Horde Olum

19
Presentasi Kasus ILMU KESEHATAN MATA Oleh: Yuliyanti Purnamasari G0006225 Tiur E. Situmorang G0007023 Diana Zakiyah R. G0007057 Marscha Iradyta Ais G0007101 Muhammad S. N. G0007109 Tri Astuti D. K G0007163 Meynita Putri R. G0007212 Rr. Theodora Ratih L. I. G0007225 Pembimbing: Dr. dr. Senyum Indrakila, Sp. M KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT MATA 1

Transcript of Horde Olum

Page 1: Horde Olum

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh:

Yuliyanti Purnamasari G0006225

Tiur E. Situmorang G0007023

Diana Zakiyah R. G0007057

Marscha Iradyta Ais G0007101

Muhammad S. N. G0007109

Tri Astuti D. K G0007163

Meynita Putri R. G0007212

Rr. Theodora Ratih L. I. G0007225

Pembimbing:

Dr. dr. Senyum Indrakila, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2012

1

Page 2: Horde Olum

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Nn. N W

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Gedawung RT 3/9 Saradan Baturetno Wonogiri

Tanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2012

No. RM : 01147017

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama

Benjolan di kelopak mata kanan atas

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

+1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan di

kelopak mata kanan atas. Benjolan pertama kali hanya kecil, berwarna

merah, nyeri dan agak kecil. 2 hari kemudian pasien memeriksakan diri ke

dokter spesialis mata dan diberi obat minum, salep, dan tetes tetapi pasien

tidak ingat nama obat-obat tersebut. Benjolan dirasakan semakin

membesar, terasa agak mengganjal, tetapi sudah tidak nyeri. Kemudian

pasien memeriksakan diri lagi ke RSUD Wonogiri, diberikan obat tetes

dan salep untuk mata, tetapi benjolan tidak mengecil, kemudian pasien

disarankan untuk memeriksakan diri ke RSDM. Pasien mengaku saat ini

matanya tidak pedih, tidak nyeri, tidak silau ketika melihat cahaya dan

tidak nrocos.

2

Page 3: Horde Olum

C. Kesan umum

Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

T : tidak dilakukan Rr : 18x/menit

N : 80x/menit t : afebril

D. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat darah tinggi : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

- Riwayat trauma mata : disangkal

- Riwayat pemakaian obat-obat mata : obat tetes mata, obat minum, dan

salep tetapi pasien tidak tahu nama

obat-obatan tersebut

E. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat darah tinggi : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

F. Kesimpulan Anamnesis

OD OS

Proses Peradangan -

Lokalisasi Palpebra -

Sebab Infeksi -

Perjalanan Akut -

Komplikasi Belum ditemukan -

III. PEMERIKSAAN FISIK

3

Page 4: Horde Olum

A. Kesan Umum

Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan Subyektif

OD OS

Visus Sentralis Jauh 6/6 6/6

C. Pemeriksaan Obyektif

1. Sekitar Mata

Tanda radang ` tidak ada tidakada

Luka tidak ada tidak ada

Parut tidak ada tidak ada

Kelainan warna tidak ada tidak ada

Kelainan bentuk tidak ada tidak ada

2. Supercilium

Warna hitam hitam

Tumbuhnya normal normal

Kulit sawo matang sawo matang

Pasangannya dalam batas normal dalam batas normal

Geraknya dalam batas normal dalam batas normal

3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita

Heteroforia tidak ada tidak ada

Strabismus tidak ada tidak ada

Pseudostrabismus tidak ada tidak ada

Exophthalmus tidak ada tidak ada

Enophthalmus tidak ada tidak ada

Anophthalmus tidak ada tidak ada

4. Ukuran Bola Mata

Mikrophthalmus tidak ada tidak ada

Makrophthalmus tidak ada tidak ada

Ptosis bulbi tidak ada tidak ada

4

Page 5: Horde Olum

Atrofi bulbi tidak ada tidak ada

Bufthalmus tidak ada tidak ada

Megalokornea tidak ada tidak ada

Mikrokornea tidak ada tidak ada

5. Gerakan Bola Mata

Temporal Superior dalam batas normal dalam batas normal

Temporal Inferior dalam batas normal dalam batas normal

Temporal dalam batas normal dalam batas normal

Nasal Superior dalam batas normal dalam batas normal

Nasal Inferior dalam batas normal dalam batas normal

6. Kelopak Mata

Gerakan : dalam batas normal dalam batas normal

Oedem : ada tidak ada

Hiperemis : tidak ada tidak ada

Benjolan :

