Kosala Journal Vol. IV January 1982 _ January 1983 No. II _ II - Awadha Society
ii - e-Journal by Forikes
Transcript of ii - e-Journal by Forikes
ii
Metodologi Penelitian dalam Bidang Kesehatan
Kuantitatif & Kualitatif
Dr. Sri Hernawati, drg., M.Kes.
Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
2017
iii
Metodologi Penelitian dalam Bidang Kesehatan,
Kuantitatif & Kualitatif
Penulis: Dr. Sri Hernawati, drg., M.Kes.
ISBN xxxxxxxxxxxxxxxxx
Penerbit: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
2017
Jalan Cemara 25, RT. 001, RW. 002 Dare, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,
Ponorogo, Jawa Timur
E-mail: [email protected]
Telepon: 082142259360
Editor: Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, M.M.Kes., CPMC.
Edisi I Cetakan I
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini
dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penerbit.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan
rahmat-NYA buku Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kesehatan ini dapat
diselesaikan dan merupakan buku referensi Metodologi Penelitian yang dapat di pakai
mahasiswa, tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan sarana bagi tenaga kesehatan.
Buku ini merupakan bagian kecil dari buku Metodologi Penelitian Dalam Bidang
Kesehatan, diharapkan dapat menjadi pelengkap referensi lainnya yang sudah ada.
Selain itu juga diharapkan dengan adanya buku ini dapat menjadi pegangan dan
mempermudah dosen pengajar dan mahasiswa metodologi penelitian dalam proses
belajar dan mengajar.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih terhadap teman-teman
sejawat yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan dan tidak luput
dari kesalahan, pada kesempatan ini kami mengharap saran dan kritik dari sejawat
sekalian dan para pembaca lainnya, agar edisi yang berikutnya akan lebih baik.
Penulis
v
Daftar Isi
Sampul depan (i)
Halaman Judul I (i)
Halaman Judul II (iii)
Prakata (iv)
Daftar Isi (v)
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. RUANG LINGKUP METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 1
B. TUJUAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS ....................................................... 5
C. LITERATUR REVIEW, KONSEP DAN TEORI ............................................. 12
D. KERANGKA KONSEP ................................................................................... 25
BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF ........................................... 28
A. JENIS – JENIS PENELITIAN ......................................................................... 28
B. RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF .............................................. 35
C. PENYUSUNAN KERANGKA TEORI DAN PENGUKURAN ....................... 40
D. POPULASI DAN SAMPEL ............................................................................. 54
E. VARIABEL DAN DO ..................................................................................... 62
F. INFORM CONCENT ETIK DAN PLAGIARISME ......................................... 74
G. SURVEI KUESIONER KUANTITATIF ...................................................... 81
BAB III JENIS PENELITIAN KUALITATIF ............................................................ 95
A. LANDASAN TERITIS METODE KUALITATIF ........................................... 95
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF ......................................... 99
C. TEKNIK ANALISIS DATA DAN VALIDASI DATA KUALITATIF .......... 101
D. PENENTUAN LOKASI DAN INFORMAN .................................................. 111
E. SURVEY KUESIONER KUALITATIF ......................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 118
1
BAB I PENDAHULUAN
A. RUANG LINGKUP METODOLOGI PENELITIAN
Pengertian dari ruang lingkup adalah batasan. Metodologi penelitian
ialah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melekukan suatu
penelitian. Sebagai ilmu yang mempelajari metode-metode untuk melakukan
penelitian, ruang lingkup pembahasannya meliputi metode penelitian, metode
pengambilan sampel, metode pengumpul dan inventarisasi data, metode
penyajian data dan metode analisis data.(Research Institute Industrial, 2010)
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris dan sistematis.(Abdurrahmat Fhatoni 2006 : 98 ).
a. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
b. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra
manusia, sehingga orang lainpun dapat mengamatinya.
c. Sistematis berarti proses yang dilakukan dalam penelitian itu
menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.
Secara garis besar metode penelitian di bedakan atas tiga metode pokok,
yaitu:
a. Studi kasus
Kasus artinya kejadian / peristiwa. Studi kasus berarti penelitian terhadap
suatu kejadian atau peristiwa ini hendaknya tidak di artikan sebagai
kejadian atau peristiwa biasa, yang menurut konsep bahasa inggris di
sebut event. Suatu kejadian atau peristiwa yang mengundang masalah
atau perkara, sehingga perlu ditelaah kemudian dicarikan cara
penanggulangannya, antara lain melalui penelitian, seperti studi kasus
2
yang dilakukan oleh psikologi. Dalam rangka mempelajari suatu masalah
yang timbul akibat adanya gejala kriminal atau perdata, kemudian juga
untuk dicari cara-cara penanggulangannya, melalui pendikatan hukum.
b. Eksperimen
Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode
percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap
variabel yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja
diciptakan. Dalam metode ini ditetapkan sedikitnya tiga variabel yang
akan dihadapi. Pertama, variabel yang akan dipelajari pengaruhnya
disebut variabel tidak terikat. Kedua, Variabel eksperimen. Ketiga.
Variabel non-eksperimen. Variabel eksperimen ialah variabel yang
dimanipulasi atau diberi perlakuan oleh variabel yang terikat, disebut
non-eksperimen ialah variabel yang tidak dimanipulasi tetapi difungsikan
sebagai alat kontrol dan oleh sebab itu variabel ketiga ini disebut variabel
kontrol.
c. Survei
Survei artinya pemeriksaan / pengukuran. Metode survei berarti metode
pemeriksaan dan pengukuran metode penelitian yang dilakukan untuk
mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala
empirik yang berlangsung dilapangan atau lokasi penelitian, umumnya
dilakukan terhadap unit sampel yang dihadapi sebagai responden dan
bukan terhadap seluruh populasi sasaran.
2. Ruang Lingkup Metodologi Penelitian Ilmu kesehatan Masyarakat
Ruang lingkup metodologi penelitian ilmu kesehatan masyarakat adalah:
(Abdurohman Fatoni. 2006)
a. Epidemologi
Lingkup penelitian ini adalah segala bentuk penelitian yang
membahas ini adalah pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang
terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian
kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran
berbasis bukti (eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan
faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan penanganan yang
3
optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif. Menurut
Dr. Anton Muhibuddin (Universitas Brawijaya), saat ini epidemiologi
telah berkembang pesat baik pendalaman ilmunya maupun perluasan
ilmunya.
Perluasan ilmu epidemiologi saat ini juga mencakup
epidemiologi bidang pertanian agrokompleks (termasuk perikanan,
perkebunan, prikanan) dan mikrobiologi. Perluasan tersebut dirasa perlu
karena manfaat epidemiolgi sangat nyata dirasakan dalam bidang-bidang
ilmu tersebut. Pendalaman epidemiologi diantaranya meliputi peramalan
berbasis komputer dan pengelolaan agroekosistem. Epidemiologi
menggunakan beragam alat-alat ilmiah, dari kedokteran dan statistik
sampai sosiologi dan antropologi. Banyak penyakit mengikuti arus
migrasi penduduk, sehingga pemahaman tentang bagaimana penduduk
bergerak mengikuti musim sangat penting untuk memahami penyebaran
penyakit tertentu pada populasi tersebut. Epidemiologi tidak hanya
berkutat pada masalah penyebaran penyakit, tetapi juga dengan cara
penanggulangannya.
b. Biostatistik
Lingkup ini membahas tentang metode kuantitatif untuk
menyimpulkan berbagai fenomena biologis berdasarkan data
empiris yang didapat melalui penginderaan fisik atau observasi. Untuk
aplikasi bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, biostatistik
merupakan alat penting untuk: mengembangkan perangkat
diagnostik, metode pengobatan baru, pengukuran besar masalah suatu
penyakit, identifikasi faktor risiko berbagai penyakit, evaluasi usaha
pencegahan penyakit di masyarakat, dan sangat banyak pertanyaan
penelitian lain yang memerlukan jawaban melalui pengukuran
kuantitatif.
c. Kesehatan Lingkungan
Lingkup yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara
kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan
komponen lingkungan hidup, seperti berbagai spesies kehidupan, bahan,
4
zat, atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari
upaya-upaya pencegahannya.
d. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Lingkup yang membahas tentang profesi kesehatan masyarakat
yang memiliki akar tiga bidang dasar ilmu, yaitu ilmu perilaku
(psikologi, sosiologi dan antropologi), pendidikan dan kesehatan
masyarakat. Selain itu juga didukung oleh ilmu-ilmu filsafat, sejarah,
humaniora, ilmu politik dan ekonomi.
e. Administrasi Kesehatan Masyarakat
Lingkup yang membahas tentang Suatu proses yang menyangkut
perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan, pengawasan,
pengkoordinasian dan penilaian terhadap sumber, tatacara, dan
kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntuan akan
kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan sehat dengan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya, kelompok
dan masyarakat.
f. Gizi Masyarakat
Lingkup ini membahas tentang gizi masyarakat, dimulai dari cara
produksi pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan
oleh tubuhyang sehat dan sakit. Lingkup gizi berkaitan dengan ilmu
agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi
molekuler dan kedokteran.
g. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lingkup yang membahas bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja
di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk
memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja,keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang
juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
5
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang
waktu.Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan,
pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti
sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik
industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan
industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
h. Sistem Informasi Kesehatan
Lingkup yang membahas tentang suatu sistem pengelolaan data
dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara
sistematika dan terrintegasi untuk mendukung manajemen kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
B. TUJUAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mendapatkan suatu rumusan hasil dari suatu
penelitian melalui proses mencari, menemukan, mengembangkan, serta
menguji suatu pengetahuan. Selain itu, penelitian digunakan untuk
memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. (Agung
W.K dan Zarah P, 2016)
Menurut Agung W.K dan Zarah P, (2016) Suatu penelitian dapat
dikategorikan baik bila memenuhi unsur seperti spesifik, terbatas, bisa
diukur, dan bisa diperiksa dengan menunjukkan hasil penelitian.
Berikut ini beberapa tujuan penelitian secara umum yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam beberapa bidang.
b. Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
c. Menguji kebenaran dari pengetahuan sudah ada.
Untuk tujuan penelitian secara rinci terbagi menjadi 2 jenis. Untuk
penjelasan selengkapnya sebagai berikut:
6
a. Tujuan penelitian ilmiah
Secara ilmiah, penelitian merupakan usaha untuk mengetahui
sesuatu hal. Namun, pengetahuan yang didapat tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung. Nama lain dari kegiatan ini adalah basic research atau
juga pure research.
b. Tujuan penelitian praktis
Tujuan praktis dalam penelitian adalah hasil yang bisa
dimanfaatkan langsung dalam kehidupan. Penelitian ini disebut juga
dengan applied research, sebuah penelitian untuk menetapkan nilai
terhadap suatu barang. Contohnya adalah dalam penentuan harga barang
yang akan dijual. Selain itu ada beberapa tujuan, yaitu:
1) Tujuan eksplorati (Pencarian atau Penjagan)
Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau menjajagi suatu
pengetahuan yang bisa dianggap baru dikarenakan sebelumnya
belum pernah ada pengetahuan tersebut. Biasanya penelitian dengan
tujuan eksploratif ini menghasilkan teori-teori baru yang dapat
digunakan dan diaplikasikan kedalam ilmu pengetahuan di masa
yang akan datang.
2) Tujuan verivikatif (Pemeriksaan Kembali atau Pengujian)
Penelitian dengan jenis ini bertujuan untuk melakukan
pemeriksaan kembali terhadap suatu teori atau terhadap suatu hasil
penelitian pada masa lampau. Dengan penelitian verifikasi ini akan
diperoleh suatu haril yang akan dapat memperkuat atau bahkan
menggugurkan suatu teori atau hasil penelitian yang dihasilkan oleh
peneliti lain di masa lampau.
3) Tujuan pengembangan (development)
Penelitian development ini bertujuan untuk memperluas,
memperdalam, menggali, dan mengembangkan suatu permasalahan
atau teori tentang suatu keilmuan menjadi spesifik dan mendalam
7
yang dapat digunakan untuk sarana pemecahan permasalahan ang
ada di dalam masyarakat.
2. HIPOTESIS
Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam
terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka
langkah adalah merumuskan hipotesis. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu
yang benar, bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk
masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu, disusun suatu
jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian
empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat dugaan dan pada tahap ini
kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita. Oleh karena itu,
sebelum mencari jawaban secara faktual, terlebih dahulu kita mencoba
menjawab secara teoritis. (Sugiono, 2012)
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses
penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi
dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti,
dan terarah, sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah hipotesis
merupakan satu tipe proporsi yang langsung dapat diuji. Hipotesisi
merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya
penelitian kuantitatif. Hipotesis yang dirumuskan harus bisa menjawab
masalah penelitian, sehingga antara hipotesis dan rumusan masalah
terlihat keterkaitannya secara konsisten. (Sugiono, 2013)
Terdapat tiga alasan utama mengenai pentingnya dirumuskan
hipotesis, diantaranya: (Sugiono, 2012)
a. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang
akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan
melalui teori mengenai konflik.
b. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan benar atau tidak benar
atau diflasifikasi.
8
c. Hipotesis adalah alat dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis
disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
a. Definisi Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis=
pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan
ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti,
dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga
disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di
dalamnya.(Sugiono, 2012)
Hipotesis disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan,
dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau
proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada
hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses
terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian. Hipotesis
merupakan jawaban atas masalah secara teoritis atau jawaban sementara
yang masih perlu diuji kebenarannya melalui fakta-fakta. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik.
Hipotesis merupakan suatu jenis proporsi yang dirumuskan sebagai
jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris.
Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pertanyaan-
pertanyaan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka
teoritis. (Sugiono, 2012)
Hipotesisi ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan
literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam
hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu
masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam
9
kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk
menguji teori tersebut, peneliti hipotesis yang diturunkan dari
teori.(Sugiono, 2012)
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis
dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut
harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dpaat diamati dan
diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses
operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori
menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris
atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.
Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang
menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang
disebut sebagai hipotesis. (Sugiono, 2012)
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan
antar-konsep, hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan
hubungan antar-variabel. Hipotesis menghubungkan teori dengan
realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian
atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu,
hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk
yang dapat diuji, atau kadang hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan
tentatif tentang realitas. Oleh karena itu teori berhubungan dengan
hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka
teori yang menjelaskan tentang fenomena yang diteliti, tidak
mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau
tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.
(Arikunto, 2010)
Jadi sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam
kerangka teoritis. Karena itu, baik buruknya suatu hipotesis bergantung
pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena
sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain,
10
meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke
hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
(Sugiono, 2012)
b. Fungsi Hipotesis
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada
masalah atau tujuaun penelitian. Fungsi penting hipotesis di dalam
penelitian, yaitu:
1) Untuk menguji teori,
2) Mendorong munculnya teori,
3) Menerangkan fenomena sosial,
4) Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian
5) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan
dihasilkan.
Agar fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada
faktor-faktor yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;
1) Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif, yaitu kalimat tersebut
bersifat positif dan tidak normatif
2) Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang
operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur
3) Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel
c. Jenis Hipotesis
Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah
hipotesis yang disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi.
Hipotesis ini muncul sebagai produk dari kerangka pemikiran yang
telah disusun oleh peneliti. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini
biasanya dimunculkan setelah peneliti menguraikan kerangka
pemikiran. (Sugiono, 2012)
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam bentuk
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti
11
dengan simbol-simbol statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel, simbol statistik yang sesuai
dengan tujuan penelitian yang hendak mengkaji hubungan antar
variabel adalah rho (ρ). Dapat dipahami bahwa hipotesis statistik
merupakan terjemahan operasional dari hipotesis penelitian, agar
hipotesis ini bisa diuji kebenarannya. (Arikunto, 2010)
1) Hipotesis Nol (H0)
Yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel
independen (variabel bebas) tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen (variabel terikat); memprediksi bahwa tidak ada
hubungan/perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainya.
2) Hipotesis Alternatif (H1)
Yaitu hipotesisi yang memprediksi bahwa variabel
independen (variabel bebas) mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen (variabel terikat), memprediksikan bahwa ada
hubungan/ perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
3) Hipotesis Two Way
Disebut juga hipotesis sejajar (satu ekor), yaitu hipotesis
yang memprediksi bahwa tidak ada variabel yang lebih tinggi
daripada variabel yang lain.
4) Hipotesis One Way
Disebut juga hipotesis lebih tinggi, yaitu hipotesis yang
memprediksi bahwa salah satu variabel lebih tinggi daripada
variabel yang lain.(Sugiono, 2012)
d. Kekeliruan dalam Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis hanya memberikan dua kemungkinan
keputusan, yaitu menolak atau menerima hipotesis nol. Dua tipe
kesalahan dalam pengujian hipotesis yaitu:(Sugiono, 2012)
Kesalahan Tipe 1 (Type One Error)
Kesalahan Tipe 2 (Type Two Error)
1) Kesalahan Tipe 1
12
Yaitu suatu tindakan menolak H0, padahal H0 benar. Kesalahan
tipe ini yaitu menolak hal yang sebenarnya benar.
2) Kesalahan Tipe 2
Suatu tindakan menerima H0, padahal H0 salah. Kesalahan tipe ini
yaitu menerima hal yang sebenarnya salah.
C. LITERATUR REVIEW, KONSEP DAN TEORI
1. Literatur Review
a. Pengertian
Menurut Hasibuan (2007), literatur review berisi uraian tentang
teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan
untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literatur
review ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas
tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya
pada perumusan masalah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah
buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan
penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan diolah
dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra, dan
bahasa (Danial A. R., 2009: 80). Penelitian yang dilakukannya dengan
cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk
memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan
menggunakan studi pustaka (literature review), penulis dapat
memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan,
sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi. (Hasibuan, 2007)
b. Tujuan
Literature review merupakan bagian yang esensial dari sebuah
riset. Literature review mempunyai sejumlah peran antara lain:
(Hasibuan, 2007)
1) Memberikan justifikasi atas pentingnya tema penelitian yang
diangkat
13
2) Memberikan kerangka pemahaman atas tema yang diteliti termasuk
perdebatan dan isu-isu sentral yang terkait
3) Menyajikan riset-riset dengan tema terkait yang telah dilakukan
sebelumnya, termasuk pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja
yang diajukan, persoalan-persoalan apa saja yang diangkat, serta
bagaimana riset tersebut dilakukan
4) Menunjukkan pemahaman atas kritik terhadap riset-riset sebelumnya
5) Menunjukkan pemahaman atas teori-teori utama yang terkait dengan
tema yang diteliti dan bagaimana teori-teori tersebut diaplikasikan
dan dikembangkan
6) Menjadi landasan untuk menyusun desain riset dan kerangka teoritis
atas riset yang dilakukan
7) Menunjukkan kontribusi/sumbangan/nilai tambah dari riset yang
sedang dilakukan dibandingkan dengan riset-riset sebelumnya
c. Manfaat
Menurut Hasibuan (2007), manfaat dari literature review adalah:
1) Memahami dengan baik sejarah perkembangan dari tema riset yang
diangkat serta berbagai kontroversi yang melingkupinya
2) Memahami dengan baik konsep-konsep kunci/gagasan/studi/model
utama yang terkait dengan tema yang Anda teliti
3) Mampu mendiskusikan gagasan-gagasan yang berkembang dalam
konteks yang sesuai dengan penelitian yang Anda lakukan
4) Mampu melakukan evaluasi atas hasil karya orang lain
d. Langkah – Langkahdalam Literature Review
Menurut Ary, Jacobs dan Soerensen (2010), cara membuat literatur
review adalah:
1) Mencari sumber-sumber untuk bahan studi pustaka atau literature
review
Literatur yang dicari harus relevan dengan penelitian. Sumber-
sumber penelitian sangat membantu bila didukung pengetahuan
topik yang dikaji. Sumber daftar pustaka yang paling bagus adalah
buku, artikel jurnal yang sudah di peer-review, artikel proceedings
14
yang telah di-peer review, dan technical report dari institusi
pendidikan atau organisasi lainnya yang berhak untuk mengeluarkan
2) Mengevaluasi isi yang dimuat di dalam sumber-sumber tersebut
Tujuan dari pembuatan suatu studi pustaka atau literature review
adalah untuk membuat cerita ilmiah yang memasukkan unsur
evaluasi dan kritisisi terhadap hal-hal yang pernah dikemukakan
orang lain. Evaluasi harus diberikan seobyektif mungkin baik
evaluasi pendukung maupun yang bersifat melemahkan.
Selain kevalidan sumber, perlu juga diteliti apakah metode, data
dan penganalisisan data yang digunakan oleh penulis sudah tepat
atau belum. Disamping itu, perlu juga dianalisis apakah ada
informasi yang sengaja disampaikan sebagian, tidak sebenarnya atau
dihilangkan. Kemutakhiran sumber juga perlu untuk dijaga. Untuk
informasi tertentu, terkadang perkembangannya begitu cepat,
sehingga harus selalu berusaha mencari yang paling up-to-date.
3) Membuat summary terhadap isi sumber-sumber tersebut
Summary (rangkuman) ini digunakan sebagai pengingat sumber
yang pernah dibaca, sehingga pada saat menulis studi pustaka atau
literature review, tidak perlu mengulang lagi untuk membaca sumber
secara keseluruhan. Adapun hal-hal yang perlu untuk dicatat dalam
rangkuman antara lain: Penulis, Tahun, Judul dan Sumber (Buku,
Jurnal, Procedings atau Technical Report) dari tulisan yang dibaca,
Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Hasil Penelitian, Kesimpulan
dan Saran. Selain hal-hal tersebut, hasil pengevaluasian terhadap
sumber tulisan tersebut juga dimasukkan di dalam rangkuman.
