IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DI KUALA …repository.utu.ac.id/694/1/BAB I_V.pdf ·...
Transcript of IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DI KUALA …repository.utu.ac.id/694/1/BAB I_V.pdf ·...
IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DIKUALA TADU KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
MIRA HASNILA09C10432062
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2014
IDENTIFIKASI HASIL TANGKAPAN UTAMA NELAYAN DIKUALA TADU KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
MIRA HASNILA09C10432062
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan padaFakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2014
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Identifikasi Hasil Tangkapan Utama Nelayan di KualaTadu Kabupaten Nagan Raya.
Nama : Mira Hasnila
NIM : 09C10432062
Program Studi : Perikanan
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Ketua
Ir. Said Mahjali, MMNIDN : 0110116502
Anggota
Ananingtyas Septia Darmarini, S.Pi.MPNIDN :
Mengetahui,
Pj. Ketua Program Studi Perikanan
Yusran Ibrahim, S.PiNIDN :
Dekan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S.Si., M.SiNIDN : 0121057802
Tanggal Seminar Hasil : 27 Novenber 2013
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Aceh adalah salah satu provinsi di ujung paling barat negara
republik Indonesia yang beribukota Banda Aceh. Provinsi Aceh merupakan
provinsi yang hampir seluruhnya dikelilingi lautan yaitu Samudra Hindia, oleh
karena itu potensi sumberdaya alam lautan sangat tinggi yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat Aceh. Provinsi Aceh terdiri dari beberapa kabupaten dan
kota madya salah satunya adalah Kabupaten Nagan Raya.
Kabupaten Nagan Raya adalah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat
pada tahun 2002 atas prakarsa masyarakat setempat. Secara astronomis Kabupaten
Nagan Raya terletak pada garis koordinat 03 40’LU - 04 38’LU dan 96 11’BT -
96 48’BT, sedangkan letak Kabupaten Nagan Raya secara geografis adalah
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Barat, Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Hindia(BPS Kabupaten Nagan Raya , 2006).
Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah pesisir yang kaya akan hasil
perikanannya. Hal tersebut tidak terlepas dari letaknya yang menghadap langsung
ke samudra hindia yang kaya akan ikan. Namun belum banyak diketahui secara
detail jenis - jenis ikan apa saja yang perlu diketahui secara terpadu, salah satu
penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan informasi menyebabkan potensi
perikanan tidak dapat di manfaatkan secara optimal dan lestari. Nelayan di
2
Kabupaten Nagan Raya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkaptradisional dan modern dan penentuan daerah penangkapan, hal ini
berakibat terhadap beragamnya jenis ikan hasil tangkapan di Kuala Tadu
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.
Jenis ikan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu sangat
beragam. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di TPI Kuala TaduKabupaten
Nagan Raya. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diperjual-belikan adalah
ikan lumi-lumi(luli atau lomek), layur, kasee, udang-udangan, dan lain
sebagainya.
Selama ini, data inventarisasi ikan pada TPI Kuala Tadu Kabupaten
Nagan Raya belum memadai. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian ini dengan judul “Identifikasi Hasil
Tangkapan Utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya”.
1.2. Rumusan Masalah
Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Kuala Tadu
beragam jenisnya. Dari jumlah ikan hasil tangkapan nelayan hanya sebagian kecil
yang diketahui oleh masyarakat adalah jenis ikan yang di konsumsi sehari - hari
seperti ikan teri, tembang, lemuru, dan berbagai jenis lainnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan identifikasi tentang “apa saja jenis ikan hasil tangkapan utama di
gunakan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan Raya”.
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis ikan Hasil Tangkapan Utama Nelayan di Kuala
Tadu Kabupaten Nagan Raya.
2. Untuk mengetahui persentase (%) jumlah jenis ikan tangkapan nelayan
yang ada di TPI Kuala Tadu selama penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis ikan
hasil tangkapan utama Nelayan di Kuala Tadu Kabupaten Nagan
Raya,menghasilkan salah satu informasi dalam kerangka pengelolaan perikanan
berbasis ekosistem di wilayah penangkapan.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian ikan
Ikan merupakan vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm),hidup di
dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnyaterutama
menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang.Setiap jenis ikan
memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik, sehingga dalam
mempelajarinya diperlukan pendekatan baiksecara kasat mata (external anatomy),
bagian dalam tubuh (internalanatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh
beberapa jenis ikan(Anonim, 2009).
2.2. Identifikasi
Inventarisasi ikan berguna untuk melihat jenis-jenis ikan apa saja yang
terdapat di suatu daerah. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi
terhadap organisme tersebut. Identifikasi menurut Mayr (1971) adalah
menempatkan atau memberikan identitas suatu individu melalui presedur deduktif
ke dalam suatu takson dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci
determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas
suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-
ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Selain itu untuk mengetahui identitas atau nama suatu individu atau
spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri morfologi spesies
tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada.
Tugas pokok seorang ahli sistematika ialah mengelompokkan jasad yang
begitu beraneka ragam dalam alam kedalam berbagai kelompok yang mudah
5
dikenal, untuk menetapkan ciri - ciri penting dari kelompok ini dan untuk
senantiasa mencari perbedaan yang tetap antara kelompok itu. Di samping itu ahli
harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok itu untuk memungkinkan
pemberian pengakuan kepadanya oleh ahli lain di seluruh dunia (Saanin, 1984).
2.3 Alat Tangkapan Ikan
Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk
menangkap atau mengumpulkan ikan (Djuhanda, 1981). Timbulnya banyak jenis
alat tangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda tidak terlepas karena
lautan Indonesia yang beriklim tropis memiliki banyak sekali jenis ikan, udang
maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di samping
itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya berbeda
sehingga menjadi salah satu faktor timbulnya banyak jenis alat tangkap. Namun
sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran penangkapan,
kadangkala secara tidak sengaja ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas
adalah penggunaan pukat udang, dimana semua biota dasar ikut tertangkap
(Subani dan Barus, 1989 dalamSisca 2011).
Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin
selektif dan aman terhadap lingkungan hidup sehingga dapat mempertahankan
keanekaragaman jenis dan populasi ikan. Upaya untuk mempertahankan
keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh
manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara
keseluruhan. Dengan demikian, karena ikan di laut selalu ditangkap dengan jaring
atau alat lainnya, maka selalu terdapat kemungkinan jenis ikan-ikan lain tidak
sengaja tertangkap oleh jaring, bahkan tidak jarang pula mengalami
6
kematiannyadengan percuma. Kejadian tersebut hendaknya dihindari atau
dikurangi kemungkinan terjadinya.
Alat tangkap yang di gunakan di Kuala Tadu adalah puka Hela. Pukat
Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring
trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini trawl dan bekerjanya di
dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom
trawl. Pengoperasian pukat Hela ini dikhususkan untuk menangkap ikan
demersal, karena adanya sistem membuka dan menutupnya mulut jaring karena
adanya papan otter (other board) yang dipasang pada bagian depan ujung sayap
(wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang bagian mulutnya tidak kaku
karena tidak di pasang beam, mengenai bentuk umum daripada pukat Hela terdiri
dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang ± 20 - 30 meter, lebar
bagian terujung adalah 1 meter (Ayodhya, 1975).Menurut Subani dan Barus, 1989
sketsa pukat Hela dapat digambarkan sebagai berikut.
