eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/4843/1/209782111201112471.pdfperpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/4843/1/209782111201112471.pdfperpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP
Skripsi
Oleh :
Juli Allim IstamahNIM X2306023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP
Oleh :
Juli Allim IstamahNIM X2306023
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Jamzuri, M. PdNIP. 19521118 198103 1 002
Pembimbing II
Elvin Yusliana, S.Pd, M.PdNIP. 19770717 200501 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Rini Budiharti, M.PdNIP. 19582708 198403 2 003
( )
Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.PdNIP. 19500522 197603 1 001
( )
Anggota I : Drs. Jamzuri, M. PdNIP. 19521118 198103 1 002
( )
Anggota II : Elvin Yusliana, S.Pd, M.PdNIP. 19770717 200501 2 002
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Juli Allim Istamah. PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBASYANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWAPADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November2010.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara
penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas
yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa;
(2) perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah
pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (3) interaksi
pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat
belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 22 .
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 16
Surakarta. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, didapat dua
kelas sebagai sampel penelitian, masing-masing terdiri atas 35 siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data
menggunakan uji anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan
dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan pengaruh yang
signifikan antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan
penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika
dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang
hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-
inquiry bebas termodifikasi; (2) ada perbedaan pengaruh antara minat belajar
siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki
kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar
kategori rendah.; (3) tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
belajar discovery-inquiry dan minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif
siswa. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry sebagai metode
pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai
pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
kalor.
Kata Kunci : discovery-inqury learning, minat belajar, kemampuan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Juli Allim Istamah. PHYSICS LEARNING THROUGH GUIDED ANDMODIFIED DISCOVERY-INQUIRY METHOD PERCEIVED FROMSTUDENTS’ INTEREST IN LEARNING AT KALOR CONCEPT IN JUNIORHIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta : Teacher Training And Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, November 2010.
The research aims are to know: (1) the difference effect between using
guided ang modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at
physics learning; (2) the difference effect of interest in learning between high and
low categories students’cognitive ability at physics learning; (3) The interaction of
effect between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning
to students’ cognitive .ability at physics lerning.
This research use experimental method with 2 x 2 factorial design. The
population in this research are entire students of VII class in SMP N 16 Surakarta.
The sample is taken with cluster random sampling technique and obtained two
classes as a research sample, each classes consist of 35 students. Data collecting
use documentation, questionnaire, and test. Data analysis use anava test with
different content of cell, furthermore use double comparison of Scheffe method
with level of significance 0,05.
The result of research shows: (1) there is no a significant difference
influence between using guided and modified discovery-inquiry method to
students’ cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is given
learning with guided discovery-inquiry method obtain same cognitive ability with
the student that is given learning with modified discovery-inquiry method; (2)
there is a difference effect of interest in learning between high and low categories
students’cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is having
a interest in learning with high category having cognitive ability better than
student that having a interest in learning with low category ; (3) there is no
interaction between using discovery-inquiry method and students’ interest in
learning toward student’s cognitive ability in Physics. So between using
discovery-inquiry method as study method and students’ interest in learning level
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
give the each influences to student’s cognitive ability at kalor fundamental
concept.
Keywords: discovery-inqury learning, interest in learning, cognitive ability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du:11)
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah
selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al-
Insyirah : 6-8 )
Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan motivasi akan tumbuh jika
ada harapan. (Penulis)
Hidup optimis penuh manfaat. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Mbakku tersayang
(Nur ’Allimah Lestari
Adikku tersayang
(’Allim Awaludin Rachman)
Calon Imamku (?)
Teman-teman Cendrawasih
(Chensy Mania)
Teman-teman Fisika 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi.
6. Ibu Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi.
7. Rekan- rekan mahasiswa Fisika 2006 serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun spiritual kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan.
Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan.
Surakarta, November 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….......... i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
DAFTAR ISI …………………………………………............…………… xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………………… 6
D. Perumusan Masalah ………………………………………..... 6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….….... 6
F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 7
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESI....................... 8
A. Kajian Teori ……………………………………………..... 8
1. Hakikat Belajar …………………………………………. 8
a. Pengertian Belajar ……………………………………. 8
b. Proses belajar ……………………………....................... 9
c. Tujuan Belajar ................................................................. 11
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil
Belajar ............................................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Hakikat Fisika ...................................................................... 17
3. Metode Pembelajaran ........................................................ 18
a. Metode Discovery ............................................................ 18
b. Metode Inquiry................................................................. 20
c. Discovery-Inquiry Terbimbing......................................... 24
d. Discovery-Inquiry Bebas yang Dimodifikasi................... 25
4. Minat Belajar .................................................................... 26
a. Arti Minat Belajar ............................................................ 26
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar............ 28
c. Cara Mengetahui Minat Belajar........................................ 29
5. Kemampuan Kognitif ........................................................ 29
6. Pokok Bahasan Kalor ....................................................... 31
a. Pengertian Kalor ............................................................ 31
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor....................................... 32
c. Perubahan Wujud Zat....................................................... 32
d. Perpindahan Kalor............................................................ 34
B. Kerangka Berpikir.................................................................... 36
C. Hipotesis................................................................................... 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………......………………… 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 40
B. Metode Penelitian ................................................................... 40
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 41
D. Variabel Penelitian .................................................................. 41
1. Variabel Bebas ................................................................... 41
2. Variabel Terikat ................................................................. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 42
1. Teknik Dokumentasi........................................................... 42
2. Teknik Tes.......................................................................... 43
3. Teknik Angket.................................................................... 43
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 44
1. Instrumen Angket .............................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Validitas Angket ............................................................ 45
b. Reliabilitas Angket ........................................................ 46
2. Instrumen Tes .................................................................... 47
a. Daya Pembeda Item ....................................................... 48
b. Derajat Kesukaran.......................................................... 50
c. Fungsi Distraktor............................................................ 51
d. Reliabilitas ..................................................................... 51
e. Keputusan Analisis Soal ................................................ 52
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 53
1. Penyajian Data.................................................................... 53
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal...........………...................... 54
3 Uji Prasyarat Analisis......................................................... 55
a. Uji Normalitas ................................................................ 55
b. Uji Homogenitas ............................................................ 56
4 Pengujian Hipotesis .......................................................... 57
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ..................................... 57
b. Uji Lanjut Anava............................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN …………..………………................. 63
A. Deskripsi Data ......................................................................... 63
1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa ....................................... 63
2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa ..................................... 65
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa ............................ 66
B. Hasil Analisis Data .................................................................. 68
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal ............................................. 68
2. Uji Prasyarat Analisis ........................................................ 69
a. Uji Normalitas .............................................................. 69
b. Uji Homogenitas ............................................................ 70
3. Hasil Pengujian Hipotesis .................................................. 70
a. Hasil Analisis Variansi .................................................. 70
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi ................................ 71
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................ 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
1. Uji Hipotesis Pertama ......................................................... 72
2. Uji Hipotesis Kedua ............................................................ 74
3. Uji Hipotesis Ketiga ............................................................ 75
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ……............… 76
A. Kesimpulan ............................................................................. 76
B. Implikasi .................................................................................. 76
C. Saran ....................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………......…… 78
LAMPIRAN ................................................................................................. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Desain Fatorial 2 x 2 ...................................................... 40
Tabel 3.2 Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket …............ 45
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal .................. 47
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Diskriminasi Item dan
Interpretasinya ............................................................... 49
Tabel 3.5 Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda ........ 49
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya 50
Tabel 3.7 Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran
Soal ................................................................................ 50
Tabel 3.8 Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor…... 51
Tabel 3.9 Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes
Klasik ............................................................................. 52
Tabel 3.10 Persiapan Uji Anava Dua Jalan ..................................... 59
Tabel 3.11 Rangkuman Anava …………………………………… 61
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................... 63
Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas
Eksperimen Dengan Metode Chi Kuadrat ..................... 64
Tabel 4.3 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas Kontrol
Dengan Metode Chi Kuadrat ………………………..... 65
Tabel 4.4 Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika
Kelas Eksperimen dan Kontrol …………...................... 66
Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika
Kelas Eksperimen dan Kontrol ………………………. 66
Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Dengan Metode Chi Kuadrat …………………………. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol Dengan
Metode Chi Kuadrat ...................................................... 68
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel
Tak Sama ....................................................................... 71
Tabel 4.9 Rangkuman Komparasi Ganda ……………………….. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Mengajar ........................................................................ 12
Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
Belajar ............................................................................ 16
Gambar 2.3 Skema Perubahan Wujud Zat ………………………… 32
Gambar 2.4 Panci Tekan (Pressure Cooker) ..................................... 33
Gambar 2.5 Konveksi pada Zat Cair ………………………………. 35
Gambar 3.1 Batasan Daya Pembeda ………………………………. 48
Gambar 4.1 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal
Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 64
Gambar 4.2 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal
Siswa Kelas Kontrol ............................……………….. 65
Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan
Kognitif Siswa Kelas Eksperimen …………………… 67
Gambar 4.4 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan
Kognitif Siswa Kelas Kontrol ....................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi .................... 80
Lampiran 2 Program Satuan Pembelajaran ....................................... 81
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................. 84
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 106
Lampiran 5 Kisi-Kisi Penulisan Soal Try Out Tahun Ajaran 2009 /
2010 130
Lampiran 6 Soal Uji Coba Penelitian I 133
Lampiran 7 Soal Uji Coba Penelitian II 142
Lampiran 8 Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Kemampuan Kognitif
Tahun Ajaran 2009 / 2010 151
Lampiran 9 Soal Tes Kemampuan Kognitif 154
Lampiran 10 Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa... 162
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa. 163
Lampiran 12 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa
Terhadap Fisika 165
Lampiran 13 Angket Uji Coba Minat Belajar Fisika 166
Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Fisika 171
Lampiran 15 Angket Minat Belajar Fisika 172
Lampiran 16 Lembar Telaah Kualitatif Butir Soal Try Out I 176
Lampiran 17 Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Reliabilitas Try Out Fisika
179Lampiran 18 Analisis Fungsi Distraktor Item Try Out Fisika 183
Lampiran 19 Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket Minat Belajar 191
Lampiran 20 Data Nilai Kemampuan Awal Sampel 198
Lampiran 21 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas
Eksperimen 199
Lampiran 22 Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 200
Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Kontrol 201
Lampiran 24 Grafik Kemampuan Awal Kelas Kontrol 202
Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 203
Lampiran 26 Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa Dengan
Uji-t 2 Ekor 205
Lampiran 27 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen 208
Lampiran 28 Data Induk Penelitian Kelas Kontrol 209
Lampiran 29 Data Nilai Kemampuan Kognitif Sampel 210
Lampiran 30 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas
Eksperimen 211
Lampiran 31 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen 212
Lampiran 32 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 213
Lampiran 33 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 214
Lampiran 34 Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa 215
Lampiran 35 Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan
Dengan Isi Sel Tak Sama 217
Lampiran 36 Uji Pasca Anava Komparasi Ganda Dengan Metode
Scheffe 222
Lampiran 37 Daftar Nama Siswa 224
Lampiran 38 Foto-foto Penelitian 225
Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik 226
Lampiran 41 Surat-surat Perijinan 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berubah dan
berkembang serta problem ilmiah yang selalu meningkat, maka salah satu tugas
sekolah ialah melatih atau mendidik siswa supaya dapat melaksanakan tugas-
tugasnya di masyarakat. Selama bertahun-tahun metode mengajar IPA/Fisika
yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan
juga di perguruan tinggi ialah metode mengajar secara informatif, yaitu guru
berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Secara
tradisional, pembelajaran IPA/Fisika ditekankan pada penghafalan rumus-rumus,
konsep-konsep atau bentuk-bentuk problem tertentu. Pengajaran IPA lebih
ditekankan pada produk dari pada proses-proses IPA. Berdasarkan situasi dan
kondisi inilah, maka sejak berapa tahun terakhir hingga saat ini strategi
pembelajara IPA untuk tingkat sekolah dasar dan SMP/MTs serta Fisika di tingkat
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, senantiasa diperbaharui dan
dikembangkan
Sebenarnya kementrian pendidikan nasional (pemerintah RI) telah dan
terus berusaha membiayai pengembangan pendidikan. Miliaran rupiah telah habis
digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan kurikulum IPA, matematika,
ilmu sosial, bahasa, dan sebagainya. Namun, pada kenyataannya sistem
pembelajaran di sekolah-sekolah menengah masih lebih sering bersifat
konvensional. Sehingga siswa hanya menerima apa adanya materi yang diajarkan
oleh guru tanpa berusaha mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari.