4) Menulis studi pustaka atau literature review
Rangkuman yang dibuat dalam tahapan sebelumnya
dipergunakan sepenuhnya dalam menulis studi pustaka atau
literature review. Hal-hal yang mungkin dimasukkan antara lain:
persamaan dan perbedaan antara pengarang dan penelitian mereka,
penelitian mana yang saling mendukung dan yang mana saling
bertentangan, pertanyaan yang belum terjawab dan lain-lain.
15
Untuk keperluan tersebut kita mungkin perlu untuk menata
rangkuman dan mengelompokkannya berdasarkan beberapa kriteria
yang kita perlukan seperti berdasarkan pada tema penelitian, jenis
penelitian, pendukung atau penentang, dan lain-lain.
e. Teknik – Teknik Literature Review
Untuk merivew sebuah literatur kita bisa melakukannya dengan
beberapa cara, berdasarkan Iskandar (2008), antara lain:
1) Mencari kesamaan (Compare)
Mencari landasan teori dari berbagai sumber dan pendapat para ahli,
lalu menemukan kesamaannya.
2) Mencari ketidaksamaan (Contrast)
Melihat sisi ketidaksamaan antara berbagai sumber.
3) Memberikan pandangan (Criticize)
Bersetuju terhadap pandangan atau tidak setuju membuat pandangan
sendiri dan menghubungkan lebih dari satu pandangan (sintesa).
4) Membandingkan (Synthesize)
Mencari keunggulan dan kelemahan suatu penelitian.
5) Meringkas (Summarize)
Memberikan ringkasan dari berbagai sumber
f. Cara Mencari Sumber – Sumber Literature Review
Cara mencari sumber literature review, antara lain (Iskandar, 2008):
1) Paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional
baik dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.
2) Tesis merupakan penulisan ilmiah yang sifatnya mendalam dan
mengungkapkan suatu pengetahuan baru yang diperoleh melalui
penelitian. Tesis biasanya ditulis oleh mahasiswa pasacasarjana (S2)
yang ingin mengambil gelar master.
3) Disertasi merupakan penulisan ilmiah tingkat tinggi yang biasanya
ditulis untuk mendapatkan gelar doktor falasafah (Ph.D). Disertasi
berisi fakta berupa penemuan dari penulis itu sendiri berdasarkan
metode dan analisis yang dapat dipertahankan kebenarannya.
4) Jurnal maupun hasil-hasil konferensi.
16
Jurnal biasanya digunakan sebagai bahan sitiran utama dalam
penelitian karena jurnal memuat suatu informasi baru yang bersifat
spesifik dan terfokus pada pemecahan masalah pada suatu topik
penelitian.
5) Majalah, pamflet, kliping.
Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya berupa
teori, penemuan baru, maupun berupa materi-materi yang sedang
populer dibicarakan dan diteliti. Biasanya materi yang disajikan
dalam makalah tidak terdapat dalam buku. Contohnya majalah
trubus, majalah ecommerce, dan lain sebagainya.
Majalah merupakan literatur yang disenangi para peneliti untuk
dijadikan sitiran karena frekuensi terbitnya teratur dan cepat
sehingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir.
6) Abstrak hasil penelitian
7) Prosiding bisa dijadikan sebagai bahan literatur karena prosiding
ditulis oleh seorang profesor atau siapa saja yang telah
dipublikasikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan
prosiding sebagai bahan literatur bisa memudahkan peneliti karena
adanya kolaborasi antara peneliti dengan penulis prosiding yang
mungkin berada pada satu institusi yang sama.
2. KONSEP
a. Definisi
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya
sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of
concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.
Beberapa ahli menyatakan tentang definisi konsep. Singarimbun dan
Efendi (2008) mengemukakan bahwa konsep adalah istilah dan definisi
yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian,
keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial. Suatu kejadian, kondisi, baik kelompok maupun individu bisa
17
diungkapkan serta dijelaskan oleh seseorang kepada orang lain melalui
satu istilah yang dinamakan konsep. Melalui konsep seseorang akan
memahami sebenarnya hal apakah yang disampaikan oleh penyampai
pesan. Sedangkan, penerima pesan juga akan menangkap konten pesan
tersebut. Isi/ konten dari pesan inilah yang dinamakan konsep.
Woodruff dalam Singarimbun (2008) mendefinisikan konsep
sebagai a) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, b)
suatu pengertian terhadap objek; c) produk subjektif yang berasal dari
cara seseorang membuat pengertian terhadap objek atau benda melalui
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
Gagasan yang relatif sempurna bermakna adalah ide tersebut penuh
dengan suatu arti yang memang penting untuk dibahas secara dalam.
Konsep sebagai pengertian terhadap objek juga bermakna jika objek
tersebut memiliki definisi yang bisa diuraikan secara runtut. Produk
subjektif dari peneliti yang memaknai konsep sebagai hasil pemikiran
yang berasal dari pengalaman kehidupannya.
Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa
konsep dan maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif
masih bisa dipahami maksudnya (Azwar, 2007: 72). Hal ini digunakan
untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian,
keadaan, kelompok. Diharapkan peneliti mampu memformulasikan
pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan
penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan
bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan (Azwar, 2007). Proses ini
berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara
individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep
bersifat abstrak sedangkan gejala bersifat kongkret (Singarimbun, 2008).
Dari segi definisi istilah memungkinkan jika sebuah konsep itu
juga dimaknai sebagai variabel (Azwar, 2007). Konsep adalah segala
macam hal yang dibahas, didefinisikan, dan diukur dalam sebuah
18
penelitian. Sedangkan, variabel juga seperti halnya sebuah konsep.
Variabel juga menjadi bahan dan istilah yang harus dibahas, dimengerti,
dan diukur dalam suatu pengertian. Namun, bisa jadi definisi konsep ini
sendiri sangatlah luas dan banyak versi dalam mengintepretasikannya.
(Azwar, 2007).
b. Macam – Macam Konsep
Dalam sebuah penelitian terdapat dua macam konsep yang bisa
digunakan untuk pedoman dasar, (Sumanto, 2014) yaitu :
1) Konsep yang berhubungan dengan fakta
Konsep yang berhubungan dengan fakta adalah suatu konsep
yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit yang dapat dilihat
atau diraba. Sehingga dalam hal ini peluang kesalahan memahami
konsep sangat kecil. Misalnya konsep tentang meja, kursi, dan
sepedah. Konsep yang bersifat fakta ini pada umumnya berbentuk.
Bersifat padat yang terlihat oleh mata dan panca indera (Sumanto,
2014). Konsep konkret merupakan suatu konsep yang berhubungan
dengan benda-benda kongkrit yang dapat diinderakan oleh indera
manusia. Biasanya konsep ini bisa disentuh dan dirasakan oleh
pancaindera secara langung. Sehingga mudah dipahami.
Contoh : meja, kursi, komputer, motor, sendok.
Konsep fakta pada dasarnya mudah dipahami oleh manusia oleh
mata telanjang. Kecenderungan manusia juga memahami sesuai
dengan apa yang dilihat oleh segala sesuatu yang dilihat. Misalnya,
memahami kursi. Secara naluri manusia akan memahaminya jika
kursi adalah media atau alat untuk memudahkan manusia sebagai
tempat duduk. Secara logika manusia akan tahu sesuai apa yang
mereka lihat. Manusia akan ingat sesuai apa yang mereka dengar.
Konsep yang fakta akan mudah meresap dalam pemikiran manusia
sesuai apa yang mereka lihat dan dengar. Sehingga itulah yang
mereka ketahui dan mereka ingat.
Konsep “Rumah” adalah sebuah tempat bagi manusia yang
digunakan untuk berteduh, istirahat dan melakukan berbagai
19
aktivitas sosial bersama anggota keluarga. Pemahaman tentang
berteduh, istirahat, dan aktivitas ini adalah bentuk kemanfaatan dari
rumah itu sendiri. Secara bentuk, model, dan teksturnya rumah
adalah tempat tinggal yang sesuai untuk manusia. Dari segi
penglihatanpun rumah sudah bisa diduga sebagai tempat tinggal
manusia. Tidak ada dugaan lain tentang rumah.
2) Konsep yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak
Merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sesuatu yang
tidak dapat dilihat, diraba secara fisik tapi hal itu ada. Misalnya
hubungan kekeluargaan, EQ, sifat dan lain sebagainya. Konsep
abstrak tidak dapat diindera oleh panca indera, tapi hal itu ada.
Beberapa contoh dari konsep abstrak adalah masyarakat,
organisasi, asimilasi, kebahagiaan, pendidikan, sikap, IQ, EQ. Sehat
adalah konsep istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang
hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman
kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang
itu “sehat” atau “tidak sehat” maka pengetahuan konsep “sehat”
tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel misalnya:
tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan
darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini variabel-variabel
yang digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah
seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.
Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur
sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel
seperti tinggi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti bekerja dari tahap konsepsional ketahap operasional.
Seperti, “Doa menimbulkan kesejahteraan pada orang yang
didoakannya”. Ini adalah hipotesis yang terdiri dari dua konsep,
“Doa” dan “Kesejahteraan”, disambungkan dengan kata
20
menunjukkan hubungan diantara dua konsep, yakni “Menimbulkan”.
Semua konsep tersebut bersifat abstrak. Dalam tahap kedua, peneliti
mengalihkan konsep abstrak itu menjadi variabel yang dapat diamati.
Dari berbagai analogi dan contoh konsep diatas, peneliti itu harus
bisa menjadikan konsep sebagai variabel. Dimana konsep ini harus bisa
diteliti dan diamati oleh semua pihak. Walaupun pada dasarnya konsep
adalah hal yang tidak bisa diukur dan dianalisa secara kemampuan
inderawi manusia. Namun, dengan kekreatifan peneliti dan keahlian
seorang peneliti konsep ini akan menjadi sajian serta renungan yang
indah untuk ditelaah secara mendalam. (Sumanto, 2014)
Konsep merupakan unsur pokok daripada penelitian. konsep
merupakan hal yang abstrak, maka perlu diterjemahkan dalam kata-kata
sedemikian rupa, sehingga dapat di ukur secara empiris. (Sumanto, 2014)
c. Ciri – Ciri Konsep
Ciri-ciri konsep menurut Sumanto, 2014:
1) Terbentuk dengan jalan abstraksi (proses menarik intisari dari ide-ide,
hal-hal, benda-benda, juga gejala sosial) dan Generalisasi (menarik
kesimpulan umum dari sebuah ide, hal, benda, dan gejala sosial yang
khusus).
2) Tidak dapat dinyatakan benar atau salah. Konsep tidak bisa
dinyatakan salah atau benar dikarenakan konsep adalah himpunan dari
ide, gagasan, hal-hal, juga gejala sosial yang menjadi satu sistem.
3) Jelas tidaknya suatu konsep ditentukan oleh istilah yang digunakan
dan tingkat/derajat keabstrakannya.
4) Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang
lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep.
d. Fungsi Konsep
Meurut Sumanto (2014), fumgsi konsep antara lain:
1) Fungsi kognitif,
yaitu mengorganisasi observasi dan menata hasilnya (fungsi menata).
Konsep adalah salah alat untuk mengelola dan mengorganisir seluruh
21
pikiran dalam mendefinisikan segala macam. Dengan fungsi kognitif
konsep akan menjadi senjata yang bisa mengamati istilah, ide,
gagasan, pernyataan, dan asumsi yang ingin disampaikan.
2) Fungsi evaluatif,
yaitu mengevaluasi apa yang telah dipersepsi. Melalui fungsi evaluatif
ini sebagai seorang peneliti konsep bisa menjadi bahan melihat
kembali segala sesuatu yang sudah diangkat dalam penelitian. Konsep
juga melihat kekurangan dan kelebihan dalam penelitian. Sejauh mana
kualitas penelitian yang diteliti.
3) Fungsi Operasional (pragmatis),
yaitu mengendalikan dan mengarahkan perilaku individu.
4) Fungsi Komunikasi,
artinya konsep harus memungkinkan komunikasi. Fungsi komunikatif
konsep dalam penelitian harus sebisa mungkin menghubungkan antar
aspek dalam penelitian. Dalam konsep secara komunikatif akan
menjadi alat untuk merelevansikan setiap langkah dalam penelitian.
Sehingga konsep dengan fungsi komunikatifnya ini akan menjadi
pedoman penelitian semakin runtut dan detail secara prosesnya. Selain
itu, konsep juga akan menambah kesinergisan dalam suatu penelitian.
Konsep yang akan menghubungkan antar aspek dalam penelitian.
g. Perbedaan Konsep dan Kostruk
Menurut Sumanto (2014) perbedaan konsep dan kostruk antara lain
1) Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam
tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan
untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara
sadar untuk kepentingan ilmiah.
2) Konsep masih bersifat general dan sulit terukur dikarenakan tidak
ada kata penjelasnya. Berbeda dengan konstruk yang sudah jelas
dikarenakan dijelaskan dengan bilangan yang mengarah kepada
konsep.
3) Konsep adalah inti istilah yang akan dibahas. Sedangkan, konstruk
adalah istilah penjelas yang akan menjelaskan secara detail.
22
Sehingga pada umumnya konstruk ini cukup mudah dipahami
daripada konsep.
4) Pada umumnya konstruk yang mudah diukur adalah berbentuk fisik.
Contoh : ketinggian, panjang, jarak. Istilah ini mudah dipahami
dikarenakan diukur dengan keterangan penjelas berupa bilangan.
3. TEORI
a. Pengertian
Teori, merupakan sebuah rumusan atau pernyataan yang berasal
dari interpretasi seseorang terhadap fakta-fakta, atau penjelasan
mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam dunia fisik. Teori
merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara
rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Sebuah teori
biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakekatnya
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel.
Pernyataan yang mencakup sebab akibat atau kausalitas ini memberikan
kemungkinan untuk membuat prediksi tentang sesuatu. Teori dan
hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau
idealnya harus universal. (Singarimbun dan Efendi, 2008)
b. Macam-macam Teori
Ada dua macam teori, yaitu umum dan khusus. (Singarimbun dan
Efendi, 2008).
1) Teori umum, adalah suatu pernyataan, apabila ia benar maka ia
benar secara universal. Teori tersebut berlaku sepanjang waktu, di
semua tempat, dan semua keadaan, serta semua permasalahan yang
sesuai dengannya. Suatu generalisasi merupakan teori yang bersifat
umum. Misalnya, sebuah pernyataan yang berbunyi:
‘bertambahnya permintaan akan menaikkan harga
barang’;‘bertambahnya penduduk itu menurut deret ukur,
sedangkan bertambahnya makanan seperti deret hitung’.
2) Teori khusus, adalah teori yang berkaitan dengan sejumlah fakta-
fakta particular tertentu. Ia berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta
23
dalam hubungannya yang satu dengan lainnya. Ia harus sesuai
dengan faktafakta yang diketahuinya, tetaapi juga harus berhasil
mengidentifikasi beberapa fakta atau sejumlah fakta yang selama
itu belum diketahui. Misalnya, apabila ada kasus berkaitan dengan
menurunnya jumlah pelanggan; selanjutnya dilakukan penelitian
dengan memperhatikan banyak fakta-fakta berkenaan dengan
menurunnya jumlah pelanggan. Akhirnya, ditemukanlah suatu teori
yang dipakai untuk mengatasi munurunnya jumlah pelanggan
tersebut.
c. Karakteristik Teori
Teori mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (Zulfikar
dan Budiantara, 2015).
1) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang
memungkinkan tidak terjadinya kontraksi dalam teori
keilmuan secara keseluruhan.
2) harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang
bagaimanapun konsistennya apabila tidak didukung oleh
pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara
ilmiah.
d. Cara Membangun Teori
Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx dalam
Zulfikar dan Budiantara, (2015)
1) Model Based Theory,
Berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya jaringan
konseptual yang kemudian diuji secara empiris. Validitas
substansi terletak pada tahap-tahap awal dalam pengujian
model, yaitu apakah model bekerja sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
2) Teori deduktif,
Teori kedua mengatakan suatu teori dikembangkan melalui
proses deduksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang
menurunkan sebuah kesimpulan yang didapatkan melalui
24
penggunaan logika pikiran dengan disertai premis-premis
sebagai bukti. Teori deduktif merupakan suatu teori yang
menekankan pada struktur konseptual dan validitas
substansialnya. Teori ini juga berfokus pada pembangunan
konsep sebelum pengujian empiris.
3) Teori induktif,
Teori ketiga menekankan pada pendekatan empiris untuk
mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan
pada observasi realitas yang berulang-ulang dan
mengembangkan pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk
menerangkan serta menjelaskan keberadaan pernyataan-
pernyataan tersebut.
4) Teori fungsional
Teori keempat mengatakan suatu teori dikembangkan melalui
interaksi yang berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan
pengujian empiris yang mengikutinya. Perbedaan utama
dengan teori deduktif terletak pada proses terjadinya
konseptualisasi pada awal pengembangan teori. Pada teori
deduktif rancangan hubungan konspetualnya diformulasikan
dan pengujian dilakukan pada tahap akhir pengembangan teori.
e. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua
peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori
yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai
dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian (Sugoyono, 2010). Oleh karena itu
landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah
jelas teori apa yang akan dipakai.
Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010),
mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah
sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang
25
peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan
sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula
yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan
makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
1) Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari
kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajarnya
2) Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada
mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3) Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya
pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari
kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada
pencapaian individu yang diharapkan.
D. KERANGKA KONSEP
Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik
variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori.
(Nursalam,2008).
Kerangka konseptual merupakan gambaran umum penelitian yang akan
dilakukan. Dari kerangka konseptual yang ditulis telah tergambar prosedur dan
apa yang akan dikaji didalam penelitian. Menurut Masri Singarimbun (dalam
Mardalis,1989:45-47), konsep adalah generalisasi dari sekolompok fenomena
tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Dalam kenyataannya konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang
berbeda. Semakin dekat suatu konsep kepada realita semakin mudah konsep
tersebut diukur dan diartikan. (Ninit, 2016)
Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau
persoalan yang perlu dirumuskan. Dalam penelitian sederhana biasanya tidak
menggunakan kerangka teori dan kerangka konsep, untuk menggantikannya
26
sering digunakan definisi istilah atau penjelasan tentang variable-variabel yang
digunakan. Pendefinisian diharapkan dapat menunjang untuk menjelaskan
maksud peneliti. Definisi istilah atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan
arti kata atau pemikiran tentang ide-ide agar orang lain membacanya dan
memahami maksud sesuai dengan keinginan penulis. Pengutaraan konsep atau
definisi, istilah akan memperlancar komunikasi penulis dengan pembaca yang
ingin mengetahui isi penelitian tersebut (Ninit, 2016)
Menurut Sugiyono (dalam Iskandar, 2008:54) yang dikutip Ninit(2016),
kerangka konseptual yang baik sebagai berikut
a. Veriabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas
b. Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variable-
variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.
a. Penyusunan Kerangka Konseptual Dalam Penelitian
1) Dasar penyusunan Kerangka Konsep
Cara penyusunan kerangka konseptual penelitian menurut Nursalam (2008)
yaitu:
a) Harus dibedakan pengertian konsep dan kerangka operasional.
- Kerangka konsep : konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam
kegiatan ilmu
- Kerangka operasional (Kerangka Kerja) : langkah-langkah dalam
aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya
yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian.
b) Mengumpulkan semua sumber dan menyeleksi penelitian yang telah
dipublikasikan, konsep, atau teori (melalui theoretical mapping)
c) Mengidentifikasi dan mendefinisikan semua variable riset,
mengategorikan ke dalam kelompok (independent, dependent,
intervening, confounding, control, and random).
2) Langkah Penyusunan
a) Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan
b) Identifikasi teori yang digunakan sebagai dasar penelitian
c) Gambarkan hubungan antar variable dengan garis berarah.
- Arah (Direction), dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah
27
- Tempat (Position)
- Tanda dan symbol. Digaris jelas untuk variable dalam kotak yang
diteliti ( ), dan digaris putus-putus untuk variable yang tidak
diteliti ( )
- Keterangan setiap tujuan penelitian :
Hubungan/hipotesis (A----B)
Pengaruh ( A B)
Sebab akibat (A ↔ B)
b. Contoh Kerangka Konseptual
Judul : Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas
Normal Hari Ke 1-7
Kerangka Konsep
Ibu post partum
Factor ibu :
1. Factor fisik 2. Factor
psikososial
3. Factor social
budaya
Efek dari Pijat
oksitosin
Relaksasi dan tingkat
kenyaman
pada ibu
Pijat
oksitosin
Memicu hormon
oksitosin
payudara
Produksi ASI
Factor bayi :
1. Factor fisik 2. Kesehatan
bayi
3. Tingkah
laku bayi
Factor lain yang
mempengaruhi produksi ASI :
1. IMD
2. Frekuensi menyusui
3. Lamanya menyusui
Sel kelenjar
di payudara
mensekresik
an ASI
1. Bayi mendapatkan
ASI sesuai dengan kebutuhan
2. Berat badan bayi
bertambah
3. Urine bayi per-24 jam 30-50 mg (6-8
kali)
4. BAB bayi 2-5 kali 5. Bayi tertidur selama
2-3 jam
28
BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF
A. JENIS – JENIS PENELITIAN
1. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian
Apa manfaat yang bisa diambil dari penelitian yang sudah dilakukan?
Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua jenis enelitian, yaitu
penelitian murni dan penelitian terapan(Priyono, 2016).
a. Penelitian Murni
Penelitian murni merupakan penelitian yang manfaatnya
dirasakan untuk waktu yang lama. Lamanya manfaat ini lebih karena
penelitian ini biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri.