(Subani dan Barus , 1989)
Gambar 1 : Sketsa Pukat Hela
7
Dari sumber yang sama menjelaskan pukat Hela adalah jaring yang terdiri
dari bagian-bagian kantong, sayap dan mulut dan dilengkapi dengan kayu
(danleno) pada sayap tegak dan sebuah palang (beam) mendatar untuk membuat
mulut jaring yang terbuka bila ditarik sepanjang dasar perairan. Namun akhir-
akhir ini nama Hela juga berkembang sejalan dengan perkembangan sejenis
jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat tarik) dengan menggunakan
perahu atau kapal di dasar perairan.
2.4Selektivitas Alat Penangkapan Ikan
Selektivitas adalah sifat dari suatu alat tangkap dalam menangkap ukuran
dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi (Astrini, 2004 dalam Sisca2011)
menjelaskan selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaituselektivitas
ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (species selectivity). Selektivitas
ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan
berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil
tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat
tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang
tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi.
Dijelaskan oleh sumber yang sama alat tangkap yang termasuk dalam
kategori alat non selektif adalah alat-alat yang dalam operasi penangkapannya
membentuk kantong misalnya trawl, purse seine dan lain-lain. Untuk alat-alat ini
biasanya dianggap bahwa komposisi ukuran ikan yang masuk ke dalam mulut
jaring sama dengan pada sekitar alat tersebut. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan
bagaimana ikan dapat lolos melalui mata jaring. Untuk kebanyakan spesies
terbukti bahwa lolosnya ikan terjadi melalui cod-end. Dengan demikian,
8
selektivitas alat tersebut dapat diduga baik dengan meletakkan suatu penutup yang
bermata jaring lebih kecil di seluruh cod-end atau bagian lain yang tertangkap
pada waktu dan tempat yang sama.
2.5 Metode Pengoperasian
Urutan pengoperasian alat tangkap jaring Hela, menurut (Direktorat
Jenderal Perikanan 1995, dalam Khaerudin2006) yaitu
1. Setelah sampai di fishing ground kecepatan perahu dikurangi sehingga
bergerak perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran
dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk
jaring yang pengoperasiaannya menggunakan papan otter, setelah semua
bagian jaring berada dipermukaan air, jaring tersebut ditarik supaya
kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara
bersana-sama dan dibiarkan melayang dipermukaan air sambil ditarik
sampaiposisi kedua papan tersebut sempurna.
2. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang
tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan.
3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian
buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi
jaring berada di belakang perahu.
4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring
ditarik selama setengah jam.
5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik
dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring
terangkat.
9
6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali
pengikat kantong.
7. Jaring dan tali temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya
2.6 Daerah dan Musim Penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah
perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau
daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan
letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang
menjadi tujuan usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air
sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas
(Ayodhyoa, 1975). Disebutkan dalam sumber yang sama bahwa Jenis ikan yang
hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing ground yang berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usahapenangkapannya
mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metodepenangkapan,
maupun struktur organisasi usahanya.
Pukat Hela dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan
lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15-60 m dengan tofografi
dasar perairan yang relatif datar. Jaring Hela dapat dioperasikan sepanjang tahun,
namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan
(Puslitbang Perikanan, 1991dalamKhaerudin 2006).
10
2.7 Hasil Tangkapan Utama.
Menurut Manalu (2003), dalamSisca (2011) ditinjau dari pemanfaatannya
hasil tangkapan dibagi menjadi dua antara lain sebagai berikut
1) Hasil tangkapan utama (target catch)
Hasil tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama dicari dari
operasi penangkapan ikan. Hasil tangkapan utama merupakan sasaran target
utama dari alat penangkapan ikan yang digunakan.
2) Hasil tangkapan sampingan (by-catch target)
Hasil tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam
operasi penangkapan ikan. Tertangkapnya spesies ikan non target ini dapat
disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non
target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan.
Berdasarkan sumber yang sama dijelaskan bahwa hasil tangkapan
sampingan atau disingkat HTS merupakan istilah yang pada awalnya dikenal di
kalangan nelayan. HTS merupakan bagian dari hasil tangkapan total yang
tertangkap secara bersamaan dengan spesies target yang diupayakan. kategori
hasil tangkapan sampingan (by-catch) dibedakan menjadi dua.
1) Spesies yang kebetulan tertangkap, yaitu hasil tangkapan yang tertahan dan
bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan ikan. Spesies yang
kebetulan tertangkap ini ada yang dimanfaatkan oleh nelayan dan ada yang
dibuang bergantung pada nilai ekonominya.
2) Spesies yang dikembalikan ke laut atau discard catch, yaitu bagian dari hasil
tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan
ekonomi bernilai rendah atau karena spesies yang dilindungi oleh hukum.
11
BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli - Agustus 2013 yang bertempat
di TPI Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya. Kemudian di
Identifikasi dan pemotretan ikan dilakukan di Lokasi penelitian.
3.2 Alat
Alat yang digunakan selama penelitian adalah kamera untuk mengambil
gambar, meteran dan pengaris utntuk mengukur sample, alat tulis menulis untuk
mencatat jenis dan ukuran sample serta buku identifikasi untuk mengidentifikasi
sample yang diperoleh.
3.3Unit Penangkapan yang Digunakan
(Subani dan Barus, 1989) menyebutkan satu unit pukat Hela terdiri atas
4 bagian besar yaitu (1) sayap (2) badan jaring (3) kantong dan (4) papan otter.
Spesifikasi bagian-bagian tersebut dijelaskan lebih lanjut di bawah ini
(1) Sayap jaring
Sayap jaring berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk
kedalamjaring. Bagian ini berhubungan dengan otter board (bagian depan), dan
dengan perut jaring (bagian belakang). Bahan yang digunakan adalah nilon dan
mata jaring berukuran 4 mesh, terdiri dari dua bagian yaitu sayap kanan dan
sayap kiri. Pada bagian ini terdapat tali ris atas dan pelampung kecil pada bagian
sisi kiri dan kanan pelampung dan pemberat kecil serta potongan-potongan
timah dengan berat total 1 kg.
12
(2) Badan jaring
Bagian badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah digiring
olehsayap. Sudut depan kiri dan kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri
dankanan, sedangkan bagian belakang badan berhubungan dengan kantong.
Bagianbadan ini terbagi menjadi dua bagian dengan ukuran mata jaring yang
berbeda.Bahan yang digunakan adalah nilon dengan mata jaring berukuran 4
mesh(bagian 1) dan ukuran 1-2 mesh (bagian 2). Sepanjang bagian atas badan
jaringdilengkapi dengan pelampung .
(3) Kantong jaring
Bagian kantong merupakan bagian paling belakang dari alat tangkap
pukat Helayang berfungsi sebagai tempat untuk menampung hasil tangkapan.
Pada bagian depan kantong berhubungan langsung dengan bagian badan jaring
dan bagian belakang kantong diikat dengan seutas tali.
(4) Otter board
Otter board ini berfungsi untuk membuka mulut jaring kearahhorizontal
(ke arah kanan dan kiri) sewaktu alat tangkap pukat Hela dioperasikan.Otter
board ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 65 cm, tinggi 35cm
dan tebal 1,9 cm. Terbuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan besi pada
bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pemberat. Selama penelitian, otter
board yang ada sebanyak dua pasang, satu pasang dipakai selama operasi
penangkapan sedangkan satu pasang lagi digunakan sebagai cadangan di perahu.
