Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

40
LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN AKNE VULGARIS DENGAN SINDROM DEPRESI SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Oleh: CUT SHELFI OKTARINA HARNOLD 0907101050077 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Maret 2013 Dosen Pembimbing I dr. Nanda Earlia, Sp. KK Nip. 19750619 200212 2 002 Dosen Pembimbing II dr. Subhan Rio Pamungkas Sp.KJ Nip. 19791112 200604 1 001 ii

description

hubungan akn vulgaris dengan sindrom depresi

Transcript of Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Page 1: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN AKNE VULGARIS DENGAN SINDROM DEPRESI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas danmemenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

CUT SHELFI OKTARINA HARNOLD0907101050077

Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, Maret 2013

Dosen Pembimbing I

dr. Nanda Earlia, Sp. KKNip. 19750619 200212 2 002

Dosen Pembimbing II

dr. Subhan Rio Pamungkas Sp.KJNip. 19791112 200604 1 001

Mengetahui,Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah

Dr. dr. Mulyadi, Sp. P

ii

Page 2: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Nip. 19620819 199002 1 001

iii

Page 3: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

ABSTRAK

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang terlihat dengan adanya komedo, papula, pustula dan kista pada daerah predileksi. Akne vulgaris sering terjadi pada remaja yang menyebabkan sindrom depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan akne vulgaris dengan sindrom depresi. Penelitian ini dilakukan secara analitik dengan rancangan cross sectional, pada bulan Oktober 2012 – Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi (P <0,05). Penatalaksanaan akne vulgaris yang tepat perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

kata kunci : Akne Vulgaris, Sindrom Depresi

4

4

Page 4: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

ABSTRACT

Acne Vulgaris is a chronic inflamation of the pilosebaceous follicles, which seem in the presence area of blackheads, papules, pustules and cyst on the predilection area. Acne Vulgaris often occurs in adolescent causing depression syndrome. The purpose of this study is to determine the relationship beetwen acne vulgaris with depression syndrome. This study was done analitically using cross sectional design from October 2012 to December 2012. The result of this study research shows the relationships between acne vulgaris with depression syndrome (p<0,05). The proper management of acne vulgaris is necessary to obtain the optimal results.

keywords : Acne Vulgaris, Depression Syndrome

5

Page 5: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, kekuatan serta mengajarkan arti kesabaran dan kesyukuran. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat.

Skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Akne Vulgaris dengan Sindrom Depresi” ini adalah suatu karya yang diusahakan penulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran. Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Mulyadi Sp.P sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

2. dr. Nanda Earlia Sp.KK dan dr. Subhan Rio Pamungkas Sp. KJ sebagai

pembimbing yang dengan sabar dan telah meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. dr. Syahrial Sp.KJ dan dr. Mimi Maulida Sp.KK selaku penguji yang telah

memberikan saran untuk kebaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. dr. Arti Lukita sari, Sp.M sebagai dosen wali yang telah membimbing

penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas

Syiah Kuala.

5. dr. Dina Lidadari Sp.KK, dr. Siti Hajar Sp.KK, dr.Vara Marijz, dr. Fira

staf Klinik Nayla Skin Care, staf Klinik Jeulila dan Staf Klinik Titik Skin

Care yang telah banyak membantu dan membimbing saya selama

penelitian berlangsung.

6

Page 6: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Unsyiah yang telah

memberikan disiplin ilmu kepada penulis. Serta Segenap karyawan RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah membantu kelancaran dalam

administrasi penelitian dan tersusunnya skripsi ini.

7. Ketua Tim Pengelola Skripsi , dr. Imran Sp.S dan seluruh staf Ully, Afit

Munandar, Ira Amalia, dan Ummi Kalsum membantu kelancaran dalam

administrasi penelitian dan tersusunnya skripsi ini.

8. Penghormatan dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda

tercinta dr. Harnold Harun Sp.KJ dan Cut Anitha Rahman serta kakanda

dan adinda dr. Shifani Harnold, dr. Shefina Pyeloni Harnold, dan Cut

Shofira Harnold atas semua pengorbanan, semangat, kasih sayang, dan doa

restu yang selalu terucap dalam setiap sujud shalat untuk keberhasilan

penulis dalam menyelesaikan studi.

9. Daniel Kurniawan dan Sanak saudara Dra. Harnijah Harun Wisnu

Heryanto ST, Wiwied Handayani SE, Willy Herryandi SE, Wahyu

Permana dan Wirya hadinata SE atas semua pengorbanan, bantuan, kasih

sayang yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan studi.

10. Sahabat-sahabat tercinta Dekka, Khaliza, Nabila, Devi , Shela, Anne,

Yunda, Fera, Aya, Ade, Farah, Tia, Azam, Echa, Risca, Puram, dr. Rendy,

M.Haikal ST, Ninegirls dan rekan angkatan 2009 yang telah memberi

semangat.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini di masa mendatang.

