HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IMUNISASI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/422/1/Sri wita saipi...
Transcript of HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IMUNISASI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/422/1/Sri wita saipi...
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Bidan Klinik
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
SRI WITA SAIPI P00312013034
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV
TAHUN 2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
Diajukan Oleh :
SRI WITA SAIPI P00312013034
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam Ujian Skripsi dihadapan Tim
Penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan.
Kendari, Juli 2017 Pembimbing I, Pembimbing II,
Halijah, SKM., M.Kes. Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.ST., M.Keb. NIP. 19620920 198702 2 002 NIP. 19690304 198903 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari
Halijah, SKM., M.Kes. NIP. 19620920 198702 2 002
LEMBAR PENGESAHAN
iii
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
Disusun dan Diajukan Oleh :
SRI WITA SAIPI P00312013034
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang
dilaksanakan tanggal 25 Juli 2017.
TIM PENGUJI
Penguji I : Sitti Aisa, AM. Keb., M.Pd. (...................................)
Penguji II : Sultina Sarita, SKM., M.Kes. (...................................)
Penguji III : Feryani, S.Si.T., MPH. (...................................)
Penguji IV : Halijah, SKM., M.Kes. (.........................
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Sri Wita Saipi
2. Tempat Tangal Lahir : Gorontalo, 04 Juni 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Gorontalo / Indonesia
6. Alamat : Asrama Korem 143 Halu Oleo
Kota Kendari
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Inpres Timbuolo, Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 2 Kabila, Tahun Tamat 2010
3. SMA Negeri 1 kabila, Tamat Tahun 2013
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan D-IV
Kebidanan Tahun 2013 sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul “Hubungan Status Gizi dan Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia
pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak
langsung dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari
pelaksanaan kegiatan awal sampai pada penyelesaian skripsi ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Halijah, SKM., M.Kes.,
selaku Pembimbing I dan Ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.ST., M.Keb., selaku
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh
kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
3. Ibu Arsulfa, S.Si.T., M.Keb., selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
vi
4. Anny Ilyas, SKM., M.Kes., selaku Kepala Puskesmas Perumnas Kota
Kendari dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal berlangsung.
5. Ibu Sitti Aisa, AM. Keb., M.Pd., selaku Penguji I, Ibu Sultina Sarita, SKM.,
M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Feryani, S.Si.T., MPH., selaku Penguji
III.
6. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
D-IV Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
7. Teristimewa kepada ayahanda Hamzah Saipi dan Ibunda Maimun yang
telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang,
serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-
saudaraku, Fitri Saipi, Fatmawati Saipi, Linda Sipi dan Mihamad Akbar
Saipi, terima kasih atas pengertiannya selama ini.
8. Abdul Fadli Ramadhan yang telah memberi dukungan dan motivasi serta
doanya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Annabelleku Merry, Yuli, Astrid, Ika Putri, Niken Yuna, Evianti,
Desi, Yanti, Ranis dan Ika Kartika, terima kasih atas kebersamaannya
selama ini.
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
D-IV Kebidanan angkatan 2013.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
vii
mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Mei 2017
Penulis
Sri Wita Saipi NIM. P00312013034
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
ABSTRAK .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ............................................................. 6
1. Pneumonia .............................................................. 6
2. Faktor Risiko Pneumonia ......................................... 15
B. Landasan Teori ............................................................. 25
C. Kerangka Teori .............................................................. 27
D. Kerangka Konsep ......................................................... 28
E. Hipotesis ....................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................. 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 31
ix
D. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................... 32
E. Definisi Operasional ...................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ..................................................... 34
G. Jenis dan Sumber Data ................................................. 34
H. Alur Penelitian ............................................................... 35
I. Pengolahan Data .......................................................... 35
J. Analisis Data ................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................. 40
B. Pembahasan ................................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 60
B. Saran ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Imunisasi ................................................................................. 25
2. Tabel Kontegensi 2x2 .......................................................................... 38
3. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Perumnas ...................................... 42
4. Karakteristik Umur Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2016 ......................................................................................... 42
5. Karakteristik Jenis Kelamin Balita di Puskesmas Perumnas
Kota Kendari Tahun 2016 .................................................................... 43
6. Distribusi Status Gizi Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari ... 44
7. Distribusi Pemberian Imunisasi pada Balita di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari ....................................................................... 44
8. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016 ........................... 45
9. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia
pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016 ........ 46
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori ”faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita ................. 27
2. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 28
3. Bagan Desain Penelitian ............................................................... 30
4. Alur Penelitian ............................................................................... 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Master Tabel Hasil Penelitian
2. Tabel Z-Skor
3. Analisis Chi Square
4. Surat Ijin Penelitian
5. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xiii
ABSTRAK
Hubungan Status Gizi dan Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016
Sri Wita Saipi 1, Halijah 2, Sitti Zaenab 2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari pada tanggal 2 Mei – 14 Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang tercatat dalam buku register di ruang Poli KIA Puskesmas Perumnas Kota kendari tahun 2016 sebanyak 3.803 balita dan yang menderita pneumonia sebanyak 78 balita sebagai kasus dan 78 orang balita sebagai kontrol. Analisis data yang digunakan adalah univariabel dalam bentuk narasi dan bivariabel dengan rumus Chi Square.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil, yaitu ada hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari, dengan nilai OR sebesar 1,395. Ini berarti bahwa status gizi balita yang kurang memiliki risiko 1,39 kali lebih besar untuk menderita pneumonia di Puskesmas Perumnas, dan Ada hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas, dengan nilai OR sebesar 1,460. Ini berarti bahwa pemberian imunisasi yang tidak lengkap memiliki risiko 1,46 kali lebih besar untuk menderita pneumonia di Puskesmas Perumnas. Kata Kunci : Status Gizi, Imunisasi, Pneumonia 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri
dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat
(frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala,
gelisah dan nafsu makan berkurang) yang disebabkan oleh bakteri, virus
maupun jamur. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun atau orang
yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imonologi),
serta merupakan salah satu penyebab utama kematian anak (Kemenkes
RI, 2014).
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari dua
juta kematian balita karena pneumonia. Menurut WHO (2015) pneumonia
merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah 5 tahun
(balita), yaitu sekitar 19% atau sekitar 1,8 juta balita tiap tahunnya
meninggal karena pneumonia. Angka ini melebihi jumlah akumulasi
akibat malaria, AIDS, dan campak. Diperkirakan pneumonia terjadi pada
balita di negara berkembang, yaitu sekitar 95% dari semua kasus di
dunia.
Penyakit pneumonia dari tahun ke tahun menjadi peringkat
teratas. Setiap tahun pneumonia masuk ke dalam 10 besar penyakit
terbesar. Pneumonia balita merupakan salah satu indikator program
1
xv
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Target penemuan
dan tatalaksana pneumonia balita pada tahun 2014 sebesar 100%.
Namun, angka cakupan pneumonia di Indonesia sampai tahun 2013
tidak mengalami perkembangan yang signifikan, berkisar antara 23%-
27%. Sedangkan angka kematian pada balita akibat pneumonia sebesar
1,19% (Kemenkes RI, 2014).
Perkiraan balita penderita pneumonia di Sulawesi Tenggara
sebesar 25.312 balita, sementara balita penderita pneumonia yang
ditemukan dan ditangani baru mencapai 3.669 kasus atau sekitar 14,6%
dari perkiraan penderita. Di kota Kendari, proporsi balita dengan kasus
pneumonia yang ditangani sekitar 8,13%. Angka ini masih jauh di bawah
target nasional sebesar 80% (Profil Kesehatan dan Program P2PL
Dinkes Sultra, 2015).
Berdasarkan hasil dari pengambilan data awal yang dilakukan di
Puskesmas Perumnas kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara,
diperoleh data pada tahun 2016 terdapat 78 balita atau sekitar 2,05%
menderita pneumonia dari 3.803 balita, dimana balita yang menderita
pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar
pelayanan kesehatan. Kejadian pneumonia berada di urutan pertama
dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Perumnas kota Kendari
(Profil Kesehatan Puskesmas Perumnas Kota Kendari, 2016).
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya
kejadian pneumonia pada balita, baik faktor sosial ekonomi, faktor nutrisi,
faktor lingkungan serta riwayat penyakit penyerta. Salah satu faktor risiko
2
xvi
pneuomonia yaitu kurangnya asupan gizi dan pemberian imunisasi yang
tidak lengkap (Nirwana, 2014).
Pemberian imunisasi dan perbaikan gizi pada bayi/balita
sangatlah penting, sehingga imunitas tubuhnya menjadi kuat. Banyak
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia, akan tetapi kesimpulan yang didapatkan berbeda-beda,
sehingga peniliti tertarik untuk menganalisis tentang hubungan status gizi
dan imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan status gizi dan
imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dan imunisasi dengan
kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran status gizi pada balita di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Tahun 2016.
3
xvii
b. Untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi pada balita di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016.
c. Untuk mengetahui gambaran kejadian Pneumonia pada balita di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016.
d. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2016.
e. Untuk mengetahui hubungan imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan pengetahuan tentang hubungan status gizi
dan imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
peneliti mengenai hubungan status gizi dan imunisasi dengan
kejadian pneumonia pada balita dan sebagai proses belajar dalam
proses penelitian.
