Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Verbal ......persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru...
Transcript of Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Verbal ......persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru...
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL
PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC
SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA
PURWODADI
OLEH
BETANIA WIDYA KARTIKANINGTAS
80 2009 003
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL
PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC
SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA
PURWODADI
Betania Widya Kartikaningtyas
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa
kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Penelitian ini di lakukan di SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi dengan jumlah 64 orang responden sebagai sampel
penelitian. Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru diukur dengan menggunakan
lembar kerja yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan untuk self efficacy academic siswa
diukur dengan menggunakan Bandura (1999). Analisis data dengan menggunakan
teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dan diperoleh hasil r = 0,567 (p <
0,05) dengan signifikansi 0,000 (p < 0.05). Sumbangan efektif dari variabel persepsi
siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa adalah
sebesar 32,1 %. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa.
Kata Kunci : Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, Self efficacy
academic siswa
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine whether there is a positive relationship
between student’s perceptions of verbal persuassion academic of self efficacy teacher
gread student’s in XI class in Christian High School Widya Wacana Purwodadi. The
research was done at Christian High School Widya Wacana Purwodadi the number of
64 respondents as the study. Students 'perceptions of teachers' verbal persuasion was
measured by using a worksheet prepared by the researchers them selves , and for
students academic self efficacy was measured using Bandura (1999). Analysis of data
using analysis techniques of the Pearson product moment correlation and the obtained
results of r = 0.567 (p < 0.05) with a significance of 0.000 (p < 0.05). Effective
contribution of variable students' perception of verbal persuasion academic self-
efficacy of teachers to students is 32.1%. The results showed there was a positive
relationship between students' perception of verbal persuasion academic self-efficacy of
teachers with students.
Key Words : Students' perception of verbal persuasion teacher, Student academic
self -efficacy
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai manusia unggul melalui kinerja
yang berkualitas dan otonom sebagai manusia yang bermartabat (Sindhunata, 2000)
pendidikan juga berfungsi untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari
kebodohan dan ketertinggalan (UU no 2 tahun 1989). Oleh karena itu, pendidikan
memiliki tugas untuk mengembangkan kemampuan seseorang seoptimal mungkin.
Sebagai siswa, kesuksesan dalam menempuh pendidikan merupakan hal yang sangat
penting, karena dengan kesuksesan dalam pendidikan akan memberikan siswa
kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara finansial, sosial maupun
emosional (Ahmad, 2009).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 pasal 1,
pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan siswa. Oleh karena itu, peran pendidikan menengah menjadi penting
karena adanya pengembangan keterampilan-keterampilan siswa untuk kemudian
dilanjutkan pada tingkat pendidikan tinggi. Selain itu, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan
Nasional memiliki visi dan misi yang menekankan bahwa sekolah menengah bertujuan
untuk mengembangkan peserta didik agar lebih siap untuk terjun ke masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan yang sesuai untuk mencapai tujuan dari
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, dibutuhkan adanya peranan yang besar
dari guru dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan seseorang yang dapat
mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi anak didiknya, terlepas dari adanya
peranan orangtua (Kusumah, 2011). Guru memiliki tanggung jawab terhadap proses
2
pendidikan siswanya, akan tetapi tanggung jawab tersebut harus dapat diimbangi
dengan kepercayaan siswa terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dihadapi
tidak hanya dipengaruhi potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja seperti inteligensi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keyakinan remaja mengenai kemampuan dirinya
dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Menurut Bandura (dalam Locke, dkk, 1984)
penilaian seseorang mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi suatu
situasi inilah yang disebut dengan self-efficacy. Efikasi diri berkenaan dengan konstruk
multidimensi yang berbeda-beda dalam berbagai fungsi dan dominan. Efikasi diri juga
berkaitan dengan pengharapan bahwa seseorang dapat menunjukkan penguasaan
terhadap suatu perilaku atau suatu bidang tertentu (Bandura, 2006). Konstruk efikasi
diri ini harus dipelajari menurut dominan spesifik yang relevan, agar dapat menjadi alat
prediksi kesuksesan individu pada domain tertentu (Bandura, 1997). Selain keyakinan
terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas, bagaimana individu yakin akan
cara mereka menampilkan atau menyelesaikan suatu tugas, seringkali merupakan hal
yang lebih penting (Bandura, 2006).
Terkait dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan
bahwa mereka dapat dengan sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan
menyelesaikan tugas-tugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik.
Bandura, dalam Aswendo (2010), menyatakan bahwa Self-efficacy academic dapat
didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau
kompetensinya untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
tantangan akademik. Oleh karena itu, tingginya self-efficacy academic sangat
3
dibutuhkan oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak hal yang akan
dipengaruhi oleh tingginya self-efficacy yang dimiliki oleh siswa, salah satunya verbal
persuasion. Selain itu, tingginya self-efficacy academic juga dapat meningkatkan
motivasi dan meningkatkan prestasi siswa.