Banda Aceh, Februari 2013

7

Page 7: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Penulis

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemahaman depresi menurut orang awam ialah kemurungan, patah semangat

atau kesedihan yang bisa menandakan adanya gangguan kesehatan. Hal ini berbeda

dalam medis yakni merujuk pada kondisi mental yang di dominasi oleh penurunan

mood dan sering disertai oleh berbagai gejala penyerta terutama anxietas, agitasi,

perasaan diri tidak berharga, ide bunuh diri, hipobulia, retardasi psikomotor, berbagai

gejala somatik, dan disfungsi fisiologik (misalnya insomnia). Gejala atau sindrom

depresi merupakan gambaran utama yang bermakna dalam berbagai kategori penyakit

(WHO, 1997).

Gangguan depresi pada penduduk dewasa di Amerika dilaporkan sekitar 16,2%

atau sekitar 32.6-35.1 juta orang (Kessler, 2003). Menurut Chiu (2004), penelitian

tentang epidemiologis depresi di Asia masih sangat langka, namun hasil yang ada

menunjukan bahwa prevalensi depresi di Asia khususnya kawasan Asia Pasifik lebih

rendah daripada negara Barat.

Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun

2007 didapatkan prevalensi nasional gangguan jiwa anxietas dan depresi sebesar

11,6% dari populasi 24.708.000 orang. Prevalensi gangguan mental emosional

(termasuk depresi) di Aceh adalah 14,1% dengan prevalensi berkisar antara 4,8-

32,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi nasional (12.36%) (Riskesdas

Prov.Aceh, 2007).

8

Page 8: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Pada pasien dengan akne vulgaris didapatkan beberapa laporan adanya

gangguan mental seperti kecemasan, depresi, agresi, harga diri rendah, upaya bunuh

diri serta didapatkan juga peningkatan prevalensi kecemasan pada pasien dengan

tingkat keparahan akne yang tinggi. Sebuah penelitian pada penyakit kulit ditemukan

bahwa diantara enam belas dari pasien akne dilaporkan tujuh kasus melakukan bunuh

diri (Golchai et al., 2010).

Laporan dari asosiasi penyakit kulit mental health, akne vulgaris merupakan

penyakit kulit yang sering mempengaruhi remaja di seluruh dunia. Pertumbuhan akne

pada remaja menyebabkan tejadinya pengembangan rasa identitas dan harga diri

sehingga berpotensi rentan terhadap psikologis yang merugikan (Purvis,2006).

Menurut hasil dari database PharMetrics didapatkan 65,2% , dengan ratio 1.9

perempuan : 1 laki-laki , mencari pengobatan untuk akne vulgaris dan sekitar dua kali

lebih banyak perempuan mengalami depresi, rasio 10,6% perempuan : 5,3% laki-laki.

Depresi terjadi 8,8% pada pasien akne vulgaris di seluruh negara. Sebagian besar

kasus depresi yang dilihat dari pemanfaatan terapi anti depresi lebih banyak pada

pasien berusia 18 tahun keatas dengan presentase tertinggi pada kelompok usia 36-64

dan penggunaan pengobatan anti akne (baik topikal, oral, atau keduanya)

berhubungan dengan prevalensi rendahnya pemanfaatan anti depresi dibandingkan

pasien yang tidak mengalami pengobatan akne. (Uhlenhake,2010).

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa antara kondisi

kulit dengan depresi saling mempengaruhi. Kondisi gangguan kulit khususnya akne

vulgaris berpeluang untuk mengalami sindrom depresi. Sampai saat ini peneliti belum

mendapatkan adanya data mengenai depresi yang timbul akibat akne vulgaris di

Banda Aceh oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan

antara akne vulgaris dengan sindrom depresi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

9

Page 9: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

a. Mengetahui hubungan akne vulgaris dengan sindrom depresi.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan gradasi akne dengan tingkat keparahan depresi.

b. Mengetahui hubungan durasi akne dengan tingkat keparahan sindrom depresi.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam melakukan

penelitian di bidang riset kedokteran khususnya di bidang Dermatologi dan

Psikiatri sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di masa

yang akan datang.

b. Bagi masyarakat

Dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya menjaga kulit dan dapat

melakukan pemeriksaan pada kasus Dermatologi khususnya akne vulgaris untuk

kepentingan kesehatan psikis.

c. Instalasi Rumah sakit dan Klinik-Klinik dokter Spesialis

Sebagai bahan masukan pengambilan dan penentuan kebijakan demi peningkatan

kualitas dan kuantitas pelayanan serta sebagai masukan dalam pengembangan

ilmu kedokteran.

1.5 Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi di Kota Banda

Aceh.

10

Page 10: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris

2.1.1 Definisi

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang terlihat

terutama pada masa remaja ditandai dengan terdapatnya komedo, papula, pustula dan

kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas

superior, dada dan punggung. (Strauss & Thiboutot, 2012). Akne vulgaris merupakan

kondisi kulit umum, yang dapat mempengaruhi sekitar 85-100% dari populasi pada

beberapa periode kehidupan. Akne vulgaris tidak mendiskriminasi prevalensi

menurut umur dan paling sering terjadi pada masa remaja, masa pubertas, pada orang

tua dengan usia 45 tahun dan juga masih dapat terjadi pada bayi yang baru lahir

(Michael & Jonathan, 2010).