4
xviii
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi
pendidikan khususnya dalam bidang kepustakaan sebagai sumber
kajian terkait dengan penelitian.
c. Bagi Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan literatur
tentang penanganan dan pencegahan kasus pneumonia dan
masukan dalam evaluasi program serta sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan kebijakan
dan perbaikan program penanggulangan penyakit pneumonia
khususnya pada balita di Puskesmas Perumnas di masa yang
akan datang.
E. Keaslian Penelitian
Dian Rahayu Pamungkas (2012) dengan judul “Analisis faktor risiko
pneumonia pada balita di 4 provinsi di wilayah Indonesia Timur” jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan variabel
penelitian independen yaitu faktor risiko pneumonia sedangkan variabel
dependennya yaitu kejadian pneumonia pada balita. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian pneumonia adalah balita yang tidak mendapatkan ASI. Hal yang
membedakan dengan penelitian ini adalah hal yang diteliti ,judul, tempat,
dan waktu penelitian yang berbeda.
5
xix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pneumonia
a. Pengertian dan Gambaran Klinis
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa di definisikan peradangan
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencangkup Bronkiolus Respiratorius, dan Alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi,
dengan gejala-gejala batuk, demam dan sesak nafas (Qaulyiah,
2010).
Penyakit saluran pernapasan sebagai penyebab kesakitan
dan kematian terbesar pada balita, salah satunya yaitu
pneumonia. Pneumonia terjadi karena rongga alveoli paru-paru
yang disebabkan oleh Mikroorganisme seperti Streptococcus
Pneumonia, Streptococcus Aures, Haemophyllus Influenza,
Escherichia Coli dan Pneumocystis Jirovenci (Widagdo,2012).
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh Mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomi
pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai Pneumonia Laboralis,
6
xx
Pneumonia Segmentalis, dan Pneumonia Lobularis yang dikenal
sebagai Bronco Pneumonia dan biasanya mengenai paru bagian
bawah. Selain itu pneumonia dapat juga dibedakan berdasarkan
tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas dan pneumonia
rumah sakit (Qaulyiah, 2010).
b. Insiden Pneumonia
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum yang
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di
masyarakat (pneumonia komunitas). Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang
serius di jumpai sekitar 15%-20% (Qaulyiah, 2010).
Unicef memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia
meninggal karena penyakit pneumonia setiap tahun. Meskipun
penyakit ini lebih banyak di temukan pada daerah berkembang
akan tetapi di negara majupun di temukan kasus yang signifikan
(UNICEF, 2015).
Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa
saja, meskipun lebih banyak di temukan pada balita. Dalam
klasifikasi penyakit pneumonia pada balita, yaitu kelompok umur 2
bulan sampai < 5 tahun dan kelompok < 2 bulan (Departemen
Kesehatan RI, 2012).
c. Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
nafas yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan
7
xxi
penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Inggris,
pneumonia menyababkan kematian 10 kali lebih banyak dari pada
penyakit infeksi lainnya, sedangkan di Amerika Serikat merupakan
penyebab kematian urutan ke 15 (Qaulyiah, 2010).
d. Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat di sebabkan oleh berbagai macam
Mikroorganisme Yaitu Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, yang
sebagian besar di sebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering
pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus
pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia
lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza (Qaulyiah,
2010).
Gejala pneumonia menular disebabkan oleh invasi paru-
paru oleh mikroorganisme dan respon sistem kekebalan tubuh
untuk infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme
dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit yang bertanggung
jawab untuk kebanyakan kasus. Penyebab paling umum
pneumonia adalah bakteri dan virus. Penyebab kurang umum
pneumonia menular adalah jamur dan parasit, seperti yang di
lansir di News Medical yakni:
1) Virus
Virus menyerang sel untuk mereproduksi. Biasanya, virus
mencapai paru-paru ketika tetesan udara yang di hirup melalui
8
xxii
mulut dan hidung. Setelah di paru-paru, virus menyerang sel-
sel yang melapisi saluran udara dan alveoli. Hal ini sering
menyebabkan kematian sel, baik ketika virus langsung
membunuh sel.
Ketika sistem kekebalan tubuh merespon infeksi virus,
kerusakan paru-paru. Sel darah putih, terutama limfosit,
mengaktifkan sitokin kimia tertentu yang memungkinkan cairan
bocor ke dalam alveoli. Kombinasi dari kerusakan sel dan
alveoli berisi cairan mengganggu transportasi normaloksigen
ke dalam aliran darah. Serta merusak paru-paru, banyak virus
mempengaruhi organ-organ lain dan dengan demikian
mengganggu banyak fungsi tubuh. Virus juga dapat membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi bakteri, karena alasan
pneumonia bakteri yang sering mempersulit radang paru-paru.
Viral pneumonia umumnya disebabkan oleh virus seperti
Virus Influenza, Virus Rsv, Adenovirus, dan Metapneumovirus.
Herpes simplex virus merupakan penyebab pneumonia langka,
kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan sistem kekebalan
yang lemah juga berisiko pneumonia yang disebabkan oleh
Sitomegalo Virus.
2) Bakteri
Bakteri biasanya masuk paru-paru ketika tetesan udara
yang terhirup, tetapi juga dapat mencapai paru-paru melalui
aliran darah bila ada infeksi di bagian lain dari tubuh. Banyak
9
xxiii
bakteri hidup di bagian saluran pernapasan atas, seperti
hidung, mulut dan sinus, dan dapat dengan mudah terhirup ke
dalamalveoli. Setelah masuk, bakteri bisa menyerang ruang
antara sel dan alveoli melalui pori-pori. Invasi ini memicu
sistem kekebalan tubuh untuk mengirim neutrofil, sejenis sel
darah putih defensif, ke paru-paru. Melanda neutrofil dan
membunuh organisme menyinggung, dan juga sitokin rilis,
menyebabkan aktivasi umum sistem kekebalan tubuh. Hal ini
menyebabkan demam, menggigil, dan umum kelelahan pada
pneumonia bakteri dan jamur.
Neutrofil, bakteri, dan cairan dari pembuluh darah
sekitarnya mengisi alveoli dan mengganggu transportasi
oksigen normal. Bakteri sering melakukan perjalanan dari
paru-paru terinfeksi ke dalam aliran darah, menyebabkan
penyakit serius atau bahkan fatal seperti syok septik, dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan beberapa bagian tubuh
termasuk otak, ginjal, dan jantung.
Bakteri juga dapat melakukan perjalanan ke daerah
antara paru-paru dan dinding dada (rongga pleura)
menyebabkan komplikasi yang disebut empiema. Penyebab
paling umum pneumonia yaitu bakteri Streptococcus
Pneumoniae dan atypical bakteri. Bermacam-macam
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya Bronko
Pneumonia. Atypical bakteri adalah bakteri parasit yang hidup
10
xxiv
tidak memiliki dinding sel. Selain itu mereka menyebabkan
pneumonia umumnya kurang parah, sehingga gejala atypical,
dan merespon terhadap antibiotik yang berbeda dari bakteri
lain. Jenis bakteri gram-positif yang menyebabkan Pneumonia
dapat ditemukan dalam hidung atau mulut orang sehat banyak.
Streptococcus Pneumoniae, sering disebut Pneumokokus,
adalah bakteri penyebab paling umum pneumonia pada semua
kelompok umur kecuali bayi baru lahir. Pneumococcus
membunuh sekitar satu juta anak setiap tahunnya, terutama
dinegara-negara berkembang. Penyebab lain gram-positif
penting dari pneumonia adalah Staphylococcus Aureus,
dengan Streptococcus Agalactiae menjadi penyebab penting
pneumonia pada bayi baru lahir. Bakteri gram-negatif
menyebabkan pneumonia lebih jarang dari pada bakteri gram
positif.
Beberapa bakteri gram-negatif yang menyebabkan
pneumonia termasuk Haemophilus Influenzae, Klebsiella
Pneumoniae, Escherichia Coli, Pseudomonas Aeruginosa dan
Moraxella Catarrhalis. Bakteri ini sering hidup dalam perut atau
usus dan bisa masuk paru-paru jika dihirup muntah. Atypical
bakteri yang menyebabkan pneumonia termasuk
Chlamydophila Pneumoniae, Mycoplasma Pneumoniae, dan
Legionella Pneumophila.
11
xxv
3) Jamur
Pneumonia jamur jarang, tetapi dapat terjadi pada
individu dengan masalah sistem kekebalan tubuh karena
AIDS, obat-obatan immune suppressive atau masalah medis
lainnya. Patofisiologi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
adalah mirip dengan pneumonia bakteri. Pneumonia jamur
yang paling sering disebabkan oleh Histoplasma Capsulatum,
Blastomyces, Cryptococcus Neoformans, Pneumocystis
Jiroveci, dan Coccidoide Immitis.
4) Parasit
Berbagai parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit
ini biasanya memasuki tubuh melalui kulit atau dengan di telan.
Setelah masuk, mereka melakukan perjalanan ke paru-paru,
biasanya melalui darah. Ada, seperti dalam kasus lain
pneumonia, kombinasi kerusakan seluler dan respon imun
menyebabkan gangguan transportasi oksigen. Salah satu jenis
sel darah putih, eosinofil itu, merespon dengan penuh
semangat untuk infeksi parasit. Eosinofildi paru-paru dapat
menyebabkan pneumonia eosinofilik, sehingga menyulitkan
pneumonia parasit yang mendasarinya. Parasit yang paling
umum yang menyebabkan Pneumonia Toxoplasma Gondii,
Strongyloides Stercoralis, dan Ascariasis.
