Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

56
Minggu, 25 Mei 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DIKELURAHAN KANIGARAN Abstrak viii + 68 halaman + 8 Lampiran + 5 tabel Skizofren adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan penyebab timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dan gejala. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di RSUD Karawang, dengan menggunakan desain deskriptif analitik pendekatan cross sectional. Instrumen dibuat dalam bentuk kuesioner yaitu bagian untuk mengukur pengetahuan keluarga dan dukungan keluarga tentang pengobatan pasien skizofrenia. Jumlah sampel 39 orang dengan menggunakan proposive sampling sebagai teknik pengambilan data. Hasil penelitian menggambarkan 43,5% pengetahuan yang tidak baik. Analisa statistik Chi-Square dengan derajat kebebasan α=0,05 diperoleh nilai pvalue= 0,000 hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan minum obat. Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat didapatkan p value 0,378> (0,05), berarti Ho gagal ditolak dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dangan kepatuhan minum obat di RSUD Karawang. Saran untuk praktek keperawatan diharapkan dapat melakukan supervisi dan monitoring terkait penerapan pemberdayaan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada keluarga. Kata kunci: pengetahuan, dukungan, kepatuhan, skizofrenia Daftar pustaka: 15. tahun 2004-2013

description

penelitian skizofrenia

Transcript of Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Page 1: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Minggu, 25 Mei 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DIKELURAHAN KANIGARAN

Abstrak

viii + 68 halaman + 8 Lampiran + 5 tabel

Skizofren adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan penyebab timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dan gejala. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di RSUD Karawang, dengan menggunakan desain deskriptif analitik pendekatan cross sectional. Instrumen dibuat dalam bentuk kuesioner yaitu bagian untuk mengukur pengetahuan keluarga dan dukungan keluarga tentang pengobatan pasien skizofrenia. Jumlah sampel 39 orang dengan menggunakan proposive sampling sebagai teknik pengambilan data. Hasil penelitian menggambarkan 43,5% pengetahuan yang tidak baik. Analisa statistik Chi-Square dengan derajat kebebasan α=0,05 diperoleh nilai pvalue= 0,000 hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan minum obat. Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat didapatkan  p value 0,378>

(0,05), berarti Ho gagal ditolak dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dangan kepatuhan minum obat di RSUD Karawang. Saran untuk praktek keperawatan diharapkan dapat melakukan supervisi dan monitoring terkait penerapan pemberdayaan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada keluarga.Kata kunci: pengetahuan, dukungan, kepatuhan, skizofrenia

Daftar pustaka: 15. tahun 2004-2013

Page 2: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu,

yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang

maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total

(Neuman,1990 dalam Potter and Ferry,2005).

Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan, orang

dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku

mereka pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal

memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas.

Kebudayaan setiap masyarakat sangat mempengaruhi definisi sehat dan sakit

(Videbeck,2008). Dengan demikian kesehatan jiwa seseorang merupakan suatu

keadaan yang dinamik atau selalu berubah, Melalui proses interaksi yang konstan

diantara faktor-faktor yang berkontribusi,

Menurut World Health Organization, 2001 dalam Yosep, 2008, masalah

gangguan kesehatan  jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

sangat serius, paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami gangguan 

mental.  WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang  didunia mengalami

gangguan kesehatan jiwa. Dalam Riskesdas 2013 prevalensi penderita gangguan jiwa

berat 1,7/1000 orang. Dalam data Riskesdas 2013, terdapat 14,3 persena penderita

gangguan jiwa di indonesia dengan penderita terbanyak dipedesaan dibanding

diperkotaan, sedangkan prevalensi gangguan mental emosional diatas umur 15 tahun

rata-rata 6,0 persen.

Page 3: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan penyebab

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.

Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga

sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan

berbagai gejala (Videbeck,2008).

Klien skizofrenia tidak lagi dihospitalisasi untuk periode waku yang lama,

tetapi  kembali hidup dimasyarakat dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga

dan layanan pendukung. Klien dapat hidup bersama anggota keluarga, secara mandiri,

atau dengan program residential seperti group home tempat mereka menerima

layanan yang dibutuhkan tanpa perlu dimasukan ke rumah sakit. Program Assertive

Community Treatment (ACT), terbukti berhasil dalam mengurangi angka klien masuk

rumah sakit melalui penatalaksanaan gejala dan pengobatan, membantu klien

memenuhi kebutuhan sosial, rekreasional, dan vokasional, serta memberi dukungan

kepada klien dan keluarga mereka (McGrew, Wilson & Bond,1996 dalam

Videbeck,2008).

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan

pasien skizofrenia. Keluarga merupakan lingkungan terdekat pasien, dengan keluarga

yang bersikap teurapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat

dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang mendukung, angka

kekambuhan akan lebih cepat. Berdasarkan penelitian bahwa angka kekambuhan pada

pasien gangguan jiwa tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka

kambuh pada pasien yang mendapatkan terapi keluarga adalah sebesar 5-10%

(Keliat,2009).

Kontuinitas pengobatan dalam penatalaksanaan skizofrenia merupakan salah

satu faktor keberhasilan terapi. Pasien yang tidak patuh dalam pengobatan akan

Page 4: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

memilki resiko kekambuhan lebih tinggi di bandingkan dengan pasien yang patuh

dalam pengobatan. Ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan kembali

dirawat dirumah sakit. Pasien yang kambuh membutuhkan waktu yang lebih lama dan

dengan kekambuhan yang berulang, kondisi pasien bisa semakin memburuk dan sulit

untuk dikembalikan ke keadaan semula. Pengobatan skizofrenia ini harus dilakukan

terus menerus sehingga pasien nantinya dapat dicegah dari kekambuhan penyakit dan

dapat mengembalikan fungsi untuk produktif serta akhirnya dapat meningkatkan

kualitas hidup (Yuliantika dkk,2012).

