HUBUNGAN KINERJA PERAWAT JAGA MALAM TERHADAP …repository.utu.ac.id/461/1/BAB I_V.pdf · Perawat...
Transcript of HUBUNGAN KINERJA PERAWAT JAGA MALAM TERHADAP …repository.utu.ac.id/461/1/BAB I_V.pdf · Perawat...
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN TINGKAT
KEPUASAN KELUARGA PASIEN (PERSPEKTIF KELUARGA PASIEN) DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH NAGAN RAYA TAHUN 2014
SKRIPSI
NUR ARAFAH NIM : 08C10104118
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan yang
demikian cepat dan menghadapi era globalisasi, perawat dituntut dapat menyesuaikan
kualitas kinerjanya melalui peningkatan pelayanan keperawatan kepada masyarakat.
Sesuai falsafah nasional, keperawatan sebagai profesi memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang berlandaskan prinsip – prinsip ilmiah serta berpegang kepada
pemahaman konsep bahwa perawat bertanggung gugat terhadap pelayanan dan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat. Perawat bertanggung gugat
terhadap keberhasilan kinerja mereka dalam posisi apapun (Gaffar, 2009). Saat ini
profesi perawat di tuntut untuk lebih profesional karena masyarakat sudah semakin
kritis dalam menuntut pelayanan terhadap kesehatannya.
Mutu pelayanan rumah sakit pada hakekatnya adalah memenuhi kebutuhan
dan tuntutan masyarakat selaku pemakai jasa pelayanan kesehatan. Bila kebutuhan
masyarakat (pasien) terpenuhi maka pasien akan merasa puas dan lega (Azwar, 2002).
Setiap orang menginginkan pelayanan yang di berikan dapat mengurangi keluhannya
dan di lakukan dengan ramah, sopan, dan profesional.
Keluarga pasien adalah orang yang mendampingi pasien selama di rawat di
rumah sakit, dengan tugas untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien yang
bersifat non medis. (Asmoro, 2005).
1
2
Adapun tugas dari keluarga pasien biasanya adalah mengambil obat yang
diresepkan dokter ke apotik, menyuapi makanan pada pasien yang tidak sanggup
makan sendiri, membantu membawa ke toilet, memberitahukan petugas apabila ada
keluhan yang di rasakan pasien dan melengkapi kebutuhan administrasi pasien.
Tingkat kepuasan pasien rawat inap juga mempengaruhi keluarga yang
mendampingi. Ada kaitan yang erat antara pasien dan keluarganya dalam penilaian
terhadap kinerja perawat selama berada di rumah sakit. Interaksi antara keluarga
pasien dengan petugas biasanya ketika pendamping pasien ini memberitahukan
petugas tentang keluhan pasien. (Yulianto, 2004).
Praktek keperawatan terdiri atas keterampilan kognitif, keterampilan
interpersonal, dan keterampilan psikomotor. Perawat bertanggung jawab untuk
mengetahui kapan salah satu metode ini lebih dibutuhkan dari yang lainnya.
Perawat kontemporer menuntut perawat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berbagai bidang. Keterampilan dalam tindakan dibutuhkan untuk
meningkatkan kesehatan fisik pasien . Karena asuhan keperawatan harus ditujukan
pada manusia secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan
dan dukungan emosi sering lebih memberikan kekuatan bagi pasien.
Manusia memerlukan harga diri dan penghargaan dari orang lain. Sakit dan
perubahan peran mungkin mengancam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ini.
Perawat harus berkomunikasi dengan jelas, perhatian dan rasa saling percaya
ditunjukan dengan respon. Respon berarti menanggapi yaitu melibatkan partisipasi
aktif melalui proses mendengarkan dan beraksi secara verbal dan non verbal.
Seseorang merasa puas karena adanya tanggapan (Perry, 2005).
3
Fungsi keluarga menjadi besar dalam proses penyesuaian ini. Dalam keluarga
ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat yaitu setiap keluarga
mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya
terutama dari segi pola komunikasi, pengambilan keputusan, sikap dan nilai keluarga,
kebudayaan, dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan (Nasrul.
2004).
Pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada saat merawat pasien
disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan
seseorang. Salah satu pandangan yang berguna adalah yang berhubungan dengan
rencana klinis, masalah klinis, dan kesadaran tentang kenyataan dan kepraktisan.
Perawat memerlukan tenaga dan konsentrasi yang ekstra. Sesuai alur bioritme
kehidupan, sebagian besar manusia menggunakan waktu siang untuk bekerja dan
malam sebagai waktu istirahat, sehingga pola kerja yang tidak sama memerlukan
lebih banyak penyesuaian diri. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis
untuk istirahat. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi tergantung pada kualitas tidur,
status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang (Perry, 2005).
Rumah sakit umum daerah Nagan Raya adalah rumah sakit rujukan bagi 13
puskesmas yang ada dalam Kabupaten Nagan Raya dengan status Tipe C. Jumlah
perawat yang bekerja pada RSUD Nagan Raya sebanyak 115 orang. Pada Instalasi
rawat Inap Inap bedah di kepalai oleh seorang kepala ruangan. Bangsal tempat
rawatan terdiri atas 22 tempat tidur. Ruang ini memiliki 16 perawat aktif yang
berstatus PNS dan kontrak maupun sukarela. Bed Ocupancy Rate (BOR) adalah
4
jumlah rata-rata pasien di bandingkan jumlah tempat tidur pada ruang ini rata-rata
mencapai 60 % (240 pasien) setiap bulan.
Dari hasil pengamatan peneliti dan pengalaman orang lain yang pernah
mendampingi keluarganya yang di rawat di RSUD Nagan Raya, Rata-rata keluhan
keluarga pasien di ruang rawat inap bedah adalah ruangan yang penuh sesak, ketidak
nyamanan karena bercampur dengan pasien lain, ketenangan dalam ruangan yang
kurang serta sikap perawat yang tidak sopan dalam komunikasi dan bertindak. Akibat
dari kondisi tersebut, pasien dan keluarganya merasa tidak betah dan merasa tidak
puas dengan keadaan di ruang bedah tersebut.
Atas berbagai dasar kenyataan diatas maka penulis merasa tertarik untuk
meneliti hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien di ruang rawat
inap bedah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan kinerja perawat dengan tingkat kepuasan keluarga pasien pada ruang rawat
inap bedah RSUD Nagan Raya.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum.