12
xxvi
5) Idiopathic
Pneumonia Interstisial Idiopatik (IIP) adalah kelas
penyakit paru difus. Ddalam beberapa jenis IIP, misalnya
beberapa jenis pneumonia interstisial biasa penyebabnya,
memang, tidak diketahui atau idiopatik. Dalam beberapa jenis
IIP penyebab pneumonia diketahui, pneumonia interstisial
deskuamatif misalnya disebabkan oleh perilaku merokok .
e. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa
saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca
operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan,
sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan
hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru (Qaulyiah: 2010).
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat
secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari
13
xxvii
lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar
dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia (Qaulyiah, 2010).
f. Klasifikasi Pneumonia
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2013 klasifikasi
pneumonia berdasarkan adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas disertai peningkatan frekuensi napas sesuai kelompok
umur yakni:
1) Kelompok Umur 2 Bulan - ≤ 5 Tahun
a) Klasifikasi pneumonia berat selain batuk dan atau sukar
bernapas, tanda penyerta lain yaitu tarikan dinding dada
bagian bawah kedalama(chest indrawing),
b) Klasifikasi pneumonia selain ditandai dengan batuk dan
atau sukar bernapas, tanda penyerta lainnya yaitu napas
cepat sesuai golonganumur. Umur 2 bulan - < 1 tahun
irama napas sama dengan 50 kali atau lebih/menit
sedangkan untuk umur 1 - <5 tahun irama napasnya 40 kali
atau lebih/menit.
c) Klasifikasi bukan pneumonia hanya ditandai dengan batuk
dan atau sukar bernapas tidak ada tanda penyerta lain
14
xxviii
yakni tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam.
2) Kelompok Umur < 2 Bulan
a) Klasifikasi pneumonia berat untuk umur <2 bulan ditandai
dengan napas cepat > 60 kali atau lebih/menit atau ada
tarikan kuat dinding dada bagian bawah kedalam serta
dibarengi dengan batuk dan atau sukar bernapas.
b) Klasifikasi bukan pneumonia untuk kelompok umur <2
bulan hanya ditandai dengan batuk dan atau sukar
bernapas serta tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 2013).
2. Faktor Risiko Pneumonia
Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan
seorang anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat.
Berbagai faKtor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit
dan kematian karena pneumonia yaitu:
a. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan dan
kesejahteraan anak. Problem status gizi balita berupa malnutrisi.
Balita dengan keadaan gizi yang kurang akan lebih mudah
terserang pneumonia dibandingkan dengan gizi normal karena
faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan balita tidak nafsu makan dan mengakibatkan
kekurangan gizi. Asupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk
15
xxix
kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan
(Rahayu, 2012).
Status gizi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya pneumonia. Status gizi yang buruk akan lebih mudah
terserang pneumonia dan balita yang menderita pneumonia dapat
menyebabkan balita mengalami gangguan status gizi akibat
gangguan metabolisme tubuh. Tingkat keparahan pneumonia
sangat mempengaruhi terjadinya gangguan status gizi pada balita,
semakin parah pneumonia yang diderita balita maka akan dapat
mengakibatkan status gizi yang buruk pada balita (Sihotang,
2009).
Menurut Djuanda (2010), menurunnya status gizi berakibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap infeksi yaitu melalui
gangguan imunitas humoral yang disebabkan oleh menurunnya
komplemen protein, dan menurunnya aktivitas leukosit untuk
memfagosit maupun membunuh kuman. Menurut Pudjiadi (2009),
malnutrisi akan menurunkan imunitas seluler, kelenjar timus dan
tonsil menjadi atrofik dan jumlah sel T-limfosit berkurang sehinnga
tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Penelusuran
kepustakaan menunjukkan adanya hubungan antara status gizi
dengan kejadian pneumonia pada anak balita. Semakin baik
status gizi maka kejadian pneumonia pada anak balita semakin
berkurang. Tetapi disamping status gizi, kejadian pneumonia pada
16
xxx
anak balita dipengaruhi juga oleh lingkungan fisik, jenis kelamin,
umur, asupan ASI, dan prematuritas.
Status gizi kurang menyebabkan ketahanan tubuh menurun
dan virulensi patogen lebih kuat sehingga akan menyebabkan
keseimbangan terganggu dan akan terjadi infeksi. Salah satu
determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan
tersebut adalah status gizi baik. Balita dengan gizi yang kurang
akan lebih mudah terserang pneumonia dibandingkan balita
dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang.
Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi,
sehingga terjadi hubungan timbal balik antara status gizi dan
penyakit infeksi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah
terserang pneumonia berat bahkan serangannya lebih lama.
Keadaan gizi kurang maupun buruk muncul sebagai faktor
penyebab yang penting untuk terjadinya pneumonia. Balita yang
gizi kurang akan lebih mudah terserang pneumonia dibandingkan
balita gizi baik, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang
(Maryunani, 2010).
Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan 3 hal, yaitu antara berat badan terhadap umur,
tinggi/panjang badan terhadap umur, dan berat badan terhadap
tinggi/panjang badan dengan rujukan standar yang telah
ditetapkan. WHO merekomendasikan buku WHO-NCHS (National
17
xxxi
Center of Healt Statistic-USA) sebagai referensi penentuan status
gizi balita (WHO, 2013).
Penilaian status gizi dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1) Antropometri
Berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi manusia dari berbagai tingkatan
umur dan tingkat gizi. Digunakan untuk melihat ketidak
seimbangan asupan protein dan energI yang terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh.
2) Klinis
Berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi.
3) Biokimia
Merupakan pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh.
4) Biofisik
Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan
(BB), dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB anak ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu BB menurut umur
18
xxxii
(BB/U), TB menurut umur (TB/U), dan BB menurut TB (BB/TB)
(Kemenkes RI, 2010).
b. Pemberian ASI
Perbaikan gizi seperti pemberian ASI eksklusif dan
pemberian mikronutrin bisa membantu pencegahan penyakit pada
anak. Pemberian ASI sub-optimal mempunyai resiko kematian
karena infeksi saluran nafas bawah sebesar 20%. ASI memiliki
banyak kandungan seperti vitamin, mineral, lemak, karbohidrat,
dan protein sehingga memiliki peran yang sangat penting untuk
melindungi anak dari infeksi (Prihatiningtyas, 2014).
Manfaat ASI bagi bayi dan ibu antara lain:
1) Manfaat ASI bagi Bayi
Kandungan antibodi yang terdapat di dalam asi
mengakibatkan bayi akan menjadi lebih sehat dan kuat dan
menghindari bayi dari malnutrisi. Didalam manfaatnya untuk
kecerdasan, laktosa yang terkandung dalam ASI berfungsi
untuk proses pematangan otak secara optimal. Pembentukan
Emotional Intelligence (EI) akan dirangsang ketika bayi di susui
dan berada dalam dekapan ibunya. Kandungan di dalam ASI
juga dapat meningkatkan sistem imun yang menyebabkan bayi
lebih kebal terhadap berbagai jenis penyakit (Quigley et al,
2011).
19
xxxiii
2) Manfaat ASI bagi Ibu
Pemberian ASI merupakan diet alami bagi ibu karena
pada saat menyusui akan terjadi proses pembakaran kalori
yang membantu penurunan berat badan lebih cepat,
mengurangi resiko anemia yang diakibatkan oleh perdarahan
setelah melahirkan, menurunkan kadar estrogen sehingga
mencegah terjadinya kanker payudara, serta pemberian asi
juga akan memberikan manfaat ekonomis bagi ibu karena ibu
tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu atau
suplemen untuk bayi.
Adapun zat nutrient yang terkandung dalam ASI
(Maryunani, 2012) adalah sebagai berikut:
1) Karbohodrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan
berfungsi sebagai salah satu sumber energi dalam otak. Kadar
laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dalam dua kali lipat
dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu
formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,
tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi
(7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini
maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
2) Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya
berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi.
20
xxxiv
3) Lemak
Kadar lemak dalam ASI tinggi yaitu lemak omega 3 dan
omega 6 yang di butuhkan untuk mendukung pertumbuhan
otak yang cepat selama masa bayi. Disamping itu ASI juga
mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya
asam Dokosa Heks Anoik (DHA) dan Asam Arakodinat (ARA)
yang berperan terhadap perkembangan saraf dan retina mata.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang
seimbang sehingga baik untuk kesehatan jantung dan
pembuluh darah.
4) Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang
tinggi terutama pada tiga minggu pertama menyusui, bahkan
didalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi.
5) Vitamin
Meliputi kandungan vitamin K, vitamin D, vitamin E,
vitamin A, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.
6) Garam dan Mineral
Dalam ASI terkandung zat besi dan kalsium yang
merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap oleh
bayi.
21
xxxv
c. Suplemen Vitamin A
Program pemberian vitamin A setiap 6 bulan untuk balita
telah dilaksanakan di Indonesia. Vitamin A bermanfaat untuk
meningkatkan imunitas dan melindungi saluran pernapasan dari
infeksi kuman atau bakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Dian
Rahayu (2012), dinyatakan bahwa balita yang tidak pernah
mendapatkan vitamin A dosis tinggi lengkap mempunyai risiko
untuk menderita pneumonia 4 kali dibandingkan dengan balita
yang mendapatkan vitamin A dosis lengkap.
d. Vaksinasi (Imunisasi)
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya terhadap seseorang. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Adnan, 2011).
