E. Metode Penelitian ..........................................................................
a. Jenis Penelitian …………………………………………….
b. Sumber Data …...….……………………………………….
c. Metode Pengumpulan Data………………………………...
d. Instrumen Penelitian ………………………………………
e. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……………….
f. Pengecekan Keabsahan Data……………………….........
18
18
19
20
21
22
24
BAB II PROFIL MI DARUSSALAAM ...........................................................
A. Gambaran Umum MI Darrusalam .......................................................
25
25
B. Keadaan Guru ………………….. ………………………………….. 27
C. Keadaan Siswa ……………………. …………………………..…..... 28
BAB III IMPLEMENTASI, TANTANGAN DAN PELUANG……………… 30
A. Implementasi Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS….……………………………………......
1. Komponen Input ………………...………………………………
2. Komponen Proses ………………….……………………………
3. Komponen Output ……………………………………………...
30
30
32
34
B. Peluang dan Tantangan ….…….........………………………….…....
1. Peluang ………… ………………………………………………
2. Tantangan ………….……………………………………………
36
36
37
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………................................. 39
A. Implementasi Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS ………….......................................................
39
xiv
B. Peluang dan Tantangan Pendekatan saintifik dengan Model Discovery
Learning dalam Mata Pelajaran IPS .. ....................................................
47
BAB V PENUTUP …………………................................................................ 52
A. Kesimpulan ............................................................................................. 52
B. Saran ...................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN. ..............................................................................
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................
57
60
71
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keadaan Guru MI Darussalaam …………………………………... 28
Tabel 2.2 Keadaan Peserta Didik MI Darussalaam …………………………... 28
Tabel 3.1 Data Wawancara dan Observasi Input …………………………… 31
Tabel 3.2 Data Wawancara dan Observasi Proses …….. .................................. 33
Tabel 3.3 Data Wawancara Observasi Output ………………………............. 35
Tabel 4.1 Peluang dan Tantangan Pendekatan Saintifik Melalui Model
Discovery Learning dalam Pembelajaran …………………............. 50
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINSTIFIK
MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM
MATA PELAJARAN IPS DI MI DARUSSALAAM
REKSOSARI KEC. SURUH KAB. SEMARANG
oleh
MUHAMAD NUR IKHWAN
NIM. 12020160012
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam meningkatkan kualitas hasil belajar terus akan dilakukan oleh guru
atau pendidik, di antaranya adalah melalui pendekatan saintifik/ilmiah,
selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk
melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian. Proses pembelajaran, peserta didik dibiasakan
untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi
fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu
berfikir logis, runtut dan sistematis, dengan menggunakan kapasitas
berfikir tingkat tinggi serta berkepribadian.1
Dalam pendekatan saintifik, tidak hanya fokus pada bagaimana
mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi
atau eksperimen, namun peserta didik diajak untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya2. Pendekatan ilmiah
1
Imam Subqi, “ Pola Komunikasi Keagamaan dalam Membentuk Kepribadian Anak”, Jurnal
Inject INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication), Volume 1 No 2 (Desember 2016):
165-180. 2 HM Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, Cetakan pertama
(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2015), 51.
3
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik3.
Model pembelajaran penemuan (discovery learning) menempatkan
peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif. Oleh karena itu discovery
learning menuntut peserta didik untuk berpikir kreatif. Model ini
melibatkan peserta didik dalam kegiatan intelektual, sikap, keterampilan
psikomotorik dan menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar
menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Tenaga pendidik mesti mengembangkan kompetensinya untuk
mengimbangi kemajuan ilmu sains, olehnya itu sebagai guru ilmu
pengetahuan sosial sedapat mungkin harus menciptakan pembelajaran
dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah
dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar,
merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sehingga peserta
didik akan dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan
baik dan peserta didik dapat menemukan sendiri informasi yang kompleks
dan informasi yang baru dalam materi pembelajaran tersebut.
Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, yang menitik
beratkan pada keaktifan peserta didik atau siswa (student centered
approach), maka beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan
dan cocok dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik antara lain model
3 Musfiqon dan Nurdyansyah, 53.
4
discovery learning, problem based learning, project based learning dan
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berusaha
membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah,
mencari solusi atau menguji jawaban sementara atau suatu
masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-
fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan
dan menyajikannya secara lisan maupun lisan4.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari
pada strategi, metode, atau prosedural. Model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau
prosedural, ciri tersebut antara lain adalah: Rasional teoritik logis yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; Landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai); Tingkah laku pengajar diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil; dan Lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai5.
Untuk memperkuat pemahaman peserta didik khususnya tentang
ilmu pengetahuan sosial maka perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penemuan (discovery learning). Model discovery learning merupakan
cara mengembangkan kegiatan belajar peserta didik aktif yang
4 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013: Memahami
Berbagai Aspek Terdalam Kurikulum, Cet. II (Surabaya: Kata Pena, 2014), 64. 5 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), 6.
5
menggunakan proses mental untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Menggunakan model discovery learning proses pengajaran akan
berpindah dari situasi teacher dominated learning ke situasi student
dominated learning. Model discovery learning merupakan metode belajar
melalui penemuan peserta didik mandiri. Seseorang mengajar dalam
model ini harus menjelaskan tugas apa yang harus peserta didik lakukan,
apa tujuan dari tugas yang diberikannya itu, lalu kemana mereka harus
mencari informasi, mengolah, membahas, dalam kelompoknya masing-
masing6.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam Reksosari merupakan salah satu
madrasah yang ada di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang
dalam proses pembelajarannya sudah menggunakan pendekatan saintifik
melalui model discovery learning namun ada beberapa kendala yang
dihadapi oleh madrasah tersebut. Pertama, lemahnya pengetahuan guru
tentang pendekatan saintifik melalui model discovery learning, sehingga
dalam pengaplikasiannya belum bisa maksimal. Sebagaimana penjelasan
Umi Mutholaah, bahwa banyaknya guru-guru yang sudah tua kurang
respon dengan pendekatan ini, mereka masih senang dengan penggunaan
metode lama yaitu metode ceramah, akan tetapi Kepala Madrasah lebih
senang dengan adanya inovasi proses pembelajaran seperti dengan
pendekatan saintifik.7 Kedua, sedikitnya media atau media yang belum
6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana Prenanda Media
Group, 2007), 91. 7 Umi Mutholaah, Guru Kelas IV, Wawancara pada tanggal 06 Juli 2018.
6
memadai dalam penggunaan pendekatan saintifik pada proses penerapan
model discovery learning, maka berdampak pemahaman hasil belajar
yang kurang maksimal. Ketiga, rendahnya motivasi belajar siswa dengan
pendekatan saintifik melalui model discovery learning berdampak pada
pencapaian hasil belajar yang di inginkan oleh guru dalam hal ini KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal)8. Dalam sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun
secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai
tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.9
Oleh sebab itu dalam implementasi model discovery learning
sesungguhnya butuh kerjasama yang baik antara siswa, guru dan lembaga
pengelola madrasah yang ada.
Dari latar belakang di atas peneliti ingin tahu lebih jauh bagaimana
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning Dalam
Mata Pelajaran IPS di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017/2018.
8 Nanik Arwidah Guru Kelas II, Wawancara, pada Tanggal 06 Juli 2018.
9 Imam Subqi, “Pemanfaatan Pusat Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar”,
Jurnal Dinamika Teknologi Pendidikan, Volume 1 Nomor 1 (April 2016): 88-98.
7
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Fokus penelitian atau identifikasi masalah tentang implementasi
pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial, yang terdiri dari: a) Implementasi
pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial ditinjau dari komponen input, proses
dan output; b) Apa saja peluang dan tantangan pendekatan santifik
melalui model discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
2. Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang akan diteliti tentang implementasi pendekatan
saintifik melalui model discovery learning dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial komponen input, proses dan output serta apa saja
peluang dan tantangan di MI Darussalaam Reksosari Kec. Suruh Kab.
Semarang.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis maka
masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
8
ditinjau dari komponen input, proses dan output di MI Darussalaam
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang?
b. Apa saja peluang dan tantangan pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
terhadap pendidik dan peserta didik di MI Darussalaam Reksosari
Kec. Suruh Kab. Semarang?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
ditinjau dari komponen input, proses dan output di MI Reksosari Kec.
Suruh Kab. Semarang.
b. Menguraikan peluang dan tantangan penerapan pendekatan santifik
melalui model discovery learning dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial terhadap pendidik dan peserta didik di MI
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
9
a. Kegunaan Ilmiah
Secara ilmiah penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan di
bidang ilmu pendidikan, terkhusus berkaitan dengan ilmu pengetahuan
sosial sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Di samping itu, juga
sebagai sumbangan pemikiran bagi guru dalam menerapkan pendekatan
saintifik melalui model discovery learning dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial dan menjadi salah satu sarana monitoring dan evaluasi
untuk dapat membantu pengembangan kualitas pembelajaran disekolah.
b. Kegunaan Praktis
Secara praksis penelitian ini menjadi bahan referensi yang dapat
memberikan informasi tentang penerapan pendekatan saintifik model
discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial serta
dapat menjadi masukan kepada pihak pelaksana pendidikan terutama bagi
guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di MI Darussalaam
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang, serta menjadi referensi tertulis bagi
calon peneliti berikutnya yang berkeinginan meneliti masalah yang
relevan dengan tesis ini.
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelumnya, diantaranya adalah:
a. Shirley Magnusson, Joseph Krajcik And Hilda Borko dengan
penelitian “Nature, Sources, And Development Of Pedagogical
Content Knowledge For Science Teaching”, dalam tulisan ini
10
berpendapat bahwa pengetahuan tersebut dijelaskan oleh konsep
dikenal sebagai pengetahuan konten pedagogis, dan bahwa konsep ini
sangat penting untuk memahami pengajaran sains yang efektif. Kami
mendeskripsikan pengetahuan konten pedagogis sebagai transformasi
dari beberapa jenis pengetahuan untuk mengajar (termasuk
pengetahuan materi pelajaran), dan bahwa karena itu mewakili domain
unik dari, Pengetahuan guru bab ini menyajikan konseptualisasi
pengetahuan isi pedagogi dan menggambarkan bagaimana konsep ini
berlaku untuk memahami pendidikan sains dari perspektif guru,
pendidik guru sains, dan peneliti pendidikan sains10
.
b. Stephen Temple dengan penelitiannya “A Bio-Experiential Model
For Learning Creative Design Practices That Supports Transformative
Development In Beginning Design Students”, Tulisan ini menanyakan
apa yang memulai pembelajaran desain pengalaman terbaik
mendukung sisa desain pendidikan. Ini adalah dugaan pembelajaran
berbasis otak teori bahwa siswa langsung, beton primer pengalaman
bertanggung jawab atas pembangunan struktur dasar pemrosesan saraf
sebagai "keras kabel "jalur. Struktur-struktur ini kemudian
membentuk tanah dari dan mengatur pola bermain kemudian lebih
abstrak pengalaman belajar. Pedagogi desain dasar kursus yang
mencari pengenalan proses kreatif sebagai landasan untuk pendidikan
desain harus diakui ini pengalaman, perkembangan biologis hubungan
10
Shirley Magnusson, Joseph Krajcik And Hilda Borko, “Nature, Sources, And Development
Of Pedagogical Content Knowledge For Science Teaching,” Examining Pedagogical Content
Knowledge volume 6 No.1 (2017): 95-132.