13
3.4 Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk
mendapatkan data primer. Selengkapnya metode dan teknik pengumpulan datanya
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini
No Jenis Data Metode
Pengumpulan
Sumber Data
Alatyangdigunakan
1. Data Komposisi
HasilTangkapan
-Dinas Kelautandan
Perikanan(DKP)
KabupatenNagan
Raya
-Wawancara dan
pengumpulan data
sekunder
2. Data alat
tangkapyangdigunakan
-Wawancara
- Pengamatan
langsung di
lapangan
- Kuesioner
- Kamera
- Alat tulis
3. Data hasil
tangkapannelayan
-Wawancara
-Pengamatan
dilapangan
-Kuesioner
-Kamera
-Alat Tulis
-Alat Ukur
4. Data panjang dan
berat ikan
Pengukuran - AlatUkur panjang
-Alat Ukur
Berat:timbangandeng
an ketelitian 0,5
gram
Metode penelitian yang digunakan secara umum adalah dengan
menggunakanmetode survey dan obsevasi langsung ke lapangan. Nasution (2004)
mengemukakan suatu penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan
14
informasi tentang populasi yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai
sejumlah kecil dari populasi itu. Untuk memperoleh keterangan dapat digunakan
questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi teknik-
teknik pengumpulan data.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposivesampling, yaitu untuk memilih unit penangkapan jaring Hela yang
akan mendata jumlah hasil tangkap yang didaratkan armada jaring Hela dari
jumlah observasi sampel yang diambil. Metode ini digunakan berdasarkan
pertimbangan unit penangkapan jaring Hela yang dipilih adalah kapal motor
dengan operasi penangkapan satu hari melaut (one day fishing).
3.5 TeknikPengumpulan data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (pengukuran
morfologi dan penimbangan berat hasil tangkapan), hasil wawancara dengan
nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai
sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta
literatur yang relevan. Metode yang akan dilakukan untuk memperoleh data pada
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
1) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro
2009 dalam Hesti 2012). Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara dengan
nelayan yang melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan di Kuala
Tadu. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang
15
berhubungan dengan identitas responden, kapal yang digunakan responden,
alat tangkap yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan, hasil
tangkapan, musim penangkapan dan lokasi penangkapan.
2) Kuesioner
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009dalam Hesti 2012) menjelaskan,
kuesioner diberikan kepada responden untuk mengetahui Kuesioner (angket)
yang digunakan oleh peneliti merupakan angket yang bersifat terbuka.
Angket terbaka adalah suatu angket dimana pertanyaan dan jawabannya tidak
ditentukan sehingga responden memilih jawaban yang tidak ditentukan atau
bebas.
3) Pengumpulan data sekunder
Data sekunder diperoleh terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Nagan Raya, instansi terkait dan literatur yang relevan.
3.6 Metode Pengambilan Data
Hasil tangkapan yang diperoleh dari alat tangkap tersebutkemudian
dikumpulkan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan serta jumlah hasil
tangkapan, jenis ikan yang tertangkap di Identifikasi. Jenis ikan diketahui dengan
melihat ciri-ciri ikan berdasarkan bentuk, tipe sirip dan warna ikan yang
tertangkap dan mencocokannya dengan buku identifikasi ikan. Ukuran ikan
diperoleh dengan menggunakan alat bantu meteran, panjang total ikan diukur dari
mulut bagian depan sampai ujung ekor dari ikan yang tertangkap, cara
pengukuran panjang ikan menurut (Carpenter,1988)disajikan pada gambar 2.
16
Gambar 2 : Cara pengukuran panjang ikan
3.7 Analisa Datas
Untuk menganalisa data dalam penelitian, peneliti menggunakan metode
Deskriptif Analisis yaitu menggambarkan, menguraikan dan menganalisis semua
data penelitian yang diperoleh. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah
setelah data terkumpul dari masing - masing parameter kemudian ditabulasi dan
dideskripsikan. Kemudian dihitung persentase (%) dengan menggunakan rumus
statistik sederhana dari (Sudjono,1996) dijelaskan sebagai berikut
%100xN
FP
Ket :P = Persentase
F = Frekwensi
N = Jumlah Jenis
100 % = Bilangan Tetap
17
3.8 Metode Pengoperasian
Pengoperasian pukat Hela di Kuala Tadu dilakukan pada pagi hariyaitu
mulai subuh hingga pagi hari. Pengoperasian alat tangkap pukat Hela pada saat
penelitian melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pencarian
fishingground, tahap operasi penangkapan (setting, towing atau penarikan jaring
dan hauling atau pengangkatan jaring) dan tahap penanganan hasil tangkapan.
(1) Tahap persiapan
Persiapan dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan ikan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan alat tangkap, kondisi
mesin, perahu, bahan bakar, kotak tempat hasil tangkapan dan
persiapanperbekalan. Persiapan ini dimulai pada pukul 06.00 WIB.
(2) Tahap pencarian fishing ground
Penentuan fishing ground pada pengoperasian pukat Hela
dilakukanberdasarkan informasi atau pengalaman hasil tangkapan sebelumnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground ini berkisar setengah
jam dengan kecepatan rata-rata perahu 6 km/jam.
(3) Tahap operasi penangkapan
Operasi penangkapan ikan yang diikuti 6 kali Trip sebanyak 18 kali setting
dan 18 kali hauling dalam seminggu operasi penangkapan. Operasi penangkapan
dilakukan selama 5 jam dalam sehari.
18
(4) Tahap penanganan hasil tangkapan
Setelah semua hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong diatas dek perahu,
tahap selanjutnya yaitu penanganan hasil tangkapan yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
(a). Pemisahan hasil tangkapan berdasarkan jenis, baik itu jenis ikan sebagai
hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan berupa rajungan,
cumi-cumi, sotong dan udang. Untuk hasil tangkapan sampingan yang lain
dibuang kelaut setelah dilakukan penyortiran dan pencatatan.
(b). Memindahkan hasil tangkapan udang kedalam termos besar yang diberi es
urah dan jenis rajungan, sotong, cumi-cumi dan ikan sebagai hasil tangkapan
sampingan ditempatkan dalam keranjang berukuran besar. Untuk
selanjutnyadilakukan persiapan untuk setting berikutnya.
19
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di TPI Kuala Tadu
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya
Kabupaten Nagan Raya pernah dibangun pada tahun 1998 dengan luas tanah
berukuran 6 x 12 m2. Pada tahun 2004 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu
hancur akibat Bencana Gempa dan Tsunami. Setelah Tsunami TPI Kuala Tadu
tersebut diberi bantuan oleh NGO untuk dimanfaatkan sementara oleh para
Nelayan di Gampong Kuala Tadu sambil menunggu proses pembangunan TPI
yang baru. Masyarakat Gampong Kuala Tadu mencari lokasi untuk mendirikan
sebuah TPI akhirnya mendapatkan lokasi untuk membangunkan sebuah TPI dan
sudah dilakukan pembebasan lahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan
Raya pada tahun 2010 ( DKP Kabupaten Nagan Raya, 2012).
Pada tahun 2011 membangun sebuah Pos Pemantauan dan Dermaga untuk
TPI Kuala Tadu pada lahan tersebut. Pada tahun 2013 mendatang rencana
PEMDA akan membangunkan sebuah TPI yang dulunya hancur akibat Gempa
dan Tsunami dengan ukuran luas tanah 40 x 50 m2 di desa Kuala Tadu dan kini
sedang dalam tahap pembuatan. (DKP Kabupaten Nagan Raya 2012). Desa
Kuala Tadu memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cot Mee
Sebelah barat berbatasan dengan Laut Samudra Hindia
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cot Rambong
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cot Mue
20
4.2. Armada yang Digunakan di Kuala Tadu
Jenis armada tangkap di kecamatan tadu raya terdiri dari perahu tanpa
motor, perahu dengan motor tempel dan kapal motor dengan kapasitas kecil yaitu
kurang dari 5 GT. Armada yang paling banyak di pakai adalah kapal motor.