Pemberian imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan kepada anak terhadap penyakit dan menurunkan
angka kematian dan kesakitan yang disebabkan penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Seperti diketahui 43,1%-
76,6% kematian pneumonia yang berkembang dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti Difteri, Pertusis, dan
Campak. Bila anak sudah dilengkapi dengan imunisasi dengan
22
xxxvi
imunisasi DPT dan Campak, dapat diharapkan perkembangan
penyakit pneumonia tidak akan menjadi berat (Adnan, 2011).
Upaya untuk menurunkan resiko penyakit pneumonia perlu
dilakukan, yaitu dengan pemberian Imunisasi dasar lengkap.
Program pemerintah setiap balita harus mendapatkan Lima
Imunisasi dasar Lengkap (LIL) yang mencakup 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak.
Penyakit pneumonia akan menyerang apabila kekebalan tubuh
(immunitas) menurun. Bayi dan anak di bawah lima tahun adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih
sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit
pneumonia baik golongan pneumonia ataupun golongan bukan
pneumonia (Presylia, 2014).
Salah satu pencegahan penyakit pneumonia antara lain
dengan imunisasi. Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan
dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau
anak sehingga terhindar dari penyakit dengan memasukan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
penyakit tertentu. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam
tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk
antibodi. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap
jenis virus atau bakteri tersebut.
23
xxxvii
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak-
anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri. Imunisasi
bermafaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit infeksi seperti
polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan Campak.
Bahkan imunisasi juga dapat mencegah kematian dari akibat
penyakit-penyakit tersebut. Penyakit yang tergolong pneumonia
yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri dan batuk
rejan (Depkes RI, 2010).
Dengan memberikan 5 imunisasi dasar pada bayinya, ibu
mengharapkan Imunisasi tersebut dapat memberikan manfaat
dalam memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis
penyakit infeksi seperti polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B dan Campak. Kemenkes RI. dalam Suparyanto (2014),
menyebutkan bahwa Imunisasi merupakan suatu upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan cara
memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah
dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem
kekebalan tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan
datang.
Depkes RI (2009) menyatakan bahwa imunisasi melindungi
anak dari penyakit, mencegah kecacatan dan mencegah kematian
anak. Imunisasi dasar yang harus dimiliki bayi diantaranya adalah:
24
xxxviii
1) Vaksin Hepatitis B, berfungsi mencegah penyakit hepatitis B
atau kerusakan hati
2) Vaksin BCG, berfungsi mencegah penyakit TBC/Tuberkulosis
atau sakit paru-paru.
3) Vaksin Polio, berfungsi mencegah penyakit polio atau lumpuh
layu pada tungkai kaki dan lengan tangan.
4) Vaksin DPT, berfungsi mencegah penyakit difteri atau
penyumbatan jalan nafas, batuk rejan atau batuk 100 hari dan
tetanus
5) Vaksin Campak, berfungsi mencegah penyakit campak yaitu
radang paru, radang otak dan kebutaan.
Pemberian vaksin pada anak harus sesuai dengan jadwal.
Adapun jadwal pemberian imunisasi menurut Departemen
Kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Imunisasi
No Umur Jenis Imunisasi
1 0 Bulan Hepatitis B
2 1 Bulan BCG, Polio 1
3 2 Bulan DPT/HB1, Polio 2
4 3 Bulan DPT/HB2, Polio 3
5 4 Bulan DPT/HB3, Polio 4
6 9 Bulan Campak
B. Landasan Teori
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Juga bisa di definisikan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
25
xxxix
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat dan menimbulkan
angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam dan
sesak nafas (Qaulyiah, 2010).
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomi pneumonia dapat
diklasifikasikan sebagai pneumonia laboralis, pneumonia segmentalis,
dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai bronco pneumonia dan
biasanya mengenai paru bagian bawah (Qaulyiah, 2010).
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadapat meningkatnya
kejadian pneumonia pada balita, baik faktor sosial ekonomi, faktor nutrisi,
faktor lingkungan serta riwayat penyakit lainnya. Salah satu faktor risiko
yang dapat menyebabkan balita menjadi sasaran empuk penyakit
pneumonia yaitu tidak mendapat ASI Eksklusif. Balita bisa saja tak cukup
mendapatkan nutrisi yang cukup. Ini membuat kekebalan tubuhnya
kurang sehingga mudah untuk terinfeksi penyakit pneumonia. Nutrisi
terbaik untuk balita adalah air susu ibu (ASI). Kandungan antibodi yang
terdapat di dalam ASI mengakibatkan bayi akan menjadi lebih sehat dan
kuat dan menghindari bayi dari malnutrisi (Quigley et al, 2011).
26
xl
C. Kerangka Teori
Gambar 1:
Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori ”faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita”
(Qaulyiah: 2010), (Widagdo, 2012), (Dian Putri, 2012), (Maryunani, 2012)
Faktor penyebab terjadinya pneumonia: Mikroorganisme(virus, bakteri,
dll)
Faktor resiko pneumonia : Status Gizi
Pemberian ASI Eksklusif
Vaksinasi/Imunisasi
Pemberian vitamin A
Terjadinya penyakit pneumonia pada
balita
27
xli
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat kerangka
konsep sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel Independen : Faktor risiko pneumonia
Variabel Dependent : Kejadian Pneumonia Pada Balita
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Status Gizi
H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
pneumonia pada balita
Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
pneumonia pada balita
Kejadian Pneumonia
Pada Balita
Status Gizi
Vaksinasi (Imunisasi)
28
xlii
2. Pemberian Imunisasi
H0 : Tidak ada hubungan antara pemberian imunisasi dengan
kejadian pneumonia pada balita
Ha : Ada hubungan antara pemberian imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita
29
xliii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control ialah
suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif (penelusuran ke
belakang) apakah kasus dan kontrol terkena penyakit atau tidak
(Riyanto, 2011).
Rancangan penelitian disajikan sebagai berikut:
Gambar 3. Bagan Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
pada tanggal 2 Mei – 14 Juli 2017.
30
Populasi (156 Balita))
Status Gizi Kurang Baik (-)
Imunisasi tidak lengkap (-)
Pneumonia
Tidak Pneumonia
Status Gizi Baik (+)
Imunisasi lengkap (+)
xliv
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang tercatat
dalam buku register di ruang Poli KIA Puskesmas Perumnas Kota
kendari tahun 2016 sebanyak 3.803 balita dan yang menderita
pneumonia sebanyak 78 balita.
2. Sampel
Sampel dalam penilitian ini adalah balita yang di diagnosa
menderita pneumonia sebagai kasus yaitu sebanyak 78 balita dan
tidak di diagnosa menderita pneumonia sebagai kontrol sebanyak 78
balita, jadi totalnya adalah sebanyak 156 balita yang tercatat dalam
buku register di ruang Poli KIA Puskesmas Perumnas Kota kendari
tahun 2016.
a. Kasus
Balita yang menderita pneumonia yang tercatat dalam buku
register Poli KIA Puskesmas Perumnas Kota kendari tahun 2016
sebanyak 78 balita.
b. Kontrol
Balita yang tidak menderita pneumonia yang tercatat dalam
buku register Poli KIA Puskesmas Perumnas Kota kendari tahun
2016 sebanyak 78 balita.
c. Besar Sampel
Jumlah sampel pada kelompok kasus sebanyak 78 balita
yang menderita pneumonia ruang Poli KIA Puskesmas Perumnas
31
xlv
Kota kendari. Jumlah sampel pada kelompok kontrol sebanyak 78
balita, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol yaitu 1:1, jadi total sampel adalah sebanyak 156
balita. Pengambilan sampel kontrol secara acak disebut random
sampling, dengan teknik sistematik sampling yaitu dengan cara
menentukan lebih dahulu angka kelipatan atau K = jumlah
populasi/jumlah sampel yang diinginkan (sampel kontrol). Jika
jumlah populasi adalah 3.803 dan sampel kontrol adalah 78
[(3.803 – 78 = 3.725 : 78 = 47,75 di genapkan menjadi 48)], maka
setiap kelipatan 48 akan menjadi sampel kontrol, dimana sampel
kontrol yang dipilih didasarkan pada nomor kelipatan 48, 96 dan
seterusnya sampai mencukupi 78 responden (Nursalam, 2008).
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini
juga dikenal dengan nama variabel bebas, artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2010). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah Faktor risiko pneumonia yakni status gizi
dan pemberian imunisasi.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2010). Variabel
32
xlvi
dependen dalam penelitian ini adalah kejadian pneumonia pada
balita.
E. Definisi Operasional
1. Kejadian Pneumonia pada Balita
Dalam penelitian ini adalah balita yang mengalami infeksi akut
pada jaringan paru-paru (Alveoli).
Kriteria objektif :
Kasus : Balita yang menderita pneumonia berdasarkan hasil
diagnosa dokter
Kontrol : Balita yang tidak menderita pneumonia berdasarkan hasil
diagnosa dokter
2. Status Gizi Balita
Status gizi Balita dalam penelitian ini adalah keadaan tubuh
Balita sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi, dilakukan dengan pengukuran BB/U dan dibandingkan dengan
standar WHO dengan simbol baku Z-score (Kemenkes RI, 2013).
Kriteria objektif:
Gizi Baik : Bila Z-Score ≥ -2 SD sampai +2 SD
Gizi Kurang : Bila Z-Score > +2 SD dan < -2 SD sampai ≥ -3 SD
3. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi sesuai dengan umur balita. BCG 1 kali
pada usia 0-2 bulan, DPT 3 kali pada usia 2-6 bulan, imunisasi polio 4
33
xlvii
kali pada usia 0-6 bulan, imunisasi hepatitis B 3 kali pada usia 0-6
bulan dan imunisasi Campak 1 kali pada usia 9 bulan.
Kriteria objektif:
Lengkap : Bila bayi 0-12 bulan mendapatkan imunisasi
sesuai usianya
Tidak Lengkap : Bila bayi atau balita 0-12 bulan tidak atau belum
mendapatkan imunisasi sesuai dengan usianya
F. Instrumen Penelitian
Instrument yang di gunakan dalam Penelitian ini adalah data
terolah dari buku register di ruang KIA Puskesmas Perumnas.
G. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data responden akan di dapatkan melalui kuisioner dengan
menggunakan jenis pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden dan di wawancarai secara langsung.
2. Data Sekunder
Data terolah dari buku register di ruang KIA puskesmas
Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
34
xlviii
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Penelitian
I. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan
yang diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi
kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika
Populasi: Semua Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016
sebanyak 3.803 orang
Sampel: Balita yang menderita pneumonia sebanyak 78 orang
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
35
xlix
terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat
dan segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah
diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan
dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum
menyerahkan kuesioner.
2. Pengkodean (coding)
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap
berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode
untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk
memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang
mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang
mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap
jawaban responden.
3. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
4. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
36
l
fh
fhfoX
2
2)(
J. Analisa Data
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan analisis data yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis ini menggunakan perhitungan statistik secara
sederhana untuk mengetahui presentase satu variabel dengan
menggunakan rumus :
kn
fP
Keterangan : P = Presentase hasil yang dicapai f = frekuensi variabel yang diteliti n = jumlah sampel penelitian k = konstanta (Arikunto, 2008)
2. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah
chi squere, dengan rumus:
Keterangan
X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung
f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data
fh = Frekuensi harapan (Alimul, 2007).
Interpretasi hasil:
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >
0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
37
li
berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan.
Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada
dependent variabel. Uji statistik yang digunakan adalah perhitungan
Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi faktor
resiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan table 2x2 sebagai
berikut :
Tabel 2. Tabel kontegensi 2x2
Faktor risiko Kejadian Pneumonia
jumlah Kasus Kontrol
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Keterangan :
A : jumlah kasus dengan risiko positif
B : jumlah control dengan risiko positif
C : jumlah kasus dengan risiko negatif
D : jumlah kasus dengan resiko negatif
Rumus Odds Ratio
Odds Case : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odds Kontrol : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d
Odds Ratio : a/c : b/d = ad/bc
Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat
kepercayaan 95% dengan interpretasi:
38
lii
Jika OR > 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko
(tidak ada hubungan)
Jika OR < 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor positif
39
liii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari terdiri
dari 3 (tiga) Kelurahan, yakni Kelurahan Bende, Korumba, dan
Mandonga yang merupakan wilayah administratif Kecamatan
Mandonga, dengan luas wilayah ± 21.673 km2. dengan batas
wilayah kerja Puskesmas Perumnas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tobuha dan
Kelurahan Mandonga
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kadia
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bonggoeya
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Poasia
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perumnas
pada tahun 2016 sebanyak 44.616 jiwa yang tersebar di 3 (tiga)
kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 15.639
jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah
sebagai berikut:
40
liv
1) Kelurahan Bende : 16.069 jiwa.
2) Kelurahan Korumba : 13.410 jiwa.
3) Kelurahan Mandonga : 15.137 jiwa.
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Perumnas terdiri dari:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di
Kelurahan Korumba dan Kelurahan Mandonga.
b) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di
Kelurahan Korumba dan Kelurahan Mandonga, keduanya
sudah berfungsi.
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 2 unit.
b) Praktek dokter berkelompok 3 unit.
3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat
Posyandu 14 unit, berlokasi di Kelurahan Bende sebanyak 4
unit, di Kelurahan Korumba sebanyak 4 unit, dan di Kelurahan
Mandonga sebanyak 6 unit.
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Perumnas
adalah sebagai berikut:
41
lv
Tabel 3. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Perumnas.
Jumlah tenaga Status
Jumlah PNS Honorer Sukarela
Dokter Umum Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Perawat Bidan Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Sopir Petugas kebersihan SMU
2 3 5 1 1
10 6 1 1 8 2 3 1 1 1 -
- - - - - - - - - - - - - - 1 1
- - 1 - - 7 - 2 1 2 - - - - - -
2 3 6 1 1
17 6 3 2
10 2 3 1 1 2 1
Sumber: Data Sekunder, Tahun 2016.
2. Karakteristik Responden
a. Umur Balita
Karakteristik responden berdasarkan umur Balita di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 4. Karakteristik Umur Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016
Umur (Tahun) Jumlah
N %
1,0 – < 3 (Batita) 3,0 – < 5 (Balita)
47 109
30,1 69,9
Total 156 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 4 menunjukkan responden terbanyak memiliki Balita
dengan umur 3,0 – < 5 tahun sebanyak 109 orang (69,9%).
42
lvi
Sedangkan yang terendah adalah Batita dengan umur 1,0 – < 3
tahun sebanyak 47 orang (30,1%).
b. Jenis Kelamin Balita
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Balita
di Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 5. Karakteristik Jenis Kelamin Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah
n %
Laki-laki Perempuan
66 90
42,3 57,7
Total 156 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 5 menunjukkan responden terbanyak memiliki Balita
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 90 orang (57,7%).
Sedangkan yang terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak
66 orang (42,3%).
3. Analisis Univariat
a. Status Gizi Balita
Distribusi responden berdasarkan status gizi Balita di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada tabel berikut
ini:
43
lvii
Tabel 6. Distribusi Status Gizi Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Status Gizi
Kejadian Pneumonia Jumlah
Kasus Kontrol
n (%) n (%) n (%)
Kurang Baik
43 35
27,6 22,4
30 48
19,2 30,8
73 83
46,8 53,2
Total 78 50,0 78 50,0 156 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 156 responden, 73
responden (46,8%) yang memiliki status gizi kurang, terdapat 43
responden (27,6%) yang menderita pneumonia dan 30 responden
(19,2%) yang tidak menderita pneumonia. Sedangkan dari 83
responden (53,2%) yang memiliki status gizi baik, terdapat 35
responden (22,4%) yang menderita pneumonia dan 48 responden
(30,8%) yang tidak menderita pneumonia.
b. Pemberian Imunisasi
Distribusi responden berdasarkan pemberian imunisasi
pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 7. Distribusi Pemberian Imunisasi pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Pemberian Imunisasi
Kejadian Pneumonia Jumlah
Kasus Kontrol
n (%) n (%) n (%)
Tidak Lengkap Lengkap
34 44
21,8 28,2
20 58
12,8 37,2
54 102
34,6 65,4
Total 78 50,0 78 50,0 156 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
44
lviii
Tabel 7 menunjukkan dari 156 responden, 54 responden
(34,6%) yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, terdapat 34
responden (21,8%) yang menderita pneumonia dan 20 responden
(12,8%) yang tidak menderita pneumonia. Sedangkan dari 102
responden (65,4%) yang mendapatkan imunisasi lengkap,
terdapat 44 responden (28,2%) yang menderita pneumonia dan
58 responden (37,2%) yang tidak menderita pneumonia.
4. Analisis Bivariat
a. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada
balita di Puskesmas Perumnas disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016.
Status Gizi
Kejadian Pneumonia Xhitung
(Xtabel) Nilai OR
Kasus Kontrol
n (%) n (%)
Kurang Baik
43 35
27,6 22,4
30 48
19,2 30,8
4,351 (3,841)
1,397
Total 78 50,0 78 50,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2
tabel
(4,351 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada
balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05).
45
lix
Nilai OR sebesar 1,397 yang lebih besar dari 1. Ini berarti
bahwa faktor status gizi benar-benar merupakan faktor risiko
kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota
Kendari tahun 2016. Hal Ini berarti bahwa status gizi balita yang
kurang memiliki risiko 1,39 kali lebih besar untuk menderita
pneumonia di Puskesmas Perumnas.
b. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
Hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016.
Pemberian Imunisasi
Kejadian Pneumonia Xhitung
(Xtabel) Nilai OR
Kasus Kontrol
n (%) n (%)
Tidak Lengkap Lengkap
34 44
21,8 28,2
20 58
12,8 37,2
5,551 (3,841)
1,460 Total 78 50,0 78 50,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2
tabel
(5,551 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara pemberian imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR sebesar 1,460
yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor pemberian
imunisasi benar-benar merupakan faktor risiko kejadian
46
lx
pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas Kota Kendari
tahun 2016. Hal Ini berarti bahwa pemberian imunisasi pada balita
yang tidak lengkap memiliki risiko 1,46 kali lebih besar untuk
menderita pneumonia di Puskesmas Perumnas.