11
sebagai dasar untuk pengembangan yang sesuai mulai kurikulum
desain11
.
c. Mardia Hi. Rahman dalam penelitiannya “Using Discovery
Learning to Encourage Creative Thinking”, Pengembangan
kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk dilaksanakan oleh setiap
pendidik termasuk dosen untuk siswa mereka. Oleh karena itu, mereka
perlu secara serius bertindak dan merancang proses pembelajaran
mereka. Salah satu cara untuk mengembangkan pemikiran kreatif
siswa adalah menggunakan model pembelajaran penemuan. Penelitian
ini dilakukan pada program studi pendidikan fisika tahun 2016 dengan
siswa yang mengambil kelas belajar dan mengajar sebagai subjek
penelitian. Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery dapat mendorong
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran dan mengajar
subjek strategi12
.
d. Masrariah Amin dalam penelitiannya “Discovery Learning
Approach In Improving Arabic Ability Of Pre-Service Teachers In
Religious Training Centre Of Makassar”, Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis metode discovery learning
secara strategis meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran
11
Stephen Temple, “A Bio-Experiential Model For Learning Creative Design Practices That
Supports Transformative Development In Beginning Design Students,” Archet-IJAR Volume 4,
No.2 (2010): 116-138. 12
Mardia Hi. Rahman, “Using Discovery Learning to Encourage Creative Thinking,”
International Journal of Social Sciences & Educational Studies Vol.4, No.2 (Oktober 2017): 98-
103.
12
guru pra-layanan bahasa Arab, yang dapat memotivasi dan
meningkatkan kreativitas mereka untuk memperkaya wawasan mereka
tentang pengajaran bahasa Arab, terutama mereka yang sedang dalam
pelatihan pusat. Penelitian ini dilakukan di dua kelas Pusat Pelatihan
Keagamaan Makassar selama Juni-Agustus 2016. Rancangan
penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan discovery
learning dengan desain kelompok kontrol pretest-postest acak.
Berdasarkan pengujian hipotesis, pembelajaran penemuan memiliki
efek positif pada kemampuan bahasa Arab pra-layanan guru di pusat
pelatihan untuk memahami dan menganalisis bahasa Arab13
.
e. Astri Dayanti Dayanti dengan penelitiannya “Pengembangan Sikap
Toleran Terhadap Perbedaan Pendapat Siswa Melalui Discovery
Learning Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian Tindakan Kelas
terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 44 Bandung)”, Indikator
permasalahan yang dijumpai adalah rendahnya tingkat toleran
terhadap perbedaan pendapat siswa. Sehingga peneliti memilih
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian model
penelitian dan dilakukan dalam tiga siklus. Peneliti mencoba
menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran IPS untuk
mengembangkan sikap toleran siswa. Penerapan model tersebut dapat
dikatakan berhasil setelah melalui tiga siklus. Pencapaian tujuan yang
diharapkan tergambar pada peningkatan hasil belajar siswa yang
13
Masrariah Amin, “Discovery Learning Approach In Improving Arabic Ability Of Pre-
Service Teachers In Religious Training Centre Of Makassar,” Journal of The Association for
Arabic and English Vol.3 No.1 (2017): 32-44.
13
terdiri dari penilaian LKS, penilaian presentasi maupun kegiatan
observasi, serta penilaian pencapaian indikator pengembangan sikap
toleran terhadap perbedaan pendapat siswa14
.
f. Hendra Erik Rudyanto, dalam penelitian berjudul “Model
Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan
Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”,
menjelaskan bahwa: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran model discovery learning dengan
pendekatan saintifik bermuatan karakter untuk meningkatkan
berpikir kreatif yang valid, praktis, dan efektif. Model
pengembangan pembelajaran mengacu pada model Plomp
mencakup kegiatan investigasi awal, perancangan, realisasi/
konstruksi, pengujian, evaluasi, dan revisi. Hasil penelitian
menunjukan 1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid;
2) Perangkat pembelajaran dinyatakan praktis; 3) Pembelajaran
matematika dinyatakan efektif15
.
g. Firosalia Kristin, Dwi Rahayu, dalam penelitian berjudul
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD, menjelaskan
bahwa: hasil penelitian dan analisis data, disimpulkan bahwa
14
Astri Dayanti Dayanti, “Pengembangan Sikap Toleran Terhadap Perbedaan Pendapat
Siswa Melalui Discovery Learning Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian Tindakan Kelas terhadap
Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 44 Bandung),” International Journal Pedagogy of Social Studies
Vol.1 No.1 (2017): 60-75. 15
Hendra Erik Rudyanto, “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif,” Premiere Educandum
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2014): 41–48.
14
penggunaan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Koripan 0116
.
h. Ina Azariya Yupita, Waspodo Tjipto S, dalam penelitian
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar”, menjelaskan
bahwa: hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model discovery dapat meningkatkan aktivitas guru
dan siswa serta hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil
pengamatan yang diperoleh pada tiap siklusnya. Pada siklus I,
aktivitas guru mencapai 78,57%, aktivitas siswa 66,07%, dan hasil
belajar siswa 63,89%. Pada siklus II, aktivitas guru mencapai
83,9%, aktivitas siswa 78,6%, dan hasil belajar siswa 77,77%. Dan
pada siklus III, aktivitas guru mencapai 91,07%, aktivitas siswa
87,5%, dan hasil belajar siswa 94,44%. Maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran discovery yang
dilaksanakan dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan
teknologi dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan
hasil belajar siswa kelas IV SDN Surabaya17
.
i. Febriana Marthin Henukh, dalam penelitian berjudul
“Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran IPA Di
16
Firosalia Kristin dan Dwi Rahayu, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD,” Scholaria Vol. 6, No. 1 (Januari
2016): 84–92. 17
Waspodo Tjipto S dan Ina Azariya Yupita, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar,” JPGSD Volume. 1, Nomor. 2 (2013):
1–10.
15
SDN Cepit, Bantul”, menjelaskan bahwa: hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran IPA sudah berjalan baik. Kegiatan pengamatan
sudah dilaksanakan sesuai dengan pendekatan saintifik. Kegiatan
menanya sudah dilaksanakan siswa sudah mengajukan pertanyaan
di setiap pembelajaran. Kegiatan menalar sudah sesuai dengan
tahap pelaksanaan pendekatan saintifik. Kegiatan mencoba sudah
melibatkan siswa melakukan percobaan. Siswa juga sudah dapat
berkomunikasi dalam proses pembelajaran18
.
j. Anastasia Endah Anastika Dewi, Mukminan, dalam penelitian
berjudul “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
IPS Di Middle Grade SD Tumbuh 3 Kota Yogyakarta”,
menjelaskan bahwa: hasil penelitian menunjukkan: (1)
Implementasi pendekatan saintifik meliputi sudah sesuai
kurikulum dan, pelaksanaan sesuai tahapan pendekatan saintifik,
penilaian belum sesuai penilaian otentik, tindak lanjut sudah
sesuai. (2) Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPS
untuk siswa middle grade sesuai dengan perkembangan berfikir
dan proses belajar siswa. (3) Faktor pendukung pendekatan
saintifik adalah: kepala sekolah, guru yang profesional, iklim
sekolah yang kondusif, sarana dan prasarana yang lengkap. Faktor
penghambatnya adalah: sistem penerimaan siswa tidak transparan,
18
Febriana Marthin Henukh, “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran IPA
Di SDN Cepit, Bantul,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol.5, No.5 (2016): 449–55.
16
ada beberapa peserta didik belum bisa membaca dan menulis,
instrumen penilaian tidak sesuai, dan jam pembelajaran yang
terbatas dan guru tidak membatasi bobot cakupan materi sesuai
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa19
.
Sedangkan dalam penelitian ini akan lebih fokus pada
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning dalam
Mata Pelajaran IPS di MI Darussalaam Reksosari Kec. Suruh Kab.
Semarang.
2. Kerangka Teori
a. Pendekatan Sainstifik
Pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (question),
menalar (associating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan
(communicating). Kegiatan pembelajaran seperti dapat dapat membentuk
sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik secara maksimal.
Kelima proses pembelajaran secara scientific tersebut diimplementasikan
pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran20.
Pandangan Barringer bahwa pembelajaran saintifik atau ilmiah
merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik berpikir secara
sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang
19
Anastasia Endah Anastika Dewi dan Mukminan, “Implementasi Pendekatan Saintifik
Dalam Pembelajaran IPS Di Middle Grade SD Tumbuh 3 Kota Yogyakarta,” Jurnal Prima
Edukasia, Volume 4, Nomor 1 (Januari 2016): 20–31. 20
M Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, &
SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 176.
17
penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Bertemali dengan hal tersebut,
pembelajaran ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan
memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan,
berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian dan membangun
konseptualisasi pengetahuan21.
b. Model Discovery Learning
Discovery learning merupakan suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama
dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik. Dengan
belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang sedang dihadapinya22.
Model penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi obyek dan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sehingga model penemuan
(discovery) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi
model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif23
. Selain itu model
discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan
21
Yunus Abidin, Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013 (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2014), 125–26. 22
M Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajan Abad 21; Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014), 282. 23
B Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 178.
18
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan tingkah laku24
(2009: 77).
Menurut Bruner discovery learning merupakan sebuah model
pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami
struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan
aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati
terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi)25
. Sedangkan inquiry
memiliki kesamaan pengertian dengan discovery learning yaitu pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah26
.
Pendapat lain tentang discovery learning merupakan pembelajaran
beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses belajar model ini
meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi27
. Model Discovery
Learning ini memiliki pola strategi dasar yang dapat diklasifikasikan ke dalam
empat strategi belajar, yaitu: penentuan problem, perumusan hipotesa,
pengumpulan dan pengolahan data, dan merumuskan kesimpulan28
. Adapun
24
Nanang Hanafiah & Cucu Suhada, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika
Aditama, 2009), 77. 25
Richard Arends, Learning to Teach, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 48. 26
Joko Sutrisno, Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains terhadap
Motivasi Belajar Siswa. http://www.erlangga.co.id. (Diunduh pada Tanggal 5 September 2018). 27
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 69. 28
Buchari Alma dkk, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010), 61.
19
Kemendikbud menyebutkan langkah-langkah model discovery learning ada
tiga tahap yang terdiri atas persiapan, pelaksanaan dan evaluasi29
.
c. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang kehidupan bersosial di dalam masyarakat. Hal ini dipertegas Calhoun
dalam buku S. Hamid Hasan mendifinisikan ilmu-ilmu sosial sebagai studi
tentang tingkah laku kelompok umat manusia (the study of the group
behavior of human being). Artinya, menurut definisi ini semua disiplin
ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok umat manusia dimasukkan
dalam kelompok-kelompok ilmu-ilmu social30. Selain itu ilmu
pengetahuan sosial merupakan pendidikan yang tidak tidak hanya sekedar
pada materi yang bersifat pengetahuan belaka, melainkan juga meliputi
nilai-nilai yang wajib melekat pada diri siswa sebagai masyarakat dan
warga Negara31. Astuti dkk mengungkapkan bahwa: “Ilmu pengetahuan
social lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para
siswa supaya nantinya mereka mampu mengahadapi dan menangani
29
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP Bahasa Inggris, (Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014),
32. 30
Hamid S Hasan, Pendidikan Ilmu Sosial (Jakarta: Dinas Pendidikan Tinggi Nasional,
1996), 6. 31
Rasimin, Antropologi Pendidikan Pendekatan Sosial Budaya (Salatiga: STAIN Salatiga
Press, 2014), 5.