Penelitian murni juga mencakup penelitian yang dilakukan dalam
kerangka akademis.(Priyono, 2016)
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis,
atau disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak digunakan di
lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki karakteristik yaitu
penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian murni biasanya
dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya
hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan
pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan
yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian
murni lebih banyak ditujukan bagi pemenuhan keinginan arau kebutuhan
peneliti. umumnya peneliii memiliki kebebasan untuk menentukan
permasalahan apa yang akan ia teliti. Fokus peneliti ada pada logika dan
rancangan peneliti yang dibuat oleh peneliti sendiri.(Priyono, 2008)
b. Penelitian Terapan
Penelitian ini manfaat dan hasil penelitian dapat segera dirasakan
oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera
dapat diaplikasikan. Banyak contoh tentang penelitian terapan, misalnya
bentuk penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian harus bisa
memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai produk apa yang
akan laku di pasaran, produk apa yang gagal di pasaran, serta bagaimana
29
solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi segala masalah yang ada di
perusahaan. Karena penelitian terapan digunakan untuk segera mengatasi
masalah yang ada, konsep – konsep yang digunakan juga cenderung
konsep – konsep yang operasional, dan bukan konsep yang abstrak.
Secara ekstrem dikatakan bahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau
mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan
penelitiannya. (Priyono, 2016)
Sering kali diidentikkan bahwa penelitian terapan adalah
penelitian yang menggunakan sponsor. Cenderung demikian, namun
bukan berarti bahwa setiap penelitian yang menggunakan. sponsor.
Secara umum penelitian terapan memang merupakan penelitian yang
diminta oleh pihak lain kepada peneliti sehingga peneliti tidak lagi
memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan
diteliti. Fokus penelitian ditujukan dari hasil penelitian, apakah dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada atau tidak, namun tidak
jarang juga penelitian terapan dilakukan justru untuk menemukan
masalah-masalah yang ada di pihak yang meminta penelitian (sponsor).
Penelitian terapan sering kali juga masih dikelompokkan lagi ke dalam
penelitian aksi, yaitu penelitian terapan yang berfokus pada tindakan
sosial seperti masalah perilaku menyimpang atau juga penelitian tentang
kenakalan remaja. Selain penelitian aksi, juga ada penelitian evaluatif
formatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan suatu program yang sedang berjalan, serta penelitian
evaluatif sumatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk
mengukur keberhasilan suatu program yang sudah selesai
dilakukan.(Priyono, 2016)
2. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian
a. Penelitian Eksploratif
Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang
relative masih baru. Dapat dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau
gejala yang selama ini belum pernah diketahui atau dirasakan.
30
Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan
virus baru. Dalam ilmu sosial studi kelayakan merupakan jenis penelitian
yang berupaya mengeksplorasi tentan suatu fenomena yang baru.
Mengingat bahwa topik yang akan diteliti merupakan topik yang baru,
penelitian ini. biasanya memiliki sifat kreatif, fleksibel, serta terbuka
bagi berbagai informasi yang ada. Biasanya penelitian ini menghasilkan
teori yang baru, pengembangan dari teori yang sudah ada. Dengan topik
atau gejala yang baru, maka sering kali penelitian ini diidentikkan
dengan penelitian yang selalu menggunakan pertanyaan "APA" dan
"SIAPA" dalam menggali informasi. Tujuan dari penelitian eksplorasi itu
sendiri adalah :
1) Mengembangkan gagasan dasar mengenai topik yang baru;,
2) Memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.
b. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih
detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian
ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang
sedang dibahas. Peneliti ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari
penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif telah menyediakan gagasan
dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail.
Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan
pertanayan "BAGAIMANA" dalam mengembangkan informasi yang
ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah :
1) Menggambarkan mekanisme sebuah proses,
2) Menciptakan seperangkat kategori atau pola.
c. Penelitian Eksplanatif
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang
mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini
adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian ini sering
kali diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan
"MENGAPA" dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari
penelitian eksplanatif adalah:
31
1) Menghubungkan polap-pola yang berbeda namun memiliki
keterkaitan,
2) Menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
Selama ini sering terjadi salah kaprah dalam menentukan jenis
penelitian. Kita sering kali mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang deskriptif analitis. Mengapa demikian? Karena
mereka beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan, selain
memberikan gambaran (deskriptif) juga berusaha menjelaskan antara
gejala (analitis). Kondisi ini sebetulnya tidak boleh terjadi lagi. Kita
harus kembali pada apa sesunggunya ).ang ingin kita lakukan dalam
penelitian tersebut. Kalau kita ingin menggambarkan sesuatu, penelitian
kita adalah penelitian deskriptif. Kalau kita ingin menjelaskan hubungan
antargejala kita akan melakukan penelitian eksplanatif. Kalau kita ingin
menggambarkan dan menjelaskan gejala tersebut. kita sesungguhnya
melakukan penelitian eksplanatif. (Priyono, 2016)
3. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa membedakan penelitian menjadi
penelitian cross-sectional dan penelitian longitudinal. Untuk membedakan
antara keduanya, kita bisa menggunakan pertanyaan apakah penelitian yang
kita lakukan akan diperbandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan
dalam waktu yang berbeda atau tidak? Jika iya, kita bisa katakan bahwa
penelitian tersebut merupakan penelitian longitudinal, sedangkan jika tidak,
penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
a. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu uaktu
tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan
tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk
diperbandingkan.(Priyono, 2016)
Satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu
tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau
hitungan tahun saja. Tidak ada-batasan yang baku untuk menunjukkan
satu waktu tertentu. Akan tetapi, yan! digunakan adalah bahwa penelitian
32
itu telah selesai. -nengan demikian, bisa saja seorang melakukan
penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperruan mindesak,
pada bulan Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. pada gutan
April, ia kembali lagi ke lapangan untuk meneruskan mengumpuikun
data. sekalipun penelitian mendatangi lokasi penelitiai sebanyak dua kali,
ia tetap dikategorikan melalukan penelitian crosssectional. Dengan
demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang
digunakan untuk menentukan bahwa penelitian tersebut merupakan
penelitian cross-sectional.(Priyono, 2016)
b. Penelitian Longitudinal
Penelitian jenis ini dilakukan antar waktu. Dengan demikian,
setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan topik atau gejala yang
sarna, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ingat bahwa tidak
berarti jika ada dua penelitian yang dilaklukan dalam waktu yang
berbeda dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam
penelitian longitudinal, tetapi ada kata kunci yang harus dipegang, yaitu
adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian. Dengan kata lain,
penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal penelitian, dan
bukannya secara kebetulan terjadi. (Priyono, 2016)
Penelitian longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk,
yaitu sebagai berikut:
1) Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala
yang sama dengan waktu yang berbeda, serta responden atau
informan yang berbeda. Contoh yang paling sederhana adalah
penelitian tentang gaya hidup. Kita akan mglakukan penelitian
tentang gaya hidup dengan ryelakukan perbandingan antara gaya
hidup di tahun 70-an dengan gaya hidup di tahun 90-an. Orang-orang
yang diteliti bisa saja berbeda, tetapi gejala atau topik yang diteliti
adalah sama.
2) Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang
sama dengan waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang
sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan diteliti minimal
33
sebanyak dua kali. Misalnya saja kita ingin melihat bagaimana
pilihan responden terhadap presiden sebelum putaran pertama dan
setelah putaran kedua. Orang yang diteliti merupakan orang yang
sama. Permasalahan yang sering kali muncul dalam penelitian ini
adalah jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan
penelitian yang lain berdurasi cukup lama sehingga ada kemungkinan
responden yang dulu dijadikan sampel. kini sudah tidak bisa ditemui
lagi, misalnya karena sudah meninggal dunia atau bisa juga karena
sudah pindah rumah.
3) Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang
sama, yang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden
atau informan yang memiliki karakteristik yang sama. Dengan
demikian, orang-orang yang diteliti berbeda, tetapi mereka memiliki
ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apapun juga. Bisa saja
mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat
tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan
sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun 1990
kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita
melakukan penelitian yang sama dengan orang – orang yang berusia
55 tahun. Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah orang - orang
yang lahir pada tahun 1945.
(Priyono, 2008)
4. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Survei
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaian yang berisi
beberapa pertanyaan denlan struktur yang baku. Dalam pelaksanaan
survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
b. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di
ruang tertutup. Dalam penelitian eksperimen, kondisi yang ada
dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam
34
kondisi yang telah dimanipulas ini. biasanya dibuat dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Kepada kelompok kontrol
akan diberikan treatment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu yang akan
diperbandingkan.
c. Analisis isi
Penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada
simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis,
misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topik tertentu
muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung.
d. Penelitian lapangan
Penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan permasalahan yang
tidak terlalu baku. Instrumen yang digunakan juga hanya berisi tentang
pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini dapat berkembang sesuai
dengan kondisi yang ada dilapangan.
e. Analisis Wacana
Penelitian ini serupa dengan analisis wacana, hanya saja bukan
frekuensi tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam material yang
sudah ditentukan, terapi lebih jauh mengaitkan topik tersebut pada
setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatarbelakangi topik
tersebut.
f. Perbandingan Sejarah
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-
aspek kehidupan sosial yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini sebaiknya
difokuskan pada iatu periode sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau
juga kombinasi antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda.
(Priyono, 2016)
35
B. RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF
Bagian yang paling utama di dalam membuat suatu penelitian adalah
bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Menurut Babbie (1995),
yang dimaksud dengan rencana penelitian adalah mencatat perencanaan dari
cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Penelitian
kuantitatif, seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, adalah penelitian yang
menggunakan asumsiasumsi pendekatan positivis. Untuk menyusun sebuah
rancangan penelitian, pada penelitian kuantitatif ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Memilih TOPIK dan merumuskan PERTANYAAN PENELITIAN;
2. Melakukan penelusran dan pembahasan TEORI,
3. Membuat STRUKTUR rancangan penelitian. -\tau jika dibuat dalam bentuk
balan akan menjadi seperti gambar berikut:
Pada bab ini akan dijelaskan tentang pemilihan topik pembuatan latar
belakang masalah penelitian, permasalahan penelitian, serta tujuan dan
signifikansi penelitian.
1. Pemilihan Topik
Kadang seorang peneliti pemula akan mengalami kesulitan di dalam memilih
topik penelitiannya. Sebenarnya tidak perlu demikian. Untuk memilih dan
menentukan topik penelitian apa yang akan dipakai dapat dilakukn dengan
mempertimbangkan beberapa factor berikut ini.
a. Pengalaman – pengalaman pribadi dan kehidupan sehari – hari
Pengalaman-pengalaman pribadi ini dapat berupa pengalaman langsung
atau tidak langsung seperti pengalaman yang diceritakan oleh orang lain
pada anda.
b. Masalah di Media Massa
Saat ini begitu banyak jumlah media massa, baik yang berbentuk cetak
seperti tabloid, majalah, dan koran, juga ada yang berbentuk elektronik
seperti radio, televisi, dan juga internet. Berita-berita yang disajikan oleh
media massa tersebtrt dapat dipilih untuk dijadikan topik penelitian.
c. Pengetahuan lapangan dan memperbandingkannya dengan teori
36
Adakalanya sebuah penelitian dilakukan hanya untuk mencari tahu atau
membandingkannya dengan teori yang sudah ada sehingga topik yang
dipilih pun lebih dititik beratkan pada sekadar keingintahuan peneliti.
d. Kebutuhan memecahkan masalah
Selama manusia hidup. masalah akan selalu ada. Misalnya ketika sekolah
di SNIA, ada yang namanya tawuran pelajar. Masalah ini bukan sesuatu
yang harus dihindari melainkan harus dicari jalan keluarnya. Salah
satunya adalah dengan melakrrkan penelitian.
e. Peluang (Social premiums)
Bagi peneliti pemula, hal ini perlu diperhatikan karena berkaitan dengan
perizinan dan tingkat kesulitan mencari data. Tentu saja kita tidak ingin
masalah perizinan akan menghalangi upaya kita melakukan penelitian.
Namun, jika kita melakukan penelitian di Indonesia, prosedur perizinan
untuk melakukan penelitian harus kita ketahui. Selain perizinan,
adakalanya ketika sampai di lokasi penelitian, orang yang seharusnya
dapat memberikan data tidak bersedia memberikannya. Orang yang
seharusnya kita wawancarai menolak diwawancarai, atau lokasi
penelitian tidak mungkin kita masuki karena merupakan lokasi yang
rawan konflik. Hal ini perlu diperhatikan agar peneliti kecewa dan
akhimya justru enggan melakukan penelitian.
f. Nilai – nilai pribadi
Seringkali antara satu individu, masyarakat, wilayah, atau bangsa
memiliki cirri khas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
kemudian berakibat bahwa antara satu individu, keluarga dan masyarakat
ini memiliki keragaman nilai-nilai. Ini juga merupakan topik yang
menarik untuk diteliti. Jika faktor-faktor tersebut dirasakan terlalu
dilakukan teknik penyempitan topik menjadi penelitian (research
question) dengan cara:
1) Kajian literature,
2) Mendiskusikan dengan orang yang menguasai topik tersebut,
3) Menetapkan isi secara spesifik,
4) Menetapkan tujuan penelitian.
37
2. Pembuatan Latar Belakang Masalah Penelitian
Latar belakang masalah dalam penelitian menyajikan gambaran yang dapat
menjelaskan mengapa suatu penelitian menarik untuk diteliti. Biasanya
diuraikan dalam bentuk deduksi, dimulai dengan hal – hal yang umum dan
diakhiri dengan pembatasan masalah. Ada dua model yang dapat digunakan
di dalam membuat latar belakang masalah, yaitu:(Rambat & Ridho, 2015)
Menguraikan adanya kesenjangan antara kondisi objektif dengan kondisi
normatif/asumsi-asumsi tertentu,
a. Menggambarkan perkembangan teori atau suatu kondisi obj ektif tanpa
membandingkannya dengan kondisi normatif.
Jika peneliti menggunakan model pertama, kondisi objektif dapat
digambarkan melalui data sekunder yang ada, sedangkan kondisi normatif
dapat berbentuk teori, nilaf atau norma yang berlaku umum. Misalnya jika
ingin menggambarkan tentang pemanfaatan kartu sehat di Indonesia, maka
dapat digambarkan tentang kondisi objektif masyarakat miskin di lndoncsia
yang jumlahnya meningkat dan adanya ketimpangan pelayanan antara
masyarakat miskin dan yang kaya ketika meminta pelayanan kesehatan.
Uraian ini kemudian dihubungkan dengan norma atau aturan yang berlaku
umum, yaitu hak warga negara untuk memperoleh pelayanan kesehatan
tanpa pandang bulu serta kebijakan pemerintah di bidang kesehatan seperti
kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak untuk bidang
keschatan. (Silalahi, 2010)
Sernentara itu, jika peneliti menggunakan model kedua, peneliti hanya
menggambarkan karakteristik suatu gejala secara lebih rinci. Misalnya
jumlah orang miskin yang semakin meningkat serta pelayanan yang buruk
dalam bidang kesehatan (atau membandingkannya dengan bidang lain)
tanpa perlu membandingkannya dengan hak-hak warga negara atau
kebijakan pemerintah.
Pada bagian ini, peneliti dapat memberikan gambaran kondisi ohjektif
dengan menggunakan alat bantu WHAT (apa yang sering terjadi), WHO
(siapa yang mengalaminya), WHEN (kapan te4adi masalahnya), WHERE
(di mana permasalahan itu muncul secara spesifik), WHY (mengapa gejala
38
tersebut dapat muncul), dan HOW (bagaimana hubungan dengan gejala
lain). Penggunaan alat bantu ini tidak terpisah dengan model yang
digunakan dalam pembuatan latar belakang masalah, tetapi berupa satu
kesatuan yang saling melengkapi. Perlanyaan "apa yang diteliti atau
dijelaskan" dalam penelitian kuantitatif akan berkaitan dengan gejala sosial.
Setiap gejala sosial dinyatakan dalam variabel-variabel. Variabel merupakan
konsep yang mempunyai variasi nllai/ intensitas/jumlah. Biasanya variasi
nilai/intensitas/jumlah ini disebut dengan kategori, yang menggambarkan
atribut dari variabel tersebut.
Sebagai contoh, kita akan mengukur bagaimana pendidikan seseorang.
Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam variabel. Ada yang
menggunakan variabel lama pendidikan, jenis pendidikan, jenjang
pendidikan, biaya pendidikan, dan masih banyak yang lainnya. Bila variabel
jenjang pendidikan formal yang kita pilih, kategori dari variabel ini dapat
dibuat menjadi sebagai berikut :
a. Tidak Tamat Sekolah Dasar/sederajat
b. Tamat Sekolah Menengah Pertama/sederajat
c. Tamat Sekolah Menengah Atas/sederajat
d. Tamat Akademi/D1/D2/D3/D4/sederajat
e. Tamat Strata 1/Strata 2/strata 3/sederajat
Pembuatan kategori seperti di atas dapat disesuaikan sesuai dengan teori
yang dijadikan acuan dalam penelitian kuantitatif. atau disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
Sementara itu, pertanyaan mengenai siapa yang akan diteliti dalam suatu
penelitian akan berkaitan dengan topik penelitian dan pertanyaan penelitian
yang diajukan. Baik topik maupun pertanyaan penelitian ini akan
menentukan tingkat analisis dan unit analisis penelitan. Tingkat analisis
merupakan suatu tingkatan kenyataan sosial yang ingin dijelaskan secara
teoritis. Sementara itu, unit analisis merupakan suatu unit sosial 1,ang
digunakan oleh peneliti dalam mengukur suatu variabel. Tingkat analisis
dapat dibedakan menjadi dua tingkatan berikut:
39
a. Tingkat mikro yang berkaitan dengan proses-proses individual atau
kelompok
b. Tingkat makro yang berhubungan dengan aspek – aspek structural
ditingkat masyarakat
(Rambat & Ridho, 2015)
3. Perumusan Masalah
Penggunaan istilah perrnasalahan, perumusan maaslah, atau pokok
masalah dalam satu penelitian adalah sama. Pada dasarnya permasalahan
dalam penelitian merupakan perumusan masalah ke dalam bentuk yang lebih
terfokus. Bagian ini tidak terpisahkan dengan paparan yang terdapat pada
latar belakang masalah. Konsep utama ini dapat dimunculkan-bukan dalam
bentuk pendefinisianmelainkan adlam bentuk penggambaran secara objektif.
Biasanya pada bagian akhir dari permasalahan, penelitian telah dapat
merumuskan pertanyaan penelitian (research question). Banyak pertanyaan
tentang berapa banyak pertanyaan penelitian yang harus diajukan dalam
suatu penelitian. Sebenarnya jumlah banyaknya pertanyaan penelitian sangat
relatif, tergantung dari kebutuhan penelitian tersebut. Hal yang paling
penting adalah agar pertanyaan tersebut febih fokus. (Rambat & Ridho,
2015)
Contohnya jika kita kembali menggunakan topik pemanfaatan kartu
sehat. Pada bagian permasalahan, dapat kita uraikan beberapa keluhan
masyarakat ketika mereka akan memanfaatkan/menggunakan kartu sehat
bagi orang miskin. Kartu sehat .n.-ang seharusnya dapat dimanfaatkan
masyarakat miskin tanpa pungutan biaya temyata tidak dapat dimanfaatkan.
Bagian permasalahan ini diakhiri dengan pertanayan penelitian
“bagaimanakah pemanfaatan kartu sehat di puskesmas A dan faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi masyarakat miskin memanfaatkan kartu sehat di
Puskedmas A tahun 2004?”. Bandingkan dengan pertanyaan penelitian
berikut. “Bagaimanakah pemanfaatan kartu sehat dan faktor-faktor apa saja
yang memengaruhi masyarakat miskin memanfaatkan kartu sehat?”
Manakah yang lebih baik? Tentu yang pertama karena pada bagian ini kita
telah lebih fokus dengan siapa yaitu diteliti (yaitu masyarakat), lokasi
40
penelitian (yaitu di puskesmas A) dan waktu penelitian (yaitu tahun 2004).
Sementara itu, pada pertanayan penelitian yang kedua, penelitian masih tidak
terfokus apakah di rumah sakit atau di puskesmas.
4. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penelitian dapat
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi penelitian eksporatif,
deskriptif, dan eksplanatif. Pada bagian ini, seorang peneliti kuantitatif dapat
memilih jenis penelitian apa yang akan digunakannya. Sesuai dengan salah
satu asumsi pada pembahasan pendekatan kuantitatif yang menyatakan
bahwa penelitian kuantitatif mendasarkan pada teori, maka tidak
dimungkinkan peneliti menggunakan penelitian dengan jenis eksploratif.
Oleh karena itu, hanya penelitian deskriptif dan eksplanatif saja yang dapat
dipilih.(Priyono, 2016)
C. PENYUSUNAN KERANGKA TEORI DAN PENGUKURAN
Secara umum, penyusunan kerangka teori dapat melalui
alur/tahapsebagai berikut:
Tinjauan Kepustakaan
Konstruksi Model Teoritis
Model Analisis
Hipotesis
Operasional Konsep
41
Gambar tahapan yang dilakukan dalam menyusun kerangka teori
Jika dihubungkan dengan jenis penelitian yang digunakan, pada penelitian
deskriptif, peneliti telah dibekali kemampuan mengidentifikasi permasalahan
yang ada melalui conceptual definition dari gejala yang diteliti sekaligus
struktur dan dimensi yang berkaitan dengan gejala tersebut. Sementara itu, pada
penelitian eksplanatif, peneliti tidak hanya membekali dengan conceptuol
definition saja, melainkan juga telah menyusun suatu theoritical frameu,ork
(kerangka teori). Menurut Sekaran (1992), theoritical framework adalah a
conceptuol model of how one theorize the relationships among several factors
that have identified as important to the problem yang bertujuan membuat
jawaban sementara (hipotesis) terhadap permasalahan penelitiannya.