Hasil penelitian Sri Wulansih, tahun 2008,  keluarga bersikap baik yaitu 25%

atau 50 % memperlihatkan bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi

(bermusuhan, mengkritik) diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan, 57 % kembali

di rawat. Adanya hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan

kekambuhan pasien skizofrenia. Pada tingkat pengetahuan keluarga didapat hasil nilai

rasio pravelensi sebesar 4, apabila rasio prevalens > 1 dan rentang interval

kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor

resiko terjadinya sesuatu hal. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien yang

berkontribusi terhadap kekambuhan pasien skizofrenia.

Sejalan dengan penelitian, Natalia P dkk, tahun 2013, menjelaskan bahwa ada

56,4 % responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengobatan pasien

skizofrenia, 43,5 % responden memiliki pengetahuan sedang mengenai pengobatan

pasien skizofrenia, 84,6 % responden patuh dalam menjalankan pengobatan dan

sebanyak 15,4 % tidak patuh dalam pengobatan. Disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pasien

skizofrenia.

Page 5: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa ke  Polikinik Psikiatri RSUD

Karawang pada tahun 2012 berjumlah 1865 yang terdiri dari kunjungan baru 613,

kunjungan  lama 1252. Sedangkan pada tahun 2103, jumlah kunjungan 1979,

kunjungan baru sebanyak 394  orang dan kunjungan lama 1585, dengan skizoprenia

berbagai tipe gangguan. sedangkan pada tahun 2014 pada bulan januari jumlah

kunjungan sebanyak 161. Berdasarkan catatan medrek RSUD Karawang terdapat

kenaikan kunjungan 6,1% pada tahun 2012-2013 pada Kelurahan Kanigaran, hal ini

memungkinkan terjadinya ketidakpatuhan minum obat karena kurangnya pengetahuan

keluarga tentang cara pemberian obat yang tidak sesuai dengan intruksi dokter serta

pemberhentian atau mengurangi dosis obat oleh kelurga dan pasien itu tersebut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kelurahan Kanigaran pada november

2013, tiga dari sepuluh  penderita skizofrenia, pernah mengalami kekambuhan.

Kekambuhan yang terjadi dari beberapa pemicu salah satunya disebabkan karena

ketidakpatuhan pasien minum obat atau karena dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga yang sakit, dan mengalami putus obat .

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Pengetahuan dan Dukugan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia di Kelurahan Kanigaran.

B.       Tujuan Penelitian

1.         Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan  minum obat pada pasien skizofrenia dipoliklinik jiwa RSUD Karawang.

2.         Tujuan Khusus

Page 6: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

1. Mendeskripsikan pengetahuan keluarga tentang kepatuhan minum obat pada

pasien skizofrenia.

2. Mendeskripsikan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien skizofrenia.

3. Teridentifikasinya hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia.

4. Teridentifikasinya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia.

C.     Rumusan Masalah

Hasil penelitian Sri Wulansih, tahun 2008,  keluarga bersikap baik yaitu 25

atau 50 % memperlihatkan bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi

(bermusuhan, mengkritik) diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan, 57 % kembali

di rawat. Adanya hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan

kekambuhan pasien skizofren. Pada tingkat pengetahuan keluarga didapat hasil nilai

rasio pravelens sebesar 4, apabila rasio prevalens > 1 dan rentang interval

kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor

resiko terjadinya sesuatu hal. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memang

benar-benar faktor resiko yang menyebabkan kekambuhan pasien skizofrenia.

Dari fenomena diatas, maka penulis mencoba menggali untuk mengetahui keterkaitan

hubungan pengetahuan keluarga dengan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di Kelurahan Kanigaran, dengan pertanyaan penelitian :

1. Adakah hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap kepatuhan minum obat

pada pasien skizofrenia?

Page 7: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

2. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan  kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia?

Page 8: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan berbagai teori terkait konsep pengetahuan,

keluarga, kepatuhan minum obat dan konsep gangguan jiwa dan pendidikan kesehatan

jiwa.

2.1 Konsep Pengetahuan  

Kamus Besar Bahasa Indonsia, 2002 menyebutkan bahwa pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui, kepandaian dan segala sesuatu yang diketahui

berdasarkan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo,2003). Maka pengetahuan merupakan suatu informasi

atau fakta yang diperoleh dari proses belajar dan pengalaman. Dengan memiliki

pengetahuan seseorang dapat bertindak atau menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.

Bloom (1956) dalam Potter dan Perry (2006) mengkatagorikan pengetahuan

menjadi 3 damain, yaitu  kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengetahuan kognitif

terkait dengan pemahaman seseorang setelah mengenai sesuatu hal. Pengetahuan

afektif terkait dengan perilaku seseorang setelah memahami sesuatu, sedangkan

psikomotor terkait dengan pelaksanaan atas apa yang telah dipahami. Setiap individu

berbeda dalam proses menginteranalisakan suatu informasi, inilah yang menyebabkan

Page 9: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

tingkat pengetahuan seseorang berbeda-beda. Interaksi antara ketiga doamain tersebut

akan mempengaruhi proses belajar yang optimal.

Pengetahuan membuat seseorang yang pada awalnya tidak tahu menjadi

tahu memiliki proses atau tingkatan-tingkatan. Tingkatan pengetahuan dalam domain

kognitif yang dikemukakan Notoatmodjo,2003 ada 6 macam yaitu:

1.    Mengetahui (Knowledge)

Pada tingkat ini seseorang mampu mengingat kemabali materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk hal-hal yang spesifik dari seluruh yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

menyatakan.

2.    Memahami (comprehension)

Pada tingkat ini seseorang mampu menjelaskan tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasukan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan objek yang dipelajarinya.

3.    Mengaplikasikan (Aplication)

Pada tahap ini seseorang mampu menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dalam konteks atau situasi yang lain.

4.    Menganalisis (Analysis)

Pada tahapan ini seseorang mampu menjabarkan materi suatu objek kedalam

komponen-komponen yang saling berkaitan dalam situasi yang terorganisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dalam

Page 10: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, dan

memisahkan.

5.    Mensintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagia-bagian dalam suatu bnetuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain  sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

6.    Mengevaluasi (evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu abjek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan merupakan dasar dari domian-domain selanjutnya. Jadi pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

atau perilaku seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

(Notoatmodjo,2003):

1.    Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang

cendrung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

masa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan

tinggi, diharapkan akan semakin luas pula pengetahuannya.

Page 11: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

2.    Informasi

Informasi yang didapatkan baik dari pendidikan formal dan informal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi berimbas pada

banyaknya media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

inovasi. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti  televisi,

radio, surat kabar, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

opini dan kepercayaan orang.

3.    Sosial budaya dan ekonomi

Budaya yang dianut seseorang mempengaruhi pengetahuan.  Kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan orang-orang seringkali tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlakukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4.    Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak akan direspon sebagai pengetahuan

oleh setiap individu.

5.    Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengalaman adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Pengalaman

Page 12: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang dapat diperoleh

dapat peningkatan pengetahuan seseorang. Pengalaman seringnya anggota keluarga

dirawat menjadikan keluarga sering menerima informasi sehingga dapat menambah

pengetahuan mereka.

6.    Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin banyak

informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

2.2   Konsep Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan dilam

perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan (Bailon &

Maglaya, 1978 dalam Effendy, 2007). Keluarga dalam pengertian lain adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang bertujuan

untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental, serta emosional dari tiap keluarga. Secara dinamis individu yang membentuk

sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang

paling dasar, tinggal bersama, saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan antar 

individu (Duval & Logan, 1986 dalam Friedman, 2010).

2.2.1 Fungsi Keluarga

Page 13: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Menurut Friedman, 2010, terdapat lima fungsi keluarga yang saling berkaitan

satu sama lain, yaitu (1) Fungsi afektif, keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih

sayang dari tiap anggota keluarga; (2) Fungsi sosialisasi, fungsi ini mengantar anggota

keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif; (3) Fungsi reproduktif, untuk

menjamin kontuinitas antar generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan

anggota baru untuk masyarakat (Leslie & Korman,2010); (4) Fungsi ekonomi,

meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup finansial, uang gerak

dan materi, dan pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses

pengambilan keputusan (Friedman,2010); (5) Fungsi perawatan kesehatan, praktik-

praktik sehat yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual

merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi perawatan keluarga.

Keluarga merupakan faktor yang sangat  penting dalam proses kesembuhan

pasien gangguan jiwa. Dengan keluarga yang bersikap terapeutik dan mendukung

pasien, masa kesembuhan pasien dapat dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya,

jika keluraga kurang mendukung, angka kekambuhan menjadi cepat. Berdasarkan

penelitian, ditemukan bahwa angka kambuh pada pasien gangguan jiwa tanpa therapi

keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh pada pasien yang mendapat

terapi keluarga adalah sebesar 5-105 (Keliat, 2010).

Pendidikan kesehatan keluarga diharapakan dapat menjadi sarana

peberdayaan kelurga, baik ketika pasien masih dirawat dirumah sakit maupun setelah

pulang kerumah. Pendidikan kesehatan individu keluarga adalah pendidikana

kesehatan yang diberikan kepada keluarga pasien. Pendidikan kesehatan keluarga

jenis ini merupakan bagian dari asuhan keperawatan pasien (anggota keluarga yang

sedang dirawat). Materi pendidikan ini adalah cara mengatasi masalah keperawatan

Page 14: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

yang dialami oleh pasien yang dapat dilakukan oleh keluarga, baik dirumah sakit

maupun dirumah.

Menurut Keliat, 1996 pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan

gangguan jiwa sangat besar maknanya, karena:

a. Keluarga adalah tempat klien belajar dan mengembangkan berbagai perilaku.

b. Keluarga merupakan lingkungan yang dikenal klien.

c. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang merawat klien.

d. Program pendidikan klien dan keluarga mengurangi angka kekambuhan.

e. Perawatan paripurna menyangkut pasien dan sisitem yang terkait (keluarga dan

masyarakat).

Selain itu pengetahuan mengenai pasien yang harus dimiliki keluarga dalam

pengobatan pasien gangguan jiwa adalah sebagai berikut (Siregar,2005):

a. Terapi Multi Obat

Pada umumnya, makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan pasien,

semakin tinggi resiko ketidakpatuhan. Bahkan, apabila intruksi dosis tertentu untuk

obat telah diberikan, masalah masih dapat terjadi. Kesamaan penampilan misalnya:

kesamaan ukuran, warna, dan bentuk obat-obat tertentu dapat berkontribusi pada

kebingungan yang dapat terjadi dalam penggunaan multi obat.

b. Frekuensi Pemberian

Pemberian obat pada jangka waktu yang sering  membuat ketidak patuhan

lebih mungkin karena jadwal rutin normal atau jadwal kerja pasien akan terganggu

untuk pengambilan satu dosis obat dan dalam banyak kasus pasien akan lupa, tidak

ingin susah atau malu berbuat demikian.