20
kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara
tidak terduga”32.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan
penafsiran terhadap fenomena sosial33
. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, yakni sesuatu yang apa adanya, tidak dimanipulasi keadaan dan
kondisinya. Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai intrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi/gabungan,
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan
makna dari pada generalisasi34.
Dalam penelitian ini, langkah awal yang penulis lakukan adalah
menetapkan lokasi penelitian sebagai dasar atau pedoman bagi penulis
dalam meneliti. Penelitian ini dilakukan di MI Darussalaam Reksosari
Kec. Suruh Kab. Semarang.
32
Astuti dan Esti Ariani, Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (Salatiga: Widya Sari Press, 2009),
1. 33
Rasimin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif (Mitra Cendikia: Jogjakarta,
2011), 50. 34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2011), 1.
21
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah semua data yang
berkaitan dengan MI Darussalaam Reksosari meliputi sejarah dan latar
belakang, struktur organisasi, dan lainnya. Menurut Lofland sumber data
utama pada penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya
data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya35. Sumber data dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang
bersumber dari wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah bagian kurikulum, guru mata pelajaran ilmu
pengetahua sosial kelas II dan IV, perwakilan peserta didik MI
Darussalaam Reksosari.
b. Sumber data sekunder merupakan data sekunder dalam penelitian
ini adalah bentuk dokumen yang telah ada seperti buku yang
menjelaskan tentang sejarah berdirinya, data guru dan siswa serta
dokumentasi penting dalam pembelajaran yang erat kaitannya
dengan masalah penelitian ini.
Data yang diperoleh baik dari sumber data primer maupun data
sekunder kemudian dikomparasikan untuk dianalisis dengan tetap
mengutamakan substansi data primer.
3. Metode Pengumpulan Data
35
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian, Cet. XXVIII (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), 157.
22
a. Observasi
Metode observasi adalah suatu metode yang digunakan dengan cara
pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki. Menurut Suharsini Arikunto menyebutkan
observasi atau disebut pula dengan pengamatan meliputi penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap36. Oleh karena itu,
observasi yang dimaksud oleh peneliti adalah untuk mengamati dan
melihat proses imlementasi pendekatan saintifik model discovery learning
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di MI Darussalaam
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bentuk instrumen yang sering
digunakan dalam penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data atau
keterangan secara langsung dari informan. S. Margono mengemukakan
bahwa wawancara adalah mengajukan pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utamanya adalah kontak langsung dengan
tatap muka antara pencari informasi (interview) dan sumber informasi
(informan)37.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. XIV (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 133. 37
S Margono, Metologi Penelitian Pendidikan, Cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 165.
23
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya38.
Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data yang
dimiliki sekolah dan peneliti menformulasikan dan menyusunnya dalam
bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
4. Instrumen Penelitian
Penelitian yang bermutu dapat dilihat dari hasil penelitian,
sedangkan kualitas hasil penelitian sangat tergantung pada instrumen dan
kualitas pengumpulan data. Sugiyono menyatakan, bahwa ada dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data39. Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri sebagai key instrument artinya peneliti
sendiri sebagai instrumen kunci dan penelitian disesuaikan dengan
metode yang digunakan. Penulis menggunakan beberapa jenis instrumen,
yaitu:
a. Panduan observasi, yaitu alat bantu berupa pedoman pengumpulan
data yang digunakan pada saat proses penelitian.
b. Pedoman wawancara, yaitu alat berupa catatan-catatan pertanyaan
yang digunakan dalam mengumpulkan data.
38
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 135. 39
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Pontianak: Gajah
Mada University Press, 2006), 62.
24
c. Check list dokumentasi, yaitu catatan peristiwa dalam bentuk
tulisan langsung atau arsip-arsip, instrumen penilaian, dan foto
kegiatan.
5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman yaitu analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data
sedang berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data40. Analisis data
berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan,
pemusatan perhatian dari data mentah yang telah diperoleh. Data yang
telah diperoleh kemudian dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, mencari tema dan polanya yang dianggap relevan dan
penting berkaitan implementasi pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di MI
Darussalaam Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian Data
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
241.
25
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan
penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Penyajian data ini dilakukan untuk memudahkan memahami yang terjadi
dan merencanakan kegiatan selanjutnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara
sistematik dalam bentuk naratif maka melalui metode induksi data
tersebut disimpulkan, sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk
tafsiran dan argumentasi. Kesimpulan yang diambil sekiranya masih
terdapat kekurangan akan ditambahkan.
Dengan demikian, analisis pengolahan data yang penulis lakukan
adalah berawal dari observasi, kemudian interview secara mendalam.
Kemudian mereduksi data, dalam hal ini peneliti memilah dan memilih
data mana yang dianggap relevan dan penting. Setelah itu, peneliti
menyajikan hasil penelitian dengan menemukan temuan-temuan baru lalu
dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Sehingga dari sinilah peneliti
membuat kesimpulan dan implikasi atau saran sebagai bagian akhir dari
penelitian ini.
26
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif perlu ditetapkan keabsahan data untuk
menghindari data yang tidak valid. Hal ini untuk menghindari adanya
jawaban dari informan yang tidak jujur. Triangulasi dilakukan dan
digunakan untuk mengecek keabsahan data yang terdiri dari sumber,
metode, dan waktu41.
a. Triangulasi dengan menggunakan sumber yaitu dengan
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian melalui sumber
yang berbeda.
b. Triangulasi dengan menggunakan metode dilakukan dengan cara
membandingkan data observasi dengan hasil wawancara, sehingga
dapat disimpulkan kembali untuk memperoleh derajat dan sumber
sehingga menjadi data akhir yang autentik dan sesuai dengan
masalah penelitian.
c. Triangulasi dengan menggunakan waktu yaitu dengan cara
melakukan pengecekan wawancara, observasi, atau metode lain
dalam waktu dan situasi yang berbeda sehingga menghasilkan data
yang terpercaya sesuai dengan masalah penelitian42.
41
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Sosial, Cet.I (Jakarta: Erlangga, 2001), 33. 42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
373.
27
BAB II
PROFIL MI DARUSSALAAM
A. Gambara Umum MI Darussalaam
1. Letak Geografis MI Darussalaam
Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam merupakan suatu lembaga pendidikan
formal di bawah naungan Lembaga Ma’arif Kabupaten Semarang, dan
berlokasi di Dusun Banjarsari Desa Reksosari Kecamatan Suruh yang
jaraknya lebih kurang 4 km sebelah timur dari Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Adapun batas wilayah
Dusun Banjarsari adalah sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Tegalombo Desa Krandon lor.
b. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cukilan.
c. Sebalah timur berbatasan dengan Dusun Ngayon Desa Reksosari.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kepundung dan Desa
Reksosari.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam memiliki tanah seluas 850 m2
yang dibangun dua gedung sebagai kantor dan ruang kelas serta masjid.43
2. Sejarah berdirinya MI Darussalaam Reksosari
Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam Reksosari
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diawali kegelisahan dari tokoh-tokoh
masyarakat dan pemuka agama Islam di Dusun Banjarsari yang sangat
membutuhkan pendidikan formal dan nilai-nilai keagamaan. Gagasan tersebut
43
Dokumentasi, MI Darussalam Reksosari, tahun 2014.
28
tak lepas tokoh-tokoh dari organisasi Gerakan Pemuda Anshor untuk
mendirikan Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama. Usulan untuk mendirikan
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama ini berasal dari ide Simbah K.H Mansur
yang pada saat itu sebagai pemuka dan panutan masyarakat Dusun Banjarsari
dan sekitarnya.
Para tokoh masyarakat dan pemuka agama tersebut akhirnya
menyepakati untuk mendirikan Sekolah Dasar Nahlatul Ulama di Dusun
Banjarsari Desa Reksosari. Selain itu, mereka juga sepakat untuk membuat
lapangan sebagai pusat kegiatan bermain anak dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Maka, pada tanggal 16 Agustus 1966, berdirilah Sekolah Dasar Nahdlatul
Ulama di Dusun Banjarsari Desa Reksosari.
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama diselenggarakan dengan tujuan
sebagai tempat pendidikan dasar bagi anak-anak Dusun Banjarsari dan anak-
anak dari dusun sekitarnya yaitu Dusun Ngemplak ,Tegalombo, Ngayon, dan
Kepundung.
Dalam perkembangannya, Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama
mengalami pergantian nama, sesuai Surat Keputusan dari Dirjen Pendidikan
Islam Departemen Agama RI tertanggal 25 September 1975, Sekolah Dasar
Nahdlatul Ulama berganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam berdiri di atas tanah wakaf Simbah
K.H Mansur. Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam dikelola oleh para pengurus
dari unsur ulama, pejabat desa, dan unsur masyarakat. Kini, Madrasah
Ibtidaiyah Darussalaam menempati dua unit gedung yaitu satu unit gedung
29
yang terdiri dari satu ruang guru serta 4 ruang kelas, yaitu kelas 4, 5, 6 dan
ruang RA Darussalaam. Satu unit gedung lainnya terdiri dari 4 ruang yaitu
kelas 1, 2, 3, dan ruang perpustakaan.
Adapun visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam Reksosaro
Suruh adalah mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas santun dan
berbudi luhur, kemudian misinya yaitu : (a) melaksanakan system manajemen
berbasis sekolah, (b) melaksanakan PAIKEM, (c) menumbuhkembangkan
daya saing yang sehat dan berprestasi, (d) menumbuhkan mental juara, (e)
menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efesien, transparan dan
akuntabel.
Sedangkan tujuannya adalah (a) mendidik para siswa agar menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
serta mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. (b)
mendidik siswa untuk menjadi manusia pembangunan yang berpedoman pada
Pancasila dan UUD 1945. (c) memberikan bekal kemampuan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang setingkat lebih tinggi.
