hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

91
TESIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI KABUPATEN BADUNG LUH SUDEMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Transcript of hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Page 1: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP

DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI

BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI

MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI

KABUPATEN BADUNG

LUH SUDEMI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

ii

TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP

DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI

BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI

MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI

KABUPATEN BADUNG

LUH SUDEMI

NIM 1392161048

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

iii

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP

DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI

BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI

MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI

KABUPATEN BADUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

LUH SUDEMI

NIM 1392161048

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

iv

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 28 JULI 2015

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si

NIP. 19580704 198703 2 001

Kadek Tresna Adhi, SKM, M.Kes

NIP. 19791018 200501 2 000

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. dr. D.N Wirawan, MPH

NIP. 19481010 197702 1 001

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)

NIP. 195902151985102001

Page 5: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

v

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 28 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 2203/UN14.4/HK/2015, Tanggal 28 Juli 2015

Ketua : Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

Anggota :

1. Kadek Tresna Adhi, SKM., M.Kes

2. Prof. dr. D.N. Wirawan, MPH

3. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K)

4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc, Ph.D

Page 6: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : Luh Sudemi

NIM : 1392161048

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis : Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan

Karakteristik Sosial Demografi Bidan dalam

Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini di Bidan

Praktek Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai peraturan di Universitas Udayana dan peraturan perundang-undangan lain

yang berlaku.

Denpasar, Agustus 2015

Yang membuat Pernyataan,

Luh Sudemi

Page 7: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan antara

Pengetahuan dan Sikap dengan Karakeristik Sosial Demografi Bidan dalam

Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten

Badung Tahun 2015” dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam menempuh Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di

Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program

Studi Magister Imu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan sebagai

penguji tesis atas dorongan, bimbingan, dan dukungan selama proses

pembelajaran khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih yang

mendalam juga penulis sampaikan kepada Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa,

MSi dan Kadek Tresna Adhi, SKM., M.Kes sebagai pembimbing tesis atas segala

perhatian dan kesabarannya memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr.

dr. Ketut Suastika, Sp.PD. (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

Page 8: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

viii

sebagai mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di

Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh

dosen dan staf karyawan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat atas

bimbingan dan dukungannya selama menempuh pendidikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para

penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K) dan dr. Ni

Wayan Arya Utami, M.App.Bsc, Ph.D yang telah memberikan saran dan kritiknya

terhadap tesis ini. Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Badung, Ketua Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Badung,

Camat Kuta Selatan di Jimbaran, Camat Kuta Utara di Kerobokan dan Camat

Kuta di Kuta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu responden/ bidan praktek

mandiri di Kabupaten Badung khususnya di Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan

Kuta Utara dan Kecamatan Kuta yang telah banyak meluangkan waktu dan

kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih sedalam-

dalamnya kepada suami, orang tua, keluarga dan teman-teman Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Angkatan V atas doa dan dukungan selama ini, sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan tesis ini dengan baik.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian tesis ini.

Penulis

Page 9: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

ix

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI BIDAN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN

PRAKTEK MANDIRI KABUPATEN BADUNG

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah memberi kesempatan pada bayi baru

lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam kelahirannya. Pelaksanaan

IMD akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan kesehatan dan

pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan. Bidan seharusnya melaksanakan IMD

setiap kali menolong persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang

melakukan persalinan untuk melaksanakan IMD. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakeristik sosial

demografi bidan dalam pelaksanaan program IMD di Bidan Praktek Mandiri

(BPM) Kabupaten Badung.

Penelitian ini merupakan penelitian sampel survei dengan sampel sebanyak

61 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara

univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan multivariat

menggunakan uji poisson regression dengan CI 95%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar bidan praktek mandiri

melaksanakan IMD di Kabupaten Badung Tahun 2015 sebesar 62,30%. Hasil uji

bivariat empat variabel yang berhubungan terhadap pelaksanaan bidan terlatih

dalam program IMD adalah jumlah persalinan, supervisi, pengetahuan dan sikap.

Pada analisis multivariat didapatkan variabel yang paling berhubungan terhadap

pelaksanaan bidan terlatih dalam program IMD adalah pengetahuan (PR=1,5;

95%CI: 1,04-2,1) dan sikap (PR=2,7; 95%CI: 1,1-6,3).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pengetahuan dan sikap

berpengaruh terhadap pelaksanaan bidan terlatih dalam program IMD. Perlu

dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam bentuk

pelatihan, kebijakan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan program

IMD.

Kata kunci: Pelaksanaan, Inisiasi Menyusu dini (IMD), Bidan Praktek Mandiri.

Page 10: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

x

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH

THE SOCIAL DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS OF MIDWIFE IN

THE PROGRAM IMPLEMENTATION OF EARLY INITIATION OF

BREASTFEEDING AT THE INDEPENDENT MIDWIFE PRACTICES

INTHE BADUNG REGENCY

Early Initiation of Breastfeeding (EIB) is allowing the newborns to

breastfeed within an hour of birth. EIB implementation will be achieved if there

are support from both the health service recipients and the providers of health care

namely the midwives. Midwives should implement EIB whenever they are

helping deliveries and providing support to mothers who gave birth to implement

the EIB. The purpose of this study was to determine the relationship between

knowledge and attitude with the socio-demographic characteristics of the midwife

in the implementation of the EIB program at the Independent Midwife Practice in

the Badung Regency.

This study was a sample survey with sample of 61 peoples. Data were

collected using questionnaires and analyzed by univariate and bivariate with chi-

square test and multivariate Poisson regression test with 95% CI.

The study showed that most independent midwife practices implemented the

EIB in the Badung Regency in 2015 namely of 62.30%. Bivariate analyzed

determined four variables significantly related to the implementation of trained

midwives in the EIB program namely the amount of deliveries, supervision,

knowledge and attitudes. Mean while in the multivariate analysis, most variables

related to the implementation of trained midwives in the IMD program were

knowledge (PR = 1.5; 95% CI: 1.04-2.1) and attitude (PR = 2.7; 95% CI: 1 , 1-

6.3).

It can be concluded that the knowledge and attitudes influenced the EIB

practices among trained midwives in the IMD program. Efforts should be made

to improve knowledge and attitudes in the form of training, policies and other

activities related to the EIB program.

Keywords: Implementation, Early Initiation of Breastfeeding (EIB), Independent

Midwife Practice.

Page 11: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii

PRASYARAT GELAR ................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... v

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT ............................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12

2.1 Inisiasi Menyusu Dini ........................................................................ 12

2.2 Hubungan IMD terhadap ASI Eksklusif ............................................ 15

2.3 Peran bidan dalam meningkatkan program IMD ............................... 17

2.4 Kebijakan WABA tentang pelaksanaan program IMD ..................... 19

2.5 Teori Perilaku ..................................................................................... 20

2.5.1 Teori Lawrence Green ............................................................. 20

2.5.2 Teori Snehandu B.Karr ............................................................ 20

2.5.3 Teori WHO .............................................................................. 20

Page 12: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xii

2.6 Faktor-Faktor pada Bidan Yang Berhubungan dengan Pelaksanaan

IMD dalam Menolong Persalinan ...................................................... 21

2.6.1 Pengetahuan ............................................................................. 21

2.6.2 Sikap ........................................................................................ 22

2.6.3 Umur ........................................................................................ 22

2.6.4 Lama Bekerja Sebagai BPM.................................................... 23

2.6.5 Pekerjaan ................................................................................. 25

2.6.6 Jumlah Tenaga Kerja Bidan .................................................... 25

2.6.7 Jumlah Persalinan .................................................................... 26

2.6.8 Supervisi .................................................................................. 26

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................ 28

3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 28

3.2 Konsep Penelitian............................................................................... 29

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 30

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 31

4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 31

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 31

4.3 Penentuan Sumber Data ..................................................................... 31

4.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 33

4.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 34

4.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 35

4.7 Analisis Data ...................................................................................... 36

4.7.1 Analisis univariat ..................................................................... 36

4.7.2 Analisis bivariat ....................................................................... 37

4.7.3 Analisis multivariat.................................................................. 37

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 38

5.1 Gambaran umum lokasi penelitian..................................................... 38

5.2 Karakteristik Responden .................................................................... 38

5.3 Pengetahuan, Sikap, Jumlah Tenaga Bidan, Jumlah Persalinan,

Supervisi dan Pelaksanaan Bidan....................................................... 39

5.4 Analisis bivariat variabel independen dan variabel dependen ........... 41

Page 13: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xiii

5.5 Analisis multivariat ............................................................................ 44

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 46

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 46

6.1.1 Hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan IMD ................. 46

6.1.2 Hubungan sikap dengan pelaksanaan IMD ............................. 49

6.1.3 Hubungan umur dengan pelaksanaan IMD ............................. 54

6.1.4 Hubungan lama bekerja dengan pelaksanaan IMD ................. 55

6.1.5 Hubungan pekerjaan dengan pelaksanaan IMD ...................... 59

6.1.6 Hubungan jumlah tenaga bidan dengan pelaksanaan IMD ..... 61

6.1.7 Hubungan jumlah persalinan dengan pelaksanaan IMD ......... 62

6.1.8 Hubungan supervisi dengan pelaksanaan IMD ....................... 63

6.2 Keterbatasan penelitian ...................................................................... 65

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 67

7.1 Simpulan ............................................................................................ 67

7.2 Saran .............................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ 33

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Bidan Praktek

Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015 ................................................ 39

5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Jumlah Tenaga Bidan,

Jumlah Persalinan, Supervisi dan Pelaksanaan IMD di BPM

Kabupaten Badung Tahun 2015 .............................................................. 40

5.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pelaksanaan Program

IMD di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015 ........... 42

5.4 Hasil Analisis Multivariat Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Program IMD di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten

Badung Badung Tahun 2015 .................................................................. 45

Page 15: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Konsep Penelitian ............................................................................... 29

Page 16: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xvi

DAFTAR SINGKATAN

AKB = Angka Kematian Bayi

ANC = Antenatal Care

APN = Asuhan Persalinan Normal

APR = Adjusted Prevalence Ratio

ASI = Air Susu Ibu

BPM = Bidan Praktek Mandiri

CI = Confidence Interval

CPR = Crude Prevalence ratio

IBI = Ikatan Bidan Indonesia

IMD = Inisiasi Menyusu Dini

KH = Kelahiran hidup

MP-ASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PR = Prevalence ratio

P2KP = Pusat Pelatihan Klinik Primer

RSSB = Rumah Sakit sayang Bayi

SDKI = Survei demografi Kesehatan Indonesia

Susenas = Survei Sosial Ekonomi Nasional

SKP =Satuan Kredit Profesi

STR = Surat Tanda Registrasi

WABA = World Alliance for Breastfeeding Action

WHO = World Health Organization

Page 17: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Cover Kuesioner

Lampiran 2 Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 3 Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Hasil Analisis dengan STATA

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian kepada Bakesbang Litpol Kabupaten Badung

Lampiran 7 Surat Permohonan Ethical Clearance kepada Komisi Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lampiran 8 Surat Rekomendasi Penelitan dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Badung

Lampiran 9 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik dari Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten

Badung

Lampiran 11 Surat ijin Penelitian di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung

Page 18: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya

derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi

(AKB) yang dijadikan indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat.

Masalah tingginya AKB di Indonesia terlihat pada Hasil Survei Demografi dan

Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan, AKB tahun 2012

sebesar 32 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) mengalami penurunan dibandingkan

AKB tahun 2007 yaitu 34 per 1.000 KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

1.000 KH. 60% dari kematian bayi terjadi pada umur dibawah 1 bulan atau pada

periode neonatus. Dari kematian neonatus yang berusia satu bulan tersebut, dua

pertiganya merupakan kematian neonatus dengan usia kurang dari satu minggu,

sedangkan dua pertiga dari jumlah neonatus yang meninggal pada usia kurang dari

satu minggu tersebut, meninggal pada 24 jam pertama kehidupan (Depkes RI,

2009).

Dalam laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari State of

The World’s Mother 2007 dikemukakan bahwa sebesar 36% dari kematian

neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya sepsis, pneumonia, tetanus

dan diare. Sebesar 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan berat badan

lahir rendah, 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, serta sebesar 7% disebabkan

oleh kelainan bawaan (WHO, 2007).

Melihat data tersebut, maka diperlukan langkah nyata dalam upaya

Page 19: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

2

pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi menurunkan kejadian

kematian neonatus antara lain pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap

penyakit infeksi melalui ASI eksklusif. Pemberian ASI secara eksklusif selama

enam bulan akan membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan

karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan Air Susu Ibu

(ASI), selain itu ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil

kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk dalam tubuh bayi

(Kamalia, 2005).

ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai berusia

enam bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin.

WHO merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru

lahir sampai usia enam bulan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan yang optimal. Bayi dapat diberikan makanan tambahan setelah berusia

enam bulan berupa Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan tetap melanjutkan

pemberian ASI sampai usia dua tahun (WHO, 2011). ASI sebagai makanan bayi

yang paling sempurna, mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim

pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena

mengandung zat penangkal penyakit yaitu immunoglobulin. ASI bersifat praktis,

mudah diberikan kepada bayi, murah, serta bersih. ASI mengandung rangkaian

asam lemak tak jenuh yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

otak (Roesli, 2008).

Keberhasilan ASI eksklusif sangat ditentukan oleh Inisiasi Menyusu Dini

(IMD). IMD adalah membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya. Bayi akan

Page 20: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

3

melakukan gerakan dan mencari puting ibu, memasukkan puting ibu pada

mulutnya secara benar dan menghisapnya dalam satu jam pertama kehidupan.

Hisapan bayi pada puting susu ibu dapat merangsang pengeluaran hormon

prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin berfungsi merangsang

produksi ASI dan hormon oksitosin membuat kontraksi yang membantu

pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan dan merangsang hormon lain

yang membantu ibu lebih tenang, rileks, mencintai bayi dan perasaan bahagia.

Rangsangan awal terhadap pengeluaran hormon oksitosin sangat mempengaruhi

keberhasilan menyusui selanjutnya (Depkes, 2007).

Hubungan IMD dengan keberhasilan ASI eksklusif telah dibuktikan melalui

beberapa penelitian yang dapat disimpulkan bahwa bayi yang mulai menyusu dini

dalam satu jam pertama akan meningkatkan ASI eksklusif dan lama menyusui.

Bayi yang dilakukan teknik IMD segera setelah lahir mampu menyusu lebih baik,

sedangkan 50% bayi yang tidak dilakukan teknik IMD tidak mampu menyusu

dengan baik (Juliastuti, 2012; Syafiq dan Fika, 2003; Yuko Nakao, 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan IMD adalah

dukungan tenaga kesehatan yang adekuat. Fasilitas pelayanan kesehatan dan

tenaga kesehatan yang diberikan mulai dari pusat pelayanan primer hingga pusat

pelayanan tersier, dari rumah sakit tingkat nasional hingga posyandu dan polindes

di tingkat RT/RW/kelurahan/desa perlu terus meningkatkan sosialisasi dan

penerapan pelaksanaan program IMD (Meiyana, 2010).