Padahal tujuan utama dari proses pembelajaran itu adalah meningkatnya
kemampuan kognitif dari siswa. Di mana kemampuan kognitif bisa diartikan
sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki
secara optimal untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan diri dan
lingkungan sekitar. Sedangkan jika pembelajaran masih bersifat konvensional,
maka upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif akan sangat sulit. Itulah
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan
kognitif siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan berbagai pola
pendekatan, model/metode dan media pembelajaran yang bervariasi, disesuaikan
dengan materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya monoton
dilakukan dengan ceramah di depan kelas atau belajar secara individual dan hanya
berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja, karena kalau hanya
dengan ceramah siswa akan cepat bosan dan pada akhirnya dapat melemahkan
sikap positif siswa terhadap mata pelajaran. Apabila guru dapat menggunakan
pola pendekatan, metode dan media pembelajaran yang bervariasi, maka
kebosanan siswa dapat dihindari sehingga dapat meningkatkan minat dan
kemampuan kognitif siswa
Minat belajar akan muncul dengan sendirinya apabila ada perhatian, oleh
karena itu untuk memunculkan minat belajar sebaiknya seorang guru memiliki
strategi-strategi untuk menarik perhatian siswa pada materi tertentu. Seorang
peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh bila tidak berminat pada
materi yang diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan
memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika. Oleh
karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang aktif yang dimungkinkan dapat
mempengaruhi sikap positif siswa sehingga siswa akan lebih terarik bahkan
tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Program untuk mengembangkan
metode mengajar yang modern di sekolah dasar dan sekolah menengah
sebenarnya tidak perlu yang baru asalkan mampu menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar yang aktif. Salah satu program yang diusulkan adalah
metode pembelajaran yang berorientasikan pada discovery-inquiry. Karena siswa
akan termotivasi lebih baik apabila terlibat secara langsung dalam proses belajar
melalui kegiatan-kegiatan discovery-inquiry. Dengan demikian, meningkatlah
minat belajar dan kemampuan kognitif yang dipicu dari dalam diri siswa itu
sendiri untuk mempelajari fisika dengan senang hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Discovery adalah suatu proses mental dimana anak atau individu
mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, discovery terjadi
apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya, siswa mungkin menemukan
“apa atom itu”, yaitu siswa membuat suatu konsep tentang atom, atau kemudian
siswa mungkin menemukan suatu prinsip ilmiah bahwa “atom tidak dapat dibagi
lagi“. Suatu kegiatan inquiry ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
. Metode pembelajaran discovery-inquiry terbagi menjadi tujuh sistem
yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Dua di antara
pengembangan kemampuan discovery-inquiry pada diri siswa melalui IPA yang
akan diteliti adalah discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan
inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Dalam
melaksanakan discovery-inquiry terbimbing, seorang guru memberikan
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada para siswa, sehingga siswa tidak
merumuskan problem yang akan diteliti itu sendiri melainkan telah disiapkan oleh
guru lengkap dengan modul yang mencakup petunjuk-petunjuk pelaksanaan.
Sedangkan dalam discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi, guru hanya
memberikan problem dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui penelitian. Disini guru
merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang
diperlukan saja.
Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan metode
pembelajaran discovery-inquiry. Kebanyakan pendekatan yang digunakan juga
sama dengan yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu discovery-inquiry
terbimbing (guided discovery-inquiry) dan discovery-inquiry bebas yang
dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Penelitian-penelitian terdahulu paling
banyak diuji cobakan di tingkat perguruan tinggi yaitu pada mahasiswa semester
awal terutama pada mata kuliah Praktikum Fisika Dasar dengan tinjauan yang
berbeda-beda. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Isro’ Siti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Nangimah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Discovery-Inquiry pada
Praktikum Fisika Dasar II Ditinjau dari Kemampuan Logika Terhadap
Kemampuan Analisis Kognitif Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun
Ajaran 2004/2005”. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah bahwa
penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
praktikum fisika dasar II memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan analisis kognitif mahasiswa daripada pendekatan discovery-inquiry
terbimbing. Peneliti lainnya adalah Rahmulyo dengan judul “Pembelajaran Fisika
Dasar I Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Dan Metode Discovery-Inquiry
Di Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada pokok
Bahasan Viskositas Ditinjau Dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur
Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2005 / 2006”. Hasil yang
diperoleh bahwa mahasiswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan
menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry
terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui
metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dan masih ada peneliti lain
dengan konsentrasi sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup
banyak penelitian yang meneneliti metode discovery-inquiry sehingga penulis
lebih mantap untuk mengadakan penelitian terhadap metode yang sama, namun
dengan tinjauan yang berbeda dan sasaran yang berbeda pula.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis mencoba
mengadakan penelitian yang sama namun untuk diujicobakan di tingkat SMP.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Fisika dengan
metode discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan metode
discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry) terhadap
kemampuan kognitif siswa yang ditinjau dari seberapa besar minat belajar siswa.
Materi yang diperkirakan sesuai untuk menunjang metode yang diteliti adalah
materi kalor, karena dalam materi kalor banyak dipelajari sub-sub materi yang
untuk memahamkan konsepnya perlu dilakukan pengamatan langsung melalui
penemuan eksperimen. Sehingga penulis mencoba mengambil judul Skripsi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
”PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP”
B. Identiikasi Masalah
Identifikasi masalah oleh penulis, diantaranya adalah bahwa
pembelajaran IPA di sekolah-sekolah sebagian besar masih konvensional. Di
mana metode mengajar yang digunakan bersifat informatif, yaitu guru berbicara
atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Metode semacam itu
tidak menuntut siswa untuk mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari.
Sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang secara optimal. Selain itu
siswa lebih cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang diajarkan.
Apalagi mata pelajaran Fisika, yang secara umum dikenal sebagai mata pelajaran
yang sulit dan menakutkan.
Rasa bosan, tidak tertarik, dan menakutkan dapat mengakibatkan
kurangnya motivasi dari dalam diri siswa. Akibatnya minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Fisika menjadi rendah, sehingga dapat mempengaruhi hasil
prestasi belajarnya. Untuk itu perlu adanya peranan guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif agar dapat
mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika yang secara tidak langsung
dapat mempengaruhi pula hasil belajar Fisika siswa. Metode yang dirasa tepat
adalah metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
karena akan mempengaruhi tinggi rendahnya minat belajar Fisika siswa. Salah
satu metode yang diusulkan yaitu metode pembelajaran discovery-inquiry. Namun
demikian penggunaan metode pembelajaran tidak boleh sembarangan. Harus
disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan maka masalah penelitian
ini dibatasi:
1. Kegiatan pembelajaran Fisika yang digunakan adalah metode discovery-
inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas termodifikasi.
2. Indikator yang diamati adalah kemampuan kognitif yang dicapai siswa dari
hasil pembelajaran
3. Pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif. Minat belajar
siswa dikategorikan dalam kategori tinggi dan rendah.
4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Kalor
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan menjadi fokus analisis dalam penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa?
3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap
kemampuan kognitif siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-
inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa.
3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-
inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika
terhadap kemampuan kognitif siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberi gambaran tentang pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry
terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Memberi gambaran tentang pengaruh minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa.
3. Memberi gambaran ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan
metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Belajar
a. Pengertian Belajar
Proses belajar telah lama menarik perhatian khalayak umum. Banyak
tokoh yang berusaha memikirkan secara spekulatif maupun lewat eksperimen-
eksperimen untuk menjelaskan peristiwa belajar. Karena pada hakekatnya
manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari aktivitas belajar. Berikut ini
akan disampaikan pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu:
Menurut.Chaplin dalam Dicionary of Psychology, seperti yang dikutip Muhibbin
Syah (2003 : 89) menyatakan bahwa “…acquisition of any relatively permanent
change behavior as a result of practice and experience (belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman)”.
Merangkum dari pendapat Syaiful Sagala (2009: 11-12) bahwa belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan dengan kegiatan atau tingkah laku yang
terdiri dari kegiatan psikis maupun fisis yang saling bekerjasama secara terpadu
dan komprehensif integral untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Sedangkan menurut Winkel (1996 : 53) mengatakan bahwa: “ Belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan-
pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap “.
Begitu pula menurut Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Merangkum dari
pendapat Slameto (1995:3-7) mengenai perubahan tingkah laku diperoleh
pengertian belajar antara lain :
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1). Perubahan yang terjadi secara sadar
2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5). Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar, penulis menyimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan psikis maupun fisis yang dijalani
seseorang sehingga orang itu mengalami perubahan tingkah laku yang melibatkan
proses mengingat, melihat, dan memahami sesuatu melalui berbagai pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan
keterampilan, sikap, pengetahuan, kebiasaan, pemahaman, dan lain-lain.
b. Proses Belajar
Peristiwa belajar itu ternyata merupakan suatu proses yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan
guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental
dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan,
manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru
proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Secara
sederhana proses belajar menunjukkan pada aktifitas individu. Secara teknis
belajar menunjukkan terjadinya proses perubahan tingkah laku individu.
Merangkum dari pendapat Bruner dalam Syaiful Sagala (2009: 35)
bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu:
1) Informasi, kemudian ada yang menambah pengetahuan yang dimiliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya
2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke
dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.
3) Evaluasi, kemudian dinilai hingga pengethuan yang diperoleh dan
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Brunner yang dikutip Slameto (1995: 11), “dalam proses
belajar, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu”. Sehingga dibutuhkan lingkungan belajar yang mendukung.
Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari siswa, antara lain :
1) Enactive : Seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan
bermacam-macam ketrampilan motorik.
2) Ionik : Seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat di mana
bukunya yang penting diletakkan.
3) Symbolik : Seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Menurut Bruner pula, dalam proses belajar guru perlu memperhatikan 4
hal berikut ini|:
1). Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.
2). Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.
3). Menganalisis sequence.Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.
4). Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-back).Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.