B. Keadaan Guru MI Darussalaam
Guru yang ada di MI Darussalaam Dusun Banjarsari Desa Reksosari
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebanyak 9 orang yang kesemuanya
merupakan guru tetap yayasan. Adapun data Guru MI Darussalam Reksosari
dapat dilihat dalam tabel berikut:
30
Tabel 2.1
Keadaan Guru MI Darussalaam Reksosari
Tahun Pelajaran 2017/201844
No. Nama Jabatan Pendidikan Mengajar
1. Zainul Makarim Kepala Madrasah S I Matematika 5-
6
2. Agus Romadhon Guru Tetap Yayasan D 2 Wali Kelas III
3. Royani Masykuri Guru Tetap Yayasan S I Wali Kelas VI
4. Sutriani Guru Tetap Yayasan D 2 Wali Kelas V
5. Umi Mutholaah Guru Tetap Yayasan S I Wali Kelas IV
6. Nanik Arwidah Guru Tetap Yayasan D 2 Wali Kelas II
7. Haryanti Guru Tetap Yayasan D 2 Wali Kelas I
8. Ngainur Rofiq Guru Tetap Yayasan SMA Penjas 1-6
9. Anwar Fu’adi Guru Tetap Yayasan D 2 Bhs Arab dan
Bhs Inggris
C. Keadaan Peserta Didik MI Darussalaam Reksosari
Peserta didik sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat
penting, baik sebagai obyek maupun sebagai subyek pendidikan sehingga
perlu disediakan wadah yang representatif untuk dikelola secara profesional
dalam mengaplikasikan proses pembelajaran secara maksimal, karena
keberhasilan suatu sekolah atau lembaga pendidikan dapat dilihat bagaimana
kualitas lulusannya. Adapun keadaan peserta didik di MI Darussalaam
Reksosari dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Keadaan Peserta Didik MI Darussalam Reksosari
Tahun Ajaran 2017/201845
No. Kelas Jenis Kelamin
Jumlah L P
1. I 21 19 40
2. II 17 19 36
3. III 8 12 20
4. IV 15 10 25
44
Dokumentasi, Data Guru MI Darussalaam Reksosari tahun 2017/2018. 45
Dokumentasi, Data Emis Siswa MI Darussalaam Reksosari tahun 2017/2018.
31
5. V 16 14 30
6. VI 11 17 28
JUMLAH 179
32
BAB III
IMPLEMENTASI, PELUANG DAN TANTANGAN
A. Implementasi Pendekatan Sainstifik melalui Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Komponen Input Pembelajaran
Komponen Input atau disebut persiapan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahua Sosial sebagaimana kaitannya dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa indikator, diantaranya silabus pembelajaran; RPP; tujuan
pembelajaran; metode pembelajaran; media; alat dan sumber pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terkait komponen input
pembelajaran, dalam penerapan pendekatan saintik melalui model discovery
learning pada mata pelajaran IPS. Ditemukan kendala-kendala yang dialami
guru yaitu mengembangkan indikator yang sesuai dengan Kompetensi Dasar
(KD); merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator;
merumuskan indikator yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD); membuat
format penilaian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); membuat
skenario atau kegiatan pembelajaran yang menarik; serta mengembangkan
materi pembelajaran yang ada pada silabus dan buku guru. Adapun secara rinci
hasil dari penenlitian adalah sebagai berikut.
33
Tabel. 3.1
Data Wawancara & Observasi
Komponen Input Pembelajaran
No. Komponen Indikator
Yang diamati Hasil
1.
Silabus
Pembelajaran
Memuat kompetensi
inti
Guru menggunakan silabus sebagai
panduan penyusunan dan
pengembangan RPP, yang diperoleh
dari Tim Pelatih Kurikulum 2013
dan internet. Selain itu indikator
yang diamati oleh peneliti sudah
tercantum atau telah dimuat dalam
dokumen silabus pembelajaran guru
atau tenaga pendidik.
Materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Penilaian
Alokasi waktu, dan
sumber belajar
2.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Memuat kompetensi
inti terdiri dari KI 1,
KI 2, KI 3 & KI 4
Dalam penyusunan RPP mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dilakukan secara kolektif atau
bersama-sama melalui KKG untuk
memudahkan guru saling bertukar
pikiran dalam pengembangkan
perangkat pembelajarannya. Artinya
guru belum sepenuhnya mampu
menyusun RPP secara mandiri.
Muatan RPP dalam pengamatan
peneliti sudah baik.
Kompetensi dasar dan
indikator
Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Penilaian
3.
Tujuan
Pembelajaran
Memuat kesesuaian
dengan indikator
Perumusan tujuan pembelajaran
disesuaikan dengan kompetensi inti
dan kompetensi dasar yang ingin
dicapai oleh guru. Aspek ini sudah
terpenuhi dengan baik.
Mencakup kompetensi
pengetahuan,
keterampilan, dan
sikap
4.
Metode
pembelajaran
Memuat Model
Discovery Learning
Model yang digunakan yaitu model
Discovery learning menggabungkan
berbagai macam metode, diantaranya
ceramah, diskusi kelompok, tanya
jawab dan demonstrasi. Tidak ada
metode yang digunakan secara
monoton, tetapi dilakukan secara
terpadu agar siswa tidak mudah
jenuh dalam proses pembelajaran.
Ceramah, Diskusi,
Tanya Jawab,
Demonstrasi/Praktik
5.
Media, alat
dan sumber
pembelajaran
Memanfaatkan media
pembelajaran yang
bervariasi (baik
sederhana maupun
canggih/multimedia)
Dalam aspek ini, guru atau tenaga
pendidik sudah cukup berusaha
memanfaatkan media/alat
pembelajaran yang tersedia. Fasilitas
sumber pembelajaran misalnya
seperti buku paket yang disediakan
oleh pemerintah ataupun pihak
sekolah, serta sumber lainnya. Guru
juga sudah mengaitkan materi
Sesuai dengan materi
pembelajaran dan
pendekatan
pembelajaran scientific
34
serta Sesuai dengan
karakteristik peserta
didik.
pembelajarannya dengan realitas
sosial-masyarakat terkait dengan
kehidupan kekinian yang secara
langsung ditemui oleh peserta didik. Menggunakan buku
teks pelajaran dari
pemerintah
Memanfaatkan
lingkungan alam dan
sosial
2. Komponen Proses
Komponen Proses atau pelaksanaan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan pendekatan saintifik melalui model discovery
learning terdiri dari beberapa indikator, diantaranya Stimulation, Problem
Statement, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization.
Ada beberapa temuan pada komponen proses pembelajaaran IPS
diantaranya, masalah yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran discovery
learning yaitu kesulitan untuk menumbuhkan nalar peserta didik; menumbuhkan
keberanian peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil karya atau tugas yang
sudah dikerjakan; memperkuat daya ingat peserta didik; penguasaan kelas,
melaksanakan langkah-langkah kegiatan; kekurangan waktu penilaian; serta
mengembangkan sumber dan media pembelajaran di kelas. Adapun secara
ringkas hasil penelitian pada komponen proses ini dapat dilihat pada table di
bawah ini.
35
Tabel. 3.2
Data Wawancara & Observasi
Komponen Proses Pembelajaran
No. Komponen Indikator
yang diamati Hasil
1.
Stimulation
Memotivasi dan
merangsang peserta
didik untuk berpikir
Dalam kegiatan ini guru
menyajikan materi pembelajaran
dalam bentuk power point serta
mengajak peserta didik menonton
video yang berkaitan dengan
pembelajaran. Aspek yang ingin
dicapai peserta didik dapat melihat,
menyimak, mendengarkan dan
membaca. Tetapi belum
sepenuhnya berjalan dengan efektif.
Menyajikan materi
dengan memanfaatkan
media pembelajaran
Mengaitkan materi
dengan lingkungan
sekitar
Memfasilitasi peserta
didik untuk mengamati
2.
Problem
Statement
Mengajak peserta
didik untuk menanya
Dalam kegiatan ini, peserta didik
dituntut untuk bertanya terkait
materi yang sudah disajikan oleh
guru. Akan tetapi respons peserta
didik beragam, hanya sedikit saja
peserta didik yang tanggap dalam
kegiatan tersebut. Bahkan
ditemukan peserta didik yang
memonopoli pertanyaan.
Disimpulkan rasa ingin tahu peserta
didik tergolong masih kurang. Guru
harus berusaha mencari jalan keluar
dalam situasi seperti demikian.
Peserta didik
mengidentifikasi
masalah yang
ditemukan
Peserta didik aktif
bertanya
3.
Data
Collection
Peserta didik
mengumpulkan data
melalui sumber
pelajaran (buku,
majalah, internet dan
lain-lain), sehingga
pengumpulan data
bersifat variatif
Dalam kegiatan ini, peserta didik
terlibat langsung mengumpulkan
data atau jawaban atas pertanyaan
yang sedang dicari. Aktivitas ini
sudah berjalan cukup baik, namun
siswa belum mampu secara mandiri
dalam kegiatan ini, butuh
pendampingan atau bimbingan dari
guru tersebut. Peserta didik
bekerjasama dengan
baik dalam kegiatan
ini
4.
Data
Processing
Peserta didik dalam
kelompoknya
berdiskusi untuk
mengolah data hasil
dari pengolahan data.
Dalam kegiatan mengasosiasi
tersebut, peserta didik perlu
diberikan pengarahan oleh guru
sekiranya peserta didik menjumpai
kendala dalam kegiatan tersebut.
Guru perlu melakukan kontrol
terhadap situasi kelas. Ditemukan
beberapa siswa pada kelompok
Peserta didik
menganalisis dan
menghubungkan data-
36
data yang
diperolehnya.
belajar yang pasif sedangkan
beberapa siswa dikelompok lainnya
aktif dalam kegiatan mengolah
data.
5.
Verification
Setiap kelompok
melakukan konfirmasi
dengan kelompok lain
yaitu melalui
presentasi setiap
kelompok
Kegiatan ini belum berjalan dengan
baik, siswa masih kebingungan
dalam membuktikan dan
mempertahankan pendapatnya
dalam mendeskripsikan temuan
mereka dihadapan siswa lainnya.
Guru perlu memandu siswanya
dalam tahapan ini, karena
kompetensi siswa yang masih
tergolong labil dan masih perlu
banyak pengarahan.
Peserta didik
mengkomunikasikan
hasil temuannya atas
masalah yang telah
dipecahkan.
6.
Generalization
Peserta didik
memberikan
kesimpulan melalui
kegiatan
mengkomunikasikan
Pada tahapan ini siswa
mempresentasikan kemampuan
mereka mengenai apa yang telah
dipelajari sementara siswa lain
menanggapi. Tanggapan siswa lain
bisa berupa pertanyaan, sanggahan
atau dukungan tentang materi
presentasi. Guru berfungsi sebagai
fasilitator tentang kegiatan ini.
Dalam kegiatan ini semua siswa
secara proporsional akan
mendapatkan kewajiban dan hak
yang sama.
Guru meluruskan
kesalahan atas
kesimpulan peserta
didik.
Terdapat laporan
tertulis dari peserta
didik.
3. Komponen Output Pembelajaran
Komponen Output atau penilaian dalam penerapan pendekatan saintifik
melalui model discovery learning pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
terdiri dari beberapa indikator yaitu, Penilaian kompetensi sikap; Penilaian
pengetahuan; Penilaian keterampilan.
Hasil yang ditemukan guru mengalami beberapa kesulitan dalam penilaian
autentik yaitu kesulitan untuk melaksanakan semua jenis penilaian autentik;
kesulitan untuk menilai peserta didik secara individual; kesulitan menilai sikap;
kesulitan memisahkan nilai; serta sering kekurangan waktu pada saat
37
pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran. Adapun temuan dari
komponen output pembelajaran IPS dengan pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3.3
Data Wawancara & Observasi
Komponen Output Pembelajaran
No. Komponen Indikator
yang diamati Hasil
1.
Penilaian
kompetensi
sikap
a. Terlaksananya penilaian
sikap selama proses
pembelajaran dengan
teknik observasi dan
jurnal.
Penilaian sikap sudah terlaksana
selama proses pembelajaran
berlangsung, menggunakan
teknik observasi, dimana guru
mencatat atau menilai
bagaimana tingkah laku peserta
didiknya, tetapi penggunaan
jurnal belum dilaksanakan.
Masih kurang maksimal, dalam
pandangan peneliti.
b. Instrumen penilaian sikap
yang digunakan sesuai
dengan kaidah.
Instrumen hanya berupa lembar
observasi, tidak ada lembar
jurnal yang peneliti lihat.
c. Terdokumentasikannya
hasil penilaian
kompetensi sikap.
Peneliti tidak melihat hasil
penilaian kompetensi sikap,
informasi hanya diperoleh
melalui komunikasi verbal
peneliti dengan guru bidang
studi.
2.
Penilaian
pengetahuan
a. Terlaksananya penilaian
pengetahuan dengan tes
lisan, tes tulis, dan
penugasan.
Menggunakan teknik tulisan
melalui ulangan harian dan
penugasan, sudah terlaksana.
Adapun teknik hafalan, tidak
pernah peneliti jumpai.
b. Instrumen penilaian yang
digunakan sesuai dengan
kaidah.
Sudah cukup sesuai.
c. Tersedia rubrik penilaian
untuk masing-masing
instrument.
Rubrik penilaian tersedia di
RPP, tapi peneliti melihat guru
tidak membawa selama
pembelajaran berlangsung.
d. Terdokumentasikann ya
hasil penilaian
penguasaan pengetahuan.
Belum terdokumentasi dengan
baik.
3.
Penilaian
keterampilan
a. Terlaksananya penilaian
keterampilan dengan
praktik, projek, dan
portofolio.
Pengamatan peneliti, dalam
penilaian keterampilan, hanya
penilaian praktik yang
terlaksana sedangkan fortopolio
38
dan projek belum.
b. Instrumen penilaian yang
digunakan sesuai dengan
kaidah.
Sudah cukup sesuai dalam
aspek praktiknya.
c. Tersedia rubrik penilaian
untuk masing-masing
instrument.
Rubrik penilaian tersedia, di
RPP Mapel IPS.
d. Terdokumentasikann ya
hasil penilaian
keterampilan.
Belum terdokumentasi dengan
baik.
B. Peluang dan Tantangan pendekatan sanstifik melalui model discovery
learning dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Peluang pendekatan sainstifik melalui model discovery learning
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam pelaksanaan penerapan pendekatan saintifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran IPS ada beberapa peluang yang
yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan murid di MI Darussalaam Reksosari
diantaranya yaitu: Pertama, discovery learning itu berpusat pada peserta
didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan pendapat-pendapat
dalam ruangan. Bahkan sebagai guru dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Kedua, Membantu peserta didik
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
namun tergantung bagaimana cara belajarnya saja. Ketiga, dapat
menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil itu bisa kita lihat dari proses mengumpulkan data kemudian
mengkomunikasikan hasil temuannya secara terbuka didepan siswa lainnya.
Serta praktis, mudah dalam pelaksanaan, penilaiannya, dan tindak lanjutnya.
39
Selain itu peluang yang dapat dirasakan langsung oleh peserta didik
adalah sangat senang dengan cara belajar dengan pendekatan saintifik
melalui model discovery learning di kelas saat belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial, karena ditampilkan video-video maupun gambar-gambar yang
mudah dimengerti dan sangat membantu terhadap pemahaman peserta didik
tentang materi yang diajarkan. Kemudian siswa dapat belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial yang menyenangkan, karena sering kali dalam proses
pembelajaran diminta diskusi, diperlihatkan fenomena-fenomena sosial,
bahkan pembelajaran terkadang dibawa keluar dari kelas sehingga sangat
terkesan dalam memori atau ingatan para peserta didik terhadap materi yang
diberikan.
2. Tantangan pendekatan sainstifik melalui model discovery learning
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada proses penerapan tidak bisa dipungkiri ada tantangan tersendiri
yang dialami dan dirasakan oleh guru dan peserta didik di MI Darussalaam
Reksosari diantaranya adalah, bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
sebenarnya harus membutuhkan waktu lebih karena pembelajaran sosial
membutuhkan banyak keterampilan. Selain itu siswa belajar teori langsung
diperagakan atau dipraktikkan kemudian diterapkan, sehinga yang dipelajari
dalam sosial itu langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Maka
wajar kalau guru atau pendidik membutuhkan waktu yang cukup dalam
pembelajaran IPS. Serta lebih lagi sensasi atau tantangan yang dipelajari
bukan hanya hubungan teori saja tetapi perlu pengamalan dalam hubungan
sesama manusia.
40
Adapun yang tantangan yang dirasakan para peseta didik terkait
penerapan pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain, di dalam kegiatan
diskusi kelompok ada teman kelompok yang tidak sama sekali
berpartisipasi, serta ada juga yang malas kalau diberikan tanggung jawab,
contohnya mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas ataupun
diminta menanggapi pendapat kelompok yang lain. Selain itu waktu
mengajar guru yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran di kelas
langsung diskusi terhadap suatu materi tanpa memberkan pengantar dan
motivasi terlebih dahulu dan langsung diberikan tugas ataupun pekerjaan
kelompok. Sehingga membuat peserta didik gagap dalam memahami suatu
materi, karena tanpa pemanasan atau pengantar terlebih dahulu.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendekatan Sainstifik melalui Model Discovery
Learning dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ditinjau
dari Komponen Input, Proses dan Output Pembelajaran di MI
Darussalaam Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang
1. Komponen Input Pembelajaran
Tanggapan peneliti setelah menelaah realitas terkait dengan hasil
penelitian, adalah: Pertama, dengan adanya silabus maka akan memudahkan
untuk membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
setiap mata pelajaran karena merupakan acuan utama bagi seorang guru atau
tenaga pendidik, olehnya itu sangat urgen untuk dimiliki khususnya guru IPS
disekolah tersebut. Kedua, Setiap guru disekolah manapun ia berada ia wajib
memiliki dan menyusun RPP mata pelajaran yang diampunya pengembangan
RPP dalam hemat peneliti itu dilakukan diawal tahun pembelajaran atau awal
semester ganjil itu dapat dilakukan baik secara mandiri maupun kelompok
KKG khususnya IPS sebagaimana yang telah dilakukan oleh guru mata
pelajaran IPS di MI Darussalaam Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang.
Ketiga, Tujuan pembelajaran, merupakan hal yang substansial untuk dicapai
dalam setiap pembelajaran, olehnya itu memuat indikator yang ingin dicapai,
mencakup kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan
dengan kompetensi inti yang penjadi pokok dalam mata pelajaran IPS, guru
harus mampu menyesuaikannya dengan peserta didik agar mampu tercapai
dalam pembelajaran dikelas. Keempat, pada aspek metode pembelajaran guru
42
harus mampu membaca bagaimana karakteristik peserta didik atau siswanya
agar mamapu merancang metode yang tepat untuk siswanya materi yang
disampaikan atau disajikan oleh guru dapat diterima dengan baik. Hemat
peneliti, disini sangat dibutuhkan kompetensi pedagogik dari tenaga pendidik.
Kelima, Media, alat dan sumber pembelajaran, menurut peneliti idealnya
ketiga aspek tersebut merupakan kebutuhan primer bagi pendidik atau peserta
didik untuk membantu telaksananya proses pembelajaran dengan baik di
kelas, akan tetapi juga harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang
akan diajarkan.
Sebagai kesimpulan dari peneliti terkait komponen input pembelajaran
dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut bahwa a) Guru atau
tenaga pendidik untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki
pendapat yang sama dalam uraian komponen input pembelajaran, penulis
tidak menjumpai perbedaaan persepsi diantara keduanya ini disebabkan
karena perumusan perangkat pembelajaran dilakukan secara besama-sama
melalui KKG (Kelompok Kerja Guru Mapel IPS). b) Aspek pengetahuan
guru tentang pendekatan saintifik secara menyeluruh dinilai sudah cukup
meski para guru mengerti kerangka dasar dari pendekatan saintifik seperti
orientasi kurikulum yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik
maupun kedudukan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. c)
Keberhasilan pembelajaran IPS juga bisa dilihat dari metode pembelajaran
yang digunakan. Apakah guru IPS dalam mengkomunikasikan materi
pembelajaran menggunakan multi metode. Artinya, materi pembelajaran
43
disampaikan dengan beberapa metode yang berbeda atau disebut metode
campuran sehingga siswa tidak bosan dan jenuh dengan pembelajaran yang
mereka ikuti. Tidaklah tepat bila satu pokok bahasan disampaikan dengan
hanya menggunakan metode ceramah. Tetapi idealnya adalah metode
campuran antara ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi kelompok.
2. Komponen Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian peneliti berpendapat, bahwa:
a. Stimulation, dalam kegiatan ini seorang guru atau tenaga pendidik
ditutut pandai mengambil atau mengalihkan perhatian peserta
didiknya untuk fokus dalam kegiatan mengamati. Guru harus mampu
menyajikan atau mempresentasikan materinya agar lebih menarik
sebaiknya menggunakan media pembelajaran utamanya laptop dan
LCD dalam menampilkan gambar atau visual. Selain itu literature
atau buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran sangat
urgen untuk dimiliki oleh seorang guru utamanya peserta didik agar
mampu menunjang proses pembelajarannya. Feed back dari
stimulation yaitu menggugah peserta didik agar mampu menangkap
materi yang disajikan oleh guru. Analisis peneliti setelah melihat hasil
wawancara dan observasi di atas, maka guru masih perlu mengasah
kemampuan verbalnya agar peserta didik dapat mengerti apa yang
disajikan oleh gurunya.
b. Problem statement, dalam kegiatan ini maksud yang ingin dicapai
setelah terjadi proses transformasi pengetahuan di kelas melalui
44
kegiatan stimulation yaitu peserta didik menanggapi materi yang telah
disajikan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dianggap sudah untuk di mengerti oleh peserta didik. Keberhasilan
guru dalam memberikan stimulation itu akan tergambarkan dengan
bagaimana respons peserta didiknya. Jika yang terjadi adalah
sebaliknya maka respons peserta didik akan biasa-biasa saja, itu
disebabkan pembelajaran dianggap kurang menarik perhatian peserta
didik. Dari data wawancara dan observasi dalam penelitian ini,
memberikan gambaran bahwa pada aspek ini belum berjalan dengan
maksimal, itu dilihat dari keaktifan peserta didik dalam memberikan
tanggapan. Olehnya itu dalam hemat penulis, langkah solutif yang
mesti dilakukan oleh tenaga pendidik yakni membantu peserta
didiknya untuk bertanya, atau berkomentar ini bermanfaat agar
kedepannya peserta didik akan berani bertanya. Masalah yang sering
kita jumpai yakni kurang tanggapnya peserta didik dalam bertanya
atau memberikan komentarnya. Selanjutnya guru perlu mendampingi
siswanya, agar rasa ingin tahunya dapat terlihat serta peserta didik
mampu berpikir kritis.
c. Data Collection, kegiatan mengumpulkan data dari berbagai sumber
pembelajaran atau literatur hal yang cukup penting dalam setiap
proses pembelajaran. Aspek ini mengasah kemampuan berpikir atau
menalar peserta didik. Dalam wawancara dan observasi penelitian ini,
masih belum maksimal. Selain dari masih kurangnya ketersediaan
45
literatur atau buku paket yang masih minim juga tampak pada
aktivitas peserta didik yang kurang aktif. Menurut peneliti,
kemampuan siswa atau peserta didik yang belum merata tentu
mempengaruhi pada aspek ini. Olehnya itu, guru masih perlu bekerja
secara maksimal membimbing siswa agar, siswa dapat bersama-sama
atau ikut terlibat dalam mengumpulkan data-data yang dianggap
sebagai masalah. Kita tidak menginginkan ada peserta didik yang
hanya menonton temannya yang lain belajar, atau tidak tahu apa yang
mereka mesti lakukan.
d. Data Processing, pada kegiatan ini idealnya peserta didik harus
bekerja sama secara aktif untuk melakukan diskusi di internal
kelompoknya. Peserta didik harus mencatat informasi-informasi yang
diperolehnya dari buku atau literature yang digunakannya. Interaksi
antar sesama anggota kelompok diperlukan agar untuk menyatukan
persepsi atau informasi, kalaupun terjadi perbedaan maka diperlukan
kemampuan problem solving yang dihadapinya. Aspek ini ingin
melihat bagaimana nilai-nilai demokrasi antara sesama kelompok
dapat terbangun, dengan menghargai pendapat sesama anggota
kelompok. Tenaga pendidik harus aktif mengontrol bagaimana
keadaan peserta didiknya tahapan demi tahapan, karena ini berkaitan
dengan kegiatan ilmiah atau saintifik maka perlu dilihat secara
menyeluruh. Siswa masih perlu didampingi karena kondisi atau
kemampuan berpikir peserta didik yang masih belum memadai.