B. Pembahasan
1. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami
status gizi kurang lebih banyak menderita pneumonia dibandingkan
dengan yang memiliki status gizi baik. Hasil analisis chi square
menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi balita dengan
kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Perumnas. Nilai OR
sebesar 1,397 yang lebih besar dari 1. Hal Ini berarti bahwa status
gizi balita yang kurang memiliki risiko 1,39 kali lebih besar untuk
menderita pneumonia di Puskesmas Perumnas.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Turiman (2008), bahwa
gizi baik mempunyai kecenderungan untuk masuk dalam kategori
bukan pneumonia yaitu sebesar 35 orang (46,7%) dibandingkan
dengan status gizi kurang yaitu sebesar 19 orang (25,3%). Adapun
balita yang terkena pneumonia paling besar mempunyai status gizi
kurang sebesar 14 orang (18,7%).
Status gizi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya pneumonia. Status gizi yang buruk akan lebih mudah
terserang pneumonia dan balita yang menderita pneumonia dapat
47
lxi
menyebabkan balita mengalami gangguan status gizi akibat
gangguan metabolisme tubuh. Tingkat keparahan pneumonia sangat
mempengaruhi terjadinya gangguan status gizi pada balita, semakin
parah pneumonia yang diderita balita maka akan dapat
mengakibatkan status gizi yang buruk pada balita (Sihotang, 2009).
Menurut Djuanda (2010), menurunnya status gizi berakibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap infeksi yaitu melalui
gangguan imunitas humoral yang disebabkan oleh menurunnya
komplemen protein, dan menurunnya aktivitas leukosit untuk
memfagosit maupun membunuh kuman. Menurut Pudjiadi (2009),
malnutrisi akan menurunkan imunitas seluler, kelenjar timus dan
tonsil menjadi atrofik dan jumlah sel T-limfosit berkurang sehinnga
tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Penelusuran
kepustakaan menunjukkan adanya hubungan antara status gizi
dengan kejadian pneumonia pada anak balita. Semakin baik status
gizi maka kejadian pneumonia pada anak balita semakin berkurang.
Tetapi disamping status gizi, kejadian pneumonia pada anak balita
dipengaruhi juga oleh lingkungan fisik, jenis kelamin, umur, asupan
ASI, dan prematuritas.
Status gizi kurang menyebabkan ketahanan tubuh menurun dan
virulensi patogen lebih kuat sehingga akan menyebabkan
keseimbangan terganggu dan akan terjadi infeksi. Salah satu
determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi baik. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih
48
lxii
mudah terserang pneumonia dibandingkan balita dengan gizi normal
karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri
akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi, sehingga terjadi hubungan timbal
balik antara status gizi dan penyakit infeksi. Pada keadaan gizi
kurang, balita lebih mudah terserang pneumonia berat bahkan
serangannya lebih lama.
Keadaan gizi kurang maupun buruk muncul sebagai faktor
penyebab yang penting untuk terjadinya pneumonia. Balita yang gizi
kurang akan lebih mudah terserang pneumonia dibandingkan balita
gizi baik, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang (Maryunani,
2010).
Pneumonia lebih banyak pada anak dengan status gizi kurang
dan buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian Rusepno (2008) yang
menyatakan bahwa gizi kurang dan buruk akan menyebabkan balita
lebih rentan terhadap infeksi, seperti pneumonia. Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa status gizi baik
pada balita mempengaruhi daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh
terhadap serangan infeksi bakteri maupun virus yang dapat
menyebabkan pneumonia. Pada balita yang mengalami status gizi
tidak baik (kurang dan buruk), sebagian besar mengalami ISPA. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara penyakit infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
gizi kurang dan buruk. Penyakit infeksi akan mempengaruhi status
49
lxiii
gizi dan mempercepat malnutrisi sehingga mempercepat terjadinya
pneumonia (Rusepno, 2008).
Malnutrisi dapat menyebabkan kelainan pada saluran napas
sehingga mengganggu proses fisiologis saluran napas dalam hal
proteksi terhadap agen penyakit. Pada saluran napas dalam keadaan
normal terdapat proses fisiologis menghalau agen penyakit, seperti
reflek batuk, peningkatan jumlah cairan mukosa ketika terdapat agen
yang membahayakan kesehatan saluran napas. Pada anak dengan
keadaan malnutrisi, proses fisiologis ini tidak berjalan dengan baik,
sehingga agen penyakit yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh
menjadi terakumulasi dalam saluran napas sampai pada paru-paru.
Pembentukan IgA sekretorik pada cairan mukosa saluran napas
juga terganggu. IgA sekretorik yang bertugas sebagai pertahanan
tubuh, pada anak dengan malnutrisi, menurun produksinya dan
fungsinya. Pertahanan tubuh seluler dan humoral menjadi terganggu
menyebabkan agen patogen yang masuk tidak terdeteksi dan tidak
dapat dikontrol. Agen patogen yang masuk dan terakumulasi dalam
saluran napas akhirnya menimbulkan manifestasi pada tubuh anak
dengan malnutrisi.
Menurut Pudjiadi (2009), telah lama diketahui adanya interaksi
sinergistis antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya
dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya
malnutrisi, walaupun ringan berpengaruh negatif terhadap daya tahan
50
lxiv
tubuh sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kemungkinan adalah keadaan sosial
ekonomi orang tua balita yang rata-rata dari golongan menengah ke
bawah, terbatasnya pengetahuan dan perhatian orang tua mengenai
kesehatan, dan kurangnya kesadaran orang tua untuk segera
memeriksakan anaknya bila sakit.
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan
defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat
diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi (Yetti dan Muhamad,
2010).
Status gizi seseorang terkait dengan permasalahan kesehatan
secara umum di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperberat penyakit infeksi secara langsung juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara individu.
Kondisi gizi buruk sering disertai dengan defisiensi (kekurangan)
asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Gizi buruk akan merusak sistem pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali
terkena infeksi (Yetti dan Muhamad, 2010).
51
lxv
2. Hubungan Pemberian Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang memiliki status
imunisasi lengkap lebih banyak tidak menderita pneumonia
dibandingkan dengan yang memiliki status imunisasi tidak lengkap.
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pemberian imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Perumnas. Nilai OR sebesar 1,460 yang lebih besar dari
1. Hal Ini berarti bahwa pemberian imunisasi yang tidak lengkap
memiliki risiko 1,46 kali lebih besar untuk menderita pneumonia di
Puskesmas Perumnas. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa
dengan status imunisasi dasar yang lengkap pada balita, maka akan
semakin banyak anak yang tidak mengalami pneumonia, atau
semakin sedikit yang mengalami pneumonia.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
anak usia balita telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap
seperti BCG, DPT, polio, Hepatitis B dan campak. Ibu menyadari
akan manfaat dan pentingnya imunisasi bagi anaknya agar anaknya
mendapatkan perlindungan terhadap penyakit-penyakit seperti TB
paru, difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis B dan campak.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa balita yang
imunisasinya tidak lengkap dikarenakan belum memperoleh imunisasi
campak dan HB0. Adapula anak balita telah memperoleh lima
imunisasi dasar namun tidak sesuai umur pemberian vaksin.
Sebagian besar imunisasi dasar yang diperoleh balita tidak tepat
52
lxvi
waktu adalah imunisasi campak dan polio. Ada beberapa anak balita
yang memperoleh imunisasi campak ketika berumur >9 bulan.
Adapun imunisasi polio diperoleh anak balita tidak berselang 1 bulan,
terkadang imunisasi polio 1 dan polio 2 diperoleh secara bersamaan.
Menurut keterangan dari ibu yang mempunyai anak balita,
terkadang tidak rutin mengikuti posyandu hal itu disebabkan anaknya
menolak/ mengamuk untuk dibawa ke posyandu. Walaupun hasil
analisis pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan status
imunisasi dengan kejadian pneumonia, namun proporsi balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap yang menderita pneumonia
lebih banyak dibandingkan balita yang mempunyai status imunisasi
tidak lengkap. Masih tingginya pneumonia pada balita, walaupun
telah menerima imunisasi lengkap diakibatkan karena belum ada
vaksin yang dapat mencegah pneumonia secara langsung. Daya
tahan tubuh anak yang rendah dapat mempengaruhi kejadian
pneumonia pada balita yang telah memiliki imunisasi lengkap.
Kemampuan tubuh seorang anak untuk menangkal suatu penyakit
dipengaruhi beberapa faktor yaitu: faktor genetik dan kualitas vaksin.
Upaya untuk menurunkan resiko penyakit pneumonia perlu
dilakukan, yaitu dengan pemberian Imunisasi dasar lengkap. Program
pemerintah setiap balita harus mendapatkan Lima Imunisasi dasar
Lengkap (LIL) yang mencakup 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak. Penyakit pneumonia
akan menyerang apabila kekebalan tubuh (immunitas) menurun. Bayi
53
lxvii
dan anak di bawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang masih sangat rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk penyakit pneumonia baik golongan pneumonia
ataupun golongan bukan pneumonia (Presylia, 2014).
Hasil penelitian ini bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
dimana sebagian besar adalah SMA. Dengan pendidikan tersebut ibu
telah banyak terpapar informasi tentang pentingnya imunisasi bagi
anaknya baik dari tempat sekolahnya dulu maupun informasi dari
media televisi, cetak dan internet. Notoatmodjo (2007), menyebutkan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan.
Dari segi pekerjaan ibu yang sebagian besar tidak bekerja, ibu
mempunyai banyak waktu untuk membawa bayinya ke Puskesmas
dan posyandu agar bayinya mendapatkan imunisasi yang diperlukan.