Menurut Bandura (1986) terdapat empat macam faktor yang dapat
mempengaruhi self-efficacy academic, yaitu mastery experiences, vicarious
experiences, verbal persuasion, dan physiological and emotional states. Partisipasi
(kemauan menerima), komunikasi persuasif (pesan yang relevan), individualiasasi
(komunikasi personal), feedback (umpan balik perilaku individual secara kontinyu),
reinforcement (penguatan perilaku individual berkala), facilitation (perubahan pada
lingkungan), pujian dan diskusi adalah beberapa dari metode verbal persuasion
(Bartholomew, 2006). Selain itu ada juga metode verbal persuasion yang dapat
dilakukan yaitu melalui ceramah, di mana terdapat argumen yang dapat meyakinkan
pendengar untuk mengikuti ajakan yang terkandung dalam pesan verbal yang
disampaikan. Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa sebuah nasihat
bagi self-efficacy terkait dengan status dan otoritas dari pemberi nasihat. Sehingga dapat
merujuk seseorang untuk lebih giat lagi mengerjakan tugas dengan nasihat
dibandingkan beberapa faktor lainnya. Menurut Bandura (1977), persuasi verbal lebih
banyak digunakan karena faktor kemudahan dan ketersediaannya.
Menurut Bandura (Gist (1987); dan Wood & Bandura (1989), tanpa
mempermasalahkan sampai sejauh mana persuasi verbal dapat mendorong atau
meningkatkan self-efficacy academic sehingga orang mencoba dengan keras untuk
berhasil; persuasi verbal dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan dan perasaan
akan self-efficacy academic. Verbal persuasion itu penting, dimana siswa dapat
4
mendapatkan dukungan secara moril dari lingkungan sekitar agar mengembangkan
kemampuannya dan menunjukkan kepercayaan diri untuk mampu mengerjakan tugas-
tugas akademik. Serta di sekolah tersebut sebagian siswanya masih kurang motivasi
secara persuasi verbal, terlebih motivasi dari keluarganya.
Menurut Chan & Lam (2010) feedback yang diberikan guru kepada siswa
merupakan persuasi verbal yang akan mempengaruhi self efficacy siswa. Feedback dari
guru merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi efikasi diri yang merupakan
variabel individu (Schunk & Zimmerman, 1997; Schunk, 2003). Dari Chan & Lam
tersebut, fenomena siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana dalam memenuhi
ketentuan-ketentuan akademiknya maupun verbal persuasi dari lingkungan sekitar,
nampak kurang yakin dengan kemampuannya yang ditunjukkan melalui kurangnya
usaha keras dari siswa dan cepat menyerah dengan masalah-masalah atau tugas-tugas
yang ada.
Penelitian Melati (2012) menyatakan bahwa terdapat adanya pengaruh verbal
persuasion terhadap self-efficacy pada guru SMA, sementara hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa ataupun guru pada tanggal 10 Januari 2015, hasilnya masih
kurang menunjukan adanya dampak verbal persuasion terhadap self-efficacy. Maka dari
itu, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan signifikan antara persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru dengan self-efficacy academic siswa kelas XI di SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi?
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-efficacy Academic
Konsep self-efficacy pertama kali dimunculkan oleh Bandura (1997). Ia
mendefinisikan bahwa self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses
kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana
individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Terkait
dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan bahwa self-
efficacy academic merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat dengan
sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan menyelesaikan tugas-
tugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik. Bandura, dalam
Aswendo (2010), menyatakan bahwa self-efficacy academic dapat didefinisikan
sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau
kompetensinya untuk megarhakan motovasi, kemampuan kognisi, dan
mengambil tindakan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
tentangan akademik.
B. Aspek-aspek Self-efficacy Academic
Self-efficacy yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat
berdasarkan beberapa aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku.
Bandura (1986) mengemukakan ada tiga aspek self-efficacy, yaitu:
1. Magnitude. Aspek pertama ini berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu
tugas yang dilakukan. Apabila tugas-tugas yang dibebankan kepada individu
disusun menurut tngkat kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri secara
6
individual mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sederhana, mengengah
atau tingkat kesulitan yang tinggi. Individu akan melakukan tindakan-
tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan
menghindari tugas-tugas atau situasi yang diperkirakan di luar batas
kemampuan yang dimiliki.
2. Generality. Faktor kedua ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau
tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur atau secara berlahan
dapat menimbulkan penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas
atau tingkah laku yang khusus, sedangkan pengalaman lain membangkitkan
keyakinan yang meliputi berbagai bidang tugas.
3. Strength. Aspek ketiga berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan
seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah
mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam
meningkatkan usahanya, meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Faktor-faktor Self-Efficacy Academic
Terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy (Bandura,
1986), yaitu:
1. Mastery experiences, adalah pengalaman-pengalaman sukses yang pernah
dialami oleh seseorang. Hal ini dapat secara efektif menyebabkan
peningkatan self-efficacy, sedangkan pengalaman kegagalan akan
7
menurunkan self-efficacy. Jika pengalaman tersebut diperoleh dengan usaha
yang keras, maka peningkatan self-efficacy akan terjadi secara signifikan.