Menurut hasil penelitian Astuti (2012) berhasil tidaknya IMD di sarana

pelayanan kesehatan, rumah bersalin dan rumah sakit sangat bergantung pada

Page 21: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

4

petugas kesehatan seperti dokter dan bidan yang secara langsung membantu

persalinan. Jika tenaga kesehatan tidak mempunyai kesadaran, keahlian dan

pengetahuan mengenai IMD maka tidak akan terlaksana program IMD. Di

samping faktor dari tenaga kesehatan, kondisi kesehatan ibu juga berpengaruh

terhadap keberhasilan IMD, jika kondisi ibu lemah maka program IMD tidak

dapat terlaksana (Depkes, 2009).

Penelitian oleh Nuryanti pada tahun 2011 tentang praktek pelaksanaan IMD

yang dilakukan di RSIS Siti Khadijah Muhammadiyah cabang Makassar yang

menyatakan bahwa dari 40 persalinan hanya sembilan responden (22,5%) yang

melakukan praktek IMD, sedangkan 31 responden (77,5%) tidak melakukan IMD.

Alasan dari 31 responden tersebut tidak melakukan IMD yaitu dua responden

dengan bayi lahir patologis(6,0%) delapan responden mengalami pendarahan

(26,0%) dan 21 responden lainnya tidak melakukan IMD karena petugas yang

tidak melaksanakannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa

semua responden mengambil keputusan ingin melaksanakan IMD pada saat

pertolongan persalinannya nanti. Namun pada kenyataannya hanya sembilan

responden saja yang melaksanakan praktik IMD. Dari data tersebut disimpulkan

bahwa pelaksanaan IMD itu sendiri tergantung pada bidan yang membantu pada

saat proses persalinan (Nuryanti, 2011).

Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun

2012, sebagian besar poses persalinan di Provinsi Bali di tolong oleh tenaga medis

baik dokter, bidan atau tenaga paramedis lainnya. Berdasarkan penolong

persalinan, bidan merupakan tenaga medis yang paling banyak membantu proses

Page 22: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

5

persalinan di Provinsi Bali pada tahun 2012 sebesar 55,45%, disusul oleh dokter

kandungan dengan persentase sebesar 40,69% (BPS, 2013).

Pelaksanaan IMD saat ini menjadi rangkaian langkah dalam Asuhan

Persalinan Normal (APN) yang diterbitkan oleh Depkes tahun 2008. Maka dari

itu, salah satu kunci utama keberhasilan IMD terletak pada penolong persalinan,

karena dalam menit-menit pertama setelah bayi lahir peran penolong persalinan

sangat dominan. Bidan sebagai ujung tombak dari pembangunan kesehatan yang

berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan masyarakat dan menolong ibu

dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan

juga diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan bekerja

sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan

dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan

pertolongan persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan

asuhan pada bayi baru lahir dan bayi, sehingga tenaga kesehatan mempunyai andil

sangat besar terhadap tercapainya program IMD (Retna dkk, 2009).

Berdasarkan data yang didapatkan dari BPS Kabupaten Badung tahun 2013.

penolong kelahiran pertama di Kecamatan Kuta ditolong oleh bidan 33,55%

setelah dokter kandungan, namun dokter kandungan melakukan pertolongan

persalinan di Rumah Sakit bersama tim yang bertugas pada saat itu, sedangkan

bidan yang melakukan praktek mandirinya melakukan tugas mandiri terhadap ibu

hamil sampai ibu nifas (BPS Badung, 2013). Berdasarkan Permenkes

129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit

menyatakan tenaga kesehatan yang berwewenang untuk melakukan pertolongan

Page 23: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

6

persalinan dalam praktek mandiri adalah dokter spesialis kebidanan dan

kandungan, dokter umum terlatih APN serta tenaga bidan.

Berdasarkan data yang didapat dari BPS Kecamatan Badung tahun 2013,

Kecamatan Kuta Selatan, Kuta Utara dan Kuta memiliki praktek bidan paling

banyak dibandingkan dengan Kecamatan Mengwi, Abiansemal dan Petang yaitu

61 BPM dan semua bidan sudah pernah mengikuti pelatihan IMD. Bidan Praktek

Mandiri (BPM) yang tersebar di setiap Desa/Kelurahan sangat membantu

masyarakat dalam menjaga kesehatan bayi dengan melakukan sosialisasi kepada

ibu hamil tentang pelaksanaan program IMD, sehingga dapat meningkatkan

kesehatan masyarakat di masa datang (BPS Badung, 2013).

Sampai saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Badung belum mempunyai data

secara kualitas yang dapat menjelaskan tentang pelaksanaan bidan dalam

pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pelaksanaan IMD di Kecamatan

Kuta Selatan, Kuta Utara dan Kuta, tetapi secara kuantitas dapat dilihat dari angka

cakupan ASI eksklusif setiap enam bulan yaitu bulan Pebruari sampai Agustus

tahun 2013 sebesar 67,61%, hal ini masih dibawah sasaran yang ditetapkan

pemerintah pusat yakni 80% pada tahun 2013 (BPS Badung, 2013).

Penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD yang dilakukan di

luar negeri antara lain penelitian di Nigeria tentang hambatan IMD pada ibu

bersalin menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan IMD sebanyak 73%

karena ibu melahirkan melalui operasi caesar. Penelitian di Nepal tentang

hubungan IMD dengan kematian bayi baru lahir juga menunjukkan rendahnya

cakupan IMD mengakibatkan kematian bayi sebanyak 34%. Penelitian yang

Page 24: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

7

dilakukan di Filipina pada bayi 0-2 bulan, menunjukkan bahwa risiko kematian

karena diare lebih tinggi pada bayi yang tidak menyusu. Penelitian di New York

City Hospital tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD menunjukkan

bahwa selama kurun waktu tahun 1979 sampai dengan tahun 1996 cakupan IMD

di rumah sakit dari 29 % meningkat menjadi 58% (Alikor, 2006; Luke C.

Mullany, 2008; K.D Rosenberg, 2008).

Penelitian yang dilakukan di Indonesia antara lain penelitian tentang faktor

yang berhubungan dengan kinerja bidan di RSIA Budi Kemuliaan Jakarta

dipengaruhi oleh umur bidan, lama kerja, pendidikan, pengetahuan, sikap dan

pelatihan. Penelitian sejenis juga dilakukan di Kota Pekanbaru tentang faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan bidan dalam mendukung program IMD

menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan bidan dalam

mendukung program IMD adalah pendidikan, pekerjaan, pelatihan dan

pengetahuan, sedangkan variabel pelatihan merupakan variabel yang paling

dominan yang mempengaruhi pelaksanaan bidan dalam program IMD. Penelitian

tentang pelaksanaan bidan dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Batua Makassar

menunjukkan bahwa karakteristik bidan dalam pelaksanaan program IMD

dipengaruhi oleh umur, lama kerja, pendidikan, pengetahuan dan sikap (Setiarini,

2012; Mardiah, 2011; Yuntas dkk, 2012).

Menurut kajian penulis, perbedaan hasil penelitian tersebut lebih banyak

disebabkan oleh karena perbedaan metode yang digunakan seperti karakteristik

sampel, tempat fasilitas pelayanan yang digunakan, perbedaan subjek penelitian,

jenis dan jumlah variabel, perbedaan jenis dan alat ukurnya.

Page 25: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

8

Penelitian tentang pelaksanaan program IMD oleh bidan belum pernah

dilakukan di Kabupaten Badung. Tiga Kecamatan dari Kabupaten Badung yaitu

Kecamatan Kuta Utara, Kuta Selatan dan Kuta memiliki jumlah BPM paling

banyak dibandingkan dengan tiga kecamatan lainnya yaitu 61 BPM dan semua

bidan di kecamatan tersebut sudah pernah mengikuti pelatihan IMD. Penolong

kelahiran pertama di Kecamatan Kuta adalah bidan yaitu sebesar 33,55%, bidan

setelah dokter kandungan, bidan memberikan pelayanan secara komprehensif dari

pemeriksaan kehamilan sampai perawatan bayi dan ibu. Pentingnya IMD untuk

menyukseskan ASI eksklusif sehingga dapat mencegah kematian bayi. Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes) No 450/2004 tentang IMD sudah menegaskan

bahwa setiap bidan harus mendukung dan mengkampanyekan program IMD,

namun pada kenyataannya program tersebut kurang berhasil.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan 10 bidan yang

mempunyai BPM mengenai pelaksanaan IMD di Kecamatan Kuta Selatan, Kuta

Utara dan Kuta, hanya 50% bidan melaksanakan IMD dalam pertolongan

persalinan. Meskipun para bidan di BPM telah mendapat pelatihan tentang IMD

serta telah disosialisasikan, namun belum semua bidan melaksanakan IMD pada

setiap pertolongan persalinannya, dengan alasan waktu untuk IMD lama,

permintaan keluarga untuk segera memindahkan bayi ke ruangan, pasien tidak

merasa nyaman bayi berada di atas perut ibu. Dari hasil observasi juga diketahui

bahwa, setelah bayi lahir, bayi langsung dibersihkan, ditimbang, diberi suntikan

hepatitis, baru setelah itu bayi diberikan kepada ibu untuk disusui. Padahal

penimbangan dan pemberian suntikan hepatits pada bayi dapat ditunda setelah

Page 26: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

9

IMD selesai. Hal ini menandakan bahwa bidan sendiri masih memiliki

pengetahuan yang kurang dan adanya sikap yang tidak mendukung dengan

pelaksanaan IMD.

Dengan demikian maka perlu diteliti “hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan karakeristik sosial demografi bidan dalam pelaksanaan program

Inisiasi Menyusu Dini di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu,

“Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakeristik

sosial demografi bidan dalam pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini di

Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015”?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan

karakeristik sosial demografi bidan dalam pelaksanaan program Inisiasi Menyusu

Dini di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui hubungan:

a. Pengetahuan bidan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten

Badung.

b. Sikap bidan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten Badung.

Page 27: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

10

c. Umur bidan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten Badung.

d. Lama bekerja sebagai BPM dalam pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

e. Pekerjaan bidan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten

Badung.

f. Jumlah tenaga bidan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten

Badung.

g. Jumlah persalinan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten

Badung.

h. Supervisi dengan dalam pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten

Badung.

i. Faktor yang paling dominan berpengaruh dalam pelaksanaan program

IMD di BPM Kabupaten Badung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademik

a. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang hubungan

antara pengetahuan dan sikap dengan karakeristik sosial demografi

bidan dalam pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini di Bidan

Praktek Mandiri Kabupaten Badung.

b. Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis dan lebih

spesifik lagi tentang pelaksanaan program IMD.

Page 28: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

11

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi masyarakat khususnya ibu menyusui

Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya,

memperbaiki persepsi yang keliru dan keluarga dapat memberi

dukungan yang baiki kepada ibu bayi sehingga pelaksanaan program

IMD dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya bidan

Sebagai masukan dalam melaksanakan program IMD, khususnya di

Kabupaten Badung.

c. Bagi program

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi untuk pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan

(program yang berkaitan dengan IMD), dengan kegiatan pelatihan,

sosialisasi kepada bidan dan kader agar informasi yang berhubungan

dengan pelaksanaan IMD sampai kemasyarakatan.

Page 29: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib

melakukan IMD terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat

selama 1 (satu) jam. IMD dilakukan dengan cara meletakkan atau membiarkan

bayi di dada ibunya segera setelah lahir sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

IMD dilakukan dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan tidak membutuhkan

tindakan medis selama paling singkat satu jam. Lama IMD selama satu jam

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada bayi agar dapat mencari

puting susu ibu dan menyusu sendiri. Apabila selama satu jam bayi masih belum

menyusu, maka kegiatan IMD harus tetap diupayakan oleh ibu., tenaga kesehatan

dan penyelenggara pelayanan fasilitas kesehatan.

Pada tahun 2007 The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam

pekan ASI sedunia yang mengangkat tema tentang IMD telah berhasil

mengunggah masyarakat Indonesia untuk mulai mempopulerkan ASI. Hal

terpenting ketika bayi sehat diletakkan di atas perut dan dada ibu segera setelah

lahir dan memulai kegiatan menyusui segera setelah proses kelahiran terjadi

adalah penyelenggaraan kontak kulit-ke-kulit (skin to skin contact), antara bayi

baru lahir dan ibunya. Pada tahun 2006, BFHI ( Baby Friendly Hospital Initiative)

merevisi penjelasan langkah ke-4 dalam 10 langkah menyusui menjadi “Letakkan

bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak kulit-ke-kulit dengan ibu

segera setelah lahir paling sedikit selama satu jam dan dorong ibu mengenali

Page 30: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

13

tanda-tanda bayi siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam hal ini

yang ditekankan adalah pentingnya kontak kulit-ke-kulit dan kesiapan bayi. Bayi

akan bereaksi dan akan berperilaku, dengan diberi rangsangan sentuhan oleh ibu.,

dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara. Bayi memulai

dengan menyentuh dan memijat payudara. Sentuhan lembut tangan bayi pertama

kali di atas payudara ibu, akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan

dimulainya pengeluaran air susu ibu serta menimbulkan perasaan kasih sayang

pada bayi. Dilanjutkan dengan penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada

puting susu, akhirnya bayi akan meraih payudara dan meminumnya (Yohmi

dalam Suradi, 2010).

Menurut Gupta (2007), IMD disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu

tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru

lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkann tubuhnya namun

belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan

dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan

puting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar.

IMD sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia, tetapi pelaksanaannya belum

tepat. Ada empat kesalahan dalam pelaksanaan selama ini, pertama, bayi baru

lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakkan di dada ibu akibatnya tidak

terjadi kontak kulit. Kedua, bayi bukan menyusu melainkan disusui, berbeda

antara menyusu sendiri dengan di susui. Ketiga, memaksakan bayi untuk menyusu

sebelum dia siap untuk disusukan. Keempat bayi dipisahkan dari ibunya untuk

dibawa ke ruang pemulihan untuk tindakan lanjutan (Roesli, 2008). Pada 1-2 jam

Page 31: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

14

pertama bayi lebih responsif dan sangat awas bahkan mudah melekat pada

payudara (alert). Pada praktiknya, bayi baru lahir langsung dipisahkan dengan

ibunya, sehingga setelah dia siap untuk menyusu, ibu tidak dapat meresponnya.

