HUBUNGAN TINGKATPENGETAHUANDENGAN...
Transcript of HUBUNGAN TINGKATPENGETAHUANDENGAN...
HUBUNGAN TINGKATPENGETAHUANDENGAN KEPATUHAN
SAFETY RIDINGPADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun oleh :
Novita Chrussiawanti
S11028
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal Skripsi yang
berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN
SAFETY RIDING PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
Oleh :
Novita Chrussiawanti
NIM. S11028
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Happy Indri Hapsari S.Kep,.Ns.M.Kep
NIK.201284113
Rufaida Nur Fitriana S.Kep,.Ns
NIK.201187098
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN
SAFETY RIDING PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
Skripsi
Diajukan Oleh :
NOVITA CHRUSSIAWANTI
S11028
Telah dipertahankan didepan dewan penguji ujian akhir program S1
Keperawatan pada tanggal.......................
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Novita Chrussiawanti
Nim : S.11028
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada
Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.
Surakarta,09 Juli2015
Yang membuat pernyataan
Novita Chrussiawanti
NIM.S11028
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasrahmat
dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi denganjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Safety Riding Pada Remaja
Di SMA Negeri 2 Sukoharjo”. Dalam penyusunanskripsi ini, peneliti banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagaipihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih danpenghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep,selaku Ketua Program studi S-
1 Keperawatan
3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing I yang
telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan proposal skripsi.
4. Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns, selaku Pembimbing II yang juga telah
memberikan masukan dan arahan selama penyusunan proposal skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
6. Kepala sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo yang memberikan ijin dan arahan
untuk peneliti dalam melakukan penelitian.
7. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Machrus, Ibu Nur Iswanti, seluruh keluarga
besar, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan kasih sayangnya
sepanjang waktu.
8. Fahmi Syaf Rizal yang selalu senantiasa memberikan semangat sehingga
proposal skripsi ini bisa selesai.
9. Didik pamungkas, Vivi Kris Rohmawati, Merlyn Gischa Sofyana dan teman-
teman angkatan 2011 / S11 tersayang, yang saling mendukung dan membantu
dalam proses pembuatan proposal skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi
perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan
pelayanan keperawatan.
Surakarta, 09 Juli 2015
Novita Chrussiawanti
NIM.S11028
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
NovitaChrussiawanti
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Ridingpada
Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global dan banyak terjadi setiap
harinya, sehingga perlu mengetahui kepatuhan pengendara kendaraan bermotor
tentang safety riding terkait tentang pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety
ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatifdengan desain
penelitian ini adalah case control. Sampel penelitian ini berjumlah 142 responden.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding termasuk
dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 90 responden (63,4%). Kepatuhan tentang
safety riding termasuk dalam kategori patuh, yaitu sebanyak 86 responden
(60,6%). Analisis data menggunakan Uji Spearman Rank Correlation dengan
nilai korelasi Spearman Rank yaitu sebesar 0,802 dengan nilai signifikansi (p
value) 0,000 < 0,05, mempunyai arah korelasi positif yang berarti bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula kepatuhan safety riding pada
remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo.Dari hasil penelitian didapatkan hasil, ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja di
SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo. Saran dari penelitian ini diharapkan remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo hendaknya untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhantentang safety riding dengan cara mencari informasi lebih mendalam
tentang safety riding di media elektronik, seperti televisi, radio dan internet.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Safety Riding, Kepatuhan, Remaja
Daftar Pustaka : 27 (2004 – 2013)
MOTTO
Jangan takut untuk mencoba karena ketakutan itulah hambatan sesungguhnya dari
sebuah kesuksesan kita
Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggaman mu, dia tak menghukum mu
Dia hanya membuka tangan mu tuk menerima yang lebih baik
Ketika kita berbicara, kita hanya mengulang apa yang kita tahu. Tetapi pada saat
kita mendengarkan kita mungkin belajar sesuatu yang baru
Hidup tak selalu seperti yang kamu mau, hal baik dan buruk selalu terjadi namun
semua itu telah diatur Tuhan dengan akhir yang indah
PERSEMBAHAN :
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan :
1. Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
terwujud Skripsi ini
2. Bapak Machrus tanpamu aku bukanlah
apa-apa dan ibu Nur Iswanti terima kasih
atas doa restunya dan cinta kasih
sayangnya selama ini
3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi
support disetiap langkahku
4. Fahmi Syaf Rizal selalu membantuku
dan menemani hari-hariku
5. Sahabat-sahabatku (merlin, vivi, tyas
stevany, indah, ayu, utari, amik, selvi,
eko, vanya, utamityas, mbk eci, edo,
danang plonco) yang selalu menemani
dan memberi support
6. Teman-teman Angkatan 2011 yang telah
berpatisipasi dalam pembuatan Skripsi
ini Semangaat
7. Almamaterku
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 24
2.2 Definisi Operasional 30
4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
4.2 Karakteristik responden berdasarkan umur
4.3 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety Riding
4.4 Distribusi Kepatuhan Safety Riding
4.5 Hasil Uji Spearman Rank Correlation
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Keterangan Halaman
2.1 Helm Standar Nasional 8
2.2 Surat Surat Yang Harus Dibawa 8
2.3 Servis Sepeda Motor 8
2.4 Jas Hujan Model Ponco 9
2.5 Kelengkapan Motor Sesuai Standar Nasional 9
2.6 Contoh Larangan Membawa Sepeda Motor 9
2.7 Ilustrasi Saat Di Jalan Raya 10
2.8 Kerangka Teori 21
2.9 Kerangka Konsep 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 8 Hasil Tabulasi Data Uji Validitas
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 11 Hasil Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 12 Hasil Penelitian
Lampiran 13 Penghitungan Manual Nilai Mean dan Standard Deviation
Lampiran 14 Lembar Konsultasi
Lampiran 15 Salah satu lembar kuesioner siswa
Lampiran 16 salah satu lembar Persetujuan Responden (Inform Consent) siswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global seiring dengan
terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular (Russeng, 2011). Masalah keselamatan di jalan sangat erat kaitannya
dengan lalu lintas karena berbagai kecelakaan yang dapat menimbulkan
kerugian dan kematian. Faktor manusia yang paling dominan penyebab
terjadinya kecelakaan diantara faktor kendaraan, dan faktor lingkungan.