2. Vicarious experiences, adalah pengalaman-pengalaman di mana seorang
individu memiliki keyakinan untuk berhasil pada dirinya setelah melihat
adanya role model yang telah mengalami kesuksesan sebelumnya. Semakin
mirip karakteristik model, maka akan semakin kuat vicarious learning yang
terjadi pada seorang individu.
3. Verbal persuasion, adalah cara untuk menguatkan keyakinan seseorang
mengenai kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan. Faktor ini
akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
4. Physiological and emotional states, adalah keadaan di mana seseorang
mengkondisikan bahwa stres dan kecemasan yang ia alami sebagai tanda
adanya kegagalan. Oleh karena itu, seseorang akan cenderung menghindari
aktivitas yang dapat membuat dirinya merasa stres dan cemas.
C. Persepsi siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Persepsi siswa merupakan proses perlakuan siswa terhadap informasi
tentang suatu objek melalui pengamatan dengan indra yang dimiliki, sehingga
siswa dapat memberi arti serta mengintepretasikan objek yang diamati. Pada
hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen dimana
komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga (dalam Mar’at, 1991),
yaitu:
1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
8
sikapnya. Pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang dan tidak senang. Sifatnya evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Verbal persuasion digunakan untuk memberi keyakinan kepada
seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai
apa yang ia inginkan. Menurut Bandura (1986) individu yang diarahkan dengan
saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mencapai
tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan
menunjukan usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang
memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi
kesulitan.
Menurut ahli komunikasi Brembeck dan Howell (dalam Larson, 2004),
persuasi merupakan usaha secara sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan
dengan memanipulasi motif seseorang menuju tujuan yang telah ditentukan.
Selain definisi yang telah disebutkan, McCrimmon (dalam Nurusyifa, 2011)
persuasi merupakan komunikasi verbal yang dapat memberikan perubahan
dalam penilaian seseorang terhadap cara berpikirnya. Dari definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa persuasi sebagian besar diberikan secara verbal dengan tujuan
9
untuk mengubah pikiran, keyakinan, atau tindakan orang lain. Banyak cara
untuk memberikan persuasi verbal, dapat melalui lisan maupun tulisan. Salah
satu persuasi verbal dalam bentuk lisan dapat melalui tayangan pada media
massa.
Menurut Hazel (dalam Seiter & Gass, 2004) persuasi adalah keadaan di
mana seorang motivator dapat mengubah dan menerima perilaku yang
sebelumnya telah ada dalam pikiran pendengar. Berdasarkan definisi tersebut,
persuasi dapat dilakukan untuk mengubah pemikiran yang tidak sesuai maupun
mendukung pemikiran yang sudah sesuai dari seseorang.
Verbal persuasion, mencakup saran, nasihat, dan bimbingan sehingga
dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang
dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang
diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai
suatu keberhasilan. Menurut Bandura (1997), pengaruh verbal persuasion
tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat
langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan
kegagalan terus-menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan.
Siswa yang dipersuasi oleh guru mengenai kemampuan mereka untuk
menuntaskan tugas pendidikan lebih mungkin untuk melakukan usaha yang
lebih besar selama waktu tertentu daripada individu yang tidak menerima
persuasi (Bandura, 1997). Begitu juga halnya dengan individu yang dipersuasi
oleh mereka yang kurang mampu mencapai kesuksean dalam menyelesaikan
pembentukan self-efficacy yang positif.
10
Jadi persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru merupakan cara
pandang siswa terhadap guru untuk menguatkan keyakinan siswa mengenai
kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan kepada siswanya.
Menurut Robbins (2008, hal. 175) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi, salah satunya faktor yang terletak dalam diri pembentuk persepsi.
D. Hubungan Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru dengan Self
Efficacy Academic
Permasalahan utama dalam self-efficacy academic adalah adanya rasa
khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap dirinya (apa yang
disampaikannya dan bagaimana ia menyampaikannya) akibat dari rendahnya
kepercayaan diri yang dimiliki. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap
percaya diri (Bandura, 1997).
Bandura (dalam Nevid, 2003), juga menyebutkan bahwa seseorang yang
mempunyai self-efficacy tinggi dianggap dapat mengatasi tantangan yang
dihadapi dengan segala kemampuan yang dimilikinya, karena di dalamnya
terdapat rasa percaya diri dalam mengatasi masalah, termasuk yakin dapat
mengatasi tugas-tugas ujian, dan pekerjaan sehingga individu tersebut
memperoleh hasil yang positif bagi dirinya.
Dengan keyakinan diri yang kuat terhadap kemampuan yang dimiliki
seseorang menyebabkan orang tersebut cenderung yakin terhadap kemampuan
yang dimilikinya tersebut. Hal tersebut didukung oleh Baron dan Greenberg
yang mengatakan bahwa self-efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang
11
megenai kemampuannya dalam melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik
(Nawangsari, 2001).
