HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State...
Transcript of HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State...
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI
KOGNITIF PADA LANJUT USIA WANITA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 DAN 3
JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh
NIKA SARI CAHYANINGRUM NIM: 1111104000041
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Nika Sari Cahyaningrum, NIM: 1111104000041
Correlation between Waist Circumference and Cognitive Function of Elderly
Women in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 and 3 Jakarta
xvi + 69 pages, 11 tables, 2 charts, 6 attachment
ABSTRACT
Background. Elderly population in Indonesia is increasing that cause various
problems related to degenerative processes one of which is decline of cognitive
function. The role of excessive fat mass in middle age influences cognitive
function in old age, but the role of fat mass in old age itself is still unclear. Body
composition changes in elderly make waist circumference as a measure of central
adiposity is better than the body mass index measurement. Waist circumference is
associated with increased risk of vascular and metabolic disorders that mediate
changes in cognitive function.
Purpose. The aim of this research is to find out the corellation between waist
circumference and cognitive function in elderly women. Methods. Quantitative
analytical research with cross sectional design. Respondents in this study were
elderly women aged over 60 years in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
and 3 Jakarta.The sampling technique used total sampling with 35 elderly as
sample size. The data was taken by instruments questionnaires Mini Mental State
Examination (MMSE) and waist circumference measurements. Results. There
was no correlation between waist circumference and cognitive function in elderly
(p = 0.366, r = 0.158). Suggestion. Results of this study is expected to be a
consideration for the relevant agencies to organize screening on the adequacy of
nutrition of elderly periodically in anticipation of excessive losing weight due to
chronic disease or dementia.
Key Word: Waist Circumference, Cognitive Function, Elderly
Reference: 90 (1992-2014)
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Nika Sari Cahyaningrum, NIM: 1111104000041
Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia
Wanita di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
xvi + 69 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang. Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia menimbulkan
berbagai permasalahan terkait proses degeneratif salah satunya adalah
menurunnya fungsi kognitif. Peran massa lemak yang berlebihan pada usia
pertengahan diduga turut mempengaruhi fungsi kognitif pada usia lanjut namun
peran massa lemak di usia lanjut sendiri masih belum jelas. Perubahan komposisi
tubuh pada lanjut usia menjadikan lingkar pinggang sebagai pengukuran
kelebihan lemak sentral yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran indeks
massa tubuh. Lingkar pinggang berhubungan dengan meningkatnya risiko
kelainan vaskular dan metabolik yang diduga memperantarai terjadinya perubahan
fungsi kognitif.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif
pada lanjut usia wanita. Metode. Penelitian analitik kuantitatif dengan desain
cross sectional. Responden dalam penelitian adalah lanjut usia wanita yang
berusia di atas 60 tahun di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3
Jakarta.Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 35 lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta
pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan antara lingkar
pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia (p = 0,366, r = 0,158). Saran.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi
terkait untuk mengadakan pemeriksaan secara berkala mengenai kecukupan
nutrisi lanjut usia untuk mengantisipasi adanya kehilangan berat badan secara
tidak normal akibat penyakit kronik maupun akibat demensia.
Kata Kunci: Lingkar Pinggang, Fungsi Kognitif, Lanjut Usia
Referensi: 90 (1992-2014)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nika Sari Cahyaningrum
Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 12 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Merkurius III Blok D7 No. 17 RT 02 RW 12
Taman Kuta Bumi, Pasar Kemis, Tangerang
HP : 08561669077
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Kperawatan
PENDIDIKAN
1. TK. PUTRA XI
2. SDN Kapuk 01 Pagi
3. SDN Kuta Bumi 01
4. SMP AL-IJTIHAD II Kabupaten Tangerang
5. SMAN 11 Kabupaten Tangerang
6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Lingkar Pinggang
dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Wanita di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu bimbingan serta arahan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi hasil penelitian yang lebih baik.
Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah
diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada :
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep, dan Ibu Gusrina Komala Putri S.Kep.,
M.S.N, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk
beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan
dengan sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS, selaku Dosen Penguji Skripsi,
terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
membimbing, memberi motivasi, dan memberi arahan selama 4 tahun
duduk di bangku kuliah.
6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya
kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
x
7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan
Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi sebagai
bahan rujukan.
8. Kedua orangtuaku, Bpk. Joko Purwanto dan Ibu Parni yang telah mendidik
serta mencurahkan segala kasih sayangnya yang tak terhingga,
mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril
maupun materiil kepada penulis sejak penulis lahir ke dunia hingga
penulis dapat duduk dibangku kuliah. Tak lupa, Adikku Helmi Jani
Mustofa dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat selama
ini.
9. Teman-teman FKIK, PSIK 2011, sahabat dan teman terbaikku Syahir
Noer Muhamad yang telah berjuang bersama, memberikan motivasi,
menjadi kakak, serta menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi ini,
serta teman-temanku Revi, Mba Susi, Dina, Suci, Tristi, Ratna, Wiwi,
Rifka, Ita, Azmi yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis
selama menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi,
dan semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi
ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa
datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca serta bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Juli 2015
Nika Sari Cahyaningrum
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. ii
Abstract ............................................................................................................ iii
Abstrak ............................................................................................................. iv
Pernyataan Persetujuan .................................................................................... v
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Singkatan .............................................................................................. xiii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Bagan .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia ................................................................................. 8
1. Pengertian Lanjut Usia .......................................................... 8
B. Fungsi Kognitif .......................................................................... 9
1. Pengertian Fungsi Kognitif ................................................... 9
2. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia ......................................... 10
3. Aspek-Aspek Fungsi Kognitif ............................................... 12
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif pada
Lanjut Usia ............................................................................ 16
C. Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh ....................................... 19
1. Definisi Obesitas .................................................................... 19
2. Distribusi Lemak Tubuh ........................................................ 20
3. Pengukuran Obesitas ............................................................. 21
D. Hubungan Obesitas dengan Fungsi Kognitif ............................. 27
E. Kerangka Teori ........................................................................... 31
xii
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ....................................................................... 32
B. Definisi Operasional .................................................................. 34
C. Hipotesis .................................................................................... 36
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 37
D. Instrumen Penelitian .................................................................. 40
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 42
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 44
G. Pengolahan Data ......................................................................... 46
H. Metode Analisis Data ................................................................. 46
I. Etika Penelitian ........................................................................... 48
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 50
B. Hasil Analisis Univariat .............................................................. 51
C. Hasil Analisis Bivariat ................................................................ 54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Antopometri ............................................................... 56
B. Gambaran Fungsi Kognitif .......................................................... 58
C. Korelasi antara Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif ......... 60
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 66
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UIN : Universitas Islam Negeri
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik
DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
IMT : Indeks Massa Tubuh
WHO : World Health Organization
MMSE : Mini Mental State Examination
MAIs : Myelin-associated Inhibitors
NIH : National Institute of Health
MRI : Magnetic Resonance Imaging
CT : Computed Tomography
NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey
AGEs : Advanced glycosylation end products
IL-6 : Interleukin-6
WAIS : Wechsler Adult Intelegence Scale
APOE-ɛ 4 : ApolipoproteinE alel 4
DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
NINCDS-ADRDA : National Institute of Neurological and Communicative
Disorders and Stroke and the Alzheimer’s Disease and
Related Disorders Association
3MSE : Modified Mini-Mental State
DelRec : Delayed word list recall
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh 22
2.2 Indikator Risiko Tinggi Lingkar Pinggang 26
2.3 Cut off points Komplikasi Risiko Metabolik 26
2.4 Klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT, lingkar pinggang dan
hubungannya dengan risiko penyakit 27
3.1 Definisi Operasional 34
4.1 Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MMSE untuk Responden Buta Huruf 42
5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografi 51
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Antopometri 52
5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Fungsi Kognitif 53
5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Kognitif Menurut Usia 54
5.5 Korelasi Lingkar Pinggang dan Fungsi Kognitif Lanjut Usia Wanita di
PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta. 55
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka Teori 31
3.1 Kerangka Konsep 32
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Peneliti dan Responden
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Penelitian
Lampiran 5.Hasil Analisis SPSS Univariat
Lampiran 6. Hasil Anallisis SPSS Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang kesehatan dan meningkatnya tingkat
kesejahteraan sosial menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Pada
tahun 2000 usia harapan hidup penduduk Indonesia adalah 64,5 tahun, tahun
2007 meningkat menjadi 68,7 tahun (Profil Kesehatan Indonesia, 2008) dan
diperkirakan akan semakin meningkat di tahun mendatang. Keadaan ini
menyebabkan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia (lansia) yakni
penduduk berusia 60 tahun ke atas.
Pada tahun 2012 Indonesia termasuk dalam negara Asia ketiga dengan
jumlah populasi lansia di atas 60 tahun terbesar setelah Cina (200 juta), India
(100 juta) dan menyusul Indonesia (20 juta). Diperkirakan jumlah lanjut usia
di Indonesia akan mencapai 100 juta dalam tahun 2050 (Abikusno, 2013).
Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) tahun
2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar
8,05% dari seluruh penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2013).
Presentase lansia yang telah mencapai angka di atas tujuh persen
menunjukkan bahwa negara Indonesia telah memasuki kelompok negara
berstruktur tua (ageing population) (Badan Pusat Statistik, 2012).
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia, maka semakin
meningkat pula permasalahan kesehatan akibat proses penuaan. Otak sebagai
organ kompleks serta vital yang merupakan pusat pengaturan sistem tubuh
dan pusat kognitif, sangat rentan terhadap proses penuaan atau
2
degeneratif (Turana, 2013). Proses penuaan menyebabkan perubahan struktur
otak pada lansia yang meliputi kehilangan ukuran, berat, dan volume yang
diperlihatkan dengan berkuranganya berat sebanyak 5 persen pada usia 70
tahun, 10 persen pada usia 80 tahun, dan 20 persen pada usia 90 tahun
(Bloom dan Arlyne,1996). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan
motorik pada susunan saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan
struktur dan biokimia (Depkes RI, 2004).
Perubahan struktur otak pada lansia, berkaitan dengan perubahan pada
pusat kognitif. Proses penuaan dikarakteristikan dengan penurunan kognitif
secara progresif yang meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahuan dan
daya ingat (Saladin, 2007). Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut
akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari (Nugroho, 2004) dan berujung pada tingginya tingkat ketergantungan
sehingga menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Turana, 2013).
Perubahan fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada lansia wanita, hal
ini dikarenakan oleh keadaan menopause yang tidak dapat dihindari sebagai
konsekuensi dari penuaan. Pengaruh menopause dan hilangnya hormon
ovarium merupakan salah satu yang mempengaruhi penurunan memori.
Wanita menopause secara alami memiliki kadar estrogen endogenous yang
rendah, menunjukkan perburukan memori verbal dan meningkatkan
penurunan fungsi kognitif (Frick, 2009). Progesteron dan esterogen memiliki
peran fisiologis pada kemampuan motorik dan koordinasi, jalur nyeri dan
analgesia, afektif dan mood, eksitabilitas neural, dan memori episodik.
Esterogen memiliki peran dalam pengaturan hormon mood dan kognisi pada
3
manusia. Hippocampus adalah region dalam otak yang terlibat dalam fungsi
memori pada manusia dan hewan, dimana esterogen meningkatkan sinaps dan
potensial transmisi neuronal. Esterogen juga memiliki fungsi kolinergik,
mengatur aliran darah otak, dan pemanfaatan glukosa serebral (Breslin dan
Vicki, 2003).
Selain perubahan pada struktur otak dan menurunnya hormon
esterogen pada lansia wanita, penuaan juga berhubungan dengan perubahan
pada komposisi tubuh yang meliputi peningkatan massa lemak dan penurunan
massa bebas lemak atau lean mass (Eliopoulus, 2005). Pada lansia akumulasi
lemak terjadi lebih besar pada daerah viseral atau lemak sentral daerah
abdominal dibandingkan dengan daerah perifer, hal ini menyebabkan
pengukuran lingkar pinggang pada lansia merupakan indikator yang tepat
untuk mengukur tingkat kelebihan massa lemak dibandingkan pengukuran
menggunakan indeks massa tubuh (IMT), karena pengukuran dengan IMT
mungkin tidak menggambarkan akumulasi lemak akibat berkurangnya massa
otot pada lansia (Lee dan David, 2007).
Peningkatan massa lemak tubuh terutama lemak sentral yang
berlebihan menyebabkan peningkatan risiko kelainan vaskular dan metabolik
yang mungkin merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang
berhubungan dengan usia (Kopelman, 2000). Lingkar pinggang yang besar
berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif demensia terkait stroke hal ini
diperantarai oleh peningkatan risiko penyakit vaskular pada responden
dengan lingkar pinggang besar (Luchsinger, 2007).
4
Peningkatan massa lemak berlebihan atau obesitas pada usia
pertengahan berhubungan dengan menurunnya fungsi kognitif pada usia
lanjut (West et al, 2009; Dahl et al, 2013; Luchsinger, 2009). Namun obesitas
pada usia lanjut menunjukkan peforma kognitif yang lebih baik dalam
beralasan dan kecepatan proses visuospasial dibandingkan dengan berat
badan normal (Kuo et al 2006, Hughes et al, 2009).
Hal ini memperlihatkan keadaan yang berlawanan mengenai pengaruh
massa lemak terhadap fungsi kognitif yang disebut dengan “obesity paradox”
dimana obesitas pada usia pertengahan merupakan faktor risiko menurunnya
fungsi kognitif namun obesitas pada usia lanjut menunjukkan perlindungan.
Salah satu penjelasan mengenai obesity paradox adalah karena terjadinya fase
preklinis pada demensia yang meliputi menurunnya berat badan,
mempercepat sarcopenia, dan berkurangnya massa lemak. Sehingga IMT
yang rendah memprediksi terjadinya demensia pada lansia dan lansia dengan
berat badan lebih mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik (Fitzpatrick et
al, 2009 dalam Vidoni et al, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya ditemukan ketidakjelasan
mengenai pengaruh massa lemak tubuh terhadap fungsi kognitif dan
pengaruh fase preklinis demensia terhadap berat badan lansia, membuat
peneliti tertarik untuk meneliti kembali bagaimana hubungan kelebihan massa
lemak atau obesitas khususnya pada bagian sentral abdominal yang berperan
dalam meningkatnya risiko kelainan vaskular dan metabolik dengan fungsi
kognitif di masa lanjut usia yang diukur melalui lingkar pinggang.
5
B. Rumusan Masalah
Besarnya dampak dari peningkatan populasi lansia, juga akan
meningkatkan tingkat ketergantungan akibat demensia yang diawali dengan
menurunnya fungsi kognitif membuat banyak peneliti mencari faktor yang
turut mempengaruhi menurunnya fungsi kognitif. Obesitas menjadi salah satu
faktor yang diduga mempengaruhi fungsi kognitif. Obesitas pada usia
pertengahan merupakan salah satu faktor yang diduga mempercepat
penurunan fungsi kognitif di usia lanjut (West et al, 2009; Dahl et al, 2013;
Luchsinger, 2009), namun lansia yang obesitas menunjukan fungsi kognitif
yang lebih baik dibandingkan dengan lansia berat badan normal (Kuo et al
2006, Hughes et al, 2009). Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut,
menunjukan peran berlawanan dari lebihnya massa lemak sehingga perlu
diteliti kembali apakah terdapat hubungan berlebihnya massa lemak yang
diukur melalui lingkar pinggang pada lanjut usia terhadap fungsi kognitif.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran demografik yaitu usia, suku, dan riwayat
penyakit pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran antopometri yakni indeks massa tubuh, lingkar
pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul pada lansia wanita di
PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?
3. Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada lansia wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?
6
4. Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif
pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar
pinggang terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran demografik lansia wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.
b. Mengidentifikasi gambaran antopometri yakni indeks massa
tubuh, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul
pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.
c. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif lansia wanita di
PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.
d. Mengidentifikasi hubungan lingkar pinggang dengan fungsi
kognitif lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam
menangani pasien lansia dengan masalah status gizi baik lansia yang
mengalami kekurangan gizi maupun lansia dengan obesitas sebagai
tindakan promotif dan preventif menurunannya fungsi kognitif pada
lansia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia.
7
2. Bagi PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran fungsi
kognitif pada lansia penghuni panti serta menggambarkan jumlah
lansia yang mengalami risiko tinggi lingkar pinggang yang
mengindikasikan obesitas dan risiko tinggi terhadap penyakit guna
memberikan informasi untuk meningkatkan pelayanan di panti sosial
khususnya pada program pengendalian penyakit pada lanjut usia
sebagai tindakan promotif dan preventif yang turut berpengaruh
terhadap fungsi kognitif pada lansia.
3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya
Keperawatan Gerontik mengenai hubungan massa lemak terhadap
fungsi kognitif pada lansia dalam upaya pencegahan menurunnya
fungsi kognitif maupun sebagai prediktor gangguan fungsi kognitif
pada lansia. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi landasan
pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya
mengenai upaya pemberdayaan lansia guna mencapai kesejahteraan
lansia secara holistik.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif
dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur
serta Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia yang akan dialami oleh setiap individu dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2006) klasifiksi lanjut
usia meliputi, usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly)
60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, lansia sangat tua (very old) di
atas 90 tahun (Nugroho, 2009).
Sedangkan di Indonesia batasan usia lanjut menurut Undang-Undang
No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan pendapat
beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, Departemen
Kesehatan RI membuat pengelompokan yang meliputi; kelompok
pertengahan umur (45-54 tahun), kelompok usia lanjut dini (55-64
tahun), kelompok usia lanjut (65 tahun keatas), kelompok usia lanjut
dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun keatas atau kelompok usia lanjut
yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat)
(Sutikno, 2011).
9
B. Fungsi Kognitif
1. Pengertian Fungsi Kognitif
Istilah “cognition” berasal dari bahasa Yunani gnosis, yang artinya
adalah pengetahuan; ini berkenaan pada kemampuan manusia untuk
berpikir, merasa, dan beralasan (American Psychiatric Association, 2000
dalam Fortinash, 2012).
Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memperoses,
mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif
mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman, dan
memori. Kemampuan kognitif penting pada individu dalam membuat
keputusan, menyelesaikan masalah, menginterpretasikan lingkungan, dan
mempelajari informasi baru, untuk memberi nama pada beberapa hal
(Videbeck, 2008).
Menurut Ramdhani (2008) kognitif adalah kepercayaan seseorang
mengenai sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir. Proses yang
dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,
menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan
kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi.
Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang
meliputi perhatian, persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori.
Sebanyak 75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin,
2007).
10
Menurut Ginsberg (2007) fungsi kognitif dalam konsep neurologi,
mencakup fungsi otak yang dapat disubklasifikasikan menjadi:
a. Fungsi yang terdistribusi, yaitu tidak terlokalisasi pada regio otak
tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian kedua
sisi otak, seperti: atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif
yang lebih tinggi, konduksi sosial dan kepribadian
b. Fungsi yang terlokalisasi, yakni bergantung dari struktur dan
fungsi normal dari satu area tertentu pada hemisfer serebri, yakni
dominasi hemisfer yang terbagi dalam (1) fungsi hemisfer
dominan yang meliputi kemampuan bahasa (hemisfer serebri kiri)
dan praksis, (2) fungsi hemisfer nondominan yang bertanggung
jawab untuk keterampilan visuospasial.
2. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia
Lanjut usia sering ditandai dengan penurunan kognitif secara
progresif, penurunan kognitif pada usia lanjut merupakan fenomena
kompleks dan sangat beranekaragam dalam perjalanannya pada setiap
individu; beberapa orang menurun secara cepat, sedangkan yang lainnya
menunjukkan penurunan secara lambat (Boyle et al, 2013).
Teori Fluid and Crystallized Intelligence menjelaskan penurunan
fungsi kognitif pada usia lanjut yang terbagi menjadi Crystallized
Intelligence dan Fluid Intelligence. Crystallized Intelligence berasal dari
hemisfer otak dominan yang terpelihara selama dewasa, merujuk pada
keterampilan kognitif yang didapat melalui pembelajaran masa lalu dan
pengalaman untuk memecahkan suatu masalah. Sedangkan Fluid
11
Intelligence berasal dari hemisfer otak nondominan, yang mengontrol
emosi, menyimpan informasi nonintelektual, kapasitas kreatif, persepsi
spasial, dan apresiasi estetika, yang diyakini akan menurun dalam
kehidupan (Eliopoulos, 2005).
Teori selanjutnya terkait dengan perubahan fungsi kognitif pada
proses penuaan adalah teori relativitas perubahan otak menua. Teori ini
menjelaskan secara biologis tentang adanya perubahan otak terkait usia.
Teori ini tidak menjelaskan adanya kondisi otak pada stadium tertentu,
namun proses perubahan otak secara perlahan dan tidak nyata. Teori ini
menjelaskan mekanisme hambatan yang dapat merusak sel-sel otak, yaitu
(1) Protein salah bentuk (misfloded protein) yang mempunyai dampak
terjadinya berbagai jenis neurodegenerasi. (2) Perampasan energi (energy
deprivation) yang mencakup semua gangguan vaskuler yang
mengakibatkan sel-sel neuron kekurangan oksigen, semua proses menua
yang menyebabkan kesalahan penggunaan mitokondria dan bahkan
diabetes yang menyebabkan otak kekurangan glukosa (Kusumoputro,
2006).
Dasar dari kemampuan intelegensi adalah terpeliharanya dengan baik,
intelegensi tidak menjadi bertambah atau berkurang dengan usia
(Elioupulous, 2005).
12
3. Aspek- Aspek Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif dapat dikaji melalui pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan status mental secara khas diadakan untuk mengkaji adanya
masalah kognitif, emosional dan perilaku seseorang (Trull, 2005).
Mini-Mental State Examination (MMSE) merupakan alat ukur status
mental dengan beberapa tes kognitif yang meliputi atensi dan
konsentrasi, orientasi, bahasa, memori, visuospasial, fungsi eksekutif,
dan kalkulasi (Sadock, 2000). MMSE berfokus pada aspek kognitif dari
fungsi mental dan tidak termasuk pertanyaan mengenai suasana hati atau
mood, pengalaman abnormal psikologi, dan isi atau proses berpikir
(Stuart dan Michele, 2005).
a. Atensi dan Konsentrasi
Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan perhatian
pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan kemampuan
untuk mempertahankan fokus tersebut. Atensi yang terpusat
merupakan hal esensial dalam belajar dan memberikan
kemampuan untuk memproses item penting yang dipilih, dan
mengabaikan yang lainnya (Lumbantobing, 2008). Atensi dan
konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi
kognitif, terutama dalam proses belajar (Plassman et al, 2010).
b. Orientasi
Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan
sekitar dengan pengalaman lampau (Lumbantobing, 2008).
Orientasi dinilai dengan acuan pada personal, tempat dan waktu.
13
Orientasi terhadap personal merupakan kemampuan seseorang
dalam menyebutkan namanya sendiri. Orientasi tempat dinilai
dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi
dalam gedung, sedangkan orientasi waktu dinilai dengan
menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Perubahan
waktu lebih sering terjadi dari pada tempat, maka waktu dijadikan
indeks paling sensitif untuk diorientasi (Goldman, 2000).
c. Bahasa
Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada
manusia, dan merupakan dasar bagi kemampuan kognitif
(Lumbantobing, 2008). Dalam berbahasa mencakup berbagai
kemampuan yaitu:
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan
kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal.
Metode yang dapat membantu menilai kelancaran individu
adalah dengan meninta individu menulis atau berbicara
spontan.
2) Komperhensi (pemahaman bahasa)
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu
perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya
seseorang untuk melakukan perintah tersebut.
14
3) Repetisi (pengulangan)
Pengulangan merupakan kemampuan seseorang untuk
mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan
seseorang.
4) Penamaan
Penamaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menamai suatu objek beserta bagian – bagiannya (Goldman,
2000; Sadock, 2000). Menamai merupakan elemen paling
sensitif yang mendasari gangguan bahasa (Ebert dkk, 2008).
d. Memori
Memori merupakan terminologi umum untuk status mental
yang memungkinkan individu menyimpan informasi untuk
dipanggil kembali di kemudian hari. Evaluasi yang akurat dan
tepat dari fungsi memori merupakan salah satu hal yang penting
dalam evaluasi neuropsikologi pada usia lanjut. Pada usia lanjut
perubahan fungsi memori dapat disebabkan oleh faktor
neurologik, psikiatrik atau proses menua terkait usia. Penilaian
memori meliputi penilaian memori segera, memori baru (jangka
pendek) dan memori jangka panjang (Lumbantobing, 2008).
e. Visuospasial
Kemampuan visuospasial adalah kemampuan untuk
menempatkan sebuah benda, objek atau gambar dalam sebuah
tempat atau ruangan (Ulfah, 2009). Fungsi visuospasial adalah
untuk mengukur kemampuan individu untuk berfungsi dalam
15
lingkungannya sehubungan dengan pengenalan objek dan
persepsi terhadap hubungan spasial (Ebert dkk, 2000).
Tes yang digunakan untuk menilai fungsi visuospasial adalah
meminta individu menirukan gambar, memulai dengan objek
yang sederhana seperti bintang berujung lima dan berlanjut
menjadi objek yang lebih sulit (Isselbacher et al, 2000).
f. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif meliputi kemampuan untuk membuat
rencana, beradaptasi, menangani konsep abstrak, dan
menyelesaikan masalah, digabung dengan aspek perilaku sosial
dan kepribadian, misalnya inisiatif, motivasi, dan inhibisi. Lobus
frontal hemisfer serebri, terutama area prefrontal, merupakan area
yang penting untuk fungsi eksekutif normal (Ginsberg, 2007).
g. Kalkulasi
Kalkulasi merupakan kemampuan seseorang untuk berhitung.
Kemampuan kalkulasi diuji pada penilaian status mental meliputi;
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Kemampuan kalkulasi ditentukan oleh pendidikan dan riwayat
pekerjaan, serta lingkungan (Sadock, 2000).
Kemampuan berhitung umumnya tidak berkurang seiring
dengan bertambahnya usia, lanjut usia normal masih mampu
melakukan berhitung (Lumbantobing, 2008).
16
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif pada Lanjut
Usia
a. Status Kesehatan
Beberapa masalah kesehatan yang mempengaruhi penurunan
fungsi kognitif pada lanjut usia diantaranya adalah masalah kesehatan
yang berkaitan dengan vaskularisasi otak baik hipertensi maupun
hipotensi yang mempengaruhi perfusi otak dan menjadikan buruknya
hasil kognitif. Penurunan kapasitas vaskular membuat lemahnya
penghubung neurovaskular dan menurunnya kemapuan kognitif.
Disfungsi endotelial, penyakit mikrovaskuler, dan makrovaskuler pada
pertengahan kehidupan juga berperan penting dalam manifestasi dan
keparahan dari kondisi yang mendasari penurunan kognitif pada usia
lanjut (Novak and Ihab, 2010).
Masalah kesehatan lain yang mempengaruhi penurunan fungsi
kognitif pada lanjut usia adalah ditemukannya prevalensi penderita
demensia lebih tinggi pada pasien dengan diabetes dari pada pasien
non diabetis. Banyaknya mekanisme yang dipertimbangkan dalam
hubungan antara diabetes dan disfungsi kognitif, abnormalitas
metabolisme glukosa seperti hiperglikemia dan hipoglikemia, dan
abnormalitas dari aksi insulin seperti kekurangan dan resitensi insulin
dapat menyebabkan memburuknya kognitif (Kawamura et al, 2012;
Feinkohl, 2013).
17
b. Usia
Kondisi menurunnya kognitif berhubungan dengan usia secara
cepat meningkat dengan penuaan (Wu et al, 2011; Lipnicki et al,
2013). Penelitian yang dilakukan oleh VanGuilder et al (2012) pada
tikus yang telah disesuaikan usianya menunjukan bahwa hubungan
usia dengan penurunan kognitif berhubungan dengan sinyal neuron
dan plastisitas otak. Protein Myelin-associated Inhibitors (MAIs) yang
ditemukan pada individu dengan usia lanjut menurunkan stimulus
kekuatan induksi sinaps dan mengubah bentuk secara struktur yang
akhirnya menghalangi mekanisme sinaps dari proses belajar spasial
dan memori dan menghasilkan penurunan kognitif.