- Ukuran : 1,5 x 1 x 0,3 cm tidak ada

- Mobile : Mobile

- Nyeri : Tidak nyeri

Tepi Kelopak Mata

Oedem : tidak ada tidak ada

Hiperemi : tidak ada tidak ada

Entropion : tidak ada tidak ada

Ekstropion : tidak ada tidak ada

7. Sekitar Saccus Lakrimalis

Oedem : tidak ada tidak ada

Hiperemi : tidak ada tidak ada

8. Sekitar Glandula Lakrimalis

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

9. Tekanan Intra Okuler

Palpasi tekanan normal tekanan normal

5

Page 6: Horde Olum

10. Konjungtiva

Konjungtiva Palpebra Superior

Benjolan ada tidak ada

- Ukuran : 1,5 x 1 x 0,3 cm

- Mobile : Mobile

- Nyeri : Tidak nyeri

Hiperemis ada tidak ada

Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva Palpebra Inferior

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva Fornix

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva Bulbi

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sekret tidak ada tidak ada

Injeksi Konjungtiva tidak ada tidak ada

Injeksi Siliar tidak ada tidak ada

Subkonjungtiva

Hematom tidak ada tidak ada

11. Sklera

Warna putih putih

Penonjolan tidak ada tidak ada

12. Kornea

Ukuran 13 mm 13 mm

Limbus normal normal

6

Page 7: Horde Olum

Permukaan tidak rata tidak rata

Sensibilitas tidak dilakukan tidak dilakukan

Keratoskop tidak dilakukan tidak dilakukan

Flourescin Test tidak dilakukan tidak dilakukan

Arcus Senilis tidak ada tidak ada

13. Kamera Okuli Anterior

Isi : jernih jernih

Kedalaman : dalam dalam

14. Iris

Warna : cokelat tua cokelat tua

Bentuk : bulat bulat

Sinekia anterior : tidak ada tidak ada

Sinekia posterior : tidak ada tidak ada

15. Pupil

Ukuran : 2 mm 2 mm

Letak : sentral sentral

Bentuk : bulat bulat

Reaksi terhadap

Cahaya Langsung : (+) (+)

Cahaya tak langsung : (+) (+)

Konvergensi : tidak dilakukan tidak dilakukan

16. Lensa

Ada/tidak : ada ada

Kejernihan : jernih jernih

Letak : di tempat di tempat

Shadow test : tidak dilakukan tidak dilakukan

17. Corpus vitreum

Kejernihan : tidak dilakukan tidak dilakukan

18. Pemeriksaan Fundus

Fundus Refleks : cemerlang cemerlang

Retina : tidak ada kelainan tidak ada kelainan

7

Page 8: Horde Olum

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

Visus sentralis jauh 6/6 6/6

Pinhole - -

Koreksi - -

Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal

Supercilium dalam batas normal dalam batas normal

Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal

dalam orbita

Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal

Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal

Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal

Tekanan intraokuler dalam batas normal dalam batas normal

Konjungtiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal

Konjungtiva palpebra oedem, hiperemis dalam batas normal

Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal

Sub konjungtiva dalam batas normal dalam batas normal

Sklera dalam batas normal dalam batas normal

Kornea dalam batas normal dalam batas normal

Camera oculi anterior dalam batas normal dalam batas normal

Iris dalam batas normal dalam batas normal

Pupil dalam batas normal dalam batas normal

Lensa dalam batas normal dalam batas normal

Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

8

Page 9: Horde Olum

V. DIAGNOSIS BANDING

1. OD Hordeolum

2. OD Kalazion

VI. DIAGNOSIS

OD Hordeolum Internum Palpebra Superior

VII. TERAPI

Incisi hordeolum

IX. PROGNOSIS

OD OS

Ad vitam Bonam Bonam

Ad sanam Bonam Bonam

Ad fungsionam Bonam Bonam

Ad cosmeticum Bonam Bonam

9

Page 10: Horde Olum

TINJAUAN PUSTAKA

HORDEOLUM

A. Definisi

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.

Hordeolum adalah infeksi kelenjar palpebral; bila kelenjar Meibom yang

terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna,

sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superficial

adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

B. Klasifikasi

Hordeolum dikenal dalam bentuk :

1. Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan

penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.

2. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan

penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.

C. Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus

hordeolum.

D. Patofisiologi

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar

Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar

Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini

memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.

10

Page 11: Horde Olum

E. Gejala Klinis

Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti

bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.

Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum

eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah

beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,

kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini

membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.

Gejala :

- Pembengkakan

- Rasa nyeri pada kelopak mata

- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

- Riwayat penyakit yang sama

Tanda :

- Eritema

- Edema

- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

- Seperti gambaran absces kecil

F. Diagnosis Banding

- Kalazion

Perbedaan Hordeolum dan Kalazion

Hordeolum Kalazion

Peradangan akut, supuratif Peradangan kronis, granulomatous

Infeksi akut glandula Meibom

(internum), glandula Zeis

(eksternum)

Infeksi kronis glandula Meibom

Gejala: merah, nyeri Gejala: tidak nyeri

11

Page 12: Horde Olum

G. Penatalaksanaan

Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-

7 hari.

- Penatalaksanaan Umum

1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk

membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau

sampo yang tidak menimbulkan iritasi seperti sabun bayi. Hal ini dapat

mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.

3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan

infeksi yang lebih serius.

4. Hindari pemakaian make up pada mata karena hal itu kemungkinan

menjadi penyebab infeksi.

5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke

kornea.

- Medikamentosa

Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut;

1. Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.

2. Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya: Gentamycin,

Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid.

Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter,

terutama pada fase peradangan.

3. Antibiotika oral misalnya Ampisilin, Amoxycillin, Eritromisin,

Doxycyclin dan Lyncomicyn. Antibiotik oral digunakan jika

hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal.

Obat ini diberikan selama 7-10 hari.

4. Obat-obat simptomatis dapat diberikan untuk meredakan keluhan

nyeri misalnya asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan

sejenisnya. 

-Pembedahan

12

Page 13: Horde Olum

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka

prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum. Pada incisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi

topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan

prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan incisi;

1. Hordeolum internum dibuat incisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

lurus pada margo palpebra.

2. Hordeolum eksternum dibuat incisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan incisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh

isi jaringan di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep

antibiotika.

 

H. Komplikasi

Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan

radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses

palpebra.

13

Page 14: Horde Olum

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata edisi 3. Jakarta :BalaiPenerbit FKUI; 2009.

h.116-7

2. Ilyas HS. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi 3. Jakarta :BalaiPenerbit FKUI;

2008. h.62-3

3. Ilyas HS, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran edisi 2. Jakarta : CV Sagung Seto; 2002. h.107-109

4. Schwab IR dan Dawson CR. Konjungtiva. Dalam: Vaughan DG, Asburry T,

Eva PR. Oftalmologi Umum edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000. h.123

14