Self-efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan tetang
tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang (Bandura, 1986).
Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga berfungsi sebagai suatu
determinan bagaimana individu tersebut berperilaku, berpola pikir, dan bereaksi
emosional terhadap situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga
memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang.
Dengan verbal persuasion dari lingkungan sekitar, siswa lebih mampu
untuk meyelesaikan tugas percaya diri dan semangat dengan hasil yang optimal.
Dalam teori belajar sosial Bandura (1986) mengatakan bahwa individu dalam
merespon peristiwa-peristiwa sekeliling akan mencatat akibat dari tindakan-
tindakan yang dilakukan. Pengalaman merupakan perbandingan individu dalam
menghadapi masalah atau kejadian yang hampir sama dengan demikian melalui
pengalaman yang pernah di pakai dalam memecahkan masalah yag ada menurut
Aldwin dan Reverson (1987). Kepercayaan diri orang lain dapat menambah atau
mengurangi self-efficacy, yaitu :
1. Peringatan atau kritik dari sumber yang dipercaya dapat menambah
kekuatan self-efficacy.
2. Perilaku yang dipaksa agar tampak seperti perilaku realistis dapat
mengurangi kekuatan self-efficacy.
Sudrajat (2005) berpendapat bahwa keyakinan self-efficacy seseorang
dipengaruhi oleh perkataan orang lain tentang dirinya, dapat melakukan atau
tidak. Potensi verbal persuasion sebagai suatu sumber self-efficacy yang
12
diharapkan akan dipengaruhi oleh faktor kemahiran (expertness), kepercayaan
(trustworthiness), dan daya tarik sumber (attractiveness of the source). Saat di
sekolah guru hendaknya mampu melakukan bujukan kepada murid, misalnya
untuk mengerjakan tugas, mendorong hadir lebih awal, serta tindakan disiplin
lainnya, karena bujukan atau rayuan yang diberikan kepada siswa cenderung
akan memberikan pengaruh sikap patuh, dibandingkan dengan menggunakan
pemaksaan langsung yang dapat menimbulkan sikap memberontak.
Pujian atau respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa yang
telah menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-
akademik, secara psikologis siswa akan merasa bangga, karena ternyata
perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi mativator untuk terus
berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya. Jika dicermati sepintas saja,
mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan
penghragaan secara verbal yang disampaikan oleh guru kepada siswa, bagi guru
(orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak punya
nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi bagi yang menerima pujian,
yaitu siswa akan merasa senang karena apa yang diperbuatnya mendapat tempat
dan diakui.
Menurut Bandura (1986), individu yang diyakinkan secara lisan
menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dan berusaha dengan keras
untuk menjadi sukses. Dorongan yang tidak realistis akan beresiko gagal dengan
hasil yang mengecewakan. Untuk meningkatkan kepercayaan individu akan
kemampuannya, dengan menempatkan mereka pada situasi-situasi di mana
mereka dekat dengan kegagalan. Untuk memastikan kemajuan dalam
13
perkembangan pribadi, kesuksesan seharusnya diukur pada kemajuan diri sendiri
bukan pada keberhasilan orang lain. Verbal persuasion dilakukan oleh orang-
orang yang menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan dapat
meningkatkan efikasi diri individu. Verbal persuasion yang diberikan kepada
individu bahwa individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas
menyebabkan individu semakin termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu
kesuksesan pembelajaran. Rusyan, Kusdinar dan Arifin (dalam Tanatti, 2001)
mengemukakan bahwa ditangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau
tidak pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Nurhasanah (2002)
mengemukakan bahwa guru dituntut untuk bekerja secara inovatif, kreatif
dengan tidak melupakan upaya untuk memutakhirkan segenap kemampuan
secara berkesinambungan agar mutu pendidikan semakin meningkat.
Guru memberikan verbal persuasion untuk siswanya agar dapat
meningkatkan self-efficacy academic siswa dan siswa akan menjadi lebih aktif
ketika mereka memiliki rasa kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive).
Guru juga perlu memberikan feedback kepada tugas siswa dan artikulasinya
secara jelas dan umpan balik yang konstruktif (Schraw, Dunkle, & Bendixen,
1995). Guru harus memberikan apresiasi terhadap segala bentuk komentar
ataupun jawaban siswa dan tidak diperkenankan memberikan umpan balik yang
negatif.