46
e. Verification, Tahap verifikasi menurut peneliti sama halnya
melakukan validasi data yaitu mengecek kembali kebenaran data atau
temuan peserta didik dari sumber-sumber yang digunakan. Peserta
didik diarahkan agar betul-betul teliti dalam memberikan kesimpulan
atau jawabannya.
f. Generalization, tahapan akhir ini menurut hemat peneliti kemampuan
verbal peserta didik atau siswa akan dapat di lihat dimana hasil
catatan-catatan peserta didik akan dipresentasikan oleh masing-masing
kelompok. Menurut peneliti, guru harus mampu mengatur jalannya
kegiatan mengkomunikasin tersebut, guru juga perlu mengkonfirmasi
kebenaran pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik selain itu ia
juga perlu meluruskan jika terjadi perbedaan pendapat antar kelompok
atau siswa. Kemampuan guru sebagai fasilitator harus lebih baik, dan
tidak membiarkan diskusi berjalan tanpa arah yang jelas tetapi perlu
dibatasi mengingat durasi waktu proses pembelajaran yang ada. Siswa
yang aktif dan berani mengemukakan gagasan atau pendapatnya
secara ilmiah tentu akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa
yang masih mempunyai rasa takut dan kurang percaya diri akan
terlatih sehingga menjadi pribadi yang mandiri dan pribadi yang bisa
dipercaya. Semua kegiatan pembelajaran akan kembali kepada
pencapaian ranah pembelajaran yaitu ranah sikap, ranah kognitif dan
ranah keterampilan.
47
Secara garis besar peneliti memberikan kesimpulan bahwa dalam
kegiatan proses pembelajaran sebagaimana komponen proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial yang sudah panjang lebar peneliti uraikan diatas
belum berjalan secara maksimal dan efektif. Rekomendasi peneliti guru atau
tenaga pendidik perlu melakukan evaluasi terkait proses pembelajarannya
dalam menggunakan pendekatan saintifik dengan model Discovery Learning.
Kompetensi profesional dan pedagogik agar terus diatas agar muatan
kurikulum 2013 dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
3. Komponen Output Pembelajaran
Melihat hasil penelitian, pendapat peneliti adalah sebagai berikut:
a. Dalam penilaian kompetensi sikap, idealnya tenaga pendidik atau guru
melakukan penilaian melalui observasi, penilaian diri (self
assessment), penilaian teman sejawat atau antar peserta didik (peer
assessment), dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi,
penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah lembar
pengamatan berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating
scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik. Dalam hemat peneliti, harus konsisten menerapkan aturan
yang ada sesuai dengan kurikulum 2013 khususnya dalam melakukan
penilaian sikap atau afektif peserta didik dalam belajar.
b. Dalam penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif peserta didik,
idealnya dilaksanakan menggunakan 3 cara, yaitu: 1) Tes tertulis
merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk tulisan
48
yang direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi
tentang kemampuan peserta tes. Tes tulis menuntut adanya respon dari
peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan
yang dimilikinya. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian,
jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen
uraian dilengkapi pedoman penskoran. Bentuk soal yang sering
digunakan di MI adalah pilihan ganda dan esay. Butir soal pilihan
ganda terdiri atas pokok soal dan pilihan jawaban. 2) Tes lisan
merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawabnya secara lisan. Instrumen tes lisan disiapkan oleh pendidik
berupa daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam
bentuk tanya jawab dengan peserta didik. 3) Penugasan berupa tugas
pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas. Ini harus diterapkan dengan baik
oleh tenaga pendidik atau guru dalam mengukur kognitif peserta
didiknya.
c. Dalam penilaian kompetensi keterampilan, idealnya pendidik menilai
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan
tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.
49
Adapun kesimpulan peneliti setelah menganalisa data wawancara dan
observasi yang digunakan oleh peneliti dilokasi penelitian, bahwa
implementasi penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di MI Darussalaam telah dilaksanakan. Namun,
belum berjalan dengan maksimal sebab masih terdapat beberapa indikator
penilaian yang belum terlaksana. Guru diharapkan melakukan evaluasi terkait
dengan komponen penilaian agar guru dapat mengetahui mana
kekurangannya kemudian melakukan perbaikan agar muatan kurikulum 2013
tentang standar penilaian harus betul-betul berjalan secara komprehensif, guru
tidak boleh apatis dalam hal ini. Walaupun data sebelumnya guru mengakui
bahwa terdapat kesulitan khususnya melakukan penilaian dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di MI Darussalaam Reksosari.
B. Peluang dan Tantangan pendekatan sanstifik melalui model
discovery learning dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
terhadap pendidik dan peserta didik di MI Darussalaam Reksosari
Kec. Suruh Kab. Semarang
1. Peluang pendekatan sainstifik melalui model discovery learning
dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terhadap pendidik
dan peserta didik
Peluang Discovery learning (pembelajaran penemuan) yaitu
memungkinkan siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas
saat mereka berhadapan dengan informasi-informasi baru. Pertama, siswa
akan memanipulasi dan berbuat sesuatu terhadap bahan-bahan; kedua,
mereka akan membentuk gambar-gambar saat mereka mencatat ciri-ciri
khusus dan ketiga, melakukan observasi. Karena siswa mengalami ketiga
tahap tersebut di atas, maka peserta didik akan memperoleh pemahaman
50
yang lebih mendalam tentang suatu topik. Saat siswa termotivasi dan
benar-benar berpartisipasi di dalam proyek penemuan (discovery project),
pembelajaran penemuan atau discovery learning akan membawa pada
proses belajar yang sangat baik.
Penulis berkesimpulan bahwa pada akhirnya pendidik maupun peserta
didik merasa senang dan terbantu dalam proses pembelajaran. Dimana
peserta didik mudah melaksanakan dan memahami pembelajaran dengan
baik, serta pendidik atau guru terbantu dengan model penemuan tersebut
dengan perkembangan peserta didiknya dalam pembelajaran di kelas
tentunya ditunjang dengan fasilitas atau sumber daya yang tersedia yang
diikuti dengan pencapain prestasi peserta didiknya khususnya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di MI Darussalaam Reksosari
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
2. Tantangan pendekatan sainstifik melalui model discovery learning
dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial terhadap pendidik
dan peserta didik
Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi
bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi. Agar pada situasi pembelajaran
penemuan didapatkan benefit, siswa harus mempunyai pengetahuan dasar
tentang masalah yang akan dipelajari dan tahu bagaimana mengaplikasikan
strategi-strategi pemecahan masalah.
51
Tanpa pengetahuan dan keterampilan-keterampilan ini, mereka bisa
saja mudah menyerah dan frustasi. Bukannya memperoleh pelajaran dari
bahan-bahan tersebut, mereka justru akan bermain-main dengannya.
Sedikit siswa yang brilian mungkin akan memperoleh penemuan-
penemuan, sementara kebanyakan yang lainnya akan kehilangan minat dan
menunggu secara pasif terhadap orang lain yang mungkin akan
menyelesaikan proyek penemuan itu. Memperoleh keuntungan dari
penjelasan guru yang terorganisasi dengan baik, justru peserta didik yang
tak berhasil memperoleh penemuan ini akan mendapatkan penjelasan yang
keliru dari dari peserta didik yang tak dapat mengkomunikasikan apa yang
telah mereka temukan dengan bahasa yang tepat.
Model pembelajaran discovery learning ini mempunyai tantangan
tersendiri yaitu tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang
terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan
guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Pembelajaran penemuan (discovery learning) memberikan tantangan
bahwa pembelajaran penemuan tidak efektif dan terlalu sulit untuk
diorganisasikan. Pendapat ini tentunya akan sangat tepat bila guru
berhadapan dengan peserat didik dengan kemampuan rendah. Discovery
learning mungkin tidak tepat untuk mereka karena meminta terlalu
banyak, sementara peserta didik tidak atau kurang memiliki latar belakang
52
pengetahuan yang cukup dan keterampilan-keterampilan pemecahan
masalah yang diperlukan untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan
discovery learning. Banyak hasil penelitian justru menunjukkan bahwa
model pembelajaran penemuan (discovery learning) tidak efektif dan
bahkan melemahkan pada anak-anak berkemampuan rendah.
Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Agar lebih memudahkan untuk mengetahui mana peluang dan
tantangan dari pendekatan saintifik model discovery learning dapat kita
lihat tabel di bawah, sebagai berikut:
Tabel 4.1
No.
Peluang Dan Tantangan Pendekatan Saintifik
Melalui Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran
Peluang Tantangan
1.
Siswa dapat berpartisi aktif dalam
pembelajaran yang disajikan.
Untuk seorang guru atau pendidik, ini
bukan pekerjaan yang mudah karena itu
guru memerlukan waktu yang banyak,
dan sering kali guru merasa belum puas
kalau tidak banyak memberikan
motivasi dan membimbing peserta
didiknya dengan baik.
2.
Menumbuhkan sekaligus
menanamkan sikap inquiry
(mencari-temukan).
Menyita pekerjaan guru.
3.
Mendukung kemampuan problem
solving siswa.
Tidak semua peserta didik mampu
melakukan penemuan.
4.
Memberikan wahana interaksi
antarsiswa, maupun siswa dan
guru, dengan demikian siswa juga
terlatih untuk menggunakan
bahasa indonesia yang baik dan
benar.
Tidak berlaku untuk semua topik.
53
5.
Materi yang dipelajari dapat
mencapai tingkat kemampuan
yang lebih tinggi dan lebih lama
membekas karena siswa
dilibatkan dalam proses
penemuan.
Berkenaan dengan waktu, strategi
discovery learning membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada ekspositori.