(Slameto, 1995: 12)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar selalu ada tiga
fase yaitu informasi, transformasi dan evaluasi yang akan lebih baik jika ketiga
fase tersebut ditekankan pada partisipasi aktif dari tiap siswa, sehingga perbedaan
kemampuan yang dimiliki tiap siswa dapat dipahami dengan baik. Untuk
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning
environment ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Dalam tiap lingkungan selalu ada
bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati
oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psiomotorik. Adapun taksonomi atau klasifikasinya menurut
Benjamin Bloom dan kawan-kawan yaitu sebagai berikut:
1). Ranah Kognitif (Cognitive Domain)Ranah Kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu:
a). Pengetahuan (Knowledge)b). Pemahaman (Comprehension) c). Penerapan (Aplication)d). Analisis (Analysis)e). Sintesis (Syntesis)f). Evaluasi (Evaluation)
2). Ranah Afektif / Sikap (Afective Domain)Ranah Afektif meliputi lima tingkatan,yaitu :
a). Kemampuan menerima (Receiving)b). Kemampuan menanggapi (Responding)c). Berkeyakinan (Valuing)d). Penerapan Kerja (Organization)e). Ketelitian (Correcteration by value)
3). Ranah Psikomotor (Psycomotoric Domain)Ranah psikomotrik meliputi empat tingkatan , yaitu:
a). Gerak Tubuh (Body movement)b). Koordinasi gerak (Finaly coordinated movement)c). Komunikasi non verbal (Non verbal communication set)d). Perilaku bicara (Speech behaviors)
(Gino et al, 1998:19)
Tujuan belajar pada intinya adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
penanaman sikap/nilai, dan ketrampilan. Yang mana pencapaian tujuan belajar
dapat diidentifikasikan dari hasil belajar. Untuk mencapai tujuan belajar yang
maksimal diperlukan sistem lingkungan/ kondisi belajar yang baik. Sistem
lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen- komponen pendukung antara lain
tujuan belajar yang ingin dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai
tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia. Sehingga diharapkan
tujuan belajar dapat tercapai secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat
disajikan dengan elaborasi sebagai berikut:
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar
Gambar 2.1 menyajikan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan
bahan baku pengalaman belajar. Raw input diharapkan dapat berubah menjadi
keluaran (output) dengan klasifikasi tertentu setelah melewati proses belajar
mengajar (learning teaching process). Proses belajar-mengajar ikut dipengaruhi
oleh sejumlah faktor lingkungan. Masukan lingkungan (environmental input)
merupakan faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang
tercapainya keluaran (output) yang dikehendaki. Kelompok faktor lainnya adalah
faktor instrumental (instrumental input). Berbagai faktor tersebut saling
berinteraksi dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Menurut Slameto yang dirangkum dari bukunya (1995: 54 - 72), ”Faktor –
faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu.”
ENVIRONMENTAL INPUT
RAW INPUT OUTPUTLEARNING TEACHING
PROCESS
INSTRUMENTAL INPUT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Faktor intern dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu :
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah :
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah “Keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal)
atau sekumpulan obyek”. (Slameto, 1995 : 56). Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga
ia tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Menurut Hilgard dalam Slameto (1995, 57) memberi rumusan
tentang minat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa minat siswa, lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar.
d) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard “ Bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih”. (Slameto, 1995, 57). Jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan
pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
e) Motif
Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, dalam
membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya
latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang
memperkuat, jadi latihan/kebiasaan sangat diperlukan dalam
belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika
anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki
kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g) Kesiapan
Menurut Jamies Drever “Kesiapan atau readiness adalah kesediaan
untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan karena
kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu : kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani (psikis).
Faktor ekstern dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
2) Faktor Sekolah
Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat antara lain, adanya mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar. Berbagai faktor yang telah diuraikan diatas
dapat diperjelas sebagai berikut:
a) Bahan atau hal yang harus dipelajari
b) Faktor-faktor lingkungan
c) Faktor-faktor instrumental
d) Kondisi individual pelajar
Faktor individual dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Kondisi fisiologis
(2) Kondisi psikologis
Dari faktor-faktor yang telah disampaikan tersebut, dapat juga
disajikan dalam bentuk ikhtisar sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam
Luar
Lingkungan
Intrumental
Alami
Sosial
Tenaga Pengajar
Sarana/fasilitas
Program
Kurikulum
Fisiologis
PsikologisKecerdasan
Kemampuan kognitif
Bakat
Minat
Motivasi
Kondisi panca indera
Kondisi fisiologis umum
Faktor
Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar terutama faktor luar
yang ada di sekolah yang diteliti pada dasarnya sudah cukup mendukung
pembelajaran. Yaitu dengan lingkungan belajar yang cukup tenang karena
dipagari secara menyeluruh sehingga kebisingan yang ada di luar lingkungan
sekolah dapat diminimalkan. Begitu pula dengan faktor instrumentalnya juga
mendukung yaitu sarana/fasilitas pembelajaran sudah cukup lengkap serta tidak
kekurangan tenaga pengajar. Demikian pula dengan kurikulum yang digunakan
yaitu sudah mencanangkan KTSP. Dengan adanya faktor luar yang mendukung,
seharusnya tujuan belajar yang dicapai oleh sekolah bisa maksimal yaitu
menghasilkan peserta didik yang berkemampuan kognitif tinggi. Namun demikian
dirasa masih kurang karena pada kenyataannya masih ada faktor dalam yang
justru berpengaruh sangat besar dalam menentukan hasil belajar. Diantaranya
yaitu minat belajar siswa dan kemampuan kognitif. Keduanya memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Jika siswa memiliki minat belajar yang tinggi,
dimungkinkan akan berdampak positif pada meningkatnya kemampuan kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Untuk meningkatkan minat belajar maka diperlukan peran penting dari
guru yang merupakan faktor luar dari proses belajar. Sehingga faktor sekolah
yang demikian belum bisa sepenuhnya mendukung, kalau kemampuan guru untuk
menarik minat belajar siswanya masih dirasa kurang. Untuk menarik minat belajar
siswa diperlukan metode yang bervariasi sesuai dengan kondisi siswa di sekolah.
Sehingga peneliti memilih sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh metode
yang diteliti terhadap proses dan hasil belajar dengan kondisi lingkungan yang
demikian.
2. Hakikat Fisika
Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sehingga
ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA, yang
mencakup gejala-gejala alam. Kata Fisika berasal dari bahasa Yunani "Physic"
yang berarti "alam" atau "hal ikhwal alam" sedangkan fisika (dalam bahasa
inggris "Physic") ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat
dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-
hukum elementemya.
Menurut Harrys Siregar (2003:3) Fisika adalah ilmu yang paling
fundamental dan mencakup semua Sains, baik Sains benda-benda hidup maupun
Sains fisika. Dalam pengertian secara luas fisika itu cabang dari ilmu pengetahuan
yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam bumi serta
penomenanya.
Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan
tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku yang telah dipelajari melalui
pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejala-gejala itu
selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu yang disebut
hukum-hukum fisika.
Harrys Siregar (2003:1)
. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari bagian-
bagian dari alam dan interaksi antara bagian tersebut. Sebagaimana diketahui,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
benda-benda di alam terbagi atas 2 bagian: alam makro yaitu benda-benda yang
ukurannya besar dapat dilihat dengan alat-alat yang ada saat ini; alam yang besar
ini termasuk benda-benda yang sangat besar dengan jarak antara 2 benda juga
besar kali, misalnya bulan, matahari, bumu dan lain-lain. Alam mikro adalah
benda-benda kecil sekali dengan jarak antara benda tersebut sangat kecil, benda-
benda mikro ini tak dapat dilihat dengan alat-alat biasa.
Tujuan belajar fisika adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang
melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping itu, melalui belajar fisika diharapkan pula untuk
dapat meningkatkan perkembangan IPTEK, pelestarian lingkungan serta kekayaan
alam.
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik
dan dapat dipelajari secara pengamatan dan eksperimen serta teori. Secara
pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung di
laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan
berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan
sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori yang selanjutnya dimanfaatkan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Pembelajaran
a. Metode Discovery
Menurut Sund, yang dikutip Roestyah N. K. (2001 : 20) dicovery adalah
proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Yang
dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut Carl J. Wenning dalam jurnal internasional “Levels of inquiry” (2004:3)
“Discovery learning is perhaps the most fundamental form of inquiry-oriented
learning. The focus of discovery learning is not on finding applications for
knowledge but, rather, on constructing meaning or knowledge from experiences.
As such, discovery learning employs reflection as the key to understanding.
(Pembelajaran discovery merupakan bentuk paling dasar dari inquiry. Focus dari
pembelajaran discovery tidaklah terpancang pada aplikasi pengetahuan saja, tetapi
lebih diartikan untuk membangun pengetahuan dari pengalaman. Sedemikian rupa
sehingga pembelajaran discovery merupakan kunci dari pemahaman).”
Cara belajar dengan metode discovery menurut E. Mulyasa (2005:110),
menempuh langkah-langkah berikut :
1) Adanya masalah yang akan dipecahkan2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui
kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.4) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.5) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya
arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.6) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data.7) Garu harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data
informasi yang diperlukan peserta didik
Adapun keunggulan teknik discovery yang dirangkum menurut pendapat
Roestiyah N.K (2001:20-21) adalah :
1). Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif / pengenalan siswa.
2). Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual
sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut.
3). Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4). Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5). Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6). Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada
diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7). Strategi ini berpusat pada diri siswea tidak pada guru. Guru hanya
sebagai teman belajar saja.
Sedangkan kelemahannya antara lain :
1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadan sekitarnya dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil..
3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
5) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara
kreatif.
b. Metode Inquiry
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus
menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi Inquiry adalah
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dengan cara yang lebih
dewasa. inquiry mengandung proses–proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya. Misalnya, merumuskan problem, mendesain eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menaarik
kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan
sebagainya.
Dalam jurnal internasional (Randy L. Bell, dkk, 2005:1) dipaparkan
penggambaran oleh The National Science Education Standards bahwa “inquiry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
instruction as involving students in a form of active learning that emphasizes
questioning, data analysis, and critical thinking. (Pembelajaran inquiry
merupakan pembelajaran yang menyertakan siswa untuk aktif dalam proses
belajar yang menekankan pada tanya jawab, analisa data, dan kritis berfikir).”
Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005 : 109) mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut :
1) Inquiry terbimbing (Guide inquiry )Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
2) Inquiry bebas (free inquiry)Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertantu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data dan pengevaluasi proses.
3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Adapun keunggulan teknik inquiry dirangkum dari pendapat (Roestiyah
N.K,2001:76-77) sebagai berikut:
1) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa.
2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk intuitif dan merumuskan hipotesis sendiri.
5) Memberi kepuasan yaang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa daripada cara-cara belajar yang tradisional.
9) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi..
Sedangkan kelemahannya adalah :
1) Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua tingkatan kelas2) Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya.3) Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek
afektif.4) Memerlukan banyak waktu.
(Slameto, 1991:117)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan discovery-
inquiry, dalam proses menemukaan (discovery), siswa menggunakan proses –
poses mentalnya untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental ini,
antara lain: mengamati, menggolong-golongkan, mengukur, membuat dugaan,
dan sebagainya. Dalam proses menyelidiki (inquiry), siswa mungkin
menggunakaan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip,
ditambah proses-proses mental lain yang memberikan ciri-ciri seorang dewasa
yang sudah matang.
Moh. Amin (1988: 23) menguraikan tentang tujuh jenis discovery-
inquiry yang dapat diikuti sebagai berikut :
1) Guided Discovery-Inquiry Lab. LessonSebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru
menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
2) Modified Discovery-InquiryGuru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula
bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Free InquiryKegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan
mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.
4) Invitation Into InquirySiswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana
cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut :a) merancang eksperimenb) merumuskan hipotesisc) menetapkan controld) menentukan sebab akibate) menginterpretasi dataf) membuat grafik
5) Inquiry Role ApproachInquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang
melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut:a) koodinator tim b) penasihat teknisc) pencatat datad) evaluator prosese) Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.