Pelaksanaan yang kurang tepat ini menyebabkan keberhasilan menyusui tidak

optimal. Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan

ibunya maka hormon stress akan meningkat 50%. Hal tersebut akan menyebabkan

kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun. Demikian pula sebaliknya, bila

dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi maka hormon stress akan kembali

turun. Sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stress, pernafasan dan detak

jantungnya lebih stabil (Yohmi dalam Suriadi, 2010). Prinsip dasar IMD adalah

tanpa harus dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan

posisi tengkurap dimana telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis

(Soetjiningsih, 2011) sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi akan

mencari payudara ibu dan mulai menyusu.

Hal ini merupakan peristiwa penting untuk kelangsungan hidup bayi.

Meskipun banyak peneliti menyatakan hal ini merupakan perilaku bayi yang

normal, namun sekarang baru diketahui bahwa pentingnya pemberian kesempatan

menyusu dini memberikan pengalaman pada ibu dan bayi. Para peneliti

menemukan pengaruh waktu pertama kali menyusu terhadap kematian bayi baru

lahir dan kemampuan menyusu. Sose dkk dari CIBA Foundation (1978) dalam

Roesli (2008), mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara

saat kontak pertama ibu bayi terhadap lama menyusui.

Page 32: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

15

2.2 Hubungan IMD terhadap ASI Eksklusif

IMD sangat berperan dalam meningkatkan keberhasilan menyusui secara

eksklusif. Dengan dilakukannya inisiasi menyusui dini kontak emosi ibu dan bayi

lebih dini dan lebih rapat. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik,

pengosongan sakus alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan

produksi tersebut sehingga ASI menjadi lancar. Walaupun prolaktin bertanggung

jawab dalam memulai produksi air susu, penyampaian air susu ke bayi dan

pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada puting susu oleh

isapan bayi (Soetjiningsih,1997).

Menyusui dini yang efesien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin

darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan

bilirubin dan kerja laksatif kolostrum, sehingga kolostrum secara bertahap

berubah menjadi susu ibu. Apabila ibu memilih untuk tidak menyusui, sekresi

dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita

melahirkan. Apabila bayi belum juga melakukan stimulasi (menghisap), laktasi

akan berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu (Suradi,2004).

Hal ini sesuai dengan penelitian Fikawati dan Syafiq (2003), dalam

penelitiannya mengatakan bahwa ibu yng memberikan ASI dalam satu jam setelah

melahirkan (immediate breastfeeding) mempunyai peluang dua sampai delapan

kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif sampa 6 bulan dibandingkan ibu

yang tidak memberikan ASI dalam satu jam setelah melahirkan. Efek dari kontak

kulit ibu dan bayi sesegera mungkin setelah lahir akan meningkatkan lama

menyusu dalam 2-6 bulan kedepan (Gupta, 2007 dalam Rusnita, 2008). Penelitian

Page 33: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

16

yang sama juga dilakukan Nakao (2008), yang melibatkan 318 ibu di Jepang

dengan hasil yang menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu

dini selama 120 menit memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI selama 6

bulan.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Righard dan Alade (1990) dalam Roesli

(2007), penelitian dilakukan terhadap 72 pasang ibu yang dilahirkan dengan

proses normal dan tindakan. Ketika lahir memiliki kemampuan untuk merangkak

mendekati payudara ibunya dan menghisap puting. Dalam satu jam pertama bayi

langsung ditengkurapkan di atas perut dan dada ibu, umumnya berhasil

menemukan payudara dan menghisapnya dalam waktu 50 menit setelah lahir

tanpa bantuan dari siapapun sedangkan bayi yang langsung dipisahkan dari ibunya

untuk ditimbang, diukur dan dibersihkan hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu

sendiri. Berbeda dengan bayi yang dilahirkan dengan tindakan dan langsung

dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satupun yang dapat menyusu sendiri.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Edmond dkk (2006) terhadap

10.947 bayi di Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan

dibiarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu, maka 22 % angka kematian bayi

menurun pada umur kurang dari 28 hari.

2. Jika bayi mulai menyusu pertama kali pada umur dua sampai 24 jam, maka

sebesar 16 % angka kematian bayi menurun pada umur kurang dari 28 hari.

Page 34: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

17

2.3 Peran bidan dalam meningkatkan program IMD

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui.

Berhasil atau tidaknya IMD di tempat pelayanan ibu bersalin sangat tergantung

pada petugas kesehatan yaitu bidan, karena bidan yang pertama akan membantu

ibu bersalin melakukan IMD. Bidan di kamar bersalin harus memahami

tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, bidan diharapkan selalu

mempunyai sikap yang positif terhadap IMD. Kesiapan bidan dalam program

laktasi merupakan kunci keberhasilan program IMD. Peranan bidan dalam

menyukseskan IMD tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan

pelayanan pada ibu dan anak sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes No

900/Menkes/SK/VII/002.Bab V pasal 18 yaitu meningkatkan pemeliharaan dan

penggunaan ASI.

Penelitian yang dilakukan di Ghana tahun 2006 menyatakan ibu yang merasa

kolostrum itu penting, akan lebih mudah menerima saran bidan untuk melakukan

IMD. Apalagi kepercayaan yang besar terhadap petugas yang menolong

persalinan akan membuat mereka tetap melakukan IMD dan memberikan ASI

eksklusif (Fikawati, 2003). Banyak ibu yang tidak melakukan IMD padahal telah

melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara lengkap dikarenakan oleh

kurangnya informasi dan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan setelah

selesai melakukan pemeriksaan. Petugas kesehatan hanya memfokuskan pada

pemeriksaan fisik dari ibu itu sendiri, padahal dalam situasi seperti ini petugas

kesehatan mempunyai kesempatan untuk memberikan informasi tentang manfaat

IMD dan pentingnya pelaksanaan IMD bagi ibu dan bayi sehingga ibu termotivasi

Page 35: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

18

untuk melakukan IMD pada saat persalinan (Hikmawati, 2008). Hasil dari

penelitian tentang perilaku ibu post partum dalam pelaksanaan IMD Di

Puskesmas Batua Kota Makassar menyatakan bahwa ibu post partum yang tidak

mendapat informasi sama sekali mengenai IMD baik pada saat pemeriksaan

kehamilan dan pada saat menunggu persalinan mengakibatkan ibu post partum

tidak mampu menjelaskan tentang IMD sehingga ibu tidak termotivasi melakukan

IMD saat persalinan (Sri Rati dkk, 2012).

WHO merekomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar melakukan

tujuh kontak ASI atau pertemuan ASI dalam upaya sosialisasi program dan setiap

kali melakukan pelayanan kesehatan Ibu dan anak yaitu :

1. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama/kunjungan pertama (K1)di Klinik

Kesehatan Ibu dan Anak.

2. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kedua/kunjungan kedua (K2)di Klinik

Kesehatan Ibu dan Anak.

3. Melakukan IMD oleh bidan/dokter penolong persalinan di kamar bersalin atau

kamar operasi.

4. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke 1-2.

5. Sosialisasi ASI pada saat control pertama hari ke 7.

6. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke 36.

7. Sosialisasi ASI pada saat Imunisasi.

Page 36: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

19

2.4 Kebijakan WABA tentang pelaksanaan program IMD

Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang

IMD terutama dalam satu jam setelah kelahiran, merupakan tahap penting untuk

mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal.

Menyelamatkan satu juta bayi dimulai dari satu tindakan, satu pesan dan satu

dukungan yaitu dimulai inisiasi dini dalam satu jam pertama kelahiran (WHO,

2007).

WHO/UNICEF merekomendasikan IMD dalam satu jam pertama kelahiran,

menyusu secara eksklusif selama enam bulan, diteruskan dengan makanan

pendamping ASI sampai usia dua tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui

bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup

dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui

dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan IMD yang sesuai.

WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang IMD dalam pekan ASI

sedunia antara lain: menggerakkan dunia untuk menyelamatkan satu juta bayi

dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu dengan memberi kesempatan pada

bayi untuk melakukan IMD dalam satu jam pertama kehidupannya, menganjurkan

segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan menyusui

selama enam bulan secara eksklusif, mendorong menteri kesehatan atau orang

yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa IMD dalam satu

jam pertama adalah indikator penting untuk kesehatan, memastikan keluarga

mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka

untuk melakukan kesempatan yang baik ini pada bayi mereka, memberikan

Page 37: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

20

dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi

(RSSB) dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang

IMD (WABA, 2011).

2.5 Teori Prilaku

Terdapat tiga teori yang berhubungan dengan pembentukan perilaku tersebut

adalah :

2.5.1 Teori Lawrence Green

Teori ini berangkat dari adanya dua determinan masalah yaitu faktor

perilaku, dan faktor non-perilaku. Faktor perilaku ditentukan menjadi tiga faktor

utama yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong

(Notoatmodjo, 2010).

2.5.2 Teori Snehandu B.Karr

Menurut Notoadmodjo (2010) Karr mengidentifikasi adanya lima

determinan perilaku yaitu niat, dukungan keluarga, informasi yang didapat dan

kebebasan mengambil keputusan.

2.5.3 Teori WHO

WHO merumuskan bahwa penyebab munculnya perilaku ini sangat

sederhana, yaitu adanya pikiran, diberikan referensi, adanya dukungan sumber

daya dan sosial budaya. Hal ini sama dimana seseorang berprilaku karena adanya

alasan pokok. Perilaku seseorang disebabkan oleh empat alasan pokok yaitu

pengetahuan, persepsi, kepercayaan dan sikap. Pengetahuan dapat diperoleh dari

pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan sering didapat dari

Page 38: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

21

keluarga yaitu orang tua, pasangan, kakek, nenek dan biasanya kepercayaan itu

diterima tanpa adanya pembuktian.Sikap menggambarkan suka atau tidaknya

seseorang terhadap suatu obyek, dan biasanya didapatkan dari pengalaman sendiri

atau pengalaman orang terdekatnya (Notoatmodjo, 2007).

2.6 Faktor-Faktor pada Bidan yang Berhubungan dengan Pelaksanaan IMD

dalam Menolong Persalinan

2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan sangat mempengaruhi dari pelaksanaan IMD, perilaku dari

seseorang akan baik jika didasari dari pengetahuan, jika seseorang sudah memiliki

pengetahuan tentang pelaksanaan IMD, maka seseorang tersebut akan memiliki

perilaku yang baik. Sebelum perilaku seseorang itu diadopsi oleh seseorang bidan,

bidan tersebut juga seharusnya mengetahui terlebih dahulu mengetahui manfaat

perilaku tersebut bagi dirinya dan bagi organisasinya.Pengetahuan yang baik

mempunyai perilaku yang baik, dan pengetahuan yang kurang akan mempunyai

perilaku yang kurang baik (Notoatmodjo, 2003).

Studi kualitatif tentang penerapan IMD di garut yang dilakukan oleh Lala

Jamilah (2008), menyatakan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan yang masih

kurang dapat menyebabkan rendahnya penerapan IMD. Pengetahuan sangat

penting dan berperan dalam membentuk perilaku seseorang termasuk dalam

melaksanakan IMD dengan baik (Dayati, 2011). Penelitian Dayati (2011) dan

Daryati (2008) menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

bidan dengan pelaksanaan IMD.

Page 39: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

22

2.6.2 Sikap

Menurut Robbin (2003) mengemukakan bahwa sikap berhubungan dengan

pekerjaan, bagaimana sikapnya mengenai pekerjaan yang dilakukan, sikap akan

mencerminkan seseorang nyaman dan menikmati pekerjaan mereka. Hasil

penelitian yang dilakukan terhadap Deviyanti (2009) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan praktek IMD, yang mengatakan bahwa sikap bidan yang

positif akan mampu mempraktekkan IMD dengan baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rusnita (2008) menunjukkan adanya hubungan

bermakna antara sikap dengan praktek IMD.

2.6.3 Umur

Elizabeth dalam Wawan (2010), mengungkapkan umur individu terhitung

mulai saat dilahirkan sampai ulang tahun yang terakhir. Huclock dalam Wawan

(2010), mengungkapkan semakin cukup umur seseorang, akan semakin matang

dalam berpikir. Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor

yang dilakukannya IMD oleh tenaga kesehatan adalah umur tenaga kesehatan

tersebut.

Peneltian Mardiah (2011) menunjukkan bahwa karakteristik pribadi termasuk

umur bidan akan mempengaruhi seseorang dalam lingkungan kerja. Semakin tua

umur seseorang, maka dapat meningkatkan kinerja bidan tersebut, hal ini

berkaitan dengan penelitiannya, bahwa bidan yang memiliki kinerja baik yaitu

lebih dari separuh berusia tua atau sebanyak 54,7%. Hal ini dipengaruhi umur

yang lebih tua memiliki pengalaman yang telah matang dalam bidangnya.

Penelitian Daryati (2008) yang menyatakan adanya hubungan antara umur bidan

Page 40: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

23

dengan pelaksanaan IMD. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Putri dkk

(2013) di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Pasuruan dengan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan

kinerja bidan, bidan yang berumur 35 tahun memiliki peluang 21 kali memiliki

kinerja yang baik dibandingkan dengan bidan yang berumur kurang dari 35 tahun.

Usia tua mempunyai tanggung jawab dan ketelitian dalam bekerja dibandingkan

dengan usia muda, hal ini dikarenakan usia tua lebih berpengalaman dibandingkan

dengan bidan yang berusia muda, usia muda belum memiliki pengalaman.

Usia berpengaruh terhadap pengalaman seseorang dalam bekerja

melaksanakan IMD di BPM, kemungkinan karena bidan tua lebih berpengalaman,

maka dalam melaksanakan IMD biasanya usia tua lebih berhati-hati dan teliti

sehingga langkah-langkah IMD dilaksanakan dengan baik (Robbins, 2003).

2.6.4 Lama Bekerja Sebagai BPM

Lama kerja dapat diartikan lamanya seseorang bekerja dihitung dari awal

mendirikan praktek mandiri sampai sekarang. Lama bekerja adalah rentang waktu

yang telah ditempuh oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya di

tempatnya bekerja khususnya di praktek mandiri, pada saat itulah banyak

pengalaman yang didapat oleh seorang bidan, sehingga bidan mengerti apa

keinginan dan harapan ibu bersalin pada seorang bidan, pada saat itu juga bidan

sudah mengetahui apa sebaiknya yang harus bidan lakukan untuk kesehatan ibu

bersalin dan bayi yang akan dilahirkannya, termasuk dalam pemberian IMD

(Sitinjak, 2011). Pengalaman adalah guru yang terbaik yang mengajaran tentang

apa yang telah dilakukan, baik itu pengalaman baik atau pengalaman buruk,

Page 41: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

24

sehingga dengan pengalaman itulah maka dapat memetik hasilnya. Semakin lama

bekerja, maka akan semakin banyak pengalaman yang didapat dan semakin

banyak kasus yang ditangani, sehingga membuat seorang bidan semakin terampil

dan teliti dalam menyelesaikan pekerjaan (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian Yanuar (1999) dalam penelitian Rosalina (2008) menyatakan

semakin lama masa kerja seseorang, maka akan semakin terampil dan makin

bertambah pengetahuannya dalam melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan teori

Henderson (2006) juga mengatakan bahwa bidan yang mempunyai masa kerja

lebih lama mengetahui pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan bidan

yang mempunyai masa kerja yang baru terutama di tempat prakteknya masing-

masing. Penelitian dari Faizin mengatakan (2008), bahwa ada hubungan lama

kerja bidan terhadap kinerja bidan di tempatnya bekerja. Hal ini sesuai juga

dengan penelitain dari Sugiarti dan Vera Talumepa tahun 2008 bahwa masa kerja

dari bidan praktek mandiri mempengaruhi pelaksanaan IMD, responden yang

mempunyai pengetahuan > 9 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik

yaitu sebanyak 77,3%.