Jumlah armada pada masing-masing jenis selengkapnya dapat dilihat pada tabel2.
berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Armada yang digunakan di Kuala Tadu
No Jenis Armada Jumlah (unit) Persentase
1 Kapal Motor 30 55%
2 Motor Tempel 7 13%
3 Perahu tanpa motor 18 32%
Jumlah 55 100%Sumber: DKP, Kabupaten Nagan Raya 2012. Di olah kembali
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah armada kapal di kecamatan
Kuala Tadu sebanyak 55 unit semuanya terdiri dari kapal motor (55%) selebihnya
adalah perahu tanpa motor (13%) dan motor tempel sebanyak (32%).
4.3. Alat Tangkap yang Digunakan di Kuala Tadu
Alat tangkap merupakan semua alat yang diperlukan dalam usaha
penangkapan ikan. Jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di TPI Kuala
Tadu Kabupaten Nagan Raya di dominasi oleh alat tangkap pukat Hela. Jumlah
dan jenis alat tangkap selengkapnya Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
21
Tabel 3. Jumlah Alat Tangkap Yang Digunakan Di Kuala Tadu
No Jenis Alat Tangkap Jumlah Persentase
1 Pukat Pantai 2 1,8%
2 Jaring Insang 89 76%
3 Rawai 26 22,2%
Jumlah 117 100%
DKP Kabupaten Nagan Raya 2012.
Kelompok ikan demersal dan pelagis menjadi kelompok dominan dan
penting dalam produksi perikanan Kabupaten Nagan Raya. Hampir 60% produksi
perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil,
sehingga kelompok ikan domersal dan pelagis kecil menjadi penting dan
mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya.
Kegiatan penangkapan ikan di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya
Kabupaten Nagan Raya dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap. Adapun
jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk kegiatan adalah pukat
Hela, jaring insang, dan rawai (DKP Kabupaten Nagan Raya, 2012).
4.4. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan merupakan hasil yang diperoleh nelayan setelah
melakukan operasi penangkapan ikan di laut. Jenis tangkapan nelayan yang
didaratkan di TPI Kuala Tadu beragam-ragam jenisnya yaitu: udang, kepiting,
ikan pelagis kecil, dan ikan domersal kecil. Adapun jumlah produksi hasil
tangkapan nelayan di kecamatan tadu raya dapat dilihat pada Tabel 4
22
Tabel 4. Jumlah Produksi Hasil Tangkapan Nelayan Di Kuala Tadu
No Tahun KecamatanProduksi
(ton)
1 2010 Tadu Raya 375
2 2011 Tadu Raya 400
Rata-rata 775
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012)
Dari tabel 4 di terlihat bahwa hasil produksi tangkapan nelayan meningkat
dari 375 ton pada Tahun 2010 menjadi 400 ton pada Tahun 2011, atau terjadi
peningkatan sebesar 6.67 %.
4.5 Jumlah Nelayan di Kuala Tadu
Nelayan merupakan orang yang mata pencaharian utamanya dari usaha
menangkap ikan di laut. Menjadi seseorang nelayan diperlukan keberanian dan
keahlian untuk melakukan kegiatan beroperasian alat tangkap di laut dan berani
menghadapi berbagai rintangan yang terjadi di laut. Dari berbagai aktifitas
nelayan yang ada di TPI Kuala Tadu, jumlah nelayan yang tetap 91 orang. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Nelayan Tadu Raya
No Status NelayanJumlah Nelayan
(Orang)Persentase
1 Nelayan tetap 91 70%
2 Nelayan tidak tetap 39 30%
Total 130 100%
(DKP Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012), diolah kembali
23
Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa pada umumnya nelayan kuala tadu
kecamatan tadu raya adalah nelayan tetap (70 %) dan hanya (30 %) merupakan
nelayan tidak tetap.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, yang dimaksud dengan nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Berdasarkan waktu yang
dipergunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, nelayan
dapat diklasifikasikan menjadi (Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2008
dalam Wiwi 2011) menjelaskan bahwa
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Selain
nelayan sebagai pekerjaan utama, pada kategori ini nelayan tersebut juga
mempunyai pekerjaan lain
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, sedangkan
sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan lain.
24
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Karakteristik Alat Tangkap di Kuala Tadu
Unit penangkapan pukat Hela ini dilengkapi dengan tabel karakteristik alat
tangkapnya. Pukat Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di
dalam klasifikasi jaring trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini
trawl dan bekerjanya di dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain
sehingga disebut small bottom trawl. Pengoperasian pukat Hela ini dikhususkan
untuk menangkap ikan demersal, karena adanya sistem membuka dan
menutupnya mulut jaring karena adanya papan otter (other board) yang dipasang
pada bagian depan ujung sayap (wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang
bagian mulutnya tidak kaku karena tidak di pasang beam Pukat Hela adalah
suatu alat yang termasuk ke dalam jenis boat seine. Mengenai bentuk umum
daripada pukat Hela terdiri dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang
± 20 - 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter. Ukuran mesh size yang
digunakan pada alat tangkap Hela adalah 4 inc sampai yang paling kecil. Alat
penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan kapal motor dengan
bahan kayu. Kapal yang digunakan salah satunya memiliki ukuran panjang 9
meter, lebar 2,5 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 3 GT.
Alat tangkap ini terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, tali ris atas, tali ris
bawah, tali selambar, pelampung dan pemberat.
Hasil tangkapan yang diperoleh oleh pukat Hela adalah ikan domersal dan
pelagis. Pada alat tangkap Hela, hasil tangkapan utamanya adalah
25
layur,lemuru,Luli, sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah udang rebon,
teri nasi, cumi-cumi, gulamah, kepiting, lidah, kapasan, pepetek.
Proses pengoperasian Pukat Hela di Kuala Tadu dilakukan secara harian
(one day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground)
sekitar pukul 06.00 pagi Waktu yang dibutuhkan menuju fishing ground sekitar
setengah jam tergantung jarak yang ditempuh. Penggunaan tenaga pada alat
tangkap pukat Hela berkisar antara 3 atau 4 orang .
Pengoperasian pukat Hela dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap
persiapan, penentuan fishing ground, penurunan jaring (setting) dan pengangkatan
jaring (hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan
mesin, perbekalan makanan, es, air tawar dan keperluan melaut lainnya.
Penurunan jaring dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti tali
selambar kanan, kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali
selambar kanan masih tetap berada pada perahu. Saat penurunan sayap, nelayan
lain melemparkan pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit
dengan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai
bertemu dengan pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting
adalah 20 - 30 menit. Ketika gerombolan ikan diperkirakan sudah masuk ke dalam
kantong, selanjutnya dilakukan tahap hauling. Tahap ini dimulai dengan
pengangkatan. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan sayap kiri dan sayap
kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan posisi kantong berada di
tengah. Pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan, setelah sampai badan
jaring pengangkatan jaring dipercepat. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikan
26
yang meloloskan diri. Pada saat pengangkatan jaring.Untuk mengetahui
Karakteristik alat tangkap yang digunakan, dapat di sajai pada tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Alat Tangkap Yang Di Gunakan Dari Hasil Kuisioner
No Pengajuan Pertanyaan Hasil Penelitian
1. Jarak lokasi penangkapan ikan dari (TPI) Setengan jam (5 KiloMeter)
2. Waktu yang dibutuhkan menuju lokasipenangkapan ikan ?
0,5 Jam
3. Kapaistas kapal 3 GT s/d 5 GT
4. Jenis alat tangkap yang digunakan Pukat Hela
5. Bahan jaring Nilon
6. Jumlah operasional kapal 1 atau 2 trip perhari
7. Jenis ikan yang ditangkap layur,lemuru,Luli
8. Mesh size alat tangkap yang gunakan 4 inch sampai yangpaling kesil
9. Lebar alat tangkap yang bapak digunakan(meter)
1 Meter
10. Panjang alat tangkap yang digunakan 20 s/d 25 Meter
Dari hasil wawancara dengan para nelayan di Kuala Tadu pada saat
penelitian, maka didapatkan hasil dari kuisioner adalah masyarakat Kuala Tadu
menggunakan alat tangkap pukat Hela. Mereka melakukan operasi sebanyak 1 trip
perhari dengan mengunakan kapal yang kapasitas 3 s/d 5 GT dengan jarak tempuh
setengah jam atau 5 kilo meter dari TPI. Alat tangkap yang mereka gunakan
ukuran mesh size mulai 4 inc sampai yang terkecil. Bahanya terbuat dari tali nilon
dengan ukuran panjang pukat Hela 20 s/d 25 meter. Data hasil kuisioner disajikan
pada lampiran terakhir.Jenis dan jumlah ikan hasil tangkapan nelayan Kuala Tadu
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya di sajikan pada tabel7.
27
Tabel 7. Jumlah Dan Persentase Hasil Tangkapan Masing – Masing Jenis Ikan
Tangkapan Nelayan Selama Penelitian.
NoJenisHTN
Hasil Tangkapan
Jumlah
(Kg)%Pengamatan
I II III IV V VI
1 Layur 15.25 30.8 16.8 22.9 32.2 15 132.95 37.27%
2 Lemuru 47.5 10.2 18.7 14 16.25 55 161.65 45.32%
3 Luli 11.25 12.9 12.7 4 15.2 6 62.05 17.39%
Jumlah 74 53.9 48.2 40.9 63.65 76 356.65 100%
Keterangan : HTN ( Hasil Tangkapan Nelayan), I = hari pertama, II = Hari
Kedua,III = Hari Ketiga, IV = Hari Keempat, V = Hari Kelima, VI
= Hari Keenam.
Dari tabel diatas di ketahui bahwa hasil tangkapan nelayan Kuala Tadu
terutama adalah jenis ikan layur (27.272%) dan lemuru (45.324%) serta ikan luli
(17.398%) dari jumlah total tangkapan utama.
Tebel 8.Jenis dan ukuran hasil tangkapan Utama PukatHela Selama Penelitian Di
Kuala Tadu
HASIL TANGKAPAN UTAMAKisaran
Berat (Kg)No NamaIndonesia
NamaLokal Nama Famili
1 IkanLayur EungketCuale Trichiuridae 100-200gr
2IkanLemuru
EungketKase Pristigasteridae,Engraulidae
0,3-100gr
3 IkanLuli EungketLumi Synodontidae 0,5-100gr
28
Tabel 9. Jenis dan ukuran hasil tangkapan sampinganPukat Hela SelamaPenelitian Di Kuala Tadu
HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN
NoNama Indonesia NamaLokal Nama Latin
1 Cumi-cumi Noh Loligo sp
2 Kepiting Bing Scylla serrata
3 Gulamah Gulama Argyrosomuscimoyensis
4 Rebon Sabe Penausmerguiensis
5 Senangin Jambe Polynemusparadisus
6 Lidah Siblah Cynoglossusligua
7 Terubuk Meneng Hillsa kelle
Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 18 kali hauling dalam 6 trip
dimulai dari tanggal 22 Juli 2013 sampai 1 Agustus 2013 di Kuala Tadu. Hasil
tangkapan total yang teridentifikasi sebanyak 10 jenis ikan yang terbagi kedalam
2 kelompok yaitu ikan hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan.
Hasil tangkapan utama jaring pukat Helaadalah jenis ikan yang berukuran
kecil, sedangkan hasil tangkapan sampingan selain udang adalah ikan-ikan
demersal. Menurut Manadiyanto et al. (2000), beberapa jenis udang yang
tertangkap dengan pukat Hela adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis),
krosok (Parapenaepsis sculptilis) dan udang windu (Penaeus monodon). Jenis
ikan demersal yang tertangkap adalah pepetek (Leiognathus sp), gulamah
(Pseudosciena sp), beloso (Saurida tumbil), bawal hitam (Formio niger), cumi-
cumi (Loligo sp), manyung (Arius thalassinus) dan tigawaja (Pennahia
argentata).
29
Hall (1999) membedakan kategori hasil tangkap sampingan (by-catch)
menjadi dua kategori :
1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), yaitu hasil
tangkapan yang sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan
spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang
dimafaatkan oleh nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai
ekonomisnya.
2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari
hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena
pertimbangan ekonomi (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah)
atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh
hukum.
Khaerudin (2006), menyatakan hasil dari penelitian tentang proporsi hasil
tangkap sampingan jaring arad (mini trawl) yang berbasis di pesisir utara, kota
cirebonhasil tangkapan non udang atau hasil tangkap sampingan yang dimaksud
disini adalah hasil tangkap sampingan (HTS) yang dimanfaatkan selama
penelitian dengan perbandingan berat 1:10 dari hasil tangkap sampingan yang
dibuang ke laut (discards). Jumlah total hasil tangkap sampingan sebanyak 821
ekor atau 30,6 kg, terdiri dari 21 spesies ikan , 3 moluska dan 1 krustase.
Beberapa jenis hasil tangkap sampingan yang banyak tertangkap selama
penelitian yaitu rajungan (Portunus pelagicus) dengan jumlah 176 ekor atau 20 %
dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan yang berhasil tertangkap,
sotong (Sepia sp) dengan jumlah 146 ekor atau 18 %, ikan gulamah (Argyrosomus
sp) dengan jumlah 130 ekor atau 16 %, ikan tigawaja (Pennahia argentata)
30
dengan jumlah 114 ekor atau 14 %, ikan beloso (Saurida tumbil) dengan jumlah
47 ekor atau 6 %, cumi-cumi (Loligo sp) dengan jumlah 37 ekor atau 5 %, ikan
lidah pasir (Cynoglossus lingua) dengan jumlah 33 ekor atau 4 % dan sisanya ikan
campuran dengan jumlah 138 ekor atau 17 % dari jumlah hasil tangkap
sampingan yang dimanfaatkan.
Hasil Tangkapan Utama Pukat hela yaitu jenis ikan Layur, ikan Lemuru
dan ikan Luli, selain ikan alat penangkapan ini juga menghasilkan tangkapan
seperti udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol
(Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.)
Tabel 10. Morfologi Ikan Hasil Tangkapan Utama Selama Penelitian Di KualaTadu
No
HasilTangkapan
Utama
Nama GenusPanjang
(Cm)Morfologi
1. Layur Trichiurussavala
22-30 Bentuk tubuh panjang gepeng, tidakbersisik, warna seperti perak kekuningan,sirip punggung satu, sirip ekor tidak ada,sirip perut tidak ada, sirip dada terdiri darijari-jari lunak, rahang bawah lebih panjangdari pada rahang atas, giginya kuat dantajam, sifatnya karnivora.