Gejala akne hampir dijumpai pada setiap remaja, kasus yang berat hanya

kadang-kadang saja, terutama didapatkan pada pria. Akne yang berat dalam fase jiwa-

raga yang labil, dapat mengakibatkan efek psikososial yang hebat (Rassner, 1995).

Lima belas persen remaja yang menderita akne dengan diagnosis berat, kebanyakan

mendorong mereka untuk mendapatkan pengobatan ke dokter spesialis kulit

(Harahap, 2000).

2.1.2 Klasifikasi

Akne terbagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat, dan

berat. Tingkatan ditentukan berdasarkan jumlah akne yang ada pada wajah, dada dan

punggung, serta ukuran besar kecilnya akne atau peradangan kondisi akne. Selain itu

terdapat perbedaan jenis Akne menurut Strauss dan Thiboutot, (2012) :

a. Akne pada bayi baru lahir (newborn acne): Akne jenis ini menyerang sekitar

20% bayi baru lahir dan tergolong Akne ringan.

11

Page 11: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

b. Akne pada bayi (infantil acne): Pada bayi berumur 3-6 bulan juga ditumbuhi

akne dan akan tumbuh kembali ada saat dewasa.

c. Akne vulgaris (acne vulgaris): Akne yang paling umum terjadi pada remaja dan

kaum muda menjelang dewasa, sekitar 12-24 tahun.

d. Akne konglobata (cystic acne): Akne yang terjadi pada pria muda, tergolong

serius tetapi jarang terjadi.

e. Akne halogen: Iodida dan Bromida mempengaruhi bentuk erupsi dari akne.

f. Akne tropikal: Akne yang terjadi di iklim tropis ditandai dengan berkembangnya

folikulitis.

g. Akne excoriee des jeunes filles: Akne ringan yang ditandai dengan ekskoriasi

yang panjang. Paling sering dialami oleh wanita dewasa muda.

2.1.3 Etiologi

Etiologi yang pasti tentang Akne belum diketahui, namun ada berbagai macam

faktor yang juga sangat berkaitan dengan patogenesis seperti :

a. Genetik, akne vulgaris merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan

kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal. Diduga faktor

genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis,

penyebaran lesi, dan durasi penyakit. Pada lebih dari 80% penderita mempunyai

minimal salah satu orang tua yang mengalami akne vulgaris (Strauss dan

Thiboutot, 2012).

b. Psikis, terjadinya stress psikis dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik

secara langsung atau melalui rangsangan kelenjar hipofisis (Strauss dan

Thiboutot,2012).

c. Makanan, kaitan antara akne vulgaris dan makanan masih diperdebatkan.

Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu, seafood, atau makanan lain dapat

langsung menyebabkan akne. Pada dasarnya makanan-makanan tersebut dapat

mempengaruhi metabolisme tubuh. Namun dari hasil penelitian Suryadi (2009),

ditemukan adanya sebagian dari responden melaporkan bahwa terdapat

pengaruh dari makanan terhadap metabolisme kelenjar sebasea dan sebagian

12

Page 12: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

lagi melaporkan tidak adanya pengaruh dari jenis makanan yang dikonsumsi

dengan peningkatan kelenjar sebasea.

d. Ras, ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris karena melihat dari

kenyataan, bahwa adanya ras-ras tertentu seperti mongoloid yang lebih jarang

menderita akne dibandingkan dengan kauscasian (Siregar,2001).

e. Usia, umumnya terjadi pada usia 10-17 tahun pada wanita, 14-19 tahun pada

pria (Strauss dan Thiboutot,2012).

f. Hormon endokrin, akne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum.

Androgen merupakan perangsang sekresi sebum dan esterogen mengurangi

sekresi sebum (sylvia & lorraine, 2006).

g. Kebersihan wajah, meningkatkan prilaku kebersihan wajah dapat mengurangi

kejadian akne vulgaris pada remaja (Siregar, 2001).

h. Obat-obatan, kortikosteroid oral dan kronik yang dipakai untuk mengobati

penyakit lain (seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal),

dapat menimbulkan pustula di permukaan kulit wajah, dada dan punggung.

Obat-obatan lain yang dapat menimbulkan akne ialah: bromida, yodida,

difenitoin, litium, dan hidrazid asam isonikotinat (sylvia & lorraine, 2006).

i. Kosmetika, pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar

(faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari

(sunscreen), dan krem malam secara terus-menerus dalam waktu yang lama

dapat menyebabkan suatu bentuk acne ringan yang terutama terdiri dari komedo

tertutup dan beberapa lesi papulo pustular pada pipi dan dagu (Strauss &

Thiboutot,2012).

j. Bakteria, mikroba yang terlibat dalam pembentukkan akne adalah

Corynebacterium acnes, Stafilococcuc epidermidis dan Pityrosporum ovale

(Strauss dan Thiboutot,2012).