Menurut Permenkes No.1464/Menkes/Per/IX/2010 menyebutkan bahwa masa

berlakunya surat ijin praktek bidan tergantung dari surat tanda registrasi bidan.

Surat Tanda Registrasi (STR) pertama kali diperoleh dari uji kompetensi, dan

merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah. Selanjutnya setelah lima

tahun maka STR harus diperbaharui dengan cara registrasi ulang yakni mendapat

20 Satuan Kredit Profesi (SKP) yang diperoleh dengan mengikuti seminar.

Page 42: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

25

2.6.5 Pekerjaan

Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap

kinerjanya. Pekerjaan juga dikaitkan dengan pengalaman dan beban kerja, bekerja

atau tidaknya seseorang akan menentukan keterampilannya dalam melaksanakan

sesuatu.

Pada penelitian (Yuliandrin, 2009) menyebutkan jenis pekerjaan bidan juga

mempengaruhi pelaksanaan program IMD bahwa ibu yang mendapatkan

keterampilan selain hanya dari praktek mandiri tetapi dari bekerja sebagai

pegawai baik sebagai pegawai di pemerintahan maupun di swasta mempunyai

peluang dalam melaksanakan IMD 16,4 kali dibandingkan dengan bidan yang

hanya membuka praktek mandiri saja. Hal ini tidak sejalan dengan teori Yuliani

(2001) yang menyatakan bahwa pekerjaan akan sangat mempengaruhi perilaku

dan kinerja seseorang. Bidan yang sudah lama bekerja akan mempunyai wawasan

yang lebih luas dan lebih banyak sehingga dapat dengan mudah memberikan

pelayanan kebidanan menurut ilmu yang didapatkan selama ini sehingga untuk

merubah kebiasaan terebut memerlukan proses dan waktu.

2.6.6 Tenaga Kerja Bidan

Tenaga kerja bidan yang dimaksud di sini adalah jumlah bidan yang bekerja

di tempat praktek membantu bidan pemilik BPM. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Nuryanti yang menyatakan bahwa pelaksanaan IMD itu sendiri tergantung

pada bidan yang membantu pada saat proses persalinan (Nuryanti, 2011).

Semakin banyak bidan yang membantu, maka pelaksanaan IMD akan berjalan

dengan baik.

Page 43: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

26

2.6.7 Jumlah Persalinan

Persalinan (paritas) merupakan wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (viable) (Sarwono, 2006). Jumlah persalinan adalah banyaknya

persalinan yang ditolong bidan dalam 1 bulan terakhir di BPM.

Semakin banyak atau sering menolong persalinan maka pengetahuan dan

pengalaman bidan akan bertambah. Penelitian yang dilakukan oleh Adiyasa tahun

2014 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah

persalinan dengan pengetahuan IMD.

2.6.8 Supervisi

Mantja (2005) mengatakan bahwa supervisi mulai dikenalkan di Indonesia

pada saat berlakunya Kurikulum 1975. Supervisi sama dengan pengawasan dalam

tujuan-tujuan memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, berfungsi sebagai

monitoring, kegiatannya memiliki fungsi manajemen serta berorientasi pada

tujuan pendidikan. Perbedaannya adalah kepengawasan lebih berkaitan dengan

sejauh mana rencana yang telah ditetapkan tercapai. Hal ini juga didukung

penelitian oleh Kurniawati (2011), bahwa kinerja bidan dipengaruhi oleh faktor

organisasi yaitu supervisi oleh bidan koordinator di Kabupaten Banyumas.

Penelitian Erawati (2013), juga mendukung bahwa kinerja pegawai

berhubungan dengan supervisi, lingkungan kerja dan insentif sebagai faktor

pendorong motivasi.

Supervisi yaitu pelaksanaan monitoring mencakup mengamati, mengawasi

dan membimbing kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh bidan dan

Page 44: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

27

meningkatkan kinerja dari bidan praktek mandiri sehingga tujuan program KIA

dapat tercapai.

Page 45: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

28

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka maka dapat dibuat kerangka

berpikir tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakeristik

sosial demografi bidan dalam pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini di

Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung. Kerangka berpikir pada penulisan ini

dibuat menggunakan teori Lawrence Green. Faktor yang mempengaruhi bidan

dalam melaksanakan program IMD, dibagi menjadi 3 yaitu: faktor predisposisi,

faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi meliputi:

pengetahuan, sikap, umur, lama bekerja sebagai BPM dan pekerjaan. Faktor

pendukung meliputi: jumlah bidan yang membantu di BPM, jumlah persalinan

dalam 1 bulan terakhir dan adanya supervisi dari Dinas Kesehatan/IBI/P2KP.

Faktor pendorong terdiri dari: keluarga, kebudayaan lingkungan sekitar, ibu

bersalin dan adanya reward punishment dari susu formula.

Ketiga kelompok faktor (variabel independen) diatas, peneliti fokus untuk

mempelajari faktor predisposisi dan faktor pendukung, karena variabel yang

termasuk dalam faktor predisposisi dan faktor pendukung sesuai teori Lawrence

Green merupakan variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan program IMD.

Pengukuran atau penilaian terhadap variabel yang diteliti tersebut melalui

kuesioner yang diisi langsung oleh responden dan didampingi oleh peneliti

tentang pelaksanaan program IMD.

Page 46: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

29

3.2.Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Konsep penelitian Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan

Karakteristik Sosial demografi Bidan Dalam Program IMD (merujuk teori L.

Green).

Pelaksanaan program

IMD

Faktor Pendorong:

- Keluarga

- Kebudayaan

lingkungan sekitar

- Ibu bersalin

- Reward

Punishment

Faktor Pendukung

- Jumlah Tenaga

Kerja Bidan

- Jumlah

Persalinan

- Supervisi

1. Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Karakteristik Sosial

Demografi

- Umur - Lama bekerja

sebagai Bidan

Praktek Mandiri

- Pekerjaan

4. Pengetahuan 5. Sikap

Page 47: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

30

3.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan bidan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

2. Sikap bidan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

3. Umur bidan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

4. Lama bekerja sebagai BPM berhubungan dengan pelaksanaan program IMD

di BPM Kabupaten Badung.

5. Pekerjaan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

6. Jumlah tenaga kerja bidan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di

BPM Kabupaten Badung.

7. Jumlah persalinan berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

8. Supervisi berhubungan dengan pelaksanaan program IMD di BPM

Kabupaten Badung.

Page 48: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian

sampel survei atau cross-sectional (Sudigdo, 2011).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung dan pengumpulan data

dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah bidan yang terdaftar sebagai

anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Kabupaten Badung dan populasi

terjangkaunya adalah bidan yang memiliki praktek mandiri di Kecamatan Kuta

Utara, Kuta Selatan dan Kuta. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu bidan yang

mempunyai praktek mandiri di Kecamatan Kuta Utara, Kuta Selatan dan Kuta,

bersedia menjadi responden yang diketahui melalui lembar informed consent,

jenjang pendidikan minimal DIII kebidanan, pernah melakukan pelatihan APN

dan melakukan pertolongan persalinan, sedangkan kriteria eksklusinya adalah

bidan praktek mandiri yang tidak bersedia menjadi responden, mempunyai

Page 49: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

32

praktek mandiri diluar Kecamatan Kuta Utara, Kuta Selatan dan Kuta dan tidak

melakukan pertolongan persalinan.

4.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus data

proporsi (Sudigdo, 2011) sebagai berikut.

Rumus: n = (Zα)2xP(1-P)

d2

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

Zα2 = Skor tinggi kemaknaan (95%=1.96)

P = Proporsi bidan yang melaksanakan program IMD menurut Mardiah 2011

sebesar 0,51

d =Kesalahan yang dapat ditoleransi = 13%

Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal didapat jumlah sampel 56,80 yang

dibulatkan 57 sampel. Atas pertimbangan peneliti dengan adanya kriteria eksklusi

yang dapat mengurangi jumlah sampel minimal, maka seluruh populasi menjadi

sampel dalam penelitian ini yang berjumlah 61 sampel.

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel

Pada penelitian ini sampel dipilih secara purposive sampling dengan

prosedur sebagai berikut: Peneliti memilih responden berdasarkan pada

pertimbangan subjektif dan praktis , bahwa responden tersebut dapat memberikan

informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Responden yang

dipilih adalah BPM yang sudah melakukan pelatihan.

Page 50: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

33

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Jenis variabel

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu pengetahuan,

sikap, umur, lama bekerja sebagai BPM, pekerjaan, jumlah tenaga bidan, jumlah

persalinan, supervisi dan variabel dependen yaitu pelaksanaan bidan dalam

program IMD.

4.4.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Skala Pengukuran

1 2 3 4

Pelaksanaan

bidan dalam

program IMD

Pelaksanaan seluruh

tahapan IMD oleh

bidan saat menolong

persalinan

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Ordinal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1=Melaksanakan

IMD (skor<50%)

0=Tidak

melaksanakan IMD

(skor ≥50%)

Pengetahuan

Bidan

Pernyataan responden

tentang semua yang

diketahui tentang

tujuan dan manfaat

IMD. Dihitung

berdasarkan 18

pernyataan yang akan

di skor.

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Ordinal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1 = baik (> mean

atau median)

0 = kurang (≤ mean

atau median)

Sikap Bidan

Bentuk pendapat atau

pandangan yang

diberikan oleh

responden terhadap

pernyataan-pernyataan

terkait pelaksanaan

program IMD

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Nominal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1 = Positif, bila ≥

mean

0 = Negatif, bila<

mean

Page 51: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

34

1 2 3 4

Pekerjaan

Kegiatan rutin yang

dilakukan dalam

upaya mendapatkan

penghasilan untuk

pemenuhan kehidupan

hidup keluarga

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Nominal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1 = Bidan Praktek

Mandiri

0 = Pegawai

Jumlah

Persalinan

Banyaknya persalinan

yang ditolong bidan

dalam 1 bulan terakhir

di BPM

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Nominal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1 = Jumlah

persalinan > 4 orang

0 = Jumlah

persalinan ≤ 4

Supervisi Kegiatan yang

dilakukan oleh

Dinkes/IBI dengan

melakukan kunjungan/

perjalanan dinas

secara teratur,

mengadakan

pertemuan/ rapat

bulanan, melakukan

analisis dan penilaian

terhadap pelaksanaan

IMD dalam 6 bulan

terakhir

Menggunakan

Kuesioner terstruktur

Nominal

Dikelompokkan

dalam dua kategori

yaitu:

1 = Ya, bila ada

supervisi

0 = Tidak, bila tidak

ada supervisi

4.5 Intrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

dikembangkan sendiri. Pada instrumen pengumpulan data, masing-masing bidan

diberi kode sehingga tidak mencantumkan nama bidan. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kerahasiaan nama dari bidan. Sebelum digunakan terlebih dahulu

instrumen penelitian dilakukan uji validitas dan uji realibilitas.

Page 52: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

35

4.5.1 Validitas

Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan mencari nilai korelasi

antara skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.Tehnik uji validitas yang

digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment. Item pertanyaan dalam

kuesioner dianggap valid atau tidak dengan membandingkan antara nilai r hitung

dengan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner tersebut

dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung lebih rendah dari r tabel maka kuesioner

tersebut dinyatakan tidak valid (Hastono, 2007).

4.5.2 Reliabilitas

Dilakukan dengan cara membandingkan r tabel terhadap nilai alpha

Cronbach (Hastono, 2007). Pada penelitian ini instrumen penelitian diuji cobakan

terhadap bidan dengan karakteristik sejenis.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

4.6.1 Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini prosedur yang dilakukan oleh peneliti dalam

pengumpulan data, yaitu melakukan pendekatan pada responden yang memenuhi

kriteria inklusi untuk mendapatkan pernyataan kesediaan menjadi responden. Bila

responden bersedia, responden diminta menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi responden dan dilanjutkan dengan pengumpulan data dengan

memberikan kuesioner kepada responden mengenai umur bidan sekarang, lama

bidan bekerja sebagai praktek mandiri, pekerjaan bidan, pengetahuan sebagai

bidan tentang IMD, sikap sebagai bidan tentang pelaksanaan program IMD,

Page 53: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

36

adakah bidan lain yang membantu, berapa jumlah persalinan dalam 1 bulan

terkhir, adakah supervisi dan bagaimana pelaksanaan sebagai bidan praktek

mandiri dalam program IMD. Dalam pengisian kuesioner responden akan

didampingi oleh peneliti. Selanjutnya data pada formulir pengumpulan data yang

masih dalam bentuk hard copy akan dibuat ke dalam bentuk soft copy (dalam

bentuk microsoft excel) untuk memudahkan analisis. Untuk menjaga kerahasiaan

data bidan sebagai sampel maka dalam proses ekstraksi data akan dilaksanakan

oleh peneliti dengan mencantumkan nomor identitas tanpa mencantumkan nama

bidan yang disimpan dalam file khusus yang bersifat rahasia.

4.6.2 Teknik pengolahan data.

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah agar dapat dianalisis,

pengolahan data terdiri dari empat tahap menurut Notoatmodjo (2005), meliputi:

cleaning, editing, coding, tabulasi, recode, dan entry

4.7 Analisis Data

4.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran deskriptif atau data

proporsi menurut berbagai karakteristik yang diteliti yaitu variabel bebas

(pengetahuan, sikap, umur, lama kerja, pekerjaan, jumlah tenaga bidan, jumlah

persalinan, supervisi) dan variabel terikat (pelaksanaan bidan dalam program

IMD). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui gambaran distribusi

frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel baik variabel bebas maupun

variabel terikat. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Page 54: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

37

4.7.2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk menilai hubungan satu variabel bebas

dengan variabel tergantung yaitu hubungan karakteristik pengetahuan, sikap,

umur, lama membuka praktek bidan mandiri, pekerjaan, jumlah tenaga bidan yang

membantu, jumlah persalinan dan supervisi dalam melaksanakan program IMD.