Keselamatan lalu lintas menjadi salah satu prioritas yang harus diutamakan
dan diperhatikan (Ryan&Hartini, 2013). Perilaku pengendaraSafety Riding
yang lebih memperhatikan baik itu untuk keamanan, kenyamanan dan
kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas untuk mencegah resiko terjadinya
kecelakaan lalu lintas, sebagaimana dilakukan untuk mengutamakan
keselamatan bagi pengemudi maupun penumpang (Riqky, 2009).
Kecelakaan transportasi jalan di dunia telah mencapai 1.5 juta korban
meninggal dan 35 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas
pertahun. Sebanyak 85% korban meninggal akibat kecelakaan terjadi di
negara berkembang, pada tahun 2020 penyebab terbesar ketiga kematian
adalah kecelakaan jalan raya, tepat dibawah penyakit jantung dan depresi.
Selain itu, 1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya di jalan
raya akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 8-13 tahun.
Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik
akibat kecelakaan (WHO, 2004). Angka kecelakaan di Indonesia
menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Kecelakaan lalu lintas kini
telah menjadi pembunuh urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung
dan stroke (Russeng, 2011).
Ditjen Perhubungan Darat mengatakan bahwa kejadian kecelakaan
lalu lintas di Indonesia masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2009 jumlah kecelakaan mencapai 62.960 kasus dan terus meningkat
menjadi 109.319 kasus pada tahun 2010 dan 109.776 pada tahu 2011 dengan
angka pertumbuhan rata-rata 11,64%. Total korban pada tahun 2011
mencapai 176.763 orang, dengan rincian 31.185 meninggal dunia, 36.767
luka berat dan 108.811 menderita luka ringan (Ditjen Hubdat, 2008-2012).
Data dari Satlantas Polwil Kota Sukoharjotahun 2013, sepanjang 2011
terdapat 11.839 kejadian kecelakaan lalu lintas atau naik dibandingkan tahun
2010, sebanyak 4.482 orang meninggal, 2.587 orang luka berat, dan 15.675
orang luka ringan. Korbannya yakni mahasiswa / pelajar 4.252 orang, profesi
lain-lain sebanyak 1.625 orang dan sisanya karyawan / wiraswasta.
Kendaraan yang paling banyak terlibat kecelakaan adalah sepeda motor
23.216, mobil barang 3.491 unit, serta mobil penumpang 2.495 unit.3 Data
satlantas polresta Kota Sukoharjo menyebutkan jumlah kecelakaan lalu lintas
dari bulan Januari – Maret 2013 mencapai 226 kejadian dengan korban
meninggal dunia sebanyak 56 orang dan kerugian material sebanyak Rp
223.450.000,- (Ryan&Hartini, 2013).
Remaja salah satu segmen terbesar penyumbang kecelakaan lalu
lintas. Usia 17 tahun adalah usia remaja yang baru mendapat SIM, dimana
mereka baru mengetahui sedikit tentang peraturan lalu lintas (Rifqy,
2009).Sehingga, remaja berpikir bahwa mereka cukup dewasa untuk
mengendarai motor di jalan, tetapi dengan pengetahuan tentang mengemudi
yang dangkal sering menyebabkan kecelakaan motor fatal. Pengetahuan
mereka tentang kendaraan dan keselamatan berkendara masih kurang karena
masih merupakan hal baru bagi mereka. Kurang pengetahuan dan
pengalaman tersebut membuat pengemudi remaja kurang tanggap terhadap
situasi yang membahayakan sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan di
jalan raya (Siregar, 2010).
Pengetahuan remaja tentang penggunaan helm merupakan suatu hal
yang penting untuk keselamatan pengendara saat bermotor. Helm standar
adalah pelindung kepala yang berfungsi melindungi pemakainya apabila
terjadi benturan, dengan meliputi bagian-bagian yaitu: tempurung, pelindung
muka, lapisan pelindung dan pengaman, tali pemegang, tutup dagu,
pelindung mata, lubang ventilasi, dan lubang pendengaran. Selain
pengggunaan helm yang berstandar pengawasan, dukungan dan motivasi
keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pendewasaan maupun pembentukan
perilaku anak. Selainituterdapat pengaruh antara dukungan keluarga dengan
perilaku Safety Riding (Riqky, 2009)
Kewajiban yang harusdilakukanolehsetiapwarganegara yang
baikadalahpatuhterhadaphukum.Dalamhalini,
remajamerupakansalahsatunyawarganegaratersebut.Remajadapatdikatakanwa
rganegara yang baik,
jikaremajamampumengimplementasikankepatuhannyaterhadap peraturan
hukum.Salah satuperaturanhukumituadalah UU No. 22 Tahun 2009 yang
mengaturtentanglalulintasdanangkutanjalan.Apabilaremajapatuhterhadaptatac
aratertibberlalulintas, makaremajadapatdikatakansebagaiwarganegara yang
baik. Alasannya
karenaremajasudahberkontribusidalammelaksanakankenyamanansetiapwarga
negara, khususnyadalamkenyamananberlalulintas.Olehkarenaitu,
kepatuhanremajaterhadaptatacaratertibberlalulintasmerupakansalahsatuhal
yang pentinguntukmewujudkankondisilalulintas yang aman, selamat,
tertibdanlancarbagisetiappenggunajalan (Yusuf, 2006).
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 November 2014 di SMA
Negeri 2 Sukoharjo peneliti melakukanwawancara tentang safety riding
terhadap 3 remaja yang mengendarai sepeda motor. Hasil wawancara
terhadap 3 remaja mengatakan mengerti tentang safety riding seperti
mempunyai SIM dan STNK, menggunakan helm saat berpergian,
menyalakan klakson, menyalakan lampu sein, memasang spion dengan
lengkap, tidak memboncengkan lebih dari 2 orangtetapi tidak mematuhinya.
Seperti hal nya 2 remaja yang belum mempunyai SIM dan belum patuh
terhadap peraturan lalu lintas tentangSafety Ridingdan 1 remaja yang
mempunyai SIM dan patuh terhadap peraturan lalu lintas tentang Safety
Riding.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk lebih lanjut melakukan
penelitian,Oleh karena itu penulis menyimpulkan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Riding pada Remaja SMA Negeri 2”
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kepatuhan remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo tentang safety ridding.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah dari uraian pendahuluan di atas penulis
ingin meneliti“Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja
dengan kepatuhan safety ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo?”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuanremajadengan
kepatuhansafety ridingdi SMA Negeri 2 Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahuikarakteristik remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo
b. Untuk mengidentifikasi tingkatpengetahuan remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo tentangsafety riding
c. Untuk mengidentifikasi kepatuhan safety ridingremaja di SMA
Negeri 2 Sukoharjo
d. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo
1.4 Manfaat
1. Bagi pengetahuan
Dapat menambah pengetahuan terutama dalam keilmuan
tentangsafety riding.
2. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.
3. Bagi Institusi
a. Bagi SMA Negeri 2 Sukoharjo
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengelola sekolah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas siswa
XI-XII di SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan cara memberikan materi
kepatuhan Safety riding.
b. Bagi Pendidikan
Dapat menjadi refrensi dalam memperluas wawasan mahasiswa
khususnya program studi keperawatan tentang kepatuhan safety
riding.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat menjadi refrensi dalam membuat penelitian berikutnya dan
memperluas penelitian tentang kepatuhan safety riding
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Safety riding
2.1.1.1 Definisi
Safety Riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam
meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan
dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana
kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan
menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita
serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya
( Yustiana, 2013).
2.1.1.2 Penerapan Safety Riding
PenerapanSafetyRidingyangharusdipakaisebagaipendukungk
eselamatanberkendara kendaraan roda dua sebagai berikut
(Sambodo, 2010) :
1. Pelindung kepala
Menggunakanhelmfullfacekacabeningyangmanasetiapmengguna
kannya
harusmenguncikaitannya.Melarangkeraspenggunaanhelm“cetok
”ataupun half face.
Ga
1. Selalu
STNK, KTP
Ga
2. Selalu
melakukan perjalanan.
Ga
Gambar2.1. Helm Standar Nasional (Sambodo,2010).
Selalu mengecek dan membawa surat2 kendaraan.
STNK, KTP dan kopian nya.
Gambar 2.2.Surat Surat Yang Harus Dibawa (Sambodo,2010).
Selalu mengecek kondisi motor (pengecekan standar) sebelum
lakukan perjalanan.
Gambar 2.3.Servis Sepeda Motor (Sambodo,2010).
2.1. Helm Standar Nasional (Sambodo,2010).
daraan.Contoh : SIM,
ibawa (Sambodo,2010).
otor (pengecekan standar) sebelum
(Sambodo,2010).
3. Selalu
berkendara.
Ga
4. Menggunakan kelengkapan standar
Contoh : kelayakan dan kelengkapan spion, la
sein, la
menyilaukan
Gambar2.5.Kelengkapan Motor Sesuai Standar N
5. Tidak
ketentuan,tidak
Selalu membawa jas hujan yang bukan model ponco setiap
berkendara.
Gambar2.4.Jas Hujan Model Ponco(Sambodo,2010).
Menggunakan kelengkapan standarmotor.
Contoh : kelayakan dan kelengkapan spion, lam
sein, lampu malamdan klakson. Melarang keras la
enyilaukan (putih).
2.5.Kelengkapan Motor Sesuai Standar Nasional (Sambodo,2010).
Tidakmembawabarangkendaraanyangmelebihi
ketentuan,tidakmelebihi lebar stang dan tinggi kepala.
odel ponco setiap
odel Ponco(Sambodo,2010).
mpu rem, lampu
mdan klakson. Melarang keras lampu remyang
(Sambodo,2010).
elebihi lebar stang dan tinggi kepala.
Gambar 2.6.
6. Mentaati semua peraturan l
Contoh : berpindah jalur dan ber
dan la
Gam
Setiap perlengkapan dan syarat lain dalam berkendara tersebut wajib
ditaati setiap kita berada di atas
jauh.
2.1.2 Kepatuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesi
adalah sifat patuh artinya suka
meminta setiap warga
mengikuti suatu spesifi
dengan jelas yang biasanya
.Contoh Larangan Membawa Sepeda Motor (Sambodo,2010).
Mentaati semua peraturan lalu lintas yang ber
Contoh : berpindah jalur dan berbelok menggunakan
dan lampu sein.
mbar 2.7.Ilustrasi Saat Di Jalan Raya (Sambodo,2010).
Setiap perlengkapan dan syarat lain dalam berkendara tersebut wajib
ditaati setiap kita berada di atas motor, baik jarak pendek
2.1.2 Kepatuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tahun 2011, kepatuhan
adalah sifat patuh artinya suka menurut (perintah pimpinan negara
meminta setiap warga negara). Kepatuhan juga dapat diartikan
mengikuti suatu spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur
gan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organi
(Sambodo,2010).
lu lintas yang berlaku di jalan.
enggunakan spion
(Sambodo,2010).
Setiap perlengkapan dan syarat lain dalam berkendara tersebut wajib
otor, baik jarak pendek menengah dan
a tahun 2011, kepatuhan
menurut (perintah pimpinan negara
negara). Kepatuhan juga dapat diartikan
kasi, standar atau hukum yang telah diatur
oleh lembaga atau organisasi
yang berwenang dalam suatu bidang tertentuLingkup suatu aturan dapat
bersifat internasional maupun nasional. Misalnya, seperti standar
internasional yang diterbitkan oleh ISO serta aturan-aturan nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Negara hukum didirikan
berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi.
Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total
compliance) dimana pada kondisi ini seseorang harus patuh secara
sungguh-sungguh terhadap sesuatu hal, dan penderita yang tidak patuh
(non compliance) dimana pada keadaan ini seseorang tidak melakukan
sesuatu hal (Tondok,2013).
2.1.2.1 Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan :
1. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya
salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya.
Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan
profesional kesalahan dalam memberikan informasi
lengkap, penggunaan istilah-istilah yang tidak mudah
dipahami dan memberikan banyak instruksi yang harus
diingat oleh seseorang (Brunner & Suddarth, 2005).
2. Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara
mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Hal ini menunjang
dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah (Brunner &
Suddarth, 2005).
3. Keyakinan, sikap dan kepribadian.
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang
yang gagal berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang
yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan
kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian
kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai
dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya.
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk
meramalkan ketidak patuhan (Brunner & Suddarth, 2005).
4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai individu
sertamenentukan program pengobatan yang akan mereka
terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawatan anggota keluarga. Derajat
dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain,
isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan
(Brunner & Suddarth, 2005).
5. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional
dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan
faktor penting dalam. Keluarga dan teman dapat membantu
mengurangi ansietas, mereka dapat menghilangkan godaan
pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan
sosialnampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang
memiliki status sosial lebih kuat, dibandingkan dengan
negara-negara barat (Brunner & Suddarth, 2005).
2.1.3 Tingkat Pengetahuan
2.1.3.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil "tahu" pengindraan
manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui
kulit. Pengetahuan atau kognitif merapakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior) (Notoatmodjo, 2010).
2.1.3.2 Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif
Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain
kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat
intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa,
memecahkan masalah dan Iain-lain) yang beijenjang
sebagai berikut:
1. Tahu (knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan
keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori
ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat
kembali hal-hal atau keterangan yang pernah
berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).
2. Memahami (Comprehension)
Pernahaman diartikan dicapainya pengertian
(understanding) tentang hal yang sudah kita kenali.
Karena sudah memahami hal yang bersangkutan
maka juga sudah mampu mengenali hal tadi
meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam
jenjang kognitif ini misalnya kemampuan
menterjemahkan,menginterpretasikan,menafsirkan,
meramalkan dan mengeksplorasikan.
3. Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan
menerapkan hal yang sudahdipahami ke dalam
situasi dan kondisi yang sesuai.
4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk
menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri
unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya
dalam suatu bentuk susunan berarti.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur
tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung
arti tertentu.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikiasi atau penilain terhadap
suatu materi atau suatu obyek berdasarkan kriteria
yang ditentukan sendiri ataumenggunakankriteria-
keriteria yang telah ada.
2.1.3.3 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk
memperolehpengetahuan, yaitu:
1. Cara Tradisional
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode
ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis. Cara-cara penemuan pengetahuan periode ini
antara lain, meliputi:
a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemunginan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal di coba kemungkinan
keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini
disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau
salah) atau metode coba salah coba-coba.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari,
banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-
tradisi yang dilakukan olehorang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan
tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan
ini biasanya di wariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya, dengan kata
lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.
Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikekemukakan oleh orang
yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta emperis ataupun
berdasarkan penelitian sendiri. Hal ini
disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa yang
dikemukakannya adalah benar.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik,
demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh pengetahuan.
d. Melalui Jalan Pikir
Sejalan dengan perkembangan umat
manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakam penalarannya dalam
memperolehpengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi.
2. Cara Modem dalam Memperoleh Pegetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara
ini disebut "metode penelitian ilmiah", atau lebih
populer disebut metodelogi penelitian (reseacrh
methodology).
2.1.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Pendidikan
Tingkat penMdidikan turut pula menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
yang mereka peroleh, maka umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin baik pula pengetahuannya
(Hendra, 2008).
2. Pengalaman
Suatu yang pernah dialami seseorang akan
menambah pengetahuan tentang sesuam yang bersifat
nonformal (Notoatmodjo, 2007).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mental bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Hendra, 2008).
4. Informasi
Informasi akan memberi pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yaug rendah tetapi jika dia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media, misal seperti TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).
5. Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana
orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan
yangdimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang
hidupnya (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3.5 Tingkat Pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2013), tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu :
1. Dalam kriteria baik, bila nilai: (x) > mean + 1SD
2. Dalam kriteria cukup,bila nilai: Mean - 1SD ≤ x ≤ mean +
1SD
3. Dalam kriteria kurang,bila nilai: (x) < mean – 1SD
2.1.4 Remaja
Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh kearah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa
remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanyaperubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun
adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan
sering disebut massa pubertas (Widyastuti, 2009).
Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, tetapi belum
mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Oleh karena
itu, pada masa remaja terdapatkegoncangan pada individu remaja itu,
terutama saat melepaskan nilai-nilai yang lamadan memperoleh nilai-
nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan. Masalah yang dihadapi
oleh remaja diantaranya pertumbuhan jasmani yang cepat,
pertumbuhan emosi, pertumbuhan mental, pertumbuhan pribadi dan
sosial.
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.8
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007)., Yustiana (2013) danHendra (2008)
Tingkat pengetahuan Kepatuhan
Safety Riding
Faktor –faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pengalaman
3. Usia
4. Informasi
5. Lingkungan
Budaya
Faktor faktor yang
mempengaruhi
kepatuhan :
1. Pemahaman
tentang
instruksi
2. Tingkat
pendidikan
3. Keyakinan,
sikap dan
kepribadian
4. Dukungan
keluarga
5. Dukungan
sosial
Remaja
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.9 Kerangka konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono,2009). Maka dari itu, Hipotesis
dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa jika kepatuhan berkendara
tidak dilaksanakan maka safety riding akan menjadikan tingkat keselamatan
dijalan meningkat.
Ho: Tidak ada hubungantingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety
riding di SMA 2 Sukoharjo.
Ha: Ada hubungantingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding di
SMA 2 Sukoharjo.
Tingkat
Pengetahuan Kepatuhan Safety Riding
2.5 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1.Keaslian Penelitian
Nama peneliti Judul penelitian Metode dan hasil
penelitian
Riyan Perwitaningsih,
Eni Mahawati, Eko
Hartini (2013)
Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap
Terhadap Praktik
Keselamatan dan
Kesehatan Berkendara
Sepeda Motor Pada
Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat UDINUS
Semarang
Metode : Penelitian
ini merupakan
penelitian dengan
pendekatan cross
sectional
,pengambilan
sampel teknik
menggunakan
accidental sampling.
Analisis data
menggunakan Rank
Spearman .
Pengumpulan data
dilakukan dengan
cara kuesioner oleh
responden.
Hasilnya : Hasil
merupakan ciri khas
dari responden di
mana rata-rata usia
20 tahun , laki-laki
(49,2 % ) dan
perempuan (50,8 %)
, pengetahuan (33,8
%) , sikap (33,8 %)
dan praktek (44,6
%) responden masih
kurang.
AnungWinahyu dan
Sumaryati (2012)
Kepatuhan Remaja
Terhadap Tata Cara
Tertib Berlalu Lintas
(Studi di Dusun Seyegan
Srihardono Pundong
Bantul)
Metode : Teknik
pengumpulan data
menggunakan angket
dan observasi. Teknik
analisis data
menggunakan reduksi
Hasil :penelitian
menunjukkan bahwa
kepatuhan remaja
terhadap tata cara
tertib berlalu lintas di
Dusun Seyegan
Srihardono Pundong
Bantul Tahun 2012
dapat dinyatakan
cukup
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Penelitianini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
Nursalam (2008), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan
(memaparkan) peristiwa peristiwa yang penting terjadi pada masa
kini.Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan suatu fenomena yang berbentuk angka-angka
(Hidayat, 2010).