6) Synectics LessonPada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa
untyuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Discovery Inquiry TerbimbingIstilah discovery-inquiry terbimbing digunakan apabila kegiatan
discovery-inquiry guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru, siswa tidak
merumuskan problem atau masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
Menurut Rini Budiharti (1998 : 54-55), pada umumnya suatu guided
discovery-inquiry Laboratorium Lesson terdiri dari:
1) Pernyataan ProblemProblem untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
2) Kelas atau semesterMenunjukkan tingkat siswa yang akan diberi pelajaran.
3) Konsep atau prinsip yang diberikanKonsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan harus ditulis dengan jelas dan tepat
4) Alat atau bahanAlat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan.
5) Diskusi pengarahanDiskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa ( kelas) untuk mendiskusikan sebelum siswa melakukan kegiatan discovery-inquiry.
6) Kegiatan metode penemuan oleh siswaKegiatan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dengan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.
7) Proses berpikir kritis dalam ilmiahProses berpikir kritis dan ilmiah harus ditulis dan dijelaskan untuk menunjukkan kepada guru lain tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.
8) Pertanyaan yang bersifat open endedPertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan atau percobaan yang dapat dilakukan oleh siswa.
9) Catatan guru
Catatan guru berupa catatan untuk guru lain yang meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan atau pelajaran.
b) Isi materi pelajaran yang relevan dengan kegiatanc) Faktor-faktor atau variabel-veriabel yang dapat mempengaruhi hasil-
hasilnya terutama penting sekali apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal ).
Keunggulan discovery inquiry terbimbing di laboratorium adalah :
1) Membantu berpikir siswa terutama dalam memproses bermacam-macam keterangan.
2) Siswa memperoleh penemuan-penemuan tentang konsep-konsep dasar dan ide-ide yang baik.
3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.4) Mendorong siswa berpikir open-ended sehingga memberikan kepuasan
intrinsik.5) Membantu sikap-sikap obyektif dan jujur.6) Memberikan kesempatan siswa untuk mengakomodasi dan
mengasimilasi informasi.
Adapun kelemahan discovery inquiry terbimbing di laboratorium adalah:
1) Apabila sekolah dalam memiliki perlengkapan laboratorium, maka pengunaan metode ini mengalami kesulitan.
2) Relatif memakan waktu yang banyak dan sering lebih memakan waktu lebih dari satu sesi.
3) Membutuhkan guru yang mempunyai kreatifitas tinggi.4) Membuat bahan pelajaran menjadi kabur dan kacau, terutama kalau
PBM kurang .(Moh. Amien, 1988:139-140)
d. Discovery Inquiry Bebas yang DimodifikasiMetode ini berlainan dengan dicovery-inquiry terbimbing, di mana guru
hanya memberikan problem saja kemudian siswa diundang untuk memecahkan
problem tersebut melalui pengamatan eksplorasi dan atau melalui prosedur
penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Dalam metode ini siswa didorong untuk memecahkan problem-problem
dalam kerja kelompok atau perorangan. Guru merupakan nara sumber yang
tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan harus berupa
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat berpikir
dengan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Misalnya guru harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan
suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan. Guru
dalam hal ini dituntut untuk tidak merampok kesempatan siswa untuk berbuat dan
berpikir lebih kreatif.
Dengan demikian, proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Fisika
di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi yang menggunakan “discovery-
inquiry” dapat lebih mengembangkan sifat menyelidiki pada diri siswa. Di lain
pihak pembelajaran menggunakan “discovery-inquiry” akan menciptakan
pembelajaran yang student centered bukan lagi teacher centered. Bila yang terjadi
sebaliknya, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu
berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak
bermakna. Dengan demikian harapan mewujudkan siswa menjadi manusia
seutuhnya akan mendapat peluang yang besar mewujudkannya bila proses
pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan semisal “discovery-inquiry”. Hal
itu memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi dari setiap guru-guru IPA
atau guru Fisika
4. Minat Belajar
a. Arti Minat Belajar
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang
mempelajari materi itu ( Winkel, 1996 : 188 ). Hilgrad memberikan rumusan
minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan ( Slameto, 1995 : 57 ). Berbeda dengan Winkel dan Hilgrad, dikemukakn
bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan
suatu proses belajar ( Kurt Singer, 1987 : 78 ).
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian minat belajar yang tersebut
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar timbul karena adanya
perhatian, oleh karena itu untuk menimbulkan minat belajar sebaiknya harus
menimbulkan perhatiannya pada materi tertentu. Seorang peserta didik tidak akan
belajar dengan sungguh- sungguh bila ia tidak berminat pada materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan memusatkan
perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika
Untuk itu perlu diperhatikan pula unsur- unsur yang berperan dalam
mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang antara lain disebutkan
sebagai berikut:
1) Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu obyek
pelajaran atau dikatakan sebagai banyak sediitnya kesadaran yang menyertai
aktivitas belajar (Sardiman, 2005: 45). Seseorang yang menaruh minat terhadap
seuatu hal biasanya akan mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan.
2) Perasaan
Perasaan dibedakan menjadi perasaan senang dan perasaan tidak senang.
Perasaan senang merupakan ungkapan menyukai terhadap sesuatu hal. Perasaan
ini merupakan perasaan tanggapan yang mempunyai makna perasaan yang
mengiri apabila kita menganggap suatu keadaan (Agus Sujanto, 2004: 77).
Perasaan tanggapan menimbulkan keinginan untuk mengadakan interaksi dengan
hal yang disenanginya. Dapat dikatakan perasaan senang menimbulkan minat
terhadap sesuatu hal sedang perasaan tidak senang berperan sebaliknya yaitu
menurunkan minat.
3) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
situasi belajar (Sardiman, 2005: 40). Konsentrasi adalah pemusatan perhatian
secara menyeluruh terhadap sesuatu hal. Adanya konsentrasi menunjukkan bahwa
seseorang dikatakan berminat pada sesuatu hal. Seseorang yang berminat terhadap
sesuatu akan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan.
4) Kesadaran dan Kemauan
Apabila seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan
maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak melaksanakan
putusan itu (Sardiman, 2005: 89). Adanya kesadaran dan kemauan untuk berbuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
atau melakukan sesuatu hal menandakan minat seseorang. Karena adanya
kesadaran maka timbul keingintahuan dan kemauan untuk melakukan sesuatu.
Agar dapat menarik minat belajar siswa diperlukan beberapa teknik
antara lain merasionalkan apa yang masih menjadi perhatian ataupun menjelaskan
esensi isi/ materi pelajaran yang telah didiskusikan. Dalam kegiatan belajar-
mengajar, seorang guru berupaya membangkitkan minat dengan menerapkan
sebanyak mungkin teknik dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi peserta didik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu yang
merupakan faktor penting untuk menumbuhan minat siswa. Kondisi-kondisi
tersebut antara lain disebutkan sebagai beriut:
Merangkum dari pendapat Kurt Singer (1987 : 92) tentang persyaratan
penting yang mempengaruhi minat belajar meliputi:
1) Pelajaran yang menari perhatian jika terlihat adanya hubungan antara
pelajaran dengan kehidupan nyata.
2) Pelajaran menarik harus mempertimbangkan minat pribadi peserta didik.
3) Pelajaran akan lebih menarik bagi peserta didik jika mereka memberi
kesempatan untuk giat dan mandiri.
4) Minat peserta didik akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami
bahwa yang dipelajari itu dapat mencapai tujuan tertentu.
Crow mengatakan bahwa minat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Faktor-faktor dari dalam, kebutuhan dapat berupa kebutuhan yang berkaitan
dengan jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan
jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan fisik,
kebutuhan untuk mempertahankan diri, dll.
2) Faktor motif sosial, yaitu faktor yang dapat membangkitkan minat untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demi kebutuhan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Faktor-faktor emosional yaitu faktor emosi, perasaan yang erat dengan minat
terhadap obyek tertentu. Suatu aktivitas yang berhubungan dengan obyek
tertentu kemudian dapat menimbulkan perasaan tertarik dan senang.
(Abdul Rahman Abror, 1981 : 169).
Berdasakan pendapat-pendapat yang disampaikan di atas mengenai
sesuatu yang berkaitan dengan minat, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa yaitu:
1) Faktor yang berasal dari dalam siswa
2) Faktor yang berasal dari lingkungan termasuk budaya
3) Faktor motif sosial dari masyarakat
4) Faktor emosional yang berupa perasaan yang dapat menimbulkan adanya
minat belajar.
c. Cara Mengetahui Minat Belajar
Ada empat cara untuk mengukur minat yaitu metode observasi,
kuesioner, interview, dan inventori. Pengukuran minat dengan menggunakan
metode observasi dapat dilakukan dengan mengamati minat seseorang dalam
kehidupan nyata. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi
berlangsung. Pada metode kuesioner, daftar-daftar berupa pertanyaan tentang
minat diajukan kepada responden untuk dijawab dengan menuliskan persyaratan.
Metode berikutnya yaitu metode interview dilakukan untuk memperoleh
informasi langsung dari responden. Selanjutnya metode yang terakhir yaitu
metode inventori adalah metode penguuran atau penilaian yang sejenis dengan
kuesioner hanya saja responden memberi jawaban dengan memberi tanda
lingkaran, menyilang, atau tanda lain yang berupa jawaban singkat dari
pertanyaan lengkap.
5. Kemampuan Kognitif
Kognitif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan (termasuk pemikiran, kesadaran, perasaan, dan
sebagainya) atau bentuk usaha untuk mencapai sesuatu melalui pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sendiri, serta suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang
untuk memperoleh hasil yang berupa pengetahuan.
Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk
menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan
masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya
pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para
siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan
kognitif, mustahil siswa dapat memahami manfaat dan menangkap pesan-pesan
moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti.
Adapun taksonomi atau klasifikasi kemampuan kognitif menurut Bloom
dan kawan-kawannya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan kognitif mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah,
dan prinsip yang diketahui.
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian terhadap
hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab akibat, dan
penarikan kesimpulan.
c. Penerapan (application)
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan suatu
kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru atau
penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu
kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-
komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi menjadi
suatu kesimpulan atau konsep.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama pertanggungjawaban
pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu, kemampuan ini
dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Kategori-kategori dalam kemampuan kognitif disusun secara hirarkis,
sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin menjadi bersifat kompleks, mulai dari
yang tingkatan pertama sampai dengan yang terakhir (enam tingkatan), dan dalam
penguasaan tiap tingkatannya itu disesuaikan dengan jenjang perkembangan usia
dan kedewasaan anak didik.
6. Pokok Bahasan Kalor
a. Pengertian Kalor
Kalor bukn zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan
suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan
lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda
yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Kalor
juga dapat berpindah dari suhu rendah ke suhu yang lebih tinggi jika dibantu
dengan alat yaitu mesin pendingin.
Besarnya kalor (Q) yang diperlukan oleh suatu benda sebanding dengan
massa benda (m), bergantung pada kalor jenis (c), dan sebanding dengan
perubahan suhu (Δt).
Secara matematis dapat dituliskan :
Q = m c t (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dimana satuan massa benda dalam SI adalah (gram atau kilogram), kalor jenis
(kal g-1oC-1 atau joule kg-1k-1), dan perubahan suhu (oC atau k)
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor
Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg
zat sehingga suhunya naik sebesar 10C.
Secara matematis kalor jenis suatu zat dapat dituliskan :
Δtm
Qc (2)
Sedangkan kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu
benda sehingga suhunya naik 10C.
Secara matematis kapasitas kalor dapat dituliskan :
C = m c (3)
Karena :
Q = m c Δt maka Q = C Δt (4)
Dimana C adalah kapasitas kalor benda dengan satuan (J/0C) dan Δt adalah
kenaikan suhu dengan satuan (0C). Sedangka Δ adalah delta yang berarti
pengurangan sehingga: Δt = t1 – t0 dengan t1 adalah suhu akhir setelah diberi kalor
dan t0 adalah suhu mula-mula sebelum diberi kalor.