Hasil analisis bivariat akan ditampilkan dalam tabel 2x2. Ukuran asosiasi yang

digunakan untuk menilai hubungan variabel bebas terhadap variabel tergantung

pada analisis ini adalah Crude Prevalence ratio (CPR) dan uji statistik yang

digunakan adalah chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

4.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari masing-

masing variabel bebas terhadap variabel tergantung dengan cara mengontrol

keberadaan variabel bebas yang lain. Uji statistik yang digunakan adalah poisson

regression dan ukuran asosiasi akan ditampilkan dalam bentuk Adjusted

Prevalence Ratio (APR) dengan 95% CI serta perhitungan nilai p.

Page 55: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

38

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Kabupaten Badung

Kabupaten Badung terdiri dari enam Kecamatan ,16 Kelurahan, 46 Desa, 373

Banjar Dinas, 164 Lingkungan.

Fasilitas kesehatan yang dimiliki di Kabupaten Badung adalah satu RSUD, 13

puskesmas, 10 puskesmas dengan layanan rawat inap, tiga puskesmas tanpa

layanan rawat inap. Jaringan puskesmas yang lainnya yaitu 54 puskesmas

pembantu (pustu), 16 puskesmas keliling, 571 posyandu dan 20 poskesdes (Dinas

Kesehatan Kabupaten Badung, 2013).

Tenaga kesehatan di Kabupaten Badung diantaranya yaitu dokter spesialis (40

orang), dokter umum (85 orang), dokter gigi (37 orang) dan bidan (391 orang)

yang masing-masing bekerja di RS (95 orang), di puskesmas (115 orang), di

Institusi Pendidikan swasta (7 orang), di dinas kesehatan (13 orang), di puskesmas

pembantu (84 orang), di poskesdes (17 orang) dan sebagai bidan praktek mandiri

(61 orang).

5.2 Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 orng bidan

praktek mandiri terlatih yang berasal dari tiga kecamatan yaitu sebanyak 27

responden dari Kecamatan Kuta Utara, 21 responden dari Kecamatan Kuta

Selatan dan 13 responden dari Kecamatan Kuta. Berikut ini data yang diperoleh

dengan wawancara terstruktur kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

Page 56: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

39

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Bidan Praktek Mandiri

Kabupaten Badung Tahun 2015

Karakteristik n=61

Umur, rerata±SD

Min-max

45,2 ± 9,0 tahun

28-75

Lama Praktek (tahun), median, (IQR)

Min-max

14 (9-20) tahun

7 bulan-48 tahun

Pekerjaan

Bidan yang hanya praktek mandiri

Bidan praktek mandiri yang bekerja di

Puskesmas atau RS

20(32,8)

41(67,2)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi karakteristik responden berdasarkan

kelompok umur dapat diketahui umur terendah responden adalah 28 tahun dan

umur tertinggi responden adalah 75 tahun, dengan rata-rata umur reponden pada

penelitian ini adalah 45 tahun. Berdasarkan distribusi lama praktek responden

menunjukkan bahwa lama bidan membuka praktek paling singkat adalah 7 bulan

dan lama bidan yang membuka praktek mandiri paling lama adalah 48 tahun,

dengan median lama praktek 14 tahun (IQR: 9-20 tahun). Adapun jenis pekerjaan

responden menunjukkan bahwa sebagian besar bidan praktek mandiri yang

bekerja di puskesmas atau rumah sakit sebesar 67,2%, hanya sebagian kecil bidan

yang hanya praktek mandiri saja sebesar 32,8%.

5.3 Pengetahuan, Sikap, Jumlah Tenaga Bidan, Jumlah Persalinan, Supervisi

dan Pelaksanaan IMD

Tabel berikut menyajikan beberapa variabel yang turut diteliti mencakup

Page 57: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

40

pengetahuan, sikap, jumlah tenaga bidan, jumlah persalinan, supervisi dan

pelaksanaan bidan terlatih dalam program IMD di BPM Kabupaten Badung.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Jumlah Tenaga Bidan, Jumlah

Persalinan, Supervisi dan Pelaksanaan IMD di BPM Kabupaten Badung Tahun

2015

Variabel n=(%)

Pengetahuan, rerata±SD

Kurang

Baik

Sikap, rerata±SD

Negatif

Positif

Jumlah Tenaga Bidan

1 bidan

> 1 bidan

Jumlah Persalinan

≤ 4 per bulan

> 4 per bulan

Supervisi

Tidak pernah

Pernah

Melaksanakan IMD, rerata±SD

Tidak

Ya

14,7 ± 3,02

35 (57,38)

26 (42,62)

13,09 ± 2,6

18(29,51)

43(70,49)

11 (18,03)

50 (81,97)

49 (80,33)

12 (19,67)

21 (34.43)

40 (65.57)

17,0 ± 4,7

23(37,70)

38(62,30)

Berdasarkan Tabel 5.2, dari 61 responden diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang pelaksanaan IMD (57,38%)

dan sebagian memiliki pengetahuan baik (42,64%) dengan rata-rata skor sebesar

14,7 ± 3,02. Jika dilihat dari variabel sikap responden, diketahui bahwa sebagian

Page 58: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

41

besar memiliki sikap positif (70,49%) dan sebagian kecil memiliki sikap negatif

(29,51%), rata-rata skor sebesar 13,09 ± 2,6.

Berdasarkan jumlah tenaga bidan, sebagian besar jumlah tenaga bidan yang

membantu di BPM >1 bidan yaitu sebesar 81,97% dan hanya sebagian kecil

responden bekerja sendiri dan tidak mempunyai asisten yaitu sebesar 18,03%. Jika

dilihat dari distribusi jumlah persalinan di BPM sebagian besar responden yang

menolong persalinan ≤ 4 per bulan yaitu sebesar 80,33% dan hanya sebagian

kecil responden menolong persalinan > 4 per bulan yaitu sebesar 19,67%.

Jika dilihat dari distribusi supervisi sebagian besar responden pernah

mendapatkan supervisi sebesar 65.57%, dan hanya sebesar 34.43% responden

tidak pernah mendapatkan supervisi. Dapat dilihat pula berdasarkan pelaksanaan

responden diketahui sebagian besar bidan bidan terlatih melaksanakan IMD

(62,30%) dengan rerata 17,0 ± 4,7 SD.

5.4 Analisis Bivariat Variabel Independen dan Variabel Dependen

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen pada

penelitian ini adalah pekerjaan, sikap, umur, lama praktek, pekerjaan, jumlah

tenaga bidan, jumlah persalinan dan supervisi, sedangkan variabel dependennya

adalah pelaksanaan program IMD.

Page 59: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

42

Tabel 5.3

Hubungan Karakteristik Responden dengan Pelaksanaan Program IMD di

Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015

Variabel Pelaksanaan (%) PR 95%CI p

value

Tidak

(n=23)

Ya (n=38)

Pengetahuan

Kurang

Baik

19(54,3)

4 (15,4)

16(45,7)

22(84,6)

1,9

1,2– 2,8

0,002

Sikap

Negatif

Positif

14 (77,8)

9 (20,9)

4(22,2)

34(79,1)

3,6

1,5-8,6

< 0,001

Umur, rerata±SD

Lama praktek,

rerata ±SD

444,9±7,6

16,1±9,1

45,3±9,8

15,0±8,8

1,0

1,0

0,97-1,04

0,99-1,00

0,911

0,767

Pekerjaan

Bidan yang hanya

praktek mandiri

Bidan praktek mandiri

yang bekerja di

Puskesmas atau RS

18(43,9)

5 (25,0)

23(56,1)

15(75,0)

1,3

0,9-1,9

0,153

Jumlah Tenaga Bidan

1 Bidan

> 1 Bidan

5 (45,5)

18(36,0)

6 (54,5)

32(64,0)

1,2

0,7-2,1

0,558

Jumlah Persalinan

≤ 4 Per Bulan

> 4 Per Bulan

21(42,9)

2 (16,7)

28(57,1)

10(83,3)

1,5

1,03-2,1

0,008

Supervisi

Tidak Pernah

Pernah

14(66,7)

9 (22,5)

7 (33,3)

31(77,5)

2,3

1,2-4,4

0,001

Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.3, ada empat variabel yang

berhubungan dengan pelaksanaan IMD yaitu variabel pengetahuan, sikap, jumlah

persalinan dan supervisi. Hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD

diperoleh hasil bahwa bidan yang memiliki pengetahuan baik tentang pelaksanaan

Page 60: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

43

program IMD sebesar 84,6% melaksanakan IMD, sedangkan pada bidan yang

memiliki pengetahuan kurang hanya 45,7% melaksanakan IMD. Perbedaan ini

menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 1,9 yang menunjukkan bahwa

peluang untuk melaksanakan IMD pada bidan praktek mandiri dengan

pengetahuan baik 1,9 kali dibandingkan bidan praktek mandiri dengan

pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik, hubungan pengetahuan

terhadap pelaksanaan IMD dinyatakan bermakna dengan 95% CI (1,2-2,8).

Berdasarkan analisis hubungan sikap dengan pelaksanaan program IMD

didapatkan bahwa pada bidan yang memiliki sikap positif sebesar 79,1%

melaksanakan IMD, sedangkan pada bidan yang memiliki sikap negatif sebesar

22,2% melaksanakan IMD. Perbedaan ini menghasilkan prevalence ratio (PR)

sebesar 3,6 yang menunjukkan bahwa peluang untuk melaksanakan IMD pada

bidan praktek mandiri yang memiliki sikap positif 3,6 kali dibandingkan bidan

praktek mandiri dengan sikap negatif. Berdasarkan hasil uji statistik, hubungan

sikap terhadap pelaksanaan IMD dinyatakan bermakna dengan 95% CI (1,5-8,6).

Hubungan jumlah persalinan dengan pelaksanaan bidan diperoleh hasil

bahwa sebagian besar bidan praktek mandiri yang menolong persalinan >4 per

bulan sebesar 83,3% melaksanakan IMD, sedangkan bidan praktek mandiri yang

menolong persalinan ≤ 4 per bulan sebesar 57,1% melaksanakan IMD. Perbedaan

ini menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 2,3 yang menunjukkan bahwa

peluang bidan praktek mandiri yang menolong persalinan >4 per bulan 1,5 kali

untuk melaksanakan IMD dibandingkan bidan praktek mandiri yang menolong

Page 61: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

44

persalinan ≤ 4 per bulan. Setelah diuji secara statistik hubungan tersebut

bermakna dengan 95% CI (1,03-2,1).

Pada bidan praktek mandiri yang pernah mendapatkan supervisi sebesar

77,5% melaksanakan IMD, sedangkan pada bidan praktek mandiri yang tidak

pernah mendapatkan supervisi hanya sebesar 33,3% melaksanakan IMD.

Perbedaan ini menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 2,3 yang menunjukkan

bahwa peluang bidan praktek mandiri yang pernah mendapatkan supervisi 2,3 kali

untuk melaksanakan IMD dibandingkan bidan praktek mandiri yang tidak pernah

mendapatkan supervisi. Setelah diuji secara statistik hubungan tersebut bermakna

dengan 95% CI (1,2-4,4).

5.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah poisson

regresion model. Analisis ini untuk mengetahui faktor yang secara mandiri

(independen) berpengaruh terhadap pelaksanaan pogram IMD. Metode eliminasi

yang digunakan dalam analisis ini adalah enter yaitu memasukkan semua variabel

sekaligus kedalam model. Variabel yang dimasukkan adalah semua variabel yang

mempunyai nilai p<0,25 yang mempunyai hubungan yang bermakna secara

statistik berdasarkan chi square test. Hasil analisis sebelumnya menunjukkan ada

lima variabel yang akan dimasukkan dalam model yaitu pengetahuan, sikap,

pekerjaan, jumlah persalinan dan supervisi. Sehingga model dasar dari analisis

multivariat hanya diisi oleh kelima variabel tersebut. Model dasar hasil analisis

multivariat menggunakan poisson regresion dapat dilihat pada Tabel 5.4

Page 62: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

45

Tabel 5.4

Analisis Multivariat Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program IMD

di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Badung Tahun 2015

Variabel PR 95%CI P

Value

Pengetahuan

1,5 1,04-2,1 0,029

Sikap

2,7 1,1-6,3 0,028

Pekerjaan

1,1 0,8-1,6 0,480

Jumlah Persalinan 1,0 0,7-1,3 0,940

Supervisi

1,7 0,9-2,9 0,085

Berdasarkan model tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa faktor yang

secara mandiri (independen) mempengaruhi pelaksanaan program IMD pada

bidan praktek mandiri adalah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan bidan praktek

mandiri yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya pelaksanaan IMD

sebesar 1,5 kali dibandingkan bidan praktek mandiri yang pengetahuannya kurang

dan secara statistik hubungan tersebut bermakna dengan 95% CI (1,04-2,1). Sikap

bidan praktek mandiri yang positif akan meningkatkan peluang terjadinya

pelaksanaan program IMD sebesar 2,7 kali dibandingkan sikap negatif dan secara

statistik hubungan tersebut bermakna dengan 95% CI (1,1-6,3).

Page 63: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

46

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian

6.1.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Program IMD oleh Bidan

Terlatih

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

kinerja seseorang. Kinerja yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng

daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil analisa

univariat didapatkan bahwa sudah sebagian besar (84,6%) pengetahuan bidan

dalam melaksanakan program IMD tergolong baik. Menurut asumsi peneliti,

pengetahuan bidan tergolong baik karena semua bidan praktek mandiri sudah

mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang IMD, adanya sikap yang

mendukung dalam melaksanakan program IMD sehingga peningkatan

pengetahuan berimplikasi terhadap perilaku bidan dalam melaksanakan program

IMD.

Materi yang ditanyakan untuk mengukur pengetahuan juga merupakan

materi yang diberikan saat pelatihan dan sosialisasi kepada bidan praktek mandiri

tentang pelaksanaan IMD. Pelatihan dan sosialisasi penting untuk terus dilakukan.

Kegiatan ini seharusnya dilakukan secara berkala dan berkesinambungan agar

pemahaman dan pengetahuan bidan dalam melaksanakan IMD semakin

meningkat.

Page 64: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

47

Hasil penelitian mendapatkan adanya perbedaan peluang antara bidan yang

berpengetahuan baik dibandingkan bidan yang berpengetahuan kurang terhadap

pelaksanaan IMD. Hal ini menunjukkan pengetahuan bidan yang baik akan

meningkatkan pelaksanaan bidan dalam program IMD. Perbedaan tersebut

bermakna secara statistik sehingga pengetahuan berhubungan langsung terhadap

pelaksanaan bidan dalam program IMD.

Hasil ini didukung oleh penelitian lain yang mempelajari tentang

pengetahuan dan pelaksanaan IMD di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan

tentang pengetahuan pada bidan praktek mandiri salah satunya adalah yang

berjudul “Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Ngesrep”,

menunjukkan bahwa ada perbandingan tingkat pengetahuan baik dengan tingkat

pengetahuan kurang terhadap pelaksanaan IMD yaitu dengan p value 0,004. Hasil

penelitian Widiastuti dkk (2010) yang berjudul Faktor Yang Mempengaruhi

Pelaksanaan IMD Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Soewondo

Kendal, dimana didapatkan hasil nilai p = 0,003 (p<0,05) maka dikatakan bahwa

ada hubungan pengetahuan bidan terhadap IMD di ruang Mawar RSUD Dr. H.