Desain pada penelitian ini adalah case control. Case control yaitu
peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen dahulu, sedangkan
variabel independen ditelusuri secara retrospektif untuk menentukan ada
tidaknya faktor yang berperan (Nursalam, 2008).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa siswi kelas XI dan XII yang mengendarai sepeda motor di
SMA Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 220 siswa.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2012). Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
`2)(1 eN
Nn
+
=
Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
E = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
N = 220/1 + 220 (0,05)2
= 220/1 + 0,55
= 220/1,55
= 141,93
= 142 responden
Berdasarkan hasil perhitungan rumus Slovin maka diperoleh
sampel penelitian sebanyak 142 responden. Untuk menggunakan rumus
ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi
kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi
kesalahan, maka semakin akurat sample yang menggambarkan
populasi. Misalnya, penelitian ini menggunakan kesalahan 5% berarti
memiliki tingkat akurasi 95%.
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).
Pengambilan sampel menggunakanpurposive sampling. Menurut
Nursalam (2008), purposive sampling adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karaktersitik umum subyek
penelitian dari populasi yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2008). Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini
yaitu siswa-siswi kelas XI dan XII yang masuk saat dilakukan
pengambilan data.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2008).
Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu siswa-
siswi kelas XI dan XII yang tidak masuk saat dilakukan
pengambilan data.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi yang digunakan
untuk mengambil kasus atau observasi (Notoadmodjo,
2010).Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sukoharjo.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu atau saat yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian atau observasi (Notoadmodjo, 2010).Waktu
penelitian sesuai dengan jadwal.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
5 Maret 2015 sampai dengan 25 Maret 2015.
3.4 Variabel, Defenisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
Dalam penelitian ini hanya menggunakandua variableyaitu
hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada remaja
SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Tabel 2.2.Definisi Operasional
Nama
Variabel Pengertian Indikator Variabel Alat Ukur Skala
Variabel Independen
Tingkat
pengetahuan
pengetahuan
manusia sesuai
dengan
penglihatan
dirinya sendiri
dan setiap orang
mempunyai
tingkat
pengetahuan
yang berbeda.
1. Kategori baik yaitu
menjawab benar 26-27
soal yang diharapkan.
2. Kategori cukup yaitu
menjawab benar 17-25
soal yang diharapkan.
3. Kategori kurang yaitu
menjawab benar 1-16
soal yang diharapkan.
Kuesioner Ordinal
Variabel Dependen
Kepatuhan
safety riding
Perilaku patuh
pada seseorang
untuk keamanan
saat berkendara
di jalan raya
1.Patuh, jika mendapat skor
>7,9.
2.Tidak patuh, jika
mendapat skor < 7,9.
Kuesioner Ordinal
3.5 Alat dan cara Pengukuran Penelitian
3.5.1 Alat Pengukuran Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal hal yang dia
ketahui (Arikunto, 2010).
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pada siswa siswi adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).
Pertanyaan terdiri dari 27 soal yang disusun berdasarkan kisi kisi yang
diambil dari sumber teori tentang kepatuhan safety riding. Pernyataan
terdiri dari pernyataan positif (favorable)dan pertanyaan negatif
(unfavorable) dengan pilihan jawaban benar ada 13 soal
(1,4,6,7,9,11,13,16,18,20,22,24,26) dan ada 14 soal salah
(2,3,5,8,10,12,14,15,17,19,21,23,25,27). Penilaian pernyataan positif
(favorable)jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0.
Pernyataan negatif (unfavorable)jika benar dengan skor 0 dan jika salah
dengan skor 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda
centang pada jawaban yang dianggap benar.
Observasi yang digunakan untuk mengetahui kepatuhan pada siswa
siswi. Pernyataan terdiri dari 10 soal yang berdasarkan kisi kisi yang
diambil dari sumber teori tentang kepatuhan safety riding. Pernyataan
terdiri dari pertanyaan patuh dan tidak patuh nilai 1 jika jawaban benar
dan diberi nilai 0 jika jawaban salah, Dengan kriteria : Patuh, jika
mendapat skor > 7,9 dan tidak patuh, jika mendapat skor <7,9.
Untuk mengetahui kuesioner berkualitas terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan rehabilitas dengan karakteristik seperti sejenis diluar
lokasi penelitian. Uji validitas dilaksanakan di SMK Batik 1 Surakarta
dengan jumlah 70 siswa.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan
tingkat kevalidan atau keaslihan sesuatu instrumen (Arikunto,
2010). Peneliti akan melakukan uji validitas di SMK Batik 1
Surakarta yang mempunyai populasi siswa yang mengendarai
sepeda motor yaitu 220 siswa. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur.
Penelitian ini mengunakan uji validitas dengan rumus product
moment, yaitu :
��� = �. ∑ − ∑∑� �∑2 − �∑�2� �∑2 − �∑�2�
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Intrumen dinyatakan valid jika nilai rhitung >rtabel dengan
taraf signifikansi 0,05. Nilai rtabel ditentukan dari jumlah responden
(Riwidikdo, 2010).Hasil uji validitas dari variabel tingkat
pengetahuan terdapat 3 item pernyataan yang tidak valid yaitu
nomor item 3, 8, 17 dengan nilai rhitung 0,232, 0,225 dan 0,150 <
rtabel yaitu sebesar 0,235, untuk selanjutnya nomor pernyataan yang
tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Sehingga untuk
variabel tingkat pengetahuan hanya terdapat 27 item pernyataan
yang dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian. Sedangkan pada variabel kepatuhan safety riding
terdapat semua item pernyataan yang dinyatakan valid karena rhitung
>rtabel (0,235).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden
memilih jawaban jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataanya. Maka berapa kalipun diambil tetap
akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti
menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program
komputer. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
�11 = � �� − 1� �1 − ∑ ��2�2� �
Keterangan :
r11 :Reliabilitas Instrumen
k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ ��2 :Jumlah varian butir
�2� :Varian total
Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki
nilai Alpha Chronbachminimal 0,7 (Riwikdido, 2010). Setelah
dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Chronbach untuk
variabel tingkat pengetahuan sebesar 0,830 > 0,7, sehingga ke-27
item pernyataan dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai
alat pengumpulan data.