2. Lemuru Opisthopterus
Pellona
Thryssa
Septina
9-17 Tubuh compresed, sirip perut lunak, warnaputih keperakan, perbedaan ikan kasegenusyang lain Cuma dilihat dari mata, bentuktubuh.
3. Luli Harpodonnehereus
11-21 Badan agak memanjang pipih, moncongpipih, gigirahang lengkung, warnakecoklatan sampai putih keabu-abuan,tidak bersisik, ekor bercagak tiga, ukuranmulut lebar dan berbentuk non protractile.
31
Morfologi adalah bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah
dilihat dalam mempelajari jenis-jenis ikan, morfologi ikan berhubungan dengan
habitat ikan yang hidup di suatu perarian. Ciri morfologi jenis ikan tangkapan
utama selama penelitian disajikan pada tabel 9.
5.2 Jenis ikan hasil tangkapan utama nelayan di Kuala Tadu
Jenis ikan hasil tangkapan utama nelayan di Kuala Tadu diperoleh
menurut musim penangkapannya, yaitu pada musim paceklik diwakili hasil
tangkapan pada bulan Juni, untuk lebih jelas hasil tangkapan yang utama di Kuala
Tadu disajikan pada tabel 10.
Tabel 11. Jenis Ikan Tangkapan Utama Nelayan Di Kuala Tadu
No Famili Genus Spesies
1. PristigasteridaeOpisthopterus Opisthopterustardoore
Pellona Pellonaditchela
2. EngraulidaeThryssa Thryssa hamiltoni
Septina Setipinna
3. Trichiuridae Trichiurus Trichiurus savala
4. Synodontidae Harpodon Harpodon nehereus
Selama penelitian, hasil tangkapan ikan yang didapatkan oleh nelayan
PukatHela di Kuala Tadu ini tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan waktu
penelitiantermasuk musim barat. Pada musim barat pada umumnya sebagian
nelayan memilik untuk tidak melaut mengingat hasil tangkapan biasanya tak bisa
menutupi biaya operasion.
32
Gambar 4 : Persentase Hasil Tangkapan UtamaHasil tangkapan utama
yang didapatkan pada penelitian terdiri dari 4 jenis yaitu Pristigasteridae 33%,
Engraulidae 33%, Harpodon 17 % dan Trichiudae 17 %.
Famili Pristigasteridae
1. Pellona ditchela
Gambar 5. Ikan Lemuru (Pellona ditchela)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
17%
17%
32
Gambar 4 : Persentase Hasil Tangkapan UtamaHasil tangkapan utama
yang didapatkan pada penelitian terdiri dari 4 jenis yaitu Pristigasteridae 33%,
Engraulidae 33%, Harpodon 17 % dan Trichiudae 17 %.
Famili Pristigasteridae
1. Pellona ditchela
Gambar 5. Ikan Lemuru (Pellona ditchela)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
33%
33%
17%
pristigasteridae
engraulidae
harpodon
trichiuridae
32
Gambar 4 : Persentase Hasil Tangkapan UtamaHasil tangkapan utama
yang didapatkan pada penelitian terdiri dari 4 jenis yaitu Pristigasteridae 33%,
Engraulidae 33%, Harpodon 17 % dan Trichiudae 17 %.
Famili Pristigasteridae
1. Pellona ditchela
Gambar 5. Ikan Lemuru (Pellona ditchela)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
pristigasteridae
33
Genus : pellona
Spesies : Pellona ditchela
Nama Indonesia: Lemuru
Nama Lokal : Kesee raya mata
Dari hasil identifikasi ikan ini merupakan ikan tergolong kedalamfamili
Pristigasteridae dan termasuk genus Pellona, karena secara morfologisTubuh
ikan ini berbentuk compressed, mata sangat besar, mulut berbentuk terminal,
operculumsangat mulus tidak bersisik, dibawah perut bergerigi. Warna putih
terang hampirsama dengan warna mata.
2. Opisthopterus tardoore
Gambar 6. Ikan lemuru (Opisthopterus tardoore)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
Genus : Opisthopterus
34
Spesies : Opisthopterus tardoore
Nama Indonesia : Lemuru
Nama Lokal : Kasee oen trieng
Dari hasil Identifikasi Ikan ini merupakan ikan tergolong kedalam famili
Pristigasteridae dan termasuk genus Opisthopterus, karena secara morfologis,
Badan compreseed, tubuh memanjang dan sangat pipih, dan perut cekung kedepan
dengan bukaan mulut besar, mulut miring diarahkan ke atas. Warna tubuh putih
cerah, ekor berbentuk cagak dua. habitaynya dekat dengan pantai dan perairan
pelagis, juga memasuki muara.
Famili Engraulidae
1. Setipinna
Gambar 7 : Ikan lemuru (Setipinna)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Engraulidae
Genus : Setipinna
35
Spesies : Setipinna
Nama Indonesia: Lemuru
Nama Lokal : Kasee Lipeh aso
Dari hasil identifikasi Ikan lemuru merupakan salah satu jenis ikan yang
tergolong kedalam famili Engraulidae dan termasuk genus Setipinna, karena
secara morfologis ikan ini memiliki bentuk badan pipih, dan ditangkap
menggunakan rawai, pukat pantai dan juga pukat Hela yang didapatkan di
perairanKuala Tadu dengan kedalaman 8-10 meter dan jarak ± 1 mil, dengan
kapasitas kapal 3-5 GT ( kapal motor).
Menurut (Carpenter dan Niem, 1999). Ukuran umum ikan lemuru 20 cm.
habitat: hidup bergerombol di perairan pantai. makanan: Phytoplankton dan
Zooplankton, Copepods. daerah penyebaran: ditemukan di Selat Bali, Selatan
Ternate dan Teluk Jakarta dan berpusat di Jawa.
2. Thryssa Hamiltoni
Gambar 8. Ikan Lemuru (Thryssa hamiltoni)
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
36
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Engraulidae
Subfamili : Coilinae
Genus : Thryssa
Spesies : Thryssa hamiltonii
Nama umum : Hamilton's thryssa, Hamilton's anchovy
Nama Indonesia : Lemuru
Nama Lokal : Kasee Tebai Aso
Dari hasil identifikasi Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang
tergolong kedalam famili Engraulidae dan termasuk genus Thryssa, karena secara
morfologis ikan ini memiliki bentuk tubuh compressed warna ikan ini putih
keperakan, pada bagian atas operculum terdapat bercak warna hitam gelap yang
menjadi perbedaan dengan ikan sejenis lainnya.
Menurut (Carpenter dan Niem, 1999). Thryssa hamiltoni(Engraulidae),
hidup di daerah pantai muara sungai membentuk gerombolan yang tidak begitu
besar, pemakan plankton, dapat mencapai panjang 18 cm, umumnya 13-15 cm.
tergolong ikan pelagis kecil, tetapi hidupnya cenderung didasar, penangkapan
dengan purse seine, jaring insang lingkar, pukat tepi, payang tepi, jermal, ambai,
sering masuk Trawl, dipasarkan dalam bentuk asin kering, juga sebagai bahan
terasi (terasi ikan). Daerah penyebaran: sepanjang pantai perairan Indonesia
terutama di Jawa, Sumatera bagian timur, sepanjang Kalimantan, Sulsel, Arafuru,
ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan,
ke selatan sampai utara Queensland (Australia), juga ke barat sampai pantai
Afrika Timur.