Soewondo Kendal.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ghana (2004) mengatakan bahwa

kurangnya pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap IMD, juga akan sangat

berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang baru dilahirkan, pemberian ASI sejak

dini sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak, disamping itu masih banyak

manfaat lain yaitu mencegah hipotermi, mempererat hubungan ikatan ibu dan

Page 65: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

48

bayi, merangsang pengeluaran hormon oksitosin, bayi mendapatkan IMD yang

kaya akan daya tahan tubuh, meningkatkan angka keselamatan hidup bayi di usia

28 hari pertama kehidupannya, disamping itu masih banyak manfaatnya. Menurut

Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) juga menyebutkan bahwa, perilaku

yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng (long lasting)

dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran.

Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera

atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007).

Kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis dan tidak adanya sikap

yang mendukung dalam melaksanakan program IMD membuat IMD jarang

dilaksanakan. Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya seorang

bayi yang baru lahir dapat mencari sendiri puting susu ibunya. Ataupun rasa malu

untuk meminta bidan yang membantu persalinan untuk melakukannya (Roesli,

2008).

Sedangkan menurut Boedihardjo (2007), ketidakmampuan menyusui erat

hubungannya dengan situasi ibu yang kurang atau tidak mendapatkan informasi

mengenai hal yang berkaitan dengan menyusui, kurangnya pengalaman dan

pengetahuan tentang mekanisme laktasi, kurang percaya diri atau tidak yakin akan

kemampuannya untuk menyusui. Jadi keberhasilan pemberian ASI tergantung

pada perilaku dari tenaga kesehatan yang pertama kali membantu ibu melahirkan.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan perilaku, sebelum seseorang

Page 66: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

49

mengadopsi perilaku ia harus tahu dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut

bagi dirinya atau bagi organisasi, karena menurut teori WHO (2007) perilaku

seseorang memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku yang dilakukannya,

berarti semakin kurang pengetahuan seseorang, maka semakin jarang

melaksanakan IMD.

6.1.2 Hubungan Sikap dengan Pelaksanaan Program IMD oleh Bidan

Terlatih

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi/reaksi terhadap suatu obyek,

memihak/tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi) daan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya (WHO, 2007).

Sikap bidan terhadap pelaksanaan IMD dinilai melalui pendapat atau

pandangan bidan terhadap pernyataan-pernyataan terkait pelaksanaan IMD dan

manfaatnya. Pada penelitian ini, rata-rata skor untuk sikap bidan yaitu 8 poin,

namun demi kepentingan penelitian variabel sikap dikategorikan menjadi dua

kelompok yaitu positif ( ≥ 8), sebesar 70,49% dan negatif (< 8) sebesar 29,51%.

Distribusi sikap bidan menurut pelaksanaan IMD yaitu diantara 43 bidan yang

memiliki sikap positif terhadap pelaksanaan IMD terdapat 34 (79,1%) yang

melaksanakan IMD dan diantara 18 bidan yang memiliki sikap negatif terhadap

pelaksanaan IMD terdapat 4 (22,2%) yang melaksanakan IMD. Hasil analisis

hubungan antara variabel sikap dengan pelaksanaan IMD diketahui bahwa ada

hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan IMD, dengan nilai prevalence

ratio (PR) sebesar 3,6 yang menunjukkan bahwa peluang untuk melaksanakan

Page 67: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

50

IMD pada bidan praktek mandiri yang memiliki sikap positif 3,6 kali

dibandingkan bidan praktek mandiri dengan sikap negatif.

Pengetahuan BPM dalam melaksanakan IMD sejalan dengan sikap artinya

apabila pengetahuan BPM berada dalam kategori baik maka sikap juga akan

berada dalam kategori positif dan sebaliknya jika pengetahuan kurang maka sikap

juga akan negatif. Sesuai pendapat Soejoeti (2005) bahwa ada tiga faktor yang

menyebabkan timbulnya perubahan, pemahaman, sikap dan perilaku seseorang,

sehingga seseorang mau mengadopsi perilaku baru yaitu:

(1) Kesiapan psikologis ditentukan oleh tingkat pengetahuan, kepercayaan, (2)

adanya teanan positif dari kelompok atau individu dan (3) adanya dukungan

lingkungan. Dijelaskan juga oleh Green (1994) bahwa mewujudkan sikap menjadi

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan. Faktor yang mendukung tersebut adalah:1) faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, keyakinan dan persepsi), 2) faktor pendukung (akses pada

pelayanan kesehatan, keterampilan dan adanya referensi), 3) faktor pendorong

terwujud dalam bentuk dukungan keluarga, tetanggadan tokoh masyarakat.

Dharmasari (2007) juga menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap

berhubungan dengan pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional. Sikap

dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespons atau bertindak

secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif

dan negatif. Dengan kata lain sikap perlu penilaian, ada penilaian positif, negatif

dan netral tanpa reaksi afektif apapun, misalnya tertarik kepada seseorang, benci

terhadap suatu iklan dan suka pada makanan tertentu. Sikap mempengaruhi

Page 68: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

51

pandangan seseorang terhadap suatu objek, mempengaruhi perilaku dan relasi

dengan orang lain. Untuk bersikap harus ada penilaian sebelumnya yaitu sikap

yang baik atau tidak baik. Perasaan sering berakar dalam sikap dan sikap dapat

diubah sehingga sikap biasanya berhubungan dengan kepercayaan (Wawan,

2010).

Pengaruh sikap yang positif terhadap perubahan pelaksanaan ke arah yang

lebih baik sudah dibuktikan pada beberapa penelitian kesehatan. Berdasarkan

hasil penelusuran ditemukan penelitian oleh Anita (2008) dalam Fikawati &

Syafiq (2010), di salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta Pusat yang

menunjukkan hubungan yang signifikan antara bidan yang mempunyai sikap

positif terhadap IMD dengan penerapan praktik IMD. Hal ini berarti bahwa bidan

yang bersikap positif akan lebih besar kemungkinannya untuk melakukan IMD.

Sikap positif bidan terhadap IMD antara lain ditunjukkan dengan bidan merasa

senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, bidan mau menyebarluaskan

informasi tentang pentingnya IMD, bidan mau membantu melaksanakan IMD,

dan bidan tidak mau memberikan susu botol kepada bayi. Namun, berbeda

dengan dengan penelitian Sumiyati (2011) diperoleh tidak ada perbedaan

proporsi pelaksanaan IMD dalam pertolongan persalinan antara sikap bidan yang

positif dan sikap bidan yang negatif terhadap IMD.

Pada studi kualitatif di salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok, Sumatera

Barat, menunjukkan hasil adanya kekurangan fasilitas dan kualitas IMD yang

dilakukan oleh bidan. Dalam studi tersebut bidan mengakui dalam IMD tidak

terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi karena bayi dalam keadaan sudah

Page 69: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

52

terbungkus dan para bidan umumnya pernah memberikan susu formula kepada

bayi dengan indikasi bila dalam 2 jam ASI belum keluar. Hal ini sangat tidak

sesuai dengan prosedur APN yang ditetapkan.

Hal ini didukung pula oleh pernyataan Siregar A (2004), bahwa

keberhasilan menyusu dini banyak dipengaruhi oleh bidan yang pertama kali

membantu ibu selama proses persalinan. Selain itu keberhasilan ibu menyusui

juga harus didukung oleh suami, keluarga, bidan dan masyarakat. Sikap adalah

pernyataan-pernyataan atau penilaian-penilaian evaluatif berkaitan dengan

obyek, orang atau peristiwa (Robbin,2003).

Sikap seseorang diperoleh melalui proses belajar, maka sikap seseorang

yang negatif dapat dirubah menjadi sikap positif. Pendapat ini sejalan dengan

pendapat Muchlas (1994), bahwa perubahan juga diperoleh melalui proses

belajar, jadi perubahan sikap juga bisa dengan cara-cara yang sama sepeti

melalui pengalaman pribadi, asosiasi atau proses belajar sosial. Perubahan sikap

bisa berupa penambahan, pengalihan atau modifikasi dari satu atau lebih dari

ketiga komponen sikap tersebut diatas.

Sekali sebuah perubahan sikap telah terbentuk maka akan menjadi bagian

integral dari individu itu sendiri. Dikatakan bahwa perubahan sikap seseorang

sedikit banyak juga ikut merubah manusianya. kinerja yang ditunjukkan oleh

karyawan sesungguhnya merupakan gambaran atau cerminan sikap seseorang,

apabila sikap itu positif sejak awal dikembangkan individu maka kinerja yang

dihasilkan adalah baik, dengan sikap yang positif maka akan mewujudkan kinerja

yang tinggi dan memudahkan setiap pekerjaan (Setiawan, 2007).

Page 70: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

53

Sikap mempengaruhi pelaksanaan yaitu bahwa sikap yang dipegang teguh

oleh seseorang menentukan apa yang akan dia lakukan. Makin khusus sikap

seseorang yang kita ukur maka makin khusus pula kita mengidentifikasi

pelaksanaan terkait, dan ,makin besar kemungkinan kita dapat memperoleh

hubungan yang signifikan antara keduanya. Dapat disimpulkan bahwa sikap

bidan di Kabupaten Badung rata-rata memiliki sikap positif dalam melaksanakan

IMD, tetapi sebagian kecil memiliki sikap negatif, hal ini disebabkan bidan lebih

mengutamakan penatalaksanaan kala III dibandingkan IMD karena menganggap

lebih mengutamakan bekerja secara praktis, cepat, dan aman serta ada juga yang

berfikiran dengan melakukan MAK III secara cepat akan menghindarkan pasien

pada perdarahan yang lebih banyak, dari situlah sehingga IMD tidak

dilaksanakan. Dalam wawancara didapatkan informasi bahwa sikap positif

responden dalam melaksanakan IMD adalah merasa senang melihat antusias bayi

dalam melakukan IMD. Responden juga mengatakan bahwa ASI lebih cepat

keluar dari pada ibu melahirkan yang tidak dilakukan IMD, sedangkan bidan

yang bersikap negatif menganggap IMD menyita waktu dan butuh bantuan

asisten. Pelaksanaan IMD akan terwujud apabila bidan mempunyai sikap yang

positif terhadap pelaksanaan IMD dengan kesediaan untuk melakukan praktik

IMD di setiap persalinan yang ditolong.

Dari analisis yang dilakukan, analisis bivariat dari variabel sikap

berhubungan dengan pelaksanaan bidan dalam program IMD, sedangkan

berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan poisson regression didapatkan

bahwa sikap bidan yang positif tentang pelaksanaan program IMD secara

Page 71: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

54

independen meningkatkan peluang bidan dalam melaksanakan program IMD

dengan p= 0,028 (p< 0,05) , prevalence ratio (PR) sebesar 2,7 yang berarti

pelaksanaan IMD dominan dipengaruhi oleh sikap daripada pengetahuan.

6.1.3 Hubungan Umur dengan Pelaksanaan Program IMD oleh Bidan

Terlatih

Umur merupakan salah satu variabel yang penting dalam mempengaruhi

aktivitas seseorang, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin

matang dalam mengambil sikap sehingga dapat mempengaruhi seseorang tersebut

dalam bekerja, bila diaplikasikan artinya orang yang lebih dewasa akan memiliki

pertimbangan lebih matang dibanding orang yang belum dewasa (Robbins, 2003).

Pada penelitian ini diperoleh hasil uji analisis bivariat dengan 95% CI (0,97-

1,04). Berarti variabel umur tidak memiliki hubungan terhadap pelaksanaan

program IMD. Tidak adanya pengaruh ini, kemungkinan karena rata-rata umur

bidan praktek mandiri antara 37-54 tahun yang artinya sebagian besar bidan sudah

memiliki pengalaman dalam melaksanakan program IMD serta ilmu pengetahuan

yang dimiliki hanya sebatas pendidikan yang didapatnya sewaktu sekolah dulu

(Hajrah, 2012). Pada saat wawancara ada responden yang mengatakan bahwa

pelaksanaan IMD hanya membuang waktu saja dan merepotkan bila IMD hanya

dilakukan sendiri tanpa bantuan teman atau orang lain. Berbeda dengan bidan

yang berumur muda biasanya lebih cenderung bersemangat untuk melakukan dan

mempraktekkan ilmu baru yang didapat selama pendidikan maupun setelah

mendapat pelatihan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Putri dkk

Page 72: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

55

(2013) di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Pasuruan yang menyatakan bahwa

umur mempengaruhi perilaku bidan dalam melaksanakan program IMD. Semakin

bertambahnya umur mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku seseorang.

Semakin bertambahnya umur maka bertambah pula kedewasaannya, makin

mantap pengendalian emosinya dan makin tepat segala tindakannya.

Berdasarkan telaah literatur, seseorang umumnya lebih stabil ketika

menginjak umur dewasa. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh

perbedaan latar belakang budaya dan pengalaman kerja sehingga bervariasi

(Wibowo, 2013). Hal ini berbeda dengan teori menurut Nubeis Aids (1998) yang

menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap kemampuan untuk belajar

menyesuaikan diri. Umur bukan suatu patokan untuk berperilaku baik jika bukan

didasari oleh sikap bidan itu sendiri. Selain itu juga disebabkan adanya anggapan

bahwa IMD bukanlah hal yang penting untuk dilakukan dan tidak pernah ada

teguran dari instansi terkait apabila tidak melakukan IMD.

Hal ini dapat terjadi karena pelaksanaan IMD tidak hanya dipengaruhi oleh

umur seseorang, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar dan

kebiasaan sehari-hari yang dilakukan orang tersebut. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mardiah (2011) bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan kinerja bidan dalam pelaksanaan IMD.

6.1.4 Hubungan Lama Bekerja dengan Pelaksanaan Program IMD oleh

Bidan Terlatih

Menurut Anderson (1994) dalam Ilyas (2002) makin lama pengalaman kerja

semakin trampil seseorang. Seseorang yang sudah lama membuka praktek mandiri

Page 73: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

56

mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang banyak yang akan

memegang peranan dalam pembentukan perilaku petugas. Gibson (1996) dalam

Ilyas (2002) mengatakan tidak ada jaminan bahwa petugas yang lebih lama

bekerja dapat dikatakan lebih produktif dibandingkan petugas yang lebih senior,

justru kinerja makin menurun akibat kebosanan dalam pekerjaan yang berlarut-

larut dan kurangnya rangsangan sejalan dengan makin tuanya usia. Masa kerja

seseorang dapat menggambarkan pengalaman kerjanya dalam bidang yang

ditekuni, dalam hal ini sebagai seorang bidan.

Pada penelitian ini, bidan membuka praktek mandiri paling singkat selama 7

bulan, dan paling lama selama 48 tahun. Berdasarkan hasil analisis bivariat

ditemukan bahwa rata-rata lama bidan membuka praktek mandiri berkisar antara

7-23 tahun melaksanakan IMD. Perbedaan ini menghasilkan prevalence ratio

(PR) sebesar 1,0 dan secara statistik pengaruh variabel lama praktek dengan

pelaksanaan IMD tersebut tidak bermakna dengan 95% CI (0,99-1,00).

Tidak adanya hubungan yang bermakna kemungkinan karena bidan sudah

memiliki pengalaman dan kemampuan untuk bekerja. Walaupun seorang bidan

sudah lama membuka praktek tidak dapat menjadi jaminan bahwa bidan

melaksanakan IMD meskipun sudah tahu manfaat dari IMD tetapi karena faktor

adat istiadat seperti adanya kebiasaan keluarga yang langsung memisahkan

bayinya segera setelah lahir, sehingga menghambat pelaksanaan IMD, dan ada

yang mengatakan sewaktu wawancara bahwa ibu dan bayi tidak berada dalam

ruangan yang sama setelah bayi lahir, sehingga bayi tidak segera mendapatkan

ASI tetapi bayi diberikan makanan pengganti ASI yaitu susu formula dengan

Page 74: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

57

alasan pelaksanaan IMD dapat mengganggu dalam melaksanakan manajemen

aktif kala III.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian mengenai lama bekerja dan

hubungannya terhadap perilaku bidan dalam melaksanakan program IMD yang

pernah dilakukan oleh Dhewi (2009) yang membuktikan bahwa masa kerja

berpengaruh terhadap kinerja profesionalisme seseorang. Pernyataan penelitian

tersebut tidak spesifik masa kerja yang lama atau baru berpengaruh terhadap

perilaku. Begitu pun dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiah (2011) yang

melakukan penelitian di Kota Pekanbaru dengan metode penelitian cross

sectional, bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman kerja dengan

pelaksanaan IMD yaitu 53,8% bidan yang sudah lama bekerja tidak melaksanakan

IMD. Hal ini tidak sesuai dengan teori Yuliani (2001) yang menyatakan bahwa

masa kerja akan sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang. Bidan yang

sudah lama bekerja akan mempunyai wawasan yang lebih luas dan lebih banyak

sehingga dapat dengan mudah memberikan pelayanan kebidanan menurut ilmu

yang didapatkan selama ini sehingga untuk merubah kebiasaan tersebut

memerlukan proses dan waktu.

Masa kerja tidak dapat dirubah karena berkaitan dengan perjalanan waktu,

sehingga yang dapat dilakukan adalah manajemen yang baik dari setiap BPM

untuk pelaksanaan asuhan persalinan. Walaupun sudah lama bekerja bukan berarti

tidak perlu menjalankan perubahan yang bersifat teknis, karena jika memilih

membuka BPM maka konsekuensinya harus tetap menjalankan tugas bidan yang

profesional dan mengikuti perkembangan ilmu kebidanan, sehingga bidan yang

Page 75: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

58

masa kerja lama benar-benar melaksanakan IMD dengan baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perilaku tentang masa kerja, yaitu

tenaga kerja dengan masa kerja lebih lama umumnya berperilaku lebih baik

berdasarkan pengalamannya (Notoatmodjo, 2010). BPM yang mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan prosedur rata-rata memiliki

masa kerja lebih lama. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin lama seseorang

bekerja maka prestasi kerjanya akan semakin stabil bahkan cenderung meningkat

karena faktor kebiasaan dan rutinitas pekerjaan.

Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam

pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan masa kerja dengan kinerjanya di

BPM karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu orang yang baru bekerja

memiliki produktifitas lebih tinggi karena bisa saja orang yang sudah lama bekerja

dan pengalamannya lebih baik akan memiliki produktifitas kerja yang tinggi

karena semakin rendah keinginannya meninggalkan pekerjaannya (Setiarini,

2012).

Masa kerja ditemukan tidak berpengaruh terhadap perilaku BPM dalam

melaksanakan program IMD karena peran dari faktor lain sangat besar salah

satunya adalah sikap dari bidan itu sendiri. Masa kerja tidak akan memiliki

pengaruh terhadap perilaku apabila sikap bidan negatif/tidak mendukung dalam

pelaksanaan IMD. Bidan yang bersikap positif akan lebih besar kemungkinannya

untuk melaksanakan program IMD. Sikap positif bidan terhadap IMD antara lain

adalah bidan merasa senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, bidan mau

Page 76: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

59

menyebarluaskan informasi tentang pentingnya IMD, bidan mau membantu

melaksanakan IMD, dan bidan tidak mau memberikan susu formula kepada bayi.

6.1.5 Hubungan Pekerjaan dengan Pelaksanaan Program IMD oleh Bidan

Terlatih

Dari analisa bivariat antara variabel pekerjaan dengan pelaksanaan IMD

menunjukkan bahwa bidan praktek mandiri yang bekerja di Puskesmas dan RS

melaksanakan IMD pada setiap pertolongan persalinannya sebesar 56,1%,

sedangkan pada bidan yang hanya membuka praktek mandiri saja tanpa bekerja di

tempat lain hanya 43,9% melaksanakan IMD. Perbedaan ini menghasilkan

prevalence ratio (PR) sebesar 1,3 yang menunjukkan bahwa peluang untuk

melaksanakan IMD pada bidan praktek mandiri yang bekerja di Puskesmas dan

RS 1,3 kali dibandingkan bidan praktek mandiri yang hanya membuka praktek

mandiri saja tanpa bekerja di tempat lain. Hal ini dikaitkan dengan dukungan

atasan, bidan yang bekerja di Puskesmas dan RS mampu melaksanakan IMD

karena bidan merasa takut akan sangsi yang diberikan kepada atasan jika bidan

tersebut tidak mengikuti SOP pelaksanaan IMD.

Dari analisis multivariat dari variabel pekerjaan tidak mempengaruhi

pelaksanaan bidan dalam program IMD, jenis pekerjaan menghasilkan prevalence

ratio (PR) sebesar 1,1 dan secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna

dengan 95% CI (0,8-1,6). Tidak adanya pengaruh yang bermakna kemungkinan

karena dukungan atasan hanya sebatas dukungan saja tanpa adanya supervisi

pelaksanaan IMD dan kebijakan dinas kesehatan tentang IMD, sehingga bidan

yang mempunyai sikap positif dan yang mempunyai kesadaran tentang IMD akan

Page 77: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

60

tetap melaksanakan IMD pada setiap pertolongan persalinannya walaupun belum

ada kebijakan dari atasan mengenai pelaksanaan IMD, tetapi bidan yang

mempunyai sikap negatif dan pengetahuan yang kurang tentang IMD tidak akan

melaksanakan IMD pada setiap pertolongan persalinannya karena menganggap

IMD bukan prosedur merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh bidan dan

proses IMD dianggap merepotkan karena perlu waktu dan pengawasan ekstra oleh

bidan (Yusnita, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kristina (2003) dan Wardah (2003) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara jenis pekerjaan bidan dengan pelaksanaan IMD. Namun penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian (Yuliandrin, 2009) menyebutkan jenis pekerjaan bidan

juga mempengaruhi pelaksanaan program IMD bahwa ibu yang mendapatkan

keterampilan selain hanya dari praktek mandiri tetapi dari bekerja sebagai

pegawai baik sebagai pegawai di pemerintahan maupun di swasta mempunyai

peluang dalam melaksanakan IMD 16,4 kali dibandingkan dengan bidan yang

hanya membuka praktek mandiri saja.

Hal ini tidak sejalan dengan teori Yuliani (2001) yang menyatakan bahwa

pekerjaan akan sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang. Bidan yang

sudah lama bekerja akan mempunyai wawasan yang lebih luas dan lebih banyak

sehingga dapat dengan mudah memberikan pelayanan kebidanan menurut ilmu

yang didapatkan selama ini sehingga untuk merubah kebiasaan terebut

memerlukan proses dan waktu.

Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Siagian, 2000 yang menyatakan

Page 78: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

61

bahwa pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang

pernah diduduki seseorang dan lamanya mereka bekerja pada masing-masing

pekerjaan atau jabatan tertentu. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh bidan dalam

pelayanan kebidanan berbeda-beda, hal ini disebabkan setiap bidan mempunyai

pengalaman dari pekerjaan ditempat yang berbeda-beda dan dilakukan berulang-

ulang. Oleh karena itu pengalaman kerja bidan yang didapatkannya akan

meningkatkan kompetensi pelayanannya dalam melaksanakan pekerjaan.

6.1.6 Hubungan Jumlah Tenaga Bidan dengan Pelaksanaan Program IMD

oleh Bidan Terlatih

Jumlah tenaga bidan adalah jumlah bidan yang melakukan praktek mandiri,

dimana selain bidan pemilik BPM ada bidan lain yang membantu dalam

pelaksanaan program IMD.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa jumlah tenaga bidan > 1 sebagian besar

64,0% bidan mampu melaksanakan IMD dalam setiap pertolongan persalinannya

dibandingkan dengan bidan yang tidak mempunyai tenaga yang membantu atau

hanya terdapat 1 bidan yaitu pemilik bidan praktek mandiri saja. Perbedaan ini

menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 1,2 dan secara statistik hubungan

tersebut tidak bermakna dengan 95% CI (0,7-2,1).

Tidak adanya pengaruh yang bermakna kemungkinan karena rata-rata umur

bidan praktek mandiri di Kabupaten Badung berumur tua, sehingga yang

melakukan pertolongan persalinan adalah asisten bidan atau tenaga bidan yang

membantu di tempat praktek mandiri, jadi walaupun pemilik BPM sudah

mengikuti pelatihan tapi tidak adanya sosialisasi kepada asisten bidan, maka dari

Page 79: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

62

itu asisten bidan yang menolong persalinan cendrung tidak melaksanakan IMD

(Setiarini, 2012). Dari hasil wawancara juga dikatakan bahwa bidan menganggap

jika IMD bukan merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh bidan meski

tercakup dalam asuhan persalinan dan IMD juga tidak dapat dilakukan oleh bidan

sendiri tanpa bantuan orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziah

pada tahun 2009 juga mengungkapkan adanya hubungan yang bermakna antara

peran tenaga kesehatan terhadap IMD dengan pemberian IMD (p=0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Indramukti pada tahun 2013 juga mengungkapkan

bahwa peran petugas kesehatan terhadap IMD juga mempunyai hubungan yang

bermakna dengan pemberian IMD (p=0,01). Penelitian yang dilakukan peneliti

juga didukung oleh penelitian Noer pada tahun 2011 yang mengungkapkan bahwa

hampir semua ibu post partum dapat melakukan praktik pemberian IMD dengan

bantuan profesionalisme bidan praktek mandiri.

6.1.7 Hubungan Jumlah Persalinan dengan Pelaksanaan Program IMD oleh

Bidan Terlatih

Jumlah persalinan (paritas) merupakan wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (viable). Semakin banyak atau sering menolong persalinan maka

pengetahuan dan pengalaman bidan akan bertambah.

Dari analisis yang dilakukan, analisis multivariat dari variabel jumlah

persalinan tidak berhubungan dengan pelaksanaan bidan dalam program IMD,

jumlah persalinan menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 1,0 dan secara

statistik hubungan tersebut tidak bermakna dengan 95% CI (0,7-1,3).

Page 80: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

63

Tidak adanya hubungan yang bermakna kemungkinan karena responden

yang mengarahkan ibu melakukan IMD bukan karena melihat karakteristik yang

dimiliki ibu melainkan karena adanya kesempatan untuk mengarahkan ibu untuk

melakukan IMD mengingat bahwa praktek IMD membutuhkan waktu yang lama

yaitu kurang lebih 1 sampai 2 jam. Kondisi kamar bersalin juga sangat

mendukung pelaksanaan IMD. Apabila kamar persalinan cukup padat akan sangat

sulit untuk mengarahkan ibu melakukan IMD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Raharjo (2014)

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah persalinan

dengan pelaksanaan IMD. Menurut Anderson (1994) dalam Ilyas (2002) makin

lama pengalaman kerja semakin trampil seseorang. Semakin sering seseorang

menolong persalinan maka wawasan akan lebih luas dan pengalaman lebih

banyak, sehingga hal ini memegang peranan dalam pembentukan petugas dalam

melaksanakan IMD.

6.1.8 Hubungan Supervisi dengan Pelaksanaan Program IMD oleh Bidan

Terlatih

Gibson (1996) mengatakan bahwa perilaku seseorang dalam hal ini bidan,

juga dipengaruhi oleh variabel organisasi yaitu supervisi dari Dinas Kesehatan,

organisasi profesi (IBI). Menurut Gibson supervisi dapat memotivasi karyawan

dalam hal ini bidan untuk dapat melakukan IMD pada setiap persalinan yang

ditolong. Supervisi sebagai salah satu kegiatan dalam manajemen berupa

peninjauan program, evaluasi hasil, explorasi adanya hambatan atau masalah yang

kemudian diberikan bimbingan tekhnis serta arahan untuk mencapai kinerja yang

Page 81: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

64

lebih baik, kinerja yang baik harus selaras dengan tujuan-tujuan yang diterapkan

sebelumnya, jika terdapat penyimpangan yang bermakna apapun alasannya adalah

tugas supervisi untuk memberikan arahan yang tepat (Siagian, 1994).

Menurut Depkes RI (1997) supervisi adalah bagian dari proses

pengendalian, yang merupakan tindak lanjut follow-up implementasi kegiatan

untuk memastikan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana (patuh atau tidak

terhadap standar) dan sesuai waktu yang telah ditetapkan sehingga dapat

memuaskan semua pihak. Dengan adanya supervisi dapat mendukung kinerja

bidan dalam pelaksanaan IMD. Dalam supervisi ada proses bimbingan dan

evaluasi kinerja dimana saat itu bidan merasa ada perhatian dan penghargaan akan

hasil kegiatannya, sehingga ada dorongan untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

Supervisi sama dengan pengawasan dalam tujuan memperbaiki dan

meningkatkan kinerja, berfungsi sebagai monitoring, kegiatannya memiliki fungsi

manajemen serta berorientasi pada tujuan penyelenggaraan (Daryanto, 2005). Hal

inilah yang akan membantu dalam memantau kinerja karyawan. Supervisi yang

tidak terlaksana dengan baik maka karyawan bekerja tidak terpantau dan dapat

menyebabkan hasil kerja yang tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.

Dari analisis yang dilakukan, analisis multivariat dari variabel supervisi

tidak berpengaruh dengan pelaksanaan bidan dalam program IMD, jumlah

supervisi menghasilkan prevalence ratio (PR) sebesar 1,7 dan secara statistik

hubungan tersebut tidak bermakna dengan 95% CI (0,9-2,9).