c. Durasi dan Terapi

Page 15: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Berbagai studi menunjukan bahwa tingkat ketidakpatuhan menjadi lebih besar,

apabila periode pengobatan lama. Suatu resiko yang lebih besar dari ketidak patuhan

perlu diantisipasi dalam pasien yang mempunyai penyakit kronis, terutama jika

penghentian terafi mungkin tidak berhubungan dengan terjadinya kembali segera atau

memburuknya kesakitan. Ketaatan pada pengobatan jangka panjang lebih sulit

dicapai. Walaupun tidak ada intervensi tunggal yang berguna untuk meningkatkan

ketaatan, kombinasi intruksi yang jelas, pemantauan sendiri oleh pasien, dukungann

sosial, petunjuk bila mengguanakan obat, dan diskusi kelompok.

d. Efek merugikan

Perkembangan dari efek suatu obat tidak menyenangkan, memungkinkan

menghindar dari kepatuhan, walaupun berbagai studi menyarankan bahwa hal ini

tidak merupakan faktor penting sebagaimana diharapkan. Dalam beberapa situasi

adalah mungkin mengubah dosis atau menggunakan obat alternatif dapat ditiadakan

dan manfaat yang diharapkan dari terafi harus dipertimbangkan terhadap resiko.

Penurunan mutu kehidupan yang diakibatkan efek, seperti mual dan muntah yang

hebat, mungkin begitu penting bagi beberapa individu sehingga mereka tidak patuh

dengan suatu regimen.

2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga

Kaplan dalam Friedman,2003 menjelaskan bahwa, terdapat empat jenis dukungan

yakni;

a. Dukungan Informasional

Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi sebagai

pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapakan

suatu masalah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya

Page 16: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti

yang khusus pada individu. Secara garis besar terdiri dari aspek nasehat, usulan,

petunjuk, dan pemberian informasi.

b. Dukungan Penilaian.

Menekankan pada keluarga sebagai umpan balik,  membimbing, dan

menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman,

2003). Dukungan penilaian dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan support,

pengakuan, penghargaan, dan perhatian pada anggota keluarga.

c.  Dukungan Instrumental

Dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti

materi, tenaga, dan sarana (Friedman,2003). Manfaat dari dukungan ini adalah

mengembalikan energi atau stamina dan semangat yang menurun dan memberikan

rasa perhatian serta kepedulian pada seseorang yang mengalami kesusahan atau

penderitaan.

d.  Dukungan Emosional

Dukungan yang menempatkan keluarga sebagai tempat aman dan damai

untuk istirahat serta dapat membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 2003).

2.2.3 Manfaat dukungan keluarga

Menurut Johnson & Johnson, 1991, ada empat manfaat dukungan sosial

dihubungkan dengan pekerjaan akan menigkat produktivitasnya, meningkatkan

kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memilki,

memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stres, meningkatkan

dan memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stres dan tekanan.

Page 17: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Menurut Wills dalam Friedman, 2003 menyatakan bahwa dukungan

keluarga dapat menimbulkan efek penyangga, yaitu dukungan keluarga menahan

efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek utama,  yaitu dukungan

keluarga secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Secara lebih

spesifik, keberadaan dukungan sosial keluarga yang adekuat terbukti berhubungan

dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan lansia

dapat menjaga fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosional.

2.2.4 Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Rook dan Dooley dalam Kuncoro, 2002, ada dua sumber

dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga

yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara

spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya, misalnya anggota keluarga

(anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini

bersifat non-formal. Sementara itu dukungan artifisial adalah dukungan sosial yang

dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang. Misalnya dukungan keluarga akibat

bencana alam melalui berbagai sumber sumbangan sosial. Dengan demikian, sumber

dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan

dukungan keluarga artifisial. Perbedaan tersebut terletak pada keberadaan sumber

dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih

mudah diperoleh dan bersifat spontan. Sumber dukungan keluarga yang natural

memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus

diberikan dan berakar dari hubungan yang telah berakar lama.

Page 18: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

2.2.5  Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Purnawan dalam Rahayu, 2008, pemberian dukungan oleh

keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling

berhubungan.

a.       Faktor internal

Berasal dari individu itu sendiri yang meliputi:

Faktor tahap perkembangan

Pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda

pada setiap rentang usia (bayi sampai lansia).

Faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan.

Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang

termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dalam menjaga kesehatan dirinya

Faktor emosi

Faktor emosi yang mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan

cara melakukan sesuatu. Respon emosi yang baik akan memberikan antisipasi

penanganan yang baik terhadap berbagai tanda sakit, namun jika respon

emosinya buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap gejala

penyakit yang ada.

b. Faktor eksternal

Berasal dari luar individu itu sendiri dan terdiri dari tiga hal, yaitu

Praktik keluarga

Cara keluarga memberikan dukungan yang mempengaruhi penderita

dalam melaksanakan kesehatannya secara optimal. Tidakan dapat berupa

pencegahan yang dicontohkan keluarga kepada anggota keluarga.

Page 19: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Faktor sosioekonomi

Variabel faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit,

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta bereaksi terhadap

penyakitnya. Sementara faktor ekonomi menjelaskan bahwa semakintinggi

ekonomi seseorang biasanya dia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit

yang dirasakan sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa adanya

gangguan kesehatan.

Latar belakang budaya

Faktor ini akan banyak mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan

individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan

pribadi.

2.3 Konsep Kepatuhan

Kepatuhan (complience), juga dikenal sebagai ketaatan (adherence) adalah

derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya.

Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi perjanjian, mematuhi dan menyelesaikan

program pengobatan, menggunakan medikasi secara tepat, dan mengikuti anjuran

perubahan perilaku atau diet.perilaku kepatuhan tergantg pada situasi klinis tertentu,

sifat penyakit dan program pengobatan (Kaplan & Sadock,2010)

Sackett dalam Niven (2002) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai

“sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

professional kesehatan”. Berikut ini faktor yang mendukung kepatuah pasien,

(Feuerstein et al,1986 dalam Niven 2002) juga mneyampaikan suatu program

tindakan yang terdiri dari lima elemen:

Page 20: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

1.    Pendidikan

Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh

pasien secara mandiri.

2.    Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat

mempengaruhi kepatuhan.

3.    Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

     Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman.

Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap

program-program pengobatan.

4.    Perubahan model terapi

     Program-program pengobatan dapat dibuat sederhana mungkin, dan pasien terlibat

aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen-komponen yang

lebih kompleks.

5.    Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien.

    Merupaksuatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah

memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang

kondisinya saat ini, apa penyebab dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi

seperti ini.

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta

pemberiannya diikuti demgan benar. Jika terafi ini akan dilanjutkan setelah pasien

pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terafi itu dengan benar

dan tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun.

Page 21: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Menurut Tambayong,2002 terdapat lima faktor ketidak patuhan terhadap pengobatan

yaitu kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan tersebut, tidak mengertinya

tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan

prognosisnya, sukarnya memperoleh obat luar rumah sakit, mahalnya harga obat, dan

kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung jawab atas

pembelian atau pemberian obat itu kepada pasien.

Menurut Siregar,2006 yang dimaksud dengan kepatuhan dalam

pengobatan adalah mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan pada waktu dan dosis

yang tepat. Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan perilaku seorang

individu dengan nasihat media atau kesehatan, pasien yang berpengetahuan tentang

obatnya menunjukan ketaatan yang meningkat terhadap regimen obat yang ditulis

sehingga menghasilkan hasil terapi yang meningkat.

Terdapat jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan peningkatan kepatuhan pada

penggunaan obat, antara lain:

2.3 1 Jenis ketidakpatuhan

Pengobatan akan efektif apabila mematuhi aturan dalam engobatan, menurut Siregar

(2006) adapun bebrapa jenis ketidak patuhan yang terjadi adalah disebabkan oleh

sebagai berikut:

a.       Ketidakpatuhan pada minum obat, mencakup kegagalan menebus resep,

melalaikan dosis, kesalahan dosis, kesalahan dalam waktu pemberian/ konsumsi obat,

dan penghentian obat sebelum waktunya.

Page 22: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

b.      Tidak menebus resep obatnya, yaitu karena pasien/keluarga pasien tidak merasa

memerlukan obat atau tidak menghendaki mengambilnya. Ada juga pasien yang tidak

menebus resepnya karena tidak mampu membelinya.

c.       Kesalahan pada waktu konsumsi obat, yaitu dapat mencakup situasi yang

obatnya dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan. Cotohnya 1 jam

sebelum makan dan 2 jam sesudah makan.

d.      Penghentian pemberian obat sebelum waktunya, pasien harus diberitahu

pentingnya penggunaan obat antibiotik yang dikonsumsi sampai habis selama terapi.

e.       Pemberian obat kurang dari dosis yang tertulis dan penghentian obat sebelum

waktunya, faktor lain yaitu ketidak patuhan mencakup pengetiketan yang tidak benar

dan penggunaan”sendok teh” yang mempuyai berbagai volume yang berbeda.

f.       Pasien rawat jalan yang tidak patuh karena tidak mengerti intruksi penggunaan

dengan benar dan ada yang salah menginterpretasikan, selain itu kemugkinan ketidak

patuhan pasien rawat jalan karena kurangnya pengawasan terafi.

2.      Akibat ketidakpatuhan

Ketidak patuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang kurang. Dengan

cara demikian, pasien kehilangan manfaat terafi yang diantisipasi dan kemungkinan

mangakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap menjadi buruk.

Seorang pasien menghentikan penggunaan antibiotik untuk pengobatan suatu infeksi

apabila gejala telah mereda, dan karenanya tidak menggunakan semua obat yang

ditulis, hal ini menyebabkan kembali kekambuhan, penyakit kambuh lagi karena

diakibatkan oleh ketidak patuhan dari pada disebabkan timbulnya resisten terhadap

obat.

3.      Peningkatan kepatuhan

Page 23: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Dalam meningkatkan kepatuhan komunikasi merupakan cara antara tim medis dan

pasien dalam berbicara mengenai obat yang ditulis. Keefektifan komunikasi akan

terjadi penentu utama kepatuhan pasien.

Dibawah ini merupakan peranan dalam menghadapi masalah ketidak patuhan yaitu:

a.       Mengidentifikasi faktor resiko yaitu mengenai individu yang mungkin tidak patuh,

sebagai mana diduga oleh suatu pertimbangan berbagai resiko yang perlu

diperhitungkan dalam merencanakan terafi pasien, agar regimen sejauh mungkin

kompatibel dengan kegiatan normal pasien.

b.      Pengembangan rencana pengobatan harus didasarkan pada kebutuhan pasien,

apabila mungkin pasien harus menjadi partisipan dalam kepatuhan pemberian

regimen terafi. Untuk membantu ketidak nyamanan dan kelalaian, regimen harus

disesuaikan agar dosis yang diberikan pada waktu yang sesuai dengan jadwal pasien.

c.       Alat bantu kepatuhan yang meliputi pemberian label dan kalender pengobatan dan

kartu pengingat obat sehingga pasien mengerti tentang penggunaan dalam membantu

pasien mengerti obat yang digunakan, kapan digunakan, dan mengenai dosis obat

yang digunakan.