3.5.2 Cara Pengukuran Penelitian
Cara pengukuran data dilakukan dengan cara memberikan
lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada siswa
siswi, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Adapun
langkah peneliti agar memperoleh data adalah
1. Persiapan
a. Pengajuan usulan proposal penelitian ke prodi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
b. Prosedur Administrasi
Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus
surat study pendahuluan penelitian di Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
untuk dilanjutkan ke bagian kesiswaan SMA Negeri 2
Sukoharjo dalam rangka untuk memperoleh ijin penelitian,
kemudian peneliti menyampaikan surat studi pendahuluan
kepada SMA Negeri 2 Sukoharjo.
c. Peneliti melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri 2
Sukoharjo.
2. Pelaksanaan
a. Peneliti berada di SMA Negeri 2 Sukoharjo pada jam
09.00WIB dan melakukan penelitian pada siswa siswi yang
mengendarai sepeda motor
b. Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Sukoharjo
c. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi
sampel
d. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian
kepada responden
e. Peneliti meminta persetujuan kepada responden
f. Keesokan harinya peneliti datang ke SMA Negeri 2
Sukoharjo pukul 06.30WIB untuk observasi kepatuhan safety
ridingdalam 1 hari peneliti mampu mengobservasi 10
responden jadi waktu yang dibutuhkan oleh peneliti 14 hari
untuk 142 sampeldan mencatat nama, kelas, no responden
g. Pada Penelitian ini untuk melakukan observasi kepatuhan
peneliti di dampingi oleh 2 orang untuk membantu
mengidentifikasi nama dan kelas responden adapun yang
mendampingi peneliti adalah Lia Nur Prastiwi kelas XI MIA
1 dan Mega Fitriana kelas XII IPS 3 alasan peneliti
mengggunakan 2 orang tersebut agar peneliti mudah untuk
mengetahui identitas responden
h. Setelah observasi kepatuhan selama 14 hari selanjutnya
peneliti mengukur tingkat pengetahuan responden dengan
cara menyebarkan kuesioner yang telah di buat oleh peneliti
i. Pada penyebaran kuesioner peneliti di dampingi oleh 8 orang
rekan peneliti untuk membantu menyebarkan dan mengawasi
responden saat mengerjakan kuesioner. Alasan peneliti
dibantu oleh 8 rekan karena di SMA Negeri 2 Sukoharjo
kelas XI memiliki 8 kelas dan kelas XII memiliki 8 kelas,
selain itu agar efektif dalam melakukan pengukuran tingkat
pengetahuan.
j. Peneliti dan 8 orang rekan peneliti pada pukul 09.30WIB
masuk ke kelas XI adapun sebelumnya peneliti sudah
membagi kepada 8 orang rekan untuk masuk kelas
menyebarkan dan mengawasi pengisian kuesioner yang
nantinya kuesioner dibagikan pada seluruh siswa kelas XI,
Setelah itu pada pukul 11.00WIB peneliti dan 8 orang rekan
peneliti masuk ke kelas XII adapun tata caranya sama seperti
di kelas XI
k. Setelah semua kuesioner dikumpulkan jadi satu peneliti
mencari 142 nama responden yang telah di observasi selama
14 hari yang lalu agar ditindak lanjuti, dan kuesioner yang
tidak ikut diobservasi tidak ditindak lanjuti.
1.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1.6.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan
berikutnyaadalah pengolahan data. Proses pengalahan data ada 4
menurut(Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari
lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu.Secara umum editing adalah kegiatan unruk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.
Dalam penelitian ini editing dilakukan apabila ada
jawaban-jawaban yang belum lengkap, perlu dilakukan
editing dengan cara pengambilan data ulang untuk
melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Penelitian ini tidak
temukan jawaban yang belum lengkap. Siswa siswi SMA
N 2 Sukoharjo telah menjawab semua soal yang diberikan
oleh peneliti.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting,
selanjutnya dilakukan peng"kodean" atau "coding", yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Dalam penelitian ini coding
dilakukan dengan menggunakan angka 0 untuk jawaban
salah dan angka 1 untuk jawaban benar.
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk "kode" (angka atau huruf) dimasukkan
kedalam program atau"software"
komputer.Softwarekomputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Salah satu paket program yang paling sering digunakan
untuk "entri data" penelitian adalah paket program
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau
responden selesai dimasukkan, perlu dicek kcmbali untuk
melihat kemungkinan-kcmungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pcmbetulan atau koreksi. Pada
penelitian ini tidak ada kesalahan kode maupun
ketidaklengkapan data sehingga tidak dilakukan pembetulan
atau koreksi.
1.6.2 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat
yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel. Analisa univariat dilakukan
untuk menjelaskan variabel tingkat pengetahuan, kepatuhan
safety riding, dan karakterisitik responden yang meliputi
umur, jenis kelamin, mulai umur berapa mengendarai
sepeda motor. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisa Bivariat
Pengertian analisa bivariat adalah analisa yang
dilakukan lebih dari dua variabel (Notoatmodjo, 2010).
Analisa ini digunakan untuk menguji hubungan tingkat
pengetahuan remaja SMA kelas XI dan XII dengan
kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Pengujian data dilakukan dengan uji Spearman Rank
Correlation karena skala data yang digunakan adalah
ordinal dan ordinal (Hidayat, 2007).
p value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo.
p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2
Sukoharjo.
1.7 Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan
kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan
penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari
STIKes Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo,
dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin
kerahasiaannya.
Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
3.7.1 Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan
penelitian.Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk
menjadi responden.Pemberian informed consent ini bertujuan agar
subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya.Jika subyek bersedia, maka mereka harus menanda tangani
lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti
harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2008). Pada
penelitian ini semua responden akan dibcri lembar persetujuan.
3.7.2 Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)
Anonimity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada
lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2008). Peneliti tidak
akanmencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data
dalam penelitian ini.
3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan hasil)
Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang
harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).
Penelitian ini kerahasiaan hasil/ informasi yang telah dikumpulkan dari
sctiap subyek akan dijamin oleh peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2
Sukoharjo yang mengendarai sepeda motor yaitu berjumlah 142 siswa.
Dalam hal ini karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan umur.
Berikut akan dijelaskan satu per satu karakteristik responden.
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan jenis kelaminnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
(n = 142)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
78
64
54,9
45,1
Total 142 100%
Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berjenis
kelamin laki-laki.
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n = 142)
Umur Frekuensi Persentase (%)
16 tahun
17 tahun
18 tahun
45
90
7
31,7
63,3
5
Total 142 100%
Karakteristik responden berdasarkan umur diketahui bahwa
mayoritas responden berumur 17 tahun.
4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mulai Umur Berapa Siswa
Mengendarai Sepeda Motor
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan mulai
umur berapa siswa mengendarai sepeda motor adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mulai Umur Berapa
Siswa Mengendarai Sepeda Motor (n = 142)
Mulai Umur Frekuensi Persentase (%)
14 tahun
15 tahun
16 tahun
12
98
32
8,5
69
22,5
Total 142 100%
Karakteristik responden berdasarkan mulai umur berapa siswa
mengendarai sepeda motor diketahui bahwa mayoritas responden
berumur 15 tahun.
4.2. Hasil Analisis Univariat
4.2.1. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety Riding
Hasil distribusi responden tentang pengetahuan remaja di
SMA Negeri 2 Sukoharjo tentang kepatuhan safety riding dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kepatuhan Safety
Riding (n = 142)
Tingkat pengetahuan remaja
tentang kepatuhan safety riding Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
Cukup
Kurang
28
90
24
19,7
63,4
16,9
Total 142 100%
Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding
diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat
pengetahuan tentang kepatuhan safety riding yang cukup.
4.2.2. Kepatuhan Safety Riding pada Remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo
Hasil distribusi tentang safety riding pada remaja SMA Negeri
2 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Kepatuhan Safety Riding Pada Remaja SMA
Negeri 2 Sukoharjo (n = 142)
Kepatuhan safety riding remaja Frekuensi Persentase
(%)
Patuh
Tidak patuh
86
56
60,6
39,4
Total 142 100%
Kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2
Sukoharjo diketahui bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam
kategori patuh.
4.3. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding pada
remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Analisis bivariat dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Spearman Rank Correlation. Hasil uji tingkat
pengetahuan dengan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Spearman Rank Correlation
Variabel Nilai Korelasi
Spearman Rank p-value
Tingkat Pengetahuan – Kepatuhan
Safety Riding 0,802 0,000
Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai korelasi Spearman Rank yaitu
sebesar 0,802, yang mempunyai arah korelasi positif, hal ini berarti jika
semakin besar nilai suatu variabel atau nilai korelasi, maka semakin besar
pula kekuatan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
safety riding. Nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti Ho ditolak
dan Ha diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan safety riding pada remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Demografi
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan umur diketahui bahwa mayoritas responden berumur 17
tahun yaitu sebanyak 90 siswa (63,3%). Menurut Hendra (2008), makin
tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.
Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), berpendapat bahwa usia
anak SMA tergolong usia remaja akhir yaitu antara 16-21 tahun,
mereka memiliki ciri antara lain ingin mengungkapkan diri secara
bebas, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai ciri
tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri. Selain itu ditambahkan
oleh Notoatmodjo (2007), usia remaja akhir tersebut biasanya
mempunyai kelabilan emosi yang erat kaitannya dengan perubahan
hormon dalam tubuh. Notoatmodjo juga berpendapat bahwa usia remaja
akhir sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan
perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka
mempunyai rasa ingin tahu dan mendorong untuk mencari tahu. Jika
mereka salah arah, maka cenderung akan memiliki perilaku negatif.
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 78 siswa (54,9%). Hal ini
dikarenakan sebagian besar siswa di SMA Negeri 2 Sukoharjo yang
mengendarai sepeda motor adalah berjenis kelamin laki-laki.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan, yaitu terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Pada
remaja laki-laki peningkatan emosional yang terjadi secara cepat yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi
pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang
berbeda dari masa sebelumnya. Kebanyakan remaja laki-laki bersikap
ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
mereka menginginkan kebebasan (Hasrul, 2012).
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pertama Kali Siswa
Mengendarai Sepeda Motor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada
waktu pertama kali mengendarai sepeda motor berumur 15 tahun yaitu
sebanyak 98 siswa (69%). Remaja usia 15 tahun merupakan masa
remaja awal atau yang disebut masa transisi. Dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan
yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya
baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi
tersebutkemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai
dengankecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung
olehlingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang
kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan
perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan
norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan
remaja (Hasrul, 2012).
Menurut Hisyam (2013), karakteristik remaja usia 15 tahun yaitu
secara fisik ditandai dengan berfungsinya organ-organ reproduksi
seperti pada orang dewasa. Perilaku sosial remaja yaitu bergaul dengan
jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman
dekat). Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel,
kecuali dengan teman dekat pilhannya yang banyak memiliki kesamaan
minat. Ciri kepribadian remaja awal yaitu sudah menunjukkan arah
kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadian.
5.2 Tingkat Pengetahuan Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo Mengenai
Safety Riding
Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat pengetahuan cukup tentang safety riding yaitu sebanyak 90 responden
(63,4%). Tingkat pengetahuan remaja tentang safety riding di SMA Negeri 2
Sukoharjo mayoritas adalah cukup, hal ini disebabkan karena di sekolah
sudah mendapatkan bimbingan edukasi dari guru BP tentang safety riding
dari segi pengertian, penerapan safety riding, selalu membawa jas hujan yang
bukan model ponco setiap berkendara, menggunakan kelengkapan standar
motor dan tidakmembawabarangkendaraanyangmelebihi
ketentuan,tidakmelebihi lebar stang dan tinggi kepala. Edukasi yang
diberikan dari guru BP, pernah mendapatkan workshop tentang safety riding
dan pembuatan SIM massal yang dilaksanakan pada tahun 2014 yang
bersumber dari kepolisian. Selain mendapatkan bimbingan di sekolah, siswa
juga mendapatkan informasi melalui internet, ataupun media massa. Menurut
Hendra (2008), pendidikan dan informasi yang cukup sangat berperan dalam
peningkatan pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis
dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Asdar, dkk (2013),
didapatkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang
safety riding adalah cukup, yaitu 107 orang (61,1%). Dalam Jurnal
Internasional Children’s Safety Network (2012), dapat dijelaskan bahwa hasil
yang didapatkan antara lain responden yang mendapatkan edukasi memiliki
pengetahuan tentang safety riding yang baik dibandingkan dengan responden
yang tidak mendapatkan edukasi tentang safety riding.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahawati, dkk (2013), didapatkan
hasil terdapat mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang safety
ridingyang baik yaitu 58% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik tentang safety ridingyaitu 42%.