37
Gambar 9. Ikan Luli (Harpodon nehereus)
Nama lain dari Ikan luli (Harpodon nehereus) Klasifikasi ikan luli adalah sebagai
berikut
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Aulopiformes
Family : Synodontidae
Genus : Harpadon
Spesies : H. Nehereus
Nama Indonesia : Luli
Nama Lokal : Lumi-lumi
Ikan Luli juga termasuk ke dalam kelompok Gnathostomata. Bentuk
tubuhnya bilateral simetris, compressed, sedangkan bentuk kepalanya tumpul.
Ikan ini tidak bersisik, ukuran mulut lebar dan berbentuk nonprotactile.
Ikan luli yang berukuran kecil mempunyai nama tersendiri yaitu ikan jerait. Ikan
jerait ini akan dijemur menjadi ikan sagang baru dijual. Ikan luli selain memakan
plankton dan ikan kecil, ikan luli juga memakan udang bahkan anak ikan luli itu
sendiri karena lambungnya yang elastis dan mulutnya yang bisa membuka lebar 2
kali lipat dari ukuran badannya sehingga bisa menelan ikan yang ukuran sedang.
37
Gambar 9. Ikan Luli (Harpodon nehereus)
Nama lain dari Ikan luli (Harpodon nehereus) Klasifikasi ikan luli adalah sebagai
berikut
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Aulopiformes
Family : Synodontidae
Genus : Harpadon
Spesies : H. Nehereus
Nama Indonesia : Luli
Nama Lokal : Lumi-lumi
Ikan Luli juga termasuk ke dalam kelompok Gnathostomata. Bentuk
tubuhnya bilateral simetris, compressed, sedangkan bentuk kepalanya tumpul.
Ikan ini tidak bersisik, ukuran mulut lebar dan berbentuk nonprotactile.
Ikan luli yang berukuran kecil mempunyai nama tersendiri yaitu ikan jerait. Ikan
jerait ini akan dijemur menjadi ikan sagang baru dijual. Ikan luli selain memakan
plankton dan ikan kecil, ikan luli juga memakan udang bahkan anak ikan luli itu
sendiri karena lambungnya yang elastis dan mulutnya yang bisa membuka lebar 2
kali lipat dari ukuran badannya sehingga bisa menelan ikan yang ukuran sedang.
37
Gambar 9. Ikan Luli (Harpodon nehereus)
Nama lain dari Ikan luli (Harpodon nehereus) Klasifikasi ikan luli adalah sebagai
berikut
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Aulopiformes
Family : Synodontidae
Genus : Harpadon
Spesies : H. Nehereus
Nama Indonesia : Luli
Nama Lokal : Lumi-lumi
Ikan Luli juga termasuk ke dalam kelompok Gnathostomata. Bentuk
tubuhnya bilateral simetris, compressed, sedangkan bentuk kepalanya tumpul.
Ikan ini tidak bersisik, ukuran mulut lebar dan berbentuk nonprotactile.
Ikan luli yang berukuran kecil mempunyai nama tersendiri yaitu ikan jerait. Ikan
jerait ini akan dijemur menjadi ikan sagang baru dijual. Ikan luli selain memakan
plankton dan ikan kecil, ikan luli juga memakan udang bahkan anak ikan luli itu
sendiri karena lambungnya yang elastis dan mulutnya yang bisa membuka lebar 2
kali lipat dari ukuran badannya sehingga bisa menelan ikan yang ukuran sedang.
38
Gambar 10. Ikan Layur (Trychiurus savala)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Perciformes
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiuridae savala
Nama Indonesia : Layur
Nama Lokal : Cuale
Ikan Layur (T.Savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk
tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut.Kulitnya tidak bersisik,
warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning.Sirip punggungnnya satu,
dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya
antara 140-150 buah.Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-
duri kecil yang lepas-lepas.Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat
karnivor, ciri - ciri morfologi ikan layur (Trichiurus sp)Ikan layur mempunyai
tubuh yang panjang dan pipih sedangkan ekornya seperti cambuk. Kulit tidak
berisik, warna tubuh perak, dengan sedikit kekuning - kuningan. Ikan layur tidak
mempunyai sirip perut sedangkan sirip dubur terdiri dari sebaris duri - duri kecil
yang mudah lepas. Rahang bawah pada ikan layur lebih panjang dari pada rahang
atas. Mulut lebar dan kedua rahangnya bergigi kuat dan tajam. Ikan ini bersifat
karnivora.
39
Habitat dan tingkah laku ikan layur adalah di perairan Laut Jawa terdiri
atas 100 jenis ikan demersal. Salah satu jenis ikan demersal tersebut adalah ikan
layur. Ikan layur pada umumnya hidup di daerah perairan dalam dan berlumpur.
Juvenil dan ikan layur dewasa mempunyai kebiasaan yang berlawanan dalam
bermigrasi vertikal untuk mencari makan. Juvenil dan ikan layur muda
membentuk suatu scooling pada kedalaman 100 meter sampai kedasar perairan
pada waktu siang hari. sedangkan pada malam hari, ikan layur lebih dekat dengan
permukaan air untuk mencari makanan berupa plankton. Ikan layur yang sudah
dewasa akan mencari makan pada siang hari didekat permukaan seperti ikan
pelagis kecil. Ikan layur yang sudah dewasa juga akan bermigrasi kedasar pada
saat malam hari (Anita, 2003 dalam Dianiet. al,2012).
Ikan layur (Trichiurus savala), termasuk ikan buas, makanannyan ikan
kecil (crustacea, dan cumi-cumi), hidup diperairan pantai dapat mencapai panjang
100 cm, umumnya 70-80 cm. tergolong ikan pelagis, tetapi hidupnya lebih
cenderung di dasar perairan. Penangkapan dengan Trawl, cantrang dan sejenisnya,
pancing, jaring insang dan lain-lain, dipasarkan dalam bentuk ikan segar, asin
kering dan harganya sangat murah. Daerah penyebarannya di perairan pantai
seluruh Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa unit penangkapan pukat
Hela yang dioperasikan di Kuala Tadu pada bagian badan pukat Hela terbagi
menjadi dua bagian yang dibedakan berdasarkan ukuran mata jaring. Selain itu
disamping pelampung yang berada di sepanjang mulut jaring bagian atas, juga
terdapat pelampung tanda yang disebut balu serta pelampung lainnya yang berada
di atas badan jaring. Pemberat terdiri atas 2 macam, yaitu pemberat yang berada
40
sepanjang mulut jaring bagian bawah dan pemberat yang disebut bandul yang
berada di ujung sayap jaring. Pemasangan pemberat pada bagian ujung sayap
jaring serta otter board ditujukan untuk membuka bagian jaring kearah vertikal
sehingga akan membuka mulut jaring lebih optimal. Pembukaan mulut jaring (net
spread) merupakan faktor penting pada saat melakukan penarikan jaring terutama
berhubungan dengan perubahan panjang tali warp pada setiap kedalaman .
Hasil tangkapan utama di dominasi oleh ikan domersal. Hal ini berkorelasi
dengan daerah pengoperasian dari pukat Hela yang dioperasikan pada kedalaman
8-10 m. Ikan maupun udang berlimpah pada kedalaman yang dangkal. Hasil
tangkapan sampingan didominasi oleh jenis ikan pelagis lain nya selain udang.