3.    Konsep Skizofrenia

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang mempenagaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu

(Videbeck,2008). Skizofrenia merupakan bentuk gangguan psikotik (penyakit mental

berat) yang relatif sering. Prevalensi seumur hidup hampir mencapai 1%, insiden tiap

tahunnya sekitar 10-15 per 100.000 dan skizofrenia merupakan sindrom dengan

berbagai presentasi dan satu variabel, perjalanan penyakit umumnya jangka panjang,

Page 24: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

serta sering mengalami kekambuhan (Davies, 2009). Menurut world health

organitation (WHO) prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi 25%

dari penduduk dunia pernah menderita maslah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah

gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang

tinggi, saraf maupun perilaku.

Sigmund freud berpendapat bahwa psikologi sebenarnya adalah tidak cukup dengan

menyelidiki kesadaran saja, sebab yang lebih penting dan berpengaruh besar dalam

kehidupan jiwa manusia adalah ketidaksadaran. kesadaran memang perlu juga

diselidiki akan tetapi ketidaksadaran yang mengemudikan kehidupan manusia sehari-

hari. Struktur jiwa menurut Carl Gustav Jung bahwa jiwa terdiri dari atas dua

lapangan yang berhadapan dan saling melengkapi yaitu kesadaran dan ketidaksadaran.

Kesadaran berfungsi menyesuaikan diri dengan lingkungan, ketidaksadaran berfungsi

menyesuaikan diri dengan dunia dalam (Purwanto,2012).

Menurut Undang-Undang tentang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1

menjelaskan definisi kesehatan yaitu kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang produktif secara sosialdan ekonomi. Tetapi dalam dekade

yang lalu semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofisiologis untuk

daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbic, korteks prontal, dan gangglia basalis.

Ketiga daerah tersebut salaing berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu daerah

mungkin melibatkan patologi primer lainnya (Kaplan & Sadock,2010).

Kriteria umum untuk mendiagnosa gangguan jiwa meliputi ketidakpuasan dengan

karakteristik, kemampuan dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif atau tidak

Page 25: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

memuaskan; tidak puas hidup didunia; atau koping yang tidak efektif terhadap

peristiwa kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal. Selain itu perlikau

individu yang tidak diharapkan atau dikenakan sangsi secara budaya bukan perilaku

yang menyimpang, yang menjadi indikasi suatu gangguan jiwa (DSM-IV,1994 dalam

Videbeck,2010).

Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa juga dapat dipandang dalam tiga kategori.

Faktor individual meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan ketakutan,

ketidak harmonisan dalam hidup dan kehilangan arti hidup (Seawerd, 1997). Faktor

interpersonal meliputi komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan

atau menarik diri hubungan dan kehilangan kontrol emosional. Faktor budaya dan

sosial meliputi tidak ada penghasilan, kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal

(tunawisma), kemiskinan dan diskriminasi seperti pembedaan ras, golongan, usia dan

jenis kelamin, (Videbeck,2008).

Bentuk gangguan proses berfikir adalah penyimpangan dari pikiran rasional, logis dan

bertujuan. Pikiran austik ditujukan oleh adanya fantasi-fantasi dibawah alam sadar

yang berhubungan dengan penarikan diri penarikan diri secara sosial. Tidak dapat

dikoreksi berdasarkan realita seperti halnya pikiran normal. Pikiran yang terhalang

terlihat pada proses pembicaraan yang tiba-tiba terhenti. Gangguan asosiasi yang

mengarah pada tidak adanya kesinambungan arus pembicaraan. Pembicaraan yang

meningkat dan sukar dipotong. Ide yang melompat-lompat sangat cepat, melompat

dari satu subyek ke subyek lainnya yang longgar ikatannya serta menyimpang dalam

respon terhadap rangsangan lingkungan. Pembicaraan yang melompat-lompat seperti

pada depresi, munkin merupakan bagian dari gambaran umum retardasi psikomotor.

Page 26: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Menolak pembicaraan baik karena alasan yang disadari maupun tidak disadari

(Purwanto, 2012).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran , persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.

Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagi penyakit tersendiri, melainkan suatu

sindrom atau suatu proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai

gejala seperti jenis kanker. Selam berpuluh-puluh tahun, skizofrenia sering disalah

artikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya

dan tidak dapat terkontrol, dan mereka yang terdiagnosa penyakit ini digambarkan

sebagai individu yang tidak mengalami masalah emosional atau psikologis yang

terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah. Kebanyakan individu

yakin bahwa skizofrenia perlu diasingkan dan dikirim ke institusi. Hanya baru-baru

ini saja, komunikasi kesehatan jiwa menyadari untuk belajar dan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat skizofrenia adalah gangguan jiwa yang memiliki

berbagai tanda dan gejala dan skizofrenia merupakan penyakit yang dapat

dikendalikan dikendalikan dengan obat.

Gejala skizofrenia dibagi dalam dua katagori utama: gejala positif atau gejala utama,

yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran, bicara, dan prilau yang

tidak teratur, serta gejala negatif atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki

kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman. Gejala positif

dapat dapat terkontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negatif seringkali menetap

sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan fungsi

dalam kehidupan sehari-hari klien, (Videbeck,2008).