Mengetahui hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat inap bedah RSUD Nagan Raya.
5
1.3.2. Tujuan khusus.
a. Mengetahui hubungan assitif terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
b. Mengetahui hubungan hygienik terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
c. Mengetahui hubungan suportif terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
d. Mengetahui hubungan observatif terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
e. Mengetahui hubungan edukatif terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Masyarakat
Mengakomodasi informasi dan masukan masyarakat tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dengan memanfaatkan semua
aspek yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di Ruang
Rawat Inap Bedah.
3. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan tentang kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan yang ada.
4. Bagi Peneliti Lain
6
Sebagai bahan informasi atau sumber data bagi penelitian berikutnya dan
bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian
yang sejenis.
1.4.2. Manfaat Praktis
Di ketahuinya faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan kepuasan keluarga
pasien pada ruang rawat inap bedah RSUD Nagan Raya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawat
2.1.1. Pengertian Perawat
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/
2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi
“Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”
Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Zaidin, 2002).
2.1.2. Kinerja perawat
Kinerja secara umum dipahami sebagai seluruh aktivitas kerja dalam periode
waktu tertentu atau sebagai suatu kesuksesan didalam melakukan suatu pekerjaan.
Kriteria kinerja harus dapat diukur melalui pengamatan perilaku pekerjaan, terdefinisi
secara jelas, dan berhubungan dengan pekerjaan.
Menurut Zaidin (2002) ada tiga variabel yang mempengaruhi kinerja yaitu
:
a. Variabel individu atau teknis.
1). Kemampuan dan ketrampilan.
7
8
Kemampuan sebagai sifat dari lahir ataupun yang dipelajari seseorang
untuk menyelasaikan pekerjaan. Ketrampilan merupakan kecakapan yang
berhubungan dengan tugas yang dimiliki.
2). Latar belakang.
Berupa situasi dan kondisi keluarga, tingkat sosial seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
3). Demografis.
Meliputi usia dan jenis kelamin. Secara umum dikatakan usia muda
dikatakan sebagai golongan usia yang produktif.
b. Variabel organisasi atau manajerial
1). Sumber daya.
Berupa sumber daya manusia atau tenaga kerja , dana dan sarana
penunjang lainnya.
2). Kepemimpinan
Merupakan upaya penggunaan jenis pengaruh untuk memotivasi orang
mencapai tujuan tertentu.
3). Imbalan.
Merupakan bagian dari pekerjaan mencakup penyelesaian, prestasi,
promosi, dan rasa hormat.
4). Desain pekerjaan.
Merupakan hasil analisis pekerjaan mencakup jumlah tugas yang
dilakukan, kebijakan kerja dan hubungan kerja.
9
c. Variabel interpersonal atau psikologis.
1). Persepsi.
Merupakan proses kognitif yang dipergunakan seseorang untuk
menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya.
2). Sikap.
Merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan
sekitarnya dengan cara tertentu. Terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif,
afektif dan perilaku seseorang.
3). Motivasi.
Merupakan keinginan di dalam seseorang yang mendorong dirinya untuk
bertindak.
Kinerja perawat merupakan proses atau rangkaian kegiatan dalam
berhubungan dengan pasien sesuai dengan tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab
yang secara aktual ditampilkan oleh perawat dalam tugasnya. Proses metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dan terus menerus serta berkesinambungan
dalam rangka pemecahan masalah kesehatan klien melalui lima langkah proses
keperawatan yaitu (Boy S, 2004)
:
a. Pengkajian
Merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.
b. Diagnosis keperawatan
10
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti
tentang masalah pasien serta pengembangannya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
c. Rencana asuhan keperawatan
Rencana keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian
agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi.
d. Implementasi keperawatan.
Merupakan perumusan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan
diagnosis pasien.
Menurut Nursalam (2003) Tindakan Keperawatan dibagi dalam :
1. Assitif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien agar
mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.
2. Hygienik, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam
memelihara kebersihannya.
3. Rehabilitatif, yaitu tindakan untuk menunjang fungsi mandiri dalam hal
mobilitas, penggunaan alat khusus, perlengkapan, fungsi faal, perencanaan
bersama, pembinaan partisipasi pasien, dan perencanaan pendanaan.
4. Suportif, yaitu untuk memberikan motivasi dan dukungan pada pasien.
5. Preventif, yaitu untuk menghindari penyakit, mencegah komplikasi, dan
mencegah penyalahgunaan alat atau obat.
6. Observasif, yaitu dengan mengamati hasil pemeriksaan dan penelitian, dan
memantau respon pasien terhadap penyakit dan pengobatan.
11
7. Edukatif, yaitu untuk mendidik, membimbing, dan melatih pasien dan
keluarga dalam hal kesehatan.
8. Delegatif, yaitu berdasarkan instruksi dokter atau profesi lain yang
dilimpahkan kepada perawat.
Perawat harus selalu mengingat prinsip dalam melakukan tindakan,
yaitu ; senyum, salam, sapa, sopan santun, sabar, serta syukur. Disamping itu
dalam melaksanakannya harus dengan disiplin, inovatif, rasional, integrated,
mampu dan mandiri, dan ugem (yakin dan percaya).
e. Evaluasi.
Memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan dari tindakan
keperawatan.
a. Peran dan fungsi perawat.
1. Peran perawat menurut para sosiolog (Russel, 2001)
:
a). Peran teraupetik; kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan
dan pengobatan penyakit.
b). Expressive/ mother substitute role; yaitu kegiatan yang bersifat
langsung dalam menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman,
diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat. Menurut
Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk menghilangkan
ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan
lain- lain).
12
2. Menurut Wong (2005):
Hubungan perawat dan klien sama dengan hubungan ibu dan anak, antara
lain
:
a). Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati, dan rasa
kasih sayang.
b). Melindungi dari ancaman bahaya.
c). Memberi rasa aman dan nyaman.
d). Memberi dorongan untuk mandiri.
3. Menurut Peny (2005), fungsi perawat ada tiga:
a). Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun
sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan,
penyembuhan atau menghadapi kematian.
b). Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan
rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c). Fungsi kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan
dan melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan, dan rehabilitasi.
13
b. Tugas perawat jaga malam.