Tidak adanya hubungan yang bermakna kemungkinan karena seorang bidan

yang tidak mendapat supervisi cenderung untuk tidak melaksanakan IMD karena

Page 82: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

65

menurut wawancara di lapangan responden mengatakan bahwa ada yang

mendapat supervisi tapi sebagian besar bidan tidak mendapatkan supervisi

sehingga mereka beranggapan bahwa tidak perlu melaksanakan IMD karena tidak

pernah juga dimintakan tentang evaluasinya (Hajrah,2012). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria (2009) dimana tidak ada

hubungan yang bermakna antara supervisi yang diterima responden dengan

praktek upaya IMD. Tetapi tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sumiyati (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara supervisi dengan pelaksanaan IMD dengan nilai p value=0,045 dan

OR=2,44.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu

semua variabel baik independen maupun dependen diukur dalam waktu yang

bersamaan. Oleh karena itu, desain ini hanya bersifat menggambarkan adanya

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan tidak dapat

melihat arah sebab akibat sehingga tidak dapat memastikan variabel yang menjadi

penyebab dan variabel yang menjadi akibat sehingga masih diperlukan penelitian

selanjutnya.

Bias informasi yaitu recall bias yang terjadi karena perbedaan akurasi antara

daya ingat responden pada saat menjawab dengan kondisi yang sesungguhnya

terjadi. Bias informasi tersebut terjadi pada saat:

Page 83: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

66

b. Responden menjawab pertanyaan tentang pelaksanaan IMD dalam 1 bulan

terakhir, saat menolong persalinan di tempat praktek mandiri.

c. Dari delapan variabel yang di teliti hanya dua variabel yang memberikan

pengaruh yang signifikan yaitu variabel pengetahuan dan sikap, hal ini

disebabkan terjadi bias yang berasal dari subjek penelitian, misalnya

responden mengetahui sedang diteliti sehingga bersikap baik, dan saat mengisi

kuesioner responden memilih jawaban yang positif. Peneliti tidak dapat

mengkonfirmasi apakah jawaban responden benar atau tidak, karena peneliti

tidak mengobservasi langsung sehingga peneliti selanjutnya agar melakukan

penelitian dengan menggunakan metode yang lain (observasi) agar penelitian

dapat lebih optimal

d. Rata-rata umur bidan praktek mandiri di Kabupaten Badung berumur tua,

sehingga yang melakukan pertolongan persalinan adalah asisten, jadi

walaupun pemilik BPM sudah mengikuti pelatihan namun tidak pernah

melakukan sosialisasi kepada asisten membuat IMD tidak dilaksanakan.

Berdasarkan hal ini diperlukan sosialisasi dan evaluasi tentang pelaksanaan

IMD dari pemilik BPM.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebelum mengisi kuesioner dimulai enumerator

menjelaskan bahwa jawaban responden tidak akan berdampak terhadap

pekerjaannya tetapi akan membantu memberikan data/informasi yang benar

mengenai realitas yang terjadi, sehingga nantinya akan mendapatkan perbaikan

dalam meningkatkan pelaksanaan IMD sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Page 84: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

67

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan dari faktor yang mempengaruhi bidan terlatih dalam pelaksanaan

program IMD di BPM Kabupaten badung adalah sebagai berikut

1. Faktor yang terbukti secara signifikan mempengaruhi pelaksanaan program

IMD di BPM Kabupaten badung adalah pengetahuan dan sikap. Sedangkan

umur, lama membuka praktek mandiri, pekerjaan, jumlah tenaga bidan,

jumlah persalinan dan supervisi tidak mempengaruhi pelaksanaan bidan

terlatih dalam program IMD di BPM Kabupaten Badung.

2. Variabel sikap memberikan kontribusi hubungan lebih kuat dibandingkan

pengetahuan terhadap pelaksanaan program IMD di BPM Kabupaten Badung.

7.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap bidan terhadap program

IMD, perlu dilakukan pelatihan dan seminar yang berhubungan dengan

program IMD secara rutin dengan mengundang pakar pakar IMD serta

memberikan informasi dan edukasi yang mendalam tentang IMD kepada ibu

agar ibu lebih memahami pentingnya pelaksanaan IMD misalnya dengan

memberikan informasi pada saat antenatal care (ANC) serta perlu adanya

kebijakan dari Dinas Kesehatan dalam perpanjangan STR, bidan praktek

mandiri harus melaporkan berapa bayi yang sudah dilakukan IMD di tempat

prakteknya.

Page 85: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

DAFTAR PUSTAKA

Adiyasa. G. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga

dan Peran Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian Inisiasi menyusu Dini di

Puskesmas Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur. (Tesis). Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Ambarwati & Ratna, E. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra

Cendikia Press.

Anita, Lie. (2008). Kooperatif Learning . Jakarta: PT Grasindo.

Aprilia.Y. (2009).Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan Asi

Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten.(Tesis). Undip.

Asriani, A Azis. 2011. Studi Praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Rumah Sakit

Ibu Dan Anak Siti Fatimah Kota Makassar. (Skripsi) Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makassar.

Awi, D and Alikor, E. 2006.Barriers to timely initiation of breastfeeding among

mothers of healthy full-terms babies who deliver at University of Port

Harcourt Teaching Hospital. Nigerian journal of clinical practice2006 Jun;

Vol 9 (1), pp.57-64.Diakses tanggal 15 Desember 2013.

Badan Statistik Pusat BPS. (2013). Angka Kematian Menurut Propinsi. Available

at: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=

12&notab=5 [Accessed December 13, 2014].

Badan Pusat Statistik RI. (2012). Susenas Tahun 2012. Jakarta. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Daryati.(2008).Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini Pada

Ibu Bersalin di Sanggau Kalimantan Barat. Tesis, Undip.

Dayati.(2011). Faktor-faktor Pada Bidan yang Berhubungan dengan Pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kecamatan Kendari Kota Kendari

Sulawesi Tenggara. Depok: FKM UI.

Daryati.(2008).Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini Pada

Ibu Bersalin di Sanggau Kalimantan Barat. Tesis, Undip.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD.

Jakarta. JNPKR-JHPIEGO.

Page 86: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Depkes RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi

Masyarakat.

Deviyanti, Ria Sutria. (2009). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek

Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan di Kecamatan Sukmajaya.(Skripsi).

Depok.FKMUI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. (2012). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Kabupaten Badung.

Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S,

Kirkwood BR. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal

mortality. Pediatrics. 2006;117:380-6.

Faizin, A. (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat

dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, Berita

Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol.1, No.3, September 2008: p. 137-

142.

Fikawati & Syafiq. (2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu

Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makara, Kesehatan,

Volume 14 No.1, Edisi Juni 2010:17-24.

Green, L.W. and Kreuter, M. W 2005 Health Program Planning: An Educational

and Ecological Approach.Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.

Gibson. (1996). Perilaku Struktur dan Proses Edisi Kelima Organisasi Jilid I.

Jakarta penerbit erlangga Ciracas Jakarta.

Hajrah.(2012). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bidan Dalam

Pelaksanaan IMD di Kabupaten Berau” (Skripsi).Depok : FKMUI.

Hastono, S.P. (2007). Modul Analisis Data kesehatan Kemenkes RI. Depok : FKM

UI

Henderson, C., Jones, K. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta.EGK

Hikmawati, S. (2008).“Faktor-Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama

Dua Bulan”.(Tesis).Universitas Diponegoro Semarang.

Hurlock,E.B. (1998). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Erlangga. Jakarta.

Ilyas.Y, (2002). Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi

Kesehatan, FKM UI.

Page 87: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Jamilah ,L. (2008). Studi Kualitatif Penerapan IMD pada Bayi Segera Setelah

Lahir di RS“X” di Garut.(Tesis). Undip.

JNPK-KR.(2008). Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan

Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR.

Juliastuti, R. (2011). “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, Dan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian ASI Eksklusif”

(Tesis).Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Kamalia. (2005). “Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian

Diare di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang”. (Skripsi).

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/002 Bab V pasal 18. Tentang Pemeliharaan

dan Penggunaan ASI.

Kurniawati, R.R. (2011). Pola Hubungan Antara status Gizi Balita dan Faktor

Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ke Luarga di Surabaya

Timur. (Skripsi). Surabaya: ITS.

Lubis, Nuchsan Umar. (2009). ASI Eksklisif Menjelang Indonesia Sehat 2010.

Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran, vol 36 No.2: p. 133-134.

Mangkunegara, P. (2006) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Cetakan kedua

Refika Aditama. Jakarta. p. 152-16.

Mantja, W. (2005). Etnografi Disain Penelitian Kualitatif dan manajemen

Pendidikan. Malang: Wineka Media.

Mardiah. (2011). “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam

Mendukung Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kota Pekan Baru”.

(Tesis) USU.

Muchlas.M, (1994), Perilaku Organisasi UGM, Yogyakarta.

Mullany, Luke C.; Joanne Katz; Yue M. Li; Subarna K. Khatry.(2008). Breast-

Feeding Patterns, Time to Initiation, and Mortality Risk among Newborns

in Southern Nepal. J. Nutr. 138:599- 603.

Nakao Y, Moji K, Honda S, Oishi K. (2008). Initiation of breastfeeding within 120

minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among

Japanese women, International Breastfeeding Journal.

Page 88: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Notoatmodjo,S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta :Rineka Cipta.

p.125-127

Notoatmodjo,S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

p.123-124

Notoatmodjo,S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,

Jakarta.p.131-134

Notoatmodjo.S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta : Rineka

Cipta. p.128-129

Nuryanti, 2011. Praktek Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di RSIA Siti Khadijah

Muhammadiyah Makassar. (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Orun SSY, Yusuf Madenda, Zeynep Ustnuyurt - Eras, Ehnaz Kutluk KY.(2010). “

Factors associated with breastfeeding initiation time in aBaby-Friendly

Hospital”.

Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008.Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit.

Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan.

Pokja Sanitasi Kabupaten Badung. (2012). Buku Putih Sanitasi Kabupaten

Badung (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2012). Badung:

Pokja Sanitasi Kab. Badung. Retrieved from ppsp. nawasis. info/kab.

badung/BAB II BPS Badung. doc.

Prawirohardjo, S. (2006), Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Putri R, Agung W, Andarini S (2015). Pengaruh Faktor Instrinsik dan Ekstrinsik

terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Puskesmas Rawat

Inap. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.28, No.3, Juni 2015: p. 289-293.

Raharjo, B. (2014). Profil Ibu Dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu

Dini Dan ASI Eksklusif, Jurnal Kesehatan Masyarakat ISSN 1858-1196,

Vol.1, No.3, Mei 2015: p. 53-63.

(RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Page 89: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Rismaina Putri, I Wayan Agung I, Sri Andarini. (2013). Pengaruh Faktor Instrinsik

dan Ekstrinsik Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di

Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Pasuruan” Volume 28 No.3, Edisi Februari

2015:17-24.

Rati, S ;Djunaidi M. Dachlan, Sukmawati. (2012). “Perilaku Ibu Post Partum

Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Batua Kota

Makassar”.(Tesis).FKMUNHAS.

Robbins P.S. (2003).Alih bahasa Molan.B, Perilaku Organsasi. Indeks Gramedia,

Jakarta.

Roesli, Utami. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya.

Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu DiniPlus ASI Eksklusif. Jakarta. Pustaka

Bunda.

Rosalina, W.L. (2008).Pengaruh Kecerdasan Emosional Perawat terhadap Perilaku

Melayani Konsumen dan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah

Indramayu.Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol 2, No. 3.

Rosenberg, K D., C McMurtrie, B D Kerker, Y Na and E H Graham. 2008.

Breastfeeding Initiation in New York City, 1979 to 1996. American Journal

of Public Health, Vol. 88, Issue 12 1850-1852.

Rosenkrantz TS.Neonatology. 1996.

Righard, A (1990). Kontak kulit ibu-bayi, dalam Roesli (2008). “Inisiasi Menyusu

Dini Plus ASI Ekslusif (hlm 21). Jakarta: Pustaka Bunda.

Rusnita, A. (2008). Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Kamar Bersalin IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta November 2008. (Skripsi). Depok: FKM UI.

Sastroasmoro, S. (2011).Dasar–Dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta, CV

Sagung. P. 78-85.

Setiarini,T. (2012). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan di

RSIA Budi Kemuliaan Jakarta” (Tesis).Depok : FKMUI.

Setiawan.W, (2007), Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan

Desa dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten Tasikmalaya. (Tesis),

Undip.

Page 90: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

Siregar A. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor yang mempengaruhinya.

(Tesis). Universitas Sumatra Utara, Medan.

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan , Jakarta: EGC.

Sugiarti & Vera Talumepa (2008). Gambaran Pengetahuan Bidan Praktek Swasta

Tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Karakteristik Bidan di

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008. Jurnal

Kesehatan Kartika Sikes A.Yani.

Sumiyati, N. (2011). Hubungan Pelatihan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan

Pelaksanaannya Oleh Bidan Di Kabupaten Sidoarjo. Depok: FKMUI.

Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta:

CV Sagung Seto.

Suriadi.(2010).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto

Sitinjak, M. (2011). Analisis Kepatuhan Bidan Terhadap SOP Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini ( IMD ) di Wilayah Puskesmas Bukit Kabupaten Samosir

Provinsi Sumatra Utara. (Tesis).Depok : FKM UI.

Triani,Y, (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan dan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif .

(Tesis) Undip.

WABA. (2011). Protects, Promotes, and Support Breastfeeding Worldwide.

World Alliance for Breastfeeding Actions : WABA, (diunduh 17 Desember

2014). Dari http://www.waba.org.my/

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta : Nuha Medika.

World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting

optimal fetal growth. Avaliable from :http:// www. who. int/ nutrition /topics

/feto maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 25

Desember 2014].

WHO.(2011).Eclusive Breastfeeding.Program and Project.(Diunduh 13 Desember

2015).Dari

http://www.who.int/nutrition/topics/eclusive_breasfeed/en/index.html.

Wibowo. (2013). Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta : Rajawali Pers. P. 77-

94

Yuliandrin, E.M.(2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian

Page 91: hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan karakteristik ...

ASI Eksklusif di delapan Kabupaten Jawa Barat dan Jawa Timur Tahun

2002 Analisis Data Dasar ASUH 2002. (Skripsi). Depok: FKM UI.

Yuntas, Djunaidi M. Dachlan, Sukmawati. (2012). “Perilaku Bidan Dalam

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Batua Kota

Makassar”.(Tesis).FKMUNHAS.

Yusnita, V. (2012). “Fakto Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) Oleh Bidan Di 12 Puskesmas Agam Timur Wilayah Kerja Dinas

Kesehatan Agam Provinsi Sumatera Barat”.(Tesis). Depok: FKM UI.