Teguh-Sugiyarto (2008 :102)
c. Perubahan Wujud Zat
Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan
dalam skema berikut:
Gambar 2.3 Skema Perubahan Wujud Zat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Keterangan:
1 = mencair / melebur 4 = mengembun
2 = membeku 5 = menyublim
3 = menguap 6 = mengkristal
Anni Winarsih (2008:122)
1) Menguap
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan, antara lain:
a) Memanaskan
b) Memperluas permukaan zat cair
c) Meniupkan udara di atas permkaan zat cair
d) Mebgurangi tekanan
Beberapa peristiwa penguapan, antara lain:
a) Merebus air 100 0C.
b) Menjemur pakaian basah menjadi kering.
c) Penguapan gas freon dalam lemari es.
d) Alkohol ataupun spiritus yang diteteskan pada kulit tangan dapat
menguap.
Teguh-Sugiyarto (2008 :102)
2) Mendidih
Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi di seluruh
bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan munculnya
gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas
dalam zat.
Gambar 2.4 Panci Tekan (Pressure Cooker)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus-menerus akan berubah
menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat
cair menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U).
Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:
m
QU atau Q = m U
Dimana Q adalah kalor yang diserap/dilepaskan dalam joule, m adalah
massa zat dalam kg, dan U adalah kalor uap dalam joule/kg
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut
mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya
kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya
kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat mulai
mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap.
kalor uap = kalor embun
titik didih = titik embun
3) Melebur
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat
padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya
kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.
m
QL atau Q = m L
Dengan L adalah kalor lebur dalam satuan (joule/kilogram)
Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat
melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan
massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.
kalor lebur = kalor beku
titik lebur = titik beku
Anni Winarsih (2008:126-131)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
d. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran,
konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran.
1) Konduksi atau hantaran
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Konduktor
Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik.
Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll
b) Isolator
Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.
Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll
2) Konveksi atau aliran.
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena
perbedaan massa jenis zat. Dapat dipahami peristiwa konveksi, antara lain:
a) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal system
pemanasan air, sistem aliran air panas.
b) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin
darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara
yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan
cerobong asap pabrik.
Gambar 2.5 Konveksi pada Zat Cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Radiasi atau Pancaran
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang
digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai permukaan disebut
termoskop diferensial.
a) Dalam peristiwa radiasi, kalor berpindah dalam bentuk cahaya, karena
cahaya dapat merambat dalam ruang hampa, maka kalor pun dapat
merambat dalam ruang hampa;
b) Radiasi kalor dapat dihalangi dengan cara memberikan tabir/ penutup
yang dapat menghalangi cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya.
B. Kerangka Berpikir
Pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan
timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, sehingga guru sulit
menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap minat belajar
siswa, misalnya metode pembelajaran mana yang dipakai dalam menyajikan suatu
bahan untuk memberi kesan positif dan dapat membantu kejelasan konsep pada
diri siswa selama ini, sehingga dapat membantu meningkatkan minat siswa dalam
belajar terutamanya pelajaran fisika yang bagi sebagian orang dikategorikan
sebagai pelajaran yang sulit. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa sehingga melibatkan interaksi yang
aktif dan dinamis antara guru dan siswa. Dengan demikian, tujuan belajar yang
telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan kajian teori dan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa
kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh penggunaan metode mengajar dan
minat belajar siswa. Metode pembelajaran fisika yang dicobakan dalam proses
penelitian adalah metode discovery-Inquiry. Seperti yang telah diuraikan pada
kajian teori sebelumnnya, maka dapat dikemukakan kerangka berfikir sebagai
berikut:
1. Pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode
discovery-inquiry bebas termodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap
kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Melalui penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing, siswa dilatih
secara perlahan untuk menemukan sendiri beberapa konsep atau pengetahuan
melalui bimbingan dan pengarahan yang cukup luas dalam pelaksanaannya.
Petunjuk dan pedoman-pedoman tentang bagaimana menyusun dan mencatat data
diberikan oleh guru. Sehingga siswa dapat mengembangkan mental dan pola
pikirnya secara bertahap.
Penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi, siswa
mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengamatan, eksplorasi, dan prosedur
penelitian untuk memperoleh jawaban atas persoalan yang telah dirumuskan guru.
Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara
berkelompok maupun perseorangan. Dalam proses belajar guru hanya berperan
sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan sebatas yang
diperlukan. Dengan metode ini kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa
dilatih dan dikembangkan.
Penggunaan metode mengajar yang berbeda dimungkinkan akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam mempelajari Fisika bagi siswa.
Kedua metode discovery-inquiry dalam pembelajaran tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat
diduga bahwa metode discovery-inquiry terbimbing akan memberikan pengaruh
yang lebih kuat terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa daripada
metode discovery-inquiry bebas termodifikasi karena melihat karakteristik siswa
SMP yang belum berpengalaman dalam pembelajaran yang menggunakan metode
discovery-inquiry. Sehingga diperlukan tahapan untuk membiasakan siswa
melakukan penemuan tentang konsep secara mandiri.
2. Pengaruh antara minat belajar kuat dan lemah terhadap kemampuan kognitif
siswa.
Berdasarkan teori, dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa yang meliputi faktor luar dan faktor dalam. Minat belajar siswa
merupakan bagian dari faktor dalam diri siswa. Minat belajar siswa berkaitan
dengan dorongan diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan minat
belajar yang tinggi tentu akan menimbulkan dampak terhadap naiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemampuan kognitif siswa. Sebaliknya jika minat belajar siswa rendah, maka
akan mengakibatkan kemampuan kognitif siswa juga menurun. Dengan demikian,
minat belajar siswa juga turut mempengaruhi kemampuan kognitif siswa.
Minat belajar siswa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu
minat belajar tinggi dan rendah. Diperkirakan melalui minat belajar yang tinggi
kemampuan kognitif cenderung lebih meningkat dari kemampuan kognitif semula
dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry dengan minat
belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.
Telah diuraikan pada pemikiran sebelumnya bahwa penggunaan metode
discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan kognitif siswa.
Demikian pula dengan pengelompokan kategori minat belajar siswa tinggi dan
rendah yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Apabila
faktor penggunaan metode pembelajaran tersebut berinteraksi dengan faktor
tingkatan minat belajar siswa, maka interaksi pun akan memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa. Sehingga
terdapat empat interaksi yaitu antara metode discovery-inquiry terbimbing dengan
minat belajar tinggi, metode discovery-inquiry terbimbing dengan minat belajar
rendah, metode discovery-inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar tinggi,
dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa interaksi antara penggunaan
metode discovery-inquiry terbimbing dengan minat belajar siswa kategori tinggi
akan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap perkembangan
kemampuan kognitif siswa.
Secara sederhana kerangka berfikir penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry bebas
termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
Kalor.
2. Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar
rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
Kalor.
3. Ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan
minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan Kalor.
Sampel
Kelas eksperiment
Kelas kontrol
Kemampuan awal sama
Metode Discovery -Inquiry Terbimbing
Metode Discovery -Inquiry bebas temodifikasi
Kemampuan akhir kognitif siswa
Minat belajar tinggi
Minat belajar rendah
Minat belajar tinggi
Minat belajar rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta kelas VII
semester 2 tahun ajaran 2009/2010. Pada Semester Genap mulai bulan Februari
sampai dengan Maret Tahun Akademik 2009/2010. Pemilihan sekolah tersebut
dengan pertimbangan bahwa lokasinya yang cukup strategis menurut peneliti.
Selain lokasinya cukup dekat, fasilitas yang dimiliki sekolah juga mendukung
pelaksanaan penelitian serta faktor-faktor lain yang mendukung. Sedangkan
pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal materi yang telah
disesuaikan dengan kurikulum.
B. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode eksperimen desain faktorial A x B
dengan sampel acak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan uji t dua pihak digunakan untuk uji
kemampuan kedua kelompok sehingga diperoleh keadaan awal yang sama.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode discovery-inquiry
terbimbing. Sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode discovery-inquiry termodifikasi. Setelah diberi perlakuan,
kedua kelompok dites kemampuan kognitifnya dengan alat tes yang sama.
Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Fatorial 2 x 2
A
B
Metode Pembelajaran (A)
discovery-inquiry
terbimbing (A1)
Discovery-inquiry
termodifikasi (A2)
Minat Belajar
Fisika Siswa (B)
Tinggi (B1) A1 B1 A2 B1
Rendah (B2) A1 B2 A2 B2
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Setelah pengajaran diberi tes untuk mengetaui kemampuan akhir kognitif
siswa sebagai hasil dari pembelajaran.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII semester 2 SMP
Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas yaitu dari
kelas VII A sampai kelas VII E dengan jumlah 175 siswa.
Peneliti tidak meneliti semua populasi, melainkan hanya mengambil dua
kelas sebagai sampel. Pengambilan sampel dipilih dengan teknik cluster random
sampling yakni teknik pengambilan sampel penelitian secara acak dari populasi
yang terdiri atas cluster-cluster tertentu, misalnya terdiri atas kelas-kelas. Sampel
kemudian diuji kemampuan awalnya. Kemampuan awal yang digunakan adalah
nilai ulangan Fisika siswa pada pokok bahasan pemuaian. Kemudian dua kelas
yang terpilih dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas
eksperimen dipilih kelas VII A sedangkan untuk kelas kontrol dipilih kelas VII C.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a Metode Discovery-Inquiry
1) Definisi operasional
Metode discovery-Inuqiry adalah cara menyajikan kegiatan belajar dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan menemukan
konsep secara mandiri sehingga siswa mampu memperoleh kesadaran dan
mengembangkan konsep dirinya menjadi lebih baik.
2) Indikator
Tercapainya proses belajar sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang
telah direncanakan.
3) Skala Pengukuran : nominal
4) Kategori : penggunaan metode discovery – inquiry terbimbing dan
discovery - inquiry.bebas termodifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b Minat Belajar
1) Definisi operasional
Minat Belajar Siswa adalah suatu kecenderungan yang menetap pada diri
seseorang dan menyebabkan seseorang tersebut memberikan perhatian
dengan rasa senang terhadap bidang studi fisika dalam proses
pembelajaran.
2) Indikator: skor angket minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika pokok
bahasan kalor.
3) Skala Pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal,
4) Kategori: terdiri dari dua kategori yaitu
(a). Minat belajar siswa kategori tinggi,
(b).Minat belajar siswa kategori rendah
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa
pada pokok bahasan Kalor.
a. Definisi operasional: kemampuan kognitif siswa adalah hasil usaha yang
dicapai siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga
mengakibatkan perubahan kemampuan kognitifnya yang ditunjukkan pada
nilai tes pokok bahasan kalor.
b. Indikator : nilai tes kemampuan kognitif siswa pokok bahasan kalor.
c. Skala pengukuran : Interval
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Dokumentasi
Digunakan metode dokumentasi untuk mengetahui keadaan awal siswa
terhadap mata pelajaran fisika. Dokumen keadaan awal siswa diambil dari nilai
ulangan fisika siswa pada pokok bahasan pemuaian yang digunakan untuk
menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Teknik Tes
Pengumpulan data dengan teknik tes adalah dengan menggunakan tes
yang telah dibuat penulis. Perangkat tes tersebut berupa tes objektif sejumlah 35
butir soal dengan alternatif empat jawaban dan sebelumnya telah dilakukan uji
kualitatif oleh team ahli (dalam penelitian kali ini adalah dosen pembimbing)
serta diuji cobakan secara kuantitatif untuk mengetahui daya pembeda, derajat
kesukaran, fungsi distraktor, dan reliabilitas. Tes yang telah teruji tersebut
kemudian digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa baik pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pelaksanaan tes dilakukan setelah
pembelajaran selesai dilaksanakan
3. Teknik Angket
Untuk mendapatkan data minat siswa terhadap pelajaran fisika digunakan
metode angket. Angket terdiri dari pertanyaan-pernyataan yang mengandung
kondisi mengenai minat belajar siswa yang terdiri dari 45 soal pilihan dengan 4
alternatif jawaban.