Menurut Perry (2005), uraian tugas bagi ketua tim adalah :
1) Membuat perencanaan dan pengorganisasian kerja dalam timnya sehingga
masing-masing anggota tim telah mendapatkan tugas dan tanggung jawab
dalam mengelola pasien.
2) Memimpin konfrensi awal dan akhir yang diikuti anggota tim.
Menurut Nasrul (2004), uraian tugas perawat pelaksana adalah:
1) Sebagai pelindung, pengaruh, dan pembela pasien yang karena kelemahanya
tidak mampu melakukan perawatan kesehatan untuk diri sendiri dalam rangka
upaya mencapai kesehatan secara optimal.
2) Mengikuti serah terima jaga untuk mengetahui perkembangan atau kejadian
sebelumnya.
3) Mengikuti konfrensi awal atau akhir yang diselenggarakan oleh ketua tim.
4) Melaksanakan asuhan keperawatan paripurna kepada sejumlah pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dengan berpedoman pada rencana keperawatan
yang telah disusun oleh ketua tim.
5) Bertanggung jawab atas putusan keperawatan selama ketua tim tidak berada
di tempat.
6) Berkontribusi dalam perawatan total dengan cara :
(a). Melakukan observasi pasien terus menerus.
(b). Mengikuti ronde keperawatan.
(c). Berinteraksi dengan pasien dan keluarganya.
14
7) Berkonsultasi dengan ketua tim bila ada masalah keperawatan yang diluar
batas wewenang dan kemampuannya.
8) Menuliskan semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada lembar
dokumentasi yang tersedia.
9) Berupaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan.
10) Ikut mengawasi ketertiban dan melaksanakan 5 R di ruang rawat yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Kompetensi perawat
Kompetensi perawat berdasarkan Russel (2001) adalah :
1. Mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasikan data dalam
rangka mengidentifikasi kebutuhan keperawatan pasien termasuk sumber-
sumber yang tersedia dan potensial.
2. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan untuk individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan dan kebutuhan.
3. Menggunakan dan menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial
budaya, dan ilmu biomedik dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Menerapkan keterampilan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan manusiawi pasien. Merawat pasien
dengan gangguan berbagai fungsi tubuh. Merawat pasien dengan masalah
mental yang berhubungan dengan penyesuaian dan adaptasi psikososial.
Merawat pasien yang memerlukan pelayanan kebidanan dan penyakit
kandungan. Merawat anak dengan berbagai masalah kesehatan. Memberi
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
15
dengan menggunakan sumber yang ada secara optimal. Berperan serta dalam
merumuskan kebijakan, merencanakan program, melaksanakan pelayanan
kesehatan. Merawat pasien usia lanjut. Merawat pasien dengan keadaan atau
penyakit terminal. Melaksanakan kegiatan keperawatan sesuai kewenangan
dan tanggung jawabnya, serta etika rofesi.
4. Menentukan kriteria dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan.
Menilai tingkat pencapaian tujuan berdasarkan kriteria. Mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam rencana keperawatan.
5. Mengevaluasi data tentang masalah pasien. Mencatat data proses keperawatan
secara sistematis. Menggunakan catatan pasien dalam memantau kualitas
asuhan keperawatan.
6. Mengidentifikasi masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat
usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dengan
tepat dalam keperawatan.
7. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Membuat rancangan penyuluhan kesehatan
dengan menggunakan pendekatan yang sistematik. Melaksanakan penyuluhan
kesehatan dengan metode tepat guna. Mengevaluasi hasil penyuluhan
kesehatan berdasarkan hasil yang diharapkan.
8. Berperan serta dalam pelayanan keehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat sebagai bagian dari tim kesehatan. Menciptakan komunikasi yang
efektif, baik dalam tim keperawatan, maupun dengan anggota tmi kesehatan
16
lain. Menyesuaikan diri dengan keadaan konflik peran dan kesulitan
lingkungan, agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.
9. Menciptakan komunikasi yang efektif dengan rekan sekerja dan petugas
lainnya. Mempelopori perubahan dilingkungannya secara efektif berhubungan
dengan perannya sebagai pembaharu.
10. Mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum. Menyusun rencana fasilitas
pendidikan. Menyusun kebijaksanaan institusi pendidikan. Menyusun uraian
kerja karyawan. Menetapkan fasilitas proses belajar-mengajar. Menyusun
rencana dan jadwal rotasi. Melaksanakan dokumentasi pendidikan.
Memprakarsai program pengembangan staf. Kepemimpinan.
11.Mengkaji status individu, keluarga, dan masyarakat. Mengidentifikasi
kelompok resiko fungsi. Menghubungkan keperawatan dengan kegiatan
pelayanan kesehatan. Menyusun rencana kperawatan secara menyeluruh.
Meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan. Mengatur penggunaan
sumber - sumber. Melaksanakan asuhan keperawatan. Membina kerja sama
dengan individu, keluarga, masyarakat dan mengidentifikasi pelayanan
kantor. Bekerja sama dalam melatih dan mengelola kerja sama.
d. Evaluasi kinerja.
Evaluasi kinerja perawat dilakukan dengan menilai hal yang berkaitan d engan
pekerjaan perawat, yaitu kualitas pekerjaan yang diselesaikan, kuantitas
pekerjaan, tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan, inisiatif, ketepatan
dalam bekerja, kecepatan dalam bekerja, tingkat kemandirian, perilaku selama
bekerja, pemanfaatan waktu, hubungan dengan staf lain, keterampilan dalam
17
bekerja, pengetahuan yang dimiliki, dan keabsahan pekerjaan yang dilakukan,
serta potensi kerja yang dapat dikembangkan (Suprayitno, 2006).
Penilaian evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh berbagai unsur, yaitu atasan
langsung, perawat sendiri, perawat lain, konsultan penilaian kinerja, dan dapat
juga oleh pasien atau keluarga pasien.
2.2. Kepuasan
2.2.1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah perihal atau perasaan
puas, kesenangan, kelegaan. Kepuasan juga berarti tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya
(Soeroso, 2003).
Kepuasan manusia merupakan sesuatu yang subyektif dan dinamis. Bagi
manusia kepuasan itu bersifat sementara, jika suatu kebutuhan telah terpuaskan maka
kebutuhan lain akan muncul menuntut kepuasan (Kartika dkk, 2004).