Penurunan kognitif berhubungan dengan proses penuaan
terutama dengan umur lebih dari 50 tahun. Beberapa penurunan fungsi
kognitif, berkurangnya ukuran dan platisitas otak adalah normal
terjadi, namun tidak semua penurunan kognitif dipertimbangkan
sebagai normal (Blondell et al, 2014).
c. Status pendidikan
Perubahan struktur dan fungsi otak sebagian besar dipengaruhi
oleh pengalaman dan pendidikan. Pendidikan dapat menjadi stimulus
rutin dan berkelanjutan bagi perkembangan kemampuan kognitif
seperti logika, penalaran, pemikiran abstrak dan mencegah hilangnya
hubungan dan meningkatkan hubungan antar neuron (Yao et al, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Wu et al (2011) di Taiwan pada lanjut
usia berusia 65 tahun keatas sebanyak 2119 menunjukkan 22,2%
18
mengalami penurunan kognitif dan berhubungan dengan rendahnya
tingkat pendidikan.
d. Jenis Kelamin
Pada wanita, keadaan menopause tidak dapat dihindari sebagai
konsekuensi dari penuaan. Pengaruh menopause dan hilangnya
hormon ovarium merupakan salah satu yang mempengaruhi
penurunan memori. Beberapa studi mengaitkan menopause dengan
kehilangan memori, terutama pada studi wanita menopause setelah
pengangkatan ovarium yang secara signifikan menunjukkan
kehilangan memori verbal. Secara alami wanita menopause memiliki
kadar estrogen endogenous yang rendah menunjukkan perburukan
memori verbal dan meningkatkan penurunan kognitif. Wanita juga
dilaporkan merupakan faktor risiko meningkatnya penyakit Alzheimer
dibandingkan laki-laki, yang mana keadaan kekurangan estrogen dan
atau progestin pada usia pertengahan mungkin menjadi faktor penting
dalam perkembangan demensia. Hipocampus pada wanita
mengeluarkan hormon seperti estrogen sebagai faktor tropik selama
dewasa, kekurangan estrogen selama menopause mengakibatkan
neuron menjadi lebih rapuh dan memperburuk kemunduran memori
(Frick, 2009).
e. Aktifitas Fisik
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi gaya hidup
sebagai tindakan preventif dalam penurunan kognitif, salah satunya
adalah aktivitas fisik (Blondell, 2014). Menjadi aktif atau individu
19
yang lebih fit mampu menunjukkan atensi yang lebih baik terhadap
lingkungan dan kemampuan memproses informasi lebih cepat.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa latihan fisik baik untuk
kesehatan dan platisitas sistem saraf (Gomez-Pinilla and Charles
2013). Sejumlah penelitian menganjurkan aktifitas fisik memiliki
keuntungan untuk fungsi kognitif pada lansia (Carvalho et al, 2014).
f. Obesitas
Hasil review studi yang dipublikasikan tahun 2007 dan 2008
yang dilakukan oleh Luchsinger et al (2009) menyimpulkan bahwa
kelebihan lemak (lemak sentral) pada usia pertengahan diprediksi
menyebabkan demensia pada usia lanjut, hubungan antara tingginya
tingkat lemak dan demensia dilemahkan dengan usia yang menua,
rendahnya indeks massa tubuh (IMT) memprediksi demensia pada
lansia dan kehilangan berat badan mungkin mendahului diagnosis
demensia. Tingginya tingkat lemak memprediksi hiperinsulinemia dan
diabetes yang keduanya merupakan faktor risiko demensia (Muller,
2007 dalam Fitzpatrick, 2009).
C. Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh
1. Definisi Obesitas
Obesitas dan kegemukan didefinisikan dengan abnormalnya atau
berlebihnya akumulasi lemak yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,
2014). Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak
kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk
20
menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut
disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
2. Distribusi Lemak Tubuh
Distribusi lemak tubuh adalah konsep penting dalam pertimbangan
impilikasi kesehatan terkait obesitas. Dimana tempat lemak, atau
distribusinya dalam tubuh mungkin lebih penting daripada jumlah lemak
tubuh. Distribusi lemak dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni; (1) bagian
atas tubuh, android, atau tipe pria, dan (2) bagian bawah tubuh, gynoid, atau
tipe wanita. Individu dengan obesitas yang mempunyai proporsi lemak lebih
pada bagian atas tubuh, terutama pada abdomen dibandingkan dengan
pinggul dan paha disebut dengan obesitas android. Individu dengan obesitas
dengan lemak paling banyak terdapat pada bagian pinggul dan paha disebut
dengan obesitas gynoid (Lee dan David, 2007).
Obesitas android disebut juga dengan obesitas sentral dan obesitas gynoid
disebut dengan obesitas perifer. Tipe obesitas sentral berhubungan lebih kuat
dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas
perifer (Boivin et al, 2007 dalam Oviyanti, 2010). Banyak penelitian
menunjukkan bahwa risiko resitensi insulin, hiperinsulinemia, diabetes
mellitus tipe 2, hipertensi, hiperlipidemia, dan stroke diketahui sebagai risiko
kematian dan meningkat pada individu dengan obesitas sentral. Total lemak
abdomen digambarkan sebagai jumlah dari lemak atau jaringan adiposa dari
tiga kompartemen tubuh regio abdominal yang meliputi: subkutan (dibawah
kulit), viseral (sekitar organ dalam rongga peritoneal), dan retroperitoneal (di
21
luar dan belakang rongga peritoneal). Lemak berlebihan dalam kompartemen
viseral berhubungan kuat dengan meningkatnya risiko morbiditas dan
mortalitas (Lee dan David, 2007).
3. Pengukuran Obesitas
a. Indeks Massa Tubuh
Terdapat beberapa metode akurat untuk mengukur lemak tubuh
seperti jumlah air tubuh, jumlah potassium tubuh, dan dual energy X-
ray absorptiometry, namun pengkuran menggunakan teknik tersebut
mahal dan tidak tersedia dalam praktik klinis. Salah satu pengkuran
yang lebih praktis dan tersedia di klinis adalah pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT). Penelitian secara epidemiologi dan observasi
menunjukkan bahwa IMT menyediakan perkiraan yang dapat diterima
dari jumlah total lemak tubuh untuk kebanyakan individu (National
Institute of Health, 1998).
IMT adalah indeks sederhana dari berat ke tinggi yang umum
digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan dan obesitas pada
individu dewasa. IMT digambarkan sebagai berat seseorang dalam
kilogram dibagi dengan panjang tingginya dalam meter (kg/m2) (WHO,
2014). IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka untuk
menilai status gizi orang dewasa diatas usia 18 tahun dan mempunyai
hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh
(Fatmah, 2010).
Saat ini IMT secara rutin diterapkan untuk memperkirakan lemak
tubuh, tidak hanya dalam studi epidemiologi, namun juga dalam
22
praktek klinis, meskipun terdapat peringatan bahwa IMT bukan ukuran
yang sangat akurat untuk mengukur tingkat lemak pada individu
(Bergman et al, 2011).
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur IMT adalah sebagai
berikut (Asmadi, 2008):
Belum terdapat pedoman pasti dalam mengklasifikasikan IMT untuk
populasi lansia, namun muncul bukti kuat bahwa cut-off WHO tidak
tepat dalam bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Winter
et al (2014) dalam studi cohort menyimpulkan bahwa risiko mortalitas
meningkat pada lansia dengan IMT <23. Oleh karena itu, dalam
prakteknya mungkin tepat untuk menyesuaikan klasifikasi IMT pada
individu yang berusia ≥ 65 tahun sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Status Gizi IMT (kg/m2)
Underweight < 23
Healthy weight 24 – 30
Overweight > 30
Sumber: Nutrition Education Materials Online, 2014
Pengukuran IMT pada lansia memiliki keterbatasan, dimana pada
lansia dalam keadaan sakit atau aktifitas fisik yang menurun akan
cenderung kehilangan massa otot dan akan diganti dengan lemak, hal
Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) 2
23
tersebut membuat nilai dari IMT tidak berubah, namun pada
kenyataannya penyimpanan lemak meningkat dan memungkinkan
terjadinya obesitas terkait penyakit. Selain itu keterbatasan lain dari
pengukuran IMT pada lansia yakni, terjadi karena perubahan komposisi
tubuh pada lansia yang ditandai dengan menurunnya fat free mass atau
massa bebas lemak dan meningkatnya atau redistribusi dari fat mass
atau massa lemak. Keterbatasan lain pengukuran IMT pada lansia
disebabkan oleh menurunnya tinggi badan pada lansia. Ketika proses
penuaan terjadi lansia cenderung mengalami penurunan tinggi badan
yang disebabkan oleh osteoporosis dan permasalahan pada spinal
vertebral. Hal ini membuat hasil pengukuran IMT pada lansia menjadi
lebih tinggi dan dapat diklasifikasikan kelebihan berat badan sementara
dalam kenyataannya lansia tersebut tidak mengalami kelebihan berat
badan (Pietrzykowska, 2015).
b. Pengkajian Lemak Abdominal
Berlebihnya lemak pada abdomen melebihi proporsi dari total
lemak tubuh merupakan prediktor independen faktor risiko dan
keadaan tidak sehat. Lokasi lemak pada regio abdominal berhubungan
dengan risiko kesehatan yang lebih besar daripada regio perifer sebagai
contoh area gluteal-femoral. Oleh karena itu, lingkar pinggang sama
halnya dengan IMT harus diukur tidak hanya untuk pengkajian awal
obesitas, namun juga sebagai pedoman dalam efektifnya terapi
penrunan berat badan (National Institutes of Health, 1998).
24
Pengukuran paling akurat dari lemak total abdominal adalah
dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) atau
computed tomography (CT). Bagaimanapun, penggunaan MRI maupun
CT membutuhkan biaya yang besar dan tidak tersedia di klinik (Lee
dan David, 2007). Pengukuran untuk menilai total lemak abdominal
yang cukup mudah digunakan dalam praktik klinik salah satunya
adalah waist-to-hip ratio atau rasio lingkar pinggang-panggul dan
lingkar pinggang (Lee dan David, 2007).
1. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
Rasio lingkar pingang-panggul dihitung dengan membagi
lingkar pinggang dengan lingkar panggul (atau gluteal).
Peningkatan lemak abdominal berhubungan dengan meningkatnya
risiko hipertensi, diabetes tipe 2, dan hiperlipidemia dan risiko
lebih rendah berhubungan dengan penempatan lemak pada panggul
dan paha, hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang lebih kecil
dibandingkan dengan lingkar panggul adalah lebih baik dan
sebagai hasilnya rasio lingkar pinggang-panggul kurang dari 1.
Nilai rasio lingkar pinggang-panggul yang direkomendasikan
untuk individu dewasa adalah <0,9 untuk pria dan <0,8 untuk
wanita, dan ketika nilai rasio lebih besar dari nilai potong tersebut
risiko penyakit akan meningkat secara bertahap (Lee dan David,
2007).
25
2. Lingkar Pinggang
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lingkar pinggang secara
nyata merupakan penanda lemak abdominal yang lebih baik
dibandingkan dengan rasio lingkar pinggang-panggul, dan penanda
lebih baik terhadap penyakit (Lee dan David, 2007). Peneliti di
Canada melakukan penelitian menggunakan CT untuk mengukur
lemak abominal pada 800 pria dewasa dan wanita, ketika
dibandingkan dengan perkiraan lemak abdominal yang diperoleh
melalui pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul dan lingkar
pinggang, mereka menemukan bahwa lingkar pinggang merupakan
penanda yang paling baik pada obesitas viseral abdominal dan
pada wanita rasio lingkar pinggang-panggul merupakan penanda
yang buruk dan seharusnya dihindari (Lee dan David, 2007).
Menurut National Institutes of Health (NIH)
merekomendasikan penggunaan lingkar pinggang untuk mengkaji
lemak abdominal. NIH menyimpulkan bahwa lingkar pinggang
adalah metode yang mudah dan praktis untuk mengkaji distribusi
bagian lemak tubuh. Hal ini merupakan panduan yang baik dalam
mengkaji risiko kesehatan seseorang dalam kategori IMT normal
atau lebih dan memprediksi risiko lebih IMT. Lingkar pinggang
telah menunjukkan hubungan yang positif dengan jumlah lemak
pada abdomen dan menyajikan indikator yang baik pada obesitas
viseral abdominal. Peningkatan total lemak abdominal merupakan
26
prediktor risiko penyakit yang independen, bahkan ketika IMT
tidak meningkat (Lee dan David, 2007).
Berikut adalah indikator risiko tinggi lingkar pinggang untuk
pria dan wanita :
Tabel 2.2 Indikator Risiko Tinggi Lingkar Pinggang
Risiko Tinggi Lingkar Pinggang Pria dan Wanita Dewasa
Pria >40in. (>102cm)
Wanita >35in. (>88cm)
Sumber : National Institutes of Health dalam Lee dan David, 2007
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) cut-off
points dan risiko dari komplikasi metabolik adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Cut off points Risiko Komplikasi Metabolik
Indikator Cut-off points Risiko komplikasi
metabolik
Lingkar Pinggang >94cm (M)
>80cm (W)
Meningkat
Lingkar Pinggang >102cm (M)
>88cm (W)
Meningkat secara kuat
Rasio lingkar
pinggang-panggul
≥0.90cm (M)
≥0.85cm (W)
Meningkat secara kuat
Sumber :World Health Organization (WHO), 2008
Lingkar pinggang memiliki nilai prediktif yang kecil pada IMT ≥
35kg/m2 dan pada individu ini lingkar perut tidak perlu dilakukan.
Lingkar pinggang merupakan prediktor risiko penyakit yang lebih baik
dibandingkan dengan IMT untuk ras Asia. Pada lansia, lingkar
pinggang lebih bernilai untuk memperkirakan obesitas terkait risiko
penyakit (Lee dan David, 2007).
27
Persentase lemak tubuh mungkin konstan atau meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, namun penuaan berhubungan dengan
redistribusi yang besar dari jaringan lemak. Data dari National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan lingkar
pinggang meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan lebih besar
pada individu yang lebih tua dari pada individu dewasa yang lebih
muda pada kedua jenis kelamin sampai umur 70 tahun (WHO, 2008).