Dari segi umur ibu yang sebagian besar usia produktif dimana
menurut Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa semakin cukup
usia seseorang, tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih
mudah untuk berpikir, dan mudah menerima informasi-informasi
tentang imunisasi dan manfaatnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agussalim
(2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status
imunisasi dengan kejadian penyakit pneumonia, dengan demikian
54
lxviii
adanya pemberian imunisasi yang lengkap maka risiko penyakit
pneumonia akan semakin kecil. Bayi dan balita yang pernah
terserang campak akan mendapat kekebalan alami terhadap
pneumonia sebagai komplikasi campak. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Darmayanti (2014), menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara status imunisasi dasar lengkap dengan kejadian
pneumonia pada balita.
Salah satu pencegahan penyakit pneumonia antara lain dengan
imunisasi. Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan dengan
sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit dengan memasukan vaksin kedalam
tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit
tertentu. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau
diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem
pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Antibodi
selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau
bakteri tersebut.
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri. Imunisasi bermafaat
untuk mencegah beberapa jenis penyakit infeksi seperti polio, TBC,
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan Campak. Bahkan imunisasi
juga dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit
55
lxix
tersebut. Penyakit yang tergolong pneumonia yang dapat dicegah
dengan imunisasi adalah difteri dan batuk rejan (Depkes RI, 2010).
Dengan memberikan 5 imunisasi dasar pada bayinya, ibu
mengharapkan Imunisasi tersebut dapat memberikan manfaat dalam
memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi
seperti polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan Campak.
Kemenkes RI. dalam Suparyanto (2014), menyebutkan bahwa
Imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme
bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) kedalam
tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis
antigen itu dimasa yang akan datang.
Menurut Agussalim (2012), bayi dan balita yang pernah
terserang campak dan selamat akan mendapat kekebalan alami
terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak. Sebagian besar
kematian pneumonia berasal dari jenis pneumonia yang berkembang
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri,
pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan
berperan besar dalam upaya pemberantasan pneumonia. Untuk
mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas pneumonia,
diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai
status imunisasi lengkap bila menderita pneumonia dapat diharapkan
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang
terbukti paling efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi
56
lxx
campak dan pertusis (DPT). Jadi, imunisasi campak dan DPT yang
diberikan bukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap
pneumonia secara langsung, melainkan hanya untuk mencegah
faktor yang dapat memacu terjadinya pneumonia.
Menurut Utami (2013), meskipun balita telah menerima
imunisasi dasar lengkap balita masih berisiko mengalami pneumonia
karena disamping faktor penyebab pneumonia seperti bakteri, virus
dan jamur. Pneumonia juga dipengaruhi oleh bibit penyakit, umur,
jenis kelamin, pengetahuan, status gizi, berat bayi lahir, status ASI
eksklusif, status imunisasi dan faktor lingkungan. Kejadian penyakit
pneumonia pada balita dapat juga diakibatkan karena pengetahuan
ibu mengenai penyakit, pencegahan penyakit dan cara pemeliharaan
kesehatan yang masih kurang (Notoatmodjo, 2007). Apabila
pengetahuan mengenai penyebab penyakit, pengobatan serta
pencegahannya baik tentunya orang tua dapat mengontrol kesehatan
anak sehingga tidak terjadi pneumonia.
Menurut Layuk (2012), pneumonia dapat disebabkan oleh
karena adanya paparan dari virus maupun bakteri misalnya bakteri
dari genus streptococcus, haemophylus, staphylococcus, dan
pneumococcu, dan jenis virus influenza, parainfluena, dan rhinovirus.
Pneumonia yang terjadi pada balita tidak langsung dipengaruhi oleh
imunisasi dasar lengkap walaupun tujuan pemberian imunisasi adalah
untuk memberikan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kebanyakan
kasus pneumonia yang terjadi didahului oleh penyakit campak yang
57
lxxi
merupakan salah satu faktor resiko penyebab pneumonia. Penyakit
campak inilah yang dapat dicegah melalui imunisasi dasar lengkap.
Masih tingginya kejadian pneumonia pada balita, walaupun telah
menerima imunisasi lengkap diakibatkan karena belum ada vaksin
yang dapat mencegah pneumonia secara langsung. Daya tahan
tubuh anak yang rendah dapat mempengaruhi kejadian pneumonia
pada balita yang telah memiliki imunisasi lengkap.
Umumnya untuk menilai status imunisasi pada balita dilihat dari
cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan
imunisasi terakhir yang diberikan saat bayi dengan harapan imunisasi
sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap. Keberhasilan imunisasi
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya status imun
penjamu, genetik, dan kualitas vaksin (Marimbi, 2010). Menurut
Hariani et al. dalam Suoth et al. (2016) anak yang telah menerima
imunisasi lengkap tapi menderita pneumonia, ini diakibatkan karena
daya tahan tubuh anak yang rendah yang dapat mempengaruhi
kejadian pneumonia pada anak. Imunisasi memang tidak dapat
mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, akan tetapi bila
bayi mendapatkan imunisasi lengkap diharapkan perkembangan
penyakitnya tidak akan lebih berat.
Peningkatan cakupan imunisasi lengkap akan berperan besar
dalam upaya penanggulangan pneumonia. Bayi dan balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita pneumonia
diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi berat atau
58
lxxii
fatal. Dengan imunisasi campak yang efektif sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%
kematian pneumonia dapat dicegah. Pemberian imunisasi dapat
mencegah berbagai jenis penyakit infeksi termasuk pneumonia.
Pemberian imunisasi DPT khususnya dapat mencegah infeksi saluran
pernapasan, anti batuk rejan dan tetanus (Prabu, 2009).
59
lxxiii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar responden memiliki Balita dengan status gizi yang
baik, yakni sebanyak 83 orang (53,2%)
2. Sebagain besar responden memiliki Balita imunisasi yang lengkap,
yakni sebanyak 102 orang (65,4%).
3. Balita yang menderita pneumonia sebanyak 78 orang (50,0%), dan
Balita yang tidak menderita pneumonia sebanyak 78 orang (50,0%).
4. Ada hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari, dengan nilai OR sebesar 1,395.
Ini berarti bahwa status gizi balita yang kurang memiliki risiko 1,39
kali lebih besar untuk menderita pneumonia di Puskesmas Perumnas.
5. Ada hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian pneumonia
pada balita di Puskesmas Perumnas, dengan nilai OR sebesar 1,460.
Ini berarti bahwa pemberian imunisasi yang tidak lengkap memiliki
risiko 1,60 kali lebih besar untuk menderita pneumonia di Puskesmas
Perumnas.
60
lxxiv
B. Saran
1. Bagi pemerintah, dalam membuat perencanaan dengan
memprioritaskan upaya promotif melalui penyuluhan tentang penyakit
pneumonia, gizi balita dan pentingnya imunisasi serta menggerakkan
masyarakat dalam kegiatan posyandu dengan cara peningkatan
partisipasi kader posyandu sehingga dapat meningkatkan status
imunisasi dan perbaikan status gizi pada balita.
2. Bagi profesi sebaiknya dapat menambah wawasan profesi kebidanan
dalam menunjang peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia
tentang peningkatan status gizi balita dan pemberian imunisasi dasar
lengkap dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Bagi institusi, sebaiknya selalu mengembangkan pengabdian kepada
masyarakat melalui penelitian yang sesuai dengan kapasitas dan
profesi kebidanan sehingga mahasiswa kebidanan benar-benar
mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang diperoleh.
4. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang berhubungan dengan
penelitian ini untuk mengkaji lebih lanjut mengenai determinan yang
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita dengan
menggunakan variabel lainnya seperti keadaan rumah, pemberian
vitamin A, dan pemberian ASI Eksklusif, dimana variabel tersebut
juga merupakan faktor pencetus terjadinya pneumonia pada balita.
61
lxxv
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2011. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/03/faktor-risiko-
kejadian-infeksi-saluran.html. Diakses tanggal 26-11-2016. pukul: 11.30 WITA
Agussalim, 2012. Hubungan pengetahuan, Status Imunisasi dan
Keberadaan Perokok Dalam Rumah Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah STIKES ’Budiyah, 1(2).
Darmayanti. 2014. Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Cempaka Banjarbaru Tahun 2014. (online) http://journal.stikes-mb.ac.id
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Layuk R, Narsi N, Wahidudin. 2012. Faktor yang berhubungan dengan
kejadian ISPA pada balita di Lembang Batu Sura. Universitas Hassanudin.
Marimbi H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif Dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media Nirwana A.B. 2014. ASI & Susu Formula Kandungan dan Manfaat ASI dan
Susu Formula. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo S, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Kedua, Jakarta:
Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Pamungkas Dian Rahayu, 2012. Analisis Factor Risiko Pneumonia Pada
Balita Di 4 Provinsi di Wilayah Indonesia Timur. Skripsi, Jakarta, FKM UI
62
lxxvi
Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.
Prabu. 2009. Faktor Resiko ISPA pada balita. Tersedia pada:
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/15/faktor-risiko-ispa-pada-balita/ [diakses 2 Mei 2017]
Presilya S. 2014. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dengan
Kejadian Penyakit ISPA Berulang pada Balita di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Manado.
Prihatiningtyas R.A, 2014. Deteksi Dengan Cepat, Obati 30 Penyakit Yang
Sering Menyerang Ana, Tangani Dengan Cepat Agar Anak Tetap Sehat. Yogyakarta: Media Presindo.
Profil Kesehatan dan Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara
Tahun 2015 Pudjiadi S., 2010. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta Puskesmas Perumnas, 2015. Profil Kesehatan Perumnas Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara. Qauliyah,A. 2010. Diagnosa Dan Penatalaksanaan Penyakit Pneumonia.
Diakses Tanggal 17 Desember 2016 Pukul 21.00 WIB Dari Http://Astaqauliyah.Com/2010/07/Referat-Kedokteran-Diagnosis-Dan-Penatalaksanaan-Penyakit-Pneumonia/
Quigley, MA, Kelly, YJ, Sacker, A. 2011. Breasfeeding And Hospitalization
For Diarrheal Repiratory Infection In The United Kingdom Millennium Cohort Study, Peaditrics.
Rusepno, dkk, 2008. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid I. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Suoth S, Tandipajung T, Kiling M. 2016. Hubungan Status Gizi dan Status
Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ratatotok. 2016; 3(2): 54.
Sugiyono. 2008. Riset Keperawatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset WHO dan UNICEF. 2015. Maternal and Fetal death in the World.
Jenewa.Swiss WHO. 2014. Pneumonia. http://www.who.int/en/. Diakses tanggal 17
Desember 2016 pukul 21.00 WITA
63
lxxvii
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta: Sagung Seto
Yetti N, Muhammad A.T. 2014. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang.
Tersedia pada: http://agathariyadi.wordpress.com/2014/03/23/ analisis-metabolisme-nutrisi-berkaitan-dengan-manifestasi-klinis-gizi-buruk-pada-balita/. [Diakses tanggal 2 Mei 2017].
64
lxxviii
lxxix
lxxx
lxxxi
lxxxii
Lampiran 2. Tabel Z-Skor Month L M S SD3neg SD2neg SD1neg SD0 SD1 SD2 SD3
0 0.3487 3.3464 0.14602 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.0
1 0.2297 4.4709 0.13395 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6
2 0.1970 5.5675 0.12385 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0
3 0.1738 6.3762 0.11727 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0
4 0.1553 7.0023 0.11316 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7
5 0.1395 7.5105 0.11080 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4
6 0.1257 7.9340 0.10958 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9
7 0.1134 8.2970 0.10902 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4
8 0.1021 8.6151 0.10882 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.9
9 0.0917 8.9014 0.10881 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.3
10 0.0820 9.1649 0.10891 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.7
11 0.0730 9.4122 0.10906 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.0
12 0.0644 9.6479 0.10925 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.3
13 0.0563 9.8749 0.10949 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.7
14 0.0487 10.0953 0.10976 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.0
15 0.0413 10.3108 0.11007 7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.3
16 0.0343 10.5228 0.11041 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.6
17 0.0275 10.7319 0.11079 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.9
18 0.0211 10.9385 0.11119 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.3
19 0.0148 11.1430 0.11164 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.6
20 0.0087 11.3462 0.11211 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.9
21 0.0029 11.5486 0.11261 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.2
22 -0.0028 11.7504 0.11314 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.5
23 -0.0083 11.9514 0.11369 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.8
24 -0.0137 12.1515 0.11426 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
25 -0.0189 12.3502 0.11485 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.5
26 -0.0240 12.5466 0.11544 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.8
27 -0.0289 12.7401 0.11604 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.1
28 -0.0337 12.9303 0.11664 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.4
29 -0.0385 13.1169 0.11723 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
30 -0.0431 13.3000 0.11781 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.0
31 -0.0476 13.4798 0.11839 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.3
32 -0.0520 13.6567 0.11896 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.6
33 -0.0564 13.8309 0.11953 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.9
34 -0.0606 14.0031 0.12008 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.2
35 -0.0648 14.1736 0.12062 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.4
36 -0.0689 14.3429 0.12116 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.7
37 -0.0729 14.5113 0.12168 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.0
38 -0.0769 14.6791 0.12220 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.3
39 -0.0808 14.8466 0.12271 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.6
40 -0.0846 15.0140 0.12322 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.9
41 -0.0883 15.1813 0.12373 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.1
42 -0.0920 15.3486 0.12425 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.4
43 -0.0957 15.5158 0.12478 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.7
44 -0.0993 15.6828 0.12531 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.0
45 -0.1028 15.8497 0.12586 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.3
46 -0.1063 16.0163 0.12643 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.6
47 -0.1097 16.1827 0.12700 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.9
48 -0.1131 16.3489 0.12759 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.2
49 -0.1165 16.5150 0.12819 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.5
50 -0.1198 16.6811 0.12880 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.8
51 -0.1230 16.8471 0.12943 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.1
52 -0.1262 17.0132 0.13005 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.4
lxxxiii
53 -0.1294 17.1792 0.13069 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.7
54 -0.1325 17.3452 0.13133 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.0
55 -0.1356 17.5111 0.13197 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.3
56 -0.1387 17.6768 0.13261 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.6
57 -0.1417 17.8422 0.13325 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.9
58 -0.1447 18.0073 0.13389 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.2
59 -0.1477 18.1722 0.13453 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.6
60 -0.1506 18.3366 0.13517 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9
Sumber: Supariasa (2010).
lxxxiv
fh
fhfoX
2
2)(
Lampiran 3. Analisis Chi Square
Mencari derajat bebas (db) Db = (k-1)(b-1) = (2-1)(2-1) = 1 Jadi X2 tabel = 3,841 Rumus Chi kuadrat sebagai berikut :
Uji statistik menggunakan chi kuadrat variabel Status Gizi:
fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh
43
30
35
48
78 x 73 = 36,5 156 78 x 73 = 36,5 156 78 x 83 = 41,5 156 78 x 83 = 41,5 156
6,5
-6,5
-6,5
6,5
42,25
42,25
42,25
42,25
1,157
1,157
1,018
1,018
Jumlah X2hitung 4,351
Rumus Odds Ratio
DC
CBA
A
OR
395,1422,0
589,0
4835
353043
43
OR
lxxxv
fh
fhfoX
2
2)(
Mencari derajat bebas (db) Db = (k-1)(b-1) = (2-1)(2-1) = 1 Jadi X2 tabel = 3,841 Rumus Chi kuadrat sebagai berikut : Uji statistik menggunakan chi kuadrat variabel Pemberian Imunisasi :
fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh
34
20
44
58
78 x 54 = 27 156 78 x 54 = 27 156 78 x 102 = 51 156 78 x 102 = 51 156
7
-7
-7
7
49
49
49
49
1,815
1,815
0,961
0,961
Jumlah X2hitung 5,552
Rumus Odds Ratio
DC
CBA
A
OR
459,14314,0
6296,0
5844
442034
34
OR
lxxxvi
Status Gizi * Kejadian Pneumonia
Crosstab
Kejadian Pneumonia
Total Kasus Kontrol
Status Gizi Kurang Count 43 30 73
Expected Count 36.5 36.5 73.0
% within Status Gizi 58.9% 41.1% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 55.1% 38.5% 46.8%
% of Total 27.6% 19.2% 46.8%
Baik Count 35 48 83
Expected Count 41.5 41.5 83.0
% within Status Gizi 42.2% 57.8% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 44.9% 61.5% 53.2%
% of Total 22.4% 30.8% 53.2%
Total Count 78 78 156
Expected Count 78.0 78.0 156.0
% within Status Gizi 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.351a 1 .037
Continuity Correctionb 3.708 1 .054
Likelihood Ratio 4.372 1 .037
Fisher's Exact Test .054 .027
Linear-by-Linear Association 4.323 1 .038
N of Valid Cases 156
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.50.
b. Computed only for a 2x2 table
lxxxvii
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Status Gizi (Kurang / Baik)
1.966 1.038 3.721
For cohort Kejadian Pneumonia = Kasus
1.397 1.018 1.917
For cohort Kejadian Pneumonia = Kontrol
.711 .511 .989
N of Valid Cases 156
Pemberian Imunisasi * Kejadian Pneumonia
Crosstab
Kejadian Pneumonia
Total Kasus Kontrol
Pemberian Imunisasi
Tidak Lengkap Count 34 20 54
Expected Count 27.0 27.0 54.0
% within Pemberian Imunisasi 63.0% 37.0% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 43.6% 25.6% 34.6%
% of Total 21.8% 12.8% 34.6%
Lengkap Count 44 58 102
Expected Count 51.0 51.0 102.0
% within Pemberian Imunisasi 43.1% 56.9% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 56.4% 74.4% 65.4%
% of Total 28.2% 37.2% 65.4%
Total Count 78 78 156
Expected Count 78.0 78.0 156.0
% within Pemberian Imunisasi 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Pneumonia 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
lxxxviii
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.551a 1 .018
Continuity Correctionb 4.786 1 .029
Likelihood Ratio 5.599 1 .018
Fisher's Exact Test .028 .014
Linear-by-Linear Association 5.516 1 .019
N of Valid Cases 156
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian Imunisasi (Tidak Lengkap / Lengkap)
2.241 1.138 4.411
For cohort Kejadian Pneumonia = Kasus
1.460 1.079 1.975
For cohort Kejadian Pneumonia = Kontrol
.651 .442 .959
N of Valid Cases 156
lxxxix
xc
jjhguyuy
xci
157
xcii
xciii