2.2.2. Pengukuran Kepuasan
Menurut Boys (2004) Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan
pasien dapat diukur dengan
:
a. Jumlah keluhan dari pasien atau keluarganya.
b. Surat pembaca di koran.
c. Surat kaleng.
d. Surat masuk di kotak saran.
e. Survey kepada pasien, dan sebagainya.
18
2.2.3. Faktor –faktor yang berpengaruh pada kepuasan :
Kepuasan pengguna jasa pelayanan jasa menurut metode ServiQual yang
dikembangkan Boy sebarguna adalah:
a. Reliability atau kehandalan.
Kemampuan petugas untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan,
terpercaya , akurat, dan konsisten.
b. Responsiveness atau daya tanggap.
Kemauan dari petugas untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa
dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi
keluhan yang diajukan konsumen.
c. Assurance atau kepastian
Kemampuan petugas untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan yang
ditujukan kepada pelanggan akan meningkatkan rasa percaya diri dan
kenyamanan.
d. Emphaty atau empati.
Kesediaan petugas untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi
kepada pelanggan . Jika ada keluhan dari pelanggan harus dicari solusi untuk
mencapai persetujuan yang harmonis dengan menunjukan rasa peduli yang
tulus.
e. Tangibility atau perwujudan.
Penampilan dan kerapian yang ditujukan oleh petugas dalam melayani
pelanggan akan memberikan tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi. Hal
serupa juga berlaku pada kebersihan dan kenyamanan ruangan.
19
Pendapat lain mengenai beberapa aspek mengenai kepuasan pasien yaitu (Kariyoso,
2004)
:
a. Kenyamanan.
Terkait dengan kenyamanan adalah lokasi, kebersihan dan kenyamanan
ruangan, makanan, dan peralatan ruangan.
b. Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit.
Terkait dengan hubungan petugas yaitu tentang keramahan, informasi,
komunikatif, responatif, suportif, dan cekatan.
c. Kompetensi teknis petugas.
Hal-hal terkait dengan kompetensi yaitu keberanian bertindak, pengalaman,
gelar, dan terkenal.
d. Biaya.
Terkait dengan biaya yaitu mahalnya pelayanan, sebandingnya, terjangkau
tidaknya, dan ada tidaknya keringanan.
Menurut Boys (2004), Penilaian kepuasan oleh pasien dilandasi oleh
:
a. Pengalaman masa lalu.
Riwayat berhubungan dengan penggunaan jasa pelayanan yang sama maupun
membandingkan dengan jasa pelayanan di tempat lain pada masa lalu.
b. Pendidikan.
Proses pematangan pemikiran yang dipengaruhi oleh dasar keilmuan yang
dimiliki pemakai jasa.
c. Situasi psikis waktu itu.
20
Kemampuan pemakai jasa menggunakan pemikiran yang rasional dan harapan
yang diinginkan.
d. Pengaruh lingkungan waktu itu.
Faktor yang berpengaruh besar oleh sesorang dalam mengambil suatu sikap.
2.3. Hubungan Kinerja Perawat Dengan Kepuasan Klien
Kinerja merupakan alat manajemen kunci untuk mengevaluasi produktivitas
pekerja yang mengarahkan pada perbaikan kontinu terhadap kualitas mutu pelayanan
(Russell, 2001). Kepuasan klien penting diketahui karena bagian dari mutu pelayanan,
sebab upaya pelayanan haruslah dapat memberikan kepuasan, tidak semata-mata
kesembuhan belaka. Rangkaian kerja perawatan dapat diungkapkan dengan teori
sistem. Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat elemen atau bagian
dalam interaksi untuk mencapai sasaran. Perawat bekerja di dalam, diantara, dan pada
pelbagai sistem dari semua tipe. Perawatan pasien dilaksanakan untuk menjadi
subsistem utama dari divisi keperawatan. Perbaikan hasil pasien adalah sasaran
keperawatan utama, dengan individu yang sakit sebagai masukan sistem, perbaikan
atau pasien sehat sebagai keluaran, dan proses keperawatan sebagai proses dalam
sistem, atau transformasi.
Menurut Muninjaya (2004), Teori sistem terdiri dari
:
1. Struktur.
Struktur adalah semua masukan untuk system pelayanan sebuah rumah sakit
yang meliputi tenaga, peralatan, dana, dan sebagainya. Terdapat asumsi bahwa jika
struktur sistem tertata dengan baik, akan menjamin mutu asuhannya. Baik tidaknya
21
struktur rumah sakit diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), mutu
dari komponen masing-masing struktur. Masukan bagi kinerja perawat dapat
ditunjukan sebagai entri perilaku staff, tingkat pendidikan, dan pengalaman
sebelumnya.
2. Proses.
Proses adalah semua kegiatan petugas yang mengadakan interaksi secara
professional dengan pasiennya. Terdapat asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi
menjalankan standard of conduct yang telah diterima dan diakui oleh masing-masing
ikatan profesi akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya
pelaksanaan proses dapat diukur dari relevan tidaknya proses itu bagi pasien,
efektivitas proses, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien. Proses dalam kinerja
keperawatan dapat ditunjukan sebagai orientasi, kebijakan, prosedur, dan pengarahan
manajerial.
3. Outcome.
Outcome adalah hasil akhir kegiatan petugas terhadap klien. Keluaran dalam
kinerja keperawatan dapat diunjukan sebagai perilaku staf akhir dan kualitas
perawatan klien yang mengarah pada kepuasan.
Dalam Theory of Goal Attainment, terdapat tiga sistem yang saling berinteraksi,
yakni sistem personal, interpersonal, dan sosial.
Sistem personal adalah sistem yang terkandung pada diri individu yang
mencakup pendapat individu, persepsi diri, gambaran diri, pertumbuhan,
perkembangan, interaksi personal, waktu, dan tempat. Aspek individu di sini meliputi
perasaan , rasionalitas, aksi, orientasi waktu, tanggung jawab, dan lain- lain. Sistem
22
interpersonal adalah proses interaksi yang melibatkan dua individu atau lebih. Sistem
sosial merupakan suatu sistem yang memberi pengaruh dinamis terhadap perubahan
sosial, masyarakat dan lingkungan.
Hubungan antar konsep sistem tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika persepsi kuat akan terjadi interaksi yang positif dan harmonis.
2. Jika transaksi antar perawat-klien terjadi dengan harmonis maka tujuan akan
tercapai.