Berikut merupakan klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT,
lingkar pinggang dan hubungannya dengan risiko penyakit menurut
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) Obesity Education
Initiative (2000) dalam WHO (2008) :
Tabel 2.4 Klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT,
lingkar pinggang dan hubungannya dengan risiko penyakit*
IMT Kelas
Obesitas
Pria ≤102 cm
Wanita ≤88
cm
>102 cm
>88 cm
Underweight <18,5
Normal+ 18,5 - 24,9
Overweight 25 - 29,9 Meningkat Tinggi
Obesity 30 - 34,9 I Tinggi Sangat tingggi
35 - 39,9 II Sangat tinggi Sangat tinggi
Extreme
Obesity
≥40 III Secara ekstrim
tinggi
Secara ekstrim
tinggi * Risiko penyakit dari diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit serebrovaskular +
Meningkatnya lingkar pinggang juga dapat menjadi penanda dalam
meningkatnya risiko meskipun dalam IMT yang normal
D. Hubungan Obesitas dengan Fungsi Kognitif
Patofisiologi yang mendasari menurunnya fungsi kognitif pada individu
obesitas belum jelas terungkap. Penelitian menyebutkan bahwa obesitas
menyebabkan berkurangnya dalam belajar, memori, dan fungsi eksekutif
pada pasien obese dibandingkan dengan pasien non obese (Elias et al, 2005;
28
Waldstein et al, 2006). Mekanisme potensial yang menghubungkan obesitas
dengan penyakit Alzheimer yang ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif
meliputi hiperinsulinemia, advanced glycosylation products, hormon turunan
adiposit (adipokin dan cytokines), dan pengaruh lemak pada risiko penyakit
vaskular dan serebrovaskular (Luchsinger et al, 2009).
a. Hiperinsulinemia
Salah satu konsekuensi utama dari obesitas adalah resistensi insulin
dan hiperinsulinemia. Insulin dapat melewati sawar darah dari perifer
ke sistem saraf pusat dan bersaing dengan Aβ (amyloid β) untuk enzim
penurun insulin (Insulin Degrading Enzyme) dalam otak, termasuk
pada hippocampus. Insulin juga diproduksi dalam otak, dan mungkin
memiliki efek yang bermanfaat pada pembersihan amyloid.
Hiperinsulinemia perifer dapat menghambat produksi insulin otak
yang akan mengganggu pembersihan amyloid dan tingginya risiko
penyakit Alzheimer (Luchsinger et al, 2009).
b. Advanced glycosylation end products (AGEs)
AGEs merupakan hasil dari terganggunya toleransi glukosa dan
diabetes, yang mana sering mendampingi atau mengikuti tingginya
lemak dan bertanggung jawab terhadap kerusakan akhir organ. AGEs
dapat diidentifikasi secara immunohistochemically dalam plak senile
dan kekusutan neurofibrialis sebagai penanda utama dari penyakit
Alzheimer. Selanjutnya, reseptor AGEs telah ditemukan pada
permukaan spesifik reseptor untuk amyloid β, sehingga secara
potensial memfasilitasi kerusakan neuron (Luchsinger et al, 2009).
29
c. Adipokin dan cytokines
Jaringan lemak aktif menghasilkan rangkaian substansi yang
penting dalam peran metabolisme (adipokin), dan proses inflamasi
(cytokines). Adipokin meliputi adiponectin, leptin dan resistin, dan
cytokines yang meliputi Tumor Necrosis Factor-α dan Interleukin-6
(IL-6). Semuanya berhubungan dengan resistensi insulin dan
hiperinsulinemia (Luchsinger et al, 2009). Peran cytokines seperti IL-6
berhubungan dengan penurunan kognitif dan meningkatkan risiko
demensia yang berpengaruh secara langsung terhadap pembuluh darah
atau dapat melewati sawar darah otak dan mengganggu homeostasis
dalam otak di mana individu dengan obesitas memiliki level cytokine
lebih tinggi daripada individu dengan berat normal (Aslan, 2014).
d. Faktor risiko vaskular dan penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskuler dan stroke berhubungan dengan
tingginya risiko dari penyakit Alzheimer. Belum jelas bagaimana aksi
langsung penyakit serebrovaskular pada amyloid. Penyakit
serebrovaskular mungkin menyebabkan kerusakan otak sebagai
tambahan dalam toksisitas neuro amyloid. Obesitas, hiperinsulinemia,
dan diabetes serta faktor risiko vaskular seperti hipertensi dan
dyslipidemia berhubungan dengan tingginya risko penyakit
serebrovaskular. Oleh karena itu, obesitas mungkin mempengaruhi
penurunan fungsi kognitif secara tidak langsung melalui faktor risiko
vaskular dan penyakit serebrovaskuler (Luchsinger et al, 2009).
30
Obesitas sendiri memainkan peran utama dalam patofisiologi
diabetes melitus, resistensi insulin, dyslipidemia, hipertensi dan
aterosklerosis, yang diakibatkan oleh sekresi berlebihan adipokin
(Redinger, 2007) yang mungkin secara tidak langsung menyebabkan
berbagai risiko penyakit vaskular dan berkontribusi lebih besar
terhadap terjadinya risiko penyakit serebrovaskular.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitzpatrick et al (2009)
mengevaluasi hubungan antara obesitas di usia pertengahan dan usia
lanjut dengan risiko demensia pada 2.798 responden dengan rata-rata
umur 74,7 tahun, menemukan bahwa obesitas pada usia pertengahan
berhubungan dengan lebih tingginya risiko demensia, namun IMT
yang diukur setelah usia 65 tahun menunjukkan hubungan yang
terbalik. Risiko demensia pada lansia paling besar ditemukan pada
individu dengan berat badan rendah, penemuan ini menganjurkan
bahwa kemampuan prediksi dari IMT berubah seiring dengan waktu
dan rendahnya IMT berhubungan dengan kehilangan berat badan.
31
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Blondell (2014), Frick et al (2009), Heather et al (2012), Kawamura et al (2012),
Luchsinger et al (2009), Novak & Ihab (2010), Pinilla & Charles (2013). Wu et al (2011),
Yao et al (2009).
Fungsi Kognitif
Perubahan komposisi
tubuh
Lanjut Usia
Obesitas
Peningkatan massa lemak
dan penurunan lean mass Lingkar Pinggang
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Usia
Status Kesehatan
Aktifitas Fisik
Aspek Fungsi Kognitif
1. Atensi dan
Konsentrasi
2. Orientasi
3. Bahasa
4. Memori
5. Visuospasial
6. Fungsi Eksekutif
7. Kalkulasi
(Sadock, 2000; Lumbantobing, 2008; Goldman, 2000; Ebert
dkk, 2000)
Hormonal (adipokin) dan
peradangan (cytokines)
Hiperinsulinemia
Resistensi insulin
Faktor risiko vaskular dan
penyakit serebrovaskular
↑ Asam lemak
bebas ↑ Jaringan lemak
Lipotoxicity
Insulin substrat
reseptor disfungsi
Menghambat produksi
insulin otak
32
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas
(independen) yakni lingkar pinggang serta satu variabel terikat (dependen)
yakni fungsi kognitif pada lanjut usia. Hubungan antara variabel bebas dan
terikat digambarkan dalam kerangka konsep di bawah ini.
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Ket : Variabel yang diteliti
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia
Variabel yang tidak diteliti, dikontrol dalam pengambilan sampel
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian tentang hubungan lingkar pinggang dengan fungsi kognitif
pada lanjut usia wanita di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 dan 3
Jakarta.
Fungsi Kognitif Lingkar
Pinggang
Status Kesehatan
Usia
Status Pendidikan
Jenis Kelamin
(Wanita)
Aktifitas Fisik
(mampu melakukan
ADL)
33
Variabel confounding pada penelitian ini dihomogenkan melalui
pengambilan sampel yang meliputi status kesehatan responden yakni lanjut usia
yang tidak memiliki penyakit hipertensi dan diabetes, usia responden yakni lanjut
usia yang berusia antara 60-90 tahun, status pendidikan responden yakni
responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal, jenis kelamin
reponden yakni lanjut usia yang berjenis kelamin wanita, aktifitas fisik responden
yakni lanjut usia yang mampu melakukan aktifitas fisik sehari-hari secara
mandiri.
34
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Lingkar
Pinggang
Besaran keliling lingkar
pinggang pada posisi
berdiri yang diukur pada
bagian atas crista illiaca
pada sisi kanan
mengelilingi abdomen
secara horizontal sejajar
dengan crista illiaca.
Pengukuran pada
bagian yang akan
diukur terbebas dari
pakaian diukur saat
ekspirasi normal
responden.
Pita ukur dengan tingkat
ketelitian 1 mm
Lingkar Pinggang dalam cm
dengan kriteria :
>80cm (risiko meningkat)
>88cm (risiko tinggi)
Analisa
Univariat
(Ordinal)
Analisa
Bivariat
(Rasio)
2. Indeks
Massa
Tubuh
Nilai yang diambil
melalui hasil
perbandingan berat
badan (kg) responden
dengan tinggi badan (m2)
responden
Pengukuran
menggunakan alat
bantu hitung
kalkulator dengan
membagi nilai berat
badan (kg) dengan
tinggi badan
responden (m2).
- Timbangan berat badan
dengan ketelitian 0,1 kg
- Alat pengukur tinggi
badan dengan ketelitian
0,1 cm
Indeks massa tubuh dalam
kg/m2 dengan kriteria :
Underweight : <23kg/m2
Healthyweight : 24 – 30kg/m2
Overweight : >30kg/m2
Ordinal
35
3. Rasio
Lingkar
Pinggang-
Panggul
Nilai yang diukur melalui
hasil pembagian besar
lingkar pinggang dengan
besar lingkar panggul
dinyatakan dalam bentuk
desimal.
Pengukuran
menggunakan alat
bantu hitung
kalkulator dengan
membagi nilai besar
lingkar pinggang
dengan lingkar
panggul.
Pita ukur dengan tingkat
ketelitian 1 mm Rasio Lingkar Pinggang-
Panggul dalam bentuk
desimal dengan kriteria:
>0,80 (risiko meningkat)
Ordinal
4. Fungsi
Kognitif
Kemampuan responden
yang terdiri dari aspek
atensi dan konsentrasi,
orientasi, bahasa,
memori, visuospasial,
fungsi eksekutif, dan
kalkulasi.
Membacakan
kuesioner.
- Kuesioner paten MMSE
(Mini Mental State)
- Kuesioner ini terdiri dari
11 item pertanyaan.
Skor Fungsi Kognitif
diperoleh,
Skor tertinggi : 30
Skor terendah : 0
Dengan kriteria
Fungsi kognitif normal skor:
22-30
Kemungkinan gangguan
fungsi kognitif demensia
skor:
≤21
(Kochhann et al, 2010)
Analisa
Univariat
(Ordinal)
Analisa
Bivariat
(Rasio)
36
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis pada penelitian ini
adalah :
H0 : Tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi
kognitif pada lanjut usia.
Ha : Ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif
pada lanjut usia.
37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi analitik kuantitatif dengan
menggunakan desain cross sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu
kejadian pada titik waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti
sekaligus pada saat yang sama (Setiadi, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur serta
PSTW Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih
PSTW Budi Mulia 1 dan 3 sebagai lokasi penelitian karena terdapat jumlah
lanjut usia yang cukup banyak, lokasi yang terjangkau dan belum pernah
dilakukan penelitian tentang hubungan lingkar pinggang dengan fungsi
kognitif pada lanjut usia di panti tersebut.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil peneltian akan diterapkan
(Dharma, 2011). Populasi target bersifat umum dan luas (Riyanto,
2011). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia
wanita di panti sosial tresna werdha di Indonesia.
38
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau oleh peneliti. Sehingga populasi terjangkau merupakan
bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu yang
lebih sempit dan berdasarkan populasi terjangkau inilah akan diambil
sampel dalam penelitian (Riyanto, 2011). Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah lanjut usia wanita yang berada di Panti Sosial
Trena Werdha Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili atau representatif populasi (Riyanto, 2011). Teknik
pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Berdasarkan
hasil survei yang dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta pada
bulan Maret 2015 didapatkan jumlah sampel sesuai dengan kriteria
sebanyak 35 lansia. Besar sampel sebanyak tiga puluh responden
merupakan batas antara sampel kecil dengan sampel besar (Arikunto,
2010). Adapun sampel tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian pada
populasi target dan sumber (Riyanto, 2011). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
39
1. Lanjut usia dalam kelompok usia lanjut usia/ elderly (60-74 tahun)
sampai lansai tua/ old (75-90 tahun).
2. Lanjut usia berjenis kelamin wanita.
3. Lanjut usia yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
4. Lanjut usia yang tidak pernah menempuh pendidikan formal.
5. Lanjut usia yang mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara
mandiri.
6. Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
b) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah:
1. Lanjut usia yang mengalami gangguan psikologis seperti
halusinasi.
2. Lanut usia yang mengalami penyakit kronik seperti hipertensi dan
diabetes melitus.
3. Lanjut usia dengan riwayat penyakit stroke dan trauma kepala.
D. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner untuk
memperoleh data atau informasi dari responden. Kuesioner adalah suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2007).
40
Instrumen pengumpulan data terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian A : Berupa pertanyaan mengenai data demografi responden
yang terdiri dari inisial responden, usia, suku, dan riwayat penyakit.
2. Bagian B
Berupa hasil gambaran obesitas pada responden yang meliputi :
2.1 Hasil pengukuran IMT yang didapat melalui hasil pembagian dari
berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan yang
dikuadratkan (m2).
2.2 Hasil pengukuran lingkar pinggang yang dilakukan dengan
menggunakan pita pengukur/metline dengan ketelitian 1 mm.
Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri tegak dengan daerah
yang diukur dibebaskan dari pakaian, pita diukur di atas crista
illiaca pada sisi kanan, pada titik tertinggi dari tulang pangkal
paha. Pita mengelilingi abdomen secara horizontal sejajar dengan
crista illiaca. Pita langsung menyentuh kulit pasien secara pas dan
tidak menekan kulit dan diukur saat akhir ekspirasi normal. Hasil
yang menjadi indikator obesitas untuk wanita dewasa risiko tinggi
adalah >88cm, risiko meningkat ≥80cm, dan normal atau risiko
rendah <80cm (WHO, 2008; NIH dalan Lee dan David, 2007).
2.3 Hasil pengukuran lingkar panggul yang diukur pada lingkar
terbesar/maksimal dari bagian bokong (gluteal) dan di atas os
symphysis pubis. Nilai lingkar panggul digunakan untuk
menentukan rasio lingkar pinggang-panggul.
41
2.4 Rasio lingkar pinggang-panggul dihitung dengan membagi lingkar
pinggang dengan lingkar panggul (atau gluteal). Nilai rasio lingkar
pinggang-panggul yang direkomendasikan untuk individu dewasa
adalah <0,9 untuk pria dan <0,8 untuk wanita (Lee dan David,
2007).