6.
Pengetahuan bertahan lama dan
mudah diingat.
Kemampuan berpikir rasional peserta
didik masih terbatas.
7.
Meningkatkan kemampuan
penalaran siswa dan kemampuan
berfikir bebas.
Faktor budaya atau kebiasaan yang
masih menggunakan pola pembelajaran
lama.
8.
Melatih keterampilanketerampilan
kognitif siswa untuk menemukan
dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain.
Tidak semua peserta didik dapat
mengikuti pelajaran ini dengan baik,
karena peserta didik umumnya masih
membutuhkan bimbingan guru.
9.
Hasil belajar discovery
mempunyai efek transfer yang
lebih baik daripada hasil lainnya.
Tidak semua topik cocok disampaikan
dengan model pembelajaran ini,
umumnya, topik-topik yang
berhubungan dengan prinsip dapat
dikembangkan dengan model penemuan.
10.
Siswa termotivasi dan benarbenar
berpartisipasi di dalam proyek
penemuan (discovery project),
pembelajaran penemuan atau
discovery learning akan
membawa pada proses belajar
yang sangat baik.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menelaah teori dan menganalisa hasil penelitian tentang
implementasi pendekatan saintifik melalui model discovery learning pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta kelebihan dan kekurangan
pendekatan sainstifik melalui model discovery learning di MI Darussalaam
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Implementasi pendekatan sainstifik melalui model discovery learning pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dapat dilihat dari tiga komponen,
yaitu komponen input, proses dan output pembelajaran. Pertama,
komponen input atau persiapan pembelajaran terdiri dari silabus
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran dan media, alat serta sumber
pembelajaran merupakan bagian integral untuk penerapan pendekatan
saintifik tersebut. Komponen tersebut telah menjadi rujukan bagi pendidik
untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran dalam kelas
menggunakan model discovery learning karena memberikan gambaran
situasi terkait persiapan pendidik. Menurut penilaian peneliti bahwa
penyusunan komponen input sudah cukup bagus untuk dijadikan sebagai
acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran; Kedua, komponen
55
proses atau pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan mengamati melalui
stimulation, kegiatan menanya melalui problem statement, kegiatan
menalar melalui data collection, kegiatan mengasosiasi melalui data
processing dan verification serta kegiatan mengkomunikasikan melalui
generalization. Pada sisi ini berdasarkan penilaian bahwa pendidik telah
melakukan aktivitas proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik melalui model discovery learning pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial, namun belum dilaksanakan secara maksimal
karena masih ditemukan pendidik yang tidak mengimplementasikan
sebagian tahapan dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas; Ketiga,
komponen output atau penilaian, yang terdiri dari atas penilaian sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan penelusuran yang ditemukan
bahwa penilaian sikap dan pengetahuan telah berjalan baik, artinya
kompetensi yang ingin dicapai telah terpenuhi hampir semua peserta didik
memiliki nilai yang tinggi dengan predikat tuntas dan sesuai dengan
harapan guru atau pendidik, namun dilihat dari segi penilaian keterampilan
belum mampu terpenuhi secara baik. Ini disebabkan karena indikator
penilaian keterampilan tidak digunakan secara baik oleh guru atau
pendidik, yang terlihat baru tes praktik. Artinya bahwa kesempurnaan dari
penilaian keterampilan belum dilaksanakan secara maksimal, seperti
projek dan portofolio belum dilakukan secara baik.
2. Dalam implementasi pendekatan sainstifik melalui model discovery
learning tersebut ditemukan beberapa peluang dan tantangan yang
56
mempengaruhi aktivitas pembelajaran di kelas. Pertama, dilihat dari segi
peluangnya yaitu; 1) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-
sama aktif mengeluarkan pendapat-pendapat dalam ruangan; 2)
Meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan kemampuan berfikir
bebas; 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, praktis, mudah dalam
pelaksanaan dan tindak lanjutnya. Sedangkan kedua dari segi tantangannya
adalah; 1) Menyita banyak waktu, pendidik dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,
motivator dan pembimbing peserta didik dalam belajar. Untuk seorang
guru atau pendidik, ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru
memerlukan waktu yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas
kalau tidak banyak memberikan motivasi dan membimbing peserta
didiknya dengan baik; 2) Menyita pekerjaan guru; 3) Tidak semua peserta
didik mampu melakukan penemuan; 4) Tidak berlaku untuk semua topik;
5) Berkenaan dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan
waktu yang lebih lama; 6) Kemampuan berpikir rasional peserta didik
masih terbatas; 7) Faktor budaya atau kebiasaan yang masih menggunakan
pola pembelajaran lama.
B. Saran
Berangkat dari hasil penelitian tesis ini, penulis memberikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu adanya pembinaan dan pemberian bimbingan secara berkelanjutan
bagi guru Ilmu Pengetahuan Sosial baik melalui kegiatan Kelompok Kerja
57
Guru Mapel (KKG), agar dapat mengembangkan model discovery
learning serta model pembelajaran lainnya sebagaimana rekomendasi
kurikulum 2013. Baik dari segi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran peserta didik agar dapat berjalan dengan efektif
dan sistematis.
2. Seorang pendidik mesti melakukan berbagai upaya agar tercipta
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dan berorientasi
pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik
khususnya pada mata pelajaran IPS, kondisi tersebut dapat dijadikan
sebagai langkah-langkah solutif guna menyelesaikan berbagai
permasalahan yang di alami oleh para pendidik.
3. Sarana dan prasana sekolah merupakan indikator penting demi
terselenggaranya suasana pembelajaran yang berkualitas agar peningkatan
mutu sumber daya baik pendidik, tenaga kependidikan serta peserta didik
dapat terlaksana secara simultan dan sistemik.
4. Penelitian ini masih tergolong sederhana jika dilihat dari segi ruang
lingkupnya karena menekankan implementasi pendekatan saintifik dalam
model discovery learning oleh guru ilmu pengetahuan sosial, maka untuk
kedepannya agar penelitian berikutnya dapat lebih difokukan pada model
pengembangan model pembelajarannya, berdasarkan rekomendasi
kurikulum 2013.
5. Secara umum temuan penelitian ini dapat memberi dukungan terhadap
hasil penelitian yang sejenis yang telah diadakan sebelumnya dan
58
sekaligus untuk memperkaya hasil penelitian perihal penerapan
pendekatan saintifik dan model pembelajarannya.
Begitupun dengan penyusunan tesis ini, penulis menyadari masih terdapat
beberapa kesalahan atau kekeliruan baik dari segi analisis, penggunaan
literatur dan metodologi penulisannya. Oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang membangun dalam rangka penyusunan karya
tulis ilmiah selanjutnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Refika Aditama, 2014.
Alma, Buchari, dkk. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010.
Amin, Masrariah., “Discovery Learning Approach In Improving Arabic Ability
Of Pre-Service Teachers In Religious Training Centre Of Makassar”,
Journal of The Association for Arabic and English (2017): 32-44.
Anastika Dewi, Anastasia Endah, dan Mukminan, “Implementasi Pendekatan
Saintifik Dalam Pembelajaran IPS Di Middle Grade SD Tumbuh 3 Kota
Yogyakarta”, Jurnal Prima Edukasia (Januari 2016): 20–31.
Arends, Richard. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cet. XIV.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Astuti, & Esti Ariani. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari
Press, 2009.
Dayanti, Astri, “Pengembangan Sikap Toleran Terhadap Perbedaan Pendapat
Siswa Melalui Discovery Learning Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian
Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 44 Bandung)”,
International Journal Pedagogy of Social Studies (2017): 60-75.
Fadillah, M. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Faisal, Sanafiah. Metodologi Penelitian Sosial. Cet.I. Jakarta: Erlangga, 2001.
60
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhada. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama, 2009.
Hasan, Hamid S. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dinas Pendidikan Tinggi
Nasional, 1996.
Henukh, Febriana Marthin, “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran IPA Di SDN Cepit, Bantul”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (Tahun 2016): 449–455.
Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajan Abad 21;
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2014.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 SMP Bahasa Inggris. Jakarta: Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
Kristin, Firosalia, dan Dwi Rahayu, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD”,
Scholaria (Januari 2016): 84–92.
Kurniasih, Imas, & Berlin Sani. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013:
Memahami Berbagai Aspek Terdalam Kurikulum. Cet. II. Surabaya: Kata
Pena, 2014.
Magnusson, Shirley, Krajcik, Joseph & Borko, Hilda, “Nature, Sources, And
Development Of Pedagogical Content Knowledge For Science Teaching”,
Examining Pedagogical Content Knowledge (2017): 95-132.
Margono, S. Metologi Penelitian Pendidikan. Cet. II. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian. Cet. XXVIII. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Musfiqon, HM, & Nurdyansyah. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Cetakan
pertama. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2015.
61
Nawawi, Hadari, & Martini Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Pontianak: Gajah Mada University Press, 2006.
Rahman, Mardia Hi, “Using Discovery Learning to Encourage Creative
Thinking”, International Journal of Social Sciences & Educational Studies
(Oktober 2017): 98-103.
Rasimin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif . Jogjakarta: Mitra
Cendikia, 2011.
Rasimin. Antropologi Pendidikan Pendekatan Sosial Budaya. Salatiga: STAIN
Salatiga Press, 2014.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Prenanda
Media Group, 2007.
Rudyanto, Hendra Erik, “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”,
Premiere Educandum (Juni 2014): 41–48.
Subqi, Imam, “Pemanfaatan Pusat Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar”, Jurnal Dinamika Teknologi Pendidikan (Tahun 2016): 88-98.
Subqi, Imam, “ Pola Komunikasi Keagamaan dalam Membentuk Kepribadian
Anak”, Jurnal Inject INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication)
(Desember 2016): 165-180.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
62
Sutrisno, Joko. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains
terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: Erlangga, 2008.
Temple, Stephen, “A Bio-Experiential Model For Learning Creative Design
Practices That Supports Transformative Development In Beginning Design
Students”, Archet-IJAR (2010): 116-138.
Tjipto S, Waspodo, & Ina Azariya Yupita, “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar”,
JPGSD (Tahun 2013): 1–10.
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
PEDOMAN OBSERVASI
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning dalam
Mata Pelajaran IPS di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Jam :
Identitas Peneliti
Nama :
NIM :
Lokasi Penelitian :
Komponen Input
No. Komponen Indikator
Yang diamati Hasil
1.
Silabus
Pembelajaran
Memuat kompetensi
inti
Materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Penilaian
Alokasi waktu, dan
sumber belajar
2.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Memuat kompetensi
inti terdiri dari KI 1,
KI 2, KI 3 & KI 4
Kompetensi dasar dan
indikator
Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Penilaian
3.
Tujuan
Pembelajaran
Memuat kesesuaian
dengan indikator
Mencakup kompetensi
pengetahuan,
keterampilan, dan
sikap
4.
Metode
pembelajaran
Memuat Model
Discovery Learning
Ceramah, Diskusi,
Tanya Jawab,
Demonstrasi/Praktik
5.
Media, alat
dan sumber
pembelajaran
Memanfaatkan media
pembelajaran yang
bervariasi (baik
sederhana maupun
canggih/multimedia)
Sesuai dengan materi
pembelajaran dan
pendekatan
pembelajaran scientific
serta Sesuai dengan
karakteristik peserta
didik.