3. Jika tujuan tercapai maka efisiensi dan efektifitas keperawatan tercapai dan
kepuasan kedua belah pihak akan terpenuhi.
4. Jika interaksi dan transaksi baik maka pertumbuhan perkembangan menjadi
baik.
5. Bila peran dapat dipahami oleh perawat dan klien maka transaksi akan terjadi.
6. Jika konflik peran dialami dalam interaksi akan terjadi stress.
7. Jika perawat memiliki pengetahuan dan keterampilan komunikasi yang tepat
maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.
Menurut Sutopo (2003), Kaitan pelayanan dengan kepuasan klien dapat dijelaskan
dengan:
1. Kalau kinerjanya dibawah harapan, klien akan merasa kecewa.
2. Kalau kinerjanya sesuai dengan harapan maka klien akan merasa puas.
3. Kalau kinerjanya melebihi harapan maka klien akan sangat puas.
23
2.4. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Nursalam (2003), Handoko (2003)
TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Assitif
b. Hygienik c. Suportif
d. Observatif e. Edukatif
INPUT
1. Manusia 2. Dana
3. Sarana
PROSES
Tindakan Medis
Dan Non Medis
LINGKUNGAN
1. Kebijakan 2. Organisasi
3. Manajemen
HASIL PELAYANAN
Kepuasan Keluarga
Pasien
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan
4. Sosial ekonomi
5. Lama Rawai Inap
MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN
Puas Tidak Puas
24
2.5. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.6. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ha: Ada hubungan antara assitif, hygienik, suportif, observatif dan edukatif
terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien.
Variabel Independen
Assitif
Hygienik
Suportif
Observatif
Kepuasan Keluarga Pasien
Variabel Dependen
Edukatif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Kuantitatifyang bersifat Analitik
dengan rancangan cross sectional,yaitu untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan dependen secara bersamaan (Notoatmodjo, 2003).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Nagan Rayapada
tanggal 21 maret s/d 04Apriltahun 2014.
3.3. Populasi dan sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah keluarga pasien yang berobat pada RSUD Nagan Raya.Rata-rata jumlah
pasien yang berobat dalam 1 bulan adalah 120 pasien. Dengan asumsi jumlah
keluarga pasien yang mendampingi pasien adalah 2 orang, maka populasi adalah rata-
rata pasien pada ruang rawat inap bedah di kali 2 yaitu 240 orang.
25
26
3.1.2. Sampel
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus
Slovin sebagai berikut:
RUMUS SLOVIN n = ___N__
1 + N (d ) ²
Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah sebagai
berikut:
240
_____________
1+ 240. (0,1) ²
240
_____________
1+ 240 (0,01)
Jumlah sampel 70.
Tgl/Bln/Thn Sampel Tgl/Bln/Thn Sampel
21/03/2014 5 28/03/2014 5
22/03/2014 5 29/03/2014 4
23/03/2014 6 30/03/2014 4
24/03/2014 6 31/03/2014 6
25/03/2014 5 01/04/2014 6
26/03/2014 5 02/04/2014 4
27/03/2014 4 03/04/2014 6
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d² = Presisi ( diambil 10% = 0,1 )
n = = 70,5 n =
27
3.4. Metode Pengumpulan Data
a. Data primerdi peroleh langsung dari keluarga pasien yang mendampingi
pasien di RSUD Nagan Raya melalui kuesioner.
b. Data sekunder diperoleh melalui laporan harian dan bulanan pada bagian
rekam medik RSUD Nagan Raya.
3.5. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Independen
NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 Assitif Tindakan yang
dilakukan
untuk
membantu
pasien dalam
melaksanakan
kegiatan
sehari-hari
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
Ordinal
2 Hygienic Tindakan
membantu
pasien dalam
memelihara
kebersihannya
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
Ordinal
3 Suportif Memberikan
motivasi dan
dorongan pada
pasien.
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
Ordinal
28
4 Observa
tif
Mengamati
hasil
pemeriksaan
dan penelitian.
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
Ordinal
5 Edukatif Mendidik,
membimbing serta melatih pasien dan
keluarga dalam hal kesehatan.
Wawancara Kuesioner 1. Baik
2. Kurang
Ordinal
Variabel Dependen
6 Kepuasan
Keluarga
Pasien
Tingkat perasaan
keluarga pasien selama
berada di ruang rawat ataupun
setelah mendapatkan
perawatan pada anggota keluarganya.
Wawancara Kuesioner 1. Puas 2. Tidak
Puas
Ordinal
3.6.Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar
kuesioner. Penilaian dengan menggunakan Rata-rata. Dari pengolahan data dengan
kuesioner diperoleh data sebagai berikut:
29
1. Assitif
1. Baik = Apabila perawat membantu pasien dalam melakukan
kegiatannya sehari-hari.
2. Kurang = Apabila perawat tidak membantu pasien dalam melakukan
kegiatannya sehari-hari.
(sumber : Guttman, 2005)
2. Hygienik
1. Baik =Apabila perawat membantu pasien dalam memelihara
kebersihannya.
2. Kurang =Apabila perawat tidak membantu pasien dalam memelihara
kebersihannya
(sumber : Guttman, 2005)
3. Suportif
1. Baik = Apabila perawat memberikan motivasi dan dorongan pada
pasien.
2. Kurang= Apabila perawat memberikan motivasi dan dorongan pada
pasien
(sumber : Guttman, 2005)
30
4. Observatif
1. Baik= Apabila perawat mengamati hasil pemeriksaan dan penelitian
serta memantau respon pasien terhadap penyakit dan pengobatan.
2. Kurang= Apabila perawat tidak mengamati hasil pemeriksaan dan
penelitian serta tidak memantau respon pasien terhadap penyakit dan
pengobatan.
(sumber : Guttman, 2005)
5. Edukatif
1. Baik = Apabila perawat mendidik, membimbing serta melatih
pasien dan keluarga dalam hal kesehatan.
2. Kurang = Apabila perawat tidak mendidik, membimbing serta melatih
pasien dan keluarga dalam hal kesehatan.
(sumber : Guttman, 2005)
6. Kepuasan Keluarga Pasien
Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :
1. Puas = Apabila di kuesioner responden menjawab puas
2. Tidak puas= Apabila di kuesioner responden menjawab tidak puas
(Sumber: Skala Guttman, 2005)
31
3.7. Pengolahan data dan Analisa data
3.7.1. Pengolahan data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan cara manual dengan langkah –
langkah sebagai berikut:
1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan
informasi yang benar pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan
kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang di peroleh agar
memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan
kode dalam bentuk angka. Angka 1 (satu) seandainya jawaban “benar”, dan
angka 0 (nol) seandainya “salah”.
3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding(master
tabel).
3.7.2. Analisa data
Analisa data ditunjukan untuk mengetahui hubungan variabel independen
dengan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square test.
Hasil uji stastistik dikatakan bermakna jika nilai t hitung < t tabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
32
3.8. Penyajian Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan
variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chi square. Pengolahan
data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
Adapun hipotesisnya adalah:
1. HO diterima = jika x² hitung <x² table, artinya tidak ada hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen.
2. HO ditolak = jika x² hitung >x² tabel, artinya ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
3. Confidence level (CL) = 95% dengan ά = 0,05
4. Derajat kebebasan (DK) = (b-1) (k-1)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya merupakan rumah sakit pemerintah
dengan tipe C. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nagan Raya merupakan
Lembaga Teknis Daerah yang memberikan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat
dan sebagai Pusat Rujukan; dan Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya dipimpin
seorang Direktur bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda, yang dibentuk
berdasarkan Qanun Nomor 1 Tahun 2009 tentang pembentukan Rumah sakit umum
daerah Kabupaten Nagan Raya.
Sampai dengan Bulan Juni tahun 2014 jumlah staf sebanyak 465 orang yang terdiri
dari PNS, staf kontrak dan honorer. Jumlah tempat tidur sebanyak 134 buah.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Nagan
Raya pada saat ini adalah:
a. Pelayanan Unit Gawat Darurat / UGD 24 Jam
b. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik
1) Poliklinik Dokter Umum
2) Poliklinik Dokter Spesialis:
Spesialis Anak, Spesialis Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis
Bedah dan Spesialis THT.
3) Pelayanan Rawat Inap
33
34
Dengan 134 tempat tidur terdiri dari: Ruang VIP, Ruang Perawatan Kelas I,
Kelas II, Kelas III, Ruang Isolasi Perawatan Bayi (perinatologi), Ruang
bersalin/Kebidanan dan Ruang ICU.
4) Kamar Bedah / Operasi
5) Ruang ICU (Intensive Care Unit)
6) Farmasi
7) Laboratorium
8) Elektromedik
Seperti Rontgen, USG, dan EKG.
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 21 Maret s/d 04 April
tahun 2014 di RSUD Nagan Raya terhadap 70 orang Responden didapatkan hasil
sebagai berikut.
4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan
variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari assitif, hygienik,
suportif, observatif dan edukatif dan kepuasan keluarga pasien di ruang bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Nagan Raya.
35
4.2.1.1 Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Assitif di Rumah Sakit Umum
Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Assitif Frekuensi %
1 Baik 27 38,6
2 Kurang 43 61,4
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mengatakan perawat dengan assitifnya kurang sebanyak 43 orang (61,4%),
selebihnya berkategori baik sebanyak 27 orang (38,6%).
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Hygienik di Rumah Sakit
Umum Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Hygienik Frekuensi %
1 Baik 37 52,9
2 Kurang 33 47,1
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
menyatakan Hygienik perawat baik, yaitu sebanyak 37 orang (52,9%), selebihnya
berkategori kurang sebanyak 33 orang (47,1%).
36
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan Suportif di Rumah Sakit
Umum Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Suportif Frekuensi %
1 Baik 33 47,1
2 Kurang 37 52,9
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
menyatakan Suportif oleh perawat masih kurang, yaitu sebanyak 37 orang (52,9%),
selebihnya berkategori baik sebanyak 33 orang (47,1%).
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan Observatif di Rumah Sakit
Umum Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Observatif Frekuensi %
1 Baik 34 48,6
2 Kurang 36 51,4
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
menyatakan Observatif dari perawat masih kurang, yaitu sebanyak 36 orang (51,4%),
selebihnya berkategori baik sebanyak 34 orang (48,6%).
37
Tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan Edukatif di Rumah Sakit
Umum Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Edukatif Frekuensi %
1 Baik 46 65,7
2 Kurang 24 34,3
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
menyatakan Edukatif dari perawat baik, yaitu sebanyak 46 orang (65,7%), selebihnya
berkategori kurang sebanyak 24 orang (34,3%).
Tabel 4.6. Distribusi responden berdasarkan Kepuasan keluarga pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya Tahun 2014.
No Kepuasan keluarga pasien Frekuensi %
1 Puas 40 57,1
2 Tidak puas 30 42,9
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
menyatakan puas, yaitu sebanyak 40 orang (57,1%), selebihnya menyatakan tidak
puas sebanyak 30 orang (42,9%).
38
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square χ² terhadap significansi 0,05
yaitu melihat variabel assitif, hygienik, suportif, observatif dan edukatif terhadap
kepuasan keluarga pasien di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya.
1. Assitif
Tabel 4.7 Hubungan antara Assitif perawat dengan kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya tahun 2014
Assitif
Kepuasan Keluarga Pasien Total
Ya Tidak
n % n % F % P OR
Baik 10 33,3 17 42,5 27 38,6
0,595
1,478 Kurang 20 66,7 23 57,5 43 61,4
Jumlah 30 100 40 100 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang di wawancarai, 23
orang (57,5%) menyatakan assitif perawat kurang dan tidak puas dan 20 orang
(66,7%) puas.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,595 > α. Oleh karena itu Ho gagal di tolak
sehingga tidak ada hubungan antara assitif dengan kepuasan keluarga pasien. Dengan
nilai OR 1,478 dapat di artikan bahwa perawat yang assitifnya baik mempunyai
kemungkinan 1 kali lebih besar untuk memberikan kepuasan bagi pasien dan
keluarganya di bandingkan perawat yang assitifnya kurang.
39
2. Hygienik
Tabel 4.8 Hubungan antara Hygienik perawat dengan kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya tahun 2014
Hygienik
Kepuasan Keluarga Pasien Total
Ya Tidak
n % n % F % P OR
Baik 17 56,7 20 50 37 52,9
0,756
0,765 Kurang 13 43,3 20 50 33 47,1
Jumlah 30 100 40 100 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang di wawancarai, 20
orang (50%) menyatakan hygienik perawat kurang dan tidak puas serta 20 orang
menyatakan hygienik perawatnya baik serta puas (50%).