Tertangkapnya jenis moluska pada saat penelitian seperti cumi-cumi diduga
berkaitan dengan sebaran dari cumi-cumi yang menghuni demersal dan semi
pelagis serta pergerakan diurnal dari cumi-cumi pada siang hari. Selain cumi-
cumi. hasil tangkapan sampingan pukat Hela juga terdiri atas jenis krustase seperti
kepiting.
Hasil tangkapan sampingan didominasi oleh sumberdaya ikan pelagis.
Namun tidak ada satu spesies yang jumlahnya mendominasi. Hal ini dikarenakan
ikan pada perairan tempat penelitian cukup beragam jenisnya. Sedangkan ikan
pelagis kecil kemungkinan besar ikut tertangkap pada saat hauling atau jaring
sedang ditarik ke permukaan. Hasil tangkapan sampingan yang bernilai ekonomis
rendah selama penelitian didominasi oleh udang rebon, Hal tersebut sedikit
banyak mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang tertangkap untuk tiap jenis
ikan. Sedangkan ikan pelagis kecil kemungkinan besar ikut tertangkap pada saat
hauling atau jaring sedang ditarik ke permukaan. Tingginya hasil tangkapan
41
sampingan yang tertangkap dikarenakan alat tangkap pukat Hela memiliki sifat
aktif yaitu mengejar target ikan dengan cara ditarik oleh perahu. Sehingga ikan
yang bukan menjadi target penangkapan ikut tertangkap.
Morfologi ikan hasil tangkapan pukat Hela didominasi oleh bentuk
compressed(pipih). Bentuk badan ikan berkorelasi dengan ekologi dan tingkah
lakunya. Dalam menentukan konstruksi dari alat pemisah ikan yang tepat, perlu
diper-hatikan morfometrik dari hasil tangkapan sampingan, untuk mengurangi
jumlah hasil tangkapan yang bukan merupakan target penangkapan .
42
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Hasil tangkapan utama nelayan berdasarkan alat tangkap yang digunakan
nelayan di Kuala Tadu adalah 4 jenis yaitu Pristigasteridae 33%,
Engraulidae 33%, Harpodon 17 % dan Trichiudae 17 %, (ikan layur,
luli, dan lemuru).
2. Hasil tangkapan sampingan nelayan diKuala Taduadalah kepiting,
gulamah, cumi-cumi, petetek, dan teri.
3. Sebagian besar ikan hasil tangkapan nelayan, berada di bawah ukuran
standar atau belum layak untuk ditangkap seperti ikan - ikan kecil
sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan
sumber daya ikan di Nagan Raya.
4. Kisaran berat dan panjang ikan hasil tangkapan utama berkisar antara
100-200 gr, dan panjang 22-30 cm.
6.2 Saran
Perlu adanya evaluasi dari pihak terkait dalam hal ini Pemerintah Daerah
mengenai penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yang digunakan di
wilayah Kuala Tadu
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pengertian Iktiologi (ilmu Anatomi Ikan).http://seabass86.wordpress.com/2009/05/22/pengertian-iktiologiilmu-anatomi-ikan/05 Agustus 2013
Astrini ED. 2004. Selektivitas Trammel Net terhadap Udang di PerairanPelabuhan Ratu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ayodhyoa. 1975. Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Fakultas PerikananDan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
BPS.2006 Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya,Aceh.
Carpenter, K. E. And V. H. Niem. The Living Marine Resources Of The WesternCentral Pacific, Volume III-V. food And Agriculture Organization Of TheUnited Nations Rome, Italiy.
Diani Putri Utami, Iwang Gumilar dan Sriati 2012. Jurnal Perikanan dan KelautanISSN : 2088-3137. Vol. 3, No. 3, September 2012 : 137-144.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nagan Raya. 2012.
Khaerudin. 2006. Proporsi Hasil Tangkapan Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl)Yang Berbasis Di Pesisir Utara, Kota Cirebon. [Skripsi] Bogor. PSP.FKIP. IPB. 86 Hal.
Mayr, E. 1971.Principle Of Systematic Zoology. New Delhi: Tata Mc-Graw HillPublishing Company LTD.
Nasution .S. 2004. Metode riseart-Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Hal 86-141.
Saanin, H 1984. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta Bogor.
Sisca aprilia. 2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan AlatTangkapyang Digunakan Nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang,[Skripsi]. Banten: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut PertanianBogor.
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia.Jurnal Perikanan Laut. Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Balai PenelitianPerikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian Jakarta. 248 hal.
44
Sudjono, A. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan PT Oerdivindo Jakarta.
Wiwi pertiwi. 2011. Komposisi Jenis dan ukuran Ikan Yang TertangkapdenganSero dan pukat Pantai di perairan Kota Palopo, [Skripsi].Provinsisulawesi selatan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, HasanuddinMakassar.
45
Lampiran : 1 Data Hasil Tangkapan Selama Penelitian Di Kuala Tadu
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H1) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Senin,
22-
07-
2013
Layur 2 1,5 1,5 3 1 2.25 4 15.25
Lemuru 5 10 15 4.5 10 TS 3 47.5
Luli 2.25 1 1.5 6 TS 0.5 TS 11.25
Total 9.25 12.5 18 13.5 11 2.75 7 74.005
Total Keseluruhan Ikan Perhari 188.005
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H3) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Rabu,
23-
07-
2013
Layur 6.6 2.1 4.8 0.5 2.8 TS TS 16.8
Lemuru 0.5 3.5 4.7 2.3 4.5 3.2 TS 18.7
Luli 1 3.5 0.6 3.2 1 21 1.5 12.7
Total 8.1 9 10.1 6 8.3 5.2 1.5 48.2
Total Keseluruhan Ikan Perhari 96.4
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H2) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Selasa
23-
07-
2013
Layur 6.7 7 4.8 5.7 6.6 TS TS 30.8
Lemuru 1 1.8 3 TS 3 1.4 TS 10.2
Luli 2.5 3.7 3.7 3 TS TS TS 12.9
Total 10.
2
12.
5
11.5 8.7 9.6 1.4 TS 53.9
Total Keseluruhan Ikan Perhari 107.8
46
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H4) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Kami,
23-
07-
2013
Layur 4 4.5 7 4.1 3.3 TS TS 22.9
Lemuru 0.5 6 1 3 3.5 TS TS 14
Lomek 2 TS 0.5 0.5 1 TS TS 4
Total 6.5 10.5 8.5 7.6 7.8 TS TS 40.9
Total Keseluruhan Ikan Perhari 81.8
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H5) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Sabtu,
23-07-
2013
Layur 8 TS 7.2 5 6 6 TS 32.2
Lemuru 10 TS 2.25 1 3 TS TS 16.25
Luli 3 TS 4.2 1 3 4 TS 15.2
Total 21 TS 13.65 7 12 10 TS 63.65
Total Keseluruhan Ikan Perhari 127.3
Hari Jenis Hasil Tangkapan (H6) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah
Minggu,
23-07-
2013
Layur 1 1.5 6 TS 2.5 4 TS 15
Lemuru 15 4.5 10 13 5 7.5 TS 55
Luli 0.5 1 2 2.5 TS TS TS 6
Total 16.5 7 18 15.5 7.5 11.5 TS 76
Total Keseluruhan Ikan Perhari 152
Total Keseluruhan Ikan Perminggu 713.305
Keterangan : H = Hari, K1 = Kapal 1, K2 = Kapal 2, K3 = Kapal 3, K4 = Kapal 4,K5 = Kapal 5, K6 = Kapal 6, K7 = Kapal 7.TS = Tangkapan Sampingan