Menggunakan buku
teks pelajaran dari
pemerintah
Memanfaatkan
lingkungan alam dan
sosial
Komponen Proses Pembelajaran
No. Komponen Indikator
yang diamati Hasil
1.
Stimulation
Memotivasi dan
merangsang peserta
didik untuk berpikir
Menyajikan materi
dengan memanfaatkan
media pembelajaran
Mengaitkan materi
dengan lingkungan
sekitar
Memfasilitasi peserta
didik untuk mengamati
2.
Problem
Statement
Mengajak peserta
didik untuk menanya
Peserta didik
mengidentifikasi
masalah yang
ditemukan
Peserta didik aktif
bertanya
3.
Data
Collection
Peserta didik
mengumpulkan data
melalui sumber
pelajaran (buku,
majalah, internet dan
lain-lain), sehingga
pengumpulan data
bersifat variatif
Peserta didik
bekerjasama dengan
baik dalam kegiatan
ini
4.
Data
Processing
Peserta didik dalam
kelompoknya
berdiskusi untuk
mengolah data hasil
dari pengolahan data.
Peserta didik
menganalisis dan
menghubungkan data-
data yang
diperolehnya.
5.
Verification
Setiap kelompok
melakukan konfirmasi
dengan kelompok lain
yaitu melalui
presentasi setiap
kelompok
Peserta didik
mengkomunikasikan
hasil temuannya atas
masalah yang telah
dipecahkan.
6.
Generalization
Peserta didik
memberikan
kesimpulan melalui
kegiatan
mengkomunikasikan
Guru meluruskan
kesalahan atas
kesimpulan peserta
didik.
Terdapat laporan
tertulis dari peserta
didik.
Komponen Output
No. Komponen Indikator
yang diamati Hasil
1.
Penilaian
kompetensi
sikap
d. Terlaksananya penilaian
sikap selama proses
pembelajaran dengan
teknik observasi dan
jurnal.
e. Instrumen penilaian sikap
yang digunakan sesuai
dengan kaidah.
f. Terdokumentasikannya
hasil penilaian
kompetensi sikap.
2.
Penilaian
pengetahuan
e. Terlaksananya penilaian
pengetahuan dengan tes
lisan, tes tulis, dan
penugasan.
f. Instrumen penilaian yang
digunakan sesuai dengan
kaidah.
g. Tersedia rubrik penilaian
untuk masing-masing
instrument.
h. Terdokumentasikann ya
hasil penilaian
penguasaan pengetahuan.
3.
Penilaian
keterampilan
e. Terlaksananya penilaian
keterampilan dengan
praktik, projek, dan
portofolio.
f. Instrumen penilaian yang
digunakan sesuai dengan
kaidah.
g. Tersedia rubrik penilaian
untuk masing-masing
instrument.
h. Terdokumentasikann ya
hasil penilaian
keterampilan.
Komentar
Suruh, 2018
Peneliti
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PENDIDIK
A. Petunjuk Pengisian Instrumen Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dirancang untuk menggali informasi seputar
implementasi pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam
mata pelajaran IPS serta mengungkapkan tantangan dan peluang pendekatan
saintifik melalui model discovery learning terhadap pendidik dan peserta didik
di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang
ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output pembelajaran. Pengisian
dilakukan oleh peneliti yang dikondisikan dengan keadaan setempat.
B. Pedoman Wawancara
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output
pembelajaran serta peluang dan tantangan Pendekatan Saintifik melalui Model
Discovery Learning dalam Mata Pelajaran IPS bagi pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran.
No. Pertanyaan Jawaban
Komponen Input
1.
Bagaimana kesiapan Bapak/Ibu dalam
mengajarkan mata pelajaran IPS menggunakan
pendekatan saintifik?
2.
Apakah penyusunan RPP IPS dilakukan sendiri
atau menyusun bersama (kelompok) guru mata
pelajaran pada satuan pendidikan Bapak/Ibu?
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam merumuskan
tujuan pembelajaran?
4. Apakah Bapak/Ibu menggunakan sumber
belajar, dan media pembelajaran?
5.
Dalam melakukan pembelajaran di kelas,
apakah Bapak/Ibu menggunakan model
pembelajaran? Bila ya, model pembelajaran apa
yang Bapak/Ibu terapkan?
6.
Apa target pembelajaran yang ibu/bapak
inginkan dengan menerapkan model discovery
learning?
Komponen Proses/ Pelaksanaan Pembelajaran
1.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan pada saat kegiatan
pendahuluan pelaksanaan pembelajaran yang
menunjang terlaksananya pembelajaran?
2. Menurut bapak/ibu apa metode yang digunakan
dalam pembelajaran IPS?
3.
Bagaimana respons peserta didik dalam
kegiatan mengamati melalui stimulation
(pemberian rangsangan)?
4.
Bagaimana respons peserta didik dalam
kegiatan menanya melalui problem statement
(mengidentifikasi masalah)?
5.
Bagaimana respons peserta didik dalam
kegiatan mengumpulkan data melalui data
collection?
6.
Bagaimana respons peserta didik dalam
kegiatan mengasosiasi melalui data processing
dan verification?
7.
Bagaimana respons peserta didik dalam
kegiatan mengkomunikasikan melalui
generalization?
8.
Menurut Bapak/Ibu, apakah alokasi waktu yang
tersedia sudah cukup banyak untuk menerapkan
model discovery learning dalam pembelajaran?
Komponen Output/ Penilaian Pembelajaran
1. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan penilaian
setiap pertemuan?
2. Bagaimana bentuk penilaian yang bapak/ibu
lakukan dalam pembelajaran dikelas?
3.
Bagaimana hasil belajar peserta didik dalam
kegiatan evaluasi atau penilaian selama
pembelajaran berlangsung dalam kelas, dilihat
dari kognitif, afektif dan psikomotor peserta
didik?
Tantangan dan peluang
1.
Menurut bapak/ibu, apakah peluang dari
pendekatan saintifik melalui model discovery
learning selama pembelajaran pendidikan IPS
berlangsung dalam kelas?
2.
Menurut bapak/ibu, apakah tantangan dari
pendekatan saintifik melalui model discovery
learning selama pembelajaran pendidikan IPS
berlangsung dalam kelas?
Suruh, 2018
Peneliti
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK
A. Petunjuk Pengisian Instrumen Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dirancang untuk menggali informasi seputar
implementasi pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam
mata pelajaran IPS serta mengungkapkan tantangan dan peluang pendekatan
saintifik melalui model discovery learning terhadap pendidik dan peserta didik
di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang
ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output pembelajaran. Pengisian
dilakukan oleh peneliti yang dikondisikan dengan keadaan setempat.
B. Pedoman Wawancara
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output
pembelajaran serta peluang dan tantangan Pendekatan Saintifik melalui Model
Discovery Learning dalam Mata Pelajaran IPS bagi pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah adik tahu sebelumnya, kalau di
sekolah ini sudah digunakan pendekatan
saintifik dalam mata pelajaran IPS di kelas?
2. Bagaimana pendapat adik tentang cara belajar
cara belajar dengan pendekatan saintifik?
Apakah menyenangkan atau tidak?
3. Menurut adik, Apakah dalam kegiatan
pembelajaran, Ibu/Bapak guru menggunakan
model belajar yang bervariasi?
4.
Menurut adik, selain menggunakan buku
sebagai media pembelajaran, apakah ada
media lain yang dipergunakan oleh Bapak/ibu
guru pada saat kegiatan pembelajaran
misalnya LCD dan lain sebagainya. Pernah
atau tidak?
5.
Menurut adik, setelah kegiatan belajar selasai
apakah Ibu/Bapak sering memberikan tugas?
Seperti apa itu tugas yang diberikan? Bisa
dijelaskan..!
6.
Menurut penglihatan adik, apakah di setiap
kali pertumuan belajar, Bapak/Ibu guru selalu
melakukan proses penilaian? Khususnya mata
pelajaran IPS.
7. Menurut adik apakah guru dapat
melaksanakan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran dikelas (khususnya Guru IPS)?
8.
Menurut anda, apa hambatan yang ditemui
selama guru menerapkan model discovery
learning dalam pembelajaran?
9.
Apakah adik puas dengan penilaian guru IPS
terhadap hasil belajarnya dengan
menggunakan saintifik melalui model
discovery learning?
10
Menurut adik, apakah peluang dari
pendekatan saintifik model discovery
learning selama pembelajaran pendidikan IPS
berlangsung dalam kelas?
11.
Menurut adik, apakah tantangan dari
pendekatan saintifik model discovery
learning selama pembelajaran pendidikan IPS
berlangsung dalam kelas?
Suruh, 2018
Peneliti
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA SEKOLAH
BIDANG KURIKULUM
A. Petunjuk Pengisian Instrumen Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dirancang untuk menggali informasi seputar
implementasi pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam
mata pelajaran IPS serta mengungkapkan tantangan dan peluang pendekatan
saintifik melalui model discovery learning terhadap pendidik dan peserta didik
di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang
ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output pembelajaran. Pengisian
dilakukan oleh peneliti yang dikondisikan dengan keadaan setempat.
B. Pedoman Wawancara
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output
pembelajaran serta peluang dan tantangan Pendekatan Saintifik melalui Model
Discovery Learning dalam Mata Pelajaran IPS bagi pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran.
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana sosialisasi penerapan
pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013
yang dilakukan oleh sekolah?
2.
Bagaimana tanggapan bapak tentang
penerapan pendekatan saintifik dalam
kurikulum 2013 di MI Darussalaam
Reksosari?
3.
Bagaimana keadaan sarana dan prasarana di
MI Darussalaam Reksosari dalam
mendukung penerapan pendekatan saintifik?
4. Apa faktor peluang terlaksananya
pendekatan saintifik dalam pembelajaran?
5.
Apakah terdapat tantangan yang bapak
temui dalam menggunakan pendekatan
saintifik?
Suruh, 2018
Peneliti
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
A. Petunjuk Pengisian Instrumen Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dirancang untuk menggali informasi seputar
implementasi pendekatan saintifik melalui model discovery learning dalam
mata pelajaran IPS serta mengungkapkan tantangan dan peluang pendekatan
saintifik melalui model discovery learning terhadap pendidik dan peserta didik
di MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, yang
ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output pembelajaran. Pengisian
dilakukan oleh peneliti yang dikondisikan dengan keadaan setempat.
B. Pedoman Wawancara
Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning
dalam Mata Pelajaran IPS ditinjau dari komponen Input, Proses dan Output
pembelajaran serta peluang dan tantangan Pendekatan Saintifik melalui Model
Discovery Learning dalam Mata Pelajaran IPS bagi pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Kapan sekolah ini mulai menerapkan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran?
2.
Apa saja persiapan pihak sekolah terkait
penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran?
3.
Bagaimana respons bapak tentang
pelaksanaan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran?
4.
Apakah guru mata pelajaran pendidikan IPS
pernah mengikuti sosialisasi pendekatan
saintifik atau kurikulum 2013?
5.
Apa upaya yang dilakukan oleh Bapak untuk
mendukung guru dalam melaksanakan
pendekatan saintifik?
Suruh, 2018
Peneliti
Muhamad Nur Ikhwan
NIM. 12020160012