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,580 > α. Oleh karena itu Ho gagal di tolak
sehingga tidak ada hubungan antara hygienik dengan kepuasan keluarga pasien.
3. Suportif
Tabel 4.9 Hubungan antara Suportif perawat dengan kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya tahun 2014
Suportif
Kepuasan Keluarga Pasien Total
Ya Tidak
n % n % F % P OR
Baik 11 36,7 22 55 33 47,1
0,201
2,111 Kurang 19 63,3 18 45 37 52,9
Jumlah 30 100 40 100 70 100
40
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang di wawancarai, 22
orang (55%) menyatakan suportif perawat baik dan puas serta 19 orang (63,3%)
menyatakan suportif perawatnya kurang tapi puas dengan pelayanan yang diberikan.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,201 > α. Oleh karena itu Ho gagal di tolak
sehingga tidak ada hubungan antara suportif dengan kepuasan keluarga pasien.
Dengan nilai OR 2,111 dapat di artikan bahwa perawat yang suportifnya baik
mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk membuat pasien dan keluarganya
puas di bandingkan perawat yang suportifnya kurang.
4. Observatif
Tabel 4.10 Hubungan antara Observatif perawat dengan kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya tahun 2014
Observatif
Kepuasan Keluarga Pasien Total
Ya Tidak
n % n % F % P OR
Baik 18 60 16 40 34 48,6
0,157
0,444 Kurang 12 40 24 60 36 51,4
Jumlah 30 100 40 100 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang di wawancarai, 24
orang (60%) menyatakan observatif perawat kurang dan tidak puas serta 18 orang
(60%) observatifnya baik dan puas dengan pelayanan perawat.
41
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,157 > α. Oleh karena itu Ho gagal di tolak
sehingga tidak ada hubungan antara observatif dengan kepuasan keluarga pasien.
5. Edukatif
Tabel 4.11 Hubungan antara Edukatif perawat dengan kepuasan keluarga
pasien di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya tahun 2014
Edukatif
Kepuasan Keluarga Pasien Total
Ya Tidak
n % n % F % P OR
Baik 15 50 31 77,5 46 65,7
0,032
3,444 Kurang 15 50 9 22,5 24 34,3
Jumlah 30 100 40 100 70 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang di wawancarai, 31
orang (77,5%) menyatakan edukatif perawat baik tapi tidak puas dan 15 orang
(77,5%) menyatakan edukatif perawatnya kurang dan tidak puas dengan pelayanan
yang di berikan.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,032 < α. Oleh karena itu Ho di tolak sehingga
ada hubungan antara edukatif dengan kepuasan keluarga pasien. Dengan nilai OR
3,444 dapat di artikan bahwa perawat yang edukasinya baik mempunyai
kemungkinan 3 kali lebih besar untuk membuat pasien dan keluarganya puas
dibandingkan perawat yang edukasinya kurang.
42
4.3 Pembahasan
4.3.1 Assitif
Ketulusan perawat dalam menolong pasien untuk melakukan kegiatan sehari-
hari seperti makan, minum dan minum obat sangatlah di butuhkan oleh pasien. Hal
ini di karenakan ketidak berdayaan pasien untuk melakukan kegiatan tersebut sendiri.
Dari responden yang peneliti wawancarai di dapatkan jawaban bahwa untuk
kegiatan makan, minum, minum obat dan membantu pasien untuk bangun dari tempat
tidur di bebankan kepada keluarga pasien yang mendampingi. Perawat hanya
memberikan arahan tentang tatacara minum obat.
Dari pengolahan data dengan komputer di dapatkan hasil tidak ada hubungan
yang bermakna antara assitif dengan kepuasan keluarga pasien. Hal ini dikarenakan
semua pasien di dampingi keluarga selama di rawat. Untuk melaksanakan kegiatan
pribadi seperti makan minum, minum obat pasien merasa nyaman bila diberikan oleh
anggota keluarganya. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan Asmanidar pada ruang rawat anak Badan Layanan Umum Daerah Meuraxa
tahun 2010.
4.3.2. Hygienik
Pasien yang dalam perawatan di ruang rawat inap seringkali mengabaikan
kebersihan pribadinya karena keluhan penyakit yang di alaminya lebih berat
dibandingkan dengan ketidaknyamanan karena tidak mandi atau pakaian yang tidak
di ganti. Bagi pasien yang harus dirawat dalam waktu lama, kebersihan pribadi
mutlak di perlukan agar tidak terjadi infeksi dari luka yang dider ita. Perawat yang
bertugas untuk meringankan penderitaan pasien seringkali melupakan kewajibannya
43
untuk memandikan pasien. Dari beberapa responden yang peneliti wawancarai di
dapatkan jawaban bahwa tugas memandikan pasien dilakukan oleh keluarga pasien
sendiri.
Dari pengolahan data dengan komputer di dapatkan hasil tidak ada hubungan
yang bermakna antara hygienik dengan kepuasan keluarga pasien. Hal ini disebabkan
karena ketakutan pasien apabila terlalu banyak bergerak dan terkena air menimbulkan
rasa sakit serta infeksi pada luka. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
yang di lakukan Aidil di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Zainal Abidin
tahun 2010.
4.3.3. Suportif
Pada pasien yang mengalami cedera yang parah seringkali muncul perasaan
putus asa seolah-olah tidak bisa sembuh dari penyakit yang di deritanya. Tekanan
psikologis ini justru membuat pasien menjadi tidak tenang dan menganggap
pengobatan yang saat ini dilakukan tidak berguna.
Peran perawat sebagai tenaga yang mengerti tentang kesehatan pasien yang
dirawatnya sangat perlu untuk membesarkan hati pasien dengan kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat pasien bahwa penyakit yang dideritanya bisa di
sembuhkan.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa orang responden, perawat
terkesan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendampingi pasien dan
memberikan jawaban dari pertanyaan pasien maupun keluarganya.