Penilaian angket adalah:
Untuk butir angket pertanyaan positif
a. Jawaban SS nilai: 4
b. Jawaban S nilai: 3
c. Jawaban TS nilai: 2
d. Jawaban STS nilai: 1
Untuk butir angket pertanyaan negatif
a. Jawaban SS nilai: 1
b. Jawaban S nilai: 2
c. Jawaban TS nilai: 3
d. Jawaban STS nilai: 4
Keterangan:
a. SS : Sangat Sesuai
b. S : Sesuai
c. TS : Tidak Sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. STS : Sangat Tidak Sesuai
Penggunaan empat alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghindari
banyaknya siswa yang lebih memilih alternatif jawaban tengah. Sebelum angket
digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan
konsultan pendidikan yang berkompeten mengenai kelayakan angket tersebut.
Apakah memenuhi syarat sebagai angket atau tidak.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen saat penelitian meliputi, Rencana Pelaksanaan Pelajaran
(RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dikonsultasikan kepada
pembimbing. Instrumen saat pengambilan data, yaitu angket minat siswa terhadap
fisika dan tes kemampuan kognitif siswa dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum
diteskan, angket minat belajar siswa terhadap fisika dan instrumen tes
kemampuan kognitif harus diuji cobakan terlebih dahulu.
1.Instrumen Angket
Angket minat siswa terhadap fisika digunakan untuk mengukur minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika.
Langkah-langkah dalam pembuatan angket:
a Membuat kisi- kisi angket minat siswa dengan langkah- langkah:
1) Menyusun aspek dan indikator minat siswa.
2) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-
masing indikator.
b Menyusun item sesuai dengan indikator
c Mengujicobakan terlebih dahulu angket minat siswa terhadap mata pelajaran
fisika.
d Menghitung reliabilitas dan validitas angket.
Untuk menghitung validitas dan reliabilitas angket digunakan rumus
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Validitas Angket
Untuk menguji validitas butir angket pada penelitian ini digunakan
rumus korelasi produk moment sebagai berikut:
2222
xy
YYN.XXN
YXXYNr
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item
X = menyatakan nilai dari variabel X (Skor butir nomor tertentu).
Y = menyatakan nilai dari variabel Y (Skor subyek nomor tertentu).
N = menyatakan jumlah subyek
Σ = menyatakan sigma / jumlah nilai.
Untuk xyr > tabelr maka soal valid sedangkan untuk xyr < tabelr maka soal invalid.
Di mana untuk mencari tabelr dengan menggunakan inerpretasi db = N – nr.
(Anas Sudijono, 2008:181)
Tabel 3.2: Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket
Kategori Nomor Item Jumlah Ket.
rpbi > r tabel
1, 2, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
40 Valid (-)
rpbi < r tabel 3, 4, 7, 21, 40 5 Invalid (+)
Keterangan : butir item yang valid dipakai, sedangkan butir item yang invalid
tidak dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Reliabilitas Angket
Untuk pengujian reliabilitas angket dengan kemungkinan jawaban 1, 2,
3, dan 4 digunakan rumus koefisien alpha yang dinyatakan sebagai berikut:
2
t
2i
11S
S1
1n
nr
Keterangan:
11r = reliabilitas butir secara keseluruhan
n = banyaknya butir pertanyaan
tiS = jumlah varian butir
2tS = varians total
NN
XX
S
2
i2
i2
i
NN
XX
S
2
t2
t2
t
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reabilitas angket (r11)
pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1) Apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reabilitasnya
dinyatakan telah memiliki reabilitas tinggi (= reliable).
2) Apabila r11 < 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reabilitasnya
dinyatakan belum memiliki reabilitas tinggi (un-reliable).
(Anas Sudijono, 2008:208-209)
Nilai realibilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,952 sehingga
instrumen tes dapat dikategorikan memiliki nilai reliabilitas Tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Instrumen Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
kognitif yang dicapai siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai data
nilai prestasi belajar. Untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa maka
perlu disusun instrumen terlebih dahulu untuk diujicobakan. Tes kognitif ini
memuat tentang materi- materi yang memuat sub pokok bahasan kalor sebanyak
35 soal tes obyektif dengan empat alternatif jawaban.
Sebelum tes dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes. Kemudian
dikonsultasikan dengan pembimbing sebagai analisa kualitatif butir soal.
Pengujian soal tes secara kualitatif diperoleh dengan menelaah butir tes untuk
aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa hingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.3: Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal
Kriteria Butir Soal Jumlah %
Diterima 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 36,
37, 38, 39, 41, 44, 45
34 76
Direvisi 1, 2, 3, 15, 17, 19, 33, 34, 40, 42, 43 11 24
Ditolak - 0 0
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8
Langkah selanjutnya soal hasil analisa kualitatif kemudian diujicobakan.
Pengujian soal tes secara kuantitatif dilakukan pada siswa kelas VII di sekolah
yang dinilai memiliki prestasi yang sebanding dengan sekolah yang akan diteliti
yaitu SMP Negeri 20 Surakarta. Hasil pengujian yang diperoleh adalah sebagai
berikut: Kegunaannya adalah untuk memilih butir soal yang baik dan memenuhi
syarat- syarat daya pembeda, taraf kesukaran, validitas dan reliabilitas. Butir soal
yang memenuhi syarat dapat digunakan sebagai instrumen dan yang tidak
memenuhi tidak digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Daya Pembeda Item
Daya pembeda item adalah kemampuan sesuatu butir tes hasil belajar
untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (kemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Untuk menentukan daya
pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50%
kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari nilai teratas sampai
terbawah. Indeks pembeda (diskriminasi) berkisar antara 0,0 sampai 1,0 walaupun
ada tanda positif dan negatif.
D =-1,00 D = 0,00 D = +1,00
Gambar 3.1. Batasan Daya Pembeda
BAB
B
A
A PPJ
B
J
BD
Dengan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelas bawah
BA = banyaknya kelas atas menjawab soal itu benar
BB = banyaknya kelas bawah menjawab soal itu benar
A
AA J
BP = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Daya pembeda item bersifat
negatif
Item yang bersangkutan tidak
memiliki daya pembeda sama
Daya pembeda item bersifat
positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Diskriminasi Item dan Interpretasinya
Besarnya Angka
Indeks Diskriminasi
Item (D)
Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20
0,20- 0,40
0,40- 0,70
0,70- 1,00
Bertanda negatif
poor
satisfactory
good
excellent
–
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek) dianggap
tidak memiliki daya pembeda yang baik
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
daya pembeda yang cukup (sedang).
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
daya pembeda yang baik.
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
daya pembeda yang baik sekali.
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negative (jelek sekali)
(Anas Sudijono, 2008: 389)
Tabel 3.5: Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda (D)
Kategori Nomor Butir Jumlah Ket.
D < 0,20
Jelek2, 10, 17, 20, 22, 23, 26, 36, 38, 41, 10 (+)
0,20- 0,40
Sedang
1, 3, 6, 7, 9, 11,12, 13, 14, 15,16, 18,
24, 25, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39,
40, 44, 45
26 (-)
0,40- 0,70
Baik4, 5, 8, 19, 21, 27, 29, 42, 43 9 (-)
0,70- 1,00
Baik sekali- 0 (-)
Bertanda (-)
Jelek sekali- 0 (+)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Derajat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Untuk menunjukkan sukar atau mudah digunakan indeks kesukaran. Dalam
istilah evaluasi indeks kesukaran diberi simbol p. Indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal itu sulit sedangkan indeks kesukaran 1,0 menunjukkan
bahwa soal mudah. Indeks kesukaran dirumuskan sebagai berikut:
P = JS
B
Dimana: P = angka indeks kesukaran item
B = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan benar
JS = jumlah testee yang mengikuti tes hsil belajar
Interpretasi terhadap angka indek kesukaran item, Robeet L. Thorndike dan
Elizabeth Hagen dalam bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in
Psycology and Education mengemukakan sebagai berikut:
Tabel 3.6: Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30
0,30-0,70
Lebih dari 0,70
Terlalu sukar
Cukup (Sedang)
Terlalu mudah
(Anas Sudijono, 2008:372)
Tabel 3.7: Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran Soal (p)
Kategori Nomor Item Jumlah Ket.
Mudah
P > 0.7020, 22, 23, 3
Tidak
Baik (+)
Sedang
0.30 p 0.70
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,13, 14,
15, 16, 18, 19, 21, 24, 25, 26, 27,28,
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
40 Baik (-)
Sukar
P < 0.3010, 17, 2
Tidak
Baik (+)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan : ( + ) = tidak memenuhi kriteria item soal yang baik
( - ) = memenuhi kriteria item soal yang baik
c. Fungsi Distraktor
Pada tes obyektif bentuk multiple choice, setiap butir itemnya yang
dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa
kemungkinan jawaban atau sering dikenal dengan istilah option atau alternatif.
Dari kemungkinan-kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item
itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (= kunci jawaban);
sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salh itulah
yang biasa dikenal dengan istilah distraktor (= pengecoh).
Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik
apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari seluruh
peserta tes
Tabel 3.8: Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor.
Kategori Nomor Item Jumlah Ket.
≥ 5%
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 24, 25,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
37, 39, 40, 42, 43, 44, 45
37 (-)
< 5% 2, 20, 22, 23, 26, 36, 38, 41 8 (+)
d. Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif
sama pada saat akan dilakukan pengukuran lagi pada responden yang sama pada
waktu yang berlainan. Reliabel tes hasil belajar diuji dengan KR- 20 yaitu:
2t
ii11
s
qp1
1n
nr
Dengan;
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1 = Bilangan konstan
St2 = variansi total
pi = proporsi testee yang menjawab benar pada butir ke- i
qi = proporsi testee yang menjawab salah 1- pi
(Anas Sudijono, 2008:252-253)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas instrumen
tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1) Apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan telah memiliki reabilitas tinggi (= reliable).
2) Apabila r11 < 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan belum memiliki reabilitas tinggi (un-reliable).
Nilai realibilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,847. sehingga
instrumen tes dapat dikategorikan memiliki nilai reliabilitas Tinggi.
e. Keputusan Analisis Soal
Berdasarkan karakteristik daya pembeda, derajat kesukaran, dan fungsi
distraktor yang telah dicari melalui teori tes klasik tersebut, maka dapat diambil
keputusan item soal yang dipakai dan yang di buang. Lebih jelasnya disajikan
dalam tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.9: Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes Klasik
No.Kriteria Item
KeteranganD p p.e
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
-
-
-
+
-
-
+
-
+
+
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
+
-
-
-
-
dipakai
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
ditolak
ditolak
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
ditolak
dipakai
dipakai
dipakai
dipakai
Perhitungan secara lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran
G. Teknik Analisis Data
1. Penyajian Data
Normalitas distribusi frekuensi nilai kognitif yang dimiliki, baik berupa
data keadaan awal maupun data hasil penelitian disajikan dalam bentuk kurva
yang diperoleh dengan menggunakan metode Chi kuadrat sebagai berikut:
a. Rentang Kelas
Merangkum dari Anas Sudijono (2008: 322-345) tentang pengolahan dan
pengubahan skor mentah hasil tes belajar menjadi standar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok (Norm Reference
Evaluation)
> X + 2SDX + 1SD s.d X + 2SD
X s.d X + 1SDX - 1SD s.d X
X - 2SD s.d X -1SD
< X - 2SD
Keterangan: X : rerata keseluruhan
SD : standar deviasi
b. Distribusi Frekuensi
Pembentukan kurva didasarkan pada pembandingan nilai frekuensi relatif
hasil pengamatan dan frekuensi harapan sesuai dengan metode Chi kuadrat,
dengan kurva yang dipilih adalah kurva berbentuk linier tipe XY (Scatter).