3. Bagian C : Berupa instrumen Mini Mental State Examination
(MMSE). MMSE merupakan metode pemeriksaan untuk menilai
fungsi kognitif dan telah banyak digunakan oleh para klinisi untuk
praktek klinik maupun penelitian. MMSE diperkenalkan oleh Folstein
pada tahun 1975. MMSE digunakan secara luas sebagai pemeriksaan
yang sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya
defisit kognitif sebagai tanda demensia (Kaplan et al, 1997 dalam
Setyopranoto, 2002).
MMSE terdiri dari 11 pertanyaan dengan jumlah skor 30 dan
terdiri atas 6 domain dari kognisi: orientasi, registrasi, atensi dan
kalkulasi, recall, bahasa dan konstruksi visuospasial (Elhan, 2005).
Responden pada penelitian ini merupakan lanjut usia yang tidak
pernah menenmpuh pendidikan formal sehingga mempengaruhi skor
penelitian MMSE karena terdapat item pertanyaan yang mengukur
kemampuan responden dalam hal membaca dan menulis, sehingga
pada penelitian ini digunakan titik potong kriteria gangguan fungsi
kognitif berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kochhann et al
(2010) yakni responden buta huruf dengan skor MMSE ≤21
mengindikasikan bahwa responden terdapat kemungkinan gangguan
42
fungsi kognitif demensia. Adapun penilaian fungsi kognitif
berdasarkan skor MMSE adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MMSE untuk Responden
Buta Huruf
Skor MMSE Fungsi Kognitif
22 – 30 No Cognitive Impairment
≤ 21
Probable Cognitive Impairment
(dementia)
Sumber : Kochhann et al, 2010
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid
artinya alat yang digunakan mengukur apa yang ingin diukur (Riyanto,
2011). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Beberapa penelitian dilaporkan
bahwa MMSE menunjukkan level sensitivitas dan spesifisitas yang
dapat diterima (Setyopranoto, 2002; Yudawijaya, 2010). Di Indonesia
instrumen MMSE telah coba diterapkan oleh Tedjasukmana dkk,
dengan tingkat sensivitas 100% dan spesifitas 90% (Tedjasukmana
dkk, 1998 dalam Patriyani, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Kochhann et al (2010) menemukan bahwa nilai potong MMSE untuk
responden buta huruf adalah 21 dengan tingkat sensitivitas 93% dan
spesifitas 82%.
43
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.
Reliabilitas menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang
konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,
2011). Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada
tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2010). Menurut
Wood dan Haber (2006) terdapat tiga metode untuk menentukan
reliabilitas instrumen, yaitu penentuan stabilitas (stability),
homogenitas (homogenity) dan ekuivalensi (Dharma, 2011).
Stabilitas suatu instrumen dapat diuji menggunakan uji statistik test
retest correlation. Uji ini dilakukan dengan mengukur instrumen
sebanyak dua kali pada responden yang sama kemudian dikorelasikan
menggunakan korelasi product moment. Semakin tinggi nilai
reliabilitas suatu instrumen, maka semakin stabil instrumen tersebut.
Homogenitas menunujukkan konsistensi internal suatu alat ukur.
Konsistensi internal suatu alat ukur dapat diuji dengan beberapa
prosedur antara lain, metode Split half, Formula Kuder Richardson
atau Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas selanjutnya adalah ekuivalensi
yang menunjukkan kesepakatan antarpengukur mengenai hasil suatu
pengukuran. Penilaian ini dapat dilakukan dengan tiga metode, antara
lain Percent Agreement, Cohen’s Kappa dan Pearso’sn Product
Moment Correlation (Dharma, 2011).
Reliabilitas untuk instrumen MMSE telah diuji oleah National
Institute of Mental Health USA dan menunjukkan korelasi yang baik
44
dengan nilai IQ pada Wechsler Adult Intelegence Scale (WAIS).
Instrumen MMSE telah digunakan sebagai alat pengkajian pada
seseorang yang dicurigai mengalami demensia sebagai pengkajian
kognitif klinis oleh National Collaborating Centre For Mental Health
(The British Psychological Society and Gaskell, 2007). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Setyopranoto dan Lamsudin (1999),
bahwa reliabilitas antara dua orang dokter pada lanjut usia dan
penderita stroke iskemik akut didapatkan nilai Kappa masing-masing
sebesar 0,94 (p < 0,0001) dan 0,98 (p <0,00001) (Setyopranoto, 2002).
Nilai Kappa > 0,75 menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan (degree
of agreement) dari dua penilai dalam mengklasifikasikan objek ke
dalam grup sangat baik.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai fungsi kognitif
dan pengukuran lingkar pinggang pada lansia. Terdapat beberapa tahap yang
dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yakni :
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan
surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada pihak
Kecamatan Cipayung dan Kelurahan Gandaria Selatan melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk pembuatan surat rekomendasi
45
penelitian ke pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung
Jakarta Timur dan Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
3. Setelah persyaratan izin penelitian dan proposal penelitian disetujui dan
surat rekomendasi penelitian selesai dibuat kemudian surat rekomendasi
penelitian diserahkan kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1 dan 3 Jakarta.
4. Pihak panti sosial telah menerima surat dan penelitian disetuji oleh pihak
panti, selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dengan Kepala Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 maupun staff panti untuk
mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi.
5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat serta informasi
berkaitan dengan penelitian, selanjutnya responden diberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden.
6. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden
mengisi kuesioner data demografi kemudian dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar pinggang, dan lingkar panggul. Selanjutnya
responden mengisi kuesioner MMSE dibantu dengan wawancara oleh
peneliti.
7. Hasil pengukuran lingkar pinggang serta kuesioner yang telah terisi
selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.
46
G. Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi :
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data
selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit meliputi
kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian
dan konsistensi antar jawaban.
2. Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban
responden. Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner kedalam
program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan dan telah bersih
dari kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).
H. Metode Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang
dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara
47
ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisa univariat
diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara
sederhana. Variabel pada penelitian ini meliputi data demografi (usia,
suku, dan riwayat penyakit), gambaran antopometri pada individu yang
diukur melalui IMT, rasio lingkar pinggang-panggul, serta lingkar
pinggang dan variabel dependen (terikat) yaitu fungsi kognitif lanjut usia.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua
variabel yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen, yakni
hubungan lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia wanita
di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta, dimana lingkar pinggang sebagai
indikator obesitas dan merupakan prediktor terkait risiko penyakit yang
tepat yang dihubungkan dengan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Sebelum menentukan teknik statistik yang akan digunakan untuk
menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data.
Salah satu faktor yang harus dipertimbangakan dalam pemilihan teknik
statistik adalah penyebaran data, yakni dengan melakukan uji normalitas
untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis
(Arikunto, 2010). Hasil uji normalitas didapatkan bahwa variabel lingkar
pinggang (p=0,378) dan variabel fungsi kognitif (p=0,058) berdistribusi
normal karena hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan >0,05. Kedua variabel
berdistribusi normal dan berskala rasio sehingga digunakan uji parametrik.
Uji parametrik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Korelasi
Pearson.
48
Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%,
sehingga jika nilai P (p value) ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
bermakna atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05 menunjukkan
hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Nilai korelasi Pearson disimbolkan dengan huruf r, dimana nilai
absolut dari r menunjukkan kekuatan hubungan linear. Nilai korelasi
berada pada interval -1≤ r ≤1. Tanda (–) dan (+) menunjukkan arah
hubungan. Tanda (+) adalah perubahan pada salah satu variabel akan
diikuti perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama, sedangkan
tanda (–) adalah perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan
variabel yang lain dengan arah yang berlawanan (Christianus, 2010).
Berikut adalah interpretasi hubungan kedua variabel berdasarkan koefisien
korelasi, meliputi:
Koefisien Kekuatan Hubungan
0,70-1,00 Hubungan asosiasi yang tinggi
0,40-<0,70 Hubungan yang substansial
0,20-<0,40 Ada korelasi yang rendah
<0,20 Korelasi dapat diabaikan
Sumber : Christianus, 2010
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian
yang meliputi :
49
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar
persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria sampel. Tujuan informed consent adalah
agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui
dampaknya (Hidayat, 2007).
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang
diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu
(Hidayat, 2007).
3. Confidentially (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Hidayat,
2007).
50
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi
DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat, PSTW Budi Mulia
adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat
khususnya bagi lanjut usia dengan tugas pokok memberikan pelayanan sosial
bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan dan pembinaan fisik,
spiritual, sosial dan psikologis. Adapun fungsi dari PSTW Budi Mulia adalah
sebagai lembaga pemenuhan kebutuhan lanjut usia, lembaga pelayanan dan
pengembangan lanjut usia dan sebagai pusat informasi dan rujukan.
Pemerintah provinsi DKI Jakarta memiliki tiga PSTW Budi Mulia yakni,
PSTW Budi Mulia 1 yang terletak di Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur,
PSTW Budi Mulia 2 terletak di Cengkareng Jakarta Barat, dan PSTW Budi
Mulia 3 terletak di Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta dengan jumlah lanjut usia yang menempati PSTW
Budi Mulia 1 sebanyak 211 lanjut usia, sedangkan di PSTW Budi Mulia 3
jumlah lanjut usia sebanyak 223 lanjut usia. Lanjut usia yang dijadikan
responden pada penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 35 lanjut
usia wanita.
51
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran Demografik Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
Gambaran karakteristik responden berdasarkan data demografik
yang meliputi usia, suku, dan riwayat penyakit yang diderita oleh
responden dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografik (n=35)
Variabel Jumlah
n=35
Presentase
(%)
Usia
60-74 tahun 25 71,4
75-90 tahun 10 28,6
Suku
Betawi 7 20
Jawa 23 65,7
Sunda 5 14,3
Riwayat Penyakit
Asam Urat 5 14,3
Asma 2 5,7
Arthritis 3 8,6
Gastritis 1 2,9
Sakit Pinggang 1 2,9
Tidak ada 23 65,6
Rata-rata usia responden antara 60 – 74 tahun sebanyak 25 orang
(71,4%), sementara responden yang berusia antara 75 – 90 tahun atau
lanjut usia tua/old sebanyak 10 orang (28,6%). Sebagian besar responden
berasal dari suku Jawa yakni sebanyak 23 orang (65,7%), sedangkan
responden paling sedikit berasal dari suku Sunda sebanyak 5 orang
(14,3%). Rata-rata responden tidak memiliki riwayat penyakit yakni
sebanyak 23 orang (65,6%), sedangkan penyakit yang cukup banyak
52
diderita oleh responden adalah asam urat sebanyak 5 orang (14,3%) dari
35 orang responden.
2. Gambaran Antopometri Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
Gambaran karakteristik responden berdasarkan hasil pengukuran
antopometri yang meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan
rasio lingkar pinggang-panggul dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Antopometri (n=35)
Klasifikasi IMT
Underweight
(<23kg/m2)
Healthyweight
(24-30kg/m2)
N % n %
Lingkar Pinggang
<80cm (normal) 12 44,4 0 0
80-88cm (risiko meningkat) 8 29,6 0 0
>88cm (risiko tinggi) 7 26 8 100
Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul
>0,80 (risiko meningkat) 27 77,2 8 22,8
Rata-rata responden memiliki Indeks Massa Tubuh dibawah
normal/underweight sebanyak 27 orang (77,2%), sedangkan responden
yang memiliki IMT normal/healthyweight hanya sebanyak 8 orang
(22,8%). Berdasarkan nilai IMT, responden yang memiliki IMT
healthyweight cenderung memiliki lingkar pinggang >88cm yang
menunjukkan risiko tinggi yakni sebanyak 8 orang jika dibandingkan
dengan IMT underweight sebanyak 7 orang (25%) dari 27 responden
dengan nilai IMT underweight. Responden yang memiliki IMT
53
underweight rata-rata memiliki ukuran lingkar pinggang <80cm sebanyak
12 orang (44,4%). Hasil pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul
menunjukkan bahwa semua responden yang berjumlah 35 orang memiliki
ukuran >0,80 yang menunjukkan peningkatan risiko terhadap penyakit
baik responden dengan nilai IMT healthyweight maupun nilai IMT
underweight.
3. Gambaran Fungsi Kognitif Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW
Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
Gambaran fungsi kognitif responden dinilai melalui skor MMSE
dengan nilai responden terendah 10 poin dan tertinggi 28 poin memiliki
rata-rata 21,57 poin dan standar deviasi 4,64.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Fungsi Kognitif (n=35)
Fungsi Kognitif Frekuensi Persentase (%)
Tidak ada gangguan 16 45,7%
Kemungkinan gangguan 19 54,3%
Total 35 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia
yakni sebanyak 19 orang (54,3%), sedangkan sebanyak 16 orang (45,7%)
diantaranya tidak mengalami gangguan fungsi kognitif.
4. Gambara Fungsi Kognitif Menurut Usia Responden
Gambaran fungsi kognitif responden menurut usia yang
dikelompokkan menjadi lanjut usia/elderly yakni usia 60-74 tahun dan
lanjut usia tua/old yakni 75-90 tahun dapat dilihat pada tabel 5.4:
54
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Kognitif Menurut Usia
Responden (n=35)
Fungsi Kognitif
Tidak ada gangguan Kemungkinan gangguan
n % n % Total
Usia
60-74 tahun 12 48 13 52 25
75-90 tahun 3 30 7 70 10
Berdasarkan usia, 25 responden yang berusia antara 60-74 tahun
mengalami kemungkinan gangguan kognitif demensia sebanyak 12 orang
(48%). Sedangkan responden yang berusia antara 75-90 tahun paling
banyak mengalami kemungkinan gangguan fungsi kognitif demensia
sebanyak 70% dari 10 responden.
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang
berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia
wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta. Sebelum menentukan teknik
analisis yang digunakan dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Shapiro-Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50
responden (Dahlan, 2011). Jika nilai Shapiro-Wilk <0,05 maka data tidak
berditribusi normal.
Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa variabel lingkar
pinggang (p=0,378) dan variabel fungsi kognitif (p=0,058) berdistribusi
normal karena hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan >0,05. Kedua variabel
berdistribusi normal dan berskala rasio sehingga digunakan uji parametrik.
55
Uji parametrik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji korelasi
Pearson.
1. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut
Usia Wanita
Tabel 5.5
Korelasi Lingkar Pinggang dan Fungsi Kognitif Lanjut Usia Wanita
di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta
(n= 35)
Fungsi Kognitif
Lingkar Pinggang p : 0,366
r : 0,158
Ket : p = kemaknaan r = koefisien korelasi,
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan nilai p> 0,05 (0,366) maka
dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar
pinggang dengan fungsi kognitif, sehingga hipotesis H0 diterima bahwa
tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada
lanjut usia wanita.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Antopometri
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar
responden lanjut usia termasuk ke dalam klasifikasi underweight atau
IMT di bawah normal (<23kg/m2) yakni sebanyak 27 orang (77,1%) dari
35 responden. Penelitian ini didukung oleh penelitian Nisa (2004) di
PSTW DKI Jakarta yang menunjukkan bahwa status gizi kurang
berdasarkan pengukuran IMT(<18,4kg/m2) diderita oleh 60 orang
(32,9%) dari 182 responden sedangkan nilai IMT(18,5-25kg/m2)
ditemukan pada sebagian besar lanjut usia yakni sebanyak 88 orang
(48,4%). Perbedaan penggunaan titik potong pengkategorian nilai IMT
membuat hasil presentase berbeda dimana Nisa (2004) menggunakan
klasifikasi berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1996) yakni nilai IMT
dikatakan dibawah normal ketika IMT <18,4kg/m2 sementara penelitian
ini menggunakan titik potong sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Winter dkk (2014) yakni nilai IMT untuk lanjut usia dikatakan
underweight ketika nilai IMT <23kg/m2 dimana nilai ini dianggap lebih
sensitif untuk lanjut usia dan berhubungan dengan risiko mortalitas pada
lanjut usia.
Rasio lingkar pinggang-panggul seluruh lanjut usia wanita yang
menjadi responden sebanyak 35 orang termasuk dalam kategori
meningkatnya risiko penyakit yakni nilai >0,80 baik responden dengan
IMT underweight maupun IMT healthyweight. Nilai IMT tidak
57
mempengaruhi rasio lingkar pinggang-panggul secara signifikan oleh
karena rata-rata responden yang memiliki IMT underweight juga
memiliki rasio lingkar pinggang-panggul >0,80 dimana nilai >0,80
menunjukkan bahwa lingkar pinggang responden lebih besar
dibandingkan lingkar panggul (gluteal), hal ini berkaitan dengan
peningkatan distribusi lemak abdominal tanpa meningkatnya nilai IMT
akibat massa otot yang menurun pada lansia yang digantikan dengan
massa lemak yang berdistribusi lebih banyak pada area abdominal (Lee
dan David, 2007).
Berdasarkan nilai IMT, responden yang memiliki IMT
healthyweight seluruhnya termasuk dalam nilai lingkar pinggang risiko
tinggi penyakit (>88cm) yakni sebanyak 8 orang. Sedangkan responden
dengan IMT underweight yang termasuk dalam lingkar pinggang risiko
tinggi (>88cm) sebanyak 7 orang (26%) dari 27 responden. Hal ini
menunjukkan bahwa lansia cenderung mengalami penurunan massa otot
dan digantikan dengan lemak dimana lingkar pinggang cenderung lebih
besar walaupun nilai IMT underweight. Penelitian ini didukung oleh
penelitian Janssen dkk (2004) yang menyebutkan bahwa lingkar
pinggang merupakan penanda kelebihan lemak abdominal yang lebih
baik dibandingkan IMT.
Lingkar pinggang sebagai prediktor untuk mengukur akumulasi
jaringan lemak daerah abdomen yang merupakan tempat penyimpanan
jaringan adiposa terbanyak pada individu terutama dipengaruhi oleh
umur (Luchsinger, 2009). Peningkatan ukuran lingkar pinggang
58
beruhubungan dengan peningkatan risiko penyakit metabolik seperti
diabetes, hipertensi, dislipidemia dan penyakit jantung (Janssen, 2004)
yang mungkin merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang
berhubungan dengan usia (Kopelman, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan pada lanjut usia wanita yang
menjadi responden menunjukkan bahwa rerata lingkar pinggang adalah
83,8cm dimana hasil ini mengindikasikan meningkatnya risiko
kompilikasi metabolik berdasarkan WHO tahun 2008 yakni nilai lingkar
pinggang >80cm untuk wanita. Sedangkan berdasarkan hasil
pengkategorian lingkar pinggang, ditemukan bahwa sebanyak 15 orang
(42,9%) dari 35 responden berada pada kategori risiko tinggi (>88cm),
dimana sebanyak 11 orang (44%) dialami oleh lansia dengan usia antara
60-74 tahun.
Dapat disimpulkan bahwa rerata responden memiliki lingkar
pinggang dengan risiko tinggi, dimana usia mempengaruhi perubahan
pada komposisi tubuh yakni dengan menurunnya lean mass atau massa
bebas lemak dan meningkatnya massa lemak serta pada lanjut usia
akumulasi lemak terjadi lebih besar pada daerah viseral atau abdominal
dibandingkan dengan daerah perifer (Eliopoulus, 2005) sehingga lingkar
pinggang pada lanjut usia cenderung akan mengalami peningkatan.
B. Gambaran Fungsi Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata lanjut usia
kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia dengan
skor MMSE ≤21, yakni sebanyak 19 orang (54,3%) dari 35responden.
59
Jika dilihat berdasarkan usia, usia antara 75-90 tahun lebih banyak
memiliki skor MMSE ≤21 sebanyak 70% dari 10 lanjut usia yang berusia
75-90 tahun dan hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia tersebut
kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lipnicki dkk (2013)
yang dilakukan pada 889 responden yang berusia antara 70-90 tahun
dengan melakukan pengkajian neuropsikologi secara komperhensif dan
setelah dua tahun ditemukan bahwa 14% responden mengalami
gangguan kognitif ringan atau demensia dimana usia yang semakin
menua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penurunan fungsi
kognitif. Lipnicki dkk (2013) menemukan bahwa usia yang lebih tua
mengalami penurunan lebih besar pada aspek memori, atensi atau
kecepatan memproses, dan kognisi umum. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin menuanya usia akan berpengaruh pada fungsi kognitif,
meskipun pada penelitian ini telah mengkategorikan lanjut usia yakni
individu yang berusia di atas 60 tahun, namun dapat terlihat bahwa
kecenderungan gangguan kognitif dialami oleh responden dengan usia
antara 75-90 tahun yakni sebanyak 70% kemungkinan mengalami
gangguan kognitif demensia jika dibandingkan dengan responden yang
berusia antara 60-74 tahun sebanyak 52%.
Gambaran fungsi kognitif pada lanjut usia dalam penelitian ini
dilakukan di panti yang mungkin juga tururt serta mempengaruhi
perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Hal ini ditemukan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Wilson dkk (2007) pada lanjut usia di
60
panti sebanyak 432 responden menunjukkan bahwa penempatan lanjut
usia di panti setelah empat tahun berhubungan dengan menurunnya
tingkat kognitif dan mempercepat penurunan tingkat kognitif pada lanjut
usia dengan penyakit Alzheimer.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez-Colaco
dkk (2014) yang membandingkan antara dua kelompok lanjut usia yakni
lanjut usia yang tinggal di panti dan di komunitas dimana 558 lanjut usia
yang tinggal di panti setelah 22 tahun secara signifiikan berhubungan
dengan rendahnya nilai MMSE antara sebelum masuk dan setelah masuk
panti dengan mengontrol sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi
seperti aktivitas sehari-hari, insiden demensia, gejala depresi, dan
penyakit kronik. Gonzalez-Colaco dkk (2014) menyimpulkan dalam hasil
penelitiannya bahwa lanjut usia yang tinggal di panti lebih besar
mengalami penurunan kognitif dibandingkan dengan lanjut usia yang
berada di komunitas dimana alasan menurunnya fungsi kognitif belum
jelas dan mungkin berhubungan dengan efek secara fisik dan psikologis
tinggal di suatu lembaga panti atau institusi.
C. Korelasi antara Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif lanjut usia wanita dengan
nilai p-value sebesar 0,366. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Luchsinger dkk (2007) pada 907 responden dengan usia diatas 65 tahun
bahwa lingkar pinggang sebagai variabel berkelanjutan selama lima
tahun tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan fungsi kognitif
61
demensia. Namun setelah menyesuaikan melalui usia, gender,
pendidikan, kelompok etnis dan APOE-ɛ 4 ditemukan bahwa pada lanjut
usia muda (usia <76 tahun) kuartil keempat yakni lingkar pinggang
>97cm berhubungan dengan risiko lebih tinggi gangguan fungsi kognitif
demensia dan penyakit Alzheimer, tetapi pada lanjut usia tua (usia ≥76
tahun) lingkar pinggang >97cm tidak berhubungan dengan demensia
maupun dengan penyakit Alzheimer. Hal ini menjelaskan bahwa
tingginya nilai lingkar pinggang berhubungan dengan tingginya risko
demensia dan penyakit Alzheimer pada lanjut usia muda, konsisten
dengan dugaan bahwa pengukuran lemak kehilangan kemampuan
prediksinya pada lanjut usia tua.
Luchsinger dkk (2007) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa besarnya lingkar pinggang berhubungan dengan risiko demensia
terkait stroke untuk semua grup usia. Hubungan antara faktor risiko
vaskular dan demensia sangat jelas lebih kuat untuk demensia terkait
stroke dibandingkan dengan penyakit Alzheimer dan ini menjelaskan
mengapa lingkar pinggang hanya memprediksi demensia terkait stroke
karena meningkatnya ukuran lingkar pinggang beruhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit vaskular yang memperantarai terjadinya
demensia terkait stroke.
Berbeda dengan West dkk (2009) yang juga melakukan studi
secara cohort selama delapan tahun pada 1.351 lanjut usia yang berusia
antara 60-101 tahun menemukan bahwa besarnya lingkar pinggang
berhubungan dengan meningkatnya tingkat demensia maupun gangguan
62
fungsi kognitif bukan demensia pada usia lanjut setelah menyesuaikan
nilai IMT dan tinggi badan responden. Hal ini diperantarai oleh
hubungan antara obesitas abdominal dan kelainan vaskular serta
metabolik yang merupakan faktor-faktor terjadinya gangguan fungsi
kognitif. Hasil penelitian West dkk (2009) memperlihatkan bahwa
setelah penyesuaian nilai IMT dan tinggi badan maka dapat terlihat
hubungan yang lebih kuat antara lingkar pinggang dengan demensia
maupun gangguan fungsi kognitif bukan demensia hal ini menunjukkan
bahwa efek dari obesitas general dan obesitas sentral pada usia lanjut
terhadap gangguan kognitif mungkin tertutup jika tanpa penyesuaian
secara menyeluruh mengenai ukuran tubuh dan tinggi badan.
Desain penelitian yang berbeda antara penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Luchsinger (2007) dan West (2009)
dimana pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang
hanya melihat kejadian pada suatu waktu dan pengukuran yang dilakukan
secara bersamaan membuat pengaruh dari lingkar pinggang terhadap
fungsi kognitif tidak terlihat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Luchsinger dkk (2007) dan West dkk (2009) menggunakan desain studi
cohort yakni penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko
dengan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif
(Riyanto, 2011) sehingga membuat pengaruh nilai lingkar pinggang pada
lanjut usia terhadap funngsi kognitif dapat diidentifikasi lebih baik.
Penelitian ini mendeteksi adanya perubahan fungsi kognitif pada
lanjut usia melalui kuesioner MMSE sebagai pemeriksaan yang
63
sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya defisit
kognitif sebagai tanda demensia dengan hasil yang dikategorikan
menjadi fungsi kognitif normal dengan skor MMSE >21 dan
kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia pada lanjut
usia dengan skor MMSE ≤21. Berbeda halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Luchsinger dkk (2007) dimana gangguan fungsi kognitif
lebih spesifik seperti demensia yang didiagnosis melalui kriteria DSM-IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), penyakit
Alzheimer berdasarkan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of
Neurological and Communicative Disorders and Stroke and the
Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association), dan demensia
terkait stroke. Sedangkan West dkk (2009) dalam penelitiannya
menggunakan 3MSE (Modified Mini-Mental State) sebagai alat
skreening untuk fungsi kognitif secara umum dan tes DelRec (Delayed
word list recall) yang mendeteksi penurunan memori jangka pendek pada
lanjut usia, kemudian penegakan diagnosis demensia West dkk (2009)
menggunakan kriteria DSM-III dan diagnosis gangguan kognitif bukan
demensia ditegakkan jika pada responden tidak ditemukan kriteria
diagnostik untuk demensia namun secara klinis memperlihatkan
gangguan pada satu atau lebih domain kognitif. Hal ini mungkin menjadi
salah satu keterbatasan dalam penelitian ini bahwa penggunaan kuesioner
hanya mendeteksi adanya gangguan kognitif pada lanjut usia sebagai
tahap awal skreening gangguan kognitif tanpa penegakkan diagnosis
spesifik gangguan kognitif yang mungkin dialami oleh responden.
64
Penelitian yang sama menggunakan desain studi secara cross-
sectional dengan penelitian ini yakni penelitian yang dilakukan oleh
Taylor dkk (2012) pada 15.022 lanjut usia (>65 tahun) menemukan
bahwa lingkar pinggang dan lingkar lengan yang lebih kecil berhubungan
dengan gangguan fungsi kognitif demensia dan meningkatkan keparahan
demensia. Taylor dkk (2012) mendapatkan hasil penelitian yang berbeda
dengan Luchsinger dkk (2007) dan West dkk (2009) dimana nilai lingkar
pinggang dan lingkar lengan yang lebih kecil berhubungan dengan
gangguan kognitif, hal ini diperantarai karena desain studi yang berbeda
dimana Taylor dkk (2012) melakukan pengukuran secara bersamaan
tanpa melihat riwayat lingkar pinggang responden maupun efek secara
prospektif. Taylor dkk (2012) menggunakan pengukuran lingkar
pinggang untuk mewakili lemak tubuh dan lingkar lengan yang mewakili
lean mass atau massa bebas lemak pada lanjut usia.
Obesitas total maupun obesitas sentral terutama pada usia
pertengahan berhubungan dengan memburuknya fungsi kognitif dan
demensia (Anstey et al, 2010; Whitmer et al, 2008) hal ini diperantarai
oleh beberapa mekanisme potensial meliputi resitensi insulin dan
diabetes tipe-2 dan meningkatnya gangguan metabolik (Craft et al, 2005;
Luchsinger et al, 2001). Namun penelitian yang dilakukan secara cross
sectional menunjukkan bahwa lingkar pinggang yang lebih kecil pada
lanjut usia berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif (Taylor et al,
2012). Hal ini diperantarai oleh hilangnya berat badan yang berakibat
berkurangnya lean mass maupun massa lemak pada lanjut usia.
65
Mekanisme yang mendasari kehilangan berat badan sebagai
penanda klinis demensia ialah perubahan struktur otak seperti atropi otak
yang berhubungan dengan rendahnya lean mass atau massa bebas lemak
pada individu dengan tahap awal demensia (Burns et al, 2010).
Kehilangan berat badan atau berubahnya komposisi tubuh dapat juga
sebagai hasil dari respons stres atau penurunan regulasi dari kebutuhan
energi yang berhubungan dengan menurunnya fungsi otak (Grundman,
2005).
Kehilangan berat badan terjadi seiring dengan morbiditas pada
lanjut usia dan sering direfleksikan dengan rendahnya status kesehatan.
Kehilangan berat badan, bersamaan dengan masalah psikologis, perilaku
dan mobilitas, adalah salah satu manifestasi dasar dari penyakit
Alzheimer dan mungkin mendahului onset demensia (Fitzpatrick et al,
2009).
Meskipun hasil uji analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan
antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif, kita dapat melihat
kecenderungan bahwa 46,7% dari 15 responden dengan lingkar pinggang
>88cm memiliki status kognitif baik. Sedangkan dari total 12 responden
yang memiliki lingkar pinggang <80cm 58,3% diantaranya memiliki
kemungkinan gangguan fungsi kognitif demensia. Hasil bermakna
kemungkinan akan didapat apabila jumlah sampel diperbesar.
66
D. Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dalam jumlah yang kecil
yakni 35 lanjut usia wanita hal ini dikarenakan peneliti berusaha
menyesuaikan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil fungsi
kognitif seperti jenis kelamin, pendidikan, aktifitas fisik, dan
responden yang tidak memiliki penyakit kronis yakni hipertensi dan
diabetes.
2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yakni
penelitian yang mengambil dan menganalisis suatu keadaan dalam satu
waktu tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan
pada saat yang berasamaan.
67
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran demografi lanjut usia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3
Jakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 25
orang (71,4%) berusia antara 60-74 tahun, bersuku Jawa yakni
sebanyak 23 orang (65,7%) dan rata-rata responden tidak memiliki
riwayat penyakit sebanyak 23 orang (65,6%) dari 35 lanjut usia.
2. Gambaran antopometri responden lanjut usia wanita di PSTW Budi
Mulia 1 dan 3 Jakarta berdasarkan pengukuran IMT yakni sebanyak
27 orang (77,2%) termasuk ke dalam kategori IMT di bawah normal
(underweight) yakni nilai IMT <23kg/m2, sedangkan yang memiliki
IMT normal (healthyweight) yakni nilai IMT 24-30kg/m2 sebanyak 8
orang (22,8%). Berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang-panggul
seluruh responden termasuk ke dalam kategori risko meningkat
(>0,80) yakni sebanyak 35 orang. Sedangkan gambaran lingkar
pinggang responden sebanyak 15 orang (42,9%) termasuk dalam
kategori risiko tinggi (>88cm).
3. Gambaran fungsi kognitif lanjut usia wanita di PSTW Budi Mulia 1
dan 3 Jakarta sebesar 54,3% (19 orang) dari 35 responden
kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia,
sedangkan 45,7% responden (16 orang) berkognitif baik dengan skor
MMSE >21.
68
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia wanita di
PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta (p=0,366).
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Meningkatkan peran serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan
lanjut usia melalui kolaborasi aktif pencegahan penurunan fungsi
kognitif pada lanjut usia dengan mengembangkan kegiatan yang
mampu melatih para lanjut usia untuk tetap aktif sehingga melatih
kemampuan otak untuk terus bekerja, serta peranan nutrisi yang
mencukupi sehingga lanjut usia terhindar dari kehilangan berat badan
yang berujung pada terjadinya malnutrisi pada lanjut usia yang akan
mempengaruhi kinerja otak dan fungsi kognitif.
2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
a. Perlu diadakannya pemeriksaan kesehatan secara berkala
khususnya mengenai screening kecukupan nutrisi lanjut usia untuk
mengantisipasi adanya penurunan berat badan secara tidak normal
akibat penyakit kronik maupun akibat demensia.
b. Perlu ditingkatkan kembali kegiatan fisik seperti senam lanjut usia
yang mampu merangsang fungsi kognitif dan mencegah hilangnya
massa otot akibat penuaan dan kurangnya aktifitas dari lanjut usia.
69
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar
dan tidak hanya terfokus pada lanjut usia di panti namun dapat juga
meneliti lanjut usia di komunitas dimana mungkin terdapat
perbedaan karakteristik yang bermakna.
b. Penelitian untuk melihat pengaruh massa lemak terhadap fungsi
kognitif lanjut usia dengan menggunakan desain penelitian cohort.
c. Penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang turut
mempengaruhi fungsi kognitif pada lanjut usia yang belum dapat
dieksplorasi pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abikusno, Nugroho. 2011. “Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat
Segala Usia.” Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian
Kesehatan RI. h. 25-28.
Anstey, K J., Cherbuin N., Budge M., Young J. 2011. Body Mass Index In
Midlife and Late-Life as a Risk Factor For Dementia: A Meta-Analysis Of
Prospective Studies. journal of the International Association for the Study of
Obesity. ; 12:e426–437.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asenath, La Rue. 1992. Aging and Neuropsychological Assessment. New York:
Plenum Press.
Aslan, Anna D. 2014. Health and Cognition in Old Age. New York: Springer.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia
2012. diakses pada 22 desember 2014 dari http://www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia
2013. diakses pada 22 desember 2014 dari http://www.bps.go.id.
Bergman, R N., Stefanovski D., Buchanan T A., et al. 2011. A Better Index of
Body Adiposity, Obesity (Silver Spring) 19 (5): 1083-9.
Blondell, S J., Rachel H M and J Lennert V. 2014. Does physical activity prevent
cognitive decline and dementia?: A systematic review and meta-analysis of
longitudinal studies, BMC Public Health 510 (14): 1-12.
Bloom, Floyd E dan Arlyne Lazerson. 1996. Brain, Mind, and Behaviour , 2th ed.
Boyle, A P., Robert S W., Lei Y., et al. 2013. Much Of Late Life Cognitive
Decline Is Not Due To Common Neurodegenerative Pathologies, Ann Neurol
74 (3): 1-22.
Breslin, Eileen T dan Vicki A L. 2003. Women’s Health Nursing Toward
Evidence-Based Practice. USA: SAUNDERS Elsevier Science.
Burns, J M., Johnson D K., Watts A., Swerdlow R H., Brooks W M. 2010.
Reduced lean mass in early Alzheimer disease and its association with brain
atrophy, Arch Neurol 67 ( 4 ): 428-433.
Carvalho, A., Irene M R., Tanyalak P., Barry, J C. 2014 Physical Activity and
Cognitive Function in Individuals Over 60 Years of Age: a Systematic
Review, Clinical Intervention in Aging 9: 661-682.
Christianus, S. 2010. Seri Belajar Kilat SPSS 17. Yogyakarta: ANDI.
Craft, S. 2005. Insulin Resistance Syndrome and Alzheimer’s Disease: Age- and
Obesity-Related Effects on Memory, Amyloid, and Inflammation, Journal
Neurobiol Aging 26(1):65–69.
Dahl, A K., Linda B H., Eleonor I F., et al. 2013. Body Mass Index Across
Midlife And Cognitive Change In Late Life. Int J Obes (Lond) 37 (2): 296–
302.
Dahlan, Muhamad S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2004. “Pemeriksaan Gerontology dalam Berbagai
Aspek”. Artikel diakses pada 12 November 2014 dari
http://www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Depkes RI, 2009.
Dharma, Kelana K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media.
Ebert, Michael H., et al. 2008. Current Diagnosis & Treatment: Psychiatry, 2th
ed.
Singapore: Mc Graw Hill.
Elhan, A H., Sehim K., Ayse A K., et al. 2005. Psychometric Properties of The
Mini Mental State Examination In Patients With Acquired Brain Injury In
Turkey, J Rehabil Med 37; 306-311.
Elias, M F., Elias P K., Sullivan L M., et al. 2005. Obesity, diabetes and cognitive
deficit: the Framingham Heart Study, Neurobiol Aging 26: 11–16.
Eliopoulos, Charlotte. 2005. Gerontological Nursing 6th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Feinkohl, I., Marketa K., Christine M R., et al. 2013. Clinical and Subclinical
Macrovascular Disease as Predictors of Cognitive Decline in Older
PatientsWith Type 2 Diabetes, Diabetes Care 36:2779–2786.
Fitzpatrick, A L., et al. 2009. Mid- and Late-Life Obesity: Risk of Dementia in the
Cardiovascular Health Cognition Study. Arch Neurol 66 (3) : 336-342.
Fortinash, Katherine M and Patricia, A H Worret. 2012. Psychiatric Mental
Health Nursing, 5th ed. Elsevier.
Frick, K M. 2009. Estrogens And Age-Related Memory Decline In Rodents: What
Have We Learned And Where Do We Go From Here?, Horm Behav 55(1):
2–23.
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurology, 8th ed. Alih bahasa dr. Indah
Retno Wardhani. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Goldman, H H. 2000. Review of General Psychiatry: an Introduction to Clinical
Medicine. Singapore: McGraw-Hill.
Gomez-Pinilla, F and Charles Hillman. 2013. The Influence of Exercise on
Cognitive Abilities, Compr Physiol 3(1): 403–428.
Gonzalez-Colaco, H M., Meillon C., Rullier L., et al. 2014. Cognitive Decline
After Entering A Nursing Home: A 22-Year Follow-Up Study of
Institutionalized and Noninstitutionalized Elderly People, J Am MedDir
Assoc. 15(7): 504-8.
Grundman, M. 2005. Weight loss in the elderly may be a sign of impending
dementia, Arch Neurol 62 ( 1 ): 20-22.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
http://www.statstutor.ac.uk/resources/uploaded/spearmans.pdf artikel diakses
pada 26 Januari 2015.
Hughes, T F., Borenstein A R., Schofield E., et al. 2009. Association Between
Late-Life Body Mass Index and Dementia, Neurology 72 (20): 1741-1746.
Isselbacher, K J., Eugene B dkk. 2000. Harrison : Prinsip-Pinsip Ilmu Penyakit
Dalam Volume 1 Edisi 13. Jakarta: EGC.
Janssen, I., Katzmarzyk P T., Ross R. 2004. Waist Circumference and Not Body
Mass Index Explains Obesity-Related Health Risk, Am J Clin Nutr 79(3):379-
384.
Kawamura, Takahiko., et al. 2012. Cognitive Impairment in Diabetic Patients:
Can Diabetic Control Prevent Cognitive Decline.
Kochhann, R., Juliana S V., Carolina S M., Marcia L F. 2010. The Mini Mental
State Examination Review of Cutoff Points Adjusted for Schooling in a Large
Southern Brazilian Sample, Dement Neuropsychol 4 (1): 35-41.
Kopelman, P G. 2000. Obesity as a Medical Problem. Nature. 404 : 635-643.
Kuo, H K., Richard N., William P., et al. 2006. Cognitive Function in Normal-
Weight, Overweight, and Obese Older Adults: An Analysis of the Advanced
Cognitive Training for Independent and Vital Elderly Cohort. J Am Geriatr
Soc 54 (1): 97–103.
Kusumoputro, S dan Lily D S. 2006. Old Age Or Disease? Proses Otak Menjadi
Tua, Sehat Atau Bermasalah?. Jakarta: UI Press.
Lee, D R dan David, C N. 2007. Nutritional Assessment, 4th
ed. Singapore:
McGraw-Hill.
Lipnicki, D M., Perminder, S S., John C., Simone R., et al. 2013. Risk Factors for
Late-Life Cognitive Decline and Variation with Age and Sex in the Sydney
Memory and Ageing Study, Plos ONE 8 (6): 1-9.
Luchsinger, J A and Deborah R G. 2009. Adiposity and Alzheimer’s Disease.
Curr Opin Clin Nutr Metab Care 12 (1): 15–21.
Luchsinger, J A., Bindu P., Ming-Xin T., et al. 2007. Measures of Adiposity and
Dementia Risk in The Elderly, Arch Neurol 64(3): 392-398.
Luchsinger, J A., Tang M X., Stern Y., et al. 2001. Diabetes Mellitus and Risk of
Alzheimer’s Disease and Dementia With Stroke In a Multiethnic Cohort, Am
J Epidemiology 154: 635–641.
Lumbantobing. 2008. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Nisa, Hoirun. 2004. Faktor Determinan Status Gizi Lansia Penghuni Panti
Werdha Pemerintah DKI Jakarta Tahun 2004. Media Litbang Kesehatan XVI
Nomor 3 Tahun 2006 hlm 24-34.
Novak, V and Ihab H. 2010. The Relationship Between Blood Pressure And
Cognitive Function, Nat Rev Cardiol 7(12): 686–698.
Nugroho, Wahyudi. 2004. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC.
Nursalam. 2008. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Patriyani, Ros E H. 2009. “Perbedaan Karakteristik Lansia dan Dukungan
Keluarga terhadap Tipe Demensia pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Gatak Sukoharjo.” Tesis S2 Program Peminatan Keperawatan Komunitas
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Pietrzykowska Nadia B. 2015. “Obesity in the Elderly”. Artikel diakses pada 02
April 2015 dari http://www.obesityaction.org/wp-
content/uploads/Obesity_in_the_ Elderly_online.pdf
Plassman, B L., Havlik R J., et al. 2010. Documented Head Injury In Early
Adulthood And Risk Of Alzheimer’s Disease And Other Dementias,
Neurology.
Ramdhani, N. 2008. “Sikap Dan Beberapa Definisi Untuk Memahaminya.”
Artikel diakses pada 5 Desember 2014 dari http://www.neila.staff.ugm.ac.id.
Redinger, N Richard. 2007. The Pathophysiology of Obesity and Its Clinical
Manifestations, Gastroenterology &Hepatology 3 (11): 856-863.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. “Riset Kesehatan Dasar 2013” Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Artikel
diakses pada 8 Desember 2014 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pdf
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sadock, B J and Virginia A S. 2000. Kaplan and Sadock’s comprehensive
textbook of psychiatry Vol. I, 7th ed. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins.
Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology the Unity of From and Function, 4th
ed. New York: McGraw-Hill Companies.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Setyopranoto, Ismail. 2002. Reliabilitas dan Validitas Mini Mental State
Examination untuk Penapisan Demensia, LOGIKA 8 (9): 3-10.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Stuart, G W and Michele, T L. 2005. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 8th
ed. Philadelphia: Elsevier Mosby.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutikno, Ekawati. 2011. “Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Lansia.” Tesis Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Taylor, C L., Emiliano A., and Robert S. 2012. The Association of Dementia with
Upper Arm and Waist Circumference in Seven Low- and Middle- Income
Countries: The 10/66 Cross-Sectional Surveys, Journal of Gerontology 67(8):
897-904.
The British Psychological Society and Gaskell. 2007. Dementia The NICE-SCIE
Guideline on Supporting People wiyh Dementia and Their Carers inHealth
and Social Care. London: Alden Press.
Trull, Timothy. 2005. Clinical Psychology, 7th
ed. London: Thomson Learning.
Turana, Yuda. 2011. “Stimulasi Otak pada Kelompok Lansia di Komunitas.”
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
h.19-24.
Ulfah, Nurul. 2009. “Ini Dia Pertanda Awal Penyakit Pikun.” Health.detik.com,
15 Oktober 2009. Diakses pada 11 Desember 2014.
VanGuilder, H D., Georgina V B., William E S., et al. 2012. Hippocampal
expression of myelin-associated inhibitors is induced with age-related
cognitive decline and correlates with deficits of spatial learning and memory,
J Neurochem 121 (1): 77–98.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.
Vidoni, E D., Townley R A., Honea R A., Burns J M. 2011. Alzheimer Disease
Biomarkers are Associated with Body Mass Index. Neurology 77:1913–1920.
Waldstein, S R., Katzel L I., et al. 2006. Interactive relations of central versus
total obesity and blood pressure to cognitive function, Int J Obes (Lond) 30:
201–207.
West, N A., and Mary N H. 2009. Body Adiposity in Late Life and Risk of
Dementia or Cognitive Impairment in a Longitudinal Community-Based
Study, Journal of Gerontology 64A (1): 103-109.
Whitmer, R A., Gustafson D R., Barrett-Connor E., et al. 2008. Central Obesity
and Increased Risk of Dementia More Than Three Decades Later, Neurology
71:1057–1064.
Wilson, R S., McCann J J., Li Y., et al. 2007. Nursing Home Placement, Day Care
Use, and Cognitive Decline in Alzheimer’s Disease, Am J Psychiatry 164(6):
910-5.
World Health Organization (WHO). 2014. “Obesity and Overweight.” Artikel
diakses pada 17 Desember 2014 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.
World Health Organization (WHO). 2008. “Waist Circumference and Waist-Hip
Ratio: Report of a WHO Expert Consultation. Geneva: WHO.” Artikel
diakses pada 18 Desember 2014 dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf
World Health Organization (WHO). 2012. “Dementia: A Public Health Priority.”
Artikel diakses pada 2 Desember 2014 dari
http://www.whqlibdoc.who.int/publications/2012/9789241564458_eng.pdf.
Wreksoatmodjo, Budi R. 2013. Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang Tinggal
di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat, CDK-209 40 (10):
738-745.
Wu, M S., Tsuo-Hung L., Chun-Min C., et al. 2011. Associated With Cognitive
Impairment In The Elderly In Taiwan, BMC Public Health 11 (22): 1-8.
Yao, S., Zeng H., Sun S. 2009. Investigation on Status and Influential Factors of
Cognitive Function of the Community-Dwelling Elderly in Changsha City,
Arch Gerontology Geriatric 49(3): 329-34.
Yudawijaya, Agus. 2010. “Hubungan antara Homosistein Plasma dengan
Perubahan Skor Fungsi Kognitif pada Pasien Paska Stroke Iskemik.” Tesis S2
Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf, Universitas Diponegoro Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA WANITA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 DAN 3 JAKARTA
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera,
Nama : Nika Sari Cahyaningrum
NIM : 1111104000041
Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
sebagai Sarjana Keperawatan.
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan pengukuran berart badan, tinggi
badan, lingkar pinggang dan pengukuran lingkar panggul yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Bapak/Ibu
bersedia meluangkan waktunya untuk dilakukan pengukuran dan mengisi kuesioner yang
telah disediakan. Identitas pribadi Bapak/Ibu dari semua informasi yang diberikan akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dengan surat ini saya
lampirkan surat persetujuan bila saudara bersedia menjadi responden penelitian.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian dan
menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan dilakukan. Atas kesediaan dan
kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.
Peneliti
( Nika Sari C )
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi
dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Keperawatan yang bernama Nika Sari C, NIM 1111104000041 dengan penelitian yang
berjudul “Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Wanita di
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta”. Saya mengetahui tujuan
serta manfaat dilakukannya penelitian ini untuk pengembangan ilmu keperawatan di
Indonesia.
Jakarta, April 2015
Responden
( )
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR KUESIONER
A. Data Demografi
1. Inisial Responden :...................
2. Usia :...................
3. Suku :...................
4. Riwayat Penyakit :.....................
B. Hasil Pengukuran (diisi oleh peneliti)
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Indeks Massa Tubuh : kg =
m2
Lingkar Pinggang : cm
Lingkar Panggul : cm
Rasio Lingkar
Pinggang Panggul : cm
C. Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)
Instruksi : Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam tabel. Untuk setiap
jawaban yang dijawab dengan benar diberi skor satu poin.
Skor Maksimum Skor Responden Pertanyaan
5
Tahun berapa sekarang? ... (1)
Bulan apa sekarang? ... (1)
Tanggal berapa sekarang? ... (1)
Hari apa sekarang? ... (1)
Musim apa sekarang? ... (1)
5
Sedang dimanakah kita sekarang,
Negara ? ... (1)
Kota ? ... (1)
Kabupaten/kecamatan mana ? ... (1)
Nama tempat ? ... (1)
Ruang apa ? ... (1)
3
Pemeriksa menyebutkan tiga benda yang
tidak berhubungan (Buku, Jeruk, Sepatu),
tiap satu benda disebutkan dalam waktu satu
detik.
Kemudian minta responden untuk
menyebutkan ketiga benda tersebut kembali.
Tiap benda yang disebutkan dengan benar
diberikan nilai satu poin.
Apabila responden tidak dapat menyebutkan
dengan benar ketiga benda tersebut, hal ini
dapat diulangi sebanyak enam kali.
..............(1)..............(1)..............(1)
Bila responden sudah melewati tahap ini,
minta responden untuk mengingat ketiga
kata tersebut karena akan ditanyakan
kembali.
5
“Saya ingin Anda menghitung mundur mulai
dari angka 100, namun tiap angka yang Anda
sebutkan harus sudah dikurangi 5.” (berhenti
setelah 75)
.......(1) .......(1) .......(1) .......(1) ........(1)
3
Tanyakan kembali tiga nama benda yang telah
disebutkan sebelumnya (Buku, Jeruk, Sepatu).
............(1) ...........(1) ...........(1)
2
Tunjukkan kepada responden dua buah benda,
seperti jam tangan dan pulpen, lalu minta
responden untuk menyebutkan nama benda
tersebut.
...................(1) ........................(1)
1
“Sekarang saya akan meminta Anda
mengulang apa yang saya katakan...”
TIDAK, JIKA, DAN, ATAU
3
Minta responden untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
“Ambil kertas dengan tangan kanan Anda,
lipat menjadi dua, dan letakkan di lantai.”
........(1) ambil kertas dengan tangan kanan
........(1) kertas dilipat dua
....... (1) kertas ditaruh di lantai
1
“Silahkan baca tulisan ini dan lakukan apa
yang tertulis dalam kertas ini.”
(instruksi: “TUTUP MATA ANDA”)
1
“Silahkan tuliskan sebuah kalimat tentang
sesuatu.”
(Kalimat harus mengandung subjek dan kata
kerja yang masuk akal).
1
“Sekarang coba gambarkan kembali gambar
ini.” (Peneliti memberikan selembar kertas
kosong dan meminta responden
menggambarkan gambar yang di maksud.
Kesepuluh sisi gambar harus tergambar dan
keduanya saling memotong).
30
TOTAL
Lampiran 4
REKAPITULASI DATA DEMOGRAFI, VARIABEL ANTOPOMETRI DAN VARIABEL FUNGSI KOGNITIF
LANJUT USIA WANITA DI PSTW BUDI MULIA 1 DAN 3 JAKARTA
No. Usia Suku Riw. Penyakit BB TB IMT L.Ping L.Pang RLPP Skor MMSE
1 67 Jawa Asam urat 40 141 20 78 82 0,95 27
2 70 Betawi Tidak ada 33 139 17 70 79 0,88 13
3 62 Sunda Tidak ada 31 145 15 75 76 0,98 18
4 70 Jawa Tidak ada 39 141 20 85 91 0,93 10
5 70 Betawi Asam urat 43 153 18 73 85 0,85 20
6 75 Jawa Tidak ada 30 145 14 64 75 0,85 28
7 65 Jawa Tidak ada 35 149 16 72 80 0,9 21
8 85 Jawa Asma 52 146 24 96 99 0,96 19
9 74 Jawa Asam urat 49 146 23 86 98 0,87 28
10 75 Sunda Asam urat 31 140 16 82 84 0,97 20
11 81 Betawi Tidak ada 23 145 11 67 73 0,91 18
12 70 Sunda Arthritis 35 155 15 96 98 0,97 28
13 77 Betawi Tidak ada 26 140 13 62 74 0,83 24
14 73 Jawa Tidak ada 52 147 24 96 98 0,97 28
15 65 Sunda Asam urat 45 134,5 25 93 95,5 0,97 17
16 68 Jawa Tidak ada 43 137 23 83 87 0,95 22
17 73 Jawa Gastritis 30 137,5 16 80 79 1,01 23
18 90 Jawa Tidak ada 42 149 19 91 93 0,97 17
19 79 Jawa Arthritis 43 139 22 92 95 0,96 25
20 69 Betawi Tidak ada 35 152 15 77 87 0,88 23
21 83 Sunda Tidak ada 43 138 23 86 88 0,97 18
22 64 Jawa Asma 34 143 17 73 84 0,86 27
23 70 Jawa Tidak ada 35 142 17 70 81 0,86 19
24 60 Betawi Sakit pinggang 43 142 21 80 88 0,9 19
25 60 Jawa Tidak ada 61 160 24 91 108 0,84 28
26 60 Jawa Tidak ada 55 146 26 88 103 0,85 20
27 60 Betawi Tidak ada 52 149 23 92 98 0,93 24
28 90 Jawa Tidak ada 31 140 16 78 80 0,97 15
29 60 Jawa Tidak ada 50 149 23 90 100 0,9 20
30 62 Jawa Tidak ada 45 146 21 97 110 0,88 21
31 68 Jawa Tidak ada 53 142 26 100 104 0,96 27
32 67 Jawa Tidak ada 60 145 29 102 112 0,91 20
33 65 Jawa Tidak ada 46 142 23 85 97 0,87 24
34 87 Jawa Tidak ada 40 136 22 90 99 0,9 21
35 64 Jawa Arthritis 56 153 24 93 100 0,93 28
Lampiran 5
HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
A. Usia
B. Suku
suku responden
N Valid 35
Missing 0
suku responden
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Betawi 7 20,0 20,0 20,0
Jawa 23 65,7 65,7 85,7
Sunda 5 14,3 14,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
usia responden
N Valid 35
Missing 0
Mean 70,80
Median 70,00
Mode 60
Std. Deviation 8,741
Minimum 60
Maximum 90
klasifikasi usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
60-74 tahun 25 71,4 71,4 71,4
75-90 tahun 10 28,6 28,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
C. Riwayat Penyakit
riwayat penyakit responden
N Valid 35
Missing 0
riwayat penyakit responden
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Arthritis 3 8,6 8,6 8,6
Asam urat 5 14,3 14,3 22,9
Asma 2 5,7 5,7 28,6
Gastritis 1 2,9 2,9 31,4
Sakit pinggang 1 2,9 2,9 34,3
Tidak ada 23 65,7 65,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
D. Indeks Massa Tubuh
indeks massa tubuh
N Valid 35
Missing 0
Mean 19,98
Median 21,11
Mode 16
Std. Deviation 4,334
Minimum 11
Maximum 29
klasifikasi IMT
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
underweight 27 77,1 77,1 77,1
healthyweight 8 22,9 22,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
E. Lingkar Pinggang
lingkar pinggang
N Valid 35
Missing 0
Mean 83,8
Median 85,0
Mode 96,0
Std. Deviation 10,6489
Minimum 62,0
Maximum 102,0
klasifikasi lingkar pinggang
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
<80 cm 12 34,3 34,3 34,3
80-87 cm 8 22,9 22,9 57,1
>88 15 42,9 42,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
F. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
rasio lingkar pinggang panggul
N Valid 35
Missing 0
Mean 0,9169
Median 0,9100
Mode 0,97
Std. Deviation 0,04963
Minimum 0,83
Maximum 1,01
klasifilasi RLPP
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid risiko meningkat
(>0,80) 35 100,0 100,0 100,0
G. Fungsi Kognitif
fungsi kognitif responden
N Valid 35
Missing 0
Mean 21,71
Median 21,00
Mode 28
Std. Deviation 4,644
Minimum 10
Maximum 28
Fungsi Kognitif
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Kemungkinan gangguan 19 54,3 54,3 54,3
Tidak ada 16 45,7 45,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
HASIL UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
fungsi kognitif responden ,126 35 ,174 ,950 35 ,058
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
lingkar pinggang ,120 35 ,200* ,967 35 ,378
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 6
HASIL ANALISIS SPSS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
klasifikasi lingkar
pinggang * klasifikasi
fungsi kognitif
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
klasifikasi lingkar pinggang * klasifikasi fungsi kognitif Crosstabulation
klasifikasi fungsi kognitif Total
Kemungkinan
gangguan
Tidak ada
gangguan
klasifikasi
lingkar
pinggang
<80 cm
Count 7 5 12
% within klasifikasi
lingkar pinggang 58,3% 41,7% 100,0%
80-87 cm
Count 4 4 8
% within klasifikasi
lingkar pinggang 50,0% 50,0% 100,0%
>88
Count 8 7 15
% within klasifikasi
lingkar pinggang 53,3% 46,7% 100,0%
Total
Count 20 15 35
% within klasifikasi
lingkar pinggang 54,3% 45,7% 100,0%
Correlations
lingkar pinggang fungsi kognitif responden
lingkar pinggang
Pearson Correlation 1 ,158
Sig. (2-tailed)
,366
N 35 35
fungsi kognitif responden
Pearson Correlation ,158 1
Sig. (2-tailed) ,366
N 35 35