Dari pengolahan data dengan komputer di dapatkan hasil tidak ada hubungan
yang bermakna antara suportif dengan kepuasan keluarga pasien. Hal ini di sebabkan
44
karena pasien lebih banyak mendapatkan suppor dari keluarga yang mendampingi
atau yang menjenguk di bandingkan dengan perawat. Keluarga atau saudara-
saudaranya yang menjenguk senantiasa membesarkan hatinya agar tidak berp utus asa
dan tabah dalam menghadapi cobaan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian yang di lakukan Aidil di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Dr.
Zainal Abidin tahun 2010.
4.3.4. Observatif
Observatif adalah mengamati hasil pemeriksaan dan penelitian, dan memantau
respon pasien terhadap penyakit dan pengobatan. Observasi sebaiknya dilakukan
setiap saat, bukan pada saat mengganti infus, injeksi dan tindakan lain. Observasi
juga harus dilakukan dari dekat dan di ikuti wawancara dengan pasien sehingga dapat
di ketahui apa yang di keluhkan pasien. Berdasarkan wawancara peneliti dengan
responden di ketahui bahwa perawat jarang melakukan komunikasi dengan pasien.
Dari pengolahan data dengan komputer di dapatkan hasil tidak ada hubungan
yang bermakna antara observatif dengan kepuasan keluarga pasien. Hal ini
disebabkan ketidak tahuan pasien maupun keluarganya dengan apa yang dilakukan
perawat. Keluarga pasien tidak melakukan protes bila jarang di kunjungi karena
menganggap itu sudah prosedur dalam perawat melakukan tugasnya. Hasil penelitian
ini sama dengan hasil penelitian yang di lakukan Asmanidar pada ruang rawat anak
Badan Layanan Umum Daerah Meuraxa tahun 2010.
4.3.5 Edukatif
Edukatif yaitu mendidik, membimbing, dan melatih pasien dan keluarga
dalam hal kesehatan. Kebanyakan pasien tidak tahu tindakan apa yang mesti
45
dilakukan untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya. Bimbingan dan arahan dari
perawat sangat dibutuhkan.
Dari pengolahan data dengan komputer di dapatkan hasil ada hubungan yang
bermakna antara edukatif dengan kepuasan keluarga pasien. Hal ini dikarenakan
tugas untuk melatih, membimbing dan mendidik pasien yang dilakukan perawat lebih
terarah di bandingkan dilakukan oleh anggota keluarga karena perawat mengerti
dengan tindakan yang dilakukan tersebut. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian yang di lakukan Asmanidar pada ruang rawat anak Badan Layanan Umum
Daerah Meuraxa tahun 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan antara assitif dengan kepuasan keluarga pasien
(p value = 0,595 > α).
2. Tidak ada hubungan antara hygienik dengan kepuasan keluarga pasien
(p value = 0,756 > α).
3. Tidak ada hubungan antara suportif dengan kepuasan keluarga pasien
(p value = 0,201 > α).
4. Tidak ada hubungan antara observatif dengan kepuasan keluarga pasien
(p value = 0,157 > α).
5. Ada hubungan antara edukatif dengan kepuasan keluarga pasien
(p value = 0,032 < α).
5.2. Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil peneliti memberi saran sebagai berikut :
1. Disaran kepada Direktur RSUD Nagan Raya untuk berupaya meningkatkan
pelayanan yang diberikan dengan cara memberikan dukungan atau motivasi
kepada petugas untuk bekerja dengan baik dalam rangka memenuhi harapan
pasien.
46
47
2. Disarankan kepada perawat RSUD Nagan Raya untuk meningkatkan kinerja
sesuai dengan standar yang berlaku di RSUD Nagan Raya tersebut dan
meningkatkan tanggung jawab dan disiplin kerja dalam menjalakan tugasnya
sebagai pelayanan masyarakat.
48
DAFTAR PUSTAKA
Asmanidar, 2010. Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Di Tinjau Dari Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap Anak Pada Rumah Sakit Umum Meuraxa Tahun 2010. (Skripsi Universitas Muhammaddiyah Banda Aceh).
Azwar, Azrul (2002). Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. PKM. Jakarta.
Ali, Zaidin (2002). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika. Jakarta.
Arwani, Heru Suprayitno (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan. EGC. Jakarta.
Asmoro S. Sastro, Ismail S (2005). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. CV. Sagung Seto. Jakarta.
Effendy, Nasrul (2004). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Farozin, Muh, H. Fithiyah, Kartika . 2004. Pemahaman Tingkah Laku.P.T Rinneka
Cipta. Jakarta.
Gaffar, La Ode J (2009). Pengantar Keperawatan Profesional. EGC. Jakarta.
Gibson L. (2004) Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Alih Bahasa Djarkasih.
Erlangga. Jakarta.
Handoko (2003). Manajemen Personalia dan SDM. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.
Kariyoso (2004). Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan;
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba
medika. Jakarta.
Munijaya,AA. Gde (2004). Manajemen Kesehatan. EGC.Jakarta. Potter, Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan
Praktek. Volume I. Alih bahasa Yasmin Asih et.al. Edisi 4. EGC. Jakarta.
49
Sabarguna, Boy S (2004). Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Konsorsium
RSI jateng-DIY. Yogyakarta.
Santoso, Soeroso (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit; Suatu Pendekatan System. EGC. Jakarta.
Sri Wahyuni, Endah. 2003. Penurunan Kewaspadaan Perawat Dengan Kerja Bergiliran (Shift) Pada RS ‘X’ Di Jakarta Dengan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan.Thesis Pasca sarjana FK UNDIP. Diakses dari http//www.geoogle.com/JKpkbppk-gdl-ris-2003-endah.1733-shift-Badan Litbang Kesehatan-GDL 4.0-. diakses tanggal 20 Oktober 20013.
Sawal, Aidil (2010). Gambaran Kepuasan Keluarga Pasien Terhadap Kinerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Zainal Abidin tahun 2010. (Skripsi Universitas Muhammaddiyah Banda Aceh).
Swanburg, Russell C (2001). Pengembangan Staff Keperawatan Suatu Komponen Pengembangan SDM. Alih Bahasa Agung Waluyo SKp. EGC. Jakarta.
Sutopo (2003). Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara RI. Jakarta.
Whaley dan Wong (2005). Nursing Care of Infants and Sick Children. Mosby Year Book. California.
Yulianto, Didik. 2004. Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Pelaksanaan
Komunikasi Teraupetik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang
Perawatan Bedah RSU Kota Semarang.Skripsi PSIK UNDIP.