Setiap siswa dituntut oleh guru untuk mempunyai persepsi yang baik
dalam berbagai bidang pembelajaran dan seorang guru harus tahu bagaimana
situasi kelas yang dihadapi. Siswa memberikan persepsinya berupa tanggapan,
14
ekspresi, atau sikap. Dari penjelasan sebelumnya, peneliti melakukan wawancara
yang hasilnya ternyata bermacam-macam, yakni responnya senang,
bersemangat, dan ingin melakukan apa yang dikatakan oleh gurunya, tetapi ada
juga siswa yang tidak terpengaruh apa yang dikatakan gurunya.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru
dengan self-efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Kristen Widya
Wacana Purwodadi. Populasi siswa kelas XI berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas
IPA 1 dan kelas IPA 2 yang masing-masing kelas berjumlah 20 siswa, dan kelas IPS
hanya 1 kelas saja yang jumlah 24 siswa, berusia 17 tahun. Dalam penelitian ini
mengguakan teknik sampling jenuh yang artinya semua populasi dijadikan sampel
penelitian. Sampel dari penelitian ini sebanyak 64 siswa. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 16 Juni 2015.
Pengukuran
a. Self Efficacy Academic
Dalam penelitian ini, Variabel Self-Efficacy Academic disusun oleh penulis
menggunakan aspek dari Bandura (1986) yaitu magnitude, generality, dan strength.
Sedangkan alternatif jawaban untuk setiap item skala akademik self-efficacy dan verbal
15
persuasion yang tersedia yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skoring item yang favorable adalah Sangat Setuju
(SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan item-item unfavorable, skor skalanya
kebalikan dengan skor untuk nilai favorable.
Jumlah item sebanyak 55 item, setelah dilakukan 2 kali perhitungan, daya
beda item untuk angket Self Efficacy Academic Siswa, bergerak antara 0,279 sampai
dengan 0364. Dari total perhitungan ada 10 item yang gugur karena memiliki
korelasi item total < 0,05. Item yang gugur nomor 5, 10, 13, 15, 21, 36, 39, 50, 51,
55. Dan 10 item yang gugur di atas tidak akan diikutkan lagi dalam perhitungan
selanjutnya. Jadi jumlah item yang tidak gugur ada 45 item.
b. Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Variabel Verbal Persuasion diukur menggunakan kuesioner. Kuesioner
dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup menggunakan skala Likert. Skala verbal
persuasion disusun oleh penulis menggunakan aspek dari Allport (dalam Mar’at,
1991) yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Sedangkan alternatif jawaban untuk setiap
item skala akademik self-efficacy dan verbal persuasion yang tersedia yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun
skoring item yang favorable adalah Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S)
diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
nilai 1. Sedangkan item-item unfavorable, skor skalanya kebalikan dengan skor
untuk nilai favorable.
16
Jumlah item sebanyak 36 item, setelah dilakukan 2 kali perhitungan, daya
beda item untuk angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, bergerak
antara 0,238 sampai dengan 0,359. Dari total perhitungan ini ada 6 item yang gugur
karena memiliki korelasi item total < 0,05. Item yang gugur adalah nomor 22, 28, 30,
32, 33, 35. Dan 6 item yang gugur di atas tidak akan diikutkan lagi dalam
perhitungan selanjutnya. Jadi jumlah item yang tidak gugur ada 30 item.
Reliabilitas
Sesuai dengan standart reliabilitas menurut Azwar (2000), maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua alat ukur yang digunakan adalah reliabel dengan kategori
reliabilitas yang baik yaitu untuk angket self efficacy academic adalah 0,859 dan untuk
angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru adalah 0,845.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi adalah dengan menggunakan korelasi Pearson
product moment. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan cara membagikan skala
secara langsung dan diisi oleh responden.
17
HASIL PENELITIAN
Hasil Deskriptif
a. Akademik Self Efficacy
Kategori pada variabel self-efficacy academic dibuat berdasarkan dengan nilai
tertinggi yang diperoleh yaitu 45 x 4 = 180 dan nilai paling rendah yaitu 45 x 1 = 45.
Pada skala ini di bagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, kuat,
sangat kuat, dengan perhitungannya (Azwar, 2014) sebagai berikut :
18
Tabel 1
Kategorisasi Pengukuran Skala Self Efficacy Academic Siswa
Interval Kategori F % Mean SD Maximum Minimum
153 ≤ x ≤
180
Sangat
Tinggi
2 3,12
%
129.4375
11.32195
158.00
103.00 126 ≤ x <
153
Tinggi 32 50 %
99 ≤ x <
126
Sedang 30 46,87
%
72 ≤ x <
99
Rendah 0 0 %
45 ≤ x <
72
Sangat
Rendah
0 0 %
Jumlah 64 100
%
Pada norma kategori self efficacy academic siswa diperoleh mean sebesar
129,43, standart deviasi 11,32 dengan nilai minimum 103 dan nilai maksimum 158.