Page 27: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

1.    Tanda dan gejala

Berikut tanda tipe skizoprenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosa ditegakkan

berdasarkan gejala yang dominan:

a.       Type paranoid

Ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi korban atau dimat-matai) atau waham

kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan (fokus waham

agama), atau perilaku agresif dan bermusuhan.

b.      Type tidak terorganisir

Ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi,

asosiasi longgar, dan disorganisasi perilaku yang ekstrim.

c.       Type katatonik

Ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan

atau aktifitas motorik yang berlebihan, negativisme yang ekstrim, mutisme, gerakan

volunter yang aneh, ekolalia atau ekopraksia.  Imobilitas motorik dapat terlihat berupa

katalepsi (flexibilitas cerea) atau stupor. Aktifitas motorik yag berlebihan terlihat

tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus ekternal.

d.      Type tidak dapat dibedakan

Ditandai dengan, gejala-gejala skizofrenia campuran (type lain) disertai gangguan

pikiran, afek, dan perilaku.

e.       Type residual

Ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak

psikotik, menarik diri dari masyarakat, afek datar, serta sosiasi longggar,(Videbeck,

2008).

Page 28: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

Menurut Townsend, 2010 Sindrom yang berkaitan dengan skizofrenia dan gangguan

psikotik lain menunjukan perubahan dalam isi dan organisasi pikiran, persepsi input

sensori, afek atau irama emosi, rasa identitas, kemauan, perilaku psikomotor, dan

kemampuan membina hubungan interpersonal yang memuaskan. Townsend juga

mengkatagorikan beberapa jenis gangguan psikotik lain, yaitu:

a.       Skizofrenia paranoid

Skizofrenia paranoid ditandai dengan kecurigaan ekstrim terhadap orang lain dan

dengan halusinasi serta waham curiga(paranoia) dan waham kebesaran. Individu

sering kali tegang dan bersikap hati-hati serta argumentatif, kasar, dan agresif.

b.      Skizofrenia heberfrenik

Pada skizofrenia heberfrenik, perilaku biasanya regresif dan primitif. Afek tidak

sesuai, dengan karakteristik wajah dung, cekikan yang tidak pada tempatnya, wajah

menyeringai, dan menarik diri total. Komunikasi selalu inkoheren.

c.       Skizofrenia katatonik

Skizofrenia katatonik dimanifestasikan dalam bentuk stufor (retardasi) psikomotor,

mutisme, waxy flexibility(posturing), negativisme, dan rigiditas atau kegaduhan

(agitasi psikomotor ekstrim, mengakibatkan kelebihan atau kecendrungan mencedrai

diri sendiri atau orang lain bila tidak dihentikan).

d.      Skizofrenia tak terinci

Jenis skizofrenia ini ditandai dengan perilaku tidak terarah dan gejala psikosis (mis.,

waham, halusinasi, inkoheren, perilaku tak terarah yang tampak jelas) yang dapat

muncul lebih dari satu kategori skizofrenia.

e.       Skizofrenia residual

Perilaku pada skizofrenia residual adalah eksentrik, tetapi gejala psikosis jika ada

tidak menonjol. Menarik diri dan afek yang tidak sesuai merupakan tand akhas

Page 29: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

gangguan ini. Pasien mempunyai riwayat paling tidak satu episode skizofrenia dengan

gejala psikosis menonjol.

f.       Gangguan skizoafektif

Gangguan skiafektif menunjukan perilaku khas skizofrenia, disamping perilaku yang

mengidikasikan gangguan alam perasaan, seperti defresi atau mania.

g.      Gangguan psikotik singkat

Gambaran utama gangguan psikotik singkat meliputi awitan gejala psikosis yang tiba-

tiba sebagai respon terhadap tekanan psikososial berat. Gejalanya berlangsung

sedikitnya satu hari, tetapi kurang dari satu bulan dan individu dapat kembali

ketingkat fungsi yang dimiliki sebelum sakit. Diagnosis lebih didasarkan pada apakah

gangguan ini timbul setelah terdapat tekanan berat atau apakah awitan terjadi dalam

empat minggu pascapartum.

h.      Gangguan skozofreniform

Gambaran utama gangguan skizofreniform identik dengan gambaran skizofrenia,

kecuali durasinya, yaitu paling tidak satu bulan, tetapi kurang dari enam bulan.

i.        Gangguan waham

Gangguan waham ditandai dengan adanya satu atau lebih waham nonbizar yang

menetap selam paling tidak satu bulan. Aktivitas halusinasi tidak menonjol, selain

waham, perilaku tidak bizar.

2.      Etiologi.

Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukan bahwa skizofrenia adalah suatu type

disfungsi otak. Pada tahun 1970-an, peneliti mulai berfokus pada sebab-sebab

neurokimia yang mungkin,  dan hal ini masih menjadi fokus utama penelitian dan

Page 30: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

teori saat ini. Teori neurokimia/neurologis didukung oleh efek antipsikotik yang

membantu mengontrol gejala psikotik dan alat pencitraan saraf seperti computed

tomography (CT) yang menunjukan bahwa struktur dan fungsi otak individu yang

mengalami skizofrenia berbeda (Gur & Gur,2000 dalam, Videbeck,2008)

Teori biologi skizofrenia berfokus genetik, faktor neuroanatomi dan neurkimia

(struktur dan fungsi otak), serta imonovirologi (respon tubuh terhadap pejanan suatu

vitus)

a.         Faktor Genetik

Penelitian klasik awal tentang genetik dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an,

menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota

keluarga lainnya juga menderita skizofrenia adalah berhubungan dekatnya

persaudaraan tersebut. Kembar monozigotik memiliki angka kesesuaian yang tinggi.