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal
Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti maka
dicari dahulu kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dengan menggunakan uji-t 2 ekor. Prosedur uji-t 2 ekor sebagai
berikut :
a. Hipotesis
H0 : 21 μμ : tidak ada perbedaan keadaan awal antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
H1 : 21 μμ : ada perbedaan keadaan awal antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol.
b. Statistik Uji
t =
21
21
n
1
n
1s
xx
(Nana Sudjana,2005:239)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keterangan :
x 1 : rata-rata kelompok eksperimen
x 2 : rata-rata kelompok kontrol
n1 : cacah anggota kelompok eksperimen
n2 : cacah anggota kelompok kontrol
s2 : varians gabungan
Kriteria :
H0 diterima jika :-t tab < t hitung < t tab
H1 ditolak jika : t hitung t tabhitungatau t t tab
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
3. Uji Prasyarat Analisis
Untuk menguji hipotesis, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat
analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berasal
dari populasi yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
uji normalitas yang digunakan adalah metode liliefors. Prosedur uji normalitas
dengan menggunakan metode liliefors adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan
rumus : Z1 = SD
XX1 dengan X rerata dan SD simpangan baku.
2) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku. Kemudian dihitung peluang F( Zi ) = P ( Z Zi ).
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu
n
fZS
i
n
1ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Keterangan :
fi : cacah Z dimana Z Zi
n : cacah semua observasi n
5) Statistik uji
iiobs ZSZFMaxL
6) Daerah kritik
DK = nα,obs LLL
7) Keputusan uji
Jika Lobs < Ltabel maka hipotesis H0 diterima. Sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
(Budiyono, 2004 :170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sample berasal
dari populasi yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitasnya
menggunakan uji Bartlett yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : 24
23
22
21 σσσσ (sampel homogen)
H1 : 24
23
22
21 σσσσ (paling sedikit terdapat satu variansi yang berbeda
atau sampel tidak homogen)
2) Statistik uji
2jjG
2 SlogfRKlogfc
2,303χ
Keterangan :
f : derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N : banyaknya seluruh nilai
k : cacah sampel
fj : derajat kebebasan untuk Sj2= nj – 1; j=1,2,….,k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
c =
f
1
fj
1
1k3
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
RKG = rataan kuadrat galat =f
SS j ; 2
jjj
2j2
jj S1nn
ΣxΣxSS
3) Daerah Kritik
DK = 21kαj;
22 χχχ
4) Keputusan Uji
Jika χ 2hitung < χ 2
j: k -1, maka kedua populasi homogen.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan
Anava digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor
A dan B serta interaksi terhadap variabel terikat.
1) Model
Xijk = = i + j + ij + ijk
(Budiyono, 2004 : 228)
Keterangan
Xijk : observasi pada subyek ke-k dibawah faktor A kategori ke-i faktor
B kategori ke-j
: rerata besar
i : efek faktor A kategori i
j : efek faktor B kategori j
ij : interaksi faktor A dan B
ijk: kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal
i = 1,2,3,....,p ; p : cacah kategori A
j = 1,2,3,....,q ; q : cacah kategori B
k = 1,2,3,....,n ; n : cacah kategori pengamatan setiap sel
2) Hipotesis
a) H01 : i = 0 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
discovery-inquiry tebimbing dengan metode discovery-inquiry bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan
kognitif siswa.
H11:i≠0 Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
discovery-inquiry tebimbing dengan metode discovery-inquiry bebas
yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan
kognitif siswa.
b) Ho2:j=0: Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan
minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan
kognitif siswa
H12:j≠0 Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi
dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap
kemampuan kognitif siswa.
c) Ho12:()ij=0 Ada interaksi pengaruh antara tingkatan minat belajar
siswa dengan penggunaan metode discovery-inquiry pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
H112:()ij≠0 Tidak ada interaksi pengaruh antara tingkatan minat
belajar siswa dengan penggunaan metode discovery-inquiry pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
3) Komputasi
Keterangan
A : penerapan pengajaran dengan menggunakan metode Discovery-
Inquiry
B : minat belajar siswa
A1 : metode Discovery-Inquiry terbimbing
A2 : metode Discovery-Inquiry bebas yang dimodifikasi
B1 : minat belajar siswa tinggi
B2 : minat belajar siswa rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 3.10. Persiapan Uji Anava Dua Jalan
B
A B1 B2 Total
A1 A1B1 A1B2 A’1
A2 A2B1 A2B2 A’2
Total B’1 B’2 G
4) Komponen jumlah kuadrat
a) = pq
G'2
b) = ji,
ijSS dengan CXSSk
2ijkij dan
ijk
2
ijk
n
XC
c) = q
Ai
2i
d) = p
Bi
2i
e) = 2
ijijB'A'
5) Jumlah kuadrat
JKA = 13h n
JKB = 14h n
JKAB = 1345h n
JKG = ijSS
JKT = ijSS15nh
6) Derajat kebebasan
dkA = p –1
dkB = q –1
dkAB = (p –1)(q –1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dkG = pq (N –1)
dkT = Npq –1 = N – 1
7) Rerata Kuadrat
RKA = JKA/ dkA
RKB = JKB / dkB
RKAB = JKAB / dkAB
RKG = JKG / dkG
8) Statistik Uji
FA = RKA/ RKG
FB = RKB/ RKG
FAB = RKAB/ RKG
9) Daerah Kritik
DKA = FA > F;q-1,N-pq
DKB = FB > F;q-1,N-pq
DKAB= FAB > F;(p-1)(q-1),N-pq
10) Keputusan uji
H01 ditolak jika Fa > F;q-1,N-pq
H02 ditolak jika Fb > F;q-1,N-pq
H03 ditolak jika Fab > F;(p-1)(q-1),N-pq
11) Rangkuman ANAVA
Tabel 3.11. Rangkuman Anava
Sumber
Variansi JK dk RK F P
Efek Utama
Baris (A)
Kolom (B)
JKA
JKB
p-1
q-1
RKA
RKB
FA
FB
> α atau<α
> α atau<α
Interaksi
(AB)
Kesalahan
JKAB
JKG
(p-1)(q-1)
N-pq
RKAB
RKG
FAB
- > α atau<α
Total JkT N-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava digunakan uji komparasi ganda scheffe. Uji ini untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan
setiap pasangan sel, langkah-langkah dalam menggunakan metode scheffe.
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
jiG
2ji
ji
n
1
n
1RK
xxF
b) Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j
jiG
2ji
ji
n
1
n
1RK
xxF
c) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel kj
kjijG
2kjij
kjij
n
1
n
1RK
xxF
d) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel ik
ikijG
2ikij
ikij
n
1
n
1RK
xxF
4) Menentukan tingkat signifikansi ()
5) Menentukan DK dengan rumus sebagai berikut :
a) DKi-j = pqN1,:pαjiji q)F(pFF
b) DKi-j = pqN1,q:αjiji 1)F(qFF
c) DKij-kj = pqN1,:pqαkjijkjij 1)F(pqFF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d) DKij-ik = pqN1,:pqαikijikij q)F(pFF
6) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
7) Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasangan komparasi
rerata.
(Budiyono, 2004 : 228)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IVHASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian dilaksanakan di SMP N 16 Surakarta dengan menggunakan
dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas
adalah penggunaan metode discovery – inquiry terbimbing dan metode discovery -
inquiry.bebas termodifikasi serta minat belajar siswa. Sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
Jumlah kelas yang digunakan adalah 2 kelas yaitu kelas VII C yang
terdiri dari 35 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang terdiri
dari 35 siswa sebagai kelas kontrol, secara keseluruhan terdapat 70 siswa. Data
yang diperoleh adalah hasil dokumentasi nilai ulangan siswa pada pokok bahasan
pemuaian sebagai data keadaan awal siswa, skor angket dan nilai hasil tes pokok
bahasan kalor setelah diberi perlakuan. Secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa
Data nilai keadaan awal siswa diambil dari nilai ulangan Fisika pada
pokok bahasan pemuaian. Deskripsi nilai kemampuan awal siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Rerata
( X )Median
(Me)
NilaiJangkauan
(J)
Standar Deviasi
(SD)Min Max
Eksperimen 60,49 60 45 80 35 9,886
Kontrol 59,71 63 43 80 37 10,815
Kriteria normalitas distribusi frekuensi keadaan awal siswa kelompok
eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.2. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
MutlakRelatif
(%)
Harapan
(%)
( >80,25) 0 0 0
(70,34 – 80,25) 5 14 15
(60,49 – 70,34) 10 29 35
(50,61 – 60,49) 12 34 35
(40,73 – 50,61) 8 23 15
( < 40,73) 0 0 0
Gambar 4.1. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
.Kriteria normalitas distribusi frekuensi keadaan awal siswa kelas kontrol
ditunjukkan tabel 4.3
63
34% 29% 14%23%
40,73 50,61 60,49 70,34 80,25
: frekuensi harapan: frekuensi hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
MutlakRelatif
(%)
Harapan
(%)
( > 81,33) 0 0 0
(70,52 - 81,33) 5 14 15
(59,71 - 70,52) 13 37 35
(48,90 - 59,71) 10 29 35
(38,09 - 48,90) 7 20 15
( < 38,09 ) 0 0 0
Gambar 4.2. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa
Data tingkat minat belajar siswa diperoleh dari penyebaran angket kepada
siswa tentang minat siswa dalam belajar Fisika. Minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran Fisika dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah.
Siswa dikatakan memiliki minat belajar Fisika kategori tinggi apabila skornya
29% 37% 14%20%
38,09 48,90 59,71 70,52 81,33
: frekuensi harapan: frekuensi hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lebih dari atau sama dengan median gabungan dari kedua kelas, sedangkan siswa
dikatakan memiliki minat belajar fisika kategori rendah apabila skornya kurang
dari median gabungan kedua kelas. .
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi pembelajaran dengan
metode discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan kelompok kontrol adalah
kelompok yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-inquiry bebas
termodifikasi. Deskripsi perolehan nilai angket kedua kelas yaitu:
Tabel 4.4. Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Rerata
( X )Median
(Me)
NilaiStandar Deviasi
(SD)Min Max
Eksperimen 140,8 140 102 170 16,4
Kontrol 131,6 137 92 155 16,8
Rata-rata gabungan minat belajar 136,2
Median gabungan minat belajar 138,5
Sehingga siswa yang memiliki skor minat belajar Fisika lebih dari atau
sama dengan 138,5 maka termasuk kategori tinggi, sedangkan siswa yang
memiliki skor kurang dari 138,5 termasuk kategori rendah. (lampiran).
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa
Deskripsi nilai kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.5.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran).
Tabel 4.5. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Rerata
( X )Median
(Me)
NilaiJangkauan
(J)
Standar Deviasi
(SD)Min Max
Eksperimen 62,63 63 37 83 46 11,13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Kontrol 59,60 60 31 86 55 15,56
Kriteria normalitas distribusi frekuensi kemampuan kognitif siswa kelas
eksperimen ditunjukkan tabel 4.6
Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
MutlakRelatif
(%)
Harapan
(%)
(> 84,89) 0 0 0
(73,76 – 84,89) 5 14 15
(62,63 – 73,76) 15 43 35
(51,50 – 62,63) 8 23 35
(40,37 – 51,50) 6 17 15
(< 40,37) 1 3 0
Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen
Kriteria normalitas distribusi frekuensi kemampuan kognitif siswa kelas
kontrol ditunjukkan tabel 4.7
23% 43% 14%17%
40,37 51,50 62,63 73,76 84,89
: frekuensi harapan: frekuensi hasil penelitian
3%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
MutlakRelatif
(%)
Harapan
(%)
(> 90,70) 0 0 0
(75,15 – 90,70) 8 23 15
(59,60 – 75,15) 10 29 35
(44,05 – 59,60) 9 26 35
(28,50 – 44,05) 8 23 15
(<28,50) 0 0 0
Gambar 4.4. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal
Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian
adalah nilai ulangan siswa pada pokok bahasan pemuaian. Uji kesamaan keadaan
awal dilakukan dengan menggunakan rumus uji t-dua pihak. Sebelum dilakukan
: frekuensi harapan: frekuensi hasil penelitian
29% 26% 23%23%
28,50 44,05 59,60 75,15 90,70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Uji-t dua pihak terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan
Homogenitas.
Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan rumus lilliefors
diperoleh hasil:
a. Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,09 dan harga
kritik L0,05; 35 = 0,15. Karena Lobs < L0,05;35, maka dapat dikatakan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lampiran )
b. Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0.09 dan harga
kritik L0.05;35 = 0,15 atau (Lobs < L0.05;35), yang berarti sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. (lampiran )
Hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlett untuk sampel kelas
eksperimen dan kontrol diperoleh harga 34,02 hitung . Harga ini tidak melebihi
harga 2tabel = 3,84 untuk dk =1 dan taraf signifikansi 5 %, yang berarti sampel
berasal dari populasi yang homogen. (lampiran )
Uji kesamaan keadaan awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keadaan awal yang
sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga ttabel = 1,99
dengan db = (35+35-2) = 68 dan taraf signifikansi 5 % dan dari hasil perhitungan
uji t didapatkan thitung = 0,03 sehingga - ttabel = -1,99 < thitung =0,03 < ttabel = 1,99
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara keadaan
awal kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
2. Uji Prasyarat Analisis
Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan
Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai postes
kemampuan kognitif pada pokok bahasan kalor.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara
Lobs dan Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sample berasal dari populasi
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs>Ltabel maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,06 dan harga
kritik L0.05; 35= 0,15. Karena Lobs tidak melebihi harga Ltabel (L0.05; 35) maka
dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. (Lampiran)
2) Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,09 dan harga
kritik L0.05; 35 = 0,15. Karena Lobs < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa sampel
pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Lampiran)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan
adalah dengan menggunakan Uji Bartlett. Dari hasil perhitungan diperoleh
69,32 hitung . Apabila dikonsultasikan dengan 2tabel dengan taraf signifikansi 5%
diperoleh 21;05.0 = 3,84. Karena 2
1;05.02 hitung atau 3,69 < 3,84 maka dapat
dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.(Lampiran)
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Analisis Variansi
Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas. Pertama adalah metode
discovery – inquiry terbimbing dan discovery – inquiry yang dimodifikasi. Kedua
adalah minat belajar siswa yang dibedakan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan
rendah. Untuk variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Kalor. Analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan
dengan isi sel tak sama. Hasil Anava dua jalan isi sel tak sama terhadap
kemampuan kognitif siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan pendekatan
keterampilan proses melalui metode pembelajaran dan kemampuan pemahaman
konsep siswa disajikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel Tak Sama.
Sumber Variansi JK dk RK Fobs Fα P
Efek Utama
A (Baris) 59,20 1 59,20 0,32 3,99 > 0.05
B (Kolom) 7410,74 1 7410,74 40,57 3,99 < 0.05
Interaksi (AB) 369,34 1 369,34 2,02 3,99 > 0.05
Ralat 12056,68 66 182,68
Total 19895,97 69
Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 4.8. dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai
berikut:
1) Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode
discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2)
terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor, sebab Fhitung =
0,32 < Ftabel = 3,99. (Lampiran )
2) Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar
rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
Kalor, sebab Fhitung= 40,57 > Ftabel = 3,99. (Lampiran )
3) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A)
dan minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan Kalor, sebab Fhitung = 2,02 < Ftabel = 3,99. (Lampiran )
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan antar rerata pada
Anava, maka dilakukan uji komparasi ganda antar kolom dan antar baris dengan
metode scheffe, dengan rangkuman komparasi ganda sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.9. Rangkuman Komparasi Ganda
Komparasi
Ganda
RerataStatistik
Uji
Harga
Kritik P kesimpulan
1 2 (F) 0,05
B1 vs B2 70,74 49,69 42,48 3,99 <0,05 B1 > B2
Perhitungan uji uji komparasi ganda selengkapnya terdapat pada lampiran.
Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 4.9. dapat disimpulkan hasil uji coba rerata yaitu:
FB12 = 42,69 > F0.05; 1.66 = 3,99 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (minat belajar tinggi) dengan
baris B2 (minat belajar rendah) terhadap kemampuan kognitif siswa. (Lampiran )
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis variansi dan Uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal
sebagai hasil penelitian:
1. Uji Hipotesis Pertama
0:0 iAH Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing
(A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem
discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
0:0 iAH : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-
inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan
penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem
discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem
discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry
melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor Hasil penelitian setelah diuji anava
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
didapatkan nilai FA12 = 2,02 lebih kecil dari F0,05;1.66 = 3,99. Pada uji lanjut anava
tersebut menunjukkan bahwa perbedaan rerata kemampuan kognitif siswa antara
penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry
terbimbing dan penggunaan metode discovery-incuiry melalui sistem discovery-
inquiry bebas termodifikasi tidak signifikan. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
discovery-inquiry terbimbing menghasilkan kemampuan kognitif yang hampir
sama dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi.
Berbeda dengan hasil penelitian relevan yang digunakan sebagai
referensi oleh peneliti. Dalam penelitian yang relevan diperoleh hasil bahwa
penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi memberikan
pengaruh yang lebih baik teradap kemampuan analisis kognitif daripada
pendekatan discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan pada penelitian yang lain
menyatakan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing mempunyai
kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui metode discovery-inquiry
bebas yang dimodifikasi. Dari perbedaan hasil penelitian yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran yang digunakan memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memiliki kecocokan yang
berbeda sesuai dengan jenjang pendidikan dari peserta didik. Hal itulah yang
menjadi salah satu penyebab ditolaknya hipotesis dari peneliti.
Penyebab lain ditolaknya hipotesis adalah pelaksanaan pembelajaran
dengan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas
termodifikasi belum bisa berjalan secara optimal. Karena metode discovery-
inquiry merupakan metode pembelajaran yang diadopsi dari luar dan baru pertama
kali digunakan di sekolah yang diteliti sehingga tidak semua siswa langsung
paham dalam mengikuti pembelajaran baik dengan metode discovery-inquiry
terbimbing maupun metode discovery-inquiry bebas termodifikasi. Dimungkinkan
karena siswa SMP kelas VII kurang terbiasa dengan kemandirian dalam
pembelajaran penemuan. Mereka lebih cenderung menerima daripada mencari dan
menemukan konsep materi yang dipelajari. Upaya untuk dapat memancing siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
agar lebih aktif dalam pembelajaran telah dilakukan, namun karena baru pertama
kali kedua metode pembelajaran discovery-inquiry tersebut diberikan, sehingga
siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengungkap konsep materi.
Dan untuk menghindari kesalahan konsep dalam pembelajaran, maka penelitian
yang dilakukan dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi guru masih
harus terlibat aktif dalam pembelajaran yang seharusnya keterlibatan guru hanya
dilakukan saat menggunakan discovery-inquiry terbimbing saja. Hal seperti itulah
yang menyebabkan hasil belajar kognitif kedua kelas memiliki perbedaan rerata
yang tidak signifikan.
.
2. Uji Hipotesis Kedua
0:0 jBH : Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1)
dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
0:1 jBH : Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1)
dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa: Ada
perbedaan pengaruh minat belajar siswa yang tinggi dan rendah terhadap
kemampuan kognitif siswa. Dari uji lanjut anava menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang memiliki minat belajar
kategori tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Rerata siswa
yang memiliki minat belajar tinggi 70,74 sedangkan siswa yang memiliki minat
belajar rendah 49,69. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki
kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar
rendah. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dibandingkan dengan
siswa yang memiliki minat belajar rendah. Dengan perbedaan semacam ini maka
penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki minat belajar
tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Uji Hipotesis Ketiga
0:0 ijABH : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode belajar
discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
0:1 ijABH : Ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-
inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat
belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode discovery-inquiry baik melalui
sistem discovery-inquiry terbimbing maupun penggunaan metode discovery-
inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai
pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa
D. Keterbatasan Penelitian
Proses penelitian memiliki beberapa keterbatasan. Kurang optimalnya
pelaksanaan penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing maupun
penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan salah satu
keterbatasan dalam penelitian. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran dengan
metode discovery-inquiry terbimbing, ternyata tidak semua siswa belajar secara
aktif. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discovery-
inquiry bebas termodifikasi, peneliti masih harus membimbing karena sebagian
besar siswa belum memahami proses pembelajarannya. Peneliti mengidentifikasi
penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik pengambilan sample, kemampuan
awal sample yang tidak mendukung keberlangsungan penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan, waktu yang tersedia untuk penyesuaian materi
pembelajaran dengan metode yang digunakan masih kurang. Dari Keterbatasan
yang telah disebutkan tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat memperoleh
hasil mengenai metode mana yang lebih efektif berpengaruh terhadap kemampuan
kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan:
1. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode
discovery-inquiry terbimbing dan penggunaan metode discovery-inquiry bebas
termodifikasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
Siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry
terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa
yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-inquiry bebas
termodifikasi.
2. Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi dan
rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa
yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif
yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar kategori rendah.
3. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode belajar discovery-
inquiry dan minat belajar siswa terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa
pada pokok bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-
inquiry sebagai metode pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang
dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
B. IMPLIKASI
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Pembelajaran Fisika dengan
menggunakan metode belajar discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry
yang dimodifikasi dapat membantu siswa dalam menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Kedua metode ini sama baiknya jika
digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu Fisika untuk materi Kalor di SMP.
Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah minat belajar siswa yang
tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kognitif siswa.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Oleh karena itu, minat belajar siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh
kemampuan kognitif yang optimal.
Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah bahwa minat belajar
siswa memberikan pengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa.
Siswa dengan minat belajar tinggi memperoleh peningkatan kemampuan kognitif
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan minat belajar rendah.
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini di sekolah adalah minat belajar
siswa merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh
guru selain pendekatan dan metode pembelajaran. Peningkatan minat belajar
siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi, penggunaan multimedia dalam pembelajaran,
penggunaan contoh-contoh nyata dalam pembelajaran untuk memperjelas konsep
serta meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
C. SARAN
Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan kelebihan dan kekurangan pendekatan dan metode-metode
mengajar, sehingga dapat memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk
suatu kompetensi tertentu.
2. Guru sebaiknya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya
minat belajar siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat
memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
3. Kepada rekan mahasiswa, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian yang lain dengan mengkaitkan beberapa aspek yang belum
dikembangkan dari variabel yang telah disebutkan.