Dari 64 sampel ini, diketahui bahwa pada kategori sangat rendah dan kategori rendah
tidak terdapat (0%), untuk kategori tinggi terdapat 32 orang (50 %), yang terakhir untuk
kategori sangat tinggi terdapat 2 orang (3,12 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa self
efficacy academic pada siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi berada
pada kategori tinggi.
b. Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Kategori pada variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dibuat
berdasarkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 30 x 4 = 120 , dan nilai terendah
adalah 30 x 1 = 30. Pada skala ini di bagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah,
19
rendah, sedang, kuat, sangat kuat, dengan perhitungannya (Azwar, 2014) sebagai
berikut :
Tabel 2
Kategorisasi Pengukuran Skala Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Interval Kategori F % Mean SD Maximum Minimum
102 ≤ x ≤
120
Sangat
Tinggi
3 4,69
%
86.5
8.75414
112
66 84 ≤ x <
102
Tinggi 34 53,125
%
66 ≤ x < 84 Sedang 27 42,19
%
48 ≤ x < 66 Rendah 0 0 %
30 ≤ x < 48 Sangat
Rendah
0 0 %
Jumlah 64 100 %
20
Pada norma kategori persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru diperoleh
mean sebesar 86,5, standart deviasi 8,75 dengan nilai minimum 66 dan nilai maksimum
112. Dari 64 sampel ini, diketahui bahwa pada kategori sangat rendah dan kategori
rendah tidak terdapat (0%), untuk kategori tinggi terdapat 34 orang (53,12 %), yang
terakhir untuk kategori sangat tinggi terdapat 3 orang (4,68 %). Jadi dapat disimpulkan
bahwa persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru pada siswa kelas XI SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi berada pada kategori tinggi.
UJI ASUMSI
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Test
untuk menguji apakah distribusi pengisian jawaban yang dilakukan oleh sampel
berdistribusi normal atau tidak pada alat ukur yang dipakai (angket self efficacy
academic dan angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru). Aturan dalam
pengujian ini adalah apabila p > 0,05, maka distribusinya adalah normal.
Berdasarkan hasil dari Uji Kolmogorov-Smirnov, persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,044 dengan signifikansi sebesar p =
0,226 (p > 0,05), dan self efficacy academic guru memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,903
dengan signifikansi p = 0,389 (p > 0,05). Dengan melihat aturan yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
berdistribusi normal.
21
Uji Linearitas
Pengujian linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
memiliki hubungan yang linear dengan bariabel terikat atau tidak. Kedua variabel dapat
dikatakan linear bila nilai signifikansinya > 0,05.
Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas dapat disimpulkan bahwa antara
variabel self efficacy academic dengan variabel persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru, diperoleh F = 0,642 dengan signifikansi sebesar 0,876 (p > 0,05). Hal
ini berarti bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan yang linear.
UJI KORELASI
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa, dilakukan analisis
dengan menggunakan analisis statistic korelasi Karl Pearson’s Product Moment yang
diolah dengan bantuan program SPSS for Window versi 16.0. Hasil yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 3
Korelasi Antara Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion dengan Self Efficacy
Academic Siswa
Correlations
1 .567**
.000
4828.000 3446.500
76.635 54.706
64 64
.567** 1
.000
3446.500 7664.984
54.706 121.666
64 64
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Sum of Squares and
Cross-products
Covariance
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Sum of Squares and
Cross-products
Covariance
N
Verbal Persuasion
Academic Self Ef f icacy
Verbal
Persuasion
Academic
Self Ef f icacy
Correlation is signif icant at the 0.01 level (1-tailed).**.
22
Pada tabel 3 di atas, tampak angka korelasi sebesar 0,567 dengan signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05). Data tersebut dapat diartikan bahwa variabel self efficacy
academic dan verbal persuasion memiliki hubungan positif yang signifikan. Hal ini
berarti apabila persepsi siswa terhadap verbal persuasion meningkat maka akan diikuti
oleh naiknya self-efficacy academic siswa.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya
Wacana Purwodadi tahun 2015 dengan analisis Pearson yang telah dilakukan,
didapatkan hasil perhitungan korelasi dengan nilai r = 0,567 (p < 0,05), yang berarti
terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru dengan self efficacy academic siswa. Angka korelasi sebesar 0,567 atau
56,7 % menunjukkan nilai yang positif. Artinya, semakin positif persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru maka semakin tinggi pula self efficacy academic guru.
Sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru maka
semakin rendah pula self efficacy academic guru.
Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self
efficacy academic siswa dapat diterima. Semakin tinggi persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru, maka semakin tinggi pula self efficacy academicnya. Sebaliknya
semakin rendah persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, maka semakin rendah
self efficacy academicnya (Bandura, 1986).
Dalam persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, ketika siswa memiliki
persepsi tehadap verbal persuasion guru yang tinggi mampu menerima apa yang
23
disampaikan guru dengan baik, kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan yang
dimiliki, siswa akan termotivasi pada gurunya akan kemampuan dan keyakinannya. Jika
siswa mampu menerima persepsi verbal persuasion guru dengan baik, maka self
efficacy academic meningkat (Bandura, 1986).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukmadinata (dalam Dahlan dan Supriadi,
1990) mengenai hubungan antara guru dan siswa terdapat hubungan korelatif yang
cukup besar dan signifikan dengan self efficacy academic siswa, dan seluruh variabel
guru yaitu konsep mengajar, motif berprestasi, persiapan mengajar, memotivasi
mempunyai hubungan korelatif yang cukup besar dan signifikan dengan self efficacy
academic siswa.
Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru bisa berdampak pada self
efficacy academic siswa karena secara langsung dapat mempengaruhi sikap dan pola
pikir siswa akan sesuatu hal yang baik dan hal yang baru. Serta dapat meningktkan rasa
kepercayaan diri pada siswa. Penelitian ini mendukung pendapat Loekmono (1983)
yang menyatakan bahwa rasa percaya diri dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan
orang-orang yang dianggap penting, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Selain itu
Natawidjaja (dalam Martinah, 1998) juga mengatakan, utnuk meningkatkan
kepercayaan dirinya, siswa membutuhkan pihak lain yang dipercaya untuk mendorong
keberaniannya dalam mengambil keputusan, dalam hal ini adalah peran serta dari guru.
Seorang guru juga dapat menunjukkan sikap dalam membantu kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswanya, maka dari itu guru dituntut sebagai motivator diharapkan dapat
memberikan, menumbuhkan, dan memupuk semangat belajar kepada siswa secara
permanen.
24
Sedangkan guru sebagai manajer merupakan kemampuan guru dalam mengelola
siswa, kelas, strategi belajar, dan lain-lain, sehingga guru dapat menata anak didiknya
agar dapat mencapai hasil yang diharapkan/mencapai prestasi belajar. Guru sebagai
konselor diharapkan guru dapat menjadi observer dalam tingkah laku siswa dan
komponen-komponen yang mengitarinya, sehingga guru dapat lebih peka terhadap
perubahan dan dapat menjadi sahabat ketika dibutuhkan. Dan guru juga sebagai model,
artinya guru merupakan contoh bagi siswanya, sehingga dalam perilaku diharapkan
guru dapat memberikan contoh yang baik kepada siswanya (Niken, 2007).
Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka persepsi siswa terhadap verbal
persuasion guru merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian self efficacy
academic siswa. Susilo (2004) menambahkan bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap
mata pelajaran timbul karena kesalahpahaman atau pandangan yang keliru mengenai
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, sehingga dapat berakibat pada tujuan
akhir proses belajar yaitu self efficacy academic (Niken, 2007).
Berdasarkan analisis hasil pengukuran variabel penelitian persepsi siswa
terhadap verbal persuasion di SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi yang menjadi
sampel penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata sebesar 86,50
dengan standar deviasi sebesar 8,754. Di samping itu timbulnya proses meniru yang
merupakan pengalaman orang lain seolah-olah dialami sendiri akan mendorong siswa,
sehingga dapat memperbaiki self efficacy academic siswa sendiri, dengan belajar dari
pengalaman mereka sendiri atau pengalaman orang lain akan mendapatkan dorongan
untuk menimbulkan kepercayaan bahwa mereka mengalami kesuksesan dengan tugas-
tugas yang spesifik (Bandura, 1986).
25
Pada penelitian ini, nilai korelasi sebesar 0,567 dan nilai r2 = 0,321,
menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru memberi
sumbangan sebesar 32,1 % terhadap tinggi rendahnya self efficacay academic siswa.
Artinya bahwa 32,1 % self efficacy academic siswa dipengaruhi oleh persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru. Sementara 67,9 % dari self efficacy academic siswa
dipengaruhi oleh faktor lain, seperti ; mastery experiences, vicarious experiences, dan
physiological and emotional states.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi
siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI
SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Sumbangan efektif dari variabel persepsi
siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa adalah
sebesar 32,1 %.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan
saran ke beberapa pihak, yaitu :
1. Bagi Siswa
Saat menerima verbal persuasion dari guru, siswa diharapkan mampu
memberi arti dengan baik dan menerapkannya ketika melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru. Sehingga self efficacy academic siswa yang dimiliki dapat
melakukan apa yang diharapkan dan mampu meningkatkan self efficacy
academic dengan baik.
26
2. Bagi Guru
Guru dapat terus memberikan motivasi, semangat dan saran untuk siswa
agar siswa mampu meningkatkan self efficacy academic, serta dapat mencapai
prestasi yang diharapkan. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas dari guru tersebut meningkat self-efficacynya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi self efficacy academic, seperti: mastery experiences, vicarious
experiences, dan physiological and emotional states.
b. Peneliti selanjutnya mungkin juga bisa menggunakan alat ukur yang berbeda
dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini supaya menambah
pengetahuan baru dengan fenomena yang digunakan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Albanik, Hatta & Taufan D. N. (2004). Correlation And Description Between Self
Efficacy And Political Leadership Of Members Of The Parliament Of The
Republic Of Indonesia (DPR-RI) 2004-2009 Hubungan Dan Deskripsi
Keyakinan Akan Kemampuan Diri (Self Efficacy) Dan Kepemimpinan Polotik
(Political Leadership) Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI)
Periode 2004-2009.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/08/correlation_and_descripti
on_beteen_self_efficacy_and_political_leadership.pdf ). Diakses tanggal 3
Februari 2015
Anggriyawan, R. (2014). Hubungan antara self-efficacy akademik dengan prestasi
belajar siswa kelas X di SMA Kristen 1 Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan).
Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Towards unifying theory of behavioral change.
Psychological Review, 84 (2), 191-215.
_________. (1986). Social foundation of tought and action: A social cognitive theory.
New Jersey: Prentice-Hall,Inc
_________. (1997). Social foundation of tought and action: A social cognitive theory.
New Jersey: Prentice-Hall,Inc.
_________. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman
and Company.
_________. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New York: W. H Freeman.
Baron, R. A. (1991). Social Psychology Understanding Human Interaction 6th
. New
York: Allyn and Bacon.
Bartholomew, Kay, L. et.al. (2006). Planning Health Promotion Program. An
Intervebtion Mapping Approach. HB. USA.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. JAKARTA :
Gema Pertama.
Golightly. (2007). Devining The COMPONENTS Of Academic Self Efficacy In Najavo
American Indian High School Students. Departement of Counseling Psychology
and Special Education Brigham Young University
(http://contentdm.lib.byu.edu/ETD/image/etd1492.pdf)
Kristiandi. (2009) . Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan
Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Medan. http://respository.usu.ac.id/. Diakses tanggal 3 Februari 2015.
28
Kurniawan, J. E. (2003). Hubungan antara Persepsi terhadap Lingkungan Sosial
dengan Motivasi Belajar Murid Sekolah Dasar. Jurnal PsikoWacana, Vol. II,
No. 1, Hal 46-56.
Larson, C. U. (2004). Persuasion: Reception and responsibility (Tenth edition).
California: Wadsworth/Thomson Learning.
Leavit, H. J. (1997). Psikologi Manajemen. Edisi keempat. Alih Bahasa : Muslichah
Zarkasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Locke, E.A. , Frederick, E. , Lee, C. and Bobko, P. (1984). Effect of Self Efficacy,
Goals, And Task Strategies on Task Performance. Journal of Applied
Psychology. 69, 1241 – 251
Loekmono, L. (1983). Rasa Percaya Pada Diri Sendiri. Salatiga: Pusat Bimbingan
Universitas Kristen Satya Wacana.
Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Melati. (2012). Pengaruh verbal persuasion terhadap teacher self-efficacy.
http://www.academia.edu/6112242/Pengaruh_Verbal_Persuasion_terhadap_Tea
cher_Self-efficacy. Diakses pada tanggal 17 Oktober 214 .
Pujiastuti Shintya. (2009) . Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. http://www.sd-
binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. Diakses tanggal : 18 Mei 2010.
Robbins, P. (2008). Perilaku Organisai Jilid 1 Edisi 12. Jakarta : Salemba.
Robert A. Baron & Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial jilid 1 Edisi 10. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Rakhmat Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Seiter, J. & Gass, R. (2004). Perspectives on persuasion social influence and
compliance gaining. New York: Pearson Publishing.
Schunk, D. H., & Pajares, F. (2001). The Development of Academic Self-Efficacy. San
Diego : Academic Press
Sindhunata. (2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita; Mencari Kurikulum
Pendidikan Abad XXI. Yogyakarta: Kanisius.
Sudrajat, Dadang. (2004). SELF-EFFICACY : Keyakinan dan Kemampuan Seseorang
Dalam Berbuat Sesuatu. Jurnal Psikopedagogia, Volume 3 Nomor 5, Nopember
2004/2005; 53-70.
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, S. (1998). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
P2LPTK
29
Sumarmo, Alim. (2012). Hubungan antara Self-Efficacy Karir dan Persepsi terhadap
Masa Depan Karir dengan Kematangan Karir Siswa SMK PGRI Wonoasri
Tahun Ajaran 2012-2013.
http://www.scribd.com/doc/156082620/HUBUNGAN-ANTARA-SELF-
EFFICACY-KARIR-DAN-PERSEPSI-TERHADAP-MASA-DEPAN-KARIR-
DENGAN-KEMATANGAN-KARIR-SISWA-SMK-PGRI-WONOASRI-
TAHUN-AJARAN-2012-2013#scribd. Diakses tanggal 23 Januari 2015.
Susilo, F. (2004). Matematika Humanistik. Basis No. 07-08.
Tanatti, Y. (2001). Kemampuan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Guru pada
SMU Unggul dan SMU Bukan Unggul di Papua (Suatu Studi pada SMU Negeri
3 Jayapura, SMU Negeri 11 dan SMU Negeri 2 Serui). Tesis (yang tidak
diterbitkan). Salatiga : Program Pasca Sarjana Magister Studi Pembangunan
UKSW.
Turner, S. L., & Lapan, R. T. (2002). Career Self-efficacy and Perceptions of Parent
Support in Adolescent Career Development. The Career Development
Quarterly, 51, 44-45.
Widayanti, N. (2007). Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Pengajaran
Guru Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi (tidak
diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Winkel, W. S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia