Hubungan Antara Status Gizi Dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Sd Kajar 02 Kecamatan...
-
Upload
haryadi-dwi-putra -
Category
Documents
-
view
389 -
download
1
description
Transcript of Hubungan Antara Status Gizi Dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Sd Kajar 02 Kecamatan...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SD KAJAR 02 KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2004/2005
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh:
Nama : Tina Mulyanti
NIM : 6450401080
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas ilmu Keolahragaan
Pada hari : Senin
Tanggal : 15 Agustus 2005
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekretaris,
Drs Sutardji, MS dr Oktia Woro KH, M.kes.
NIP.130523506 NIP.131695159
Dewan Penguji,
1.
Dra ER Rustiana, M.Si. (Ketua)
NIP.131472346
2.
Drs Sugiharto, M.Kes. (Anggota)
NIP.131571557
3.
dr Mahalul Azam (Anggota)
NIP.132297151
iv
ii
SARI
Penelitian ini berjudul “Hubungan Status Gizi dan Motivasi dengan Hasil Belajar Siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005”, dengan latar belakang dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal, siswa selalu dihadapkan pada berbagai masalah dan kendala, status gizi dan motivasi harus terus diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar, hingga pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi lebih maksimal.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005, adakah hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005 Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui hubungan status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005, untuk mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005.
Hipotesis yang ingin diuji kebenarannya yaitu, ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005, ada hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005.
Metode penelitian yang digunakan dengan populasi seluruh siswa kelas 1 sampai kelas 6 sejumlah 122 siswa. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sampel yang diambil adalah kelas 3 sampai kelas 6 dengan rangking 1 sampai 10 sejumlah 40 siswa. Jenis penelitian adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional study.
Teknik pengambilan data status gizi melalui pengukuran antoprometri yaitu BB/U dan BB/TB, pengambilan data motivasi melalui pengisian kuesioner, pengambilan data hasil belajar melalui nilai hasil semester 1. Teknik analisis data untuk dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat masing-masing digunakan chi square.
Berdasarkan analisis chi square untuk hubungan status gizi dengan hasil belajar menghasilkan chi square hitung = 305,806 dan chi square tabel 305,041 sehingga chi square hitung > chi square tabel. Analisis chi square untuk hubungan motivasi dengan hasil belajar diperoleh chi square hitung = 98,889 dan chi square tabel = 75,624.
Disimpulkan bahwa ada hubungan yang berarti antara status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005 dan ada hubungan yang berarti antara motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2004/2005.
Saran yang dapat diberikan yaitu hendaknya semua orang tua untuk memperhatikan kansumsi makan anak, karena kebutuhan gizi yang cukup dan terpenuhi dapat menunjang hasil belajarnya. Diharapkan pula kerjasama guru dengan orang tua terhadap pemberian bimbingan, pengarahan, dan motivasi siswa untuk mendukung hasil belajarnya.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya, telah
terselesaikannya skripsi ini dengan judul:
“HUBUNGAN STATUS GIZI DAN MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR
SISWA SD KAJAR 02 KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI
TAHUN AJARAN 2004/2005”.
Skripsi ini disusun sebagai tugas dan syarat terselesaikannya tugas akhir
pada Universitas Negeri Semarang guna meraih gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
Bantuan dan dorongan berbagai pihak memacu semangat penulis untuk
berusaha terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan
hati, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs
Sutardji, M. S. atas diberikannya bimbingan dan dukungannya.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang,
dr. Oktia Woro KH, M. Kes. atas dukungannya.
3. Pembimbing I Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang, Drs Sugiharto, M. Kes. atas dukungan di sela-sela
kesibukannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Pembimbing II Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang, dr. Mahalul Azam atas diberikannya bimbingan yang sangat
berarti.
v i
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Semarang atas segala dukungan dan bimbingannya di jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
6. Kepala Sekolah beserta guru SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil
Kabupaten Pati, atas kesedian siswanya sebagai sampel penelitian.
7. Rekan-rekan angkatan 2001 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang, :Titin, Deni, Wati, Atik dan masih banyak
lagi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Adik-adik kos Nusa Indah, terima kasih atas dukungan beserta doa
kalian.
Disadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, semoga
amal baik dari semua pihak senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan.
Semarang, Agustus 2005
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
SARI ....................................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Permasalahan .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4 Batasan Operasional .......................................................................... 5
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 8
2.1 Status Gizi ......................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Gizi ............................................................................... 8
2.1.2 Pengertian Status Gizi .................................................................... 11
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .............................. 11
2.1.4 Penilaian Status Gizi ...................................................................... 14
2.2 Motivasi ......................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Motivasi ........................................................................ 14
2.2.2 Macam Motivasi ............................................................................ 15
2.2.3 Ciri-Ciri Motivasi ........................................................................... 18
2.2.4 Fungsi Motivasi .............................................................................. 19
2.3 Hasil Belajar .................................................................................. 21
ix
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar ................................................................. 23
2.3.2 Prinsip-Prinsip Belajar ................................................................... 23
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........................... 24
2.4 Hubungan Status Gizi dengan Hasil Belajar ................................... 37
2.5 Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar ....................................... 38
2.6 Hubungan Status Gizi dan Motivasi dengan Hasil Belajar .............. 40
2.7 Kerangka Teori .............................................................................. 41
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................... 42
2.9 Hipotesis ........................................................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 44
3.1 Populasi Penelitian ............................................................................ 44
3.2 Sampel Penelitian .............................................................................. 44
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 45
3.4 Rancangan Penelitian ........................................................................ 45
3.5 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 46
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................ 47
3.7 Instrumen Penelitian .......................................................................... 48
3.8 Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 48
3.9 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Penelitian .................................. 49
3.10 Analisis Data ................................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 51
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 51
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 68
5.1 Simpulan ........................................................................................... 68
5.2 Saran ................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 70
LAMPIRAN
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Penelitian Motivasi Belajar ............................................... 72
2. Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 76
3. Tabel Product Moment ...................................................................... 78
4. Tabel Status Gizi ............................................................................... 79
5. Tabel Chi Square ............................................................................... 81
6. Hasil Kuesioner Motivasi Belajar ...................................................... 82
7. Dokumentasi .................................................................................... 84
8. Siswa Kelas III – 6 SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati ................................................ 88
9. Analisis Chi Square untuk Hubungan Status Gizi dengan
Hasil Belajar ...................................................................................... 89
10. Analisis Chi Square untuk Hubungan Motivasi dengan
Hasil Belajar ...................................................................................... 91
11. Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 92
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ................................. 51
2. Distribusi Ferkuensi Umur Responden ............................................... 52
3. Distribusi Frekuensi Motivasi Instrinsik ............................................. 52
4. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik ............................................ 53
5. Distribusi Motivasi Belajar ................................................................. 53
6. Status Gizi Responden ....................................................................... 54
7. Motivasi Belajar Responden ............................................................... 56
8. Hasil Belajar Responden .................................................................... 57
9. Data Status Gizi dan Hasil Belajar Responden .................................... 59
10. Data Motivasi dan Hasil Belajar Responden ....................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa arus globalisasi yang melanda semua negara, masyarakat Indonesia akan menghadapi adanya keterbukaan informasi, komunikasi, dan liberalisasi perdagangan. Kemajuan teknologi menyebabkan interaksi budaya akan berjalan semakin intensif. Akibatnya terjadi pergeseran pola dan gaya hidup, bahkan penilaian dan tatanan kehidupan manusia di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sejak tahun 1997, masyarakat Indonesia mengalami berbagai rangkaian krisis yang berkepanjangan.
Untuk dapat bertahan dalam persaingan tingkat dunia, sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan aset nasional yang mendasar dan faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan. Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan terus menerus sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan derap perkembangan pembangunan nasional. Kaum muda sebagai potensi andalan produktivitas nasional, mestinya mendapat suasana yang kondusif demi terwujudnya segala potensi yang dimilikinya. Sarana paling strategis bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.
Dalam konsep pendidikan dijelaskan bahwa belajar adalah tugas wajib dalam kehidupan, artinya pada diri seseorang tetap melekat tuntutan untuk selalu belajar hingga melahirkan produk yang berguna, dan di dalam pendidikan dapat diraih melalui pencapaian hasil belajar (Martensi KDJ dan Mungin Edy Wibowo, 1980:54).
2
Hasil belajar adalah produk atau keluaran yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar sebagai upaya untuk mendapat sesuatu kepandaian. Hasil belajar dapat diukur dengan nilai yang dicapai melalui berbagai bentuk tes (Woodworth, 1978:57).
Hasil belajar merupakan hasil dari proses pendidikan yang dipandang sebagai investasi modal berupa sumber daya manusia. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi melalui peningkatan hasil belajar bukanlah suatu pekerjaan yang ringan. Rendahnya mutu pada jenjang pendidikan dasar teramat penting untuk segera diatasi.
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan hasil belajar, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Pencapaian hasil belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Dari sudut internal diantaranya meliputi lingkungan sosial, budaya, dan lingkungan fisik, misalnya fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Kematangan fisik dan psikis dalam bentuk jasmani yang sehat dan kecerdasan yang dapat mempengaruhi hasil belajar itu iantaranya
berhubungan erat dengan pola makan dan status gizi.
Konsep sehat menurut WHO merupakan keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya. Kondisi tubuh yang sehat pada seseorang akan mempengaruhi pola pikir dalam aktivitas belajar berupa pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai keadaan ini diperlukan cukup gizi yang diperoleh dengan pola makan sehat dan seimbang. Status gizi ditentukan melalui konsumsinya karena melalui makanan, akan diperoleh zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup, tumbuh, dan berkembang.
Status gizi tercermin melalui pola pemberian makanan. Hal tersebut dapat dijadikan media untuk mendidik anak agar menerima, menyukai dan memilih makanan yang bermutu, serta dalam jumlah yang cukup. Anak merupakan golongan yang rentan terhadap masalah gizi, padahal anak masih mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Maka gizi dalam makanan sangat diperlukan bagi tumbuh kembang anak.
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kualitas pendidikan diantaranya tingginya motivasi dikalangan anak-anak. Motivasi merupakan dorongan yang dibentuk oleh pengalaman yang mengarahkan seseorang untuk berbuat dan bertindak kemudian menjadi motivasi yang diwujudkan melalui sikap, perhatian, dan aktivitas. Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu untuk berbuat (Vembriarto, 1984:23).
Motivasi merupakan sub komponen dari faktor psikologis yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan. Dalam upaya peningkatan hasil belajar dimungkinkan banyak tergantung dari motivasi peserta didik itu sendiri. Tingkatan motivasi yang berbeda diantara peserta didik akan membawa perubahan dan semangat belajar yang berbeda pula.
SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati merupakan salah satu bentuk dari pendidikan dasar. Berdasarkan hasil belajar tahun ajaran 2002/2003 dengan tahun ajaran 2003/2004 SD Kajar 02 mengalami penurunan yang terdiri dari rangking nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) tingkat kecamatan : dari peringkat 10 menjadi 12, nilai rata-rata rapot : dari 6,9 menjadi 6,7. Menurut hasil survei, 62,3 % para orang tua yang mempunyai anak di SD tersebut belum memahami arti pentingnya pendidikan dan kebutuhan gizi, terutama bagi anak-anaknya. Padahal Pendidikan dasar dan kebutuhan
gizi tersebut merupakan tahap kritis dalam membentuk otak, watak, dan kepribadian.
Setiap proses pendidikan dan kesehatan selalu diharapkan adanya keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam upaya peningkatan hasil belajar, dipilih status gizi dan motivasi sebagai alternatifnya. Status gizi yang baik berhubungan dengan kesehatan fisik, psikis yang dapat menciptakan motivasi sehingga dapat membawa perubahan-perubahan, baik dalam hal semangat kehadiran, kemauan belajar maupun hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dan motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten
Pati Tahun Ajaran 2004/ 2005.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1) Adakah hubungan antara status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati ?
2) Adakah hubungan antara motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dan motivasi dengan hasil belajar siswa SD
Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
2) Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
1.4 Batasan Operasional
1.4.1 Status Gizi
Gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi dan masukan gizi yang diukur
dengan indeks Antropometri berupa pengukuran Berat Badan (Kg) menurut Umur
(BB/U) dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Ukuran : Gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih
Skala : ordinal
1.4.2 Motivasi Belajar
Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, kekuatan atau dorongan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemajuan,
cita-cita (Dimyati dan Mudjiono, 1994:75).
6
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pada diri siswa terdapat kekuatan yang menjadi penggerak belajar dan siswa belajar
karena dorongan kekuatan mental tersebut. Jadi motivasi belajar siswa diartikan sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk belajar.berasal dari
dalam atau luar individu untuk melakukan aktivitas belajar yang diukur melalui
kuesioner yang meliputi 24 pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut:
Motivasi kurang bila x ± SD
Motivasi sedang bila x ± SD
Motivasi baik bila x ± SD (Agus Irianto, 2004:44)
Ukuran : Motivasi kurang, motivasi sedang, motivasi baik
Skala : ordinal
1.4.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil dari proses belajar yang berupa rata-rata nilai semester 1 tahun
pelajaran 2004/2005.
Ukuran : Peringkat 1 sampai 10
Skala : Ordinal
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian
1.5.1 Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran untuk pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa.
7
1.5.2 Bagi Orang tua Siswa
Sebagai sumbangan pemikiran untuk dalam upaya pemenuhan status gizi dan pemberian
motivasi anak.
1.5.3 Bagi Pihak Lain
Sebagai salah satu sumber acuan bagi pihak lain yang memerlukannya untuk
kepentingan penelitian lanjutan di masa yang akan datang.
1
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Status Gizi
2.1.1.1 Pengertian gizi
Gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi seseorang dan
merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan (Achmad Djaeni, 2000:56).
Menurut I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar (2002:17) definisi gizi
adalah sebagai berikut:
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Berdasarkan pengertian diatas terkandung maksud bahwa gizi adalah suatu
proses mencapai, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan tubuh melalui
konsumsi makanan.
2.1.1.2 Fungsi Gizi
Terdapat empat fungsi zat gizi bagi tubuh:
1) Sebagai sumber energi atau tenaga. Jika fungsi ini terganggu, seseorang menjadi
berkurang geraknya dan merasa cepat lelah.
2) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi
mereka yang masih dalam pertumbuhan.
3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak
9
4) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai
antioksidan.
2.1.1.3 Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum seoptimal mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,
sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.
2.1.1.3.1 Akibat Gizi kurang pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi esensial.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan gangguan pada proses:
1) Pertumbuhan
Anak-anak membutuhkan zat gizi untuk menunjang pertumbuhan tubuhnya. Protein
sebagai salah satu unsur zat gizi berguna dalam pemeliharaan proses tubuh terutama
untuk pertumbuhan dan perkembangan, utamanya bagi mereka yang masih dalam
pertumbuhan. Kekurangan protein mengakibatkan rambut rontok dan lembeknya
jaringan otot.
10
2) Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa
lemah, dan produktivitas kerja menurun.
3) Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek, dan diare. Pada
anak-anak hal ini dapat mengakibatkan kematian.
4) Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental.,
termasuk kemampuan berpikirnya. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua
tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5) Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku
yang tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.
Berdasarkan keterangan diatas, terkandung unsur bahwa gizi yang baik
merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia.
2.1.1.3.2 Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan
salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti
hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, jantung koroner, hati, dan
kandung empedu.
11
2.1.1.4 Pengertian Status Gizi
Status gizi pada dasarnya merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Contoh : Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh. (I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, dan Ibnu
Fajar, 2002 : 18)
2.1.1.5 Faktor-faktor yang menentukan status gizi yaitu
2.1.1.5.1 Konsumsi makanan
Pola konsumsi makanan yang bergizi pada kebanyakan penduduk dapat
dikatakan masih kurang mencukupi yang dibutuhkan oleh tubuh masing-masing
anggota tiap keluarga. Padahal keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi merupakan penentu status gizi seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah:
2.1.1.5.1.1 Pendapatan keluarga
Penduduk kota dan penduduk pedesaan yang mempunyai penghasilan rendah,
selain memanfaatkan penghasilannya untuk keperluan makan keluarga, juga harus
membagikannya untuk berbagai keperluan lain (pendidikan, transportasi ,dll). Sehingga
tidak jarang persentase penghasilan untuk keperluan penyediaan makanan hanya kecil
saja.
Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan cukup namun anaknya
mengalami kekurangan gizi. Terjadinya hal ini karena cara pengaturan belanja keluarga
yang kurang baik.
12
2.1.1.5.1.2 Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
Rendahnya pendapatan didukung dengan kurangnya pengetahuan akan bahan
makanan yang bergizi, maka pemberian makan untuk keluarga biasanya dipilih bahan-
bahan makanan yang hanya akan mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah
makanan itu bergizi atau kurang bergizi.
2.1.1.5.1.3 Pantangan-pantangan yang secara tradisional masih diberlakukan
Survei konsumsi pangan yang dilakukan oleh Suharjo tentang adanya
pantangan-pantangan mengemukakan sehubungan dengan pangan yang biasanya
dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul dan
larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan didunia, khususnya di
Indonesia. Bila pola pantangan makanan berlaku pada seluruh penduduk sepanjang
hidupnya maka akan terjadi kecenderungan kekurangan zat gizi karena adanya
keterbatasan dalam pola konsumsi mereka.
2.1.1.5.2 Kesehatan
Keadaan kesehatan seseorang mencerminkan status gizinya. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan antara lain:
2.1.1.5.2.1 Kebiasaan makan
Koentjaraningrat (1980:59) Kebiasaan makan individu, keluarga, dan
masyarakat dipengaruhi oleh:
1) Faktor perilaku, seperti cara berpikir dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan
memilih makanan. Kejadian ini berulang kali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan
makan.
13
2) Faktor lingkungan sosial, seperti segi kependudukan dengan susunan dan sifat-
sifatnya.
3) Faktor lingkungan ekonomi, seperti daya beli masyarakat.
4) Faktor lingkungan ekologi, seperti kondisi tanah.
5) Faktor ketersediaan bahan makanan, seperti sarana dan prasarana kehidupan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa pada dasarnya, pola makan masyarakat atau
kelompok dimana anak tersebut berada, akan sangat mempengaruhi kebiasaan makan,
selera, dan daya terima anak akan suatu makanan. Oleh karena itu, di lingkungan anak
hidup terutama keluarga perlu pembiasaan makan anak yang memperhatikan kesehatan
dan gizi.
2.1.1.5.2.2 Pemeliharaan kesehatan
Salah satu pemeliharaan kesehatan dapat ditempuh melalui pendidikan gizi yang
mengarah keperbaikan konsumsi makanan. Zat-zat gizi yang diperoleh dari konsumsi
bahan makanan tersebut, harus mempunyai nilai yang sangat penting untuk:
1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi
mereka yang masih dalam pertumbuhan.
2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.
3) Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh. Proses
tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan
menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang, sehingga memiliki daya
pikir dan daya kegiatan sehari-hari yang maksimal.
14
Maka dengan adanya pendidikan gizi yang merupakan salah satu unsur penting
dalam meningkatkan status gizi sebagai upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat
untuk jangka panjang.
Berdasarkan keterangan diatas faktor konsumsi makanan dan kesehatan yang
dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang berdampak pada pencapaian hasil
belajar yang optimal.
2.1.1.6 Penilaian Status Gizi
Berdasarkan atas tujuan penelitian status gizi yang dilakukan, maka beberapa
metodologi penelitian dapat diterapkan untuk menilai status gizi. Meliputi penilaian
secara langsung berupa antropometri. Antropometri digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Antropometri
gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri yang sering
digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan Berat Badan Menurut Tinggi
Badan (BB/TB). Pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan
maupun masyarakat digunakan baku rujukan WHO-NCHS atau National Center for
Health (Jelliffe DB dan Jelliffe EF Parice, 1989:115).
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif pada saat tertentu bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati (W. S. Winkel, 1996:
27).
15
Motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan,
keinginan, dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu.
Tanpa motivasi tidak akan ada tujuan suatu tingkah laku yang terorganisasi” (Siti Partini
Suardiman, 1998: 96).
Maslow (1970: 115) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan
dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa
aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan
estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah
laku individu.
Berdasarkan uraian tersebut diatas terkandung maksud bahwa motivasi adalah
dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam atau luar individu yang mempengaruhi
individu untuk bertindak, berbuat, atau bertingkah laku untuk mencapai tujuan. Tujuan
yang dimaksud adalah belajar, sehingga motivasi belajar dapat diartikan sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang berbentuk suatu aktivitas nyata dalam rangka
meraih tujuan untuk mencapai hasil belajar dengan segala upaya yang dapat
dilakukannya.
2.1.2.2 Macam Motivasi
2.1.2.2.1 Motivasi Primer dan Motivasi Sekunder
2.1.2.2.3.1 Motivasi Primer
Motivasi primer dilatarbelakangi oleh keadaan organ tubuh manusia (Alex Sobur, 2003:
294). Termasuk dalam golongan ini adalah haus, lapar, istirahat, bernafas. Motivasi
primer bersifat tidak dipelajari, dan tidak ada pengalaman yang mendahuluinya.
16
Misalnya Seorang anak yang baru saja dilahirkan, dia merasa haus kemudian menangis.
Maka keadaan haus yang sebelumnya belum pernah dipelajari dan tidak ada
pengalaman bagi bayi, sehingga hal tersebut membuatnya menangis.
2.1.2.2.3.2 Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder bersifat tergantung pada pengalaman seseorang dan tidak tergantung
pada proses fisiologis tubuh manusia, misalnya motivasi takut (Alex Sobur, 2003: 295).
Bayi yang baru saja dilahirkan tidak memiliki motivasi sekunder, karena belum
mempunyai pengalaman apapun. Makin bertambah usia seseorang, makin bertambah
pengalamannya, sehingga makin bertambah pula hal-hal yang dia pelajari, berarti makin
banyak dia mempunyai motivasi sekunder (Alex Sobur, 2003: 295).
2.1.2.2.2 Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
2.1.2.2.3.1 Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:115). Tujuannya adalah anak didik
termotivasi untuk belajar semata-mata menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam
bahan pelajaran, bukan karena ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan
sebagainya. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan
aktivitas belajar terus-menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin
maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa
17
semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini
dan di masa yang akan datang.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan
untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul
berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial.
2.1.2.2.3.2 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:117). Motivasi ekstrinsik bukan
berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi
ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Misalnya seorang guru didalam
mengajar berusaha membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan
memanfaatkan motivasi ekstrinsik berupa pemberian hadiah yang akan diterimanya bila
ia berusaha dan berhasil dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut anak menjadi
termotivasi dan saling bersaing didalam belajar untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2.1.2.2.3 Motivasi Tunggal dan Motivasi Bergabung
2.1.2.2.3.1 Motivasi Tunggal
Motivasi tunggal bersifat dorongan pada satu tujuan tertentu (Alex Sobur, 2003: 296).
2.1.2.2.3.2 Motivasi bergabung
Motivasi bergabung bersifat motivasi kompleks (Alex Sobur, 2003: 296). Misalnya, bila
seseorang menjadi anggota suatu organisasi dan ia memiliki dorongan untuk mengenal
lebih dekat anggota kelompok organisasinya yang lain.
18
2.1.2.2.4 Motivasi Sadar dan Motivasi Tidak Sadar
2.1.2.2.4.1 Motivasi Sadar
Motivasi sadar adalah apabila seseorang melakukan tingkah laku tertentu, dan orang
tersebut dapat mengerti alasannya berbuat demikian (Alex Sobur :2003:297).
Tingkah laku yang banyak melibatkan aktivitas berpikir, pada umumnya digerakkan
oleh motif-motif sadar (Alex Sobur :2003:297).
(Alex Sobur :2003:297).
2.1.2.2.4.2 Motivasi Tidak Sadar
Motivasi tidak sadar adalah apabila seseorang melakukan tingkah laku tertentu, namun
orang tersebut tidak dapat mengatakan alasannya berbuat demikian (Alex Sobur
:2003:297).
Motivasi tidak sadar dilatarbelakangi oleh tingkah laku kebiasaan-kebiasaan, adat
tradisi, sehingga tingkah laku yang dilakukan tidak disadari (Alex Sobur :2003:297).
2.1.2.3 Ciri-Ciri Motivasi
Menurut Joko Raharjo (2002: 4), ada beberapa ciri motivasi pada diri setiap orang,
yaitu:
1) Tekun dalam menghadapi tugas (belajar secara terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) dan tidak cepat puas dengan hasil
yang telah dicapainya.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misal
masalah agama, pembangunan, keadilan).
19
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya (bila sudah yakin akan sesuatu).
6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
7) S enang mencari dan memecahkan masalah dalam soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti seseorang itu selalu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam upaya pencapaian hasil belajar, siswa harus
mampu mempertahankan pendapatnya, bila ia telah yakin dan dipandangnya cukup
rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai
masalah yang dihadapi.
2.1.2.4 Fungsi Motivasi
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab
mengapa anak didik tidak merespon untuk mencatat apa-apa yang disampaikan oleh
guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang harus segera
ditanggulangi karena akan menyebabkan hasil belajar anak menjadi semakin
terbelakang. Motivasi ekstrinsikpun dapat membantu anak didik keluar dari lingkaran
masalah kesulitan belajar, maka motivasi ini hendaknya dapat diperankan dengan baik
oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi
motivasi merupakan langkah-langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif bagi anak didik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:123)
Motivasi dalam belajar mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai berikut:
20
2.1.2.4.1 Sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu
dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari.
Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam
rangka mencari tahu. Anak didikpun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap
suatu objek. Sehingga anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang
seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari
dan mendorong kearah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi belajar yang
berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
2.1.2.4.2 Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan
suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan
raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan
kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran
mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum,
sehingga mengerti benar isi yang dikandungnya.
2.1.2.4.3 Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin
21
mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan
untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata
pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak
didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai
pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Secara tekun dan
penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin
diketahui atau dimengerti itu cepat tercapai. Itulah peranan motivasi yang dapat
mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil
Pengertian hasil menurut Bahtiar Rifai, “Hasil berarti produk atau keluaran
setelah melakukan kerja secara maksimal” (Suhito, 1991:4). Oemar Hamalik
berpendapat bahwa, “Hasil adalah interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhi,
baik dari dalam individu maupun dari luar individu yang bersangkutan” (Suhito,
1991:4). Sedangkan Woodworth memberikan pengertian “Achievement is actual ability
and can be measured directly use of test”, yang berarti hasil adalah kecakapan nyata dan
dapat diukur dengan menggunakan test-test (Woodworth, 1978:57).
Jadi hasil adalah suatu produk atau keluaran yang dicapai secara maksimal yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar dan dapat diukur dengan
menggunakan test.
22
2.1.3.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu perbuatan yang sangat komplek sehingga pengertian belajar
tidak dapat didefinisikan secara pasti. Banyak para ahli memberikan definisi belajar
dengan rumusan yang berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan karena teori yang
dianutnya berbeda pula. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian
belajar, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli :
1) Hilgart dan Bower, dalam buku Theories of Learning mengemukakan :
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). (M. Ngalim
Purwanto, 1991:84).
2) Witherington, dalam bukunya Educational Psychology mengemukakan :
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian atau suatu pengertian. (M. Ngalim Purwanto, 1991:84).
3) Menurut Winarno Surachmad disebutkan bahwa :
Belajar merupakan perubahan dalam diri manusia dari yang tidak mengetahui
menjadi mengetahui. (Martensi KDJ dan Mungin Eddy Wibowo, 1990:88).
Dari definisi-definisi tersebut dapat dikemukakan adanya beberapa unsur yang
penting tentang pengertian belajar. Unsur-unsur itu adalah :
23
1) Belajar merupakan perubahan tingkah laku.
2) Didalam belajar perbahan tingkah laku terjadi didebatkan oleh pengalaman yang
berulang-ulang.
3) Perubahan itu relatif permanen.
4) Perubahan tingkah laku menyangkut berbagai macam aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis.
Dari keempat fungsi diatas terkandung unsur bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai macam aspek kepribadian yang
dikarenakan adanya pengalaman yang berulang-ulang dan perubahan itu berlangsung
relatif permanen sehingga yang tadinya tidak mengetahui menjadi mengetahui.
2.1.3.3 Pengertian Hasil Belajar
Pada umumnya orang melakukan tindakan karena mempunyai tujuan. Untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, maka harus melakukan tindakan itu dengan sungguh-
sungguh. Demikian pula dalam hal belajar, seseorang belajar karena ada tujuan yang
hendak dicapai, yaitu hasil belajar yang baik.
2.1.3.4 Prinsip-Prinsip Belajar
Proses belajar adalah sangat kompleks, tetapi dapat juga dianalisa dan diperinci
dalam bentuk prinsip-prinsip belajar atau asas-asas belajar. Hal itu dapat diketahui agar
kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik (Abu Ahmadi, 1999:282).
Prinsip-prinsip itu adalah:
1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk
mencapai harapan-harapannya.
2) Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu
sendiri.
24
3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh
pengertian-pengertian.
4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat
dikuasainya.
5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis
antara murid dengan lingkungannya.
6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
7) Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang
praktek sehari-hari.
Berdasarkan pengertian hasil dan pengertian belajar tersebut, maka hasil belajar
dapat diartikan sebagai produk atau hasil yang telah dicapai setelah yang bersangkutan
melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya diwujudkan dalam bentuk angka
atau nilai.
2.1.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak hal-hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemauan belajar,
bahkan sering juga menyebabkan suatu kegagalan, sehingga faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:142)
:
2.1.3.5.1 Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah
anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem.
Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah
hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang
tergolong kelompok biotik.
2.1.3.5.1.1 Lingkungan Alami atau Lingkungan Hidup
25
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan
berusaha didalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu
pernapasan. Udara yang terlalu dingin menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara
yang terlalu panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal
di dalamnya. Daya konsentrasi menurun akibat suhu udara yang panas. Oleh karena itu,
keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di
sekolah. Belajar dengan keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada
belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Berdasarkan kenyataan yang
demikian, belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar di sore hari.
Kesejukan udara dan ketenangan suasana kelas dapat memberikan kondisi lingkungan
kelas yang kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan.
2.1.3.5.1.2 Lingkungan sosial budaya
Manusia tidak dapat hidup sendiri, mereka cenderung hidup bersama satu sama
lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi
sosial. Saling memberi dan menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam
kehidupan sosial. Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak dapat melepaskan diri
dari ikatan sosial.
2.1.3.5.2 Faktor Instrumen
Dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai masing-masing sekolah
diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya
dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum
dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah
26
dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan
fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya dan berhasil
guna bagi kemauan belajar anak didik di sekolah dalam mencapai hasil belajarnya.
2.1.3.5.2.1 Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab
materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatau pertemuan kelas, belum guru
programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran setiap guru
memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak
didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program
yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti
tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak
didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik
dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target kurikulum, akan
memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Tentu saja hasil belajar
yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan. Guru akan
mendapatkan hasil belajar anak didik di bawah standar minimum. Hal ini disebabkan
telah terjadi proses belajar yang kurang wajar pada diri setiap anak didik. Pemadatan
kurikulum dengan alokasi waktu yang disediakan relatif sedikit secara psikologis
disadari atau tidak dapat menggiring guru pada pilihan untuk melaksanakan percepatan
belajar anak didik untuk mencapai target kurikulum.
27
Berdasarkan keterangan di atas, kurikulum dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
anak didik.
2.1.3.5.2.2 Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan untuk menunjang adanya
kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang dirancang, yang disusun berdasarkan potensi sekolah yang
tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.
Bervariasinya potensi yang tersedia melahirkan program pendidikan yang
berlainan untuk setiap sekolah. Untuk program pendidikan yang bersifat umum masih
terdapat persamaan, tetapi untuk penjabaran program pendidikan menjadi bagian-bagian
program kecil terdapat perbedaan tenaga, finansial, dan sarana prasarana.
2.1.3.5.2.3 Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya
sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat sekolah adalah pemilikan gedung
sekolah yang di dalamnya terdapat ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan
guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah
yang memadai. Semua itu bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak
didik.
Suatu sekolah yang kekurangan ruang kelas, sementara jumlah anak didik yang
dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas, akan dapat
menemukan masalah. Kegiatan belajar mengajar kurang kondusif, pengelolaan kelas
28
kurang efektif. Sehingga hal ini harus dihindari bila ingin bersaing dalam peningkatan
mutu pendidikan.
Selain masalah sarana, fasilitas dan kelengkapan sekolah juga tidak dapat
diabaikan. Lengkap tidaknya buku-buku di perpustakaan ikut menentukan kualitas suatu
sekolah. Perpustakaan sekolah adalah laboratorium ilmu. Demikian pula dengan buku
pegangan anak didik harus lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar. Pihak sekolah
dapat membantu anak didik dengan meminjami anak sejumlah buku sesuai dengan
kurikulum. Dengan pemberian fasilitas belajar tersebut diharapkan kegiatan belajar anak
didik lebih bergairah untuk meraih hasil belajar yang optimal.
Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki
oleh sekolah. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan
guru tidak sempit. Buku pendidikan atau keguruan perlu dibaca atau dimiliki oleh guru
dalam rangka peningkatan kompetensi keguruan. Lengkap tidaknya fasilitas sekolah
membuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar dan dapat menunjang guru
dalam menunaikan tugasnya mengajar di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui, bahwa sarana dan fasilitas
dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu dapat
belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala
kebutuhan belajarnya, sehingga pencapaian hasil belajarpun dapat lebih optimal.
2.1.3.5.2.4 Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan dan kehadirannya mutlak
diperlukan didalamnya. Jika hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak
akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru,
29
kekurangan guru saja sudah merupakan suatu masalah. Mata pelajaran tertentu kosong
akibat kekurangan guru, itu berarti mata pelajaran tersebut tidak dapat diterima anak
didik karena ketiadaan guru yang memberikan mata pelajaran tersebut. Kondisi
kekurangan guru seperti ini sering ditemukan di lembaga pendidikan yang ada di suatu
daerah. Sehingga tidak jarang ditemukan seorang guru memegang lebih dari satu mata
pelajaran. Guru yang profesional lebih mengedepankan kualitas pengajaran, sehingga
hal itu lebih diutamakan daripada mengambil mata pelajaran yang bukan bidangnya.
Menurut M.I Soelaeman (1985:45) “untuk menjadi guru yang baik itu tidak
dapat diandalkan kepada bakat ataupun hasrat, namun harus disertai kegiatan studi dan
latihan serta praktek ataupun pengalaman yang memadai agar muncul sikap guru yang
diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan.”
Memang yang mempengaruhi prestasi belajar anak didik tidak hanya latar
belakang pendidikan atau pengalaman mengajar, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap
mental guru dalam memandang tugas mengajar yang diembannya. Seorang guru yang
memandang profesi keguruan sebagai panggilan jiwa akan melahirkan perbuatan untuk
melayani kebutuhan anak didik dengan segenap jiwa raga.
2.1.3.5.3 Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang.
2.1.3.5.3.1 Keadaan Fisiologis atau status gizi
Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya daripada
orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata
30
kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas
lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran (Noehl Nasution dkk, 1993:6).
Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar. Seorang pelajar atau anak
yang tidak sehat badannya tentu tidak dapat belajar dengan baik. Jika kesehatan seorang
anak terganggu maka konsentrasi belajarnyapun akan terganggu pula dan mata pelajaran
akan sukar untuk masuk ke pikiran. Begitu juga dengan anak yang badannya lemah,
sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan cepat merasakan
capai sehingga dapat mengakibatkan makin terbelakangnya anak dalam usaha
belajarnya. Akibatnya hasil belajar anak semakin mengalami penurunan.
2.1.3.5.3.2 Kondisi Panca Indra
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung,
pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga
sebagai alat untuk mendengar (Noehl Nasution dkk, 1993:6).
Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) berlangsung dengan membaca,
melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen,
mendengarkan keterangan guru, mendengarkan orang lain dalam diskusi dan
sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, keadaan fisiologis maupun kondisi panca indra
seseorang besar pengaruhnya terhadap keoptimalan pencapaian hasil belajar yang akan
diraih seseorang.
31
2.1.3.5.3.3 Kondisi psikologis
Belajar pada hakekatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti
belajar bukanlah berdiri sendiri, melainkan juga didukung dari faktor luar (faktor
lingkungan dan instrumental) maupun faktor dalam diri seseorang itu sendiri (faktor
fisiologis dan psikologis). Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski
faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu
kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses
dan hasil belajar anak didik.
2.1.3.5.3.3.1 Minat
Minat, menurut Slameto (1991:182), adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut (Slameto, 1991:182).
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat
belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan
32
bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan hasil belajar yang tinggi,
sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan hasil belajar yang rendah (Dalyono,
1997:56).
Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil
belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan hasil
belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.
2.1.3.5.3.3.2 Kecerdasan
Inteligensi mempunyai peran untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Seorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan
hasilnyapun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya rendah, cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnyapun
rendah (M Dalyono, 1997:56).
Kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan
tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan
pengajaran. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada
orang yang kurang cerdas (Noehl Nasution, 1993:7).
Berdasarkan keterangan diatas, kecerdasan merupakan salah satu faktor dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di
sekolah.
2.1.3.5.3.3.3 Bakat
Disamping inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat sebagai kemampuan
33
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau diadakan suatu
latihan. Dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan seorang individu dapat
menumbuhkan dan mengembangkan bakat bawaannya dalam lingkungan yang kreatif.
(Sunarto dan Hartono, 1999:119). Bakat bawaan kemungkinan terkait dengan garis
keturunan dari ayah atau ibu. Besarnya minat seorang anak untuk mengikuti jejak
langkah orang tuanya, akhirnya menumbuhkan bakat terpendamnya menjadi kenyataan.
Bakat bawaan atau terpendam dapat ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan
sebaik-baiknya. Hal ini diperlukan pemahaman terhadap bakat apa yang dimiliki oleh
seseorang. Menurut Sunarto dan Agung Hartono (1999: 121) bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan,
pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.
Misalnya seseorang mempunyai bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi
kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang
tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan agar ia
mendapatkan pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan
anak itu menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar,
maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul dan bahkan dapat menjadi pelukis
terkenal. Sebaliknya, seorang anak yang mendapatkan pendidikan menggambar dengan
baik, namun tidak memiliki bakat menggambar, maka tidak akan pernah mencapai
prestasi untuk bidang tersebut.
Adapula anak yang mempunyai bakat akademik. Mereka cenderung menguasai
mata pelajaran tertentu dan kurang menguasai mata pelajaran yang lain. Seorang anak
34
yang menguasai mata pelajaran IPS, belum tentu pula dapat menguasai mata pelajaran
IPA. Bakat bukanlah permasalahan yang dapat berdiri sendiri. Melainkan ada dua faktor
yang ikut mempengaruhi perkembangannya, yaitu
2.1.3.5.3.3.3.1 Faktor diri sendiri
Berdasarkan faktor dari anak itu sendiri misalnya tidak atau kurang berminat untuk
mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau mungkin pula mempunyai kesulitan
atau masalah pribadi sehingga ia memiliki hambatan dalam pengembangan diri dan
berprestasi sesuai dengan bakatnya. Berdasarkan faktor dari anak itu sendiri misalnya
tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau
mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia memiliki
hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.
2.1.3.5.3.3.3.2 Faktor lingkungan
Faktor yang kedua adalah lingkungan sebagai faktor dari luar diri anak, dapat menjadi
penghalang perkembangan bakat. Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk
menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya
cukup tinggi tetapi kurang memberikan perhatian pendidikan anak.
Jadi, kedua faktor anak didik dan lingkungan anak didik harus mendorong ke arah
perkembangan bakat yang optimal.
2.1.3.5.3.3.4 Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu (Noehl Nasution, 1993:8). Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar.
35
Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang
tepat (Ngalim Purwanto, 1995:61). Jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat,
maka lepaslah tenaga yang luar biasa, tercapailah hasil-hasil yang luar biasa, sehingga
tercapai pulalah hasil-hasil yang semula tidak terduga.
Seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak
memiliki motivasi untuk mencapai hasil belajar sebaik mungkin (Slameto, 1991:136).
Berbagai faktor dapat membuatnya bersikap apatis. Misalnya, karena adanya perasaan
takut diasingkan oleh kelompok bila anak didik berhasil atau karena kebutuhan untuk
berprestasi pada diri anak didik sendiri kurang atau mungkin tidak ada. Ada tidaknya
motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu,
motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari diri (motivasi intrinsik)
meskipun juga perlu didukung motivasi dari luar diri (motivasi ekstrinsik) dan dengan
cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk
mencapai cita-cita serta senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-
cita dapat dicapai dengan belajar (M Dalyono, 1997:57).
Mengingat motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan, maka bila
ada anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsik, diperlukan dorongan dari luar,
yaitu motivasi ekstrinsik agar anak didik termotivasi untuk belajar, misalnya dengan
pemberian hadiah jika mereka telah memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.
2.1.3.5.3.3.5 Kemampuan kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik
36
untuk dikuasai, karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi
penguasaan pengetahuan. Tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui indranya, yaitu indra penglihatan,
pendengar, peraba, dan pencium. Saat seorang guru dalam memberikan pengajaran
harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi pelajaran sejelas-
jelasnya, bukan bertele-tele kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi
anak didik (Slameto, 1991:104). Kemungkinan kecilnya kesalahan persepsi anak bila
penjelasan yang diberikan itu mendekati objek yang sebenarnya. Semakin dekat
penjelasan guru dengan realita kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan
mencerna materi pelajaran yang disajikan. Seorang anak yang telah memiliki
kemampuan persepsi ini berarti telah mampu menggunakan bentuk-bentuk representasi
yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda, kejadian atau
peristiwa. Objek- objek itu dipresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat
mental. Gagasan atau tanggapan itu dituangkan dalam kata-kata yang disampaikan
kepada orang yang mendengarkan ceritanya atau dalam bentuk tulisan maupun orasi
ilmiah. Adanya kemampuan kognitif ini, orang dapat menghadirkan realita dunia di
dalam dirinya sendiri, dari hal-hal yang bersifat material dan berperaga seperti perabot
rumah tangga, kendaraan, bangunan, dan orang, sampai hal-hal yang bersifat material
37
dan berperaga seperti ide “keadilan, kejujuran” , dan lain sebagainya. Jadi, semakin
banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam
pikiran kognitif orang tersebut. Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan melalui
belajar. Perkembangan berpikir seorang anak bergerak dari kegiatan berpikir konkret
menuju berpikir abstrak. Perubahan berpikir ini bergerak sesuai dengan meningkatnya
usia seorang anak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir anak sehingga
tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat kesukarannya tidak sesuai
dengan usia anak untuk diterima dan dicerna oleh anak. Bila hal ini terjadi, maka anak
mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang
diberikan. Materi pelajaran jelas tidak dapat dikuasai anak didik dengan baik, maka
gagallah usaha guru untuk membelajarkan anak didik yang pada akhirnya prestasi
belajar anak didik akan semakin menurun.
Dalam penelitian ini motivasi diukur dengan kuesioner yang mengacu pada
faktor psikologis, dengan aspek-aspek motivasi belajar yaitu motivasi intrinsik, motivasi
ekstrinsik, dan motivasi belajar anak.
2.1.4 Hubungan Status Gizi dengan Hasil Belajar
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Setelah
dikonsumsi di dalam alat pencernaan, makanan diurai menjadi berbagai zat makanan
atau zat gizi. Zat makanan inilah yang diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam
cairan tubuh. Di dalam jaringan, zat-zat makanan memenuhi fungsinya masing-masing
yaitu:
1) Sebagai sumber energi atau tenaga.
38
2) Menyokong pertumbuhan badan.
3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak atau aus.
4) Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan, misalnya keseimbangan
mineral didalam cairan tubuh.
5) Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit,
misalnya sebagai zat antitoksin dan antibodi.
Bila tubuh tidak cukup mendapat zat-zat gizi, maka fungsi-fungsi itu akan
menderita gangguan dan hambatan yang akan memberikan dampak negatif bagi status
gizi seseorang.
Adanya perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi seimbang
dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi
kecerdasan anak dalam upaya pencapaian hasil belajar dan peningkatan kualitas hidup
manusia agar lebih kreatif serta produktif.
2.1.5 Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar
Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama-sama berfungsi sebagai
pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap yang
terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang
melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan.
Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci
dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar untuk melahirkan sebuah hasil
belajar yang optimal.
39
Ngalim Purwanto (1995:61) mengatakan bahwa ” banyak bakat anak tidak
berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat
motivasi yang tepat, maka lepaslahlah tenaga yang luar biasa sehingga tercapai pulalah
hasil-hasil yang semula tidak terduga.“
Slameto (1991:136) juga mengatakan bahwa ”seringkali anak didik yang
tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai hasil
belajar sebaik mungkin.”
Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada diri anak didik cukup
mempengaruhi kemampuan intelektual anak didik agar dapat berfungsi secara optimal.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Sehingga motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri
(motivasi intrinsik) disamping juga dari luar diri (motivasi ekstrinsik) dengan cara
senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk
mencapai cita-cita dengan belajar (M. Dalyono, 1997:57).
Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya hasil belajar
seseorang. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu sehingga dengan senang hati
pula mempelajari mata pelajaran tersebut. Selain memiliki buku, ringkasannya juga rapi
dan lengkap. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi tersebut yang
dibaca. Wajarlah bila isi mata pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
Ujian pun dapat dilewati secara lancar dengan hasil belajar yang gemilang.
40
2.1.6 Hubungan Status Gizi dan Motivasi dengan Hasil Belajar
Kesehatan seseorang tercermin melalui status gizinya, Seseorang yang
mempunyai status gizi baik akan terbebas dari semua rasa sakit. Sebaliknya seseorang
yang mempunyai status gizi buruk maka kesehatannyapun akan terganggu, yang dapat
mengakibatkan seluruh aktivitasnya terhambat.
Kesehatan adalah cerminan dari status gizi seseorang dan hal ini merupakan
faktor penting didalam belajar. Pelajar yang badannya tidak sehat, tentu tidak dapat
belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu, dan pelajaran sukar untuk masuk
ke pikiran. Begitu juga anak yang badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak
akan tahan lama dalam belajar dan lekas capai. Akibatnya anak menjadi malas dan dia
tidak mempunyai motivasi belajar yang pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan
dampak berupa penurunan hasil belajar yang semakin merosot.
Berdasarkan uraian tersebut diatas terkandung unsur bahwa, penerapan pola
konsumsi makanan yang seimbang pada suatu keluarga akan berpengaruh pada status
gizi. Pencapaian status gizi yang baik akan berdampak pada aktivitas psikis dan fisik
untuk dapat melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan motivasi yang berupa
dorongan atau kekuatan, baik dari dalam maupun luar individu akan berpengaruh
terhadap individu itu untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan tujuan. Sehingga
dengan status gizi yang baik dan adanya motivasi dapat memberikan hasil belajar sesuai
yang diharapkan.
41
I Dewa,Bachyar,2002:6)
2.1.7 Kerangka Teori
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143)
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143)
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143)
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143)
Gambar 1 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sumber : Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143
Dalam
Hasil Belajar
Luar
Lingkungan
Instrumen
Alami
Sosial budaya
Kurikulum
Program
Sarana dan fasilitas
Guru
Fisiologi
Kondisi Fisiologis
(Status Gizi)
Kondisi Panca Indra
Psikologis
Minat
Kecerdasan
Bakat
Motivasi
Kemampuan
kognitif
- Konsumsi
Makanan
- Kesehatan
- Instrinsik
- Ekstrinsik
42
2.1.8 Kerangka Konsep
Secara sistematis, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2: Kerangka Konsep
Variabel penelitian pada gambar kerangka konsep adalah:
1) Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam
penelitian ini yang yang menjadi variabel bebas adalah status gizi dan motivasi.
2) Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini
adalah hasil belajar.
2.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan yang
dikemukakan dalam perumusan masalah, hipotesis baru dibuktikan kebenaran dan
Status Gizi:
- Kesehatan
- Konsumsi makanan
Hasil Belajar
Motivasi:
- Motivasi intrinsik
- Motivasi ekstrinsik
43
ketidakbenarannya melalui pengumpulan dan penganalisaan data (Winarno Surachmad,
1994:13). Dalam penelitian hipotesis yang dikemukakan adalah:
1) Ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02 kecamatan
Trangkil Kabupaten Pati atau semakin baik status gizi siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, semakin tinggi hasil belajarnya.
2) Ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa SD Kajar 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati atau semakin tinggi motivasi siswa SD Kajar
02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, semakin tinggi hasil belajarnya.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I - VI SD
Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun pelajaran 2004 / 2005 sebanyak 122
siswa.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoadmodjo, 2002:79). Cara
pemilihan sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling didasarkan pada
suatu pertimbangan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum obyek penelitian pada populasi target
dan populasi terjangkau (Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael, 1995:22), dengan
kriteria 3 yaitu sebagai berikut:
1) Kemampuan siswa dalam menjawab materi kuesioner.
2) Hasil prestasi belajar yang lebih terukur berdasarkan tingkat kematangan siswa.
3) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
Kriteria eksklusi adalah sebagian objek yang memenuhi kriteria inklusi harus
dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab, antara lain:
45
1) Homogenitas siswa yaitu kelas III hingga VI SD.
2) Homogenitas siswa SD yang mempunyai rangking 1 sampai 10.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki, atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Dalam penelitian ini digunakan 2
variabel bebas (variabel independen) dan 1 variabel terikat( variabel dependen).
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat atau variabel dependen (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002:70). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi dan
motivasi
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Suharsimi
Arikunto, 2002:70). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Explanatory Research yang
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui pengujian
46
hipotesis (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:26). Menggunakan pendekatan cross sectional
study yaitu variabel bebas dan variabel terikat diamati pada saat yang sama.
Gambar 3
Rancangan Penelitian
3.5 Teknik Pengambilan Data
1) Data mengenai identitas responden diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
dan wawancara.
2) Data mengenai status gizi diperoleh berdasarkan pengukuran antropometri yaitu
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB).
3) Data Berat Badan Menurut Umur (BB/U) diperoleh dengan teknik pengamatan
terlibat (observasi partisipatif), yaitu:
a) Timbangan diletakkan pada tempat yang datar.
Status Gizi
(X1)
Motivasi (X2)
Hasil Belajar
(Y)
Variabel
bebas
Variabel
bebas
Variabel
terikat
47
b) Jarum timbangan tepat menunjukkan angka nol.
c) Tanpa menggunakan alas kaki, responden ditimbang dengan posisi berdiri.
d) Berat Badan responden dicatat pada lembar yang telah disediakan.
4) Data Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) diperoleh dengan teknik
pengamatan terlibat (observasi partisipatif), yaitu:
a) Microtoise dipasang pada dinding dengan angka 2,00 tepat menunjuk pada garis
merah.
b) Responden berdiri lurus dibawah microtoise dan menempel ke dinding tanpa
menggunakan alas kaki.
c) Ujung microtoise ditarik sampai batas ujung kepala responden.
d) Tinggi badan responden dicatat pada lembar yang telah disediakan.
5) Data tentang motivasi diperoleh dengan jalan memberikan kuesioner kepada siswa
mengacu pada faktor psikologis, dengan aspek-aspek motivasi belajar yaitu motivasi
intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan motivasi belajar anak.
6) Data hasil belajar siswa yang berupa rata-rata nilai semester I diperoleh dengan
teknik pengamatan.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan
2) Melakukan atau pengumpulan data untuk menguji hipotesis
3) Melakukan pengolahan analisis data atau menguji hipotesis
4) Menarik kesimpulan atau generalisasi
5) Menyusun laporan penelitian
48
3.6 Instrumen penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1) Microtoise, yaitu alat ukur tinggi badan yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
2) Timbangan injak, yaitu alat ukur berat badan yang mempunyai ketelitian 0,1 kg.
3) Kuesioner.
4) Mesin hitung atau kalkulator.
3.7 Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono,2002:267).
3.8.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto,1997:144).
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner dengan menggunakan program
komputer pada lampiran menunjukkan bahwa dari 24 butir motivasi yang diujicobakan
dengan nilai korelasi dibandingkan dengan tabel korelasi product moment untuk dk = n
– 1 = 20 – 1 = 19 untuk alpha 5 % adalah 0,456. Sehingga diperoleh semua soal valid.
3.8.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik untuk tidak
mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi
Arikunto,1997:154).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program
komputer pada lampiran menunjukkan bahwa dari 24 butir motivasi yang diujicobakan
49
dengan nilai alpha 0,9639 dibandingkan dengan tabel korelasi product moment untuk dk
= n – 1 = 20 – 1 = 19 untuk alpha 5 % adalah 0,456. Sehingga diperoleh alpha lebih
besar dari r tabel artinya signifikan atau reliabel.
3.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya penelitian ini adalah jadwal
penelitian yang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
3.10 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian diolah, meliputi:
1) Editing: untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara.
2) Coding: Memberikan kode pada semua variabel untuk mempermudah pengolahan
data.
3) Entri data: yaitu kegiatan memasukkan data dengan menggunakan komputer
program.
4) Tabulasi: yaitu mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang akan diteliti
guna memudahkan dalam analisa data.
5) Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif.
50
Setelah data diolah dan dianalisis menggunakan program komputer dengan
analisis chi square hal itu berguna untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
Rumus Chi Square:
C =
2
2
χ
χ
N+
(Sugiyono, 2002:224)
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 21 orang (52,5%) dan jenis kelamin
responden wanita sebanyak 19 orang (47,5%)
Adapun distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1
DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KELAMIN RESPONDEN
No Jenis Kelamin Responden
n Presentase (%)
1.
2.
Pria
Wanita
21
19
52,5
47,5
Jumlah
40 100
4.1.1 Umur
Umur responden terbanyak 10 tahun yaitu 12 orang (30 %) dan yang paling
sedikit 7 tahun sebanyak 2 orang (5 %).
Adapun distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 2
52
Tabel 2
DISTRIBUSI FREKUENSI UMUR RESPONDEN
No Umur (Tahun) Responden
n Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
7
8
9
6
12
2
9
6
12
11
5
22,5
15
30
27,5
Jumlah
40 100
4.1.3 Motivasi Intrinsik
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 55 % responden mempunyai
motivasi intrinsic kurang, 2,5 % responden mempunyai motivasi intrinsik sedang dan
42,5 % responden mempunyai motivasi intrinsik yang baik.
Distribusi frekuensi motivasi intrinsik dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3
DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI INTRINSIK RESPONDEN
No Motivasi Intrinsik Responden
n Presentase (%)
1.
2.
3.
Kurang
Sedang
Baik
22
1
17
55
2,5
42,5
Jumlah
40 100
53
4.1.4 Motivasi Ekstrinsik
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 42,5 % responden mempunyai
motivasi ekstrinsik kurang, 12,5 % responden mempunyai motivasi ekstrinsik sedang
dan 45 % responden mempunyai motivasi ekstrinsik yang baik.
Distribusi frekuensi motivasi intrinsic dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4
DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI EKSTRINSIK RESPONDEN
No Motivasi Ekstrinsik Responden
n Presentase (%)
1.
2.
3.
Kurang
Sedang
Baik
17
5
18
42,5
12,5
45
Jumlah
40 100
4.1.5 Motivasi Belajar
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 40 % responden mempunyai
motivasi belajar kurang, 17,5 % responden mempunyai motivasi belajar sedang dan
42,5 % responden mempunyai motivasi belajar yang baik.
Distribusi frekuensi motivasi belajar dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5
DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI BELAJAR RESPONDEN
No Motivasi Belajar Responden
n Presentase (%)
1.
2.
3.
Kurang
Sedang
Baik
16
7
17
40
17,5
42,5
Jumlah
40 100
54
Hasil Penelitian yang dilakukan di SD Kajar 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten
Pati diperoleh data tentang status gizi, motivasi, dan hasil belajar.
Metode pengambilan data status gizi meliputi data BB/U (Berat Badan Terhadap
Umur) dan BB/TB (Berat Badan Terhadap Tinggi Badan). Peneliti telah melakukan
pengukuran TB dan penimbangan BB. Data BB disesuaikan dengan umur responden,
kemudian untuk menentukan Z skore, data BB/U dan BB/TB disesuaikan pula dengan
baku rujukan WHO NCHS untuk mengetahui status gizi siswa.
Rumus Status Gizi dengan Cara Z skore
Bila BB riel hasil pengukuran ≥ nilai median, maka:
D Upper
- ialiN naideM ukaB nakujuRU_BB
S
BBRiel
(I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:71)
Bila BB riel hasil pengukuran ≤ nilai median, maka:
D Lower
- ialiN naideM ukaB nakujuRU_BB
S
BBRiel
(I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:71)
Tabel 6
DATA STATUS GIZI RESPONDEN
No
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Berat Badan
(Kg)
Tinggi
Badan (cm)
Z Skore Status Gizi
BB/U BB/TB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Wanita 9 30 129,5 0,22 0,90 Gizi Baik
2 Wanita 9 29 128,0 0.03 0,90 Gizi Baik
3 Wanita 9 31 134,0 0,32 0,35 Gizi Baik
55
Lanjutan tabel 6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4 Wanita 9 32 131,5 0,70 0,90 Gizi Baik
5 Pria 9 31 133,0 0,32 0,47 Gizi Baik
6 Pria 9 33 135,0 0,39 0,83 Gizi Baik
7 Wanita 9 36 136,5 0,68 0,83 Gizi Baik
8 Pria 9 34 136,0 0,41 0,90 Gizi Baik
9 Wanita 9 36 136,5 0,68 0,83 Gizi Baik
10 Wanita 9 36 136,5 0,68 0,90 Gizi Baik
11 Pria 10 40 143,0 0,88 0,82 Gizi Baik
12 Wanita 9 35 136,0 0,60 0,74 Gizi Baik
13 Pria 10 40 138,0 0,73 1,72 Gizi Baik
14 Wanita 9 32 131,5 0,70 1,34 Gizi Baik
15 Pria 10 38 141,0 0,68 0,80 Gizi Baik
16 Wanita 9 32 131,5 0,70 1,34 Gizi Baik
17 Wanita 8 33 135,0 0,73 0,56 Gizi Baik
18 Pria 9 36 136,5 0,68 1,72 Gizi Baik
19 Pria 10 40 138,0 0,73 1,72 Gizi Baik
20 Wanita 8 33 133,0 0,79 0,90 Gizi Baik
21 Pria 9 32 135,0 0,70 0,58 Gizi Baik
22 Pria 9 32 135,0 0,70 0,83 Gizi Baik
23 Pria 9 36 136,5 0,68 0,83 Gizi Baik
24 Pria 10 39 142,5 0,61 0,75 Gizi Baik
25 Pria 9 36 138,5 0,68 0,83 Gizi Baik
26 Pria 10 40 138,0 0,73 1,34 Gizi Baik
27 Wanita 8 33 133,0 0,79 0,90 Gizi Baik
28 Pria 11 40 143,0 0,79 0,83 Gizi Baik
29 Pria 9 32 135,5 0,70 1,34 Gizi Baik
30 Wanita 9 36 134,0 0,73 1,34 Gizi Baik
31 Wanita 9 32 131,5 0,70 1,32 Gizi Baik
32 Wanita 9 36 134,0 0,73 1,34 Gizi Baik
33 Pria 9 32 132,0 0,70 1,08 Gizi Baik
34 Wanita 8 33 129,0 0,79 1,72 Gizi Baik
35 Pria 10 40 138,0 0,73 1,72 Gizi Baik
36 Wanita 9 32 131,5 0,70 1,34 Gizi Baik
37 Pria 10 40 138,0 0,73 1,72 Gizi Baik
38 Pria 11 40 138,0 0,79 1,72 Gizi Baik
39 Wanita 9 32 131,5 0,70 1,34 Gizi Baik
40 Pria 9 32 135,0 0,70 1,72 Gizi Baik
56
Metode pengambilan data motivasi melalui penyebaran kuesioner. Pengukuran
kuesioner tersebut menggunakan skala Likert, dengan ketentuan:
1) Jawaban a, diberi skor 1
2) Jawaban b, diberi skor 2
3) Jawaban c, diberi skor 3
4) Jawaban d, diberi skor 4
Peneliti telah menyebar kuesioner untuk 40 responden dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
MOTIVASI BELAJAR RESPONDEN
No Responden
Motivasi
(1) (2)
1 58
2 58
3 58
4 58
5 58
6 57
7 57
8 58
9 56
10 54
11 58
12 58
13 58
14 57
15 57
16 58
17 57
18 58
19 57
20 58
21 58
22 58
23 58
57
Lanjutan Tabel 7
(1) (2)
24 58
25 58
26 58
27 57
28 57
29 57
30 57
31 58
32 58
33 58
34 58
35 58
36 58
37 58
38 58
39 57
40 57
Metode pengambilan data hasil belajar diperoleh melalui data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari hasil belajar nilai semester 1
Tabel 8
DATA HASIL BELAJAR RESPONDEN
No Responden Kelas Jumlah Nilai
(1) (2) (3)
1 Kelas 3 74
2 Kelas 3 73
3 Kelas 3 72
4 Kelas 3 70
5 Kelas 3 69
6 Kelas 3 67
7 Kelas 3 66
8 Kelas 3 65
9 Kelas 3 64
10 Kelas 3 62
11 Kelas 4 77
12 Kelas 4 76
58
Lanjutan Tabel 8
(1) (2) (3)
13 Kelas 4 73
14 Kelas 4 73
15 Kelas 4 72
16 Kelas 4 71
17 Kelas 4 70
18 Kelas 4 66
19 Kelas 4 66
20 Kelas 4 63
21 Kelas 5 78
22 Kelas 5 76
23 Kelas 5 75
24 Kelas 5 73
25 Kelas 5 72
26 Kelas 5 66
27 Kelas 5 73
28 Kelas 5 70
29 Kelas 5 66
30 Kelas 5 66
31 Kelas 6 82
32 Kelas 6 80
33 Kelas 6 79
34 Kelas 6 73
35 Kelas 6 76
36 Kelas 6 73
37 Kelas 6 73
38 Kelas 6 72
39 Kelas 6 70
40 Kelas 6 68
Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square
test digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas (status gizi,
motivasi) dengan variabel terikat (hasil belajar).
Persiapan Analisis Chi Square
Melalui skor status gizi yang diperoleh dari data BB/U dan BB/TB. Skor
motivasi melalui penyebaran kuesioner, dan skor hasil belajar berdasarkan nilai
59
semester satu. Langkah selanjutnya adalah persiapan analisis chi square seperti pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 9
DATA STATUS GIZI DAN HASIL BELAJAR RESPONDEN
No Responden Status Gizi (X1) Hasil Belajar (Y)
BB/U BB/TB
(1) (2) (3) (4)
1 0,22 0,90 74
2 0,03 0,90 73
3 0,32 0,35 72
4 0,70 0,90 70
5 0,32 0,47 69
6 0,39 0,83 67
7 0,68 0,83 66
8 0,41 0,90 65
9 0,68 0,83 64
10 0,68 0,90 62
11 0,88 0,82 77
12 0,60 0,74 76
13 0,73 1,72 73
14 0,70 1,34 73
15 0,68 0,80 72
16 0,70 1,34 71
17 0,73 0,56 70
18 0,68 1,72 66
19 0,73 1,72 66
20 0,79 0,90 63
21 0,70 0,58 78
22 0,70 0,83 76
23 0,68 0,83 75
24 0,61 0,75 73
25 0,68 0,83 72
26 0,73 1,34 66
27 0,79 0,90 73
28 0,79 0,83 70
29 0,70 1,34 66
30 0,73 1,34 66
31 0,70 1,32 82
60
Lanjutan Tabel 9
(1) (2) (3) (4)
32 0,73 1,34 80
33 0,70 1,08 79
34 0,79 1,72 73
35 0,73 1,72 76
36 0,70 1,34 73
37 0,73 1,72 73
38 0,79 1,72 72
39 0,70 1,34 70
40 0,70 1,72 68
Tabel 10
DATA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR RESPONDEN
No Responden Motivasi (X1) Hasil Belajar (Y)
(1) (2) (3)
1 58 74
2 58 73
3 58 72
4 58 70
5 58 69
6 57 67
7 57 66
8 58 65
9 56 64
10 54 62
11 58 77
12 58 76
13 58 73
14 57 73
15 57 72
16 58 71
17 57 70
18 58 66
19 57 66
20 58 63
21 58 78
22 58 76
23 58 75
24 58 73
25 58 72
61
Lanjutan Tabel 10
(1) (2) (3)
26 58 66
27 57 73
28 57 70
29 57 66
30 57 66
31 58 82
32 58 80
33 58 79
34 58 73
35 58 76
36 58 73
37 58 73
38 58 72
39 57 70
40 57 68
Analisis Chi Square
Analisis chi square digunakan untuk mengetahui:
1) Ada tidaknya hubungan variabel bebas (status gizi) dengan variabel terikat (hasil
belajar)
2) Ada tidaknya hubungan variabel bebas (motivasi) dengan variabel terikat (hasil
belajar)
4.2.4.1.2 Chi Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas (status
gizi) yaitu BB/U dengan variabel terikat (hasil belajar)
Langkah-langkah pengujian:
1) Komposisi hipotesis
62
Ho = Tidak ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar, atau semakin
buruk status gizi semakin buruk hasil belajarnya
Ha = ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar, atau semakin baik
status gizi semakin tinggi hasil belajarnya
2) Level of significance α = 0,05
Melalui output pengolahan komputer derajat kebebasan (df) = 209
Atau dapat pula meggunakan rumus :
= (Jumlah baris – 1) × (Jumlah kolom – 1) (Suharsimi Arikunto, 1996:260)
= (20 – 1) × (15 – 1)
= 19 × 14
= 209
Sehingga nilai chi square tabel = 0,05; 209
= 243,727
3) Nilai chi square hitung (1)
Berdasarkan output pengolahan komputer nilai chi square hitung = 254,371
Chi square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas (status gizi) yaitu
BB/TB dengan variabel terikat (hasil belajar)
Langkah-langkah pengujian:
1) Komposisi hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar, atau semakin
buruk status gizi semakin buruk hasil belajarnya
63
Ha = ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar, atau semakin baik
status gizi semakin tinggi hasil belajarnya
2) Level of significance α = 0,05
Melalui output pengolahan komputer derajat kebebasan (df) = 247
Atau dapat pula menggunakan rumus :
= (Jumlah baris – 1) × (Jumlah kolom – 1) (Suharsimi Arikunto, 1996:260)
= (20 – 1) × (15 – 1)
= 19 × 14
= 247
Sehingga nilai chi square tabel = 0,05; 247
= 284,660
3) Nilai chi square hitung (2)
Berdasarkan output pengolahan komputer nilai chi square hitung = 296,458
4) Simpulan
Berdasarkan kedua perhitungan metode pengambilan data status gizi (BB/U dan
BB/TB) diperoleh chi square hitung (1) = 254,371 > chi square tabel = 243,727, maka
Ho ditolak dan chi square hitung (2) = 296,458 > chi square tabel = 284,660, maka Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa chi square hitung (1) dan (2) > chi square
tabel, yang berarti ada hubungan yang berarti antara status gizi dengan hasil belajar atau
semakin tinggi status gizi maka semakin tinggi hasil belajarnya.