2.1.4 Patogenesis

13

Page 13: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Cunliffe (2000) mengemukakan adanya empat faktor yang saling berkaitan

dengan patogenesis akne yaitu kenaikan sekresi sebum, keratinasi folikel, bakteri dan

peradangan.

a. Kenaikan sekresi sebum

Akne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum. Androgen merupakan

perangsang dari sekresi sebum dan esterogen mengurangi produksi dari sekresi

sebum (Sylvia & Lorraine, 2006).

b. Keratinisasi folikel

Menurut Cunliffe (2000) keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh

adanya penumpukkan korniosit pada saluran pilosebasea, yang disebabkan oleh:

Bertambahnya erupsi korniosit pada saluran pilosebasea

Perlepasan korniosit yang tidak adekuat

Kombinasi kedua faktor diatas

c. Bakteri

P.acnes merupakan gram negatif anaerobik dan memainkan peran aktif dalam

proses peradangan pada kelenjar sebasea. Pasien dengan jerawat memiliki konsentrasi

P.acne yang tinggi dibandingkan pasien yang tidak berjerawat (Strauss dan

Thiboutot, 2012).

d. Peradangan

Sebum (Propionibacterium acnes), dan asam-asam lemak diduga menyebabkan

perkembangan peradangan di sekeliling saluran pilosebasea dan kelenjar sebasea.

Apabila terjadi aliran sebum ke permukaan, akan di hambat oleh P.acnes dan

menghasilkan lipase yang mengubah sebum trigliserida menjadi asam lemak bebas.

Asam-asam ini apabila dikombinasikan dengan bakteri akan menghasilkan respon

peradangan pada dermis dan menyebabkan terbentuknya papula eritematosa, pustula

yang meradang dan kista yang juga meradang (Sylvia & Lorraine, 2006).

14

Page 14: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

mikrokomedo komedo papulainflamasi/ nodul

-hiperkeratotik -akumulasi dari jerawat -pecahnya dinding

infundibulum corneocytes dan -ekspansi lanjut folikel

-kohesif sebum dari unit folikel -ditandai dengan

corneocytes -pelebaran ostium -proliferasi peradangan peradangan

-sekresi sebum folikular Propionibacterium perifollicular

acnes perifollicular -jaringan parut

Gambar 2.1 Acne pathogenesis [From Zaenglein AL et al. Acne vulgaris and

acneiform eruptions, iWolff K et al (eds): Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine, 7th ed. New York, McGraw-Hill, 2008.]

2.1.5 Manifestasi Klinis

Lesi paling dini yang tampak pada kulit adalah komedo. Komedo putih atau

komedo tertutup kemungkinan besar akan berkembang menjadi papula dan pustula.

Komedo hitam atau komedo terbuka memiliki sumbatan berwarna gelap yang

menutup saluran pilosebasea (Sylvia & Lorraine, 2006).

Lokasi primer dari akne biasanya terlihat pada wajah, punggung, dan hidung.

Lesi cenderung berkonsentrasi pada garis midline. Lesi dapat berupa inflamasi atau

pun non inflamasi. Lesi non inflamasi pada komedo terbuka tampak datar atau sedikit

peninggian dengan tengahnya terlihat gelap sedangkan kontras pada lesi komedo

tertutup agak sulit divisualisasikan yang tampak hanya pucat, sedikit peninggian, dan

15

Page 15: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

papul kecil. Lesi inflamasi berbeda dari papul kecil, terdapat kemerahan sampai

pustula besar lembut dan nodul fluktuant. Beberapa nodul besar yang biasanya

disebut cysts atau nodulcystic dapat digunakan untuk mendeskripsikan kasus akne

dengan inflamasi. Luka parut dapat terjadi sebagai komplikasi pada akibat dari

inflamasi maupun non inflamasi.

2.1.6 Derajat Keparahan

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut. (Djuanda,2007) :

Tabel 2.1 Gradasi Akne Vulgaris

Gradasi Manifestasi klinisRingan - Beberapa lesi tak beradang pada 1

predileksi- Sedikit lesi tak beradang pada

beberapa tempat predileksi- Sedikit lesi beradang pada 1

predileksi.Sedang - Banyak lesi tak beradang pada 1

predileksi - Beberapa lesi tak beradang pada

lebih dari 1 predileksi - Beberapa lesi beradang pada 1

predileksi - Sedikit lesi beradang pada lebih dari

1 predileksiBerat - Banyak lesi tak beradang pada

lebih dari 1 predileksi - Banyak lebih beradang pada lebih

atau 1 predileksi

16

Page 16: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

( A ) ( B ) ( C ) ( D )

Gambar 2.2 Klinikopatologi korelasi dari lesi akne

( A ) : Komedo tertutup : Distensi folikular infundibulum, terdapat keratin dan

sebum, folikular sempit.

( B ) : Komedo terbuka : Hampir sama dengan komedo tertutup yang berbeda

hanyalah dari folikular patulous.

( C ) : Inflamasi papula : Sel inflamasi akut dan kronis , mengelilingi dan menyusup

folikel sehingga menunjukkan infundibulum keratosis.

( D ) : Nodul : Folikel berisi sel-sel inflamasi akut, terjadi ruptur dari folikular

distensi.

2.1.7 Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan tergantung dari beratnya kondisi dan suatu laporan yang

objektif mengenai berat-ringannya penyakit. Prinsip dasar terapi ialah menjaga kulit

agar tetap bersih, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan pemberian

keratolitik untuk mengurangi komedo (Sylvia & Lorraine, 2006).

.Menurut Rassner (1995), karena patogenesisnya yang kompleks tidak ada

pengobatan standar, yang perlu diperhatikan ialah stadium dan tingkat keparahan

serta faktor dari individu. Pangkal terapi ialah pada gangguan keratinisasi, maupun

17

Page 17: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

komedo, seborea dan koloni kuman pada folikel peradangan.Terapi obat- obatan

kelas pertama yang biasanya tersedia ialah :

a. Pengobatan topikal

-Topikal retinoid : krim Tretinoin 0,025% dan 0,05%, Benzoyl peroksida.

-Topikal antibakterial : topikal clindamysin,eritromisin, sulfur, sodium sulfacetamide,

resorcin, dan salicylic acid.

b. Antibiotik oral

- Tetrasiklin 250-500mg 1-4 kali sehari

- Doxycyclin 50-100mg 1 kali sehari

- Minocyclin 50-100mg 1 kali sehari

- Eritromycin 250-500mg 2-4 kali sehari

- Clindamycin 150mg 3 kali sehari

2.1.8 Diagnosis Banding

a. Erupsi obat akneiformis: Reaksi yang disebabkan oleh induksi obat seperti

kortikosteriod, INH, dan ACTH dengan manifestasi klinis terdapatnya banyak

papul folikular yang berukuran sebesar kepala jarum, dengan gambaran yang

relatif monomorf, kebanyakan dengan warna kemerahan (folikulitis), jarang

berwarna seperti warna kulit (komedo- tertutup), dan sekali-sekali tampak gugus

kehitaman (Rassner,1995).

b. Rosasea : Merupakan gangguan inflamasi kronik akneiformis pada unit

pilosebaseous. Dengan manifestasi klinis kemerahan dan telangiectasia akibat dari

Peningkatan reaktifitas dari kapiler dan didapatkan penebalan karet hidung, pipi,

dahi atau dagu akibat dari hiperplasia sebaceous, edema, dan fibrosis (Strauss dan

Thiboutot, 2012).

18

Page 18: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan akumulasi dari perasaan cemas yang berkepanjangan.

Depresi sering terjadi atau datang setelah mengalami kekecewaan-kekecewaan yang

berlarut-larut dan panjang. Biasanya lebih dari 80% penderita memiliki kecemasan

dan depresi. Umumnya rasa cemas timbul karena adanya ancaman dari sesuatu yang

nampak kelihatan. Dalam depresi apabila adanya perasaan tertekan yang berlebihan,

dan bila terjadi menahun, kecemasan yang berat mungkin membuat seseorang merasa

rendah diri ( Prasetyono, 2005).

Kaplan & sadock (2010) mendefinisikan depresi ialah dimana terjadinya

gangguan fungsi pada manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala

penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tidak berdaya bahkan adanya gagasan bunuh

diri.

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik

yang manifestasinya bisa berbeda-beda pada masing-masing individu. Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen

yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Bila manifestasi gejala depresi

muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood ( seperti murung, sedih,

rasa putus asa), diagnosis depresi dapat dengan mudah ditegakkan (Amir, 2005).

Orang yang beresiko tinggi mengalami depresi ialah orang yang berkepribadian

depresif. Seseorang yang sehat juga dapat mengalami depresi apabila tidak mampu

menangani berbagai pemicu stress atau stressor psikososial yang dialaminya (Harun,

2009).

2.2.2 Epidemiologi Depresi

Dalam perhitungan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa

depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12%

pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Berkisar

19

Page 19: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

antara 10% hingga 25% untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria dapat

didiagnosis sebagai gangguan depresi mayor dan diperkirakan 120 juta orang

diseluruh dunia menderita depresi. Sekitar 1 dari 20 orang di Amerika Serikat dapat

di diagnosis dengan depresi mayor kapanpun juga (Nevid et al, 2002).

Depresi lebih sering terjadi pada wanita, hal ini diduga karena lebih sering

didapatkan mencari pengobatan dibanding pria. Adanya ketidak seimbangan hormon

pada wanita mengakibatkan tingginya prevalensi. Depresi sering terjadi pada usia

muda. Pada wanita umumnya terjadi di usia 20-40 (Harun, 2009).

Meskipun obat antidepresan sudah cukup banyak tersedia saat ini prevalensi

depresi dan angka bunuh diri akibat depresi tetap saja tinggi sekitar 15% penderita

depresi mayor meninggal karena bunuh diri, 20%-40% pernah melakukan percobaan

bunuh diri dan 80% mempunyai ide bunuh diri. Angka bunuh diri lebih tinggi pada

orang tua dan anak muda walaupun depresi lebih sering pada wanita, angka bunuh

diri lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita (Amir, 2005).

2.2.3 Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab depresi yaitu mulai dari faktor genetik, ketidak

seimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin perubahan neurofisiologik, serta

faktor psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi

kognitif, ketidak berdayaan yang dipelajari, dan lain-lain juga diduga berperan dalam

terjadinya depresi (Amir, 2005).

A.Faktor Genetik

Genetik merupakan salah satu faktor yang penting dalam perkembangan

gangguan mood depresi. Tetapi, pola penurunan genetik ialah sudah jelas melalui

mekanisme yang kompleks seperti penelitian keluarga, adopsi, anak kembar dan

penelitian lainnya yang berhubungan (Kaplan et al., 2010).

B. Faktor Biologis

1. Amin Biogenik

Menurut Amir (2005), korteks limbik yang berhubungan dengan neokorteks

bekerja mengatur fungsi luhur. Sedangkan yang berhubungan dengan midbrain dan

20

Page 20: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

batang otak terkait dalam pengaturan sistem otonom, produksi hormon, dan siklus

tidur-bangun. Neuron yang mengandung norepinefrin terlibat dalam beberapa fungsi,

misalnya kewaspadaan, mood, nafsu makan,penghargaan, dan dorongan kehendak.

Neurotransmiter lain yang juga me-mediasi fungsi ini yaitu dopamin.

Neurotransmiter ini penting untuk rasa senang, seks, dan aktivitas psikomotor.

Serotonin berperan dalam pengontrolan afek, agresivitas, tidur dan nafsu makan.

Neuron kolenergik mensekresikan asetilkolin dari terminal dendritnya dan bersifat

antagonis terhadap katekolamin. Bukti adanya keterlibatan aminoamin dapat dilihat

dari:

a. Reserpin adalah obat antihipertensi yang dapat mengurangi penyimpanan

biogenik amin. Obat ini dapat mempresipitasi terjadinya depresi.

b. Antidepresan dapat mengatasi depresi dengan cara meningkatkan aktivitas

biogenik amin di otak.

2. Penyakit Fisik

Penyakit fisik dan psikiatri sering terdapat bersamaan. Frekuensinya lebih

besar daripada sekedar kebetulan. Sebab baik stres maupun peristiwa kehidupan

mempunyai andil yang sama. Semua penyakit fisik mempunyai akibat psikologi,

bahkan psikologi dapat menjadi penyebab beberapa penyakit lain (I.M Ingram et

al,.1995).

C. Faktor Psikologi

1. Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan memegang peranan penting

dalam terjadinya depresi. Data menunjukkan bahwaa kehilangan orang tua

sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan merupakan awal dari penyakit

yang berhubungan dengan depresi (Kaplan et al., 2010).

2. Faktor Kepribadian Premorbid biasanya hanya terdapat gangguan afek ringan,

personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama hidupnya,

keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian ini

ditunjukan dengan prilaku murung, pesimis,dan kurang bersemangat (Ingram I.M

et al., 1995).

21

Page 21: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

2.2.4 Tingkat Depresi

Menurut klasifikasi WHO (1992), tingkat depresi dibagi menjadi :

1. Mild depression (minor depression)

Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi serta gangguan depresi

datang setelah stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan tidak

bersemangat.

2. Moderate depression

Pada depresi sedang, mood yang rendah berlangsung terus dan individu juga

mengalami simtom fisik walaupun simtom ini berbeda-beda setiap individu.

3. Mayor depression Individu akan mengalami gangguan dalam kemampuan untuk

bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang menyenangkan. Depresi ini dapat

muncul sekali atau beberapa kali selama hidup.

Tingkatan depresi dan diagnosisnya dapat diukur dengan menggunakan Beck

Depression inventory (BDI). BDI awalnya diperkenalkan pada tahun 1961 oleh

psikiater yang bernama Aaron Beck dan rekan-rekannya sehingga menjadi hak cipta

pada tahun 1978. Instrumen ini mengalami beberapa kali revisi termasuk versi BDI-

IA pada tahun 1993 dan versi yang sekarang yaitu BDI-II yang diperkenalkan pada

tahun 1996. BDI-IA merupakan instrumen yang dibuat sesuai dengan kriteria depresi

DSM-III-R (Diagnostic and Statistical Manual and Mental Disorders III) kemudian

direvisi menjadi BDI-II dengan memodifikasi item-item yang menggambarkan

kriteria DSM-IV (Ackerman dan Andrew, 2007).

Instrumen BDI asli yang awalnya harus dibacakan oleh orang yang

mewawancarai dengan suara yang keras ke pasien, namun instrumen ini juga dapat

diisi langsung oleh pasien. BDI-II merupakan alat ukur depresi yang terdiri dari 21

item pertanyaan, yaitu: kesedihan, pesimistik, kegagalan masa lalu, kehilangan

kesenangan, perasaan bersalah, perasaan seperti dihukum, benci diri sendiri,

pengkritikan pada diri sendiri, pikiran atau keinginan bunuh diri, menangis, tidak

dapat istirahat, hilang minat, keragu-raguan, kehilangan energi, perubahan pola tidur,

mudah tersinggung, selera makan, sulit berkonsentrasi, lelah dan hilang minat seks.

Setiap pertanyaan memiliki jawaban yang dibuat dengan skor 0-3 (Baer dan Blais,

22

Page 22: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

2010). Tingkat keparahan depresi dapat diketahui dengan menjumlahkan skor seluruh

item pertanyaan. Semakin tinggi total skor, mengindikasikan beratnya tingkat depresi.

Interpretasi tingkat depresi dengan jumlah nilai 0-9 masih dalam batas normal/tidak

depresi, 10-16 depresi ringan, 17-29 depresi sedang dan >30 termasuk depresi berat.

Waktu yang dibutuhkan dalam mengisi BDI-II ini antara 5-10 menit (Beck dan Steer,

2000).

2.2.5 Gejala Depresi

Menurut Lumongga (2009) gejala depresi adalah sekumpulan peristiwa,

perilaku, atau perasan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang

bersamaan, gejala depresi dapat dilihat dari tiga segi yaitu :

a. Gejala fisik

Ada beberapa gejala fisik yang dapat dideteksi yaitu:

1) Gangguan pola tidur, misalnya,sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.

2) Menurunnya efesiensi kerja, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan

energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak

efisien dan tidak berguna,seperti memakan makanan kecil, melamun, merokok

terus-menerus, sering menelepon yang tak perlu.

3) Menurunnya tingkat aktivitas, pada umumnya orang yang mengalami depresi

menunjukan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang

lain seperti menonton televisi, makan, dan tidur.

4) Menurunnya produktivitas kerja, orang yang terkena depresi akan kehilangan

sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya tidak lagi bisa menikmati dan

merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya, kehilangan minat dan motivasi

untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk

tetap beraktivitas membuatnya kehilangan energi yang ada sudah banyak terpakai

untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mudah

sekali lelah, capek padahal belum melakukan aktivitas yang berarti.

23

Page 23: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

5) Mudah merasa letih dan sakit, jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka

jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan harus

memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.

b. Gejala Psikologis

Ada beberapa tanda gejala psikologis yaitu :

1) Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi

cenderung memandang segala sesuatu dari segi negatif, termasuk menilai diri

sendiri. Senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang

lain lebih dinilai sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih

berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatifnya.

2) Sensitif, Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu

dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali sehingga sering peristiwa yang netral

jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh merek,bahkan disalah

artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung mudah marah, perasa, curiga akan

maksud orang (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih,

murung dan lebih suka menyendiri.

3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka

merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang

seharusnya mereka kuasai.

4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang

yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa

dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan

tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya

menjadi beban orang lain dan menyalahan diri mereka atas situasi tersebut.

5) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan

yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani

tanggung jawab yang berat.

C.Gejala Sosial

Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan

rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun

24

Page 24: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok

dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal Dalam penelitian

gejala depresi yang digunakan adalah gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala sosial.

2.2.6 Diagnosis Banding

Menurut Amir (2005), diagnosis banding dari depresi ialah :

a. Gangguan skizofrenia : Terutama katatonik, tetapi pada tiap-tiap tipe depresi

dapat terlihat selama atau setelah suatu episode. Adanya penyesuaian

premorbid yang buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham yang

tersusun baik dan halusinasi yang kompleks, tidak ada riwayat siklik, dan

tidak danya riwayat keluarga yang mengalami gangguan afektif, menyokong

dugaan skizofrenia.

b. Gangguan skizoafektif : Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria

skizofrenia tetapi dalam sebagian waktu bertumpang tindih dengan gejala-

gejala mood mayor

c. Gangguan cemas menyeluruh : Pertama terlihat anxietas yang sangat

menonjol. Pasien dengan cemas hendaknya selalu dipertimbangkan

kemungkinan adanya depresi.

d. Alkoholisme : Alkoholisme dan depresi sering terlihat bersama-sama

e. Ketergantungan zat : Ketergantungan zat dan depresi sering terlihat bersama-

sama

f. Gangguan obsesif-Kompulsif, gangguan kepribadian ambang dan histrionik.

g. Demensia (pseudodepresi) : Demensia ini sering terjadi dan sulit

membedakannya, terutama pada orang tua.

2.2.7 Penatalaksanaan

Ada banyak faktor yang mungkin terlibat dalam perkembangan gangguan mood

dan terdapat pula berbagai macam pendekatan penanganan yang berasal dari model-

model psikologi dan biologi ( Nevid, 2005).