5.3 Kepatuhan Safety Riding Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo
Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sukoharjo diketahui
bahwa mayoritas responden mempunyai perilaku patuh, yaitu sebanyak 86
responden (60,6%). Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang
aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Apabila
responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, maka dapat dipastikan
bahwa perilaku kepatuhan akan menjadi patuh. Hal ini menunjang dengan
adanya tingkat pendidikan yang rendah (Brunner & Suddarth, 2005).
Kepatuhan remaja tentang safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo
mayoritas responden mempunyai perilaku patuh, hal ini disebabkan sebagian
siswa sudah ada yang mempunyai SIM, karena syarat untuk mendapatkan
SIM adalah berperilaku patuh dan mentaati peraturan lalu-lintas serta dapat
mengendarai motor dengan baik. Kepatuhan dapat diartikan mengikuti suatu
spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya
diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang
tertentu (Tondok, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Rakhmani (2013), didapatkan hasil
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan remaja tentangsafety
riding diantaranya adalah pemahaman tentang tata tertib berlalu lintas, sikap
remaja tentang kepatuhan tata tertib lalu lintas dan adanya program tilang dan
efektivitasnya. Ketiga unsur ini sangat mempengaruhi kepatuhan remaja
dalam tentang safety riding.
5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja dengan Kepatuhan
Safety Riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2
Sukoharjo. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja dengan kepatuhan
safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo termasuk dalam kategori yang kuat,
dikarenakan nilai Spearman Rank Correlation yang tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan arah yang positf yang berarti adanya kecenderungan semakin
baik pengetahuan remaja tentang safety riding maka perilaku remaja akan
menjadi patuh. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang merupakan
faktor pendorong perilaku seseorang, pengetahuan yang baik akan mendorong
perilaku yang baik pula.
Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Wardani (2013), bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap
dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang, terutama dalam hal
pengetahuan tentang safety riding. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah,
dkk., (2011), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan responden terhadap kepatuhan.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Isnaini, dkk., (2011), hasil yang
didapatkan adalah tingkat pengetahuan responden terhadap kepatuhan
termasuk dalam kategori yang cukup, dan hasil menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan responden.
BAB VI
PENUTUP
Hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja dengan kepatuhan safety riding di SMA Negeri 2 Sukoharjo,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
6.1 Simpulan
1. Tingkat pengetahuan remaja tentang kepatuhan safety riding di SMA
Negeri 2 Sukoharjo diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai
tingkat pengetahuanyang cukup, yaitu sebanyak 90 responden (63,4%)..
2. Kepatuhan safety riding pada remaja SMA Negeri 2 Sukoharjo diketahui
bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam kategori patuh, yaitu
sebanyak 86 responden (60,6%).
3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety
riding pada remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo, dengan nilai korelasi
Spearman Rank yaitu sebesar 0,802 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar
0,000 < 0,05.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Responden
Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo hendaknya untuk dapat lebih
meningkatkan pengetahuan dan kepatuhantentang safety riding dengan
cara mencari informasi lebih mendalam tentang safety ridingdi media
elektronik, seperti televisi, radio dan internet.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan
bacaan dan acuan belajar serta bisa diaplikasikan dalam bentuk seminar
edukasi tentang safety riding.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
remaja dengan kepatuhan safety riding.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini,
misalnya dengan melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan kepatuhan, misalnya adalah
keyakinan, dukungan keluarga dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012).3.410 Orang Tewas Kecelakaan di Jateng. Kabar17.com.
Diakses tanggal 7 Juni 2013.
Anung Winahyu (2013). Kepatuhan Remaja terhadap Tata Cara Tertib Berlalu
Lintas (Studi di Dusun Seyegan Srihardono Pundong Bantul).Vol 2. No 2.
Ardhyantoro dan Kumalasari (2010). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asdar, M., dkk (2013). Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA di Kabupaten
Pangkep. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin.
Azizah, dkk., (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pentingnya
Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj.
Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan, Jombang. Prodi D-III
Kebidanan, FIK UNIPDU.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI.(2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Online
http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 24 Desember 2014.
Brunner & Suddarth, (2005). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8), Jakarta:
EGC.
Ditjen Perhubungan Darat. (2008-2012). Perhubungan Darat dalam Angka.
Jakarta: www.hubdat.web.id. Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Hasrul, S. (2012). Remaja Awal. Online: http://remajaawal.blogspot.com/2012_05
_02_archive.html. Diakses tanggal 5 Januari 2015.
Hendra. (2008). Konsep Pengetahuan. www.scribd.com/doc/44463497/. Diakses
tanggal 9 Januari 2015.
Hidayat. A. A. (2010). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hisyam, J (2013). Identifikasi Ciri-ciri Perkembangan Remaja Awal-Akhir.
Online: http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/identifikasi-ciri-ciri-
perkembangan.html. Diakses tanggal 12 Januari 2015.
Isnaini, dkk., (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap
Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Mororejo
Kaliwungu Kabupaten Kendal. Fakultas Keperawatan, UNIMUS
Semarang.
Mahawati, dkk (2013). Pola Interaksi Determinan Perilaku “Safety Riding”
dalam Upaya Eliminasi Gangguan Kesehatan & Kecelakaan Lalu Lintas
Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Generasi Muda. Laporan Akhir,
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.
Mihawati, E., dkk (2013). Pola Interaksi Determinan Perilaku Safety Riding
dalam Upaya Eliminasi Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Lalu Lintas
Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Generasi Muda. Universitas Dian
Nuswantoro, Semarang.
Notoatmodjo. S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo. S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Edisi Revisi
2012). Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2011), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen penelitian
keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Perwitaningsih, Ryan. Eko, Hartini. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan
Sikap terhadap Praktik Keselamatan dan Kesehatan Berkendaraan motor
pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
Rakhmani, F. 2013. Kepatuhan Remaja dalam Berlalu Lintas. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak.
Rifqy, A. (2009). Hubungan antara Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,
Sikap terhadap Safety Riding Awarenes pada Pengendara Ojek Sepeda
Motor.http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/1566
Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Riwidikdo. H. (2010). Stistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Russeng, S,R. (2011). Kelelahan Kerja dan Kecelakaan Lalu Lintas. Makassar:
Ombak.
Sambodo, P.(2010).Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Helm
Standar Nasional (SNI) oleh Pengendara Sepeda Motor sebagai alat
Pelindung Keselamatan Berkendara.Skripsi. Undip, Semarang.