Chi square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas (motivasi) dengan
variabel terikat (hasil belajar)
64
Langkah-langkah pengujian:
1) Komposisi hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan antara motivasi dengan hasil belajar, atau semakin buruk
motivasi semakin buruk hasil belajarnya
Ha = ada hubungan antara motivasi dengan hasil belajar, atau semakin tinggi
motivasi semakin tinggi hasil belajarnya
2) Level of significance α = 0,05
Melalui output pengolahan komputer derajat kebebasan (df) = 57
Atau dapat pula menggunakan rumus :
= (Jumlah baris – 1) × (Jumlah kolom – 1) (Suharsimi Arikunto, 1996:260)
= (20 – 1) × (4 – 1)
= 19 × 3
= 57
Sehingga nilai chi square tabel = 0,05; 57
= 75,624
3) Nilai chi square hitung (2)
Berdasarkan output pengolahan komputer nilai chi square hitung = 98,889
4) Simpulan
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diperoleh chi square hitung = 98,889 >
chi square tabel = 75,624, maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara
motivasi dengan hasil belajar atau semakin tinggi motivasi, semakin tinggi hasil
belajarnya
65
Berdasarkan analisis tersebut, ternyata hipotesis yang menyatakan bahwa:
1) Diduga ada hubungan yang berarti antara status gizi dengan hasil belajar atau
semakin baik status gizi, semakin tinggi hasil belajarnya, telah terbukti
kebenarannya.
2) Diduga ada hubungan yang berarti antara motivasi dengan hasil belajar atau
semakin tinggi motivasi, semakin tinggi hasil belajarnya, telah terbukti
kebenarannya.
4.2 Pembahasan
Responden dalam penelitian ini adalah siswa SD Kajar 02 kelas 3, 4, 5, 6 yang
berusia 9 hingga 12 tahun yang mempunyai rangking 1 hingga 10. Penilaian status gizi
untuk anak yang berusia 2 hingga 18 tahun menggunakan indeks antropometri berupa
pengukuran BB/U dan BB/TB untuk nantinya diperoleh standar deviasi atau Z skore
dan kemudian disesuaikan dengan tabel WHO NCHS. Status gizi untuk anak menurut
tabel WHO NCHS dikategorikan menjadi gizi baik (-1 SD hingga +1 SD), gizi lebih (+1
SD hingga +2 SD), obesitas (+2 SD hingga +3 SD), gizi kurang (-1SD hingga –2 SD),
gizi buruk (-2 SD hingga –3 SD). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai BB/U
terendah 0,03 tergolong gizi buruk dan BB/U tertinggi 0,88 tergolong gizi baik. Nilai
BB/TB terendah 0,35 tergolong gizi baik dan BB/TB tertinggi 1,72 tergolong gizi lebih.
Pada penelitian dihasilkan nilai motivasi terendah adalah 54 (2,5 %) dan nilai motivasi
tertinggi 58 (60%). Hal ini menunjukkan tingginya motivasi belajar untuk mencapai
hasil yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah
66
(2002:119), motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong seseorang untuk belajar.
Hasil belajar sebagai variabel terikat dengan nilai minimum 62 (2,5 %) dan nilai
maksimum 82 (2,5%), dengan nilai rata-rata 71,25.
4.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Hasil Belajar
Berdasarkan metode pengambilan data status gizi yang meliputi BB/U dan
BB/TB hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang berarti antara status gizi
(BB/U dan BB/TB) dengan hasil belajar dengan chi square hitung (BB/U) = 254,371 >
chi square tabel = 243,727 dan chi square hitung (BB/TB) = 296,458 > chi square tabel
= 284,660. Korelasi positif berarti semakin baik status gizi (BB/U dan BB/TB), semakin
tinggi pula hasil belajarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat G Kartasapoetra (2002: 122) bahwa zat gizi
dalam makanan berfungsi memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan
perkembangan yaitu pergantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung bagi tubuh.
Apalagi anak merupakan kelompok yang rentan gizi, sedangkan pada saat ini mereka
sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, sehingga proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan
baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat akan memiliki daya
fikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi, sehingga hal ini akan
menunjang prestasi di dalam belajarnya.
4.2.3 Hubungan motivasi dengan hasil belajar
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang berarti antara motivasi
dengan hasil belajar dengan chi square hitung = 98,889 > chi square tabel = 75,624.
67
Korelasi bernilai positif berarti semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi hasil
belajarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002:167) bahwa kuat
lemahnya motivasi belajar seseorang mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu,
motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi
intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan
harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu
optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.
4.2.4 Hambatan dan Kelemahan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak mengontrol faktor minat, kecerdasan,
bakat, dan kemampuan kognitif dikarenakan adanya keterbatasan waktu penelitian.
68
69
BAB V
SIMPULAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada BAB IV dapat diambil simpulan sebagai berikut:
5.1.1 Diduga ada hubungan yang berarti antara status gizi dengan hasil belajar siswa SD
Kajar 02 atau semakin tinggi status gizi siswa SD Kajar 02 semakin tinggi hasil
belajarnya, terbukti kebenarannya.
5.1.2 Diduga ada hubungan yang berarti antara motivasi dengan hasil belajar siswa SD
Kajar 02 atau semakin tinggi motivasi belajar siswa SD Kajar 02 semakin tinggi
hasil belajarnya, terbukti kebenarannya.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka peneliti memberikan saran yang
dapat bermanfaat. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:
5.2.1 Diharapkan semua orang tua untuk memperhatikan konsumsi makanan anak,
karena kebutuhan gizi yang cukup dan terpenuhi, dapat menunjang hasil
belajarnya.
5.2.2 Diharapkan kerjasama antara guru dan orang tua terhadap pemberian bimbingan,
pengarahan, dan motivasi siswa untuk mendukung hasil belajarnya.
69
5.2.3 Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
variabel-variabel lain di luar satus gizi dan motivasi yang dapat mempengaruhi
hasil belajar.
90
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
HSL_BLJR
* BB_TB
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
HSL_BLJR * BB_TB Crosstabulation
Count
BB_TB Total
.35 .47 .56 .58 .74 .75 .80 .82 .83 .90 1.08 1.32 1.34 1.72
HSL_BLJR 62 1 1
63 1 1
64 1 1
65 1 1
66 1 3 2 6
67 1 1
68 1 1
69 1 1
70 1 1 1 1 4
71 1 1
72 1 1 1 1 4
73 1 2 2 3 8
74 1 1
75 1 1
76 1 1 1 3
77 1 1
78 1 1
79 1 1
80 1 1
82 1 1
Total 1 1 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 8 8 40
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square 296.458 247
N of Valid Cases 40
89
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
HSL_BLJR
* BB_U
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
HSL_BLJR * BB_U Crosstabulation
Count
BB_U Total
.03 .22 .32 .39 .41 .60 .61 .68 .70 .73 .79 .88
HSL_BLJR 62.00 1 1
63.00 1 1
64.00 1 1
65.00 1 1
66.00 2 1 3 6
67.00 1 1
68.00 1 1
69.00 1 1
70.00 2 1 1 4
71.00 1 1
72.00 1 2 1 4
73.00 1 1 2 2 2 8
74.00 1 1
75.00 1 1
76.00 1 1 1 3
77.00 1 1
78.00 1 1
79.00 1 1
80.00 1 1
82.00 1 1
Total 1 1 2 1 1 1 1 7 11 8 5 1 40
Chi-Square Tests
Value df
Pearson
Chi-
Square
254.371 209
N of Valid
Cases
40
77
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Mean Std Dev Cases
1. SOAL_1 3.9500 .2236 20.0
2. SOAL_2 3.9500 .2236 20.0
3. SOAL_3 3.9000 .3078 20.0
4. SOAL_4 3.9500 .2236 20.0
5. SOAL_5 3.9500 .2236 20.0
6. SOAL_6 3.9000 .3078 20.0
7. SOAL_7 3.9000 .3078 20.0
8. SOAL_8 3.9500 .2236 20.0
9. SOAL_9 3.9500 .2236 20.0
10. SOAL_10 3.9500 .2236 20.0
11. SOAL_11 3.9500 .2236 20.0
12. SOAL_12 3.9500 .2236 20.0
13. SOAL_13 3.9500 .2236 20.0
14. SOAL_14 3.9500 .2236 20.0
15. SOAL_15 3.9500 .2236 20.0
16. SOAL_16 3.9500 .2236 20.0
17. SOAL_17 3.9500 .2236 20.0
18. SOAL_18 3.9500 .2236 20.0
19. SOAL_19 3.9500 .2236 20.0
20. SOAL_20 3.9500 .2236 20.0
21. SOAL_21 3.9500 .2236 20.0
22. SOAL_22 3.9500 .2236 20.0
23. SOAL_23 3.9500 .2236 20.0
24. SOAL_24 3.9500 .2236 20.0
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 94.6500 17.5026 4.1836 24
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
SOAL_1 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_2 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_3 90.7500 15.0395 .9921 .9593
SOAL_4 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_5 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_6 90.7500 15.0395 .9921 .9593
SOAL_7 90.7500 15.0395 .9921 .9593
SOAL_8 90.7000 16.4316 .5632 .9637
77
SOAL_9 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_10 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_11 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_12 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_13 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_14 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_15 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_16 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_17 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_18 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_19 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_20 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_21 90.7000 16.1158 .7446 .9621
SOAL_22 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_23 90.7000 16.4316 .5632 .9637
SOAL_24 90.7000 16.1158 .7446 .9621
Reliability Coefficients
N of Cases = 20.0 N of Items = 24
Alpha = .9639