Kekeliruan klinis yang paling sering menyebabkan kegagalan percobaan suatu

25

Page 25: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

obat antidepresan ialah menggunakan dosis yang terlalu rendah dan waktu yang

terlalu singkat. Adapun pedoman untuk menentukan kualitas percobaan obat sebagai

definitif atau kemungkinan dalam hal kepastian dengan mana seseorang dapat

menyimpulkam bahwa obat tersebut adekuat (Kaplan & sadock, 2010) :

2.2 Tabel Pedoman Kualitas Uji Coba ObatKriteria

Uji Coba Definitive dengan lama ≥6 minggu

Uji Coba Definitive dengan lama ≥ 4 dan < 6 minggu

Antidepresan Dosis Harian Dosis HarianTrisiklik

Imipramine, desipramine

Nortriptyline

Amitriptyline, doxepinMaprotilineProtriptyline

Inhibitor monoamine oksidasePhenelzineIsocarboxazid atau tranylcypromine

FluoxetineObat lain

BupropionTrazodoneAmoxapineLithium

Terapi elektrokonvulsif

≥ 250 mg atau kadar plasma desipramine

≥ 125 mg/ml atau imipramine 200 ng/ml≥ 100 mg atau kadar plasma antara

50 dan 150 ng/ml≥ 250 mg≥ 200 mg≥ 60 mg

¿ 60 mg

≥ 40 mg

≥ 20 mg

¿ 400 mg

≥ 300 mg

¿ 300 mgKadar plasma 0,7-1,1 mEq/L≥ 12 total, dengan sekurangnya Enam bilateral

200 – 249 mg

75 – 99 mg

200 – 249 mg150 – 199 mg40 – 59 mg

45 – 59 mg30 – 39 mg

5 – 19 mg300 – 399 mg200 – 299 mg200 – 299 mgKadar plasma, 0,4 – 0,69 mEq/L≥ 9 – 11 unilateral

2.3 Depresi dan Akne Vulgaris

Semua penyakit fisik mempunyai efek psikologis. Pola respon ini dapat sehat

atau tidak sehat. Anxietas dan depresi merupakan respon lazim dan jelas tetapi

bervariasi dalam derajat dan ketepatan. Pasien yang datang dengan gejala psikologis

sering mempunyai penyebab fisik sebagai penyerta atau penyokong. Survey pada

pasien yang mengunjungi klinik rawat jalan psikiatri terdapat adanya penyakit fisik

pada sepertiga kasus (Ingram I.M et al., 1995).

26

Page 26: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Kulit merupakan salah satu jalan utama bagaimana kita merasakan dunia dan

apabila terdapat gangguan pada kulit dapat mengakibatkan stres berat pada pasien

seperti halnya pada parasitosis delusi. Keadaan kulit ini sendiri sangat mempengaruhi

kondisi utama dalam kesehatan dermatologi dengan diikuti gejala sisa psikologi

sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien, kepercayaan diri, serta hidup secara

keseluruhan (Rook., et al 1998).

Keadaan kulit yang sehat sangatlah penting bagi kesehatan fisik dan mental

seorang individu. Keadaan ini terangkum dalam aspek penampilan rasa sehat dan

bahagia serta rasa percaya diri. Hal itu disebabkan karena kulit merupakan organ

terluas dan yang paling kelihatan dari tubuh manusia sehingga suatu penampilan kulit

yang berbeda akan berpengaruh pada penampilan dan citra diri seseorang dan

selanjutnya akan mempengaruhi orang itu sendiri. Akne vulgaris merupakan salah

satu penyakit kulit yang dihubungkan dengan faktor psikologis penderitanya. Akne

vulgaris sendiri adalah penyakit kulit yang paling sering ditemukan dan ditatalaksana

oleh spesialis dermatologis. Keadaan ini terdapat hampir 80% pada remaja dan

dewasa muda (Andri dan Sudharmono, 2010).

Studi barat telah meneliti bahwasanya adanya dampak dari akne vulgaris

dengan kualitas hidup penderita acne vulgaris. Pasien dengan acne vulgaris

cenderung memiliki kecemasan, depresi rasa malu, stigmasasi, penarikan sosial harga

diri rendah, gangguan makan, gangguang dismorfik tubuh, dan pengangguran (Bon

dann Yap, 2011).

Psikis dan kondisi kulit saling mempengaruhi. Kondisi psikis dapat

mempengaruhi kulit, sebaliknya keadaan ganguan kulit dapat juga berpengaruh

terhadap psikis. Perlu diertimbangkan penambahan psikoterapi dan psikofarmaka

pada pengobatan akne vulgaris yakni pada bidang pengobatan tubuh-pikiran ( mind-

body ) luas dan menawarkan pada tingkat yang lebih daripada hanya memberikan

resep sederhana untuk pengobatan simptomatik. Melalui pengobatan yang holistik

akan menuju kepada pengelolaan akne vulgaris yang tepat (Ichsan dan Muchlisin,

2008).

27

Page 27: Hubungan Akne Vulgaris Dengan Sindrom Depresi

Studi terbaru alami tentang akne terbatas. Pengobatan yang baik mungkin dapat

memodifikasi prevalensi keparahan akne. Akne yang dialami selama bertahun-tahun

terkait dengan morbiditas psikiatri Stres emosional pun dapat memperburuk akne dan

penderita dengan akne mengalami masalah kejiwaan sebagai akibat dari kondisi

mereka. Masalah kejiwaan yang biasanya berhubungan dengan akne ialah masalah

harga diri, kepercayaan diri, citra tubuh, penarikan sosial, kecemasan, depresi, marah

dengan akne, frustasi/ kebingungan, dan keterbatasan dalam masalah kehidupan

dalam hubungan keluarga ( Aktan S, 2000).

28