1. Tinjauan kepustakaan
Pada tahap ini, peneliti kuantitatif akan melakukan proses kajian terhadap
teori-teori atau hasil studi terdahulu. Proses ini disebut theoritical
assessment. Kajian terhadap teori atau hasil studi terdahulu difokuskan pada
konsep utama yang digunakan. Konsep utama dalam hal ini adalah variabel
dependen. Misalnya jika seorang peneliti tertarik untuk mengetahui
pemanfaatan kartu sehat oleh masyarakat miskin, maka yang perlu digali
adalah teori-teori atau hasil studi terdahulu tentang Kebijakan di Bidang
Kesehatan dan Pelayanan Puskesmas. Jika peneliti yang lain ingin
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan kartu sehat oleh
masyarakat miskin, maka bukan teori tentang faktor-faktor orang miskin
memanfaatkan kartu sehat, melainkan teori tentang Kebijakan di Bidang
Kesehatan dan Pelayanan Puskesmas. Hal itu karena yang dijadikan variabel
utama (variabel dependen) adalah pemanfaatan kartu sehat. Namun, bukan
berarti peneliti tidak mempertimbangkan variabel lain. Peneliti dapat
menemukan penjelasan baik secara tersurat maupun tersirat mengenai
variabel independen ketika menggali teori tentang pemanfaatan kartu sehat.
Jika peneliti menemukan ada beberapa teori atau hasil penelitian terdahulu
tentang gejala yang ingin ditelitinya, peneliti dapat melakukan perbandingan
teori atau memilih satu teori yang akan dipakai dengan alasan ilmiah dan
bukan alasan pribadi. Pada tahap ini, peneliti dapat menyusun penjelasan
42
tentang konsep-konsep yang akan digunakan, variabel-variabel, dan
proposisi-proposisi yang terkait. Konsep merupakan suatu gagasan yang
dinyatakan dalam suatu simbol atau kata. Pada teori, selain kita dapat
menemukan conceptual definition (definisi konsep) yang akan melahirkan
dimensi konsep aspek dari konsep yang muncul sebagai konsekuensi dari
pendefinisian konsep tersebut, kita juga dapat menemukan coicept cruster
(kelompok konsep), yaitu konsep lain yang memiliki hubungan dengan
konsep yang sedang kita gunakan.
Variabel dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
variabel bebas (independent variabre) dan variabel terikat (dependent
variable). variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi
mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini dalam penelitian
kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik
penelitian. Sementara itu, variabel terikat uaaun variabel yang diakibatkan
atau yang dipengaruhi oreh variaber bebas. Keberadaan variabel ini sebagai
variabel yang dijelaskan dalam fokus/topik penelitian. Jika digambarkan
dalam bentuk bagan, maka akan berbentuk seperti gambar berikut ini.
Gambar Hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat
Ada tiga hal yang sebaiknya diperhatikan ketika menentukan kedudukan
variabel-variabel ini, yaitg sebagai berikut:
a. Perhatikan urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang terjadi
lebih dulu dibandingkan dengan variabel lain,
b. Perhatikan dampak, dengan melihat variabel mana yang merupakan
dampak atau akibat dari adanya variabel lain,
c. Perhatikan teori yang dijadikan dasar sumber.
Namun demikian, bukan berarti di dalam penelitian kuantitatif pasti akan
tcrdiri dari dua variabel. Ada juga penelitian yang terdiri dari tiga variabel
atau bahkan lebih. Variabel inilah yang disebut sebagai variabel kontrol.
Variabel kontrol dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
(Independent Variable) (Dependent Variable)
43
a. Variabel pendahulu (antecendent variable) yang memiliki kedudukan
sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel bebas.
Jika variabel ini dihilangkan, hubungan antara variable bebas dan
variabel terikat tidak hilang atau tidak berubah.
b. Variabel antara (intervening variable) yang memiliki kedudukan sebagai
variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat.
Keberadaan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus
memengaruhi variabel antara terlebih dulu baru kemudian variabel antara
ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat.
c. Variabel penekan (suppressor variable) merupakan suatu variabel yang
mengubah hubungan. Awalnya antara variabel bebas dan variabel terikat
tidak ada hubungan. Namun, setelah dihadirkan variabel ketiga,
hubungan antara variabel bebas dan terikat tersebut menjadi tampak.
d. Variabel pengganggu (distorter variable), yaitu pada awalnya hubungan
antara variabel bebas dan terikat adalah hubungan yang positif. Namun,
ketika dihadirkan variabel ketiga, hubungan tersebut menjadi negatif.
Bagaimana penyusunan kerangka teori dalam penelitian tentang kualitas
layanan tersebut? Kita dapat memulai dengan mencari definisi tentang
kualitas layanan. Kualitas layanan adalah hasil persepsi di benak pelanggan
setelah mereka membandingkan antara persepsi kualitas yang mereka terima
(perceived service) dengan harapan mereka terhadap layanan tersebut
(expected selvice). Persepsi kualitas layanan yang diterima dapat diamati dan
diukur melalui metode SERVQUAL yang terdiri dari lima dimensi pokok
berikut:
44
Sumber: Zeithaml, Parasuraman, and Berry (1990)
a. Dimensi Tangiable, yaitu perbandingan antara harapan dengan
kenyataan terhadap penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan
peralatan komunikasi (seperti brosur, pamflet, dan sebagainya) dari
perusahaan.
b. Dimensi Reliability, yaitu perbandingan antara harapan dengan
kenyataan terhadap pemenuhan janji layanan perusahaan secara
terpercaya dan akurat.
c. Dimensi Responsiveness, yaitu perbandingan antara harapan dengan
kenyataan . terhadap pemberian layanan dan penyelesaian keluhan
pelanggan yang dilakukan dengan tanggap, cepat, dan tepat.
d. Dimensi Assurance, yaitu perbandingan antara harapan dengan
kenyataan terhadap keahlian dan pengetahuan pegawai perusahaan
perbankan dalam memberikan layanan. serta kemampuan mereka untuk
meyakinkan pelanggannya terhadap kompetensi dan kredibilitas dari
perusahaan.
e. Dimensi Empathy, yaitu perbandingan antara harapan dengan kenyataan
terhadap kemudahan dan kejelasan dalam memberikan layanan sesuai
dengan kebutuhan masingmasing pelanggan. Dengan contoh tersebut.
kita dapat melihat bahua definisi diperoleh peneliti dari teori yang
45
dikemukakan oleh Zeithaml, Parasuraman. dan Berry. dengan lima
dimensi dan concept cluster, yaitu pelayanan di sektor publik atau
pelayanan di sektor bisnis.
(Silalahi, 2010)
2. Kontruksi Model Teoritis
Setelah melakukan tinjauan pustaka, seorang peneliti dapat melanjutkan pada
konstruksi (pembentukan) model teoritis. Pembentukan model teoritis ini
didasarkan pada proposisi-proposisi yang telah dinyatakan dalam teori yang
ada pada tinjauan kepustakaan dengan cara mengubah konsep menjadi
variabel sehingga lebih mudah diukur dan memunculkan variabel-variabel
bebas (jika dimungkinkan). Seperti pada penelitian tentang pemanfaatan
kartu sehat sesuai dengan teori Green, kita dapat menentukan hubungan
bahwa pengetahuan tentang kartu sehat, persepsi tentang ketersediaan sarana
kesehatan, dan persepsi tentang akses memperoleh sarana kesehatan sebagai
variabel bebas. Sementara itu, pemanfaatan kartu sehat merupakan variabel
dependen. Mengapa tidak dipilih semua faktor sebagai variabel independen?
Kita dapat kembali melihat pada asumsi metodologi bahwa penelitian
kuantitatif adalah nomotetik sehingga peneliti dapat mengambil sebagian
saja dari teori untuk diteliti kembali. Oleh karena itu, pada konstruksi model
teoretis, peneliti dapat menjelaskan masing-masing variabel berdasarkan
teori (teori lain) yang terkait. Dalam contoh di aths, peneliti dapat
menambahkan penjelasan dari teori yang ditulis Andersen (1975) mengenai
Equity in Health Service: Empirical Analysis in Social Policy.(Silalahi,
2010)
3. Model Analisis
Model analisis merupakan gambaran sederhana tentang hubungan di
antara variabel. Conloh model analisis untuk peneiitian tentang Pemanfaatan
Kartu Sehat adalah sebagai berikut.
46
Gambar Model Analisis Penelitian Pemanfaatan kartu Sehat
Tidak selamanya peneliti dapat membuat model analisis. Hal ini
tergantung pada bagaimana variabel yang satu dapat dihubungkan dengan
variabel yang lain.
Sumber: Zeithaml, Parasuraman, and Berry (1990) dalam Silalahi, 2010
Gambar Model Analisis Penelitian Kualitas Layanan ditinjau dari
kepuasaan Pelanggan
4. Hipotesis
Teori yang digunakan dalam mengidentifikasikan hubungan antar
variabel. Hubungan antar variabel bersifat hipotesis. Hipotesis merupakan
proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban
sementara atas pertanyaan peneliti. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif
dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel
yang dikenal sebagai hipotesis kausal. Contoh hipotesis satu variabel:
47
Seorang ahli gizi berpendapat bahwa 75% dari muridmurid SD di desa
menderita kekurangan gizi. Suatu penelitian dilakukan terhadap 300 murid .
SD dan diketahui 270 anak menderita kekurangan gizi. Hipotesis yang dapat
dibuat adalah pemerintah daerah perlu memberikan bantuan gizi kepada
kepada murid-murid SD di desa jika lebih dari 75% menderita kekurangan
gizi. (Priyono, 2016)
Berbeda dengan hipotesis satu variabel, hipotesis kausal/sebab akibat
memiliki ciri-ciri, yaitu: sekurang-kurangnya mengandung dua variabel,
menggambarkan 'hubungan sebab akibat, dapat memprediksikan hasil yang
akan terjadi, berkaitan logis dengan pertanyaan penelitian, dan dapat
dibuktikan keberlakuan atau ketidakberlakuannya.
Ada beragam contoh pernyataan kausalitas atau hubungan, yaitu:
a. ------ mengakibatkan -----
b. ----- disebabkan -----
c. ------ mendorong terjadinya ------
d. ------ berhubungan dengan -----
e. ------ memengaruhi -----
f. ------ berasosiasi dengan -----
g. ------ menghasilkan ----
h. Jika ------, maka -----
i. Semakin -----, semakin -----
j. ---- meningatkan / menurunkan -----
Pengujian hipotesis memiliki beberapa focus sebagai berikut:
a. Arah Hubungan
Jika kita membicarakan suatu hubungan, akan ada dua konsep
yang terkait satu dengan lainnya. Didalam hubungan antara variabel,
maka yang dibicarakan adalah keterkaitan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Berdasarkan sifatnya, hubungan antara dua variabel
dapat dibedakan menjadi hubungan yang simetris, hubungan yang
resiprokal, dan hubungan yang asimetris. Suatu hubungan dikatakan
hubungan yang simetris jika salah satu dari variabel yang ada tidak
dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel yang lainnya. Dalam sifat
48
hubungan ini, akan sulit menerangkan variabel yang memengaruhi
variabel lainnya, atau variabel yang terjadi mendahului variabel lainnya.
Contohnya adalah antara jenis kelamin dengan asal daerah kelahiran.
Kita tidak bisa menentukan variabel mana yang menjadi penyebab dan
variabel mana yang menjadi akibat. Bahkan mungkin dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya tidak dapat ditentukan ada hubungan. Jika
digambarkan dalam sebuah bagan, maka akan seperti bagan berikut.
Suatu hubungan disebut hubungan resiprokal (timbal balik) jika
variabel yang satu dengan variabel yang lainnya saling memengaruhi.
iUisalny'a variabel tingkat kesehatan seseorang dengan kegemaran
berolahraga. Semakin baik kesehatan seseorang, kegemaran untuk
berolahraganya juga semakin besar, dan sebaliknya, semakin gemar
berolahraga, akan semakin baik pula kesehatannya. Jika digambarkan
dalam bentuk bagan, maka akan seperti bagan berikut.
Sementara itu, hubungan yang asimetris adalah jika Anda secara
pasti menyatakan bahwa suatu variabel akan menyebabkan atau
memengaruhi variabel lainnya, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hubungan
variabel yang asimetris ini bersifat satu arah.(Priyono, 2016)
Misalnya variabel pendapatan bulanan dan variabel pola
menabung masyarakat. Orang akan menabung atau mempunyai
tabungan, jika ia memiliki selisih antara pendapatan dengan pengeluaran.
Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka dimungkinkan untuk
memiliki tabungan, dan sebaliknya. Semakin rendah pendapatan dan
pengeluaran pun semakin kecil, dan akan berakibat pada sedikitnya
tabungan. Akan tetapi. ada beberapa buku yang menyebutkan dan
X Y
X Y
X Y
49
menggolongkan hubungan resiprokal ke daiam arah hubungan yang
simetrik, terutama pada buku-buku statistic. (Priyono, 2016)
b. Bentuk hubungan
Berdasarkan bentuknya, suatu hubungan kausalitas dapat dibedakan
menjadi menjadi hubungan linier/lurus dan nonlinear. Hubungan linier
terjadi jika perubahan nilai pada satu variabel diikuti oleh perubahan nilai
pada variabel lain secara konsisten atau tetap. Contohnya adalah
hubungan antara jumlah penduduk dengan tingkat kepadatan.(Priyono,
2016)
Contoh Tabel Hubungan Linier
Tingkat
Kepadatan
Jumlah Penduduk Total
Rendah Sedang Tinggi
Rendah 80% 10% 10% 100%
Sedang 10% 80% 10% 100%
Tinggi 10% 10% 80% 100%
Total 100% 100% 100% 100%
Contoh Grafik Hubungan Linier
Hubungan nonlinier atau disebut juga bentuk kurva, lengkung, atau tidak
lurus merupakan suatu hubungan yang terjadi jika perubahan nilai pada
suatu variabel diikuti oleh perubahan nilai pada variabel yang lain ke
arah tertentu, namun pada satu titik tertentu, perubahan tersebut bergerak
ke arah yang berlawanan. Misalnya pada hukum Gossen, yaitu antara
konsumsi dengan tingkat kepuasan.(Priyono, 2016)
50
Contoh grafik hubungan nonlinier
c. Hubungan Positif dan Negatif
Berkaitan dengan bentuk hubungan diatas baik linier maupun nonlinier
dapat dibedakan lagi menjadi hubungan yang positif dan hubungan yang
negatif. Hubungan positif terjadi jika peningkatan atau penurunan nilai
pada suatu variabel diikuti pula dengan peningkatan atau penurunan nilai
pada suatu variabel yang lain.
Contoh Tabel Hubungan Positif
Contoh Grafik Hubungan Positif
Hubungan negatif terjadi jika peningkatan nilai pada suatu variabel akan
diikuti oleh penurunan nilai pada variabel lain, atau sebaliknya.
Contoh Tabel Hubungan Negatif
51
Contoh Grafik Hubungan Negatif
d. Kekuatan Hubungan
Kekuatan hubungan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
hubungan yang cenderung kuat, hubungan yang cenderung lemah, dan
tidak ada hubungan. Hubungan kuat adalah hubungan yang terjadi jika
perubahan nilai pada suatu variabel cenderung diikuti pula oleh seluruh
atau hampir seluruh nilai pada variabel lain ke arah yang sama.(Priyono,
2016)
Contoh Tabel Hubungan Kuat
Hubungan lemah adalah hubungan yang terjadi jika perubahan
nilai pada suatu variaber cenderung diikuti oleh sebagian/sebagian kecil
dari variabel yang lain.
52
Contoh Tabel Hubungan Lemah
Sementara itu, tidak ada hubungan dapat terjadi jika perubahan nilai pada
suatu variabel cenderung tidak diikuti oleh perubahan nilai dari variabel
yang lain.
Contoh Tabel tidak ada Hubungan
e. Kondisi Hubungan
Berdasarkan kondisinya, hubungan kausalitas dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu kondisi perlu, kondisi cukup, dan kondisi perlu
dan cukup. Kondisi perlu merupakan suatu kondisi yang terjadi jika
perubahan variabel x adalah prasyarat utama dari perubahan variabel y.
Jadi perubahan variabel y sangat tergantung pada keberadaan atau
perubahan variabel x, tetapi variabel x bukan satu-satunya sumber
perubahan. Contohnya untuk memperoleh pekerjaan, persyaratan
utamanya adalah ijazah pendidikan formal yang dirniliki. Namun, ijazah
bukan satu-satunya variabel yang dapat digunakan untuk memperoleh
pekerjaan. Dibutuhkan hal lain seperti keterampilan, keahlian, dan
pengalarnan. (Silalahi, 2010)
Kondisi cukup inerupakan suatu kondisi yang terjadi jika
perubahan variabel x sudah cukup untuk dapat menimbulkan perubahan
pada variabel 1.. tetapi perubahan y lidak tergantung dari keberadaan x.
Contoh, banyaknya penganggruran dapat mengakibatkan timbulnya
kerusuhan. Akan tetapi, ada tidaknya kerusuhan tidak tergantung ada atau
53
tidaknya pengangguran. Mungkin saja penyebabnya adalah
ketidakpuasan masyarakat.
Sementara itu, kondisi perlu dan cukup akan terjadi jika
perubahan pada variabel x adalah satu-satunya sumber perubahan
variabel y. Contohnya penyebab AIDS hanya satu. yaitu virus HIV. Di
dalam pemmusan hubungan kausalitas pun, ada hal lain yang harus
diperhatikan. yaitu hindari Double Barreled Hvpothesis, yaitu dua atau
lebih variabel bebas sekaligus dibuat dalam satu hipotesis. Contoh,
tingkat kemiskinan dan tingkat konsentrasi penduduk yang tinggi akan
mendorong meningkatnya kejahatan di daerah kemiskinan. Hal ini harus
dihindari mengingat akan memiliki beberapa arti, antara lain:
1) Apakah kejahatan hanya dapat dihasilkan dari kombinasi kedua
sebab,
2) Apakah kejahatan hasil dari masing-masing sebab.
5. Pengukuran
Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran, yaitu konseptualisasi, penentuan
variabel dan indikator, dan operasionalisasi. Tahapan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar Tahapan Pengukuran
Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoretis atau
definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan
suatu definisi dalarn bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain
atau konsep lain yang bisa saja abstrak untuk menjelaskan konsep pertama
tersebut. Konseptualisasi dapat juga dikatakan sebagai proses yang
digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita maksudkan
bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif,
54
sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan
kepustakaan. Lihat kembali materi kerangka teori pada bab sebelumnya.
(Priyono, 2016)
Sementara itu, operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses
pengukuran. Ini merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan
unit-unit ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-
unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap
variabel.(Nanang, 2011)
Dalam melakukan suatu proses pengukuran, seorang peneliti juga harus
mengetahui cara pengukuran suatu konsep atau yang disebut tingkat
pengukuran. Tingkat pengukuran ini bergantung pada konseptualisasi suatu
konsep. Tingkat pengukuran memengaruhi jenis indikator yang akan
digunakan dan berkaitan dengan asumsi dasar dalam definisi konsep tersebut
dan berkaitan dengan pengukuran dan statistik yang akan digunakan.
Menurut S. S. Stevens, tingkat pengukuran dapat dibedakan menjadi
nominal, ordinal, interval, rasio.(Priyono, 2016)
Tabel Ciri-ciri Tingkat Pengukuran
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. POPULASI
a. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang
berarti jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).
55
Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah
berkenaan dengan data bukan barang atau bendanya. Pengertian
lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik
tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan Ridwan (2002:3)
mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau
unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.
Menurut Margono (2010:118) populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
kita tentukan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya dalam Sugiyono (2006:117)
Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan
beberapa karakteristik populasi adalah:
1) Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi
yang akan diinginkan.
2) Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-
benda atau objek maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam
suatu area/ daerah tertentu yang telah ditetapkan.
3) Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat
tertentu yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari
keadaan itu.
4) Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu
dapat digeneralisasikan.
b. Jenis-Jenis Populasi
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
56
1) Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah
mahasiswa.
2) Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang
mempunyai jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya;
seperti pasir di pantai.
Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus
dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1) Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-
unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu
dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter
yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup
mengambil setetes darah saja.
2) Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. SAMPEL
a. Pengertian Sampel
Menurut Muri (2007:186) secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi
tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti.
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian sampel adalah sebagai
berikut:
1) Sax (1979: 181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah yang
terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi, unsur-unsur
tersebut hendaklah mewakili populasi.
2) Warwick (1975:69) mengemukakan pula bahwa sampel adalah sebagian
dari suatu hal yang luas, yang khusus dipilih untuk mewakili
keseluruhan.
57
3) Kerlinger (1973:118) menyatakan: Sampling is taking any portion of a
population or universe as representative of that population or universe.
4) Leedy (1980:111) mengemukakan bahwa sampel dipilih dengan hati-hati
sehingga dengan melalui cara sedemikian peneliti akan dapat melihat
karakteristik total populasi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).
b. Ciri-Ciri Sampel yang Baik
Berangkat dari berbagi pendapat yang telah diutarakan di atas dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri sampel yang baik adalah:
1) Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara tertentu
dan benar.
2) Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan
mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
3) Besarnya ukuran sampel hendaknya mempertimbangkan tingkat
kesalahan sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang
dapat diterima secara statistik.
c. Alasan Sampling
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan
sampel menurut Sudjana (2002:161) adalah :
1) Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter
yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
58
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2) Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar
biaya yang diperlukan, lebih–lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang
cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi
biaya.
3) Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu
yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih cepat.
4) Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh
populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5) Masalah ketelitian.
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup
dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi
bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,
penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu
penelitian.
6) Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan
59
tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan
penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih
ekonomis daripada penelitian populasi
d. Keuntungan Penggunaan Sampel
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel, yaitu:
1) Biaya menjadi berkurang
2) Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan data
3) Lebih akurat
4) Lebih luas ruang cakupan penelitian
e. Cara Pengambilan Sampel atau Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik
sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Non Probability sampling. Probability sampling meliputi,
simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified
random, dan area random. Non Probability sampling meliputi sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,
sampling jenuh dan snowball sampling (Sugiyono, 2012:81).
1) Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
dipilih untuk menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi (Sugiyono,
2012:81):
a) Simple Random Sampling
Dikatan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
salam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
b) Proportionate Stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c) Disproportionate Stratified Random Sampling
60
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
d) Cluster Sampling (Area Sampling)
Sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Tempat sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, tahap berikutnya menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu secra sampling juga.
2) Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi(Sugiyono, 2012:82).:
a) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sambil
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari
semua anggota itu diberi nomot urut yaitu nomor 1 sampai dengan
nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil
saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima.
b) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan
izin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang.
Lalu pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut,
61
maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang ditentukan.
c) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan pada penelitian
kualitatif.
e) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
populasi yang relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
f) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi dengan
dua orang ini belim merasa lengkap terhadap data yang diberikan
maka peneliti mencari orang yang lebih tahu dan dapat melengkapi
data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Penelitian kualitatif
banyak menggunakan purposive dan snowball.
62
E. VARIABEL DAN DO
1. Variabel
a. Definisi variabel
Kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka
jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Menurut Sudaryono
(2017) variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
praktik, istilah variabel dipakai sebagai sinonim untuk suatu konsep atau
hal yang sedang diriset. Variabel yang dimaskud adalah suatu simbol
yang akan diberi angka atau nilai.
Menurut Kerlinger (2002) dalam Sudaryono (2017) menyatakan
bahwa variabel adalah konstruk (construc) atau sifat yag akan dipelajari.
Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis
kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dan lain – lain. Variabel
dapat dikatan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values).
Cresswell (2008) menyatakan variabel adalah suatu kualitas
dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Variabel ini akan diberi nilai didasarkan atas ciri – ciri
variabel tersebut, misalnya variabel dikotomis, kategoris, diskrit, dan
variabel kontinu.
Dikatakan dikotomis jika variabel tersebut hanya berisi dua nilai,
misalnya ya tidak, laki perempuan, dan puas kecewa. Dikatakan variabel
diskrit jika datangnya hanya mempunyai nilai tertentu saja, dikatakan
variabel kontinu jika nilai – nilainya dalam interval tertentu atau kadang
– kadang dala suatu himpunan tak terbatas. Beberapa variabel yang
memiliki nilai menunjukkan kategori tambahan (lebih dari), disebut
variabel discrete, misalnya variabel demografik seperti agama islam
63
Kristen buda dan lain – lain atau ras hispanik, asia, kulit hitam , dan lain
– lain. Dalam penelitian eksperimen dikenal ada control variable dan
exstraneous variable (Sugiyono, 2017).
Control variable adalah variabel yang dikendalikan peneliti agar
tidak mempengaruhi hubungan fungsional antara variabel bebas dan
variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya, suatu perusahaan
ingin mengetahui pengaruh murni desain aleternatif dari kemasan sabun
detergen terhadap penjualan. Extraneous variable adalah variabel yang
tidak dapat dikendalikan oleh peneliti dalam suatu penelitian eksperimen.
Jika variabel tidak diperhatikan dengan cermat, bisa menimbulkan
pengaruh (confounding impact) dalam menguji pengaruh variabel bebas
tanpa variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya, perubahan
temperatur, mood, kondisi kesehatan, bahkan kondisi fisik. Variabel
tersebut tidak bisa dikendalikan peneliti, cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi pengaruh variabel tersebut adalah melakukan
randomization. Misalnya, perusahaan sabun detergen maka yang dapat
dilakukan adalah melakukan randomization kondisi manipulasi desain
kemasan sabun tadi pada jumlah konsumen dan mengukur unit
penjualannya (Sugiyono, 2017)
b. Ciri-Ciri Variabel Penelitian
Dalam penelitian variabel mempunyai 3 ciri, yaitu mempunyai
variasi nilai, membedakan suatu obyek dengan obyek lain dalam satu
pupolasi, dan dapat diukur. Variabel membedakan satu obyek dengan
obyek lain dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai
yang bervariasi (Widoyoko 2012). Dalam bukunya Sugiyono (2017)
mencontohkan, dari populasi terdiri dari 30 orang mahasiswa, indeks
prestasi (IP) hanya akan menjadi variabel apabila terdapat variasi dalam
IP pada populasi tersebut. Sebaliknya, apabila dari 30 mahasiswa
tersebut tidak terdapat variasi dalam IP karena mempunyai IP yang sama,
maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan.
64
Objek-objek yang menjadi anggota populasi karena mempunyai
satu karakteristik yang sama. Meskipun sama, objek dalam populasi
dapat dibedakan satu sama yang lain dalam satu variabel. Misalnya,
populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang memiliki satu kesamaan
karakteristik, yatitu mahasiswa. Selain kesamaan itu, antara mereka
berbeda dalam usia, jenis kelamin, agama, motivasi belajar,kecerdasan,
bakat dsb. Perbedaan tersebut merupakan variasi karena mempunyai sifat
membedakan diantara objek yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2017)
Variabel harus dapat diukur dan variabel berbeda dengan konsep.
Konsep belum dapat diukur, sedangkan variabel dapat diukur. Nilai
variabel didalam riset mempunyai variasi antara satu dan lainnya. Jika
suatu variabel dikatikan dengan variabel lain sampai terbentuk sebuah
model, maka variabel akan mempunyai bermacam – macam bentuk.
Untuk riset dalam bidang pendidikan, variabel yang umum dipakai
antara lain, variabel independen(bebas) dan dependen (tidak bebas),
variabel control , variabel moderating, dan variabel intervening (Nazir,
2017).
c. Macam – Macam Variabel
Menurut Sugiyono (2017) berdasarkan fungsinya variabel dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam variabel yaitu :
1) Variabel independen dan dependen
Variabel independen adalah sering disebut variabel stimulus,
predictor, antecedent, bebas. Variabel bebas merpukan variabel yang
mempengaruhi atau yang memjadi sebab parubahannya tau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas)
adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang
lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang
dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
65
Selain satu variabel independen, banyak riset dilakukan untuk
menguji bebrapa variabel independen (bebas) dan satu variabel
dependen (tidak bebas). Misalnya, riset yang ditujukan untuk
menguji pengaruh biaya promosi, biaya distribusi, biaya produksi
terhadap pendapatan (sales) disini terdapat 3 variabel bebas.
Semakin tinggi kualitas pelayanan maka diduga semakin tinggi
loyalitas konsumen. Oleh karena itu, kualitas pelayanan merupakan
variabel bebas dan kepuasan konsumen merupakan variabel terikat.
2) Variabel moderating
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Hubungan perilaku suami istri akan
semakin baik jika mempunyai anak. Disini anak adalah variabel
moderator yang mempekuat hubungan dan pihak ketiga adalah
variabel moderator yang memperlemah hubungan. Variabel ini juga
dapat merubah nilai hubungan dari positif ke negstif atau sebaliknya.
Misalnya, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi motivasi belajar
mereka. Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin baik
pula hasil belajar mereka mereka atau sebaliknya.
Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas danvariabel terikat. Misalnya, suatu
teori menyatakan kualitas pelayanan akan mempengaruhi loyalitas
konsumen. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas kosumen
akan bervariasi berdasarkan factor demografik (misalnya,
pendidikan, pendapatan) sebagai variabel moderating.
3) Variabel intervening
Variabel intervening merupakan variabel yang berada diantara
variabel bebas dan variabel terikat, sehingga sebelum variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat terlebih dahulu akan mempengaruhi
variabel intervening. Misalnya, penelitian yang meguji pengaruh
moderating yaitu factor demografi terhadap hubungan antara kualitas
pelayanan, kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen.
66
Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan
diteliti perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi
pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti.
4) Variabel control
Seluruh variabel dalam situasi atau dalam diri seseorang
(dispostional variable) tidak dapat dikaji dalam waktu yang
bersamaan waktunya. Variabel tersebut harus dinetralisisasikan
untuk menjamin variabel itu tidak akan memiliki dampak yang
berbeda atau moderate terhadap variabel yang dicari hubungannya.
Variabel yang dinetralisasi inilah yang diidentifikasi sebagai variabel
control atau pengendali (Sugiyono, 2011).
Menurut Darmadi (2011), variabel control adalah variabel yang
dikendalikan sehingga tidak mempengaruhi variabel bebas dan
terikat. Variabel ini sering digunakan oleh peneliti bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Misalnya
apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus
D3 dan S1 maka harus ditetapkan variabel control berupa gaji yang
sama, perlatan yang sama, iklim kerja yang sama, dll. Tanpa adanya
variabel control maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan
karyawan karena factor pendidikan.
Di dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”, Nazir
(2017) menambahkan beberapa macam variabel diantaranya :
5) Variabel Aktif
Variabel yang dimanipulasi oleh peneliti dinamakan variabel
aktif. Jika sesesorang peneliti memanipulasikan metode mengajar,
cara ,enghukum mahasiswa, maka metode mengajar cara
menghukum adalah variabel aktif karena variabel ini dapat
dimanipulasikan.
6) Variabel Atribut
Ada juga variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar
dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.
Variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti
67
intelegensia, jenis kelamin, status social, pendidikan, sikap dsb.
Variabel yang merupakan objek inanimate, seperti populasi, rumah
tangga, daerah geografis.
7) Variabel kontinu
Variabel kontinu adalah variabel yang dapat kita tentukan
nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan decimal yang tidak
terbatas. Misalnya berat, tinggi, luas, pendapatan dsb. Untuk berat
badan kita bisa menulis 75,14 kg, luas panen14,2 ha.
8) Variabel descrete
Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan atau decimal dibelakang koma.
Variabel ini sering juga dinyatakan variabel dikotom misalnya, jenis
kelamin, laki perempuan. Jika ada lebih dua kategori disebut variabel
politom. Misalnya tingkat pendidikan bisa SD, SMP, SMA,
perguruan tinggi dsb. Jumlah anak merupakan variabel descrete,
karena hanya bisa 3, 4, 5 atau 10. Tidak mungkin jumlah anak 4,
4,5, 4 1/2 dsb.
2. Definisi Operasional
a. Pengertian Definisi Operasional
Dalam proposal atau laporan penelitian, terdapat satu bagian dari
sub bab yang meskipun tidak wajib ada, namun sangat pemting jika
laporan penelitian tersebut ingin dikatakan lengkap. Bagian tersebut
yaitu definisi operasional yang dimaknai sebagai sebuah petunjuk yang
menjelaskan kepada peneliti mengenai bagaimana mengukur variabel
secara komplit. Melalui definisi operasional,peneliti lebih mudah
menentukan metode untuk mengukur variabel serta menentukan
indikator yang lebih kongkrit sehingga lebih mudah untuk diukur dan
diuji secara empiris (Nazir, 2017)
Menyusun definisi operasional adalah proses yang wajib
dilakukan oleh peneliti sebelum mengukur sebuah variabel yang
diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Ada kalanya konsep,
68
proposisi, serta hipotesis masih bersifat abstrak dan belum sesuai atau
belum mampu menggambarkan kondisi yang akan diteliti. Peneliti harus
menjelaskan konsep atau hipotesis tersebut sesuai dengan gambaran
dilokasi penelitian (Sudaryono, 2017).
Menurut Ruane (2005) dalam Sudaryono (2017) definisi
operasional membantu menentukan langkah – langkah atau prosedur
yang tepat yang digunakan saat melakukan pengukuran. Secara pribadi,
hanya ditemukan laporan penelitian skripsi maupun tesis yang salah
memahami definisi operasional ini. Definisi operasional adalah
penjelasan variabel yang akan diamati dalam pemecahan masalah.
Definisi operasional variabel merupakan proses merubah kata yang
digunakan dalam definisi normal. Contoh judul penelitian : pengaruh
gaya kepemimpinan dengan peningkatan kinerja pegawai, maka
variabelnya adalah gaya kepemimpinan dan kinerja pegawai. Definisi
operasionalnya bisa berupa penjelasan dari segi makna atau
mengungkapkan skala pengukuran untuk masing – masing variabel
(Ahmad,2015).
Martono(2015) menyatakanada 3 cara yang dapat digunakan
untuk menyusun definisi operasional Pertama, menyusun definisi
operasional beradasarkan kegiatan yang harus dilakukan agar hal yang
didefinisikan itu terjadi. Definisi ini menekankan cara untuk
menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama
mendefinisikan variabel bebas. Kedua, definisi operasinal disusun
dengan menggunakan bagaimana hal yang didefiniskan itu beroperasi.
Ketiga, definisi operasinal disusun dengan menjelaskan bagaimana hal
yang didefiniskan dapat diamati.
Menurut Sujarweni (2014) definisi operasional adalah variabel
penelitian yang dimaksudkan untuk memahami arti setiap variabel
penelitian sebelum dilakukan analisis. Contoh : analisis pengaruh
motivasi kerja terhadap kualitas pelayanan di Rumah Sakit Amanah
Semarang.
69
Menurut Nazir (2017) variabel yang digunakan umumnya nyata
dapat dimengerti, diraba, dan dapat dilihat, sehingga kurang
menimbulkan keragu – raguan akan maknanya. Variabel atau konstrak
yang dibangun dlam ilmu social memerlukan definisi yang terang,
supaya tidak terapat keragu – raguan dan dapat memperterang arti
ataupun untuk membuat varuabel atau konstan tersebut dapat digunakan
secara operasional.
Ada 2 cara untuk memberikan definisi terhadap variabel.
Pertama, suatu konstrak didefinisikan dengan konstrak yang lain. Kedua,
dengan menyatakan kegiatan yang ditimbulkan atau perilaku yang
dihasilkan dengan sifat yang dapat diimplikasikan. Sehubungan dengan
dua cara tersebut maka definisi terhadap variabel atau konstrak dapat
dibagi menjadi 2 yaitu definisi konstitutif dan definisi operasional.
1) Definisi konstitutif
Definisi konstitutif adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu konsep dengan menggunakan konsep yang lain. Misalnya, kita
mempunyai sebuahkonsep area. Secara konstitutif, area didefinisikan
sebagai luas sebidang tanah. Contoh lain adalah berat. Berat dapat
didefinisikan secara konstitutif sebagai susahnya persoalan yang
dikerjakan (Nazir, 2017).
2) Definisi operasional
Definisi perasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau
memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan tesuatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi
operasional yang diukur (measured) ataupun definisi operational
eksperimental (Nazir, 2017).
Definisi operasional yang diukur memberikan gambaran
bagaimana variabel tersebut diukur. Misalnya, kita mempunyai
sebuah variabel yaitu kemampuan. Kemampuan diberikan definisi
sebagai suatu uji kemampuan dengan suatu standard, seperti
70
standardized achievent, atau kemampuan adalah uji kemampuan
berdasarkan nilai uji akhir. Definisi terhadap kemampuan dengan
cara demikian adalah definisi yang diukur (Nazir, 2017).
Definisi operasional eksperimental adalah mendefinisikan
variabel dengan keterangan percobaan yang dilakukan terhadap
variabel atau konstrak tersebut, misalnya definisi yang diberikan
terhadap frustasi. Definisi terhadap frustasi digambarkan dengan
perilaku seorang anak yang dimasukkan dalam sebuah kamar dengan
dikelilingi banyak popi dan mainan lainnya. Mainan tersebut tidak
dapat dicapai oleh sianak, karena mainan tersebut diletakkan
ditempat yang tinggi. Anak tersebut dapa melihat mainan tetapi tidak
dapat menjamahnya (Nazir, 2017).
Dari pernyataan Nazir (2017) diatas, dapat disimpulkan 3 buah pola
dalam memberikan definisi operasional terhadap suatu variabel. Ketiga
pola tersebut adalah sebagai berikut :
1) Definisi disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi yang harus
dilakukan untuk memproleh variabel yang didefinisikan.
2) Definisi disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara
beroperasinya hal – hal yang didefinisikan.
3) Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan
itu muncul.
Setelah peneliti memberikan definisi operasional terhadap variabel
yang dipilih dan digunakan dalam penelitiannya, maka peneliti dapat
memberikan cara mengukur variabel tersebut.
b. Teknik Pengukuran
Pengukuran adalah penetapan atau pemberian angka terhadap
objek atau fenomena menurut aturan tertentu. Ada tiga buah kunci yang
diperlukan dalam memberikan definisi di atas. Ketiga kata kunci tersebut
adalah angka, penetapan dan aturan (Stevens, 1951) dalam (Sugiyono,
2017).
71
Nazir (2017) menjelaskan angka tidak lain dari sebuah simbol
dalam bentuk 1, 2, 3 dst atau I,II, III dst yang tidka mempunyai arti,
kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka telah dikaitkan arti
kuantitatif, maka angka tersebut setelah berubah menjadi nomor
(number). Yang dimaksud dengan penetapan atau pemberian adalah
memetakan, sedangkan aturan tidak lain dari panduan atau perintah
untuk melaksanakan. Fungsi dalam matematika adalah suatu aturan
korespondensi. Dalam memetakan aturan yang diberikan dapat saja
sebagai berikut
1) Jika objek setuju diberikan angka 1, dan jika tidak setuju diberikan
angka 0
2) Jika objek sangat setuju diberikan angka 5, jika setuju diberikan angka 4,
jika tidak setuju diberikan angka 3, jika kurang setuju berikan angka 2,
dan jika tidak setuju sama sekali diberikan angka 1
Fungsi f atau aturan korespondensi adalah sama dengan set dari
pasangan (x,y), dimana x adalah objek dan tiap y yang cocok adalah angka.
Inilah yang dinamakan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial.
1) Indikan dari Objek
Suatu objek mempunyai ciri atau sifat, jika kita mengukur suatu
objek yang diukur adalah indikan dari sifat tersebut. Indikan tidak lain
dari suatu istilah yang sering digunakan, yang berarti “sesuatu yang
menunjukkan pada sesuatu yang lain”. Indikan terhadap “alim” misalnya
jumlah berapa kali seseorang pergi ke masjid perbulan (Nazir, 2017).
Angka diberikan kepada indikan dari sifat perilaku, sesudah
mengadakan pengamatan terhadap indikan, angka disubstitusikan dengan
indikan dan kemudian dianalisis secara statistik. Misalnya indikan dari
kecerdasan adalah jumlah jawaban yang benar dalam suatu tes IQ. Di
lain pihak , indikan terhadap alim adalah jumlah kali seseorang pergi ke
masjid dalam sebulan. Dari set alim dan set kecerdasan dicari korelasi
serta koefisien korelasinya (Sugiyono, 2017).
72
2) Pengukuran Versus Realita
Dalam ilmu natura, ukuran dari satu variabel dapat secara
langsung diamati dan dibandingkan dengan realita. Setongkol jagung A
dua kali lebih panjang dari tongkol jagung lain, dapat diukur secara
realita dengan menggunakan sentimeter misalnya. Di lain pihak,
pengukuran variabel dalam ilmu social sering mengandung tanda Tanya,
apakah pengukuran yang dilakukan cocok dengan realita (Nazir, 2017).
Dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti tidak tahu tentang
realita. Akan tetapi seorang peneliti harus selalu mempertanyakan apakah
prosedur pengukuran yang dipakainya isoporphik dengan realita?
Walaupun realita tidak diketahui harus menguji, tentunya dengan teknik
tertentu, apakah pengukurannya mempelajari isomorphisme dengan
realita (Sujarweni, 2014).
c. Jenis-Jenis Pengukuran
Secara umum, terdapat empat jenis ukuran, yaitu :
1) Ukuran nominal
Ukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana, diaman
angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label
saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa-apa. Objek
dikelompokkan dalam set-set dan kepada semua anggota set
diberikan angka. Set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan
bersisa (mutually exclusive and exhaustive) (Nazir, 2017).
2) Ukuran ordinal
Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka
tersebut mengandung pengrtian tingkatan. Ukuran nominal digunakan
untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau
sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap
objek, tetapi hanya memberikan urutan ranking saja. Ada beberapa
sifat ukuran ordinal yaitu ukuran ordinal hanya menyatakan ranking,
tidka menyatakan nilai absolut, tidak menyatakan bahwa interval
73
antara angka-angka tersebut sama besarnya. Skala ranking bukanlah
skala yang mempunyai interval yang sama (Nazir, 2017).
3) Ukuran interval
Ukuran interval adalah suatu pemberian angka kepada set dari
objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu
sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval
memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang
diukur. Ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek
yang diukur. Pengukuran interval mempunyai sifat yaitu dapat
ditambahkan atau dikurangkan (Nazir, 2017).
4) Ukuran rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencangkup semua ukuran di
atas, ditambah dengan satu sifat lain yaitu ukuran ini memberikan
keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio
mempunyai titik nol, karena itu, interval jarak tidak dinyatakan
dengan titik nol di atas. Karena ada titik 0 tersebut, maka ukuran
rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala
rasio menunjukkan nilai yang sebenarnya dari objek yang diukur
(Nazir, 2017).
Ukuran rasio banyak sekali digunakan dalam ilmu sosial
misalnya jumlah anak hidup, tingkat ketergantungan, tingkat
pengangguran dsb. Sesuai dengan jenis pengukuran yang digunakan,
maka sering juga variabel penelitian dibagi menjadi 4 yaitu variabel
nomial, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel rasio.
Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit
dan saling terpisah (mutually exclusive) seperti status perkawinan,
jenis kelamin, jenis pekerjaan dsb. Variabel ordinal, yaitu variabel
yang disusun atas dasar ranking, seperti ranking prestasi mahasiswa,
ranking perlombaan rangking sukarnya pekerjaan dsb. Variabel
interval, yaitu variabel yang diukur dengan ukuran interval, seperti
penghasilan, sikap dsb. Variabel rasio adalah variabel yang disusun
74
dengan ukuran rasio, seperti dependency ratio, tingkat pengangguran
dsb (Sugiyono, 2017).
F. INFORM CONCENT ETIK DAN PLAGIARISME
1. INFORM CONSENT ETIK
Etik penelitian kedokteran mulai menjadi perhatian karena mulai
menimbulkan masalah antara lain akibat adanya pelanggaran hak individu
atau subyek manusia dan kesadaran masyarakat yang makin meningkat.
Beberapa contoh antara lain (Depkes RI) ;
a. Kasus Tuskegee (1932-1970), dimana dilakukan studi yang
memperlajari perjalanan penyakit sifilis pada orang-orang negro. Para
subyek orang negro tersebut, tidak diberi pengobatan, padahal penisilin
telah ditemukan dan digunakan pada 1943
b. Kasus Willowbrook (1950), suatu studi yang mempelajari penyakit
hepatitis dengan menyertakan anak-anak terbelakang. Anak terbelakang
termasuk kelompok rentan yang tidak dapat memberikan persetujuan
yang mendasari kesukarelaan sebagai subyek
c. Pada th 1963 Jewish hospital melakukan studi yang menyertakan orang
jompo sebagai subyek, dengan menyuntikkan sel kanker, untuk
mempelajari reaksi imunologinya
d. Pada Perang Dunia II, tawanan perang dimanfaatkan sebagai subyek
penelitian, sampai diterbitkannya Nuremberg Code(1). Selanjutnya
World Medical Assembly dalam sidangnya di Helsinki pada tahun 1964
mengambil kesepakatan untuk menerbitkan deklarasi khusus tentang
etika kedokteran yang menyangkut subyek manusia.
Secara harfiah, Informed dapat diartikan telah diberitahukan, telah
disampaikan, atau telah dikonfirmasikan. Sedangakan consent adalah
persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan
demikian informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
kepada tenaga kesehatan setelah diberikan penjelasan (Cecep,T 2014).
Isi Informed Consent yaitu;
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
75
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
2. STANDAR ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Deklarasi Helsinki memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek
harus diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Seorang dokter
harus bertindak demi kepentingan pasiennya, dan tidak dapat melakukan
tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua pernyataan yang merupakan
kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, yaitu :
a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan
dengan komunitas.
b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan
terbaik yang ada.
Pada Declaration of Helsinki ditetapkan bahwa selain
diperlukan informed consent dari subjek penelitian, diperlukan juga ethical
clearance yang dikeluarkan oleh Komisi Etik. Declaration of Helsinki juga
mengatur tentang pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan
dengan memperhatikan kesejahteraan hewan percobaan.Pada tahun 1966, 2
tahun setelah diterbitkan Deklarasi Helsinki, Beecher dalam New England
Journal of Medicine menerbitkan tulisan yang cukup menggemparkan dan
mendapat tanggapan cukup luas(3). Beecher dalam tulisannya menjelaskan
bahwa dari 100 artikel hasil penelitian kesehatan yang diterbitkan dalam
jurnal terkemuka, 12 diantaranya dinilai tidak memenuhi kaidah etik, dan
memberikan 22 contoh perlakuan tidak etis para peneliti terhadap subyek
manusia. Belmont dalam laporannya pada 1979 mengemukakan 3 prinsip
dasar etika pelaksanaan penelitian kedokteran atau kesehatan yang
menyertakan manusia sebagai subyek penelitian.
76
Berbeda dengan etika praktek kedokteran yang telah berusia tua sejak
jaman Hippocrates, etika dalam penelitian kesehatan pada umumnya
termasuk epidemiologi masih relatif baru, namun istilah penelitian
kedokteran sudah bergeser menjadi penelitian kesehatan mengingat semakin
luasnya aspek kesehatan manusia yang menjadi lahan penelitian dan
pengembangan. Pedoman etik pada penelitian epidemiologi diterbitkan
oleh Council of International Organization of Medical Science (CIOMS)
dengan bantuan Badan Kesenatan Dunia (WHO) pada tahun 1991.
Selanjutnya CIOMS dan WHO pada tahun 1993 menerbitkan pedoman
etika dalam penelitian Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman bagi
banyak negara termasuk Indonesia.
Standar etik penelitian kesehatan di Indonesiayang melibatkan
manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan yang
merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal
tersebut diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992, PP no 39/ 1995 tentang
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengenai perlindungan dan hak –
hak manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan
penelitian melanggar ketentuan dalam PP tersebut.
3. PLAGIARISME
Kata plagiarisme berasal dari kata latin yaitu plagiarius yang berarti
merampok, membajak. Plagiarisme merupakan tindakan pencurian atau
kebohongan intelektual. Menurut Brotowidjoyo (1993,86), plagiarisme
merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan ungkapan dan kalimat
orang lain secara tidak sah. Selain itu ada juga yang mengatakan
plagiarisme adalah tindakan penyalahgunaan, pencurian atau perampasan,
penerbitan, pernyataan atau menyatakan sebagai milik sendiri sebuah
pikiran, ide, tulisan, atau ciptaan yang sebenarnya milik orang lain
(Ridhatillah, 2003). Plagiarisme dianggap tindakan kriminal karena
merupakan tindakan mencuri hak cipta orang lain. Di Indonesia
perlindungan hak cipta diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
77
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu kegiatan
plagiarisme atau yanglebih dikenal dengan kata plagiat harus dihindari.
Plagiarisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
tindakan/perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi, dan
sebagainya, karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa
sepengetahuan atau izin sang pemiliknya. Untuk itu tindakan ini
digolongkan sebagai tindakan pidana, yaitu pencurian terhadap hasil
karya/kekayaan intelektual milik orang lain. Bagi mahasiswa,
kecenderungan penyalahgunaan yang terjadi adalah hanya sekadarcopy-
paste (copas) artikel/file yang mereka temukan lewat searcher Google.
Tanpa mereka sadari bahwa tindakan yang mahasiswa anggap sepele itu
adalahsebuah tindakan pelanggaran hukum. Pengertian plagiarisme
menurut Reitz (2004), dalam Online Dictionary for Library and Information
Science (ODLIS): From the Latin plagiarius, meaning "kidnapper."
Copying or closelyimitating the work of another writer, composer, etc.,
without permission and with the intention of passing the results off as
original work. Inpublishing, copyright law makes literary theft a criminal
offense. At most colleges and universities, plagiarism is considered a moral
and ethicalissue, and instructors impose penalties on students who engage
in it. Plagiarism can be avoided by expressing a thought, idea, or concept
inone's own words. When it is necessary to paraphrase closely, the source
should be documented in a footnote or endnote, in the same manner as
adirect quotation, Plagiarisme merupakan permasalahan yang tidak hanya
melanggar hak cipta atau kepemilikan. Apabila dipandang dari sisi para
pembaca, plagiarisme juga merupakan tindakan yang membohongi dan
menimbulkan kesalahpahamanmengenai orisinalitas dari penulis yang
sebenarnya. Para siswa/mahasiswa atau peneliti diperbolehkan untuk
menciptakan suatu karya baru yang timbul dari pengembangan ide orang
lain. Tetapi pemanfaatan ide orang lain tanpa membutuhkan pernyataan
sumber atau keterangan yang menyatakan pengakuan bahwa karya tersebut
78
berasal dari pengembangan ide orang lain, hal ini merupakan tindakan yang
tidak dapat diterima.
a. Jenis-Jenis Plagiarisme
Ada terdapat beberapa jenis plagiarisme, menurut Sudigdo (2007),
jenis:
1) jenis plagiarisme dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Jenis
plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarisme ide,
plagiarism
2) isi (data penelitian), plagiarisme kata, kalimat, paragraf,
plagiarisme total.
3) Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme:
plagiarisme yangdisengaja dan plagiarisme yang tidak disengaja
4) Klasifikasi berdasarkan proporsi atau presentasi kata, kalimat,
paragraf yangdibajak: plagiarisme ringan <30%, plagiarisme
sedang 30-70%, dan plagiarisme berat atau total >70%.
5) Berdasarkan pada pola plagiarisme ada tiga jenis plagiarisme
menurut Novin, dkk (2012), yaitu:
a) Word-of-word plagiarism: menyalin setiap kata secara
langsung tanpa diubah sedikitpun.
b) Plagiarism of the form of a source: menyalin dan atau menulis
ulang kode-kode program tanpa mengubah struktur dan
jalannya program.
c) Plagiarism of authorship: mengakui hasil karya orang lain
sebagai hasil karya sendiri dengan mencantumkan nama
sendiri menggantikan namapengarang sebenarnya.
d) Sastroasmoro (2007), menjabarkan kategori plagiarisme
berdasarkan, yaitu:
Aspek yang dijiplak.
79
Ada empat jenis plagiarisme berdasarkan kategori ini, yaitu
plagiarisme ide, plagiarisme isi, plagiarisme tulisan, dan
plagiarisme total.
Plagiarisme total adalah jenis yang dianggap
paling berat sanksinya karenaplagiarisme total artinya
menjiplak keseluruhan bahan dari sumber secara mentah
tanpa mengubahnya menggunakan standing point individu,
Berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.
Ada tiga jenis plagiarisme di dalam kategori ini yaitu
plagiarismringan yang mencakup ±30 persen bahan dari
sumber; plagiarisme sedang yang mencakup 30 sampai 70
persen, dan plagiarisme berat yangmencakup 70 persen
bahan dari sumber atau lebih. Idealnya, proporsi ide atau
gagasan penulis harus lebih dominan dari jumlah kutipan
yangdiambil dari bahan sumber. Karena jika tidak,
dikhawatirkan justru bahan sumberlah yang mendominasi
dan menghasilkan komposisi tulisan yangtidak or isinil
Menurut Lako (2012), terdapat beberapa jenis plagiarisme, yaitu:
a) Plagiarisme total, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan seorang
penulis
Dengan cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain
seluruhnya danmengklaim sebagai karyanya. Biasanya, dalam
plagiasi ini seorang penulis hanya mengganti nama penulis dan
instansi penulis aslinya dengan namadan instansinya sendiri. Lalu,
penulis mengubah sedikit judul artikel hasil jiplak, kemudian juga
mengubah abstrak, kata-kata kunci tertentu (keywords), sub judul
artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan dan
kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat
80
berbedadengan artikel aslinya.Plagiarisme parsial, yaitu tindakan
plagiasi yang dilakukan sesorang penulis
b) dengan cara cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk
menjadi hasil karyanya sendiri. sendiri. Biasanya, dalam plagiasi
jenis ini seorangpenulis mengambil pernyataan, landasan teori,
sampel, metode analisis, pembahasan dan atau kesimpulan tertentu
dari hasil karya orang lain menjadi karyanya tanpa menyebutkan
sumber aslinya.
c) Auto-plagiasi (self-plagiarisme), yaitu plagiasi yang dilakukan
seorangpenulis terhadap karyanya sendiri, baik sebagian maupun
seluruhnya. Misalnya, ketika menulis suatu artikel ilmiah seorang
penulis meng-copypaste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya
dalam suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut
sumbernya.
d) Plagiarisme antarbahasa, yaitu plagiasi yang dilakukan seorang
penulis dengan cara menerjemahkan suatu karya tulis yang
berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Kemudian, penulis
menjadikan hasil terjemahan tersebut sebagai hasil karyanya tanpa
menyebut sumbernya.
Sedangkan menurut Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia (2004),
berdasarkan pola penyajiannya jenis plagiarisme ada 5 macam, yaitu:
a) Plagiarisme Verbatim; Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan
plagiasi dengan menjiplak karya orang lain apa adanya dan
memberi kesan bahwakarya tersebut merupakan hasil karya
ciptanya sendiri.
b) Plagiarisme Kain Perca. Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal
dengan patchwork merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil
karya milik oranglain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan
rujukan dan menyusunnya menjadi satu kesatuan yang utuh,
sehingga terkesansebagai karyanya sendiri.
81
c) Plagiarisme Parafrasa.Plagiarisme parafrasa merupakan tindakan
plagiasi dengan mengubah kalimat dari penulis asli dengan
kalimatnya sendiri dantidak mencantumkan referensi ataupun
kutipan.
d) Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci. Plagiarisme kata kunci
atau frasa kunci merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil
sejumlah kata kunci dari penulis asli danmemparafrasekannya lagi
dengan kata-katanya sendiri.
e) Plagiarisme Struktur Gagasan. Plagiarisme struktur gagasan
merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil struktur gagasan
orang lain, kemudian dituangkan lagiagar terlihat berbeda.
G. SURVEI KUESIONER KUANTITATIF
1. Pengertian Kuesioner
Pengertian metode kuesioner menurut (Arikunto, 2006) Kuesioner
adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia
ketahui.
Sedangkan menurut (Sugiyono, 2008). Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang tua/ anak yang
ingin diselidiki (Bimo, 2010).
2. Tujuan Kuesioner / Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian.
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi
mungkin.(Bimo , 2010).
3. Fungsi Kuesioner / Angket
Menurut Bimo (2010) fungsi angket sebagai berikut:
82
a. Untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka
penyusunan catatan permanen.
b. Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode
lain.
c. Pembuatan evaluasi progam bimbingan
d. Untuk mengambil sampling sikap/pendapat dari responden
4. Kelebihan dan Kelemahan Kuesioner
Kelebihan metode kuesioner :(Arikunto, 2006)
a. Menghemat waktu, maksudnya dengan waktu yang singkat dapat
memperoleh data
b. Menghemat biaya , karena tidak memerlukan banyak peralatan
c. Menghemat tenaga
Kelemahan metode kuesioner :(Arikunto, 2006)
a. Ada kemungkinan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diampaikan adalah tidak jujur
b. Apabila pertanyaan kurang jelas dapat mengakibatkan jawaban
bermacam-macam .
5. Langkah-langkah pelaksanaan kuesioner
Langkah-langkah pelaksanaan kuesioner adalah sebagai berikut: (Arikunto,
2006)
a. Penulis membuat daftar pertanyaan
b. Setelah itu diberikan kepada reponden
c. Setelah selesai dijawab segera disusun untuk diolah sesuai dengan
standar yang ditetapkan sebelumnya, kemudian disajikan dalam laporan
penelitian.
6. Jenis Jenis Kuesioner
Angket atau kuesioner menurut (Arikunto, 2006) dapat dibeda-bedakan atas
beberapa jenis tergantung pada sudut pandangnya:
a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
1) Koesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri
83
2) Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
1) Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
2) Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang orang
lain.
c. Dipandang dari bentuknya maka ada:
1) Koesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
koesioner tertutup
2) Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka
3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom yang sesuai
4) Rating-scale (skala bertingkah), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai
dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju
7. Pertanyaan Dalam Kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner/angket dapat bermacam-
macam bentuknya, antar lain : (Sugiyono, 2008)
a. Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup (closed question)
Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup adalah pertanyaan-
pertanyaan yang berbentuk, yang dalam hal ini responden tinggal
memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di dalam kuesioner itu.
Jadi, jawaban telah terkait, responden tidak dapat memberikan
jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden
yang bersangkutan. Bentuk kuesioner yang mengandung pertanyaan
demikian disebut kuesioner tertutup (closed questionaire). Biasanya
kalau masalahnya telah jelas, orang menggunakan kuesioner ini.
b. Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open question)
Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka adalah pertanyaan-
pertanyaan yang masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
responden untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya terhadap
84
kuesioner terbuka (open questionaire). Biasanya, bila orang ingin
mendapatkan opini maka akan memakai kuesioner ini.
d. Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup (open and closed
question)
Pertanyaan-pertanyaan model ini merupakan percampuran dari
kedua macam pertanyaan sebelumnya. Dalam kuesioner ini, di samping
adanya pertanyaan terbuka juga terdapat pertanyaan yang tertutup.
Kuesioner macam ini disebut kuesioner terbuka-tertutup (open and
closed questionaire) (Sugiyono, 2008)
8. Kuesioner/ Angket Penelitian Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, informasi yang ingin didapatkan
mayoritas adalah informasi yang menyebar, sehingga jumlah responden
yang dibutuhkan besar dan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner
dirancang agar cepat dan mudah dijawab oleh responden. Angket atau
kuesioner merupakan instrumen dari penelitian kuantitatif yang disimpulkan
dalam bentuk kualitatif. Kelebihan penggunaan angket atau kuesioner dalam
sebuah proses pengumpulan data penelitian atau riset, antara lain: cepat,
mudah, kerahasiaan terjamin, terstandar, dan peneliti tidak perlu
hadir.(Arikunto, 2006)
9. Penggunaan Angket Kuesioner Kuantitatif
Penggunaan angket tidak bisa digunakan dalam sembarang penelitian
dan survey. Instrumen angket dalam penelitian dapat diterapkan jika
memenuhi persyaratan atau kondisi berikut:
a. Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b. Responden dapat dipercaya.
c. Jumlah responden banyak.
d. Waktu penelitian singkat/pendek.
e. Lokasi penelitian luas.
Hal ini berarti bahwa Angket dapat diaplikasikan dalam sebuah
penelitian atau riset jika pengisi angket (responden) merupakan orang yang
85
paling tahu tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, maka seorang responden harus dapat dipercaya,
sehingga tidak mengisi angket atau memberkan jawaban yang asal asalan
karena tidak mengerti tentang masalah/pertanyaan yang diajukan. Semakin
banyak jumlah responden yang mengisi angket (memenuhi kuota yang
diinginkan), maka data yang bisa disimpulkan makin akurat. Pertanyaan
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner / angket sebisa mungkin harus
singkat, padat dan jelas. (Arikunto, 2006)
10. Pertanyaan di Dalam Penelitian Kuantitatif
Jenis pertanyaan yang ada di dalam kuisioner sangat bergantung pada
variabel-variabel yang hendak diukur dalam penelitian. Jenis pertanyaan
juga sangat dipengaruhi oleh jenis metode penelitian yang digunakan. Untuk
penelitian yang kualitatif maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan terbuka,
bahkan hampir semua open question. Untuk penelitian yang kuantitatif
maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa gabungan
terbuka dan tertutup. (Sugiyono, 2008)
Untuk penelitian kuantitatif sebaiknya jenis pertanyaan yang
diberikan dalam bentuk kalimat lengkap dengan struktur kalimat yang benar
agar tidak membingungkan responden. Jawaban yang disediakan harus
mutually exklusif dan exhaustive, artinya seluruh jawaban yang disediakan
memenuhi seluruh kriteria jawaban yg disediakan responden, dan tidak ada
responden yg ada dalam dua kriteria atau lebih (terkecuali peneliti
mengijinkan responden memilih lebih dari satu jawaban)Pada umumnya,
jenis pertanyaan yang dicantumkan dalam sebuah kuesioner atau angket
menyangkut tiga hal berikut ini:(Sugiyono, 2008)
a. Pertanyaan tentang pendapat (opini), yakni berkaitan dengan perasaan
dan sikap responden terhadap suatu hal.
b. Pertanyaan tentang persepsi diri, yaitu menyangkut bagaimana cara
responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri. Yaitu dalam
hubungannya dengan orang lain atau lingkungan.
86
c. Pertanyaan tentang fakta menyangkut data nyata dari seorang responden,
misalnya mengenai agama, pendidikan, umur, jumlah penghasilan, jenis
kelamin, dan sejenisnya. Selain itu, informasi yang diketahui oleh
responden juga dikategorikan dalam fakta.
11. Beberapa hal penting yang wajib diperhatikan saat membuat
pertanyaan kuesioner Kuantitatif
Saat menyusun pertanyaan pada angket/kuesioner, ada 5 poin penting
yang harus diperhatikan, yaitu: (Sugiyono, 2008)
a. Hindari menggunakan pertanyaan yang mengandung isitlah atau kata-
kata sulit (asing).
b. Jangan membuat pertanyaan yang bersifat ambigu, samar-samar, atau
dipersepsikan berbeda bagi tiap responden.
c. Jangan mencantumkan pertanyaan yang bersifat terlalu umum (general)
d. Jangan menyusun pertanyaan yang mengandung sugesti (pengaruh) atau
mengandung presumasi. Pertanyaan presumasi adalah pertanyaan yang
berstandar kepada anggapan bahwa responden termasuk dalam kategori
yang mempunyai sifat ingin ditanyakan, ataupun responden mempunyai
pengetahuan yang baik tentang kelompok yang ingin ditanyakan.
e. Hindarkan mengajukan pertanyaan yang menghendaki ingatan karena
data yang diperoleh bisa tidak akurat.
Item jawaban yang disediakan harus sesuai ukuran variabel yang
sedang dicari. Apabila skala data yang diinginkan adalah skala nominal maka
item jawabannya juga harus berskala nominal, demikian juga dengan skala
ordinal. Apabila skala data yang diinginkan adalah skala interval atau rasio
maka pertanyaannya harus berbentuk pertanyaan terbuka. Hati-hati dalam
memberikan pertanyaan yang mengandung suatu ukuran frekuensi, misalnya
sering, jarang, kadang-kadang Item yang disediakan harus netral dan
balanced, sehingga tidak mengarahkannya untuk menjawab jawaban tertentu.