Penelitian pada kembar zigotik yang diadopsi menunjukan bahwa kembar yang diasuh

orang tua angkat mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan yang samabesarnya

seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh saudara kandungnya

(Kaplan&Sadock,2012)

Menurut Durand (2007), Faktor genetik skizofrenia adalah sejumlah faktor kausatif

terimplikasikan untuk skizofrenia, termasuk pengaruh genetik, ketidak seimbangan

neurotransmiter, kerusakan struktural otak yang disebabkan oleh infeksi virus prenatal

atau kecelakaan dalam proses persalinan dan stressor psikologis. Penting untuk

mempelajari seberapa banyak stress macam apa yang membuat seseorang memiliki

predisposisi skizofrenia mengembangkan gangguan stress. Stressor (tekanan yang

mengakibatkan stress) dari orang-orang sekitar juga faktor penting yang tidak dapat

dilupakan. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut

quantitative trait loci. Skizofrenia yang palin sering kita lihat mungkin disebabkan

Page 31: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

oleh bebrapa gen yang berlokasi ditempat-tempat yang berbeda diseluruh kromosom.

Ini juga mengklarifikasi mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang

yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa resiko untuk

mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyak jumlah keluarga yang

memiliki penyakit ini.

Kallman dalam Durand, 2007, menunjukan bahwa tingkat keparahan gangguan orang

tua mempengaruhi kemungkinan anaknya untuk mengalami skizofrenia. Semakin

parah skizofrenia orang tuanya, semakin besar kemungkinan anak-anaknya utnuk

mengembangkan gangguan  yang sama. Memilki keluarga yang mengalami

skizofrenia juga membuat seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk

memilki gangguan yang sama di banding seseorang dalam populasi secara umum

yang tidak memiliki keluarga semacam itu.

b.        Faktor neuroanatomi dan neurokimia

Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasif, seperti CT scan, Magnetic

Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission Tomography (PET) dalam 25

tahun terakhir, para ilmuan mampu meneliti struktur otak (neuroanatomi) dan aktifitas

otak (neurokimia) individu penderita skizofrenia. Peneliti menunjukan bahwa

individu penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih sedikit, hal ini

dapt memperliahatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan

selanjutnya. CT scan menunjukan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.

Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme glukosa

pada struktur korteks frontal otak. Riset secara konsisiten menunjukan bahwa

penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal dan frontal

individu penderita skizofrenia. Patologi ini berkorelasi dengantanda-tanda dengan

tanda-tanda positif skizofrenia (lobus temporalis) seperti psikosis, dan tanda-tanda

Page 32: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

negatif (lubus frontalisa) seperti tidak memiliki kemauan atau motifasi dan anhedonia.

Tidak diketahui apakah perubahan pada lobus temporalis dan frontalis ini terjadi

akibat kegagalan kedua area tersebut untuk berkembang dengan baik atau apakah area

tersebut megalami kerusakan akibat virus, trauma, atau respon imun. Pengaruh intra

uterin seperti gizi buruk, tembakau, alkohol, dan obat-obatan lain, serta stres juga

sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebab patologis yang ditemukan pada otak

individu penderita skizofrenia(Buchanan & Carpenter,2000 dalam Videbeck,2008).

c.         Faktor imunovirologi

Ada teori populer yang mengatakan bahwa perubahan patologi otak pada individu

penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pejanan virus, ataurespon imun tubuh

terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walaupu ilmuwan terus meneliti hal

ini, tidak banyak peneliti mampu memvalidasi teori tersebut(Egan & Hyde,2000

dalam Videbeck). Baru-baru ini para peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil

sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia. Epidemik flu diikuti dengan

peningkatan kejadian skizofrenia di Inggris, Wales, Denmark, Finlandia dan negara-

negara lain. Suatu penelitian terkini yang diterbitkan di New England journal of

Medicine melaporkan angka skizofrenia lebih tinggi dari anak-anak yang lahir

didaerah padat dengan cuaca dingin, kondisi yang memungkinkan terjadinya

gangguan pernafasan (Mortensen et al.,1999 dalam Videbeck, 2008)

d.        Faktor Psikososial

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah

adanya stressor psikososial. Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau

dewasa) sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi dan mampu

Page 33: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan dibidang kejiwaan berupa

gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat (Hawari,2001).

Page 34: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi

operasional yang memberi arah pada pelaksanaan penelitian dan analisa data.

A.      Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang sudah digambarkan pada tinjauan pustaka, yang

termasuk variabel independen pengetahuan dan dukungan keluarga serta variabel

dependen kepatuhan minum obat. Berdasarkan pertimbangan diatas maka dibuat

kerangka konsep pada penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Kerangka konsep

PENGETAHUAN KELUARGA

INDEPENDEN                                                          DEPENDEN

Kepatuhan Minum ObatDUKUNGAN KELUARGA

 

B.       Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara pengetahuan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien skizopren di Kelurahan Kanigaran.

2.  Ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien skizopren di Kelurahan Kanigaran.

Page 35: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di

C.      Definisi Oprasional

Definisi oprasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Nursalam,2008).

No Variabel Definisi

operasionalAlat ukur Hasil ukuran

Skala ukur

Dependen1 Kepatuhan

minum obatSikap atau respon responden terhadap :

1.    keteraturan minum obat

2.    meminum obat sesuai dengan dosis

Kuesioner 10 pertanyaan

1.    Patuh bila respon minum obat  secara teratur sesuai dosis

0.    Tidak patuh bila respon minum obat tidak secara teratur dan tidak sesuai dosis

Ordinal

2 IndependenPengetahuan

Suatu pemahan responden terhadap pemberian obat dengan:

1.    Benar pasien2.    Benar obat3.    Benar dosis4.    Benar cara5.    Benar waktu6.    Benar7.    dokumentasi  

Kuesioner10 prtanyaan

1.    Baik jika skor > median

0.    Kurang baik paham jika skor <  median  

Ordinal

3 IndependenDukungan Keluarga

Suport system dari anggota keluarga terhadap pasien

Kuesioner13 pertanyaan

1.    Baik jika nilai > median

0.    Kurang baik jika < median

Nominal

Page 36: Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di