Kuesioner yang baik adalah keisioner yang mampu menguhubungkan antara
tujuan, konsep, variabel, kuisioner, dan metode pengolahan data. (Sugiyono,
2008)
87
a. Tentukan judul penelitian yang akan diangkat.
b. Mempuyai 2 variabel (bebas dan terikat).
c. Tentukan variabel penelitian.
d. Variabel x :………………………….?
e. Variabel y :………………………….?
f. Buat definisi operasional variabel.
g. Penjelasan tentang variabel yang akan diteliti dan batasan-batasannya.
h. Tentukan sasaran responden.
i. Usia :…………………..tahun.
j. Pendidikan : TK…..SD…….SMP…….SMA……?
k. Profesi : siswa, mahasiswa, petani, dosen, umum.
l. Untuk menentukan sampel dari populasi dapat menggunakan Tabel
Morgan.
12. Petunjuk Pengisian Angket / Kuesioner Kuantitatif
Tata cara pengisian angket kuantitatif sebagai berikut: (Sugiyono, 2008)
a. Cantumkan daftar identitas diri kosong untuk diisi oleh responden
b. Responden harus mengisi angket dengan jujur serta penuh ketelitian
sehingga semua soal dapat dijawab.
c. Ucapkan terimakasih karena responden telah berkenan mengisi angket /
yang telah diberikan
13. Mengolah Data Kuesioner Kuantitatif dengan Skala Penelitian
Setelah data angket / kuesioner berhasil dikumpulkan, maka tahap
berikutnya mengolah data tersebut agar bisa memperoleh simpulan dari
penelitian yang telah dilakukan. Data berupa kuesioner tersebut dapat diolah
dengan menggunakan metode penghitungan tertentu, antara lain: skala
Thrustone, skala Rating, skala Diferensial Semantik, skala Guutman, atau
skala Likert. Setipa metode skala tersebut memiliki keunggulan dan
kemelaman tersendiri. (Sugiyono, 2008)
88
a. Skala Thrustone
Skala Thurstone adalah skala penelitian yang menyajikan
beberapa pernyataan yang berbeda, kemudian responden diminta
memilih beberapa pernyataan yang dia setujui. Setiap item pada skala
thurstone memiliki hubungan satu sama lain dan memiliki nilai atau
bobot tertentu, namun responden tidak mengetahuinya.
b. Skala Rating
Skala rating adalah data penilaian kuantitatif yang ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Hal ini berbeda dengan skala pengukuran likert,
guttman dan diferensial semantik yang merupakan data kualitatif yang di
kuantitatifkan.
c. Skala Diferensial Semantik
Skala perbedaan semantik (ilmu arti kata) yang berisikan
serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub). Skala deferensial semantik
memiliki tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek: Potensi
atau kekuatan objek; Evaluasi atau hal yang menguntukan atau
merugikan dari suatu objek; dan Aktivitas atau tingkat gerakan suatu
objek.
d. Skala Guttman
Apabila responden mengiyakan pernyataan yang berbobot yang
lebih berat, ia akan mengiyakan pernyataan yang kurang berbobot
lainnya, Terdiri dari beberapa pertanyaan yang diurutkan secara
hierarkis, Skala guttman digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
dan tegas. Contoh: Yakin-tidak, Benar-salah, Pernah-belum, Setuju-
tidak setuju, Positif-negatif.
e. Skala Likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
Contoh angket mencakup sikap: Sangat Setuju; Setuju; Netral; Tidak
Setuju; Sangat Tidak Setuju. (Sugiyono, 2008)
89
14. Contoh Kuesioner Kuantitatif
Kuesioner kuantitatif dari penelitian skripsi dengan judul: Analisis
Kualitas Air Sungai Prilaku dan Keluhan Kesehatan Kulit Pada
Masyarakat di Ssekitar Sungai Bbaura Medan Baru Tahun 2012 (Lubis,
2012)
90
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI, PERILAKU DAN KELUHAN
KESEHATAN KULIT PADA MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA
KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2012
Identitas Responden :
1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
Jawaban boleh dipilih lebih dari satu
A. PENGETAHUAN
1. Menurut bapak/ ibu apakah kegunaan air bagi tubuh kita?
a. Melarutkan dan membawa sari-sari makanan, oksigen dan hormon ke seluruh
tubuh yang membutuhkan.
b. Melarutkan sari-sari makanan
c. Hanya untuk menghilangkan haus
d. Untuk menjaga kesegaran tubuh
e. Tidak tahu
2. Menurut bapak/ibu dari mana sumber air untuk kehidupan sehari-hari?
a. Air hujan dan air permukaan
b. Air sungai
c. Air sumur
d. Air danau dan mata air
e. Tidak tahu
3. Menurut bapak/ibu apakah yang dimaksud dengan air bersih?
a. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan
b. Air yang kelihatan jernih
91
c. Air yang tidak berbau
d. Air yang tidak berasa
e. Tidak tahu
4. Menurut bapak/ibu bagaimana sungai yang bersih?
a. Air sungai yang jernih tidak berwarna
b. Belum tercemar benda lain
c. Tidak keruh dan tidak berbau
d. Tidak menyebabkan keluhan kesehatan jika digunakan
e. Tidak tahu
5. Menurut bapak/ibu bagaimana kondisi sungai yang tercemar?
a. Airnya keruh dan berminyak
b. Banyak sampah-sampah yang mengapung
c. Airnya berbau
d. Menyebabkan gatal-gatal pada kulit setelah digunakan
e. Tidak tahu
6. Menurut Bapak/Ibu darimana saja sumber pencemaran Sungai?
a. Sampah rumah tangga
b. Limbah pabrik
c. Limbah rumah sakit
d. Kotoran manusia
e. Tidak tahu
7. Menurut bapak/ibu zat-zat apa saja yang terkandung dalam air yang tercemar?
a. zat kimia seperti sabun, deterjen
b. Bahan pemberantas hama
c. Zat radioaktif
d. Zat biologi
e. Tidak tahu
8. Menurut bapak/ ibu apa saja penyakit yang bersumber dari air?
a. Gatal-gatal, bentol-bentol merah pada kulit
b. Diare
c. Sakit perut
d. Dysentry
92
e. Tidak Tahu
9. Menurut bapak/ ibu bagaimana caranya air dapat menjadi penyebab terjadinya
penyakit?
a. Masuknya bakteri atau virus ke dalam air yang digunakan
b. Ada binatang pengganggu (serangga) yang hidup dalam air
c. Kurangnya air untuk kebersihan
d. Ada binatang perantara pembawa penyakit di dalam air
e. Tidak tahu
10.Menurut Bapak/Ibu apa saja yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyakit
kulit (gatal-gatal) pada kulit?
B. SIKAP
No Pernyatan S K S T S
1 Air sungai dapat digunakan langsung
sebagai air bersih
2 Air sungai merupakan sumber air minum
3 Air sungai dapat digunakan untuk mandi
4 Mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan
diri salah satu cara menghindari penyakit
Kulit
5 Air sungai digunakan untuk menyikat
Gigi
6 Setiap mandi harus menggunakan sabun
7 Air sungai dapat dapat digunakan untuk
mencuci sayuran , ikan, daging( bahan
makanan)
8 Setelah sayuran, ikan, daging dicuci di
sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air
Bersih
9 Sampah boleh dibuang ke sungai
10 Hewan peliharaan apabila sudah mati
93
C. TINDAKAN
boleh dibuang ke sungai
11 Sebaiknya mencuci piring dan alat masak
di sungai
12 Sebaiknya limbah rumah tangga tidak
dibuang ke sungai agar tidak berminyak
13 Sumber air bersih harus terhindar dari
bahan pencemar
Keterangan
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah bapak/Ibu menggunakan air sungai
sebagai sumber air bersih?
2 Apakah bapak/ ibu menggunakan sungai
sebagai air minum?
3 Apakah bapak / ibu membuang tinja ke
sungai?
4 Apakah bapak/ ibu membuang sampah ke
sungai?
5 Apakah bapak/ ibu memakai sabun setiap
mandi di sungai?
6 Apakah bapak/ ibu menggunakan air
sungai untuk mencuci peralatan dapur?
7 Apakah bapak/ ibu menggunakan air
sungai untuk mencuci pakaian?
8 Apakah bapak/ ibu menggunakan air
sungai untuk membersihkan kendaraan?
9 Apakah bapak / ibu menggunakan air
sungai untuk memandikan ternak?
10 Apakah bapak/ ibu membuang limbah ke
sungai?
11 Apakah bapak/ ibu membuang sisa
pestisida ke sungai?
12 Apakah bapak/ ibu mengganti pakaian
sehabis mandi?
13 Apakah bapk/ ibu memakai handuk secara
94
F. Tabel Keluhan Kesehatan Kulit
bergantian dengan anggota keluarga lain?
14 Apakah bapak/ ibu menjemur handuk
setelah dipakai?
No Keluhan Kesehatan Kulit Ya Tidak
1 Gatal- gatal
2 Bintik- bintik merah
3 Nyeri
4 Panas/ Hangat
5 Kulit bersisik
95
BAB III JENIS PENELITIAN KUALITATIF
A. LANDASAN TERITIS METODE KUALITATIF
Berikut ini landasan teori metode kualitatif menurut Syajran (2013) sebagai
berikut:
1. Femenologi
Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara
fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati
fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan
membedakan masingmasing jenis penelitian itulah fokus penelitian. Apakah
penelitian itu fokus kebudaya, fenomena, kasus dan sebagainya. Penelitian
fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-1938)
seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian
sosial. Ada beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl
diantaranya yaitu: (a) pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu
studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat
dipahami bahwa penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir
yang menekankan pada pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana
manusia menginterpretasikanpengalamannya.
Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia dipahami bahwa setiap
orang akan melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan
waktu yang bebeda. Sebagai contoh “ perasaan” ( feeling) pada pagi ini
akan berbeda pada pagi besok. Sehingga kalau kita melakukan wawancara
kepada seseorang pada pagi hari akan berbeda pada pagi lainnya.Sehinga
jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal akan mempengaruhi setiap
pengalaman manusia. Maka metode dalam fenomenologis ini menekankan
kepada bagaimana seseorang memaknai pengalamannya. Istilah
fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk
pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui.
Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian terdisiplin
tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang.
96
Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh
peneliti fenomenologis menurut Moleong( 2007:8) yaitu: (a) mengacu
kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara
jelas (b) memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang
yang berada dalam situasi situasi tertentu. (c) memulai dengan diam. Para
fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlahdibentuk karena
kebetulan oleh sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri. Demikian juga
dalam kehidupan sehari hari, seseorang tidak ada kontrol terhadap
kesadaran terstruktur. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk
menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang
terorganisasikan , dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan
kejadian itu berkaitan. Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yag
berdiri sendiri namun terbentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam
kesadaran yang kita alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita. Para
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang yang berada dalam situasi – situasi tertentu. Inkuiri
fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk
menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Dalam hal ini ditekankan
pada aspek subjektif dari perilaku orang. Dimana para peneliti berusaha
masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian
rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai
cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang
lain . Pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa langkah pertama dalam
melakukan penelitian fenomenologi adalah meneliti fenomena yang akan
dikembangkan. Selanjutnya peneliti mengembangkan pertanyaan penelitian.
Dalam mengajukan pertanyaan penelitian adadua hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu : (a) apakah unsur yang penting dari pengalaman
atau perasaan, (b) apakah keberadaan pengalaman menentukan hakikat
manusia. Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang
97
dipelajari yang berupa pengalaman subjek yang diteliti. Data akan
dikumpulkan melalui wawancara langsusng, observasi, menggunakan video,
catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan diperoleh dari wawancara mendalam antara
peneliti dengan informan (subjek). Sebagai contoh dari penelitian
fenomenologi ini dibidang pendidikan seperti fenomena pengajaran
disekolah, dimana peneliti melihat proses pengajaran X disekolah apa,
kenapa, bagaimana proses itu dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan
sebagainya. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
yang menggunakan pendekatan fenomenologi adalah sebuah penelitian yang
mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia
Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Etnografi
Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya
sekelompok orang (A.D Smith 1989 dalam Denzin, 1994:25) Kalau “ethno”
sebagai awalan digabungkan dengan graphic sehingga membentuk
etnographic yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya
sekelompok orang. Penelitian Etnografi bermula dari penelitian antropologi
yang mengamati budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para
peneliti awal seperti Taylor, Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana
penelitian lapangan ini hanya terfokus pada perkembangan budaya di suatu
daerah. Selanjutnya penelitian ini terus berkembang (modern 1915-1925).
Racliffe-Brown dan Malinowski mengembangkan penelitian etnografi ini
yang menekankan kepada kehidupan masa kini oleh anggota masyarakat
yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana penelitian ini berusaha
mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya suatu masyarakat
dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan kaidah –
kaidah umum tentang masyrakat. Dalam etnografi modern, bentuk sosial
dan budaya masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan
98
nalar sang peneliti. Struktur budaya yang dideskripsikan adalah struktur
sosial dan budaya masyarakat tersebut menurut interprestasi sang peneliti.
3. Studi Kasus
Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang
penelahaannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,
mendeteil, dan komprehensif. Pendekatan studi kasus pada hakikatnya
terfokus kepada kasus ( case). Kasus-kasus ini dapat diperoleh dari kasus
yang unik, konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang, budaya,
alamiah, holistic, fenomena dan lainlain. Penelitian studi kasus ini biasa
dilakukan pada pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri
adalah suatu kesatuan kompleks beroperasi di dalam sejumlah konteks,
mencakup phisik, ekonomi, etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa
kompleks. Studi kasus itu sendiri bisa proses pembelajaran atau hasil proses
pembelajaran. Perbedaan Prinsip antara studi kasus dan penelitian lain
adalah bahwa fokus perhatian adalah kasus yang individu dan bukan
keseluruhan populasi kasus. Studi kasus terfokus kepada sistem terikat
(bounded system) biasanya dibawah kondisi alamiah sehingga sistem dapat
dipahami di dalam lingkungannya(Stake1988 Sebagai contoh latar belakang
kehidupan sesorang dan lingkungan seseorang pecandu norkoba, kehidupan
intern sebuah gang, pembentukan melitansi pada sebuah kelompok radikal,
faktorfaktor yang melatarbelakanggi tingginya swadaya pembangunan di
suatu desa, merupakan beberapa contoh dari topik telaahan suatu studi
kasus. (Madekhan, 2003)
Langkah-langkah penelitian pada studi kasus sama dengan penelitian
kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari
penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian studi kasus menurut Denzin (1994: 244) adalah sebagai berikut:
(a) membatasi kasus, menentukan objek daripenelitian, (b) meyeleksi
fenomena-fenomena, tema atau isu (sebagai pertanyaan penelitian, (c)
menentukan pola data untuk mengembangkan isu, (d) obsevasi triangulasi,
(e) menyeleksi alternatif interpretasi, (f) mengembangkan kasus yang telah
ditentukan
99
4. Graunded Teori
Penelitian Grounded theory pertama dikemukakan oleh Glaser dan
Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin (1994: 273), pada hakikatnya
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat
prosedur sistematik untuk mengembangkan teori (theory development) dari
dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal
dari bawah dalam suatu pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded
theory merupakan proses yang cukup rumit. Dimana penelitian dimulai
dengan memunculkan pertanyaan umum. Sewaktu peneliti mulai
mengumpulkan data, konsep teorities diidentifikasikan.. Hal mendasar dari
penelitian ini adalah bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan
kata lain suatu teori harus dari bawah. Grounded teori mempersyaratkan
bahwa teori muncul dari data. Adapun ciri-ciri dari penelitian grounded
theory ini adalah sebagai berikut: (a) data diperoleh dari dasar, (b) data
harus sesuai dengan fenomena, (c) dipercaya dari segi kenyaataan sehari-
hari. Dimana peneliti mengamati, mengumpulkan data, mengorganisasikan
data dan membentuk teori dari data pada waktu yang bersamaan Data yang
diperoleh dibandingkan dengan data yang lain. Data yang diperoleh dari
interview, observasi, dan rekaman
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
Menurut Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang
alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian. Teknik wawancara
dilakukan secara langsung dengan informan, selain itu dokumentasi bertujuan
agar diperoleh informasi secara baku/tertulis. Hasil dokumentasi akan
dicocokkan dengan hasil wawancara sehingga didapatkan data yang akurat dan
sesuai dengan kondisi lapangan.
100
Teknik-teknik pengumpulan data kualitatif sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa observasi dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu yang dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai
alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan
elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi
dengan jelas.
Menurut Sugiyono (2012: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation),
dan observasi tak terstruktur (unstructured observation). Observasi
berpartisipasi dibagi menjadi empat yaitu pasif (pasive participation),
observasi partisipasi yang moderat (moderate participation), observasi
partisipasi yang aktif (active participation) dan observasi partisipasi yang
lengkap (complete participation).
b. Wawancara/Interview
Sugiyono (2012: 231) mendefinisikan wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Macam-macam wawancara yaitu wawancara terstruktur dimana
peneliti telah mengetahui pasti informasi apa yang akan diperoleh sehingga
peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis
alternative jawabannya pun telah disiapkan, wawancara semiterstruktur
dimana pelaksanaan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai
pendapat ide-idenya dan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
c. Dokumen
101
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2012: 240).
d. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpuln data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 241).
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi
sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama.
C. TEKNIK ANALISIS DATA DAN VALIDASI DATA KUALITATIF
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Analisis data terbagi atas dua yaitu analisis data kualitatif dan
kuantitatif, hal ini dikarenakan jenis data yang berbeda, proses pencarian
dan pengolahan data yang berbeda, serta perbedaan hasil yang di inginkan
dari dua jenis metode penelitian tersebut (Nasution, 2003). Proses analisis
data dalam penelitian kualitatif sering dilakukan pada tahap pengumpulan
data. Bahkan terkadang peneliti perlu melakukan analisis data pada setiap
data yang ditemukannya dan menarik kesimpulan sementara atas data
tersebut (Ibid, 2003).
102
Menurut Sugiyono (2010) analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan.
a. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan
berkembang setelah memasuki dan selama di lapangan.
b. Analisis Selama di Lapangan dan Setelah Selesai di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga
diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu data reduction (reduksi
data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan
temanya. Misalkan pada bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki
setting sekolah sebagai tempat penelitian, maka dalam meraduksi data
peneliti akan memfokuskan pada murid yang memiliki kecerdasan tinggi
dengan mengkategorikan pada aspek gaya belajar, perilaku social,
interalsi dengan keluarga dan lingkungan.
Reduksi data adalah meilih data yang paling penting dari data
yang tidak terlalu penting. Dalam proses pengumpulan data tentu peneliti
103
akan mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan subjek
penelitiannya tersebut. Namun dari seluruh data yang terkumpul peneliti
harus memilih lagi data mana yang paling relevan dengan subjek
penelitiannya. Proses inilah yang dikenal sebagai reduksi data. Peneliti
harus melakukan reduksi data agar penulis dapat fokus mencari
kesimpulan dari penelitiannya tersebut (Ibid, 2003).
Reduksi data bisa dilakukan sejak pemulaan pengumpulan data.
Semua data pada tiap harinya dapat di reduksi sehingga didapatkan data
yang sesuai dengan masalah penelitian. Kemudian diakhir pengumpulan
data pun peneliti melakukan reduksi data dari awal hingga akhir. Pneliti
menyaring kembali seluruh data dan mereduksinya sehingga didapatkan
intisari dari penemuan-penemuan di lapangan (Bungin, 2012).
Proses reduksi data meliputi beberapa teknik (Sarosa, 2012),
yaitu:
1) Coding
Coding atau pengkodean adalah sebuah proses pemberian kode bagi
kata-kata serta frase yang bertujuan mendeskripsikan dan
mengidentifikasi makna dan pola data. Proses ini bertujuan
merefleksikan makna, menghubungkan sehingga peneliti dapat lebih
mudah menyimpulkan sesuatu dari data yang di kodekan.
2) Identifikasi tema
Setiap data temuan yang di dapatkan dari lapangan dapat
digolongkan kedalam tema-tema. Identifikasi tema dapat dilakukan
sejak penelitian teori yang digunakan hingga penelitian lapangan.
Identifikasi tema dilakukan juga agar memudahkan peneliti
mengambil kesimpulan.
b. Review tema
Review tema dimaksudkan untuk melihat kembali tema-tema yang
telah ditentukan. Apabila diperlukan adanya penyesuaian maka
peneliti bisa menyesuaikan kembali tema-tema tersebut.
c. Klasifikasi data
104
Klasifikasi data dimaksudkan bagi data-data kecil. Data-data kecil
yang didapatkan oleh peneliti diklasifikasikan menjadi kategori-
kategori yang kemudian dicari hubungan antar satu kategori dengan
kategori lainnya.
d. Meringkas data
Meringkas data dilakukan apabila data yang dikumpulkan dirasa
terlalu besar oleh peneliti. Maka peneliti boleh meringkas data-data
tersebut agar tidak terlalu panjang. Teknik ini digunakan pada saat
penelitian lapangan baik setiap ditemukan data maupun ketika akhir
penelitian
b. Data Display (Penyajian Data)
Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sebagainya. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa
yangterjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami.(Sugiyono, 2010)
Bungin (2012) menyebutkan bahwa penyajian data dapat
dilakuakan dengan beberapa teknik sesuai dengan data yang didapat dari
lapangan, antara lain:
1) Transkrip Wawancara
Transkrip data adalah mengubah data suara menjadi data
tertulis. Atau secara sederhana adalah menulis hasil wawancara baik
yang wawancara secara mendalam maupun kuisioner dan lain
sebagainya. Proses ini dimaksud agar data wawancara dapat
disajikan olehpeneliti dalam hasil penelitiannya. Peneliti juga harus
mengurainkan hasil wawancara yang bersifat percakapan (bahasa
lisan) menjadi sebuah data yang deskriptif (bahasa tulisan).
2) Deskripsi Data
Deskripsi data adalah penyajian data dengan penjelasan yang
bersifat menggambarkan hakikat kenyataan dilapangan. Penelitian
dengan metode kualitatif pada asalnya memang bersifat deskriptif
105
sehinga deskripsi data dalam penyajian data merupakan inti dari
penelitian metode ini.
3) Analisis Naratif
Analisis yang dimaksud adalah proses penyampaian data yang
berupa cerita, atau penyatuan potongan-potongan data menjadi
sebuah kronologi yang tersusun secara rapi.
4) Analisis Biografi
Analisis biografi adalah penyajian data yang berupa biografi
subjek penelitian. Analisis ini memungkinkan pembaca hasil
penelitian mengetahui latar belakang subjek penelitiannya, baik
orang yang diwawancara maupun orang-orang yang menjadi sumber
data lainnya.
5) Hermeneustics
Ilmu hermenetik pada asalnya adalah ilmu yang digunakan
dalam memahami bible (kitab suci Kristen). Namun dewasa ini
metode ini digunakan secara meluas. Ilmu hermenetik dimaksudkan
untuk mencari makna dari data yang berupa teks. Pada penelitian
kualitatif hermenetiks juga digunakan sebagai pendekatan metode
memahami makna pada data yang berupa kata-kata.
e. Semiotics
Semiotik adalah pendalaman makna pada data yang berupa
tanda-tanda dan simbol-simbol yang telah disepakati dan digunakan
di masyarakat atau lingkungan tempat subjek penelitian itu berada.
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada
yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas
106
menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal/interaktif dan
hipotesis/teori.(Sugiyono, 2010)
Menurut Nasution (2003), penarikan kesimpulan dilakuakan
dengan cara mereview kembali seluruh data dan mereview hasil analisis
data yang lainnya. Dalam proses penarikan kesimpulan ini peneliti dapat
melahirkan teori baru, atau memperkuat teori yang telah ada atau
menyempurnakannya. Penelitian dengan metode kualitatif lebih
mengutamakan proses daripada hasil sehingga peneliti harus lebih
banyak konsentrasi dalam menginterpretasikan data pada penyajian data.
2. Validasi Data Kualitatif
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
penelitian. Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dalam
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif
untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan
reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian
kualitatif yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau
data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Sugiyono, 2013).
Menurut Sugiyono (2010), uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependabelity, dan
confirmability.
a. Uji Credibility
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain:(Sugiyono, 2010)
1) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjang pengamatan berarti lagi dengan sumber
data yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan
107
semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbukti, saling mempercayai sehingga tidak ada imformasi
yang disembunyikan lagi. Pada tahap awal peneliti memasuki
lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai,
sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam,
dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Berapa lama
perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada keadaan,
keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti
ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data
yang di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis,
tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi mala sedang bahagia.
Keluasan berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh.
Dalam perpanjangn pengamatan untuk menguji kreadibilitas data
penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data
yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu setelah dicek
kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bila setelah
dicek kembali ke lapangan data suda benar berarti kredibel, maka
waktu perpanjangn pengamatan dapat diakhiri.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukankan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok masyarakat
yang sedang olahraga pagi. Mengapa dengan meningkatkan
ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan
ketekunan itu ibarat kitamengecek soal-soal, atau makalah yang telah
dikerjakan, ada yang salah satu tidak. Dengan meningkatkan
katekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan
demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati.sebagai bekal peneliti untuk menigkatkan ketekunan
108
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumintasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dan
berbagai waktudengan demikian terdapat triangulasi sumber,
trangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
a) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas
data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengompulan
data pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kebawahan
ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan
keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
b) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untu menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau
kuesioner.
c) Triangulasi waktu
Triangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawncara dipagi hari saat
nara sumber masi segar belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
4) Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan
analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data?
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
109
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah
temuannya.
5) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud menggunakan referensi disini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara.
6) Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Agar informasi yang diperoleh
dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksud sumber data atau informan.Pelaksanaan member check
dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau
setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dapat
dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi
data, atau melalui forum kelompok.
Peneliti kualitatif biasanya tidak menggunakan kata bias
dalam penelitian; mereka akan mengatakan bahwa semua peneliti
adalah interpretif dan bahwa peneliti harus menjadi reflektif diri
mengenai perannya dalam penelitian, bagaimana dia
menginterprestasikan temuan, dan sejarah personal dan politiknya
yang membangun interprestasinya. Dengan demikian, akurasi dan
kredibilitas temuan adalah sangat penting. Terdapat berbagai istilah
yang digunakan peneliti kualitatif untuk mendiskripsikan akurasi dan
kredibilitas ini (misalnya authenticity dan trustwortiness), dan
strategi yang digunakan untuk validasi perhitungan
kualitatif bervariasi dalam jumlah. Tiga bentuk uji yang biasa
110
digunakan oleh peneliti kualitatif yaitu triangulation, member
checking, dan auditing (Emzir, 2010).
b. Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif. Kriteria uji transferability merujuk pada tingkat kemampuan
hasilpenelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer.
Penelitian kualitatif dapat meningkatkan transferabilitas dengan
melakukan suatu pekerjaan mendiskripsikan konteks penelitian dan
asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut. Agar orang
lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, peneliti dalam
membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi
jelas dalam memahami hasil penelitian tersebut sehingga ia dapat
memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh
gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil
penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut
memenuhi standar uji transferability.(Sugiyono, 2010)
c. Uji Dependabelity
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor
yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian. Jika peneliti tak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktifitas lapangan”, maka
dependability penelitiannya patut diragukan.(Sugiyono, 2010)
d. Uji Confirmability
Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut
dengan uji objektifitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan bersamaan. (Sugiyono, 2010)
111
D. PENENTUAN LOKASI DAN INFORMAN
1. Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Lokasi
penelitian mempunyai peranan penting untuk mendukung keberhasilan
sebuah penelitian (Muharram, 2017). Tujuan penentuan lokasi penelitian
adalah untuk mempermudah penulis atau peneliti dalam melakukan suatu
penelitian dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri. Lokasi bisa di wilayah
tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat (Endarwarsa, 2006:
114-115).
Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan dan
diperhatikan mengingat dari lokasi tersebutlah data-data baik data sekunder
maupun primer akan di dapatkan dan dianalisis. Penentuan lokasi penelitian
merupakan suatu tahapan awal yang sangat penting dalam suatu penelitian
baik kualitatif maupun kuantitaif. Dalam menentukan lokasi penelitian
hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut (Sugiyono, 2015):
a. Pilihlah lokasi yang mudah dijangkau
b. Pilihlah lokasi yang didalamnya terdapat masalah atau kesenjangan yang
memang harus di tangani
c. Pilihlah lokasi yang memang memberikan izin (rekomendasi) untuk
melakukan penelitian di suatu tempat, lembaga, dan atau suatu wilayah
Dalam suatu penelitian, jika lokasi yang dipilih terlalu luas cakupannya,
biasanya membutuhkan sampel yang banyak pula. Penelitian kualitatif
merupakan suaatu penelitian yang memiliki karakteristik dengan
mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya, sehingga peneliti dalam
penelitian kualitatif haruslah menggunakan seluruh inderanya untuk
didapatkan hasil yang alamiah sesuai dengan fakta yang terjadi. Oleh karena
itu, selain membutuhkan sampel yang banyak, ketajaman penelitian juga
diperlukan saat pemilihan lokasi penelitiannya luas.(Moleong, 2004)
2. Penentuan Informan Penelitian
Informan penelitian adalah seseorang yang dimanfatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Informan merupakan seseorang yang benar-benar mengetahi permasalahan
112
yang akan diteliti. Tanpa informan, mungkin peneliti akan bingung atau
bahkan tidak akan mendapatkan informasi atau data yang diinginkannya. Di
dalam suatu penelitian, terdapat 2 informan yaitu informan kunci (orang yang
sangat memahami permasalahan dan memiliki informasi tentang
permasalahan yang akan diteliti) dan informan non kunci (orang yang
dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti) (Endarwarsa, 2006: 116-
117).
Selanjutnya, dari masing-masing informan kunci ataupun informan biasa,
apabila di ambil sampel, maka pengambilan sampel menggunakan beberapa
cara yaitu (Tatang, 2009):
a. purposive sampling, artinya peneliti memilih informan menurut kriteria
tertentu yang telah ditetapkan, dan kriteria ini harus sesuai dengan topik
penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk
menjawab masalah penelitian;
b. kuota, artinya informan yang dipilih bertujuan untuk memenuhi kuota
yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, seorang peneliti ingin
mengumpulkan data dari sejumlah orang di sebuah desa terpencil.
Peneliti memutuskan untuk memilih 10 orang perempuan dan 10 orang
laki-laki. Mereka yang dipilih ini diambil begitu saja, tanpa metode/cara
tentu (random);
c. snowball, artinya informan yang dipilih merupakan hasil rekomendasi
dari informan sebelumnya. Ini umumnya digunakan bila peneliti tidak
mengetahui dengan pasti orang-orang yang layak untuk menjadi sumber.
Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui pola komunikasi antarpribadi
para pengguna narkoba. Tidak ada daftar nama yang bisa jadi rujukan.
Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meminta
rekomendasi dari seorang informan sebelumnya. Dari seorang informan,
jumlah sumber data dapat berlipat ganda jumlahnya seperti bola salju
yang menggelinding maka semakin lama akan semakin besar;
d. sequential, artinya informan yang dipilih tidak ditentukan batasannya.
Jumlahnya terus bertambah dan bertambah sampai peneliti menilai data
113
yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik
jenuh. Maksudnya, tidak ada hal baru lagi yang dapat dikembangkan.
Informan yang dipilih haruslah memiliki kriteria agar informasi yang
didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan. Menurut Spradley
(Moleong, 2004:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan:
a. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan
aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya
ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang
sesuatu yang ditanyakan.
b. Informan masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
c. Informasi mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk
dimintai informasi.
d. Informan yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam
memberikan informasi.
E. SURVEY KUESIONER KUALITATIF
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam
berbagai setting, sumber dan cara. Dilihat dari sumber datanya, pengumpulan
data diapat dari dua sumber yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer
adalah sumber informasi yang diberikan langsung oleh informan kepada
peneliti. Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber data tidak langsung.
Dari caranya teknik pengumpulan data dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi serta gabungan dari ketiganya.
(Sugiyono, 2011)
Kuesioner adalah beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis yang
dipergunakan untuk menggali berbagai informasi dari sasaran penelitian.
Manfaat dari kuesioner salah satunya adalah waktu yang diperlukan untuk
mengumpulkan data relatif singkat dan membutuhkan sedikit tenaga. Kuesioner
merupakan alat atau instrumen pengumpul data. J. R. Raco (2010), perolehan
114
data pada penelitian kualitatit biasanya melalui wawancara. Data yang telah
lengkap dan terkumpul kemudian dianalisis dengan membaca kembali dengan
meringkas dan menghilangkan pernyataan-pernyataan ganda, kemudian
membuat kode atau pengklasifikasian dimana hasilnya dikelomokkan
berdasarkan tema.
Peneliti merupakan alat pengumpul data dalam penelitian kualitatif.
Artinya adalah peneliti terlibat langsung dengan informan. Jawanba dari
informan merupakan jawaban murni berdasarkan pengalaman langsung dan
bukan hasil rekayasa peneliti (Raco, 2010). Kuesioner dalam penelitian kualitatif
bersifat terbuka, bentuk dari kuesioner kualitatif ini biasanya berbentuk
pedoman wawancara (Yusuf, 2016). Bentuk kuesioner ini memberikan
kesempatan bagi informan untuk mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan
yang pernah dialami. Keuntungan kuesioner terbuka antara lain (yusuf, 2016):
1. Informan dapat menjawab sesuai dengan keadaannya.
2. Dapat menggali informasi lebih dalam.
3. Hasil analisisnya luas.
Sunyono (2011) menjelaskan ada beberapa keuntungan menggunakan
wawancara yang bersifat terbuka, antara lain:
1. Wawancara yang bersifat terbuka lebih mendekati keadaan yang sebenarnya
dan didasarkan pada spontanitas informan.
2. Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan oleh peneliti.
3. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih mudah dimengerti oleh
informan.
4. Lebih banyak kemungkinan untuk mempelajari berbagai aspekdari masalah
yang diajukan.
Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian:
1. Tinjau ulang masalah, tujuan dan hipotesis penelitian yang akan diteliti.
2. Gunakan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan kemampuan
informan, mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian bertujuan
untuk menggali informasi secara mendalam. Bahasa yang digunakan oleh
peneliti sangat penting untuk menunjang kelancaran proses penggalian
informasi.
115
3. Susun pedoman wawancara dengan pertanyaan yang tidak mengarahkan
responden atau terkesan mengintervensi.
4. Urutan pertanyaan hendaknya runtut dan logis.
Komunikasi yang baik dalam berwawancara adalah interaksi yang
terencana, dan wawancara harus ditujukan untuk mendapatkan informasi atau
data yang diperlukan untuk mecapai tujuan (Alwasilah, 2003). Sebagai seorang
pewawancara, peneliti hendaknya berusaha agar kata-kata responden tidak
berhamburan atau making words fly. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami
makna wawancara sebelum melakukan pengumpulan data. Teknik wawancara
pada kebanyakan penelitian kualitatif bersifat terbuka, peneliti belum
mengetahui dengan pasti apa yang akan diperoleh sehingga peneliti banyak
mendengarkan apa yang diceritakan responden. Langkah selanjutnya peneliti
akan mengajukan pertanyaan yang lebih terarah pada satu tujuan. Beberapa
alasan digunakannya wawancara yang bersifat terbuka antara lain (Alwasilah,
2003):
1. Tujuan wawancara dalam studi kualitatif bukan untuk menuangkan gagasan
peneliti, melainkan untuk mengakses persepsi responden.
2. Format wawancara terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap responden
sebagai individu adalah makhluk unik yang sulit digeneralisasi melalui
penyeragaman instrumen.
3. Penelitian kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tapi
senantiasa mengeksplorasi banyak hal dan situasi lewat tahapan-tahapan.
Karena itu, format wawancaranya harus berbeda untuk setiap kasus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara pada
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Millan, 2001):
1. Kalimat pertanyaan yang digunakan hendaknya kalimat pendek dan tegas.
2. Rumuskan pertanyaan yang bersifat netral, hendaknya jangan memancing
ke arah jawaban tertentu.
3. Sebaiknya tidak menggunakan pertanyaan yang bersifat intimidatif.
4. Pertanyaan hendaknya dimulai dengan pertanyaan yang menyenangkan.
5. Segera catat jawaban yang diberikan informan.
116
Contoh pedoman indepth interview dalam studi kualitatif
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF
PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI DAERAH KAMPUS
No. Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Pengetahuan mengenai bahaya narkoba
a. Apa yang anda ketahui tentang narkoba?
b. Menurut anda mengapa penggunaan narkoba itu di dilarang?
c. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai narkoba?
d. Apa yang anda dapatkan dari informasi tersebut?
e. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang narkoba?
f. Bagaimana tanggapan anda mengenai penyuluhan tersebut?
Sikap terhadap penyalahgunaan narkoba
a. Bagaimana tanggapan anda mengenai banyaknya kasus penyalahgunaan
narkoba?
b. Menurut anda, apakah merokok itu diperbolehkan di kalangan remaja?
c. Apakah orang tua pernah memberikan dukungan kepada anda?
d. Bentuk dukungan atau nasihat seperti apa yang orang tua berikan kepada anda?
Perilaku
a. Bagaimana anda bergaul setiap harinya dengan teman anda?
b. Apakah anda tipe orang yang memilih milih teman?
c. Menurut anda, bagaimana atau tindakan apa yang dilakukan agar terhindar dari
narkoba?
d. Menurut anda, internet itu penting tidak?
117
e. Biasanya apa yang anda lakukan ketika menggunakan internet?
f. Pernahkah anda mencari informasi tentang narkoba di
internet/radio/televisi/majalah?
118
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Teras : Yogyakarta
Abdurohman Fatoni. 2006. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
Jakarta. PT.Rineka Cipta
Agung W.K., dan Zarah P.2016. Metode Penelitian KuantitatifYogyakarta; Pandiva
Buku
Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Alfanika, ninit. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.
Yogyakarta : Deepublish
Alma, Buchari. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Alwasilah, A.C., 2003. Pokoknya Kualitatif; Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Kiblat Buku Utama.
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,.
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Ary, Jacobs dan Soerensen. 2010. Introduction to Research in Education. Edisi ke-8.
Belmont, CA: Cengage Learning.
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi. Offset.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:.Raja Grafindo Persada.
Cecep, Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2014
Creswell John.W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta
119
Danial, A.R. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn
Universitas Pendidikan Indonesia.
Dedy. 2012. Makalah Populasi dan Sampel. http//www//.populasi dan sampel\makalah-
populasi-dan-sampel2.html. Akses tanggal 10 April 2014
Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (Eds.). 1994. The Handbook of
Qualitative Research Thousand Oaks, CA: Sage
Endraswara, S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi,
Epistemologis, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan
Teknologi informasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia.
Hendry Soelistyo, 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, Yogyakarta:
KANISIUS
H. Mohammad Adib. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, dan Logika Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ibid, Djuarsa S., dkk. 2003. Pengantar Ilmu Komunikas. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Kurniawan, A. 2014. Judi Online pada Kalangan Mahasiswa di Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
ttp://eprints.uny.ac.id/22643/5/5.%20BAB%20III%20.pdf] diakses pada 6-12-
2017.
Loko Andreas, 2012. Plagiarisme Akademik, Semarang: Fakultas. Ekonomi Dan Bisnis Unika
Sosgijapranata
Madekhan. 2003. Posisi dan fungsi teori dalam penelitian kualitatif. Sage Publication
Mardalis. 2007. Metode penelitian. Jakarta. Bumo Aksara
Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. RayaGrafindo
Persada
Millan, J.H. and Sally. S., 2001. Research in Education. A Conceptual Introduction,
5th. New York: Addison Wesley Longman
120
Moleong, L.J. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy.J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT
Remaja Rosdakarya Offset
Muharram, F. 2017. Analisis Komunikasi Nonverbal pada Klub Selam Anemon Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung. STIKOM Lampung: Lampung.
[http://digilib.unila.ac.id/8584/13/BAB%20III.pdf]. diakses pada 7-12-2017
Mundir. Logika. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Narbuko, Cholid dan Abu Achamadi.2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nasution.S, 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsio.
Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nazir, Moch. 2017. Metode Penelitian, Cetakan 11. Ghalia Indonesia : Bogor
Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan-
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Oakes, Elisabeth H & Mehradad Kia. 2004. Social Resources In The. Electronic Age.
Wesport Greenwoods Press Perpustakaan Universitas
Priyono. 2008. Materi Perkuliahan Metode Penelitian Kuantitatif,Fakultas Ekonomi
Unipa, Surabaya
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: ZifatamaPublishing
Rambat & Ridho. 2015. Praktikum Metode Riset Bisnis. Jakarta: SalembaEmpat
Raco, J R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Katakteristik dan Keunggulannya.
Jakarta:Grasindo
Reitz, Joan M. 2004. Dictionary For Liberary And Information Science. London:
Libraries Unlimited (Online)
Ridhatillah, Ardin. 2003. Dealing With Plagiarism In The Information. System
Research Comunity: A Look At Factors Taht Drive Plagiarism And Way To
Anddress Them, MIS Quarterly; Vol 27, No. 4
121
Rohmah, ike. 2014. Skripsi Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu
Nifas Normal Hari Ke 1-7 Di Rb & Klinik Delta Mutiara Sidoarjo. Sidoarjo :
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: Andi
yogyakarta
Sarosa, Samiaji, 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Sastroasmoro. 2007. Beberapa Catatan Plagiarisme. Jurnal Of Indonesian Medical
Assiciation, 57
Sholihi, Ribbi. 2013. Populasi dan Sampel. http//www//.populasi dan sampel\makalah-
populasi-dan-sampel.html. Akses tanggal 14 Desember 2017
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama
Soepeno, B. 2002. Statistik Terapan (Dalam Penelitian ilmu – ilmu social&
Pendidikan).Jakarta: Rineka Cipta
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Rajawali Press : Jakarta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Darsito. Sugiyono. 2013. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono Prof. Dr.2010, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif
dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika
Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis.
Bandung: Pustaka Grafika, 2011.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
AFABETA, cv.
Sunyono. 2011. Teknik Wawancara dalam Penelitian Kualitatif. [serial online].
https://sunyonoms.files.wordpress.com/2013/09/paper-mata-kuliah-penelitian-
kualitatif.pdf. [diakses pada 30 November 2017]
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Sugiyono. 2013. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung:
Alfabeta.
122
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS.
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penenlitian. Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Syahran. 2013. Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi, Grounded
Theory,dan Studi Kasus).Jurnal Edukasi, Vol 4
Ta'adi, N. 2011. Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran.
Yusuf, A. Muri. 2016. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenada Group
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Penelitian. Pustaka Belajar :
Yogyakarta.
Zulfikar dan Budiantara. 2015. Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi
Statistika. Yogyakarta: Deepublish.
123
BIOGRAFI PENULIS
Dr. Sri Hernawati, drg. M. Kes. Lahir di Bondowoso, 5
juli 1970. Tahun 1996 menyelesaikan pendidikan Dokter
Gigi di Universitas Jember, kemudian melanjutkan studi
S2 di Ilmu Kesehatan Gigi Universitas Airlangga (2001-
2003 ). Pendidikan S3 di Ilmu Kedokteran Umum
Universitas Airlangga (2009-2012 ). Aktifitas penulis
sebagai tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember, Departemen Ilmu Penyakit Mulut
dan tenaga pengajar di Program S2 Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Univeritas Jember. Penelitian,
seminar, publikasi penulis sebagian besar di bidang Ilmu Penyakit Mulut dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat